The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by haroldrobin22, 2020-05-10 23:27:53

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI

Keywords: THT UI

90

Gambar 7. ABD jenis ITC Gambar 9. ABD jenis kacamata

ABD jenis CIC (Completely ln The Canal) ABD jenfs hantaran tulang (Bone conduclion aiQ
Sebenamya dapat dikelompokkan sebagai
Digunakan pada gangguan pendengaran i
jenis ITC juga. Merupakan ABD terkecil dan di tuli jenis hantaran (konduktif). Biasanya di-
pasang pada sisi dalam liang telinga, jadi lebih
dekat dengan gendang telinga. Permukaan manfaatkan pada kasus atresia liang telinga
luar dilengkapi dengan tangkai plastik untuk Juga digunakan pada kasus dimana sewaktu
waktu liang telinga terisi cairan yang berasal
mempermudah memasang dan melepaskan dari infeksi telinga tengah. ABD jenis hantaran
tulang dibedakan menjadi; (1). ABD jenis han-
ABD. Sebagaimana halnya dengan jenis lTC, taran tulang konvensional. (2). BAHA (Bone
pengaturan secara manual lebih sulit. Namun Anchored Hearing Aid)
model terbaru telah dilengkapi dengan remote
control. (1) ABD hantaran tulang konvensional

Gambar 8. ABD jenis CIG Suara dari luar akan menggetarkan bone
vibratoryang dipasang pada prosesus mastoid.
ABD jenis kacamata (Spectacle aid) Getaran tulang dihasilkan oleh penggetar tu-
ABD ditempatkan pada tangkai kaca mata
lang (bone vibrato) yang ditempelkan pada
bagian belakang. Umumnyd jenis BTE, namun tulang mastoid dengan bantuan ikat kepala
dapat juga jenis bone conduction. Secara kos- khusus (head band), kaca mata atau plastik
nretis jenis ini memberikan penampilan lebih baik mirip bando. Kerugian ABD jenis ini adalah
karena penderita seolah olah menggunakan tidak praktis, penampilan kurang menarik
kacamata. Pemanfaatan cara ini untuk ABD jenis
hantaran tulang kurang efektif karena tekanan (kosmetik), butuh amplifikasi besar dan timbul
penggetar tulang (bone vibrator) tidak stabil. lecet pada kulit yang menempel dengan bone

vibrator. Pilihan model ABD pada sistim ini
adalah jenis saku atau BTE.

(2) ABD jenis BAHA (Bone Anchored Hearing
Aid)

ABD yang mirip jenis saku dihubungkan
melalui kabel dengan penggetar tulang (bone
vibrator). yang dapat dipasang dan dilepas
melalui srstim sekrup - baut dengan lempengan
logam dari bahan Titanium yang telah ditanam

ke dalam tulang mastoid melalui tindakan

operasi. Hantaran tulang lebih efektif diban-
dingkan ABD jenis hantaran tulang.

91

Gambar 10. ABD jenis BAHA dapat memilih frekuensi yang spesifik sesuai
dengan kebutuhan; hal ini dimungkinkan oleh
ABD jenis CROS (Contralateral Routing Of kemampuan sistim digital membagi spektrum
suara menjadi 8 frekuensi (sistim analog hanya
Signals) dan BICROS terdiri dari 2 frekuensi). ABD sistim digital men-
jadi sangat fleksibel karena secara otomatis
ABD CROS digunakan pada penderita tuli dapat beradaptasi dengan suara yang keras
berat hanya satu sisi telinga (unilateral). Mikrofon atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan
ditempatkan pada telinga yang terganggu, se- yang berlebihan .(ove r am pl ification).
dangkan amplifier dan receiver dipasang pada
sisi telinga yang normal. Suara dari sisi telinga Pengolahan digital ini menghasilkan output
yang mengalami gangguan diteruskan ke sisi bunyi yang sangat jernih, nyaman dan sesuai
telinga yang normal melalui kabel atau pemancar dengan suara aslinya.
FM mini. Cara ini memungkinkan penderita me.
nangkap bunyi dad sisi yang rnengalami gangguan. ASSTSTTVE L|STENtNG DEVTCE (ALD)

Bila kedua telinga mengalami gangguan ALD adalah perangkat elektronik untuk
pendengaran yang asimetris dapat dilakqkan meningkatkan kenyamanan mendengar pada
kondisi lingkungan pendengaran tertentu se-
pernasangan ABD jenis Bilateral CROS (BICROS).
perti menonton televisi, mendengarkan telepon,
Mikrofon dipasang pada masing masing te-
linga, sedangkan amplifier dan receiver hanya mendengar suara bel rumah atau pada saat
dipasang pada sisitelinga yang lebih baik.
berada di ruang aula / auditorium. ALD dapat
Sistlm ABD
dipergunakan tersendiri atau dipasang -pada
Secara umum sistim kerja ABD dibedakan ABD dengan maksud mengoptimalkan kerja
menjadi (1) analog dan (2)digital. Prinsip sistim
analog adalah memperkeras suara yang masuk ABD. Dikenal beberapa jenis ALD, seperti:
telinga melalui komponen mekanik dasar yang
1. Sistim Kabel
sederhana. Sirkuit ABD ini telah diatur dari
Receiver ABD dihubungkan melalui kabel
pabrik sehingga kemampuan pengaturan yang dengan mikrofon yang digunakan oleh lawan
lebih individual sangat terbatas atau kurang bicara (guru). Cara ini dapat membantu pada
fleksibel. Sistim ini mudah mengalami distorsi, pembicaraan jarak pendek. Juga dapat dihu-
terjadi noise (bising) pada rangkaian komponen bungkan dengan pesawat televisi, radio, walk-
dan rentan terhadap bising disekitamya. Sedang- man, pemutar CD dan perangkat audio lainnya.
kan sistim analog menggunakan chrp komputer Sistim ini memiliki keterbatasan karena diten-
untuk menganalisa suara yang masuk. Setelah tukan oleh panjangnyanya kabel.
suara diperkeras (amplifikasi), teknologi digital
akan memilih suara yang pedu diteru,skan ke 2. Sistim FM (Frequency Modulation)
dalam telinga dan menyingkirkan suara yang
tidak diharapkan (noise). ABD sistim digital bisa ABD dihubungkan dengan sumber suara
menerima program komputer tertentu yang tanpa mempergunakan kabel (wireless). Suara
dari lawan bicara, pembicara atau guru dipan-

carkan melalui sinyal/gelombang radio FM
menuju ABD yang digunakan. Cara ini lebih

fleksibel dibandingkan dengan sistim kabel.

Sistim ini dapat digunakan pada ruang

kelas atau ruang pertemuan.

3. Sistim infra merah (infra red)

Sinyal dari sumber bunyi dipancarkan me-

lalui gelombang sinar infra merah, seperti

92

halnya dengan remote control Sistim infra (2) Komponen dalam : receiver, multi chanel
merah ini memerlukan jalan sinyal bebas ham-
batan anlara transmitter dengan receiver. electrode

4. lnduction Loops Cara kerja implan koklea
lmpuls suara ditangkap oleh mikrofon dan
Perangkat ini menghasilkan suatu medan
magnet yang akan meningkatkan kenyamanan diteruskan menuju speech processor melalui
mendengar. Medan magnet tersebut akan di- kabel penghubung. Speech processor akan
tangkap oleh receiver yang ada pada suatu melakukan seleksi informasi suara yang sesuai
headphone atau ABD. Rangkaian yang luas dan mengubahnya menjadi kode suara yang
dapat di pasang pada suatu ruangan pertemuan. akan disampaikan ke transmiter. Kode suara
Sedangkan rangkaian yang lebih terbatas dapat
akan dipancarkan menembus kulit menuju
dipasang disekitar leher dan dihubungkan
receiver atau stimulator. Pada bagian ini kode
dengan telepon, pemutar CD dan lainJain. suara akan diubah menjadi sinyal listrik dan
akan dikirim menuju elektroda-elektroda yang
IMPLAN KOKLEA sesuai di dalam koklea sehingga menimbulkan
stimulasi serabut-serabut saraf. Pada speech
Merupakan perangkat elektronik yang mem- processor terdapat sirkuit listrik khusus yang
punyai kemampuan menggantikan fungsi koklea berfungsi meredam bising lingkungan.
untuk meningkatkan kemampuan mendengar
dan berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat \t
dan total bilateral. lmplan koklea sudah mulai
dimanfaatkan semenjak 25 tahun yang lalu dan 4

berkembang pesat di negara maju. lmplantasi o

koklea pertama kali dikerjakan di lndonesia Gambar 11. Mekanlsme kerJa lmplan koklea

pada bulan Juli 2002. Selama 4 tahun terakhir Persiapan implantasl koklea
telah dilakukan implantasi koklea pada 27 anak
Untuk mendapatkan hasil optimal dari
dan 1 orang dewasa. lmplan koklea yang implantasi koklea perlu dilakukan persiapan
yang matang mencakup konsultasi dengan
paling mutakhir saat ini mempunyai 24 buah
saluran (channel). orang tua untuk memperoleh informasi tentang
riwayat penyakit anak serta harapan orang tua
lndikasi dan kontra indikasi pemasangan terhadap implantasi koklea. Pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan THT, radiologik (CT scan
implan koklea untuk melihat keadaan koklea), laboratorium

lndikasi pemasangan implan koklea ada-
lah keadaan tuli saraf berat bilateral atau tuli
total bilateral (anak maupun dewasa) yang

tidak / sedikit mendapat manfaat dengan alat

bantu dengar konvensional, usia 12 bulan sam-
pai 17 tahun, tidak ada kontraindikasi medis
dan calon pengguna mempunyai perkembang-
an kognitif yang baik.

Sedangkan kontra indikasi pemasangan
implan koklea antara lain tuli akibat kelainan

pada jalur saraf pusat (tuli sentral), proses

penulangan koklea, koklea tidak berkembang.
Perangkat implan koklea terdiridari :

(1) Komponen luar : Mikrofon, Speech Processor,

kabel penghubung mikrofon dengan speech
processor, transmiter

93

darah. Tes pendengaran yang harus dilakukan netapkan dan mengatur sejumlah aliran listrik
antara lain Behavioral Obseruation Audiometry yang disampaikan ke koklea.
(BOA), timpanometri, OAE, BERA dan ASSR
(Auditory Steady Sfate Response) bila diper- Program yang dibuat disimpan pada speech
lukan serta audiometri nada murni untuk anak p/ocessor dan jumlahnya tergantung pada jenis
yang lebih besar dan kooperatif. Tes kemam- implan yang digunakan dan berbeda untuk se-
puan wicara dan berbahasa perlu dinilai se- tiap orang. Selanjutnya anak mengikuti program
belum menggunakan ABD. Sebelum operasi
dianjurkan untuk menggunakan ABD selama terapi audio verbal secara teratur disertai

8 - 10 minggu bersamaan dengan terapi audio pemetaan berkala.
Keberhasilan implantasi koklea ditentukan
verbal untuk menilai manfaatnya. Tes psikologi
dengan menilai kemampuan mendengar, per-
dilakukan untuk menilai kemampuan anak tambahan kosa kata dan pemahaman bahasa.

untuk belajar setelah dilakukan implantasi koklea. Daftar pustaka

Program rehabilitasi pasca bedah 1. Scollie S, Seewald R. Hearing Aid Fitting and

Switch on yaitu pengaktifan alat, dilaku- Verification Procedures for Children. ln: Katz JK (ed).
Handbook of Clinical Audiology Sth ed. Baltimore:
kan 2 - 4 minggu pasca bedah. Pemeriksaan William and Wilkins, 2002: p.687 - 706

CT Scan pasca bedah untuk menilai keadaan 2. Valente M, Valente M. Hearing Aid Fitting and
elektroda yang telah terpasang di dalam koklea.
Pada anak yang tidak kooperatif data awal Verification Procedures for Adults. ln: Katz JK (ed).
dapat diperoleh dengan melakukan NRT (Neural Handbook of Clinical Audiology Sth ed. Baltimore:
Respons Telemetry) terlebih dahulu kemudian William and Wilkins, 2002. p.707 - 728
menetapkan C (comfoftable) levelyaitu suara
keras yang dapat ditoleransi tanpa menim- 3. Cohlear lmplant Workshop. The Australian Bionic Ear

fbulkan rasa sakit dan (hreshold) level suara and Hearing lnstitute. Melboume, Australia, 1993.

terkecil yang dideteksi. Yang dimaksud derrgan 4. Dillon H. Hearing Aids systems. ln: Dillon H (ed)
pemetaan (mapping) adalah proses untuk me-
Hearing aids. 1r ed. Sydney: Boomerang Press;2001

Keterangan : gambargambar ABD dan lmplan koklea
diambil dai brosur beberapa produsen dan foto yang

dibuat sendiri

!!,!! !l!q.!ql !! !? rt.!!r ! ! Fr !,1 !
"^4:f.!!

C level
T level

f r r f trTrrrrrrrrrr.rTrr r
l5t t5l t5q lta 19 ilg l!3 !t t! !? rj0 rJo l9 u0 1tc9 s !9 !.t.
t) r1 \,1 f4 * n,
)t+

Gambar 12. Mapping (pemetaan)

94

BAB III

GANGGUAN KESEIMBANGAN DAN KELUMPUHAN

NERVUS FAS/ALIS

GANGGUAN KESEIMBANGAN

Jenny Bashiruddin, Entjep Hadjar, Widayat Alviandi

Gangguan keseimbangan merupakan cairan endolimfa lebih tinggi daripada cairan
salah satu gangguan yang sering kita jumpai perilimfa. Ujung saraf vestibuler perada dalam
labirin membran yang terapung dalam perilimfa,
dan dapat mengenai segala usia. Seringkali yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin
terdiri dari 3 kanalis semi-sirkularis (kss), yaitu
pasien datang berobat walaupun tingkat kss horizontal (lateral), kss anterior (superior)
dan kss posterior (inferior). Selain 3 kanalis ini
gangguan keseimbangan masih dalam taraf
terdapat pula utrikulus dan sakulus.
yang ringan. Hal ini disebabkan oleh tergang-
Perlu diketahui letak geografi alatalat
gunya aktivitas sehari-hari dan rasa ketidak-
keseimbangan ini terhadap kepala' (bidang
nyamanan yang ditimbulkannya.
horizontal kepala) maupun terhadap permuka-
Alat vestibuler (alat keseimbangan) ter-
letak di telinga dalam (labirin), terlindung oleh an bumi. Bidang horizontal kepala ialah bidang
tulang yang paling keras yang dimiliki oleh
tubuh. Labirin secara umum adalah telinga yang melalui kedua sisi inferior orbita dan
dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan
kedua tengah-tengah liang telinga luar kanan
sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas
dan kiri. Bidang yang melalui kedua kss
labirin tulang dan labirin membran. Labirin horizontal membentuk 30 derajat dengan bi-
membran terletak dalam labirin tulang dan
bentuknya hampir menurut bentuk labirin dang horizontal kepala dengan kedua ampula
tulang. Antara labirin membran dan labirin
tulang terdapat perilimfa, sedang endolimfa kanalis semi sirkularis berada pada daerah
lateral atas dan depan dari titik perpotongan
terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis ketiga bidang kanalis semi-sirkularis. Letak

t5

bidang kss horizontal tegak lurus terhadap pasien tidur dengan kepala pada sandaran itu,
maka posisi tersebut sudah siap untuk tes kalori.
kedua bidang vertikal (bidang vertikal adalah
dua bidang yang masing-masing melalui kss FISIOLOGI ALAT KESEIMBANGAN

anterior dan kss posterior), sedang kedua Keseimbangan dan orientasi tubuh se-
seorang terhadap lingkungan di sekitarnya ter-
bidang vertikal tersebut juga saling tegak lurus,
gantung pada input sensorik dari reseptor vesti-
sehingga ketiga bidang tersebut seperti letak
buler di labirin, organ visual dan proprioseptif.
dinding sebuah kubus (saling tegak lurus). Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik

Bila seseorang melihat kaki langit, maka tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggam-
barkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.
bidang horizontal kepala dianggap sejajar de-
ngan bidang horizontal bumi, sehingga bila Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus
dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin
seseorang duduk tegak di kursi dan melihat
membran yang terdapat dalam vestibulum
kaki langit, maka bidang kss horizontal mem-
labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat
bentuk sudut 30 derajat dengan bidang
makula utrikulus yang di dalamnya terdapat
horizontal bumi. Pada perangsangan kalori kita
sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik
memedukan bidang kss horizontal dalam terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana
keadaan tegak lurus, jadi dalam keadaan pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang ber-
hubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di
duduk ini orang tersebut harus menggerakkan dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri
dari sel-sel reseptor keseimbangan dan se-
kepala ke belakang (ekstensi kepala)sebanyak luruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin
yang disebut kupula.
60 derajat. Pemeriksaan kalori biasanya

dilakukan sambil telentang. Dalam kedudukan
ini bidang kss horizontal membenttjk sudut 60

derajat dengan horizontal bumi, dan untuk
perangsangan kalori, kepala harus fleksi 30

derajat. Untuk memudahkan, disediakan tem-
pat tidur dengan sandaran kepala yang mem-

bentuk sudut 30 derajat. Dengan demikian bila

Perangsangan kanalis horisontal kiri Perangsangan kanalis horisontal kanan
Penghambatan kanalis horisontal kanan Penghambatan kanalis horisontal krri

Perangsang kanalis anterior kiri Perangsang kanalis anterior kanan
Penghambatan kanalis posterior Pernghambatan kanalis posterior kiri

Kanalis anterior kiri Kanalis anterior kanan
Kanalis horisontal kiri Kanalis horisontal kanan
Kanalis posterror kiri Kanalis posterior kanan

Perangsangan kanalis posterior kiri Perangsangah kanalis posterior kanan
Penghambatan kanalis anterior kanan Penghambatan kanalis anterior kin

Gambar 1. Posisi Kanalis vestibuler

96

Gambar 2. Labirln dlkutlp darl Haln a nimbulkan gangguan vertigo bila terjadi ke-
rusakair pada sistem vestibulernya, misalnya
Gerakan atau perubahan kepala dan orang dengan paresis kanal akan merasa ter-
ganggu bila naik perahu. Rangsangan normal
tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan dapat pula menimbulkan vertigo pada orang
normal, bila situasinya berubah, misalnya da-
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel
lam ruang tanpa bobot.
rambut akan menekuk. Tekukan silia menye- Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap
babkan permeabilitas membran sel berubah,
sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel perubahan konsentrasi 02 dalam darah, oleh
yang menyebabkan terjadinya proses depolari- karena itu perubahan aliran darah yang men-
sasi dan akan merangsang penglepasan neulo- dadak dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak
transmiter eksitator yang selanjutnya akan me- akan timbul bila hanya ada perubahan kon-
neruskan impuls sensoris melalui saraf aferen sentrasi 02 saja, tetapi harus ada faktor lain
ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu ber- yang menyertainya, misalnya sklerosis pada
kas silia terdorong ke arah berlawanan, maka salah satu dari arteri auditiva intema, atau salah
terjadi hiperpolarisasi. satu arteri tersebut terjepit. Dengan demikian
bila ada perubahan konsentrasi 02, hanya satu
Organ vestibuler berfungsi sebagai trans-
duser yang mengubah energi mekanik akibat sisi saja yang mengadakan penyesuaian,

rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial
dalam kanalis semisirkularis menjadi energi
biolistrik, sehingga dapat memberi informasi antara vestibuler kanan dan kiri. Akibatnya
mengenai perubahan posisi tubuh akibat per-
cepatan linier atau percepatan sudut. Dengan akan terjadi serangan vertigo.
demikian dapat memberi informasi mengenai Perubahan konsentrasi 02 dapat terjadi,

semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. misalnya pada hipertensi, hipotensi, spondilo-
Sistem vestibuler berhubungan dengan artrosis servikal. Pada kelainan vasomotor,
mekanisme terjadinya vertigo disebabkan oleh
sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya karena terjadi perbedaan perilaku antara arteri
dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh auditiva interna kanan dan kiri, sehingga me-
bersangkutian. Gejala yang timbul dapat berupa nimbulkan perbedaan potensial antara vesti-
vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung buler kanan dan kiri.
berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit
reaksinya berkeringat dingin. PEMERIKSMN KESEIMBANGAN

PATOFISIOLOGI ALAT VESTIBULER Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat
dilakukan mulai dari pemeriksaan yang seder-
Rangsangan normal akan selalu menim- hana yaitu :
bulkan gangguan vertigo, misalnya pada tes
kalori. Rangsangan abnormal dapat pula me- - Uji Romberg : berdiri, lengan dilipat di dada,

mata ditutup, dapat dipertajam (Sharp
Rombergl dengan memposisikan kaki

tandem depan belakang,lengan dilipat di
dada, mata tertutup. Pada orang normal
dapat berdiri lebih dari 30 detik.

