139 10. Komitmen terhadap Nilai dan Misi Organisasi: Karyawan yang merasa terhubung dengan nilai dan misi organisasi akan lebih termotivasi karena mereka merasa bahwa pekerjaan mereka memiliki makna yang lebih dalam. 11. Pemberian Otonomi: Memberikan karyawan kebebasan dan otonomi dalam melakukan pekerjaan mereka dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan motivasi intrinsik. 12. Manajemen Konflik yang Konstruktif: Konflik dalam tim atau organisasi harus dikelola dengan cara yang konstruktif. Ketika konflik diatasi dengan baik, karyawan akan merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk bekerja. Mengelola motivasi kerja adalah proses berkelanjutan yang melibatkan berbagai elemen. Penting untuk memahami bahwa setiap individu memiliki motivasi yang berbeda, jadi penting untuk mengenal karyawan secara personal dan merespons kebutuhan mereka dengan baik.
140
141 6
142 1. Pengertian Komunikasi Sejak mahkluk hidup mulai ada, komunikasi telah terjadi baik manusia, binatang maupun makhluk hidup lainya. Terlebih lagi bagi manusia yang terdiri dari berbagai suku, bangsa dan Negara. Setiap suku, bangsa dan Negara mempunyai cara tersendiri dalam berkomunikasi Konsep komunikasi telah diutarakan oleh berbagai ahli komunikasi. Berikut beberapa definisi komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000: 13). Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002:30). Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi: pentransferan makna di antara anggotaanggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekadar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami (Robbins, 2002: 310). Jadi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian ide atau gagasan dari seseorang kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang yang dapat
143 dimengerti oleh kedua pihak dengan menggunakan media tertentu. 2. Prinsip Komunikasi Untuk mencapai komunikasi yang efektif ada tiga prinsip yang harus diaplikasikan berdasarkan pendekatan komunikatif, yakni: a. Gap of information (Kesenjangan informasi) b. Choice (Pilihan) c. Feedback (Umpan balik) Berikut Penjelasan dari masingmasing prinsip tersebut. a. Gap of information (Kesenjangan informasi) Komunikasi berlangsung antara pembicara dan pendengar dimana ada data atau informasi yang hilang. Sebagai contoh: seorang tamu pada suatu perusahaan ditanya oleh resepsionis yakni nama, dari perusahaan mana, mau bertemua dengan siapa, dan lain lain. b. Choice (Pilihan) Ketika seorang pembicara ingin menyampaikan pesan, ia harus memilih kata kata ataupun kalimat kalimat yang sesuai dengan konteks pembicaraan. Sebagai contoh: seorang pembicara yang ingin berbicara pada situasi resmi, ia harus memilih kata kata atau kalimat kalaimat yang resmi. Berbeda jika ia berbicara kepada teman sejawat, kerabat serta keluarga. Jika gagal menggunakan kata kata atau kalimat kalimat yang tepat, maka sipembiacara dianggap kurang memiliki etika, tata karma dan lain sebagainya. c. Feedback (Umpan balik) Uhtue g_hd_f[se[h ‚F__^\[]e‛ \_rceut a[g\[rhya.
144 Ketika sipembicara ingin menyampaikan pesan, eihs_j, c^_, ^[h f[ch f[ch, [^[ jris_s y[ehc ‚Eh]i^cha‛. Dimana ia sebelum berbicara harus mengetahui konteks pembicaraan: resmi atau tidak resmi, orang yang dihormati, pimpinan, teman atau keluarga. Setelah itu ia harus memilih kata kata atau diksi yang tepat dalam komunikasi tersebut. Dalam komunikasi tersebut, s_j_h^_ha[r g_ha[f[gc jris_s y[ehc ‚D_]i^cha‛. Dimana sipendengar menyimak, mengintrepretasikan serta mencoba memahami pesan, konsep yang ia dengar atau terima. Jika ia tidak paham, maka ia akan g_g\_rce[h ‚`__^\[]e‛ e_j[^[ scj_g\c][r[ \[bw[ c[ tidak atau belum paham pesan atau konsep tersebut. Dalam hal ini, sipembicara seharusnya menjelaskan kembali pesan atau konsep yang telah ia sampaikan dengan cara yang lebih baik dengan memberikan contoh contoh serta ilustrasi yang mendukung pesan atau eihs_j t_rs_\ut. D_ha[h ^_gcec[h ‚F__^\[]e‛ merupakan kunci keberhasilan dalam berkomunikasi.
145 Ada 12 prinsip komunikasi yang di sampaikan oleh Mulyana (2012:87). Berikut lebih mendalam dari definisi serta hakikat komunikasi. Prinsip 1: Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Kominikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkulardan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan Prinsip 2: Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Pada saat orang tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai orang lain, maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses komunikasi. Gerak tubuh, ekspresi, wajah (komunikasi nonverbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. Prinsip 3: Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada di antara pihak pihak yang melalukan proses komunikasi. Prinsip 4: Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasiyang betul betul disengaja (pihak komunikasi mengharapkan respons dan berharap tujuannya tercapai).
146 Prinsp 5: Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat dimana komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung. Prinsip 6: Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi diluar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum, maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi. Prinsip 7: Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap seorang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi. Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang social budaya semakin efektiflah komunikasi Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna terhadap simbol simbol yang saling dipertukarkan.
147 Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat sirkular atau nonsekuensial berarti berlangsung satu arah, melibatkan respons atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti. Prinsip 10 : Komunikasi bersifat proses, dinamis dan transaksional Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses yang dinamis dan transaksional. Ada proses saling member dan menerima informasi diantara pihak pihak yang melakukan komunikasi. Prinsip 11: Komunikasi bersifat irreversible Setiap orang yang melakukan proses komunikasitidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu sajapada diri orang lain tersebut. Prinsip 12: Komunikasi bukan penasehat untuk menyelesaikan pelbagai masalah Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
148 Dalam proses komunikasi ada enam tingkatan berdasarkan jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dikutip dari Mulyana (2012: 78) yakni: 1. Komunikasi Intrapribadi, yaitu komunikasi dengan diri sendiri. Sebagai contoh, sebelum kita berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri, mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain, hanya saja caranya sering tidak kita sadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri. 2. Komunikasi Antarpribadi, yaitu komunikasi antara orang orang secara tatp muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi ini, jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi. 3. Komunikasi Kelompok, yaitu komunikasi yang berlangsung diantara anggota suatu kelompok yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling ketergantungan). Umpan balik dari komunikasi kelompokmasih bisa diidentifikasidan ditanggapi oleh peserta lainnya. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antarpribadi. 4. Komunikasi Publik, yaitu komunikasi antarseseorang pembicara dengan sejumlah besae orang/khalayak . Contohnya adalah pidato, ceramah, kampanye dan lain lainnya.
