The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Candramawa publisher denpasar, 2021-07-23 08:59:20

Kakak Kelas fix layout-dikonversi

Kakak Kelas fix layout-dikonversi

Attention please! The last call for flight passengers with
flight number IDR 4125 for New York are welcome to board the
plane immediately through door 8. Thank you.

"Kevin, ayo nanti kamu ketinggalan," ujar Mamanya
Kevin.

"Iya Ma, bentar. Sya, jangan lupain gue!" ujar Kevin
sambil mengacak-acak rambut Tasya lalu beralih menatap
teman-temannya. "Jagain Tasya buat gue bro!"

"Udah kewajiban gue dia kan adik gue," sahut Angga
disertai gelak tawanya.

"Hati-hati, Pin. Kalau balik bawa oleh-oleh yang
banyak!" ujar Rian yang dibalas pukulan dari Elang.

"Nggak tau diri bangsat!"
"Biarin, Kepin kan best friend gue. Iye nggak, Pin?"
Kevin hanya tersenyum menanggapi ucapan Rian.
"Ma, aku berangkat," pamit Kevin sambil mencium
tangan mamanya.
"Hati-hati disana. Jangan lupa kasih kabar kalau udah
sampai." Kevin menganggukkan kepalanya, rasanya berat harus
berpisah dengan keluarganya dalam waktu yang cukup lama.
Tasya menatap sendu kepergian Kevin. Punggung
Kevin pun perlahan menghilang.
Kamu pulang sama siapa, Nak?" tanya Mamanya Kevin
sembari menepuk pelan bahu Tasya.

Kakak Kelas~| 243

"Eh, oh itu pulang sama Bang Angga," jawab Tasya
seadanya. Mamanya Kevin mengangguk lalu berpamitan untuk
pulang terlebih dahulu.

"Sya, pulang kuy," ajak Elang sambil melingkarkan
tangannya di leher Tasya.

"Mentang-mentang Kevin kagak ada, pepetin Tasya
terus," kata Rian pada Elang.

"Katanya udah move on," Gio menimpali.
"Berisik lo pada, gue cuma mau hibur Tasya," ucap
Elang.
"Menghibur apa modus?" sewot Angga. Ia menepis
kasar tangan Elang yang bertengger di bahu Tasya.
Tasya tak menggubris sama sekali perkataan mereka.
Matanya memicing saat melihat sosok pria tua. Familiar. Tasya
terus berusaha mengingat siapa pria tua itu.
Sekelebatan rangkaian peristiwa dari masa lalu muncul
begitu saja, seperti kaset rusak yang terus berputar didalam
kepalanya.
"Gue pinjem mobil lo," ujar Tasya sambil menyaut
kunci mobil dari tangan Angga.
"Lo mau kemana?" tanya Angga.
"Ada urusan," teriak Tasya sambil terus berlari
menyusul pria itu. Ia mengedarkan pandangannya meneliti satu
persatu dimana keberadaan pria itu.

244 | Anggi Nurhasanah

"Sialan! Taksi." Tasya buru-buru masuk ke dalam
mobil. Untungnya semesta berpihak padanya iabisa menyusul
taksi itu.

Tasya terus mengikuti pria tua itu, matanya memerah.
Emosi tidak dapat ia kendalikan lagi ia meraih pisau lipat dari
dalam hoodie-nya.

"Gue udah nggak sabar menguliti tua bangka itu," ujar
Tasya tersenyum miring.

***
"Permisi, boleh saya gabung?" pria itu tidak menjawab,
kerutan di dahinya semakin jelas.
Mereka sama-sama terdiam membiarkan keheningan
menyelimuti mereka.
"Maaf, Mbak. Ini kopinya," ucap pelayan itu ramah.
Tasya mengangguk sambil tersenyum.
"Anda tidak ingat saya tuan?" tanya Tasya lalu
menyesap kopinya dengan anggun. Kalau dipikir Tasya
memang jauh berubah dalam segi fisik.
"Maaf?"
"Boleh ikut saya tuan? Saya sekretaris pengganti. Ada
yang mau saya bicarakan tapi di kantor bisa?" tanya Tasya
berusaha sopan.
"Ah, ternyata kamu pengganti Vivi tapi kamu terlihat
seperti gadis SMA," ujar pria itu.
Tasya mengangguk sembari tersenyum. “Ternyata
hanya pria bodoh,” lirih Tasya.