- Uji berjalan (Stepping lest) : berjalan di

tempat 50 langkah, bila tempat berubah
melebihijarak 1 meter dan badan berputar

lebih dari 300 berarti sudah terdapat

gangguan keseimbangan

- Pemeriksaan fungsi serebelum :

Seperti : Past pointing fest, dilakukan de-

ngan merentangkan tangan diangkat tinggi,.

)7

kemudian telunjuk menyentuh telunjuk yang VERTIGO
lain dengan mata tertutup. Tes jari hidung,
dilakukan dalam posisi duduk pasien di- Vertigo adalah perasaan berputar. Dalam
minta menunjuk hidung dengan jari dalam bahasa lndonesia istilah pusing sangat mem-
keadaan mata terbuka dan tertutup. bingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya,
ada istilah daerah yang lebih tepat, misalnya
Pemeriksaan keseimbangan secara obyektif pusing tujuh keliling (Betawi), oyong (Jawa)
dapat dilakukan dengan Posturografi dan ENG. dan lieur (Sunda), dapat dipakai sebagai peng-
ganti vertigo. lstilah pusing yang tidak berputar
POSTUROGRAFI dipakai kata "pening", sedangkan untuk vertigo
(pening berputar), dapat dipakai kata pusing.
Posturografi adalah pemeriksaan keseim-
bangan yang dapat menilai secara obyektif dan Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa
kuantitatif kemampuan keseimbangan postural macam yaitu, vertigo spontan, vertigo posisi
seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang dan vertigo kalori.
benar tentang gangguan keseimbangan karena
Dikatakan vertigo spontan bila vertigo tim-
gangguan vestibuler, maka input visual di- bul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan
ganggu dengan menutup mata dan input pro- timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada
penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa
prioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas yang meninggi.
alas tumpuan yang tidak stabil. Dikatakan
Dalam vertigo posisi, vertigo timbul di-
terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat sebabkan oleh perubahan posisi kepala. Ver-
ayun tubuh berlebihan, melangkah atau sam- tigo timbul karena perangsangan pada kupula
pai jatuh sehingga perlu berpegangan. kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada
kelainan servikal. Yang dimaksud sebagai
Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan debris ialah kotoran yang menempel pada

menggunakan alat yang terdiri dari alas se- kupula kanalis semi-sirkularis.
bagai dasar'tumpuan yang disebut Force
platform, komputer graficoder, busa dengan Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan
ketebalan 10 cm, untuk mengganggu input adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo
proprioseptif, disket data digunakan untuk
kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan
menyimpan data hasil pengukuran. pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia

Teknik pemeriksaan Posturografi : dapat membandingkan perasaan vertigo ini

Paseien diminta berdiri tenang dengan dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila
tumit sejajar di atas alat mata memandang ke sama, maka keluhan vertigonya adalah betul,
sedangkan bila ternyata berbeda, maka ke-
satu titik dimuka, kemudian dilakukan perekaman luhan vertigo sebelumnya patut diragukan.
pada empat kondisi, masing-masing selama 60
NISTAGMUS
detik.l). Berdiri di atas alas dengan mata ter-
buka memandang titik tertentu dalam peme- Nistagmus adalah gerak bola mata kian
riksaan ini ketiga input sensori bekerja sama. kemari yang terdiri dari dua fase, yaitu fase
2). Berdiri di atas alas dengan mata tertutup lambat dan fase cepat. Fase lambat merupa-
dalam keadaan ini input visual diganggu. 3). kan reaksi sistem vestibuler terhadap rang-
Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata
sangan, sedangkan fase cepat merupakan
terbuka, memandang titik tertentu, dalam
reaksi kompensasinya.
keadaan ini input proprioseptif diganggu. 4). Nistagmus merupakan parameter yang

Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan akurat untuk menentukan aktivitas sistem
mata tertutup, dalam keadaan ini input visual
vestibuler. Nistagmus dan vertigo adalah gejala
dan proprioseptif diganggu.jadi hanya organ
vestibuler saja yang bekerja, bila terdapat pe- yang berasal dari satu sumber, meskipun
nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul
manjangan ayun tubuh berartiterjadi gangguan
keseimbangan. bersama. Dalam keadaan terlatih baik, vertigo

98

bisa tidak dirasakan, meskipun nistagmus ada. Penyakit lain yang juga menimbulkan ke-
Pada kelainan vestibuler peiifer, gejala vertigo luhan vertigo harus ditanyakan, misalnya; trau-
dapat dihilangkan dengan latihan yang baik. ma kepala, intoksikasi streptomisin, hipertensi,
hipotensi, diabetes, infeksi telinga tengah, dan
Nistagmus juga diberi nama sesuai de- penyakit kardiovaskuler.
ngan arah komponen cepatnya, sehingga ada
yang dinamakan nistagmus horizontal, nis- Sebelum pemeriksaan fungsi vestibuler
dilakukan, pasien harus bebas obat penenang,
tagmus vertikal dan nistagmus rotatoar.
obat tidur, antihistamin dan obat-obat anti
Nistagmus, merupakan parameter penting
dalam tes kalori. la dapat menentukan normal muntah selama seminggu.
Untuk memeriksa fungsi vestibuler dilaku-
tidaknya sistem vestibuler, dan dapat juga
kan tes kalori cara Kobrak, tes kalori bitermal,
menduga adanya,kelainan vestibuler sentral. elektro nistagmografi dan tes nistagmus posisi.
Nistagmus yang juga penting sebagai pegang-
Tes kobrak
an dalam menentukan diagnosis adalah de-
Posisi pasien tidur telentang,dengan ke-
ngan tes nistagmus posisi.
pala fleksi 30 derajat, atau duduk dengan
Cara pemeriksaan
kepala ekstensi 60 derajat.
Dalam anamnesis ditekankan mengenai
keluhan vertigo, kapan mulai serangan per- Digunakan semprit 5 atau 10 ml, ujung
tama, dan sudah berapa kali serangan sampai
sekarang ini. Ditanyakan pula intensitas berat- jarum disambung dengan kateter. Perangsang-
nya serangan apakah tetap, makin berat atau
malahan menurun. Pada penyakit Meniere se- an dilakukan dengan mengalirkan air es (0
rangan pertama yang paling berat dan pada derajat C), sebanyak 5 ml, selama 20 detik.
serangan-serangan berikutnya kekuatan se-
rangan menjadi lebih ringan. Harus diwas- Nilai dihitung dengan mengukur lama nistag-
padai adanya serangan yang makin meningkat, mus, dihitung sejak mulai air dialirkan sampai
sebagai tanda kemungkinan adanya tumor N nistagmus berhenti.

Vlll. Pada setiap serangan harus ditanyakan Harga normal 120-150 detik. Harga yang
pula kemungkinan adanya fluktuasi pende- kurang dari 120 detik disebut paresis kanal.
ngaran, yaitu bila terdapat serangan pende-
ngaran menjadi berkurang, akan tetapi bila Tes kalorl bitermal

tidak ada serangan, pendengaran baik kembali. Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick &
Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air,
Tinitus biasanya menyertai vertigo dan
fluktuasi pendengaran. Sering tinitus ini men- dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30
dahului serangan vertigo, sehingga pasien derajat C, sedangkan suhu air panas adalah 44
merasa akan terjadi serangan bila mendengar derajat C. Volume air yang dialirkan ke dalam
suara berdengung Penyakit Meniere bisa liang telinga masing-masing 250 ml, dalam
didiagnosis hanya dengan anamnesis, melalui waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat
wawancara yang baik, sistematis dan terarah. lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga
kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa te-

Tabel. Tes kalori

Langkah Telinga Suhu air Arah Nistagmus Waktu nistagmus

Pertama Kiii 300c Kanan Kanan a....... detik
Kedua Kanan 300c Kanan Kanan b....... detik
Ketiga Kiri 44'C Kanan Kanan c....... detik
Keempat Kanan 440C Kanan Kanan d....... detik

Hasil tes kalori dihitung dengan mempergunakan rumus :

Sensitivitas L- R : (a + c)-(b + d) =. 40 detik

(L=|eft, R=right)

99

linga kanan dengan air dingin juga. Kemudian Rumus perhitungan yang dipakai sama
dengan rumus yang dianjurkan Dick & Hallpike,
telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga hanya parameter yang dipakai adalah kecepat-
an fase lambat yang dihitung dengan derajat
kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan
(telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air perdetik.

panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit Rumus l.

(untuk menghilangkan pusingnya). (lihat tabel (a+c)-(b+d)
Tes kalori).
Sensitivitas L-R : (a+c+b+d) X100%=<20o/o
Dalam rumus ini dihitung selisih waktu
Bila hasil rumus di atas kurang daii 20 o/o
nistagmus kiri dan kanan. Bila selisih ini kurang
dari 40 detik maka berarti kedua fungsi vesti- maka kedua fungsi vestibuler dalam keadaan
buler dalam keadaan seimbang. Tetapi bila
seimbang, dan bila hasilnya melebihi 15
selisih ini lebih besar dari 40 detik, maka
derajat perdetik, maka kedua fungsi vestibuler
berarti yang mempunyai waktu nistagmus lebih
kecil mengalami paresis kanal. dalam keadaan normal. Bila hasilnya lebih

ELEKTRON TSTAGMOGRAFT (ENG) besar dari 2Ao/o, maka vestibuler yang hasilnya

ENG gunanya untuk memonitor gerakan kecil berarti mengalami paresis kanal.
bola mata. Prinsipnya sederhana saja, yaitu
bahwa komea mata itu bermuatan positif. Muatan Rumus ll.
positif ini sifatnya sama dengan muatan positif
(a+d)-(b+c)
listrik atau magnit yang selalu mengimbas
Kuat Nist. R-L : (a+d+b+c) X 100% = < 20 o/o
daerah sekitarnya. Begitu pula muatan positif
kornea ini mengimbas kulit sekitar bola mata. Bila hasil rumus lebih besar dari 20 Yo,
maka nistagmus berat ke kanan (directional
Dengan meletakkan elektroda pada kulit preponderance to the right), berarli kemung-
kantus lateral mata kanan dan kiri, maka kinan terdapat lesi sentral di sebelah kanan,

kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa atau ada fokus iritatif sentral di sebelah\kiri.
direkam. Rekaman muatan ini disalurkan pada
Tes nistagmus spontan
sebuah galvanometer.
Nylen memberikan kriteria dalam menen-
Bila muatan kornea mata kanan dan kiri
sama, maka galvanometer akan menunjukkan tukan kuatnya nistagmus ini. Bila nistagmus
angka nol (di tengah). Bila mata bergerak ke spontan ini hanya timbul ketika mata melidk
kanan, maka elektroda kanan akan bertambah
searah dengan nistagmusnya, maka kekuatan
muatannya, sedangkan elektroda kiri akan
nistagmus itu sama dengan Nylen-1. Bila
berkurang, jarum galvanometer akan bergerak
ke satu arah. Jadi kesimpulannya, jarum galvano- nistagmus timbul sewaktu mata melihat ke
meter akan bergerak sesuai dengan gerak bola
mata. Dengan demikian nistagmus yang terjadi depan, maka disebut Nylen 2, dan bila nis-
bisa dipantau dengan baik. Bila gerak jarum
galvanometer diperkuat, maka akan mampu tagmus tetap ada meskipun mata melidk ber-
menggerakkan sebuah tuas, dan gerakan tuas lawanan arah dengan arah nistagmus, maka
ini akan membentuk grafik pada kertas, yang kekuatannya disebut Nylen 3.
disebut elektronistagmografi (ENG).
Bila terdapat nistagmus spontan, maka
. Dalam grafik ENG dapat mudah dikenal
harus dilakukan tes hiperventilasi. Caranya
gerakan nistagmus fase lambat dan fase cepat,
ialah pasien diminta mengambil napas cepat
arah nistagmus serta frekuensi dan bentuk dan dalam selama satu menit, dan sejak mulai
setengah menit terakhir direkam. Bila terdapat
grafiknya. Yang menjadi pegangan utama ada-
lah kecepatan fase lambat dari nistagmus yang perbedaan 7 derajal perdetik maka berarti tes
dapat dihitung di dalam derajat perdetik.

100

hiperventilasi positif. Tes valsava caranya adalah Tes nistagmus posisi dengan bantuan
dengan menahan napas selama 30 detik, dan
elektronistagmografi menjadi sederhana. Pada
sejak mulai menahan napas itu direkam, dan
interpretasi sama dengan hiperventilasi. pemeriksaan, kita hanya memerlukan dua
posisi, yaitu HL / HR dan BL / BR. Posisi HL
Tes nistagmus posisi
adalah tidur telentang dengan leher diputar,
Tes nistagmus posisi ini dianjurkan oleh
Halpike dan cara ini disebut Perasat Hallpike. sehingga posisi kepala dengan telinga kiri ada
Caranya adalah, mula-mula pasien duduk,
kemudian tidur telentang sampai kepala meng- di bawah, atau bila HR maka dilakukan hal

gantung di pinggir meja periksa, lalu kepala yang sama sehingga telinga kanan berada di
bawah. Posisi BL adalah tidur miring ke kiri
diputar ke kiri, dan setelah itu kepala diputar ke dengan leher tetap lurus, dan posisi BR ialah
kanan. Pada setiap posisi nistagmus diper-
hatikan, terutama pada posisi akhir. Nistagmus tidur miring ke kanan.
yang terjadi dicatat masa laten, dan intensitas-
Pada posisi HL mungkin terjadi dua ma-
nya. Juga ditanyakan kekuatan vertigonya
cam rangsangan, yaitu rangsangan yang
secara sujektif. Tes posisi ini dilakukan berkali-
kali dan diperhatikan ada tidaknya kelelahan. berasal dari debris (kotoran yang menempel
Dengan tes posisi ini dapat diketahui kelainan
sentral atau perifer. Pada kelainan perifer akan pada kupula kss), kita sebut saja nistagmus
ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan
yang timbul adalah nistagmus debris (ND), dan
dan vertigo biasanya terasa berat. Pada
nistagmus lain mungkin disebabkan oleh
kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak ada
masa laten, tidak ada kelelahan dan vertigo putaran servikal, kita sebut saia nistagmus

ringan saja. servikal (NS).

Gambar 3. Perasat Hallpike Dalam perhitungan :

Nistagmus posisi yang berasal dari perifer Misal HL = a derajat perdetik
dapat dibedakan dari nistagmus yang disebab-
kan oleh debris (nistagmus paroksismal tipe BL=bderajatperdetik
jinak), atau oleh kelainan servikal, atau kedua-
duanya (kombinasi). Maka A =NS+ND

ND adalah sama dengan harga

BL, yaitu besarnya sama dengan
B derajat perdetik.

Jadi NS = A - B derajat perdetik

Dengan pemeriksaan yang telah kita lakukan
seperti di atas maka kita harus mampu menen-
tukan apakah kelainan terdapat di'sentral atau
perifer.

Tanda yang kita Kelainan sentral Kelainan perifer

ketahui

1. Nistagmus Vertikal Horizontal/
rotatoir
spontan Ada kelelahan

2. Nistagmus Tidak ada Paresis
posisi
kelelahan

3. Nistagmus Normal/
kalori
Preponderance

Kelainan perifer dapat ditentukan dengan

pemeriksaan khusus, misalnya : tes gliserin,

tes fistula dan tes posisi.

101

Tes gliserin, khusus untuk mengetahui adanya Pengalaman di klinik Neurotologi FKUI/
hidrops endolimfa pada penyakit Meniere. Cara
melakukannya ialah pasien diberikan minuman RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dari

gliserin 1,2 ml/kgBB, setelah diperiksa tes keluhan vertigo, ternyata masih banyak yang
masih belum diketahui penyebabnya, yaitu
kalori dan audiogram. Kemudian setelah 2 jam 16%. Kelainan sentral ditemukan 9,3 %. Pe-
nyakit gangguan vestibuler perifer yang di-
dilakukan kembali tes kalori dan audiogram
ketahui penyebabnya, ialah : nistagmus ser-
dan hasilnya dibandingkan dengan hasil peme-
vikal, nistagmus gabungan, (nistagmus servikal
riksaan yang pertama. Bila ada perbedaan
+ nistagmus debris), nistagmus debris, hiper-
yang bermakna, maka terbukti adanya hidrops tensi, labirintitis, penyakit jantung, sklerosis

endolimfa. Perbedaan bermakna bila pada multipel, hipotensi, intoksikasi kina dan strepto-

hasil E.N.G. perbedaan 7 deralal perdetik lebih misin, penyakit Meniere, neudtis vestibuler,
baik. Pada audiogram perbedaan bermakna diabetes melitus, fraktur labirin, kemurungan
bila selisih 10 dB lebih baik. (depresi), kolesteatom, tumor N Vlll, kontusio

Tes fistula, untuk mengetahui adanya hubung- labirin.
an (fistel) antara telinga tengah dengan telinga
dalam. Caranya ialah dengan memberikan te- Daftar pustaka
kanan udara pada liang telinga tengah. Bila
terjadi nistagmus setelah diberikan tekanan, '1. Andrew JC, Honrubia V, Meniere's Disease. ln :
maka berarti terdapat fistel.
Baloh RW, Holmagyi GM, editors. Disorders of the
Tes nistagmus posisi, dapat untuk menentukan
adanya debris atau adanya pengaruh putaran Vestibular System. New York; Oxford University
leher, sebagai yang telah diterangkan sebe-
lumnya. 2. Press, 1 996 1300 - 327. Martin GK, Luebke AE.

Bila tidak ditemukan tanda sentral atau Lonsburry Martin BL,
perifer, maka diagnosis sesuai dengan pe-
nyakit yang ada, baik sebagai penyebab atau Physiology of The Auditory and Vestibular System.
sebagai pencetus, atau mungkin juga penyakit
yang tidak diketahui. ln : Ballenger JJ, Snow JB.eds Otolaryngology

Head and Neck $urgery. 'l5rn ed. Philadelphia. WB

3. Saunders; 1 996 i 879 - 91 0.

Masaaki Kitahara. Concepts and diagnostic criteria

for Meniere's diseases. Springer Verlag, Tokyo,

Berlin Heideberg, Berlin, Paris, Hongkong, Barcelona,

1990:i10,1 1 .

