H. Habsulhadiprasodjo Nurhadi, S.E., M.A., Dodi R. Setiawan, S.IP., M.Si., Rousdy Safari Tamba, S.E., M.A., Siti Nurbaity, S.AB., M.A., Wahidin Septa Zahran, S.E., M.Si., Zulkifli, S.Pd., M.Si., Iwan Irwansyah, S.Pd.I., M.A., Yusup Rachmat Hidayat, S.E., M.M., Sigit Suharyoko, S.E., M.A., S. Pentanurbowo, S.E., M.A.
DASAR-DASAR ILMU MANAJEMEN Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: H. Habsulhadiprasodjo Nurhadi, S.E., M.A., Dodi R. Setiawan, S.IP., M.Si., Rousdy Safari Tamba, S.E., M.A., Siti Nurbaity, S.AB., M.A., Wahidin Septa Zahran, S.E., M.Si., Zulkifli, S.Pd., M.Si., Iwan Irwansyah, S.Pd.I., M.A., Yusup Rachmat Hidayat, S.E., M.M., Sigit Suharyoko, S.E., M.A., S. Pentanurbowo, S.E., M.A. ISBN: 978-623-09-7283-6 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Januari 2024 xii+ 264, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v engan penuh rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung proses penulisan buku ini. "DasarDasar Ilmu Manajemen" merupakan hasil dari perenungan dan studi mendalam tentang dunia manajemen yang kompleks dan dinamis. Buku ini disusun dengan harapan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi para pembaca, terutama bagi mereka yang tengah mempelajari atau berkecimpung dalam dunia manajemen. Ilmu manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang penting dan terus berkembang. Manajemen tidak hanya berkaitan dengan kegiatan mengelola sumber daya di perusahaan atau organisasi, tetapi juga tentang bagaimana memimpin, menginspirasi, dan menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui buku ini, saya berupaya menyajikan prinsipprinsip manajemen dasar yang dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks organisasi, baik itu perusahaan, organisasi nirlaba, maupun institusi pemerintahan. Dalam penulisan buku ini, saya telah berusaha menggali berbagai sumber literatur yang relevan dan terkini, serta menerapkan pengalaman praktis dalam bidang manajemen. Setiap bab dalam buku ini disusun dengan hati-hati untuk memastikan bahwa materi yang disampaikan tidak hanya mudah dipahami, tetapi juga kaya dengan contoh dan studi kasus yang dapat memperkaya wawasan pembaca. D
vi Saya ingin mengucapkan terima kasih khusus kepada para reviewer yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berharga, serta kepada tim editor yang telah bekerja keras dalam mempersiapkan naskah ini agar layak terbit. Tak lupa, ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada keluarga saya yang telah memberikan dukungan moral dan inspirasi selama proses penulisan buku ini. Terakhir, saya berharap buku "Dasar-Dasar Ilmu Manajemen" ini dapat memberikan manfaat yang luas bagi para pembaca. Semoga buku ini dapat dijadikan panduan dan referensi yang berguna dalam studi dan praktik manajemen, serta dapat memberikan inspirasi untuk terus belajar dan berkembang dalam bidang ini. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
vii
viii
ix
x
xi
xii
1 1
2 DASAR-DASAR Ilmu Manajemen dimaksudkan untuk membantu memperluas pemahaman tentang pengelolaan organisasi, khususnya organisasi bisnis. Mengelola organisasi bisnis, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang teori dan konsep tentang manajemen. Teori dan konsep manajemen bersifat universal, sehingga dalam pelaksanaan senyatanya di lapangan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Dalam Dasar-dasar Ilmu Manajemen, secara umum akan dijelaskan tentang pengertian manajemen, perkembangan teori manajemen, dan penerapan manajemen melalui fungsi-fungsi manajemen, serta bagaimana proses pengambilan keputusan menetapkan strategi dan teknik dalam menjalankan organisasi. Dalam materi fungsi-fungsi manajemen, akan dijelaskan tentang fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengawasan dan fungsi pengarahan. B[\ chc, s_\[a[c B[\ P_g\ue[ ^[rc \ueu \_rdu^uf ‚Dasardasar Ilmu M[h[d_g_h‛, s_][r[ ugug [e[h g_ha_gukakan tentang Pengertian Manajemen, Manajer, dan Evolusi Teori Manajemen. Sebagaimana kita ketahui, perihal pengertian Manajemen itu hingga kini sudah banyak pakar dari berbagai bidang keilmuan yang memberikan ulasan dan memberikan definisi, menurut sudut pandang dan tinjauan dari masing-masing bidang keilmuannya. Demikian pula halnya dengan pengertian Manajer, secara umum juga berkembang, nyaris sejalan dengan perkembangan pengertian Manajemen itu sendiri. Sementara perkembangan teori manajemen tidak bisa dilepaskan dari jejak sejarah peradaban manusia, karena manajemen pada hakikatnya adalah alat atau metode untuk mencapai tujuan. Teori manajemen mengalami perkembangan yang semakin maju meskipun secara perlahan, inilah yang
3 disebut evolusi teori manajemen. Meskipun akhir-akhir ini, di abad ke 21, perkembangan teori manajemen melaju dengan pesat mengikuti perkembangan teknologi yang bersifat eksponensial. Fina Pratiwi dalam suatu artikel berjudul ‚P_ha_rtc[h Manajemen dan Fungsinya Yang H[rus Ah^[ K_t[buc‛ (https://www.harmony.co.id/blog/pengertian-manajemendan-fungsinya/), menuturkan bahwa pengertian manajemen secara umum yaitu suatu proses bagi seseorang agar dapat mengatur segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dan target yang diminta secara kooperatif dengan sumber daya yang tersedia. Menurutnya, pengertian manajemen secara etimologi (bahasa) berasal dari Bahasa Perancis kuno yang bisa diartikan sebagai seni mengatur dan melaksanakan. Fina Pratiwi juga menyitir beberapa pengertian manajemen menurut para ahli. Di antaranya, Mary Parker Follett – seorang ahli sosiologi berkebangsaan Amerika (1868-1933) - mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah sebuah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Dengan kata lain, seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan sebuah organisasi. Sedangkan menurut Dr. Bennett N.B. Silalahi, M.A, pengertian manajemen adalah ilmu perilaku yang terdiri dari aspek sosial eksak bukan dari tanggungjawab keselamatan serta kesehatan kerja baik dari sisi perencanaannya. Menurut Fina Pratiwi, dari pengertian-pengertian tersebut, ilmu manajemen dapat didefinisikan pula sebagai kemampuan dalam mengatur sesuatu agar tujuan yang ingin
