Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | i
LASKAR SANTRI
SENI BUDAYA GONTOR
RR. PK0229-01-2018
Penulis : Dr. Ade Tutty R.Rosa, M. MPd.
Editor : Asep Budiman Kusdinat, St, MT.
Desainer sampul Atrrosa &Taty Trisnawati.R
Layout Dzakyyudin, Spd,MMpd.
Diterbitkan Oleh CV Publishing
Sukawening Ciwidey Bandung
Tlp. 0561922231
E-mail : BR.Publisingciwidey @ Email .com
Anggota Ikapi
Cetakan Permana April 2018
HKI. EC000201801571/000100786
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang pada Penulis
ISBN . 978-602-51715-3-6
Dicetak Oleh CV :BR Publishing Sukawening Ciwidey Bandung
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | ii
LASKAR SANTRI ( SENI BUDAYA ) GONTOR
Copyright@ rosaatrxnov
Penulis : Dr. Ade Tutty R. Rosa, M.MPd
Buku ini didekasikan untuk Umum dan
Pengembangan Manajemen Pendidikan
di Sekolah Pasca Sarjana (SPs) –UNINUS)
Bandung 2018
Poduk Hak Cipta ssesuai dengan Pasal 72
Undang-Undang No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
No . EC00201801571/000100786
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tampa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Milyar
Rupiah)
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkn , memamerkan, mengedarkan, atau memnjual
kepada umum ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan Pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan /atau denda palaing banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta
rupiah )
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | iii
LASKAR SANTRI GONTOR
MANAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU, SENI
DAN BUDAYA ISLAM )
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirot Allah SWT, karena dengan berkah dan
rakhmat-NYA, penulis dapat menyelesaikan Buku Laskar santri Gontor yang merupakan
Pengembangan dari hasil Pengkajian Riset tentang ” Model Teori Blue Ocean Strategy Dalam
mamjemen Pendidikan (Ilmu, Seni dan Budaya Islam )terhadap Pribadi Manusia Muslim di PPMD
Gontor Jawa Timur . Dan akan ditelaah dan dikaji melalui suatu konsep agar ada dinamika
keterkaitan secara kontinyu dan keseimbangan yang kokoh yang merupakan Driving Force bagi
Manajerial pendidikan tersebut. Dengan demikian penulis mengembangkannya dengan Pengkajian
hasil Riset lanjutan melalui“Telaah Teori Spectrum Spiral Dynamic System Dalam Manajemen
Pendidikan (Ilmu Seni dan Budaya Islam) Sebagai Pengembangan Teori Blue Ocean Strategy. (Studi
Discovery , Research & Development di Pompes Moderen Gontor)”. yang bertujuan untuk Menelaah
hasil Pengkajian Riset terdahulu melalui suatu Konsep Analysis Spectrum Dynamic , untuk
menemukan, Memformulasikan dan mendesain menajerial pendidikan (ilmu, Seni dan budaya
Islam ) lebih mendalam merupakan Model dan rekayasa social, serta sebagai pengkajian,
pengembangandan penerapan Iptek khususnya di Pondok Pesantren Moderen Gontor se rta
menggali aspek-aspek yang berkaitan dengan Kegiatan Ektrakorikuler / Exshool di PPMD Gontor
agar mampu mendongkak lebih mendalam berdasarkan diagnosis atau identifikasi sesuai
kebutuhan pelaksanaannya Manajemen Pendidikan (Ilmu Seni dan Budaya ) tersebut.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | iv
Karena dengan pengembangan ilmu seni dan budaya islam bagi manusia muslim , merupakan
Pandangan Hidup Islam secara perlahan-lahan termanifestasikan ke dalam kegiatan-kegiatan
intelektual dan keilmuan. Diakui secara umum bahwa pengetahuan/ Ilmu , Seni dan Kebudayaan
merupakan unsur penting dalam proses pembangunan atau keberlanjutan suatu bangsa.
Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih baik sehingga pembangunan karakter
manusia menjadi suatu intervensi terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan alam fisik, maupun
lingkungan sosial budaya. Dengan demikian Manusia dilengkapi fitrah Allah (Qs. Al-Rum (30):30),
berupa pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat yang dapat dikembangkan. Secara
ontologism, manusia memiliki potensi jasmaniyah, nafsiyah yang mengandung dimensi (al-nafsu)
,(al-aqa1),(al-qalbu), dan ruhiyah yang memancar dari dimensi (al-ruh) dan (al-fithrah),
sehingga ia siap mengadakan hubungan vertikal yang disebut (habl min Allah) sebagai manifestasi dari
sikap teosentris manusia yang mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia memiliki berbagai tuntutan
dan kebutuhan untuk dapat hereksistensi dalam persaingan kehidupannya. Oleh karena itu
manusia. dikaruniai kemampuan berpikir untuk mengkaji, meneliti, menemukan dan
mengungkap ketentuan-ketentuan atau rahasia-rahasia yang tersimpan dalam ilmu Tuhan, dan
menggunakannya untuk kemaslahatan manusia.. Disinilah PMDG telah membuktikan sebagai
lembaga pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah dan thalab-alilmi, serta
menjadi sumber ilmu pengetahuan Islam, bahasa Al-Quran dan ilmu pengetahuan umum dengan tetap
berjiwa pesantren, dimana telah mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang
menuju terbentuknya ulama yang intelek. Mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT .Boarding School SystemPondok Pesantren adalah
sistem pendidikan berasrama di mana tri pusat pendidikan menjadi satu kesatuan yang terpadu.
Sekolah, keluarga, dan masyarakat berada dalam satu lingkungan sehingga lebih memungkinkan
dalam menciptakan suasana yang kondusif dan memungkinkan untuk terjadinya integrasi antara
iman, ilmu, dan amal, antara teori dan praktek dalam satu kesatuan.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | v
UCAPAN TERIMAKASIH
Buku ini Tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penghargaan yang setinggi-tingginya serta
terimakasih dari lubuk yang paling dalam penulis ucapkan kepada :
1. Dirjen Dikti Kemenristek yang telah memberikan Hibah PENDANAAN dalam untuk Riset ini
2. DIPA kopertis wilayah IV Jabar-Banten Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada masyarakat
Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset , Teknologi dan
Pendidikan Tinggi yang telah membiayai dan memberi kesempatan pada tim riset untuk lebih
mempertanggung jawabkan tugas profesional peneliti sebagai dosen .
3. Bapak. Dr. H. Suhendra Yusuf., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Nusantara Bandung
4. Bapak Dr. H. Ibrahim Danuwikarsa, Ir, M.S., selaku Ketua beserta Jajarannya di Lembaga
Riset dan Pengabdian Pada Masyarakat (LRPM) Universitas Islam Nusantara Bandung yang
telah memberi kebijakan dalam Riset ini .
5. Bapak Direktur Sekolah Pasca Sarjana (Prof. Dr, H. Sanusi dan Bapak Prof Dr. H. Sutaryat )
beserta jajrannya, Stap Tu dan jajarannya , teman Sejawat di SPs Uninus Bandung yang telah
mendukung Tim Riset ini.
6. Khusus kepada fihak Gontor terkait Mohon maaf yang terdalam bila dalam perjalanan riset dan
hasil riset yang ditulis dalam buku laskar santri ini sangat banyak kekurangan atau yang kurang
berkenan dalam berbagai hal mengingat dalam penulisan buku ini merupakan usaha rintisan
yang masih mungkin mempunyai banyak kelemahan dan terbuka peluang untuk penyempurnaan
Untuk itu kami ucapkan terima kasih sekiranya terdapat kritik konstruktif untuk penyempurnaan
buku ini lebih lanjut.
7. Para Kiai Pimpinan ,Selaku Sesepuh, Pendiri Wakap Pondok Pesantren Modern (PPM) Gontor
dan seluruh Pemengku jabatannya, yang telah memberi izin kami untuk mengunjugi Dan
mengadakan Riset di PonPes Modern Gontor.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | vi
8. Staf dan Pinpinan Pengasuh beserta jajarannya di Pondok Pesantren Modern Gontor Pusat I
dan 2 Putra Ponorogo Jawa Timur , PPMD Gontor Putra 3 Darur Marifat Kandangan Kediri
dan PPMD Gontor Putri 5 Bobosan Kediri Jatim dan PPMD Gontor Putri 1 dan2 Putri Mantingan
Ngawi yang telah menerima kami (Tim Riset) dalam pengumpulaan data dengan sangat bijak.
9. Staf Pengasuh (Bapak Ust Furqon Syafizal,S.Th.I dan Pinpinan Pengasuh (Bapak Ust.Drs. H.
Hariyanto AbdulJalal), beserta jajarannya serta para santrinya di Pondok Pesantren Modern
Gontor Putra 3 Darul Mari,fat Gurah Kediri Jatim , yang telah menerima kami (Tim Riset)
Bandung disambut dengan sangat baik, sangat bijak, penuh kesabaran dan kewibawaandan
kesalehan memberikan banyak informasi yang sangat bermamfaat dengan apa yang kami
butuhkan sehingga selama kami di Pondok sangat nyaman dan betah selama kami dalam
pengumpulan data.
10. Bapak Pimpinan Pengasuh (Bapak Ust Hamim ,S.Th.I dan Stap Pengasuh juga sebagai Ustadah
, beserta jajarannya serta para santriwatinya di Pondok Pesantren Modern Gontor Putri 5
Kandangan kediri jatim yang telah menerima kami (Tim Riset dari SPs Uninus ) Bandung
disambut dengan sangat baik, sangat bijak, memberikan banyak informasi yang sangat
bermamfaat dengan apa yang kami butuhkan sehingga selama kami di Pondok sangat nyaman
dan betah dalam pengumpulan data.
11. Teman sejawat yg telah membantu dalam tekhnis maupun administrasi dalam terselesainya
buku ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalamm penulisan dan
penelitian ini, insya Allah dapat diperbaiki dengan memperhatikan saran dan kritik yang
bermamfaat untuk kesempurnaan dalam tulisan ini dan kelanjutannya. Trimakasih semoga amal
baik semua diberi kesempurnaan dalam segala hal.Aamiin Yra.
Bandung, Mei 2018
Penulis
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | vii
DAFTAR ISI
PRAKARTA...................................................................................................................................... i
UCAPAN TTERIMAKASIH .............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI v
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………. x
BAB. I MENGENAL PESANTREN DI MASYARAKAT 1
BAB. II MENGENAL LEBIH KOMPREHENSIF PENDIDIKAN ILMU, SENI DAN BUDAYA 21
ISLAM DI PONDOK PESANTREN MODEREN GONTOR………………………………….
A. PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN MODEREN GONTOR………………….. 22
B. MENAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU, SENI, BUDAYA DAN CITA KASIH ) DALAM 23
PENDIDIKAN ISLAM DI PONPES MODEREN GONTOR……………………………………..
C. BUDAYA MANAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU PENGETAHUAN / KNOWLEDGE, ART
AND CURTURE KAITANNYA DENGAN TEORI BLUE OCEAN STRATEGY YANG
DIKEMBANGKAN MELALUI KONSEP ANALYSIS DYNAMICS SYSTEM PADA
PONDOK PESANTREN MODEREN GONTOR……………………………………………………… 35
D. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER (EXCHOOL) DI PONDOK PESANTREN GONTOR
E. PENGARUH MANAJERIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER PARA SANTRI DI PMD GONTOR…………………………………… 44
F. PERENCANAAN STRATEGIC YANG DIPEROLEH DARI RISET PADA KONSEP
SPECTRUM DYNAMICS SYSTEM…………………………………………………………………….. 47
G. PONDOK GONTOR ADALAH MILIK SELURUH GOLONGAN YANG ADA DI
MASYAKARAT. ISLAM ADALAH AGAMA YANG TERBUKA DAN MENGHARGAI
KEPADA KEMAJEMUKAN……………………………………………………………………………….. 52
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | viii
BAB III PESANTREN MELEKAT KUAT DALAM SEJARAH BANGSA……………………………………… 57
BAB. IV GONTOR MERUPAKAN MINIATUR MASYARAKAT ISLAMI………………………… 72
BAB V LANDASAN PENGKAJIAN TEORI BLUE OCEAN STRATEGY DAN ANALYSIS
SPIRAL DYNAMIC DI PONDOK PESANTREN MODEREN GONTOR …………… 83
BAB VI A. LANDASAN.FILPSOPIS.................................................................................................. 83
B. LANDASAN TEOLOGIS……………………………………………………………………………………. 87
BAB VII C. LANDASAN KEILMUAN……………………………………………………………......................... 91
BAB VIII D. BLUE OCEAN STRATEGY DALAM PESPEKTIF ISLAM ………………………………….. 98
E. LANDASAN TEORY TENTANG SYSTEM NILAI DALAM SPECTRUM ANALYSIS 110
SPIRAL DYNAMICT SYSTEM……………………………………………...............................
113
F. TEORI SPECTRUM ANALYSIS SPIRAL DYNAMICT SYSTEM KAITANNYA
DENGAN MANJEMEN PENDIDIKAN (ILMU , SENI DAN BUDAYA ISLAM)………… 116
118
G. PENGEMBANGAN TEORI SPECTRUM ANALYSIS SPIRAL DYNAMIC DALAM
KEGIATAN EKTRAKURIKULER DI PONDOK PESANTREN MODEREN GONTOR.
H. KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN KEPENDIDIKAN........................
TUJUAN DAN MAMFAAT BELAJAR PADA PESANTREN ADALAH SEMATA- 123
MATA MERUPAKAN KEWAJIBAN DAN PENGABDIAN PADA TUHAN ……………
A TUJUAN DAN MAMFAAT PENDIDIKAN (ILMU, SENI DAN BUDAYA ISLAM ) DI 123
GONTOR ……………………………………………………………………………………………………………. 124
B. TUJUAN PONDOK MODERN GONTOR………………………………………………………………. 128
C. FUNGSI DAN MAMFAAT PENDIDIKAN DI PONDOK MODERN GONTOR …………… 130
D. SISTEM PENDIDIKAN PONDOK MODERN GONTOR………………………………………. 133
E. TUJUAN DAN MAMFAAT PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN GONTOR
135
SEJALAN DENGAN TUJUAN DAN MAMFAAT RISET…………………………………………
F. MAMFAAT RISET DALAM PROGRAM MENAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU , 138
142
SENI DAN BUDAYA ISLAM) DI GONTOR …………………………………………………. 148
G. TUJUAN PENDIDIKAN DI GONTOR KAITANNYA DENGAN ANALISYS SPIRAL 152
156
DYNAMICT ……………………………………………………………………………………………………
DESKRIPSI RISET PENULIS……………………………………………………………………….
