The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

009_STATUS TERKINI SD GENETIK TERNAK_536

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by soedito, 2018-09-16 17:38:03

009_STATUS TERKINI SD GENETIK TERNAK_536

009_STATUS TERKINI SD GENETIK TERNAK_536

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

untuk budidaya tanaman. Di sub-Sahara Afrika, lahan untuk pertanian campuran tergantung
Thronton et al., (2002) memprediksi bahwa area kemungkinan untuk produksi tanaman tadah
yang sekarang untuk pertanian tanaman akan hujan (Tabel 50) atau dimana jumlah dan
lebih cocok untuk produksi pastura pada tahun distribusi curah hujan tidak memungkinkan
2050 termasuk area sepanjang Sahel dan Sudan produksi tanaman untuk lahan tadah hujan,
dan sepanjang bagian selatan Angola dan kemungkinan menggunakan irigasi.
Zimbabwe Tengah, juga zona peralihan menuju
dataran rendah Ethiopia. Sebaliknya beberapa Kebanyakan ruminansia di dunia dipelihara
lahan pastoral, terutama di Kenya, republik didalam sistem tanaman-ternak; 68% populasi
Tanzania dan Ethiopia diprediksi menjadi cocok sapi dunia, 66% populasi domba dan kambing
untuk pertanian campuran. Tetapi secara and 100% populasi kerbau. Ini di konversikan
keseluruhan, lahan di sub-Sahara Afrika dimana menjadi 68% produksi daging sapi dan anak
iklim cocok untuk produksi tanaman diprediksi sapi, 100% produksi daging kerbau, 67%
menurun (ibid.). Asia bagian tengah dan Amerika produksi daging domba dan kambing; dan 88%
Utara, dimana area untuk sistem produksi susu. Pertanian campuran juga
penggembalaan sangat penting, juga diprediksi memproduksi 57% daging babi, 31% daging
sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim unggas dan 49% produksi telur (Tabel 46)
(Phillips, 2002). Peningkatan frekuensi dan
hebatnya kekeringan diperkirakan menambah Banyak sistem pertanian, tanaman-ternak di
buruk tekanan pada sistem produksi dilahan negara berkembang dicirikan oleh adanya
kering (FAO, 2001c). eksternal input yang rendah, produk salah satu
komponen dari sistem ini digunakan sebagai
Pada zona temperat di negara-negara maju, input oleh yang lain (Tabel 51). Limbah tanaman
fungsi sistem penggembalaan juga berubah. menyediakan suatu sumber pakan untuk ternak,
Permintaan terhadap sistem bertambah sementara pupuk membantu menjaga kesuburan
berhubungan dengan pelayanan lingkungan dan tanah (Savadogo, 2000) dan ternak tarik
signifikansi produksi ternak per se kadang menyediakan tenaga. Ternak menawarkan alat
menurun (FAO, 1996a). Kebijakan berhubungan intensifikasi sistem produksi tanaman pangan
dengan syarat pekerjaan di lokasi terpencil buruk yang didasarkan adanya keterbatasan tenaga
dan area pedesaan. Sementara di beberapa kerja atau input yang mahal. Daur ulang nutrisi
kasus, breed ternak yang beradaptasi terancam dan terbatasnya penggunaan sumber daya yang
tidak menguntungkan untuk produksi ternak di tidak dapat diperbaharui, menghasilkan benign
area terpencil, breed dengan input rendah paling impact pada lingkungan.
cocok untuk peranannya seperti konservasi area
penggembalaan, produksi produk tertentu atau Sistem tradisional pertanian campuran di
sebagai bagian landscape pedesaan untuk negara berkembang adalah rumah untuk banyak
menarik turis. keluarga miskin di dunia (Thornton et al., 2002).
Untuk keluarga miskin, ternak menyediakan alat
4 Sistem pertanian campuran (cara) mendiversifikasi kegiatan, merupakan aset
untuk dijual untuk mendapatkan uang kontan bila
4.1 Tinjauan sistem pertanian memerlukan, menyediakan bermacam produk
Sistem produksi tanaman-ternak memdominasi untuk kebutuhan konsumsinya, dan seperti
produksi petani kecil diseluruh negara disebutkan diatas kontribusinya terhadap
berkembang. Sistem ini dominan di subhumid produksi tanaman. Pembelian input seperti
dan humid tropis, juga tersebar di daerah semi kesehatan hewannya, pakan dan kandang
arid dan highland dan temperat. Peggunaan terbatas.

Ada berbagai bentuk sistem pertanian
campuran di dunia. Di zona iklim sedang, negara
maju, sistem produksi intensif, penggunaan

165

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

TABEL 50
Potensi produksi di lahan tadah hujan

Permukaan lahan Lahan yang cocok untuk produksi lahan
tadah hujan

Total Proporsi yang cocok untuk Total Proporsi yang cocok
produksi tadah hujan untuk lahan marginal
(juta ha) (%)
7.302 38 (juta ha) (%)
2.287 45
Negara berkembang 1.158 9 2.782 10
Sub-Sahara Afrika 2.035 52
Sekitar Afrika Timur/Utara 421 52 1.031 10
Amerika Latin & Karibia 1.401 26
Asia Selatan 3.248 27 99 32
Asia Timur 2.305 22
13.400 31 1.066 8
Negara Industri
Negara Peralihan 220 5
Dunia
366 13
Sumber : FAO (2002a)
874 20

497 18

4.188 13

TABEL 51
Interaksi tanaman – ternak utama dalam sistem integrasi tanaman-ternak

Produksi tanaman pangan Produksi ternak
Tanaman menyediakan berbagai limbah dan by product
yang dapat digunakan oleh ruminansia dan non-ruminansia Ruminansia besar menyediakan tenaga untuk operasional
Lahan pertanaman yang bera atau improved fallow (ley) seperti persiapan lahan dan untuk konservasi tanah.
dan tanaman penutup yang tumbuh di bawah tanaman
pohon perenial (tanaman menahun) dapat menyediakan Baik ruminansia maupun non-ruminansia menyediakan
penggembalaan untuk ruminansia pupuk untuk menjaga dan perbaikan kesuburan tanah. Di
banyak sistem pertanian, pupuk satu-satunya sumber
Sistem pertanaman, seperti alley cropping (pertanaman nutrisi untuk tanamannya. Pupuk dapat digunakan pada
lorong) dapat menyediakan hijauan dari tanaman pohon lahannya atau seperti di Asia Tenggara, digunakan dengan
untuk ruminansia air dan diberikan pada tanaman sayuran, limbahnya
digunakan oleh ruminansia.

Penjualan produk ternak dan penyewaan ternak tarik dapat
menyediakan uang kontan untuk membeli pupuk dan
pestisida yang digunakan untuk produksi tanamannya.

Ternak yang digembala di bawah tanaman pohon dapat
mengontrol gulma dan mengurangi penggunaan herbisida
dalam sistem pertanian

Ternak menyediakan titik masuknya introduksi tanaman
pakan ternak (TPT) unggul kedalam sistem pertanaman
sebagai bagian dari strategi konservasi tanah. TPT herba
dapat di tanam di antara tanaman semusim maupun
perenial dan TPT perdu atau pohon sebagai tanaman
pagar pada sistem agroforestri

Sumber : Devendra et al.,(1997)

166

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

input eksternal lebih besar, output breed ternak beradaptasi kegiatan mata pencaharian dalam
yang tinggi. Tujuan produksi sebagian besar menghadapi perubahan keadaan (Ibid.)
menfokuskan pada produk tunggal. Pemberian
pakan ternak selama bulan-bulan dingin tiap 4.2 Isu-isu Lingkungan
tahun merupakan tantangan, dan permintaan Sistem pertaniam campuran, bila dikelola
produk ternak tinggi, ketersediaan ternak dengan baik, umumnya dikenal menguntungkan
dengan produksi tinggi, lahan pertanian kadang dalam lingkungan. Penggunaan ternak tarik dari
dicurahkan untuk tanaman pakan ternak yang pada mekanisasi pertanian dan penggunaan
diawetkan untuk pakan musim dingin (FAO, eksternal input yang terbatas mengurangi
1996a). Sebaliknya, pada pertanian campuran di kebutuhan bahan bakar. Limbah pertanian dan
daerah tropis, dataran tinggi (pegunungan), produksi ternak didaur ulang melalui komponen
ternak cenderung mempunyai multi fungsi, lain dari sistem ini. Kesuburan lahan pertanian
dengan sebagai pelayanan pendukung terjaga, nutrien tidak hilang dalam ekosistem
pertanaman, sangat signifikan (Abegaz, 2005). dimana mereka dapat menjadi polutan. Dalam
hal keragaman hayati, petani/peternak dalam
Zona humid dan subhumid tropis memerlukan sistem pertanian campuran mendukung
persyaratan untuk produksi ternak. Temperatur diversitas pohon-pohon dan burung yang lebih
dan kelembaban yang tinggi, juga tantangan besar dari pada di sistem penggembalaan.
penyakit ternak kadang sangat parah. Di Penambahan pupuk ke tanah juga
lingkungan seperti ini, fungsi dominan ternak, meningkatkan diversitas mikroflora tanah dan
sekali lagi syarat input bagi produksi tanaman fauna. Di lain pihak, tekanan penggembalaan
pangan. yang berat di area yang berbatasan dengan
lahan pertanaman dapat mengurangi
Di lingkungan yang lebih kering, produksi keragaman hayati. Pengembangan budidaya
tanaman menjadi lebih sulit dan riskan. Ternak tanaman dapat juga menuju fragmentasi habitat
memperoleh peranan lebih dalam hubungannya satwa liar.
dengan tanaman dalam produk untuk dijual
maupun untuk konsumsi rumah tangga, dan Sistem pertanian campuran yang
menawarkan alat diversifikasi penghidupan bila berkelanjutan kadang terancam - menimbulkan
pertanian tanaman gagal. Ketersediaan yang perhatian lebih besar menyangkut lingkungan.
terbatas limbah pertanian, artinya bahwa lahan Sistem ini dipengaruhi baik oleh perubahan
penggembalaan menjadi lebih penting sebagai dalam permintaan dan interaksi dengan sumber
sumber pakan. Ternak tarik adalah umum dan daya alam berbasis pada produksi ternak. Isu
ternak berkontribusi untuk meningkatkan kunci adalah salah satunya, keseimbangan
produktivitas lahan tanaman dengan nutrien (FAO, 1996b). Tuntutan yang tinggi dari
memindahkan nutrien dari rangeland dalam produk ternak dapat melampaui kapasitas
bentuk pupuk. Bahan bakar dalam bentuk produksi dari pertanian campuran dan menuju
pupuk kandang merupakan produk ternak yang produksi khusus. Pupuk buatan menggantikan
penting, terutama dimana kayu bakar jarang pupuk ternak, traktor menggantikan ternak kerja
dengan terjadinya deforestasi. Pada kondisi dan varietas tanaman dengan produksi tinggi
seperti ini, sistem agropastura, yang melibatkan memproduksi lebih sedikit limbah untuk pakan.
ternak menjauh dari lahan pertanian untuk Produksi ternak dan tanaman pangan menjadi
beberapa waktu dalam satu tahun adalah lazim lebih terpisah. Pada keadaan tertentu, daur
(Devendra et al., 2005). Di beberapa tempat nutrien antara tanaman dan ternak menjadi
produksi agropastura adalah sistem tradisional problematik dan kelebihan nutrien mungkin
yang telah digunakan sejak lama. Pada kasus masuk ke ekosistem di sekitarnya.
yang lain, faham agropastura telah muncul
sebagai pasturalis or petani yang menetap dan

167

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Sebaliknya, di area yang lebih terisolasi, pertanian campuran sedang “bangkit ” sebagai
sistem pertanian campuran dapat memasuki
penurunan kesuburan. Meningkatnya kepadatan jalan untuk daur ulang nutrien (Bos, 2002; Van
populasi, rasio penggembalaan dan lahan
pertanaman berkurang, dengan demikian Keulen dan Schiere, 2005). Di area yang lain,
menurunkan ketersediaan nutrien yang ditansfer
dari lahan pastura. Produksi tanaman cenderung seperti di Dataran Tengah Amerika Serikat
menurun, menimbulkan perluasan pertanaman
dan kompetisi yang lebih besar untuk lahan. memelihara ternak didalam sistem pertanaman
Penggunaan ternak tarik dapat memudahkan
perluasan pertanaman, sehingga memperburuk adalah alat untuk mengurangi resiko (Schiere et
masalah. Jumlah lebih banyak ternak gembala,
lebih terbatas lahan pastura lebih lanjut al., 2004).
menimbulkan hilangnya kesuburan tanah dan
erosi. Ketidak adanya sumber pendapatan untuk Seperti telah diuraikan diatas, banyak negara
mendukung praktek konservasi dan menjaga
kesuburan tanah, siklus negatif dapat terjadi – berkembang mempunyai pengalaman
suatu situasi yang disebut sebagai “involution”
dari sistem pertanian (FAO, 1998). meningkatnya permintaan yang sangat cepat

4.3 Pola produksi terhadap produk ternak. Tekanan untuk
Diantara faktor yang mempengaruhi
pengembangan sistem pertanian campuran memenuhi permintaan ini, menimbulkan
adalah permintaan produk ternak dan
ketersediaannya dan input biaya. Pertumbuhan tumbuhnya sistem tanpa lahan, dengan
ekonomi di negara maju menimbulkan
permintaan yang tinggi untuk produk daging dan mengorbankan pertanian campuran tradisional.
susu dan telah membuat tersedianya berbagai
input yang meningkatkan hasil produk ternak. Ini Di area dimana pertumbuhan ekonomi cepat,
menghasilkan pola sistem pertanian campuran
di daerah temperat, terutama di Eropa dan penciptaan pekerjaan alternatif berkontribusi
Amerika Utara, menuju skala yang lebih besar,
mekanisasi pertanian, membeli pakan, input terhadap permulaan dari bentuk pertanian
obat-obatan hewan dan perkandangan. Produksi
ternak cenderung menjadi spesialisasi dalam tradisional dengan intensif tenaga kerja.
satu produk seperti daging atau susu.
Tambahan lagi adanya tren menuju pemisahan Munculnya permintaan produk susu di banyak
produksi tanaman dan ternak, terutama
monogastrik terkonsentrasi pada sistem tanpa negara berkembang memunculkan
lahan. Dalam kontek ini, breed lokal tradisional,
beradaptasi kondisi yang keras atau untuk multi pengembangan sektor sapi perah yang
fungsi, popularitasnya menurun dan mungkin
terancam kepunahan. Tetapi beberapa faktor berorientasi komersial memfokuskan di pasar
yang mengindikasikan tetap adanya relevansi
sistem pertanian tanaman – ternak di kondisi perkotaan. Sistem ini cenderung memerlukan
kaya sumber daya. Di Belanda, misalnya
input eksternal yang tinggi dibanding sistem

tradisional pertanian campuran dan kadang

melibatkan penggunaan ternak breed eksotik

atau persilangan.

Tetapi di lokasi dimana akses memperluas

pasar terbatas, khususnya di bagian sub-Sahara

Afrika, pengaruh yang dihubungkan dengan

“Revolusi peternakan” tidak terlalu kelihatan.

Demikian pula ketidak beradaan permintaan

pasar untuk produk ternak, area terpencil

kadang menghadapi terbatasnya akses pada

input dan pelayanan. Ditambah lagi, kebutuhan

untuk ternak multi fungsi tetap kuat, dan

membatasi pengembangan produksi yang lebih

komersial.

