Voucher ini akan segera dibuat pada saat faktur dari pemasok telah disetujui
untuk dibayar. Selanjutnya dicatat pada voucher register. Pada waktu jatuh
tempo, perlu dibuatkan cek dan kemudian baru dicatat dalam check register.
b. Built Up Procedure
Setiap penagihan yang dilakukan oleh pemasok pada tanggal tertentu akan
menggunakan metode built up procedure ini. Jika dalam periode yang telah
disepakati terjadi beberapa kali pembelian dari pemasok yang sama , maka faktur-
faktur akan dilampirkan pada blangko voucher yang bersangkutan.
C. Prosedur Pencatatan Utang
Prosedur pencatatan mutasi utang yang biasa digunakan, sebagai berikut:
▪ Prosedur satu akun utang untuk tiap kreditur,
▪ Prosedur satu akun utang untuk seluruh kreditur.
Dibawah ini merupakan penjelasan untuk masing-masing prosedur pencatatan utang:
➢ Prosedur Satu Akun Utang Tiap Kreditur
Transaksi mutasi utang yang telah dicatat dalam buku jurnal akan di posting ke buku
besar. Dengan demikian, buku besar tidak ada akun utang tempat mencatat mutasi
barang secara keseluruhan (akun pengendali). Prosedur ini lebih baiknya digunakan di
perusahaan kecil yang memilliki jumlah kreditur sedikit.
Dalam prosedur ini, bukti transaksi yang digunakan, antara lain:
a. Faktur pembelian, digunakan untuk bukti telah terjadinya pembelian secara
kredit,
b. Faktur Pembayaran utang, yang berupa kuitansi dari pemasok,
c. Memo kredit, yaitu bukti pengembalian barang yang telah dibeli.
Buku-buku yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi mutasi utang, antara lain:
a. Buku jurnal pembelian, untuk tempat mencatat faktur pembelian yang diterima
dari seorang pemasok,
b. Buku jurnal pengeluaran kas, untuk tempat mencatat kuitansi dari pembayaran
utang,
c. Buku jurnal umum, untuk tempat mencatat memo kredit yang diterima dari
kreditur.
d. kartu utang, untuk tempat pemindahan buku atau posting dari buku jurnal.
Terdapat 2 hal penting dalam transaksi ini, antara lain:
➢ Pada waktu faktur dari pemasok disetujui untuk dibayar, bagian utang
mencatat jumlah transaksi ke dalam jurnal pembelian dan membukukannya ke
buku besar utang serta kartu utang pemasok masing-masing,
90
➢ Pada waktu melakukan pembayaran sesuai dengan faktur , bagian akuntansi
membukukan jumlah transaksi ke dalam jurnal pengeluaran kas dan juga ke
buku besar, serta utang pemasok yang bersangkutan.
Voucher Payable Procedures
Catatan akuntansi yang digunakan, yaitu:
• Register bukti kas keluar, dan
• Register cek.
Prosedur pencatatan utang dapat dibagi menjadi berikut:
1. Onetime Voucher Procedures
Onetime voucher procedures terbagi menjadi 2, yaitu:
➢ Dengan dasar tunai (cash basis)
➢ Dengan dasar waktu (accrual basis)
2. Build-up Voucher Procedures
Dalam prosedur ini, dapat digunaka untuk menampung lebih dari satu faktur
pemasok.
Contoh Jurnal Pencatatan Utang:
1. Sistem Persediaan Periodik Debit Kredit
Keterangan
Pembelian Xxxx
Utang Dagang xxxx
2. Sistem Perpetual Debit Kredit
Keterangan Xxxx xxxx
Persediaan Barang Dagang
Utang Dagang
➢ Prosedur Satu Akun Utang untuk Seluruh Kreditur
Prosedur ini, buku besar disediakan satu akun utang untuk tempat mencatat mutasi
utang semua kreditur. Mutasi utang tiap kreditur tercatat dalam kartu utang kreditur
yang bersangkutan sebagai buku pembantu. Akun pengendali dalam prosedur ini
merupakan funngsi dari akun utang dalam buku besar.
Dokumen-dokumen mutasi utang yang dapat digunakan untuk penerapan prosedur
ini, sebagai berikut:
91
1) Faktur pembelian yang diterima dari pemasok,
2) Kuitansi yang diterima dari kreditur atau dalam bentuk lain digunakan untuk bukti
pembayaran utang,
3) Memo kredit yang dapat diterima dari seorang kreditur digunakan untuk bukti
transaksi pembelian retur atau pengurangan harga faktur.
Dokumen transaksi mutasi utang yang dicatat dengan prosedur, yaitu:
a. Faktur pembelian, tercatat dalam buku jurnal pembelian dengan mendebitkan
akun pembelian dan mengkreditkan akun utang, dan juga dicatat dalam kartu
utang kreditur yang bersangkutan untuk mutasi kredit,
b. Bukti pengeluaran kas, tercatat dalam buku jurnal pengeluaran kas dengan
mendebitkan akun utang dan mengkreditkan akun kas, dan juga tercatat dalam
kartu utang kreditur yang bersangkutan untuk mutasi debit,
c. Memo kredit yang dapat diterima dari kreditur, tercatat dalam buku jurnal umum
ataupun buku jurnal pembelian return dengan mendebitkan akun utang dan
mengkreditkan akun retur pembelian serta dapat dicatat dalam kartu utang
kreditur yang bersangkutan untuk mutasi debit.
Buku-buku yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi mutasi utang, sebagai
berikut:
1) Buku jurnal pembelian, fungsinya untuk tempat mencatat faktur pembelian yang
diterima dari pemasok,
2) Buku jurnal pengeluaran kas, fungsinya untuk tempat mencatat kuitansi pembayaran
utang,
3) Buku jurnal umum, fungsinya untuk tempat mencatat memo kredit yang diterima dari
kreditur,
4) Akun buku besar utang, fungsinya untuk tempat mencatat transaksi mutasi utang
secara keseluruhan,
5) Kartu utang oleh tiap kreditur, fungsinya sebagai buku pembantu tempat mencatat
transaksi mutasi utang pada tiap kreditur.
LATIHAN SOAL
A. Piliahan Ganda
1. Kewajiban perusahaan untuk membayar kepada pihak lain yang menjadiakan adanya
transaksi secara kredit dalam pembelian jasa ataupun barang. Merupakan pengertian
dari…..
a. Piutang
b. Utang
c. Utang kredit
d. Piutang kredit
e. Utang debit
2. Notes Payable merupakan kata lain dari…..
92
a. Utang dagang
b. Utang wesel
c. Utang penghasilan
d. Utang beban
e. Utang Dividen
3. Pajak yang dikenakan untuk karyawan atau pekerja, yaitu…..
a. PPN
b. PPh
c. Pajak penghasilan pasal 21
d. Pajak penghasilan pasal 12
e. Pajak penghasilan pasa 21
4. Nama lain dari utang hipotek adalah…..
a. Mortgage
b. Account payable
c. Notes payable
d. Unearned payable
e. Accrued Expense
5. Kewajiban yang jatuh temponya lebih dari satu tahun adalah…..
a. Utang jangka panjang
b. Utang jangka pendek
c. Utang wesel
d. Utang tertagih
e. Utang tak tertagih
6. Pengalokasian Agio dan Disagio selama masa obligasi biasa disebut…..
a. Agio obligasi
b. Disagio obligasi
c. Amortisasi agio dan disagio obligasi
d. Pembukuan
e. Posting
7. Pelunasan yang dilakukan saat tanggal jatuh tempo, maka besar nominal dijumlahkan
dengan bunga yang terutang yaitu…..
a. Penebusan obligasi
b. Piutang obligasi
c. Utang obligasi
d. Pelunasan dividen
e. Pelunasan pajak
8. Sarana untuk mencatat mutasi utang yang terperinci pada tiap kreditur, merupakan
pengertian dari…..
a. Kartu utang
b. Kartu piutang
c. Kartu obligasi
d. Kartu dividen
e. Kartu pajak
93
9. Tempat untuk mencatat transaksi mutasi utang setiap kreditur, merupakan fungsi
dari….
a. Kartu utang
b. Kartu piutang
c. Kartu obligasi
d. Kartu pajak
e. Kartu dividen
10. Bukti pengeluaran kas yang digunakan untuk membayar utang, dapat berbentuk….
a. Struk
b. Nota
c. Invoice
d. Kupon
e. Kwitansi
11. Pada tanggal 1 November 2021 PT Diaz dapat menjual 3000 lembar obligasi 15%,
dengan nominal Rp 100.000. Biaya provisi dan biaya lain-lain Rp 3.000.000. Jatuh
tempo pembayaran bunga tiap tanggal 1 September 2021 dan 1 Maret 2022. Kurs jual
103%. Hitunglah jumlah yang diterima PT Diaz…..
a. 131.000.000
b. 131.500.000
c. 313.000.000
d. 313.500.000
e. 133.500.000
12. Perhitungan bunga berjalan terhitung sejak…..
a. Tanggal penarikan hingga saat jatuh tempo
b. Tanggal penjualan hingga saat jatuh tempo
c. Tanggal 1 Januari hingga saat jatuh tempo
d. Tanggal 1 Januari hingga 31 Desember
e. Tanggal pembayaran bunga terakhir hingga tanggal penjualan
13. Pada tanggal 1 April 2021, PT Berkah menerima pinjaman sebesar Rp 150.000.000
dengan jaminan mobil brio. Lama pinjaman yaitu 4 tahun, dengan bunga angsuran
sebesar 15% setahun. Angsuran tersebut dibayarkan tiap tanggal 1 April dan 1
Oktober dengan biaya provisi dan lain-lain sebesar Rp 5.000.000.
Berdasarkan transaksi diatas, hitunglah jumlah angsuran yang wajib dibayarkan pada
tanggal 1 Oktober 2021…..
a. 30.500.000
b. 32.500.000
c. 30.000.000
d. 37.500.000
e. 37.000.000
14. Bukti pengembalian barang yang telah dibeli disebut…..
a. Faktur pembelian
b. Faktur penjualan
c. Faktur pembayaran
d. Memo kredit
94
e. Memo debit
15. Contoh jurnal pencatatan utang system persediaan periodic yang benar adalah…
a. Utang dagang xxx
Pembelian xxx
b. Pembelian xxx
Utang dagang xxx
c. Pers.brg.dgng xxx
Utang dagang xxx
d. Utang dagang xxx
Pers.brg.dgng xxx
e. Pembelian xxx
Pers.brg.dgng xxx
B. Esai
1. Apa yang dimaksud kartu utang?
2. Obligasi ditempatkan dari tanggal 1 Juli 2021, dan akan jatuh tempo pada tanggal 1
Juli 2022. Bunga akan dibayarkan setiap 1/3 dan 1/9 dengan nominal Rp 1.200.000.
