The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by haroldrobin22, 2020-05-10 23:27:53

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI

Keywords: THT UI

290

Patofisiologi pada daerah sepertiga proksimal esofagus,
tampak dilatasi pada daerah dua pertiga distal
Pada akalasia terdapat gangguan peris- esofagus dengan gambaran peristaltik yang
taltik pada daerah duapertiga bagian bawah abnormal atau hilang sama sekali serta gam-
esofagus. Tegangan sfingter bagian bawah baran penyempitan di bagian distal esofagus
lebih tinggi dari normal dan proses relaksasi
pada gerak menelan tidak sempurna. Akibal menyerupai ekor tikus (mouse tail appearance).
nya esofagus bagian bawah mengalami Qilatasi
hebat dan makanan tertimbun di bagian bawah Pemeriksaan esofagoskopi
esofagus.
Tampak pelebaran lumen esofagus de-
Gejala ngan bagian distal yang menyempit, terdapat
sisa-sisa makanan dan cairan di bagian prok-
Biasanya gejala yang ditemukan adalah sirnal daerah penyempitan. Mukosa esofagus
disfagia, regurgitasi, nyeri di daerah substernal berwarna pucat, edema dan kadang-kadang
dan pehurunan berat badan. terdapat tanda-tanda esofagitis akibat retensi

Disfagia merupakan keluhan utama dari makanan.
pasien akalasia. Disfagia dapat terjadi secara Sfingter esofagus bawah akan terbuka de-
tiba-tiba setelah menelan atau bila ada gang-
guan emosi. Disfagia dapat terjadi sebentar ngan melakukan sedikit tekanan pada eso-
atau progresif lambat. Biasanya cairan lebih fagoskop dan esofagoskop dapat masuk ke
sukar ditelan dari pada makanan padat. Regur-
gitasi dapat timbul setelah makan atau pada lambung dengan mudah.
saat berbaring. Sering regurgitasi terjadi pada
malam hari pada saat pasien tidur, sehingga Pemeriksaan manometrik
dapat menimbulkan pneumonia dspirasi.
Guna pemeriksaan manometrik ialah untuk
Rasa terbakar dan nyeri di daerah sub- menilai fungsi motorik esofagus dengan me-
sternal dapat dirasakan pada stadium per- lakukan pemeriksaan tekanan di dalam lumen
dan sfingter esofagus. Pemeriksaan ini untuk
mulaan. Pada stadium lanjut akan timbul rasa
memperlihatkan kelainan motilitas secara
nyeri hebat di daerah epigastrium dan rasa
nyeri ini dapat menyerupai serangan angina kuantitatif maupun kualitatif. Pemeriksaan di-
lakukan dengan memasukkan pipa untuk peme-
pektoris. riksaan manometri melalui mulut atau hidung.

Penurunan berat badan terjadi karena Pada akalasia yang dinilai adalah fungsi
motorik badan esofagus dan sfingter esofagus
pasien berusaha mengurangi makannya untuk bawah. Pada badan esofagus dinilai tekanan
mencegah terjadinya regurgitasi dan perasaan istirahat dan aktivitas peristaltiknya. Sflngter
nyeri di daerah substernal. esofagus bagian bawah yang dinilai adalah
tekanan istirahat dan mekanisme relaksasinya.
Diagnosis
Gambaran manometrik yang khas adalah
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala tekanan istirahat badan esofagus meningkat,
klinis, gambaran radiologik, esofagoskopi dan
pemeriksaan manometrik. tidak terdapat gerak peristaltik separrjang
esofagus sebagai reaksi proses menelan.
Pemeri ksaa n rad i olog ik
Tekanan sfingter esofagus bagian bawah nor-
Biasanya dilakukan pemeriksaan esofago- mal atau meninggi dan tidak terjadi relaksasi
gram yang dikombinasikan dengan pemerik- sfingter pada waktu menelan.
saan fluoroskopi dan radiografi dengan meng-
gunakan kontras. Penatalaksanaan

Gambaran radiologik memperlihatkan ge- Sifat teiapi pada akalasia hanyalah paliatif,
lombang peristaltik yang normal hanya terlihat karena fungsi peristaltik esofagus tidak dapat
dipulihkan kembali.

291

Terapi dapat dilakukan dengan memberi Keadaan ini akan mengakibatkan terben-
tuk aliran kolateral antara vena koronari dari
diet tinggi kalori, medikamentosa, tindakan sistem portal {engan vena azygos.
dilatasi, psikoterapi dan operasi esofago-
Selain itu akibat melemahnya jaringan
kardiomiotomi (operasi Heller).
Pemberian medikamentosa hanya dapat penunjang di daerah submukosa esofagus dan
timbulnya tekanan negatif intra-torakal pada
menghilangkan gejala untuk waktu yang sing- saat inspirasi akan mendorong terbenfuknya
kat dan hasilnya kurang memuaskan. Obat- varises esofagus.
obat yang digunakan daBat berupa preparat
Gejala
nitrit, antikolinergik dan penghambat adre-
Gejala yang biasanya ditemukan adalah
nergik. Akhir-akhir ini digunakan obat nifedipine
hematemesis dan melena serta perdarahan
yang bersifat kalsium antagonis, karena di- masif yang dapat menyebabkan syok atau
anggap ion kalsium dapat mengaktifkan serat
olol (m yofi b ri I) esofag us. kematian.
Karena penyebab varises esofagus yang
Dilatasi dan operasi bertujuan untuk
terbanyak adalah sirosis hepatis, gejala-gejala
menghilangkan gejala sumbatan dengan cara sirosis hepatis berupa ikterus, asites, splene
melemahkah sfingter esofagus bawah. Dilatasi megali, hepatomegali mungkin ditemukan.
dapat dilakukan dengan businasi atau balon
dilator dengan menggunakan tekanan udara Lokasi
(pneumatik balon) atau tekanan air (hidrostatik
balon). Operasi esofagokardiomiotomi trans- Pada pasien hipertensi portal varises
torasis (operasi Heller) paling sering dilakukan. esofagus biasanya ditemukan pada daerah
Tujuan operasi adalah untuk melemahkan
sfingter, sehingga bagian yang sempit dapat duapertiga bawah esofagus, pada daerah taut
berelaksasi secara adekuat. esofagus-gaster (gastro-esophageal junction)
dan di daerah fundus lambung.
VARISES ESOFAGUS
Varises yang ditemukan pada daerah
Varises esofagus adalah vena yang me- sepertiga atas esofagus torakal biasanya di-
lebar di dinding esofagus.
sebabkan oleh tumor mediastinum yang diser-
Varises esofagus dapat diklasifikasikan tai dengan obstruksi vena cava superior. Pada
pasien biasanya ditemukan sumbatan vena di
menjadi 2 golongan, yaitu varises esofagus daerah servikal, sianosis pada daerah muka
dan leher, serta edema.
akibat hipertensi portal dan varises esofagus
Dlagnosls
tanpa hipertensi portal. Varises esofagus
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
akibat hipertensi portal dapat disebabkan oleh klinis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
kelainan supra-hepatik, misalnya trombosis radiologik dan esofagoskopi.
vena hepatik, obstruksi vena azygos atau vena
cava superior. Kelainan intra-hepatik, misalnya Pe me riksaan laboratoriu m
sirosis hepatis, neoplasma, sedangkan kelain-
' Pemeriksaan laboratorium yang perlu
an ekstra-hepatik, misalnya trombosis intra-
lumen, fistula arteri-vena, kompresi dari luar dilakukan ialah pemeriksaan darah rutin, uji
akibat tumor, pembqsaran kelenjar limfa faal hati dan urine rutin.

pankreatitis. Pe me riksa a n radiolog i k

Pafogenesls Pemeriksaan radiologik esofagus dengan
kontras barium hanya bermanfaat untuk pen-
. Akibat obstruksi aliran sirkulasi balik ke

daerah hati, terjadi peninggian tekanan di vena

porta yang mengakibatkan aliran darah ke
jantung kanan tidak dapat mengikuti aliran

darah yang normal.

292

1. Vena kava superior 9. Vena porta
2. Esofagus
3. Vena azigos 10. Vena mesenterika superior
4. Varises esofagus 11. Vena renalis
5. Vena gastrika
12. Vena mesenterika inferior
6. Vena transhepatik '13. Vena spermatika
7. Vena koronari
14. Vena hemoroid superior
8.'Shunt' spleno.renal-adrenal 15. Vena hemoroid medius

293

derita varises esofagus tanpa perdarahan dan Komplikasi
untuk melakukan evaluasi. Pada foto Rontgen
akan tampak gambaran cacat isi (filling defect) Komplikasi yang sering terjadi setelah
perdarahan masif adalah aspirasi, asfiksia,
yang multipel akibat dilatasi vena. Dengan
kontras barium tidak dapat dilihat asal per- syok, koma dan kematian.

darahan dari varises. ESOFAGITIS KOROSIF

Pada pasien varises esofagus perlu Esofagitis korosif ialah peradangan di
esofagus yang disebabkan oleh luka bakar
dilakukan pemeriksaan radiologik dari saluran
cerna lainnya, seperti lambung dan duodenum. karena zat kimia yang bersifat korosif misaln.ya
asam kuat, basa kuat danzal organik.
Jika terdapat perdarahan varises, diper-
lukan pemeriksaan angiograii. Kadang-kadang Zal kimia yang tertelan dapat bersifat
diperlukan pemeriksaan splenoporlografi pada toksik atau korosif. Zat kimia yang bersifat
pasien varises esofagus tanpa perdarahan. korosif akan menimbulkan kerusakan pada

Peme riksaan esofagoskopi saluran yang dilaluinya, sedangkan zat kimia
yang bersifat toksik hanya menimbulkan gejala
Pada esofagoskopi varises esofagus tam- keracunan bila telah diserap oleh darah.
pak seperti nodul. Pada waktu inspirasi varises
esofagus biasanya berjalan longitudinal seperti Patologi
lipatan esofagus dan tampak seperti gambaran
rosario (Rosary like nodular formation). Basa kuat menyebabkan terjadinya ne-
krosis mencair (liquifactum necrosis/. Secara
Gambaran varises di dalam submukosa
histologik dinding esofagus sampai lapisan otot
tergantung pada lokasinya, dapat dibedakan seolah-olah mencair.
antara pelebaran vena superfisial dan pele-
baran vena yang lebih dalam. Pelebaran vena Asam kuat yang tertelan akan menyebab-
kan nekrosis menggumpal (coagulation necro-
superfisial biasanya terletak di daerah taut srs). Secara histologik dinding esofagus sampai
lapisan otot seolah-olah menggumpal.
esofagus-gaster, pada esofagoskopi tampak
Zat organik misalnya lisol dan karbol
beruarna kebiruan dengan diameter vena yang biasanya tidak menyebabkan kelainan yang
kecil. Pelebaran vena yang lebih dalam terletak hebat, hanya terjadi edema di mukosa atau
di daerah esofagus atas dan esofagus tengah,
submukosa.
pada esofagoskopi tidak benruarna kebiruan Asam kuat menyebabkan kerusakan pada

dengan diameter vena yang lebih besar. lambung lebih berat dibandingkan dengan
kerusakan di esofagus, sedangkan basa kuat
Penatalaksanaan
menimbulkan kerusakan dl esofagus lehih
Jika terjadi perdarahan masif yang perlu
dilakukan adalah menghentikan perdarahan, berat dari pada lambung.
mengganti darah yang hilang dengan tranfusi
darah serta mencegah terjadinya komplikasi. Gambaran klinik