4. Hain TC . Benign Parorysmal Positional Vertigo.
:Available frorn htto:/www.dizziness-and

disitasi June16h.2@6

102

PENYAKIT MENIERE

Entjep Hadjar dan Jenny Bashiruddin

Manusia adalah makhluk yang dimuliakan juga mengalami pelebaran yang dapat me-
Tuhan, pencipta manusia begitu sempurna la-
hir maupun batin. Sikap berdiri manusia adalah nekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala
media dimulaidaridaerah apeks koklea, kemu-
yang paling gagah, dan sikap berdiri tegak dian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal koklea. Hal ini yang dapat menjelas-
inilah yang sangat dibanggakan oleh manusia
sendiri. Binatang pada umumnya merangkak, kan terjadinya tuli saraf nada rendah pada
dan hanya dalam keadaan istimewa mereka
memaksakan diri, yaitu bila dia akan mem- penyakit Meniere.
perlihatkan keperkasaannya (gorila, kuda mi-
salnya, mereka akan berdiri bila sedang me- Etiologi

nantang musuhnya). Penyebab pasti penyakit Meniere belum
Manusia sangat takut bila menderita pe- diketahui. Penambahan volume endolimfa di-
perkirakan oleh adanya gangguan biokimia
nyakit yang menyebabkan dia tidak mampu cairan endolimfa dan gangguan klinik pada
berdiri, sehingga dia harus tidur terus, yang
kadang-kadang sampai beberapa hari. Salah membran labirin.

satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak Gejala Kinis
mampu berdiritegak adalah penyakit Meniere.
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada vertigo, tinitus dan tuli sensorineural terutama
tahun 1861, dan dia yakin bahwa penyakit ini nada rendah. Serangan pertama sangat berat,
berada di dalam telinga, sedangkan pada wak- yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali ver-
tu itu para ahli banyak menduga bahwa penya- usaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual

kit itu berada pada otak. Pendapat Meniere dan terus muntah lagi. Hal ini berlangsung

dibuktikan oleh Hallpike dan Caim tahun 1938, beberapa hari sampai beberapa minggu, meski-
dengan ditemukannya hidrops endolimfa, sete- pun keadaannya berangsur baik. Penyakit ini
lah memeriksa tulang temporal pasien Meniere.
bisa sembuh tanpa obat dan gejala penyakit
Patofisiologi bisa hilang sama sekali. Pada serangan ke dua
kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan,
Gejala klinis penyakit Meniere disebab- tidak seperti serangan yang pertama kali. Pada

kan oleh adanya hidrops endolimfa pada penyakit Meniere vertigonya periodik yang makin
mereda pada serangan-serangan berikutnya.
koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi
mendadak dan hilang timbul diduga disebab- Fada setiap serangan biasanya disertai
kan oleh : 1. meningkatnya tekanan hidrostatik dengan gangguan pendengaran dan dalam
keadaan tidak ada serangan, pendengaran
pada ujung arten, 2. berkurangnya tekanan dirasakan baik kembali. Gejala lain yang me-
nyertai serangan adalah tinitus, yang kadang-
osmotik di dalam kapiler, 3. meningkatnya te- kadang menetap, meskipun di luar serangan.
Gejala yang lain menjadi tanda khusus adalah
kanan osmotik ruang ekstrakapiler, 4. jalan
perasaan penuh di dalam telinga.
keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehing- Dad keluhan vertigonya kita sudah dapat
ga terjadi penimbunan cairan endolimfa.
membedakan dengan penyakit yang lainirya
Pada pemeriksaan histopatologi tulang yang juga mempunyai gejala vertigo, seperti

temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan
morfologi pada membran Reissner. Terdapat
penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama

di daerah apeks koklea Helikotrema. Sakulus

103

penyakit Meniere, tumor N.Vlll, sklerosis multipel, perlukan dapat diberikan anti muntah Bila
neuntis vestibuler'atau Vertigo posisi paroksismal diagnosis telah ditemukan, pengobatan yang
jinak (VPPJ).
paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya.
Pada tumor N Vlll serangan vertigo perio-
dik, mula-mula lemah dan makin lama makin Khusus untuk penyakit Meniere, diberikan
kuat. Pada sklerosis multipel, vertigo periodik,
tetapi intensitas serangan sama pada tiap obat-obat vasodilator perifer untuk mengurangi
serangan. Pada neuritis vestibuler serangan
vertigo tidak periodik dan makin lama makin tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan

menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan endolimfa ini disalurkan ke tempat lain dengan
virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah jalan operasi, yaitu membuat "shunt".

menderita influenza. Vertigo hanya didapatkan Obat-obat antiskemia, dapat pula diberi-
kan sebagai obat alternatif dan juga diberikan
pada permulaan penyakit. Penyakit ini akan
obat neurotonik untuk menguatkan sarafnya.
sembuh total bila tidak disertai dengan kompli-
kasi. Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ), Pengobatan yang khusus untuk nistag-
mus posisi paroksismal tipe jinak (VPPJ) yang
keluhan vertigo datang secara tiba{iba ter-
.utama pada perubahan posisi kepala dan ke- diduga penyebabnya adalah kotoran (debris),
luhan vertigonya terasa sangat berat, kadang-
kadang disertai rasa mual sampai muntah, yaitu sisa-sisa utrikulus yang terlepas dan
menempel pada kupula kss posterior atau
berlangsung tidak lama.
terapung dalam kanal. Caranya ialah dengan
D i ag nosis Pe ny akit Me n ie re menempelkan vibrator yang dapat mengge-
tarkan kepala dan menyebabkan kotoran itu
Diagnosis dipermudah dengan dibakukan-
terlepas dan hancur, sehingga tidak meng-
nya kriteria diagnosis, yaitu : 1. vertigo hilang
timbul, 2. fluktuasi gangguan pendengaran ganggu lagi.
berupa tuli saraf, 3. menyingkirkan kemung-
Pengobatan khusus untuk pasien yang
kinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N menderita vertigo yang disebabkan oleh.ralg-
sangan dari perputaran leher (vertigo servikal),
Vlll. Bila gejala-gejala khas penyakit Meniere ialah dengan traksi leher dan fisioterapi, di
pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis
samping latihan-latihan lain dalam rangka
penyakit Meniere dapat ditegakkan.
Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk rehabilitasi.

menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam Neuritis vestibuler diobati dengan obat-
anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pende- obat simtomatik, neurotonik, anti virus dan
ngaran, sedangkan pada pemeriksaan ternyata
latihan (rehabilitasi).
terdapat tuli sensorineural, maka kita sudah
Rehabilitasi penting diberikan, sebab de-
dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab
tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan ngan melatih sistem vestibuler.ini sangat me-
nolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat
adanya perbaikan dalam tuli sensorineural, diatasi dengan latihan yang teratur dan baik.

kecuali pada penyakit Meniere. Dalam hal yang Orang-orang yang karena profesinya men-
derita vertigo servikal dapat diatasi dengan
meragukan kita dapat membuktikan adanya latihan yan$ intensif, sehingga gejala yang
hidrops dengan tes gliserin. Selain itu tes timbul tidak lagi mengganggu pekerjaannya
gliserin ini berguna untuk menentukan prog- sehari-hari, misalnya pilot, pemain sirkus dan

nosis tindakan operatif pada pembuatan "shunt". olahragawan.

Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga Daftar pustaka

akan berhasil dengan baik. 1. Hadjar E Penatalaksanaan penyakit Meniere di

Pengobatan RSUPN-CM Jakarta. Dalam penyakit Meniere dan

Pada saat datang biasanya diberikan obat- permasalahannya : Patofisiologi, Diagnosis dan

obat simtomatik, seperti sedatif, dan bila di- 2. penalalaksanaan : Jakarta ; 2000. ; Up to date,
Disease
Shirato H, MD. Meniere's

ORL, 1997; 1:47-51

3. Andrew J C, Honrubia V Meniere's Disease ln :

Baloh RW, Holmagyi G M, editors. Disorders of the

Vestibular System. New York ; Oxford University
Press, 1996: p.300 - 327 .

104

VERTIGO POSISI PAROKSISMAL JINAK

Jenny Bashiruddin

PENDAHULUAN bulnya nistagmus pada posisi tersebut. Ke-

Vertigo merupakan keluhan yang sangat banyakan kasus VPPJ saat ini disebabkan oleh
mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sampai saat ini sangat banyak hal yang dapat kanalitiasis bukan kupolitiasis. Perbedaan antara

menimbulkan keluhan vertigo. Diagnosis dan pena- berbagai tipe VPPJ dapat dinilai dengan meng-

talaksanaan yang tepat madh terus disempumakan. observasi timbulnya nistagmus secara teliti,

Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) dengan melakukan berbagai perasat provokasi.

atau disebut juga Benign Paroxysmal Potitional menggunaka n i nfrared video ca mera.
Veftigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai. Gejala yang di- Dikenal tiga jenis perasat untuk memprovo-
keluhkan adalah vertigo yang datang tiba{iba
kasi timbulnya nistagmus yaitu : Perasat Dix
pada perubahan posisi kepala, beberapa
Hallpike, perasat side lying dan perasat roll.
pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi
tertentu yang menimbulkan keluhan vertigonya. Dix Hallpike test merupakan perasat yang

Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, paling sering drgunakan. side lying test diguna-

berlangsung singkat hanya beberapa detik saja kan untuk menilai VPPJ pada kanal posterior
walaupun penderita merasakannya lebih lama.
Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai gdan anterior. perasat Ro// untuk menilai vertig' o
muntah, sehingga penderita merasa khawatir
akan timbul serangan lagi, hal ini yang menye- yang melibatkan kanal horizontal
babkan penderita sangat hati-hati dalam posisi
tidurnya. Vertigo jenis ini sering berulang kadang- DIAGNOSIS

kadang dapat sembuh dengan sendirinya. Diagnosis VPPJ pada kanalis posterior
dan anterior dapat ditegakkan dengan cara
VPPJ merupakan penyakit degeneratif
yang idiopatik yang sering ditemukan, keba- memprovokasi dan mengamati respott nistagmus
yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis
nyakan diderita pada usia dewasa muda dan
usia lanjut. Trauma kepala merupakan penye- semi sirkularis yang terlibat. Pemeriksaan
bab kedua terbanyak pada VPPJ bilateral.
dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau side
Penyebab lain yang lebih jarang adalah
labirintitis virus, neuritis vestibuler, pasca stape- lying. Perasat Dix-Hallpike lebih sering diguna-
dectomi, fistula perilimfa dan penyakit meniere. kan karena pada perasat tersebut posisi kepala
VPPJ merupakan penyakit pada semua usia
dewasa. Pada anak belum pernah dilaporkan.. sangat sempurna untuk Canallth Repositioning

Pengobatan VPPJ telah berubah pada Treatment.
beberapa tahun terakhir. Pengertian baru ten-
tang patofisiologi yang dapat menyebabkan Pada saat perasat provokasi dilakukan,
dan menimbulkan gejala VPPJ mempengaruhi pemeriksa harus mengobservasi timbulnya
perubahan penanggulangannya. Dengan per- respon nistagmus pada kacamata FRENZEL
alatan yang baru, identifikasi dapat dilakukan yang dipakai oleh pasien dalam ruangan gelap,
lebih teliti kanal mana yang terlibat, sehingga lebih baik lagi bila direkam dengan system

penatalaksanaan dapat dilakukan dengan tepat. Video lnfra Merah. Penggunaan VIM me-

Diagnosis VPPJ dapat dilakukan dengan mungkinkan penampakan secara simultan dari
melakukan tindakan provokasi dan menilai tim-
beberapa pemeriksaan dan rekaman dapat

disimpan untuk penayangan ulang. Perekaman
tersebut tidak dapat bersamaan dengan peme-

riksaan ENG, karena prosesnya dapat ter-
ganggu oleh pergerakkan dan artefak kedipan
mata, selain itu nistagmus mempunyai kom-
ponen torsional yang prominen, yang tidak

dapat terdeteksi oleh ENG.

105

Perasat Dix-Hallpike pada garis besarnya Perasat Sidelying juga terdiri dari 2 ge-
terdiri dari dua gerakan Perasat Dix-Hallpike
kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal rakan yaitu perasat Sidelying kanan yang me-
posterior kanan (gambar 1A) dan perasat Dix- nempatkan kepala pada posisi dimana kanalis
Hallpike kiri pada bidang posterior kiri (gambar anterior kiri/kanalis posterior kanan pada bi-
dang tegak lurus garis horizontal dengan kanal
1B) untuk melakukan perasat Dix-Hallpike posterior pada posisi paling bawah dan perasat
Sidelying kiri yang menempatkan kepala pada
kanan, pasien duduk tegak pada meja peme-
posisi dimana kanalis anterior kanan dan
riksaan dengan kepala menoleh 45o ke kanan kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus
garis horizontal dengan kanal posterior pada
Dengan cepat pasien dibaringkan dengan
kepala tetap miring 45o ke kanan sampai posisi paling bawah (gambar; 28)

kepala pasien menggantung 20-30" pada ujung Pasien duduk pada meja pemeriksaan

meja pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai dengan kaki menggantung di tepi meja, kepala
ditegakan ke sisi kanan, tunggu 40 detik sam-
respon abnormal timbul Penilaian respon pada
pai timbul respon abnormal. Pasien kembali ke
monitor dilakukan selama +1 menit atau posisi duduk untuk diakukan perasat Sidelying

sampai respon menghilang. Setelah tindakan kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri
dengan kepala ditolehkan 45o ke kanan (me-
pemeriksaan ini dapat langsung dilanjutkan nempatkan kepala pada posisi kanalis anterior
kanan/kanalis posterior kiri). Tunggu 40 detik
dengan Canalith Repositioning Treatmen[ (CRT)
sampai timbul respon Abnormal
Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila

perasat tersebut tidak diikuti dengan CRT

pasien secara perlahan-lahan didudukan kem-

bali. Lanjutkan pemeriksaan dengan perasat

Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dl-

hadapkan 45o ke kiri, tunggu maksimal 40 detik

sampai respon abnormal hilang Bila ditemu-
kan adanya respon abnormal, dapat di lanjut-

kan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon
abnormal atau bila tidak dilanjutkan dengan
tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan

didudukan kembali

Gambar 2. Perasat Sidelying

A Perasat Sidelying kanan, B Perasat Sidelyingkii

Gambar 1. Perasat Dix-Hallpike RESPON ABNORMAL
A Perasat Dix-Hallpike kanan, B Perasat Dix-Hallpike kiri
Pada orang normal nistagmus dapat tim-
bul pada saat gerakan provokasi ke belakang,
namun saat gerakan selesai dilakukan tidak

106

tampak lagi nistagmus. Pada pasien VPPJ Nistagmus ini bisa terjadi karena nistagmus
setelah provokasi ditemukan nistagmus yang spontan, nistagmus posisi atau VPPJ pada

timbulnya lambat, + 40 detik, kemudian nistag- kanalis Horizontal. Bila timbul Nistagmus Hori-
mus menghilang kurang dari satu menit bila zontal, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan
sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistag- pemeriksaan Roll Test.
mus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasa-
nya serangan vertigo berat dan timbul bersama- PENATALAKSANAAN

an dengan nistagmus. Tiga macam perasat dilakukan untuk me-

Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis nanggulangi VPPJ yaitu CRT (Can alith Repositioning

kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase Treatment), Perasat Liberatory dan latihan
cepat nistagmus yang abnormal dengan mata
pasien menatap lurus ke depan. Brandt-Daroff. CRT sebaiknya segera dilaku-
kan setelah hasil perasal Dix-Hallpike menim-
1. Fase cepat ke atas, berputar kekanan me-
bulkan respon abnormal. Pemeriksa dapat meng-
nunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kanan. identifikasi adanya kanalitiasis pada kanal an-

2 Fase cepat ke atas, berputar ke kiri me- terior atau kanal posterior dari telinga yang

nunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kiri. terbawah. Pasien tidak kembali ke posisi duduk,

3. Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan namun kepala pasien dirotasikan dengan
tujuan untuk mendorong kanalith keluar dari
menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior
kanalis semisirkularis menuju ke Utrikulus, tem-
kanan.
pat di mana kanalith tidak lagi menimbulkan
4. Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri me- gejala. Bila kanalis posterior kanan yang

nunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kiri. terlibat maka harus dilakukan tindakan CRT

Respon abnormal diprovokasi oleh pe- kanan. Perasat ini dimulai pada posisi Dx-
rasat Dix-Hallpike/Sidelying pada bidang yang
Hallpike yang menimbulkan respon abnormal
sesuai dengan kanal yang terlibat. dengan cara kepala ditahan pada 'posisi ter-

Perlu diperhatikan, bila respon nistagmus sebut selama 1-2 menit, kemudian kepala
sangat kuat, dapat diikuti oleh nistagmus ,se- direndahkan dan diputar secara perlahan ke
kunder dengan arah fase cepat berlawanan de-
ngan nistagmus pertama. Nistagmus sekunder kiri dan dipertahankan selama beberapa saat.
Setelah itu badan pasien dimiringkan dengan
terjadi oleh karena proses adaptasi sistem kepala tetap dipertahankan pada posisi meng-

vertibuler sentral. hadap ke kiri dengan sudut 450 sehingga

Pedu dicermati bila pasien kembali ke kepala menghadap kebawah melihat ke lantai
posisi duduk setelah mengikuti pemeriksaan (3C). Akhirnya pasien kembali ke posisi duduk,
dengan hasil respon positif, pada umumnya dengan kepala menghadap ke depan. Setelah
pasien mendapat serangan nistagmus dan terapi ini pasien di lengkapi dengan menahan
leher dan di sarankan untuk tidak menunduk,
vertigo kembali. Respon tersebut menyerupai berbaring, membungkukan badan selama satu
respon yang pertama namun lebih lemah dan hari. Pasien harus tidur pada posisi duduk dan
nistagmus fase cepat timbul dengan arah yang harus tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari.

berlawanan, hal tersebut di sebabkan oleh Perasat yang sama juga dapat di gunakan
pada pasien dengan kanalitiasis pada kanal
gerakan kanalith ke kupula. anterior kanan.

Pada umumnya VPPJ timbul pada kanalis Pada pasien dengan kanalith pada kanal
posterior dari hasil penelitian Herdman terha-
dap 77 pasien VPPJ. mendapatkan 49 pasien anterior kiri dan kanal posterior, CRT kiri
(64%) dengan kelainan pada kanalis posterior, merupakan metode yang dapat di gunakan,

9 pasien (12%) pada kanalis anterior dan 18 yaitu dimulai dengan kepala menggantung kiri

pasien (23%) tidak dapat ditentukan jenis kanal dan membalikan tubuh ke kanan sebelum

mana yang terlibat, serta didapatkan satu duduk.

pasien dengan keterlibatan pada kanalis hori-

/zontal. Kadang-kadang perasat Dix-Hallpike

Sidelying menimbulkan Nistagmus Horizontal.

107

nuju kupula). Pada akhirnya pada laat pasien

dibantu untuk kembali ke posisi duduk, kanalith

jatuh kembali memasuki krus komunis ke

utrikulus, dimana kanalith-kanalith tidak menimr
bulkan gejala vertigo.

Kunci keberhasilan perasat tersebut ada-
lah dengan memposisikan kepala pada posisi
terbalik/melihat ke bawah (gambar 4C) sehing-

ga kanalith akar meluncur ke puncak kanal.

Herdman dkk mengemukakan bahwa bila kepala
pasien hanya diputar ke sisi kontralateral saja

sebelum kembali ke posisi duduk remisinya
hanya 50%, bila di putar ke kontralateral de-

ngan kepala diputar 450 kearah lantai angka
remisi33%.

