I
terjadinya jual beli itu, datanglah Gajah-gumanglar hendak
1nemaksakan kemauannya. Tapi kali. inipun ia ditolak dengan janji-
janji. Temon makin mengharapkan kedatangan Panji.
Esok paginya Ni Bantrang dan suaminya pergi ke pasar. Panji
yang mengembara dalam hutan, kehausan, ia pergi ke sebuah desa
untuk minum dan dengan demikian tiba di rumah Temon. Setelah
ia mengatakan apa maunya, Temon keluar dengan air dalam pinggan
emas. Setelah minum dan melihat Temon masuk lagi ke dalam rumah,
Panji jatuh pingsan. Temon dipanggillagi keluar untuk membikin
ia siuman kembali. Hal itu dilakukannya dengan sirih yang dima-
mahnya.
Panji dan Temon kini masuk rumah bersama.,;ama. Para panakawan
duduk d.i pintu. Bantrang dan isterinya kembali dari pasar. Prasanta
memenangkan hatinya katanya sang Pangeran sedang di dalam ber-
sarna anaknya. Dalam pertemuan Panji dengan Bantrang, Bantrang
menceritakan pengalaman-pengalaman Temon. Selanjutnya
2016Bantrang duga juga menceritakan tentang Gajah-gumanglar. Panji
berjanji akan membinasakannya kalau dia datang lag/. Baru saja
erpusdaPanji habis bicara, muncullah Gajah, berseru dari jauh supaya Temon
menyongsongnya. Menyusul perkelahian antara dia dan Panji, dalam
perkelahian itu tentu saja Gajah kalah. Gajah mati kena panah.
Saat ini Temon dibawa oleh sang Pangeran ke kota. Prasanta
Pdisuruh berjalan dahulu, untuk memberitahukan, bahwa putri raja
ediayang hanyut dahulu, sudah ditemukan kembali. Suatu rombongan
yang besar menjemput sang puteri. Waktu bertemu, Kili-suci memeluk
lih Msang puterj. Dimulailah perjalanan pulang ke kota. Kanjeng
ASinuwun raja mengenali puterinya dan bertanya kepada Bantrang
bagaimana jalannya peristiwa. Bantrang bercerita. Untuk memeriksa
kebenaran cerita Bantrang, Seri Ratu Rago yang dihukum, dipanggil
dan ditanyai. Tapi ia tidak ingat suatu apa, karena ia waktu itu
dalam keadaan pingsan. Saat ini seseorang anak kecil umur empat
belas tahun (dimaksud: hari ) disuruh menceritakan kejadian yang
sesungguhnya. Anak bayi itu menceritakannya dan semua yang
hadir senang. Kemudian anak itu meminta kepada raja supaya
menghukum isterinya yang jahat, jika tidak, maka para dewa akan
marah kepada Kanjeng Sinuwun. Mendengar kata-kata itu raja
Kadiri marah kepada isterinya yang kedua, hendak ditikamnya
isterinya itu.
Narada tiba-tiba muncul dan menahan raja berbuat demikian,
katanya segalanya itu terjadi karena kemauan para Dewa. Pun hari
51
kelahiran Sekar-taji adaJah kemauan para Dewa. (Temon setelah
dikenali) ikut pula membantu dalam kejadian yang menyedihkan
dengan sang puteri. Setelah para Panakawaan berlucu-lucu, Narada
menghilang lagi. Diadakan pesta besar.
Kemudian menyusul perang besar melawan raja seberang yang
berakhir dengan kematian. Jajalalana, suatu kejadian yang kita
dapati dalam tiap cerita Panji. Dengan kejadian ini berakhirlah bagiap
pertama Naskah Brandes No. 150.
4. Buah Perjuangan
Ketika raja Kadiri duduk di sitinggil, Panji datang mempersem-
bahkan kepala raja seberang yang dipenggal. Kepala raja itu kemu-
dian dipertontonkan di atas tiang. Banyak harta rampasan yang
dibagi-bagikan kepada orang banyak.
Dalam pada itu tibalah para Pangeran dari Jenggala Manik. Dise-
butkan nama-nama mereka. Mereka itu membawa bermacam-macam
2016kendaraan, yang akan dipergunakan oleh Panji dan anak buahya,
karena raja Jenggala Manik ingin melihat Panji kembali. Tapi para
erpusdapaangeran harus istirahat sebentar.
Sang Putri dalam keraton bertanya kepada dayang-dayangnya,
bagaimana akhir pertempuran. Dijawab: Panji menang. Sang Putri
datang kepada Panji. Panji berkasih-kasihan. Sadulumur hendak berkasih-
Pkasihan pula seperti Panji, dipanggilnya seorang emban dan hendak
ediadiperkosanya.
Esok paginya Panji bersiap-siap hendak P'i1ang ke Jenggala Manik.
lih MBersama isterinya ia pamitan dengan raja. Serombongan besar rakyat
Ajelata bergerak ke juruspn Jenggala Manik, di mana raja sudah duduk
menunggu di luar, di kelilingi oleh para pembesar. Setelah mendengar
berita bahwa panji sedang daJam perjalanan, sang raja berangkat me-
nyongsongnya. Setelah bertemu, mereka kernbali ke paseban dan
masuk ke dalam keraton. Seri ratu menyambut puterinya dengan
isterinya. Kili-sud pun hadir.
ApabiJa raja beserta keluarga duduk di bagian lain keraton, isteri
patih datang membawa persembahan kepada Pangeran. Sekarang
raja berpendapat, bahwa Prasanta pun harus kawin pula. Bukankah
Panji saat ini sudah beristeri? Pilihannya jatuh pada anak angkat
isteri patih (Kanistren)
Pada suatu han, tatkala raja sedang duduk pula di luar, diperin-
tahkannya Panji pergi ke kakeknya, raja Keling. Untuk itu banyak
kapal disediakan. Setelah selesai semua, sang raja menganta:kan
52
putranya beserta anak buah ke pelabuhan, Panji naik kapal beserta
isterinya. Setelah sampai di laut luas, kapal diserang badai.
Para penumpang kacau balau. Kapal-kapal cerai berai, bahkan
terpisah. Candrakirana terdampar di pulau Bali, sedangkan Panji
hanyut ke tanah Oayak. Oi Jenggala Manik tersiar kabar, bahwa Panji
beserta anak buah tenggelam ke dalam laut. Orang berduka cita di
Jenggala Manik.
Narada datang kepada Panji dan menghiburnya. Orang suci itu
menyuruh Panji memakai nama lain, yaitu Jakakusuma dan mengab-
dikan diri pada raja Urawan, ia harus mengatakan ia orang dayak.
Narada menghilang.
Panji memberi nama Jayaleksana kepada Punta, Jaya-sentika kepada
Kartala dan Juda-pati kepada Pamade. Kebetulan ketiga saudaranya
itu tidak terpisah dari Panji. Atas usul Jayasantika mereka mula-mula
akan menaklukkan kerajaan Cemara. Rencana itu mereka laksana-
.kan. Raja Cemara sedang duduk dipaseban, dikelilingi oleh para pem-
2016besar. Sekonyong-konyong datang orang mengamuk. Setelah ber-
tengkar mulut, mulailah perkelahian.
erpusdaRaja Cemara menyerah kepada Panji. Seorang saudaranya perem-
puan (atau anaknya) diserahkannya kepada Panji. Putri itu bernama
Sureng-rana. Malam hari Panji berkasih-kasihan dengan isterinya
yang baru.
edia P5. Bejo-Sengara
Raja Bali bernama Bejo-sengara. Ia ingin beroleh putra. Ia berdoa
lih Mkepada dewa-dewa. Oalam mimpinya ia mendapat isyarat dari dewa-
Adewa supaya pergi ke dalam hutan, di sana ia akan menemukan seorang
anak pria, yang boleh diambilnya sebagai anak. Setelah ia bangun,
diperintahkannya kepada patih untuk mengumpulkan orang, yang
akan mengiringnya ke dalam hutan. Mereka sampai di hutan.
Candra-kirana, yang seorang diri dalam hutan, banyak menemui
bahaya. Binalang-binalang menghormatinya dan tidak mengganggu-
nya. Ia mengaduh, didalam hati ia meminta pertolongan kepada Panji.
Akhirnya ia berusaha bermeditasi. Karenanya para dewa jadi gelisah,
keinderaan geger oleh dianya.
Para dewa di bawah pimpinan Narada, meminta nasehat Batara
Guru. Batara Guru memerintahkan kepada Narada unluk segera
turon menemui Candra Kirana. Narada datang kepadanya dan meng-
hiburnya. Orang keramat itu merobahnya jadi seorang pria dan
diberinya nama Raden Jaya-Iengkara. Buah dadanya selama itu hams
53
dipercayakannya kepada pohon cangkring dan rambutnya kepada
pohon waringin. Ia juga akan menjadi raja Bali. Dan apabila kemu-
dian Bali kalah dalam perang, ia akan menemukan Panji kembali.
Narada menghilang.
Raja Bajo-sengara ketika berburu melihat seorang pemuda yang
elok dari jauh. Ia mendekatinya dan memeluknya. Segera ia meme-
rintahkan supaya pulang ke keraton. Sesampai di keraton raja
menanyakan pemuda itu namanya dan sebagainya.
Pemuda itu menjawab : Nama saya Jajalengkara, ayah dan ibu
saya sudah meninggal, burung merak menjaga saya supaya jangan
kedinginan, kidang dan rosa memberi saya susu". Sang raja jatuh
kasihan kepadanya. Ia diangkatnya jadi anaknya. Apabila raja masuk
taman keputren, diperkenakannya anak angkatnya itu kepada sri
ratu. Sekalian wanita dalam tamansari keputren jatuh cinta pada
anak muda itu.
Ragil kuning (Onengan) kesasar kedalam sebuah gua di gunung
2016Canawi. Ia seorang diri dan tidak berani meninggalkan tempat
persembunyiannya. Dari tempat tersembunyi muncul di depannya
erpusdaBatara Bayu (Dewa-angin), yang menanyakan apa keinginannya.
Dijawabnya bahwa ia ingin bertemu kembali saudaranya,dewa itu
menyuruhnya bersabar dan merubahnya jadi seorang pemuda.
Rambutnya harus dipercayakannya pada pohon bibis dan buah
edia Pdadanya pada pohon kapok. Selanjutnya ia hams mengabdikan diri
pada raja Bali. Setelah ia mempelajari aji bayu-pitu (hljuh angin)
dan Kumajan dari dewa itu, iapun diberi nama Kuda-Jajaasmara. Ia
lih Makan bertemu kembali dengan saudaranya setelah perang Bali.
A Saat ini ia harus pergi mengabdikan diri pada raja Bali Bayu
menghilang. Jaja-asmara memulai perjalanan. Sadulumur dan
Prasanta mencari tuannya ke mana-mana, setelah tujuh hari ber-
jalan, mereka tidak menemukan kampung sebuahpun. Sadulumur
bercerita tentang mimpinya memukul isterinya. Akhimya mereka
melihat dari jauh sebuah pertapaan dan mereka menuju ke situ.
Pertapaan itu terletak di lereng gunung yang bernama Danaraja.
Pertapaan itu sendiri bemama Ganawisnu. Mereka diterima dengan
baik oleh sang pertapa. Ia sudah mengetahui segala yang terjadi.
Kedua tamu itu mendapat nama lain dari sang pertapa dan mereka
harus mengabdikan diri pada raja Bali. Untuk makanan dalam
perjalanan mereka diberi dua kerucut nasi yang besar. Mereka
meninggalkan pertapaan.
Setelah raja Bali wafat, digantikan oleh putra {angkat)-nya, yang
54
baik sekali sebagai raja. Raja muda yang baru itu menerima para pem-
besarnya. Upacara-upacara dibawa oleh orang-orang yang cacat
badannya.
Jaja-asmara tiba di istana raja Jajalengkara. Ia diakui oleh raja
sebagai adiknya dan diangkat jadi kepala pasukan taruna. Tidak
lama kemudian datang Ki Agung dan kicau, demikianlah nama
Prasanta dan Sadulumur dalam samarannya, menemui raja. Mereka
diterima dengan baik dan masing-masing diangkat jadi bupati
Gedong dan kepala Panglima.
Jaja-kusuma (Panji) masih berada di Cemara. Ia pergi kepada
kakaknya, sang raja, hendak pamitan untuk melaksanakan perintah
para dewa. Sang raja memberinya izin. Perahu-perahu disiapkan.
Panji dan isterinya beserta pengiring diantarkan orang ke pelabuhan.
Kapal-kapal Panji berangkat menuju laut. Tidak diceritakan perja-
lanannya, panji tiba di kerajaan Urawan (Bauwama), di mana sang
raja sedang dihadap oleh para pembesar, antara lain patih Jaja-singa,
2016tumenggung Banjak-sapulra dan rangga Sawung-galing. Dalam
pada itu Panji pun sampai dan menghadap raja, raja terkejut, karena
erpusdatamunya itu mirip sekali dengan putra mahkota Jangagala, lapi ia
tidak percaya akan persangkaannya.
Sementara itu raja Jenggala Manik sudah mendengar berita,
bahwa putranya dan anak buahnya mendapat kecelakaan di laut.
POrang lidak tahu apakah ia masih hidup atau sudah meninggal.
ediaPutranya yang sulung Brajanala dan Lempung-karas mendapat
perintah untuk mencari Panji.
lih MTapi kedua bersaudara itu terpisah. Brajanata sampai di pegunu-
Angan Wilis, di mana ia melakukan lapa. Tempat kediamannnya
disebutnya Andong-asmara. Dia sendiri memakai nama lain, yaitu
wasi Turiga-nata.Pelayannya yang dijadikannya pembantu, ber-
nama Kartiraga. Karena lapanya, ia menjadi pelihat. Lempungkaras
meneruskan jalannya sendiri, dikawal oleh kedua pelayannya,
bernama Paras dan Paron. Siang malam ia berjalan, masuk hutan
keluar hutan. Selelah berjalan setengah bulan, ia sampai di beberapa
kampung di kerajaan Palani. Ia beristirahat di bawah sebatang pohon,
kakinya diurul oleh pelayan-pelayannya. Karena angin sejuk, ia
tertidur sejenak dan bermimpi, bahwa ia bertemu dengan putri Raja
Patani, pUlri itu bernama Binlaro. Waktu ia bangun, dipeluknya
salah seorang pelayannya, yang amat terkejut oleh perbualannya
itu. Saat ini barulah ia tahu, bahwa ia bermimpi. Disuruhnya tanya-
kan kepada seorang petani, di mana mereka itu saat ini. Petani itu
55
p
menjawab: di Patani, ibukota hanya tinggal sehari lagi perjalanan.
Lempung-karas bermaksud hendak pergi ke kota, lapi lebih duJu ia
mengganti nama, yaitu Astra-miruda. Putri Patani pun mendapat
mimpi yang sarna. Dilukiskan kecantikannya. Kepada orang tuanya
ia bercerita tentang mimpinya dan disuruhnya cari orang yang dill-
hatnya dalam mimpinya itu. Sang patih diperinlahkan untuk itu.
Tidak jauh di luar kOla, dilemukannya orang yang dicarinya itu.
Sang Pangeran dengan anak buahnya dibal"a oleh patih meng-
hadap raja. Setelah asal-usulnya dan sebagainya, ia dibawa ke kera-
ton, di mana ia bertemu dengan sang pUleri. Perkawinan dilang-
sungkan.
Hari malam. Adegan dalam kamar. Paras mencoba menggoda
seorang emban. Emban itu berkata, bahwa Paras masih anak-anak,
dijawab oleh Paras: Di mana Pakepung (pengepungan Surakarta
ketika pemerintahan lnggris), aku sudah setahun".
20166. Raja Urawan
Perkawinan Astra-miruda dan Bintaro amat bahagia. Astra-
erpusdamiruda tidak leringat lagi hendak mencari Panji. Tapi pada suatu
malarn ia mendengar suatu suara, yang mengatakan bahwa ia harus
mencari saudaranya juga saat ini. Ia harus mengabdikan diri pada
Raja Urawan, ia harus mengatakan bahwa ia orang gunung, bukan
edia Porang Jenggala Manil<. Lempung-karas dengan sedih leringat kepada
saudaranya, iSlerinya melihal kesedihannnya itu dan ia pun mence-
Mrilakan kepadanya kejadian yang sesungguhnya. Ia memutuskan
lihuntuk berangkal dan pamilan dengan kedua mertuanya. Isterinya
Aturut serta, dibawa dalam sebuah Joli. Seratus orang pria dan perem-
puan mengikuti mereka itu.