4 dicapai dapat terpenuhi. Pada kenyataannya, baik disadari maupun tidak disadari, ilmu manajemen sudah dipraktikkan oleh setiap orang dalam kehidupannya. Dari sumber https://bakri.uma.ac.id/pengertian-mana jemen-menurut-para-ahli/, yang merupakan tulisan dari Biro Administrasi Kepegawaian, Karir dan Informasi (BAKRI) Universitas Medan Area (UMA), diperoleh informasi pula mengenai Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli. Menurutnya, saat Anda terjun ke dunia bisnis, yang pertama kali Anda perlu tahu adalah apa definisi manajemen sebenarnya. Sebab dengan memiliki pengetahuan yang cukup, niscaya bekal Anda untuk menjalankan bisnis atau usaha menjadi lebih matang. Berikut ini adalah beberapa pengertian manajemen menurut para ahli. Manajemen menurut Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan (2004), adalah sebuah seni atau ilmu untuk mengatur dan memproses sumber daya yang ada baik itu sumber daya manusia maupun sumber lainnya. Sumber-sumber tersebut diproses dan diatur demi mencapai tujuan tertentu. Menurut Andrew F. Sikula (2011), manajemen merupakan kegiatan untuk merencanakan, mengatur, mengorganisasikan, mengendalikan, menempatkan, memberi motivasi, komunikasi dan mengambil keputusan yang dilakukan oleh sebuah organisasi. Kegiatan-kegiatan itu dilakukan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki. Dari sumber daya itulah kemudian tujuan akhirnya adalah untuk menghasilkan suatu produk maupun jasa secara efisien. Sedangkan Henry Fayol, seorang pengusaha Perancis, menuturkan bahwa di dalam manajemen terkandung lima gagasan utama yaitu merancang, mengkoordinasikan, memerintah, mengatur/mengorganisasikan, serta mengen-
5 dalikan. Sementara John D. Millet dalam buku berjudul ‚Pu\fc] A^gchcstr[tcih‛ (1954) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses kepemimpinan untuk melancarkan pekerjaan yang dilakukan. Proses ini dilakukan dengan mengorganisir dengan cara formal orang-orang yang ada di dalamnya dan menjadikannya sebagai kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Prof. Oei Liang Lee dalam buku ‚K_j_gcgjch[h‛ (1972) berpendapat bahwa manajemen merupakan ilmu serta seni untuk mengkoordinasikan tenaga manusia juga mengawasinya menggunakan bantuan alat-alat. Semua ini dilakukan demi meraih tujuan akhir yang sudah ditetapkan. Menurut Plunket dkk (2005), manajemen adalah satu atau lebih manajer baik secara individu maupun secara kolektif menyusun dan meraih tujuan. Tujuan tersebut diraih dengan melaksanakan fungsi-fungsi yang saling terkait; seperti perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, mengawasi dan mengarahkan serta mengkoordinasikan sumber daya yang dimiliki: Sumber Daya Manusia (SDM), bahan baku atau material. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep dasar manajemen adalah sebuah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan pengorganisasian, perencanaan, dan pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan. Sementara itu menurut Endah Winarti (2022 : 75), pengertian manajemen mencakup kegiatan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dilakukan individu-individu melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen merupakan kegiatan yang pelaksaaannya disebut manajing dan yang melakukannya disebut manajer.
6 Manajemen memiliki tujuan-tujuan tertentu dan bersikap tidak berwujud (intangible). Manajemen dapat dinyatakan sebagai tindakan tidak berwujud (intangible), tapi dapat dirasakan hasilnya, yaitu output yang baik, kepuasan, produk dan pelayanan yang baik. Dalam berorganisasi diperlukan adanya pengelolaan kegiatan yang efektif agar tujuan organisasi dapat tercapai. Peran seorang manajer dengan kemampuannya menjalankan praktek-praktek manajemen, akan sangat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan organisasi. Menurut Ayu Rifka Sitoresmi dalam artikelnya berjudul ‚M[h[d_r A^[f[b Or[ha y[ha M_hd[f[he[h K_ac[t[h M[h[d_g_h, K_t[buc Tua[shy[‛ (https://www.liputan6.com/ hot/read/4833707/manager-adalah-orang-yang-menjalankankegiatan-manajemen-ketahui-tugasnya), manajer adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengarahkan usaha yang bertujuan membantu organisasi dalam mencapai sasarannya. Dalam hal ini manajer berperan mengatur manajemen di perusahaan. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, arti kata Manajer adalah (1) orang yang mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran; atau (2) orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu. Dengan demikian, menurut Ayu Rifka Sitoresmi, tugas seorang manajer adalah untuk mengintegrasikan berbagai jenis variabel (karakteristik, budaya, pendidikan, dll) ke
7 dalam suatu tujuan organisasi yang identik melalui penerapan mekanisme adaptasi. Tidak hanya itu, masih banyak tugas manajer. Fungsi manajer – secara umum - adalah untuk bertanggung jawab mengelola perusahaan. Manajer mungkin bertanggung jawab pada sebuah departemen dan orangorang yang bekerja di dalamnya. Dalam beberapa kasus, manajer bertanggung jawab atas keseluruhan bisnis. Misalnya, "manajer restoran", bertanggung jawab atas seluruh restoran. Seorang manajer adalah orang yang menjalankan fungsi manajerial utama. Mereka harus memiliki kekuatan untuk mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, melakukan penilaian kinerja, dan memantau kehadiran. Mereka juga harus memiliki wewenang untuk menyetujui lembur, dan mengesahkan liburan. Dilansir dari Cliffnotes, menurut Ayu Rifka Sitoresmi, terdapat setidaknya lima fungsi manajer, yang selengkapnya meliputi (1) Fungsi Perencanaan, (2) Fungsi Pengorganisasian, (3) Fungsi Kepegawaian, (4) Fungsi Kepemimpinan, dan (5) Fungsi Pengendalian. Dalam Fungsi Perencanaan melibatkan pemetaan dengan tepat bagaimana mencapai tujuan tertentu. Katakanlah, misalnya, tujuan organisasi adalah meningkatkan penjualan perusahaan. Manajer pertama-tama perlu memutuskan langkah mana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Langkah-langkah ini mungkin termasuk meningkatkan periklanan, inventaris, dan staf penjualan. Langkah-langkah yang diperlukan ini dikembangkan menjadi sebuah rencana. Ketika rencana sudah ada, manajer dapat