Gambar 3. CRT kanan
A. Posisi head hanging kanan, B. Roll kiri,

C. Roll kiri lanjut, D. Duduk

Gambar 4 memperlihatkan apa yang mung- Gambar4. Pergerakan kanalit kanal posterior kanan

kin terjadi pada saat perasat ini dilakukan pada saat d'jlakuDkiaknutippedraasriatHDerixdmhaanllpaike kanan.

kasus kanalitiasis kanalis posterior kanan. Saat Gejala-gejala remisi yang terjadi setelah CRT
pasien dalam posisi duduk, kanalith berada
kemungkinan disebabkan oleh perasat itu
dalam di bagian terendah pada kanalis
sendiri, bukan oleh perasat pada saat pasien
posteror, dekat kupula (gambar 4A). Pada saat duduk tegak. Epley telah mengarahkan untuk

perasat Dix-Hallpike kanan dilakukan, kanalith mengunakan vibrator pada tulang rnastoid

meluncur ke bawah menjauhi kupula (gambar selama perasat di lakukan untuk memper-
4B). Bersamaan dengan meluncurnya otolith
terjadi juga gerakan aliran endolimfa secara mudah pergerakan otokonia, namun studi 'per-
bersamaan, hal ini menyebabkan defleksi ku-
pula, merangsang reseptor kanal, menimbul- bandingan menunjukkan bahwa baik meng-
gunakan vibrasi ataupun tidak, hasilnya tidak
kan vertigo dan nistagmus dengan arah fase
jauh berbeda. Tusa Et Al melaporkan 88%
cepat ke atas, berputar ke kanan. Respon
tersebut menghilang bila kanalith berada di remisi pada 17 pasien dengan VPPJ kanalis
posisi terbawah dari kanal. Ketika kepala anterior setelah satu kali terapi perasat.

direndahkan dan diputar ke kiri, kanalith melun- Kadang-kadang CRT dapat menimbulkan
komplikasi. Terkadang kanalith dapat pindah
cur ke puncak kanal (gambar 4C). Sekali lagi ke kanal yang lain. Dijumpai adanya 19 pasien
yang gagal di terapi, hal tersebut disebabkan
pasien mengalami vertigo dan nistagmus

dengan arah fase cepat ke atas dan berputar

ke kanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kanalith bergerak sesuai dengan arah yang di

harapkan yaitu menjauhi kupula. (Bila fase
cepat nistagmus pada arah yang berlawanan,

berarti kanalith bergerak mundur kembali me-

108

karena kanalith pindah ke kanal yang lain. Bila kanal anterior kiri yang terlibat, perasat
liberatory kiri dilakukan dengan kepala diputar
Komplikasi yang lain adalah kekakuan pada menghadap ke kiri.
leher, spasme otot akibat kepala di letakkan
dalam posisi tegak selama beberapa waktu Gambar 5. Perasat liberatory kanan
setelah terapi. Pasien dianjurkan untuk me-
lepas penopang leher dan melakukan gerakan Semont et al melaporkan angka kesem-
horisontal kepalanya secara periodic Bila
dirasakan adanya gangguan leher, ekstensi buhan 70-84% setelah terapi tunggal perasat
kepala diperlukan pada saat terapi dilakukan, liberatory, 3% setelah perasat ke dua dilakukan
Digunakan meja pemeriksaan yang bertujuan
untuk menghindari keharusan posisi ekstensi studi terakhir memeriksa ke efektifitasan

dari leher Pada akhirnya beberapa pasien perasat ini pada saat pemulaan, pertama-tama
mengalami vertigo berat dan merasa mual pasien diterapi dengan perasat liberatory pada
sampai muntah pada saat tes provokasi dan
sisi yang tidak terlibat Bila vertigo tidak di-
penatalaksanaan. Pasien harus diminta untuk temukan pasien-pasien disarankan untuk me-
letakan kepala dalam posisi tegak selama 48
duduk tenang selama beberapa saat sebelum jam, tidur dalam posisi tegak Pada akhir hai'i

meninggalkan klinis. ke 7 tidak ada gejala-gejala yang ditemukan,

Perasat Liberatory, yang dikembangkan dilanjutkan dengan perasat liberatory pada sisr
oleh Semont, juga dibuat untuk memindahkan yang sakit. Latihan Brandt dan Daroff dapat di

otolit( debris/kotoran) dari kanal semisirkularis. lakukan oleh pasien di rumah tanpa bantuan
Tipe perasat yang dilakukan tergantung dari terapist (gambar 6) Pasien melakukan gerakan-
jenis kanal mana yang terlibat, apakah kanal gerakan dari duduk ke samping yang dapt

anterior atau posterior. mencetuskan vertigo (dengan kepala menoleh
ke arah yang berlawanan) dan tahan selama
Bila terdapat keterlibatan kanal posterior
30 detik, lalu kembali ke posisi duduk dan
kanan; dilakukan perasat liberatory kanan perlu tahan selama 30 detik, lalu dengan cepat
berbaring ke sisi yang berlawanan (dengan
dilakukan. perasat dimulai dengan penderita
diminta untuk duduk pada meja pemeriksaan kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan
taha selama 30 detik. lalu secara cepat duduk
dengan kepala diputar menghadap ke kiri 450 kembali. Pasien melakukan latihan secara rutin
(gambar 5A). Pasien yang duduk dengan ke-
10-20 kali, 3x sehari sampai vertigo hilang
pala menghadap ke kiri secara cepat dibaring-
paling sedikil2 hari.
kan ke sisi kanan dengan kepala menggantung

ke bahu kanan (gambar 5B) Setelah 1 menit,

pasien digerakan secara cepat ke posisi duduk

awal dan untuk ke posisi Side lying kiridengan

kepala menoleh 45o ke kiri (gambar 5C).

Pertahankan penderita dalam posisi ini selama

1 menit dan perlahan-lahan kembali ke posisi

duduk(gambar 5D). Penopang leher kemudian

dikenakan dan diberi instruksi yang sama de-

ngan pasien yang diterapi dengan CRT.

Bila kanal anterior kanan yang terlibat,
perasat yang dilakukan sama, namun kepala

diputar menghadap ke kanan

Bila kanal posterior kiri yang terlibat, pe-
rasat liberatory kiri harus dilakukan, (pertama
pasien bergerak ke posisi sidelying kiri kemu-
dian posisl side lying kanan) dengan kepala

menghadap ke kanan.

109

Gambar 6. Latihan Brandt-Daroff pasca CRT untuk kanalis posterior dan kanalis
anterior. Gambar 7 menunjukkan apa yang ter-
Angka remisi 98% remisi timbul akibat
latihan-latihan akan melepaskan otokonia dari jadi pada pasien bila dilakukan perasat ter-
kupula dan keluar dari kanalis semirkularis, sebut. Kanalith meluncur menuju ke utrikulus,
dimana mereka tidak akan menimbulkan ge- dimana tidak dapat lagi menimbulkan gejala.
jala, remisi juga timbul akibat adaptasi sistem Pada pasien-pasien dengan kanalitiasis pada
kanalis horizontal kiri, perasat yang dilakukan
vestibuler sentral berlawanan dengan yang digambarkan pada
Lebih baik, kanalitiasis pada anterior dan gambar 7 (perasat dimulai dengan telinga kiri
paling bawah dan diputar /digulir ke kanan).
posterior kanal diterapi dengan CRT. Bila ter-
dapat kupulolitiasis, kita dapat menggunakan Latihan Brandt-Daroff dapat dimodifikasi untuk
perasat liberatory. Latihan Brandt Daroff dilaku- menangani pasien dengan VPPJ pada kanalis
horizontal karena kupulolitiasis Pasien-pasien
kan bila masih terdapat gejala sisa ringan, tersebut diminta melakukan gerakan ke depan
obat-obatan dilakukan untuk menghilangkan
- belakang secara cepat pada bidang kanalis
gejala-gejala seperti mual, muntah. Terapi pem-
horizontal pada posisi supinasi. Perasat ini ber-
bedahan, seperti pemotongan N vestibularis, tujuan untuk melepaskan otokonia dari kupula.

N.singularis dan penutupan kanal yang terlibat Namun bukti menunjukan efektifitas perasat-
jarang dilakukan. perasat terapi untuk kanalis horizontal masih
dipertanyakan.
Modifikasi CRT digunakan untuk pasien
dengan kanalitiasis pada VPPJ kanalis horizon- Perasat CRT, Liberatory dan Brandt Daroff
merupakan latihan yang baik untuk pasien VPPJ.
tal, permulaan pasien dibaringkan dengan
Canalith Repositioning Treatment (CRT)
posisi supinasi, telinga yang terlibat berada merupakan terapi standar.di berbagai negara.
disebelah bawah. (Untuk kanalis horizontal Herman' melaporkan CRT digunakan untuk
kanan) diperlihatkan pada gambar 7. Secara terapi kanal posterior and anterior akibat cana-
perlahan-lahan kepala pasien digulirkan ke kiri lithiasis. Perasat Liberatory digunakan untuk
sampai ke pasisi hidung diatas dan posisi ini kupolitiasis agar menggerakkan otokonia. Latihan
dipertahankan selama 15 menit sampai vertigo Brandt Daroff digunakan untuk pasien dengan
berhenti. Kemudian kepala digulirkan kembali gejala yang menetap.
ke kiri sampai telinga yang sakit berada di-
sebelah atas. Pertahankan posisi ini selama 15 cE
detik sampai vertigo berhenti. Lalu kepala dan
Gambar 7. Modifikasi CRT
badan diputar bersamaan ke kiri, hidung
Daftar Pustaka
pasien menghadap ke bawah, tahan selama 15
detik. Akhirnya, kepala dan badan diputar ke 1. Epley JM. Positional Vertigo related to Semicircular
kiri ke posisi awal dimana telinga yang sakit
Canalithiasis Otolaryngology Head Neck Surgery
berada di sebelah atas. Setelah 15 detik, 1995;112:154-61

pasien perlahan-lahan duduk, dengan kepala
agak menunduk 30o. Penyangga leher di-
pasang dan diberi instruksi serupa dengan

110

2. Honrubia V, Baloh RW, Hanis MR, Jacobson MK. Epley JM. The Canalith Repositioning Procedure:
Parorysmal Positional Vertigo Syndrome- The
American Journal of Otology 1999; 20:465-70 for Treatment of Benign Parorysmal Positional

3. Herdman SJ, Tusa RJ. Diagnosis and Treatmenl of Vertigo. Otolaryngol Head Neck surg 1992; 107 :

Benign Parorysmal Positional Vertigo. Schaumburg, 399442.
lllinois: ICS Medical Coorporations; 1999 : p.1-25
6 Rosentall U. Laboratory Evaluation. ll. Auditory
4. Nuti D, Agus G, Barbieri MT, Passali D, The Function. ln: Baloh RW, Halmagyi GM, editors.
Disorders of the Vestibular System. New York,
Management of Horizontal Canal Parorysmal
Oxford: Oxford University Press; 1996 : p.212-22.
Positional Vertigo. Acta Otolaryngology (Stockh)
1 998; 1 1 8: 455-60

111

TINITUS

Jenny Bashiruddin dan Sosialisman

Tinitus merupakan keluhan yang cukup Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas
banyak kita dapati dalam praktek sehari-hari. dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien
dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran
Menghadapi kasus tinitus merupakan tantangan dengan intensitas yang rendah, sementara pada
bagi kemampuan pengetahuan di bidang THT orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih
tinggi.l'3
terutama bidang audiologi, karena patofisiologi-
Berat ringannya tinitus bisa bervariasi dari
nya yang beragam sehingga penanganannya waktu ke waktu. Variasi intensitas tinitus juga
dihubungkan dengan ambang stres 'penderita,
cukup rumit.l aktivitas fisik, atau keadaan lingkungan ekstema.l'3

Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan Patofisiologi tinitus

pendengaran berupa sensasi suara tanpa ada- Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada
area auditorius yang menimbulkan perasaan
nya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan
berasal dari bunyi eksternal yang ditransfor-
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat masikan, melainkan berasal dari sumber impuls
abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis
lmpuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh
atau berbagai macam bunyi yang lain. berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi
dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada
Jenis suara yang dikemukakan umumnya
rendah, seperti bergemuruh atau nada tinggi,
sangat bervariasi. Penyebab tinitus sampai
saat ini masih belum diketahui secara pasti, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus
atau hilang timbul terdengar.
sebagian besar kasus tidak diketahui penye-
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli
babnya. Penatalaksanaan tinitus bersifat empiris
sensorineural dan dapat juga terjadi karena
dan sampai saat ini masih dalam perdebatan. gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan
oleh gangguan konduksi, biasanya berupa
bila Tinitus dapat dibagi adtiadsentignaitrujsugoabje'okletifh, bunyi dengan nada rendah. Jika disertai de-
suara tersebut dapat ngan inflamasi, bunyi dengung ini terasa ber-
pemeriksa atau dengan auskultasi di sekitar
denyut (tinitus pulsasi).
telinga. Tinitus objektif bersifat vibratorik, ber-
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat
asal dari transmisi vibrasi siatem muskuler atau gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sum-
batan liang telinga karena serumen atau tumor,
kardiovaskuler di sekitar telinga. tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lain.

Umumnya disebabkan karena kelainan Tinitus dengan nada rendah yang berpul-

vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti sasi tanpa gangguan pendengaran merupa-
denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat di- kan gejala dini yang penting pada tumor

jumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, glomus jugulare.

tumor glomus jugular dan aneurisma.t Tinitus Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh
gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan
objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik
(clicking sound) yang berhubungan dengan

penyakit sendi temporomandibular dan karena

kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau
mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga

dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat

hantaran suara dari nasofaring ke rongga

telinga tengah.l'2'3'a's

Tinitus subjektif, bila suara tersebut hanya

didengar oleh pasien sendiri, jenis ini sering

terjadi, Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik,

disebabkan oleh proses iritatif atau perubahan

degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel

rambut getar koklea sampai pusat saraf pendengar.

112

denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan unilateral atau bilateral, apakah sampai meng-

aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga ganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah :
mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba
lama serangan tinitus, bila berlangsung dalam
Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas
membran timpani bergerak dan terjaditinitus. waktu 1 menit biasanya akan hilang sendiri, hal
ini bukan keadaan patologik. Bila berlangsung
Kejang klonus muskulus tensor timpani
dalam 5 menit merupakan keadaan patologik
dan muskulus stapedius, serta otot-otot pala- Riwayat minum obat sebelumnya khususnya
golongan aspirin dan kebiasaan sehari-hari
tum dapat menimbulkan tinitus objektif. sepefti merokok dan peminum kopi. Semua

Bila ada gangguan vaskuler di telinga te- pertanyaan tersebut penting, walaupun tinitus
dapat terjadi pada semua umur, penyebab
ngah, seperti tumor karotis (carotid-body tumou), tinitus mempunyai faktor predileksi terhadap
maka suara aliran darah akan meng-akibatkan umur dan jenis kelamin. Tinitus karena kelainan
tinitus juga. vaskuler, umumnya terjadi pada wanita muda.
Pasien dengan myoklonus palatal terjadi pada
Pada tuli sensorineural biasanya timbul
usia muda yang dihubungkan dengan kelainan
tinitus subjektif nada tinggi (4.000 Hz).
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, neuorologi.

streptomybin, dehidro-streptomysin, garamysin, Pasien hendaknya ditanyakan tentang
digitalis, kanamycin, dapat terjadi tinitus nada riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma
tinggi, terus menerus atau hilang timbul.
akustik, minum obat ototoksik, riwayat infeksi
Pada hipertensi endolimfatik seperti pe- telinga dan operasi telinga. Gejala dan tanda
nyakit Meniere dapat terjadi tinitus pada nada
rendah atau tinggi, sehingga terdengar ber- gangguan audiovestibuler lain seperti otore,
gemuruh atau berdengung. Gangguan ini di-
sertai dengan tuli sensorineural dan vertigo. kehilangan pendengaran, vertigo dan gangguan

Gangguan vaskuler koklea terminal yang keseimbangan harus ditanyakan pada pasien.
terjadi pada pasien yang stres akibat gang-
guan keseimbangan endokrin, seperti menje- Pasien diharapkan dapat mendiskripsikan
lang menstruasi, hipometabolisme atau saat lokasi suara tinitus (unilateral, bilateral atau
hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tidak dapat ditentukan secara pasti), frekuensi
tersebut akan hilang bila keadaannya sudah
normal kembali. timbulnya tinitus (intermiten atau menetap),

Diagnosis kualitas suara (nada murni, bising, suara multipel,

Tinitus merupakan suatu gejala klinik bunyi klik, meletup-letup (popping), suara angin
(blowing), berpulsasi (pulsing), intensitas suara
penyakit telinga, sehingga untuk pengobatan-
nya perlu ditegakkan diagnosis untuk mencari secara subyektif (keras atau lembut), bunyi
penyebabnya yang biasanya sulit diketahui tinitus menetap, berkurang atau bahkan ber-
tambah berat berdasarkan siklus harian atau
Anamnesis
dihubungkan dengan gejala di penyakit di
Anamnesis merupakan hal yang utama
telinga dan sistemik.6
dan sangat penting dalam penegakkan diagnosis
tinitus Perlu ditanyakan kualitas dan kuantitas Pada tinitus subyektif unilateral perlu di-
tinitus, lokasinya, sifatnya apakah mendenging,
mendesis, menderu, berdetak, gemuruh atau curigai adanya kemungkinan neuroma akustik
atau trauma kepala, sedangkan yang bilateral
seperti riak air dan juga lamanya. Ditanyakan
-apakah tinitusnya mengganggu atau bertam- kemungkinan intoksikasi obat, presbiakusis,
bah berat pada waktu siang atau malam hari,
gejala-gejala lain yang menyertai, misalnya trauma bising dan penyakit sistemik. Pada pen-
vertigo atau gangguan pendengaran serta derita yang sukar membedakan apakah tinitus
gejala neurologik lain. Riwayat terjadinya tinitus sebelah kanan atau kiri, hanya mengatakan di

tengah kepala, kemungkinan besar terjadi ke-

lainan patologis di saraf ,pusat, misalnya serebro-

vaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.l's'6

Kelainan patologis pada putaran basal
koklea, saraf pendengar perifer dan sentral
pada umumnya bernada tinggi (mendenging).
Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh

113

ombak ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop Pada umumnya pengobatan gejala tinitus
endolimfatikus). 1'2'5 dibagi dalam 4 cara yaitu :

Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus 1. Psikologik, dengan memberikan konsultasi
secara rutin dilakukan, pemeriksaan penala,
audiometri nada murni, audiometri tutur, bila psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa
perlu dilakukan pemeriksaan OAE (Otoacustic penyakitnya tidak membahayakan, mengajar-
Emmision) BERA (Erarnstem Evoked Response kan relaksasi setiap hari.
Audiometi) dan atau ENG (E/eclro Nystagmo-
g raph y) serta pemeriksaan laboratorium. 2. EleKrofisiologik yaitu memberi stimulus eleKro

Penatalaksanaan akustik dengan intensitas suara yang lebih
keras dari tinitusnya, dapat dengan alat
Penatalaksanaan tinitus merupakan masalah bantu dengar atau tinitus masker.
yang kompleks dan merupakan fenomena psiko-
akustik murni, sehingga tidak dapat diukur. 3. Terapi medikamentosa sampai saat ini

Perlu diketahuinya penyebab tinitus agar belum ada kesepakatan yang jelas di-
dapat diobati sesuai penyebabnya. Kadang-
kadang penyebab itu sukar diketahui. antaranya untuk meningkatkan aliran darah
koklea, tranquilizer, antidepresan sedatif,
Penatalaksanaan bertujuan untuk meng- neurotonik, vitamin dan mineral,
hilangkan penyebab tinitus dan atau mengurangi
keparahan akibat tinitus. Pada tinitus yang 4. Tindakan bedah dlakukan pada tumor
jelas diketahui penyebabnya baik lokal maupun
sistemik, biasanya tinitus dapat dihilangkan bila akustik neuroma
kelainan penyebabnya dapat diobati. Pada tinitus
yang penyebabnya tidak diketahui pasti penata- Pasien yang menderita gangguan ini perlu
laksanaannya lebih sulit dilakukan. diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa
takut tidak memperberat keluhan tersebut.
Penatalaksanaan terkini yang dikemuka-
kan oleh Jastreboff, berdasar pada model neuro- Obat penenang atau obat tidur dap.at di-
fisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, berikan saat menjelang tidur pada pasien yang
terapi akustik dan medika mentosa bila diperlu-
kan. Metode ini yang disebut sebagai Tinnitus tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu.
Retraining Thercpy. Tujuan dan Tinnitus Retnining
Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gang-
Therapy (TRT) adalah memicu dan menjaga guan itu sukar diobati dan dianjurkan agar ber-
adaptasi dengan gangguan tersebut.
reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau
suara lingkungan yang mengganggu Habituasi Daftar pustaka
diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan
sistem auditorik ke sistem limbik dan sistem 1. Adams GL, Boies LR Paparella MM. Fundamenlals
saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghi-
langkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat of otorhinolaryngology textbook of Ear, Nose and
memberikan perbaikan yang bermakna berupa Throat Philadelphia, London, Toronto, W.B Saunders
penurunan tolernsi terhadap suara. Co 1989: p.250-25

TRT dimulai dengan anamnesis awal 2. Coles RM. Tinnitus ln: Stephens D, editors Adult
untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan Audiology.6th ed London: Butterworths, 1997.
pasien, menentukan pengaruh tinnitus dan
9.2t1811-32
penurunan toleransi terhadap suara disekitarnya,
3. Schleuning AJ. Tinnitus. ln: Bailey JB, editors. Head
mengevaluasi kondisi emosional dan derajat
stres pasien, mendapatkan informasi untuk and neck surgery-otolaryngology. Philadelphia: JB
memberikan konseling yang tepat dan membuat Lippincott Company, 1993 p.1826-32.
data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi
4 Moller AR Tinnitus ln: Jackles RK. Brackman DE.
terapi.T
Textbook of neurootology : Masby year book, Lnc;

1994.p 153-62.