Gunung-sari dengan diam-diam meninggalkan keraton untuk
mencari saudaranya perempuan yang hilang. Dia pun siang malam
keluar masuk hutan. Dalam hutan yang ditempuh oleh Gunung-
sari, ada seorang pandita, yang sedang ngidang hidup sebagai ki-
dang). Namanya Darma-sajati dan ia adalah seorang pelihat. Ia
merasa kasihan kepada Gunung-sari, karena itu ia mendalanginya
dan mengalakan kepadanya, supaya mengabdi]san diri pada raja
Urawan. Tapi ia harus mengganti namanya, yaitu menjadi Astra-
Wijaya. Setelah pamitan, ASlra-Wijaya meneruskan perjalanannya
ke Bauwarna (Urawan).
Pada suatu pagi raja Bauwarna keluar di penghadapan. Para
pembesarnya hadir semua. Pun Jaja-kusuma dan para kadej~ya
56
a~a di sana. Semua bupati Bang-kilen, antara lain puti Kertasana,
datang ke istana untuk menghadap. Mereka itu ditaklukkan kepada
kerajaan Urawan oleh pahlawan Jaja-kusuma. ltulah sebabnya raja
sayang kepada pahlawan itu. Sementara itu Astra-miruda datang
menghadap raja. Ketika ditanyakan, ia menjawab bahwa ia berasal
dari Patani dan ingin mengabdikan diri kepada raja ia diterima.
Tidak lama kemudian datang pula. Astra-Wijaya, yang dikenali
oleh Kanjeng Sinuwun raja sebagai Pangeran Mamenang. Tetapi,
ketika ditanyakan, ia menjawab bahwa ia bernama Astra-Wijaya.
Dia pun diterima. Astra-Miruda diangkat sebagai kepala para mantri
anom dan Astra-Wijaya menjadi kepala pasukan Bumija dengan gelar
demang. Keduanya mendapat tempat kediaman tersendiri dari raja.
Kepada Astra-Wijaya diberikan pula wanita-wanita yang ditawan
di Tuban. Tiga orang (yaitu Jaja-kususma, Astra-miruda dan Astra-
Wijaya) selalu duduk di depan, jika raja hadir.
2016Ketika Astra-miruda melihat Jaj-kusurna, ia serasa-rasa mengenali
saudaranya Panji. Astra-Wijaya pun demikian pula kesannya ketika
melihatnya. Tidak berapa lama kemudian Kanjeng Sinuwun raja
erpusdamenarik diri ke kediamannya. Hadirin bubar. Setelah sampai di
rumah, Astra-Wijaya disongsong oleh isterinya yang baru, hadiah
raja, bernama Citra-resmi.
PPun Astra-miruda menemui isterinya di tempat kediamannya
ediayang baru. Ia menjadi kaya karena isterinya. Setelah siang hari,
Miruda dan Wijaya beserta isteri-isterinya menemui tumenggung
MJaja-kusuma.
lihJaja-kusuma duduk bersama isterinya, putri Cemara, di tempat
Akediamannya menembang sambil berlucu-Iucu. Sentana dalem-
sentana dalemnya duduk di depannya. Panji bertanya apakah mere-
ka itu melihat kedua tamu datang. Jaja-sentika menjawab: Sungguh,
kedua saudara tuan (yang seorang sebenarnya keponakannya)
menyusul tuan kemari". Setelah berkata demikian, Miruda dan Wijaya
serentak datang kepada Panji, sambil bercucuran air mata mereka
memberi hormat kepada Panji. Dengan cara ini mereka saling menge-
nali, tapi Panji menghibur mereka dalam kesedihannya dan menyu-
ruh mereka meneruskan penyamaran dirinya, sampai mereka
menemukan orang yang dicarinya, yakni Candra-kirana. Beberapa
Syair kemudian Panji menyangkal bahwa ia adalah Panji dan menga-
takan lagi 'bahwa ia berasal dari Dayak. Katanya ia tidak mempunyai
saudara pria maupun perempuan, tapi bahwa ia adalah seorang
putra raja.
57
7. Menak Agung
Saat ini diceritakan tentang raja Bali, yang amat berkuasa dan
memerintah negerinya dengan baik sekali. Pada suatu kali ia hendak
bersenang-senang dengan berburu. Untuk itu disuruhnya panggil
orang-orang besamya. Menak Agung dan Cau (yaitu Sadulumur
dan Prasanta) harus mempersiapkan segala sesuatu untuk perburuan.
Suatu rombongan besar bergerak menuju hutan, tempat berburu.
Perburuan pun dimulai. Banyak binatang perburuan ditangkap.
Sementara sang raja berdiri di bawah payung dekat pohon tang-
guli, seekor ular datang mendekatinya, sebesar batang tal. Karena
ketakutan orang-orang pada lari kucar-kacir. Sang raja tinggal se-
warorang diri dan dilihatnya itu makin mendekat. Tapi baru saja ular
itu sampai di tempat raja, Jaja-asmara pun datang berlari-lari, dipegang-
nya kepala binatang itu dan diputamya sehingga putus dalam seke-
jap, sekalian yang melihatnya keheran-heranan. Sang raja mengha-
2016diahinya kerajaan Lijangan, dengan hak memakai gelar adipati.
Setelah banyak binatang perburuan terkumpul, diberilah tanda
untuk pulang. Sang raja segera tiba di pagelaran (beranda muka) keraton,
erpusdaeli mana dibicarakan lagi tentang rencana-rencana untuk menaklukkan
kerajaan-kerajaan berdekatan (syair 24-26 ada bagian-bagian yang
rusa!<, sehingga tidak dapat dimengerti). Mula-mula direncanakan akan
Pmenaklukkan: Balambangan, setelah itu Tuban dan seterusnya. Sang
ediaraja menyetujui rencana itu. Segera orang-orang dikumpulkan untuk
bersiap-siap mencari perjalanan penaklukkan itu.
MJaja-asmara berangkat dengan tentara yang besar ke Balambangan.
lihOengan cepat mereka menyeberangi selat Bali. (Oi sini Bangawan)
Adan mengadakan pertahanan di pelabuhan.
Raja Balambangan duduk dihadap oleh para pembesamya. Sang
patih, Nila-bangsa, memberitahukan tentang kedatangan musuh.
Oitulis surat minta pertolongan kepada Wirasaba dan Sandi-waringin.
Oalam pada itu tentara Balambangan dikerahkan. Pertempuran mulai.
Pertempuran dilanjutkan. Raja Balambangan tewas, keraton didu-
duki oleh Jaja-asmara. Yang masih hidup menyerah. Seorang kepo-
nakan raja yang tewas, diangkat jadi raja oleh Jaja-asmara. Raja barn
ini harus menghadap raja Bali, dengan membawa upeti sebagai bukti
penyerahan. Raja-raja Wirasaban Sandipura dan Sandi-waringin
harus melakukan demikian pula. Oikirim surat edaran kepada bupati-
bupati lain di Bang Wetan, mengatakan bahwa barangslapa tidak
menyerahkan diri, akan dibinasakan.
Setelah menerima pemberitahuan itu para bupati Bang Wetanme-
58
I
mutuskan untukmenyerahkan diri kepada Bali. Mereka membawa
ul1eti dan menyerahkan puteri-puterinya kepada raja Bali. Jaja-asmara
setelah mendapat kemenangan, pulang ke Bali.
8. Raja Bauwama
Saat ini diceritakan tentang raja Bauwama, sudah empat puluh
hari lamanya (tertulis: tahun), bahkan sudah dua bulan, d.ia tidak
muncul-muncul.
Ia berhasrat sekali hendak menaklukan Bali. Tapi tidak ada yang
berani melakukan tugas itu, karena Bali amat berkuasa. IGni sang
raja keluar dengan segala kemegahan. Para pembesar had.ir semua.
Disebutkan para pegawai-pegawai (kira-kira menurut urutan Wadu-
aji ). Astra-miruda dan Astra-Wijaya - yang pertama memakai dodot)
merah - pun had.ir. Raja bertanya kepada Patih Jaja-singa, siapa yang
ingin memikul tugas menaklukkan Bali. Patih menjawab: Tidak ada,
sudah d.irninta kepada orang Urawan, tidak ada yang berani. Hanya
2016Jaja-kusuma yang belum d.irninta pendapatnya tentang itu. Pun juga
Astra-miruda dan Astra-Wijaya". Sang raja menyuruh panggil
erpusdatumenggung untuk berbicara sendiri dengannya.
Tumenggung datang. Kepadanya raja mempertanyakan kesela-
matan kerajaan Urawan. Tapi raja hendak menaklukkan jlali Guga
disebut Nusa-kembangan, pulau kembang"). Panji berjanji kepada
Praja akan melakukan tugas itu. Astra-Wijaya dan Astra-miruda pun
ediaberjanji demikian, raja merasa puas dan mengundurkan d.iri. Yang
tinggal di paseban mempertanyakan soal penghormatan dan gaji
Mtumenggung yang tidak sesuai dengan jasa-jasanya, orang lain yang
Alihbelum melakukan apa-apa untuk kerajaan, lebih banyak perhasiJan-
nya. Percakapan ini tidak diteruskan. Orang pada bubar. Astra-
miruda pulang naik kuda dengan bertudung payung. Astra-Wijaya
pun juga, ia bahkan meliputi kerisnya dengan punya kainnya (suatu
tanda orang pesolek). Tapi Jaja-kusuma berjalan kaki saja dan tidak
pula berpayung. Orang yang melihatnya mengira, bahwa ia pasti
habis kena marah raja, tapi mengapa? Orang yang mengetahui lalu
menceritakan keadaan yang sebenamya: ia hams menaklukkan Bali.
Sureng-rana, putri Cemara, bersed.ih hati, ia menyesali Panji (de-
ngan banyak menggunakan wangsalan), sambi! menangis. Seorang
emban menglubur hatinya dan mengusulkan supaya ia menyongsong
suaminya, tapi ia diusir seperti kucing" dan putri itu tambah keras
iangisnya. (Hubungan bagian ini dengan bagian lainnya tidak 'ada
sarna sekali).
59
Jaja-kusuma duduk di pendapanya, dikelilingi oleh para sentana
dalem. Dikatakannya, bahwa ia mendapat perintah dari raja untuk
menaklukkan bali. Para sentana dalem berjanji akan menolongnya.
Dalam pada itu datang emban, mengatakan bahwa isterinya
sedang menangis dengan sangat. Panji berdiri dan mendatangi
isterinya yangmasih marah kepadanya. Dipeluknya isterinya itu,
tapi ia mencoba melepaskan diri.
Panji menghibur hatinya. Dimintanya supaya ia tinggal di
rumah, apabila ia pergi berperang, tapi isterinya menjawab bahwa
ia ingin secta, diapun seorang satria, katanya. Disuruhnya saudara-
nya mempersiapkan pakaian perangnya. Adegan kamar. Omong-
omong para emban.
Patih sekonyong-konyong datang di tempat kediaman Panji,
mengetok pintu. Terkejut Panji keluar dari kamarnya, hanya berbaju
dalam. lsterinya pun hanya memakai baju tidur. Patih tidak berani
2016memandang Panji dan membalikkan diri. Surengrana menarik suaminya
kembali ke dalam dan memberinya pakaian yang pantas pertemuan
Ketika ditanyakan, patih menjawab bahwa ia diutus oleh sang
erpusdaraja untuk menyerahkan pusaka kerajaan kepada Panji. Dengan
jalan demikian ia menguasai kerajaan.
Selanjutnya patih berkata, bahwa raja marah kepada Astra-
PWijaya. Apa sebabnya, ia tidak tahu. Sang patih pulang, Jaja-kusuma
ediabertanya kepada para kadejan, apakah ada yang mengetahui,
mengapa raja marah kepada Astra-Wijaya. Salah seorang dari mereka,
MJaja-sentika, mengatakan, bahwa Astra-Wijaya disangka memasuki
lihkeraton, hal itu sudah rlilakukannya tiga kali dan sekali sang raja
Asendiri melihatnya. Raja melemparnya dengan parang, tapi tidak
kena. Panji tersenyum.
Sureng-rana berkata, aneh sekali bahwa raja memberi gajah
betina kepada orang yang pergi berperang. Bukankah gajah befina
ituhanya dapat dipergunakan untuk mengangkut"harta rampasan?
Panji memujinya atas pemandangannya yang tepat itu. Lalu
disuruhnya Astra-miruda datang kepadanya.
Saat ini diceritakan tentang Astra-miruda, kepala para mantri
anom. Dia berlaku sebagai Don Juan, wanita-wanita Singasari
menjadi korban kenakalannya. la senang sekali menyabung ayam
dan permainan taruhan yang lain. Para penjudi dimintanya datang
ke rwpahnya untuk bermain. Kekayaan dan perhiasan yang dibawa
oleh isterinya dari Patani; segera tandas. Malahan hamba sahaja
pria dan perempuan digadaikannya kepada orang eina. Kewajil>an-
60
~
nya diabaikannya. Isteriny'a sedih karena perbuatannya ini, ditambah
lagi karena suaminya bersuka-sukaan dengan putri Urawan. Ia
menyesalkannya. Ia menangis dengan sedih di tempat tidurnya,
bantal dan guling dilemparkkanya. Seorang emban mencoba
menghibur hatinya, tapi Sang Putri berkata : Tutup mulutmu, kalau
tidak kulempar kepalamu dengan penumbuk sirih ini". Emban
ketakuan oleh ancaman itu dan pergi kepada Astra-miruda yang
sedang memegang burung, emban itu menceritakan halnya. Astra-
miruda mendapatkan isterinya dan menghibur hatinya, tapi ia tetap
marah kepadanya dan bertanya ke mana suaminya itu pergi pada
malam anu dan malam anu. Suaminya menjawab, "Aku pergi ke
Pangeran Sinjanglaga". Oimajukannya lagi beberapa pertanyaan,
mengapa Miruda tidak pulang ke rumah. Miruda terus memberikan
jawaban mengelak. Sang Putri mengemukakan satu pertanyaan lagi:
"Mengapa kau pulang tidak berbaju pada hari lumat?" Suaminya
menjawab: "Aku berjudi di kampung Cina dan kehabisan segala".
2016Sekonyong-konyong datang seorang perempuan dari keraton,
diutus oleh putri Urawan, untuk mengembalikan pakaian Astra-
erpusdamiruda yang ketinggalan karena terburu-buru, bersama sepucuk
surat dalam bungkusan kertas dengan kembang. Oalam surat itu
Sang Putri mengatakan, bahwa Miruda tidak memegang janji.
Isterinya mengingatkan Miruda, bahwa· perbuatannya itu
Pbersahaja, tapi Miruda memenangkan hati isterinya.
edia9. laya Kusuma
MPesuruh laya Kusuma datang kepada Miruda, laya Kusuma me-
Alihminta supaya Miruda datang ke rumahnya. Miruda memenuhi per-
mintaan itu.
Oi kediaman laya Kusuma para wanita sibuk membuat kue dan
makanan untuk perjalan.an ke Bali, sedangkan pria mebersihkan
senapan dan senjata..
• Lama laya Kusuma membiarkan Miruda. Ia marah kepadanya.
Isterinya Miruda, Bintaro, disuruh duduk. .laya Kusuma tidak
menegur Miruda. Sureng-rana menyuruh Miruda duduk. Miruda
menangis di depan laya Kusuma dan bertanya apa kesalahannya,
maka laya Kusuma marah kepadanya. laya Kusuma menjawab
mengelak. Katanya ia harus ke Bali dan mengajari Miruda bagaimana
harusnya tingkah laku seseorang yang mengabdikan diri kepada
raja. Terutama orang tidak boleh meianggar aturan mengenai taman
keputren. Miruda menundukkan kepala.
61
Jaya Kusuma bertanya dari mana Miruda memperoleh pakaian
indah yang dipakainya ketika menghadap raja, Miruda menjawab,
" Aku menangkan waktu berjudi". KaIena dijawabnya itu. Jaya
Kusuma bertambah marah. Dia terus memajukan pertanyaan-
pertanyaan dan Miruda akhirnya mengakui segalanya. Ia dimarahi
habis-habisan oleh Jaya Kusuma. Kepada salah seorang kadejannya
Jaya Kusuma berkata, bahwa Astra Wijaya menjacli korban kejahatan
orang lain.
Smeng-rana mengingatkan suaminya supaya berlaku sabar dalam
memarahi seorang saudara. Kalau tidak, maka berlaku pepatah mena-
pik air didulang (Jawa: mejek tahi neng batok, biasanya: ngublak).
Jaya Kusuma menanyakan apakah tentara sudah sedia untuk
berangkat. Didapatnya jawab, sudah sedia. Sementara itu Astra-
miruda pulang ke rumah bersama isterinya. Dihiburnya hati
isterinya, katanya ia tidak bisa hidup tanpa putri Urawan.