KARAKTERISTIK MODEL RISET PENULIS……………………………………………………
A. PROSES MANAJEMEN………………………………………………………………………………….
B. KEABSAHAN TEMUAN HASIL RISET ………………………………………………………………
C. DATA DAN SUMBER DATA RISET PENULIS ………………………………………………….. 161
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | ix
BAB IX D. PERENCANAAN RISET MANAJEMEN PENDIDKAN (ILMU, SENI DAN BUDAYA) 162
BAB IX
DALAM BLUE OCEAN STRATEGY YANG DIKEMBANGKAN MELALUI ANALYSIS 166
166
SPIRAL DYNAMICS DI PONPES GONTOR……………………………………………………….
HASIL GAMBARAN TENTANG OBYEK YANG DIRISET (SENI BUDAYA
GONTOR)……………………………………………………………………………………………………
A. SEJaRAH SINGKAT TENTANG BERDIRINYA PONDOK PESANTREN GONTOR……..
B. PESANTREN KINI……………………………………………………………………………………………. 169
176
C. PONDOK PESANTREN YANG MEMILIKI PEMBAHARUAN DI BIDANG FURU’………….. 179
182
D. IDE TRIMURTI. …………………………………………………………………………………………………
188
E. PENYELENGGARA PENDIDIKAN…………………………………………………………………………… 191
F. GARIS BESAR PEMETAAN KURIKULUM DI PONDOK PESANTREN GONTOR DALAN
KEGIATAN EKTRAKURIKULER (EXSCHOOL) PADA BIDANG SENI DAN
KEBUDAYAAN ISLAM………………………………………………………………………………………….
G.PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN (KURIKULUM)…………………………………………………
H. PENANAMAN NILAI-NILAI PONDOK (LANDASAN YANG MENJADIKAN PODOK 194
PESANTREN GONTOR BERDIRI KOKOH )………………………………………………………… 201
I. PROGRAM PENGEMBANGAN PONDOK……………………………………………………………… 208
J. DESKRIPSI CONTOH PROFIL KEGIATAN EXCHOOL PONDOK PESANTREN 221
MODEREN GONTOR PUSAT PUTRA I MLARAK PONOROGO JAWA TIMUR……….
222
K. SAMAKAN LANGKAH, PENGASUHAN SANTRI ADAKAN KUMPUL KOORDINASI BAGI
KOORDINATOR SEKTOR-SEKTOR YANG ADA DI PM. GONTOR………………
L. SAMAKAN LANGKAH, PENGASUHAN SANTRI ADAKAN KUMPUL KOORDINASI BAGI
KOORDINATOR SEKTOR-SEKTOR YANG ADA DI PM. GONTOR……………………
M. KEGIATAN KMI DI GONTOR 3 DARUL MARIFAT…………………………………………….. 227
N. DESKRIPSI PROFIL PONDOK PESANTREN MODEREN GONTOR PUTRI 5
BOBOSAN KANDANGAN KEDIRI JAWA TIMUR………………………………………………… 230
O. PENGASUHAN SANTRIWATI di PPM GONTOR PUTRI 5…………………………………….. 231
P. DESKRIPSI PROFIL PONDOK PESANTREN MODEREN GONTOR PUTRI 1
MANTINGAN GONTOR PUTRI 1 NGAWI JATIM ………………………………………….. ……… 242
Q. PEMBAHASAN HASIL RISET TEORITIS DAN INTEGRITY (REORGANISASI KEGIATAN 256
EXSCHOOL MANAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU, SENI DAN BUDAYA ISLAM BERBASIS 262
INTEGRASI INTERKONEKTIF)………………………………………………………………………………..
TREND KE DEPAN MANAJEMEN PENDIDIKAN SENI BUDAYA ISLAM……………………
A. LANGKAH-LANGKAH ANTISIPATIF……………………………………………………………….. 264
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | x
B. TATA KELOLA KEGIATAN EXSCHOOL PENDIDIKAN SENI BUDAYA ISLAM 267
DALAM PERSPELTIF SPEKTRUM SPIRAL DYNAMICS DAN BLUE OCEAN 271
STRATEGY DI PP MODERN GONTOR UNTUK PENDIDIKAN ISLAM 272
LAINNYA…………………………………………………………………………………………………..…
C. TINDAK LANJUT PADA PENGEMBANGAN RISET…………………………………………….
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DALAM TELAAH MODEL GONTOR …………
E. TELAAH MANAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU, SENI DAN BUDAYA ISLAM) MELALUI 273
KONSEP SPECTRUM ANALYSIS DYNAMICS SYSTEM DALAM PENANAMAN
NILAI-NILAI PONDOK PESANTREN MODEREN DARUSSALAM GONTOR…………. 292
300
F. TELAAH PEMETAAN KURIKULUM DI PONPES GONTOR DALAN KEGIATAN 303
EKTRAKURIKULER (EXSCHOOL) PADA MANAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU, SENI 306
DAN BUDAYA) MELALUI PENGEMBANGAN SPECTRUM ANALYSIS SPIRAL
DYNAMICS………………………………………………………………………………………………………
G. TELAAH MANAJEMEN PENANAMAN NILAI-NILAI PONDOK DALAM KONSEP
SPECTRUS SPIRAL DYNAMICS SYSTEM (LANDASAN YANG MENJADIKAN
PODOK PESANTREN GONTOR BERDIRI KOKOH………………………………………………
H. MANAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU, SENI DAN BUDAYA ISLAM) DALAM PROGRAM
PENGEMBANGAN PONDOK MELALUI ANALYSIS SPECTRUM SPIRAL DYNAMICS
I. PENJABARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA MANAJEMEN
PENDIDIKAN (ILMU, SENI DAN BUDAYA ISLAM )MENURUT TEORI BLUE OCEAN
STRATEGY YANG DIKEMBANGKAN MELALUI ANAYSIS SPECTRUM DYNAMIC……
BAB XI MENANAM KURMA DI LASKAR SANTRI GONTOR DALAM MANAJEMEN
PENDIDIKAN (ILMU,SENI DAN BUDAYA ISLAM) ………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | xi
DAFTAR GAMBAR
1 GAMBAR 2.2 PENDIRI PESANTREN GONTOR………………………………………………………………… 26
2 GAMBAR 2.3 & 2.4 TIM RISET DENGAN PARA SANTRI DALAM KEGIATAN 42
EKTRAKURIKULER…………………………………………………………………………………………………………..
3 GB.4.1. REORGANISASI KEPRIBADIAN MANUSIA MUSLIM DALAM INTEGRASI 81
INTERKONEKTIF………………………………………………………………………………………………………………
4 GAMBAR 5.1. TATAKELOLA SPIRAL DYNAMICS INTEGRAL…………………………………….. 95
5 GAMBAR 5.2 : TATA KELOLA PENDIDIKAN ISLAM DALARN PERSPEKTIF INTEGRAL SPIRAL
DYNAMIC………………………………………………………………………………………………………………………… 98
6 GAMBAR 7.1 REORGANISASI KEPRIBADIAN MANUSIA MUSLIM DALAM INTEGRASI
INTERKONEKTIF…………………………………………………………………………………………………………………. 144
7 GAMBAR . 9.1. PARA PEMANGKU JABATAN GONTOR……………………………………………………… 170
8 GAMBAR 9.2 STRUKTUR OGANISASI PONPES GONTOR………………………………………………… 183
9 GAMBAR 9.3 DOCUMEN KEGIATAN EXCHOOL THUN 2016 DI GONTOR PUSAT 1 PUTRA
POPOROGOJATIM……………………………………………………………………………………………………… 218
10 GAMBAR . 9.4 KEGIATAN EXCHOOL THUN 2017 DI GONTOR PUSAT 1 PUTRA POPOROGO
JATIM……………………………………………………………………………………………………………………………. 219
11 GAMBAR 9.5 MASJID JAMI’ GONTOR KAMPUS 3………………………………............................... 221
12 GAMBAR 9.6 TIM RISET WAWANCARA DENGAN PEMANGKU JABATAN PENGSUH
GONTOR 3………………………………………………………………………......................................................... 225
13 GAMBAR 9.7 KEGIATAN EXCHOOL DI PMDG PUTRA 3 SUMBERCANGKRING GURAH
KEDIRI JATIM……………………………………………………………………………………………………………………. 230
DAFTAR TABEL
1 TABEL 5.1 PERBEDAAN ANTARA BLUE OCEAN DAN RED OCEAN……………………………............ 98
2 TABEL 6.1 KONSEP PENDIDIKAN LIBERAL DAN MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN
DAN DI PONDOK PESANTREN GONTOR……………………………………………………………………………… 125
3 TABEL. 9. 2 KETERANGAN DENAH PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR
KAMPUS 3, DARUL MA'RIF SUMBCRCANGKRING, GURAH, KEDIRI JAWA TIMUR………… 224
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | xii
LASKAR SANTRI
SENI BUDAYA GONTOR
PENDAHULUAN
Isi Buku Ini muncul dari proses ketidakpuasan selama 2 tahun bersama dengan apa
yang diajarkan dalam area manajemen pendidikan dan karakteristik budaya seni dan ilmu dalam
khasanah Islam pada manusia muslim yang tumbuh dalam kehidupan para santri di Pondok
Pesantren Moderen Gontor. Bukan sekedar yang Penulis yakini kenapa harus para santri Pondok
Pesantren Moderen Gontor , bahwa ada suatu tertentu yang tidak percaya yang kami temukan
sekadar bahwa itu tidak cukup. Penulis menemukan bahwa kenyataan kehidupan dalam dunia
pendidikan maupun kependidikan tidak cukup diwakili oleh Teori dan pendekatan manajerian actual.
Kenyataan dan teori tampak tidak cukup seiring dan hal ini tampak terganggu. Penulis mendapatkan
kesan bahwa hal-hal yang dipermasalahkan , baik secara individu maupun secara organisasional ,
tidaklah seteratur dan semetodis seperti tulisan yang tampak dinyatakan secara tidak langsung.
Penulis merasa bahwa dunia pendidikan khususnya terkit dengan Ilmu, Seni dan Budaya Islam telah
mendapatkan dunianya sendiri menjadi jepitan ganda menulis secara rapi tentang manajemen
pendidikan tersebut, karena menarik dan juga mempunyai daya jual , dan kemudian menjadi depresi
bahwa manusia muslim yang tidak simetris tetapi efektif dalam hidup dan kehidupannya sebenarnya
tidak dapat bersinergi dan berkembang dalam kerapian yang ideal yang telah ditentukan.
Buku ini akan mengupas juga sebagain Manajerial Pendidikan terkait dengan Ilmu, Budaya
dan Seni Islam untuk masa depan , sebagian dari hasil Riset klasik wawancara sebagai ilustrasi
pendekatan bukan sebagai contoh untuk membuat hasil seactual mungkin, untuk membangun
pendapat dari serangkaian pandangan sekilas, potongan-potongan bukti parsial,dan beberapa
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | xiii
dugaan dalam ketidak pastian dan ketidakmenentuan, sebagaimana yang diungkapkan Randall, WP
Hodgson & Stuart Crainer dalam The Future of Leadership (1997), yaitu : “ Lepaskan genggaman
Anda pada masa lalu sebagai satu-satunya cara untuk diajar, dan dapatkan genggaman yang lebih
baik pada masa depan sebagai satu-satunya cara belajar”.
Dalam buku ini tidak berarti mengabaikan masa lalu, justru seharusnya terus menggunakan
apa yang telah berhasil di masa lalu, tetapi juga harus mengetahui apa yang ada diujung pemikiran
manajemen pendidikan beberapa tahun yang lalu tidak lagi berada di masa depan sekarang terkait
Ilmu seni dan budaya Islam khususnya di Pondok Pesantren Moderen Gontor , hal ini berarti apa yang
sebelumnya berhasil masih tetap bermamfaat tetapi tidak cukup lagi dan akan kurang secara serius
dalam masa depan didepan mata. Buku ini meawarkan gagasan saran praktis untum menajemen
Pendidikan terkait Ilmu, Seni dan Budaya Islam dalam suatu lingkungan pendidikan Pesantren dimana
tekhnis dan perlengkapan belum ditemukan secara lengkap, tetapi berharap menemukan beberapa
asset yang berharga minor yang diabaikan dan menemukan peluang besar yang tampaknya belum
pernah digali.
