Abu Ishak, dan ia pun tidak meriwayatkan sendirian, akan tetapi
dikuatkan oleh Zuhair pada riwayat Abu Daud dan dikeluarkan pula
oleh Al Baihaqi dengan sanad-sanad yang shahih sebagaimana yang
Anda ketahui.
PtUcapannya, yb, ,P'nJlr ,av,:tt q yrt ir'l:i tLiii (Ini
pendapat lebih dad satu orang ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi
SAW dst.), bahkan ddak ada ulama yang berbeda pendapat
mengenai hal ini, sebagaimana yang t€lah dinyatakan oleh lbnu Al
Arabi.
ir' JAl,ai; (fu r ul :E E'.?\i
E0. Bab: Apabila Dua Kemaluen Bertemu, Meka Wajib
Mandi
,# i.*1's:L ,#t u.!f;1 ;; l$:t- -\ .A
,'Uku!,,itJs;;;t*t6,iy.Jh*.,i,",.,idi t;+i ,*t'1*,,o*ry,rf
,ls7t;'r\t;
iu*ir jj; tiy
.d: Liotr.'.*:r+; hr
y.etrj ,r-p i r!, .,:t', ,;;:; ,r: ,$t *ij :Ju
'Fy
108. Abu Musa Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan
kepada karni, Al Walid bin Muslim menceritakan kepada kami, dari
Al Auza'i, dari AMunatrman bin Al Qasim, dari ayatrnya, dari
Aisyah, ia berkata, "Apabila kemaluan bertemu dengan kemaluan,
@ syrrah sunan Tirmidzi
maka wajiblah mandi. Aku dan Rasulullah SAW pernatr
melakukannya, lalu kami pun mandi."
Ia berkata, "Mengenai masalatr ini ada (uga riwayat lain) dari
Abu Hurairatr, Abdullah bin Amru dan Rafi' bin Khadij."
Penjelasan Hadits:
Ucapannya, iJi' si i:tiw)' ,-+i' q;V 6'q6. (Bab: Apabila
Dua Kemaluan Bertemu, Maka Wajib Mandi), yang dimaksud dengan
'dua kemaluan' adalah kemaluan laki-laki dan kemaluan perempuan.
(Yang dimaksud dengan) kemaluan laki-laki adalatr bagian kulit yang
dipotong, sedangkan (yang dimaksud dengan) kemaluan wanita adalah
bagian kulit yang dipotong yang berada di atas vaginanya yang
menyerupai jawer ayam jantan, antara ifu dan tempat masuknya
dzakar terdapat kulit tipis. Sebenarnya bagian ini ada dua hanya saja
disebut dengan kata tunggal karena umunnya penyebutan. Mengenai
ini ada kata lain yang sama yang kaidatrnya adalah yang berat
diikutkan kepada yang ringan, dan yang rendah diikutkan kepada yang
atas.
*d,Ucapannya, i. g,P'jt Y ,f (dari Abdunatrman bin Al
Qasim) Ibnu Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq At-Taimi Al
Madini, seoftmg yarag tsiqah lagi mulia. Ibnu Uyainah berkata, "Ia
orang yang paling utama pada masanya." Ia meriwayatkan dari
ayahnya dan Aslam Al 'Adawi. Adapun yang meriwayatkan darinya
adalah Syu'bah, Malik dan tain-lain. Ia dinilar tsiqah oleh Ahmad,
Ibnu Sa'd dan Abu Hatim. Ia meninggal pada taturn 126 (seratus dua
puluh enam).
yj C (dari ayaturya), yaitu Al Qasim bin Muhammad bin Abu
Bakar Ash-Shiddiq, seorang yang tsiqah. dan salatr seorang ahli fikih
Madinatr. Aynrb berkata, "Aku belum pernatr melihat orang yang
lebih utama darinya." Ia termasuk level ketiga. Ia meninggal pada
tahun 106 (seratus enam) menurut pendapat yang shahift. Demikian
yang disebutkan di dalam ArTaqrib.
Saya katakan: Ia termasuk salah seorang ahli fikih Madinatt
yang tujuh. Ia meriwayatkan dari Aisyah, Abu Hurairah, Ibnu Abbas,
Ibnu Umar dan lain-lain. Adapun yang meriwayatkan darinya adalatr:
Asy-Sya'bi, Az-Zvhr dan lain-lain. Ibnu Sa'd berkata, "Ia seorang
yangtstqah, 'alim, ahli fikih dan imam yang banyak haditsnya."
Ucapannya, o$Jt i(u,tl2A ri1(Apabila kemaluan bertemu dengan
kemaluan), yang pertama marfu' [yakni al Htitaanu], sedangkan yang
kedua manshub [yakni al khttaarul. I(hitan adalatr batas yang
dipotong dari kemaluan lakiJaki dan perempuan, ini lebih umum dari
kata dikhitan maupun tidak. Yang dimaksud dengan 'bertemunya
kemaluan dengan kemaluan' adalatr jima' (senggama), yaitu
masuknya batang kemaluan.
Dalam riwayat Abdullah bin Amru bin Al Ash disebutkan:
"Apabila dua kemaluan bertemu dan batang kemaluan masuk, maka
wajiblatr mandi." Dikeluarkan oleh Ibnu Majatr.
',H, *i(wajiblatr mandi), dengan dhammahpada huruf ghain
lal ghusll, yaitu ism dari istighsaal. rrf 'rlii (Aku pernatr
melakukannya) kata ganti 'nya' yang dimaksud adalatr mashdar dai.
Pi yh, li,:iiaawaza [yakni bertemunya dua kemaluan], !,
'V(dan Rasulullah SAW), bisa berstatus narfu'dan bisa }uga manshub.
di6 (lalu kami pun mandi), konteksnya menunjukkan batrwa itu
terjadi tanpa keluarnya mani, dan ini menghapuskan konsep hadits:
"sesungguhnya air itu dari air."r3z [yakni mandi itu disebabkan
keluarnya mani].
,:f i.lt yt ,y 4:U 9.1:i
Ucapannya, o. o l- c.. ,'e-.tr.ti:i 1.. qa-.?t
#t
t32 Sunan An-Nasa'i, pembahasan tentang Sumpah dan Na&ar, 3889) dan Abu
Daud pembahasan tentang Bersuci, 217).
@ SYarah Sunen Tirnidzi
(Mengenai masalatr ini ada fiuga riwayat] dari Abu Hurairah,
Abdullatr bin Amru dan Rafi' bin I(hadij). Hadits Abu Hurairah
diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani (Al Bukhari dan Muslim) dengan
lafazh: "Apabtla (suami) telah duduk di antara keempat anggota
tubuhnya (kedua tangan dan kedua kaki istrinya, maksudnya
senggama), maka telah wajiblah mandi." Dalam riwayat Muslim dan
Ahmad ada tambahan: "walaupun tidak mengeluarkan maif'. Adapun
hadits Abdullatr bin Amru diriwayatkan oleh Ibnu Majatr yang
lafazhnya telatr dikemukakan tadi.
Sedangkan hadits Rafi' bin Iftadij diriwayatkan oleh Ahmad
dan Al Hazimi di dalam Kitab Al I'tibar dengan lafazh: Ia
menuturkan, "Rasulullah SAW memanggilku ketika aku berada di
atas perut istriku, lalu aku berdiri dan belum mengeluarkan mani, lalu
aku mandi, kemudian aku keluar menemui Rasulullatr SAW." Al
hadits.
Di dalam hadits ini disebutkan: "Lalu Rasulullatr SAW
bersabd4 'Tidak ada kewajiban (mandi) atasmu. Sesungguhnya air itu
dari air.' [yakni wajib mandi itu karena keluarnya mani]." Rafi'
berkata, "Kemudian setelah itu Rasulullah SAW memerintatrkan kami
agar mandi."
Al Hazimi mengatakan setelah mengemukakan riwayat hailits
ini, "Ini hadits hasan." Asy-Syaukani mengatakan di dalarn An-Nail,
"Tentang penilaian shahihnya hadits ini ada catatan, karena di dalam
sanadnya terdapat Risydin, ia tidak termasuk perawi hasan. Selain'itu,
di dalam sanadnya terdapat perawi yang tidak diketahui." Saya
katakan: Peikaranya adalatr sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-
,f ur- oLl.. ,n€.zzJ ..ia. t,6. L.!air. >
:Uu ;akGji ,=?*:it
,!)..c9,.P.
,b $ *;.qE/.
,y.. c'.r.JottaL - \ ' 1
ii,r t*lt iG
'P:
Sareh Sunan Tirmidzi CIs
.y.:lr '?, o1t iry' jjc tsy,*,,
* fie.(_'v__*.b'# L-* L*,-A,sG
* i i, fif '&;*' yy
;:,
\.t,Wet'G{t :i*,',,ro*tt.Acr'*iu*Lir fjijcv,se yi5,)ir i,,Jv *j
'' ?q
tlotc .?.. o7 b, ,si
Ut 76rl yl
'iri;. ,h!t,:$wv)1t;iq;{:,@,t::t",;al:::,.t!,1:e|*6ftt,,i1tri5"r,?:t#o'ttS,L F.
oeilt h
.;:-lir |.*rotfrr*ir
109.133 Hannad menceritakan kepada kami, waki' menceritakan
kepada kami, dari Su&aru dari Ali bn Zaid, dari Sa'id bin Al
Musayyib, dari Aisyah, ia berkatao 'Nabi SAW bersabda, 'Apabila
lre maluan b e r t e mu de ngon kc mahnn, maka w aj iblah ntandi' ."
Abu Isa berkate "Hadits Aisyah adalah hadits hasan shahih."
Ia juga berkata, *Hadits ini telah diriwayatlon dari Aisyatr dari
Nabi SAW dari jalur lainnya: 'Apabila kemalwn bertemu dengan
lrcmaluan, maka telahwajiblah mandi.' Ini adalah pendapat mayoritas
atrli ilmu dari kalangan sahabat Nabi SAW, di antaranya: Abu Bakar,
Umar, Utsman, Ali, Aisyah, dan para atrli fikih generasi tabi'in serta
generasi setelah merckq seperti: Sufyan Ats-Tsauri, Asy-Syaf i,
Ahmad dan Ishalq me,reka b€rkat4 'Apabila dua kemaluan berrcmu,
maka wajiblah mandi'."
rr3 Hadits shafiih, lihat png sebelumnya. $arah Sunrn Tirmidzi
ffi
Penjelasan Hadits:
Ucapannya, {; i. * t (dari Ali bin Zud) Ibnu Jud'an At-
Taimi Al Bashri, asalnya Hijazi, ia perawi yang lematr. Ia
meriwayatkan dari Ibnu Al Musayyab. Sedangkan yang meriwayatkan
darinya adalah: Suffan, dua Hammad dan lain-lain. Ahmad dan Abu
Zw'ah berkata, "Ia tidak kuat." Ibnu Ktruzaimah berkata, "Hafalannya
buruk.'
Syu'balr berkata, "Ali bin Zud menceritakan kepada kami
sebelum hafalannya bercampur (kacau)." Ya'qub bin Syaibatr berkat4
"la tsiqah." At-Tirmidzi berkat4 "Ia jujur, hanya saja ia terkadang
memarfu'kan riwayat yang dinilai mauquf oleh perawi lainnya."
Ucapannya, oq!' 'OU;S| j5C ti1 l,lpabfla lcemaluan bertemu
dengan lremaluan), disebutkan di dalam Majma' Al Bthar, "Yakni
sejajarnya yang satu dengan yang lainnya, baik bersentuhan maupun
tidak. Sebagaimana bila dzakarnya di dalam kain, lalu dimasukkan."
Asy-Syaukani berkata "Hadits ini diriwayatkan dengan redaksi
mufoaadzah [sejajar], 'mulaoqaat' [bertemu], 'mulaomasoh'
[menyentuhl, ilsluaq [menempel]. Yang dimaksud dengan mulaaqaat
adalatr muhaadzah. Al Qadhi Abu Bakar berkata, 'Bila batang
kemaluan telah masuk ke dalam vagina, berarti telatr terjadi
rnulaaqaat.'
Ibnu Sayyidinnas berkata 'Begitulah makna bertemunya
kemaluan dengan kemaluan, yaitu mendekat dan menempel., Makna
izlaaq kemaluan dengan kemaluan adalatr menempelkannya, sedang
makna mujamttozaft (melewati) sudah jelas.'
Dalam Syarh At-Ttrmidzi, Ibnu Sayyidinnas menuturkan ucapan
Ibnul Arabi, 'Maksudnya bukan hakikat bersentuhan dan bukan pula
hakikat saling menempel, akan tetapi redaksi itu hanya sebagai kiasan
yang biasa terjadi antara kedua kemaluan, dan itu sudatr jelas, karena
kemaluan wanita berada di atas vagina, dan itu tidak disentuh oleh
kemaluan laki-laki ketika bersetubuh.'
$t
Ulama telah sepakat, batrwa bila suami menempelkan
kemaluannya pada kemaluan istrinya dan tidak memasukkannya,
maka keduanya tidak wajib mandi atas keduanya. Jadi, yang
mewajibkan mandi adalah yang lebih dari itu sebagaimana disebutkan
dengan jelas dalam hadits AMullah bin Amru bin Al Ash dengan
redaksi: 'Bila dua kemaluan bertemu, dan batang kcmaluan tetah
masuk, makawajiblah mandi.' Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah."