Saat ini diceritakan tentang Astra Wijaya. Raja marah kepadanya,
2016tanda-tanda kehormatannya diminta kembali, karena ia disangka
sudah memasuki taman keputren.
erpusdaOrang Urawan tidak senang kepadanya, mereka mencoba
menjatuhkannya dan saat ini percobaan itu berhasil. Tapi sebenamya
ia juga jatuh kepada sang puteri, tapi cintanya itu tidak c1ibalas. Di
jendela rumahnya ia membaca lagu cinta yang mengandung banyak
edia Pwangsalan.
Isterinya, seorang putri dari Tuban, merasa sedih ketika di-
Mlihatnya suaminya jatuh cinta kepada putri. (Ulangan apa yang
lihdikatakan tentang isteri Miruda). Astra Wijaya manyuruh orang-
Aorangnya menabuh musik gamelan di luar. Ia tinggal di dalam
dengan isterinya.
Saat ini diceritakan lagi tentang Miruda. Isterinya tidak melepas-
kannya, sedangkan malam itu ia sudah membuat pe.rjanjian dengan
sang puteri. Dicobanya menidurkan isterinya dan akhirnya ia,
berhasil. Kepada seorang emban dikatilkannya jika isterinya ter-
bangun dan menanyakannya, hendaklah ia menjawab, bahwa ia pergi
memancing. Sang emban berjanji akan menjawab demikian.
Panas membukakan pintu belakang baginya. Miruda berangkat
dengan Paras dan Paron. Putri Urawan, Retna Kumuda, duduk
dikelilingi oleh dayang-dayangnya menunggu kedatangan emban,
yang diutus kepada Miruda. Emban itu kembaIi, Sang Putri me-
nyuruhnya duduk di sampingnya.
Sang emban mengatakan kepada tuannya bahwa ia menem.ukan
62
f
Miruda di tempat kedi;ur;annya, sedang duduk di samping isterinya.
Sang Putri terkejut, karena Miruda mengatakan kepadanya bahwa
ia belum beristeri. Selanjutnya emban itu mengatakan, bahwa
Miruda akan datang malam itu. Sementara itu tiba ulamawati keramat
Kili-suci kepadanya, diutus oleh sang raja, untuk mengatakan kepa-
danya, bahwa ia akan diberikan kepada Jaya Kusuma, apabila yang
tersebut kemudian ini sudah menaklukkan Bali. Tapi ia menolak, ia
menginginkan supaya Jaya Kusuma menjadi saudaranya, selan-
jutnya ulamawati itu mengajarinya bagaimana membuat sembah,
apa-apa kewajiban seorang wanita. Jauh malam Sang Putti masuk
ke tempat tidur bersama Kili-suci.
Sementara itu Miruda masuk dan bertanya kepada seorang
dayang, di manakah sang puteri. Sang Putti dibangunkan, tapi Kili-
sud tidur di atas sepotong bajunya. Baju itu ditarik perlahan-Iahan
dan Sang Putti keluar, menemui Miruda.
Pada waktu itu juga Astta Wijaya sudah berada di dalam keraton.
2016Dilihatnya bahwa Sang Putti sedang bertemu dengan Miruda.
Kili-sud terbangun, ia meraba-raba mancari sang puteri, tetapi
erpusdatidak ketemu. Tahulah ia, bahwa ada seorang pencuri. Ia pergi keluar,
ke tempat yang gam pang (menurut perhitungan pencuri) bagi
pencuri tempat itu ialah Barat. Dalam cahaya kilat d.ilihatnya pencuri
itu di bawah pohon. Dilemparkannya sebuah parang kepadanya,
edia Ptapi luput. Hiruk-pikuk.
Penjaga-penjaga terkejut. Semua jalan keluar dijaga, obor
Mdipasang. Astra Wijaya dikepung, karena tidak meliat jalan keluar,
lihia terjun ke dalam kolam dan melalui pipa air merangkak keluar.
AOrang-orang yang mengejar saling pukul memukul, yang satu
menyangka yang lain pencuri. Sang raja keluar membawa tombak.
Kili berbicara dengan penuh gerak gerik, katanya ia melihat Astra-
Wijaya masuk ke dalam keraton. Tingkah lakunya laksana tersebut
dalam saloka : gangsa diberi makan, anjing diperlakukan dengan
baik, monyet dijadikan sahabat. Kalau dilepaskan pasti gangsa it...
makan rumput teki (Cyperus spec.), anjing itu makan kotoran dan
monyet itu apa saja yang ditemukannnya, yang 'bisa dimakan.
Demikian pula Astra Wijaya. Sang raja sangat marah dan hendak
membunuhnya kalau dapat menangkapnya. .
63
BAB IV
SERAT NAGRI NGURAWAN
1. Hubungan lawa dan Bali
Pagi hari raja Urawan keluar ke penghadapan. Para pembesamya
hadir semua. Miruda duduk di depan sekali. Tapi Astra-Wijaya
duduk dipojok, wajahnya suram. laya Kusuma duduk di samping
2016Miruda. Raja berkata kepada laya Kusuma, bahwa ia juga merestui-
nya. Tatkala ditanyakan, Sureng-rana menjawab, bahwa ia ikut
erpusdadengan suaminya. Kemudian laya Kusuma berangkat ke Bali, barang
makanan, hadiah dari Sang Putri pun ikut dibawa.
Sang raja berkata dengan kiasan kepada patih, bahwa ia harus
Pmembinasakan banteng yang merusak keraton. Digambarkan rombo-
ediangan laya Kusuma, yang duduk dalam sebuah kereta di sam ping
isterinya.
MPerintah kepada Astra Wijaya untuk pergi ke Bali dibatalkan. Ia
lihdiharuskan mengiringi tumenggung hingga ke sungai Batil. Hal
Aini dikatakannya kepada isterinya, yang memberinya peringatan
supaya jangan pergi, sebab malam sebelumnya ia bermimpi buruk.
Astra Wijaya tidak menurut perkataan isterinya. Isterinya bersedih
hati dan hendak menceritakan, tapi ditinggalkan Astra Wijaya
berangkat.
Setelah tiba di sungai Batil, para pengiring pamitan dengan
tumenggung. laya Kusuma pun pamitan dengan Astra Wijaya. Ia
memperingatkan kepada Astra Wijaya, supaya patuh kepada raja.
Astra Wijaya menangis sambil sujud pada kaki laya Kusuma
meneruskan. Taya Kusuma meneruskan perjalanan.
Astra Wijaya diawasi, orang menunggu menyerang, sampai ia
menyeberangi sungai. Astra Wijaya membawa 40 orang anak buah,
semua berani-berani dan setia kepadanya. Serangan dari pihak kaum
Urawan dimulai, menyusul pertempuran hebat, orang-oraQg
64
i
Urawan kalah. Yang masih hidup lari-Iari ke kota untuk menyam-
paikan kabar kekalahan mereka kepada raja. Sang raja marah, Astra-
miruda diperintahkan berangkat. Setelah tiba dipertahankan Astra
Wijaya, ia memulai serangan. Astra Wijaya luka pada pahanya dan
melarikan diri ke dalam hutan. Miruda dan anak buahnya kembali
ke kota.
Raja Urawan keluar di penghadapan. Sang patih dan Miruda
menghadap menyampaikan laporan, bahwa Asrta Wijaya kena luka
dan melarikan diri ke dalam hutan. Sang raja memerintahkan untuk
memberikan segala hak milik Astra Wijaya kepada Miruda, di sam-
ping itu Miruda dijadikan pula tumenggung.
!steri Astra Wijaya melarikan diri dengan hanya seorang dayang-
dayang dari kediamannya. Dengan penuh kegirangan putri Urawan
mendengar, bahwa Miruda mendapat kemenangan yang besar. Astra
Wijaya, dengan ditolong oleh dua orang pembantu, yang masih
setia mendampinginya, meneruskan perjalanan dalam hutan dan
2016sampai pada suatu pertapaan di gunung Wi!is. Pertapa di situ ber-
nama Wasi Curiganata, mereka mencari perlindungan padanya.
erpusdaSetelah beberapa minggu lamanya, luka Astra Wijaya sembuh.
Wijaya serasa-rasa mengenali dalam diri Wasi saudaranya (sebenar-
nya keponakannya) yang bernama raden Wanasari. Tapi pertapa
itu tetap dalam penyamarannya. Atas nasehat Astra Wijaya harus
Pmenggabungkan diri dengan Jaya Kusuma, yang sedang dalam per-
ediajalanan ke Bali. Wasi mengajarinya tugas seorang abdi. Pada suatu
hari Astra Wijaya minta izin untuk pergi. Bertiga mereka mening-
Alih Mgalkan pertapaan.
2. Raden Wijaya
Astra Wijaya berjalan di suatu tempat yang bagus pemanda-
ngannya, digambarkan tanam-tanaman yang tumbuh di situ. Sambi!
duduk-<!uduk, Wijaya teringat kepada putri Urawan dan kepada isteri-
nya sendiri. Mereka meneruskan perjalanan dan sampai di tanah
yang datar. .
Orang Urawan menyerang Wijaya. Tapi Wijaya di!indungi oleh
tenaga-tenaga alam. Tiba-tiba mengamuk badai dan turun hujan.
Guntur dan kHat sabung menyabung. Binatang liar menerkam or-
ang-orang dari Urawan. Semua ini adalah pertolongan dari Wasi
. curiga. Orang Urawan kucar-kacir. Ketika sampai di sungai Wijaya
bertemu d~ngan isterinya. Setelah bercumbu-cumbuan mereka.
meneruskan perjalanan mencari Jaya Kusuma.
65
3. Pantai Banyuwangi
Dipakaikan asmarajati pada para isteri itu, supaya mereka puas
birahinya secara luar biasa. Tentara Urawan, yang aJ.<an menyerang
Bali, tertahan di pantai Banyuwangi, karena belum ada kapal sebuah
pun. Jaya Kusuma memerintahkan kepada ketiga sentana dalemnya
untuk membuat rakit, yang segera juga dapat diselesaikan. Rakit
itu terbuat dari barnbu dan batang pinang. Beberapa orang beserta
senjata dimuat dalarn rakit itu, senjata-senjata ditutup dengan kajang
hingga tidak kelihatan. Orang Bali harus mengira, bahwa orang
yang menaiki rakit itu adalah pedagang, yang kapalnya karam.
Lagipula dikira-kirakan, bahwa mereka akan mencapai pelabuhan
Bali waktu matahari terbit. Jadi diseberangilah selat Banyuwangi
dengan tiga buah rakit. Sebelum matahari terbenarn mereka sudah
tiba di pelabuhan Pabeyan. Mereka mengatakan bahwa kapalnya
karam dan mereka pun diizinkan oleh orang Urawan mendarat.
Tapi baru saja mereka menginjak tanah, mereka pun membuka ke-
2016doknya sebagai musuh, yang menuntut kapal-kapal yang ada.
Menyusul pertempuran yang seru, di mana orang Bali mengalami
erpusdakekalahan. Pelabuhan Pabeyan diduduki oleh orang Jawa dan
beberapa kapal di bawa ke Banyuwangi.
Kapal-kapal diserah}<an kepada Jaya Kusuma. Alat-alat dan orang-
orang dimuat ke kapal. Sureng-rana akan ditinggalkan di Banyuwangi,
Ptapi ia memaksa ikut. Setelah tinggal sernalam lagi, esok paginya
ediamereka berangkat ke Bali.
Jaya Kusuma naik sebuah parjala yang bernarna Tibang getih.
MGorap. Jaladara pun ada. Perjalanan selarnat. Laut dilukiskan. (baik
Alihsekali). Pagi hari mereka tiba di Pabejan, di mana segala sesuatu
sudah dipersiapkan untuk Jaya Kusuma.
Gubernur Pabejan dalam keadaan luka berlari menemui patih
Agung untuk memberitahukan, bahwa pelabuhan sudah jatuh dalarn
tangan musuh. Setelah pemberitahuan itu, iapun rnenghembuskan
nafas yang penghabisan.
Raja Bali duduk dalarn istana, dikelilingi oleh para pembesamya.
Patih Jaja-asmara pun hadir. Sekonyong-konyong datang Agung
memberitahukan, bahwa musuh sudah mendarat dan menduduki
Pabejan. Raja memerintahkan mengadakan perlawanan. Jaja-asmara
keluar. Dipagelaran diumumkan untuk menyerang musuh. Cau
berlucu-cucu tentanl? kehidupan rumah tangganya. -Ialau
diceritakan lagi tentang musuh.
Sementara itu, Jaya Kusuma sudah memindahkan tentaranya
67
jauh ke pedalaman. Akhirnya ia tiba di Sapi-gumanang, di mana ia
menyusun pertahanan: Mereka menunggu datangnya musuh, yang
tidak muncul juga. Oimaksudkan usul untuk memancing musuh
keluar, tapi tidak satupun usul yang sesuai dengan pikiran Jaya
Kusuma. Akhirnya Sureng-rana mengusulkan memajukan
ultimatun. Jaya Kusuma setuju dan memuji buah pikirannya itu.
Oisusun sepucuk surat dan dikirim ke keraton dengan utusan
berkuda.
Penjaga-penjaga gerbang keraton Bali omong-omong tentang
kemakmuran yang besar di Bali saat ini ini. Tapi menurut ramalan
Bali akan segera binasa. Yang seorang tidak percaya sarna sekati
ramalan itu, sedang yang lain mempertahankan kebenarannya.
Para utusan tiba digerbang dan berhenti. Mereka berbicara
dengan penjaga-penjaga tentang maksud kedatangannya. Para
penjaga meminta surat yang mereka bawa, untuk disampaikan
kepada raja. Tapi para utusan tidak mau memberikannya, mereka
2016hendak menyerahkannya sendiri kepada raja. Terjadilah
pertengkaran kemudian mereka berkelahi.
erpusdaPerkelahian diteruskan, orang Bali kalah. Oisampaikan kejadian
itu kepada patih ki Agung, yang pada gilirannya memberitahukan
kejadian itu kepada raja.
Laporan diteruskan. Kanjeng Sinuwun raja menanyakan beberapa
Pmengenai pribadi Jaya Kusuma. Kanjeng Sinuwun bermaksud menam-
ediapilkan Jaja-asmara sebagai raja dan menyuruhnya menerima para
utusan dengan memakai seluruh pakaian kebesaran kerajaan. Kanjeng
lih MSinuwun sendiri hendak tinggal dalam keraton saja. Cau iri hati
Akarena tidak diminta nasehatnya. Kanjeng Sinuwun menghibumya
dan iapun berlucu-Iucu.
Esok paginya patih Jaja-asmara keluar di penghadapan, ber-
pakaian sebagai raja. Agung dan Taju memukul canang di pagelaran.
Rakyat berkumpul di alun-alun. Dilukiskan pakaian raja dan lingku-
ngan sekitamya.
4. Oi Bawah Waringin Kurung
Kedatangan para utusan di bawah waringin kurung. Mereka
masih berbicara tentang tugas perutusannya. Sifat utama seorang
utusan terdiri dari tiga perkara.
Oua orang diutus oleh Kanjeng Sinuwun raja untuk meminta
surat yang mereka bawa. Utusan Jayakusuma tidak mau menye-
rahkannya, kecuali kepada Kanjeng Sinuwun sendiri. Maka
68
i
disuruhlah Agung meminta surat itu. Apabila para utusan melihat
Agung, mereka mengenalnya sebagai Prasanta, atau apakah ia hanya
seorang yang kebetulan sarna rupanya? Pun Agung mengenali
utusan itu sebagai orang dati Jenggala Manik. Para utusan itu akhir-
nya dipersilahkan masuk tanpa pengiring. Mereka menyerahkan
surat. Raja pengganti memberikannya kepada seorang emban untuk
diserahkan kepada Kanjeng Sinuwun raja yang sebenamya.
Emban Sebetan mempersembahkan surat kepada raja yang
sebenamya. Surat itu dibuka oleh Kanjeng Sinuwun. Isinyaa berupa
ultimatum. Kanjeng Sinuwun raja menanyakan beberapa hal
mengenai para utusan itu, Sebetan memberikan penjelasan tentang
mereka. Oleh penjelasan itu Kanjeng Sinuwun raja teringat kepada
tiga Pangeran Jenggala Manik. 'Jadi, demikian pikimya, Panji datang
kemari dengan tiga orang sentana dalemnya."
Selanjutnya ia dengna sedih teringat kepada suaminya, Panji.
Bahwa ia memelihara sekian banyak istri, pun adalah demi suaminya,
2016sekiranya suaminya itu masih hidup. Putri Pragunan dan yang lain-
lain melihat, bahwa Kanjeng Sinuwun raja, setelah membaea surat
erpusdatadi seolah-olah terpikir sesuatu. Untuk menyembunyikan kese-
dihannya, ia berkata bahwa ia menyayangkan keberanian orang
Urawan, yang berani-beranian hendak melawan Bali. Tapi para putri
mengetahui rahasia itu. Bagian raja menyuruh panggil patih Jaya-
Pasmara oleh seorang emban, bersama dengan Agung dan Cau. Tiba
ediadi keraton ketiga patih itu diperintahkan menyusun balasan surat.
