Tidak ada jurnal.
Memo: Karena pembulatan ke atas Rp25,00
c. Adanya selisih karena kesalahan pencatatan, harus dibetulkan dengan
membuat jurnal koreksi.
Contoh 3:
Saldo kas menurut catatan 30 Maret 2020 sebesar Rp597.500,00, ternyata kas
menurut fisik sebesar Rp579.500,00. Setelah diadakan pemeriksaan terdapat
kekeliruan. Tanggal 20 Maret 2020 ternyata terjadi kesalahan dalam jurnal,
yaitu pembayaran beban listrik sebesar Rp265.000,00 dicatat sebagai
pembayaran beban air sebesar Rp247.000,00. Untuk itu perlu dilakukan
koreksi terhadap terjadinya kesalahan tersebut. Berikut adalah langkah
melakukan koreksinya.
1) Catat jurnal seharusnya (benar)
Beban listrik Rp265.000,00
Kas Rp265.000,00
2) Catat jurnal yang salah
Beban air Rp247.000,00
Kas Rp247.000,00
3) Cara membuat jurnal koreksi
a) Tulis jurnal yang benar
b) Jurnal salah dibalik
c) Jurnal 1 dan 2 digabung
Jadi, jurnal koreksinya:
Beban listrik Rp265.000,00
Beban air Rp247.000,00
Kas Rp 18.000,00
C. Menyusun Rekonsiliasi Bank
1. Penyebab Terjadinya Perbedaan Kas
Apabila semua transaksi yang berkaitan dengan kas dicatat oleh perusahaan
dan bank, maka saldo kas menurut catatan perusahaan harus selalu sama dengan
saldo kas dalam rekening koran bank. Kadangkala saldo kas menurut catatan
perusahaan pada tanggal tertentu tidak sama dengan saldo kas yang tercatat dalam
rekening koran bank. Oleh karena itu, untuk menetapkan saldo kas yang berar,
perlu dibuat rekonsiliasi bank. Berikut transaksi-transaksi yang menyebabkan
ketidaksamaan antara saldo kas menurut catatan perusahaan dan saldo kas
menurut rekening koran.
• Setoran dalam perjalanan (deposit in transit), merupakan adanya transaksi
yang sudah dicatat perusahaan tetapi belum dicatat oleh bank, di mana ada dua
kemungkinan yang terjadi, antara lain:
190
- Setoran dalam perjalanan, yaitu setoran perusahaan yang belum diterima
oleh bank pada saat rekening koran pada bulan tersebut telah ditutup dan
difaporkan kepada perusahaan.
- Kas yang belum disetor, yaitu penerimaan kas oleh perusahaan yang
sudah dicatat oleh perusahaan tetapi uangnya belum dikirim ke bank.
• Cek dalam peredaran (outstanding check), adalah cek yang telah dikeluarkan
oleh perusahaan tetapi belum diuangkan ke bank oleh pemegangnya.
• Adanya transaksi yang telah dicatat oleh bank tetapi belum dicatat oleh
perusahaan, antara lain:
- Penagihan piutang perusahaan oleh bank (collection by bank).
- Adanya jasa giro yang diberikan oleh bank kepada perusahaan (interest
revenue) dan potongan atas jasa giro (PPh ps 4 (2)) UU no. 36 Tahun
2008 sebesar 20% (income tax expense).
- Adanya pembebanan biaya administrasi oleh bank kepada perusahaan
(bank service charges).
• Adanya kesalahan pencatatan, baik yang dilakukan oleh bank maupun oleh
perusahaan (errors).
• Cek kosong (cek yang tidak cukup dana), yaitu cek yang ditolak bank karena
tidak cukup dana atau dananya tidak ada (non-sufficient fund).
191
Kasus yang mempengaruhi saldo kas bank B. Menurut Catatan Rekening
A. Menurut Catatan Perusahaan Koran Bank
(+) Penerimaan yang sudah dicatat oleh (+) Setoran/penerimaan yang sudah
bank, tapi belum dicatat oleh dicatat oleh perusahaan, tapi belum
perusahaan. dicatat oleh bank.
Contoh:
Contoh:
• Transfer bank. • Setoran dalam proses.
• Jasa giro. • Penerimaan tagihan belum disetor
• Hasil inkaso bank.
ke bank.
(+) Kesalahan mencatat pengeluaran (+) Kesalahan mencatat pengeluaran
terlalu besar/ tinggi. terlalu tinggi.
(+) Kesalahan mencatat penerimaan (+) Kesalahan mencatat penerimaan
terlalu rendah. terlalu rendah.
(-) Pengeluaran yang sudah dicatat oleh (-) Pengeluaran yang sudah dicatat oleh
bank, namun belum dicatat oleh perusahaan, belum dicatat oleh bank.
perusahaan.
Contoh:cek dalam peredaran.
Contoh:
• Biaya administrasi bank (-) Kesalahan mencatat pengeluaran
• Cek di tempat, yaitu pengambilan terlalu rendah.
uang dari bank tidak (-) Kesalahan mencatat penerimaan
mempergunakan cek, melainkan terlalu tinggi.
menggunakan formulir khusus di
bank.
(-) Kesalahan mencatat pengeluaran
terlalu rendah.
(-) Kesalahan mencatat penerimaan
terlalu tinggi
(-) Setoran cek yang ditolak/tidak cukup
dana.
2. Bentuk-Bentuk Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank dapat disusun dalam bentuk sebagai berikut:
192
a. Bentuk Vertikal (Staffel Form/Report Form)
Bentuk vertikal biasa disusun secara bertingkat. Bagian atas untuk
rekonsiliasi saldo kas, sedangkan bagian bawah untuk rekonsiliasi saldo
rekening Koran.
Rekonsiliasi Bank
PT ………….
Rekonsiliasi Bank……………..
(Bentuk Staffel)
Saldo kas menurut pembukuan perusahaan xxx
Ditambah:
Penyetoran dicatat terlalu kecil selisih
Penarikan/pengambilan dicatat terlalu besar selisih
Jasa giro/pendapatan bunga xxx
Penagihan piutang oleh bank xxx
Subtötal xxx
Penjumlahan xxx
Dikurangi:
Penyetoran dicatat terlalu besar selisih
Penarikan/pengambilan dicatat terlalu kecil selisih
Beban administrasi bank xxx
Penambahan bank sebagai tanggungan perusahaan xxx
Cek tidak cukup dana xxx
Subtotal xxx
Saldo setelah rekorisiliasi xxx
Saldo rekening koran menurut pembukuan bank
Ditambah: xxx
Deposit in transit/setoran dalam proses selisih
Koreksi pengambilan nasabah dicatat terlalu besar selisih
xxx
Koreksi pernyetoran nasabah dicatat terlalu kecil xxx
xxx
Koreksi pencatatan merugikan nasabah xxx
Subtotal selisih xxx
Penjumlahan selisih xxx
xxx
Dikurangi:
Cek dalam peredaran/outstanding check
Koreksi pengambilan nasabah dicatat terlalu kecil
Koreksi penyetoran nasabah dicatat terlalu besar
Koreksi pencatatan menguntungkan nasabah
193
Subtotal
Saldo setelah rekonsiliasi
Penyusunan rekonsiliasi bank bentuk staffel, pada dasarnya adalah
melakukan penambahan atau pengurangan terhadap saldo kas menurut catatan
perusahaan ataupun menurut rekening koran sesuai dengan pengaruh
penyebab perbedaan, sehingga pada akhirnya akan diketahui saldo yang
sebenarnya.
Contoh:
Saldo kas PT Sidomulyo menurut catatan buku besar kas per 31 Agustus 2020
adalah sebesar Rp65.200,000,00, sedangkan menurut rekening koran yang
diterima dari bank sebear Rp78.400.000,00. Setelah diadakan pemeriksaan,
penyebab perbedaan tersebut adalah:
1. Bank telah menagih piutang wesel perusahaan nominal Rp13.000.000,00,
bunga Rp1.000.000,00, dan bank membebani biaya penagihan
Rp600.000,00
2. PT Sidomulyo tertanggal 30 Juli 2020 mengirim uang ke bank
Rp6.000.000,00, belum tercatat dalam rekening koran.
3. Perusahaan menerima pelunasan piutang Rp2.000.000,00, belum disetor
ke bank
4. Perusahaan menerima cek dari debitur sebagai pelunasan utangnya
Rp8.000.000,00. Cek tersebut disetor ke bank, tetapi ditolak oleh bank
karena tidak ada dananya.
5. Cek yang belum diuangkan Rp12.000.000,00,
6. Perusahaan mengeluarkan cek untuk mengisi kas kecil Rp2.000.000,00,
tetapi oleh bagian akuntansi dicatat dalam jurnal penerimaan kas
7. Bank memberi jasa giro sebesar Rp1.500.000,00 dan membebankan biaya
administrasi Rp400.000,00, Suatu potongan PPh atas jasa giro
Rp300.000,00.
8. Cek atas nama PT Abdi Jaya sebesar Rp3.000.000,00 ternyata dicatat oleh
bank sebagai pengurang saldo PT Sidomulyo dalam rekening koran yang
diterima PT Sidomulyo
9. PT Sidomulyo mengeluarkan cek Rp4.000.000,00, tetapi dicatat oleh bank
dalam rekening PT Sejahtera, sehingga tidak muncul dalam rekening koran
yang diterima oleh PT Sidomulyo.
Diminta: buatlah rekonsiliasi menurut saldo kas yang sebenarnya.
Jawab:
1) Hasil penagihan piutang wesel oleh bank Rp13.000.000,00 dengan bunga
Rp1.000.000,00, dan beban penagihan Rp600.000,00 belum dicatat
perusahaan. Sehingga saldo kas perusahaan belum termasuk hasil
194
penagihan Rp13.000.000,00 ditambah Rp1.000.000,00 dikurangi
Rp600.000,00. Jadi dalam saldo kas perusahaan harus ditambah
Rp14.000.000,00 dan dikurangi Rp600.000,00.
2) Setoran dalam proses Rp6.000.000,00. Setoran ini belum diterima bank
saat penutupan rekening koran, sehingga saldo rekening koran harus
ditambah sebesar Rp6.000.000,00.
3) Kas belum disetor Rp2.000.000,00. Berarti saldo rekening koran belum
termasuk Rp2.000.000,00. Sehingga saldo rekening karan harus ditambah
sebesar Rp2.000.000,00.
4) Cek kosong Rp8.000.000,00. Cek yang disetor ke bank tidak ada dananya
sehingga tidak menambah saldo rekening koran. Hal ini sudah menambah
saldo perusahaan, sehingga dalam rekonsiliasi bank, saldo perusahaan
dikurangi Rp8.000.000,00.
5) Cek yang belum diuangkan Rp12.000.000,00. Hal ini menunjukkan saldo
perusahaan sudah dikurangkan dengan pengeluaran cek, tetapi saldo
rekening koran belum dikurangkan karena cek tersebut belum diuangkan.
Sehingga dalam rekonsiliasi bank, saldo rekening koran dikurangi
Rp12.000.000,00.
6) Pengeluaran cek senilai Rp2.000.000,00 untuk mengisi kas kecil salah
dicatat dalam penerimaan kas. Hal ini seharusnya dicatat dalam
pengeluaran kas Rp2.000.000.00 akan tetapi dalam catatan, kas bertambah
Rp2.000.000,00 sehingga dalam pembetulan saldo kas catatan perusahaan
harus dikurangi 2 kali dari pengeluaran yaitu Rp4.000.000,00.
7) Bank memberi jasa giro Rp1.500.000,00, membebani biaya administrasi
Rp400.000,00 dan pajak penghasilan sebesar Rp300.000,00. Artinya
dalam rekening saldo koran sudah termasuk penambahan Rpl.200.000,00
dan pengurangan Rp400.000,00. Jumlah ini belum tercatat dalam catatan
perusahaan, sehingga dalam pembetulan catatan perusahaan harus
ditambah Rp1.200.000,00 dan dikurangi Rp400.000,00 serta
Rp300.000,00.
8) Koreksi kesalahan Rp3.000.000,00. Cek atas nama PT Abdi Jaya sebesar
Rp3.000.000,00 dicatat sebagai pengurang dalam rekening koran PT
Sidomulyo, sehingga dalam rekonsiliasi bank saldo rekening koran PT
Sidomulyo ditambah Rp3.000.000,00.
9) Koreksi kesalahan Rp4.000.000,00. Cek atas nama PT Sidomulyo sebesar
Rp4.000.000,00 tidak dicatat dalam rekening koran PT Sidomulyo
sehingga dalam rekonsiliasi bank saldo rekening koran PT Sidomulyo
dikurangi Rp4.000.000,00.
Berdasarkan analisis di atas, Anda dapat membuat rekonsialiasi bank menurut
saldo kas yang sebenarnya sebagai berikut.
195
PT SIDOMULYO 2020…………..
