The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Laskar Santri Seni Budaya Gontor (Suatu Kajian Hasil Riset) (Dr. Ade Tutty R.Rosa, M. MPd) (z-lib.org)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by niliantiputri, 2022-10-10 21:07:31

Laskar Santri Seni Budaya Gontor (Suatu Kajian Hasil Riset) (Dr. Ade Tutty R.Rosa, M. MPd) (z-lib.org)

Laskar Santri Seni Budaya Gontor (Suatu Kajian Hasil Riset) (Dr. Ade Tutty R.Rosa, M. MPd) (z-lib.org)

1. Musyawarah Kerja (Muker) OPPM yaitu sarana pelatihan bagi para santri untuk belajar
menjadi anggota dewan legislatif dan eksekutif yang jujur, siap dikritik dengan kritik yang
objektif dan membangun.

2. Laporan Pertanggungjawaban dan Serah Terima Jabatan dalam segala kegiatan pengelolaan
keuangan oleh para santri yang diperanggungjawabkan ke Pondok.

3. Kursus Pelatihan dan perlombaan PPM memiliki 21 departemen yang terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan 18 departemen yaitu Keamanan, Pengajaran, Ta‟mir masjid,
Penerangan, Penggerak Bahasa, Kesehatan, Olahraga, Perpustakaan, Penerimaan Tamu,
Koperasi Pelajar, Koperasi Dapur, Koperasi Warung Pelajar, Kesenian, Ketrampilan, Binatu,
Fotografi, Fotokopi dan Bersih Lingkungan juga art and handycraft show and sport show,
penataran manajemen dan keorganisasian, public speaking contest, english and arabic
drama contest, Gontor olympiad dan lain sebagainya. (S eni, buya dan cinta kasih tercermin
dalam aktivitas para santri/ wati di Pondok Pesantren Gontor persebut.

4. Agenda lain seperti even Gontor Cup dan Public Speaking Contest. Gontor Cup adalah
pertandingan di bidang olahraga yang dikelola oleh bagian olahraga. Even ini melibatkan
puluhan grup olahraga terdiri dari grup sepak bola, bola volly, basket, tenis meja,
badminton, sepak takraw, futsal, senam, panco dan sebagainya. Layaknya Pekan Olahraga
Nasional maupun SEA GAMES, masing-masing klub berebut untuk menjadi juara. Semuanya
berlangsung dengan menggunakan bahasa Arab atau nggris. Bagitu juga dengan Public
Speaking Contes Karakter pendidikan liberal yang tampak dalam Organisasi Pelajar Pondok
Modern beserta seluruh agendanya mencakup masalah etika, kreativitas dan need for
achievment.Karakter ini muncul pada kegiatan berupa kursus ketrampilan yang
menanamkan kreatifitas. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan, gagasangagasan dan teknik-
teknik y ang diperlukan untuk meneruskan mendidik diri sendiri serta mengharuskan
belajar seumur hidup.

5. Kursus dan Pelatihan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembina dan peserta didik
gerakan pramuka di Pondok Modern Gontor, diselenggarakan berbagai kursus antara lain;

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 133

(1) yaitu Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar dengan Kwartir Cabang
Ponorogo.yang dilanjutkan dengan Kursus Mahir Lanjutan (KML). (2) , untuk meningkatkan
kualitas pembina, menumbuhkan kepercayaan diri, memberikan bekal pengeta huan dan
ketrampilan dalam mengasuh peserta. (3) Keempat, Marching Band yang selalu tampil dalam
berbagai acara penting pondok, seperti : Penyambutan tamu, Khutbatul Arsy, Pembukaan
dan Penutupan Porseni, Peringatan HUT Kemerdekaan RI, dan lain-lain; (4) Search and Rescue
(SAR). Gudep 15089 mengadakan latihan Search And Rescue (SAR) di Pangkalan Udara
(Lanud) Iswahyudi Maospati, tepatnya di Markas Besar PASKHAS. Latihan ini bertujuan
menyalurkan minat dan bakat anggota Gudep 15089. Latihan yang diasuh langsung oleh
personil.
6. Kegiatan lain. Dalam rangka memeriahkan acara Pekan Perkenalan/Khutbatul Arsy di
Pondok Modern Darussalam Gontor maka diselenggarakan Lomba Perkemahan Pramuka Untuk
mengenalkan kegiatan kepramukaan Pondok Modern Gontor dan media dakwah kepada
masyarakat, Karakter pendidikan liberal yang muncul dalam Koordinator Gerakan Pramuka
(KGP) yang padat dengan kegiatan tersebut sangat beragam, yaitu mencakup masalah
etika, kreativitas dan need for achievment. Juga menanamkkan kebiasaan-kebiasaan, gagasan-
gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untukmendidik diri sendiri serta mengharuskan
belajar seumur hidup. Hal ini terlihat di dalam kegiatan Gudep yang membawahi 15 regu
besar dan berbagai macam kursus dan pelatihan yang diselenggarakan KGP. Bercirikan
dialog, mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang bersifat
bebas dan berwawasan luas terbuka , memiliki ilmu yang seimbang dengan Seni, Budaya dan
karakteristik para santri/Wati dan Pondok Pesantren Gontor yang terinspirasi dari salah satu
tujuan penelitian ini dalam Teori Blue Ocean Staregy dalam manajemen pendidikan (Ilmu, Seni,
Budaya dan Cinta kasih) umat muslim yang menekankan keseimbangan hidup, kehidupan dan
terintegrasi secara kaffah.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 134

E. Tujuan dan mamfaat pendidikan di Pondok Pesantren Gontor sejalan dengan Tujuan
dan Mamfaat Riset dalam buku ini diantaranya :

Bertujuan untuk mengungkap dan mengembangkan konsep / Teori Blue Ocean Strategi
melalui Analysis Spiral Dynamics terhadap perencanaan manajemen pendidikan Ilmu, Seni dan
Budaya dimiliki manusia (manusia dengan segala kodratnya) dilihat dari perspektif Islam. Dengan
tiga hal utama :
1. Bagaimana kerangka dasar keilmuan dan landasasan-landasan yang menjadi framework

(Pemangfaatan Kepakaran PT) dalam pengembangan Teori Blue Ocean Strategi melalui
Analysis Spiral Dynamics terhadap manajemen Pendidikan (Ilmu, seni dan budaya) yang
bernafaskan Islam khususnya di Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan
Putri khususnya yang dijadikan focus penelitian.
2. Seperti apa memodifikasi serta mengasimilasikan factor-faktor Internal dan External dalam
menyusun percepatan capaian unggulan Renstra (strategi perencanaan dan kerangka kerja)
yang sistematis guna menciptakan samudra biru (Blue Ocean ) dalam hidup dan kehidupnnya
manusia muslim. Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri khussnya
yang dijadikan focus penelitian
3. Teori Blue Ocean Strategi yang terkait dengan Analisis Spiral Dynamic dikembangkan dalam
manajemen pendidikan ( ilmu, seni dan budaya serta cinta kasih manusia muslim) untuk
meningkatkan karekteristik kegiatan ekstrakurikuler, keimanan, amal soleh dan ketaqwaan
Santri, sebagai inovasi tekhnologi dalam perspektif Islam khususnya di PondokPesantren
Moderen Darusallam Gontor yang dijadikan focus penelitian bagaimana harus dianalisis.
4. Peran pesantren dalam pengembangan para santri/ wati dalam berbagai kegiatan
ektrakurikuler untuk diimplementasikan pada manajemen pendidikan dalam Perencanaannya,
Pelaksanaannya, pengawasannya, Pembiayaannya, evaluasinya, dampaknya, infacnya dan
system nilainya. (ilmu, seni dan Budaya) melalui teori Blue Ocean Strategy di Pondok
Pesantren Moderen Darussalam Gontor Putra dan putri khususnya yang dijadikan focus Riset
dapat diuji dan dianalisis.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 135

5. Profil kegiatan ektrakurikuler yang diperankan oleh para santri/ wati dengan berbagai
fasilitas dan potensi yng dimilikinya dilihat dari manajemen Syntem Nilai ( ) Pondok Pesantren
Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri khususnya yang dijadikan focus penelitian
seperti apa modelnya.
Bagaimana meembuat model/ strategi / teknik dan bentuk pengembangan kelembagaan yang
dilakukan pondok pesantren sebagai upaya pengembangan kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan oleh para santri/ wati ( Ilmu, Seni dan Budaya serta cinta kasih) melalui teori
Blue Ocean Strategy dengan penyeimbang melalui Spiral Dynamic System di Pondok
Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri khususnya yang dijadikan focus
penelitian.

6. Deskripsi Kelebihan, Kelemahan dan kendala yang dihadapi oleh pesantren dalam
pengembangan kelembagaan kegiatan Ektrakurikuler dalam manajemen pendidikan (ilmu, Seni
dan Budaya) dilihat dari system analisis Swot di Pondok Pesantren Moderen Darusalam
Gontor Putra dan Putri khususnya yang dijadikan focus penelitian.

7. Dampak, inpac dalam pengembangan kelembagaan kelembagaan kegiatan Ektrakurikuler
dalam manajemen pendidikan (ilmu, Seni dan Budaya) dilihat dari system analisis Swot di
Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri khususnya yang dijadikan
focus Riset

8. Bagaimmana mengembangkan dan merancang sistem manajemen pendidikan ( Ilmu, Seni,
Budaya dan cint kasih) dalam perspeltif Islam dalam kegitan ektrakurikuler yang digelar oleh
Lembaga di Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri khususnya yang
dijadikan focus penelitian melalui teori Blue Ocean Strategy dengan penyeimbang melalui
Spiral Dynamic System., sebagai inovasi tekhnologi dalam perspektif seni budaya yang
merupakan percepatan capaian unggulan Renstra Perguruan Tinggi dan Renstra Pemerintah
daerah setempat dan umumnya bagi daerah wisata lainnya yang ada di seluruh Indonesia.

9. Merancang kegiatan ektrakurikuler para santr/ wati dapat didiskripsikan , ditemukan,
diciptakan diasimilasikan dan diinterpretasikan sebgai obyek daya Tarik wisata yang

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 136

spektakuler; untuk menyusun strategi perencanaan dan kerangka kerja yang sistematis guna
menemukan dan menciptakan Samudra biru dalam manajemen pendidikan (ilmu, Seni dan
Budaya) manusia muslim di Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri
khususnya yang dijadikan focus penelitian.
10. Deskripsi Menumbuhkan inovasi tekhnologi dalam perspektif manajemen pendidikan (Ilmu,
seni dan budaya sebagai percepatan capaian unggulan Renstra Pemerintah daerah di Pondok
Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri khususnya yang dijadikan focus
11. Peran masing-masing pihak yang terlibat dalam kerjasama dalam kegiatan ektrakurikuler
melalui teori Blue Ocean Strategy dalam manajemen pendidikan (Ilmu, Seni dan Budaya)
manusia muslim di Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri
khususnya yang dijadikan focus Riset, seperti apa dianalisis dan dikembangkannya.
12. Mendiskripsikan dukungan dan hambatan yang dihadapi, dalam penyelenggaraan kerjasama
pengembangan seni budaya Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW ) kawasan/ linkungan Pondok
Pesantren gontor dankerjasama masyarakat . Juga dapat ditemukan dan dirumuskan model
jaringan kerjasama pengembangan ODTW antar daerah khususnya sebagai masukan baik para
pemangku jabatan desa dan daerah setempat maupun stakeholder lainnya.
F. MAMFAAT RISET DALAM PROGRAM MENAJEMEN PENDIDIKAN (ILMU , SENI DAN
BUDAYA ISLAM) DI GONTOR

Riset yang dikajikan dalam Buku laskar ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa dalil
atau teori yang dapat dijadikan rujukan bagi peneliti secara khusus yang mengkaji salah satu
konsep Blue Ocean Strategi terkait dengan Analisis spiral dynamic dengan kerangka dan landasan-
landasan Islami , agar berguna sebagai pengembangan teori-teori dalam manajemen perencanaan
program pendidikan ilmu, seni dan budaya khususnya dimiliki manusia muslim. Selain itu,
penelitian ini memiliki relevansi dengan program manajemen pendidikan di kalangan akademisi ,
sehingga kedepan melahirkan theoretical framework yang lebih up to date, relevan dengan
perkembangan kehidupan masyarakat muslim khususnya,dan sesuai dengan pengembangan
konsep pengelolaan pendidikan di Indonesia yang akan datang.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 137

Kontribusi lain khususnya di Pondok Pesantren Moderen Gontor yang dijadikan focus Riset
diantaranya: (1) untuk meningkatkan Kreatifitas kegiatan ekstrakurikuler, keimanan, amal soleh
dan ketaqwaan para santri, sebagai inovasi tekhnologi dalam perspektif Islam yang merupakan
percepatan capaian unggulan Renstra ; (2) menyusun strategi perencanaan dan kerangka kerja
yang sistematis guna menciptakan samudra biru (blue Ocean) dalam hidup dan kehidupan
manusia muslim; (3) membuat “Model Pengembangan Teori Blue Ocean Strategy dalam
Pendidikan Ilmu Seni, Budaya dan Cinta Kasih Pada Manusia Muslim” Yang dapat dijadikan sebagai
orientasi makro dan Referensi/ pedoman regulasi serta pengkajian, pengembangan dan
penerapan iptek social budaya multi talenta yang dapat dimamfaatkan oleh lembaga pendidikan
Agama Islam maupun Lembaga Pendidikan Umum secara terintegrasi dan Kaffah. Dengan demikian
lembaga pesantren sangat signifikan bagi pengembangan nilai dan ilmu pengetahuan, seni dan
budaya disamping pendalaman agama, yang mampu memberi aspirasi bagi lembaga umum lainnya
di seluruh wilayah, di Indonesia.

