The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Fakultas Farmasi Unissula, 2024-01-23 03:55:13

Proceeding of 14th Mulawarman Pharmaceutical Converences "Pesan Covid-19 untuk Laboratorium Riset Kefarmasian Indonesia"

PCD004FF
Fak. Farmasi Universitas Mulawarman, 2021

Keywords: Covid-19,Laboratorium Riset Kefarmasian,Prosiding,Universitas Mulawarman

Skrining Fitokimia dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) serta Uji DPPH 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 340 carried out by using n-hexane and ethyl acetate as solvents. Then, a phytochemical analysis was screened and a TLC bioautography. Secondary metabolites by the compounds contained in C. cujete L. are alkaloids, tannins, saponins and steroids. C. cujete L. which has antioxidant activity was marked with yellow spots on TLC plates that had been sprayed with DPPH. Keywords: Cresentia cujete L., phytochemical screening, TLC profile, secondary metabolites, DPPH DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v14i1.600 1 Pendahuluan Crescentia cujete (dalam bahasa Inggris “Calabas”, Prancis “Calabassier”) adalah tanaman yang tumbuh pada daerah tropis dan merupakan tanaman asli dari negara Amerika Tengah, Kamerun serta beberapa negara bagian Afrika. Lalu, tanaman ini pun menyebarluas di seluruh daerah tropis termasuk di Indonesia sendiri. Beberapa tempat seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, tanaman ini banyak dikenal sebagai tanaman berenuk ataupun tanaman maja [1]. Tanaman Berenuk ini memiliki banyak sinonim atau dikenal dengan nama lokal seperti Berenuk (Jawa), Tabu kayu (Melayu), buah no (Ternate), Bila balanda (Makasar) [2], dan pada masyarakat Kutai Barat tanaman ini dikenal dengan nama Labu Kajuq. Menurut Kusuma, Susanti, dan Akbarin [3], tanaman ini memiliki beberapa kandungan kimia yang penting diantaranya flavonoidquercetin, tanin, fenol, saponin, anthraquinon dan cardenolides. Kemudian, menurut Steenis tanaman ini mengandung senyawa cardenolides, antarkuinon, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan fenol. Tanaman ini secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat diare, anti-radang serta obat luka, selain itu mampu mempercepat penghentian pendarahan luar mencit [3]. Manfaat lainnya mempunyai aktivitas antiradang (anti inflamasi) pada mencit secara in vivo dengan dosis 1.680, 3.360 dan 6.720 mg/kg BB [2]. Manfaat lainnya dari daun berenuk sendiri pada daun mudanya ditumbuk dan dijadikan pengkompres untuk sakit kepala serta untuk membersihkan luka baru. Kemudian pada daging buahnya digunakan untuk mengobati diare, flu, bronkhitis, batuk, asma, dan urethritis [2]. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sabagai obat disentri, muntah, sakit gigi., kemudian untuk buahnya dapat dimanfaatkan sebagai obat pilek, batuk, asma, dan bronchitis. 2 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan metode skrining fitokimia, KLT dan uji antioksidan. Sampel yang digunakan bagian daun pada tanaman berenuk, dilakukan maserasi dengan menggunakan metanol, selanjutnya di fraksinasi dengan n-heksana dan etil asetat. Kemudian uji KLT dan antioksidan dengan disemprotkan DPPH. 2.1 Alat dan Bahan Lampu UV 254 nm dan 366 nm, pipa kapiler, chamber, timbangan analitik, oven, gelas ukur, corong pisah, gelas kimia, pinset, penangas air, pipet tetes, propipet, pipet ukur, batang pengaduk, spatel besi, rotary evaporator, penjepit tabung, rak tabung, corong kaca, tabung reaksi, botol semprot, pinset. Daun berenuk (Cresentia cujete L.), Metanol teknis, n-heksana p.a, etil asetat p.a, metanol p.a, kloroform p.a, Plat KLT, aquadest, pereaksi dragendroff, pereaksi wagner, pereaksi mayer, pereaksi Lieberman buchard, serbuk mg, HCl Pekat, FeCl3 10%, dan larutan DPPH, alumunium foil, dan kertas saring. 2.2 Pembuatan Ekstrak Daun Berenuk Daun berenuk segar dibersihkan dari debu, kemudian dikeringkan. Selanjutnya simplisia daun berenuk dipotong-potong lalu


Skrining Fitokimia dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) serta Uji DPPH 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 341 diblender sehingga diperoleh serbuk daun berenuk. Sebanyak 3 Kg serbuk simplisia ditambahkan dengan 30 L metanol teknis dalam wadah lalu diaduk secara merata hingga bening. Hasilnya disaring, kemudian dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental metanol daun berenuk. 2.3 Fraksinasi Sampel Ekstrak metanol daun berenuk yang telah diperoleh kemudian dilakukan fraksinasi (caircair). Sebanyak 20 gr ekstrak metanol daun berenuk dilarutkan dengan aquadest 100 mL hingga larut, lalu dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan dengan pelarut nheksana sebanyak 150 mL setelah itu dikocok dalam corong pisah hingga homogen dan setelah itu akan terbentuk 2 fase, lalu ditambahkan secara berulang hingga bening. Kemudian dilanjutkan dengan pelarut etil asetat yang ditambahkan sebanyak 150 mL setelah itu dikocok dalam corong pisah hingga homogeny dan terbentuk 2 fase, lalu ditambahkan secara berulang hingga bening, lalu ditampung fraksi air pada wadah. Hasil fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air selanjutnya dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator dan didapatkan ekstrak fraksi n-heksana, ekstrak fraksi etil asetat, dan ekstrak fraksi air (H2O). 2.4 Skrining Fitokimia Sampel yang digunakan untuk skrining fitokimia adalah ekstrak metanol, fraksi nheksana, fraksi etil asetat dan fraksi air. 2.4.1 Uji Alkaloid Larutan uji sebanyak 8 mL dibagi ke dalam 4 tabung reaksi. Tabung pertama sebagai kontrol, tabung ke-2 ditambahkan pereaksi Dragendroff, tabung ke-3 ditambahkan pereaksi Wagner dan tabung ke-4 ditambahkan pereaksi mayer. Hasil positif dari pereaksi dragendroff terbentuk endapan oren atau merah coklat, pereaksi wagner terbentuk endapan merah atau coklat, pereaksi mayer terbentuk endapan putih atau kuning. 2.4.2 Uji Flavonoid Larutan uji sebanyak 4 ml dibagi ke dalam 2 tabung. Tabung pertama sebagai kontrol dan tabung ke-2 ditambahkan dengan serbuk Mg, kemudian dipanaskan dalam air yang telah dipanaskan di atas penangas, lalu diteteskan sebanyak 3 tetes HCl Pekat. Hasil positif adanya perubahan warna merah bata. 2.4.3 Uji Fenol Larutan uji sebanyak 4 mL dibagi ke dalam 2 tabung, Tabung pertama sebagai kontrol dan tabung ke-2 diteteskan dengan FeCl3 10% sebanyak 3 tetes. Hasil positif adanya perubahan warna hitam. 2.4.4 Uji Saponin Larutan uji sebanyak 4 ml dibagi ke dalam 2 tabung. Tabung pertama sebagai kontrol dan tabung ke-2 diteteskan dengan aquadest yang dipanaskan sebanyak 2 tetes. Hasil positif adanya terbentuk busa stabil. 2.4.5 Uji Steroid dan Triterpenoid Larutan uji sebanyak 4 ml dibagi ke dalam 2 tabung. Tabung pertama sebagai kontrol dan tabung ke-2, diteteskan dengan pereaksi Lieberman Burchard sebanyak 3 tetes. Hasil positif adanya perubahan warna, Steroid berwarna biru kehijauan dan triterpenoid berwarna kecoklatan atau violet. 2.5 Kromatografi Lapis Tipis Sampel yang digunakan ekstrak metanol, ekstrak fraksi n-heksana, ekstrak fraksi etil asetat, dan ekstrak fraksi air (H2O). Penyiapan fase diam Silica gel G60 F254 atau plat KLT dengan panjang 8 cm dan lebar 3 cm [4], kemudian direndam dengan pelarut aseton, lalu diaktivasi dengan oven pada suhu 105oC selama 30 menit. Sebanyak 10 mg ekstrak dilarutkan dalam 1 ml dengan pelarut yang sesuai, kemudian ditotolkan pada fase diam lalu di elusi. 2.5.1 Identifikasi Senyawa Alkaloid Plat KLT yang telah ditotolkan dengan ekstrak dan fraksi dielusi dengan fase gerak n-Heksana:Etil Asetat (7:3), (1:1) dan Kloroform:Etil asetat (7:3), dengan penampak noda reagen Dragendroff. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna orange atau merah 2.5.2 Identifikasi Senyawa Flavonoid Plat KLT yang telah ditotolkan dengan ekstrak dan fraksi dielusi fase gerak n-Heksana


