The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by wdmuntasirwd, 2023-06-15 11:34:17

KAMUS MELAYU TAMIANG-INDONESIA

Melestarikan bahasa daerah

Keywords: KAMUS

Ir. Muntasir Wan Diman, MM KAMUS BAHASA MELAYU TAMIANG – INDONESIA Ir. Muntasir Wan Diman, MM CV MAULANA GRAFIKA


Penyusun; Ir. Muntasir Wan Diman, MM ISBN : 978-623-90913-0-9 Editor Safaruddin Yusuf, MM Armayudi, SE Penyunting dr. Zuheini, M.Kes Drs Amirullah, WD Tata letak dan Editing Cover Ir. Muntasir Wan Diman, MM Salyu Wahdayuni, S.Pd Penerbit CV MAULANA GRAFIKA BANDA ACEH Redaksi Jl. T. Iskandar No. 35 Lamteh-Ulee Kareng, Banda Aceh Email :[email protected] Distributor tunggal Yayasan Perguruan Sri Ratu Syafiyatuddin Kualasimpang, Aceh Tamiang Cetakan Pertama : juni 2019 Dilarang memperbanyak isi buku ini dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit Kamus Bahasa Melayu Tamiang - Indonesia Tamiang, 2019 xiv hlm. 333 hlm, 16 x 21 cm


Ir. Muntasir Wan Diman, MM Kupersembahkan karya ini untuk Almarhum Ayahanda Wan Diman bin Abu Salim Ibunda tercinta H. Siti Habsyah binti Angkat Isteriku dan anak-anakku tercinta dr. Zuhein, M.Kes, Siti Nur Aflah, Muhammad Khalish Fikri Muhammad Badrani Zahran, Muhammad Jasir Akram Dan keluarga besar Wan Diman.


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM i Karang baru 19 Januari 2019


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM ii


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM iii


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM iv KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Kamus Melayu Tamiang Indonesia. Bahasa Daerah merupakan salah satu kearifan lokal yang merupakan produk budaya dan memberikan peranan penting bagi manusia dalam kelompoknya untuk menata kehidupan sehingga tercipta berbagai norma dalam kehidupan mereka dan lewat bahasalah mereka mengetahui sesuatunya. Indonesia merupakan Negara kesatuan yang terdiri dari ratusan suku dan bahasa yang kemudian mendeklarasikan diri sebagai Bangsa Indonesia dengan menggunakan satu bahasa pemersatu yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang telah menjadi bahasa pemersatu memiliki potensi dari hilangnya bahasa suatu daerah tertentu dinegara ini, untuk itu perlu sebuah kesinergian dalam mempertahankannya yaitu dengan mengutamakan bahasa Indonesia, sekaligus menguasai bahasa asing dan jaga, rawat serta lestarikan bahasa daerah. Bertitik tolak dari pemikiran diatas sebagai putra Tamiang kami terpanggil untuk merajut kembali dari kosa kata-kosa kata Melayu Tamiang yang telah tergerus dan hilang dengan berbagai factor budaya dengan menghimpunnya kembali dalam sebuah kamus yang kami beri nama KAMUS MELAYU TAMIANG – INDONESIA. Kami sangat menyadari upaya yang kami lakukan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, namun harus kami mulai sehingga dapat memotivasi pihak-pihak lain yang peduli dan memiliki kecintaan terhadap bahasa daerah demi kesempurnaannya.Dalam penyusunan kamus ini kami menggunakan


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM v petunjuk Tata Bahasa Tamiang hasil dari Proyek penelitiaan Bahasa dan sastera Indonesia dan Daerah-daerah Istimewa Aceh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Banda Aceh tahun 1988/1989, selanjutnya makna dan arti dari turunan “kata” dalam kamus Melayu TamiangIndonesia ini sebahagian kami berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka terhadap kata-kata yang sesuai dengan bahasa Indonesia. Terima kasih kami hatur kan kepada Kepala Balai Bahasa Aceh yang telah berkenan memberi sambutan dan sekaligus Kata Pengantar dalam kamus ini, dan plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tamiang yang telah memberi sambutan juga dalm kamus ini. Akhirnya terima kasih kami kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi masukan dalam penyusunan ini terutama Rampai Tamiang (Syafaruddin Yusuf, MM dan Armayudi, SE) serta seluruh masyarakat Melayu Tamiang yang ikut menambah kosa kata dalam kamus ini, semoga kamus ini bermanfaat dan dapat membantu dalam upaya melestarikan bahasa Daerah Melayu Tamiang. Ketidak sempurnaan adalah milik kami, mohon maaf atas banyak hal yang tidak berkenan semoga masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang dapat memberikan kontribusi dan bermuara kepada perbaikan sangat kami harapkan. Semoga Allah Subhana huwata’ala meridhainya Tamiang, Maret 2019 Penyusun Ir.Muntasir, MM bin Wan Diman bin Abu Salim bin HaLambada


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM vi KATA PENGANTAR Di dalam buku Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia karya Pusat Bahasa (2008:28) ditegaskan bahwa bahasa Melayu merupakan bahasa yang tanah asalnya diduga berada di wilayah Kepulauan Riau dan Pesisir Timur Pulau Sumatra. Selain di provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, bahasa Melayu juga dituturkan di wilayah lain. Di Pulau Sumatra bahasa Melayu, misalnya, dituturkan di Provinsi Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan, dan Bangka Belitung. Di luar Sumatra, bahasa ini juga digunakan misalnya di Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua (Pusat Bahasa, 2008:28). Sebagai catatan, kendatipun di dalam buku itu memang tidak disebutkan adanya penamaan bahasa Melayu Tamiang, baik di Provinsi Sumatra Utara maupun di Provinsi Aceh, realitasnya adalah bahwa di wilayah provinsi Aceh di Kabupaten Aceh Tamiang, misalnya, terdapat bahasa Melayu yang digunakan secara luas oleh para penuturnya di sana. Dengan kata lain, memang terdapat bahasa Melayu Tamiang—sebagaimana digunakan pemakainya di wilayah Aceh Tamiang dan sekitarnya dan kosakatanya direkam di dalam kamus ini. Asumsi saya bahwa salah satu bahasa daerah yang digunakan di Provinsi Aceh adalah bahasa Melayu—sebagaimana ditegaskan dalam karya Pusat Bahasa (2008) itu, bahasa Melayu yang dimaksudkan itu adalah bahasa Melayu Tamiang ini. Setahu saya belum terlalu banyak penelitian dan kajian terhadap bahasa Melayu Tamiang. Setakat ini, kajian yang dapat disebutkan yang menyinggung atau membahas bahasa ini, antara lain, adalah karya Akbar (1980), Akbar et al. (1985), Durie (1985), Lumban Batu (1998), Rusdi Sufi et al. (2004), Muhammad Toha et al. (2007), Pusat Bahasa (2008), dan Muhammad Toha (2012). Pandangan Durie (1985) dalam A


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM vii Grammar of Acehnese on The Basis of A Dialect of North Aceh, misalnya, yang menegaskan bahwa bahasa Tamiang merupakan variasi bahasa Melayu dan pandangan sementara linguis bahwa bahasa Tamiang memiliki kesamaan dialek dengan bahasa Melayu di Langkat Sumatra Utara, membuka ruang untuk penelitian dan diskusi lebih lanjut bagi linguis atau bahasawan, peneliti bahasa, ataupun mereka yang meminati kajian kebahasaan, khususnya bahasa daerah. Jadi, agaknya masih cukup banyak celah bahasa Melayu di Tamiang ini untuk diteliti secara lebih mendalam. Dalam konteks itu, setidak-tidaknya kamus yang ada di tangan pembaca ini dapat menjadi salah satu bahan guna mendukung penelitian atau kajian kebahasaan tentang bahasa Tamiang yang hendak dilakukan. Pada hakikatnya, khususnya untuk bahasa-bahasa modern yang pertumbuhan kosakatanya pesat—seperti bahasa Indonesia dan beberapa bahasa besar yang lain, kamus adalah sebuah produk yang tertinggal. Artinya, setiap kamus suatu bahasa terbit (misalnya kamus ekabahasa), sudah bertambah lagi beberapa kata baru, yang belum terekam di dalam kamus yang telah terbit itu. Tentu saja beberapa bahasa daerah di Indonesia perkembangan kosakatanya tidak sepesat pertumbuhan kosakata bahasa Indonesia. Barangkali bahasa Melayu Tamiang termasuk dalam apa yang ditegaskan terakhir ini. Itulah sebabnya beberapa kamus direvisi atau diterbitkan lagi menjadi edisi II, III, dan seterusnya guna meme nuhi tuntutan zaman dan untuk merekam kata-kata baru yang masuk ke dalam bahasa yang bersangkutan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya, dewasa ini telah terbit dalam Edisi V. Namanya pun berubah menjadi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kelima (2016). Menyusun sebuah kamus adalah pekerjaan yang menuntut ketekunan, kecermatan, dan upaya yang tidak kenal lelah. Penyusunan kamus juga lazimnya memakan banyak waktu,


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM viii tenaga, dan bahkan biaya. Namun, sebagai pengobatnya, biasanya setelah kamus selesai disusun, pengarangnya akan mendapatkan kepuasan batin tersendiri. Usaha keras berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, telah membuahkan hasil: sebuah kamus yang diidam-idamkan terbit. Di dalam kaitan itu, saya menyambut gembira terbitnya kamus ini. Semoga kamus ini bermanfaat untuk menambah kelengkapan pustaka kebahasaan—khususnya pustaka perkamusan bahasa daerah di Tanah Air. Selain itu, semoga ikhtiar Sdr. Muntasir Wan Diman ini dicatat sebagai amal saleh dan memperoleh ganjaran pahala dari Allah swt. Banda Aceh, 9 Januari 2019 Muhammad Muis Bahasawan; Kepala Balai Bahasa Aceh, Badan Bahasa, Kemdikbud


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM ix DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN ACEH TAMIANG i SAMBUTAN KEPALA BALAI BAHASA ACEH ii SAMBUTAN BUPATI ACEH TAMIANG iii KATA PENGANTAR PENYUSUN iv KATA PENGANTAR BALAI BAHASA ACEH. vi DAFTAR ISI ix Petunjuk Pemakaian Kamus x Abjad A ...................................................................... 1 Abjad B ...................................................................... 46 Abjad C ...................................................................... 97 Abjad D ...................................................................... 118 Abjad E ....................................................................... 133 Abjad G ...................................................................... 138 Abjad H ....................................................................... 161 Abjad I ........................................................................ 176 Abjad J ........................................................................ 183 Abjad K ...................................................................... 197 Abjad L ....................................................................... 220 Abjad M ..................................................................... 245 Abjad N ...................................................................... 266 Abjad O ...................................................................... 268 Abjad P ....................................................................... 268 Abjad R ...................................................................... 289 Abjad S ....................................................................... 295 Abjad T ....................................................................... 318 Abjad U ....................................................................... 343 Abjad W ....................................................................... 349 Abjad Y ....................................................................... 350