Riset yang dikaji dalam Buku ini juga menjadi pelengkap dan penambah khasanah ilmu
pengetahuan dalam bidang Manajemen Pendidikan Islam baik secara formal maupun non formal
, sehingga nenjadikan setiap individu menjadi manusia yang memiliki intelektual,
bermoral,berahlak mulya dan unggul , memahami manajerial pendidikan ilmu, iman dan amal yang
tercermin dalam seni, budaya dan cinta kasih manusia muslim. Mamfaat lain diharapkan dapat
mengembangkan potensi untuk penulisan karya ilmiah , dikalangan akademisi dalam
mengimplementasikan, mengkaji dan mengembangkan berbagai konsep/ teori pendidikan
lainnya khususnya yang bernafaskan Islam di tengah-tengah masyarakat. Selain itu dapat
Menyusun strategi perencanaan dan kerangka kerja yang sistematis dalam menemukan Model
system nilai manajemen sumberdaya pendidikan (Ilmu, seni dan budaya ) yang terdapat; Menyusun
strategi perencanaan dan kerangka kerja yang sistematis dalam menemukan Model sys tem nilai
manajemen Pendidikan. Dapat dijadikan model kerjasama dalam pengembangan manajemen
pendidikan (Ilmu, seni dan budaya) dalam kegiatan ekstrakurikuler di PPMD Gontor dalam
menyusun strategi perencanaan dan kerangka kerja yang sistematis dalam menemukan Model

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 138

system nilai manajemen sumberdaya pendidikan yang terdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler
tersebut. Dijadikan model kerjasama dalam pengembangan seni budaya sebagi Obyek dan daya
Tarik Wisata di daerah PPMD Gontor putra/ putri , untuk menemukan dan membuat Model
Manajemen Pengembangan seni budaya dalam kegiatan ekstrakurikuler yang spektakuler , yang
dapat dijadikan sebagai orientasi makro dan Referensi / pedoman regulasi serta pengkajian,
pengembangan dan penerapan iptek social budaya multi talenta yang dapat dimamfaatkan oleh
lembaga pendidikan multi kultural , pemerintah daerah parawisata dan regulasi Lembaga
perindustrian untuk bekerja sama dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, perekonomian
daerah pengembangan pariwisata, juga untuk menemukan dan membuat Model Manajemen
Pengembangan ilmu, seni budaya dalam kegiatan ekstrakurikuler.

System Nilai, Manajemen pendidikan , pengajaran dan kegiatan ko korikuler maupun kegiatan
ekstrakurikuler ilmu, Seni dan budaya serta cinta kasih yang tercermin, memiliki Karakter
pendidikan liberal yang bisa ditemukan dalam peran para pimpinan , para pengasuh,
pembimbing, para pemangku , termasuk para santri/ Wati dan seluruh civitas akademik, sumber
daya manusia dan sumberdaya lain, juga stakeholdel bail pemerintah maupun non pemerintah dan
masyarakat di lingkungan Pondok Pesantren Gontor Pondok Pesatren di Gontor untuk seluruh
kampus yang tersebar di Indonesia , memiliki tujua dan mamfaart yang luar biasa dalam
meningkatkan harkat dan martabat manusia lewat penggunaan dan penyempurnaan nalarnya
karena manusia adalah makhluk rasional, bermoral dan memiliki kerohanian dan menekankan
manusia menjadi sebuah subyek yang dapat menentukan garis kehidupannya sendiri,
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas,
berpandangan dan berwawasan luas dan terbuka. mengembangkan orang terpelajar untuk dapat
menggunakan waktu luang mereka dengan baik, apakah mereka berniat untuk menjadi ilmuwan
atau tidak, mendorong munculnya kemanusiaan yang sama di antara sesama dan melestarikan dan
memperbaiki tatanan sosial yang ada melalui perubahan yang rasional dan bersifat
evolusioner. kehidupan bersama (living together), kesederajatan (equality atau egalitarianism),

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 139

sikap tebuka dalam berpikir, keterampilan sosial ( social action), mengembangkan seluruh
potensi manusia, meliputi potensi intelektual, sosial, moral, religius, ekonomi, potensi kesopanan
dan budaya, menghargai pluralitas dan heterogenitas, menghargai dan menjunjung tinggi
keragaman budaya, etnis, suku dan agama.

G. TUJUAN PENDIDIKAN DI GONTOR KAITANNYA DENGAN ANALISYS SPIRAL DYNAMICT

Dalam penulisan hasil Riset perlu ditekankan pada tujuan dan mamfaat, namun penulis akan
menyimak beberapa tujuan dan mamfaat dari kedudukan Manajemen pendidikan (Ilmu, Seni dan
Budaya Islam ) di Pondok Pesantren Moderen Darussalam Gontor dan dapat diwakili dari hasil Riset
di PonPes yang dijadikan focus pada Riset ini diantaranya : Mengacu pada permasalahan, tujuan,
mamfaat dan keluaran sebagai tindak lanjut dari hasil yang telah ditelitii terdahulu , dan sesuai
dengan Rancangan tujuan Riset yang akan diteliti selanjutnya diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Telaah ( mendiskripsikan, menganlisis, mengkolaborasi, mengistemasi, memodifikasi,
mengasimilasi, mendalami, mememukan aspek-aspek lain dan
mengembangkannya),sehingga dapat dijadikan suatu kajian untuk dipublikasikan mela lui
Buku kajian Referensi hasil kegiatan ekstrakurikuler yang telah dilakukan santri-santri
tersebut khususnya dalam menajerial pendidikan (Ilmu, Seni dan budaya)lebih mendalam,
sebagai hasil dari Pengembangan melalui Spectrum Analysis Spiral Dynamics system
tersebut. Sebagai Model dan rekayasa social, serta sebagai pengkajian, pengembangandan
penerapan Iptek khususnya di Pondok Pesantren Moderen Gontor.

2. Sesuai dengan draft Riset ini membuat perancangan selanjutnya untuk lebih presentative
maka akan dideskripsikan untuk rnenggali aspek-aspek lain yang berkaitan dengan
pengembangan dalam Manajemen Pendidikan Ilmu, Seni dan Budaya Islam pada manusia Muslim
melalui suatu kajian / tool Spectrum Analysis Spiral Dynamics System yang mampu
mendongkak lebih mendalam untuk kemajuan pendidikan berlandasan islami dan pendidikan
umum lainnya baik dalam tatanan pemerintah, swasta maupu secara mandiri lainnya
khususnya yang ada di Indonesia.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 140

3. Memformulasikan, mempromosikan dan menentukan landasan pengembangan Manajemen
ILmu, Seni dan Budaya Islam, yaitu landasan filsafat pendidikann yang mengkaji persoalan mau
dibawa kemana pendidikan Agama islam tersebut jika diaplikasikan dan dikembangkan system
PPM Gontor di Pondok pesantren lain khusunya yang ada dan mewakili Pompes yang terdapat
di willayah Indonesia

4. Mendesain dalam Penyusunan manajemen ilmu, seni dan budaya berdasarkan diagnosis
atau idcntifikasi/analisis kebutuhan melalui penguatan landasan seni dan budaya islam
yang tergambar substansi. organisasi dari dokumen terlulis , model perrporganisasian,
model proses pengajaran, unsur-unsur dari kurikulum, hubungnn antara satu unsur
dengan unsur yang lain. prinsip-prinsip pengorganisasia serta hal-hal yang diperlukan
dalam pelaksanaannya.

5. Membuat Evaluasi dalam manajemen pendidikan Ilmu, Seni dan Budaya agar dapat diambil
langkah preventive dan curative action sehingga tidak terjadi kesalahan yang sama pada
desain manajemen Ilmu, Seni dan Budaya Islam berikutnya, Evaluasi (selfassessment,
monitoring, internnl dan external evaluation) yang dilaksanakan secara kontinyu dan
konsisten sesuai dengan prinsip strategic planning dari Bryson's Cltcle. Hal tersebut
berfungsi untuk memastikan apakah sasaran mutu pendidikan agama Islam yang telah
dibuat dengan mengacu pada visi dan misi yang ada pada renstra sudah tercapai atau
belum, sehingga dapat memenuhi kebutuhan (customer need) dan memuaskan pelanggan
(customers satisfaction). Spectrum Analysis Spiral Dynamics dalam Manjemen Pendidikan
(IIlmu, Seni dan Budaya ).

6. Membuat Pedoman/ Model/ Referensi sebagai Model dan rekayasa social, secara Mikro
maupun Makro yang apat dimamfaatkan oleh lembaga pendidikan Agama Is lam maupun
Lembaga Pendidikan Umum secara terintegrasi dan Kaffah. Sehingga memiliki keseimbangan
dalam kehidupan untuk mencapai tujuan dari pasca hidup didasari oleh keseimbangan Iman,
Ilmu, Amal yang terintegrasi dalam pengetahuan, budaya social seni dan cinta kasih yang
dikelola oleh manusia sendiri melalui sebuah kolbu. Pengelolaan kolbu dituntut untuk keluar

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 141

dari kemelut chaos tersebut, yaitu dengan cara melakukan ijtihad. Ijtihad merupakan
sumber dinamika dalam agama Islam yang berfungsi sebagai penyalur kreatifitas pribadi atau
kelompok dalam merespon peristiwa-peristiwa yang dihadapi.
7. Menelaah Peranan Pesantern Dalam Menanamkan Apresiasi Budaya/Seni adalah untuk: (1)
Mendapatkan gambaran nyata (potret) tentang peranan pesantren dalam menanamkan
apresiasi kebudayaan/kesenian bangsa yang multietnik dan multikultur.(2). Mengidentifikasi
sistem pendidikan kebudayaan/kesenian (kebijakan, kurikulum, metode, tenaga pengajar, bahan
ajar,sarana dan fasilitas) yang berlaku dalam masing-masingponpes; (3) Mengetahui sikap dan
pandangan para guru, santri, seniman budayawan dan pejabat tentang pendidikan seni yang
berkembang di lingkungan ponpes, terutama dalam membangun jati diri bangsa, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa yang pluralis (4) Hasil penelitian menjadi bahan masukan bagi
perumusan kebijakan pembangunan di sektor yang kebudayaan, dan bahan masukan bagi
pengembangan pendidikan di pondok pesantren.

Ada beberapa Asumsi dasar , kaidah atau temuan-temuan yang dijadikan landasan dalam
mengkaji factor-faktor yang sejalan dengan permasalahan dan tujuan , antara lain :

a. Perencanaan dalam menganalisis kerangka dasar keilmuan dan landasan-landasan pada
konsep Blue Ocean Strategi dapat dikembangkan melalui Analysis Spiral Dynamics dalam
manajemen pendidikan Ilmu, Seni dan Budaya yang bernafaskan Islam untuk meningkatkan
Mutu Pendidikan, kreativitas dalam mengembangan Ektrakurikuler dan membentuk karakter
manusia muslim khususnya siswa/ santri pada Pondok Moderen Pesantren Darussalam
Gontor tersebut.

b. Dengan mendistkripsikan, mengkaji ,menganalisis, memodifikasi, mengasimilasikannya
dengan ajaran Islam yaitu pengembangan konsep Blue Ocean Strategi dalam manajemen
pendidikan (Ilmu, Seni dan budaya ) dapat menyusun strategi perencanaan dan kerangka kerja
yang sistematis guna menciptakan samudra biru (blue Ocean) dalam hidup dan kehidupan
manusia muslim khususnya para santri di Pondok Moderen Pesantren Gontor tersebut.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 142

c. Konsep Blue Ocean Strategi yang dikembangakan melalui Analisis spiral dynamic pada
manajemen pendidikan ilmu, seni dan budaya dalam perspektif Islam dapat meningkatkan
Kreatifitas kegiatan ekstrakurikuler, keimanan, amal soleh dan ketaqwaan Santri, sebagai
inovasi tekhnologi serta meningkatkan perkembangan akademik, perkembangan karir dan
perkembangan pribadi seorang muslim dalam perspektif Islam di Lembaga pendidikan/
Pondok Moderen Pesantren Gontor. di Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra
dan Putri khususnya yang dijadikan focus penelitian

d. Penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai program pengembangan kegiatan
ektrakurikuler berbasis pesantren yang dilaksanakan oleh para santri/ wati . di Pondok
Pesantren Moderen Gontor Putra dan Putri khususnya yang dijadikan focus Riset

e. Memberi informasi baik kepada pemerintah maupun praktisi pendidikan dan Pondok
Pesantren khususnya yang berkembang di masyarakat luas dan umumnya sekolah
pendidikan Islam lainnya yang tersebar di idonesia. bahwa pesantren memiliki kontribusi
terhadap pengembangan masyarakat. Melalui kerjasama tersebut diharapkan nantinya akan
terbentuk kekuatan yang kokoh dan tercipta perubahan sosial yang lebih besar dan berawal
dari lembaga keagamaan. Bagi pemerintah, dukungan baik moril dan materil sangat
dibutuhkan demi terciptanya kelancaran pengembangan kelembagaan yang dilakukan oleh
pesantren. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan diharapkan lebih bekerjasama dan
memberikan perhatian khusus pada pesantren agar perubahan dapat berjalan dengan lancar
sehingga perubahan kehidupan masyarakat ke arah lebih baik bisa cepat terlaksana.
Dengan diadakannya Riset pengembangan Konsep Blue Ocean Strategi kaitannya dengan

Analysis Spiral Dynamics dalam Manjemen Pendidikan (Ilmu, Seni dan Budaya ) dapat dijadikan
Pedoman/ Model/ Referensi sebagai Model dan rekayasa social, serta sebagai pengkajian,
pengembangandan penerapan Iptek khususnya di Pondok Moderen Pesantren Darusalam Gontor
secara Mikro maupun Makro yang apat dimamfaatkan oleh lembaga pendidikan Agama Islam
maupun Lembaga Pendidikan Umum secara terintegrasi dan Kaffah.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 143

BAB TUJUH
DESKRIPSI RISET PENULIS

Ketika Penulis melakukan Riset ( penelitian) pertama dilaksanakan Mei dan Agustus

2017 terfokus pada Kampus yang ada di daerah/ Kabupaten Kediri yaitu : (1) Pondok Pesantren
Gontor yaitu Pondok Modern Darul Ma’rifat atau sering disebut juga Pondok Modern Darussalam
(PPMD) Gontor Putra 3 adalah salah satu cabang Pondok Modern Darussalam Gontor . Pondok
Pesantren Modern (PPM) Darul Ma’rifat adalah salah satu cabang Pondok Modern Darussalam
Gontor (PPMD) yang berlokasi di Sumbercangkring, Gurah, Kediri Jawa Timur ; (2) Pondok Modern
Darussalam Gontor Putri Kampus 5 (Gontor Putri 5), yang terletak di Bobosan, Kemiri, Kandangan,
Kediri, Jawa Timur. Kedua (PPM) Gontor tersebut Putra maupun Putri diharapkan dapat mewakili
Pondok Pesantren Gontor kampus Putra dan Putri lainnya khususnya di Lingkungan Pondok
Pesantren Darussalam (PPMD) lainnya , mengingat keterbatasan lokasi yang berjauhan ,waktu
penelitian terbatas , Birokrasi dan Administrasi serta lainnya. Hal ini beralasan di kedua pondok
Pesantren Darusalam putra dan putri tersebaut diantaranya : (1) Lokasi penelitian masih di
kabupaten yang sama yaitu kabupaten Kediri yang memudahkan penelitian dalam berbagai hal; (2)
Seluruh kebijaksanaan di Darul Ma’rifat maupun Pondok Pesantren Putri kampus 5 , mengacu kepada
kebijaksanaan di Gontor Pusat Putra atau Putri secara penuh. Riset kedua dilakukan juli 2018 yaitu
Kampus Pendok Pesantren Moderen Pusat 1 dan Pusat Putri 2 dan Putri 3 di Mantingan Ngawi Jatim

