The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Candramawa publisher denpasar, 2021-07-23 08:59:20

Kakak Kelas fix layout-dikonversi

Kakak Kelas fix layout-dikonversi

i

Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (Seratus JutaRupiah).
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (Lima Ratus JutaRupiah).
(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa Izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan
ataupidanadendapaling banyakRp1.000.000.000,00(SatuMiliarRupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyakRp4.000.000.000,00 (Empat
MiliarRupiah).

ii

KAKAK KELAS

Anngi Nurhasanah

iii

Kakak Kelas

Copyright©2021AnggiNurhasanah

viii+280 halaman;14x20cm

Penulis : Anggi Nurhasanah

Editor : Pina Flockheart

Layout : Megayanti S

Ilustrasi Layout : Pinterest

Cover : Alfiyani Serli Cristiningsih

ISBN :

Diterbitkan Oleh:
Candramawa Publisher Denpasar
Bali, Denpasar, Denpasar Selatan, Panjer.

Hotline : 08993512873
: [email protected]
E-mail : @candramawapublisher_denpasar
: @clpublisherdps
Ig
Wattpad CetakanI,Juli2021

Hak Cipta dilindungi Undang-undang
All Right Reserved

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, Puji syukur bagi Allah swt., yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan keridhaan-Nya. Serta
sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw., sehingga naskah ini
dapat terselesaikan.

Terima kasih untuk wattpad, para pembaca dan
khususnya penerbit Candramawa Publisher yang sudah
memberi kesempatan saya untuk menerbitkan cerita Kakak
Kelas.

Tiada gading yang tak retak. Saya juga menyadari
bahwa tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah
melakukan kekeliruan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang bisa membangun untuk karya yang lebih baik di
masa mendatang.

Selamat membaca and thank you so much!

Blitar, 22 Juni 2021
Anggi

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas karunianya kami bisa menyelesaikan novel berjudul
“Kakak Kelas” dengan persetujuan dari penulis serta pihak
penerbit.

Semoga isi dari novel ini bisa menghibur pembaca dan
menjadi inspirasi dalam nilai moral yang terkandung.

Kami menyampaikan rasa terimakasih kepada pembaca
serta pihak yang terlibat dalam proses menerbitan novel ini.

Sekian dan terimakasih.
Penerbit

vi

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................... v
KATA PENGANTAR .................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................ vii
PROLOG ....................................................................... 1
PERTEMUAN PERTAMA............................................ 3
BALAPAN ...................................................................13
PENDEKATAN .......................................................... 19
LIBURAN .................................................................... 35
BARA .......................................................................... 67
TEROR......................................................................... 75
GABUNGAN ............................................................... 95
DI BALIK TEROR ...................................................... 113
MENINGGAL ............................................................127

vii

JEVANIO LANGIT ABRAHAM ............................... 145
KENTANG COCOL ES KRIM ..................................159
LOGIKA .....................................................................167
LEON ANDARA........................................................175
SK-II............................................................................189
DILUAR RENCANA .................................................195
PDKT......................................................................... 207
JANGAN BANDEL! ..................................................217
BEASISWA .................................................................223
KILLING DAY ...........................................................239
SWEET SEVENTEEN ................................................. 251
EPILOG ......................................................................265
EXTRA PART.............................................................267

viii

PROLOG

"Kak Gilang!" teriak gadis kecil itu dari luar. Dia
memukul-mukul pintu dengan keras tapi pintu
itu terlalu kuat untuk dibuka oleh seorang
bocah berumur lima tahun.
"Arghh!! S-sakit."
Gadis kecil itu semakin panik saat mendengar teriakan
Gilang. "Kak Gilang! Hiks! Kak Gilang kenapa?" teriaknya lagi.
Tasya mengusap air matanya kasar, ia mendorong
kursi menuju jendela sebelah. Ia berniat untuk mengintip apa
yang sebenarnya terjadi di dalam sana sampai kakaknya itu
berteriak kesakitan.
"Ta-Tasya, kamu arghh!! P-pergi ce-cepat!"
Tasya melongo saat melihat darah membanjiri wajah
Gilang. Air matanya luruh semakin deras, ia dapat melihat jelas

Kakak Kelas~| 1

seorang pria berbadan besar memakai pakaian serba hitam
tengah menyiksa Gilang di sana.

"Hiks-hiks! Kak Gilang."
"Lari, S-Sya!"
Tasya tak mengindahkan perkataan Gilang yang
menyuruhnya pergi. Ia terus menangis sampai pada akhirnya
pria itu menoleh melihatnya. Tasya dapat melihat jelas
bagaimana wajah itu.
"Oh, jadi masih ada? Gadis kecil, kamu mau ikut
menyusul Kakakmu tersayang?" ujar pria itu dengan senyum
miringnya.
"P-pergi, arghh!!"
Pria itu menginjak dada Gilang dengan sepatu pantofel
hitam miliknya. "Mati lo!" seru pria itu, pandangannya beralih
menatap Tasya.
"Sekarang giliran kamu cantik." Pria itu berjalan dan
kini mulai membuka knop pintu.
Tasya bergegas turun dari kursinya. Mungkin kali ini ia
harus jadi anak baik dengan menuruti apa perkataan Kakaknya.
Ia berlari menjauh.
Ia enggan menoleh ke belakang saat pria itu
memanggilnya bahkan sampai mengejarnya. "Hiks! Hiks!Kak
Gilang," lirih Tasya, ia berlari sekuat tenaga agar sampai
rumahnya.

2 | Anggi Nurhasanah

PERTEMUAN PERTAMA

Aku sangat berharap pertemuan kita adalah canda
yang berubah menjadi candu, begitu pun singgah

yang berubah menjadi sungguh.

Kakak Kelas~| 3

Sinar matahari mulai menerobos jendela kamar,
tetapi Tasya enggan untuk membuka matanya.
Kring! Kring! Kring!
Niatnya terurungkan saat mendengar suara nyaring
dari jam bekernya.“Shit!” umpatnya seraya meraba nakas untuk
meraih jam bekernya.
“Astaga!!”Matanya membola saat melihat jarum tepat
menunjukkan pukul 7 pagi. Tasya langsung bangun dari tempat
tidurnya untuk mengganti pakaian kemudian berlari ke bawah.
Saat melalui meja makanPapanya malah meneriakinya.
“Tasya, mau kemana kamu? Sarapan dulu,”tegur Dika sambil
menyesap kopi panasnya.
“Nggak sempat, Pa,” rengek Tasya lalu duduk di kursi.
“Masih jam setengah 6, sayang. Kamu mau ngapain
disana?” tanya papanya penuh selidik.
Tasya menoleh menatap jam yang ada di ruang makan.
“Kok masih pagi? Tadi jam beker Tasya jam 7, Pa.”
“Yaudah, sarapan gih nanti ditinggal abangmunangis,”
ejek Dika yang membuat Tasya merengut kesal.
“Bang Angga kok nggak turun sarapan?” tanya Tasya
pada papanya, tangannya terulur mengambil roti.
“Angga udah turun laginyuci motornya tuh di depan,”
jawab Dika, pandangannya tak beralih dari koran yang sedang
iabaca. Tasya ber-oh ria sambil mengangguk mengerti
Setelah selesai dengan roti miliknya Tasya berdiri
darimeja makan.