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM x PETUNJUK PEMAKAIAN KAMUS 1. Dalam Kamus Melayu Tamiang-Indonesia ini menggunakan Abjad latin sebagaiman yang digunakan dalam kamus bahasa Indosesia lainnya yaitu: a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q,r,s,t,u, v,w,x,y dan z. 2. Ada sembilan vokal yang digunakan dalam bahasa Melayu Tamiang yaitu; /i/, /e/, /ɛ/, /ǝ/, /a/, /u/, /ɔ/, /o/, /ô/ Contoh: /i/ - /idup/ (hidup) /e/ - /kedɛ/ (kedai) /ɛ/ - /ɛjɛk/ (ejek) /ǝ/ - /Alǝ/ (Alir) /a/ - /kuta/ (benteng) /u/ - /ulak/ (balik) /ɔ/ - /kɛlɔk/ (kelok) /o/ - /mano/ (rotan) /ô/ - /ijô/ (Hijau) Vokal rangkap /ae/ - /Amae/ (Amal) /ei/ - /Mendei/ (bagus) /au/ - /au/ (iya) /ui/ - /aluih/ (halus/kecil) /oi/ - /oncoi/ (obor) 3. Konsonan Huruf fonem contoh b /b/ /bantu/ (tolong) c /c/ /cadek/ (tidak ada) d /d/ /degǝ/ (bandel) p /f/ /pakǝ/ (fakir) g /g/ /gamba/ (foto) h /h/ /hine/ (hina) j /j/ /jaet/ (jahit) k /k/ /kalet/ (kejar)


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM xi l /l/ /lantɛ/ (lantai) m /m/ /mapah/ (tuntun) n /n/ /nipih/ (tipis) p /p/ /paga/ (pagar) r /R/ /laRi/ (lari) s /s/ /sabǝ/ (sering) t /t/ /tungkap/ (tumpah) w /w/ /wakap/ (wakaf) y /y/ /yan/ (itu) j /z/ /jaman/ (zaman) 4. Bentuk susunan kamus Susunan kamus terdiri dari kata dasar (lema) dan kata turunan (sublema) Kamus Melayu Tamiang-Indonesia ini disusun sebagai berikut: Kata dasar dan kata jadian Segala bentuk kata yang berasal dari kata dasar diperlakukan sebagai lema atau entri sedangkan sublema merupakan segala derivasi dari kata dadar tersebut yaitu; kata jadian, kata ulang dan gabungan kata. Contoh; Papah merupakan kata dasar, sedangkan derivasi atau turunannya adalah, mapah, memapah, dipapah yang susunannya adalah sebagai berikut; Papah/v tuntun Mapah/v nuntun Memapah/v menuntun Dipapah/v dituntun 5. Pengucapan atau lafal a. Cara pengucapan ditulis dengan huruf cetak miring dalam lambang fonetis setelah lema dan juga setelah sublema, dimana lema dan sub lema bercetak tebal, serta dengan mengelompokkan jenis kata. Contoh;


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM xii La-Ri/lari/v berlari Le-tǝh/leteh/a Letih, capek, lelah Nyǝ-Raye/Nyeraye/v gotong royong b. Dalam bahasa melayu Tamiang terdapat tiga jenis bunyi /e/, yaitu; /e/ pada kata /cadek/ tidak ada /ǝ/ pada kata /letǝh/ letih, capek /ɛ/ pada kata /baᶇkɛ/ Bankai c. Pelafalan “o” dalam bahasa Melayu Tamiang adalah /ɔ/, /o/, /ô/ Contoh: /jolɔk/ = jolok /mano/ = rotan /ijô/ = hijau 6. Tanda Baca - Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh; /Lintaᶇ-pukaᶇ/lintang-pukang (berserak) - Tanda penghubung juga digunakan untuk pemisah huruf pada lema dan sublema Contoh; A-bah/n ayah BeR-adap/a berhadapan 7. Huruf miring Penggunaan huruf miring pada penulisan; cara melafal lema atau sublema, label jenis lema dan sublema (a (adjektiva), adv (adverbial), n (noun), num (numerial), v (verbal), pron (pronominal), ki (kiasan), pb (peribahasa, fls (falsafah) dll), contoh kalimat Contoh; Be-Reᶇak/berengak/a cengang, Te-be-Reᶇak/teberengak/v tercengang


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM xiii 8. Garis miring (/...../) Garis miring dalam kamus ini digunakan sebagai penanda lafal huruf pada lema dan sublema, sebagai pembatas label jenis lema dan sublema serta contoh penggunaan kalimat yang terletak diantara garis miring Contoh ; Ade/ade/a ada; /ade ko keleh die/, ‘ada kau lihat dia’ 9. Titik dua dan titik koma (: dan ;) titik koma (;)dipakai sebagai penutup entri lema dan entri sublema yang membatasi dengan contoh penggunaan lema dan sublema tersebut sedangkan Titik dua (:) digunakan sebagai penutup makna dari lema dan sublema Contoh: Bale/bale/n musibah:/ntah dose mañye dibuatñye hiᶇge kene bale die/, ‘Entah dosa apa yang dibuatnya sehingga kena musiah dia’; 10. Singkatan kata n = nomina v = verba a = adjektiva adv = adverbial num = numeralia p = partikel pron = pronominal dlm = dalam dsb = dan sebagainya fls = falsafah hl = dialek hulu (hl) ks = kiasan


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM xiv pb peribahasa pd pada sbg sebagai spt seperti yg yang


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 1 A A-bad/n abad, masa, (100 tahun); /Bangunan ne udah setengah__ umonye/, ‘Bangunan ini sudah setengah abad umurnya’: masa yg kekal, tidak berkesudahan be-abad-abad / n beratus-ratus tahun A-bad -modɛRɛn/ n masa atau zaman yg ditandai dengan kemajuan peradaban manusia;/gene aRi udah__,manye peh ade/, ‘sekarang ini sudah zaman modern apapun ada’ A-ba-di /a Kekal, bertahan; /hidupñye__betol/, ‘hidupnye kekal (bertahan) betul’, tidak berkesudahan; / Didunie ne cadek nang__/, ‘di dunia ini tidak ada yg kekal’: ᶇa-ba-di/nga-ba-di/ v mengabadi, menjadi abadi; /Karya uRang nang pande semaken__/,‘Karya orang yang pintar semakin menjadi abadi’ A-bah/n Bapak,ayah; /ade__mu diRumah/,‘ada bapakmu dirumah’: Be-Ra-bah/ber-abah/n memanggil abah, memiliki bapak; /die__kat pakcikñye/, ‘dia memanggil abah kepada omnya’: /anak yan cadek__lagi/, ‘anak itu sudah tidak memiliki bapak lagi’ A-bɛi/abai/a tidak dipedulikan, dibiarkan, tidak diindahkan, tidak dihiraukan; / jaᶇan kô__ke nasehat uRaᶇ tuhe yan/, ‘jangan tidak kau hiraukan nasehat orang tua itu’: lalai; /sebage soRaᶇ ayah, die__ ke daRi kewajiban keluaRge/, ‘sebagai seorang ayah, ia lalai dari kewajiban keluarga’: ᶇa-bɛi-ke/nga-bɛi-ke/v 1. mengabaikan, tidak dipedulikan (tidak dikerjakan baik-baik, tidak dipentingkan, dsb): 2. memandang rendah (hina, mudah); /jaᶇan __kemampuan lawan/ ‘Jangan memandang rendah kemampuan lawan’:3. tidak mengindahkan (perintah, nasihat); /Jaᶇan kô__peRintah agame/ ‘jangan kamu tidak mengindahkan perintah agama’: 4 melalaikan (kewajiban, tugas, pekerjaan);


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 2 A-baᶇ/a-bang/ n 1. Panggilan kepada saudara laki-laki yang lebih tua dari kita: 2. Kakak laki-laki; /__ñye tiᶇgi tegap badanñye/ ‘abangnya tinggi besar badannya’ Be-Ra-baᶇ/be-Ra-bang/v memanggil (menyebut dengan panggilan abang), memiliki abang; / die beRabaᶇ kat si polan yan/ ‘dia menyebut /memanggil abang kepada sipolan itu’: A-baᶇ-de /ke-kan-de/ n panggilan akrab dan terhormat bagi orang yang kita hormati, panggilan dikalangan istana yang artinya “abang” A-be /abe-abe/ v aba-aba (perintah), tanda, isyarat; /kaRaᶇ kalô udah nak mulei kô bagi__bia die tau/, ‘nanti kalau sudah mau memulai kau kasih aba-aba biar dia tau (faham)’: 2. tanda/petunjuk yang diletakkan pada tempat-tempat tertentu (dalam bentuk bendera atau umbul-umbul); /kaRaᶇ kalô kô keleh__kat simpaᶇ empat belɔk kiRi/, ‘nanti kalau kamu lihat tanda disimpang empat, belok kiri’ Ab-di/ n hamba, bakti ; /eᶇkô__ke tenagemu untok balas budi atas kebaikan uRaᶇ laen/, ‘kamu baktikan tenagamu untuk balas budi atas kebaikan orang lain’: ᶇab-di/ngabdi/v mengabdi, berbakti, menghamba, menghamba- kan diri; /anak yaᶇ baek budi pasti selalu__kat uRaᶇ tuheñye/, ‘anak yang berbudi pasti selalu berbakti pada orang tuanya’: Ab-di ma-sya-Ra-kat/ v pelayan (yang melayani masyarakat); /PeRaᶇkat kampoᶇ adelah__/‘perangkat kampung adalah pelayan masyarakat’: Ab-di ne-ga-Re/v pegawai negeri yg bekerja pd pemerintah, pegawai negeri; /AparatoR sipǝl NǝgaRe meRupeke__/, ‘Aparatur Sipil Negara merupakan Pegawai Negeri’: ᶇab-di-ke/ngabdike/v Mengabdikan 1.menjadikan diri abdi; memperhambakan: /kami__diRi kami kat negare/, ‘kami memperhambakan diri kami kepada negara’; 2. Menggunakan, memperuntukkan: /die udah__ hidupñye kat pendidikan/, ‘ia telah menggunakan hidupnya bagi dunia pendidikan’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 3 Pe-ᶇab-di /pengabdi/n orang yg mengabdi: /Jaᶇan ko jadi __haRte bende/, ‘jangan kamu menjadi pengabdi harta benda’ A-bis/a Habis, selesai; /Sudah__ceRiteñyǝ/ ‘sudah selesai ceritanya’ Pe-ᶇa-bis-an/pengabisan/a penghabisan, terakhir; /die anak__ dalam keluaRgeñye/ ‘dia anak terakhir dalam keluarganya’: Be-Ra-bis/berabis/v rela berkorban;/saᶇkiᶇ sayaᶇñye kat akak- ñye ndak die__noloᶇñye/, ‘karna sangat sayangnya kepada kakanya rela dia berkorban menolongnya’: A-bis-a-bis-an/v sekuat tenaga, seluruh kemampuan, semaksimal mungkin; /salot kite ᶇelehnñye, demi tecapai tujuan__die beRusahe/, ‘salut kita melihatnya demi tercapai tujuan sekuat tenaga dia berusaha’: Ab-jad/n susunan huruf (a…b…c……dst….z) kumpulan huruf (aksara) berdasarkan urutan yg lazim dalam bahasa tertentu; sistem aksara yg melambangkan bunyi bahasa yg dipakai untuk menuliskan bahasa; Be-ab-jad /v 1. menurut susunan abjad; 2. mempunyai abjad; Ab-sah/a sah, legal sah; /SuRat keteRaᶇan ne cadek __/, ‘surat keterangan ini tidak sah’: ᶇab-sah-ke/ngabsahke/v mengabsahkan mengesahkan; /Rapat udah__keputusan yan/, ‘rapat telah mengesahkan keputusan itu’ pe-ᶇab-sah-an/pengabsahan/n pengesahan: /belom ade__suRat keteRaᶇan yan/ ‘belum ada pengesahan surat keterangan itu’, ke-ab-sah-an/n sifat yang sah, kesahan; /bepuloh-puloh taon uRaᶇ meRaguke__yaᶇ puñye tanah yan/, ‘berpuluh –puluh tahun orang meragukan kesahan kepemilikan tanah itu’: A-bu/n sisa pembakaran, debu, bapak, ayah; /leñyap Rumah yan tetunu jadi __/ ‘habis rumah itu terbakar jadi abu’; /banyak kali __ kat jalan yae/, ‘banyak sekali debu dijalan itu’; /taok ke kejab __mu/, ‘panggilkan sebantar bapakmu’; /menaᶇ jadi aRaᶇ, kalah jadi__/ (pr) ‘menang jadi arang kalah jadi abu’; artinya pertikaian yang