Skrining Fitokimia dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) serta Uji DPPH 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 342 : Etil Asetat (7:3), (1:1) dan Kloroform : Etil asetat (7:3), dengan penampak noda pereaksi AlCl3 1%. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya noda berwarna kuning kecokelatan [4]. 2.5.3 Identifikasi Senyawa Fenol Fase gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3), (1:1) dan Kloroform : Etil asetat (7:3), dengan penampak noda pereaksi FeCl3 10%. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya noda berwarna hitam. 2.5.4 Identifikasi Senyawa Steroid atau Triterpenoid Plat KLT yang telah ditotolkan dengan ekstrak dan fraksi dielusi fase gerak nHeksana:Etil Asetat (7:3), (1:1) dan Kloroform:Etil asetat (7:3), dengan penampak noda pereaksi Lieberman-Burchard. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya noda berwarna hijau-biru [4]. 2.6 Pembuatan Larutan Baku Induk DPPH 100 ppm Sebanyak 5 mg serbuk DPPH dilarutkan dalam 50 ml etanol 96% sehingga didapatkan konsentrasi 100 ppm [5]. 2.7 Uji Antioksidan Plat KLT yang telah ditotol serta di elusi dengan pelarut yang sesuai, kemudian disemprotkan dengan DPPH maka hasil positif setelah penyemprotan terbentuk warna kuning pada plat KLT. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Ekstraksi Daun Berenuk Ekstraksi daun berenuk dilakukan secara maserasi. Sebanyak 3 Kg serbuk daun berenuk dimaserasi dengan metanol kemudian dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 285 gram. 3.2 Hasil Fraksinasi Hasil ekstrak kental yang diperoleh kemudian difraksinasi dengan metode cair-cair dengan corong pisah menggunakan pelarut nHeksana dan etil asetat. Hingga diperoleh hasil fraksi n-Heksana, fraksi Etil Asetat dan fraksi air (H2O). lalu hasil fraksi dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak fraksi. 3.3 Hasil skrining fitokimia Hasil skrining fitokimia dengan menggunakan tabung reaksi menunjukkan bahwa ekstrak metanol, fraksi n-Heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air (H2O) daun berenuk memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu positif terdapat senyawa Alkaloid, tanin, saponin dan steroid atau triterpenoid. Tabel 1 menunjukkan hasil skirining fitokimia terhadap ekstrak metanol, fraksi n-Heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air (H2O). Tabel 1. Hasil skrining Fitokimia ekstrak metanol, fraksi nHeksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air (H2O). Pereaksi Ekstrak dan Fraksi MeOH Etil Asetat n-Heksana H2O Alkaloid a. Dragendroff b. Wagner c. Mayer + - - + - - - - - - - - Flavonoid Serbuk Mg + HCl Pekat - - - - Fenol FeCl3 10% + + - + Saponin Aquadest + - - - Steroid / Triterpenoid Lieberman-Burchard + + + - Keterangan: (+) Senyawa terdeteksi, (-) senyawa tidak terdeteksi Hasil uji skrining fitokimia dengan menggunakan tabung reaksi, pada ekstrak metanol, fraksi n-Heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air (H2O) terhadap pereaksi yang telah diujikan didapatkan hasil positif mengandung senyawa Alkaloid, fenol, saponin dan steroid atau triterpenoid. 3.4 Hasil Analisis Kromatografi Lapis Tipis Analisis Kromatografi Lapis Tipis digunakan eluen dengan perbandingan yang berbeda ialah untuk pencarian eluen terbaik dari beberapa perbandingan dan yang digunakan ialah dengan fase gerak n-Heksana:Etil Asetat (7:3), n-Heksana:Etil Asetat (1:1) dan Kloroform:Etil Asetat (7:3) yang memiliki pemisahan senyawa dengan baik.


Skrining Fitokimia dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) serta Uji DPPH 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 343 Hasil elusi dengan menggunakan fase gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3) dan dengan disemprotkan H2SO4 serta dipanaskan agar noda pada plat KLT dapat terlihat lebih jelas, diperoleh hasil 16 spot noda hasil pemisahan (Gambar 1) dengan nilai Rf (Tabel 2) yaitu pada UV 254 nm 0,25; 0,60; 0,70; 0,78; 0,85 dan 0,97. Sedangkan nilai Rf pada UV 366 nm yaitu 0,25; 0,37; 0,38; 0,47; 0,57; 0,60; 0,62; 0,70; 0,71; 0,74; 0,80; 0,82; 0,85, dan 0,91. a b c d Gambar 1. Profil KLT Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi nHeksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3) pada pegamatan (a) sinar tampak, (b) sinar UV 254 nm, (c) sinar UV 366 nm, (d) sinar tampak setelah disemprot H2SO4 Tabel 2. Nilai Rf Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi nHeksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3) Noda Karekteristik Fisik Nilai Rf 254 nm Karekteristik Fisik Nilai Rf 366 nm 1 Hitam 0,25 Ungu 0,25 2 - - Ungu 0,37 3 - - Ungu 0,38 4 - - Ungu 0,47 5 - - Ungu 0,57 6 Hitam 0,60 Hitam 0,60 7 - - Merah muda 0,62 8 Hitam 0,70 Ungu 0,70 9 - - Hitam 0,71 10 - - Ungu 0,74 11 Hitam 0,78 - - 12 - - Biru 0,80 13 - - Biru 0,82 14 Hitam 0,85 Ungu 0,85 15 - - Ungu 0,91 16 Hitam 0,97 - - Sedangkan hasil elusi dengan menggunakan fase gerak n-Heksana : Etil Asetat (1:1) dan dengan disemprotkan H2SO4 serta dipanaskan agar noda pada plat KLT dapat terlihat lebih jelas, diperoleh hasil 15 spot noda hasil pemisahan (Gambar 2) dengan nilai Rf (Tabel 3) yaitu pada UV 254 nm 0,38; 0,41; 0,74; 0,81; 0,91; 0,94 dan 0,95. Sedangkan nilai Rf pada UV 366 nm yaitu 0,64; 0,67; 0,77; 0,78; 0,82; 0,84; 0,91; 0,94 dan 0,98. a b c d Gambar 2. Profil KLT elusi menggunakan fase gerak nHeksana : Etil Asetat (1:1) pada pengamatan (a) sinar tampak, (b) sinar UV 254 nm, (c) sinar UV 366 nm, (d) sinar tampak setelah disemprot H2SO4 Tabel 3. Nilai Rf Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi nHeksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak n-Heksana : Etil Asetat (1:1) Noda Karekteristik Fisik Nilai Rf 254 nm Karekteristik Fisik Nilai Rf 366 nm 1 Hitam 0,38 - - 2 Hitam 0,41 - - 3 - - Hitam 0,64 4 - - Hitam 0,67 5 Hitam 0,74 - - 6 - - Ungu 0,77 7 - - Ungu 0,78 8 Hitam 0,81 - - 9 - - Ungu 0,82 10 - - Ungu 0,84 11 Hitam 0,91 Hitam 0,91 12 - - Ungu 0,91 13 Hitam 0,94 Hitam 0,94 14 Hitam 0,95 - - 15 - - - 0,98


Skrining Fitokimia dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) serta Uji DPPH 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 344 Pada hasil elusi dengan menggunakan fase gerak Kloroform : Etil Asetat (7:3) dan dengan disemprotkan H2SO4 serta dipanaskan agar noda pada plat KLT dapat terlihat lebih jelas, diperoleh hasil 13 spot noda hasil pemisahan (Gambar 3) dengan nilai Rf (Tabel 4) yaitu pada UV 254 nm 0,1; 0,18; 0,67; 0,84; 0,85 dan 0,98. Sedangkan nilai Rf pada UV 366 nm yaitu 0,48; 0,68; 0,77; 0,85; 0,87; 0,88; 0,92; 0,97 dan 0,98. a b c d Gambar 3. Profil KLT hasil elusi dengan menggunakan fase gerak Kloroform : Etil Asetat (7:3) pada pengamatan (a) sinar tampak, (b) sinar UV 254 nm, (c) sinar UV 366 nm, (d) sinar tampak setelah disemprot H2SO4 Tabel 4. Nilai Rf Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi nHeksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak Kloroform : Etil Asetat (7:3) Noda Karekteristik Fisik Nilai Rf 254 nm Karekteristik Fisik Nilai Rf 366 nm 1 Hitam 0,1 - - 2 Hitam 0,18 - - 3 - - Ungu 0,48 4 Hitam 0,67 - - 5 - - Hitam 0,68 6 - - Ungu 0,77 7 Hitam 0,84 - - 8 Hitam 0,85 Ungu 0,85 9 - - Ungu 0,87 10 - - Ungu 0,88 11 - - Ungu 0,92 12 - - Ungu 0,97 13 Hitam 0,98 Hitam 0,98 3.5 Hasil Skrining Fitokimia dengan Kromatografi Lapis Tipis Analisis Kromatografi Lapis Tipis untuk penentuan senyawa yang digunakan ialah dengan fase gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3), n-Heksana : Etil Asetat (1:1) dan Kloroform : Etil Asetat (7:3) yang memiliki pemisahan senyawa dengan baik. Dengan hasil yang diharapkan memiliki golongan senyawa dan aktivitas antioksidan. Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi nHeksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3) dapat dilihat pada Gambar 4. a b c d e f Gambar 4. Profil KLT Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi n-Heksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3) pada pengamatan (a) sinar tampak, (b) Alkaloid setelah disemprot pereaksi Dragendroff, (c) Flavanoid setelah disemprot AlCl3 1%, (d) Fenol setelah disemprot FeCl3 10%, (e) Steroid/Triterpenoid setelah disemprot Pereaksi Lieberman Burchard, (f) Sinar tampak setelah disemprot DPPH s


Skrining Fitokimia dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) serta Uji DPPH 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 345 Hasil skrining fitokimia dengan menggunakan uji plat KLT yang telah disemprotkan dengan pereaksi Dragendroff, AlCl3 1%, FeCl3 10% serta pereaksi LiebermanBurchard menghasilkan noda positif alkaloid, flavonoid, fenol dan positif steroid. Hasil uji antioksidan dengan menggunakan uji plat KLT yang telah disemprotkan dengan DPPH dengan fase gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3), hasil positif adanya warna kuning yang ditunjukkan pada plat KLT terdapat pada fraksi n-Heksana, fraksi Etil Asetat dan ekstrak metanol daun berenuk dan tidak terdapat pada fraksi air (H2O). Sedangkan Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi n-Heksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak nHeksana : Etil Asetat (1:1) dapat dilihat pada Gambar 5. A b c d e f Gambar 5. Profil KLT Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi n-Heksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak Kloroform : Etil Asetat (7:3) pada pengamatan (a) sinar tampak, (b) Alkaloid setelah disemprot pereaksi Dragendroff, (c) Flavonoid setelah disemprot AlCl3 1%, (d) Fenol setelah disemprot FeCl3 10%, (e) Steroid/Triterpenoid setelah disemprot Pereaksi Lieberman Burchard, (f) sinar tampak setelah disemprot DPPH Hasil skrining fitokimia dengan menggunakan uji plat KLT yang telah disemprotkan dengan pereaksi Dragendroff, AlCl3 1%, FeCl3 10% serta pereaksi LiebermanBurchard menghasilkan noda positif alkaloid, flavonoid, fenol dan positif steroid. Hasil uji antioksidan dengan menggunakan uji plat KLT yang telah disemprotkan dengan DPPH pada fase gerak n-Heksana : Etil Asetat (1:1), hasil positif adanya warna kuning yang ditunjukkan pada plat KLT terdapat pada fraksi n-Heksana, fraksi Etil Asetat dan ekstrak metanol daun berenuk dan tidak terdapat pada fraksi air (H2O). Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi nHeksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak Kloroform : Etil Asetat (7:3) dapat dilihat pada Gambar 6.