Rekonsiliasi Bank Rp
Per 31 Agustus 2010
Saldo menurut rekening koran per 31 Agustus
Rp78.400.000,00
Dilambah:
- Setoran dalam perjalanan…………….. Rp6.000.000,00
- Kas yang belum disetor………………..Rp2.000.000,00
8.000.000,00
Rp86.400,000,00
Dikurangi:
- Cek yang masih beredar……………….Rp12.000.000,00
- Kesalahan pencatatan………………….Rp 3.000.000,00
- Kesalahan pencatatan………………….Rp 4.000.000,00.
Rp19.000.000,00 yang benar
Saldo
Rp67.400.000,00
Saldo menurut catatan perusahaan per 31 Agustus 2020………
Rp65.200.000,00
Ditambah:
- Penerimaan piutang……………………Rp13.000.000,00
- Pendapatan bunga……………………...Rp 1.000.000,00
- Jasa giro………………………………..Rp 1.200.000,00
Rp15.200.000,00
Rp80.400.000,00
Dikurangi:
- Beban penagihan……………………….Rp 600.000,00
- Cek kosong……………………………..Rp 8.000.000,00
- Kesalahan pencatatan…………………..Rp 4.000.000,00
- Biaya administrasi bank……………… Rp 400.000,00
Rp13.000.000,00
196
Saldo yang benar
Rp67.400.000,00
Jurnal penyesuaian:
Kas Rp15.200.000,00
Piutang dagang Rp13.000.000,00
Pendapatan bunga Rp 1.000.000,00
Jasa giro Rp 1.200.000,00
Beban PPh pasal 4 (2) Rp300.000.00
Beban penagihan Rp600.000,00
Beban administrasi bank Rp400.000,00
Kas Rp1.300.000,00
Kas kecil Rp4.000.000,00
Kas Rp4.000.000,00
Piutang dagang Rp8.000.000,00
Kas Rp8.000.000,00
b. Bentuk Skontro (Account form)
Bentuk skontro disusun secara sebelah-menyebelah. Sebelah kiri untuk
rekonsiliasi saldo kas, sedangkan sebelah kanan untuk rekonsiliasi saldo
rekening koran.
PT ………….
Rekonsiliasi Bank……………..
(Bentuk Skontro)
Saldo menurut pembukuan Saldo menurut pembukuan
Perusahaan Bank xxx
xxx
xxx Ditambah:
Ditambah:
Penyetoran dicatat terlalu kecil selisih Deposit in transiti/setoran
Penarikan/pengarmbilan selisih dalam proses xxx
dicatat terlalu besar
Jasa giro/pendapatan bunga xxx Koreksi pengambilan nasabah
Penagihan piutang oleh bank xxx xxx dicatat terlalu besar selisih
Subtotal
Penjumlahan xxx Koreksi penyetoran nasabah
Dikurangi: dicatat terlalu kecil selisih
Penyetoran dicatat berlalu besar selisih
Penarikan/pengambilan Koreksi percatatan
dicatat terlalu kecil selisih merugikan nasabah xxx
Beban administrasi bank xxx
Pembebanan bank sebagai Subtotal
197
tanggungan perusahaan xxx Penjumlahan
Cek tidak cukup dana xxx xxx
Subtotal
Saldo setelah rekonsiliasi xxx
Dikurangi:
xxx
Cek dalam peredaran/
outstanding check selisih
Koreksi pengambilan nasabah
dicatat terlalu besar selisih
Koreksi pencatatan
menguntungkari nasabah xxx
Subtotal xxx
Saldo setelah rekonsiliasi xxx
Contoh:
Saldo kas menurut buku besar umum PT Sidomulyo pada tanggal 31
Desember 2020, menunjukkan saldo debet sebesar Rp46.950.000,00
(termasuk dana kas kecil sebessar Rp200.000,00). Saldo pada rekening koran
yang diterima dari Bank BNI per tanggal 31 Desember 2020. menunjukkan
saldo kredit sebesar Rp52.500.000,00. Setelah diadakan inventarisasi,
penyebab dari adanya selisih tersebut adalah sebagai berikul.
1. Dalam rekening koran, tercantum adanya inkaso piutang yang dilakukan
Bank Mandiri sebesar Rp6.200.000,00 dari CV Maju Jaya, dengan biaya
inkaso sebesar Rp20.000,00. Inkaso piutang ini belum ada pencatatannya
pada buku kas PT Sidomulyo.
2. Cek sebesar Rp7.250.000,00 untuk membayar utang kepada PT Sejahtera,
ternyata dicatat PT Sidomulyo dalam jurnal pengeluaran kas sebesar
Rp7.520.000,00, dan penarikan cek sebesar Rp3.280.000,00 untuk
pembayaran pembelian peralatan kantor, dicatat dalam buku kas sebesar
Rp3.120.000,00. Kesalahan tersebut belum pernah dikoreksi oleh PT
Sidomulyo.
3. Setoran tunai yang dilakukan PT Sidomulyo sebesar Rp4.200.000,00,
hingga tanggal 31 Desember 2020 belum tercantum dalam rekening koran
karena masih dalam proses.
4. Pengambilan tunai dari Bank Mandiri sebesar Rp4.450.000,00
dicantumkan dalam rekening koran sebesar Rp4.600.000,00. Pencairan cek
yang ditarik PT Sidomulyo adalah sebesar Rp5.600.000,00 dicatat dalam
rekening koran sebesar Rp5.300.000 00 Pihak bank mengakui kekeliruan
ini dan bersedia memperbaikinya.
5. Sebuah cek senilai Rp2.600.000 00, diterima dari PT Jaya Abadi sebagai
pembayaran utang PT Sidomulyo langsung menyetorkan cek tersebut ke
198
bank. Cek tersebut ternyata ditolak penyelesaiannya oleh Bank BNI karena
tidak cukup dana.
6. Penyetoran tunai hasil penjualan bulan Desember 2018 sebesar
Rp15.400.000,00, terbukukan dalam jurnal penerimaan kas sebesar
Rp14.900.000,00. Sedangkan penyetoran sebesar Rp12.100.000,00,
ternyata terbukukan di dalam jurnal penerimaan kas sebesar
Rp12.700.000,00.
7. Dalam rekening koran PT Sidomulyo, telah didebet sebesar Rp15.000,00
untuk biaya administrasi dan sebesar Rp11.250,00, untuk pajak
perighasilan serta dikredit sebesar Rp126.250,00 sebagai jasa giro.
8. Cek yang dikeluarkan PT Sidomulyo bulan Desember 2020, belum tercatat
dalam rekening koran karena masih dalam peredaran, yaitu:
Cek No. 16085 sebesar Rp 346.875,00
Cek No. 16086 sebesar Rp1.231.725,00
Cek No. 16088 sebesar Rp1.107.190,00
Cek No. 16089 sebesar Rp1.240.050,00
9. Penyetoran oleh PT Sidomulyo ke Bank Mandiri sebesar Rp2.350.000,00
tercatat dalam rekening koran sebesar Rp2.125.000,00 dan penyetoran
sebesar Rp3.700.000,00, dicatat sebesar Rp3.825.000,00. Bank mengakui
akan kekeliruan tersebut.
10. Rekening pada Bank Mandiri telah didebet sebesar Rp1.500.000,00,
sebagai beban pembayaran angsuran pembelian sebuah rumah. Sedangkan
PT Sidomulyo merasa tidak memiliki kewajiban tersebut. Bank Mandiri
mengakui akan kekeliruan tersebut.
11. PT Sidomulyo menyetorkan uarg tunai ke Bank Mandiri sebesar
Rp3.784.160,00. Bank BNI melakukan kekeliruan pencatatan dengan
mengkredit jumlah tersebut ke dalam rekening koran sebagai keuntungan
PT Sidomulyo.
Dari beberapa selisih di atas, dapat digambarkan rekonsiliasi bank per tanggal
31 Desember 2020 dalam bentuk skontro.
Jawab:
PT SIDOMULYO
Rekonsiliasi Bank 31 Desember 2020
(dalam rupiah)
199
Saldo menurut buku Saldo menurut
46.950.000 rekening koran
kas 52.500.000
200.000 Ditambah:
Saldo besar sebelum Koreksi penyetoran 150.000
rekonsiliasi Setoran masih dalam 4.200.000
46.750.000 proses
Koreksi pencatatan 225.000
Ditambah: 6.200.000 penyetoran 1.500.000
Penagihan inkaso 270.000 Koreksi pembebanan
Koreksi penarikan cek 500.000 angsuran mobil 300.000
Koreksi penyetoran 126.250 Subtotal 3.925.840
Jasa giro bank 6.075.000
Subtotal Penjumlahan 125.000
7.096.250 58.575.000 3.784.160
Penjumlahan
53.846.250 Dikurangi:
Koreksi penyetoran
Dikurangi: Cek masih dalam
peredaran
Biaya inkaso piutang 20.000 Koreksi penyetoran
Koreksi penyetoran
Koreksi penarikan cek 160.000 PT Sidomulyo
Cek tidak cukup dana 2.600.000
Biaya administrasi 15.000
Biaya pajak penghasilan 11.250
Koreksi salah mencatat
setoran 600.000
Subtotal
3.406.250
Saldo setelah rekonsiliasi
50.440.000
Subtotal
8.135.000
Saldo setelah rekonsiliasi
50.440.000
c. Rekonsiliasi Bank Empat Kolom
Rekonsiliasi ini dibuat untuk menetapkan saldo yang sebenarnya untuk
saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir. Rekonsiliasi semacam
ini biasanya dibuat oleh pemeriksa (auditor) sebagai alat pengujian yang
200
sifatnya menyeluruh untuk setiap transaksi. Untuk menyusun rekonsiliasi
dalam bentuk ini, sangat diperlukan pengetahuan mengenai prosedur
pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas.
Contoh:
Data yang ada pada PT Sidomulyo per 30 Juni 2020 adalah sebagai berikut:
Berdasarkan catatan perusahaan:
Saldo per 30 Juni 2020 Rp3.050.000,00
Setoran selama bulan Juli 2020 Rp3.100.000,00
Rp6.150.000,00
Pengambilan selama bulan Juli 2020 Rp1.750.000,00
Saldo per 31 Juli 2020 Rp4.400.000,00
Berdasarkan catatan bank:
Saldo per 30 Juni 2020 Rp3.220.000,00
Setoran selama bulan Juli 2020 Rp2.570.000,00
Rp5.790.000,00
Pengambilan selama bulan Juli 2020 Rp2.000.000,00
Saldo per 31 Juli 2020 Rp3.790.000,00
Penyebab perbedaan adalah sebagai berikut:
Keterangan 30 Juni 2020 31 Juli 2020
Setoran dalam perjalanan Rp1.550.000,00 Rp1.700.000,00
Cek yang beredar Rp 600.000,00 Rp 750.000,00
Pendapatan bunga Rp1.120.000,00 Rp 740.000,00
Biaya bank Rp 400.000,00
Dirminta:
Buatlah rekonsiliasi bank 4 kolom
Jawab:
PT SIDOMULYO
Rekonsiliasi Bank
Per 31 Juli 2020
Keterangan Saldo Penerimaan Juli Pengeluaran Saldo
Juli 2020 31 Juli 2020
30 Juni 2020 2020
Saldo laporan bank Rp3.220.000,00 Rp2.000.000,00 Rp2.570.000,00 Rp3.790.000,00
Setaran dalam perjalanan Rp1.700.000,00
30 Juni 2020 Rp1.550.000,00 (Rp1.550.000,00) (Rp 600.000,00) Rp 750.000.00
31 Juli 2020 Rp1.700.000,00 Rp 750.000,00
Cek dalam perjalanan
30 Juni 2020 (Rp 600.000,00)
31 Juli 2020
201
d. Rekonsiliasi Bank Delapan Kolom
Contoh:
Data yang ada pada PT Sidomulyo per 31 Agustus 2020 adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan catatan perusahaan:
Saldo per 31 Juli 2020 Rp21.200.000,00
Setoran selama bulan Agustus 2020 Rp34.400.000,00
Rp55.600.000,00
Pengambilan selama bulan Agustus 2020 Rp21.600.000,00
Saldo per 31 Agustus 2020 Rp34.000.000,00
Berdasarkan catatan bank:
Saldo per 31 Juli 2020 Rp24.800.000,00
Setoran selama bulan Agustus 2020 Rp33.600.000,00
Rp58.400.000,00
Pengambilan selama bulan Agustus 2020 Rp30.400.000,00
Rp28.000.000,00
Penyebab perbedaan adalah sebagai berikut.
Keterangan 31 Juli 2020 31 Agustus 2020
Setoran dalam perjalanan Rp17.200.000,00 Rp18.800.000,00
Cek yang beredar Rp13.000.000,00 Rp 9.600.000,00
Pendapatan bunga Rp 7.800.000,00 Rp 8.600.000,00
Biaya administrasi bank Rp 5.400.000,00
Dari data di atas dapat dibuat rekonsiliasi bank 8 kolom sebagai berikut.