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 4 merugikan kedua belah pihak’; / bediaᶇ di__ sejok/ (pr) ‘pekerjaan sia-sia’ A-bu-a-bu/a 1. warna, 2. samar, 3. tidak jelas; / dipilehñye juge waRne__/,‘dipilihnya juga warna abu-abu’; /cadek jelas peRsoalanñye mentoᶇ__/, ‘tidak jelas masalahnya masih samar’ Be-Ra-bu/n berabu, berdebu, memiliki banyak debu, terkena debu; /BaRaᶇ yang lamǝ cadek bepakɛ udah__/, ‘barang lama tidak terpakai sudah memiliki banyak debu’: A-cap/a-cak/ v sering, selalu, kerap; /die__dataᶇ kerumah/, ‘dia sering datang kerumah’; Meᶇ-a-cap-ke/meng-acap-ke/v 1.membuat lebih sering, menyeringkan, mengerapkan: 2 me nyegerakan, mempercepat A-can /n gertak, mengganggu; / anak yae naᶇis kaRene di__ñye nak dipukul deᶇan kayu/, ‘anak itu menangis karna digertaknya akan dipukul dengan kayu’: A-ca-Re/ Acara/ n 1 hal atau pokok yang akan dibicarakan (dalam rapat, perundingan, dan sebagainya), agenda; /untok__kenuRi isok nak dibuat panitie/, ‘untuk acara pesta besok akan dibentuk panitia’: 2. kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan, atau diperlombakan; / mañye ade__haRi ne ?/‘apa ada acara hari ini ?’: /__tv malam nɛ tandǝᶇ bole/ ‘acara tv mala ini pertandingan bola’: Pe-ᶇa-ca-Re/ Pe-nga-ca-ra/n pembela perkara; / kasus uRaᶇ yan ditaᶇani__nye/, ‘kasus orang itu ditangani oleh pembela perkaranya’: be-a-ca-Re/ber-a-ca-re/v memakai acara; dengan acara; /kenuRi ñye kecik tapi__juge/, ‘Pestanya kecil tapi memiliki acara juga’: A-coh/a Acuh, peduli; /die cadek__deᶇan aku/ ‘dia tidak peduli dengan aku’, mengindahkan: /Die cadek__deᶇan laRaᶇan uRaᶇ tuheñye/, ‘ia tidak mengindahkan akan larangan orang tuanya’: A-coh cek a-coh /a tidak menaruh perhatian; tidak mau tahu; /mɛmaᶇ die somboᶇ dimuke kite saje__/,‘memang dia sombong didepan kita


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 5 saja dia tidak mau tahu’: Me-ᶇa-coh-ke/ me-nga-cuh-kan/v mepedulikan; mengindahkan: / jaᶇan cadek__nasehat uRaᶇ tuhe/ ‘jangan mengabaikan nasehat orang tua’: A-coᶇ/acong/n 1. Acung, angkat; /__ jempolmu tandeñye mende/, ‘acung jempolmu tandanya bagus’: 2. mengangkat ke atas untuk menunjukkan diri (tentang tangan): / Ketike guRu ᶇabsen tekeleh taᶇan__menandeke yaᶇ ditaok yan ade/, ‘ketika guru mengabsen, terlihat tangan diangkat menandakan yang dipanggil itu hadir’: Me-ᶇa-cong-ke /me-nga-cung-ke/v mengangkat (tangan dan sebagainya) ke atas untuk menunjukkan diri; /die ᶇangkat taᶇanñye waktu nak ᶇejawab petañyean guRu/, ‘ia mengacung kan tangannya ketika ingin menjawab pertanyaan guru’: A-cu/v menunjukkan sesuatu kepada orang lain dengan mengangkat (tinju, kayu atau benda lainnya, bermakna ancaman); /kô__tumbok mu bia takot die/, ‘kau angkat tinjumu biar takut dia’: ᶇa-cu/nga-cu/v mengacu, mengangkat (tinju,telunjuk, sesuatu benda yang dipegang dengan maksud mengancam), berpedoman; /die bekelai kaRne kawanñye__tinju kat die/ ‘dia berkelahi karna kawannya mengangkat tinju kepada dia’: /selesei ke keRjemu__kat petunjok lame/,‘selesaikan pekerjaan mu berpedoman pada petunjuk lama’: A-cu-an/ n cetakan; /__kue ne dibuat daRi tempuRoᶇ/ ‘cetakan kue ini dibuat dari tempurung’, pedoman; /isi data ne sesuai __data lame/, ‘isi data ini sesuai pedoman data lama’: A-dab/a adab, etika, norma, sopan santun; / cadek __ñye anak yan/, ‘tidak ada sopan santunnya anak itu’; kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, akhlak; /ayahñye dikenae sebagae uRaᶇ yang tiᶇgi__ñye/, ‘ayahnya dikenal sebagai orang yang tinggi adabnya nya’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 6 Be-Ra-dab / v beradab beretika, memiliki norma sopan santun; /makan__/, ‘cara makan yang beretika’: mempunyai adab, mempunyai budi bahasa yang baik, berlaku sopan; /keRjeñye macam tiᶇkah uRaᶇ yaᶇ cadek__/‘perbuatannya seperti kelakuan orang yang tidak mempunyai adab’: A-dak/p meski, walau; /__cadek dihiRoñye, die tetap keRje, kaRene yan taᶇgong jawab die/, ‘meskipun tidak dihiraunya, dia tetap bekerja, karena itu tanggung jawab dia’: A-dak-peh/p meskipun, biarpun, kata penghubung untuk menandai perlawanan makna, walaupun, sungguhpun;/__ujan lebat, die beRaᶇkat juge/, ‘meskipun hujan lebat, ia berangkat juga’: A-dam/ n nabi Adam, nama anak laki-lak; /Nabi__ adelah nabi yang petame bagi umat islam/, ‘Nabi adam adalah nabi yang pertama bagi ummat islam’: A-daᶇ/a-dang/v hadang, tahan, halang; /__die jaᶇan dibia lalu/ ‘hadang dia jangan biarkan pergi’: ᶇa-daᶇ/nga-dang/v menghadang, menghalang; /jaᶇan sabǝ kali__niat uRaᶇ/, ‘jangan selalu kali menghadang niat orang’ Pe-ᶇa-daᶇ/pe-nga-dang/v penghadang, penghalang; /pacakke toᶇgak disian bia jadi__jaᶇan uRaᶇ ᶇebot/, ‘tancapkan tonggak disitu biar jadi penghadang jangan orang ngebut’ A-dap/a depan, arah wajah, pertemukan; /__ ke aku ᶇan die bia beReh uRusanñye/, ‘pertemukan aku dengan dia biar selesai urusannya’; /__ke mukemu kesampeᶇ/, ‘arahkan wajahmu kesamping’: Be-Ra-dap/ber-adap/a berhadapan, bertemu muka; /die dudok __deᶇan aku/, ‘dia duduk berhadapan dengan aku’: Ba-lek a-dap/v memutar arah kebelakang; /saᶇkeᶇ kencaᶇñye bise__/, ‘karena sangat kencangnya dapat memutar arahnya kebelakang’: Di-a-dap-ke/v dibawa menghadap, dihadapkan; / supaye jelas anak yan__ kat uRaᶇ puñyenye/, ‘supaya jelas anak itu dihadapkan kepada yang punyanya’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 7 Ke-a-dap/n kedepan; / maju __ hikik/, ‘maju kedepan sedikit’: A-dat/Adɛk (hl)/ n kebiasaan, tradisi (yang berlaku dalam kelompok masyarakat yang dijadikan pedoman dalam tatanan kehidupan mereka); / menuRot__dihini, naᶇ laki minaᶇ naᶇ mpuan/, ‘menurut kebiasaan disini yang laki-laki melamar yang perempuan’: aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; /menuRot__daɛRah nɛ, laki-lakilah yaᶇ berhak sebagaɛi ahli waRǝh/, ‘menurut adat daerah ini, laki-lakilah yang berhak sebagai ahli waris’: cara (kelakuan dan sebagainya) yang sudah menjadi kebiasaan, kebiasaan; /Begianlah__kalo die maRah/, ‘demikianlah cara nya apabila ia marah’; /__ benaskah, jase behibah/, ‘adat bernaskah jase berhibah’: fls adat diwarisi, jasa dihargai A-dat is-ti-a-dat/ v tata kelakuan yang kekal dan turun-temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat; Be-Ra-dat/beradat/v mempunyai adat, menurut atau melakukan secara adat, menjalankan perhelatan dsb menurut adat, tahu sopan santun; /sebagei uRaᶇ__adab lah yaᶇ utame dalam pergaolan sehaRi-haRi/, ‘sebagai orang yang memiliki adat adablah yang utama dalam pergaulan sehari-hari’: /uRaᶇ yaᶇ cadek __ macam kapae cadek kemudi/, ‘orang yang tidak beradat seperti kapal tak bernakhod’: Mǝᶇ-a-dat-ke/meng-a-dat-ke/v menjadikan adat, membiasakan, /uRaᶇ udah__hal yan/, ‘mereka telah menjadikan adat hal itu’: Te-Ra-dat /v sudah menjadi adat kebiasaan, sudah mendarah daging, hal-hal yang dulunya biasa kemudian dipandang perlu dan penting lalu dijadikan adat; /rabu habis tuRon ke belaᶇ sudah__kaRene kalo dilaᶇga ade saᶇsiñye menurot kesepakatan adat/,‘Rabu terakhir turun kesawah sudah menjadi adat kebiasaan, karena jika dilanggar