8 mengikutinya untuk mencapai tujuan meningkatkan penjualan perusahaan. Dalam Fungsi Pengorganisasian, setelah sebuah rencana dibuat, maka seorang manajer perlu mengatur tim dan materialnya sesuai dengan rencananya. Sehingga memberikan pekerjaan dan memberikan wewenang adalah dua elemen penting dari fungsi manajer dalam pengorganisasian. Sedangkan dalam Fungsi Kepegawaian, setelah seorang manajer memahami kebutuhan daerahnya, dia dapat memutuskan untuk meningkatkan kepegawaiannya dengan merekrut, memilih, melatih, dan mengembangkan karyawan. Seorang manajer dalam organisasi besar sering bekerja dengan departemen sumber daya manusia perusahaan untuk mencapai tujuan ini. Kemudian dalam Fungsi Kepemimpinan, seorang manajer perlu melakukan lebih dari sekadar merencanakan, mengatur, dan mengatur timnya untuk mencapai tujuan, melainkan dia juga harus memimpin. Dalam memimpin ini seorang manajer perlu melibatkan upaya untuk memotivasi, mengkomunikasikan, membimbing, dan mendorong. Sehingga seorang manajer membutuhkan upaya pula untuk melatih, membantu, dan memecahkan masalah dengan karyawan. Setelah elemen lain berada di tempatnya, fungsi manajer belum selesai, karena dia harus pula melakukan Fungsi Pengendalian. Dia perlu terus memeriksa hasil terhadap tujuan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan untuk memastikan bahwa rencana daerahnya tetap sesuai rencana. Semua manajer di semua tingkat di setiap organisasi menjalankan fungsi ini, tetapi jumlah waktu yang dihabiskan
9 manajer untuk masing-masing fungsi bergantung pada tingkat manajemen dan organisasi tertentu. Syamsurijal Hasan dalam makalahnya pada Universitas Pahf[w[h Tu[heu T[g\us[c \_rdu^uf ‚P_ha[ht[r M[h[- d_g_h‛ (]brig_-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindm kaj/https://staff.universitaspahlawan.ac.id/web/upload/mater ials/1741-materials.pdf), mengulas tentang Sejarah Ilmu Manajemen. Menurutnya, peninggalan fisik sejarah seperti \[hauh[h jcr[gc^[ ^c M_scr, \[hauh[h K[’\[b ^c M[ee[b, bangunan Tembok Cina, itu merupakan sebagian bukti adanya aktivitas yang teratur dan bertahap sebagai implementasi ilmu manajemen di masa lalu. Pada masa lalu tercatat ada dua pionir ilmu manajemen modern, yakni Robert Owen (1771-1858) yang terkenal dengan pendapatnya tentang perlunya sumberdaya manusia dan kesejahteraan pekerja dalam sebuah organisasi, dan Charles Babbage (1792-1871) yang berpendapat tentang pentingnya efisiensi dalam kegiatan produksi, khususnya dalam penggunaan fasilitas dan material produksi. Secara umum terdapat tiga kelompok pemikiran terdahulu dalam ilmu manajemen, yakni (1) Perspektif Manajemen Klasik, (2) Perspektif Manajemen Perilaku, dan (3) Perspektif Manajemen Kuantitatif. Pada Perspektif Manajemen Klasik, secara umum dapat terbagi menjadi Kelompok Manajemen Ilmiah – atau Manajemen Saintifik – dan Kelompok Manajemen Administrasi. Pada Kelompok Manajemen Ilmiah yang ditandai dengan munculnya perusahaan manufaktur, perusahaan asuransi, perusahaan perbankan, maupun perusahaan ritel, antara lain dikenal
10 para tokohnya seperti (1) Frederich W Taylor (1856-1915) yang mempelopori Time and Motion Studies, Piecework Pay System, dan Empat Prinsip Dasar Manajemen Ilmiah, (2) Frank Gilberth (1868-1924) dan Lilian Gilberth (1878-1972), yang menginisiasi Efisiensi dalam Produksi, Psikologi Industri, dan Manajemen SDM, (3) Henry L Gantt (1861-1919), yang menciptakan Empat Gagasan Peningkatan Manajemen, dan Gantt Chart, serta (4) Harrington Emerson (1853-1931), yang mengetengahkan 14 Prinsip Efisiensi. Sedangkan pada Kelompok Manajemen Administrasi dikenal dengan para tokohnya, seperti (1) Henry Fayol (1841- 1925), yang mengemukakan 14 Prinsip Fayol dalam Manajemen, (2) Lyndall Urwick (1891-1983), yang mengenalkan Panduan Manajemen (Managerial Guidelines), serta (3) Max Weber (1864-1920), yang memfokuskan perhatian pada Birokrasi dalam Organisasi. Pada Perspektif Manajemen Perilaku dikenal adanya pendapat dari Hugo Muntersberg (1863-1916) yang menekankan perlunya pemahaman psikologis khususnya untuk memotivasi para pekerja. Secara umum Perspektif Manajemen Perilaku mencakup (1) Studi Howthorne, (2) Teori Relasi Manusia, dan (3) Teori Perilaku Kontemporer. Pada studi Howthorne, yang dipelopori oleh Elton Mayo, menekankan adanya Teori Perhatian (Attention Theory), dikarenakan pekerja akan lebih produktif jika merasa diperhatikan, dan Teori Penerimaan Sosial (Social Acceptance Theory), dikarenakan pekerja akan menunjukkan produktifitas berdasarkan faktor penerimaan sosial. Teori Relasi Manusia, antara lain dipelopori oleh Abraham Maslow dengan mengedepankan teori Hirarki Kebutuhan, dan oleh Douglas Mc Gregor dengan Teori X dan
11 Y. Sedangkan pada Teori Perilaku Kontemporer terutama menekankan perhatian pada perilaku pekerja yang disebabkan oleh faktor psikologis, sosiologis, antropologis, dan lain sebagainya, serta kemudian melahirkan konsentrasi ilmu Perilaku Organisasi. Pada Perspektif Manajemen Kuantitatif, secara umum terbagi menjadi Kelompok Manajemen Sains, yang mengedepankan pengenalan penggunaan model matematis dalam kegiatan bisnis dan industri, seperti penentuan jumlah Teller dalam sebuah Bank (pada kasus Bank of England), peramalan atas volume penjualan, dan lain sebagainya, dan Kelompok Manajemen Operasi, yang merupakan lanjutan dari Kelompok Manajemen Sains, yang menekankan adanya fokus pada pendekatan kuantitatif untuk peningkatan efisiensi, yang kemudian dikenal adanya pendekatan Analisa Break Even, Queuing Theory, dan lain-lain. Dari tulisan Ilham Khoirul Anwar berjudul ‚M_ha_h[f T_irc P_ru\[b[h Sisc[f M_hurut Tieib Siscifiac‛ (https://tirto.id/mengenal-teori-perubahan-sosial-menuruttokoh-sosiologi-f8CA), yang melansir dari laman Cliffsnotes, saat ini tercatat ada tiga teori dasar perubahan sosial yang sering dijadikan acuan, yakni (1) Teori Evolusi, (2) Teori Fungsionalis, dan (3) Teori Konflik. Teori Evolusi dikembangkan oleh Charles Darwin di abad 19. Ilmuwan yang lahir pada tahun 1809 itu menarik sisi evolusi biologis ke dalam teori perubahan sosial. Menurutnya, masyarakat akan bergerak ke arah tertentu. Misalnya, pada evolusi sosial awal, masyarakat maju akan menuju tingkat yang lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi setelah itu. Hasil yang terlihat adalah masyarakat memiliki peradaban
12 yang lebih baik seiring perjalanan waktu. Mereka memiliki sikap dan perilaku budaya yang lebih maju dari sebelumnya. Penganut Teori Evolusi ini salah satunya adalah Auguste Cigt_, y[ha \_rdufue ‚B[j[e Siscifiac". M_huruthy[, perkembangan masyarakat terjadi menggunakan metode ilmiah. Sejalan dengan itu, Emile Durkheim melihat masyarakat bergerak dari struktur sosial sederhana ke struktur sosial lebih kompleks. Baik Comte maupun Durkheim, berpendapat, semua masyarakat melewati urutan tahapan evolusi yang sama dalam mencapai takdir yang sama. Sedangkan menurut Teori Fungsionalis, masyarakat secara alami akan bergerak menuju keadaan homeostatis. Salah satu ahli yang mendukung teori ini adalah Talcott Parson yang hidup di kurun 1902-1979. Baginya, saat terjadi masalah sosial seperti pemogokan tenaga kerja, hal tersebut adalah perpecahan sementara dalam tatanan sosial. Parsons juga mengemukakan teori ekuilibrium, yaitu perubahan di satu aspek masyarakat memerlukan penyesuaian pada aspek lainnya. Keseimbangan akan hilang dan mengancam tatanan sosial kalau sampai tidak terjadi penyesuaian. Teori ekuilibrium ini turut menggabungkan konsep evolusi tentang kemajuan berkelanjutan, terutama pada hal stabilitas dan keseimbangan. Sementara itu, dalam Teori Konflik disebutkan, bahwa perubahan sosial diperlukan untuk memperbaiki ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial. Misalnya, saat masyarakat kaya dan berkuasa memepertahankan statusquo-nya yang terus-menerus menguntungkan mereka, maka perubahan sosial memainkan peran penting dalam mengubahnya. Pendukung Teori Konflik ini adalah Karl Marx. Meski Marx