Saya katakan: Diriwayatkan juga oleh lbnu Majah.
lf,, 9.y'q!&- 4y (Hadits Aisyatr adalatr
Ucapannya, *'#
hadits hasan shahih), hadits ini dinilai slnhih oleh Ibnu Hibban dan
Ibnu Al Qaththan, namun Al Bukhari menilainya cacat, karena Al
Avza'i telatr keliru padanya. Diriwayatkan juga oleh yang lainnya dari
Abdurrahman bin Al Qasim secara mursal. Mengenai hal ini ia
berdalih, bahwa Abu Az-Zinad berkata, "Aku tanyakan kepada Al
Qasim bin Muhammad, 'Apa engkau pernatr mendengar sesuatu
mengenai masalatr ini?' Ia menjawab, 'Tidak'." Dan ia menjawab
orang yang menilainya shahth, batrwa kemungkinannya Al Qasim
telah lrpq kemudian teringat, lalu ia menceritakannya kepada
anakny4 atau ia menceritakannya kemudian lupa. Namunjawabannya
tidak luput dari catatan.
Al Hafidr berkata, "Asalnya dalam riwayat Muslim dengan
lafaztr: 'Apabila (suamt) telah duduk dt antara keempat anggota
tubuhnya [yalmi kedua tangan dan kedua kaki istrinya] dan
lremaluannya menyentuh kemaluannry maka wojiblah matdi.' An-
Nawawi berkata, 'Hadits ini asalnya slwhih, namun terjadi perubahan
padanya.' Lalu hal ini dikuatkan oleh Ibnu Ash-Shalatr."
flUcapannya, ri;ir,,y( i:i'li1lni adalah pendapat mayoritas
atrli ilmu ... dsO. An-Nawawi berkatao "Ketatruilah, batrwa kini umat
telah sepakat tentang wajibnya mandi karcna bersetubuh, walauprur
tidak disertai dengan keluamya mani. Sementara segolongan salrabat
berpendapat tidak wajib mandi kecuali keluarnya mani, kemudian
6S Syarah Sunan Tirmidzi
sebagian mereka menarik kembali pendapatnya, lalu setelah itu
terjadilatr kesamaan pendapat di kalangan yang lainnya."
Ibnu Al Arabi berkata, "Wajibnya mandi telatr dipraktekkan
oleh para satrabat dan generasi setelatr mereka. Tidak ada yang
menyelisihinya kecuali Daud, namun penyelisihannya itu tidak
dianggap." Al Hafiztr mengatakan di dalam Al Fath, "Penyangkalan
Ibnu Al Arabi tentang terjadinya perbedaan pendapat addatr tidak
tepat, karena sudah cukup masyhur di kalangan sahabat tentang
ketetapan dari segolongan mereka, rurmun Ibnu Al Qashshar
menyatakan, bahwa perbedaan pendapat itu meningkat di kalangan
tabi'in. Namun ini pun tidak tepat, karena Al Khathtatrbi berkata, 'Ini
telah dikatakan oleh segolongan sahabat,' lalu disebutkan sebagian
dari mereka. Selanjutnya ia berkata, 'sedangkan dari generasi tabi'in
adalatr Al A'masy, lalu diikuti oleh Iyadh, namun ia tidak seorang pun
dari kalangan sahabat yang mengatakan ini setelahnya.'
Ini juga tidak tepat, karena telah diriwayatkan seczua valid dari
Abu Salamatr Ibnu Abdirrahman yang dicantumkan di dalam Sunan
Abi Daud dengan isnad shahih, danjuga dari Hisyam bin Urwatr yang
dikemukakan Abdunazraq dengan isnad shahih juga. Sementara itu,
Asy-Syaf i mengatakan tentang perbedaan pendapat terhadap hadits
ini, 'Hadits: Air itu dari air' [yakni wajibnya mandi karena keluamya
mani] adalah hadits yang valid, namun dihapus' dst, hingga ia berkata,
'Lalu kami diselisihi oleh sebagian orang-orang yang disekitar kami
-yakni orang-orang Hijaz-, mereka berkata, 'Tidak diwajibkan
mandi kecuali mengeluarkan mani.'
Dengan demikian dapat diketatrui, batrwa perbedaan itu pun
telatr cukup masyhur di kalangan tabi'in dan generasi setelah mereka.
Namun Jumhur berpendapat mewajibkan mandi, dan inilah yang
benar." Sampai di sini perkataan Al Hafizh.
Saya katakan: Tidak diragukan lagi, bahwa madztrab Jumhur
adalah yang hak dan benar. Adapun hadits "Air itu dari air" dan yang
semakna dengannya, adalah telatr dihapus (hukumnya). Tentang
Syarah Sunan Tirmidzi @
dihapusnya (hukun) hadits ini akan dijelaskan pada bab berikuhya.
,rId,,:tiii,t;Vu;\i
/,
81. Bab: Bahwa Air (Mandi Junub) Itu Sebab (Keluar) Air
(Mani)
6:J?vi,,,-!{rt .itA,, '*i',"*b $:", ,* i.'^31 $:L -\ \ . ;;
i ,y'*,:,s.i!Jt,f ,L-i;
.W gc, ,;>r*'y' )if e12r):u,1ir;t ov r!1
I l0.t3n Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Abdullatr
bin Al Mubarak menceritakan kepada kami, Yunus bin Yazid
mengabarkan kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Sattl bin Sa'd, dari
Ubay bin Ka'ab, ia berkata, *Sesungguhnya'air (mandi junub) karena
(lreluar) air (mant)' adalah rulfishah di awal masa Islam, kemudian
hd itu dilarang."
Penjelasan Hadits:
l tUcapanny4 :9, lcir Lf iE i;ri (gau: Batrwa Air [mandi
junub) karena [jkuedluual ri]nAi, ibra[trmwaanhi]a),dimtsa*kAsuird
At-Tirmidzi dengan
mengemukakan
itu dari air" [yakni
wajibnya mandi karena keluarnya mani] telah dihapus. Hadits ini
diriwayatkan oleh Muslim di dalam krtab Sluhih-nya dari hadits Abu
Sa'id Al Khudri, yang mana ia menuturkan, "Aku keluar bersama
Rasulullah SAW pada hari Senin menuju Quba, hingga ketika kami
berada di perkampungan Bani Salim, Rasulullah SAW berdiri di
rx Hadits shalrirh. HR Ibnu Majah (609), Abu Daud (215).
depan pintu Itban, lalu beliau menyerunya, lalu ia pun keluar sambil
menyeret sorbannya, kemudian Rasulullatr SAW berkata, 'Orang ini
sangat sigap lcepadn kami.' Lalu Itban berkata, 'Bagaimana
menurutmu tentang seorang laki-laki yang tergesa-gesa terhadap
istrinya dan tidak mengeluarkan mani, apakah ia wajib mandi?'
Rasulullah SAW menjawab, 'Sesungguhnya air itu dari air'." Yang
dimaksud dengan 'air' yang pertama adalah mandi, sedangkan yang
dimaksud dengan 'air' yang kedua adalah 'mani', ini perbedaan yang
sempurna.
Ucapannya,'n-iU. ujj lVunus bin Yazid) Ibnu Abi An-Najad
Al Aili Abu Yazid maula keluarga Abu Suffan, ia seorang yang
tsiqah, hanya saja di dalam riwayatnya dari Az-hhn ada sedikit
asumsi darinya, sedangkan yang selain Az-Zrfiri adalah keliru.
Demikian yang dikatakan oleh Al Hafizh di dalam At-Toqrib.
Ia juga mengatakan di dalam pendatruluan Fath Al Bari, "Ibnu
Abi Hatim mengatakan dari Abbas Ad-Duri: Ibnu Ma'in berkata,
'Orang yang paling valid terhadap Az-hthn adalatr Malik, Ma'mar,
Yunus dan Syu'aib.' Utsman Ad-Darimi mengatakan dari Ahmad bin
Shalih, 'Kami tidak mendahulukan seorang pun terhadap Yunus
dalam periwayatan dari Az-Zvhi'." Ia juga berkata, "Jumhur
menilainya tsiqah secara mutlak, hanya saja mereka menilainya lemah
pada sebagian riwayatnya yang menyelisihi kawan-kawarurya. Ia
kadang menceritakan hadits dari hafalannya, tapi bila menceritakan
hadits dari kitabnya, maka bisa dijadikan argumen." [a juga berkata,
"Jama'ah berdalih dengannya."
y i ,Y ,f (dari Sahl bin Sa'd) Ibnu Malik bin lGalid Al
Anshari Al l(hazraji As-Sa'idi, ia dan ayalurya adalatr satrabat. Ia
seorang yang cukup dikenal, meninggal pada tatrun 88 (delapan puluh
delapan), ada juga yang mengatakan setelahnya.
Ucapannya, ;>ll"l' ):ti d 'ztt; :6i' 4 lci' ue 61
(Sesnngguhnya'air itu dari air' adalah rukhshatr di awal masa Islam,
Syerah Sunan Tirmidzi ml
kemudian hal itu dilarang), yakni rukhshah ini dan diwajibkan mandi
walaupun sekedar bersentuhan. Dalam riwayat Abu Daud disebutkan:
"Bahwa fatrva yang dulu biasa mereka berikan, yaitu batrwa 'air itu
dari air' adalah rukhshah yang diberikan Rasulullah SAW di masa
awal Islam, kemudian setelah itu beliau memerintatrkan mandi."
Dalam riwayat Al Hazimi di dalam Kitab Al I'tibar, ia berkat4
"Air dari air adalah suatu perkara di awal masa Islam, kernudian
setelatr itu hal tersebut ditinggalkan, dan mereka diperintahkan untuk
mandi apabila (kemaluan) menyentuh kemaluan."
6?i |r.t " i' '";L $l,L ,* i '$l $'"; -\ \ \
..i, ,,iUt t&'€t1, * ,fi
'*'# 4r;r-t,_:u/o l r:G
usxJ.'4'it)L,)' gil c.:u,4ir:.st ov tiy,
*t yh,,uUt=*1 ,:ti *,s:'$k:t
,yf F y,*,P,I.at:,g-y i.e$i,f UA:|i
ry',*,,#Jr g'At €i,;,t ,y:St gc rsy'fi JL.f.rir
il.v?.-t ols
I I l. Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, AMullah bin
Al Mubarak menceritakan kepada kami, Ma'mar mengabarkan kepada
kami, hn Az-hthn, dengan isnadnya ini, seperti itu.
Abu Isa berkata" *Ini hadits hasan slahih."
"Sesungguhnya 'Atr itu dart air' adalah di masal awal Islam,
kemudian setelatr itu hal tersebut dihapus. Demikian yang
diriwayatkan oleh lebih dari satu orang sahabat Nabi SAW, di
M, Syarah Sunrn Tirmidzi
antaranya: Ubay bin Ka'ab dan Rafi' bin Khadij. Hal ini diamalkan
oleh mayoritas ahli ilmu, bahwa apabila seorang laki-laki
menyetubuhi istrinya pada kemaluannya, maka wajiblah mandi atas
keduanya, walaupun keduanya tidak mengeluarkan mani."
Penjelasan Hadits:
Ucapannya, '* '# c,-y r5 (Ini hadits hasan shahth),
diriwayatkan juga oleh Alunad, Abu Daud dan Ad-Darimi. Al Hafizh
mengatakan di dalam Al Fath, "Ini isnad yang bagus unttrk dijadikan
argumen." Ia juga mengatakan mengenai ini, "Disftahihkan oleh Ibnu
Khr,,aimah dan Ibnu Hibban."
U lucapannya, 'oJ.t 'fi. 'i PtI' )'tt 4 :s, iut ue t(;y1
(Sesungguhnya 'Air itu dari air' adalah di masal awal Islam,
kemudian setelatr itu hal tersebut dihapus), tidak diragukan lagi,
batrwa hadits Ubay bin Ka'ab tersebut menyatakan tentang
penghapusannya, yaitu, batrwa hadis 'wajiblah mandi walaupun tidak
mengeluarlcan mani' lebih rajih daripada hadits 'atr itu dart air',
karena hadits ini hanya diucapkan, sedangkan meninggalkan mandi
berdasarkan hadits 'air ilu dari air' dengan pengertian atau
pernyataan juga. Namun hadits itu lebih jelas daripadanya. Demikian
yang disebutkan di dalam Al Fath.
,fgy U et;) U U.t:fr tai antaranya: Ubay bin Ka'ab dan
Rafi' bin Ktradij), Riwayat Ubay bin Ka'ab adalatr yang disebutkan
dalam judul ini, sedangkan riwayat Rafi' bin Kttadtj diriwayatkan oleh
Al Hazimi di dalam Kitab Al I'tibar yang telah dikemukakan tadi.
t tc L. g'"6
f.,..rt-llit ,1..1 a ,i.P -rrrvF .Ptl'4.a
I(
.1.a>tca})' €:$ u,tJt t1I1 :Ju tV ,u;,f ;i*,,
Syerah Sunan Tirmidzi m
i ,jrt Wr 'e,i i*rr-'' r:;ar I: s*e ie
*f yttqlf..rt'-'y
,;Lir k I *i:: 06,sz7cJz'i:
c,,-.oe. '.-Lf, g*:ri., U '^*,,t uLAt , ie
ok",:rt;
,i eY ,Jv ,ier?t
,rj ,i**Ui',t0,&f ,*i i,G * ,4 IqQt e, ie
\t ,{t ,+r5 ,s!t ,i;Li ,f.lt: ,/y
y.:at ,1irlr ,Ju'^f,'{-,t
ll2.'3t Ali bin Hujr menceritakan kepada karni, Syarik
mengabarkan kepada kami, dari Abu Al Jahhaf, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas, ia berkata, "Sesungguhnya'air ttu dari air' adalah
berkenaan dengan mimpi (basah)."
