The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Laskar Santri Seni Budaya Gontor (Suatu Kajian Hasil Riset) (Dr. Ade Tutty R.Rosa, M. MPd) (z-lib.org)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by niliantiputri, 2022-10-10 21:07:31

Laskar Santri Seni Budaya Gontor (Suatu Kajian Hasil Riset) (Dr. Ade Tutty R.Rosa, M. MPd) (z-lib.org)

Laskar Santri Seni Budaya Gontor (Suatu Kajian Hasil Riset) (Dr. Ade Tutty R.Rosa, M. MPd) (z-lib.org)

menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia,
maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena ketika itu ia telah mejadi salah
satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia. Dalam kaidah fiqh disebutkan “al adatu
muhakkamatun” artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan
bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu
dicatat, budaya tersebut tidak bertentangan dengan Islam. Ketika terdapat kebudayaan yang
bertentangan dengan Islam, maka kebudayaan itu harus dihindari. Seperti ngaben di Bali yang
mengandung usur-unsur syirik.

Islam selalu memiliki batasan-batasan tertentu untuk mengatur umatnya agar tidak
melenceng dari ajaran Islam. Seni yang dikehendaki islam adalah seni yang bisa mendatangkan
manfaat, bukan mendatangkan mudarat seperti menimbulkan kemungkaran, syirik, menimbulkan
syahwat, dan lain sebagainya. Dengan demikian, dinamika kreativitas seni budaya islam
seharusnya tidak boleh berhenti atau mandeg, karena bertentangan dengan spirit seni islam yang
tidak pernah diam (digambarkan oleh ayat dalam posisi berdiri, duduk, ataupun berbaring). Apalagi
spirit seni budaya islam itu telah diwariskan oleh para pendahulu (al-sabiqun) dari kalangan ulama
maupun ilmuan lewat karya-karya seninya yang mengagumkan.

Goerge R. Terry mengemukakan bahwa manajemen adalah ke merupakan kegiatan
untuk mencapai tujuan dilakukan individu yang mengembangkan upayanya yang terbaik melalui
tindakan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut mencakup apa yang harus
dilakukan, memahami bagaimana harus melakukan dan mengukur efektivitas dan efsiensi atas
usaha yang dilakukan.Hamalik mendefnisikan manajemen dengan rumusan yang operasional
adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan
orang lain serta sumbersumber lainnya, menggunakan metode efsien dan efektif untuk
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Sedangkan manajemen pendidikan merupakan
proses kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Proses tersebut
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, serta pengawasan. Manajemen
pendidikan pada hakikatnya menyangkut tujuan pendidikan, personal yang melakukan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 33

kerjasama, proses yang sistematik, serta berhubungan dengan sumbersumber yang
didayagunakan kegiatan manajemen menjadi tanggung jawab utama pimpinan lembaga
pendidikan tersebut

Manajemen Dalam Pendidikan (Pondok Pesantren di Gontor Untuk meningkatkan mutu
pendidikan, tidak bisa terlepas dari upaya perbaikan manajemennya. Sebagai salah satu
komponen penting dalam pendidikan, manajemen pondok pesantren, menjadi hal yang sangat
mendesak untuk diperbaiki. Pengorganisasian dan Penempatan SDM dalam Pondok Pesantren
merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur
serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara organisasi agar tujuan organisasi dapat
dicapai dengan efsien. Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen untuk
mengkoordinasikan hubungan berbagai sistem kewenangan dan pertanggungjawaban tugas-
tugas yang ada di dalam organisasi. Kewenangan, tugas-tugas dan tanggungjawab tersebut
kemudian diatur dalam struktur organisasi. Stafng merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa penyusunan personalia padaorganisasi sejak dari merekrut tenaga kerja,
pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna
maksimal kepada organisasi. Organizing dan Stafng merupakan dua fungsi manajemen yang
sangat erat hubungannya. Organizing yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung
berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi, sedangkan stafng
berhubungan dengan penerapan orang-orang yang akan memangku masing-masing jabatan
yang ada dalam organisasi tersebut. (1) Leading (Memimpin). Memimpin adalah proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas atau memotivasikaryawan yang berkaitan dengan
pekerjaan dari anggota kelompok atau Seluruh organisasi; (2) Reporting adalah salah satu
fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasilkegiatan atau pemberian
keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas danfungsi-fungsi kepada pejabat
yang lebih tinggi; (3) Stafing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia padasuatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai
denganusaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi; (4)

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 34

Forecasting. Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan taksiran
terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti
dapatdilakukan; (5) Directing/Commanding. Directing atau Commanding adalah fungsi
manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah
atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.;
(6) Motivating. Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan
melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.; (7)
Coordinating.Salah satu unsur dalam manajemen SDM adalah pendayagunaan yaitu
menempatkan orang sesuai dengan kompetensinya sehingga bisa bekerja dengan optimal.
Istilah lain yang sering digunakan adalah the right man in the right place. Dalam hal ini para
manajer harus bisa melihat kemampuan atau kompetensi karyawannya sehingga bisa
menempatkan dalam posisi yang pas. Karena hal ini akan berpengaruh terhadap kinerjanya.
Apabila karyawan kita tidak punya kompetensi yang sesuai, maka tentu saja hasilkan tidak akan
seperti yang kita harapkan. Pondok pesantren, sekolah dan madrasah mempunyai satu tujuan
atau lebih. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu disusun rencana kerja strategis yang
mana harus bisa menjembatani antara kondisi sekarang dan harapan yang ingin dicapai dalam
jangka waktu tertentu. Dalam penyusunannya diharapkan dapatmelibatkan seluruh stakeholder.
Total Quality Management (TQM) di Pondok Pesantren, Sekolah Dan Madrasah dapat
diaplikasikan dalam dunia lembaga pendidikan Karena diera Digital seperti saat ini setiap
penyedia layanan jasa dituntut untuk memperbaiki kualitas produk / lulusan (output), agar
mereka siap menghadapi tuntutan zaman. Pelaksanaan TQM di sektor swasta akan bervariasi
sesuai organisasinya masing-masing begitu pula di sektor pendidikan, penerapannya juga akan
berlangsung dalam bentuk berbeda tergantung konteksnya. Sejalan dengan berjalannya waktu
banyak madrasah yang semakin menunjukkan kulitasnya dan mampu bersaing dengan lembaga
pendidikan lain. Namun demikian bukan hanya sektor swasta yang tanggap terhadap cepatnya

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 35

laju perubahan kondisi perekonomian. Dunia pendidikan terutama Ponpes juga terus menerus
dituntut untuk memperbaiki pelayanan dalam rangka menanggulangi terbatasnya anggaran dan
ketidakpuasan publik yang terus berkembang terhadap mutu pengadaan pelayanan. Meminjam
konsep berfkir manajemen sistem industri modern, maka manajemen dalam pesantren
seyogyanya memandang bahwa proses pendidikan santri adalah terus menerus (continuous
educational process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, dan
ikut bertanggung jawab untuk memuaskan pengguna lulusan Ponpes tersebut. Untuk penerapan
TQM di pesantren maka para stakeholder di ponpes harus punya kesamaan persepsi tentang
manajemen kualitas. Kualitas adalah suatu standar minimumyang harus dipenuhi agar mampu
memuaskan pelanggan yang menggunakan output (lulusan) dari sistem pendidikan di ponpes
itu, serta harus ditingkatkan terus menerus. Tentu saja harus sejalan dengan tuntutan “pasar
tenaga kerja” yang makin kompetitif. Ponpes sebagai suatu lembaga pendidikan harus bisa
mengadopsi paradigma baru tentang manajemen berkualitas modern. Organisasi seperti
Ponpes masih banyak yang belum memiliki misi dan budaya kerja yang berlangsung birokratis,
kurang akuntabel, dan tidak menghadapi persaingan langsung, perbedaan ini akan berdampak
pada cara melakukan perubahan pada ponpes. Langkah awal dalam penerapan TQM di Ponpes
adalah penyamaan persepsi dan komitmen untuk perubahan. Jika komitmen untuk
melaksanakan TQM telah terbangun, sebaiknya dimulai dengan perubahan berskala kecil, dan
belajar dari kegiatan-kegiatan kecil tersebut. Jika tidak ada komitmen perubahan di kalangan
manajer senior, maka akan berdampak pada kurang maksimalnya penerapan TQM di Ponpes.

Dalam jangka panjang, manfaat utama penerapan TQM pada ponpes adalah perbaikan
pelayanan, pengurangan biaya, dan kepuasan pelanggan. Manfaat lain adalah peningkatan
keahlian, semangat, rasa percaya diri di kalangan guru dan staf, perbaikan hubungan antara
internal Ponpes dan masyarakat, peningkatan akuntabilitas, transparansi, peningkatan
produktiftas dan efsiensi.12 Dalam konteks ini, institusi pendidikan memang “dituntut” untuk
memposisikan diri sebagai institusi/industri jasa yang memberikan pelayanan (service)

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 36

pendidikan yang bermutu dan berkualitas sesuai dengan keinginan dan kebutuhan customer
(masyarakat pemakai jasa) saat ini. Jadi ada kemungkinanTotal Quality Management dapat
diaplikasikan di pondok pesantren dan madrasah jika berdasarkan asas TQM “continuous
improvement” dan “Do the right think, frst time, every time”. Namun sangat tidak sesuai jika
lembaga pendidikan keagamaan disini harus memposisikan diri sebagai industri jasa atau
penyedia layanan jasa (pendidikan) berbasis komersil, karena visi misi dasar diadakannya
pendidikan di pondok pesantren dan madrasah adalah dakwah dan perjuangan Islam.
C. Budaya Manajemen Pendidikan (Ilmu Pengetahuan / Knowledge, art and Curture )

kaitannya dengan Teori Blue Ocean Strategy yang dikembangkan melalui Konsep
Analysis Dynamics System Pada Pondok Pesantren Moderen Gontor.

Dengan adanya knowledge management Seni dan Budaya Islam di lingkungan PonPes Gontor
yang didasari dengan adanya akumulasipengetahuan individual melalui knowledge sharing ini, maka
jika sewaktu-waktu ada salah satu anggota organisasi yang keluar, pengetahuan yang dimiliki
individu tersebut tidak akan hilang karena telah menjadi pengetahuan organisasi dan organisasi tidak
akan mengalami goncangan dengan adanya anggota yang keluar tersebut. Dalam Implementasnya
budaya manajemen knowledge tidak akan bisa berjalan jika tanpa ada proses knowledge sharing di
dalamnya, karena dengan adanya knowledge sharing ini pengetahuan yang dimiliki individual dapat
terakumulasi menjadi pengetahuan organisasi. Knowledge management memfasilitasi proses ini
sehingga pengetahuan tersebut dapat terorganisir secara lebih baik dan nantinya bisa dimanfaatkan
secara maksimal untuk kepentingan organisasi , yang terakumulasi dalam suatu organisasi dapat
dimanfaatkan dan digunakan sebagai alat untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang
dihadapi organisasi yang bersangkutan. Selain itu, pengetahuan ini juga bisa digunakan untuk
menciptakan ide-ide baru maupun untuk memperbaiki ide-ide yang telah ada dalam organisasi. Oleh
sebab itulah, jika tidak dikelola dengan baik dalam kerangka knowledge management yang
terstruktur, pengetahuan yang peranannya sangat penting dalam organisasi ini tidak akan bisa
membawa perbaikan dan tentu tidak akan bisa pula membuat organisasi tersebut tetap bisa
bertahan di tengah era digital saat ini

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 37

. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan agar knowledge management suatu
organisasi dapat diimplementasikan secara optimal, menurut Tobing (2007: 28) yaitu;
1. Manusia, Pada hakekatnya knowledge berada di dalam pikiran manusia berupa tacit
knowedge.Carla O’Dell mengatakan bahwa 80% knowledge adalah berupa tacit
knowledge dan hanya 20% berupa knowledge eksplisit (Tobing, 2007: 28). Disamping sebagai
sumber knowledge, manusia pada hakekatnya juga merupakan pelaku dari proses-proses yang
ada di dalam KM. Jika proses knowledge sharing/transfer dan knowledge creation tidak
dapatberjalan, maka persoalan utamanya adalah karena tidak adanya kemauan dan
kemampuanmanusia untuk melakukannya. Semua proses-proses tersebut dapat berjalan, selama
manusia memang terdorong untuk melakukannya, walaupun tanpa bantuan teknologi.
Meningkatkan motivasi dan membangkitkan partisipasi anggota organisasi dalam
implementasi Knowledge Management , memerlukan pendekatan-pendekatan manajemen
SDM. Berbagai penelitian, tulisan dan praktek implementasi KM membuktikan bahwa
pemberian reward merupakan salah satu faktor signifikan dalam menentukan keberhasilan
implementasi KM meningkatkan partisipasi aktif untuk membagikan knowledge yang
dimilikinya dalam meningkatkan kemampuan belajar mandiri dan berinovasi.
2. Leadership, Peran yang sangat kritis yang harus dijalankan oleh pemimpin adalah membangun
visi yang kuat, yaitu visi yang dapat menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk tersebut.
Visi tidak hanya sekedar statement yang bersifat retorik, tetapi harus diikuti oleh tindakan
nyatadari pemimpin itu sendiri dalam memberikan teladan dan keyakinan kepada seluruh
anggotaorganisasi bahwa memang organisasi sungguh-sungguh diarahkan dan digerakkan
menuju visi yang telah ditetapkan. Sebaik-baiknya pernyataan visi, jika tidak ditindaklanjuti akan
segera kehilangan efektifitasnya dan secara psikologis akan menjadi khayalan yang sudah
dianggap menjadi kenyataan sangat berbahaya bagi sebuah organisasi.