Dan dengan tingkat harga sebesar 12% dan kurs 90%. Berapa besarnya amortisasi
disagio per 31 Desember 2021?
3. Sebutkan dan jelaskan kartu utang yang menghasilkan laporan secara periodic!
4. Berikan contoh jurnal pencatatan utang sistem perpetual!
5. Sebutkan buku-buku yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi mutasi utang,
beserta fungsinya!
RANGKUMAN
➢ Utang merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk membayar kepada
perusahaan lain ataupun pihak lain yang menjadikan terdapat transaksi secara
kredit dalam pembelian jasa ataupun barang.
➢ Pengelompokan utang ada 2:
1) Utang lancar atau utang jangka pendek: utang dagang, utang wesel, utang
penghasilan atau pendapatan diterima di muka, utang beban atau beban
terutang, utang jangka panjang yang telah jatuh tempo, utang dividen, utang
pajak
2) Utang jangka panjang: hipotek, utang obligasi
➢ Kartu utang merupakan saran untuk mencatat mutasi utang yang secara
terperinci pada tiap-tiap kreditur.
95
➢ Kartu utang berfungsi sebagai wadah untuk mencatat transaksi mutasi utang
setiap kreditur.
➢ Terdapat beberapa dokumen yang diperlukan dalam pengelolaan utang, yaitu
faktur yang diterima dari seorang kreditur, memo kredit yang diterima dari
seorang kreditur, bukti pengeluaran kas guna membayar utang.
➢ Tugas pokok dari kartu utang yaitu untuk mencatat jumlah nilai yang terutang
karena akibat dari transaksi pembelian kredit, yang digunakan untuk
mengetahui apakah pembayaran tidak melebihi jumlah utang yang dibayar.
➢ Pentingnya rekapitulasi atau laporan saldo utang yaitu untuk informasi
mengenai posisi utang kepada manajemen dan juga untuk ngecek seberapa
besarnya utang pada akhir periode laporan.
➢ Utang Voucher merupakan formulir yang dapat digunakan sebagai bukti
pengeluaran kas yang akan dibayarkan.
➢ Pembuatan voucher terdapat 2 prosedur, yaitu:
• Prosedur voucher satu kali, yang terdiri dari: cash basic one time voucher
procedure, dan accrual basic one time voucher procedure.
• Built up procedure
➢ Terdapat 2 prosedur pencatatan utang, yaitu:
• Prosedur satu akun utang untuk tiap kreditur,
• Prosedur satu akun utang untuk seluruh kreditur.
96
“ Kegagalan adalah satu langkah menuju keberhasilan”
97
BAB 8
PENCATATAN PERSEDIAAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu :
3.8. Menerapkan metode pencatatan persediaan
4.8. Melakukan pencatatan persediaan
A. Pengertian Pencatatan Persediaan
Dalam menjalankan sebuah perusahaan baik itu perusahaan dagang sudah
tentu terdapat sistem pencatatan apalagi seperti sekarang ini dimana perusahaan akan
memanfaatkan semua aset yang ada pada perusahaan baik menyangkut keuangan
maupun persediaan (inventory) dengan efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan
transaksi perusahaan. Salah satu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisien yaitu dengan mengatur data persediaan sehingga
menghasilkan data yang akurat dan benar yang sangat dibutuhkan oleh pihak yang
terlibat dalam menyusun laporan dalam pengambilan sebuah keputusan agar tidak
terjadi kekurangan dan kelebihan data persediaan. Masalah informasi tentang
persediaan sangat penting untuk mengambil keputusan pada saat pencatatan
persediaan dilakukan untuk mengetahui ketersediaannya aset maupun persediaan yang
akan dibutuhkan oleh perusahaan. Sistem pencatatan persediaan barang dagang
dilakukan untuk memudahkan suatu perusahaan dalam mengelola transaksi pembelian
ataupun penjualan yang dilakukan.
Persediaan merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan karena
sebagian besar aktiva perusahaan tertanam pada persediaan. Dengan adanya
persediaan, perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Istilah “persediaan”
juga didefinisikan dalam PSAK 14 sebagai aset yang :
a) Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
b) Dalam proses produksi untuk dijual; atau
c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
PSAK 14 selanjutnya menyatakan bahwa persediaan perusahaan dagang
sebagian besar terdiri dari barang yang diperoleh untuk dijual kembali. Sedangkan
persediaan perusahaan manufaktur terdiri atas barang jadi, barang dalam proses,
bahan baku, dan perlangkapan pabrik.
Persediaan merupakan elemen aktiva lancar yang cukup penting dalam operasi
perusahaan. Dalam persediaan yang dicantumkan dalam neraca pada akhir periode
tertentu akan mempengaruhi besarnya harga pokok penjualan pada saat tersebut.
Kesalahan dalam penentuan persediaan akhir akan mempunyai pengaruh ganda yaitu
kesalahan dalam pembuatan neraca maupun kesalahan dalam laporan laba rugi.
Persediaan sendiri meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali.
Persediaan juga termasuk barang jadi yang telah diproduksi, barang setengah jadi
yang dalam proses penyelesaian, dan juga bahan serta perlengkapan yang akan
digunakan dalam proses produksi.
98
Keown (2010:312) untuk mengilustrasikan fungsi pemisahan fungsi dengan
lebih baik, maka akan dijelaskan beberapa tipe umum persediaan sebagai berikut:
a. Persediaan bahan mentah
Persediaan ini terdiri dari bahan dasar yang dibeli dari perusahaan lain untuk
digunakan dalam operasi produksi perusahan.
b. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work-in-process)
Ini mencakup barang setengah jadi yang membutuhkan kerja tambahan
sebelum menjadi barang jadi.
c. Persediaan Barang Jadi
Ini mencakup barang yang telah selesai proses produksinya tetapi belum
dijual.
B. Barang-barang yang tercakup dalam persediaan
Barang-barang yang masuk sebagai persediaan akhir merupakan yang benar-
benar dimiliki oleh perusahaan tanpa memandang lokasi persediaan. Agar bisa
menyusun laporan keuangan yang wajar, maka harus ditentukan elemen persediaan
yang sudah secara sah menjadi milik perusahaan. Masalah yang bisa saja terjadi pada
akhir periode dalam rangka penentuan besarnya persediaan antara lain barang dalam
perjalanan, barang yang dipisahkan, barang konsinyasi, dan penjualan angsuran.
1) Barang dalam Perjalanan (Goods in transit)
Barang dianggap sedang dalam perjalanan ketika barang masih dalam
pengangkutan pada tanggal perhitungan. Barang dalam perjalanan
seharusnya termasuk dalam persediaan perusahaan tergantung pada syarat
penjualan apakah menggunakan syarat FOB (Free On Board) Shipping
Point atau FOB (Free On Board) Destination.
Jika syarat penjualan adalah FOB Shipping Point, pemilikan pindah
kepada si pembeli dengan dimuatnya barang ke dalam alat angkutan sesuai
dengan perjanjian. Pada saat itu penjual harus mencatat adanya penjualan
dan mengurangi jumlah persediaan dan si pembeli harus mencatat adanya
pembelian dan bertambahnya persediaan.
Sedangkan syarat penjualan FOB Destination, patokan umum
menghendaki agar pencatatan pemindahan pemilikan dilakukan apabila
barang sudah sampai ke gudang pembeli. Pada saat itu penjual belum
mengakui adanya penjualan dan belum mengurangi persediaan, dan
pembeli belum mencatat terjadinya pembelian dan menambah
persediaannya sampai barang benar-benar sudah sampai di gudang.
Kesulitan yang muncul bagi penjual yaitu sulit untuk mengetahui kapan
barang itu sampai pada pembeli sehingga sering terjadi penjual mencatat
penjualan dan mengurangi persediaan barangnya ketika pengiriman
barang-barang tersebut dan pembeli mencatat pembelian dan menambah
persediaan ketika menerima barang-barang tersebut. Namun,
berkembangnya alat komunikasi masalah ini dapat teratasi.
99
2) Barang Yang Dipisahkan (Segregated Goods)
Barang-barang yang dipisahkan dengan maksud untuk memenuhi
kontrak-kontrak atau pesanan walaupun barang belum dikirim haknya
sudah berpindah pada pembeli. Oleh karena itu pada tanggal penyusunan
laporan keuangan bila ada barang-barang yang dipisahkan harus
dikeluarkan dari jumlah persediaan dan dicatat sebagai penjualan. Begitu
pembeli dapat mencatat adanya pembelian dan menambah persediaan
barangnya.
3) Barang Konsinyasi (Conssigment Goods)
Barang konsinyasi (barang yang dititipkan) haknya masih ada pada
penjual selama barang tersebut belum terjual. Jika barang telah terjual,
pihak yang dititipi akan membuat laporan atas penjualan barang-barang
yang dijual. Pada waktu menerima laporan, pihak yang menitipkan akan
mencatat sebagai penjualan dan mengurangi persediaan. Pihak yang
menerima titipan tidak mempunyai hak atas barang yang dititipkan
kepadanya, jadi tidak dicatat sebagai persediaan.
4) Penjualan Angsuran (Installment Sales)
Dalam penjualan angsuran hak atas barang tetap pada penjualan
sampai harga jual dilunasi. Penjual akan melaporkan barang-barang
tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah
dibayar. Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam
persediaan sejumlah yang sudah dibayarkan. Jika ternyata dirasa
kemungkinan terjadi pembatalan atas penjualan angsuran tersebut kecil
maka penjual bisa mengakuinya sebagai penjualan biasa yang diangsur
dan pembeli bisa mencatatnya sebagai pembelian biasa yang
pembayarannya diangsur.
C. Metode Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode
periodik.
a. Metode periodik
Metode periodik dalam pencatatan persediaan, yaitu setiap pembelian
dan penjualan tidak dicatat pada perkiraan persediaan barang dagangan
(merchandise inventory), mutasi barang dagangan tidak dicatat, sehingga
untuk mengetahui berapa harga pokok barang dagangan yang terjual (cost
of merchandise sold) harus dilakukan terlebih dahulu perhitungan secara
fisik. Erhans (2010:184) dalam metode pencatatan periodik, harga atas
barang dagangan yang dijual (HPP) dihitung dengan cara : Persediaan
Awal ditambah Pembelian dikurangi Persediaan Akhir. Jika dalam
pembelian barang dagangan terdapat potongan pembelian, retur pembelian
dan biaya angkut barang, maka harus dihitung terlebih dahulu biaya
pembelian. Biaya pembelian dihitung dengan cara : Pembelian dikurangi
Potongan Pembelian dan Retur Pembelian ditambah dengan Biaya Biaya
Masuk.