Abu Isa berkat4 "Aku mendengar Al Jarud berkata, 'Aku
mendengar Waki' berkata, 'Kami tidak menemukan hadits ini kecuali
pada Syarik'."
A.bu Isa berkata, "Abu Al Jatrhaf namanya adalatr Daud bin Abtr
Auf. Diriwayatkan dari Sufuan Ats-Tsauri, ia berkata, 'Abu Al Jahhaf
menceritakan kepada kami, saat itu ia sedang sakit'."
Abu Isa berkata, "Mengenai masalatr ini (ada juga riwayat lain)
dari Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Az-Zubair, Thalhah,
'lfrAynrb dan Abu Sa'id, dari Nabi SAW, batrwa beliau bersabda,
ttu dari air'."
r" Hadits, "sesungguhnl a air itu dari air" adalah slrahih tanpa kalimat "betkenaan
dengan mimpi." Karena isnadnya lemah lagi mau4uf.
m4 Syarah Sunan Tirmidzi
Penjelasan Hadits:
Ucapannya, ltiQ)t Ct'..* (dari Abu Al Jahhaf) dengan harakat
fathah pada huruf jiim, tasydid pada huruf haa' tanpa titik, dan
diakhiri dengan faa', namarrya adalatr Daud bin Auf, ia dikenal
denganjulukanny4 ia seorang yangjujur beraliran syi'ah, dan kadang
keliru. Demikian disebutkan di dalam ArTaqrib.
Sementara di dalam Al Khulashah disebutkan, "Ia meriwayatkan
dari Abu Hazim dan Ikrimatr. Sedangkan orang-orang yang
meriwayatkan darinya adalatr: Syarik dan dua orang Su&an. Ia dinilai
tstqah oleh Ahmad dan Ibnu Ma'in. An-Nasa'i berkata, 'Tidak ada
masalatr padanya.' Ibnu Adi berkata, 'Tidak dapat dijadikan
argumen'." Disebutkan di dalam At-Tahdzib, *Ibnu Ma'in berkata, 'Ia
kadang keliru'."
Ucapannya, lYl' d :d' u iilt rii! (Sesungguhnya 'atr itu
dari air' adalah berkenaan dengan mimpi [basatr]), yakni, batrwa
hadits 'air itu dart air' pengertiannya adalatr secara khusus, yaitu
yang terjadi di dalam tidur berupa mimpi bersetubuh. Ini penakwilan
yang disepakati oleh para atrli hadits tanpa adanya kontradiksi. At-
Turbasyti berkata "Ucapan Ibnu Abbas: 'Sesungguhnya'air itu dari
air' dst. ia katakan sebagai penakwilan dan prediksi. Jika hadits ini
dikemukakan dengan panjang, tentu tidak akan menakwilkan dengan
penalorilan ini."
Saya katakan: Maksud At-Turbasyti dengan 'panjang' adalatr
hadits Abu Sa'id yang diriwayatkan oleh Muslim yang telatr kami
nukil dari kttab Shahih-nya di awal bab ini.
Syaikh Abdul Haq Ad-Dahlawi berkata "Bisa juga dikatakan,
batrwa ucapan Ibnu Abbas ini bukanlah penakwilan hadits tersebut,
dan dikeluarkannya hadits ini disertai penakwilan itu adalah karena
(hukum) hadits tersebut telah dihapus, maka maksudnya adalatr
menjelaskan hukum permasalahan setelah mengetatrui
penghapusannya. Kesimpulannya, bahwa keumuman hadits ini telatl
Syarah Sunan Tirmidzi 7G
dihapus, lalu yang tersisa adalah hukum yang berkenaan dengan
mimpi (basah)."
Ucapannya, 32j6$'+ (Aku mendengar Al Jarud), yakni Al
Jarud bin Mu'ain As-Sulami At-Tirmidzi, ia seorang yang tsiqah
rurmun dituduh beraliran rja' (murji'ah).la meriwayatkan dari Jarir,
Ibnu Uyainah dan Al Walid bin Muslim. Adapun yang meriwayatkan
darinya adalah At-Tirmidzi dan An-Nasa'i, dan ia menilainya tsiqah.
Ia meninggal pada tahun 244H.
*f I ft L-ein i 'Y il (Kurni tidak menemukan hadits ini
kecuali pada Syarik), yaitu Ibnu Abdillah Al Kufi, seorang perawi
yang jujur namun banyak keliru, hafalannya berubatr semenjak
memegang jabatan di Kufah. Al Hafizh mengatakan di dalam At-
Talkhish, "Isnadnya lematr karena berasal dari riwayat Syarik dari
Abu Al Jahhaf."
p,|li.l,iy,bi6, ,pej i *t a* i.i* * q,tJt di
ucapannya,
,;, * s!: ,ai sJi ,x*i
,*:6'e lrir ,i6 6
(Mengenai masalatr ini [ada juga riwayat] dari Utsman bin Affan, Ali
bin Abu Thalib, Az-Ztbair,Thalhah, Ayyub dan Abu Sa'id, dari Nabi
SAW, batrwa beliau bersaMa, 'Air itu dari air.') Saya belum
menemukan hadits ini pada mereka dengan lafazh ini, namun Al
Bukhari meriwayatkan di dalam kttab Shahih-nya dari jalur Zudbin
Khalid Al Juhani: "Batrwa ia bertanya kepada Usman bin Affan, ia
berkata, 'Bagaimana menurutnu bila seorang laki-laki menyetubuhi
istrinya namun tidak mengeluarkan mani?' Utsman menjawab,
'Berwudhu sebagaimana ia berwudhu untuk shalat dan mencuci
kemaluannya.' Utsman juga berkata 'Aku mendengarnya dari
Rasulullah SAW.' Lalu aku menanyakan hal itu kepada Ali bin Abu
Thalib, Az-Zubur bin Al Awwam, Thalhah bin Ubaidullatr dan Ubay
bin Ka'ab, mereka pun memerintahkan hal tersebut. Abu Salamatr
mengabarkan kepadaku, bahwa Urwatr bin Az-Zubair mengabarkan
kepadanya, bahwa Abu Ayyub mengabarkan kepadanya, bahwa ia
mendengar hal itu dari Rasulullah SAW."
Al Hafizh mengatakan di dalam Al Fath, "Al Atsram telah
menceritakan dari Ahmad, batrwa hadits 7-aid bin Khalid ini ma'lul
(mengandung cacat tersembunyi), karena telatr diriwayatkan fatwa
secara pasti dari kelima orang itu yang senada dengan hadits ini.
Ya'qub bin Abi Syaibah menceritakan dari Ali bin Al Madini, bahwa
riwayat ini janggal. Sebagai jawabannya, bahwa hadits ini valid bila
dilihat dari segi bersambungnya sanad dan hafalan para perawinya,
karena Ibnu Uyainatr juga telatr meriwayatkan dari Zatd, bin Aslam,
dari Atha' bin Yasar yang menyerupai riwayat Abu Salamah dari
'Atha'.
Dikeluarkan oleh Abu Syaibatr dan yang lainnya. Jadi tidak ada
yang meriwayatkan sendirian. Adapun keterangan batrwa mereka
pernah memberikan fatwa yang menyelisihinya, maka hal itu tidak
menodai keshahihanrrya, karena kemungkinannya batrwa hadits ini
memang valid pada mereka, hanya saja (hukumnya) dihapus, sehingga
mereka berpendapat dengan yang itu. Berapa banyak yang
(hukumnya) telatr dihapus namun haditsnya itu sendiri memang
shahih." Sampai di sini perkataannya.
wY fixyo{s aiw;. *:q ;\: \i
82. Bab: i"ot"og orang yang nlogoo riao" Lalu Melihat
Basah (Air Mani) Namun Tidak Merasa Bermimpi (Basah)
'* ,Lr r J1i 'i.ib u* ,*'i';.3;t $:tL -\ \r
*/.,,,.;lr1 ,:# # i' ";? I ,!n/t';'# i lt *
+ *y,.tp-J.'-&.,', hr at J;, ,tr 'Uu ,ika 'oi ,r?.i
Syarah Sunan Tirmidzi 7Ut
Ift ,cj-,hrSt ,ft,,F ls .tl\Lt Fit'),Nt'4-,h1,
J;, ,*'Jtti- :"^7L ?i uu v ,jd ,fi. |t *t lt &t u
.)r'St';t;3ir3t3\,fr 'j,i t.j- u; ,si it;t itJn i'
I'* ,:# il .1,' '* L";r t.ta a;j1 ti1y :;,,.* ie
i *f'*.t, ,Sr;,'4 ,h1, e-,tuy i1- ,:# ar
.6vir
€ +,p c Jrru-, tc ,*^- / 4l"t.it+ ..t ,c VSa).l}l lctz
U
/a. ,J -* ,j.
.?Pc'
,v #' fA -* oftj -*)/ c
lJ-e aIl ,l
a 'olt 7r;bi s, a at.l tC - . t .
-l>
dt +,siilz
rC -
zI z c"|-;ai,2 dt4l J,*'St V_+;:. ti,,l . tlt Gsti,:rt-,,
-*s
.:r3?t'rtr?t ot:i
*r11 ;-iir ?- rit,:1t$, q #t ,!i',-z- ,5e,
'rt ,J;Yt u'6 sf, ,:;;1, ,!461 Jii, ,y'+-yt ,.rts
.#' ff ic'+*J:^"*-",;
l13.136 Ahmad bin Mani'menceritakan kepada kami, Hammad
bin Khalid Al Khayyath menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin
bUimnarM-uyhaaimturnAadl ,Udmarai rAi-i,sydaatrri,UiabaimduellnauhhbrkinanU,m"aRra, sdualruillAalhQSaAsiWm
ditanya tentang seorang laki-laki yang mendapati basah namun tidak
merasa bermimpi (basah), beliau pun menjawab,'Ia wajib mandi.'
's Hadits shahJr. HR. Abu Daud (236), Ibnu Majah (612). Asat kisah ini
diriwayatkan di dalam Ash-Slu,ritt4h dan yang lainnya, dari Ummu Salamah.
m Syrrah Sunan Tirmidzi
Beliau juga ditanya tentang laki-laki yang bermimpi (basatr) namun
tidak mendapati basah, beliau menjawab, 'Ia tidak wajib ilandi.'
Ummu Salamah berkat4 'Walni Rasulullah, apakatr wanita yang
bermpimpi itu [yakni mimpi basah] harus mandi?' Beliau menjawab,
'Ya. Sesungguhnya kaum wanita itu (saudara kembar) kaum laki-
laki'."
Abu Isa berkata, "Sebenarnya hadits ini diriwayatkan oleh
Abdullah bin Umar, dari Ubaidullah bin Umar, yaitu hadits Aisyah
tentang laki-laki yang mendapati basatr, tanpa menyebutkan mimpi
(basah).
Abdullah bin Umar dinilai lemah oleh Yatrya bin Sa'id karena
segi hafalann y a pada hadits.
Ini merupakan pendapat lebih dari satu orang ahli ilmu dari
kalangan satrabat Nabi SAW dan tabi'in, yaitu apabila seorang laki-
laki terbangun (dari tidumya) lalu melihat basalu maka ia hanrs
mandi. Ini juga merupakan pendapatnya Suffan Ats-Tsauri dan
Ahmad."
Ia juga berkata, "Sebagian ahli ilmu dari kalangan tabi'in
berkata, 'Sesungguhnya diwajibkannya mandi itu apabila basaturya itu
karena mani.' Ini merupakan pendapat Asy-Syafi'i dan Ishak.
Dan apabila ia bermimpi (basah) namun tidak melihat basah,
maka tidak wajib mandi atasnya. Demikian menurut umumnya alrli
ilmu."
Pcnjelasen Hadits:
KhayyUactha)pdaennngya4nikghta' a'bleyrtitiUk .sa"tuti,,Al(HQaumramsyaidAbbuinAKbdhiallalidh Al
Al
Y',fBashri yang pindatr ke Baghdad, ia seorang yang buta huruf. !,
i'xb (dari Abdullah bin Umar) Ibnu Hafsh bin Ashim bin Umat bin
Khaththab Al Umari Al Madani, ia perawi yang lematr, ahli ibadah.
Syrrah Sunan Tirmidzi M
Demikian yang disebutkan di dalam At-Taqrtb. Akan dikemukakan
pembicaraan mengenainya.
Ucapannya, Tt ]f (menaapati basatr) dengan dua fathatr
tyakni balall, artinya basafr. 6l'1t fi;- fi 1nu*un tidak merasa
bermimpi [basah]), ifutilaam adalah bentuk ifti'aah dari hulm, dengan
dhammah pada huruf ftaa' tanpa titik dan suhtn pada huruf laam,
yaitu yang dilihat oleh orang yang tidur di dalam tidurnya. Dari kata
ini ada kata foalama, denganfathah lp,ada huruf haa) dan ifutalama.
Yang dimaksud di sini adalah perkara khusus, yaitu bersetubuh. Yakni
bahwa ia tidak ingat kalau ia mimpi bersetubuh.
t..
Ucapannya, ,F-:JU (beliau pun menjawab,'Ia wojib mandi.')
r*,ini khabar *"nrandung arti perintatr dan mengindikasikan wajib.
a;i (melihat) dengan fathah pada hunrf yoa' $akai yaraal, yakni
meyakni. {" ,f f jri @eliau menjawab, 'Ia tidak wajib mandi.')
'
karena basah adalah sebagai tanda dan buktinya, sedangkan tidurnya
itu tidak berpengaruh. Jadi landasannya adalah "basah", baik ingat
akan mimpi atauptrn tidak.