4 | Anggi Nurhasanah

“Tasya, berangkat dulu, assalamualaikum,” pamit Tasya
sembari meraih tangan Dika lalu menciumnya. Setelah
berpamitan dengan Dika, Tasya kembali melangkah ke arah bi
Asih. “Bi,Tasya berangkat sekolah ya, assalamualaikum.”

“Iya, Non. Hati-hati di jalan.”
“Siap, Bi,” ujar Tasya sambil memberi hormat kepada Bi
Asih.
Tasya berjalan menuju halaman depan, terlihat Angga
yang sedang mengelap motor ninja hitam kesayangannya.
“Woi, Bang! Lo yang otak-atik jam beker gue? Tega lo sama
adek sendiri,”cerocos Tasya sembari berkacak pinggang.
“Sorry, salah lo sendiri suka bangun telat. Gimana
rasanya? Enak?” ujar Angga sambil mengacak-acak rambut
Tasya.
“Bangke lo! Tuh kan rambut gue berantakan,” umpat
Tasya sembari mengacungkan jari tengahnya.
“Udah berani ngomong kasar? Gue aduin sama Papa
loh," ancam Angga lalu pergi meninggalkan Tasya.

***
“Assalamu’alaikum,” teriak Tasya saat masuk ke kelas.
“Sya, suara lo kecilin bisa gak?” sahut Nisa.
“Tau lo, budek kuping gue lama-lama,” Dinda
menimpali.
“Mau diem kaya kulkas, mau teriak kayak toa yang
penting gue bahagia,” ujar Tasyasembari menjulurkan lidahnya.

***

Kakak Kelas~| 5

Kring! Kring! Kring!
Suara bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Seluruh
SMA Alaska langsung berebutan keluar kelas.
“Sya, lo nggak balik?” tanya Dinda heran, tidak
biasanya Tasya rajin. Apalagi urusan catat-mencatat bisadilihat
dari buku catatannya. Padahal sudah satu semester tapi masih
kosong.
“Bentar deh, gue balik nanti aja. Nanggung kurang
dikit,” ujar Tasya, matanya menatap buku tulisnya dan buku
paket bergantian, sedangkan tangannya tak berhenti menulis
materi.
“Besok lagi kan bisa? Udah sore, Sya,” Nisa menasihati
Tasya.
“Bener, Sya. Lagian emang lo nggak takut apa? Kata
pak Dengdeng sekolah kita dulunya bekas rumah sakit.” Dinda
menakut-nakuti Tasya berharap gadis itu mau pulang bersama,
tetapi Tasya tetap teguh dalam pendiriannya.
“Apaan? Sama setan aja takut. Pulang aja sana udah
sore juga,” usir Tasya.
“Lo yakin nggak papa kalau kita tinggal?” tanya Nisa
pada Tasya.
“Iya, sana gih,” usir Tasya pada kedua sahabatnya.
Saat pergi meninggalkan kelasmereka berpapasan
dengan Kevin di ujung lorong. “Kak Kevin? Kenapa belum
pulang?” tanya Dinda ramah pada Kevin.
“Tasya mana?” tanya Kevin kaku.

6 | Anggi Nurhasanah

“Tasya masih di kela—“Belum selesai menjawab Kevin
sudah melenggang pergi begitu saja. “Astaga, Kak Kevingue
belum selesai ngomong malah asal pergi aja! Untung ganteng!”
teriak Dinda kesal sendiri.

“Berisik, Dinda!” sinis Nisa sembari mencubit lengan
gadis itu.

“Sakit anjir!” teriak Dinda tepat di samping telinga Nisa.
***

“Akhirnya selesai juga catatan gue,”ujar Tasya sembari
menghela nafasnya.

Brakk!!
“Bangsat! Apaan sih lo dateng-dateng langsung gebrak
meja gue?!” teriak Tasya.
“Gue bangsat?” tanya Kevin sambil menaikkan sebelah
alisnya.
“Iya, kenapa? Nggak terima lo!” ketus Tasya,
tangannya sibuk memasukkan alat tulis ke dalam tas.
“Pulang bareng gue!” ujar Kevin. Mata yang tadinya
menatap dirinya tajam berubah menjadi sendu, tangannya
terulur mengelus pipi Tasya. Kevin yang sadar jika Tasya salting
langsung menggodanya. “Nggak usah salting, Sya,”ucap Kevin
lalu terkekeh kecil.
Tasya dibuat melongo saat melihat Kevin tertawa,
terlebih jika dikaitkan dengan rumor yang tersebar jika Kevin
tak pernah tersenyum barang sedikitpun. Benar-benar

Kakak Kelas~| 7

membuat Tasya melongo sampai mulutnya terbuka. Kevin
yang melihat bibir Tasya terbuka pun menatap gemas.

“Kalau mangap nggak usah lebar-lebar, nohlalat
masuk,” peringat Kevin sembari mencubit pipi Tasya.

“Nggak usah pegang pipi gue, modus lo!” ujar Tasya
sambil menepis kasar tangan Kevin.

“Pede banget!” ucap Kevin lalu berjalan meninggalkan
Tasya begitu saja.

“Manusia apa setan? Nggak jelas banget hidupnya, ada
ya orang kaya gitu?” Tasya berjalan menuju lapangan basket
diikuti Kevin di belakangnya. “Lo ngapain sih ngikutin gue,”
gerutu Tasya.

“Kalau ngomong lihat orangnya,”sindir Kevin.
“Suka-suka gue apa urusan lo?” ujar Tasya, langkahnya
mendekat menghampiri Angga yang tengah latihan basket.
“Bang, ayo pulang. Tasya pengen maraton drakor,”
rengek Tasya pada Angga.
“Lo balik sama Kevin. Gue masih latihan, Sya,” sahut
Angga lalu meng-shoot bolanya ke ring.
“Kevin, siapa sih Bang? Gue nggak kenal,” Tasya terus
merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan permen kapas
oleh ayahnya.
“Yang ada di belakang loitu Kevin,Dek.Udah sana
pulang dia baik kok,” bujuk Angga.
“Nggak mau, Bang!!”teriaknya sembari melirik tajam
kearah Kevin.

8 | Anggi Nurhasanah

“Vin, titip adik gue. Jagain!”
“Yoi,” jawab Kevin mengangkat jempolnya.