Dengan demikian Buku ini merupakan Resume sepenuhnya hasil riset yang dilakukan di
Pondok Pesantren Moderen Gontor yang dijadikan sampel Riset diharapkan dapat mewakili Pondok
Pesantren Moderen Gontor di seluruh Indonesia. Riset pertama terkait dengan “Model Teori Blue
Ocean Strategy Dalam mamjemen Pendidikan (Ilmu, Seni dan Budaya Islam )terhadap Pribadi
Manusia Muslim di PPMD Gontor Jawa Timur” . dan Riset kedua merupakan pengembangan hasil
penelitia yang ditelaah terkait dengan “Telaah Teori Model Spectrum Spiral Dynamic System Dalam
Manajemen Pendidikan (Ilmu Seni dan Budaya Islam) Sebagai Pengembangan Teori Blue Ocean
Strategy (Studi Discovery , Research & Development di Pompes Moderen Gontor)”
Tujuan penulisan Buku ini diantaranya adalah untuk sebagai informasi dan bahkan Promosi
bagi para pembaca yang membutuhkan dan ingin mengetahui lebih mendalam pada Manajemen
Pendidikan terkait dengan Manajemen Ilmu, Seni dan Budaya Islam khususnya pada Kegiatan Exshool
yang spektakuler yang dilakukan. oleh para santri/ wati Pondok Pesantren Moderen Gonto sebagai
Laskar Santri Seni Budaya Gontor , sehingga dapat menjadi referensi contoh model Riset
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | xiv
terutama bagi para mahasiswa yang akan meneliti khususnya dalam dunia Pendidikan seni dan
budaya Islam. Selain itu buku ini ditulis dengan maksud memperkaya pemahaman kita bersama
tentang arti pentingnya manajemen Pendidikan terkait dengan Ilmu, Seni , Budaya dan cinta dalam
Islam . Namun keberhasilan dan ketertautan hati manusia muslim khususnya , sangat ditentukan
oleh kompetensi segenap sumber daya pribadi maupun kekuatan luar yang memiliki kecerdasan
hati, fikir, dan personal dalam pemahaman yang merupakan suatu kebutuhan adanya keseimbangan
dan keberagaman pada pengelolaan Ilmu, seni , budaya dan cinta kasih sesama dalam Iman, Islam,
Ichsan , amal dan Ilmu pada diri manusia muslim masing-masing. Hal ini merupakan suatu
manajemen pendidikan dalam perkembangan pribadi, perkembangan akademik dan perkembangan
karier baik secara personal maupun secara organisasi memiliki system nilai yang hakiki dan
menmiliki nilai strategis yang sangat penting.Oleh karena itu, upaya penulis untuk menyajikan buku
ini yang berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran literature , diharapkan cukup mampu
menyajikan suatu kontruksi teori, fakta lapangan , konsep-konsep manajemen pendidikan (ilmu, Seni
,Budaya dan Cinta kasih ) dalam Islam cukup komprehensif. Sejarah Manajemen Ilmu Seni dan
kebudayaan yang dimiliki peradaban Islam di Pondok Pesantren Modern Gontor, sangatlah penting
untuk dipublikasi berdasarkan perspektif pandangan hidup. Hal ini dikarenakan setiap aktivitas
keilmuan di suatu masyarakat akan membentuk cara pandang mereka terhadap dunia. Pandangan
hidup yang dibangun di atas elemen-elemen ilmiah inilah yang kemudian mengkonstruksi Ilmu Seni
dan budaya masyarakat tersebut dalam perspektif Pendidikan Islam. Dalam Qs-al-Mujadalah (58):11,
yang berbunyi “ Allah mengangkat derajat orang-orang diantara kamu, yaitu mereka yang beriman
dan diberi ilmu pengetahuan dan Allah mengetahui apa yang kamu kejakan”. Oleh Karenanya Banyak
orang berpendapat bahwa ketika seseorang memiliki ilmu maka ilmu harus diimbangi dengan seni
dalam kehidupan berinteraksi social , budaya dalam kehidupan tatanan lingkungan dan cinta dalam
kehidupan pribadi dan alam. Kesemuanya merupakan anugrah yang diberikan Tuhan yang harus
dimiliki dan dijaga oleh seluruh makhluk yang paling tinggi didunia ini yaitu manusia” (rosaatr,2014).
Maka diwajibkannya manusia untuk memiliki Ilmu , Seni dan Budaya yang baik salah satu diantaranya
adalah dalam pendidikan Islam. Juga disebabkan belum teraktualisasikan paradigma keilmuan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | xv
inregrasi ilmu , Iman dan amal saleh dan yang menjadi dasar ,landasan kuat bagi setiap muslim
pada lembaga pendidikan bernafaskan Islam untuk merwuiudkan visi dan misinya secara
bersama-sama. Keberhasilan Para santri PPM Gontor dalam Kegitan extrakurikuler yang
Spektakuler dalam manajemen pedidikan (Ilmu, Seni dan BudayaIslam) pada, merupakan landasan
yang sangat kuat,dapat mengintregasikan seluruh koponen manajemen pendidikan Ilmu, Amal,
dan Imannya bisa bersinergi dengan manajemen pendidikan Ilmu seni dan budaya sebagai
kegiatan Exschool,dengan keseimbangan yang kontinu dan tidak terputus seperti Spiral Dynamics.
Oleh karenanya yang sangat penting ditulis berdasarkan landasan filosofis dari filsafat Idealisme
dan filsafat pendidikan lslam sangatlah perlu dibangun oleh salah satu teori agar selalu terjaga
keseimbangannya dalam berbagai aspek kehidupan dunia maupun akhirat pada setiap individu
muslaim diantarnya para santri di Pompes Modern Gontor yang telah dan akan dijadikan Fokus Riset.
Yaitu melalui Telaah / Analisis Teori Spectrum Spiral Dynamic System dari Beck dan Cowan
(1996). Buku ini bertujuan diantaranya adalah Menelaah secara mendakam (Meneliti,
mendiskripsikan, menganlisis, mengkolaborasi ,mengistemasi, memodifikasi, mengasimilasi,
mendalami, mememukan aspek-aspek lain dan mengembangkannya ,sehingga dapat dijadikan
suatu kajian untuk dipublikasikan melalui tulisan dan kajian Referensi hasil kegiatan
ekstrakurikuler yang telah dilakukan santri-santri tersebut khususnya dalam menajerial
pendidikan (Ilmu, Seni dan budaya) lebih terintegrasi , sebagai hasil dari Pengembangan melalui
Spectrum Analysis Spiral Dynamics system tersebut. Sebagai Model dan rekayasa social, serta
sebagai pengkajian, pengembangandan penerapan Iptek khususnya di Pondok Pesantren Moderen
Gontor. Secara Naturalistik dan Deskriptif Analisysis dengan focus pada kajian Manajemen
pendidikan (Ilmu, Seni Dan Budaya) Islam di Pondok Pesantren Modern Gontor(PPMG) keseimbangkan
dengan Analisys Spiral Dynamic System. Hal ini menunjukkan bahwa paradigrna keilmuan integrasi
ilmu yang dibangun oleh PonPes Modern Gontor adalah integrasi-interkonektif merupakan unsur
dominan yang dapat dijadikan Frame Work dan sebagai driving force sumber daya dalam
manajerial pendidikan Ilmu, Seni dan Budaya Islam pada manusia muslim (para santri/ wati di PPMG
tersebut yang memperhatikan aspek keunggulan dengan berbasis Competence based Art Culture
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | xvi
and Sience yang spektakuler dengan melalaksanakan diagnosis yaitu identilikasi dan analisis
kebutuhan dengan pendekatan needassessment terhadap tuntutan perkembangan masyarakat dan
kewirausahaan yang inovatif dan produktif.
Inti buku ini diantaranya adalah bagaimana santri-santri di PPM Gontor ini dapat
mengintregasikan seluruh koponen manajemen pendidikan Ilmu, Amal, dan Imannya bisa
bersinergi dengan manajemen pendidikan Ilmu seni dan budaya sebagai kegiatan Exschool,
dari semua manajemenya (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi,
pengawasan, hasil, dampak sarana prasarana, anggaran, pementasan, kolaborasi, kerjasama,
informasi, publikasi , diformulasi dan lainnya sampai pada manajemen system nilai ) dilakukan
oleh-santri-santri tampa melibatkan dari fihak lembaga Pondok, hanya memberi perizinan
dan dukungan moril para pengasuh dan pembinanya .Para santri mampu melaksanakan segala
kegiatan ekstrakulrikuler sangat spetakuler mendapat berbagai penghargaan dan kehormatan
dari berbagai Negara lain. Isi buku ini ditulis berdasarkan landasan filosofis dari filsafat
Idealisme dan filsafat pendidikan lslam dibangun oleh beberapa teori yaitu Spiral Dynamic
System dari Beck dan Cowan. Blue Ocean Strategy oleh Kim dan Mauborgne, Strategic planning
dari Bryson. Digunakan pendekatan naturalistik. melalui observasi, wawancara, study lapangan
dan studi dokumentasi. Fokus Riset adalah mengkaji Manajemen pendidikan (Ilmu, Seni Dan
Budaya) Islam pada manusia Muslim yang ada di Pondok Pesantren Modern Gontor(PPMG) jawa
Timur dengan melalui pengembangan teori Blue Ocean Strategy yang dikeseimbangkan dengan
Analisys Spiral Dynamic System. Hasil Riset bertujuan untuk mengetahui mendiskripsikan dan
menganalisis penelusuran : 1) Kerangka dasar keilmuan dan landasan-landasan yang menjadi
framework dalam manajerial Ilmu, Seni dan Budaya dalam kegiatan Exschool yang ada di Gontor;
(2) analisis faklor-faktor ekstemal dan intemal dalam proses program Exschool 4) langkarh-
langkah strategis dalam meminej program Exschool khususnya dan umumnya berbagai deskripsi
krusial yang menunjang dan terkait dengan Riset .
Temuan menunjukkan bahwa paradigma keilmuan integrasi ilmu yang dibangun oleh
PonPes Modern Gontor adalah integrasi-interkonektif merupakan unsur dominan yang dapat
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | xvii
dijadikan Frame Work dan sebagai driving force sumber daya dalam manajerial pendidikan Ilmu,
Seni dan Budaya Islam pada manusia muslim (para santri/wati di PPMG tersebut yang
memperhatikan aspek keunggulan dengan berbasis Competence based Art, Culture and Sience
yang spektakuler dengan melalaksanakan diagnosis yaitu identilikasi dan analisis kebutuhan
dengan pendekatan need assessment terhadap tuntutan perkembangan masyarakat dan
kewirausahaan yang inovatif dan produktif. Dengan mengintegrasikan antara ilmu agama, science,
Art , culture, Vocationa Knowledge, life skill, operational skill and Value Skil. Langkah -langkah
strategik dalam manjerial di PPM Gontor berdasarkan karakteristik prinsip manajemen strategic
adalah: (l) melaksanakan analisis eksternal, analisis kebutuhan dan konteks; (2) merumuskan visi
misi dan tujuan program dengan integrasi-interkoneksi); (3) menciptakan Strategi Public Relations
dalam Membangun PMDG yang Visioner dengan Visi dan Misi yang jelas dan terukur; (4) Manajemen
Pendidikn Ilmu Seni Budaya Islam di PPMG memliki landasan keilmuan dan paradigma berpikir
diperkuat dengan values system berfungsi sebagai ruh pendidikan Islam, Sistem yang dibangun
benar-benar terintegrasi dengan fasilitas memadai sehingga dapat menggerakan sumber daya
menjadi driving force bagi umat yang hakiki dan kaffah. Sehingga terjadi kaderisasi yang mampu
mengkoordinasikan segala kegiatan di PMDG berjuta inovasi, kreasi spektakuler dan Alumni-alumni
PMDG menjadi Agen Public Relations dan menyampaikan dak’wah positif bagi masayarakat terkait
apa yang dia lihat, yang dia dengar dan dia rasakan ketika mereka mengenyam pendidikan di
Pondok Pesantren Moderen Gontor.
Dalam menulis buku ini , penulis tidak terlepas dari banyak kekurangan- kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran masih tetap diperlukan. Semoga Allah SWT meridhai Penyusunan buku
ini sehingga menjadi ilmu amaliah dan amal ilmiah yang bermamfaat dunia akhirat . Akhirnya hanya
kepada Allah WT jua penulis bersyukur karena hanya dengan rahmat dan karunian-Nya, maka buku
ini dapat tersusun. Semoga bermamfaat, Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.
Bandung, Mei 2018
Wassalam
Penyusun
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | xviii
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Syukri Zarkasyi,M;;2016. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren: Pengalaman Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo
Abdullah Aly, 2009. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Telaah terhadap Kurikulum
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta, Disertasi UIN Yogya Agusz Sudrajat ,2004
Makalah Peranan Pesantren Dalam Pembentukan Karakter
Azra,.Azyumardi, 2001, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Penerbit
Kalimah, Jakarta.
Ahmad Ta‟rifin dkk, 2008. ”Formalisasi dan Transformasi Pendidikan Pesantren”, Jurnal Penelitian,
P3M STAIN Pekalongan, Volume 5, Nomor 2 4-15.Karel Steenbrink, Pesantren, Madrasah
Sekolah: Pendidikan Dalam Kurun Waktu Modern, Jakarta: LP3ES, 1994.
Abdurrahim Yapono, 2015. Filsafat Pendidikan danHidden Curriculum dalam Perspektif KH. Imam
Zarkasyi (1910-1985) Sekolah Tinggi Agama Islam Darunnajah, Jakarta
Abdurrahman.Wahid, 2001, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, LkiS, Yogyakarta
Anwar dan Matahari. 2006. Peranan Pondok Pesantren Al-Basyariyah Dalam Mempersiapkan Santri
Memiliki Daya Saing Tinggi. www.depdiknas.go.id. Diakses tanggal 28 Oktober 2007
Anonim. Tanpa Tahun. Direktori Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri. Tidak diterbitkan: Cianjur.
ATR Rosa, 2016 Bagaimana Bayangan itu Bisa lurus Sementara Bendanya Bengkok, Sebuah Kajian
…………… Pembuktian Bagaimana Tangung Jawab Orang Tua Terhadap Anaknya Dan Seperti Apa Anaknya
Harus Berbakti Pada Kedua Orang Tuanya Dalam Pendidikan Islam). Journaal, literat
UninusBandung
Beatty, Andrew., 1999, Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account, Cambridge
University Press, Cambridge.
Barnawi. 2015. Madrasah dan Blue Ocean Strategy. Online pada http://www.// portal%20kemenag%
20prov.%20jawa%20barat.htm. Tanggal 16 Juni 2017 , pukul 23.02 WIB
Bambang Soedijono. 2015. Makalah Seminar Nasional: Penerapan Blue Ocean Strategy dalam
Menghadapi Persaingan Pendidikan Kesehatan di Propinsi Bengkulu (Studi Kasus Politeknik
Kesehatan Bengkulu). Yogyakarta: STIMIK Amikom Yogyakarta
Chairul Sabarudin; Ahmad Nafi' Royhan M, 2009 .album: MAN JADDA WA JADA 2 di Pondok Pesantren,
https://web.facebook.com/iroel.d.. diunduh juli2017
Devi, Laxmi., (ed), 1997, Encyclopedia of Social Research, V.2., Anmol Publications PVT.LTD, NewDelhi.