'* if Ufd 6ummu Salamatr berkata), dalam riwayat Abu Daud
disebutkan: Lalu Ummu Salamah berkata. JA! '4rl& iCtl i,f
(Sesungguhnya kaum wanita itu [saudara kembarJ lcaum laki-laki),ini
adalah kalimat pelembut yang mengandung makna lain. Ibnu Al Atsir
berkata, "Yakni sama dengan merek4 seolatr-oleh kaum wanita itu
terambil dari kaum laki-laki, karena Hawwa' memang diciptakan dari
Adam AS. Syaqiiq ar-rajul adalah saudara seibu seayatr, katrna syiqq
nasabihi adalah dari rlasabnya. Artinya,.diwajibkan pula mandi atas
wanita bila melihat basatr setelah tidur, sebagaimana laki-laki.'
y- L9, Ucapanny?,'St hlt ,l.r;t6- O.aits Aisyatr tentang
laki=laki yang rnendapati basatr) sebagai ganti redaksi "hadits ini".
Disebutkan di dalam Al Muntaqa setelah mengemukakan hadits ini,
EI SYarah Sunan Tiimidzi
"Diriwayatkan oleh perawi yang lima selain An-Nasa'i." Disebutkan
di dalam An-Nail, "Para perawinya adalah para perawi Ash-Shahih
kecuali Abdullatr bin Umar Al Umari. Ada perbedaan pandangan
mengenainya." Kemudian ia menyebutkan beberapa pandangan yang
merekomendasikan dan menafikan tentangnya, lalu ia berkata, "Ia
meriwayatkan hadits ini sendirian pada penuturan orang-orang yang
mengeluarkan riwayatnya, dan kami tidak menemukan dari selainnya.
Begitu pula yang diriwaya&an oleh Ahmad dan Ibnu Abi Syaibatr dari
jalurnya. Maka, hadits ini cacat karena dua alasan: pertama, karena Al
Umari itr, kedua, karena kesendiriannya (dalam meriwayatkan ini)
dan tidak adanya mutaba'ah, jadi tidak mencapai derajat hasan darr
shahih;'
*iUcapannya, yt (dan Abdullah), yakni Ibnu Umar bin Hafsh
/{ *1Al Umari yang disebutkan di dalam sanad i"i. U. &-e
i*.J' C y (dinilai lemah oleh Yatrya bin Sa'id karena segi
hafalannya pada hadits), Adz-Dzahabi mengatakan di dalam Al Mizan,
"Ia jujur, namun ada sesuatu pada hafalannya. Ia meriwayatkan dari
Nafi' dan jama'atr. Ahmad bin Abu Maryarn meriwayatkan dari Ibnu
Ma'in, 'Tidak ada masalatr padanya. Haditsnya boleh ditulis.' Ad-
Darimi berkata, 'Aku tanyakan kepada Ibnu Ma'in, 'Bagaimana
kondisinya terhadap Nafi'?' [a menjawab, 'Shalih lagi tsiqah'.'
Al Fallas berkata 'Yatrya Al Qaththan tidak menceritakan hadits
darinya.' Ahmad bin Hanbal berkata 'Ia shalih, tidak ada masalatr
padanya.' An-Nasa'i dan yang lainnya berkata, 'Ia tidak kuat.' Ibnu
Adi berkata, 'Ia jujur terhadap dirinya.' Ibnu Al Madini berkata,
'Abdullatr lemah.' Ibnu Hibban berkata 'Ia lebih didominasi dengan
keshalihan dan ibadah sehingga lengatr terhadap hafalah khabar-
khabar dan kebagusan hafalannya mengenai atsar. Namun setelah
banyak kesalahanny1 ia berhak untuk ditinggalkan (riwayatnya).' Ia
meninggal pada tahun 173 (seratus tujuh puluh tiga)." Sampai di sini
yang disebutkan di dalam Al Mizan.
Syarah Sunan Tirmidzi 7lt
Ucapannya, ,ljr ,Yt ',t y,t f Ji 'it (Ini merupakan
pendapat lebih dari satu orang ahli ilmu ... dst.), Al Khaththabi
mengatakan di dalam Ma'alim As-Sunan, "Konteks hadits ini -yakni
hadits Aisyah yang disebutkan pada bab ini-, mewajibkan mandi bila
melihat basatr walau tidak meyakini batrwa itu air yang memancar (air
mani)."
Pendapat ini diriwaya&an dari segolongan tabi'in, di antaranya:
'Atha', Asy-Sya'bi dan An-Nakha'i. Ahmad bin Hanbal berkata, 'Aku
lebih suka bila ia mandi.' Mayoritas atrli ilmu berkata, 'Tidak wajib
mandi.' Demikian yang dikatakan An-Nasa'i di dalam Sunannya.
Saya katakan: Pendapat yang dicenderungi oleh kelompok
pertama, yaitu sekadar melihat basatr mewajib mandi, ini lebih sesuai
dengan hadits pada bab ini dan hadits Ummu Salamah yang
diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani (Al Bukhari dan Muslim) dengan
lafazh: "apabila ia melihat air" serla hadits Khaulatr binti Hakim
dengan lafazh: "Ia tidak berlcewajiban mandi sehingga mengeluarl<an
mani". Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa keberadaan mani yang
menjadi landasannya, baik itu memuncrat dan dengan syatrwat
maupun tidak. Inilah pendapat yang terang, demikian juga yang
dikatakan oleh Abu Hanifatr. Wallahu a'lam.
,s;nv ';Jl,i.1EU;[
83. Bab: Tentang Mani dan Madzi
*,:# $:",,fit'arfut,f i.'rZJ $:-,; - \ \ r
i * r i'# t3'"; |$? U'rp $:"; ) iG C :q ,r: i L-i
,rj ,r1' :q €j L.i.} ,a:s: e ,!u,],),
TA Sprah Sunan Tirmidzi
,iui,f;Jrt q * : lr \t * U,';t,JvJ*'*,,-l
.yJr It qi,i*It ftu,,1
f i"tt':*\t Y')4'f 7Qt'i::Jv
'*'#,>;6tji:ura lSu
*:rYb'*,i'*'lY eJ i,*'* f'f::)n) n
ita ,si;3 ,lSAr dt r, ,i*:lt ,t:irrt ,!.t
|i.:^i; ir fl$,:{:, y\t *
|,q}ttA=6*,Liirir$'l,i-,:yif
.',frtr ,!;lr
114.'37 Muhammad bin Amru As-sawwaq Al Balkhi
menceritakan kepada kami, Husyaim menceritakan kepada kami, dari
Yazid bin Abu Ziyad {h} Ia mengatakan: Dan Mahmud bin Ghailan
menceritakan kepada kami, Husain Al Ju'fi menceritakan kepada
karri, dari Zaidatr, dari Yazid bin Abu Ziyad, dari Abdunahman bin
Abu Laila, dari Ali, ia berkata, "[ku tanyakan kepada Nabi SAW
tentang madzi, beliau pun bersaMa, 'Dari ,nadzi menglwruslwn
wudhu dan dari nani mengltowkan marrdi'."
Ia berkata, "Mengenai masalah ini (ada riwayat lain) dari Al
Miqdad bin Al Aswad dan LJbay bin Ka'ab."
Abu Isa berkatq "Ini hadits hasan shahih."
Dan telah diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, dari Nabi
SAW, melalui lebih dari satu jalur: "Sebab keluarnya modzi
menghoruslwnwudhu, don dari mani mengluruslmn mandi."
tr? Hadits slrahih.HR lbnu Majah (504) dari hadits Ali iuga, sebagaimana ia pun
mengeluarkannya dari hadits Al Miqadad dan dari hadits Ubay bin Ka'ab. Ha&ts Al
Miqdad bin Al Aswad dikeluarkan juga oleh An-Nasa'i dan Abu Daud.
Syanh Sunin Tirmidzi 713
Ini merupakan pendapat umumnya ahli ilmu dari kalangan
satrabat Nabi SAW, tabi'in dan generasi setelatr mereka. Demikian
juga yang dikatakan Suffan, Asy-Syafi'i, Ahmad dan Ishak.
Penjelasan Hadits:
Ucaparurya , fl;.sri ,*, G. ;E r; trri (Bab: Tentang Mani dan
Madzi), ini kata yang mabn [tidak berubatr karena partikel penyebab
berubalrnya harakat] dengan fathah pada huruf mitm, kasrah pada
htrlf nuun dantasydid pada huruf akhir, yut;uyaa'[yakni mantyl.lu
bermakna umum yang mencakup mani laki-laki dan perempuan,
berikut merupakan ciri-ciriny4 yaitu:
Pertama, keluar disertai syahwat lalu disusul ftNa lelah
setelatrnya.
Kedua, aromanya seperti aroma getah.
Ketiga, kelqar dengan memuncrat dan dorongan. Semua ini
adalafr tentang mani laki-laki.
Adapun perempuan berwarna agak kuning. Demikian yang
disebutkan An-Nawawi. Adapun madzi adalah air yang kental
(lengket) yang keluar disertai syatrwat ringan ketika bercumbu dan
serupanya tanpa memuncrat. Sedangkan wadi adalatr air putih kenrh
tidak beraroma yang keluar setelah air seni. Kedua yang terakhir ini
mewajibkan wudhu, bukan mewajibkan mandi.
Al Hafizh berkata" "Tentang madzi ada beberapa cara
pengucapan, yang paling fasih adalah denganfathah padahwaf miim,
sulrun pada huruf dzaal bertitik satu, lalu ya' tarrya tasydid tyakni
madzyul. Kemudian dengan kasrahpada huruf dzaal dan tasydid pada
huruf yaa' lyakni mafuiyl.Yaitu air berwama agak putih, kental
(lengket), yang keluar ketika bercumbu atau mengkhayalkan
persetubuhan atau hendak bersetubuh, dan keluamya kadang tidak
terasa." Sampai di sini perkataan Al Hafizh.
Ucapannya, '*i * b, d* ,;,'dft ,i'6 J*',* (dari Ali, ia
berkata, *Aku tanyakan kepada Nabi SAW), ini menunjukkan batrwa
Ali RA pemah bertanya sendiri kepada Nabi SAW. Dalam riwayat
Malik, Al Bukhari dan Muslim disebutkan, bahwa ia berkat4 "Lalu
aku menyuruh Al Miqdad bin Al Aswad, maka ia pun bertanya kepada
beliau." Dalam riwayat An-Nasa'i, batrwa Ali berkata, eeflku
menyuruh Ammar bin Yasir."
Sementara Ibnu Hibban memadukan perbedaan ini, yaitu, bahwa
Ali menyuruh Ammar untuk menanyakan, kemudian ia sendiri
bertanya (secara langsung).
Al Hafizh berkata, "Ini pemaduan yang bagus, hanya saja di
bagian akhirnya merubatr perkataannya: 'bahwa ia merasa malu untuk
menanyakan sendiri karena kedudukan Fathimah', maka nyatalah
batrwa itu hanya ungkapan kiasan, karena sebagian perawi
menyebutkan bahwa ia yang bertanya, karena ia yang menyuruh
(untuk bertanya). Karena itulah, Al Ismaili memastikan demikian,
kemudian juga An-Nawawi."
i|r$,Fd, H' u1 fHt 4,:i6i 6uetiau pun bersab da,,Dari
madzi mengharuskan wudhu, dan dari mani mengharuskan mandi.')
ini mentrnjukkan bahwa keluamya madzi tidak mewajibkar,r mandi,
akan tetapi mewajibkan wudhu.
i.'4.1i oi.\t /. :,:9, ?q, dr (Merieenai
f fUcapannya,
masdah ini [ada riwayat lain] dari Al Miqdad bin Al Aswad dan Ubay
bin Ka'ab). Hadits Al Miqdad diriwayatkan oleh Abu Daud, An-
Nasa'i dan lbnu Majatr. Sedangkan hadits Ubay bin Ka?ab
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibatr dan yang lainnya.
'*,f |*, u-i t5 (Ini hadits hasan shahih),
Ucapannya,
diriwayatkan juga oleh Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i dan Ibnu
Majah. Sementara Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan secara
ringkas.
Syarah Sunan Tirmidzi P
Di dalam sanad At-Tirmidzi terdapat Yazid bin Abu Ziyad,
Anda telatr mengetahui pembicaraan mengenai ditioy.u. At-Tirmidzi
menshahihkan hadits Yazid ini di beberapa tempat dan menlasankan
di tempat lainnya sebagaimana yang Anda ketahui pada pendahuluan
kitab ini. Kemungkinan penilaian slwhih dan hosarmya ini karena
adanya faktor-faktor di luar sanad, yaitu karena terkenalnya matan dan
serupanya. Jika bukan karena itu, maka Yazid ini tidak termasuk
perawi hasan, apalagi shahih.
Lagi pula, hadits yang diriwayatkan Ibnu Abi Laila dari Ali,
telatr dikatakan, bahwa ia tidak mendengar darinya
Ucapannyu, #, ,Yt 'ib 'J:j 'ft (Ini menrpakan pendapat
umumnya atrli ilmu ... dst.), Al Hafi* mengatakan di dalam Al Fath,
"Ini merupakan ijma'."