PT Sidomulyo
Rekonsiliasi Bank
Per 30 September 2020
(dalam Rupiah)
Keterangan Saldo Penerimaan Pengeluaran Saldo
31 Juli 2020 Agustus 2020 Agustus 2020 31 Agustua
Bank Perusahaan Bank Perusahaan Bank Perusahaan Bank Pe
202
Saldo sebelum 24.800.000 21.200.000 33.600.000 34.400.000 30.400.000 21.600.000 28.000.000 34
rekonsiliasi 17.200.000 7.800.000 (17.200.000) (13.000.000)
1) Setoran 9.600.000 18.800.000
(13.000.000) (7.800.000) (9.600.000)
dalam 5.400.000
perjalanan 18.800.000 8.6
2) Cek (5.
3) Pendapatan 8.600.000
bunga
4) Setoran
dalam
perjalanan
5) Cek
6) Pendapatan
bunga
7) Biaya
administras
i bank
29.000.000 29.000.000 35.200.000 35.200.000 27.000.000 27.000.000 37.200.000 37
Penjelasan:
1. Setoran dalam perjalanan pada targgal 31 Juli 2020 sebesar
Rp17.200.000,00 sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pemasukan pada
Saldo 31 Juli 2020 tetapi dicatat oleh bank pada bulan Agustus. Untuk
penyesuaian, pada catatan bank perlu diadakan pengurangan pada
Penerimaan Agustus 2020 dan penambahan pada Saldo 31 Juli 2020.
2. Cek yang beredar 31 Juli sebesar Rp13.000.000.00 sudah dicatat oleh
perusahaan sebagai pengeluaran pada Saldo Juli 2020 tetapi belum dicatat
oleh bank. Untuk penyesuaian, pada catatan bank perlu diadakan
pengurangan pada Saldo 31 Juli 2020 dan Pengeluaran Agustus 2020.
3. Pendapatan bunga 31 Juli 2020 sebesar Rp7.800.000,00 Sudah dicatat oleh
bank sebagai pemasukan perusahaan pada Saldo 31 Juli 2020 tetapi belum
dicatat oleh perusahaan. Untuk penyesuaian, pada catatan perusahaan perlu
diadakan penambahan pada Saldo 31 Juli 2020 dan pengurangan pada
Penerimaan Agustus 2020.
4. Setoran dalam perjalanan pada tanggal 31 Agustus 2020 sebesar
Rp18.000.000,00 sudah dicatat oleh bank. Untuk penyesuaian pada catatan
bank perlu diadakan penambahan pada Penerimaan Agustus 2020 dan
Saldo 31 Agustus 2020.
5. Cek yang beredar 31 Agustus 2020 sebesar Rp9.600.000,00 sudah dicatat
oleh perusahaan sebagai pengeluaran pada Pengeluaran Agustus 2020
tetapi belum dicatat oleh bank. Untuk penyesuaian, pada catatan bank
203
perlu diadakan penambahan pada Pengeluaran Agustus 2020 dan
pengurangan pada Saldo 31 Agustus 2020.
6. Pendapatan bunga 31 Agustus 2020 sebesar Rp8.600.000,00 sudah dicatat
oleh bank sebagai pemasukan perusahan pada Penerimaan Agustus 2020
tetapi belum dicatat oleh perusahaan Untuk penyesuaian, pada catatan
perusahaan perlu diadakan penambahan pada Penerimaan Agustus 2020
dan Saldo 31 Agustus 2020.
7. Biaya administrasi bank 31 Agustus 2020 sebesar Rp5.400.000,00 sudah
dicatat oleh bank sebagai pengeluaran perusahaan pada Pengeluaran
Agustus 2020 tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Untuk penyesuaian,
pada catatan perusahaan perlu diadakan penambahan pada Pengeluaran
Agustus 2020 dan pengurangan pada Saldo 31 Agustus 2020.
LATIHAN SOAL
A. Pilihan Ganda
1. Kas diperlukan untuk memenuhi pembayaran-pembayaran yang timbul dari kegiatan
bisnis. Berdasarkan pernyataan tersebut, motif utama perusahaan memegang uang
kas adalah….
a. Motif transaksi
b. Motif berjaga-jaga
c. Motif spekulasi
d. Motif pembayaran
e. Motif operasional
2. Jumlah uang minimal yang harus disimpan di rekening sebagai saldo kompensasi
sering disebut dengan….
a. Cash register
b. Bank account
c. Compensating balance
d. Cash on hand
e. Cashier’s check
3. Untuk menetapkan saldo kas yang benar menurut catatan bank dan catatan
perusahaan disebut….
a. Rekonsiliasi kas
b. Rekonsiliasi bank
c. Klring
d. Transfer
e. Posting
4. Penagihan piutang perusahaan yang dilakukan oleh bank disebut….
a. Collecting by bank
b. Interest revenue
c. Sufficient fund
d. Outsanding check
e. Deposit in transit
204
5. Cek yang dikeluarkan oleh perusahaan, tetapi belum diuangkan oleh pemegangnya
ke bank disebut….
a. Cashier’s check
b. Outsanding check
c. Cash shortage
d. Cash overage
e. Post dated checks
6. Pengertian dari cek kosong adalah…..
a. cek yang diterima setelah tanggal jatuh tempo
b. cek yang diterima sebelum tanggal jatuh tempo
c. cek yang dananya kurang
d. cek yang tidak terdapat dana
e. cek yang dicairan dengan mata uang asing
7. Fungsi memo ( nota) kredit dari bank dalam prosedur penerimaan kas yaitu.…
a. Sebagai pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari penerimaan piutang
melalui transfer dana dari debitur
b. Untuk pengecekan jumlah dana yang diterima dengan jumlah yang disetorkan ke
bank
c. Sebagai bukti penerimaan kas yang berasal dari penerimaan piutang
d. Untuk bukti transaksi penerimaan kas dari manapun sumbernya
e. Sebagai bukti pendukung penerimaan kas uang berasal dari transaksi penjualan
tunai
8. Penyebab perbedaan saldo kas adalah….
a. Adanya transaksi yang dicatat oleh perusahaan sebagai penerimaan, tetapi belum
dicatat oleh pihak bank.
b. Tidak adanya transaksi yang dicatat sebagai pengeluaran oleh perusahaan
c. Adanya transaksi yang dibuat oleh bank dicatat sebagai penerimaan tetapi hal ini
tidak akan menambah saldo rekening Koran
d. Adanya transaksi yang oleh bank telah dicatat sebagai pengeluaran dalam hal ini
tidak akan mengurangi saldo perusahaan
e. Tidak adanya kesalahan dalam pencatatan
9. Transaksi yang berpengaruh mengurangi saldo kas perusahaan ketika rekonsiliasi
dilakukan karena adanya kesalahan pencatatan, baik dari pihak bank maupun oleh
perusahaan adalah….
a. Cek kosong
b. Cek dalam peredaran
c. Biaya inkaso
d. Jasa giro
e. Setoran dalam perjalanan
10. Transaksi transaksi yang berpengaruh menambah saldo kas perusahaan ketika
rekonsiliasi dilakukan adalah….
a. Biaya inkaso dan biaya administrasi bank
b. Penagihan piutang dan jasa giro
c. Cek dalam perjalanan dan biaya inkaso
205
d. Biaya inkaso dan jasa giro
e. Administrasi bank dan setoran dalam perjalanan
11. Saldo kas bank tanggal 30 November 2020 berjumlah Rp.18.850.000,- tetapi jumlah
uang kas yang sebenarnya Rp.18.890.000,- setelah diteliti tidak dtemukan sebabnya,
maka selisihnya dimasukkan ke rekening selisih kas dengan jumlah….
a. Selisih kas di D Rp. 40.000,-
b. Selisih kas di K Rp. 40.000,-
c. Selisih kas di D Rp. 18.850.000,-
d. Selisih kas di K Rp. 18.850.000,-
e. Selisih kas di D Rp. 18.890.000,-
12. Berdasarkan laporan rekening Koran dari bank terdapat beban administrasi Rp
50.000,00 dan jasa giro Rp 160.000,00. Jurnal yang harus dibuat oleh perusahaan
adalah….
a. Beban administrasi Rp. 50.000,00
Kas Rp. 50.000,00
b. Kas Rp. 160.000,00
Pendapatan bunga Rp. 160.000,00
c. Kas Rp. 110.000,00
Beban adminstrasi Rp. 50.000,00
Pendapatan bunga Rp. 160.000,00
d. Kas Rp. 160.000,00
Beban adminstrasi Rp. 50.000,00
Pendapatan bunga Rp. 110.000,00
e. Pendapatan bunga Rp. 160.000,00
Kas Rp. 160.000,00
13. Laporan bank kepada perusahaan yang mempunyai rekening Koran bank umumnya
dilakukan pada….
a. Awal bulan periode
b. Awal minggu berjalan
c. Tanggal 1 bulan periode
d. Awal bulan berikutnya
e. Akhir bulan periode
14. Apa yang dimaksud dengan rekonsiliasi bank….
a. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencocokkan catatan rekening
kas di perusahaan dengan catatan dalam rekening Koran
b. Kegiatan yang dilakukan perorangan untuk mencocokkan catatan rekening kas di
perusahaan dengan catatan dalam rekening Koran
c. Kegiatan yang dilakukan oleh beberapa belah pihak di dalam suatu perusahaan
d. Kegiatan yang dilakukan oleh setiap perusahaan
e. Kegiatan yang dilakukan untuk mencocokan pencatatan
15. Apa saja yang bukti dokumen pengeluaran kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan,
kecuali….
a. Faktur (nota) pembelian tunai
b. Bukti penerimaan barang
206
c. Bukti pengeluaran kas kecil
d. Faktur pembelian kredit, sebagai bukti pendukung pembayaran hutang.
e. Memo dari bank ata penerimaan piutang melalui transfer
B. Essai
1. Jelaskan yang termasuk ke dalam golongan kas?
2. Bagaimana prosedur penerimaan kas bank, jika penerimaan kas dari penjualan tunai?
3. Sebutkan dan jelaskan transaksi-transaksi yang menyebabkan ketidaksamaan antara
saldo kas menurut catatan perusahaan dan saldo kas menurut rekening Koran?
4. Bagaimana prosedur pengeluaran kas bank?
5. Sebutkan dan jelaskan motif utama perusahaan memegang uang kas?
RANGKUMAN
• Kas adalah aktiva lancar perusahaan yang terdiri dari uang kertas, uang logam, dan
kertas berharga yang mempunyai sifat seperti uang, yaitu dapat diterima sebagai alat
pembayaran atau alat tukar, termasuk juga simpanan di bank yang dapat digunakan
sewaktu-waktu.
• Dalam mengelola kas bank, dibutuhkan peralatan yang tentunya sangat penting bagi
pengelolaan kas pada perusahaan. Apabila keadaan memungkinkan, sebaiknya
perusahaan menggunakan peralatan, seperti mechanic cash register, check protector,
stempel tanggal dan peralatan mekanis lainnya.
• Kas yang dimiliki oleh perusahaan tidak semuanya disimpan di dalam perusahaan,
tetapi disimpan di bank (rekening bank), Simpanan di bank yang memenuhi kriteria
sebagai kas misalnya tabungan dan giro, Perusahaan bisa memilih lebih dari satu
rekening bank.
• Salah satu cara pengendalian kas adalah dengan membuka akun bank (bank account),
artinya pihak perusahaan membuka rekening di bank untuk menyimpan semua
penerimaan kas. Jadi pada suatu perusahaan ada dua pencatatan kas, yaitu catatan kas
menurut perusahaan dan catatan kas menurut bank.
• Apabila semua transaksi yang berkaitan dengan kas dicatat oleh perusahaan dan bank,
maka saldo kas menurut catatan perusahaan harus selalu sama dengan saldo kas dalam
rekening koran bank.
207
"Kegagalan terbesar kita sebagai manusia adalah ketika kita berhenti untuk belajar."
208
BAB 13
PENCATATAN ASET TETAP
Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, siswa mampu:
3.13 Menerapkan aset tetap
4.13 Melakukan pencatatan aset tetap
A. Pengertian Aset Tetap
Aset atau aktiva merupakan harta yang menjadi sumber ekonomi perusahaan yang
digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Untuk memproduksi suatu produk maka
peranan aktiva tetap sangatlah besar, seperti lahan yang digunakan sebagai tempat produksi,
bangunan sebagai tempat pabrik dan kantor, mesin dan peralatan sebagai alat untuk produksi
dan lain-lain. Aset tetap atau aset tidak lancar merupakan aset yang memiliki masa manfaat
lebih dari satu tahun, biasanya digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan dan
mengalami penyusutan dan wajib dinilai kembali pada setiap tahunnya.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 pada paragraf
5 menjelaskan bahwa: “Aktiva tetap yaitu aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun”.