Penghentian perdarahan dapat dilakukan Keluhan dan gejala yang timbul akibat
dengan memakai pipa Sengstaken-Blakemore tertelan zat korosif tergantung pada jenis. zat
atau melakukan skleroterapi. Skleroterapi di-
lakukan dengan cara menyuntikkan obat-obat korosif, konsentrasi zat korosif, jumlah 2at
yang menyebabkan sklerosis vena (sc/erosing
agent) langsung pada varises dengan bantuan korosif, lamanya kontak dengan dinding 'eSo-
esofagoskop. fagus, Sengaja diminum atau tidak dan dimun-
tahkan atau tidak.
Jika dengan cara initidak menolong dapat
dilakukan tindakan operasi pintas portovagal Esofagitis korosif dibagi dalam 5 bentuk

(portocaval shunt) atau pintas splenorenal klinis berdasarkan beratnya luka bakar yang

(splenorenal shunt). ditemukan yaitu:

294

1. Esofagitis korosif tanpa ulserasi. FASE LATEN

Pasien mengalami gangguan me- Bedangsung selama 2-6 minggu. Pada
nelan yang ringan. Pada esofagoskopi
tampak mukosa hiperemis tanpa disertai fase ini keluhan pasien berkurang, suhu badan

ulserasi. menurun. Pasien merasa ia telah sembuh,

2. Esofagitis korosif dengan ulserasi ringan. sudah dapat menelan dengan baik akan tetapi

Pasien mengeluh disfagia ringan. prosesnya sebetulnya masih berjalan terus
Pada esofagoskopi tampak ulkus yang
tidak dalam yang mengenai mukosa eso- dengan membentuk jaringan parut (sikatriks).

fagus saja. FASE KRONIS

3. Esofagitis korosif ulseratif sedang. Setelah 1-3 tahun akan terjadi disfagia
lagi oleh karena telah terbentuk jaringan parut,
Ulkus sudah mengenai lapisan otot. sehingga terjadi striktur esofagus.
Biasanya ditemukan satu ulkus atau lebih
(multipel). Dragnosis

4. Esofagitis korosif ulseratif berat tanpa Diagnosis ditegakkan dari adanya riwayat

kornplikasi. tertelan zat korosif alau zal organik, gejala
Terdapat pengelupasan mukosa ser- klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radio-

ta nekrosis yang letaknya dalam, dan logik, pemeriksaan laboratorium dan pemerik-
saan esofagoskopi. .
telah mengenai seluruh lapisan esofagus.
Pemeriksaan laboratoriu m
Keadaan ini jika dibiarkan akan menim-
Peranan pemeriksaan laboralorium sa-
bulkan striktur esofagus. ngat sedikit, kecuali bila terdapat tanda{anda
gangguan elektrolit, diperlukan pemeriksaan
5. Esofagitis korosif ulseratif berat dengan
elektrolit darah.
komplikasi.
Pe me riksaan radiolog ik
Terdapat perforasi esofagus yang
dapat menimbulkan mediastinitis dan peri- Foto Rontgen toraks postero-anterior dan
tonitis. Kadang-kadang ditemukan tarida-
tanda obstruksi jalan napas atas dan lateral perlu dilakukan untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam dan basa.
adanya mediastinitis atau aspirasi pneumonia.
Berdasarkan gejala klinis dan perjalanan Pemeriksaan Rontgen esofagus dengan
penyakitnya esofagitis korosif dibagi dalam 3
fase yaitu fase akut, fase laten (intermediate) kontraS barium (esofagogram) tidak banyak
dan fase kronik (obstruffiif).
menunjukkan kelainan pada stadium akut. Eso-
FASE AKUT fagus mungkin terlihat normal. Jika ada ke-
curigaan akan adanya perforasi akut esofagus
Keadaan ini berlangsung 1-3 hari. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan luka bakar di atau lambung serta ruptur esofagus akibat
daerah mulut, bibir, faring dan kadang-kadang trauma tindakan, esofagogram perlu dibuat.
Esofagogram perlu dibuat setelah minggu
disertai perdarahan. kedua untuk melihat ada tidaknya striktur
Gejala yang ditemukan pada pasien ialah
esofagus dan dapat diulang setelah 2 bulan
disfagia yang hebat, odinofagia serta suhu
untuk evaluasi.
badan yang meningkat.

Gejala klinis akibat tertelan zat organik

dapat berupa perasaan teg'bakar di saluran

cerna bagian atas, mual, muntah, erosi pada
mukosa, kejang otot, kegagalan sirkulasi dan
pernapasan.

295

Pemeriksaan esofagoskopi Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa
nyeri. Morfin dapat diberikan, jika pasien sangat
Esofagoskopi diperlukan untuk melihat ada- kesakitan.
nya luka bakar di esofagus. Pada esofagoskopi
akan tampak mukosa yang hiperemis, edema Esofagoskopi
dan kadang-kadang ditemukan ulkus.
Biasanya dilakukan esofagoskopi pada
Penatalaksanaan hari ke tiga setelah kejadian atau bila luka

Tujuan pemberian terapi pada esofagitis bakar di bibir, mulut dan faring sudah tenang.
korosif adalah untuk mencegah pembentukan Jika pada waktu melakukan esofagoskopi
striktur.
ditemukan ulkus, esofagoskop tidak boleh
Terapi esofagitis korosif dibedakan antara
dipaksa melalui ulkus tersebut karena ditakut-
tertelan zat korosif dan zat organik. Terapi kan terjadi perforasi. Pada keadaan demikian
sebaiknya dipasang pipa hidung lambung (pipa
esofagitis korosif akibat tertelan at korosif nasogaster) dengan hati-hati dan terus menerus

dibagi dalam fase akut dan fase kronis. Pada (dauer) selama 6 minggu. Setelah 6 minggu

fase akut dilakukan perawatan umum dan esofagoskopi diulang kembali.
terapi khusus berupa terapi medik dan eso- Pada fase kronik biasanya sudah terdapat

fagoskopi. striktur esofagus. Untuk ini dilakukan dilatasi

Perawatan umum dengan bantuan esofagoskop. Dilatasi dilaku-
kan sekaliseminggu, bila keadaan pasien lebih
Perawatan umum dilakukan dengan cara
memperbaiki keadaan umum pasien, menjaga baik dilakukan sekali 2 minggu, setelah se-
keseimbangan elektrolit serta menjaga jalan
napas. Jika terdapat gangguan keseimbangan bulan, sekali 3 bulan dan demikian seterusnya
sampai pasien dapat menelan makanan biasa.
elektrolit diberikan infus aminofusin 600 2 Jika selama 3 kali dilatasi hasilnya kurang me-
muaskan sebaiknya dilakukan reseksi esofagus
botol, glukosa'l0o/o 2 botol, NaCl0,97o + KCI 5 dan dibuat anastomosis ujung ke ujung (end to
Meq/liter 1 botol. end).

Untuk melindungi selaput lendir esofagus Komplikasi
bila muntah dapat diberikan susu atau putih
Komplikasi esofagitis korosif dapat berupa
telur. Jika zat korosif yang tertelan diketahui syok, koma, edema laring, pneumonia aspirasi,
perforasi esofagus, mediastinitis dan kematian.
jenisnya dan terjadi sebelum 6 jam, dapat
TUMOR ESOFAGUS
dilakukan netralisasi (bila zat korosif basa kuat
diberi susu atau air, dan bila asam kuat diberi TUMOR JINAK
antasida).
Tumor jinak esofagus biasanya jarang
Terapimedik ditemukan. Umumnya ditemukan pada usia

Antibiotika diberikan selama 2-3 minggu dewasa muda dan gejalaaejala yang ditimbul-
atau 5 hari bebas demam. Biasanya diberikan
Penisilin dosis tinggi 1 juta - 1,2 jula uniUhari. kannya terjadi secara perlahan, jika diban-

Kortikosteroid diberikan untuk mencegah dingkan dengan tumor ganas esofagus.
terjeidinya pembentukan fi brosis yang berlebih- Tumor jinak esofagus dapat dibagi dalam
an. Kortikosteroid harus diberikan sejak hari
pertama dengan dosis 200-300 mg sampai hari dua golongan, yaitu tumor yang berasal dari
ketiga. Setelah itu dosis diturunkan pedahan- epitel dan tumor yang berasal bukan dari dpitel
lahan tiap 2 han (tapering off). Dosis yang di-
pertahankan (maintenance dose,) ialah 2 X 50 mg (non-epitel).
perhari.

296

Tumor yang berasal dari epitel misalnya tangkai atau tidak. Selain itu esofagoskopi

papiloma, polip, adenoma dan kista, sedang- dipedukan untuk melihat asal dari tumor yang

kan tumor yang non-epitel misalnya leiomioma, bertangkai. Hal ini diperlukan untuk tindakan

fibromioma, lipomioma, fibroma, hemangioma, bedah.

limfaangioma, lipoma, mixofibroma dan neuro- Penatalaksanaan

fibroma. Terapi tumor jinak esofagus adalah de-
ngan pembedahan. Teknik operasi (pengang-
Tumor yang non-epitel dapat bertangkai katan tumor) tergantung dari ukuran tumor,
lokasi tumor, fiksasi mukosa dan apakah lam-
(pedunculated tumor) atau tidak bertangkai
bung sudah terkena.
(sess/e tumor).
Jika tumor terletak di daerah sepertiga
Tumor jinak esofagus yang sering ditemu-
kan adalah leiomioma. tengah esofagus dilakukan operasi torakotomi
'l dari sisi sebelah kanan, jika tumor tedetak di

Gejala daerah sepertiga distal esofagus dilakukan

Tidak ada gejala yang khas dari tumor operasi torakotomi dari sisi sebelah kiri.
jinak esofagus. Gejala sumbatan akan timbul
jika ukuran tumor besar. Disfagia terjadi secara TUMOR GANAS
lambat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor ganas esofagus secara histologik
Kadang-kadang ditemukan rasa tidak enak digolongkan menjadi karsinoma sel skuamosa,
di epigastrium dan substernal, rasa penuh dan adenokarsinoma, karsinosarkoma dan sarkoma.

sakit yang menjalar ke punggung dan bahu, Karsinoma sel skuamosa rnerupakan tumor
ganas esofagus yang paling sering ditemukan.
muntah dan mual serta regurgitasi.
Etiologi
DiagAg,St's
Penyebab tumor ganas esofagus sampai
.i':a:.fr,.tl:i;;.ii saan fisik dan pemeriksaan labo. saat ini belum diketahui. Beberapa faktor yang
banyak membantu dalam mene- erat hubungannya dengan timbulnya karsino-
ma esofagus adalah makanan yang mengan-
gakkan diagnosis. Untuk ini diperlukan peme- dung zat yang bersifat karsinogenik, misalnya

riksaan radiologik dan esofagoskopi. Diagnosis nitrosamin, alkohol, tembakau dan makanan
pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi dan
yang telah berjamur.
sitologi.
Gejala
Pemeriksaan radiologik
Gejala tumor ganas esofagus dapat di-
Biasanya dilakukan pemeriksaan Rontgen golongkan dalam gejala sumbatan, gejala pe-
esofagus dengan kontras barium (esofago-
gram). Pada foto akan tampak gambaran cacat nyebaran tumor ke mediastinum dan gejala
isi yang licin (smooth ftlling defect). Jika tumor-
metastasis ke kelenjar limfa.
nya besar aka4 tampak gambaran mukosa
yang ireguler dan cacat-isi berlobus (obulated Gejala sumbatan dapat berupa disfagia
yang progresif, regurgitasi dan penurunan benat
filling defect) disertai dengan dilatasi esofagus.
badan.
CT scan dapat mempedihatkan lokasi Gejala penye,baran tumor ke mediastinum

tumor di esofagus dan menyingkirkan adanya akan menyebabkHn suara parau, nyeri di
limfadenopati mediastinal atau kelainan pato-
daerah retrostemal, nyeri di daerah punggung,
logis lainnya. di daerah servikal dan gejala bronkopulmoner.