-;lf;.rSJ,JJreaVE'.?[
84. Bab: Madzi yang Mengenai Pakeian
,f i,t €*.3r3' €*
* * i,fi,y-id,/ *.t-L,l;g;1i.,,y,i:t? - \ \ o
'Al
y! o€sr'ir i.
y^t!, );),ui *fi,J:-iir 'r'4'-:K,ivri:
,i.1l!t,t*'rIb\,fi"'lrf:y-,o:lJui ou|ie:.t-",e*L1r,f*,i'\1Fz?i;art'tj4iL{U-L&*,.,lgt;lrii";{y:!;rrrlr"t.a.#iJI*;::36oie,$,1j'kr."i
EI Sytrrh Sunrn Timidzi
i.u,aE/cilc ,e'#tif
til "y)a.
c tt o. , 4 i,,li g'ilt €#t S^i';*r s7
:f-6.a,y ;,vi q-PI 'eA, J'; ';:t r\ "uf-
Sust
:'ribx Su, 1;t)
.:e;..n u'ty ol ;:ri :'t:Lf iti; :jAt
I15.138 Hannad menceritakan kepada kami, Abdah menceritakan
kepada kami, dari Muhammad bin Ishak, dari Sa'id bin Ubaid, yaitu
Ibnu As-Sabbaq, dari ayahnya, dari Safrl bin Hunaif, ia menuturkan,
"Aku orang yang sering keluar madzi tanpa bisa ditahan, maka aku
sering kali mandi karenanya, lalu aku ceritakan hal itu kepada
Rasulullah SAW dan aku menanyakan hal itu kepada beliau, beliau
pun bersabda,'Sesungguhnya dari itu cuhtp bagtmu berwudhu.' Lalu,
aku berkata 'Wahai Rasulullah, bagaimana dengan madzi yang
mengenai pakaianku?' Beliau menjawab, 'Culatp engkau menciduk air
satu cidulran tangan, lalu engkau siramkan pada palraianmu yang
englwu lihat terkena olehnya'."
Abu Isa berkata "Ini hadits hasan shahih, dan kami tidak
mengetahui yang seperti ini kecuali dari hadits Muhammad bin Ishak
mengenai madzi seperti ini."
Para ahli ilmu berbeda pendapat mengenai madzi yang
mengenai pakaian, sebagian mereka berkata, "Tidak mencukupi
ikecuali dengan dicuci." Ini merupakan pendapat Asy-Syaf dan
Ishak. Sebagian lainnya berkata, *Cukup dengan diperciki." Ahmad
berkata" "Aku harap cukup diperciki dengan air."
rs Hadits h4san. HR lbnu Majah (506) dan Abu Daud (210), keduanya dari
hadis Sahl bin Hunaif.
Syarah Sunan Tirmidzi Tt1
Penjelasan Hadits:
Ucapannya, qi)t 4- yilt ,;t ,8 6 lti (Bab: Madzi yang
Mengenai Pakaian), madzi, dengan harakat fathah pada huruf mtim,
sulan pada huruf dzaal, lah,t yaa' tanpa tasydid [yakni madzyul,
adalah air yang kental (lengkeQ yang keluar dari dzakar ketika
mencumbui istri. Hal ini tidak mewajibkan mandi. Namun madzi itu
sendiri adalatr najis yang harus dicuci dan membatalkan wudhu.
Rajulun madzdzaa'aitinya laki-laki yang sering mengeluarkan madzi.
Bentuk kata kerjanya amdzaa-yumdzii dan madzaa. Demikian yang
disebutkan di dalam An-Nihayah.
Ucapannya, i,* (Abdah) Ibnu Sulaiman Al Kilabi Abu
Muhammad Al Kufi, ia seorang perawi yanrg tsiqaft. Biographinya
'pi i. y ,ftelatr dikemukakan.
(dari Muhammad bin Ishak), ia
seorang perawi yang tsiqah, hanya saja ia mudallis, dan riwayatnya
dari Sa'id bin Ubaid pada kitab At-Tirmidzi dikemukakan secara
mu'on an, sedangkan pada kitab Abu Daud dengan redaksi tahdits
* ,f(menceritakan), dengan begitu hilanglatr penyebab tadltmya.
y i (dari Sa'id bin Ubaid) dengan bentuk tashghir, sedangkan
dalam riwayat Abu Daud disebutkan: *Sa'id bin Llbaid menceritakan
9fl'kepadaku". $U; (yaitu Ibnu As-sabbaq), disebutkan didalam
At-Taqrib, "Sa'id bin Ubaid bin As-Sabbaq Ats-Tsaqafi Abu As-
Sabbaq Al Madani, perawi yangtsiqah, termasuk level keempat."
Saya katakan: Ia meriwayatkan dari ayahnya dan dari Abu
Hurairah. Sedangkan yang meri darinya adalatr: Az-Zr)hn
dan Ibnu Ishak. Ia dinilai tsiqah oleh An-Nasa'i.
*yrl (dari ayahnya) yakni Utaid bin As-Sabbaq, dengan fathah
pada huruf stin txrpa titik, lalu Daa' bertitik satu dengan tasydid, Al
Madani Ats-Tsaqafi Abu Sa'id, ia seorang yang tsiqah, termasuk level
ketiga. Ia meriwayatkan dart Zatd bin Tsabit dan Sahl bin Hunaif.
Adapun yang meriwayatkan darinya adalah Ibnu Syihab. Ia dinilai
7tE Syarah Sunan Tirmidzi
tsiqah oleh lebih dari satu orang ahli hadits.
,-i;L i. ,fu ,* (dari Sahl bin Hunaif) Ibnu Watrib Al Anshari
at nusi, ,"or*g sahabat, termasuk peserta perang Badar. Ali pernah
menunjuknya sebagai penggantinya di Bashratr, dan ia meninggal
pada masa khilafah Ali.
Ucapannya ,iuei i:t;, \tiJSt ',1 Cf t:i 1em orang yang sering
keluar madzi tanpa bisa ditahan), disebutkan di dalam Ash-Shurrafo
"'Anaa'an, denganfathah danmadd, adalah tanpa bisa ditatran.
,N, : '$ 'e (maka aku seringkali mandi karenanya),
uldsiru dali al iktsaar (memperbanyak), adapun kata 'min' rurrrt:t*
menunjukkan alasan, yakni: Aku memperbanyak mandi karena
(seringnya) keluarnya madzi.
Wi;-ufu1.(Sesungguhnya dart itu culatp bagimu), yujzi'utrn dai-
al ijzaa', yakni cukup bagimu. Uf: C @ari itu) yakni dari keluarnya
madzi. ',rLlr (berwudhu) dengan status marfu'sebagai subyek.
*a aui 6 as "ti :'c:rts :5 q tt -ir? oi 'cLiii- ,i'6
(Beliau menjawab, 'Cukup engkau menciduk air satu ciduknn tangan,
lalu englrau percik*an pada pakaianmu yang engkau lihat terkena
olehnya.') dalam riwayat Al Atsram disebutkan: "Cukup bagtmu
mengambil air secidukan tangan lalu englrau memercikJran padanya."
Ini dijadikan dalil bahwa apabila madzi mengenai pakaian, maka
cukup menyiramkan dan memercikkan air padanya, dan tidak wajib
dicuci.
Ucapannya, "* '# L-y r5 (ni hadits hasan shahih),
hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Daud dan Ibnu Majah.
Ucapannya, ,b e fiii' d 'pl.i y y-y q\iif ri
(dan kami tidak mengetahui yang seperti ini kecuali dari hadits
Muhammad bin Ishak mengenai madzi seperti ini), pada redaksi ini
disebutkan lataz}l. "seperti ini" dua kali, lafazh yang kedua adalah
sebagai penegasan lafazh yang pertama. Artinya: Kami tidak
mengetatrui yang seperti hadits ini dalam masalatr madzi yang cukup
dengan menyiramkan air pada pakaian bila terkena madzi yang
disebutkan di dalam suatu hadits kecuali pada hadits Muhammad bin
Ishak. Kesimpulannya, bahwa Muhammad bin Ishak meriwayatkan
hadits ini sendirian dari Sa'id bin Ubaid.
Ucapannya , 1 |@. ,)ui ,qilt'4-,€'iar,J #' Sll |;jrl liz
eg' Jf'-l;"t, 't^t JIJJ' 'Il bii- (paraatrli ilmu berbeda pendapat
mengenai madzi yang mengenai pakaian, sebagian mereka berkata,
"Tidak mencukupi kecuali dengan dicuci." Ini merupakan pendapat
Asy-Syaf i dan Ishak), orang yang berpendapat harus dicuci berdalih
dengan hadits Ali, yang mana ia berkata, "Aku adalah seorang yang
sering keluar madzl" Al hadits, yang mana di dalamnya disebutkan:
"(hendalcnya) ia mencuci kemaluannya dan ber-wudhu." Diriwayatkan
oleh Muslim, dan berdalih dengan hadits Abdullah bin Sa'id, yang di
dalamnya disebutkan: "Setiap laki-laki mengeluarlcan madzi. Malca
(hendaknya) englcau mencuci kemaluanmu dan kcdua buah pelirmu,
(alu) engkau berwudhu seperti wudhumu untuk shalat." HR. Abu
Daud.
Mereka juga berkata, "Hadits (yang menyebutkan) cukup
dengan disiram dan diperciki (air) diartikan dengan landasan (hadits)
itu." er.iu. 'g.air iV- ltl ;:ti ,'t;,i i'6 5 |e4t l;l- ,';U;. 5,65
(Sebagian lainnya berkata, "Cukup dengan diperciki." Ahmad berkata,
tcr\ku harap cukup diperciki dengan air.") Argumen mereka dalam hal
ini adalah hadits yang disebutkan pada bab ini. Asy-Syaukani berkata,
"Para ahli ilmu berbeda pendapat mengenai madzi yang mengenai
pakaian. Asy-Syafi'i, Ishak dan yang lainnya berpendapat, 'tidak
cukup kecuali dengan dicuci,' ini berdasarkan riwayat yang
memerintahkan untuk mencuci. Namun sebenarnya riwayat ini
menyebutkan batrwa pencucian dimaksud adalatr mencuci kemaluan,
bukan mencuci pakaian (yang terkena madzi).
7m Syarah Sunan Tirmidzi
Inilah bagian yang diperdebatkan. Maka sebenamya, riwayat
yang menyebutkan 'cukup disiram air' yang disebutkan pada bab ini
tidak ada riwayat lain yang menyelisihinya. Maka mencukupkan
dengan 'disiram air' adalah pendapat yang benar lagi mencukupi."
Ia juga berkata, "Telah disebutkan secara pasti pada riwayat Al
Atsram lafazh:'memercikkan padanya', pengertian tidak lebih tinggi
dari yang dikemukakan (dalam lafaz}l^ ini), alon tetapi bemada ringan
yang merupakan tujuan syari'at yang lembut, sehingga hal ini sudatr
mencukupi sebagaimana mencuci. Saya katakan: Menurut saya,
perkataan Asy-Syaukani ini sebagai wacana pemikiran, silakan Anda
fikirkan.
-;llY1,..';J\i1qu,;\i
85. Bab: Mani yang Mengenai Pakaian
-,€*trj.L'i.;r,-6;l*i\,i-** d-16 ,1 g* ,ith v;1r, -\ \ 1
ak| Ja :Jv ,,71jit y. lu *
,l>g)' ;i w, A, t';- tf +i6 ;jLv W. ?6 ,it:;*
uit,C.; t:'tl't.,lr*y:ul.- ,A,y,rt'i ,,o, eW
,k :t );' 7; i ki c!': ,:*\u';-'oi .;E; oe
.tG\*:+e i,t
'*"# *.t1-l$:ura fie
,*t y \t * Ut Tcbi q ytt ;; ,t'; yi
,leiltt ,ier?t otl, 1y:6t, iU.;, ,t6t,
Syarah Sunan Tirmidzi A
; oD ,:t?, ri;+?, 1-'e^, eriu ,*;"1: ,:,r,J;i:
'y-Ji-
*,?:Ut /. 16 *,et;.1.,r,y# * q:),tki
.#!i !,ittura
* ,1i''tr * ,et;.\'* c.,,-;ir r.ii f I ,s:ri
.*rG
.?1r:.-r!r L-yt
116. Hamad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah
menceritalcan kepada kami, dari AI Anmasy, dari lbratrim, dari
Hammam bin Al Harits, ia menuturkan, "Ada seorang yang bertamu
kepada Aisyah, lalu Aisyatr menyuruh agar disediakan selimut kuning
untukny4 lalu orang itu pun tidur dengan selimut itu, kemudian ia
mimpi basah, lalu ia pun merasa malu untuk menyerahkan selimut itu
kepada Aisyatr sementara pada selimut itu terdapat bekas mimpinya.
Maka ia pun membenamkannya di air, lalu menyeratrkannya kepada
Aisyatr. Aisyah pun bertanya, 'Mengapa ia merusak kain kami.
Sesungguturya ctrkup baginya mengeriknya dengan jari-jarinya.
Karena aku pun pernah mengeriknya dari pakaian Rasulullah SAW
dengan jari-jariku'."
Abu Isa berkata "Ini hadits hasan shahth."
Ini merupakan pendapat lebih dari satu orang satrabat Nabi
SAW dan tabi'in serta generasi setelatr mereka dari kalangan para atrli
fikih, seperti: Suffan Ats-Tsauri, Asy-Syaf i, Ahmad dan Ishak.
Mereka berkat4 *Mani yang mengenai pakaian, cnkup dikerik,
walaupun tidak dicuci."
Demikian pula yang diriwayatkan dari Manshur, dari Ibratrim,
72, Syarah Sunan Tirmidzi
dari Hammam bin Al Harits, dari Aisyah, seperti riwayat Al A'masy.
Abu Ma'syar meriwayatkan hadits ini dari Ibratrim, dari Al
Aswad, dari Aisyah.
Hadits Al A'masy lebih shahih.