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa hal penting terkait aset tetap, yaitu:
• Aset tetap atau aset berwujud, mempunyai bentuk fisik (seperti tanah, kendaraan dan
bangunan), lain halnya dengan hak paten atau merek dagang yang tidak mempunyai
bentuk fisik (merupakan aset tak berwujud).
• Aset tetap memiliki tujuan penggunaan khusus, yaitu dapat digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif. Aset tetap seperti tanah yang dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk
dijual, bukan merupakan aset tetap.
• Aset tetap termasuk ke dalam aset tidak lancar, karena diharapkan akan digunakan dalam
waktu lebih dari 1 (satu) periode akuntansi.
B. Karakteristik Aset Tetap
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai macam jenis barang yang
dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya. Namun dalam mengklasifikasikannya, aktiva
tetap tersebut harus memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik aset tetap antara lain:
1. Memiliki wujud fisik dengan bentuk dan ukuran yang jelas
Ini berarti aset tersebut berupa barang yang dimiliki wujud fisik. Misalnya kendaraan,
peralatan, bangunan, mesin dan lain sebagainya.
2. Mempunyai manfaat atau umur ekonomis yang lebih dari satu tahun.
209
Aset tetap harus dapat digunakan untuk operasi perusahaan dalam waktu lebih dari satu
tahun atau satu periode akuntansi. Meskipun mempunyai bentuk fisik, tetapi jika manfaat
aset tetap kurang dari satu tahun seperti kertas, tinta, pensil, penghapus, dan lain
sebagainya maka tidak dapat dikategorikan sebagai aset tetap.
3. Digunakan dalam operasi perusahaan
Aset tersebut harus dapat digunakan dalam operasi normal perusahaan, yaitu dipakai
untuk menghasilkan pendapatan bagi operasi. Baik dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang dan jasa.
4. Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan bukan untuk dijual kembali atau investasi.
Suatu aset yang dimiliki perusahaan dan umurnya lebih dari satu tahun, tetapi dibeli
perusahaan dengan maksud untuk dijual kembali, tidak dapat dikategorikan sebagai aset
tetap dan harus dimasukkan ke dalam kelompok persediaan. Misalnya, apabila entitas
membeli tanah dengan tujuan akan dijual kembali karena entitas meyakini tanah tersebut
akan mengalami peningkatan nilai, maka tanah tersebut bukan merupakan aset tetap,
tetapi merupakan properti investasi (PSAK 13: Properti Investasi). Jika entitas bergerak
di bidang jual beli mobil, maka mobil yang diperoleh entitas dengan tujuan untuk dijual
kembali merupakan persediaan (PSAK 14: Persediaan), bukan aset tetap.
5. Mempunyai nilai material yang cukup besar.
Aset milik perusahaan yang berumur lebih dari satu tahun dan digunakan dalam operasi
perusahaan dan nilai atau harga per unitnya atau harga totalnya relatif tidak terlalu besar
dibandingkan dengan total aset perusahaan, tidak perlu dimasukan sebagai aset tetap.
Seperti
sendok, piring, stepler, jam meja dan sebagainya.
6. Dimiliki perusahaan
Aset berwujud yang bernilai tinggi yang digunakan dalam operasi dan berumur lebih dari
satu tahun, tetapi disewa perusahaan dari pihak lain tidak boleh dikelompokan sebagai
aset tetap. Kendaraan sewa misalnya, tidak boleh diakui perusahaan sebagai aset tetap.
C. Klasifkasi Aset Tetap
Mengidentifikasi aset tetap sebagai barang tak bergerak dan barang bergerak yang
digunakan dalam operasional perusahaan. Undang-undang perpajakan mengatur aset bukan
bangunan dan bangunan dalam 4 kelompok sebagai berikut.
1. Bukan bangunan
Peraturan MenteriKeuangan No 96/P.M/ K/,03/2009 tentang jenis-jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan unit keperluan penyusutan
dibagi menjadi 4 kelompok.
a. Kelompok 1
Harta yang dapar disusulkan dan tidak termasuk golongan bangunan yang
mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 4 tahun. Contoh aset kelompok 1
adalah sebagai berikut.
1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi,
lemari, dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
2. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung duplikator, mesin fotokopi,
mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner, dan sejenisnya.
210
3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi
dan sejenisnya.
4. Sepeda motor, sepeda, dan becak.
5. Alat komunikasi, pesawat telepon, faks, handphone, dan sejenisnya.
6. Alat perlengkapan khusus bagi industri/jasa yang bersangkutan.
b. Kelompok 2
Harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk golongan bangunan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 4 tahun dan tidak lebih dari 8 tahun. Contoh
aset kelompok 2 adalah sebagai berikut.
1. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari, dan
sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan, alat pengatur
udara seperti AC, kipas angin, dan sejenisnya.
2. Kendaraan yang meliputi mobil, bus, truk, speed boat, dan sejenisnya.
3. Kontainer.
c. Kelompok 3
Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk golongan bangunan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 8 tahun dan tidak lebih dari 16 tahun. Aset
tetap kelompok 3 adalah aset tetap pada jenis usaha pertambangan, pemintalan,
perkayuan, industri kimia, industri mesin, transportasi, dan pergudangan. Contoh
aset yang masuk kelompok 3 adalah sebagai berikut.
1. Mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan.
2. Mesin yang mengolah produksi tekstil.
3. Mesin untuk mengolah produk industri kimia.
4. Mesin yang menghasilkan mesin menengah dan berat (mesin mobil dan
kapal).
5. Kapal penumpang dan barang yang mempunyai berat 100 sampai dengan 1000
DWT.
6. Porahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai bery, atas 250 DWT.
7. Pesawat terbang dan helikopter.
8. Perangkat radio navigasi, radar, dan kendali jarak jauh
d. Kelompok 4
Harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk golongan banguna yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 16 tahun. Aset yang masuk kedalam
kelompok 4 adalah aset tetap pada jenis usaha konstruksi transportasi, dan
pergudangan. Contohnya adalah mesin berat untuk kontruksi, lokomotif, kereta,
kapal, dan lain-lain.
2. Bangunan
a. Permanen
Bangunan dan aset tak bergerak lainnya termasuk tambahan perbaika atau
perubahan yang dilakukan dengan masa manfaat 20 tahun.
b. Tidak permanen
Bangunan dan aset tak bergerak lainnya, termasuk tambahan perbaikan, atau
perubahan yang dilakukan dengan masa manfaat 1 tahun.
211
D. Jenis-Jenis Aset Tetap
Jenis aset tidak lancar dikelompokan menjadi dua golongan.
1. Aset Tetap Berwujud yang Selanjutnya Disebut dengan aset Tetap (Tangible)
Aset tetap berwujud memiliki bentuk fisik, yang member manfaat ekonor pada masa
mendatang bagi perusahaan.
1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas.
Yang masuk ke daliam kelompok asettetap yang umurnya tidak terbatas adalah
tanah dan hak atas tanah yang dipakai untuk mendiri bangunan kantor, toko,
pabrik, tempat parkir, Gudang, dan lain-lain. Tanah merupakan hartà yang
digunakan untuk rajuan usaha dan tidak dikenai penyusutan, maka biaya yang
dikenakan pada tanah merupakan biaya yang secara langsung berhubungan
dengan masa manfaat yang tidak terbatas.
2. Aset tetap yang umumya terbatas dan dapat diganti dengan aseltd sejenis apabila
masa manfaatnya telah habis.
Yang masuk kategori aset tetap yang umurnya terbatas adalah sebagai berikut.
a. Bangunan.
Merupakan bangunan yang digunakan untuk menempatkan operasi
perusahaan. Baik bangunan untuk kantor, toko, pabrik maupun gudang yang
digunakan dalam kegiatan utama perusahaan. Akan tetapi, bangunan yang
tidak digunakan dalam kegiatan utama perusahaan yaitu bangunan yang belum
jadi (dalam tahap pembangunan) tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset
tetap.
b. Mesin dan peralatan.
Merupakan aset yang dipergunakan perusahaan dalam proses produksi tau
penyediaan jasa.
c. Kendaraan.
Merupakan aset yang dipergunakan sebagai alt transportasi atau sebagai
penedia jasa dan lain-lain seperti mobil, motor, truk.
3. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
tidak dapat diganti dengan set yang sejenis.
Yang masuk kategori aset tetap yang umurnya terbatas dan setelah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti adalah sumber- sumber alam seperti tambang
minyak, tambang batubara, tambang emas, tambang timah, hutan dan lain-lain.
2. Aset Tetap tidak Berwujud yang Selanjutnya Disebut sebagai Aset tidak Berwujud
(Intangible)
Aset tidak berwujud didefinisikan sebagai aset yang tidak memilki bentuk fisik. Bukti
adanya aset ini terdapat dalam bentuk perjanjian, kontrak, atau paten. Termasuk ke
dalam kelompok aset tetap tidak berwujud di antaranya sebagai berikut.
212
1. Hak paten.
Hak paten adalah suatu hak yang diberikan secara eksklusifoleh negara kepada
pemegang hak atas ciptaannya dengan disertai perlindungan hukum dari
pemalsuan dan peniruan pihak lain.
2. Hak cipta (copyright).
Hak cipta adalah hak yang diberikan olch pernerintah kepada pengarang, pencipta
lagu/musik atau seniman lainnya untuk menerbitkan/mempublikasikan, menjual
atau mengawasi ciptaannya
3. Franchise (waralaba).
Waralaba merupakan hak yang diperoleh ole satu pihak (franchise) dari pihak lain
(franschisor) untuk menggunakan proses produksi menggunakan logo franchisor,
dan kemudian menjual hasil produksi tersebut. Usaha franchise di dunia
perdagangan saat ini misalnya usaha KFC, Rocket Chicken, Pizza Hut, Buige
King, MC Donald, Kebab Turki dan lain-lain.
4. Merek dagang (trade mark).
Penggunaan merek dagang (Trademark) dan nama dagang merupakan hal yang
sangat penting bagi perusahaan yang menggantungian produknya pada permintaan
konsumen.
5. Goodwill.
Goodwill merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang timbul
karena adanya kelebihan dalam beberapa faktor, seperti nama yang terkenal, staff
dan personalia yang berkemampuan tinggi atau lokasi perusahaan yang
menguntungkan.
Contoh supermarket yang terkenal mempunyai nilai aset 11 milar, sedangkan
harga pasarannya 13 millar maka yang 2 miliar merupakan goodwill.
E. Pengendalian Internal Aset Tetap
Perusahaan biasanya memiliki aset tetap dengan nilai yang relatif besar. Hal tersebut
dapat dilihat dari persentase komponen aset tetap dengan jumlah aset secara keseluruhan.
Pengendalian internal merupakan hal yang sangat penting untuk aset, karena nilainya yang
relatif besar. Hal-hal penting untuk pengendalian internal aset tetap adalah sebagai berikut.
1. Untuk pembelian (perolehan) berbagai jenis aset tetap dilakukan oleh berbagai jenjang
manajemen.
2. Pemisahan yang jelas antara pengelola fisik barang dan fungsi pencatatan.
3. Menyelenggarakan buku tambahan sebagai buku pembantu aset tetap (kartu aset tetap)
dan melakukan perhitungan fisik aset secara periodik.
4. Mengasuransikan aset tetap untuk menghindari terjadinya pencurian dan bencana alam
misalnya kebanjiran, kebakaran, dan lain-lain.
F. Perolehan Aset Tetap
Harga perolehan adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh aset tetap
tersebut mulai dari pembelian ditambah biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan aset
tetap termasuk bea impor dan pajak pembelian setelah dikurangi diskon pembelian dan
potongan lain, sehingga aset tetap tersebut siap untuk digunakan atau dioperasikan.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
213
1. Biaya imbalan kerja (seperti yang telah didefinisikan dalam PSAK 24: Imbalan Kerja)
yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap
2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
3. Biaya penanganan (handling) dan penyerahan awal;
4. Biaya perakitan dan instalasi;
5. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil netto
penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya,
contoh yang diproduksi dari peralatan yang sedang diuji); dan
6. Komisi profesional.
Karena jenis aset terdiri dari beberapa macam, maka masing-masing jenis mempunyai
masalah khusus antara lain:
1. Tanah
Tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening
tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam
rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah tidak hanya terdiri atas
harga beli saja, melainkan juga termasuk biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan
sampai tanah tersebut dapat dipergunakan, seperti biaya survei, pajak, komisi broker,
biaya pengurusan surat untuk mendapatkan hak kepemilikan atas tanah, biaya
pembersihan / pengosongan / pembongkaran bangunan lama yang tidak dikehendaki
(clearing cost) dan biaya pengurukan (grading cost). Di sisi lain, jika seandainya di
atas tanah yang baru dibeli tersebut sudah terdapat bangunannya dan pada akhirnya
bangunan tersebut harus dirobohkan agar dapat dibangun bangunan baru yang sesuai
dengan kehendak atau kebutuhan pemakai (pembeli), maka hasil dari penjualan
puing-puing atas bongkaran bangunan lama tersebut justru akan diperhitungkan
sebagai pengurang dari harga perolehan tanah.