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 8 karena jika dilanggar ada sangsinya menurut kesepakatan adat’: Di-a-dat-ke/ v sesuatu yang berlaku didaerah tertentu atau orang yang suku laen tapi faham dengan suku Tamiang atas dasar kesepakan diserahkan mengurus adat: A-de/Ado (hl)/a ada; /__ janji eᶇko haRi ne/ ‘ada janji kamu hari ini’: A-de-ade saje/a ada-ada saja, sesuatu yang diluar kelziman; /__keRejemu/, ‘ada-ada saja kerjamu’: ᶇa-de - ᶇa-de/nga de-nga de/v mengada-ada, fitnah, bohong; /Cakap mu yae __/, ‘cakapmu itu mengada-ada/bohong’: A-de-lah/ado-lɛ (hl)/v adalah, sesuatu yang rahasia yang tidak disampaikan; /__ yaᶇ nak ku sampeke kat eᶇko, tapi isok saje/, ‘ada sesuatu yang ingin kusampaikan sama kamu, tapi besok sajalah’: Be-Ra-de/be-Ra-do (hl)/ v berada, tinggal, mempunyai kekayaan (harta); pb /kalo cadek ade__mane muᶇkin tempue besaRaᶇ Rendah/,‘kalau tidak ada berada mana mungkin tempua bersarang rendah’; /waktu kejadian yan die__ disane/,‘waktu kejadian itu dia berada disana’; /eᶇko __dimane gene aRi/ ‘engkau tinggal dimana sekarang’;/ayahñye uRaᶇ__/ ‘ayahnya orang kaya’: Be-Ra-de-ade/v berada-ada, ada seuatu yang tersembunyi; /karene__make die ndak meᶇalah/, ‘karena ada sesuatu, maka dia mau mengalah’: Ke-ade-an/ke-ado-an (hl)/n keadaan, situasi, sifat, perihal ; /haRi ne __ haᶇat betul/, ‘hari ini situasinya panas benar’, A-de-ka-le/ado kalo (hl)/p adakala, kadang-kadang;/__nye senaᶇ,__ nye sedeh/, ‘adakalanya senang, adakalanya sedih ‘kadang-kadang senang, kadang-kadang susah’: A-dɛ-gan/adegan/v Pertunjukan, babak; /meRiah kali__ dilapaᶇan taen/, ‘meriah sekali pertunjukan dilapangan tadi’; /ade__ yaᶇ dipotoᶇ dalam ceRite yan/, ‘ada bagian babak yang di pôtông dalam cerita itu’: A-dɛ-gan-te-bu-ke/A-de-gan tebukô (hl)/v adegan yang diubah


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 9 bentuknya dengan disaksikan langsung oleh penonton; A-dɛ-gan wa-jib /v adegan yang diharapkan terjadi (dilakonkan) sehingga sesuai dengan keinginan penonton: A-dɛk/n Adik; /lagak kali __ñye/, ‘cantik sekali adiknya’ Be-Ra-dǝk/beradik/ n memiliki adik; /die __ mpuan/, ‘dia memiliki adik perempuan’: menganggap sebagai adik; /die __ ke adek kawanñye/, ‘dia menganggap adik pada adik kawannya’: A-dǝk be-Radǝk/n adik beradik, bersaudara kandung; /die dataᶇ kehini ne ᶇan__/, ‘dia datang kesini dengan adik beradik (saudaranya)’: Be-Ra-dǝk-akak/ber-a-dik-ber-ka-kak/v selaku adik dan kakak, bersaudara (seperti adik dan kakak); /Sejak meniᶇgal uRaᶇ tuheñye die tiᶇgal__diRumahñye/, ‘sejak meninggal dunia orang tuanya’: A-dǝk ipa/ n adik ipar, adik suami atau adik istri; /setelah meniᶇgal empuanñye die ganti tika deᶇan__ñye/, ‘setelah isterinya meninggal dunia dia menikahi adik isterinya’: A-dǝk se-a-yah/ n adik kandung satu ayah berlainan ibu; /pantas mirip mukeñye kaRene die __/, ‘pantas wajahnya mirip karena dia adik kandung satu ayah’: A-dǝk se-e-mak/n adik kandung satu ibu berlainan ayah; A-dǝk se-e-mak se-a-yah/ n adik kandung; A-dǝk se-pu-pu/ n anak adik atau kakak ayah atau ibu, sebagai saudara yang lebih muda (laki-laki atau perempuan) A-del/a adil, tidak berat sebelah, tidak memihak; / Hasel kerjeñye dibagiñye__/, ‘hasil kerjanya dibaginya adil’: ᶇa-del-i/nga-de-li/v mengadili; /__ pekaRe deᶇan sedaRe susah dibuat/, ‘mengadili perkara orang yang bersaudara susah dilakukan’: Pe-Ra-del-an/a Peradilan; /uRusan cerei adelah uRusan __ agame/, ‘Urusan cerai adalah urusan peradilan agama’: Pe-ᶇa-del/pe-nga-del/a pengadil, hakim, wasit; / memaᶇ kawan ku yan __ yaᶇ baek/, ‘memang kawan ku itu hakim yang baik’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 10 ke-a-del-an/a keadilan; /die tuᶇgu keadelan pekare ne/, ‘dia tunggu keadilan perkara itu’: A-di/n adik; /taok __mu/,‘panggil adikmu’: (orang yang membahasakan kepada seseorang), placenta (uri), ari-ari; /uRaᶇ yaᶇ ᶇelahe ke yan __ ñye belom kelua/, ‘orang yang melahirkan itu plasentanya belum keluar’: saudara kandung yang lebih muda (laki-laki atau perempuan): kerabat yang lebih muda (dari pertalian kekeluargaan); A-di buᶇ-su/n adik yang termuda (adek penghabisan); /die sayaᶇ kali kat__ñye/,‘dia sayang kali dengan adiknya yang penghabisan’ A-din-de/n Adinda, Adik (panggilan keluarga istana), panggilan kesayangan bagi orang yang kita sayangi; /Oh__tǝge betolko nak niᶇgaeke kande/ ‘oh adinda tega betul kamu mau meninggalkan kanda’: A-doh/aduh/a ungkapan rasa sakit, ungkapan rasa kesal; /_ pedeh kali kuRase/, ‘aduh sakit kali kurasa’; / __ᶇape begian ko buat/, ‘aduh mengapa seperti itu engkau lakukan’: A-do-hai/ aduhai/ a pernyataan kagum; /__lagak kali anak daRe yaɛ/, ‘aduhai cantik sekali gadis itu’: A-dok/v adon, aduk, dikacau, membuat campuran jadi homogen; /__ dulu tepuᶇ kue yae ᶇan telo hame gule/, ‘aduk dulu tepung kue itu dengan telur dan gula’: A-du/v laga, memberi tahu kepada seseorang tentang kejadian yang dilihat, lapor, menyampaikan cakap; /die yaɛ memaᶇ tukaᶇ __/, ‘dia itu memang tukang lapor’: Pe-ᶇa-du – pe-ᶇu-pat/v orang yang menyampaikan cakap dengan fitnah; /memaᶇ eᶇkô ne__/, ‘memang kamu tukang menyampaikan cakap fitnah’: A-du dom-be/ v adu domba, melaga seseorang dengan orang lain, fitnah; /__ adelah keRje yaᶇ cadek mendɛ/, ‘melaga orang adalah pekerjaan yang tidak baik’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 11 A-eb/a aib, cela, malu; /jaᶇan buke __ uRaᶇ laen, isok __kite peh ade yaᶇ buke/, ‘jangan buka cela orang lain, nanti cela kita juga dibuka orang’: /Bagimu yan adelah __naᶇ cadek teRapus ke lagi/, ‘bagimu, itu adalah malu yang tidak terhapuskan lagi’: /Jaᶇanlah ᶇeRase__ngeRjeke keRje kasa/, ‘janganlah merasa cela melakukan pekerjaan yang kasar’: Af-dae/af-dal/a lebih baik; /Mu bapakñye ade kan lebih__/, ‘kalau bapaknya ada kan lebih baik’: lebih utama; /sembahyaᶇ baru__kalo dikeRjeke sesuei Rukonñye/, ‘shalat baru lebih utama pabila dilaksanakan sesuai rukunnya’: 2. Lengkap, komplet: /Cadek__Raseñyekalô kenduriñye cadek diseRteiñye/ ‘Tidak lengkap rasanya kalau pesta ini tidak disertainya’: A-gah/v umbang, leceh, mengajak tertawa, ejek supaya melakukan sesuatu; /usah kô__aku, cadek kutakot siket peh same die/, ‘usah kau umbang aku, aku tidak takut sedikitpun dengan dia’: ᶇa-gah/nga-gah/v melakukan agah; /jaᶇan kô__kaRaᶇ dipukulñye eᶇkô/, ‘jangan engkau meleceh dia, nanti dipukulnya kamu’: A-gak/n perkiraan, dugaan; /__ku die lupe make cadek die bawe baRaᶇ yan/, ‘dugaanku dia lupa, maka dia tidak bawa barang itu’: /__ñye bise dimaklomi/,‘kiranya dapat dimaklumi’ A-gak-agak/ v kira-kira, macamnya; /__meReᶇ siket/,‘kira-kira miring sedikit’: di-agak/di-a-gak/v dimaksudkan; dikirakan; /Akheñye betoi macam naᶇ__ñye /,‘akhirnya, betul seperti yang dimaksudkan’: / Laen naᶇ ___ laen naᶇ kene/, ‘lain yang dimaksud lain yang kena’; pb yang dimaksudkan berlainan dengan yang didapat; /__ ñye aku setuju/, ‘dikiranya aku setuju’: A-gam/a Jantan, laki, (untuk selain manusia); /Lembu__ñye besa betoi/, ‘lembu jantannya besar sekali’; nama panggilan untuk anak lakilaki:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 12 Be-Ra-gam/a 1. Bermacam –macam; /__pertunjokan ade kat acaRe ulaᶇ taon Tamiaᶇ kali ne/, ‘beracam-macam pertunjukan ada pada acara ulang tahun Tamiang kali ini’: 2. melakukan hubungan sexual (kawin utk binatang); /lembu yan udah nak buntiᶇ__saje keRjeñye/, ‘lembu itu sudah mau bunting kawin saja kerjanya’: A-ga-me/n Agama, kepercayaan; /mae__ yaᶇ ko pelok/, ‘apa agama yang kau anut’: Be-A-ga-me/v Beragama, memiliki Agama; /uRaᶇ-uRaᶇ yaᶇ__ kelatan dari tiᶇkah lakunye/, ‘orang-orang yang beragama tampak dari tingkah lakunya’: Ke-a-ga-me-an/n Keagamaan; / uRaᶇ-uRaᶇ yaᶇ beRetika ade __yaᶇ tiᶇgi/, ‘orang-orang yang beretika memiliki keagamaan yang tinggi/’: A-gaeh/Agas/n binatang bentuk kecil bila menggigit seperti nyamuk (terbang pada hari gelap sejak senja sampai pagi); /mu kelua subohsuboh banyak kali__/,‘Kalau keluar subuh-subuh banyak sekali agas’: A-gen/n agen, perantara, pembeli, penyalur, pengumpul barang dagangan tertentu untuk dibeli, Penjual barang dan jasa dengan harga yang ditentukan produsen; /die__ getah disini/,‘die pembeli karet disini’:/die __ tiket moto sɛwe anta daeRah/, ‘dia penyalur tiket bus antar kota’: ᶇa-gen-i/nga-ge-ni/v menjadi agen, menjajakan barang seseorang kepada orang lain; /die yaᶇ __ tanah, yaᶇ nak dijual yan/, ‘dia perantara yang menjajakan tanah, yang mau dijual itu’: ᶇa-gen/nga-gen/v menjajakan, menawarkan; /die__ke Honda yan kat aku/,‘dia menjajakan sepeda motor itu kepada aku’ A-gen-de/n Agenda, buku catatan harian;/Pertemuan malam kaRaᶇ udah di__ke/, ‘pertemuan nanti malam sudah diagendakan’ A-goᶇ/a A-gung, besar, mulia; /Allah yaᶇ maha agoᶇ/, ‘Alah yang maha Agung’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 13 ᶇa-goᶇ-ke/ v mengaggungkan, memuliakan; /__uRaᶇ yaᶇ baǝk adelah kemuliean/, ‘mengagungkan orang baik adalah suatu kemuliaan’: Ke-a-goᶇ-an/ n Kemuliaan, Kebesaran;/deRmawan mɛRupeke __/, ‘dermawan merupakan kemuliaan’: A-gos-tus/n Agustus, nama bulan Masehi; /taᶇgal 17__haRi kemerdekean Indonesie/, ‘tanggal 17 agustus hari kemerdekaan Indonesia’: A-had/n hari minggu, Esa, Satu; / setiap__ taᶇgal miRah, aRtiñye haRi peRɛ/, ‘setiap hari minggu tanggal merah artinya hari libur’: A-h-li/n ahli, orang yang mahir tentang sesuatu; /Kalo masalah mesen, die memaᶇ __ñye/,‘kalau masalah mesin, dia memang ahlinya’: Ah-li wa-reh/ n 1.Ahli waris, 2. Wali syara’; /HaRte waRisan yae dibagi same __/, ‘harta warisan itu dibagi-bagi oleh ahli warisnya’: A-hoi/ ooii/ n panggilan seruan; A-ja/ Ajar /v 1. nasehat, bimbing, 2. beritahu tentang sesuatu yang baik; /Kô__ke die yaᶇ baek-baek/, ‘ajarkan dia yang baik-baik’: A-ja-i/a-ja-ri/v memberi ajar, memberi ajar; /__naek retaᶇin bia die pande/, ‘ajari dia mengendarai sepeda, agar dia pandai’: Tun-jok Aja/ v pelajaran;/mu cadek betol ambel__ mañyɛ pɛh kerje cadek sempuRne jadi/, ‘kalau tidak benar mengambil pelajaran, apapun kerja tidak sempurna jadinya’: ᶇa-ja/ nga-jar/v, mengajar guru; /die__dimane/, ‘dia guru dimana’: ᶇa-ja-i/nga-ja-ri/ v memberitahu sampai bisa; /eᶇko __ sape tiap aRi lewat dihini/, ‘Kamu ngajari siapa, setiap hari lewat disini’: Be-Ra-ja v belajar; /eᶇko__dimane ?/, ‘kamu belajar dimana?’: Te-pe-la-ja/v terpelajar, terdidik; /kite uRaᶇ-uRaᶇ beradat adelah uRaᶇ yaᶇ__/ ‘kita orang-orang beradat adalah orang yang terpelajar’: Pe-la-jaR-an/ n 1. pelajaran, 2. peringatan; /bia die sada, ne jadi__ buat die/, ‘biar dia sadar, ini jadi pelajaran/peringatan buat dia’: A-ja-i/ ajal/ n batas kehidupan, saat mati; /Pelen uRaᶇ mati kalo udah sampe__/, ‘semua orang akan mati kalau sudah sampai batas