149 5. Komunikasi Organisasi, yaitu komunikasi yang berlangsung dalam suatu organisasiormal maupun informal dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. 6. Komunikasi Massa, yaitu komunikasi enan menggunakan media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Pesan pesannya bersifat umum dan disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen dan anonim mealui media massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi yang dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam suatu organisasi membentuk pola/bentuk tertentu, sehingga mudah diidentifikasikan. Bentuk-bentuk komunikasi tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Komunikasi Vertikal Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik. Komunikasi ini mengikuti pola airan perintah jadi bersifat formal 2. Komunikasi Horizontal Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini sering kali berlangsung
150 tidak formal yang berlainan dengan komunikasi vertikal yang terjadi secara formal. 3. Komunikasi Diagonal Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi silang yaitu seseorang dengan orang lain yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam kedudukan dan bagian (Effendy, 2000: 17). Untuk menjadi komunikator yang efektif diperlukan usaha atau cara serta prinsip yang harus di aplikasikan. Berikut prinsip-prinsip tersebut: 1. Kejelasan: Gunakan bahasa yang jelas dan lugas. Hindari jargon dan kerumitan yang tidak perlu. Pastikan pesan Anda mudah dipahami. 2. Mendengarkan secara aktif: Berikan perhatian penuh kepada pembicara dan tunjukkan bahwa Anda terlibat. Hindari menyela dan ajukan pertanyaan untuk klarifikasi bila diperlukan. 3. Bahasa Tubuh: Isyarat non-verbal Anda (ekspresi wajah, gerak tubuh, postur tubuh) memainkan peran penting dalam komunikasi. Pertahankan kontak mata, gunakan bahasa tubuh yang terbuka dan mengundang, dan perhatikan nada suara Anda.
151 4. Empati: Cobalah untuk memahami emosi dan perspektif orang yang Anda ajak berkomunikasi. Tunjukkan bahwa Anda peduli dengan perasaan dan kebutuhan mereka. 5. Umpan balik: Doronglah umpan balik dari audiens Anda untuk memastikan bahwa mereka memahami pesan Anda dan untuk mengatasi masalah atau pertanyaan apa pun. 6. Kesederhanaan: Sederhanakan ide-ide yang kompleks dengan memecahnya menjadi komponen-komponen yang lebih kecil dan mudah dimengerti. Gunakan analogi atau contoh kehidupan nyata untuk mengilustrasikan poinpoin Anda. 7. Keringkasan: Langsung ke intinya dan hindari elaborasi yang tidak perlu. Hargai waktu dan rentang perhatian audiens Anda. 8. Gunakan Alat Bantu Visual: Jika diperlukan, gunakan alat bantu visual seperti bagan, grafik, atau slide untuk menyempurnakan pesan Anda dan membuatnya lebih menarik. 9. Beradaptasi dengan Audiens Anda: Sesuaikan pesan Anda dengan kebutuhan dan preferensi audiens Anda. Pertimbangkan latar belakang, pengetahuan, dan minat mereka.
152 10. Tetap Tenang di Bawah Tekanan: Pertahankan ketenangan Anda selama situasi yang sulit atau penuh tekanan. Hal ini akan membantu Anda berpikir jernih dan berkomunikasi secara efektif. 11. Berlatih: Latihlah keterampilan komunikasi Anda secara teratur. Hal ini dapat dilakukan melalui berbicara di depan umum, bermain peran, atau bahkan dalam percakapan sehari-hari. 12. Perhatikan Waktu Anda: Pertimbangkan waktu komunikasi Anda. Ketahui waktu terbaik untuk menyampaikan informasi tertentu dan hormati jadwal orang lain. 13. Rasa Hormat dan Keterbukaan Pikiran: Hormati sudut pandang orang lain, meskipun Anda tidak setuju. Lakukan pendekatan percakapan dengan pikiran terbuka dan kemauan untuk belajar dari orang lain. 14. Bersiaplah dengan Baik: Kuasai materi pembicaraan Anda dengan baik. Persiapan akan menanamkan rasa percaya diri dan membantu Anda menangani pertanyaan dan tantangan secara efektif. 15. Pertahankan Kontak Mata: Kontak mata menunjukkan rasa percaya diri dan keterlibatan. Hal ini juga membantu membangun kepercayaan dan hubungan baik dengan audiens Anda.
153 16. Hindari Gangguan: Minimalkan gangguan, baik untuk diri sendiri maupun audiens Anda. Jauhkan ponsel Anda dan gangguan lainnya saat berkomunikasi. 17. Ajukan Pertanyaan Terbuka: Doronglah diskusi dan pemahaman yang lebih mendalam dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang tidak dapat dijawab dengan jawaban "ya" atau "tidak". 18. Gunakan Bahasa Positif: Susunlah pesan-pesan Anda dengan bahasa yang positif jika memungkinkan. Berfokuslah pada solusi daripada masalah. 19. Umpan Balik dan Perbaikan Diri: Mintalah umpan balik tentang komunikasi Anda dari rekan kerja, mentor, atau atasan, dan berusahalah untuk memperbaiki kelemahan Anda. Ingatlah bahwa komunikasi yang efektif adalah keterampilan yang dapat terus dikembangkan dan disempurnakan. Penting untuk mudah beradaptasi dan responsif terhadap kebutuhan audiens Anda, dan latihan adalah kunci untuk menjadi komunikator yang lebih efektif. Ketrampilan interpersonal, yang juga dikenal sebagai keterampilan orang atau keterampilan sosial, adalah seperangkat kemampuan dan atribut yang digunakan individu untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Keterampilan ini sangat penting untuk
154 membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, baik dalam lingkungan pribadi maupun profesional. Keterampilan interpersonal mencakup berbagai macam perilaku dan kualitas, termasuk: 1. Komunikasi: Komunikasi verbal dan non-verbal yang efektif merupakan landasan keterampilan interpersonal. Hal ini mencakup mendengarkan secara aktif, artikulasi yang jelas, dan kemampuan untuk menyampaikan ide dan emosi secara akurat. 2. Empati: Kapasitas untuk memahami dan berbagi perasaan dan perspektif orang lain sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat. Individu yang berempati dapat berhubungan dan mendukung orang lain pada saat dibutuhkan. 3. Kecerdasan Emosional: Kecerdasan emosional melibatkan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan memahami emosi diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan ini membantu dalam menangani konflik antarpribadi dan membina hubungan yang positif. 4. Resolusi Konflik: Kemampuan untuk mengelola dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif dan damai adalah keterampilan yang berharga. Hal ini melibatkan negosiasi, kompromi, dan menemukan solusi yang memuaskan semua pihak yang terlibat. 5. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif berarti memberikan perhatian penuh kepada pembicara, memahami pesan mereka, dan memberikan umpan balik untuk memastikan bahwa mereka merasa didengar dan dihargai.