***
Tasya duduk di halte dekat gerbang sekolah sembari
memainkan ponselnya sampai-sampai ia tak menyadari
kehadiran Kevin.
“Naik,” titah Kevin,tangannya terulur menyodorkan
helm ke arah Tasya tapi Tasya malah mengacuhkannya dan
tetap fokus pada layar ponsel. “Buruan!” ujar Kevin lagi. Merasa
diabaikan Kevin turun dari motor lalu menghampiri Tasya tapi
Tasya tetap tak menoleh sedikitpun.
“Tasya!” teriak Kevin, raut wajahnya mulai tak
bersahabat.
“Iya-iya sabar dong,” sahut Tasya, ia berdiri lalu
merampas helm yang disodorkanKevin lalu memakainya.
“Lo yang lelet!” ujar Kevin membela diri. Lalu manaiki
motornya.
Tasya hanya sesekali melihat Kevin, laki-laki itu
terkadang mengunjungi rumahnya sekedar nongkrong dengan
Angga.
Tasya masih bingung dengan kakak kelasnya itu,
kenapa sifatnya begitu menjengkelkan? Menurut gosip yang
beredar Kevin merupakan tipe cowok pendiam dan dingin tapi
bagi Tasya gosip itu tidaklah benar.

Kakak Kelas~| 9

Tasya akui Kevin memang tampan tapi sifat
menjengkelkannya itu yang membuatketampanannyasirna di
mata Tasya.

“Disuruh naik malah ngelamun,” ujar Kevin sambil
menarik tangan Tasya agar gadis itu cepet naik.

“Nggak usah tarik-tarik, gue bisa jalan sendiri,” jawab
Tasya angkuh.

“Makanya kalau orang ngomong tuh dengerin, punya
kuping buat apa? Hiasan?” ejek Kevin pada Tasya.

“Udah ayo jalan!”
“Lo pikir gue tukang ojol?” sarkas Kevin.
“Iya, kenapa? Nggak terima?” ujar Tasya sekenanya,
“woi! Katanya mau cepet-cepet, kenapa nggak jalan nih
motor?” lanjut Tasya sembari memukul pundak Kevin.
“Pegangan nanti jatuh.”Bagi Kevin menggoda Tasya
adalah sebuah hiburan tersendiri apalagi saat melihat Tasya
mengerucutkan bibirnya, ‘imutitu yang ada di pikiran Kevin saat
ini.
“Dih, kagak mau! Lo keringetan.”
“Terserah.” Kevin tiba-tiba menjalankan motornya, hal
itu sukses membuat Tasya spontan memeluknya dari belakang.
Kevin mengangkat bibirnya sedikit ke atas, tak ada yang dapat
melihatnya karena faktor helm yang digunakannya.
“Nah gini kan enak,” ujar Kevin.
Motor Kevin membelah jalanan Bandung dengan
kecepatan di atas rata-rata. “Gila lo! Gue masih pengen hidup.”

10 | Anggi Nurhasanah

Tasya semakin mengeratkan pelukannya karena takut jatuh.
Tasya memang biasa mengikuti balapan, tetapi berbeda jika
dirinya dibonceng.

“Lo takut hmm?” Kevin mengeluarkan smirknya di balik
kaca helmnya, bukannya malah memelankan tapi Kevin malah
mempercepat laju motornya.

“Gue aduin lo sama bang Angga,” lirih Tasya.
“Nggak takut.”
“Terserah! Kak Kevin goblok!” umpat Tasya. Kevin
melirik sedikit dari spion depan bibirnya kembali terangkat.
Baru kali ini Kevin sering tersenyum, hari-hari biasanya
terlalu hambar! Jadi buat apa tersenyum? Sia-sia bukan?
“Udah pelan masih mau peluk gue nih?” goda Kevin.
Tasya yang sadar langsung melepaskan pelukannya. Suasana
canggung mulai menyerang mereka kembali. Kevin
memutuskan untuk membuka suara lebih dulu. “Lo laper?”
tanya Kevin.
“Nggak,” jawab Tasya sekenanya.
“Gue laper, makan dulu kuy,” ajak Kevin dengan nada
memelas.
“Makan sendiri sana, tapi anterin gue balik dulu," ujar
Tasya.
"Nggak terima penolakan."
"Terserah yang penting lo yang traktir," sahut Tasya
pasrah.

***

Kakak Kelas~| 11

"Thanks, Vin." Tasya melepas helm lalu
memberikannya pada Kevin.

"Iya,” jawab Kevin sembari memakai kembali helm full
face-nya.

"Ck! Singkat amat," ujar Tasya.
"Gue balik," pamit Kevin lalu menyalatkan motornya.
"Iya, hati-hati," kata Tasya yang dibalas deheman oleh
Kevin. Tanpa menungguTasya langsung masuk kedalam rumah,
Kevin pun sudah melajukan motornya.

12 | Anggi Nurhasanah

BALAPAN

Jangan sekali-kali menilai orang disaat belum
mengenalnya secara dekat karena apa yang dilihat

belum tentu aslinya.

Kakak Kelas~| 13

Tasya merebahkan tubuh di kasur king size-nya, tak
membutuhkan waktu lama Tasya pun sudah lelap
masuk ke dalam alam mimpi.
Drtt!! Drtt!! Drtt!!
PonselTasya yang bergetar membuat Tasya terpaksa
harus bangun dari tidurnya. Tasya mengangkat telepon itu lalu
meletakkan disebelahnya lalu menutup matanya kembali.
"Sya, lo ditantang sama anak geng sebelah."
"Bangsat lo! Pelan dikit kek kalau ngomong,"
"Ya, maaf. Anak eagledark datang tadi di basecamp,
mereka nyariin lo, mau nantangin balapan di tempat biasa."
"Yaudah terima aja sih ribet banget lo jadi orang."
"Oke, nanti malam, jam 9. Jangan molor!"
Tasya menutup telepon lalu kembali memejamkan
matanya. Masih cukup untuk tidur sampai nanti malam.

***
Suara decitan ban motor milik Tasya saat
memberhentikan motornya membuat para temannya menoleh
padanya.
"Mereka udah nunggu lo disana," ujar Nisa, telunjuknya
mengarah garis start.
"Buruan kesana, jangan sampek kalah, Queen!" seru
Dinda antusias.
"Yoi," ujar Tasya menyeringai,Tasya kembali
melanjutkan motornya ke arah garis start.

14 | Anggi Nurhasanah

Kevin menatap Tasya yang mulai mendekatinya. "Gue
pengen liat muka lo," lirih Kevin dengan smirknya. Kevin cukup
penasaran dengan leader Poison yang di sampingnya ini. Unik—
salah satu definisi untuknya.

"Dalam mimpi!" ujar Tasya kemudiantertawa, walaupun
Kevin mengucapkannya lirih tapi telinga Tasya masih sangat
baik untuk mendengarnya.

"Bentar deh, suara lo persis Tasya," kata Kevin,
matanya memicing menatap Tasya. Sayang sekali dia selalu
memakai helm atau tidak masker hitam, serta kacamata hitam.
Jadi sulit untuk mengenali keduanya.