Kemudian surat balasan itu diberikan kepada para utusan, yang
Mselain itu menerima pula hadiah-hadiah yang lain. Para utusan
Alihdikirim kembali.
Agung dan Cau pulang ke keraton. Kanjeng Sinuwun raja mema-
parkan reneana perangnya. Para pelatih keluar untuk memberikan
petunjuk-petunjuk kepada bupati Maneanagara. Jaya-asmara kem-
bali ketempat kediamannya. Ia mempunyai dua orang isteri, yang
seorang putri dari Mataun, yang seorang lagi dati Manila. Tapi me-
reka belurn pemah bereampur dengan sang patih. Karena itu mereka
amat bersedih hati.
Jayakusuma sedang asyik menembang di Pesanggrahan bersama
istrerinya, sambil menunggu kembalinya para utusan. Para bupati
Kertasana dan lain-lain sudah hadir semua. Tidak lama kemudian
datang para utusan, yang mengatakan bahwa surat sudah diterima.
Balasannya diserahkan kepada Panji dan dibaeakan oleh Sureng-
rana. Isinya mengatakan, bahwa raja Bali bersedia memulai
69
pertempuran pada hari Senin depan. Jayakusuma menanyakan
beberapa hal tentang raja Bali dan para pembesamya. Oleh penjelasan
yang diberikan ia teringat adiknya perempuan Onengan.
5. Panji di Pabejan
Panji teringat pula apa yang dikatakan oleh para dewa kepadanya,
yajtu bahwa ia akan menemukan kembali isterinya Sekar-taji dan
'kawan-kawannya setelah pertempuran di Bali. Sedang ia termenung,
isterinya, Sureng-rana melihat bibirnya bergerak-gerak, atas
pertarryaan i~terinya apa yang illiakukannya, Panji menjawab bahwa
ia mendoa supaya menang perang. Sureng-rana tidak percaya.
Astrawijaya, yang bersarna isterinya menyusul Panji, sudah tiba
pula dj Bali. Ia tidak menemukan Panji ill Pabejan, karena itu mene-
ruskan perjalanan ke pedalaman, Setelah bertemu dengan Panji, ia
menangis dengan sedihnya. Diceritakannya kepada Panji penga-
lamannya di Bauwama. Pun ramalan Wasi Curiganata disampai-
2016kannya kepada Panji.
Atas permintaan Astanawijaya supaya boleh tinggal bersama
erpusdaPanji, Panji menjawab bahwa Astrawijaya harus memakaj nama
Undakan.
Pun Astramiruda kinj sampai kepada Panji, dengan sepucuk surat
dari raja Urawan, yang mengatakan bahwa isi taman sudah djbina-
edia Psakan oleh Astrawijaya. Jayakusuma pun marah kepada Wijaya.
Sureng-rana berkata, bahwa untuk perbuatan semacam itu, orang
pria tidak boleh illpersalahkan, yang bersalah semata-mata perempuan.
lih MMiruda kini didamaikan oleh Panji d-engan Astrawijaya,
Akeduanya harus bersumpah di depan Panji. Permainan musik
gamelan diteruskan. Setelah dua lagu, Astrawijaya harus bermain.
Dimainkannya lagu yang bernama Mongkog, ialah.lagu yang
diciptakan ketika raja Daha marah kepada Candra Kirana. Keinginan
Panji hendak melihat kembali isterinya, menjadi keras' oleh lagu itu.
Diperdengarkan beberapa lagu lain lagi, setiap kali Panji teringat
kepada isterinya yang hilang.
Sementara itu tentara Bali sudah berkumpul di alun-alun di
bawah pimpinan Jaya-asmara. Segera mereka lberangkat. Suatu
iring-iringan panjang para bupati Bang Wetan beserta anak buah
menyongsong musuh. Cau memakai pakaian bagus dan pakaian
compang camping sekaligus. Anak buah Jayakusuma pun su,dah
bersiap-siap untuk berperang. Pertemuan kedua balatentara dan
pertempuran.
70 f,
i
Peperangan dit«iruskan. sureng-rana hendak berkelahi melawan
Jaya-asmara. suaminya meneegahnya. 1a hendak berhadapan sendiri
dengan Jaya-asmara. (syair 11-19 kaeau). Dalam perkelahian satu
lawan satu Panji menggoneang-goncang Jaya-asmara dan ]aya-
asmara Iucut kedoknya, kembaIilah ia menjadi Onengan. 1a dipeluk
oleh kakaknya. Seorang pahIawan dipancung kepalanya. Diserukan,
bahwa kepaIa itu kepaIa ]aya-asmara, yang diberi nama Ekawarni
oleh Panji llntuk meneruskan penyamaran. Panji mengundurkan
diri ke tempat perhentiannya. Para sentana dalem dikumpulkan
untuk menyaksikan bahwa Onengan sudah kembali.
Ekawarni bertemu dengan saudara-saudaranya. ]ayakusuma
menanyakan pengalamannya. Ekawarni meneeritakan apa yang
sudah terjadi dengan dirinya, juga perihaI ular, yang menyerang
raja Bali. Selanjutnya ]ayakusuma menanyakan, apakah raja BaIi
itu sungguh-sUngguh seorang Bali, dan seterusnya dan seterusnya,
2016untuk membuktikan bahwa raja Bali itu bukan seorang Ie\aki sungguh-
sungguh. (Dalam bagian ini birama syair 9-13 kaeau sarna sekali).
Saat ini diceritakan tentang raja Bali. 1a sedang bermain catur
erpusdadengan para isterinya. Taruhannya demikian: jika raja kalah, ia mem-
bayar dengan uang, jika ia menang, para isterinya dapat duman.
Permainan diteruskan. Sekonyong-konyong patih Cau masuk.
P1a membawa kabar, bahwa orang Maneanagara sudah dibinasakan
ediaoleh musuh, pun ]ayakusuma sudah tewas. Kanjeng sinuwun raja
bersedih hati dan memutuskan ia sendiri akan maju perang.
MSekalipun isterinya dibawanya serta, supaya musuh mendapat harta
lihrampasan banyak, kalau ia sendiri kaIah perang.
AIsteri-isteri yang harus turut serta, sudah membuat bermaeam-
maeam kue dan makanan di rumah. Tentara berangkat maju. Urutan
iring-iringan.
Urutan kereta, yang dikendarai oleh isteri-isteri raja. Kanjeng
sinuwun naik gajah di belakang sekali. Dilukiskan keadaan tentara
Panji duduk di belakang isterinya, putri Cemara. Ekawarni diminta
bermain seruling. Permainannya baik. Panji bertanya siapa yang
mengajarinya. ]awabnya, "Raja Bali." Panji, "tentu dia pandai seka1i
bermain."
Asmarajaya (perhatikan : Gunung-sari) buat pertama kali
melihat Ekawarni (perhatian: Onengan) bermain seruling. Ia jatuh
dnta kepadanya dan ingin menjadi suaminya. Untuk itu ia hendak
minta bantuan saudaranya, Candra Kirana, apabila ia sudah
ditemukan kembali.
71
Bupati Kertasana melaporkan kepada ]ayakusuma, bahwa
barisan depan tentara Urawan sudah dihancurkan oleh raja Bali.
Jayakusllma maju perang. SlIreng-rana membentuk sayap kiri. Ia
menjadi Srikandi.
Raja Bali pun muncul di medan perang. Cau menjaga Pilla isteri
raja, yang turut dibawa sambil teringat kepada Ekawarni. Bersama
Astramiruda ia banyak membunuh musuh. Banyak pahlawan di
pihak Bali yang tewas. Sureng-rana pun menyerang..
Pertempuran diteruskan. Sureng-rana menawan semua isteri raja
Bali, raja Bali berkelahi satu lawan satu dengan ]ayakusuma. Setelah
beberapa lama Cau meminta supaya yang menang siapa yang kalah.
]ayakusuma jatuh pingsang, karena kesan yang diperolehnya dari
raja Bali. Sureng-rana datang kepada ]ayakusuma, yang diangkut
orang.
6. Sureng-Rana
2016Orang berusaha supaya ]ayakusuma siuman kembali. Astrawijaya
dan Miruda masih terus mengamuk. Diberi tanda untuk meng-
erpusdahentikan pertempuran dari perkemahan ]ayakusuma.
Astrawijaya dan Miruda mengundurkan diri dan mendapati
]ayakusuma sedang dirawat. Puteri-putri hasil dari rampasan segera
jatuh cinta kepada ]ayakusuma waktu mereka melihatnya. Sureng-
edia Prana menyerahkan r(lereka kepada ]ayakusuma yang menanyakan
siapakah perempuan-perempuan itu. Sureng-rana menjawab, "Isteri-
isteri raja BalL" ]ayakusuma bertanya selanjutnya : Siapa dari mereka
lih Myang pernah "melayani" Kanjeng Sinuwun? Didapatnya pula
Ajawaban, "Belum seorangpun, karena Kanjeng Sinuwun tidak mau
dirapati oleh perempuan itu."
Perempuan-perempuan itu dibuatkan tempat tinggalnya. Jayakusuma
beristirakaht di tempat Sureng-rana.
Raja Bali, yang mengundurkan diri ke dalam keraton, bersedih
karena senjata musuh tak dapat dikalahkan. Hal ini dikatakannya
kepada Cau dan Agung. Selanjutnya Kanjeng Sinuwun raja ingin
supaya Jayakusuma datang lebih dekat ke keraton, supaya dapat
berkelahi dengannya di alun-alun. Cau dan Agung akan mengusa-
hakan hal itu.
Saat ini Kanjeng Sinuwun raja hendak sembahyang. Tiba di
sanggar (tempat sembahyang) ia bermeditasi.
]ayakusuma minta izin kepada Sureng-rana untuk pergi sebentar.
Tapi Sureng-rana hendak turut serta. ]ayakusuma Jalu menidur-
72
kannya dngan mengembangkan sebuah lagu. Wanita-wanita yang
lain mendengarnya dan cemburu kepada Sureng-rana, yang
sementara itu tertidur.
Saat ini Jayakusuma pergi memata-matai raja Bali. Ia tiba di
sanggar dn memperhatikan Kanjeng Sinuwun raja dengan teliti. Ia
terpsona oleh keelokannya dan berkata dalam dirinya, "Sekiranya
ia seorang perempuan." Kemudian ditegurnya Kanjeng Sinuwun
raja, yang masih bermeditasi itu, katanya : Hentikanlah meditasi
tuan dan katakanlah kepadaku apa mau tuan. Kecantikan? Tuap
cantik, Kekuasaan? Tuan pun seorang raja yang berkuasa. Kekayaan?
Tuan kaya." Kanjeng Sinuwun raja terkejut dan bertanya, "Siapakah
tuan, aku ingin melihat tuan."
Jayakusuma, "Aku adalah dewa cinta."
Raja, "Musuhku terlalu kuat, tolonglah aku."
Jayakusuma, "Tuan harus menyerah saja kepadanya."
Raja, "Aku malu berbuat demikian:'
2016Jayakusuma, "Tidak ada orang yang dapat mengalahkannya:'
Raja, "Siapakah Jayakusuma itu?"
erpusdaJayakusuma, "Dia adalah putra raja Dayak, ketika tiba di pulau
Jawa, ia mengabdikan diri kepada raja Urawan:'
Raja, "Saat ini aku bertanya kepada tuan : apakah kekasihku,
Pangeran Jenggala Manik, yang mendapat bahaya di tengah laut,
Pmasih hidup?" - Dan seterusnya dan seterusnya.
ediaKanjeng Sinuwun raja menceritakan pengalamannya dan
ramalan orang, bahwa ia akan bertemu kembali dengan kekasihnya
Msetelah pertempuran di Bali. Dewa pura-pura itu meminta kalpika
Alihkepada raja. Dimintanya supaya Kanjeng Sinuwun memandangnya
baik-baik dan Kanjeng Sinuwun pun - Candra Kirana - mengenal
dewa itu sebagai suaminya. Apabila Jayakusuma mendesak supaya
ia menyerahkan diri, Kanjeng Sinuwun marah, dihunusnya kerisnya
dan ditikamnya. Jayakusuma berkali-kali; tetapi Jayakusuma temyata
tidak termakan oleh senjata. Narada datang memisah dan mengakhiri
perkelahian itu. Diperintahkannya supaya Kanjeng Sinuwun
berpakaian lagi sebagai wanita. Panji dibawa ke keraton dan setelah
keluar, ia berjalan bersama isterinya di sampingnya. Narada pergi.
Panji pulang ke keraton dengan isterinya. Mereka berkasih-kasihan
dalam pertempuran kembali itu.
Mereka terus bercumbu-cumbuan
Dengan cara ini Candrakirana ditemukan kembali. Saat ini Panji
menulis surat di daun pandan dan meletakkannya di tempat tidur
73
raja Bali. Selelah itu ia pergi dengan membawa iSlerinya, yang sedang
lidur lelap, kembali ke perkemahannya. DiJetakkannya islerinya di
lempal tidur sendiri. Selelah liba di luar, dicerilakannya kejadian-
kejadian apa yang sudah lerjadi. Mereka gembira sekali. Sekalen
dilabuh, meriam dilembakkan. Sureng-rana lerkejul, dikiranya
perlempuran mulai lagi dan iapun mengambil panah dan busur.
Tapi Jayakusuma mencerilakan kepadanya lenlang kemenangannya.
Sureng-rana marah kepada Jayakusuma, karena lidak meminla
,~rlimbangannyasebelum perlempuran lerakhir. Sureng-rana kini
pergi ke perempuran-perempuan lain untuk memberilahukan, bahwa
Bali sudah takluk. Pun dikalakannya, bahwa Kanjeng Sinuwun
raja sebenamya adalah seorang perempuan, yaitu Candra !Grana,
sekalian wanila itu keheran-heranan. Putri Purwangga bersungul-
sungul, "Kau rasakanlah saal ini, saal ini kau mendapal saingan
yang besar." Ini ditunjukkannya ke alamal Sureng-rana.
Dalam pada itu Ekawami dalang kepada para puleri, mengalakan
2016bahwa mereka semuanya dipanggil oleh Jayakusuma. Sureng-rana
marah: Dalam hal seperli itu semeslinya soalnya harus diperii>sa
dulu baik-baik." Sambi! menangis Ekawami kembali kepada Jayakusuma,
erpusdayang sedang duduk-duduk dengan Candra !Grana. Candra !Grana.
menghibur hatinya.
Sureng-rana dan perempuan-perempuan lain dalang pada Sekar-
laji, yang tidak mau menyapa lebih dulu, karena keturunannya yang
Plebih linggi, Sureng-rana menyampaikan salamnya. Para pulri
ediamengagumi kecanlikan Candra Kirana. Inilah puncak kekuasaan
dan kenikmalan Panji.
MKini dicerilakan tenlang keralon Bali. Orang mencari Kanjeng
AlihSinuwun raja, ~api lidak berlemu, yang dilemukan mereka ialah
sural jayakusuma, yang isinya seperli berikul, "Kelahuilah, hai
bangsa Bali, bahwa Kanjeng Sinuwun raja sudah kulawan malam
ini." Orang Bali marah mendengar bunyi sural itu.
Permusuhan mulai (agi. Perang. Jayakusuma berhadapan de-
ngan Agung dan Cau dalam pertempuran.
DaIam perkelahian Panji mengenali Cau dan Agung sebagai Prasenta
dan Sadulumur. Mereka girang semua. Tiga orang dikirim untuk
mengambil haria rampasan. Panji mengundurkan diri bersama
Candra !Grana.
Perlemuan dicerilakan lenlang sentana dalem-sentana dalem
yang pergi mengambil harta rampasan. Mereka sudah kembali
dengan banyak, yang harus dibagi-bagikan. Perempuan-perempuan
74
yang hadir tidak sanggup melakukan pembagian itu. Hanya putri
Purwangga, Yudasmara, bersedia melakukan pekerjaan itu. Putri
Cangcangan memperingatinya, jangan sampai Sureng-rana marah,
kalau pembagian itu tidak sesuai dengan kemauannya. Yudasmara
menjawab, bahwa ia tidak takut kepada Sureng-rana. Dia mempu-
nyai guna-guna, sunder belum (kembang istimewa?). Jadi, dialah
yang melakukan pembagian itu. Bagian Sureng-rana disampaikan
kepadanya oleh Pransanta dan Sadulumur. Sureng-rana marah
sekali, karena putri Purwangga, perempuan hasi! rampasan sudah
berani-beraninya melakukan pembagian itu. Sureng-rana menyuruh
kembalikan bagiannya, ia tidak mau menerimanya dan sebentar lagi
akan datang sendiri untuk menumpahkan amarahnya kepada putri
Purwangga. Sadulumur dan Prasanta membawa kembali bagian
Surengrana.