David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis: Konsep, Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Halimah. 1995. Peranan Pesantren Sebagai Agen Perubahan (Agent Of Development) Bagi Masyarakat Desa
(studi kasus: Pesantren Darrunnajjah Cipining, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Program
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 1
Hendra Zainuddien& Muhammad Jamhuri, Lc MA. 2002. Moderenisasi Pesantren Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Asy-Syukriyyah
Kim, W. Chan Mauborgne, R. 2005. Blue Ocean Strategy, How to Create Uncontested Market Space and
Make the Competition Irrelevant. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Mastuhu; 2009. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai
Sistem Pendidikan Pesantren. Buku ini merupakan disertasi doktor di Institut Pertanian Bogor
(IPB) pada tahun 1989.
Mohammad Muchlis Solichin , ”Modernisasi Pendidikan Pesantren”, Tadrîs, Volume 6,Nomor 1 (Juni
2011), 30-44.Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina, 1997.
Mulayana , 2007 Biografi Umar bin Khattab
Muhammad Iqbal , 2015 Kumpulan Materi Kuliah Jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam), Tela'ah
Pesantren » Makalah Model-Model Pesantren
Mardia Said, 2011, Perencanaan KurikulumPendidikan Tinggi dalam Peningkatan mutu pendidikan,
PPs uninus Bandung.
Nurhadi Ikhsan, dkk, 2006, Tim Penyusun, Musyawarah Kerja Organisasi Pelajar Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo, Sekretariat Pusat OPPM XLVIII Gontor, 2013, 74. Penelitian
dilakukan di empat pesantren salaf di Jawa, yaitu Pesantren Al-Qodir Cangkringan, Dar al-
Tauhid Cirebon, Roudlatut Thalibin Rembang, dan Tebuireng Jombang., Santri Pondok Pesantren
Tebuireng: Jombang Profil Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo. Sarkawi dan
Singelton, R.A. dan Straits, B. C.,1999, Approaches to Social Research, OUP, New York, (pp. 320 –356 and
Tim Redaksi Wardun, 2017, Wardun, Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor
Darussalam Pres: Ponorogo jatim.
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-H.2015 Indahnya Surga Dahsyatnya Neraka karya Urip
Santoso ,Agama kewajiban anak terhadap Orang Tua
Wibowo, 2010, Budaya organisasi .Sebuah Kebutuhan untuk meningkatkan Kinerja jangka Panjang, edisi 2.
PT Raja Grafindo Persada Jakarta.
Zakki Hadziq Agus 2006, Panduan Santri Pondok Pesantren Tebuireng, Badan Pembina, Jombang jatim
Zamakhsyari Dhofier, Sikap Hidup dalam Lingkungan Pesantren serta Kaitannya dengan Nilai-nilai
Budaya dalam Pembangunan Bangsa, Analisis Kebudayaan, Tahun II. No.2, 1981/1982
2016. Teori Sistem Blue Ocean Strategy (Bos)Dan Implementasinya Dalam Pendidikan Islam
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 2
BAB SATU
MENGENAL PESANTREN DI
MASYARAKAT
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang sudah tumbuh dan
berkembang sejak beberapa abad yang lalu. Pesantren memiliki kontribusi terhadap pembangunan
nasional. Pembangunan yang memberdayakan masyarakat di pedesaan harus menjadi pusat
perhatian dan tanggung jawab bersama, membangun masyarakat pedesaan berarti pula membangun
sebagian besar penduduk Indonesia. Pesantren sebagai lembaga yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat telah turut serta membangun masyarakat pedesaan melalui berbagai metode
yang digunakan. Salah satunya adalah melalui pengembangan kelembagaan yang tumbuh seiring
dengan perkembangan pesantren itu sendiri. Pengembangan kelembagaan dalam pesantren adalah
penting mengingat kini peran pesantren tidak melulu terbatas pada pengkajian terhadap agama
tetapi juga telah meluas pada pengembangan ekonomi, sosial, politik, dan lainnya namun tetap
berlandaskan pada nilai-nilai agama. Pondok Pesantren Jjuga merupakan salah satu pondok
pesantren yang sudah lama memberikan perhatian terhadap masyarakat sekitar melalui berbagai
macam program yang disusun namun terdapat hal-hal yag harus diperhatikan pesantren dalam
setiap programnya yaitu program tersebut harus merupakan program yang dibutuhkan dan sesuai
dengan masyarakat sekitar pesantren oleh karena itu dalam upaya pengembangan masyarakat yang
dilakukan oleh pesantren terlebih perlu diketahui bagaimana profil komunitas. Profil komunitas
merupakan hal yang penting untuk diketahui terlebih dahulu karena nantinya akan dijadikan bahan
acuan untuk mengetahui bagaimana strategi dan bentuk pengembangan kelembagaan yang dilakukan
oleh pesantren dalam bidang ekonomi, pertanian, sosial keagamaan dan pendidikan sebagai upaya
pengembangan masyarakat. Pesantren merupakan lembaga mandiri yang memenuhi kebutuhannya
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 3
secara otonom dengan berbagai potensi yang dimilikinya. Pada jaman penjajahan pesantren adalah
lembaga yang merupakan pusat aktivitas kegiatan masyarakat disaat lembaga lain belum berfungsi
secara penuh. Dengan demikian dapat ketahui bahwa pesantren telah memiliki kedekatan dengan
masyarakat sejak jaman dahulu dan sampai saat ini fungsinya sebagai pusat pendidikan berbasis
agama belum tergantikan oleh lembaga lain. Terlepas dari berbagai macam kelebihan yang dimiliki
selama ini, pesantren juga tidak lepas dari hal-hal yang bisa menghambat upaya pengembangan
masyarakat yang selama ini dilakukan, oleh karena itu lebih lanjut dalam penelitian ini ingin diketahui
kendala apa saja yang dihadapi oleh pesantren dalam pengembangan kelembagaan tersebut.
Kendala-kendala tersebut dapat muncul baik dari dalam diri pesantren itu sendiri maupun datang
dari faktor lain yang datangnya dari luar pesantren. Program pengembangan masyarakat yang
dilakukan oleh pesantren harus dirasakan oleh semua pihak, upaya pengembangan masyarakat akan
sia-sia jika hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Keterlibatan masyarakat dalam setiap
program yang disusun merupakan salah satu indikator yang dapat menjadikan program tersebut
berhasil. Masyarakat harus benar-benar merasakan manfaat secara langsung dari setiap program
yang disusun. Oleh karena itu untuk mengukur keberhasilan program yang disusun oleh Pondok
Pesantren perlu diketahui bagaimana dampak pengembangan kelembagaan tersebut terhadap
masyarakat?. Kajian mengenai kontribusi pesantren terhadap pengembangan masyarakat saat ini
masih sedikit dilakukan, oleh karena itu penelitian ini berupaya menampilkan ”sisi lain” dari
pesantren yang selama ini dikenal terbatas pada lembaga pendidikan yang berbasis agama dengan
berbagai macam aturan ketat yang mengikat. Dengan demikian, masyarakat luas dapat mengetahui
bahwa pesantren merupakan salah satu komponen yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam
membangun dan memperbaiki kualitas masyarakat baik skala lokal maupun skala nasional.
Pesantren Sistem pendidikan nasional pada hakikatnya mencari nilai tambah melalui
pembinaan dan pengembangan SDM atau kualitas manusia secara utuh : jasmani dan rohani, ia juga
harus secara terus menerus dikembangkan agar mampu melayani kebutuhan pembangunan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau dengan kata lain agar mampu menghadapi tantangan
zaman. Upaya pengembangan sistem pendidikan nasional harus adil dilaksanakan dari kandungan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 4
nilai–nilai sosial budaya bangsa terutama dari realita kependidikan yang telah hidup membudaya
dalam kehidupan bangsa Indonesia agar tidak tercabut dari akarnya dengan demikian terdapat
kesinambungan antara tradisional dan modern sebagai satu kesatuan dan berkelanjutan. Menurut
Mastuhu, (1994) pesantren merupakan salah satu realita kependidikan yang telah membudaya
dikalangan sebagian bangsa Indonesia. Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam
Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam. Pesantren telah diakui
sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan bangsa. Amir (2005) pesantren
memberikan pengertian bahwa pesantren merupakan tempat pendidikan agama memiliki basis
sosial yang jelas karena keberadaannya telah menyatu dengan masyarakat. Ketika lembaga-lembaga
sosial yang lain belum berjalan secara fungsional, pesantren telah menjadi pusat aktivitas sosial
masyarakat mulai dari belajar agama sampai tempat untuk menyusun perlawanan terhadap musuh.
Sebagai lembaga sosial, pada umumnya pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Visi ini
menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan kondisi dan situasi
masyarakat, bangsa dan negara yang terus berkembang. Sementara itu sebagai komunitas
pesantren dapat berperan menjadi penggerak upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
mengingatpesantren merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Sebuah lembaga yang
bergerak dalam bidang pendidikan, keberadaan dan pengembang pesantren harus terus didorong
oleh berbagai pihak (Amir, 2005).
Namun ada beberapa hal yang dihadapi oleh pesantren pada masa sekarang yaitu : 1. Image
pesantren sebagai lembaga tradisional, tidak modern, informal dan bahkan teropinikan sebagai
lembaga yang banyak melahirkan terorisme telah mempengaruhi masyarakat untuk meninggalkan
pesantren. 2. Sarana dan prasarana penunjang yang terlihat masih kurang memadai. 3. Sumberdaya
manusia. Sekalipun sumberdaya manusia dalam bidang keagamaan tidak dapat diragukan lagi, tetapi
dalam rangka meningkatkan eksistensi dan peran pondok pesantren dalam kehidupan sosial
masyarakat diperlukan perhatian yang serius. 4. Aksesibilitas dan networking. Peningkatan akses
dan networking merupakan salah satu kebutuhan untuk pengembangan pesantren. Peningkatan
dalam kedua hal ini sangat dibutuhkan terutama oleh pesantren yang berada di daerah pelosok.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 5
Manajemen kelembagaan. Manajemen kelembagaan merupakan unsur penting dalam
pengelolaan pesantren. Pada saat ini masih terlihat bahwa pondok pesantren dikelola secara
tradisional apalagi dalam penguasaan informasi dan teknologi yang belum optimal. 6. Kemandirian
ekonomi kelembagaan. Kebutuhan keuangan selalu menjadi kendala dalam melakukan aktivitas
pesantren. 7. Kurikulum yang berorientasi life skill santri dan masyarakat. Apabila melihat tantangan
kedepan yang semakin berat, peningkatan kapasitas santri dan masyarakat tidak hanya cukup dalam
bidang keagamaan semata tetapi juga ditunjang oleh kemampuan yang bersifat keahlian. Nandika
(2005) memiliki pandangan bahwa pesantren sebagai institusi pendidikan milik masyarakat, sangat
berpotensi untuk dikembangkan menjadi pusat pengembangan sumberdaya manusia (SDM) menuju
terwujudnya kecerdasan dan kesejahteraan bangsa. Pesantren dipandang memiliki grounded nature
dan pranata sosial yang tangguh dan mewakili aspirasi sebagian besar masyarakat sekitarnya.
Pesantren dipandang sangat potensial untuk berperan sebagai basis pembangunan wilayah yang
strategis. Seiring dengan kuatnya modernisasi pondok pesantren, maka rekonstruksi peran pondok
pesantren yang tadinya hanya mempelajari kitab-kitab Islam klasik kiranya dapat diberdayakan
secara maksimal sebagai agen dalam pembangunan wilayah. Melalui pendekatan ini, sumberdaya
atau unsur-unsur pondok pesantren termasuk kyai, mesjid, santri, kitab hingga ilmu yang baru dapat
didayagunakan dalam proses pendidikan life skill secara berkelanjutan untuk membangun manusia
yang memiliki pemahaman ilmu pengetahuan, potensi kemasyarakatan, dan pembagunan wilayah.
Dengan demikian diharapkan pondok pesantren tidak hanya menjadi penempa nilai-nilai spiritual saja
tetapi juga mampu meningkatkan kecerdasan sosial dan keterampilan dalam membangun wilayah.
Pengembangan program dan kegiatan pesantren agar berperan sebagai basis pembangunan wilayah
pada dasarnya dimulai dari kemampuan pesantren tersebut untuk memberdayakan potensi-potensi
yang ada di lingkunganya oleh sumberdaya manusia yang ada di pesantren. Sumberdaya di
pesantren diberikan kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
masyarakatnya, sehingga dapat berperan sebagai driving force masyarakatnya. Dengan demikian
pembangunan pendidikan dikalangan pesantren memerlukan keterlibatan elemen masyarakat,
pemerintah daerah (pemda), baik provinsi maupun kabupaten. Keberhasilan pembangunan nasional
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 6
sangat tergantung pada partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi akan muncul
berkembang apabila rakyat mengerti dan merasakan manfaat dalam hidup keseharian. Suatu
lembaga pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatan jika ia dapat mengintegrasikan
dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang melingkarinya. Dalam hal ini pesantren telah terbukti
mampu hidup menyatu dengan masyarakat sekitar bahkan menjadi rujukan bagi masyarakat sekitar
dalam bidang moral.
Arti Pesantren Menurut Mankred Ziemek dikutip Wahjoetomo (1997) menyatakan bahwa
pondok berasal dari kata funduk (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma yang sederhana, karena
pondok merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat
asalnya. Kata pesantren berasal dari kata “santri” yang diimbuhi “pe” dan akhiran “an” yang berarti
menunjukkan tempat, maka dapat disimpulkan pesantren memiliki arti “tempat para santri”. Kata
pesantren juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata “tra” (suka
menolong). Sehingga kata pesantren tepat berarti “tempat pendidikan manusia lebih baik”. Mastuhu
(1994) memberikan definisi pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional islam untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengajarkan agama islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari –hari. Pengertian
“tradisional “ dalam batasan ini menunjuk bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan tahun (300-400
tahun) yang lalu telah menjadi bagian yang mendalam dari sistem kehidupan sebagian umat Islam di
Indonesia yang merupakan golongan mayoritas bangsa Indonesia yang telah mengalami perubahan
dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan hidup umat bukan “tradisional‘ dalam arti tetap tanpa
mengalami penyesuaian. Merujuk dua pengertian mengenai pesantren yang telah dikemukakan di
atas, maka sebenarnya kedua pendapat tersebut mengarah pada satu pemahaman bahwa inti dari
pengajaran di pesantren menekankan pada pendidikan dan ibadah.
