The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by haroldrobin22, 2020-05-10 23:27:53

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI

Keywords: THT UI

190

rinotomi sublabial (sublabial mid-facial degloving) (flutamid) 6 minggu sebelum operasi, meskipun
hasilnya tidak sebaik radioterapi.
atau kombinasi dengan kraniotomi frcntotemporal
Daftar pustaka
bila sudah meluas ke intrakranial. Selain itu
operasi melalui bedah endoskopi transnasal 1. Chew CT. Nasopharynx (the postnasal space). ln :

juga dapat dilakukan dengan dipandu CT scan Ken AG and Groves J. (editor) Scott Brown's
O{olaypology, 5 $ ed. Butterworhs, 1 987: 33&340.
3 dimensi dan pengangkatan tumor dapat
Gates GA, Rice DH, Koopman GF, Schuller DE,
dibantu dengan laser.
Flutamide-induced regression of angiofibroma.
Sebelum dilakukan operasi pengangkatan
Laryrgoscope, 1992:1 02: 641 4.
tumor selain embolisasi untuk mengurangi pen-
darahan yang banyak dapat dilakukan ligasi Hanison DFN. The natural history, pathogenesis
and treatment of juvenile angiofibroma. Otolar Clin
arteri karotis eksterna dan anastesi dengan of North Arn 1986; 19: 936-42
Mair EA, Battlata A, Casier JD. Endoscopic laser-
teknik hipotensi.
assisted excision of juvenile nasopharyngeal
Pengobatan hormonal diberikan pada pasien
angiofibromas. TArch Otolaryngol Head Neck Surg
dengan stadium I dan ll dengan preparat 2OO3:129:4il-9.

testosteron reseptor bloker (fl utamid). Shaheen OH. Angiofibroma. ln : Ken AG and
Pengobatan radioterapi dapat dilakukan
Groves J (ed), Scott Brourn's Otolaryngology, 5 th
dengan stereotaktik radioterapi (Gama knife) ed. Butterworths, 1987: p.291-6.
atau jika tumor meluas ke intrakranial dengan Tewfik TL, Gami M AAl. Juvenile Nasopharyngeal

radioterapi konformal 3 dimensi. Angiofibroma in : eMedicine Spesialities
Untuk tumor yang sudah meluas ke ja-
Otolaryngology and Facial Plastic Surgery >
ringan sekitamya dan mendestruksi dasar
Pediatric O{olaryrgology ed. Goldsmith A,J,
tengkorak sebaiknya diberikan radioterapi pra-
Talavera F, April 2006: p.1-9.
bedah atau dapat pula diberikan terapi hormonal
dengan preparat testosteron reseptor bloker

191

TUMOR GANAS RONGGA MULUT

Masrin Munir

Tumor ganas rongga mulut ialah tumor kelenjar limfa di jugulodigastrikus bagian atas
ganas yang terdapat di daerah yang terletak dan kelenjar limfa di retrofaring bagian lateral
mulai dari perbatasan kulit-selaput lendir bibir yang selanjutnya bermuara pada kelenjar limfa
atas dan bawah sampai ke perbatasan palatum
durum-palatum mole di bagian atas dan garis di daerah submental. Bagian lateral dua pertiga
sirkumvallatae di bagian bawah.
depan lidah mempunyraialiran lirnfa yang menjalar
Organ tubuh yang dimaksud di atas me-
ke kelenjar limfa sub-mandibula dan kelenjar
liputi bibir atas dan bawah, selaput lendir mulut,
lirnfa jugulodigastikus. Kelenjar lirnfa yang berasal
mandibula dan bagian atas trigonum retromolar,
dari pangkal lidah (sepertiga lidah bagian be-
lidah bagian dua pertiga depan, dasar mulut lakang) mempunyai jaringan limfa pada kedua

dan palatum durum. sisi, sedangkan dua perliga dad lidah bagian depan
hanya mempunyai penjalaran pada satu sisi.

Etiologi Epidemiologi

Umumnya penyebab yang pasti tidak da- Di samping terdapatnya hubungan antara
merokok, minum alkohol, mengunyah sirih dan
pat diketahui. Faktor merokok dan alkohol
tembakau dengan timbulnya tumor ganas
disebut-sebut sebagai penyebab utama. Me- rongga mulut, terdapat juga faktor-faktor lain
mamah sirih dan tembakau juga dapat sebagai
faktor penyebab terjadinya tumor ini. Penting seperti faktor geografis dan etnis. Di Amerika
diketahui lamanya kontak zat karsinogen yang Serikat pada tahun 1987, disebutkan bahwa
terdapat pada daerah tersebut dan banyaknya tiap tahun terdapat 17.400 pasien baru tumor
kontak dengan selaput lendir rongga mulut.
Tumor rongga mulut lebih sering terdapat pada ganas rongga mulut, 95% terdapat pada
usia lanjut. Faktor etnis juga menentukan. Pada
wanita-wanita lndia yang mengisap tembakau mereka yang berumur diatas 40 tahun dengan
mempunyai insiden tumor ganas palatum yang rala-ral? umur 60 tahun. Jumlah pasien ini dari
lebih tinggi. Alkohol sebagai suatu zat yang tahun ketahun selalu bertambah, sebab makin
memberikan iritasi, secara teori, menyebabkan
terjadinya pembakaran pada tempat tersebut banyaknya kaum wanita yang merokok, di
secara terus-menerus dan meningkatkan per- samping makin bertambahnya penduduk de-
meabilitas selaput lendir. Hal ini menyebabkan ngan usia lanjut. Di Asia, seperti India, Hong
penyerapan zat karsinogen yang terdapat di Kong, Taiwan, Vietnam, lebih dari25% seluruh
dalam alkohol atau tembakau tersebut oleh
selaput lendir mulut. Higiene mulut serta ke- keganasan, terjadi di rongga mulut.
biasaan makanan juga menentukan terjadinya Munir mencatat antara, Januari 1985 s/d

tumor ganas rongga mulut. Desember 1994 terdapat 35 kasus tumor ganas
rongga mulut yang datang dan berobat di Depar-
Keganasan di rongga mulut akan men- temen llmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok
FKUI/ RSUPN Dr. Cipto Marqunkusumo Jakartia.
jalar ke organ lain atau berpindah ke tempat
lain melalui aliran limfa. Umumnya penjalaran Diagnosis
sel-sel tumor ialah ke kelenjar limfa yang ter-
Umumnya pasien tumor ganas ini mem-
dapat di daerah submental dan sub-mandibula. punyai keluhan-keluhan seperti rasa nyeri di
Kelenjar limfa pada ujung lidah mengalir ke telinga, rasa nyeri waktu menelan (disfagia).
Kadang-kadang pasien tidak bisa membuka

192

mulut (trismus). Terdapatnya bercak keputihan Dari seluruh tumor ganas rongga mulut,

(leukoplakia) dan bercak kemerahan (eritro- 95% hasil PA-nya adalah karsinoma sel
plakia) yang tidak bisa hilang dengan pengo-
skuamosa. Tumor ini berasal dari epitel yang
batan biasa, harus dicurigai kemungkinan ada- terdapat di rongga mulut. Bentuk tumor ganas
lain yang banyak terdapat ialah tumor yang
nya keganasan. berasal dari kelenjar liur minor, seperti karsi-
noma adenoid kistik, adenokarsinoma dari kar-
Terdapatnya suatu massa dengan permu- sinoma mukoepidermoid. Di samping keganas-
kaan yang tidak rata (ulkus) dan memberikan an yang b6rasal dari epitel, juga terdapat ke-
ganasan yang berasal dari mesenkim, seperti
rasa nyeri, karena adanya rangsangan pada
organ-organ rongga mulut yang dipersarafi sarkoma berupa rabdomiosarkoma, liposarkoma
dan lain-lain.
oleh cabang N. Trigeminus dan cabang N.
Stadium tumor
Fasialis, dapat menjadi pertanda adanya suatu
Menurut American Joint Committee. on
keganasan. Guna menentukan batas serta Cancer tahun 1992 tumor primer di bagi dalam

ukuran pada tumor yang besar dan luas, dapat TX (karsinoma in situ), Tl jika diameter 2 cm
dilakukan pemeriksaan radiologis seperti CT
atau kurang dari 2 cm, T2 jika diameter
Scan atau MRl.
anlara24 cm, T3 jika diameter lebih dari 4 cm.
Pemeriksaan CT Scan dapat menerang- Pada T4 tumor sudah menyerang organ-qrgan
kan penjalaran tumor ke arah tulang (adanya lain seperti bagian korteks dari tulang, otot-otot
lidah yang lebih dalam, sinus maksila dan kulit.
kerusakan), sedangkan MRI dapat menerang- Kelenjar limfa regional dibagi dalam NX kalau
kan luasnya suatu massa pada jaringan lunak. tidak terditeksi sel tumor pada kelenjar, N0 jika

Feinmesser menyatakan bahwa CT Scan tidak teraba pembesaran kelenjar, N1 jika

kadang-kadang kurang sensitif dalam penen- diameter 3 cm atau kurang dari 3 cm, pada sisi
tuan ukuran tumor. Jika dibandingkan dengan yang sama, N2 jika diameter antara 3 s/d-6 cm,
pemeriksaan palpasi terhadap tumor primer
pada sisi yang sama, atau kurang dari 6 cm
atau metastasisnya pada leher, CT Scan dapat tetapi terdapat pada beberapa kelenjar pada

menerangkan terjadinya metastasis ke leher sisi yang sama, pada kedua sisi atau sisi lain.
N2 ini dibagi lagi atas N2a :3-6 cm hanya satu
kalau ukuran tersebut melebihi 1 cm. (single) pada satu sisi, N2b kurang dari 6 cm,
terdiri dari beberapa (multiple) kelenjar dan
Untuk itu perlu diperhatikan dan dievaluasi hanya pada 1 sisi, N2c kurang dari 6 cm bisa
ukuran dari tumor primer, terdapatnya pem-
besaran kelenjar regional pada daerah sub- pada 2 sisi atau sisi kontra lateral, N3 jika

mental dan submandibula, adanya turnor primer ukurannya lebih dari6 cm.
Tentang metastasis, MX disebut jika tidak
yang lain, serta kemungkinan terdapatnya
diketahui dimana adanya metastasis, M0 tidak
metastasis jauh. Pemeriksaan rutin seperti foto ada rnetiastasis jauh, M1 terdapat metastasis jauh.
toraks, uji fungsi hati atau pemeriksaan scan
Secara patologi-anatomi, tumor ganas
tulang untuk kemungkinan adanya metastasis
rongga mulut yang terbanyak adalah karsinoma
ke tulang perlu dilakukan. Diagnosis pasti dari
sel skuamosa. Walaupun tumor ini bersifat
keganasan ini adalah diagnosis dari peme-
radiosensitif, terapi terbaik adalah pengangkat-
riksaan patologi-anatomik dari jaringan yang an massa fumor tersebut. Selanjutnya ditambah
penyinanan dengan Cobalt, Cessium atau Megavdt
dianibil pada massa tumor yang dicurigai. sebanyak 6000€.600 cG, Penyinaran intersisial
(penanaman radium dan semacamnya), saat
Biopsi dilakukan langsung pada massa ini tidak dianjurkan lagi.

tumor (insisional). Jaringan contoh dimasukkan
di dalam botol yang berisi cairan formalin 10%

atau alkohol 7oo/o. Selanjutnya dikirim dan

diperiksakan di Rumah Sakit terdekat yang

terdapat spesialis Patologi Anatominya. Kalau

temyata hasilnya suatu keganasan, maka
pasien dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk
penatalaksanaan terapi selanjutnya (pembe-

dahan dan radioterapi).

193

Sudah dapat dipastikan bahwa makin besar pindahkan atau tandur kulit untuk menutup

tumor atau makin lanjut stadiumnya, prognosis cacat itu. Cacat operasi yang tedalu besar, harus
bertambah jelek. Dengan terdapatnya metastasis,
ditutup dengan menggunakan jabir berupa
prognosis lebih jelek, terutama pada tumor
pulau (island flap) yang diambil dari dada yaitu
pangkal lidah, oleh karena pada tempat ini ter- jabir yang terdiri dari kulit, otot, pembuluh darah
dapat banyak jaringan limfa yang bersifat ber- dan saraf, yang disebut jabir miokutaneus dari
pektoralismayor.
campur dan bermuara ke kelenjar limfa leher.
Daftar pustaka
Tumor yang hanya terdapat pada per-
mukaan dengan tebal 2-3 mm mempunyai 1. Levine P.A, Seidman D. Neoplasms in the Oral
prognosis yang lebih baik. Kalau tumor sudah
masuk ke dalam jaringan, prognosis menjadi Cavity ln : Bailey B.J (ed). Head and Neck Surgery-
lebih jelek dan pada terapi sering harus diikuti
dengan diseksi leher elehif, walaupun tidak Otolaryngology, Lippincott Co. Philadelphia 1993 ; 2
: 1160 - 75.
teraba metiastasis (N0). Tumor yang lebih besar,
2. Goldstein J.C. Management of the Primary Site.
mungkin harus dilakukan glosektomi sebagian Oral Cavity. ln : Pillsbury H.C, Gold Smith M.M
(eds). Operative Challenges in Otolaryngology
(parsial) atau glosektomi satu sisi (hemiglo- Head & Neck Surgery. Chicago-London-Bocca
sektomi). Kalau tumor sudah melewati garis Raton-Littleton, Mass, Year Book Medical

tengah, harus dilakukan glosektomi total. Kalau Publication, lnc. 1993 : p.297-321.
teraba pembesaran kelenjar, maka harus di-
3. Munir M. Surgical Treatment of Oral Cavity
lakukan diseksi leher radikal sebelumnya.
Carcinomas ln : Prasansuk S, Na Nakon, Bunnag
Pemberian radiasi (radioterapi) saja hanya C, Siriyananda C (eds). Otolaryngology in Asean
Countries. Adv. Otolaryngol. Karger Basel, 1997 :
dilakukan pada tumor dengan Tl yang kecil. 51;103- 11.

Selanjutnya pada tumor yang lebih besar harus 4. De Santo L.W, Thawley S.E, Genden E.M.

dioperasi. Pada tumor pangkal lidah yang lebih Treatment of Tumors of the Oropharynx : Surgical

besar, dilakukan diseksi leher radikal pada satu Therapy. ln : Thawley, Panje, Batsakis, Lindberg
(eds). Comprehensive Management of Head and
sisi, dan disseksi leher radikal leher fungsional Neck Tumors (Vol.2) W.B Saunders Company,

pada sisi lain. Sesudah tindakan operasi 1999 : p.806-60.

umumnya dilanjutkan dengan radioterapi. Keme 5. Dicker A, Hanison L.B, Picken C.A et a/ :
terapi (sitostatika) tidak diberikan pasca operasi
Oropharyngeal Cancer. ln : Harrison L.B, Session
oleh karena sitostatika memberikan efek R.B, Hong W.K (eds) Head and Neck Cancer. A
Multidisciplinary Approach, Lippincott-Raven,
samping yang jelek. Philadelphia, New York, 1999 :p. 445-80.

Massa tumor yang diangkat, dapat mem- 6. Alvi A, Myers E.N, Johnson J.T. Cancer of the Oral
berikan cacat operasi yang kecil, sedang atau
besar pada daerah operasi tergantung pada Cavity ln : Myers E.N, Suen J.Y (eds). Cancer of
besar tumor. Cacat operasi yang kecil dapat
ditutup dengan menjahitkan jaringan sehat luar the Head and Neck, W.R Saunders Co.

tumor. Cacat operasi sedang memerlukan Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney,
Tokyo, 1996: p.321-60.
rekonstruksi dengan memakaijaringan sehat di

luar daerah tumor dengan cara rotasi, di-

194

TUMOR LARING

Bambang Hermani dan Hartono Abdurrachman

TUMOR JINAK LARING batuk. Apabila papiloma telah menutup rima
glotis maka timbul sesak napas dengan stridor.
Tumor jinak laring tidak banyak ditemu-
kan, hanya kurang lebih 5% dari semua jenis Diagnosis

tumor laring. Diagnosis berdasarkan anamnesis, gejala
Tumor jinak laring dapat berupa :
klinik, pemeriksaan laring langsung, biopsi
1. Papiloma laring (terbanyak frekuensinya)
2. Adenoma serta pemeriksaan patologi-anatomik.
3. Kondroma
4. Mioblastoma sel granuler Terapi
5. Hemangioma
6. Lipoma - Ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro
7. Neurofibroma
atau juga dengan sinar laser. Oleh karena
PAPILOMA LARING sering tumbuh lagi, maka tindakan ini di-
ulangi berkali-kali. Kadang-kadang dalam
Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 seminggu sudah tampak papiloma yang
tumbuh lagi.
jenis:
- Terapi terhadap penyebabnya belum me-
1. Papiloma laring juvenil, ditemukan pada
muaskan, karena sampai sekarang etiologi-
anak, biasanya berbentuk multipel dan nya belum diketahuidengan pasti.

mengalami regresi pada waktu dewasa. Sekarang tersangka penyebabnya ialah
virus, tetapi pada pemeriksaan dengan mikros-
2. Pada orang dewasa biasanya berbentuk kop elektron inclusion body tidak ditemukan.

tunggal, tidak akan mengalami resolusi Untuk terapinya diberikan juga vaksin dari
massa tumor, obat anti virus, hormon, kalsium
dan merupakan prekanker. atau lD methionin (essential aminoacid).

BENTUK JUVENIL Tidak dianjurkan memberikan radioterapi,
oleh karena papiloma dapat berubah menjadi
Tumor ini dapat tumbuh pada pita suara ganas.
bagian anterior atau daerah subglotik. Dapat
TUMOR GANAS LARING
pula tumbuh di plika ventrikularis atau aritenoid.
Keganasan di laring bukanlah hal yang
Secara makroskopik bentuknya seperti
buah murbei, benrama putih kelabu dan ka- jarang ditemukan dan masih merupakan ma-
dang-kadang kemerahan. Jaringan tumor ini salah, karena penanggulangannya mencakup
sangat rapuh dan kalau dipotong tidak menye- berbagaisegi.
babkan perdarahan. Sifat yang menonjol dari
tumor ini ialah sering tumbuh lagi setelah di- Penatalaksanaan keganasan di laring tan-
angkat, sehingga operasi pengangkatan harus pa memperhatikan bidang rehabilitasi belumlah
dilakukan berulang-ulang. lengkap.