Namun, itu tidak berarti menutup kemungkinan wujudnya kreativitas dan inovasi yang
muncul dari pengelolanya, terutama berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis-praktis, bukan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 144

prinsip; (3) Dalam Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) ,sistem pendidikan di KMI Darul Ma’rifat
dan sepenuhnya mengacu kepada sistem pendidikan KMI Pondok Modern Darussalam Gontor (PPMG);
baik dalam jenjang pendidikan maupun kurikulumnya, demikian pula berbagai aktivitas dan program-
programnya; Dalam Sistem Pengasuhan Santri di luar kelas santri mendapat bimbingan, pengajaran,
dan pengembangan secara intensif oleh Pengasuhan santri yang bertanggungjawab menangani
berbagai aktivitas ekstrakurikuler yang meliputi keorganisasian, kepramukaan, bahasa, disiplin,
olahraga, ketrampilan, kesenian, akhlak, ibadah, dll. Berbagai aktivitas ini, dengan beberapa
modifikasi dan inovasi, juga mengacu kepada aktivitas yang diselenggarakan oleh Pengasuhan Santri
di Pondok Modern Darussalam Gontor.. Fokus Riset lebih mengacu pada Kurikulum Pengasuhan
Kegiatan intra ko Kurikuler dan Ektrakurikuler yang yang digelar dan menjadi agenda rutin harian,
mingguan, bulanan dan tahunan dilakukan oleh Pondok Pesantren Moderen Gontor , yang dikaji
dengan Teori Blue Ocean Strategy dari Kim dan Mauborgne (2005) melalui manajemen Pendidikan
(Ilmu, Seni, Budaya dan Cinta kasih )berdasarkan pendidikan dan ajaran Islam. Apabila Dilihat dari
Profil Pondok Moderen Pesantren Darusalam Gontor “ (1) Santri jebolan pondok modern Darrusalam
Gontor saat ini sudah memiliki belasan cabang pondok di beberapa wilayah Indonesia, sukses dalam
berbagai bidang; (2) Melahirkan banyak ulama ternama, juga mencetak para Santri multi talent yang
dikemas sedemikian rupa berdasarkan kemampuan masing-masing; (3) Tak hanya bidang agama,
santri dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan dan pendidikan umum, serta kesenian dan budaya
perpaduan tradisional dan modern yang tetap konsisten juga di kegiatan ekstrakurikuler, pembinaan
bahasa Arab dan Ingris); (4) Seni dan budaya, pidato dengan Tiga bahasa, Indonesia, Arab dan Ingris;
(5) Disamping paham ilmu agama, Santri Gontor juga diberikan ilmu pendidikan umum yaitu program
pendidikan yang mengutamakan pembentukan kepribadian, sikap mental, dan ilmu pengetahuan
Islam; (6) Kurikulum yang diterapkan meliputi pendidikan agama, pengetahuan umum dan integrasi
antara intra, ekstra dan kokurikuler “. Dengan melakukan langkah antisipatif dalam mengelola jiwa
dan seluruh komponen yang ada pada dirinya sebagai perspektif Spiral Dynamic dan Blue Ocean
Strategy. Ilmu , Seni,Budaya dan Cinta kasih merupakan perubahan perilaku masyarakat
memperlihatkan perubahan yang chaostic. Semua masalah yang muncul dalam hidup dan kehidupan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 145

manusia terus berkembang seperti spiral dynamic. Agar tidak terjadi chaos dituntut memiliki jiwa
yang kuat yang mempunyai basic life untuk memecahkan persoalan. Oleh karena itu keyakinan akan
segala yang dianugrahkan Tuhan merupakan standar yang tak ternilai dipandang sebagai Sains ,
culture and sebagai Art. Untuk dapat membangun dan memiliki mental pembelajaran setiap orang
dituntut memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang mampu mengimbangi amal, ilmu, Seni
dan budaya bahkan cinta kasih, dan iman seseorang. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :

Ilmu Iman Learning to Know Learning to
Amal (Verbal Perfornance live together
(Ilmu , seni,
Learning to be
(attitudinalPerfornan budaya,
cinta)
ce
Learning to do
(physicalPerfornance)

Gb.7.1. Reorganisasi kepribadian manusia muslim dalam integrasi interkonektif
( diadaptasi dari Sudrajat. H (2010:26)

Dari Konsep/ teori Blue Ocean Strategy yang dikembangkan melalui Analysis Spiral Dynamics
dalam manajemen pendiddikan (Ilmu, Seni dan Budaya Islam), diharapkan lulusan Santri Pondok
Pesantren Modern Gontor di pusat maupun di cabang-cabang yang tersebar di seluruh Indonesia,
mampu mencetak sumber daya manusia Muslim-Mukmin berbudi tinggi, berpengetahuan luas,
berpikiran bebas, bermultitalenta dalam ilmu,seni dan budaya, serta berkhidmat kepada ummat,
bangsa dan negara untuk menuju kesejahteraan lahir batin dunia-akhirat, serasi dengan
keseimbangan teori / konsep Blue Ocean trategy sebagai muslim yang terintegrasi secara Analysis
Spiral Dynamics. Pondok Modern Gontor terdapat berbagai macam kegiatan dalam berbagai bidang;
yaitu bidang olah raga dengan terbentuknya puluhan klub semua jenis olah raga, bidang bahasa

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 146

dengan terbentuknya beberapa English and Arabic course. Dalam bidang seni budaya terdapat
puluhan grup kesenian daerah seluruh nusantara, pentas seni yang diselenggarakan pada setiap
hari besar Islam dan puluhan kegiatan lainnya dalam bidang-bidang tertentu. Selain itu di Pondok
Modern Gontor terdapat acara pekan perkenalan pada awal tahun dengan agenda pengenalan
orientasi pondok, apel tahunan beserta pawai nusantara dan ditutup dengan panggung gembira
yang menghabiskan dana ratusan juta hingga miliaran rupiah. Oleh karena itu, penulis merasa
tertarik dan termotivasi Penulis juga merasa berkepentingan untuk meluruskan penilaian dan
pandangan negatif dan minim tentang pendidikan liberal dan multikultural yang dianggap sebagai
proyek imperialis, kebarat-baratan, anti agama, dan tidak islami.

Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber utama pendidikan Islam sehingga Islam adalah
agama yang senantiasa sesuai untuk segala zaman dan tempat, sesuai dengan pernyataan bahwa
Islam adalah salihun likulli zaman wa likulli inakan (Mardia 2011). Dan dengan mengintegrasikan
Agama dan Sains serta sebagai komponen spiritualnya maupun agama dan sains sebagai sistem,
Spiral Dynamics memberikan solusinya dengan melihatnya melalui perilaku seseorang yang
berinteraksi antara stimulus eksternal yang dihadapi orang atau kelompok dengan reaksi
neuron-neuron yang merespon stimulus tersebut. Reaksi tersebut dikendalikan oleh suatu kekuatan
yang paling dalam yang disebut memes berupa spiral yang tidak terputus yang memiliki Core
intelligence dari setiap jenjang pada spiral tersebut. Core intelligence inilah yang akan
`mengatur' bagaimana neuron- neuron akan bereaksi membentuk pikiran atau pola pikir
yang terefleksi dalam perilaku seseorang. Seperti yang djelaskan oleh Kim dan Maurborgne dalam
bukunya “Blue Ocean Strategy” menjelaskan seperti yang dikutip di bawah ini “-….Blue ocean
strategy, by contrast, is about doing business where there is no competitor. It is about creating new
land, not dividing up existing land”

Yang menjadi kajian utama dalam Riset penulis diantaranya adalah : Bagaimanakah suatu
Konsep / Teori Blue Ocean Strategi (dari Kim & Mauborgne) yang terkait dengan Analisis Spiral
Dynamic( dari Beck& Cowan), selain dapat digunakan pada menajeral personil manusia muslim
juga dapat dikembangkan melalui manajemen pendidikan Ilmu, Seni, Budaya dan Cinta kasih dalam

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 147

perspektif Islam pada siswa / Satri di di Lembaga pendidikan Pondok Pesantren Darussalam
Gontor Jawa timur. Kerangka dasar keilmuan dan landasasan-landasan yang menjadi framework
dalam pengembangan Blue Ocean Strategi terhadap manajemen Pendidikan (Ilmu, seni, budaya dan
cinta kasih ) yang bernafaskan Islam dapat berguna sebagai pengembangan teori-teori dalam
manajemen perencanaan program pendidikan pada setiap individu yang dimiliki siswa muslim /
Santri khususnya di Pondok Pesantren Gontor tersebut;(2) Analisis factor-faktor Internal dan
External; dalam menyusun strategi perencanaan dan kerangka kerja yang sistematis dapat
menciptakan Strategi Samudra Biru dalam hidup dan kehidupnnya manusia muslim khususnya
terhadap para Santri/wati di Pondok Pesantren Gontor tersebut; (3) Langkah-langkah Strategik
dalam penelaahan dan mengembangkan Konsep Blue Ocean Strategi kaitannya dengan Analisis spiral
dynamics: dalam meningkatkan perkembangan akademik, perkembangan karir dan perkembangan
pribadi siswa muslim/ Santri dalam perspektif Islam khususnya di Pondok Pesantren Moderen
Darusalam Gontor; (4) system pengembangan Teori Blue Ocean Strategi kaitannya dengan Analisis
spiral dynamics dalam manajemen Pendidikan (Ilmu, Seni dan Budaya) pada berbagai kegiatan
ektrakurikuler ,dapat dimodifikasi dan diasimilasi terhadap kegiatan para santri, yang hasilnya dapat
dibuat percepatan capaian unggulan Renstra (strategi perencanaan dan kerangka kerja) yang
sistematis serta meningkatkan Kreatifitas kegiatan ekstrakurikuler, keimanan, amal soleh dan
ketaqwaan Santri, sebagai inovasi tekhnologi dalam perspektif Islam guna menciptakan samudra
biru (Blue Ocean ) dalam hidup dan kehidupnnya manusia muslim/ khususnya para Santri di Pondok
Moderen Pesantren Darusalam Gontor yang dijadikan focus penelitian;(5)Mananjemen
(Perencanaan, pegorganisasian , pelaksanaan, pengendalian pengawasannya, Pembiayaannya,
evaluasinya, dampak, infact dalam pendidikan ( Ilmu, Seni dan budaya) terhadap kegiatan
ektrakurikular yang digelar oleh para santri di Pondok modern Darusalam Gontor; (6) Menganalisis
Kelebihan, Kelemahan dan kendala yang dihadapi oleh pesantren dalam pengembangan kelembagaan
kegiatan Ektrakurikuler dalam manajemen pendidikan (ilmu, Seni dan Budaya) dilihat dari system
analisis Swot di Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri khususnya yang
dijadikan focus penelitian; (7) Merancang kegiatan ektrakurikuler para santri/ wati dapat

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 148

didiskripsikan , ditemukan, diciptakan diasimilasikan dan diinterpretasikan sebgai obyek daya Tarik
wisata yang spektakuler; untuk menyusun strategi perencanaan dan kerangka kerja yang sistematis
guna menemukan dan menciptakan Samudra biru dalam manajemen pendidikan (ilmu, Seni dan
Budaya) manusia muslim di Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Putra dan Putri
khususnya yang dijadikan focus penelitian; (8) Manajemen System Nilai (.Nilai Teologis ,Nilai Logik,
Nilai Fisik/Fisiologi, Nilai Psikologis Nilai Etik, Nilai Estetika), Selaras manajemen Pendidikan (Ilmu,
Seni, Budaya dan Cinta kasih) melalui teori Blue Ocean Strategy di Pondok Pesantren Moderen
Darussalam Gontor Putra dan putri khususnya yang dijadikan focus Riset.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 149

BAB DELAPAN
KARAKTERISTIK MODEL RISET

PENULIS

RIset yang ditelaah dalam buku ini memiliki tujuan untuk mendiskripsikan, mengkaji,

menganalisis , memodifikasi data dan fakta sehingga memperoleh gambaran tentang tujuan dari isi
tulisan pada buku ini dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam yaitu konsep Blue Ocean
Strategy dari Kim dan Mauborgne (2005): dikembangkan melalui Analysis Spiral Dynamics dalam
Manajemen Pendidikan Ilmu, Seni dan Budaya, untuk meningkatkan proses manajerial pendidikan
personal yang ada pada diri manusia muslim hal ini merupakan Studi R&D yang dibatasi pada 5
Pondok Pesantren Gontor yang ada di Propinsi jawa Timur , yaitu : (1) Pondok Pesantren Moderen
Darusalam Gontor Santri Putra pusat 1 di Ponorogo Jawa Timur ; (2) Pondok Pesantren Moderen
kampus 3 Darul Ma,rifat Gontor di Gurah Kediri jawa timur , (3) Pondok Pesantren Moderen Putri
Kampus 5 di Kandangan Kediri Jawa Timur , (4) Pondok Pesntren Modern Gontor Pusat Putri 1 dan
(5) Pusat Putri 2 di Mantingan Ngawi Jawa Timur , Hal ini juga dilakukan dengan perspektif
perencanaan dengan menggunakan pendekatan perspektif naturalistik (naturalistic inquiry;),
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orangdan prilaku yang dapat diamati. Pendekatan Riseet ini disebut juga alamialamiah
pendekatan naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau, apa adanya,
dan tidak dimanipulasi (Lincoln dan Guba. 1995:l89). Hal ini diperkuat oleh pendapat Creswell
(1998:15.dalam Mardia 2011) bahwa:

Qualitative research is an inquiry process of understanding, based on distinct
methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher
builds a complex, holistic-picture, analyses words, reports detailed views of informants,
and conducts the study; in a natural setting.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 150

. Situasi sosial yang dipilih untuk hal tersebut adalah situasi system manajemen
pendidikan (Ilmu, Seni dan Buya) dalam kegiatan yang dilkukan oleh para santri dan santriwati
dengan bimbingan dan study para pakar / para ustad / pemangku jabatan kegiatan tang terkoordinir
secara integritas. Oleh sebab itu Riset ini memberikan penekanan pada aspek-aspek yang
berkaitan dengan pengembanga salah satu Teori Blue Oceant Strategy manajemen strategic
terhadad kegiatan Ekstrakurikuler yang terdapat di Pondok Pesantren Moderen Gontor Darusalam
Penelitian ini didasarkan pada empat belas karakteristik penkajian naturalistic yang
diungkapkan oleh lincoln & Guba (1985: 39-42 ) yaitu :

1. Natural setting (konteks natural /alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) dimana
fenomena hanya dapat ditangkap dan dipahami maknanya dalamdan tidak dapat dilepaskan
dari konteksnya.

