The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Jejak Kebajikan Cerita Aksi Layanan Lazismu (Edisi Revisi)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Divisi Litbang Lazismu, 2023-03-28 03:48:23

Jejak Kebajikan Cerita Aksi Layanan Lazismu (Edisi Revisi)_clone

Jejak Kebajikan Cerita Aksi Layanan Lazismu (Edisi Revisi)

Keywords: Program Lazismu

315 PILAR KEMANUSIAAN 6 PILAR LAZISMU Pilar Program Penyaluran Lazismu


316 PILAR KEMANUSIAAN


317 Indonesia Siaga: Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana INDONESIA SIAGA Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana Program Indonesia Siaga telah menjadi simpul penting ikhtiar mewujudkan jamaah tangguh bencana. Bersinergi dengan MDMC sebagai garda depan gerakan tanggap kebencanaan di Muhammadiyah, Lazismu berperan krusial dalam memperkuat aksi tanggap darurat, mitigasi, dan pengurangan perluasan dampak bencana, pemulihan pascabencana, pengelolaan risiko bencana serta pengembangan kesadaran kesiapsiagaan. Indonesia Siaga menawarkan model pengarusutamaan paradigma kesiapsiagaan dan mitigasi kebencanaan yang inovatif, inklusif, dan komprehensif. Dalam konteks Indonesia yang rentan bencana akibat faktor geologis, implementasi tata-ruang yang tinggi risiko, serta krisis iklim dan degradasi ekologi, kehadiran program seperti Indonesia Siaga semakin kontekstual dan mendesak. Berawal dari Tragedi Tsunami di Aceh “Jika ditelusuri lebih jauh, embrio Indonesia Siaga sebetulnya bisa dibilang sudah dimulai sejak tragedi tsunami di Aceh tahun 2004 dan


318 PILAR KEMANUSIAAN makin terorganisir setelahnya,” jelas Khoirul Muttaqin, Direktur Lazismu periode 2005 hingga 2016. Hal ini, bagi Khoirul mengindikasikan betapa tidak terpisahkannya komitmen kemanusiaan Lazismu dan kebencanaan/ kemanusiaan. Khoirul mengatakan bahwa tragedi tsunami Aceh 2004 telah mendorong Muhammadiyah terlibat dalam gerakan kebencanaan. Figur kunci pengarusutamaan ini adalah Sudibyo Markus yang merupakan Ketua Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat PP Muhammadiyah periode 2000-2005. Sudibyo, sebagaimana diceritakan Khoirul, merupakan aktor penting yang menghubungkan Muhammadiyah dan ekosistem kerja humanitarian modern. Termasuk apa yang juga nanti mengilhami pengurus dan relawan di Lazismu ketika mengawali dan menggerakkan lembaga filantropi Muhammadiyah ini. “Ketika tsunami di Aceh, PP Muhammadiyah membentuk lembaga ad-hoc pertama untuk kebencanaan bernama Komite Muhammadiyah untuk Pemulihan Aceh (KMPA). Semua ini juga berkat Pak Sudibyo Markus. Setelah itu, gempa di Yogyakarta tahun 2006, juga mendirikan Posko Muhammadiyah. Jadi, KMPA dan Posko Muhammadiyah ini adalah embiro awal semua lembaga kebencanaan dan kerja kemanusiaan yang mulai tersistem rapi di Muhammadiyah. Pak Sudibyo punya peran sangat penting di sini,” jelas Khoirul. Indonesia Siaga, sebagaimana dijelaskan Khoirul, lahir dari proses pematangan ekosistem diskursus dan praktik tanggap kebencanaan di Muhammadiyah. Pengurus dan relawan Lazismu sendiri sejak awal bahkan tidak dapat dipisahkan dari kerja kerelawanan bantuan kebencanaan. “Kami, baik yang pengurus dan relawan sejak awal Lazismu berdiri sudah ikut terlibat di segala level bencana, mulai dari banjir, gempa bumi hingga tsunami. Inilah juga yang jadi asal-usul mengapa Lazismu dan MDMC di kemudian hari seperti tidak dapat saling dipisahkan sepak terjangnya,” tegas Khoirul.


319 Indonesia Siaga: Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana Paradigma Baru Kebencanaan Barry Adhitya, pengurus Lazismu periode 2015-2022, memperjelas apa yang disampaikan Khoirul. “Konteks ketika program Indonesia Siaga lahir sangat terkait dengan tahapan-tahapan sebelumnya di Muhammadiyah,” jelas Barry. Barry mengatakan bahwa program Indonesia Siaga harus ditempatkan secara luas sebagai bagian dari rangkaian pengarusutamaan paradigma baru kebencanaan di Muhammadiyah. Kemunculan program ini menurut Barry memperlihatkan ada keterkaitan antara proses perkembangan wujud layanan aksi kemanusiaan di Muhammadiyah dan Lazismu. Terkait latar pendirian program, selaras dengan pernyataan Khoirul, Barry juga mengatakan bahwa gagasan Indonesia Siaga sudah dirintis pasca tsunami Aceh 2004. Namun, Barry menambahkan, ada pembelajaran penting dari tragedi tersebut bagi Muhammadiyah. Tsunami Aceh 2004, di sisi lain, membuka mata pengurus Persyarikatan bahwa investasi di bidang


320 PILAR KEMANUSIAAN pendidikan, kesehatan dan sosial yang diikhtiarkan Muhammadiyah dapat hancur kapan saja jika tidak diimbangi dengan pengurangan risiko bencana. “Perkembangan gagasan program Indonesia Siaga berjalan seiring dengan refleksi pasca tsunami Aceh 2004 yang menjadi pembelajaran bagi semua pihak termasuk Muhammadiyah. Kemudian, sistem respons yang dikembangkan menjadi semakin baik ketika gempa Bantul-DIY tahun 2006 dan gempa Padang tahun 2009 terjadi. Saat itu, sudah ribuan relawan yang rata-rata kader Muhammadiyah berhasil diorganisir untuk menjadi penolong dalam situasi bencana,” kata Barry. Rentetan tragedi kebencanaan yang dimulai oleh tsunami Aceh 2004 mendorong Muhammadiyah untuk mengembangkan perspektif baru. Menurut pengamatan Barry, pasca tsunami Aceh 2004 ada perubahan perspektif di Muhammadiyah dalam melihat kebencanaan sebagai sesuatu yang nyata sehingga perlu dikelola secara bijak berbasis pada sains, moral keagamaan, dan nilai-nilai kemanusiaan.


321 Indonesia Siaga: Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana Barry menambahkan, di Muhammadiyah sendiri ada kekagetan bahwa bencana dapat menghancurkan infrastruktur Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang sudah dibangun puluhan tahun, dalam sekejap. “Ini mempercepat ada kesadaran bahwa bencana perlu dikelola dan Muhammadiyah sangat berkepentingan juga dengan hal ini. Jelas juga bencana menjadi musibah bagi banyak orang, dan Muhammadiyah harus bergerak untuk menolong,” jelas Barry. Sebagai organisasi keagamaan yang mengelola infrastruktur pendidikan, kesehatan dan layanan sosial, serta jutaan jemaah di Indonesia, perubahan paradigma menjadi tak terelakkan. Sebab, Indonesia memiliki 187 gunung api yang berderet dari timur ke barat yang dikenal sebagai jalur “cincin api”. Kekayaan geologis tersebut mengilhami Muhammadiyah untuk mewujudkan paradigma pengelolaan kebencanaan yang komprehensif dan inklusif. Perubahan paradigma kebencanaan di Muhammadiyah kemudian mewujud dalam wujud institusionalisasi Lembaga Penanggulangan Bencana dan rumusan pemikiran keagamaan. Hasil institusionalisasi melahirkan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang digagas sebagai divisi kerja di Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (MKKM)—sejak tahun 2007 majelis ini berubah menjadi MPKU)—pada akhirnya setelah proses internalisasi dan sosialisasi yang panjang, MDMC diresmikan sebagai Lembaga Penanggulangan Bencana pada Muktamar 2010, sedangkan diskursus keagamaan menghasilkan di antaranya adalah Fikih Kebencanaan (2015). Paradigma kebencanaan yang baru ini tidak berfokus saja pada suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa alam, non-alam, dan sosial sebagai penyebab malapetaka atau musibah, tapi bagaimana mempersiapkan dan mengelola tingkat kerentanan dan kapasitas kesiapsiagaan. Selama rentang 2007 sampai dengan 2010, telah cukup banyak produk dihasilkan dalam konteks kesiapsiagaan bencana, antara lain;