Disamping bergesernya permintaan,

berubahnya sistem pertanian campuran adalah

adanya tekanan pada sumberdaya. Tekanan ini

menghasilkan dalam perubahan praktek

pengelolaan pakan dan hubungannya antara

produksi ternak dan tanaman. Pertumbuhan

populasi di area dimana kesempatan alternatif

pekerjaan sedikit, cenderung menuju perluasan

168

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

lahan pertanaman dan membatasi lahan pastura produksi pertanian campuran, bergantinya jenis
komunal untuk penggembalaan ternak. tanaman yang ditanam atau ternak yang
Pembatasan pada ketersediaan penggembalaan dipelihara.
berarti meningkatnya ketergantungan akan
limbah pertanian sebagai pakan ternak. 5 Isu-isu dalam pertanian
Pemilikan tanah yang makin menurun dalam campuran beririgasi
ukuran, peternakan makin terbatas, dan adanya
penggunaan yang lebih besar sumber pakan Walaupun pengaruh segera dari irigasi adalah
dari luar (eksternal), seperti potong dan angkut pada komponen tanaman dari sistem, kondisi
hijauan pakan ternak. Dikombinasikan dengan produksi ternak juga cenderung berbeda di
bertambahnya tingkat permintaan yang banding di daerah tadah hujan. Irigasi
diuraikan diatas, pengembangan ini menurunkan variasi output yang diperoleh dari
menyebabkan meningkatnya ketergantungan pertanian tanaman dan musim tanam di area
input pakan yang dibeli, termasuk konsentrat dimana periode pertumbuhan terbatas karena
dalam bentuk biji-bijian atau limbah industri. kurangnya curah hujan. Baik penggunaan lahan
Pada kondisi ini, sistem campuran berkembang dan secara ekonomi terpengaruh. Sebaliknya,
menuju produksi tanpa lahan. input (terutama pakan) tersedia bagi produksi
ternak, juga peranan ternak didalam sistem
Bertambahnya alternatif untuk mengganti produksi, dan mempengaruhi semua aspek
fungsi tradisional ternak dalam sistem pertanian produksi termasuk pengelolaan SDGT.
campuran mempunyai pengaruh yang nyata
untuk keragaman SDGT. Mekanisasi tenaga Sistem pertanian campuran beririgasi tidak
makin luas dan di banyak tempat menyebabkan menyebar luas di zona temperat atau dataran
menurunnya pentingnya ternak sebagai ternak tinggi tropik, tetapi ditemukan di negara-negara
tarik. Perkembangan ini cenderung Mediterania dan di beberapa zona temperat Asia
mempengaruhi pemilihan breed ternak sapi dan Timur (FAO, 1996a). Produksi padi beririgasi
mengurangi peranan spesies yang dipelihara tersebar secara luas di area dengan populasi
untuk ternak tarik seperti kuda dan keledai. Tren yang padat di pertanian campuran, di
ini ditengahi oleh faktor-faktor seperti harga humid/subhumid Asia. Tenaga tarik adalah
bahan bakar, dan menurunnya peranan ternak sangat penting di sistem ini, untuk keperluan
tarik adalah sama sekali jauh dari universal. penyiapan lahan siklus tanam berikutnya. Di
Ternak penarik makin penting, di beberapa Asia Tenggara dan Asia Timur, kerbau rawa
bagian di Afrika dimana sebelumnya mempunyai (Bubalus bubalus carabenensis) secara
keterbatasan, tanah yang berat dan adanya lalat tradisional merupakan ternak tarik, tetapi
tsetse. Meningkatnya penggunaan pupuk kimia peranan ini terancam oleh adanya mekanisasi.
(anorganik) juga mengurangi pentingnya ternak Terbatasnya kesempatan untuk penggembalaan
sebagai sumber pupuk. Fungsi lain dari ternak pada jerami berarti bahwa kerbau dan sapi
seperti tabungan dan angkutan juga menurun biasanya diberi makan hijauan secara potong
dengan nyata, dimana alternatif seperti angkut, terutama jerami. Kontribusi limbah
pelayanan keuangan, sepeda motor menjadi pertanian sebagai suatu sumber pakan hijauan,
lebih tersedia. mungkin terancam oleh penggunaan tanaman
yang ditekankan pada produksi biji-bijian
Seperti dalam diskusi pola sistem disamping jerami, seperti varietas tanaman padi
penggembalaan, perubahan iklim sepertinya dengan hasil yang tinggi telah digunakan secara
menghasilkan beberapa pergeseran distribusi luas pada sistem ini. Babi dan unggas kadang
sistem pertanian campuran. Perubahan iklim dipelihara dengan kondisi menggunakan
yang diiringi dengan perubahan distribusi hama sampah dengan pakan suplemen (FAO, 2001a)
dan penyakit dapat juga merubah sistem

169

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

dan penggunaan limbah pangan dan limbah tanah, pengaruh pembuatan dam, problem yang
industri. Bermacam itik mungkin dipelihara di dihubungkan dengan pembuangan kelebihan air
sawah, mereka makan sisa-sisa padi, serangga yang mungkin terkontaminasi dengan kelebihan
dan invertebrata lain. nutrien atau pestisida (FAO, 1997). Sawah juga
merupakan sumber emisi gas methan (FAO,
Ketersediaan irigasi membuat pertanaman 1996a). Tetapi masalah-masalah ini tidak ada
memungkinkan sepanjang tahun di zona hubungan secara spesifik dengan komponen
arid/semi arid. Di beberapa daerah kering ternak pada sistem.
(misalnya di Israel) output yang sangat tinggi
diperoleh dari sapi perah yang dipelihara secara Saat ini, di negara berkembang, pertanian
pengelolaan intensif pada sistem pertanian beririgasi menempati seperlima lahan yang baik
campuran beririgasi (FAO, 1996a). Ditempat untuk ditanami, 40% untuk produksi semua
lain, di India, sistem pertanian campuran tanaman dan 60% untuk sereal (Tabel 52).
beririgasi (kadang di zona semi arid) Proyeksi untuk produksi tanaman sampai
mendukung sejumlah besar peternak kecil periode tahun 2030 menunjukkan adanya
ternak perah yang berorientasi komersial, peningkatan secara nyata pertanian beririgasi.
kadang memelihara kerbau atau sapi Ini diperkirakan akan menyebabkan sepertiga
persilangan. Tuntutan nutrisi sangat tinggi pada dari total proyeksi naik di lahan yang baik untuk
sistem ini, kadang terjadi kekurangan kualitas ditanami dan lebih 70% peningkatan yang
pakan. Produksi hijauan beririgasi, meningkat diproyeksikan adalah untuk produksi sereal.
secara signifikan. Untuk petani skala kecil,
sedikit variabel dalam produksi tanaman Di sistem padi dengan populasi padat di Asia,
memungkinkan dengan irigasi mungkin ada sedikit perluasan area untuk budidaya
mengurangi peran nyata dari ternak sebagai tanaman dengan irigasi. Ukuran lahan menjadi
bufer bila terjadi kegagalan tanaman (Shah, lebih kecil, bahkan intensifikasi produksi padi
2005). Area yang didominasi skala besar tidak cukup menjamin hasil dari lahan tersebut
beririgasi untuk produksi hasil bumi (seperti di (FAO, 2001a). Pada keadaan seperti ini,
bagian Timur Tengah dan sekitarnya) juga diversifikasi kegiatan seperti perikanan atau
kadang mendukung populasi sapi, kerbau dan peternakan intensif mungkin satu-satu nya
ruminansia kecil (FAO, 2001a). alternatif pekerjaan diluar usaha taninya atau
migrasi ke area perkotaan (ibid.). Sistem yang
Sistem pertanian campuran beririgasi terintegrasi seperti padi/sayur/babi/itik/ikan di
mempunyai permasalahan lingkungan khusus – Thailand (Devendra et al., 2005) menawarkan
misalnya genangan air, atau salinisasi pada intensifikasi.

Tabel 52
Kontribusi produksi dengan irigasi dalam produksi total panen di negara berkembang

Bagian (%) Semua tanaman Sereal
Lahan yang baik Luas panen
Bagian pada tahun 1997-1999 Produksi Luas panen Produksi
Bagian tahun 2030 21 29 40
Penambahan bagian 1997- 22 32 47 39 59
1999 - 2030 33 47 57
44 64

75 73

Sumber : FAO (2002a)
Catatan: selain dari pada tanaman utama di beberapa negara, data terbatas pada lahan teririgasi dan hasil yang ditabel hampir semua merupakan
penilaian ahli.

170

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Di beberapa bagian di dunia, ada
kesempatan yang lebih besar untuk perluasan
irigasi. Tetapi keberlanjutan pengembangan
irigasi mungkin terancam oleh penggunaan
sumber air yang tidak tepat. Seperti
didiskusikan diatas, adanya pengaruh negatif
bila irigasi tidak dikelola dengan hati-hati.
Apalagi, penggunaan air telah tumbuh lebih
dari 2 kali rataan peningkatan populasi selama
abad belakangan ini dan kekurangan air yang
kronis mempengaruhi banyak bagian didunia
termasuk Timur Tengah dan sekitarnya,
Meksiko, Pakistan dan bagian besar di India
dan Cina (UN Water, 2006). Pertanian
beririgasi adalah selalu sektor paling pertama
dipengaruhi oleh adanya kekurangan air.
Makin diakui bahwa “penambangan” air tanah
yang terjadi bi banyak negara, tidak
berkelanjutan untuk jangka panjang (ibid.).
Konflik dalam akses air dapat muncul baik
pada tingkat lokal maupun antara negara,
sebagai contoh aliran sungai yang melintasi
batas internasional.

171

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

2

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Bab C

Implikasi Perubahan Sektor Peternakan
untukKeragaman Genetik

Dalam sistem produksi ternak berbasis lahan, pada breed tertentu. Pola sudah sangat maju di
negara maju. Di kebanyakan negara
spesies dan breed ternak telah diseleksi untuk berkembang, usaha sapi perah didominasi oleh
peternak skala kecil. Tetapi di peri-urban area
berbagai kriteria termasuk sifat adaptasi penggunaan ternak eksotik atau persilangan
untuk suplai perluasan pasar di perkotaan
terhadap berbagai kondisi lingkungan. Dengan meningkat. Baik digerakkan oleh permintaan,
perubahan ini juga didorong oleh adanya
menghilangkan stress lingkungan, sistem industri perbaikan ketersediaan pelayanan kesehatan
hewan dan pelayanan lain serta perbaikan
dapat fokus pada kisaran kriteria yang lebih teknologi, yang memungkinkan memelihara
ternak yang kurang beradaptasi dengan kondisi
sempit. Sistem industri dicirikan dengan standar lokal untuk produksi. Sistem industri dan
perusahaan swasta perbibitan mempunyai
produksi dan kontrol kondisi terhadap produksi sumber daya untuk mengembangkan breed yang
cocok dengan kebutuhannya. Mereka telah
sangat ketat (sangat terkontrol). Sistem ini juga mengembangkan breed khusus, yang dapat
memaksimalkan produktivitas dalam kontek
sangat terspesialisasi: mereka mengoptimalkan persyaratan yang diperlukan konsumen saat ini
dan sumber pendanaan. Sebagai konsekuensi,
parameter produksi, dengan satu output atau erosi breed yang nyata telah terjadi di negara
maju, dimana produksi peternakan telah menjadi
mengurangi jumlah output. Persyaratan genetik industri selama tiga atau empat decade (lihat
Bagian1-Bab B).
ternak untuk sistem industri dicirikan dengan :
Tetapi dalam jangka menengah dan jangka
• Kurang menuntut adanya spesies atau breed panjang kriteria seleksi breed dalam sistem
industri mungkin harus direvisi. Saat ini produksi
yang adaptasi dengan lingkungan; secara industri dicirikan dengan biaya input yang
rendah (misalnya biji-bijian, energi dan air);
• Kurang menuntut ternak yang resisten atau Kurangnya kebijakan lokal mengenai lingkungan
dan kesehatan masyarakat; dan di negara
toleran terhadap penyakit, karena ternak berkembang, umumnya kepedulian masyarakat
tentang ternak yang dipelihara rendah.. Bila
dipelihara dalam sistem tertutup dan kebijakan publik sesuai dengan nilai sumber
daya merefleksikan nilai sosial dan konsumen
peternak tergantung dengan penggunaan menjadi lebih tertarik pada aspek agroekologi
dan kesejahteraan dalam produksi ternak, maka
secara intensif input kesehatan hewan; dalam kontek ekonomi dapat berubah.

• Menuntut adanya efisiensi, terutama

konversi pakan untuk memaksimalkan

keuntungan per ternak (dalam sistem

industri, biaya pakan mencapai 60-80% dari

biaya produksi); dan

• Menuntut kualitas dikarenakan tuntutan

konsumen dan persyaratan teknis sesuai

standar yang berlaku; ukuran, kandungan

lemak, warna, rasa, dll.

Industrialisasi peternakan yang paling maju

adalah sektor babi dan unggas. Terutama di

Eropa, Amerika Utara dan Australia, daging babi

diproduksi secara industri, dan sedikit

perusahaan perbibitan transnasional

mendominasi rantai produksi. Sektor unggas,

merupakan industri dalam semua bentuk

produksi ternak dan produksi skala besar

menyebar di banyak negara berkembang.

Produksi ternak perah juga tergantung hanya

173

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Pada waktu yang bersamaan dengan untuk memperbaiki produktivitas dan
keberlanjutan sistem (contohnya masalah
pengembangan system industri, sistem produksi konservasi tanah).

dengan input eksternal sedang rendah sampai Bila pasar yang lebih luas perlu diakses,
produksi daging dan susu dari system ini maka
sedang juga ada, terutama di tempat dimana harus memenuhi standar kualitas yang
diperlukan oleh konsumen. Pencapaian tujuan-
tidak pertumbuhan ekonomi yang kuat atau tujuan ini ini, perbaikan produktivitas dan
menjaga sifat multifungsi dan adaptasi terhadap
sumber daya dan dukungan pelayanan yang di lingkungan lokal merupakan tantangan. Dalam
kontek ini keragaman genetik ternak lokal
butuhkan untuk menuju industrialisasi tidak merupakan kunci untuk dibangkitkan.
Berdasarkan evaluasi performa individu ternak,
tersedia. Kondisi seperti ini diketemukan di area sebaiknya dimasukkan criteria seperti lamanya
produktivitas (contohnya jumlah induk per betina)
dengan kondisi lingkungan yang lebih keras dari populasi ternak (sebagai pembanding
performa individu), dan efisiensi biologi
(misalnya lahan kering, pegunungan, atau area (output/input). Pada pokoknya, rekomendasi
pengembangan breed hanya akan sedikit
dingin), atau di area pedesaan yang jauh dari bernilai jika mereka tidak mempertimbangkan
kondisi lingkungan spesifik dimana ternak
pusat permintaan. Pada keadaan ini, sistem diharapkan berpenampilan. Lingkungan spesifik
merupakan kombinasi iklim, ketersediaan
produksi secara kontinyu mengirimkan berbagai sumber pakan, dan keberadaan penyakit dan
tingkat kontrol pengelolaan. Lebih lanjut faktor
output ke komunitas lokal dan ternak biasanya sosial ekonomi, budaya juga memperngaruhi
pemilihan spesies, breed, produk dan kualitas
mempunyai berbagai fungsi (lihat Bagian 1 – produk. Variasi kondisi ini menjadikan adanya
kebutuhan variasi breed yang luas.
Bab D). Pemelihara ternak kadang dihubungkan
Bahkan di negara maju dengan pertumbuhan
dengan cara hidup dan budaya, terutama pada ekonomi yang kuat dan infastruktur yang baik,
system produksi tradisional ekstensif mensuplai
sistem pastura. Sistem produksi dengan input terus menerus pasar informal dan ceruk pasar
seperti produk pangan lokal dengan kualitas
rendah sampai sedang mempunyai persyaratan tinggi dan pangan organik. Salah satu contoh
keberadaan pasar lokal informal yang masih
khusus untuk sumberdaya genetik ternak. terus bertahan dapat diketemukan di Thailand,
dimana diperkirakan 20% produksi unggas
Mereka tergantung pada breed asli atau pada bebas dari ketergantungan operator besar.
Pertanian di Eropa dan di belahan dunia lain di
beberapa kasus pada breed persilangan atau cirikan oleh adanya integrasi tanaman dan
ternak, dengan sedikit penggunaan input kimia
breed komposit yang mengandung materi dan kadang dengan penggunaaan breed asli.
Filosofi produksi, umumnya tidak mengijinkan
genetik dari breed lokal. scaling-up, yang juga terhambat oleh volume
yang rendah – pada tahun 2003, susu organik
Disamping adaptasi terhadap lingkungan

produksi, SDGT pada sistem penggembalaan

dan sistem pertanaman campuran menghadapi

ancaman. Masalah kadang disebabkan oleh

kebijakan pengembangan ternak yang tidak

tepat. Di dalam hubungannya dengan

pertumbuhan populasi dan perubahan iklim,

sistem produksi skala kecil yang berbasis

pastura dan sistem campuran menghadapi

tekanan yang meningkat pada sumber daya,

yang mengancam SDGT. Contohnya,

kekurangan sumber pakan akan menyebabkan

berealih ke pemeliharaan domba dan kambing

dari pada ruminansia besar atau penggunaan

keledai dari pada sapi untuk membajak. Untuk

menjadikan sistem berkelanjutan, efisiensinya

perlu diperbaiki, terutama dalam penggunaan

sumber daya lahan dan air. Usaha-usaha juga

perlu dilakukan untuk mendorong produksi

produk peternakan yang dapat dipasarkan

sebagai sumber pendapatan, yang pada

gilirannya memudahkan kebutuhan investasi

174

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

dan telur masing-masing hanya 1,5% dan 1,3% DAFTAR PUSTAKA
dari seluruh produksi di Eropa.
Abegaz. A.Y. 2005. Farm management in mixed crop-
Pada kasus sistem produksi berbasis padang livestock systems in the Northern Highlands of
penggembalaan penyampaian pelayanan Ethiopia. Wageningen University, the Netherlands.
lingkungan menjadi fokus kebijakan nasional di (PhD Thesis)
Negara maju. Dalam kondisi ini produser
mempunyai cara untuk menyesuaikan untuk Ayalew, W., King, J.M., Bruns, E. & Rischkowsky, B.
memaksimalkan cara pelayanan dari pada 2003. Economic evaluation of smallholder subsist-
output produk ternak konvensional. Kriteria ence livestock production: lessons from Ethiopian
seleksi breed harus menyesuaikan dengan goat development program. Ecological Economics,
tujuan baru ini karakter terseleksi pada keadaan 45:473–485.
ini akan berhubungan dengan konsumsi biomas
dari berbagai sumber (rumput, perdu atau Behnke, R.H., Scoones, I. & Kerven, C. 1993. Range
pohon) dan pengaruh terhadap fungsi seperti ecology at disequilibrium. London. Overseas
penjagaan/pemeliharaan landscape, konservasi Development Institute/International Institute for
keragaman hayati, karbon sequestration, Environment and Development Commonwealth
konservasi tanah dan siklus hara. Secretariat.