Gejala Sebagai gambaran perbandingan, di luar

Gejala papiloma laring yang utama ialah negerj karsinoma laring menempatitempat per-
suara parau. Kadang-kadang terdapat pula tama dalam urutan keganasan di bidang THT,

195

sedangkan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Histopatologi

karsinoma laring menduduki urutan ketiga Karsinoma sel skuamosa meliputi 95%
sampai 98% dari semua tumor ganas laring.
setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas
hidung dan sinus paranasal. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat

Menurut data statistik dari WHO (1961) diferensiasi: a) berdiferensiasi baik (grade 1),
yang meliputi 35 negara, seperti dikutip oleh
b) berdiferensiasi sedang (grade 2) dan c)
Batsakis (1979), rata-rata 1.2 orang per
berdiferensiasi buruk (grade 3). Kebanyakan
100.000 penduduk meninggal oleh karsinoma tumor ganas pita suara cenderung berdiferen-
siasi baik. Lesi yang mengenai hipofaring,
laring. sinus piriformis dan plika adepiglotika kurang

Etiologi karsinoma laring belum diketahui berdiferensiasi baik.e
dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa
perokok dan peminum alkohol merupakan ke- Kasifikasi letak tumor

lompok orang-orang dengan ?isiko tinggi Tumor supraglotik terbatas pada daerah
terhadap karsinoma laring. Penelitian epide- mulai daritepi atas epiglotis sampai batas atas
miologik menggambarkan beberapa hal yang glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel
diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring.
laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan
Tumor glotik mengenai pita suara asli.
terpajan oleh sinar radioaktif. Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah

Pengumpulan data yang dilakukan di RS tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas
Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa
karsinoma laring jarang ditemukan pada orang inferior otot-otot intrinsik pita suara. Batas
yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk
mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu
dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap.
tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita
Yang terpenting pada penanggulangan suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10
karsinoma laring ialah diagnosis dini, dan mm, dan dapat mengenai komisura anterior
pengobatan/tindakan yang tepat dan kuratif, atau posterior atau prosesus vokalis kartilago
karena tumomya masih terisolasi, dan dapat
diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah aritenoid.
mengeluarkan bagian laring yang terkena tu- Tumor subglotik tumbuh lebih dari 10 mm
mor dengan memperhatikan fungsi respirasi;
di bawah tepi bebas pita suara asli sampai
fonasi serta fungsi sfingter laring.
batas inferior krikoid.
Kekerapan
Tumor ganas transglotik adalah tumor
Di Departemen THT FKUI/RSCM periode yang menyeberangi ventrikel mengenai pita
1982-1987 proporsi karsinoma laring 13,8% suara asli dan pita suara palsu, atau meluas ke
subglotik lebih dari 10 mm.
dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah
Gejala
kasus rata-rata 25 pertahun. Perbandingan laki
dan perempuan adalah 11:1, terbanyak pada Serak adalah gejala utama karsinoma
usia 56-69 tahun dengan kebiasaan merokok
didapatkan pada 73.94%.1 Periode 1 988-1 992 laring, merupakan gejala paling dini tumor pita
karsinoma laring sebesar 9,97o/o, menduduki
peringkat ketiga keganasan THT (712 kasus). suara. Hal ini disebabkan karena gangguan
Karsinoma nasofaring sebesar 7 1,77 o/o, diikuli fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat
oleh keganasan hidung dan paranasal 10.1'lo/o,
telinga 2,1 1Yo, orofaring/tonsil 1,69%, esofagus/ dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita
suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan
bronkus 1,54o/o, rongga mulut 1,40o/o dan
getaran dan ketegangan pita suara. Pada
parotis 0,28o/o.5
tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi
secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan

pita suara, oklusi atau penyempitan celah

glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan

ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang

196

menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga
akan mengganggu gerak maupun getaran ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan
penurunan berat badan menandakan perluas-
kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan
kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, an tumor ke luar laring atau metastasis jauh.
Pembesaran kelenjar getah bening leher
sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa.
dipertimbangkan sebagai metastasis tumor
Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sum-
batan jalan napas, atau paralisis komplit. ganas yang menunjukkan tumor pada stadium
lanjut.
Hubungan antara serak dengan tumor
laring tergantung pada letak tumor. Apabila Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut
tumor tumbuh pada pita suara asli, serak yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor yang menyerang kartilago tiroid dan

tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di perikondrium.

bagian bawah plika ventrikularis, atau di batas Diagnosis

inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anam-
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak nesis dan pemeriksaan klinis.

dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul Pemeriksaan laring dapat dilakukan de-
ngan cara tidak langsung menggunakan kaca
sama sekali. Pada kelompok ini, gejala per- laring atau langsung dengan menggunakan
laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lo-
tama tidak khas dan subjektif, seperti perasaan kasi tumor, penyebaran tumor, kemudian dilaku-
tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di
tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbul- kan biopsi untuk pemeriksaan patologi anatomik.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
kan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi
selain pemeriksaan laboratorium darah, juga
dan nyeri menimbulkan suara bergumam (hot
potato voice).11 ' pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan

ada"laDhisgpenjaelaa dan stridor. Dispnea dan stridor untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya
yang disebabkan oleh sumbatan
proses spesifik dan metastasis di paru. CT
jalan napas dan dapat timbul pada tiap tumor
Scan laring dapat memperlihatkan keadaan
laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan tumor dan laring lebih seksama, misalnya
jalan napas oleh massa tumor, penumpukan
penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan
kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar
getah bening leher.
suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik
Diagnosis pasti diiegakkan dengan
terdapat kedua gejala tersebut. Sumbatan
pemeriksaan patologi anatomik dari bahan
yang terjadi secara perlahan-lahan dapat di- biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada
pembesaran kelenjar getah bening di leher.
kompensasi oleh pasien. Pada umumnya
Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
dispnea dan stridor adalah tanda prognosis adalah karsinoma sel skuamosa.

yang kurang baik. t

Nyeri tenggorok. Keluhan ini dapat ber- KIASIFIKASI TUMOR GAMS LARING
variasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri
(AJCC.DAN U|CC 19881
yang tajam.
TUMOR PRTMER (T)
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal
SUPMGLOTIS
lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus pirifor-
Tis Karsinoma insitu
mis. Keluhan ini merupakan keluhan yang Tl Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita

paling sering pada tumor ganas postkrikoid. suara palsu (gerakan masih baik)

Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) me-
nandakan adanya tumor ganas lanjut yang

mengenai struktur ekstra laring.

Batuk dan hemoplisis. Batuk jarang di-
temukan pada tumor ganas glotik, biasanya

timbul dengan tertekannya hipofaring disertai

sekret yang mengalir ke dalam laring.

Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan

tumor supraglotik.

197

f2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral

daerah supraglotis dan glotis masih bisa dengan ukuran diameter 3 - 6 cm.

bergerak (tidak terfi ksir). N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter

T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm.
N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diame-
terfiksir atau meluas ke daerah krikoid
bagian belakang, dinding medial dari ter tidak lebih dari 6 cm
sinus piriformis, dan ke arah rongga pre
N2c Metastasis bilateral atau kontralateral,
epiglotis.
diameter tidak lebih dari 6 cm.
T4 Tumor sudah meluas ke luar laring,
N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
menginfiltrasi orofaring jaringan lunak
pada leher- atau sudah merusak tulang METASTASIS JAUH (M)

rawan tiroid. Mx Tidak ierdapaUterdeteksi
M0 Tidak ada metastasis jauh
GLOTIS
Ml Terdapat metastasis jauh.
Tis Karsinoma insitu.
'STAGING (= STADIUM)
Tl Tumor mengenai satu atau dua sisi pita
suara, tetapi gerakan pita suara masih ST1 T1 NO MO
' baik, atau tumor sudah terdapat pada STII T2 NO MO
STIII T3 N0 M0,r1fi2n3 N1 M0
komisura anterior atau posterior. STIV T4 NO/N1 MO

T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau T1tT2tT3tT4 N2/N3
subglotis, pita suara masih dapat berge- T1ft2tT3tT4 N1/N2/N3 M1

rak atau sudah terfiksasi (impaired mobility). Penanggulangah

T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah Setelah diagnosis dan stadium tumor di-
terfiksasi. tegakkan, maka ditentukan tindakan yang akan
diambil sebagai penanggulangannya.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan
Ada 3 cara penanggulangan yang lazim
tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat
laring. sitostatika atau pun kombinasi daripadanya,

SUBGLOTIS tergantung pada stadium penyakit dan keada-
an umum pasien.
Tis Karsinoma insitu.
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium
Tl Tumor terbatas pada daerah subglotis. 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium 2
'12 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium

masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi. 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila
masih memungkinkan atau dikirim untuk
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita
mendapatkan radiasi.
suara sudah terfiksasi.
Jenis pembedahan adalah laringektomi
f4 Tumor yang luas dengan deitruksi tulang totalis atau pun parsial, tergantung lokasi dan
penjalaran tumor, serla dilakukan juga diseksi
rawan atau perluasan ke luar laring atau leher radikal bila terdapat penjalaran ke ke-
dua-duanya. lenjar limfa leher. Di Departemen THT RSOM

Penjalaran ke kelenjar limfa (N) tersering dilakukan laringektomia totalis, karerra
beberapa pertimbangan, sedangkan laringektomi
Nx Kelenjar limfa tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba
N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa

dengan ukuran diameter 3 cm homo-

lateral.

198

parsial jarang dilakukan, karena teknik sulit nyak faktor yang mempengaruhi suksesnya
proses rehabilitasi suara ini, tetapi dapat di-
untuk menentukan batas tumor. simpulkan menjadi 2 faklor utama, ialah faktor

Pemakaian sitostatika belum memuaskan, fisik dan faktor psiko-sosial.
Suatu hal yang sangat membantu adalah
biasanya jadwal pemberian sitostatika tidak
sampai selesai karena keadaan umum mem- pembentukan wadah perkumpulan guna meng-
buruk, di samping harga obat ini yang relatif himpun pasien-pasien tuna-laring guna menyo-
kong aspek psikis dalam lingkup yang luas dari
mahal,sehingga tidak terjangkau oleh pasien. pasien, baik sebelum maupun sesudah ope-
rasi.
Para ahli berpendapat, bahwa tumor laring
ini mempunyai prognosis yang palirg baik di antara Daftar pustaka

tumor-tumor daerah traktus aero-digestivus, 1. Castellanos PF, Spector JG, Kaiser TN. Tumors of
the larynx and laryngopharynx. ln: Otorhino-
bila dikelola dengan tepat, cepat dan radikal.
laryngology head and neck surgery. Ballenjer JJ,
Rehabilitasi suara
Snow JB Eds. Fifteenth Edition. Baltimore,
Laringektomi yang dikerjakan untuk me-
ngobati karsinoma laring menyebabkan cacat Philadelphia, Hongkong, London, Munich, Sidney,
pada pasien. Dengan dilakukannya ppngang- Tokyo. Lea & Febiger 1996: p.58!652.
katan laring beserta pita-suara yang ada di
dalamnya, maka pasien akan menjadi afonia 2. Briger E and Smee Rl. Early glottic cancer: a

dan bemapas melalui stoma permanen di leher. comparison between radiotherapy and surgery
cancer. ln: Laryngeal cancer. Briger E and Smee
Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap
pasien, baik yang bersifat umum, yakni agar Rl Eds. Amsterdam, Lausanne, New York, Oxford,
Shannon, Tokyo. Elsevier 1994: p.3'15-25.
pasien dapat memasyarakat dan mandiri
3. Johnson JT. Surgery for supraglottic cancer. ln:
kembali, maupun rehabilitasi khusus yakni
rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agat Operative otolaryrigology head and neck surgery.
pasien dapat berbicara (bersuara),.sehingga
berkomirnikasi verbal. Rehabilitasi suara dapat Myers E ed. Philadelphia. London, Toronto,

dilakukan dengan pertolongan alat bantu Montreal, Sidney, Tokyo. WB Saunders: 1977', l:

suara, yakni semacam vibrator yang ditempel- p.403-15.
kan di daerah submandibula, atau pun dengan
4. Eibling DE. Surgery for glotlic carcinoma. ln:
suara yang dihasilkan dari esofagus (eso-
phageal speech) melalui proses belajar. Ba- Operative otolaryngology head and neck surgery.

Myers E ed. Philadelphia. London, Toronto,

Montreal, Sidney, Tokyo. WB Saunders: 1997; l:
p.41643.

199

BAB VIII
TRAUMA MUKA DAN LEHER

TRAUMA MUKA

Masrin Munir, Dini Widiami, Trimartani

Trauma muka dapat disebabkan oleh banyak akibatkan kerusakan jaringan lunak pada muka,

faktor dan dapat menimbulkan kelainan, berupa harus dibersihkan dari kotoran atau benda
sumbatan jalan napas, syok karena perdarah-
asing yang menempel pada kulit. Laserasi atau
an, gangguan pada vertebra servikalis atau luka sayat pada muka yang mungkin terdapat

terdapatnya gangguan fungsi saraf otak. Pena- harus dijahit secepatnya bila memungkinkan
nganan khusus pada trauma muka, harus di- dalam waktu 6-8 jam dan diusahakan kurang
lakukan segera (immediate) atau pada waktu dari 24 jam. Setelah itu tindakan selanjutnya
berikutnya (delayed). Penanggulangan ini ter-
gantung kepada kondisi jaringan yang terkena dilakukan di kamar operasi.
Luka terbuka pada muka disertai fraktur
trauma.
wajah harus segera dapat didiagnosis agar
Pada periode akut (immediate) setelah
terjadi kecelakaan, tidak ada tindakan khusus dapat dilakukan tindakan reposisi dan fiksasi.
untuk fraktur muka kecuali mempertahankan
jalan napas, mengatasi perdarahan dan mem- Benda asing yang mungkin terdapat pada
perbaikan sirkulasi darah serta cairan tubuh. muka seperti pecahan batu, pecahan gelas,
Tindakan reposisi dan fiksasi definitif bukan robekan kain atau kotoran lainnya harus di-

merupakan tindakan I ife-sav ing bersihkan tedebih dahulu. Seandainya timbul

Lamanya terjadi trauma serta timbulnya kerusakan pada jaringan lunak, dilakukan segera
kelainan karena trauma muka perlu diperhati-
kan. Penderita dengan trauma yang meng- tindakan debridement dan penutupan luka
pada kulit untuk mencegah timbulnya cacat

atau parut pada wajah. Fraktur muka yang di-
lakukan perbaikan berupa reduksi atau fiksasi,

200

sebaiknya dikerjakan pada waktu tidak lebih Gambar 1. Pemeriksaan Palpasi pada trauma muka
dari 2 minggu sesudah trauma. Pada penderita a) palpasi struktur tulang dan kartilago hidung b)palpasi
ini juga diberikan vaksin anti tetanus (ATS) zygoma c-e) palpasi rahang atas f) palpasi mandibula
atau toxoid tetanus untuk mencegah timbulnya g-h) palpasi orbita superior dan inferior.
penyakit tetanus, juga diperlukan pemberian
antibiotika untuk mencegah timbulnya infeksi l. Fraktur tulang hidung

Bila terja'di sumbatan jalan napas, harus Pada trauma muka paling sering terjadi
dilakukan tindakan trakeostomi secepatnya fraktur hidung Diagnosis fraktur hidung dapat
Penderita harus dikonsulkan ke Bagian Gigi dilakukan dengan inspeksi, palpasi dan peme-
Mulut, Bagiq.n Mata, atau Bagian Bedah Saraf riksaan hidung bagian dalam dengan rinoskopi
anterior, untuk melihat adanya pembengkakan
bila terdapat induksi. mukosa hidung bekuan darah dan kemungkinan
ada robekan pada mukosa septum, hematoma
Pada penderita trauma muka dapat timbul septum, dislokasi atau deviasi pada septum
beberapa kelainan seperti : kerusakan jaringan
lunak (edema, kontusio, abrasi, laserasi dan Pemeriksaan penunjang berupa foto os
nasal, foto sinusparanasal posisi Water dan
avulsi); emfisema subkutis, rasa nyeri, terdapat juga bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan
deformitas muka yang dapat dilihat atau di- CT Scan untuk melihat farktur hidung atau

periksa dengan cara perabaan, epistaksis kemungkinan fraktur penyerta lainnya

(anterior dan posterior), obstruksi hidung akibat Fraktur hidung sederhana
hematom pada septum nasi, fraktur septum
atau dislokasi septum, gangguan pada mata, Jika hanya fraktur tulang hidung saja
misalnya gangguan penglihatan, diplopia, per-
geseran posisi dari bola mata, abrasi kornea, dapat dilakukan reposisi fraktur tersebut dalam
epifora, ekimosis pada konjungtiva, periorbita;
analgesia lokal Akan tetapi pada anak-anak
gangguan saraf sensoris berupa anestesia atau atau orang dewasa yang tidak kooperatif tin-
dakan penaggulangan memerlukan anestesi
hipestesia dari ketiga cabang saraf otak kelima,
gangguan saraf motorik, terdapatnya paresis umum. Analgesia lokal dapat dilakukan dengan
atau paralisis dari satu atau semua cabang saraf pemasangan tampon lidocain 1-2% yang di-
campur dengan epinefrin 1 : 1000%
otak ketujuh; terdapat krepitasi tulang hidung,
maksila dan mandibula, trismus, maloklusi, ter-

dapat fraktur gigi atau terlepasnya gigi tersebut,

kebocoran cairan otak, dan terdapat tanda

infeksi jaringan lunak pada daerah hematoma

Gejala-gejala seperli yang disebutkan di atas,

mengharuskan kita untuk melakukan pemerik-
saan yang lebih lengkap, konsultasi kepada
bagian lain yang terkait, penanggulangan sum-
batan jalan napas secepatnya serta mengatasi

syok. Pemeriksaan fisik secara sistematis akan
membantu menegakkan diagnosis yang tepat

(gambar 1)

Fraktur muka ini dibagi atas fraktur pada
organ yang terjadi yaitu :

1 fraktur tulang hidung.
2. frakJur tulang zigoma dan arkus zigoma
3 fraktur tulang maksila (mid facial)
4. fraktur tulang orbita.
5. fraktur tulang mandibula

201

Tampon kapas yang berisi obat analgesia

lokal ini dipasang masing-masing 3 buah, pada
setiap lubang hidung. Tampon pertama diletak-

kan pada meatus superior tepat di bawah

tulang hidung, tampon kedua diletakkan antara

konka media dan septum dan bagian distal
dari tampon tersebut terletak dekat foramen

sfenopalatina, tampon ketiga ditempatkan antara

konka inferior dan septum nasi. Ketiga tampon

tersebut dipertahankan selama 10 menit. Kadang-
kadang diperlukan penambahan penyemprotan

oxymethaxolin spray beberapa kali, melalui
rinoskopi anterior untuk memperoleh efek

anestesi dan efek vasokonstriksi yang baik.