Penjelasan Hadits:
Ucapannya, 'qtJt 4" 'r#, e;E 6 q6. Bab: Mani yang
Mengenai Pakaian), An-Nawawi mengatakan di dalam Syarh Muslim,
"Ulama berbeda pendapat mengenai kesucian mani manusia. Malik
dan Abu Hanifah berpendapat najis, hanya saja Abu Hanifa berkata,
'Menyucikannya cukup dengan mengeriknya bila kering.' Ini juga
riwayat dari Ahmad. Sementara Malik berkata, 'Harus dicuci, baik
kering maupun basah.'
Al-Laits berkata, 'Itu adalah najis, namun tidak perlu mengulang
shalat karenanya.' Al Hasan berkata, 'Tidak perlu mengulang shalat
karena mani yang ada di pakaian walaupun banyak, tapi bila mani itu
berada di tubuh maka shalatnya diulang walaupun maninya sedikit.'
Mayoritas mereka berpendapat batrwa mani itu suci, ini juga
diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, Sa'd bin Abu Waqqash, Ibnu
Umar, Aisyah dan Daud pada riwayat yang lebih shahih di antara dua
riwayat darinya. Ini merupakan madzhabnya Asy-Syaf i dan para atrli
hadits, dengan begitu, adalah keliru orang yang menyayangkan batrwa
Asy-Syaf i berpendapat sendirian tentang kesucian mani.
Dalil mereka yang menyatakan najis adalah riwayat tentang
mencuci, sedangkan dalil yang menyatakan suci adalatr riwayat
tentang mengerik. Seandainya mani adalatr najis, tentu tidak cukup
dikerik, sebagaimana daratr dan serupanya. Mereka berkata 'Riwayat
tentang mencuci mengindikasikan anjuran dan kehati-hatian dan lebih
memilih kebersihan'." Sampai di sini perkataan An-Nawawi.
Ath-Thahawi mengatakan setelatr menyebutkan atsar-atsar yang
Syarah Sunan Tirmidzi 78
menunjukkan sucinya mani, "Orang-orang telatr berpendapat bahwa
mani itu suci." Al 'Aini berkata, "Yang dimaksud dengan 'orang-
orang' tersebut adalatr: Asy-Syaf i, Ahmad,Ishak dan Daud."
Asy-syaukani mengatakan di dalam An-Nail, "Mereka
mengatakan, bahwa hukum asalnya adalatr suci, maka htrkumnya tidak
berubatr kecuali berdasarkan dalil. Lalu dijawab, bahwa
menghilangkannya dengan mencuci, mengerik, menyapunya
(membuangnya) atau menggaruknya adalah tuntunan yang pasti,
ftrmun tidak ada makna yang mengisyaratkan bahwa sesuatu itu
adalatr najis, hanya saja diperintatrkan untuk dihilangkan sebagaimana
yang ditetapkan oleh pembuat syari'at. Jadi yang benar, bahwa mani
itu adalah najis yang boleh disucikan dengan salah satu dari cara-cara
tersebut." Saya katakan: Perkataan Asy-Syatrkani ini baik lagi bagus.
Ucapannya,"Jb *stb Jtb (Ada seorang yang bertamu kepada
Aisyatr), yakni singgatr kepadanya. Disebutkan di dalam Al Qamus:
-"DhiJtuhu dm udhiifuhu dhaifah dm dhiyaafah, dengan lusrah
(pada huruf dhaadh), artinya singgatr sebagai tamu." Disebutkan di
dalam An-Nihryah: "Pada hadits Aisyah disebutkan 'dhoafaha
dhaifun'; dhtftu ar-rajula adalatr aku singgatr kepadanya bertamu
Adhaftuhu adalatr meninggalkannya. Tadhayyafiuhu adalah aku
singgah kepadanya lalu ia menawariku bertauru dan menempatkanku."
i:1:" ia"L. 'i c'Vt6 (alu Aisyatr menyuruh agar disediakan
selimut kuning untuknya), disebutkan di dalam Al Qamus: "Lihaaf
seperti bentuk kata kitaa6, yaitu sesuatu yang diselimutkan, juga
berrti pakaian yang dikenakan di atas (di luar) pakaian lainnya, yaitu
yang berupa kain lebar untuk menawar dingin dan serupanya, seperti
selimut." Disebutkan di dalam Ash-Shurrah: "Milhafah -dengan
kasrah Gada hnruf miimF adalatr selimut."
iYl, ';i V.) (sementara pada selimut itu terdapat bekas
mimpinya) yakni bekas mani. Waawu di sini menunjukkan kondisi
tdiartikan sementara tpada selimut itul).
7A Syarrh Sunan Tirmidzi
'k'y;- oi #- 'o,g USt (Sesungguhnya cukup baginya
mengeriknya), yakni menggosoknya sehingga bekas itu hilang dari
kain. Orang yang berpendapat sucinya mani berdalih dengan hadits
ini, dan berkata, "Bila mani itu memang najis, tentu tidak cukup hanya
dikerik, sebagaimana darah dan serupanya." Lalu dijawab, bahwa ini
tidak menunjukkan kesuciannya, akan tetapi menunjukkan tentang
ciua menyucikannya. Jadi perintatr itu malah mengindikasikan bahwa
mani itu najis, hanya saja diringankan dalam menyucikannya, yaitu
lebih ringan daripada dengan air.
Air itu sendiri bukan satu-satunya yang bisa menghilangkan
semua jenis najis, jika tidak demikian, tentu kotoran yang berada di
bawah sandal tidak bisa disucikan dengan tanah, dan buktinya, bahwa
Nabi SAW memerintahkan untuk menyapukannya di tanah, lalu
beliau pun melaksanakan shalat dengan mengenakannya. Demikian
yang dikatakan oleh Asy-Syaukani.
Mereka juga berdalih dengan hadits Aisyah, yang mana ia
berkata, "Rasulullah SAW menyapu (membuang) mani dari
pakaiannya dengan ranting idzkhir, kemudian beliau shalat dengan
mengenakan (pakaian) itu, dan bila mani itu kering beliau
mengeriknya, kemudian shalat dengan mengenakannya."
Diriwayatkan oleh Ahmad. Al Hafizh mengatakan di dalam lt-
TalHtish: "Dengan isnad hasan."
Al Hafizh Az-Zaila'ijuga menyebutkannya di dalam Nashb Ar-
Rayah namun tidak mengomentarinya. Juga berdasarkan hadits
Aisyah, bahwa ia membuang mani dari pakaian Nabi SAW dengan
ranting idzkhir, kemudian beliau menggunakannya untuk shalat.
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah yang disebutkan oleh Al Hafizh
di dalam Al Fath namun tidak mengomentarinya. Juga berdasarkan
atsar Ibnu Abbas, bahwa ia mengatakan tentang mani yang mengenai
pakaian, "Buanglah dengan ranting atau idzkhir, karena sesungguhnya
mani itu setara dengan ingus atau dahak." Diriwayatkan oleh Al
Baihaqi di dalam Al Ma'rifah dandishahihkanrrya.
Syarah Sunan Tirmidzi 7E
Saya katakan: Berdalih dengan hadits Aisyah yang pertama
dan kedua ada catatannya sebagaimana yang telah Anda ketahui tadi,
adapun tentang atsar Ibnu Abbas, ini hanyalah perkataannya sendiri
dan tidak marfu'.
Ucapannya, "* "# qy rii llni hadits hasan shahih)
diriwayatkan juga oleh Muslim, Abu Daud, An-Nasa'i dan Ibnu
Majah.
yUcapannya, ;iai iot ,p ,;, ?6Jl q y,t * i'i'';i
tjti ,:,7,:,yt ,lbii ,l4f;lltt ,:*1A, ob 1y:6t q e;JJ.Ui ,q;6ts
ii; 4-'e,W- i'oy1 ,:tVr v'A,
d (roi merupakan pendapat
lebih dari satu atrli fikih, seperti: Suffan Ats-Tsauri, Asy-Syaf i,
Ahmad dan Ishak. Mereka berkata, *Mani yang mengenai pakaian,
cukup dikerik, walaupun tidak dicuci."), ini juga merupakan pendapat
Abu Hanifatr bila mani itu dalam keadaan kering, sementara Malik
mengatakan harus dicuci, baik dalam keadaan basatr maupun kering,
sebagaimana yang telah dikemukakan.
Ucapannya, C ,!)d, I lb * ,e,ilC ,)# * q::r,:ig:rj
!:l Ei1}1, iLrs6 (Demikian pula yang diriwayatkan dari Manshur,
dari Ibratrim, dari Hammam bin Al Harits, dari Aisyah, seperti riwayat
Al A'masy), yakni sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al A'masy
dari Ibratrim, dari Hammam, dari Aisyatr, dan demikian juga yang
diriwayatkan Manshur. Hadits Manshur diriwayatkan oleh Muslim.
Dan demikian juga yang diriwayatkan oleh Al Hakim, haditsnya
diriwayatkan juga oleh Abu Daud.
Ya V .ir.lr f * fl,et4 ,>-s,st tu 6 ajb (Abu
Ma'syar meriwayatkan hadits ini dari Ibratrim, dari Al Aswad, dari
Aisyatr), dan demikian juga yang diriwayatkan oleh Hammad,
Mughirah, Washil dan Al A'masy dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari
Aisyatr. Hadits Abu Ma'syar, Mughiratr, Washil dan Al A'masy
terdapat dalam riwayat Muslim, sedangkan hadits Hammad terdapat
7X Syarah Sunan Tirmidzi
pada riwayat Abu Daud.
'*1 *\t cty) (Hadits Al A'masy lebih shahift), saya tidak
tahu alasan yang menyebabkan hadits Al A'masy lebih shahih,karena
Al A'masy tidak meriwayatkan sendirian dari Ibrahim, dari Hammarn,
dari Aisyah, akan tetapi dikuatkan oleh Manshur dan Al Hakam.
Demikian juga Abu Ma'syar, ia tidak meriwayatkan sendirian
dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari Aisyatr, akan tetapi dikuatkan oleh
Hammad, Mughirah, Washil dan Al A'masy. Yang tampak, bahwa
hadits Al A'masy dan hadits Abu Ma'syar keduanya sama-sama
shahih, tidak ada yang lebih shahih dari yang lairurya. Hadits ini
didengar oleh Ibratrim dari Hammam dan Al Aswad, sementara di
dalam Shahih Muslim disebutkan: Umar bin Hafsh bin Ghiyats
menceritakan kepada kami, ia mengatakan: Ayahku menceritakan
kepada kami, dari Al A'masy, dari Al Aswad dan Hammam, dari
Aisyah ... dst. llallahu a'lom.
-.)l q'iJt*.?Y
86. Bab: Mencuci Mani pada Pakaian
tt' * l ,i'i,"-sd t:;:t-. ,JG '.f,3;i ei; -r rv
tY'.ii 6,^:x,a *,)u- ;in'*,ti,y I yfi, I
'.*?:.,t *o;'n^t ,k' \ - '
4
,-ry-U; f4J> lt );, i=ti j
U.s :.,*re rl
.t& i, ,f *Qt €3
qf J;,A, a\ ' - qi. ,y t.i; -*;. 6ztt '*tA I
hr.1.a e,,,**,
Syarah Sunrn Tirmidzi m
'*'uil'!;lr;:t{ ol: &.i:iffq?; t&"-ol-j|r.t/f9pr1,;t'*at.
.it\ur'ir'"v'LG ,yujJ; y*'uit :f6;, ,o
ll7.'3e Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, ia berkata:
Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami, dari Amru bin Maimun
bin Mihran, dari Sulaiman bin Yasar, dari Aisyatr: "Bahwa ia mencuci
mani dari pakaian Rasulullah SAW."
Abu Isa berkata, "Ini hadits hasan shahih."
Mengenai masalatr ini (ada riwayat lain) dari Ibnu Abbas.
Hadits Aisyah yang menyatakan batrwa ia mencuci mani dari
pakaian Rasulullatr SAW, tidak menyelisihi hadits mengerik, sebab,
walaupun mengerik itu juga mencukupi, tapi dianjurkan bagi
seseorang agar bekasnya tidak terlihat pada pakaiannya.
Ibnu Abbas berkata, *Mani itu setara dengan ingus, maka
buanglatr itu darimu walaupun dengan (tanaman) idzkhir."
Penjelasan Hadits:
Ucapannya, )Q it4tl C @*, Sulaiman bin Yasar) Al Hilali
.U.
Al Madani maula Maimunatr, ada juga yang mengatakan: maula
Ummu Salamatr, ia seorang yang tsiqatr lagi mulia, salah seorang dari
ketujuh ahli fikih dan termasuk pemuka level ketiga. Ia meninggal
setelah tatrun seratus, ada juga yang mengatakan sebelumnya.
'*tucapannya, y b, & l' J*j q:f 1 q "db 6
(Bahwa ia mencuci mani dari pakaian Rasulullah SA'fiD, pendapat
yang mengatakan najisnya mani berdalih dengan hadits ini, lalu ulama
rre Hadits shahih, diriwayatkan oleh Jama'ah: Al Bukhari (229,230), Muslim
(288, 289), Abu Daud (372), An-Nasa'i (294), dan Ibnu Majah (536).
EI sYarah sunan Tirmi{zi
yang menyatakan sucinya mani menjawab, bahwa hadits ini
mengandung makna anjuran. Bagi mereka yang memandang najisnya
mandi ada dalil-dalil lainnya yang disebutkan oleh pengarang Atsar
As-Sunan, dan kami telah membahasnya di dalam kitab kami Abkar Al
Minan. Jika ingin Anda mengkaji dalil-dalil dari kedua kelompok itu
beserta semua argumen dan bantahan yang mereka kemukakan,
silakan merujuknya.
