dan memberi upah, sampai lama baru tiba di Selakapa. Oi situ hati
saya merasakan, bahwa agak dikibuli, sang kyai kurang jujur, bimbi-
ngannya dengan pamrih, untung pada waktu itu, bekal saya agak ba-
nyak, dia agak saya kerasi, sang kyai rupanya merasa jua, tak lama
sampailah ke puncak gunung.
Agak terhibur hati saya, menyaksikan keindahan panorama gu-
nung, ingin istirahat sebentar, sekalian hendak menyepi, ketika kyai
mengetahui, bahwa merasa isi hati saya, dan saya telah tahu jalannya,
oleh karena itu ia meninggalkan saya, sambil mendoakan saya agar
berhasil.
ltu watak wong lain, meski hendak menolong, pamrih ditaruh
di mlJka, menikmati bekal sepanjang jalan, oleh karena itu pesan saya
jangan lupa, dalam suatu pengembaraan, waspadalah selalu di hati,
jangan banyak yang diinginkan, jikalau lengah habis dimakan saja.
Mana yang hendak dituju, harus dilihat arah dan tempatnya, jika.
dibimbing harus meminta, jalan mana yang dapat lekas sampai, laksana
2016pengembaraan saya dahulu, begitu dia berkehendak, lalu sampai diper-
jalanan, dan timbul cara yang manis, tak berkehendak, lalu sampai
erpusdadi perjalanan, dan timbul cara yang manis, tak berkehendak apa-apa
lalu tinggal.
Buat apa ditunggui/ditelTlani, tak terpenuhi keinginan, demikian-
lah perlambang pengembaraan, saya jabarkan sebagai tamsil/contoh,
Phanya terlalu jauh sedikit, intinya jikalau dipelajari, jaraknya tentu te-
ediarasa, ada pun maksud saya, maknanya silakan terka sendiri. Me-
ngulang kata-kata belaka, laksana kata, saya di muka, jangan terlalu
Mbanyak teka-teki, membingungkan anak kedl saja, sekarang saya
Alihmulai, sekedar membimbing, mengajari melangkah, selalu mena-
sehati laksana ini, hendak merukunkan semua wong.
Tapi jangan laksana anak kedI, hanya karibnya yang diakrabi,
yang bukan sahabat dibencinya, hal itu saya tahu setuju, laksana yang
sudah nyata, jikalau ada yang belum masuk, sebagai anggota suatu
warga, lalu panas-panasi diganggu, kadang jikalau tersinggung akan
menyakiti.
ltu sangat salah, hanya karena belum dipikirkan, jikalau dinalar
mana ada, wong yang lak ingin menjadi baik, dan tidak suka berke-
cukupan, sampai pada laku utamanya, yang belum tercapai, mungkin
karena masih sial, akan tetapi mustahil memilih yang serba buruk.
Yang menjadi durjana. pun, tentu sudah menyadari, letak kesalahan
yang diperbuatnya, oleh karena itu ia bersembunyi, mengapa ia mau
melakukannya, hanya karena terpaksa demi kebutuhan, lebih baik
214
disebut saja, sial bereampur·watak lupa, jikalau sadar tentu tak ikut
maH.
Maksud sadar memang demikian, tahu kebutuhan uripnya, hanya
meneari kebaikan, karena suatu saat nanti pasti mati, mengapa
menjadi pencuri, menfitnah sesama jalma, dosanya ada tiga maeam,
pertama dosa pada diri sendiri, kedua menimbulkan kesusahan
wong lain. Ketiga tidak merawat, terhadap karunia Tuhan, diajak
berbuat kejahatan, berkeliaran setiap malam, itu salah besar, meren-
dahkan titipan Tuhan, berlaku sewenang-wenang, kelak jikalau telah
sampai janjinya, tentu akan menjadi kerak neraka.
Yang saya beberkan itu semua, hanyalah sebagai tanda saksi,
bahwa sesungguhnya tidak ada, wong, tak ingin baik, dia belum
melaksanakan itu, sebagai warga yang meneari keselamatan, hanya
karena lupa dan sial, harap jangan diganggu, ingatkanlah untuk ke
jalan yang benar. Setelah berhasil sahabatilah, ajaklah bersatu dalam
tekad, untuk mendirikan kesentosaan, yang sangat kuat, apa yang
2016diinginkan, hamper dipastikan akan tereapai, oleh karena itu harus
melihat, ingat selalu untuk bersatu hati, rusak satu tentu akan rusak
erpusdasemuanya.
ltu yang selalu saya rasakan, sebagai kekhawatiran hati, jikalau
meneapai kenikmatan, demikianlah yang saya harapkan, ingin ikut
menikmatinya, hanya tinggal enak-enak saja, oh, Tuhan Yang
PMahakuasa, Yang Mahamurah dan Pengasih, menghendaki makhluk-
edianya selamat.
Terlanjur mengueapkannya, memang sudah menjadi eiri, bagi
Mbee yang berkieau, terdengar tidak karuan, jikalau didengar anak
Alihkeeil, tentu kan dijadikan taruhan, bagai tikus naik ke para-para,
demikianlah pantunnya, tidak becus ikut berbicara. Tapi hati saya
memaksa, terdorong untuk ikut andil, kema jikalau tidak waspada,
terlanjur buruk tak mendapat hasil, bagai meneari ikan di sungai,
jangan keruh airnya, tangkaplah ikannya saja, begitu yang saya
inginkan, tidak belepotan akan tetapi dapat makan ikan.
Demikianlah yang harus dipikirkan, diusahakan siang malam,
bagaimana seyogyanya, agar lekas tercapai, akan tetapi menurut pen-
dapat saya, seeara bodoh sebagai pelengkap, menurut wong banyak,
jangan terlalu muluk keinginan itu, tekunlah selalu dalam bekerja.
Karena segala ilmu pengetahuan, ada pada diri sendiri, seumpama
para sarjana, yang sudah menguasai sastra tinggi, dan siswa yang
telah lulus, dari perguruan tinggi, nah eoba tanyakanlah, dapatkah
ia menyabut rumput, dipaksa pun tentu akan putus jarinya.
215
Harap jangan salah paham, terlanjur mengatakan, suatu kepan-
daian, disangka paling penting, itu memang belum tentu, jangan ber-
tegang diri, semuanya eLigunakan untuk bekerja, jikalau wong memi-
lihara kuda,tentu engk'au dikatakan bisa merumput. Beda dengan
para cerdik pandai, yang harus menjaring langit, dan terbang mengi-
tari dunia, itu memang sudah ditentukan, atas kehendak Tuhan,
sebagai makhluk pilihan, tapi memang tidak perlu, semuanya mela-
kukannya, saya hanya mendengar dan menyaksikan. Justru kita
harus memberi tahu, berbicara dalam bahasa asing, janganlah sampai
melupakan, bahasamu sendiri, seumpama menangkap sili, jangan
melepaskan ikan gabus, jikalau kamu tidak paham, isi pengertian
bahasa jawa, tentu tak dallat membimbing.
Jadi kepandaianmu, hanya kamu pakai seneLiri, tidak untuk dise-
barluaskan, untuk sesama bangsa sendiri, lebih suka dipakai sendiri,
yang demikian itu kurang perlu tidak memperhatikan wong banyak,
memang mudah urip sendirian, tidak membicarakan wong lain.
2016Artinya ketahuilah olehmu, mengapa dirimu diharapkan, menuntut
ilmu dan keahlian, jika kelak berhasil, akan dapat menjadi pelindung,
erpusdaterhadap setiap bawahanmu, utamakan tenggang rasa, bimbinglah
tumbuhnya hati, agar menjadi lebih terang.
Jangan sekali-kali tega, memeras keringat wong kecil, perintah-
kan sewajamya saja, setimpal dengan kemampuannya, serta mem-
Pperoleh upah kerja, yang sesuai dengan jerih payahnya, sehingga
ediabisa untuk nafkah, menguripi anak istri, jangan hanya memikirkan
hasil pribadi. Meski hanya wong kecil janganlah kau hinakan, hor-
Mmatilah dia sepantasnya, karena dia makhluk Tuhan jua, jika dirimu
Alihakan terlena, hanya ingat kepada diri sendiri, jadinya tidak beda,
dahulu tetangga yang menggunting, sekarang dicukur kawan
sendiri.
Demikianlah pendapat wong banyak, saya ingatkan kepada para
cendikiawan, kalau sampai lupa di hati, tentu akan disoraki, sedang·
kan bagi yang merasa pandai, hendaklah mau membimbing rakyat
kedl, janganlah banyak tingkah, menghendaki yang aneh-aneh bila
dapat urip tentram sudah baik.
Lebih-lebih oagi wong desa, tak perlu menjaring angin, hanya
usahakan agar lebih mudah, memikul setiap hari, dapat istirahat
sejenak, dan berkurang belulang tebal eli tengkuk, dan mendapat hasil
yang sesuai dengan jerih payahnya, agar dapat makan lebih bergizi.
Dan agar mempunyai tabungan, busana yang agak bersih, setiap
usai bekerja, membajak, menanam dan menyiangi, pulangnya jangan
216
sampai, terus belepotan lumpUr sawah, setelah mandi bersih, berganti
pakaian dan berhias, dapat melakukan rekreasi sejenak.
Sebagai sarananya, tak lain dari tekun dan rajm, mengerjakan ladang
dan sawah, dengan cara yang tepat, saya hanya memberi ancar-ancar,
hanya mengambil yang baku, maksudnya hanya ingin mengatakan,
mengenai cara bertanam padi, karena menjadi makanan pokok. Yakni
cara pengerjaan sawah, harus diselesaikan dulu, agar dibiarkan
sebentar, tidak lekas ditanami, agar rumput-rumputan di sawah itu,
yang baru saja dibajak, sudah hancur bersama tanah, menambahi
pupuk dan kesuburannya, bila tergesa tentu tidak baik.
Kema rusaknya semak-semak itu, baru mulai membusuk, mengan-
dung hawa panas berhama, jikalau tergesa ditanami, tanamannya
tentu kurus, terkena hanya daunnya layu, pucuk daun bersemburat
merah, jikalau biji tak.segar lagi, hama mentek seeing datang,
Selain pengolahan tanah, perlu juga memilih benih, carilah yang
baik dan segar, itu lebih penting, jikalau benih tidak baik, dari mana
2016hendak cukup hasilnya, dari bulir-bulir padi, tak lain dari benih,
pentingkanlah jangan cari yang bukan-bukan.
erpusdaLahan menyemai benih, bila telah dikerjakan dengan baik, dan
lekas rerumputan, telah menjadi tanah dan humus, segeralah diker-
jakan, buatlah jarak satu depa, panjangnya tiga depa, agar mudah
ditaburi benih setelah itu ratakan benih. Peralatan yang sebaiknya
Pdipakai, batang pisang dan bambu utuh, agar lahan menjadi rata,
ediaterbenam dalam lumpurnya, jikalau hendak disebari benih, usahakan
basah secukupnya saja, agar gabahnya melekat, iangan terbenam di
Mtanah, harus dapat mengira-ngira sendiri.
AlihCara pengerjaan gabah, yang hendak dijadikan benih, dilampi
di dalam tampah, yang kosong dibuang, lalu diadang-adang, yang
ringan agar terkumpul, ambil dan sisihkan, buat makanan sendiri,
jikalau ditanam hasilnya kurang baik. Gabah yang telah dipilih,
bernas berat lalu dilampung, dalam bakul bambu dan letakkan,
rendam dalam air mengalir, jikalau tak ada sungai, cukuplah dengan
air jernih, lamanya kira-kira, tiga hari tiga malam, jikalau ditebar di
saat hampir merekah.
Tapi jikalau sudah tiga hari, bakul hendaknya ditirikan dulu,
disebar secara merata, iangan sampai tertumpang tindih, agak jarang
sedikit, akan lebih baik pertumbuhannya, ukurannya jikalau setiap
gulma, benihnya sekitar setengah kati, jikalau lebih hendaknya di-
tambahkan yang jarang. Hendak diingat selalu, jangan sampai
terlalu rapat, jikalau terlalu banyak gabah, tak ayal tentu akan
217
bertumpang tindih, kelak jikalau sudah tumbuh, yang baik hanya
sebagian-sebagian, selanjutnya begitu, sampai padi siap panen, tak
bersama-sama ada yang terlambat tumbuh.
Usai benih ditebarkan, taburilah abu dapur, ratakanlah dalam
persemaian, banyak sedikitnya usahakan cukup, sebanding jumlah
benihnya, kira-kira sebanding sepuluhnya, lalu aliri dengan air, agar
tanah tetap basah, jikalau benih telah pecah-pecah dikeringkan.
Lamanya dikira-kirakan, jangan terlalu basah atau kering, selanjut-
nya bergiliran, agar tetap basah, sesuai dengan keadaan tanahnya,
tidak ada batasan mutlak, sampai tiba musimnya, untuk menanam-
kan benih itu, carilah saat baik jangan gegabah.
Kira-kira beberapa hari, bersamaan dengan siapnya benih, yang
sesuai dengan tanahnya, hams dicoba diperhatikan, jikalau telah sampai
waktunya, saat mencabuti benih padi, benamkan sebaik-baiknya,
agar lunaklah tanahnya, jikalau dibantu/dicabut akamya tidak rusak.
2016kaki, diurutkan pelan-pelan saja, lalu dicelupkan ke dalam air, lalu
Untuk membersihkan benih dari tanahnya, jangan ditebaskan ke
erpusdakaian benihnya, jikalau sebau kira-kira gabah sekati.
diikat, janganlah terlalu erat, j,!galah jangan rusak, jumlah pema-
.
Hila ditanam agak jarang, jaraknya cukup satu jengkal, asal benih-
nya baik, dan jangan terlalu condong, jikalau benih terlalu rapat,
Puntuk apa diteruskan, sama saja dengan merugi. Hila ditanam terlalu
tidak akan banyak anaknya, malai padinya bahkan berkurang,
ediacondong, butir padinya akan tertindih, kalah dengan bulir jarang-
Msungguh mengikuti pitutur, para pendahulu kita, tentu akan berun-
jarang, itu lebih merugikan, jikalau mau memperhatikan, sungguh-
Alihtung, Insya Allah panenan tanpa hama.
Demikianlah cara mengerjakan sawah, yang mudah dipikirkan,
jangan hanya mengikuti kata wong, yang belum dipahami benar,
meski ada sungguh-sungguh, peristiwa yang remeh-remeh, jika
belum terbukti, janganlah terlalu takut, hilangkan gugon tuhon
demikian.
3. Menangis dalam Hati
Kecuali yang telah diuraikan, gugon tuhon banyak yang meru-
gikan, mengikuti kebiasaan, berkenduri setiap hari, jikalau terlalu
sering akan rugi, hanya membuang-buang nafkah. Tujuannya kurang
thengena, tak laksana pencari keselamatan hati, itu yang lebih baik,
walau tidak berkenduri, tetap selamat hatinya baik, mendapatkan
berkah dari Tuhan, tentu akan dilindungi-Nya.
218
,
Meski sering bersedekah, akan tetapi tidak dengan hati ikhlas,
narnanya masih dikatakan mundur, harus saling memberi, yang mis-
kin terpaksa ikut, mengikuti pengaruh yang mampu, si miskin
menangis dalam hati. Malah akan terbalik, yang dituju agar selaJu
baik, akan tetapi bukan kemampuannya, paling tidak hanya mempu-
nyai, sabit, parang tajam dan Iinggis cangkul, jikalau aIatnya baik,
membimbing ke arah cermat.
Bila memelihara temak, rawatlah sebaik-baiknya, setiap mempe-
kerjakan, gunakan tenggang rasa, temak juga termasuk makhluk
laksanamu, jikalau karnu tak bertenggang rasa, menyiksa dan tidak
merawatnya.
Sang temak juga akan mengeluh, menyebabkan kesialan bagi
dirimu, jikalau terperas tenaganya, kurus karena terlaJu berat be-
kerja, akhirnya sakit dan makin kurus, siapa yang akan merugi,
selain karnu sendiri.
Semua yang mempunyai kewajiban, tidak boleh terburu nafsu,
2016lebih lagi menjual tanah Iiat, dan padi belum masak, meski menjual
adegan tidak boleh, termasuk orang terburu nafsu, semakin me-
erpusdanyengsarakan kemudian hari.
Meski menjual besar-besaran, dengan jumlah berkuintal kurang
baik, baik ditumbuk sendiri, jual setelah menjadi beras, mendapat
tambahan dedak berkatul, menenteramkan hati wong desa, sebagai
edia Ppenukar rejeki. Daripada memburuh ke wong lain, mengerjakan
milik sendiri, di rumah menumbuk padi, juga akan mendapatkan
hasil, menir kasar enak ditanak sendiri, yang berceceran untuk pakan
lih Mternak unggas menggemukan.
AOleh karena itu siapkanlah, peliharalah itik dan ayam untuk,
memakan sisa-sisa yang berjatuhan, jikalau masih kurang juga, tak
akan mengeluh dan hanya mencari-cari, ingatlah untuk menguta-
makan, untuk memelihara temak. Menambah semarak desa, jikalau
sudah saat bertelur setiap hari, siapa yang mau lauk untuk makan,
terkadang sebagian dapat, kau bawa ke pasar untuk dijuaJ, sama saja
dengan saudara juga, karena juga membantu bekerja.