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 14 hidupnya’: A-ja-eb/ a-ja-ib /n 1, aneh, 2. jarang ada; /__ kali bende ne, jaRaᶇ kite keleh/, ‘aneh sekali benda ini, jarang kita lihat’: A-jak/ n (pakat) v 1. ajak, 2. mengajak pergi; /__aku kalô nak lalu kaRaᶇ/, ‘ajak aku kalau mau pergi nanti’: A-jaᶇ/a-jang/n kepunyaan, milik, yang dipunyai (oleh); /__ambe/ ‘kepunyaan saya (saya punya)’; /jaᶇan diambei yan__aku/, ‘jangan diambil itu milik saya)’: A-jaᶇ pRi-ba-di/a-jang pRi-ba-di/n milik pribadi, barang yang dimiliki oleh seseorang dan sepenuhnya dapat dipindah tangankan oleh pemiliknya; /jaᶇan dikaco yan __ ñye/, ‘jangan diganggu itu milik pribadinya’: A-jaᶇ be-sa-me/a-jang be-sa-me/n pemilikan bersama atas jumlah kekayaan/ barang; /mu eᶇko peRlu pake saje baRaᶇ yan, kan __/, ‘kalau kamu perlu pakai saja barangitu, kan milik bersama’: A-jap /ha-jap/ a susah (ttg hidup), sengsara; /__kali hidupñye cadek kerje/, ‘susah kali hidupnya tidak ada kerja’, merasa tidak aman (dalam hati), selalu gelisah dan khawatir, sedih; /Bukan maen __ñye die neRime kenyatean paet yan/, ‘bukan main khawatirnya dia menerima kenyataan pahit itu’: A-jap ka-li/hajap kali/a susah kali, tidak mudah (mendapat, mencari, dan sebagainya) sukar sekali; susah (diselesaikan, dikerjakan, dan sebagainya), dalam keadaan yang sukar (genting, gawat, dan sebagainya); /hidupñye__tapi haRus dihadapi deᶇan saba/, ‘Hidupnya susah sekali tapi harus dihadapi dengan sabar’; /__nak dapat pembantu macam die/, ‘susah kali mendapat pembantu seperti dia’: A-je/n gelar anak datok (keturunan bangsawan ) yang perempuan yang laki-laki bergelar Orang Kaya (OK) A-je-peh/adv memang iya, benar adanya ;/__begian/,‘memang begitu’: A-ji-mat/n jimat,tangkal, sesuatu yang dipakai untuk penangkal; /kaRene


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 15 takot hantu die pakɛ__dipiᶇgaᶇñye/, ‘karena takut hantu dia pakai tangkal dipinggangnya’: A-jok/ v ejek, (meniru kembali apa yang dilakukan org lain); /jaᶇan kô __die karaᶇ die marah/, ‘jangan kau ejek dia nanti dia marah’, ᶇa-jɔk/nga-jok/v mengejek; /jaᶇan__uRaᶇ isok kene kat dirimu/, ‘jangan mengejek orang nanti kena didirimu’, mengolok-olok (menertawakan, menyindir) untuk menghinakan (mempermainkan dengan tingkah laku): /die cadek digalak-i kawannye kaRene galak kali__uRaᶇ laen/, ‘ia tidak disukai temannya karena suka kali mengolok-olok orang lain’: A-ka/ n Akar, bagian tumbuhan yang biasanya tertanam di dalam tanah sebagai penguat dan pengisap air serta zat makanan; /__bataᶇ ne bise di buat ubat/, ‘akar pohon ini dapat dibuat obat’; /cadek rotan__ peh jadi/, ‘tidak ada rotan, akarpun jadi’: ki asal mula, pokok, pangkal, (yang menjadi sebab-sebabnya); /naᶇ peRlu dibasmi adelah __ segale kejahatan/, ‘yang perlu dibasmi adalah yang menjadi sebab segala kejahatan’: /__bepulaeh cadek patah/, ‘akar berpulas tak patah,:pb orang yang sudah pandai tidak mudah kalah dalam perbantahan’; Be-Ra-ka/ber-a-kar/v ada akarnya, keluar akarnya, ki mendalam benar, berpegang teguh; /nasehat uRaᶇ tuheñye udah__ dalam hati sanubaRiñye/, ‘nasihat orang tuanya telah mendalam benar dalam hati sanubarinya’, ki, sudah beranak cucu, lama benar menetap di suatu tempat;/die udah__ dikampoᶇ ne/, ‘dia sudah beranak cucu dikampung ini’: ᶇa-ka/me-nga-kar/v menjadi akar, menyerupai akar, ki, mendalam atau menyatu benar di dalam hati, pikiran, dan sebagainya (tentang ajaran, adat, dan sebagainya); /die cukup fanatik pelen ajaran yan udah__dalam diRiñye, cadek didengañye lagi ajaran naᶇ laen/, ‘dia sangat fanatik, semua ajaran itu sudah mendalam benar dalam


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 16 dirinya, tidak didengarnya lagi ajaran yang lain’ A-kad/ n perjanjian, kontrak; /_ jual beli/, ‘perjanjian jual beli’ A-kad kre-dit/ n perjanjian atau kontrak perkreditan; /untok ambel kRedit, Sebelom caye duetnye teken dulu __/, ‘untuk mengambil kredit, sebelum cair uangnya tanda tangani dulu akad kredit’: A-kad ni-kah/n pelaksanaan nikah dengan ijab dan kabul; /__ te sudah selesei/, ‘pelaksanaan nikah dengan ijab kabul tadi sudah selesai’: Be-a-kad/ber-a-kad/ v mengikat perjanjian (kontrak); /setiap jual beli__untuk ᶇesah ke ñye/, ‘setiap jual beli berakad untuk mengesahkannya’: A-kae/ akal/ n 1 daya pikir (untuk memahami sesuatu dan sebagainya), pikiran, ingatan; /Makhlok Tuhan naᶇ ade __adelah manusie/, ‘makhluk Tuhan yang mempunyai fikirannya adalah manusia’; /panjaᶇ juge __ ñye/, ‘panjang juga daya fikirnya’: 2 jalan atau cara melakukan sesuatu, daya upaya, ikhtiar; /Minte __kat die/, ‘minta jalan keluar pada dia’: 3 tipu daya, muslihat, kecerdikan, kelicikan; /Penipu yan banyak __ñye/, ‘penipu itu banyak muslihatnye'; /__ Cadek sekali dataᶇ/, ‘akal tak sekali tiba’, pb tidak ada suatu usaha yang sekali terus jadi dan sempurna’; /beRubah __ñye/, ‘berubah akalnya’, ki gila; /kehilaᶇan __ /, ki ‘putus asa’; bingung (tidak tahu apa yang harus dikerjakan): Be-Ra-kae/n memiliki akal, sudah dewasa; /udah besa anakku __ die/, ‘sudah besar anaknu sudah dewasa dia’: Ak-ba/Akbar/a Besar; /Pertunjukan ye betol-betol__/, ‘pertunjukan itu sangat besar’: A-khe/n akhir; /__ñye selesei juge naᶇ kô buat/, ‘akhirnya selesai juga yang kau buat’: A-khe ha-yat/n akhir hidup; /ne lah tande-tande__zaman/, ‘inilah tanda-tanda akhir zaman’: Be-Ra-khe/n berakhir; /jaᶇan disoal ke lagi, pelenñye udah __/ ‘jangan


