The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Candramawa publisher denpasar, 2021-07-23 08:59:20

Kakak Kelas fix layout-dikonversi

Kakak Kelas fix layout-dikonversi

"Kenapa ketawa, Sya?" tanya Rian bingung.
"Bara, itu temen gue,Bang, kenapa kalian gitu banget
sih?"
Elang menganga tak percaya. "Temen gimana? Dia
tangan kanannyaQueen geng Poison, Tasya." Tasya hanya ber-
oh ria menanggapi penuturan Elang.
"Terus kenapa? Bang Bara, baik kok sama gue,"
jawabnya enteng kemudian melanjutkan makannya yang
sempat tertunda.
"Dahlah, bingung.Mending gue ikut makan," final Elang
diikuti yang lainnya.

***
Angga keluar kamar mandi sambil mengeringkan
rambutnya. "Anak-anak kemana, Pin?" tanya Angga.
"Nyamperin, Bara," ucapnya sambil terus memijit
pelipisnya.
"Bara, siapa?" tanya Angga masih belum ngeh dengan
keadaan saat ini.
"Tangan kanannya Queen, mereka di dapur," jelas
Kevin.
Tanpa basa-basi lagi Angga langsung berlari ke bawah.
"Dek? lo kenapa?" teriak Angga sambil berlarian menuju kearah
meja makan.
"Nggak usah teriak bangke!" sewot Gio sambil menatap
Angga sinis.

Kakak Kelas~| 43

"Bacot! Rumah siapa? Rumah gue kan," jawab Angga.
Angga menatap Tasya lalu beralih menatap Bara. "Sejak kapan
lo kenal adik gue? Lo nggak tau kalau gue Abangnya? Hidup
dimana sih lo? Hutan?!" cerca Angga sembari menodongkan
pisau roti ke arah Bara.

"Santai dong! Tasya udah gue anggap adek sendiri. Lo
tenang aja. Turunin tuh pisau, gue nggak ada niatan buat
berantem," ujar Bara.

Angga menghela napas lalu meletakkan pisaunya
kembali. "Kalau lo sampek macem-macem sama adek gue,
tanggung sendiri risikonya. Gue nggak main-main," ujar Angga
dengan nada dingin, rahangnya mengeras sedari tadi menahan
amarah.

"Kenapa jadi tegang? Biar gue yang jelasin. Jadi—"
Tasya berhenti bicara saat melihat Kevin turun dari tangga.

"Jadi apa? " tanya Elang tak sabar.
"Bang Kepin. Sini lo! Gue nggak mau jelasin dua kali!"
teriakan Tasya membuat penghuni meja makan itu
tersentakkaget.
"Gue nggak budek," sahut Kevin sambil berjalan
mendekat. Lalu mendudukkan dirinya di samping Tasya. "Buru
jelasin!" titah Kevin.
Tasya menghirup udara sebentar lalu mulai
menjelaskan kepada mereka. "Jadi, gue sama Bang Bara udah
kenal lama. Gue dulu pernah ditolong waktu mau ditabrak
mobil. Di depan taman komplek sebelah. Berhubung dia baik ke

44 | Anggi Nurhasanah

gue, yaudah terus gue juga tau kalau dia jahat," jelas Tasya.
Bara yang mendengar perkataan Tasya langsung menatapnya
datar.

"Canda kali, Bar,nggak usah gitu matanya. Mau gue
colok tuh mata?" tanya Tasya sambil mengacungkan garpunya.

"Anjimm! Rasanya seperti anda menjadi ironmen,"
sahut Rian.

"Odading mang Oleh?" sahut Elang.
"Ikan tomat makan hiu," kata Gio ikut-ikut.
"Kebalik bego!" sahut Angga. Tangannya mulai aktif
menoyor kepala Gio.
"Oh,kebalik ya? Gue baru tau," ujar Gio dengan wajah
polosnya.
"Muka lo gak pantes kek gitu, macam tai," timpal Kevin.
"Tau lo! Solimi-solimi," tambah Rian.
"Eh, para abang-abang! Gue mau pergi dulu sama,
Bara," pamit Tasya setelah selesai makan.
Angga melototkan matanya. "Gak usah! Gue gak kasih
izin."
Tasya mengerutkan keningnya. "Lah kenapa?
Lagiankan kalian mau keluar. Bosen gue di rumah sendirian
makanya mau keluar, ada yang salah?" tanya Tasya.
"Lo bisa ikut kita, gue dengan suka rela boncengin lo,"
sela Kevin, pandangannya masih fokus pada piringnya.
"Cieee boncengan berdua yang ketiga setan," teriak
Rian.

Kakak Kelas~| 45

"Tau lo! Mending sama gue aja, Sya. Ikhlas lahir batin,"
Elang menawarkan diri.

"Sorry, nih. Gue yang nggak mau sama kalian, gue
maunya samaBara," ujar Tasya sambil menarik tangan Bara
pergi.

"Kita ikutin nggak?" tanya Gio, matanya menatap
kawannya satu persatu gantian.

"Nggak usah! Tasya juga udah bilang kalau dia udah
kenal Bara lama," final Elang.

***
Tasya mulai memasuki basecamp dengan aura yang
berbeda. "Udah berubah aja," lirih Bara. Tasya hanya melirik
Bara tajam layaknya elang membuat Bara mengatupkan
bibirnya rapat-rapat, kalau sudah mode seperti ini semua lawan
pasti habis oleh Tasya.
"Woi! Queen datang!" teriak Arkan. Tidak
membutuhkan waktu lama anggota Poison langsung berlarian
berkumpul dibawah.
"Jadi, gimana? Kita jadi ke puncak atau nggak?" tanya
Dinda tak sabar.
"Masa dibatalin sih. Nggak asik!" sela Rafa sambil
bersedekap dada.
"Gue nggak mau batal, tapi di sisi lain Eagle Dark juga
kesana. Gimana? Ada yang bisa kasih ide biar nggak ketemu
mereka?" tanya Tasya datar.

46 | Anggi Nurhasanah

"Kita pencar biar nggak terlalu kelihatan," jawab Arkan
sambil menjentikkan jarinya.

Tasya tampak menimbang pemikiran Arkan. "Boleh
juga tuh. Empat puluh ikut yang lain jaga basecamp. Kita kan
pergi seminggu jadi entar tiga hari sekali tetep lakuin rutinitas
di jalanan, walaupun gue nggak ada. Kita bagi sepuluh bagian.
Kumpul di vila puncak, nanti gue sharelock," jelas Tasya.
Mereka mengangguk paham.

"Gue, Arkan, Rafa, Dinda, Dino, Queen, Denta, Agam,
Dimas, fajar kita berangkat dulu. Yang lain kelompoknya udah
gue bagi. Inget ya, jaga jarak jangan terlalu deket! Kalau nanti
ada yang ketemu Eagle Dark pura-pura nggak kenal aja,
ngerti?" tambah Bara.

"Yoi, Bar," teriak mereka barengan.
***

Kevin beserta teman-temannya mulai mengemudi
setelah Bara dan Tasya pergi tadi pagi. "Perasaan gue kok
nggak enak sih," lirih Angga sambil terus menjalankan motor.

"Ngga, berhenti dulu di kafe depan sana!" teriak Gio
setelah membuka visor-nya. Angga mengangguk paham lalu
menghentikan motornya.

"Di sini? Yakin? Kita jalannya masih panjang loh?"
tanya Elang setelah melepas helmnya.

"Capek bangsat! Pegel semua tangan gue," sewot Rian.
"Mulut lotoxic bener dah," ujar Gio sambil menjitak
kepala Rian.

Kakak Kelas~| 47

"Kumat! Nggak usah ribut depan kafe orang," peringat
Kevin lalu berjalan masuk ke dalam kafe.

***
"Eh, lo pada penasaran nggak sih? Bara kok bisa deket
samaTasya?" tanya Elang di sela-sela keheningan mereka.
Angga menggebrak mejanya dengan keras. Sontak
membuat mereka menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya.
"Bangke! Lo bikin malu," sinis Gio.
"Yaelah, kayak lo kagak tau aja tuh curut kan emang
suka bikin malu," cicit Rianlalu menyesap kopinya.
"Lo barusan ngomong apa? Gue curut? Mana ada curut
cakep kek gue?" ujar Angga sembari menyugar rambut blonde-
nya.
Gio memutar matanya jengah. "Udah deh! Jangan
mulai. Menurut gue Tasya ada hubungan sama Bara," ujar Gio
santai.
Kevin langsung menatap Gio sambil mengangkat
alisnya. "Maksud lo?"
“Mereka nggak mungkin cuma sekedar temen biasa,”
jelas Gio.
"Heh! Jangan bilang mereka pacaran," sengit Angga.
Gio hanya mengangkat bahunya acuh.
Kevin masih memikirkan apa yang terjadi antara Tasya
dan Bara. Rasanya aneh jika mereka memiliki hubungan
spesial, apalagi umur mereka yang terpaut cukup jauh.