. Tujuan Pesantren Menurut Mastuhu (1994) tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan
dan mengambangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada Tuhan. Bermanfaat
bagi masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 7
Muhammad (mengikuti sunnah nabi) mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam 33 kepribadian,
menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah–tengah masyarakat
dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian indonesia. Menurut Dohfier (1982),
tujuan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang, dan keagungan duniawi
tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata merupakan kewajiban dan
pengabdian pada Tuhan. 3. Model Pesantren Pada garis besarnya, pesantren meliputi dua model,
yaitu model pesantren salaf dan pesantren khalaf. Menurut Zamaksyari Dhofier, yang dikutip
Wahyoetomo (1997) mengemukakan bahwa pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang
mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik (salaf) sebagai inti pendidikan, sedangkan sistem
madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-
lembaga pengajian bentuk lama. Sebaliknya pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang
memasukkan atau pesantren yang menyelenggarakan tipe-tipe sekolah umum seperti SD, SMP, SMU
bahkan perguruan tinggi dalam lingkungannya. Kedua model di atas memberi batasan jelas bahwa
pesantren salaf senantiasa mempertahankan terhadap tradisi-tradisi yang lama, sehingga sistem
pengajaran salaf sering menerapkan sistem sorogan dan bandungan. Sebaliknya kedudukan
pesantren khalaf dapat dikatakan lebih bersifat modern, karena tidak hanya menitikberatkan pada
permasalahan klasik saja, akan tetapi diikuti ilmu yang bersifat umum. 34 4. Komponen Pesantren
Pesantren merupakan suatu komunitas tersendiri dimana kyai, ustadz, santri dan pengurus
pesantren hidup bersama dalam satu kampus, berlandaskan nilai– nilai agama Islam lengkap dengan
norma–norma dan kebiasaan–kebiasaannya tersendiri yang secara eksklusif berbeda dengan
masyarakat apa umumya. Ia merupakan suatu keluarga besar dibawah asuhan seorang kyai atau
ulama dibantu beberapa ustadz. Semua rambu-rambu yang mengatur kegiatan dan batas-batas
perbuatan semua dipulangkan kepada hukum agama dan semua kegiatan dipandang dan
dilaksanakan sebagai bagian ibadah keagamaan dengan kata lain semua kegiatan kehidupan selalu
dipandang dalam struktur relevansi dengan hukum agama.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 8
Pesantren dengan segala kekhasannya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pondok, sebagai tempat tinggal atau tempat asrama para santri untuk mengikuti dengan baik
pelajaran yang diberikan oleh kiainya, tetapi juga sebagai tempat latihan bagi santri agar
mampu hidup mandiri dalam masyarakat. Kebanyakan pesantren dahulu seluruhnya adalah milik
kiai, tetapi sekarang tidak semata-mata milik kiai tetapi juga milik masyarakat dan banyak pula
yang berstatus wakaf yang berasal dari orang-orang kaya.
2. Masjid, merupakan pusat aktivitas, pertemuan, pendidikan, administrasi dan kultural. Mesjid
dijadikan sebagai pusat kegiatana karena untuk mendidik santri agar selalu dalam kondisi selalu
beribadah pada Allah, menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan solidaritas sosial,
menyadarkan hakhak dan kewajiban manusia sebagi insan pribadi dan sosial, serta memberikan
nuansa yang penuh ketentraman.
3. Kiai, adanya kiai dalam sebuah pesantren merupakan suatu kemutlakan, sebab kiai merupakan
tokoh sentral yang memberikan pengajaran dan pendidikan kepada santri. Kiai merupakan figur
yang disegani dan menjadi tempat untuk menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan
kehidupan sehari-hari. Dengan kemantapan dan kualitas keilmuan yang dimilikinya tidak heran
jika kiai menjadi figur yang berperan dalam memacu perubahan di dalam pondok dan
masyarakat.
4. . Santri, merupakan unsur pokok dari pesantren karena seorang alim belumlah dikatakan sebagi
kiai jika belum mempunyai pondok dan santri yang tinggal di pesantren.
5. Program pendidikan Islam, tidak hanya sebatas pada bentuk pengajaran yang diterapkan di
pesantren, baik memakai sistem sorogan, bandongan atau wetonan. Melainkan lebih dari itu
pendidikan harus berjalan selama 24 jam sebagai bentuk pembinaan.
6. Dukungan dari masyarakat, bagaimana pun juga pesantren tidak akan pernah lepas dari
intervensi masyarakat sekitar. Pesantren ada karena tuntutan dari masyarakat dan misinya
pun untuk masyarakat juga. Bahkan eksistensi suatu pesantren hingga saat ini adalah karena
masyarakat membutuhkannya. Karena pesantren pada hakekatnya adalah bagian dari
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 9
masyarakat itu sendiri, maka pesantren harus selalu memberikan yang terbaik untuk
masyarakat guna membangun tatanan masyarakat
7. Nilai Pesantren Nilai–nilai yang mendasari pesantren dapat digolongkan menjadi dua kelompok
yaitu (1) nilai–nilai agama yang memiliki kebenaran mutlak dalam hal ini bercorak fikih sufistik
dan berorientasi kepada kehidupan ukhrowi (2) nilainilai agama yang memiliki kebenaran relatif
bercorak empiris dan pragmatis untuk memecahkan masalah kehidupan sehari–hari menurut
hukum agama.
8. Fungsi Pesantren Keberadaan pesantren memiliki berbagai macam fungsi antara lain adalah
sebagai berikut : 1. Sebagai lembaga pendidikan pesantren menyelenggarakan pendidikan formal
(madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi) dan pendidikan non formal yang secara khusus
mengajarkan agama yang sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran – pikiran fikih, hadist, tauhid dan
tasawuf yang hidup antara abad ke 7–13 M. 2. Sebagai lembaga sosial pesantren menampung
anak dari segala lapisan masyarakat muslim tanpa membeda–bedakan tingkat sosial ekonomi.
3. Sebagai lembaga penyiaran agama, mesjid pesantren juga berfungsi sebagai mesjid umum
yaitu sebagai tempat belajar agama dan ibadah bagi masyarakat umum. Sehubungan dengan
ketiga fungsi pesantren tersebut maka pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan
masyarakat sekitar dan menjadi rujukan moral bagi kehidupan masyarakat umum. Pesantren
dianggap sebagai komunitas khusus yang ideal terutama dalam bidang kehidupan moral
keagamaan.
9. Prinsip–Prinsip Sistem Pendidikan Pesantren Sesuai dengan tujuan pendidikan dan pendekatan
holistik yang digunakan serta fungsinya dan komprehensif sebagai lembaga pendidikan sosial
dan penyiaran agama maka prinsip –prinsip sistem pendidikan pesantren manurut Mastuhu
(1994) 1 adalah : a. Theocentric. Sistem pesantren mendasarkan filsafat pendidikannya pada
filsafat theocentric yaitu pandangan menyatakan bahwa semua kejadian berasal, berproses dan
kembali pada kebenaran Tuhan. b. Sukarela dan mengabdi, penyelenggaraan pesantren
dilaksanakan secara sukarela dan mengabdi kepada sesama dalam rangka mengabdi kepada
Tuhan. c. Kearifan, pesantren menekankan pentingnya kearifan dalam menyelenggarakan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 10
pendidikan pesantren dan dalam tingkah laku sehari – hari kearifan dimaksud disini adalah
bersikap dan berprilaku sabar, rendah hati, program patuh pada ketentuan hukum agama,
mampu mencapai tujuan tanpa merugikan orang lain dan mendatangkan manfaat bagi
kepentingan bersama d. Kesederhanaan, pesantren menekankan pentingnya penampilan
sederhana sebagai salah satu nilai luhur pesantren dan menjadi pedoman perilaku sehari–hari
bagi seluruh warga pesantren, kesederhanaan yang dimaksud Lima prinsip yang diuraikan
adalah sebagian dari prinsip yang dikemukan oleh Mastuhu dalam bukunya “ Dinamika Sistem
Pendidikan Pesantren hal disini adalah kemampuan bersikap dan berfikir wajar, proposional dan
tidak tinggi hati. e. Kolektivitas, pesantren menekankan pentingnya kolektivitas atau
kebersamaan lebih tinggi dari pada individualisme.
10. Perubahan Sosial Menurut Selo Soemardjan (1981) dalam Soekanto (2002) perubahan sosial
adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilainilai, sikap, dan pola perilaku
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Calhoun et al (1994) dalam Sunito
(2003) merumuskan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dengan berjalannya
waktu di dalam pola sikap dan tindak manusia, di dalam kebudayaan dan struktur dari suatu
masyarakat. Saluran–saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluransaluran
yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-
lembaga kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi bahkan lembaga hukum.
Lembaga kemasyarakatan yang menjadi titik tolak adalah lembaga yang menjadi cultural focus
pada masyarakat pada suatu masa tertentu dan mendapat penilaian tertinggi dari masyarakat
tersebut sehingga menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan
lembaga kemasyarakatan tertentu akan membawa akibat pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan lain, karena lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang
terintegrasi.
11. Perubahan Struktur Struktur atau struktur sosial adalah jejaring hubungan sosial yang sudah
mantap di mana interaksi sudah menjadi rutin dan berulang, antar berbagai peran sosial, grup,
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 11
organisasi dan institusi atau pranata yang membentuk masyarakat tersebut. Menurut Harper
dalam Sunito (2003) perubahan struktur sosial dapat mengambil berbagai bentuk berikut : a.
Perubahan pada personel, dalam arti jumlah dan komposisi manusianya. Penduduk dengan
pengalaman hidup yang berbeda masuk dan keluar dari suatu struktur sosial. Hal ini umumnya
tidak membawa perubahan yang berarti pada struktur sosial. b. Perubahan pada ciri hubungan
antara bagian-bagian dari struktur sosial. Misalnya perubahan dalam hubungan antar orang tua
dan anak atau perubahan di dalam struktur kekuasaan dan kewenangan, yaitu golongan mana
di dalam masyarakat yang memegang kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu dilaksanakan. c.
Perubahan di dalam fungsi-fungsi dari strukutur sosial, perubahan dalam hal apa yang
dikerjakan dan bagaimana bekerjanya suatu struktur sosial. d. Perubahan dalam hubungan
diantara beragam struktur. e. Berkembangnya struktur sosial baru. Struktur sosial baru
muncul mendampingi atau menggantikan struktur sosial lama. Perubahan sosial dapat terjadi
pada berbagai tingkatan dari struktur sosial. Suatu penelitian adapat memfokuskan diri pada
perubahan sosial di tingkatan tertentu, misalnya pada hubungan antara anggota keluarga, pada
organisasi besar, atau pada kelembagaan tertentu seperti pendidikan. Walaupun demikian
selalu harus diperhatikan keterkaitan antara berbagi struktur sosial. Pada satu sisi
diperhatikan dampak makro dari perubahan-perubahan mikro, dan dari sisi yang lain dampak
mikro dari perubahan-perubahan di tingkat makro. Lingkup Perubahan Sosial Menurut
Tingkatan Struktur Tingkatan Struktur Sosial Perubahan Sosial Grup Peran sosial (role);
struktur komunikasi; klik; pengaruh Organisasi Struktur organisasi; struktur hirarki; struktur
wewenang (authority); produktivitas Institusi/pranata Ekonomi; agama; keluarga; pendidikan
Masyarakat Stratifikasi; kependudukan; struktur kekuasaan Global Hubungan internasionan;
modernisasi; evolusi Sumber : Harper (1989:6) dalam Sunito (2003) Selain pada tingkatan
struktur sosial dengan sendirinya penelitian harus difokuskan pada bentuk perubahan sosial
tertentu. Perubahan tersebut seperti pada perubahan dari hubungan antara elemen-elemen
tertentu yang membentuk struktur sosial atau pada perubahan fungsi dari kelembagaan.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 12
2 Perubahan Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat (1979) kebudayaan adalah sebagai
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik manusia dengan cara mempelajarinya. Kingsley Davis dalam Soekanto (2002)
berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat
dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya
bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu
masyarakat memenuhi kebutuhannya. Pada dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan
sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu seperti dibawah ini (Soekanto, 2002) : (1) Tidak
ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan
yang terjadi secara lambat atau secara cepat.; (2) Perubahan yang terjadi pada lembaga
kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial
lainnya; (3) Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri. 4. Perubahan-perubahan tidak
dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja, karena kedua bidang tersebut
mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
Pemberdayaan santri dilakukan sebagai upaya mengoptimalkan potensi sumberdaya
manusia yang cukup besar yang dimiliki pesantren. Pemberdayaan masyarakat sebagai wujud
kepedulian pesantren terhadap masyarakat sekitar pesantren sehingga masyarakat merasakan
manfaat langsung dari keberadaan pesantren di lingkungannya. Pemberdayaan santri dan
masyarakat memiliki tujuan yang berbeda. Pemberdayaan santri diharapkan sebagai fasilitator yang
nantinya akan terjun ke masyarakat dan mengoptimalkan potensi yang ada pada masyarakat itu
sendiri. Sebaliknya pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
Hipotesis Pengarah Program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pondok pesantren
memberikan penekanan pada pengembangan SDM yang diharapkan dapat menjadi motivator bagi
masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pengembangan SDM ini dimulai dengan kegiatan pendidikan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 13
dan pelatihan. Kegiatan pendidikan dimulai dengan memberdayakan dan mengoptimalkan potensi
santri. Pengembangan potensi santri ini diharapkan agar mereka menjadi motor penggerak yang
akan melakukan perubahan pada masyarakat. Sebaliknya Pemberdayaan masyarakat adalah untuk
peningkatan kesejahteraan.