5. Mattox DE, Wilkins SA Tinnitus. 1st ed. Washington
DC: American Academy of Otolaryngology-Head

and Neck Surgery Foundation, lnc; 1989.p.12-32.

6. Vernon JA, editors. Tinnitus-treatment and relief.

(book reviews by Setz V). The New Zealand

Audiology Society 2001; 11(3): 50-3.

7. PJ Jastreboff,MM Jastreboff. Tinnitus Retraining

Therapy for pasients with tinnitus and decreased
sound lolerance. Otolaryngol Clin N Am, 2003;

36:321-36.

114

KELUMPUHAN NERVUS FASIALIS PERIFER

Sjarifuddin, Jenny Bashiruddin, Brastho Bramantyo

Kelumpuhan n. fasialis (nervus Vll) me- suatu saluran tulang yang disebut kanal
rupakan kelumpuhan otot-otot wajah Pasien
Fallopi.
tidak dapat atau kurang dapat menggerakkan
otot wajah, sehingga tampak wajh pasien tidak Dalam perjalanan di dalam tulang tem-

simetris. Dalam menggerakkan otot ketika poral, n.Vll dibagi dalam 3 segmen, yaitu seg-

menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi men labirin, segmen timpani dan segmen

tampak sekali wajah pasien tidak simetris mastoid.

Kelumpuhan n. fasialis merupakan ge- Segmen labirin terletak antara akhir kanal
jala, sehingga harus dicari penyebab dan
ditentukan derajat kelumpuhannya dengan akustik internus dan ganglion genikulatum.

pemeriksaan tertentu guna menentukan terapi Panjang segmen ini2'-4 milimeter.
Segmen timpani (segmen vertikal), ter-
dan prognosisnya. Penanganan pasien dengan
letak di antara bagian distal ganglion geni-
kelumpuhan n. fasialis secara dini, baik operatif
kulatum dan berjalan ke arah posterior. telinga
maupun secara konservatif akan menentukan
tengah, kemudian naik ke arah tingkap lonjong
keberhasilan dalam pengobatan
(fenestra ovalis) dan stapes, lalu turun dan
N. fasialis merupakan saraf kranial ter- kemudian terletak sejajar dengan kanal semi-
sirkularis horisontal Panjang segmen ini kira-
panjang yang berjalan di dalam tulang, se- kia 12 milimeter.

hingga sebagian besar kelainan n fasialis Segmen mastoid (segmen vertikal), mulai

terletak di dalam tulang temporal. dari dinding medial dan superior kavum tim-
pani. Perubahan posisi dari segmen timpani
N. fasialis terdiri dari 3 komponen, yaitu menjadi segmen mastoid, disebut segmen
piramidal atau genu eksterna. Bagian ini me-
komponen motoris, sensoris dan parasimpatis. rupakan bagian paling posterior dari n Vll,
sehingga mudah terkena trauma pada saat
Komponen motoris nrensarafi otot wajah, operasi. Selanjutnya segmen ini berjalan ke
kecudli m.levator palpebra superior. Selain otot arah kaudal menuju foramen stilomastoid.
Panjang segmen ini 15 - 2 milimeter.
wajah n. fasialis juga mensarafi m.stapedius
Setelah keluar dari dalam tulang mastoid,
dan venter posterior m. dtgastrikus. n.Vll menuju ke glandula parotis dan membagi

Komponen sensoris mempersarafi dua- dini untuk mensarafi otot-otot wajah

pertiga anterior lidah untuk mengecap, melalui Di dalam tulang temporal n.Vll memberi-
kan 3 cabang penting, yaitu nervus petrosus
n. korda timpani. superior mayor, nervus stapedius dan korda

, Komponen parasimpatis memberikan per- timpani.

sarafan pada glandula lakrimalis, glandula Nervus petrosus superior mayor yang ke
luar dari ganglion genikulatum Saraf mem-
submandlbula dan glandula lingualis. berikan rangsang untuk sekresi pada kelenjar

N. fasialis mempunyai dua inti, yaitu inti lakrimalis.

superior dan inti inferior. lnti superior mendapat Nervus stapedius yang mensarafi mus-
persarafan dari korteks motor secara bilateral, kulus stapedius dan berfungsi sebagai pere-

sedangkan inti inferior hanya mendapat per- dam suara.
arafan dari satu sisi Serabut dari ke dua inti
Korda timpani yang memberikan serabut
berjalan mengelilingi inti (nukleus) nervus
perasa pada duapertiga lidah bagian depan
abdusen (n Vl), kemudian meninggalkan pons
bersama-sama dengan n.Vlll (nervus koklea)
dan nervus intermedius (Whrisberg), masuk ke
dalam tulang temporal melalui porus akustikus

interus. Setelah masuk ke dalam tulang

temporal, n.Vll (n. fasialis) akan berjalan dalam

115

Pemeriksaan fungsi n. fasialis 2. Tonus

Tujuan pemeriksaan fungsi n. fasialis Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi
maka tonus otot menentukan terhadap ke-
ialah untuk menentukan letak lesi dan menen-
tukan derajat kelumpuhannya. sempumaan mimiUekspresi muka. Freyss meng-

Derajat kelumpuhan ditetapkan berdasar- anggap penting akan fungsi tonus sehingga
mengadakan penilaian pada setiap tingkatan
kan hasil pemeriksaan fungsi motorik yang kelompok otot muka, bukan pada setiap otot.
Cawthorne mengemukakan bahwa tonus yang
dihitung dalam persen (%). jelek memberikan gambaran prognosis yang
jelek. Penilaian tonus seluruhnya berjumlah
L Pemeriksaan fungsi saraf motorik lima belas (15) yaitu seluruhnya terdapat lima
tingkatan dikalikan tiga untuk setiap tingkatan
Terdapat 10 otototot utama wajah yang Apabila terdapat hipotonus maka nilai tersebut
bertanggung jawab untuk terciptanya mimik dikurangi satu (-1) sampai minus dua (-2) pada
setiap tingkatan tergantung dari gradasinya.
dan ekspresi wajah seseorang. Adapun urutan
ke sepuluh otot-otot tersebut secara berurutan 3. Sinkinesis
dari sisi superior adalah sebagai bedkut :
Sinkinesis menentukan suatu komplikasi
1. m. frontalis : diperiksa dengan cara meng- dari paresis fasialis yang sering kita jumpai

angkat alis ke atas. Cara mengetahui ada tidaknya sinkinosis

2. m. sourcilier : diperiksa dengan cara me- adalah sebagai berikut :

ngerutkan alis. a. Penderita diminta untuk memejamkan

3. m. piramidalis : diperiksa dengan cara meng- mata kualkuat kemudian kita melihat

angkat dan mengerutkan hidung ke atas. pergerakan otot-otot pada daerah sudut
bibir atas. Kalau pergerakan normal pada
4 m. orbikularis okuli : diperiksa dengan cara kedua sisi dinilai dengan angka dua (2).
Kalau pergerakan pada sisi paresis lebih
memejamkan kedua mata kuat-kuat. (hiper) dibandingkan dengan sisi normal
nilainya dikurangi satu (-1) atau dua (-2),
5 m. zigomatikus : diperiksa dengan cara tergantung dari gradasinya.

tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi. b. Penderita diminta untuk tertawa lebar

6. m. relever komunis : diperiksa dengan cara sambil memperlihatkan gigi, kemudian kita
melihat pergerakan otot-otot pada sudut
memoncongkan mulut ke depan sambil mata bawah. Penilaian seperti pada (a)

memperlihatkan gigi. c Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu

7. m. businator : diperiksa dengan cara meng- penderita berbicara (gerakan emosi)

gembungkan kedua pipi. dengan memperhatikan pergerakan otot-

8. m orbikularis oris . diperiksa dengan me- otot di sekitar mulut. Nilai satu (1) kalau
pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau
nyuruh penderita bersiul.
pergerakan tidak simetris
9. m. triangularis : diperiksa dengan cara me-
4. Hemispasme
narik kedua sudut bibir ke bawah.
Hemispasme merupakan suatu komplikasi
10. m. mentalis : diperiksa dengan cara me-
yang sering dijumpai pada penyembuhan
moncongkan mulut yang tertutup rapat ke
depan. paresis fasialis yang berat. Diperiksa dengan

Pada tiap gerakan dari ke sepuluh otot ter- cara penderita diminta untuk melakukan

sebut, kita bandingkan antara kanan dan kiri: gerakan-ger4kan bersahaya seperti mengedip-

a Untuk gerakan yang normal dan simetris ngedipkan mata berulang-ulang maka akan

dinilai dengan angka tiga (3) jelas tampak gerakan otot-otot pada sudut bibir

b. Sedikit ada gerakan dinilai dengan angka

satu (1).

c Diantaranya dinilai dengan angka dua (2)
d Tidak ada gerakan sama sekali dinilai

dengan angka nol (0).

Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam
keadaan normal akan mempunyai nilai tiga

puluh (30)

116

bawah atau sudut mata bawah. Pada penderita 6. SCHIRMER Test atau Naso-Lacrymal Rellex
yang berat kadang-kadang otot-otot platisma di
daerah leher juga ikut bergerak. Untuk setiap Dianggap sebagai pemeriksaan terbaik
untuk mengetahui fungsi serabut-serabut pada
gerakan hemispasme dinilai dengan angka simpatis dari n.fasialis yang disalurkan melalui
nervus petrosus superfisialis mayor setinggi
minus satu (-1). ganglion genikulatum. Cara Pemeriksaan de-
ngan meletakkan kertas hisap atau lakmus
Fungsi motorik otot-otot tiap sisi wajah lebar 0,5 cm, panjang 5-10 cm pada dasar
konjungtiva. Freyss menyatakan bahwa kalau
orang normal seluruhnya berjumlah lima puluh
ada beda kanan dan kiri lebih atau sama
(50) atau 100 Yo. Gradasi paresis fasialis
dibandingkan dengan nilai tersebut, dikalikan dengan 50% dianggap patologis.

dua untuk prosentasenya. 7. Refleks STAPEDIUS

5. Gustometri Untuk menilai refleks stapedius digunakan
elektroakustik impedans meter, yaitu dengan
Sistem pengecapan pada 2/3 anterior cara memberikan rangsang pada m.stapedius
lidah'dipersarafi oleh n. korda timpani, salah yang bertujuan untuk mengetahui fungsi N.stapedius
satu cabang n. fasialis. pada pemeriksaan cabang N.Vll.

fungsi n. korda timpani adalah perbedaan
ambang rangsang antara kanan dan kiri.

Freyss menetapkan bahwa beda 50% antara
kedua sisi adalah patologis.

Supragenl(ule K.l. Lkffn rr

lrtrrgrr*d!

Srgrartapediel

hlrrrUprd.l
Sr.p.r lod.l
lrtr. konbl

Gambar 1. Anatomi n. fasialis

117

Pemeriksaan lain ialah dengan alat gustometer serebelopontin, neuroma akustik dan neurilo-
ma yang terletak intrakranial. Tumor ekstra-
Dengan pemeriksaan gustometer ini dapat kranial yang menyebabkan kelumpuhan n.Vll
ialah tumor telinga dan tumor parotis.
ditentukan ambang kecap dari pasien.
Pemeriksaan tes Schirmer dilakukan de- Fraktur pars petrosa os temporal oleh
karena trauma kepala dapat menyebabkan
ngan meletakkan kertas lakmus pada bagian
kelumpuhan n. fasialis.
inferior konjungtiva. Cara ini dapat dihitung Penyebab lain ialah gangguan pembuluh

berapa banyak sekresi kelenjar lakrimalis. darah, misalnya trombosis arteri karotis, arteri
Untuk mengetahui ambang rangsang per- maksilaris dan arteri serebri media

mukaan n Vll yang keluar dari foramen stilo- Etiologi kelumpuhan n.Vll kadang-kadang
mastoid, dilakukan pemeriksaan NET (nerve tidak jelas (idiopatik). Kelumpuhan ini disebut
exitability fesf) dengan membedakan kiri dan juga Bell's palsy.

kanan, Perbedaan yang lebih dari 3,5 mA me- Di lndonesia khususnya di RSUPN Dr.
nandakan fungsi n Vll dalarn keadaan serius.
Cipto Mangunkusumo, urutan penyebab yang
Selain itu dilakukan pemeriksaan refleks terbanyak ialah idiopatik, radang dan trauma.
otot stapedius dengan menggunakan impedans
Penatalaksanaan
audiometer
Pengobatan terhadap kasus parese N.Vll
Pada lesi yang terletak di atas ganglion kita kelompokkan dalam 2 bagian'.

genikulatum hampir selalu diikuti oleh kelainan 1. Pada kasus dengan gangguan hantaran ri-
audiovestibuler, oleh karena itu perlu diperiksa
audiovestibuler. Pemeriksaan radiologi dan ngan dan fungsi motor masih baik pengo-
batan ditujukan untuk menghilangkan edema
elektromiografi, dilakukan untuk melengkapi
saraf dengan memakai obat-obat . anti
pemeriksaan.
edem, vasodilatansia, dan neurotro-nika.
Penetapan penurunan fungsi n.Vll juga
dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan 2. Pada kasus dengan gangguan hantaran

menurut House-Brackman. berat atau sudah terjadi denervasi total tin-
dakan operatif segera harus dilakukan de-
Etiologi kelumpuhan n. fasialis ngan teknik dekompresi N.Vll transmastoid.

Penyebab kelumpuhan n. fasialis mungkin Daftar Pustaka
kongenital, infeksi, tumor, trauma, gangguan
pembuluh darah dan idiopatik. 1 Adour KK Facial paralysis. ln: Ballenger JJ, Snow

Biasanya kelumpuhan yang didapat sejak JB, Otorhinolaryngology head and neck surgery,
lahir (kongenital) bersifat ireversibel dan ter-
dapat bersamaan dengan anomali pada telinga '15'h ed. William and Wilkin, 1996; p.1153-1165.
dan tulang pendengaran.
2 Freyss G, Chouard CH Les lndicalion de La
Sebagai akibat proses infeksi di intra-
kranial atau infeksi telihga tengah, dapat decompression Nervous d'urgence dans les paralysis
faciaal a frigore. J. Frane. D'ORL. 1970;'19:225-229.
menyebabkan kelumpuhan n. fasialis lnfeksi
3. Jangkus LBW. Test for Facial Nerve Function Arch.
intrakranial yang menyebabkan kelumpuhan ini
sindrom Ramsey-Hunt, herpes optikus, dan in- Otolaryngology 1 965; 81 :5'1 8-522
feksi telinga tengah ialah otitis media supuratif
kronis yang telah merusak kanal Fallopi. 4. Coker NJ Coker NJ. Acute paralysis of the facial
nerve, in: Boyle BJ. Head and neck surgery
Tumor intrakranial maupun ekstrakranial
otolaryngologi. JB Lippincott Co, Philadelphia 1993:
dapat menyebabkan kelumpuhan n. fasialis. p.171'l-1727.
Dari tumor intrakranial dapat berupa tumor

118

BAB IV
SUMBATAN HIDUNG

HIDUNG

Damayanti Soetjipto, Endang Mangunkusumo, dan Retno S. Wardani

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan beberapa pasang tulang rawan yang terletak di
hidung, perlu dingat kembali tentang anatomi
bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang
hidung. Anatomi dan fungsi fisiologis normal
kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang
harus diketahui dan diingat kembali sebelum ter- kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut
jadi perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat juga sebagai kartilago alar mayor dan 4) tepi

berlanjut menjadi suatu penyakit atau kelainan anterior kartilago septum.

Hidung luar berbentuk piramid dengan Rongga hidung atau kavum nasi berben-

bagian-bagiannya dari atas ke bawah: 1) pang- tuk terowongan dari depan ke belakang di-
kal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum
pisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya
nasi), 3) puncak hidung (tip), 4) ala nasi, 5)
menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau
kolumela dan 6) lubang hidung (nares anterior).
lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang
dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, ja- nares anterior dan lubang belakang disebut
ringan ikat dan beberapa otot kecil yang ber- nares posterior (koana) yang menghubungkan
fungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari 1) kavum nasi dengan nasofaring.
tulang hidung (os nasal), 2) prosesus frontalis
os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal; Bagian dari kavum nasi yang letaknya
sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari
sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares

anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini di-

lapisis oleh kulit yang mempunyai banyak

kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang

yang disebut vibrise.

119

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah KOMPLEKS OSTTOMEATAL (KOM )

dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan
celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi
dan superior. oleh konka media dan lamina papirasea. Strukfur
anatomi penting yang membentuk KOM adalah
Dinding medial hidung ialah septum nasi. prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus
semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan resesus
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawn. frontal. KOM merupakan unit fungsional yang
Bagian tulang adalah 1) lamina perpendikularis merupakan tempat ventilasi dan drenase dari
os etmoid, 2)vomer, 3)krista nasalis os maksila
dan 4) krista nasalis os palatina. Bagian tulang sinus-sinus yang letaknya di anterior yaitu

rawan aldah 1) kartilago septum (lamina sinus maksila, etmoid anterior dan frontal.s
Jika terjadi obstruksi pada celah yang sem-
kuadrangularis) dan 2) kolumela.
pit ini, maka akan terjadi perubahan patologis
Septum dilapisi oleh perikondrium pada yang signifikan pada sinus-sinus yang terkait.
bagian tulang rawan dan periosteum pada
PENDARAHAN HIDUNG
bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi
Bagian atas rongga hidung mendapat pen-
oleh mukosa hidung.
darahan dari a. etmoid anterior dan posterior
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari
Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah
konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah a. karotis interna.
Bagian bawah rongga hidung mendapat
konka media, lebih kecil lagiialah konka superior,
sedangkan yang terkecil disebut konka suprema. pendarahan dari cabang a. maksilaris interna,
di antaranya ialah ujung a. palatina mayor an
Konka suprema ini biasanya rudimenter.
a.sfenopalatina yang keluar dari foramen sfeno-
Konka inferior merupakan tulang tersendiri palatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki

yang melekat pada os maksila dan labirin rongga hidung di belakang ujung posterior

etmoid, sedangkan konka media, superior dan konka media.

suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Bagian depan hidung mendapat pendarah-
an dari cabang-cabang a.fasialis.
Di antara konka-konka dan dinding lateral
hidung terdapat rongga sempit yang disebut Pada bagian depan septum terdapat
meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga
meatus yaifu meatus inferior, medius dan superior. anastomosis dari cabang+abang a.sfenopalatina,
Meatus inferior terletak di antara konka inferior a.etmoid anterior, a.bbialis superior dan a.palatina
mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach (Lrttle's
dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga area). Pleksus Kiesselbach letaknya superficial
hidung. Pada meatus inferior terdapat muara dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering
(ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus medius menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung),
terutama pada anak.
terletak di antara konka media dan dinding
Vena-vena hidung mempunyai nama yang
lateral rongga hidung. Pada meatus medius
terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sama dan berjalan berdampingan dengan
sinus etmoid anterior. Pada meatus superior
yang merupakan ruang di antara konka superior arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar
hidung bermuara ke v.oftalmika yang ber:hu-
dan konka media terdapat muara sinus etmoid bUngan dengan sinus kavernosus. Vena-vena
posterior dan sinus sfenoid. di hidung tidak memiliki katup, sehingga meru-

Batas rongga hidung. Dinding inferior pakan faktor predisposisi untuk mudahnya

merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.

oleh os maksila dan os palatum. Dinding

superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribriformis, yang me-

misahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.
Lamina kribriformis merupakan lempeng tulang

berasal dari os etmoid, tulang ini berlubang-
lubang (kribrosa=saringan) tempat masuknya

serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian pos-

terior, atiap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.

