The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

009_STATUS TERKINI SD GENETIK TERNAK_536

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by soedito, 2018-09-16 17:38:03

009_STATUS TERKINI SD GENETIK TERNAK_536

009_STATUS TERKINI SD GENETIK TERNAK_536

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

mempunyai tren yang meningkat pada periode keseluruhan dari bencana dan keadaan darurat
tersebut, dengan rataan 213 juta per tahun sebagai ancaman pada keragaman SDGT pada
dalam lima tahun pertama dari dekade tersebut skala global.
dan rataan 303 juta per tahun dalam lima tahun
ke-2. Dalam sepuluh tahun tersebut, kekeringan Literatur tentang bencana dan keadaan
dan kelaparan merupakan bencana alam yang darurat dipenuhi dengan berbagai macam istilah:
paling mematikan, terhitung paling tidak 275.000 bencana alam, bahaya geofisik, bahaya iklim,
orang meninggal dunia (ibid.). Berikutnya keadaan darurat komplek, keadaan darurat
tsunami di lautan India pada Desember 2004 politik komplek, krisis, dll (Oxfam, 1995; PAHO,
yang membunuh lebih dari 100.000 orang 2000; Von Braun et al., 2002; Shaluf et al.,
menunjukkan bencana geofisik yang berpotensi 2003). Akan tetapi umumnya ada pembedaan
merusakan secara massif. Gambar 36 yang dibuat antara bencana dan tahap
menggambarkan frekwensi berbagai macam konsekuensi yang menyebabkan emergensi.
kelas bencana lebih dari 3 dekade.
Sejarahnya, bencana dikategorikan menjadi
Meskipun banyak keluaran literatur tentang dua tipe: alam dan buatan manusia (ADB, 2005;
bencana, emergensi dan usaha pemulihannya, Duffield, 1994). Di dalam tipologi ini, bentuk
dampak dari kejadian tersebut pada sektor kedua bencana sangat besar dimulai sebagai
peternakan hanya mendapat sedikit perhatian. kejadian yang sangat jelas dan berlainan. Akan
Data akurat sangat penting untuk tetapi, tahun terakhir ini, pembagian ini diakui
mengidentifikasi tren dari dampak bencana dan sebagai sangat sukar. Kejadian alam dan buatan
untuk memberikan prioritas strategi pengurangan manusia keduanya mempunyai pengaruh yang
bahaya (IFRCS, 2005). Data yang bermanfaat saling berhubungan. Contohnya kekeringan yang
yang berhubungan dengan bencana secara sangat parah di daerah padang rumput sering
meningkat tersedia, tetapi liputan pada sektor membuat situasi sosial yang tidak stabil dan
peternakan masih agak terbatas. Sumber data ketidak amanan sosial. Krisis yang dimotori oleh
yang tersedia untuk umum meliputi data base manusia dapat diperpuruk oleh fenomena alam.
keadaan darurat bencana / Emergency Disasters Contohnya adanya pemberontakan (civil unrest)
Data Base (EM-DAT), yang dikelola oleh dan diikuti dengan macetnya strategi kontrol
Brussels-based Centre for Research on the penyakit dapat mengakibatkan terjadinya
Epidemiology of Disasters (CRED)/Pusat epidemi pada ternak. Lebih lanjut, kejadian
Penelitian Epidemiologi dari Bencana yang primer dapat menimbulkan bahaya kedua seperti
berpusat di Brussels (www.em-dat.net/index. kebakaran dan polusi. Pertimbangan penting
html) dan Desinventar, database yang dikelola selanjutnya adalah bahwa kejadian bencana
oleh LSM/NGO (http://206.191.28.107/ tidak terpisahkan dari kondisi dimana tempat
DesInventar/ index.jsp). Yang menariknya, kejadiannya. Contohnya, pengaruh dari bencana
sumber yang kedua meliputi jumlah ternak yang akan lebih parah terjadi pada masyarakat yang
mati dalam bencana. Akan tetapi hanya meliputi sangat miskin degradasi lingkungan, dan/atau
jumlah negara yang terbatas, dan sangat struktur institusi yang lemah.
tergantung pada sumber media, yang berarti
bahwa yang hilang secara detail mungkin tidak Sebaliknya dengan bencana yang
sepenuhnya dapat dipercaya. Gambaran yang didefinisikan oleh kejadian yang ditimbulkan,
diproleh menjadi ternak yang mati berdasarkan istilah “emergensi/keadaan darurat” dipakai
breed mungkin akan lebih sukar diperoleh. Oleh untuk menyebutkan pengaruh sosial dan
karena itu sangat sulit untuk mengakses secara berhubungan dengan kebutuhan intervensi dari
detail dampak dari bencana tertentu pada SDGT. luar. Dengan definisi tersebut, jelaslah bahwa
Demikian juga, sukar untuk memperkirakan arti pengkajian dari pengaruh keadaan darurat pada
SDGT harus mempertimbangkan tidak hanya
dampak fisik pada populasi ternak, tetapi juga

115

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

GAMBAR 36
Jumlah bencana berdasarkan tipe dan tahun

Sumber: EM-DAT: The OFDA/CRED database bencana internasional – www.em-dat.net – Université Catholique de Louvain, Brussels,
Belgium. Kriteria untuk memasukkan dalam bencana dalam database EM-DAT dilaporkan sepuluh atau lebih orang mati, 100 atau lebih dilaporkan
terpengaruh permintaan bantuan internasional atau deklarasi status darurat.

bagaimana perubahan sosial yang disebabkan 1990 sangat besar terkonsentrasi selama
oleh emergensi mungkin berpengaruh pada periode 3 tahun (Kotak 18). Demikian juga
produksi dan lebih penting lagi, pengaruh dari setelah super-topan yang menghantam daerah
intervensi yang terjadi dalam merespon kedaan pantai Orissa, India pada tahun 1999, kegiatan
darurat. Khususnya, respon yang melibatkan skala besar restocking umumnya selesai dalam
pemberian ternak pada rumah tangga atau beberapa tahun. Dampak jangka pendek pada
masyarakat oleh agen/pihak luar – proses yang kejadian akut seperti ini pada SDGT sangat
disebut sebagai “restocking” (Heffernan et al., tinggi. Pengaruh jangka panjang sangat besar
2004) harus dikaji secara hati-hati. Dalam hal ini tergantung pada bagaimana bagusnya ternak
sangat berguna untuk memberi gambaran yang yang diintroduksikan dapat bertahan dalam
nyata antara keadaan darurat “akut” dan “kronis”. lingkungan baru dan pada strategi breeding yang
Dalam pembahasan berikut, pentingnya dari dilakukan peternak (apakah ternak yang
pembedaan ini berhubungan dengan intensitas direstoking lebih disukai untuk diseleksi dalam
dari dampak. Contohnya, setelah emergensi program breeding).
akut, aktivitas restocking cenderung terjadi
dalam skala besar dan dalam hal dinamika Lain halnya, respon pada emergensi kronis
populasi, masuknya material genetik baru dalam (seperti pengaruh dari HIV/AIDS atau terjadinya
populasi ternak dapat dipandang sebagai selang seling kekeringan tingkat rendah)
kejadian tunggal, yang terputus dan terjadi cenderung untuk lebih sporadis, skala kecil, dan
dalam periode waktu yang terbatas. Kegiatan terjadi di suatu tempat untuk jangka waktu lama.
restocking setelah perang Balkan pada tahun Contohnya kegiatan restocking di antara
peternak sambilan sering dirancang untuk

116

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

“memberikan hadiah” seperti memindahkan berbeda dapat menghadapkan ternak pada
resiko yang berbeda (FAO, 2006a; Rama Kumar,
ternak muda pada pewaris baru (Heffernan et al., 2000), atau untuk beberapa tipe keadaan
emergensi pada ternak yang sudah mempunyai
2004). Sebagian proyek seperti ini sudah adaptasi tertentu mempunyai kapasitas bertahan
hidup yang lebih besar, tetapi sukar untuk
berlangsung puluhan tahun bahkan lebih. membuat kesimpulan tentang pengaruh tersebut.
Terlepas dari potensi perbedaan dalam hal
Sehingga pengaruhnya pada SDGT lebih rendah kerawanan, ukuran dan distribusi dari populasi
breed ternak merupakan faktor yang perlu
dibanding emergensi akut, hanya karena jumlah dipertimbangkan. Populasi yang kecil,
khususnya yang terkonsentrasi dalam area
ternak yang terlibat kecil. Akan tetapi pengaruh geografi yang terbatas, sepertinya akan lebih
terancam. Lebih jauh, apabila populasi yang
jangka panjang jangan dianggap kecil. kecil berada di lokasi yang rawan bencana,
resikonya akan lebih besar. FAO (2006a),
Introduksi ternak exotik dalam jumlah kecil dapat contohnya mencatat bahwa di Yucatan, Mexico
dimana babi yang dipelihara di halaman hilang
mempunyai pengaruh besar pada komposisi pada waktu terjadi angin topan Isodara pada
tahun 2001, dimana tempat tersebut merupakan
genetik dari populasi dalam periode yang lebih tempat asal babi Box Keken yang terancam
punah. Sedangkan dalam kasus penyakit
panjang, khususnya bila disukai oleh epidemik, ada beberapa bukti dari dampak yang
jelek pada populasi breed yang kecil, sukar
pemeliharanya. Selanjutnya dampak sekunder untuk menemukan perbandingannya yang
serupa dengan bencana. Informasi tentang
dari emergensi kronis seperti perubahan sektor distribusi geografi dari breed ternak di dunia
masih terbatas, pengkajian sejauh mana resiko
tenaga kerja juga mempunyai implikasi untuk dan cara mengukur untuk menguranginya juga
merupakan masalah.
SDGT dan karena itu, harus diperhitungkan juga.
Jika intervensi pada respon emergensi
HIV/AIDS, contohnya dapat membawa pada dipertimbangkan, penyelamatan SDGT jarang
menjadi prioritas utama. Namun, sepertinya
hilangnya tenaga kerja keluarga. Bentuk dan keputusan yang diinformasikan pada sebagian
peternak yang terlibat dalam aksi tersebut dapat
sejauh mana dampaknya dari penyakit tersebut menghilangkan pengaruh negatif pada SDGT
tanpa mengganggu tujuan kemanusiaan. Oleh
pada pengelolaan ternak dan praktek breeding karena itu penting untuk digali potensi dampak
dari kegiatan tersebut dengan respek pada
di negara dengan tingkat kejadian yang tinggi keragaman genetik.

masih belum dimengerti (FAO, 2005b; FAO, Kegiatan untuk mengurangi pengaruh
bencana umumnya terdiri dari beberapa tahap.
2005c). Sebelum keadaan emergensi, persiapan dan
strategi pengelolaan resiko diterapkan. Selama
Pertanyaan pertama untuk dipertimbangkan kejadian dan secepatnya setelah kejadian,
fokusnya pada pemberian pertolongan pada
dalam hubungannya dengan dampak pada

SDGT, sejauh mana populasi ternak

dipengaruhi oleh berbagai macam tipe bencana

dan emergensi. Di dalam sektor pertanian yang

lebih luas, ada dugaan bahwa bencana alam

geologi kurang penting dibanding dengan yang

terjadi karena kejadian iklim yang parah/merusak

(ECLAC 2000). Akan tetapi dalam kasus

peternakan, penting untuk tidak menghilangkan

potensi dari kejadian geologi seperti gempa

bumi, gunung meletus dan tsunami yang

membunuh banyak ternak.

Isu yang lebih jauh apakah gambaran kasar

untuk kematian ternak dapat dibedakan menjadi

sesuatu yang bermanfaat dalam hubungannya

dengan mengakses potensi dampaknya pada

keragaman SDGT. Sedikit bukti untuk

pembedaan dampak pada breed atau tipe ternak

yang berbeda. Data kuantitatif dari dampak

bencana pada level breed sangat sukar untuk

mendapatkannya. Kemungkinan untuk

berspekulasi bahwa praktek manajemen yang

117

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

korban dan mengakses tingkat kerusakan 1993; Oxby, 1994; Toulmin, 1994). Bila ternak
dan/atau kematian. Pada tahap berikutnya, bersumber dari lokal, maka dampak pada
usaha dibuat untuk mengembalikan dan susunan genetik dari populasi ternak juga akan
membangun infrastruktur yang rusak dan kecil. Akan tetapi jauh dari kejelasan apakah
membangun ekonomi. Sejarahnya, kesiapan dan selalu menjadi kasus demikian. Proyek
kegiatan pengelolaan resiko sering dibuat untuk restocking memerlukan sejumlah besar ternak
sektor pertanian yang lebih luas, tetapi dengan breeding-betina, yang seringnya tidak tersedia
sedikit rekomendasi khusus pada peternkan. dalam situasi setelah bencana (Heffernan and
Pada akhir-akhir ini, sudah ada usaha dari Rushton, 1998). Contohnya Hogg (1985)
berbagai macam Badan Internasional untuk menguraiakan proyek restocking di Kenya Utara,
melihat kembali kekurangan ini (FAO, 2004b; mencatat adanya ketidakmampuan untuk
Oxfam, 2005). Namun, pengaruhnya pada memenuhi kuota proyek dengan hanya
kebijakan masih belum jelas. Lebih jauh, menggunakan sumber lokal. Diperlukan ternak
kegiatan untuk menanggapi emergensi di yang diperdagangkan di distrik terdekatnya.
negara- negara berkembang umumnya Dalam kasus lain ternak mungkin diimpor dari
diarahkan pada penyelamatan nyawa manusia, negara tetangga atau dari tempat yang lebih
sementara tim pengobatan emergensi untuk jauh. Proyek restocking dilakukan di negara
ternak masih terbatas pada negara yang lebih bekas Yugoslavia setelah perang pada tahun
kaya. Sebaliknya, kegiatan rehabilitasi umumnya 1990 sangat bergantung pada sapi breed
termasuk kegiatan yang berhubungan dengan Simmental dan breed sapi exotik yang diimpor
ternak- terutamanya restocking/memasukan dari bagian lain Eropa (Box 18). Sama halnya
ternak lagi. Sejarahnya, kegiatan ini merupakan Hanks (1998) menjelaskan penggunaan sapi dari
tahapan yang mempunyai dampak potensi Zimbabwe untuk proyek restocking di
terbesar dalam hubungannya dengan SDGT. Mozambique.

Tanpa intervensi dari luar, pemulihan sektor Pertanyaan berikutnya yang perlu
peternakan merupakan proses yang lambat, dipertimbangkan adalah apakah introduksi
terjadinya pemulihan kumpulan ternak ternak exotik melalui proyek restocking
memerlukan waktu beberapa tahun. Kalau mempunyai dampak penting pada komposisi
restocking dilakukan oleh agensi luar seperti genetik dari populai lokal. Menggunakan model
donor dan LSM/NGO, pemulihan peternakan populasi sederhana, pelacakan progeni dari
akan dipercepat. Sementara umumnya peternak ternak yang dipakai untuk restoking
tidak dapat memperoleh ternak dari luar menunjukkan bahwa meskipun dengan populasi
lokasinya, agen luar dapat melakukannya. awal yang sedikit pada restoked ternak dapat
Sehingga ekonomi peternak lokal yang hancur mempunyai dampak besar pada pool gene asli,
oleh bencana dapat dengan cepat dimulai. dengan proporsi breed murni ternak asli dalam
Namun konsekuensi yang tidak disengaja pada populasi lokal menurun sangat drastis dalam
skala besar dan tidak dapat dikembalikan adalah periode waktu yang singkat (FAO, 2006c).
perubahan pada genetik yang terjadi pada Pengaruhnya sangat besar bergantung pada
populasi ternak lokal. strategi breeding yang diadopsi setelah
restocking, menjadi lebih besar bila ternak yang
Pertanyaan dari keragaman SDGT pada digunakan restocking disukai oleh peternak yang
restocking tidak dibahas dengan luas dalam terlibat (ibid.).
literatur. Namun sering diperdebatkan bahwa
pengaruhnya minim bila dikaitkan dengan ukuran Terlepas dari potensi dampak pada
keseluruhan dari populasi ternak lokal, karena keragaman SDGT. Ada alasan lain mengapa
biasanya ternak yang digunakan untuk pemilihan ternak exotik untuk proyek restocking
restocking dibeli dari lokasi setempat (Kelly, mungkin tidak sesuai. Dalam kasus proyek

118

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

restocking di Mozambique, yang disebutkan di dimana cukup waktu untuk menerapkan tindakan
atas, usaha tersebut sangat terganggu dengan konservasi selama emergensi. Kedua, berbagai
tingkat kematian yang tinggi dari ternak yang macam strategi pengurangan resiko dapat
diimpor (Hanks, 1998). Jalan keluar sosial dilakukan seperti membuat dan mendukung stok
ekonomi jangka panjang mungkin tidak sesuai hijauan pakan (fodder bank) di area yang
dengan yang diingini. Seperti Köhler-Rollefson terpengaruh oleh bencana iklim seperti
(2000) mencatat: kekeringan atau salju yang parah- lihat
contohnya laporan dari Mongolia (2004).
“Banyak kasus dimana penggantian breed asli Kegiatan kunci selanjutnya adalah karakterisasi
dengan breed exotik yang mempunyai sumberdaya genetik di area yang berpotensi
ketergantungan pada input tinggi atau terpengaruh. Di banyak negara jarang atau
pelarutannya melalui perkawinan silang prioritas SDGT tidak cukup diidentifikasi- sukar
memperlemah ketergantungan komunitas untuk membuat informasi pilihan selama
pada suplai dari luar dan subsidi, termasuk emergensi dan selama kegiatan restocking
juga kerawanan pada bencana ekologi. Pada berkutnya. Akhirnya, tindakan sebelum
saat input berhenti atau skenario ekonomi pengosongan (pre-emptive) dapat dilakukan
berubah, memelihara ternak yang diperbaiki pada program pembentukan konservasi ex situ
tidak lagi secara teknis dan ekonomis dengan mencari kepastian beberapa material
memungkinkan” genetik dari breed lokal yang dipelihara di luar
Bila ternak yang diintroduksikan tidak dapat area yang terpengaruh oleh bencana.
bertahan hidup atau secepatnya tidak populer
bagi peternak lokal, mungkin akan mengurangi Selama keadaan emergensi, operasi
dampak dari proyek restocking dalam hal penyelamatan genetik mungkin sesuai bila
genetik. Namun, ada bahayanya apabila SDGT langka terpengaruh dan terjadi ancaman
masalah tersebut tidak segera diatasi, karena terus menerus pada ternak yang bertahan hidup
breed lokal, yang sudah beradaptasi dengan pada awal bencana. Namun operasi logistik tidak
kebutuhan penduduk lokal akan hilang (ibid.). mungkin di banyak negara. Pendekatan yang
Seperti keputusan yang tidak sesuai paling memungkinkan adalah koleksi material
sehubungan dengan breed yang digunakan genetik untuk kryokonservasi. Tindakan yang
untuk restocking dapat mempunyai dampak efektif pada tahap ini hanya mungkin bila
negatif pada keragaman genetik dan pada informasi yang akurat tersedia, terkait dengan
kehidupan manusia juga terpengaruh. karakteristik dari ternak yang terpengaruh dan
Jadi jelaslah pentingnya ukuran yang sejauh mana ancaman yang dihadapi. Apabila
dirancang baik untuk pengelolaan SDGT dalam informasi tersebut tidak tersedia masih mungkin
konteks bencana dan emergensi. Seperti untuk mengoleksi material genetik untuk
gambaran yang didiskusikan sebelumnya, tiga konservasi, tetapi targetnya menjadi kurang dan
kegiatan yang diperlukan: kesiapan (sebelum dapat dianggap sebagai usaha terakhir untuk
emergensi), operasi penyelamatan selama mengurangi dampak emergensi pada SDGT.
emergensi; dan rehabilitasi (fase pemulihan).
Kegiatan kesiapan bencana dapat berfokus Tugas membawa kembali populasi ternak
pada beberpa area. Pertama, lingkungan setelah bencana sepertinya memerlukan
legistalif yang sesuai untuk menyelamatkan komitmen beberapa tahun dari agen donor untuk
SDGT yang terancam dalam kondisi bencana membangun program pendukung pada negara
harus diterapkan. Ini dapat berharga, khususnya penerima. Tahap pertama untuk pengambil
dalam kasus bencana yang terbuka selama keputusan adalah mempertimbangkan peran dari
periode waktu yang panjang seperti kekeringan ternak dalam sistem produksi. Dalam kondisi
atau penyakit epidemi (lihat bab berikut) dan emergensi akut umumnya tidak disarankan untuk
memulai proyek restocking yang mengubah

119

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

orientasi produksi dari peternak yang terbatas, dan keakuratan dari data sering tidak
terpengaruh. Contohnya, pengenalan breed sapi menentu. Estimasi yang akurat dari kehilangan
perah setelah situasi bencana dalam keluarga ternak memungkinkan cakupan dari restocking
yang sebelumnya tidak pernah terlibat dalam yang diperlukan dapat ditetapkan. Selanjutnya,
peternakan sapi perah, tidak akan membawa tingkat kehilangan akan menentukan apakah
keberhasilan. Banyak input diperlukan untuk ternak dapat menjadi sumber populasi lokal, atau
mendukung perubahan yang biasanya tidak regional, nasional bahkan internasional
tersedia setelah bencana. Sehingga tujuan dari seharusnya dibuka. Perlu juga diidentifikasi
restocking di area emergensi akut umumnya populasi dasar terhadap perubahan populasi
mengembalikan tingkat produksi sebelumnya ternak yang akan datang yang dapat diawasi.
dari pada mengubah sistem produksi secara Konsekuensinya, di dalam project area yang
drastis atau mata pencaharian dari keluarga potensial, breed yang ada harus dikatalogkan
yang dipengaruhi bencana. Hal ini sebaiknya dan segala breed yang beresiko diidentifikasi
dilakukan dengan menggunakan breed yang sebelum dilakukan restocking. Akan tetapi
cocok pada lingkungan lokal dan tingkat argumentasi ini harus diimbangi terhadap
manajemen yang ada. Kegagalan dalam tekanan permintaan waktu dan sumber yang
mencocokan ternak restocking pada kondisi besar dalam situasi emergensi yang akut.
produksi yang berlaku sepertinya akan Informasi yang tidak akan pernah akurat dan
mendatangkan banyak masalah pada keluarga lengkap, mungkin metode yang kurang formal
yang mendapatkan restocking ternak (Etienne, untuk mengakses kehilangan akan menjadi
2004). paling sesuai pada waktu tersebut.