322 PILAR KEMANUSIAAN Panduan Guru dan Lembar Kerja Siswa khusus kebencanaan, buku panduan Membangun Jamaah Tangguh Bencana, hingga buku Kesiapsiagaan Bencana di Rumah Sakit Muhammadiyah/Aisyiyah. Ikhtiar Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana Dalam beberapa tahun terakhir, program Indonesia Siaga menunjukkan dengan jelas perannya bagi masyarakat luas. Bagi komunitas atau masyarakat korban bencana, mereka mendapat dukungan yang tepat untuk menghadapi masa-masa kritis. Sedangkan bagi publik luas, mereka mendapatkan model layanan penghimpunan bantuan yang dapat dipercaya dan akuntabel. Barry mengatakan bahwa dana pilar sosial-kemanusiaan yang berhasil dihimpun Lazismu sudah tembus miliaran rupiah. Ia mengatakan, bahwa jika dihitung sejak awal program Indonesia Siaga dirilis maka jumlahnya akan berkali lipat. Sebab, Barry mengungkap untuk periode 2017, 2018, hingga 2019 saja sudah terhimpun 23 miliar rupiah lebih. Jumlah yang besar ini menunjukkan betapa besarnya kepercayaan masyarakat dan dunia usaha kepada Lazismu. Dana yang terhimpun itu, menurut Barry, kemudian disalurkan untuk beragam wujud aktivitas dalam program Indonesia Siaga. “Kami salurkan untuk respons darurat bencana hingga untuk pemulihan pascabencana,” sambungnya. Sepanjang tahun 2018 total penerima manfaat program Indonesia Siaga adalah 156.382 jiwa, terdiri atas yang terdiri atas: 300 jiwa pada erupsi Gunung Sinabung; 3.822 jiwa pada banjir dan kebakaran di DKI Jakarta; 887 jiwa pada banjir Brebes, Jawa Tengah; 2.340 jiwa pada banjir Singaraja, Bali; 388 jiwa pada gempa bumi Banten dan Jawa Barat; 5.977 jiwa pada banjir, tanah bergerak, dan longsor di Sumedang, Cirebon, dan Kabupaten Kuningan; dan 4.602 jiwa pada erupsi gunung Merapi, DIY.


323 Indonesia Siaga: Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana Untuk respons gempa Lombok, jumlah penerima manfaat adalah sebesar 41.006 jiwa dan melibatkan 1.156 relawan. Rinciannya sebagai berikut: ada 3.550 jiwa yang menerima manfaat dari pembuatan MCK darurat dan distribusi air bersih; ada 1.864 jiwa yang mendapat manfaat dari distrbusi bantuan di balai kampung; ada 11.153 jiwa yang mendapatkan pelayanan kesehatan; ada 6.213 penerima manfaat untuk distribusi bantuan berupa makanan dan logistik; ada 17.374 jiwa yang menerima pelayanan psikososial; dan 2.716 yang merasakan manfaat dari pendirian hunian darurat. Begitu pula pada gempa dan tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala (Pasigala) dengan total penerima manfaat yakni 97.060 jiwa dan melibatkan 553 relawan. Ada 2.034 jiwa yang menerima manfaat dari pembuatan MCK darurat dan distribusi air bersih; 18.316 jiwa untuk pelayanan dapur relawan; 7.664 jiwa untuk pelayanan kesehatan; 278 jiwa menerima bantuan nutrisi anak; 28.301 mendapat manfaat dari distribusi makanan dan non-makanan; 6.684 jiwa untuk pendirian hunian darurat


324 PILAR KEMANUSIAAN dan sementara; ada 14.844 jiwa untuk pelayanan pendidikan darurat; serta 14.844 jiwa mendapatkan pelayanan psikososial. Pada tahun 2019 ada peningkatan dalam jumlah penyaluran dana yakni sebesar Rp5.534.217.594 untuk tujuh aktivitas, mulai dari bantuan terhadap imigran; rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa Palu; penanganan banjir di Sulawesi dan Kalimantan; penanganan bencana di Halmahera Selatan, Maluku Utara; bencana longsor di Sukabumi, Jawa Barat; dan bantuan untuk korban kebakaran di Tomang, DKI Jakarta. Terbaru, bencana gempa skala 5,6 SR di Kabupaten Cianjur tanggal 21 November 2022 dengan korban meninggal dunia sebanyak 338 orang, 5 orang dinyatakan hilang, dan 114.683 orang menjadi pengungsi. MDMC melakukan penanganan darurat bencana (PDB) hingga rehabilitasi, mencakup di antaranya: layanan kesehatan, penyaluran logistik, hunian, WASH (Water, Sanitation, and Hygiene Promotion), psikososial, dan pendidikan darurat. PRB, PDB, hingga rehabilitas berlangsung antara 22-


325 Indonesia Siaga: Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana 27 November 2022. Untuk pembangunan hunian darurat, hingga tanggal 27 Desember 2022, Muhammadiyah sudah mendirikan total 734 hunian dari target 1.000 unit hunian. Selain hunian darurat, Muhammadiyah juga mendirikan sekolah dan masjid darurat, serta fasilitas umum lain yang dibutuhkan. Total Muhammadiyah telah menyalurkan bantuan sebesar Rp 6.660.333.575 untuk keseluruhan rangkaian penanganan darurat bencana gempa bumi di Kabupaten Cianjur. Inovasi dan Kreativitas Program Selain aktivitas respons bencana, di bawah payung Indonesia Siaga, Lazismu dan MDMC juga mengembangkan program-program untuk peningkatan kesiapsiagaan seperti program Sekolah Cerdas, Sekolah Relawan Muhammadiyah, dan Save Our School (SOS). Program-program ini adalah contoh inovasi dan kreativitas dalam mengelola tingkat kerentanan dan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat. Program seperti Sekolah Cerdas bergerak untuk memfasilitasi guru dan siswa supaya tanggap dan respons bencana alam maupun sosial. Sekolah Relawan Muhammadiyah melatih dan mempersiapkan relawan di situasi bencana. Sedangkan Save Our School (SOS) adalah program untuk mendukung pemulihan insfrastruktur pendidikan. Terkait dengan program Save Our School (SOS), pada tahun 2019 ada 8 delapan sekolah yang menerima bantuan total senilai Rp164.490.000, yakni: MTs Muhammadiyah Curup Rejang Lebong, SD Labschool Unimuda Papua Barat, SDM Blembem Semin Gunung Kidul, PCM Bojong Gede, SD Muhammadiyah Loa Janan, MBS Klaten, TK ABA 2 Kota Pasuruan, dan PDM Kabupaten Nabire. Sekolah-sekolah ini mendapatkan dukungan perbaikan infrastruktur supaya berkurang tingkat kerentanan kebencanaannya.