Ucapannya, "* "# L-y rri flni hadits hasan shahih),
diriwayatkan oleh imam yang enam.
ucapannya, *h, & l' Ji': qi'q\u; 6rato qyt
A *irliir cr-sJ .iJ6!
(Hadits Aisyatr yang menyatakan batrwa
ia mencuci mani dari pakaian Rasulullah SAW, tidak menyelisihi
hadits mengerik... dst.) Al Hafizh mengatakan di dalam Al Fath:
"Tidak ada kontradiksi antara hadits mencuci (bekas mani) dan hadits
mengerik (bekas mani), karena penyingkronan keduanya bisa jelas
menunjukkan sucinya mani, yaitu bahwa hadits tentang 'mencuci'
diartikan sebagai anjuran untuk membersihkan, bukan mewajibkan.
Ini merupakan pandangan Asy-Syafi'i, Ahmad dan para imam ahli
hadits.
Dan juga penyingtuonan keduanya bisa jelas menunjukkan
najisnya mani, yaitu bahwa hadits tentang 'mencuci' diartikan bila
mani itu dalam keadaan basatr, sedangkan 'mengerik' adalatr bila mani
itu ddam keadaan kering. Ini merupakan pandangan Abu Hanifah.
Pandangan pertama lebih kuat, karena ini merupakan pengamalan
berdasarkan khabar dan qiyas, sebab, bila mani itu memang najis,
tentu qiyasnya adalah wajib mencuci, dan tidak cukup hanya dengan
dikerik, sebagaimana darah dan serupany4 karena mereka juga tidak
memandang cukupnya membersihkan darah hanya dengan dikerik.
Lain dari itu, pandangan kedua juga dibantatr dengan apa yang
disebutkan di dalam riwayat Ibnu Khuzaimatr dari jalur lainnya dari
Aisyatr: 'Ia menggosok mani dari pakaian beliau dengan idzkhir,
Syarah Sunan Tirmidzi @I
kemudian beliau menggunakannya untuk shalat.' 'Beliau mengeriknya
dalam keadaan kering dari pakaiannya" kemudian beliau
menggunakzlnnya untuk shalat.' Hal ini menunjtrkkan 'tidak dicuci'
dalam kedua kasus ini.
Adapun Malik, ia tidak mengetahui tentang riwayat
'menggosok' dan ia berkata, 'Yang diamalkan menurut mereka adalah
wajibnya mencuci sebagaimana najis-najis lainnya.' Namun hadits
tentang 'mengerik' adalah sebagai argumentasi yang membantah
pendapat mereka." Sampai di sini perkataan Al Hafizh.
Ucapannya, 'i-6 ,y6.ijt y*.tt (Ibnu Abbas berkata, "Mani
itu setara dengan ingus, maka buanglatr itu), amithhu dari imaothah,
:f\y.i!yaitu menghilangkan. lwalaupun dengan [tanaman] idzkhir)
dengan knsrah pada huruf hamzah, sukun pada huruf dzaal bertitik
satu dan kasrah pada huruf Htaa' [yakni idzkhirl, yaitu ilalang yang
beraroma wangi. Atsar Ibnu Abbas ini diriwayatkan juga oleh Al
Baihaqi di dalam Al Ma'rifah dan ia berkata, "Inilatr yang shahih
mauquf."
Telah diriwayatkan juga dari Syarik, dari Ibnu Abi Laila, dari
Atha' secara marfu ', namun tidak valid. Demikian yang disebutkari di
dalam Nashb Ar-Rayah.
'J;3,'J;1sp-,u.Are,v[;E
87. Bab: Orang Junub Tidur Sebelum Mandi
"* 'j#\t -y ,J&'i k. l t:;:,L ,'1& $'r; -\ \^
bt * :, ,l;:r' rk ,UG ,alu.G ,r ,r-\t ,ro ,6*L1 Oi
I ..'-r. ciu:,:,+ .1. t,.,.!.. oi.
.e'r.V
U-.c.t- )-2 :!: ;t+ *S *
@ Syarah Sunan Tinmidzi
ll8.l40 Hannad menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin
Ayyasy menceritakan kepada kami, dari Al A'masy, dari Abu Ishak,
dari Al Aswad, dari Aisyatr, ia berkata" "Rasulullah SAW pernatr tidur
dalam keadaan junub dan tidak menyentuh air (lebih dulu)."
Penjelasan Hadits:
Jb fUcapannya,
U fJ (AUu Bakar bin Ayyasy) denganyaa'
bertitik dua di bawatr dan bertasydid, lalu syiin bertitik tiga, Ibnu
Salim Al Asadi Al Kufi Al Muqri' Al Hannath, ia dikenal dengan
julukannya, yang benar bahwa itu adalah namanya.
Ada juga yang mengatakan bahwa namanya adalah Muhammad,
dan ada juga yang mengatakan selain itu. Ia seorang yang tstqah lagi
ahli ibadatr, hanya saja setelatr tua hafalannya memburuk, namun
kitabnya shahih. Riwayatnya disebutkan di dalam pendahuluan
Muslim. Demikian yang disebutkan di dalam At-Taqrib.
Sementara pada pendahuluan Fath Al Bari disebutkan: "Ahmad
berkata, 'Ia seorang yutg tsiqah, namun kadang keliru.' Abu Nu'aim
berkata, 'Di antara para guru kami, tidak ada yang lebih banyak
kekeliruannya daripadanya.' Ketika Abu Hatim ditanya tentangnya
dan tentang Syarik, ia menjawab, 'Dalam hal hafalannya, keduanya
sama, hanya saja Abu Bakar lebih shahih kitabnya.'
Ibnu Adi menyebutkannya di dalam Al Kamil dan ia berkata,
'Kami tidak mendapatkan suatu hadits pun yang mungkar dari riwayat
orang-orang tsiqah darinya.' Ibnu Hibban berkata, 'Yahya Al
Qaththan dan Ali bin Al Madini berpandangan buruk mengenainya.
Demikian ini, karena setelah berusia tua, hafalannya buruk, lalu ia
mengira-ngira.' Ibn Sa'd berkata, 'Ia seorang yang tsiqaft, jujur lagi
mengetatrui hadits, hanya saja sering keliru.'
Al Ijli berkata, 'Ia seorang yang tsiqaft, pengamal As-Sunnah,
rs Hadits slwlih, diriwayatkan juga oleh Abu Daud (228), Ibnu Majah (581).
Syarah Sunan Tirmidzi 73l
namun kadang ada kesalahan.' Ya'qub bin Syaibah berkata, 'Ia
seorang yang mempunyai pemahaman, ilmu dan riwayat, namun pada
haditsnya ada kekacauan.' Menurut saya, Muslim tidak meriwayatkan
sesuatu pun darinya di dalam pendahuluan kitab Shahih-nya,
sementara Al Bukhari meriwayatkan banyak haditsnya'."
Saya katakan: Kemudian Al Hafizh menyebutkan sejumlah
hadits yang mayoritasnya dimutaba aft (dikuatkan) oleh yang lainnya.
ti yUcapannya ,it',r;;-:tt ,",+b'$:, if;- io' .,Le irr |i71 o'€
(Nabi SAW pernatr tidur dalam keadaan junub dan tidak menyentuh
air fiebih dulu]), ini menunjukkan, ba]rwa orang yang junub boleh
tidur sebelum mandi dan sebelum wudhu. Namun ada catatan
mengenai hadits ini sebagaimana yang akan Anda temukan. Hadits ini
diriwayatkan juga oleh Abu Daud dan yang lainnya.
P..4 *Igri ,*c,stiJ,. ,€i $:r; ,\tb $:L -\ \ 1
3
lz c z
.0t2-)
.:?i'=1;-!t i *li t;;: :$i I ie
\t .* Ut * -$.G e ,1)\t f :ti i; ,fsi :,,*"tti y
*;, 'g:"i rJ^r -i6-'tti
,rj er; ok
"y :;\t,f 'frt
*i's;At, }&, e,,";;i, fu'fit, ;o.f ,s:t ni
.'6;1 eri q't| '*bl o\;-, c.vtj
@I SYarah Sunan Tirmidzi
I l9.l4l Hannad menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan
kepada kami, dari Suffan, dari Abu Ishak dan yang lainnya.
Abu Isa berkata, "Ini pendapat Sa'id bin Al Musayyib dan yang
lainnya."
Lebih dari satu orang meriwayatkan dari Al Aswad, dari Aisyah,
dari Nabi SAW: "Bahwa beliau berwudhu sebelum tidur."
Ini lebih shahih daripada hadits Abu Ishak dari Al Aswad.
Hadits ini telah diriwayatkan juga dari Abu Ishak oleh Syu'bah,
Ats-Tsauri dan yang lainnya. Mereka berpandangan, bahwa ini adalah
kekeliruan dari Abu Ishak.
Penjelasan Hadits:
& fi'Ucapannya, dt *y * l-t \ * ytt ?,si: ni
?6.'oi ,p'UA t,it 'rfr ,Pt y @ebih dari satu orang meriwayatkan
dari Al Aswad, dari Aisyah, dari Nabi SAW: "Bahwa beliau
berwudhu sebelum tidur.") yakni, batrwa lebih dari satu orang telah
meriwayatkan dari Al Aswad, dari Aisyah, dengan lafazh ini,
sementara Abu Ishak menyelisihi mereka, ia meriwayatkan dari Al
Aswad, dari Aisyah dengan lafazh:'Nabi SAW tidur dalam keadaan
junub dan tidak menyentuh air."
'frt gri'U Jdb t.rir i,( o\y-1 (Mereka berpandangan, bahwa ini
adalah kekeliruan dari Abu Ishak), Ibnu Al Arabi mengatakan di
dalam Al 'Aridhaft, "Penafsiran yang keliru Abu Ishak adalah, bahwa
hadits ini diriwayatkan Abu Ishak di sini secara ringkas, ia
memenggalnya dari hadits panjang lalu keliru dalam meringkasnya.
Nash hadits panjang yang diriwayatkan oleh Abu Ghassan
adalah sebagai berikut: Zvhur bin Harb meriwayatkan kepada kami,
Harb meriwaya&an kepada kami, Abu Ishak meriwayatkan kepada
rar Shahih, lihat yang sebelumnya.
Syarah Sunan Tirmidzi 73
kami, ia menuturkan, "Aku mendatangi Al Aswad bin Yazid, ia
adalah saudaraku sekaligus temanku, lalu aku berkata, 'Watrai Abu
Amr, ceritakan kepadaku apa yang diceritakan oleh Aisyah Ummul
Mukminin kepadamu tentang shalatnya Rasulullatr SAW, ia pun
berkata, 'Ia berkata, 'Rasulullah SAW tidur di awal malam dan
menghidupkan akhirnya, kemudian bila beliau mempunyai keperluan,
maka beliau menyelesaikan keperluannya, kemudian beliau tidur
sebelum menyentuh air. Pada saat adzan pertama, beliau bangun.'
Mungkin juga ia berkata, 'Beliau berdiri lalu menuangkan air'
-ia tidak mengatakan: mandi dan aku mengetahui apa yang beliau
kehendaki-, bila beliau tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu
seperti wudhunya seseorang untuk shalat'."
Ini hadits yang panjang, di dalamnya disebutkan: "Bila beliau
tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu seperti wudhu untuk
shalat." Ini menunjukkan bahwa ucapannya: "Bila beliau mempunyai
keperluan, maka beliau menyelesaikan keperluannya, kemudian tidur
sebelum menyentuh air" diartikan menjadi dua pengertian: Bisa jadi
batrwa yang dimaksud dengan keperluan di sini adalatr keperluan
sebagai manusia pada umumnya, yaitu berupa buang air kecil atau
buang air besar, lalu beliau menyelesaikannya, kemudian beristinja
dan tidak menyentuh air (idak berwudhu), lalu tidur. Namun bila
beliau menggauli istrinya, maka beliau berwudhu, sebagaimana
disebutkan di akhir hadits.
Bisa juga bahwa yang dimaksud dengan keperluan adalah
menggauli istri, dan perkataannya 'kemudian tidur dan tidak
menyentuh air' maksudnya adalah mandi. Adapun yang tidak
mengartikan hadits ini dengan salah satu pengertian tadi, maka yang
bagian pertamanya bertolak belakang bagian belakangnya, lalu Abu
Ishak memperkirakan batrwa keperluan dimaksud adalah menggauli
istri, lalu menukil hadits ini berdasarkan makna yang dipahaminya.
Wallohu a'lam." Sampai di sini perkataan Ibnu Al Arabi.
Saya katakan: Lebih dari seoranghafrzh telatr mengupas hadits
ini. Ahmad berkata, "Tidak shahih." Abu Daud berkata, "Ini hanya
asumsi." Yazid bin Harun berkata, "Ini salah." Muhanna mengatakan
dari Ahmad bin Shalih, "Hadits ini tidak halal untuk diriwayatkan." Di
dalam llal Al Atsram disebutkan, "Seandainya tidak ada yang
menyelisihi hadits ini kecuali Ibrahim saja, itu pun sudah cukup." Ibnu
Mufawwaz berkata, "Para ahli hadits telah sepakat, bahwa ini
kesalahan dari Abu Ishak."
Al Hafizh berkata, "Ia terlalu longgar dalam menukil ijma',
karena Al Baihaqi menilainya shahih,lalu ia berkata, 'Sesungguhnya
Abu Ishak hendak menjelaskan batrwa ia mendengar dari Al Aswad
mengenai riwayat Zvhair darinya' ".