3. Teknologi, Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sudah merasuk ke semua aspek
kegiatan manusia membuat penggunaan teknologi informasi menjadi salah satu enabler dari
KM. Perkembangan TI membuat semakin banyak proses yang diotomasi dan juga semakin

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 38

banyak pekerja yang menghabiskan waktunya didepan komputer baik untuk melakukan
pekerjaan analisis, mengeksekusi proses bisnis maupun untuk berkomunikasi. Internet saat ini
sudah menjadi interface dan sekaligus integrator antara manusia dengan manusia lainnya.
Perkembangan teknologi internet dengan berbagai aplikasi didalamnya membuat teknologi ini
menjadi basis utama pengembangan KM Tool. Tujuan utama dari penggunaan teknologi
internet dalam KM adalah untuk mendistribusikan knowledge melalui internet/intranet yang
memungkinkan knowledge yang dimiliki perusahaan dan karyawannya tersebar
secara corporate wide dan menjadi milik kolektif perusahaan atau organisasi. Selain berfungsi
sebagai media utama pendistribusian knowledge, penggunaan teknologi IT dalam KM juga sangat
berperan dalam mengeksekusi berbagai proses di KM yaitu: Capture, generate atau akuisi
knowledge; Kodifikasi knowledge; Knowledge maintenance (validasi, pemeliharaan, integritas
knowledge) Security dari knowledge dan Memonitor pemanfaatan knowledge.
4. Organisasi, Organisasi berkaitan dengan penanganan aspek operasional dari asetaset
knowledge, termasuk fungsi-fungsi, proses-proses, struktur organisasi formal dan
informal, ukuran dan indikator pengendalian, proses penyempurnaan, dan rekayasa proses
bisnis. Organisasi yang supportif terhadap knowledge Management adalah organisasi yang
menghargai knowledge dan yang memilikinya. Organisasi ini sangat fleksibel dan sangat
mudah menyesuaikan diri dengan perubahan. Galbraith et al (2002) menyatakan
bahwa reconfigurable organization (organisasi yang dinamis) adalah organisasi yang mampu
mengkombinasikan dan mengkombinasikan ulang skill, kompetensi, dan sumber daya
organisasi untuk merespon perubahan-perubahan lingkungan. Jenis organisasi ini adalah
berbasis knowledge.Sehingga organisasi pendidikan yang berkeinginan untuk
mengimplementasi KM, harus mempersiapkan diri untuk tidak saja familier dengan posisi baru
tersebut, tetapi juga harus merancang fungsi-fungsi, proses-proses, struktur serta menata ulang
mekanisme koordinasi, interaksi, aliran informasi knowledge dengan posisi tersebut.
5. Learning, Garvin (1998) mendefinisikan learning organization sebagai keterampilan organisasi
dalam lima aktifitas utama, yaitu: Penyelesaian masalah secara sistematis ; Penguji cobaan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 39

pendekatan-pendekatan baru; Belajar dari pengalaman masa lalu; Belajar dari praktek terbaik;
Transfer atau sharing knowledge secara cepat dan efisien ke seluruh organisasi.
Proses learning menjadi sangat penting dalam KM, karena melalui proses inilah diharapkan
muncul ide-ide, inovasi dan knowledge baru, yang menjadi komoditas utama yang diproses
dalam KM. Untuk itu perusahaan perlu mendorong dan memfasilitasi proses learning dengan
memastikan individu- individu berkolaborasi dan melakukan sharing knowledge secara
optimal. Pemimpin harus memperlengkapi organisasi dengan lingkungan dan karakterkarakter
yang dibutuhkan untuk terbentuknya learning organization, serta memberikan solusi dalam
mengatasi hambatan belajar yang dihadapi organisasi.
D.Kegiatan Ekstrakurikuler (Exchool) di Pondok Pesantren Gontor

Istilah ekstrakurikuler, sebagai kegiatan penyaluran minat dan bakat bagi para santri dan
santriwati di PonPes Gontor berada di luar kurikulum Pembelajaran . Kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan yang dilaksanakan di Ponpes tersebug h atau di lingkungan masyarakat untuk
menunjang program pengajaran. Selain itu, Suharsimi Arikunto mendefinisikan kegiatan
ekstrakurikuler sebagai kegiatan tambahan diluar struktur program yang pada umumnya
merupakan program pilihan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran dan
pelayanan konseling dengan tujuan untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi ,bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan
oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di Lembaga Pondok
Pesantren tersebut. Kegiatan ini di diadakan secara swadaya dari pihak para santri dan santriwati
secara mandiri. Kegiatan ekstrakurikuler ini dapat berbentuk kegiatan pada
seni,olahraga,pengembangan kepribadian,dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan
dari para santri/ sanriwati itu sendiri. Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ini menjadi
salah satu unsur penting dalam membangun kepribadian para santri/ santriwati Seperti yang
tersebut dalam tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler di Pondok Pesanren tersebut.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 40

Sebagai contoh kegiatan ektrakurikuler dalam Kegiatan Seni Budaya yang penulis Riset
yang dilakukan di PonPes yang dijadikan Fokus Riset ( Pondok Pesantren Modern Darussalam
Gontor, Ponorogo dan Darul Ma’ rifat , Pondok Pesantren Gontor Putri 5) dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler. Program kegiatan dan pelajaran ekstrakurikuler merupakan bagian penting sekali
bagi setiap pranata pendidikan, program ekstrakurikuler dipentingkan karena tujuan adalah untuk
membentuk Muslim dan muslimah yang siap dan mampu menghadapi tantangan di dunia ini. Lewat
program ekstrakurikuler tersebut, santri dapat kesempatan untuk memperluas pengetahuan dan
ketrampilannya sesuai dengan keperluaanya untuk tinggal di masyarakat umum.Selain dari
perannya sebagai bagian pelajaran yang memperluas pengetahuan dan ketrampilan para santri,
program ekstrakurikuler juga merupakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan santai.
Kegiatan semacam ini penting sekali dalam perkembangan mental dan fisik seorang pemuda.
Memang sudah banyak penelitian mengenai cara pemuda-pemudi belajar dengan baik dan ternyata
tidak cukup bagi para pemuda kalau hanya diberi pelajaran di dalam ruang kelas dengan buku-
buku. Yang juga diperlukan adalah pelarajan yang bisa didapat dari pengalamannya sendiri dan
dari kegiatan yang menuntut keterlibatan aktif.Ada macam-macam kegiatan ekstrakurikuler yang
diikuti para santri diSalah satu yang paling populer adalah pramuka di mana santri mendapat
kesempatan untuk mengikuti kemah yang diadakan di tempat di luar pondok pesantren (misalnya
di pantai). Para santri mengikuti kegiatan berkemah tersebut selama beberapa hari, setahun
sekali dan aktivitas-aktivitasnya disiapkan oleh para Ustad dan Ustadah. Adanya juga kegiatan
pramuka yang bernama ‘wade games’. Kegiatan ‘wade games’ tersebut termasuk macam-macam
lomba olahraga dan ketrampilan yang dimainkan selama sehari penuh. Kegiatan ‘wade games’
dilakukan selama satu hari penuh dan hari itu selalu ditunggu-tunggu para santri. Program
pramuka ini adalah bagian program ekstrakurikuler yang memberikan para santri kesempatan
(walaupun agak singkat) untuk melupakan buku-bukunya dan pelajaran akademiknya selama
sementara dan belajar dari dan tentang alam. Selain pramuka, kegiatan ekstrakurikuler termasuk
pelajaran ketrampilan di mana para santri diajar berbagai macam ketrampilan praktis misalnya;
memasak, menjahit, merias, menyulam dan membuat hiasan hiasan seperti bunga. Dari pelajaran

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 41

ekstrakurikuler tersebut, para santri mendapat ketrampilan yang bermanfaat bagi mereka untuk
kehidupannya dalam masyarakat umum. Ada juga pelajaran ekstra kurikuler khutbatul mimbariah
(berpidato) di mana santri dapat membangun perasaan percaya dirinya karena harus berani
berdiri di depan banyak orang yang kadangkadang merupakan pengalaman yang menakutkan.Pada
setiap akhir tahun ajaran

Setelah melihat bagaimanakah pandangan seni di Pondok Pesantren Gontor maka
dalam bagian tulisan penulis mencoba untuk melihat jenis seni dan kegiatan kesenian apa
saja yang dilaksanakan di Pondok Pesantern Modern Gontor? Kesenian di Pondok Pesantren
Modern Gontor ditempatkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Kesenian adalah salah satu
dari beberapa banyak jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Gontor. Namun, dengan kegiatan ekstra itu kesenian mempunyai peran yang cukup signifikan
dalam kehidupan kesenian di Pesantren. Di sekolah para santri hanya menerima pelajaran
khad, yaitu bagaimana menulis indah dalam huruf Arab saja untuk membantu memperbaiki
tulisan mereka. Sedangkan, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kesenian di Pondok
Pesantren Gontor ini diurus dbawah organiasi ini ada kurang lebih 20 salah satunya yang
menangani seni adalah Bagian Kesenian. Kegiatan ekstarkurikuler di sini terdiri dilaksanakan di
sanggar-sanggar. Para santri berkreasi kalau ada waktu senggang, biasanya setelah makan
siang. Seperti Sanggar Seni Aklam (Asosiasi Kaligrafer Darussalam). Sanggar ini mengajarkan
seni lukis kaligrafi. Para santri diajarkan dasar dasarnya seperti kaidah-kaidah dari khat. Setelah
para santri mahir dalam kaidah-kaidan dasar kaligarafi maka mereka dibebaskan berkarya.
Dalam kesenian kalau sudah paham para santri harus menunjukan jati dirinya masing-
masing. Lukisan di sini macam-macam, ada jenis lukisan kaligrafi, naturalis dan kombinasi
antara kaligrafi dan yang natural, kalau ada pertemuan sering kali dipamerkan, santri-
santri disini pernah juga melakukan pameren. Lukisan disini kebanyakan memakai cat minyak
dan cat air.Di samping Aklam ada organiasi yang bernama Limit, didalamnya ada kursus
mengenai kartun, seperti manga kartun-kartun import, kebanyakan kartun-kartunnya adalah
kartun Jepang, ada pula yang berkreasi seperti anekdot dan karikatur. Karikatur khas Indonesia

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 42

dikembangkan pula disini tetapi pesertanya terbatas. Kartun lokal baru dibuat hanya oleh
beberapa orang yang melakukan spesialisasi. Di sanggar ini dikembangkan pula seni lukis gaya
naturalis seperti pemandangan alam tetapi ada pula yang mengembangkan secara khusus
lukis wajah. Di sini juga ada komik yang mengangkat kehidupan sehari-hari pondok sebagai
inspirasi untuk komik. Komik tersebut menjadi saluran aspirasi bebas para santri. Melalui media
tersebut para santri tidak akan kekurangan ide karena mengangkat kehidupan praktis para
santri dan lingkungan pesantren. Pasti ada persoalan-persoalan yang menarik disini bahkan
tak jarang terdapat kritik-kritik yang tajam dari karya mereka terhadap lingkungan sekitarnya..
Karya-karya para santri yang memenuhi kriteria keindahan itu dipilih lalu dipajang dalam
galery atau show room. Diantara karya-karya mereka ada yang terjual tetapi mereka
tampaknya tidak terlalu komersil. Selain tiga unit, yaitu: Limit, Galeri dan Aklam. Di sini ada unit
kegiatan marching band, dan drum band namun tidak masuk dalam kesenian, bagian itu
masuk unit kegiatan ekstrakurikuler tersendiri. Kegiatan ekstrakurikuler lainnya adalah unit
theater, di sini diajarkan pula pantomim. Ada lagi unit ekstrakurikuler seni musik, yang terbagai
dari dua bagian yaitu hadrah dan musik lagi pop dengan nafas lagulagu Islami. Di Pondok ini juga
memberikan wadah bagi santri untuk menyalurkan bakat dan minat mereka terhadap karya
sastra seperti menulis puisi dan cerpen. Mereka ditampung dalam unit kegiatan ekstrakurikuler,
yaitu Writing Society yang merupakan wadah para santri untuk menyalurkan aspirasi mereka.
Unit kegiatan ini telah berhasil mengumpulkan tulisan-tulisan para santri seperti puisi
maupun cerpen, yang diterbitkan oleh Warta Mingguan Darussalam Pos.Puisi sebagai penyalur
aspirasi santri, berbicara mengenai ungkapan perasaan mereka, namun tak jarang pula
penuh dengan kritik dan kecaman terhadap fenomena kehidupan masyarakat sebagai yang
dianggap tidak baik. Dengan puisi ini para santri diajarkan menjadi peka rasa tehadap
persoalan-persoalan hidup manusia sehari-hari.

Seperti sebuah puisi karya santri yang berjudul ”Nyonya Tua Menuju Mati”, adalah
ungkapan sebuah potret manusia yang tidak sadar akan tempatnya, dalam usia yang sudah
senja namun semakin terbelenggu kekayaan dan kemewahan duniawi.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 43

Berikut salah satu contoh jenis kreativitas kesenian dan kebudayaan ektra kurikuler
yang digelar dan Tim peneliti ikut berfose di dalamnya Pondok Pesantren Gontor Kampus 3 Putra
Darul Ma’rifat Kediri :

Gambar 2.3 Tim riset dengan para santri dalam kegiatan ektrakurikuler

.
Gambar 2.4
Tim Riset dengan para santri dalam Penyerahan Piala Seni Budaya di Pondok Pesantren
Moderen Gontor Kampus 3 Putra Darul Ma’rifat Kediri
Karya santri lainnya misalnya yang diterbitkan oleh Warta Mingguan Darusaalam Pos
adalah kumpulan cerpen dengan judul ”Senandung Kehidupan”. Dalam cerpen ini para santri
belajar untuk menuangkan gagasan, dan ide-ide mereka ditulis dengan bahasa yang lugas.
Tema-tema yang ditulisnya adalah sekitar persoalan sosial dan kehidupan remaja sehari-
hari.Sebuah ajang seni pertunjukan yang cukup menarik adalah kontes drama yang merupakan
salah satu rangkaian dalam acara Pekan Perkenalan. Kontes drama ini dilakukan antar asrama.
Dengan kontes drama ini para santri dididik tidak saja berkreasi menjadi aktor panggung, tetapi

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 44

mereka diajarkan pula bagaimana melakukan kerja sama tim yang baik. Dalam kontes drama
ini salah satunya ditampilkan adegan perang antara kelompok yang baik dan kelompok yang jahat.
Melalui drama ini mereka diajarkan rasa keberanian dan percaya diri. Yang cukup mendebarkan,
yaitu adegan terjun dalam ketingginan kurang lebih 3 meter dari atas tanah.