Sebaliknya emergensi kronis, banyak ruang 4 Epidemi dan penanganan kontrol
untuk mengubah peran dari ternak. Bahkan ada penyakit
banyak kasus proyek restocking yang
mengenalkan sapi perah untuk mendukung mata Di seluruh dunia, dan semua sistem produksi,
pencaharian masyarakat lokal banyak berhasil penyakit ternak membawa kematian dan
(HPI, 2002). Meskipun demikian kekurangan menurunkan produktivitas ternak, pengeluaran
tenaga kerja dan akses pada input masih yang perlu untuk pencegahan dan kontrol,
merupakan pembatas penting. Sehingga merupakan pembatas bagi peternak, membatasi
keputusan yang berhubungan dengan sumber pertumbuhan ekonomi, dan mengancam
genetik yang cocok untuk proyek seperti di atas kesehatan masayrakat umum. Masalah
perlu pertimbangan yang hati-hati dari segi kesehatan ternak sangat besar mempengaruhi
keterbatasannya dan potensinya pada pengambilan keputusan yang berhubungan
lingkungan produksi lokal. Tambahan lagi, dengan pemeliharaan ternak dan penggunaan
diperlukan pengertian akan persepsi peternak sumber daya genetik. Beberapa penyakit
tentang breed atau spesies yang akan epidemi mempunyai dampak merusak karena
digunakan. Ini merupakan pertimbangan penting, membunuh ternak di lokasi yang dijangkiti.
tidak hanya untuk keberhasilan proyek dalam hal Penyakit merupakan ancaman ekonomi yang
mata pencaharian tetapi juga mengenai dampak berat sehingga perlu dilakukan usaha
restocking pada SDGT, karena restocking ini penanganan secara bersama, yang meliputi
akan dpengaruhi oleh strategi breeding yang program pemotongan hewan skala besar,
dilakukan oleh peternak (FAO, 2006c). ditambah lagi penanganan yang lain seperti
pengawasan, vaksinasi dan pengontrolan
Isu tambahan dalam emergensi akut adalah pergerakan ternak. Penyakit yang dipertanyakan,
kuantifikasi dari kehilangan ternak. Perkiraan
kehilangan setelah bencana sering
diekstrapolasi dari survei lapangan yang

120

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

Kotak 18 Semen juga diimpor. Peternak yang kehilangan 50% aset
Perang dan rehabilitasi di Bosnia dan Herzegovina peternakannya dan mempunyai cukup lahan untuk
memelihara ternak dapat memperoleh pinjaman dari
Selama tahun 1992 -1995 perang di Bosnia dan pemerintah. Secara Umum, kebijakannya adalah untuk
Herzegovina secara serius mempengaruhi sektor memberi induk sapi 1 ekor perkeluarga, tetapi kemudian
peternakan. Jumlah sapi diperkirakan menurun 60%, lebih disukai orientasinya menjadi unit komersial dengan
domba 75%, babi 60%, unggas 68% dan kuda 65%. Inti tiga sampai lima ekor. Sementara breed yang dimpor jelas
dari sapi murni breed Busa dekat Sarajevo rusak mempunyai potensi untuk meningkatkan produksi susu
bersama buku tentang peternakan sapi dan dokumentasi dan daging, kekurangan sumber pakan, praktek
lain. Program breeding dan konservasi untuk kuda manajemen yang jelek dan kesehatan yang jelek dan
pegunungan Bosnia juga rusak parah. Tambahan lagi, pelayanan pengumpulan susu dalam beberapa kasus
jumlah flock breed murni domba Sjenicka menjadi pembatas dari keberhasilan proyek restocking.
dihilangkan/dihapuskan seluruhnya.
Beberapa/banyak organisasi yang terlibat dalam
Pada tahun 1996, tiga tahun program untuk distribusi ternak di Bosnia dan Herzegovina selama
rehabilitasi pada sektor produksi ternak yang diadopsi. beberapa tahun setelah perang, dan impor oleh sektor
Program ini melibatkan impor 60.000 ekor sapi kualitas pribadi juga dicari untuk memenuhi permintaan. Sejauh
bagus, 100.000 domba dan 20.000 kambing. Selama mana impor tersebut dan breed yang diimpor tidak dicatat
tahun pertama (1997)dari program tersebut sekitar dengan baik. Tetapi, jelas bahwa perang dan berikut
10.000 sapi dara diimpor, 6.500 diantaranya dibiayai oleh usaha rehabilitasinya membawa pada perubahan yang
International Fund for Agricultural Development (IFAD) besar pada komposisi dari populasi ternak selama tahun-
(Bantuan Internasional untuk pembangunan pertanian) tahun terakhir. Populasi dari sapi Busa contohnya
dan dikoordinasi oleh Project Implementation Unit of the diperkirakan di atas 80 000 pada tahun 1991, turun
Federal Ministry of Agriculture (Unit proyek penerapan menjadi 100 pada tahun 2003.
dari kementerian pertanian). Jumlah sisanya merupakan _________
donasi dari berbagai pemerintahan dan organisai
kemanusiaan. Sapi dara diimpor dari Hungaria, Austria, informasi lebih lanjut lihat: Laporan Bosnia dan Herzegovina (2003); FAO
Jerman dan Belanda. 7 % sapi Simmental, 10% Holstein- (2006c); SVABH. (2003).
Friesian, 10% Montafona (Alpine Brown) dan 5 percen
Oberinntal (Grey Tyrolean).

dalam beberapa kasus adalah penyakit lintas layanan yang sudah ditentukan dalam
batas, wabah yang mempunyai konsekuenasi lingkungan produksi yang sudah ditentukan. Bila
pada perdagangan internasional. Ancaman yang kondisinya berubah, misalnya karena munculnya
serius pada kesehatan manusia dari penyakit masalah kesehatan ternak atau gangguan oleh
Zoonosis, khususnya pada skala internasional adanya penanganan penyakit - praktek
turut memotivasi penanganan penyakit. Pada pemeliharaan ternak yang ada mungkin berada
tahun terakhir, sejumlah penyakit epidemi ternak diadopsi, diganti atau ditinggalkan, maka breed
yang merusak ekonomi, khususnya dengan ternak yang bersangkutan mungkin pada
munculnya avian influensa (flu burung) yang keadaan terancam. Tambahan biaya atau
sangat patogen (HPAI/ highly pathogenic avian pembatasan yang berhubungan dengan kontrol
influenza), memfokuskan perhatian pada penyakit akan meningkat sebagai akibat dari
kebutuhan untuk penanganan yang lebih baik perdagangan atau persyaratan sehubungan
dari penyakit lintas batas tersebut (FAO/OIE, dengan higienis makanan, ditambah lagi dengan
2004). pengaruh yang langsung dari produktivitas
ternak. Meskipun pembahasan ini terfokus pada
Epidemi berpotensi mengancam SDGT yang ancaman erosi genetik sebagai akibat dari
disebabkan oleh kematian ternak karena penyakit ternak, perlu diakui bahwa terdapat
penyakit atau kebijakan pemotongan. banyak masalah, adanya penyakit yang
Alternatifnya, penyakit ini kurang berpengaruh menghambat introduksi ternak exotik yang lebih
secara langsung. Breed ternak sering rawan (susceptible), sehingga perlu untuk
diadaptasikan untuk memberi produk atau

121

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

melanjutkan penggunaan breed lokal yang khusus tidak tersedia. Hal lainnya sama,
sudah beradaptasi. dampaknya menjadi besar akibat sejumlah
proporsi dari populasi ternak mati. Sebagai
Tahun terakhir ini terlihat sejumlah penyakit indikasi relaitf dari dampak epidemik yang
epidemi yang serius, yang membawa pada berbeda, Tabel 40 menampilkan gambaran
kematian atau pencegahan dengan cara kematian dan kuling (culling) sebagai proporsi
pemotongan jutaan ekor ternak. Wabah HPAI dari jumlah populasi ternak nasional untuk
pada tahun 2003/2004 di Thailand spesies dan tahun yang diamati sebagai
mengakibatkan kehilangan sekitar 30 juta informasi tambahan terhadap angka kematian
unggas (Ministry of Agriculture and secara kasar. Juga diperlihatkan wabah yang
Cooperatives, 2005). Di antara Januari dan Juni paling serius akhir-akhir ini dalam hal relatif
2004, sebanyak 18 juta ekor ayam lokal dipotong jumlah kematian dibanding dengan ukuran
dalam usaha untuk mengontrol penyakit, yang populasi untuk spesies yang terpengaruh.
menggambarkan sekitar 29% dari populasi ayam
asli negara (ibid.). Sekitar 43 juta ekor unggas Dampak pada sumberdaya genetik tidak dapat
dihancurkan di Vietnam pada tahun 2003/2004, dikuantifikasi hanya dari jumlah ternak yang
dan 16 juta ekor di Indonesia – secara kasar mati. Resiko dari erosi sepertinya paling besar
setara dengan 17% dan 6% secara berurutan di terjadi pada tempat dimana breed langka di
negara tersebut (Rushton, et al., 2005) pelihara di kandang pada area yang sangat
parah terpengaruh oleh wabah penyakit, atau
Wabah dari demam babi yang klasik (classical dimana penyakit secara tidak proporsional
swine fever/CSF) di Belanda pada tahun 1997 mempengaruhi sistem produksi dari sumberdaya
mengakibatkan pemotongan hampir 7 juta ekor genetik langka, atau di tempat yang mempunyai
babi (OIE, 2005). Pada tahun 2001 epidemi adaptasi khusus. Sejauh mana epidemik
penyakit mulut dan kuku (FMD) di Inggris mempunyai dampak pada sumberdaya genetik
mengakitbatkan pemotongan sekitar 6,5 juta sepertinya juga dipengaruhi oleh kebijakan
ekor domba, sapi dan babi (Anderson, 2002). restocking yang diimplementasikan sebagai
Tahun1997, wabah penyakit demam babi Afrika tanggapan terhadap wabah penyakit (lihat Bab
(African swine fever/ASF) di Benin sebelumnya)
mengakibatkan kematian 376.000 ekor babi,
dengan diikuti pemotongan 19.000 ekor babi Sejauh mana epidemik mempunyai dampak
untuk tujuan mengontrol penyakit (OIE, 2005)- pada sumberdaya genetik sering sukar untuk
hanya di negara ini total populasi babi pada diakses sepenuhnya karena kekurangan data
waktu itu tinggal 470.000 (FAOSTAT). Epidemi yang membedakan atau mengkarakterisasi
akhir-akhir ini yang menyebabkan kematian yang ternak yang terpengaruh. Contohnya di
tinggi, termasuk wabah penyakit bovine Ngamiland, Botswana, lebih dari 340.000 ekor
pleuropneumonia (CBPP) di Angola pada tahun sapi tidak dikarakterisasi dipotong pada tahun
1997; wabah CSF di Republik Dominika pada 1995 karena wabah dari CBPP (laporan
tahun 1998; epidemi ASF di sejumlah negara di Botswana, 2003). Namun, ada beberapa kasus
Afrika, seperti di Madagaskar pada tahun 1998 dimana ada kasus kematian, program
dan Togo pada tahun 2001; dan wabah PMK di pemotongan dan/atau program restocking yang
Irlandia dan Belanda pada tahun 2001, dan di mengikutinya mempunyai dampak jelek/merusak
Republik Korea pada tahun 2002 (OIE, 2005). terhadap sumberdaya genetik khusus.
Tabel 40 menunjukkan dampak, dalam hal
kematian dan culling, dari epidemi penyakit pada Laporan dari Jepang (2003) menyebutkan
tahun-tahun terakhir ini. Sayangnya, bahwa pada tahun 2000 sekitar dua pertiga
pengaruhnya pada sumberdaya genetik sering populasi sapi breed langka Kuchinoshima pada
sukar untuk diakses, seperti informasi breed pulau Kuchinoshima mati sebagai akibat dari
penyakit epidemi. Populasi sapi di Zambia,

122

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

khususnya sapi asli breed Tonga, dilaporkan breed yang terancam punah seperti sapi
dipengaruhi secara parah oleh penyakit corridor Whitebred Shorthorn (lihat Tabel 41). Demikian
(penyakit Tickborne) selama 10 tahun yang lalu, juga, selama wabah PMK di Belanda, breed
dengan jumlah sapi di bagian selatan provinsi langka seperti domba Schoonebeker di culling di
berkurang sebesar 30% (Lungu, 2003). Dampak Veluwe National Park (laporan Belanda, 2002).
dari penyakit terhadap kecenderungan
sumberdaya genetik dicatat secara rinci di Contoh yang ekstrim diberikan pada kasus
negara-negara seperti Inggris yang LSM/NGO- babi Haiti Creole. Selama tahun 1970 disitu
nya sudah mantap dalam pelestarian breed terjadi wabah ASF di beberapa Negara-negara
langka secara aktif. Program tindakan Karibia (FAO, 2001b). Di Haiti, program
pemotongan hewan pada saat epidemik penyakit pemotongan dilakukan untuk memberantas
mulut dan kuku (PMK) di Inggris pada tahun penyakit diimplementasikan antara tahun 1979
2001, mengancam populasi breed yang banyak dan tahun 1982, yang membawa pada
dipelihara di daerah yang terinfeksi. penghapusan pada babi lokal Creole. Negara
Pengaruhnya pada populasi termasuk juga pada yang menstok kembali breed White Yorkshire,
Hampshire dan Duroc dibawa dari Negara

TABEL 40
Dampak epidemi penyakit saat ini

Penyakit Tahun Negara Jumlah ternak (1000 ekor) Proporsi dari ukuran
total populasi (%)
African Swine Fever 1997 Benin
African Swine Fever 1998 Madagaskar culling mati culling mati
African Swine Fever 2001 Togo 18,9 375,9
African Swine Fever 2000 Togo 0 107.3 4 80
Avian Influenza (flu burung) 2003 Belanda 2,2
Avian Influenza (flu burung) 2003/4 Vietnam 10 15 07
Avian Influenza (flu burung) 2003/4 Thailand 0
Avian Influenza (flu burung) 2003/4 Indonesia 30.569 76,2 15
Avian Influenza (flu burung) 2000 Italia 43.000* -
Avian Influenza (flu burung) 2004 Kanada 29.000** 30
CBPP (sapi) 1997 Angola 16.000* -
Classical Swine Fever 2002 Luxemburg 11.000 0 30 0
Classical Swine Fever 1997 Belanda 13.700 0
Classical Swine Fever 2002 Kuba 435,2 0,2 17 -
Classical Swine Fever 2001 Kuba 0,04
Classical Swine Fever 1998 Republik Dominika 16,2 0 15**
PMK (sapi) 2001 Inggris 681,8 0,7
PMK (babi) 2001 Inggris 65,5 1,5 6-
PMK (domba) 2001 Inggris 45,8 13,7
PMK (domba) 2001 Belanda 0 90
PMK (sapi) 2002 Republik Korea 8,7 0
758*** 0 80
449*** 0
5.249*** 0 12 0
32,6
158,7 20 0

40

40

40

11

70

80

14 0

30

80

Sumber :OIE (2005) untuk angka kematian; FAOSTAT untuk angka populasi.
*Rushton et al. (2005) – Jumlah yang di-cull saja, tidak ada angka untuk yang mati.
** FAO (2005d) –Jumlah termasuk yang dicull dan yang mati akibat penyakit.
***Anderson (2002) –Jumlah termasuk anak yang baru lahir (domba dan sapi) yang dipotong bersama induknya, dimana data yang akurat tidak tersedia
(Ibid), sehingga jumlah sebenarnya yang di-cull seharusnya lebih tinggi

123

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

TABEL 41 campuran unggas (contohnya adu jago atau
Contoh breed yang terkena outbreak PMK di
Inggris pada tahun 2001 pameran nyanyian burung) mungkin dilarang.

Pergerakan perpindahan pada sawah-sawah

Perkiraan padi pada pemeliharan itik tradisional yang
penurunan
Total jumlah dari betina melibatkan perpindahan ternak pada jarak cukup
dari betina breeding
Bangsa ternak breeding tahun 2001 jauh, juga tidak dianjurkan. Singkatnya, ancaman
tahun 2002
Sapi (%) HPAI sepertinya akan mengakibatkan
Belted Galloway 1.400
Galloway 3.500 approx. 30 kedepannya semakin berkurangnya produsen
Whitebred Shorthorn 120 25
Domba 21 unggas skala halaman dan tidak ada lagi ternak
British Milksheep 1.232
Cheviot (South Country) 43.000 < 40 yang berkeliaran, penggembalaan kawanan itik
Herdwick 45.000 39
Hill Radnor 1.893 35 (FAO, 2005d). Produesn unggas komersial skala
Rough Fell 12.000 23
Swaledale 750.000 31 kecil juga akan menghadapi kesulitan besar
Whitefaced Woodland 30
656 23 dalam merespon ancaman HPAI, dan masa
Sumber: Roper (2005).
depannya mungkin juga dalam ketidak pastian.

Akan tetapi, produsen ini tetap memelihara

breed impor.

Pada kasus ASF, laporan dari Madagaskar

(2003) menunjukkan bahwa penampilan penyakit

Amerika Serikat. Usaha untuk membentuk pada tahun 1998, yang diikuti dengan penerapan
peternakan babi pada area peri-urban
membuktikan ketidak-berlanjutan, dan breed peraturan pemeliharaan babi, mempercepat tren
tersebut tidak cocok pada kondisi manajemen
skala kecil. Akhirnya diintroduksi babi Gascon × produksi babi yang lebih intensif dan
Chinese × Guadeloupe Creole, lebih cocok untuk
kondisi lokal (laporan Haiti, 2004). menghilangnya sistem pemeliharaan

Dengan memperhatikan pada potensi penyakit berkeliaran/diumbar berdasarkan breed asli.
epidemi yang mempunyai dampak yang berbeda
pada sistem produksi dimana breed asli Demikian juga laporan Sri Lanka (2002)
dipelihara, kasus keadaan gawat darurat HPAI di
Asia Tenggara dapat merupakan contoh. Di desa menyebutkan produksi babi sistem lepas
atau ayam yang dipelihara di halaman umumnya
merupakan ayam breed lokal, sebaliknya unggas terancam karena keprihatinan dari wabah
hibrid yang komersial ditemui pada unit unggas
skala besar. Usaha untuk mengontrol penyakit encephalitis Jepang (BSE) pada Manusia.
dapat membawa pada pembentukan “area
bebas unggas” sekitar unit produksi skala besar Contoh yang sangat berlawanan dari bagaimana
(FAO, 2004a). Keberlangsungan dari produksi
unggas di halaman mungkin juga dihambat oleh ancaman penyakit mungkin mempengaruhi
perubahan pada praktek pengelolaan dan
kegiatan budaya yang dipaksakan dengan tujuan sistem produksi, dan penggunaan sumberdaya
untuk mengurangi ancaman dari HPAI.
Contohnya memelihara berbagai macam genetik, adalah meningkatnya populasi bangsa
spesies, seperti memelihara itik atau angsa
bersama-sama dengan ayam dilarang di domba general purpose (tujuan umum) di
beberapa negara untuk mencegah wabah HPAI.
Perayaan budaya dan sosial yang melibatkan Inggris, hasilnya adalah meningkatnya jumlah

dari kawanan ternak sesuai dengan keinginan

sendiri setelah epidemi PMK pada tahun 2001

(laporan Inggris, 2002).

Sumberdaya genetik mungkin juga terancam

oleh usaha pemberantasan penyakit yang

penyebabnya mempunyai dimensi genetik.

Contohnya, di peraturan EU/persatuan negara-

negara eropa (EU, 2003a) berhubungan dengan

pemberantasan penyakit scrapie, menimbulkan

keprihatinan sehubungan dengan breed langka

yang kekurangan atau mempunyai frekuensi

yang rendah dari genotipa yang resisten.

Penyakit ini sudah ada di kawanan ternak Eropa

124

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

selama 250 tahun, sehingga kasus scrapie burung di Asia, perlindungan pada material
sedikit berbeda dibanding epidemi akut yang genetik yang berharga dipertimbangkan untuk
disebutkan di tempat lain pada bab ini. Akan dilakukan vaksinasi pre-emptive (total) dari
tetapi, karena pertimbangan kesehatan manusia, populasi unggas melawan HPAI (FAO, 2004a).
ada kemauan yang kuat untuk bertindak cepat Dalam kasus program kontrol penyakit scrapie,
memperkenalkan cara pencegahan yang lebih penelitian lanjutan sedang dilakukan untuk
ketat. Partisipasi dalam skema breeding menjadi mengakses kemungkinan dampaknya pada
keharusan pada semua ternak yang memiliki breed yang langka, supaya dapat merancang
penghargaan tinggi genetik (“high genetic cara yang cocok untuk strategi konservasi dalam
merit”). Di Inggris, contohnya, peraturan akan usaha untuk memberantas penyakit hewan
diterapkan pada “semua breed murni ternak (Townsend et al., 2005).
untuk perkawinan dan, ditambah ternak lain yang
dihasilkan, dan domba pejantan hasil perkawian Sejumlah tindakan pencegahan yang
sendiri yang dijual untuk tujuan breeding” bertujuan untuk meminimalisir ancaman pada
(DEFRA, 2005). Domba jantan dan anak jantan sumberdaya genetik ternak dalam kejadian
yang membawa alel VRQ yang didapati epidemi penyakit sudah dianjurkan. Contohnya
membawa kerentanan terhadap scrapie prospek dari populasi breed langka yang sudah
diharuskan dipotong atau dikastrasi. terhapus oleh epidemik, sudah dilihat sebagai
Pemindahan secepatnya dari genotipa ini justifikasi untuk program kryokonservasi.
mungkin akan membawa masalah pada Tindakan pencegahan lebih lanjut dapat
konservasi sejumlah breed domba yang langka termasuk memastikan bahwa tempat konservasi
(Townsend et al., 2005). sumberdaya genetik penting dibentuk lebih dari
satu lokasi dan lebih disukai di wilayah dengan
Meskipun gambarannya jauh dari lengkap, kepadatan ternak yang rendah; dalam hal
kejadian menunjukkan bahwa pada banyak peternakan yang memelihara banyak breed,
kasus tindakan pencegahan, dibanding dengan dipastikan isolasi breed yang langka dari ternak
penyakitnya sendiri, mempunyai ancaman yang yang lain; dan tetap dijaga daftar terbaru lokasi-
terbesar pada keragaman SDGT. Setelah lokasi tempat memelihara breed langka (laporan
epidemi penyakit yang parah akhir-akhir ini, Germany, 2003).
kebutuhan untuk menindaki konflik antara tujuan
kesehatan ternak dan konservasi sudah mulai Penting untuk dicatat bahwa tindakan tersebut
diakui. Contohnya pada tahun 2003 di Uni Eropa bervariasi tergantung pada ketersediaan
PMK Directive memberi perkecualian pada informasi yang akurat tentang karaterisitk, dan
peraturan yang memerlukan pemotongan status bahaya dari breed yang terancam dan
secepatnya pada ternak yang terinfeksi, di yang penting lagi distribusinya oleh lokasi
tempat seperti laboratorium, kebun binatang, geografi dan/atau sistem produksi dari negara
taman hewan liar atau tempat lainnya yang yang terpengaruh. Juga digarisbawahi
dipagari, yang sudah diidentifikasi sebelumnya kebutuhan untuk mengkarakterisasi yang efektif
sebagai lokasi breeding nukleus yang bersatu dari SDGT jika ingin mencapai tujuan
dengan keberlangsungan suatu breed (EU, konservasi. Poin selanjutnya yang ditekankan
2003b). Selama epidemi tahun 2001 di Inggris, adalah perlunya perencanaan yang lebih maju
pengontrolan dikenalkan untuk membolehkan dari segala tindakan konservasi yang akan
pemilik ternak dari domba atau kambing yang diimplementasikan pada kejadian penyakit
langka dikecualikan dari program pemotongan di epidemi pada ternak. Tindakan mulai dari
area yang terinfeksi, dengan syarat diamati menyusun sampai dengan implementasi untuk
secara ketat pencegahan dengan biosekuriti merespon pada saat kejadian wabah jauh lebih
(MAFF, 2001). Dengan perhatian pada situasi flu sukar.