Kakak Kelas~| 245

"Kamu barusan bilang apa?"
"Ah, tidak tuan. Mungkin tuan salah dengar."
"Ya sudah, mau sekarang saja ke kantornya?" tanya
pria itu.
"Saya membawa mobil, kita barengsaja," tawar Tasya.
Pria itu mengangguk sambil meletakkan beberapa lembar uang
merah di meja.
"Saya traktir." Pria itu pergi mendahului Tasya.
"Padahal gue bisa bayar sendiri tapi nggak papa
lumayan gratisan," ujar Tasya pada dirinya.

***
"Ini bukan jalan ke kantor saya, kamu lupa jalan?"
tanya pria itu. Tasya tidak menanggapi pria itu ia tengah sibuk
memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan tua bangka
disebelahnya itu.
"Hallo, saya nanya loh."
"Ah, iya tuan.Saya mampir dulu ke rumah, mau
mengambil berkas," jawab Tasya sambil tersenyum, tapi
bohong, lanjut Tasya di dalam hati.
"Ooh."
15 menit berlalu yang mereka lalui hanya pepohonan
rindang tak ada satu pun rumah. Pria itu juga mulai
meragukannya.
"Kamu yakin nggak salah jalan?"
"Saya yakin, memang ini jalannya," jawab Tasya
dengan pandangannya yang terus menatap ke depan.

246 | Anggi Nurhasanah

Tasya menghentikan mobilnya tepat di sebuah rumah
tua yang sudah tampak kusam tak terawat. Banyak tumbuhan
liar yang hidup di halamannya serta kering yang berserakan di
teras rumah.

"Rumah kamu?" tanya pria itu hati-hati. Tasya
mengangguk sebagai jawaban.

"Pak, masuk dulu saya tidak terlalu berani masuk
sendirian," ajak Tasya pada pria tua itu.

"Lah, rumah sendiri tapi tidak berani masuk," ledek pria
itu.

"Sudah lama tidak di huni soalnya," jawab Tasya
sekenanya.

"Ah, pantas saja."
Tasya memasuki rumah itu terlebih dahulu di ikuti pria
tua itu dibelakangnya. Gelap, sunyi, sepi bahkan banyak noda
darah yang mengering disana.
"Kok ada darah?" tanya pria itu.
"Sebaiknya kita kenalan dulu?" ujar Tasya, "Anastasya
Aulia Mahardika," lanjut Tasya, tatapannya berubah penuh
kebencian.
"Ka-kamu mau apa? Gadis kecil yang kabur." Pria tua
itu sempat kaget sebentar kemudian mengubah mimik
wajahnya.
"Lo udah ngebunuh kakak gue!"

Kakak Kelas~| 247

"Shit! Kenapa bisa saya percaya dengan bocah yang
mengaku sekretaris saya." Pria itu berdecak sebal lalu
mendekat kearah Tasya.

"Karena Om bodoh," jawab Tasya polos.
"Mau balas dendam?"
"Bacot!" sarkas Tasya.
"Gue bakal bikin lo ngerasain apa yang abang gue
derita bahkan lebih parah!" Tasya mulai tersulut.
"Mimpi! Harusnya gadis kecil ini ikut mati saat itu,
sepertinya saya salah membiarkanmu hidup."
Tasya memulai menendang perut buncit pria itu,
membuatnya tersungkur di lantai karena dia belum siapa
dengan seragam dadakan Tasya. Pria itu bangkit, menyerang
Tasya sebisa mungkin, tetapi Tasya tetaplah dirinya yang gesit.
Menghindari pukulan pria itu.
"Om capek ya? Yah padahal baru mau main," ujar
Tasya memelas.
"Kurang ajar!" teriak pria tua itu saat kembali ingin
memukul Tasya, namun dengan sigap Tasya menahan
tangannya lalu memelintirnya.
"A-arghh!!"
Bagi Tasya teriakan kesakitan lawannya itu seperti
sebuah melodi yang menenangkan. Tasya terus memukul pria
itu dengan beringas tanpa membiarkan pria itu membalas.
Bahkan saat ini pria itu tak kuat berdiri lagi, sebab
semua tulangnya telahremuk. Tasya tersenyum sinis.