Teknik rcdusi teftutup pada fral<tur tulang hidung Gambar 2. Cunam Ash, Walsham dan Boies

Penggunaan analgesia lokal yang baik Jika terdapat deviasi piramid hidung
dapat memberikan hasil yang sempurna pada
tindakan reduksi fraktur tulang hidung Jika karena dislokasi tulang hidung, cunam Asch
tindakan reduksi tidak sempurna maka fraktur digunakan dengan cara memasukkan masing-
tulang hidung tetap saja pada posisi yang tidak masing bilah (b/ade) ke dalam kedua rongga
hidung sambil menekan septum dengan kedua
normal Tindakan reduksi ini dikerjakan 1 - 2 sisi forsep. Sesudah fraktur hidung dikembali-
kan pada keadaan semula dilakukan pema-
jam sesudah trauma, dimana pada waktu ter- sangan tampon di dalam rongga hidung. Tampon
sebut edema yang terjadi-mungkin sangat se-
dikit. Namun demikian tindakan reduksi secara yang dipasang d.apat ditambah dengan antibiotika.
lokal masih dapat dilakukan sampai 14 hari
sesudah trauma. Sesudah waktu tersebut, tin- Perdarahan yang timbul selama tindakan
dakan reduksi mungkin sulit dikerjakan karena akan berhentr, sesudah pemasangan tampon
sudah terjadi kalsifikasi sehingga harus dilaku- pada kedua rongga hidung. Fiksasi luar (gips)
kan tindakan rinoplasti osteotomi dilakukan dengan menggunakan beberapa
lapis gips yang dibentuk seperti huruf "T" dan
Alat-alat yang dipakai pada tindakan re- dipertahankan hingga 10 - 14 hari.
dyksi adalah (gambar 2) :
Fraktur tulang hidung terbuka
1. Elevator tumpul yang lurus (Boies Nasa/
Fraktur tulang hidung terbuka menyebab-
Fracture Elevator)
kan perubahan tempat dari tulang hidung
2. Cunam Asch.
3. Cunam Walsham. tersebut yang juga disertai laserasi pada kulit
4. Spekulum hidung pendek dan panjang atau mukoperiosteum rongga hidung. Kerusak-

(Killian). an atau kelainan pada kulit dari hidung di-

5.. Pinset bayonet. usahakan untuk diperbaiki atau direkonstiuksi
pada saat tindakan.
Deformitas hidung yang minimal akibat
fraktur, dapat direposisi dengari tindakan yang Fraktur tulang nasoorbitoetmoid kompleks -
sederhana. Reposisi dilakukan dengan bantuan
cunam Walsham. Pada penggunaan cunam Jika nasal piramid rusak karena tekanan
atau pukulan dengan beban berat akan me-
Walsham ini satu sisinya dimasukkan ke

dalam kavum nasi sedangkan sisi lain di luar

hidung di atas kulit yang dilindungi dengan

karet. Tindakan manipulasi dilakukan dengan
kontrol palpasijari. (gambar 3)

202

nimbulkan fraktur hebat pada tulang hidung, kan untuk mengevaluasi kemungkinan ter-
lakrimal, etmoid, maksila dan frontal. Tulang
dapatnya kelainan pada mata. Pemeriksaan
hidung bersambungan dengan prosesus frontalis penunjang radiologik berupa CT Scan (axial
dan koronal) diperlukan pada kasus ini.
os maksila dan prosesus nasalis os frontal.
Kavum nasi dan lasernasi harus dibersih-
Bagian dari nasal piramid yang terletak antara
kan dan diperiksa kemungkinan terjadinya
dua'bola mata akan terdorong ke belakang
fistula cairan serebro spinal. lntegritas tendon
Terjadilah fraktur nasoetmoid, fraktur nasomaksila
kantus media harus dievaluasi, untuk ini di-
dan fraktur nasoorbita. Fraktur ini dapat menim- perlukan konsultasi dengan ahli mata Klasifikasi

bulkan komplikasi atau sekuele di kemudian hari Inasoorbitoetmoid kompleks tipe mengenai
Komplikasi yang terjadi tersebut ialah :
satu sisi noncomminuled fragmen sentral tanpa
a. Komplikasi neurologik :
1 robeknya duramater. robeknya tendo kantus media. Tipe ll, me-
2 keluarnya cairan serebrospinal dengan
ngenai fragmen sentral tanpa robeknya tendo
kemungkinan timbulnya meningitis.
kantus media. Tipe lll mengenai kerusakan
3 pneumoensefal.
4. laserasiotak. fragmen sentral berat dengan robeknya tendo
5. avulsi dari nervus olfaktorius. kantus media.
6. hematoma epidural atau subdural.
7. kontusio otak dan nekrosis jaringan otak Seorang ahli bedah maksilofasial harus
b. Komplikasipada mata : mengenal organ yang rusak pada daerah ter-
1. telekantustraumatika. sebut untuk melakukan tindakan rekonstruksi
2. hematoma pada mata. dengan cara menyambung tulang yang patah
3. kerusakan nervus optikus yang mung- sehingga mendapatkan hasil yang memuas-

kin meyebabkan kebutaan kan Fraktur nasoorbitoetmoid kompleks ini

4. epifora. sering kali tidak dapat diperbaiki dengan cara
5. ptosis. sederhana menggunakan tampon hidung atau
6. kerusakan bola mata fiksasi dari luar. Apabila terjadi kerusakan duktus
7. dan lain-lain.
c. Komplikasi pada hidung : naso-lakrimalis akan menyebabkan air mata
1. perubahan bentuk hidung
2. obstruksi rongga hidung yang disebab- selalu keluar. Tindakan ini memerlukan pena-

kan oleh fraktur, dislokasi atau hematoma nganan yang lebih hati-hati dan teliti. Rekontruksi
pada septum. dilakukan dengan menggunakan kawat (sfarn/es
steel) atau plate & screw. Pada fraktur tersebut
3. gangguan penciuman (hiposmia atau
di atas, memerlukan tindakan rekonstruksi
anosmia).
kantus media seperti yang sudah disampaikan
4. epistaksis posterior yang hebat yang oleh Concers Smith tahun 1966.

disebabkan karena robeknya arteri Gambar 3. Reduksl tertutup fraktur os nasal
menggunakan forsep Walsham dan Asch.
etmoidalis.

5. kerusakan duktus nasofrontalis dengan

menimbulkan sinusitis frontal atau

mukokel.

Pada keadaan terjadinya trauma hidung

seperti tersebut di atas, jika terdapat kehi-

langan kesadaran mungkin terjadi kerusakan
pada susunan saraf otak sehingga memer-
lukan bantuan seorang ahli bedah saraf otak.
Konsultasi kepada seorang ahli mata diperlu-

203

ll. Fraktur tulang zigoma dan arkus kecil pada mukosa bukal di belakang tubero-
zigoma sitas maksila. Elevator melengkung dimasuk-
kan di belakang luberositas tersebut dan de-
Fraktur zigoma
ngan sedikit tekanan tulang zigoma yang fraktur
Tulang zigoma ini dibentuk oleh bagian- dikembalikan kepada tempatnya. Cara reduksi
bagian yang berasal dari tulang temporal, tu-
lang frontal, tulang sfenoid dan tulang maksila. fraktur ini mudah dikerjakan dan memberikan
Bagian-bagian dari tulang yang membentuk hasilyang baik.

zigoma ini memberikan sebuah penonjolan. Reduksiterbuka dari tulang zigoma

pada pipi di bawah mata sedikit ke arah lateral. Tulang zigoma yang patah tidak bisa

Fraktur tulang zigoma ini agak berbeda de- diikat dengan kawat baja dari Kirschner harus

ngan fraktur tripod atau trimalar. ditanggulangi dengan cara reduksi terbuka

Gejala fraktur zigoma antara lain adalah : dengan menggunakan kawat atau mini plate.

1. pipi menjadi lebih rata (ika dibandingkan Laserasi yang timbul di atas zigoma dapat

dengan sisi kontralateral atau sebelum dipakai sebagai marka untuk rnelakukan insisi

trauma). permulaan pada reduksi terbuka tersebut.

2. diplopia dan terbatasnya gerakan bola mata. Adanya fraktur pada rima orbita inferior, dasar
3. edema periorbita dan ekimosis. orbita, dapat direkonstruksi dengan melaku-
4. perdarahan subkonjungtiva.
5. enoftalmos (fraktur dasar orbita atau din- kan insisi di bawah palpepra inferior untuk
mencapai fraktur di sekitar tulang orbita ter-
ding orbita).
6. ptosis. sebut. Tindakan ini harus dikerjakan hati-hati
7. terdapatnya hipestesia atau anestesia karena karena dapat merusak bola mata.

kerusakan saraf infra-orbitalis. Fraktur arkus zigoma
8. terbatasnya gerakan mandibula.
9. emfisema subkutis. Fraktur arkus zigoma tidak sulit untuk
10 epistaksis karena perdarahan yang terjadi
dikenal sebab pada tempat ini timbul rasa nyeri
pada antrum. pada waktu bicara atau mengunyah. Kadang-
kadang timbul trismus. Gejala ini timbul karena
Pen angg u I a ng an fra Ku r tu I a ng zigom a terdapatnya perubahan letak dari arkus zigoma
terhadap prosesus koronoid dan otot temporal.
Kira-kira 6% fraktur tulang zigoma tidak Fraktur arkus zigoma yang tertekan _atau ter-
menunjukkan kelainan. Trauma dari depan depresi dapat dengan mudah dikenal dengan
yang langsung merusak pipi (tulang zigoma) palpasi.
menyebabkan perubahan tempat dari tulang
Reduksi fraktur arkus zigoma
zigoma tersebut kearah posterior, ke arah medial
atau ke arah lateral. Fraktur ini tidak mengubah Terdapatnya fraktur arkus zigoma yang
ditandai dengan perubahan tempat dari arkus
posisi dari rima orbita inferior kearah atas atau dapat ditanggulangi dengan melakukan elevasi
ke arah bawah. Perubahan posisi dari orbita arkus zigoma tersebut. Pada tindakan reduksi
tersebut menyebabkan gangguan pada bola ini kadang-kadang diperlukan reduksi terbuka,
mata. Reduksi dari fraktur zigoma ini difiksasi selanjutnya dipasang kawat baja alau mini-
dengan kawat baja alau miniplate. plate pada arkus zigoma yang patah tersebut.
lnsisi pada reduksi terbuka dilakukan di atas
Reduksi tidak langsung dari fraktur zigoma arkus zigoma, diteruskan ke bawah sampai ke
bagian zigoma di preaurikuler.
(oleh Keen dan Goldthwaite)

Pada cara ini reduksi frbktur dilakukan

melalui sulkus gingivobukalis. Dibuat sayatan

204

Jindakan reduksi di daerah ini dapat me- fraktur Le Fort l, ll, lll dan masih dipakai sampai
sekarang (gambar 3a, b, dan c). Klasifikasi ini
rusak cabang frontal dari nervus fasialis, dimodifikasi dengan tambahan pembagian
fraktur palatal split dan maksila media.
sehingga harus dilakukan tindakan proteksi.
Fraktur maksila Le Fort I
lll. Fraktur tulang maksila (mid-
Fraktur,Le Fort I (fraktur Guerin) meliputi
facial fracturel
fraktur horizontal bagian bawah antara maksila
Jika terjadi fraktur maksila maka harus
segera dilakukan tindakan untuk mendapatkan dan palatum/arkus alveolar kompleks. Garis
fungsi normal dan efek kosmetik yang baik.
fprtaekrtiugroibde. rFjarlaakntukreinbielbaiksaang'unmiellaatleurialal matinaau
Tujuan tindakan penanggulangan ini adalah
bilateral. Kerusakan pada fraktur Le Fort akibat
untuk memperoleh fungsi normal pada waktu arah trauma dari anteroposterior bawah yang
menutup mulut atau oklusi gigi dan memperoleh dapat mengenai
kontur muka yang baik. Harus diperhatikan
juga jalan napas serta profilaksis kemungkinan 1. nasomaksila dan zigomatikomaksila vertikal
terjadinya infeksi.
butfress
Edema fariag dapat menimbulkan gang-
guan pada jalan napas sehingga mungkin di- 2. bagian bawah lamina pterigoid
lakukan tindakan trakeostomi. Perdarahan hebat 3. anterolateralmaksila
yang berasal dari arteri maksilaris interna atau 4. palatum durum.
5. dasar hidung
arteri ethmoidalis anterior sering terdapat 6. septum
7. apertura piriformis
pada fraktur maksila dan harus segera diatasi.
Jika tidak berhasil, dilakukan pengikatan arteri Gerakan tidak normal akibat fraktur ini
maksilari interna atau arteri karotis eksterna atau
arteri etmoidalis anterior. dapat dirasakan deni;an menggerakkan dengan

Jika kondisi pasien cukup baik sesudah jari pada saat pemeriksaan palpasi. Garis
trauma tersebut, reduksi fraktur maksila biasa-
nya tidak sulit dikerjakan kecuali kerusakan fraktur yang mengarah ke vertikal, yang biasa-
pada tulang sangat hebat atau terdapatnya nya terdapat pada garis tengah, membagi muka
infeksi. Reduksi fraktur maksila mengalami menjadi dua bagian (palatalsplifl (gambar 3a).

kesulitan jika pasien datang terlambat atau Fraktur maksila Le Fort ll

kerusakan sangat hebat yang disertai dengan Garis fraktur Le Fort ll (fraktur piramid)
fraktur servikal atau terdapatnya kelainan pada
kepala yang tidak terdeteksi. Garis fraktur yang berjalan melalui tulang hidung dan diteruskan
timbul harus diperiksa dan dilakukan fiksasi. ke tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infra-
orbita dan menyeberang ke bagian atas dari
Fiksasi yang dipakai pada fraktur maksila ini
sinus maksila juga ke arah lamina pterigoid
dapat berupa : ,
sampai ke fossa pterigopalatina. Fraktur pada
1. fiksasi inter maksilar menggunakan kawat lamina kribriformis dan atap sel etmoid dapat
merusak sistem lakrimalis (gambar 3b).
baja untuk mengikat gigi.
Fraktur maksila Le Fort lll
2. fiksasi inter maksilar menggunakan kom-
Fraktur Le Fort lll (craniofacial dysiunc-
binasi dari reduksi terbuka dan pema-
tion) adalah suatu fraktur yang memisahkan se-
sangan kawat baja atau mini plate. cara lengkap antara tulang dan tulang kranial.
Garis fraktur berjalan melalui sutura nascfrontal
3. fiksasi dengan pin.
diteruskan sepanjang taut etmoid (etlnnoid
Kl a sifi ka s i fra ktu r m aksil a
junction) melalui frsura orbitalis superior me-
Mathog menggunakan pembagian klasifikasi lintang kearah dinding lateral ke orbita, sutura
fraktur maksila Le Fort dalam 3 kategori yaitu

205

zigomatiko frontal dan sufura temporezigomatik Sistem klasifikasi yang baru menggunakan
(gambar 3c). Fraktur Le Fort lll ini biasanya ber- sistem penyangga tulang muka vertikal dan
sifat kominutif yang disebut kelainan dishface. horizontial yang pada kepustakaan disebut veftical
buftresses dan horizontal beams (gambar 4).
Fraktur maksila Le Fort lll ini sering menim- Penyangga vertikal muka terdiri dari lgomatiko
maksila (Lateral), nasomaksila (medial) dan
bulkan komplikasi intra kranial seperti timbulnya pterigomaksila (posterior). Hoizontal beams adalah
pengeluaran cairan otak melalui atap sel etmoid
alveolus, dasarorbita dan rim orbita dan supraobita.
dan lamina kribriformis.

Gambar3a. Le Fort 1 Gambar 4. Vertical buttresses and horizontal beam

a) Foramen Etmoid anterior b) Foramen etmoid

posterior c) Kanalis optikus d) Fisura orbitalis superior
e) Fisura orbitalis inferior f) Fossa lakrimal g) septum

nasi h) os nasal l) foramen infraorbital

Gambar 3b. Le Fort ll Penanggulangan

a)Kanalis auditorius eksterna b) Fossa glenoid c) Penanggulangan fraktur maksila (mid facial
fracture) sangat ditekankan agar rahang atas
Lateral pterigoid plate d) Fossa lakdmal e) spina nasalis dan rahang bawah dapat menutup. Dilakukan
f) foramen infraorbitalis. fiksasi inter-maksilar sehingga oklusi gigi men-

Gambar3c. Le Fort lll jadi sempurna. Pada tindakan ini banyak
a)Foramen magnum b) konka media c) konka inferior d)
septum nasi e)prosesus pterigoideus f)Lamina pterigoid digunakan kawat baja alau mini-plate sesuai
medial g) Lamina pterigoid lateral h) Prosesus lgomatikus
l)Tulang Malar. garis fraktur.

lV. Fraktur tulang orbita

Fraktur maksila sangat erat hubungannya
dengan timbulnya fraktur orbita terutama pada
penderita yang menaiki kendaraan bermotor.
Akhir-akhir ini fraktur tulang orbita dan fraktur
maksila sangat sering terjadi akibat ketidak

hati-hatian di dalam mengendarai kendaraan.

Penggunaan sabuk pengaman, kecepatan ken-
daraan yang sesuai, tidak meminum alkohol
atau obat yang mengganggu kesadaran sa-
ngat penting untuk dihindarkan.

Fraktur orbita ini memberikan gejala-gejala:

1. enoftalmos
2. exoftalmos

206

3. diplopia dapat di bagian medial pteigoid p/afe. Otot ini
bekerja mengangkat mandibula, mendorong
Ketiga kelainan bentuk mata tersebut mandibula ke depan dan menarik ke dalam.

harus diperiksa dengan teliti dan dilakukan Otot depressor mandibula
rekonstruksi dari tulang yang fraktur. Hal
ini biasanya dikerjakan oleh dokter spesialis Otot geniohioid berasal dari badan os hioid
mata. dan berinsersio di bagian tengah dan melekat

4. asimetri pada muka pada mandibula. Otot ini mendorong man-

Kelainan ini tidak lazim terdapat pada dibula ke bawah. Otot digastrikus mendorong
mandibula ke bawah dan menarik mandibula
penderita dengan blowout fracture dari
dasar orbita. Kelainan ini sangat spesifik, ke belakang.
terdapat pada fraktur yang meliputi pinggir
orbita inferior atau fraktur yang menye- Otot protrusor dari mandibula
babkan dislokasi zigoma.
Otot pterigoid lateral berfungsi meng-
5. gangguan saraf sensoris.
gerakkan (rotasi) mandibula dengan demikian
Hipestesia dan anestesia dari saraf sensoris mulut dapat terbuka lebih lebar. Otot milohioid

neruus infra orbitalis berhubungan erat berperan bila terdapat fraktur simfisis atau
dengan fraktur yang terdapat pada dasar
badan mandibula dan berfungsi mendekatkan
orbita. Bila pada fraktur timbul kelainan ini, fraktur yang terjadi.
sangat mungkin sudah mengenai kanalis
infra orbitalis. Selanjutnya gangguan fung- Gejal a fraktur m a ndi bul a

si nervus infra orbita sangat mungkin di- Diagnosis fraktur-mandibula tidak sulit, di-

sebabkan oleh timbulnya kerusakan pada tegakkan berdasarkan adanya riwayat ke-
rimaorbita. Bila timbul anestesia untuk waktu rusakan rahang bawah dengan memperhati-
yang lama harus dilakukan eksplorasi dan
dekompresi nervus infra orbitalis. kan gejala sebagai berikut:

V. Fraktur tulang mandibula 1. pembengkakan, ekimosis atau pun laserasi

Fraktur mandibula ini paling sering terjadi. pada kulit yang meliputi mandibula

Hal ini disebabkan oleh kondisi mandibula 2. rasa nyeri yang disebabkan oleh ke-

yang terpisah dari kranium. Penanganan fraktur rusakan pada nervus alveolaris inferior

mandibula ini sangat penting terutama untuk 3. anestesia dapat terjadi pada satu sisi bibir

mendapatkan efek kosmetik yang memuaskan, bawah, pada gusi atau pada gigi dimana
oklusi gigi yang sempurna, proses mengunyah nervus alveolads inferior menjadi rusak
dan menelan yang sempurna. Fraktur mandi-
4. maloklusi. Adanya fraktur mandibula, sangat
bula ini sangat penting dihubungkan dengan
sering menimbulkan maloklusi. Maloklusi
adanya otot yang bekerja dan berorigo atau ber- ini disampaikan penderita kepada dokter
insersio pada mandibula ini. Otot tersebut ialah
otot elevator, otot depressor dan otot protrusor. 5. gangguan morbilitas atau adanya krepitasi
6. malfungsi berupa trismus, rasa nyeri waktu
Otot elevator mandibula
mengunyah dan lain-lain
Otot masseter berjalan sepanjang arkus
zigomatikus ke mandibula bagian lateral. Otot 7. gangguan jalan napas
masseter ini mengangkat mandibula. Otot tem-
poralis yang berpangkal pada fossa temporal Kerusakan hebat pada mandibula me-
turun ke medial ke arkus zigoma dan berinsersio nyebabkan perubahan posisi, trismus,
di tempat tersebut, berfungsi mengangkat dan
menarik manbula. Otot pterigoid medialis ter- hematoma, edema pada jaringan lunak
Kalau terjadi obstruksi yang hebat dari
jalan napas harus dilakukan trakeostomi.