,6.'Sttit vl4l .*)t ;,q \:;\t
la t/,
88. Bab: Wudhu untuk yang Junub Bila Hendak Tidur
etZL oa7 J ,r*; 6:L ,#t ;. :\3J di; . t r .
rbt
.+',4t1"'^!t ,7 *,:# /, e6 *,:# c d).ll
'ju tl-il ;itiLi dl
.1b; st ,i iu-i ,:rLj ^lb
,*?i, ,r:t ,/;e s ,fa,, 2% s +et ,;,: 'i6 ,-,&
.yti-gir ui €:e'#f tu:t,kfie
,*i * \, * dt Tcbi ,1 :,t * ,s; it
,!*i, ,!eAt, ,lr$r Jt:, ,A;;t o6 ii * fr6t,
Syarah Sunan Tirmidzi 735
.iG-Li',F",Jul ir-'of ',Air;tr( $ tju ,i;Ly,
l2o.t42 Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada
kami, Yatrya bin Sa'id menceritakan kepada kami, dari Ubaidullatr bin
IJmar, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Umar: "Bahwa ia bertanya
kepada Nabi SAW, 'Bolehkah seseorang di antara kami tidur dalam
keadaan junub?' Beliau menjawab, 'Ya, bila ia berwudhu'."
Ia berkata, "Mengenai masalatr ini (ada riwayat lain) dari
Arnmar, Aisyah, Jabir, Abu Sa'id dan Ummu Salamah."
Abu Isa berkata, "Hadits Umar adalah yang paling bagus dan
paling shahih dalam masalah ini."
Ini merupakan pendapat lebih dari satu orang satrabat Nabi
SAW dan tabi'in. Demikian juga yang dikatakan oleh Suffan Ats-
Tsauri, Ibnu Al Mubarak, Asy-Syaf i, Ahmad dan Ishak, mereka
berkata, "Apabila orang junub hendak tidur, maka (hendaklah) ia
berwudhu sebelum tidur."
Penjelasan Hadits
Ucapannya, 'tbf 'il |f (Beliau menjawab, 'Ya, btla ia
berwudhu.') yang dimaksud adalah wudhu syar'i bukan secara bahasa,
hal ini berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dari
Aisyah, ia berkata, "Adalah Nabi SAW, apabila hendak tidur
sementara beliau dalam keadaan junub, maka beliau mencuci
kemaluannya dan berwudhu untuk shalat."
Al Hafizh mengatakan di dalam Al Fath: "Yakni berwudhu
seperti wudhunya untuk shalat. Bukan berarti beliau berwudhu untuk
melaksanakan shalat, akan tetapi maksudnya adalah wudhu yang
beliau lakukan adalah wudhu syar'i, bukan secara bahasa."
ra2 Hadits shalih, diriwayatkan oleh Jama'ah: Al Bukhari (278), Muslim (306,
Abu Daud (221), An-Nasa'i (259, 260), dan Ibnu Majah (585).
7X Syarah Sunan Tirmidzi
Ulama telatr berbeda pendapat apakatr wudhu ini wajib atau
tidak wajib? Jumhur berpendapat dengan yang kedua. Mereka
berdalih dengan hadits Aisyatr: "Nabi SAW pernalr tidur dalam
keadaan junub dan tidak menyentuh air (terlebih dahulu)."
Telatr disebutkan di muka, batrwa mengenai hadits ini ada
catatan sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dalil. Dan juga berdalih
dengan hadits yang menyebutkan batrwa Nabi SAW menggilir para
istrinya dengan satu mandi. Namun dengan hadits ini, jelas tidak
menunjukkan hal yang sedang dibicarakan. Dan mereka juga berdalih
dengan hadits Ibnu Abbas yang marfu\ "Sesungguhnya aku
diperintahlran berwudhu apabila hendak melaksanaknn shalat ", ini
juga tidak menunjukkan tentang masalatr yang sedang dibicarakan ini.
Sementara itu, Daud dan Jama'ah berpendapat dengan yang pertarna,
karena adanya perintah untuk berwudhu.
Dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim disebutkan: "Hendaklah
ia berwudhu, kemudian ttdur." Dalam riwayat mereka yang lainnya
disebutkan: "Berwudhulah, dan cucilah kemaluanmu, kemudian
tidurlah."
Asy-Syaukani berkata, "Dalil ini harus disinkronkan dengan
riwayat yang menunjukkan anjuran. Hal ini ditegaskan, bahwa lbnu
ICruzaimah dan Ibnu Hibban mengeluarkan di dalam kitab Shahih
mereka dari hadits Ibnu Umar: "Bahwa Nabi SAW ditanya, 'Bolehkatr
seseorang di antara kami tidur dalam keadaan junub?' Beliau
menjawab, 'Ya, dan benvudlru bila mau'."
An-Nawawi mengatakan didalam Syarh Muslim, "Hadits Abu
Ishak As-Sabi'i dari Al Aswad dari Aisyatr: 'Bahwa Nabi SAW
pernah tidur dalam keadaan junub dan tidak menyentuh air (terlebih
dahulu).' Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu
Majah dan lain-lain adalatr lematr. Seandainya dinilai shahih, tentu
tidak akan menyelisihi, yakni tidak akan menyelisihi hadits Ibnu Umar
tersebut dan yang semakna dengannya.
Syarah Sunan Tirmidzi 7!t
Namun mengenai ini ada dua jawaban: Pertama; Jawaban kedua
Ilmam yang mulia, Abu Al Abbas bin Suraij dan Abu Bakar Al
Baihaqi, bahwa yang dimaksud menyentuh air adalatr mandi. Kedua;
Menurutku ini bagus, bahwa yang dimaksud adalatr, bahwa
adakalanya beliau tidak menyentuh air untuk menunjukkan boleh,
sebab bila beliau senantiasa menyentuh air bisa diartikan wajib."
Ucapannya,'eii ?ti ,* ,tit ,/rE: ,i:tn.tbi ,)b ',* itlt ,ji
(Mengenai masalah ini [ada riwayat lain] dari Ammar, Aisyah, Jabir,
Abu Sa'id dan Ummu Salamah). Hadits Ammar diriwayatkan oleh
Ahmad dan At-Tirmidzi. Hadits Aisyah diriwayatkan oleh Jama'ah
darinya, ia berkata, "Adalah Rasulullatr SAW, apabila hendak tidur
sementara beliau dalam keadaan junub, maka beliau mencuci
kemaluannya dan berwudhu (seperti) wudhunya untuk shalat." Hadits
Jabir saya belum mendapatkannya.
Adapun hadits Ummu Salamatr diriwayatkan oleh Ath-Thabrani
di dalam At Kabir darinya: "Bahwa Nabi SAW apabila hendak tidur
sementara beliau dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu
(seperti) wudhunya untuk shalat. Dan apabila beliau hendak makan,
maka beliau mencuci kedua tangannya." Al Haitsami mengatakan di
dalam Majma' Az-Zawaid, "Para perawinya tsiqah."
ucapannya, '?$- bi ,y Vj iut ;)f |rilir sttl ri1 lepabila orang
junub hendak tidur, maka [hendaklah] ia berwudhu sebelum tidur),
yakni sebagai anjuran. Ini adalatr pendapatrya Jumhur sebagaimana
yang telatr dikemukakan.
738 Syamh Sunan Tirmidzi
#,y*e,ru;tt
89. Bab: Berjabat Tangan dengan Orang Junub
,Ltfrt *U,H6L,)H i'*y.fi; -rvr
*erf ,it, ,sri'* ,:G:;' i' i" i f '* ,;yt'-ti* tit*
*r
|.*.1u:)v ."$';,r'q yht * 4t',:f i;)
rt-;i1 ;r,i'ri v? ;i ,ju; tL'"i';;bu &3v ,si
.'#-, *..1j' ol. :Ju,r?'c? J|J
.,rS u.t1 ,oi-;d * q.r urj:JG
J; t u-y, i_r->;t-ln t trz t o.' .. ,..,,('.
:u** ,Ss
,Sri
b1. l,t,')lir -^;ri € #t,Yl i yt t'*'6; ui
.'^L'1'93, ,;;',#iv di ,*t .Liu.;uUtr,*ir rt;
l2l.t43 Ishak bin Manshur menceritakan kepada kami, Yahya
bin Sa'id Al Qaththan menceritakan kepada kami, Humaid Ath-
Thawil menceritakan kepada kami, dari Bakr bin Abdullah Al
Muzani, dari Abu Rafr', dari Abu Hurairah: "Bahwa Nabi SAW
berjumpa dengannya sementara ia dalam keadaan junub. Ia
menuturkan, 'Lalu aku menyelinap -yakni: berbelok- lalu aku mandi,
kemudian aku menghampirinya, beliau pun bertanya,'Dami mana
englrau?' -atau: 'Pergi lce mana kau tadi?'- Aku jawab,
'Sesungguhnya tadi aku junub.' Beliau pun bersabd1'Sesungguhrrya
seorang muslim itu tidaknajis'."
rr3 Hadits slwhih, diriwayatkan juga oleh Al Bulhari (283,285), Muslim (3?l),
An-Nasa'i (269), Abu Daud (231), dan Ibnu Majah (534).
Syrrah Sunan Tirmidzi 71D
Ia berkata, "Mengenai masalah ini (ada riwayat lain) dari
Hudzaifah dan Ibnu Abbas."
Abu Isa berkata, "Hadits Abu Htrairatr adalah hadits hasan
shahih;'
Lebih dari satu orang ahli ilmu menyatakan rukhshah tentang
berjabat tangannya orang yang junub, dan mereka berpendapat batrwa
keringat orang yang junub dan wanita haid tidak apa-apa. Makna
ucapannya'fankhana s t u' y ak'ri berbe I o k darinya.
Penjelasan Hadits:
Ucapannya, 'q '*i y to' ,,Ila olr 'itl(Batrwa Nabi SAW
bedumpa dengannya), yakni Abu Hurairatr, dalam riwayat Al Bukhari
'*disebutkan dengan redaksi: Beliau berjumpa denganku. '$i
(sementara ia dalam keadaan junub), yakni menunjukkan kondisi,
bahwa saat itu Abu Hurairatr junub. jti O" menuturkan) yakni Abu
Hnrairatr. ',*hJ'6 (Lalu aku menyelinap) dengan nuun lalu Htaa'
bertitik satu, lalu nuun kemudian siin tanpa titik, yakni berbelok.
Disebutkan di dalam Al Qamus: inkhanasa adalah ta'akhkhara wa
talchallafa [membelakangkan diri]. Dalam riwayat Al Bukhari
disebu&an: farcalaltu [menyelinap], Al Hafiztr berkata, "Yakni
beranjak dengan sembunyi-sembunyi."
tt#i 'il'tl rUk ';;1 ,.,!ui lUetiau pun bertanya,'Dari mana
englau?' -atau: 'Pergi kc mana kau tadi?'-) ini keraguan dari
perawi.
'.,^tli-l piJr 'ol seorang muslim itu tidak najis),
lsesungguhnya
An-Nawawi berkata, "Dikatakan dengan dhammah pada huruf jiim
atau dengan fathah [yakni yanjusu atau yanjasn], bentuk /i'il madhi
(kata kerja lampau) juga ada dua, yaitu najtsa dan najusa, yaitu
dengan lrasrah pada huruf miim dan dengan dhammah.
@I Syarah Sunan Tirmidzi
Bilafi'l madinya dengan lrasrah makafi'l mudhari ' (kata kerja
sekarang)nya dengan fathah [yakni: najisa-yanjasz], dan brla fi'l
madhinya dengan dhammah makafi'l mudhari hya dengan dhammah
[yakni : naj us a-y anj usu)."
Al Hafizh berkata, "Sebagian golongan berpatokan secara
tekstual, ia mengatakan, bahwa orang kafir itu najis secara lahiriyah.
Ia menguatkan pendapatnya dengan firman Allah Ta'ala,
'Sesungguhnya orong-orang musyrik itu najis' (Qs. ArTaubah [9]:
28).
Tentang hadits ini, Jumhur menjawab, batrwa yang dimaksud
adalah; bahwa orang mukmin itu suci secara lahir karena terbiasa
menghindari najis, berbeda dengan orang musyrik karena tidak biasa
menjaga diri dari yang najis. Kemudian mengenai ayat tadi, bahwa
yang dimaksud itu adalah tentang kayakinan.
Argumen mereka, bahwa Allah Ta'ala membolehkan menikahi
wanita ahli kitab. Dan sebagaimana diketatrui, bahwa keringat mereka
tentu tidak dapat dihindari ketika sedang menggauli mereka, namun
demikian tidak diwajibkan mandi karena istri ahli kitab kecuali yang
mewajibkan mandi sebagaimana pada istri yang muslimah. Hal ini
menunjukkan, bahwa manusia yang masih hidup tidaklah najis secara
fisik, sebab tidak ada perbedaan antara w.anita dan laki-laki."
Al Qari mengatakan dengan menukil dari Ibnu Al Malak, "Apa
yang diriwayatkan dari lbnu Abbas, mengindikasikan bahwa fisik
mereka itu najis sebagaimana halnya babi, sementara menurut Al
Hasan, orang yang menyalami mereka harus berwudhu. Ini
mengindikasikan harus menjauhi mereka dan menjaga diri dari
mereka."
Ucapannya, z.ci-ii f q$ di (Mengenai masalah ini [ada
riwayat lain] dari Hudzaifah) yang diriwayatkan oleh Al fl,zzzur
darinya, ia berkata, "Nabi SAW menyalamiku sementara aku dalam
keadaan junub." Al Haitsami mengatakan di dalam Majma' Az-
Syarah Sunan Tirmidzi 741