155 6. Komunikasi Non-Verbal: Isyarat non-verbal seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara memainkan peran penting dalam komunikasi dan dapat memengaruhi bagaimana pesan diterima. 7. Rasa Hormat dan Kesopanan: Memperlakukan orang lain dengan hormat, sopan, dan santun merupakan hal yang mendasar dalam membangun kepercayaan dan menjaga interaksi yang positif. 8. Kerja sama tim: Kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif dengan orang lain, berkontribusi pada tujuan kelompok, dan beradaptasi dengan gaya kerja yang berbeda adalah keterampilan interpersonal utama, terutama di lingkungan profesional. 9. Jaringan: Membangun dan mempertahankan hubungan profesional sangat penting untuk pengembangan dan kesuksesan karier. Jaringan yang efektif melibatkan pembuatan koneksi, membina kemitraan, dan memanfaatkan koneksi tersebut untuk keuntungan bersama. 10. Kemampuan beradaptasi: Keterampilan interpersonal juga mencakup kemampuan untuk menjadi fleksibel dan mudah beradaptasi dalam situasi sosial yang berbeda, serta terbuka terhadap ide dan perspektif baru. 11. Pemecahan Masalah: Keterampilan interpersonal yang efektif memungkinkan individu untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi dan mengatasi tantangan, menemukan solusi, dan membuat keputusan yang tepat. 12. Persuasi: Kemampuan untuk memengaruhi dan membujuk orang lain melalui komunikasi dan argumentasi yang efektif sangat berharga dalam berbagai
156 aspek kehidupan, mulai dari penjualan dan pemasaran hingga peran kepemimpinan. Keterampilan interpersonal sangat penting dalam kehidupan pribadi dan profesional, karena keterampilan ini berkontribusi pada komunikasi yang efektif, kolaborasi, dan pengembangan hubungan yang bermakna. Keterampilan ini sangat dihargai oleh pemberi kerja dan secara signifikan dapat memengaruhi kesuksesan seseorang di tempat kerja. Mengembangkan keterampilan interpersonal sangat penting untuk membangun hubungan yang efektif dan berhasil berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai konteks pribadi dan profesional. Keterampilan interpersonal sering disebut sebagai "keterampilan lunak" atau "keterampilan orang". Berikut ini adalah cara untuk mengembangkannya dan faktor-faktor utama yang perlu dipertimbangkan: 1. Kesadaran Diri: Pahami kekuatan dan kelemahan Anda dalam interaksi interpersonal. Kesadaran diri adalah fondasi untuk perbaikan. 2. Mendengarkan secara aktif: Berlatihlah untuk mendengarkan secara aktif dengan memberikan perhatian penuh kepada pembicara, melakukan kontak mata, dan mengajukan pertanyaan klarifikasi. Tunjukkan bahwa Anda menghargai masukan mereka.
157 3. Empati: Tempatkan diri Anda pada posisi orang lain. Cobalah untuk memahami perasaan, perspektif, dan kebutuhan mereka. Empati sangat penting untuk membangun hubungan baik dan kepercayaan. 4. Komunikasi: Latihlah keterampilan komunikasi verbal dan nonverbal Anda. Ini termasuk ucapan yang jelas dan ringkas, bahasa tubuh, dan nada suara. Hindari menyela dan pastikan pesan Anda mudah dipahami. 5. Penyelesaian Konflik: Pelajari cara menyelesaikan konflik dengan tenang dan konstruktif. Fokuslah pada masalah yang sedang dihadapi, bukan pada serangan pribadi. Carilah kompromi dan titik temu. 6. Kerja sama tim: Berkolaborasi secara efektif dengan orang lain. Jadilah pemain tim, berbagi pujian, dan tawarkan dukungan saat dibutuhkan. Hormati keragaman dalam tim. 7. Kemampuan beradaptasi: Bersikaplah fleksibel dan mudah beradaptasi dalam interaksi Anda. Situasi yang berbeda mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda. Baca isyarat sosial dan sesuaikan perilaku Anda.
158 8. Jaringan: Bangun dan pertahankan jaringan profesional. Hadiri acara-acara jaringan, tetap berhubungan dengan kolega, dan pelihara hubungan. 9. Manajemen Waktu: Hargai waktu dan komitmen orang lain. Tepat waktu dan terorganisir, karena hal ini mencerminkan keterampilan interpersonal Anda secara positif. 10. Manajemen Stres: Kelola stres dan reaksi emosional secara efektif. Tetap tenang selama percakapan yang menantang dan hindari melontarkan kata-kata kasar. 11. Umpan Balik dan Peningkatan Diri: Mintalah umpan balik dari rekan kerja, mentor, atau supervisor untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Bertindaklah berdasarkan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan keterampilan interpersonal Anda. 12. Sensitivitas Budaya: Sadari dan hormati perbedaan budaya. Kepekaan budaya sangat penting untuk tempat kerja yang global dan beragam. 13. Manajemen Konflik: Kembangkan strategi untuk menangani konflik dan ketidaksepakatan. Pahami bahwa konflik adalah bagian alami dari hubungan dan pelajari cara mengatasinya secara konstruktif.
159 14. Membangun Kepercayaan: Kepercayaan adalah dasar dari hubungan yang kuat. Secara konsisten menepati janji Anda, dapat diandalkan, dan menjaga kerahasiaan bila diperlukan. 15. Kesabaran dan Toleransi: Pahami bahwa setiap orang memiliki gaya komunikasi dan kepribadian yang berbeda. Bersabarlah dan toleran terhadap perbedaan-perbedaan ini. 16. Ketegasan: Belajarlah untuk menegaskan kebutuhan dan batasan Anda tanpa menjadi agresif atau pasif. Ketegasan membantu Anda mengekspresikan diri Anda secara efektif sambil menghormati orang lain. 17. Bimbingan dan Model Peran: Carilah mentor dan amati individu yang memiliki keterampilan interpersonal yang kuat. Anda dapat belajar banyak dari perilaku dan pengalaman mereka. 18. Pembelajaran Berkelanjutan: Keterampilan interpersonal tidak statis. Teruslah belajar dan beradaptasi dengan dinamika sosial, teknologi, dan alat komunikasi yang baru. Ingatlah bahwa mengembangkan keterampilan interpersonal adalah proses yang berkelanjutan. Dibutuhkan waktu dan latihan. Anda dapat memulai dengan berfokus pada satu atau dua aspek dalam satu waktu, dan secara bertahap, ketika Anda menjadi lebih mahir di bidang tersebut, perluas upaya Anda untuk
160 meningkatkan aspek-aspek lain dari keterampilan interpersonal Anda.