Ada lagi penghasilan untuk nafkah, jikalau musim penghujan
tiba, buatlah selokan, setiap pekan sudah dapat, diperintahkan anak-
anak temu suka, ingin pulang membawa ia kan, dan hatinya pun
jadi senang. Dapat juga dikerjakan santai-santai, buatlah kolam-
kolam kecil, jikaJau tahu peliharalah, pertama-tama taburi dengan
dedak, sementara jikalau ada ikan terperangkap, hadanglah dengan
jaring, diburu ia akan kena.
219
Dan buatlah wiyasa, pasanglah di waktu malam, sebagai perang-
kap belut, sebagai kerja sambi!an di sawah, dikerjakan sambi! mengairi
sawah, agar terjaga tidak terlantar, dan sambi! mengawasi di waktu
malam. Tidak begitu sulit, bahkan dapat menyenangkan hati, man-
faatnya berlipat ganda, dan lagi serba kebetulan, ketika pulang sambi!
membawa bakal lauk, seumpama saya di desa, demikianlah yang
agak saya kehendaki.
Peliharalah segala buah-buahan, bersabarlah sampai pada waktu-
nya, pisang ditunggu sampai ranum, kelapa sarnpai agak tua, jangan
suka mengambi! degannya, kelak kelaparan akan rusak, merugikan
diri sendiri. Menuai belum saatnya, jikalau dipikir akan rugi sendiri,
rugi karena tergesa menuai, harganya pun turun, akan merugikan
si pembeli, jikalau dimakan tidak enak, kadang-kadang juga menye-
babkan saki!.
Meski segar rujak degan, itu hanya mainan bukan makanan pokok,
oleh karena itu janganlah tergesa-gesa, gunakan setelah tua, kecuali
2016jikalau untuk obat, itu hanya sesekali saja, tidak menjadi masalah.
Bila menjual lotis dan rujak, menyakitkan juga sekaligus menjadi
erpusdahama; dirontokkan banyak getahnya, akhirnya lalu rusak, tak lupa
saya mengizinkan istrimu, jikalau mengidam waktu hamil, melotislah
sendiri sepiring.
5ampai dua piring pun, tak kan habis mangga sepohon, hanya
Pmenurutkan wong manja, rusak tidak seberapa, saya jaga alisnya
ediajangan putus, seandainya di!arang pun, tak ayal dia kan benci. 5i
Cantik tampaknya galak, jika dilarang dia kan marah, sama-sama
Myang mbakyu, saya menjaga kelestarian desa, bam_bu pun jangan
Alihsampai dirusak, tunggulah sampai umur setahun, kecuali digunakan
untuk tali.
Segala pepohonan di desa, yang ternyata tak dapat digunakan,
baik segera ditebang, gantilah yang bermanfaat, di sepanjang pagar
tanami randu, sepanjang batas rumah, untuk pedoman kernudian hari.
kapuknya akan berguna, lebih baik daripada dadap jarak dan metir,
tarnbah pula dengan pepaya, walau sampai ratusan, beberapa sulit-
nya menanam benih, menanamnya tidak sulit, jikalau berbuah ba-
nyak sekali,
Untuk genapnya alat desa, pilihlah juga seorang dukun bayi,
kanugrahan sangat penting, jikalau ada wong janda, yang sudah
tua dan banyak anak, bagaimanapun juga, terbiasa merawat bayi.
Termasuk yang penting juga, harus ada penghulu yang baik, lebih
baik yang juga rnampu, dapat sekaligus rnendidik mengaji, hasi~ya.
220
I
ia dapat membimbing, mencegah tindakan maksiat, sehingga menen-
tramkan jiwa.
Agar desa tampak indah, rawatlah pagar-pagarnya, pematang
dekat jalan kecil, baik dibuat lebih lebar, apalagi bisa sampai sedepa,
wong memikuJ dapat berpapasan, sehingga lebih menyenagkan. Akhir-
nya menguIang kata, besar kecil harus rukun dan adil, artinya yang
ada di atas, dapat melindungi bawahannya, jikaJau memerintah jangan
sombong, rakyat kecil pikirannya pendek, jikalau salah paham akan
berbahaya. Sebaliknya begitu, yang di bawah hams tunduk semua,
jikalau sudah benar perintahnya, lekas lakanakan, akan tetapi jikalau
tidak adil caranya, bail< laporkan saja, tentu akan lekas diadili.
Sampai di sini saya bicara, membimbing saudara di desa, demikian
jikalau cocok, tak sulit dilaksanakan, jikalau tidak ambilah yang
penting saja, kerukunanlah yang kita inginkan, agar selamat cukup
dan baik. Sekarang ganti masalah, demi kemajuan kerja dan perba-
kulan, akan tetapi uraian bieara ini, tak usah dijabarkan, yang baik
2016uraiannya sampai panjang, laksana ketika saya bieara, cara-cara
mengerjakan sawah.
erpusdaKerna pemikiran saya, penyebaran kaurn pekerja dan pebakul,
tak begitu bayak adanya, jikalau dibanding dengan, penyeberan wong
yang mengerjakan sawah, dan adanya wong desa, banyak yang kurang
pengertian. Lain dengan para pebakul, dan pekerja yang pengertian,
Pjikalau menyaksikan yang terdahulu, semua yang menjadi pekerja,
ediahanya dari meniru tidak belajar, meski begitu dapat melaksanakan,
kadang-kadang sudah agak terampil.
Mltu sebagai tanda, bahwa pemikirannya memang cemerlang, oleh
Alihkarena itu perlu dibantu, demi kernajuan pakaryannya, jikalau mau
ajaklah berkumpul, untuk membiearakan semua usaha, para warga
yang ahli pikir. Dengan cara meniru, peralatan kerja dari asing, akan
tetapi jikalau masih kurang tahu, baik lalu pilihlah, yang cerdas
. agar belajar, mencari ilrnu dari asing, biayanya ditanggung bersarna.
Kelak setelah berhasil, ilmunya ditularkan segera, agar dapat terus
maju, jangan hanya statis saja, semua kundi, udhag-udheg sampai
empluk, berhasrat laksana wong asing, yang dapat membakar tembi-
kar. Tak lain bahannya tanah liat, di dunia ini banyak tanah, jadi ha-
nya tinggal ilrnunya, itu carilah semua, jikalau sudah berhasil betapa
gembira saya, tentu saya akan menyanjung, sebagai anak yang hebat
sekali. Semua tak ada bedanya, mencari kesempumaan, seurnparna
dengan tukang tenun, dia harus berusaha, memintal benang putih
bersih, lebih lagi jikalau dapat, meniru membuat mori.
221
Meski belum beraneka wama, dua istilah yang sangat saya ingin-
kan, sungguh merupakan seribu kanugrahan, bagi keuripan di jawa,
jikalau dihitung untungnya beribu-ribu, sebab datangnya rezeki,
sudah tanpa biaya di jalan. Jadinya suatu pakaryan, hanya dikerja-
kan sanak keluarga sendiri, sejak menanam benihnya, sampai menjadi
tenunan, yang mengerjakan beribu-ribu wong, semua akan menda-
pat bagian, akan memperoleh pakaryan.
Sebagai akhir kata saya, memberi pitutur kepada kaum pebakul,
saudagar dan sebagainya, wajib memperkuat, terhadap para pekerja
bantulah, berupa saran dan biaya, agar dapat bekerja dengan baik. Sepeti
barang luar negeri, tirulah jangan hanya ingin, jikalau dengan tekad
yang kuat, mengapa tidak bisa, perkuatlah sambil tolong-menolong,
sekedar semampunya, yang tidak memperberat.
Bila terlaksana, tak lama modalnya lekas kembali, bahkan akan
berlipat ganda, maksudnya jikalau sudah bisa, tak perlu membeli ke
wong lain, tentu banyak pengurangan biaya, yang sering untuk ongkos
2016jalan. Sebelum terlaksana, usahkan rukun membeli sendiri, meskipun
yang sudah berlangsung, sudah banyak 'untungnya, akan tetapi bisa
erpusdadikatakan kurang luas lingkupnya, mengapa mau juga menerima,
diambil untungnya sepanjang jalan. Seumpama wong mengambil
air, jikalau diambil dari sumbemya sendiri, sampai dirumah masih
utuh, sesuai dengan jerih payahnya, jikalau sekediu menampung
Pair hujan, hilang membasahi parit, diserap oleh retakan tanah.
ediaMeskipun masih untung, hanya memikirkan untungnya sendiri,
jikalau membeli dari pabriknya, tentu harga selendang akan lebih murah,
Mkamu jual agak murah harganya, itu akan besar manfaatnya, menye-
Alihnangkan wong banyak. Sampai d.i sini pitutur saya, agar jelas saya
ulang pokoknya, yang pertama harus rukun, dan adil serasa, jujurlah
dalam mencapai kemajuan, wujudnya yang kita inginkan, maju dalam
hal menerima tamu. Kedua majunya para pekerja, ketika majunya
para saudagar, yakni laksana yang d.isebut dalam pakem pedalangan,
keadaan negeri yang berwibawa, teratur tenteram dan sejahtera,
subur makmur daerahnya.
Sebagai bingkai kerukunan, agar selamat baik ditambahi, dengan
pengetahuan akan larangan, dari Nabi sebagai utusan, yang diang-
kat sebagai rasul untuk semua, salalahu alai wassalam, demikianlah
sebagai pengikutnya. Yang sudah tampak gejolak di masyarakat,
sebagai tanpa perkenaan dari Tuhan, moga-moga makin dekat yang
dituju, demi mencari kejujuran untuk maju, dan para penunjuk
jalan, jangan melupakan pitutur ini.
222
4. Kaprabawan Obahing Rat Jawa
Dhandhanggula
Hebating tyas kongsi tanpa manis, kaprabawan obahing rat jawa,
wimbuh gumrah sabawane, manjing jro jaman maju, kang tinuju
mung aja kongsi, rinengkuh den sawiyah, sejane anjunjung, ajining
derajat jawa, sayug hiyeg gumolong anunggal budi, baya karsaning
sukma.
Paring asik kang utama yekti, turnuwuh ing tembung: kamar-
dikan, lumrah dadi kembang lambe, nyata sewu pitulung, lenging
apta kari mumuji, wijining kamajuan, bangkita tumuju, jumbuh lawan
sang winenang, sumawana kang samya pantes ngayomi, ayuning
wiyah janma.
Tinuwuhna piwelasing galih, wit tan kiyan jiwa ning kawula,
tinalen sih wilasane, dene kang sedya rukun, mung miliha kang mitu-
lungi, tuduh benering marga, aja slura-sluru karana yen tan rineksa,
nora wurung kadi sulung lebu geni, bareng tibeng sangsara.
2016Nora ngekullekasing priyayi, nanging lamun wong cilik balaka,
during wruh kenthang kimpule, selak milu kasusus, tanpa naker
erpusdakuwating dhiri, katut gubyuging kathah, nora wruh ing rembug,
mung ngebyuk ubyung-ubyungan, agung alit miwah wong pedesan
sami, tumekeng narakarya.
Daya-daya denya mbuwang caping, salin topi kang cara ngaman-
edia Pca, ngewani klafnbi lurike, tinilar tan rinasuk, selak salin atela putih,
guIon amba setebah, tur sinetik tuwuk, nyangking gitik tetepakan,
Mkang seneja mung jajan kang sarwa aji, neng meja pesta raja.
lihAmbaruwah semben ngombe brendhi, pangrasane iku kang
Aingaran, majuning panguripane, tan wruh kaliru surup, kang mang-
kono ketemu mburi, nora susah ginulang, yen wes kuat tuku, pira angene
wong nyandang, nora obat yen mung lurik salin putih, iku dudu
pikiran.
Saya gampang salining pambukti, nora engel mangan ongklok
kenthang, cinakot pira atose, nora susah rinembung, de kang kudu
sarni binudi, majuning pangupaya, kang supa kurup, cukupe ginawe
tadhah, anglakoni panguripan kang utami, pantese tininggalan.
Iku ingkang kudu den parsudi, bebasane: jiwa kagedhen empyak,
peyok yen kurang jagake, marma aja kalimput, kudu tartib denya
mawiti, sinangkan pangupaya, den ajeg asayuk, sabiyantu Ian pra
warga, lilimbang met pikiran kang premati, tiniti patrap sira.
Yen wos golong gumeling budi, ajatlompebareng sarni ngangkat,
nora kena ting kalendhe, den mantep maring laku, aja dhemen
223
anyimpang margi, lire kang bangsa kriya, den sregep ing kalbu,
ambudi geyanira, marsudi mirih wuwuh enggale dadi, lawan beciking
warrna.
Apa maneh ingkang omong tani, den amungkul pangolahing
tanah, rinekaamreh mayare, Ian wuwuhing pametu, lekan legal kebone
santi, miwah para nangkodha, den santi sumungku, ambudi amrih
weruha, jalane mrih enggal lakuning grami, bebathene mundhaka.
Luwih angel kang mangkono yekli, nagging lamu pinikir ing
kthah, pasthi yen ana kaceke, tinimbang nyimpang laku, andhakane,
kandheg tan dadi, upama pandhe desa, tuksng kejen pacul, kepengin
dadi kemasan, tuwas sayah sanguine entek neng margi, pinerdi
durung bisa.
Yen Ian mungkul upama wong tani, reka-reka ngerangkep tukang
rangka, liwas ling crewing pikire, rangkane noara payu, wit wus
kalah klawan mranggi, tur sawahe kapiran, nora kober matun, iku
walking slewengan, nora wurung suduk gunting tatu kalih, katuanan
2016mrene-mrana.
Palambange lir carita nguni, ana janma wus selengah tuwa,
erpusdarambutane nyambel wijen, prandane ndadak waayuh, masih anom
bojone keri, saben kang lanang nendra, uwane binubut, yen gilir mring
bojo tuwa, saben tum rambul ireng den bubuti, temah gundul me1enthas.
Mama kudu ngong bolan-baleni, n()ra becik wong tanpa anlepan,
Pliwas ngeceh-eceh gawe, slamel wong ali mungkul, nora mingkuh
ediamalah ngengkoki, lulusing panguripan, mung nora ngangkah awuwuh,
takren kuwating awak, aja dhemen anjangka kang Juwih-luwih, yen
Mcupel malah lara.
AlihKang wus kalon obahe samangkin, sesemune kang sami jinangkah,
kudu oleh sastra kabeh, iku panjangka luput, yen kabanjur angapirani,
saking durung ginagas, dawaning panemu, paugeraning ngagesang,
sanhang pangan wetune saking wong lani, ginarap para kriya.
Wusing methik Ian ambabar santi, timampanan mring para nang-
kodha, kanug nyebar babjongane, iku caraning laku, kang wus dadi
tataning bumi, nora kene kewala, kang mangkono iku, nadyan sa-
gung manca praja, tanah sabrang alas angina bawah angina, lame
nora beda.
Nora nocad wong marsudi tu!is, dhasar nyala yen bisa ambuka,
lawanging piwulang kabeh, marma rungsid kalangkung, nora cethek
lamun binudi, yen mung bisane maca, gampang nora ewuh, nanging
jeroning surasa, nyamut-nyamut nora gampang den jajagi, kajaba
pra pujangga.
224
Marma ana watese pribadi, yen tumprape kang ulah nagara, kudu
ngugetni sastrane, dene kang bangsa bau, watesene weruh ing tulis,
mung amrih rada padhang, wruh ing bener luput, supaya yen pina-
rentah, null nyandang dhangane nglakoni wajib, nora selang surupe.
Nanging lamun kabeh oleh tulis, nora wurung sawae kapiran,
sakaing ngendi pituwase, aja kaliru surup, angaranai wong olewh
tulis, luwih aji priyangga, kang mongkono luput, kabeh-kabeh nora
beda, naja kriya nangkodha miwah wong tani, yen becik pinilala.
Apa lire kang ingaran beciI<, ati temen mungkul mring gaweyan,
nyukupi marang wajibe, iku ugering laku, gugulagen Ian pamarsudi,
lamun bisa mangkana, wus nyukupi butuh, kanggo sanguning nga-
gesang, rangkepane mung taberi lawan gemi, iku ngelmuning donya.
Lamun padha taberi ngupaya, anggemeni wetunw pinetang,
pasthi yen cukup uripe, iku retuning laku, nora nana ingkang ngungkuli,
nanging tan kena pisah, laku loro iku, nadyan taberi ngupaya, yen
tan gemi yektine nora nyukupi, kinarya ngumbar karsa.
2016Yen mung kaya ombyake samangkin, ingkang lumrah mung
munggah umpaman. kasusu katon bregase, durung wruh sangkanipun,
erpusdakadhisikan selak mbuwangi, wiring yen kongsi kalah, nyandhang
manganipun, mangka kalamun ginggas, urip bregas wragade nora
sathithik, pinetung titikelan.
Sandangane sarwa larang sami angungkuli darbeke priyangga,
Ptur nora awet anggone, mung katon putih menthur, saben dhina
ediakudu mragadi, nadhah opah putihan, yen regenda saru, nging yen
kerep den setlika, nuli dhedel domdomane modhal-madhil, sarune
lih Mnora beda.