125

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

5 Kesimpulan perencanaan tindakan pencegahan penyakit,
namun terus secara besar diabaikan. Epidemi
Banyak faktor yang mengancam SDGT tidak PMK di Eropa pada tahun 2001 menunjukkan
dapat dengan mudah dipengaruhi. Perubahan bahwa bahkan di negara Eropa sekalipun
adalah keadaan yang tidak terhindarkan dari dengan tradisi yang kuat pada kegiatan
sistem produksi ternak, dan kejadian yang tidak konservasi breed, tahap untuk melindungi SDGT
akan pernah bisa sepenuhnya dicegah atau di diambil pada level Ad-hoc, dan beberapa breed
duga. Lebih lanjut, hal tersebut tidak langka yang sedikit, secara serius terancam
memungkinkan atau tidak diinginkan bahwa dengan kampanye culling. Kontrol penyakit
konservasi dari SDGT per se dengan sering dilakukan di dalam kerangka kerja legal
mengorbankan tujuan yang lain seperti yang mengurangi cakupan untuk fleksibilitas
keamanan pangan, respon kemanusiaan pada dalam tindakan merespon emergensi yang
bencana, atau pengontrolan penyakit hewan menyebabkan ancaman pada SDGT. Sudah
yang serius. Namun demikian ada sejumlah diambil langkah yang terbatas di Eropa untuk
tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi mengalamatkan isu tersebut (lihat Bagian 3 –
pengaruh dari tekanan ancaman tersebut. Akan Bab E: 3), tetapi potensi konflik antara tujuan
tetapi ancaman pada SDGT, dan juga potensi kesehatan hewan dan konservasi breed tetap
kontribusi dari breed lokal pada tujuan besar. Kesiapan adalah penting jika breed
pengembangan yang lebih luas seringkali langka akan dilindungi. Akan tetapi, gambaran
diabaikan pada tingkat kebijakan. Ada rencana yang efektif, terhambat oleh kurangnya
kecenderungan untuk menterjemahkan pada informasi yang relevan berkaitan dengan breed
tingkat kebijakan yang mempromosikan apa yang diprioritaskan dan bagaimana untuk
peningkatan penggunaan SDGT dalam kisaran mentargetkanya.
yang terbatas, dan gagal untuk mengambil
tindakan dalam rangka melindungi breed yang Dampak dari bencana dan emergensi pada
terancam. SDGT juga tidak didokumentasikan dengan baik.
Awal setelah bencana pengambilan data pada
Dalam banyak kasus, masalah yang mendasar kehilangan dan perlindungan pada lokal SDGT
adalah kekurangan pengetahuan yang cukup tidak pernah merupakan prioritas utama. Namun,
berkenaan dengan karaterisitk SDGT; geografi pengalaman menunjukkan bahwa setelah
distribusinya dan sistem produksi; peranannya bencana kegiatan restocking perlu
dalam kehidupan atau mata pencaharian dipertimbangkan secara hati-hati, jika tidak
pemeliharanya, dan caranya dimana kegiatan ini akan mempunyai pengaruh buruk
penggunaannya dipengaruhi oleh perubahan pada keragaman SDGT, dan untuk memastikan
praktek manajemen dan tren yang lebih luas bahwa breed yang digunakan adalah sesuai
dalam sektor peternakan. Hal ini sering berarti dengan kebutuhan dari penerima.
munculnya ancaman tidak teridentikasi atau
artinya/kepentingannya tidak dihargai. Kesimpulannya, jelaslah bahwa manajemen
ancaman pada SDGT, perlu integrasi yang lebih
Umumnya sukar untuk mengkuantifikasi baik dari banyak aspek dari pengembangan
dampak dari penyakit epidemi pada keragaman sektor peternakan. Langkah konkret untuk
SDGT – data kematian jarang dipecah menurut memenuhi tujuan ini termasuk:
breed. Akan tetapi jelas bahwa sejumlah besar
ternak dapat hilang, dan seringnya di culling dari • Karakterisasi yang lebih baik dari SDGT dan
pada pengaruh penyakitnya sendiri yang lokasinya;
dipertimbangkan sebagai penyebab kematian
terbesar. Hanya baru-baru ini bahwa ancaman • Memberi alat utuk pengkajian ex ante dari
pada SDGT sudah dipertimbangkan dalam dampak genetik dari intervensi
pengembangan, termasuk tindakan
restoking setelah emergensi; dan

126

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

• Penjelasan, di depan, dari rencana untuk Donahoe, B. & Plumley, D. 2001 Requiem or recovery:
melindungi SDGT yang unik pada saat the 21st-century fate of the reindeer-herding
kejadian wabah penyakit atau ancaman peo¬ples of Inner Asia. Cultural Survival Quarterly,
yang akut (termasuk bila perlu pemeriksaan 25(2): 75–77. (also available at
kembali undang-undang yang relevan) http://209.200.101.189/ publications/csq/csq-
article.cfm?id=570).
Sepertinya dalam banyak kasus tindakan
tersebut tidak hanya dapat membantu Donahoe, B. & Plumley, D. (eds.). 2003. The troubled
mengurangi bahaya dari erosi genetika, tetapi taiga: survival on the move for the last nomadic
juga akan mempromosikan penggunaan SDGT rein¬deer herders of South Siberia, Mongolia, and
yang ada secara efisien, sehingga akan China. Special Issue of Cultural Survival Quarterly,
melengkapi tujuan pengembangan peternakan 27(1).
yang lebih luas.
Drucker, A., Bergeron, E., Lemke, U., Thuy, L.T. &
Daftar Pustaka Valle Zárate, A. 2006. Identification and
quantifica¬tion of subsidies relevant to the
ACI/ASPS. 2002. Commercialization of livestock production of local and imported pig breeds in
production in Viet Nam. Policy Brief for Viet Nam. Vietnam. Tropical Animal Health and Production,
Agriculture Sector Programme Support (ASPS); 38(4): 305–322.
Hanoi. Agrifood Consulting International (ACI).
Duffield, M. 1994. Complex emergencies and the crisis
ADB. 2005. Country Environmental Analysis: Mongolia. of developmentalism. In Linking Relief and
Mandaluyong City, the Philippines. Asian Development, IDS Bulletin. Vol. 25(4): 37–45.
Development Bank.
Dýrmundsson, Ó.R. 2002. Leadersheep. the unique
Anderson, I. 2002. Foot and mouth disease 2001: strain of Iceland sheep. Animal Genetic Resources
lessons to be learned inquiry report. Presented to Information, 32: 45–48.
the Prime Minister and the Secretary of State for
Environment, Food and Rural Affairs, and the ECLAC. 2000. Handbook for estimating the
devolved administrations in Scotland and Wales. socio¬economic and environmental effects of
London. The Stationery Office. disasters. Santiago, Chile, Economic Commission
for Latin American and the Caribbean.
CR (Country name). Year. Country report on the state
of animal genetic resources. (available in DAD-IS Etienne, C. 2004. From a chaotic emergency aid-to a
library at www.fao.org/dad-is/). sustainable self-help programme. BeraterInnen
News, 2: 25–28.
Daniel, V.A.S. 2000. Strategies for effective community
based biodiversity programs interlocking EU. 2003a. Council Directive 2003/85/EC of 29
develop¬ment and biodiversity mandates. Paper September 2003 on Community measures for the
presented at the Global Biodiversity Forum, held 12– control of foot-and-mouth disease repealing
14 May 2000, Nairobi, Kenya. (available at www.gbf. Directive 85/511/ EEC and Decisions 89/531/EEC
ch/Session_Administration/upload/paper_daniel. and 91/665/EEC and amending Directive
pdf#search=%22loss%20migration%20urban%20l 92/46/EEC. Official Journal of the European Union,
ivestock%20%22loss%20of%20traditional%20kno 22.11.2003.
wledge%22%22).
EU. 2003b. Commission Decision of 13 February 2003
DEFRA. 2005. NSP Update, Issue 7. National Scrapie laying down minimum requirements for the
Plan, Worcester, UK. Department for Environment estab¬lishment of breeding programmes for
Food and Rural Affairs. resistance to transmissible spongiform
encephalopathies in sheep. Official Journal of the
Delgado, C., Rosegrant, M., Steinfeld, H., Ehui S. & European Union, 14.02.2003.
Courbois, C. 1999. Livestock to 2020: the next food
revolution. Food Agriculture and the Environment FAO. 1996. Livestock - environment interactions.
Discussion Paper 28. IFPRI/FAO/ILRI. Issues and options, by H. Steinfeld, C. de Haan &
H.Blackburn, Rome.

FAO. 2001a. Pastoralism in the new millennium.
Animal Production and Health Paper 150. Rome.

FAO. 2001b. Manual on the preparation of African
swine fever contingency plans. Animal Production
and Health Paper 11. Rome.

127

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

FAO. 2002. Valuing animal genetic resources: some Goe, M.R. & Stranzinger, G. 2002. Developing
basic issues, by H. Steinfeld. Unpublished Report. appro¬priate strategies for the prevention and
Rome. mitigation of natural and human-induced disasters
on livestock production. Internal Working Document.
FAO. 2004a. FAO recommendations on the prevention, Breeding Biology Group, Institute of Animal
control and eradication of highly pathogenic avian Sciences, Swiss Federal Institute of Technology,
influenza (HPAI) in Asia, September 2004. Rome. Zurich.

FAO. 2004b. A step forward in the preparation of the Haag, A.L. 2004. Future of ancient culture rides on
first report. Animal Genetic Resources Information, herd’s little hoofbeats, New York Times, December
34: 1. 21, 2004 (also available at http://query.
nytimes.com/gst/abstract.html?res=F10B11FE38540
FAO. 2004c. Conservation strategies for animal genetic C728EDDAB0994DC404482).
resources, by D.R. Notter. Background Study Paper
No. 22. Commission on Genetic Resources for Food Hanks, J. 1998. The development of a decision
and Agriculture. Rome. sup¬port system for restocking in Mozambique.
Field Report. Reading, UK. Veterinary Epidemiology
FAO. 2005a. The globalizing livestock sector: impact of and Economics Research Unit, University of
changing markets. Committee on Agriculture, Reading.
Nineteenth Session, Provisional Agenda Item 6.
Rome. Heffernan, C., Nielsen, L. & Misturelli, F. 2004.
Restocking pastoralists: a manual of best practice
FAO. 2005b. Livestock production and HIV/AIDS in and decision-support tools. Rugby, UK. ITDG.
East and Southern Africa, by M. Goe. Working
Paper. Animal Production and Health. Rome. Heffernan, C. & Rushton, J. 1998. Restocking: a critical
evaluation. Nomadic Peoples 4(1).
FAO. 2005c. Linkages between HIV/AIDS and the
livestock sector in East and Southern Africa, by M. Hiemstra, S.J., Drucker, A.G., Tvedt, M.W., Louwaars,
Goe & S. Mack. Technical Workshop, Addis Ababa, N., Oldenbroek, J.K., Awgichew, K., Bhat, P.N. & da
Ethiopia, 8-10 March 2005. Animal Production and Silva Mariante, A. 2006. Exchange, use and
Health Proceedings No. 8. Rome. conservation of farm animal genetic resources.
identification of policy and regulatory options.
FAO. 2005d. Economic and social impacts of avian Wageningen, the Netherlands. Centre for Genetic
influenza, by A. McLeod, N. Morgan, A. Prakash & J. Resources, the Netherlands (CGN), Wageningen
Hinrichs. FAO Emergency Centre for Transboundary University and Research Centre.
Animal Disease Operations (ECTAD). Rome.
Hogg, R. 1985. Restocking pastoralists in Kenya: a
FAO. 2006a. A review of environmental effects on strategy for relief and rehabilitation. ODI Pastoral
ani¬mal genetic resources, by S. Anderson. Rome. Development Network Paper 19c. London.
Overseas Development Institute.
FAO. 2006b. Underneath the livestock revolution, by A.
Costales, P. Gerber & H. Steinfeld. In Livestock HPI. 2002. Project Profiles: Helping people around the
report 2006, pp. 15–27. Rome. world fight hunger and become self-reliant. Little
Rock, Arkansas, USA. Heifer Project International.
FAO. 2006c. The impact of disasters and emergencies
on animal genetic resources: a scoping document, IFRCS. 2004. World disasters report 2004. Geneva.
by C. Heffernan & M. Goe. Rome. International Federation of Red Cross and Red
Crescent Societies.
FAO/OIE. 2004. The global framework for the
progres¬sive control of transboundary animal IFRCS. 2005. World disasters report 2005. Geneva.
diseases. FAO/OIE. Paris/Rome. International Federation of Red Cross and Red
Crescent Societies.
FAOSTAT. (available at http://faostat.fao.org).
Iñiguez, L. 2005. Sheep and goats in West Asia and
Farooquee, N.A., Majila, B.S. & Kala, C.P. 2004. North Africa: an Overview, In L. Iñiguez, ed.
Indigenous knowledge systems and sustainable Characterization of small ruminant breeds in West
management of natural resources in a high altitude Asia and North Africa, Aleppo, Syria. International
society in Kamaun Himalaya, India. Journal of Center for Agricultural Research in Dry Areas
Human Ecology, 16(1): 33–42. (ICARDA).

Kelly, K. 1993. Taking stock: Oxfam’s experience of
restocking in Kenya. Report for Oxfam. Nairobi.

128

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

King, J.M., Parsons, D.J., Turnpenny, J.R., Nyangaga, PAHO. 2000. Natural disasters: protecting the public’s
J., Bakari, P. & Wathes, C.M. 2006. Modelling health. Scientific Publication No. 575. Washington
energy metabolism of Friesians in Kenya DC. Pan American Health Organisation, WHO.
smallhold¬ings shows how heat stress and energy
deficit con¬strain milk yield and cow replacement RamaKumar, V. 2000. Role of livestock and other
rate. Animal Science, 82(5): 705–716. animals in disaster management. (available at www.
vethelplineindia.com/ProfRamKumar-article.doc).
Köhler-Rollefson, I. 2000. Management of animal
genetic diversity at community level. Eschborn, Rege, J.E.O. 1999. The state of African cattle genetic
Germany. GTZ. re¬sources I. Classification framework and
identification of threatened and extinct breeds.
Köhler-Rollefson, I. 2005. Building an international Animal Genetic Resources Information, 25: 1–25.
legal framework on animal genetic resources: can it
help the drylands and food insecure countries. Bonn, Rege, J.E.O. & Gibson, J.P. 2003. Animal genetic
Germany. League for Pastoral Peoples, German resources and economic development: issues in
NGO Forum on Environment and Development. rela¬tion to economic valuation. Ecological
Economics, 45(3): 319–330.
Lungu, J.C.N. 2003. Animal Genetic Resources Policy
Issues in Zambia. Paper presented at a Workshop Roper, M. 2005. Effects of disease on diversity. Paper
Meeting to Strengthen Capacity for Developing presented at the International Conference on
Policies Affecting Genetic Resources, 5–7 Options and strategies for the conservation of farm
September, 2003, Rome, Italy. animal genetic resources, Agropolis, Montpellier, 7–
10 November 2005. (also available at www.ipgri.
MAFF. 2001. Exemptions for rare breeds and hefted cgiar.org/AnimalGR/Papers.asp).
sheep from contiguous cull. MAFF News Release, 4
May 2001. London. United Kingdom Ministry of Rushton, J., Viscarra, R., Guerne-Bleiche, E. &
Agriculture Fisheries and Food. McLeod, A. 2005. Impact of avian influenza
out¬breaks in the poultry sectors of five South East
Matalon, L. 2004. Reindeer decline threatens Asian countries (Cambodia, Indonesia, Lao PDR,
Mongolian nomads, National Geographic News, Thailand, Viet Nam) outbreak costs, responses and
October 12, 2004. (also available at potential long term control. Proceedings of the
http://news.nationalgeo¬graphic.com/news/2004/10/ Nutrition Society, 61(3): 491–514.
1012_041012_mongo¬lia_reindeer.html).
Shaluf, I., Ahmadu, F. & Said, A. 2003. A review of
Ministry of Agriculture and Cooperatives. 2005. Socio- disaster and crisis. Disaster Prevention and
economic impact assessment for the avian influenza Management, 12(1): 24–32.
crisis: gaps and links between poul¬try and poverty
in smallholders. Department of Livestock SVABH. 2003. Animal genetic resources in Bosnia and
Development, Ministry of Agriculture and Herzegovina. Sarajevo. State Veterinary
Cooperatives, The Kingdom of Thailand. Administration of Bosnia and Herzegovina.
(FAO/TCP/RAS/3010e).
Tisdell, C. 2003. Socioeconomic causes of loss of
OIE. 2005. Handistatus II. (available at www.oie.int). animal genetic diversity: analysis and assessment.
Ecological Economics, 45(3): 365–376.
Owen, J. 2004. “Reindeer people” resort to eating their
herds. National Geographic News, November 4, Toulmin, C. 1994. Tracking through drought: Options
2004. (also available at for destocking and restocking. In I. Scoones, ed.
http://news.nationalgeo¬graphic.com/news/2004/11/ Living with uncertainty, pp. 95–115. London.
1104_041104_rein¬deer_people.html). Intermediate Technology Publications.

Oxby, C. 1994. Restocking: a guide. Midlothian, UK. Townsend, S.J., Warner, R. & Dawson, M. 2005. PrP
VETAID. genotypes of rare sheep breeds in Great Britain.
Veterinary Record, 156(5): 131–134.
Oxfam. 1995. The Oxfam handbook of development
and relief. Oxford, UK. Oxfam. Von Braun, J., Vlek, P. & Wimmer, A. 2002. Disasters,
conflicts and natural resources degradation:
Oxfam. 2005. Predictable funding for humanitarian multi¬disciplinary perspectives on complex
emergencies: a challenge to donors. Oxfam Briefing emergencies. Annual Report (2001–2002). Bonn,
Note October 24, 2005. Oxfam International. Germany. ZEF Bonn Centre for Development
(avail¬able at www.oxfam.org.uk/what_we_do/ Research, University of Bonn.
issues/con¬flict_disasters/downloads/bn_cerf.pdf).

129

STATUS KERAGAMAN HAYATI PERTANIAN PADA SEKTOR PETERNAKAN

2

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Bagian 2

ARAH
SEKTOR PETERNAKAN

131

ARAH SEKTOR PETERNAKAN
132

BAGIAN 2

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Pendahuluan

Dalam kontek pertanian pre-industrial, jenis ternak harus teradaptasi dengan lingkungan setempat
dan multiguna. Tetapi didorong oleh pertumbuhan permintaan akan produk ternak, sektor peternakan
dengan cepat bergerak menuju sistem intensif dan terspesialisasi, yang mana lingkungan produksi
terkontrol dan ciri produksi merupakan sentral kriteria untuk seleksi species dan breed. Permintaan
sektor industri akan sumber daya genetik ternak (SDGT) menghadapi adanya keterbatasan jumlah
dari breed dengan output tinggi, dan ini cenderung mempersempit keragaman genetik antar breed
maupun dalam breed.

Walaupun kepentingan ekonomi dan pertumbuhan cepat dalam sistem produksi intensif, sektor
peternakan dunia tetap dicirikan oleh tingkat keragaman yang tinggi. Sistem produksi intensif dan
industri berkontribusi paling banyak dalam pertumbuhan permintaan produk pangan dari ternak.
Tetapi ternak yang dipelihara juga merupakan elemen penting sebagai mata pencaharian produser
skala kecil. Kemungkinan pemelihara ternak memperbaiki kehidupannya (mata pencahariannya) tetap
menjadi tujuan yang penting. Tantangan utama pencapaian ketahanan pangan dan tujuan yang
dihubungkan dengan penghidupan, melindungi sumber daya alam seperti air, kesuburan tanah, dan
keragaman hayati dan masalah seperti emisi gas rumah kaca. Tantangan ini menuntut tinjauan yang
kritis dari pilihan saat sekarang dan penggunaan SDGT, yang mungkin tidak selalu optimal untuk
kondisi produksi, dan kurangnya informasi menghambat kemunculan strategi pengelolaan yang
rasional.

Bagian ini adalah tinjauan penting penggerak perubahan dalam sektor peternakan dan yang
berhubungan dengan pola sistem produksi. Bagian ini juga memperkenalkan interaksi yang paling
penting antara pemeliharaan ternak dan lingkungan. Akhirnya bagian ini menyoroti implikasi
penggunaan SDGT untuk pangan dan pertanian.