Sebuah acara seni pertunjukkan yang spektakuler adalah Panggung Gembira yang
dilaksanakan oleh santri kelas 6 KMI. Acara ini merupakan acara rutin tiap tahun sebagai
salah acara puncak dari Pekan Perkenalan, yang diberi nama Khutbatul Arsy. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengenalkan dan masa orientasi tentang kehidupan Pondok Moderen
Darussalam Gontor terhadap siswa-siswa baru. Panggung Gembira merupakan ajang kreasi
para santri yang menampilkan pagelaran akbar seluruh seni yang juga merupakan kegiatan
ekstrakurikuler para santri. Melalui pentas ini diharapkan para santri dapat menguasai bidang di
luar pendidikan, yaitu melalui jalur seni, yang tentunya adalah seni dengan nilai-nilai Islam.
Acara ini mengajarkan kepada para santri untuk membangun kehidupan bersama, loyalitas dan
ukhuwah Islamiyah. Mereka menyelenggarakan acara yang spektakuler ini secara bersama-
sama.Panggung kesenian dibuat sangat mewah dengan bangunan triplek sebanyak 200 lebih
yang dihias dan dikdekorasi menyerupai bangunan istana yang megah. Di tengahnya dipasang
LCD besar, dengan didukung sound system berkekuatan 60.000 watt dan lighting 100.000
watt sehingga tampak bahwa pergelaran seni ini menjadi kolosal dan menghibur. Secara bersama-
sama yang merancang dan membuat panggung adalah para santri sendiri dari kelas 5-6. Panggung
ini dirancang selalu berbeda-beda bentuk bangunannya dalam setiap tahunnya. Secara visual
panggung ini tampak sangat spektakuler, acaranyapun juga dikemas meriah dan akbar. Panggung
Gembira 2017 ini kurang lebih 20 acara ditampilkan hingga tengah malam. Dalam pergelaran
tersebut ditampilkan hadrah dengan melibatkan kurang lebih 1500 santri tampil dalam
panggung, dengan kostum dan gerakan serta suara yang kompak. Ada teatrikal puisi dan
nasyid yang dibawakan dengan membawakan lagu-lagu bernuansa Islam yang suaranya mengalun
dari panggung yang megah. Dalam acara tersebut ditampilkan pula drama dokumenter tentang
penyebaran agama Islam di Indonesia. Ada pula musik band dengan menampilkan musik-musik

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 45

berjenis pop dan rock serta lagu-lagu kontemporer namun juga ada jenis musik etnis Jawa
seperti campursari. Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang bersifat nasional yang menampung
segala keragaman budaya dari masyarakat Indonesia yang majemuk, maka dalam pentas seni
ini ditampilkan pula kesenaian dari berbagai daerah di Indonesia antara lain tari saman dari Aceh,
tarian dari padang, tarian dari Maluku, tarian Bali, ditampilkan juga wayang orang dari Jawa
dengan menggunakan bahasa Arab. Disamping tari-tarian lokal juga ditampilkan tari
kontemporer. Seni Pertunjukan di sini yang ditampilkan tidak hanya mengusung seni-seni lokal
kedaerahan tetapi juga menampilkan seni import dari Jepang, yang bernama Masquerade.
E. PENGARUH MANAJERIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER PARA SANTRI DI PMD GONTOR

Dari Hasil kajian Riset pertama dalam dapat diasumsikan bahwa para santri/ Wati sebagian
besar telah memiliki karakteristik pembinaan dalam kegiatan ektrakurikuler, menunjukkan bahwa
karakter para santri/ Wati adalah tindakan yang dilakukan para santri/ wati berdasarkan keadaan
jiwa yang terjadi secara spontan dan tidak perlu dipikirkan lagi atau bertindak karena telah dilatih
secara terus-menerus dan menjadi sebuah kebiasaan sehingga tindakan tersebut terjadi secara
spontan. Para Santri/ Wati bisa menjadi pribadi yang baik dan menjadi manusia yang berakhlak
mulia tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Banyak faktor yang membuat siswa
mampu bertindak baik atau sebaliknya bertindak buruk. Heri Gunawan menyebutkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter ada 2, yaitu:
1. Faktor Interen Ada beberapa faktor intern, diantaranya adalah : (1) Insting atau Naluri ,

adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan
dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan.Naluri
merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli;(2)
Adat atau kebiasaan, Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah
untuk dikerjakan. Sehubungan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga
mudah dikerjakan maka hendaknya manusia memaksakan diri untuk mengulang-ulang
perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah akhlak (karakter) yang baik

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 46

padanya; (3) Kehendak/Kemauan, Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku
adalah kehendak atau kemauan keras (azam); (4) Suara batin atau suara hati, Suara batin
berfungsi memperingatkan bahaya dari perbuatan buruk dan berusaha untuk mencegahnya,
di samping dorongan untuk melakukan perbuatan baik. Suara hati dapat terus dididik dan
dituntun akan menaiki jenjang kekuatan rohani; (5) Keturunan, Keturunan merupakan suatu
faktor yang dapat memengaruhi manusia. Sifat yang diturunkan oleh orang tua yaitu ada dua
macam yaitu: sifat jasmaniyah dan sifat ruhani
2. Faktor Eksteren : (1) Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.
Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter. Betapa
pentingnya faktor pendidikan itu, karena naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun
dengan baik dan terarah. Oleh karena itu, pendidikan agama perlu dimanifestasikan melalui
berbagai media baik pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga,
dan pendidikan nonformal yang ada pada masyarakat. Abu Ali Akhmad Al-Miskawaih
menyebutkan bahwa Aristoteles pernah berkata di dalam Book on Ethics dan Book on
Categories, Aritoteles mengungkapkan bahwa orang yang buruk bisa berubah menjadi baik
melalui pendidikan; (2) Lingkungan, adalah sesuatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup,
seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan pergaulan manusia hidup selalu
berhubungan dengan manusia lain atau juga dengan alam sekitar. Di Lembaga pesantren
Modern Gontor merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi karakter maka
Lembaga Pesantren sudah mmpu menjadi salah satu tempat untuk bisa membentuk karakter
para peserta didik/ Para Santri/Wati dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh
lingkungan yang sudah seimbang, mampu mengembangkan karakter siswa dengan nilai-nilai
karakter yang sesuai dengan norma dan agama sudah sejalan dengan sifat-sifat karakteristik
di Indonesia yang telah dirumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan
karakter. Kesembilan karakter tersebut yaitu: (1) Cinta kepada Allah dan semesta beserta
isinya, (2) Tanggung jawab, disiplin dan mandiri, (3) Jujur, (4) Hormat dan santun, (5) Kasih
sayang, peduli, dan kerja sam, (6) Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, (7)

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 47

Keadilan dan kepemimpinan, (8) Baik dan rendah hati, dan (9) Toleransi, cinta damai dan
persatuan.Setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat mulia Allah,
yaitu al-Asma al-Husna. Sifat-sifat dan nama mulia Tuhan inilah sumber inspirasi setiap
karakter positif yang dirumuskan oleh siapapun. Dari sekian banyak karakter yang bisa
diteladani dari nama Allah itu, dapat dirangkum dalam 7 karakter dasar, yaitu: (1) Jujur; (2)
Tanggung Jawab; (3) Disiplin; (4) Visioner; (5) Adil; (6) Peduli; dan (7) Kerja Sama. Menurut
Mardia Hayati ada 18 nilai-nilai karakter minimal yang harus dikembangkan di lingkungan
Lembaga pendidikan yaitu: (1) Religius: Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran, terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, serta hidup rukun dengan pemeuk agama lain; (2) Jujur: Karakter jujur merupakan
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; (3) Toleransi: Toleransi adalah sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya; (4) Disiplin: Karakter disiplin yakni tindakan yang menunjukan
perilaku tertib dan patuh kepada berbagai ketentuan dan peraturan; (4) Kerja Keras: Kerja
keras adalah perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalammengatasi berbagai
hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya; (5) Kreatif: Kreatif
adalah berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan
sesuatu yang telah dimiliki; (6) Mandiri: Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak
mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas; (7) Demokrasi:
Demokrasi adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain; (8) Rasa ingin tahu: Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,
dilihat, dan didengar; (9) Semangat kebangsaan: Semangat kebangsaan merupakan cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya; (10) Cinta tanah air: Cinta tanah air adalah cara
berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 48

tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa; (11)
Menghargai prestasi: Karakter ini merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati
keberhasilan orang lain; (12) Bersahabat: Karakter ini adalah tindakan yang memperlihatkan
rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain; (13) Cinta damai: yaitu
sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya; (14) Gemar membaca: ini adalah sebuah kebiasaan menyediakan waktu
untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya; (15) Peduli Sosial:
Peduli sosial adalah karakter yang berkaitan dengan sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan ; (160 Peduli
lingkungan: Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi; (17) Tanggung jawab: Tanggung jawab adalah
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.
F. PERENCANAAN STRATEGIC YANG DIPEROLEH DARI RISET PADA KONSEP SPECTRUM
DYNAMICS SYSTEM.

Fungsi manajemen yang secara umum digunakan dalam dalam berbagai instansi atau
lembaga baik pemerintahan maupun swasta, yang biasa disebut dengan istilah POAC. Winardi,
Terry (1986;17) ia menulis fungsi-fungsi administrasi dan manajemen adalah “Planning, Organizing,
Actualiting, Controling :(1) Planning (perencanaan) merupakan proses mempelajari dan
meramalkan masa depan yang menyangkut kepada: Kegiatan atau aktivitas yang harus disenangi
masyarakat pada umumnya; Sarana atau tujuan dari aktivitas tersebut harus jelas; Fasilitas apa
yang diperlukan; Membuat kebijakan termasuk peraturan atau tata tertib yang akan diberlakukan;
Memperhitungkan waktu dan cara untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.Dalam membuat
perencanaan harus dibuat secara matang, sederhana dan mudah dilaksanakan. Dan
diperhitungkan melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman). Dengan demikian,

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 49

manakala menyusun suatu perencanaan harus terlebih dulu diketahui dimana letak kekuatan
(modal dasarnya), dimana letak kelemahannya, dimana letak peluangnya (pendukungnya) dan
dimana letak ancamannya bagi perencanaaan secara keseluruhan dan dapat berjalan
berkesinambungan.Planning atau perencanaan dapat dilaksanakan secara bertahap baik dalam
satu tahun atau satu periode kepengurusan dan dapat dibagi menjadi: 1) program jangka pendek,
2) program jangka panjang, 3) program yang bersifat insidentil; (2) Organizing atau
pengorganisasian yaitu menentukan tempat beserta para pelaksanaannya, yang diatur dalam
kerangka struktur sekaligus pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawabnya. Idealnya
penyusunan kepengurusan sebuah organisasi atau lembaga seharusnya mengacu kepada potensi
dan kapasitas orang-orang yang menduduki jabatan dari berbagai tingkatan manajemen tersebut
dengan memperhatikan dasar-dasar pemikiran sebagai berikut : Top manajemen ( manajemen
tingkat atas) 75 % kerja pikir, dan 25 % kerja fisik; Middle manajemen ( manajemen tingkat tengah)
50% kerja pikir, 50 % kerja fisik; lower manajemen ( manajemen tingkat rendah) 25 % kerja pikir,
dan 75 % kerja fisik. Namun demikian tentunya tidak mengesampingkan faktor lain yang juga
sangat penting yaitu faktor kemauan dan waktu yang bersangkutan. Terutama kaitan dengan
majelis ta’lim yang mayoritas diselenggarakan oleh ibu-ibu maka pertimbangan tersebut perlu
dipikirkan antara lain : kesempatan, kemampuan dan kemauan dari para pengurus jangan sampai
mengganggu tugas pokok di dalam rumah tangganya. Sebab di satu pihak ada yang memiliki
kemampuan tapi tidak ada kesempatan, atau ada kesempatan tapi kurang memiliki kemampuan,
atau ada kesempatan tapi tidak ada kemauan, sehingga menjadi dilema dan masalah bagi
organisaisi tersebut. Disanalah pentingnya pengorganisasian dalam mengintegrasikan seluruh
pengurus; (3)Actuating (pengarahan/ penggerakan personal). Disini perlu adanya motivasi agar
para personil baik secara struktural maupun secara fungsional yang terlibat dalam majelis ta’lim
timbul etos kerja dan etos beramalnya. Pemberian motivasi harus bersifat lahir dan batin atau
bersifat material dan spiritual ang diberikan secara seimbang; (4) Controling. Dalam dunia
pendidikan sering diistilahkan dengan supervisi yang artinya memberikan arahan, bimbingan dan
pembinaan. Supervisi bukan inspeksi yang dasarnya mencari kesalahan tapi mengevaluasi dari

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 50

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sehingga nampak mana yang perlu diperbaiki mana yang
dianggap sudah terpenuhi sesuai rencana. Evaluasi harus terjadwal dan terencana minimal dalam
jangka 6 bulan harus diadakan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan, khususnya masalah keuangan
harus dilaporkan secara tertulis melalui badan pengawas dalam organisasi/ dalam lembaga
tersebut.
1. Strategik Planning dalam pengembangan Teori Blue Ocean Strategy

Bryson (2004:1I) Berargumen bahwa "strategic planning as a disciplined effort to produce
fundamental decisions and actionss that shape and guide what on organitatio (or other
entity) is, what it does, and why it does if". Perencanaan Stratregik mengkaji tiga isu
strategik yaitu where you are, where you want to be dan how ta get there. Manfaat
dari perencanaan strategik antara lain: Pertama mempromosikan strategi berfikir, aksi
dan pembelajaran (promotion of strategic thinking, acting, and learning). Kedua,
mengembangkan pengambilan keputusan (improved decision making). Ketiga, meningkatkan
efektivitas suatu organisasi (enhanced organizational effectiveness).Keempat, memproduk
efektifitas peningkatan sistem bermasyarakat secara luas (enhanced effectiveness o.f
broader system).
2. Model manajemen stratejik dalam aspek Spiral Dynamics System
Merupakan kombinasi pola pikir stratejik dengan fungsi manajemen seperti perencanaan
dengan sistem administratif dan struktur organisasi. Tujuan utama manajemen stratejik adalah
“Pengembangan nilai organisasi, kapasitas manajerial, pertanggung jawaban organisasi
,sistem administrasi yang di hubungkan dengan pengambilan keputusan operasional dan
stratejik pada semua level ,semua lini organisasi. Akdon (2006:78) mengungkapkan bahwa :
“Konsep manajemen stratejik menjadi semakin luas dan konfrehensif tidak hanya membahas
tentang perencanaan, sistem administratif dan struktur organisasi namun memberitahukan
tentang pengukuran kerja ,pentingnya pengukuran kinerja ,pentingnya penentuan indikator dan
standar dalam berbagai fungsi manajemen”. Dalam berbagai penerapan manajemen stratejik
dewasa ini, pengembangan perencanaan yang di sertai dengan sasaran dan indikator di

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 51

gunakan sebagai sarana akuntabilitas karena dapat di gunakan sebagai tool untuk mengukur
kinerja.
3. Prinsip dalam manajemen stratejik yang mempengaruhi Spectrum Dynamics System
Adalah perumusan strategi (strategy ,for mulation) mencerminkan keinginan ,tujuan komunikasi
yang sesungguhnya dalam perumusan visi, misi, nilai dan pencermatan lingkungan internal dan
eksternal, di lanjutkan srategi implementasi (strategi implementation) meliputi analisis pilihan
strategi ,kunci keberhasilan, penetapan tujuan ,sasaran strategi ( kebijakan program), sistem
pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan. Srategi evaluasi ( strategy evaluation ) terdiri dari
kegiatan pengukuran ,analisis kinerja, pelaporan dan pertanggung jawaban.
4. Sasaran manajemen stratejik
Adalah meningkatkan kualitas organisasi, efisiensi penganggaran, penggunaan sumber
daya, kualitas evaluasi program, pemantauan kinerja dan kualitas laporan (Akdon (2006:79)".
Dari pendapat tersebut disimpulkan ketiga perumusan strategi merupakan aspek penting
dalarn manajemen strategi.
5. Perumusan strategi (Strategy Formulation)
Adalah rangka membuat rencana operasional, para manajer, para penyelia, dan anggota-anggota
staf kunci harus menentukan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan; Biaya, keuntungan
evaluasi, dan diseleksi mana yang paling efektif dan paling efisien; sasaran yang akan dicapai;
biaya dan waktu yang dibutuhkan, dampak sasaran organisasi;
6. Strategi merupakan terjemahan pemikiran kepada tindakan yang diarahkan pada
penyelenggaraan operasional sehari-hari dari seluruh komponen dan unsur organisasi. Agar
strategi dapat diterapkan dengan baik, perlu diminta komitmen pimpinan puncak,
terutama dalam menentukan kebijakan organisasi. Kebijakan program operasional dan
kegiatan atau aktivitas, organisasi) tetap mengacu pada visi, misi, tujuan sasaran yang telah
ditetapkan.
7. Strategi implementasi (Strategy Implementation), yaitu menjelaskan bagaimana
mencapai outcomes yaitu tindakan mengimplementasikan strategi yang telah disusun kedalam