Pemeiksaan esofagoskopi

Dengan esofagoskopi'dapat ditentukan
lokasi tumor serta melihat apakah tumor ber-

297

Gejala metastasis ke kelenjar limfa dapat atau putih keabu-abuan, ireguler dan mudah
berdarah. Dengan esofagoskopi dapat dilaku-
berupa terabanya massa tumor di daerah
kan pengambilan biopsi dan sitologi.
supraklavikula.
Gejala dini tumor ganas esofagus dapat STADIUM TUMOR

berupa bolus makanan terasa tertahan di suatu The American Joint Committee on Cancer
tempat pada saat menelan, rasa nyeri pada Stagrng 1987 membagi stadium tumor ber-
waktu menelan yang dapat menjalar ke telinga, dasarkan TNM sistem. T adalah tumor primer,
N adalah pembesaran kelenjar limfa regional
tenggorok, dada dan lengan serta spasme dan M adalah metastasis jauh.

esofagus di bagian proksimal dari tumor. TNM sistem dapat ditegakkan dari hasil
Gejala disfagia biasanya timbuljika lumen pemeriksaan klinis, esofagoskopi dan CT scan.

esofagus sudah terisi massa tumor lebih dari Penatalaksanaan
50o/o. Pada permulaan disfagia terjadi bila
pasien makan makanan padat. Dengan mening- Pengobatan tumor ganas esofagus ter-
kahya derajat sumbatan pasien akan menge- gantung pada lokasi tumor, jenis tumor dan
luh sulit menelan makanan lunak dan akhimya
makanan cair. adanya metastasis.
Pengobatan yang diberikan dapat berupa
Jika tumor telah menginfiltrasi trakea akan
timbul gejala batuk, stridor ekspirasi dan sesak tindakan operasi, radioterapi, kemoterapi, operasi
napas. dan radioterapi, operasi dan kemoterapi'serta
operasi, radioterapi dan kemoterapi.
Diagnosis
Tindakan operasi dapat dilakukan untuk
Diagnosis pasti ditegakkan dengan me- tujuan kuratif dan paliatif. Pada tumor stadium
lakukan biopsi dari massa tumor atau peme- dini dilakukan operasi Enbloc esophagectomy.
riksaan sitologik. Biopsi dan sitologi dapat di- Pada tumor stadium lanjut pengobatan hanya
lakukan dengan pemeriksaan esofagoskopi de- bersifat paliatif dengan melakukan operasi by
ngan esofagoskop serat optik atau esofagoskop pass berupa end to end esophagogastrostomy
kaku figid). atau srde to end esophagocolostomy.

Pemeriksaan radiologik Kadang-kadang dilakukan pemasangan

Biasanya dilakukan pemeriksaan Rontgen prostesis misalnya menggunakan pipa Celestine
esofagus dengan kontras barium (esofago- dan dilanjutkan dengan pemberian radioterapi
gram). Tanda yang khas adalah lumen yang paliatif dengan tujuan agar pasien masih dapat
sempit dan ireguler serta terdapat kekakuan menikmati makan per oral.
dinding esofagus. Pada tumor yang eksofitik
dan berbentuk polipoid akan tampak gambaran Daftar pustaka
cacat-isi (filling defecl) yang multipeldan ireguler.
1. AdkitE JC. Cong€nital rnalfunnalirns of tne esophagus.
Esofagogram dengan kontras ganda dapat
memperlihatkan adanya lesi tumor yang kecil. ln: Bluestone CD, Stool SE, Sheets MD eds. Pediatic

Pemeriksaan CT scan dan MRI dapat otolaryngology 3d Ed. Vol ll, WB Saunders Co;

membantu menegakkan diagnosis dengan te- 1996.p.1 121-30.
pat. CT scan dapat menentukan ukuran tumor
primer dan mencari adanya pembesaran ke- 2. Ballenger JJ. Diseases of the nose, throat, ear head
lenjar limfa di sepanjang esofagus.
and neck 15th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia
Pemeiksaan esofagoskopi
1996.p.1221-35.
Pada esofagoskopi tumor ganas esofa-
gus yang eksofitik akan tampak benrama merah 3. Drakeley MJ. The esophagus in otolaryngology.

ln: Ken AG; Groves JJ (eds). Scott Brown's

Otolaryngology 5h Ed, Vol V. Buttenrvorth & Co. Ltd,
'1987.p.392414.

298

4. Jackson C and Jackson L. BrcnchoesophaSolosy. 7. Skinner DB, Belley RHR. Management of Eso
WB Saunders Go. Philadelphia ard London, 1958.
phageal Disease. WB Saunders Co 1998.p.45&&4.
5. Postlethwail RW. Suryery of the esophagus.
8. Skinner DB, B€tsey RHR. lvlanagement d Esophaged
Appleton€entury Grofts, 1979.p.77 -177.
6. Riding KH, Bluestone CD. Bums and acquired Disease. WB Saunders Co, 1988.p.499-532.

strictures of the asophagus. ln: Bluestone CD, Stool 9. Savary M, Miller G. The Esophagus Gassman AG,
SE, Scheets MD (eds). Pediatric otolaryngology 3d
Salothum Switzedand, 1978.
Ed. Vol ll, WB Saunders Co, 1996.p.115768.
10. Skinner DB. Management of esophageal diseases.

WB Saunders Co, 1988.p.79&801.

299

BENDA ASING DI ESOFAGUS

Mariana Yunizaf

Benda asing esofagus adalah benda yang Kekerapan
tajam maupun tumpul atau makanan yang ter-
Mati lemas karena sumbatan jalan napas
sangkut dan terjepit di esofagus karena ter- (suffocation) akibat tertelan atau teraspirasi
telan, baik secara sengaja maupun tidak
benda asing merupakan penyebab ke tiga
sengaja.
kematian mendadak pada anak di bawah umur
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda
asing merupakan masalah utama pada anak 1 tahun dan penyebab kematian ke empat

usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada anak berusia 1-6 tahun (National Safety
pada semua umur pada tiap lokasi di esofagus, Council 1984). Morbiditas dan mortalitas yang
baik di tempat penyempitan fisiologis maupun tinggi tergantung pada komplikasi yang terjadi.
patologis dan dapat pula menimbulkan kom- Benda asing di esofagus sering ditemukan di
plikasi fatal akibat perforasi. daerah penyempitan fisiologis esofagus. Benda
asing yang bukan makanan kebanyakan ter-
Etiologi dan faktor predlsposisi sangkut di servikal esofagus, biasanya di otot
krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di
Secara klinis masalah yang timbul akibat daerah penyilangan psofagus dengan bronkus
benda asing esofagus dapat dibagi dalam utama kiri atau pada sfingter kardio-esofagus.
golongan anak dan dewasa. Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda
asing esofagus ditemukan di daerah servikal,
Penyebab pada anak antara lain, anomali
kongenital termasuk stenosis kongenital, web, di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah
fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh
darah. hipofaring dan 7,7o/o di esofagus torakal.

Faktor predisposisi antara lain belum tum- Dilaporkan 48% kasus benda asing yang ter-
buhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan sangkut di daerah esofagogaster menimbulkan
baik, koordinasi proses menelan dan sfingter nekrosis tekanan atau infeksi lokal. Pada orang
laring yang belum sempurna pada kelompok dewasa, benda asing yang tersangkut dapat
usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, berupa makanan atau bahan yang tidak dapat
gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit dicerna, seperti biji buah-buahan, gigi palsu,
neurologik lain yang mendasarinya. Pada orang tulang ikan atau potongan daging yang melekat
dewasa tertelan benda asing sering dialami pada tulang. lnsidens benda asing berupa batu
oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang
telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensalion) baterai (disc battery) 500 - 900 kasus tiap

dari palatum, pada pasien gangguan mental tahun diAmerika Serikat (1983).

dan psikosis. Pafogenesis

Faktor predisposisi lain ialah adanya Benda asing yang berada lama di esofagus
dapat menimbulkan berbagai komplikasi, antara
penyakit-penyakit esofagus yang menimbulkan
gejala disfagia kronis, yaitu penyakit esofagitis lain jaringan granulasi yang menutupi benda
refluks, stihur pasca esofagitis korosif, akhalasia, asing, radang periesofagus. Benda asing ter-
karsinoma esofagus atau lambung, cara me- tentu seperti baterei alkali mempunyai toksisitas
ngunyah yang salah dengan gigi palsu yang
kunang baik pemasangannya, mabuk (alkoholisme) intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi
dan intoksikasi (keracunan).
edema dan inflamasi lokal, terutama bila terjadi
pada anak-anak.

Batu baterai (disc battery) mengandung
elektrolit, baik Natrium atau Kalium hidroksida

dalam larutan kaustik pekal (concentrated caustic

300

solution). Pada penelitian binatang in vitro dan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi
in vivo, bila baterai berada dalam lingkungan
yang lembab dan basah, maka pengeluaran dan muntiah. Kadang-kadang ludah berdarah.
elektrolit akan terjadi dengan cepat, sehingga
terjadi kerusakan jaringan (fssue saponification) Nyeri di punggung menunjukkan tanda
dengan ulserasi lokal, perforasi atau pemben-
tukan striktur. Absorbsi bahan metal dalam perforasi atau mediastinitis. Gangguan napas
darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh dengan gejala dispne, stridor dan sianosis ter-
jadi akibat penekanan trakea oleh benda asing.
karena itu benda asing batu baterai harus
Pemeriksaan fisik, terdapat kekakuan
segera dikeluarkan.
lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat
Diagnosrs edema yang timbul progresif. Bila benda asing

Diagnosis benda asing di esofagus di- ireguler menyebabkan perforasi akut, didapat-

tegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran kan tanda pneumomediastinum, emfisema leher
klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan
radiolggik dan endoskopik. Tindakan endos- dan pada auskultasi terdengar suara getaran di
kopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan daerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi
terapi. mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau

Diagnosis tertelan benda asing, harus bilateral dapat dideteksi. Perforasi langsung ke
dipertimbangkan pada setiap anak dengan rongga pleura dan pneumotoraks jarang ter-
iiwayat rasa tercekik (choking), rasa tersumbat
jadi, tetapi dapat timbul sebagai komplikasi
di tenggorok (gagging), batuk, muntah. Gejala-
gej'ala ini diikuti dengan disfagia, berat badan tindakan endoskopi.
menurun, demam dan gangguan napas. Harus Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk
diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan jenis
benda asing dan apakah mempunyai bagian dapat disebabkan oleh aspirasi ludah atau
yang tajam.
minuman dan pada pemeriksaan fisik didapat-
Gejala dan tanda
kan ronkhi, mengi (wheezing), demam, abses
Gejala sumbatan akibat benda asing eso- leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda
lanjut, berat badan menurun dan gangguan
fagus tergantung pada ukuran, bentuk dan pertumbuhan. Benda asing yang berada di
jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda daerah servikal esofagus dan di bagian distal
asing (apakah berada di daerah penyempitan krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi
esofagus yang normal atau patologis), kom-
saluran napas dengan stridor, karena menekan
plikasi yang timbul akibat benda asing tersebut
dinding trakea bagian posterior (tracheo-
dan lama benda asing tertelan. Gejala per- esophageal pafty wall), radang dan edema
mulaan benda asing esofagus adalah rasa periesofagus. Gejala aspirasi rekuren akibat
obstruksi esofagus sekunder dapat menim-
nyeri di daerah leher bila benda asing ter- bulkan pneumonia, bronkiektasis dan abses
sangkut di daerah servikal. Bila benda asing
-,tersangkut di esofagus bagian distal timbul pars.

fasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri Komplikasi
di'punggung.
Benda asing dapat menimbulkan laserasi
Gejala disfagia bervariasi tergantung, mukosa, perdarahan, perforasi lokal dengan

pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus
bila telah terjadi edema mukosa yang mem-
perberat sumbatan, sehingga timbul rasa sum- dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeo-
batian esofagus yang persisten. Gejala lain ialah
esofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat
odinofagia yaitu . rasa nyeri ketika menelan
juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat
sekunder dari inflamasi kronik dan erosi.

Jaringan granulasi di sekitar b-enda asing tim-

bul bila benda asing berada di esofagus dalam

waktu yang lama.
dan
Gejala -odle.h perforasi esofagus
servikal dan torakal karena benda asing

atau alat, antara lain emfisema subkutis atau

mediastinum, krepitasi kulit di daerah leher

301

atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, Pemeriksaan esofagus dengan kmfas sebaik-
demam dan menggigil, gelisah, nadi dan per-
napasan cepat, nyeri yang menjalar ke pung- nya tidak dilakukan pada benda as*ng r*opak
gung, retrosternal dan epigastrium. Bila terjadi
perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks karena densitas benda asing biasan),a sarn€r
atau pyotoraks. dengan zat kontras, sehingga akan mennrlit-
kan penilaian ada tidaknya benda asing. Risiko
Pemeriksaan radiologik
lain adalah terjadi aspirasi bahan konbas.
Foto Rontgen polos esofagus servikal dan
Bahan kontras Barium lebih baik danpada zal
torakal anteroposterior dan lateral, harus dibuat
kontras yang larut di ai (water soluile ontrcd|
pada semua pasien yang diduga tertelan
benda asing. Benda asing radioopak seperti seperti Gastrografin, karena sifatnya kurang
uang logam, mudah diketahui lokasinya dan
harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum toksis terhadap saluran napas bila terjadi

tindakan esofagoskopi untuk mengetahui ke- aspirasi kontras, sedangkan gastrofragin ber-
sifat mengiritasi paru. Oleh karena itu pema-
mungkinan benda asing sudah pindah ke
bagian distal. Letak uang logam umumnya kaian kontras Gastrografin harus dihindari
koronal, maka hasil foto Rontgen servikal /
terutama pada anak-anak.
torakal pada posisi PA akan dijumpai bayang-
Xeroradiografi dapat menunjukkan gam-
an radioopak berbentuk bundar, sedangkan
pada pasien lateral berupa garis radioopak baran penyangatan (enhancement) pada daerah
yang sejajar dengan kolumna vertebralis. pinggir benda asing.

Benda asing seperti tulang, kulit telur dan lain- CT Scan esofagus dapat menunjukkan

lain cenderung berada pada posisi koronal gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses.
MRI (Magnetic resonance imaging) dapal
dalam esofagus, sehingga lebih mudah dilihat
pada posisi lateral. Benda asing radiolusen menunjukkan gambaran semua keadaan pato-
seperti plastik, aluminium dan lain-lain, dapat
diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus logik esofagus.

atau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus Bagaimanapun juga, tanpa bukti radio-

bagian proksimal. logik, belum dapat menyingkirkan adanya benda
Foto Rontgen toraks dapat menunjukkan
asing di esofagus.
gambaran perforasi esofagus dengan emfi-
sema servikal, emfisema mediastinal, pneumo- Penata!aksanaan
toraks, pyotoraks, mediastinitis, serta aspirasi
Benda asing di esofagus dikeluarkan de-
pneumonia. ngan tindakan esofagoskopi dengan meng-
gunakan cunam yang sesuai dengan benda
Foto Rontgen leher posisi lateral dapat asing tersebut. Bila benda asing telah berhasil
menunjukkan tanda perforasi, dengan trakea
dan laring tergeser ke depan, gelembung udara dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi
di jaringan, adanya bayangan cairan atau abses
bila perforasi telah berlangsung beberapa hari. ulang untuk menilai adanya kelainan-kelainan
esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda
Gambaran radiologik benda asing batu asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan
baterai menunjukkan pinggir bulat dengan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan
gambaran densitas ganda, kaiena bentuk dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torako-
bilaminer. Foto polos sering tidak menunjukkan
gambaran benda asing, seper,ti daging dan tomi atau esofagotomi, tergantung lokasi benda
tulang ikan, sehingga memerlukan pemeriksa- asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi
an esofagus dengan kontras (esofagogram). yang kecil segera dipasang pipa nasogaster
Esofagogram pada benda asing radiolusen
akan memperlihatkan'filling defect persistent". agar pasien tidak menelan, baik makanan
maupun ludah dan diberikan antibiotika ber-
spektrum luas selama 7-10 hari untuk men-
cegah timbulnya sepsis. Benda asing tajam
yang telah masuk ke dalam lambung dapat

menyebabkan perforasi di pylorus. Oleh karena

itu perlu dilakukan evaluasi dengan sebaik-

baiknya, untuk mendapatkan tanda perforasi
sedini mungkin dengan melakukan pemerik-

302

saan radiologik untuk mengetahui posisi dan Daftar pustaka
perubahan letak benda asing. Bila letak benda
1. Stool SE and Monning SC. Foreign bodies of the
asing menetap selama 2 kali 24 jam maka
pharynx and esophagus. Dalam: Pediatric Oto-
benda asing tersebut harus dikeluarkan secara
laryngology. Vol ll WB Saunders Co, 1990: p.1009-19.
pembedahan (laparatomi).
2. Yunizat MH, Mardisyaf. A clinical study of foreign
Benda asing uang logam di esofagus
bodies aspiration in the airuay and food passage
bukan keadaan gawat darurat, namun uang over 6 years (1986-1991). The Srh Asean Otorhino-
logam tersebut harus dikeluarkan sesegera
mungkin dengan persiapan tindakan esofagos- laryngdogycal Head ard Neck Congress, Jakarta 1992.

kopiyang optimal untuk mencegah komplikasi. 3. Crysdale WS, Sende KS, Yao J. Esophageal foreign

Benda asing baterei bundar (disUbutton bodies in children: 15 year review of 484 cases. Ann

battery) di esofagus merupakan benda yang Rhinol Laryngol 1991: p.100-320.

harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi 4. Stool SE, Manning SC. Foreign bodies of the

esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu pharynx and esophagus. ln: Bluestone CJ, Stool

!4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus. SE, Kenna MA eds. Pediatric Otolaryngology. Vol 2

Philadelphia. PA. WB Saunders 1996: p.1'169-80.

303

PENYAKIT REFLU KS GASTROESOFAGUS
DENGAN MANIFESTASI OTOLARINGOLOGI

Mariana H. Yunizaf dan Nurbaiti lskandar

Refluks Gastro Esofagus (RGE) didefinisi- belakang hidung (post nasal dnp), rinofaringitis
nonspesifik, sinusitis rekuren.t-6' t 3-t s
kan sebagai aliran retrograd isi lambung ke
PRGE pada bayi dan anak-anak sering
dalam esofagus. Merupakan proses fisiologis dibawa ke ahli THT dengan gejala dan kelainan
rinosinusitis kronik, batuk kronik, suara serak,
yang terjadi secam intermitten terutiama setelah sering meludah, rasa tercekat di faring (globus
pharyngeus), disfagia orofaring, otitis media
makan. Oleh sebab itu disebut juga sebagai rekuren, batuk berulang atau batuk spasme,
refluks gastroesofagus fisiologik atau refluks kelainan laring seperti laringomalasia, stridor
gastro esofagus asimtomatik. Refluks gastro
esofagus pada bayi dan anak-anak adalah dan pseudolaringomalasia, stenosis subglotis.3'1c1e
proses fisiologis dan fungsional. Pada bayi
PATOFISIOLOGI PRGE
normal dan sehat sering terjadi dan biasanya
PRGE dapat berupa gangguan fungsional
menghilang. Proses ini akan menghilang sendiri
G 90% kasus) atau gangguan sfuktural (J'l0Vo
(self limited) pada usia 6-12 bulan. Penyakit
Refluks Gastro Esofagus (PRGE) disebut se- kasus). PRGE menimbulkan gejala refluks yang
bagai refluks gasfo esofagus patologik atiau
relluks gasto esofagus simtomatik, merupakan disebabkan oleh disfungsi sfingter esofagus
kondisi yang kronik dan berulang, sehingga
bawah (SEB), sedangkan PRGE strukturalgejala
menimbulkan perubahan patologi pada traktus reffuks menimbulkan kerusakan mukosa esofagus.
SEB berperan penting dalam patofisiologi refluks.
aerodigestif atas dan organ lain di luar Pada orang normal/sehat SEB mencegah aliran
retrograd refluksat dari lambung ke dalam eso-
esofagus.l'e Penyakit refluks gastro esofagus fagus dengan mempertahankan sawar (barier),
pada bayi dan anak-anak merupakan proses
patologik yang lebih serius dan harus dipikirkan yang berupa perbedaan tekanan antara eso-
diagnosis bandingnya dengan penyakit traktus fagus dan lambung. Tekanan intraabdomen
gastrointestinal atas, alergi, penyakit metabolik,
lebih tinggi daripada tekanan inbatoraks. Tekanan
infeksi, renal dan susunan saraf pusat.e'10 SEB pada individu normal 25-35 mmHg .1'2'20'21

Manifestasi klinis PRGE di luar esofagus Patogenesis PRGE rnerupakan peristiwa multi-
faktor yang dipengaruhi oleh :
didefinisikan sebagai Refluks Ekstra Esofagus
(REE).6€ lstilah Refluks Laringo Faring (RLF) - Perubahan anatomi dari sawar refluks,

adalah REE yang menimbulkan manifestasi antiara lain sfi:kfur diaftagma, krura diaftag-
rnalika, ligannn ftenoesofagus, sudut gaste
penyakitpenyakit oral, faring, laring dan pap.TJr-tr esofagus, katup jabir mukosa (mucr,sal flap
vafue), panjang esofagus intaaMomind,
REE telah dianggap berperan penting pada hiatus hemia luncur (slUing hiatus hemia)
banyak penyakit saluran napas atas dan paru. dan hernia paraesofagus.
Oleh karena itu ahli THT harus mewaspadai
adanya hubungan yang kompleks untuk me- - Komponen fisiologi antara lain sfingter eso-

negakkan diagnosis dan terapi REE akibat PRGE. fagus bawah (SEB), perbedaan tekanan