2. Bangunan
Harga perolehan bangunan terdiri atas harga beli, pajak, komisi broker, biaya
pengurusan surat untuk mendapatkan hak kepemilikan atas bangunan, dan biaya
rekondisi sebelum penempatan. Untuk bangunan yang dibangun sendiri, maka harga
perolehannya terdiri atas biaya ijin membangun, biaya untuk membeli bahan-bahan
bangunan, biaya upah tukang atau teknisi, biaya sewa peralatan untuk membangun,
bahkan termasuk bunga atas dana yang dipinjam untuk membiyai pembangunan
gedung baru tersebut.
3. Mesin dan alat-alat
Harga perolehan untuk mesin dan alat-alat , dimana harga perolehannya tidak hanya
berasal dari harga beli saja melainkan juga terdiri atas pajak, ongkos angkut, biaya
asuransi, selama dalam perjalanan, ongkos pemasangan, dan biaya uji coba sampai
mesin tersebut benar-benar dapat dioperasikan dan dimanfaatkan. Untuk pembelian
peralatan bekas, biaya rekondisi sebelum pemakaian juga merupakan bagian dari
harga perolehan aset bersangkutan.
4. Kendaraan
Kendaraan harus dipisahkan untuk setiap fungsi yang berbeda. Harga perolehan
kendaraan terdiri atas Harga beli, Bea balik nama, Biaya asuransi, Biaya pajak
kendaraan.
214
Cara perolehan aset tetap ditentukan sebagai berikut.
1. Pembelian Tunai
Pembelian tunai adalah cara perolehan aset tetap dengam cara perusahaan
mengeluarkan sejumlah uang tunai. Biaya perolehan ini meliputi harga aset tetap
termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan seama pembelian aset tetap tersebut dan
dikurangi diskon atau potongan-potongan sehubungan dengan pembelian aset tetap
tersebut.
Jurnal yang dibuat adalah:
Aset Tetap XXX
Kas XXX
Contoh 1:
PT KARYA USAHA merupakan perusahaan yang bergerak dalam indusri
pengolahan kayu. Pada tanggal 15 Mei 2019 PT KARYA USAHA membeli aset tetap
berupa Truk dengan harga faktur sebesar Rp500.000.000 secara tunai di mana biaya-
biaya yang dikeluarkan antara lain biaya balik nama Rp10.000.000,- dan biaya
administrasi lainnya Rp3.000.000. Karena melakukan pembelian secara tunai, maka
perusahaan mendapat Cash Back dari dealer sebesar Rp25.000.000,-. Berdasarkan
informasi tersebut, perhitungan dan pencatatan atas perolehan Trus dengan cara
pembelian tunai tersebut adalah sebagai berikut.
a. Perhitungan perolehan Aset Tetap
Harga Faktur Rp500.000.000
Potongan Pembelian (Rp 25.000.000)
Rp475.000.000
Bea balik nama Rp10.000.000
Biaya administrasi Rp 3.000.000
Rp 13.000.000
Biaya perolehan Truk Rp488.000.000
b. Jurnal Pencatatan Aset Tetap
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Mei 15 Kendaraan 488.000.000
2019 Kas 488.000.000
2. Pembelian dengan Kontrak Jangka Panjang/Angsuran
Pembelian aset tetap dan seringkali meliputi pembelian dengan pembayaran cicilan,
baik seluruh harga aset maupun sebagian. Biasanya dengan menandatangani wesel
bayar (utang wesel) atau juga dengan angsuran. Jika aset tetap dibeli secara
kredit/angsuran, maka biaya perolehan diakui sebesar harga perolehan secara tunai.
Apabila ada selisih antara biaya. perolehan secara tunai dan biaya perolehan secara
kredit, maka selisih tersebut diakui sebagai beban bunga. Dalam keadaan seperti ini
215
nilai aset tetap sebesar nilai tunai yang dibayarkan apabila aset tersebut dibeli secara
tunai. Nilai Net Present Value (NPV) berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku.
Jurnal yang dibuat sat perolehan aset tetap adalah sebagai berikut.
Aset Tetap XXX
Utang … XXX
Jurnal yang dibuat saat pembayaran angsuan adalah
Utang … XXX
Beban Bunga XXX
Kas XXX
Contoh 1:
Pada tangsal 30 Juni 2019 dibeli sebuah mesin cetak untuk operasional perusahaan
sebesar Rp100.000.000, dengan DP (down payment) Rp13.000.000,- dan sisanya,
diangsur selama 4x dalam setahun pada tanggal juli, 1 Oktober, 1 Januari dan 1 April.
Untuk transaksi ini diterbitkan sebuah wesel bayar dengan tingkat suku bunga 10%
setahun. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian mesin tersebut adalah biaya
angkut pembelian Rp1.000.000,- dan biaya asuransi dalam perjalanan Rp2.000.000,-.
Berdasarkan informasi tersebut perhitungan dan pencatatan atas perolehan mesin,
pembayaran angsuran mesin, dan penyesuaian utag bunga selama tahun 2020 adalah
sebagai berikut.
a. Perolehan Aset Tetap
Harga faktur Rp100.000.000,-
Biaya Angkut Rp 1.000.000,-
Biaya asuransi Rp 2.000.000,-
Harga perolehan Rp103.000.000,-
Uang muka Rp 13.000.000,-
Total Pinjaman Rp 90.000.000,-
b. Jurnal pencatatan aset tetap
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
103.000.000 13.000.000
Juni 30 Mesin 90.000.000
22.500.000
2019 Cash in Bank 3.000.000 25.500.000
Utang wesel 22.500.000
Mencatat perolehan
mesin
Juni 1 Utang wesel
Beban bunga
Kas
Mencatat pembayaran
Angsuran pertama
Okt 1 Utang wesel
216
Beban bunga 3.000.000
Kas 25.500.000
Mencatat pembayaran 3.000.000
Angsuran kedua
Des 31 Beban bunga
Utang bunga 3.000.000
Mencatat penyesuaian
bunga yang harus
dibayar
4/12xRp90.000.000x10%
Perhitungan angsuran
Sisa utang Rp 90.000.000
4
Rp 22.500.000
Beban bunga 10%xRp90.000.000x4/12 Rp 3.000.000
Total Angsuran Rp 25.500.000
Contoh 2:
Berikut ini bukti transaksi yag terjadi pada CV MERPATI yang berkaitan dengan
perolehan aset tetap secara kredit.
Nusantara Motor
Jl. Fatmawati 26 Jakarta
FAKTUR Nomor : NM04-6
Tangga : 29 april
2020
Kepada Yth. Tgl. Kirim 29 April 2020
CV SAMUDRA CINTA Order 005-04
Jl. Raya Ciracas Jakarta Timur Pembelian
Qty Item Uraian Harga (Rp) Jumlah (Rp) Kd PPN
No.
1. TA- Toyota 200.000.000 300.000.000 PPN
01 Avanza
Sub total 300.000.000
217
Bea Balik 7.000.000
Nama
Sisa utang diangsur selama 36 PPN 10% 30.000.000
bulan dengan tingkat suku bunga Biaya kirim 700.000
6% per tahun melaui pembiayaan Uang muka
(35.700.000)
PT BCA Finance
Total PinjamaN 300.000.000
Dua Ratus Juta Rupiah
Disetujui oleh Bagian Penjualan
( In a) ( A ska)
Dari dokumen transaksi tersebut jurnal yang dibuat oleh CV MERPATI untuk
perolehan kendaraan adalah sebagai berikut.
a. Perolehan aset tetap Rp300.000.000,-
Harga faktur Rp 7.000.000,-
Bea balik nama
PPN masukan 10% Rp 30.000.000,-
Biaya kirim Rp 700.000,-
Harga perolehan
Uang muka Rp337.700.000,-
Total pinjaman Rp 35.700.000,-
Rp302.000.000,-
b. Jurnal pencatatan aset tetap
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
April 29 Mesin 337.700.000
2020 Cash in Bank 35.700.000
BCA Finance Loan 302.000.000
Mencatat perolehan
Kendaraan
Mei 29 BCA Finance Loan 8.400.000
1.510.000
Interest Expense
218
Cash in bank 9.910.000
Mencatat pembayaran
Angsuran pertama
Perhitungan angsuran
Sisa utang Rp302.000.000
36
Rp 8.400.000
Beban bunga 6%xRp302.000.000x1/12 Rp 1.510.000
Total angsuran Rp 9.910.000
3. Diperoleh Secara Pertukaran
Apabila suatu aset tetap sudah berkurang masa manfaatnya, dapat ditukarkan dengan
yang lain. Pertukaran aset tetap sering dilakukan oleh perusahaan dengan alasan untuk
dapat terus berkembang. Tujuannya agar kegiatan oporasional perusahaan maksimal
tanpa harus terhenti akibat kerusakan aset tetap karena masa manfaatnya sudah
berkurang. Pada prinsipnya, biaya perolehan atas aset tetap yang dipertukarkan dinilai
berdasarkan nilai wajarnya (Fair Value). Akan tetapi, apabila di dalam pertukaran
tersebut tidak memiliki substansi komersial tau aset tetap yang dipertukarkan tidak
diketahui nilai wajarnya, maka biaya perolehan diukur dengan nilai buku dari aset
tetap yang diserahkan.
Jenis pertukaran aset tetap dapat dilakukan dalam dua kasus.
a. Pertukaran set Tetap Sejenis
Aset tetap sejenis adalah aset tetap yang mempunyai fungsi dan maniat yang
sama, misalnya pertukaran kendaraan mobil boks dengan truk yang
mempunyai fungi sebagai alat angkutan, pertukaran antara PC kompute dan
laptop yang sama-sama digunakan untuk operasional perusahaan.
b. Pertukaran Aset Tetap Tidak sejenis
Aset tetap tidak sejenis adalah aset tetap yang mempunyai fungsi dia manfaat
yang berbeda, misalnya peralatan kantor ditukar dengan mesin produksi,
kendaraan ditukar dengan furnitur dan lain-lain.
Perbedaan antara pertukaran yang memiliki substansi komersial dan tidak komersial
1. Pertukaran yang memiliki substansi komersial.
Pertukaran yang memiliki substansi komersial adalah transaksi pertukaran aset tetap
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegiatan operasional perusahaan,
misalnya terjadi perubahan aliran kas yang besar, perubahan kapasitas yang
signifikan, atau selisih yang signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang
dipertukarkan. Jika transaksi pertukaran memiliki substansi komersial, maka biaya
perolehan aset tetap baru adalah nilai wajarnya. Jadi, apabila transaksi tersebut terjadi,
maka akan mengakui terjadinya laba atau rugi pertukaran aset tetap.
219
Contoh kasus pertukaran yang memiliki substansi komersial.
Pada tanggal 11 Juni 2019 PT MAHKOTA mempunyai kendaraan dengan biaya
perolehan pada saat dibeli Rp400.000.000,- dan telah disusutkan sampai dengan saat
pertukaran dengan nilai Rp350.000.000,-. Kendaraan tersebut ditukar dengan
kendaraan baru dengan nilai wajar Rp450.000.000,-. Perusahaan mengeluarkan kas
sejumlah Rp300.000.000,- sehingga pertukaran tersebut dianggap sebagai substansi
komersial. Berdasarkan informasi diatas maka perhitungan laba atau rugi dan
pencatatan pertukaran aset tetap sebagai berikut.
a. Perhitungan pertukaran kendaraan.
Nilai wajar kendaraan lama:
Nilai wajar kendaraan baru Rp450.000.000
Kas yang keluar Rp300.000.000
Nilai wajar kendaraan lama Rp150.000.000
Biaya perolehan kendaraan lama Rp400.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraanRp350.000.000
Nilai buku kendaraan lama Rp 50.000.000
Laba pertukaran aset tetap (Kendaraan) Rp 100.000.000
Karena yang diketahui hanya nilai wajar dari aset tetap baru, maka biaya
perolehan aset tetap baru berasal dari nilai wajar aset tetap baru yaitu itu
Rp450.000.000 Kenapa pertukaran diperoleh dari perhitungan selisih antara cara
nilai wajar tetap lama dan nilai buku aset tetap lama yaitu sebesar
Rp100.000.000.
b. Pencatatan pertukaran kendaraan
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Juni 11 Kendaraan (baru) 450.000.000
2019 Ak. Peny Kendaraan 350.000.000
Laba pertukaran 100.000.000
Kendaraan (lama) 400.000.000
Kas 300.000.000
2. Pertukaran yang tidak memiliki substansi komersial
Untuk pertukaran aset tetap yang tidak memiliki substansi komersial atau tidak
diketahui (sulit ditentukan) nilai wajar terhadap aset yang dipertukarkan tersebut,
maka biaya perolehan aset tetap yang diterima (aset baru) dicatat sebesar nilai buku
aset tetap yang diserahkan (aset lama). Apabila dalam transaksi pertukaran aset tetap
tersebut melibatkan transfer kas, maka kas yang akan dibayar akan diakui sebagai rugi
pertukaran aset tetap dan sebaliknya apabila terjadi penerimaan kas maka kas tersebut
diakui sebagai laba pertukaran aset tetap.