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 17 disoalkan lagi, semuanya telah berakhir’: A-khe za-man/n 1. Akhir zaman, 2. kiamat; /tande-tande__ sudah banyak kelatan/,’tanda-tanda kiamat sudah banyak kelihatan’: Te-Ra-khe/n Terakhir, Penghabisan; /Die gileRan yaᶇ__/, ‘dia giliran yang penghabisan’: Meᶇ-a-khe-i/meng-a-khe-i/v Mengakhiri, Menyelesaikan; /Wasit segere__pertandiᶇan yae/, ‘Wasit segera mengakhiri pertandingan itu’: A-khe-rat/ n Akhirat, kiamat;/jaᶇan keja dunie saje, tapi pike juge__/, ‘jangan mengejar dunia saja, tapi fikirkan juga akhirat’: Akh-lak/n 1.etika, 2.moral, 3.budi pekerti;/uRaᶇ yaᶇ beilmu tiᶇgi__ñye/, ‘Orang yang berilmu tinggi budi pekertinya’: A-kibat/n akibat; /kaRene cadek deᶇa cakap__ñye fatal/, ‘karena tidak mendengar cakap akibatnya fatal’: Be-Ra-ki-bat/n berakibat, jadinya; /kalô cadek deᶇa nasɛhat uRaᶇ tuhe__celake/, ‘jika tidak menuruti nasehat orang tua maka jadinya celaka’: Me-ᶇa-ki-bat-ke/me-nga-ki-bat-ke/v mengakibatkan, menjadikan ;/uRaᶇ malas __susah hidupñye/, ‘orang yang malas menjadikan susah hidupnya’: Ak-rab/ a Akrab, Dekat, Erat; / __kali die bekawan/, ‘akrab sekali dia berteman’: Me-ᶇak-Rab-ke/meng-ak-rab-ke/v 1. Megakrabkan, 2. Mendekatkan ; /peristiwe yan dapat jadi __ persahabatan mereke/, ‘peristiwa itu dapat jadi mengakrabkan persahabatan mereka’: A-ku/n Aku, Saya, diri sendiri; /jaᶇan kacô hidup__ bia ke begini/, ‘jangan ganggu hidupku, biarkan begini’: Me-ᶇa-ku-i/me-nga-ku-i/v 1. Mengakui, 2. Memberi jawaban sebenarnya; /die sudah__kesalahanñye/, ‘dia sudah mengakui kesalahannya’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 18 Pe-ᶇa-ku-an/pe-nga-ku-an/n Pengakuan, (pernyataan terhadap dirinya atas apa sudah dia lakukan); /Bedasake__ñye memaᶇ betol die yang buat/, ‘berdasarkan pengakuiannya memang benar dia yang melakukan’: A-ko/a Akur, Cocok, Sesuai; /Die sudah __deᶇan adekñye/, ‘Dia sudah akur dengan adiknya’; /__kali eᶇkô ne macam pinaᶇ dibelah due/, ‘cocok kali kalian macam pinang dibelah dua’; /Baraᶇ yae sudah __deᶇan pesanan/, ‘barang itu sudah sesuai dengan pesanan’: Me-ᶇa-ko-ke/me-nga-ko-ke/v 1. mengakurkan, 2. Mencocokkan; /die cube __baraᶇñye yaᶇ hilaᶇ/, ‘dia coba mencocokkan barangnya yang hilang’: A-lah/ a sebutan menyanggah ; /__mane ade yan/, ‘alah tidak ada itu’: perbuatan/pekerjaan ; /alah bise karene biase/, pb ‘perbuatan itu dapat dilakukan karena kebiasaan’: artinya segala kesukaran dan sebagainya tidak akan terasa lagi sesudah biasa;/__do’e kaRene sempene/, mustajabnya do’a karena sempena/keberkatan’: Allah/n Allah, Tuhan, khalik sang pencipta; /__yaᶇ maha besa/, ‘Allah yang maha besar’: A-la-mak/n pernyataan kekesalan ; /__ᶇape begian kô buat/, Alamak kenapa demiakian kamu buat’: A-lam/n alam, 1 segala yang ada di langit dan di bumi; /__sekeliliᶇ/, ‘alam sekitarnya’; 2 lingkungan kehidupan: /__akheRat/, ‘alam akhirat’: A-lam-i/v 1. Alami, 2. Rasakan, asli; /die sudah __yae/, ‘dia sudah alami itu’; /kite kan cakap saje tapi naᶇ __die/, ‘kita kan bicara saja, tapi yang rasakan kan dia’: ᶇa-lam-i/nga-lam-i/v 1. Mengalami, 2. Merasakan; /die sudah peRnah __/, ‘dia sudah pernah mengalami’; /semua yaᶇ hidup akan __kematian/, ‘semua yang hidup akan merasakan kematian’: Pe-ᶇa-lam-an/pe-nga-la-man/n pengalaman, sesuatu yang sudh dirasakan, dilalui; /menuRot__ yaᶇ macam yan cadek bise kite buat/, ‘berdasarkan pengalaman yang seperti itu tidak bisa kita buat’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 19 A-la-mat/n 1.lamat, 2. tempat tinggal; /dimane__ñye/, ‘dimana tempat tinggalnya’: be-ala-mat/beralamat /n memiliki tempat domisili; /uRaᶇ hidup__/, ‘orang hidup memiliki tempat domisili’: di-ala-mat-ke/v ditujukan; /Surat yan__untok aku/, ‘surat itu ditujukan untuk saya’: A-laᶇ/a-lang/a 1. Panggilan anak yang ke tiga , 2. halang, 3. Tanggung (tidak mencukupi); /jaᶇan kô __i die nak lalu/, ‘jangan kau halangi dia mau pergi’; /__kali kerjemu/, ‘tanggung sekali kerjamu’; /__toloᶇ, beRat bantu/, ‘kalau ada penghalang di tolong,kalau ada yang memberatkan dibantu’, ini berlaku dalam menyelesaikan masalah’: fsl /Kaseh sayang, tilek pandang, Alang tolong, berat bantu, salah tegah, betol papah, usut sasat, sidek perikse ᶇa-laᶇ/nga-lang/v menghalang ; /jaᶇan bediRi kat jalan __uRaᶇ lewat/, ‘jangan berdiri dijalan menghalang orang lewat’: Pe-ᶇa-lang/pe-nga-lang/v penghalang; /jaᶇan diRi disian, jadi__ pandaᶇ/, ‘jangan berdiri disitu, jadi penghalang pandang’: A-laᶇ-an/a-lang-an/n 1.halangan, 2. Hambatan, /ade saje __die/, ‘ada saja halangan dia’: A-laᶇ ke-pa-laᶇ/a-lang ke-pa-lang/n Tanggung; /Jaᶇanlah bekerje __/ ‘janganlah bekerja tanggung’: A-las/ n 1 Alas, 2. lapis, 3. Dasar; /DeRom yae di__deᶇan pelastik bia jaᶇan basah/, ‘Derum itu dilapis plastik agar tidak basah’: A-las-an/n Dalih; /bañyak kali__supaye tekabol peRminteanñye/, ‘banyak kali dalih, supaya terkabul permintaannya’: Be-Ra-las/ber-a-las/v 1. memakai alas (lapik, dasar); /jaᶇan ᶇaᶇkat gelaeh minom tamu cadek__/,‘jangan mengangkat gelas minum; tamu tidak memakai alas’:2. kukuh kuat (karena ada alasnya) ; /cakap yaᶇ__/, ‘perkataannya tidak berdasar’: ᶇa-las/nga-las / v mengalas, memberi lapik (dasar); /Penjuae makan


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 20 yan__keRanjaᶇñye ᶇan daon pisaᶇ/, ‘penjual makanan itu memberi lapik keranjangnya dengan daun pisang’: Di-a-las/di·a·las/ v diberi alas; /banpelen gelas aye minom tamu yan __ piReᶇ/, ‘semua gelas minum untuk tamu diberi alas piring’: A-las-an/alas·an/n 1 dalih; sebab melakukan sesuatu; /Rase kedaeRahan yan adelah __ yang kuat untok menjage keaRifan lokal/, ‘rasa kedaerahan adalah azas yang kuat untuk menjaga kearifan lokal’: 2 dasar bukti (keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkalan, perkiraan, dan sebagainya); /cadek __ yaᶇ kuat untok nulak lamaRan yan/, ‘tidak ada dasar bukti yang kuat untuk menolak lamaran itu’: 3 yang menjadi pendorong (untuk berbuat); /mañye __ hiᶇge die bebuat macam yan/, ‘apa yang menjadi dorongaan sehingga dia berbuat demikian’: be-a-las-an/ber-a-las-an/v berdasar, ada alasannya, dengan alasan;/keRaguan naᶇ cadek__/,‘keraguan yang idak berdasar’: A-lat/ n alat, perkakas; /gergaji yae__ rumah/, ‘gergaji itu perkakas rumah’: /anak kecik yae jaᶇan kô jadike __ untok mencape tujuanmu/, ‘anak kecil itu jangan kau jadikan alat untuk mencapai tujunanmu’: Pe-Ra-lat /v 1. Per-alat, 2. Manfaatkan; /jaᶇan kô __ pelen uRaᶇ untok kepentiᶇanmu/, ‘jangan kau peralatkan semua orang untuk kepentinganmu’: A-le/a arah; /jaᶇan kô ale ke muke mu kat aku/, jangan kamu arahkan wajahmu kepada aku’: A-lǝ/v alir; /__ke aye yan kat saluranñye/, ‘alirkan air itu pada salurannya’: ᶇa-lǝ/nga-lǝ/ v me-nga-lir; /aye yan__deᶇan deraeh/, ‘air itu mengalir dengan deras’:1 bergerak maju (tentang air, barang cair, udara, dan sebagainya); 2 meleleh (tentang air mata, peluh, dan sebagainya);/Aye mateñye__sampe basah pipiñye/, ‘air matanya meleleh hingga basah pipinya’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 21 ᶇa-le-i/meng-a-liri/ v mengalir, memberi air; /sunge yan __behektahekta belaᶇ/, ‘sungai itu memberi air berhektar-hektar sawah’: ᶇa-le-ke/meng-a-lir-kan/v menyalurkan (air dan sebagainya), menyebabkan mengalir;/__aye suᶇe kebelaᶇ/ ‘menyalurkan air sungai ke sawah’: A-leR-an/ A-lir-an/ n 1.sesuatu yang mengalir (tentang hawa, air, listrik, dan sebagainya); 2. Faham, 3. Tempat jalannya air; /jaᶇan di ikot__sesat/, ‘jangan diikut faham sesat’: A-lep/ n Alif, (abjad arab yang pertama), A-lep-a-lep-an / v 1. Alip-alipan, 2. cari-carian; /banyak anak-anak maen __/, ‘banyak anak-anak main cari-carian’: A-leh/v 1. Alih, 2. geser, 3. Pindahkan 4. Tukar, 5. Rubah, 6. Palingkan; /Kalo betemu die karaᶇ __ke pandaᶇan mu/, ‘kalau bertemu dia nanti palingkan pandanganmu’: ᶇa-leh-ke/v mengalihkan, memindahkan; /die__ pembicaRean ñye bia untok bunike cakapñye/, ‘dia mengalihkan pembicara- annya, untuk menyembunyikan omongannya’: Be-Ra-leh/ v beralih, berganti, bertukar, berubah,berpindah; /Sekali aye bah sekali tepian __, sekali mese beputa sekali adat betuka/, ‘sekali air banjir sekali tepian bergeser, seklai masa berputar sekali adat bertukar’: A-lɛh/n aura; /ade sesuatu tande kemiripan kat __mukeñye/, ‘ada sesuatu kemiripan pada aura wajahnya’: A-lɛh-a-lɛh/a kiranya, rupanya; /kupike sudah selese die tanam padi__babat peh belom mulei/. ‘kufikir sudah selesai dia tanam padi, rupanya membabatpun belum dimula’: A-lem/ n Alim,orang yang taat dalam agama islam; /kite uRaᶇ islam wjeb mɛmulieke uRaᶇ__/, ‘kita umat islam wajib memuliakan orang alim’: A-lem u-la-me/n Alim Ulama, orang yang faham dalam bidang agama islam; /Kalo ade sesuatu hukom yaᶇ cadek faham betañyelah kat __/,