AKang pinangan larange kapati, raratengan kang cara ngamanca,
tur nora pira enake, regane tikel tekuk, yen ginagas datan pakardi,
jer perlune wong mangan, mung supaya tuwuk, dudu bangsaning
pameran, rasa enak dawane among sanyari, yeku pucuking ilat.
Aja -ngiuja kamurkaning ati, nora wurung tumibeng sangsara,
ginelar mangkene lire, upamane pinetung, cacawangan tadhah
sasasi, yen nuruto bregasan, wolung dina rampung, lah endhi
sambunging tadhah, apa baya narima mung nyisii driji, nganti
rolikur dhina.
Dadi mundur tan maju lestari, babsane kadi obor blarak, mung
sakbelan gurnrubuge, mbalaerat null lampus, kinemiJUsa tiwas ting
krempis, karl bongkatan sada, mangsa ndadak murub, yeku lamun
ninggal petang, wurung maju kapleset tibeng bilahi, sangsara pira-
pira.
225
Ywa kasusu den sabar ing budi, yen wiweka tur nora rekasa, leka
kang kinarepake, aja kongsi kaduwung, nora nyatur kang sruwa-
sruwi, lire kang sarwa bisa, iku seje rembug, nanging nadyan mangko-
noa, yen kalenan ninggal petiung tanpa dadi, kacorok karusakan.
Nora susah ginacara malih, lamun sami rinasa ing cipla, wus
gamblang-gamblang jablase, mene mbaleni catur, kang tinulur
wosing pambudi, dadining pakumpulan, nedya ngarah rukun, reksa-
rumeksa mring bangsa, yen kalakon pan iku rutining becik, rukun
yekli sanloso.
Umpamane sapu den esuhi, kang sakolong gebenganing sada,
pinutung langeh cokleke, iku wujuding rukun, karasone ngebal-
ebali, nanging winudharan, sadane wus mawul, liwih gampang
cinoklekan, kang mangkono wujude Ian nunggal budi, ringkih tur
tanpa daya.
Marma rukune wajib pinardi, binudiya mring sakehing warga,
mrih sampuma pikirane, jer walakingRenemu, kala-kala kalingan
2016tali, tarkadhang libeng salah, malah kosok wangsuI, lir salining
sandhang pangan, sasal mapas marang bangsane pribadi, kapalen
erpusdapanggaola.
Upamane tukang nenun lurik, binanlonan piker Ian pawitan,
yekli yen pitulung gedhe, ulamane kalamun, sinanlosan saenggaa
bingkil nadyan cilik-cilikan, paslhi bisi kurup, wragade saking
Proyoman, pranalane pinikir kang sarwa larlib, linala' mring pra
ediawarga.
. Pra nangkoda kang kudu ndombani, angepaki sakehing babaran,
lih Mkang lawan panles regane, amrih bisa lumintu, aja kandheg anyam-
Abul kardi, dadi ben nggo bagelan, nora kongsi bubruk, lamun wus
kumpul kinulak, nuli ana kang pinatah amajibi, mikir sumebarira.
Sakeh warga sami den ajaki, padinane ing sabisa-bisa, anganggoa
lurik kabeh, baya la malah mungguh, tan kuciwa wong nyandang
lurik, dhasar welon masaran, kang generus alus, gilape wus sasal .
kaca, luwih maneh tumrape para pawestri, nolog panlese nyala.
Priyasakna ngong candrane mangkin, upamane lurahing Klampi-
san, lunga jagong Ian bojone, kang lanang rada besus, ikel modhang
kemada sungging, pacake cacatheman, carukane alus, bebed bathik
kawung kemplung, sabuk lurik gerusan pekek prekenlin timange
ulan-ulan.
Klambi beekap lurik endhog mimi, benik guion inlen seling
mirah, ngapil canthellanpa klanthe, nyothe kerise mungguh, nyang-
king wiron tangane kering, dhasar brengose capang, mel,;s den
226
luselus, lah apa iku kuciwa, pangrasengan dene wus pantes kepati,
pak<l'ianne wong jawa.
Mbokrnas lurah lumaku neng wuri, tapih ijo tumenggungan,
lurik abang kulambine, kekemben tuluh watu, slendhang bledhak
tur latar putih, wadhuh katone jejek, sasat Sri tumurun, saben wong
kapapang marga, kongsi mlengak saweneh ana ngarasani, iku
pandunganing.
Nalika den idhamaken ing nguni, wohing anggur rujukane baya,
ala nganggur sajakane, yen nyandhang sarwaa patut, malah katon
nyontok kapati, ingsun tan wareg nyawang, kudu ngulu idu, begja-
ne kanca Klampisan, nora larang Mas Lurah Nglimang sukoni, nanging
cacade ana.
Dene nora wanuh nernun ngantih, wit pipikan saking jro nagara,
mung sembagi kuline, putih potongan bandung, tapih lereng sabukan
angkin, patut prigeling solah, sigrag nora sigug, tekan swarane peng-
pengan. yen angidung dudukwuluh den gitari, tibane kembang kacang.
2016Kudu nyebut yen sun raseng ngati, kabag temen illaha ilollah,
ketanggor padha canthase, mung yen sentor kalungkung, Ki Mas
erpusdaLurah nora ngrujuki, sarwa lurik ya bregas, baya kalung usus,
muiane kinong mangkana, yen anyandhang kang sembagi tipis,
sadhela mowak-mowak.
Wong ngamanca dennya nyandhang putih, lam sembagi kang
Ptipios ngarangan;jer iku darbeke dhewe, wus dadi wajibipun, duwek
ediadhewek den anggo sami, marma aja kageyan, kudu melu-melu, kang
patut dadi penginan, mung pintere yen kena den irib-irib, iku h.iwih
lih Mutama.
AAja ngira yen tan klambi putih, nora kena den anggo wawadhah,
isi kapinteran akeh, mundhak agawe guyu, pinter mono neng jroning
ati, budine kang tumandang, kudu bisa cukup, yen wus kecakep sanyata,
nadyan silih binuntel neng luri!< teki, mangsa ndadak mbrojola.
Ingsun seneng yen ana priyayi, agung alit yen nuju padinan. ngagem .
sarwa luri!< wae, denen katone mungguh, ngirid ragad tur makolehi,
lamun nuli kalumrah, kaki kang winuwus, kabeh antuk kamayaran,
ton kabrebet pituwase murakabi, mring bangsa kadang warga.
Nora beda pamikiring bukti, kurang apa pepaking ratengan,
kanga ran duweke dhewe, nadyan wowohanipun, apa kurang kang
adi-ad.i, regane warna mayar, nora ngaluk-aluk, tur rujuk rasaning
ilat, label saking pancene wus den panceni, saking karsaning Suksma.
Lawan malih aja salah tampi, sandhag panagn kang saking
amanca, marmane linarangaken, nora saking pinunjul, Ian rasane
227
tan ngliliwati, mung kalakone teka, akeh wragadipun, mring piranti
miwah lampah, kabeh-kabeh pangetunge den tikeli, jinentolken mring
sira.
Prelu apa mung dhemen mragadi, nora manjing enaking panganan,
nadyan kang weton ing kene, yen ginawa mring purug, tikel tekuk
regane nuli, parlune mung anguja, mring wong kang gumunggung,
turn eh saben wus pinangan, mung sak lapan lamun ilat wus winalik,
ilang labeting rasa.
Kang mankono kudu den weruhi, aja lali mung melik sakala,
elinga dina sesuke, yen lena nora wrung, sesuk abot ngungkuli wingi,
jer mangan sak tungkulan, bayare kumrupyuk, padla Ian tadhah
rong dina, tinekadan parikane ompongya wis, sasat newah sangsara.
Mung gumunggung kendel mbuwang dhuwit, nora nolih kang
kari neng wisma, pating dengger panangis, nadyan kang sarwa
cukup, ala apa wong simpen dhuwit, begja yen bisa torah, ngaraha
atutulung, rna rang samaning tumitah, antuk labet kautaman lair-
2016batin, aneng donya akherat.
Lamun nyata rukun trusing ati, yekti nganti karasa ing cipta,
erpusdasunthik kaliwat enake, marga yen ngenak-enuk, sasat kolu nora
melasi, mring sanak kang kasrakat, nyengka ngarah balur, apama-
neh jeneng iwak, adhakane mung sambel Ian tempe bungkil, gina-
yang mementahkan.
PIku kabehjatining pambudi, nora susah klayu kakayalan, kudu
ediasalin barang-bereng, karena kang kalaku, neng sajrone jaman iki,
pangrasa wus cukupan, nora aran sam, candraneLurah K1ampisan,
Mpan wus bregas nanging nora ngluluwihi, pantes tiba mejane.
AlihDen ararah pangarahing ati, pira-pira wus tekan mejana, gliyak-
gliyak yen ing tembe, bisa lestari maju, marma kudu den kawekani,
golek dalan kang padhang, aja grusa-grusu, elinga basane ana, alon-
alon yen kalakon kang kinapti, yekti sewu nugraha.
Nanging aja sungkanan marsudi, den aminter netepi kebebasan,
uler kambang sak titahe, yen mogok meguk-meguk, bali kesed arane
sami, aja meleng lumuhan, samubarang lumuh, den awas mring
wawatesan, sakeh laku ana kena den lumuhi, ana kudu den angkat.
Ingkang wajib padha den elingi, nglungguhana rasaning manung-
sa, aja gelem den sasaeng, tinuntun kang tan urus, kaya kebo wus
den keluhi, yen padha dpta arja, Ian tan duwe luput, ngidaki benering
lampah, nadyan mungsuh setan belang aja wedi, den mantheng
panthelengan.
Kongsi nggalur nembang gula milir, kang den ulur nalising
228
f
nalar, ginelar jeneliraken, rekane kaya weruh, wewerite laku utami,
temene boya ninga, nanging babo lowung, wulange waleh walaka,
lukukike dumunung neng k.ang nglakoni, kono padaha rinasa.
Jer tan kurang kang wajib mengkoni, kene mono nora melu
wenang, nanging kudu cawe-cawe, weh pitudhing rukun, reka-reka
ngurun-uruni begjane yen katampa, nora tiwas muwus, wosing
seja mung anjaga, aja kongsi kalimput pijer nuruti, berage wong
nonoman.
5. Pekaken Hawaning Budi
Sinom
Marmane aja pepeka, pekaken hawaning budi, dadining sakeh
sangsara, karana kalingan lali, lumuh sarro ngelingi, teberi gemining
laku, lekas arsa jumangkah, angangkah lindak utami, temah pap
saking luput marganira.
Upamane kang sumedaya, marani pucaking ardi, kudu wruh
2016benering marga, sangsarane den wekani, lamun nora palilis, nadyan
wruh tujuning purug, baya ngekol kaliwat, yen selak theyol neng
erpusdamargi, luput-luput kepleset tibeng jujuring
Aja limut mring bebasan, si getun tekane keri, lire yen sami
kalenan, ngenak-enak sabenhi ari, nora lawas sayekti, aline kelebon
getrun, nanging puluh getuna, wus adoh kang den getuni, binurua
edia Pplayune wimbuh fekasa.
Marma ngong bebel wewarah, miliha kang mitulangi, nadyan
wong liyan balaka, kang saguh tuduh ing margi, lamun wus den liteni,
lih Mkaton katalanipun, sedya rumekseng sira, becik pituruta sami, wus
Ajamake tinulungan mring sasama.
Watake wong pagunungan, yen ana janmakang prapti, katon
bingung tan wruh prenah, nuli enggal den tampani, wineruhken
kothang-kathung, layak rada rineka, den engkol-engkol sathithik,
mrih aweta melu mangan sangunira.
Duk ingsun nguni lalmpah, munggah mring pucak Merapi,
mangkono nora prabeda, linampan wong kaki-kaki, kojahe warni-
wami, dhasar pinter anggalembuk, nggaremeng turut marga, tan
pegat ngiming-ngimingi, saananewijiling jurang myang arga.
Cucuwilan walirang bang, who polong Ian rasuk angin, jarew
sawaheprayoga, mung saking den athik-athik, nanging mung-
guhing manti, tan ana pinginepun, mung kelut piniluta, sun tuku
Ian rnituwasi, kongsi suwe lagi tekang selakapa.
Nengkono tyasingsun ngrasa, lamun rada den akali, kyaine nora
229
prasaja, panuntune kanthi pamrih, katujune inguni, rada kandel
sanguningsun, sun oso sawatara, kyaine karaseng ati, nora sawe wus
ngancik pueaking arga.
Enggar karenan tyasingwang, mulat lalangening ardi, nedya
rerem sawatara, ing batin ngiras nenepi, kayaine duk udani, lamun
wus krasa tyasingpun, miwah wus wruh ing marga, samana tininggal
mulih, mung sinungan pamuji arjaning sedya.
lku watake wong Iiyan, nadyan arsa mitulungi, pamrihe dinokok
ngarsa, nisil sangu urut margi, marmane nyawa lali, sajrone samya
lalaku, ing batin den wiweka, aja keh den pengini, yen kalenan
ludhis sinisil kewala.
Ngendi kang arsa sinedya, wawasen pamahireki, yen tinuntun
kudu minta, margane mrih enggal prapti, Iir lakuningsun nguni,
dupi rumekeng paran, tur tuwuh wiweka manis, tan pangiran marmane
tininggal nulya.
Pedah apa tinunggonan, den pepenginan nora keni, iku pra-
2016lambanging lampah, ngong gelar minangka tamsil, mung kadohan
sathithik, pathine lamun ginilut, lete yekti karasa, paran kakarepan
erpusdamami, pamedhare badhenan mangsa bodhoa.
Mbaleni tembung balaka, kadi wuwus ingong ngarsi, aja kakehan
eangkriman, ambibingung mring rarywa lit, mangkya anuntuntun,
menetah ing satitah, bretehe mangkene iki, karep rukun iku panga-
Preping sedya.
ediaNanging aja kaya boeah, mung ineoneden rukuni, kang ora ineon
jinothak, iku ngong ora ngrujuki, lire kang wus kaeksi, yen ana kang
lih Mdurung mlebu, gegebenganing warga, teka padha den panasi, tarka-
Adhagan yen kaeenthok pinilara.
lku kang luput kaliwat, mung saking durung pinikir, yen ginagas
ngendi ana, wong nora kepengin beeik, Ian nora d, hemen luwih,
tekan utamaning laku, nggone durung kalakyan, saking kapesaning
dhiri, nanging mokal yen milih kang sarwa ala.
Nadyan kang laku durjana, pasthi wis weruh pribadi, selehe
salahing solah, muiane nuli andhelik, dene denya nglakoni, mung
kudu nambeli butuh, destun tetap ingaran, apesane kaworan lali,
yen ,;,Iingan mboya milalu palastra.
Lire eling pan mangkana, weruh parluning ngaurip, mung hecik
kang den upaya, karana tak wurung mati, pa gene laku maling, mitenah
sameng tumuwuh, dosane tri prakara, dhingin alane pribadi, kapin-
dhone maweh susahing sasama.
Ping telu nora rumeksa, marang gadhuhaning widdhi, den ajak
230
laku durjana, garumutan saben ratri, iku luput kapati, ngasoraken
titipanipun, sawiyah siya-siya, ing benjang tekaning janji, nora
wurung dadi intiping naraka.
Panggelaringsun mangkana, mung kinarya tandha saksi, yen
yektine nora ana, wong tan kepengin utami, nggone durung uman-
janing, mring warga kang mrih rahayu, mung lali Ian kapesan,
marma aja den cecengil, mung elingna ajaken ngangkah utam.
Wusing dadi rurukunan, gumolong anunggal budi, iku deging
kasantosan, karosone nggegrisi, apa kang den karepi, kalakone sast
tamtu, muIane kudu mulat, elinga wus nunggal budi, rusak siji
rusak bareng sanalika.
Iku kang tansah ngong rasa, dadi sumelaging ati, begja yen
tumekeng enak, yaiku kang sun pupuji, kepengin melu mukti, mung
kari kendhangan dhengkul, dhuh Hyang Mahakawasa, kang sipat
murah Ian asih, angarsakna titahe tibeng raharja.
Kabacut lacuting ucap, pancene wus ciriwanci, lir menco ngoceh
2016micara, clewa-clewo kapiyarsi, yen karengeng rarywa lit, baya ta
den ewul-ewul, lir tikus munggah paga, iku parikane saIni, ra rumangsa
erpusdanora pecus kok mocara.
Nanging ta tyasingsun meksa, saking kudu ngunguruni, karana
yen nora awas, tiwas ala nora olih, lir wong memet neng lali, aja butheg
toyanipun, mung minane den kena, mengkono kang nong pengini,
edia Pnora gupak nanging antuk ngepes iwak.
Iku kang kudu rinasa, binudi ing rina wengi, kapriye prayoganira,
Msupaya tekan tamuli, nanging mungguh ing mami, bodhon-bodhon
lihtambel butuh, yen tumpraping akathah, aja kadonan pambudi,
Amunungkula taberi anambut karya.
Jer sakehing pangawalian, ana tumprape pribadi, upamane pra
sarjana, kang putus marang sastra di, Ian siswa kang wus mijil, saking
pamulangan luhur, lah coba takonana, apa ndadak bisa ngarit,
dinadara drijine buntuk sakala.