48 | Anggi Nurhasanah

"Woi! Lihat deh itu bukannya anak buah Queen?" tanya
Rian tiba-tiba.

Mereka mengikuti arah mata Rian, sesekali
memicingkan matanya memastikan apa yang dilihatRian.

"Eh, iya bener. Tapi mereka bawa tas gede gitu, kek
mau camping aja deh," ujar Angga sambil menepuk pundak
Kevin.

"Paling liburan," sahut Kevin lalu kembali meminum
kopinya yang sempat tertunda.

"Tapi coba deh lo pikir. Gue tadi juga sempet lihat
mereka waktu kita baru sampek kafe. Sekarang itu ada lagi,
apa jangan-jangan mereka mau bikin rusuh?" tanya Rian.

"Yaelah gak mungkin juga mereka bikin rusuh sampek
luar daerah gini. Ngapain? Gak ada untungnya," sahut Angga
yang diangguki Gio.

"Yaudah ayo jalan lagi, keburu tambah panas," sela
Kevin sembari meletakkan beberapa lembar uang di atas meja,
lalu melenggang pergi meninggalkan teman-temannya.

***
"Heh, Bar! Gantian gue aja sini yang nyetir," celetuk
Tasya, "lelet banget lo," lanjutnya.
Bara menatap Tasya dari kaca depan lalu tersenyum.
"Kebetulantangan gue udah pegel banget," ujarnya lalu
menepikan mobil untuk bertukar tempat.
"Ehh,guenggakmaudeket Bara!" teriak Dinda saat Bara
mulai duduk di dekatnya.

Kakak Kelas~| 49

"Dih, kenapa lo sensi banget sama gue?" sinis Bara
sembari menutup pintu mobil tanpa menghiraukan teriakan
Dinda lagi.

"Berisik!" ujar Tasya dengantatapan tajam.
***

Kevin mengangkat tangannya lalu menepikan motor.
Kevin melepas helm lalu menoleh ke belakang. "Itu mobil,
Bara," ujar Kevin seraya menunjuk kearah depan.

Mobil itu sempat berhenti sebentar lalu melaju lagi
dengan kecepatan tinggi. "Kok lo tau? Bukannya Bara lebih
sering pakai motor? Gue aja nggak pernah lihat dia pake
mobil," sahut Angga sambil terus memandangi mobil itu.

Kevin menggelengkan kepalanya. "Gue yakin, soalnya
tadi sempet lihat jendela waktu Bara dateng kerumah lo. Itu
mobilnya."

"Tasya!?" teriak Gio. Tanpa pikir panjang Gio langsung
memakai helmnya, menghidupkan mesin motor lalu melesat
pergi meninggalkan teman-temannya.

"Tasya kenapa?" tanya Rian dengan muka polos.
"Kejar goblok! Gue nggak mau adek gue kenapa-napa,"
teriak Angga.
Mereka berlima mengendarai motor seperti kesetanan.
Berhubung sudah masuk tol yang lumayan sepi jadi lebih
memadai untuk kebut-kebutan.
"Itu bukannya motor Eagle Dark ya?" tanya Dinda
sembari menoleh ke belakang.

50 | Anggi Nurhasanah

"Shit! Ketemu juga sama mereka. Pantes aja lo dari
tadi tancap gas kagak ngira-ngira," ujar Bara pada Tasya.

Tasya hanya diam sembari terus menambah
kecepatannya. "Ada yang minat ribut nggak?" tanya Tasya
sembari mengetuk setirnya.

"Mager banget," ujar Dinda. Ia menghela nafas
panjang lalu menaikkan kedua kakinya.

"Di depan masih ada Rafa, Agam, Dino, Denta, sama
Dimas kan?" ujar Bara.

"Kalau lo nggak mau ketauan sama Angga tinggal susul
mereka. Biar mereka yang ribut," tambah Bara.

Tasya terus menambah kecepatan mobilnya sampai
mereka berdampingan dengan anggota Poison yang lain. Fajar
segera membuka kaca mobil. "Lo urusin dulu anak Eagle di
belakang," teriaknya lalu di acungi jempol oleh Agam.

"Udah?" tanya Queen.
"Beresbos," ujar Fajar lalu menutup kembali kaca
mobil.

***
"Kuy! Berhenti dulu," teriak Agam sembari
memberhentikan motornya tepat ditengah jalan.
"Anjrit emang si Agam nyari mati, dikira jalan emak dia
apa," ujar Rafa sambil melepaskan helm full face-nya.
Dino berdecak malas dengan tingkah temannya satu
ini. "Lo nggak lihat ini jalan tol sepi banget. kalau mati biarin
ajalah tinggal soto-an kita."

Kakak Kelas~| 51

"Soto? Bukannya kalau lagi kondangan ya? Emang si
Agam mau nikah sama siapa?" tanya Denta dengan wajah
polosnya.

"Bacot lo semua! Tuh Eagle udah deket," teriak Dimas
sambil menjalankan motornya kearah tengah jalan disamping
Agam.

***
"Itu bukannya si kampret Rafa ya? Nggak salah lagiitu
anak geng Poison," tunjuk Gio. Ia memberhenti-kan motornya
tepat didepan Agam.
"Mau lo apa? Kita buru-buru nggak ada waktu buat
ladenin lo semua," lirih Gio. Walaupun suaranya lirih, terapi
matanya menatap tajam dengan suara yang mengancam.
"Eh, lo mending minggir kalaunggak mau masuk liang
lahat atau mau request warna kain kafan? Tie dye gimana?"
teriak Rian sambil mengetuk-ngetuk helmnya.
"Mau kita apa ya? Ada yang tau nggak?" tanya Agam
dengan muka sok polosnya.
Denta tertawa terbahak-bahak, ia berjalan mendekati
teman-temannya. "Kita mau main-main dulu. Boleh nggak?"
Kevin mengembuskan napas frustrasi, ia sungguh
malasjika harus mengotori tangannya. Apalagi saat ini ia belum
tau keadaan Tasya.
"Nggak usah buang-buang waktu, anjing!" teriak Angga
sembari berlari kearah Denta lalu melayangkan bogemnya,

52 | Anggi Nurhasanah

tetapi Denta tak membalasnya. Bukan karena ia tak mampu
melawan tapi memang itu tujuan mereka—mengulur waktu.

Berhubung jalan tol memang sepi, jadi mereka bisa
leluasa baku hantam disana. "Kita dah bilang sama kalian!
Kalau kita itu buru-buru lo punya kuping nggaksih, hah? Budek
lo?" tanya Elang kalut. Elang terus melayangkan bogemke
wajah Agam yang sudah babak belur. Tak peduli mau nanti
lawannya itu akan mati ataupun koma.

Kevin memang tak ikut berkelahi ia memilih duduk di
motornya sembari terus berusaha menghubungi Tasya. "Sya, lo
dimana sih? Angkat telepon gue," lirih Kevin.

Setelahdering ketiga panggilan pun tersambung.
"Sya, lo nggak papa kan? Lo nggak di apa-apain sama
Bara kan? Lo dimana? Lo sama siapa?" tanya Kevin beruntutan.
"Gue nggak papa kok, lagi samaDinda."
"Bara?"
"Oh, itu tadi Bara cuma nganterin gue doang, nggak
tau dimana sekarang."
Kevin pun bernapas lega. "Oh, kalau nanti ada apa-apa
hubungi gue," ucap Kevin, belum sempat Tasya membalasnya
ia buru-buru mematikan teleponnya.
"Gue udah telepon Tasya," teriak Kevin membuat
mereka menghentikan aktivitasnya.
"Awas lo! Lain kali lo habis sama gue," sinis Gio sambil
berjalan kearah motornya.
"Ta, gimana? Kita biarin pergi?" tanya Agam.

Kakak Kelas~| 53

Denta menganggukkan kepalanya "Ho‘oh, Dinda baru
aja chat gue katanya udah aman."