248 | Anggi Nurhasanah

"Cu-cukup!" Untuk berbicara saja pria itu tidak mampu.
Tasya meraih pisau lipat dari sakunya mulai
menggambar idenya.
"Anjing! B-bunuh saja saya!"
Teriakan pria itu malah membuat Tasya semakin
semangat untuk mengukir karyanya. Ia masih ingin bermain-
main sebelum menyelesaikan ini semua.
"Le-lebih baik saya mati saja!"
"Oke, kalau itu mau Om. Nanti di sana minta maaf
sama bang Gilang, terus sampaikan juga salam dari Tasya,"
ujar Tasya antusias. Detik berikutnya ia melempar pisau
lipatnya tepat mengenai leher pria itu.
"Wow! Rekor baru. Kali ini kena nadinya," ucap Tasya
sambil menutup mulutnya kaget.
Suasana sunyi mulai menyelimuti. Tasya bergeser
kemudian mencabut pisau lipatnya.
"Bye, Om! Jangan lupa sampaikan pesan Tasya." Tasya
tersenyum puas karena telah membalas perbuatan pria tua
bangka itu setelah beberapa tahun.
"Bang Gilang, Tasya berhasil!" lirihnya sambil menatap
langit-langit rumah kosong itu.

Kakak Kelas~| 249

250 | Anggi Nurhasanah

SWEET SEVENTEEN

Cuma cover yang tertawa, tetapi tidak dengan
dalamnya.
Kakak Kelas~| 251

Tasya mulai uring-uringan, bayangkan saja sudah
lima bulan lamanya ia tak bisa menghubungi
Kevin. Last seen-nya saja tanggal dimana Kevin
berangkat di bandara. Sebelumnya Tasya berusaha
mengalihkan pikirnya untuk ujian kenaikan kelas. Tapi setelah
ujian itu selesai pikirannya kembali pada laki-laki itu.
Apa mungkin laki-laki itu tak sempat membuka ponsel?
Atau mungkin dia menemukan gadis bule yang jauh lebih cantik
dari Tasya? Tapi, Tasya juga masih punya darah bule!
Tasya menghela napas, mengenyahkan semua pikiran
negatifnya. Walaupun mereka belum menjalin hubungan
khusus, tetapi Tasya yakin jika Kevin masih
memilikiperasaanpadanya.
Biasanya jika hari libur seperti ini, Tasya akan
mengganggu Angga. Tetapi sekarang Angga sudah tinggal
sendiri di Jakarta, karena dia diterima kuliah di UI.
meskinilainya pas-pasan.
Tasya mendengus kesal lalu menyambar kunci
motornya, mungkin mendatangi basecamp bisa mengusir rasa
sepinya.

***
Setelah disana Tasya disambut dengan baik oleh
anggotanya. Walaupun jumlah mereka berkurang drastis
karena mayoritas gengnya itu kelas 12 sebab banyak di antara
merekameneruskan kuliah diluar Bandung.

252 | Anggi Nurhasanah

"Tumben lo, Ndra? Ngapain kesini?" tanya Tasya
sembari melempar keresek besar pada Dinda.

"Thanks, Sya. Lo emang baik banget sama gue," teriak
Dinda. Tasya tadi memang mampir sebentar di
minimarketsekedar membeli camilan. Karena kemarin ia melihat
kulkas disana sudah mulai kosong.

"Kudet lo. Gue numpangwifi-an, wifi rumah gue mati,"
jawab Andra sambil terus memainkan game online-nya.

"Kita emang sering kesini, Sya, cuma loaja jarang
dateng," Galang menimpali. Tasya hanya ber-oh ria lalu
melewati mereka.