100
Pada sistem persediaan periodik, nilai persediaan akhir ditentukan
melalui pemeriksaan stok fisik (physical stock-take) yaitu dengan cara
menghitung fisik persediaan pada saat tertentu, saat disusun laporan
keuangan. Misalnya tiap kuartal atau tahun, dengan menimbang,
menghitung dan mengukur. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui
berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga
pokoknya. Dalam sistem persediaan periodik mutasi yang berhubungan
dengan persediaan tidak diikuti dalam pencatatan akuntansi. Karena tidak
ada catatan mutasi persediaan maka harga pokok penjualan juga tidak
dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan bisa dihitung jika
persediaan barang sudah dihitung. Masalah yang timbul jika digunakan
sistem persediaan periodik adalah :
1) Jika dikehendaki laporan keuangan jangka pendek misalnya
bulanan, tidak dapat mengetahui jumlah persediaan akhir secara
cepat;
2) Jika perusahaan akan dijual atau direorganisasi, ada keharusan
untuk menghitung persediaan yang masih ada;
3) Bila barang yang dimil iki perusahaan jenisnya banyak.
Sistem persediaan periodik akan memakan waktu yang cukup lama
dalam menghitung persediaan akhir dan akibatnya laporan keuangan
mengalami keterlambatan. Namun metode ini sangat sederhana dalam
pencatatan pembelian maupun pencatatan penjualan karena tidak diikuti
mutasi persediaan dalam catatan akuntansi. Untuk lebih jelasnya, sistem
periodik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pembelian dan penjualan barang dagangan, tidak dicatat ke dalam
akun “persediaan”, sehingga akun persediaan hanya menunjukkan
informasi nilai persediaan barang dagang awal periode.
2) Transaksi pembelian barang dagang dicatat debit pada akun
“pembelian” dan transaksi penjualan barang dagang dicatat sebesar
harga jualnya.
3) Nilai persediaan pada akhir periode diketahui setelah dilakukan
pemeriksaan dan perhitungan barang secara fisik.
b. Metode perpetual
Sugiono (2010:106) pada sistem ini setiap melakukan pembelian
barang dagangan berarti menambahkan (mendebet) perkiraan persediaan
dan sebaliknya mengurangi (mengkredit) apabila terjadi transaksi
penjualan.
Dalam sistem persediaan perpetual, biaya persediaan akhir dan harga
pokok penjualan selama tahun berjalan bisa ditentukan secara langsung
dari catatan akuntansi. Namun, bila ditemukan ketidakcocokan antara
catatan akuntansi dengan nilai persediaan yang ditentukan dengan cek
fisik, jadi jumlah persediaan dan harga pokok penjualan pada catatan
akuntansi harus disesuaikan. Selisih itu dibukukan dalam rekening Selisih
101
Persediaan dan rekening Persediaan. Jika jumlah persediaan berdasarkan
cek fisik lebih kecil dibanding dengan saldo rekening persediaan maka
rekening persediaan dikurangi dan begitu juga sebaliknya.
Penggunaan sistem persediaan perpetual akan mempermudah
penyusunan laporan keuangan dan dapat dipergunakan untuk pengawasan
persediaan di dalam gudang. Dalam sistem persediaan perpetual, tidak
perlu mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan
akhir. Tetapi, setidaknya setahun sekali perlu diadakan pengecekan apakah
jumlah barang-barang dalam gudang sesuai dengan jumlah dalam catatan
akuntansi. Untuk lebih jelasnya, sistem fisik memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Transaksi pembelian barang dagang, dicatat debit pada akun
“persediaan”, kredit akun “kas” atau “utang dagang.
2) Transaksi penjualan barang dagang dicatat sebagai berikut:
• Harga (hasil) penjualan dicatat debit pada akun “kas” atau
akun “piutang dagang”, dan kredit akun “penjualan”.
• Harga pokok barang yang dijual, dicatat debit pada akun
“harga pokok penjualan” dan kredit akun “persediaan”.
3) Saldo akun “persediaan” menunjukkan harga pokok (nilai)
persediaan barang yang masih ada di dalam gudang.
D. Contoh kasus dan penyelesaiaannya
• Contoh Kasus 1: Berikut transaksi yang terjadi pada PT. Kuncoro
1. Persediaan awal, 40 unit @ Rp300,-
2. Pembelian 100 unit @ Rp300,-
3. Penjualan 90 unit @ Rp400,- secara tunai
4. Ayat jurnal penyesuaian akhir periode untuk rekening persediaan, 50 unit
@ Rp 300,-
5.
Pembahasan :
No. Metode Periodik Metode Perpetual
1- -
2 Pembelian Rp30.000 Pembelian Rp30.000
Kas Rp30.000 Kas
Rp30.000
3 Kas Rp36.000 Kas Rp36.000
Penjualan Rp36.000 Penjualan
Rp36.000
102
Harga Pokok Penj. Rp27.000
Persediaan
Rp27.000
4 Persediaan Rp15.000 Tidak ada ayat jurnal
Harga Pokok Penj. Rp27.000
Pembelian Rp30.000
Persediaan Rp12.000
• Contoh Kasus 2: Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT. Anugerah
1. Dibeli barang dagangan secara kredit Rp2.200.000,-
2. Dikirim kembali barang yang dibeli senilai Rp200.000,-
3. Dijual barang dagangan secara kredit senilai Rp1.100.000,- dengan harga
pokok Rp800.000
4. Dikirim kembali barang yang dijual senilai Rp 300.000,- dengan harga
pokok Rp240.000,-
Pembahasan :
a. Metode Periodik
1. Pembelian...................................Rp2.200.000,-
Utang Dagang.................................................Rp2.200.000,-
2. Utang Dagang.............................Rp200.000,-
Retur Pembelian..............................................Rp200.000,-
3. Piutang Dagang...........................Rp1.100.000,-
Penjualan.........................................................Rp1.100.000,-
4. Retur Penjualan...........................Rp300.000,-
Piutang Dagang...............................................Rp300.000,-
a. Metode Perpetual
1. Persediaan Barang Dagang.........Rp2.200.000,-
Utang Dagang.................................................Rp2.200.000,-
2. Utang Dagang.............................Rp200.000,-
Persediaan Barang Dagang.............................Rp200.000,-
3. Piutang Dagang...........................Rp1.100.000,-
Penjualan.........................................................Rp1.100.000,-
103
Harga Pokok Penjualan...............Rp800.000,-
Persediaan Barang Dagang.............................Rp800.000,-
4. Retur Penjualan...........................Rp300.000,-
Piutang
Dagang..............................................Rp300.000,-
Persediaan Barang Dagang...........Rp240.000,-
Harga Pokok Penjualan.................................Rp240.000,-
Latihan Soal
Soal Pilihan Ganda
1. Istilah “persediaan” juga didefinisikan dalam PSAK 14 sebagai aset yang...
a. Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi untuk dijual
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa
d. a,b, dan c
e. Semua jawaban salah
2. Yang termasuk jenis umum persediaan adalah...
a. Persediaan bahan mentah
b. Persediaan barang setengah jadi
c. Persediaan barang baru
d. Persediaan barang jadi
e. a, b, dan d
3. Persediaan ini terdiri dari bahan dasar yang dibeli dari perusahaan lain untuk
digunakan dalam operasi produksi perusahan. Ini merupakan definisi dari...
a. Persediaan bahan mentah
b. Persediaan barang setengah jadi
c. Persediaan barang baru
d. Persediaan barang jadi
e. Persediaan barang gudang
4. Mencakup barang setengah jadi yang membutuhkan kerja tambahan sebelum
menjadi barang jadi. Merupakan pengertian dari...
a. Persediaan bahan mentah
b. Persediaan barang setengah jadi
c. Persediaan barang baru
d. Persediaan barang jadi
e. Persediaan barang gudang
5. Mencakup barang yang telah selesai proses produksinya tetapi belum dijual.
Merupakan pengertian dari...
104
a. Persediaan bahan mentah
b. Persediaan barang setengah jadi
c. Persediaan barang baru
d. Persediaan barang jadi
e. Persediaan barang gudang
6. Kesalahan dalam penentuan persediaan akhir akan mempunyai pengaruh ganda
yaitu kesalahan dalam...
a. Pembuatan jurnal khusus
b. Pembuatan worksheet
c. Pembuatan jurnal umum
d. Pembuatan buku besar
e. Pembuatan neraca dan laporan laba rugi
7. Barang-barang yang termasuk dalam persediaan adalah...
a. Barang dalam perjalanan, barang yang dipisahkan, barang konsinyasi,
penjualan angsuran.
b. Barang dalam perjalanan, barang yang dipisahkan, barang konsinyasi, barang
penolong.
c. Barang dalam proses, barang yang dipisahkan, barang konsinyasi, penjualan
angsuran.
d. Barang dalam proses, barang yang dipisahkan, barang konsinyasi, barang
penolong.
e. Barang dalam proses, barang yang dipisahkan, barang konsinyasi, barang
pembantu.
8. Barang dianggap sedang dalam perjalanan ketika barang masih dalam...
a. Proses penyelesaian akhir
b. Pengangkutan pada tanggal perhitungan
c. Pengiriman ke tujuan akhir
d. Pemindahan ke gudang lain
e. Proses awal
9. Barang dalam perjalanan seharusnya termasuk dalam persediaan perusahaan
tergantung pada syarat penjualan yaitu....
a. FIFO
b. Identifikasi khusus
c. LIFO
d. Rata-rata
e. FOB Shipping Point atau FOB Destination
10. Pada tanggal penyusunan laporan keuangan bila ada barang-barang yang
dipisahkan harus dikeluarkan dari jumlah persediaan dan dicatat sebagai...
a. Pembelian
b. Pengurangan
c. Pengangkutan
d. Pendapatan
e. Penjualan
105
11. Barang yang haknya masih ada pada penjual selama barang tersebut belum terjual
adalah...
a. Barang konsinyasi
b. Barang yang dipisahkan
c. Barang dalam perjalanan
d. Penjualan angsuran
e. Barang persediaan
12. Dalam penjualannya hak atas barang tetap pada penjualan sampai harga jual
dilunasi merupakan ketentuan dari...
a. Barang konsinyasi
b. Barang yang dipisahkan
c. Barang dalam perjalanan
d. Penjualan angsuran
e. Barang persediaan
13. Pada sistem persediaan periodik, nilai persediaan akhir ditentukan melalui
pemeriksaan stok fisik (physical stock-take) yaitu dengan cara...
a. Menghitung fisik persediaan pada akhir hari
b. Menghitung fisik persediaan pada saat tertentu, saat disusun laporan keuangan
c. Menghitung fisik persediaan setiap ada pengurangan
d. Menghitung fisik persediaan setiap ada penjualan atau pembelian
e. Menghitung fisik persediaan setiap ada penambahan
14. Yang merupakan ciri-ciri sistem periodik adalah...
a. Pembelian dan penjualan barang dagangan, tidak dicatat ke dalam akun
“persediaan”, sehingga akun persediaan hanya menunjukkan informasi nilai
persediaan barang dagang awal periode.
b. Transaksi pembelian barang dagang dicatat debit pada akun “pembelian” dan
transaksi penjualan barang dagang dicatat sebesar harga jualnya.
c. Nilai persediaan pada akhir periode diketahui setelah dilakukan pemeriksaan
dan perhitungan barang secara fisik.
d. Transaksi pembelian barang dagang, dicatat debit pada akun “persediaan”,
kredit akun “kas” atau “utang dagang.
e. a, b, dan c
15. Pada sistem ini setiap melakukan pembelian barang dagangan berarti
menambahkan (mendebet) perkiraan persediaan dan sebaliknya mengurangi
(mengkredit) apabila terjadi transaksi penjualan. Ini merupakan pengertian dari...
a. Metode perpetual
b. Metode periodik
c. Metode MPKP
d. Metode identifikasi khusus
e. Metode fisik
Soal Essay
1. Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT. Karasuno
− Dibeli barang dagangan secara kredit senilai Rp2.000.000
106
− Dikirim kembali barang yang dibeli senilai Rp100.000
Buatlah pencatatannya menggunakan metode periodik!
2. Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT. Inarizaki
a. Dijual barang dagangan secara kredit senilai Rp1.000.000 dengan harga pokok
Rp700.000
b. Dikirim kembali barang yang dijual senilai Rp200.000 dengan harga pokok
Rp160.000
Buatlah pencatatannya menggunakan metode perpetual!
3. Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT. Aoba Johsai
a. Persediaan awal, 50 unit @ Rp500
b. Pembeliaan 100 unit @ Rp500
c. Penjualan 100 unit @ Rp600
Buatlah pencatatannya menggunakan metode periodik!
4. Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT. Nekoma
a. Persediaan awal, 60 unit @ Rp300
b. Pembelian 40 unit @ Rp300
c. Penjualan 50 unit @ Rp400
Buatlah pencatatannya menggunakan metode perpetual!
5. Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT. Shiratorizawa
- Dibeli barang dagangan secara kredit senilai Rp3.000.000
- Dikirim kembali barang yang dibeli senilai Rp300.000
- Dijual barang dagangan secara kredit senilai Rp1.500.000 dengan harga pokok
Rp900.000
- Dikirim kembali barang yang dijual senilai Rp500.000 dengan harga pokok
Rp300.000
Buatlah pencatatannya menggunakan metode periodik dan perpetual!
Rangkuman
Dalam menjalankan sebuah perusahaan baik itu perusahaan dagang sudah
tentu terdapat sistem pencatatan apalagi seperti sekarang ini dimana perusahaan akan
memanfaatkan semua aset yang ada pada perusahaan baik menyangkut keuangan
maupun persediaan (inventory) dengan efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan
transaksi perusahaan. Salah satu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisien yaitu dengan mengatur data persediaan sehingga
menghasilkan data yang akurat dan benar yang sangat dibutuhkan oleh pihak yang
107
terlibat dalam menyusun laporan dalam pengambilan sebuah keputusan agar tidak
terjadi kekurangan dan kelebihan data persediaan. Istilah “persediaan” juga
didefinisikan dalam PSAK 14 sebagai aset yang:
a. Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
b. Dalam proses produksi untuk dijual; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
Keown (2010:312) untuk mengilustrasikan fungsi pemisahan fungsi dengan
lebih baik, maka akan dijelaskan beberapa tipe umum persediaan sebagai berikut:
a. Persediaan bahan mentah
Persediaan ini terdiri dari bahan dasar yang dibeli dari perusahaan lain
untuk digunakan dalam operasi produksi perusahan.
b. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work-in-process)
Ini mencakup barang setengah jadi yang membutuhkan kerja tambahan
sebelum menjadi barang jadi.
c. Persediaan Barang Jadi
Ini mencakup barang yang telah selesai proses produksinya tetapi belum
dijual.
1. Barang-barang yang tercakup dalam persediaan
Barang-barang yang masuk sebagai persediaan akhir merupakan yang benar-
benar dimiliki oleh perusahaan tanpa memandang lokasi persediaan. Agar bisa
menyusun laporan keuangan yang wajar, maka harus ditentukan elemen
persediaan yang sudah secara sah menjadi milik perusahaan. Masalah yang bisa
saja terjadi pada akhir periode dalam rangka penentuan besarnya persediaan antara
lain barang dalam perjalanan, barang yang dipisahkan, barang konsinyasi, dan
penjualan angsuran.
2. Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode
periodik.
a. Metode periodik
Metode periodik dalam pencatatan persediaan, yaitu setiap
pembelian dan penjualan tidak dicatat pada perkiraan persediaan barang
dagangan (merchandise inventory), mutasi barang dagangan tidak dicatat,
sehingga untuk mengetahui berapa harga pokok barang dagangan yang
terjual (cost of merchandise sold) harus dilakukan terlebih dahulu
perhitungan secara fisik.
b. Metode perpetual
Sugiono (2010:106) pada sistem ini setiap melakukan pembelian
barang dagangan berarti menambahkan (mendebet) perkiraan persediaan
dan sebaliknya mengurangi (mengkredit) apabila terjadi transaksi
penjualan.
108
Dalam sistem persediaan perpetual, biaya persediaan akhir dan harga
pokok penjualan selama tahun berjalan bisa ditentukan secara langsung
dari catatan akuntansi. Namun, bila ditemukan ketidakcocokan antara
catatan akuntansi dengan nilai persediaan yang ditentukan dengan cek
fisik, jadi jumlah persediaan dan harga pokok penjualan pada catatan
akuntansi harus disesuaikan.
109
“Tidak ada suatu negara maju tanpa pendidikan yang keras - Jusuf Kalla”
“… Untuk mendapatkan apa yang kamu suka,
Pertama kamu harus sabar dengan apa yang kamu benci - Imam Al Ghazali… ”
110
BAB 9
MENERAPKAN METODE PERSEDIAAN (FIFO, LIFO, AVERAGE DAN
IDENTIFIKASI KHUSUS)
Tujuan Pembelajaran
3.9 Menerapkan metode persediaan (FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi Khusus)
4.9 Melakukan Perhitungan persediaan (FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi Khusus)
Metode Pencatatan Persediaan
Dalam dunia akuntansi, terdapat beberapa cara atau metode yang dapat digunakan
untuk menghitung persediaan barang pada sebuah perusahaan. Metode diantaranya yiatu
FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First Out), Rata-rata (Average), dan Identifikasi
Khusus. Metode tersebut adalah metode yang kerap kali digunakan dalam perhitungan dan
pencatatan persediaan barang di perusahaan.
Sebelum masuk pada penjelasan, perlu diketahui terlebih dahulu terkait dengan
persediaan itu sendiri. Persediaan merupakan produk atau barang utama yang dimiliki oleh
sebuah perusahaan. Atau juga bisa disebut dengan jumlah produk/ barang yang dimiliki
perusahaan dan tersedia untuk dibeli.
Dalam proses pencatatan persediaan di akuntansi, terdapat 2 macam sistem yang
dapat digunakan, yaitu sistem perpetual dan sistem periodik (fisik). Sistem pencatatan
perpetual merupakan sistem dimana setiap persediaan yang terjadi, baik itu persediaan yang
masuk maupun keluar, perlu dicatat dalam pembukuan. Sedangkan pada sistem periodik
(fisik), dilakukan dengan cara menghitung total persediaan diakhir periode tertentu untuk
kemudian dilakukan pembukuannya. Dan diantara kedua sistem pencatatan tersebut,
penentuan penggunaan sistem yang mau digunakan, tentu tergantung kebijakan dan
wewenang dari perusahaan yang bersangkutan.
Metode FIFO
Metode FIFO adalah metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan
dengan mengacu pada istilah First In First Out, yaitu melakukan perhitungan terhadap
persediaan yang pertama kali masuk ke perusahaan. Metode ini sejalan dengan alur arus fisik
yang mana sudah semestinya barang/ produk yang masuk paling awal, juga harus dikeluarkan
terlebih dahulu.
Metode FIFO ini adalah metode yang dianggap paling relevan untuk digunakan
pencatatan persediaan dalam perusahaan. Karena metode ini tergolong metode yang cukup
simple dalam menggunakannya. Tujuan dari metode FIFO ini adalah agar masing-masing
produk/ barang tidak tertimbun terlalu lama dan menghindari masa kadaluarsa produk.
Berdasarkan penjelasan singkat terkait FIFO diatas, yang mana diketahui bahwa
pencatatan FIFO pada perusahaaan dilakukan berdasarkan barang yang masuk pertama kali.
Oleh karena itu, perusahaan yang cocok untuk menerapkan metode FIFO ini adalah
perusahaan yang menyediakan produk yang dapat berkadaluarsa, seperti supermarket,
minimarket, dsb.
111
Kelebihan FIFO
FIFO dianggap sebagai metode yang paling maksimal untuk proses pencatatan
perusahaan. Karena metode ini, mampu meminimalisisr terjadinya penurunan kualitas
barang yang mungkin sekali terjadi karena barang yang terlalu lama disimpan dan
dibiarkan digudang.
Dan berikut adalah beberapa keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan
metode FIFO.
• Mudah dipahami dan diterima secara umum
• Menghasilkan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah.
• Menghasilkan laba kotor yang tinggi
• Dapat meminimalisir pemborosan
• Hasil nilai persediaan, ditunjukkan di laporan posisi keuangan, dan;
• Laporan Keuangan susah untuk dimanipulasi
Kekurangan FIFO
Untuk kekurangan pada metode ini, hal yang paling terlihat adalah pada bagian
perpajakan. Karena pada metode FIFO ini, hasil yang didapat bisa menghasilkan kewajiban
pajak yang cukup besar. Selain itu, juga berdampak pada hasil laba yang dinilai kurang
akurat.
Metode LIFO
Selain metode FIFO, juga terdapat metode LIFO yang bisa digunakan proses
pencatatan pada perusahaan. LIFO atau singakatan dari Last In First Out ini, kebalikan dari
FIFO. Metode LIFO ini mengacu pada barang/ persediaan yang masuk terakhir di
perusahaan, untuk keluar yang pertama kali. Artinya produk pertama yang dijual, adalah unit
persediaan yang terakhir masuk ke perusahaan.