13 menerima pendapat Teori Evolusioner, namun dia tidak sepaham jika setiap tahapan perubahan yang berurutan dapat menghadirkan perbaikan dari sebelumnya. Menurutnya, sejarah justru menunjukkan pada tahapan Teori Evolusi justru orang kaya selalu mengeksploitasi orang miskin dan lemah. Dalam pandangan Marx melalui buku Das Kapital (1867), diperlukan adanya revolusi sosialis yang dipimpin oleh kaum proletar (kelas pekerja). Dengan begitu masyarakat akan bergerak ke tahap akhir perkembangan sebagai masyarakat yang bebas, tanpa kelas. Meski demikian, Teori Konflik ini juga memiliki kekurangan. Menurut kritikusnya, Teori Konflik ini tidak menyadari bahwa perubahan sosial belum tentu mengarah pada hasil yang positif sesuai harapan. Teori yang dibawa Karl Marx berhubungan dengan perkembangan ekonomi. Oleh sebab itu, teorinya berpengaruh paling dalam dan luas pada kehidupan masyarakat. Selain itu, kenyataan sosial dari dulu sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sisi ekonomi. Dari sudut tinjauan yang lain, sebagaimana dikemukakan oleh Sentot Imam Wahjono (2022), periodisasi perkembangan manajemen dimulai dari Periode Manajemen Ilmiah ini berlangsung antara tahun 1870-1930 dipelopori antara lain oleh FW Taylor, Frank & Lilian Gilberth, Henry Gantt, dan Harington Emerson. Periode Manajemen Ilmiah ini bermula ketika FW Taylor merasa tidak puas dengan hasil kerjanya sebagai engineer suatu pabrik. Pada saat itu produktivitas dikatakan hanya tergantung pada ketersediaan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja, semakin banyak pula kemungkinan dapat menghasilkan barang. Hal ini berangkat dari suatu anggapan
14 bahwa mesin, peralatan, bahan baku, tanah, bangunan, dan faktor produksi lainnya akan mengikuti ketersediaan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang tersedia semakin banyak pula kebutuhan akan faktor-faktor produksi yang lain, dan semakin banyak pula barang yang dapat diproduksi. Pada saat itu, satu tenaga kerja mengerjakan seluruh rangkaian proses produksi dari awal (pengolahan bahan baku) sampai menjadi barang jadi, seorang diri. Sebagai gambaran, kalau satu karyawan dapat menghasilkan 10 unit peniti dalam satu hari, maka kalau perusahaan menginginkan dapat menghasilkan 100 unit peniti dalam sehari, maka diperlukan 10 orang tenaga kerja. Demikian pula bila dikehendaki sehari dapat memproduksi 1.000 unit peniti, maka diperlukan 100 tenaga kerja. Begitu seterusnya sehingga tenaga kerja merupakan faktor produksi penentu. Taylor mencoba untuk menerapkan cara kerja yang berbeda. Dibagilah karyawan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan tugas. Terdapat kelompok karyawan yang bertugas hanya memotong kawat sesuai dengan ukuran peniti yang akan dibuat pada hari itu. Kelompok lain adalah kelompok karyawan yang bertugas meruncingi salah satu ujung kawat. Berikutnya adalah kelompok karyawan yang bertugas melengkungkan kawat sesuai dengan ukuran peniti. Kelompok karyawan berikutnya adalah yang bertugas memasang kepala peniti pada sisi yang tidak runcing. Sedang kelompok terakhir adalah yang bertugas melakukan finishing termasuk pengepakan. Dengan perubahan metode kerja seperti itu ternyata produktivitas meningkat berlipat-lipat. Hal itu dikarenakan terjadinya spesialisasi pekerjaan yang berdampak pada kecepatan karyawan dalam menyelesaikan suatu tugas.
15 Ternyata dengan pembagian tugas menjadi banyak tugas yang sederhana akan mengakibatkan efisiensi dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan produktivitas. Aliran ini mencoba untuk menerangkan secara ilmiah metode terbaik untuk melaksanakan tugas apapun dan untuk menyeleksi, melatih dan memotivasi pekerja. Kemudian dilanjutkan dengan Periode Teori Organisasi Klasik antara tahun 1900-1940 dengan pelopornya Henry Fayol, Jame D. Mooney, Mary Parker Follet, Herbert Simon, dan Chester I. Banard. Terinspirasi oleh Taylor tentang spesialisasi pekerjaan untuk meningkatkan produktivitas, beberapa ahli manajemen beraliran Teori Organisasi Klasik tersebut menyempurnakan teori manajemen Taylor. Henry Fayol, adalah salah satu tokoh dalam kelompok aliran teori organisasi klasik, yang dikenal mengemukakan adanya 14 prinsip manajemen, meliputi (1) Pembagian Kerja, karena spesialisasi akan meningkatkan efisiensi kerja, (2) Pemberian Wewenang, hak untuk memberi perintah dan dipatuhi, (3) Penegakan Disiplin, harus ada respek dan ketaatan pada peran dan tujuan organisasi, (4) Penyatuan Perintah, bahwa setiap pekerja hanya menerima instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan, (5) Kesatuan Pengarahan, bahwa kegiatan operasional dalam organisasi yang memiliki tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana, (6) Peletakan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum, artinya prioritas harus didahulukan untuk kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, (7) Keadilan Balas Jasa, dimana kompensasi harus adil antara pihak owner dan karyawan, (8) Sentralisasi, adanya keseimbangan antara pendekatan sentraliasi dengan desentralisasi, (9) Rantai skalar, garis wewenang dan perintah yang jelas, (10) Order,