8. dan lain-lain

Dingman mengklasifikasi fraktur mandioula

secara simpel dan praktis. Mandibula dibagi

menjaditujuh regio yaitu : badan, simfisis, sudut,

207

ramus, prosesus koronoid, prosesus kondilar, Daftar pustaka
prosesus alveolar. Fraktur yang terjadi dapat
pada satu, dua atau lebih pada regio man- 1. Montgomery WW, Brown T. Facial fractures
dibula ini. (gambar 5)
Montgomery W.W (ed), Williams & Wilkins A
Gambar 5. Anatomi mandlbula yang berguna untuk Wavedly Company, ln: Surgery of the Upper
klaslfl kasl fraktur mandlbula.
Respiratory System. Baltimore, Philadelphia, London,
1) badan mandlbula 2) slmllsls 3) angulus mandlbula
4) ramus mandibula 5) prosesus koronold Paris, Bangkok, Buenos Aeires, Hong Kong
6) prosesus kondllus 7) prosesus alveolarls
.Munich, Sydney, Tokyo, Worclow, 1996: p.371439.
Penanggulangan fraktur mandibula
2. Doen TD, Mathog RH. Lefort fracturew (maxillary
Penanggulangan fraktur mandibula ini ter-
gantung pada lokasi fraktur, luasnya fraktur fracture. ln: Papel lD (eds) Facial plastic and
dan keluhan yang diderita. Lokasi fraktur diten-
tukan dengan pemeriksaan radiografi. Peme- reconstructive surgery. Thieme, 2002: p.759-68.

riksaan dapat dilakukan dengan foto polos 3. Booth PW, Eppley BL, Schmelzeisen.maxillofacial
pada posisi posteroanterior, lateral, Towne,
Trauma and esthetic facial reconstruction.l"t eds
lateral oblik, kiri dan kanan. Jikalau diperlukan
2003 Chircil livingstone. Edinburg.
pada hal-hal yang kurang jelas, dilakukan
4 Pandelaki J, Pardi R, Rudi L, Suroyo I, Sidi
pemeriksaan tomografi komputer.
Pratomo P. Aspek radiologi pada trauma wajah.
Penggunaan mini atau mikro plate pada fraWur
mandibula Ramli M, Umbas R, Panigoro S.S (eds), ln :
Kedaruratan non bedah dan bedah. Fakultas
Penggunaan miniatau mikro-plate ini makin
Kedokteran Universitas lndonesia, 2OO0 '. p.62-71.
populer dipakai sejak tahun 1970an. Peng-
gunaan mini-plate tidak menimbulkan kallus. 5 Bailey BJ. Nasal and frontal sinus fractures ln :
Mini-plate ini dipasang dengan memperguna-
kan skrup (screw), bersifat lebih stabil, tidak Head and Neck Surgery Otolaryngology Vol. I J.B.
memberikan reaksi jaringan, dapat dipakai
untuk waktu yang lama, mudah dikerjakan. Lippincott Company Phihdelphia, 1998 : p.1007-31.
Kekurangannya ialah sulit didapat dan harga-
6 Celin SE. Facial Trauma : Evaluation and
nya mahal. Pemakaian atau penggunaan
Treatment of Soft Tissue lnjuries. Myers EN (ed)
makin sering digunakan pada kasus-kasus
ln : Operative Otolaryngology Head and Neck
fraktur di daerah muka di negara maju.
Surgery. Vol. ll, 1997 '. p.110042.

7 Celin SE. Fractures of the Upper Facial and Middle

Facial Sceleton. Myers (ed), ln : Operative

Otolaryngology Head and Neck Surgery. Vol. ll,
1997 :9.1143-92.

Sykes YM, Donald EJ. Diagnosis and Treatment

on Facial Fractures. Ballenger JJ, Snow JB
(eds) XV ed, ln : Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery. Williams & Wilkins, Lea and

Febriger Book. A Wavedlv Company. Baltimore,
Philadelphia, Hong Kong, London, Munich,

Sydney, Tokyo, 1996 : p.369-89.

Kellman RM, William EF. Maxillo Facial Trauma.
Krespi YP, Ossoff RH (eds), ln : Complication in
Head and Neck Surgery. Philadelphia, London,
Toronto, Montreal, Sydney; Tokyo. W.B. Saunders

Company, 1993 : p.32-83.

Roland NJ, Mc. Rae RDR, Mc. Combe AW, Jones
AS. Facial Pain ln : Key Topics in Otolaryngology

Head and Neck Surgery. Bios Scientific Publishers.
Oxford lV 1R.E UK, 1995.: p.107-12.

11 Wilson KS. Trauma rahang dan wajah ln : Boies
Buku Ajar Penyakit THT. Adams GR, Boies RL,

Higler PA (eds) Vl ed Ahli Bahasa Wijaya C

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997 : p.509-21.

208

TRAUMA LARING

Masrin Munir, Aswapi Hadiwikarta,Syahrial M Hutauruk

T;'auma pada laring dapat berupa trauma robekan ini dapat menyebabkan selulitis, abses
tumpul atau trauma tajam akibat luka sayat, atau fistel.
luka tusuk dan luka tembak. Trauma tumpul
pada daerah leher selain dapat merusak struktur Tulang rawan laring dan persendiannya
laring juga menyebabkan cedera pada jaringan dapat mengalami fraktur dan dislokasi. Ke-
lunak seperti otot, saraf, pembuluh darah dll. rusakan pada perikondrium dapat menyebab-
Hal ini sering terjadi dalam kehidupan sehari- kan hematoma, nekrosis tulang rawan dan
hari seperti leher terpukul oleh tangkai pompa
perikondritis yang mengakibatkan penyempttan
air, leher membentur dash board dalam ke-
lumen laring dan trakea.
celakaan mobil, tertendang atau terpukul waktu
berolah raga bela diri, berkelahi, dicekik atau Robekan mukosa yang tidak dijahit de-
ngan baik, yang diikuti oleh infeksi sekunder,
usaha bunuh diri dengan menggantung diri
dapat menimbulkan terbentuknya jaringan
(strangulasi) atau seorang pengendara motor
terjerat tali yang terentang di jalan (clothesline granulasi, fibrosis, dan akhirnya stenosis.

injury). Boyes (1968) membagi trauma laring dan
trakea berdasarkan beratnya kerusakan yang
Ballanger membagi penyebab trauma laring timbul, dalam 3 golongan : a) Trauma dengan
kelainan mukosa saja, berupa edema, hema-
atas : toma, emfisema submukosa, luka tusuk atau

1. Trauma mekanik eksternal (trauma tumpul, luka sayat tanpa kerusakan tulang rawan, b)
Trauma yang mengakibatkan tulang rawan
trauma tajam, komplikasi trakeostomi atau
krikotirotomi) dan mekanik internal (akibat hancur (crushing injuies), c) Trauma yang meng-
tindakan endoskopi, intubasi endotrakea akibatkan sebagian jaringan hilang.
atau pemasangan pipa nasogaster).
Pembagian golongan trauma ini erat
2. Trauma akibat luka bakar oleh panas (gas
hubungannya dengan prognosis fungsi primer
atau cairan yang panas) dan kimia (cairan laring dan trakea, yaitu sebagai saluran napas
alkohol, amoniak, natrium hipoklorit dan yang adekuat.
lisol) yang terhirup.
Gejala klinik
3. Trauma akibat radiasi pada pemberian
Pasien trauma laring sebaiknya dirawat
radioterapi tumor ganas leher.
untuk observasi dalam 24 jam pertama.
4. Trauma otogen akibat pemakaian suara
Timbulnya gejala stridor yang perlahan-
yang berlebihan (vokal abuse) misalnya lahan yang makin menghebat atau timbul
akibat berteriak, menjerit keras, atau ber- mendadak sesudah trauma merupakan tanda
adanya sumbatan jalan napas.
nyanyi dengan suara keras.
Suara serak (disfoni) atau suara hilang
Patofisiologi (afoni) timbul bila terdapat kelainan pita suara

Trauma laring dapat menyebabkan edema akibat trauma seperti edema, hematoma, laserasi
atau parese pita suara.
dan hematoma di plika ariepiglotika dan plika
ventrikularis, oleh karena jaringan submukosa Emfisema subkutis terjadi bila ada robekan
di daerah ini mudah membengkak. Selain itu mukosa laring atau trakea, atau fraktur tulang-
mukosa faring dan laring mudah robek, yang
akan diikuti dengan terbentuknya emfisema tulang rawan laring hingga mengakibatkan
udara pernapasan akan keluar dan masuk ke
subkutis di daerah leher. lnfeksi sekunder melalui

209

jaringan subkutis leher. Emfisema leher dapat Luka teftutup (closed injury)

meluas sampai ke daerah muka, dada dan Gejala luka tertutup tergantung pada berat
ringannya trauma. Pada trauma ringan ge-
abdomen dan pada perabaan terasa sebagai jalanya dapat berupa nyeri pada waktu me-
krepitasi kulit.
nelan, waktu batuk dan waktu bicara. Di
Hemoptisis terjadi akibat laserasi mukosa samping itu mungkin terdapat disfonia, tetapi
jalan napas dan bila jumlahnya banyak dapat
menyumbat jalan napas. Perdarahan ini biasa- belum terdapat sesak napas.
nya terjadi akibat luka tusuk, luka sayat, luka Pada trauma berat dapat terjadi fraktur
tembak maupun luka tumpui.
dan dislokasi tulang rawan serta laserasi
Disfagia (sulit menelan) dan odinofagia
(nyeri menelan) dapat timbul akibat ikut ber- mukosa laring. Sehingga menyebabkan gejala
geraknya laring yang mengalami cedera pada
sumbatan jalan napas (stridor dan dispnea),
saat menelan.
disfonia atau afonia, hemoptisis, hematemesis,
Penatalaksanaan macam-macam luka disfagia, odinofagia serta emfisema yang di-

Luka terbuka temukan di daerah leher, muka, dada, dan

Luka terbuka dapat disebabkan oleh trauma mediastinum.
tajam pada leher setinggi laring, misalnya oleh
pisau, celurit dan peluru. Berbeda dengan luka terbuka, diagnosis
luka tertutup pada laring lebih sulit. Diagnosis
Kadang-kadang pasien dengan luka ter-
buka pada laring meninggal sebelum men- ini penting untuk menentukan sikap selan-
dapat pertolongan, oleh karena perdarahan
atau terjadinya asfiksia. jutnya, apakah perlu segera dilakukan eksplorasi

Diagnosis luka terbuka di laring dapat atau cukup dengan pengobatan konservatif

ditegakkan dengan adanya gelembung-gelem- dan observasi saja.

bung udara .pada daerah luka, oleh karena Kebanyakan pasien trauma laring juga
mengalami trauma pada kepala dan dada,
udara yang keluar dari trakea.
Penatalaksanaan luka terbuka pada laring sehingga pasien biasanya dirawat di ruang

terutama ditujukan pada perbaikan saluran perawatan intensif dalam keadaan tidak sadar

napas dan mencegah aspirasi darah ke paru. dan sesak napas. Tindakan trakeostomi untuk

Tindakan segera yang harus dilakukan mengatasi sumbatan jalan napas tanpa me-
mikirkan penatalaksanaan selanjutnya akan
ialah trakeostomi dengan menggunakan kanul menimbulkan masalah di kemudian hari yaitu
trakea yang memakai balon, sehingga tidak
terjadi aspirasi darah. Tindakan intubasi endo- kesukaran dekanulasi.
trakea tidak dianjurkan karena dapat menye-
babkan kerusakan struktur laring yang lebih Olson berpendapat bahwa eksplorasi
parah.. Setelah trakeostomi barulah dilakukan harus dilakukan dalam waktu paling lama 1
eksplorasi untuk mencari dan mengikat pem-
buluh darah yang cedera serta memperbaiki minggu setelah trauma. Eksplorasi yang dilaku-
kan setelah lewat seminggu akan memberikan
struktur laring dengan menjahit mukosa dan
hasil yang kurang baik dan menimbulkan
tulang rawan yang robek.
Untuk mencegah infeksi dan tetanus da- komplikasi di kemudian hari.

pat diberikan antibiotika dan serum anti te- Keputusan untuk menentukan sikap, apa-

tanus. kah akan melakukan eksplorasi atau kon-
Komplikasi yang dapat terjadi ialah aspi- servatif, tergantung pada hasil pemeriksaan

rasi darah, paralisis pita suara dan stenosis laringoskopi langsung atau tidak langsung, foto
jaringan lunak leher, foto toraks dan CT scan.
laring,
Pada umumnya pengobatan konservatif
dengan istirahat suara, humidifikasi dan pem-
berian kortikosteroid diberikan pada keadaan
mukosa laring yang edema, hematoma atau
laserasi ringan, tanpa adanya gejala sunrbatan

laring.

lndikasi untuk melakukan eksplorasi ialah:

1) sumbatan jalan napas yang memerlukan

210

trakeostomi, 2) emfisema subkutis yang progresif, 1. Terbentuknya jaringan parut dan terjadinya
3) laserasi mukosa yang luas, 4) tulang rawan
stenosis laring
krikoid yang terbuka, 5) paralisis bilateral pita
2. Paralisis nervus rekuren
suara. 3. lnfeksi luka dengan akibat terjadinya peri-

Eksplorasi laring dapat dicapai dengan kondritis, jaringan parut dan stenosis laring
membuat insisi kulit horisontal Tujuannya ialah dan trakea.
untuk melakukan reposisi pada tulang rawan
Daftar pustaka
atau sendi yang mengalami fraktur atau dislokasi,
1. IBiller H F, Moscoso J, Sanders Laryngeal Trauma
menjahit mukosa yang robek dan menutup
ln : Ballenger J.J, Snow J B (eds). Otorhinolaryngology
tulang rawan yang terbuka dengan jabn (flap)
atau tandur alih (graft) kulit. Head and Neck Surgery, Williams & Wilkins

Untuk menyangga lumen laring dapat Baltimore, Philadelphia, Hong Kong, London,
digunakan bidai (sfenf,) alau mold dari silastik,
Munich, Sydney, Tokyo, 1996: p.518-55.
porteks atau silikon, yang dipertahankan
selama 4 atau 6 minggu. Penyangga tersebut 2. Johnson J T. Laryngeal Trauma ln : Myers E N

biasanya berbentuk seperti huruf T sehingga (ed). Operative Otolaryngology Head and Neck

disebut T tube. Surgery. W.B Saunders, Philadelphia, London,

Komplikasi Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo, 1997 : p.346- 57

Komplikasi trauma laring dapat terjadi 3. Stringer S.P, Schaefer S D Laryngeal Trauma ln :
Bailey B.J (ed). Head and Neck Surgery
apabila penatalaksanaannya kurang tepat dan Otolaryngology Vol 1. J.B. Lippincott Company,
cepat. Komplikasi yang dapat timbul antara
lain: Philadelphia, '1993 : p.93644.

4. Canau R.L. Laryngoscopy ln : Myers E.N (ed)

Operative Otolaryngology Head and Neck Surgery.
W,B. Saunders Company, Philadelphia, London,

Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo, 1 997 : p.329 - 35.

211

Algoritma penatalaksanaan trauma laring

Riwayat trauma
daenh leher.

Tanda-tanda klinis
cedera laring

Eksplonsi terbuka
dengan redulsi dan

fiksasi intema

Reduksi brbuka, fksasi lGrtilago laring tidak sbbil, Kartilago hring lidak shbil,
inHna, perbaikan laserasi hilangnya sebagian komisura anterior utuh

mukca, pmasargan komisura anterior, cedera Reduksi terbuka, fiksasi
bilai mukosa berat intema, perbaikan
laserasi mukosa

212

BAB IX
NYERI TENGGOROK

ODINOFAGIA

Rusmarjono dan Bambang Hermani

Odinofagia atau nyeri tenggorok merupa- kus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
kan gejala yang sering dikeluhkan akibat ada-
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan
nya kelainan atau peradangan di daerah laringofaring (hipofaring).
--
nasofaring, orofaring dan hipofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut
Faring adalah suatu kantong fibromus-
kuler yang bentuknya seperti corong, yang lendir (mucous blanket) dan otot.

besar di bagian atas dan sempit di bagian MUKOSA

bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak Bentuk mukosa faring bervariasi, tergan-
terus menyambung ke esofagus setinggi ver- tung pada letaknya. Pada nasofaring karena
fungsinya untuk saluran respirasi, maka mu-
tebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubung- kosanya bersilia, sedang epitelnya torak ber-
lapis yang mengandung sel goblet. Di bagian
an dengan rongga hidung melalui koana, ke
bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring;
depan berhubungan dengan rongga mulut me-
karena fungsinya untuk saluran cerna, epitel-
lalui ismus orofaring, seddngkan dengan laring nya gepeng berlapis dan tidak bersilia.

di bawah berhubungan melalui aditus laring Di sepanjang faring dapat ditemukan

dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam
Panjang dinding posterior faring pada orang rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam
dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupa- sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring

kan bagian dinding faring yang terpanjang.

Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput'lendir, fasia faringobasiler, pembung-

r13

dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh ostium tuba Eustachius. Otot ini dipersarafi

terdepan. oleh n X.

PALUT LENDIR (MUCOUS BLANKET) M.tensor veli palatini membentuk tenda
palatum mole dan kerjanya untuk mengen-
Daerah nasofaring dilalui oleh udara per- cangkan bagian anterior palatum mole dan
napasan yang diisap melalui hidung. Di bagian membuka tuba Eustachius. Otot ini dipersarafi
atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang
oleh n.X.
terletak di atas silia dan bergerak sesuai de- M.palatoglosus membentuk arkus anterior

ngan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir faring dan kerjanya menyempitkan ismus fa-
ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran ring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.
yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut
M palatofaring membentuk arkus poste-
lendir ini mengandung enzim Lyzozvme yang rior faring Otot ini dipersarafi oleh n.X

penting untuk proteksi. M.azigos uvula merupakan otot yang

OTOT kecil, kerjanya memperpendek dan menaikkan

Otototot faring tersusun dalam lapisan uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi
melingkar (sirkular) dan memqnjang (longi-
tudinal). Otot-otot yang sirkul'ar terdiri dari oleh n.X.
m.konstriktor faring superior, media dan in-
PENDARAHAN
ferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar. Otot-
Faring mendapat darah dari beberapa
otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian sumber dan kadang-kadang tidak beraturan.
Yang utama berasal dari cabang a.karotis
bawahnya menutup sebagian otot bagian atas-
nya dari belakang. Di sebelah depan. otot-otot eksterna (cabang faring asendens dan cabang

ini bertemu satu sama lain dan di belakang fausial) serta dari cabang a.maksila interna

bertemu pada jaringan ikat yang disebut "rafe yakni cabang palatina superior.
faring" (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor
untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini PERSARAFAN
dipersarafi oleh n.vagus (n.X).
Persarafan motorik dan sensorik daerah
Otolotot yang longitudinal adalah m.stilo- faring berasal dari pleksus faring yang eks-
faring dan m.palatofaring. Letak otot-otot ini di tensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring
sebelah dalam. M.stilofaring gunanya untuk dari n.vagus, cabang dari n.glosofaring dan
melebarkan faring dan menarik laring, sedang- serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus
berisi serabut motoJik. Dari pleksus faring yang
kan m.palatofaring mempertemukan ismus ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-
otot faring kecuali m.stilofaring yang dipersarafi
orofaring dan menaikkan bagian bawah faring langsung oleh cabang n.glosofaring (n.lX).
dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai
KELENJAR GETAH BENING
elevator. Kerja kedua otot itu penting p'ada
Aliran limfa dad dinding faring dapat me-
waktu menelan. M.stilofaring dipersarafi oleh lalui 3 saluran, yakni superior, media dan infe-
n:lX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh rior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar
getah bening retrofaring dan kelenjar getah
n.X. bening servikal dalam atas. Saluran limfa rnedia
Pada palatum mole terdapat lima pasang
mengalir ke kelenjar getah bening jugulo-digastrik
otot yang dijadikan satu dalam satu sarung
fasia dari mukosa yaitu m.levator veli palatini, dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan
m.tensor veli palatini, m.palatoglosus, m.pala- saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar getah

tofaring dan m.azigos uvula. bening servikal dalam bawah.