Pada suatu tempat putri Daha sedang dikelilingi oleh dalang-
dalangnya. Prasanta dan Sadulumur datang membawa bagiannya.
2016Kepada Prasanta putri Daha bertanya, siapa yang melakukan pem-
bagian. Prasanta menjawab : putri Purwangga. Candra Kirana pun
erpusdatidak mau menerima bagiannya dan menyuruh antarkannya kembali.
Hanya jika pembagian itu diurus oleh Surengrana, ia akan mau
menerimanya.
Panji duduk bersama para sentana dalem. Prasanta dan Sadulumur
edia Pdatang mengembalikan bagian Sekartaji dan Surengrana. Berkata
Cangcangan, "Nah, betul tidak kataku?" Entar sundal itu akan datang
ribut-ribut lagi."
lih MSesungguhnyalah, setelah itu Surengrana datang dengan
Amarahnya. Di!emparkannya sepotong barang di depan Panji sambi!
bertanya, "Mana perempuan sundal Purwangga itu?" Akan kuhan-
tam dia dengan selopku !" Putri Purwangga sendiri diancamnya,
"Bicaralah kalau kau berani." Panji dan sekalian yang hadir temga-
nga. -Candra Kirana pergi. Seorang emban Surenggana dan seorang
emban puteri Purwangga, menyingsingkan kainnya dan saling
menantang dalam bahasa Melayu (cara lumaywa), "Mari beri sarna
satu, elu emban guwa emban. Mana rupanja si anjing, embannya
putri Purwangga, mari sarna goco(a)n, tidak takut sarna elu, sarna
anak Ki Lurah Cakrajaya ang," Tapi mereka dipisahkan oleh emban
putri Cangcangan, yang berkata, "Jangan gusar encik encong, tidak
baik orang gusar, sarna-sarna saudara, saya ini sudah teluk, sarna
emban mipro besar."
Panji minta maaf atas kejadian ini kepada Candra Kirana, yang
KANTOR PERPUSDA PROP. jATENG 75
" ,.•
memandang embannya. Embannya itu mengerti dan berkata kepada
Panji, "Buat putri kami itu tidak apa-apa, tuan hibur sajalah dulu
Surenggana, kalau dia sudah terhibur, putri kami pun tidak akan
marah lagi." LaJu Panji pergi menemui Surenggana.
Setelah bertemu, Panji mendapatinya masih terus merengut.
Panji memeluknya, tapi ia meronta. Panji minta maaf kepadanya. Ia
menghiburnya dan memberinya bagiannya. Selanjutnya ia berkata
kepada orang yang membawa bagian itu, bahwa bagian Surenggana
tidak boleh disentuh oleh siapapun, kecuali olehnya sendiri. Panji
pergi dan menemui Candra Kirana untuk mengatakan bahwa
Surenggana sudah terhibur hatinya. Saat ini bagian Candra Kirana
dijemput pula.
Surenggana duduk seorang diri di rumah. Berturut-turut datang
kepadanya para sentana dalem untuk mempersembahkan kepadanya
hadiah-hadiah sahaya perempuan, yaitu pemberian mereka sendiri.
2016Surenggana mengucapkan terimakasih dan memberi mereka masing- .
masing sebuah dodo!. Selanjutnya para sentana daJem itu dijamunya
dengan makanan yang lezat-leza!.
erpusda7. Ekawarni
Saat ini diceritakan tentang Dewi Mulatsih. Ia datang sambil
menangis pada kakaknya. Candra Kirana, katanya ia jatuh cinta
edia Ppada Ekawarni, dimintanya pertolongan kakaknya supaya ia dapat
mengawininya. Kakaknya menjawab, bahwa ia takut rnengata-
kannya kepada suarninya. Dewi Mulatsih hendaknya rnenyun-
lih Mtingnya dengan perantaraan raja Kediri saja, yaitu ayahnya, kemudian.
ADewi MuJatsih mendesak kakaknya untuk rnembicarakannya dengan
Panji, apabila mereka di tempat tidur. Tapi kakaknya tidak berani
juga rnelakukan yang dernikian. Saat ini Dewi Mulatsih mengatakan
hasratnya kepada suaminya. Dewi Mulatsih pergi melalui pintu
belakang. Candrakirana menyuruh seorang emban rnengejarnya
dan memanggilnya kernbaJi. Gunungsari menjawab:"Aku tidak mau
kernbali, kalau kakakku tidak mau menyuntingnya untukku" .lalu
Candrakirana rnenulis sepuncuk surat dan dikirimnya kepada Panji
yang membaca surat itu sambi! tersenyurn. Surengrana menanyakan
isinya, ia gembira, tatkala Panji mengatakan, bahwa Ragil-Kunmg
dilamar oleh Dewi Mulatsih. "BaikJah mereka itu diperternukan
besok". Onengan dipanggil oleh Panji, lamaran itu disarnpaikan
kepadanya. Ia ragu-ragu, tapi akhimya ia rnenuruti petunjuk kakak-
nya, dengan syarat-syarat berikut: suarninya tidak boleh berjudi,
76
t
tidak boleh meninggalkannya sering-sering, tidak boleh mengisap
candu dan tidak boleh pula ikut carnpur dengan urusan dapur. Oikirirn-
lah surat jawaban dengan kabar gembira kepada Candra Kirana.
Perkawinan akan dilangsungkan di tempat kediaman Surengrana.
Onengan segera dibawa kepada CandIa Kirana untuk berpakaian.
Bajan dan Emban SUjilah pergi kepada Astrawijaya, yang sedang
membaca tembang di tempat tidur. Oiberitahukan kepadanya, bahwa
lamarannya diterima. Ia harus pergi bersama Prasanta untuk
berpakaian dikediarnan Surengrana. Kemudian ia dibawa ke tempat
upacara.
Orang sudah kumpul. Kedua mempelai dipertemukan. Suami
istri barn itu direstui oleh Panji dan mereka mengatur sembah kepada
yang tua-tua. Mereka makan bersarna. Jauh malam baru mereka
masuk tempat tidur. Kedua suarni-isteri itu bercakap-cakap. Setelah
itu pertemuan pertama.
Panji beserta anak buahnya lama tinggal di Sapigumarang di
2016Bali. Orang Bali amat patuh kepadanya. Kemudian Panji pindah ke
desa Batabang. Malam hari para putri berkumpul lagi. Oi depan
erpusdaCandra Kirana mereka main cuki. Suasana gembira. Permainan
Alih Media Pberjalan terns dengan meriah.
77
BAB V
SERAT TAWANG GANTUNGAN
1. Nusa Tembini
Ada seorang ratu wanita yang berkuasa di kerajaan Tawang
2016Gantungan. Ia sudah rnenaklukkan Kediri. Raja Kediri minta'
bantuan Urawan. Kerajaan inipun sudah diduduki oleh seri ratu
erpusdaitu (saat ini disebut ratu Nusa Ternbini), prajurit-prajuritnya terdiri
dari kaum wanita, bersenjatakan kembang dan wewangian. Raja
Urawan dan raja Kediri sudah melarikan diri ke gunung WiJis, di
mana mereka itu saling berternu. Setelah tiba pada wasi (pertapa)
PCuriganata, raja-raja itu meminta nasehat bagaimaa mengusir rnusuh
ediadari' ibukota negerinya. Wasi berkata, bahwa hanya seorang yang
bernama Jayakusuma yang dapat melakukannya. Raja Urawan lalu
Mmenyuruh putranya, Raden Penjaringan, mernanggil kern bali
lihtumenggung Jayakusurna dari Bali.
A Sementara itu datang bantuan dari Jenggala Manik, tapi sudah
terlambat. Mereka meneruskan perjalanan ke gunung, tempat kedua
raja sedang berada. Raja-raja itu hendak mengirim tentara Jenggala
Manik berperang dan mengusir rnusuh, tapi Curiganata tengah men-
cegah rencana itu, karena tidak ada harapan menang. Raja Daha
marah kepada Curiganata, diurisnya pertapa itu. Tentara Jenggala
Manik diberangkatkan juga ke Daha.
Seri ratu Rumaresi Tawang-gantungan di Daha, tampil keluar.
Didengarnya kabar"bahwa serangan balasan akan dilancarkan dari
gunung. Ketiga belas anaknya perempuan, harus rnemirnpin tentara
yang terdiri dari kaurn wanita. Seri ratu sendiri tidak turut ber-
perang, ia rnendoa. Perternpuran Balatentara Jenggala Manik dipukul
mundur. Para puteri rnengejar rnereka ke gunung.
78 !
•
2. Curiganata
Curiganata melihatnya, lalu mencempungkan diri dalam per-
tempuran. 1a berjuang dengan tabag, betapa pun sengit ia diserang
oeh para wanita. 1a berrneditasi di tengah pertempuran. Para dewa
bingung. Narada dikirim kepada Wasi itu. Pertapa itu menuntut
supaya tentara Jenggala Manik dipulihkan, tuntutannya dipenuhi.
Pertempuran dimulai lagi sang wasi dihujani kembang dan wewa-
ngian, ia tidak tahan. Haripun malam.
Dengan tidak sabar raja Daha dan raja Urawan menunggu keda-
tangan Jayakusurna di gunung. Setelah menak1ukkan Bali, Jayakusurna
tetap tinggal di Bata-bang. 1a tidak segera datang pulang ke Jawa
karena Prasenta sakil. Dicarikan obat untuk orang sakit itu. Pangeran
Urawan datang kepada Panji membawa sepucuk sural. Dengan lisan
diceritakannya tentang keadaan di kedua istana dan bagaimana sifat
musuh. Panji bersiap-siap untuk berangkat ke Urawan. Prasanta
dibawa dalam tandu. Ratu Tawang-gantungan keluar. Diperintah-
2016kannya untuk menyerang Singasari saat ini. Balatentara berangkal.
Raja Singasari mengadakan perlawanan terhadap musuh, tapi
erpusdatentaranya akhimya dipukul mundur.
Dalam pada itu Jayakusuma tiba di Urawan dengan bala tentara
yang besar. Raja menyambutnya dan orang bergembira karena
mengenalinya sebagai putri mahkota Jenggala Manik. Segera Panji
Pberangkat menempuh musuh. Pertempuran diteruskan. Surenggana
ediaturut serta, ia naik keretanya bernama Sagarugi. Pertempuran
tambah seru, prajuri wanita menggunakan berbagai kembang dan
lih Mwewangian sebagai senjata. Kereta Surenggana hancur. Panji datang
Amenolong. Tersebar desas desus, bahwa Panji tertangkap oleh mu-
suh. Candra Kirana menyerbu ke medan pertempuran, ia bertemu
Panji" yang membawanya kembali.
Pangeran-pangeran Jenggala Manik yang ditawan, dimasukkan
dalam kurungan, tapi mereka diperlakukan dengan baik sekali. Panji
di tempat kediamannya membicarakan dengan para istrinya betapa
sukarnya menaklukkan musuh. 1a ingin mendoa. Karena doanya
keinderaan geger. Narada datang kepadanya, memberi nasehat su-
paya mengikut sertakan Prasanta dalam perang. Narada menghi-
lang. Panji kembali pada para isterinya dan memberitahukan kepada
mereka kejadian tadi.
3. Prasanta Sembuh Kembali
Prasanta ditaruh dalam palungan dan diangkut ke medan
79
pertempuran.·Para putri tentara musuh melihatnya dengan perasaan
kasihan. Mereka kembali kepada ibunya, seri ratu. Seri ratu sendiri
keluar untuk melihat orang sakit itu. Orang itu dikenalinya sebagai
suaminya. la memeluknya dan dikatakannya bahwa ialah Kanistren,
yang mencari suaminya semenjak ia menghi!<ing. Diperintahkannya
anak-anaknya untuk mencium kaki Prasanta. Saat ini para tawanan
dibebaskan. Prasanta sembuh kembali dan dalam keadaan sehat
pulang kepada Panji bersama isteri dan anak-anaknya.
Ketiga orang raja Singasari, Kediri dan Urawan berkumpul. Panji
bersama sekaliannya datang kepada raja-raja. Mereka semuanya
bergembira. Dewi Mulatsih menceritakan pengalamannya kepada
ayahnya. Raja Urawan heran, bahwa mereka yang mengabdikan
diri kepadanya itu, adalah keponakan-keponakannya sendiri, tanpa
ia mengenaIinya.
CUriganata pun setelah menjalani pertapaan, kembali kepada
2016pergaulan. Raja Urawan menanyakan kepada Panji, kepada siapa ia
akan memberikan puterinya sebagai balas jasa atas penaklukan Bali.
Panji mengusulkan Astramiruda. Astramiruda pun memperoleh pum
erpusdaUrawan. Segala sesuatu dipersiapkan untuk perkawinan itu. Perka-
winan pw: dilangsungkan.
4. Onengan
PCandra Kirana memberitahukan kepada ayahnya, bahwa Dewi
ediaMulatsih sudah kawin dengan Onengan. Kanjeng Sinuwun raja
gembira. Astramiruda akan diangkat menjadi raja Urawan, raja yang
Mtua menjadi raja Kediri, ayahnya hendak menjadi bagawan pula
Alihseperti raja Urawan. Raja Kediri pun kini pulang kekeraton dengan
Dewi Mulatsih dan isterinya. Wanasari mengusulkan kepada Panji
untuk embali ke ]angala. Panji hendak menunggu dulu perintah
raja Urawan. Astramiruda diangkat jadi raja Urawan. Ayah mertua-
nya pergi ke Pucangan.
Panji beserta rombongan besar anak buah pulang ke ]enggala
Manik. Mendengar putranya sedang dalam perjalanan, Kanjeng
Sinuwun ]angala keluar menyongsongnya. Pertemuan. Panji mence-
ritakan pengalamannya kepada ayahnya. Panji diangkat jadi raja
Jenggala Manik. Ayahnya mengundurkan diri dalam kesepian. Ke-
empat raja kini berkumpul sekeliling ulamawati sebagai pertapa. Panji
memerintah sebagai raja dengan penuh bahagia. la berkasih-kasihan
dengan para isterinya, yang seorang demi yang lain.
80
5. Raja Nusa Barong
- Saat ini diceritakannya tentang raja Nusa Barong, yang belum
beristeri. Namanya Bambang Suteja. Ia bersaudara pria lima orang
dan seorang saudara perempuan bemama Bikang Merdeya. Pada
suatu hari Kanjeng Sinuwun raja datang kepada ayahnya bemama
Bermanakanda, yang sedang tapa digunl;'ng Ja"mbangan. Dikata-
kannya kepada ayahnya, bahwa ia hendak kawin dengan putti
Kediri. Ayahnya tidak menyetujui niatnya itu, tapi Suteja tidak mau
mundur. Ayahnya menjadikannya Panji-tiron (Panji-tiruan), kelima
saudaranya pria dijadikannya Ragil-kuning. Dengan menyamar
demikian Suteja bersama kawan-kawannya naik kapal menuju Jawa.
Di Jenggala Manik orang mendengar kabar kedatangan musuh
di bawah punpinan Panji-tiruan. Orang bersiap-siap. Utusan musuh
datang membawa surat. Semua orang heran melihat persamaan
utusan-utusan itu dengan dua Pangeran JenggaIa Manik. Dalam surat
2016itu dituntut supaya Candra Kirana diserahkan. Surat itu dibalas
demikian, "Seri ratu itu akan diserahkan, apabila Kanjeng Sinuwun
raja sudah tiba." Panji yang sungguh pergi kepada isterinya untuk
erpusdamemberitahukan kejadian itu. Kalau ia mau, ia akan diserahkan
kepada penuntut yang sarna eloknya seperti Panji itu. Candra Kirana
menolak Surengrana bersiap-siap untuk bertempur.
PRaja Nusa Barong muncul. Diperintahkannya kepada patih un-
ediatuk meminta seri ratu dengan jalan damai. Kalau ini temyata tidak
mungkin, maka akan dipergunakan kekerasan. Panji palsu itu me-
Mngutus saudaranya perempuan ke keraton. Ia memperkenalkan diri
lihsebagai Onengan dan diterima oleh Candra Kirana. Tatkala diselidiki
Asungguh-sungguh, ia mengatakan yang sebenamya: bahwa ia di-
kirim oleh Nusa Barong. Saudaranya sebenamya bemarna Bambang
Suteja. Dia sendiri yang menyerahkan diri, bemama Bikang Merdeya.
la diperisterikan dengan Wiyatrnaka, saudara Surengrana. Mereka
yang mengiringinya ke keraton, memberjtahukan hal ini kepada Panji-
tiruan. Panji-tiruan marah dan memerintahkan supaya segera
berangkat. Serangan musuh dari seberang. Pertempuran.