16 sarana (sumber daya organisasi) dan orang (sumber daya manusia) harus berada pada saat dan waktu yang tepat, (11) Keadilan, ada kesamaan perlakuan dalam organisasi tanpa ada diskriminasi, (12) Stabilitas staf organisasi, turn over karyawan harus rendah, (13) Inisiatif, setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan diberi kebebasan untuk merencanakan dan menjalankan tugasnya secara kreatif dengan ada kebebasan dalam melaksanakan rencana, dan (14) Esprit de Corps atau semangat korps, cinta pada organisasi, dimana pelaksanaan operasional organisasi perlu memiliki kebanggaan, kesetiaan, dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps/kebersamaan. Selanjutnya disusul dengan Periode Hubungan Manusiawi antara tahun 1930-1940, yang dipelopori oleh Hawtorne, Elton Mayo, Fritz Roethlisberger, dan Hugo Muntersberg. Aliran ini muncul karena ketidak-puasannya terhadap Teori Organisasi Klasik yang tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para manajer dianggap masih mengalami kesulitan karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional. Elton Mayo mengatakan bahwa apabila manajemen personalia mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam kerja, maka hubungan manusiawi akan menjadi baik. Namun apabila moral dan efisiensi memburuk maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga terpengaruh menjadi buruk. Sehingga pada Periode Hubungan Manusiawi ini harus ditemukan faktor-faktor pemotivasi bagi karyawan. Kemudian, antara tahun 1940-hingga sekarang ini, adalah Periode Manajemen Modern, dengan para pelopornya
17 Abraham Maslow, Chris Agryris, Douglas Mc.Gregor, Edgar Schien, David Mc.Cleland, Robert Blake & Jane Mouton, Ernest Dale, Peter Drucker, dan lain-lain. Periode Manajemen Modern ini berkembang melalui 2 jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai perilaku organisasi, dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran kuantitatif (operation research atau manajemen operasi). Perkembangan aliran perilaku organisasi ditandai dengan pandangan dan pendapat baru tentang perilaku manusia dan sistem sosial. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain (1) Abraham Maslow, dengan teori hierarki kebutuhan yang menjelaskan perilaku manusia dan dinamika proses motivasi, (2) Douglas McGregor, dengan teori X dan Y nya, (3) Frederick Herzberg, yang menjelaskan teori motivasi higienis dan teori 2 faktor, (4) Rensis Likert, yang telah melakukan penelitian tentang 4 sistem manajemen dari sistem yang exploitatif-otoritatif sampai dengan partisipatif kelompok, (5) Chris Argyris, yang memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya. Sedangkan aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya team-team operation research dalam pemecahan masalah-masalah industri, yang didasarkan atas sukses timtim riset operasi Inggris dalam Perang Dunia ke-2. Sejalan dengan semakin kompleksnya komputer, telekomunikasi dan elektronika menjadikan teknik riset operasi semakin penting sebagai dasar rasional dalam pengambilan keputusan. Prosedur riset operasi tersebut diformalkan dan disebut aliran management science.
18 Teknik-teknik management science digunakan dalam banyak kegiatan seperti : capital budgeting, manajemen cash flow, scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan SDM, Economic Order Quantity (EOQ), dan sebagainya.
19 2
20 Manajemen adalah suatu ilmu dan seni yang berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen dapat diterapkan pada berbagai bidang, seperti bisnis, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan lain-lain. Manajemen juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengatur segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau kelompok secara kooperatif dan efektif. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang definisi, fungsi, prinsip, tujuan, dan manfaat manajemen. Definisi manajemen dapat bervariasi menurut sudut pandang dan konteks yang digunakan. Berikut adalah beberapa definisi manajemen menurut para ahli: 1. Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini menekankan bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi1 . 2. Menurut Ricky W. Griffin, manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal1 .
21 3. Menurut Robert Kreitner, manajemen adalah suatu proses bekerja sama dengan dan melalui lainnya untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan secara efisien menggunakan sumber daya yang terbatas di lingkungan yang berubah-ubah1 . Dari beberapa definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa manajemen memiliki beberapa unsur penting, yaitu: 1. Proses: Manajemen melibatkan serangkaian kegiatan yang saling terkait dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan. 2. Sumber daya: Manajemen memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal, seperti manusia, modal, material, mesin, metode, dan informasi. 3. Tujuan: Manajemen memiliki tujuan yang jelas dan spesifik yang ingin dicapai melalui proses manajemen. Efektivitas dan efisiensi: Manajemen berusaha untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal dan biaya yang minimal. Sebelum mempelajari apa saja prinsip manajemen, ketahui dulu pengertiannya. Prinsip manajemen adalah pedoman kerja dalam melaksanakan manajemen. Prinsip manajemen yang diterapkan dengan tepat dapat memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuan Prinsip-prinsip manajemen merupakan dasar dan hal penting yang menjadi kunci dari keberhasilan manajemen. Berdasarkan Henry Rayol, sifat dari prinsip ini harus bernilai fleksibel. Maksudnya adalah dalam prakteknya perlu dipertimbangkan dari segi kondisi dan situasi yang ada pada saat itu.
22 Prinsip manajemen adalah pedoman atau aturan dasar yang harus ditaati oleh seorang manajer dalam menjalankan fungsi manajemen. Prinsip manajemen dapat membantu seorang manajer untuk mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam proses manajemen. Prinsip manajemen dapat bersifat umum atau spesifik tergantung pada bidang atau situasi yang dihadapi. Berikut adalah beberapa contoh prinsip manajemen yang umum: 1. Prinsip tujuan: Prinsip ini menyatakan bahwa setiap kegiatan dalam proses manajemen harus berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Tujuan organisasi harus jelas, spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan berbatas waktu (SMART). 2. Prinsip otoritas dan tanggung jawab: Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang dalam organisasi harus memiliki otoritas yang sesuai dengan tanggung jawabnya. Otoritas adalah hak untuk mengambil keputusan dan mengeluarkan perintah, sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban untuk melaksanakan tugas dan mempertanggungjawabkan hasilnya. 3. Prinsip kesatuan perintah: Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang dalam organisasi hanya boleh menerima perintah dari satu atasan saja. Hal ini bertujuan untuk menghindari konflik, kebingungan, dan ketidakjelasan dalam pelaksanaan tugas. 4. Prinsip kesatuan arah: Prinsip ini menyatakan bahwa setiap kegiatan dalam organisasi yang memiliki tujuan yang sama harus diarahkan oleh satu orang atau satu rencana saja. Hal ini bertujuan untuk menciptakan koordinasi, konsistensi, dan efektivitas dalam pencapaian tujuan.