Skrining Fitokimia dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) serta Uji DPPH 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 346 A b c d e f Gambar 6. Profil KLT Hasil Elusi Ekstrak Metanol, Fraksi n-Heksana, fraksi Etil asetat, fraksi Air (H2O) dari daun berenuk dengan Fase Gerak Kloroform : Etil Asetat (7:3) pada pengamatan (a) sinar tampak, (b) Alkaloid setelah disemprot pereaksi Dragendroff, (c) Flavanoid setelah disemprot AlCl3 1%, (d) Fenol setelah disemprot FeCl3 10%, (e) Steroid/Triterpenoid setelah disemprot Pereaksi Lieberman Burchard, (f) sinar tampak setelah disemprot DPPH Hasil skrining fitokimia dengan menggunakan uji plat KLT yang telah disemprotkan dengan pereaksi Dragendroff, AlCl3 1%, FeCl3 10% serta pereaksi LiebermanBurchard menghasilkan noda positif alkaloid, flavonoid, fenol dan positif steroid. Hasil uji antioksidan dengan menggunakan uji plat KLT yang telah disemprotkan dengan DPPH dengan fase gerak Kloroform: Etil Asetat (7:3), hasil positif adanya warna kuning yang ditunjukkan pada plat KLT terdapat pada fraksi n-Heksana, fraksi Etil Asetat dan ekstrak metanol daun berenuk dan tidak terdapat pada fraksi air (H2O). 4 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan beberapa elusi dengan perbandingan yang berbeda, maka dipilihlah eluen terbaik yaitu n-Heksana:Etil Asetat (7:3), (1:1) dan Kloroform:Etil asetat (7:3) sehingga ekstrak dan fraksi dari daun berenuk uji tabung bahwa hasil ekstrak dan fraksi dari daun berenuk mengandung senyawa Alkaloid, Flavonoid, Fenol, saponin dan steroid atau triterpenoid. Sedangkan, pada uji dengan plat KLT positif memiliki golongan senyawa Alkaloid, Flavonoid, Fenol, dan Steroid atau triterpenoid. Hasil uji antioksidan yang telah disemprotkan dengan larutan DPPH dengan fase gerak n-Heksana : Etil Asetat (7:3) dan (1:1) serta Kloroforom : Etil Asetat (7:3) memiliki aktivitas antioksidan pada fraksi n-Heksana dan fraksi etil asetat. 5 Kontribusi Penulis BOIK: Melakukan uji dengan beberapa metode, RR, WCP, dan SS: Pengarah dan Pembimbing penelitian serta Artikel. 6 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 7 Daftar Pustaka [1] Arel,dkk. 2018. Profil Metabolit Sekunder Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) dan Uji Sitotoksik dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia. Jurnal Katalisator, Vol.3., No.2 [2] Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya [3] Kusuma, A.M., Susanti, Gilang A. 2014. Potensi Sitotoksik ekstrak Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) terhadap Sel Kanker. Farmasain 4(2):191-195


Skrining Fitokimia dan Profil KLT Ekstrak dan Fraksi dari Daun Berenuk (Cresentia cujete L.) serta Uji DPPH 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 347 [4] Yuda, Putu Era Sandhi Kusuma Dan Erna Cahyaningsih. 2017. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.). Jurnal Ilmiah Medicamento, Vol.3., No.2 [5] Suwarni, Elis dan Kadek Duwi Cahyadi. 2016. Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Etanol Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) dengan Metode DPPH. Jurnal Ilmiah Medicamento, Vol.2., No.2


14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 366 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara Analysis of Community Knowledge and Behavior Level on the Use of Antibiotics Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Southeast Sulawesi Province Devitha Farah Mahdiyah*, Dewi Mayasari, Hadi Kuncoro Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia *Email korespondensi: [email protected] Abstrak Antibiotik merupakan terapi efektif yang baik dalam penyembuhan penyakit yang di sebabkan oleh bakteri sehingga pasien ataupun masyarakat kadang menggunakannya sebagai obat swamedikasi. Karena kurangnya pengetahuan maupun perilaku masyarakat ini dapat menimbulkan kasus resitensi antibiotik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik diperoleh dengan metode deskriptif sederhana atau survey deskriptif yaitu suatu metode cross sectional, dengan alat instrumen berupa kuesioner yang dapat disebarkan kepada masyarakat agar dapat dianalisis mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat. Penelitian ini telah melibatkan 196 responden uji. Hasil penelitian menunjukkan untuk profil karakteristik responden mayoritas berjenis kelamin perempuan, dengan usia 35-44 tahun, berpendidikan terakhir SMA dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Untuk hasil keseluruhan dari masyarakat di kelurahan Dawi-Dawi, kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu 42,9% berpengetahuan cukup baik dan 49,0% berperilaku cukup baik. Hasil uji hubungan antara pengetahuan dan perilaku masyarakat didapatkan untuk nilai koefisien korelasi menggunakan rumus spearman yaitu 0,357 yang menandakan hubungan antara pengetahuan dan perilaku memiliki hubungan yang sedang (moderate) dengan signifikansi 0,000 dengan arah korelasi positif (+). Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Perilaku, Penggunaan Antibiotik Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences


Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 367 Abstract Antibiotics are an effective therapy diseases caused by bacteria so that patients or the public sometimes use them as self-medication drugs. Due to the lack of knowledge and behavior of the community this can lead to cases of antibiotic resistance. The purpose was to determine the level of knowledge and behavior of the community towards the use of antibiotics in Kelurahan Dawi-Dawi, Southeast Sulawesi province. The knowledge and behavior of the community was obtained using a simple descriptive method, cross sectional, with an instrument in the form of a questionnaire that could be distributed to the community to be analyzed regarding the level of knowledge and behavior. This research has involved 196 test respondents. The results showed that the profile of the characteristics of the respondents were mostly female, 35-44 years old, last graduated from high school and worked as a housewife. For the overall results of Kelurahan Dawi-Dawi, Southeast Sulawesi province, having sufficient knowledge 42.9% and sufficient behavior 49.0%. The results of the test of the relationship between knowledge and people's behavior were obtained for the correlation coefficient value using the Spearman formula is Has a moderate correlation of 0.357, a significance of 0.000 with the direction (+). Keywords: Level of Knowledge, Behavior, Use of Antibiotics DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v14i1.601 1 Pendahuluan Antibiotik merupakan bentuk kemoterapi paling sukses pada abad ke-20, dan mungkin lebih dari keseluruhan riwayat medis. Sejak ditemukan dan digunakan secara komersial lebih dari 70 tahun yang lalu, antibiotik dapat mencegah berbagai infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi kulit, jaringan lunak, pneumonia, dan infeksi seperti endokarditis, meningitis dan sepsis. Antibiotik dibutuhkan untuk mempertahankan prosedur medis rutin dan lanjutan, seperti operasi caesar dan transplantasi organ [1]. Namun jika antibiotik digunakan dengan tidak rasional akan menyebabkan risiko terjadinya resistensi antibiotik sehingga antibiotik tersebut tidak dapat memberikan efek dan penyakit yang diderita tidak dapat disembuhkan menggunakan antibiotik. Dari penelitian yang dilakukan oleh Klein [2] menjelaskan bahwa konsumsi antibiotik dari tahun 2000 sampai dengan 2015 pada 76 negara menyatakan bahwa berdasarkan defined daily doses(DDD) meningkat sebanyak 65% dan proyeksi total antibiotik global hingga 2030 diperkirakan akan meningkat 15%. Jika semua negara terus meningkatkan tingkat konsumsi antibiotik, pada tingkat pertumbuhan tahunan yang diperparah, maka memperkirakan bahwa total antibiotik secara global akan meningkat 32%. Menurut riset yang telah dilakukan WHO [3] pada 12 negara termasuk Indonesia, sebanyak 25% responden mendapatkan antibiotik dari teman ataupun anggota keluarga selama penyakit yang di derita tersebut sama, 43% responden membeli antibiotik dari dokter dengan gejala yang sama seperti sebelumnya dan 32% responden menghentikan penggunaan antibiotik ketika sudah merasa lebih baik, dengan tidak memperhatikan anjuran dari resep yang diberikan oleh dokter. WHO menyarankan bahwa pasien harus melanjutkan penggunaan antibiotik walaupun sudah merasa lebih baik. Tindakan yang tidak rasional tersebut dapat mengakibatkan penggunaan antibiotik yang tidak tepat, sehingga dapat menyebabkan masalah resistensi antibiotik. Berdasarkan pada literatur sebelumnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya kota Kendari memberikan survei hasil di mana


Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 368 menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan antibiotik tanpa resep dokter dengan tingkat pengetahuan pasien kurang dari 56,44% [4]. Misalnya, penggunaan obat-obatan yang tidak rasional yang seharusnya disebabkan oleh virus pada influenza telah ditangani dengan antibiotik dalam bentuk obat-obatan. Selain ketidaktepatan penggunaan jenis dosis antibiotik yang salah (terlalu pendek atau terlalu lama), ini mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik [5]. Pentingnya Pemahaman terhadap penggunaan antibiotik yaitu agar masyarakat dapat lebih mematuhi penggunaan antibiotik sesuai dengan kerasionalan penggunaan obat seperti tepat indikasi yaitu resep yang di sarankan dokter perlu diperhatikan, obat yang didapatkan di dasarkan keamanan, kesesuaian dan pertimbangan biaya penggunaan obat yang tepat agar memungkinkan tidak adanya kontraindikasi dan meminimalkan kemungkinan reaksi yang merugikan dan obat dapat diterima dengan mudah, mendapatkan informasi relevan, akurat, penting [6]. Karena belum dilakukannya penelitian tentang pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik tepatnya di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sehingga dari hasil penelitian yang dilakukan akan didapatkan bagaimana tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang penggunaan antibiotik. 2 Metode Penelitian 2.1 Cara Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif atau survey deskriptif secara cross sectional, dimana instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang didalamnya menyangkut pertanyaan tentang pengetahuan dan perilaku terhadap penggunaan antibiotik berdasarkan cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang antibiotik yang akan dibagikan kepada masyarakat sebagai responden. 2.2 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober-Desember 2021 dan untuk tempat penelitian dilaksanakan di Kelurahan DawiDawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. 2.3 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini yaitu masyarakat yang berada di wilayah Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Dengan jumlah populasi pada akhir bulan Februari 2021 sebanyak 9.907 penduduk. Teknik pengumpulan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling dengan menentukan kriteria inklusi yaitu mengetahui antibiotik, pernah menggunakan antibiotik, berusia ≥17 tahun, dan tidak memiliki penyakit kejiwaan. Sedangkan kriteria inklusi yaitu tidak bersedia menjadi responden serta tidak berdomilisi di Kelurahan Dawi-Dawi. 2.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan pada penelitian ini berupa data primer yaitu kuesioner dalam bentuk link google form maupun kertas kuesioner yang pertanyaan dalam kuesioner tersebut didapatkan dari beberapa pertanyaan penelitian sebelumnya tentang penggunaan antibiotik yang telah diuji validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut. 2.5 Analisis Data Untuk menganalisis tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat, setelah didapatkan data 100 responden di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, maka teknik menganalisis data yaitu dilakukan analisa data dengan rumus distribusi frekuensi (Tabel) rumus pada persamaan 1.


Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 369 P(%) = F N x 100% Persamaan 1 Keterangan : P = Persentase F= Frekuensi ( jumlah jawaban benar) N= Seluruh jumlah observasi (Seluruh responden penelitian) Data yang sudah diperoleh dari kuesioner kemudian akan dianalisis dalam bentuk frekuensi deskriptif sederhana dan akan disesuaikan berdasarkan kategori tingkat pengetahuan baik apabila nilainya 76–100%, cukup apabila nilainya 56–75% dan kurang apabila nilainya ≤55%[9]. Serta untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku menggunakan aplikasi SPSS ver 22 dengan rumus spearman untuk melihat hubungan signifikansi dari kedua variabel tersebut serta korelasi antara pengetahuan dan perilaku. Untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan perilaku, maka dapat dianalisis menggunakan SPSS dalam rumus spearman. Menurut Tabel korelasi D.A de vaus dalam penellitan Kurniawati [10] pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut: 0,00 = Tidak ada Hubungan 0,01 – 0,09 = Hubungan kurang Berarti (trival) 0,10 – 0,29 = Hubungan Lemah 0,30 – 0,49 = Hubungan Moderat 0,50 – 0,69 = Hubungan Kuat 0,7 – 0,89 = Hubungan Sangat Kuat > 0,90 = Hubungan Mendekati Sempurna 3 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat di Kelurahan DawiDawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara didapatkan hasil sebanyak 196 respoden yang bersedia mengisi kuesioner yang sesuai dengan kriteria inklusi, dengan profil karakteristik sebagai berikut. Dari tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa responden uji dengan jenis kelamin lakilaki sebanyak 43,9% dan perempuan sebanyak 56,1% responden. Sehingga dapat diketahui bahwa responden uji yang telah mengisi kuesioner yaitu didominasi oleh perempuan. Hal ini dikarenakan wilayah Kelurahan DawiDawi merupakan salah satu daerah yang memiliki perusahaan tambang nikel, sehingga untuk responden laki-laki cenderung sedikit karena pada saat penyebaran kuesioner, untuk mendapatkan responden laki-laki banyak yang sedang bekerja sebagai karyawan tambang, dan menurut teori menyatakan bahwa perempuan cenderung memeilki sifat kepedulian yang lebih tinggi terhadap penyakit khususnya seorang ibu [7]. Tabel 1 Profil Karakteristik Responden Variabel Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Perempuan 110 56.1 Laki-Laki 86 43.9 Total 196 100 Usia 17-24 tahun 49 25 25-34 tahun 50 25.5 35-44 tahun 68 34.7 45-55 tahun 24 12.2 55-65 tahun 5 2.6 Total 196 100 Pendidikan Terakhir SD 3 1.5 SMP 16 8.2 SMA 115 58.7 Sarjana/Diploma 62 31.6 Total 196 100 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 65 33.2 Swasta/Wirausaha 51 26 Pelajar/Pegawai Negeri 58 29.6 Tidak Bekerja 22 11.2 Total 196 100 Usia responden uji pada penelitian ini yaitu memiliki karakteristik untuk usia 17-24 tahun sebanyak 25,0%, usia 25-34 tahun sebanyak 25,5%, usia 35-44 tahun sebanyak 34,7%, usia 45-55 tahun sebanyak 12,2% dan untuk responden uji 55-65 tahun keatas sebanyak 2,6%. Sehingga dapat diketahui bahwa responden uji yang telah mengisi kuesioner yaitu didominasi oleh responden berusia 35-44 tahun dengan persentase 34,7%. Usia yang diambil pada penelitian ini yaitu responden berusia ≥17 tahun, menurut teori pada usia tersebut seseorang telah menginjak masa remaja lanjut, dimana pada fase ini pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis[8]. Pendidikian terakhir pada kuesioner ini yaitu responden uji untuk karakterisitk yang


Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 370 berpendidikan terakhir SD yaitu 1,5%, SMP sebanyak 8,2%, SMA sebanyak 58,7% dan untuk sarjana/diploma sebanyak 31,6%. Sehingga dapat diketahui bahwa responden uji yang telah mengisi kuesioner yaitu didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir SMA dengan persentase 58,7%. Hal ini dikarenakan berdasarkan data demografis responden pencari kerja tamatan di Kelurahann Dawi-Dawi didominasi oleh tamatan SMA/MA yaitu sebanyak 323 penduduk. Responden uji untuk yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 32,2%, Swasta/Wirausaha sebanyak 26,0%, Pelajar/Pegawai Negeri sebanyak 29,6% dan untuk yang tidak bekerja sebanyak 11,2%. Sehingga dapat diketahui bahwa responden uji yang telah mengisi kuesioner yaitu didominasi oleh responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan persentase sebanyak 32,2%. Hal ini dikarenakan pada saat pembagian kuesioner banyak diberikan pada tiap-tiap rumah sehingga banyak yang menerima kuesioner penelitian yaitu ibu rumah tangga. Tabel 2 Profil Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik Pengetahuan Jumlah Persentase Baik 50 25,5% Cukup 84 42,9% Kurang 62 31,6% Total 196 100% Pada tabel 2 didapatkan pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu untuk pengetahuan yang baik sebanyak 25,5%, berpengetahuan cukup baik yaitu 42,9% dan untuk berpengetahuan kurang baik sebanyak 31,6%. Sehingga dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki pengetahuan cukup baik dengan persentase 42,9% terhadap penggunaan antibiotik. Kategori tersebut telah disesuaikan dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan apabila nilainya 76–100%, cukup baik apabila nilainya 56–75% dan kurang baik apabila nilainya ≤55% [9]. Gambar 1 Diagram Profil Tingkat Pengetahuan Terhadap Penggunaan Antibiotik Tabel 3 Profil Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik Perilaku Jumlah Persentase Baik 55 28,0% Cukup 96 49,0% Kurang 45 23,0% Total 196 100% Pada tabel 3 didapatkan perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu untuk perilaku yang baik sebanyak 28,0%, berperilaku cukup baik yaitu 49,0% dan untuk berperilaku kurang baik sebanyak 23,0%. Sehingga untuk perilaku masyarakat di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perilaku yang cukup baik dengan persentase 49,0% terhadap penggunaan antibiotik. Kategori tersebut telah disesuaikan dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan apabila nilainya 76–100%, cukup baik apabila nilainya 56–75% dan kurang baik apabila nilainya ≤55%[9]. 25.5% 42.9% 31.6% 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 Baik Cukup Kurang Persentase Pengetahuan Baik Cukup Kurang


Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 371 Gambar 2 Diagram Profil Tingkat Perilaku Terhadap Penggunaan Antibiotik Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 196 responden uji yang telah mengisi kuesioner pertanyaan tentang pengetahuan masyarakat terhadap pengguanaan antibiotik dimensi DAGUSIBU maka didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4 Profil Pengetahuan DAGUSIBU Terhadap Penggunaan Antibiotik Pengetahuan Masyarakat Jumlah/Persentase Dapatkan Gunakan Simpan Buang orang % orang % orang % orang % Baik 49 25 67 34.2 176 89.8 72 36.7 Cukup 69 35.2 47 24 - - - - Kurang 78 39.8 82 41.8 20 10.2 124 63.3 Total 196 (100%) Jika dilihat dari tabel 4 tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik berdasarkan dimensi DAGUSIBU masyarakat di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki pengetahuan kurang baik untuk dimensi dapatkan yaitu dengan persentase 39,8% dan gunakan obat dengan persentase 41,8%, untuk menyimpan obat antibiotik masuk dalam kategori baik dengan persentase 89,8%, dan untuk dimensi membuang obat antibotik yaitu kurang baik dengan persentase 63,3%. Sehingga dapat dikatakan pengetahuan masyarakat di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara sangat perlu untuk diberikan edukasi ataupun arahan pengetahuan tentang cara penggunaan obat antibiotik yang baik dan benar khususnya dalam mendapatkan, menggunakan dan membuang obat antibiotik, sehingga diharapkan dapat mengurangi kasus terjadinya resistensi antibiotik. 28.0% 49.0% 23.0% 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Baik Cukup Kurang Persentase Perilaku Baik Cukup Kurang


Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 372 Gambar 3 Diagram Profil Tingkat Pengetahuan DAGUSIBU Antibiotik Tabel 5 Profil Perilaku DAGUSIBU Terhadap Penggunaan Antibiotik Perilaku Masyarakat Jumlah/Persentase Dapatkan Gunakan Simpan Buang orang % orang % orang % orang % Baik 46 23.5 63 32.1 129 65.8 40 20.4 Cukup 25 12.8 72 36.7 40 20.4 12 6.1 Kurang 125 63.8 61 31.1 27 13.8 144 73.5 Total 196 (100%) Gambar 4 Diagram Profil Perilaku DAGUSIBU Antibiotik Jika dilihat dari tabel 5 untuk tingkat perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik berdasarkan dimensi DAGUSIBU masyarakat di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perilaku kurang baik untuk dimensi dapatkan yaitu dengan persentase 63,8%, untuk gunakan obat antibiotik memiliki perilaku cukup baik dengan nilai persentase 36,7%, untuk dimensi menyimpan obat antibiotik mauk dalam kategori baik dengan persentase 65,8%, dan untuk dimensi membuang obat antibotik yaitu kurang baik dengan persentase 73,5%. Sehingga 25.0 34.2 89.8 36.7 35.2 24.0 0 0 39.8 41.8 10.2 63.3 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 Dapatkan Gunakan Simpan Buang Persentase Baik Cukup Kurang 23.5 32.1 65.8 20.4 12.8 36.7 20.4 6.1 63.8 31.1 13.8 73.5 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 Dapatkan Gunakan Simpan Buang Persentase Baik Cukup Kurang


Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 373 dapat dikatakan perilaku masyarakat di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara sangat perlu untuk diberikan edukasi ataupun arahan perilaku tentang cara penggunaan obat antibiotik yang baik dan benar khususnya dalam mendapatkan, menggunakan dan membuang obat antibiotik, sehingga diharapkan dapat mengurangi kasus terjadinya resistensi antibiotik. Berdasarkan penelitian untuk 196 responden uji yang telah mengisi kuesioner pertanyaan tentang pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap pengguanaan antibiotik didapatkan hasil hubungan antara pengetahuan dan perilaku menggunakan rumus spearmann sebagai berikut. Tabel 6 Profil Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Terhadap Penggunaan Antibiotik Signifikansi Koefisien Korelasi Arah Korelasi 0,000 0,357 + Pada data yang telah didapatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu untuk signifikan yang didapatkan yaitu 0,000 yang dapat dinyatakan bahwa hubungan antara pengetahuan dan perilaku <0,05 sehingga dapat dinyatakan hubungan antara pengetahuan dan perilaku yaitu signifikan dan untuk koefisien korelasi yaitu 0,357 dimana koefisen korelasi dengan nilai tersebut berada antara 0,30 – 0,49, berdasarkan korelasi D.A de vaus dalam penellitan Kurniawati [10] menjelaskan bahwa hubungan tersebut masuk dalalm kekuatan hubungan yang moderate atau sedang, sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai korelasi antara pengetahuan dan perilaku masyarakat memiliki korelasi atau hubungan yang sedang. Untuk arah korelasi yaitu (+) positif sehingga dapat dinyatakan pengetahuan dan perilaku masyarakat memiliki hubungan yang searah yang dapat diartikan apabila terjadi peningkatan pada pengetahuan maka perilaku akan meningkat. 4 Kesimpulan Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa Profil karakteristik responden uji Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah mengisi kuesioner pada penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan, dengan usia 35-44 tahun, berpendidikan terakhir SMA dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dengan pengetahuan dan perilaku yang cukup baik yaitu dengan nilai persentase 42,9% untuk pengetahun dan 49,0% untuk perilaku. Hubungan antara pengetahuan dan perilaku memiliki hubungan yang bermakna yaitu memiliki signifikansi 0,000 dengan korelasi 0,357 dan memiliki arah krelasi positif (+). 5 Kontribusi Penulis Kontribusi penulis dalam penelitian ini yaitu peneliti utama Devitha Farah Mahdiyah dan peneliti pendamping Hadi Kuncoro dan Dewi Mayasari. 6 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 7 Etik Penelitian Penelitian ini telah mendapatkan hasil layak etik (exempted) dari tim penelaah komisi etik penelitian kesehatan Universitas Mulawarman dengan nomor etik yang telah diterbitkan yaitu No. 87/KEPKFFUNMUL/EC/EXE/12/2021. 8 Daftar Pustaka [1] Banin et.al. 2017. Editorial: Bacterial pathogens, antibiotics and antibiotic resistance. FEMS Microbiology Reviews, fux016, 41, 2017, 450– 452. [2] Klein, Eili Y., dkk.2021. Global Increase And Geographic Convergence In Antibiotic Consumption Between 2000 And 2015. PNAS, vol. 115 , no. 15 [3] WHO. 2015. Antibiotic Resistance: Multi-Country Public Awareness Survey. USA: WHO Press, World Health Organization. [4] Ihsan, Sunandar., Kartina, Akib, Nur Illiyin. 2016. Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep


Analisa Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 374 Di Apotek Komunitas Kota Kendari. Media Farmasi Vol. 13 No. 2 September 2016: 272-284. [5] Arrang, Sherly Tandi., Cokro, Fonny., Sianipar, Erlia Anggrainy.2019. Penggunaan Antibiotika yang Rasional pada Masyarakat Awam di Jakarta Rational Antibiotic Use by Ordinary People in Jakarta. JURNAL MITRA Vol. 3 No. 1 [6] Chauhan, Iti., Yasir, Mohd., Kumari, Madhu., Verma, Madhu. 2018. The pursuit of rational drug use: Understanding factors and interventions. Pharmaspire Apr-Jun 2018. Vol 10 Issue 2:49-54 [7] Ama, Petrus Geroda Beda., Wahyuni Dwi., Kurniawati Yuyun. 2020. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi dalam Memilih Pelayanan Kesehatan pada Mahasiswa Perantau. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 35-42 [8] Diananda, Amita. 2018. Psikologi Remaja dan Permasalahannya. ISTIGHNA, Vol. 1, No 1, Januari 2018 P-ISSN 1979-2824 [9] Pratiwi, Denia .2017. Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi Dan Obat Antihipertensi Golongan Ace-Inhibitor Dan Diuretik. JOPS-VOLUME I-DEC 2017 [10] Kurniawati, Laili Hani. 2019. Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Perilaku Penggunaan Antibiotik (Studi Kasus pada Konsumen Apotek-apotek di KecamataGlagah Kabupaten Lamongan). Skripsi. Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2019.


14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 354 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Formulasi Sediaan Blush on Cream dengan Pewarna Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdarifa) Formulation of Blush on Cream Preparations with Rosella Flower Petals Extract Colorant (Hibiscus sabdarifa) Dwi Agustina, Rolan Rusli*, Wisnu Cahyo Prabowo Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia *Email korespondensi: [email protected] Abstrak Blush on atau perona pipi merupakan kosmetik dekoratif pemberi warna merah pada pipi sehingga wajah tampak terlihat lebih cantik, segar dan berdimensi. Saat ini banyak sediaan perona pipi (blush) yang menggunakan pewarna yang berbahaya. Oleh sebab itu, dibuatlah perona pipi dengan menggunakan pewarna alami dari ekstrak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) yang mengandung pigmen antosianin sebagai alternatif pewarna yang lebih aman. Formula blush on cream dibuat menggunakan ekstrak etanol bunga Rosella dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%, diperoleh warna yang dihasilkan berturut-turut merah muda pucat, merah muda dan merah muda keunguan. Hasil yang diperoleh berdasarkan parameter uji organoleptis, homogenitas, daya sebar, pH dan viskositas menunjukkan bahwa ketiga formula masuk kedalam rentang nilai yang di persyaratkan. Kata Kunci: Antosianin, Perona Pipi, Rosella Abstract Blush is a type of decorative cosmetic used to give red color in the cheeks area so that the face looks prettier, fresh and dimensional. Currently there are many blush on in the market that contain hazardous chemicals. Then a blush on made from Rosella flower extract (Hibiscus sabdariffa) containing anthocyanin pigments uses as a safer dye alternative. This blush on cream formula made using Rosella flower extract with concentrations of 1%, 3%, and 5% with the resulting color of pale pink, pink and purplish pink. Evaluations test undertaken include organoleptic test, homogeneity test, spreadability test, pH test, viscosity test and stability test. The results obtained based on organoleptic Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences


Formulasi Sediaan Blush on Cream dengan Pewarna Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdarifa) 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 355 test, homogeneity test, spreadability test, pH test, viscosity test shows that all three formulas entered into the required range of values. Keywords: Anthocyanins, Blush on cream, Hibiscus sabdariffa DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v14i1.602 1 Pendahuluan Blush on atau pemerah pipi merupakan kosmetik yang digunakan untuk memberi warna merah (blush) pada pipi sehingga penampilan dari si pengguna menjadi nampak lebih sehat, segar dan berdimensi. Banyaknya penggunaan kosmetik ini, menyebabkan banyak kosmetik yang mengandung pewarna sintesis yang berbahaya bagi tubuh beredar dipasaran [1]. Berdasarkan laporan BPOM No.BHM.01.01.1.44.11.18.5410 pada tahun 2018 BPOM RI menemukan enam jenis kosmetik yang mengandung bahan dilarang (BD) / bahan berbahaya (BB) yakni bahan pewarna merah K3 yang banyak disalahgunakan pada produk lipstik dan produk dekoratif lainnya seperti pemulas mata dan perona pipi. Zat pewarna ini bersifat karsinogenik [2]. Karena banyaknya penggunaan pewarna berbahaya ini, menjadikan pewarna alami dari bahan alam sebagai alternatif pewarna yang lebih aman dalam kosmetik. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pewarna alami yakni Rosella (Hibiscus sabdariffa). Rosella merupakan tanaman herba tahunan yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa senyawa aktif pada kelopak bunga rosella yakni alkaloid, flavonoid, polifenol, fenol, hidroquinon, steroid, triterpenoid, tanin dan saponin. Selain itu, rosella juga memiliki kandungan antosianin yang dapat memberikan pigmen warna merah, ungu dan biru [3]. Dari pemaparan diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yakni berapakah hasil rendemen pada ekstrak etanol kelopak bunga rosella dan formula terbaik yang dapat menghasilkan sediaan blush on cream ekstrak etanol kelopak bunga rosella yang memenuhi persyaratan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil persentase rendemen pada ekstrak etanol kelopak bunga rosella dan mengetahui formula terbaik yang dapat menghasilkan sediaan blush on cream yang memenuhi persyaratan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan inovasi baru dalam pengolahan ekstrak etanol kelopak bunga rosella sebagai pewarna alami sediaan blush on cream dan dapat memberikan informasi berupa data-data ilmiah mengenai blush on cream. 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples kaca, rotary evaporator, timbangan analitik, spatel logam, batang pengaduk, kaca arloji, mortir dan stamper, gelas ukur, cawan porselin, hotplate, pH meter, viskometer rhyosis, plat kaca, dan gelas kimia. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%, beeswax, isopropil miristat, span 80, propil paraben, tween 80, metil paraben, gliserin, propilenglikol, butylated hydroxy toluene (BHT), titanium dioksida, aquadest, HCl dan NaOH. 2.2 Ekstraksi Sampel kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) diperoleh dari Kec. Samboja Kab. Kutai kartanegara. Kelopak bunga rosella di ambil sebanyak 2 kg kemudian dicuci, lalu disortasi basah dan dipisahkan dari bijinya. Kelopak bunga rosella yang sudah diperoleh kemudian di keringkan.