"Gue Queen, notTasya!" sahut Tasya enteng.
"Kalau gue menang?"
"Gue kasih tunjuk nih muka," ujar Tasya sambil
mengetuk-ngetuk helmnya.
"Deal," ujar Kevinmengulurkan tangannya.
"Deal!"
Gelangnya mirip, batin Kevin.
3...2...1 Go!!
Bendera dijatuhkan di jalanan aspal tanda dimulainya
balapan. Seruan dari penonton mulai ricuh disanapasalnya
balapan kali ini melibatkan leader dari geng Poison dan juga
Eagle Dark, siapa yang tak kenal mereka? Raja dan ratu jalanan
kota Bandung.
Motor Kevin dan Tasya melaju diatas rata-rata
memperebutkan posisi depan, namun sepertinya langit tak

Kakak Kelas~| 15

mendukung. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya membuat
Kevin tergelincir sontak Tasya langsung memutar motornya
berbalik ke arah Kevin.

"Lo nggak papa?"tanya Tasya sambil mengulur-kan
tangannya.

"Gue nggak papa, kenapa nolongin gue?" tanya Kevin
meraih tangan Tasya.

"Udah ditolongin bilang makasih kek."
"Iye-iye makasih," jawab Kevin

***
Tasya sampai di depan rumah Kevin dengan keadaan
keduanya basah kuyup terkena air hujan. “Vin, udah sampek
nih," kata Tasya sambil menepuk-nepuk tangan Kevin dan
membantunya berjalan ke rumah.
"Assalamu’alaikum," teriak Tasya.
"Waalaikumsalam, loh Den Kevin kenapa?"
"Nggak papa kok, Bi" jawab Kevin seadanya.
"Kamar gue diatas sebelah kanan tangga," ucap Kevin.
Tasya hanya mengangguk mengerti lalu membantu Kevin
menuju kamar miliknya.
"Thanks."
"Iya, gue pulang dulu," pamit Tasya, ia melangkah
keluar kamar Kevin menuju ke dapur.
"Bi, kompres Kevin ya. Saya pamit pulang dulu," pamit
Tasya sopan.

16 | Anggi Nurhasanah

"Loh, kok buru-buru, Neng? Lagian di luarkan hujan,
Bibi buatin teh anget dulu."

"Udahmalem Bi, takut mamanyariin," jawab Tasya
sambil menyalaminya.

"Assalamualaikum, Bi."
"Waalaikumsalam hati-hati di jalan, Neng," ujarnya
sambil mengantar Tasya sampai depan rumah.
"Iya Bi," jawab Tasya sambil tersenyum ramah.

Kakak Kelas~| 17

18 | Anggi Nurhasanah

PENDEKATAN

Berbagai usaha dikerahkan, janji manis diucapkan
tanpa berpikir ujian apa yang akan datang di
depan.

Kakak Kelas~| 19

"Assalamualaikum, Neng Tasya. Abang Rian yang
ganteng dateng nih," teriak Rian sambil
menelusuri rumah Tasya.
"Siapa sih yang teriak-teriak di rumah gue," seru Tasya
yang dijawab galengan oleh Dinda.
"Anjir, gue mutilasi juga itu orang lama-lama. Dia pikir
rumah gue hutan apa," gerutu Tasya sambil keluar kamarnya.
"Sya, ayo ikut gue!" teriak Rian saat melihat Tasya
keluar dari kamarnya.
"Kemana sih? Bang Rian, lo nyasar? Bang Angga belum
pulang ngapain lo kesini?" tanya Tasya sembari berjalan
menghampiri Rian.
"Kevin sakitlo nggak ada niatan mau jenguk dia? Abang
lo juga disana, ayo," ajak Rian lagi.
"Udah tau gue," kata Tasya santai.
"Hah? Dari siapa?" tanya Rian sambil menaikkan satu
alisnya pasalnya dirinya sendiri juga baru tahu kalau Kevin
sakit.
"Ah, itu gue tahu dari Dinda." Bohong Tasya sambil
menggaruk tengkuknya yang tak gatal, untungnya tak dicurigai
oleh Rian.
"Oh, yaudah. Ayo buruan gue tunggu di depan," ujar
Rian sambil melenggang pergi ke depan, padahal Tasya belum
menjawab apakah dia mau atau tidak, kalau akhirnya begini
lebih baik tak perlu menawari.

***

20 | Anggi Nurhasanah

"Woi! Longapainkagakmasuk sekolah?" teriak Dinda
yang langsung nyelonong masuk ke kamar Tasya.

Hal itu emang sudah biasa di lakukan Dinda tapi Tasya
tak mempermasalahkannyatoh Dinda sahabatnya sedari kecil.

"Bacot lo, diem bisa nggak?" ketus Tasya.
"Santuy, Sya. Marah-marah mulu lo," kata Dinda sambil
merebahkan tubuhnya di kasur milik Tasya.
"Suka-sukaguelah," sahut Tasya lalu melenggang pergi
begitu saja.
"Eh, bentar, gue mau keluar dulu kalau lo masih mau
disini silahkan," kata Tasya sembari mengambil
tasselempangnya.
"Lo ngusir gue, Sya. Jahat lo sama dede," ujar Dinda
mendramatiskan.
"Jijik, Dinda. Allahu Akbar sejak kapan sih lo jadi alay
gini," kata Tasya sambil memegang kening Dinda.
"Yeee, yaudah sana pergi, gue mau data orang dulu
nanti gue tunggu sampai lo balik lagi," kata Dinda sambil terus
menatap laptopnya itu.
Dinda memang hackers, ia mendalami bidang tersebut
sudah dari kelas 2 SD. Entah apa yang membuat Dinda tertarik
akan hal itu. Berbeda dengan Tasya, ia lebih suka dengan
sesuatu yang berhubungan dengan psyco, lebih menantang
menurutnya.
"Sip, gue pergi. Bye!" pamit Tasya lalu berjalan keluar
menghampiri Rian yang tengah menunggunya di depan.

Kakak Kelas~| 21

***
Kini Elang dan Gio tengah bermain PS, kecuali Kevin
dan Angga, mereka tengah membicarakan soal Queen. Bagi
mereka postur tubuh Queen sangat familiar.
"Assalamualaikum,Dede Rian dateng," teriak Rian
dengan heboh.
Tak mau menunggu lagi Angga langsung menghampiri
Rian dan menoyor kepalanya. Suara Rian sungguh tak enak
didengar sama sekali, pantas saja sampai sekarang ia tak
memiliki pacar lagian siapa juga cewek yang mau dengannya
tapi jangan salah Rian bahkan memiliki crush banyak.
"Aww! Sakit kepala dede." Rian meringis, tangannya
mengelus-elus kepalanya. Kevin hanya melihat perilaku absurd
teman-temannya sambil memijit pelipisnya.
"Lebay banget sih lo, Bang," kata Tasya yang tiba-tiba
datang sambil membawa mangkuk bubur yang sudah pasti
untuk Kevin.
"Loh, Dek?Kok lo bisa disini?" tanya Angga bingung.
"Tadi Bang Rian datang kerumah terus ngajakin gue
kesini, katanya Bang Angga ada disini, terus juga katanya Bang
Kevin sakit," kata Tasya sambil melangkah mendekati Kevin.
"Jadi, lo yang bawa adek gue kesini?" tanya Angga
pada Rian karena Rian tadi katanya ada panggilan alam eh,
ternyata jemput Tasya tau gini biar Angga saja tadi.
"Hehehe piss," kata Rian sambil nyengir tanpa dosa.
"Ngapain kesini?" tanya Kevin dingin.