Pengembangan breed selalu dinamis dan Bos, J. 2002. Comparing specialised and mixed
didorong oleh interaksi yang kuat antara farming systems in clay areas of the Netherlands
lingkungan spesifik dan kebutuhan manusia. under future policy scenarios: an optimisation
Diversitas genetik yang besar, lebih tergantung approach. Wageningen University, the Netherlands.
pada diferensiasi dalam spesies (diversitas (PhD Thesis)
breed) dari pada domestikasi dati tambahan
species, telah terbentuk pada sepanjang periode Bosman, H.G., Moll, H.A.J. & Udo, H.M.J. 1997.
yang lama. Akhir-akhir ini proses industrialisasi Measuring and interpreting the benefits of goat
telah menyebabkan menyempitnya pool genetik. keeping in tropical farm systems. Agricultural
Saat sekarang dan yang akan datang, adalah Systems, 53:349–372.
keragaman genetik yang menyediakan
pemelihara yang ternak yang sesuai dengan CR (Country name). year. Country report on the state
sumberdaya genetik yang memenuhi syarat of animal genetic resources. (available in DaD-IS
untuk suatu sistem produksi. Pada waktu yang library at http://www.fao.org/dad-is/).
bersamaan, keberadaan berbagai sistem
produksi menawarkan sumberdaya genetik yang De Camargo Barros, G.S.A., De Zen, S. Bacchi,
tinggi bagi pemelihara ternak. Untuk itu perlu M.R.P., de Miranda, S.H.G., Narrod, C. & Tiongco,
disediakan informasi berhubungan dengan breed M. 2003. Policy, technical, and environmental
dan terjaminnya akses pertukaran materi determinants and implications of the scaling-up of
genetik. swine, broiler, layer and milk production in Brazil.
IFPRI-FAO aGaL LEaD Livestock Industrialization
Project, 2003.

Delgado, C., Rosegrant, M. & Meijer, S. 2002.
Livestock to 2020: the revolution continues. World
Brahman Congress. Rockhampton.

Delgado, C., Rosegrant, M., Steinfeld, H., Ehui, S. &
Courbois, C. 1999. Livestock to 2020: the next food
revolution. Washington DC. IFPRI/FaO/ILRI.

Devine, R. 2003. La consommation des produits
carnés. INRA Prod. Anim., 16(5): 325–327.

De Haen, H. 2005.cited in: Africans meet to improve
food safety on the continent. Experts and officials
from 50 countries work to establish safer food
systems. 3 October 2005, FAO Newsroom
Geneva/Rome. FAO/World Health Organization.
(available at http://www.fao.org/newsroom/en/news/
2005/107908/index.html).

175

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Devendra, C., Morton, J., Rischkowsky, B. & Thomas, FAO. 2004. Classification and characterization of world
D. 2005 Livestock systems. In E. Owen, a. Kitalyi, N. livestock production systems. Update of the 1994
Jayasuriya & T. Smith, eds. Livestock and wealth livestock production systems dataset with recent
creation: improving the husbandry of animals kept by data, by J. Groenewold. Unpublished Report. Rome.
resource- poor people in developing countries, pp.
29–52. Nottingham, UK. Nottingham University FAO. 2005a. Pollution from industrialized livestock pro-
Press. duction. Livestock Policy Brief, No. 2. Rome.

Devendra, C., Thomas, D., Jabbar, M.A. & Kudo, H. FAO. 2005b. The globalizing livestock sector: impact of
1997. Improvement of livestock production in rainfed changing markets. Committee on agriculture,
agro-ecological zones of South-East Asia. Nairobi. Nineteenth Session, Item 6. Rome.
International Livestock Research Institute.
FAO. 2005c. Agricultural and rural development in the

Doppler, W. 1991. Landwirtschaftliche Betriebssysteme 21st century: lessons from the past and policies for
in den Tropen und Subtropen. Stuttgart, Germany.
Ulmer. the future. An International Dialogue 9–10

September 2005 Beijing China. Background paper.

Rome. (available at

FAO. 1996a. World livestock production systems. ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/meeting/010/ae885e.pdf).
Current status issues and trends, by C. Seré & H.
Steinfeld with J. Groenewold. animal Production and FAO. 2006a. World agriculture: towards 2030/2050.
Health Paper, No. 127. Rome. Interim report. Rome.

FAO. 1996b. Livestock and the environment: finding a FAO. 2006b. Relevance and applicability of the Latin
balance, by C. de Haan, H. Steinfeld & H. Blackburn.
Rome. American experience for the development of benefit

sharing mechanisms for payment of environmental

services at the forest-pasture interface in Southeast

FAO. 1997. Small scale irrigation for arid zones: issues and East Asia, by M. Vinqvist & M. Rosales, LEAD
and options, by D. Hillel. FaO Development Series,
No. 2. Rome. (available at http://www.fao.org/do- Electronic Newsletter V3N2, February 2006. Rome.
crep/W3094E/W3094E00.htm).
(also available at

http://www.virtualcentre.org/en/enl/a3/

FAO. 1998. A food security perspective to livestock and download/enl08_a3_Policy paper.doc).

the environment, by L. Fresco & H. Steinfeld. Rome. FAO. 2006c. Livestock’s long shadow – environmental
issues and options, by H. Steinfeld, P. Gerber, T.
(available at Wassenaar, V. Castel, M. Rosales & C. de Haan.
Rome.
http://www.fao.org/WaIRDOCS/LEaD/X6131E/X6131

E00.HTM).

FAO. 2001a. Farming systems and poverty – improving FAO. 2006d. Underneath the livestock revolution, by A.
Costales, P. Gerber & H. Steinfeld. In Livestock
farmers’ livelihoods in a changing world, by J. Dixon, report 2006, pp. 15–27. Rome.

A. Gulliver & D. Gibbon (ed. M. Hall). Rome. (also

available at FAO. 2006e. The future of small-scale dairying, by
Bennet, F. Lhoste, J. Crook, & J. Phelan. In
http://www.fao.org./DOCRP/Y1860E/y1860e00. htm). Livestock report 2006, pp. 45–55. Rome.

FAO. 2001b. Livestock keeping in urban areas, a FAO. 2006f. Old players, new players, by H. Steinfeld,
review of traditional technologies, by J.B. Schiere, & & P. Chilonda. In Livestock report 2006, pp. 3–14.
R. Van Der Hoek. animal Production and Health Rome.
Paper, No. 151. Rome.

FAO. 2001c. Pastoralism in the new millennium. FAO. 2006g. Cattle ranching and deforestation.
Production and Health Paper, No. 150. Rome. Livestock Policy Brief No. 3. Rome.

FAO. 2002a. World agriculture: towards 2015/2030. An FAO. 2006h. Policies and strategies to address the
FAO perspective, edited by J. Bruinsma. London. vulnerability of pastoralists in sub-Saharan Africa, by
Earthscan Publications. N. Rass. PPLPI (Pro-Poor Livestock Policy Initiative)
Working Paper 37. Rome.
FAO. 2002b. The state of food insecurity in the world
2002. Rome. FAOSTAT (available at http://faostat.fao.org)

FAO. 2003. Transhumant grazing systems in Farina, E.M.M.Q., Gutman, G.E., Lavarello, P.J.,
temperate Asia, edited by J.M. Suttie & S.G. Nunes, R. & Reardon, T. 2005. Private and public
Reynolds. Plant Production and Protection Series milk standards in argentina and Brazil. Food Policy,
No. 31(Rev. 1). Rome. 30(3): 302–315.

176

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Gerber, P., Chilonda, P., Franceschini, G. & Menzi, H. Phillips, C. 2002. Future trends in the management of
2005. Geographical determinants and environmental livestock production. Outlook on Agriculture, 31(1):
implications of livestock production intensification in 7–11.
Asia. Bioresource Technology, 96: 263–276.
Poapongsakorn, N., NaRanong, V., Delgado, C.,
Harrington, G. 1994. Consumer demands: major prob- Narrod, C., Siriprapanukul, P., Srianant, N.,
lems facing industry in a consumer-driven society. Goolchai, P., Ruangchan, S., Methrsuraruk, S.,
Meat Science, 36: 5–18. Jittreekhun, T., Chalermpao, N., Tiongco, M. &
Suwankiri, B. 2003. Policy, technical, and environ-
Harris, M.E. 1985. Good to eat: riddles of food and mental determinants and implications of the scaling-
culture. New York, USa. Simon and Schuster. up of swine, broiler, layer and milk production in
Thailand. Washington DC. IFPRI-FaO. aGaL LEaD
Harris, R.A. 2002. Suitability of grazing and mowing as Livestock Industrialization Project.
management tools in Western Europe. Experiences
in Scotland and the United Kingdom. In J. Bokdam, Rae, A. 1998. The effects of expenditure growth and
A. van Braeckel, C.Werpachowski & M. Znaniecka, urbanisation on food consumption in East asia: a
eds. Grazing as a conservation management tool in note on animal products. Agricultural Economics,
peatland. Report of a Workshop held 22-26 April 18(3): 291–299.
2002 in Goniadz Poland. Wageningen, the
Netherlands. University of Wageningen/Biebrza Reardon, T. & Berdegué, J.A. 2002. The rapid rise of
National Park/WWF. supermarkets in Latin america: challenges and
opportunities for development. Development Policy
Ifar, S. 1996. Relevance of ruminants in upland mixed Review, 20(4): 371–388.
farming systems in East Java, Indonesia. PhD
Thesis, Wageningen agricultural University, the Reardon, T. & Timmer, C.P. 2005. Transformation of
Netherlands. (PhD Thesis) markets for agricultural output in developing
countries since 1950: how has thinking changed? In
IPCC. 2001 Climate Change 2001. Cambridge, UK. R.E. Evenson, P. Pingali & T.P Schultz eds.
Cambridge University Press. Handbook of agricultural economics: agricultural
development: farmers, farm production and farm
Jahnke, H.E. 1982. Livestock production systems and markets. Volume 3. amsterdam. North-Holland Publ.
livestock development in tropical Africa. Kiel,
Germany. Wissenschaftsverlag Vauk. Ruthenburg, H. 1980. Farming systems in the tropics.
3rd edition. Oxford, UK. Clarendon Press.
King, B.S., Tietyen J.L. & Vickner, S.S. 2000.
Consumer trends and opportunities. Lexington KY, Savadogo, M. 2000: Crop residue management in rela-
USA. University of Kentucky. tion to sustainable land use. A case study in Burkina
Faso. Wageningen University, the Netherlands. (PhD
Krystallis, A. & Arvanitoyannis, I.S. 2006. Investigating Thesis).
the concept of meat quality from the consumers
perspective: the case of Greece. Meat Science, 72: Schiere J.B., Baumhardt A.L., Van Keulen H.,
164–176. Whitbread A.M., Bruinsma A.S., Goodchild A.V.,
Gregorini P., Slingerland, M.A. & Wiedemann-
Morris, J.R. 1988. Interventions for African pastoral Hartwell B. 2006a. Mixed crop-livestock systems in
development under adverse production trends. semi-arid regions. In G.A. Peterson, P.W. Unger &
african Livestock Policy analysis Network Paper, No. W.Payne eds. Dryland agriculture, 2nd ed.
16. Addis Ababa. International Livestock Centre for Agronomy. Monograph. No. 23, pp. 227–291.
Africa (ILCA). Madison, Wisconsin, USa. american Society of
Agronomy, Inc., Crop Science Society of America,
Morrison, J.A., Balcombe, K., Bailey, A., Klonaris, S. & Inc., Soil Science Society of Inc.
Rapsomanikis, G. 2003. Expenditure on different
categories of meat in Greece: the influence of Schiere, J.B., Joshi, A.L., Seetharam, A., Oosting, S.J.,
changing tastes. Agricultural Economics, 28: 139– Goodchild, A.V., Deinum, B. and Van Keulen, H.
150. 2004. Grain and straw for whole crop value:
implications for crop management and genetic im-
Naylor, R., Steinfeld, H., Falcon, W., Galloway, J., Smil, provement strategies, a review paper. Experimental
V., Bradford, E., Alder, J. & Mooney, H. 2005. Losing Agriculture, 40: 277– 94.
the links between livestock and land. Science, 310:
1621–1622.

NDDB. 2005. Annual Report 2004/2005. Anand, India.
National Dairy Development Board.

177

Schiere, J.B., Thys, E., Matthys, F., Rischkowsky, B. & ARAH SEKTOR PETERNAKAN
Schiere, J.J. 2006b. Chapter 12: Livestock keeping in 178
urbanised areas, does history repeat itself? In R. Van
Veenhuizen, ed. Cities farming for the future: urban
agriculture for green and productive cities, pp. 349–
379. Leusden, the Netherlands. RUaF (Resource
Center on Urban agriculture and Forestry).

Schiere, J.B. & De Wit, J. 1995. Livestock and farming
systems research II: development and classifications,
pp. 39– 6. In J.B. Schiere, ed. Cattle, straw and
systems control. Amsterdam, the Netherlands. Royal
Tropical Institute.

Shah, A. 2005. Changing interface between agriculture

and livestock: a study of livelihood options under dry

land farming systems in Gujarat. Ahmedabad,

Gujarat, India. Institute of Development Research.

(also available at

ftp://ftp.fao.org/docrep/nonfao/lead/ae752e/ae752e00

.pdf).

Steinfeld, H., Wassenaar, T. & Jutzi, S. 2006. Livestock
production systems in developing countries: status,
drivers, trends. Rev. Sci. Rech. Off. Int. Epiz., 25(2):
505–516.

Thornton, P.K., Kruska, R.L., Henninger, N.,
Kristjanson, P.M., Reid, R.S, Atieno, F., Odero, A.N.
& Ndegwa, T. 2002. Mapping poverty and livestock in
the developing world. Nairobi. International Livestock
Research Institute.

UN Habitat. 2001. The state of the world’s cities 2001.
New York, USA.

UN Water. 2006. Coping with water scarcity: a strategic
issue and priority for system-wide action. (available
at ftp://ftp.fao.org/agl/aglw/docs/waterscarcity.pdf).

Van De Ven, G.W.J.1996. A mathematical approach to
comparing environmental and economic goals in
dairy farming on sandy soils in The Netherlands.
Wageningen agricultural University, the Netherlands.
(PhD thesis)

Van Keulen, H. and Schiere, J.B., 2004. Crop-
Livestock systems: old wine in new bottles? In R.A.
Fischer, N. Turner, J. angus, L. McIntire, M.
Robertson, Borrel & D. Lloyd, eds. New directions for
a diverse planet. Proceedings for the 4th
International Crop Science Congress, Brisbane,
australia, 26 September – 1 October 2004.

Waters-Bayer, A. 1996. animal farming in african cities.
African Urban Quarterly, 11: 218–226.

Zhou, Z.Y., Wu, Y.R. & Tian, W.M. 2003. Food con-
sumption in rural China: Preliminary results from
household survey data. Proceedings of the 15th
annual conference of the association from Chinese
Economics Studies, Australia.

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

Bagian 3

PENGATURAN PENGELOLAAN
SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

179

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

180

BAGIAN 3

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

PENDAHULUAN

Bagian ini merupakan hasil analisa laporan beberapa negara mengenai pengaturan sumberdaya
genetik untuk pangan dan pertanian (SDGT) dari berdasarkan laporan yang tersedia dari negara-
negara tersebut. Laporan tersebut menguraikan perbedaan regional, mengidentifikasi beberapa
kelemahan tertentu sehingga dapat diketahui prioritas langkah strategi untuk mengatasinya.
Pendekatan analisa beragam antara bagian disesuaikan menurut informasi yang diperoleh dari
laporan negara-negara. Analisa yang disajikan dalam laporan ini berdasarkan laporan negara yang
diterima FAO antara tahun 2002 dan 2005 (terutama tahun 2003 dan 2004) sehingga belum
merupakan gambaran keseluruhan keadaan pada tahun 2007.

Bagian pertama menyajikan uraian kemampuan individu dan lembaga dalam pengaturan SDGT.
Bagian-bagian selanjutnya menjelaskan struktur program breeding, program konservasi dan
pemanfaatan bioteknologi reproduksi dan molekuler. Pada bagian akhir menyajikan framework
regulasi yang mempengaruhi SDGT. Framework dari suatu negara harus dipertimbangkan karena
merupakan bagian dari framework regional dan internasional. Oleh karena itu, analisa legislasi dan
kebijakan tingkat nasional dilanjutkan oleh suatu synopsis internasional yang relevan dan diskusi
legislasi tingkat regional (utamanya fokus pada Uni Eropa). Oleh karena masalah diskusi kebijakan
manajemen SDGT, akan dibicarakan secara terpisah.