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 22 ‘Kalau ada sesuatu hokum yang tidak faham bertanyalah pada alim ulama’: Al-ha-sel/n alhasil, akibatnya; /die yaᶇ berbuat__kite yaᶇ sengsare/, ‘dia yang berbuat akibatnya kita yang mendertita’: A-lis/ n alis mata, bulu yang tumbuh diatas mata bagian dahi; /sangken nak lagakñye, die tebae ke__mateñye/, ‘sangkin mau cantiknya, dia tebalkan alis matanya’: Al-ma-nak/ n 1. kalender, 2. penanggalan; /cube keleh __ taᶇgal berape hari ne?/, ‘coba lihat kalender, tanggal berapa hari ini’: Al-maR-hom/n Almarhum, kata untuk menyebut orang laki-laki yang sudah meninggal, mendiang ; /__ayahñye petaᶇ mende kali/, ‘Almarhum ayahnya dulu baik sekali’: Al-maR-homah/n Almarhumah, orang perempuan yang sudah meninggal, mendiang/__emakñye petaᶇ cadek niᶇgalke sedaRe/, ‘almarhumah ibunya dulu tidak meninggalkan saudara’: A-lo/n 1. alur, 2. muara sungai kecil; /Kayoh sampanmu masok kedalam __yae/, ‘kayuh sampanmu masuk kedalam alur itu’: 3.lekuk memanjang (di tanah, kayu, sungai, bagian tubuh, dan sebagainya), 4 jalan (aturan, adat) yang benar; /__betempoh, jalan betuRot/, pb ‘dilakukan menurut adat (kebiasaan) yang lazim’: Be-Ra-lo/ber-a-lur/v 1 berlekuk memanjang, 2 berunding, bermusyawarah (mencari kebenaran); A-lo-Ran/aluran/n 1 lekuk memanjang di sungai dan sebagainya, 2 silsilah kekeluargaan, keturunan; /bedasake silsilah keluaRge die __ ayahñye/, berdasarkan silsilah keluarga dia keturunan ayahnya’: A-lo-Ran air/ alur-an air/n jalan air;/ tanah yan belekok bekas__/, ‘tanah itu berlekuk bekas jalannya air’: A-lo-Ran adat/Alur-an adat/n jalan adat yang betul; /membuat sesuatu dalam masyaRakat ikot__/, ;membuat sesuatu dalam masyarakat ikut jalan adat yang baik’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 23 A-lô/halau/v usir, kejar, usir (menyuruh orang pergi); /__ Ayam yae jaᶇan dimakanñye padi/, ‘usir ayam itu jangan dimakannya padi’: /kalo cadek dideᶇañye cakap kô__saje daRi Rumahmu/, ‘kalau tidak didengarnya cakap, kamu usir saja dia dari rumahmu’: /jaᶇan kô bia ke die laRi ko__teRus/, ‘jangan kau biarkan dia lari kau kejar terus’: A-lon/ n Gelombang;/__ñye besa kali/,‘gelombangnya besar sekali’: Be-Ra-lon/n Bergelombang; /Laot yae__kali/, ‘Laut itu bergelombang sekali’: ᶇa-lon/nga-lon/n 1. Bergemuruh, 2. Mendayu; /Suare ombak __ cukop besa/, ‘suara ombak bergemuruh sangat besar’: A-lon-an/n 1. Alunan, 2. Irama; /__suareñye meRdu kali/, ‘Alunan suaranya merdu sekali’: Al-pa/a 1. Alpa, 2. Lalai, 3. mangkir; /Murid yaᶇ mendei cadek peRnah__/, ‘murid yang baik tidak pernah mangkir’: A-lu/n 1. Alu, 2 Antan, 3 alat untuk menumbuk padi; pb /__patah lesoᶇ peh hilaᶇ/, ‘Antan patah lesungpun hilang’: pb/Kalo lesoᶇ hanyot, __akan ikot/, ‘kalau lesung hanyut, alupun akan ikut’: A-lu – ᶇen-ce-roh/a-lu ngen-cRoh/n alu yang kedua bentuk agak runcing tapi tidak tajam untuk menumbuk padi menjadi beras; /udah cadek banyak lagi atahñye, tuka pasaᶇ__/, udah tidak banyak lagi padinya, tukar pasang alu kedue’: Alu - baᶇ-saei/a-lu bang-sai/n Alu yang pertama bentuk tumpul untuk menumbuk padi awal, kemudian untuk membersihkan pakai alu ngenceroh;/untok nutok awae pasaᶇ__dulu bia deRaeh lumatñye/, untuk menumbuk awal pasang alu yang pertama dulu biar cepat lumatnya’: A-lu-alu/n nama ikan; /jareᶇku diterkok ikan__/, ‘jaringku ditabrak ikan alu-alu’: A-luih/a kecil, halus;/__ kali lubaᶇ jarom yan cadek kelatan benaᶇ dimasokke/, ‘kecil kali lobang jarum itu, tidak kelihatan benang


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 24 dimasukkan’: A-mae/n 1. Amal, 2. I adah,3. perbuatan (baik atau buruk); /Die dihoRmati uRaᶇ kaRene __ñye/, ‘ia dihormati orang karna amalnya yang baik’: 4 perbuatan baik yg mendatangkan pahala (menurut ajaran agama Islam); /Sembahyaᶇ adelah __ibadah manusie kat Allah/, ‘shalat adalah amal ibadat manusia kepada Allah’: A-mae – ibadah/v perbuatan yg merupakan pengabdian kpd Allah, spt salat dan zakat; /untok bekae di akheRat banyakkelah __/, ‘untuk bekal di akhirat perbanyaklah mengabdi kepada Allah’: A-mae – ja-Ri-ah/a-mal ja-ri-ah/ a perbuatan baik untuk kepentingan masyarakat (umum) yg dilakukan terus-menerus dan tanpa pamrih, perbuatan sosial;/setiap ade kegiatan masyaRakat die selalu melaku ke__/, setiap ada kegiatan masyarakat dia selalu melakukan perbuatan sosial’: A-mae – sa-leh/ amal saleh/v perbuatan yg sungguh-sungguh dl menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama spt perbuatan baik thd sesama manusia, ta’at keda Allah; /Rajin beRamae adelah wujud __/, ’Rajin beramal adalah wujud ta’at kepada Allah’: Be-Ra-mae/beramal/v 1 berbuat kebajikan; memberi sumbangan atau bantuan kpd orang miskin, menjalamkan perintah Allah, 2 berdoa, memohon kpd Tuhan; /tebae imanñye udah yan Rajin__/, ‘kuat imannya dan rajin berbuat kebajikan’: 3 berbuat amal; ᶇa-mae-ke/nga-mae-ke/vmengamalkan, melaksanakan, menerapkan: /ade ilmu amalke kat uRaᶇ laen/, ‘ada ilmu bagi-bagi kepada orang lain’: A-mal-an/ n 1 perbuatan (baik); /Tiap__yaᶇ mende ade pahaleñye/, ‘tiap perbuatan yg baik ada pahalanya’: 2 perbuatan, bacaan yg harus dikerjakan dl rangkaian ibadah, spt dl ibadah haji dan salat, ilmu); Pe-ᶇa-mae-lan/pe-nga-mae-lan/n pengamalan 1. proses, cara, perbuatan mengamalkan, melaksanakan; pelaksanaan, penerapan;


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 25 2 . perbuatan menunaikan (kewajiban, tugas);/__sesuatu yan haRuslah sesuai ka’edahñye supaye sempuRne/, ‘penerapan sesuatu haruslah sesuai kaedahnya agar sempurna’: A-man/n 1. aman,2.tentram, 3.tenang; /__ membawe kedamaian/, ‘tentram membawe kedamaian’: A-ma-nah/n 1. amanah, 2. amanat, 3. pesan; /setiap __ uRaᶇ haRus disampɛ ke/, setiap pesan orang harus disampaikan’: Am-bai/ n 1. Ambal, 2. permadani; /kembaᶇ ke ___ bia bisa uRaᶇ dudok/, ‘kembangkan ambal biar bisa orang duduk’: Am-bǝ/n 1. saya, 2. Aku; /__ nak lalu, ade naᶇ ndak ikot ?/, ‘saya mau pergi, ada yang mau ikut ?’: Am-bǝ/v ambil; /ambǝ aye minom untok ku/, ‘ambil air minum untukku’: Am-bǝ-ke/v ambilkan; /__ maenan yan, bia jaᶇan naᶇih die/, ‘ambilkan mainan itu agar jangan menangis dia’: ᶇam-bǝ/ngam-be/v mengambil; /__ milik uRaᶇ cadek diminte dulu, same dengan ᶇencuRi/, ‘mengambil ilik orang tanpa meminta terlebih dahu, sama dengan mencuri’: Be-Ram-bǝ, v 1. berambil, 2. Saling mengambil; /kawen __/ ‘kawin berambil yaitu pihak perempuan menjodohkan anak gadisnya dengan lajang dari pihak saudara laki-laki’ Te-Ram-bǝ/v 1. terambil 2. salah ambil; /teᶇah dudok-dudok deᶇan kawan te __aku korek api uRaᶇ/, ‘sedang duduk-duduk dengan teman, terambil aku korek api orang’: Am-bei /n 1. Ambai, 2. alat penangkap ikanyang dipasang pada tiang pancang didalam air; /Lalu jeᶇok __ disuᶇe, kadaᶇ ade ikan/, ‘pergi lihat alat penangkap ikan di sungai, barang kali ada ikan’: ᶇam-bei/ngam-bei/v memasang ambei; /Ayahñye lalu __ disuᶇei/, ‘ayahnya memasang ambai disungai’: Am-baᶇ/am-bang/n 1. Didepan, 2. Batas, Ambang pintu (didepan pintu); /pasaᶇ kaen di__/, ‘pasang kain didepan pintu’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 26 ᶇam-baᶇ/ngam-bang/v 1. Mengapung, 2. Timbul, 3. Tak jelas; /buᶇe teratai yan __disuᶇei/, ‘bunga teratai itu terapung disungai’; /ceriteñye __/, ‘ceritanya tak jelas’: Am-boi /v pernyataan terharu;/__lagakñye anak daRe yan/, ‘amboi cantiknya anak gadis itu’: A-me/ n 1. Hama, 2. Miang ; /Banyak kali __ñye padi ne/, ‘banyak kali miangnya padi ini’; /sawait yae mati dimakan __/, ‘sawit itu mati dimakan hama’: A-mih/a amis, anyir; /baju aku __ kali kene ayǝ ikan/, ‘bajuku amis sekali terkena air ikan’: A-mil/n petugas mengumpulkan harta agama; / Zakat fitRah yan udah diuRus same __/, Zakat fitrah itu sudah diurus dengan petugas mengumpul harta agama’: A-min/n perkenankan, penutup doa; /setiap imam berdoe, jawablah deᶇan__/, ‘setia imam berdo’a jawablah dengan amin’: Am-pan/ v hadang, cegah, lidungi, halang; /jaᶇan bagi lewat ___die/, ‘jangan kasi lewat hadang dia’: Am-paᶇ/am-pang/n hempang, palang (untuk meng hadang orang lewat), halang;/__bia jaᶇan bise uRaᶇ lewat/, ‘palang agar jangan dapat orang lewat’: Am-pas/n sisa perasan (santan kelapa, dll); /__kelambe yae bise untok makanan teRnak/, ‘sisa perasan kelapa itu dapat dijadikan makanan ternak’: Am-pe/ n hampa, gabah yang kosong; /padi yae banyak kali ___ ñye/, ‘padi itu banyak kali yang kosong’: Am-plop/n 1. Amplop, 2. Sampul surat; /Sebelum dikirem surat yae isike dulu kedalam__/, ‘sebelum dikirim surat itu masukkan dulu kedlam amplop’: Am-pu/v 1. pikul, 2. tampung, 3. sangga, 4. ditampung dari bawah; /Mu naᶇ panjaᶇ toloᶇ dipendekke, mu naᶇ besa toloᶇ kecik ke, mu naᶇ berat kite__besame/, ‘kalau yang panjang tolong pendekkan, kalau