Pengembangan masyarakat (community development) adalah konsep dasar yang
menggaris bawahi sejumlah istilah yang digunakan sejak lama seperti community resourse
development, rural areas development, community economic development, rural revitalisation dan
community based development. Community development menggambarkan makna yang penting dari
dua konsep community bermakna kualitas hubungan sosial dan development perubahan ke arah
kemajuan yang bersifat terencana dan gradual, makna ini penting untuk arti pengembangan
masyarakat yang sesungguhnya (Blackburn dalam Nasdian, 2003). Pengembangan masyarakat
digunakan sebagai cara untuk memperbaiki pelayanan dan fasilitas publik menciptakan tanggung
jawab pemerintah lokal, meningkatkan partisipasi masyarakat, memperbaiki kepemimpinan,
membangun kelembagaan baru, melaksanakan pembangunan ekonomi dan fisik dan mengembangkan
perencanaan fisik dan lingkungan. Dalam definisi formal menurut PBB dalam Nasdian (2003a) ,
”community development is a process whereby the effort of Government are united with those of
the people to improve the social, cultural, and economics conditions in communities” yaitu sebuah
proses usaha bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kondisi
sosial, kultural, dan ekonomi masyarakat. Secara umum, pengembangan masyarakat adalah suatu
konsep yang luas, yang mencakup berbagai bentuk dan upaya dengan mengaplikasikan teori 2 dan
praktik berupa kepemimpinan lokal, aktivis, dan melibatkan warga dan kalangan profesional untuk
meningkatkan berbagai sisi kehidupan dari komunitas. Dari berbagai macam definisi yang
dikemukakan oleh berbagai ahli maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat adalah
suatu usaha yang dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tidak
berdaya menjadi lebih berdaya dalam rangka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dari
berbagai segi kehidupan baik sosial, ekonomi, kultural dan struktural. Pengembangan masyarakat
dapat membantu menanggulangi masalah dan isu-isu penting untuk kesejahteraan komunitas baik
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 14
yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh pihak lainnya. Pengembangan masyarakat merupakan
upaya-upaya pembangunan ditingkat komunitas yang memfokuskan pada pemberdayaan warga
komunitas dengan melakukan power sharing agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan
dengan beragam stakeholder lainnya (Nasdian, 2003b). Pelaksanaan program pengembangan
masyarakat tidak semata-mata dilakukan oleh pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab
semua pihak. Jika selama ini program pengembangan masyarakat lebih banyak dilakukan oleh
berbagai macam perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab sosial terhadap masyarakat (corporate
social responsibility/CSR), maka pada saat ini lembaga pendidikan pun telah turut serta dalam
upaya-upaya pengembangan masyarakat Di berbagai negara termasuk Indonesia lembaga
pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran anggota masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat yang bisa bertahan tanpa pendidikan
, seni dan budaya . Dengan pendidikan setiap individu diharapkan dapat mencapai pembinaan
pribadinya sebagai manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya dan demi kesejahteraan kelompok-
kelompok masyarakat. Setiap lembaga pendidikan harus bisa mengembangkan pendekatan ekonomis
tanpa mengorbankan kualitas akademis agar mendapatkan partisipasi yang paripurna dan lengkap.
Setiap lembaga harus tetap memberikan kesempatan pada anak-anak berbakat dari keluarga tidak
mampu untuk mengikuti pendidikan dengan kualitas prima hal ini dilakukan untuk menggali potensi
yang ada sehingga mereka bisa menjadi agen perubahan pada masa yang akan datang. Dunia kini
dan masa depan adalah dunia yang dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Siapapun yang
menguasai keduanya, secara lahiriah akan menguasai dunia. Bila dikatakan ilmu pengetahuan
merupakan infrastruktur, maka keduanya merupakan suprastruktur dunia internasional, termasuk
kebudayaan, moral, hukum dan juga perilaku keagamaan (Hafidhudin, 1998). Pesantren adalah salah
satu lembaga pendidikan yang memiliki kontribusi yang sangatbesar dalam pembangunan khususnya
di pedesaan.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah diakui eksistensinya dan melekat
kuat dalam sejarah bangsa. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena pesantren berperan dalam sejarah
perjuangan bangsa melawan penjajah pada masa kolonial (Nandika, 2005). Menurut Assa (2007)
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 15
Pesantren sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya
menyatu dengan masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Visi
ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan situasi dan 4 kondisi
masyarakat, bangsa, dan negara yang terus berkembang. Sementara itu, sebagai suatu komunitas,
pesantren dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
mengingat pesantren merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Menurut
Saefurrohman (2005) kelahiran pondok pesantren di tanah air, tidak dapat dipisahkan dari sejarah
masuknya Islam ke Indonesia. Kehadiran pondok pesantren sampai saat ini menjadi kebanggaan
tersendiri bagi umat Islam. Pada awal berdirinya, pondok pesantren umumnya sangat sederhana.
Sistem yang lazim digunakan dalam proses pembelajaran adalah wetonan, sorogan dan bandongan.
Akan tetapi, sejak 1970-an bersamaan dengan program modernisasi pondok pesantren, mulai
membuka diri untuk mempelajari pelajaran umum. Pada mulanya, tujuan utama pondok pesantren
adalah menyiapkan santri untuk mendalami ilmu pengetahuan agama (tafaqqul fi al-din). Pada saat
ini peran pesantren tidak lagi sebagai lembaga pendidikan yang mengkaji agama secara klasik tetapi
juga menaruh perhatian kepada masalah sosial khususnya masyarakat sekitar pesantren. Pada saat
ini banyak pesantren yang telah maju dalam bidang ekonomi, mereka memiliki lembaga keuangan
yang disebut sebagai Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren). Lembaga ini telah dikelola dengan
baik sehingga dapat mendorong kemajuan ekonomi pesantren dan masyarakat sekitar. Pesantren
juga sangat berperan dalam pembangunan sumber daya manusia dalam membangun kualitas
kehidupan keagamaan sehingga mencetak lulusan yang berkualitas dan siap berkompetisi dengan
lulusan yang menuntut ilmu pada lembaga pendidikan formal. Peran pesantren berada pada garis
depan dalam melawan penjajahan yang dimulai dengan penanaman akan nasionalisme yang kuat
melalui sistem pendidikan. Bagaimanapun keadaannya sampai saat ini pesantren sangat memegang
peranan penting terutama bagi masyarakat pedesaan.
. Sistem pendidikan pesantren pada saat ini semakin memperbaharui diri untuk mengisi berbagai
tugas yang penting dalam kelanjutan hidup berbangsa dan bernegara. Pondok pesantren yang sudah
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 16
terbukti mencetak lulusan terbaik adalah Pondok Pesantren Gontor dimana para siswanya dituntut
memiliki kemampuan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan Arab.
Pesantren sebagai lembaga kemasyarakatan merupakan salah satu saluran berjalannya proses
perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan pada lembaga kemasyarakatan dalam hal ini
pesantren akan membawa akibat pada lembaga-lembaga lainnya. Hal ini dikarenakan lembaga
kemasyarakatan merupakan sistem yang terintegrasi. Pesantren sebagai tempat pendidikan agama
memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Pada
umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Berbagai penelitian sudah
membuktikan bahwa pesantren tidak hanya sebagai lembaga yang kaku dan melulu mengkaji kitab-
kitab klasik. Pesantren saat ini turut serta membangun kehidupan masyarakat sekitar, tidak hanya
dalam bidang keagamaan tapi juga hal lain misalnya ekonomi, sosial, pendidikan maupun politik
Sistem pendidikan pesantren pada masa sekarang lebih bervariasi sehingga santri-santri
yang dihasilkan tidak kalah dengan murid-murid yang belajar pada sekolah formal. Potensi pesantren
sebagai agen perubahan sosial di pedesaan memang sangat strategis, karena masyarakat telah
memiliki kepercayaan bahwa pesantren memberikan ajara-ajaran yang berlandaskan agama . Di
samping secara umum pesantren berada di tengah-tengah masyarakat, hubungan dengan
masyarakat juga sangat dekat. Pesantren secara umum menjadi semacam tempat bertanya bagi
masyarakat, tidak hanya dalam soal-soal keagamaan, tetapi juga sosial keagamaan. Itulah yang
dikenal sebagai da'wah bil hal, yakni seruan kebajikan yang diwujudkan dalam tindakan nyata
(Haedari, 2007). Melalui metode ini pesantren semakin memiliki posisi yang kuat di masyarakat
karena program-program yang dibuat sangat bermanfaat dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Pendekatan ini dapat dikatakan sebagai pendekatan sosio kultural yang merupakan salah satu
pendekatan yang dilakukan sebagai upaya melakukan upaya perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu
terciptanya keadilan dan kesejahteraan sosial bagi masyarakat dengan memperhatikan berbagai
aspek yang mempengaruhinya (Aziz, 2005). c. Kelembagaan Sosial Keagamaan Masyarakat Desa
Kertajaya merupakan masyarakat yang telah terbuka terhadap perubahan dari luar. Arus informasi
yang begitu gencar dari berbagai media mengakibatkan masyarakat mudah menerima bahkan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 17
meniru informasi dari luar baik yang positif maupun negatif. Media menampilkan berbagai gaya hidup
modern yang menjadikan masyarakat desa menjadi lebih sulit dibina. Gaya hidup yang ditampilkan
oleh berbagai media massa lama-kelamaan mulai mengikis nilai-nilai yang ada pada masyarakat
desa termasuk nilai-nilai pada segi keagamaan.
Dampak Program Pesantren Eksistensi pondok pesantren dalam menyikapi perkembangan
jaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkan pola pendidikan yang mampu
melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Kekuatan otak (berpikir), hati (keimanan) dan
tangan (keterampilan), merupakan modal utama untuk membentuk pribadi santri yang mampu
menyeimbangi perkembangan jaman (Saefurrohman, 2005). Berbagai kegiatan keterampilan dalam
bentuk pelatihan/work-shop (daurah) yang lebih memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan
kerja adalah upaya untuk menambah wawasan santri di bidang ilmu sosial, budaya dan ilmu praktis,
merupakan salah satu terobosan konkret untuk mempersiapkan individu santri di lingkungan
masyarakat. Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan masyarakat, maka
pondok pesantren harus berani tampil dan mengembangkan dirinya sebagai pusat keunggulan.
Pondok pesantren tidak hanya mendidik santri agar memiliki ketangguhan jiwa (taqwimu al-nufus),
jalan hidup yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga santri yang dibekali dengan berbagai
disiplin ilmu keterampilan lainnya, guna dapat diwujudkan dan mengembangkan segenap kualitas
yang dimilikinya.
Kelembagaan Sosial Keagamaan Pembinaan masyarakat yang dilakukan melalui pengajian
dengan cara menyebar santri ke seluruh pelosok desa maupun pengajian rutin di mesjid pesantren
lambat laun memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat desa. Para ustadz
biasanya membacakan suatu ayat dalam al-qur’an, hadist atau kitab kemudian menjelaskan
kandungannya dan aplikasi terhadap kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang diajarkan oleh ustadz-
ustadz secara perlahan diaplikasikan oleh masyarakat desa pada setiap segi kehidupan. Pengajian-
pengajian ini juga membawa dampak pada akidah masyarakat yang merupakan agama Nasrani. Hal
ini terjadi karena upaya pembinaan dan dakwah yang dilakukan oleh pesantren. Pesantren tidak
pernah memaksakan kepada mereka yang beragama Nasrani untuk memeluk agama Islam, namun
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 18
hal tersebut merupakan kesadaran yang datang dari dalam diri mereka sendiri. Program
pengembangan kelembagaan pesantren masih memberi prioritas pada pemberdayaan santri
dibandingkan pada masyarakat sekitar, kalaupun melibatkan masyarakat sekitar namun keterlibatan
masyarakat masih sangat kecil dibandingkan keterlibatan santri karena santri merupakan unsur
penting bagi eksistensi sebuah pesantren sehingga sebuah pesantren tanpa santri ibarat mobil
tanpa sopir. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Turmudi (2004) bahwa santri adalah sumber
pendukung bagi kiai dan pesantren. Santri tidak saja penting bagi eksistensi pesantren pada saat ini
tapi juga untuk menjamin eksistensi di masa mendatang. Santri tidak hanya dibekali ilmu-ilmu agama
tetapi juga dibekali dengan berbagai keterampilan lainnya yang diharapkan akan menjadi bekal santri
jika mereka sudah menyelesaikan pendidikan di pesantren dan terjun ke masyarakat.
Pengembangan kelembagaan pesantren sebagai upaya pengembangan masyarakat : suatu
analisis Pesantren merupakan lembaga keagamaan yang tangguh dan sampai saat ini masih bias
bertahan serta terus menerus memperbaiki dirinya. Pesantren yang cukup besar bagi peradaban
bangsa bahkan semenjak jaman penjajahan. Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki basis
sosial yang sudah sangat jelas dan sangat akrab dengan masyarakat. Di saat lembaga lain belum
berjalan secara fungsional, pesantren berada pada garda depan sebagai pusataktivitas masyarakat,
mulai dari belajar agama, bela diri, megobati orang sakit, konsultasi pertanian, mencari jodoh bahkan
menyusun strategi untuk melawan penjajah. Pesantren juga merupakan lembaga yang memenuhi
kebutuhannya secara mandiri. Pada jaman dahulu pesantren bahkan memproduksi tinta dan kertas
yang dibuat dari bahan tradisional untuk menulis pelajaran. Namun seiring perkembangan jaman
yang terjadi, kegiatan produksi tersebut terhenti karena tergantikan oleh kertas dan tinta yang
diproduksi oleh pabrik yang harganya lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Pesantren hidup
dari, oleh dan untuk masyarakat, hal ini menuntut adanya peran pesantren yang sejalan dengan
situasi dan kondisi masyarakat, bangsa dan Negara yang terus berkembang. Pesantren dapat
berperan sebagai motor penggerak perubahan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan berbagai metode yang dimilikinya. Secara umum, hasil penelitian ini membuktikan bahwa
pesantren sangat berperan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Hal yang menjadikan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 19
pesantren berbeda dengan lembaga lain adalah dimana dalam pesantren, dengan kepemipinan kiai
dan paar ustadz serta pengelolaan yang khas, tercipta satu komunikasi tersendiri yang di dalamnya
terdapat semua spek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, budaya dan organisasi. Dalam
perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh perkembangan dan tuntutan dinamika masyarakat.