220
Contoh kasus pertukaran yang tidak memiliki substansi komersial.
Pada tanggal 15 Juni 2019 PT MEKAR SARI mempunyai mesin fotokopi yang
ditukar dengan laptop (peralatan kantor). Mesin fotokopi dengan biaya perolehan
pada saat dibeli Rp37.000.000,- dan telah disusutkan sampai dengan saat pertukaran
dengan nilai Rp22.000.000,-. Dalam pertukaran tersebut tidak memiliki substansi
komersial dan tidak diketahui nilai wajar kedua aset tetap tersebut. Berdasarkan
informasi diatas maka perhitungan laba atau rugi dan pencatatan pertukaran aset
tetapnya sebagai berikut.
a. Perhitungan pertukaran aset tetap.
Aset tetap yang diserahkan mesin (fotokopi) Rp37.000.000
Akumulasi penyusutan mesin fotokopi Rp22.000.000
Nilai buku aset tetap yang diserahkan Rp15.000.000
Karena nilai wajar kedua aset tetap tersebut tidak diketahui berarti biaya
perolehan aset tetap yang diterima adalah nilai buku aset tetap yang diserahkan
yaitu sebesar Rp15.000.0000,-.
b. Pencatatan pertukaran aset tetap.
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
15.000.000 37.000.000
Juni 15 Peralatan kantor (baru) 22.000.000
2019 Ak. peny mesin
Mesin fotokopi
(lama) Pertukaran
(Pencatatan
Aset Tetap)
Kadangkala dalam pertukaran aset tetap (aset nonmoneter) melibatkan transfer kas.
Hal tersebut terjadi karena aset tetap tidak mempunyai harga pasar yang setara atau
sulitnya menentukan harga pasar aset tetap yang diterima. Misalnya dalam contoh
diatas PT MEKAR SARI apabila dalam pertukaran aset tetap tersebut perusahaan
menerima kas sebesar Rp5.000.000, maka kas tersebut diakui sebagai laba atas
pertukaran aset tetap tersebut. Pada prinsipnya harga perolehan aset tetap yang
baru adalah sebesar nilai buku aset tetap yang diserahkan. Apabila transaksi
tersebut tidak memiliki substansi komersial atau tidak diketahui nilai wajar
terhadap aset tetap yang dipertukarkan, maka jurnalnya adalah sebagai berikut.
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
15.000.000 37.000.000
Juni 15 Peralatan kantor (baru) 22.000.000
2019 Ak. peny mesin
Mesin fotokopi
(lama) Pertukaran
(Pencatatan
Aset Tetap)
221
4. Pembelian Gabungan (Lump-sump)
Pembelian gabungan atau lump-sump adalah pembelian aset yang dilakukan secara
Golongan atau paket untuk beberapa aset tetap secara bersama dalam satu transaksi.
Alasan pembelian gabungan atau lump-sump adalah harga lebih murah dibandingkan
dengan pembelian secara terpisah. Pada prinsipnya untuk pembelian aset tetap secara
gabungan, perusahaan harus memisahkan dan menentukan biaya perolehan masing-
masing aset tetap. Apabila pembelian aset tetap dilakukan secara gabungan misalnya
tanah dan bangunan, maka biaya perolehan dialokasikan berdasarkan nilai atau harga
wajar dari masing-masing aset tetap.
Berikut ini contoh cara penentuan biaya perolehan aset tetap dari pembelian secara
gabungan (lump-sump). Misalnya PT BERKAH ABADI bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang distributor alat peraga sekolah. Pada tanggal 13 Juni
2019 PT BERKAH BERKAH Membeli tanah dan bangunan (ruko) secara tunai
dengan harga Rp240.000.000,-. Berdasarkan pengamatan secara objektif, harga wajar
Dari masing-masing aset tetap untuk tanah Rp200.000.000,- dan bangunan
Rp100.000.000,-. Berdasarkan informasi tersebut, perhitungan dan pencatatan biaya
perolehan Dari masing-masing aset tetap adalah sebagai berikut.
a. Perhitungan biaya perolehan.
Nama Aset Harga Wajar Perhitungan dari Alokasi Biaya
Tetap Alokasi Harga Beli Perolehan
Tanah Rp200.000.000 2/3 x Rp240.000.000 Rp160.000.000
Bangunan Rp100.000.000 1/3 x Rp240.000.000 Rp 80.000.000
Rp300.000.000 Rp240.000.000
b. Pencatatan pembelian aset tetap secara gabungan.
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Juni 13 Tanah 160.000.000
2019 Bangunan 80.000.000
Kas 240.000.000
(Pencatatan pembelian
aset tetap secara
gabungan)
5. Donasi (Hadiah)
Perolehan aset tetap dapat berasal dari sumbangan atau donasi lembaga
pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat. Aset tetap yang diperoleh dari donasi
atau sumbangan, walaupun perusahaan tidak mengeluarkan pengorbanan, maka aset
tetap dinilai berdasarkan harga pasar wajar atau nilai wajar. Karena aset tetap
bertambah tanpa mengeluarkan pengorbanan, maka penambahan aset tersebut diakui
222
sebagai pendapatan atau penghasilan. Jadi, bukan penambahan unsur modal atau
ekuitas (modal donasi) karena aset tetap yang tidak berasal dari kontribusi pemilik
atau pemegang saham termasuk sebagai penghasilan.
Penghasilan yang diakui setiap periode akuntansi atau sumbangan aset tetap
adalah jumlah nilai secara proporsional manfaat aset tetap yang diperoleh sebagai
seluruh tahun yang menerima manfaatnya. Jika dalam perolehan aset tetap dari
sumbangan mengeluarkan biaya biaya seperti balik nama, PPN, biaya angkut dan
lain-lain, maka biaya tersebut mengurangi penghasilan dari donasi.
Contoh perhitungan biaya perolehan dan pencatatan aset tetap yang berasal
dari sumbangan adalah sebagai berikut.
Pada tanggal 2 Januari 2020 CV MAJU MAKMUR penerima bantuan berupa 50
PC komputer (peralatan kantor) @ Rp5.000.000,- dengan biaya yang dikeluarkan
untuk instalasi dan biaya angkut barang Rp12.000.000,-. Umur ekonomis ditaksir 5
tahun dengan nilai residu Rp18.000.000,-. Peralatan tersebut disusun menggunakan
metode garis lurus. Dari informasi tersebut maka perhitungan dan pencatatannya
sebagai berikut.
a. Perhitungan harga perolehan
Harga faktor 50 unit × Rp5.000.000 Rp250.000.000
Biaya instalasi & angkutan Rp 12.000.000
Pendapatan donasi Rp238.000.000
Biaya Peralatan Kantor per tahun:
Harga perolehan – Nilai residu
5 tahun
238.000.000 – 18.000.000
5 tahun
44.000.000/tahun
b. Pencatatan perolehan aset tetap dari donasi
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Januari 2
2020 Peralatan kantor 238.000.000
Kas 12.000.000
Pendapatan donasi 250.000.000
(Pencatatan perolehan
aset tetap dari donasi)
6. Membangun (Konstruksi) sendiri
Perusahaan terkadang membangun sendiri aset tetap nya dengan harapan Untuk
mendapatkan bangunan yang berkualitas, menghemat biaya, dan memanfaatkan
fasilitas yang ada. Perolehan aset tetap yang membangun sendiri meliputi biaya yang
223
terjadi berkenaan dengan pembuatan sampai dengan aset tetap tersebut siap digunakan
misalnya biaya bahan baku biaya tenaga kerja dan biaya biaya tidak langsung lainnya.
Hal yang sama juga untuk biaya bunga titik apabila pembangunan aset tetap
menggunakan dana pinjaman maka bunga atas pinjaman yang digunakan selama masa
konstruksi dikapitalisasikan ke dalam biaya perolehan aset tetap. Apabila massa
konstruksi sudah selesai dan pinjaman belum lunas, maka biaya bunga tidak dapat
dikapitalisasikan kedalam harga perolehan aset tetapi dibebankan pada laporan laba
rugi sebagai beban bunga.
Berikut ini ilustrasi mengenai penentuan biaya perolehan untuk aset tetap
dengan membangun sendiri. Pada tanggal 1 Agustus 2019 CV CAHAYA
memutuskan untuk membangun sendiri ruko yang akan ditempati sebagai perluasan
usaha dengan mengeluarkan 12% utang obligasi nilai nominal Rp2.000.000.000,00
jangka waktu 5 tahun bunga dibayar setiap tanggal 1 April, 1 Agustus, dan 1
Desember. Pembangunan ruko tersebut direncanakan selesai selama 1 tahun yaitu 1
Agustus 2019 sampai dengan 31 Juli 2020 titik seluruh dana tersebut dialokasikan ke
dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead.
Berdasarkan informasi tersebut, pengeluaran pengeluaran kas selama masa
pengerjaan ruko dicatat dengan mendebit gedung dalam penyelesaian (Building in
Proses) dan di kredit kas, termasuk saat membayar bunga selama proses pengerjaan
titik Setelah aset tetap tersebut sesuai dan siap digunakan, maka dilakukan pencatatan
jurnal dengan mendebit akun gedung dan mengkredit akun gedung dalam
penyelesaian titik dari informasi tersebut, maka perhitungan dan pencatatan nya
sebagai berikut.
a. Perhitungan perolehan ruko/gedung
Pengeluaran-pengeluaran selama proses Rp2.000.000.000,00
Bunga 12% × Rp2.000.000.000 Rp 240.000.000,00
Total biaya perolehan Rp2.240.000.000,00
b. Perhitungan bunga saat tanggal kupon bunga
4/12 × 12% × Rp2.000.000.000 Rp80.000.000
c. Pencatatan.
Misalnya tanggal 18 Agustus 2019 CV CAHAYA membeli bahan baku
berupa besi, pasir, dan semen secara tunai Rp100.000.000,00. Pada tanggal 1
Desember 2019 dibayar bunga Rp80.000.000,00. Dari data tersebut maka
jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
2019 18 Gedung dalam perolehan 100.000.000
Agustus Kas 100.000.000
(Pencatatan pembelian
bahan baku)
224
Desember 1 Gedung dalam 80.000.000
penyelesaian 80.000.000
Kas
Pada tanggal 31 Juli 2020 diresmikan penempatan tokoh yang baru
diselesaikan pembangunannya. Jadi, semua saldo akun gedung dalam
penyelesaian ditutup ke dalam akun gedung. Untuk pencatatan beban bunga
setelah ruko selesai proses konstruksi nya dicatat pada akun beban bunga.
Misalnya Tanggal 1 Desember 2020 dibayar bunga Rp80.000.000,00. Dari
transaksi tersebut maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
2020 31 Gedung 2.000.000.000
Juli Gedung dalam 2.000.000.000
penyelesaiaan 80.000.000
(Pencatatan pembelian
bahan baku)
Desember 1 Beban bunga
Kas 80.000.000
(pencatatan beban
bunga setelah proses
penyelesaian gedung)
LATIHAN SOAL
Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang menurut anda paling tepat!
1. Aset yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan
untuk digunakan selamaa lebih dari satu periode disebut....
A. Aset
B. Aset tetap
C. Aset tetap tak berrwujud
D. Persediaan
E. Inventaris
2. Aset tetap harus dapat digunakan dalam operasi normal perusahaan, yaitu dipakai
untuk menghasilkan pendapatan bagi operasi. Baik dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang dan jasa.
Pertanyaan di atas merupakan karakteristik aset tetap yaitu….
A. Memiliki wujud fisik
225
B. Mempunyai umur ekonomis yang lebih dari satu tahun
C. Digunakan dalam operasi perusahaan
D. Mempunyai nilai material yang cukup besar
E. Dimiliki perusahaan
3. Semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tersebut sehingga siap untuk
dipakai dalam kegiatan normal perusahaan disebut....
A. Harga jual
B. Harga pokok
C. Harga perolehan
D. Harga pokok produksi
E. Harga pokok penjualan
4. Contoh biaya yang dapat dimasukkan ke biaya perolehan adalah....
A. Biaya penambahan suku cadang
B. Biaya peningkatan kualitas fisik
C. Biaya penyusunan kembali
D. Biaya pemasangan kembali
E. Biaya imbalan kerja
5. Terdapat beberapa cara perolehan aset tetap, manakah cara dibawah ini yang paling
menguntungkan perusahaan….