Marma aja kUru tampa, kasusu ngaran-arani, sawijining kapinteran,
kinira parlu ngluwihi, iku pan durung pasthi, aja mlepes amelupuh,
kabeh kanggo ing karya, lamun wong ngingu turanggi, pasthi sira
wong ngarit kang pinilala.
Beda lawan pra sujana, kang kudu anjana langit, Ian mabur
ngideri jagad, iku pancen wus pinasthi, saking karsaning wjddhi,
dadi las-lasing tumuwuh, nanging ta nora susah, kabeh-kabeh
anglokoni, ngong narima ngrungu Ian nyawang kewala.
Destun meling mring kang bisa, basane wong ngatas angin,
231
poma aja kongsi tinggal, marang bas3amu pribadi, upama mburu
sili, aja nguculake kutuk, yen sira nora wikan, surasaning basa jawi,
lamun arsa nununtun mangsa bisaa.
Dadi kapinteranira, mung sira anggo pribadi, nora asung
tetempilan, marang bangsanira sami, nrima enak ndheweki, yen
mangkono kurang parlu, tan mikir mring .ngakathah, gampang
wong urip= pribadi, nora susah rinembung sakehing janma.
Lira sira sumurupa, muIane sira pinurih, anggayuh mring kapin-
teran, Manawa ing tembe dadi, bisa ngemong ngayomi, mring sa-
gung kang sira wengku, ngegungna tepa-tepa, tuntunen tuwuhing
ati, mrih tumrontong rada padhang sawatora.
Lan aja pisan mentala, meres kringete wong cilik, prentahen kang
duga-duga, kuwate padha nglakoni, miwah bisaa tampi, pituwas
kang rada kurup, kena ginawe tadhah, ngurupi mring anak rabi,
aja sira mung mikir kanthong priyangga.
Nadyan wong cilik balaka, aja sira ceri-ceri, sapantese ajenana,
2016jer aran padhaning janmi, yen sira bakal lali, mung eling marang
awaskmu, dadine nora beda biyen tangga kang ngguntingi, ing
erpusdasamengko cinukur kanca priyangga.
Iku ucaping ngakathah, sung penget mring pra winasis, yen
kongsilimut ing cipta, pasthi padha den suraki, dene kang wus
linuwih, mring wong cilik mung mumuruk, aja kakehan polah,
Pkapengin kang luwih-Iuwih, angger bisa urip tentrem wus prayoga.
ediaLuwih maneh wong padesaan, Ian susah anjaring angina, mung
ngaraha rada mayar, pikulane saben ari, bisa ngaso sathithik, Ian
Msuda kapaling punuk, miwah anlhuk pituwas, kang kurup sayahing
Alihdhiri, dimen bisa mangan kang rada mirasa.
Miwah duwea simpenan, pangganggo kang rada resik, saben
selaning gaweyan, garu maluku Ian dhangir, ulihe aja kongsi, lastari
galuprut endhut, sawusing awak-awak, salina macak sathiithik, bisa
sanja golek seneng sawalara.
Dene kang mangka sarana, tan Iiyan saking taberi, ngolah tegal-
sawahira, lawan palrap kang patitis, ingsun ngancer-anceri, mung
amek kanga ran baku, lire mung arsa medhar, palrap pananduring
pari, jer punika kang dadi bakuning boga.
Yeku panggaraping sawah, kudu den rampungken dhingin,
dimen rerem sawatara, nora selak den tanduri, mrih rurungkudhing
siti, kang mentas keneng waluku, wus luluh wor ing lemah,
muwuhirabuk Ian lemi, yen kasusu sawahe nora prayoga.
Wit rusaking rurungkudan, lagi wiwit ambosaki, ngemu panas
232
jodhoning lemah, kudu nyoba den titeni, lamun wus ndungkup wand,
mangsane arsa dhinaut, eleben kang prayoga, mrih empuk rebuk-
ing siti, yen dhinaut ara tugel oyodina.
Yen amirih resiking lemah, aja sinabetken sikil, uruten wirih kewala,
nuli cinelup neng warih, miwah dennya naleni, aja pati seru-seru,
reskanen aja rusak, kehe takeraning wiji, yen sabau sakati gabah watara.
Yen tandur kang gabah rada arang, let sakilan wus nyukupi,
uger wijine prayoga, Ian ajadhoyang kapati, yen kekerepen wiji, nora
akeh anakipun, wulene malah suda, lah apa padahe dadi, babasane
wuwuh bandha suda rega.
Lawan yen dhayong kaliwat, wulune pancer katindhih, kalah Ian wulen
soglangan, iku luwih mitunani, lamun padha nastiti, temen miturut pitutur,
abad kang kalampahan, tinemune makolehi, Insya Allah kameton kali sing
ama.
IKu pangrekaning sawah, kang lumrah kena pinikir, aja mung ngugemi
kojah, kang durung den sumurupi, nadyan ta ana yekti, lalkon kang luwih
2016lembut, yen durung kanyataan, aja banget den wedeni, gugon tuhon sathitik
rada ungkuma
erpusda6. mah Siameting Ati
Pangkur
Kajaba kang wus kawedhar, gugon tuhon akeh kang mitunani,
Panut kaul ela-eIa, slametan saben dhina, yen kakehan yektine nora
ediapakantuk, tiwas ngeceh-eceh tadhah, bandha bau saben ad. Ujude
kurang tumanja, nora kaya ulah slameting ati, iku kang luwih pakan-
Mthuk, nadyan ora kondangan, lamun padha salamet atine mulus,
Alihwus antuk berkahing suksma, pasthi padha den ayomi.
Nadyan sHih sidhekaha, lamun ora lawan eklasing ali, arane
ning isin mundur, kudu weweh-wewehan, weh rekasa kang kapeksa
melu-meIu, kelu ambyoke kang bisa, kang compleng ambrebes mili.
Malah kebalik balaka, kang sinedya 'kudu amrih utami, nanging
nora kuwatipun, apese mung duwea, adt bendho kang landhep Ian
linggis pa~ul,yen becik gagamanira, nununtun karep taberi.
Lamun ngingu rajakaya, den abecik nggone padha ngopeni,
saben amek gawenipun, nganggoa tepa-tepa, rajakaya iya titah lir
sireku,lamun sira tanpa tepa, milara kurang ngopeni.
Kewane anggresah uga, weh wewelak wilalat mring sireki, lawan
yen kongsi kapasuk, korut saking rekasa, temah lara saben ari saya
kuru, sapa kang keneng pituna, liyane sira pribadi.
Sakeh kang darbe sasanggan, nora kena sinramalkaken sa~i,
234
mawa ama, yen kassusu den tanduri, tandure yekti gering, sundepen
ghodhonge alum, Ian abang pucuk sulang, yen ilang segering wiji,
menthek suka tekane nusul kewala..
Liyan pangolahing lemah, parlu yen mikira wiji, olehe kang seger
waras, iku kang perlu nguluwihi, yen wijine tan becik, saking endi
dennya ngukup, wetuni!'g wewulenan, nara llyan saking wiji, parla-
kona aja ngira ngarah apa.
Kedhokaning pawinihan, yen wus ginarap kang becik, Ian
tilasing rurukudan, wus dacti lemah Ian lemi, ginula-guJa null, kang
sedhepa ambanepun , dawane telung dhepa, mrih gambang yen den
sebari, ..:us mangkana null leren kang warata.
Pirantine kang praY0gi, gadebog Ian pring kang gilig, pamrihe
papan warata, den eleb kacakan sami, yen arep den sebari, kang
sedengan telesipun, mrih gabahe kreteta, aja mablas maring siti, duga-
uga aneng blabage priyangga.
Dene panggarape gabah, kang arsa den anggo wiji, aneng
2016tampah tinapenan, ingkang gabug den ilangi, tumull den enteri,
kang enteng amrih ngalumpuk, jupuken dhewekena, pinangan wae
erpusdaprayogi, yen sinebar kurang seger tuwuhira.
Gabah kang wis pipilihan, mentes anteb den wadhahi, neng
tengok nuli pamahna, kang kekum ing banyu rriili, yen ora ana
kali, mung banyu seger wus cukup, lawase winatara, telung dina
edia Ptelung bengi, yen sinebar meh malethek thukullra.
Nanging yen wus telung dina, tengoke den etus dhingin, penye-
Mbare kang warata, aja kongsi tumpang tidhih, rada wong salhitik,
lihluwih becik tuwuhipun, takare yen sagulan, gabahe setengah kati,
Alamun torah kang karangen wuwuhana.
Nanging poma elinga, aja kekerepen kongsi, yen kakehen gabahira,
nora turung tumpang tindih, tembe tuwuhing wiji, kang becik mung
dalemok cung, sabanjure mangkana, tumeke tuwaning pari, nora
bareng salong kasep panenira.
Sawusing wiji sinebar, wuwurane awu null, wratakna aneng
gadhangan, keh sitheke kang nyukupi, tinimbang kehing wiji,
watara tikel sepuluh, nulil leben ing toya, mrih urnes telesing siti,
yen wijine wis molethek null den satna.
Suwene kinira-kira, aja baceg aja garing, sabanjure gigiliran,
mrih ajeg urnes lastari, nurut walaking siti, mawa-mawa nora tamtu,
kongsi tumekeng mangsa, bakal pandadaring wiji, iku uga tangguhen
aja sembrana.
Watarane pirang ndina, sedhenge umuring wiji, kang rujuk
233
,
luwih mwneh adol lempung, Ian pari durung mangsa, nadyan adol
adegan nora pakantuk, kalebu wong nggesa mangsa, maweh rekasa
ing wuri.
Nadyan adol gegedhengan, Ian badhulan kabeh kurang praY0gi,
beike padha tinutu, dolen wus dadi beras, pakolehe antul ninggal
dhedhak katul, ngayemi aneng padesaan, dadi gajuling rijeki.
Tinimbang buruh mring liyan, anggarapa darbekira pribadi,
neng omah denira nutu, iya untuk pituwas, menir agalliniwet dhewe
pakantuk, kecere nora jinarang, rnring pitik iwen nglemoni.
Mulane samektanana, angingua bebek ayam kinardi, nadhadi
gogroganipun, yen kurang kang pinangan, nora sambat mung
sasaba luru-Iuru, den eling padha parlokna, ingon-ingon aja sepi.
Muwuhi regenging desa, yen mangsane wus ngendhong saben
ari, sapa kang sinungan lawuh, tirkadhang salong kena, sira cangking
neng pasar kinarya buwuh, sasat batin uga-uga, angrewangi rarnbut
2016kardi.
Ana mareh buwuh tadhah, yen jro desa katrajang kalen mili,
gawe suwakan pakantuk, saben pasar wus kena, sinambetken ing
erpusdabocah pasthi gurnrudug, me1ik mulih oleh iwak, tur antuk sukaning ati.
Yen ginawe pangangguran, nyuwekane suwakan cilik-cilik, yen
surup den ipuk-ipuk, dhingin pyuarana dhedhak, sawatara yen ana
iwak malebu, adhangana senik wong, ginobyak iwake keni.
edia PLawon gawae wiyasa, kang prayoga pinangsang wayah bengi,
tetelik kalaning welut, cangkringan maring sawah, sinambia sembari
Mngingrih banyu, dimen kopen tan kapiran, tur ngiras nganglang
lihing wengi.
AReweke nora sapira, pira bara narik renaming ati, pakolahe lora
telu, tur menek kabeneran, nuju oleh ulihe wus nyangking lawuh,
upama sun neng padesaan, iku rada sun miliki.
Reskanen sakeh wowohan, den telaten ngenteni tekeng wanci,
yen gedhang kang nganti suluh, krambil kang kongsi kocak, aja
pisan dhemen ngundhuh denganipun, ing mburi krambile rusak,
mateni awak pribadi.
Ngungundhuh kang durung mangsa, yen rinasa padha katuanan
sami, tunane kasusu ngundhuh, saking sudane rega, tinimbang
pitunane wong kang kuku, yen pinangan ora enak, tarkadhang
malah ngalarani.
Nadyan enak rujak degan, mung dolanan dudu bakuning bukti,
muiane aja kasusu, kanggone yen wus tuwa, nora nyatur yen nuju
ginawe jarnu, iku aran mangsa kala, nora dadi ngapa yekti.
235
Yeno adol lotis Ian rujak, maweh lara ngiras ngamani kitri, rinon-
tok kakehan tllltuh, ing mburi nuli rusa!<, tan kalalen ingsun nglilani
bijomu, yen ngidham-ngidham kawaron, nglotisa dhewe aspiring.
Nadyan si rong piring pisan, mangsa ndadak entek pelem sauwit,
mung nuruti wong kemayu, rusake alise jwa kongsi putung, upama
sun larangana, nora wurung den seriki.
Mbok nganten katone lantap, nora kena pinambeng maleroki,
sathitik edhang ya mBakyu, ingsun ngereksa padesan, nadyan epring
aja kongsi den barubuh, antinen lamun wus pendhak, kajaba yen
kanggo tali.
Sakeh wayanganing desa, kang tetela nora nipkahi, prayoga
tegoren gupuh, saJinana kang nipkah, ing ing papager ulurana klentheng
randhu, urut watesing pomahan, kanggo uger-uger benjing.
Kapuke kalap kaliwat, luwih saking dhadhap jarak Ian metir,
rangkepana tela gantung, nadyan nganti atusan, abot apa yen ngelepeh
isi tinandur, ngulure nora rekasa, yen awoh sasat mamangsih.
2016Ganeping prabot padesaan, amiliha kang dadi dhukun bayi,
patulunge luwih parlu, yen ana wong carandha, kang wus tuwa Ian
erpusdakang akeh anakipun, nadyan sabusuka neya, kulina ngopeni bayi.
Tunggale kang parlu uga, kudu duwe kaum kang rada becik,
pira bara aran cukup, bisa nyambi mumulang, pakolehe luwung-Iuwung
anununtun, panyenggah laku maksiat, adhakan nentremken ati.
PAmrih asrining padesaan, papagere kudu dipun-parsudi,
ediagalengan kang jejer lurung, becik kang rada amba, pira bara yen
jembar sadhepa kacung, wong mikul bisa petukhan.
MWekasan mbaleni ujar, gedhe cilik kudu rukun Ian adil, tegese
Alihkang tiba ndhuwur, ngemonggo kalerahan, yen marentah aja ladak
grusa-grusu, wong cilik budine cekak, yen kliru surup drawasi.
Kosok baline mangkana, ingkang ngisor kudu miturut sami,
yen wus bener perentahipun, tuli lakonana, nanging lamun ora
adil denya mengku, becik lapuma keweala, pasthi nuli den adili.
Sigeg nggoningsun micara, anunutun kanca padesan sami, samono
iku yen mathuk, tan ewuh linakonan, yen orane jupuken jejering
parlu, rukune engkang den arah, mrih slamet cukup Ian becik.
Samengko salin babagan, mrih majuning kriya Ian laku grami,
nanging pamedaharing wuwus, nora susah ginancar, kang amoncer
ricikane kongsi nggalur, kadi nggoningsun micara, carane wong
ulah tani.
Karana pamikiringwang, sumebaring kriya Ian para grami, tan
patya keh ananipun, yen tinimbang kalawan, gumelaring kang ul~
236
tani sadarum, tur ananing wong padesaan, akeh kang katunan budi.
Beda lawan pra nangkoda, miwah kriya samya darbe pangarti,
yen mired kang wus kadulu, kabeh kang dadi kriya, rI)ung sarana
nunulad nora sianau, prandene katon tumindak, tarkkadhang wus
rada wegig.
Iku minangka pratandha, lamun padha mempan budine minter,
mamane pantes binantu, mrih majuning pakaryan, lamun kena
rembuganadimen kumpul, kang mikir sakehing reka, pra warga kang
ahli budi.
Sarana mired nunulad, pirantining kriya ngamanca nagri, lamun
maksih kurang kawruh, becik null miliha, ingkang Iimpad patahen
dimen ngguguru, ngupaya kawruhing liyan, waragade den uruni.
Ing benjang yen wus sampuma, pangarwruhe pinencaraken null,
mrih lulus bisane maju, aja mung tanpa mundhak, sakeh kudhi
udhag-udheg tekan empluk, kapingina liyan bangsa, kang bisa
ambakar beling.
2016Tan liya bakale lemah, nora kurang ing jagad kebak siti, dadine
mung saking kawruh, iku udinen samya, yen wus ngong kukudang,
erpusdaanak anung ngluluwihi.
Kabeh-kabeh nora beda, marsudia kaundhakane sami, upama
kang tukang nenun, iku kudu ngaraha, ngantih lawe kang putihe
kongsi mencur, pira bara null bisa, niniru anenun mori.
edia PNadyan dunmg warna-warna, lora iku kang banget ngong pengini,
baya wus sewu pi tulung, kanggo neng jagad jawa, yen pinentang
Mbathine maewuewu, karana tekaning tadhah, wus tanpa wragad
lihneng margi.
ALawan adegining pakaryan, mung gina rap kadang warga
pribadi, wiwit nandur wijinipun, tekan dadi tenunan, kang anggarap
uga wong maewu-ewu, kabeh bakal kawaratan, antuk pagaweyan
sami.