133

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Kotak 19 23% dari produksi sapi dengan sistem pertanian
Konsep produktivitas campuran, di dataran tinggi di Indonesia (Ifar, 1996)
dan 11% peternakan kambing perah di Ethiopia
Ketika diskusi mengenai breed tertentu atau sistem bagian timur highland (Ayalew et al., 2002). Pupuk
produksi, penggunaan istilah “produktivitas” dapat kandang adalah salah satu produk lainnya yang
disalah artikan jika tidak hati-hati mendefinisikannya. penting dalam pertanian campuran, yang bahkan
Pembedaan perlu digambarkan antara produktivitas tidak diperhitungan dalam mengkalkulasi
tinggi dan tingkat produksi tinggi atau output. Dengan keuntungan yang berasal dari peternakan. Studi di
tegas dikatakan bahwa “produktivitas” atau “efisiensi” Ethiopia menunjukkan bahwa pupuk kandang
adalah ukuran output yang diperoleh per unit input, memberikan keuntungan sebesar 39% dari
sebagai contoh, dapat didefinisikan sebagai rasio keuntungan kotor dalam usaha beternak kambing
output dari suatu produk seperti susu relatif terhadap dalam sistem ini (Ibid). Pentingnya produksi pupuk
biaya, dalam uang. Ternak yang diberi makan limbah kandang juga telah disorot oleh Abegaz (2005)
pertanian seperti jerami, memproduksi sedikit, tetapi yang menunjukkan bahwa komunitas pertanian di
biaya produksi juga sedikit, sehingga produktivitas bagian utara highland Ethiopia, pupuk kandang dan
tidak perlu rendah. sebagai tenaga tarik merupakan target utama
produksi, dari kepadatan ternak yang diamati.
Suatu pandangan yang lebih luas, biaya produksi
dapat menghasilkan perbedaan hasil dengan istilah Perlu ditekankan bahwa, tidak hanya di daerah
perkiraan produktivitas. Sebagai contoh, jika biaya tropik dan/atau masyarakat yang lebih miskin bahwa
lingkungan dihitung, maka produktivitas dari ternak ternak mempunyai banyak nilai dan berharga.
yang hasilnya tinggi yang dipelihara dalam sistem Argumentasi tentang produktivitas juga berlaku
produksi industri mungkin tidak menarik. dimasyarakat yang lebih kaya (van De Ven, 1996;
Shiere et al., 2006a). Kenyataan bahwa mereka
Pertimbangan yang lebih komprehensif dari output terabaikan, adalah alasan masalah lingkungan
produksi ternak juga relevan. Seringkali mengabaikan yang dialami. Ini sekali lagi perlu digaris bawahi
fungsi dari peternakan termasuk peranannya dalam kebutuhan untuk mengakses nilai keragaman hayati
penyediaan keuangan dan jaminan. Ini terutama dalam arti yang lebih luas dan tidak hanya pada
penting untuk pemelihara ternak yang tidak dapat potensi produksi susu atau daging.
mengakses, pelayanan-pelayanan dari sumber lain.
Usaha-usaha telah dibuat untuk mengkuantifikasi nilai _________
fungsi keuangan dan jaminan (asuransi), termasuk
menghitung keuntungan bersih dari produksi ternak. Disediakan oleh (Hans Schiere).
Sebagai contoh, studi telah mengindikasikan bahwa
fungsi-fungsi tersebut menyebabkan 81% keuntungan
bersih produksi daging kambing di Nigeria bagian
barat daya (Bosman et al., 1997),

134

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Bab A

Menggerakkan Perubahan
dalam Sektor Peternakan

1 Kebutuhan akan perubahan sepertiga dari daging dan susu dunia (Tabel 42
dan 43). Diperkirakan pada tahun 2030, populasi
Konsumsi daging dan susu dunia meningkat negara berkembang mencapai 85% populasi
secara cepat sejak tahun 80-an. Negara penduduk dunia, dan akan mengkonsumsi
berkembang menyumbang peningkatan langsung dua pertiga total daging dan susu.
permintaan ini (Gambar 37); peningkatan Peningkatan permintaan mendorong produksi.
konsumsi daging unggas dan babi menyolok di Periode tahun 1999-2001 sampai tahun 2030,
negara berkembang. Awal tahun 80-an dan akhir FAO (2006a) memperkirakan bahwa
tahun 90-an, total konsumsi daging dan susu di pertumbuhan rata-rata produksi daging dan susu
negara berkembang, tumbuh 6% pertahun untuk di negara berkembang akan mencapai 2,4% per
daging dan 4% per tahun untuk susu.1 tahun untuk daging dan 2,5% per tahun untuk
susu, sementara pertumbuhan rata-rata dunia
Pada tahun 1980, populasi manusia di 1,7% untuk daging dan 1,4% untuk susu.
negara berkembang mencapai tiga perempat Sehingga pertumbuhan konsumsi per kapita
populasi penduduk dunia dan mengkonsumsi diprediksi melemah terutama di sub-Sahara

1 Rata-rata pertumbuhan tahunan & perkiraan antara 1983 dan

1997.

GAMBAR 37
Perubahan konsumsi daging pada negara yang sedang berkembang dan negara maju

Kg/orang/tahun Negara berkembang
100 Negara maju

80

60

40

20

0 1980 1990 2000 2015 2030

Sumber: gambaran tahun 1980, 1990 dan 2000 dari FAOSTAT; gambaran tahuan 2015 dan 2030 dari FAO (2002a).

135

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Afrika, Timur Tengah dan Afrika Utara dan di yang tajam dan kuat (sheer size and vigor)
negara dimana konsumsi sudah tinggi, seperti
negara maju atau Amerika Latin (terutama untuk negara-negara tersebut, yang berarti akan terus
daging). Kecuali Afrika, konsumsi per kapita
diproyeksikan tumbuh pada tingkat yang lebih mendominasi pasar untuk produk ternak.
rendah setelah tahun 2030, dengan konsumen
mencapai keseimbangan makanan yang lebih Konsumsi yang tinggi akan merata di seluruh
baik. Kondisi ini mengakibatkan menurunnya
pertumbuhan produksi: pada periode 2030 negara berkembang, tetapi perlu
sampai 2050, produksi daging dan susu di
negara berkembang diharapkan berkembang mempertimbangkan perbedaan regional dan
1,3% per tahun untuk daging dan 1,4% per tahun
untuk susu. antar negara dalam revolusi peternakan.

Di negara berkembang 70% konsumsi daging Sebagai contoh, tingkat konsumsi daging, susu
tambahan adalah daging babi dan unggas; di
negara maju 80%. Konsumsi daging unggas di dan telur di sub-Sahara Afrika relatif statis sejak
negara berkembang di proyeksikan tumbuh 3,4%
per tahun sampai tahun 2030, yang diikuti dekade terakhir (FAO, 2006f). Lebih lanjut,
daging sapi 2,2% dan ovine (daging anak sapi)
2,1%. Di negara maju, konsumsi daging unggas permintaan setiap komoditas bervariasi antara
diproyeksikan tumbuh 2,5% per tahun sampai
2030 dan daging lainnya tumbuh 1,7% atau negara berkembang., China sebagai negara
kurang. Rata-rata pertumbuhan yang tinggi
terutama di China, India dan Brasil dan ukuran yang kebutuhan daging hampir dua kali lipat,

terutama konsumsi unggas dan babi. India dan

negara Asia Selatan lainnya, total konsumsi susu

akan meningkat tinggi.

Pemikiran dasar, pemilihan makanan mereka

adalah komplek; mempunyai banyak tujuan dan

keputusan dipengaruhi oleh individu dan

kemampuan sosial dan kesukaan. Kesukaan

makanan juga berubah secara cepat.

Percepatan perubahan jenis makanan baik

kualitas maupun kuantitas, akibat negara-negara

makin kaya dan gaya hidup perkotaan.

TABEL 42
Proyeksi konsumsi daging dari tahun 2000-2050

Produksi Konsumsi per kapita

Negara 1999-2001 Rataan Rataan 1999-2001 Rataan Rataan
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan

1999-2001 2030-2050 1999-2001 2030-2050
sampai 2030 sampai 2030
% p.a
Sub-sahara 1.000 ton p.a % p.a 2,8 kg p.a % p.a % p.a
Afrika 5.564 9,5 1,2 1,4
3,3
Timur Tengah/ 7.382
Afrika Utara 3,3 2,1 21,9 1,6 1,1
31.608
Latin Amerika & 2,2 1,1 59,5 0,9 0,7
Karibean 7.662
73.251 3,9 2,5 5,5 2,7 1,9
Asia Selatan 125.466 2,1 0,9 0,9
229.713 2,4 1,3 39,8 1,5 0,7
Asia Timur 1,7 1,0 0,5
26,7 1,2
Dunia berkembang
37,6 0,7
TOTAL

Sumber: FAO (2006a)

136

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

TABEL 43
Proyeksi konsumsi susu dari tahun 2000-2050

Produksi Konsumsi per kapita

Negara 1999-2001 Rataan Rataan 1999-2001 Rataan Rataan
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
Sub-sahara Afrika 1.000 ton p.a
Timur Tengah/ 16.722 1999-2001 2030-2050 1999-2001 2030-2050
Afrika Utara 29.278 sampai 2030 sampai 2030
Amerika Latin & % p.a
Karibia % p.a 2,1 kg p.a % p.a % p.a
Asia Selatan 1,5
Asia Timur 2,6 30,6 0,5 0,6
Dunia berkembang
Dunia 2,3 88,5 0,6 0,6

Sumber: FAO (2006a) 58.203 1,9 1 122,4 0,7 0,5

109.533 2,8 1,5 82,3 1,5 0,9
17.652 3,0 0,6 0,7
231.385 2,5 1,4 13,1 2,1 0,7
577.494 1,4 0,9 0,4
53,1 1,3

94,2 0,4

1.1 Daya beli tingkat aktivitas fisik. Di negara berkembang,
Diantara penggerak perubahan pada produksi yang mengalami urbanisasi, perubahan kuantitas
ternak adalah daya beli (Delgado et al., 1999); diikuti dengan perubahan kualitas makanan.
Zhou et al., 2003). Konsumsi produk ternak naik Perubahan tersebut termasuk dari makanan
dengan meningkatnya daya beli. Tetapi, sereal ke makanan dengan makanan kaya
pengaruh paling besar terhadap peningkatan energi dengan yang kandungan protein hewani
penghasilan pada makanan (pangan) adalah dan lemak tinggi, juga peningkatan konsumsi
masyarakat kelas bawah dan menengah gula dan produk-produk yang berbasis gula. Pola
(Delgado et al., 2002), kondisi ini terjadi pada ini boleh jadi disebabkan semakin banyaknya
level individu maupun nasional (Devine, 2003). pilihan makanan dan makanan yang dapat
Namun Konsumsi per kapita makanan dari diperoleh di pusat-pusat perkotaan, maupun
produk ternak paling tinggi adalah kelompok kemudahan dan rasa (Delgado et al., 1999).
dengan penghasilan tinggi. Kelompok ini tidak Organisasi pasar makanan (organization of
terdistribusi secara merata di dunia dan Market) dan waktu penyiapan makanan di dalam
terkonsentrasi di negara-negara G8 (OECD), rumah tangga untuk konsumsi dan diolah dan
dan yang paling dinamis adalah masyarakat makanan siap saji, termasuk makanan dijalanan.
kelas bawah dan menengah bila pertumbuhan Daging yang dikemas, matang dan dibumbui,
ekonomi kuat. Kelompok ini terkonsentrasi pada merupakan contoh yang cenderung disukai
negara dengan pertumbuhan ekonomi cepat konsumen perkotaan (King et al., 2000)
seperti Asia Tenggara, Provinsi pantai China,
bagian Kerala dan Gujarat di India dan Sao Rae (1998) menunjukkan bahwa di China,
Paolo di Brasil. dalam hal tingkat pengeluaran, urbanisasi
mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
1.2 Urbanisasi konsumsi per kapita dan juga besarnya respon
Urbanisasi diketahui sebagai faktor kedua yang konsumsi pada kecilnya peningkatan
mempengaruhi konsumsi produk-produk ternak pengeluaran. Urbanisasi dan peningkatan
(Rae, 1998; Delgado et al., 1999). Urbanisasi pendapatan berpengaruh secara kebetulan
biasanya diikuti dengan perubahan kebiasaan dalam pusat-pusat kota yang secara ekonomi
pola konsumsi makanan dan gaya hidup secara tumbuh dengan cepat, menciptakan tempat-
dramatik – termasuk pengurangan secara jelas tempat permintaan produk ternak.

137

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Kotak 20
Pemanfaatan secara berkelanjutan babi Iberian di Spanyol – Cerita sukses

Babi Iberian adalah jenis babi yang banyak dipelihara di peningkatan produk selanjutnya bukan kurangnya
Spanyol. Ketahanan, kemampuan mencari makan, permintaan tetapi terbatasnya jenis pada habitat
kemampuan bertahan dari periode kurang makan dan tradisional.
toleransinya terhadap temperatur ekstrem, menjadikan
ideal untuk produksi yang ekstensif pada kondisi lokal. Inovasi teknologi telah diperkenalkan untuk sistem
Tradisi memelihara babi menyumbang dalam menjaga produksi tradisional –perbaikan padang
‘dehesa’ ekosistem padang penggembalaan, yang penggembalaan dan penggunaan secara efisien limbah
dikenal sebagai sebuah Habitat Alam dari komunitas pertanian. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk
peduli oleh Masyarakat Eropa (EU), bagian dari yang meningkatkan pengetahuan tentang nutrisi,
telah dideklarasikan oleh UNESCO sebagai Biosphere penanganan, tingkah laku, morfologi, karakteristik
Reserve. Memelihara babi Iberian telah lama menjadi genetik dan kualitas daging.
penting secara ekonomi dan sosial didaerah ini.
Pada tahun 2002, jumlah induk betina telah
Tetapi dari tahun 60-an dan selanjutnya, introduksi mencapai 193.000. Kebanyakan dari peningkatan
jenis eksotik dalam skala besar telah berkontribusi populasi dilakukan pada sistem produksi yang intensif ,
penurunan jenis ternak di Spanyol termasuk babi diluar habitat jenis tradisional. Tetapi 16,3% populasi
Iberian. Sistem produksi babi secara tradisional masih dipelihara dalam sistem ekstensif.
menurun sebagai akibat rendahnya produksi dan adanya _________
problem yang berhubungan dengan kontrol penyakit.
Tahun 1982, jumlah induk babi Iberian berkurang, Oleh: Manuel Luque Cuesta and Vicente Rodriquez-Estevez
menjadi 66.000.

Sejak saat itu, infrastruktur marketing telah berhasil
dikembangkan, difokuskan pada kualitas daging babi
penggemukandengan sistem tradisional, dimana ternak
bebas merumput tanpa pakan tambahan. Produk yang
dihasilkan mengandung asam lemak tidak jenuh dan
makanan dengan kualitas yang sangat baik. Permintaan
daging sangat tinggi; babi yang digemukkan dengan
sistem tradisional, harganya mencapai 160% lebih tinggi
dibanding dengan ternak yang dipelihara secara
konvensional dan daging babi (dry cured ham) antara
350-500% lebih tinggi. Kendala utama dalam

Foto oleh: Vicente Rodríguez-Estévez

1.3 Cita rasa dan kesukaan konsumen Sejumlah faktor yang berperan, termasuk
Bila daya beli dan urbanisasi merupakan faktor anugerah alam. Akses ke sumber daya laut
yang paling penting berkontribusi pada pola dilain pihak dan sumber daya alam untuk
konsumsi per kapita, banyak faktor-faktor lain produksi ternak, telah menggambarkan
yang secara signifikan dapat memberikan kecenderungan konsumsi yang berlawanan
pengaruh besar pada kondisi lokal. Misalnya arah. Ketidak toleranan laktosa, terutama di Asia
Brasil mempunyai pendapatan perkapita sedikit Timur, telah membatasi konsumsi susu. Alasan
lebih tinggi dibanding Thailand dan Thailand budaya, termasuk agama, telah mempengaruhi
mempunyai tingkat urbanisasi yang lebih tinggi kebiasaan konsumsi susu (Harris, 1985).
dibanding Brasil, tetapi konsumsi produk ternak Misalnya di Asia Selatan, konsumsi daging per
di Brasil dua kali lipat dari Thailand. Sebaliknya kapita diduga lebih rendah dari pendapatan.
negara-negara yang mempunyai pendapatan per Pengaruh ini juga terlihat dari kesukaan untuk
kapita yang berbeda mempunya tingkat jenis ternak tertentu dan produk tertentu. Contoh,
konsumsi produk ternak yang sama (misalnya kecuali daging babi untuk muslim, dan kesukaan
Rusia dan Jepang). yang tinggi pada daging merah diantara Maasai.

138

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Faktor yang bervariasi tersebut memberikan jumlah besar termasuk daging sapi, domba,
keragaman pola preferensi konsumen dan juga ayam dan itik, susu sapi segar dan instant
mempengaruhi cara konsumen mengakses kering, ghee, pakan ternak, sapi hidup, kambing,
kualitas produk ternak (Krystallis dan domba, kerbau dan ayam.
Arvanitoyannis, 2006).
Empat pengembangan struktural pasar ternak
Akhir-akhir ini, faktor yang bersifat dapat dilihat pada (FAO, 2005b):
kelembagaan mempengaruhi pola konsumsi.
Sebagai contoh, kebangkitan dari “kepedulian • Rantai pemasaran Internasional:
konsumen” (Harrington, 1994) negara-negara menyediakan produk ternak dari satu negara
OECD. Pola konsumsinya tidak dipengaruhi ke pengecer-pengecer dan konsumen di
oleh faktor pasar dan faktor rasa tetapi lebih negara lain. Rantai ini dikontrol oleh
pada isu kesehatan, lingkungan, etika, pengecer besar seperti supermaket atau
keselamatan ternak dan pengembangan. perusahaan importir yang berhubungan
Konsumen seperti ini cenderung mengurangi dengan komoditas tertentu.
atau bahkan berhenti mengkonsumsi produk
ternak tertentu atau memilih produk yang • Rantai-rantai diciptakan oleh investor asing:
bersertifikat, seperti daging organik, susu atau rantai pasar yang terintegrasi secara vertikal,
telur (Krystallis dan Arvanitoyannis, 2006). mensuplai pasar domestik, utamanya pasar
Kampanye pemerintah juga diidentifikasi sebagai perkotaan. Mereka dikontrol oleh pengecer
penggerak perubahan pola konsumsi (Morrison besar seperti supermarket internasional atau
et al., 2003). nasional atau perusahaan makanan siap
saji.
2 Perdagangan dan penjualan
eceran • Pasar domestik yang dipengaruhi
globalisasi: pengaruh globalisasi pada
Bertambahnya perdagangan internasional permintaan dan tingkah laku konsumen telah
maupun meningkatnya pedagang eceran besar menyebabkan adanya respon rantai pasar
dan terintegrasinya rantai makanan adalah domestik. Contohnya , rantai produk bahan
penting dalam menggerakkan perubahan dalam dari susu, makanan siap saji dan restoran
sektor peternakan. Lebih tepatnya, mereka berkembang dan bertambah dalam
mempengaruhi kompetisi produser dan sistem keragaman produk di pasaran, tetapi tidak
produksi dalam mensuplai peningkatan merupakan bagian dari rantai terintegrasi
permintaan makanan dari produk ternak. secara vertikal.

2.1 Alur ternak dan produknya • Bertambahnya pasar lokal: konsentrasi
Produksi ternak yang diperdagangkan meliwati geografi dan spesialisasi di dalam negara
batas Internasional bertambah dari 4% pada (lihat dibawah) dilain pihak dan urbanisasi
awal tahun 80-an menjadi 10% saat sekarang. dipihak lain, menimbulkan peningkatan
Sejumlah negara berkembang merupakan 20 produk ternak (dan sumber pakan)
dari pengekspor dan pengimport terbesar dalam berpindah pada tingkat nasional.
nilai (FAOSTAT). Ekspor utama dari negara
berkembang adalah ternak hidup dan daging Dengan globalisasi, pasar internasional dan
sapi, domba, kambing, babi, kuda, ayam dan itik, domestik dapat terhubung. Pasar unggas,
susu segar dan susu kondensasi sapi maupun misalnya, tidak semua unggas potong diekspor;
pakan babi dan sapi. Produk yang diimpor dalam dan unggas yang tidak diekspor terjual di pasar
domestik. Produser babi di beberapa negara
Asia Tenggara berubah dari pasar nasional
menjadi pasar regional tergantung harga saat itu.
Walaupun pasar-pasar tersebut tidak sama
tetapi mempunyai ciri yang sama dalam
persyaratan dan dampaknya.