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 52

berbagai sumberdaya secara optimal. Pengenalan dan anlisis terhadap lingkungan internal dan
ekstemal dalam stategy formulation harus dilakukan bagaimana mencapai outcomes yang
dituangkan dalam tujuan, sasaran dan stratejik mencapai sasaran(action plan).
8. Strategy Evaluasi (Strategy Evaluation),Fokus utama adalah pengukuran kinerja dan
penciptaan mekanisme umpan balik yang efektif dan mengetahui progress realisasi kinerja
,yang dihasilkan maupun kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mencapai sasaran
kinerja. Analisis hasil evaluasi digunakan untuk melihat gap dalam pencapaian implementasi
perencanaan stratejik. Stategi evaluasi adalah pelaporan tentang penyampaian
perkembangan dan basil usaha (kinerja), baik lisan maupun tulisan. Dengan adanya pelaporan
maka pihak yang berkepentingan balk internal maupun eksternal akan mengetahui secara jelas
kinerja organisasi dan akan menjadi feedback bagi proses perencanaan berikutnya.
9. Strategi dipandang sebagai pola khusus dari keputusan dan tindakan yang diambil manajer
untuk mencapai tujuan organisasi.(2)Sisi kedua yang juga dikemukakan oleh Mintzberg (1985)
bahwa strategi merupakan pola di dalam arus keputusan atau tindakan. Oleh karena itu tidak
semua rencana strategis dapat dimplementasikan, karena adakalanya strategi yang
dikehendaki (intended strategy) tidak dapat dijalankan sepenuhnya (unrealized strategy). Hal
ini disebabkan oleh berbagai kendala yang belum diantisipasi pada saat menyusun rencana
strategi, misalnya: gejolak politik, krisis ekonomi, globalisasi, dan lain sebagainya. Pada saat
ini juga dapat dideteksi strategi mungkin muncul (emergent strategy).
10. Develop un effective implementotion process. Menciptakan sebuah perencanaan
strategik tidaklah cukup. Berfikir secara strategis tentang implementasi dan
pengembangan suatu rencana implementasi yang efektif adalah tugas yang sangat penting
dalam merealisasikan pengembangan strategi yang ada pada tahap keenam tersebut di
atas. Dalam pandangan Bryson (2004: 51), suatu rencana aksi harusmemiliki beberapa
kriteria antara lain: 1) Peran implementasi danTanggung Jawab terhadap kesalahan
anggota tim organisasi, dan individu; 2)Hasil yang diharapkan, tujuan khusus, dan
beberapa kejadian yang penting; 3)langkah-langkah aksi khusus dan perincian yang relevan;

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 53

4) Daftar rencana(schedules); 5) Sumber tenaga; 6) Proses komunikasi; 7)
Tinjauan,monitoring, dan prosedur perbaikan kerja; 8) Prosedur peryanggungjawaban.
11. Reassessing and Revising Strategies flnd Plans. Menetapkan kembali dan merevisi
proses percncanaan strategikadalah langkah terakhir dalam proses perencanaan
strategik. Suatu organisasi baru memfokuskan pada kesuksesan strategis,
pemeliharaahnya, menggantidengan strategi yang lain atau mengakhiri strategi
tersebut. Prosesperencanaan strategi juga harus diklarifikasi kekuatan dan
kelemahannya, danmengusulkan modifikasi dalam pengembangan strategi perencanaan
padatahap selanjutnya.
G. Pondok Gontor adalah milik seluruh golongan yang ada di masyakarat.
Islam adalah agama yang terbuka dan menghargai kepada kemajemukan.

Pimpinan Pondok menyadari bahwa pengkaderan dalam mengelola Pondok itu sangat
penting. Pengalaman masa lalu bahwa pondok pesantren gontor sempat menyurut karena
persoalan kaderisasi yang kurang cukup baik maka sejarah masa lalu menjadi pelajaran untuk
kebaikan pada masa kini. Dengan adanya pengkaderan yang baik ini maka, pondok pesantren gontor
dapat bertahan dari generasi ke generasi Pandangan tentang Seni Pondok pesantren menjadi
sangat besar dan maju dalam seluruh aktivitas pendidikannya, berikut ini akan kita lihat juga bahwa
pondok pesantren menerapkan secara baik kepada para santri dalam apresiasinya terhadap
seni. Besarnya gagasan dan cita-cita dalam mendirikan pondok pesantren Gontor dapat kita lihat
pula dalam gagasan dalam hal apresiasi seni di Pondok Pesantren Gontor.Seni bukan menjadi
bagian yang terpisah tetapi menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan pondok ini.
Seluruh kegiatan dan aktivitas dalam pondok Pesantren Gontor Modern didasarkan pada nilai-
nilai yang dijiwai Panca Jiwa, yaitu jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa
ukhuwah diniyah dan jiwa bebas. Konsep ini merupakan gagasan dan konsep yang mendasar
dalam seluruh kehidupan di Pondok Pesantern Gontor. Demikian pula nilai-nilai tersebut
menjiwai dalam aktivitas berkesenian.Untuk mengembangkan seni di Pondok Pesantren Gontor
menerapkan sistem pengkaderan pengajaran seni yang cukup baik. Para santri yang mempunyai

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 54

minat berpotensi itu direkrut untuk mengembangkan seni secara bersama-sama. Jiwa ukhuwah
diniyah para santri juga terlihat dari kegiatan seni. Para santri itu belajar secara bersama-
sama untuk mengembangkan bakat dan potensi seni diantara mereka. Para santri itu tidak
saja menerima pelajaran seni dari guru tetapi mereka nantinya juga diharuskan mengajarkan
ketrampilan mereka pada santri lain. Jiwa berdikari sangat ditonjolkan dalam hal berkesenian
para santri. Para guru tidak seratus persen mengajarkan seni kepada mereka. Di sini, diterapkan
proses belajar dan mengajar dengan prinsip kemandiran dan tanggungjawab dalam
mengembangkan bakat dan potensi mereka masing-masing. Santri tidak hanya sekeder
menerima pelajaran dari guru tetapi mereka saling berbagi dan belajar secara bersama. Para
guru diajarkan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan seni mereka dengan prinsip
ketulusan dan keikhlasan namun profesional. Para guru memberikan dan mengajarkan seni
kepada santri itu dengan harapan bahwa para santri harus lebih baik dari mereka, minimal
mempunyai ilmu sama seperti yang mengajarnya.

Ada beberapa tahap rekruitmen angggota kesenian. Pada mulanya, dibuka kursus dari
sanggar, para santri yang berminat dipersilahkan mendaftar. Para santri yang telah mendaftar
itu lalu diberikan kursus secara intensif. Setelah itu mereka harus mengikuti ujian untuk diseleksi
mana yang menghasilkan karya-karya terbaik. Dari karya-karya mereka yang terbaik itu lalu
mereka direkrut dan dididik untuk menjadi guru selanjutnya dari santri-santri yang berpotensi
tersebut bergantian menjadi guru yang mengajar kursus kesenian di sini. Yang mengajar kursus
adalah mereka yang standar kelas 5-6 KMI sedangkan para guru-guru hanya melakukan
bimbingan terhadap mereka, seperti trainer of trainer. Para guru kursus itu biasanya adalah
mereka yang menjadi guru di Madrasah. Ada pengajaran khusus untuk guru-gurunya, demikianlah
sistem pengkaderan itu berjalan terus dari generasi ke generasi. Dalam kegiatan seni di Pondok
Pesantren ini menerapkan konsep bahwa pengalaman adalah guru yang berharga. Para santri
sering melakukan studi banding ke tempat-tempat para seniman terkenal di Yogya maupun di
tempat lainnya. Lalu dari pengalaman yang mereka peroleh itu diajarkan dan didiskusikan secara
bersama-sama.Terhadap karya-karya para santripun dilakukan pembinaan, yaitu dengan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 55

menyalurkannya dalam mading harian. Mereka wajib menerbitkan karya-karya mereka tiap
Minggu. Dengan demikian para santri dipacu untuk terus berkarya dan menyempurnakan karya
mereka. Pembinaan terhadap karya santri seringkali datang dari pengelola pondok pesantren
dengan memberikan tugas kepada mereka menangani pekerjaaan-pekerjaan yang sifatnya untuk
kepentingan bersama, seperti membuat poster dan baliho. Mereka didik untuk melaksanakan
tugas itu dengan baik. Dari penugasan pada akhirnya para santri itu mempunyai pengalaman
yang berharga sehingga potensi bakat seni mereka berkembang.

Berkaitan dengan pengembangan seni di Pondok Pesantren Modern Gontor ini diterapkan
prinsip-prinsip seni yang sesuai dengan konsep Islam. Menurut salah satu guru yang mengajar seni
disini, bahwa pandangan seni itu terkait dengan konsep Islam, yaitu ”Allah itu Maha Indah dan
menyukai keindahan”. Maka, dengan melakukan aktivitas berkesenian itu mempunyai dimensi
religius sebagai pernyataan dan kesaksian bahwa Tuhan itu adalah Maha Indah. Seni di pondok
Gontor bukan seni yang melepaskan begitu saja kebebasan tetapi seni itu mempunyai batasan
batasan yaitu dari aspek gunanya. Kesenian tampaknya punya makna pragmatis, yaitu
mempunyai kegunaan untuk hal yang positif. Pengertian positif di sini adalah kalau seni itu berfungsi
untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dan tidak membawa maksiat serta mudharat.Seni di pondok
pesantren ini tidak hanya bermakna menyampaikan pesan keindahan Tuhan, tetapi seni juga
mempunyai makna bahwa Allah adalah Maha Akbar. Konsep itu tampak dalam berkesenian yang
mengajarkan para santri untuk menghasilkan mahakarya. Maka, di pondok ini sering kali
diselenggarakan kegiatan-kegiatan seni pertunjukan yang spektakuler dan besar.

Dengan batasan pada seni yang mempunyai nilai islam itu bukan berarti menghambat
kreatifitas dan kebebasan untuk berkreasi dan berekspresi. Para santri di sini diajarkan untuk
mempunyai jiwa dan pikiran kritis serta bebas dalam. Namun, dengan kebebasan seni itu tetap
harus dipertanggungjawabkan secara moral. Para santri disini dibebaskan untuk menggambar
atau melukis apa saja, seperti binatang, dan manusia, namun dalam lukisan itu masih dalam
batas-batas yang diperkenankan oleh konsep Islam. Pada prinsipnya apa yang dilakukan dan
ditampilkan ilmu, seni dan budaya di Pondok merupakan suatu pembelajaran dan pengabdian yang

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 56

berlandaskan kesederhanaan, keiklasan , kedisiplinan dan kaderisasi yang dibentuk untuk para
santri/ santriwati yang berkarakter landasan ajaran Islam.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif
terhadap kehidupan manusia. Dampak positif mendorong terjadinya berbagai perubahan yang
menuju ke arah kemajuan, tetapi perlu diikuti dengan ketahanan di segala bidang agar tidak terjadi
kegoncangan jiwa dalam menghadapi berbagai perubahan itu. Dalam menghadapi perkembangan
dan perubahan itu Ponpes pada umumnya telah melakukan penyesuaian dan perubahan, dengan
tetap mempertahankan sistem pendidikan sebagai Ponpes tradisional yang dipadukan dengan
sistem pendidikan modern. Menyikapi perkembangan zaman, Ponpes memiliki komitmen untuk
tetap memilih sistem pendidikan yang mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang
handal dalam arti memiliki kemampuan otak (berpikir), hati (keimanan) dan tangan (keterampilan),
sebagai modal utama untuk membentuk pribadi santri yang mampu menyeimbangi perkembangan
zaman. Dengan latar belakang sistem pendidikan Ponpes yang lebih menekankan pada pendidikan
keagamaan, budi pekerti, kejujuran dan kemandirian kepada para santri, dan diselenggarakan
dengan biaya rendah, dipadu dengan pendidikan pengetahuan umum, maka kehadiran Ponpes
memiliki peluang yang besar untuk menjadi lembaga pendidikan yang diminati banyak orang.

Sistem pendidikan Ponpes yang dinilai sebagai lembaga pendidikan khusus (ekslusif) dan
hanya diarahkan pada pembentukan manusia yang Islami, ternyata juga menanamkan sikap
toleran dan saling menghargai terhadap perbedaan.Ponpes mempunyai peran besar dalam
menanamkan sikap toleransi untuk saling mengenal, menghayati dan menghargai terhadap
adanya perbedaan agama, suku bangsadan kebudayaan. Pendidikan di Ponpes tidak menafikan
penghormatan terhadap simbol-simbol kebangsaan seperti: falsafah Pancasila, UUD 1945,
bendera Merah Putih, lambang negara Pancasila, lagu kebangsaan Indonesia Raya. Konsep
dasar yang dianut dalam pendidikan di Ponpes adalah: (1) membentuk manusia Indonesia yang
berjati diri Indonesia; dan (2) membentuk manusia Indonesia yang Islami. Pemahaman tentang
kebudayaan di Ponpes pada umumnya lebih pada pengertian kebudayaan yang bernafaskan Islam,
dan sebagian lagi masih terbatas pada kesenian yang bernafaskan Islam. Berdasarkan hasil

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 57

observasi melalui sejumlah responden yang dijadikan data wawancara bahwa para santri mengenali
jenis kesenian dalam bentuk musik, tari, sastra, kaligrafi, dan pencak silat, tetapi kurang
memahami dan melakukan kegiatan berkesenian jenis kesenian yang lain.Pada umumnya
budayawan menyatakan bahwa pendidikan pesantren pada dewasa ini lebih terbuka terhadap
kesenian modern, terutama disebabkan oleh majunya teknik komunikasi . Masuknya
kebudayaan/kesenian asing cenderung tidak dipermasalahkan kecuali kebudayaan/kesenian yang
bertentangan dengan ajaran agama Islam. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap penyelenggaraan
pendidikan di Ponpes, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan kesenian masih sangat
terbatas, termasuk dari Pemerintah Pusat selain Departemen Agama.Seni bagi santri tidak hanya
sekedar mempunyai dimensi religius, dalam arti bahwa dengan seni itu dapat menghantarkan para
santri untuk lebih dekat dengan Allah. Ada kecenderungan seni dipersoalkan hanya dilihat dari aspek
keindahan, dan belum sampai pada aspek moral yang berkaitan dengan hal baik dan buruk.
Sementara itu, konsep syiar agama Islam yang digunakan oleh para Wali dipandang masih
relevan dengan kondisi dewasa ini. Bahkan di beberapa Ponpes kaitannya dengan dakwah selalu
diiringi dengan aktivitas kebudayaan /kesenian . Dalam penyelenggaraan pendidikan di Ponpes,
seluruh ponpes yang dijadikan sample memasukkan pelajaran kebudayaan/kesenian ke dalam
mata pelajaran ekstrakurikuler. Meskipun hanya termasuk dalam pelajaran ekstrakurikuler tetapi
dalam kenyataan pelajaran ini justru mendapat sambutan yang baik dari para santri. Tingkat
intensitas pendidikan kebudayaan/ kesenian sangat dipengaruhi oleh perhatian Kyai. Pada
Ponpes yang diasuh oleh Kyai yang memiliki perhatian besar terhadap kebudayaan dan kesenian,
maka aktivitas berkesenian para santri cukup tinggi. Lebih-lebih bila Ponpes itu dipimpin oleh Kyai
yang juga seniman.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 58