Pemerintah masih cenderung memberikan perhatian pada pesantren yang lebih modern yang
berada di kota besar dibandingkan dengan pesantren tradisional yang berada di desa. Oleh karena
itu, pesantren tradisional harus sekuat tenaga mengoptimalkan potensinya dan berjalan sendiri
tanpa ada perhatian dari pemerintah. Pada saat ini, keberadaan pesantren tidak memiliki
kewenangan langsung untuk merumuskan aturan sehingga perannya dapat dikategorikan sebagai
partisipasi. Dalam hal ini, pesantren melalui kiai dan santri didikannya cukup potensial untuk
menggerakan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, untuk lebih mengembangkan potensi
pesantren, maka diperlukan dukungan dari berbagai elemen mulai dari masyarakat maupun
pemerintah. Melalui kerjasama ini dapat berupa dukungan moril dan materil yang akan mempercepat
perubahan. Sebagai lembaga yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, pesantren harus
terus disegarkan agar tidak kehilangan relevansi pada jaman yang telah berubah dengan sangat
cepat. Pesantren harus lebih peka dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya
sehingga pengembangan kelembagaan yang dilakukan adalah benar-benar hal yang dibutuhkan
masyarakat.
Dengan demikian Pesantren memiliki peran yang besar bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Saai ini telah banyak pesantren yang memiliki program pengembangan masyarakat
dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat ke arah lebih baik. Program
pengembangan masyarakat dibuat dengan memperhatikan kebutuhan dari masyarakat itu sendiri,
sehingga program yang dibuat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Strategi yang dilakukan
pesantren dalam pengembangan kelembagaan pendidiikan adalah pesantren memiliki kerjasama
dengan International Center for Islam and Pluralism (ICIP) dengan dibantu oleh Ford Foundation
mengadakan Program Pendidikan Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT-
Information & Communications Technology). Melalui kerjasama tersebut diharapkan nantinya akan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 20
terbentuk kekuatan yang kokoh dan tercipta perubahan sosial yang lebih besar dan berawal dari
lembaga keagamaan. Bagi pemerintah, dukungan baik moril dan materil sangat dibutuhkan demi
terciptanya kelancaran pengembangan kelembagaan yang dilakukan oleh pesantren. Pemerintah
sebagai pemegang kebijakan diharapkan lebih bekerjasama dan memberikan perhatian khusus pada
pesantren agar perubahan dapatberjalan dengan lancar sehingga perubahan kehidupan masyarakat
ke arah lebih baik bisa cepat terlaksana.
Maka sejauh ini telah terjadi perubahan-perubahan bentuk, sifat dan fungsi pesantren sebagai
berikut:
a. Semakin jelas batasan-batasan: fungsinya sebagai lembaga pendidikan sosial dan penyiaran
agama.
b. Fungsinya sebagai pendidikan terasa semakin menonjol dibandingkan kedua fungsi yang lain,
yang berarti semakin menuju kea rah profesionalisme di bidang pendidikan.
c. Dengan semakin berkembangnya sumber-sumber belajar dan berkembangnya pendidikan
formal dalam pesantren, maka semakin beragam (diversifikasi) jenisjenis pendidikan yang
diselenggarakannya, dan semakin menyatu dengan system pendidikan nasional. Kedua jenis
pendidikan formal tersebut (madrasah dan sekolah umum) merupakan jembatan bagi santri-
santri untuk memasuki sekolahsekolah formal yang lebih tinggi tingkatannya dalam sistem
pendidikan nasional.
d. Sementara itu, kecenderungan global perkembangan dunia pendidikan dalam budaya industri
ini adalah sifatnya yang semakin massif, standard dan rasional. Pendidikan keilmuan akan
semakin menonjol di masa-masa mendatang, termasuk ilmu-ilmu agama. Sebagaimana
diketahui saat ini, pembagian bidang studi untuk tingkat pendidikan menengah atas: (1)
matematika dan fisika, (2) biologi dan kimia, (3) sosial, (4) bahasa dan budaya, (5) agama. Di
sini jelas yang dimaksudkan dalamno.5 tersebut adalah ilmu agama. Lembaga-lembaga
pendidikan akan semakin didominasi dengan pekerjaan-pekerjaan untuk mengajarkan dan
mengembangkan ilmu daripada mengembangkan nilai-nilai dan kearifan. Tidak semua hal dalam
hal kehidupan kehidupan ini (nilai kearifan) dapat diajarkan dan didikkaan melalui embaga
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 21
pendidikan formal atau sekolah-sekolah. Guru dapat mengajar filsafat, tetapi ia tidak dapat
mengajar kebijakan. Pendidikan nilai dan kearifan akan lebih efektif bila dilakukan melalui jenis
pendidikan non formal yang lebur dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana dilakukan oleh
pesantren selama ini, di mana sangat ditekankan pentingnya pengamalan ajaran agama dan
moral dalam kehidupan seharihari. diharapkan pesantren dapat menghasilkan lulusan yang
mampu mengembangkan dan mengamalkan bidang keahliannya dengan dipandu dan dipadu oleh
iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Bab 2 dst bi dihum penulis
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 22
BAB Dua
MENGENAL LEBIH KOMPREHENSIF
PENDIDIKAN ILMU, SENI DAN
BUDAYA ISLAM DI PONDOK
PESANTREN MODEREN GONTOR
Secara garis besar pesantren meliputi dua model, yaitu model pesantren salaf dan
pesantren khalaf. Menurut Zamaksyari Dhofier, yang dikutip Wahyoetomo (1997) mengemukakan
bahwa pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab
klasik (salaf) sebagai inti pendidikan, sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk
memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama.
Sebaliknya pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan atau pesantren yang
menyelenggarakan tipe-tipe sekolah umum seperti SD, SMP, SMU bahkan perguruan tinggi dalam
lingkungannya. Kedua model di atas memberi batasan jelas bahwa pesantren salaf senantiasa
mempertahankan terhadap tradisi-tradisi yang lama, sehingga sistem pengajaran salaf sering
menerapkan sistem sorogan dan bandungan. Sebaliknya kedudukan pesantren khalaf dapat
dikatakan lebih bersifat modern, karena tidak hanya menitikberatkan pada permasalahan klasik saja,
akan tetapi diikuti ilmu yang bersifat umum. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional
Islam yang bertujuan untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 23
H. Pendidikan Islam Di Pondok Pesantren Moderen Gontor
Pengembangan tentang alumni santri dirasa sangat diperlukan dilakukan oleh banyak
pesantren, karena selain para alumni santri dibekali dengan ilmu agama yang mumpuni, mereka juga
dibekali dengan ilmu-ilmu lain kaitanya untuk pengembangan dirinya masing-masing. Pengembangan
sumber daya manusia itu perlu untuk direncanakan, mengingat adanya kebutuhan yang sangat
mendasar dalam merencanakan sebuah sumber daya manusia yang unggul khususnya untuk alumni
santri. Perencanaan sumber daya manusia merupakan sebuah proses menentukan kebutuhan
tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berintegrasi
dengan rencana berorganisasi.Proses pengembangan sumber daya manusia merupakan satu alur
yang sangat penting dalam mencetak generasi-generasi unggul yang dapat bersaing nantinya,
karena manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,
pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.
Manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan agar sumber daya manusia di dalam organisasi dapat digunakan secara efe ktif
supaya mencapai berbagai tujuan yang diinginkan. Manajemen sumber daya manusia juga
merupakan proses pemanfaatan sumber daya manusia yang ada sehingga dapat melakukan
serangkaian kegiatan yang diperlukan.
Adapun pondok modern Gontor memiliki ciri-ciri kemodernannya sebagai berikut: Pertama,
dalam bidang metode dan sistem yang diterapkan menganut sistem pendidikan klasikal yang
terorganisir dalam bentuk perjenjangan yang ditetapkan disamping secara klasikal juga
diperkenalkan sistem ekstra kurikuler, dan untuk terlaksananya kegiatan tersebut diadakan sistem
asrama, dengan sistem asrama ini dimaksudkan agar tujuan dan asas pendidikan dapat dibina dan
dikembangkan secara efektif dan efisien. Kedua, dalam bidang kurikulum, kurikulum pondok modern
Gontor adalah seratus persen pendidikan umum dan seratus persen pendidikan agama, antara
keduanya mempunyai muatan seimbang, disamping pelajaran di kelas juga diajarkan itikad dan
tatakrama yang berupa kesopanan batin dan diberikan pelajaran keterampilan. Ketiga, dalam
bidang metodologi,pondok modern Gontor dalam menggunakan metodenya adalah dengan
menggunakan metode direct method atau metode langsung yang diarahkan kepada penguasaan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 24
bahasa secara aktif dengan cara memperbanyak latihan (drill) baik lisan maupun tulisan. Dengan
demikian, tekanan banyak diarahkan pada pembinaan kemampuan anak untuk memfungsikan
kalimat secara sempurna dan bukan pada gramatika tanpa mampu berbahasa dengan baik.
Keempat, dalam bidang manajemen, demi kepentingan pendidikan dan pengajaran Islam, lembaga
pendidikan tidak dipegang oleh kyai secara turun temurun akan tetapi sudah dipegang oleh badan
wakaf, struktur kepengurusan seluruhnya diserahkan kepada badan wakaf. Dalam hal ini badan
wakaf mempunyai program yang berkenaan dengan pendidikan dan pengajaran, bidang peralatan
dan pergedungan, bidang perwakafan dan sumber dana, bidang kaderisasi serta bidang
kesejahteraan dengan demikian pengaturan jalannya organisasi pendidikan menjadi dinamis,
terbuka dan obyektif.
Sedangkan ciri pondok tradisional adalah sebagai berikut: Pertama, dalam bidang
kurikulum pesantren tradisional hanya mengerjakan pengetahuan agama, sehingga lulusannya
tidak dapat memasuki lapangan kerja yang mensyaratkan memiliki pengetahuan umum,
pengetahuan teknologi dan ketrampilan. Kedua, dalam bidang metodologi pengajaran, pesantren
tradisional kurang dapat memberdayakan lulusannya.Para pelajar pesantren tradisional diajari
dengan berbagai macam ilmu bahasa arab dengan susah payah dan menjelimet, tapi mereka tidak
dapat berbicara dan menulis bahasa arab dengan baik. Mereka terlihat minder dan kurang rasa
percaya diri. Ketiga, dalam bidang manajemen, pesantren tradisional menerapkan sistem
manajemen yang sentralistik, tertutup, emosional dan tidak demokratis. Semua hal yang berkaiatan
dengan pesantren sepenuhnya berada ditangani kiai yang memiliki otoritas penuh sampai ia merasa
tidak sanggup lagi atau meninggal dunia. Nurcholis Madjid, merumuskan tentang tujuan pondok
pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki keteladanan tinggi bahwa ajaran agama
weltanschauung yang menyeluruh mencetak santri menjadi ulama intelek, intelek ulama, menjadi
orang muttaqin, mu'min, muslim, muhsin bahagia di dunia dan akhirat, pendidikan agama dan umum
seimbang, menjadikan manusia pembangunan rohani dan jasmani, menjadi manusia serba guna dan
serba bisa seperti pendidik, guru, ulama, pegawai, wiraswasta, ABRI, petani dan lain-lain serta
berkhidmat pada bangsa dan negara.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 25
Elemen-elemen Pondok Modern Gontor Sebagai komunitas tersendiri, pondok modern
Gontor terdiri dari kyai, santri dan pengurus pondok yang hidup bersama dalam satu kampus
berdasarkan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiayasaannya
sendiri, yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya.. Dengan
demikian lembaga pendidikan Islam yang disebut pondok, sekurangnya ada empat elemen
diantaranya kyai, santri, masjid, pondok. Mestuhu, berpendapat bahwa elemen pondok itu terbagi
menjadi tiga: Pertama, kyai, ustadz, santri, dan pengurus. Kedua, masjid, rumah kyai, rumah ustadz,
pondok, gedung. Ketiga, tujuan, kurikulum, sumber belajar, yaitu kitab, buku-buku, dan sumber
belajar lainnya. Sementara Zamaksari Dhofir menyebutkan, bahwa pesantren mempunyai lima
elemen yaitu kyai, masjid, pondok dan pengajaran kitab-kitab Islam.
a. Kyai . Keberadaan Kyai dalam pondok sangaturgen dan esensial karena dia adalah perintis,
pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik pondok. Seorang guru di suatu
pondok, kata Geertz, dan setiap sarjana dalam ilmu keislaman pada umumnya dapat disebut kyai.
Keterangan Geertz yang sangat dikenal dengan teorinya mengenai verian santri, abangan, dan
priyayi dalam budaya jawa. Secara sepintas saja sudah menunjukkan pada kekurangan, tidak
setiap guru dalam pondok, sekalipun guru agama,dapat disebut kyai. Banyak syarat yang harus
ditambahkan pada seorang guru di pondok untuk disebut kyai, antara lain dari segi ilmu, kualitas
kepribadian atau kepemimpinan. Menurut asal usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai
untuk 3 jenis gelar yang saling berbeda diantaranya: Sebagai gelar kehormatan bagi barang-arang
yang dianggap keramat misalnya, Kyai Garuda Kencana, dipakai untuk sebutan kereta Emas yang
ada di Kraton Yogyakarta. Gelar kehormatan untuk orang tua pada umumnya, Gelar yang diberikan
masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memimpin pesantren dan mengajar kepada
santrinya. Kyai dalam pembahasan ini mengacu kepada pengertian ketiga, walaupun sebenarnya
predikatkyai saat ini tidak lagi hanya diperuntukkan bagi yang memiliki pesantren saja, sudah
banyak juga predikat kyai digunakan oleh ulama yang tidak memiliki pondok. Dalam sebuah pondok
kyai seringkali mempunyai power dan authority yang mutlak. Tidak seorangpun santri atau orang
lain yang dapat melawan otoritas kyai kecuali kyai yang lebih besar pengaruhnya. Para santri
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 26
selalu mengharap dan berpikir bahwa kyai yang dianutnya merupakan orang yang penuh self
confident, baik dalam pengetahuan Islam, maupun dalam otoritas dan manajemen pondok. Oleh
Karena itu perkembangan dan maju mundurnya pondok salah satunya ditentukan oleh kapabilitas
kyainya. Banyak pondok yang gulung tikar karena ditinggal kyainya, sementara itu dia tidak
memiliki penerus yang dapat meneruskan perjuangannya. Disamping itu, seorang kyai menguasai
atas diri para santrinya, tidak hanya waktu di pondok, untuk seumur hidupnya akan senantiasa
terikat dengan kyainya, minimal sebagai inspirasi dan sebagai penunjang moral dalam kehidupan
dirinya. Dalam urusan menentukan pekerjaan, membagi harta pusaka, bahkan dalam memilih jodoh
seorang santri merasakan kewajiban moral untuk konsultasi dan mengikuti petunjuk petunjuk
kyainya.
b. Santri , adalah siswa yang belajar di pondok, santri dapat digolongkan menjadi dua
kelompok: a) Santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah jauh yang tidak memungkinkan
untuk pulang kerumahnya, maka dia mondok di pesantren. b). Santri kalong yaitu santri yang
berasal dari desa di sekeliling pondok yang biasanya tidak menetap di pondok, mereka pulang
pergi dari rumahnya sendiri.Seorang santri pergi dan menetap di pondok karena berbagai alasan
diantaranya: ingin mempelajari kitab-kitab yang membahas Islam secara mendalam di bawah
bimbingan kyai, ingin memperoleh pengalaman kehidupan di pondok, ingin memusatkan studinyadi
pondok tanpa disibukkan oleh tugas sehari-hari di rumah.
c. Pondok. Pondok pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan dimana para santri
tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan Kyai. Pondok untuk para santri tersebut berada
dalam lingkungan komplek dimana Kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar dan untuk kegiatan keagamaan lainnya. Komplek pondok biasanya
dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri. Ada beberapa alasan
kenapa pondok harus menyediakan asrama bagi para santri, pertama, kemasyhuran seorang kyai
dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk tafaqquh
al-Din dari kyai tersebut, para santri harus meninggalkan rumahnya dan menetap di pondok.