Perkelahian satu lawan satu antara Panji sebenamya dan Panji-
tiruan. Apabila yang tersebut kemudian ini kena tikam oleh Panji
datang ayahnya, Brahrnana Kertawijaya, menolongnya. Brahmana
Kertawijaya berganti-ganti rupa. Perkelahian diteruskan. Brahmana
Kertawijaya terbuka kedoknya, tatkala dadanya kena panah.
81
6. Brahmana Kertawijaya
Perkelahian diteruskan. Brahmana Kertawijaya terbang dan
menantang Panji untuk mengejarnya. Baru saja ia mengucapkan
tantangan itu, Panjipun sudah berada di belakangnya. Brahmana
Kertawijaya dilontarkan dan jatuh di tempat kediamannya di arga-
Jambangan. Pun Suteja akhirnya mati dibunuh oleh Panji. Harta
rampasan banyak. Perjalanan kemenangan Panji pulang ke keraton.
Musik gamelan ditabuh orang. Setelah beberapa lama Panji - Candra
Kirana memperoleh seorang putra, yang diberi nama Raden Laleyan.
Alih Media Perpusda 2016
82 ,I
BAB VI
SERAT NITI PRAIA
1. Serat Nitipraja
Bagaikan tenggelam di lautan api, perasaan hatiku saat ini, ketika
menuliskan kitab ini, aku beri nama Serat Nitipraja, maksudnya
ingin meniru para pujangga, membuka pemikiran, sebagai warisan
2016setelah tiada nanti, memaksakan diri dengan bahasa indah,
mengikuti orang-orang cerdik pandai, agar bisa digunakan tauladan
erpusdadan pedoman.
Dikisahkan dalam tembang ini, hidup ini seperti menempuh
jurang yang dalam dan daratan luas, susah sungguh, demikian keras
tantangannya. Karena itu ingatlah segala kejadian, wahai seluruh
Ppamong praja, bulatkanlah tekad bersama rakyat dan para cende-
ediakiawan, bermusyawarahlah dengan baik, bersatulah dalam tujuan.
Sudah berubah zaman ini, hilang semua tatanan, orang yang
lih Mtidak tahu akan nista jasadnya. Bagi yang tahu pada kebajikan, jasad-
Anya seperti intan, bersinar di atas batu. Karena itu latihlah sehari-
hari, jangan pernah menyerah menghadapi bahaya, kuatkanlah
jiwa-ragamu.
Jika kamu menjadi bupati, dekat dengan raja, seperti surya
terangnya, tapi ingatlah selalu, tajamkanlah hatimu, jadilah seperti
samudra, yang memuat apa saja dan menjadi muara, rakyatmu dan
saudaramu, ketahuilah seperti daun hendak bertunas lagi, di musim
yang keempat.
Pujian celaan dan makian dari orang lain, tahankan seperti
dedaunan menahan air hujan. Sebaliknya buatlah agar mereka bergem-
bira, beri sandang dan pangan, buatlah wanita merasa terhormat,
sabdakan hal itu ke pengikutmu, berlatih berbelas kasih dan suka
berderma, supaya manusia taat.
JikaDalam persidangan eli hadapan raja, dihadap di balai penangkilan,
83
r ,.
lengkap seluruh menleri, jangan lerburu engkau bersabda. Jika kamu
tidak legap duduknya, jalannya lidak manlap, maka akan kurang
wibawa di depan punggawa, tatalah pandangan, pandanglah
dengan tegas tapi manis, bersabdalah dengan alunan jiwamu.
Pandanglah semua hadirin, sebelum berkata pikirkan baik-baik,
dari awal hingga akhir, dudukiah dengan manlab, telitilah semua
perkataan mereka, agar mendapal laporan yang benar, karena jika
tidak satu ketika akan meruntuhkan wibawamu.
2 Laporan Para Menteri
Tunggulah laporan para menleri, lebih baik belakangan kamu
bersabda, lihat dan perhatikan semua laporan, demikian lata-krama
raja, terkena sakit tidak berkata, rakyat menunggu perintah, segala
perintahmu ditaati, mengatur orang banyak, hali-hali dan bijaklah,
jangan lupa asal-usul.
2016Bulatkanlah hatimu kual-kuat, semua pancaindera di dunia itu
bisa menjadi musuh dan kesulitan, jika ada keputusan tiba, surat
berisi hal buruk, sural yang menanlang, cobaan mengancam kesejah-
erpusdateraan, carilah banluan kepada orang yang tidak punya tendensi
apa-apa, tahu semua yang terjadi di dunia.
Jika kamu ditakdirkan menjadi raja, ada nasehat dalam Nitipraja,
yang nista, sedang dan utama. Nista jika tidak paham, hingga musuh
Pdalang, terlalu asyik bersuka-ria, diselimuti oleh nafsu, berjiwa
ediapenakut terhadap orang, namanya gara-gara itu, dikuasai nafsu
pribadi.
Mltu adalah kenistaan seorang patih, tidak paham kalau menjadi
lihpimpinan, lagi pula tidak tulus ikhlas, kesanggupannya besar, merah
Abibir perul buncit, perul segala-galanya, jika dipakai laporannya,
tak terhitung kerusakan negara, pikirnya kerusakan rakyat, perintah-
nya sarna dengan berhala.
Hingga banyak yang menunggu, agar terhormat di mata pengi-
kut, menyombongkan diri sendiri, besar angan-angan, lupa siasal
musuh, tidak ada bedanya dengan menleri, seperli elang lerbang
mengangkasa, kemudian menyambar mangsanya.
Tampak baik di luar mencelakai di dalam, merongrong kekuasaan,
menginginkan matinya orang lain, sudah bermain hitung-hitungan,
seperti pedagang mala pencahariannya, menginginkan perinlah,
awalnya sanggup, meminla jadi pemimpin, berjanji setia di muka
tapi walaknya munafik.
Patih tengah perhatikan dengan teliti, ia menjalankan perinlalvnu,
84
/
memimpin semua punggawa, tidak berubah pada kehendak, galau
.. hati nan cemas, mencontoh pelaksanaan pemerintahan, agar benar
pelaksanaannya, tidak ada keinginan untuk memiliki, tidak lupa
mengasihi rakyat kecil, terus kemakmuran negara.
Patil1 utama harus mengimbangi, terima menerima dengan semesti-
nya, tahu tata hukurn dunia, tindak-tanduknya cekatan, ganti bergan-
ti dengan patih, karena menata pemer~ntahan, hatinya pakewuh,
itu lebih utama dari yang utama, itulah patih yang memangku bumi,
untuk kesejahteraan dunia.
Tidak menyimpan uang segenggam, emas perak ataupun pakaian
kemuliaan, biasa saja dengan raja, sangat setia kepada raja, hatinya
ingin mati dalam perang sabil, tidak mengutamakan saudara, tidak
mencela musuh, sama tidak memilih posisi, tidak goyah karena
celaan, maka ia dipercaya dengan tulus.
Menegakkan hukum kuat bertapa; menahan beban yang sangat
berat, berani menerima kematian, demi budi luhur, maka ia dihormati
2016manusia dengan kasih, suka berderma setiap hari, dunianya tidak
dihitung, kepada orang yang semestinya diberi bantuan, dan bala
erpusdapunggawa dan para menteri, murah hati sekehendaknya.
Semua menteri hormat, rukun-rukun bak saudara sendiri, men-
junjung kepada rajanya, penyembahannya tulus, tidak ada hati yang
jahil, semua prajurit dan rakyat, segan dan cinta, peringatan dalam
edia PNitipraja ini, sudah dilaksanakan oleh Patih dengan segala kebijak-
sanaan, berupa sandi upaya.
lih M3. Patih Kerajaan Mesir
AAda kisah Patih Kerajaan Mesir, sangat terkenal bijaksana, Koja
Jajahan namanya, dan rakyat yang dipangkunya, semua perintah-
nya enak, para raja mengikutinya, mereka segan dan mengasihi,
semua bupati pamong praja jika hendak menghadap raja disambut
oleh patih dengan ramah tamah.
Dijamu semua punggawa dan menteri, para bupati yang hendak
menghadap raja, dikenyangkan sesukanya, busana panah keris,
sabuk harum bunga disajikan, sampai di luar kekenyangan, laksana
mengalir, semampunya memberi hidangan, ketika semua hendak
menghadap raja, Patih Koja mengiring di belakang.
Tiga pembantunya, yang membawa tombak untuk upacara, yang
membawa kaskul dan kursinya. Ia berkain panah lusuh, pakaian tambal
respati, sabuknya kalekah, kainnya hitam, kerisnya landeyan benguk,
Sang Patih santun berlebih, tapi matinya dikhianati orang.
85
Sebaiknya para patih, jangan terlena dengan kejujuran, bagus bersikap
santun bijaksana, telapi dalam hati hendakIah selalu waspada, pahamilah
isinya bumi, dan kutang singa, waspada dan teliti, jangan memudahkan
urusan, jika mendekap gajah banteng, dan kancil, maka hati-hatilah.
Jika engkau percaya kepada Tuhan, dijadikan jaksa oleh sang
raja, seperti timbangan lakunya, maka cermatlah menimbang suatu
persoalan, teguhlah jangan berubah, jangan mengharapkan dunia,
jika tidak benar, jangan goyah oleh suapan, jika goyah maka negara
akan menjadi suram, jangan sekedar berbelas kasihan.
Ketahuilah olehmu uang suap, sabda yang bohong akan menjadi
racun, istri cantik godaannya, jaksa seperti api menyala, kabar seperti
kayu kering, nama seperti tungku, apinya perkataan, asapnya sayub-
sayub, padukan seperti ikan dalam air, masuklah sungguh-sungguh.
Kerjakan tuntas tanpa piranti, dipecat dicuci dengan air, bersih-
kan cucianmu, rantangilah dengan tutur kata, beri bumbu dengan
sahid, pangganglah dan periksalah, rebus dengan api menyala, nyala-
2016nya yang anteng, jaksa nama kedudukanmu, jangan berbohong
setialah pada raja.
erpusdaJaksa nama kedudukanmu, merasalah jika diberi kekuasaan
bersabda, ingatlah keadilan raja, jaksa tangan kanan raja, memeriksa
orang senegara, terang suramnya istana, jika tidak benar lakumu.
Demikian ditulis dalam Nitipraja, nista madya utama, jika jaksa bersih,
Ptidak mengiginkan apapun.
ediaJaksa madya jika mengiringi, ditawari menawari, agar benar, di
. hadapan orang banyak, semua jaksa mengikuti, iringlah agar
Mmendapat hasH, seperti perang tersulut, disebar di medan, seperti
Alihkampak mencari mangsa, dalam air luasnya dijelajahi, tidak lain
daripada air.
Nistanya jika jaksa mau menerima suap, lalu merakit bahasa
untuk menipu, melihat-lihat tidak sabar, berusaha menutupi diri,
apakah engkau seperti aku, dalam mencari penghasHan, dalam
duduk, makannya daun selembar, hasH dari tanaman yang diolah,
berlindung di balik penghasilan orang lain.
Banyak cara orang mencari hasH, sekretaris berlindung di balik
kertas, dan pucuk pena, tukang gajah berlindung di balik angkus,
pandai emas berlindung di balik api, juru sungging berlindung di
balik keindahan, adapun tuwaburu, malah hanya berlindung di
hutan, upamanya ia mencari kijang maka ia memasang jaring dan
jebakan.
Besar kecil tertindih gunung, menyamar-nyamar olehnya mengtmg-
86 !
I
si mencari ilmu, pendeta berlindung di balik tapanya, sama dengan
yang ditenung, seperti burung lincah menari, olehnya mencari
penghasilan, seperti ikan berkecipak lihai karena badannya kedl,
tapi tajam tajinya.
Ingat-ingat sopan santun, jangan hanya suka mencari kesaktian,
ketahuilah pemata raja, tata hukum kerajaan, dalam menjalankan
roda pemerintahan, renungkan dalam hati, biasa sampai dusun,
hiasilah dirimu dengan kesantunan, jangan bergaul dengan durjana,
seperti kijang tinggal di hutannya.
Dekat dengan orang tercinta, yang dekat dengan raja, dalam
lindungan keluarga, palane jika berkata, jika keluar diduduki, seperti
diseret singa, sang naga menurut, diseret singa galak, naga dimangsa
jadi santapannya, biji-biji dedaunan.
Manusia yang terkasih, terutama mengabdi kepada Tuhan, tidak
menolak apapun kehendaknya, disuruh engkau tunduk, peluklah
lehemya jangan ragu. lbaratnya meskipun disuruh mencium pipi
2016naga jangan mengelak, segera ciumlah jangan cemas hatimu, agar
mendapat kebajikan dari-Nya.
erpusda4. Biji Tumbuh Daun Berkembang
Biji tumbuh daun berk~mbang,tergelar di depanmu lalu disuruh
menerjang, terjanglah jangan lama-lama, tidak ada bahayanya,
Pmeskipun engkau sampai mati, akan memperoleh kemuliaan, di
ediaakherat besok, sanggaplah suruhan Tuhan, raja itu jalan kemuliaan,
darma kejayaan manusia.
MIngat-ingat janganlah lupa, pikirkan dan timbanglah masak-
Alihmasak, pahami baik-baik apa-apa pasemon raja, jika ada kata-kata
bersandi, ibarat pukul utara kena timur, pukul barat kena selatan,
maka nantinya akan berbalik kembali mengenai diri sendiri, kedap·
kemp pandangan mata dan alis, sudah menjadi kehendak wisakrama.
Dengan hati jemih orang akan paham, pada kepandaian para
cendekia, bahasa-bahasa yang tersembunyi, penuh sandi dan rahasia,
serta harum ketajaman pandangan mata, menginjak-injak tata
krama, segala tawa, sendau-gurau dalam sehari, tanpa antara,
berkunjung-kunjunglah agar terbuka dan wisakrama.
Salah satu kebajikan darma adalah berkunjung ke puri, jika engkau
berkunjung ke sana, anggaplah seperti hutan sepi, jangan ragu dan
cemas, hilangkan rasa di hati, pusatkan pandanganmu, pada
pengabdian terhadap raja, semua yang terlihat, tunggalkan dengan
kehendak sri bupati, ikulah kehebatan raja.
87
Jika engkau dekat dengan perempuan, dalam rumah tangga, istri
menguasai rumah sekehendaknya, istri ibaratnya, tirta suda sagara
agni, bahni wresa' angarang, puspa wiguneku, antya wilewi lwirwira. Tirta
artinya air, sagara artinya laut, tidak kenyang menerima air sungai.
Api tidak kenyang makatl kayu kering. Seorang ulama ampuh,
yang memiliki segala kelebihan dan kebesaran, tidak ada yang
kenyang dengan ilmu. Demikian juga wanita, tidak memilih laki-
laki, laki-laki tidak memilih gadis, buruknya jika laki-laki dekat
dengan perempuan, apabila tidak pandai mengatur rumah tangga.
Seperti batu penggarisan yang keras, memang teguh tuhu tapi
petit enggan berderma, di situ berkumpulnya, semuanya bertemu,
agak susah dalam hati, berkata dengan keras, kemudian jika bermu-
suhan, dan berani menghadap muka, yang dibela, dibeli dengan
darah dan akhimya bunuh-membunuh.
Jika engkau dijadikan istri, dirumahkan dalam istana sang raja,
sikapmu ramahkanlah, ikhlaslah dalam apapun kehendaknya,
2016ibaratnya engkau ini, menjadi istri permaisuri, kebanggaan suami.
Janganlah memakai pakaian terlalu mewah, pakailah busana
keseharian saja, jangan berhias berlebih, tapi juga jangan terlalu
erpusdakusut, bersahajalah dalam hatimu, melayani kehendaknya, engkau
dan raja, bantu-membantu dalam istana, .rawatlah baik-baik istana
itu, jagalah dan layanilah kehendak raja.
Bertambahnya dunia membawa lupa, senangnya hati diberi
edia Phadiah, tinggi hati tidak tahu asal-usul, lega gejolak jiwa, belum
mencapai tujuan sejati, membanggakan diri, menyepelekan
kewaspadaan, akhimya merendahkan sanak saudara, yang dilihat
lih Mmanisnya emas perak, mengingkari janji.
A Rendahnya orang yang tidak jujur adalah, miskin dan melarat
di dunia, seperti burung gagak memakan bangkai, di tanah yang
kotor, hingga di ranting rapuh dan kering, itupun sambi! melayang-
layang, bangkainya dicucuki, dikerling sambi! melayang, melincah-
lincah ditunggu makannya, turon mencucuk singgat.
Ketahuilah di dunia ini, yang menjadi keutamaan badan, jika
lepas dari segala perkara, seperti perahu di atas air, tumpah perahu-
nya miring, berjalan melintang dan goyang, ombak besar menerjang.