BAB 3
PESANTREN MELEKAT KUAT

DALAM SEJARAH BANGSA

Peranan Manusia dalam dunia pendidikan khususnya, akan tetap exsis sepanjang zaman

dan tidak akan terkikis oleh pesatnya perkembangan teknologi yang tidak dipungkiri tergantikan oleh
perkembangan tekhnologi tersebut walaupun dunia pendidkan sangat tidak terpisahkan dari
percepatan teknologi dalam era digital ini, jika sumber daya manusia itu sendiri mampu mengimbangi
(Balanced and consinten) dalam memelihara inti fungsi dan peranan manusia dapat terjaga ( terjaga
dan terpeliharanya hati , otak dan fisiknya ) dalam hidup dan kehidupnya untuk mencapai pasca
hidup. Dunia kini dan masa depan adalah dunia yang dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Siapapun yang menguasai keduanya, secara lahiriah akan menguasai dunia. Bila dikatakan ilmu
pengetahuan merupakan infrastruktur, maka keduanya merupakan suprastruktur dunia
internasional, termasuk kebudayaan, moral, hukum dan juga perilaku keagamaan . Salah satu
esksistensi dari kekuatan manusia dalam memelihara dan menjaga ketiga inti fungsi dan peranan
manusia dalam pendidkan untuk mengimbangi hal ini diantaranya adalah Manjerial pendidikan yang
terkafer di Lembaga Riset Pesantren. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang
bernafaskan Agama Islam yang memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan
khususnya di pedesaan. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah diakui eksistensinya
dan melekat kuat dalam sejarah bangsa. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena pesantren berperan
dalam sejarah perjuangan bangsa. Menurut Assa (2007) Pesantren sebagai tempat pendidikan
agama memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 59

Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Visi ini menuntut adanya
peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan situasi dan 4 kondisi masyarakat, bangsa,
dan negara yang terus berkembang. Sementara itu, sebagai suatu komunitas, pesantren berperan
menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat mengingat pesantren
merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Menurut Saefurrohman (2005) kelahiran
pondok pesantren di tanah air, tidak dapat dipisahkan dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
Kehadiran pondok pesantren sampai saat ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam.

Yang menjadi ganjalan di benak penulis diantaranya adalah Bagaimana santri-santri di
pondok modern Pesantren Darusallam Gontor, dapat mengintregasikan seluruh koponen
manajemen pendidikan yang ada Ilmu, Amal, dan Imannya bisa bersinergi dengan pendidikan
seni dan budaya sebagai pendidikan diluar kurikulum pembelajaran yaitu sebagai kegiatan
ekstrakukrikuler, yang semua manajemenya (dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, hasil, dampak sampai pada sarana prasarana, anggaran,
pementasan, kolaborasi, kerjasama, informasi, publikasi dan lainnya) dilakukan oleh -santri-
santri tampa melibatkan dari fihak lembaga Pondok, mereka fihak lembaga hanya memberi
perizinan dan dukungan moril untuk setiap kegiatan. Para santri mampu melaksanakan segala
kegiatan ekstrakulrikuler yang sangat spetakuler sampai ke manca Negara mendapat berbagai
penghargaan dan kehormatan dari berbagai Negara lain.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang bertujuan untuk
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan segala bentuk kebudayaan, seni dan
cinta kasih dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup
bermasyarakat sehari-hari, Pondok pesantren juga merupakan salah satu lembaga pendidikan
dimana sistem pendidikan-nya menjadi inspirator bagi terbentuknya ragam lembaga pendidikan yang
ada di indonesia. Bahkan, banyak dari lembaga pendidikan lain diluar sana mengadopsi beberapa
konsep serta kurikulumnya, yang memang sudah lama diterapkan oleh pondok pesantren. Namun
Lembaga-lembaga tersebut menggabungkan segala unsur-unsur yang ada sehingga menciptakan
sebuah konsep pendidikan yang integral. Dilihat dari kurikulum dan metode pembelajaran, pesantren

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 60

dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama; pesantren tradisional,adalah lembaga pesantren yang
mempertahankan pelajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan. Adapun ciri-ciri
pesantren tradisional di antaranya: (1) Kyai sebagai pimpinan pesantren, (2) Santri bermukim di
asrama dan belajar pada kyai, (3) Asrama sebagai tempat tinggal para santri, (4) Pengajian sebagai
bentuk pengajaran, dan (5) Masjid sebagai pusat kegiatan pondok pesantren. Kedua; pesantren
modern, adalah pesantren yang melakukan pembaharuan (modernisasi) dalam sistem pendidikan,
kelembagaan, pemikiran dan fungsi. Ciri khas pondok pesantren modern di antaranya: (1) penekanan
pada bahasa Arab percakapan, (2) memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer, (3)
memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas (Departemen Nasional) atau Kemenag
(Kementrian Agama), dan (4) tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional

Proses pengembangan sumber daya manusia di pesantren merupakan satu alur yang sangat
penting dalam mencetak generasi-generasi unggul yang dapat bersaing nantinya, karena
manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian
balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.Manajemen sumber
daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan agar sumber
daya manusia di dalam organisasi dapat digunakan secara efektif supaya mencapai berbagai tujuan
yang diinginkan. Manajemen sumber daya manusia juga merupakan proses pemanfaatan sumber
daya manusia yang ada sehingga dapat melakukan serangkaian kegiatan yang diperlukan.
Pengembangan sumber daya manusia untuk para santri merupakan suatu proses pendidikan jangka
panjang yang mempergunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir untuk mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk mencapai tujuan umum. Pengembangan sumber daya
manusia dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pembelajaran, pendidikan dan
pekerjaan ataupun jabatan tertentu, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya
persaingan di masyarakat maupun industry yang ada. Pengembangan ( development )adalah fungsi
operasional kedua dari manajemen personalia, pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan. Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik,
harus ditetapkan dahulu sebuah program pengembangan. Segala kegiatannya dikonsentrasikan pada

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 61

pembinaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mempersiapkan kemandirian
santri dalam bidang pengembangan masyarakat dan bisnis, sehingga kelak dapat segera mengabdi
di masyarakat menjadi mandiri dan bermanfaat.

Juga Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan kemasyarakatan merupakan salah satu
saluran berjalannya proses perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan pada lembaga
kemasyarakatan dalam hal ini pesantren akan membawa akibat pada lembaga-lembaga lainnya. Hal
ini dikarenakan lembaga pendidikan dan kemasyarakatan merupakan sistem yang terintegrasi.
Pesantren sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya
menyatu dengan masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa pesantren tidak hanya sebagai lembaga yang kaku
dan melulu mengkaji kitab-kitab klasik. Pesantren saat ini turut serta membangun kehidupan
masyarakat sekitar, tidak hanya dalam bidang keagamaan tapi juga hal lain misalnya ekonomi, sosial,
pendidikan maupun politik. Juga Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang
bertujuan untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan segala bentuk
kebudayaan, seni dan cinta kasih dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai
pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari, Pondok pesantren juga merupakan salah satu lembaga
pendidikan dimana sistem pendidikan-nya menjadi inspirator bagi terbentuknya ragam lembaga
pendidikan yang ada di indonesia. Bahkan, banyak dari lembaga pendidikan lain diluar sana
mengadopsi beberapa konsep serta kurikulumnya, yang memang sudah lama diterapkan oleh pondok
pesantren. Namun Lembaga-lembaga tersebut menggabungkan segala unsur-unsur yang ada
sehingga menciptakan sebuah konsep pendidikan yang integral.

Dilihat dari kurikulum dan metode pembelajaran, pesantren dibedakan menjadi dua, yaitu:
pertama; pesantren tradisional,adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pelajaran kitab-
kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan. Adapun ciri-ciri pesantren tradisional di antaranya: (1) Kyai
sebagai pimpinan pesantren, (2) Santri bermukim di asrama dan belajar pada kyai, (3) Asrama
sebagai tempat tinggal para santri, (4) Pengajian sebagai bentuk pengajaran, dan (5) Masjid sebagai
pusat kegiatan pondok pesantren. Kedua; pesantren modern, adalah pesantren yang melakukan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 62

pembaharuan (modernisasi) dalam sistem pendidikan, kelembagaan, pemikiran dan fungsi. Ciri khas
pondok pesantren modern di antaranya: (1) penekanan pada bahasa Arab percakapan, (2) memakai
buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer, (3) memiliki sekolah formal di bawah kurikulum
Diknas (Departemen Nasional) atau Kemenag (Kementrian Agama), dan (4) tidak lagi memakai sistem
pengajian tradisiona. Proses pengembangan sumber daya manusia di pesantren merupakan satu
alur yang sangat penting dalam mencetak generasi-generasi unggul yang dapat bersaing nantinya,
karena manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,
pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok
pekerja.Manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan agar sumber daya manusia di dalam organisasi dapat digunakan secara efektif
supaya mencapai berbagai tujuan yang diinginkan. Manajemen sumber daya manusia juga
merupakan proses pemanfaatan sumber daya manusia yang ada sehingga dapat melakukan
serangkaian kegiatan yang diperlukan. Pengembangan sumber daya manusia untuk para santri
merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang mempergunakan prosedur yang sistematis
dan terorganisir untuk mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk mencapai tujuan
umum. Pengembangan sumber daya manusia dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan
pembelajaran, pendidikan dan pekerjaan ataupun jabatan tertentu, sebagai akibat kemajuan
teknologi dan semakin ketatnya persaingan di masyarakat maupun industry yang ada.
Pengembangan ( development )adalah fungsi operasional kedua dari manajemen personalia,
pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan.
Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus ditetapkan dahulu sebuah program
pengembangan. Segala kegiatannya dikonsentrasikan pada pembinaan dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia untuk mempersiapkan kemandirian santri dalam bidang pengembangan
masyarakat dan bisnis, sehingga kelak dapat segera mengabdi di masyarakat menjadi mandiri dan
bermanfaat. Pondok Pesantren Modern Darusalam (PPMD) Gontor memiliki pembaharuan dalam
beberapa aspek pendidikan, salah satunya dalam bidang kurikulum. Materi yang diajakan di
Gontor merepresentasikan kurikulum yang merupakan perpaduan antara ilmu agama (revealed

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 63

knowledge) dan ilmu kawniyah (acquired knowledge). Jadi di Gontor telah terjadi integrasi ilmu
pengetahuan. Dengan istilah lain, tidak ada dualisme keilmuan dalam pendidikan pesantren.
Selain itu ada pula mata pelajaran yang amatditekankan dan harus menjadi karakteristik lembaga
pendidikan ini, yaitu pelajaran bahas Arab dan bahasa Inggris.Untuk tercapainya moralitas dan
kepribadian, kepada para santri diberikan juga pendidikan kemasyarakatan dan sosial yang
bisa mereka gunakan untuk melangsungkan kehidupan sosial ekonominya. Untuk ini kepada para
siswa diberikan latihan praktis dalam mengamati dan melakukan sesuatu untuk memberikan
gambaran realistik kepada siswa tentang kehidupan dalam masyarakat.

Para santri dilatih untuk mengembangkan cinta kasih yang mendahulukan
kesejahteraan bersama daripada kesejahteraan pribadi, kesadaran pengorbanan yang diabdikan
demi kesejahteraan masyarakat, khususnya umat Islam. Sejalan dengan itu, maka di Pondok
Modern Gontor diajarkan pelajaran tentang etiket atau tatakrama yang berupa kesopanan lahir
dan kesopanan batin. Kesopanan batin yang menyangkut akhlak jiwa, sedangkan kesopanan lahir
termasuk gerak gerik, tingkah laku, bahkan pakaian. Pondok Modern Darussalam Gontor telah
lama mengajarkan serta menanamkan akhlak dan budi pekerti yang baik untuk mencetak kader
umat berkarakter, yang mampu bermasyarakat dan bersosialisasi dengan baik.

Tulisan ini berasumsi nilai-nilai sosial-budaya yang ada dalam masyarakat akan selalu
berubah dan berkembang. Nilai-nilai sosial, seni budaya ini yang akan membentuk karaktersetiap
anak didik (santri-santr). Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi yang menjadi ciri khas
seseorang atau sekelompok. Adapun karakter disini berarti sifat-sifat dasar seseorang yang
bernilai baik yang sesuai dengan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat
istiadat yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatannya, sedangkan
sifat-sifat dasar seseorang yang tercela dan tidak sesuai dengan norma-norma kebaikan maka
disebut tabiat. Karakter tampak dalam kebiasaan. Karena itu, seorang dikatakan berkarakter baik
manakala dalam kehidupan nyata sehari-hari memiliki tiga kebiasaan, yaitu: memikirkan hal
yang baik (habits of mind), menginginkan hal yang baik (habits of heart), dan melakukan hal
yang baik (habits of action).Substansi atau pokok dari karakter baik adalah kebajikan (virtue)

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 64

yakni kecenderungan untuk melakukan tindakan yang baik menurut sudut pandang moral
universal. Misalnya, memperlakukan semua orang secara adil (justice). Tindakan macam ini lazimnya
dilakukan oleh orang yang memiliki kualitas-kualitas yang secara objektif maupun secara
intrinsik baik.

“ Pendidikan Thomas lickona membedakan nilai-nilai moral menjadi dua macam. Yaitu, nilai-nilai
moral universal dan nilai-nilai moral non-universal. Nilai moral universal membawa serta
kewajiban moral universal, yaitu kewajiban yang mengikat semua orang dimanapun
mereka berada untuk menghargai martabat kemanusiaan fundamental setiap orang.
Sedangkan nilai moral non-universal tidak membawa serta kewajiban moral universal,
melainkan kewajiban moral individual. Misalnya kewajiban moral yang muncul dari nilai-
nilai agama (berdoa, bersembahyang, dll). Karakter lebih terkait dengan nilai-nilai moral
universal yang tentunya membawa serta kewajiban moral universal. Saptono, (Erlangga, 2011),

Dengan demikian Pondok Modern Darussalam Gontor lahir sebagai alternatif
dan pembaharu system pendidikan di Indonesia yang kaku. yaitu dengan memadukan system
pendidikan umum dan system pendidikan salafi. Yang dari system terpadu inilah lahir peradaban
yang berperan dan berkhidmat untuk kemulian umat dan bangsa. Peradaban Gontor dengan system
yang terintegrasi telah mencetak ribuan alumni yang berkiprah di masyarakat untuk, menyebarkan
dan mewariskan nilai-nilai Gontor yang telah mereka rasakan sebagai gemblengan mental. Pondok
Modern Darussalam Gontor telah menelurkan ribuan alumni yang berkiprah dalam kancah nasional
dan internasional. Langkah mereka tak pernah lepas dari nilai-nilai yang diadopsi dari peradaban
Gontor yang telah membayangi mereka dalam tiap langkah. Dan diusia Gontor yang ke-90 dan Gontor
Putri yang ke 25, Gontor berusaha melakukan konsolidasi internal, sehingga mampu bertahan dalam
kecaman budaya asing yang telah meracuni bangsa dan umat. Dimulai dari dalam diri pondok, yaitu
melalui internalisasi para kader, guru dan alumninya yang kelak berperan di masyarakat luar. Hal
itu bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai pondok serta mengetahui seluk beluk perjuangan para
pendiri dan penerus Gontor dalam membangun dan mengestafetkan peradaban Gontor.