326 PILAR KEMANUSIAAN Program seperti Sekolah Cerdas atau Save Our School, menurut Barry, menunjukkan bahwa Indonesia Siaga tidak akan berhenti berinovasi. Dan inovasi semacam ini akan terus berkembang. Sebab, Lazismu tidak akan cukup berpuas diri dalam layanan penghimpunan dana terkait respons kebencanaan. Lazismu meyakini bahwa tujuan utama Indonesia Siaga adalah membangun secara lebih baik (build back better) kesiapsiagaan jamaah dan masyarakat dalam menghadapi ancaman dan risiko bencana. Dengan begitu, jamaah dan masyarakat akan cukup mampu mengelola potensi atau kejadian kebencanaan sesuai kapasitas mereka sendiri. “Tolok ukur keberhasilan kita adalah jamaah menjadi lebih siap dan siaga. Komunitas masyarakat jadi lebih tangguh dalam mengelola risiko bencana. Mereka mampu hidup adaptif, antisipatif dan berkelanjutan. Ini yang sangat penting untuk dibangun. Kendati begitu, tantangannya adalah masyarakat cenderung lebih siap berderma pada saat bencana terjadi. Belum sampai pada titik bahwa kita harus membangun kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Kami akan terus berupaya melalui


327 Indonesia Siaga: Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana kampanye pengurangan bencana yang lebih masif untuk melindungi masyarakat,” jelas Barry. SDGs, Lazismu dan Mitigasi Kebencanaan Indonesia Siaga merupakan salah satu tajuk program yang ada dalam Pilar Sosial Kemanusiaan bersama dengan Muhammadiyah Aid, Sanitasi untuk Masyarakat (SAUM), Pemberdayaan Difabel, Peduli Kasih, dan Muhammadiyah Senior Care (MSC). Melalui program ini, Lazismu melakukan penggalangan dan penyaluran dana kemanusiaan untuk korban bencana dan beragam aktivitas lain yang mendukung aksi tanggap darurat serta pemulihan pasca-bencana. Program Indonesia Siaga terkait erat dengan tujuan-tujuan global yang termaktub dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Pada Target 1.5: “Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, dan mengurangi kerentanan


328 PILAR KEMANUSIAAN mereka terhadap kejadian ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial, lingkungan, dan bencana.” Indonesia Siaga juga terkait erat dengan sejumlah Indikator dalam SDGS. Di antaranya adalah Indikator 1.5.1*: “Jumlah korban meninggal, hilang, dan terkena dampak bencana per 100.000 orang.”; Indikator 1.5.1.(a): “Jumlah lokasi penguatan pengurangan risiko bencana daerah.”; Indikator 1.5.1.(b): “Pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana sosial.”; Indikator 1.5.1.(c): “Pendampingan psikososial korban bencana sosial.”; Indikator 11.5.1.(b): “Jumlah kota tangguh bencana yang terbentuk.” Indonesia Siaga telah menunjukkan bahwa peran lembaga filantropi muslim dalam mewujudkan masyarakat sadar dan tangguh bencana sangat krusial. Melalui Indonesia Siaga, Lazismu secara bertahap menunjukkan bahwa ikhtiar tersebut harus dilakukan secara komprehensif, inovatif, dan menjangkau cara masyarakat membangun sumber daya resiliensinya secara mandiri dan berkelanjutan.


329 Sekolah Cerdas: Memupuk Perdamaian, Menyemai Kesiapsiagaan SEKOLAH CERDAS Memupuk Perdamaian, Menyemai Kesiapsiagaan Sekolah Cerdas merupakan program kolaborasi Lazismu Pusat, Peace Generation, dan MDMC yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas institusi pendidikan, guru dan siswa sebagai agen kesiapsiagaan dan perdamaian dalam mencegah dan memitigasi bencana alam maupun sosial. Program ini telah diselenggarakan dua kali antara tahun 2018 hingga 2019 di sejumlah titik, di antaranya adalah Cianjur, Bandung Raya, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Surakarta, Sragen, Yogyakarta, dan Surabaya. Ribuan siswa, ratusan guru dan puluhan sekolah telah menjadi penerima manfaat program Sekolah Cerdas. Sebagai negara yang sangat rentan terhadap tingkat risiko bencana alam akibat bentangan geografis, tata letak kota yang tidak mengadaptasi prinsip pembangunan berkelanjutan, dan rendahnya dukungan sistem di tingkat implementatif, diperlukan suatu langkah taktis untuk memperkuat daya siaga masyarakat sipil memitigasi risiko kebencanaan melalui lembaga pendidikan.


330 PILAR KEMANUSIAAN Begitu pula terkait tingginya potensi dan preseden bencana sosial di Indonesia akibat ketimpangan kesejahteraan ekonomi, penguatan polarisasi dan politik identitas, serta kurang berperannya lembaga pendidikan dalam mempromosikan hak-hak asasi manusia, maka sebuah program yang bertujuan meningkatkan solidaritas dan kohesivitas sosial sangat diperlukan. Sekolah Cerdas merupakan akronim “Ceria, Damai, dan Siaga Bencana”. Mengangkat tajuk “Ceria, Damai, dan Siaga Bencana”, program ini didesain untuk memperkuat pengarusutamaan nilai-nilai kesiapsiagaan, perdamaian, dan toleransi di lembaga pendidikan sebagai infrastruktur perubahan ekologi dan sosial yang masih sangat penting bagi masyarakat. Sekolah yang Damai dan Aman Sekolah Cerdas membawa misi membantu pengembangan kapasitas institusi pendidikan dan guru sebagai agen penting dalam mencegah, mengelola, dan memitigasi dampak atau risiko bencana alam dan sosial terhadap peserta didik dan seluruh warga sekolah secara luas. Program ini menyasar perubahan pengetahuan, afeksi dan perilaku, serta rumusan kebijakan yang dibutuhkan dalam memahami dua isu pokok, yaitu: (1) risiko kebencanaan alam akibat proses ekologi dan tindakan pengrusakan lingkungan oleh manusia; (2) risiko kebencanaan sosial berupa konflik, kekerasan dan perundungan, baik yang berbasis identitas agama atau kondisi fisik yang kerap terjadi di lembaga pendidikan. Terkait isu pertama, program Sekolah Cerdas bermaksud membantu para guru dan siswa untuk memahami konsep dan langkah mitigasi kebencanaan alam dalam perspektif yang tepat dan relevan. Sekolahsekolah di Indonesia secara geografis maupun ekologis sangat rentan terhadap risiko-risiko kebencanaan, seperti gempa bumi, tanah longsor,


331 Sekolah Cerdas: Memupuk Perdamaian, Menyemai Kesiapsiagaan banjir, peningkatan suhu panas ekstrem, udara kotor akibat pertambangan, pencemaran, polusi, kebakaran, dan lain sebagainya. Sedangkan terkait isu kedua, sekolah dan guru harus terlibat dalam peran-peran menstimulasi ruang belajar yang aman, nyaman, dan damai. Guru memegang tanggung jawab untuk memastikan terpenuhinya hak-hak belajar peserta didik dengan memproteksi para siswa dari segala bentuk kekerasan, intimidasi, dan perundungan. Sekolah diharapkan menjadi ruang sosial yang sehat bagi semua orang dan berorientasi mendukung terciptanya tatanan sosial yang inklusif di masa mendatang. Sekolah dengan demikian tidak boleh hanya sekadar menjadi tempat singgah belajar bagi peserta didik. Sekolah haruslah menjadi tempat yang juga turut memupuk kapasitas adaptif dan rekonsiliatif dalam menghadapi bencana alam dan sosial. Idealnya, sebuah sekolah adalah tempat yang paling nyaman, ramah, dan aman bagi seseorang untuk memupuk perkembangan diri secara holistik. Bahagia secara mental, cerdas secara kognitif, dan terampil secara psikomotorik. Dengan begitu, siapa pun yang telah belajar di sekolah, kemudian bisa menjadi seorang yang turut menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan serta punya punya kesiapan menghadapi berbagai situasi kebencanaan. Program Sekolah Cerdas kirakira bermaksud mendorong misi tersebut.