22 | Anggi Nurhasanah

"Mau jemput Bang Angga pulang, terus tadi dibawah bi
Siti nitip ini, katanya disuruh makan,” kata Tasya sembari
menyodorkan mangkuk bubur tepat didepan wajah Kevin.

"Gue nggak mau makan, taruh situ aja!" titah Kevin
sembari melirik nakas di sebelahnya.

"Bang Kevin, belum makan dari pagi. Bang Kevin harus
makan! Mau Tasya suapin?" tanya Tasya dengan wajah
polosnya.

"Cieee," seru teman-teman Kevin kecuali Angga.
"Apaan sih, orang Tasyaniatnya baik kalaunggak mau
yaudah Tasya mau pulang aja," ketus Tasya. Tasya menaruh
mangkuk ke atas nakas lalu berdiri, namun tangannya di tahan
oleh Kevin.
"Mau kemana? Katanya mau suapin?Suapin dulu lah,"
kata Kevin menyeringai.
"Enak banget lo Vin, gue aja belum pernah di suapin
samaTasya," ujar Elang pada Kevin. Elang memang menyukai
Tasya, sejak pandangan pertama.
"Heh, lo pada kan punya tangan ngapain minta di
suapin? Mau gue patahin tuh tangan hah?" Angga melirik tajam
kearah Kevin lalu berganti menatap Elang.
"Gue kan sakit," jawab Kevin lalu mengeluarkan puppy
eyes-nya. Baru kali ini Kevin seperti ini, biasanya juga dia lebih
memilih tidur jika sakit."Pinjem bentar adeknya, cuma 10
menit," lanjut Kevin.

Kakak Kelas~| 23

"Emang princess Tasyamau? Hahahaha," sahut Rian.
Tawanya meledak setelah mendengar perdebatan teman-
temannya.

"Emang lo mau, Dek?" sebelah alis Gio terangkat.
"Nggak mau," jawab Tasya enteng. Seperkian detik
berikutnya ia cengengesan tanpa dosa.
Kevin melongo tak percaya sedangkan teman-
temannya malah menertawakan nasibnya yang malang.
WAR
Solidaritas itu paling utama, apalagi dalam lingkup
pertemanan.
Tasya pulang lebih dulu dengan Angga sedangkan yang
lain masih setia merecoki Kevin.
"Bang, Tasya mau keluar sama Dinda boleh ya? Bentar
aja ke kafe depan komplek," pinta Tasya dengan wajah
melasnyapadahal Tasya tak berniat pergi ke kafe itu melainkan
ke basecamp. Ada yang harus ia kerjakan disana.
"Iya, tapi awas aja kalau sampai jam 10 belum pulang,
gue obrak-abrik tuh kamar," ancam Angga sembari tersenyum
jahil.
"Iya, Abangku yang paling ganteng. Tapi
bohongpapalepapalepal,” jawab Tasya lalu pergi meninggalkan
Angga diikuti Dinda di belakangnya.
"Untung adik gue kalau bukan udah habis lu dari
kemarin!" kesal Angga.

***

24 | Anggi Nurhasanah

"Sya, gimana jadi rencana kita?" tanya Dinda.
"Jadilah, lo atur aja sama anak-anak. Gue nunggu di
minimarket, mau makanlaper," jawab Tasya lalu menyalakan
motor hitam kesayangannya.
"Enak di lo, nggak enak di gue," protes Dinda.
"Nanti habis lo ngabarin mereka, lo juga kesana."
"Lah, iya juga ya."
"Yaudah gue duluan. Cepetan, Din!" pamit Tasya lalu
pergi meninggalkan Dinda dengan motor besarnya membelah
jalanan kota Bandung.

***
Tasya sedari tadi masih menunggu di depan
minimarket sembari menyeduh mie instannya, di luar memang
tersedia termos, beberapa meja dan kursi yang biasa dibuat
nongkrong oleh anak-anak muda seusianya.Tapi malam ini
kelihatan sepi tak seperti biasanya.
"Ck! Ngaret tuh orang," keluh Tasya sembari terus
memakan mienya.
"Queen!" seru Dinda.
"Lelet lo pada," cibir Tasya. Kemudian menatap nyalang
anggotanya satu persatu.
"Sorry, temen lo adu bacot sama Rafa," jawab Bara
sambil melirik kearah keduanya bergantian.
"Salahin gue aja terus!" sungut Dinda.
"Salah sendiri otak kok makin lama tambah gesrek,"
sela Rafa asal.

Kakak Kelas~| 25

Mata Dinda melotot lalu berkacak pinggang di depan
Rafa. "Ngaca lo!"

"Stop it! Gue nggak punya banyak waktu jadi harap
kerja samanya. Lokasi di taman, kalian tau kan lawan kita kali
ini bukan sembarangan? Jadi gue harap kalian udah siap,
sebelum berangkat ada yang ditanyakan?" tanya Tasya
memastikan.

"Nggak ada," jawab mereka serempak.
Mereka melajukan motornya masing-masing dengan
dipimpin oleh Tasya dandua mobil di belakang. Suara deru
motor saling bersahutan satu sama lainmembuat pengguna
jalan yang lain menepi memberi akses jalan. Ada yang
membawa tongkat dengan kain hitam bertulisan The Poison
pertanda memang ada hal buruk yang akan terjadi.
Sesampainya disana tak seperti dugaan. Taman itu
kosong. "Kok sepi? Lo yakin jam segini? Lagian aneh aja,
seumur-umur baru kali ini ngajak war sore," tanya Bara sembari
turun dari motornya.
"Yakin! Tanya samaDinda. Dindayang dapet email dari
mereka kemarin," jawab Tasya sembari menunjuk Dinda
dengan dagunya, tangannya sibuk membenarkan rambutnya
yang berantakan akibat memakai helm.
Arkan menyenggol lengan Dinda. “Gimana, Din? Lo
salah cek deh kayaknya, coba cek lagi!"

26 | Anggi Nurhasanah

"Iye-iye bentar ah," jawab Dinda lalu mengecek email
yang diterimanya kemarindan hasilnya memang benar, jam 9
hari ini.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu
barangkali mereka masih di jalan dari pada balik nanggung
banget sudah sampai sini. Tangan mereka juga sudah pada
gatalingin menghajar orang, tapi yang di tunggu tak kunjung
menampakkan batang hidungnya.

Tasya mengetuk-ngetuk helmnya. Kesal? Sudah pasti.
Tapi rasa kawatir akan barang-barang di kamarnya juga lebih
mendominasi.