181

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

182

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

Bab A

Kelembagaan dan Pengguna

1 Pendahuluan dalam analisa Laporan negara dan sumber lain.
Kajian berbagai aspek kapasitas institusi dalam
Pelaksanaan konservasi dan pemanfaatan menajemen SDGT juga disajikan. Pada bagian
sumberdaya genetik sangat tergantung pada akhir didiskusikan beberapa potensi dan
framework institusi. Kemampuan manusia juga hambatan utama.
sangat penting. Selain itu, hal penting lainnya
adalah pengembangan institusi dan kapasitas 2 Analisis Framework
building manajemen sumberdaya genetik di
lapangan. Tantangan lainnya adalah perbedaan Tujuan dari analisa ini adalah untuk
pengguna di lapangan yang memiliki latar menginventariasi dan mengkaji kemampuan
belakang dan motivasi berbeda serta memiliki manusia dan lembaga yang berkaitan dengan
konflik interes. manajemen SDGT pada tingkat nasional,
regional dan internasional.
Kapasitas dan peran insitusi mempengaruhi
perkembangannya. Insitutsi yang terlibat dalam Pada tingkat negara yang bersangkutan, ada
manajemen sumberdaya genetik berdasarkan beberapa faktor yang perlu diperhatikan seperti:
faktor-faktor yang dibutuhkan sektor peternakan
mengubah kebijakan yang telah ada. Selain itu, • Keterlibatan pengguna dalam
ada beberapa faktor tertentu yang mempersiapkan laporan negara bersamaan
mempengaruhi kapasitas institusi selama dengan keterlibatannya dalam SDGT di
sepuluh tahun terakhir. Faktor-faktor tersebut lapangan, latar belakang/sejarah dan
antara lain termasuk Konvensi Keragaman keanggotaan kelompok tersebut. Kategori
Hayati (KKH), yang memiliki framework legal berikut ini digunakan untuk mengklasifikasi
untuk manajemen keragaman hayati. Perjanjian keanggotaan kelompok; organisasi
Organisasi perdagangan dunia (WTO) juga pemerintah, gabungan peternak, organisasi
disebutkan dalam beberapa laporan berbagai konservasi, perusahaan komersil,
negara. Lebih lanjut, Sumberdaya genetik ternak penyumbang, penelitian, organisasi
dan pertanian (SoW-AnGR) melaporkan proses pengembang, asosiasi pemuliaan ternak,
yang mempengaruhi perkembangan institusi penyuluhan, asosiasi organisasi inseminasi,
pada tingkat negara melalui persiapan laporan organisasi internasional baik milik
negara dan pengindentifikasian serta pemberian pemerintah maupun non-pemerintah.
kuasa dari Koordinator Nasional (National
Coordinators/NC) dan Komisi Konsultasi • Kajian institusi – termasuk : infrasturktur
Nasional untuk sumberdaya genetik ternak manajemen SDGT partisipasi pengguna
(SDGT). Persiapan pertemuan yang merupakan lokal, lembaga penelitian, kesadaran akan
bagian dari proses SDGT yang memiliki forum manajemen SDGT, peraturan dan program
diskusi untuk pengguna regional. yang ada serta penerapan kebijakan SDGT.

Bagian selanjutnya meringkas kapasitas Beberapa organisasi dan network telah
network dan insitusi SDGT di lapangan. Analisa diketahui pada tingkat sub-regional, regional dan
berdasarkan kajian situasi di beberapa negara internasional,
yang disajikan dari Laporan negara. Penjelasan
ringkas menyajikan metodologi yang digunakan

183

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

2.1 Latar belakang dan peran pengguna di laporan lebih konsisten, tabel-tabel yang perlu
setiap negara disajikan antara lain:

Untuk tujuan analisa, partisipasi negara • Tabel 4.6 – penjelasan peran pengguna
pengguna dalam proses SoW-AnGR pada (pemerintah pusat, pemerintah
tingkat negara sangat penting dalam membentuk lokal/regional, perusahaan perorangan,
hubungan antara pengguna dan perlu ditunjuk organisasi pemuliaan, organisasi penelitian,
secara resmi insitusi nasional yang menangani organisasi non-pemerintah) dalam
manajemen SDGT, disamping informasi yang penerapan pengembangan SDGT
telah diberikan dalam laporan negara-negara. (pengaturan arah program pemuliaan,
seperti anggota NCC dan orang-orang yang identifikasi individu ternak, rekording,
terlibat dalam penyiapan laporan negara-negara inseminasi buatan (IB), evaluasi genetik).
atau aktivitas terkait dengan SDGT, informasi
tambahan pengguna dan latar belakang mereka • Tabel 4.7 – penjelasan keterlibatan berbagai
yang diperoleh dari sistem informasi FAO’s DAD- pengguna terkait pengembangan SDGT
IS melalui penelusuran dari website. (legislasi, perbaikan genetik, infrastruktur,
sumberdaya manusia dan organisasi
2.2 Kajian kemampuan institusi di setiap produser)
negara
• Tabel 4.8 – penjelasan minat berbagai
Kajian insititusi seluruhnya berdasarkan pengguna di berbagai bentuk SDGT (breed
informasi yang diperoleh dari laporan negara- lokal adaptip, breed impor dari berbagai
negara. Dalam petunjuk pengembangan laporan daerah, atau dari luar negeri)
negara, disarankan bahwa satu Bab sebaiknya
menyajikan informasi kemampuan negara • Tabel 4.9 – penjelasan prioritas kebutuhan
tersebut dalam mengelola SDGT. Pada Bab ini (pengetahuan, training, sumber dana,
sebaiknya juga termasuk informasi infrastruktur organisasi pemuliaan) yang menunjang
lembaga dan sumberdaya manusia. Agar teknologi (rekording, evaluasi genetik, IB/TE
(transfer embrio), teknik molekuler.

TABEL 53
Sumber-sumber informasi untuk pengkajian tingkat nasional

Area tematik Bagian I: Bagian II: Bagian III: Bagian IV: Bagian V: Bagian VI: Tambahan:
Pandangan Perubahan Kemampuan Identifikasi Kerjasama Persiapan Predefined
Permintaan, Internasional Bagaimana Table-tabel
kebijakan nasional, prioritas Country dipersiapkan
pengkajian, Nasional ●
politik, persyaratan Report untuk
strategi, ● keterlibatan
program building ● ● pengguna,
masa depan
● ● prioritas
Infrastruktur/ ● ● ● ● ●
Kapasitas ●
● ● ● ●
Partisipasi ● ● ●
Pengguna di ● ● ●
Tingkat ● ●
lokal/daerah ●●

Penelitian ●

Pengetahuan ●
Kesadaran
Topik/bahasan

Hukum, ●
Program Politik

Derajat
Penerapan

Keterangan lihat lampiran Bab ini

184

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

Dimana tersedia, informasi yang diberikan indentifikasi kelemahan tertentu pada sub-
dalam tabel ini digunakan untuk analisis. Namun, region/region berkaitan dengan kemampuan
hanya 38% dari negara-negara institusional. Perbandingan kajian institusional
memanfaatkannya. Untuk alasan ini, kerangka memungkinkan identifikasi negara-negara
analisis yang juga menarik pada bagian lain dari berpotensi sebagai pemimpin pada sub-
Laporan Negara dikembangkan. Variasi pada region/region.
tingkat rincian yang disajikan dalam laporan
tinggi, dan ditempatkan keterbatasan pada 2.3 Organisasi dan network yang berpotensi
lingkup untuk analisis kuantitatif. Bagian-bagian memiliki peran dalam kerjasama regional
dari Laporan Negara yang digunakan sebagai dan internasional
sumber informasi untuk setiap daerah tematik
dinilai ditunjukkan pada Tabel 53. Kebanyakan laporan dari negara-negara,
menyajikan bebarapa informasi kerjasama.
Untuk setiap bidang lembaga, nilai diberikan Penelitian-penelitian dari web-site sebagai
menurut tingkat aktivitas/kemampuan negara tambahan, juga digunakan untuk mendapatkan
yang bersangkutan. Negara-negara diberikan informasi lebih lanjut pengguna dan latar
nilai 0 (tidak ada), +(sedikit). ++ (menengah), belakangnya pada tingkat sub-regional, regional,
atau +++ (tinggi). Nilai setiap bidang diberikan dan internasional. Sumber-sumber informasi
secara subjektif berdasarkan kriteria seperti lebih lanjut digunakan untuk menganalisa
pada diskripsi country report (laporan negara), struktur institusional, identifikasi pengguna dan
tabel informasi (bila ada), dan laporan prioritas network, adalah laporan-laporan dari organisasi
kebutuhan (lihat catatan lampiran Tabel 53). internasional (pemerintah dan non-pemerintah)
Proporsi nilai negara-negara 0, +, ++ dan +++ diterima sebagai bagian dari proses SoW-AnGR,
dalam kajian kelembagaan disajikan dalam dan informasi dari konsulatsi e-mail regional dan
setiap sub-region. sub-regional yang dibentuk oleh FAO pada akhir
2005.
Nilai setiap negara dalam setiap bidang
pengkajian dipisahkan untuk mengkarakterisasi 3 Pengguna, institusi, kapasitas
keadaan sub-regional/regional. Nilai maksimum dan struktur
(dicapai bila semua negara dalam suatu sub-
region atau region mendapat nilai “+++” untuk 3.1 Keterlibatan pengguna dalam proses
kategori pertanyaan) sama dengan 1 (atau penyusunan the State of the World
100%) dan nilai minimum (bila negara dalam tingkat negara
suatu sub-region atau region mendapat “0” untuk
kategori pertanyaan) sama dengan 0. Nilai rata- Hasil yang disajikan dalam Bab ini merupakan
rata region yang dicapai dalam kelembagaan perluasan hubungan yang telah ada antara
terlihat dalam Gambar 43 ( nilai untuk sub-region insitutsi negara yang telah ditunjuk untuk
ditunjukan pada tabel seperti dalam lampiran pengelolaan SDGT dan beragam pengguna di
bagian ini). Perbedaan skop diatur dalam skala lapangan. Partisipasi pengguna pada proses
dengan berkisar dari kemampuan dasar SoW-AnGR dipakai sebagai pengukur
organisasi sampai kemampuan strategis dalam keterlibatan. Untuk persiapan laporan negara,
mengelola SDGT. Contohnya, nilai rendah dalam negara-negara didorong melibatkan pengguna
pengkajian infrastruktur menunjukan suatu baik yang berasal dari pemerintah maupun non-
tindakan yang dibutuhkan pada tingkat dasar pemerintah (misalnya asosiasi pemulia ternak),
atau lembaga, sementara nilai tinggi untuk begitu juga sektor komersial. Selain nominasi
implementasi peraturan dan program politik Koordinator Nasional, struktur pendukung yang
menunjukkan keberadaan aktivitas pada level telah ada seperti National Consultative
strategis. Agregasi ini memungkinkan Committee (NCC) atau komisi konsultasi

185

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

nasional yang mewakili pengguna komersial lebih sering terlibat dalam NCC. Hal ini
mungkin disebabkan oleh transisi beberapa
direkomendasikan. negara, dan privatisasi dimana hubungannya
lebih tinggi antara pengguna pemerintah dan
Pola partisipasi berbagai kelompok pengguna komersial.

pada proses agak bervariasi antar negara. 3.2 Kajian kapasitas institusional pada

Individu-individu berlatar belakang pemerintah tingkat negara dan regional

dan ilmiah umumnya terlibat. Institusi National Partisipasi, infrastruktur dan kapasitas
Sebagaimana pemanfaatan dan konservasi in
Agricultural Research Systems (NARS) atau situ SDGT dilakukan pada tingkat lokal,
partisipasi yang besar pengguna non-
Sistem Penelitian Pertanian Nasional berperan pemerintah, seperti organisasi pemulia ternak
atau sektor swasta secara umum, proses
penting dalam proses dan secara aktif terlibat kebijakan yang berhubungan dengan SDGT
mungkin sangat diharapkan. Akan tetapi hal ini
dalam seluruh NARS dan proses persiapan tidak terjadi seperti yang terlihat dalam
Organisasi semacam yang berpotensi mengatasi
Laporan Negara. Sebanyak 44% dari negara- struktur yang lemah (seperti contohnya Negara
Afrika dan Uni Sovyet) dan beberapa mengambil
negara tersebut, insitusi penyelenggara adalah peran inventarisasi dan in situ. Laporan Republik
Ceko (2003), Laporan Spanyol (2004) dan
lembaga penelitian nasional. Akan tetapi, banyak Laporan Jerman (2003), misalnya, mengacu
peran yang disebut juga “peraturan-baru” atau
Laporan Negara yang melaporkan bahwa “hobi peternak” dalam pengelolaan SDGT.

institusi ini jarang terlibat dalam penelitian yang Kapasitas lokal yang kuat (contohnya
tanggung jawab yang terkontrol atau lokal
terkait SDGT, dan ketertarikan pada topik ini pengguna serta integrasi organisasi lokal dalam
arena kebijakan nasional) kebanyakan dapat
kadang terbatas pada departemen yang diidentifikasi di Eropa Barat dan Utara dan
beberapa di Amerika Selatan dan tengah.
kekurangan sumber dana keuangan. Selain itu, Laporan dari negara-negara transisi
menekankan kebutuhan integrasi sektor swasta
insitutsi penelitian yang lebih memperhatikan yang lebih kuat untuk mendapatkan keuntungan
tersebut diatas yang bertujuan untuk
SDGT, kurang fokus dan hanya, berkonsentrasi menkompensasi kelemahan sektor regional
dalam inventaris dan monitoring di lapangan.
pada breed yang memiliki output tinggi atau Akan tetapi, pada banyak negara, infrastruktur
yang telah ada dalam bentuk struktur pemerintah
masalah teknis. seperti pelayanan penyuluhan, diperluas sampai
ke tingkat lokal. Infrastruktur ini menawarkan
Sebanyak 37% NGO (kebanyakan asosiasi kesempatan inventaris dan monitoring, serta
integrasi lebih lanjut serta dukungan aktivitas
pemulia ternak) ikut berpartisipasi dalam NCC. SDGT terkait pada tingkat lokal. Beberapa
negara menyebutkan bahwa infrastruktur tingkat
Keterlibatan NGO lebih terlihat pada negara- tinggi ada, tetapi tidak digunakan karena

negara bagian Amerika Selatan dan Eropa

Barat. Hal tersebut berkaitan dengan adanya

jumlah besar organisasi yang telah ada di

negara tersebut. Pada wilayah dan negara lain,

kondisi keterlibatan pengguna lebih sedikit. Pada

beberapa kasus, individu peternak merupakan

anggota NCC, tetapi informasi latar belakang

organisasinya tidak tersedia

Sektor komersial jarang terlibat. Laporan

Negara mencatat bahwa operator komersial aktif

memanfaatkan SDGT, dan terorganisasi dengan

baik meskipun pada tingat internasional,

kebanyakan sektor unggas dan ternak babi.

Akan tetapi, banyak Laporan Negara melaporkan

keterlibatan pengguna ini dalam program

nasional konsevasi SDGT masíh sedikit,

ketertarikan mereka terbatas pada program

breeding yang menggunakan breed untuk

produksi komersial. Asia tengah dan Eropa timur

serta wilayah Kaukasus tidak termasuk. Di

negara-negara tersebut, pengguna dari sektor

186

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

kekurangangan personil terlatih, kesulitan dana negara dan Intergovernmental Technical
atau krisis politik – lihat Laporan Negara dari Working Group AnGR (ITWG–AnGR) dan
negara-negara bekas Uni Sovyet, Eropa pengguna lain terlibat pada proses kebijakan.
Tenggara dan Laporan Cuba (2003). Table 54 Akan tetapi operasional NCC belum dilakukan
memperlihatkan infrastruktur dan partisipasi secara berlanjut. Sebuah survey tahun 2004
negara berdasarkan analisa Laporan Negara. (FAO, 2004) menemukan 65% NCCs aktif pada
Khususnya, di sub-wilayah Afrika Utara dan saat itu. Hasil konsultasi e-mail FAO regional
Barat, Pasifik Baratdaya dan Asia Tengah, yang dilaksanakan pada akhir 2005 (dan juga
Laporan Negara melaporkan infrastruktur dan partisipasi tingkat rendah dalam aktivitas ini)
kapasitas saat ini sangat rendah atau tidak ada menyarankan bahwa gambaran ini menunjukkan
(+ atau 0). Contohnya, 33% negara-negara Asia adanya penurunan. Pada beberapa negara, NC
Tengah infrastruktur dan kapasitasnya bernilai 0. juga tidak aktif lagi. Ini menunjukkan kurangnya
Akan tetapi, negara-negara dengan kondisi sumber daya yang pada akhirnya disebabkan
(++/+++), seperti Australia, Pasifik Baratdaya kurangnya kesadaran manusia akan subjek ini.
memiliki potensi memfasilitasi perannya dalam
wilayahnya. Penelitian dan Pengetahuan
Pada beberapa negara, kurangnya kapasitas
Keterbatasan NGO pada integrasi kebijakan
dan penyiapan Laporan Negara dapat bukan hanya secara organisasi juga teknis dan
diterjemahkan sebagai indikator keterbatasan pendidikan. Kapasitas-building diprioritaskan
kapasitas organisasi pada tingkat negara (NGO kebanyakan Laporan Negara. Dalam banyak
tidak ada), atau indikator kurangnya mekanisme negara, insitutsi penelitian nasional untuk sektor
melibatkan NGO dalam proses tersebut. Hampir peternakan ada, tetapi ada sedikit spesialisasi di
semua negara (87%), tidak ada struktur bidang pemanfaatan dan konservasi SDGT. Hal
institusional yang merupakan bagian dari NCC ini digambarkan oleh kenyataan bahwa banyak
komprihensif koordinasi aktivitas terkait SDGT. pekerjaan di bidang tertentu dilatih di bidang lain
Peran penting NCC ditekankan oleh negara- (seperti dokter hewan) dan harus belajar ke luar

TABEL 54
Kajian kelembagaan - infrastruktur, kapasitas dan partisipasi

Negara n+ Infrastruktur/kapasitas (% Negara) Partisipasi lokal/regional (% Negara)
0** + ++/+++ 0 + ++/+++
Afrika
Afrika Utara dan Barat 24 29 63 8 71 25 4
Afrika Timur 7 14 57 29 29 71 0
Afrika Selatan 11 18 64 18 46 36 18