332 PILAR KEMANUSIAAN Perilaku Mitigatif dan Budaya Damai Sekolah Cerdas membantu para guru dan siswa mengembangkan perilaku mitigatif dan budaya damai melalui serangkaian aktivitas dan kegiatan. Tahapan paling awal penyelenggaraan Sekolah Cerdas, yaitu: (1) perancangan modul dan desain program; (2) implementasi program secara terbatas melalui proyek rintisan dasar; (3) pengadaan survei sebagai landasan data dan informasi penerapaan program; (4) menjaring voluntir yang akan bekerja memfasilitasi pelaksanaan program; dan (5) pelaksanaan pendampingan sekolah sasaran program selama tiga bulan. Setiap tahapan penyelenggaraan Sekolah Cerdas menunjukkan bahwa program ini berlangsung dari hulu ke hilir. Mulai dari tahap pengembangan konsep program yang berupaya mengintegrasikan isu bencana alam dan sosial; tahap uji coba konsep program di sejumlah sekolah yang langsung ditangani oleh fasilitator profesional dari Peace Generation dan MDMC; pematangan konsep berdasarkan hasil proyek rintisan dan survei lapangan; penjaringan voluntir yang disebut “Kakak Cerdas” untuk menjadi fasilitator lapangan selama program berlangsung; dan pelaksanaan pendampingan sekolah yang berkala. Dalam program Sekolah Cerdas ada dua metode yang digunakan untuk mempromosikan pembentukan perilaku mitigatif dan budaya damai. Metode pertama disebut Rumus Cerdas, yang terdiri atas empat kata kunci, yaitu: (1) cermati dan rasakan; (2) ambil tindakan; (3) dambakan; (4) sebarkan. Sedangkan untuk pengembangan budaya damai dilakukan dengan memperkenalkan 12 Nilai Dasar Perdamaian yang dikembangkan Peace Generation, yaitu: (1) menerima diri sendiri; (2) menghapus prasangka; (3) keragaman etnik; (4) perbedaan agama; (5) perbedaan gender; (6) perbedaan status sosial; (7) perbedaan kelompok; (8) merayakan keberagaman; (9) memahami konflik; (10) menolak kekerasan; (11) mengakui kesalahan; (12) memaafkan.


333 Sekolah Cerdas: Memupuk Perdamaian, Menyemai Kesiapsiagaan Rumus Cerdas merupakan metode pendampingan yang didesain untuk membantu pengembangan perilaku mitigatif, mencakup tiga hal. Pertama, sadar dan siaga atas risiko bencana alam. Kedua, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, relevan, dan efektif, baik untuk mencegah atau berhadapan dengan situasi bencana. Ketiga, memiliki kapasitas yang relevan dalam mendorong perluasan perilaku mitigatif di ruang publik. Sedangkan 12 Nilai Dasar Perdamaian merupakan konsep, materi, dan sekaligus metode pembelajaran partisipatif yang dirancang untuk membantu para siswa dalam mengembangkan karakter, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan dalam menciptakan budaya damai. Materi 12 Nilai Dasar Perdamaian membantu para siswa mengenali dan memahami diri mereka sendiri sehingga memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan dirinya secara positif bersama orang lain dan lingkungan sosial di sekitarnya.


334 PILAR KEMANUSIAAN SDGs dan Sekolah Cerdas Program Sekolah Cerdas menunjukkan dukungan langsung terhadap misi pembangunan berkelanjutan sebagaimana termaktub dalam Sustainable Developmen Goals (SDGs) melalui isu pengembangan perilaku mitigatif dan budaya damai. Terkait dengan pengembangan perilaku mitigatif, Sekolah Cerdas telah menyasar sejumlah target dan indikator. Pertama, program ini telah membantu mengurangi dampak bencana alam terhadap manusia melalui pengembangan perilaku mitigatif. Hal ini selaras dengan Indikator 1.5.1* yang menyasar pengurangan jumlah korban meninggal, hilang, dan terkena dampak bencana.1 Kedua, sebagaimana Indikator 1.5.1.(a), maka program Sekolah Cerdas telah mendorong pengurangan risiko bencana daerah.2 Ketiga, program ini juga telah memperkuat pengarusutamaan pendidikan layanan khusus di daerah bencana alam, sebagaimana disasar Indikator 1.5.1.(d).3 Keempat, program Sekolah Cerdas telah membantu penguatan kapasitas ketahanan dan adaptasi terkait dampak buruk perubahan iklim dan bencana alam terutama di negara berkembang, sebagaimana disebut dalam Target 13.1.4 Kelima, sebagaimana tertuang dalam Target 13.3 dan derivasinya pada Indikator 13.3.1, maka program Sekolah Cerdas telah meningkatkan kapasitas lembaga pendidikan dan memberikan pembekalan untuk kelompok terdampak seperti guru dan siswa, terkait mitigasi, adaptasi dan 1 Indikator 1.5.1*: Jumlah korban meninggal, hilang, dan terkena dampak bencana per 100.000 orang. 2 Indikator 1.5.1.(a): Lokasi penguatan pengurangan risiko bencana daerah. 3 Indikator 1.5.1.(d): Jumlah daerah bencana alam/bencana sosial yang mendapat pendidikan layanan khusus. 4 Target 13.1: Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara.


335 Sekolah Cerdas: Memupuk Perdamaian, Menyemai Kesiapsiagaan peringatan dini perubahan iklim.5 Program ini telah mengupayakan model pengintegrasian isu-isu mitigasi, adaptasi, dan pengurangan dampak dan peringatan dini ke dalam proses pembelajaran di sekolah. Berikutnya, terkait isu pengarusutamaan budaya damai, program Sekolah Cerdas juga telah berhasil menyasar sejumlah target dan indikator. Pertama, sebagaimana tercantum dalam Target 4.7, melalui pengenalan 12 Nilai Dasar Perdamaian, program ini telah membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan promosi budaya damai dan nir-kekerasan.6 Kedua, 5 Target 13.3: Meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan iklim. Indikator 13.3.1: Jumlah negara yang telah mengintegrasikan mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini ke dalam kurikulum sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan tinggi. 6 Target 4.7: Pada tahun 2030, menjamin semua peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan, termasuk antara lain, melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan gaya hidup yang berkelanjutan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, promosi budaya damai dan non-kekerasan, kewarganegaraan global dan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan kontribusi budaya terhadap pembangunan berkelanjutan.


336 PILAR KEMANUSIAAN program Sekolah Cerdas telah membantu menyebarkan pengarusutamaan pendidikan kesetaraan gender dan hak asasi manusia pada guru dan siswa.7 Ketiga, program ini sebagaimana Target 16.2, telah urun kontribusi dalam menurunkan tingkat kekerasan dan penyiksaan anak. 8 Peran ini dilakukan dengan memperkuat peran sekolah dan guru sebagai agen perdamaian. Sejalan dengan itu, program Sekolah Cerdas membantu para siswa mengembangkan kapasitas untuk menghadapi ancaman dari tindakan kekerasan, intimidasi, dan perundungan. Program Sekolah Cerdas telah mendorong, mendukung, dan memperkuat pengarusutamaan perilaku mitigatif dan budaya damai di level sistem, institusi, dan agen. Pada level sistem adalah ikut merumuskan desain pendidikan yang mampu mengintegrasikan isu kebencanaan ekologi dan sosial. Pada level institusi adalah menyediakan sarana pendampingan yang partisipatif dan berbasis aset lokal. Sedangkan pada level agen adalah membantu mereka mengembangkan kapasitas individual dalam mendorong perubahan. Ini adalah sebuah program yang memiliki prospek terbaik dalam mengupayakan transformasi positif di Indonesia. 7 Indikator 4.7.1: Pengarustamaan pada semua jenjang pendidikan, (i) pendidikan kewargaan dunia, (ii) pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan termasuk kesetaraan gender dan hak asasi manusia pada (a) kebijakan pendidikan nasional, (b) kurikulum, (c) pendidikan guru, (d) penilaian siswa. 8 Target 16.2: Menghentikan perlakuan keja, eksploitasi, perdagangan, dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak. Indikator 16.2.1.(b): Prevalensi terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.