Formulasi Sediaan Blush on Cream dengan Pewarna Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdarifa) 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 356 Simplisia kelopak bunga rosella yang diperoleh kemudian di maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Maserasi dilakukan selama 24 jam, kemudian sampel disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 60°C hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian ekstrak kental tersebut dipindahkan kedalam mangkok dan dianginanginkan hingga ekstrak kering. 2.3 Formulasi sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella Beberapa formula sedian blush on cream ekstrak kelopak bunga rosela disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Formula Blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella Bahan Formula (%) F1 F2 F3 Ekstrak kelopak bunga rosella 1 3 5 Beeswax 15 15 15 Isopropil miristat 1 1 1 Span 80 1,7 1,7 1,7 Propil paraben 0,02 0,02 0,02 Propilenglikol 15 15 15 Metil paraben 0,18 0,18 0,18 Tween 80 4,3 4,3 4,3 Gliserin 15 15 15 Titanium dioksida 0,5 0,5 0,5 BHT 0,1 0,1 0,1 Aquadest q.s q.s q.s Keterangan : F1 : Formulasi sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella 1% F2 : Formulasi sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella 3% F3 : Formulasi sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella 5% 2.4 Pembuatan sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella Pembuatan sediaan blush on cream dengan beberapa seri konsentrasi yakni 1%, 3% dan 5% dilakukan dengan meleburkan fase minyak dan fase air hingga suhu 70°C. Setelah melebur, digerus fase minyak dalam mortir yang telah dipanaskan terlebih dahulu, lalu ditambahkan fase air sedikit demi sedikit hingga membentuk krim. Setelah terbentuk krim ditambahkan BHT dan titanium dioksida, lalu di gerus kembali hingga homogen. Setelah didapatkan krim yang homogen ditambahkan ekstrak kental kelopak bunga rosella sesuai dengan seri konsentrasi dan digerus kembali hingga homogen, lalu pindahkan kedalam pot krim. 2.5 Evaluasi sediaan blush on cream 2.5.1 Uji organoleptis Uji organoleptis sediaan dilakukan dengan mengamati secara visual untuk mendeskripsikan konsistensi, warna dan aroma sediaan [4]. 2.5.2 Uji homogenitas Uji homogenitas ini dilakukan secara visual dengan mengoleskan sediaaan pada kaca objek lalu diamati secara visual apakah ada butiran kasar pada sediaan [4]. 2.5.3 Uji daya sebar Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan dalam menyebar dikulit. Uji daya sebar ini dilakukan dengan cara meletakkan 0,5 gram sediaan diatas kaca berukuran 13×25 cm yang dibawahnya telah dilapisi dengan milimeter blok, selanjutnya sediaan dilapisi kaca kembali dan diberi beban hingga 200 gram dan dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu, diukur panjang penyebaran sediaan [4]. 2.5.4 Uji pH Uji pH ini dilakukan untuk mengetahui keamanan sediaan blush on cream jika digunakan pada daerah pipi. Uji pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter dengan cara dilarutkan terlebih dahulu sediaan dengan menggunakan aquadest, lalu dicelupkan elektroda kedalam larutan tersebut. Tunggu hingga alat memberikan pH sampai konstan selama 1 menit [4]. 2.5.5 Uji viskositas Uji viskositas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan blush on cream. Uji viskositas ini menggunakan alat viskometer Rheosys Merlin VR dengan menggunakan spindle plate and cone 5/30 mm pada rpm 2 selama 2 menit [4] 3 Hasil dan Pembahasan Rendemen ekstrak pada penelitian ini diperoleh melalui proses ekstraksi dengan


Formulasi Sediaan Blush on Cream dengan Pewarna Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdarifa) 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 357 menggunakan metode maserasi. Simplisia kelopak bunga rosella dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator lalu didapatkan hasil rendemen sebesar 28,14 %. Tabel 2. Evaluasi sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella Parameter Uji Formula F1 F2 F3 Organoleptis Warna Merah muda pucat Merah muda Merah muda keunguan Aroma Khas lilin Khas lilin Khas lilin Konsistensi Semi-Padat Semi-Padat Semi-Padat Homogenitas Homogen Homogen Homogen Daya sebar 6,566 ± 0,104 6,516 ± 0,057 6,7 ± 0,132 Viskositas 13,406 ± 1,243 12,719 ± 1,894 12,264 ± 0,883 pH 6,73 ± 0,115 5,266 ± 0,208 4,6 ± 0,1 Keterangan : Data daya sebar, viskositas, dan pH yang tercantum adalah nilai mean ± SD Hasil evaluasi sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella seperti pengujian organoleptik, homogenitas, daya sebar, viskositas dan pH disajikan pada Tabel 2. Hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%, diperoleh warna yang dihasilkan berturut-turut merah muda pucat, merah muda dan merah muda keunguan, sediaan beraroma khas lilin dan memiliki konsistensi semi-padat. Perbedaan warna pada masing-masing konsentrasi dikarenakan semakin bertambahnya konsentrasi ekstrak maka akan bertambah pekat warna yang dihasilkan. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella tidak memperlihatkan adanya butiran kasar saat dioleskan pada kaca objek. Hasil uji daya sebar menunjukkan bahwa sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella memenuhi rentang syarat daya sebar krim yakni antara 4 – 7 cm. Hasil uji pH menunjukkan bahwa sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella memiliki pH berturut-turut 6,7 ; 5,2 dan 4,6, basis memiliki pH 6,9 yang masih masuk dalam rentang pH fisiologis kulit wajah yakni 4,5 – 7. Penurunan nilai pH pada sediaan blush on cream menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka makin asam pH sediaan yang dihasilkan, hal tersebut dikarenakan sifat ekstrak yang asam. Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan blush on cream yang dibuat. Hasil uji viskositas menunjukkan bahwa sediaan blush on cream ekstrak kelopak bunga rosella memiliki nilai viskositas yang masih masuk dalam rentang sediaan yakni 2 – 50 Pa.s. 4 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh rendemen ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi kelopak bunga rosella dengan pelarut etanol sebesar 28,13692 %. Blush on cream dengan pewarna ekstrak kelopak bunga rosella sebanyak 1%, 3%, dan 5% memenuhi syarat evaluasi uji organoleptik, homogenitas, daya sebar, pH dan viskositas 5 Kontribusi Penulis DA: Melakukan pengumpulan data, pustaka serta menyiapkan draft manuskrip, sedangkan WCP dan RR : Pengarah, Pembimbing, serta penyelaras akhir manuskrip. 6 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 7 Daftar Pustaka [1] E. Yulia and N. S. S. Ambarwati, Dasar-Dasar Kosmetika Untuk Tata Rias. 2015. [2] BPOM, “141118_LampiranPublicWarning.pdf.” 2018, [Online]. Available: https://www.pom.go.id/new/admin/dat/201 81114/141118_LampiranPublicWarning.pdf. [3] E. Nurnasari and A. D. Khuluq, “Potensi Diversifikasi Rosela Herbal (Hibiscus sabdariffa


Formulasi Sediaan Blush on Cream dengan Pewarna Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdarifa) 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 358 L.) untuk Pangan dan Kesehatan,” Bul. Tanam. Tembakau, Serat Miny. Ind., 2018, doi: 10.21082/btsm.v9n2.2017.82-92. [4] N. M. Handayani, L. Meylina, and A. C. Narsa, “Formulasi Sediaan Blush Cream dari Ekstrak Biji Kesumba Keling (Bixa orellana (L.)) sebagai Pewarna Alami Kosmetik,” Proceeding Mulawarman Pharm. Conf., 2019, doi: 10.25026/mpc.v10i1.376.


14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 359 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Formulasi Sediaan Gel Totol Jerawat Berbahan Aktif Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes Acne Spot Gel Formulation with Active Ingredients Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) Peel Extract Against Staphylococcus aureus and Propionibacterium acnes Absharina Qisthi Azhari, Dewi Mayasari, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia *Email korespondensi: [email protected] Abstrak Kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) berpotensi sebagai antibakteri yang dapat diformulasi sebagai sediaan gel totol jerawat. Gel totol jerawat berbahan aktif ekstrak kulit buah naga dievaluasi meliputi olganoleptik, homogenitas, pH, daya sebar dan viskositas serta aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gel totol jerawat ekstrak kulit buah naga stabil secara fisik dan memiliki zona hambat terhadap bakteri P. acnes sebesar 23,855 mm (F1) dan 23,671 mm (F2) serta terhadap bakteri S. aureus sebesar 22,127 mm (F1) dan 23,410 mm (F2). Kata Kunci: Kulit Buah Naga, Gel Totol Jerawat, Antibakteri Abstract Dragon fruit peel(Hylocereus polyrhizus) has the potential as an antibacterial which can be formulated as an acne spot. Acne spot gel with active ingredients of dragon fruit peel extract was evaluated including olganoleptic, homogeneity, pH, dispersibility and viscosity as well as antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Propionibacterium acnes. The results obtained showed that the acne spot gel dragon fruit peel extract was physically stable and had inhibition zones against P. acnes bacteria of 23.855 mm (F1) and 23.671 mm (F2) and against S. aureus bacteria of 22.127 mm (F1) and 23.410. mm (F2). Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences


Formulasi Sediaan Gel Totol Jerawat Berbahan Aktif Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 360 Keywords: Dragon Fruit peel, Acne Spot Gel, Antibacterial DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v14i1.603 1 Pendahuluan Pada umumnya orang menginginkan kulit yang bersih, halus dan tanpa adanya kelainan apapun, namun saat ini bentuk permasalahan kulit bermacam-macam. Salah satunya adalah jerawat. Jerawat terbentuk karena adanya penyumbatan pada pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pastul dan bopeng (scar) pada wajah, leher, lengan atas, dada dan punggung. Peradangan pada jerawat disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus [1]. Limbah kulit buah naga berpotensi cukup besar di Kalimantan Timur tepatnya di kota Samboja yaitu sebesar 126.000 ton/tahun yang belum dimanfaatkan secara optimal. Banyak yang tidak menyadari bahwa kulit buah naga yang dianggap sampah atau limbah padat ini diduga memiliki kandungan senyawa kimia yang bermanfaat sebagai agen antibakteri karena mengandung alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin, fenolik, karoten, kobalamin, pirodiksin dan fitoalbumin [2]. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengembangan untuk memanfaatkan potensi dari limbah kulit buah naga dalam bidang farmasi, salah satunya dalam bentuk sediaan Gel. Gel adalah sediaan semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan [3]. Gel totol jerawat adalah gel yang digunakan untuk mengatasi masalah jerawat dengan cara menotolkan gel pada area jerawat. 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Autoclave, batang pengaduk, blender, bunsen, cawan petri, corong kaca, dehydrator, gelas kimia, hot plate dan magnetic stirrer, inkubatator, jarum ose, kertas saring, erlenmeyer, jangka sorong, LAF (Laminar Air Flow), mortir dan stamper, pH meter, plat kaca, Rotary evaporator, sendok tanduk, sentrifuge, spatel, tabung reaksi dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aquades, biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes, carbopol 940, medium NA, metil paraben, NaCl 0,9%, propilen glikol dan trietanolamin. 2.2 Penyiapan dan Pembuatan Simplisia Kulit Buah Naga Proses diawali dengan pengumpulan kulit buah naga. Sampel yang dikumpulkan lalu disortasi basah lalu dicuci dengan air mengalir dan diiris tipis. Kemudian sampel basah tersebut dihancurkan dengan blender selama 5 menit. 2.3 Ekstraksi Kulit Buah Naga Sampel basah kulit buah naga sebanyak 100 gram diektraksi dengan menggunakan metode maserasi, yaitu dengan merendam seluruh bagian sampel dengan pelarut etanol 70% sebanyak 300 ml lalu diaduk dengan menggunakan stirer selama 30 menit. Ekstrak yang diperoleh disaring untuk memisahkan padatan dan ekstrak kulit buah Naga. Proses ekstraksi dilakukan dengan satu kali pengulangan. Selanjutnya ekstrak kulit buah Naga di centrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm sehingga terpisah endapan


Formulasi Sediaan Gel Totol Jerawat Berbahan Aktif Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 361 dan supernatan. Supernatan yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kulit buah naga berwarna merah tua. Selanjutnya sisa pelarut dikeringkan didalam dehydrator hingga kering. 2.4 Formulasi Gel Pembuatan sediaan gel diawali dengan penimbangan bahan yang akan digunakan (Tabel 1) yaitu Carbopol, Metil paraben, Propilen glikol, TEA dan disiapkan aquades. Gel dibuat dengan cara dikembangkan basis gel carbopol dengan menggunakan aquades hangat dalam mortir lalu dicampurkan TEA ke dalam basis yang sudah dikembangkan lalu dihomogenkan. Kemudian, larutkan metil paraben dengan propilen glikol, lalu dimasukkan ke dalam mortir, aduk hingga homogen. Selanjutnya, masukkan ekstrak ke dalam basis gel dan aduk hingga homogen. Setelah itu ditambahkan dengan ekstrak kulit buah naga. Tabel 1. Formula Gel Totol Jerawat Ekstrak Kulit Buah Naga Bahan Formula Formual 1 (%) Formula 2 (%) Ekstrak kulit buah naga 2,5 5 Carbopol 940 1 1 TEA 3 3 Propilen glikol 15 15 Metil Paraben 0,2 0,2 Aquades ad 100 ad 100 2.5 Evaluasi Gel Evaluasi formula meliputi evaluasi fisik, kimia dan mikrobiologi. Evaluasi fisik meliputi pemeriksaan organoleptik, daya sebar, viskositas dan sineresis. Evaluasi kimia meliputi penentuan pH. Evaluasi mikrobiologi meliputi penentuan efektivitas antibakteri sediaan gel ekstrak kulit buah naga merah terhadap bakteri P. acnes dan bakteri S. aureus. 2.5.1 Organoleptik Pemeriksaan organoleptik gel ekstrak kulit buah naga merah dilakukan dengan menilai perubahan warna, bentuk dan bau. Selain itu, juga dilakukan pengujian homogenitas sediaan dengan cara mengoleskan sediaan pada kaca objek, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butirbutir yang kasar [1]. 2.5.2 Daya Sebar Sampel gel sebanyak 0,5 g diletakkan di pusat antara dua plat kaca ukuran 20×20 cm, dimana kaca arloji sebelah atas dibebani dengan meletakkan anak timbangan sehingga mencapai bobot 200 g. pengukuran dilakukan hingga diameter penyebaran gel konstan [1]. 2.5.3 Uji Sineresis Sineresis yang terjadi selama penyimpanan diamati dengan menyimpan gel pada suhu ±10°C selama 24, 48 dan 72 jam. Masing-masing gel ditempatkan pada cawan untuk menampung air yang dibebaskan dari dalam gel selama penyimpanan. Sineresis dihitung dengan mengukur kehilangan berat selama penyimpanan disbandingkan dengan berat awal gel [4]. 2.5.4 Uji Viskositas Sebanyak 1 gram sediaan gel dengan menggunakan viscometer rheosys merlin dengan kecepatan 20 rpm (putaran per menit) kemudian dicatat hasilnya [5]. 2.5.5 pH Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat pH meter dicelupkan secara langsung kedalam sampel gel yabg telah diencerkan. Setelah tercelup sempurna, skala akan bergerak acak tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah. 2.5.6 Uji Antibakteri Gel Pengujian ini dilakukan dengan metode difusi sumuran dilakukan dengan memasukan medium NA cair steril 10 ml ke dalam cawan petri lalu dihomogenkan ad memadat. Ditambahkan suspensi bakteri yang telah dibuat dibiarkan ad memadat lalu dituangkan lagi 7 ml NA sebagai lapisan kedua dan ditanam 4 pencadang baja dan diberi jarak sesuai dengan pola yang telah dibuat pada masing-masing konsentrasi setelah itu diangkat baja pencadang. Sehingga terbentuk sumur-sumur


Formulasi Sediaan Gel Totol Jerawat Berbahan Aktif Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 362 yang akan digunakan dalam uji bakteri. Selanjutnya pembuatan larutan uji dengan mengambil gel kulit buah naga dengan konsentrasi 2,5%, 5%, basis gel carbopol (kontrol negatif) dan gel klindamisin (kontrol positif) sebanyak 2 gram dan masing-masing dilarutkan dengan 2 ml aquades. Kemudian dilakukan pengujian aktivitas antibakteri yaitu dilakukan dengan mengambil larutan uji sebanyak 50 µl dan dipipet pada masing-masing larutan sumuran. Lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35±2°C selama 24 jam. Kemudian diukur zona hambat secara horizontal vertikal dan diagonal hasil yang didapat kemudian dikurangi dengan diameter sumuran. 3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi stabilitas fisik sediaan dapat dilakukan dengan cara menyimpan sediaan pada suhu kamar selama satu bulan. Pada minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga dan minggu keempat dilakukan evaluasi organoleptis (Tabel 2), pH, homogenitas, daya sebar, viskositas sediaan dan pengujian sineresis. 3.1 Uji Organoleptis Tabel 2. Hasil Uji Organoleptis Pengujian Formula 1 Formula 2 Minggu 1 Bentuk Semisolid (gel) Semisolid (gel) Bau Bau khas ekstrak Bau khas ekstrak Warna Coklat muda Coklat tua agak terang Minggu 2 Bentuk Semisolid (gel) Semisolid (gel) Bau Bau khas ekstrak Bau khas ekstrak Warna Coklat muda Coklat tua agak terang Minggu 3 Bentuk Semisolid (gel) Semisolid (gel) Bau Bau khas ekstrak Bau khas ekstrak Warna Coklat gelap Coklat gelap Minggu 4 Bentuk Semisolid (gel) Semisolid (gel) Bau Bau khas ekstrak Bau khas ekstrak Warna Coklat gelap Coklat gelap Keterangan : Formula 1 = Konsentrasi gel kulit buah naga 2,5% Formula 2 = Konsentrasi gel kulit buah naga 5% Perbedaan variasi ekstrak kulit buah naga merah tidak berpengaruh terhadap bau, namun berpengaruh terhadap bentuk sediaan yang semakin encer atau tidak kental jika variasi ekstrak kulit buah naga merah yang digunakan semakin besar. Warna sediaan akan semakin gelap jika variasi ekstrak kulit buah naga merah yang digunakan semakin besar. Pada evaluasi sediaan tiap minggunya didapatkan hasil bentuk sediaan gel yang agak berubah warna menjadi kecoklatan. Hal ini dikarenakan suhu dan penyimpanannya. 3.2 Uji Homogenitas Homogenitas merupakan faktor penting karena berpengaruh terhadap distribusi obat. sediaan gel dikatakan homogen apabila terdapat persamaan warna dan tidak adanya partikel atau butir-butir yang kasar [6]. Hasil dari uji homogenitas yang dilakukan pada semua formula menunjukkan bahwa terdapat persamaan warna dan tidak ada partikel, sehingga dapat dikatakan sediaan gel ekstrak kulit buah naga merah ini homogen. Sifat gel yang stabil dapat dipengaruhi oleh penggunaan karbopol sebagai basis, dimana fungsi basis ini selain sebagai pembawa ekstrak juga sebagai pengemulsi dan penstabil sediaan. Bahan lain yang mendukung pembentukan organoleptis gel yang baik adalah trietanolamin (TEA) yang berfungsi sebagai emulgator dan memberikan konsistensi yang baik pada karbopol dan membentuk basis karbopol yang lebih kental dan bening serta sebagai pemberi basa. Propilenglikol berfungsi sebagai pelarut dan penstabil sediaan gel dan berfungsi sebagai humektan atau pelembab kulit. Hasil pengujian homogenitas sediaan juga menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat bersifat homogen, hal ini terlihat dari pengujian tidak terlihat adanya butiran yang menggumpal. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel ekstrak kulit buah naga merah memiliki sifat fisik yang stabil. 3.3 Uji Daya Sebar Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui penyebaran gel setelah dioleh diatas permukaan kulit. Uji daya sebar dilakukan dengan penambahan beban 200 g. Syarat uji daya sebar sediaan gel yaitu dengan diameter 5-7 cm [6]. Hasil pengamatan daya sebar memperlihatkan sediaan mengalami pelebaran daya sebar. Daya sebar yang didapat berkisar antara 5-6 cm (Tabel 3), nilai daya sebar yang baik antara 5-7 cm [6]. Hasil pengujian formula 1 dan formula 2 memasuki