Sebaiknya engkau punya uang, agar bisa membeli layar dan kemudi,
untuk tercapai apapun tujuan.
Susahnya di dunia jika tidak diperhatikan, disapa dilirik dan
diketahui, belum tahu asal mulanya, berhala di atas tumbuhan, lili-
nyokan den ira angling, membanggakan diri sendiri, tidak ada or"",:g
88
i
lain seperti dirinya, penuh kecongkakan, menyombongkan diri agar
terkenal sejagad, uangnya menjadi pemikat.
Tidak demikian yang sudah sungguh, tidak berkedip matanya
di dunia, kaya tanpa memiliki apa-apa, sungguh makmur segala
yang ada, dalam kerajaan tata susilanya, sederhana dalam makan,
pakaian dan istri, tauladan raja.
Perhatikan tata cara ini, jika engkau dijadikan utusan, bertindak-
lah yang meyakinkan, engkau sebagai wakil raja, menyanggupi pe-
rintah mulia itu, tatalah sikapmu, anggaplah urusan sri bupati, men-
jadi tanggung jawabmu.
Jika engkau diutus dengan, sepucuk surat dari raja, jagalah sebaik-
baiknya; jalanmu dilihat, janganlah engkau melanggar tata cara,
tanpa duga kira waspadalah sebaik-baiknya, itu nasehat Nitipraja,
jika diutus keluar negeri, lain negara lain adat tata caranya.
Lihatlah tempat yang kamu injak, jaga dirimu sebaik-baiknya,
seperti datang di negerimu sendiri, jika engkau sudah datang, di per-
2016batasan negeri lain, dengarkanlah berita, menyamarlah kalau perlu,
jangan mudah mengatakan apa maumu, kasora kang sinedya.
erpusda5. Jalanlah Seperti Angsa
Jangan lengah dalam mengamati sekelilingmu, sering canda tawa
hilang kewaspadaan, akhirnya menemui celaka, demikian jika sudilh
Ptiba, di negara tujuan waspadalah, awaslah dengan tindak lakumu,
ediajangan melihat belakang, jangan berkata di jalan, surat itu bawalah
dalam kain, jalanlah seperti angsa.
lih MPandangan mata dan perangaimu yang manis, ucapanmu harus
Ategas dan mantap, percaya diri jangan gugup, kamu mengemban
urusan besar, jika suratmu sudah diterima waspadalah selalu hatimu,
yaitu perjuanganmu, ibarat telur, diapit batu harus hati-hati, atau
seperti bayi di pinggir jurang.
Sampaikanlah suratmu, seperti burung mengangkasa, melayang
hinggap berhenti, di taman bunga tunjung telaga sari, penuh madu-
nya harum wangi, hingga batangnya mentiyung, jatuh di air, yang
kejatuhan bangga tak terkira, getar-geletar bahagia.
Dekatkan dan jauhkan dalam kasih, dekatilah dari jauh tanpa
penghalang, jangan menunggu siasat, dipukul utara kena selatan,
ke barat kena yang timur, jika ke utara, selatan kena, rengkuhlah.
Jika engkau duduk hati-hatilah, sopan santun tata krama, ingat-
lah engkau duta, wakil kedaulatan dan kehormatan rajamu, jika
ditanya jawablah dengan diplomatis, lalu jika sudah be~pamitan,
89
segeralah kembali, siang malam berjalan, jangan berbelok-belok arah, ,
jangan mampir ke rumah.
Jika sudah tiba di hadapan gustimu, siapkan laporanmu dengan
tata bahasa yang baik, berkatalah dengan jujur dan apa adanya,
segeralah ke pendapa, pelan-pelan menghadap, di hadapan rajamu,
menghaturkan surat balasan, suratmu peganglah ujung belakang,
lalu haturkan.
Dan rakyat manea negara, tidak berbeda dengan dirimu, sama
kedudukannya dalam pemerintahan, juga para bupati gung, silih
berganti kirim berkirim, dengan semu, tidak ada yang kalah mengalah-
kan, di hadapan sidang suratnya sampai, ditanda-tangani oleh
rajanya.
Telitilah jika engkau mengh~dapi yang kedl, atau seorang rak-
yatmu yang menghadap raja, teliti tata bahasanya, demikian mak-
sudnya, jika melalui surat yang dikirim, dad saudara kepada sau-
dara, jangan salah paham, pada guru gusti sesamanya, orang tuwa
2016agungkanlah, halus budi tata kr"ma.
Tata eara mengabdi adalah, jika engkau hendak menghadal',
erpusdamandilah dengan bersih, ambilah toya wudhu, berpakaianlah yang
serba sud, bereelana putih, bersabuk putih, berkeris parung ranea-
ban, bersabuk kain panjang tiga lapis, berminyak wangilah.
. Jika tiba di penghadapan asri, duduklah bersama kawan sesama
Pderajat, pilihlah ternan duduk yang setimbang, yang sama-sama
ediamenerima, menjadi satu kehendak, tunggal saling bantu membantu,
jangan berebut eakap, sUih ganti berebut kawi, akhirnya kehilangan
Metika.
AlihDalam persidangan menghadap kepada raja, k<;tahuilah isi
persidangan itu, dengarkan sabda raja, suka ataupun duka nantinya,
dalam rengkuhan raja, ia yang berwenang, mengatur dan menata,
memberi gelar kehormatan, mewisuda punggawa dan menerapkan
hukum, menjadi memutusi manusia.
Jangan berhenti menaruh perhatian, ikutilah persidangan itu
dengan sungguh-sungguh, seperti engkau menyaksikan pentas wayang
d.i depan kelir, lampu menyinar terang, wayang seperti hidup di kelir,
gamelannya meriah, tak henti-henti mengiringi pentas, yang me-
nonton terbius larut dalam drama sedih dan gembira, sampai wayang
berhenti.
Tak ada yang berhenti menonton, mengikuti irama gamelan,
mengikuti alunan eahaya lampu, memperhatikan kayon, tanpa me-
ngueap karena terkesima pada kelir, memang dalang pilihan,
90
memainkan segala wayang, siang malam tiada henti, lincah cerdas
lanpa landing, menambah kehormalan dan kewibawaan negara.
Menghayati kharakler wayangnya, lerdengar sampai ke langil
lapis tujuh, dan bumi lapis ke tujuh pula, pandangan dan wawasan-
nya lajam, manunggal dengan wayangnya, lidak satu lapi bersatu,
seperti Nitirpraja ini, jiwa raga menjadi panutan anak buah, patih
menjadi kepercayaan dan curahan kasih, dalam memerinlah lala
praja.
Dalam memimpin para punggawa semua, ia mengikuti apapun
perinlahmu, patih yang memangku rakyal agar bersatu, menerapkan
hukuman dan memberi pahala. Jika setia diberi pahala, diberi apa
perminlaannya, Demikian Sang Nitipraja, yang barang siapa lahu
isinya, hidupnya selamal.
6. Jagalah Balas Negara
Seperti engkau jika beranjangsana, berjalan mengelilingi hulan
2016dan desa, perhatikan keadaan rakyalmu, perlahanan negeri, pertani-
an di desa, kunjungilah siang malam, benih kejahalan kendalikan-
erpusdalah, singkirkan para perusuh, jagalah baik-baik balas negara, dan
perluaslah tiap hari.
Namailah lempal-lempal yang lerhuni sesuai kehendakmu, bual-
lah kemakmuran di dunia, yang jernih pikiranmu, belakangilah gu-
Pnung, dan sawah legal yang asri, demi kesejahleraan desa, jagalah
ediakeamanan desa-desa, urusilah rawa dan kaki bukil, itu yang wajib
engkau gapai.
lih MIkhIaslah dalam soal rizki -dan makanan, kepada pembantumu
Aorang desa, turutilah sekehendak dan kesenangannya, legalan lebak
dan gunung, berilah pemalang dengan batu pembalas, dan hulan
rimba raya, jangan ada tipuan kepada rakyal dalam merind, leliti
dan hati-hatilah dalam urusan ini.
Sumber kehidupan rakyal makmurkan, jagalah sembahyang lima
waktu, agar tulus selamal kebunmu, pencinipun den gemuh, dan serah-
kan zakal fitrahmu, serahkan kepada kaum miskin, seperti tanaman
tumbuhnya, sediakan kepada raja dan pendeta, hormatilah orang tapa.
Dan sediakan haria untuk fakir miskin, rakyal rendah bantulah,
anak yatim itu suka kerja keras dan setia, dekal dengan orang yang
didnla, tunduk kepada pendela, bersujud kepada raja, selalu meng-
hormali. Sesama orang Islam bersikaplah ramah, muliakan dan
hargailah.
Dan lagi jangan melihal orang mukanya saja, linggi hati°mencari
91
pujian, melihat setimbang dengan dengki baJas berbalas, tanpa
hormat menghormati, itu watak setan, berhala yang akan ditemui,
orang fakir dihinanya, bend melihat orang berbelas kasih, dekat
dengan sudagar.
Nasehat Nitipraja ini ingatlah, jangan ditinggalkan, siang malam
pada dirimu, janganlah engkau menduga, wong aculcit adulit sami,
alcumbah alcaralcah, amutrah angebur, anurun tijaning mulca, sampun sira
lcadunung sudagar singgih, angayar-ayar dunya.
7. Rasaning Oriya lka Sangkala
Kadya sinilem ing sagaraagni, rasaning driya ika sangkala, duk
linakwan panyarike, Nitipraja ingapu, punang minda prasida ngawi,
amiyateng sarira, anglengkara punggung, kumawi peksa utawa,
kyehning jana prawita tan wigati, kedah ingalem bisa.
Arti artati palupa lupi, jurang sengkan daratan linakyan, ewuh
kang munggeng sanane, mangkana ing tumuwuh, dipun emut
2016kramaning dadi, satataning wong praja, den kapti kawngku, reh
nin amawi sujana, silakrama rembugen dipun nastiti, dadya
saekapraya.
erpusdaSampun gingsir silakrama yekti, ilang kelangan dadya kapapan,
puwara nista ragane, dumadak api tan wruh, lamun sira wruh ing
paranti, raganira Iir retna, ing sela dinulu, dadaren sadina-dina,
Psampun tungkul ing silakrama prayogi, yadyan delinging raga.
ediaYen sira tiningkah ing bupati, rinaket ing nata raganira, den
kadi surya padange, gumantya dipun anut, manahira dipun aening,
Mmyang kadi ta samudra, pamotireng uruh, rehira rnawi santana,
lihkawruhana lwir arsaning taru malih, mangsaning labuh kapat.
A Mendung galedeg tibaning riris, kang den-pinta dening bala
kuswa, den tahenaken awake kajawahan angrembuyung, enggar
inggar gambira amrih, kula busana boga, wanita den-yungyun, ika
den-sabda ing baJa, dinadara ing danakramaning dasih, supaya
janma sunya.
Panggih panggehaning jalma singgih, yen sinewaka ing panangki-
lan, pepak satanda mantrine, sampung age amuwus, Jamun sira tan
pesthi linggih, dalanipun tan kontap, dening bala semu, rakiten
dukaning tingal, den agatak amanis Iiyeping aksi, sawungen ing
jro nala.
Adeping tyas ing bala den-kaksi, saderenge matur den kadriyan,
wit tan tekeng wekasane, den pasti sira lungguh, lamun angling
sira den angayuh amakantuka ing ati, pamunahing wardaya.
92
Antinen aturing tanda mantri, lamun tan karl anuhun nabda,
wongen saatur sembahe, mangkana reh ing prabu, anemahi lara
tan angling, reh ing agnyana moda, solahe den-wngku, among
winong sanalika, tinalika panalika d'en-prayogi, sampun lali
pinangka.
Geleng-gelenging nala kalingking, sakyehing pancadriyan ing
jagad, iku minangka mungsuhe, muwah kyehning pakewuh, lamun
ana pUlusan prapti, layang diksura basa, tanukseng pupucuk, coba-
cobaning widagda, saandika upayane wong tan yukti, wruh
saingering jagad.
Lamun sira tinitah nrepati, wonten ta kecaping nitripraja, nista
madya utamane, nista reke jentan wruh, ing durgama mungsuhe
prapli, katungkul ing pangulah, den-reksa ing ayun, ajrih kang
wong kalungsura, jenengipun gara-gara babo wani, asanggup ing
ayunan.
Punika reke nistaning patih, api tan wruh yen dadi ngayunan,
2016lur tan teka ing aline, sanggupipin maledug, abang lambe waduk
malenling, waduk sadaya-daya, kanggep aturipun, tan etang
erpusdarusaking praja, pikiripun rusaking kawula alit, agnyanane brahala.
Ambek katah alur angenteni, amrm keringan rewang sapangan,
kumingsun peksa angene, lali ulahing mungsuh, tan samanya
kalawan mantri, kadi ulung muluk ing tawang lumiling, anamber
Ping mangsanya.
ediaGelehing jaba ing jronya mesi, nagasesa upacara dunya, patin-
ing wong kang den-arne, dunyane kang den-ilung, lir adagang
Mpangidepneki, pangalape parentah, pawitane sanggup, panganyanging
Alihpangayunan, alur setya lenggananipun tan sipi, watek denya mikena. '
Palih madya den luhu nastiti, anglampahi saandikanira, rumeksa
ing bala kabeh, tan mengeng ring sakayun, giwang-giwang nala
tan wingwrin, anulad trepning praja, amrih beneripun, tan adarbe
manah purba, nora alpa tan amisesa ing alit, trus arjaning nagara.
Patih utama yen animbangi, tampa lumampa sahinggekira, wruh
kramaning rat semune, salah sengel ing luwuh, wus gumanli ana
ing palih, rehning anata praja, prayane pakewuh, iku utameng
utama, yeku reke patih kang amangku bumi, amrih arjaning jagad.
Tan asimpen ing arta sademi, ratna salaka busaneng mulya,
lumrah ing nata prabune, tuhu setya mring ratu, tyasnya pejaha
perang sabil, tan adarbe wong sanak, tan anacad satru, sami tan
amilih papan, yen ginunggung tan giwang cinacad sami, dening
suka pracaya.
93
Tata tate tapa pingging; bobot repoting suka kaliwat, wani
lagaweng patine, ambek susila ayu, karaketaning wong kaswasih,
wateknya dana dina, donyane tan ketung, dening wong ingkang
pradana, tuwin bala santana myang tonda mantri, sinaosan
karsanya.
Sakatahing tonda manlri asih, rukun-rukun lir saudaranya,
rempu rinepeng ratune, mamulenira tulus, dalan wonten kang ma-
nah jail, sakyehning bala kuswa, padha jrih alulut, pangengetning
nitipraja, sampung tungkul ing patih ambek sudarrni, keneng sandi
upaya.
Wonten ta papatih rajeng Mesir, umung kaloka tinpenepa, koja
jajahan wastane, saha bala kawengku, saparentahira ngecani, para
ratu kabala, samya jrih alulut, sakatahing para nata yen sewaka
sinamudaneng apatih, anulya sinambrama.
Sinugatan kyehning tonda mantri, para ratu ayun aseba,.
2016tinuwukan sakarsane, busana wastra duwung, sabuk gonda sekar
sumaji, tekeng jawi kawralan, baksana lurnintu, samampune andra-
wina, samya medal asewaka sri bupati, koja lumayeng wuntat.
erpusdaTitiga panakawanireki; kang ambekla cis upacaranya, kaskul .
lawan Iulungguhe, akampuh wastra lusuh, akulambi lambal respati,
sabukipun kalekah, sampelipun wulung, akris landeyan bengukan
denya patih katungkul susilanya di, patine keneng cidra.
edia PSayogyane ing rekyana patih, sampung katurigkul ing manah
tunggal, rasanane ing karone, jroning tyas den rahayu, wajangena
isining burni, myang sakotanging singa, prayatneng pakewuh, aywa
lih Mgampangaken mongsa, yen andhikep gajah banteng, lawan kancil,
Aden sami prayitnanta.
Lamun sira ingandel ing gusti, kinarya jaksa dening s~g nala,
den kadi traju lumehe, den-lajem timbangipun, papakeme sampun
gumingsir, aja melik ing dunya, yen tan beneripun, aywa kengser
ing sarana, yen gingsira dadya sureming nagari; sampun simpen
welasan.
Wruha sira ing arta sademi, gora sabda wisa madukara, estri
ayu cendalane, jaksa lir geni murub, paliwara lir wreksa aking, jaje-
neng kadi tumang, wangwane pamuwus, kukusipun lamat-Iamat,
kang apadu lir mina aneng jro warih, kalebu ing babara.