M.levator veli palatini membentuk seba-
gian besar palatum mole dan kerjanya untuk
menyempitkan ismus faring dan memperlebar

214

Berdasarkan letaknya faring dibagi atas : yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat
suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supra
1. NASOFARING tonsil Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan
biasanya merupakan tempat nanah memecah
Batas nasofaring di bagian atas adalah ke luar bila terjadi abses Fosa tonsil diliputi
oleh fasia yang merupakan bagian dari fasra
dasar tengkorak, di bagian bawah adalah bukofaring, dan disebut kapsul yang sebenar-
nya bukan merupakan kapsul yang sebenar-
palatum mole, ke depan adalah rongga hidung nya.

sedangkan ke belakang adalah vertebra ser- TONSIL

vikal. Tonsil adalah massa yang terdiri dari 1a-
Nasofaring yang relatif kecil, mengandung ringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikal

serta berhubungan erat dengan beberapa dengan kriptus di dalamnya

struktur penting, seperti adenoid, jaringan lim- Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil fa-
foid pada dinding lateral fanng dengan resesus
faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong dngal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual
Rathke, yang merupakan invaginasi struktur yang ketrga-tiganfa membentuk lingkaran yang
disebut cincin Waldeyer Tonsil palatina yang
embrional hipofisis serebri, torus lubarius,
biasanya disebut tonsil saja terlelak di dalam
suatu refleksi mukosa faring di alas penonjolan fosa tonsil. Pada kutub atas lonsil seringkali
kartlago fuba Euslachius, koana, forarnen jugulare, ditemukan celah intralonsil yang merupakan
sisa kantong faring yang kedua Kutub bawah
yang dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus dan tonsil biasanya melekat pada dasar lidah
n.asesorius spinal saraf kranial dan v.jugularis Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka

interna, bagian petrosus os temporalis dan ragam dan mempunyai celah yang disebut

foramen laserum dan muara tuba Eustachius kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel
skuamosa yang;uga meliputi kriptus. Di dalSm
2. OROFARING kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit,
epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan
Orofanng disebut juga mesofaring, dengan Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia
batas atasnya adalah palatum mole, balas faring yang sering juga disebut kapsul tonsil
Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring,
bawah adalah tepi atas epiglotis, ke depan sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilek-
adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang
tomi Tonsil mendapat darah dan a. palatina
adalah vertebra servikal.
Struktur yang terdapat di rongga orofaring minor, a palatina asendens, cabang tonsil a.

adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, maksila eksterna, a. faring asendens dan a
fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak di dasar
uvula, tonsil lingual dan foramen sekum
lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
DINDING POSTERIOR FARING
glodoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah
Secara klinik dinding poslerior faring pen- anterior massa ini terdapat foramen sekum
ting karena ikut terlibat pada radang akut atau
radang kronik fanng, abses retrofaring, serta pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh
papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang
gangguan\otot-otot di bagian lersebut. Gang- menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan
secara klinik merupakan tempat penting bila ada
guan otot \posterior faring bersama-sama de- massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista
ngan otot palatum mole berhubungan dengan
gangguan n.vagus. duktus tiroglosus.

FOSA TONSIL

Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring

anterior dan posterior. Eatas lateralnya adalah
m.konstnktor faring superior. Pada batas atas

_ 215

3. LARTNGOFARTNG (HTPOFARING) iri bedsijaringan ikat jararp dan hsia prevertebralis.
Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian
Batas laringofaring di sebelah superior atas sampai batas paling bawah dari fasia

adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah servikalis. Serat-serat jaringan ikat di garis
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas
posterior ialah vertebra servikal. Bila laringo- tengah mengikatnya pada vertebra..Di sebelah
faring diperiksa dengan kaca tenggorok pada
pemeriksaan ladng tidak langsung atau dengan lateral ruang ini berbatasan dengan fosa
laringoskop pada pemeriksaan laring langsung,
maka struktur pertama yang tampak di bawah faringomaksila. Abses retrofaring sering di-
dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupa- temukan pada bayi atau anak. Kejadiannya
kan dua buah cekungan yang dibentuk oleh
ialah karena di ruang retrofanng terdapat
ligarnentum glosoepiglotika medial dan liga-
mentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. kelenjar-kelenjar limfa. Pada peradangan kelen-
Valekula disebut luga 'kantong gil' (pill pock-
et9,'sebab pada beberapa orang, kadang- jar limfa itu, dapat terjadi supurasi, yang

kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ. bilamana pecah, nanahnya akan terlumpah di
dalam ruang retrofaring. Kelenjar limfa di ruang
Di bawah valekula terdapat epiglotis. retrofaring ini akan banyak menghilang pada
perlumbuhan anak.
Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan
pada perkembangannya akan lebih melebar, 2. RUAI{G PARAFARTNG (FOSA FARTNGO
meskipun kadang-kadang bentuk infantil (ben- iIAKS|LA = PHARYNGO-MMI-LLARY
tuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam
perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi FOSSA)
demikian lebar dan tipisnya sehingga pada
pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tam- Ruang ini berbentuk kerucut dengan da-
pak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi samya yang tedetak pada dasar tengkorak
juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika dekat foramen jugularis dan puncaknya pada
menelan minuman atau bolus makanan, pada komu mayus os hioid. Ruang ini dibatasi di
saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis
dan ke esofagus. bagian dalam oleh m.konstnktor faring superior,
batas .luamya adalah ramus asenden man-
Nervus laring superior berjalan di bawah dibula yang melekat dengan m.pterigoid intema
dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringo dan bagian posterior kelenjar parotis.
faring. Hal ini penting untuk diketahui pada
pemberian analgesia lokal di faring dan laring Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang
tidak sama besamya oleh os stiloid dengan
pada tindakan laringoskopi langsung. otot yang melekat padanya. Bagian anterior
(presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan
RUANG FARINGAL dapat mengalami proses supuratif sebagai
akibat tonsil yang meradang, beberapa bentuk
Ada dua ruang yang berhubungan de- mastoiditis atau petrositis, atau dari karies
ngan faring yang secara klinik mempunyai arti
dentis.
penting, yaitu ruang retrofaring dan ruang para- Bagian yang lebih sempit di bagian posterior
faring.
(post stiloid) berisi a.karotis interna, v.jugularis
intema, n.vagus, yang dibungkus dalam suatu
sarung yang disebut selubung karotis (carotid
sheath). Bagian ini dipisahkan dari ruang relro-
faring oleh suatu lapisan fasia yang tipis.

1. RUANG RETROFARTNG (RETRO. FUNGSI FARING

PHARYNGEAL SPACE) Fungsi faring yang terutama ialah untuk

Dinding anterior ruang ini adalah dinding respirasi, gada waklu menelan, resonansi

belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, suara dan untuk arlikulasi.
fasia faringobasilaris dan otototot faring. Ruang

216

FUNGSI MENELAN terior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh

Terdapat 3 fase dalam proses menelan tonjolan (fold o8 Passavant pada dinding

yaitu fase oral, fase faringal dan fase esofagal. belakang faring yang terjadi akibat 2 macam
Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju
ke faring. Gerakan disini disengala (voluntary). mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai
hasil gerakan m.palatofaring (bersama m sal-
Fase faringal yaitu pada waktu transpor bolus pingofaring) dan oleh kontraksi aktif m konstrik-
makanan melalui faring. Gerakan disini tidak tor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini
sengaja (involuntary). Fase esofagal. Di sini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan
gerakannya tidak disengaja, yaitu pada waktu
bolus makanan bergerak secara peristaltik di Ada yang berpendapat bahwa tonjolan
esofagus menuju lambung Proses menelan Passavant ini menetap pada periode fonasi,
tetapi ada pula pendapat yang mengatakan
selanjutnya dibicarakan dalam bab esofagus. tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat

bersamaan dengan gerakan palatum

FUNGSI FARING DALAM PROSES BICARA Daftar pustaka

Pada saat berbicara dan menelan terjadi 1 Liston SL. Embryology, anatomy, and physiology

gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan of the oral cavity, pharynx, esophagus, and neck.
faring Gerakan ini antara lain berupa pende- ln: Boies's Fundamentals of otolaryngology 6'n Ed.
katan palatum mole ke arah dinding belakang
faring Gerakan penutupan ini terjadi sangat WB Saunders Co Philadelphia, London, Toronto.
cepat dan melibatkan mula-mula m.salpingo-
Montreal, Sydney, Tokyo 1989: 9.273-81
faring dan m. palatofaring, kemudian m.levator
veli palatini bersama-sama m.konstriktor faring 2. Beasly P Anatomy of the pharynx and oesophagus,
superior. Pada gerakan penutupan nasofaring
m.levator veli palatini menarik palatum mole ke Scott-Brown's otolaryngology. Basic sciences 6h Ed.
atas belakang hampir mengenai dinding pos- Buttenvorth-Heinemann 1997: p,1/10/1 - 1l1Ol40

3. Kornbld pO The Pharynx anatorny, ln. O'tolaryngology

3'1 Ed. Volume lll Head and neck Co. Philadelphia
etc WB Saunders 1991:p 2130-33

217

FARINGITIS, TONSILITIS, DAN HIPERTROFI ADENOID

Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi

Faringitis merupakan peradangan dindtng Epstein Earr Virus (EBV) menyebabkan
faring yang dapat disebabkan oleh virus (40- faringitis yang disertai produksi eksudat pada
60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan faring yang banyak Terdapatpembesaran ke-q
lain-lain.
lenjar limfa di seluruh tubuh terutama-tetKF
Virus dan bakteri melakukan invasi ke
sewikalAan hCpatosplenomegali t
faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Faringitis yang disebabkan HIV-'l menim-
lnfeksi bakteri grup A Streptokokus [} hemolitikus
dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang bulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan,
mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak;
hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin faring hipeleyris, terdapat eksudat, limfadenopatt t

ekstraselular yang dapat menimbulkan demam akut di l€her dan pasien tampak lCfrdh. ,
reumatik, kerusakan katup jantung, glomerulo-
nefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu Terapi
akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi
lstirahat dan minum yang cukup. Kumur
Bakteri ini banyak menyerang anak usia se- dengan air hangat Analgetika jika perlu dan
kolah, orang dewasa dan jarang pada anak tablet isap.
umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi
Antivirus metisoprinol (lsoprenosine) di-
melalui sekret hidung dan ludah (dtoplet infeclion). berikan pada infeksi herpes simpleks dengan
dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
FARINGITIS pemberian/hari pada .orang dewasa dan pada
anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi
1. Faringitis akut dalam 4-6 kali pemberian/hari

a. Faringitis viral b. Faringitis bakterial

Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan lnfeksi grup A Streptokokus p hemolitikus
beberapa hari kemudian akan menimbulkan merupakan penyebab faringitis akut pada orang
faringitis. dewasa (15%) dan pada anak (30%).

Gejala dan tanda Gejala dan tanda

Demam disertai rinorea, mual, nyen teng-1 Nyeti kepala yang hebat, muntah,, kadang-

goroK sffimenelin r kadang disertai deritam dengan suhuj yang
6
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil @i, jaang disertai
bERilr:;
hiperemis. Mrus influenza, coxsachievirus dan
cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Pada pemeriksaan tampak tonsil mem-;
Coxachieirus dapat rnenimbulkan lesi vesikular di
orofaring dan lesi kulil berupa macubppular nsh. besar, faring dan tonsil hiperemisodan terdapat

Adenovirus selain menimbulkan gejala eksudat dilPermultacnnya. Beberapa hari ke-
faringitis, juga menimbulkan gejala konjungbvitis
mudian timbul bercak petechiae pada palatum
terutama pada anak.
dan faring. Kelenjar limfa leher anlerior mem-

besar, kenyal, dan nyeri pada-penekanan.

218

Terapi ialah rinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh
rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang me-
a. Antibiotik rangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain
Diberikan terutama bila diduga penyebab penyebab terjadinya faringitis kronik adalah
faringitis akut ini grup A Stneptokokus I hemo pasien yang biasa bemapas melalui mulut
karena hidungnya tersumbat.
lilikus. Penicillin G Banzatin 50.000 UftgBB,
lM dcis tunggal, atau arnoksisilin 50 np/kgBB a. Faringitis kronik hiperplastik

dcis di@i 3 kali/hari selama 10 hari dan Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi
perubahan mukosa dinding posterior faring.
pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari Tampak kelenjpr limfa di bawah mukosa faring
atau eritromisin 4 x 500 mg/hari. dan latenlband hiperplasi. Pada pemeriksaan
tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
b. Kortikosteroid : deksametason 8-16 mg, lM,
bergranular.
1 kali. Pada anak 0,08 - 0,3 mg/kgBB, lM,
Gejala
1 kali.
,, Pasien mengeluh mula-mula tenggorok
c. Analgetika
d. Kumur dengan air hangat atau antiseptik. kering gatal dan akhimya batuk yang bereak.

c. Faringitis fungal Terapi

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga Terapi lokal dengan melakukan kaustik

mulut dan faring. faring dengan memakai zat kimia larutan nitras

Gejala dan tanda argenti atau dengan listrik (electro cauter).
Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur
l(ebhan D.ed bnggplok dan nyen mendan.
atiau tiablet isap. Jika dipedukan dapat diberikan
Pada pemeriksaan tampak plak putih di obat batuk antitusif atau ekspektoran. Penyakit
di hidung dan sinus paranasal harus diobati.
orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
b. Faringitis kronik atrofi
Pembiakan jamur ini dilakukan dalam
Faringitis kronik atrofi sering timbul ber-
agar Sabouroud dextrosa. samaan dengan rinitis atrofi. Pada rinitis atrofi,
udara pemapasan tidak diatur suhu serta ke-
Terapi lembabannya, sehingga menimbulkan rang-
sangan serta infeksi pada faring.
Nystasin 100.000 - 400.000 2 kali/hari.
Gejala dan tanda
Analgetika.
Pasien mengeluh tenggorok kering dan
d. Faringitis gonorea tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan
tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang
Hanya terdapat pada pasien yang me-
lakukan kontak orogenital. kental dan bila diangkat tiampak mukosa kering.

Terapi Terapi

Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson Pengobatan ditujukan pada rinitis atrofi-
250 mg, lM. nya dan untuk faringitis kronik atroli ditam-

2. Faringitis kronik

Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik

hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor
predisposisi proses radang kronik di faring ini

219

bahkan dengan obat kumur dan menjaga b. Faringitis tuberkulosis

kebersihan mulut. Faringitis tuberkulosis merupakan proses
sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi
3. Faringitis spesifik kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul
tuberkulosis faring primer. Cara infeksi eksogen
a. Faringitis luetika yaitu kontak dengan sputum yang mengan-

Treponema palidum dapat menimbulkan dung kuman atau inhalasi kuman melalui

infeksi di daerah faring seperti juga penyakit udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran
melalui darah pada tuberkulosis miliaris. Bila
lues di organ lain. Gambaran kliniknya tergan- infeksi timbul secara hematogen maka tonsil
tung pada stadium penyakit primer, sekunder dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering
atau tertier. ditemukan pada dinding posterior faring, arkus
faring antenor, dinding lateral hipofaring, palatum
Stadium primer
mole dan palatum durum. Kelenjar regional
Kelainan pada stadium primer terdapat leher membengkak. Saat ini juga penyebaran
pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding
posterior faring berbentuk bercak keputihan. secara limfogen.
Bila infeksi terus bedangsung maka timbul ulkus
pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia Gejala
yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran
kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan. Keadaan umum pasien buruk karena
anoreksi dan odinofagia. Pasien mengeluh
Stadium sekunder nyeri yang hebat di tenggorok, nyeri di telinga
atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa
Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat
eritema pada dinding faring yang menjalar ke servikal.

arah laring. Diagnosis

Stadium teftier Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
pemeriksaan sputum basil tahan'asam; foto
Pada stadium ini terdapat guma. Predi- toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru

leksinya pada tonsil dan palatum. Jarang pada dan biopsi jaringan yang terinfeksi untuk
dinding posterior faring. Guma pada dinding
posterior faring dapat meluas ke vertebra ser- menyingkirkan proses keganasan serta men-
cari kuman basil tahan asam di jaringan.
vikal dan bila pecah dapat menyebabkan
Terapi
kematian. Guma yang terdapat di palatum
Sesuai dengan terapi tuberkulosis paru.
mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan

parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi
palatum secara permanen.

Diagnosis ditegakkan dengan pemerik-
saan serologik. Terapi penisilin dalam dosis
tinggi merupakan obat pilihan utama.