"Lo kok diem-diem aja sih makan kek, apa kek.
Ngelamun aja terus. Kesambet gue nggak mau tanggung
jawab," celetuk Bara sambil merangkul Tasya.

Tasya melirik tangan Bara, lalu melepas rangkulannya.
"Gue suntuk dirumah tapi disini berisik banget, gue mau tidur
ajalah," ujar Tasya lalu melangkah menuju lantai atas.

"Tuh anak kenapa dah?" tanya Nisa. Matanya masih
terus melihat Tasya sampai Tasya hilang ditelan pintu.

"Gue juga bingung, lo inget gak waktu sebulan lalu dia
bikin aturan baru?" tanya Denta sambil menerawang kejadian
bulan lalu.

"Iya, waktu dia gak bolehin kita tawuran lagi kan?
Disuruh pakai kepala dingin kalau ada masalah?" sahut Agam.
Tangannya mengetuk-ngetuk meja. Masih penasaran apa

Kakak Kelas~| 253

alasan dibalik aturan itu padahal Tasya termasuk paling
beringas saat tawuran.

"Bener! Apalagiwaktu mepet ulangan kenaikan
kemarin. Mendadak jadi kutu buku." Arkan menimpali.

"Gara-gara, Kevin. Maybe?" celetuk Andra sambil
meletakkan ponselnya.

"Emang Kepin, kenapa?" tanya Rafa pada Andra. Alis
nya terangkat sebelah.

"Ya namanya juga LDR biasalah salah paham, ribut-
ribut," jawab Andra.

"Sok tau lo! Emang Tasya pernah cerita sama lo?"
sindir Dinda. Andra hanya cengengesan memamerkan gigi
putihnya.

***
Tasya terbangun dari tidurnya, ia memilih berjalan ke
dapur untuk mengambil sesuatu. Entah apa yang bisa ia
makan, tetapi saat sampai bawah matanya memicing melihat
satu persatu orang yang ada disana. Tumben, biasanya juga
tinggal sedikit kalau malam.
"Lo pada nggak pulang?" tanya Tasya. Niatnya menuju
dapur tertahan, ia memilih duduk di sofa.
"Kebo lo! Tidur pagi bangunnya malem," ledek Dinda.
"Jam berapa sih? Udah saatnya nih," celetuk Rian
sambil memakai jaketnya.
Tasya mengerutkan dahinya. "Sejak kapan lo disitu?"
tanya Tasya.

254 | Anggi Nurhasanah

"Gue, Elang, sama Gio udah dari sore disini," ujar Rian.
"Lah? lo juga ngapain masih disini? Dicariin emak lo
gue gak mau ya bohongin dia lagi," sinis Tasya pada Andra.
"Yaelah, gue tadi udah bilang mau nginep di rumah lo,
gue bilang kalau lo takut sendirian di rumah," ujar Andra
enteng. Tasya yang kesal langsung mendekati Andra lalu
menjambak rambut laki-laki itu.
"Aw! Sakit bege!" ringis Andra sambil mengelus
kepalanya.
"Bodo!"
"Ayo! Udah mepet nih," teriak Arkan sambil merangkul
Dinda.
"Mau ngapain sih, Ar?" tanya Tasya, tangannya terulur
mengambil piza di meja.
“Mau party kita, iye nggak bro?"
"Yoi, mau makan-makan kita," sahut Nisa dengan
semangat 45. Tasya mengedikkan bahunya acuh. Ia hendak
berjalan menuju dapur, tetapi Andra sudah lebih dahulu
menarik kerah Tasya.
"Apaan sih? Lepasin!" sinis Tasya.
"Lo juga ikut kita, nggak asik kalau lo nggak ada,"
sahut Bara sembari berjalan keluar lebih dahulu.
"Gue mau ambil jaket, masker, sama ponsel gue!" ujar
Tasya. Tangannya masih setia memukuli Andra. Andra
tersenyum miring, beruntung Tasya masih dalam keadaan
setengah sadar jadi pukulannya tak terasa sama sekali.