Wekasane wuwus ingwang, asung rembug kang padha laku gremi,
sudaghar Ian llyanipun, wiljib nyantosanana, mring pra kriya rewa-
ngana urun-urun, pamrayoga Ian waragad, mrih mragang bisa
ngadani.
Lir barange wong ngamanca, tinuladha aja mandheg kepingin,
yen padha kenceng ing gayuh, pa gene nora bisa, santosakna kalawan
tulung tinulung, sakadare kira-kira, ingkang nora ngereksani.
Upamane kalampahan, nora lawas urune pasthi pulih, malah
mulih likel gulung, lire lamun wus bisa, nara susah kukulak mring
liyanipun, lah pira sudaning wragad, kang adapt Hang neng margi.
237
Sadurunge kalampahan, mung ngaraha rukun kulak pribadi,
sanajan ingkang kalaku, ViuS akeh bathinira, nangingaran kurang
jembar jangkahipun, pa gene leka narima, binalheanan turul margi.
Upama wong angambil loya, yen cinidhuk maring sumber
pribadi, lekaning don maksih wutuh, kurup kangelanira, yen narima
mung nadhai uruh-uruh, ilang nelesi kalenan, sinesep lelaning siti.
Sanajan maksih bathia, among mikir cukupira pribadi, yen kulak
mring pokokipun, suda wragading sinjang, sira edol roda mayar
reganipun, iku gedhening- mupangal, kang mayar wong pirang
kethi.
Siged panggelaring kata, mrih lelela lalese sun baleni, ingkang
dhingin kudu rukun, lawan adil sarasa, den ajujur mring wajib
anjangka maju, wujudeingkang jinangkah, majune wong among
lamu.
Kapindho majuning kriya, pring leluine majuning laku grami,
2016yeku kadi kang kasebul, jro pakem padhalangan, lalakone nagara
kang panjang punjung, lala tenlrem karta arja, gemah ripah loh
jinawi.
erpusdaWewengkuning karukunan, mrih rahayu yogyane den tumpangi,
ngawruhana sarakipun, Gusli nJeng Nabi dula, kang rinasul ing
bawana salal1ahu, wangalaihi wasalam, iku minagka lalaH.
Wus kalon obahing jagat, yeku tandha dadi parenging Widdhi,
edia Pbaya parek kang kinayun, kawasa njunjung bangsa, mung marsudi
jujure kang sedya maju, tanapi pra luduh marga, poma kang
Alih Mwaspada eling.
238
BAB X
SERAT NIRATA PRAKETA
1. Paduka Bhatara Paramartha
a. Kumohon ampun eli bawah paduka Bhatara ParamMtha ([uhan
yang Maha tinggi) yang sangat gaib, yang senantiasa menjaeli
tujuan sarnaeli (dan) bersernayam eli tengah-tengah kagaiban yang
2016gulita, di persemayaman Kahampaan.
Bhatara laksana surya dengan perkasa memenuhi segala makhIuk
erpusdadengan cahaya yang gemilang; Terang dan nyata (Bhatara) dianggap
sebagai (yang) bercahaya dengan sendirinya, yang menyinari
hati yang tak goyah dengan sepenuh-penuhnya.
b.Dengan demikian maka sudah selayaknyalah (Bhatara) teros
Pmenerus ada.m dalarn hati yang sangat sud dan utama, agar menjadi
ediasyarat bagi hamba yang hendak mempergunakan lambang sebagai
tongkat untuk mempelajari (memegang teguh-teguh) i1mu penge-
Mtahuan.
AlihBegitulah maksud hamba berdoa tiap hari dan malam untuk
mohon perkenan (Bhatara), supaya memberi segala daya (kepada
hamba, agar) mampu merangkai kata-kata menjadi sanjak.
c. Karena hamba sangat dungu, karena selama-lamanya (hamba)
adalah (makhluk) yang rendah dan dinistakan oleh dunia.
Maka jauhlah hamba dari i1mu karang-mengarang; (tak tahu)
rasa daripada buku-buku ilmu pengetahuan dan memaklumi
arti ilmu agama. Hanya duka dta saja membebani (hati) yang
meliputinya bagaikan gulita yang merajalela.
(Hamba) tal< mampu meredakan keduanya yang tiada tara dan
itulah sebabnya hamba mengikat sanjak ini.
d. Mustahillah katak dapat menikmati wangi bunya tunjung yang
banyak berkembang di air.
Berhari-harian dan bermalam-malaman ia tinggal eli tempat yang
239
sarna, tetapi tiada juga akan kebagusan bunga teratai.
Berlainlah halnya dengan lebah, dari jauh ia sudah tahu dengan
segera.
Seperti itulah kebodohan hamba (yang hanya) mengotori kaki
para ahli yang bijaksana.
e. Orang yang unggul dalam ilmu pengetahuan adalah ternan dari-
pada kebahagiaan dan akan pergi ke sorga yang amat tinggi.
Orang yang berhati jahat adalah taulat kedukaan yang sangat
kuat menyekatnya dan tak dapat dipisahkan.
Orang yang sangat berhati angkara tiada lain dosalah temannya
yang dimanja-manjanya.
Inilah ketiga golongan ternan. PilihJah yang sebaik-baiknya dan
ambillah.
f. Ringkasnya, usahakanlah senantiasa bertemankan orang yang
baik budi bahasa dan sabar hati,
Dan janganlah berteman dengan orang yang jahat dan tak dapat
2016dipercaya, (karena) terang akan membawa bencana.
LihaUah si angsa yang berteman dengan burung gagak, seluruh
erpusdakeluarganya habis mati.
Demikianlah orang yang tidak berhati-hati kan menemui bencana
yang tak terhingga.
g. Tetapi sangatlah susah untuk mengetahui orang yang bijaksana,
Phati-hati dan tulus hati.
ediaBagi orang yang sangat bijaksana pun amat susahlah untuk men-
cari keselamatan;
MBagi orang yang terpuji tingkah lakunya, masih jauh jugalah
Alihia dari mencapai kesempumaan ilmu, karena hal itu sangat sukar
dicapai.
Bahkan dewa Cakra pun hams diberi petunjuk untuk mencapai-
nya, karena sangat sulitnya.
h. Terangkah bahwa keyakinan hati itu sulit (dicapai), kecuaH dengan
hati yang sangat teguh, laksana orang yang mencari makan dengan
menanam padi di tanah, (ia hams) sabar sekali, dengan pertolo-
ngan orang lain, maka keluarl~ buah daripada (biji) yang dita-
namnya.
Barangkali demikianJah kiranya orang yang ingin mendapatkan
hasil.
240
2. Hendak Meneapai Kepandaian
a~ Bagi orang yang hendak meneapai kepandaian yang tinggi tidak
lain Galan) kecuaH bertindak dengan sabar.
(Demikianlah) juga (hendaknya) dikerjakan oleh orang yang
pandai yang hendak memikat gadis juwita.
(Demikianlah pula hendaknya) hatimu bila mengabdi kepada raja
atau hendak mendaki puneak sebuah gunung. ltulah empat
perkara yang tak dapat dicapai dengan tergesa-gesa.
b. Bulan pun bertambah besar berdikit-dikit pada waktu paroh
terang.
Pohon beringin pun berasal dari biji yang sangat keeil, (dan)
tidak menjadi besar dengan seketika.
Demikian pula lebah menghisap madu (dengan berdikit-dikit,
tapi dengan teratur sehingga banyak terkumpuI). Orang yang
berusaha dengan tak berhenti-henti akan segera berhasil demi-
kian dan akhirnya menjadi sempurna.
2016e. Lagipula segala kepandaian, walaupun tampaknya tak berharga
hendaknya dipegang kuat-kuat.
erpusdaLihatlah kepada si pedagang yang menyimpan baik-baik bermacam-
maeam benda.
(Untuk) mendapatnya iii pergi ke berbagai daerah dan negeri;
maksudnya ialah agar tidak ada yang kurang bila ada orang yang
edia Phendak membelinya.
d. Sesudah banyak hartanya, apa juga yang dikehendakinya dapat
Mterlaksana;
lihTetapi tiada berhenti juga ia meneari benda-benda yang bernilai
Atinggi, agar ia senantiasa dapat berhasil dalam meJaksanakan ber-
bagai-bagai pekerjaan yang utama.
Katanya, "Agar dapat menemukan kehidupan yang laksana
permata yang tiada tara."
e. Ringkasnya tidak ada kekayaan yang betapa pun baiknya
melebihi amal yang saleh.
Dengan sesungguhnya emas, permata dan perhiasan semuanya
dapat binasa.
Begitu juga isteri, anak dan sanak saudara akan terpisah pada
suatu ketika.
Bahkan yang terutama yaitu 'ji"wa' (!<ita pun) pada suatu ketika
akan musnah.
241
3. Karma dan Loba
a. Kekayaan akan tertinggal di rumah pada waktu (kita) mati.
Tiada lain hanyalah makam batasnya sanak saudara, anak dan
isteri;
Hanyalah amal baik atau pun jahat (pada waktu hidup) dahuJu
yang menjadi penunjuk jalan.
Benar atau salah diikuti (oleh jiwa) ke mana pun jalannya
(selalu) diturutkan.
b. Karena tidak ada sebab orang yang mendapatkan kecelakaan
dan dukacita, selain dari 'karma' yaitu kopa (angkara) yang menjadi-
jadi menimbulkan lobha (tamak) dan akhirnya menyebabkan
moha (kebigungan) yang tak pemah reda.
Moha menimbulkan mada (kemabukan), mada menimbulkan
matsara (iri) kujana (pikiran jahat) katungka (kebebalan) dan garwita
(kecerobohan) eli dalam hati. Bila demikian halnya, tentulah (kamu)
menemui bencana karena kebebalan itu sendiri.
2016c. Kalau hal(mu) seperti itu, tentulah lautan yang betapa pun hebat-
nya akan terseberangi dan manikam yang tersembunyi di muJut
erpusdaikan 'makara' yang dahsyat pun (dapat diambiI) dengan mudah.
Sungguh! Ular yang marah akan menjadi karangan bunga yang
menghiasi kepala.
Tidak demikian halnya dengan orang yang berhati jahat,
PIa sangat durhaka, sehingga pemberantasan (daripada sifat
ediajahatnya itu) sangat sukar dilakukan.
d. Teranglah bahwa payung dapat menahan panas matahari, betapa
Mpun juga teriknya.
AlihTeranglah bahwa air dapat memadamkan api, betapapun juga
berkobar nyalanya.
Gajah yang buas dapat ditahan dengan pengait; penyakit yang
berbahaya dapat diobati.
Tetapi orang yang pemarah tidak ada obatnya yang dapat mere-
dakannya dan mengubahnya menjadi sabar.
e. Anai-anai mencari juga api yang panas karena mengira ca-
hayanya memberi sukacita.
Burung-burung dengan bersemangat mengunjungi burung
pemikat di dalam pasangan, karena ingin akan suaranya yang
halus menyenangkan hati dan hilanglah kecurigaannya.
Akhirnya terjeratlah mereka karena hatinya yang terlalu ingin
yang menyebabkan dukacitanya.
242
f. Sungguh orang-orang pun akan demikian pula halnya, bila
tidak dapat mengendalikan hatinya.
Karena raga (keinginan) senantiasa membelenggu hati orang-
orang dengan kokoh dan kuatnya,
Menyebabkan kemabukan dan kebingungan bertahta dengan
sangal kuatnya di hati dan memenuhinya selama-lamanya.
Teranglah, bahwa hal ini menimbulkan kekacauan karena (orang-
orang yang bodoh) lenlu akan menconloh mereka dalam
menurulkan segala kehendak mereka.
g. Kekualan keinginan ilu melewati batas kalau diperangi.
Deng,,!, apakah ia dapat dialahkan?
Kalau dibunuh, pikiran pun akan hilang dan menimbulkan
dukacita dan kelesuan hati.
Kalau dihancurkan membual hati tak peduli dan terang akan
menimbulkan was-was dan menggoncangkan kegairahan hati.
2016Kalau dimanjakan dan diperturu.lkan akan menjadi makin
berbahaya dan mem,bawa (kita) ke naraka.
erpusda4. Karmendriya
a. Karma (perbuatan = amal) indriya (indra) ilu menjadi pemimpin
dan hati kila.
PKarmendriya ilu jalan unluk berlemu dengan Sukma. Maka or-
ediaang yang 'telah mengetahui percampuran/pertemuan dengan
S,:,ksma (mengelahui) hal ilu.
Mb. Ada ajaran kebenaran yang menjadi puncak segala kegaiban,
lihPradana (materi) 1ahir, sangat kecilnya liada hingga; dengan
Asegera pecah menjadi berlain-lainan dan berganda-ganda,
menjadi duapuluh lima dan duapuluh empat buah benda
kebenaran.
c. ltulah yang menjadikan segala sesualu di tiga alam ini; benda-
benda yang kasar maupun 12 buah benda yang lain.
Dengan kelima unsur dasar (panca mQhabhuta) dan kelima benda-
benda yang tak tersifatkan (malratatwa = tan malra tatwa).
Telapi hanya 2 buah benda yang menjadi sumbernya dan lebih
sempuma.
d. Di dalam 'pancabhuta' lerdapal'guna' dan lima 'moira' (= tan moira)
yang sempuma.
(Mereka) membual hati 1a1ai dan sangal sukar dihilangkan;
dengan senang memupuk asmara cinla dan asyik dalam hati;
segala yang bagus dilihal dan didengar lercakup olehnya.
243
e. Pada waktu itu akhirnya 'indryartha' berkembang, 'karmen-
driya'-Iah yang terutama menjadi pemenuh keinginan; segala
keinginan terhadap rasa, bau yang.wangi dan ujud yang indah
dan segala benda melekat di hati dengan sangat kuatnya.
f. Batas kesucian dan ke-tidak-sucian menjadi kabur bertempat eli
dalam tingkah laku makhluk dan segala manusia; meluas eli dunia
memenuhi ruangan di seluruh bola dunia, karena dialah raja
yang sangat berkuasa tiada cela eli dunia.
g. Demikianlah kedua-duanya tak dapat clilihat.
Kedua-duanya sangat lembut menyelip eli hati tiada bandingan,
tidak dapat diraba dan sangat gaib, tidak dapat dipikirkan betapa
ukurannya.
Keduanya sebenarnya satu, tidak dapat dipisah-pisahkan.
h. Mereka itu tampaknya seperti bulan dengan gambar kelincinya.
Dapatkah mereka itu bertempat eli tempat yang berlain-lainan?
Kalau bulan terlindungi, demikian pula (kelinci) mengalami
2016kesukaran yang sarna.
Kalau bulan menerangi alam semesta; demikian pula (kelinci)
erpusdaikut bercahaya.
i. Demikianlah keadaan kejahatan dan kebaikan di dunia. Kedua-
nya amaUah sukar dipisahkan (dari ikatannya). Mereka terben-
tuk dari 'trikaya' (kaya, wiik, citta = perbuatan, kata-kata, pikiran)
Pyang berasal daTi hati manusia sendiri.
ediaSegala perbuatan, kata-kata dan pikiran hanyalah merupakan
pernyataan daTi trikaya itu.
Mj. Inilah tiga sebab yang menjerumuskan manusia ke alam Yama
Alih(= naraka) bila cenderung ke arah kejahatan.
Hukum karma yang menjadi sebabnya.
(fetapi) ketiga sebab itu dapat menimbulkan 'triwarga' (dharna,
k.ima, artha = kaselahan, cinta, harta) kalau segala perbuatan
yang senantiasa dilakukan cenderung ke arah kebaikan.
k. Hanya 'trikaya' satu-satunya jalan yang utarna dan suci, yang
dapat membawa (manusia) ke 'moksa' (pembebasan) dan
persatuan dengan Niratma (= <;:fmya). Oleh karena itu kerjakan-
lah hal itu siang dan malam), agar dapat bertemu dengan la,
yang tak dapat elicapai dengan pikiran (Acintya).
5. Menjaga 'Trikaya'
a. Tetapi sangat sukarlah menjaga 'trikaya' agar selalu suci, karena
kejahatan yang sangat sukar elipisahkan dan selalu ada dan bekerja.
244
Tanpa dikelahui dan tiada henti-hentinya (sifal jahal itu) mem-
beri (manusia) anugerah yang berupa rasa ajmb penuh rahasia. (Sifal
jahal itu) lak dapal dikalahkan yang dengan sempuma, walau-
pun diusahakan benar-benar, karena lidak mempunyai sifat.'
b. Sebagai syaral (mengalahkan kejahalan) pergunakanJah doa,
sembahyang dan segaJa sesuatu hal menurul kelentuan-kelen-
tuannya.
Juga pemusatan pikiran, dikir, tapa dan samadi dan lain-lain
harus diusahakan dengan sungguh-sungguh. Tetapi semuanya
itu belum tentu menjadi sebab diketemukan 'puncak kesempur-
naan yang utama', bila (manusia) tak tahu dengan tepat perle-
muan gaib', maka segala sesuatu tiada berguna.
c. Karena tujuan segala 'yoga' itu ialah (agar) ia juga turon, tetapi-
katanya-dengan tiba-tiba ia datang untuk memberi anugerah dan
orang yang sedang bersemadi itu, tanpa mengetahuinya, bersatu
badan dengan yang menjadi pusat tujuan sernadi itu (fuhan), dan
2016Ia ikut bersemadi.