Pasien REE akibat PRGE sering datang ke ahli

THT dengan keluhan tenggorok rasa nyeri dan

kering, rasa panas di pipi, sensasi ada yang

menyumbat (globus sensation), kelainan laring

dengan suara serak, batuk kronik, asma. Sering

diobati sebagai Rinitis non alergi dengan sekret

304

abdominotoraks, pembersihan asam ese 1. Kontak langsung refluks asam lambung
fagus (eqhagea/ ack! &anne), resisGnsi
epilel (epithelial resistance) sfingter eso- dan pepsin ke esofagus proksimal dan
SEA yang berlanjut dengan kerusakan
fagus atas (SEA).
mukosa faring, laring dan paru.
- Faktor esofagus; yaitu gerakan badan eso- 2 Pajanan asam esofagus distal akan me-

fagus, efisiensi pembersihan esofagus dan rangsang refleks vagal yang menyebabkan
pengosongan esofagus (gastic emptying). terjadinya spasme bronkus, batuk, sering
meludah, menyebabkan perubahan inflamasi
- Faktor lambung; seperti volume dan sekresi pada laring dan faring.

asam lambung, sifat dan materi refluks, pe- Efek PRGE pada saluran napas anak

ngosongan lambung, distensi gaster (gastrrc terjadi melalui 3 mekanisme:3

distention) dan refluks duodenogaster. Per- '1. Mikroaspirasi dengan pneumonitis kimia.
lambatan pengosongan gaster menyebab-
2. Mikroaspirasi dengan pneumonitis kimia
kan tekanan dan volume inbagaster meninggi.
atau stimulasi refleks protektif laring.
- Faktor makanan, obesitas, kehamilan, hor-
3. Stimulasi refleks reseptor esofagus yang
monal, neurologik dan tindakan bedah.
menyebabkan hiperaktivitas bronkus.
- Relaksasi sementiara sfingter esofagus bawah
(RSSEB I Transient LES relaxation), me- MANIFESTASI KLINIS PRGE

megang peranan penting dalam patogenesis Manifestasi klinis PRGE sangat bervariasi
PRGE. RSSEB adalah relaksasi SEB yang dan gejalanya sering sukar dibedakan dengan
terjadi pada saat tidakada peristaltik, periode
hipotonus sfingter sesudah .rnakan. Pasien kelainan fungsional lain dari traktus gastro-

dengan esofagitis atati saAt setelah makan intestinal.l'5'1o'15
makanan berlemak, RSSEB dapat lebih Gejala refluks gastroesofagus dapat tipikal dan
sering terjadi yang dicetus oleh refleks vagal, atipikal.
distensi gaster atau gangguan pernapasan.
Gejala tipikal atau klasik pada orang dewasa
- Peristiwa menelan mernegang pennan pen- adalah :

ting pada pembersihan asam esofagus (Eso- 1. Rasa panas di dada terjadi setelah makan
phageal acid, cleanncelEACI; karena dapat
(postpnndial heaft bum), didefinisikan s+
menimbulkari gelombang peristaltik esofagus bagai rasa panas substernal di bawah tu-
lang dada, rasa terbakar/panas menjalar
primer. Gelombang peristdltik ini menge- ke atas sampai tenggorok atau mulut 1-2
luarkan air liur yang kaya akan bikarbonat jam setelah makan atau setelah meng-
yang dapat menetralkan dan membersih-
angkat berat atau posisi membungkuk.
kan refluksat ke-bagian distal Csofagus.
2. Regurgitasi isi lambung secara spontan ke
- SEA merupakan sauiar terakhir untuk men-
esofagus atau mulut.
cegah refluksat masuk kg laringofaring.
Bila kedua gejala terjadi bersamaan, diagnosis
Studi menyatakan bahwa tonus SEA yang
meninggi sebagai r6aksl te'rfradap refl uksat PRGE dapat ditegakkan lebih dari 90%.13
mehimbulkan /distensi esofagus, relaksasi Gejala atipikal merupakan manifestasi dari

SEA sehingga terjadi pajanan asam ke refluks ekstra esofagus termasuk: nyeri dada
non kardiak (Non cardiac chestpain), asma,
faring atau/ariryg. bronkitis, batuk kronik, pneumonia rekuren,
suara serak, laringitis posterior kronik, sensasi
- Faktor jghg banfak pula berperan pada sukar menelan, otalgia, sariawan, kecegukan
dan erosi email gigi. Gejala-refluks terjadi + 50o/o
PRGE ialah pgrigtaltik esofagus yang me- pada pasien yang mengeluh dispepsia, nyeri

nurun dan esofagus Barrett.2o abdominal, rasa tidak nyaman di perut. Kira-

Patofisiologi Refl uks Ekstraesofagug (REE) kira 10% pasien PRGE mengalami gejala gang-

Dua mekanisme yang dianggap sebagai
penyebab REE akibat PRGE ialah':

3)5

guan struktural esofagus dengan gejala tanda neurologik akibat refluks dikenal dengan Sindrorn
bahaya (alarm symptoms) yang serius.yaitu Sandifer yaitu memiringkan kepala, leher teleng
nyeri dada, disfagia, odinofagia, gejala sistemik dan postur opistotonik.
seperti berat badan menurun, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan yang lebih ekstensif PRGE sekunder: dihubungkan dengan faktor
sebelum ditegakkan diagnosis PRGE. Tes
diagnosis dilakukan bila diagnosis klinis PRGE predisposisi PRGE, seperti:
meragukan dan diduga terjadi komplikasi.
- Gangguan neurologi, dengan mekanisme
Manibstasiklinb PRGE pada bayi dan anak
yang berbeda dari PRGE fungsional, sering
Gejala tipikal biasanya disebabkan oleh dikaitkan dengan spastisitas otot, kifosko-
refluks esofagitis, sedangkan gejala atipikal liosis, makan melalui pipa nasogaster atau
berhubungan dengan kompleks laringotrakea gastrostomi, gangguan saraf sentral, enteral
yaitu refluks laringitis antara lain suara serak, dan mortilitas gastrointestinal.
stridor, mengi, batuk kronik, apne, bradikardi,
keadaan mengancam nyawa yang nyata (ALTE/ - Atresiatrakeoesofagus.
apparent life threatening event), sindrom ke- - Hernia hiatus yang besar.
matian anak mendadak (S/DS/sudden infant
KOMPLIKASIPRGE
death syndrom), pneumonia rekuren, asma.
PRGE pada bayi dan anak-anak digolongkan PRGE dapat menimbulkan komplikasi ke
dalam 4 kategori.lT esofagus dan ekstra esofagus. Komplikasi be-
rat ke dalam esofagus antara lain Esofagus
1. PRGE fisiologik Banett, striktur peptik. Kor,rplikasi ekstra eso-
2. PRGE fungsional fagus antara lain kelainan laringofaring, asma
3. PRGE patologik yang disebabkan refl uks.
4. PRGE sekunder
Esofagus Barreft14'22'23 adalah kondisi di-
PRGE fisiologik: episode refluks terjadi pada
periode sesudah makan dengan durasi pen- mana terjadi perubahan metiaplasia epitel kolumnar
dek, biasanya secara klinis tidak jelas, walau- menggantikan epitel skuamosa mukosa esofagus
yang rusak akibat pajanan refluksat. Dapat di-
pun ada episode regurgitasi.
diagnosis secara endoskopik dan biopsi SEB
PRGE fungsional: terjadi pada 50% kasus, serta mempunyai risiko terjadi adenokarsinoma
biasanya disertai muntah atau regurgitasi, se- esofagus. Dikatakan Esofagus Barrett, bila
ring terjadi pada bayi sehat sampai usia 3 jarak antara taut epitel torak skuamosa dan
bulan dan keluhan hilang dalam usia 6 bulan taut gastroesofagus secara anatomik lebih dari
3 cm (Segmen panjang). Jika panjang esofagus
sampai 2 tahun. Episode refluks bervariasi dari yang diliputi epitel kolumnar kurang dari 3 cm
1 sampai 10 kali perhari. disebut esofagus Barreft segmen pendek.
Epitel sfingter berada proksimal di atas SEB,
PRGE patologik: terjadi refluks esofagitis,
mukosa metaplasia dari Esofagus Barrett
penyakit paru kronik, apne, tumbuh terganggu
(failure to thrive). Gejala refluks esofagitis pada berada di bagian distalesofagus.
bayi a.l. menangis, iritabilitas, gangguan tidur, Striktur peptik merupakan komplikasi eso-
gangguan menelan. Pada anak-anak yang lebih
besar mengeluh nyeri dada, nyeri epigaster, fagitis refluks. Striktur esofagus jinak ditemu-
kan pada sepertiga pasien dengan Esofagus
abdominal atau substernal, sukar menelan Barrett. Asma yang disebabkan oleh refluks
disebut juga asma gaster (gastric asthma),
seperti orang dewasa dan odinofagia. Disfagia yaitu asma_yang ditimbulkan oleh refluks gastre
esofagus. Kelainan laringofaring akibat PRGE,
merupakan gejala akibat refluks esofagitis antara lain laringitis (refluks) posterior, globus
faringeus, stenosis laring atau trakea, spasme
yang bertahan lama atau striktur peptik. Penya-
kit paru kronik akibat refluks antara lain batuk, laring, nyed tenggorok. Komplikasi supraesofagus
spasme bronkus (bronchospasme), bronkitis,
spasme laring, suara serak. Manifestasi keadaan lain dad PRGE ialah sinusfis, otalgia dan erosidental.

306

DIAGNOSIS 24 hour pH monitoring dengan double/triple

Diagnosis PRGE umumnya didasarkan probe, minimal menggunakan 1 ajuk (probe) di
pada kombinasi riwayat penyakit, pemeriksaan atas sfingter esofagus atas.6'8's Pemeriksaan
fisik, tes diagnostik yang tepat. Pasien yang laringoskopi fleksibel fiberoptik, videolaringos-
datang pada ahli THT seringkali tidak disertai kopi, video stroboskopi dan laringoskopi kaku
gejala refluks tipikal, seperti dada panas dan merupakan pemeriksaan yang sensitif terhadap
regurgitasi. Jika pasien datang dengan gejala
tipikal PRGE disertai gejala THT seperti suara refluks laringofaring.
serak pagi hari, mulut berbau (halitosrs/, lendir
kental, mulut kering, sering meludah, dapat Endoskopi
dicoba pemberian obat anti refluks Proton
Pump lnhibitor (PPl) seperti Omeprazole atau Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan
secara rutin sebagai pemeriksaan awal pada
Lanzoprazole, H2 antiagonist, obatobat Prokinetik pasien dengan suspek PRGE dengan mani-
festasi penyakit otolaringologi dan tidak meru-
untuk + 8 minggu. Bila gejala hilang maka
pakan prasyarat untuk memulai terapi medik.l'5'e'2a
dapat diduga gejala THT disebabkan sekunder
lndikasi pemeriksaan endoskopi :
dari PRGE. Menentukan tes yang potensial
untuk menegakkan diagnosis PRGE dengan - Pasien dengan gejala tanda bahaya, antara

gejala tipikal atau atipikal, ada 3 kategoritujuan lain disfagia, odinofagia, berat badan me-
nurun, anemia, perdarahan gastrointestinal
pemeriksaan:'''o 1) Menentukan ada/tidaknya untuk menlngkirkan kelainan traktus gastre
intestinal atas, metaplasia Barrett dan kom-
refluks, 2) Menentukan ada / tidaknya ke- plikasi lain.

rusakan esofagus .etlfat refluks, 3) Mengukur - Pasien yang tidak ada respons dengan

refl uks secara tepat.l'5's'2 terapi medik, pasien yang mengalami gejala
lebih dari 5 tahun untuk menilai prognosis
1. Ada/tidaknya refluks dan hasilterapi medik.