Linudang mentas keneng piranli, pinecatan ginirah ing toya,
den-baresih kukumbahe, ralengana Ian tutur, ragenana kalawan
said, panggangen Ian pariksa, godog geni murub, urube nirna
nirmala, ing ajeksa jajeneng paliwareki, tan dora setyeng nata.•
94 1
r
~eksa jajeneng paliwareki, rumangsaa yen sinilah sabda, eningi
ratu adile, jaksa angganing ratu, amariksa ing sanagari, surem sure-
rning praja, yen tan beneripun, kang kocap ing nitipraja, nista madya
utama yen jeksa ening. tan ayun ing ruruba.
Madyaning jeksa lamun lumiring. atari-atari atatarenan, amrih
bener, ing wong akeh, sakyehning jaksa pungkur, angriringa denya
met asil, kadya merang ingobar, sinebar ing ranu, lir pargul denya
met mongsa, jroning toya jembare den-dalajahi, tan liyan saking
toya.
Nistanya lamun jeksa miranti, arakit basa kramaning cidra,
anunuwe tan asareh, alingan ing gurnunggung. apa sira ta kaya
mami, denya amet pasilan, sajroning alungguh, buktine daon
salembar, iya dening taneman kang den-ulahi, angulap bawaning
lyan.
Akeh bawaning wong amet kasil, panyarikan alingan karopak,
2016pucuking pangot pamete, sarati lingan angkus, pande emas alingan
agni, sungging alingan warna, lwiring tuwaburu, malah mung
anilih wana, upamane, angidang wruh anjaringi, amasang kalatida.
erpusdaAgung alit myang titindih wukir, maya-maya denya ngungsi
guna, waneh alingan tapane, tunggal kang dipuntenung. kadi peksi
krenda tumiling. denya amet kasab, lir mina gegenjong lemesing
raga lit, anungkelang tajinya.
edia PEnget-engeten I,ramane dadi, aywa tungkul ing suka kawiryan,
den wruh pranataning raje, tata titining ratu, ingkang lumrah ing
sanagari, saringen jroning nala,. lumrah tekeng dusun,
lih Msubakramaning sarira, aywa sanak Ian durjana aywa kongsi, kidang
Akari alasnya.
Aparek kalawan wong sinelir, kang kaparek denira nata, bebetnya
kulabangsane, palane yen amuwus, yen kawetu dipun-linggihi, kadi
kengser ing singa, sang naga anut, kengsering singa agalak, kang
den-mongsa yekti naga boganeki, wija-wija patranya.
Pratamaning janma kang sinelir, angawula ing prabu satmata,
sampun langganeng karsane, kinena sira mengkul, ing gulune singa
den aglis, rangkulen aja kemba, yen kinen angambung. pipining
naga angelak, nulyambungen aywa gumingsir ing ati, antuk
jenenging praja.
Wija tuwuh patra tiksna lungid, aglar ing sira kinen narajang.
tarajangen aja suwe, tan ana bayanipun, nadyan sira tumekeng pati,
amanggih karaharjan, ing delahan besok, angrasaa pakoning hyang.
nata prabu kinarya jalaning sih, darma mona kewala.
'95
Eling pakeling aywa ta lali, ing duduga kalawan prayoga, pinet
saking panengrane, myang cipta nateng semu, lamun wonten
ujungan ing ling, gutuk lor kena wetan, kulon kena kidul, enggok
wangsul amikena, kedap-kedap kocaking netra Ian alis, wus karsa
wisakrama.
Tatraping tyas wruh kang pinilih, ing sujana wigneng parahita,
lumaya mnuladi lide, sandining krada nempuh, saha ganda
prananing aksi, amunah-munah krama, saekaning guyu, pracara
oneng sadina, nirantara soba sobanira amrih, byak krasa wisakrama.
Darma darma ing asaba puri, lamun ingandela saba pura, den
kadi wana sonyane, anglila-nglila mangu, simakena rasaning ati,
jumen paningalira, celekeneng ratu, sakatahe kang kawuryan,
tunggalena Ian wamaning sri bupati, yeku wignyaning nata.
Sampun araket dening pawestri, jroning pura yeku madu wisa,
estri pura sakarsane, estri salokanipun, tirta suda sagara agni, bahni
wresa angarang, puspa wiguneku, antya wilewi lwirwira, tirta
2016banyu sagara wus angarani, tan wareg deneng toya.
Bahni tan wareg ing kayu aking, wus pandita guna kagunanya,
erpusdaantya wilewih karsane, myang wiku pandita gung, nora nana wareg
ing ngelrni, mangkana ing wanita, tan amilih kakung, kakung tan
anampik ing dyah, wisanipun kakung araket pawestri, yen tan tajem
ing praja.
PKadi sela panggarisan rukimi, teguh tuhu tan sungana dana,
ediaingriku reke pawore, sarasane katemu, gatra-gatra susah kang. ati,
anyipta nora natya, tuwin yen amungsuh, dening wani tantya
Mmukya, kang tinohan, tinuku kalawan jurit, tan etang patyan
Alihpinatyan.
Lamun sira rineka pawestri, kinarya gedong dening sang nata,
samunira den alumeh, den lila ing sakayun, myang salokanira
kapanggih, dadi garwa pawitan, netyanireng kakung, angrasaa yen
amungsuh, dening wani tantya mukya, kang tinohan, tinuku
kalawan jurit, tan etang patyan pinatyan.
Ajwa ngangge wastra ingkang adi, anganggeya langsaran
sadina, sampun awiraga mangke, lawan sampun akusut, den
prasetya ing manah anglih, asaji-saji karsa, nira sang aulun, nilik
tiliken jro pura, den kareksa ulah kawanen jro puri, samaptanen
ing karsa.
Wibuhing dunya ambekta lalis, kedaping tyas sinukan sarana,
gurnunggung tan woo mulane, lega umpenging kayun, dene dereng
manah kang jati, anggungaken sarira, .mungkuring rahayu, gingsiIing
96 I
1
apawong-sanak, kang kadulu manising rerna sakundri, gumiwang
ing pasetya.
Sudra-sudraning kang cidra singgih, papa ing papa pinapa ing
rat, lir dangdang amongsa wangke, munggimg setra anguwuh,
mencok ing pang ragas tur aking, tur sarya anggaruda, wangkenya
dim-giIut, tumiling sarya anglayang, lincak-lincak den antun
panganireki, medun anucuk singgat.
Kawruhana ing dunya puniki, ingkang dadi wigenaning raga,
yen luputa prakarane, lir kembang palwe ranu, dadya labuh
palwanya miring, gonjing katempuh ngalang, ombak anggung
nempuh, prayogane darbe arta, priyen dadi layar kamudining amrih,
prapta ingkang sinedya.
Ewuh ing dunya yen tan kalingling, kaba-kaba ingaksi kawuryan,
dereng wruh yateng sangkane, brahala munggeng tuwuh, lilinyokan
denira angling, gumunggung sapa sira, tan kaya kadingsun, kebek
matingting mutingkrak, lamugawa amrih kalokeng sabumi, artane
2016dadi pika!.
Datan mangkana kang sampun singgih, tan kumedap tingale
erpusdaing dunya, sugih datanpa duduwe, tuhu arjeng tuwuh, ing praja
kasusiIanya, asiIuman ing boga wastra pawestri, paesaning narendra.
Gata-gati pranata atiti, lamun sira kinarya kongkonan, iku
apringgra tindake, imba caraning ratu, anambada karsanya mesi,
edia Prakiten semunira, angrasaa sri bupati, salirning prakaranya.
Lamun sira angutus amawi, layang pupucuking dura praja, den
kawengku piIepase, tindake den kadulu, aywa sira ngumbar praniti,
lih Ming watara duduga, prajaga den-ketung, iku traping nitipraja, yen
Aingutus angambah liyanagari, nagara lyan sasmita.
Andhingineno loka den titi, amengkuwa saking awakira, prapta
mring prajane dewek, lamun"sira wus rawuh, ing jajahan myang
tepis iring, angrungukena warta, den ragi asamun, ing semu dipun
asamar, aywa metu ing tutuk denira amrih, kasora kang sinedya.
Sampun adres anggupita angling, asring gumuyu iIang titinya,
sigung kasigug temahe, mangkana yen wus rawuh, ing nagara
dipun respati, tan pen tindak lakunya, aywa nolih pungkur, sampun
amicareng marga, layangira embanen kalawan samir, taping tindak
lir angsa.
Vlatira den darpa amanis, pangucapira den tibeng madya, den
atambuh aywa gupe, ing semu den aruhur, yen tinampan
layangireki den angriringeng nala, ya iku pakewuh, upamane lir
antiga, ingapit ing sela sumaya arti, jabang mangiIo jurang.
97
Turukena layangireki, den kadi paksi teka ing tawang, anglayang
mencok aleren, ing tahen sekaripun, tunjung-tunjung telaga sari,
ibek madune kentar, kabyaktan tumiyung, tumampa ing wiJapanya,
kang pinaran prihen sukanira wrinwrin, duga-duga wilasa.
Parekena Ian dohena ing sih, karaketana, saking kadowan sira
tanpa ling-aling, aywa kahenti!n gelar, ginutuk lor kidul, mangulon den-
prih kang wetan yen mangalor kang kidul dipun kaaksi, den anyraka.
Yen sira lungguh dipun nastiti, kula dyatmika susila krama,
ikuduta kang angene, irnba caraning ratu, yen atanggap wawales
gipih, tumulya pinamitan, tan itung ing enu, rahinten dalu lumam-
pah, tanpa yun asaIah kapti sireng margi, datan mampir ing wisma.
Lamun prapta ngayunaning gusti, dipun samepa ing tingl
tungal, matura ing tingalane, sarta pupucuk semu, mamandapanira
den aglis, dipun ririh ingarsa, nira sang aulun, atur serat wawales-
nya, layangira iriden pucuk eng wuri, yen kagyana turena.
Muwah kawula amonca bumi, tan beda mangkana lekasira, ewuh
2016yen Ian sasamine, kang samya bupatya gung, asisyan asilih ukih
akintun-kinintunan, myang ujungan semu, tan wonten kang
erpusdakasorana, madyantara iku layange yen prapti, katoreng narendranya.
Titi yen gusti mareng kang alit, tewi kawula matur sang nata,
titi tata sasane, mangkana ing liripun, ing amawi layang kikirim,
mareng sanak wong sanak, sampun salah liru, ing guru gusti
edia Psasamanya, wong atuwa sinama kramanireki, titi lwir ing kramanya.
Pranatane angawula singgih, lamun sira ayun asewaka, bilasen
ragane kabeh, ngambila toya wulu, anganggeya kang sarwa sud,
lih Macalanaa petak, asabuka dadu, krisa parung rarancaban, asabuka
Aubed tiga sira kaki, lilisaha gagonda.
Lamun prapta ing pasowan asri, apalinginyan TOwang sapangan,
amiliya satimbange rewangira alungguh, kang prasama sama
nampani, dadya saeka prana, tunggal sabayantu, sampun arebat
kawignyan, silih ukih akudon arebut kawi, palanya cacengilan.
Jeroning paseban adep ing pati, weruhanira gening pasamuan,
arsaning ratu ungguhe, suka duka tinemu, ing ayunanira nrepati,
iya kudu winenang, anggunganing tuwuh, asung jenenging
kawiryan, anuruda anrapaken larapati ratu jalaraning jwang.
Aywa kandag denira ningali, trusa rena kehing panarima, den
kadi ringgit regane, duk aneng keliripun, pandam muncar sira
tingali, wayang kelir kawangwang, gamelane umung, tan pegat
denya welasan, kang anonton asmara kandeging kingkin, waneh
kandeg ing wayang.
98
Kang saweneh kandeg aningali, kandeg dening swaraning
gamelan, waneh kandeg ing damare, waneh kayon dinulu, tanpa
ngucap anukmeng kelir, dalang ing tan kuningan, aringgit sawegung.
rahinten dalu awayang. paringgite dalang wignya tanpa tanding.
cipta ing wibuh ing praja.
Amuroni pawayangireki, awalesan ing sapta akasa, ing sapta
bumi wignyane, apadudon dinulu, tan seng tunggal lamun kaaksi,
tunggalipun tan tunggal, Iwir nitir prajeku, kang raga aglar ing
bala, kyan rakyana apatih timbalaning sih, aparentah ing praja.
Tumibeng bala punggawa sami, anuhon ing timbalanira, apatih
sawawngkone, wong dodosan yan tuhu, tinrapaken ing lara pati,
lamun tuhu ginanjar, winehan sakayun, kalabe sang niti praja, sing
sapa weruh ing raga sasarnaneki, pakartine raharja.
Kaya ta sira yen amatinggi, lumakyeng desa aseba karang. den
kareksa drigamane, galeng wates ing dusun, langlangana rahina
wengi, dursila den kareksa, anudaa laku, anggempala sakaraman,
2016kang atunggu rumekseng watesueki, lalaren saben dina.
Anjenengana langar den apti, arepena karajan ing doya, ingkang
erpusdaawening beiine, angungkurena gunung. myang pagagan tegal kang
asri, munggeng ayuning desa, myang walahar agung, mungeng
tepine kang desa, peringena rawa susukuning wukir, yeku sua sedya.
Legawaa ing boga myang bukti, ing rewangira wong adedesan,
edia Pturutana sakarsane, ing kasenenganipun, karang pecal lebak Ian
wukir, tunggulana kalawan, sela watesipun, myang wana ing
parungbutan, sampun cidra ing reh denira marinci, tambangen
lih Mlalakonya.
ABuktining kaum dipun kopeksi, kang rumeksa ing wektu lilirna,
den tulus pakarangane, pencinipun den gemuh, Ian srahena
jakatireki, muwah Ian pitrahira, srahena ing kaum, myang kadi
tanem tuwuhnya, sedyakena ing ratu myang panditeki, den
anggunggung wong tapa.
Lan sedyakena ing pekir rniskin, kawula ina kang kapradana,
ing anak yatim prenahe suka wirya ing tuhu, yen araket Ian wong
kaswasih, teluk ing apandita, sumungkem ing ratu, parikudu ing
tamiyan, sasamine Islam den sugata gati, sakrama dipun enggal.
Lan malih ing wong karana rahi, anggung gumunggung bum
aleman, angulati satimbange wales winales ing yung, urmat
ingurmatan sireki, iku wateking setan, brahala den-temu, adoh ing
pekir kasiyanb, kasengite andulu wong kawlas-asih, raket ing wong
sudagar.
99
Pemut ing nitipraja dim kesti, sayogyane ing jalma katilar, ing
yayah rena ragane, awya sira andunung, wong acukit adulit sami,
akumbah akarakah, amutrah angebur, anumn tejaning muka,
sampun sira kadunung sudagar singgih, angayar-ayar dunya.
Alih Media Perpusda 2016
100 KAN10R PERPU~D
BAB VII
SERAT WASKITHANING NALA
1. Berusaha Menghibur Hati
BersYuJ<urlah kita sekalian mendapat wejangan dari Raden Panji
Surya Wijaya, seorang sesepuh yang telah mewariskan Seral
2016Waskithaning NaJa. Dianjurkan kepada semua manusia, agar berusaha
menghibur hati, ya kepada anak lelaki, dipadu dengan pitutur i!mu,
agar tau dan mahir mencegah sambikaJa. Tahu letak buruk dan baik,
erpusdawalau sudah sarna-sarna pandai, bergurulah sebagai syaratnya,
bingung bila tidak tahu, awal terjadinya rnanusia, temyata bila tidak
tahu, segalanya mendapat aral, harus dicari akal, penjelasan segala
Pnasihat, hadapilah jangan takut.
ediaAdapun yang dijadikan bandingan, bagi segenap putra wayah,
diambil demi kebaikannya, jangan ada yang salah jalan, sebagai
Mpegangan hidup, hiduprnu akan menjadi, isi dunia ini, sulillbingung
Alihbila tak lahu, yang menjadi batas-batas hidup, itu sernua perlu
dicamkan baik-baik
Adapun yang dijadikan perumpamaan, pitutur para jaJmi masa kini,
yang dijadikan teladan, buruk baiknya perbualan, tetapi tiada kenya-
taannya, hanyalah sebagai perlambang, dikubah dalam kala-kala, dalam
lembang macapat, agar mampu rnenyenangkan hati, diciptakan dengan
manis.
Hanya mengambil nama wong, agar enak dicerilakan, diciplakan
secara lertib, dirangkai dengan ikalan, iniIah yang dijadikan pembuka,
dua wong yang sedang membuka daerah, dikaki gunung, Semeru
daerahnya, lampak indah dilihal, banyak tanaman dan buah-buahan.
Banyak ditanam pohon pinang, tumbuh bambu dipinggir desa, sesuai
dengan jumlah rumahnya, nama desa itu, yang satu narnanya Karangsari,
yang memulai karya, membuka desa di situ, bemama Ki SuryanaIa,
berasal dari desa Jatiragi/Jatiraga, sungguh wongnya sabar sekali.
101