A. Pembelian tunai atau kredit
B. Pembelian dengan kredit jangka panjang
C. Pembelian dengan surat berharga (saham / obligasi)
D. Aset tetap yang diperoleh dari hibah
E. Aset tetap yang dibangun sendiri
6. Dari segi substantif, Tanah dapat digolongkan menjadi....
A. Persediaan
B. Inventaris
C. Aset tetap yang disusutkan
D. Aset tetap berwujud
E. Aset tetap tidak berwujud
7. Laporan keuangan yang menyajikan aset tetap pada akhir periode adalah....
A. Laporan laba rugi
B. Laporan perubahan modal
C. Laporan Posisi Keuangan
D. Laporan laba ditahan
E. Laporan laba rugi Komprehensif
8. Berikut ini yang termasuk biaya yang dapat diatribusikan secara langsung (kecuali)
adalah....
A. Biaya imbalan kerja
B. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
C. Biaya penanganan (handling) dan penyerahan awal
226
D. Biaya perakitan dan instalasi
E. Biaya reparasi
9. Jurnal yang dibuat untuk mencatat harga perolehan aset tetap dengan pembelian tunai
adalah….
A. Aset Tetap XXX
Kas XXX
B. Kas XXX
Aset tetap XXX
C. Aset Tetap XXX
Utang … XXX
D. Utang XXX
Beban Bunga XXX
Kas XXX
E. Mesin XXX
Kas XXX
10. Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk golongan bangunan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 8 tahun dan tidak lebih dari 16 tahun. Pernyataan
berikut merupakan klasifikasi aset tetap ke dalam kelompok...
A. Kelompok 1
B. Kelompok 2
C. Kelompok 3
D. Kelompok 4
E. Kelompok 5
11. Pada bulan Desember 2016 PT Sejahtera membeli sebuah Trailer dengan harga Rp.
155.000.000 sebelum dioperasikan dikeluarkan biaya-biaya sebagai berikut:
a) Bea balik nama Rp. 4.000.000
b) Biaya asuransi Rp. 12.000.000
c) Biaya pajak trailer Rp. 7.000.000
Dari soal diatas berapa besarnya harga perolehan trailer ?
A. Rp178.000.000.00
B. Rp187.000.000.00
C. Rp177.000.000.00
D. Rp207.000.000.00
E. Rp180.000.000.00
12. PT SETIABUDI membeli kendaraan seharga Rp. 150.000.000 pada tanggal 1 Januari
2020. Pembayaran pertama Rp. 50.000.000 dan sisanya diangsur tiap tanggal 31
Desember 5 tahun dengan bunga 12 % per tahun. Pencatatan yang dilakukan PT
SETIABUDI atas harga perolehan kendaraan dan pembayaran angsuran adalah …
A. Kas Rp. 150.000.000
Kendaraan Rp. 150.000.000
B. Kendaraan Rp. 150.000.000
Kas Rp. 150.000.000
227
C. Kas Rp. 200.000.000
Kendaraan Rp. 200.000.000
D. Kendaraan Rp. 150.000.000
Utang Rp. 100.000.000
Kas Rp. 50.000.000
E. Kendaraan Rp. 150.000.000
Kas Rp. 100.000.000
Utang Rp. 50.000.000
13. Berikut ini yang termasuk biaya perolehan aset tetap meliputi, kecuali …
A. Harga pembelian
B. Biaya-biaya yang diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
C. Biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya
D. Biaya handling dan penyerahan awal
E. Biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap
14. PT Fiva membeli mesin pabrik seharga Rp54.000.000,00 biaya pemasangan mesin
sebesar Rp2.543.000,00 serta premi asuransi sebesar Rp600.000,00. Hitunglah harga
perolehannya …
A. Mesin Pabrik Rp. 57.143.000
Kas Rp. 57.143.000
B. Mesin Pabrik Rp. 51.743.000
Kas Rp. 51.713.000
C. Peralatan Kantor Rp. 54.713.000
Kas Rp. 54.713.000
D. Peralatan Kantor Rp. 50.400.000
Kas Rp. 50.400.000
E. Kendaraan Rp. 56.000.000
Kas Rp. 56.000.000
15. Suatu hak yang diberikan secara ekakluaif oleh negara kepada pemegang hak atas
ciptaannya dengan disertai perlindungan hukum daari pemalsu dan peniruan pihak
lain disebut …
A. Hak paten
B. Hak cipta
C. Franchise
D. Merek dagang
E. Goodwill
A. Essai
228
1. Dibeli kendaraan Rp100.000.000, PPn 10% (tidak dapat dikreditkan), bea balik nama
Rp3.000.000, ongkos administrasi Rp500.000, denda keterlambatan pembayaran
Rp150.000, asuransi pengangkutan Rp150.000. Aktiva tetap tersebut diasuransikan
berupa asuransi kehilangan selama satu tahun Rp240.000. hitung harga perolehan
aktiva tetap, dan buatkan jurnalnya jika dibayar tunai.
2. Sebutkan hal-hal penting dalam pengendalian internal aset tetap!
3. Pada awal tahun 2019 PT MAKMUR JAYA menukarkan mesin produksi dengan
truck baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp. 2.000.000 akumulasi
depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp . 1.500.000 sehingga nilai bukunya
sebesar Rp. 500.000 . nilai wajar pada mesin produksi tersebut sebesar Rp. 800.000
dan PT MAKMUR JAYA harus membayar uang Rp. 1.700.000. Harga perolehan
truck adalah Rp. 2.500.000 yang perhitungannya sebagai berikut :
Nilai wajar mesin produksi Rp. 800.000
Uang tunai yang dibayarakan Rp. 1.700.000
Harga perolehan truck Rp. 2.500.000
Buatlah jurnal untuk mencatat pertukaran aset diatas !
4. PT SINDORO SUMBING membeli kendaraan seharga Rp. 150.000.000 pada tanggal
1 Januari 2013. Pembayaran pertama Rp. 50.000.000 dan sisanya diangsur tiap
tanggal 31 Desember 5 tahun dengan bunga 12 % per tahun. Tuliskan pencatatan
harga perolehan kendaraan dan pembayaran angsuran !!
5. PT ANGGREK JAYA menerima hadiah tanah dan gedung yang dinilai sebagai
berikut:
Tanah Rp. 2.500.000
Gedung Rp. 4.000.000
Rp. 6.500.000
Apabila dalam penerimaan hadiah tersebut PT ANGGREK JAYA mengeluarkan
biaya sebesar Rp. 100.000 maka modal hadiah akan dikredit dengan jumlah Rp.
6.400.000. Jurnal untuk mencatat penerimaan hadiah tersebut sebagai berikut.
RANGKUMAN
Aktiva tetap yaitu aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Karakteristik aset tetap antara lain:
a. Memiliki wujud fisik dengan bentuk dan ukuran yang jelas
b. Mempunyai manfaat atau umur ekonomis yang lebih dari satu tahun.
c. Digunakan dalam operasi perusahaan
229
d. Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan bukan untuk dijual kembali atau
investasi.
e. Mempunyai nilai material yang cukup besar.
f. Dimiliki perusahaan
Jenis aset tidak lancar dikelompokan menjadi dua golongan yaitu aset tetap berwujud
(Tangible) dan aset tetap tidak berwujud (Intangible)
Harga perolehan adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh aset tetap
tersebut mulai dari pembelian ditambah biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan aset
tetap termasuk bea impor dan pajak pembelian setelah dikurangi diskon pembelian dan
potongan lain, sehingga aset tetap tersebut siap untuk digunakan atau dioperasikan.
Cara perolehan aset tetap ditentukan dengan cara pembelian tunai, pembelian dengan kontrak
jangka panjang/angsuran, diperoleh secara pertukaran, pembelian gabungan (Lump-sump),
donasi (hadiah), membangun (konstruksi) sendiri
230
‘’Belajar memang melelahkan, namun akan lebih melelahkan lagi jika saat ini kamu tidak
belajar‘’
231
BAB 14
Metode Penyusunan Asset Tetap dan Pencatatannya
Tujuan Pembelajaran
3.14 Menerapkan metode penyusutan asset tetap dan pencatatannya
4.14 Melakukan pencatatan penyusutan asset tetap
1) Pengertian Penyusutan Asset Tetap
Berdasarkan PSAK No. 16 (2015) Penyusutan diartikan sebagai alokasi jumlah
suatu asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Kieso
(2009 : 60) mendefinisikan penyusutan adalah sebagai proses akuntansi yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya asset berwujud ke beban dengan
menggunakan cara sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan guna
untuk mendapat manfaat dari penggunaannya. Dapat disimpulkan definisi dari dua
pernyataan diatas penyusutan asset tetap (depresiasi) adalah alokasi harga perolehan
asset tetap pada periode-periode akuntansi dalam masa penggunaanya. Dengan
adanya penyusutan (depresiasi) tujuannya untuk mendistribusikan secara sistematis
biaya setelah dikurangi nilai residu (nilai sisa = nilai rombeng) jika terdapat suatu
asset tetap selama umur manfaat dari asset tersebut.
Dalam praktiknya perubahan harga asset tetap yang terjadi dalam pasar tidak
perlu dicatat dalam pembukuan perusahaan karena asset tetap yang dimiliki perusahan
akan digunakan sendiri bukan untuk dijual kembali. Oleh karena itu, nilai buku asset
(harga perolehan dikurangi akumulasi depresiasi) sehingga dalam hal ini dapat
menimbulkan perbedaan terhadap harga pasar asset yang bersangkutan. Dalam hal ini
juga perlu diketahui bahwa selama pemakaian asset tentunya kemampuan yang
dimiliki suatu asset untuk menghasilkan pendapatan dan jasa akan semakin menurun
baik secara fisik maupun fungsinya. Sebagai contohnya sebuah mobil yang telah
dipakai sejauh 200.0000 Kilometer akan terlihat kurang nilainya bila dibandingkan
dengan mobil yang baru dipakai sejauh 2.000 Kilometer. Berdasarkan dari contoh
tersebut dapat diartikan bahwa penurunan asset dari segi fungsi disebabkan karena
asset sudah tidak memadai dan ketinggalan jaman. Suatu asset dapat dikatakan tidak
memadai apabila asset tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan masa
yang akan datang.
2) Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pemilihan Metode Depresiasi
Dalam proses penyusutan asset tetap hal yang utama yang perlu diperhatikan yaitu
pada perhitungan mengenai beban periodik yang dialokasikan ke dalam biaya atau
harga pokok produk untuk dibandingkan dengan pendapatan yang akan dilaporkan
dalam masing-masing periode. Supaya beban dan pendapatan dalam perhitungan
biaya periodik dapat dibandingkan maka dari itu, biaya atau harga perolehan dari
asset tetap (kecuali tanah) harus dapat dialokasikan menggunakan cara yang sama
selama asset tetap tersebut masih memiliki manfaat. Adapun kesulitan yang terjadi
ketika munculnya suatu penyusutan dalam asset tetap , yaitu adanya metode alokasi
yang tidak mengandung kelemahan. Kemudian kesulitan lain yang dihadapi yaitu
dipergunakannya suatu pola atau formula untuk mengalokasikan harga perolehan
232
(dikurangi nilai sisa) ke dalam biaya atau harga pokok produksi yang harus dibuat
estimasi-estimasi tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian penyusutan
(depresiasi) dapat dikelompokan menjadi dua diantaranya yaitu :
a) Faktor-Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik merupakan faktor yang mengurangi fungsi aktiva tetap
karena aus dalam pemakaian (wear and tear), aus karena umur (deterioration
and decay), dan kerusakan-kerusakan. Dalam keadaan seperti ini, dapat
dikatakan bahwa suatu aktiva tidak dapat digunakan kembali untuk
memberikan jasanya sehingga harus diganti dengan aktiva yang baru.
b) Faktor-Faktor Fungsional
Faktor fungsional merupakan faktor yang membatasi umur aktiva tetap. Faktor
– faktor tersebut diantaranya yaitu
• Suatu keadaan yang menyebabkan aktiva tidak dapat untuk memenuhi
fungsinya yang disebabkan perusahaan telah beralih pada produk
tertentu .
• Suatu keadaan yang menyebabkan aktiva tetap kehilangan manfaatnya
dimana dalam hal ini disebabkan terjadinya perubahan selera
konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan dan
perkembangan teknologi yang diiringi munculnya aktiva sejenis yang
lebih modern dan dapat dipakai dengan ekonomis.
Selain faktor-faktor fisik dan fungsional terdapat hal lain yang dapat
mempengaruhi taksiran umur aktiva tetap yaitu rencana reparasi dan
pemeliharaan. Dimana dalam hal ini apabila rencana reparasi dan
pemeliharaan disusun dengan biaya yang minimum, maka diharapkan
aktiva tetap akan mempunyai umur yang lebih pendek dibandingkan
jika rencana reparasi dan pemeliharaan tidak minimum. Selain itu,
terdapat empat faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya
alokasi penyusutan diantaranya yaitu.