2. Human insfrument (rnanusia sebagai instrumen). Hal ini dilakukan karena manusia yang
mampu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitasmakna, dan menangkap makna
sedangkan instrumen lain seperti tes dan angket tidak akan mampu melakukannva.

3. Utilization of tacit Knowledge (pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan). Sifat
memungkinkan mengungkap hal-hal yang tak terkatakan. Sifat Naturalistik memungkinkan
mengungkap hal-hal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang diekspresikan
oleh responden.

4. Quality methods (metoda kualitatif). Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari
pada kuantitatif karena lebih mampu mengungkap realitas ganda, lebih sensitive dan adaptif
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

5. Purposive sampling (pengambilan sampel secara purposif). Penelitian naturalistic
menghindari pengambilan sampel secara acak, dan menekan kemungkinan munculnya kasus
menyimpang.

6. Inductive analysis data (analisis data secara induktif). Penelitian naturalistic lebih menyukai
analisis induktif daripada deduktif, karena dengan cara tersebut Konteksnya akan lebih
mudah dideskripsikan.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 151

7. Grounded theory-. Sifat naturalistik lebih mengarahkan penyusunan teoridiangkat dari
empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriori bagus sebagai ilmu nomothetik,
tetapi lemah untuk dapat sesuai degan konteks idiographik.

8. Emergent design (desain bersifat sementara). Riset naturalistik cenderung memilih
penyusunan desain sementara dari pada mengkonstruksinya secara apriori, karena realitas
ganda sulit dikerangkakan. Selain itu. peneliti sulit mempolakan lebih dahulu apa yang ada
di lapangan dan karena banyak system nilai yang terkait serta interaksinya tak terduga.

9. Negotiated outcomes (hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan
responden). Hal ini dilakukan untuk rnenghindari salah tafsir atas data yang diperoleh
karena responden lebih memahami konteksnya daripada peneliti.

10. Case Study reporting mode.Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan
demikian deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat
terhindar dari bias. Laporan semacam itu dapat nenjadi landasan transferabilitas kasus
lain.

11. Indiografhic interpretation (penafsiran bersifat idiographik dalam arti keberlakuan khusus),
bukan nomathetically (nomothetik dalam arti mencari Hukum keberlakuan umum), karena
penafsiran yang berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda
konteksnya.

12. Tentative application (aplikasi tentatif). Penelitian naturalistik cenderung lebih menyukai
aplikasi tentatif daripada aplikasi meluas atas hasil temuannya, karena realitas itu ganda
dan berbeda. Selain itu, interaksi antara peneliti dengan responden bersifat khusus dan tak
dapat diduplikasikan.

13. Fokus Determined Boundaries (ikatan konteks terfokus). Sifat holistik dari penelitian
naturalistik ditelaah dengan mengaksentuasikan pada fokus sesuai dengan masalahnya,
evaluasinya atau tugas-tugas yang hendak dicapai. Dengan pengambilan fokus ikatan
keseluruhannya tidak dihilangkan dan tetap terjaga keberadaannya dalam konteks; tidak
dilepaskan dari sistem nilai lokalnya.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 152

14. Special criteric for Assessment of trust worthiness (kriteria keterpercayaan). Kriteria
ketetpercayaan dalam penelitian positivistik membedakan empat kriteria keterpercayaan,
yaitu: validitas internal, validitas eksternal, reliabiiitas. dan objektivitas. Dalam penelitian
naturalistik, keempatnya diganti oleh Guba dengan kredibilitas, transferabilitas,
dependabilitas. dan konfirmabilitas.
Berdasarkan pada karakteristik Riset naturalistik tersebut di atas. Maka berangkat dari

pengamatan yang mendetail konkret pada empirical social reality, sehingga terbangun grounded
theory. Selanjutnya berkembang menjadi substantive theory, middle-range theory, formal theory
dan akhirnya rnenjadi theoretical frame work. Perencanaan Riset adalah skema atau program
dari Riset yang berisi outline tentang yang harus dilakukan oleh tim riset nulai dari pertanyaan
sampai pada analisis dan data final yang dilakukan. Riset ini betolak dari asumsi realitas sosial
yang bersifat unik, kompleks, dan ganda. Artinya Riset tersebut merupakan pendekatan yang
tepat untuk mengungkapkan fenomena di lingkungan pesantren / pendidikan. Riset ingin
memperoleh pemahaman terhadap upaya-upaya manajemen pendidikan yang terkait dengan Ilmu,
Seni dan Budaya mamu berkolaborasi dengan karakteristik teory Blue Ocean Strategy yang
diimbangi dengan Analisys Dynamic System untu meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
ekstrakurikuler yang mampu berkiprah di berbagai kegiatan lainnya di kacar dunia. Dengan
pendekatan perencanaan strategik dalam peningkatan mutu Kegiatan ekstrakurikuler dari para
santri dan santriwati di Pesantren Moderen Gontor tersebut.

Aspek-aspek yang akan dikaji melalui Riset ini adalah yang berhubungan dengan keadaan
aktual di kedua Pesantren gontor tersebut, dan upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan,
pengembangan mutu melalui kegiatan para santri dan santriwati dengan pendekatam perencanaan
dalam analisys pribadi muslim yang hakiki.. Aspek-aspek tersebut meliputi; kerangka dasar
keilmuan perencanaan landasan perencanaan kurikulum, analisis faktor lingkungan internal
eksternal yang mempengaruhi manajemen pendidikan . langkah-langkah Strategic dalam jurnal
maupun pedoman hasil Riset dan deskripsi konsep perencanaan pada kedua Pondok Pesantren
moderen Darusalam Gontor tersebut.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 153

Dengan demikian pada pendekatan Riset ini menggunakan yaitu prosedur yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau prilaku yang dapat diamati.
Bodgan dan Tylor, menyatakan bahwa “metode kualitatif adalah prosedur-prosedur riset yang
menghasilkan data kualitatif yang berisi ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku
mereka yang observasi”Metode kualitatif dipilih agar dapat diketahui data secara holistik dengan
cara peneliti membaur dengan objek secara langsung. Dengan hal tersebut diharapkan peneliti dapat
mengetahui seluk beluk yang ada di lapangan dan menuliskannya dalam data hasil Riset sekaligus
menganalisisnya .Deskriptif, berarti Riset ini tujuan utamanya adalah menerangkan apa adanya atau
apa yang ada pada saat diriset. Induktif, berarti dari fenomena satu tempat dan tempat yang lain
lalu digeneralisirkan menjadi fenomena umum.

A. PROSES MANAJEMEN
Untuk terlaksananya Riset dan tercapainya tujuan Riset, dilakukanlah prosedur Riset dengan

langkah sebagai berikut : Perencanaan/persiapan yaitu Menentukan Sumber Data dan Subjek
Riset Lokasi Riset. Riset ini dilakukan dilembaga pendidikan Agama Islam yaitu berupa Pondok
Pesantren Moderen Gontor , terdiri dari 5 Pondok Pesantren Gontor yang ada di Propinsi jawa
Timur , yaitu : (1) Pondok Pesantren Moderen Darusalam Gontor Santri Putra pusat 1 di Ponorogo
Jawa Timur ; (2) Pondok Pesantren Moderen kampus 3 Darul Ma,rifat Gontor di Gurah Kediri
jawa timur dan (3) Pondok Pesantren Moderen 5 Putri di Kandangan Kediri Jawa Timur 4) Pondok
Pesntren Modern Gontor Pusat Putri 1 dan (5) Pusat Putri 2 di Mantingan Ngawi Jawa Timur,
terkait dengan berbagai kegiatan Ekstrakurikuler berupa manajemen pendidikan (Ilmu, Seni, dan
Budaya ) yang diselenggarakan oleh para santri/ wati di Pondok Pesntren Moderen Gontor
tersebut.

Langkah manajemen pendidikan dalam Riset ini diantaranya adalah :
1. Dalam Perencanaan (Planing) ,diantaranya Mengurus perizinan Riset kepada Lembaga

pendidikan Agama Islam Pondok Pesantren Gontor 1 putra, dan putri dan yang ada di daerah
Jawa Timur ; untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan pendek ; rencana program
dan rencana strategi; rencana pemantauan/ pengawasan dan Rencana Evaluasi., terkait dengan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 154

pengembangan berbagai Kegiatan Ektrakurikuler yang dilaksanakan oleh para santri di
lingkungan Pondok Pesantren Gontor tersebut.
2.Dalam Pengorganisasian (Organization) Organizing ialah kegiatan dlm menyusun struktur dan
membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam untuk mewujudkan tujuan
yang telah dirumuskan dan dikehendaki bersama. Pengorganisasian ini dilakukan oleh Tim Riset
i survai ke lokasi yang akan dijadikan focus penelitian dengan job discriptioan yang sudah
dijadikan road Map oleh tim peneliti (Membuat media untuk Riset ; Membuat perangkat untuk
pengambilan data; Membuat pedoman observasi; Membuat jadwal kegiatan, analisis data;
interpretasi data dan mendesain model serta tekhnis yang dibutuhkan di lapangan.
3.Pelaksanaan (Action) : (1) Orientasi dan sosialisai dengan manjemen puncak dan seluruh
komponen pendidikan (SDM maupun sumber daya lain yang terkait dengan tujuan Riset; (2)
Mengobservasi aktifitas siswa/ para santri dan guru selama pembelajaran; (3)Mengambil data
respon siswa terhadap penggunaan teori untuk dikembangkan melalui pendidikan Ilmu, Seni
Budaya dan Cinta kasih manusia muslim yang dijadikan sasaran penelitian; Mengumpulkan
data,Mengolah dan Menganalisis data,Menggunakan analisis SWOT/ Konsep Blue Ocean Strategy
dan analysis Spiral Dynamics; Menetapkan Keputusan/Kebijakan, Menetapkan Tujuan,
Menetapkan Program; Menetapkan Strategi; Melibatkan semua Civitas
4. Mengevaluasi (Evalution) : semua kegiatan didiskripsikan dianalisys , di uji coba, Pelaksanaan

Kegiatan Riset; Dokumentasi data-data hasil Riset Program pelaporan Riset, Refleksi dan
analisis dilakukan setelah pengambilan data, hasilnya dipergunakan untuk menjawab
masalah-masalah Riset, dan menarik kesimpulan.
5. Pengawasan (Controling); Goal Setting, Swot Analysi; Strategic Plan; Action Plan; dan
Quantification (Pengangkaan secara kuantitatif, angka yg akan dicapai, baik data kuantitatip
substansi, maupun biaya yang diperlukan. Metrik pada Action Plan di tambah dengan kolom
biaya) , untuk mengukur kegiatan yg sedang dilaksanakan; Membandingkan standar dengan
kenyataan; Memperbaiki penyimpangan dg tindakan perbaikan.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 155

6. Implementasi (Implementing): Mengangkat Staf ( Staffing ): Tim Riseti menjadikan beberapa
SDM fihak terkait dalam hal ini informan dari Pesantren dan Masyarakat setempat utntuk
kekayaan pengambilan data dari penyediaan tenaga kerja yg dibutuhkan oleh organisasi,
untuk mencapai tujuan yg telah ditetapkan. Caranya: melalui penarikan, pemilihan,
penempatan, pelatihan, pengembangan dan dikendalikan dengan cara yg tepat dan efektif.
Sebagai factor penentu kegiatan dalam Riset ini untuk mencapai tujuan

7. Mengkomunikasikan(Communicating) dan melakukan Penilaian; oleh Tim Riseti diantaranya
(a) Untuk mendapat masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan data dan
pengambilan keputusan; (b) Untuk Mendukung efektifitas dan efisiensi kerja (c) Untuk
Memperoleh fakta ttg kesukaran dan menghindari situasi yg tidak kondusif; (d) Untuk
meningkatkan dukungan pihak-pihak berkepentingan dengan pendidikan. Komprehensif
Kooperatif Ekonomis(efektif dan efisien);

8. Mendiskripsikan dampak dan infact serta memberi Solusi (Solution) mengenai permasalahan
implementasi program pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dalam meningkatkan,
mengembangkan karakteristik para Santri/ Wati dengan menggunakan Teori dan prinsip Blue
Ocean Strategy dalam manajeen Pendidikan (ilmu, Seni , Budaya dalam perspektif Islam

9. di kedua Pondok Pesantren Gontor yng dijadikan focus Riset tersebut dengan cara mengkaji
manajemen Syntem Nilai, Untuk meningkatkan dukungan pihak-pihak berkepentingan dengan
pendidikan. Komprehensif character building yang terintegrasi secara kaffah.
Langkah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Dalam menganalisa Riset ini terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan
(Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya :

a. Mengorganisasikan data. mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder
dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil
wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 156

didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di
dapatkan.
b. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban. Pada tahap ini dibutuhkan
pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan
terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan
pedoman wawancara, tim riset menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan
dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali
membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang
relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat,
kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah
dibuat. Pada Riset ini, analisis dilakukan terhadap Pengembangan yang observasi Tim
Riset menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal
diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut dicoba untuk
dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga Tim
dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
c. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data. Setelah kategori pola data
tergambar dengan jelas, Tim menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan
dalam Riset ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapatmelalui analisis ditinjau kemabali
berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan sehingga dapat dicocokan apakah ada
kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun Riset ini tidak
memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi
mengenai hubungan antara konsep-konsep dan factor-faktor yang ada.
d. Mencari alternatif penjelasan bagi data. Setelah kaitan antara kategori dan pola data
dengan asumsi terwujud, Penulis debagai peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan
berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu
mencari suatau alternative penjelasan lain tetang kesimpulan yang telah didapat. Sebab
dalam Riset ini memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 157

kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya.
Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori
lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
e. Menulis hasil RisetPenulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu
hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat
telah selesai. Dalam Ristpsda penulisan buku ini, penulisan yang dipakai adalah presentase
data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil Riset berdasarkan wawancara
mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-
data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga
penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran
mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi
secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil
Riset tersebut
Tujuan Analisis Data : (1) Mendeskripsikan data, biasanya dalam bentuk frekuensi, ukuran
tendensi sentral maupun ukuran dispersi, sehingga dapat dipahami karakteristik datanya. Dalam
statistika, kegiatan mendeskripsikan data ini dibahas pada statistika deskriptif.; (2) Membuat
induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi, atau karakteristik populasi
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik). Kesimpulan yang diambil ini bisanya
dibuat berdasarkan pendugaan (estimasi) dan pengujian hipotesis.
I. KEABSAHAN TEMUAN HASIL RISET

Untuk memeriksa Keabsahan Temuan Penelitian Untuk memeriksa keabsahaan
data dalam Riset menggunakan kriteria truth value, applicability, consistency, dan netrality
yang juga disebut dengan istilah-istilah credibility, transferability, dependability confirmbility
(Lincoln & Guba 1985: 290). Keempat kriteria ini merupakan atribut -atribut yang membedakan
Riset berturut-turut dengan Validitas Internal Validitas Eksternal , reliabilitas, dan obyektivitas
dalam tradisi atau paradigma penelitian positivistik" (Sudiana & Ibrahim, dan Nasution" 1992).