161 7
162 KEPEMIMPINAN (Leadership) merupakan salah satu yang sangat vital bagi terlaksananya fungsi-fungsi manajemen. Menurut Ralp M. Stogdill, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisis menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Sondang P. Siagian, kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari pada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang mana intinya kepemimpinan itu tidak bisa semena-mena, harus didasarkan atas nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat (Etzoni). George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Miftah Thoha (2010: 9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok, atau dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah dari pada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Antara kepala dan pemimpin dalam masyarakat sering dikacaukan pengertiannya, padahal istilah itu tidak sama. Kepala adalah seorang yang diangkat menurut peraturan tertentu oleh atasan/instansi yang berwenang untuk mengepalai suatu kantor jawatan dan bertanggungjawab tentang tugas yang dibebankan kepadanya. Kepada bawahan memberikan perintah dan bertindak sebagai penguasa. Anak buah mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh atasan dengan cara dan waktu yang telah ditetapkan. Apabila seorang kepala ingin berhasil harus kerja
163 yang baik, ia harus menyakinkan anak buah agar mau menerima dan mengakuinya. Pemimpin adalah seorang yang dipilih dari kelompoknya karena memiliki kelebihan-kelebihan tertentu, selanjutnya diberi tugas untuk memimpin anak buahnya mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok. Untuk kelancaran tugas diberikan hak-hak istimewa dibandingkan dengan anggota kelompok lain. Pemimpin dapat diterima bawahan karena dipilih diantara mereka. Kepala dan pemimpin mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah: (a) Kepala dan pemimpin membawahi anak buah; (b) Kepala dan pemimpin diberi tugas pekerjaan dan mempertanggungjawabkannya. Sedangkan perbedaannya adalah: (a) Kepala diangkat oleh kekuasaan/instansi tertentu, pemimpin dipilih oleh anak buahnya; (b) Kepala kekuasaannya berasal dari kekuatan peraturan dan kekuasaan atasannya, sedangkan pemimpin kekuasaannya menurut peraturan dan berlandaskan kepercayaan anak buah; (c) Kepala bertanggung jawab kepada atasannya, sedang pemimpin bertanggung jawab terhadap atasan juga bersedia bertanggung jawab kepada anak buah; (d) Kepala bertindak sebagai penguasa, sedang pemimpin berperan sebagai pencetus ide organisator dan koordinator; (e) Kepala tidak merupakan merupakan bagian dari anak buah sedangkan pemimpin merupakan bagian dari anak buah. Pemimpin yang baik harus dipandang sebagai peran khusus atau proses pemberian pengaruh. Proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, 15 memfasilitasi aktivitas, dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi. Menurut Yukl (2005: 13) secara umum seorang pemimin yang baik harus memiki beberapa karakteristik berikut ini: 1. Ciri (motivasi, kepribadian, nilai)
164 2. Keyakinan dan Optimisme 3. Perilaku 4. Ketermpilan dan Keahlian 5. Integritas dan Etika 6. Taktik Pengaruh 7. Sifat Pengikut Seorang pemimpin yang baik haruslah mampu mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk dapat mencapai suatu tujuan organisasi. Dasar kepemimpinan merupakan gaya seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif sesuai dengan perintahnya. Menurut Yukl (2005: 9) selain karekteristik seorang pemimpin yang baik harus memiliki pengaruh dan peranan penting dalam melakukan hal berikut ini: 1. Memotivasi anggota untuk dapat mencapai tujuan 2. Rasa saling percaya dan bekerjasama antar angota 3. Pembelajaran dan pembagian pengetahuan baru antar anggota 4. Organisasi aktivitas kerja 5. Pencapaian tujuan dan strategi yang dicapai 6. Pengembangan kepercayaan dan keterampilan antar anggota Proses mempengaruhi seorang pemimpin hendaknya mampu menciptakan rasa saling pengertian yang baik dan harmonis untuk mewujudkan kerja sama antar keseluruhan unsur manusia didalam organisasi, mempermudah pencapaian tujuan organisasi dan menjadi landasan setiap hubungan pemimpin dan anggota. Proses mempengaruhi dari seorang pemimpin melahirkan teori tentang kepemimpinan, teori-teori ini adalah : 1. Teori karekteristik
165 2. Teori gaya 3. Teori kontingengsi Teori karekteristik personalitas bertitik tolak dari asumsi dasar bahwa individu lebih penting dari situasi. Teori gaya berasumsi bahwa seorang karyawan akan bekerja giat jika seorang pemimpin menerapkan gaya tertentu dalam menjalankan kegiatan. Kedua teori ini mendapat banyak kritikan sehingga menghasilkan teori kontingensi yang memperhitungkan variabel khusus yang terlibat dalam situasi kepemimpinan terutama pada posisi seseorang. Menurut Yukl (2005: 252) bahwa Model Kontingensi yang komprehensif mengenai kepemimpinan telah disusun oleh Fred Fiedler. Model kontingensi Fiedler itu mengemukakan, bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang mememadai antara gaya interaksi pemimpin dengan bawahanya, dan derajat sejauh mana situasi memungkinkan kelompok itu untuk mengendalikan dan mempengaruhi. Model itu didasasarkan pada anggapan, bahwa kepemimpinan itu paling efektif pada situasi yang berbeda, dan kemudian mengidentifikasikan kombinasi yang pas antara gaya dan situasi. Fiedler menyatakan bahwa faktor kunci dalam kesuksesan kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan yang mendasari seseorang. Gaya seseorang itu merupakan salah satu tipe kepemimpinan, salah satunya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (hubungan). Untuk mengukur gaya seorang pemimpin, Fiedler mengembangkan kuesioner LPC (least preferred cowokwer atau teman kerja yang paling tidak disukai). Bahwa jika rekan kerja yang paling sedikit disukai itu digambarkan dengan istilah-istilah yang relatif positif (dengan kata lain skors LPC yang tinggi), maka respon itu terutama berminat dengan hubungan pribadi yang baik dengan rekanrekan kerjanya. Artinya apabila anda menggambarkan orang yang
166 paling sedikit mampu untuk bekerja sama itu dengan istilahistilah yang menguntungkan, anda akan diberi cap berorientasi hubungan. Sebaliknya, andai kata anda melihat rekan yang sedikit disukai itu dalam istilahistilah yang relatif tidak menguntungkan (angka LPC yang rendah), anda terutama berminat pada produktivitas dan penyelesaian tugas itu dengan demikian anda akan dicap berorientasi tugas. Fiedler mendefinisikan kesukaan sebagai batasan di mana situasi memberikan kendali kepada seseorang pemimpin atas para bawahan. Tiga aspek situasi yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut: 1. Hubungan Pemimpin-Anggota. Batasan dimana pemimpin memiliki dukungan dan kesetiaan dari para bawahan, dan hubungan dengan para bawahan bersahabat dan kooperatif. 2. Kekuasaan Posisi. Batasan di mana pemimpin memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerja bawahan dan memberikan penghargaan dan hukuman. 3. Struktur Tugas Batasan di mana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas, sebuah gambaran rinci dari produk atau jasa yang telah jadi, dan indikator objetif mengenai seberapa baiknya tugas itu dilaksanakan. Suatu situasi yang menyenangkan pemimpin jika ketiga aspek di atas mempuyai tingkatan yang tinggi. Dengan kata lain suatu situasi akan menyenangkan bila pemimpin diterima oleh para pengikutnya, tugas-tugas dan semua yang berhubungan denganya ditentukan dengan jelas, serta pengunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterima pada posisi pemimpin.