337 Dana Kemanusiaan Rohingya/Palestina: Solidaritas Internasional DANA KEMANUSIAAN ROHINGYA DAN PALESTINA Solidaritas Internasional Rohingya, sebuah nama etnis muslim di Rakhine, negara bagian yang terletak di pantai barat Myanmar, pernah jadi sorotan publik dunia pada Agustus tahun 2017 silam. Etnis minoritas muslim yang populasinya mencapai satu juta lebih di negara bagian Rakhine yang meliputi wilayah seluas 36.762 km2 dengan ibukotanya di Sittwe ini dinyatakan stateless alias tanpa kewarganegaraan. Terlepas dari latar belakang dan motif politik di balik tragedi pembantaian yang telah menelan lebih 1.000 korban, pengrusakan ribuan rumah penduduk, dan tindak kekerasan kepada anak-anak dan wanita, tragedi kemanusiaan ini telah mengetuk ‘rasa kemanusiaan’ masyarakat dunia. Baik media massa cetak maupun elektronik, jejaring media sosial, hingga lembaga-lembaga kemanusiaan dari berbagai negara menaruh perhatian penuh atas tragedi pembantaian etnis muslim Rohingya yang dilakukan oleh militer Myanmar. Mereka yang selamat melakukan eksodus besar-besaran ke negaranegara yang mayoritas penduduknya muslim, seperti Malaysia, Bangladesh, dan Indonesia. Di titik episentrum konflik, yakni di Rakhine, telah terjadi


338 PILAR KEMANUSIAAN tragedi kemanusiaan luar biasa yang menelan ribuan nyawa tak berdosa. Sementara mereka yang berusaha menyelamatkan diri melakukan eksodus besar-besaran ke negara-negara tertentu dapat memicu masalah baru. Selain gesekan budaya antaretnis dan faktor political will pemerintah negara-negara tempat persinggahan para pengungsi Rohingya, kebutuhan pangan, sanitasi, dan kesehatan menjadi masalah baru. Spirit humanitarianisme Muhammadiyah langsung terketuk melihat tragedi kemanusiaan Rohingya. “Tragedi 25 Agustus 2017 di Negara Bagian Rakhine di Myanmar telah menyentuh hati kami,” demikian tertulis dalam Final Report Muhammadiyah AID for Rohingnya Survivors in Cox’s Bazar, Bangladesh, September 2017-November 2018, “…kesadaran untuk memberikan kontribusi terbaik yang bisa kita lakukan untuk meringankan penderitaan orang-orang Rohingya yang melarikan diri ke Cox’s Bazar di Bangladesh.” Respons cepat Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk program kemanusiaan internasional di bawah Muhammadiyah Agency


339 Dana Kemanusiaan Rohingya/Palestina: Solidaritas Internasional for International Development (Muhammadiyah AID), Biro Hubungan Kerjasama Internasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tidak hanya program internasional di bawah Muhammadiyah AID for Rohingya Survivors in Cox’s Bazar, Bangladesh (September 2017-November 2018), kehadiran misi kemanusiaan Muhammadiyah juga dirasakan oleh para pengungsi Rohingya, terutama mereka yang mengungsi ke Indonesia di kamp pengungsian di Aceh. Di sinilah peran Lazismu makin tampak dan terasa karena berbagai aksi kemanusiaan kongkrit dalam bentuk penggalangan dana, layanan pendidikan dan kesehatan, dan sumbangan logistik untuk para pengungsi Rohingya. Lazismu Peduli Pengungsi Rohingya Sebulan pasca pembantaian etnis Rohingya oleh militer Myanmar pada 25 Agustus 2017, ketika masyarakat dunia masih mengutuk pelanggaran HAM berat yang masih terjadi di Rakhine, di sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, ribuan anak-anak ditemani para orang tua dan para guru melakukan aksi serupa tapi tak sama. Serupa karena aksi ribuan anak-anak usia Taman Kanak-Kanak didampingi para orang tua dan guru itu mengutuk keras pelanggaran HAM berat militer Myanmar, tapi tak sama karena aksi tersebut diiringi dengan semangat memberi sesuatu demi meringankan beban para korban dan pengungsi Rohingya. Inilah sebenarnya yang jadi pembeda spirit humanitarianisme Muhammadiyah dengan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya. Dalam peringatan 1 Muharram 1439 H bertepatan tanggal 20 September 2017, ribuan anak-anak TK ABA bersama anggota Ikatan Guru ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) di Wonosobo, Jawa Tengah, berhasil menghimpun dana sebesar Rp 74.205.400,00. Tentunya, ini sebuah angka yang cukup fantastis jika dilihat dari keterlibatan anakanak usia Taman Kanak-Kanak dan para guru TK sebagai donaturnya.


340 PILAR KEMANUSIAAN Dan aksi penggalangan dana yang melibatkan anak-anak TK ABA dan para guru ‘Aisyiyah Bustanul Athfal serta masyarakat Wonosobo di bawah koordinasi Lazismu setempat. Tidak hanya penggalangan dana. Lazismu sebagai salah satu lembaga filantropi terpercaya di Indonesia secara kreatif dan produktif menginisiasi dan menyusun program-program pemberdayaan yang dibiayai dari dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Khusus untuk mengatasi masalah-masalah dalam kamp pengungsian etnis Rohingya di Aceh, masa depan anak-anak yang terimbas konflik menjadi perhatian Lazismu. Penggalangan dana dan layanan pendidikan masih belum cukup karena Lazismu juga menggelar aksi layanan kesehatan bagi para pengungsi Rohingya di Aceh. Para pengungsi Rohingya yang menetap di kamp-kamp pengungsian menghadapi masalah gizi dan kesehatan. Sebab tak ada jaminan dari manapun yang dapat menanggung masalah gizi dan kesehatan mereka selama di kamp pengungsian. Maka inisiatif


341 Dana Kemanusiaan Rohingya/Palestina: Solidaritas Internasional cerdas dari para pengelola Lazismu dan pegiat aksi-aksi kemanusiaan di Muhammadiyah patut diapresiasi karena berhasil melihat celah kosong tidak adanya jaminan dan layanan kesehatan bagi para pengungsi. Seperti aksi Lazismu Kota Lhokseumawe beberapa bulan yang lalu (22/04/2022) yang menggelar layanan kesehatan bagi pengungsi Rohingya. Tampak seorang perempuan berjilbab tenaga medis sedang memeriksa kesehatan seorang perempuan pengungsi Rohingya yang tampak kurus sekali. Latar adegan tersebut adalah sebuah backdrop bergambar dan bertuliskan logo dan nama lembaga penyelenggara serta pendukung aksi tersebut. Lagi-lagi, kita temukan kolaborasi etik antara MDMC dan Lazismu yang telah menyukseskan aksi layanan pemeriksaan kesehatan bagi para pengungsi Rohingya. Ibarat tumbu ketemu tutup—istilah Jawa—di mana ada aksi kemanusiaan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah, maka di situlah Lazismu dan MDMC. Keduanya selalu tampak klop dan saling menguatkan.


342 PILAR KEMANUSIAAN Masalah utama kehidupan para pengungsi Rohingya di kamp-kamp pengungsian adalah ketersediaan bahan makanan pokok. Lazismu tanggap dan sigap mengatasi masalah ini. Seperti aksi Lazismu yang berkoordinasi dengan UNHCR—organisasi PBB yang menangani para pengungsi—pada bulan April 2022 berhasil menyalurkan sumbangan bahan makanan pokok dan sejumlah kelengkapan lainnya di Aceh. Penyaluran bahan makanan pokok ini telah melengkapi serangkaian misi kemanusiaan Lazismu untuk pengungsi Rohingya. Permasalahan-permasalahan pengungsi Rohingya dari hulu hingga ke hilir telah berhasil ditangkap oleh radar kemanusiaan Lazismu. Dan rangkaian aksi kolaboratif antara Lazismu dan MDMC telah berhasil mengatasi masalah kemanusiaan dari para pengungsi Rohingya di Indonesia.


343 Pemberdayaan Panti Bayi: Mengasihi Sejak Dini PEMBERDAYAAN PANTI BAYI Mengasihi Sejak Dini Sore yang panas dan mengaduk perasaan di Kota Medan di penghujung tahun 2017. Dua bayi laki-laki diantar pegawai Dinas Sosial Deli Serdang ke Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah Medan. “Ini bayibayi terlantar. Keluarga tidak sanggup merawat dan mengasuh,” kata seorang petugas di antara mereka. Dua bayi itu sungguhlah dalam kondisi yang sehat walafiat. Bergantian, dua bayi itu menangis atau menggumamkan suaranya yang mengoyak-ngoyak batin orang-orang dewasa yang ada di sana. Panti Asuhan Bayi Sehat merupakan salah satu rangkaian program yang digerakkan dalam Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang sosial yang didukung oleh Lazismu Kota Medan. Program ini adalah aksi nyata yang didukung Lazismu Kota Medan dalam memperkuat tersedianya layanan kepengasuhan yang berkualitas, pencegahan kekurangan gizi, eksploitasi, dan tindak kekerasan, serta mengentaskan praktik perdagangan bayi dan anak.