Jika dikaji dari segi keterkaitan antara peradaban, kebudayaan dan pendidikan. Secara
umum peradaban dan kebudayaan memiliki kaitan dengan masyarakat. Menurut Melville J.
Herskoritis segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat dipengaruhi oleh bagaimana
kebudayaan mereka. Sedangkan menurut Selo Seomardjan kebudayaan adalah hasil karsa, rasa, dan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 65

cipta masyarakat. Makna peradaban secara umum yaitu tinggi rendahnya budaya masyrakat
tertentu. Masyarakat dikatakan beradab manakala memiliki kebudayaan yang tinggi. Tolak ukur
peradaban suatu masyarakat dilihat dari pemikiran-pemikiran dan gagasan yang menjiwai suatu
masyarakat. yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkah laku dan budaya buah pemikiran, seperti
artefak atau fisik. Kebudayaan dan peradaban memiliki keterkaitan yang amat erat, karena
parameter peradaban adalah hasil-hasil kebudayaan buah gagasan suatu masyarakat.

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi,( dalam
Faqrul Ilmi,jan 2017) menyampaikan bahwa peradaban adalah integrasi antara tsaqofah dan
madaniyah. Tsaqofah yaitu ide, jiwa dan perilaku manusia. Sedangkan madaniyah adalah perwujudan
fisik yang digunakan di suatu masyarakat. Kaloborasi antara keduanya sangatlah penting bagi
kemajuan peradaban suatu umat. Begitu pula pendidikan mempunyai keterkaitan antara peradaban
dan kebudayaan, khususnya di Gontor, sebagai lembaga pendidikan integratif islam. Pendidikan
sebagaimana disampaikan para ahli adalah proses pembentukan karakter, mental anak didik yang
sengaja diciptakan untuk membantu meningkatkan jasmani, rohani, dan akhlak. Adapun syiar Pondok
Modern Darussalam Gontor dalam pendidikan yaitu bahwasannya penerapan pendidikan akal, akhlak,
tidak cukup hanya dengan sekedar perkataan. Namun harus dengan qudwah sholihah dan penciptan
lingkungan yang baik. Dan setiap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan santri adalah
pendidikan. Dan proses pendidikan dalam konteks ini dirumuskan bahwa pendidikan adalah proses
pembudayaan dan peradaban melalui segala kegiatan, seni dan cita kasih yang dialami oleh
seseorang. Karena tidak mungkin untuk membangun suatu peradaban tanpa budaya dan seni yang
dihasilkan dari pendidikan. Pendidikan diibaratkan sebagai proses peradaban, karena pendidikan
haruslah ditanamkan didalamnya benih-benih budaya , seni dan cinta kasih dan pembangunan
peradaban yang dipadu oleh visi misi dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Di era digital ini, ketiga
hal ini harus selalu berkesinambungan, pendidikan yang akan membentuk kebudayaan dan seni serta
cinta kasih ,dan darinya akan lahir peradaban suatu ummat.

“Trimurti telah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan dan peradaban Gontor yang dapat
diklasifikasikanmenjadi nilai dan sistem. (1) Nilai pondok meliputi:Panca Jiwa Pondok Modern
Darussallam Gontor, Jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari,,Jiwa ukhuwah

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 66

Islamiyah, Jiwa kebebasan.(2) Motto Pondok Modern Darussalam Gonto:Berbudi tinggi;
Berbadan sehat; Berpengetahuan luas; Berpikiran bebas. (3) Orientasi Pondok Modern
Darussalam Gontor :Kemasyarakatan; Kesederhanaan; Tidak berpart; Ibadah tholabul ilmi. (4)
Sintesa Pondok Modern Darussalam Gontor : Al-Azhar ; Aligarh; Syanggit; Santiniketan.
(5) Falsafah Pondok Modern Darussalam Gontor : Falsafah Kelembagaan; Falsfah Kependidikan;
Falsafah Pembelajaran. (6) Sistem Pondok Modern Darussalam Gontor :Kepemimpinan;
Kepengasuhan; Pengajaran; Kaderisasi. (7) Pendanaan. ( Faqrul Ilmi,jan 2017)”

Keteladan seorang kyai yang menjadi sentral figure para santrinya adalah media yang
dapat diraskan melalui penglihatan santri yang secara tidak langsung akan menumbuhkan sifat
yang santri lihat dari kyai yang mendidiknya. Begitu juga melalui para guru yang mendidik dan
membimbing santri selama 24 jam. Tak hanya sampai disitu keteladanan teman dan kakak kelaspun
mampu menjadi media penyebaran nilai-nilai pondok. Adapun penugasan adalah media yang
melibatkan santri dan guru secara langsung. Tugas-tugas yang dibebankan merupakan media
dalam penanaman nilai-nilai pondok ke tiap individu. Karena setiap santri pasti mendapat tugas
atau amanat yang berbeda satu sama lain dalam lingkup kependidikan formal dan nonformal. Melalui
penugasan tersebut santri akan memahami nilai-nilai pondok secara perlahan dan akan
mengestafetkannya melalui prilaku yang akan menjadi keteladanan bagi yang lainnya. Pondok
pesantren telah didisign sedemikian rupa. Sehingga santri berada dalam miniatur masyarakat
dengan sifat dan budaya yang berbeda tiap individu. Dengan demikian tiap langkah dan kegiatan
santri mengandung pendidikan untuk bermasyarakat dalam lingkup yang terintegrasi. Segala
kegiatan santri tak terlepas dari pengarahan para kyai dan guru senior yang akan mendidik mereka.
Disamping penugasan dan penciptan lingkungan yang baik, santri juga diarahkan agar dapat
memahami nilai-nilai filosofis tiap kegiatan yang dilakukan.

Dengan demikian Santri harus membiasakan hal tersebut. Tak hanya pembiasaan
meledani, mendapat tugas, beradaptasi dengan lingkungan yang telah diciptakan, serta
pengarahan, santri juga harus membiasakan segala gerak geriknya dengan disiplin tinggi. Baik
disiplin dari diri sendiri, , lembaga dan organisasi yang menkoordinir kegiatan pondok. Siap
memimpin, mau dipimpin. Sedangkan wilayah ekternal yang menjadi sasaran Gontor dalam
penyebaran nilai-nilainya meliputi wali santri, tokoh masyrakat, pemerintahan dan masyarakat
secara keseluruhan. Strategi penyebaran dan pewarisan seni budaya dan peradaban Gontor dalam

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 67

wilayah ini dengan menyentuh kalangan tersebut dengan berbagai media, diantaranya adalah
tulisan, lisan, perbuatan, pendekataan, keteladanan, dan kenyataan.

Pandangan Hidup Islam secara perlahan-lahan termanifestasikan kedalam kegiatan-
kegiatan intelektual dan keilmuan. Diakui secara umum bahwa pengetahuan/ Ilmu , Seni dan
Kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan atau keberlanjutan suatu bangsa.
Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih baik sehingga pembangunan karakter
manusia menjadi suatu intervensi terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan alam fisik, maupun
lingkungan sosial budaya, sehingga dinamika masyarakat, terjadi perubahan sikap terhadap nilai-
nilai seni dan budaya yang sudah ada, terjadilah pergeseran sistem nilai seni dan budaya yang
membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di dalam masyarakatnya.

Tulisan ini memiliki nilai relevansi dengan kajian yang akan dilakukan walaupun secara
subtansial memiliki perbedaan yang sangat signifikan , yang sekaligus membedakan kajian-kajian
tersebut dengan kajian yang dilakukan, antara lain :

Pertama, hasil Penelitian yang dilaksanakan oleh Tim Peneliti Edy Sediawati bersama
Kawan-kawan, ( 2015) Dengan Judul : “Peranan Pesantren dalam Menanamkan Apresiasi Seni”
Peranan Pesantern Dalam Menanamkan Apresiasi Budaya/Seni adalah untuk: (1) Mendapatkan
gambaran nyata (potret) tentang peranan pesantren dalam menanamkan apresiasi
kebudayaan/kesenian bangsa yang multi etnik dan multikultur; (2) Mengidentifikasi sistem
pendidikan kebudayaan/kesenian (kebijakan, kurikulum, metode, tenaga pengajar, bahan ajar,
sarana dan fasilitas) yang berlaku dalam masing-masing Ponpes; (3) Mengetahui sikap dan
pandangan para guru, santri, seniman, budayawan dan pejabat tentang pendidikan seni yang
berkembang di lingkungan ponpes, terutama dalam membangun jati diri bangsa, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa yang pluralis.. Masalahnya : (1) Pendidikan seni dianggap lebih
rendah daripada pendidikan; (2) Ponpes dinilai merupakan lembaga pendidikan yang bersifat
“eksklusif” hanya untuk kalangan yang menganut agama slam dan hanya mengutamakan
pendidikan kebudayaan yang bernafaskan Islam saja. (3) Ponpes berada dalam pengelolaan
Departemen Agama, sementara lembaga yang mengurus kebudayaan /kesenian berada di

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 68

lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Departemen Pendidikan Nasional, dan kini
dalam Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata, sehingga kurang terjalin koordinasi dalam
pengurusannya; (4) Belum ada hasil kajian yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyusun
kebijakan pelestarian kebudayaan melalui pendidikan apresiasi di lingkungan Ponpes sebagai
bagian kebijakan pembangunan kebudayaan secara nasional. Hasil penelitian menjadi bahan
masukan bagi perumusan kebijakan pembangunan di sektor yang kebudayaan, dan bahan
masukan bagi pengembangan pendidikan di pondok pesantren.

Kedua, yaitu hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Imamul Huda (2015) PPs IAIN Salatiga
yang berjudul : Praktik pendidikan liberal dan Multikultural di pondok pesantren (studi kasus di
pondok modern gontor Dan pesantren salaf api tegalrejo).Tujuan penelitiannya untuk mengetahui
bentuk praktik pendidikan liberal dan multikultural di Pondok Pesantren. Jenis penelitian ini adalah
studi lapangan (field research) dengan metode deskriptif kualitatif. Adapun Lokasi penelitian
dilakukan di dua tempat; yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur dan
Pesantren Salaf API ( Asrama Perguruan Islam ) Tegalrejo Magelang Jawa Tengah.Hasil penelitian
menunjukan bahwa pendidikan di Pondok Modern Gontor memuat sebagian karakter pendidikan
liberal yang terdapat dalam visi misi, tujuan pendidikan, pembelajaran di Kulliyatul Mu‟allimin
al-Islamiyyah (KMI), Organisasi Pelajar, dan rangkaian kegiatan di bawah pengasuhan santri. Adapun
sebagian praktik pendidikan liberal di pesantren salaf API Tegalrejo ditemukan di sekolah
formal SMK Syubbanul Wathon dan lembaga pelatihan PARTNER (Pesantren Entrepeneur). Hasil
penelitian juga menunjukan bahwa terdapat nilai-nilai multikulturalismedalam kurikulum KMI, agenda
Organisasi Pelajar serta berbagai aktivitas Pengasuhan Santri. Adapun nilai-nilai multikulturalisme
di pesantren salaf API Tegalrejo ditemukan dalam rangkaian kegiatan akhir tahun ajaran
pesantren, yaitu Khataman Haflah Akhirussanah dengan acara Pawiyatan Budaya Adat (PBA) yang
merangkul ratusan kesenian adat dan budaya Jawa. Penelitian tersebut diatas relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini , dalam pengembangan Teori Blue Ocean Strategy
dalam system manajemen pendidikan Ilmu, seni , budaya dan cinta kasih , yang memiliki manajemen
Sistem Nilai (Nilai Teologis ,Nilai Logik, Nilai Fisik/Fisiologi, Nilai Psikologis Nilai Etik, Nilai Estetika),

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 69

Menjadikan etika, kreativitas dan need for achievment adalah sebagai penentu perubahan sosial,
mengajarkan kebiasaan kebiasaan, gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk
meneruskan mendidik diri sendiri serta mengharuskan belajar seumur hidup, bercirikan dialog dan
mengajarkan materi kurikulum liberal arts. Pendidikan liberal di Pondok Modern Darussalam
Gontor mencakup pemberdayaan peserta didik dengan pengetahuan dan wawasan yang luas,
mengajarkan kebenaran moral dan kebenaran intelektual serta mengembangkan potensi peserta
didik untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
dan ketrampilan yang bersifat bebas dan terbuka. Kurikulum pendidikan liberal diajarkan di KMI
Gontor yang mencakup semua dasar ilmu sejarah, sosial, sastra, tata bahasa arab dan inggris,
mantiq, berhitung, ilmu alam, ilmu hayat, geometri , ilmu kesenian dan kebudayaan serta memiliki
cinta kasih yang harmonis dan seimbang

Ketiga, hasil Penelitian Bahari (2010) meneliti karakter toleransi mahasiswa dengan judul
“Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian, Keterlibatan Organisasi,
Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda
Agama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri). Tujuan penelitian ini adalah guna menjawab 10 butir
rumusan masalah yaitu mengkaji: pengaruh kepribadian terhadap keterlibatan organisasi, (2)
pengaruh kepribadian terhadap hasil belajar, (3) pengaruh keterlibatan organsiasi terhadap hasil
belajar, (4) pengaruh keprbadian terhadap lingkungan pendidikan, (5) pengaruh keterlibatan
organisasi terhadap lingkungan pendidikan, (6) pengaruh hasil belajar terhadap pendidikan, (7)
pengaruh kepribadian terhadap toleransi beragama,(8) pengaruh keterlibatan organisasi terhadap
toleransi beragama, (9) pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama, dan
(10) pengaruh pendidikan terhadap toleransi beragama. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa:
Perbedaan fundamental antara penelitian Muhamad Muhson dengan penelitian ini diantaraya
memfokuskan pada isu mengjaji (kegiatan-kegiatan berupa kegiatan ektrakurikuler yang lebih
menekankan pada karakteristik manajemen pendidikan Ilmu, seni dan budaya terhadap manusia
muslim di Lembaga pendidikan pesantren, Sedangkan Muhson lebih menekankan dan menitik
beratkan pada Kerukunan antar umat beragama terwujud dengan tidak adanya konflik antar pemeluk

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 70

agama yang berbeda dan hidup saling tolong menolong antar sesama warganya tanpa memandang
perbedaan agama, hibungan baik terjalin melalui budaya-budaya yang ada dan adat istiadat yang
toleran antar agama.