Kakak Kelas~| 255

"Gueyangambilin!! teriak Agam lalu berlari menuju
lantai atas.

"Udah ayo tunggu depan," ujar Elang.
Tasya menghela napas pasrah saat Andra menyeretnya
keluar seperti anak kucing. Tasya memilih ikut dengan mobil
Gio karena dengan begitu dia bisa melanjutkan tidurnya lagi.

***
Gio membuka kaca mobilnya sambil mengangkat ibu
jarinya tinggi-tinggi.
"Molor lagi dia," ujar Rafa terkekeh kecil.
"Matiin lampunya, Ar!" bisik Dinda. Arkan pun
mengangguk paham lalu melesat pergi.
Seorang laki-laki mendekat kearah mobil Gio,
tangannya terulur membuka pintu mobil lalu tersenyum saat
disuguhi pemandangan Tasya yang tertidur.
"Gue duluan," pamit Gio, lelaki itu mengangguk
kemudian menatap lekat wajah Tasya.
"IMiss you, babe," bisik laki-laki itu, tetapi Tasya hanya
bergumam lalu kembali tertidur. Laki-laki itu mulai mengangkat
Tasya ala brydal style dengan senyum terukir di bibirnya.
"Ayo, udah saatnya," bisik Elang, lelaki itu pun
mengangguk mengerti.
Suara kembangapi yang dinyalakan mulai mengu-sik
tidur Tasya, ia pun membuka matanya perlahan.
Gelap dan sialnya ia berada dalam gendongan seorang
laki-laki. Seingatnya tadi ia berada di mobil Gio. Ia menajamkan

256 | Anggi Nurhasanah

penglihatannya. Sosok itu. Tasya meraba rahangnya,
pandangannya yang semula menatap ke atas beralih
menatapnya.

Deng!
"Kevin?" lirih Tasya.
"Yes, baby?"
Ah, sial! Laki-laki yang selama ini ia rindukan, tengah
berada didekatnya. Menatapnya dengan senyumkhasnya, tanpa
Tasya sadari air matanya lolos begitu saja.
Kevin yang melihat Tasya menangis langsung
menurunkan Tasya. Tangannya pun terulur menghapus air
mata Tasya. "Long time no see," ujar Kevin.
Tanpa pikir panjang Tasya langsung memeluk leher
Kevin untuk menyalurkan kerinduannya. "J-jangan pergi, kalau
emang mimpi, gue nggak mau bangun," ujar Tasya terbata-
bata.
"Shttt, not dreams," bisik Kevin.
"Happybirthday, Tasya!" teriak teman-temannya
serempak.
Tasya melepas pelukannya kemudian membalik-kan
badan.Bibirnya terangkat kecil, ia dapat melihat Dinda dan Nisa
yang membawa dua kue berwarna hitam dan putih.
"Yuhu, make a wish dong, Sya!" teriak Elang antusias.
"Wish gue dapet pacar ya, Sya." ujar Rafa.
"Itu sih mau lo," ujar Denta pada Rafa. Tasya terkekeh
kecil lalu meniup lilinnya.

Kakak Kelas~| 257

"Kenapa?" tanya Tasya pada Kevin. Dahinya mengerut
saat Kevin memutar tubuhnya agar berhadapan dengannya.

"Happy sweet seventeen, sayang," ujar Kevin, ia
mendekat lalu mencium kening Tasya. Tasya yang tadinya
masih ngantuk langsung melek seketika.

"Happylevelupday!" teriak Arkan, lalu seperkian detik
kemudian lampu mulai menyala.

"Sumpah ya, Sya. Gue tadi mojok disana, cuma buat
nyalain ini lampu," ujar Arkan dengan bangganya.

Tasya terkekeh pelan. "Iya deh, thanks ya, Arkan," ujar
Tasya.

"Sama-sama, boleh makannih? Kasihan dingin
makanannya kalau dianggurin."

"Halah, perut aja terus gedein gak jadi six pack entar,"
ledek Agam.