344 PILAR KEMANUSIAAN Mendirikan Panti Bayi Problem layanan kepengasuhan bayi dan anak yang mapan dan layak menjadi masalah nyata di Kota Medan. Sementara itu, sebagaimana telah dikutip di pembukaan tadi, Dinas Sosial juga tidak cukup mampu untuk menangani problem ini sendirian. Muhammadiyah sebagai organisasi yang dikenal berkiprah di bidang kepenyantunan sosial, tergerak untuk ikut memecahkan tantangan ini. Ketersediaan layanan kepengasuhan yang layak adalah infrastruktur penting dalam mengoptimalkan pertumbuhan bayi dan anak. Sebagai kelompok rentan dalam kategori usia di bawah lima tahun, bayi dan anak usia dini sangat membutuhkan perlindungan dalam berbagai aspek. Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah didirikan untuk memberikan perlindungan berbasis layanan kepengasuhan bagi bayi dan anak usia dini. Tanpa ada ikhtiar untuk mendesain layanan kepengasuhan yang prima maka bayi dan anak usia dini akan berada dalam posisi yang kian rentan. Mereka dengan mudah akan menjadi korban kekerasan, eksploitasi dan bahkan perdagangan anak dan bayi. Begitulah kemudian Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah Kota Medan direvitalisasi kembali. Piagam Pendirian panti sebagai Amal Usaha Muhammadiyah di Bidang Sosial ditetapkan oleh Majelis Pemberdayaan Sosial PP Muhammadiyah pada tanggal 2 Februari 2017. Rafdinal sebagai salah seorang inisiator dipercaya menjadi ketua panti asuhan. Ia didampingi oleh Hendrizal sebagai wakil ketua, Riki Sahputra sebagai sekretaris, dan Irwan Syari Tanjung sebagai bendahara. Rafdinal juga dipercaya sebagai Ketua Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak - Panti Asuhan Anak (LKSA-PSA). Panti asuhan ini berada di Jl. Jermal IV No. 18, Denai, Kota Medan.


345 Pemberdayaan Panti Bayi: Mengasihi Sejak Dini Lazismu dan Cara Kerja Panti Bayi “Lazismu setiap bulan memberikan dana operasional untuk Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah Kota Medan. Lazismu juga melakukan penggalangan dana secara khusus untuk panti. Semuanya demi mendukung misi-misi kemanusiaan,” jelas Putrama Al Khair, pengurus Lazismu Kota Medan. Untuk urusan penguatan Panti Asuhan Bayi Sehat, Lazismu Kota Medan memang perlu turun tangan. Sebab, dukungan terhadap keberlangsungan panti sama artinya dengan menegakkan pilar kemanusiaan yang jadi salah satu misi Lazismu. Setidaknya ada dua pola pengasuhan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Bayi Sehat. Pertama, pengasuhan di dalam panti sebagaimana umumnya. Hingga akhir 2022, ada tujuh bayi yang dirawat di panti. Sebelumnya, sempat 10 bayi. Bayi yang diasuh adalah bayi terlantar, korban perdagangan, dan bayi yang tidak mendapatkan pengasuhan keluarga secara baik. Kedua, pengasuhan pendampingan anak-anak bersama orang tuanya. Pendampingan berbasis keluarga ini diberikan kepada 30 anak-anak yang tinggal di sekitar panti yang tengah menempuh pendidikan dasar.


346 PILAR KEMANUSIAAN Di pola kedua ini, Panti Asuhan Bayi Sehat tidak hanya memberikan pendampingan, tapi juga memberikan bantuan perlengkapan belajar, seperti tas, buku, alat tulis, seragam, dan lain-lain. Sedangkan pembinaan yang dilakukan meliputi pembelajaran baca-tulis Al-Qur’an dan materimateri keagamaan. Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah tidak menerapkan sistem adopsi yang dibawa ke rumah. Masyarakat boleh melakukan adopsi dengan cara membiayai kehidupan anak hingga dewasa. Namun, anak tetap tinggal di dalam panti. Ini demi memastikan bahwa setiap bayi mendapat pengasuhan dan pendampingan yang sesuai dengan profil masing-masing bayi yang berbeda-beda. Pendirian Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah ini menjadi contoh nyata bahwa lembaga kemasyarakatan, seperti Lazismu dan Muhammadiyah dapat membantu pemerintah dalam menjaga dan merawat generasi penerus. “Sekarang ini, Lazismu sedang mencari solusi untuk memperoleh bangunan permanen milik sendiri. Panti untuk sementara masih berstatus mengontrak rumah. Ke depannya, semoga ada donatur yang bersedia mendukung keberlangsungan panti, terutama infrastrukturnya,” tutup Putrama Al Khair. SDGs dan Panti Bayi Program Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah Kota Medan mengambil peran mitigatif dalam menyediakan sistem layanan kepengasuhan yang komprehensif untuk bayi dan anak usia dini. Sistem ini mencakup upaya menyediakan layanan kepengasuhan yang berkualitas, pencegahan kekurangan gizi, eksploitasi dan tindak kekerasan, serta perdagangan manusia. Hal ini sejalan dengan sejumlah Target dan Indikator yang terdapat dalam Sustainable Development Goals (SDGs).


347 Pemberdayaan Panti Bayi: Mengasihi Sejak Dini Pertama, Target 4.2 yang mencanangkan ketersediaan akses terhadap perkembangan dan pengasuhan yang berkualitas bagi anak usia dini.1 Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah bukan sekadar tempat untuk menitipkan bayi dan anak usia dini. Tapi merupakan layanan yang didesain untuk menyediakan sistem kepengasuhan yang mitigatif dan komprehensif. Setiap bayi dan anak usia dini di Panti Asuhan Bayi Sehat mendapatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pokok dan khususnya masing-masing. Setiap bayi dan anak usia dini terutama yang berasal dari keluarga tidak mampu dan rentan, sangat berhak mendapatkan layanan yang mendukung perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Mereka berhak atas layanan yang aman dan ramah sebagai manusia yang bermartabat dan demi masa depannya kelak. Kedua, Indikator 2.1.1* (a) yang menetapkan pengentasan masalah kekurangan gizi pada bayi dan anak.2 Panti Asuhan Bayi Sehat 1 Target 4.2: Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini, pengasuhan, pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas, sehingga mereka siap untuk menempuh pendidikan dasar. 2 Indikator 2.1.1* (a): Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita.


348 PILAR KEMANUSIAAN Muhammadiyah berikhtiar menjamin ketersediaan makanan bergizi bagi bayi dan anak. Ketersediaan makanan bergizi merupakan hal fundamental untuk memastikan bayi dan anak dapat bertumbuh secara optimal serta membantu mengurangi stunting. Indikator ini juga terkait dengan Indikator 2.1.1. (a) yang menargetkan peningkatan proporsi penduduk yang mendapatkan asupan kalori yang layak dan sesuai kebutuhan angka kebutuhan gizi.3 Ketiga, Target 16.2 yang memaklumatkan penghentian kekerasan, penelantaraan, penyiksaan, eksploitasi, perlakuan kejam hingga perdagangan manusia.4 Target ini juga merupakan salah satu misi yang diemban dalam Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah. Kekerasan, eksploitasi, dan semua perbuatan keji terhadap bayi dan anak mencakup semua tindakan orang dewasa yang mengakibatkan dampak fisik, traumatis, dan berjangka panjang pada kesehatan badaniah dan psikologis 3 Indikator 2.1.2. (a): Proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari. 4 Target 16.2: Menghentikan perlakuan kejam, eksploitasi, perdagangan, dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak.