"Gue mau pulang. Mereka nggak berani kali," remeh
Tasya.

Bara menoleh ke arah pemilik suara. "Masih jam segini,
biasanya lo juga kagak pulang," ledek Bara.

"Bukan gitu, Bar. Kamar gue ihh," cemas Tasya.
Bara yang paham maksud Tasya akhirnya menghela
napas. "Sana pulang gih, aman disini."
"Yang bener aja lo, bahaya kalau mereka bawa
anggota banyak," risau Tasya.
"Yaudah gini aja, sepupu lo sama temennya suruh
kesini. Udah kan?" ucap Arkan menengahi perdebatan mereka.
"Tapi, lo semua harus hati-hati kalau ada apa-apa
telepon, gue usahain dateng," ujar Tasya sembari menutup
visor-nya lalu pergi meninggalkan anggotanya.

Kakak Kelas~| 27

Saat di perjalanan pulang, Tasya berpapasan dengan
Black Grawjumlahnya cukup banyak sebab sepertinya mereka
bergabung dengan geng lain. Tasya yakin mereka tak akan
mengenalinya, oleh karna itu ia menepikan motornya lalu
menghubungi anggotanya agar waspada. Setelah menghubungi
temannya ia pun kembali melajukan motornya.

Sesampainya dirumahTasya melihat Angga yang
tengah menunggunya di teras sembari bersedekap dada.
"Kemana aja lo? Telat 15 menit! Jamuran gue nunggu," sewot
Angga sembari berjalan menuju gerbang.

"Macet," jawab Tasya sekenanya.
"Lo mau maling? Pakai masker, kaca mata, terus masih
pakai helm, pakaian hitam semua, motor hitam. Mau ngelayat
lo?" sindir Angga.
"Serah gue! Oh, iya satu lagi sebagai warga
masyarakat Indonesia yang baik kita harus menuruti apa kata
pemerintah memakai masker agar covid-19 cepat habis, dan
tidak menyebar kemana-mana," kata Tasya dengan satu tarikan
nafasnya.
"Iya, bawel," kata Angga sambil mencubit pipi Tasya.
Tasya memasukkan motornya ke garasi lalu mengambil
benda persegi panjang dari jaketnya, dia mengetikan sesuatu
pada layar, kemudian berjalan meninggalkan garasi. Tasya
ingin memastikan bahwa barang-barangnya tak dirusak oleh
Angga.

28 | Anggi Nurhasanah

"Nggak gue rusak. Tenang aja," celetuk Angga sembari
memberikan kunci kamar Tasya.

"Astagfirullah, gue kira setan."
"Tumben nyebut biasanya juga nama hewan di kebun
binatang yang lo absenin satu-satu," kata Angga disertai
kekehan kecil di akhir.
Tasya menyembulkan kepalanya ke dalam kamar,
mengintip satu persatu barang miliknya. Dirasa tak lecet ia
kembali menutup pintu. ”Awas lo ye, gue aduin ke papa, biar
duit jajannya dipotong,” ancam Tasya lalu berjalan menuruni
tangga.
"Eh, jangan Dek! Adekku yang cantik, imut, baik hati,
dan tidak sombong, princessnya Kevin."
Takk!!
"Jahat banget, nggak sopan sama Abang. Tapi bener
kan kalau lo naksirKevin," goda Angga sambil senyum-senyum
sendiri. Tasya mengibaskan tangannya ke atas tak peduli, tak
ada gunanya meladeni Angga.
"Lo mau kemana lagi? Baru balik juga," sergah Angga.
Tasya tak memperdulikan teriakan Angga. Ia kembali
menyalakan motor kesayangannya lalu meninggalkan
pekarangan rumahnya. Di tengah perjalanan Tasya baru sadar
kalau dia belum menghubungi sepupunya, ia menepikan
motornya sebentar untuk menghubungi sepupu laknatnya itu.
Andra
Ndra, lo ke sana bawa temen lo sekalian.

Kakak Kelas~| 29

Ngapain Sya? Harus banget sekarang?Mager gue.
Gue suruh ke sana, ya ke sana.
Tasya share location
Tasya melajukan motornya kembali seperti kesetanan
banyak pengendara lain yang mengumpat serapahinya tapi
Tasya mengabaikannyayang terpenting ia harus cepat sampai.
Sesampainya di taman Tasya terkejut
melihatanggotanya dibuat kewalahan karena kalah jumlah.
Takingin menunggu lagi, Tasya pun turut terjun ke
areamembantai satu persatu kedua geng tersebut.
"Kenapa lo dateng lagi, Sya?" teriak Bara yang masih
berusaha melumpuhkan lawannya.
Tasya tersenyum sinis dibalik maskernya "Tenang, Bar.
Gue juga pengen dapet bagian." Kini Tasya tengah berhadapan
dengan Gara—ketua geng TheBlonds. Garamenggunakan
tongkat baseball-nya untuk menyerang Tasyasedangkan Tasya
sibuk menghindar tak melawan sama sekali.
Gara berdecak sebal. "Kenapa lo menghindar, cantik?
Takut sama gue?" remeh Gara.
Tasya tertawa sinis. "Gue takut sama lo? Cih! Gak
akan! Gue rasa lo yang takutsampai gabung samaAsa," ujar
Tasya sembari melirik Angkasa yang tengah berhadapan
dengan Arkan.
Gara yang tersulut emosi langsung berusaha memukul
Tasya, tapi lagi dan lagi meleset sampai akhirnya Gara lelah
sendiri. Kini giliran Tasya, ia merampas tongkat baseball milik

30 | Anggi Nurhasanah

Gara dan memukuli mukanya tanpa ampun, darah mulai
mengalir dari hidung dan sudut bibir Gara tapi Tasya tak ingin
berhenti.

Tasya terus fokus pada Gara sampai ia tak menyadari
kehadiran Angkasa yang sudah siap menusuk dirinya dari
belakang tapi beruntungnya gerakan Angkasa dihentikan oleh
Andra.

"Lo mau nyakitinQueen? Mimpi lo kegedean," kata
Andra lalu menonjok muka Asa. Asa yang belum
mempersiapkan diri langsung tersungkur ke tanah.

"Shit! Siapa lo?!" tanya Asa dengan nada tak
bersahabat.

Andra memutar bola matanya malas. "Kepo lo kayak
dora," jawab Andra asal. Asa tak tinggal diam ia bangun lalu
melayangkan bogeman ke wajah Andra, kini mereka tengah
bertarung sengit.

Tasya yang melihat Gara yang tak berdaya di atas
tanah tersenyum puas. Tak ada rasa iba sama sekali. "Majikan
lo mati nih, silahkan kalian kubur!" teriak Tasya yang membuat
semua orang berhenti melakukan aktivitasnya.

Angkasa yang melihat Gara tak sadarkan diri langsung
berdiri ke dekat laki-laki itu. "Bang, lo nggak papa? Sadar
Bang!"

"Awas lo kita bakal balik lagi!" kata cowok bule sambil
menunjuk muka Tasya.