120

Gambar 1. Kompleks Ostiomeatal (KOM) Penampang Koronal,
Gambaran Endoskopik & Radiologik

(osm=ostium sinus maksila, pu=prosesus unsinatus, ie=infundibulum etmoid,

hs=hlafus semilunaris, be=bula etmoid, km=konka media, lp=lamina papirasea, i=resesus frontal)

PERSARAFAN HIDUNG MUKOSA HIDUNG

Bagian depan dan atas rongga hidung Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang
mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalis secara histologik dan fungsional dibagi atas
anterior, yang merupakan cabang dari n.naso- mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan
mukosa penghidu (mukosa olfaktorius).
siliaris, yang berasal dari n.oftalmikus (N. V-1).
Mukosa pemapasan terdapat pada sebagian
Rongga hidung lainnya, sebagian besar
mendapat persarafan sensoris dari n.maksila besar rongga hidung dan permukaannya di-
melalui ganglion sfenopalatina.
lapisi oleh epiteltorak berlapis semu yang mem-
Ganglion sfenopalatina, selain memberikan
rpu nyai silia (c i ll i ate d p s e u d o strat ifie d col I u m n e
persarafan sensoris, juga memberikan per-
epithelium\ dan di antaranya terdapat sel-sel goblet.
sarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa
Mukosa penghidu terdapat pada atap
hidung. Ganglion ini menerima serabut saraf rongga hidung, konka superior dan sepertiga
sensoris dari n.maksila (N. V-2), serabut para- atas s_eptum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak
simpatis dari n.petrosus superfisialis mayor berlapis semu tidak bersilia (pseudostratified
dan serabut saraf simpatis dari n.petrosus collumner non ciliated epithelium). Epitelnya
profundus Ganglion sfenopalatina terletak di dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel pe-
nunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu.
belakan dan sedikit di atas ujung posterior Daerah mukosa penghidu berwarna coklat

konka me"dia. kqkuningan.

Fungsi penghidu berasal dari n.olfaktonus. Pada bagian yang lebih terkena .aliran
Saraf ini turun melalui lamina kribrsa dari per- udara mukosanya lebih tebal dan kadang-
mukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian kadang terjadi metaplasia, menjadi sel eprtel
berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada
mukosa olfaktorius didaerah sepertiga atas hidung. skuamosa.

121

Dalam keadaan normal mukosa respiratori dengan memicu reaksi inflamasi jika terpajan
benruarna merah muda dan selalu basah karena
diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada dengan antigen bakteri.3
permukaannya. Di bawah epitel terdapat tunika
propria yang banyak mengandung pembuluh Pada sinus maksila, sistem transport
darah, kelenjar mukosa dan jaringan limfoid. mukosilier menggerakkan sekret sepanjang
dinding anterior, medial, posterior dan lateral
Pembuluh darah pada mukosa hidung
mempunyai susunan yang khas. Arteriol ter- serta atap rongga sinus membentuk gambaran
halo atau bintang yang mengarah ke ostium
letak pada bagian yang lebih dalam dari tunika
propria dan tersusun secara paralel dan longi- alamiah. Setinggi ostium sekret akan lebih
kental tetapi drenasenya lebih cepat untuk
tudinal. Arteriol ini memberikan pendarahan mencegah tekanan negatif dan berkembang-

pada anyaman kapiler periglanduler dan sub nya infeksi. Kerusakan mukosa yang ringan tidak
epitel. Pembuluh eferen dari anyaman kapiler
ini membuka ke rongga sinusoid vena yang akan menghentikan atau mengubah transport,
besar yang dindingnya dilapisi oleh jaringan dan sekret akan melewati mukosa yang rusak
elastik dan otot polos. Pada bagian ujungnya tersebut. Tetapi jika sekret lebih kental, sekret
sinusoid mempunyai sfingter otot. Selnjutnya akan terhenti pada mukosa yang mengalami
sinusoid akan mengalirkan darahnya ke pleksus
vena yang lebih dalam lalu ke venula. Dengan defek.a's
susunan demikian mukosa hidung menyerupai
jaringan kavernosa yang erektil, yang mudah Gerakan sistem transport mukosilier pada
mengembang dan mengerut. Vasodilatasi dan sinus frontal mengikuti gerakan spiral. Sekret
vasokonstriksi pembuluh darah ini dipengaruhi akan berjalan menuju septum interfrontal, ke-
oleh saraf otonom.
mudian ke atap, dinding lateral dan bagian
SISTEM TRANSPOR MUKOSILI ER inferior dari dinding anterior dan posterior

Sistem transpor mukosilier merupakan menuju resesus frontal. Gerakan spiral menuju
sistem pertahanan aktif rongga hidung terha-
dap virus, bakteri, jamur atau partikel berbahaya ke ostiumnya terjadi pada sinus sfenoid,
lain yang terhirup bersama udara. Efektivitas
sistem transpor mukosilier dipengaruhi oleh sedangkan pada sinus etmoid terjadi gerakan
kualitas silia dan palut lendir. Palut lendir ini rektilinear jika ostiumnya terletak di dasar sinus
dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel dan atau gerakan spiral jika ostium terdapat pada

kelenjar seromusilrosa submukosa salah satu dindingnya.a's
Bagian bawah dari palut lendir terdiri dari
Pada dinding lateral terdapat 2 rute besar
cairan serosa sedangkan bagian permukaan- transport mukosilier. Rute pertama merupakan
gabungan sekresi sinus frontal, maksila dan
nya terdiri dari mukus yang lebih elastik dan
banyak mengandung protein plasma seperti etmoid anterior. Sekret ini biasanya bergabung
albumin, lSG, lgM dan faktor komplemen.
di dekat infundibulum etmoid selanjutnya ber-
Sedangkan cairan serosa mengandung laktoferin, alan menuju tepi bebas prosesus unsinatus,
lisozim, inhi bitor lekoprotease sekretorik, dan dan sepanjang dinding medial konka inferior
lgA sekretorik (s-lgA).3 a menuju nasofaring melewati bagian antero-
inferior orifisium tuba Eustachius. Transport
Glikoprotein yang dihasilkan oleh sel mukus
penting untuk pertahanan lokal yang bersifat aktif berlanjut ke batas epitel bersilia'dan epitel
skuamosa pada nasofaring, selanjutnya jatuh
antimikrobial. lgA berfungsi untuk mengeluar- ke bawah dibantu dengan gaya gravitasi dan
proses menelan.a'5
kan mikroorganisme dari jaringan dengan
Rute ke-dua merupakan gabungan sekresi
mengikat antigen tersebut pada lumen saluran sinus etmoid posterior dan sfenoid yang ber-
napas, sedangkan lgG beraksi di dalam mukosa
temu di resesus sfenoetmoid dan menuju naso-
faring pada bagian postero-superior orifisium
tuba Eustachius.a's

Sekret yang berasal dari meatus superior

dan septum akan bergabung dengan sekret rute
pertama, yaitu di inferior dad tuba Eustachius.
Sekret pada septum akan berjalan vertikal ke

122

arah bawah terlebih dahulu kemudian ke be- FUNGSI PENGHIDU

lakang dan menyatu di bagian inferior tuba Hidung juga bekerja sebagai indra peng-
hidu dan pencecap dengan adanya mukosa
Eustachius.5 olfaktorius pada atap rongga hidung, konka
superior dan sepertiga bagian atas septum.
FISIOLOGI HIDUNG
Partikel bau dapat mencapai daerah ini
Berdasarkan teon struktural, teori evolusioner dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila
menarik napas dengan kuat.
dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung
dan sinus paranasal adalah: 1) fungsi respirasi Fungsi hidung untuk membantu indra pen-
untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), cecap adalah untuk membedakan rasa manis
penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang
yang berasal dari berbagai macam bahan,
dalam pertukaran tekanan dan mekanisme
imunologik lokal; 2) fungsi penghidu karena seperti perbedaan rasa manis strawberi, jeruk,

terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir pisang atau coklat. Juga untuk membedakan
udara untuk menampung stimulus penghidu; 3)
fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi rasa asam yang berasal dari cuka dan asam jawa.
suara, membantu proses bicara dan mencegah
hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang; FUNGSI FONETIK
4) fungsi statik dan mekanik untuk meringan-
kan beban kepala, proteksi terhadap trauma Resonansi oleh hidung penting untuk
dan pelindung panas, 5) refleks nasal.
kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi.
FUNGSI RESPIRASI Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi

Udara inspirasi masuk ke hidung menuju berkurang atau hilang, sehingga terdengar
sistem respirasi melalui nares anterior, lalu naik
ke atas setinggi konka media dan kemudian turun suara sengau (rinolalia).
ke bawah ke arah nasofaring. Aliran udara di
hidung ini berbentuk lengkungan atau arkus. Hidung membantu proses pembentukan
kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir, dan
Udara yang dihirup akan mengalami humi- palatum mole. Pada pembentukan konsonan

difikasi oleh palut lendir Pada musim panas, nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup dan hidung
r,idara hampir jenuh oleh uap air, sehingga terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.
terjadi sedikit penguapan udara inspirasi oleh
palut lendir, sedangkan pada musim dingin REFLEKS NASAL

akan terjadi sebaliknya. Mukosa hidung merupakan reseptor refleks
Suhu udara yang melalui hidung diatur yang berhubungan dengan saluran cerna, kardio-
vaskuler dan pernapasan. lritasi mukosa hidung
sehingga berkisar 37 derajat Celcius. Fungsi
pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyak- akan menyebabkan refleks bersin dan napas
nya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya
permukaan konka dan septum yang luas. berhenti. Rangsang bau tertentu akan menyebab-
kan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
Partikel debu, virus, bakteri dan jamur
yang terhirup bersama udara akan disaring di Daftar pustaka
hidung oleh: a) rambut (vlbrissae) pada vesti-
bulum nasi, b) silia, c) palut lendir. Debu dan 1 Probst R, History and Clinical Examination of the
bakteri akan melekat pada palut lendir dan
partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan Nose ln: Probst R Basic Otorhinolaryngoloyg Georg
dengan refleks bersin.
Thieme Verlag Stuttgart, New York, 2006 : 16-18.

2. East C. Examination of the Nose. ln: Mackay lS,

Bull TR (Eds). Scott-Browns's Otolaryngology Sixth
ed London: Butteruorth, 1997: p.4l1h-8

3. Ballenge( JJ. The technical anatomy and physiology

of the nose and accessory sinuses ln Diseases of
the Nose, Throat, Ear, Head & Neck Fourteenth
edition Ed. Ballenger JJ Lea & Febiger. Philadelphia,
London, 1991: p 3-8

4. Rice DH and Schaefer SD. Endoscopic Paranasal

Sinus Surgery. Roven Poles, New York, 1988:p 3740

123

POLIP HIDUNG

Endang Mangunkusumo dan Retno S. Wardani

Polip hidung ialah massa lunak yang me- Makroskopis

ngandung banyak cairan di dalam rongga Secara makroskopik polip merupakan massa

hidung, berwama putih keabu-abuan, yang bertangkai dengan permukaan licin, berbentuk
terjadi akibat inflamasi mukosa. Polip dapat bulat atau lonjong, berwama putih keabu:abuan,
agak bening, lobular, dapat tunggal atau multipel
timbul pada penderita laki-laki maupun perem- dan tidak sensitif (bila ditekan/ditusuk tidak
puan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut
Bila ada polip pada anak di bawah usia 2 tahun, disebabkan karena mengandung banyak cairan
harus disingkirkan kemungkinan meningokel dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi
atau meningoensefalokel. iritasi kronis atau proses peradangan wama polip
dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan
Dulu diduga predisposisi timbulnya polip polip yang sudah menahun warnanya dapat
nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit menjadi kekuning-kuningan karena banyak
atopi, tetapi makin banyak penelitian yang mengandung jaringan ikat.
mengemukakan berbagai teori dan para ahli
Tempat asal tumbuhnya polip terutama
sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi dari kompleks ostio-meatal di meatus medius
dan sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemerik-
polip nasi masih belum diketahui dengan pasti. saan dengan endoskop, mungkin tempat asal
tangkai polip dapat dilihat
Patogenesls
Ada polip yang tumbuh ke arah belakang
Pembentukan polip sering diasosiasikan
dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom dan membesar di nasofaring, disebut polip

serta predisposisi genelik. Menurut teori Bemstein, koana. Polip koana kebanyakan berasal dari
dalam sinus maksila dan disebut juga polip
terjadi perubahan mukosa hidung akibat pe-
radangan atau aliran udara yang berturbulensi, antro-koana. Ada juga sebagian kecil polip
terutama di daerah sempit di kompleks ostio-
meatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti koana yang berasal dari sinus etmoid.
oleh reepitelisasi dan pembentukan kelenjar
baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natium Mikroskopis

oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi Secara mikroskopis tampak epitel pada
air sehingga terbentuk polip. polip serupa dengan mukosa hidung normal
yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan
Teori lain mengatakan karena ketidak- submukosa yang sembab. Sel-selnya terdiri
seimbangan saraf vasomotor terjadi pening-, dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan
makrofag. Mukosa mengandung sel-sel gobkit.
katan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi Pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat
vaskular yang mengakibatkan dilepasnya sitokin- sedikit. Polip yang sudah lama dapat menga-
lami metaplasia epitel karena sering terkena
sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik
atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.
. edema dan lama-kelamaan menjadi polip.

Bila proses terus berlanjut, mukosa yang
sembab makin membesar menjadi polip dan
kemudian akan turun ke rongga hidung dengan
membentuk tangkai.

124

Berdasarkan jenis sel peradangannya, Pembagian stadium polip menurut Mackay

polip dikelompokkan menjadi 2, yailu polip tipe dan Lund (1997), stadium 1: polip masih
eosinofilik dan tipe neutrofilik.
terbatas di meatus medius, stadium 2: polip
Dragnosis Polip Nasi sudah keluar dari meatus medius, tampak di
rongga hidung tapi belum memenuhi rongga
Anamnesis
hidung, stadium 3: polip yang masif.
Keluhan utama penderita polip nasi ialah
hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai Naso-endoskopi
berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen,
hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin- Adanya fasilitas endoskop (teleskop) akan
bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit sangat membantu diagnosis kasus polip yang
baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak
kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi tedihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi
tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.
sekunder mungkin didapati posf nasa/ drip dan
rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat Pada kasus polip koanal juga sering
timbul ialah bemafas melalui mulut, suara sengau,
halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari
hidup.
ostium asesorius sinus maksila.
Dapat menyebabkan gejala pada saluran
napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, Pemeriksaan Radiologi
terutama pada penderita polip nasidengan asma.
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters,
Selain itu harus ditanyakan riwayat rintis AP, Caldwell dan lateral) dapat mempeilihat-
aler$i, asma, intoleransi terhadap aspirin dan kan penebalan mukosa dan adanya batas udara-
cairan di dalam sinus, tetapi kurang bermafaat
alergi obat lainnya serta alergi makanan.
pada kasus polip. . Pemeriksaan tomografi
Pemeriksaan Fisik
komputer (TK, Cf soan) sangat bermanfaat
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan
deformitas hidung luar sehingga hidung tampak untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung
mekar karena pelebaran'batang hidung. Pada dan sinus paranasal apakah ada proses radang,
pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada
rnassa yang berwarna pucat yang berasal dari kompleks ostiomeatal. TK terutama diindikasi-
meatus medius dan mudah digerakkan.
kan pada kasus polip yang gagal diobati

dengan terapi medikamentosa, jika ada kom-
plikasi dari sinusitis dan pada perencanaan
tindakan bedah terutama bedah endoskopi.

Gambar 1. Polip hldung

125

'l . Edema mukosa 2 Terbentuk POLIP 3. POLIP menjadi besar

dan bertangkai

Gambar 2.

PENATALAKSANAAN Tenggorok, Kepala Leher. Edisi V. Jakarta: Balai

Tujuan utama pengobatan pada kasus polip Penerbit FKUI; 2001: p.96-8
nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan,'men-
cegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip. 2 Hilger PA. Diseases of the nose. ln: Adams GL,

Pemberian kortikosteroid untuk menghi- Boies LR, Hilger PA Boies Fundamentals of
.[angkan polip nasi disebut juga polipektomi
medikamentosa. Dapat dibeiikan topikal atau Otolaryngology, 6th ed Philadelphia: WB Saunders,

sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan respons 1989: p.246-47

yang lebih bdik terhadap pengobatan kortiko- . Dreake-Lee AB Nasal Polyps. ln: Mackay lS, Bull
steroid intranasal dibandingkan polip tpe neutrofilik.
TR (Eds). Scoll-Brown's Otolaryngology. Sixth ed.
Kasus polip yang tidak membaik dengan
terapi medikahentosa atau polip yang sangat London: Butteruorth. 1997: 4/10/1-6
masif dipertimbangkan. untuk terapi bedah.
Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) 4 Bernstein JM. The lmmunohistopathology and
menggunakan senar polip atau cunani dengan pathophysiology of nasal polyp.ln: Settipane GA
analgesi lokal, etmoidektomi intranasal atau Lund VJ, Bernstein JM, Tos M eds. Nasal polyp:
etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid,
operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang epidemiology, pathogenesis and its treatment
terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop
maka dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah Providence. Rhode lsland: Ocean Side Publication;
Sinus Endoskopi Fungsional).
1997.p.85-9.
Daftar pustaka
Settipane GA. Nasal Polyps ln: Settipane GA (Ed)
1. Nuty W Nizar, Endang Mangunkusumo. Polip
Rhinitis 2d ed Providence: Ocean Side Publications,
Hidung. Dalam Efiaty Soipardi, Nurbaiti lskandar
(ed). Buku Ajar llmu Kesehatan Telinga-Hidung- 1nc.,1991: p.173-83.

Jareoencharsri P. Pathogenesis of Nasal Polyps.
ln: Bunnag C and Muntarbhorn K (Eds). Asean
Rhinological Practice. Thailand: Siriyod Co., Ltd,

1997: p.54-74.

7 Larsen PL, Tos M. Origin and structure of nasal

polyps. ln: Mygind N, Lildholdt T (Eds) Nasal
Polyposis: An inflammantory disease and its

treatment. Copenhagen: Munksgaard,'1991: p.17-30.

Naclerio RM, Mackay lS Guideline for the
'management of nasal polyposis. ln: Mygind N

Lildholdt T (eds). Nasal Polyposis: An inflamantory

disease and its trealment. Copenhagen: Munksgaard,

?991: p.177-80.

126

KELAINAN SEPTUM

Nuty W. Nizar dan Endang Mangunkusumo

Kelainan septum yang sering ditemukan Gejala klinik
ialah deviasi septum, hematoma septum dan
abses septum. Keluhan yang paling sering pada deviasi

DEVIASI SEPTUM septum ialah sumbatan hidung. Sumbatan bisa

Bentuk septum normal ialah lurus di te- unilateral, dapat pula bilateral, sebab pada sisi

ngah rongga hidung tetapi pada orang dewasa deviasi terdapat konka hipotrofi, sedangkan
biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di
garis tengah. Deviasi septum yang ringan tidak pada sisi sebelahnya terjadi konka yang hiper-
akan menganggu, akan tetapi bila deviasi itu
cukup berat, menyebabkan penyempitan pada trofi, sebagai akibat mekanisme kompensasi.

satu sisi hidung. Dengan demikian dapat Keluhan.lainnya ialah rasa nyeri di kepala

mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan dan di sekitar mata. Selain dari itu penciuman
komplikasi.
bisa terganggu, apabila terdapat deviasi pad6
Etiologi .bagian atas septum
.,,.'
Penyebab yang paling sering adalah trauma.
Deviasi septum dapat menyumbat ostirim
Trauma dapat terjadi sesudah lahir, pada
waktu partus atau bahkan pada masa janin sinus, sehingga merupakan faktor prediSposisi

intrauterin. terjadinya sinusitis.