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 158

Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi dengan cara melakukan cross-check yang
bertujuan untuk pemeriksaan keabsahaan data.

Pemeriksaan keabsahan data atau validitas dan reliabilitas dilakukan dengan langkah -
langkah operasional berikut ini:
1. Credibility dan Transferability

Credibility dan transferahility atau validitas desain menunjuklian tingkat kejelasan
fenomena hasil Riset sesuai dengan kenyataan. Dalam. Riset validitas ini berkenaan dengan
validitas internal atau inferensi kausal, validitas eksternal atau generalisasi , obyektifitas atau
sesuai kenyataan dan reabilitas atau keajegan.

Sedangkan validitas desain kualitatif menunjukkan sejauhmana tingkat interpretasi dan
konsep-konsep yang diperoleh rnemiliki makna yang sesuai antara partisipan dengan periset
(Sukmadinata, 2007: 104). Baik periset maupun partisipan memiliki kesesuaian dalarn
mendeskripsikan dan rnenggambarkan peristiwa terutama dalam menarik makna dari
peristiwa. Menurut Millan dan Schumacher (1993 dalam Mardia). "Validitas desain kualitatif
adalah tingkat dimana interpretasi dan konsep rnemiliki makna yang sama (mutual meanings
antara periset dan partisipan. Peneliti dan partisipan sepakat tentang deskripsi dan komposisi
sebuah kegiatan, utamanya makna kegiatan tersebut,"

Guna mendapatkan data Riset yang kredibel, Periset akan berpedoman Lincoln dan
Guba (1985) yang mengelompokkan teknik pencapaian : Pertama, perpanjangan waktu tinggal
di lokasi penelitian; Kedua, mengadakan observasi secara tekun (persisten observation);
Ketiga, menguji secara triangulasi (triangulasi); Keempat, mengadakan analisis kasus negatif
(negative case analysis)'. Kelima, mengadakan pengecekan anggota (member check),
mengadakan diskusi dengan teman sejawat (peer debriefing); Keenam, mengadakan
pengecekan dan kecukupan referensi (referensial adequacy scecks) .

2. Dependability/ Auditability (Reliabititas)
Dependability dan auditability atau reliabilitas dapat diulangi oleh eriset i lain dengan

metode dan situasi yang sama . Hal ini tidak mungkin terjadi dalam Riset tersebut . Karena situasi
adalah natural tidak rnungkin direkonstruksi kembali oleh orang lain dalam waktu yang lain.
Faktor lain yang menyebabkan syarat reliabilitas tidak bisa diterapkan pada kualitatif adalah

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 159

bahwa cara melaporkan hasil Riset oleh periset ideosyncartic dan individualistiic sehingga
selalu berbeda dari periset.

Dependabilitas ditujukan sejauhmana kualitas proses dalarn mengkonseptualisasikan
penelitian, nilai, dan pengumpulan data, interpretas , temuan dan dan pelaporan yang
dinrintakan pihak-pihak atau orang-orang yang telah Pakar atau ahli dalam riset yang berbentuk
kualitatif, fungsi orang tersebut hanya sebagai Editor yang memberikan koreksi secara
independen terhadap proses Riset tersebut.. Usaha yang akan dilalakukan untuk mempertinggi
reliabilitas internal adalah: : (a) Uraian deskriftif yang kongkrit, b) membentuk tim peneliti, c)
menggunakan partisipan local sebagai asisten peneliti, d) meminta pendapat atau pertimbangan
Ahli lain dan e) pencatatan data atau informasi dengan alat mekanis. Reliabilitas.

Riset di isi buku ini akan dilakukan untuk mempertajam uraian deskrittif yang

Konkrit yaitu pengungkapan data wawancara dan dokumen dengan konfinnasi berulang-ulang
terhadap responden, meminta pendapat dan pertimbangan periset lain yang menggunakan
pendekatan kualitatif, dan pencatatan data atau informasi alat mekanis menggunakan komputer.

3. Comfirmability (Objektivitas)
Confirmability atat objektivitas dalam Riset dalam bentuk kualitaif berarti jujur, Pelaku riset

nencatat apa yang dilihat, didengar, ditangkap, dan dirasakan berdasarkan persepsi dan
keyakinan dia, tidak dibuat-buat atau direka-reka (Sukmadinata,2007): Data yang ditemukan
dianalisis secara cermat dan teliti. disusun. dikatagorikan secara sistematik. dan ditafsirkan
berdasarkan pengalaman. kerangkapikir dan persepsi peneliti tanpa prasangka dan
kecenderungan-kecenderungan tertentu. Subjektivitas sebagai lawan dari objeklivitas memang
harus dihindari dalam Riset ini. Hasil Riset dalam bentuk kualitatif dianggap objektif bila
dibenarkan atau dikonfirmasi oleh peneliti lain. Oleh karenanya istilah objektivitas dalam Riset
kualitatif sering disebut confirmctbility, Konfimabilitas merupakan proses mengacu pada hasil
Riset Apabila Konfiirmabilitas ini menunjukkan data cukup koheren. maka temuan Riset
memenuhi syarat, namun bila tidak cukup koheren, maka temuan dianggap gugur dan periset

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 160

kembali ke lapangan mengumpulkan data. oleh karena akan berusaha meningkatkan kredibilitas
agar hasil Riset bisa oleh orang lain. Dalam pengumpulan data, Riset melakukan langkah-langkah
sebagai(1) mengamati data kualitatif berbentuk deskripsi rinci tentang orang, kejadian, interaksi
dan tingkah laku, khususnya yang berkaitan ituasi yang mendukung perencanaan dalam
pengembangan teori Blue Ocean Strategy dalam manajemen Pendidikan (ilmu, Seni, dan Budaya) ;
(3) Pengumpulan data menggunakan pendekatan holistic atau menyeluruh, induktif dan bergerak
dari suatu fakta ke fakta yang lain sampai ditemukan gambaran umu, situasi perencanaa ; (4)
pengumpulan data menggunakan kerangka konseptual dengan tujuan untuk membatasi fokus
perhatian dalam melakukan Riset ; 5) analisis data kualitatif dilakukan secara induktif melalui
analisis komparasi dalam bentuk narasi yang didukung oleh jaringan . Kausal dalam rangka
menernukan proposisi-prosposisi yang menjadi dasar perumusan dasar atau grounded theory;
(5) analisis dan verifikasi data hasil riset dilakukan sejak awal sampai akhir dalam proses yang
bersifat siklikal melalui pemeriksaan terhadap: (a) pengamatan terhadap situasi perencanaa
selain hasil , (b) dokumen, (3) wawancara, (4) reduksi data yang dilakukan melalui proses
memilih, memfokus, menyederhanakan. mempertajam, mengorganisasi dan melakukan dan
melakukan abstraksi data yang telah terkumpul sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan
yang dapat diuji kebenarannya.

Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan semua data tersebut melalui
pendekatan sebagai berikut:
1. Metode dokumenter, digunakan untuk mendapatkan informasi tertulis tentang sumberdaya

manusia dan sumber daya lainnya (guru/ para unstad dan kiyai terkait dengan kegiatan para
santri, kurikulum, jumlah siswa, jenis kegiatan serta dokumentasi proses pembelajaran formal,
informal maupun non formal).
2. Metode Observasi, digunakan untuk pengambilan data kreaktifan para santri dalam berbagai
kegiatan Ektrakurikuler khususnya dalam manajemen pendidikan (Ilmu, Seni dan Budaya) dalam
persfektif Islam.. Dalam penelitian ini digunakan lembar observasi sebagai berikut: (1) Perilaku
para santri , terdiri dari : membuka dengan mengemukakan permasalahan, menghubungkan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 161

pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, saat ini dengan sebelumnya, memberikan motivasi,
melontarkan pertanyaan kepada para santri , menjawab pertanyaan santri , mengamati para
santri, mengerjakan tugas, memberikan arahan pada santri , memimpin diskusi kelas, mengajak
spara santri membuat simpulan, dan meluruskan atau mempertegas simpulan; (2) Perilaku para
santrin terdiri dari : Mengamati demonstrasi, merespon pertanyaan tim peneliti,, melakukan
aktifitas tantangan dengan teori Blue Ocean Strategy untuk menjawab pertanyaan, dan membuat
simpulan.
3. Menggunakan referensi dan hasil penelitian yang relevan terkait dengan kegiatan
ektrakurikuler (Ilmu, Seni dan Budaya) para santri di Pondok Pesantren Gontor tersebut.
4. Lembar Angket pada manajemen puncak , para santri , alumni dan masyarakat sekitar . Balikan
santri (refleksi kegiatan para santri digunakan untuk mengungkapkan tentang tingkat respon
positif para santri terhadap pendidikan Ilmu, Seni dan Budaya yang dikembangkan melalui salah
satu Teori /konsep Blue Ocean Strategy.
5. Media masa dan media elektronik serta IT dan Informan lain untuk memperkaya hasil penelitian
dalam pengolahan data sesuai dengan variable penelitian yang dibutuhkan. Menghimpun dan
menganalisis data (sekunder) yang telah dihimpun oleh berbagai instansi: surat kabar, media
ICT danlainnya; Mengumpulkan data kepustakaan; Melakukan pengumpulan data (primer) ke
lapangan, dengan cara: mengadakan wawancara.
6. (Deepinterview),dilengkapi daftar pertanyaan; Menganalisa dan membandingkan (komparasi)
penanaman apresiasi ilmu, seni dan kebudayaan. Dalam pengumpulan data, sumber data dapat
dihimpun melalui 2 cara. Pertama, idealnya data dapat dihimpun melalui penelitian yang
menjangkau seluruh Pondok Pesantren Gontor yang ada di Indonesia . Kedua, mengingat
berbagai kendala seperti kurang sumber daya (tenaga, dana, sarana) maka pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan methode “Sampling” . Mengingat banyaknya jumlah
PonPes Gontor, maka dipilih pendekatan ke-2, yakni dengan metode sampling lokasi. Dari 37
Ponpes Gontor yang ada di seluruh Indonesia saat ini tersebut , maka dipilih jenis pesantren
yang “disepakati” masuk ke dalam kategori: (1) Pesantren yang menerapkan sistem

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 162

pendidikan secara tradisional (Pesantren Salaf) atau Pesantren yang menerapkan sistem
pendidikan modern atau Pesantren yang menerapkan sistem pendidikan antara modern dan
tradisional. yaitu yang merupakan Pondok Pesantren Darusalam Pusat I Santri Pria yang
terletak di Ponorogo jawa timur dan dan Ponpes Darusalam Pusat I Santri Putri yang terletak
di Ngawi Lawa Timur.
7. Kuesioner dan Responden untuk memandu dalam melakukan penelitian disediakan kuseioner
dengan catatan, pertanyaan yang diajukan dapat dikembangkan sendiri oleh tim peneliti.
Adapun yang akan dijadikan responden adalah: Pimpinan Pesantren, guru (ustad); Santri dan
santriwati; Budayawan dan seniman; Dinas yang menangani pendidikan dan kebudayaan
setempat.
C. DATA dan SUMBER DATA RISET PENULIS

Data dalam riset ini adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan bukti dan
bahan dasar kajian. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Subjek Riset adalah sumber utama data penelitian yaitu yang memiliki data
mengenai variabel-variabel yang diteliti. Sebagaimana menurut Moleong sumber data utama
adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data dokumen lain dan data tambahan. Adapun
sumber data dalam Riset ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer bersumber
dari Pimpinan Pondok Pesantren, Koordinator setiap jenjang pendidikan yang di selenggarakan di
Pondok Pesantren Darusalam Gontor putra di Ponorogo jawa timur dan Pondok Pesantren
Darusalam Gontor Putri yang adadi Daerah Ngawi jawa Timur. Sedangkan sumber data sekunder
meliputi jumlah person dan kualifikasinya, berkas kertas kerja dan sejumlah dokumen yang
ada di lernbaga tersebut digunakan untuk melengkapi dan mendukung data primer sehingga
kedua jenis data tersebut saling melengkapi dan memperkuat analisis permasalahan.

Sesuai dengan hakekat Riset dengan menggunakan bentuk kualitatif, maka subjek
dalam Riset ini ditentukan secara purposive sampling. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
deskripsi keseluruhan bentuk yang ada di lapangan,agar mendapatkan informasi yang
maksimal mengenai unsur-unsur yang dikaji dianalsa dan di riset secara integrated , dan tidak

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 163

dimksudkan untuk mendapatkan generalisasi. Riset secara acak sangat dihindari untuk
menekan kemungkinan munculnya penyimpangan deskripsi lapangan tersebut. Dengan
pengambilan secara purposive" hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus_kasus ekstrim
sehingga hal-hal yang dicari tampil menonjol dan pada akhirnya dapat mudah dicari
maknanya.