Kakak Kelas~| 31

Arkan menepis kasar tangan bule itu. "Jaga tangan lo
kalaunggak mau dipatahin!" sinis Arkan.

Asa menatap tajam Tasya. "Cabut!Bawa Gara kerumah
sakit," final Angkasa lalu pergi menaiki motornya diikuti
temannya yang lain.

Andra mengalihkan pandangannya ke Tasya. "Lo nggak
papa?" tanya Andra sedikit khawatir.

"Nggak salah lo tanya gitu keQueen? Dia mah udah
kayak besi," sahut Arkan lalu tertawa.

"Nyaut aja lo, Ar!" ketus Andra sambil menatap sinis
Arkan. Tasya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum
melihat temannya selalu saja begitu, tak ada yang pernah akur
walau cuma sedetik saja.

***
Tasya mendorong motornya perlahan menuju garasi
rumahnya, ia berharap Angga tak menunggunya lagi tapi
dugaannya salah tiba-tiba sorot lampu senter mengarah ke
wajahnya. "Bangke!" lirih Tasya sambil menutupi mukanya agar
tak terkena sorot senter yang menyilaukan.
"Sya, masuk kamu!" teriak Angga dari balkon. Tasya
memutar bola matanya malas kemudianmasuk kerumah.
Ternyata Angga sudah berdiri di tangga sambil
berkacak pinggang. "Heh! Lo tadi kemana? Udah bener
balikmalah berangkat lagi," kata Angga menginterogasi Tasya.
"Ya ampun Abangku yang baik hati, rajin menabung,
dan tidak sombong. Tasya yang cantik ini ngambil barang yang

32 | Anggi Nurhasanah

ketinggalan di kafe. Dari pada hilang, ya udah buru-buru Tasya
ambil," elak Tasya.

Angga mengangguk paham ia percaya begitu saja
dengan Tasya. "Oh, gitu. Yaudah sekarang kamu tidur gih udah
malam," kata Angga sambil mengelus-elus rambut Tasya. Tasya
tersenyum manis kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk
beristirahat.

***
Angga mondar-mandir didepan kamar Tasya. "Kenapa
Tasya bau anyir banget ya?" lirih Angga, ia akhirnya
memutuskan bertanya. Belum sempat ia membuka pintu, Tasya
sudah membuka pintu lebih dulu.
"Kenapa? Mau tidur sama gue?" tanya Tasya sambil
menelengkan kepalanya.
Angga menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Iya, tau
aja lo," kikuk Angga. Tasya hanya ber-oh ria kemudian
meninggalkan Angga sendiri.
"Bang Angga kok aneh banget ya," lirih Tasya sambil
mengetuk-ngetuk meja menggunakan jarinya. "Kayaknya dia
mulai curiga."

Kakak Kelas~| 33

34 | Anggi Nurhasanah

LIBURAN

Berbohong hanya akan memperumit keadaandan
memperkeruh suasana.
Kakak Kelas~| 35

Pagi-pagi sekali Kevin, Gio, Rian dan Elang pergi
menuju rumah Angga, mereka memang sudah
membuat janji akan pergi ke puncak hari ini.
"Masuk jangan?" ujar Rian. Tak ada yang menyauti,
temannya pada sibuk dengan bawaannya masing-masing.
"Dede dikacangin Ya Allah, salah apa dan dosaku
sayang," ujar Rian sambil bernyanyi.
"Suara lo jelek. Mending buka pintu terus samperin,
Angga," suruh Gio.
"Lah, gitu kek dari tadi dijawab," sinis Rian lalu
melenggang pergi. Rian menuju kamar Angga tapi tak ada
penghuninya. "Si Angga kemana?" monolognya sendiri. Rian
melihat kamar yang berada disebelahnya. "Mungkin, Angga
tidur disitu kali ya." Rian berjalan menuju kamar di sebelahnya.
Saat ingin membuka tangan Kevin mencekalnya.
"Kamar siapa?"
Rian menoleh kearah Kevin. "Angga nggak ada disitu,
Aa Kevin, siapa tau disini," katanya sambil mendorong pintu
kamar itu.
Rian menutup mulutnya sambil menunjuk kearah dalam
kamar itu, "Kenapa?" tanya Kevin sambil berjalan mendekat, ia
penasaran dengan apa yang terjadi.
Napas Kevin tersengal-sengal sambil menatap dalam
kamar. "Sabar, Pin," ujar Rian sambil mengelus-elus punggung
Kevin.

36 | Anggi Nurhasanah

"Lo pada lama banget cuma manggil Angga doang,"
teriak Elang.Rian memberi kode agar Elang kemari melihatnya.

"Tasya adeknya Angga ya biasalah, gue kira lihat apa,"
ujar Elang. Seperkian detik kemudian tawanya menggelegar
disana.

Tasya mengerjap-ngerjapkan matanya karena
mendengar keributan dari luar. "Apa sih? Berisikbanget?!"
teriak Tasya sambil mengumpulkan nyawanya.

Gio mendekati Tasya. "Sya, bangun udah siang," ujar
Gio sambil mengelus-elus puncak kepala Tasya. Gio memang
salah satu teman Angga yang paling waras otaknya dan
lumayan dekat dengan Tasya.

Tasya mengusap-usap matanya. "Eh, kok, Bang Gio
disini?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur.

"Kita mau ke puncak," jelasnya. Tasya ber-oh ria
kemudian menepuk-nepuk pipi Angga. "Bang, lo di cariin temen
lo. Bangun kebo! Pergi dari kamar gue!" usir Tasya. Bukannya
bangun Angga malah menarik Tasya kedalam pelukannya.

Kevin yang berusaha menahan amarahnya dari tadi
sudah tak bisa terbendung, Kevin menarik tangan Tasya kasar.
"Bangun lo!" teriak Kevin.

Angga mendudukkan tubuhnya sambil meneliti satu
persatu orang yang berada di dalam ruangan itu. "Kok rame?
Pada ngapain?" sinis Angga.

Kakak Kelas~| 37

"Heh! Buta mata lo? Sekarang jam berapa? Masih mau
molor? Yang ngajak ke puncak siapa, yang molor siapa?" sinis
Gio.

Angga mengingat-ingat kembali."Lupa!!" teriak Angga
sambil menepuk jidatnya lalu berlari keluar kamar
meninggalkan semua orang.

Kevin melirik teman-temannya yang lain, Gio yang
sadar kode dari Kevin langsung mendorong Rian untuk keluar.
Elang mah udah keluar dari tadi tanpa disuruh.

"Eh, Dede kok didorong-dorong sih?" rengek Rian bak
anak kecil. Tasya menggelengkan kepala melihat tingkah laku
Rian yang absurd-nya nggak ketulungan.

Kevin berdehem ringan membuat Tasya menoleh
padanya. "Kenapa lo? Seret? Minum sana, airnya di dapur."

"Gue nggak seret. Lo mau ikut ke puncak?" tanya Kevin
sambil mengambil lightstick BTS dari nakas meja sebelahnya.