1.1. Pemeriksaan Radiologi untuk me- PRGE dapat diklasifikasikan berdasarkan pene-
muan endoskopi dengan menilai kerusakan
nentukan Hiatus Hernia. mukosa berupa esofagitis erosif. Derajat berat-
nya esofagitis erosif akibat refluks dapat dinilai
1.2. Pemeriksaan Manometri: menentu-
dari beratnya erosi.
kan tonus sfingter gastro esofagus.
Esofagitis erosif digolongkan menurut
1.3. Pemeriksaan Endoskopi: Esofagos-
Klasifikasi Savary Miller yaitu :
kopi, laringoskopi
Derajat I Esofagitis erosif dengan ulkus
2. Kerusakan esofagus akibat refluks
soliter non sirkumferensial.
2.1, Tes Perfusiasam (Bernstein)
2.2. Endoskopi: esofagoskopi, laringoskopi Derajat ll Esofagitis erosif dengan ulkus
2.3. Biopsi mukosa esofagus
2.4. Barium esofagogram (kontras ganda) multipel dan confluenf (membaur).

3. Mengukur refluks Derajat lll Esofagitis erosif dengan ulkus

3.1. Barium esofagogram sirkumferensial dan membaur.
3.2. Scintiscan gastroesofagus
3.3. Tes refluks asam standar (Standard Derajat lV Esofagus Banett.

acid refluks tes / SARI) Klasifikasi lain menentukan beratnya esofagitis
yaitu : Metaplasia (M), Ulserasi (U), Striktur (S)
3.4. Monitor pH lumen esofagus 24 jam dan Erosi(E).

(24 hour pH monitoing)

Cara menegakkan diagnosis refluks ekstra
esofagus atau refluks laringofaring didasarkan

atas riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, peme-

riksaan hipofaring, laring dan tes diagnosis.
Memonitor pH 24 jam dengan pemeriksaan

307

Penemuan Endoskopi PRGE20 stenosis esofagus, sumbatan gastric outlet),
kelainan motilitas esofagus dan ulkus pada
Penyakit fungslonal Penemuan Endoskopi
(90% kasus) mukosa.s
Dinding epitel skuamosa
Penyakit sFuktural (Squamous epithelial Pemeriksaan Radionukleotid
(10% kasus) linlng) permukaan dan
wama mukosa Scintiscan esofagus dapat mendiagnosis,
mengukur dan menghifung secara akurat derajat
Taut torak skuamosa pengosongan lambung, sehingga dapat mem-
(Sguamo+olumnar bantu diagnosis PRGE.

junction) Prolonged Ambulatory pH Monitoring

Dinding epitel skuamosa Prolonged pH monitoing merupakan peme-
(Squarnous epithelial riksaan yang paling penting untuk menibi refluks
lining) dan menentukan apakah gejala berhubungan
dengan PRGE.5's'24
Ulkus soliter lndikasi pemeriksaan antara lain untuk menen-
Ulkus non sirkumferensial, tukan diagnosis pasien dengan gejala panas di
dada yang tidak ada respon terhadap terapi
membaur
anti refluks dengan PPl2x /hari selama 8-12
Ulkus sirkumferensial,
membaur minggu dan pasien dengan gejala otolaringo-
logi atau gejala saluran napas atas lainnya
Taut torak skuamosa yang disertai dugaan akibat PRGE.
(Sguamous columnar Caranya: dengan memasukkan kateter antirnony
junctlon) diameter 2 mm transnasal melalui pemeriksaan
manometri ke bagian distal esofagus. Elektroda
* posisi normal diletakkan 5 cm di atas SEB yang dihubungkan
* posisi proksimal, suspek
dengan sebuah mikrokomputer kecil yang
refluks
dipasang di pinggang atau pergelangan tangan
' posisi proksimal, suspek pasien. Untuk menilai REE dapat dipasang
elektroda multipel pada sebuah kateter untuk
Esofagus Banett tipe pendek
menilai pH intragaster dan intraesofagus,
' posisi proksimal, suspek
pajanan asam pada esofagus distal dan esofagus
Esofagus Barett tipe panjarg
proksimal atau bersamaan secara simultan.
Barium Radlografi Pajanan asam abnormal di bagian proksimal
esofagus di bawah SEA diduga menyebabkan
Pemeriksaan Barium esofagogram dengan
terjadinya aspirasi pada pasien dengan gejala
.kontras ganda berguna untuk : otolaringologi akibat PRGE.
Menilai penebalan llpatan mukosa esofagus,
Dual prcbe pH monitoring dengan probe 5
o adanya erosi atau ulkus. cm di bawah SEB dan probe kedua 20 cm di
atas esofagus proksimal sedikit di bawah SEA
Menentukan hemia hiatus, sehingga SEB
merupakan prosedur pilihan untuk pasien
. berada di atas diafragma.
Menentukan refluks barium ke atiau di atas dengan gejala otolaringologi akibat PRGE.
karina atau ke dalam rongga toraks, se-
hingga diduga terjadi aspirasi yang merupa- Pajanan asam esofagus bagian distal
kan petunjuk adanya manifestasi laringitis
yang abnormal dapat dicatat pada posisi tegak
. oleh PRGE. dan tidur telentang, menunjukkan bahwa ada

Mengevaluasi suspek komplikasi PRGE, aspirasi, sehingga dapat dikatakan gejal'a
seperli molilitas abnormal atiau stiktur peplik,
sumbatan berupa cincin, selaput, atau ke- otolaringologi diakibatkan oleh PRGE.

ganasan.

Pada anak-anak dengan dugaan PRGE, Barium

esofagogram berguna untuk mendeteksi ke-
lainan anatomi (antara lain fistel trakeo eso-
fagus, anomali pembuluh darah, malrotasi,

308

Hasil pH normaltidak menyingkirkan PRGE, jus citrus, produk tomat, kopi, teh,
karena dapat terjadi negatif semu akibat refluk-
sat yang bersifat netral atau basa atau aliran alkohol, cola, bawang.
saliva bertambah akibat rangsangan pipa naso-
faster.5 - Trdakrnakan2jamsebdumlidur.
- Hindari coklat (dapat menurunkan
Manometri esofagus
tekanan SEB).
Manometri berguna untuk menentukan
tekanan SEB yang abnormal atau motilitras eso a Kurangi atau sebaiknya hentikan merokok.
fagus dan mengevaluasi amplitudo kontraksi a Hindari obat-obat yang mempengaruhi te-

esofagus praoperatif. Dilakukan sebelum operasi kanan SEB, antara lain anti kolinergik se
dalif atau obat penenang (t,'a,nquilizers),
anti-refluks, untuk menentukan ada tidaknya
Theophylline, Proslaglandins, Cabium channel
motilitas esofagus yang tidak efektif.
brockers.
PENATALAKSANAAN MEDIK PRGE Hindari obat yang menyebabkan kerusakan

PRGE merupakan kondisi kronik berulang esofagus, seperti tablet Potasium, Sutfas
dengan gejala yang bervariasi akibat isi lam-
Fenosus, Antibiotik (kapsul gelatin), Tetra-
bung (asam dan pepsin) masuk kembali ke cyclin, NSAIDS (non steroid anti inflamatory
dalam esofagus atau luar esofagus. Pengo-
drugs), aspirin, Alendronate.
batan pasien PRGE memedukan pertimbangan
yang hati-hati terhadap gejala primer, derajat il. Terapl farmakologik
kerusakan mukosa dan ada lidaknya komplikasi.
1. Obat-obat proteksi sel (Cytoprotective) :
Tujuan pengobatan adalah : 1) menghi-
Antasid dengan asam alginik, Sucralfate.
langkan gejala, 2) menyembuhkan kerusakan
2. Obat Promotilitas / prokinetik : Metoclo-
mukosa, 3) mengatasi komplikasl dan 1)
pramide : $10 nB 4 x perhari; Cisapride; 10 ng
mencegah remisi gejala.
Terapi harus merupakan kombinasi modi- 4 x perhari.

fikasi gaya hidup dan diel 2) tenpi farmake 3. Obatobat supresif asam / antisekretori : anta-
logik dan 3) tenpi bedah antirefluks.l-s'2e3'
gonis reseptor H2 (H2receptor antagonists).
Umumnya pasien dengan refluks laringe
faring dan manifestasi ekstraesofagus lainnya - Cimetidine 40O rng 2x I han (Penya-
dari PRGE memerlukan dosis terapiyang lebih
tinggi, biasanya dengan PPI 2 x sehari untuk kit simtomalik non erosif =
periode lebih lama dibandingkan dengan terapi
terhadap rasa pands di dada dan refluks eso- non erosive simptomatic
fagitis.
disease).
Prinsip terapi PRGE dengan penekanan
khusus pada manifestasi Refluks Ekstra Eso- 8@ nB 2x ltun (esobgilis
fagus (REE) dan Refluks Laringofaring (RLF).
Ranitidine erosif)
f. Modifikasi gaya hidup (tttb style modifica-
150 mg 2x I han (penlakit
tions)
Famotidine simtomatik non+rosif)
. Meninggikan kepala tempat tidur (6 inci).
-,o Diet Rendah lemak, protein tinggi. 150 mg 4 x / hari (eso-

Hindarl makanan spesifik yang fagitis erosif)

mengiritasi esofagus dan lambung, 20mg2xlhad'(penyakit

- Nizatidine simtomatik nonerosif)

40 mg 2xlhan (esofagitis

erosif)

150mg2xlhai(semua

rnanifestasi penyakit tefr uks)

Proton-Pump lnhibitor (PPl) :

-'Omeprazde : Zong / hari (terapti rurnatan

I maintenance)

- Lanzoprazole : 30 mg / hari (akut)

15 mg / hari (rumatdn)

Obat proteksi sel dapat menetralisasi

refluksat asam, mengurangi kerusakan mukosa

309

dan mencegah aktivitas pepsin, mempunyai - Mengatasi distensi lambung (gaster distention)

efek samping paling sedikit tetapi memerlukan Laparoscopic Nissen Fundoplication merupa-
kan bedah standar, aman dan efektif serta
pemberian dosis berulang. Obal Prokinetik paling sering dilakukan pada PRGE dan REE.