***
Langit malam yang pekattanpa bintang, mungkin dia
malu sampai harus bersembunyi di balik awan.
"Le-lepasin saya! Kamu si-siapa?" tanya pria itu dengan
terbata-bata.
Tasya yang memainkan pisau di tangannya beralih
menatap pria itu dengan mata tajamnya. "Apa Anda tak
mengenali saya, Tuan Andara yang terhormat?"
Tasya mulai berjalan mendekat.Pria itu tampak
ketakutan, ia memberontak melepaskan tali yang melilit
tangannya namun usahanya sia-sia.
"Mari kita bermain bukannya Anda suka bermain-
main?" Tasya mulai menggoreskan pisau di kulit kaki pria itu.
"Shh! Ja-jangan! Jauhkan pisaumu dari tubuh saya atau
kamu bakal menyesal nantinya."
Gertakannya tak akan bisa membuat Tasya meng-
hentikan aktivitasnya bahkan saat ini Tasya malah lebih
bersemangat untuk membuat karya di kaki pria itu.
"Lihat, gambar aku bagus ya Kak?" ucap Tasya
semangat.
Deg!!
Rasanya seperti deja vu. "Hentikan, arghh!! Kamu
siapa? Saya punya salah apa sama kamu?!" teriak pria itu.

54 | Anggi Nurhasanah

"Kakak lupa sama aku? Padahal kita kan baru ketemu
bulan kemarin." Tasya membuka masker dan kacamatanya,
sontak membuat pria itu kaget.

"Kenapa? Kaget? Kayaknya emang desain aku lebih
bagus di tubuh kakak deh." Tasya mengeluarkan smirk-nya.

"Ada kata-kata terakhir sebelum lo pergidari duniaini,
hmm?"

"Ma-maksud kamu? Kamu ja-jangananeh-aneh." Raut
ketakutan inilah yang sangat disukai Tasya.

Tasya mulai menguliti korbannya. Tak peduli teriakan
kesakitan dari pria itu, mulai dari merobek wajahnya lalu
memutilasi tangan dan kakinya.

"Ss-sakit, lebih ba-baik kamu langsung bunuh saya,
daripada harus si-siksa saya," rintih pria itu.

"Tapi aku lebih suka main-main dulu Kak," ucap Tasya
dengan nada polosnya. Tasya memang tak pernah main-main
dengan korbannya. Baginya siapa pun dia jika mengkhianatinya
pasti akan berakhir sama. Mati. Sifatnya memang sulit ditebak.

Merasa bosan dengan aktivitasnya, Tasya memilih
memenggal kepala pria itu kemudian menendangnya ke
sembarang arah. Tasya berjalan keluar sambil menge-tikkan
sesuatu pada layar ponselnya.

Damian
Lo beresin! Gue mau balik ke vila.
Beres bos.

***

Kakak Kelas~| 55

Senja yang merekah menjadi saksi kebersamaan anak-
anak Poison di vila.

"Mending kita nyanyi sambil nunggu waktu makan
dengan ditemani senja gini kan enak. Iyenggak?" kata Bara.

"Geli gue, Bar. Sumpah," sahut Tasya sambil me-natap
geli Bara.

"Tau lo Bar, jatuhnya alay anjir. Eh, gue mau request
pertama," seru Dinda semangat.

"Yaudah apa, Nenggeulis?" tanya Arkan lalu mengambil
alih gitar dari tangan Bara.

"Makasih, gue tau kok gue emang cantik dari lahir,"
kata Dinda dengan PD-nya.

"Tapi bohong, papalepapalepal."
"Bangke kau! Dahlah malesin."
"Ya Allah, kalau mau uwuuwuan jangan disini dong,
kasihan yang jomblo ni?." protes Rafa.
"Cakep doang tapi kagak menghargai yang jomblo,"
tambah Denta.
"Uwuwundasmu!" teriak Arkan dan Dinda bersamaan.
"Astagfirullah, kok kasar sih sama Dede," kata Bara
mendramatiskan.
Tasya tertawa sampai terpingkal-pingkal melihat Bara.
"Lo pantes main sinetron, Bar. Muka lo mendalami banget."
"Udah dih. Jadi nyanyi nggak nih?" tanya Denta.
"Jadi dong, harus! Gue mau lagu melukis senja," teriak
Dinda.

56 | Anggi Nurhasanah

"Oke, beb." Arkan mulai memetik senar gitarnya.
Aku mengerti perjalanan hidup yang kini kau
lalui'Kuberharap meski berat, kau tak merasa sendiri. Kau telah
berjuang menaklukkan hari-harimu yang tak mudah. Biar
‘kumenemanimu. Membasuh lelahmu.
Di antara teman-teman yang lain hanya Tasya yang
menghayati.
"Izinkan kulukis senja. Mengukir namamu di sana.
Mendengar kamu bercerita. Menangis, tertawa." sampai Tasya
tak menyadari hanya tersisa dirinya yang menyanyi sedangkan
yang lain hanya menatapnya nanar.
"Biar kulukis malam. Bawa kamu bintang-bintang. ‘Tuk
temanimu yang terluka. Hingga kau bahagia—" Di akhir lagunya
Tasya tampak termenung sambil mengamati senja yang sekian
lama semakin hilang.
Kenangan itu terus berputar di otaknya.Meskipun ia
berkatajika sudah melupakannya,tetapiberbanding terbalik
dengan hatinya. Begitu sakit saat kenangan itu muncul
kembali.Gar, gue kangen sama lo tapi lo pengkhianat, batin
Tasya
Dinda menepuk pelan pundak Tasya. "Queen, longgak
papa kan?" tanya Dinda memastikan."
"I’m fine." Tasya menoleh kearah Dinda sambil
tersenyum getir. Baru pertama kali bagi mereka melihat Tasya
begitu terluka.

Kakak Kelas~| 57

Bara segera berdiri menarik Tasya kedalam vila. Bara
mendudukkan Tasya sembari mengelus puncak kepalanya.
"Kenapa hmm? Inget dia lagi?" tanya Bara tepat sasaran.

Perlahan air mata Tasya jatuh membasahi pipinya. Bara
menarik Tasya ke pelukannya, memeluk erat gadis itu seolah
memberikan kekuatan.

"Ke-kenapa harus dia Bang? Hiks, gue sayang sama
dia," ujar Tasya terbata-bata.

Tasya menangis sesenggukan sambil memukuli dada
Bara. Baratakmempermasalahkan hal itu walaupun nanti
bajunya pasti akan dipenuhi ingus Tasya. Toh, bisa dicuci lagi.

"Sya, gue tau. Udah yajangan nangis lagi, lo harus
kuat. Lo tambah jelek kalau nangis gitu," goda Bara pada
Tasya.

"Bangsat lo!" teriak Tasya sambil mengerucutkan
bibirnya. Tasya melepas pelukan mereka. "Gue mau tidur, nanti
jam 9 bangunin," ujar Tasya lagi.

"Lo belum makan, Sya. Makan dulu baru tidur," teriak
Bara sambil melempar bantal sofa kearah Tasya.

"Anj! Gue udah makan tadi diluar," teriak Tasya sambil
membawa bantal itu kedalam kamarnya.

Brakk!!
"Astagfirullah. Untung Villa dia sendiri. Kalau copot
pintunya nggak masalah," lirih Bara sambil mengelus-elus
dadanya.

***

58 | Anggi Nurhasanah

"Bos kenapa tuh? Tumben banget kayak gitu?" tanya
Rafa penasaran.

Dinda mengembuskan napasnya kasar. "Dia keinget
Gara, maybe," sahutnya asal.

"What the hell, Gara yang leader-nya The Blonds?"
teriak Arkan tepat disebelah telinga Dinda.

"Biasa aja onyon! Laki kok mulutnya kayak cewek,"
sindir Dinda.

"Lo tau dari mana?" tanya Denta ikutan nimbrung.
"Udah lama, sebelum kalian direkrut. Gara dulu kan
geng Poison," Jawab Dinda sambil menyunggingkan bibirnya.
"Lah bukannya lo masukbareng kita?" tanya Rafa.
"Gue lebih dulu kali. Senior nih," ujar Dinda
menyombongkan dirinya.
"Yaelah, umur juga lebih tua gue dari pada lo," sewot
Denta tak terima.
"Terus kenapa si Gara bisa keluar dari sini?" tanya Rafa
lagi. Dinda hanya mengedikkan bahunya acuh. Itu bukan
haknya untuk memberitahu, mungkin biar Tasya sendiri
jikanantinya sudah siap.