"Nggak, mending lo keluar. Taruh lightstick gue!
Jangan dipegang lagi!" sinis Tasya. Matanya menatap Kevin
nyalang. Tasya memang sensitif jika ada yang memegang
barang Kpop-nya.

Setelah mengatakan hal itu, Tasya menarik selimutnya
sampai menutupi seluruh tubuhnya. Kevin mengembuskan
napas frustrasi lalu berjalan keluar dengan gontai.

Setelah Kevin menutup pintu, Tasya bangun dari
tidurnya ia mencari ponselnya yang entah terselip dimana.

38 | Anggi Nurhasanah

“Seinget gue kemaren disini deh, kok ngak ada ya," lirih Tasya
sembari mengobrak-abrik kasurnya.

"Jatoh kali ya," ujar Tasya sambil berjongkok melihat
kolong kasurnya.

"Setdah lo ngapain di situ?" lirih Tasya sambil berusaha
meraihnya. Setelah berhasil meraih dengan secepat kilat ia
membuka room chat grupnya agar membatalkan rencana
mereka untuk ke puncak.

The Poison
Tasya: Heh gimana? Kalian udah siap?
Rafa: Udah, Bu bos, tinggal berangkat ini mah.
Arkan: Otw, Queen. 15 menit lagi sampek nih.
Bara: Gue di depan gang rumah lu nih, katanya suruh
jemput. Lumutan Neng.
Denta: Beli makanan check.
Dinda : Nggak ada yang mau jemput gue?
Tasya: Cancel aja.
Dinda: Lah, kenapa? Udah cantik gini masa nggak jadi.
Bara: Kurang ajar lo! Gue di php-in depan gang.
Arkan: Tau gini gue nggak buru-buru ke basecamp.
Rafa: Kenapa nggak jadi, Bu boss? Udah gatel banget
nih tangan mau ngebantai orang.
Denta: Gaya lo, Rap, kemarin aja udah puyeng gitu
hahahaha.
Tasya: Anak-anak Eagle Dark juga pada ke sana jadi
kita pending aja dulu.

Kakak Kelas~| 39

Rafa: Bantai aja sekalian ribet amat Buk.
Bara: Lo mau mati di tangan, Queen? Silahkan Raf.
Dinda: Entar gue siapin kuburannya
Arkan: Gue siap nontonin Rafa dicincang sama Queen.
Rafa: Lah, salah apa Dede?
Tasya: Salah satu di antara mereka abang gue, Rafa.
Rafa: Ampun Neng, aing kagak ngerti.
Bara: Mending ke basecamp dulu deh, Queen. Entar
kita bicarain, supaya gue nggak sia-sia jemput lo.
Tasya: Oke, Bar. Lo mending ke depan rumah gue aja,
mager jalan.
Bara: Ck! Yaudah.

***
Tok!Tok! Tok!
"Iya, bentar," teriak seseorang dari dalam. "Temennya
den Angga juga ya? Masuk den sok," ajak Bibi.
"Iya Bi, Tasyanya kemana ya?" tanya Bara sambil
mengikuti wanita itu dari belakang.
"Diatas Den, kamar yang ada dua itu yang paling
ujung," jelas Bibi sambil menunjuk kamar yang dimaksud.
"Oh, makasih Bi, saya ke atas dulu," izin Bara. BiAsih
mengangguk kemudian pergi meninggalkan Bara. Bara menaiki
tangga satu persatu. "Eh, bentar kamarnya yang ini atau yang
itu? Ujung mana sih," lirih Bara.
Bara memutuskan membuka pintu yang terdapat
tulisannya welcome. "Mungkin itu kamarTasya."

40 | Anggi Nurhasanah

Belum sempat ia membukanya, Bara sudah dipergoki
oleh Kevin. "Siapa?" ujarnya sambil menepuk pundak Bara.

"Gue nyari Tasya, ini bener kamarnya kan?" tanya Bara
sesantai mungkinpadahal jantungnya sudah senam dari tadi.

Kevin menatap Bara dari atas sampai bawah. "Gue
kayak kenal lo. Tangan kanan Queen? Bara?" tebak Kevin
dengan tatapan tajamnya.

Bara terkekeh sambil menepis tangan Kevin yang masih
berada di pundaknya. "Masih inget gue
rupanya.Eh,Tasyamana?"tanya Bara berusaha menghilangkan
kegugupannya.

"Lo siapanyaTasya?" tanya Kevin lagi.
"Santai, gue temennya Tasya. Tanya aja sama
orangnya kalaunggak percaya." Kevin tak menanggapi Bara, ia
menyandarkan tubuhnya di tembok dekat pintu kamar Tasya
matanya terus mengamati pergerakan Bara.
"Bara!" teriak Tasya sambil mengunci kamarnya.
"Ngapain lo kesini, gue nyuruh di depan rumah bukan depan
kamar gue bego!" Bara mengangkat tangannya membentuk
hurufV.
"Lo kenal dia?" tanya Kevin penuh selidik.
Tasya menoleh ke arah Kevin. "Kenal, kenapa? Dia
udah kayak abang gue," sahut Tasya enteng kemudian menarik
tangan Bara untuk pergi meninggalkan Kevin.
"Lo bego banget sih, kalau tadi ada abang gue
gimana?" semprot Tasya. Bara hanya mengedikkan bahunya

Kakak Kelas~| 41

acuh. Emang dasar manusia kurang ajar ya gini demen banget
bikin ulah.Heran.

"Belum makankan? Makan dulu gue laper nih," ajak
Tasya sembari menarik tangan Bara untuk duduk.

"Oke, lumayan dapet sarapan gratis," jawab Bara
sambil merangkul Tasya. Tangan Kevin mengepal saat melihat
kedekatan Bara dengan Tasya, ada rasa tak rela dalam hatinya.
Kemudian ia berjalan memasuki kamar Angga lalu menjatuhkan
badannya ke sofa.

"Aya naon?" tanya Rian.
"Bara kesini," ujarnya sambil menutup matanya.
"Bara, geng Poison?" sela Gio kaget. Kevin
menganggukkan kepalanya.
"Ngaco banget sih, mana mungkin dia kesini kalau tau
kita disini, ngadi-ngadi banget," ucap Elang santai.
"Terserah. Sama Tasya di dapur," jelas Kevin. Tak
butuh waktu lama mereka langsung berlarian turun kebawah
untuk mengecek.
"PrincessBang Rian nggak papa kan?!" teriak Rian
sambil memutar balikkan tubuh Tasya.
"Naon atuh?" tanya Tasya sambil melirik Elang
meminta penjelasan.
"Bara," jawabnya sambil menunjuk kearah Bara yang
dari tadi tak merasa terusik dengan kegiatan makannya.
"Lo ngapain kesini?" tanya Gio sambil berjalan
menghampiri Bara.Tawa Tasya meletup seketika.

42 | Anggi Nurhasanah


Click to View FlipBook Version