23 5. Prinsip koordinasi: Prinsip ini menyatakan bahwa setiap kegiatan dalam organisasi harus diselaraskan dan disesuaikan dengan kegiatan lainnya agar tercipta harmoni dan sinergi. Koordinasi dapat dilakukan melalui komunikasi, konsultasi, partisipasi, integrasi, dan standarisasi. Prinsip delegasi: Prinsip ini menyatakan bahwa seorang manajer harus mampu menyerahkan sebagian tugas dan wewenangnya kepada bawahannya sesuai dengan kemampuan dan kompetensi mereka. Delegasi dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, motivasi, dan pengembangan bawahan. Prinsip umum yang dikemukakan oleh Henry Rayol dalam manajemen terdiri dari 14 prinsip. Adapun diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Pembagian Kerja Pembagian kerja adalah proses pengaturan tugas dan tanggung jawab di dalam sebuah organisasi atau tim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembagian kerja yang efektif dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas pekerjaan. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pembagian kerja: a. Identifikasi Tujuan: Sebelum melakukan pembagian kerja, penting untuk memahami tujuan organisasi atau proyek secara keseluruhan. Tujuan ini akan menjadi panduan dalam menentukan tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota tim. b. Analisis Pekerjaan: Selanjutnya, identifikasi tugastugas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
24 tersebut. Analisis pekerjaan ini akan membantu dalam memahami jenis keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan. c. Penetapan Tanggung Jawab: Setelah tugas-tugas telah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menetapkan tanggung jawab masing-masing individu atau bagian dalam organisasi. Ini melibatkan penentuan siapa yang bertanggung jawab atas tugas tertentu. d. Penentuan Keterampilan dan Kemampuan: Pemilihan anggota tim atau individu yang sesuai untuk tugas tertentu berdasarkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan mereka. Pastikan bahwa setiap orang memiliki kualifikasi yang tepat untuk pekerjaan yang mereka lakukan. e. Koordinasi: Setelah pembagian kerja dilakukan, penting untuk memiliki mekanisme komunikasi dan koordinasi yang efektif antara anggota tim atau bagian-bagian dalam organisasi. Hal ini dapat dilakukan melalui pertemuan rutin, komunikasi digital, atau alat manajemen proyek. f. Monitoring dan Evaluasi: Selama pelaksanaan tugas, lakukan pemantauan dan evaluasi untuk memastikan bahwa pekerjaan berjalan sesuai dengan rencana. Jika terjadi masalah, maka perlu dilakukan perubahan dalam pembagian kerja atau strategi pelaksanaan. g. Fleksibilitas: Selalu perlu mempertimbangkan fleksibilitas dalam pembagian kerja. Terkadang situasi atau kebutuhan bisa berubah, dan organisasi
25 atau tim harus siap untuk menyesuaikan tugas dan tanggung jawab. h. Klarifikasi dan Komunikasi: Pastikan bahwa semua anggota tim atau individu memahami dengan jelas tugas dan tanggung jawab mereka. Komunikasi yang jelas dan transparan sangat penting dalam pembagian kerja yang sukses. i. Reward and Recognition: Pengakuan dan penghargaan terhadap kontribusi individu dalam pembagian kerja yang berhasil dapat meningkatkan motivasi dan kinerja. Pembagian kerja yang baik dapat membantu organisasi atau tim mencapai tujuannya dengan lebih efisien dan efektif. Selain itu, hal ini juga dapat membantu dalam memanfaatkan keahlian dan keterampilan yang berbeda dari anggota tim untuk mencapai hasil yang lebih baik. 2. Wewenang dan Tanggung Jawab Wewenang dan tanggung jawab adalah dua konsep yang seringkali saling terkait dan sangat penting dalam berbagai konteks, terutama dalam lingkup organisasi, pemerintahan, dan kehidupan sehari-hari. Mari kita bahas keduanya secara lebih rinci a. Wewenang (Authority): 1) Definisi: Wewenang adalah hak atau kekuasaan yang diberikan kepada seseorang atau suatu entitas untuk melakukan tindakan tertentu, membuat keputusan, atau mengambil langkahlangkah dalam suatu konteks tertentu.
26 2) Sumber Wewenang: Wewenang dapat diberikan oleh hukum, peraturan, kebijakan organisasi, atau melalui pemilihan atau penunjukan dalam konteks pemerintahan. 3) Jenis Wewenang: Ada berbagai jenis wewenang, seperti wewenang hukum, wewenang manajerial, wewenang keuangan, dan sebagainya. 4) Penggunaan Wewenang: Individu atau entitas yang memiliki wewenang biasanya memiliki hak untuk mengambil keputusan, memberikan perintah, mengawasi pekerjaan, atau melakukan tindakan lain sesuai dengan ruang lingkup wewenang mereka. b. Tanggung Jawab (Responsibility): 1) Definisi: Tanggung jawab adalah kewajiban atau tugas yang harus dilakukan oleh seseorang atau suatu entitas sesuai dengan perannya atau posisinya. 2) Sumber Tanggung Jawab: Tanggung jawab biasanya ditentukan oleh aturan, kebijakan, pekerjaan, atau peran yang diemban seseorang dalam suatu organisasi atau dalam masyarakat. 3) Jenis Tanggung Jawab: Tanggung jawab dapat bervariasi dari tugas-tugas sehari-hari hingga tanggung jawab yang lebih besar seperti menjalankan suatu departemen atau memastikan kepatuhan terhadap hukum. 4) Pelaksanaan Tanggung Jawab: Tanggung jawab harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan standar dan harapan yang
27 berlaku. Kegagalan dalam memenuhi tanggung jawab dapat memiliki konsekuensi yang serius. Hubungan antara wewenang dan tanggung jawab adalah bahwa biasanya seseorang atau suatu entitas yang diberi wewenang juga memiliki tanggung jawab yang sesuai dengan wewenang tersebut. Dalam banyak kasus, semakin besar wewenang yang dimiliki seseorang, semakin besar juga tanggung jawabnya. Ini merupakan dasar dari prinsip akuntabilitas di mana seseorang harus bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan yang diambil dengan menggunakan wewenangnya Contohnya, dalam konteks manajemen, seorang manajer memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terkait dengan timnya, tetapi dia juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa timnya bekerja efektif dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Jika manajer tersebut tidak memenuhi tanggung jawabnya, dia dapat dipertanggungjawabkan atas kinerja timnya. Dalam ringkasan, wewenang adalah hak atau kekuasaan untuk melakukan tindakan atau mengambil keputusan, sementara tanggung jawab adalah kewajiban atau tugas yang harus dipenuhi oleh individu atau entitas yang memiliki wewenang tersebut. 3. Disiplin Disiplin adalah suatu konsep yang mencakup ketaatan, aturan, tindakan teratur, dan kontrol diri. Ini adalah kualitas atau perilaku yang mengharuskan seseorang untuk menjalani aturan atau standar tertentu dalam berbagai konteks, seperti pendidikan, pekerjaan, atau kehidupan sehari-hari. Disiplin melibatkan kemampuan
28 untuk mengendalikan diri sendiri, mengikuti perintah atau petunjuk, dan menjalankan tugas atau tanggung jawab dengan tepat waktu dan dengan tekun. Berikut adalah beberapa aspek penting dari disiplin: a. Ketaatan: Disiplin seringkali berarti mentaati aturan, peraturan, atau petunjuk yang telah ditetapkan. Ini termasuk ketaatan terhadap hukum, etika, dan nilainilai yang dianut dalam masyarakat atau lingkungan tertentu. b. Kontrol Diri: Disiplin melibatkan kemampuan untuk mengendalikan emosi, dorongan, atau keinginan pribadi demi mencapai tujuan atau menjalankan tugas. Ini bisa mencakup menghindari godaan atau perilaku yang merusak. c. Konsistensi: Disiplin seringkali memerlukan konsistensi dalam tindakan dan keputusan. Seseorang yang disiplin akan menjalankan tugastugasnya secara teratur tanpa adanya penurunan kualitas atau intensitas. d. Ketekunan: Disiplin sering membutuhkan ketekunan atau tekad yang kuat untuk menghadapi rintangan, hambatan, atau tantangan yang mungkin muncul dalam mencapai tujuan atau menjalankan tanggung jawab. e. Tanggung Jawab: Disiplin juga berhubungan dengan tanggung jawab terhadap tugas-tugas dan kewajiban yang diberikan. Orang yang disiplin akan bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka.