349 Pemberdayaan Panti Bayi: Mengasihi Sejak Dini anak. Masalah-masalah ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu pendek melalui persuasi, melainkan aksi nyata. Keempat, Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah melihat akar kekerasan terhadap bayi dan anak ini sangat kompleks. Tidak berdiri sendiri. Tapi mencakup problem ekonomi, kapasitas pemerintah untuk memproteksi bayi dan anak dari perlakuan buruk, dan layanan edukasi atau pendampingan yang mumpuni di masyarakat. Oleh karena itu, Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah sebagaimana ditetapkan dalam Indikator 16.2.1. (b) juga menjalankan fungsi mitigatif dalam hal kepengasuhan untuk masalah-masalah kekerasan, penelantaraan, dan perilaku keji pada bayi dan anak yang masih kerap terjadi.5 Peran mitigatif ini merupakan fungsi kunci dari kehadiran Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah. Kelima, sejalan dengan Indikator 4.2.1, Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah berikhtiar turut serta meningkatkan proporsi bayi dan anak usia dini untuk berkembang secara maksimal dalam aspek kesehatan, edukasi, dan psikososial.6 Program ini merupakan wujud partisipasi Muhammadiyah melalui Lazismu untuk memastikan setiap bayi dan anak mendapatkan hak yang mereka butuhkan. Partisipasi ini juga adalah langkah konkret untuk mencegah ketimpangan akses terhadap faktor dan sarana dalam membangun kehidupan yang layak bagi semua orang. 5 Indikator 16.2.1.(b): Prevalensi kekerasan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. 6 Indikator 4.2.1: Proporsi anak usia di bawah 5 tahun yang berkembang baik dalam bidang kesehatan, pembelajaran, psikososial, menurut jenis kelamin.


350 PILAR KEMANUSIAAN


351 EPILOG GERAK LAZISMU: Mengawal Perubahan Melalui Kesadaran Kolektif Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. (Ketua Badan Pengurus Lazismu, 2015-2021 dan Penasihat Ahli Lazismu 2021-2022) Perubahan besar tidaklah akan dapat terjadi tanpa adanya langkahlangkah kecil. Sebuah perubahan besar adalah akumulasi dari sekian perubahan kecil yang dilakukan secara kolektif, konsisten dan sistemik. Pun, sebuah perubahan yang berarti dan berdampak, tidak harus lahir dari tokoh-tokoh besar dan terkenal yang berada dalam pusat kekuasaan, tetapi dapat pula lahir dari sebuah kesadaran kolektif aktor-aktor sederhana di pinggiran peradaban. Begitu juga dengan perubahan sosial yang dikehendaki dan diimajinasikan oleh bangsa Indonesia, misalnya membangun “masyarakat yang adil dan makmur” ataupun “masyarakat utama” di negeri ini, dapat pula lahir dari riak-riak kecil para pegiat gerakan filantropi Islam. Konsistensi riak kecil gerakan sosial ini diharapkan mampu menjadi gelombang perubahan yang lebih besar.


352 JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu Hal itu pula yang nampaknya masih menjadi filosofi di balik gerakan Lazismu untuk dapat menerjemahkan visi sosial Islam. Lahir dari rahim sebuah gerakan masyarakat sipil Islam besar dan berpengaruh di Indonesia, Muhammadiyah, Lazismu selama hampir satu dasawarsa terakhir ini terus mendisiplinkan diri, memperkuat raga, menata rupa, memoles diri, dan mengasah rasa untuk dapat tampil percaya diri sebagai sebuah gerakan kesalehan kolektif. Tidak mudah rasanya untuk meyakinkan kepada umat, bahkan di kalangan para aktivis, bahwa semangat zakat adalah semangat perubahan kolektif, bukan semata-mata kesalehan individual. Pengorganisasian zakat adalah bagian dari upaya menguji coba kejituan rumusan Islam dalam ranah kehidupan sosial yang begitu kompleks. Kita semua, para pembaca, aktivis organisasi Islam, pegiat sosial, dan pengelola filantropi Islam, sadar dan paham bahwa persoalan-persoalan sosial-ekonomi yang dihadapi masyarakat, baik di perkotaan, pedesaan, pesisir pantai dan bahkan daerah terpencil dan terisolasi disebabkan oleh banyak faktor. Kurang meratanya kebijakan publik untuk memberikan akses kesejahteraan kepada masyarakat, terbatasnya kelompok-kelompok kecil dan terisolasi dari layanan pendidikan dan kesehatan yang memadai, dan bahkan jauhnya mereka dari sentuhan pemberdayaan yang digalang oleh aktor-aktor perubahan di pusat kekuasaan. Oleh karena itu, filosofi dan strategi gerakan perubahan yang dicanangkan oleh banyak pihak, termasuk para pelaku dan pengelola filantropi Islam dan para pencinta perubahan, senantiasa masih berada dalam ranah uji coba. Hampir sulit kita menemukan satu strategi yang betul-betul mujarab untuk menghilangkan kemiskinan, mengurangi disparitas sosial dan kesenjangan kewilayahan. Namun demikian, impian untuk melakukan perubahan terus digelorakan setiap saat dan di banyak tempat. Lazismu di berbagai tingkatan terus belajar untuk menjadi aktor perubahan yang bergerak efektif,


353 Gerak Lazismu: Mengawal Perubahan Melalui Kesadaran Kolektif berpikir inspiratif dan bersikap kolektif dalam mengkonsolidasikan agenda pembangunan masyarakat. Untuk itulah, kendati mungkin literasi aktoraktor perubahan di lapangan secara teoretis tentang agenda pembangunan masih terbatas, namun sebagai sebuah organisasi, Lazismu berupaya untuk tidak lepas dari agenda pembangunan yang diperbincangkan masyarakat dunia, seperti gagasan untuk dapat mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), yang diintegrasikan dengan rumusan agenda strategis Muhammadiyah sebagai hasil keputusan Muktamar Muhammadiyah di Makassar tahun 2015, dan tentunya didasarkan pula pada semangat Al-Quran mengenai konsep delapan kelompok orang yang berhak menerima zakat (asnaf). Karena itu, gerakan Lazismu selalu berada dalam bingkai konseptual pembangunan yang kuat, betapapun langkah-langkahnya terlihat sederhana. Dari Tata Kelola ke Inovasi Lahir dan tumbuh sejak tahun 2002, Lazismu kini nampak lebih apik, rapih dan semakin dewasa. Lazismu dapat tumbuh dari sebuah lembaga yang sulit untuk mencari calon pengurusnya, menjadi sebuah lembaga yang memiliki magnet dan daya pikat tersendiri di kalangan umat dan jamaah Persyarikatan Muhammadiyah. Kesadaran bahwa menjadi besar dengan menyandarkan kebesaran nama Muhammadiyah tidak lah cukup tanpa didukung keseriusan dalam bekerja. Lazismu melakukan langkahlangkah awal dengan memperkuat tata kelola dan penguatan kapasitas organisasi di awal-awal pengurusan di penghujung tahun 2015 dan awal tahun 2016. Langkah-langkah taktis dengan merumuskan pedoman dan panduanpanduan kerja organisasi dan upaya penyelarasan dengan berbagai regulasi setidaknya telah menempatkan Lazismu sebagai organisasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penguatan literasi perundangan-