22p

Tonsilitis akut Tonsilitis lolikularis
Tonsilitis lakunaris
r . !,s

t
Abses peritonsilar

Tonsilitis hipertroli

221

TONSILITIS terbentuk semacam membran semu (pseudo-
membrane) yang menutupi tonsil.
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer Gejala dan tanda
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar
Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda
limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yang sering ditemukan adalah nyeri tenggoro(

yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina dan hyer'i wEktu menelan, deh-am dengan
(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal suh-utubuft yang tihggil rasa l-esu,;iasa n]eridi
sendi:sEndl, ticlak hafsumakan dan rasa nyeri
lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band di telinga (oEIgTa) Ras! nyeri di telinga ini
\qtqna nyeri alih (iefened paifl melald saraf
dinding taring I Gerlach's tonsil). n.glosofaringeus'(n.lX): Pada pemeriksaan
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne
tampak tonsil membengkak, hiperemis dan ter-
droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi dapat detritus berbentuk folikel, lakuna atau

pada semua umur, terutama pada anak. tertutup oleh membran semu, Kelenjar sub-

l. Tonsilitis akut mandibula membengkak dan nyeri tekan

1. Tonsilitis viral Terapi

Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai Antibiotika spektrum lebar penisilin, eritromisin.
cofiqnon cold1 yang disertai rasa nyeri 'teng-
g.orokl Penyebab yang paling sering adalah Antipiretik dan obat kumur yang mengandung
desinfektan
virus Epstein Barr. Hemofilus influenzae meru-
pakan penyebab tonsilitis akut supuratif Jika Komplikasi

terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada Pada anak sering menimbulkan kompli-
pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka- kasi otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil
(Quincy thorat), abses parafaring, bronkitis,
luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat glomerulonefritis akut, miokarditis, artritis serta
nyeri dirasakan pasien
se!ptikemia akibat infeksi v. Jugularis interna
Terapi
(sindrom Lemierre).
lstirahat, minum cukup, analgetika, dan Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan
antivirus diberikan jika gejala berat.
pasien bernapas melalui mulut, tidur men-
2. Tonsilitis bakterial
dengkur (ngorok), gangguan tidur karena ter-
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman jadinya sleep apnea yang dikenal sebagai
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).
grup A Streptokokus B hemolitikus yang dikenal
ll. Tonsilitis membranosa
sebagai strept th roat, pneumokokus, Streptokokus
viridan dan Streptokokus piogenes. lnfiltrasi bak- Penyakit yang termasuk dalam golongan
tonsilitis membranosa ialah (a) Tonsilitis difteri,
teri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan (b) Tonsilitis septik (sepfrb sore throat), (c) Angina

menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya Plaut Vincent, (d) Penyakit kelainan darah
leukosit polimo_rfonuklear sehingga terbentuk
detritus. Detritus lhi merupakan kumpulan leu- seperti leukemia akut, anemia pernisiosa, neutro-
kosit, bakteri yang mati dan epitel yang ter- penia maligna serta infeksi mono-nukleosis, (e)
lepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning Proses spesifik lues dan tuber-kulosis, (f1
lnfeksi jamur moniliasis, aktinomikosis dan
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang
jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak- blastomikosis, (g) lnfeksi virus morbili, pertusis
dan skarlatina.
bercak detritus ini menjadi satu, membentuk
alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

Bercak detritus ini juga dapat melebar sehingga

222

1. Tonsilitis difteri saraf kranial menyebabkan kelumpuhan

Frekuensi penyakit ini sudah menurun otot palatum dan otot-otot pernapasan dan
pada ginjal menimbulkan albuminuria.
berkat keberhasilan imunisasi pada bayi dan
anak. Penyebab tmsilfis difted ialah kurnan bryne Dlagnosls
bacterium diphteriae, kuman yang termasuk
Gram positif dan hidung di saluran napas bagian Diagnosis tonsilitis difteri ditegakkan ber-

atas yaitu hidung, faring dan laring. Tidak semua dasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan
preparat langsung kuman yang diambil dari
omng yang terinfeksi oleh kuman ini akan permukaan bawah membran semu dan di-
menjadi sakit. Keadaan ini tergantung pada
dapatkan kuman Corynebacteium diphteriae.
titer anti toksin dalam darah seseorang. Titer
anti loksin sebesar 0.03 satuan per cc darah t erap,
dapat diarggap o*up rnemberikan dasar imunitas.
Hal inilah yang dipakai pada tes Schick. Anti Difleri Serum (ADS)diberikan segera
tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis
Tonsililis difleri sering ditemukan pada anak
20.000 - 100.000 unit tergantung dari umur dan
berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi
tertinggi pada usia 2 - 5 tahun walaupun pada beratnya penyakit.
orang dewasa masih mungkin menderita
-- Antibiotika Penisilin atau Eritromisin 25
penyakit ini.
50 mg per kg berat badan dibag-i dalam 3 dosis
Gejala dan tanda selama 14 hari.

Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan Kortikosteroid 1,2 mg per kg berat badan
yaitu gejala umum, gejala lokal dan gejala per hari. Antipiretik untuk simtomatis. Karena
akibat eksotoksin.
penyakit ini menular, pasien harus diisolasi.
(a) Gejala umum seperti juga gejala infeksi
Perawatan harus istirahat di tempat tidur
lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh biasa-
nya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu selama2-3minggu.
makan, badan lemah, nadi lambat serta
keluhan nyeri menelan. Komplikasi

(b) GeJala lokal yang tampak berupa ton-sil, Laringitis difteri dapat bedangsung cepat,
membengkak dilutUpi bercak putih kotorl
membran semu menjalar ke laring dan me-
yang makin lama makin mCluas dan ber-r
satu membenfuk membrah seffiu; Membran nyebabkan gejala sumbatan. Makin muda usia
ini dapat meluas ke palatum mole, uwla, pasien makin cepat timbul komplikasi ini.
nasofaring, laring, trakea dan bronkus dan
dapat ncnyrmbat saluran napas.'M-mbran Miokarditis dapat mengakibatkan . payah
sCmu lini melekat erat pada dasarnya, se- jantung alau dekompensaslo cordis.
hingga bil- diingkat akan mudah berdarah.+
Pada perkembangan penyakit ini bila in- Kelumpuhan otot palatum mole, otol mata
feksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher untuk akomodasi, otot faring serta otot laring
akan membengkak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan menelan,
sehingga leher menyerupai leher sapi (bull
suara parau dan kelumpuhan olot-otot per-
neck) alau disebut juga Burgemeester's
napasan.
hals. Albuminuria sebagai akibat komplikasi ke

(c) Gejala akibat eksotoksin yang dikeluar- ginjal.
kan oleh kuman difteri ini akan menim-
bulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu 2. Tonsilitis septik
pada jantung dapat terjadi miokarditis
Penyebab dari tonsilitrs septik ialah Strepto.
sampai decompensatio cordis, mengenai kokus hemolitikus yang terdapat dalam susu

sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh
karena di lndonesia susu sapi dimasak dulu
dengan cara pasteurisasi sebelum diminum

maka penyakit ini jarang ditemukan.

223

3. Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero mulut dan faring serta di sekitar ulkus tampak
membranosa) gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan
di genitalia dan saluran cerna.
Penyebab penyakit ini adalah bakteri
lnfeksi mononukleosis
spirochaeta atau triponema yang didapatkan
pada penderita dengan higiene mulut yang Pada penyakit ini terjadi tonsilo faringitis
kurang dan defisiensi vitamin C. ulsero membranosa bilateral. Membran semu
yang menutupi ulkus mudah diangkat tanpa
Gejala timbul perdarahan. Terdapat pembesaran ke-
lenjar limfa leher, ketiak dan regioinguinal.
Demam sampai3goC, nyeri kepala, badan Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit
lemah dan kadang-kadang terdapat gangguan mononukleus dalAm jumlah besar. Tanda khas
pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, yang lain ialah kesanggupan serum pasien
gigi dan gusi mudah berdarah. untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah
domba (reaksi Paul Bunnel).
Pemeriksaan
lll. Tonsilitis kronik
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tam-
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis
pak membran putih keabuan di atas tonsil, kronik ialah rangsangan yang menahun dari

uwla, dinding farirg, gusi serta prosesus alveolans, rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut
mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar sub yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik
mandibula membesar.
dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
Terapi
adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan
Antibiolika spektrum lebar selama 1 minggu.
tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman
Memperbaiki higiene mulut. Vitamin C dan
berubah menjadi kuman golongan Gram negatif.
vitamin B kompleks
Patologi
4. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda perlama leukemia Karena proses radang berulang yang

akut, angina agranulositosis dan infeksi mono- timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan

nukleosis timbul di faring atau tonsil yang limfoid terkikis, sehingga pada proses pe-
nyembuhan jaringan limfoid diganti oleh ja-
tertutup membran semu. Kadang-kadang ter-
dapat perdarahan di selaput lendir mulut dan ringan parut yang akan mengalami pengerutan
faring serta pembesaran kelenjar submandibula. sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini
tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan tenrs
Leukemia akut sehingga menembus kapsirl tonsil dan akhir-
nya menimbulkan pedekatan dengan jaringan
Gejala pertama sering berupa epistaksis, di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini

perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di disertai dengan pembesaran kelenjar limfa

bawah kulit sehingga kulit tampak bercak ke- submandibula.
biruan. Tonsil membengkak ditutupi membran
semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri Gejala dan tanda
yang hebat di tenggorok.
Pada pemeriksaan tampak tonsil mem-
Ang i n a agra n u lositosis
besar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus
Penyebabnya ialah akibat keracunan obat melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus.

dari golongan amidopirin, sulfa dan arsen. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, di-
Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa
rasakan kering di tenggorok dan napas berbau.

224

Terapi ini membesar pada anak usia 3 tahun dan
kemudian akan mengecil dan hilang sama
Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut
dengan berkumur atau obat isap. sekali pada usia 14 tahun. Bila sering terjadi
infeksi saluran napas bagian atas maka dapat
Komplikasi terjadi hipertrofi adenoid. Akibat dari hipertrofi
ini akan timbul sumbatan koana dan sumbatan
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan tuba Eustachius.
komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rinitis
kronik, sinusitis atau otitis media secara per- Akrbat sumbatan koana pasien akan bernapas
kontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara melalui mulut sehingga terjadi (a) fasies adenoid
yaitu tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan
hematogen atau limfogen dan dapat timbul
endokarditis, artritis, miosilis, nefritis, uveitis, (prominen), arkus faring tinggi yang menye-
iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan babkan kesan wajah pasien tampak seperti
orang bodoh, (b) faringitis dan bronkitis, (c)
furunkulosis
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi gangguan ventilasi dan dreinase sinus paranasal
sehingga menimbulkan sinusitrs kronik.
yang berulang atau kronik, gejala sumbatan
Akibat sumbatan tuba Eustachius akan
serta kecurigaan neoplasma. terjadi otitis media akut berulang, otitis media
kronik dan akhirnya dapat terjadi otitis media
lndikasi tonsilektomi
supuratif kronik.
The American Academy of OtolaryrBdqy -
Akibat hipertrofi adenoid juga akan me-
Head and Neck Su4gery Clinical lndicators nimbulkan gangguan tidur, tidur ngorok, retar-

Compendium tahun 1995 menetapkan: dasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang.

1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per Diagnosis

tahun walaupun telah mendapatkan terapi Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda
dan gejala klinik, pemeriksaan rinoskopi anterior
yang adekuat. dengan melihat tertahannya gerakan velum
palatum mole pada waktu fonasi, pemeriksaan
2 Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi rinoskopi posterior (pada anak biasanya sulit),
pemeriksaan digital untuk meraba adanya adenoid
gigi dan menyebabkan gangguan pertum- dan pemeriksaan radiologik dengan membuat
foto lateral kepala (pemeriksaan ini lebih sering
buhan orofasial. dilakukan pada anak).

3. Sumbatan jalan napas yang berupa Terapi
hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
Pada hipertrofi adenoid dilakukan terapi
napas, sleep apnea, gangguan menelan, bedah adenoidektomi dengan cara kuretase

gangguan berbicara, dan cor pulmonale. memakai adenotom.

4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, I ndika si adenoid ektom i

abses peritonsil yang tidak berhasil hilang (1) Sumbatan

dengan pengobatan (a) Sumbatan hidung yang menyebabkan

5 Napas bau yang tidak berhasil dengan bernapas melalui mulut
(b) Sleep apnea
pengobatan. (c) Gangguan menelan
(d) Gangguan berbicara
6 Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh (e) Kelainan bentuk wajah muka dan gigi

7. bakteri grup A streptococcus P hemoliticus (adenoid face)

Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya

keganasan.

8. Otitis media efusa / otitis media supuratif.

HIPERTROFI ADENOID

Adenoid ialah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid yang terletak pada dinding
posterior nasofaring, termasuk dalam rangkai-
an cincin Waldeyer. Secara fisiologik adenoid

225

(2) lnfeksi Daftar pustaka

(a) Adenoiditis berulang / kronik 1. Eallenjer JJ. Diseases of the oropharynx ln:
(b) Otitis media efusi berulang / kronik
(c) Otitis media akut berulang Otorhirdaryrpdogy fead and neck surgery. 15D Ed.
Lea Fetiger Book. Bahjmore, Philadelphia. Hongkong.
(3) Kecurigaan neoplasma jinak / ganas London. Munich, Sydney, Tokyo 1995: p.236-44.

Komplikasi 2. Adam GL. Diseases of the nasopharynx and

Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah oropharynx. ln: Bcies fundamentals of otolaryngology.
A text book of ear nose and throat diseases 6'n Ed
perdarahan bila pengerokan adenoid kurang WB Saunders Co 1989: p.332-69
bersih. Bila tedalu dalam menguretnya akan
3. American Academy of Otolaryngology - Head and
terjadi kerusakan dinding belakang faring. Bila
kuretase tedalu ke lateral maka lorus tubarius Neck Surgery Clinical indicators compendium,
akan rusak dan dapat mengakibatkan oklusi
tuba Eustachius dan akan timbultuli konduktif. Alexandria, Virginia, 1 995

4. Kaltai PJ et al lntracapsular partial tonsilectomy

for tonsillar hypertrophy in children. Laryngoscope
2002:112:17-9.

5. Paradise JL et al. Tonsilledomy and adenoidectomy

for recurrent throat infection in moderately affected
children, Pediatrics 2OO2:1 1O:1 -7.

226

ABSES LEHER DALAM

Damila Fachruddin

Nyeri tenggorok dan demam yang disertai Pada stadium permulaan (stadium infiltrat),
dengan terbatasnya gerakan membuka mulut selain pembengkakan tampak permukaannya
hiperemis. Bila proses berlanjut, terladi supurasi
dan leher, harus dicurigai kemungkinan di-
sehingga daerah tersebut lebih lunak. Pem-
sebabkan oleh abses leher dalam.l bengkakan peritonsil akan mendorong tonsil

Abses leher dalam terbentuk di dalam dan uvula ke arah kontralateral.
ruang potensial di antara fasia leher dalam Bila proses berlangsung terus, peradang-

sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai an jaringan di sekitarnya akan menyebabkan

sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul
paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala trismus.
dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan
Abses dapat pecah spontan, mungkin
pembengkakan di ruang leher dalam yang
dapat terjadi aspirasi ke paru.
terlibat.
Gejala dan tanda
Kebanyakan kuman penyebab adalah go
Selain gejala dan tanda tonsilitis akut,
longan Stbptococcus, Staphylaoccus, kuman juga terdapat odincifagia (nyeri menelan) yang
anaerob Bacte rioides atau kuman campuran. t 2 3' hebat, biasanya pada sisi yang sama juga

Abses leher dalam dapat berupa abses terjadi nyeri telinga (otalgia), mungkin terdapat
peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring, muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex
abses submandibula dan. angina Ludovici ore), banyak ludah (hipersalivasi), suara gumam
(Ludwig's angina). (hot potato voice) dan kadang-kadang sukar
membuka mulut (trismus), serta pembengkak-
ABSES PERTTONSTL (QUTNSY) an kelenjar submandibula dengan nyeri tekan.

Etiologi Pemeriksaan

Proses ini tefadi sebagai komplikasi ton- Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh
silitiS akut atau infeksi yang bersumber dari faring, karena trismus. Palatum mole tampak
kelenjar,mukus Weber di kutub atas tonsil.6
Biasanya kuman penyebab sama dengan membengkak dan menonjol ke depan, dapat
penyebab tonsilitis, dapat ditemukan kuman
teraba fluktuasi. Uvula bengkak dan terdorong
aerob dan anaerob. ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hipere-
mis, mungkin banyak detritus dan terdorong ke
Patologi arah tengah, depan dan bawah.t

Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris Terapi
merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena
itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika

tersering menempati daerah ini, sehingga golongan penisilin atau klindamisin, dan obal
simtomatik. Juga perlu kumur-kumur dengan
tampak palatum mole membengkak. cairan hangat dan kompres dingin pada leher.
Walaupun sangat jarang, abses peritonsil

dapat terbentuk di bagian inferior.6

227

Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi ABSES RETROFARING

pada daerah abses, kemudian diinsisi untuk Penyakit ini biasanya ditemukan pada anak
mengeluarkan nanah. Tempat insisi ialah di yang berusia di bawah 5 tahun.T Hal ini terjadi
daerah yang paling menonjol dan lunak, atau
pada pertengahan garis yang menghubung- karena pada usia tersebut ruang retrofaring

kan dasar uvula dengan geraham atas terakhir masih berisi kelenjar limfa, masing-masing 2 - 5

pada sisi yang sakit. buah pada sisi kanan dan kiri. Kelenjar ini
menampung aliran limfa dari hidung, sinus
Kemudian pasien dianjurkan untuk opera- paranasal, nasofaring, faring, tuba Eustachius

si tonsilektomi. Bila dilakukan bersama-sama dan telinga tengah.s Pada usia di atas 6 tahun
tindakan drenase abses, disebut tonsilektomi kelenjar limfa akan mengalami atrofi.
na' chaudn. Bila tonsilektomi dilakukan 34 hari
Etiologi
sesudah drenase abses, disebut tonsilektomi 'a'
tiede', dan bila tonsilektomi4€ minggu sesudah Keadaan yang dapat menyebabkan ter-
jadinya abses ruang retrofaring ialah (1) lnfeksi
'drenase abses, disebut tonsilektomi'a' froid'. saluran napas atas yang menyebabkan limfa-
adenitis retrofaring. (2) Trauma dinding bela-
Pada umumnya tonsilektomi diilakukan kang faring oleh benda asing seperti tulang
sesudah infeksi tenang, yaitu 2-3 minggu se- ikan atau tindakan medis, seperti adenoidek-
tomi, intubasi endotrakea dan endoskopj. (3)
sudah drenase abses. Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas

(abses dingin).

Gambar 1. lnslsi abses peritonsil Gejala dan tanda

Komplikasi Gejala utama abses retrofaring ialah rasa

(1) Abses pecah spontan, dapat meng- nyeri dan sukar menelan. Pada anak kecil,
rasa nyeri menyebabkan anak menangis terus
akibatkan perdarahan, aspirasi paru atau piemia. (rewel) dan tidak mau makan atau minum.
(2) Penjalaran infeksi dan abses ke dae- Juga terdapat demam, leher kaku dan nyeri.
Dapat timbul sesak napas karena sumbatan
rah parafaring, sehingga terjadi abses para-
jalan napas, terutama di hipofaring. Bila proses
faring. Pada penjalaran selanjutnya, masuk ke peradangan berlanjut sampai mengenai laring
mediastinum, sehingga terjadi mediastinitis. dapat timbul stridor. Sumbatan oleh abses juga
dapat mengganggu resonansi suara sehingga
(3) Bila terjadi penjalaran ke daerah intra- terjadi perubahan suara.
kranial, dapat mengakibatkan trombus sinus
kavernosus, meningitis dan abses otak. Pada dinding belakang faring tampak
benjolan, biasanya unilateral. Mukosa terlihat

bengkak- dan hiperemis.

Dragnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ada-
nya riwayat infeksi saluran napas bagian atas
atau trauma, gejala dan tanda klinik serta
pemeriksaan penunjang foto Rontgen jarinlan
lunak leher lateral. Pada foto Rontgen akan
tampak pelebaran ruang retrofaring lebih dari 7

228

mm pada anak dan dewasa serta pelebaran kuler visera, (2) mediastinitis, (3) obstruksi
retrotrakeal lebih dari 14 mm pada anak dan jalan napas sampai asfiksia, (4) bila pecah
lebih dari 22 mm pada orang dewasa. Selain
itu juga dapat terlihat berkurangnya lordosis spontan, dapat menyebabkan pneumonia aspirasi
vertebra servikal.l dan abses paru

Diagnosis banding ABSES PARAFARING
1. Adenoiditis
2. Tumor Etiologi
3. Aneurisma aorla
Ruang parafaring dapat mengalami infek-
Terapi
si dengan cara 1) Langsung, yaitu akibat
Terapr abses retrofaring ialah dengan
medikamentosa dan tindakan bedah Sebagai tusukan jarum pada saat melakukan tonsilek-
tomi dengan analgesia. Peradangan terjadi
terapi medikamentosa diberikan antibiotika dosis karena ujung jarum suntik yang telah terkon-
taminasi kuman menembus lapisan otot tipis
tinggi, untuk kuman aerob ddn anaerob, di- (m. konstriktor faring superior) yang memisah-
kan ruang parafaring dari fosa tonsilaris. 2)
berikan secara parenleral. Selain itu dilakukan Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian
dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus para-
pungsi dan insisi abses melalui laringoskopi nasal, mastoid dan vertebra servikal dapat
merupakan sumber infeksi untuk terjadinya ab-
langsung dalam posisi pasien baring Trendelnburg. ses ruang parafaring. 3) Penjalaran infeksi dad
ruang pedtonsil, refofaring atau submandibula.
Pus yang keluar segera diisap, agar tidak
Gejala dan tanda
terjadi aspirasi. Tindakan dapat dilakukan dalam
analgesia lokal atau anestesia umum. Pasien Gejala dan tanda yang utama ialah tris-

dirawat inap sampai gejala dan tanda infeksi mus, indurasi atau pembengkakan di sekitar
angulus mandibula, demam tinggi dan pem-
reda. bengkakan dinding lateral faring, sehingga

Gambar 2. lnsisi abses retrolaring menonjol ke arah medial.