Ia itu tidak memerlukan syarat-£Yarat (nirsadhana), tetapi menjadi
erpusdasyarat menuju ke Kebahagiaan dan selalu tersembunyi di dalam
semedi.'
d. Bagaikan api yang sangat tersembunyi di dalam segala kayu
Ptiada bandingan, walaupun dibelah dengan kapak ataupun palu,
ediamustahil 'api akan keluar.
T~tapi bila (orang) tahu mempergosokkan dua potong kayu dengan
Mcepal dan kuat, lentu api akan keluar membakar kayu itu sampai
Alihhabis.'
6. Tujuan Pertapa
a. Seperti ituJah hal-Nya, Dewa yang ada di dalam dan memenuhi
segala makhluk.
I Oi sini berarti, bahwa jahat atau baiX. itu refatif. Sesuatu hal msialnya dapat dianggap
jahat oleh seseorang, tetapi baik oleh orang lain. Oi dalam Caton Arang misalnya
dikatakan. bahwa isi buku CaJon Arang itu adalah Hmu yang sangat tinggi untuk menuju
ke arah keselamatan dan kebahagiaan
1 Pak Poerba menterjemahkan kata 'sandi ning somaya' dengan 'verbinding van de
afspraak'. Kami menterjemahkan ungkapan ini dengan "'pertemuan ga'ib", yaitu yang
biasa disebut uoio mystica atau 'pamoring kawula gusti' dalam bahasa Jawa. (5).
, BandingkanJah dengan Nagaralcretigama. LIb: sang sukmeng tiling ing samadhi (S~
4lndische Spruche 67~. agnis tejo mahalloke gudhas tisthati darus na copayunkte
tad daru yavan noddipyate paraih sa eva khalu darubhyo yada nirmathya dipyate tad
daru Calon Arang vanam clnyam nirdahat yar;u tejasa.
TtrjtmllhllnnYIl : Oas Feuer, eine machtige Kraft in der Welt, ruht verborgen in
How un dversehrt dieses nicht, so lange es niehl durch andere in Flammen gesetzt
wird. Selzt man aber eben dieses Feuer durch Reiben der Holzer unci auch wohI einen Waldo
245
fa yang meliputi dan yang diliputi. la yang dibuat (= makhluk)
dan la yang membuat (= khalik), yang tak dapat dicapai dengan
pikiran dan indra.
Yang menjadi tujuan pertapa yang bertujuan menyembah dewa
Siwa.
la hadir dan rapat dengan segala makhluk, ikut di daIam perbuatan-
perbuatannya, tapi juga tidak berbuat.
b. Betapakah (manusia) dapat menggambarkan-Nya dan meraba-
Nya, karena la sungguh-sungguh bersifat 'tak bermateri'?
ltulah sebabnya la sangat sukar diketemukan oleh orang yang
mencapai Kebahagiaan.
Hanya pada waktu orang 'diam' dan 'tak merasa menemu-
kanNya'; hilang lenyap rasa dan akaInya dan kembali kepada
'ke-alpa-an yang sempurna', (ia dapat bertemu dengan Dia).'
20167. Adyatmika Paramatma
a.SegaIa perbuatan orang tak 'kan jadi tanpa Dia. Kehadiran-Nya
di situ dapat dibandingkan seperti 'maya' (= khayaI), tak dapat
erpusdaditunjukkan.
aleh karena itu orang yang telah tahu, hilang kehendaknya untuk
memusatkan pikirannya (untuk mencapai-Nya).
Dikirnya saja yang kekal dan hatinya 'hining' (= diam) dan
edia P'hining' (= sud).
b. Pada waktu hati telah hining, sangat halus, sud dan cemer-
lang,
lih MMaka ia hilang dan menjadi kosong belaka. Akhimya guna (=kesa-
A daran) timbul....
Lalu dengan serta merta' meliputi seluruh dunia, tapi tubuhnya
sendiri tidak nampak.
Pada waktu Sang Hyang Tatwa (Kenyataan Tertinggi) menjadi
satu badan dengan seseorang, maka ketemulah Roh yang
Tertinggi (= Adyatmika = Paramatma).
c. Dan setelah demikian itu, trlmala di dalam hati 'or~g yang
sudah bertemu' itu menjadi bersih dan membuat tubuhnya sud
selalu.
S Dua bait ini mengandung ilmu yang oleh orang Jawa dianggap sebagai ilmu batin
yang sangat tinggi.
'SWQytng, berasal dari bahasa Sanskrit swcryam, tetapi daJam ilmu batin berarti suaN
kata tituan bunyi untuk menyatakan kesepian total. Di sini kami terjemahkan dengan
'serta-merta' untuk menggambarkan perubahan situasi yang sangat mendadak dan cepat
sekali.
246
,
Saki, mati, dukacita, mana ia akan takut pada semuanya itu?
(Semuanya itu) telah terbakar di dalam hatinya, karena ia telah
menjadi dewa Rudra yang mahakuasa di dunia.
8. Kesaktian Ada Batasnya
a. Konon demikianlah halnya orang yang telah mencapai perte-
muan gaib yang utarna.
Tetap dan tenang ia senantiasa bersatu badan dan jiwa dengan
Bhatara.
Hatinya teguh bagaikan lingga yang berdiri di tempat yang
sama dengan tetap di kerajaan dewa siwa.
Kesaktiannya tak ada batasnya dan meliputi seluruh dunia serta
membawa kebahagiaan yang kekal.
b. Demikianlah halnya orang yang sepenuhnya mencapai persa-
tuan atau pertemuan dengan dewa Acintya melalui ctikir (smrh)
abadi yang teratur.
2016Tidak hanya dirinya sendiri yang suci, bahkan orang-orang
lain pun menjadi suci karenanya.
erpusdaIa berpikir, bahwa kepentingan orang lain adalah kepentingan-
nya sendiri dan sudah barang tentu akan membawa kebahagiaan
seperti hujan bagi orang lain.
Pltulah tandanya, bahwa Tuhan telah 'mengejawantah' dan ber-
ediasatu did "aengan kekal dengan dia.
c. Lagipula tidak ada orang yang nista (= hina), madhya (= perte-
Mngahan) dan utlama (= utama) baginya, dengan sarna rata diper-
lihhatikannya kebahagiaan mereka,
AJuga jalan lepas mereka dad neraka, (sehingga) dapat mencapai
dunia kebahagiaan (= sorga) (diperhatikannya). Kalau melihqt
orang mendapatkan dukacita, hatinya sangatlah kasihan pada-
nya,
Karena ia lahu, bahwa pada dasarnya orang itu tak ada bedanya,
sebenarnya semua itu sarna.
9. Yang Dipikirkan dan Diperbuat
a. Tidak begitulah orang-orang yang biasa. Apa yang dipikirkan
dan diperbuatnya, hanyalah yang dapat memuaskan hatinya.
Ia sangat tidak senang terhadap kemampuan orang. lain, dan
berkata, bahwa kemampuannyalah yang lebih.
Kesalahan-kesalahannya yang besar disembunyikannya dalam
dirinya, dan disimpannya, sehingga tidak dapat kelihatan.
247
Tetapi bila ada kesalahan orang lain, walaupun sangat kedl,
dicari-carinya dan diuar-uarkannya.
b. Dan hatinya sangat senang bila melihat orang lain ada dalam
kesusahan.
Ia iri hati terhadap orang yang mendapat kesenangan dan bah-
kan berusaha untuk menjerumuskan (orang yang kesukaran
itu) dalam kecelakaan.
Orang-orang yang sangat bail< dan yang sangat berbudi difit-
nahnya.
Ia sangat marah bila dicela, senang sekali bila disanjung.
c. Dengan berbagai-bagai cara ia menghina orang, dengan dengki
hati ia memperkedl orang yang berjasa besar. Tiada sungkan-
sungkan lagi ia mengecam segala perbuatan orang yang asyik
melaksanakan perbuatan-perbuatan baik.
"Orang-orang yang berusaha dengan beraneka jalan dan pergi
2016ke mana-mana untuk mencari Tuhan dengan dalih belurn mengerti
kebenaran-Nya adalah orang yang tolol dan bingung."
Demikian katanya menghina dan dengan perasaan puas terha-
erpusdadap dirinya sendiri.
d. Demikianlah pikiran orang yang jahat suka mencari-cari kesa-
lahan orang lain.
Dengan tamak dia mengaku dirinya hebat, padahal belurn ada
Pbukti yang diper.lihatkannya kepada umum. Kata-katanya saja-
edialah yang hebat, ia itu seperti burung enggang dengan patuk-
nya yang sangat besar.
MIa sendiri tak dapat terbang, ia diam saja di dalam sarangnya,
Alihkarena kemampuannya tidak sepadan (dengan kata-katanya).
e. Sungguhlah demikian akan jadinya dengan orang yang tidak
henti-hentinya memperturutkan segala kehendak hatinya.
Ia tak perduli ditertawakan orang lain, karena takut dikatakan
kalah bijaksana.
Karena ingin dipuji dan disanjung, ia berkata, "Tentulah saya
yang akan menyelamatkan dunia."
Jangankan dia berhasil; sebaliknya ia terbawa masuk ke neraka.
10. Hati Seorang Pendeta Besar
a.Tidak.1ah .demikian hati seorang pendeta besar, yang tinggi ilmu-
nya di dalam segala ilmu kebenaran. Bukan karena loba hatinya,
kalau ia menempatkan dirinya lebih tinggi dari orang-orang
lain yang menghormatinya. Karena kasihnya (terhadap orang-
248
orang itu) maka mereka menghormatinya dan senantiasa menyem-
bahnya dan mendewa-dewakannya. Kebijaksanaannya dan
kesabarannya bagaikan hujan yang menyiram hati orang-or-
ang yang membawa kebahagiaan.
b. Lagipula tidak karena permintaannya, bahwa segala permata
dan lain sebagainya datang kepadanya. Tetapi karena kesempur-
naan (ilmunya) yang menguasai dunia, sehingga tak ada yang
membantahnya.
c. Karena ilmunya yang tinggi sang pendeta menjadi suluh laksana
api yang bercahaya seperti matahari dan bulan. Dengan kebe-
saran jiwa yang keluar dari dirinya, dikalahkan musuhnya yang
seperti kegelapan yang gulita. Hilanglah kemurkaan (tamah) hati
segala orang yang berdosa dan musnahlah kecemaran mereka. De-
ngan baiknya dibuatnya dunia bahagia ilmunya yang sakti luar
biasa.
d. Demikianlah tingkah laku orang yang telah mencapai kebesaran
2016(jiwa). llmunya bagaikan api berkobar-kobar, bercahaya-cahaya
terang temarang. Cerlang-eemerlang di dunia, tetapi tidak nam-
erpusdapak, hanya nampak olehnya sebagai 'sesuatu yang sangat haJus'.
Terus menerus 'sesuatu yang haqiqi' itu pindah (kepadanya)
dengan tidak salah lagi. Telapi bila dicari di dalam hati, walaupun
lak ketemu Ia lak hilang. 1a tidak dapal diketemukan, karena bersatu
edia P(dengan sang pendela), lapi (walaupun begitu) tidak bercampur-
baur.
e. Percampurannya dengan Hyang Atma adalah perlemuan di
lih Mdalam balin (= mikrokosmos). AJam balin itu selalu memisah-
Akannya dari dunia (= makrokosmos) dan dunia lenyap dan di
dalam batin menjadi kecil kembali. Kecil karena kehalusan yang
lak dapal dicapai dengan pikiran dan pancaindera.
f. KalahIah musuhnya yang enarn hancur binasa, (sedangkan) hati-
nya sud murni. Koloran yang meliputi tak dapat melekal dan enyah
jauh-jauh dan lenyap untuk selama-lamanya.
g. 1a lak ikul dalam kesalahan dan kebenaran dunia, (tapi hal itu)
diikutinya dalam batinnya yang diam tak berbuat. Diam sed.iam-
diamnya dengan pikiran hampa, tetapi tidak lenyap. (Segala
selisih) lebur, hilang bentuk, hilang rupa. Segala sesuatu itu
habis tersimpan di dalam batinnya. Segala tingkah 'lah lalu,
karena tiada lagi gunanya. Gunanya amatlah kecil tersimpan di
dalam batin, dan batinnya telah lersimpan selelah tiada memerlu-
kan pemimpin.
249
h. Demikianlah tingkah laku orang yang utama dan telah mencapai
badan dewata. Diuraikan oleh hamba yang sangat dungu
dengan izin guru hamba. Tapi tak ada gunanya, karena seperti
api yang bercahaya-cahaya jatuh di lautan. Akhirnya padam
tengelam di kekelaman hati yang selalu menuju simpang jalan.
i. ~ekuatan wisaya (alat pemenuhi nafsu) adalah sangat meng-
ganggu laksana musuh yang bagaikan lautan yang pasang
tinggi. Air pasang itu menjerumuskan hatiku ke dalam kesulitan,
karena akhirnya membuat hatiku terpaut kepada keduniawian.
ltulah sebabnya hamba lari membawa kitab ini lalu berselubung
kain hitam yang telah compang-camping, karena tak terhingga
kesedihan hamba disebabkan kurang kepandaian dan ketabahan
hati untuk melaksanakan perintah bapa hamba di dalam istana.
j. Inilah akhir lambang yang ditulis dengan sangat buruknya dan
tak ada kepentingannya untuk dipercakapkan. Sembarang kata
yang tertulis sampai dengan ungkapan-ungkapan yang tercatat
2016telah kucampur dengan perasaan, yang timbul dari pikiran-
pikiran yang bingung. Bapa kemudian memberi penerangan
erpusdasegala kata-katanya sesuai dh kasihnya. Sukalah hamba diter-
tawakan orang; biar pun dicela hamba akan menerima.
Lagipula hamba memang tidak tahu akan segala seluk-beluk
membuat sanjak seperti orang-orang yang ahli. Tapi hamba
Pdiperintah dengan keras oleh bapa untuk menguraikan kegagalan-
ediakegagalan orang yang selalu berdosa. Oleh karena itu hamba
pergi ke ternpat yang sunY; dan mempergunakan nama samaran,
Mtakut akan ketahuan nama hamba yang benar. Hamba mal~ dan
Alihakan tetap tinggal di desa dan tak akan kembali sampai akhir
hidupku.
250
BAB XI
SERAT KRIDHAMAYA
1. Memahami Makna Hidup
Sesuai dengan harapan dalam gita terhadap para pembaca seka-
lian serta kepada yang mendengarkan terhadap isi Seral Wirid Kridha-
2016maya yang agung mohon pangapura sebesar-besamya dengan tulus
ikhIas. Kalau ditemukan kekurangan baris ataupun hilangnya bebe-
rapa kata serta kekeliruan dalam sastra. Sungguh berilah pangapura,
erpusdasebenamya kemampuan saya belum seberapa banyak sudah berani
dan mau merangkai bahasa yang indah sampai seperti tidak merasa
kalau masih tumpul. Terus terang masih banyak rintangan sedikit
Ppengetahuan bodoh pemikiran terbatas membaca sesuatu yang ber-
edialangsung. Banyak orang tidak memberi belas kasihan karena keliru
dalam bertindak, tidak berkenan tindakannya, keras hali berlarut-larut.
MSemaunya sendiri tidak selaras tersesat kurang penalaran tingkah-
lihlakunya tiada mendapat pelajaran dari para sarjana yang sudah me-
Anguasai berbagai ilmu tentu sangat kecewa. Seandainya saya men-
jauhi justru dekat dengan kenistaan budaya. Semakin dijauhi orang
banyaki tetapi keputusan hatiku telap berkeinginan kual membual
syair. Hanya sebagai pengasah supaya hati menjadi peka dilatih seca-
ra pelan-pel= Keinginanku semoga mendapat berkal doa sabda dari
pembaca terhormat. Dan yang kupinla lagi d.ilindungi Tuhan Yang Maha
Esa. Diberikan anugerah oleh-Nya supaya dapat berhasil dalam aku
menulis gila. Pengisi di sela-sela lidak ada pekerjaan daripada mengang-
gur di rumah menyandang duka. Bekerja di anlara segala kekurangan
tidak ada yang ditunggu. Awal dari pesan yang sebenamya supaya
dapal menjadi perlambang bagi semua orang dalam budinya yang
senang mencecap ilmu. Sudilah memperhalikan dan meneliti supaya
langkahnya selalu selamat. Berwatak baik supaya mendapal anugerah
diampuni segala dosamu yang sudah kau lakukan.
251
Disebutkanlah dalam gita ada seorang pendeta yang menguasai
berbagai macam ilmu. Teliti tajam teguh bijaksana pandai budinya
kasar halus dapat membedakan. Sangat tekun dalam bertapa diberi
panjang umur berjuluk Sang Pendeta Yatnajati, berternpat di puncak
gunung. Disebut Wahmaya tempat itu. Gunung tinggi tiada yang
menyamai baik besar maupun kecilnya dan selebar samudera luas
kanan dan kiri berjurang dalam sangat berbahaya. ]arang yang bera-
ni rnenginjak puncak gunung selamanya tiada orang yang berani
karena sangat berbahaya. Tiada lain hanya sang pertapa dan para
siswanya sudah terbiasa dan paham. Demi.kianlah sang pertapa mem-
punyai siswa tercinta sudah seperti anak sendiri berjumlah lima orang
pertama bernama Wasta kedua bernama Rahsaya ketiga bemarna
Citaya. Keempat bernama Budaya yang kelima bernama Karsaya,
kelimanya dikasihi semua. Demi.kianlah yang diceritakan bersamaan
pada suatu hari saat sinar sang surya hampir tenggelam di balik
gunung yaitu setelah salat Asar. Ketika iku Sang Pendeta Yatnajati
2016sedang duduk di langgar.