Dampak dari penggunakan metode ini juga berpengaruh pada laba dan HPP (Harga
Pokok Penjualan) di perusahaan. Memang jika dilihat, metode LIFO ini memiliki tujuan
untuk mempermudah keluar masuknya produk/ barang pada perusahaan. Terlebih saat adanya
inflasi metode ini cukup baik untuk digunakan, karena metode ini mengacu pada persediaan
terakhir untuk dijual yang pertama kali. Sehinggga laba rugi yang terjadi pada perusahaan
tergolong rendah. Dan salah satu perusahaan/ tempat yang biasa menggunkan metode ini
adalah toko baju, yang mana proses penjualannya tentu berdasarkan trend yang sedang
terjadi, termasuk barang yang masuk terakhir akan dijual pertama kali karena dinilai produk
tersebut sedang pada trend-nya. Pada metode LIFO ini juga berdampak pada persediaan
barang yang ada diperusahaan/ gudang, khususnya barang-barang yang terdahulu, karena
barang tersebut mungkin hanya akan menjadi tumpukan barang yang mungkin akan rusak
dan tidak bisa perjualbelikan lagi.
Dan menurut beberapa sumber, metode ini juga sudah jarang atau bahkan tidak
digunakan lagi di Indonesia. Hal ini mengacu pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) sebagai acuan untuk pembukuan di perusahaan, bahwa metode LIFO ini kurang
cukup relevan untuk digunakan lagi pada sebuah perusahaan.
Kelebihan LIFO
112
Kelebihan penggunaan metode LIFO sebagai pencatatan persediaan pada
sebuah perusahaan adalah sebagai berikut:
• LIFO mencocokkan harga terbaru dengan pendapatan saat ini.
• Jika terjado kenaikan harga, maka otomatis harga barang bisa lebih konsrvatif.
• Pajak yang didapat lebih rendah, sehingga dapat menghemat biaya pajak ketika
inflasi
• Laba perusahaan tidak tergantung dengan naik-turunya suatu harga
• Lebih mudah dalam membandingkan biaya dengan pendapatan
Kekurangan LIFO
Sedangkan, untuk kekurangan dari metode LIFO, yaitu sebagai berikut :
• LIFO mengurangi laba yang dilaporkan dalam kurun waktu periode inflasi
• Lebih mudahnya dalam memanipulasi Laporan Keuangan
• Memiliki laba dan rugi yang rendah
• Termasuk metode yang rumit, sehingga cost pembukuan melonjak.
Contoh data penjualan dan pembelian persediaan selama tahun 2021 di PT. ABC
Tanggal Keterangan Unit Harga (Rp)
4 Januari Persediaan awal 100 100.000
9 Februari Pembelian 300 120.000
6 Maret Penjualan 100 150.000
4 April Penjualan 100 150.000
3 Mei Pembelian 100 130.000
7 Juni Penjualan 200 160.000
6 Juli Pembelian 300 125.000
8 Oktober Penjualan 100 160.000
3 November Penjualan 200 170.000
5 Desember Pembelian 100 130.000
• Cara perhitungan metode FIFO
Dalam penggunaan metode FIFO, artinya perusahaan akan menggunakan persediaan
barang yang lama/ pertama kali masuk untuk dijual terlebih dahulu. Dimana biasanya
persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang
terakhir kali masuk di gudang. Berikut adalah perhitungan dengan metode FIFO :
113
Tanggal Pembelian HPP Persediaan
Unit Harga/ Total Unit Harga/ Total Unit Harga/ Total
Harga Unit Harga
Unit Harga Unit (Rp)* (Rp)* (Rp)*
(Rp)* (Rp)* (Rp)*
4 Jan - - -- - - 100 100 10.000
9 Feb 300 120 36.000 - - - 100 100 10.000
- - -- - - 300 120 36.000
6 Maret - - - 100 100.000 10.000.000 300 120 36.000
4 April - - - 100 120.000 12.000.000 200 120 24.000
3 Mei 100 130 12.000 - - - 200 120 24.000
- - -- - - 100 130 13.000
7 Juni -- - 200 120 24.000 100 130 13.000
6 Juli 300 125 37.500 - - - 100 130 13.000
- - -- - - 300 125 37.500
8 Okt - - - 100 130 13.000 300 125 37.500
3 Nov - - - 200 125.000 25.000.000 100 125 12.500
5 Des 100 130 13.000 - - - 100 125 12.500
- - -- - - 100 130 13.000
800 - 98.500 700 - 84.000 200 - 25.500
• Cara perhitungan metode LIFO
Di dalam penerapan metode LIFO, berarti perusahaan akan menggunakan
persediaan produk yang baru/ terakhir masuk di gudang untuk dijual terlebih dahulu.
Dimana biasanya persediaan akhir produk/ barang dagangan akan dinilai dengan nilai
perolehan persediaan yang pertama atau masuk duluan. Dan berikut adalah
perhitungan data diatas menggunakan metode LIFO
Tanggal Pembelian HPP Persediaan
Unit Harga/ Total Unit Harga/ Total Unit Harga/ Total
Unit Harga Unit Harga Unit Harga
(Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)*
4 Jan - - - - - - 100 100 10.000
9 Feb 300 120 36.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 300 120 36.000
114
6 Maret - - - 100 120 12.000 100 100 10.000
4 April - - -- - - 200 120 24.000
3 Mei - - - 100 100 10.000
- - -- 120 12.000 100 120 12.000
7 Juni 100 130 12.000 - - - 100 100 10.000
6 Juli - - -- - - 100 120 12.000
8 Okt - - -- - - 100 130 13.000
3 Nov - - - 100 - - 100 100 10.000
5 Des - - - 100
300 125 37.500 - 130 13.000 100 --
- - -- 120 12.000 - 100 10.000
- - - 100 125 37.500
- - -- - - 100 100 10.000
- - - 200 - - 300 125 25.000
100 130 13.000 - 100 10.000
- - -- 100 100 10.000
800 - 98.500 700 125 12.500 130 13.000
200 - 23.000
125 25.000 100
- - 100
- - 100
- 88.500 200
Metode Rata-Rata (Average)
Menurut Kieso, Weygant dan Warfield (2011), pengertian metode rata-rata yaitu :
“Metode biaya rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar
biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama satu periode.”
Metode rata-rata adalah salah satu metode penilaian harga persediaan barang berdasarkan
harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Pada metode rata-rata dapat dengan mudah
diterapkan serta bersifat objektif dan tidak dapat dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk
memanipulasi laba seperti pada beberapa metode penilaian harga persediaan lainnya.
1. Metode Rata-Rata Sederhana
Metode rata-rata yang pertama adalah metode rata-rata sederhana. Metode rata-rata
sederhana adalah metode yang menghitung harga pokok persatuan barang dengan cara
membagi jumlah harga per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan
frekuensi pembelian dan persediaan awal periode.
Sebagai Ilustrasinya, sebuah perusahaan memiliki saldo persediaan awal sebesar 1000
unit @Rp1.200, kemudian pembelian selama bulan September adalah 2000 unit
115
@Rp1.500, 3000 unit @Rp1.400, 1000 unit @Rp1.600, 5000 unit @Rp1.200, dan 1000
unit @Rp1.500,. Maka perhitungan dengan menggunakan rata-rata sederhana dengan
nilai persediaan akhir sebesar 3500 unit adalah sebagai berikut :
Harga rata-rata = jumlah harga per unit : frekuensi
Harga rata-rata = (Rp1.200 + Rp1.500 + Rp1.400 + Rp1.600 + Rp1.200 + Rp 1.500) : 6
Harga rata-rata = Rp 1.400
Nilai persediaan akhir = 3500 unit x Rp 1.400,00 = Rp 4.900.000
2. Metode Rata-Rata Tertimbang
Metode rata-rata tertimbang adalah metode yang menghitung harga pokok barang
dagang persatuan dengan membagi jumlah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual
dengan jumlah kuantitas barang yang tersedia untuk dijual.
Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah perusahaan memiliki saldo awal persediaan per
tanggal 2 Maret sebesar 2.000 unit, pembelian pada tanggal 15 Maret sebesar 600 unit,
dan pembelian pada tanggal 30 Maret sebesar 2.000 unit. Dengan menggunakan
pencatatan persediaan secara periodik, maka perhitungan dengan metode rata-rata
tertimbang dapat dilakukan sebagai berikut .
116
Sumber : Donald E. Keiso, Jerry J. Weygandt Terry D. Warfield 2011
Jika perusahaan memiliki persediaan awal, maka persediaan awal tersebut dimasukan
kedalam total unit yang tersedia dan total biaya barang yang tersedia untuk dijual
ketika menghitung biaya rata-rata per unit.
3. Metode Rata-Rata Bergerak
Metode biaya rata-rata selanjutnya adalah metode rata-rata bergerak yang digunakan
dalam sistem persediaan perpetual. Diasumsikan sebuah perusahaan memiliki saldo awal
persediaan per tanggal 2 Maret sebesar 2.000 unit, kemudian melakukan pembelian pada
tanggal 15 Maret sebesar 6.000 unit, dan pembelian pada tanggal 30 Maret sebesar 2.000
unit.
Dalam metode ini, biaya rata-rata per unit baru akan dihitung setiap kali pembelian
dilakukan. Saat perusahaan melakukan pembelian tanggal 15 Maret sebesar 6.000 unit
seharga $26.400, perusahaan memiliki persediaan 8.000 unit dengan harga pokok sebesar
$34.000. Dengan demikian, biaya rata-rata per unit adalah $4.30 dengan perhitungan
$34.000 : 8.000 unit. Biaya per unit ini digunakan dalam kalkulasi biaya penarikan
sampai pembelian berikutnya dilakukan, yaitu ketika biaya rata-rata per unit yang baru
dihitung. Oleh karena itu, biaya dari 4.000 unit yang dikeluarkan pada tanggal 19 Maret
adalah $4.30, atau total harga pokok penjualan sebesar $17.200.
Berikut disajikan ilustrasi dari pengaplikasian metode biaya rata-rata dengan catatan
persediaan perpetual:
117
Sumber : Donald E. Keiso, Jerry J. Weygandt Terry D. Warfield 2011
Metode Identifikasi Khusus
Ikatan Akuntan Indonesia (2011 : 14.22), menyatakan bahwa :
“Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu yang diatribusikan ke unit persediaan
tertentu. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi unit yang dipisahkan untuk proyek
tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian identifikasi khusus
biaya tidak tepat ketika terdapat jumlah besar unit dalam persediaan yang dapat
menggantikan satu sama lain (Ordinary Interchangeable).”
Pada metode ini, setiap barang yang dibeli (masuk) diberi identitas khusus yang
menunjukkan jenis barang, kuantitas, harga per satuan sesuai dengan faktur yang diterima.
Sehingga nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan jenis dan keadaan barang yang tersisa.
Metode ini pada dasarnya termasuk metode yang paling ideal karena terdapat
kecocokan antara biaya dan pendapatan (matching cost against revenue). Akan tetapi, pada
metode ini dibutuhkan pengidentifikasian persediaan barang satu per satu. Oleh karena itu
metode ini biasanya hanya diterapkan pada suatu perusahaan yang memiliki sedikit
persediaan dengan nilai jual yang tinggi dan dapat dibedakan antara barang satu dan lainnya.