1. Harga Perolehan (Cost)
Faktor pertama penentuan penyusutan aktiva tetap adalah harga
perolehan asset baik dalam kondisi baru atau sudah lama. Dimana
dalam hal ini harga perolehan suatu aktiva meliputi seluruh
pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh asset tetap dan asset
tersebut siap untuk digunakan.
2. Nilai Residual atau nilai sisa
Faktor berikutnya yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan
penyusutan aktiva adalah nilai residual (residual value) atau nilai sisa
(salvage value). Nilai residual adalah jumlah yang diperkirakan dan
dapat direalisasikan ketika aktiva sudah tidak dapat digunakan lagi.
Dalam hal ini tentunya sangat tergentung terhadap kebijakan
233
penghentian penggunaan yang diterapkan perusahaan perusahaan dan
kondisi pasar serta fakror-faktor lainnya yang mempengaruhi.
3. Umur Manfaat
Kemudian untuk faktor ketiga yang perlu dipertimbangkan selai nilai
residual, umur manfaat juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan
penyusutan aktiva. Dimana dalam hal ini, umur manfaat dalam
penentuan penyusutan aktiva adalah perkiraaan atau taksiran manfaat
suatu aktiva tetap yang dapat digunakan dan masih memberikan
manfaat secara ekonomi. Umur manfaat suatu aktiva tetap dapat
berupa periode waktu pemanfaatan (umur ekonomis) dan jumlah unit
atau jumlah produksi yang akan diperoleh dari pemanfaatan aktiva
tetap yang bersangkutan. Terdapat dua umur manfaat dalam penentuan
penyusutan asset tetap yaitu
• Umur fisik, dalam hal ini umur fisik berkaitan dengan waktu
aktiva tetap secara fisik yang memiliki kemampuan untuk
memberikan sumbangan terhadap kegiatan produksi. Umur
fisik suatu aktiva dapat berakhir apabila terjadi kerusakan,
kehancuran, kebakaran, dll
• Umur Fungsional, dalam hal ini umur fungsional mempunyai
arti seberapa lama aktiva tetap memiliki kemampuan untuk
memproduksi barang-barang yang ditawarkan dan diterima
oleh masyarakat. Aktiva tetap yang secara teknis atau fisik
masih berjalan belum tentu dianggap memiliki umur
fungsional. Contohnya adanya keusangan yang cepat dapat
ditemukan dalam industri computer. Dalam hal ini berarti
bahwa perubahan teknologi yang cepat di bidang ini telah
banyak mengakibatkan peralatan elektronik menjadi usang
ketika digunakan lebih lanjut.
4. Sifat dan Pola Penggunaan
Sifat dan pola penggunaan merupakan faktor yang terakir dalam
penentuan penyusutan asset tetap.Sifat dan pola penggunaan
merupakan sifat dan pola yang digunakan untuk memilih dan
menentukan metode penyusutan yang tepat supaya tujuan penandingan
antara pendapatan dengan beban dapat tercapai.
3) Faktor Penentu Umur Manfaat Asset Tetap
Dalam masa pemakaian asset tetap tentunya kemampuan yang dimiliki asset tetap
untuk memperoleh pendapatan akan semakin terbatas atau menurun sehingga dalam
hal ini perlu dilakukan penyusutan terhadap asset tetap. Penentuan asset tetap
dilakukan mulai pada saat asset tetap tersebut siap untuk digunakan sesuai dengan
kebijakan manajemen. Terdapat faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan umur manfaat suatu asset tetap diantaranya yaitu sebagai berikut.
234
a) Perkiraan daya pakai asset. Dimana dala, hal ini daya pakai terhadap asset dinilai
dengan merujuk pada ekspetasi kapasitas atau keluaran fisik
b) Keusangan teknis dan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau jasa yang
dihasilkan asset tersebut. Pada faktor keusangan dan komersial ini ditentukan
ketika asset tetap sudah tidak memadai lagi saat digunakan atau sudah ketinggalan
zaman.
c) Perkiraan tingkat keausan fisik yang dimana perkiraan tersebut tergantung pada
faktor pengoperasian seperti jumlah giliran penggunaan, progam pemeliharaan,
dan perawatan serta pemeliharaan asset pada saat asset sudah tidak digunakan
d) Pembatasan hukum atau sejenisnya. Contohnya habisnya masa sewa.
4) Metode Penyusutan Asset Tetap Dan Penerapannya
Metode penyusutan adalah suatu metode yang sistematis dan rasional mengenai
pengalokasian biaya perolehan asset tetap sebagai beban sepanjang umur yang
menikmati manfaatnya. Terdapat beberapa metode penyusutan asset tetap yang
digunakan untuk menghitung beban penyusutuan periodik. Metode penyusutan yang
digunakan untuk menghitung beban penyusutan asset tetap sebelumnya sudah
dipertimbangkan terlebih dahulu yang disesuaikan dengan sifat dan pola penggunaan
yang diperkirakan atas aktiva yang bersangkutan supaya metode penyusutan yang
digunakan dapat secara konsisten selama masa manfaat aktiva. Terdapat beberapa
metode penyusutan asset tetap yang dapat dipergunakan untuk menghitung beban
penyusutan periodik menurut PSAK 16 diantaranya yaitu metode garis lurus (straight
line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan metode
jumlah unit produksi (sum of the unit of production).
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus merupakan suatu metode penyusutan asset tetap yang
dimana dalam metode ini beban penyusutan asset tetap per tahunnya sama
hingga akhir umur ekonomis. Dalam metode ini, pengalokasian secara garis
lurus didasarkan pada asumsi bahwa penyusutan lebih menekankan pada
fungsi waktu daripada fungsi penggunaan. Dalam hal ini artinya bahwa
keausan dan keusangan pada asset tetap yang terjadi sepanjang waktu
dianggap sebagai faktor yang menentukan penurunan kemampuan aktiva tetap
daripada keausan dan kerusakan karena penggunaannya. Dalam perhitungan
penyusutan dengan menggunakan metode garus lurus terdapat anggapan-
anggapan diantaranya sebagai berikut.
1) Penggunaan (Kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap
2) Kegunaan ekonomis berkurang karena berlalunya waktu
3) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap
4) Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proposional
setiap periode
Metode garis lurus mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
metode ini adalah :
235
1) Mudah digunakan sehingga dalam menentukan tarif penyusutan juga dapat
dilakukan dengan mudah
2) Mudah digunakan dalam praktek dan pengaplikasiannya
Kelemahan dari metode ini adalah :
1) Beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan
dalam menghasilkan pendapatan
2) Beban pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode
3) Manfaat ekonomis aktiva setiap tahun sama
Berdasarkan metode garis lurus, penyusutan tiap tahun dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yaitu sebagai berikut.
/ ℎ = ℎ −
Berikut adalah contoh kasus mengenai penerapan metode garis lurus
PT Widodo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan
buku mata pelajaran SMK. PT Widodo membeli sebuah kendaraan berupa
mobil untuk pengiriman buku. Pada tanggal 05 Agustus 2019 dibeli Mobil
Boks dengan harga faktur Rp 180.000.000 dan biaya balik nama sebesar Rp
5.000.000. Mobil Boks diperkirakan mempunyai umur ekonomis 8 tahun
dengan nilai residu Rp 5000.000 Maka dari itu penyusutan dapat dihitung
sebagai berikut.
a. Penyusutan per tahun Rp 180.000.000
1. Harga perolehan : Rp 5.000.000
Harga faktur
Biaya balik nama
Total harga perolehan Rp 185.000.000
2. Penyusutan per tahun
185.000.000 − 5.000.000
8 ℎ
= 22.500.000
= Rp 22.500.000
236
3. Penyusutan per bulan
Rp 22.500.000 / 12 Tahun
= Rp 1.875.000
4. Penyusutan tahun 2019
Agustus – 31 Desember
= 5 Bulan x Rp 1.875.000
= Rp 9.375.000
b. Tabel Penyusutan
Berdasarkan dari perhitungan diatas dengan menggunakan metode garis
lurus, hasil dari perhitungan dapat disajikan dalam tabel penyusutan
selama umur ekonomis yaitu sebagai berikut.
Tahun Ke Beban Penyusutan Akun Penyusutan Nilai Buku Aset Tetap
(1) (2) (3) = Saldo awal + (2) (4) = Saldo awal – (2)
00 0 185.000.000
1 22.500.000 22.500.000 162.500.000
2 22.500.000 45.000.000 140.000.000
3 22.500.000 67.500.000 117.500.000
4 22.500.000 90.000.000 95.000.000
5 22.500.000 112.500.000 72.500.000
6 22.500.000 135.000.000 50.000.000
7 22.500.000 157.500.000 27.500.000
8 22.500.000 180.000.000 5.000.000
c. Pencatatan Penyusutan
Berdasarkan dari perhitungan yang sudah dilakukan, terdapat pencatatan
penyusutan dengan menggunakan jurnal. Berikut jurnal yang digunakan
untuk mencatat penyustan bulan Agustus jika penyusutan diperhitungkan
setiap bulannya.
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
2019 31 Beban Penyusutan Kendaraan 1.875.000
Desember Akumulasi Penyusutan Kendaraan 1.875.000
237
Pencatatan jurnal yang digunakan untuk mencatat penyusutan pada 31
Desember, jika penyusutan diperhitungkan setiap tahun.
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
2019 31 Beban Penyusutan Kendaraan 22.500.000
Desember Akumulasi Penyusutan Kendaraan 22.500.000
Terdapat cara lain yang digunakan untuk menghitung besarnya penyusutan
dengan menggunakan metode garis lurus yaitu.
100%
=
Kemudian untuk menghitung beban penyusutan setiap tahun dapat
digunakan rumus sebagai berikut
Beban Penyusutan : Tarif Penyusutan X (Harga perolehan Nilai Residu
Contoh Kasus
Pada Tanggal 05 Agustus 2019 dibeli mobil boks dengan harga faktur
sebesar Rp 180.000.000 dengan biaya balik nama sebesar Rp 5.000.000.
Mobil boks yang dibeli diperkirakan memiliki umur ekonomis 8 tahun
dengan nilai residu sebesar Rp 5.000.000. Berdasarkan contoh kasus
diatas, maka penyusutan dapat dihitung sebagai berikut.
• Tarif penyusutan = 100% : 8 Tahun
• 12,5% x (Rp185.000.000 – Rp 5.000.000)
• Rp 22.500.000/Tahun
b. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digit Method)
Metode jumlah angka tahun seperti halnya sama dengan metode garis lurus
dimana dalam metode ini taksiran nilai buku asset (nilai perolehan – taksiran
residu). Dalam metode ini penyusutan untuk tiap tahun penggunaan asset tetap
jumlahnya menurun. Terdapat Langkah-langkah yang digunakan untuk
menghitung besarnya nilai penyusutan tiap-tiap tahun dengan menggunakan
metode jumlah angka tahun yaitu sebagai berikut.
• Pada posisi pembilang, masing-masing taun diberi bobot sebesar sisa
umur manfaat pada tahun yang bersangkutan. Contohnya asset tetap
238
mempunyai umur manfaat 4 tahun maka untuk tahun ke -1 diberi bobot
4 karena sisa umur pada tahun ke – 1 adalah 4 tahun, kemudian untuk
tahun ke-2 diberi bobot 3 karena sisa umur pada tahun ke-2 adalah 3
tahun dan seterusnya.
• Pada posisi penyebut, jumlahkan bobot umur ekonomis asset tetap
yang bersangkutan. Contoh umur ekonomis asset tetap adalah 4 tahun
maka jumlah bobotnya 4 + 3 + 2 + 1 = 10. Atau dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Jumlah Angka Tahun = ( +1)
2
Dimana N adalah umur ekonomis/umur manfaat
Jumlah Angka Tahun = 4 (4+1)
2
• Penyusutan tiap tahun dihitung dengan cara mengalikan perbandingan
sisa umur ekonomis (pembilang) dan jumlah angka tahun (Penyebut
dengan harga perolehan asset tetap dikurangi nilai residu. Berdasarkan
dari pernyataan diatas perhitungan besarnya nilai penyusutan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
= ℎ ℎ ( ℎ
Berikut contoh kasus mengenai perhitungan penyusutan dengan
menggunakan metode jumlah angka tahun.
Tanggal 28 September 2019 CV AKSARA memberli peralatan kantor
senilsi Rp 85.000.000 dan mulai dioperasikan pada bulan Oktober
2019. Peralatan kantor ini memiliki nilai taksiran usia penggunaan
selama 4 tahun dengan nilai residu Rp 5.000.000. Peralatan tersebut
disusutkan dengan menggunakan metode jumlah angka tahun yang
mana penyusutan tiap tahunnya dapat dihitung sebagai berikut.
Angka Sisa Perhitungan Jumlah Nilai Buku
Tahun Usia Penyusutan Penyusutan
239