167 Menurut Kalsoom, Khan, dan Zubair (2018) Manajemen yang efektif hanya dapat terwujud bila dilakukan sesuai dengan misinya. Peran utama kepemimpinan dalam menyediakan, mengelompokkan, mengarahkan, melatih, mengarahkan, dll, singkatnya mentransfer 6 M kepada bawahan untuk mengikuti langkah-langkah pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi, kepemimpinan hanya dapat efektif bila diterapkan sesuai dengan misinya. . Tugas utama manajemen: menyampaikan, mengelompokkan, mengajar, melatih, memimpin, dll. Secara fungsional, dapat dibagi menjadi lima tugas utama manajemen: yaitu: 1. Fungsi Instruksi Prasetiyo et al., (2020) Fitur ini menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi adalah satu arah. Sebagai seorang komunikator, pemimpin memiliki peran dalam menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan harus melakukannya, dan di mana pekerjaan harus dilaksanakan, sehingga keputusan tersebut dapat benar-benar diimplementasikan. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk memotivasi dan menginspirasi orang lain agar mau mengikuti arahan yang diberikan. Fungsi konsultasi Syahputra et al.,(2020) Fitur ini menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi adalah dua arah. Pada tahap awal pengambilan keputusan, pemimpin seringkali membutuhkan penilaian, yang mendorongnya untuk melakukan negosiasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Mereka dianggap memiliki informasi yang berbeda dan penting untuk pengambilan keputusan. Tingkat negosiasi berikutnya dari manajemen ke orang
168 yang dikelola dapat terjadi Setelah keputusan diambil dan saat ini sedang dijalankan. Tujuan dari konsultasi. adalah untuk mendapatkan Umpan balik untuk melakukan perbaikan dan pengembangan. Menyelesaikan keputusan yang dibuat dan dilaksanakan. Dengan melakukan kegiatan konsultasi, pengambilan keputusan manajemen akan lebih mudah didukung dan diarahkan, sehingga manajemen dapat bekerja secara efektif. 2. Fungsi partisipasi Dalam menjalankan tugas tersebut, pemimpin berusaha untuk mengaktifkan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya, baik dalam partisipasi dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaannya. Partisipasi tidak berarti memberikan kebebasan untuk bertindak sesukanya, tetapi terjadi dalam bentuk kerjasama yang terkendali dan tetap menghormati tanggung jawab utama orang lain. Meskipun ada partisipasi, tanggung jawab utama tetap harus dipertahankan oleh Direktur, dan bukan Eksekutif. 3. Fungsi delegasi Fungsi ini dilakukan dengan memberikan wewenang untuk mengambil atau mengarahkan keputusan, baik dengan persetujuan manajemen atau tanpa persetujuan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti memberikan kepercayaan. Orang-orang yang menerima delegasi harus meyakini bahwa mereka adalah asisten eksekutif yang memiliki prinsip, persepsi, dan aspirasi yang sejalan... 4. Fungsi pengendalian Fungsi kontrol dalam kepemimpinan yang berhasil berarti kemampuan untuk mengkoordinasikan kegiatan para anggota dengan tujuan mencapai hasil yang optimal. Fungsi kontrol dapat dijalankan melalui berbagai aspek, seperti pengendalian,
169 kepemimpinan, koordinasi, dan pengawasan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semuafungsi manajemen harus terpenuhi sepenuhnya dalam kegiatan administrasi. Manajer harus mampu merumuskan program kerja dengan jelas, memberikan instruksi yang tepat, mendorong kebebasan berpikir dan berekspresi, mengembangkan kerjasama yang harmonis, serta mengatasi masalah dan mengambil keputusan sesuai tanggung jawabnya. Selain itu, manajer juga harus mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan mengadopsi metode yang sesuai dalam pengembangan organisasi. Ananda et al., (2022) Seorang pemimpin harus memiliki kepercayaan karena dia diberi tanggung jawab. Jika pemimpin tidak memiliki sifat amanah, dia dapat menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya untuk tujuan yang tidak baik. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menekankan pentingnya menjaga amanah kepemimpinan yang akan mempengaruhi baik di dunia maupun di akhirat. Setiap pemimpin menunjukkan perilaku yang berbeda ketika memimpin bawahannya, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini memiliki dampak besar pada keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Kajian kepemimpinan cenderung lebih fokus pada kepemimpinan transformasional, di mana para manajer dan organisasi yang mereka kelola perlu terus beradaptasi dengan perubahan ekonomi yang cepat sebagai syarat untuk berkembang dalam manajemen perubahan. Kepemimpinan transformasional adalah model kepemimpinan di mana
170 seorang pemimpin berusaha memotivasi bawahannya untuk bekerja lebih baik dan berfokus pada perilaku yang membantu menciptakan perbedaan positif antaraindividu dan organisasi. Gaya kepemimpinan menurut Putra dan Pasaribu (2022) adalah cara seorang pemimpin menunjukkan sikap tertentu mempengaruhi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer yang baik tahu bagaimana menyalurkan optimisme dan pengetahuannya agar karyawan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan bersama, artinya setiap pemimpin harus menjadi contoh yang baik, karena setiap karyawan menekankan pemimpinnya dan memperhatikannya. Menurut Sasongko et al (2021), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah tentang proses dimana seseorang mengerahkan pengaruh sosial pada orang lain untuk menyusun tindakan, serta pengaruh dalam suatu organisasi atau kelompok. Kartini (2019) menyatakan bahwa tugas kepemimpinan adalah mengarahkan, mengarahkan, membangun, membimbing, memotivasi kerja, mengelola komunikasi organisasi dan jaringan serta membawa pengikut pada tujuan yang hendak dituju. Menurut Karundeng et al (2022), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sesuai dengan keinginannya. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah kemampuan untuk memerintah dan mempengaruhi orang lain untuk melakukan pekerjaan sedemikian rupa sehingga tujuan yang ditetapkan tercapai. Kepemimpinan secara luas mencakup proses pengaruh dalam menentukan tujuan organisasi, mendorong
171 perilaku pengikut dalam mencapai tujuan, dan mempengaruhi kelompok dan budayanya untuk perbaikan. Menurut Batubara (2020), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain secara konstruktif untuk melakukan kegiatan bersama guna mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau membimbing pengikut melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi. Pimpinan organisasi harus mampu menciptakan integrasi yang harmonis dengan bawahannya, juga dalam memajukan kerjasama. Menurut Syahputra et al., 2020) pemimpin harus fleksibel untuk memahami seluruh potensi individu dan berbagai tantangan yang dihadapi individu. Dengan menggunakan pendekatan ini, manajer dapat menegakkan semua aturan dan kebijakan organisasi serta mendelegasikan tugas dan tanggung jawab secara tepat. Menurut Herlambang dan Suwandana (2020), gaya manajemen yang digunakan manajer dalam perusahaan merupakan kunci terpenting untuk mencapai lingkungan kerja yang baik. Apa yang dilakukan manajer untuk meningkatkan motivasi karyawan mempengaruhi peningkatan produktivitas dan kinerja staf sehingga tujuan perusahaan yang paling penting terwujud. Kepemimpinan yang efektif adalah pemimpin yang mengetahui bagaimana menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan tingkat kematangan karyawannya. Dari berbagai literatur dalan dan luar negeri yang diperoleh ada banyak gaya kepemimpinan, ada lima gaya kepemimpinan menurut Fahmi (2013 : 72) seperti berikut : 1. Gaya Kepemimpinan Otokratisasi dan Dictatoral Gaya kepemimpinan otokratisasi disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa
172 konsultasi dengan para pegawai yangharus melaksanakannya atau pegawai yang dipengaruhi keputusan tersebut. Pemimpin menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya. Gaya kepemimpinan ini berdasarkan terhadap kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. 2. Gaya Kepemimpinan Militeralistis Gaya kepemimpinan ini banyak menggunakan sistem perintah, sistem komando dari atas kebawahan sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar selalu patuh, penuh acara formalitas. 3. Gaya Kepemimpinan Paternalistis Bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau seorang ibu yang penuh kasih. 4. Gaya Kepemimpinan Laissez faire Gaya kepemimpinan ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri akan semua pekerjaan dan bertanggung jawab dilakukan oleh bawahan dalam pencapaian tujuan organisasi. 5. Gaya Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau konsensus. Orang yang mengatur pendekatan ini melibatkan para pegawai yang harus melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya. Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin. Tetapi hanya setelah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim. Kritik terhadap pendekatan ini menyatakan bahwa kepemimpinan demokratis sesuai dengan sifatnya, cenderung menghasilkan keputusan yang paling popular atau disukai tidak selalu merupakan keputusan terbaik, dan
173 bahwa kepemimpinan demokratis sesuai dengan sifatnya, cenderung menghasilkan keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat. Gaya ini juga dapat mengarah pada kompromi yang pada akhirnya memberikan hasil yang diharapkan. Fungsi pemimpin dalam organisasi menurut Terry dalam Sutrisno (2014 : 219) dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) penggerak; (4) pengendalian. Dalam menjalankan fungsinya pemimpin mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu mengusahakan agar kelompoknya dapat mencapai tujuan dengan baik, dalam kerja sama yang produktif, dan dalam keadaan yang bagaimanapn yang dihadapi kelompok. Menurut Sutrisno (2014 : 219) ‚P_gcgjch ^[f[g su[tu ira[hcs[sc g_gcfcec peranan yang sangat penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak di luar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan ira[hcs[sc g_h][j[c tudu[hhy[‛. P_r[h t_rs_\ut ^[j[t dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu yang bersifat interpersonal, informasional, dan dalam pengambilan keputusan. 1. Peranan yang bersifat interpersonal Dewasa ini telah umum diterima pendapat bahwa salah satu tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang manajer ialah keterampilan isani. Keterampilan tersebut mutlak perlu karna pada dasarnya dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang manajer berinteraksi dengan manusia lain, bukan hanya dengan bawahannya,
174 akan tetapi juga berbagai pihak yang berkepentingan, yang dikenal dengan istilah stakeholder, di dalam dan di luar organisasi. Itulah yang dimaksud dengan peran interpersonal yang menampakkan diri. 2. Peranan yang bersifat Informasional Informasi merupakan aset organisasi yang kritikal sifatnya. Dikatakan demikian karena dewasa ini dan dimasa yang akan datang sukar membayangkan adanya kegiatan organisasi yang dapat terlaksana dengan efisien dan efektif tanpa dukungan informasi yang mutakhir, lengkap, dan dapat dipercaya karena diolah dengan baik. Peran tersebut mengambil tiga hal bentuk, yaitu; a) Pemantau arus informasi yang terjadi dari dan kedalam organisasi. Seorang manager selalu menerima berbagai informasi bahkan juga informasi yang sebenarnya tidak harus ditunjukka kepadanya, tetapi kepada orang lain dalam organisasi. Dalam kaitan ini perlu ditekankan bahwa berkat kemajuan dan terobosan dalam bidang teknologi informasi, yang dihadapi oleh manajer ialah melimpahkan informasi yang diterimanya. b) Peran sebagai pemberi informasi. Berbagai informasi yang diterima oleh seseorang mungkin berguna dalam penyelenggaraan fungi manajerialnya, akan tetapi mungkin pula untuk disalurkan kepada orang lain atau pihak lain dalam organisasi. Peran ini menuntut pemahaman yang mendalam tentang makna informasi yang diterimanya, dan pengetahuan tentang berbagai fungsi yang harus diselenggarakan. c) Peran selaku juru bicara organisasi. Peran ini memerlukan kemampuan menyalurkan informasi
175 secara tepat kepada berbagai pihak diluar 12 organisasi, terutama jika menyangkut informasi tentang rencana, kebijaksanaan, tindakan, dan hasil yang telah dicapai oleh organisasi. Peranan ini juga menuntut pengetahuan yang mendalam tentang berbagai aspek industri yang ditanganinya maka, peran tersebut sangat penting dalam pembentukan dan pemeliharaan citra positif organisasi yang dipimpinnya. 3. Peran Pengambil Keputusan Peranan ini mengambil tiga bentuk suatu keputusan, yaitu; a) Enterpreneur, seorang pemimpin diharapkan mampu mengkaji terus- menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi, untuk mencari dan menemukan peluang yang dapat dimanfaatkan, meskipun kajian itu sering menuntut terjadinya perubahan dalam organisasi; b) Peredam gangguan, peran ini memikul tanggung jawab untuk mengambil tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang apabila tidak ditangani akan berdampak negatif kepada organisasi; c) Pembagi sumber dana dan daya. Tidak jarang orang berpendapat bahwa makin itnggi posisi manajerial seseorang, wewenang pun makin besar. Wewenang atau kekuasaan itu paling sering menampakkan diri pada kekuasaan untuk mengalokasikan dana dan daya. Termasuk diantaranya wewenang untuk menempatkan orang pada posisi tertentu, wewenang mempromosikan orang, menurunkan pangkat.
176 Kewenangan itulah yang membuat para bawahan bergantung kepadanya. Kepemimpinan yang efektif penting untuk membangun hubungan yang baik untuk para anggota tim dan mencapai kesuksesan dalam aktivitas tim (Waway, et al, 2023). Komunikasi yang baik sangat penting untuk kepemimpinan dan kerjasama baik antara sesama anggota maupun ke pemimpin (Indra, 2017). Pemimpin harus mampu beradaptasi atau menyesuaikan dengan perubahan situasi, keadaan dan tantangan kedepannya (Utama, et al, 2022). Pemimpin harus mampu memberikan motivasi, semangat dan menginspirasi anggota tim untuk mencapai tujuan mereka serta tujuan perusahaan. Agar para anggotanya juga bersemangat dalam mencapai tujuan tersebut sehingga kinerja mereka juga ikut meningkat.
177 8
178 PENGAMBILAN keputusan merupakan salah satu bentuk dari kegiatan berfikir, dan hasil dari perbuatan itu disebut keputusan. Keputusan didefinisakan sebagai proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi (Fahmi, 2013). Rekomendasi itulah yang selanjutnya menjadi dasar dan modal dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Tine yulintini (2019) pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang menentukan hasil dalam memecahkan masalah dengan memilih salah satu tindakan di antara beberapa alternatif yang ada melalui suatu proses mental dan berfikir logis serta mempertimbangkan semua pilihan alternatif yang ada dari sisi negatif dan positifnya. Selanjutnya Sondang dalam Zahra (2019) menjelaskan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Senada dengan hal tersebut Simon (1993) memaparkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih dan prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan dapat menghasilkan suatu keputusan yang terbaik. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa secara umum pengambilan keputusan adalah suatu proses berfikir, menilai, dan mempertimbangkan dari berbagai aspek untuk kemudian memilih salah satu tindakan yang dianggap sebagai keputusan terbaik dalam pemecahan masalah. Pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia. Tini (2019) menyatakan bahwa sesuai dengan teori real life choice, yang memaparkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan atau membuat pilihan-pilihan di antara beberapa alternatif.