***
Gio sedari tadi mondar-mandir bak setrika didepan
temannya, entah apa yang mengusik pikirannya.
Brakk!!
"Stop! Pusing gue lihat lo dari tadi mondar-mandir
gitu," teriak Angga menggebrak meja di depannya.

Kakak Kelas~| 59

"Sama,Dede juga pusing," kata Rafa sambil memegang
kepalanya.

Kevin memandang temannya malas, memijit
keningnya. "Ngga, kenapa kita nggak di Villa bokap lo aja sih?"

"Tau, ada yang gratis jugangapain pakai bayar," sarkas
Gio, ia mengambil kunci motor lalu memakai jaket hitamnya.
Gio berjalan keluar tanpa menghiraukan panggilan teman-
temannya.

"Ikutin!" satu kata yang keluar dari mulut Kevin.
Sepanjang perjalanan mereka terus mengikuti Gio dari
belakang. Tak ada niatan untuk mencegatnya.
Kok ini jalan kagak asing ya, familiar banget, batin
Angga.
Gio menghentikan motornya tepat di belakang
kerumunan motor, ia menerka-nerka apa yang sebenarnya
terjadi di sana.
"Shit!" umpat Kevin lalu berlari menerobos orang-
orangdi sana.
Gio, Rian, dan Angga masih stay di atas motor tak
berniat untuk menyusul Kevin. Rian membuka helm full face-
nya sembari mengacak-acak rambutnya. "Bukannya ini vila lo?”
tanya Rian sehingga membuat ujung bibir Angga naik ke atas.
Kemarin saat Angga meminta izin, papanya melarang katanya
ada yang menyewa.

60 | Anggi Nurhasanah

"Gue masih bingung kenapa Kevin ke situ, itu kan anak
Poison," kata Gio sambil terus memperhatikan Kevin yang
tengah memukuli lawannya.

"Lo pada nggak ada niatan nolongin gitu? Mereka kalah
jumlah." Pertanyaan Angga membuat Gio menaik-kan sebelah
alisnya.

"Leader kita aja turun masa kita nggak, sekalian buat
pemanasan, iya nggak?" sahut Angga sambil berjalan
mendekati kerumunan disana.

Sebenarnya Gio hanya ingin mencari angin saja tadi
tapi malah berakhir di sini. "Yan, lo mau kesana?"

"Kenapa nggak?" tanya Rian semangat kemudian
berlari sambil membawa helmnya.

Kevin yang sedari tadi hanya berusaha melindungi
salah satu perempuan disana sedangkan Angga sibuk memukuli
lawannya sampai tepar.Lalu Rianmemanfaatkan helm yang
dibawanya tadi.

Gio mengembuskan napasnya kasar, ia menyusul
teman-temannya anggap saja mereka sedang berbuat baik
kepada musuhnya.

"Queen di belakang lo!" teriak Kevin sambil berlari ke
arah Tasya. Sontak Tasya menoleh ke belakang lalu menarik
tangan orang itu dan menendangnya sampai tersungkur ke
tanah.

"Kok lo bisa disini?" tanya Tasya sembari terus
menangkis serangan dari lawannya.

Kakak Kelas~| 61

Kevin tak menjawab pertanyaannya, ia hanya
tersenyum tipis sangat tipis hampir tak terlihat. Mereka sama-
sama memukul lawannya sampai babak belur.

Bugh!!
"Lo dengerin gue baik-baik! Bilang sama bos lo, pergi
dari negara ini atau nyawa taruhannya," lirih Tasya sambil
mendorong orang itu.
"I-iya nanti gue bilangin," ucap cowok itu terbata-bata,
"cabut,"tambahnya. Mereka semua lari kearah motornya
masing-masing.
Bara mengembuskan napasnya lega. "Gue nggak
nyangka kalau mereka bakal keroyokan gini," lirih Bara sambil
menepuk pundak Arkan.
Arkan mengangguk sembari mengelap kasar darah
yang mengalir dari bibirnya. "Gue juga. Anjing emang! Capek
banget gue."
"Loh itu anak Eagle kenapa bisa kesini?" tanya Rafa
ngos-ngosan. Tenaga mereka terkuras banyak sekali.
"Sialan! Gue di tol nyegat mereka sampek bonyok gini,
eh mereka tetep sampek juga," sinis Agam sambil meringis.
Dino sedari tadi celingak-celinguk mencari keberadaan
Dinda tapi hasilnya nihil. "Lah Dinda ke—" Belum sempat Dino
menyelesaikan kalimatnya tangan Fajar sudah membekap
mulutnya.

62 | Anggi Nurhasanah

"Mulut lo toa banget sih, noh adaAngga," bisik Fajar.
Dino memukultangan Fajar pasalnya ia sudah hampir kehabisan
napas.

"Tangan lo bau, nyet! Habis boker lo ya?" tuding Dino.
"Iya, kenapa emang?" tanya Fajar sambil menaik
turunkan alisnya.
"Anjing, pantesan. Kagak temenan gue sama lo!" teriak
Dino sambil berjalan mendekati Bara.
"Udah? Samperin Queen kuy! Kasihan didesak terus
sama anak Eagle."
Bara berjalan paling depan diikuti yang lain
dibelakangnya. "Jauh-jauh gih kalian dari ratu kita," sinis Bara,
matanya menatap tajam satu persatu anggota Eagle.
Angga berdecak malas. "Heh! Nggak usah belagu deh
lo, kalau kita tadi kagak nolongin kalian udah kalah telak kalian
sama mereka."
"Tau nih ditolongin bukannya makasih, malah nyolot,"
timpal Rian.
"Oke, pertama-tama thanks udah nolongin kita. Kedua
kita nggak minta bantuan dari kalian," sahut Agam enteng.
"Terserah kalian mau ribut lagi silahkan, yang jelas gue
capek mau tidur," celetuk Tasya ditengah-tengah cekcok kedua
geng itu.
Grepp!!
Kevin menarik tangan Tasya yang hendak menjauh dari
kerumunan. "Tunggu."

Kakak Kelas~| 63

Tasya memutar kembali tubuhnya "Apalagi?" tanya
Tasya sambil menepis kasar tangan Kevin.

"Tasya dimana?" tanya Angga sambil merapikan
rambutnya."

"Mana gue tau? Kenal aja enggak," bantah Tasya.
"Nggak usah bohong. Dia tadi sama Bara dan kenapa
kalian disini? Jelas-jelas ini vila gue."
"Gue udah bilang nggak tau dan gue udah bayar ini
vila," teriak Tasya sambil membenarkan maskernya.
Gio berjalan mendekati Tasya, ia mencondongkan
badannya ke depan. "Lo Tasya kan? Bodohnya Angga selaku
Abang lo kagak nyadarin itu," bisiknya lirih tepat di samping
telinga Tasya.
Deg!!
"Lo—" ucap Tasya sambil menoleh kearah Gio.
"Kenapa? Kaget? Nggak usah kaget gitu, gue tadi juga
liat Dinda mungkin sekarang dia lagi sembunyi di vila," bisik Gio
lagi. Tasya memejamkan matanya sebentar, ia mengembuskan
napasnya frustrasi.
"Gue tau semuanya," ucap Gio sambil menarik
senyumnya, ia menepuk pundak Tasya pelan.
"Balik kuy! Tasya barusan chat gue, dia di rumah," kata
Gio sambil berjalan menuju motornya.
Kevin menatap nanar Tasya, perasaannya sangat yakin
bahwa yang didepannya itu Tasya.

64 | Anggi Nurhasanah

"Ngapain lo masih lihat-lihat? Pergi sono lo! Jauh-jauh
dari gue." Setelah mengucapkan itu Tasya berjalan menuju
kedalam vila.

Kevin mengacak-acak rambutnya frustrasi, ia berjalan
kearah teman-temannya. "Cabut," ujar Kevin datar.