memperbaiki motilitas gastroesofagus. PENATALAKSANAAN PRGE DENGAN
REFLUKS EKSTRA ESOFAGUS
Metaclopnmide; berupa antagonis dopamine,
Pasien dengan PRGE yang disertai REE /
dapat memperbaiki pengosongan lambung, keluhan otolaringologi harus dilakukan anamnesis
yang cermat, pemeriksaan fisik dan laringos-
peristaltik esofagus dan meninggikan tekanan kopi. Jika ada disfagia harus dipertimbangkan
SEB, tetapi mempunyai efek samping ekstra- pemeriksaan terhadap proses menelan dengan
piramidal dan sedatif. Video endoscopic dan R6 Barium untuk me-

Cisapride: obat kolinergik pilihan yang nyingkirkan striktur atau kelainan motilitas.
dapat melepaskan acetylcholine dari pleksus
Pemeriksaan ambulatory pH monitoring meru-
mienterik, menghilangkan efek ekstrapiramidal
pakan tes diagnosis yang ideal, tetapi ada
dan sedatif dari Metaclopramide, dapat me-
nekan produksi asam lambung dan efektif beberapa limitasi : 1) pH monitoring tidak
digunakan untuk PRGE dengan gangguan
selalu tersedia, 2) Sensitifitas dan spesiflsitas
saluran napas yang kronik pada anak. belum jelas 100%, 3) Pasien tidak mengalami
PPI merupakan obat anti sekretori paling refluks pada frekuensi yang sama setiap hari,

kuat yang mempunyai efek menghambat tahap 4) Pada pasien dengan Refluks ekstra eso-
akhir produksi asam, bermanfaat untuk terapi fagus, waktu pajanan asam pada esofagus
REE. PPI merupakan satu-satunya obat yang proksimal dan distal sering bervariasi, me-

secara konsisten menaikkan pH lambung di mungkinkan bertambahnya hasil negatif semu
atas 5, kondisi dimana pepsin menjadi inaktif. jika terdapat pajanan asam yang fisiologis.
Obat ini menghambat enzim H', K*, ATPase
pada sel parietal, menurunkan produksi asam Jika pada anamnesis dan pemeriksaan
secara dramatis. Dianjurkan meminum obat laringoskopi, diduga ada PRGE disertai dada
30-60 menit sebelum makan, bukan sebelum panas berulang dan regurgitasi, atau secara
tidur. Pilihan awal terapi dimulai dengan obat endoskopi ada PRGE, sedangkan prolonged

Prokinetik. Jika terdapat esofagitis, iritasi laring pH monitoring tidak tersedia, maka terapi
dan / atau trakea, dapat ditambah dengan obat
antirefl uks merupakan pilihan awal.
anti sekretori. Dosis dikurangi bertahap ter- Pasien suspek PRGE dengan gejala laring,

gantung pada kondisi klinis pasien. diberikan kombinasi PPI 2xlhari (Omeprazole
20 mg atau lansoprazole 30 mg) untuk 8-12
lll. Terapi bedah antirefluks minggu. Jika tidak ada respons, dilakukan pH

Nissen Fundoplication, Hell Gastropexy, monitoring bersamaan iJengan PPl. PRGE

Belsey Merk lV. yang berkaitan dengan penyakit otolaringologi,
pemeriksaan Endoskopi diperlukan untuk me-
lndikasi teraoi bedah untuk kasus-kasus tertentu, nyingkirkan Esofagus Barrett sebelum terapi
antara lain :t6-32 jangka panjang.26

- PRGE refrakter / persisten yang gagal Daftar pustaka

dengan terapi medik 1. Jamieson GG and Durranceau A. Gastroesophageal

- Malnutrisi berat reflux. WB Saunders Co, 1988.
- lnfeksi saluran napas rekuren
- Striktur esofagus yang gagal dengan terapi 2. Castell DO, WuWC, Ott DY. Gastroesophageal

dilatasi Reflux Disease. Pathogenesis, Diagnosis, Therapy.
Futura Publ. Co lnc. New York 1985.
- Esofagus Barrett

Tujuan terapi bedah anti refluks berdasarkan

-anatomi, yaitu :
Memperbaiki kompetensi kardia dengan me-
nambah panjang dan tekanan SEB

- Mengurangi diameter esofagus

310

3 Silva HB. Airway manifestations of Pediatric Gastro- 19. Yellon RF. The Spectrum of Reflux. Associated

esophageal Reflux Disease Pediairic Otolaryngology. Orolaryngologic Problems in lnfants and Children.

Thieme Medic Publ. lnc. New York, 2000: p.619:33. 'Am J Med by Excerpta Medica, lnc 1997;

4. Kokrilas PJ. Gastroesophageal reflux disease. 1 03(5A):1 25S-'1 29S.

JAMA 1996; 276:983-8. 20. Lambert R. Pathophysiology and' Diagnosis of
GERD. ln: Clinician's Manual on Management
5. Scotl M, Gelhat AR, Pharm D. Gastroesophageal lssues in Gastroesophageal Reflux Disease. LSC

Reflux Disease. Diagnosis and Management. ln: Ltd London, 1999: p.1-12.

Practical Therapeutics. American Family Physician, 21. Siewert YR, Ho'lscher AH. Disease of the Esophagus.
'1999; 59:5.
Pathophysiology, Diagnosis, Conservative and Surgical
6. Paderson WG. Extraesophageal complications of
gastroesophageal reflux disease. Can J Gastro- Treatment. Springer-Verlag, 1 998: p. 1 031 -7 1 .

enterol, 1 997; 1 1 (suppl ): 458-508, 22. Lamers C. Complications of gastroesophageal

7. Book DT, Rhee JS. Toohil RJ, Smith TL. Perspectives reflux. ln: Clinician's Manual on Management lssues
in Laryngopharyngeal Reflux. An lnternational
in Gastroesophageal Reflux Disease. LSC. Ltd.
survey. The Laryngoscope 112: 2002: p.1399-1406,
London, 1999: p.45-53.
B. Takber S, Gross M, lssing WJ. Association of
23. Spechler SJ. Barrett's Esophagus. ln: GERD. The
Laryngopharyngeal symptoms with Gastroesophageal
-Last Word. Schnetztir-Verlag Gmb HD Konstanz.
Refl ux Disease. Laryngoscope 1 12: 2002:879-86.
1998: p 63.
9. Powitzky ES. Extraesophageal Reflux. The Role in
24. Satalof RT, Castell OD, Katz PO, Sataloff DM.
.. laryngeal disease. Cunent Opinion in Otolaryngology Diagnostic Tests for Gastroesophageal Reflux. ln:
Reflux Laryngitis and Related Disorders. Singular
Head & Neck Surgery: Lippincott. Williams &
Publ. Group. lnc. San Diego. London 1999: p.55-67.
Wilkins. 2002; 1 0(6):485-91.
25. Armstrong D, Bchir MB. Endoscopic Evaluation of
10. Jung AD. Gastroesophageal Reflux in lnfants and Gastroesophageal Reflux Disease. ln: GERD. The

Children. ln: Practical Therapeutics. American Family Last Word. Schnetztir - Verlag Gmb HD. Konstanz,

Physician Vol. 64, 2001. 1998: p.55.

11. Koufman JA. The Otolaryngologic manifestation of 26. Satalof RT, Castell OD, Katz PO, Satalqf DM.
Behavioral and Medical Management of Gastro-
gastroesophageal reflux disease._ Laryngoscope esophageal Reflux Disease. ln: Reflux Laryngitis '
and Related Disorders. Singular Publ. Group. lnc.
1991; 10 (suppl 53):1-78.
San Diego. London '1999: p.69-106.
12. Koufman JA. Gastroesophageal reflux and voice
27. Mc Quaid KR. Beyond the Esophagus - The
disorder. ln: Diagnosis and treatment of voice Evaluating Management of Extraesophageal

- disorders. Robin JS (ed). New York. lgaku Shoin Presentations of Gastroesophageal Reflux Disease.

1995:161-75. Digestive Disease Week 2001.

13. Koufman JA, Armen MR, Panette M. Prevalence of 28. Stanghellini V. Shortterm Management of GERD ln:

reflux in 1 13 consecutive patients with laryngeal and Clinician's Manual on Management lssues in Gastro-

voice disorders. Otolaryngol Head & Neck Surg . esophageal Reflux Disease. LSC. Lld. London,

2000;123:385-8. 1999: p.13-23.

14. Sataloff RT, Castell OD, Katz PO, Sataloff DM. 29. Arnold R and Eissele R. longterm Management of

Gastroesophageal Reflux Disease: An Overview of GERD. ln: Clinicians Manual on Mahagement

Clinical Presentation and Epidemiology. ln: Reflux lssues in Gastroesophageal Reflux Disease. LSC.
laryngitis and related disorders. Singular Publ.
Ltd, London, 1999: p.24-33.
Group. lnc San Diego London 1999: p.33-51.
30. Nowak A and Marek N. Special management
15. Wong RKH, Hanson DG, Waring PJ, Shaw G. ENT problems of GERD. ln: Clinician's Manual on

Manifestations of Gastroesophageal Reflux. Am J Management lssues in Gastroesophageal Reflux
Disease - LSC. Ltd. London, 1999: p.34-44.
Gastroenterol 2000;95(suppl):S 1 5-S22.
3.l . Modlin lM. Medical Management. GERD. The last
16. Sizkead DL, Zeringue GP, Kluka ES, Udall J, Liu DC.
Wbrd. Schnetztor - Verlag Gmb HD - Konstanz.
Gastroesophageal refl ux and pediatric otolaryngologic
1998: p.57-67.
disease. The Role of Antireflux Surgery. Arch
32. Lauffer J and Modlin l. lndications for antireflux
Otolaryngol Hebd & Neck Surg. 2001;127:511-4. surgery. ln: Clinician's Manual on Management

17. Phipps CD, Wood WE, Gibson WS, Cochran WJ. lssues in Gastroesophageal Reflux Disease-LSC.

Gastroesophageal reflux contributing to chronic Ltd. London, 1999: p.54-64.

sinus disease in children. Arch. Otolaryngol Head &

Neck Surg 2000; 126:831-6.

18. Goldenkersh MJ, Ament M. Asthma and gastro-

esophageal Reflux in lnfants and Children. lmmunology

and Allergy Clinicis of North American,20O1',?1:3.