Asia 6 33 67 0 83 17 0
Asia Tengah 4 0 50 50 25 25 50
Asia Timur 7 0 43 57 14 57 29
Asia Selatan 8 13 63 25 38 63 0
Asia Tenggara 11 27 64 9 76-3 18 9
39 10 21 69 13 18 69
Pasifik Baratdaya
Eropa dan Kaukasus 3 0 33 67 0 67 33
Amerika Latin dan Karibia 9 11 67 22 44 33 22
10 0 30 70 0 70 30
Karibia 2 0 0 100 00 100
Amerika Tengah 7 0 86 14 43 57 0
Amerika Selatan
Amerika Utara
Timur Tengah dan
sekitarnya

* n : jumlah Laporan Negara; **0= tidak ada, += rendah ++/+++= sedang/tinggi

187

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 55
Penilaian Kelembagaan – Penelitian dan Ilmu Pengetahuan

Negara n+ Peneltian (% Negara) Pengetahuan (% Negara)

Afrika 7 0** + ++/+++ 0** + ++/+++
Afrika Utara dan Barat 24
Afrika Timur 7 14 71 14 14 71 14
Afrika Selatan 11
46 42 13 42 46 13
Asia 6 29 43 29 29 57 14
Asia Tengah 4
Asia Timur 7 27 73 0 46 55 0
Asia Selatan 8
Asia Tenggara 11 17 83 0 33 67 0
39 0 25 75 0 25 75
Pasifik Baratdaya 14 29 57 14 71 14
Eropa dan Kaukasus 3 25 50 25 50 25 25
Amerika Latin dan Karibia 9 36 55 9 55 36 9
10 5 31 64 5 28 67
Karibia 2
Amerika Tengah 7 33 0 67 0 33 67
Amerika Selatan 0 78 22
Amerika Utara 0 30 70 22 56 22
00 100
Timur Tengah dan sekitarnya 14 71 14 0 50 50

0 0 100

14 71 14

* n = jumlah Laporan Negara **0 = tidak ada + = rendah, ++/+++ = sedang/tinggi

negeri untuk pendidikan lanjut atau spesialisasi Laporan Uruguay, 2003) dan adanya banyak
SDGT. Jurusan Peternakan di Perguruan Tinggi keinginan memperluas aktivitas kerjasama.
jarang menawarkan pelajaran khusus
pengelolaan SDGT. Negara-negara berkembang memperlihatkan
kebutuhan asistensi teknis. Hal ini terlihat dalam
Meskipun teknologi canggih tersedia, kontek kebutuhan dalam meningkatkan produksi
penelitian sering jauh dari kebutuhan lokal dan ternak seperti penggunaan breed impor
pengetahuan lokal dan tidak terhubung secara komersial produksi tinggi.
baik dengan level kebijakan, dimana perlu
membangun kesadaran untuk membentuk Pengembangan kebijakan: kesadaran, hukum
dukungan bidang pengelolaan SDGT (termasuk dan program politis serta penerapannya
masalah pendanaan) level yang lebih tinggi. Kesadaran akan nilai keragaman genetik ternak
Akses pengetahuan sehubungan nilai dan sangat penting untuk meningkatkan profil topik
pemanfaatan SDGT sering digambarkan sangat politis, dan merubah insitusional yang sesuai.
lemah. Keadanaan tersebut digambarkan dalam Tabel
56 yang dilaporkan dalam banyak Laporan
Tabel 55 memperlihatkan analisa penelitian Negara memiliki tingkat kesadaran masih
dan pengetahuan di negara-negara. Beberapa rendah. Hal ini dicerminkan oleh program politis
negara memiliki potensi berperan awal dan dan tingkat penerapannya. Meskipun kesadaran
pendukung dalam sub-region dan regional meningkat diantara pengguna, jarang tersaring
(contohnya Jepang dan Cina di Asia). Untuk melalui level kebijakan seperti terlihat dari
menyadarkan potensi yang dimiliki ini, diperlukan rendahnya jumlah kebijakan yang diterapkan
lebih banyak kerjasama diatara NARS dan saat ini. Kebanyakan hukum yang telah
insitusi penelitian lainnya. Kebutuhan untuk diterapkan di bidang kesehatan hewan dan
meningkatkan kerjasama secara khusus hanya sedikit yang berkaitan dengan program
disebabkan dalam Laporan Negara dari negara- pemuliaan atau kebijakan konservasi SDGT.
negara Amerika Latin (seperti Laporan Argentina
2003; Laporan Colombia, 2003; Laporan Costa Oleh karena struktur organisasi dan
Rica, 2004; Laporan El Salvador; 2003 dan institusional belum berkembang baik, kesadaran

188

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 56
Kajian Kelembagaan - Pengembangan Kebijakan

Kesadaran Masalah Hukum, program politis, Tingkat penerapaan (%

Negara N (% Negara) (% negara) Negara)

Afrika 0** + ++/+++ 0** + ++/+++ 0** + ++/+++
Afrika Utara dan Barat
Afrika Timur 24 33 54 13 71 25 4 83 13 4
Afrika Selatan 7 14 57 29 71 14 14 100 0 0
11 36 55 9 55 36 9 55 46 0
Asia
Asia Tengah 6 33 67 0 50 50 0 83 17 0
Asia Timur 50 50 0 25 25 50
Asia Selatan 4 0 50 0 14 57 29 43 43 14
Asia Tenggara 50 25 25 50 25 25
7 14 29 57 55 36 9 73 14 9
Pasifik Baratdaya 10 26 64 13 33 54
Eropa dan Kaukasus 8 50 25 25 33 33 33 67 0 33
Amerika Latin dan Karibia 33 44 22 67 11 22
11 73 18 9 10 50 40 30 20 50
Karibia 10 50 40 30 20 50
Amerika Tengah 39 8 23 69 0 50 50 00 100
Amerika Selatan 14 86 0 29 71 0
Amerika Utara 3 0 33 67
Timur Tengah dan
sekitarnya 9 22 56 22

10 0 50 50

10 0 50 50

2 0 0 100

7 14 71 14

* n = jumlah Laporan Negara; **0 = tidak ada + = rendah, ++/+++: sedang/tinggi

tingkat nasional dan regional tergantung pada regional (lampiran Gambar 44 sampai 46) untuk
keterlibatan personal dan kerjasama individu mengidentifikasi wilayah dan sub-wilayah
atau departemen yang ada. Selain itu, untuk dengan kondisi baik dan kurang baik. Gambar-
menciptakan kesadaran yang lebih akan subjek gambar tersebut memungkinkan identifikasi
pada tingkat kebijakan, tantangan yang penting spesifik area yang membutuhkan dukungan lebih
adalah menekankan kebutuhan akan lanjut dibutuhkan dalam setiap wilayahnya.
keseimbangan yang secara nasional sesuai
antara permintaan untuk berproduksi tinggi dan Seperti terlihat pada gambar, hanya Amerika
kebutuhan akan konservasi keragaman genetik. Utara, Eropa dan Kaukasus, serta Amerika Latin
Banyak Laporan Negara dan konsultasi email dan Karibia, melakukan tindak lanjut strategis.
regional mengindikasi adanya kesulitan yang Khususnya Amerika Utara dan Eropa Barat,
dihadapi pengguna dalam mengkomunikasikan lebih banyak tindakan dilakukan untuk
pendapat mengenai kebijakan konservasi, merumuskan kebijakan dan penerapannya
karena masalah ini berkaitan dengan perpektif (penjelasan secara rinci legislasi Uni Eropa
jangka panjang. Kebutuhan asistensi dapat dilihat pada bagian E:3.2). Sebaliknya, di
internasional untuk mengatasi hambatan Afrika, Timur Tengah dan sekitarnya, kelemahan
structural dan keuangan pada level nasional juga di Pasifik Baratdaya tidak hanya tingkat strategis
dapat terlihat. tetapi juga pada tingkat dasar, tingkat
operasional dan institusional. Kesadaran nilai
Agregasi regional dari pengkajian SDGT dan keragaman biologi umumnya terlihat
institusional jelas di banyak laporan dari Amerika Latin dan
Gambar 43 menyajikan suatu perbandingan Karibia yang juga menekankan karakter regional
regional insitusi berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya ini. Akan tetapi beberapa negara
SDGT. Nilai dari negara-negara diagregasikan masih harus diselesaikan di negara-negara
pada level regional (Gambar 43) dan sub- tersebut seperti yang diilustrasikan dengan nilai
0,38 dan 0,27 yang dicapai oleh daerah

189

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

GAMBAR 43
Perbandingan antar lembaga daerah

Nilai (Pembagian) 0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2

0.1 Partisipasi di Penelitian Pengetahuan Kesadaran Hukum, politik Derajat
tingkat lokal/ topik program terapan
Infrastruktur/
kapasitas daerah

Afrika Eropa & Kaukasus Amerika Utara Pasifik Baratdaya
Asia Amerika Latin & Karibia
Timur Tengah &
sekitarnya

Tingkat dasar/organisasi/ tingkat strategi
operasional

bersangkutan bagi masalah hukum dan program, dan sub-wilayah dapat membantu dalam
serta penerapannya berturut-turut. mengidentifikasi negara yang berpotensi dalam
memfasilitasi perannya pada tingkat sub-wilayah
Beberapa perbedaan dalam wilayah juga dan wilayah. Anjuran semacam berdasarkan
dicatat. Di Eropa dan Kaukasus, banyak negara Laporan Negara ditulis selama beberapa tahun
dari wilayah bagian timur relatif lebih lemah pada (pertama diterima oleh FAO tahun 2002)
level strategis, dan juga pada tingkat dasar, dipertimbangkan dengan hati-hati karena
organisasi dan operasional. Sub-regional Asia keadaan mungkin berubah dan kesempatan baru
juga cukup heterogen, dimana Asia Timur atau kendala baru mungkin timbul. Tetapi
mencapai nilai lebih tinggi dalam semua wilayah terbukti bahwa beberapa negara memiliki
dibandingkan sub-wilayah Asia lainnya. Laporan peranan sebagai fasilitator penting. Sebagai
negara dari sub-wilayah Afrika Timur contoh, Australia menawarkan, pada saat
memperlihatkan pertumbuhan kesadaran akan konsultasi email, dukungan penerapan
masalah yang seharusnya memberikan dasar kerjasama regional. Afrika Selatan menawarkan
tindakan masa depan pada level strategis. kapasitas laboratoium untuk sub-wilayah Afrika
Selatan begitu juga Malawi. Begitu pula,
Membandingkan status setiap negara
(Lampiran Tabel 58) dengan rata-rata wilayah

190

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

mungkin ada negara-negara Amerika Utara Kerjasama yang eksklusif dibangun untuk
berpotensi membantu penelitian yang berkaitan pengelolaan SDGT sangat jarang. Lebih lanjut,
dengan SDGT di negara-negara Afrika Barat. jumlah kerjasama dan organisasi yang ada
Jepang memainkan peranan penting secara sangat terbatas dan berfokus pada subjek atau
finansial dalam proyek kerjasama di Asia. hanya yang berhubungan dengan kegiatan dan
program. Contohnya, termasuk European
3.3 Organisai dan kerjasama dengan peran Association for Animal Production (EAAP), SAVE
penting di sub-regional, regional dan Foundation (Safeguard for Agricultural Varieties
kerjasama internasional in Europe), the Inter-Governmental Authority on
Development (IGAD), the Southern African
Organisasi dan kerjasama sub-regional dan Development Community (SADC) dan the
regional dan kerjasama
Sub-bagian ini memberikan pandangan Southern African Centre for Cooperation in
kerjasama dan organisasai pada tingkat sub-
regional dan regional yang terdapat dalam Agriculture and Natural Resources Research and
Laporan Negara dan saat konsultasi email Training (SACCAR). Akan tetapi beberapa
regional (Tabel 57). Kerjasama pengelolaan kerjasama lainnya disebutkan dalam Laporan
SDGT saat ini beragam lintas wilayah dan sub- Negara relevan dengan perkembangan ternak.
wilayah. Di Eropa dan Kaukasus, kerjasama Kebanyakan kerjasama1 ini merupakan
pada tingkat pemerintahan dan non-pemerintah kerjasama ekonomi. Organisasi serupa memiliki
sudah ada, tetapi di wilayah lain, kerjasama landasan untuk kerjasama bidang SDGT.
kurang baik. Di Asia Tengah tidak ada kerjasama
disebutkan. Hal ini dijelaskan dalam Laporan Perlu diingat bahwa ada pertumbuhan
Negara dari sub-wilayah ini melalui bagian- kesadaran akan nilai SDGT yang timbul dari
bagian struktur seiring dengan runtuhnya Uni proses globalisasi, perdagangan internasional
Sovyet (lihat contoh Laporan Kyrgyzstan, 2003). ternak dan produk ternak, dan perjanjian
Kerjasama dengan fokus pada SDGT sudah ada perdagangan dunia (lihat contoh, Laporan Cuba,
diantara Afrika Timur dan Selatan. Akan tetapi 2003; Laporan India 2004; Laporan Malaysia,
tidak ada satupun kerjasama disebutkan di Afrika 2003; Laporan Switzerland, 2002; Laporan
Utara dan barat yang sub-wilayahnya heterogen Tonga, 2005 dan Laporan Zambia, 2003).
dengan konflik sejarah panjang konflik. Di Perkembangan ini seperti yang terlihat dalam
Amerika Selatan dan tengah, ada sebuah Laporan Negara meningkatkan motivasi dalam
struktur kerjasama mendasar yang melibatkan membangun kerjasama berkaitan dengan
Spanyol. Kedua Negara Amerika Utara yang produksi ternak, tetapi belum menuju pada
melaporkan kerjasama dengan Amerika Latin tindakan khusus untuk pengelolaan SDGT.
dan Karibia, tetapi tidak disebutkan adanya
spesifik kerjasama. Point lainnya yang ditekankan adalah ragam
tingkat kegiatan beberapa kerjasama yang ada.
Landasan kerjasama umumnya adalah Laporan Negara tidak memberikan indikasi
penelitian – satu elemen dimana penelitian banyak peran aktual dimana organisasi berbeda
berkaitan dengan SDGT. Ini tercermin dalam berperan dalam pengelolaan SDGT atau
beberapa proposal kerjasama internasional lebih kegiatannya. Lebih lanjut, kerjasama lainnya
lanjut yang disajikan dalam Laporan Negara.
Proposal tersebut (seperti Laporan Argentina, 1 Sebagai contoh: Southern Common Market (MERCOSUR) di Amerika
2003; Laporan Uruguay, 2003; dan Laporan Latin; the Economic and Monetary Community of Central Africa (CEMAC)
Jepang, 2003), utamanya berkaitan dengan di Afrika; the Caribbean Community and Common Market (CARICOM) di
keahlian sub-regional meliputi bidang penelitian Karibia; D-8 sebagai badan pengembangan kerjasama antara Banglades,
breed tertentu atau metodologi. Egypt, Indonesia, Republik Islam Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan dan
Turki; dan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) with its Agricultural
Technical Cooperation Working Group (ATCWG).