Komplikasi Diagnosis

Komplikasi yang mungkin terjadi ialah Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit, gejala dan tanda klinik. Bila meragu-
(1) penjalaran ke ruang parafaring, ruang vas- kan, dapat dilakukan pemenksaan penunjang berupa
foto Rontgen jaringan lunak AP atau CT scan

Komplikasi

Proses peradangan dapat menjalar se-
cara hematogen, limfogen atau langsung (per

kontinuitatum) ke daerah sekitarnya. Penja-

laran ke atas dapat mengakibatkan peradangan

intrakranial, ke bawah menyusuri selubung

karotis mencapai mediastinum

Abses juga dapat menyebabkan i"ie-

rusakan dinding pembuluh darah. Bila penr-

buluh karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi

229

ruptur, sehingga terjadi perdarahan hebat. Bila Pasien dirawat inap sampai gejala dan
terjadi periflebitis atau endoflebitis, dapat tim- tanda infeksi reda.
bul tromboflebitis dan septikemia.
ABSES SUBMANDIBULA
Terapi
Ruang submandibula terdiri dari ruang
Untuk terapi diberi antibiotika dosis tinggi
secara parenteal terhadap kuman aerob dan sublingual dan ruang submaksila. Ruang sub-
anaerob. Evakuasi abses harus segera dilaku- lingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh
kan bila tidak ada perbaikan dengan antibiotika otot milohioid.l

dalam 24-48 jam dengan cara eksplorasi Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi
atas ruang submental dan ruang submaksila
dalam narkosis. Caranya melalui insisi dari luar (lateral) oleh otot digastrikus anterior.T'8
dan intra oral.
Namun ada pembagian lain yang tidak
lnsisi dari luar dilakukan 2/z jari di bawah
dan sejajar mandibula. Secara tumpul eksplo- menyertakan ruang sublingual ke dalam ruang
rasi dilanjutkan dari batas anterior m. sterno- submandibula, dan membagi ruang submandi-
kleidomastoideus ke arah atas belakang me- bula atas ruang submental dan ruang submaksila
nyusuri bagian medial mandibula dan m. pterigoid saja.8 Abses dapat terbentuk di ruang subman-
interna mencapai ruang parafaring dengan dibula atau salah satu komponennya sebagai
terabanya prosesus stiloid. Bila nanah terdapat kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.

di dalam selubung karotis, insisi dilanjutkan EtioloQi

vertikal dari pertengahan insisi horizontal ke lnfeksi dapat bersumber dari gigi, dasar
bawah didepan m. stemokleidomastoideus (cara mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfa
submandibula. Mungkin juga sebagian kelan-
Mosher).1 jutan infeksi ruang leher dalam lain,

Kuman penyebab biasanya campurant

kuman aerob dan anaerob.

Gejala dan tanda

Terdapat demam dan nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan atau
di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Trismus
sering ditemukan.

Gambar 3. lnsisl abses parafaring Terapi

lnsisi intraoral dilakukan pada dinding lateral Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob
Iaring. Dengan memakai klem arteri eksplorasi
dilakukan dengan menembus m. konstriktor fa- dan anaerob harus diberikan secara parenteral.
ring superior ke dalam ruang parafaring anterior.
lnsisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai Evakuasi abses dapat dilakukan dalam
terapi tambahan terhadap insisi ekstemal. anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan
terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis
bila letak abses dalam dan luas.

lnsisi dibuat pada tempat yang paling
berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung

letak dan luas abses.
Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala

dan tanda infeksi reda.

230

ANGINA LUDOVIGI \

Angina Ludovici ialah infeksi ruang sub- \
mandibula berupa selulitis dengan tanda khas
berupa pembengkakan seluruh ruang subman- Gambar 4. lnsisi anglna Ludovici
dibula, tidak membentuk abses, sehingga keras
pada perabaan submandibula. Daftar Pustaka

Etiologi 1. Shumrick KA and Sheft SA. Deep neck infections

Sumber infeksi seringkali berasal dari gigi ln: Paparella otolaryrpdogy, Head and NecJ<. Vol lll,
3d Ed. Philadelphia. W.B.Saurders, 1991: 9.2il5$2.
atiau dasar mulut, oleh kuman aerob dan anaerob.
2. Jankowska A, Salami A, Cordone G, Ottobomi S,
Gejala dan tanda
Mora R. Deep neck space infections. lntemational
Terdapat nyeri tenggorok dan leher, diser- Congress Series 1240 (2003): p.1497-500.
tdi pembengkakan di daerah submandibula, yang
tampak hiperemis dan keras pada perabaan. 3. Stalfors J, Adielson A,.Ebenfelt A, Nethander G,

Dasar mulut membengkak, dapat men- Westris T. Deep neck space infections remain a
dorong lidah. ke atas belakang, sehingga me- surgical challenge. A study of 72 patients. Acta
nimbulkan sesak napas, karena sumbatan Otolaryngol 2OO4:'l 24:1 191 -6.
jalan napas.
4. Plaza Mayor G, Martinez-San Millan J, Martinez-
Dlagnosis
Vidal A. ls conservative treatment of deep neck
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat space infections appropriate? Head & neck 2001;
sakit gigi, mengorek atau cabut gigi, gejala dan
tanda klinik. 23:126-33.

Pada "Pseudo Angina Ludovici', dapat 5. Huang TT, Liu TC, Chen PR, Tseng FY, Yeh TH,

terjadi fluktuasi. Chen YS. Deep neck infections: Analysis of 185

Terapi cases. Head and neck. 2004;26:854-60.

Sebagai terapi diberikan antibiotika dengan 6. Cicameli GR and Gdllone GA. lnferior pole

dosis tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob, peritonsillar abscess. Otolaryngol Head Neck Surg
dan- diberikan secara parenteral. Selain itu 1 998: 1 1 8:99-l 01 .
dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk
tujuan deko4presi (mengurangi ketegangan) 7. Goldenberg D, Golz and Joachims HZ. Retro-
dan evakuasi pus (pada angina Ludovici jarang
terdapat pus) atau jaringan nekrosis. lnsisi faringeal abscess a clinical review. J. Laryngol Otol
1997; 111:546-50.
dilakukan di garis tengah secara horizontal
8. Ballenger JJ. lnfections of the Fascial Spaces of the
setinggi os hioid (34 jari di bawah'mandibula).
Perlu dilakukan pengobatan terhadap sumber Neck and Floor of the Mouth. ln: Diseases of the
Nose, Throat, Ear, Head & Neck. 4h Ed. Philadelphi,
infeksi (gigi), untuk mencegah kekambuhan. London, Lea & Febiger. '1991 : p.23742.
Pasien',dirawat inap sampai infeksi reda.

Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi ialah 1)Surn
batian jalan napas, 2) Penjalaran abses ke ruang
leher dalam lain dan mediastinum, dan 3) Sepsis.

231

BAB X

DISFONIA

DISFONIA

Bambang Hermani, Syahrial M Hutauruk

Disfonia merupakan istilah umum untuk Untuk memahami tentang gangguan suara,

setiap gangguan suara yang disebabkan kelainan perlu diketahui terlebih dahulu anatomi dan
pada organ-organ fonasi, terutama laring, baik
fisiologi laring.
yang bersifat organik maupun fungsional. Disfonia
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi meru- Laring merupakan bagian yang terbawah
pakan gejala peyakit atau kelainan pada laring. dari saluran napas bagian atas. Bentuknya

Keluhan gangguan suara tidak jarang kita menyerupai limas segitiga terpancung, dengan
temukan dalam klinik. Gangguan suara atau
bagian atas lebih besar daripada bagian bawah.
disfonia ini dapat berupa suara parau yaitu
suara terdengar kasar (roughness) dengan Batas atas laring adalah aditus laring,

nada lebih rendah dari biasanya, suara lemah sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal
(hipofonia), hilang suara (afonia), suara tegang
dan susah keluar (spastik), suara terdiri dari kartilago krikoid.
beberapa nada (diplofonia), nyeri saat ber- Bangunan kerangka laring tersusun dari
suara (odinofonia) atau ketidakmampuan men-
satu tulang, yaitu tulang hioid, dan beberapa
capai nada atau intensitas tertentu. buah tulang rawan. Tulang hioid berbentuk
Setiap keadaan yang menimbulkan gang- seperti huruf U, yang permukaan atasnya di-
hubungkan dengan lidah, mandibula dan teng-
guan dalam getaran, gangguan dalam kete- korak oleh tendo dan otot-otot. Sewaktu me-
gangan serta gangguan dalam pendekatan
(aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan akan nelan, kontraksi otot-otot ini akan menye-

menimbulkan disfonia. babkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila
laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk
membuka mulut dan membantu menggerakkan

lidah.

232

Tulang rawan yang menyusun laring ada- Otot-otot intrinsik laring yang terletak di
lah kafiilago epiglotis, kartilago tiroid. kartilago bagian posterior, ialah m.aritenoid transversum,
m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenoid posterior.
krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata,
kartilago kuneiformis dan kartilago tritisea. Sebagian besar otot-otot intrinsik adalah
otot aduktor (kontraksinya akan mendekatkan
Kartilago krikoid dihubungkan dengan kar- kedua pita suara ke tengah) kecuali m.kriko-
tilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid. Bentuk antenoid posterior yang merupakan otot abduktor

kartilago krikoid berupa lingkaran. (kontraksinya akan menjauhkan kedua pita

Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago suara ke lateral).

aritenoid yang terletak dekat permukaan bela- RONGGA LARING

kang laring, dan membentuk sendi dengan kartilago Batas atas rongga laring (cavum laryngis)
krikoid, disebut artikulasi krikoaritenoid.
ialah aditus laring, batas bawahnya ialah
Sepasang kartilago kornikulata (kiri dan bidang yang melalui pinggir bawah kartilago
kanan) melekat pada kartilago aritenoid di krikoid. Batas depannya ialah permukaan
daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago
belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, liga-
kuneiformis terdapat di dalam lipatan ariepi- mentum tiroepiglotik, suilut antara kedua belah
glotik, dan kartilago tritisea terletak di dalam lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid.
Batas lateralnya ialah membran kuadrangularis,
'ligamentum hiotiroid lateral. kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus
kartilago krikoid, sedangkan batas belakang-
Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu nya ialah m.aritenoid transversus dan lamina
kartilago krikoid.
artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid.
Dengan adanya lipatan mukosa pada liga-
Ligamentum yang membentuk susunan mentum vokale dan ligamentum ventrikulare,
laring adalah ligamentum seratokrikoid (ante- maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli)
rior,'lateral dan posterior), ligamentum kriko- dan plika ventrikularis (pita suara palsu).
tiroid medial, ligamentum krikotiroid posterior,
Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan,
!igamentum kornikulofaringal, ligamentum hio- disebut rima glotis, sedangkan antara kedua
tiroid lateral, ligamentum hiotiroid medial, liga- plika ventrikularis, disebut rima vestibuli.
mentum hioepiglotika, ligamentum ventriku-
laris, ligamentum vokale yang menghubung- Plika vokalis dan plika ventrikularis mem-
kan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid,
bagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu
dan ligamentum tiroepiglotika.
Gerakan laring dilaksanakan oleh kelom- vestibulum laring, glotik dan subglotik.
Vestibulum laring ialah rongga laring yang
pok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik.
Otototot ekstrinsik terutama bekerja pada laring terdapat di atas plika ventrikularis. Daerah ini

secara keseluruhan, sedangkan otot-otot intrinsik disebut supraglotik.
menyebabkan gelak bagian-bagian laring tertentu Antara plika vokalis dan plika ventrikularis,
yang berhubungan dengan gerakan pita suara.
pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring
Otolotot ekstrinsik laring ada yang ter-
letak di atas tulang hioid (suprahioid), dan ada Morgagni.
yang terletak di bawah tulang hioid (infrahioid).
Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid ialah Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu
m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan
m.milohioid. Otot yang infrahioid ialah m.ster- bagian intermembran dan bagian interkartilago.
Bagian intermembran ialah ruang antara kedua
nohioid, m.omohioid dan m.tirohioid.
plika vokalis, dan terletak di bagian anterior,
Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid
berfungsi menarik laring ke bawah, sedangkan sedangkan bagian interkartilago terletak antara
yang infrahioid menarik laring ke atas. kedua puncak kartilago aritenoid, dan terletak
di bagian posterior.
Otolotot intrinsik laring ialah m.kriko-
aritenoid lateral, m.tiroepiglotika, m.vokalis, Daerah subglotik adalah rongga laring
;rang terletak di bawah plika vokalis.
m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika dan m.krikotiroid.

Oto+-otot ini terletak di bagian lateral laring.

233

Persarafan laring Arteri laringis superior merupakan cabang
dari a.tiroid superior. Arteri laringis superior ber-
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang jalan agak mendatar melewati bagian belakang
nervus vagus, yaitu n.laringis superior dan membnn tirohioid bersama-sama dengan cabang
n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan internus dari n.laringis superior kemudian me-
nembus membran ini untuk berjalan ke bawah
campuran saraf motorik dan sensorik.
di submukosa dari dinding lateral dan lantai
Nervus laringis superior mempersarafi dari sinus piriformis, untuk mempendarahi
m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi
mukosa dan otot-otot laring.
pada mukosa laring di bawah pita suara. Saraf Arteri laringis inferior merupakan cabang

ini mula-mula terletak di atas m.konstriktor dari a.tiroid inferior dan bersama-sama dengan

faring medial, di sebelah medial a.karotis n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi

intema dan ekstema, kemudian menuju ke komu krikotiroid, masuk laring melalui daerah pinggir

mayor tulang hioid, dan setelah menerima bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di

hubungan dengan ganglion servikal superior, dalam laring arteri itu bercabang-cabang, mem-
pendarahi mukosa dan otot serta beranastomosis
membagi diri dalam 2 cabang, yaitu ramus dengan a.laringis superior.

eksternus dan ramus internus. Pada daerah setinggi membran krikotiroid
a.tiroid superior juga memberikan cabang yang
Ramus ekstemus berjalan pada permuka- berjalan mendatari sepanjang membran itu
an luar m.konstriktor faring inferior dan menuju sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang arteri
ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus ter-
tutup oleh m.tirohioid terletak di sebelah medial ini mengirimkan cabang yang kecil melalui
a.tiroid superior, menembus membran hiotiroid,
dan bersama-sama dengan a.laringis superior membran krikotiroid untuk mengadakan anas-
menuju ke mukosa laring. tomosis dengan a.laringis superior.

Nervus laringis inferior merupakan lan- Vena laringis superior dan vena laringis
jutan dari n.rekuren setelah saraf itu memberi-
kan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. inferior letaknya sejajar dengan a.laringis superior
dan inferior dan kemudian bergabung dengan
Nervus rekuren merupakan cabang dari n. vagus. vena tiioid supedor dah inferior.

Nervus rekuren kanan akan menyilang Pembuluh limfa

a.subklavia kanan di bawahnya, sedangkan Pembuluh limfa untuk laring banyak,

n.rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Ner- kecuali di daerah lipatan vokal. Disini mukosa-
vus laringis inferior berjalan di antara cabang- nya tipis dan melekat erat dengan ligamentum
cabang a.tiroid inferior, dan melalui permukaan vokale. Di daerah lipatan vokal pernbuluh limfa
mediodorsal kelenjar tiroid akan sampai pada dibagi dalam golongan superior dan inferior.

permukaan medial m.krikofaring. Di sebelah Pembuluh eferen dari golongan superior
berjalan lewat lantai sinus piriformis dan
posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini ber- a.laringis superior, kemudian ke atas, dan ber-
gabung dengan kelenjar dari bagian superior
cabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari
golongan inferior berjalan ke bawah dengan
posterior. Ramus anterior akan mempersarafi
otot-otot intrinsik laring bagian lateral, sedang- a.laringis inferior dan bergabung dengan kelenjar
,kan ramus posterior mempersarafi otot-otot
intrinsik laring bagian superior dan mengada- servikal dalam, dan beberapa di antaranya
kan anastomosis dengan n.laringis superior
ramus internus. menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.

Pendarahan

Pendarahan untuk laring terdiri dari 2

cabang, yaitu a.laringis superior dan a.laringis
inferior.

234

FISIOLOGI LARING yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, akan menahan atau menarik kartilago aritenoid
ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan
respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi.
Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya
kontraksi m.krikoaritenoid akan mendorong
mencegah makanan dan benda asing masuk kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika
ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus vokalis akan mengendor. Kontraksi serta me-
ngendornya plika vokalis akan menentukan
laring dan rima glotis secara bersamaan.
tinggi rendahnya nada.
Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena
pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi Penyebab disfonia
otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini karti-
lago aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi Walaupun disfonia hanya merupakan gejala,
tetapi bila prosesnya berlangsung lama (kronik)
m.tiroaritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya keadaan ini dapat merupakan tanda awal dari

m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter. penyakit yang sedus di daerah tenggorqk,
Penutupan rima glotis terjadi karena aduksi
khususnya laring.
plika vokalis. Kartilago aritenoid kiri dan kanan
mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik. Penyebab disfonia dapat bermacam-macam
yang prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya.
Selain itu dengan refleks batuk, benda
Penyebab (etiologi) ini dapat berupa radang,
asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat tumor (neoplasma), paralisis otolotot laring,

dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan kelainan laring seperti sikatriks akibat operasi,
fiksasi pada sendi krikoaritenoid dan lain-lain.
bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru Ada satu keadaan yang disebut sebagai disfonia
dapat dikeluarkan.
ventrikular, yaitu keadaan plika ventrikular
Fungsi respirasi dari laring ialah dengan yang mengambil alih fungsi fonasi dari pita
suara, misalnya sebagai akibat pemakaian
mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila
m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan suara yang terus menerus pada pasien dengan
laringitis akut. lnilah pentingnya istirahat ber-
menyebabkdn prosesus vokalis kartilago aritenoid bicara (vocalrcsf) pada pasien dengan laringitis
akut, disamping pemberian obat-obatan.
bergerak ke lateral, sehingga rima glotis ter-
Radang laring dapat akut atau kronik.
buka (abduksi). Radang akut biasanya disertai gejala lain

Dengan terjadinya perubahan tekanan seperti demam, dedar (malaise), nyeri menelan

udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan atau berbicara, batuk, di samping gangguan

dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, suara. Kadang-kadang dapat terjadi sumbatan
sehingga mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. laring dengan gejala stridor serta cekungan di
Dengan demikian laring berfungsijuga sebagai suprastenal, epigastrium dan sela iga.
alat pengatur sirkulasi darah.
Radang kronik nonspesifik, dapat disebab-
Fungsi laring dalam membantu proses kan oleh sinusitis kronis, bronkitis kronis atau

menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu karena penggunaan suara yang salah dan

gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup berlebihan (vocal abuse = penyalahgunaan
aditus laringis dan mendorong bolus makanan
turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk suara) seperti sering berteriak-teriak atau ber-
ke dalam laring. bicara keras. Vocal abuse juga sering terjadi
pada pengguna suara profesional Qtrofessional
Laring juga mempunyai fungsiuntuk meng- voice user) seperti penyanyi, aktor, dosen,
guru, penceramah, tenaga penjual (sa/esman),
ekpresikan emosi, seperti berteriak, mengeluh, pelatih olah raga,operator telepon dan lain-lain.

menangis dan lain-lain.