Formulasi Sediaan Gel Totol Jerawat Berbahan Aktif Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 363 rentang dari minggu ke-1 hingga minggu ke-4. Perbedaan daya sebar ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi penyimpanan dan suhu. Tabel 3. Hasil Uji Daya Sebar Daya Sebar (cm) Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Formula 1 Replikasi 1 5,2 5,5 5,3 5 Replikasi 2 6 5,4 5 5,2 Replikasi 3 5,4 5,6 5,2 5,3 Rata-rata 5,33 5,5 5,16 5,16 Formula 2 Replikasi 1 5,4 5,8 5,8 5,7 Replikasi 2 5,3 5,9 5,6 5,6 Replikasi 3 5,8 5,9 6 5,5 Rata-rata 5,5 5,86 5,8 5,6 Keterangan : Formula 1 = Konsentrasi gel kulit buah naga 2,5% Formula 2 = Konsentrasi gel kulit buah naga 5% 3.4 Uji Sineresis Sineresis adalah peristiwa keluarnya air dari dalam gel dimana gel mengkerut sehingga cenderung memeras air keluar dari dalam sel, akibatnya gel nampak lebih kecil dan padat [5]. Angka sineresis yang tinggi menunjukkan gel tidak stabil secara fisik terhadap masa penyimpanan pada suhu ±10 °C selama 24, 48, dan 72 jam. Hasil pengamatan menunjukkan gel totol jerawat ekstrak kulit buah naga merah konsentrasi 2,5% memiliki angka sineresis paling tinggi (29,5%) pada jam ke- 72 (Tabel 4) artinya air yang keluar dari dalam gel ekstrak kulit buah naga merah konsentrasi 2,5% adalah paling banyak dibandingkan gel dengan konsentrasi 5% sehingga paling tidak stabil secara fisik. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sineresis antara lain keasaman dan daya ikat air [5]. Tabel 4. Hasil Uji Sineresis Jam keKonsentrasi (%) 2.5 5 24 11 8.9 48 23 19.7 72 29.5 24.6 3.5 Uji Viskositas Pengujian viskositas bertujuan untuk mengetahui konsistensi sediaan. Semakin tinggi nilai konsistensinya semakin susah obat dioleskan pada kulit, semakin rendah nilai viskositasnya makin mudah obat digunakan [6]. Hasil uji viskositas yaitu 278-4.028,4 cps (Tabel 5). Hasil tersebut sesuai dengan syarat uji viskositas gel yaitu 2.000-50.000 cps, meskipun agak sedikit menyimpang tetapi masih dapat diterima. Tabel 5. Hasil Uji Viskositas Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Formula 1 (cps) Replikasi 1 934,2 2029,6 2190,9 3394,2 Replikasi 2 278 2188,3 1642,8 2743,8 Replikasi 3 469,8 4028,4 3225,2 2944,6 Rata-rata 560,667 2748,767 2352,967 3027,533 Formula 2 (cps) Replikasi 1 1045,9 1172,2 2279,9 1914,5 Replikasi 2 2118 1535,4 1854,6 2778 Replikasi 3 1702,7 1160,6 1723 2280,4 Rata-rata 540,564 1289,4 1952,5 2324,3 Keterangan : Formula 1 = Konsentrasi gel kulit buah naga 2,5% Formula 2 = Konsentrasi gel kulit buah naga 5% 3.6 Uji pH Uji pH dilakukan untuk mengetahui berapa besar pH yang dimiliki oleh sediaan gel ekstrak kulit buah naga merah. Hasil pengujian pH yang didapat yaitu rentang antara 6,05-7,01. Nilai pH diperoleh dari pencampuran komposisi bahan yang digunakan, dimana karbopol yang berada pada rentang pH2,5-4,0, metil paraben yang berada pada rentang pH 4-8, aquades steril yang memiliki pH 7 dan yang paling penting adalah TEA berada pada pH 10,5 yang dapat mempertahankan keadaan netral pada sediaan gel, sehingga dapat dipastikan bahwa gel yang dihasilkan memiliki rentang pH yang tergolong mendekati pH netral. Nilai pH yang diperoleh masih berada dalam rentang pH sediaan yang dapat diterima kulit, yakni antara 6-8 [1]. Jika sediaan gel terlalu asam akan menyebabkan kulit teriritasi, sedangkan jika terlalu basa akan menyebabkan kulit menjadi kering.


Formulasi Sediaan Gel Totol Jerawat Berbahan Aktif Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 364 3.7 Uji Antibakteri Gel Tabel 6. Hasil Diameter Zona Hambat Perlakuan Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm) terhadap bakteri Propionibacterium acnes Staphylococcus aureus Kontrol Negatif 0 0 Kontrol Positif 20,449 30,272 Gel Ekstrak 2,5% 23,855 22,127 Gel Ekstrak 5% 23,671 23,410 Uji aktivitas antibakteri ditentukan berdasarkan besarnya pelepasan zat aktif dengan mengukur diameter zona jernih (zona hambat) pada daerah pencadang. Pada penelitian ini digunakan 4 perlakuan, konsentrasi ekstrak 2,5% dan 5%, Karbopol sebagai kontrol negatif dan gel klindamisin sebagai kontrol positif (Tabel 6). Tujuan dari variasi konsentrasi tersebut untuk membandingkan aktivitas dari setiap konsentrasi yang bersifat antibakteri terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Setiap kelompok perlakuan diuji sebanyak tiga kali. Tujuan pengulangan ini yaitu menghasilkan data yang konsisten dan hasil yang diperoleh bukan karena faktor peluang melainkan karena pengaruh dari perlakuan. Gel dengan konsentrasi ekstrak 2,5% menghasilkan diameter hambat 23,855 mm terhadap bakteri P. acnes dan 22,127 mm terhadap bakteri S. aureus. Gel dengan konsentrasi ekstrak 5% menghasilkan diameter hambat 23,671 mm terhadap bakteri P. acnes dan 23,410 mm terhadap bakteri S. aureus. Kontrol positif menghasilkan diameter hambat 20,449 mm terhadap bakteri P. acnes dan 30,272 mm terhadap bakteri S. aureus dan kontrol negatif tidak menghasilkan diameter hambat. Hal ini membuktikan bahwa aktivitas antibakteri tidak dipengaruhi oleh basis gel yang digunakan, sehingga aktivitas antibakteri yang dilakukan merupakan potensi yang dimiliki oleh ekstrak kulit buah naga merah. Zona hambat di sekitar sumuran disebabkan oleh adanya zat aktif dari ekstrak kulit buah naga merah yaitu senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid. Senyawa alkaloid berperan sebagai antibakteri karena memiliki kemampuan bekerja dengan cara menggangu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri yaitu membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membrane sel bakteri yang diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Mekanisme kerja senyawa terpenoid sebagai antibakteri diduga melibatkan kerusakan membran oleh senyawa lipofilik. Terpenoid dapat bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat dan merusak porin, serta mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri. Akibatnya sel bakter kehilangan nutrisi dan pertumbuhannya akan terhambat atau mati [7]. Aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kandungan senyawa antibakteri, konsentrasi ekstrak dan jenis bakteri yang dihambat. Berdasarkan penelitian ini, semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi pula daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri 4 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh formula gel totol jerawat yang memenuhi karakteristik fisika dan kimia yang baik dan stabil dalam penyimpanan dan sediaan gel totol jerawat ekstrak kulit buah naga berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat. Hasil rata-rata zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium acnes yang di dapat adalah pada konsentrasi 2,5% yaitu 23,855±1,951 mm (sangat kuat) dan pada konsentrasi 5% yaitu 23,671±2,148 mm (sangat kuat). Sedangkan pada bakteri Staphylococcus aureus hasil rata-rata zona hambat yang didapat pada konsentrasi 2,5% yaitu 22,127±0,776 mm (sangat kuat) dan pada konsentrasi 5% yaitu 23,410±1,515 mm (sangat kuat). 5 Kontribusi Penulis AQA: Melakukan pengumpulan data, pustaka serta menyiapkan draft manuskrip,


Formulasi Sediaan Gel Totol Jerawat Berbahan Aktif Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes 14 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2021. e-ISSN: 2614-4778 10-12 Desember 2021 365 sedangkan DM dan RR : Pengarah, Pembimbing, serta penyelaras akhir manuskrip. 6 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 7 Daftar Pustaka [1] Fissy, Syf. Octy Novy., Rafika Sari., dan Liza Pratiwi. 2014. Efektivitas Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) Terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 12 No. 2. [2] Sampepana, Eldha., Krishna Purnawan Candra., dan Laode Rijai. 2019. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Sebagai Aktivitas Antibakteri Terhadap Salmonella thypi. Jurnal Prosding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Hasil Perkebunan. [3] Setiawan, Fajar., Lusi Nurdianti. 2019. Uji Stabilitas Gel Anti Jerawat Ekstrak Daun Kersen (Muntingiacalabura L.). Journal of Pharmacopolium. Vol. 2 No. 1. [4] Kuncari, Emma Sri., Iskandarsyah., dam Praptiwi. 2014. Evaluasi, Uji Stabilitas dan Sineresis Sediaan Gel Yang Mengandung Minoksidil, Apigenin dan Perasan Herba Seledri (Apium graveolens L.). Bul. Penelitian Kesehatan. Vol. 42 No. 4 [5] Rianti, Dian Ratna., Yunita, Erma., Pratiwi, Agitha Dianing., Nur’aini, Nanda Syta., Susilowati, Agustina. 2019. Uji Stabilitas Gel Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.). AKFARINDO. Vol. 4 No. 2. [6] Febrianto, Yahya., Julia Mia Alvyani. 2020. Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Dengan Variasi Carbopol Dan CMC Na Sebagai Gelling Agent. SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan Vol. 10. No. 2 [7] Amalia, Alfi., Irma Sari., dan Risa Nursanty. 2017. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Prosiding Seminar Nasional Biotik.


Click to View FlipBook Version