D PERENCANAAN RISET MANAJEMEN PENDIDKAN (ILMU, SENI DAN BUDAYA) DALAM BLUE
OCEAN STRATEGY YANG DIKEMBANGKAN MELALUI ANALYSIS SPIRAL DYNAMICS DI PONPES
GONTOR

Secara garis besar, mengidentifikasi, menganalisa lembaga secara mendalam dan
menyeluruh sesuai dengan focus yang akan diriseti, selanjutnya melakukan deskripsi dengan
menganalisis model/ metode Blue Ocean Strategi yang dikembangkan dengan Anaisys Spiral
Dymanic. Membangun sebuah system Manajemen pendidikan melalu kegiatan ekstrakurikuler yang
mengandung nilai Ilmu Seni dan Budaya, dapatdilaksanakan dengan sebuah proses sistematik untuk
menciptakan konsensus dan kejelasan tentang bagaimana misi ,strategi semua unit diterjemahkan
dalam tujuan dan ukuran operasional. Rencana pelaksanaan dilakukan sesuai prosedur
,karakteritik yang ada dalam konsep atau Teori Blue Ocean Strategy . Perlu ditekankan bahwa
dalam langkah-langkah Riset ini, penulis tidak mengadakan deskripsi Metode Riset secara
menyeluruh dalam aplikasi maupun implementasinya, tetapi bagaimana penyelenggaraan kegiatan
ekstrakuruikuler dalam manajemen pendidikan (ilmu, Seni dan Budaya) di PonPes gontor yang
dijadikan focus Riset memiliki produktifitas kinerja ditinjau berdasarkan kontribusi yang signifikan
antar perspektif sehingga ada keseimbangan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam
kegiatan ekstrakuler tersebut. Berarti Riset ini hanya mengambil bagian-bagian terpenting dari
langkah-langkah/ prosedur-prosedur yang harus ditempuh oleh metode tersebut yang dapat
digunakan ,disesuaikan dengan kondisi yang ada baik secara internal /eksternal, dideskriptifkan,
dirancang untuk menguji serta melakukan analisis dan estimasi tentang yang harus dilakukan untuk
mencapai keadaan yang akan datang, sehingga menghasilkan suatu pengembangan konsep
/menemukan strategi baru khususnya terhadap bagaimana penyelenggaraan manajemen

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 164

pendidikan (ilmu , Seni dan Budaya dapt terintegrasi secara kaffar bagi para sntri santiwati di
lingkungan PonPes Gontor Darusalam khususnya . Row inputs data berupa data kuantitatif yang
merupakan perolehan jawaban dan semua responden terhadap semua item kuesioner, Data
perhitungan dilakukan secara kualitatif kemudian diolah melalui program komputer, sebagai berikut:

Untuk menganalisis Proses Perancangan Pengembangan teori Blue Ocean Strategy dalam
manajemen Pendidikan (ilmu, Seni dan Budaya) dalam penelitian ini terbagi atas beberapa tahap:
(1) tahap pendahuluan,(2) pengumpulan dan pengolahan data,(3) tahap seleksi data,(4)
menganalisis SWOT dan Strategi,(5) penyusunan model diharapkan lulusan Santri Pondok
Pesantren Modern Gontor di pusat maupun di cabang-cabang yang tersebar di seluruh Indonesia,
mampu mencetak sumber daya manusia Muslim-Mukmin berbudi tinggi, berpengetahuan luas,
berpikiran bebas, bermultitalenta dalam ilmu,seni dan budaya, serta berkhidmat kepada ummat,
bangsa dan negara untuk menuju kesejahteraan lahir batin dunia-akhirat, serasi dengan
keseimbangan teori / konsep Blue Ocean trategy sebagai muslim yang terintegrasi secara Analysis
Spiral Dynamics. 6) tahap perancangan dengan menggunakan cara scorring system yaitu berupa
Draft/ Pedoman kurikulum local tentang model reorganisasi kepribadian manusia muslim dalam
integrase interkonektif , (7) dan tahap akhir yaitu seminar nasional berupa refleksi dari hasil Riset
ini akan dijadikan sebagai Buku Riset ini sebagai tindak lanjut .
1. Tahap Persiapan Riset

Berdasarkan tujuan Riset yang telah ditetapkan sesuai dengan perumusan masalah yang ada,
maka metode yang dipilih adalah menggunakan teori / konsep Blue Ocean trategy sebagai
muslim yang terintegrasi secara Analysis Spiral Dynamics. , Seluruh ukuran strategis yang
dihasilkan kemudian ditentukan hubungannya antar setiap ukuran strategis yang berupa
Diagram Sebab Akibat. Oleh karena itu, diagram sebab akibat yang telah dirancang akan
dapat menggambarkan keterkaitan antara tujuan dari Riset tersebut
2. Rencana Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini berisi kumpulan data dibutuhkan untuk Riset yang akan dilakukan. Untuk lebih
rinci fokus instrumen serta subyek yang dijadikan responden dan pengumpulan data terhadap

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 165

penyelenggaraan manajemen pendidikan terkait dengan Ilmu, Seni dan Budaya dalam
penerapannya pada para santri di PonPes Gontor baik Putra maupun Putri pada kegiatan
ektrakurikuler yang mereka selenggarakan , juga mereka yang tercantum pada tabel hasil Riset
. Sedangkan untuk pembahasan dalam pengolahan manajemen pendidikan (Ilmu, Seni dan
Buda ya ) terhadap pribadi manus ia mus lim dan produktivitas kinerjanya dibatasi
pada sasaran yang dikelompokan
3. Tahap Strategi Analisis
a. Seleksi Strategi : Strategi yang diunggulkan akan dijabarkan lebih lanjut sampai ke dalam

tahapan penyelenggaraan manajemen pendidikan terkait dengan Ilmu, Seni dan Budaya
dalam penerapannya pada para santri di PonPes Gontor baik Putra maupun Putri pada
kegiatan ektrakurikuler yang mereka selenggarakan
b. Konsep Blue Ocean Strategy sebagai muslim yang terintegrasi secara Analysis Spiral
Dynamics dalam Manajemen Pendidikan (Ilmi Seni, Budaya dan cinta kasih) yang
dikembangkan/ dimodifikasi melalui pendekatan Scientific dan inugurasi yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot) untuk menumbuhkan Building
Carakter. Para Santri/ wati. Adapun unggulan hasil seleksi strategi tersebut adalah sebagai
berikut : menghasilkan strategi baru/ konsep baru yang dapat mengarahkan bidang
pendidikan berorientasikan pada peningkatan Nilai/ mutu pendidikan , memperbaiki ,
menyempurnakan system pendidikan dan meningkatkan kualitas sumber daya / manusia
muslim khususnya dalam pengaplikasian hasil Riset mendalam secara terintegrasi dan utuh.
c. Layanan pendidikan berupa system pengelolaan yang perfektif dalam pembinaan para
Santri/wati , serta kuantitas kegiatan siswa untuk mendukung pelaksanaan kompetensi dan
unggulan Pondok Pesantren (PonPes) tersebut menuju keunggulan kompetitif terhadap
penyelenggaraan pendidikan masa depan. Sehingga Terciptanya lingkungan pendidikan yang
kondusif dan harmonis antar warga sekolah dilandasi dengan silih asah, silih asuh, silih
asih dalam mengamalkan Ilmu, Iman dan Amal . Terjalinnya hubungan kemitraan yang
harmonis dan saling menguntungkan dengan pemangku kepentingan. Serta terlaksananya

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 166

pendidikan karakter budaya bangsa untuk membentuk budi pekerti dan akhlak mulia warga
Pondok Pesantren Moderen Gontor khususnya.
d. Rancangan strategis Riset bahwa setiap langkah disesuaikan dengan kaidah yang ada.
Sebagai gambaran melalui studi literature dan studi lapangan, prosedur penelitian
,rancangan uji kelayakan sebagai studi pendahuluan.Untuk Meningkatkan mutu sumber
daya manusia dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta melakukan
uji coba yang diimplementasikan dalam pemagangan dan bimbingan pembelajaran melalui
hubungan yang harmonis dengan dunia usaha dan dunia industri dalam wadah majelis
Pondok Pesantren.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 167

BAB SEMBILAN
HASIL GAMBARAN TENTANG OBYEK

YANG DIRISET (SENI BUDAYA
GONTOR)

Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam

itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada,
kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang
kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Pesantren dalam lembaga pendidikan di Indonesia
merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang
Indigenous (asli). Pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam klasik yang mulai sejak
munculnya masyarakat islam di Nusantara pada abad ke- 13. Pesantren adalah warisan sejarah
masa lalu yang harus dilestarikan. Peran dan fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang
cultural dan lahir dari kebutuhan masyarakat tidak perlu lagi diragukan. Sejarah telah mencatat
pesantren telah banyak melahirkan banyak kader bangsa sebagai alumni pesantren. Pesantren
dengan berbagai macam basisnya yang ada di Indonesia menambah keyakinan potensi pesantren
sangat penting. Misalnya: 1) Pesantren berbasis agama, 2) Pesantren berbasis modern seperti
keahlian bidang bahasa Arab dan Inggris, 3) Pesantren berbasis ilmu pengetahuan, 4) Pesantren
berbasis teknologi dan informasi. Pesantren berbasis ekonomi dan berbagai macam pesantren yang
sudah ada di bumi nusantara ini merupakan fenomena nyata yang sangat menarik untuk dilestarikan
dan dikembangkan.

A. SEJARAH SINGKAT TENTANG BERDIRINYA PONDOK PESANTREN GONTOR
Menurut Hendra Zainuddien, Alumni pesantren tidak perlu lagi diragukan kapabelitasnya

di tengah-tengah masyarakat. Banyak sudah bukti yang ditunjukkan oleh lembaga pesantren.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 168

Pesantren telah melahirkan alumni yang berkepribadian kompleks dan profesional. Hingga hari ini,
pesantren telah melahirkan alumni yang berkualitas dari berbagai macam keahlian. Aneka ragam
keahlian ini menunjukkan kualitas alumni perlu dikembangkan. Misalnya, dalam bidang pencerahan
masyarakat sebagai juru dakwah pun menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai juru
dakwah sangat dibutuhkan ulama’ yang shaleh dan cendekia yang hafal Al-Qur’an beserta Qur’annya
Serta mampu mengaktualisasikannya dalam masyarakat. Karenanya, diperlukan pesantren sesuai
dengan keahliannya.

Oleh sebab itu, muncul keinginan dan inisiatif untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan
pesantren yang menciptakan ulama’ yang cendekia. Karena bidang keahlian ulama’ cendekia dalam
bidang hafalan Al-Qur’an, ulumul Qur’an dan bahasa Arab adalah kebutuhan yang sangat penting bagi
kelangsungan kader bangsa. Karenanya, untuk mendapatkan sumber daya insani yang tangguh dan
terlatih serta mampu bekerja keras, berpikir cerdas dan berhati ikhlas, maka pesantren ini
dirancang sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai optimal, baik yang berkaitan nilai lahir
maupun nilai ruhani. Semuanya, untuk menciptakan kader ulama yang handal, profrsional dan
bermutu. Adapun pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara menampilkan contoh suri tauladan,
program pesantren yang berbasiskan kepada keahlian dalam ibadah sosial kemasyarakatan.

Suatu hal yang tidak terlepas dalam wacana pendidikan di Indonesia adalah Pondok Pesantren.
Ia adalah model sistem pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Keberadaannya mengilhami
model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan
segala perubahannya. Karenanya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik Pondok
Pesantren sebagai bahan kajian. Tidak jarang beberapa tesis dan disertasi menulis tentang lembaga
pendidikan Islam tertua ini. Di antara sisi yang menarik para pakar dalam mengkaji lembaga ini
adalah karena “modelnya”. Sifat keislaman dan keindonesiaan yang terintegrasi dalam pesantren
menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa adanya,
hubungan kyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Walau di tengah suasana yang
demikian, yang menjadi magnet terbesar adalah peran dan kiprahnya bagi masyarakat, negara dan
umat manusia yang tidak bisa dianggap sepele atau dilihat sebelah mata. Sejarah membuktikan

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 169

besarnya konstribusi yang pernah dipersembahkan lembaga yang satu ini, baik di masa pra kolonial,
kolonial dan pasca kolonial, bahkan di masa kini pun peran itu masih tetap dirasakan. Di tengah
gagalnya sebagian sistem pendidikan dewasa ini, ada baiknya kita menyimak kembali sistem
pendidikan pesantren. Keintegrasian antara ilmu etika dan pengetahuan yang pernah dicanangkan
pesantren perlu mendapat perhatian, sehingga -paling tidak- mengurangi apa yang menjadi trendi
di tengah-tengah pelajar dan pemuda kita: tawuran.

Kesederhanaan pesantren dahulu sangat terlihat, baik segi fisik bangunan, metode, bahan
kajian dan perangkat belajar lainnya. Hal itu dilatarbelakangi kondisi masyarakat dan ekonomi yang
ada pada waktu itu. Yang menjadi ciri khas dari lembaga ini adalah rasa keikhlasan yang dimiliki para
santri dan sang Kyai. Hubungan mereka tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih
seperti anak dan orang tua. Tidak heran bila santri merasa kerasan tinggal di pesantren walau
dengan segala kesederhanaannya. Bentuk keikhlasan itu terlihat dengan tidak dipungutnya sejumlah
bayaran tertentu dari para santri, mereka bersama-sama bertani atau berdagang dan hasilnya
dipergunakan untuk kebutuhan hidup mereka dan pembiayaan fisik lembaga, seperti lampu, bangku
belajar, tinta, tikar dan lain sebagainya. Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih,
nahwu, tafsir, tauhid, hadist dan lain-lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab turost
atau yang dikenal dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi nahwu dan fiqih mendapat
porsi mayoritas. Ha litu karena mereka memandang bahwa ilmu nahwu adalah ilmu kunci. Seseorang
tidak dapat membaca kitab kuning bila belum menguasai nahwu. Sedangkan materi fiqih karena
dipandang sebagai ilmu yang banyak berhubungan dengan kebutuhan masyarakat (sosiologi). Tidak
heran bila sebagian pakar meneybut sistem pendidikan Islam pada pesantren dahulu bersifat “fiqih
orientied” atau “nahwu orientied”.Masa pendidikan tidak tertentu, yaitu sesuai dengan keinginan
santri atau keputusan sang Kyai bila dipandang santri telah cukup menempuh studi padanya.
Biasanya sang Kyai menganjurkan santri tersebut untuk nyantri di tempat lain atau mengamalkan
ilmunya di daerah masing-masing. Para santri yang tekun biasanya diberi “ijazah” dari sang Kyai.
Lokasi pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih menyatu dengan masyarakat,
tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri berbaur dengan masyarakat sekitar. Bentuk ini masih

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 170

banyak ditemukan pada pesantren-pesantren kecil di desa-desa Banten, Madura dan sebagian Jawa
Tengah dan Timur. Pesantren dengan metode dan keadaan di atas kini telah mengalami reformasi,
meski beberapa materi, metode dan sistem masih dipertahankan. Namun keadaan fisik bangunan
dan masa studi telah terjadi pembenahan. Contoh bentuk terakhir ini terdapat pada Pondok
Pesantren Tebu Ireng dan Tegalrejo.