Dijumpainya dua orang siswanya yaitu ]iwita dan Rahsaya dekat
erpusdatertunduk duduknya Sang Wiku berkata pelan pada siswa-siswa
yang menghadap, "Heh para siswaku apakah sudah lama kau berdua
duduk menghadap berada di depanku:' ]iwita tertunduk rnengha-
dap pada Sang Pendeta berkata demikian, "Duh Sang Pendeta
Psebenarnya tadi sebelum sang pendeta datang bercengkrama di balai
ediapenghadapan kami sudah menantikan kehadiran paduka sambari
menata dan membersihkan balai yang akan paduka tempati." Sang
MPendeta kembali berkata pada Rahsaya demikian sabdanya, "Lah
Alihsiswaku bagaimana kabarmu selama kamu bercocok tanarn palawija
apakah masih dilanjutkan, demikian pula tanaman padi gagamu
apakah dapat berbuah:' Rahsaya berkata dengan sabar, "Sesungguh-
nya mendapat berkat Pendeta semua tanaman kawula sangat subur
tiada yang terkena hama, yang demikian tiada lain karena berkatmu.
Doa paduka sebenarnya dan restu Sang Pendeta yang bertebaran
menjadikan buah sehingga menjadi selamat berserni dengan rindang
lepas tiada halangan sebagai rabuk tanah semua sawah:'
Begitulah watak Sang Brahmana yang selalu rendah hati mem-
buat ketentraman agar damai. Sehari-hari memuja menyenangkan
hati sesama tak membuat orang lain tak senang. Selalu memanjatkan
pujian tiada mau kalau menjelekkan orang, baik dan buruk selalu
ditimbang, memberi kesukaan pada orang lain. Adapun sebagai air
penyiram tanaman di semua tega; itu dari kekuatannya kasih setia
252
,Sang Pendeta, dengan doanya dia berdarma terhadap manusia yang
mehtrat. Siang malam keluar selamanya tiada berhenti menuju kehen-
dak manusia tiada mau membuat kecewa. Sang Pendeta berkata kepa-
da ]iwita dan Rahsaya, demikian sabdanya, "Ya selalu kupikirkan
kamu menjunjung keluhuranku, siapakah yang mampu menjun-
jung keperwiraanku selain hanya kamu semua. Nanti lain yang ingin
kukatakan tentang tiga orang sedulurmu. Oi manakah mereka tidak
menghadap." ]iwita berkata apa adanya, demikian katanya, "Duh
dwija kamu bertanya kepadaku mengenai tiga sedulurku di huma
sedang meneangkul sedang menggarap tanah akan ditanami kaeang
ruji, kentang dan keteIa." Sang Pendeta berkata kembali kepada dua
orang siswanya demikian, "Kamu aku utus segera menemui sedulur-
mu si Citaya Budaya dan ketiganya Karsaya nanti kalau sudah
bertemu katakanlah bahwa kamu aku utus ketiganya nanti di waktu
tengah malam disuruh sowan."
Kedua siswa itu menyatakan sanggup segera minta diri dari
2016hadapan Sang Pendeta. Meneari sedulurnya langsung menuju hu-
manya mereka sedang menyiangi tanaman palawija. Oemikian sete-
erpusdalah sampai mendekatkan menyatakan kabar pada tiga sedulumya,
demikian katanya, "Ouh, sedulurku bertiga. Oengarlah dulu oma-
nganku jangan terlalu asyik menyiangi tanamanmu." Oemikian
ketiga siswa lalu mendengarkan kabar segera menengok bersama
Psetelah menyaksikan bersama kalau sedulumya tua berdua menga-
ediamati Citaya, Budaya, Karsa juga mendekat menyongsong berita.
Oemikianlah Citaya berkata, "Kabar apakah kakak inti kedatangan-
Mmu datang menuju kemari." ]iwita berkata kembali, "]anganlah
Alihmenjadikan hatimu terkejut kedatanganku menemui kamu ada
perlunya. Aku mengemban perintahnya Sang Pendeta agar menyu-
ruh siswa bertiga di sini. Nanti pada saat tengah malam kalian berti-
ga disuruh supaya menghadap di hadapan beliau. Adapun keper-
lua~ya aku tidak tahu dan tidak mengerti." Citaya dan Budaya,
Karsaya yang ketiga demikian demi mendengar ueapan demikian
saling mendahului mereka menjawab, "Ouh kakak nanti kamu
sampaikanlah pada Sang Maha Yogi kalau kami bertiga bersedia
menghadap atas perintah Sang Pendeta, nanti malam kami mengha-
dap Sang Yogi," demikianlah ]iwita Rahsaya yang kedua karena
sudah terang jawabannya segera pamit pulang menghadap Sang
Yogi oleh karena mereka disuruh.
Tidak disadari langkahnya di jalan diputus saja untuk meringkas
eerita. Sudah sampai di hadapan Sang Yatnajati pendeta duduk
253
tepekur beliau berpikir Sang ]ati hampir memandang Sang Pendeta
berkata kepada ]iwita demikian sabdanya, "Bagaimana akhimya,
kamu berdua mengunjungi dapatkah kamu menemui mereka semua
ketiga sedulurmu." Lalu ]iwita berkata, "Oleh karena mendapat
berkat dati paduka Sang Pendeta tadi kawula sudah bertemu mereka
bertiga di huma lalu kawula undang. Lalu setelah mereka mendekat
kusuruh mereka seperti yang dititahkan, adapun nanti malam akan
datang menghadap." Demikianlah Sang Pendeta ketika mendengar
penjelasan sangat senang di dalam hatinya. Sang Pendeta segera
berkata kembali demikian sabdanya, "Nah sekarang kita bubar para
siswa aku hendak beristirahat." "Silahkan," kata siswa keluarlah
Sang Wiku. Si ]iwita Rahsaya masih di balai penghadapan menata
tempat duduk yang akan dipergunakan duduk Sang Pendeta Yatnajati
jangan sarnpai sakit hati.
Kemudian berganti mengulangi tiga siswa yang menyatakan
bersedia sampai pada waktunya diminta datang pada waktu yang
2016ditentukan. Tiga orang siswa berkumpul bersama Citaya maupun
Budaya dan Karsaya keluar bersama-sama dipercepat cerita mereka
erpusdaberjalan berharap supaya segera sampai di hadapan Sang Pendeta.
Tidak diceritakan perjalanan mereka sudah sampai di balai pengha-
dapan. Citaya segera berkata, "Kakang saya mohon pintu." Demikian-
lah ]iwita demi mendengar perkataan pintu segera dibuk~, ketiga
Psiswa segera masuk lalu duduk teratur. Bersila sembari menanti
ediakedatangan Sang Pendeta tidak berapa lama kemudian dari waktu
mereka duduk datanglah Sang Pendeta lalu segera duduk. Ketika
Msudah enak Sang Pendeta duduk sesudah itu Sang Pendeta berbicara
Alihdemikian sabdanya. "Heh kamu bertiga siswaku kamu semua aku
suruh kemari sebetulnya ada sesuatu yang penting untuk kalian
semua. Nanti akan aku beri penjelasan supaya semua mengetahui
dan supaya melihat tindakan baik dan buruk karena semua manusia
dicipta hidup wajib menolak dan memilih. Yang baik wajib diaplbil
yang jelek pantas dibuang agar selamat hidupmu." Kelima siswa
tersebut berkata dengan gaduh demikian ujamya, "Dhuh Sang Pen-
deta semua perintah paduka semoga kami semua dapat menjalani
lulus abadi."
Sang Brahmana berkata lagi pada para siswa demikian ujamya,
"Para siswa dengarkanlah segera semua petunjukku jangan sampai
ada yang lepas, aku akan bernjar tentang ilmu kehidupan yang me-
nuntun pada keselamatan, yang supaya selamat dalam kehidupan
berhasil tiada halangan. Jurnlahnya ada lima buah bersungguhlah
254
dalam menerima jangan sampai ada yang keliru. Para siswa berkala
bersama, "Dhuh Sang Pendela yang kami hormati kawula mengikul
sabda akan selalu menaali takul bila lidak memperhalikan semua
petunjuk Sang Pendela sarna sekali tidak akan melampauinya."
2. Kisah Lima Siswa
Sang Brahmana kembali bersabda pada lima siswa yang ada di
depannya. Demikian sabda Sang Pendela, "Heh siswa dengarkanlah
supaya sungguh kamu mendengar sekarang aku memulai menyam-
paikan pesan." Demikianlah pesan itu, "Lah siswaku aku ajari kewa-
jiban manusia itu menyembah pada Tuhan, sebab semua gerak hidup
makhluk atas kehendak Tuhan yang berkuasa memberi mati hidup.
Bahagia celakanya manusia sial untung tidak lain kehendak Tuhan,
manusia hanya dapat berjalan lidak mungkin dapal bekerja, karena
itu selalu ingatlah, ingat asal-muasalmu awal dari hidup. Lahir di
dunia diperlihalkan kejadian buruk baik dan kamu disuruh melihal
2016lergelarnya dunia fana karena hidup sudah dibuat lebih alas keleng-
kapan sarana hidup makhluk hidup selain manusia. Karena itu
erpusdamanusia wajib bersujud di depan Tuhan jangan putus siang dan
malam supaya mendapal anugerah diampuni semua dosamu adapun
jelasnya sembah demikian senanliasa ingallah.
Sedangkan ada empal jenis sembah yaitu sembah yang dihatur-
Pkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Empat lersebut maksudnya su-
ediapaya diketahui sebab siapa mau menyembah Tuhan supaya dapal
sampai Tuhan untuk budi yang sud. Adapun lerangnya demikian
lih Msampainya sembah empal jenis itu untuk dipakai di mana-mana per-
Alama sembah rasa kedua sembah cipta namanya keliga sembah jiwa
namanya keempat sembah diri. Maksudnya sembah rasa setiap hari
mencari kelenangan hati jangan suka mengumbar hawa nafsu,
slabilkan kelenangan hati itu sudah kewajiban penyembahan sebab
ayemmu menuntun terang hatimu sembah di dalam rasa sebenarnya.
Adapun sembah rasa ilu unluk meminla supaya menang perang
supaya mendapat keselamalan di dalam medan lempur jangan sampai
mendapat sakil mali. Yang kedua sembah cipta demikian penerapan-
nya siswa. Seliap hari usahakanlah membual agar hati selalu gembi-
ra jangan mengumbar hawa nafsu, diperkukuh dalam berpegangan
karena kalau dapat menyenangkan hati mampu memberi terang di
dalam hidup yang penuh perhatian.
Begitulah sudah menjadi penyembahan untuk menggapai lerca-
painya tujuan. Tujuan mendapalkan keutamaan dimaksudkan
255
sembah jiwa penerapannya setiap hari agar dapat tersenyumlah sela-
ras dengan hatL Kuasailah sakit dan enak benar salah jelek baik
tanggapilah dengan hati gembira carilah senyuman hati, jangan sam-
pai punya menggerutu anakku karena senyuman hati itu memberi-
kan ketenangan. Di dalam perasaan yang hidup keheningan hati
menjadi sembah sejati. Penyembahan yang seperti itu dipergunakan
untuk meminta keutamaan sarnpai kematian. Moga-moga menemu-
kan rasa berlebih di akhir. Keempat sembah raga adapun maksud
sembah raga itu; rajm, kuat badannya dibuat ajek dalam melakukan,
rajin berlaku jujur, itu sudah kewajiban penyembahan sembah di
dalam rasa sejati. Yang didapatkan sembah raga untuk mencapai
rejeki keduniaan sebangsanya, yang dipergunakan di dalam hidup
agar semua itu dapat diraih supaya sarnpai yang diinginkan dengan
memakai watak keduanya.
Awalnya sungguh dan mantap selama dapat memakai watak se-
2016perti itu, kalau segera didapat di dalam kemufakatanmu dikabulkan
atas semua yang diinginkan. Oleh karena itu, kamu perkirakan kalau
menyerang segenap keinginanmu. Karena para siswa sudah jelas
erpusdabab menyembah kepada Tuhan. Nanti lain lagi yang dibahas akan
aku terangkan keutamaan watak yang dapat menuntun selamat
dalam kehidupanmu." Lima siswa menyatakan cocok.
edia P3. Kewajiban Orang Muda
Seharusnya orang muda dititahkan di dunia ini semaksimal mung-
Mkin mengarah memakai watak enam jenis. Demikian kejelasannya
lihtentang watak enam macam itu, yang pertama ikhtiar mantap yang
Anomor dua ketiga sungguh yang kelima tetap. Yang kelima pepanga-
pura, keenam menerima anakku demikian penjelasannya. Detilnya
satu-persatu diterima dengan teliti jangan sampai ada tumpang tin-
dih, maksudnya kata ikhtiar hidup ini sudah mempunyai kewajiban
berupaya atas yang diinginkan. Kedua mantap maksudnya sedapat
mungkin dalam kehidupan mencari bido berbobot bud.i supaya dapat
selamat Jangan sekali-kali melemahkan kalau belum dapat tercapai karena
kodrat dari Tuhan. Siapa yang punya keinginan jika mantap lama-
kelamaan terlaksana. Ketiga sungguh-sungguh maksudnya. Watak
utama kehidupan memakai watak sungguh-sungguh itu. Jangan
suka berlaku jahat, berlaku suka menipu, tamak, dengki dan tin-
dakan menyimpang. Karena kodratnya sukma setiap manusia hidup
siapa berwatak sungguh-sungguh dipenuhi.
Selanjutnya keempat kata perhatian demikian maksudnya.
256
Seyogyanya di dalam hidup sedapat mungkin berusaha memperbesar
perhatianmu. Memperhatikan terhadap sesama hidup, jangan suka
berbuat jahat, jangan merendahkan lawan tekankanlah pada kasih
sesama. Lima kata pangapura demikian maksudnya nak. Hidup di
dunia ini hendaklah memi1iki watak utama, suka memberi pangapura
pada sesama hidup yang berbuat salah. Jangan kamu membalas
berusahalah jadi orang berbudi. Yang keenam kata menerima, demi-
kian maksudnya di dalam hidup seyogyanya punya sikap menerima
terhadap takdir, jangan melawan takdir tidak baik akhimya. Semua
langkah dilakukan itu menimbulkan batin tidak peka itu perbesarlah
sikap menerimamu. Watak orang yang bersikap menerima akan ung-
gul di akhirat nanti, lain dengan budi yang tak menerima tidak mung-
kin akan selamat. Karena itu pesanku perbesarlah sikapmu jangan
menjauhi alas petunjukku yang baik sebenamya akan ada manfaat-
nya.
Jika kau mendengar kataku pe~anku yang terungkap semoga
2016nantinya kamu menemukan kemuliaan. Senantiasa selamat tidak
ada kesengsaraan yang dernikian sudah menjadi aturan keadilan
erpusdadari Tuhan siapa baik akan mendapat kebaikan. Karena itu para sis-
waku selama mendengar pesan apakah sudah jelas. Jiwita menjawab
duh, duh dwija kalau tuan menanyai kawula atas semua pesan tuan
kukira sudah kawula paharni tinggal empat teman kawula. Apakah
Psudah memahami atau belum memahami tuan tanyailah sendiri.
ediaDemikianlah empat siswa berkala dengan hormat kepada sang dwija,
demikian katanya duh dwijaku yang kawula muliakan sebenamya
Mkami juga sudah paham. Sang dwija kembali berkata tampak
Alihbergembira hatinya demikian katanya, "Heh kelirna siswaku oleh
karena kamu telah menerima petunjukku kata yang terungkap
sekarang aku berganti menyampaikan nasihat."
"Kebaikan dari tujuan yang pantas dikerjakan dahulu hanya
ada empat hal. Perhatikanlah dengan seksama masukkanlah dalam
sanubari, ikatlah kuat-kuat dalam hati supaya jangan lepas untuk
selama-lamanya:' semua siswa menyanggupi. Berkata lagi sang
dwija, "Sekarang aku mulai menjabarkan pesan perkara meraih
kebaikan silahkan mendekat." Para siswa segera mendekat seksama
memasang telinga mendengar pesan sang dwija. Sang dwija berkata
lagi demikian. Demikian keterangannya, "Pilahlah satu-persatu
tujuan dari empat hal untuk bekal kehidupan agar dapat meningkat-
kan tingkah laku yang baik. Nah dengarkanlah penjelasan yang
kusampaikan lakukanlah dengan hati jujur.