Keempat, hasil penelitian Maksum (2013) meneliti model pendidikan toleransi dengan judul
“ Model pendidikan Toleransi di pesantren Modern Salaf”. Penelitian ini bertujuan mengetahui model
pendidikan toleransi di pesantren modern dan di pesantren salaf. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dengan setting dua pesantren, yakni pesantren modern Gontor Ponorogo dan
pesantren salaf Tebuireng Jombang. Teknik pengumpulan datanya dengan wawancara dan
dokumentasi. Untuk analisis data digunakan teknik analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
Pesantren Darussalam Gontor merupakan pesantren modern, dengan ciri khas berupaya
memadukan tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran weton dan sorogan
diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di dalam kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu
diadopsi dengan penyesuaian tertentu. Sistem pendidikan yang digunakan di pondok modern
dinamakan sistem Mu’allimin, atau terkenal dengan nama Kulliyatul-Mu'allimin al-Islamiyah (KMI).
Adapun sistem pendidikaan di pondok pesantren Tebuireng, dilihat dari segi sistem pendidikan dan
pengajarannya sepenuhnya tidak dapat disebut sebagai pesantren salaf murni. Karena di pesantren
Tebuireng masih mempertahankan sistem pendidikan salaf, juga menerapkan juga sistem pendidikan
modern. Oleh karena itu, untuk sekarang ini lebih tepat apabila menyebut Pondok Pesantren
Tebuireng dengan sebutan Pondok Pesantren Campuran atau Pondok Pesantren Terpadu (antara
khalaf dan salaf). (2) Baik di pondok pesantren modern dan salaf, Islam yang dipahami dan
diaktualkan adalah Islam yang inklusif, ramah, tidak kaku, moderat, yakni Islam yang bernuansa
perbedaan dan sarat dengan nilai-nilai multikultural. Mendakwahkan Islam yang seperti inilah yang
menjadikan Islam bisa bersentuhan dengan multikultur. Untuk membentuk santri yang toleran kedua
pesantren ini mengajarkannya melalui kurikulum pendidikan dan keteladanan hidup sehari-hari.

Dewasa ini, pertumbuhan dan penyebaran pesantren sangat pesat. Dengan menjamurnya
pondok pesantren yang menyuguhkan spesialisasi kajian baik tradisional ataupun modern, membawa
dampak positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kehadiran pondok pesantren

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 71

telah nyata membantu pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu,
pesantren telah menawarkan jenis pendidikan alternatif bagi pengembangan pendidikan nasional.
Sejak awal berdirinya pondok pesantren dikenal sebagai lembaga pengkaderan ulama, tempat
pengajaran ilmu agama, dan 7 memelihara tradisi Islam. Fungsi ini semakin berkembang akibat
tuntutan pembangunan nasional yang mengharuskan pesantren terlibat di dalamnya. Perkembangan
pesantren yang begitu pesat dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat
sehingga mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk dijadikan sebagai agen perubahan
masyarakat (agent of social change). Di samping itu juga diarahkan untuk fungsionalisasi pesantren
sebagai salah satu pusat penting bagi pembangunan masyarakat secara keseluruhan, baik
pembangunan jasmani maupun rohani. Melihat berbagai fungsi dan peran pesantren yang semakin
beragam dalam pengembangan masyarakat.

Dengan demikian untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan dan strategi pembangunan
karakter hendaknya menempatkan manusia scbagai pusat intcraksi kcgiatan pcmbangunan spiritual
maupun material. Pembangunan yang melihat manusia sebagai makhluk seni budaya, dan sebagai
sumber daya dalam pembangunan, diantaranya menurut Malinowski (dalam Tapsir, 2006)
kebudayaan di dunia ini mempunyai tujuh unsur universal, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem
mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian .Seluruh unsur itu
saling terkait dan tidak bisa dipisahkan, yang menghubungkan kebutuhan dan keseimbangan hidup
dan kehidupan manusia yang harus dikembangkan melalui perkembangan akademik , perkembangan
karir dan perkembangan pribadinya. Hal itu berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia.Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai
bangsa.Menumbuhkan sikap hidup yang seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta
integritas sosial budaya dan seni yang tinggi.

Dalam buku ini penulis akan , mendiskripsikan, mengkaji, menganalisis , memodifikasi, dan
mengasimilasikannya dengan ajaran Islam yaitu konsep Blue Ocean Strategy dari Kim dan
Mauborgne (2005:4): dikembangkan melalui Analysis Spiral Dynamics dalam Manajemen Pendidikan
Ilmu, Seni dan Budaya, untuk meningkatkan proses manajerial pendidikan personal yang ada pada

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 72

diri manusia, untuk mengenal sejauhmana semua yang ada khususnya ketika ilmu, Seni dan budaya
dalam hidup dan kehidupan dirinya saat dia hidup menuju pasca hidup. Salah satu tantangan penting
yang dihadapi oleh manusia diantaranya adalah bagaimana mengelola sebuah Nilai kehidupan dirinya
yang memegang peranan sentral dalam pengembangan sumber daya yang dimilikinya. Memiliki
kualitas dalam hidup dan kehidupanaya minimal dapat memberi yang terbaik (spikologis, sosialis,
Sience secara integrated knowlage , piety ) yang ada pada diri manusia diharapkan memiliki
interkoneksi Hadlarah al-nash, hadlarah al-Ilm dan Hadralah al-falsafah yaitu nilai kasalehan yang
memadukan ilmu social , humaniora sience dan technology, dan juga tidak bisa terlepas dari nilai
integrity dan hadlaral al fasafah (etik emansifatoris). Ketiga ranah tersebut merupakan perpaduan
antara nilai-nilai Iman , iImu dan Amal (Ilmu, Seni ,Budaya dan Cinta kasih ) yang menyatu dalam diri
manusia merupakan spirit membangun manusia yang berpribadi integral (integrai Personality ) atau
muslim yang kaffah (Qs.Al-Baqarah(2):208) mengandung makna : “Reorganisasi tersebut dapat
diterapkan di setiap jenjang pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan oleh pribadi manusia
dengan melakukan analisis empat komponen yaitu : “ formulasi tujuan yang ingin kita capai, isi atau
materi kemampuan potensi yang dimiliki, strategi dan langkah-langkah kehidupan yang dijalani, dan
mengevaluasi diri secara berkesinambungan dan konstan yang perlu dilalui penuh bijaksana dalam
menghadapi segala rintangan yang dihadapai dalam tatanan hidup dan kehidupan secara harfiah
yang merupakan kesempurnaan dan keunikan diantaranya pada manusia muslim .

Dengan demikian keunikan dan keunggulan manusia dibanding dengan mahluk lainnya adalah
terletak pada daya fikirnya. Oleh karenanya manusia di tuntut untuk mempelajari ,mengelola ilmu
pengetahuan diantaranya melalui Teori Blue Ocean Strategi dari Kim dan Mauborgne yang
dikembangkan dengan ilmu, Seni dan budaya dalam daya pikir yang dimiliki manusia sehingga
tercipta spiral dynamik yang seimbang pada hidup dan kehidupannya. Maka diwajibkannya manusia
untuk memiliki ilmu yang baik diantaranya adalah dalam manajemen Ilmu Pendidikan Seni dan budaya
Islam. Salah satu lembaga yang dijadikan focus penelitian dan menangani hal tersebut, diantaranya
adalah Lembaga Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren Moderen Gontor.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 73

BAB EMPAT

GONTOR MERUPAKAN
MINIATUR

MASYARAKAT ISLAMI

Saat ini banyak pondok pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dalam

berbagai ragam system dan model serta kebijakan-kebijakan yang bervariasi, misalnya dalam
system pembelajaran, kurikulum pembelajaran , budaya, manajemen , seni, dan kegiatan-kegiatan
ciri khas pondok baik internal maupun kegiatan eksternal diluar kegiatan pondok diantaranya
kegiatan ekstrakurikuler , visi dan misi yang beragam, tetapi hampir keseluruhan dari pondok
pesantren tersebut memiliki tujuan yang sama dan pola dasar pokok yang sama , diantaranya adalah
Membentuk karakter santri dengan pengetahuan agama Islam, kemampuan dakwah serta
keterampilan hidup (life skills), mencerdaskan bangsa, ahlaq mulya dan menjadikan para santri/
wati memiliki Peradaban secara harfiah / adab yang berarti akhlak, kesopanan, atau kehalusan budi
pekerti dan kesuluruhan komplektivitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasai, negara,
ras, suku atau agama yang membedakannya dari yang lain. Peradaban yang sering kita pahami
adalah sebagai tingkat kemajuan kebudayaan suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan dan pendidikan yang mengukur tinggi rendahnya suatu peradaban, (Organisasi sosial,
Berkebudayaan tinggi;Cara berkehidupan yang sudah maju), inilah yang membedakan antara
Pendidikan umum dengan Pendidikan yang terdapat di Pondok Pesantren.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 74

Dari sekian banyaknya pondok pesantren tersebut yang paling lama dan dikenal baik dalam

negri sampai mancanegara yang mampu menghasilkan para satri/ watinya tersebar di seluruh
dunia, yaitu Pondok Pesantren Gontor . Berikut gambaran Pondok Pesantren Gontor, yang tersebar

di Indonesia . Gontor telah mewariskan peradabannya melalui 37 pondok cabang yang tersebar di

Indonesia, dengan 48.405 guru dan santri yang turut serta dalam pelestarian peradaban gontor di

wilayah internal,serta 2.684 mahasiswa/i Uiversitas Darussalam dalam upaya islamisasi ilmu

pengetahuan. Nilai dan sistem pondok tak hanya menjadi fondasi Pondok Modern Darussalam Gontor

beserta cabangya saja. Namun, ajaran Gontor ini telah dianut pula oleh pondok-pondok alumni yang

ikut serta dalam mengestafetkan nilai-nilai perjuangan untuk kemuliaan umat dan bangsa. Dan saat

ini telah tersebar 380 pondok alumni mengibarkan bendera Gontor dalam mewujudkan 1000 Gontor

di Indonesia I’laan likalmatillah. Dengan demikian keunikan dan keunggulan manusia dibanding dengan

mahluk lainnya adalah terletak pada daya fikirnya. Oleh karenanya manusia di tuntut untuk

mempelajari ,mengelola ilmu pengetahuan diantaranya melalui Teori Blue Ocean Strategi dari Kim

dan Mauborgne yang dikembangkan dengan ilmu, Seni dan budaya dalam daya pikir yang dimiliki

manusia sehingga tercipta spiral dynamik yang seimbang pada hidup dan kehidupannya. Maka

diwajibkannya manusia untuk memiliki ilmu yang baik diantaranya adalah dalam manajemen Ilmu

Pendidikan Seni dan budaya Islam. Salah satu lembaga yang dijadikan focus Riset dan menangani hal

tersebut, diantaranya adalah Lembaga Pendidikan Agama Islam di Pondok Moderen Pesantren

Gontor Darusalam. Dari hasil survai,pengamatan, wawancara , melalui media, ICT dan lainnya data

sementara yang diperoleh dijadikan sebagai dasar pertimbangan

Menurut Faqrul Ilmi (2017) dalam tulisannya tentang peradaban Pondok Pesantren Gontor ,
bahwa
“ Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan ideal, Pondok pesantren adalah media
pendidikan yang sudah ada sejak zaman penjajahan serta meliputi perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Pondok pesantren dari zaman ke zaman telah mengalami perkembangan mengikuti
arus modernisasi dunia, tapi masih bertahan dengan nilai-nilai keislamannya. Pergulatan
pesantren dengan budaya dan nilai-nilai asing di Indonesia menjadi tonggak pertahanan nilai-
nilai keislaman yang mulai terpengaruh oleh budaya asing. Sejatinya, pondok pesantren telah
mengaplikasikan sebuah lingkungan yang memadai untuk kemajuan ummat Islam, begitu juga
Pondok Modern Darussalam Gontor. Pondok Modern Darussalam Gontor lahir sebagai alternatif
dan pembaharu system pendidikan di Indonesia yang kaku. yaitu dengan memadukan system

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 75

pendidikan umum dan system pendidikan salafi. Yang dari system terpadu inilah lahir peradaban
yang berperan dan berkhidmat untuk kemulian umat dan bangsa. Peradaban Gontor dengan
system yang terintegrasi telah mencetak ribuan alumni yang berkiprah di masyarakat untuk,
menyebarkan dan mewariskan nilai-nilai Gontor yang telah mereka rasakan sebagai gemblengan
mental”.

Pergulatan pesantren dengan budaya dan nilai-nilai asing di Indonesia menjadi tonggak
pertahanan nilai-nilai keislaman yang mulai terpengaruh oleh budaya asing. Sejatinya, pondok
pesantren telah mengaplikasikan sebuah lingkungan yang memadai untuk kemajuan ummat Islam,
begitu juga Pondok Modern Darussalam Gontor. Pondok Modern Darussalam Gontor lahir
sebagai alternatif dan pembaharu system pendidikan di Indonesia yang kaku.
yaitu dengan memadukan system pendidikan umum dan system pendidikan salafi. Yang dari system
terpadu inilah lahir peradaban yang berperan dan berkhidmat untuk kemulian umat dan bangsa.
Peradaban Gontor dengan system yang terintegrasi telah mencetak ribuan alumni yang berkiprah
di masyarakat untuk, menyebarkan dan mewariskan nilai-nilai Gontor yang telah mereka rasakan
sebagai gemblengan mental”. Dengan demikian keunikan dan keunggulan manusia dibanding dengan
mahluk lainnya adalah terletak pada daya fikirnya. Oleh karenanya manusia di tuntut untuk
mempelajari ,mengelola ilmu pengetahuan diantaranya melalui Teori Blue Ocean Strategi dari Kim
dan Mauborgne yang dikembangkan dengan ilmu, Seni dan budaya dalam daya pikir yang dimiliki
manusia sehingga tercipta spiral dynamik yang seimbang pada hidup dan kehidupannya. Maka
diwajibkannya manusia untuk memiliki ilmu yang baik diantaranya adalah dalam manajemen Ilmu
Pendidikan Seni dan budaya Islam. Salah satu lembaga yang dijadikan focus penelitian dan menangani
hal tersebut, diantaranya adalah Lembaga Pendidikan Agama Islam di Pondok Moderen Pesantren
Gontor Darusalam (PPMG) . Dari hasil survai,pengamatan, wawancara , melalui media, ICT dan
lainnya data sementara yang diperoleh dijadikan sebagai dasar pertimbangan. Dalam tulisan ini
mengasimilasikannya dengan ajaran Islam yaitu konsep Blue Ocean Strategy dari Kim dan
Mauborgne pada manusia muslim di Pompes Moderen Darussalam (PPMD) Gontor, yaitu bagaimana
Para santri / wati mendesain kegiatan Expo yang merupakan kegiatan ektrakurikuler bagian dari
kurikulum pendidikan dalam manajemen pendidikan Ilmu, Seni dan Budaya bernafaskan Islam

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 76

khususnya di Pondok Pesantren Moderen yang dijadikan focus dan merupakan inti dari buku ini yaitu
hasil Riset di (Pompes Moderen Putra 1 , Putra 3 dan Pompes Moderen Putri 5 yang berada di Jatim)
Mereka kelola dengan sempurna (ekpactakuler) sehingga dapat terexspost scara Nasional/ Inter
Nasional , padahal seluruhnya merupakan kreativitas dan inovasi yang luar biasa, dikelola oleh para
santri yang semua manajemenya (dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi,
pengawasan, hasil, dampak sampai pada sarana prasarana, anggaran, pementasan,
kolaborasi, kerjasama, informasi, publikasi , diformulasi dan lainnya) dilakukan oleh -santri-
santri tampa melibatkan dari fihak lembaga Pondok, mereka fihak lembaga hanya memberi
perizinan dan dukungan moril dan spiritual untuk setiap kegiatan oleh para pengasuh dan
pembinanya. mendapat berbagai penghargaan dan kehormatan dari berbagai Negara lain,
melalui Program pengasuhan dalam berbagai kegiatan Exschool yang digelar secara rutin dan
konsisten secara serentak dan langkah yang sama seluruh PPM gontor pusat maupun cabang
yang tersebar di nusantara indonesia ini ,yang mampu mendongkrak dan berbagai aspek di
manyarakat sebagai dakwah melalui Ilmu, Seni dan Budaya yang telah diakui seluruh bangsa
yang sangat mengagumkan. Berbagai program didukung oleh keberadaan siswa dalam pesantren
selama 24 jam.