Fungsi laring yang lain ialah Untuk fonasi,

dengan membuat suara serta menentukan

tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada
diatur oleh ketegangan plika vokalis. Bila plika
vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan
merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke
depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat

235

Radang kronik spesifik misalnya tuber- Gambaran posisi pita suara dapat ber-macam-
kulosa dan lues. Gejalanya selain gangguan macam tergantung dari otot mana yang terkena.
suara, terdapat juga gejala penyakit penyebab Saraf laring superior dan inferior bersifat motorik
atau penyakit yang menyefiainya. dan sensorik, maka biasanya paralisis motorik
terdapat bersamaan dengan paralisis sensorik
Tumor laring dapat jinak atau ganas. pada laring.

Gejala tergantung dari lokasi tumor, misalnya Paralisis motorik otot laring dapat di-
tumor pada pita suara, gejala gangguan suara golongkan menurut lokasi, jenis otot yang

akan segera timbul dan bila tumor tumbuh terkena atau jumlah otot yang terkena. Peng-
golongan menurut lokasi, misalnya dikenal
menjadi besar dapat menimbulkan sumbatan paralisis unilateral atau bilateral. Menurut jenis
jalan napas. Tumor jinak laring seperti papiloma otot yang terkena dikenal paralisis aduktor atau
sering ditemukan pada anak dimana disfonia paralisis abduktor atau paralisis tensor. Se-
merupakan gejala dini yang harus diwaspadai. dangkan penggolongan menurut jumlah otot
yang terkena, paralisis sempurna atau tidak
Begitu pula pada tumor ganas pita suara sempurna.

(karsinoma laring) sering didapatkan pada orang Secara klinik paralisis otot laring dikena.l
unilateral midline paralysis, unilateral incom-
tua, perokok dengan gangguan suara yang
mgnetap.Tumor ganas sering disertai gejala plete paralysis, bilateral midline paralysis,
lain, misalnya batuk (kadang-kadang batuk
complete paralysis, adductor paralysis bilateral
darah), berat badan menurun, keadaan umum incomplete paralysis, thyroarythenoid muscle
paralysis dan cricothyroid muscle paralysis.
memburuk.
Penatalaksanaan
Tumor pita suara nonneoplastik dapat
berupa nodul, kista, polip atau edema sub- Penatalaksanaan disfonia meliputi diagnosis
etiologik dan terapi yang sesuai dengan etiologi
mukosa (Reinke's edema). Lesijinak yang lain tersebut. Diagnosis ditegakan melalui anamnesis,
pemeriksaan klinik dan pemeriksaan penunjang.
dapat berupa sikatrik, keratosis, fisura, mixedem,
Anamnesis
amilodosis, sarkoidosis dan lain-lain.
Anamnesis harus lengkap dan terarah me-
Paralisis otot laring dapat disebabkan oleh
liputi jenis keluhan gangguan suara, lama
gangguan persarafan, baik sentral maupun
keluhan, progesifitas, keluhan yang menyertai,
perifer, dan biasanya paralisis motorik bersama pekerjaan, keluarga, kebiasaan merokok, minum
kopi atau alkohol, hobi atau aktifitas diluar
dengan paralisis sensorik. Kejadiannya dapat pekejraan, penyakit yang pernah atau sedang
diderita, alergi, lingkungan tempat tinggal dan
unilateral atau bilateral. Lesi intrakranial biasa- bekerja dan lain-lain.

nya mempunyai gejala lain dan muncul se- Pemeriksaan klinik dan penunjang

bagai kelainan neurologik selain dari gangguan Pemeriksaan klinik meliputi pemeriksaan
umum (status generalis), pemeriksaan THT
suaranya. Penyebab sentral, misalnya paralisis
bulbar, siringomielia, tabes dorsalis, multipel termasuk pemeriksaan laringoskopi tak lang-
sklerosis. Penyebab perifer, misalnya tumor
sung untuk melihat laring melalui kaca laring
tiroid, struma, pasca strumektomi, trauma leher, atau dengan menggunakan teleskop laring baik
tumor esofagus dan mediastinum, penyakit jarr yang kaku (rigid telescope) alau serat optik
tung dengan hipertensi pulmonal, kardiomegali,
ateletasis paru, aneurisma aorta dan arteria

subsklavia kanan.

Paralisis pita suara merupakan kelainan

otot intrinsik laring yang sering ditemukan da-
lam klinik. Dalam menilai tingkat pembukaan
rimaglotis dibedakan dalam 5 posisi pita suara,
yaitu posisi median, posisi para-median, posisi
intermedian, posisi abduksi ringan dan posisi
abduksi penuh. Pada posisi median kedua pita

suara terdapat di garis tengah, pada posisi para-
median pembukaan pita suara berkisar 3-5 mm

dan pada posisi intermedian 7 mm. Pada posisi

abduksi ringan pembukaan pita suara kira-kira
14 mm dan pada abduksi penuh 18-19 mm.

236

(fiberoptic telescope). Pengunaan teleskop ini Terkadang diperlukan pemeriksaan laring
secara langsung (direct laringoscopy) unluk
dapat dihubungkan dengan a.lat video (video-
biopsi tumor dan menetukan perluasannya
laringoskopi) sehingga akan memberikan visuali-
sasi laring (pita suara) yang lebih jelas baik (staging) atau bila diperlukan tindakan (mani-
pulasi) bagian-bagian tertentu laring seperti
dalam keadaan diam (statis) maupun pada antenoid, plika vokalis, plika ventrikulans, daerah
saat begerak (dinamis) Selain itu juga dapat komisura anterior atau subglotik. Laringoskopi
langsung dapat menggunakan teleskop atau
dilakukan dokumentasi hasil pemeriksaan untuk mikroskop (mikrolaringoskopi).

tindak lanjut hasil pengobatan Visualisasi laring Pemeriksaan penunjang lain yang diperlu-
dan pita suara secara dinamis akan lebih jelas kan meliputi pemeriksaan laboratorium, radiologi,
elektromiografi (EMG), mikrobiologi dan patologi
dengan menggunakan stroboskop (video- anatomi.

stroboskopi) dimana gerakan pita suara dapat Pengobatan

diperlambat (slowmotion) sehingga dapat terlihat Pengobatan disfonia sesuai dengan ke-
lainan atau penyakit yang menjadi etiologinya.
getaran (vibrasi) pita suara dan gelombang Terapi dapat bertipa medikamentosa, vocal
hygeane, terapi suara dan bicara (Voice-speeech
mukosanya (mucosal wave). Dengan bantuan therapy) dan tindakan operatif. Tindakan operatif
alat canggih ini diagnosis anatomis dan fung- untuk mengatasi gangguan suara atau disfonia
disebut voice surgery.
sional menjadi lebih akurat.
Daftar pustaka
Selain secara anatomis fungsi laring dan
pita suara juga dapat dinilai dengan meng- 1 Wigginton V, Gerdin M, Lassman FM Speech and
analisa produk yang dihasilkanya yaitu suara.
language disorders ln: Fundamentals of otolaryngology
Analisis suara dapat dilakukan secara persep-
6th Ed Saunders Philadelphia, London, Toronto,
tual yaitu dengan mendengarkan suara dan
Montreal, Sydney, Tokyo 1989: p.412-26
menilai derajat (grade), kekasaran (roughness),
2 Minifie FD, Moore GP, Hicks DM Disorders of
keterengahan (breathyness), kelemahan (asteni-
sitas) dan kekakuan (strain). Saat ini juga telah voice, speech and language ln: Otorhinolaryngology
head and neck surgery, Ballenger JJ, Snow JB
berkembang analisis akustik dengan mengguna-
Eds Fifteenth Edition Baltimore, Philadelphia,
kan plogram komputer seperti CSL (Computeized
Hongkong, London, Munich, Sidney, Tokyo Lea &
Speech Laboratory), Multyspeech, ISA (lntelegence Febiger 1996: p.438-65

Speech Analysis) dan MDVP (Multy Dimensional 3 Kciufman JA, lsaacson G Voice Disorder Otolaryngol
Voice ProgrameJ. Hasil pemeriksaan analisis
Clin of North Am 24 .5 Oktober 1991.
akustik ini berupa nilai parameter-parameter

akustik dan spektrogram dari gelombang suara

yang dianalisis. Parameter akustik dan spektro-

gram ini dapat dibandingkan antara suara

normal dan suara yang mengalami gangguan.
Alat ini juga dapat digunakan untuk menilai

tindak lanjut (follow up) hasil terapi.

237

KELAINAN LARING

' Bambang Hermani, Haftono Abdurrachman dan Arie Cahyono

Kelainan laring dapat berupa kelainan Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis
kongenital, peradangan, tumor lesi jinak serta
subglotis ialah: 1. penebalan jaringan sub-
kelumpuhan pita suara.
mukosa dengan hiperplasia kelenjar mukus
1. KELAINAN KONGENITAL dan fibrosis. 2. kelainan bentuk tulang rawan
krikoid dengan lumen yang lebih kecil, 3. ben-
Kelainan ini dapat berupa laringomalasi, tuk tulang rawan krikoid normal dengan ukuran
stenosis subglotik, selaput di laring, kista ko- lebih kecil, 4. pergeseran cincin trakea pertama
ngenital, hemangioma dan fistel laringotrakea- ke arah atas belakang ke dalam lumen krikoid.

esofagus. Gejala stenosis subglotik ialah stridor,
dispnea, retraksi di suprasternal, epigastrium,
Pada bayi dengan kelainan kongenital interkostal serta subklavikula. Pada stadium
laring dapat menyebabkan gejala sumbatan yang lebih berat akan ditemukan sianosis dan
jalan napas, suara tangis melemah sampai apnea, sebagai akibat sumbatan jalan napas,
tidak ada sama sekali, serta kadang-kadang sehingga mungkin juga terjadi gagal perna-

terdapat juga disfagia. pasan (re s p i ratory disfress).
Terapi stenosis subglotis tergantung pada
LARINGOMALASI
kelainan yang menyebabkannya. Pada umum-
Kelainan ini paling sering ditemukan. nya terapi stenosis subglotis yang disebabkan
oleh kelainan submukosa ialah dilatasi atau
Pada stadium awal ditemukan epiglotis lemah, dengan laser CO2. Stenosis subglotik yang
sehingga pada waktu inspirasi epiglotis tertarik disebabkan oleh kelainan bentuk tulang rawan
krikoid dilakukan terapi pembedahan dengan
ke bawah dan menutup rima glotis. Dengan melakukan rekonstruksi.

demikian bila pasien bemapas, napasnya SELAPUT Df LARTNG (LARYNGEAL WEB)

berbunyi (stridor). Stridor ini merupakan gejala Suatu selaput yang transparan (web)
awal, dapat menetap dan mungkin pula hilang
timbul, ini disebabkan lemahnya rangka laring. dapat tumbuh di daerah glotis, supraglotik atau

Tanda sumbatan jalan napas dapat ter- subglotik. Selaput ini terbanyak tumbuh di
lihat dengan adanya cekungan (retraksi) di
daerah suprasternal, epigastrium, interkostal, daerah glotis (75 %), subglotik (13 o/") dan cii
supraglotik sebanyak 12 %.
dan supraklavikular.
Bila sumbatan laring makin hebat, sebaik- Terdapat gejala sumbatan laring, dan
untuk terapinya dilakukan bedah mikro laring
nya dilakukan intubasi endotrakea. Jangan
untuk membuang selaput itu dengan memakai
dilakukan trakeostomi, sebab seringkali laringo- laringoskop suspensi.
malasi disertai dengan trakeomalasi.
KISTA KONGENITAL
Orang tua pasien dinasihatkan supaya
Kista sering tumbuh di pangkal lidah atau
lekas datang ke dokter bila terdapat peradang-
an di saluran napas bagian atas, seperti pildk di plika ventrikularis. Untuk penanggulangan-
dan lain-lain.
nya ialah dengan mengangkat kista itu dengan
STENOSIS SUBGLOTIK bedah mikro laring.

Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita
suara, sering terdapat penyempitan (stenosis).

238

HEMANGIOMA Pada pemeriksaan tampak mukosa laringr

Hemangioma biasanya timbul di daerah hipriimis, membengkd<, terutama di atas dan ,

subglotik. Sering pula disertai dengan hema- rbaadwaanhgpaitakustuadria:hiBdiuanggalaytqaluldsainpautsjupgaraantaansdaalo
ngioma di tempat lain, seperti di leher. Gejala-
nya ialah terdapat hemoptisis, dan bila tumor atau paru. :
itu besar, terdapat juga gejala sumbatan laring.
Terapinya ialah dengan bedah laser, kortiko- Terapi
steroid atau dengan obat-obat skleroting.
lstirahat berbicara dan bersuara selama
FISTEL LARIN GOTRAKEA-ESOFAGAL 2-3 hari. Menghirup udara lembab. Menghin-
dari iritasi pada faring dan laring, misalnya me-
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pe-
nutupan dinding posterior kartilago krikoid. Ter- rokok, makanan pedas atau minum es.
dapat gejala pneumonia, oleh karena aspirasi Antibiotika diberikan apabila peradangan
cairan dari esofagus, dan kadang-kadang ter-
dapat juga gejala sumbatan laring. berasal dari paru.Bila terdapat sumbatan laring,
dilakukan pemasangana pipa endotrakea, atau
trakeostomi.

LARINGITIS KRONIS

2. PERADANGAN LARING Sering merupakan radang kronis laring

Dapat berupa laringitis akut atau laringitis disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi
kronis.
septum yang berat, polip hidung atau bronkitis
LARINGITIS AKUT kronis. Mungkin juga disebabkan oleh penya-
lahgunaan suara (vocal abuse) seperti ber-
Radang akut laring, pada umumnya me- teriak-teriak atau biasa berbicara keras.
rupakan kelanjutan, dari rinofaringils (common
Pada peradangan ini seluruh mukosa
CotQ. i eaaa anak laringitis akut ini dapat
ladng hiperemis dan menebal, dan kadang-
menimbulkan sumbatan jalan napas, sedang- kadang pada pemeriksaan patologik terdapat
kan pada orang dewasa tidak secepat pada
metaplasi skuamosa.
anak.
Gejalanya ialah suara parau yang me-
Etiologi netapf rasa tersangkut di tenggorok; sehingga
pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan
Sebagai penyebab radang ini ialah bak- sekret, karena mukosa yang menebal.

teri, yang menyebabkan radang lokal atau virus Pada pemeriksaan tampak mukosa me-
yang menyebabkan peradangan sistemik. nebal; permukaannya tidak rata dan hiperemis.
Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai
Gejala dan tanda
tumor, maka perlu dilakukan biopsi.
Pada laringitis akut terdapat gejala radang , Terapi yang terpenting ialah mengobati
umum;: sepefii demam, dedar (malaise), serta
gejala lokal, seperti sOara par-au sampai tidak peradangan di hidung, faring serta bronkus
bersuara sama sekali (afoni)1 nyeri ketika me-
nelan atau berbicara, serta gejala sumbatan yang mungkin menjadi penyebab laringitis kronis
laring. Selain itu terdapat batuk kering dan
itu. Pasien diminta untuk tidak banyak ber-
lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
bicara (vocal rest).

LARINGITIS KRONIS SPESIFIK

Yang termasuk dalam laringitis kronis

spesifik ialah : laringitis tuberkulosis dan laringitis
leutika.

239

LARINGITIS TUBERKULOSIS 2. Stadium ulserasi

Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat Ulkus yang timbul pada akhir stadium
tuberkulosis paru. Sering kali setelah diberi infiltrasi membesar. Ulkus ini dangkal, dasar-
pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh
tetapi laringitis tuberkulosisnya menetap. Hal nya ditutupi oleh perkijuan, serta sangat
ini terjadi karena struktur mukosa laring yang
sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi dirasakan nyeri oleh pasien.
yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksi
sudah mengenai kartilago, pengobatannya 3. Stadium perikondritis

lebih lama. Ulkus makin dalam, sehingga mengenai
kartilago laring, dan yang paling sering terkena
Pafogenesis ialah kartilago aritenoid dan epiglotis. Dengan
demikian terjadi kerusakan tulang rawan, se-
lnfeksi kuman ke laring dapat terjadi me- hingga terbentuk nanah yang berbau, proses
lalui udara pemapasan, sputum yang mengan-
dung kuman, atau penyebaran melalui aliran ini akan melanjut, dan terbentuk sekuester
darah atau limfa.
(squester). Pada stadium ini keadaan umum
Tuberkulosis dapat menimbulkan gang- pasien sangat buruk dan dapat meninggal

guan sirkulasi. Edema dapat timbul di fosa dunia. Bila pasien dapat bertahan maka proses
interaritenoid, kemudian ke aritenoid, plika penyakit berlanjut dan masuk dalam stadium
vokalis, plika ventrikularis, epiglotis, serta terakhir yaitu stadium fi brotuberkulosis.

terakhir ialah dengan subglotik. 4. Stad i u m fi b rotu berkulosis

Gambaran klinis Pada stadium ini terbentuk fibrotuber-

Secara klinis, laringitis tuberkulosis terdiri kulosis pada dinding posterior, pita suara dan
dari4 stadium, yaitu : subglotik.

1. stadium infiltrasi Gejala klinis
2. stadium ulserasi
3. stadium perikondritis Tergantung pada stadiumnya, disamping
4. stadium pembentukan tumor itu terdapat gejala sebagai berikut :

1. Stadium infiltrasi - rasa kering, panas dan tertekan di daerah

Yang pertama-tama mengalami pem- laring.

bengkakan dan hiperemis ialah mukosa laring - suara parau berlangsung berminggu-ming-
bagian posterior. Kadang-kadang pita suara
terkena juga. Pada stadium ini mukosa laring gu, sedangkan pada stadium lanjut dapat
benrvama pucat.
timbulafoni.
Kemudian di daerah submukosa terben-
tuk tuberkel, sehingga mukosa tidak rata, - hemoptisis.
tampak bintik-bintik yang benrama kebiruan. - nyeri waktu menelan yang lebih hebat bila

Tuberkel itu makin membesar, serta beberapa dibandingkan dengan nyeri karena radang
tuberkel yang berdekatan bersatu, sehingga lainnya, merupakan tanda yang khas.

mukosa di atasnya meregang. Pada suatu - keadaan umum buruk.
- pada pemeriksaan paru (secara klinis dan
saat, karena sangat meregang, maka akan
pecah dan timbul ulkus. radiologik) terdapat proses aktif (biasanya
pada stadium eksudatif atau pada pemben-

tukan kaveme)

Dragnosis banding

1. laringitis luetika
2. karsinoma laring


Click to View FlipBook Version