"Entar Neng Dinda kabur," Fajar menimpali.
"Gue nggak gitu ya!" teriak Dinda tak terima.
"YakinArkan buncit lo masih mau?" ujar Andra dengan
nada tak percaya.
"Iyalah, Dinda kan setia!" ujar Arkan sambil memakan
cake disebelahnya.
"Entar tagihan kafe gue, lo yang bayarin ya, Ar?"
celetuk Zaki yang dari tadi diam.
"Lah, mana bisa gitu!" teriak Arkan.
"Jelas, lo yang paling banyak makan."

258 | Anggi Nurhasanah

Tasya mengerutkan dahisaat Kevin berjongkok
didepannya. "Mau ngapain?"

"Will you marry me?" tanya Kevin sembari
mengeluarkan cincin dari sakunya.

"Tasyamasihsekolahbego! Guenggakkasih izin ya!"
teriak Angga.

Tasya mengalihkan pandangan pada Angga yang sibuk
mencibir. "Lo balik juga?" tanya Tasya.

"Ya jelaslah, papa sama mama juga ada," ujar Angga.
Tasya yang mendengarnya pun teramat senang, rasanya sudah
lama mereka tak mengunjungi Tasya.

"S-serius lo? Bohong lu mah!" sarkas Tasya. Mana
mungkin mama sama papanya yang super sibuk itu kemari.

"Kami disini, sayang!" teriak Dika—ayahnya Tasya.
Tangan Dika melambai sembari tersenyum, disampingnya juga
ada Claudya—ibunya Tasya.

Tasya tersenyum sambil melambaikan tangannya juga.
Kevin yang masih berada dalam keadaan jongkong berdehem
sebentar.

"Encok, Pin? Bah enak ya dikacangin gitu?" ledek Elang,
sontak membuat teman-temannya yang lain ikut tertawa.

"Sorry," lirih Tasya.
"So? Will you be mine?" tanya Kevin lagi tapi kali ini ia
mengganti kata-katanya.

Kakak Kelas~| 259

"Tadi marry, ngapain diganti mine?" celetuk Denta
dengan muka polosnya. Kevin menghela napasnya lalu
menatap Denta nyalang, seolah mengibarkan bendera perang.

"Iya, kecewa nih gue padahal tadi mau nitip debay,"
ujar Nisa sambil mengerucutkan bibirnya.

"Diem dah lo pada, biarin Tasya jawab dulu kenapa
kalian rusuh banget sih," ujar Gio.

Kevin merasa beruntung mendapat teman seperti Gio,
sungguh pengertian. Jujur saja kini kaki Kevin sudah mulai
keram dibuatnya.

"Yes, i will," jawab Tasya. Keadaan yang tadinya
hening menjadi ribut kembali. Kevin tersenyum lalu
memakaikan cincin pada jari manis Tasya, akhirnya
kesabarannya menunaikan hasil.

Dika dan Claudy mendekati Tasya mereka berpelukan
melepas rindu. "Kenapa baru balik?" tanya Tasya sambil
mengerucutkan bibirnya.

"No, sayang. Kami sudah pulang seminggu yang lalu
tapi Kevin bilang inginmembuatsurpriseuntukmu," jelas
Claudya.

"Kamu punya apa sampai tak merasa ragu ingin
menikahi anak saya?" tanya Dika.

"S-saya penerus perusahaan Brega, Om." Kevin sempat
gemetaran tapi buru-buru ia menetralkan kembali wajahnya.
Bisa hancur reputasinya didepan calon mertua nanti.

260 | Anggi Nurhasanah

"Oh, tapi Tasya masih sekolah dia baru boleh menikah
kalaululus kuliah," ujar Dika serius.

"Iya, Om saya akan menunggu Tasya," ujar Kevin. Dika
tersenyum sambil menepuk pundak Kevin.

"Papa sama Mamamau makan dulu ya," ujar Dika
sambil menarik tangan Claudya.

"Bye, sayang, sampai ketemu dirumah ya," pamit
Claudya. Tasya hanya menganggukpadahal ia masih sangat
merindukan mereka.