B. PESANTREN KINI DI GONTOR
Bentuk, sistem dan metode pesantren di Indonesia dapat dibagi kepada dua periodisasi;
Periode Ampel (salaf) yang mencerminkan kesederhanaan secara komprehensif. Kedua, Periode
Gontor yang mencerminkan kemodernan dalam sistem, metode dan fisik bangunan. Periodisasi ini
tidak menafikan adanya pesantren sebelum munculnya Ampel dan Gontor. Sebelum Ampel muncul,
telah berdiri pesantren yang dibina oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Demikian juga halnya dengan
Gontor, sebelumnya telah ada yang justru menjadi cikal bakal Gontor- pesantren Tawalib, Sumatera.
Pembagian di atas didasarkan pada besarnya pengaruh kedua aliran dalam sejarah kepesantrenan
di Indonesia. Sifat kemodernan Gontor tidak hanya terletak pada bentuk penyampaian materi yang
menyerupai sistem sekolah atau perkuliahan di perguruan tinggi, tapi juga pada gaya hidup. Hal ini
tercermin dari pakaian santri dan gurunya yang mengenakan celana dan dasi. Berbeda dengan aliran
Ampel yang sarungan dan sorogan. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat para Kyai salaf menekankan
perasaan anti kolonial pada setiap santri dan masyarakat, hingga timbul fatwa bahwa memakai
celana ,dasi hukumnya haram berdasarkan sebuah hadist berbunyi:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum (golongan), maka dia termasuk golongan itu”.
Berikut gambaran Para Pewakaf, Pendiri, Pemangku Jabatan PomPes Modern Gontor

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 171

Gb. 9.1. Para Pemangku Jabatan Gontor

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 172

Dalam hal ini, Gontor telah berani melangkah maju menuju perubahan yang saat itu masih
dianggap tabu. Namun demikian bukan tidak beralasan. Penggunaan dasi dan celana yang diterapkan
Gontor adalah untuk mendobrak mitos bahwa santri selalu terkebelakang dan ketinggalan zaman.
Prinsip ini tercermin dengan masuknya materi bahasa inggris menjadi pelajaran utama setelah
bahasa Arab dan agama, dengan tujuan agar santri dapat mengikuti perkembangan zaman dan
mampu mewarnai masyarakat dengan segala perubahannya. Beberapa reformasi dalam sistem
pendidikan pesantren yang dilakukan Gontor antara lain dapat disimpulkan pada beberapa hal. Di
antaranya: tidak bermazdhab, penerapan organisasi, sistem kepimimpinan sang Kyai yang tdak
mengenal sistem waris dan keturunan, memasukkan materi umum dan bahasa Inggris, tidak
mengenal bahasa daerah, penggunaan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan
percakapan, olah raga dengan segala cabangnya dan lain-lain. Oleh karena itu Gontor mempunayi
empat prinsip, yaitu: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpikiran bebas dan berpengetahuan luas.

Langkah-langkah reformasi yang dilakukan Gontor pada gilirannya melahirkan alumni-
alumni yang dapat diandalkan, terbukti dengan duduknya para alumni Gontor di berbagai bidang, baik
di instansi pemertintah maupun swasta. Bila mazdhab Ampel telah melahirkan para ulama, pejuang
kemerdekaan dan mereka yang memenuhi kebutuhan lokal, maka Gontor telah memenuhi kebutuhan
di segala sendi kehidupan di negeri ini. Atas dasar itu pula penulis membagi sejarah sistem
pendidikan pesantren kepada dua pase; pase Ampel dan pase Gontor. Satu persamaan yang dimilki
dua madzhab ini adalah bahwa kedua-duanya tidak mengeluarkan ijazah negeri kepada alumninya,
dengan keyakinan bahwa pengakuan masyarakatlah sebagai ijazahnya. Langkah reformasi di atas
tidak berarti Gontor lebih unggul di segala bidang, terbukti kemampuan membaca kitab kuning
(turost) masih dikuasai alumni mazdhab Ampel dibanding alumni mazdhab Gontor.
Pondok Modern Darussalam Gontor, yang biasa disingkat dengan PMDG, didirikan pada 1926 di
Ponorogo, Jawa Timur. Gagasan yang melatarbelakangi pembentukan Pondok Modern adalah
kesadaran bahwa perlu dilakukan modernisasi sistem dan kelembagaan pendidikan Islam; tidak
mengadopsi sistem kelembagaan pendidikan modern Belanda, melainkan dengan modernisasi
sistem dan kelembagaan Islam berbasis Pesantren.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 173

Direkrotar Jenderal Kelembagaan Agama Islam: t.t.p, 2003), p. 9. Vol. 11, No. 2, Desember 2016
Eksistensi dan Kontribusi Pondok Modern Darussalam Gontor... 209 untuk berkorban. Ketujuh,
adanya dorongan dana daripada masyarakat yang berkelanjutan. Sehingga menurut Azumardi
dengan kedudukan itulah membuat pesantren untuk senantiasa bergerak dan berperan kepada
masyarakat dan senantiasa mencoba mengembangkan dirinya untuk dapat mewarnai sistem
pendidikan Nasional Indonesia. Menurut Faesal berdasarkan karakter ini pesantren masih tetap
wujud dan diterima oleh masyarakat. Oleh karena pesantren memiliki beberapa kekuatan seperti;
pertama tradisi keagamaan di pesantren merupakan potensi untuk menanamkan keimanan dan
ketaqwaan. Kedua, keterikatan psikologi ibu bapa dengan pesantren. Ketiga, sifat pesantren yang
senantiasa menerima pembaharuan maupun perubahan sosial ekonomi masyarakat yaitu dengan
memasukkan pelajaran umum dan vocational dalam pengajaran di pesantren. Ada tiga aspek yang
menurut Abdullah Syukri Zarkasyi pesantren senantiasa kukuh dan istiqomah yaitu; pertama nilai-
nilai keislaman dan jiwa pendidikan yang terdapat di pesantren. Kedua sistem asrama dengan disiplin
tinggi, artinya dengan sistem asrama tercipta perpaduan tiga pusat pendidikan yaitu; pendidikan
sekolah (formal), pendidikan keluarga (informal) dan pendidikan masyarakat (bukan formal). Ketiga
bahan-bahan pengajaran yang menggabungkan antara ilmu agama dan ilmu alam.Dengan perpaduan
tiga aspek ini, maka pesantren memiliki nilai lebih berbanding dengan institusi pendidikan lain,
sehingga tidak hairan apabila pesantren menjadi sebuah institusi alternatif yang mampu melahirkan
sumber manusia dengan keperibadian yang holistik (alinsanu al-kamilu).

Berikut Gambaran Pondok Pesantren Gontor yang tersebar ada di Indonesia

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 174

Berikut Letak Kampus-Kampus Pondok Modern Darussalam Gontor di Indonesia

1. Pondok Modern Darussalam Gontor. Desa Gontor, I (ec. Mlarak, Kab. Ponorogo, Jawa Timur)
Telp. I3agian Penerimaan Telpon (0352) 1 3117 11, 311911, 313102’ Sekretariat 103 521 37 17 66

2. Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2 . Desa Madusari, Kec. Siman, Kab. Ponorogo,
Jawa Timur. Telp. (0352 )483729

3. Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 3, Darul Ma'rifat . Desa Sumbercangkring, Kec.
Gurah, Kab. Kediri, Jawa Timur. Tlp. (0354) 545115, 545317

4. Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 1 dan 2. Desa Sambirejo, Kec. Mantingan,
Kab. Nga\Mi, Jawa Timur . Telp. PMDG Putri Kampus 1 (351) : 672640, 671179 ,672000

5. Telp. PMDG Putri Kampus 2 @351; 672646, 673263
6. Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 3.Desa Karangbanyu, Kec. Widodaren, Kab.

Ngawi, Jawa Timur . Telp. (0351) : 673519, 673523.
7. Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Karnpus 5. Dusun Bobosan, Desa Kandangan, Kec.

Kemiri, Kab. Kediri,Jawa Timur. Telp. (0354) . 326859, Fex 326777
8. Pondok Modern Darussalarn Gontor Kampus 5, Darul Muttaqin . Desa Kaligung, Kec.

Rogojampi, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur . Telp. @333;632546
9. Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 6, Darul Qiyam. Desa Gading Sari/Mangun Sari,

Kec. Sawangan, Kab. Magelang, Jawa Tengah. Tlp. (0293) : 5808641
10. Pondok Modern Darussalarn Gontor Kampus 8. Desa Pelabuhan Ratu, Kab. Lampung Timur.

Telp. 0812 5935 682
11. Pondok Moclern Darussalam Gontot Karnpus 9. Dusun Kubu Panglima, Desa'Tajimalela, Kec.

Kalianda, Kab. Lampung Selatan. Tlp. (0727) 7000230
12. Pondok Modern Darussalanr Gorrtor Kampus 10, Darul Arnin Desa Meunasah Baro, Kec.

Seulimun, Kab. Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalam. TIelp.( 0811) 3020158
13. Porrcdok Mocdern Danrssalarn Gontor Kampus 11. Bubuh Iimau, Mandi Mandian, Ompang

TaIalago Lawe, Sulit Air, Solok, Surnatera Barat. Tlp. 0822 4520 8648
14. Pondok Modern Darussal'arn Gontor Kampus 12 Parit Culum 1, Muara Sabak Barat.

TanjungJabung Timur, Jambi. Tlp. 0813 12111512
15. Fondok Modern Darussalarrr Gontor Kampus 14. Dusun Mungkal Manggis, Desa Lubukering,

Kec. Sei Mandau, Kab. Siak, Riau. Tlp. 0813 7248 20141 / 0853 1818 8814
16. Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 7. Desa Rimbo Panjang, Kec.

Tambang, Kab. Kampar, Riau. Telp.0812 66803197
17. Pondok Modern Darussalarn Gontor Putri Karnpus 4. Desa Lamomea Kec. Konda

Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Tlp. (0401). 3008765
18. Pondok Modern Darussalarn Gontor Kampus 7. Desa Pudahoa Kec. Landono Kab.

Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Telp. (0813) 402330
19. Pondok Modern Darussalarn Gontor Kampus 13. Desa Tokorondo Kec. Poso

Pesisir Kab. Poso, Sulawesi Tengah. Telp. 0813 4114 l 191
20. Pondok Modern Darussalarn Gontor putri Karnpus 6. Desa Tokorondo Kec. Poso

Pesisir Kab. Poso, Sulawesi Tengah. Telp. O822 93749874

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 175

Pondok Modern Gontor memiliki pembaharuan dalam beberapa aspek pendidikan, salah
satunya dalam bidang kurikulum. Materi yang diajakan di Gontor merepresentasikan

kurikulum yang merupakan perpaduan antara ilmu agama (revealed knowledge) dan
ilmu kawniyah(acquired knowledge).Jadi di Gontor telah terjadi integrasi ilmu pengetahuan.
Untuk mewujudkan ide-idenya tersebut para pendiri Gontor memilih menghidupkan kembali Pondok
Gontor yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang mereka. Pondok Gontor yang mereka hidupkan
kembali ini dibangun di atas warisan dan tradisi luhur pesantren yang diintegrasikan dengan sistem
dan metode pendidikan modern. Idealisme, jiwa, dan falasafah hidup berikut sistem asramanya tetap
mengacu kepada khazanah dunia pesantren, tetapi penyelenggaraannya dilakukan secara efektif dan
efisien yang menjadi kekhasan sistem pendidikan modern

Dengan istilah lain, tidak ada dualisme keilmuan dalam pendidikan pesantren. Selain
itu ada pula mata pelajaran yang amat ditekankan dan harus menjadi karakteristik lembaga
pendidikan ini, yaitu pelajaran bahas Arab dan bahasa Inggris.Untuk tercapainya moralitas dan
kepribadian, kepada para santri diberikan juga pendidikan kemasyarakatan dan sosial yang
bisa mereka gunakan untuk melangsungkan kehidupan sosial ekonominya. Untuk ini kepada para
siswa diberikan latihan praktis dalam mengamati dan melakukan sesuatu untuk memberikan
gambaran realistik kepada siswa tentang kehidupan dalam masyarakat. Para siswa dilatih
untuk mengembangkan cinta kasih yang mendahulukan kesejahteraan bersama daripada
kesejahteraan pribadi, kesadaran pengorbanan yang diabdikan demi kesejahteraan masyarakat,
khususnya umat Islam. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi yang menjadi ciri khas
seseorang atau sekelompok. Adapun karakter disini berarti sifat-sifat dasar seseorang yang
bernilai baik yang sesuai dengan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat
istiadat yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatannya, sedangkan
sifat-sifat dasar seseorang yang tercela dan tidak sesuai dengan norma-norma kebaikan maka
disebut tabiat.