354 JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu undangan dan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia dilakukan pengurus Lazismu selama berbulan-bulan bahkan hampir dua tahun guna menegaskan bahwa keberadaan organisasi ini sudah benar dan bergerak di jalur yang tepat sesuai dengan regulasi. Dari kesadaran hukum inilah para pegiat Lazismu juga menyadari bahwa tantangan mereka dalam mengelola zakat sangatlah besar. Upaya untuk mewujudkan visi organisasi seperti transparansi dan akuntabilitas bukanlah perkara sederhana untuk organisasi sebesar Lazismu yang sudah ‘terlanjur’ berjejaring di manamana. Dari sebuah gerakan dengan “semangat empat lima”, Lazismu terus menata diri dan memperkuat tata kelola sebagai modal dasarnya. Sebagai organisasi yang menggalang dana publik, Lazismu mencoba memperkuat tata kelola kelembagaan dan kapasitas organisasi sebagai penopang untuk membangun kepercayaan. Satu-satunya modal awal yang paling berharga bagi sebuah lembaga filantropi adalah kepercayaan (trust). Penguatan kepercayaan publik diawali dengan langkah taktis memperbaiki aspek administrasi dan keberanian untuk melakukan audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dimulai sejak tahun 2017 hingga kini. Dari benih-benih kepercayaan yang sudah mulai tumbuh dengan cepat, langkah berikutnya yang ditempuh Lazismu adalah penguatan konsep-konsep dasar yang menjadi landasan gerakan filantropi. Lazismu menyusun agenda perubahan dan pembangunan dengan merumuskan gagasan dan model kerja inovatif. Tentu saja, tidak semuanya berjalan mulus, karena bagaimanapun gerakan filantropi erat kaitannya dengan budaya kerja dan cara pandang (mindset) yang selama ini ada di benak para pegiatnya maupun stakeholders yang berada di sekelilingnya. Stakeholders yang dimaksud terdiri dari lembaga yang memiliki otoritas untuk menjustifikasi dan memberikan konstruksi keagamaaan secara fiqhiyyah (Majelis Tarjih dan Tajdid), para pimpinan yang membentuk Lazismu di


355 Gerak Lazismu: Mengawal Perubahan Melalui Kesadaran Kolektif berbagai provinsi dan kabupaten kota (PWM dan PDM), para dermawan, muzaki, dan juga mitra-mitra kerja seperti majelis dan lembaga terkait di internal Persyarikatan Muhammadiyah maupun mitra eksternal. Setelah penguatan kepercayaan dan tata kelola inilah kemudian Lazismu beranjak untuk dapat meningkatkan kinerjanya dan berkolaborasi dengan berbagai pihak secara lebih luas, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun para filantropis individual. Penyusunan Renstra dari 2015-2020 dan 2020-2025 yang terekam di dalam Peta Jalan Lazismu 2030 setidaknya dapat dan telah menjadi panduan bagi Lazismu di tingkat Pusat dan Wilayah. Penyusunan tema-tema utama dan prioritas kerja yang dibahas dalam Rakernas dan Rakornas tahunan telah memberikan arah yang lebih kuat dalam mendesain kontribusi Lazismu terhadap pembangunan. Dalam rapat kerja nasional yang dilakukan tahun 2021, Lazismu mendorong peningkatan kreativitas dan lahirnya agen-agen perubahan melalui tema Inovasi Sosial. Dengan tema ini diharapkan Lazismu dapat mempertajam model gerakannya dan memperluas cakupan kemitraannya, serta memperbanyak partisipasi atau keterlibatan mitra (masyarakat, kaum muda, aktivis sosial, pelajar/mahasiswa, kampus, lembaga nasional dan internasional). Lazismu menyadari bahwa di antara kelemahan program yang telah dijalankan di berbagai daerah adalah lemahnya dukungan dari agen perubahan di tingkat lokal. Sehingga, tidak sedikit program yang kemudian tidak dapat berkelanjutan karena tidak didukung proses kaderisasi para inovator muda yang sebetulnya menjadi garda terdepan dalam perubahan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa inisiatif para aktivis di tingkat lokal tidak ada sama sekali. Dalam buku ini kita dapat menyaksikan bagaimana program-program Lazismu mendapatkan dukungan dari beberapa aktivis sosial dan pegiat Lazismu di berbagai daerah baik yang tergabung dalam majelis/lembaga di bawah Persyarikatan Muhammadiyah maupun dari lembaga swadaya masyarakat.


356 JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu Lazismu dan Penyelarasan Agenda Pembanguan Rumusan tema pembangunan yang digagas Lazismu adalah bagian dari ekosistem perubahan yang terjadi secara nasional dan internasional di bidang pembangunan. Agenda pembangunan yang dilakukan Lazismu mau tidak mau harus dapat merujuk kepada sumber yang lebih kuat dalam agenda pembangunan di tingkat nasional maupun nasional. Sebagaimana telah disebut di bagian sebelumnya, pilar gerakan Lazismu merupakan hasil sublimasi, baik secara induktif maupun deduktif, atau berdasarkan teori dan realita, dari tiga kumpulan gagasan yang sebetulnya saling terkait satu sama lain, yaitu: 1) konsep delapan asnaf (kelompok orang yang berhak menerima dan memanfaatkan dana zakat); 2) rekomendasi hasil Muktamar Muhammadiyah tahun 2015; dan 3) indikator yang terdapat dalam tujuan pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan UNDP (United Nations Development Programme). Hasil interpretasi dari tiga tujukan itu kemudian dirumuskan menjadi Enam Pilar gerakan Lazismu, yaitu: 1) Pilar Ekonomi; 2) Pilar Kesehatan; 3) Pilar Pendidikan; 4) Pilar Sosial-Dakwah; 5) Pilar Kemanusiaan; dan 6) Pilar Lingkungan. Inilah bentuk ijtihad yang dilakukan Lazismu, yaitu penyelarasan agenda pembangunan. Dengan penyelarasan agenda pembangunan ini diharapkan semangat untuk melakukan perubahan dan inovasi di enam pilar dapat dilakukan secara kolektif dan berkelanjutan. Para pegiat Lazismu tidak hanya diharapkan menjadi aktivis sosial yang dapat memikirkan agenda-agenda jangka pendek, tetapi juga mampu menjalankan program jangka menengah dan jangka panjang. Diharapkan ada kesadaran tentang alam, lingkungan, keadilan, kesetaraan gender, hak dasar manusia dan kedaulatan ekonomi di benak para pegiat Lazismu dan para mitranya. Yang perlu kita ingat adalah Lazismu bukanlah sekadar “lembaga bagi-bagi” meskipun memiliki slogan “Berbagi untuk Negeri”. Slogan ini harus dimaknai sebagai proses penguatan solidaritas, kohesi


357 Gerak Lazismu: Mengawal Perubahan Melalui Kesadaran Kolektif sosial, pembentukan empati dan simpati, penciptaan prestasi umat dan arena keterlibatan Lazismu untuk ikut menyelesaikan berbagai persoalan keumatan dan kebangsaan secara bermartabat dan berkelanjutan. Buku ini adalah bagian kecil dari rekam jejak aktivisme sosial Lazismu di berbagai daerah. Melalui riak-riak kecil inilah, gelombang perubahan diharapkan tercipta terus-menerus. Ibarat terpaan angin kecil yang tak kenal lelah menerpa air dan menjadikan lautan terus bergerak secara dinamis, keterlibatan Lazismu dalam menjalankan agenda pembangunan dan mendorong perubahan dalam skala mikro di berbagai tempat diharapkan dapat menjadikan kehidupan sosial-budaya-ekonomikeagamaan masyarakat kita lebih dinamis. Sekecil apapun cakupan ijtihad penyelarasan agenda pembangunan yang dilakukan Lazismu melalui para pahlawan-pahlawannya, semoga dapat menginspirasi generasi baru yang akan menjadi agen perubahan di masa akan datang.


358 JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu JEJAK KEBAJIKAN


359 Gerak Lazismu: Mengawal Perubahan Melalui Kesadaran Kolektif MITRA LAZISMU PP AISYIYAH MAJELIS TABLIGH Majelis Kesejahteraan Sosial Pimpinan Pusat Aisyiyah Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Pimpinan Pusat Aisyiyah


360 JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu JEJAK KEBAJIKAN MITRA LAZISMU MITRA LAZISMU


361 Gerak Lazismu: Mengawal Perubahan Melalui Kesadaran Kolektif MITRA LAZISMU MITRA LAZISMU


362 JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu MITRA LAZISMU COLLECT, CONTROL, CONNECT qelisa


363 Gerak Lazismu: Mengawal Perubahan Melalui Kesadaran Kolektif


364 JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu


Click to View FlipBook Version