***
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" teriak Dinda dari dalam. Tasya kembali
mengetuk pintu lebih keras. "Di bilang masuk! Budek lo?!"
Tasya memutar bola matanya malas. "Gimana caranya
gue masuk, kalau pintu lo dikunci dari dalem, mau cari mati lo
hah?"
Bruk!!
"Aww!" rintih Dinda.
"Kenapa lo?"
"Jatoh gue bangsat, pakai ditanya lagi, lo nggak denger
tadi suara kenceng gitu," sewot Dinda.
"Karma."
"Karma ndasmu! Salah apa sih aku, Ya Tuhan?" ucap
Dinda mendramatiskan.
"Dosa lo banyak Din. Minggir gue capek mau masuk,
lagian lu juga ngapain pake dikunci sih. Ini vila buat orang
banyak bukan cuma lo doang," kata Tasya sambil menoyor
kepala Dinda.

Kakak Kelas~| 65

"Panik gue tadi, bisa-bisanya ada anak Eagle. Kalau
gue ketauan lo juga ke bongkar semuanya," kata Dinda sambil
berjalan mengikuti Tasya dari belakang.

"Telat, Gio udah tau," jawab Tasya sambil memijit
pelipisnya.

66 | Anggi Nurhasanah

BARA

Alasan Tuhan ngambil dia dari lo itu simpel, karena
Tuhan tau dia nggak baik buat lo dan suatu saat
pasti lo akan bilang. “Oh,Tuhan baik ya ternyata.”

Kakak Kelas~| 67

"Assalamu’alaikum, Sya. Abang pulang!" teriak
Angga dari pintu depan, namun tak ada
jawaban sama sekali. "Lah anjrit sepi banget
rumah gue." Angga merebahkan tubuhnya di sofa.
Angga meraih benda pipih dari saku jaketnya,
mengetikkan beberapa chat lalu melemparkan ponselnya ke
sembarang arah.
Drtt! Drtt! Drtt!
Angga melirik ponselnya sekilas, tak ada niatan sama
sekali untuk menjawab telepon. Tapi lagi dan lagi ponselnya
berdering. Akhirnya dengan ogah-ogahan Anggameraih
ponselnya.
"Lama banget sih Bang angkatnya."
"Lo dimana sih? Sepi banget ini rumah?"
"Gue di rumah Dinda, salah siapa pulang kagak bilang-
bilang kalau lo bilang ya gue kagak keluar lah."
"Udah salah nyolot lagi, pulang sekarang!"
"Mana bisa, gue mau nginep disini lagi ada urusan."
"Lo pulang sendiri atau gue jemput?"
"Sialan lo Bang, nanggung nih nanti sore aja deh gue
balik."
"Anatasya Aulia Mahendra! Abang bilang pulang, ya
pulang!"
Tasya mengembuskan napas kasar. "Iya deh iya gue
ba—"

68 | Anggi Nurhasanah

Belum sempat Tasya menuntaskan kalimatnya, Angga
sudah memutuskan panggilan secara sepihak.

"Gue harus pastiin ke Tasya kalau yang dibilang Gara
bener apa nggak, lagian bisa-bisanya sih Tasya mau sama
cowok modelan kayak gitu. Parahnya kagak ngasih tau gue
lagi. Gue abangnya bukan sih," kata Angga sambil berjalan ke
kamarnya.

***
"Gue balik dulu yabiasalah Angga," pamit Tasya sambil
tos-tosan dengan anggota Poison.
"Yaelah Bu bos buru-buru banget deh, baru juga
sampekbasecamp udah cabut aja," kata Fajar
"Iya nih nggak asik lo," tambah Dinda.
"Heh, lo nggak denger tadi gue bilang lagi di rumah lo.
Kalau Bang Angga nyamperin gimana, ribet cuy urusannya,"
kata Tasya sambil menoyor Dinda.
"Yaudah sih, gue kan kagak nguping, gimana mau tau
coba. Tangan lo juga maen nonyor gue seenak jidat," sinis
Dinda.
"Haduh, udah deh. Queen, lo ati-ati. Nih, bawa mobil
gue aja nanti sore gue ambil sama Denta sekalian pulang," kata
Bara sambil melempar kunci mobilnya pada Tasya.
"Thanks, Bar."
Tasya berjalan keluar basecamp, perasaannya sedari
tadi tak enak. Apalagi nada bicara abangnyatadi. "Ck!Awas aja

Kakak Kelas~| 69

kalau sampek si Gio ngasih tau mereka gue kulitin hidup-
hidup."

Hari ini Tasya mengemudi dengan kecepatan sedang, ia
tak ada niatuntuk kebut-kebutan. Pikirannya sudah kalut
kemana-mana.

Drtt!! Drtt!! Drtt!!
"Siapa sih? Nggak dikenal lagi nomornya," kata Tasya
setelah melirik ponselnya kemudian ia menepikan mobil.
"Siapa ya?" tanya Tasya sopan.
"Halo by, kangen nggak sama aku?"
Deg!
"L-lo kok bisa dapet nomor gue?" tanya Tasya. Ia
berusaha menetralkan suaranya, ia tak boleh terlihat lemah
dihadapan orang itu.
"Kenapa hmm? Kaget? Aku nggak ada maksud apa-apa
kok.Cuma mau nyapa kamu aja, kemarin waktu ketemu belum
sempet nyapa kan, by."
Tasya mematikanpanggilan itu, ia memejamkan
matanya sambil menyandar ke kursi kemudi. "Mau lo apa sih,
Gar," lirih Tasya. Kejadian tahun lalu dimana Gara berusaha
membunuh ibunya sungguh di luar nalar. Gara setega itu pada
dirinya, jika waktu itu Angga tak datang tepat waktu mungkin
ibunya tengah berada di surga sekarang.

***
"Lama banget, untung aja gue masih baik coba kalau
nggak udah gue robekin tuh gambar-gambar."

70 | Anggi Nurhasanah

"Enak aja lu kalau ngomong, itu beli pake duit!" teriak
Tasya sambil melempar tas selempangnya tepat ke muka
Angga.

"Punya adik nggak ada sopan-sopannya."
"Lo juga nggak sopanmasuk kamar orang tanpa izin."
"Remote ac gue ilang yaudah gue ngungsi di sini,
gerah," kata Angga sambil mengibas-ngibaskan tangan-nya.
"Halah, alesan! Palingan juga lo nyembunyiin sendiri
kan? Ngaku lo! Kemarin-kemarin juga gitu."
Angga mendudukkan badannya sambil tersenyum
manis. "Sini, Sya. Duduk!" titah Angga sambil menarik tangan
Tasya agar mau duduk didepannya.
"Apa?" ketus Tasya.
"Mau tanya cantik."
"Ya udah apaan?"
"Gara mantan kamu?Abang baru tau? Kenapa nggak
cerita sama Abang? Gara itu bukan anak baik-baik, Sya."
Tatapan Angga mulai menajam nada suara Angga pun berubah
menjadi dingin sehingga membuat nyali Tasya menciut.
"Kenapa diem hmm?" tanya Angga lagi.
"E-eh itu anu, Abang tau dari mana?" kata Tasya
terbata-bata.
"Jawab dulu! Iya atau nggak, nggak usah balik tanya,"
sarkas Angga.
"I-iya,Bang.Lagian Tasya udah putus sama dia ngapain
diungkit lagi," kata Tasya membela diri.

Kakak Kelas~| 71

Angga menarik Tasya dalam dekapannya. "Sya, jangan
deket-deket sama Gara lagi." Tasya hanya menganggukkan
kepalanya.

"Mau makan di luar? Abang laper nih atau mau go food
aja?" tanya Angga sambil mengeratkan pelukan mereka.

"Hm diluar aja yuk, Bang.Abang yang traktir."
"Iya udah abang ganti baju dulu."
"Oke."
Setelah Angga keluar dari kamar, Tasya meraih
ponselnya yang sedari tadi bergetar. Tasya mengerutkan
dahinya.
+628*******54
Satu persatu dari kalian pasti akan mati.
"Dipikir gue bocah kali ya dikasih beginian takut?! Ya
nggak lahyang ada lo yang bakalan mati," cibir Tasya sambil
melempar ponselnya."Siapa yang berani banget chat gue gitu?
Motif dia apaan coba? Bosen hidup?"
"Sya, ayo buruanguetinggalnih."
"Iye bentar." Tasya mengambil tas selempangnya, ia
melirik ponselnya sebentar. "Halah nggak usah dibawa ngapain
juga nggak penting," lirih Tasya kemudian berlari kecil keluar
kamar.
"Udah?" tanya Angga sambil menyugar rambut-nya.
Tasya mengangguk antusias.
"Pakai mobil or motor?" tanya Angga lagi.
"Terserah."