Penyebab lainnya ialah ketidak-seim- Terapi

bangan pertumbuhan. Tulang rawan septum Bila gejala tidak ada atau keluhan sangat
nasi terus tumbuh, meskipun batas superior ringan, tidak perlu dilakukan tindakan koreksi
dan inferior telah menetap. Dengan demikian septum. Ada 2 jenis tindakan operatif yang dapat
terjadilah deviasi pada septum nasi itu. dilakukan pada pasien dengan keluhan yang
nyata yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.
BENTUK DEFORMITAS
Reseksi submukosa (submucous sep-
Bentuk deformitas septum ialah (1) deviasi, tum resection SMR). Pada operasi ini muko-
perikondrium dan mukoperiostium kedua sisi
biasanya berbentuk huruf C atau S; (2) dis-
dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum.
lokasi, yaitu bagian bawah kartilago septum ke Bagian tulang atau tulang rawan dari septum
luar dari krista maksila dan masuk ke dalam
kemudian diangkat, sehingga muko-perikondrium
rongga hidung; (3) penonjolan tulang atau
tulang rawan septum, bila memanjang dari dan mukoperiostium sisi kiri dan kanan akan
langsung bertemu di garis tengah.
depan ke belakang disebut krista, dan bila sa-
ngat runcing dan pipih disebut spiria; (4) bila Reseksi submukosa dapat menyebabkan
deviasi atau krista septum bertemu dan me- komplikasi seperti terjadinya hidung pelana
(saddle nose) akibat turunnya puncak hidung,
lekat dengan konka dihadapannya disebut oleh karena bagian atas tulang rawan septum
sinekia. Bentuk ini akan menambah beratnya terlalu banyak diangkat.

obstruksi. Septoplasti atau reposisi septum. Pada

operasi ini tulang rawan yang bengkok di-

reposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja
yang dikeluarkan. Dengan cara operasi ini
dapat dicegah komplikasi yang mungkin timbul
pada operasi reseksi submukosa, seperti ter-
jadinya perforasi septum dan hidung pelana.

127

Komplikasi

Komplikasi hematoma septum yang mung-
kin terjadi ialah : abses septum dan deformitas
hidung luar seperti hidung pelana (saddle nose)

Gambar 3. Septoplasti ABSES SEPTUM

HEMATOMA SEPTUM Kebanyakan abses septum disebabkan
oleh trauma yang kadang-kadang tidak di-'
Sebagai akibat trauma, pembuluh darah sadarioleh pasien.
submukosa akan pecah dan darah akan ber-
kumpul di antara perikondrium dan tulang ra- Seringkali didahului oleh hematoma sep-
wan septum, dan membentuk hematoma pada tum yang kemudian terinfeksi kuman dan men-
septum. jadi abses.

Bila terjadi fraktur tulang rawan, maka Gejala abses septum ialah hidung tersum-
darah akan masuk ke sisi lain, sehingga ter- bat progresif disertai dengan rasa nyeri berat,
bentuk hematoma septum bilateral. Adanya
kumpulan darah di sub-perikondrium akan me- terutama terasa di puncak hidung. Juga ter-

ngancam vitalitas tulang rawan yang hidupnya dapat keluhan demam dan sakit kepala.
tergantung dari nutrisi perikondrium. Pemeriksaan lebih baik tanpa mengguna-

Gejala klinik kan spekulum hidung Tampak pembengkakan
septum yang berbentuk bulat dengan per-
Gejala yang menonjol pada hematoma mukaan licin.

,septum ialah sumbatan hidung dan rasa nyeri. Abses septum harus segera diobati sebagai

Pada pemeriksaan ditemukan pembeng- kasus darurat karena komplikasinya dapat
kakan unilateral atau bilateral pada septum
bagian depan, berbentuk bulat, licin dan ber- berat, yaitu dalam waktu yang tidak lama dapat
warna merah. Pembengkakan dapat meluas menyebabkan nekrosis tulang rawan septum.
Terapinya, dilakukan insisi dan drenase nanah
sampai ke dinding lateral hidung, sehingga serta diberikan antibiotika dosis tinggi. Untuk
nyeri dan demamnya diberikan analgetika.
menyebabkan obstruksi total.
Untuk mencegah terjadinya deformitas
Terapi hidung, bila sudah ada destruksi tulang rawan
perlu dilakukan rekonstruksi septum. Kom-
Drenase yang segera dilakukan dapat plikasi yang mungkin terjadi ialah destruksi
mencegah terjadinya nekrosis tulang rawan. tulang rawan septum yang dapat menyebab-
Dilakukan pungsi, dan kemudian dilanjutkan
dengan insisi pada bagian hematoma yang kan perforasi septum atau hidung pelana (me-
paling menonjol. Bila tulang rawan masih utuh lesak). Juga dapat menyebabkan komplikasi ke
dilakukan insisi bilateral. Setelah insisi, di- intrakranial atau septikemia.
pasang tampon untuk menekan perikondrium
Daftar pustaka
ke arah tulang rawan di bawahnya.
1 Brain D. The Nasal septum. ln: Mackay lS, Bull TR
Antibiotika harus diberikan untuk men-
(Eds). Scott-Browns's Otolaryngology. Sixth ed.
cegah terjadinya infeksi sekunder. London: Bulterworth, 1997 : p.4h 1 I 1 -27

2. Hilger PA Diseases of the nose in Adams GL, ,
Boies LR, Hilger PA Boies Fundamentals of

Otolaryngology, 6'n ed. Philadelphia, Saunders,

'1989; p.21 5-6; p.241-3

3. Ballenger JJ Diseases of the Nose, Throat Ear,

Head and Neck. 14rh ed. Philadelphia: Lea &

4 Febiger, 1991 ; 145-9

Huizing EH The management of septal abscess.

Facial Plastic Surgery 1986; 3: 243-54

128

RINITIS ALERGI

Nina lrawati, Elise KaSakeyan dan Nikmah Rusmono

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang Th 2 akan menghasilkan berbagai sitokin

disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien seperti lL 3, lL 4, lL 5 dan lL 13. lL 4 dan lL'13

atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi de- dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel
ngan alergen yang sama serta dilepaskannya
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif
ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von
Pirquet, 1986). dan akan memproduksi lmunoglobulin E (lgE).
lgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan
Definisi menurut WHO ARIA (Allergic dan diikat oleh reseptor lg E di permukaan sel
mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga
Rhinitis and its lmpact on Asthma) tahun 2001
adalah kelainan pada hidung dengan gejala ke dua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut
bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat
setelah rnukosa hidung terpapar alergen yang sensitisasi yang menghasilkan sel mediator
diperantarai oleh lg E.
yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah
P atofi siolog i Ri n itis Ale rg i
tersensitisasi terpapar dengan alergen yang
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit sama, maka kedua rantai lgE akan mengikat
inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi
alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecah-
dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi nya dinding sel) mastosit dan basofil dengan
alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu
akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah
lmmediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi
Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung terbentuk (P reformed Med i ators) terutama his-
tamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly
sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam Formed Mediators antara lain prostaglandin D2
setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction
atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien C4
(LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor
berlangsung 24 jam dengan puncak 6-8 jam (PAF) dan berbagai sitokin. (113, lL4, lL5, lL6,
GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony
(fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan
dapat berlangsung sampai 2448 jam. Stimulating Facto) dll. lnilah yang disebut

Pada kontak pertama dengan alergen sebagai ReaksiAlergi Fase Cepat (RAFC).
atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit
yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Histamin akan merangsang reseptor H1
pada ujung saraf vidianus sehingga menim-
Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen bulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-
yang menempel di permukaan mukosa hidung. bersin. Histamin juga akan menyebabkan ke-
lenjar mukosa dan sel goblet mengalami hiper-
Setelah diproses, antigen akan membentuk sekresi dan permeabilitas kapiler meningkat
fragmen pendek peptida dan bergabung de-
sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah
ngan molekul HLA kelas ll membentuk kom-
hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid.
plek peptida MHC kelas ll (Major Histo-
Selain histamin merangsang ujung saraf
compatibility Complex'1 yang kemudian dipre-
sentasikan pada sel T helper (Th 0). Kemudian Vidianus, juga menyebabkan rangsangan pada

sel penyaji akan melepas sitokin seperti mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran

interleukin 1 (lL 1) yang akan mengaktifkan lnter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1).
Pada RAFC, sel mastosit juga akan me-
ThO untuk berproliferasi menjadi Th 1 dan Th 2.
lepaskan molekul kemotaktik yang menye-
babkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di
jaringan target. Respons ini tidak berhenti

sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut

dan mencapai puncak 6 - 8 jam setelah

pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan

129

penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi 4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui

seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan kontak kulit atau jaringan mukosa, misal-
mastosit di mukosa hidung serta peningkatan nya bahan kosmetik, perhiasan.
sitokin seperti lL3, lL4, lL5 dan Granulocyte
Magrophag Colony Stimulating Factor (GM- Satu macam alergen dapat merangsang lebih
CSF) dan ICAM 1 pada sekret hidung. Timbul- dari safu organ sasaran, sehingga memberi gejala
nya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung campuran, misalnya tungau debu rumah yang
adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator memberi
inflamasi dari granulnya seperti Eosinophilic
Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived Den
Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP) dan
Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, tubuh terjadi reaksi yang secara garis besar
selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor terdiri dari :
non spesifik dapat memperberat gejala seperti
asap rokok, bau yang merangsang, perubahan 1. Respons primer :
cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.
Terjadi proses eliminasi dan fagositosis
Gambaran histologik antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non spe-

Secara mikroskopik tampak adanya di- sifik_dan dapat berakhir sampai disini. Bila
latasi pembuluh darah (vascular bad) dengan
2. Respons sekunder:
pembesaran sel goblet dan sel pembentuk
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang
mukus. Terdapat juga pembesaran ruang inter-
seluler dan penebalan membran basal, serta mempunyai 3 kemungkinan iatah jfglgm _
ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan
mukosa dan submukosa hidung. imunitas selular atau-:humqqrl alau kedua-

Gambaran yang demikian terdapat pada l"_ltllglj? d i q9s qon 9 le{ie1
saat serangan. Diluar keadaan serangan, mukosa
3. Respons tertier :

a, sehingga gry qq'1-d_Cyq pllminali4g g! q}' tu bu h.

ergen dibagi Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi ini
atas : atas 4 tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi anafilaksis
(immediate hypersentitivity), tipe 2 atau reaksi
1. Alergen inhalan, yang masuk bersama de-
sitotoksiUsitolitik, tipe 3 atau reaksi kompleks
ngan udara penapasan, misalnya tungau
debu rumah (D. pteronyssinus, D.farinae, imun dan tipe 4 atau reaksi tuberkulin (delayed
B.tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit hypersensitivity).

binatang (kucing, anjing), rerumputan Manifestasi klinis kerusakan jaringan yang

(Bermuda grass ) serta jamur (Aspergillus, banyak dijumpai dibidang THT adalah !pl_l_
Alternaria).
yaitu rinitis alergi. -
2. Alergen ingestan yang masuk ke saluran
Klasifikasi Rinitis Alergi
cerna, berupa makanan, misalnya susu,
sapi, telur, coklat, ikan laut, udang kepting Dahulu rinitis alergi dibedakan dalam 2

dan kacang-kacangan. macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu :

3. Alergen injektan, yang masuk melalui sun- 1. Rinitis alergi musiman (seasona/, hay fever,

tikan atau tusukan, misalnya penisilin dan polrnosis). Di lndonesia tidak dikenal rinitis
sengatan iebah. alergi musiman, hanya ada di negara yang

130

mempunyai 4 musim, Alergen penyebab- 1. Anamnesis

nya spesifik, yaitu tepungsari (pollen) dan Anamnesis sangat penting, karena sering-
spora jamur. Oleh karena itu nama yang
tepat ialah pglinostg atau rino konjungtivitis kali serangan tidak terjadi dihadapan peme-
riksa. Hampi 50o/o diagnosis dapat ditegakkan
gala I s i rqlcrlg!4lreqlL dad anamnesis saja Gejala rinitis alergi yang
khas ialah terdapatnya serangan bersin ber-
2. Rinitis alergi sepanjang lahun (perennial). ulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala

Gejala pada penyakit ini timbul intermiten yang normal, terutama pada pagi hari atau bila
atau terus-menerus, tanpa variasi musim,
terdapat kontak dengan sejumlah besar debu.
jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu

Penyebab yang paling sering ialah aletgeQ proses membersihkan sendiri (self cleaning
process). Bersin initerutama merupakan gejala
inhalq1,,!91_u_tg11q1q!g orang qg' ,qqq, d{_ - pada MFC dan kadang-kadang pada RAFL

alergen-ingestan. Alergen iifialan ulama sebagai akibat dilepaskannya histamin. Gejala
iOaAfi alergen dalam rumah (indoor) dan lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan
alergen diluar rumah (outdoor). Alergen banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata

ingestan sering merupakan penyebab pada gatal, yang kadang-kadang disertai dengan
anak-anak dan biasanya disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Sering kali
gejala alergi yang lain, 'seperti urtikaria, gejala yang timbul tidak lengkap, terutama
gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik
pada golongan perenial lebih rtngan diban- pada anak. Kadang-kadang keluhan hidung ter-
dingkan dengan golongan musiman tetapi sumbat merupakan keluhan utama atau satu-
karena lebih persisten maka komplikasinya satunya gejala yang diutarakan oleh pasien.
lebih sering ditemukan.
2. Pemeriksaan fisik
Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi ber-
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa
dasarkan rekomendasi dari WHO lnitiative edema, basah, benltrama pucat atau livid di-
sertai adanya sekret encer yang banyak. Bila
ARIA (Allergic Rhinitis and its lmpact on Asthma) gejala persisten, mukosa inferior tampak hiper-

tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlang- trofi Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilaku-
sungnya dibagi menjadi : kan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik lain
pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap
1. lntermlten (kadang-kadang) : bila gejala
di daerah bawah mata yang terjadi karena
kurang dari4 hari/minggu atau'.kurang dari
4 minggu. stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung.

2. Perslsten/menetap bila gejala lebih dari 4 Gejala ini disebut allergic shiner. Selain dari itu

harilminggu dan lebih dari4 minggu. sering juga tampak anak menggosok-gosok

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, hidung, karena gatal, dengan punggung tangan.

rinitis alergidibagi menjadi : Keadaan ini disebut sebagai allergic salute.

1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan
akan mengakibatkan timbulnya garis melintang
tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, di dorsum nasi bagian sepertiga bawah, yang
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal disebut alleryic crease. Mulut sering terbuka
lain yang mengganggu dengan lengkung langitlangit yang tinggi, se-
hingga akan menyebabkan gangguan pertum-
2. Sedang-berat bila terdapat satu atau lebih
buhan gigi-geligi (facies adenoiQ. Dinding
dari gangguan tersebut diatas. pqsterior faring tampak granuler dan edema

Diagnosis (cobbl e stone a p pe a ra n ce), serta d i nd ing lateral
faring menebal. Lidah tampak seperti gam-
Diagnosis rinitis alergi ditegakkan ber- baran peta (geographic tongue)

dasarkan:

131

3. Pemeriksaan penunjang : Penatalaksanaan

ln vitro : 1. Terapi yang paling ideal adalah dengan

Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat menghindari kontak dengan alergen pe-
normal atau meningkat. Demikian pula peme-
riksaan lgE total (prist-paper radio immuno- nyebabnya (avoid ance) dan eliminasi

sorbent test) beringkali menunjukkan nilai 2. Medikamentosa

normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien Antihistamin yang dipakai adalah anta-
lebih dari satu macam penyakit, misalnya se- gonis histamin H-1, yang bekerja secara
lain rinitis alergi juga menderita asma bronkial inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel
atau urtikaria. Pemeriksaan ini berguna untuk
prediksi kemungkinan alergi pada. bayi atau target, dan merupakan preparat farmakologik
anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat
alergi yang tinggi. Lebih bermakna adalah yang paling sering dipakai sebagai lini
pemeriksaan lgE spesifik dengan RASI fiadio pertama pengobatan rinitis alergi. Pem-
berian dapat dalam kombinasi atau tanpa
lmmuno Sorbenf lesf) atau ELISA (Enzyme kombinasi dengan dekongestan secara
Linked lmmuno Sorbent Assay lest). Peme-
peroral.
riksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat
memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai Antihistamin dibagi dalam 2 golongan
pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil
dalam jumlah banyak menunjukkan kemung- yaitu golongan antihistamin generasi-1
kinan alergi inhalan. Jika basofil (> 5sel/lap)
mungkin disebabkan alergi makanan, sedang- (klasik) dan generasi-2 (non sedatif). Anti-
histamin generasi-1 bersifat lipofilik, se-
kan jika ditemukan sel PMN menunjukkan
hingga dapat menembus sawar darah otak
adanya infeksi bakteri (mempunyai efek pada SSP) dan plasenta

ln vivo : serta mempunyai efek kolinergik. Yangler-

Alergen penyebab dapat dicari dengan masuk kelompok ini antara lain adalah
cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan
atau intradermal yang tunggal atau berseri difenhidramin, klorfeniramin, prometasin,
(Skin End-point Titration/SEl), SET dilakukan siproheptadin sedangkan yang dapat di-
untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan berikan secara topikal adalah azelastin.
alergen dalam berbagai konsentrasi yang ver- Antihistamin generasi-2 bersifat lipofobik,
tingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain
alergen penyebab juga derajat alergi serta sehingga sulit menembus sawar darah

dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. otak. Bersifat selektif mengikat reseptor H-
Untuk alergi makanan, uji kulit yang akhir- 1 perifer dan tidak nrempunyai efek anti-

akhir ini banyak dilakukan adalah lntracutaneus kolinergik, antiadrenergik dan efek pada
Provocative Dilutional Food Test (\PDFI), namun SSP minimal (non-sedatif). Antihistamin di-
sebagai baku emas dapat dilakukan dengan absorpsi secara oral dengan cepat dan
diet eliminasi dan provokasi ("Challenge Test").
mudah serta efektif untukimengatasi ge.iala
Alergen ingestan secara tuntas lenyap
dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu pada respons fase cepat seperti rinore,
bersin, gatal, tetapi tidak efektif untuk me-
pada "Challenge Test", makanan yang dicurigai ngatasi gejala obstruksi hidung pada fase
lambat. Antihistamin non sedatif dapat
diberikan pada pasien setelah berpantang
selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. dibagi menjadi 2 golongan menurut ke-

Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali amanannya. Kelompok pertama adalah
dihilangkan dari menu makanan sampai suatu
ketika gejala menghilang dengan meniadakan astemisol dan terfenadin yang mempunyai
suatu jenis makanan. efek kardiotoksik. Toksisitas terhadap jan-
tung tersebut disebabkan repolarisasi jan-

tung yang tertunda dan dapat menye-

babkan aritmia ventrikel, henti jantung dan

bahkan kematian mendadak (sudah dilarik
dari peredaran). Kelompok kedua adalah
loratadin, setirisin, fexofenadin, deslora-

tadin dan levosetirisin.