179 Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suatu individu dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan kreativitas yang dimilikinya. Kreativitas terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang telah terjadi di masa lalu dan tersimpan di otak. Pengetahuan dan kreativitas merupakan sesuatu yang sangat esensial, oleh karena itu harus senantiasa dibentuk dan diasah setiap kali seseorang menghadapi masalah (Tini, 2019). Pengetahuan dan kreativitas yang tinggi merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang manajer sebagai pengambil keputusan pada suatu organisasi atau perusahaan. Pengambilan keputusan tersebut mempunyai peranan penting dalam suatu manajemen karena keputusan yang diambil oleh seorang manajer merupakan keputusan final yang harus dilaksanakan. Keputusan seorang manajer sangat penting karena menyangkut semua aspek. Kesalahan dalam pegambilan keputusan dapat merugikan organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya (Tini, 2019). Oleh karena itu seorang manajer harus memiliki pengetahuan dan kreativitas yang tinggi sehingga keputusan-keputusan yang diambilnya dapat memberikan keuntungan bagi organisasi atau perusahaannya. Di samping pengetahuan dan kreativitas, putu (2012) menjelaskan bahwa seorang manajer harus menajamkan keterampilan dalam mengambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian vital dari sebuah manajemen yang baik. Karena keputusan-keputusan itulah yang menentukan bagaimana cara suatu organisasi menyelesaikan masalah, mengalokasikan sumber daya dan meraih sasaran. Pertumbuhan, kesuksesan dan kegagalam suatu perusahaan merupakan hasil dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh para manajer.
180 Sementara Neni (2021) menjelaskan bahwa seorang manajer dalam mengambil suatu keputusan memerlukan kreativitas, keterampilan kuantitaif dan pengalaman. Karena proses pengambilan keputusan merupakan sutau usaha yang rasional dari administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal dari fungsi perencanaan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang manajer minimal harus memiliki pengetahuan, kreativitas yang tinggi, keterampilan serta pengalaman yang cukup di bidang yang digelutinya sebagai modal dasar dalam pengambilan keputusan yang baik. Neni (2021) memaparkan bahwa suatu keputusan diasumsikan sebagai keputusan yang baik jika memenuhi ketentuan-ketentuan berikut: 1. Keputusan diambil sebagai pemecahan masalah yang dihadapi. 2. Sedapat mungkin cepat dan tepat. 3. Bersifat rasional, artinya dapat diterima akal sehat terutama bagi para pelaksana yang nantinya bertanggung jawab atas keputusan tersebut. 4. Bersifat praktis dan pragmatis, artinya dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang ada. 5. Berdampak negatif seminim mungkin. 6. Menguntungkan banyak pihak demi kelancaran kerja dan arah tujuan yang hendak dicapai. 7. Keputusan yang diambil dapat dievaluasi kembali. Tetapi tentu saja ketujuh point di atas tidak menjadi patokan suatu keputusan dapat diasumsikan sebagai keputusan yang baik.
181 Karena pada prakteknya ada berbagai macam faktor yang terjadi baik dari internal maupun eksternal yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan tersebut. Putu (2012) memaparkan bahwa pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah. Suatu keputusan harus dilakukan di tengah berbagai faktor yang terus berubah, ketidakjelasan informasi dan aneka pandangan serta persepsi yang berbeda-beda dari berbagai pihak. Keputusan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram (Agus dan Yuni, 2020). Masing-masing dari jenis keputusan tersebut memiliki perbedaan. Merupakan keputusan yang dilakukan secara rutin, tanpa ada persoalan-persoalan yang bersifat krusial. Tujuannya pengambilan keputusannya hanya untuk membuat suatu pekerjaan berlangsung secara baik dan stabil (Agus dan Yuni, 2022). Dalam sumber lain, (Putu, 2012) menyampaikan bahwa keputusan terprogram adalah keputusan yang dibuat untuk menangani situasi/masalah yang cukup sering terjadi. Sehingga pembuat keputusan dapat membuat aturan-aturan pembuatan keputusan untuk diterapkan di masa depan. Sebagai contoh adalah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai rancangan SOP (standard, operation, procedur) yang sudah dibuat sedemikian rupa supaya semua pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Suatu keputusan yang terprogram dapat berjalan dengan lancar apabila memenuhi syarat-syarat berikut (Agus dan Yuni, 2022):
182 1. Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi syarat sesuai standar yang diinginkan. 2. Sumber informasi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif tersedia dengan lengkap, dan informasi yang diterima berasal dari sumber yang dapat dipercaya. 3. Pihak organisasi menjamin dari segi ketersediaan biaya selama keputusan yang terprogram tersebut dilaksanakan. 4. Aturan dan kondisi ekstrernal organisasi mendukung terlaksananya keputusan terprogram ini hingga tuntas. Keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang dibuat untuk menangani situasi atau masalah yang unik, tidak familiar dan tidak terstruktur. Keputusan tidak terprogram melibatkan konsekuensi-konsekuensi penting bagi suatu organisasi. Banyak keputusan-keputusan yang melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya sangat besar dan keputusan yang diambil merupakan hal yang sangat kompleks (Putu, 2012). Dalam sumber lain, Agus dan Yuni (2022) menyebutkan bahwa keputusan yang tidak terprogram adalah keputusan yang diambil dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, tidak terstruktur dan sulit mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Pengambilan keputusannya bersifat rumit dan membutuhkan keahlian khusus untuk menyelesaikannya. Seperti top management dan para konsultan dengan tingkat skill yang tinggi.