72 | Anggi Nurhasanah

Sampai garasi Angga mengerutkan keningnya. "Heh, ini
bukannya mobilBara? Kok bisa ada digarasi kita? Nyasar?"

"Tasya, dipinjemin tadi. Tasyakan ke sananya di jemput
Dinda, terus kebetulan Bara juga disana."

"Oh," jawab Angga.
"Buset, oh doang."

Kakak Kelas~| 73

74 | Anggi Nurhasanah

TEROR

Sekeras apapun lo sembunyiin pasti bakal
terungkap.

Kakak Kelas~| 75

"Queen udah lo kasih tau, Nis?"
"Gue udah telepon dia dari taditapi
kagak diangkat, ini gimana urusannya? Anak-
anak yang lagi di basecamp satunyasampek sini kemungkinan1
jam lagi. Yang di depan juga sebagian udah tepar.
"Arghh! Gue bantu anak-anak dulu di luar, lo terus
hubungi Queen, sampek bisa!" titah Dinda yang diangguki oleh
Nisa. Dinda berlari kearah luar basecamp.
Dinda mengeluarkan smirk-nya. "Cupu lo bisanya pakai
senjata. Masa lawan cewek pake senjata, laki bukan lo?" tanya
Dinda meremehkan.
"Bacot," lirih cowok itu. Cowok itu mulai menyerang
Dinda, tapi Dinda tak melawan hanya terus menghindar.
"Gimana? Kok nggak kena-kena sih?Payah!"
Cowok itu melihat kearah senjata tajamnya, lalu beralih
menatap Dinda ia berusaha menusuk Dinda tapi melesat.
"Segitu doang?" tanya Dinda, ia menahan tangan cowok itu
kemudian mengambil alih senjata tajam itu.
"Kenapa? Takut lo? Kalau nggak punya skillnggak usah
sok-sokanmakai, jatuhnya malu-maluin," sinis Dinda, sambil
melempar senjata tajam itu.
Brukkk!!
Dinda menendang tepat di tulang kering cowok itu.
"Ups!Sakitya? Sorry."

***

76 | Anggi Nurhasanah

"Buset lo laper apa doyan sih, Bang?" tanya Tasya,
pasalnya abangnya itu pesan makanan banyak banget, sampai
meja mereka penuh.

"Duwa-duwanyaa. Kwe-napwa emwang? Toh ywang
bwayar jugwa gue sendwiri?" jawab Angga sambil terus
mengunyah makanannya.

Tasya memutar bola matanya jengah. "Lo ngomong
apa kumur sih, mumet gue dengernya. Telen dulu itu makanan
lo baru ngomong," omel Tasya.

Angga mengedikkan bahunya acuh, ia tetap
melanjutkan kegiatannya.

Drtt! Drtt!! Drtt!!
"Siapa, Sya? Angkatin telepon gue, tangan gue kotor
nih."
"Hm." Tasya menaikkan satu alisnya. "Tumben si Nisa
telepon lo bang."
"Hallo Bang, Tasya dimana?"
"Ini gue, Nis, kenapa?"
"Lo kemana aja sih gue telepon dari tadi kagak lo
angkat."
"Gue lagi di luar sama Bang Anggaponselnya gue
tinggal di rumah."
"Pokoknya lo cepet-cepet balik ke basecamp yang
deket danau sekarang."
"Lohkenapa? Gue barusan dari sono kan tadi, lo jangan
ngadi-ngadi deh, Nis."

Kakak Kelas~| 77

"Basecamp diserang, Sya. Lo tau sendiri cuma
beberapa yang di sini yang lain masih di basecamp satunya
ngurusin perpindahan."

"Bangsat! Gue kesana sekarang."Tasya menaruh
kembali ponsel Angga. Matanya mulai menajam.

"Mulut lo, Sya. Makin lama, makan kasar. Siapa yang
ngajarin?" sinis Angga .

Tasya mengabaikan pertanyaan Angga. "Gue pergi
Bang, mobilnya gue bawa.Lo nanti minta jemput temen lo aja
atau pesen ojol."

"Lah kok?"
"Penting! Darurat Bang," ujar Tasya sembari meraih
kunci mobilnya, ia berlarian keluar menuju parkiran.

***
Tak membutuhkan waktu lama 15 menit cukup untuk
seorang Tasya. Tasya mengamati dari jalan keadaan
basecamp-nya untung tadi ia sempat membawa maskerdi
mobil, abangnya juga ada topi jadi bisa ia gunakan.
"Woi!" teriak Tasya setelah turun dari mobil, sontak
semuanya menoleh kearah Tasya. Melihat musuh-nya lengah
Rafa langsung menggunakan kesempatanuntuk memukul
lawannya.
Bruk!!
Lawannya tersungkur karena belum ada persiapan
sama sekali. "Cih!Sialan lo, Raf," ucap cowok itu sambil

78 | Anggi Nurhasanah

memegang pipinya yang lebam akibat pukulan dari Rafa. Sia-sia
sudah ia melindungi wajahnya sedari tadiakhirnya kena juga.

"Muka lo kusut banget tambah jelek lo kalau gitu," kata
Rafa meledek. Tak terima ejekan Rafa cowok itu berdiri
memukul Rafa tepat di wajahnya.

"Bangsat lo!" lirih Raffa sambil mengusap darah yang
mengalir di sudut bibirnya. Raffa terus-terusan memukuli
lawannya tanpa ampun. Sampai lawannya tepar.

Begitu pula dengan Tasya ia juga terus memukuli
lawannya dengan beringas, satu persatu mulai tumbang
ditangannya. Anak-anak Poison lainnya juga mulai
berdatangan, tanpa berpikir panjang mereka langsung turun di
area dan membabi buta disana.

"Queen, awas!" teriak Bara sambil menarik tubuh Tasya
ke dekapannya

"Thanks, Bar."
Bara mengangguk sebagai jawaban. Tasya mem-
benarkan topi yang dipakainya kemudian menatap tajam orang
yang akan menusuknya tadi.
"Lo nggak tau apa-apa tentang gue," lirih Tasya sambil
menendang orang itu.

***
Angga menatap kagum adiknya. "Itu seriusan adek
gue? Berarti Tasya itu—" Angga menggantungkan kalimatnya
tak percaya.

Kakak Kelas~| 79

Gio tersenyum kecil sambil mengangguk. "Iya, gue
udah tau," sontak semua temannya melirik pada Gio meminta
penjelasan.

"Biasa aja dong, kemarin waktu di puncak gue sempet
liat Tasya di minimarket. Waktu gw ikutin diague nggak sengaja
denger pembicaraan orang asing lagi bahas geng Poison."

Rafa menatap sinis teman-temannya. "Terus kenapa
kita disini? Udah kayak maling tau nggak, mending kita ikut aja
kesana."

Elang menatap temannya itu kesal. "Bego jangan
dipelihara dong, Rap. Udah bener kita di sini, nanti kalau
emang mendesak banget baru ke sana."

"Jadi?" tanya Kevin sambil terus memperhatikan Tasya.
"Pura-pura kagak ngerti. Tasya pasti punya alesan buat
nggak ngomong sama kita.
"Wait, artinya yang nolongin gue waktu balapan
kemaren juga Tasya?" seru Kevin kaget
Angga menjentikkan jarinya. "Queen of the racing itu
Tasya dong."
"Kita balik aja kuy, gue yakin Tasya pasti bisa ngatasin
ini secara dia bolak-balik ikut tawuran, bahkan dulu si Gio kalah
sama dia," kata Elang sambil menaiki motornya.
"Gila lo, kalauadik gue kenapa-napa gimana? Lo mau
tanggung jawab, hah?"
Kevin menepuk pundak Angga lalu mengangguk. “Udah
cabut aja, keburu ada yang liat kita disini.”