Karakter tampak dalam kebiasaan. Karena itu, seorang dikatakan berkarakter baik
manakala dalam kehidupan nyata sehari-hari memiliki tiga kebiasaan, yaitu: memikirkan hal

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 176

yang baik (habits of mind), menginginkan hal yang baik (habits of heart), dan melakukan hal
yang baik (habits of action).Substansi atau pokok dari karakter baik adalah kebajikan (virtue)
yakni kecenderungan untuk melakukan tindakan yang baik menurut sudut pandang moral
universal.Misalnya, memperlakukan semua orang secara adil (justice). Tindakan macam ini lazimnya
dilakukan oleh orang yang memiliki kualitas-kualitas yang secara objektif maupun

Kurikulum yang diterapkan di KMI (Kulliyatul Mu’allimin al Islamiyyah) yang bersifat
akademik, dibagi menjadi 8 bidang studi, yakni: Bahasa Arab; Dirasah Islamiyah; Ilmu Keguruan;
Bahasa Inggris; Ilmu Pasti; Ilmu pisika .Beberapa bidang studi bahasa Arab adalah; Muthola’ah, ini
adalah pelajaran yang berisi tentang cerita yang bermakna, sejarah, ataupun fiksi yang wajib
dihafalkan; Mahfuzat, yang mana merupakan syair-syair arab yang berisi tentang hikmah-hikmah
dan peribahasa dengan tujuan menanamkan pedoman hidup, motivasi dalam diri santri sehingga
mampu membentuk karakter-karakter baik dalam diri setiap santri; dan lain sebagainya.Materi
mahfuzat diajarkan kepada para santri dengan memberikan beberapa bait kalimat ataupun
peribahasa dalam bahasa arab, kemudian diterangkan isi dan makna yang tersirat dari bait atau
peribahasa tersebut sehingga mampu memberi motivasi dan dorongan dalam diri santri, untuk
menjadi pribadi yang baik dengan karakter yang baik pula.Pengetahuan Alam; Ilmu Pengetahuan
Sosial; Kewarganegaraan.

Salah satu pluralitas dalam Islam terlihat dalam lembaga pendidikan adalah pendidikan
pesantren. Pesantren tampil sebagai lembaga pendidikan Islam yang mempunyai karakter atau profil
yang unik, bahkan antara pesantren yang satu dengan yang lain cenderung memiliki ciri khas
tersendiri, meskipun visi kelembagaannya sama. Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan dakwah
berfungsi melestarikan dan mengembangkan ajaran Islam dalam masyarakat. Menurut Martin Van
Bruinessen alas an pokok munculnya pesantren adalah untuk mentransmisi Islam tradisional
sebagaimana yang tedapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis beberapa abad yang lalu. Kitab-kitab
ini dikenal di Indonesia sebagai “kitab kuning”. Jumlah kitab klasik yang diterima di pesantren
sebagai ortodoks (Al-Kutub AlMu’tabarah) pada prinsipnya terbatas. Ilmu yang bersangkutan
dianggap sesuatu yang sudah bulat dan tidak pernah ditambah, hanya bisa diperjelas dan diperjelas

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 177

kembali. Dalam melestarikan dan mengembangkan Islam di masyarakat ini, pesantren mempunyai
pola transmisi yang cukup unik dan dianggap sebagai tradisi agung (great tradition), karena tujuan
pokok pendidikan dipesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan
duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan
pengabdian kepada Allah, sedangkan cita-cita pendidikan pesantren adalah untuk dapat berdiri
sendiri (mandiri), tidak menggantungkan kepada orang lain, kecuali kepada Tuhan. semacam ini
selalu ditanamkan oleh para kyai dan guru-gurunya. Hingga tidak mengherankan jika ikatan
emosional antaa santri dan guru .

Sistem Pendidikan di Pesantren lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran.
Pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembentukan mental karakter yang didasarkan pada
jiwa, falsafah hidup, dan nilai-nilai pesantren. Adapun pengetahuan yang diajarkan adalah sebagai
tambahan dan kelengkapan. Hubungan antara anggota masyarakat pesantren berlangsung dalam
suasana ukhuwwah Islamiyyah yang bersumber pada tauhid dan prinsip-prinsip akhlak karimah.
Suasana ini tertanam dalam jiwa santri dan menjadi bekal berharga untuk kehidupan di luar
masyarakat pesantren.Pendidikan pesantren didasarkan pada prinsip-prinsip keikhlasan, kejuangan,
pengorbanan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan, dan kebebasan berpikir, sehingga bagi
pesantren tidak ada masalah apapun dengan paradigma School Based Management (SBM).
C. PONDOK PESANTREN YANG MEMILIKI PEMBAHARUAN DI BIDANG FURU’

Definisi pembaharuan menurut Nur Cholis Madjid adalah proses perombakan pola berpikir
dan tata kerja lama yang tidak atau kurang akliyah dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata
kerja baru yang akliyah. Sedang kegunaan pembaharuan ini adalah untuk memperoleh daya guna dan
efisiensi yang maksimal. Pembaharuan menurutnya identik dengan modernisasi dan asionalisasi,
yakni berfikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnatullah.Istilah pembaharuan atau modernisasi
adalah merupakan suatu wacana yang mengawali periubahan mendasar bagi pendidikan Islam
sebagai suatu ajaran.

Dalam khazanah masyarakat barat, pembaharuan mengandung makna pikiran, aliran,
gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adapt istiadat, institusi-institusiYang dimaksud

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 178

perubahan di bidang furu’ di sini adalah beberapa perubahan pada beberapa bidang yang dilakukan
sejumlah pondok pesantren yang berkiblat atau mengikuti Gontor. Seperti perubahan kurukulum dan
aktifitas pesantren. Hal ini terjadi karena dipandang masih adanya beberapa kelemahan yang
ditemukan pada Gontor. Atau karena adanya kebutuhan masyarakat di mana pesantren itu berada.
Untuk mengisi kekurangan di bidang penguasaan kitab kuning umpamanya, beberapa pesantren
memasukkan kitab kuning sebagai sylabus, meskipun jam pelajarannya berada di luar waktu sekolah,
seperti halnya yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta. Sistem kombinasi
(perpaduan) mazdhab Gontor dan Salaf ini belakangan banyak diterapkan di tengah tumbuhnya
pesantren-pesantren. Pengajaran kitab kuning pun tidak lagi menggunakan bahasa Jawa sebagai
bahasa pengantar sebagaimana yang ditemukan pada pesantren Salaf, meskipun demikian metode
pembacaannya (secara nahwu) masih mengikuti mazdhab Salaf, yaitu menggantikan “Utawi-Iku”
dengan “Bermula-Itu” pada kedudukan mubtada dan khobar. Di sisi lain sejumlah pesantren
mengikuti Silabus Depag atau Depdikbud. Hal itu karena didorong tuntutan masyarakat yang
menginginkan anaknya menggondol ijazah negeri setelah menyelesaikan studinya. Sebagai
konsekwensinya, mau tidak mau beberapa materi yang terdapat pada Gontor dikurangi mengingat
jatah kurikulum pemerintah tadi. Atau paling tidak beberapa jam pelajaran dibagi-bagi untuk
memenuhi kurikulum tadi. Sehingga bobot Gontornya sedikit berkurang. Namun demikian, langkah ini
membantu para alumninya melanjutkan pendidikan di mana saja karena adanya ijazah negeri. Bentuk
terakhir ini kita dapatkan pada Pondok Pesantren Daarun Najah, Daarul Qolam dan pesantren-
pesantren sekarang pada umumnya.

Lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren telah banyak memberikan andil bagi
bangsa Indoneisa, baik dahulu maupun kini. Kehandalan pondok pesantren selama berabad-abad,
walau dengan segala kesederhanaannya masih menjadi harapan umat Islam sebagai benteng satu-
satunya bagi umat Islam dan kelimiahannya. Karena dari sanalah lahir generasi-generasi yang
melanjutkan da’wah Islam. Tidak aneh bila ada anggapan bahwa para orientalis mulai menggeluti
sosiologi pesantren untuk mencari titik yang dapat melemahkan kesinambungannya demi pengikisan
Islam di Indonesia, baik melaui cara halus maupun kasar. Walau bagaimana tangguhnya sebuah

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 179

pesantren ia harus tetap belajar dengan lingkungan sekitarnya sambil melestarikan identitas
keislamannya. Sistem fiqih orientied yang diterapkan pada masa Ampel misalnya, pada zaman kini
dirasa kurang berhasil melahirkan alumni yang iltizam dengan agamanya, terbukti adanya sebagian
santri setelah lulus dari pesantrennya kurang mengamalkan ajaran agamanya. Karena sekeluarnya
dari almamater, dalam jiwanya merasa telah bebas dari segala peraturan dan tata tertib pesantren,
padahal sebenarnya sebagian besar tata tertib itu adalah bagian dari ajaran Islam, seperti berjilbab,
sholat berjamaah, membaca al-Quran, menjauhi yang haram dan syubhat, melakukan hal yang sunah
dan lain sebagainya. Oleh karena itu perlu adanya upaya memberi materi Islam secara kaffah, kamil
dan mutakamil. Sehingga pemahaman dan sikapnya terhadap Islam pun bersifat komprehensif, dan
tidak sepenggal-penggal. Keanekaragaman lembaga pendidikan Islam merupakan khazanah yang
perlu dilestarikan. Setiap lembaga mempunyai ciri khas dan orientasi masing-masing, namun
demikian harus ada satu komitmen, yaitu memberi pemahaman Islam secara kaffah demi izzul Islam
wal muslimin.
1. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Gontor

Menurut Tony Buzan dalam buku The Power of Spiritual Intelegence, visi didefinisikan
sebagai kemampuan berpikir atau merencanakan masa dengan dengan bijak dan imajinatif,
menggunakan gambaran mental tentang situasi yang dapat dan mungkin di masa mendatang.Dengan
demikian, visi merupakan titik permulaan dari kenyataan hari esok suatu organisasi, termasuk
pesantren. Visi yang benar merupakan suatu gagasan yang sangat ampuh yang dapat membuat
loncatan awal ke masa dengan dengan memadukan segala sumberdaya untuk mewujudkan visi
tersebut. Visi yang benar memiliki daya tarik dan menyebabkan orang lain membuat komitmen,
membangkitkan tenaga dan semangat, mampu menciptakan makna kehidupan, dan menjadi jembatan
antara apa yang dilakukan sekarang dengan yang diinginkan di masa depan. Dalam masyarakat
pesantren, kyai atau pimpinan pesantren selain berfungsi sebagai central figure juga menjadi moral
force bagi para santri dan seluruh penghuni pesantren. Hal ini adalah suatu kondisi yang mesti bagi
dunia pendidikan, tetapi kenyataannya jarang didapati dalam sistem pendidikan selain pesantren.

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 180

D. IDE TRIMURTI.
Berikut ide Trimurti yang dikutif dari sistem pendidikan pondok pesantren: pengalaman

Ponpes Ponorogo ( K.H. Abdullah syukri zarkasyi, M.A.) adalah sebagai berikut: Ide Trimurti adalah
nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang mendasari seluruh proses pendidikan dan pengajaran di Gontor..”
a. Visi: Menjadi tempat ibadah, talabul ilmi, dan tempat mencari rida Allah.2) Menjadi sumber

pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an/B. Arab, ilmu pengetahuan, dan tetap berjiwa pondok. Visi
Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki visi sebagai lembaga pencetak kader-kader
pemimpin umat, menjadi tempat ibadah dan thalab-al-ilmi, serta menjadi sumber ilmu
pengetahuan Islam, bahasa Al-Quran dan ilmu pengetahuan umum dengan tetap berjiwa
pesantren.
b. Misi : 1) Membentuk karakter/pribadi umat yang unggul dan berkualitas, yang berbudi tinggi,
berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada
masyarakat.2) Membentuk generasi yang unggul menuju terbentuknya khairul ummah. 3)
Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat; 4)
Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju terbentuknya ulama
yang intelek. d. Mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT.
c. Jiwa . Jiwa ini biasa disebut Panca Jiwa Pondok Pesantren, sebagaimana yang telah
dirumuskan dan disampaikan oleh K.H. Imam Zarkasyi pada Seminar Pondok Pesantren seluruh
Indonesia tahap pertama di Yogyakarta,4-7Juli 1965, yaitu: 1) jiwa Keiklasan, jiwa
Kesederhanaan; jiwa berdikari/Mandiri; Jiwa Ukhuwwah Islamiyyah;dan jiwa bebas. Serta
Berpengetahuan Luas Para santri di Pondok ini dididik melalui proses yang telah dirancang
secara sistematis untuk dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mereka. Santri tidak
hanya diajari pengetahuan, lebih dari itu mereka diajari cara belajar yang dapatdigunakan untuk
membuka gudang pengetahuan. Kiai sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak
terbatas, tetapi tidak boleh terlepas dari berbudi tinggi, sehingga seseorang itu tahu untuk apa

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 181

ia belajar cara tahu prinsip untuk apa ia menambah ilmu. Berpikiran Bebas Berpikiran bebas
tidaklah berati bebas sebebas-bebasnya (liberal). Kebebasan di sini tidak boleh menghilangkan
prinsip, teristimewa prinsip sebagai mukmin Justru kebebasan di sini merupakan lambang
kematangan dan kedewasaan dari hasil pendidikan yang telah ditengai petunjuk Ilahi
(hidayatullah).
d. Moto :. Motto Pondok Modern Gontor Pendidikan PM Gontor menekankan pada pembentukan
pribadi mukmin Muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan
berpikiran bebas. Kriteria atau sifat-sifat utama yang ditanamkan oleh pondok ini kepada
seluruh santrinya dalam semua tingkatan; dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Realisasi penanaman motto ini dilakukan melalui seluruh unsur pendidikan yang ada. Berbadan
Sehat Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam pendidikan di pondok ini.
Dengan tubuh yang sehat para santri akan dapat melaksanakan tugas hidup dan beribadah
dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan dilakukan melalui berbagai kegiatan olah raga,
dan bahkan ada olah raga rutin (lari pagi Jumat dan Selasa) yang wajib diikuti oleh seluruh
santri sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
e. Tujuan Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki beberapa tujuan, yaitu: a) Terwujudnya
generasi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan
berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat. b) Lahirnya ulama yang intelek yang
memiliki keseimbangan dzikir dan pikir. c) Terwujudnya warga negara Indonesia yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT. Gagasan dan Cita-Cita Apakah gagasan dan cita-cita para
pendiri Pondok Modern Gontor sehingga mempunyai tekad yang begitu besar? Cita-cita
utamanya adalah rasa tanggung jawab memajukan umat Islam dan mencari ridho Allah.Tempat
yang dipilih untuk mewujudkan cita-cita mereka itu adalah Pondok Pesantren yaitu lembaga
pendidikan Islam yang pernah berjaya pada masa nenek moyang mereka dan saat itu telah mati.
Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren adalah model pendidikan Islam yang banyak dipakai dan
berlaku di beberapa negara Islam. Namun, di negaranegara itu pendidikan Islam telah banyak
mengalami kemajuan dan perkembangan pesat sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan di

Laskar Santri (Seni Budaya ) Gontor P a g e | 182


Click to View FlipBook Version