183 Pengambilan berbagai jenis keputusan di atas dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan. Menurut Brinckloe (dalam Rafi dan Hade, 2019) beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu: 1. Fakta 2. Pengalaman 3. Intuisi 4. Logika Sementara George R Terry (dalam Zahra, 2019) menyebutkan bahwa beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam proses pengambilan keputusan adalah: 1. Intuisi 2. Pengalaman 3. Fakta 4. Wewenang 5. Logika/rasional Pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan intuisi atau perasaan bersifat subjektif sehingga mudah terpengaruh terutama oleh faktor-faktor eksternal (Zahra, 2019). Pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengambilan keputusan melalui pendekatan pengalaman memberikan manfaat bagi pengetahuan praktis. Orang yang memiliki pengalaman tentunya dapat memperhitungkan dan mempertimbangkan untung ruginya terhadap keputusan yang diambil. Orang yang memiliki pengalaman dapat lebih matang dalam pengambilan keputusan. Tetapi dalam beberapa kasus, peristiwa yang lampau berbeda dengan
184 peristiwa yang terjadi saat ini, sehingga perlu adanya pertimbangan yang lain selain dari pengalaman. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat menghasilkan keputusan yang sehat, solid dan baik (Zahra, 2019). Seorang manajer yang selalu bekerja secara sistematis dapat mengumpulkan semua fakta mengenai suatu masalah dan dihasilkan keputusan yang relatif lebih baik dan valid (Rafi dan Hade, 2019). Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh seorang pimpinan terhadap bawahannya atau oleh orang yang memiliki jabatan yang lebih tinggi. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan logika atau rasional dijelasakan oleh Zahra (2019) bersifat lebih objektif, logis, transparan dan konsisten sehingga diperoleh keputusan yang lebih baik. Dalam proses pengambilan keputusan beberapa pendekatan di atas dapat digunakan semuanya atau hanya beberapa pendekatan saja disesuaikan dengan konteks masalah yang sedang dihadapi. Pengambilan keputusan bukanlah suatu proses yang instan dan singkat terutama bagi suatu organisasi atau perusahaan. Hal ini membutuhkan beberapa tahapan dan proses yang cukup panjang mengingat betapa pentingnya pengambilan keputusan bagi suatu manajemen. Sebuah manajemen yang baik dapat dilihat dari bagaimana seorang manajer mengambil beberapa keputusan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di manajerialnya. Mengenai tahapan-tahapan pengambilan keputusan ini terdapat berbagai pendapat yang berbeda. Diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Campbell (dalam Heni, 2021) tahapantahapan pengambilan keputusan adalah 1) menentukan
185 tujuan, 2) mengidentifikasi pilihan, 3) menganalisis informasi, dan 4) menentukan pilihan. Sedangkan pendapat dari Boehm, R.G & Webb (dalam Heni, 2021) disebutkan langkah-langkah dalam mengambil keputusan meliputi, 1) menuliskan pertanyaan, 2) menentukan pilihan-pilihan, 3) mengumpulkan informasi, 4) membuat daftar pro dan kontra, 5) mengambil keputusan. Dijelaskan pula oleh Handoko (dalam Heni, 2021) bahwa proses dasar pembuatan keputusan rasional mencakup beberapa tahapan, diantaranya, 1) pemahaman dan perumusan masalah, 2) pengumpulan dan analisa data yang relevan, 3) pengembangan alternatif-alternatif, 4) evaluasi alternatif-alternatif, 5) pemilihan alternatif terbaik, 6) implementasi keputusan, dan 7) evaluasi hasil-hasil keputusan. Sementara itu Agus dan Yuni (2020) menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Yaitu: 1. Mendefinisikan masalah secara jelas dan terperinci supaya mudah untuk dipahami. 2. Membuat daftar masalah yang dapat dimunculkan kemudian menyusunnya berdasarkan skala prioritas dengan tujuan agar proses pengambilan keputusan menjadi lebih terarah dan terkendali. 3. Melakukan identifikasi dari setiap masalah dengan maksud untuk lebih memberikan gambaran dengan lebih tajam dan terarah. 4. Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang selanjutnya dibarengi
186 dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai 5. Memastikan kembali bahwa alat uji yang digunakan tersebut sudah sesuai dengan prinsip dan kaidah yang berlaku pada umumnya. Dijelaskan pula di sumber yang lain oleh Simon (dalam Fahmi, 2013) bahwa pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahapan, yaitu: 1. Intelligence 2. Design 3. Choice dan 4. Implementasi Inteligence merupakan proses pengambilan informasi dengan tujuan mengidentifikasi masalah. Data-data yang masuk diproses dan diuji kebenarannya. Design adalah tahap perancangan solusi terhadap masalah-masalah yang muncul. Biasanya pada tahap ini dapat dipelajari berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Choice merupakan tahap mempelajari kelebihan dan kekurangan dari berbagai alternatif yang ada untuk kemudian dipilih alternatif yang terbaik. Pada tahap ini meliputi pencarian, evaluasi dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model yang telah dibuat. Implementasi merupakan tahapan pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Pada tahap ini perlu disusun beberapa tindakan yang terencana supaya hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan (Rafi dan Hade, 2019). Berdasarkan beberapa pendapat mengenai proses dan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang telah
187 dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan terjadi melalui beberapa proses dan tahapan yang membutuhkan pemikiran yang rasional dan matang. Dimulai dari memahami dan mendefinisikan beberapa masalah yang muncul, mengumpulkan informasi yang valid supaya dapat diambil keputusan yang tepat, mendata beberapa alternatif solusi yang muncul dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada, mengevaluasi dan menilai alternatif tersebut, selanjutnya diambil keputusan yang dianggap paling baik dari berbagai aspek juga memiliki resiko yang paling minim. Proses pengambilan keputusan tidak berhenti sampai keputusan tersebut diambil lalu dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dievaluasi kembali untuk kemudian dikaji ulang oleh sang pengambil keputusan jika ada hal-hal yang tidak diinginkan setelah keputusan tersebut dilaksanakan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Agus dan Yuni (2020) bahwa yang dianggap penting dari proses pengambilan keputusan adalah pertanggungjawaban terhadap keputusan yang sudah diambil terhadap orang yang berkepentingan. Sementara itu Heni (2021) memaparkan bahwa proses pengambilan keputusan itu bukanlah hal yang mudah. Setiap keputusan yang diambil mengandung sebuah resiko yang mau tidak mau harus dihadapi dan diatasi oleh sang pengambil keputusan, yaitu manajer. Kualitas keputusan yang diambil oleh suatu organisasi atau perusahaan tergantung dari kualitas kinerja dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang manajer. Dijelaskan oleh Heni (2021) bahwa pada dasarnya semua kegiatan yang berlangsung dalam sebuah organisasi atau perusahaan merupakan akibat atau konsekuensi dari berbagai keputusan yang diambil oleh pimpinan. Apakah organisasi atau perusahaan berhasil mencapai tujaun yang diinginkan atau
188 mengalami kegagalan ditentukan oleh ketepatan berbagai keputusan yang diambil manajer sebagai pemimpin. Sehubungan dengan hal tersebut Mintzberg (dalam Heni, 2021) menyampaikan bahwa salah satu fungsi pokok pimpinan dalam manajemen adalah fungsi pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah. Dijelaskan pula oleh Agus dan Yuni (2020) bahwa keputusan manajemen yang baik dapat diambil dengan memahami fungsi manajemen secara mendalam. Terdapat empat fungsi manajemen yang harus dipahami oleh seorang manajer, yaitu: 1. Planning (perencanaan) 2. Organizing (mengorganisasi) 3. Leading (memimpin) 4. Controlling (pengendalian) Pendapat lain menjelaskan fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), koordinasi (coordinating), pengawasan (controlling) (C[h^r[ ^[h Rc`[’I, 2016). Sement[r[ T_rry (^[f[g C[h^r[ ^[h Rc`[’I, 2016) g_ha_gue[e[h empat fungsi manajemen yang terdiri dari 1) planning, 2) organizing, 3) actuating, 4) controlling. H_hry F[yif (^[f[g C[h^r[ ^[h Rc`[’I, 2016) mengemukakan bahwa terdapat 5 fungsi manajemen mencakup 1) perencanaan (planning), 2) pengorganisasian (organizing), 3) memimpin (command), 4) pengkoordinasian (coordination), 5) pengawasan (control). Sedangkan menurut Siagian (2004) fungsi manajemen mencakup 1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pemotivasian, 4) pengawasan, dan 5) penilaian. Senada dengan hal tersebut Mondy dan Premeaux (^[f[g C[h^r[ ^[h Rc`[’I, 2016) g_ha_gue[e[h ‚the