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 27 yang besar tolong kecilkan, kalau yang berat kite pikul besame’: ᶇam-pu/ngam-pu/v 1.Mengampu, 2. Menyangga; /Jaᶇan buaᶇkayu yae bia untok ___rumah yang udah mereᶇ/, ‘jangan buang kayu itu biar untuk menyangga rumah yang sduah mriring’: Pe-ᶇam-pu/pe-ngam-pu/n 1. Penopang, 2. Penahan, 3. Penyangga; /lante yan turon karene __ ñye patah/, ‘lantai itu turun, karena penyangganya patah’: Am-poh/ n 1. ampuh, 2. Mujarab; /ubatñye __ kejap aje baek die/, ‘obatnya ampuh sekali sebentar saja sembuh dia’: Ke-am-poh-an/n 1. Keampuhan, 2. Kekuatan; /ubat yan cade diraguke lagi__/, ‘Obat itu tidak diragukan lagi keampuhannya’: Am-pon/n 1. Ampun, 2. jera; /Setiap berdo’e menitelah __/, ‘setiap berdo’mintalah ampun’: Am-pon-i/v Ampuni; /die sudah ᶇaku salah__die/, ‘dia sudah mengaku salah, ampuni dia’: ᶇam-pon-ke/ngam-pon-ke/v mengampunkan; /Allah akan tetap__ dose-dose uraᶇ naᶇ ndak betobat/, ‘Allah akan tetap mengampun kan dosa-dosa orang yang mau bertobat’: Te-Ram-pon-i/v terampuni; /Karene die mati syahid pelen doseñye udah __/, ‘karena dia mati syahid, semua dosanya telah terampuni’: A-nak/ n 1. Anak, 2. Keturunan; /Yan __ñye, bukan adeknye/, ‘itu anaknya, bukan adiknya’: A-nak- Kan-doᶇ/anak kandong/n Anak Kandung, A-nak ya-tim/n 1. Anak yatim, 2. Anak yang ayahnya telah meninggal dunia; /Sejak meniᶇgal ayahñye die udah jadi __/, ‘sejak meninggal dunia ayahnya dia telah menjadi anak yatim’ Be-Ra-nak/ v beranak, /Kambiᶇ taen udah__due eko/, ‘Kambing tadi udah beranak dua ekor’: A-nak-an-da/ n 1.Ananda, 2. Anaknda; /__cadek perlu ragu, pelen sudah diato/, ‘ananda tidak perlu ragu, semua sudah diatur’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 28 A-nak-anak/ n anak-anak; /anak-anak jaᶇan inga/, ‘anak-anak jangan ribut’: An-cak/n 1. lokasi, tempat 2, bagian, Wilayah; /die kerje udah seuai deᶇan __ ñye/, ‘dia bekerja udah seuai lokasinya’: ᶇan-cak/ngan-cak/v bekerja pada ancaknya; /die sudah lalu__/, ‘dia sudah pergi kerja’: An-cam/ v ancam, menakut-nakuti akan berbuat sesuatu; /kalô die cadek ndak damɛ, __ saje/, ‘kalau dia tidak mau berdamai, ancam saja’: ᶇan-cam/ngan-cam/v 1.mengakibatkan tejadi sesuatu, 2, melakaukan ancam; /saᶇkeᶇ marahñye, die__nak mukol/, ‘sankin marahnya dia mengancm akan memukul’: /laha gunoᶇ beRapi yan __ kehidupan masyaRakat/, ‘lahar gunung berapi itu akan mengakibatkan terjadi sesuatu terhadap kehidupan masyarakat’: Te-Ran-cam/ a 1.terancam, 2. Keamanannya terganggu; /Hidupnye cadek tenaᶇ karene__ deᶇan gaᶇguan uraᶇ jahat/, ‘hidupnya tidak tenang karena terancam dengan gangguan orang jahat’: An-caᶇ-ancaᶇ/an-cang an-cang/v 1. Ancang-ancang, 2. Siaga; /Sebelom lari bediri__dulu/, ‘sebelum berlari berdiri ancang-ancang dulu’ An-co/ v 1. Hancur, 2. Berantakan; /__banpelen dibuatñye galak-galak atiñye/, ‘hancur semua diatnya sesuka hatinya’: An-dae/ n 1. Andai, 2. Umpama; /__engko tau pasti engko sayang same die/, ‘andai engkau tahu pasti engakau sayang sama dia’: An-dae-ke/n Andaikan;/__ eᶇkô faham, cadek yaᶇ perlu diteᶇka ke/, seandainya kamu faham, tidak ada yang perlu diperdebatkan’: Meᶇ-an-dai-an-dai/ v berandai-andai;/ hidupne bukan __/, ‘hidup ini bukan berandai-andai’: Se-an-dai-ñye/n seandainya; /__ die mentoᶇ hidup, cadek yaᶇ hiᶇa lagi/, seandainye dia masih hidup, tidak ada yang ribut lagi’: An-dak/ n panggilan anak ke 5; /Kawan-i__mu pulaᶇ/,‘temani andakmu pulang’: An-del/ n 1. Andil: 2. ambil bagian: 3. Peran: 4.ikut campur tangan; /Kite


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 29 pelen puñye__dalam melahe ke negeri ne/, ‘Kita semua punya andil dalam melahirkan negeri ini’: An-dok/ n handuk; /ambel ke __aku nak mandi/, ‘ambilkan handuk aku mau mandi’: ᶇan-dok/ngan-dok/v 1. Cari perhatian: 2. Ngumbang: 3. pendekatan yg tak wajar; /nak dapat jabatan__saje kerjeñye/, ‘ingin mendapat jabatan cari perhatian saja kerjanya’: An-doᶇ/an-dong/n nenek, ibu dari ayah atau ibu dari emak;/__ñye udah cukop tuhe/, ‘neneknya sudah sangat tua’: An-doᶇ Bi-dan/an-dong bi-dan/n Bidan bersalin; /empuannye beRanak kat__yae/, ‘isterinya melahirkan pada bidan bersalin itu’: A-neh/a 1.Aneh, 2. Ganjil; /jaᶇan__kali eᶇkô, sehiᶇge menimbol ke curige uRaᶇ laen/, ‘jaᶇan ganjil sekali kamu, sehingga menimbulkan kecurigaan orang lain’: A-ne-ke/a 1. Aneka, 2.Macam-macam; /__makanan ade disane/, ‘macammacam makanan ada disana’: A-ᶇan/a-ngan/v hayal; /jaᶇan jaoh kali ber__/, ‘Jangan jauh sekali berhayal’: a-ᶇan-a-ᶇan/a-ngan a-ngan/v Khayalan; /__adelah keRje uRaᶇ malas/, ‘khayalan adalah kerja orang malas’: Be-Ra-ᶇan - Ra-ᶇan/be-Ra-ngan - Ra-ngan/v berangan-angan Berhayal;/Usahe cadek__teRus meᶇkale nak dataᶇ rejeki/, ‘Usaha tidak ada berkhayal terus kapan mau datang rezeki’: A-ne-ma/ anemar/n Pemborong; /bapakñye__besa dikampoᶇ ne/, Bapaknya pemborong besar di kampung ini’: Aᶇ-ga/ang-ga/n 1. Lantam, 2. sombong; /Jaᶇan__kali eᶇko, uraᶇ cadek galak ᶇelehñye/, ‘jangan sombong kali kamu, orang tak suka melihatnya’: Aᶇ-gap/ang-gap/n menganggap, mengira; /jaᶇan__enteᶇ deᶇan lawan karaᶇ kalah/, ‘jangan menganggap enteng lawan nanti kalah’:


Kamus bahasa Tamiang-Indonesia Ir. Muntasir Wan Diman, MM 30 Aᶇ-gap-an/ang-gap-an/ n 1. anggapan, pendapat 2. Fikiran; /__ñye aku hine kali/, ‘fikirannya aku hina kali’: Be-Raᶇ-gap-an/ be-Rang-gap-an/n Berprasangka; /jaᶇan__ aku kehini ne nak gemadɛ/, ‘jangan berprasangka aku kemari mau mengemis’: Aᶇ-gòk/ang-gok/v Angguk, menggoyangkan kepala kebawah; /kalo ndak jawab saje deᶇan__/, kalau mau jawabsaja dengan angguk’: Me-ᶇang-gok/me-ngang-gok/v mengangguk; /kalao die__ retiñye die ndak/, ‘kalau dia mengangguk, artinya dia mau’: Te-Rañ-gok/te-Rang-gok/v ter-angguk; /saᶇken ᶇantokñye__ kepaleñye sempe kelante/, ‘sangkin mengantuknya terangguk kepalanya sampai kelatai’: Aᶇ-gok-an/ang-gok-an/v Anggukan; /__ñye mempeᶇarohi pelen uraᶇ yaᶇ dataᶇ/, ‘anggukannya mempengaruhi semua orang yang datang’: Aᶇ-go-te/ang-go-te/n anggota; /die pemimpin yaᶇ mendɛ, diuRusñye pelen __ñye/, ‘dia pemimpin yang baik, diurusnya semua anggotanya’: Be-Raᶇ-gote/be-Rang-got-te/ n beranggota, memiliki anggota; /die ketue organisasi yaᶇ kecik,__siket/, ‘dia menjadi ketua organisasi yang kecil, memiliki anggota sedikit’: A-ᶇin/a-ngin/ n Angin; /kencaᶇ kali__ malam taen, sampe rebah bataᶇ pisaᶇ/, ‘kencang sekali angin tadi malam, sehingga tumbang pohon pisang’: Be-Ra-ᶇin/be-Ra-ngin/n 1. Berangin, 2. Masuk angin; /PeRotñye mulas kali macam__ gayeñye/, ‘perutnya mulas sekali seperti masuk angin kelihatannya’: ᶇa-ᶇin-ke/nga-ngin-ke/v Menganginkan; die__bajuñye yaᶇ basah, bia deRas keRiᶇ/, ‘dia menganginkan bajunya yang basah agar cepat kering’: Aᶇ-kare/ang-ka-Re/n Marah, murka; /kalo ombak besa, uRaᶇ kelaot ngaᶇgapnye__ penuᶇgu laot/, ‘jika ombak besar, nelayan


Click to View FlipBook Version