191

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 57

Organisasi dan jaringan kerjasama yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya genetik ternak
regional dan sub-regional

Negara Kerjasama/organisasi
Afrika
Nama Keterangan
Afrika Utara dan Barat
ILRI (International Livestock Research Institute) Penelitian dan pelatihan, pusat CGIAR
Afrika Timur
IRD (Institut de Recherche pour le Développement, Proyek penelitian dan program ilmiah
Afrika Selatan ex-OSTROM) hubungan antara manusia dan lingkungan
tropis
Asia
Asia Tengah CIRDES (Centre International de Recherche- Pusat penelitian, fokus pada penelitian
Asia Timur
Asia Selatan Développement sur l’Elevage en Zone Subhumide) epidemik dan aplikasi bioteknologi baru
Asia Tenggara
CIRAD (Centre de Coopération Internationale en Balai penelitian pertanian Perancis dan
Eropa dan Kaukasus Recherche Agronomique pour le Développement) pelayanan negara berkembang dan
departemen luar negeri

ICARDA (International Center for Agricultural Penelitian dan pelatihan, pusat CGIAR
Research in the Dry Areas)

ACSAD (The Arab Center for Studies of Arid Zones Pusat penelitian dan pengembangan

and Dry Lands) pertanian Uni Serikat Arab

ASARECA (The Association for Strengthening Penelitian Pertanian dan jaringan Afrika
Agricultural Research in Eastern and Central timur dan tengah
Africa)
IGAD (Intergovernmental Authority on Kerjasama regional pengembangan
Development) dibentuk sebagai kewenangan dan
pengembangan (IGADD)

SADC (Southern African Development Community) Pengembangan komunitas adalah bagian
proyek SDGT UNDP/FAO

SACCAR (Southern African Center for Cooperation Penelitian dan pelatihan jaringan
in Agricultural and Natural Resources Research kerjasama aktif pertanian pada tingkat
and Training) kebijakan

SAARC (South Asian Association for Regional Landasan Kerjasama Subregional untuk
Cooperation) meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
kemajuan pengembangan social budaya
ASEAN(Association of Southeast Asian Nations) Landasan Kerjasama Subregional untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
ARCBC (ASEAN Regional Center for Biodiversity kemajuan pengembangan sosial budaya
Conservation) Pusat pertukaran pengetahuan, organisasi
ILRI ASEAN antar pemerintah
EAAP (European Association for Animal Penelitian dan pelatihan, pusat CGIAR
Production) Organisasi produk ternak
DAGENE (Danubian Alliance for Gene
Conservation in Animal Species) NGO aktif dalam konservasi SDGT
Nordic Genebank
SAVE (Safeguard for Agricultural Varieties in Genebank
Europe) Payung organisassi NGO yang
mengangani konservasi dan konservasi
keragaman hayati pertanian

192

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 57 (lanjutan)

Organisasi dan jaringan kerjasama yang berperan dalam pengelolaaan sumberdaya genetic ternak

regional dan sub-regional

Negara Kerjasama/organisasi
Amerika Latin dan
Karibia Nama Keterangan
IICA (Inter-American Institute for Cooperation on Kerjasama regional pengembangan
Karibia Agriculture) pedesaan
Amerika Tengah
Amerika Selatan ILRI, CIAT (International Center for Tropical Penelitian dan pelatihan, pusat CGIAR
Timur Tengah dan Agriculture)
sekitarnya
ALPA (Latin-American Association for Animal Organisasi profesi
Pasifik Baratdaya Production)
Asia/Amerika
Utara/Pasifik Baratdaya FIRC (International Federation of Creole Breeds) or Federasi breed Criollo Ibero-American
Ibero American Federation of Autochthonous and
Creole Breeds

CYTED (Red XII-H: Ibero-American Network) Jaringan kerjasama penelitian dan
pelatihan SDGT

CARDI (Caribbean Agricultural Research and Balai penelitian dan pengembangan
Development Institute) pertanian Subregional

ACSAD (Arab Center for Studies of the Arid Zones Pusat penelitian dan pengembangan Uni
and Dry Emirat Arab
AOAD (Arab Organization for Agricultural
Development) Pengembangan, penelitian, pelatihan dan
pelaporan pangan dan penelitian Saudi
ICARDA Arabia
SPC (Secretariat of the Pacific Community)
ATCWG (Agriculture Technical Cooperation Penelitian dan pelatihan, pusat CGIAR
Working Group) Part of APEC (Asia-Pacific
Economic Cooperation) Kerjasama pengembangan regional

Forum pertukaran informasi teknis, ilmiah
seperti bioteknologi, konservasi SDG,
tatalaksana hama penyakit, dan
keberlanjutan pertanian

Sumber : Laporan Negara dan konsultasi e-mail

yang ada tidak disebutkan dalam Laporan Kerjasama seharusnya merupakan
Negara2. Jadi, informasi yang tersedia hanya
memberikan point awal untuk mengidentifikasi konsekuensi logis sumberdaya yang digunakan.
organisasi dan kerjasama yang memiliki potensi
untuk mengkoordinasi tindakan masa datang. Laporan Negara sering menyebutkan kerjasama

2 Sebagai contoh di Afrika ada 2 jaringan kerja Penelitian dan regional sebagai suatu kebutuhan dan
Pengembangan Pertanian yang tidak disebutkan dalam Laporan Negara
Afrika yaitu FARA (Forum for Agricultural Research in Africa) dan memperlihatkan keinginan untuk berpartisipasi.
CORAF/WECARD (Conseil Ouest et Centre Africain pour la Recherche et
le Développement Agricole/ West and Central African Council for Akan tetapi ada beberapa contoh aktivitas.
Agricultural Research and Development), Contoh lain adalah lembaga
yang tidak disebutkan dalam Laporan Negara Afrika adalah CIHEAM (the Faktor sejarah yang beragam mungkin
Centre International de Hautes Etudes Agronomiques Méditerranéennes),
yang melakukan khusus pelatihan konservasi dan pengelolaan SDGT berkontribusi terhadap kurangnya kerjasama
pada tahun 2003.
dalam sub-wilayah tertentu. Laporan Negara dari

beberapa negara Eropa tenggara memberikan

contoh-contoh masalah yang dihadapi.

Organisasi dan kerjasama internasional dapat

berperan sebagai fasilitator atau media bila

193

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

kerjasama bilateral atau regional terhalang oleh pemerintah dan non-pemerintah dipertanyakan
beberapa faktor. keterlibatannya dalam bidang SDGT. Akan
tetapi, respon terhadap keterlibatannya masih
Hampir semua wilayah kekurangan pengguna terbatas. Laporan diterima dari empat
utama dengan kapasitas menjadi penyelenggara oraganisasi internasional non-pemerintah dan
pada Regional Focal Point (RFP) dalam dua dari organisasi penelitian. Tiga organisasi
pengelolaan SDGT. Saat ini hanya European menyatakan bahwa mereka tidak melakukan
Regional Focal Point yang berfungsi. Sedangkan kegiatan yang berkaitan dengan SDGT.
RFP yang lama di wilayah Asia sudah tidak aktif Ringkasan tabel yang memperlihatkan respon
lagi. Beberapa organisassi yang berpotensi yang diterima dari organisari-organisasi ini
sebagai penyelenggara disebutkan dalam dimasukan dalam Lampiran pada bagian ini
Laporan Negara atau disebutkan pada konsultasi (Tabel 61), dan laporannya tersedia dalam
email regional. Contohnya, di sub-wilayah Afrika Lampiran SoW-AnGR. Rendahnya respon ini
Timur seperti, ASARECA (Association for menunjukkan kesadaran SDGT masih kurang
tidak hanya nasional, tetapi juga pada tingkat
Strengthening Agricultural Research in Eastern internasional.
and Central Africa) dan IGAD, sedangkan SADC
dan SACCAR tidak disebutkan dalam sub- Insitutsi Consultative Group on International
wilayah Afrika Selatan. Agricultural Research (CGIAR) berperan penting
dalam aktivitas penelitian dan pelatihan pada
Organisasi dan kerjasama internasional tingkat internasional. Pusat penelitian dengan
Disamping kerjasama global FAO NC dan program penelitian SDGT adalah International
pengguna lainnya (seiring dengan diskusi forum Livestock Research Institute (ILRI) dan
DAD-Net3), tidak ada kerjasama internasional International Center for Agricultural Research in
tertentu untuk pengelolaan SDGT. Akan tetapi, the Dry Areas (ICARDA). System-wide Genetic
beberapa organisasi yang berkecimpung dalam Resources Programme (SGRP), berdasarkan
perkembangan ternak melakukan beberapa International Plant Genetic Resources Institute
aspek pengelolaan SDGT dalam agendanya. (IPGRI), berhubungan dengan program sumber
World Association of Animal Production (WAAP) daya genetik dan akitivas semua pusat-pusat
dan beragam organisasi anggota merupakan CGIAR – yang menangani ternak, tanaman
contoh kerjasama internasional. Meskipun belum pangan, kehutanan dan perikanan. Pusat-pusat
mencapai secara luas keseluruh dunia. CGIAR tidak dilaporkan secara baik
Organisasi yang menangani aspek tertentu dari dalamLaporan Negaara. Mereka disebutkan
pengelolaan SDGT (recording ternak) seperti sebagai pemain strategis, tetapi kekurangan
International Committee for Animal Recording berhubungan dengan kebutuhan nasional dan
(ICAR) atau International Bull Evaluation Service struktur nasional disebutkan dalam beberapa
(INTERBULL) juga berperan secara global di negara.
dalam Laporan Negara. Organisasi Non-
pemerintah (NGO) seperti Rare Breeds Hampir semua Laporan Negara dari negara-
International (RBI) dan League for Pastoral negara berkembang atau negara transisi,
People (LPP) dapat berperan penting dalam permintaan akan bank gen untuk konservasi ex-
membangun kesadaran tingkat lokal, nasional situ sangat kuat. Pusat-pusat CGIAR, dibawah
dan internasional. Akan tetapi dampaknya FAO, menjaga koleksi ex-situ “International
(termasuk kegiatan training) terbatas disebabkan Network of Ex situ Collections” bersama dengan
kurangnya sumber dana dan manusia. Sebagai CGIAR System-wide Information Network for
bagian proses SoW-AnGR, organisasi antar Genetic Resources (SINGER), yang berfokus
pada sumberdaya genetik tumbuhan. Disebutkan
3 E-mail: [email protected] dalam laporan CGIAR kepada proses SoW-

194

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

AnGR bahwa “bekerja sama dengan badan untuk pengelolaan data tetapi juga untuk proses
nasional dan internasional mengembangkan membangun motivasi dan kesadaran. Usaha-
program yang bertujuan untuk konservasi SDGT usaha telah dilakukan untuk mencapai
dengan fokus pada konservasi in situ tetapi juga keharmonisan antara pengelolaan database
melihat peran pendekatan konservasi lainnya, global Eropa dan FAO (lihat Kotak 69). Sumber
seperti ex situ in vivo dan in vitro.” Teknologi lainnya yang telah ada adalah Agro Web,
canggih, pengurangan biaya dan perubahan sebuah portal internet yang memiliki anggota 25
penekanan terhadap keragaman mengindikasi negara-negara Eropa dan Kaukasus. Akan
bahwa sebuah kajian ulang diperlukan untuk tetapi, sampai saat ini, tidak semua negara-
melihat kembali peran teknologi in vitro dalam negara anggota tersebut memperbaharui
konservasi SDGT. homepage mereka dan portal ini tidak
disebutkan dalam satu Laporan Negara
Meskipun lembaga penelitian dan manapun.
pengembangan internasional berperan aktif
dalam bidang SDGT, adanya kebutuhan 4 Kesimpulan
mendesak yang lebih jauh adalah investasi. Hal
ini digarisbawahi dalam laporan yang Analisa yang utamanya berdasarkan hasil
dipersiapkan untuk Komisi Ilmiah CGIAR: pengkajian dalam negeri, menunjukan bahwa
hampir sebagian negara di dunia ini, keadaan
”Kebutuhan kegiatan CGIAR dalam FanGR struktural dan institusional pada tingkat nasional,
regional dan internasional tidak selalu
masa depan (sumberdaya genetik ternak) mendukung keberlanjutan pemanfaatan dan
SDGT. SDGT bukan merupakan topik utama
yang diindentifikasi melalui laporan ini lebih dalam kebanyakan lingkup kebijakan nasional,
regional dan internasional. Relevansi SDGT
fokus pada kebutuhan mendesak khusus terhadap keamanan pangan dan mengurangi
kemiskinan tidak sepenuhnya terlihat, dan hal
daripada mendapatkan keseimbangan yang tersebut tercermin melalui rendahnya tingat
kesadaran masalah ini di banyak negara, dan
lebih baik dari kegiatan lintas aspek juga melalui terbatasnya agenda internasional
yang ada dan akitivitas organisasi internasional.
kharakterisasi, konservasi dan pemanfaatan.
Konservasi atau pemanfaatan SDGT sangat
Sebagai contoh, termasuk komitmen dan terbatas, sementara pengenalan akan topik ini
perlahan meningkat masuk dalam kurikulum
peran yang jelas dalam pengembangan
4 DAD-IS:3 merupakan bagian dari jaringan kerjasama system informasi
kebijakan dan peraturan framework internasional. Jaringan kerjasama ini memungkinkan FAO’s DAD-IS
berhubungan dengan database regional seperti EFABIS (European Farm
pengelolaan SDGT; kajian terinci dan peran Animal Biodiversity Information System), yang merupakan bagian dari
EAAP–AGDB (European Association of Animal Production – Animal
aktif konservasi in vitro SDGT; program yang Genetic Data Bank) at http://efabis.tzv.fal.de/ – dan pada akhirnya
berhubungan dengan database nasional setiap negara. Jaringan
terfokus dan jelas mengenai keberlanjutan kerjasama internasional memungkinkan propagasi secara langsung
dengan seluruh data dalam database dalam jaringan kerjasama sehingga
metoda perbaikan genetik SDGT (Gibson and meningkatkan komunikasi dan ketersediaan informasi secara
menyeluruh. Setiap negara memiliki pilihan dalam menetapkan sistem
Pullin, 2005, p. 37). jaringan informasi, sehingga informasi SDGT negara tersebut dapat
Selain itu, permintaan yang kuat dari database dimasukan. Selain itu negara tersebut dapat memanfaatkan sistem
dan jaringan informasi internasional dan regional global atau regional.
terlihat dalam Laporan Negara. Domestic Animal
Diversity Information System (DAD-IS)-FAO dan
Domestic Animal Genetic Resource Information
System (DAGRIS)-ILRI terdapat dalam hampir
sebagian Laporan Negara merupakan alat yang
bermanfaat untuk pengelolaan informasi,
meskipun masih perlu perbaikan lebih lanjut
(Australia konstribusi dalam konsultasi email
regional; Laporan Malaysia, 2003). Sistem
seperti DAD-IS, database4 interaktif sangat
diperlukan, karena memberikan kontributor data.
Sistem interaktif seperti itu berkaitan tidak saja

195

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

perguruan tinggi dan pusat penelitian. Hal ini peningkatan keuntungan dan penyediaan
tercermin dalam latar belakang beberapa jaminan jangka panjang. Potensi kerjasama
kegiatan tersebut di lapangan. Infrastruktur yang dapat saja ditingkatkan pada sektor swasta
memadai dan sumberdaya teknis diperlukan juga perusahaan IB untuk berbagi “n” dari
untuk keefektifan pengelolaan SDGT efektif yang pengawetan materi genetik dengan metoda
kadang kurang dan tidak digunakan. Penelitian cryioconservasi yang dimiliki dalam program
kelihatan sporadis dan terisolasi dari proses nasionalnya.
kebijakan.
Pada banyak negara terlihat juga kurangnya
Struktur legal, kebijakan-kebijakan dan minat NGO nasional dan aktivitas pengelolaan
program pengembangan dengan fokus SDGT SDGT. Bila organisasi semacam itu telah ada,
seringkali kurang, seperti institusi dasar untuk seperti di India5, negara-negara tersebut tidak
karakterisasi, inventarisasi dan monitoring, dan hadir di NCC atau terlibat dalam penyiapan
sturktur kooperasi nasional dan internasional. Laporan Negara, dan tidak terlibat melaporkan
Meskipun jaringan kerjasama telah ada, usaha keragaman SDGT. Hanya negara di Eropa,
lanjutan perlu ada untuk lebih mengakitifkan atau Amerika Utara, Amerika Selatan dan Australia
memperkuat struktur baru kerjasama. yang keterlibatan NGO lebih terlihat. Di
beberapa negara, asosiasi breed ternak yang
Alasan-alasan dari keadaan ini sangat hampir punah melakukan kontribusi besar
majemuk. Laporan Negara dan hasil konsultasi secara nasional dalam rangka konservasi breed
regional lewat email menunjukkan bahwa ternak tersebut. Akan tetapi, telah jelas terlihat
penekanan teknis edukasi dan perspektif jangka bahwa usaha-usaha lebih lanjut diperlukan baik
pendek kebijakan sektor peternakan yang pada tingkat negara bersangkutan dan oleh
berfokus pada kebutuhan mendesak untuk komunitas internasional, untuk menguatkan
meningkatkan produk ternak merupakan keterlibatan pengguna dalam pengelolaan
masalah utama. Keuntungan ganda dari SDGT.
investasi dalam konservasi dan pemanfaatan
seringkali hanya dapat dicapai dalam jangka Konservasi Ex situ memerlukan biaya dan di
panjang, tetapi tidak pasti. Oleh karena itu, sulit kebanyakan negara tidak dilakukan tanpa
mengkomunikasikan kebutuhan pengelolaan dukungan internasional. Masalah utamanya
SDGT dalam lingkup kebijakan. Sektor komersil dalam konservasi in situ adalah heterogenitas
yang sering diartikan memiliki dana untuk pengguna SDGT dan lemahnya sistem produksi
mendukung kegiatan konservasi, sulit menyatu yang menggunakan breed ternak yang terancam
dengan program SDGT. Sebagai contoh, punah dikelola. Sebagai contoh, Laporan
beberapa negara mendapatkan masukan Republik Ceko (2003)6 dan Laporan Bulgaria
beberapa stakeholder komersial di NCC atau (2004) melaporkan breed lokal yang
dalam penyiapan Laporan Negara. Hal ini produktivitasnya rendah hanya dipelihara di
nampaknya bukan merupakan konflik peternak lama. Ketika kehidupan dari peternak-
kepentingan, tetapi semata-mata kurangnya peternak tersebut berakhir, pemeliharaan breed
keinginan untuk berbagi. Tujuan komersial lokal tersebut juga berakhir, kecuali ada langkah-
cenderung keuntungan jangka pendek, dan langkah diambil untuk mempromosikan
keinginan mereka berpusat pada terbatasnya penggunaan breed lokal. Di negara-negara
breed ternak yang berproduksi tinggi dalam unit dimana sapi dipelihara dalam jumlah banyak
produksi skala besar. Bila integrasi lebih besar
sektor komersil tercapai, ada kebutuhan yang 5 Di India ada beberapa NGO seperti ANTHRA (a trust of women
memperlihatkan kepada publik relevansi dalam veterinary scientists), LPPS (Lokhit Pashu-Palak Sansthan) dan SEVA.
mendukung kegiatan koservasi berkaitan dengan 6 Menindaklanjuti perkembangan Laporan Negara, Republik Ceknya
memperbaiki kegiatan Breeding untuk menggambarkan masalah SDGT
terutama untuk penerapan sistem monitoring dan mekanisme reaksi
berdasarkan pada sistem subsidi.