139

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Meningkatnya dan perdagangan jarak jauh produk organik atau memerlukan standar yang
memerlukan standar dan peraturan untuk tinggi pada keselamatan ternak. Dalam pasar
menjamin keamanan dan mengurangi biaya yang saling terhubung, standar dari pasar
transaksi. Kontrol makanan dan sistem sertifikasi dengan nilai tinggi mungkin diadopsi pasar
harus menggunakan standar yang tinggi. dengan nilai yang lebih rendah walaupun
Disamping standar kesehatan dan keamanan umumnya mereka kurang termonitor dengan
dan peraturan yang disepakati oleh badan ketat.
internasional (seperti the World Organisation for
Animal Health (OIE) dan Codex Alimentarius), Pasar global mempunyai potensi untuk
persyaratan teknis mungkin ditentukan oleh meningkatkan pendapatan nasional dan
pengecer-pengecer. Ini termasuk permintaan, menciptakan pekerjaan. Produser dan
terutama daging potong, ukuran karkas, berat, pedagang, mengembangkan pasar domestik
daging tidak berlemak, tingkat kadar lemak dapat menawarkan fleksibilitas dan keragaman
dalam susu, warna telur, atau pelabelan dengan yang lebih luas pilihan mata pencaharian. Tetapi
informasi khusus atau bahasa khusus. pengglobalan pasar adalah berdiri sendiri
Permintaan-permintaan ini mungkin untuk (terpisah). Hanya beberapa produser memenuhi
persyaratan yang diperlukan untuk mengakses

Kotak 21
Mengatasi kendala pengembangan peternakan sapi perah skala kecil menuju sistem yang
berorientasi pasar

Permintaan susu di negara berkembang diharapkan pendukung (kesehatan dan inseminasi buatan); dan
meningkat 25% pada tahun 2025 (Delgado et al., 1999). kurangnya akses teknologi produksi dan teknologi
Mobilisasi sektor peternakan sapi perah skala kecil untuk pemrosesan. Jelas, bila biaya produksi susu dan kondisi
meningkatkan produksi mempunyai potensi infrasruktur tidak baik membuat usaha sapi perah tidak
menyediakan keuntungan seperti meningkatnya kompetitif untuk peternak kecil (produser kecil). Tetapi
pendapatan dan keamanan pangan untuk produser sejumlah faktor yang mendorong prospek keberhasilan
skala kecil. Kekurangan pendapatan rutin merupakan pengembangan peternak kecil sapi perah dapat
problem besar bagi keluarga miskin. Baik pertanian teridentifikasi.
tanaman pangan maupun produksi daging hanya
merupakan pendapatan periodik. Sedang peternakan Pendekatan The Market Oriented Dairy Enterprise
sapi perah, walaupun pada skala kecil dapat (MODE), telah disarankan sebagai acuan untuk
menyediakan pendapatan rutin. pengembangan. Susu atau grup produser adalah poin
masuk yang esensial dan pengembangan seharusnya
Satu tantangan bagi pengembangan peternak sapi didasarkan resiko yang ada dan bergerak dengan cepat
perah adalah kompetisi dengan adanya meningkatnya menuju orientasi pasar; anggota grup menjadi berdaya
import secara cepat dari produk sapi perah ke negara untuk membuat keputusan. Pendekatan MODE terdiri
berkembang, yang tumbuh 43% antara tahun 1998 dan atas tiga tahapan: (1) grup dibentuk dan operasional, (2)
2001 dan diprediksi akan terus meningkat. Tetapi ada aktivitas pada tingkat bawah dicatat (3) pendekatan
pengembangan pasar yang menguntungkan produser orientasi pasar teradopsi. Pertimbangan penting lainnya
lokal. The National Dairy Development Board of India termasuk penting nya pasar lokal, yang kadang
melaporkan peningkatan produksi dalam merespon terlupakan sementara potensi ekspor terlalu ditekankan;
permintaan pasar akan produk susu fermentasi lokal kebutuhan pengembangan lembaga yang tepat
(asli) dari 26.623 ton pada tahun 1999/2000 menjadi menjamin sistem pengumpulan susu, pemrosesan, dan
65.118 ton pada tahun 2003/2004 dan peningkatan pemasaran tidak mengecualikan produser kecil;
produksi paneer 2008 ton pada 1999/2000 menjadi kebijakan yang mudah hubungannya dengan
4.496 ton pada tahun 2003/2004 (NDDB, 2005). pengembangan sapi perah untuk kebijakan nasional
pengembangan ternak.
Masuknya produser skala kecil ke sektor sapi perah ________
kadang mempunyai kendala modal untuk investasi
ternak, pakan, peralatan, kurang air dan tenaga, Oleh Tony Bennett
kurangnya pengetahuan tentang beternak sapi perah Informasi selanjutnya tentang pendekatan MODE lihat FAO (2006e)
dan persyaratan pasar, kurangnya akses pelayanan

140

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

pasar dan produser kecil menemui kesulitan produk yang berbeda, dan didistribusikan ke
untuk memperoleh persyaratan tersebut atau konsumen. Ini merupakan unit distribusi dan
investasi. Sebagai contoh, beberapa produser eceran yang besar harus berkompetisi untuk
makanan Afrika gagal memenuhi standar pembagian pasar, antara mereka sendiri, bahkan
internasional keamanan dan kualitas pangan. Ini dengan pemasok tradisional dan grosir di pasar
menghambat usaha benua tersebut untuk lokal, mereka harus menawarkan harga yang
meningkatkan perdagangan pertanian baik kompetitif. Mereka hanya dapat menjaga atau
regional (intraregionally) maupun internasional memperluas pembagian pasar dengan
dan menutup kesempatan petani untuk pemotongan harga. Pada waktu yang
memperbaiki kehidupan ekonominya (DeHaen, bersamaan, mereka harus berkompetisi dengan
2005). menghasilkan produk berkualitas secara
konsisten yang diminta oleh pasar utama.
2.2 Peningkatan pengecer besar dan Konsep “kualitas” dari perpektif produser adalah
koordinasi vertikal sepanjang rantai komplek. dan sifatnya berkembang sepanjang
makanan waktu. Definisinya bervariasi berdasarkan
strategi para pengecer disalah satu pihak dan
Ekspansi yang cepat dalam penetrasi dilain pihak pengaruh budaya. Ini termasuk
supermarket di negara berkembang adalah keamanan pangan, makan, dan bersifat yang
merupakan fenomena. Ini telah menjadi sangat dihubungkan dengan perbedaan komersialisasi
nyata pada 5-10 tahun terakhir dan terus produk (Farina et al., 2005) juga karakteristik
berlanjut pada kecepatan yang berbeda di cara produksi (ceruk products). Pengecer besar
berbagai daerah atau bagian di dunia memerlukan suplai produk pertanian yang
berkembang. Readon dan Timmer (2005) konsisten dalam volume dan kualitas dari
menggambarkan penyebaran supermarket di produser.
negara berkembang terjadi pada tiga gelombang
suksesi. Gelombang pertama adalah pada awal Dalam rantai integrasi vertikal yang dikontrol
tahun 90-an, yang meliputi Amerika Latin, dan oleh pengecer besar, proses untuk mendapatkan
Asia Timur (kecuali China), Eropa utara-tengah perbekalan (procurement process) cenderung
dan Afrika Selatan. Pada waktu itu, di negara bergeser menuju sistem sentralisasi pengadaan
tersebut tercatat hanya 5-10% penjualan eceran barang (procurement system), termasuk
makanan produk pertanian. Gelombang kedua, penggunaan grosir yang mempunyai spesialisasi
penyebaran supermarket terjadi pada dalam katagori produk atau produksi yang
pertengahan 1990, meliputi sebagian dari diperuntukkan untuk rantai pasar. Rantai
Amerika Tengah dan Meksiko, Asia Tenggara supermarket besar dapat menggunakan sistem
dan Eropa selatan-tengah, supermarket leveransir yang ditunjuk untuk memilih produser
mencapai 30-50% total pengecer makanan yang memenuhi standar kualitas dan keamanan
sampai awal tahun 2000-an. Gelombang ketiga dan untuk mengurangi biaya transaksi.
dimulai pada akhir tahun 1990-an. Negara yang
terpengaruh adalah Cina, India dan Rusia dan Produser yang menjadi bagian dari suatu
beberapa negara di Amerika Tengah dan rantai integrasi dapat menghadapi suatu
Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Pada perubahan dalam cara kontrak (yaitu menjadi
pertengahan tahun 2000-an, supermarket telah petani kontrak) dengan meningkatnya tingkat
mencapai 10-20% di negara-negara tersebut. bantuan dan harga yang lebih tinggi dari produk
yang berkualitas, tetapi dengan bertambahnya
Masuknya transnational kedalam rantai resiko jika kontrak tidak dapat dipenuhi atau
pangan hasil pertanian di negara berkembang, pengecer bangkrut. Ini berlaku terutama, dimana
terutama sektor eceran dan pemrosesan, telah petani harus memenuhi persyaratan volume,
mengubah cara yang mana pangan dari keamanan dan kualitas tertentu (Tabel 44).
pertanian dibeli dari pemasok, diproses kedalam

141

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

TABEL 44
Standar pasar ternak dan implikasi terhadap produser peternak kecil

Standar proses Faktor positif Faktor negatif
Susu dengan perlakuan UHT, Proses spesifik jelas
persyaratan pemerintah Biaya administrasi untuk pemeriksaan,
Proses spesifik jelas investasi peralatan dan pelatihan, yang
HACC di abattoir, diperlukan oleh mungkin tidak dapat diikuti oleh petani kecil
importir dan supermarket Harga premium. Dapat dilakukan pada
skala kecil. Tenaga kerja sistem Netral untuk produser kecil
Hasil organik, standar ditemtukan intensif
oleh institusi (badan) sertifikasi Badan sertifikasi, sulit dibentuk di negara
Harga premium. Dukungan investasi berkembang. Biaya tinggi untuk sertifikasi sulit
Standar performan dan cash flow. Mungkin dibantu untuk untuk petani kecil yang tidak terorganisir.
Tingkat salmonella dalam daging, mengatasi resiko, misalnya restocking
dengan denda uang bila setelah berjangkitnya HPAI. Dukungan Standar biasanya ketat diterapkan untuk
performannya jelek teknis. kepentingan konsumen negara maju. Tidak
ada jaminan metoda memenuhi standar yang
Standar kombinasi diperlukan. Biaya pengujian mungkin
Kontrak yang diperlukan dalam menghambat, kecuali disubsidi.
usahatani untuk waktu aktivitas dan
kualitas produk. Resiko kehilangan pasar total jika terjadi
kegagalan untuk memproduksi sesuai dengan
kualitas diperlukan. Tidak semua produser
memenuhi persyaratan. Stigma sosial jika ada
kegagalan “to make the grade”

Sumber : FAO (2006d) didaerah dengan temperatur yang lebih hangat,
telah mempengaruhi keragaman hayati dan
Khusus petani kecil menggunakan keragaman ekosistem, terutama di daerah kering, seperti
usaha untuk menghindarkan resiko dan Sahel Afrika. Perubahan iklim global sepertinya
membuat investasi-investasi sedikit (kecil) pada telah berdampak nyata pada lingkungan dunia.
berbagai usaha. Ini menjadi sulit bila petani- Pada umumnya, lebih cepat perubahan, resiko
petani tersebut harus memenuhi investasi yang pengaruh negatif lebih besar. Rataan permukaan
lebih besar dalam satu usaha untuk memenuhi air laut diperkirakan naik 9-88 cm pada tahun
kebutuhan pengecer. Globalisasi pasar, dengan 2100, menyebabkan banjir didataran rendah dan
persyaratan keamanan dan kualitas yang lebih kerusakan lainnya. Zona iklim dapat bergeser
tinggi, lebih beresiko, bila seluruh pasar tutup menuju kutub dan secara vertikal –
dengan berjangkitnya suatu penyakit atau mempengaruhi hutan, gurun, padang
penemuan masalah kualitas. Petani produser penggembalaan dan ekosistem lain. Beberapa
kecil dan pedagang kecil mempunyai habitat akan menurun atau terpecah dan individu
keterbatasan jangkauan dan kemampuan species dapat punah (IPCC, 2001). Perubahan
mengasuransikan kerugian mereka. iklim terjadi, merubah lingkungan alami yang
sudah mengalami stress akibat sumber
3 Perubahan lingkungan alam degradasi – kadang lebih buruk oleh sistem
pertanian yang ada.
Pengkajian Ekosistem Millenium2 menyimpulkan
bahwa degradasi ekosistem dapat menjadi Masyarakat akan menghadapi resiko dan
paling buruk selama pertengahan awal abad ini, tekanan baru. Keamanan pangan tidak mungkin
dan dapat sebagai penghambat dalam mencapai
The MDG’s. Perubahan iklim saat ini, terutama 2 http://www.maweb.org/en/index.aspx

142

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

terancam pada tingkat global, tetapi beberapa sumber daya sangat miskin dan kemampuan
daerah (kawasan) sepertinya mengalami petani untuk merespon dan beradaptasi terbatas.
kekurangan pangan dan kelaparan. Sumber air
akan dipengaruhi oleh perubahan pola hujan dan 4 Kemajuan dalam teknologi
evaporasi seluruh dunia. Infrastruktur fisik akan
rusak, terutama dengan naiknya permukaan air Perkembangan teknologi merupakan penggerak
laut dan cuaca yang ekstrem. Ini berakibat lain dari perubahan. Kemajuan transportasi dan
langsung dan tidak langsung terhadap aktivitas komunikasi telah mendorong ekspansi pasar
ekonomi, human settlement dan kesehatan global, dan memudahkan penyebaran sistem
manusia. Golongan miskin dan yang tidak produksi yang mana ternak dipelihara jauh dari
beruntung adalah yang paling mudah kena, sumber pakan. Kemajuan teknologi juga
akibat negatif dari perubahan iklim. memungkinkan peningkatan tingkat kontrol
terhadap lingkungan produksi dimana, ternak
Pemanasan lebih dari 2,5oC dapat dipelihara. Contoh, perbaikan dalam teknologi
menurunkan suplai pangan global dan bangunan dan sistem pendingin, tetapi kemajuan
menyumbang meningkatnya harga. Beberapa dalam pemuliaan dan pemberian pakan
daerah pertanian akan terancam dengan mempunyai peranan yang paling penting.
perubahan iklim sementara daerah lain
beruntung. Dampak terhadap hasil dan Pakan
produktivitas tanaman akan sangat bervariasi.
Sektor peternakan akan juga terpengaruh. Kemajuan-kemajuan teknologi pakan
Produksi ternak menjadi lebih mahal bila
kekacauan di pertanian berujung dengan menjadikan penyiapan ransum “dekat ke ideal”
kenaikkan harga. Pada umumnya sistem intensif
dalam pengelolaan peternakan akan lebih yang pas untuk kebutuhan babi, unggas dan sapi
mudah beradaptasi dengan perubahan iklim
dibanding sistem pengelolaan tanaman perah pada berbagai stadium siklus produksinya,
(pangan). Kondisi ini berbeda dengan sistem
padang penggembalaan, dimana ternak sangat mempunyai pengaruh penting pada produksi
tergantung dengan produktivitas dan kualitas
padang penggembalaan – yang diprediksi ternak. Selain perkembangan teknologi,
menurun dan menjadi lebih tidak menentu.
Sistem ekstensif juga lebih rawan terhadap menurunnya harga biji-bijian, yang berlaku sejak
perubahan iklim, dalam hal keganasan dan
distribusi penyakit dan parasit. Efek negatif dari tahun 50-an, telah merupakan salah satu faktor
perubahan iklim pada sistem ekstensif didaerah
kering diprediksi sangat besar. penggerak perubahan dalam cara pemberian

Efektivitas adaptasi terhadap perubahan iklim pakan. Meskipun permintaan naik selama
akan tergantung pada dukungan sumber daya
setempat (IPCC, 2001). Ini mempunyai impilikasi periode tersebut, suplai tidak kekurangan. Total
yang jelas pada distribusi pengaruh di negara
berkembang. Negara maju mungkin lebih efektif suplai sereal meningkat 46% sejak 24 tahun dari
dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim dari
pada negara berkembang dan negara dalam 1980-2004. Harga internasional untuk biji-bijian
peralihan, terutama tropik dan subtropik.
Perubahan iklim mempunyai pengaruh negatif hanya separonya sejak 1961. Peluasan suplai
paling besar pada area dimana dukungan
pada saat menurunnya harga dikarenakan

adanya intensifikasi di area pertanaman, dan

adanya perluasan area di beberapa daerah

(secara global area panen sereal menyusut 5,2%

selama periode yang sama).

Bioteknologi genetik dan reproduksi

Teknologi baru yang dikombinasikan dengan

peningkatan kapasitas penghitungan

memungkinkan kemajuan genetik secara cepat,

terutama dalam sektor komersial babi dan

unggas dimana SDGT di rancang untuk

143

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

mencapai efisiensi tinggi konversi pakan. pencaharian peternak tradisional miskin dan
Bioteknologi reproduksi seperti inseminasi ancaman kesehatan hewan dan kesehatan
buatan dan embrio transfer sangat memudahkan masyarakat, yang akhirnya ditimbulkan oleh
desimenasi materi genetik. Teknologi-teknologi pemerintah dan masyarakat. Hal yang penting
ini digunakan secara luas di negara maju dan bahwa perhatian pembuat kebijakan tidak
sebagian negara berkembang. Kemajuan dalam seharusnya fokus terhadap peranan peternak
bidang biologi molekuler telah memunculkan skala besar. Beberapa sistem hanya sedikit
teknologi baru dalam pemuliaan tanaman seperti dipengaruh oleh industrialisasi. Sistem ini tidak
seleksi berdasarkan gen (utamanya melawan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan
penyakit dan kecacatan gen) dan marker produksi. Tetapi mereka mempengaruhi mata
assisted selection and introgression of genes. pencaharian banyak orang dan melibatkan
Bioteknologi yang lebih baru termasuk kloning, tujuan yang luas dari ekonomi dan usaha
transgenik dan transfer materi somatik produksi. Mereka kebanyakan berorientasi
mempunyai dampak yang nyata pada masa konsumsi rumah tangga, pasar lokal, ceruk
sekarang. Mengenai aplikasi bioteknologi, pasar atau penyampaian pelayanan lingkungan.
berdasar ilmiah, politik dan ekonomi dan
lembaga cukup menyediakan perlindungan dan Kebijakan publik adalah penggerak dan
menjamin bahwa adanya potensi keuntungan perespon terhadap perubahan dalam sektor
belum sepenuhnya disadari oleh kebanyakan peternakan. Pada titik tertentu, kebijakan-
negara. Pertanyaannya adalah bukan apakah kebijakan yang ada dan dilaksanakan adalah
mungkin secara teknis dilakukan tetapi dimana penggerak dari perubahan, sementara kebijakan
dan bagaimana bioteknologi ini dapat dalam persiapan adalah bagian dari respon
berkontribusi untuk memcapai pertanian yang publik terhadap perubahan. Sub bab ini
berkelanjutan. meringkas kebijakan-kebijakan secara luas yang
telah mempengaruhi sektor peternakan.
5 Kebijakan lingkungan
Kebijakan-kebijakan untuk perubahan
Kebijakan publik dapat dilihat sebagai penekan lembaga dan teknologi diawali pada tingkat
nasional maupun lokal dan tidak hanya oleh
(pendorong) tambahan dalam penggerak pemerintah. Pemangku kepentingan lain,
termasuk asosiasi petani, lembaga
tersebut diatas dan mempengaruhi perubahan pengembangan, dan LSM/NGO sering
memegang peranan dalam penguatan
sektor dengan pencapaian suatu tujuan kelembagaan dan mempromosikan teknologi
yang meningkatkan produktivitas, yang
masyarakat. Kebijakan-kebijakan dirancang dan memenuhi standar atau akses pasar untuk
produser kecil.
disesuaikan, dengan mempertimbangkan
Pembuat kebijakan umumnya menggunakan
keadaan pasar, teknologi yang tersedia, dan tiga instrumen utama untuk mempengaruhi
perubahan dalam sektor: harga, kelembagaan
sumber daya alam (penggerak-penggerak yang dan promosi dalam perubahan teknologi. Tujuan
yang bersifat lingkungan mungkin dapat diikuti
diterangkan sebelumnya), dan keadaan sektor menggunakan kombinasi pengukuran beberapa
parameter seperti regulasi, dukungan publik
saat ini. Pengalaman baik di negara maju
3 Paragraf pada Bab ini menggambarkan kebijakan peternakan dari FAO
maupun negara berkembang menegaskan dalam merespon revolusi peternakan – kasus untuk kebijakan publik
http://www.fao.org/ag/againfo/resources/en/pubs_sap.html
bahwa suatu pendekatan laissez-faire adalah,

kemunduran dan membolehkan kekuatan pasar

untuk berperan adalah bukan pilihan yang dapat
dijalankan3. Dalam ketiadaan kebijakan yang

efektif, banyak biaya terselubung untuk

perluasan produksi ternak – degradasi

lingkungan, gangguan/kerusakan mata

144

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

untuk penyuluhan dan penelitian, insentif atau Kotak 22
pajak, sehingga harga merefleksikan harga riil Fakta dan arah dalam kebangkitan kekuatan
dan mendorong memenuhi standar. Ketidak ekonomi pangan dunia
beradaan campur tangan kebijakan dan ukuran
lainnya, input seperti tanah dan air kadang Melambatnya pertumbuhan populasi: Rataan
dibawah harga dan harga produk ternak kadang pertumbuhan 1,35% pertahun pada pertengahan tahun
tidak merefleksikan biaya kerusakan lingkungan. 1990-an diharapkan menurun menjadi 1,1% pada
yahun 2010-2015 dan menjadi 0,5% pada tahun 2045-
Kerangka utama pengaturan dan kebijakan 2050 (UN Habitat, 2001).
yang mempengaruhi sektor termasuk:
Pertumbuhan pendapatan dan pengurangan
• Peraturan pasar, peraturan investasi kemiskinan*: Pertumbuhan pendapatan perkapita di
langsung, peraturan mengenai hak negara berkembang diprediksi meningkat dari 2,4%
(termasuk hak intelektual) dan peraturan menjadi 3,5% pertahun untuk periode 2001-2005
pada kredit yang membentuk iklim investasi menjadi 3,5% pada periode 2006-2015. Kemiskinan
di sebuah negara; diprediksi turun dari 23,2% pada tahun 1999 menjadi
13,3% pada tahun 2015.
• Kerangka kelembagaan dan pengaturan
mempengaruhi kepemilikan dan akses Rata-rata intake pangan akan meningkat tetapi
terhadap sumber tanah dan air; kelaparan tetap akan ada: Intake harian perkapita di
negara berkembang akan meningkat dari rata-rata 2681
• Kebijakan perburuhan, termasuk kcal pada tahun 1997-1999 menjadi 2850 kcal pada
peraturannya mempengaruhi biaya buruh, tahun 2015. Dibawah “usaha seperti biasa”, kekurangan
pekerjaan buruh migran dan kondisi kerja; nutrisi (gisi) akan menurun dari 20% pada tahun 1992
menjadi 11% pada tahun 2015, tetapi pengurangan
• Mobilitas, keamanan dan kebijakan migrasi, dalam jumlah absolut dari penduduk yang kekurangan
terutama mempengaruhi bentuk mobilitas gisi tidak terlalu tinggi (sedang) – dari 776 juta pada
produksi ternak seperti pastoralism; tahun 1990-1992 menjadi 610 juta pada tahun 2015 –
jauh dari target yang diharapkan dari pertemuan
• Kerangka insentif yang membentuk tingkat pangan puncak.
kompetisi dan produksi dan praktek – subsidi
pertanian di negara OECD (US$257 milyar Kecepatan pertumbuhan produksi pertanian
pada tahun 2003) telah meningkatkan melambat: pertumbuhan permintaan produk pertanian
sumbangan terhadap tingkat produksi dan produksi akan lambat sebagai hasil dari
secara nyata; pertumbuhan populasi yang lebih lambat dan
pengurangan konsumsi meningkat, ditempat dimana
• Kebijakan standar kebersihan dan konsumsi sudah tinggi. Untuk negara berkembang
perdagangan mempunyai pengaruh pertumbuhan produksi akan menurun dari 3,9%
langsung pada daya saing dan akses pada pertahun antara tahun 1989-1999 menjadi 2,0%
pasar nasional maupun internasional; dan pertahun antara 1997-1999 dan 2015 (FAO, 2002a).