80 | Anggi Nurhasanah

***
"Loh, itu apaan kotak-kotak gitu ada pitanya lagi," kata
Rafa sembari berjalan mendekati kado itu. Rafa mengangkat
kado yang berada di depan pintu itu, diatasnya tercantum
sederet tulisan.
To: Anatasya Aulia Mahardika
"Apa, Fa?" tanya Angga sambil membuka pintu
rumahnya.
"Buat Tasya."
Kevin langsung menarik kado itu dari tangan Rafa dan
tanpa pikir panjang langsung membukanya.
"Lahanjritt itu punya Tasya kenapa lo yang buka,”
sewot Rafa.
Kevin tak memperdulikan Rafa ia sibuk membuka kado
itu. "Bangsat," lirih Kevin sembari melempar kado itu.
"Apa sih, Pin? Lo iri apa gimana?Main buang aja," ujar
Elang sembari memungut kado milik Tasya.
"Eh, monyet bertelur!" teriak Elang latah. Gio
mengambil alih kado itu, ia berjalan keluar rumah untuk
membuang teror itu. Angga tengah sibuk bergulat dengan
pikirannya sendiri begitu pula yang lainnya.
"Gue tadi nemu ini," kata Gio memecahkan keheningan
di ruang tamu itu. Angga menyambar kertas kecil itu kemudian
membacanya, ia meremas kertas kecil itu kemudian
melemparnya asal.

Kakak Kelas~| 81

"Gue bakal bunuh orang itu kalau nanti sampai
ketemu," kata Angga datar, matanya menajam sembari
mengepal tangan menahan amarah.

***
Tasya kini tengah duduk di sofa sembari memainkan
kunci mobilnya. "Lo ngerasa nggak sih kalau mereka tau
perpindahan basecamp kita."
Perkataan Tasya barusan sontak membuat para
anggota Poison menatapnya meminta penjelasan lebih lagi.
"Maksud gue mungkin yang mereka incar bukan kita,
tapi basecamp yang baru."
Bara terkejut bukan main, pasalnya sekarang basecamp
satunya kosong tak ada satu orang pun disana.
"Sebagian kesana, Arkan sama Rafa lu juga ikut
kesana! Nanti kalau ada apa-apa cepet hubungi kita."
"Bar, jangan gegabah dulu," kata Dinda.
"Maksud Lo?"
"Basecamp baru pengamannya lebih ketat kok. Kita
cuma harus cari tau siapa dalang di balik semua ini, karena
yang menyerang kita mayoritas bukan musuh ataupun geng
motor lainnya tapi lebih ke mafia," seru Dinda sambil terus
berkutat dengan laptopnya.
"Kita nggak pernah berurusan sama mereka," elak
Rafa.
"Kalian nggak pernah, coba tanya ke ratu kalian yang
cantik ini," jawab Dinda enteng.

82 | Anggi Nurhasanah

"Apa lo lihat-lihat gue?" sinis Tasya pada Dinda.
"Queen, udah deh! Gue tau semuanya dan rada
merinding sih sebenernya. Gue sempet liat nickname orang tadi
dan setelah gue cari tau infonya ternyata bener dia termasuk
bawahan mafia."
"Come on beb, lo jangan ngadi-ngadi deh," kata Arkan
ikut nimbrung.
"Nih, coba lo liat sendiri," ujar Dinda sambil
menyodorkan laptopnya. "Gimana? Percaya?" tambahnya lagi.
"Bukannya bos mafia, itu rekan kerjanya bokap lo,
Queen?"
Tasya mengembuskan napasnya frustrasi. "Sorry, gara-
gara keluarga gue kalian terlibat gini,gue juga nggak tau
pastinya gimana."
Nisa menepuk pelan pundak Tasya. "Udahlah kita kan
keluarga. Jadi harus saling melindungi, masalah lo masalah kita
juga."
"Nah, bener tuh, kalau gitu gue sama anak-anak
lainnya cabut dulu," pamit Arkan diikuti anak Poison lainnya.
Drtt!! Drtt!! Drtt!!
"Siapa tuh?" tanya Dinda melirik ponsel Tasya.
"Gak tau nomornya nggak dikenal."
"Angkat aja dehatau perlu gue yang angkat?" tawar
Bara. Tasya menggelengkan kepalanya kemudian meraih
ponselnya.
"Kevin, cowok lo kan?Gue mau main-main sama dia."

Kakak Kelas~| 83

''Kevin? Lo nggak usah macem-macem kalau lo masih
pengen hidup," gertak Tasya, ia mengepalkan tangannya
sampai kuku jarinya memutih.

"Cuma main sedikit kok, cantik."
"Lo nggak us—"
"Sialan dimatiin sepihak. Din, lo lacak lokasi nomor ini,"
pinta Tasya sambil memberikan ponselnya pada Dinda.
"Kevin siapa yang dimaksud?" tanya Denta sambil
membawa beberapa cemilan dari dapur.
"Eagle Dark?" tebak Bara tepat sasaran.
"Itu cowok lo? Kok lo nggak bilang sama kita-kita sih,
harus traktiran ini mah," sahut Nisa menggebu-gebu. Siapa sih
yang tak suka yang namanya gratisan.
"Pala lo pitak! Itu bukan cowok gue. Terlalu banyak
puzzle yang harus gue susun, suara orang yang telepon tadi
juga asing di telinga gue."
Ting!!
"Queen, abang lo chat nih."
Tasya meraih ponselnya, nggak mungkin secepat itu.
Baru beberapa menit yang lalu ada yang telepon dan sekarang
Kevin sudah di rumah sakit.
"Gue harus cabut sekarang, jaga diri kalian masing-
masing. Gue nggak mau kejadian ini terulang lagi sama kalian."
Bara menahan tangan Tasya yang hendak keluar dari
basecamp. "Gue temenin." Tasya mengangguk sambil
mengambil kunci mobilnya.

84 | Anggi Nurhasanah

***
Bara terus mengikuti mobil Tasya dari belakang, Tasya
terus-terusan menambah kecepatannya.
"Mau kemana sih, Sya?" tanya Bara.
Bara menghentikan motornya tepat disebelah mobil
Tasya. "Sya, kok kerumah sakit?" tanya Bara sambil melepas
helm full face-nya.
"Kevin," sahut Tasya dengan pandangan kosong lalu
berlari kedalam rumah sakit. Mau tak mau Bara pun ikut lari di
belakang Tasya.
Tasya menghentikan langkahnya tepat di depan UGD.
Angga dan teman-temannya ada disana kecuali Kevin.
"Bang, Kevin kenapa?" Mata Tasya sudah berkaca-
kaca sedari tadi, entah karena apa ia sendiri juga tak tau.
Angga mendudukkan Tasya. "Dek, udah jangan nangis
gitu, Kevinnggak papa kok dia lagi ditangani sama dokter."
"Iya, Tasyatau, Bang tapi kenapa Kevin sampai masuk
UGD?" teriak Tasya kalut.
"Kevin kena tusuk orang, Sya," jawab Gio sambil
mengelus-elus puncak kepala Tasya.
Tasya menoleh kearah Gio matanya melotot tak
percaya. "Ke-ketusuk?" tanya Tasya lagi, barangkali indra
pendengarnya salah menerima respon.
Gio mengangguk sambil merunduk. Tasya tak kuat lagi
menahan air matanya, ia menangis sejadi-jadinya.

Kakak Kelas~| 85

Angga menarik Tasya ke dekapannya. "Shttt, udah, Sya
pasti Kevin sembuh kok," ujar Angga berusaha menenangkan
Tasya.

Elang menatap miris Tasya, is tak bisa jika melihat
Tasya menangis walaupun Tasya tak pernah membalas
perasaannya tapi baginya kebahagiaan Tasya itu yang paling
penting.

Elang berjalan pergi dari sana. Setidaknya ia tak
melihat Tasya menangis, hatinya sakit jika melihat wanita yang
ia cintai menderita. Tanpa ia sadari Bara mengikuti-nya dari
belakang.

"Lo suka sama Tasya?" tanya Bara to the point setelah
mereka sampai di taman. Elang menoleh kearah Bara sebentar,
tak ada niatan baginya untuk menjawab.

"Gue tau lo suka sama Tasya, udah kelihatan dari
tatapan lo ke dia."

"Apa urusan lo?" tanya Elang sinis.
Bara menepuk pundak Elang. "Mencintai tingkat atas
adalah mengikhlaskannya. Yang kuat, bro," kata Bara kemudian
pergi meninggalkannya.

***
"Gue balik ke kafe duluan," pamit Kevin lalu berjalan
keluar.
"Si anjir demen banget ke kafe," celetuk Elang.
"Banyak cewek cantik mungkin di sono, mana pada
seksi-seksi yekan? Buat cuci mata," celetuk Rian asal.

86 | Anggi Nurhasanah

"Otak lu cewek terus, Yan. Kevin bukan lo kali," sahut
Angga.

"Buaya! Mana anak orang lagi. Gue kasihan sama yang
mau sama Rian. Status nggak jelas gitu," sahut Gio.