196

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

oleh penggembala, perubahan kondisi ekonomi, Kotak 23

politik dan ekologi mengancam kehidupan Saran untuk menguatkan struktur-struktur
nasional
peternak dan karenanya terbatas kesempatan
Bila memungkinkan, National Coordinators (NC)
menerapkan konservasi in situ. Pemantapan sebaiknya dibentuk oleh para profesional bekerja
mendedikasikan waktunya penuh pada pengelolaan
lembaga lingkungan guna mengatasi masalah SDGT. Karenanya mereka dapat mengalokasikan waktu
yang cukup untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
seperti diatas sulit, meskipun pada tingkat pada tingkat negara dan bekerja sama dengan
stakeholder yang membutuhkan. Sumber dana yang
nasional, dan merupakan tantangan besar memadai sebaiknya tersedia untuk kerja NC.
Pengalaman di beberapa negara menujukan bahwa dana
tingkat internasional. Argumen-agrumen ini yang ditingkatkan pada saat pengelolaan SDGT
diprioritaskan dalam rencana dan agenda kerja tahunan
menggarisbawahi perlunya kerjasama institusi. Kunci stakeholder lainnya seperti perusahaan
breeder, organisasi penelitian dan pelatihan, NGO dan
internasional untuk mengatasi kendala struktural perwakilan organisasi komunitas, berpotensi sebagai
sumber dana. Kesempatan semacam itu tentunya akan
dan finansial pada tingkat nasional. berbeda antara negara ke negara.

Konsekuensinya, kebutuhan mendesak Selain dukungan financial, NCC membutuhkan
dukungan dari sturktur organisasi nasional yang baik
menfungsikan struktur regional dan nasional dengan fungsi dan peran yang jelas. Kebutuhan akan
tenaga ahli teknis untuk penerapan fungsi tersebut
untuk mendukung keberlanjutan pemanfaatan sangat diperlukan. Titik-titik pusat global dan regional
dapat memberikan dukungan dalam masalah ini, tetapi
dan konservasi SDGT. pelatihan untuk memperkuat sumber daya manusia pada
tingkat negara seringkali merupakan prioritas utama.
NCC yang didirikan pada saat penyiapan Penambahan tindakan prioritas dalam penelolaan SDGT
dalam rencana tindak penmerinta untuk mengurangi
proses Laporan Negara, merupakan bentuk kemiskinan dan keamanan pangan sangat berarti untuk
memfasilitasi kerjasama yang lebih dekat antara NC dan
dukungan kerja NC. Komite-komite seharusnya departemen lainnya.

dipertahankan dan atau lebih lanjut _______

dikembangkan sebagai sebuah mekanisme Sumber: diambil dari S. Moyo (2004). Strengthening
national structures for the management of farm animal
keterlibatan seluruh stakeholder dan tindakan genetic resources – (kontribusi dari NC). Dokumen ditulis oleh FAO.

koordinasi dari organisasi. Pendirian titik-titik Akan tetapi, Laporan Negara dan konsultasi
regional melalui email, menunjukan bahwa
pusat di wilayah dan sub-wilayah merupakan proses penyiapan SoW-AnGR mengangkat
pengembangan dalam bidang pengelolaan
langkah penting lanjutan dalam mengkoordinasi SDGT. Kesadaran yang merupakan kunci
kebijakan dan perubahan insitusional, bertumbuh
kegiatan lintas batas. Jaringan regional dan sub- di kebanyakan negara-negara, dan jaringan
kerjasama baru juga sedang dibentuk.
regional yang kuat didukung oleh mitra

pengembang sangat penting untuk memastikan

perbaikan-perbaikan dalam kapasitas dan

insitusi pengelolaan SDGT. Akan tetapi jaringan

semacam itu tidak akan berkembang baik dan

kerjasama terhambat tidak saja oleh kurangnya

kesadaran tentang subjek tersebut, tetapi juga

oleh kurangnya hubungan antara negara-negara.

Dalam bidang penelitian dan ilmu

pengetahuan, NARS merupakan pemain inti

pada tingkat negara. Laporan Negara mencatat

kurangnya hubungan antara NARS dan pusat-

pusat CGIAR, yang lebih lanjut merupakan

sebuah gap struktural yang penting. Selain itu,

SDGT bukanlah merupakan prioritas dalam

kegiataan NARS atau CGIAR, sehingga

pembentukan kesadaran lebih lanjut diperlukan.

Hal yang sama untuk komunitas donor

internasional. Karena khususnya negara-negara

berkembang, infrastrukturnya lemah, keterlibatan

lebih lanjut komunitas donor sangat diperlukan.

197

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

Daftar Pustaka

CR (Country name). year. Country report on the state
of animal genetic resources. (available in DAD-IS
library at www.fao.org/dad-is/).

FAO. 2004. Strengthening national structures for the
management of farm animal genetic resources–
results of a questionnaire survey. Commission on
Genetic Resources for Food and Agriculture, Tenth
Session, Rome, 8–12 November 2004.

Gibson, J. & Pullin, R. 2005. Conservation of Livestock
and Fish Genetic Resources: joint report of
twostudies commissioned by the CGIAR Science
Council. Rome. CGIAR Science Council Secretariat.
(Available at www.sciencecouncil.cgiar.org/
activities/spps/pubs/AnFiGR%20study%20report.
pdf).

198

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

Lampiran

Catatan untuk Tabel 53
Daftar kriteria untuk pemberian nilai masing-masing tematik adalah:

Infrastruktur dan kapasitas Ilmu pengetahuan
• Status seperti yang dijelaskan dalam • Status dan efisiensi pelayanan penyuluhan
Laporan Negara yang berkaitan dengan SDGT seperti
• Status seperti yang dijelaskan dalam Tabel diterangkan dalam Laporan Negara.
4.7 Laporan Negara (lihat bagian A: • Status dan aksesibilitas (asli) ilmu
penjelasan daftar tabel ini) pengetahuan seperti diterangkan dalam
Laporan Negara.
Partisipasi stakeholder pada tingkat • Kebutuhan yang menjadi prioritas seperti
diterangkan dalam Tabel 4.9 pada Laporan
lokal/regional Negara (lihat bagian A: 2 untuk penjelasan
• Status seperti dijelaskan dalam Laporan isi tabel-tabel ini).
Negara.
• Mekanisme yang ada bagi integrasi dan Kesadaran
partisipasi stakeholder; partisipasi penyiapan • Status seperti diterangkan dalam Laporan
Laporan Negara dalam NCC dan struktur Negara (prioritas, fokus kebijakan)
lainnya (yang memiliki peran dan • Peran berbagai stakeholders yang berkaitan
wewenang), organisasi dan pengaruh dalam dengan legislasi (Tabel 4.7 Laporan Negara
membuat kebijakan. - Lihat bagian A: 2 untuk penjelasan tabel
• Keberadaan struktur terdesentralisasi dan ini).
sentralisasi (seperti disebutkan dalam
Laporan Negara). Hukum dan program politik
• Jumlah dan status hukum, program-program
Penelitian seperti diterangkan dalam Laporan Negara
• Status penelitian seperti diterangkan dalam (bagian situasi legal, institusi dan program-
Laporan Negara (kapasitas, jumlah institusi, program).
tingkat spesialisasi SDGT, prioritas, fokus
penelitian di dalam Negara bersangkutan). Tingkat penerapan
• Peran/relevansi penelitian berkaitan dengan • Tingkat penerapan hokum dan program
beragam bidang SDGT seperti diterangkan seperti diterangkan dalam Laporan Negara-
dalam Tabel 4.6 – 4.9 dalam Laporan negara (bagian situasi legal, institusi dan
Negara (lihat bagian A: 2 untuk penjelasan program).
daftar Tabel ini).
• Partisipasi institusi penelitian dalam NCC,
dalam penulisan laporan, dan struktur
nasional/internasional lainnya.

199

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

GAMBAR 44
Perbandingan antar lembaga wilayah di Afrika

0,9

Afrika Barat & Utara
0,8 Afrika Timur

Afrika bagian Selatan
0,7

Nilai (Pembagian) 0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1 Partisipasi di Penelitian Pengetahuan Kesadaran Hukum, politik Derajat
Infrastruktur/ tingkat lokal/ topik program terapan
daerah
kapasitas

Tingkat dasar/organisasi/ tingkat strategi

GAMBAR 45
Perbandingan antar lembaga wilayah di Asia

Blkhfd0,j9klhsflds; Asia Tengah
Afrika Timur
0,8 Asia Selatan
0,7 Asia Tenggara

0,6Nilai (Pembagian)

0,5
0,4

0,3

0,2

0,1 Partisipasi di Penelitian Pengetahuan Kesadaran Hukum, politik Derajat
Infrastruktur/ tingkat lokal/ Rh topik program terapan
kapasitas
daerah K ld A L li i l D f
If / P ii i

Tingkat dasar/organisasi/ tingkat strategi

200

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

GAMBAR 46
Perbandingan antar lembaga wilayah di Amerika Latin dan Karabia

0,9

0,8 Karibia
Amerika Tengah

0,7 Amerika Selatan

Nilai (Pembagian) 0,6
0,5

0,4

0,3

0,2

0.1 Partisipasi di Penelitian Pengetahuan Kesadaran Hukum, politik Derajat
tingkat lokal/ topik program terapan
Infrastruktur/ daerah
kapasitas

Tingkat dasar/organisasi/ tingkat strategi

201

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 58
Kajian kelembagaan di beberapa negara

Negara Penelitian Pengetahuan Kesadaran Kapasitas/ Partisipasi Hukum, Tingkat
masalah infrastruktur lokal/ program implementasi

regional politis

Afrika Utara dan barat + ++ + + 0 00
Algeria 0 0 0 + + 00
Benin + + 0 + 0 00
Burkina Faso + + ++ + 0 0+
Kameron 0 0 0 0 0 00
Cape Verde 0 0 + + + +0
Afrika Tengah 0 0 0 0 0 00
Chad + + + 0 0 00
Kongo + + ++ + + ++ ++
Cote d’ivore 0 0 0 ++ 0 00
Republik demokrasi
Kongo 0 0 + 0 0 00
Guinea Ekuator 0 0 0 0 0 00
Gabon 0 + + + 0 00
Gambia + + + + ++ + 0
Ghana + + + + 0 00
Guinea 0 0 0 0 0 00
Guinea-Bissau + + + + 0 +0
Mali 0 0 0 0 0 00
Mauritania ++ ++ ++ + ++
Niger 0 + + + 0 ++
Nigeria + 0 + 0 0 00
Sao tome dan principe + + + + + +0
Senegal + + + + 00
Togo ++ + + 0 00
Tunisia

202

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 58 (lanjutan)

Kajian kelembagaan di beberapa negara

Negara Penelitian Pengetahuan Kesadaran Kapasitas/ Partisipasi Hukum, Tingkat
masalah infrastruktur lokal/ program implementasi
Afrika Timur
Burundi regional politis
Eritrea
Ethiopia 0* 0* + 0* 0* 0* 0
Kenya 0+ 0 + + 00
Ruanda ++ +++ + + 00
Uganda ++ ++ + +++ + +0
Republik Tansania +0 + + 0 00
++ ++ + + ++ 0
Afrika Selatan ++ + + ++ + 00
Angola
Komoro +0 0 + 0 00
Bostwasna 00 0 0 0 00
Lesoto ++ ++ ++ ++ + +
Madagasgar 00 + + ++ + +
Malawi ++ + + 0 ++ +
Mauritus ++ + + + ++
Mozambig +0 0 + + ++
Swazilan ++ + + + 00
Zambia ++ + ++ + 00
Zimbabwe ++ + 0 0 00
00 0 + 0 00

*Data di atas yang disajikan dalam table didasarkan pada analisa informasi dari laporan Negara yang diterima oleh FAO antara tahun 2002 dan 2005.
Keadaan di beberapa Negara mungkin telah berbeda dari laporan Negara. Setelah Negara-negara diberikan kesempatan membaca kembali draf
pertama SoW-AnGR pada bulan Desember 2006/Januari 2007, Burundi mengatakan bahwa keadaan saat itu lebih baik mengganti nilai 0 menjadi +
dalam kolom-kolom ini.

203

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 58 (lanjutan)

Kajian kelembagaan di beberapa negara

Negara Penelitian Pengetahuan Kesadaran Kapasitas/ Partisipasi Hukum, Tingkat
masalah infrastruktur lokal/ program implementasi

regional politis

Asia Tengah + + + 0 0 +0
Iran 0 0 0 0 0 00
Kazakistan + + + + 0 +0
Kirgizsktan + + + + + 00
Tajikistan + 0 + + 0 00
Turmenistan + + 0 + 0 ++
Uzbekistan
+++ +++ +++ +++ 0 +++ +++
Asia Timur +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++
China ++ ++ ++ + +
Jepang + +
Mongolia + + + + + +0
Korea
++ ++ ++ + + ++
Asia Selatan ++ + ++ ++ ++ ++ +
Banglades ++ + ++ ++ + ++ ++
Bhutan 0 0 0 + 0 00
India + + ++ + + +0
Maldives ++ + + ++ + +0
Nepal
Pakistan 0 0 0 0 0 00
+ + + + + ++
Asia Tenggara + 0 0 + + 00
Kamboja ++ ++ ++ ++ + ++ ++
Indonesia + 0 0 + 0 00
Republik Rakyat Laos 0 0 0 + 0 00
Malaysia + + + + + ++
Mianmar ++ ++ +++ ++ + ++ ++
Papuan Nugini
Pilipina
Vietnam

204

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 58 (lanjutan)

Kajian kelembagaan di beberapa negara

Negara Penelitian Pengetahuan Kesadaran Kapasitas/ Partisipasi Hukum, Tingkat
masalah infrastruktur lokal/ program implementasi

regional politis

Eropa dan Kaukasus

Albania ++ + + 0 ++

Armenia ++ + + + ++

Azerbaijan 0+ ++ + + ++

Bulgaria ++ ++ ++ ++ + ++ +

Belgium +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++

Belarus + ++ ++ ++ ++ ++ ++

Bosnia Herzegovina 0 0 0 + + 00

Kroasia ++ ++ +* +* +* +* +

Siprus ++ 0 0 0 00

Republik Ceknya ++ ++ +++ ++ ++ ++ ++

Denmark ++ ++ +++ +++ ++ ++ ++

Estonia ++ ++ + ++ ++ ++ +

Finland +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++

Perancis +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++

Georgia ++ 0 0 0 00

Jerman +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Yunani ++ + ++ ++ ++ ++ ++

Hongaria ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++

Islandia ++ ++ ++ ++ ++ +

Irlandia ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++

*Data di atas yang disajikan dalam table didasarkan pada analisa informasi dari laporan Negara yang diterima oleh FAO antara tahun 2002 dan 2005.
Keadaan di beberapa negara mungkin telah berbeda dari laporan Negara. Setelah Negara-negara diberikan kesempatan membaca kembali draf pertama
SoW-AnGR pada bulan Desember 2006/Januari 2007, Kroasia mengatakan bahwa keadaan saat itu lebih baik mengganti nilai + menjadi ++ dalam
kolom-kolom ini.

205

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 58 (lanjutan)

Kajian kelembagaan di beberapa negara

Negara Penelitian Pengetahuan Kesadaran Kapasitas/ Partisipasi Hukum, Tingkat
masalah infrastruktur lokal/ program implementasi

regional politis

Eropa dan Kaukasus + + ++ ++ ++ + +
Latvia ++ ++ ++ ++ ++ ++ +
Lituania + 0 + 0 0 +0
Moldova +++ +++ +++ ++ +++ +++ +++
Belanda +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
Norwegia +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++
Portugis + ++ + ++ ++ + +
Polandia + + + + ++ + +
Romania ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
Federasi Rusia + + + + + ++
Serbia dan Montenegro ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
Slovakia +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
Slovenia +++ +++ +++ +++ ++ +++ +++
Spanyol +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
Swedia +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
Swiss + + + 0 0 00
Republik Yugoslavia
Masedonia ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
Turki ++ ++ ++ + + ++
Ukrania ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
Inggris

206

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 58 (lanjutan)

Kajian kelembagaan di beberapa negara

Negara Penelitian Pengetahuan Kesadaran Kapasitas/ Partisipasi Hukum, Tingkat
masalah infrastruktur lokal/ program implementasi
Karibia
Barbados regional politis
Jamaika
Trinidan dan Tobago 0+ + + + +0
++ ++ ++ +++ +++ ++ ++
Amerika Tengah ++ ++ ++ ++
Kostarika + 00
Kuba ++ ++ ++ ++
Republik Dominika ++ + + ++ + ++
El salvador ++ + + + ++ +
Guatemala +0 + + 0 +0
Haiti ++ + + 0 00
Honduras +0 0 0 + +0
Meksiko ++ 0 + 0 00
Nikaragua ++ ++ +++ ++ 0 00
++ + + ++ ++ ++
Amerika Selatan + +0
Argentina ++ + + ++
Bolivia ++ + + + ++
Brasil +++ +++ +++ +++ + 00
Chili ++ ++ ++ +++ +++ +++ ++
Peru ++ ++ ++ ++ + ++ ++
Kolombia ++ ++ + ++ ++ ++ ++
Ekuador ++ + + + + ++
Paraguay ++ + + ++ + 0
Uruguay ++ ++ ++ ++ + +0
Venezuela (Republik ++ + ++ ++ + ++ ++
Bolivia) + ++

207

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 58 (lanjutan)

Kajian kelembagaan di beberapa negara

Negara Penelitian Pengetahuan Kesadaran Kapasitas/ Partisipasi Hukum, Tingkat
masalah infrastruktur lokal/ program implementasi

regional politis

Amerika Utara ++* ++ ++ ++* ++ + ++*
Kanada

Amerika Serikat +++ +++ ++ +++ +++ +++ +++

Timur Tengah dan +++ ++ ++ ++ + ++
sekitarnya

Mesir

Irak ++ + + 0 ++

Jordan ++ + + + ++

Libanon

Libia Arab Jamahiriyah

Oman 00 0 + 0 00

Sudan ++ + + 0 +0

Republik Arab Siria + + + + + ++

Pasifik Baratdaya +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++
Australia

Cook Islandia ++ 0 + 0 +0

Fiji ++ 0 + 0 ++

Kiribati +0 0 + 0 ++

Kepulauan Mariana 0 0 0 0 0 00
utara

Palau 00 0 0 0 00

Samoa ++ + + + +0

Solomon ++ 0 + + 00

Tuvalu +0 0 + 0 00

Tonga 00 + 0 0 00

Vanuatu 00 0 + 0 00

*Data di atas yang disajikan dalam table didasarkan pada analisa informasi dari laporan Negara yang diterima oleh FAO antara tahun 2002 dan 2005.
Keadaan di beberapa Negara mungkin telah berbeda dari laporan Negara. Setelah Negara-negara diberikan kesempatan membaca kembali draf
pertama SoW-AnGR pada bulan Desember 2006/Januari 2007, Kanada mengatakan bahwa keadaan saat itu lebih baik mengganti nilai ++ menjadi +++
dalam kolom-kolom ini.