311

ESOFAGOSKOPI

Efiaty Arsyad Soepardi

Pemeriksaan lumen esofagus secara lang- mencari dan melihat sumber perdarahan men-
sung dengan menggunakan alat esofagoskop, cari kemungkinan penyebab disfagia, nenilai
disebut esofagoskopi. Tujuan tindakan ini ialah adanya tanda-tanda residif tumor ganas.

untuk melihat isi lumen esofagus, keadaan TERAPI

dinding atau mukosa esofagus serta bentuk Esofagoskopi dilakukan sebagai tindakan
terapi pada dilatasi striktur esofagus, menge-
lumen esofagus. Bila diperlukan untuk mengam- luarkan benda asing, skeloterapi untuk varises
bil bahan pemeriksaan sitologi atau biopsitumor.
esofagus, koagulasi diatermi, pemasangan
Gejala utama kelainan esofagus
prostesis esofagus dan miotomi endoskopik.
Jika ada kelainan di esofagus, gejala yang
biasanya ditemukan ialah: (1) disfagia (sukar Esofagoskopi
menelan), (2) regurgitasi (makanan yang belum
dicerna dimuntahkan kembali), (3) odinofagia Esofagoskopi dilakukan dengan meng-
(rasa nyeri ketika menelan), (4). rasa panas gunakan alat esofagoskop kaku (fiberoptic rigid
esophagoscope), alau memakai esofagoskop
atau terbakar di daerah substernal dan epi- lenlur (fi be rcpti c fle x ibl e e so p h ag o scope). Pen g-
gastrium, (5) rasa nyeri di sepanjang eso-
fagus, misalnya nyeri di daerah substernal gunaan esofagoskop kaku terutama untuk terapi
menunjukkan kelainan di esofagus servikal, seperti mengambil benda asing, mengangkat
nyeri di daerah prekordial menunjukkan ke- tumor jinak, hemostiatis, pemberian obat sklero-
sing untuk varises, dan dilatasi striktur. Selain
lainan di esofagus torakal, nleri di epigastrium
itu juga untuk menilai keadaan bagian prok-
menunjukkan kelainan di daerah esofagus
simal esofagus yaitu daerah taut faringo-
abdominal atau gaster dan (6) hematemesis.
esofagus (pharyngo eophageal junction). Alal
INDIKASI ESOFAGOSKOPI
ini juga digunakan untuk menilai kelainan
Esofagoskopi dilakukan untuk diagnostik
dan terapi. esofagus pada bayi dan anak kecil, serta untuk
mengambil foto kelainan esofagus.
DIAGNOSTIK
Esofagoskop lentur memberi kemudahan
1. Mengevaluasi keluhan disfagia, odinofagia, unfuk memeriksa pasien dengan kelainan tulang
vertebra, terutama di daerah servikal dan torakal.
nyeri di dada, rasa panas di dada dan per- Untuk kelainan esofagus yang disertai dengan
darahan yang menetap. kecurigaan adanya kelainan di lambung, maka

2. Mengevaluasi perjalanan penyakit atau ke- esofagoskop lentur merupakan alat pilihan

lainan esofagus antara lain esofagitis, luka untuk diagnostik.
bakar korosif, akalasia, spasme difus eso-
fagus dan tumor esofagus. Fungsi kedua macam alat ini saling me-
nutupi kekurangannya masing-masing. Seorang
3. Mengevaluasi kelainan seperti divertikulum, ahli endoskopi diharapkan dapat menggunakan

varises, stenosis, kelainan mukosa eso- kedua macam alat tersebut.
fagus dan hiatus hemia. Prosedur tindakan esofagoskopi ini dapat

4. Mengevaluasi pasien pasca operasi eso- dilakukan dengan analgesia topikal, analgesia
neurolep atau dalam narkosis tergantung pada
fagus, seperti menilai anastomosis esofagus, keadaan pasien dan alat yang akan digunakan.

312

Agar pemeriksaan esofagus ini dapat ber- setinggi vertebra torakal. 10 dengan jarak
langsung dengan baik dan untuk menghindari kurang lebih 3 sentimeter di depan vertebra.

komplikasi yang mungkin timbul, perlu di- Akhimya esofagus. ini sampai di rongga abdomen
perhatikan persiapan yang optimal, baik dari dan bersatu dengan lambung di daerah kardia
segi pasien, operator, alat dan ruang peme-
setinggi vertebra torakal.Xl.
riksaan. Berdasarkan letaknya, esofagus dibagi

Persiapan pasien dalam bagian servikal, torakal dan abdominal.

Esofagoskopi sebaiknya tidak dilakukan Esofagus tidak selalu terletak di garis
pada pasien dalam keadaan syok atau men-
tengah, tetapi mempu.nyai lengkungan pada
derita infark miokard yang baru. Dalam keada-
an seperti ini sebaiknya keadaan umum diper- bidang sagital dan koronal. Lengkung di bidang
baiki lebih dahulu dan pemeriksaan ditunda.
sagital dipengaruhi oleh bentuk lengkung kolumna
Kontra indikasi absolut dari tindakan eso-
fagoskopi tidak ada, sedangkan kontra indikasi vertebra, kecuali di bagian distal. Lengkung di
relatif tindakan esofagoskopi ialah bila terdapat
aneurisma aorta dan kantong tanng (pharyngeal bidang koronal bila dilihat dari depan, tampak
pouch) yang besar. Pasien pasca€pemsi esofagus lengkung di bagian proksimal ke kiri, sedang-
atau bila diduga menderita perforasi esofagus, kan lengkung di bagian distal yaitu di daerah
maka tindakan esofagoskopi harus dilakukan
lebih hati-hati. torakeabdominal ke kanan, sehingga esofagus

Sebelum iindakan esofagoskopi dipuasa- tampak berbentuk huruf S. Hal ini penting
kan 4-6 jam sebelumnya. Untuk pasien dengan
kecurigaan akalasia maka 5 hari sebelum tin- diperhatikan pada tindakan esofagoskopi.
dakan dilakuka'n, pasien hanya diberi makanan Pada orang dewasa panjang esofagus
cair. Pemeriksaan fisik ditujukan khusus untuk
jantung, paru, ginjal, dan pemeriksaan radiologik servikal 5-6 sentimeter, mulai dari C6 sampai
esofagus. Pemeriksaan darah dan urin, yang ber- T1. Dinding anterior esofagus servikal melekat
hubungan dengan fahor pembekuan dan darah. erat dbngan, jaringan ikat serta otot dinding

Persiapan operator posterior trakea. Dinding ini disebut dinding

Sebelum tindakan esofagoskopi haruslah bersama trakea-esofagus (tracheo-esophageal
ditetapkan indikasi tindakan, metoda dan jenis
anestesia yang direncanakan. Dengan demikian pafty wall). Di bagian depan, esofagus ini
dapat dipersiapkan alat-alat yang akan dipakai.
tertutup oleh kelenjar tiroid, sedang di bagian kiri
Pemahaman anatomi esofagus sangat
penting untuk mencegah komplikasi tindakan. dan kanannya berjalan nervus rekuren laring.

Esofagus merupakan bagian saluran cer- Di bagian belakang esofagus servikal, di

na yang menghubungkan hipofaring dengan daerah perbatasan dengan hipofaring, terdapat

lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus daerah dengan resistensi lemah (/ocus minoris
esofagus yang terletak setinggi batas bawah reslstensrae), yaitu dinding yang tidak tertutup
kartilago krikoid atau setinggi vertebra servikal6. ,
oleh otot konstriktor faring inferior. Jackson
Dalam perjalanannya dari daerah servikal,
esofagus ini masuk ke dalam rongga toraks. Di menyebut intnoitus esofagus sebagai gate of tearc
dalam rongga toraks, esofagus berada di mediasli-
alau bab el mandeb, oleh karena di daerah ini
num superior, antara trakea dan kolumna sering terjadi perforasi pada tindakan esofagos-
vertebrata, terus ke mediastinum posterior di
kopi.
belakang atrium kiri dan menembus diafragma
Bentuk introitus esofagus tidak bulat,

diameter transversal 23 milimeter dan antero-

posterior 17 milimeter. Benda asing yang gepeng

akan lebih mudah terletak di bidang koronal,

dan benda asing yang bentuknya bulat dapat

menekan trakea.

Panjang esofagus torakal 16-18 sentimeter.
Dinding anterior tetap melekat pada dinding
posterior trakea sampai setinggi T5, sehingga

sering terjadi fistula trakea-esofagus.
Di dalam rongga toraks, esofagus disilang

oleh arkus aorta setinggi T4 dan bronkus kiri
setinggi T5. Akhimya esofagus torakal me-
nembus diafragma di hiatus diafragmatika.

313

Esofagus abdominal terdiri atas bagian dengan pemberian prernedikasi dan sedasi.
diafragma yang disebut pars diafragmatika,
panjangnya 1-1,5 sentimeter dan bagian eso' Pemakaian esofagoskop lenfur serat optik akan
fagus yang berada di dalam rongga abdomen, mempersingka! masa perarrrafr pasca- tindakan.
panjangnya 2-3,sentimeter. Batas distal me-
Ruangan dan alat-alat
rupakan garis Z (Z line) dan disebut taut
Pada pemeriksaan esofagus yang meng-
esofagus-gaster (gastro-esophaggal junction). gunakan alat esofagoskop kaku, tindakan harus

Dalam perjalanannya, esofagus ini ditan- dilakukan di' kamar operasi yang dilengkapi
dai oleh beberapa tempat penyempitan yang dengan alat anestesia dan resusitasi, oksigen
serla alat pengisap. Diperlukan asisten untuk
'dapat dilihat pada waktu esofagoskopi.
memegang dan mengatur posisi kepala pasien.
Penyempitan di bagian proksimal disebab' Pemeriksaan esofagus dengan mengguna-
kan oleh otot krikofaring dan kartilago krikoid.
Diameter transversal 23 milimeter dan antero- kan esofagoskop lentur memungkinkan tindak-
posterior 17 milimeter
an ini dilakukan di sisi tempat tidur pasien
Penyempitan ke dua ialah iJi sebelah kiri,
setinggi arkus aorta yang menyilang esofagus. dengan pembbrian analgesia topikal saja. Diban-

Di daerah ini dapat terlihat pulsasi, aorta. dingk6n dengan esofagoskop kaku, peme-

Diameter transversal 23 milimeter dan antero- riksaan dengan esofagoskbp lentur lebih ringan
posterior'1 9 milimeter 'dan kuranginenimbulkan rasa nyeri.

Penyempitan ke tiga ialah pada dinding Untuk diagnostik kelainan esofagus serta
anterior kiri yang disebabkan oleh penekanan pemeriksaan lambung secara langsung peng-
bronkus kiri. Diameter transversal 23 milimeter gunaan esofagoskop lentur ini sangatlah tepat.

dan anieroposterior 17 milimeter Komplikasi
Penyempi,tgn ke empat ialah pada waktu
. Jika esofagoskopi dilakukan dengan hati-
esofagus menembus diapragma.
hati biasanya jarang menimbulkan komplikasi.
Anesfesla Komplikasi yang pemah dilaporkan berupa
patah gigi seri, robeknya mukosa esofagus,
Tindakan esofagoskopi dapat dilakukan perdarahan dan perforasi esofagus.
dengan anestesia umum (narkosis) atau anal-
gesia topikal; Anestesia umum diberikan pada Daftar pustaka
pasien yang tidak kooperatif atau pada pasien
yang diduga akan mengalami kesulitan pada L Schild JA and Snow JB. Esophagology. ln:
pemeriksaan esofagus, sehingga dibutuhkan
waktu yang lebih lama. Dengan memakai pipa Otorhinolaryngology head and neck surgery. 15rh
endotrakea, pemapasan lebih terjamin dan
resusitasi lebih mudah dilakukan. Pemeriksaan ed Lea & Febiger book, Philadelphia, London, 1996:
esofagus dengan esofagoskop kaku lebih 9.122't-1235,

mudah dilaksanakan dengan anestesia umum. 2. Siegel LG. Diseases of the esophagus. ln: Current

Pada pasien yang kooperatif pemberian therapy in otolaryngology head and neck surgery.
analgesia topikal secara bertahap, didahului Toonto Philadelphia BC. Decker lnc, 1990: p.471-481.


Click to View FlipBook Version