"Kenapa cemberut? Mau dicium?" bisik Kevin.
Mata Tasya membola sempurna, seperkian detik
berikutnya ia menutup mulutnya. Kevin menarik tangan Tasya
untuk duduk disalah satu bangku disana.
"Lo hutang cerita sama gue!" ujar Tasya sambil
menodongkan garpu yang ada di meja.
"Be calm, Sya."
"Lo kemana aja sih? Katanya mau ngabarin kalau udah
disana. Lah ini boro-boro ngabarin, chat gue aja cuma centang
satu," sindir Tasya. Kevin hanya diam sam-bil menaikkan
sebelah alisnyamencerna apa yang barusan Tasya katakan.
Kevin tersenyum sambil mencolek dagu Tasya.
"Kangen? Sepi ya nggak ada gue? Bukan cuma lo, Sya, gue
juga kesiksa. Sebulan gue coba fokus sama kantor cabang papa
yang disana tapi pikiran gue selalu buyar. Ponsel gue juga
disita sama papa, sebelum selesai gue nggak boleh pegang
ponsel," jelas Kevin.

Kakak Kelas~| 261

Penjelasan Kevin barusan membuatTasya

menundukkankepalanya. Malu! Tasya harap bisa menghilang

sebentar saja. Ah, sial! Tasya terlalu berpikir macam-macam

tentang laki-laki itu.

"Kenapa nunduk?"

"Malu," cicit Tasya. Kevin menggelengkan kepala

melihat tingkah laku gadisnya itu.

"Besok mau ke pantai?" tanya Kevin berusaha

mengalihkan pembicaraan mereka. Tasya mengangkat

kepalanya lalu mengangguk antusias.

"Besok gue jemput."

"Harus sampai sore ya soalnya mau lihatsunset," ujar

Tasya, matanya berbinarpenuh harap agar Kevin mau

mengabulkan permintaannya.

"Yes, love," Tasya merutuki Kevin dari dalam hatinya.

Kenapa Kevin jadi bisa so sweet, sungguh ini tak baik untuk

kesehatan jantungnya.

"Kenapa diam? Ayo dimakan nanti keburu tambah

dingin," ujar Kevin.

"Pin, katanya lo kuliah disana? Emang nggak jadi

kuliah?" tanya Tasya, matanya menatap sendu Kevin.

"Jadi," ujar Kevin.

"Terus? Kenapa pulang?" tanya

"Setelah aku pikir-pikir kalau kuliah lokal juga bagus,

lagian kemarin aku kesana cuma buat ngurusin bisnis papa,"

262 | Anggi Nurhasanah

jawab Kevin sambil menyodorkan piring daging yang sudah ia
potong tadi.

"Makasih," ujar Tasya. Tasya masih berusaha
menyembunyikan rasa senangnya.

"Buat dagingnya atau buat aku nggak jadi kuliah
disana?"

"Kalau bisa dua kenapa harus satu."

Kakak Kelas~| 263

264 | Anggi Nurhasanah

EPILOG

Tasya duduk bersila di tepi pantai menikmati
indahnya senja dengansemilir angin yang menerpa
wajah cantiknya.
"Gue kangen kak Gilang," lirih Tasya dengan berusaha
mempertahankan senyum manisnya.
"Kak Gilangpasti seneng disana, soalnya kan adik
kesayangannya udah gede. Cantik lagi," ujar Kevin sambil
mengeratkan pelukannya dari samping.
Walaupun senja hanya sebentar tapi kehadirannya
sangat membekas dan berarti. Senja juga membuat kita
mengerti apa itu kata rela.
Ketika senja yang indah pergi dalam waktu yang
singkatmalam pun mengambil alih.Malam juga sama
menenangkan dengan dihiasi banyaknya bintang-bintang di
langit serta bulan yang bersinar di atas sana.

Kakak Kelas~| 265

Begitu pun kak Gilang. Kak Gilang pergi, tetapi setelah
itu Kevin hadir didalam hidupnya menggantikan sosok Gilang
yang hidup dihatinya.

Kehidupan itu akan selalu berputar. Terkadang
kepergian seseorang baru akan menyadarkan kita betapa
berharganya ia.