Kedua, hampir semua pondok berada di desa dimana tidak ada akomodasi yang cukup untuk
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 27
menampung para santri dengan demikian perlulah adanya asrama bagi para santri, hubungan
timbal balik ini ibarat seorang anak dengan orang tuanya. Hubungan ini menggerakkan hati kyai
untuk mendirikan pondok sebagai manifestasi rasa tanggung jawab terhadap santrinya. Dengan
adanya pondok, memungkinkan kyai dan para ustadznya melakukan controlling selama 24 jam,
ini berarti pendidikan di pondok tidak hanya meliputi domain kognitif tetapi juga afektif dan
psikomotorik.
d. Masjid . Kalau diruntut dari awal mulanya pada zaman nabi Muhammad Saw. masjid tidak
hanya dijadikan untuk melakukan ibadah fardiyah tetapi juga berfungsi sosial yakni mempererat
hubungan antar umat Islam. Disamping itu juga dimanfaatkan untuk menjelaskan wahyu yang telah
diterima Nabi kepada sahabat dan memberikan jawaban atas pertanyaan para sahabat dalam
berbagai masalah. Sedangkan masa khalifah masjid digunakan sebagai pusat pemerintahan,
mengatur strategi, menyelenggarakan administrasi negara. Begitu urgen dan esensi masjid, maka
tidak salah jika Zamakhsari dalam Magnum Opusnya, tradisi pesantren menetapkan masjid sebagai
salah satu pilar pondok. Fungsi masjid tidak hanya untuk shalat, tapi juga memiliki fungsi lain
seperti pendidikan dan sebagainya. pondok mutlak memerlukan masjid, tetapi difungsikan sebagai
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, hingga saat ini, kyai sering mempergunakan
masjid sebagai tempat membaca kitab-kitab Islam, di samping itu para santri memfungsikan
masjid sebagai tempat menghafalkan, mengulang pelajaran dan juga tempat istirahat para santri
Gambar 2.2 Pendiri Pesantren Gontor.
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 28
B. Menajemen Pendidikan (Ilmu, Seni, Budaya dan Cita Kasih ) Dalam Pendidikan
Islam di PonPes Moderen Gontor.
Dalam manjemen pendidikan antara pendidikan , Seni dan kebudayaan memiliki
hubungan yang sangat erat. Keeratan hubungan itu sering diibaratkan seperti dua sisi mata uang.
Sisi yang satu akan memiliki makna apabila dilengkapi dengan sisi yang sebelahnya. Demikian
sebaliknya. Dilihat dari sisi pendidikan, hampir seluruh materi yang diberikan dalam proses
pendidikan pada hakikatnya adalah kebudayaan. Sebaliknya dari sisi kebudayaan, pelestarian
kebudayaan pada hakikatnya dicapai melalui proses pendidikan. Melalui pendidikan segala hal
yang terkandung dalam kebudayaan dari suatu generasi ditransfer dan ditrasformasikan ke
generasi berikutnya. Demikian, proses itu akan berlangsung secara terus menerus sehingga
yang dapat disaksikan melalui pendidikan kebudayaan suatu bangsa tetap lestari. Oleh karena
itu pendidikan sering disebut proses pembudayaan. Ini berarti Pondok Pesantren (Ponpes)
sebagai bentuk lembaga pendidikan memiliki peran dalam pelestarian kebudayaan dalam arti
ikut melakukan upaya pengembangan, perlindungan dan pemanfaatan kebudayaan. Dengan
keberadaan Ponpes semakin berkembang. Tidak hanya jumlah,pengajaran, variasi ilmu yang
diajarkan dan proses pelaksanaan pendidikannya memiliki ciri-ciri menarik untuk disimak.
Berawal dari lembaga pendidikan yang mengutamakan pendidikan agama (Islam), kini
Ponpes berkembang menjadi lembaga pendidikan yang cenderung mengikuti pola pendidikan di
sekolah Non-Ponpes. Usaha-usaha ke arah pembaharuan dan modernisasi memang sebuah
konsekuensi dari sebuah dunia yang modern. Dalam posisi Ponpes sebagai lembaga tempat
berprosesnya pembudayaan bagi para santri/santriwati, pertanyaanya adalah bagaimana
peran Ponpes menanamkan apresiasi budaya yang berkembang di sekitar Ponpes?
Pertanyaan ini muncul karena sebagai lembaga pendidikan yang berada di tengah-tengah
kehidupan suatu masyarakat, Ponpes merupakan konsentrasi yang tidak dipisahkan dengan
kondisi lingkungannya, termasuk budaya yang berkembang di sekitar Ponpes. Selain itu,
sebagai lembaga pendidikan yang berlatar belakang agama Islam sudah barang tentu
kebudayaan Islam menjadi fokus yang yang dikembangkan di lembaga ini. Tentang bagaimana
pandangan Ponpes terhadap kebudayaan di lingkungan Ponpes, menarik untuk dikaji dalam
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 29
penelitian ini. Menurut mulyana dalam hasil penelitiannya (2007), bahwa hasil penelitian ini
dapat diperoleh gambaran tentang kondisi Ponpes dalam melaksanakan misinya sebagai
lembaga pendidikan agama Islam dan dalam menanamkan apresiasi budaya bangsa kepada
generasi muda. Di samping data dihimpun dari penelitian lapangan, juga dilakukan
pengumpulan melalui penelitian kepustakaan dan jasa terknologi komunikasi Internet. Penelitian
dilaksanakan oleh suatu Tim untuk mendapatkan gambaran tentang penyelenggaraan
penanaman apresiasi budaya tersebut telah dipilih beberapa Ponpes di lingkungan Provinsi
penyelenggaraan penanaman apresiasi budaya bagaimana halnya dengan materi pelajaran
yang berkaitan dengan kebudayaan/kesenian? Jika penyelenggaraan pendidikan diartikan
sebagai proses pembudayaan, apakah dalam kurikulum di Ponpes tradisional maupun modern
juga dilaksanakan pendidikan yang berkaitan dengan kebudayaan/kesenian? Apakah dalam
penyelenggaraan pendidikan di Ponpes memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para
santri untuk mengembangkan daya kreativitasnya? Apakah kebudayaan/kesenian yang
diajarkan dibatasi pada kebudayaan/kesenian yang bernafaskan Islam saja atau seluruh
kekayaan kebudayaan bangsa? Melalui hasil survai dan penelitian Ponpes “merupakan sub-
kultur yang tak bisa dilepaskan dari masyarakat itu sendiri. Jika ada pesantren yang ekslusif
bak hidup di atas menara gading, maka sejatinya dia telah kehilangan akar historis dan
sosiologis kehadiran pesantren”. peran pesantren dalam menanamkan apresiasi budaya
kepada para santrinya penanaman apresiasi budaya dalam Pengembangan Teori Blue Ocean
Strategy dalam manajemen pendidikan (ilmu, seni dan budaya) terhadap pribadi manusia muslim
di Pondok Pesantren Gontor yang terdapat di jawa timur, yang dijadikan focus Riset diantaranya
Podok Pesantren Darussalam Gontor Moderen Kampus pusat 1 Putra di kabupaten Ponorogo ;
Pondok Pesantren Moderen Darul Ma’rifat kampus 3 Putra di Kabupaten Kediri dan Pondok
Pesantren Gontor Moderen Putri kampus 5 di Kandangan Kabupaten Kediri Harus diakui, jumlah
dan jenis Ponpes yang dijadikan obyek dan jumlah responden masih sangat terbatas bila
dibandingkan dengan jumlah Ponpes yang ada. Berdasarkan Meskipun jumlah Ponpes yang
diteliti masih terbatas, tetapi diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh gambaran
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 30
tentang kondisi Ponpes dalam melaksanakan misinya sebagai lembaga pendidikan agama
Islam dan dalam menanamkan apresiasi dalam ilmu , seni dan budaya yang dinamis
menanamkan cinta kasih antar umat khususnya para santri/ Santriwati bersama semua civitas
akademik para Kiyai dan para pengasuh, Pembina, pendidik dalam pendidikan bangsa kepada
generasi muda. Di samping data dihimpun dari penelitian lapangan, Dokumentasi, wawancara,
hasil par peneliti terdahulu dan lainnya juga dilakukan pengumpulan melalui penelitian
kepustakaan dan jasa terknologi komunikasi Internet.
Budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Seni dan budaya ini selalu berkembang di setiap zamannya. Islam, sebagai agama Rahmatan Lil
Alamin juga menjadi salah satu bagian dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang
memasukkan nilai-nilai islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya.
Dalam setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga merupakan sebagai syiar Islam
di kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-nilai Islam didalamnya.
Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Sebaliknya
apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secera keras.
Diantara kaedah - kaedah (rambu-rambu) yang menjadi kriteria seni dalam islam tersebut,
menurut Yusuf al-Qaradhawi (dalam Humaira Hana), adalah : Harus mengandung pesan-pesan
kebijakan dan ajaran kebaikan diantara sentuhan estetikanya agar terhindar laghwun (perilaku
absurdisme, hampa, sia-sia); Menjaga dan menghormati nilai -nilai susila islam dalam
pertunjukannya; Tetap menjaga aurat dan menghindari erotisme dan keseronokan; Menghindari
semua syair, teknik, metode, sarana dan instrumen yang diharamkan syari'at terutama yang
meniru gaya khas ritual religius agama lain (tasyabbuh bil kuffah) dan yang menjurus
kemusyrikan; Menjauhi kata-kata, gerakan, gambaran yang tidak mendidik atau meracuni fitrah;
Menjaga disiplin dan prinsip hijab; Menghindari perilaku takhnnus (kebancian); Menghindari fitnah
dan prkatek kemaksiatan dalam penyajian dan pertunjukannya; Dilakukan dan dinikamti sebatas
keperluan dan menghindari berlebihan (israf dan tabdzir) sehingga melalaikan kewajiban kepada
Allah. Menurut islam seni bukan sekedar untuk seni yang absurb dan hampa nilai (laghwun).
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 31
Keindahan bukan berhenti pada keindahan dan kepuasan estetis, sebab semua aktifitas hidup tidak
terlepas dari lingkup ibadah yang universal. Seni islam harus memiliki semua unsur pembentuknya
yang penting yaitu ; jiwany, prinsipnya, metode, cara penyampaiannya, tujuan dan sasaran.
Motovasi seni islam adalah spirit ibadah kepada Allah swt, bukan mencari popularitas ataupun
materi duniawi semata. Seni islam harus memiliki risalah dakwah melalui sajian seninya yaitu
melalui tiga pesan : (1) Ketauhidan : dengan menguak dan mengungkap kekuasaan, keagungan dan
transendensi (kemahaannya) dalam segala-galanya, ekspresi dan penghayatan keindahan alam,
ketakberdayaan manusia dan ketergantungannya terhadap Allah, prinsip-prinsip uluhiyah dan
'ubudiyah; (2) Kemanusiaan dan penyelamatan HAM serta memelihara lingkungan :
seperti mengutuk kedzaliman/penindasan, penjajahan, perampasan hak, penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan, memberantas kriminalitas, kejahatan, kebodohan, kemiskinan,
perusakan lingkungan hidup, menganjurkan keadilan, kasih sayang, kepedulian sosial-alam dsb;
(3) Akhlak dan Kepribadian Islam : seperti pengabdian, kesetiaan, kepahlawanan atau kesatriaan,
lidaritas, kedermawanan, kerendahan hati, keramahan, kebijaksanaan, perjuang atau
kesungguhan, keikhlasan, dst. Juga penjelasan nilai-nilai keislaman dalam berbagai segi
menyangkut keluarga dan kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, dan politik. Puncak dari
manifestasi seni islam adalah al-Quran. Maka dari itu ukuran jiwa seni bagi setiap muslim itu
adalah seberapa besar kesadaran dan penghayatan nilai-nilai al-Quran tersebut menumbuhkan
kesadaran terhadap ayat-ayat Tuhan lainnya, yakni jagad raya ini (ayat kauniyah). Artinya, estetika
dan harmoni seni islam tidak saja diwarnai oleh nilai-nilai al-Quran, lebih jauh seni islam
terhampar pada gelaran jagad raya yang tiada cacatnya. Semuanya Allah ciptakan dengan
kecermatan yang sempurna, tidak ada segi dan unsurnya yang sia-sia atau kerancuan (bathilah),
semua serba melengkapi dan mendukung membentuk kesatuan fitrah panorama yang indah (Q.s.
Ali 'Imran/3:190-191).
Kesenian dan Budaya dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis,
ukir, suara, tari dan berbagai macam seni lainnya. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia,
memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai luhur dan
Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 32