132

Preparat simpatomimetik golongan agonis 4. lmunoterapi

adrenergik alfa dipakai sebagai dekonges. Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi
tan hidung oral dengan atau tanpa kom-
binasi dengan antihistamin atau topikal. inhalan dengan gejala yang berat dan
Namun pemakaian secara topikal hanya sudah berlangsung lama serta dengan
pengobatan cara lain tidak memberikan
boleh untuk beberapa hari saja untuk
hasil yang memuaskan. Tujuan dari imuno-
menghindari terjadinya rinitis medikamentosa. terapi adalah pembentukkan /gG blocking
antibody dan penurunan lgE. Ada 2 metode
Preparat kortikosteroid dipilih bila imunoterapi yang umum dilakukan yaitu
intradermal dan sub-lingual.
gejala terutama sumbatan hidung akibat
respons fase lambat tidak berhasil diatasi Komplikasi
dengan obat lain. Yang sering dipakai
adalah kortikosteroid topikal (beklometa- Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah :
son, budesonid, flunisolid, flutikason, mg- ,
metason furoat dan triamsinolon). Kortiko. 1, Polip hidung
steroid topikal bekerja untuk mengurangi.
jumlah sel mastosit pada mukosa hidung, , Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa
mencegah pengeluaran protein sitotoksik 'p alergi hidung merupakan salah satu faktor
dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, i; penyebab terbentuknya polip hidung dan
mencegah bocornya plasma.,.Hal ini me- kekambuhan polip hidung

nyebabkan epitel hidung tidak tiiperresponsif 2. Otitis media efusi yang sering residif, ter-

terhadap rangsangan alergen (bekerja pada utama pada anak-anak

respon fase cepat dan lambat). Preparat 3. Sinusitis paranasal
sodium kromoglikat topikallbekerja men-
stabilkan mastosil (mungkin menghambat Daftar Pustaka
ion kalsium) sehingga penglepasan mediator ',
1. King HC An Otolaryngologist's Guide to Allergy
dihambat. Pada respons fase lambat, obat
Thieme red. Pub lnc. New York, 1990
ini juga menghambat proses inflamasi,'
2. Krause HF. Otolaryngologic Allergy and lmmunology.
dengan menghambat aktifasi sel netrofil,
eosinofil dan {monosit. Hasil terbaik dapat WB Saunders Co Philadelphia, 1989

dicapai bila diberikan sebagai profilaksisr 3. Mygind N, Dahl R, Pederson S. Pathogenesis of
Preparat antikolinergik: topikal adalah Allergic Rhinitis. ln : Mygind N (ed). Essential

ipratropium bromida,t' bermanfaat untuk me- Rhinitis. Blackwell Science Ltd, 1995 : p.202.

ngatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor , 4. Bosquel J, Cauwenberge P, Khaltaev N, Bachert
kolinergik pada permukaan sel efektor. ,;
C, Durham SR, Lund V, Mygind N. Management of
Pengobatan baru lainnya untuk rinitis' Allergic Rhinitis and its lmpact on Asthma (ARIA).
alergiradalah anti leukotrien (zafirlukast / ARIA Workshop Report. J All Clin lmmunol (Suppl)
108;5:2001
montelukast), anti lgE, DNA rekombinan.
5. Cauwenberge P, Bachert C, Passalaqua G,
Operatif
Tindakan konkotomi parsial (pemotongan Durham SR, Mygind N, Scadding GK. Consensus
sebagian konka inferior), konkoplasti atau Statement on the Treatment of Allergic Rhinitis.
Allergy, 2000; 55 : 116-34
m u lt ipl e o u tfract u re d, i nfe ri or t u rb i n o pl a sty
perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi 6. Holgate ST, Church MK. Allergens. ln: Holgate ST,
berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan
cara kauterisasi memakai AgNO3 25% Church MK (Ed). Allergy. Gower Med Pub London,
New York 1993:p.1 .1-1 14
atau triklor asetat.
7. krouse JH, Chadwick SJ, Gordon BR, Dergbery
MJ. Allergy and lmmunology. An Otolaryngic
Approach. Lippincott Williams & Wilkins Co

Philadelphia, Baltimore, Newyork 2002

133

<l

Ldilb
ltt

80t
r.rtc

dr!

.d

Gambar l. Mekanlsme lmunologlk pada Rlnl$s Alergl..

134

Algoritma Penatalaksanaan Rinitis Alergi menurut WHO lnitiative ARIA 2001 (dewasa)

lntermiten

ringan sedang / b

I - AH oral / topikal atau eva ggu
- AH + dekongestan oral atau
- AH oral / topikal - KS topikal atau
atau - (Na kromoglikat)

- AH + dekongestan oral

+ tmembaik tidak ada
gejala persisten
th/ mundur 1 langkah
+
evaluasi setelah dan th/ diteruskan

2 - 4 minoou untuk 1 bulan

+ - salah diagnosis
bila gagal : maju 1 langkah
bila th/ berhasil : lanjutkan - nilai kepatuhan

1 bulan pasien

- komplikasi/

infeksi
- faktor kelainan

anatomis

pertimbangkan sumbatan hidung KS topikal gatal hidung
imunoterapi menetap ditingkatkan
menetap

I

+KS topikal lpratropium
AH
dekongestan(3-5hari) bromida
atau KS oral (angka pendek)

+
Gagal

+
Kaustik konka / konkotomi

135

RINITIS VASOMOTOR

Nina lrawati, Niken L. Poerbonegoro, Elise Kasakeyan

Rintis vasomotor adalah suatu keadaan dan terutama kelenjar eksokrin. Pada rang-
idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi,
alergi, eosinofilia, perubahan honncnd (kehamilan, sangan akan terjadi pelepasan kotransmiter
hipertiroid), dan pajanan obat (kontrasepsi oral,
antihipertensi, B-bloker, aspirin, klorpromazin asetilkolin dan vasoaktif intestinal peptida
dan obat topikal hidung dekongestan) yang menyebabkan peningkatan sekresi

Rinitis ini digolongkan menjadi non-alergi hidung dan vasodilatasi, sehingga terjadi
bila adanya alergi/alergen spesifik tidak dapat
diidentifikasi dengan pemeriksaan alergi yang kongesti hidung.

sesuai (anamnesis, tes cukit kulit, kadar Bagaimana tepatnya saraf otonom ini

antibodi lgE spesifik serum) bekerja belumlah diketahui dengan pasti,
Kelainan ini disebut juga vasomotor catanh, tetapi mungkin hipotalamus bertindak se-
bagai pusat penerima impuls eferen, ter-
vasomotor rinorhea, nasal vasomotor instability,
atau juga non-allergic perennial rhinitis. masuk rangsang emosional dari pusat
_ yang lebih tinggi. Dalam keadaan hidung
Etiologi dan Patofisiologi
normal, persarafan simpatis lebih dominan.
Etiologi dan patofisiologi yang pasti belum
diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemu- Rintis vasomotor diduga sebagai akibat
kakan untuk menerangkan patofisiologi rintis
vasomotor: dari ketidak-seimbangan impuls saraf otonom

1. Neurogenik (disfungsi sistem otonom) di mukosa hidung yang berupa bertam-

Serabut simpatis hidung berasal dari korda bahnya aktivitas sistem parasimpatis.
spinalis segmen Th 1-2, menginervasi ter-
utama pembuluh darah mukosa dan se- 2. Neuropeptida
bagian kelenjar. Serabut simpatis mele-
Pada mekanisme ini terjadi disfungsi hidung
paskan ko-transmiter noradrenalin dan
neuropeptida Y yang menyebabkan vaso- yang diakibatkan oleh meningkatnya rang-
konstriksi dan penurunan sekresi hidung.
Tonus simpatis ini berfluktuasi sepanjang sangan terhadap saraf sensoris serabut C
hari yang menyebabkan adanya pening-
katan tahanan rongga hidung yang ber- di hidung. Adanya rangsangan abnormal

gantian setiap 24 jam. Keadaan ini di- saraf sensoris ini akan diikuti dengan pe-
ningkatan pelepasan neuropeptida seperti
sebut sebagai "siklus nasi". Dengan adanya
subsfance P dan calcitonin gene-related
siklus ini, seseorang akan mampu untuk protein yang menyebabkan peningkatan
dapat bernapas dengan tetap normal me-
lalui rongga hidung yang berubah-ubah permeabilitas vaskular dan sekresi kelenjar.

luasnya. Keadaan ini menerangkan terjadinya pening-

Serabut saraf parasimpatis berasal katan respon pada hiper-reaktifitas hidung.

nukleus salivatori superior menuju ganglion 3. Nitrik Oksida

sfenopalatina dan membentuk n.Vidianus, Kadar nitrik oksida (NO) yang tinggi dan
kemudian menginervasi pembuluh darah
persisten di lapisan epitel hidung dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan atau

nekrosis epitel, sehingga rangsangan non-

spesifik berinteraksi langsung ke lapisan
sub-epitel. Akibatnya terjadi peningkatan

reaktifi tias sera but trigemi nal dan re c ruitm e nt

refleks vaskular dan kelenjar mukosa

hidung.

4. Trauma

Rinitis vasomotor dapat merupakan kom-
plikasi jangka panjang dari trauma hidung

136

melalui mekanisme neurogenik dan/atau (hipertrofi). Pada rongga hidung terdapat sekret

neuropeptida. mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada
golongan rinore sekret yang ditemukan ialah
Gejala Kinik
serosa dan banyak jumlahnya.
Pada rinitis vasomotor, gejala sering di-
cetuskan oleh berbagai rangsangan non-spesifik, Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk

seperti asap/rokok, bau yang menyengat, menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi.

parfum, minuman beralkohol, makanan pedas, Kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret
udara dingin, pendingin dan pemanas ruangan, hidung, akan tetapi dalam jumlah sedikit. Tes
perubahan kelembaban, perubahan suhu luar, cukit kulit biasanya negatif. Kadar lgE spesifik
kelelahan dan stres/emosi. Pada keadaan nor- tidak meningkat.
mal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai
gangguan oleh individu tersebut. Penatalaksanaan

Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip Penatalaksanaan pada rinitis vasomotor
bervariasi, tergantung pada faktor penyebab
dengan .rinitis alergi, namun gejala yang dan gejala yang menonjol. Secara garis besar
dibagidalam :
dominan adalah hidung tersumbat, bergantian
kiri dan kanan, tergantung pada posisi pasien. '1. Menghindari stimulus/faktor pencetus.

Selain itu terdapat rinore yang mukoid atau 2. Pengobatan sirntomatis, dengan obatobatan
serosa. . Keluhan ini jarang disertai dengan
dekongestan oral, cuci hidung dengan
gejalg mata.
Gejala dapat'memburuk pada pagi hari larutan garam fisiologis, kauterisasi konka
hipertrofi dengan larutan AgNO3 25Yoalau
waktu bangun tidur oleh karena adanya
triklor-asetat pekat. Dapat juga diberikan
perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab,
juga oleh karena asap rokok dan sebagainya. kortikosteroid topikal 100 - 200 mikrograml.

Berdasarkan gejala yang menonjol, ke- Dosis dapat ditingkatkan sampai 400
lainan ini dibedakan dalam 3 golongan, yaitu mikrogram sehari. Hasilnya akan terlihat
1) golongan bersin (sneezers), gejala biasanya
memberikan respon yang baik dengan terapi setelah pemakaian paling sedikit selama 2

antihistamin dan glukokortikosteroid topikal; minggu. Saat ini terdapat kortikosteroid
2) golongan rinore (runners), gejala dapat topikal baru dalam larutan aqua seperti

diatasi dengan dengan pemberian anti kolinergik flutikason propionat dan mometason furoat
topikal ; dan 3) golongan tersumbat (blockers), dengan pemakaian cukup satu kali sehari
kongesti umumnya memberikan respon yang dengan dosis 200 mcg. Pada kasus de-
ngan iinore yang berat, dapat ditambahkan
baik dengan terapi glukokortikosteroid topikal antikolinergik topikal (ipatropium bromida).

dan vasokonstriktor oral. Saat ini sedang dalam penelitian adalah
terapi desensitisasi dengan obat capsaicin
Dragnosls
topikal yang mengandurlg lada.
Diagnosis umumnya ditegakkan dengan
cara eksklusi, yaitu menyingkirkan adanya rinitis 3. Operasi, dengan cara bedah-beku, elektro-
infeksi, alergi, okupasi, hormonal dan akibat
kauter, atau konkotomi parsial konka
obat. Dalam anamnesis dicari .faktor yang
inferior.
mempengaruhi timbulnya gejala.
Pada pemtiriksaan rinoskopi anterior tam- 4. Neurektomi n.vidianus, yaitu dengan me-

pak gambaran yng khas berupa edema lakukan pemotongan pada n.vidianus, bila

mukosa hidung, konka benvarna merah gelap dengan cara di atas tidak memberikan
atau merah tua, tetapi dapat pula pucat. Hal ini
hasil optimal. Operasi ini tidaklah mudah,
perlu dibedakan dengan rinitis alergi. Per- dapat menimbulkan komplikasi, seperti
sinusitis, diplopia, buta, gangguan. lakri-
mukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol masi, neuralgia atau anestesis infraorbita
dan palatum. Dapat juga dilakukan tin-
dakan blocki ng ganglion sfenopalatina.

137

Prognosis pengobatan golongan obstruksi menebal, 4) pembuluh darah melebar, 5) stroma
tampak edema, 6) hipersekresi kelenjar mucus
lebih baik daripada golongan rinore. Oleh dan perubahan pH sekret hidung, 7) lapisan sub-

karena golongan rinore sangat mirip dengan mukosa menebal, dan 8) lapisan periostium
rinitis alergi, perlu anamnesrs dan pemeriksaan
yang teliti untuk memastikan diagnosisnya. menebal.
Oleh karena itu pemakaian obat topikal vaso-
RtNtTts MEDTKAMENTOSA
konstriktor sebaiknya tidak lebih dari satu minggu,
Rinitis medikamentosa adalah suatu ke-
lainan hidung berupa gangguan respons nor- dan sebaiknya yang bersifat isotonik dengan
sekret hidung normal (pH antara 6,3 dan 6,5).
mal vasomotor yang diakibatkan oleh pema-
Gejala dan Tanda
kaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung atau
semprot hidung) dalam waktu lama dan ber- Pasien mengeluh hidungnya tersurnbat
terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan
lebihan, sehingga menyebabkan sumbatan tampak edema / hipertrofi konka dengan sekret
hidung yang berlebihan. Apabila diberi tampon
hidung yang menetap. Dapat dikatakan bahwa adrenalin, edema konka tidak berkurang.
hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang
berlebihan (drug abuse). Penatalaksanaan

Patofisiologi 1. Hentikan pemakaian obat tetes atau semprot

Mukosa hidung merupakan organ yang vasokonstriktor hidung.
sangat peka terhadap rangsangan atau iritan,
sehingga harus berhati-hati memakai topikal 2. Untuk mengatasi sumbatan berulang (re-
vasokonstriktor. Obat topikal vasokonstriktor . bound congestion)', dapat diberikan kortiko-
dari golongan simpatomimetik akan menye-
babkan siklus nasi terganggu dan akan ber- steroid oral dosis tinggijangka pendek dan
fungsi normal kembali apabila pemakaian obat dosis diturunkan secara bertahap (tappeing
off) dengan menurunkan dosis sebanyak
itu dihentikan. 5 mg setiap hari, (misalnya hari 1: 40 mg,
hari 2. 35 mg dan seterusnya) Dapat juga
Pemakaian topikal vasokonstriktor yang dengan pemberian kortikosteroid topikal
berulang dan dalam waktu lama akan menye- selama minimal 2 minggu untuk mengem-
balikan proses fisiologik mukosa hidung.
babkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound
3. Obat dekongestan oral (biasanya mengan-
dilatation) setelah vasokonstriksi, sehingga
dung pseudoefedrin).
timbul gejala obstruksi, Adanya gejala obstruksi
ini menyebabkan pasien lebih sering dan lebih Apabila dengan cara ini tidak ada perbaikan

banyak lagi memakai obat tersebut. Pada setelah 3 minggu, pasien dirujuk ke dokter THT.

keadaan ini ditemukan kadar agonis alfa- Daftar pustaka

adrenergik yang tinggi di mukosa hidung. Hal '1. Boies S: Fundamental of Otolaryngology, 5'n ed.
ini akan diikuti dengan penurunan sensitivitas
WB Saunders Co., Philadelphia, 1978.
reseptor alfa-adrenergik di pembuluh darah
2. Mullarkey MF. Eosinophilic Non-allergic Rhinitis
sehingga terjadi suatu toleransi. Aktivitas dari
and Vasomotor Rhinitis. ln: Settipane GA Ed.
tonus simpatis yang menyebabkan vaso-
Rhinitis 2"d Ed Rhode lsland 1991: p 169-71,
konstriksi (dekongesti mukosa hidung) meng-
3. Druce HM. Chronic Sinusitis and Non-allergic Rhinltis.
hilang. Akan terjadi dilatasi dan kongesti
ln: Rhinits 2"d Ed. Rhode lsland 1991:185-90
jaringan mukosa hidung. Keadaan ini disebut
4. Togias AG Non-allergic Rhinitis. ln: Mygyn'..i N.
,juga sebagai rebound congestion.
Naderio RM. Allergic and Non-allergic Rhiniiis
Kerusakan yang terjadi pada mukosa
hidung pada pemakaian obat tetes hidung Clinical Aspects. Munksgaard. .1983: p.159-66.
dalam waktu lama ialah : 1) silia rusak, 2) sel
goblet berubah ukurannya, 3) membran basal

138

5. Non-infectious, non-allergic rhinilis. ln : Bousquet J, I Wihl JA, Kunkel G, Middleton E. Perennial rhinitis.
Cauwenberge P, Khaltaev N. Allergic Rhinitis and
its impact on Asthma. J Allergy and Clin lmmunol ln : Mygind N, Weeke B, eds. Allergic and Vasomotor
(Suppl) 2001, 108: 5:S196-7.
rhintis : clinical aspects. Copenhagen, Munksgaard,
6. Nasal cavity and Septum. ln : Burton M, ed. Hall &
Colman'S Disease of the Ear, Nose and Throal. 1985: p.39.
14h ed. Churchill Livingstone, London, 1992, p. 1015
I Holgate ST, Church MK. Rhintis : patophysiology
7. Malm L, Druce HM, Holgate ST. Vasocontrictors and classificalion. ln : Allergy. London, Gower
and antihistamines. ln : Mygind N, Weeke B, eds.
Allergic and Vasomotor rhinitis : clinical aspects. Medical Publishing, 1993.
10. Lal D, Corey JP. Vasomotor rhinitis update. Curr
Copenhagen, Munksgaard, 1985: p.'l 42.
Opin Otolaryngol Head lGck Surg , 2004; 12:243-7.

139

BAB V
R/NOREA, INFEKSI HIDUNG DAN S/NUS

INFEKSI HIDUNG

Retno S.Vlardani dan Endang Mangunkusumo

lnfeksi pada hidung dapat mengenai hidung SELULITIS

luar yaitu bagian kulit hidung, dan rongga Selulitis seringkali mengenai puncak hidung

dalam hidung, yaitu bagian mukosanya. lnfeksi dan batang hidung, dapat terjadi sebagi akibat
pada hidung luar bisa berbentuk selulitis dan
perluasan furunkel pada vestibulum.
vestibulitis, sedangkan rinitis adalah terjadinya
proses inflamasi mukosa hidung yang dapat Pada pemeriksaan tampak hidung beng-

disebabkan oleh infeksi, alergi atau iritasi. kak, benrama kemgrahan dan dirasakan sangat
Berdasarkan perjalanan penyakihya, infeksi nyeri.
-.'
dapat berlangsung akut maupun kronis, dengan
Penyebabnya ialah kuma\ Streptokokus
batasan w-aktu kurang atau lebih dan 12 minggu.
Mikroorganisme penyebab infeksi terdiri dan Stafilokokus.

dari virus, bakteri non spesifik, bakteri spesifik Terapinya dengan anlibiotika secrra sistemik
dan jamur. lnfeksi hidung dapat disebabkan
dalam dosis tinggi.
oleh satu mikroorganisme, atau beberapa mikro'
organisme dan mengakibatkan infeksi primer, VESTIBULITIS

sekunder atau infeksi multipel. Vestibulitis adalah infeksi pada kulit.vesti-
bulum. Biasanya terjadi karena iritasidari sekret
Rinitis spesifik yang akan dibicarakan
antara lain 1) rinitis atrofi, 2) rinitis difteri, 3) dari rongga hidung (rinore) akibat inflamasi
mukosa yang menyebabkan hipersekresi sel
rinitis jamur, 4) rinitis tuberkulosa 5) rinitis sifilis

6) rinoskleroma, 5) myiasis hidung.


Click to View FlipBook Version