Pondok Pesantren Modern Gontor merupakan Miniatur Masyarakat Islami: Sebuah
masyarakat mini yang terdiri dari santri, guru, dan pengasuh/kyai. Ini adalah sebuah masyarakat
kecil (a mini society) yang sesungguhnya. Dalam tradisi pesantren, para santri merupakan subjek
dari proses pendidikan, mereka mengatur kehidupan mereka sendiri (self government) melalui
berbagai aktifitas, kreatifitas, dan interaksi sosial yang sangat penting bagi pendidikan mereka.
Agama 100% Umum 100%: Tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, karena orientasi
pendidikan dan pengajaran adalah penanaman aqidah sebagai asas, menuntut ilmu sebagai ibadah,
dan kemasyarakatan sebagai amal.

Keberhasilan tersebut sejalan dengan hasil Penelitian Model Teori Blue Ocean Strategy
(rosa atr, 2017) yang menjadikan Manajemen Pendidikan (ilmu, Seni dan Budaya Islam ) Gontor
dapat dijadikan sebagai Model Referensi yang perlu ditiru bagi Pompes-Pompes /Pendidikan Islam

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 77

dan Pendidikan Umum Negeri maupun swasta , mandiri lainnya terutama yang ada di Indonesia.
Oleh karenanya keberhasilan pendidikan khususnya dalam Kegitan Extrakurikuler yang
dilaksanakan para santri-santri/wati di Pondok Pesantren modern Gontor ini , dapat
mengintregasikan seluruh koponen manajemen pendidikan yang ada Ilmu, Amal, dan
Imannya bisa bersinergi dengan pendidikan seni dan budaya sebagai pendidikan diluar
kurikulum pembelajaran menghasilkan lulusan Santri Pondok Pesantren Modern Gontor di pusat
maupun di cabang-cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, mampu mencetak sumber daya
manusia Muslim-Mukmin berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, bermultitalenta
dalam ilmu,seni dan budaya, serta berkhidmat kepada ummat, bangsa dan negara untuk menuju
kesejahteraan lahir batin dunia-akhirat, serasi dengan keseimbangan teori / konsep analisys
sebagai muslim yang terintegrasi secara utuh.

Dengan lajuya perkembangan dunia, terjadi pula dinamika masyarakat, terjadi perubahan
sikap terhadap nilai-nilai seni dan budaya yang sudah ada, terjadilah pergeseran sistem nilai seni
dan budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di dalam
masyarakatnya . Pandangan Hidup Islam secara perlahan-lahan termanifestasikan ke dalam
kegiatan-kegiatan intelektual dan keilmuan. Diakui secara umum bahwa pengetahuan/ Ilmu , Seni
dan Kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan atau keberlanjutan suatu
bangsa. Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih baik sehingga
pembangunan karakter manusia menjadi suatu intervensi terhadap alam lingkungannya, baik
lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya. Dengan demikian untuk mencapai tujuan
tersebut, pendekatan dan strategi pembangunan karakter hendaknya menempatkan manusia
scbagai pusat intcraksi kcgiatan pcmbangunan spiritual maupun material. Pembangunan yang
melihat manusia sebagai makhluk seni budaya, dan sebagai sumber daya dalam pembangunan,
diantaranya menurut Malinowski (dalam Tapsir, 2006) kebudayaan di dunia ini mempunyai tujuh
unsur universal, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial,
sistem pengetahuan, religi, dan kesenian .Seluruh unsur itu saling terkait dan tidak bisa
dipisahkan, yang menghubungkan kebutuhan dan keseimbangan hidup dan kehidupan manusia

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 78

yang harus dikembangkan melalui perkembangan akademik , perkembangan karir dan
perkembangan pribadinya. Hal itu berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan
harkat dan martabat manusia.Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa.Menumbuhkan
sikap hidup yang seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta integritas sosial
budaya dan seni yang tinggi. Perlunya mencoba, mendiskripsikan, mengkaji, menganalisis ,
memodifikasi, dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam yaitu konsep Blue Ocean Strategy
dari Kim dan Mauborgne (2005:4): dikembangkan melalui Analysis Spirl Dynamics dalam
Manajemen Pendidikan Ilmu, Seni dan Budaya, untuk meningkatkan proses manajerial pendidikan
personal yang ada pada diri manusia, untuk mengenal sejauhmana semua yang ada khususnya
ketika ilmu, Seni dan budaya dalam hidup dan kehidupan dirinya saat dia hidup menuju pasca
hidup. Salah satu tantangan penting yang dihadapi oleh manusia diantaranya adalah bagaimana
mengelola sebuah Nilai kehidupan dirinya yang memegang peranan sentral dalam pengembangan
sumber daya yang dimilikinya. Memiliki kualitas dalam hidup dan kehidupanaya minimal dapat
memberi yang terbaik (spikologis, sosialis, Sience secara integrated knowlage , piety ) yang ada
pada diri manusia diharapkan memiliki interkoneksi Hadlarah al-nash, hadlarah al-Ilm dan
Hadralah al-falsafah yaitu nilai kasalehan yang memadukan ilmu social , humaniora sience dan
technology, dan juga tidak bisa terlepas dari nilai integrity dan hadlaral al fasafah (etik
emansifatoris). Ketiga ranah tersebut merupakan perpaduan antara nilai-nilai Iman , iImu dan
Amal (Ilmu, Seni ,Budaya dan Cinta kasih ) yang menyatu dalam diri manusia merupakan spirit
membangun manusia yang berpribadi integral (integrai Personality ) atau muslim yang kaffah
(Qs.Al-Baqarah(2):208) mengandung makna
“Reorganisasi tersebut dapat diterapkan di setiap jenjang pendidikan dan pembelajaran yang
dilakukan oleh pribadi manusia dengan melakukan analisis empat komponen yaitu : “ formulasi
tujuan yang ingin kita capai, isi atau materi kemampuan potensi yang dimiliki, strategi dan
langkah-langkah kehidupan yang dijalani, dan mengevaluasi diri secara berkesinambungan dan
konstan yang perlu dilalui penuh bijaksana dalam menghadapi segala rintangan yang dihadapai
dalam tatanan hidup dan kehidupan secara harfiah yang merupakan kesempurnaan dan keunikan
diantaranya pada manusia muslim .

Oleh karenanya dalam situasi turbulensi ini, perubahan perilaku masyarakat
memperlihatkan perubahan yang chaostic. Masalah perencanaan dalam manajemen pendidikan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 79

baik pada pesantren maupun yang berkembang di masyaraka t ,menunjukan
kompleksitas, baik dari segi komponen pendidikan itu sendiri, maupun lingkungan
mempengaruhi keberlangsungan suatu pendidikan.Semua masalah yang muncul dalam dunia
pendidikan terus berkembang seperti spiral dynamic. Oleh karena itu keyakinan
pengajaran dan pembelajaran. dipandang sebagai sains dan sebagai seni. Untuk dapat
membangun dan memiliki mental pembelajaran untuk setiap orang dituntut memiliki
kecerdasan emosional dan spiritual.yang disebut Memes. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
Beck dan Cowan (1996:4):

“ MEMEs .system represents, firstly, a core intelligence that froms system and directs
human behavior. Secondly, it impacts upon all life choices as a decision-making framework.
Thirdly, each 'MEW can manifest itself in both healthy and unhealthy forms. Fourthly, such a
vMEMEs is a discrete structure ,fir thinking, not just a set of ideas, cvalues or cause. Fifthy,
it can brighten and dim as the life conditions (consisting of historic times, geographic place,
existential problems, and societal circumstances) changes”.

MEMEs dalam pandangan Islam nampaknya dapat dipahami sebagai sesuatu inti
manusia yang bersifat spiritual atau ilahiyah yang memiliki delapan tingkatan
sebagaimana hadis Rasulullah (Tafsir. 2006: 28). yang menyatakan:

“ Aku jadikan pada manusia itu ada istana (qashr), di dalam istana itu ada dada (shack), di
dalam shack itu ada kalbu (kall)), di dalam (kall itu ada fit 'ad, di dalam fit 'ad itu ada syaghaf,
di dalam ,syaghaf itu ada Tubb, di dalam Tubb itu ada Sir. Dan di dalam sir itu ada Aku (Ana)”.

Hal ini berarti Reaksi tersebut dikendalikan oleh suatu kekuatan yang paling dalam yang
disebut Memes berupa spiral yang tidak terputus yang memiliki core intelligence dari setiap
jenjang pada spiral tersebut. Core intelligence inilah yang akan `mengatur' bagaimana neuron-
neuron akan bereaksi membentuk pikiran atau pola pikir yang terefleksi dalam perilaku
seseorang. Ada kelebihan yang dimiliki oleh Ponpes yang tidak dimiliki oleh pendidikan umum.
Pendidikan kebudayaan/kesenian di sekolah umum mendapatkan porsi yang terbatas kemudian
ditambah dengan pelajaran ekstrakurikuler. Sementara Ponpes sebagai lembaga pendidikan
merupakan konsentrasi (pondok/asrama) dari sekumpulan anak dan remaja memiliki peluang
besar dalam melakukan pelestarian kebudayaan. Meskipun peran Ponpes bagi penanaman nilai-
nilai kebudayaan amat besar, tetapi bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan non-Ponpes,

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 80

perhatian terhadap peran Ponpes cenderung masih terbatas. Hal ini disebabkan beberapa faktor:
1. Pendidikan yang terkait dengan seni dan budaya Islam dianggap lebih rendah daripada

pendidikan atau mata pelajaran lain, sehingga pendidikan seni dan budaya Islam dimasukkan
sebagai materi kurikulum muatan lokal dan tidak termasuk mata pelajaran yang digunakan
untuk mengevaluasi kemajuan peserta didik. Di beberapa sekolah tidak tersedia guru
kesenian maupun guru khusus mendalami kebuyaan daerah maupun kebudayaan nasionala
yang profesional, melainkan hayna diselipkan pada mata pelajaran lainnya dan diajar oleh
guru yang berlatar belakang pendidikan bukan budaya maupum Seni. Pendidikan seni tidak
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga pelajaran tidak dapat
berlangsung secara optimal.
2. Ponpes dinilai hanya memusatkan perhatian pada pendidikan keagamaan, dan menghindari
materi pendidikan yang dinilai tidak sejalan dengan ajaran agama Islam, sehingga diduga
Ponpes kurang memperhatikan pendidikan kebudayaan/kesenian secara umum bagi anak-
anak yang sedang dalam tahapan pengenalan dan pengembangan kreativitas seni.
3. Ponpes dinilai merupakan lembaga pendidikan yang bersifat “eksklusif” hanya untuk kalangan
yang menganut agama Islam dan hanya mengutamakan pendidikan kebudayaan
yang bernafaskan Islam saja. Pendidikan Ponpes kurang menerima bentuk-bentuk
kebudayaan/ kesenian (terutama modern) yang tidak sejalan dengan ajaran agama Islam.
4. Ponpes berada dalam pengelolaan Departemen Agama, sementara lembaga yang mengurus
kebudayaan/kesenian berada di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
/Departemen Pendidikan Nasional, dan kini dalam Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata,
sehingga kurang terjalin koordinasi dalam pengurusannya. 6. Belum ada hasil kajian yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyusun kebijakan pelestarian kebudayaan melalui
pendidikan apresiasi di lingkungan Ponpes sebagai bagian kebijakan pembangunan
kebudayaan secara nasional.
5. Santri jebolan pondok modern Darrusalam Gontor saat ini sudah memiliki belasan cabang
pondok di beberapa wilayah Indonesia, sukses dalam berbagai bidang; (2) Melahirkan banyak

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 81

ulama ternama, juga mencetak para Santri multi talent yang dikemas sedemikian rupa
berdasarkan kemampuan masing-masing; (3) Tak hanya bidang agama, santri dibekali
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan pendidikan umum, serta kesenian dan budaya
perpaduan tradisional dan modern yang tetap konsisten juga di kegiatan ekstrakurikuler,
pembinaan bahasa Arab dan Ingris); (4) Seni dan budaya, pidato dengan Tiga bahasa,
Indonesia, Arab dan Ingris; (5) Disamping paham ilmu agama, Santri Gontor juga diberikan
ilmu pendidikan umum yaitu program pendidikan yang mengutamakan pembentukan
kepribadian, sikap mental, dan ilmu pengetahuan Islam; (6) Kurikulum yang diterapkan
meliputi pendidikan agama, pengetahuan umum dan integrasi antara intra, ekstra dan
kokurikuler “ .
Berdasar pertimbangan tersebut apabila dikaji dalam tatakelola pendidikan Islam yang
diasosiasikan dalam spectrum integrasi Spiral Dynamic dan Blue Ocean Strategy (Beck dan
Cowan,1996) merupakan kekuatan pendorong (driving force) bagi umat Islam adalah langkah
alternatif untuk menjawab problematika Pendidikan Agama Islam pada era ICTdan Rervolusi
Mental saat ini . “Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber utama pendidikan Islam sehingga Islam
adalah agama yang senantiasa sesuai untuk segala zaman dan tempat, sesuai dengan
pernyataan bahwa Islam adalah salihun likulli zaman wa likulli inakan (Mardia 2011)”.
Dengan melakukan langkah antisipatif dalam mengelola jiwa dan seluruh komponen
yang ada pada dirinya sebagai perspektif Spiral Dynamic dan Blue Ocean Strategy. Ilmu ,
Seni,Budaya dan Cinta kasih merupakan perubahan perilaku masyarakat memperlihatkan
perubahan yang chaostic. Semua masalah yang muncul dalam hidup dan kehidupan manusia
terus berkembang seperti spiral dynamic. Agar tidak terjadi chaos dituntut memiliki jiwa
yang kuat yang mempunyai basic life untuk memecahkan persoalan. Oleh karena itu keyakinan
akan segala yang dianugrahkan Tuhan merupakan standar yang tak ternilai dipandang
sebagai Sains , culture and sebagai Art. Untuk dapat membangun dan memiliki mental
pembelajaran setiap orang dituntut memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang
mampu mengimbangi amal, ilmu, Seni dan budaya bahkan cinta kasih, dan iman seseorang.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 82


Click to View FlipBook Version