29 f. Pengembangan Pribadi: Disiplin dapat membantu dalam pengembangan pribadi dan mencapai tujuan jangka panjang. Ini bisa melibatkan pembelajaran, pelatihan, atau pengembangan keterampilan yang diperlukan. Disiplin dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, keuangan, olahraga, dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan untuk menjaga disiplin sering dianggap sebagai kualitas yang penting untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang. 4. Kesatuan Perintah Kesatuan Perintah (Unity of Command) adalah prinsip fundamental dalam ilmu militer yang menekankan pentingnya menyatukan otoritas komando di bawah satu pemimpin atau otoritas tingkat tertinggi dalam suatu operasi militer. Prinsip ini berlaku untuk semua tingkatan komando, mulai dari tingkat tertinggi (misalnya, pemerintahan nasional) hingga tingkat yang lebih rendah (misalnya, unit-unit militer di medan perang). Beberapa aspek penting dari prinsip Kesatuan Perintah adalah: a. Otoritas Tunggal: Dalam setiap operasi militer, harus ada satu pemimpin atau otoritas tertinggi yang bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi tersebut. Hal ini untuk menghindari kebingungan dan konflik dalam pengambilan keputusan.
30 b. Kepatuhan: Semua unit dan personel militer harus patuh kepada otoritas tertinggi atau pemimpin tunggal. Kepatuhan ini penting untuk menjaga kohesi dan efektivitas dalam pelaksanaan misi militer. c. Keselarasan Tujuan: Kesatuan perintah memastikan bahwa semua unit militer bekerja menuju tujuan yang sama dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Ini menghindari kemungkinan terjadinya tindakan yang bertentangan atau tidak sejalan dengan tujuan umum. d. Efisiensi dan Efektivitas: Dengan memiliki otoritas tunggal, pengambilan keputusan menjadi lebih efisien dan efektif. Ini memungkinkan penggunaan sumber daya yang lebih baik dan koordinasi yang lebih baik dalam operasi militer. e. Prinsip Kesatuan Perintah memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keamanan dan keberhasilan operasi militer. Ketika otoritas komando tersebar atau terbagi, dapat muncul masalah dalam koordinasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan, yang dapat mengganggu kinerja keseluruhan pasukan. Oleh karena itu, menjaga kesatuan perintah adalah salah satu aspek kunci dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi militer yang sukses. 5. Kesatuan Pengarahan Kesatuan Pengarahan, juga dikenal sebagai "Unity of Direction" dalam bahasa Indonesia, adalah salah satu dari 14 prinsip manajemen yang dikembangkan oleh Henri Fayol, seorang ahli manajemen Prancis pada awal
31 abad ke-20. Prinsip ini merupakan bagian dari pendekatannya yang dikenal sebagai Teori Manajemen Fayolisme atau Teori Administrasi. Prinsip Kesatuan Pengarahan mengacu pada konsep bahwa seluruh organisasi harus memiliki satu tujuan umum dan satu rencana yang terkoordinasi untuk mencapainya. Dengan kata lain, semua orang dalam organisasi harus bekerja menuju tujuan yang sama dengan tujuan umum yang telah ditetapkan oleh manajemen. Ini membantu memastikan bahwa seluruh organisasi bergerak dalam arah yang konsisten dan terhindar dari konflik internal yang dapat muncul jika berbagai unit atau individu dalam organisasi bekerja dengan tujuan yang berbeda-beda. Prinsip Kesatuan Pengarahan menekankan pentingnya koordinasi, komunikasi, dan konsistensi dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan adanya kesatuan pengarahan, organisasi dapat mencapai efisiensi yang lebih besar dan menghindari pemborosan sumber daya. Fayol berpendapat bahwa kesatuan pengarahan adalah salah satu elemen penting dalam menciptakan organisasi yang efektif dan efisien. Namun, penting untuk diingat bahwa prinsip-prinsip manajemen Fayol, termasuk Kesatuan Pengarahan, telah menjadi sumber diskusi dan kritik selama bertahuntahun. Beberapa teori manajemen modern menganggap bahwa pendekatan ini mungkin terlalu hierarkis dan kurang fleksibel dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang cepat. Meskipun begitu, konsep kesatuan pengarahan masih merupakan bagian penting dari
32 sejarah pemikiran manajemen dan dapat memiliki relevansi dalam beberapa konteks organisasi. 6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi di Atas Pribadi Mengutamakan kepentingan organisasi di atas pribadi adalah prinsip yang penting dalam dunia bisnis dan kepemimpinan. Ini mencerminkan komitmen seseorang untuk memprioritaskan tujuan dan keberhasilan organisasi daripada kepentingan pribadi. Pendekatan ini memiliki beberapa manfaat, antara lain: a. Keberlanjutan Organisasi: Dengan mengutamakan kepentingan organisasi, individu cenderung membuat keputusan yang lebih baik bagi perusahaan dalam jangka panjang. Ini dapat membantu organisasi untuk bertahan dan tumbuh dari waktu ke waktu. b. Membangun Kredibilitas dan Kepercayaan: Ketika seorang pemimpin atau anggota tim menunjukkan kesetiaan dan komitmen terhadap tujuan organisasi, hal ini dapat membantu membangun kredibilitas dan kepercayaan di antara rekan kerja, pelanggan, dan mitra bisnis. c. Kolaborasi yang Lebih Baik: Mengutamakan kepentingan organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif, di mana individu bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Ini dapat meningkatkan produktivitas dan inovasi. d. Menghindari Konflik Kepentingan: Ketika kepentingan pribadi tidak mendominasi, konflik kepentingan yang dapat merugikan organisasi dapat
33 dihindari. Hal ini dapat mengurangi potensi kerusakan reputasi dan hukum. e. Fokus pada Hasil yang Lebih Baik: Dengan mengutamakan kepentingan organisasi, individu cenderung lebih fokus pada pencapaian hasil yang lebih baik untuk perusahaan daripada mencari manfaat pribadi yang segera. Namun, perlu diingat bahwa mengutamakan kepentingan organisasi bukan berarti mengabaikan kepentingan pribadi sepenuhnya. Seorang individu masih memiliki hak untuk mencapai tujuan pribadi dan meraih kesuksesan pribadi dalam konteks yang sehat dan etis. Selain itu, pengambilan keputusan yang sepenuhnya mengabaikan kepentingan pribadi juga dapat menjadi masalah jika melanggar nilai-nilai etika atau hukum. Jadi, penting untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara mengutamakan kepentingan organisasi dan pribadi, dengan memastikan bahwa tindakan dan keputusan yang diambil tetap sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan norma-norma etika yang berlaku. 7. Penggajian Karyawan Penggajian karyawan adalah proses penghitungan dan pembayaran kompensasi kepada karyawan suatu perusahaan atau organisasi untuk pekerjaan yang mereka lakukan. Proses ini melibatkan beberapa tahapan, termasuk penghitungan upah atau gaji, pemotongan pajak, dan distribusi gaji kepada karyawan. Berikut adalah beberapa komponen utama dalam penggajian karyawan:
34 a. Penghitungan Gaji: Perusahaan harus menghitung gaji atau upah yang harus diberikan kepada setiap karyawan. Gaji dapat dibayarkan berdasarkan jam kerja, gaji bulanan, atau skema lainnya sesuai dengan kebijakan perusahaan. b. Pemotongan Pajak: Perusahaan biasanya harus memotong pajak penghasilan dan kontribusi lainnya seperti BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dari gaji karyawan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pemotongan ini harus dilaporkan dan disetor kepada otoritas pajak yang berwenang. c. Tunjangan dan Manfaat: Selain gaji pokok, karyawan juga bisa mendapatkan tunjangan seperti tunjangan makan, tunjangan transportasi, tunjangan kesehatan, dan manfaat lainnya sesuai dengan peraturan perusahaan. Semua tunjangan ini harus dihitung dan dimasukkan dalam perhitungan total kompensasi. d. Potongan Lainnya: Potongan gaji lainnya seperti pinjaman karyawan, premi asuransi, dan kontribusi ke program pensiun juga harus diperhitungkan dalam proses penggajian. e. Penggajian Bonus: Jika perusahaan memberikan bonus atau insentif kepada karyawan, perhitungan dan pencairannya harus sesuai dengan kebijakan yang berlaku. f. Penyusunan Slip Gaji: Setelah semua perhitungan selesai, perusahaan harus menyusun slip gaji atau laporan penggajian yang menjelaskan rincian
35 penghasilan dan pemotongan kepada karyawan. Slip gaji ini akan diberikan kepada karyawan bersama dengan pembayaran gaji. g. Distribusi Gaji: Gaji yang sudah dihitung dan diproses kemudian dibayarkan kepada karyawan. Proses distribusi gaji dapat dilakukan secara fisik atau melalui transfer bank sesuai dengan kebijakan perusahaan. h. Pelaporan dan Pemenuhan Kewajiban Hukum: Perusahaan harus melaporkan pembayaran gaji dan pemotongan pajak kepada otoritas pajak dan BPJS sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh hukum. i. Rekam Jejak Penggajian: Perusahaan harus menjaga catatan yang akurat tentang semua transaksi penggajian, termasuk slip gaji, pemotongan, dan laporan yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban perpajakan dan hukum ketenagakerjaan. j. Manajemen Sistem Penggajian: Banyak perusahaan menggunakan perangkat lunak atau sistem penggajian komputer untuk mengotomatisasi proses penggajian dan memudahkan perhitungan yang akurat. Penggajian karyawan merupakan bagian penting dalam manajemen sumber daya manusia dan memerlukan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan dan hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Hal ini juga penting untuk menjaga keadilan dan kepuasan karyawan, serta menjaga kesehatan keuangan perusahaan.
36 8. Pemusatan (Centralization) Pemusatan (Centralization) adalah konsep yang mengacu pada proses atau kebijakan pengumpulan wewenang, keputusan, atau kendali dalam suatu organisasi atau sistem pada tingkat tertentu. Dalam konteks manajemen dan pemerintahan, centralisasi terjadi ketika keputusan dan wewenang terpusat di tingkat yang lebih tinggi atau otoritas pusat, sementara tingkat yang lebih rendah dalam hierarki memiliki sedikit atau tidak ada kewenangan untuk mengambil keputusan atau mengelola sumber daya secara mandiri. Beberapa contoh centralisasi termasuk: Centralisasi Keputusan: Keputusan-keputusan strategis yang signifikan dibuat di tingkat pusat atau oleh manajemen puncak, dan keputusan ini diterapkan secara konsisten di seluruh organisasi. Tingkat yang lebih rendah dalam organisasi mungkin hanya memiliki kewenangan untuk mengimplementasikan keputusan tersebut. Centralisasi Keuangan: Manajemen keuangan, pengelolaan anggaran, dan alokasi sumber daya keuangan terpusat di tingkat pusat. Cabang atau unit lokal mungkin perlu mengajukan permohonan atau meminta persetujuan untuk pengeluaran atau anggaran mereka. Centralisasi Pengendalian: Pengendalian terhadap berbagai aspek operasional, seperti manajemen stok, persediaan, atau kualitas produk, dapat terpusat untuk memastikan konsistensi dan standar tertentu di seluruh organisasi.
37 Centralisasi Informasi: Data dan informasi penting dapat dikelola dan disimpan secara sentral, sehingga dapat diakses oleh berbagai bagian organisasi. Ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan analisis data. Centralisasi dapat memiliki beberapa keuntungan, seperti konsistensi operasional, pengendalian yang lebih kuat, dan kemampuan untuk merespons perubahan secara cepat di tingkat pusat. Namun, ini juga dapat menghambat inovasi dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di tingkat yang lebih rendah dalam organisasi. Selain itu, terlalu banyak centralisasi dapat mengakibatkan birokrasi yang berlebihan dan hambatan komunikasi. Sebalik nya, desentralisasi adalah kebalikan dari centralisasi, di mana wewenang dan keputusan didistribusikan lebih luas di seluruh organisasi atau sistem. Desentralisasi dapat memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dan responsivitas lokal, tetapi juga dapat menghadirkan tantangan koordinasi dan konsistensi. Keputusan tentang apakah akan menerapkan centralisasi atau desentralisasi biasanya bergantung pada tujuan, ukuran, dan kebutuhan organisasi atau sistem tertentu. 9. Hierarki (Tingkatan) Hierarki atau tingkatan adalah sistem penataan atau struktur berjenjang yang digunakan untuk mengatur, mengelompokkan, atau mengklasifikasikan entitas atau konsep berdasarkan tingkatannya. Hierarki dapat ditemui dalam berbagai konteks, termasuk dalam organisasi sosial, ilmu pengetahuan, bisnis, teknologi, dan banyak
38 lagi. Berikut adalah beberapa contoh hierarki atau tingkatan yang umum: a. Hierarki Organisasi: 1) Pemerintahan: Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota, dll. 2) Militer: Jenderal, Kolonel, Kapten, dll. 3) Bisnis: CEO, Direktur, Manajer, Karyawan, dll. b. Hierarki Keluarga: 1) Keluarga Inti: Ayah, Ibu, Anak-anak. 2) Keluarga Diperluas: Kakek, Nenek, Paman, Bibi, dll. c. Hierarki Sosial: 1) Kasta: Terbagi berdasarkan kasta sosial di beberapa budaya. 2) Kelas Sosial: Terbagi berdasarkan status ekonomi. d. Hierarki Ilmu Pengetahuan: 1) Ilmu Alam: Fisika, Kimia, Biologi, dll. 2) Ilmu Sosial: Sosiologi, Psikologi, Ekonomi, dll. e. Hierarki dalam Teknologi: 1) Sistem Operasi: Kernel, Sistem File, Aplikasi. 2) Jaringan Komputer: Router, Switch, Host, dll. f. Hierarki dalam Seni dan Budaya: 1) Seni Rupa: Lukisan, Patung, Fotografi. 2) Musik: Klasik, Pop, Rock, dll. g. Hierarki dalam Agama: 1) Agama: Islam, Kristen, Hindu, dll. 2) Tingkat Kepercayaan: Imam, Pendeta, Guru, dll. Hierarki atau tingkatan ini biasanya memiliki aturan dan struktur tertentu yang mengatur peran dan tanggung jawab entitas di setiap tingkatan. Ini membantu dalam pengambilan keputusan, pengorganisasian, dan pema-