Dengan menggunakan metode identifikasi khusus maka perhitungan dengan
menggunakan sistem perpetual akan sama dengan perhitungan dengan menggunakan sistem
periodik. Hal ini karena dengan sistem identifikasi khusus, nilai persediaan dikaitkan secara
spesifik terhadap unit barang tertentu. Contoh dari entitas yang menggunakan metode ini
adalah perusahaan yang menjual permata/perhiasan, barang antik atau barang seni, mobil
mewah, dan lain sebagainya.
Untuk mengilustrasikan metode ini, diasumsikan bahwa 6.000 unit persediaan sebuah
perusahaan terdiri atas 1.000 unit yang berasal dari pembelian tanggal 2 Maret, 3.000 unit
berasal dari pembelian tanggal 15 Maret, dan 2.000 unit berasal dari pembelian tanggal 30
maret.
Perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut :
118
Sumber : Donald E. Keiso, Jerry J. Weygandt Terry D. Warfield 2011
Contoh lain untuk perhitungan metode identifikasi khusus adalah sebagai berikut :
Tanggal Keterangan
1 Jan 2020 Pembelian Mobil type A dengan harga Rp 280.000.000
10 Jan 2020 Pembelian Mobil type B dengan harga Rp 350.000.000
13 Jan 2020 Pembelian Mobil type C dengan harga Rp 400.000.000
21 Jan 2020 Penjualan Mobil type B dan C
27 Jan 2020 Pembelian Mobil type D seharga Rp 520.000.000
Dari data transaksi diatas, dapat diketahui bahwa mobil yang terjual adalah mobil dengan
type B seharga Rp 350.000.000 dan mobil dengan type C seharga Rp 400.000.000,. Karena
metode identifikasi khusus tidak terikat oleh waktu perolehan persediaan seperti pada metode
FIFO dan LIFO, maka harga pokok penjualan hanya dihitung dari barang yang terjual. Pada
kasus ini, hanya terdapat 2 mobil yang terjual, sehingga harga pokok penjualan sebesar Rp
350.000.000 ditambah Rp 400.000.000 dan didapatkan hasil sebesar Rp 750.000.000,.
Setelah menghitung HPP dari produk tersebut, maka kita perlu juga mengetahui
persediaan akhir perusahaan. Pada metode identifikasi khusus, perhitungan persediaan akhir
tidak dilakukan seperti metode average yang hanya memiliki satu harga untuk semua jenis
produknya. Pada merode identifikasi khusus, persediaan dinilai sesuai dengan harga
perolehan masing-masing produk. Oleh karena itu, perhitungan persediaan akhir metode
identifikasi khusus dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Type Mobil Harga Perolehan
Mobil type A Rp 280.000.000
Mobil type D Rp 520.000.000
JUMLAH Rp 800.000.000
119
Dari data tersebut diketahui bahwa persediaan akhir perusahaan adalah mobil type A
dengan harga Rp 280.000.000 dan mobil type D dengan harga Rp 520.000.000, sehingga total
persediaan akhir perusahaan adalah sebesar Rp 800.000.000,.
SOAL LATIHAN
I. Pilihan Ganda
1. Menghitung dan menjual persediaan berdasarkan barang yang pertama kali masuk ke
dalam gudang, adalah penjelasan dari perhitungan dengan metode….
a. FIFO
b. LIFO
c. Average
d. Identifikasi Khusus
e. Harga eceran
2. Metode yang saat ini sudah jarang, atau bahkan tidak digunakan lagi di Indonesia, karena
dianggap kurang relevan untuk digunakan adalah….
a. Average
b. FIFO
c. Harga Eceran
d. Identifikasi Khusus
e. LIFO
3. Metode yang menghitung harga pokok persatuan barang dengan cara membagi jumlah
harga per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekuensi
pembelian dan persediaan awal periode adalah metode.…..
a. Rata-Rata Bergerak
b. Rata-Rata Sederhana
c. Rata-Rata Tertimbang
d. Identifikasi Khusus
e. LIFO
4. Metode yang menghitung harga pokok barang dagang persatuan dengan membagi jumlah
harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah kuantitas barang yang
tersedia untuk dijual adalah metode...
a. Rata-Rata Bergerak
b. Rata-Rata Sederhana
c. Rata-Rata Tertimbang
d. Identifikasi Khusus
e. LIFO
5. Dibawah ini merupakan macam-macam metode rata-rata
1. Rata-Rata bergerak
120
2. Rata-Rata Sederhana
3. Rata-Rata Tertimbang
4. Rata-Rata Seimbang
5. Rata-Rata Eceran
Jenis-jenis metode persediaan rata-rata yang benar adalah…..
a. 1,4, dan 5
b. 1,4, dan 5
c. 1,2, dan 3
d. 1,3, dan 4
e. Semua benar
6. Rumus menghitung harga satuan rata-rata sederhana adalah ….
a. Harga satuan dikali kuantitas barang
b. Harga satuan dikali banyaknya pembelian
c. Jumlah harga per unit dibagi frekuensi pembelian
d. Jumlah harga per unit dibagi banyaknya unit persediaan dan pembelian
e. Jumlah harga per unit dikali banyaknya pembelian
7. Barang yang tersedia untuk dijual adalah...
a. Jumlah pembelian
b. Persediaan barang dagang awal ditambah pembelian
c. Persediaan barang dagang awal ditambah total pembelian pada periode tersebut
d. Pembelian bersih ditambah persediaan barang dagang akhir
e. Persediaan barang dagang awal ditambah persediaan barang dagang akhir
8. Salah satu metode penilaian yang memberikan tanda khusus pada tiap barang sehingga
nantinya barang yang dijual akan memiliki harga yang berbeda satu sama lain dan
biasanya digunakan pada barang mahal merupakan pengertian dari metode...
a. Harga eceran
b. Rata rata
c. MPKP
d. MTKP
e. Identifikasi khusus
9. Ciri khusus perusahaan yang menggunakan metode persediaan identifikasi khusus,
kecuali….
a. Perusahaan dengan barang dagang terbatas
b. Barang dagang bernilai tinggi
c. Barang dagang bersifat homogen
d. Harga barang berbeda satu sama lain
e. Barang dagang tiap jenisnya biasnaya hanya memiliki 1 unit barang
10. Berikut ini yang termasuk metode perhitungan persediaan dalam sistem perpetual adalah,
kecuali..
121
a. Identifikasi Khusus
b. Average
c. MPKP
d. LIFO
e. FIFO
11. Perhatikan berikut ini.
1. Menghasilkan laba kotor yang tinggi
2. Dapat meminimalisir pemborosan
3. Laba perusahaan tidak tergantung dengan naik-turunya suatu harga
4. Laporan Keuangan susah untuk dimanipulasi
5. Pajak yang didapat lebih rendah, sehingga dapat menghemat biaya pajak ketika
inflasi
Dari pernyataan diatas, yang termasuk kelebihan dari FIFO, adalah….
a. 1, 2, 4
b. 1, 4, 5
c. 2, 3, 5
d. 2, 4, 5
e. 3, 4, 5
12. Jika perusahaan melakukan pencatatan pembelian barang dagangan dengan
menggunakan akun pembelian. Sistem pencatatan persediaan yang dimaksud adalah
sistem pencatatan…
a. Perpetual
b. Terus menerus
c. Berpasangan
d. Fisik
e. Average
13. Bagian ‘penerimaan’ menyerahkan laporan penerimaan barang kepada bagian
‘pembelian’, sebagai informasi bahwa barang sudah diterima. Sementara tembusan
laporan ‘penerimaan barang’ beserta barang yang bersangkutan, diserahkan pada bagian..
a. Direktur
b. Gudang
c. Kasir
d. Jurnal
e. Penjualan
14. Pencatatan persediaan dengan sistem perpetual, pembelian barang dagang secara tunai
dapat dicatat dalam akun...
a. Kas xxx
Pembelian xxx
b. Utang dagang xxx
122
Kas xxx
c. Persediaan barang dagang xxx
Kas xxx
xxx
d. Persediaan barang dagang xxx xxx
Utang Dagang
e. HPP xxx
Persediaan barang dagang
15. Data pembelian dan penjualan bulan Jan - Feb
Bulan Tgl Ket Jumlah
Januari 1 Persediaan 5.000 unit @ $10,00
6 Pembelian 10.000 unit @ $11,00
Februari 12 Penjualan 8.000 unit @ $12,00
19 Penjualan 6.000 unit @ $13,00
30 Pembelian 7.500 unit @ $10,00
30 Pennjualan 2.000 unit @ $13,00
3 Penjualan 6.000 unit @ $12,50
4 Pembelian 10.000 unit @ $11,00
12 Penjualan 5.000 unit @ $13,00
Berdasarkan data tersebut, Harga Pokok Penjualan (HPP) untuk bulan Januari/ Februari,
menurut perpetual-LIFO adalah…
a. $75.000,00
b. $95.000,00
c. $135.000,00
d. $205.000,00
e. $285.000,00
II. Essai
1. FIFO (First In First Out), adalah metode yang biasanya digunakan di perusahaan yang
seperti apa?
2. Dalam beberapa sumber, LIFO adalah metode yang mungkin kurang relevan untuk
digunakan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan), yang sekaligus sebagai acuan pembukuan untuk perusahaan. Sebutkan
beberapa kerugian dari penggunaan metode LIFO yang akhirnya menjadikan LIFO
kurang relevan untuk digunakan lagi pada perusahaan?
123
3. Data penjualan dan pembelian bulan Jan-Feb
Bulan Tgl Ket Jumlah
Januari 1 Persediaan 5.000 unit @ $10,00
6 Pembelian 10.000 unit @ $11,00
Februari 12 Penjualan 8.000 unit @ $12,00
19 Penjualan 6.000 unit @ $13,00
30 Pembelian 7.500 unit @ $10,00
30 Penjualan 2.000 unit @ $13,00
3 Penjualan 6.000 unit @ $12,50
4 Pembelian 10.000 unit @ $11,00
12 Penjualan 5.000 unit @ $13,00
Tentukan persediaan akhir untuk bulan Januari dengan metode LIFO!
4. Data persediaan barang PD Yudistira Permata pada bulan mei mempunyai persediaan
sebagai berikut
1 april Persediaan awal 200 kg @ 12.500
3 april Pembelian 500 kg @ 14.000
6 april Pembelian 450 kg@ 15.000
8 april Pembelian 400 kg @ 16.000
12april Pembelian 300kg@ 16.500
16 april Pembelian 500 kg@ 15.000
Setelah diadakan inventarisasi secara fisik ternyata jumlah persediaan yang masih ada
digudang sebesar 1000 kg. hitunglah nilai akhir persediaan dengan metode Rata-Rata
Sederhana!