• Kebijakan lingkungan telah mempengaruhi _______________________________________
cara bertani dan meningkatkan daya saing
produksi di negara-negara dimana peraturan *Gambaran ini untuk negara berkembang secara keseluruhan. Perlu
lingkungan kurang keras dan tidak di akui bahwa penurunan kemiskinan tidak merata secara geografi,
dijalankan. dengan kemajuan paling besar adalah di Asia Timur dan kemajuan
paling sedikit di sub-Sahara Afrika (FAO, 2002b).

145

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Kotak 22 - lanjutan

Fakta dan arah dalam kebangkitan kekuatan ekonomi pangan dunia

Perubahan pada komposisi produk: antara tahun Peralihan makanan: Langkah perubahan susunan
1997 dan 2015, masing-masing produksi gandum makanan baik kualitas maupun jumlah cepat
dan beras di negara akan tumbuh sedang (sekitar 28 dengan makin menjadi kayanya suatu negara dan
dan 21%). Tetapi, produksi meningkat secara meningkatnya urbanisasi, dengan diet beralih
signifikan diharapkan terjadi pada biji-bijian kasar menuju diet tinggi energi di negara berkembang,
(45%), minyak sayur dan minyak dari biji-bijian dan peningkatan yang dramatis, kontribusi kalori
(61%), daging sapi dan daging anak sapi (47%), makanan dari produk ternak (daging, susu dan
daging domba dan anak domba (51%), daging babi telur), minyak sayur dan sedikit gula. Rata-rata
(41%), daging unggas (88%), dan produksi susu dan konsumsi daging perkapita di negara berkembang
sapi perah (58%) (FAO, 2002a). meningkat dari 11 kg per tahun pada pertengahan
tahun 1970-an menjadi sekitar 26 kg pada tahun
Pertumbuhan produksi didasarkan pada 2003, dan produk tanaman mengandung minyak
pertumbuhan hasil panen: Perbaikan hasil (panen) dari 5,3 kg menjadi 9,9 kg. Peningkatan intake
akan sekitar 70% dari produksi , perluasan lahan (jumlah bahan makanan yang dimakan) dari ternak,
20% dan sisanya untuk peningkatan intensitas jumlahnya lebih besar dari bahan makanan yang
tanam. Namun proyeksi FAO menunjukkan bahwa ditambah gula, mengurangi intake komplek
areal yang dapat ditanami di negara berkembang, karbohidrat dan serat dan menurunkan intake buah
akan meningkat hampir 13% (120 juta ha) dan air dan sayur, telah bertanggung jawab terhadap
untuk irigasi meningkat 14% sampai 2030. Satu dari meningkatnya penyakit non-communicable
5 negara berkembang akan menghadapi kekuangan (penyakit tidak menular) (contoh, penyakit jantung
air (FAO, 2002a). dan diabetes).

Defisit Perdagangan pertanian: Surplus Struktur pasar: Sistem pangan pertanian yang
perdagangan pertanian di negara berkembang akan berkembang dari industri yang didominasi oleh
menyusut dan tahun 2030 akan menjadi defisit pertanian keluarga, skala kecil, tidak tergantung
sekitar US$31 triliyun, peningkatan cepat terjadi pada pada perusahaan besar, mereka lebih ketat
impor ereal dan produk ternak dan penurunan pada (tertutup) dalam rantai produksi dan distribusi.
surplus minyak sayur dan gula. Pengecer makanan, makin responsif terhadap
konsumen, fokus terhadap pelayanan dan lebih
Urbanisasi: Sebenarnya antisipasi seluruh dunia mengglobal dalam kepemilikannya; pada waktu
terhadap pertumbuhan populasi antara tahun 2000- yang bersamaan suplai input dan sektor proses
2003 akan dikonsentrasikan di area perkotaan (UN produksi makin menjadi terkonsolidasi, konsentrasi
Habitat, 2001). Saat ini kecepatan urbanisasi, dan terintegrasi. Bukti nyata dari keadaan ini adalah
populasi perkotaan akan seimbang dengan populasi peningkatan supermaket and perubahan
pedesaan pada awal 2007 dan terus akan meningkat penyediaan makanan di area perkotaan di banyak
melebihi titik tersebut. belahan dunia, terutama Amerika Latin (Lihat
Reardon and Berdegue, 2002).

________
Sumber: FAO (2005c)

146

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Bab B

Respon Sektor Peternakan

Sektor peternakan bertanggung jawab terhadap bagaimana mereka mempengaruhi strategi
pengembangan tertentu (spesifik). Diskusi umum
uraian diatas tentang penggerak-penggerak oleh tentang respon terhadap faktor penggerak,
dipresentasikan pada tingkat sistem produksi
terjadinya perubahan-perubahan, yang ternak.

dideskripsi dibawah, adalah sistem produksi oleh Penggolongan unit produksi ternak,
berdasarkan karakteristik adalah suatu alat
sistem produksi. Sementara ada tren yang luas (cara) dari unsur pengertian umum didalam
semua keberagaman. Pendekatan klasifikasi
menuju industrialisasi sektor ini, yang penting sistem produksi ternak bervariasi berdasarkan
tujuan klasifikasi, skala dan ketersediaan data
dari kekuatan penggerak dan langkah yang relevan. Kriteria penting bergantung dan
berkaitan dengan sumber daya alam. Kriteria ini
pengembangan berbeda antara negara dan menuju awal pembedaan antara sistem ‘land-
based’ (berbasis lahan) dan ‘landless’ (tanpa
daerah (regions). Selanjutnya pengembangan lahan) (Rutenberg, 1980; Jahnke, 1982; FAO,
1996a). Istilah yang terakhir (landless)
suatu sistem produksi dipengaruhi oleh interaksi mendeskripsikan situasi dimana pakan ternak
diperoleh bukan dari lahan pertaniannya maupun
banyak faktor, baik eksternal maupun internal. dari padang penggembalaan tetapi dibeli atau
diperoleh dari sumber luar. Sistem land-based
Ada 5 strategi pertanian atau rumah tangga lebih lanjut dibedakan berdasarkan penggunaan
lahan menjadi sistem grassland-based (berbasis
petani produser ternak yang dapat diadopsi padang penggembalaan) dan crop-based
(berbasis tanaman). Pembedaan ini erat
dalam merespon perubahan: hubungannya dengan kepentingan ternak dalam
sistem. Didalam katagori ini, pembedaan lebih
• Perluasan lahan pertaniannya atau jumlah lanjut adalah berdasar karakteristik seperti zona
agroekologi, skala produksi, mobilitas, lokasi
ternak yang dipelihara dalam hubungannya dengan pasar atau orientasi
subsisten (sampingan, penyambung hidup) atau
• Diversifikasi produksi atau pemrosesan komersial. Sistem klasifikasi dapat bervariasi
tergantung tujuan sudut persepsi originator
• Intensifikasi pola produksi yang telah ada. (awal). Contoh, klasifikasi yang lebih ekonomis
yang dikembangkan oleh Doppler (1991)
• Peningkatan proporsi pendapatan off-farm, membedakan pertama sistem berdasar orientasi
pasar vs subsisten dan tingkat berikutnya
baik pertanian maupun non-pertanian atau berdasarkan atas kelangkaan faktor produksi.
Schlere dan De Wit (1995) mengusulkan
• Keluar dari sektor pertanian di dalam sistem klasifikasi sistem pertanian berdasarkan matrik

pertanian tertentu (FAO, 2001a).

Strategi yang mana atau kombinasi strategi

yang diambil oleh produser ternak pada masa

yang lalu atau yang akan diambil pada masa

yang akan datang bergantung pada keadaan di

mana mereka mencari kehidupan. Keadaan ini

bervariasi, berdasarkan kondisi lingkungan

agroekologi, sosial ekonomi, infrastruktur dan

pelayanan, kebudayaan dan keagamaan,

lingkungan politik dan institusi dan

pengembangan kebijakan. Bahkan dimana

keadaan eksternal mirip, pilihan pengembangan

dari individu pertanian/rumah tangga pertanian

berbeda tergantung aset dan kemampuan

mereka dan keterlibatan motivasi individu

mengenai kehidupan yang akan datang. Ini

diluar cakupan dalam bab ini untuk

mempertimbangkan semua faktor dan

147

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

dua dimensi. Satu dimensi berhubungan dengan produksi ternak saja dibedakan dengan sistem
relatif pentingnya ternak dan tanaman pangan pertanian campuran yaitu 90% total nilai
dan membedakan sistem pertanian campuran, produksi berasal dari aktivitas peternakan dan
peternakan dominan dan sistem tanaman kurang dari 10% bahan kering yang diberikan
pangan dominan. Dimensi kedua adalah ternak berasal dari limbah pertanian dan jerami.
didefinisikan sebagai model sistem pertanian Di dalam sistem peternakan, sistem produksi
dan dibedakan menjadi perluasan area lahan ternak, yang tidak mempunyai lahan dibedakan
pertanian, LEIA (sistem pertanian dengan input dengan sistem grassland-based, berdasarkan
eksternal rendah), pelestarian (misalnya yang mempunyai stocking rate diatas 10 unit
pertanian organik dll) dan HEIA (sistem ternak (UT) per hektar lahan pertanian dan
pertanian dengan input dari luar yang besar). memperoleh kurang dari 10% bahan kering
Klasifikasi ini sebenarnya yang dikembangkan untuk pakan ternaknya dari lahannya/kebunnya.
menjadi pengertian lebih terperinci dari interaksi Sistem pertanian campuran dibagi lagi menjadi
antara penggerak dan kesukaan (preferensi) sistem pertanian campuran tadah hujan dan
dalam kemunculan sistem produksi pertanian sistem pertanian campuran beririgasi. Pada
campuran (Schlere et al., 2006a). sistem pertanian campuran beririgasi, lebih dari
10% produksi pertanian yang non-peternakan
Klasifikasi sistem produksi ternak yang berasal dari lahan yang beririgasi. Sistem land-
dikembangkan oleh Sere dan Steinfeld (FAO, based (grassland-based) dan sistem campuran
1996a), yang sebagian besar diikuti dalam bab lebih lanjut didefinisikan berdasarkan zona
ini, awalnya ada dua katagori. Sistem produksi agroekologi (arid/semi arid, humud/subhumid
ternak dan sistem pertanian campuran. Sistem

GAMBAR 38
Distribusi sistem produksi ternak

System produksi ternak penggembalaan Area didominasi tanpa lahan Batas Nasional
Campuran, irigasi tipe lainnya Iklim boreal dan kutub/dingin
Campuran, tadah hujan

Sumber : Steinfeld et al., (2006)

148

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

dan daerah dengan iklim sedang, tropikal implikasi potensial dalam keberlanjutan jangka
dataran tinggi). Gambar 38 mengilustrasikan panjang. Pengaruh negatif terhadap lingkungan
distribusi spatial dari tiga besar sistem land- dapat dipertimbangkan sebagai penggerak
based dan menunjukkan area yang mempunyai internal seperti memperkuat atau meniadakan
konsentrasi yang tinggi sistem produksi tanpa dinamika didalam sistem.
lahan.
1 Sistem produksi industrialisasi
Bab berikut mendeskripsikan katagori tiga tanpa lahan
sistem produksi ternak utama - tanpa lahan,
berbasis padang penggembalaan (grassland- 1.1 Tinjauan sistem produksi
based) dan pertanian campuran, menfokuskan Gambaran dari sistem produksi industrialisasi
pada karakteristik, pola dan persyaratan untuk tak terelakkan melibatkan diskusi tentang arah
SDGT. Didalam sistem tanpa lahan (landless), yang kuat menuju tipe produksi ternak seperti
dibedakan sistem produksi industri dan sistem ini. Industrialisasi sektor peternakan dalam
skala kecil peri-urban/urban dan sistem merespon pertumbuhan permintaan terhadap
pedesaan tanpa lahan (rural landless system) produk ternak – yang dikenal dengan “revolusi
dibedakan4. Pada sistem pertanian campuran, peternakan” – telah mendapat perhatian yang
karakteristik tertentu dari sistem pertanian besar dari masyarakat dan kalangan ilmiah dan
campuran beririgasi digambarkan dalam chapter dalam istilah ekonomi, yang paling penting
terpisah. Relevansi, perbedaan diantara tiga pengembangan saat ini didalam sektor
zona agroekologi seperti yang didefinisikan peternakan dan didalam pertanian secara
diatas akan disoroti untuk sistem land-based. keseluruhan. Industrialisasi pertanian terus-
Dampak lingkungan dari sistem yang berbeda menerus dijalankan di negara maju sejak tahun
dipresentasikan, dengan pandangan pengertian 1960-an. Pada pertengahan tahun 1980-an, tren
mulai mempengaruhi negara berkembang, dan
4 Pemisahan ini/pembedaan ini tidak sejalan dengan klasifikasi telah dipercepat pada dasawarsa terakhir (Tabel
dari FAO (1996a), yang mana, sistem monogastrik dan 45). Tren sangat nyata pada produksi daging
ruminansia tanpa lahan dibedakan didalam sistem produksi monogastrik (Gambar 39).
ternak, tanpa lahan. Ini seharusnya dicatat bahwa beberapa
pemelihara skala kecil peri urban dan urban sebetulnya petani
pertanian campuran, mereka juga membudidayakan taanman
dan lebih dari 10% total nilai produksi berasal dari kegiatan
non-peternakan

TABEL 45
Tren produksi daging dan susu di negara berkembang dan negara maju

Produksi Negara berkembang Negara maju
1980 1990 2000 1980 1990 2000
1970 2002 1970 2002
14 19 27 28 28 40 60 99 105
Produksi daging pertahun perkapita (kg) 12 34 40 49 51 65 77 83 80 82
Produksi susu pertahun perkapita (kg) 31 47 75 130 139 70 90 105 105 108
Produksi total daging (juta ton) 31 112 160 232 249 311 353 383 346 353
Produksi total susu (juta ton) 80 34 42 55 56 69 66 58 45 44
Andil produksi daging 31 24 29 40 41 79 76 71 60 59
Andil produksi susu 21

Sumber: FAOSTAT

149

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

GAMBAR 39
Produksi daging dari ruminansia versus monogastrik di negara berkembang dan negara maju

Juta ton Ruminan
200 Monogastrik
175

150

125
100

75

50

0 1988 1998 2015 2030
1988 1998 2015 2030 Negara maju
Negara berkembang

Sumber : FAO (2002a).
Catatan : Daging ruminansia = daging sapi dan kambing/domba; daging monogastrik = daging babi dan unggas

Dalam skala global, sistem produksi industri cirinya tidak ada pertumbuhan organik (organic
sekarang diperkirakan produksi daging dari growth) dimana peternak kecil unggas secara
unggas mencapai 67%, produksi daging babi bertahap memperluas dan intensifikasi produksi
42%, produksi telur 50%, produksi daging sapi mereka. Segera munculnya pasar perkotaan,
dan anak sapi 7% dan 1% produksi domba dan infrastruktur transport dan servis berkembang,
kambing (Tabel 46). investor kadang tidak mempunyai hubungannya
dengan produksi ternak, melangkah masuk dan
Di negara-negara yang pertumbuhan mendirikan unit industri skala besar
perkembangan ekonominya cepat dan diintegrasikan dengan metoda pemrosesan dan
perubahan demografi menimbulkan pasar baru pemasaran modern (FAO, 2006f).
untuk produk ternak. Suplai rantai makanan
terintegrasi vertikal dan pengecer besar Kemunculan produksi ternak secara industri
memerlukan standar kualitas makanan dan tergantung ketersediaan pasar yang siap untuk
standar keselamatan tertentu. Permintaan dari produk ternak, dan ketersediaan input yang
tumbuhnya pasar cocok untuk produksi secara diperlukan, terutama pakan, dengan biaya
industri, yang mana dapat mengambil rendah. Lingkungan kebijakan yang baik,
keuntungan skala ekonomi dan kemajuan termasuk misalnya investasi publik di sektor
teknologi dalam bidang peternakan, pemrosesan peternakan, liberalisasi perdagangan dan
makanan dan transport. Pengembangan pembebanan standar keselamatan pangan yang
produksi unggas khususnya, “terputus” yaitu tinggi menyumbang kecepatan pengembangan

150

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

TABEL 46
Jumlah ternak dan sistem produksi ternak di dunia – rataan untuk tahun 2001-2003

Sistem produksi ternak Total

penggembalaan tadah hujan, campuran, industri 1358,5
campuran irigasi 231,6
29,1 167,1
Jumlah ternak (juta ekor) 406,0 618,0 305,4 - 1776,3
Sapi 53,2 118,7 59,7 -
Sapi perah 22,7 144,4 57,6
Kerbau 0 631,6 546 9,2 11,8
Domba dan kambing 589,5 95,3
Produksi (juta ton) 29 10,1 3,9 73,9
Total daging sapi dan anak sapi 14,6 4,0 4,0 0,09 58,9
Total daging domba dan kambing 3,8 12,5 42,1 39,8 594,5
Total daging babi 0,9 8,1 14,9 49,7
Total daging unggas 1,2 5,6 23,3 29,5
Total telur 0,5 319,2 203,7
Total susu 71,6 -

Sumber: FAO (1996a) diperbarui oleh FAO (2004).

ini. Cina, India dan Brasil – tiga besar negara penggembalaan (grassland-based) dan sistem
berkembang yang sangat berperan di daerah pertanian campuran.
(region) masing-masing, tetapi perbedaan
struktur ekonomi dan sektor peternakan Proses industrialisasi dapat dikarakterisasikan
merupakan kontributor terbesar pola menuju sebagai kombinasi dari tiga pola utama:
industrialisasi. Ketiga negara ini sekarang, Intensifikasi, scaling up dan konsentrasi regional.
memproduksi total dua pertiga daging dan lebih
dari separuh susu di negara berkembang (Tabel Intensifikasi
47). Tujuh puluh persen pertumbuhan produksi Intensifikasi produksi ternak memerlukan paling
daging dan susu berada di ketiga negara banyak input. Efisiensi pakan terutama, telah
tersebut (FAO, 2006f). Sistem industrialisasi diperbaiki sejak dekade akhir-akhir ini. Pakan
landless di ketiga negara tersebut utamanya berserat tradisional dan kaya energi relatif
berkontribusi pada produksi daging unggas, menurun, pakan kaya protein dan pakan
babi, sementara produksi daging sapi, daging tambahan yang inconvensional, yang
sapi muda dan susu terkonsentrasi di padang meningkatkan efisiensi pakan. Pada intensifikasi
produksi ternak, maka penggunaan sumber
pakan seperti sumber hijauan lokal, limbah

TABEL 47
Negara berkembang dengan produksi daging dan susu paling tinggi (2004)

Grup negara/negara Daging (juta ton) Susu daging susu
(%)
Negara berkembang 148,2 262,7 100
China 70,8 22,5 47,8 100
India 6,0 90,4 4,0 8,6
Brazil 19,9 23,5 13,4 34,4
“Tiga besar” 96,7 136,4 65,2 8,9
51,9
Sumber: FAO (2006f)

151

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

pertanian, sisa limbah rumah tangga. Menjadi Intensifikasi mendatangkan perbaikan teknis,
makin berkurang. Pakan konsentrat yang seperti genetik, kesehatan ternak dan
diperdagangkan baik secara domestik maupun pengelolaan usaha taninya. Penggunakan
internasional menjadi bertambah penting. Pada tingkat yang tinggi input eksternal untuk
tahun 2004, total 690 juta ton sereal diberikan mengubah lingkungan produksi, termasuk
pada ternak (13% total panen dunia) dan 18 juta kontrol penyakit, kualitas dan kuantitas pakan,
ton oilseed (terutama kedele). Angka ini suhu, kelembaban, cahaya dan ruangan yang
diproyeksikan akan terus meningkat (lihat grafik tersedia, menciptakan kondisi dimana potensi
40 tentang sereal). Tambahan pula, 295 juta ton genetik jenis ternak yang mempunya output
limbah industri pertanian kaya protein atau yang tinggi dapat tercapai. Jenis ternak yang
limbah dari pemrosesan pangan telah digunakan sedikit digunakan dan fokus pada
untuk pakan (terutama bran, oilcakes dan memaksimalkan produksi satu produk.
tepung ikan). Babi dan unggas paling efisien Kemajuan teknik sedang disebarkan sebagai
dalam penggunaan pakan konsentrat. Konversi hasil meningkatnya dukungan dari penyedia
pakan yang paling baik (menguntungkan) layanan eksternal dan spesialisasi produk. Ini
dicapai pada sektor unggas. Ruminansia hanya dibarengi dengan pergeseran yang nyata dari
diberi pakan konsentrat di negara dengan ratio sistem pertanian dilahan kebun dan pertanian
harga grain/daging rendah. Bila ratio ini tinggi, campuran menjadi komersial dengan
terutama di negara yang kekurangan biji-bijian mengoperasikan satu produk. Sebagai hasilnya,
atau sereal, pemberian pakan biji-bijian untuk efisiensi penggunaan sumber daya alam dan
ruminansia tidak menguntungkan. output per ternak meningkat banyak sekali.

GAMBAR 40
Perubahan jumlah sereal yang digunakan sebagai pakan (1992-1994 dan 2020)

Juta ton 1992-94
1000 2001-03
2020
800

600

400

200

0

Sumber : FAOSTAT for the1992-1994 and 2001-2003 figures; and FAO (2002a) for the 2020 figures.

152

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

GAMBAR 41
Perubahan distribusi ukuran peternak babi di Brazil (1985 – 1996)

Share
50

40 1985
1996

30

20

10

0

Skala kepemilikan

Sumber : De Camargo Barros et al. (2003).