208

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 59
Organisasi internasional dan laporan kegiatan organisasi

Organisasi Respons
International Society for Animal Genetics (ISAG)/FAO advisory Aktifitas laporan, March 2005
group on animal genetic diversity
Safeguard for Agricultural Varieties in Europe (SAVE) Foundation Potret singkat, April 2004
League for Pastoral Peoples Aktifitas laporan, November 2004
The Mediterranean Agronomic Institute of Zaragoza (IAMZ) Laporan kegiatan pelatihan, January 2005
World Organisation for Animal Health (OIE) Presentasi komisi SDG pangan dan pertanian ,ke-10
November 2004.
European Association for Animal Production (EAAP) Laporan panitia SDGT (EAAP-WGAGR), Februari 2005
D8 Countries Laporan SDGT Negara D-8 – aksi dan laporan prioritas
strategi seminar SDGT
Arab Center for the Studies of Arid zones and Dry lands (ACSAD) Laporan kegiatan, Desember 2004
Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR) Laporan, bagian I: penjelasan Institut dan program CGIAR
Centres May 2004.
World Intellectual Property Organization (WIPO) Kegiatan yang belum dilaporkan
International Council for Game and Wildlife Conservation (CIC) Kegiatan yang belum dilaporkan
Observatoire du Sahara et du Sahel (Sahara and Sahel Tidak ada laporan kegiatan bidang pengelolaan SDGT
Observatory OSS)
Commonwealth Secretariat, Special Advisory Services Division Tidak ada laporan kegiatan bidang pengelolaan SDGT
Institute for Environment and Sustainability (IES) of the European Tidak ada laporan kegiatan bidang pengelolaan SDGT
Commission’s Joint Research Centre

209

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

2

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

Bab B

Struktur Program Pemuliaan

1 Pendahuluan

Bagian ini menyajikan sebuah tinjauan dan beragam. Informasi tentang tujuan dan skala
analisa program pemuliaan berdasarkan populasi breeding aktif tidak tersedia dalam
infromasi yang tersedia dalam Laporan Negara. beberapa Laporan Negara, dan dalam banyak
Prioritas negara terhadap spesies ternak dan kasus sulit untuk menyimpulkan apakah program
tujuan perkawinan diatur lebih dahulu, diikuti breeding yang dilaporkan benar-benar
oleh detail sturktur organisasi dan alat yang terlaksana, terencana, atau merupakan peristiwa
digunakan. Penjelasan regional status program bersejarah. Pengumpulan informasi lebih terinci
pemuliaan beragam spesies disajikan kemudian. melalui permintaan lebih lanjut kepada negara-
Review diakhiri dengan beberapa kesimpulan negara yang menjadi perhatian tidak dianggap
umum tentang status program pemuliaan di layak saat ini.
negara yang menjadi perhatian.
Kira-kira 70 negara mengirimkan informasi
Program pemuliaan disini didefinisikan mengenai aktivitas pemuliaan menggunakan
sebagai program sistematis dan terstruktur untuk tabel yang belum terdefinisikan. Dalam diskusi
mengubah komposisi genetik dari suatu populasi berikut, negara-negara ini merupakan negara
berdasarkan pada tujuan kriteria performa ternak. sub-sampel (lihat lampiran Tabel 67). Negara-
Perkawinan murni didefinisikan sebagai aktivitas negara ini menyediakan data semua breed yang
pemuliaan dalam breed tertentu, dan persilangan mana memiliki target dan strategi breeding
sebagai kombinasi sistematik atau non- tertentu, dan identifikasi individu, catatan
sistematik dari dua atau lebih dari dua breed performa, dimana memiliki prosedur genetik
ternak. Aktivitas perkawinan yang dilakukan oleh evaluasi dan IB diterapkan. Data dianalisa dan
group informal kecil breeder atau individual dilaporkan berbasis regional. Akan tetapi, ketika
breeder tidak dimasukan dalam bahasan. membaca hasil-hasil tersebut, perlu diingat
bahwa breed mana yang benar-benar diekspos
Analisa berdasarkan 148 Laporan Negara untuk teknologi mungkin bervariasi lintas region.
yang dikirim pada bulan July 2005. Pada
beberapa negara, sumber informasi tambahan Untuk spesies besar seperti sapi, kerbau,
tersedia, tetapi dasar analisa secara umum domba, kambing, babi dan ayam, negara-negara
disenangi dan hanya informasi yang tersedia mengklasifikasikan berdasarkan atas prioritas
dalam Laporan Negara yang digunakan dalam program breeding yang dilakukan oleh negara-
analisa. Meskipun kebanyakan Laporan Negara negara dan program breeding yang benar-benar
memiliki struktur umum, dimana cara aktivitas sedang berjalan. Keberadaan program breeding
dan program breeding dilaporkan, sangat juga dicatat untuk kuda, unta, kelinci, bebek dan
bervariasi. Informasi yang disajikan dalam angsa. Negara-negara memperhatikan program
bagian yang berbeda didiskusikan berkaitan breeding hewan tertentu sebagai prioritasnya,
dengan topik yang berbeda. Negara dengan dimana negara tersebut disebutkan secara
program konservasi yang aktif memberikan khusus seperti dalam Laporan Negara, atau
penekanan dalam melaporkan aktivitas breeding akitivas asosiasi breeder untuk spesies tertentu
yang melibatkan breed yang sedang dalam dilaporkan. Sejumlah negara yang
program konservasi. Mutu informasi dan memperhatikan program breeding sebagai
penjelasan secara rinci yang disajikan sangat prioritas, lebih besar dibandingkan negara yang

211

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

telah memiliki program breeding. Bila prioritas meningkat heterogenitasnya, ada tantangan
dan keberadan program breeding tidak jelas untuk menduga perubahan pola konsumsi dan
terdapat dalam Laporan Negara diklasifikasikan mengatur program breeding dan kegiatan
dengan ”tidak disebutkan”. Informasi mengenai produksi peternakan yang sesuai. Prioritas yang
program breeding disajikan pada basis wilayah melekat pada proses ini baik dari pemerintah
Afrika, Asia, Timur Tengah dan sekitarnya, maupun institusi publik juga sangat beragam
Eropa dan Kaukasus, Karibia dan Amerika antara negara dan wilayah dan antara spesies.
Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara dan
Pasifik Baratdaya. 2.1 Sapi
Program breeding untuk sapi merupakan
Untuk klasifikasi hewan menjadi breed, review prioritas teratas dan diterapkan dalam jumlah
ini mengikuti umumnya Laporan Negara. Dimana terbesar negara-negara. Sembilan puluh empat
informasi disajikan sehubungan sejumlah breed negara (65%) dari 144 negara yang memelihara
dalam wilayah berbeda, breed-breed ambang- sapi menunjukan bahwa negara-negara tersebut
batas dihitung lebih dari sekali – total wilayah memandang breeding sapi sebagai sebuah
merupakan penjumlahan sejumlah breed dalam prioritas (Tabel 60), sementara 68 (47%)
tiap negara. menerapkan program serupa. (Tabel 61).
Negara-negara Afrika, Karibia dan Amerika
2 Spesies prioritas dan tujuan Tengah memperlihatkan prioritas terendah untuk
breeding breeding sapi (diluar Pasifik Baratdaya).
Perbedaan terbesar antara prioritas dan aktual
Tujuan breeding dipengaruhi oleh banyak faktor, penerapan program breeding ditemukan di
dan harus diperhatikan kebutuhan dan prioritas negara- negara Timur Tengah dan sekitarnya.
pemilik hewan atau produsen, konsumen produk
hewan, industri makanan dan juga masyarakat Diantara 70 negara subsampel, target
publik. Pentingnya faktor-faktor yang berbeda breeding dispesifikasi untuk 22% breed sapi, dan
beragam tergantung pada spesies, dan prioritas strategi tertentu tengah diterapkan untuk 19%
dan tahapan pengembangan dari suatu negara. breed (Tabel 62). Strategi breeding kurang jelas
Selain itu juga perubahan dari waktu ke waktu. spesifikikasinya di negara-negara Timur Tengah
Fungsi dan syarat yang lebih penting dari dan sekitarnya, dan Amerika Latin. Perbaikan
program breeding adalah: sifat kuantitiatif dan peningkatan produksi
disebutkan oleh sejumlah besar negara-negara
• Peningkatan produksi dan mutu produk sebagai target utama breeding ternak sapi
• Peningkatan produktivitas dan efisiensi potong dan sapi perah. Perbaikan kualitas susu,
efisiensi produksi, fertilitas dan sifat konfirmasi
biaya menumbuhkan pentingnya peningkatan program
• Menjaga keragaman genetik breeding di Eropa dan Kaukasus. Di negara-
• Mendukung konservasi dan pemanfaatan negara Skandinavia, breeding sifat kesehatan
memiliki prioritas atas dan dicapai dengan
breed tertentu bantuan program rekording yang ekstensif.
• Memperhatikan kesejahteraan hewan dan Peningkatan keseragaman produk dan
konsistensi produk merupakan target yang
keberlanjutan sistem penting untuk sapi perah di negara Amerika
Untuk mendapatkan keseimbangan yang Utara, tetapi sifat-sifat fungsional yang lebih
benar antara perbedaan permintaan merupakan terbaru telah disatukan kedalam indek seleksi.
proses yang berlanjut dan membutuhkan
antisipasi dari kondisi masa yang akan datang
dan perencanaan yang hati-hati dari program
breeding. Dalam suatu lingkungan yang
multifaktorial dan diantara konsumen yang

212

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 60
Negara yang memprioritaskan aktivitas breeding (berdasarkan spesies)

Sapi Kerbau Domba Kambing Babi Ayam

(persentase Negara) 17 14
24 20
Afrika 52 0 19 19 0 14
69 23
Asia 71 44 30 40 9 14
8 8
Timur Tengah & sekitarnya 71 67 71 43 10 20
100 50
Eropa & Kakukasus 90 18 67 54 18 9
33 18
Amerika Latin & Karibia 55 14 23 9

Karibia & Amerika Tengah 42 0 17 8

Amerika Selatan 70 50 30 10

Amerika Utara 100 0 50 50

Pasifik Baratdaya 13 0 40 0

Dunia 65 29 39 31

Berdasarkan informasi dari Laporan Negara.
Persentase Negara yang menjaga jenis-jenis ternak tersebut di atas

TABEL 61
Kegiatan struktur breeding beberapa spesies ternak

Sapi Kerbau Domba Kambing Babi Ayam

(persentase Negara) 6 2
19 16
Afrika 31 0 10 10 0 14
62 23
Asia 58 38 30 32 9 14
8 8
Timur Tengah & sekitarnya 14 33 57 43 10 20
100 50
Eropa & Kakukasus 74 9 59 54 18 9
27 14
Amerika Latin & Karibia 36 14 23 9

Karibia & Amerika Tengah 17 0 17 8

Amerika Selatan 60 50 30 10

Amerika Utara 100 0 50 50

Pasifik Baratdaya 13 0 40 0

Dunia 47 22 33 27

Berdasarkan informasi dari Laporan Negara.
Persentase Negara yang menjaga jenis-jenis ternak tersebut di atas.

2.2 Kerbau 2.3 Domba dan Kambing
Hanya 41 Laporan Negara yang memelihara Program breeding domba dan kambing sedikit
kerbau. Dari negara-negara ini, 29% lebih sering terlihat sebagai prioritas
menyebutkan breeding kerbau merupakan dibandingkan program breeding sapi. Aktivitas
prioritas (Tabel 60) dan 22% memiliki program breeding domba kambing dianggap penting oleh
breeding (Tabel 61). Di Asia, wilayah utama 39% dan 31%, berturut-turut (Tabel 60). Tiga
yang memelihara kerbau, ada 44% dan 38%, puluh tiga dan 27% dari negara-negara memiliki
berturut-turut. Negara-negara utama dengan program serupa (Tabel 61). Setelah Eropa dan
program breeding kerbau adalah India, Pakistan, Kaukasus, sejumlah besar negara-negara
China, Mesir dan Bulgaria, dengan produksi dengan program breeding untuk ruminansia kecil
susu menjadi tujuan utama breeding. ditemukan di Asia. Tujuan program breeding

213

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TERNAK

TABEL 62
Strategi dan alat yang digunakan dalam breeding sapi

Dunia Afrika Asia Timur Tengah Eropa & LAC Pasifik
& sekitarnya Kaukasus * Baratdaya
10
n 67 24 8 3 21 1
166
Jumlah Breed 112 125 1
159 5
Lokal 505 143 71 12 4%
44% 1% 0%
Exotik 476 143 34 10 44% 58% 0%
44% 45% 0%
Breeds (%) 42% 69% 0%
48% 24% 0%
Tujuan breeding 22% 18% 28% 14% 38% 246 0%
151 5
Strategi implementasi 19% 13% 24% 9% 11%
44% 26% 20%
Identifikasi individu 34% 11% 12% 9% 16% 63% 0%
40% 80%
Recording performan 31% 12% 16% 9%

IB 42% 23% 12% 23%

Evaluasi genetik 22% 9% 12% 5%

Breed dengan system 544 113 24 5
penggunaan spesifik 27% 33% 42% 60%

Breed murni (%)

Breed persilangan (%) 25% 36% 17% 20%

Keduanya (%) 49% 31% 42% 20%

Rataan daeah dihitung berdasarkan informasi dari negara-negara yang digunakan sebagai contoh

*Amerika Latin dan Karibia (LAC)

n = jumlah negara yang memberikan informasi

untuk ruminasia kecil di negara Afrika rendah terstruktur (Tabel 61), dan hanya 10 dari negara-
dan hanya ada empat negara memiliki program negara ini di luar Eropa dan Kaukasus atau
semacam itu. Penerapan dan minat juga rendah Amerika Utara. Perbedaan antara prioritas dan
di negara Amerika Latin dan Karibia. Informasi keberadaan program breeding lebih kecil
dari 70 negara yang digunakan sebagai contoh dibandingkan sapi, tetapi sama dengan
menunjukkan bahwa target breeding dan strategi ruminansia kecil. Beberapa Laporan Negara dari
breeding dikembangkan untuk proporsi yang Amerika Latin dan Pasifik Baratdaya
lebih besar dari breed domba dibandingkan menunjukan bahwa perbaikan genetik populasi
kambing (lihat Lampiran Tabel 68 dan 69 untuk babi sangat tergantung dari impor hewan atau
data dari wilayah berbeda). Beberapa negara semen. Program persilangan yang sistematis,
saja melaporkan tujuan breeding tertentu untuk terutama melibatkan tiga breed, menjadi standar
ruminansia kecil, tetapi sifat pertumbuhan di hampir seluruh negara dengan produksi babi
tampaknya merupakan sifat yang paling penting. yang tinggi - 34 Laporan Negara menunjukkan
Kualitas wool dan sifat produksi meningkat keberadaan sistem semacam itu. Diantara 70
kepentingannya meskipun negara-negara negara subsample, jumlah breed babi dilaporkan
dengan domba khusus untuk produksi wool. lebih kecil dibandingkan dengan jumlah breed
Perbaikan sifat perah merupakan target breeding sapi atau ruminansia kecil (Lampiran Tabel 70).
utama pada kambing di negara Eropa. Target breeding dan strategi breeding sudah
dispesifikasi untuk 35% dan 30% berturut-turut,
2.4 Babi tetapi proporsinya dua kali lebih besar
Breeding babi dianggap prioritas oleh 44 negara dibandingkan di Eropa dan Kaukasus. Sejumlah
(33%, Tabel 60), tetapi hanya 36 negara (27%) breed lokal tertentu dilaporkan lebih kecil
melaporkan keberadaan program breeding yang dibandingkan ruminasia, sementara beberapa

214


Click to View FlipBook Version