5. Dari data persediaan PD Yudistira diatas, hitunglah harga pokok penjualannya!
124
RANGKUMAN
Dalam dunia akuntansi, terdapat beberapa cara atau metode yang dapat digunakan untuk
menghitung persediaan barang pada sebuah perusahaan. Metode diantaranya yaitu FIFO
(First In First Out), LIFO (Last In First Out), Rata-rata (Average), dan Identifikasi Khusus.
Metode FIFO adalah metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan
dengan mengacu pada istilah First In First Out, yaitu melakukan perhitungan terhadap
persediaan yang pertama kali masuk ke perusahaan. Metode ini sejalan dengan alur arus fisik
yang mana sudah semestinya barang/ produk yang masuk paling awal, juga harus dikeluarkan
terlebih dahulu.
Selain metode FIFO, juga terdapat metode LIFO yang bisa digunakan proses pencatatan pada
perusahaan. LIFO atau singakatan dari Last In First Out ini, kebalikan dari FIFO. Metode
LIFO ini mengacu pada barang/ persediaan yang masuk terakhir di perusahaan, untuk keluar
yang pertama kali. Artinya produk pertama yang dijual, adalah unit persediaan yang terakhir
masuk ke perusahaan.
Metode rata-rata adalah salah satu metode penilaian harga persediaan barang berdasarkan
harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Metode rata-rata ada 3 jenis yaitu rata-rata
sederhana, rata-rata tertimbang, dan rata-rata bergerak.
Selain metode rata-rata, terdapat pula metode identifikasi khusus. Metode Identifikasi Khusus
membutuhkan pengidentifikasian persediaan barang satu per satu. Oleh karena itu metode ini
biasanya hanya diterapkan pada suatu perusahaan yang memiliki sedikit persediaan dengan
nilai jual yang tinggi dan dapat dibedakan antara barang satu dan lainnya.KUNCI
125
“Perbaikilah dirimu sendiri, niscaya orang lain akan baik padamu”
126
BAB 10
Menganalisis Harga Pokok Produksi PeRusahaan Manufaktur
Tujuan Pembelajaran
3.10 Menganalisis harga pokok produksi perusahaan manufaktur
4.10 Menyusun harga pokok produksi perusahaan manufaktur
A. Pengertian Harga Pokok Produksi
Menurut Susilawati (2009) harga pokok produksi adalah akumulasi biaya yang
dibebankan ke produk atau jasa. Pengertian lain disampaikan oleh Supriyono (2013) yang
mendefinisikan harga pokok produksi adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan
uang dalam bentuk kas yang dibayarkan, atau nilai aktiva lainnya yag dapat diserahkan
atau dikorbankan, atau jasa yang diserahkan atau dikorbanan, atau hutang yang timbul
atau tambahan modal dalam rangka pemilikan barang atau jasa yang diperlukan
perusahaan, baik dari masalalu (harga perolehan yang telah terjadi) ataupun pada masa
yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). Berdasarkan pngertian tersebut,
dapat disimpulkan, secara umum harga pokok produksi adalah akumulasi dari biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk yang kemudian dibebankan pada
produk tersebut.
B. Pengertian Perusahaan Manufaktur
Pengertian manufaktur dalam sudut pandang bidang ekonomi merupakan sebuah proses
perubahan sebuah bahan mentah menjadi bentuk yang memiliki nilai tambah melalui satu
atau lebih dari proses perakitan. Maka hasil akhir dari yang diharapkan adalah terciptanya
produk yang memiliki daya nilai jual. Manufaktur sendiri terdapat beberapa tahap
pengerjaan dan setiap tahapan operasi tersebut membuat bahan mentah lebih dekat ke arah
bentuk akhir. Pengertian perusahaan manufaktur merupakan sebuah badan usaha yang
mengubah dari mentah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi yang memiliki
tingkat nilai jual. Dalam proses penggarapannya, perusahaan manufaktur mengelola
peralatan, mesin, serta tenaga kerja dalam satu medium. Seluruh proses juga tahapan yang
dilakukan dalam kegiatan manufaktur ini mengarah pada Standar Operasional Prosedur
atau dikenal dengan SOP yang dimiliki oleh masing-masing satuan kerja. Di Indonesia
sendiri, perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur sudah biasa disebut dengan
pabrik. Dalam istilah bahasa inggris, pabrik berarti dengan factory yang merujuk pada
keterangan lokasi atau tempat. Pabrik atau factory ini digunakan sebagai penyebutan
tempat yang digunakan untuk sebuah proses pabrikasi atau manufacturing.
C. Unsur Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2001), elemen-elemen yang membentuk Harga Pokok Produksi dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan besar yakni Biaya Bahan Baku (BBB), Biaya
Tenaga Kerja Langsung (BTKL), dan Biaya Overhead Pabrik (BOP). Berikut akan
dijelaskan lebih lanjut terkait ketiga biaya tersebut.
1. Biaya Bahan Baku (RAW Material Cost)
Bahan baku merupakan bahan yang digunakan dan menjadi bagian dari produk jadi.
Biaya ini mudah ditelusuri ke tiap unit barang yang dihasilkan atau ke suatu tahapan
127
produksi. Oleh karena itu, biaya bahan baku dibebankan secara langsung ke satuan
hasil produk yang diproduksi atau ke proses produksi (Supriyono, 1999). Contoh, pada
industry meubel, bahan bakunya adalah kayu, kayu di sini menjadi komponen utama
dalam industri meubel karena tanpa keberadaannya maka proses produksi barang tidak
bisa dilakukan. Itulah sebabnya, kayu sebagai Biaya Bahan Baku (BBB) dalam industry
meubel.
Berikut ini cara menentukan biaya bahan baku dalam proses produksi.
Persediaan bahan baku awal xxx xxx
Pembelian bahan baku xxx
Biaya angkut pembelian xxx xxx +
Retur pembelian bahan baku (xxx) xxx
Potongan pembelian bahan baku
Pembelian bersih xxx
Bahan baku siap diproses xxx
Persediaan bahan baku akhir
_
Pemakaian bahan baku/biaya bahan baku
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses mengubah bahan menjadi
produk jadi disebut Tenaga Kerja Langsung. Biaya tenaga kerja langsung bisa dengan
mudah dihubungkan atau dibebankan pada satuan hasil atau proses tertentu yang
dikerjakan oleh tenaga kerja tersebut. Dalam akuntansi perusahaan manufaktur, tenaga
kerja langsung harus dibedakan dengan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja tidak
langsung digunakan dalam proses produksi tetapi tidak bisa dihubungkan atau
diterapkan pada unit atau proses tertentu dan biaya ini digolongkan sebagai biaya
overhead pabrik (Sunarto, 2003). Contoh, pada industry meubel, maka, tenaga kerja
langsungnya adalah tukang kayu, sebab ia yang mengolah kayu tersebut dari mulai
proses produksi hingga kayu tersebut menjadi satu produk jadi.
3. Biaya Overhead Pabrik (factory overhead)
Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga
kerja langsung. Biaya-biaya ini disebut juga biaya produksi tak langsung. Dalam biaya
overhead pabrik tidak termasuk biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum,
karena biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum tidak timbul dalam proses
produksi. Biaya-biaya tersebut bisa disebut biaya overhead penjualan dan umum, tapi
bukan overhead. Karena biaya ini diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan
secara langsung dari laba bruto untuk menghasilkan laba bersih usaha. Segala jenis
biaya produksi tidak langsung dicatat dalam berbagai rekening overhead pabrik yang
128
jumlah maupun namanya bisa berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan
perusahan yang lainya. Pemilihan nama rekening dan jumlah rekening yang disediakan
tergantung pada sifat perusahaan dan informasi yang diinginkan perusahaan
(Sulastianingsih dan Zulkifli, 1999).
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik di antaranya sebagai berikut.
1) Biaya tenaga kerja tidak langsung (BTKL), seperti gaji pengawas, mandor, mekanik,
bagian reparasi, dan lain-lain.
2) Biaya bahan penolong, yaitu macam-macam bahan yang digunakan dalam proses
pengolahan, tetapi kuantitasnyasangat kecil dan tidak dapat ditelusuri keberadaannya
pada barang jadi.
3) Biaya penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin, biaya asuransi pabrik,
dan lain-lain.
C. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi dibedakan menjadi dua, yaitu penentuan harga
pokok produksi berdasarkan metode harga pokok pesanan dan penentuan harga pokok
produksi berdasarkan harga pokok proses. Terdapat dua cara penghitungan di masing-
masing metode. Berdasarkan harga pokok pesanan terdapat penghitungan untuk produk
yang diolah melalui satu departemen dan produk yang diolah melalui lebih dari satu
departemen. Selanjutnya, berdasarkan harga pokok proses juga terdapat penghitungan
produk yang diolah melalui satu departemen dan produk yang diolah melalui lebih dari
satu departemen.
1. Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Metode Harga Pokok Pesanan (1
Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi)
a. Karakteristik Produksi Berdasarkan Pesanan
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melakukan proses produksinya
jika ada pesanan dari pelanggan. Karakteristik perusahaan yang berproduksi secara
pesanan adalah:
1) Proses pengolahan produk tergantung oleh ada tidaknya pesanan. Artinya, jika
ada pesanan masuk, maka produksi akan dilakukan, jika tidak ada pesanan masuk
maka untuk sementara proses produksi dihentikan.
2) Produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pemesan. Oleh karena itu,
produk yang dihasilkan pun bisa berbeda sesuai dengan permintaan pemesan.
3) Proses produksi yang dilakukan bukan untuk memenuhi persediaan barang jadi
digudang, tetapi untuk memenuhi pesanan dari pelanggan.
Contoh perusahaan manufaktur yang memproduksi berdasarkan pesanan
misalnya: perusahaan makanan/cathering dan percetakan.
b. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
1) Setiap jenis produk dihitung harga pokok produksi secara individual
2) Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya produksi langsung (direct cost) dan
biaya produksi tak langsung (indirect cost).
129
3) Biaya produksi langsung terdiri atas: Biaya Bahan Baku (BBB) dan Biaya Tenaga
Kerja Langsung (BTKL), sedangkan biaya produksi tidak langsung adalah Biaya
Overhead Pabrik (BOP).
4) Biaya produksi langsung dihitung berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,
sedangkan biaya produksi tak langsung dihitung berdasarkan tariff yang
ditentukan di muka.
5) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi
c. Pencatatan Transaksi Jurnal Umum (Produk Diolah Melalui 1 Departemen
Produksi)
1) Pembelian bahan baku (raw material)
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
Persediaan bahan baku xxx
Kas/utang usaha xxx
2) Pembelian bahan penolong (indirect material)
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
xxx
Persediaan bahan penolong xxx
Kas/utang usaha
3) Pemakaian bahan baku untuk proses produksi
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
xxx
BDP-BBB xxx
Persediaan bahan baku
4) Pemakaian bahan penolong untuk proses produksi
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
xxx
BOP sesungguhnya xxx
Persediaan bahan
penolong
5) Terjadinya beban gaji dan upah Ref Debet Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx
Beban gaji dan upah
130
Utang gaji dan upah xxx
6) Distribusi beban gaji dan upah Ref Debet Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx xxx
BDP-BTKL xxx
BOP sesungguhnya xxx
Beban pemasaran xxx
Beban adm dan umum
Beban gaji dan upah
7) Pembayaran utang gaji dan upah Ref Debet Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx xxx
Utang gaji dan upah
Kas
8) Pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) kepada produk. Jumlahnya
berdasarkan taksiran/beban yang ditentukan di muka.
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
BDP-BOP xxx
BOP dibebankan xxx
9) BOP yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
BOP sesungguhnya xxx xxx
xxx
Utang biaya xxx
xxx
Akumulasi depresiasi xxx
Asuransi dibayar di muka
Kas
Rekening kredit lainnya
10) Produk jadi yang dipindah dari departemen produksi ke gudang barang jadi
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
131
Persediaan produk jadi xxx
BDP-BBB xxx
xxx
BDP-BTKL xxx
BDP-BOP Kredit
11) Penjualan produk jadi atau penyerahan barang kepada pemesan xxx
Tgl. Nama Rekening Ref Debet
Kas xxx
Penjualan
(dicatat sebesar harga jual)
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi xxx
(dicatat sebesar harga pokok)
Jurnal berikut disusun pada saat akhir periode:
12) Persediaan produk dalam proses (produk yang belum selesai sampai periode
akuntansi telah berakhir)
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
Persediaan produk dalam proses xxx
BDP-BBB xxx
BDP-BTKL xxx
BDP-BOP xxx
13) Penutupan rekening BOP dibebankan ke rekening BOP sesungguhnya
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
BOP dibebankan xxx
BOP sesungguhnya xxx
14) Pengakuan selisih BOP
Selisih yang menguntungkan (favorable variance) = jika BOP sesungguhnya
lebih kecil dibandingkan dengan BOP dibebankan
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
132
BOP sesungguhnya xxx
Selisih BOP xxx
Selisih tidak menguntungkan (unfavorable variance) = jika BOP sesungguhnya
lebih kecil dibandingkan dengan BOP dibebankan.
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
Selisih BOP xxx
BOP sesungguhnya xxx
2. Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Metode Harga Pokok Pesanan
(Produk Diolah Melalui Lebih dari Satu Departemen)
a. Pencatatan Transaksi Jurnal Umum (Produk Diolah Melalui Lebih dari Satu
Departemen)
Perbedaan pencatatan jurnal umum antara produk yang diolah melalui satu
departemen dengan dua departemen adalah rekening yang digunakan untuk
menampung semua biaya produksi departemen 1 yang akan dilanjutkan di
departemen 2 adalah “BDP-BBB departemen 2” atau Harga Pokok dari departemen
1” atau “Transfer departemen 1 ke departemen 2”.
1. Pemakaian bahan baku untuk proses produksi departemen 1
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
xxx
BDP-BBB Dept 1 xxx
Persediaan Bahan Baku
2. Pemakaian bahan penolong untuk proses produksi
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
xxx
BOP sesungguhnya Dept 1 xxx
Persediaan bahan
penolong
3. Terjadinya beban gaji dan upah Ref Debet Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx xxx
Beban gaji dan upah
Utang gaji dan upah
133
4. Distribusi beban gaji dan upah Ref Debet Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx xxx
BDP-BTKL Dept 1 xxx
BDP-BTKL Dept 2 xxx
BOP sesungguhnya Dept 1 xxx
BOP sesungguhnya Dept 2 xxx
Beban pemasaran xxx
Beban adm dan umum
Beban gaji dan upah
5. Pembayaran utang gaji dan upah Ref Debet Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx xxx
Utang gaji dan upah
Kas
6. Pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) departemen 1 kepada produk.
Jumlahnya berdasarkan taksiran/beban yang ditentukan di muka.
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
BDP-BOP Dept 1 xxx xxx
BOP dibebankan Kredit
7. Produk jadi departemen 1 dipindah ke departemen 2 xxx
Tgl. Nama Rekening Ref Debet
BDP-BBB Dept 1 xxx
BDP-BBB Dept 1 xxx
BDP-BTKL Dept 1 xxx
BDP-BOP Dept 1
8. Pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) deapartemen 2 kepada produk.
Jumlahnya berdasarkan taksiran/beban yang ditentukan di muka.
134
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
BDP-BOP Dept. 2 xxx xxx
BOP dibebankan Kredit
9. BOP yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi xxx
Tgl. Nama Rekening Ref Debet
BOP sesungguhnya xxx
Utang beban xxx
Akumulasi depresiasi xxx
Asuransi diabayar dmk xxx
Kas xxx
……(rek kredit lainnya)
10. Produk jadi yang dipindah dari departemen 1 ke gudang barang jadi
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
Persediaan produk jadi xxx
BDP-BBB Dept 2 xxx
BDP-BTKL Dept 2 xxx
BDP-BOP Dept 2 xxx
11. Penjualan produk jadi atau penyerahan barang kepada pemesan
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
xxx
Kas xxx
xxx
Penjualan
(dicatat sebesar harga jual)
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi
(Dicatat sebesar harga pokok)
135
Jurnal berikut disusun pada saat akhir periode:
12. Produk dalam proses (produk yang belum selesai sampai periode akuntansi telah
berakhir) departemen 1
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
Persediaan PDP Dept 1 xxx
BDP-BBB Dept 1 xxx
BDP-BTKL Dept 1 xxx
BDP-BOP Dept 1 xxx
13. Persediaan produk dalam proses (produk yang belum selesai sampai periode
akuntansi telah berakhir) departemen 2
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
Persediaan produk dalam proses xxx
BDP-BBB Dept 2 xxx
BDP-BTKL Dept 2 xxx
BDP-BOP Dept 2 xxx
14. Penutupan rekening BOP dibebankan ke rekening BOP sesungguhnya
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
BOP dibebankan xxx
BOP sesungguhnya xxx
15. Pengakuan selisih BOP
Selisih menguntungkan (favorable variance) = Jika BOP sesungguhnya lebih
kecil dibandingkan dengan BOP dibebankan
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
BOP sesungguhnya xxx
Selisih BOP xxx
16. Selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) = jika BOP
sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan BOP dibebankan.
136
Tgl. Nama Rekening Ref Debet Kredit
Selisih BOP xxx xxx
BOP sesungguhnya
3. Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Metode Harga Pokok Proses
(Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi) –
A. Pengantar
Berdasarkan sifat produksinya, perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Perusahaan yang memproduksi barang/ jasa secara pesanan
2. Perusahaan yang memproduksi barang/ jasa secara seragam (large quantities of
homogeneous goods).
B. Produksi Berdasarkan Proses
Karakteristik perusahaan berdasarkan proses (Mulyadi, 2009) :
1. Produk yag dihasilkan adalah produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan sama
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi
rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Contoh perusahaan yang memproduksi barang berdasarkan proses yaitu
perusahaan semen, perusahaan detergen, perusahaan minuman ringan, dan lain-
lain.
Contoh perusahaan yang memproduksi jasa secara proses yaitu perusahaan jasa
angkutan bus malam kelas eksekutif yang melayani jurusan atau arah Semarang-
Jakarta, yang dimana perusahaan itu mendapatkan tarif yang sama untuk semua
penumpang.
C. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Karakteristik metode harga pokok proses yang digunakan dalam perusahan yang
produksinya massa dan seragam (Mulyadi, 2009) :
1. Biaya produksi ditentukan per departemen dan per periode akuntansi
2. Metode harga pokok proses dihitung dari harga pokok produksi per santuan
dengan cara total biaya produksi yang dikeluarga selaa periode akuntansi dibagi
dengan jumlah produk yang dihasilkan selama periode akuntansi yang
bersangkutan.
3. Penggolongan biaya produksi menjadi biaya produksi langsung dan biaya
produksi tak langsung umumnya tidak dilakukan
4. Jenis biaya produksi terdiri atas : biaya bahan baku (BBB), biaya bahan penolong
(jika ada). Biaya tenaga kerja (BTK), dan biaya overhead pabrik (BOP).
5. semua biaya dibebankan pada poduk sebesar angka yang sesungguhnya terjadi.
137
D. Pencatatan Transaksi (Kasus I: Produk diolah melalui 1 departemen
produksi)
1. Pembelian bahan baku (raw material)
Tgl. Nama Ref Debit Kredit
Rekening
Kas/ utang --- xxx
usaha Kredit
2. Pembelian bahan penolong (indirect material)
Tgl. Nama Ref Debit
Rekening
Kas/ utang --- xxx
usaha Debit Kredit
3. Pemakaian bahan baku untuk proses produksi
Tgl. Nama Ref
Rekening
Persediaan --- xxx
bahan baku
Kredit
4. Pemakaian bahan penolong untuk proses produksi (jika ada) ---
xxx
Tgl. Nama Rekening Ref Debit
BDP-BBP xxx
Persediaan bahan baku ---
5. Terjadinya beban gaji dan upah Ref Debit Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx ---
--- xxx
Beban gaji dan upah
Utang gaji dan upah
6. Distribusi beban gaji dan upah Ref Debit Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx ---
xxx ---
BDP-BTK
Beban pemasaran
138
Beban adm dan umum xxx ---
Beban gaji dan upah --- xxx
7. Pembayaran utang gaji dan upah Ref Debit Kredit
Tgl. Nama Rekening xxx ---
--- xxx
Utang gaji dan upah
Kas
8. Pemakaian BOP untuk produksi
Tgl. Nama Rekening Ref Debit Kredit
xxx ---
BDP-BOP --- xxx
BOP sesungguhnya
9. BOP yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi
Tgl. Nama Rekening Ref Debit Kredit
BOP sesungguhnya xxx ---
Utang biaya --- xxx
Akumulasi depresiasi --- xxx
Asuransi dibayar --- xxx
Kas --- xxx
…(Rek kredit --- xxx
lainnya
10. Produk jadi yang dipindah dari departemen produksi ke gudang barang jadi
Tgl. Nama Rekening Ref Debit Kredit
Persediaan produk jadi xxx ---
BDP-BBB --- Xxx
BDP-BBP --- Xxx
BDP-BTK --- Xxx
BDP-BOP --- Xxx
11. Penjualan produk jadi
Tgl. Nama Rekening Ref Debit Kredit
139