Selama 24 tahun antara 1980 sampai 2004, perah skala kecil menurun saat produksi
offtake daging babi, daging ayam dan susu per nasional meningkat (FAO, 2006e).
unit stock bertambah dengan 61%, 32% dan
21% untuk masing-masing komoditas tersebut Scaling Up (peningkatan skala produksi)
(FAO, 2006d) Disamping intensifikasi, proses industrialisasi di
iringi dengan scaling up produksi. Skala
Intensifikasi produksi, membuat penggunaan ekonomi – pengurangan biaya dicapai melalui
semua teknologi yang tersedia untuk perbaikan, perluasan skala kapasitas – pada berbagai
tanpa menuju industrialisasi. Intensifikasi dapat tingkat proses produksi menimbulkan
juga merupakan strategi yang efektif untuk penciptaan unit produksi yang besar. Sebagai
petani kecil memperbaiki penghidupannya, jika hasilnya, jumlah produser secara cepat
didukung oleh kebijakan dan infrastruktur yang berkurang walaupun sektor secara keseluruhan
baik (menguntungkan). Sebagai contoh, melebar (meluas). Di banyak pertumbuhan
produksi susu di India berlanjut, berbasis petani ekonomi yang cepat, rata-rata ukuran kapasitas
kecil. Gerakan koperasi, yang didukung oleh the meningkat cepat dan jumlah produser ternak
National Dairy Development Board telah berhasil menurun secara tajam. Sebagai contoh Gambar
menjembatani petani kecil dengan pasar 41 memperlihatkan bahwa Brazil antara tahun
perkotaan dan telah mensuplai pakan dan input 1985 –1996, terdapat peningkatan yang besar
kesehatan hewan dan juga pengetahuan dasar pada proporsi petani yang memelihara 200 lebih
tentang intensifikasi (FAO, 2006f). induk babi.
Pengembangan ini bertolak belakang dengan
situasi di Brazil, dimana jumlah peternak sapi Dimana kesempatan alternatif pekerjaan
terbatas, maka biaya tenaga kerja rumah tangga

153

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

rendah, dan memelihara ternak masih pilihan Ketika urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi
menarik secara ekonomi bagi keluarga miskin. meningkat sampai permintaan yang besar
Tetapi dimana kesempatan kerja sektor lain (“bulk” demand) produk pangan dari ternak,
membaik, upah tenaga kerja naik dan usaha tani operator skala besar muncul yang mana
keluarga skala kecil menjadi tidak awalnya terletak dekat dengan kota kecil dan
menguntungkan. Petani penyewa dan kota besar. Produk ternak adalah mudah busuk
pemelihara ternak tanpa lahan akan secara dan pengawetan tanpa pendinginan dan
bertahap mencari pekerjaan bahkan sampai pemrosesannya merupakan masalah serius.
area perkotaan. Pemilik lahan sempit akan Dalam rangka mengurangi biaya transpor,
menjadikan lahannya dapat menguntungkan ternak dipelihara didekat pusat permintaan. Jadi
dengan menjual atau menyewakan lahannya produksi ternak, secara fisik ternak dan produksi
daripada digunakan untuk bertani sendiri. terpisah dari sumber pakan. Dalam fase
selanjutnya, infrastruktur dan teknologi cukup
Komoditas yang berbeda dan tahapan proses berkembang untuk menjadikan kemungkinan
produksi yang berbeda menunjukkan potensi memelihara ternak jauh dari pasar dimana
perbedaan untuk skala ekonomi. Cenderung produk dijual. Produksi ternak bergerak menjauh
tinggi pada sektor pasca panen (misalnya dari pusat perkotaan, digerakkan oleh beberapa
pemotongan hewan, pemerahan susu). Produksi faktor seperti harga tanah dan upah rendah,
unggas adalah sektor yang paling mudah untuk akses pakan mudah, standar lingkungan lebih
mekanisasi dan menunjukkan tren menuju rendah, insentif pajak dan problem penyakit
bentuk industri di least-developed countries. lebih sedikit.
Pada kasus produksi babi di Asia, potensi untuk
skala ekonomi lebih besar di produksi finished- 1.2 Isu-isu lingkungan
pig dari pada produksi piglet (Poapongsakorn et Dalam beberapa hal, sistem industri skala besar
al., 2003). Produksi sapi perah terus didominasi menjadi fokus utama dalam hubungannya
oleh produksi berbasis keluarga sebab dengan dampak lingkungan dari produksi ternak.
memerlukan kebutuhan tenaga kerja yang tinggi, Ini terutama pada kasus dimana pengembangan
dan biasanya cocok dengan penggunaan tenaga terjadi secara sangat cepat, tanpa kerangka
kerja keluarga, dengan upah dibawah upah regulasi yang tepat. Dalam diskusi selanjutnya
minumum. Tetapi perluasan produksi peternak akan diuraikan, ada sejumlah masalah dengan
kecil diluar tingkat semi-subsisten terhambat tipe pertanian seperti ini. Produksi secara
oleh sejumlah kendala, kurang kompetitif dan industri mempunyai keuntungan (kelebihan) dari
faktor resiko. perspektif lingkungan. Metoda produksi secara
intensif mempunyai keuntungan dalam hal
Konsentrasi secara geografi efisiensi konversi pakan (FAO, 2005a). Produser
Distribusi secara geografi produksi ternak ternak komersial akan cenderung efisien dalam
menunjukkan pola umum di kebanyakan negara penggunaan harga sumber daya. Tetapi
berkembang. Secara tradisional, produksi ternak motivasi ini untuk meningkatkan produksi intensif
didasarkan pada sumber pakan yang tersedia, yang ramah lingkungan terhambat oleh tidak
terutama yang terbatas atau tidak ada nilainya mencukupinya harga sumber daya alam.
lagi, seperti pastura alam dan limbah tanaman
(pertanian). Distribusi ternak ruminansia dapat Rangkaian (decoupling) produksi pangan dan
diterangkan oleh ketersediaan pakan tersebut, ternak melalui konsentrasi geografi dari ternak di
sementara distribusi babi dan unggas mengikuti area dengan sedikit atau tidak ada lahan
pola seperti manusia karena peranannya pertanian menimbulkan dampak lingkungan
sebagai pengubah limbah. pada level yang tinggi – terutama berhubungan

154

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

GAMBAR 42
Perkiraan kontribusi ternak terhadap suplai total fosfat pada lahan pertanian di area dengan
keseimbangan fosfat lebih dari 1- kg/ha di negara Asia terpilih (1998 – 2000)

Persentase

kilometer

Sumber : Gerber et al., (2005). – meningkatnya pertumbuhan algae yang
menyebabkan kekurangan oxigen bagi
dengan pupuk dan salah kelola limbah airnya kehidupan organism aquatik lainnya. Di banyak
(Naylor et al., 2005). Nutrisi yang berlebihan tempat didunia, ekosistem yang fragile (rapuh),
dapat timbul dari berbagai sumber termasuk merupakan reservoir (tandon) yang penting
pemupukan yang berlebihan pada tanaman, keragaman hayati, seperti lahan basah, rawa
memberi pakan yang berlebihan pada ikan di mangrove dan terumbu karang telah terancam.
kolam, pembuangan limbah pertanian atau Di laut China selatan, polusi dari produksi ternak
industri yang tidak tepat. Dalam kasus produksi telah teridentifikasi sebagai penyebab utama
ternak, kelebihan nutrisi yang ada dalam pupuk pertumbuhan masive algae “blooms” termasuk
kandang adalah tidak dibuang secara benar pada tahun 1998 yang telah membunuh lebih
atau didaur ulang, yang sering terjadi di dekat dari 80% ikan pada area 100 km2 air pantai
pusat kota (Gambar 42). (FAO, 2005a). Sistem produksi secara industri
kadang perlu penyimpanan pupuk kandang.
Penggunaan pupuk dengan dosis tinggi pada Pada tahap ini, nitrogen hilang dalam bentuk
lahan dapat menghasilkan nitrat dan fosfat yang ammonia dan dikeluarkan dari permukaan
terlarut kedalam jalan air (sungai, air tanah).
Kelebihan nutrisi yang masuk kedalam jalan air
menimbulkan fenomena yang disebut eutrofikasi

155

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

pupuk kandang (FAO, 1996b). Penguapan sumber air dengan mikroorganisme patogen
ammonia dapat menyebabkan terjadinya (ibid).
pemasaman (asidifikasi) dan eutrofikasi
lingkungan lokal dan merusak ekosistem yang Cara lain, industri peternakan berkontribusi
labil seperti hutan. Nitrogen oksida, gas rumah terhadap produksi gas rumah kaca (dalam hal
kaca yang aktif juga diproduksi oleh pupuk karbon dioksida), adalah melalui jalan
kandang (17% emisi global diperkirakan berasal tranportasi pakan yang menempuh jarak jauh,
dari peternakan, termasuk pupuk kandang yang yang memerlukan bahan bakar. Dalam hal
digunakan untuk lahan pertanian) (Tabel 48). methan, emisi berasal dari pencernaan ternak
Masalah lain berhubungan dengan penggunaan ruminansia adalah lebih besar bila suplai energi
pupuk kandang yang berasal dari industri dari pakan untuk ternak berasal dari hijauan
peternakan adalah pencemaran padang rumput dengan kualitas rendah. Seperti pada produksi
dan lahan pertanian dengan logam berat, yang secara industri dimana penggunaan pakan
dapat menyebabkan masalah kesehatan, jika konsentrat lebih banyak dan breed ternak
masuk dalam rantai makanan. Tembaga (Cu) (breed) lebih efisien mengkonversikan pakan,
dan seng (Zn) adalah nutrien yang ditambahkan mempunyai keuntungan dalam hal jumlah
pada pakan konsentrat, sementara kadmium methan yang diproduksi relatif terhadap output
(Cd) masuk ke pakan ternak sebagai produk ternak.
kontaminan. Pengelolaan yang tidak tepat
terhadap pupuk kandang dapat juga Pengaruh lingkungan dari produksi pakan
menyebabkan pencemaran pada tanah dan perlu juga dipertimbangkan. Tiga puluh tiga
persen tanah yang dapat ditanami digunakan
produksi pakan ternak, yang kebanyakan

TABEL 48
Kontribusi pertanian terhadap emisi gas rumah kaca global dan emisi lainnya

Efek utama Carbon Methan Nitrogen dioksida Nitrit oksida Amonia
dioksida Perubahan iklim Perubahan iklim Asidifikasi
Bersumber Ruminansia (15) Asidifikasi dan
pertanian Perubahan Peternakan Pembakaran eutrofikasi
(perkiraan % iklim (penggunaan biomas (13) Peternakan
kontribusi terhadap Perubahan pupuk kandang (termasuk
total emisi gas penggunaan untuk lahan penggunaan pupuk
lahan, kebunnya) kandang untuk
terutama kebunnya (44)
penebangan
hutan

Produksi padi (11) Pupuk mineral (8) Pupuk kandang dan Pupuk mineral (17)
pupuk mineral (2)
Pembakaran
Pembakaran Pembakaran biomasa (11)
biomasa (7) biomasa (3)

Emisi dari 15 49 66 27 93
pertanian %
sumber kegiatan Stabil atau Dari padi: stabil 35-60% meningkat Dari peternakan:
manusia menurun atau menurun meningkat 60%
Perubahan yang
diharapkan dalam Dari
emisi dari pertanian peternakan:mening
sampai 2030 kat 60%

Sumber : FAO (2002a)

156

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

konsentrat FAO, 2006c). Kebanyakan produksi secara mengejutkan adanya jumlah pemelihara
tersebut menggunakan pestisida dan pupuk ternak di perkotaan, bahkan ada beberapa
dengan dosis tinggi. Perluasan area lahan yang pemelihara adalah penduduk yang mampu
digunakan untuk produksi tanaman dapat (Waters-Bayer, 1996; FAO, 2001b). Secara
mengancam keragaman hayati. Misalnya di keseluruhan, tidak adanya skala keuntungan
sebagian Amerika Latin, sebagian besar area ekonomi, yang mana peternakan perkotaan
lahan hutan hujan telah dirusak, dan digunakan menyediakan bagi pemeliharanya, juga tidak
untuk produksi pakan ternak (terutama kedelai). adanya kontribusi mereka terhadap ketahanan
Peningkatan permintaan telah menggerakan pangan secara lebih luas. Kurangnya
peningkatan ekspor pakan dari negara seperti pengetahuan ini, lebih besar dalam kasus
Brasil ke negara dimana lahan lebih sedikit produksi peternakan pedesaan, tanpa lahan.
(FAO, 2006g).
Pemelihara ternak skala kecil, tanpa lahan
Karakteristik selanjutnya dari unit produksi dicirikan dengan tidak mempunyai lahan
skala industri adalah terkonsentrasinya ternak pertanian, dan tidak mempunyai akses ke
dalam jumlah banyak dalam suatu tempat yang komunal padang penggembalaan yang luas.
terbatas. Kondisi yang penuh sesak menjadikan Pemelihara ternak seperti ini diketemukan di
lingkungan, dimana penyakit dengan mudah area perkotaan dan peri-urban, dan di area
menyebar, kecuali usaha pencegahan pedesaan yang didominasi oleh sistem
dilakukan. Unit industri, oleh karena itu pertanian campuran, terutama di area populasi
cenderung sebagai pengguna obat-obatan yang penduduk padat atau distribusi kepemilikan
banyak, yang bila tidak digunakan secara tepat lahan tidak sama.
akan masuk ke rantai makanan dan akan
berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Peternak di pedesaan, tanpa lahan, kadang
Demikian juga persyaratan higienis dalam unit sangat tergantung pada pekerjaan diluar
peternakan skala besar memerlukan pertanian (off-farm), dalam bentuk buruh harian.
penggunaan secara besar agen pembersih Pakan untuk ternak diperoleh dari berbagai
kimia dan input lainnya seperti fungisida, yang sumber termasuk mencari dan merumputkan
bila tidak dikelola secara tepat akan menjadi ternaknya di lahan marginal, penggunaan limbah
sumber yang potensial sebagai polutan dalam pangan (pertanian), limbah industri, sistem
lingkungan. potong angkut, dan membeli. Dibandingkan
dengan yang mempunyai lahan, peternak
2 Sistem skala kecil tanpa lahan pedesaan, tanpa lahan lebih banyak mempunyai
problem dalam penyediaan pakan untuk
2.1 Tinjauan sistem skala kecil ternaknya. Tujuan produksi peternakannya juga
Dalam istilah ekonomi, kontribusi produksi berbeda, kurangnya kemampuan mereka untuk
pangan dari sistem skala kecil tanpa lahan, menggunakan segera pupuk kandangnya dan
dimanapun juga sama pentingnya dengan tenaga tarik. Pada umumnya, peternak kecil,
sistem industri. Pada kenyataannya, tanpa lahan memelihara breed ternak lokal atau
kontribusinya belum pernah dievaluasi pada persilangan yang ada diarea tersebut. Tetapi jika
tingkat skala global. Tetapi pemelihara ternak mereka memasuki aktivitas yang lebih
skala kecil dipinggiran kota, sekarang mendapat komersial, maka perlu dipelihara, breed ternak
perhatian dari pemerintah, dan pelaku penelitian dengan output yang lebih tinggi.
dan pengembangan di banyak negara miskin
maupun negara kaya. Survei di beberapa kota Karakteristik yang paling berbeda dari sistem
Afrika, Asia dan Amerika Latin menunjukkan produksi perkotaan adalah tempat yang dekat
dengan jumlah konsumen yang besar, yang
mana mengurangi perlunya transport produk
yang mudah rusak (busuk), dibanding tansport

157

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

jarak jauh. Karena itu pemelihara ternak di suatu area terbatas (sempit). Tambahan pula,
dalam dan sekitar perkotaan telah dipraktekkan kontrol regulasi lingkungan mungkin lemah, dan
sejak dulu. Alasan-alasan untuk memelihara infrastruktur pengelolaan limbah buruk.
ternak di area perkotaan sangat beragam dan Karakteristik lain dari sistem ini adalah bahwa
termasuk mendapatkan pendapatan dari manusia dan ternaknya hidup berdekatan satu
penjualan; kesenangan memelihara ternak dan dengan yang lain. Ini berisiko hubungannya
kesempatan melanjutkan kegiatan tradisional dengan penyebaran penyakit zoonosis seperti
sebagai mata pencaharian; akumulasi dari flu burung. Masalah ini lebih buruk dengan
modal yang ditaruh sebagai bentuk jaminan atau standar kontrol kesehatan hewan dan ketiadaan
untuk membiayai proyek yang akan datang; skill (ketrampilan) pengelolaan yang
sebagai suplementasi makananannya dengan diadaptasikan pada lingkungan perkotaan.
produksi rumah susu, telur atau daging; dan Peternakan dapat juga menyebabkan gangguan
kesempatan untuk menggunakan sumber yang seperti suara, kotor, penyumbatan sistem
tersedia, seperti limbah pangan. Ternak dapat pembuangan, kemacetan lalu lintas, dan
juga menyediakan input seperti pupuk kandang kerusakan terhadap kepemilikan. Masalah
dan tenaga mengolah tanah untuk produksi pemeliharaan ternak di perkotaan cenderung
tanaman pangan di perkotaan. Tetapi lebih besar di dekat pusat kota, seperti diketahui
lingkungan perkotaan, banyak kendala untuk konsentrasi ternak dan manusia tinggi,
pemelihara ternak. Terutama jika ternak besar kemungkinan untuk menggunakan lahan kosong
yang dipelihara, ruang yang terbatas merupakan untuk penggembalaan rendah dan jarak dengan
masalah, seperti halnya untuk dapat lahan pertanian atau padang penggembalaan
memperoleh cukup pakan dengan murah. jauh (Schiere et al., 2006b).
Sistem produksi perkotaan kadang mempunyai
banyak hubungan dengan area pedesaan yang Seperti lingkungan perkotaan, beberapa
ada disekitarnya, apakah dalam bentuk pemelihara ternak pedesaan, tanpa lahan juga
penyediaan pakan, suplai ternak, atau aliran meghadapi masalah kesehatan, yang muncul
tradisi dan pengetahuan tentang pemeliharaan dari memelihara ternak dekat tempat tinggal
ternak. Saudara atau pengembala ternak yang manusia dan keterbatasan akses untuk
diupah di area pedesaan ikut memelihara kesehatan ternaknya. Kedekatan dengan lahan
ternaknya penduduk perkotaan. Ternak, seperti pertanian, mengurangi masalah dalam
sapi perah atau kerbau mungkin di pindah ke pembuangan pupuk kandang. Tentu saja, pupuk
area pedesaan saat fase tidak produktif, dalam kandang adalah produk yang dapat dijual.
rangka untuk memdapatkan pakan murah Peningkatan jumlah ternak menyebabkan
(Schiere et al., 2006b). Tipe breed yang tekanan pada area penggembalaan yang
dipelihara dalam sistem ini tergantung spesies, digunakan oleh peternak yang tidak punya lahan
produk yang laku dipasaran, dan kekuatan dan berkontribusi terhadap degradasi sumber
hubungan pedesaan-perkotaan. daya tersebut, walaupun area tersebut
ukurannya kecil.

2.2 Isu-isu lingkungan 2.3 Pola produksi
Produksi ternak skala kecil di area pinggiran Pada umumnya, produksi skala kecil, tanpa
kota atau perkotaan menghadapi masalah dasar lahan relatif memiliki pilihan yang terbatas untuk
lingkungan yang sama seperti sistem industri pengembangannya. Tetapi, jumlah penduduk
(misalnya pembuangan limbah, kontaminasi perkotaan miskin masih meluas sebagai hasil
sumber air). Skala masalah mungkin sama masih adanya migrasi di dalam mencari
berartinya seperti skala besar, jika unit skala pekerjaan. Seperti adanya keterbatasan
kecil jumlahnya besar terkonsentrasi dalam pekerjaan yang tersedia dan ketidakamanan,

158

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

potensi jumlah yang memasuki pemelihara keterbatasan, alternatif pilihan penghidupan
ternak skala kecil atau pertanian di perkotaan diluar pertanian, pemeliharaan ternak masih
cenderung bertambah. Kedekatan hubungan merupakan kegiatan penting untuk masyarakat
pedesaan dan perkotaan adalah penting untuk miskin pedesaan yang tidak punya lahan. Bila
mengatasi kekurangan pakan dan ada akses pasar, mungkin ada kesempatan
menggunakan kelebihan masing-masing lokasi. menjalani aktivitas yang lebih berorientasi
Peternak miskin perkotaan umumnya tidak komersial, seperti usaha sapi perah. Ini terjadi
dilayani dengan baik oleh pelayanan kesehatan pada kasus gerakan koperasi susu di India,
hewan dan pelayanan lainnya dan di beberapa dimana proporsi susu banyak dimasukkan ke
kota dan kota besar, aktivitas peternakan konflik pabrik susu, diproduksi oleh peternak kerbau,
dengan perundang undangan. Akses ke pasar pedesaan, tanpa lahan atau pemelihara sapi
formal mungkin terbatas dengan isu yang yang berpartisipasi dalam program perbaikan
hubungannya dengan kualitas dan kesehatan. genetik. Tetapi peternak, tanpa lahan
Ada pengakuan, pentingnya produksi skala kecil menghadapi kendala yang sangat untuk
perkotaan dan kebutuhan mengembangkan memperbanyak output dari ternaknya, dalam hal
kebijakan yang tepat untuk meminimalkan efek penyediaan pakan.
negatif dan untuk mendukung penghidupan
pemelihara ternak. 3 Sistem berbasis padang
penggembalaan
Peningkatan permintaan produk ternak
kelihatannya menawarkan kesempatan bagi 3.1 Tinjauan sistem produksi
beberapa peternak perkotaan atau peri-urban,
skala kecil untuk mengintensifkan produksi Sistem produksi berbasis padang
mereka. Contohnya India, telah berhasil dalam
mengintegrasikan peternak kerbau skala kecil, penggembalaan berada di lokasi dimana lahan
tanpa lahan dan pemelihara sapi kedalam
program pengumpulan susu sekitar pusat tidak cocok atau marginal untuk budidaya
perkotaan. Contoh lain adalah intensifikasi diluar
sistem industri skala besar, ditemukan pada tanaman, sebagai akibat rendahnya curah
produksi unggas. Sebagai contoh, di Burkina
Faso, Laos, Myanmar dan Kamboja, produksi hujan, udara dingin atau area yang gundul atau
daging unggas meningkat masing-masing
166%, 84%, 1530% dan 106% sejak tahun dimana lahan pertanian yang terdegradasi telah
1984-2004; yaitu masing-masing 17, 8, 153 dan
17 ribu ton (FAOSTAT). Pertumbuhan in berasal dikonversikan menjadi padang penggembalaan.
dari sistem intensifikasi skala kecil di peri-urban,
dengan perbaikan pakan, genetik dan Sistem gembalaan dapat ditemukan di daerah
pengelolaannya. Tetapi mungkin intensifikasi
semacam ini tidak kekal. Segera setelah volume dengan iklim temperat, subhumid dan humid
permintaan cukup tinggi dan terkonsentrasi,
mencapai skala ekonomi besar, penambahan terutama banyak dijumpai di daerah arid (kering)
skala terjadi dengan munculnya perusahaan
besar. Kasus seperti ini telah diamati di dan semi arid. Breed ternak yang dipelihara
Kamboja.
dengan sistem penggembalaan harus
Di area pedesaan yang padat di Asia,
populasi terus meningkat sedang lahan untuk beradaptasi dengan lingkungan, tujuan dan
pertanian tidak dapat diperluas lagi. Adanya
pengelolaan dari peternak pemeliharaannya.