"Gini-gini gue sayang sama mereka, Gi."
"Halah basi," sahut Angga dan Gio barengan.
Di perjalanan menuju kafeKevin terus menambah
kecepatannya, karena di belakang adalima motor yang
mengikutinya. Ck! Ngapain sih mereka, batin Kevin.
Di depan lampu hijau berubah menjadi merahmau tak
mau Kevin harus berhenti, ia membuka visor helmnya. "Mau
apa lo?"
"Lo mati ditangan gue," jawab lelaki itu enteng.
"Ngarep." Kevin beralih menatap lampu yang berubah
dari merah menjadi hijau lali menutup kembali visor-nya.
Melajukan motornya ugal-ugalan, ia tak memperdulikan
umpatan orang-orang sampai salah satu diantara mereka
berhasil menendang motor Kevin. Kevin mengembuskan
napasnya jengah saat ia terjatuh.
Kevin melempar helmnya pada salah satu lelaki itu.
"Nggak usah cari gara-gara bisa nggak sih!" teriak Kevin,
tangannya terulur membenarkan jaketnya.
"Sayangnya nggak bisa," ujar salah satu laki-laki disana
sambil berjalan mendekat kearah Kevin. Mereka mulai
menyerang Kevin dari segala arah.

Kakak Kelas~| 87

Keadaan sekitar mulai ramai mengelilingi mereka,
tetapi tak ada satu pun yang berani melerai karena memang
salah satu dari orang itu membawa senjata.

"Banci lo! Beraninya keroyokan?" teriak Kevin,
tangannya mengusap kasar darah yang mengalir dari
hidungnya. Saat hendak memungut helmnya ada orang yang
menepuk pundaknyarefleks Kevin menoleh ke belakang.

Jleb!!
"Arghh! Sialan!" umpat Kevin saat orang itu berhasil
menusuknya. Orang itu menyeringai kemudian lari dari sana.
Kevin ambruk tak sadarkan diri.

***
Pintu perlahan terbuka dan keluar seorang dokter yang
mengobati Kevin. Tasya langsung mengusap air matanya
kemudian berjalan mendekat ke arah dokter itu. "Gimana
keadaan Kevin, dok?"
"Kevin sudah melewati masa kritisnya, tapi—"
"Tapi apa, dok?" tanya Angga sambil memegangi
pundak Tasya seolah menyalurkan kekuatan.
"Tapi dia masih koma."
"Apa kami sudah boleh menjenguknya?" tanya Elang.
"Bisa, tapi setelah dipindahkan ke ruang rawat ya kalau
begitu saya permisi dulu."
"Bang, ini semua gara-gara Tasya," lirih Tasya di
pelukan Angga.

88 | Anggi Nurhasanah

"Maksud kamu?" tanya Angga yang masih bingung
dengan alur omongan Tasya.

Tasya mengambil ponselnya lalumemberikannyapada
Angga. "Orang itu tadi telepon Tasya, dia bilang kalau mau
nyelakain Kevin."

Gio menarik Tasya mendekat kearahnya. "Kamu
diteror, Sya? Sejak kapan?" tanyanya lembut.

Tasya menganggukkan kepalanya. "Beberapa hari ini
orang itu terus-terusan hubungiTasya."

Angga mengepalkan kedua tangannya berusaha
meredam amarahnya. "Kenapa baru bilang, Sya?!"

"Tasya pikir cuma orang iseng."
"Kalau iseng nggak mungkin dia ngirim boneka yang
ada darahnya kerumah!" teriak Angga kalut.
Elang menepuk-nepuk punggung Angga. "Santai, Ngga,
dia adek lo."
Beginilah sisi buruk Angga jikasudah marah ia tak
terlalu memikirkan hubungannya dengan siapa pun.
"Ma-maaf, Bang, Tasya salah," ujar Tasya. Ia
menundukkan kepalanya tak berani menatap Angga.
Angga mengacak-acak rambutnya frustrasi. "Maafin
Abang, Sya. Abang kelepasan." Angga menarik lengan Tasya
untuk mendekat padanya.
"Nggak papa, Abang nggak marah lagi kok," ujar Angga
sembari memeluk Tasya.
"Udah ada yang telepon bokapnya Kevin?"

Kakak Kelas~| 89

"Lo aja deh, Gi. Lagian gue juga yakin mereka gak akan
datang."

"Gitu-gitu dia berhak tau goblok! Kevin kan anaknya,"
sahut Elang sembari menoyor Ryan.

Memang terkadang orang tua terlalu sibuk dengan
pekerjaannya, tapi dia juga memiliki hak untuk tau kondisi
anaknya.

Tasya melepas pelukannya lalu menatap kearah baju
abangnya. "Abang nggak mau ganti baju dulu?Itu bajunya
banyak ingusTasya loh."Sedangkan yang lainnya berusaha
menahan tawa saat mendengar Tasya berbicara dengan
polosnya.

"Apa lo semua? Mau ketawa?" sinis Angga, matanya
menatap tajam kawan-kawannya itu.

"Galak banget lo,Bang."
"Gak, sayang. Yaudah, yuk pulang dulu nanti kita kesini
lagi."
"Nggak mau, Tasya tetep mau disini jagainKevin."
"Pulang dulu, lagian Kevin juga belum bisa ditengokin,
nanti kita kesini kalau udah dipindah ya," bujuk Angga agar
Tasya mau ikut dengannya.
"T-tapiTasya pengen lihat kondisi Kevin, Bang."
"Sya, yang dibilang Angga bener, lo nggak usah
khawatir kan ada kita disini," celetuk Rian sambil menepuk
pundak Tasya.

90 | Anggi Nurhasanah

Tasya memutar bola matanya malas, iasebenar-nya
masih ingin disini tapi ya sudahlah. "Oke gue balik. Awas aja lo
pada nggak jagain Kevin.Eh, loh bentar."

"Apalagi, Sya?" tanya Angga.
"Bara?"
"Oh, balik kali dia, tadi sama gue ke taman terus pergi
nggak tau kemana," jawaban Elang malah membuat Tasya
menatapnya sinis.
"Kalian ngga ribut kan?" tanya Tasya memastikan.
"Kagak! Udah lo pulang sana kasihan Angga kelaperan
tuh."
"Awas aja kalau kalian berantem gue bikin rendang lo
pada," gertak Tasya. Entahlah kali ini gertakan Tasya
membawa aura berbeda, seperti gertakansaat ia menjadi
Queen.
"Iya, gue balik duluan ya," pamit Angga sembari
menarik lengan Tasya keluar dari rumah sakit.
Di perjalanan pulang hanya ada keheningan diantara
keduanya, bahkan salah satu dari mereka pun tak ada yang
berniat membuka pembicaraan. Tasya hanya melamun sembari
melihat keluar jendela, entah apa yang sedang ia pikirkan.
"Sya?!"
"Tasya?!"
"Anastasya Aulia Mahardika!!!!"
"Hah? Apa,Bang?"
"Abang panggilin dari tadi kagak nyaut-nyaut."

Kakak Kelas~| 91

"Maaf, Bang. Kenapa?"
"Kamu sama Queen orang yang sama kan?"
"Eh—"
"Abang tau semuanya. Lagi dan lagi kamu nggak mau
cerita sama Abang. Dengerin Abang, dunia gelap kamu itu
nggak baik apalagi kamu cewek."
"Terus apa bedanya sama Abang?" ketus Tasya, ia
memanyunkan bibir sambil terus menatap Angga.
"Bedalah, Abang cowok kamu cewek."
"Terserah."
"Sya, Abang serius ngomongnya."
"Tasya juga serius, Bang!"
"Hati-hati."
"Hah?"
"Hati-hati, Dek. Kalau ada apa-apa teleponAbang ya
Abang selalu siap buat kamu kok," ujar Angga sembari
tersenyum tulus.
"Siap, bos," jawab Tasya dengan semangat 45.
Angga mengacak-acak rambut Tasya. "Kamu suka
sama Kevin?"
"Kok tiba-tiba tanya itu sih?" Tasya memalingkan
wajahnya. Tasya bisa merasakan pipinya memerah sekarang.
"Nggak papa, iseng aja. Kalau beneran suka, Abang
restuin kok lagian Kevin orangnya baik."
"Eh, bener, Bang?" tanya Tasya antusias.
"Oh, jadi bener kamu suka, cieee udah move on."

92 | Anggi Nurhasanah


Click to View FlipBook Version