257
4. Keseimbangan Duma dan Akhirat
Permulaan dapat dinamakan kehormatan yang kedua hartawan
yang ketiga memiJiki yang keempatnya kepandaian dan kehormatan
namanya. Empat hal itu gunanya demikian keterangannya. Kehor-
matan maksudnya untuk raja dan pemerintah yaitu yang dinamai
derajat karena orang yang dipercaya raja juga pemerintah besar kedl
rendall tinggi tapi sudah memiliki wibawa. Maksudnya wibawa selalu
datang ke istana kalau sudah punya kepastian gaji yang pantas yang
eliterima setiap bulan. Adapun ucapan syukur hanyalah perkara mudah
tidak sulit. Karena itu usahakanlah supaya dipercaya oleh raja. Di-
pergunakan selamanya kalau tidak untuk raja bekerjalah pada peme-
rintah supaya diperkenankan meminjam menjalankan wewenang.
Begitulah dapat sebagai kekuatanmu hidup di dunia ini, kalau
tidak dernikian memiliki harta tidaklah sulit dapat makan teratur
setiap harinya. Adapun hartawan yang kedua demikian jelasnya,
seyogyanya dalam hidup punya tujuan terhadap kesanggupan su-
2016paya dapat merawat harta mengungguli orang lainnya hidup men-
jaeli mulia". Karena zaman sekarang siapa yang sudah kaya harta mulla
erpusdaseperti raja. Barang yang diharapkan datang yang dipikirkan ada
diakrabi oleh orang lain berkat uang yang dimiliki. Karena itu
pesanku ingatlah jangan keteHaluan mencari uang usahakanlah agar
mendapatkannya jika tidak dapat memperoleh terjadinya kerniskinan.
PHidupmu akan sangat sengsara dimusuhi sesama hidup. Ketiganya
ediaharus diperhatikan maksud. kata cerdas. Adapun kejelasannya demi-
kiim di dalam hidup sedapat mungkin bemsaha agar sempurna.
MMaksudnya sempurna berhasil menguasai dalam segala pengeta-
Alihhuan.
Kebahasaan dan ilmu jangan setengah hati tak baik tidak ada
manfaatnya lain dengan yang menguasai ilmu maupun sastra
hidupnya tidak ragu-ragu dalam mencari sesuap nasi. Sebab manusia
yang mampu dalam masalah kesusasteraan apalagi juga masalah
gaib itu menjadi tempat bertanya manusia tak tahu sastra dan rna-
nusia yang tak tahu ilmu datangnya hanya membawa masalah.
Artinya memberi masalah akan minta pertolongan apa yang menjadi
kebutuhannya yang supaya ditunjukkan sesuatu yang belum jelas
yang menjadi kewajibannya diJihat, tapi tak ditemukannya. Padahal
kamu yang sudah tahu memberi petunjuk yang sebenarnya sungguh
besar terima kasihnya. Selain besar terima kasihnya memberi kese-
nangan padamu sebagai gantinya wejangan memberi kata yang kau
kuasai. Sebab intinya orang Jawa dari dulu hingga sekarang harus
258
tahu bab ilmu gaib. Kodrat gaib maksudnya selalu usahakanlah
meneari kemampuan mengerti ilmu untuk kekuatan duniawi.
Kelengkapannya yang keempat anakku bersungguhlah dan
mengertilah kekuatan makna kata cerdas demikian maksudnya,
sedapat mungkin manusia hendaklah memiliki keinginan menguasai
segala pekerjaan. Yang menjadi alat kehidupan yang biasa dalam
masyarakat. Pahamilah supaya mengerti sebab manusia yang sudah
paham menguasai segala pekerjaan. Banyak orang yang akan minta
tolong untuk mengerjakan pekerjaannya. Apa yang kamu senangi
pada hal kamu telah menguasai apa yang menjadi kehendaknya.
Sungguh akan memb.uatnya senang besar pujiannya terhadapmu
karena kau telah dapat menuruti yang menjadi kehendaknya.
Apalagi kalau sudah jadi barang yang kamu kerjakan pasti ada peng-
gantinya. Dang yang selayaknya sesuai dengan jumlah pekerjaan
sudah biasa yang demikian itu, demikianlah maksud semuanya. Yang
demikian itu sudah dapat menjadi tumpuan dalam kehidupan
2016walaupun tidak kaya dalam hidup tidak nista sebab kebutuhan hidup
sudah terpenuhi tidak sampai keganjilan.
erpusdaDhaharan kalau tidak kamu carl ataupun tidak berusaha untuk
mencukupi salah satunya syukur kalau dapat empat tercakup semua
kalau tidak satu saja sudah lumayan asal dapat tercapai. Kalau tidak
dapat tercapai salah satu di antaranya hidupmu dapat jatuh dalam
Pkenistaan, karen.. kamu tak dapat berusaha. Akalmu tiada guna lain
ediakalau keyakinan hidup akan sengsara. Jadi genaplah apa yang terse-
but dalam peribahasa memakai ilmu daun jati rusak misalnya sebangsa
Mbebauan baunya wangi jamban tak ada yang tahu khawatir kalau
Alihterkena. Lah siswa karena sudah terang yang kukatakan tak ada
yang terlewatkan, sekarang aku akan memberi wejangan kepadamu
menerangkan kasih Tuhan terhadap orang.
Tentang rahyasaya berkata pelan halus, "Dhuh dwija junjungan
kawula yang sungguh bijaksana, sebenamya sedulur-sedulur saya
sungguh menanti-nantikan ganjaran dari dwija wejangan yang
utama." Sang dwija berkata kembali demikian perintah sang dwija,
"Heh kelima siswaku kamu dengarkanlah semua wejanganku
sekarang akan kumulai oleh karena itu dengarkanlah."
5. Sastra Jendra Hayuningrat
"Ibarat yang sudah kuajarkan kepadamu salah satunya jangan
sampai kamu lupa kalau sudah tercakup salah satunya. Kamu
kerjakan terus siang dan malam sembahyang menyembah Tuhan,
259
seJama kamu sembahyang mintalah wahyu anugerah Tuhan. Yang
disebut sastra jendra yang luhur karena sastra jendra memuat rahrnat
berlebih yang mampu memberi terang dunia surga.
Sesungguhnya kaJau kamu sudah mendapatkan anugerah dari
Tuhan yang disebut sastra jendra Juhur seJama hidup takkan men-
dapat sengsara. Artinya tak ada sengsara hidup karena kodrat Tuhan
manusia yang sudah mengetahui tujuan sastra jendra ayuningrat. Akan
mendapat anugerah dari Tuhan ada empat macam terangnya demikian
siswa pertama memperoleh anugerah. Yang keduanya keselamatan
yang turun adapun yang ketiga kerukunan yang sudah pasti ke-
empatnya sebagai pelengkapnya umur. Maksudnya keempat hal ini
anakku kata mengenai fisik itu diberikan gaib kamu lebih kuat dan
dengan berilmu.
Sedangkan kala keselamatan maksudnya diberi kodrat oJeh Tuhan
yang maha lebih keselamatan selama menempuh hidup. Yang ketiga
kata kerukunan anakku demikian maksudnya dijaga oleh Tuhan
2016diperkenankan berhasil berkeluarga. Maksudnya bisa beranak pinak
hidupnya tidak kecewa dapat menurunkan anak puas menjaga anak
dan keluarga. Yang keempat maksudnya umur itu mendapat kemu-
erpusdarahan izin Tuhan yang Maha Esa hidupmu diberikan umur panjang.
Dapat puas kamu merawat anak CUCU, manusia yang demikian itu
dapat dikatakan hidup muJia dikasihi Tuhan. Heh para sjswaku
Phendaknya menjadi pemahamanmu karena sekarang sudah jeJas
ediaterang lengkap wejanganku padamu sudah diuraikan.
Adapun pikiranmu sudah paham atau belum kalau belum berka-
Mtalah mumpung masih di depanku kalau belum jelas aku akan te-
lihrangkan [agio Memberi petunjuk supaya kau sungguh-sungguh
Apaham jangan kamu khawatir selama aku masih hidup tak keberatan
kaJau kamu minta wejangan. Kemudian berkataJah Budaya dengan
menundukkan kepala. Demikian katanya pada Dwija Yatnajati
semoga menjadi pengetahuan. Hati kawula demikian pula semua
sedulurku sekarang sudah terang tidak ada yang belum jelas selama
menerima wejangan tuan. Yang tertinggal hati terasa disiram oleh
air abadi yang menjadi kehidupan orang di dunia dingin segar terasa
pada kami. lbaratnya seperti pohon yang sudah layu ketika rnusim
kemarau daunnya kering keriting karena telah tersiram air hujan.
Pohonnya segar selamat tidak layu sudah merasa hidup karena
memperoleh kekuatan air seperti bangun dari kejatuhan.
Melanjutkan kata Sang Dwija Yatnajati yang hendak dikatakan
perintah pada siswa Karsaya demikian perintah Sang Dwija, "Heh
260
I
siswaku selama menerima wejangan dariku tentang beberan masalah
Ketuhanan apakah kiranya sudah jelas. Kalau sudah jelas dapat
tertanam semuanya sungguh membuatku gembira karena sudah
memperoleh hal gaib." Karsaya menjawab demikian, "Duh-duh aduh
sang dwija orang yang kawula hormati seluruh wejangan dwija
yang kawula terima sepertinya tak ada yang tercecer. Mungkin sudah
ditakdirkan oleh Tuhan saya dan sedulur-sedulur sudah diharuskan
menerima semua wejangan dwija yang diuraikan."
Begitulah tadi Sang Dwija demi mendengar semakin gembira
hatinya. Demikian berkata lagi pada para siswa demikian sabdanya,
"Sekarang sudah lega perasaanku hanya tinggal satu wejanganku
terhadap kamu menerangkan pengertian Tuhan Kawula. Satu me-
ngenai itu terimalah jangan dengan kegusaran, nah segera dengar-
kanlah kuterangkan sekarang." Kelima siswa segera berucap terima
kasih. Sang Dwija kembali berkata lembut sekarang aku mulai
menerangkan hubungan Kawula Tuhan dengarkanlah agar terpatri
2016sampai paripuma.
erpusda6. Pengendalian Panca Indera
Demikian yang disebut Kawula itu siswaku lima indera yang
hidup berdekatan dengan pribadi terpancang di dalam jiwamu.
Jalannya yang sejati lewat nafasmu adapun artinya air jalannya
Padalah darah yang menyelimuti badanmu. Yang ketiga dinamakan
ediasarinya api ada pun jalannya rasa terasa sungguh karena semua
ikatan sudah lepas. Lima indera hidup terpisah dari pribadi pulang
Mkembali pada asal mulanya yang dikatakan bercengkerama di alam
Alihkeabadian. Tidak berubah sampai selamanya tidakdapat dikatakan tempat
di mana berada adanya hanya dahulu. Yang demikian sudah pasti
Kawula sungguh dapat dikatakan bersama dua dalam satu dan yang
mengatur jiwamu. Keduanya yang dinamakan Tuhan Yang Maha
Kuasa itu diamnya Sang Hidup dan diamnya panca'indera manusia.
Adapun selama dalam diam karena berdiri dalam diam tak
bergerak dan bersuara sadar ingat tak lupa atas gerakan rasa dari
Tuhan. Berucap harum ingat tanpa piranti selamat selamanya abadi
sud tidak berubah memenuhi dania badanmu. Menghidupi banyak
manusia di dania dapat menjadi halus lembut /cecil taic dapat ditandai
dekat tetapi tidak bergesekan. Adanya dirimu lebih dulu dari lainnya
mampu menjelma tidak sempit dalam kesempitan selalu longgar dalam
keluasan. Kalau berwujud raksasa tak dapat diambil jauh tanpa antara
dekat melekat di dalam diri yaitu Tuhan yang sesungguhnya.
261
7. Hubungan Guru Siswa
Sedangkan pendapatmu siswaku dalam kamu menanggapi
wejangan lima bab kalau sudah semua mencukupi. Demikianlah si
]iwita menanggapi dengan berkata halus, "Duh Sang Maha Dwija
semoga menjadikan periksa kawula bersama sedulur lainnya, demi
menerima wejangan Dwija yang terakhir perasaan kawula seperti
tersiram air sejuk dingin memasuki pada seluruh badan kawula para
sedulur juga demikian pendapatnya sama tak ada yang berseberangan.
Yang demikian itu merupakan pertanda kalau mendapat kasih anugerah
dari Tuhan diberikan wahyu gaib dikodrat oleh Tuhan Yang Maha Esa.
]ika sudah menjadi takdir Tuhan karena dapat menerima weja-
ngan Tuan Dwija tidak lupa semoga mendapat berkah tuan sukses
selama-lamanya. Supaya dapat lestari dalam saya mengikut Dwija
di dunia sampai akhir tidak akan meninggalkan demikian kata hati
sedulur-sedulur saya." Demikianlah Sang Dwija ketika mendengar
jawaban siswa terenyuh di dalam hati akhimya berkata pelan, "Nah
2016kelima siswa semua jawabanmu yang sudah tersampai. Sungguh
kuterima karena kamu semua mempunyai hati setia yang seperti itu
pasti akan kuimbangi cinta kasih terhadapmu sebagai imbangan
erpusdakesetiaanmu. Selain itu para siswaku karena sudah cukup lama kamu
menghadapku sekarang kamu pulanglah semua beristirahatlah
kamu aku akan bersembahyang."
PPara siswa pulang bersama masing-masing pulang demikianlah
ediaSang Dwija segera memanjatkan semadi meminta kasih Tuhan
jangan sampai ada aral diri. Kata para pandai bijak semua manusia
Mhendaknya selamat dalam hidupnya. Memantapkan kemuliaan budi,
lihmelaksanakan tingkah yang halus tujuan hati jangan sampai ber-
Ageser. Rasakanlah di dalam hati, diperhatikanlah bab yang teliti
perintah Tuhan mengikuti kebiasaan manusia, jauhilah budi yang
nista gantiJah yang utama. Buanglah jauh-jauh dua hal supaya ja-
ngan kembali. Banyak yang menjadi teladanmu para manusia yang
menjauhi belajar kemuliaan budaya mana mungkin dapat utama.
8. Sarkara Mintasih
Dhandhanggula
Raras ingkang sarkara mintasih, mring sanggyaning kang samya
punikas, lawan ingkang nyarsakake, menggah suraosipun, Serat
Wirid Kridhamaya di, den agung aksamanta, nul~s sabek sadu, yen
wooten cingkranging wanda, myang kithaling tetembungan sawatawis,
Ian kalintuning sastra
262
Paringa pangapura yekti, jatosipun kasagedan kula, dereng se-
pintana kehe, teka gumagah purun, angrerakit basa gitadi, dahat
dera tan ngrasa, lamun maksih kuthung, walaka niring weweka,
sepen kawruh cubluk tuna ing pambudi, cupet mring panggraita.
Mboten sande kathah kang ngesemi, awit saking luputing panin-
dak, datan pakoleh tanduke, tyas berung kadalarung, kebat kliwat
nora nyukupi, sasar kurangan nalar, lalabete tan antuk, ing wuwu-
lang prarsarjana, kang wus putus mumpuni saliring kawrin, marma
sanget kudwa.
Pamenipun kula anyingkiri, nyelaki kanisthaning budaya, sang-
saya ginuweng akeh, nging puntoning tyas ulun, meksa adreng ku-
medah nganggit, mung kinarya panggrenda, mrih mempaning kal-
bu, linantih saking lon-Ionan, pamintamba antuka berkah pamuji,
sabdaning prasiyaksa.
Lawan malih kula suwun ugi, jinampuwa dening Hyang Wisesa,
paringa kanugrahaNe, amrih sageda lulus, anggen kula manawung tu1is,
2016samben selaning karya, mung katimbang nganggur, neng wisma mengku
sungkawa, labet saking kacombrengan samukawis, tanana kang tinengga.
erpusdaMangka purwaning wasita gati, kang supaya dadya pralampita,
sagung pra mardi budine, kang sengsem ngisep kawruh, keparenga
nulati mirit, tindaking kang mrih arja, myang watek kang pagus,
supyantuk kanugrahan, dingapura sakehing dosa nireki, ingkang
edia Pwus linakomln.
Kawuwusa kang wameng tulis, nenggih wonten sajuga pandhita,
putus sampurna kawruhe, titis prastawa teguh, wicaksana limpat
lih Ming budi, agal rempit tan wawasa, gentur tapanipun, ginajar panjang
Ayuswanya, ajejuluk Sang Pandhita Yatnajati, asramen pucak arda.
Winastanan Wahmaya kang dhiri, ardi luhur tanana tumimbang,
menggah ageng myang inggile, Ian ngongkang samodra gung, kanan
kering pepereng curi, gawat kaliwat-liwat, arang ingkang wantun,
angancik pucaking arda, sajejege tanana liya kang wani, saking sru
gawatira.
Tarlen amung ri sang maha yogi, Ian pra cantrik manguyu jajangga,
kulina saha wasesa, ya ta sang maha wiku, darbe cantrik kang kina-
sih, sasat putra priyangga, gangsal cacahip.un, juga Wasta pun wiwi-
ta, kang kakalih aran pun Rahsaya cantrik, katiga pun Gtaya.
Kapatira Budaya wawangi, kang kalima Karsaya parapnya, lime-
ku kinasih kabeh, wau ta kang cinatur, amarengi sajuga ari, wand
hyang bagaskara, wus meh tunggang gunung, yeku bakda salat
Ngasar, duksamana Sang Pandhita Yatnajati, karsa lenggah ing langgar.
263