Lingkungan yang gundul, kering berarti bahwa

penghidupan kadang sulit dan pengelolaan

ternak harus beradaptasi untuk menghadapi

iklim yang ekstrem, dan keterbatasan sumber

pakan.

Sepertiga populasi ruminansia kecil di dunia,

hampir sepertiga populasi sapi dan 22% sapi

perah ditemukan pada sistem berbasis padang

penggembalaan (Tabel 46). Ternak-ternak

tersebut memproduksi 25% dari produksi global

daging sapi dan daging anak sapi, 12% total

159

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

produksi susu, dan 32% produksi domba dan telah mengatur akses padang penggembalaan
kambing. Sementara produksi ruminansia kecil komunal dan sumber air.
proporsional terhadap jumlah, tetapi untuk sapi
lebih rendah dibanding sistem yang lain. Sistem padang penggembalaan juga
diketemukan di beberapa daerah subhumid atau
Sistem penggembalaan diketemukan di humid, kebanyakan di Amerika Selatan, juga
daerah arid dan semi arid termasuk sistem Australia dan beberapa di Afrika. Produksi sapi
pastura di Sub Sahara Afrika, Afrika utara, Timur yang ekstensif kebanyakan untuk daging, sistem
Tengah dan sekitarnya dan Asia Selatan (Tabel ranch kerbau terjadi di daerah yang sangat
49) dan sistem ranch ditemukan di bagian yang humid dan domba penghasil wool dipelihara di
lebih kering di Australia, USA dan bagian subtropik Amerika Selatan, Australia dan Afrika
selatan Afrika. Ranch dicirikan oleh kepemilikan Selatan (FAO, 1996a). Sistem ini cenderung
pribadi (individu, organisasi komersial atau terkonsentrasi di lokasi dimana produksi
kelompok). Produksi berorientasi pasar, tanaman terbatas yang disebabkan alasan
biasanya sapi, yang dijual sebagai biofisik atau tidak adanya/kurangnya akses ke
penggemukan pada sistem lain. Domba dan pasar.
kambing dipelihara untuk serat (fibres) atau kulit
bulu di daerah subtropik. Sebaliknya tradisional Dalam sistem penggembalaan di daerah
pastoralism, kebanyakan berorientasi subsisten, temperat, digunakan ternak yang sangat
yang didasarkan pemeliharaan sapi, unta terseleksi, bersamaan dengan penggunaan
dan/atau ruminansia kecil. Salah satu tujuan berbagai teknologi untuk memaksimalkan
adalah menjamin produksi susu sepanjang produksi. Breed dari negara beriklim sedang
tahun untuk konsumsi. Tujuan lain adalah juga cocok untuk negara tropis, dataran tinggi.
memproduksi ternak hidup untuk dijual. Ini Tetapi dimana produksi secara subsisten lebih
mungkin menjadi penting dengan meningkatnya banyak dilakukan atau pada ketinggian yang
permintaan produk ternak. Mobilitas sekumpulan tinggi maka breed dan spesies yang sudah
ternak di padang penggembalaan memberikan beradaptasi adalah penting peranannya. Di
penggunaan sumber pakan yang efisien, Andes, Selatan Amerika, misalnya, spesies
ketersediaanya tergantung dari pola curah hujan camelid yang telah beradaptasi adalah penting.
yang tidak menentu. Lembaga tradisional lokal, Demikian juga yak adalah mempunyai arti yang
penting bagi penghidupan masyarakat lokal di
pegunungan di Asia.

TABEL 49
Perkiraan jumlah pastoralis di berbagai daerah geografi

Daerah Jumlah pastoralis Proporsi terhadap Proporsi terhadap total
(juta) populasi pedesaan (%) populasi (%)
Sub-Sahara Afrika 50 8
Asia Barat dan Afrika Utara 31 12 8
Asia Timur 20 18 2
Negara baru merdeka 5 3 7
Asia Selatan 10 12 0,7
Amerika Tengah dan Selatan 5 1 1
Total 120 4

Sumber : FAO (2006h)
Perhitungan didasarkan pada Thornton et al., (2002)

160

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

3.2 Isu-isu lingkungan dengan budidaya tanamanan di area yang
Penggembalaan ternak mempunyai reputasi
yang buruk pengaruhnya terhadap lingkungan. rentan dan pemgambilan kayu bakar yang
Seperti di semua sistem produksi, ternak
ruminansia dipelihara dengan sistem berlebihan dapat menuju problem yang serius
penggembalaan merupakan sumber gas metan
dan berkontribusi terhadap pemanasan global. masalah erosi tanah dan kehilangan keragaman
Dimana kadang ternak tergantung pada sumber
hijauan pakan yang berkualitas rendah, yang hayati (FAO, 1996b).
berarti ternak memproduksi metan dalam jumlah
banyak relatif terhadap tingkat produksi yang Masalah bertambah buruk oleh
diperoleh. Tetapi ini mungkin isu penggembalaan
yang berlebihan (overgrazing) dan pengrusakan kecenderungan yang membatasi mobilitas
hutan tropis, yang membuka jalan bagi sapi di
ranch, yang memunculkan kepedulian dalam pastoralis (lihat sub bab berikutnya).
sistem penggembalaan.
Pengembangan air yang tidak tepat atau
Dalam kasus penggembalaan berat dapat
menyebabkan komposisi vegetasi berubah, ketersediaan biji-bijian yang disubsidi untuk
dengan palabilitas yang menurun. Pengambilan
tanaman penutup melalui penggembalaan berat pakan ternak dapat juga membawa kedalam
dan penginjakan dapat menyebabkan erosi dan
tanah kehilangan kesuburannya. Beberapa situasi yang mana ternak berada di suatu area
tahun terakhir, terlihat adanya perubahan dalam
sistem penggembalaan di daerah arid (kering). terlalu lama, yang menghambat regenerasi
Area penggembalaan di daerah kering (Arid
rangeland) dipandang sebagai sistem yang tidak pastura. Faktor lain adalah tidak berlakukanya
seimbang dimana faktor abiotik (khususnya
curah hujan), merupakan penggerak yang lagi aturan tradisional pengelolaan akses ke
mempengaruhi pola vegetasi yang menutup
tanah dibanding kepadatan ternak (Behnke et padang penggembalaan komunal. Kondisi ini
al., 1993). Jumlah ternak, sebaliknya
memberikan respon terhadap ketersediaan membawa situasi kontradiksi antara kepemilikan
padang penggembalaan. Seperti cara
tradisional, sistem bergerak dipertimbangkan ternak oleh individu dan akses ke padang
sebagai sistem yang tepat pengelolaan ternak
yang efisien menggunakan sumber daya padang penggembalaan, artinya tiap individu pemelihara
penggembalaan di daerah arid (kering). Di
daerah yang tidak terlalu kering, ketersediaan ternak akan termotivasi untuk menggembalakan
padang penggembalaan, kepadatan populasi
ternak lebih tinggi dan pertanaman lebih tersebar ternak lebih banyak walaupun akan
luas. Ternak yang dipelihara cenderung tidak
berpindah pindah (menetap). Tekanan menyebabkan degradasi pastura (FAO, 1996a).
penggembalaan, sepertinya faktor yang
mempengaruhi luasnya vegetasi yang Di Amerika Latin, khususnya perluasan ranch
menutupinya. Dalam keadaan penggembalaan
yang berlebihan (overgrazing), bersamaan sapi pada pastura yang dibudidayakan di area

humid merupakan penggerak yang penting

kerusakan hutan hujan, yang merupakan

ekosistem yang paling lengkap di bumi. Sebagai

tambahan skala hilangnya habitat, area hutan

yang tersisa, melahirkan masalah yang serius

untuk keragaman hayati. Penggundulan hutan

akan melepas milyaran ton karbon dioksida ke

atmosfer tiap tahun.

Problem lebih diperburuk oleh kebijakan,

termasuk pembangunan jalan diarea hutan yang

tidak tepat; kebijakan pajak dan subsidi yang

dirancang untuk mendorong produksi daging

sapi dan ekspor; proyek migrasi dan kolonisasi

yang memindahkan populasi yang miskin ke

area dengan kepadatan populasi yang rendah

dan rencana hak milik tanah yang memberikan

penyebaran penggembalaan ternak cara murah

dan mudah untuk menentukan hak kepemilikan

(ibid.). Di banyak negara subsidi meningkatkan

perluasan ranch, sekarang terus dilanjutkan,

tetapi produksi ternak berlanjut sebagai

pendorong terjadinya penggundulan hutan.

161

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Diperkirakan 24 juta hektar lahan di Amerika dapat diatasi dengan penggunaan kebiasaan
makan yang berbeda dari spesies dan breed
Tengah dan Amerika Selatan tropis, area yang ternak. Dalam kontek ini, adanya peranan
penting breed yang secara ekonomi tidak dapat
pada tahun 2000 merupakan hutan akan hidup (viable) dalam produksi konvensional.
Breed-breed ini sangat beradaptasi dengan
digunakan untuk penggembalaan pada tahun penggembalaan dan makan vegetasi dengan
kualias rendah, dan dapat hidup dibawah kondisi
2010 – berarti bahwa dua pertiga lahan yang lingkungan yang keras dan dengan tingkat
intervensi pengelolaan yang rendah. Lokasi
digunduli di area-area ini diharapkan konservasi bermacam-macam, kadang dikelola
untuk menyediakan habitat yang mosaik bagi
dikonversikan menjadi pastura (ibid.). Kebijakan satwa liar. Penggembalaan yang diperlukan
sangat spesifik dan keuntungan dapat
selanjutnya diperlukan untuk memperlambat dimaksimalkan jika karakteristik breed cocok
dengan yang dibutuhkan. Sesuatu
perluasan dari garis batas pertanian dan pengembangan yang menarik di proyek5
penggembalaan di Inggris, yang menyediakan
ditingkatkan menjadi penggunaan lahan yang informasi tentang breed spesifik terhadap
preferensi penggembalaan, juga karakteristik
lebih berkelanjutan pada lahan penggembalaan. breed yang relevan dengan konservasi
penggembalaan, seperti daya tahan, persyaratan
Paket teknologi (kombinasi perbaikan untuk peternakan, interaksi dengan masyarakat
dan kemampuan pasar.
pengelolaan penggembalaan, genetik,
3.3 Pola produksi
kesehatan ternak dll) perlu dikembangkan dan Seperti telah didiskusikan di sub chapter
sebelumnya, keberlanjutan banyak sistem
ditingkatkan dalam rangka pemelihara ternak penggembalaan terancam oleh tekanan pada
sumber daya alam dan gangguan pengelolaan
lebih produktif menggunakan padang secara tradisional. Pada saat yang sama,
populasi ternak yang besar secara tradisional
penggembalaan yang sudah ada. tergantung pada produksi ternak yang subsisten,
yang secara terus-menerus mencari
Bertambahnya perhatian terhadap produksi penghidupan dari rangeland. Pada umumnya,
produktivitas padang penggembalaan jauh
silvopastura, dalam program ini menyediakan ketinggalan dibanding area budidaya, walaupun
detil estimasi sulit dibuat. Sejumlah faktor
pembayaran untuk biaya pelayanan ekosistem berkontribusi terhadap tren ini. Pertama,
intensifikasi padang penggembalaan secara
seperti carbon squestration, konservasi teknis sulit dilakukan dan tidak menguntungkan.
Kendala umumnya berhubungan dengan kondisi
keragaman hayati, dan pengelolaan daerah iklim, topografi, tipisnya lapisan tanah,
kemasaman tanah dan tekanan penyakit.
aliran sungai (FAO, 2006b).
5 http://www.grazinginganimalproject.info/pilot1024.php?detect=true
Pengaruh dari penggembalaan yang tidak

tepat dapat juga menjadi perhatian di negara

temperat – contohnya di habitat dwarf shrub dan

woodland. Tetapi penggembalaan yang dikelola

terlihat sebagai alat yang penting dalam

konservasi. Di Inggris, misalnya penggembalaan

digunakan untuk meningkatkan keragaman

hayati padang penggembalaan yang kaya akan

spesies tanaman, habitat heath dan wetland

(Harris, 2002). Beberapa spesies tanaman dapat

hidup dibawah tekanan penggembalaan, sedang

sebagian yang lain tidak bisa hidup di habitat

yang digembala, sementara spesies tanaman

lain dapat hidup bila tidak digembala selama

periode pertumbuhan. Itu sangat mungkin

menggunakan penggembalaan yang dikelola

untuk mengontrol distribusi tanaman, dalam

hubungannya dengan tujuan konservasi. Pola

injakan dan pengeluaran kotoran mempengaruhi

juga vegetasi, harus dipertimbangkan dalam

pengelolaan konservasi. Sayangnya tanaman

yang ingin dikontrol oleh manager konservasi

tidak selalu jenis yang disukai ternak. Problem ini

162

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

Kondisi sulit untuk mengkarakteristik padang tujuan produksi. Motorisasi juga berarti peranan
penggembalaan telah ditunjukkan oleh
pastoralist dan agropastoralist area arid dan hewan beban, seperti unta atau keledai menurun
semi- arid, sub-Sahara Afrika. Kendala-kendala
dapat diatasi dengan investasi secara besar- dalam peruntukkannya. Introduksi modern obat-
besaran pada berbagai aspek; sedikit demi
sedikit intervensi tidak akan memberikan obatan hewan dapat meningkatkan ukuran
pengaruh. Ditambahkan lagi, di banyak negara
Afrika dan Asia, kebanyakan pastura dibawah jumlah ternak (FAO, 2001c) dan mungkin
kepemilikan umum, yang menyulitkan bila
dilakukan intensifikasi. Tanpa, dikelola secara memudahkan introduksi sumber genetik eksotik
kelembagaan, investasi swasta sulit dilakukan
sebagai imbalan kepada perseorangan, secara yang kurang beradaptasi dengan tantangan
proporsional dengan jumlah ternak yang
dipelihara di lahan komunal. Tidak adanya penyakit lokal.
infrastruktur di area yang terpencil ini,
menambah kesulitan dalam memperbaiki Sejumlah faktor mengancam sistem pastura
produktivitas melalui investasi perseorangan.
Secara global keterbatasan-keterbatasan ini bergerak. Perluasan lahan untuk tanaman pada
direfleksikan dalam pertumbuhan yang lambat
dari produksi daging pada sistem padang bekas penggembalaan adalah salah satu
penggembalaan dibanding dengan sistem
industri (FAO, 1996a). ancaman – kadang digerakkan oleh adanya

Meskipun di area terpencil, sistem produksi pertumbuhan populasi dalam sistem produksi
pastura dipengaruh oleh perubahan skala makro
ekonomi, politik dan sosial dan juga adanya tanaman (FAO, 1996b). Gangguan, terutama
perkembangan teknologi dan infrastruktur.
Bertambahnya perdagangan global, sebagai adanya budidaya tanaman di lahan
contoh pemasaran produk dari sistem pastura
dipengaruhi oleh kompetisi adanya daging impor penggembalaan pada musim kemarau, yang
atau dengan bertambahnya persyaratan ketat
tentang kesehatan (FAO, 2001c). Penanganan merupakan elemen kunci strategi
konflik secara modern, endemik pada beberapa
zona pastura, mengganggu aktivitas penggembalaan pastura bergerak (mobile).
penggembalaan, dan memindahkan populasi.
Transportasi menggunakan motor atau mesin Pengembangan program irigasi, juga
(motorisasi), memungkinkan ternak berpindah
mencari angonan atau ke pasar, kondisi ini meningkatkan perluasan area untuk budidaya
menjadi umum di daerah Timur Tengah dan
sekitarnya (FAO, 1996b). Ini juga dapat tanaman (FAO, 2001c). Apalagi beberapa
berpotensi mengganggu cara tradisional dalam
pengelolaan penggembalaan, pengembangan ini komunitas pastoralist yang memproduksi
dapat berpengaruh terhadap permintaan sumber
daya genetik, menurunnya kesukaan terhadap tanaman sudah umum dilakukan, sebagai
karakteristik seperti kemampuan berjalan dan
meningkatkan lebih berorientasi pasar dalam respon terhadap ketidak amanan penghidupan

yang berbasis peternakan dan sebagai hasil

komunitas yang tidak berpindah-pindah (Morris,

1988).

Ada perpindahan dari pastoralis menuju

agropastoralis (istilah yang kurang jelas

mengenai sistem produksi di lingkungan arid dan

semi-arid yang menkombinasikan tanaman dan

ternak, tetapi ternak tergantung pada

penggembalaan di rangeland). Di sub-Saharan

Afrika, misalnya Thornton et al., (2002)

memprediksi adanya pergeseran yang besar dari

sistem pastoral ke sistem agropastoral selama

50 tahun kedepan. Di daerah pegunungan di

Asia, rute perpindahan juga terganggu oleh

adanya perluasan pertanaman (FAO, 2003).

Pemagaran area padang penggembalaan

tradisional juga merupakan problem bagi

pemelihara ternak bagian Andes (lihat kotak 102,

bagian 4, bab F6)

Kebijakan peningkatan sistem tidak berpindah-

pindah, pengaturan stocking rate atau

pengembangan tipe ranch individu juga

163

ARAH SEKTOR PETERNAKAN

memegang peranan (FAO, 1996b). Khususnya tetap merupakan suatu sumber daya, suatu
di Afrika, pembukaan wildlife reserve (suaka sistem produksi daging dan susu yang murah di
margasatwa) yang dimotivasi baik oleh tujuan suatu lahan yang sulit untuk mengekploitasi”
konservasi maupun potensi ekonomi untuk turis, (FAO, 2001c). Juga diakui bahwa kebijakan
dapat meniadakan pastoralis dari lahan pengembangan yang tepat untuk rangeland
penggembalaa tradisional (FAO, 2001c). diperlukan, jika sistem seperti ini adalah untuk
Sekolah dan alternatif pekerjaan (contoh keberlangsungan hidup (ibid.) Seperti pada
penyebab migrasi ke daerah perkotaan) lokasi terpencil, prospek untuk kemunculan
membatasi ketersediaan tenaga untuk alternatif pendapatan terbatas dan mengais
penggembalaan dan meningkatkan pola tidak kehidupan dari memelihara ternak, adalah sedikit
berpindah-pindah atau menetap (ibid.). yang tersisa untuk pilihan mata pencaharian
bagi masyarakat lokal (FAO, 2003). Perluasan
Sementara perbedaan kekuatan penggerak tanaman mungkin tidak selalu berkelanjutan
bervariasi dari tempat satu ketempat lain. Pola dalam jangka panjang, terutama jika
yang luas adalah menuju adanya jumlah yang pengembangan pengairan yang tepat tidak
lebih besar masyarakat mencari kehidupan dari diimplementasikan dan menjalankan lagi
area penggembalaan terbatas, kadang tidak peternakan pastoral di beberapa tempat tidak
dikelola dengan baik. Dibawah tekanan yang dapat dikesampingkan (FAO, 2001c). Salah satu
hebat, penggembala mungkin terpaksa bagian di dunia yang akhir-akhir ini kembali ke
melepaskan penghidupan pastoral. Ini mungkin sistem penggembalaan tradisional adalah Asia
dengan beralih breed atau spesies ternak yang Tengah, dengan adanya penurunan usaha
digunakan, sebagai peternak mereka pertanian kolektif dan infrastruktur yang dibuat
beradaptasi dengan situasi yang sulit. Sebagai selama era Soviet (ibid.)
contoh, bila sumber daya pastura berkurang
mereka beradaptasi dengan melepas sapinya Sistem ranch ekstensif di Amerika Latin dan
dan berganti dengan ruminansia kecil atau unta. Carribean juga mengalami perubahan. Subsidi
Pola perbedaan sosial juga banyak tersebar. – yang meningkatkan perluasan peternakan ranch
peningkatan oleh perbedaan kemampuan untuk (kadang atas biaya hutan hujan) sebagian besar
merespon gangguan sistem pastoral dan telah berakhir (FAO, 2006b). Permintaan
mengambil keuntungan kebijakan dan perkotaan akan tanaman bahan pokok
perkembangan teknologi. Skala besar, kadang, kebutuhan dan perbaikan infrastruktur jalan
bukan pemilik ternak disatu pihak populasi orang meningkatkan pertanian campuran di area
miskin meningkat di sekitar pemukiman padang penggembalaan (FAO, 1996a). Pada
perkotaan, di lain pihak mungkin tidak lama lagi saat yang sama, meningkatnya jumlah insentif
atau tidak mempunyai keinginan untuk digunakan untuk meningkatkan konservasi
melanjutkan penghidupan di pastoral. Breed sumber daya alam dan pelayanan lingkungan
ternak di area pastoral tidak hanya beradaptasi yang diperlukan (FAO, 2006b). Salah satu
dengan lingkungan akan tetapi telah pemikiran pengembangan adalah sistem
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan silvopastura (ibid.).
preferensi peternak, adanya perubahan tersebut
akan memberikan efek yang siknifikan terhadap Dekade yang akan datang, sistem
SDGT. penggembalaan sepertinya dipengaruhi oleh
perubahan temperatur dan pola curah hujan
Garis besar/skema pola menuju sehubungan dengan perubahan iklim global.
menghilangnya sistem produksi ternak Sulit diprediksi secara tepat pengaruh perubahan
tradisional bergerak, beberapa faktor iklim global terhadap produksi peternakan.
countervailing perlu diperhatikan. Makin Tetapi perubahan lamanya periode pertumbuhan
meningkatnya pengakuan bahwa “pastoralis diharapkan menggeser batas zona yang cocok

164


Click to View FlipBook Version