Semua itu tergantung diri sendiri. Jadi, manfaat-kan
waktumu sebaik mungkin. Karena kita sendiri tidak tau kapan
seseorang akan pergi dan hadir dalam hidup kita.

Layaknya malam yang nantinya akan menjadi pagi.
Merelakan seseorang memang tidak mudah, tetapi seiring
berjalannya waktu kita pasti bisa.

Pertemuan ada untuk perpisahan, perpisahan ada
karena pertemuan.Sekarang sudah pahamkan jika tidak ada
yang kelak?

266 | Anggi Nurhasanah

EXTRA PART

Waktu berjalan begitu cepat layaknya air yang
mengalir. Tasya yang dulunya masih
berseragam abu-abu kini gadis itu sudah
menjadi mahasiswa hukum tahun terakhir.
"By, gimana kuliah kamu?" Tasya menatap pria berjas
itu dengan sebal. "Mau pelukan pereda capek, hmm?" Tasya
mengangguk sembari memeluk erat pria itu.
"Udah, dilihatin sama temen kamu tuh." Tasya menarik
tangannya dengan berat hati, rasanya nyaman di pelukan Kevin
berasa di pelukan papanya.
“Silahkan masuk, tuan putri.”
Tasya tersenyum manis sembari masuk ke dalam mobil
Kevin. Kevin menutup pintu lalu memutari mobilnya dan duduk
di samping Tasya. "Maukemana?" tanya Kevin sembari
menjalankan mobilnya.

Kakak Kelas~| 267

Tasya mengangkat buku tebalnya. "Kantor kamu aja ya
soalnya aku harus mempelajari kasus ini. Besok ada sidang
percobaan dan kamu tau nggak aku jadi apa?" Kevin hanya
menggeleng menanggapi gadisnya. "Jaksa penuntut."

Kevin memang sudah lulus tahun lalu, sekarang dirinya
sedang mengelola perusahaan milik papanya yang nantinya
akan diwariskan padanya.

"Bagus dong, dari dulu kamu pengen itu kan?" Tasya
mengangguk antusias. "Makanya kamu harus serius." Kevin
mengacak-acak rambut Tasya gemas.

Setelah sampai di kantor, Kevin hanya mengantarkan
Tasya sampai ruangannya, ia baru ingat jika ada meeting saat
ini. "Aku mau meeting dulu ya, kamu jangan keluar. Belajar
aja!" Kevin memperingati.

Cup!
Kevin mencium kening Tasya. "Ihh, kamu berasa punya
istri ya?" tuding Tasya, "mau salim juga, biar nanti nggak
kaget," lanjut Tasya sembari meraih tangan Kevin.

***
Kevin melangkahkan kaki ke ruangan miliknya,
matanya mencari keberadaan Tasya, tetapi nihil! Gadis itu tak
kunjung menampakkan batang hidungnya. "Sya, kamu dimana,
hmm?" lirih Kevin sembari berjalan keluar ruangan.
"Dina!" panggil Kevin.
Sang empu nama menoleh lalu menghampiri Kevin.
"Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

268 | Anggi Nurhasanah

"Tasya?"
"Mbak Tasya, tadi saya lihat di kantin bawah Pak,"
jawabnya. Kevin mengangguk mengerti lalu pergi ke kantin.
"Kevin,sini!" teriak Tasya. Kevin tersenyum lega saat
melihat gadis itu melambaikan tangan ke arahnya.
"Kenapa keluar?" tanya Kevin setelah duduk di depan
Tasya, matanya menatap Tasya gemas.
"Aku laper, menghafal itu butuh tenaga, Pin." jelas
Tasya lalu kembali makan. Sesekali gadis itu membalik
bukunya. Manik matanya bergulir ke kanan dan ke kiri
mengikuti kalimat yang sedang ia baca tetapi kegiatannya
berhenti saat Kevin menarik bukunya
"Eh, kok diambil aku belum selesai bacanya."
"Makanannya dihabisin dulu," ujar Kevin sembari
menunjuk piring Tasya dengan dagunya. Tasya pun
mengangguk lesu lalu melanjutkan acara makannya.

***
Sesampainya di rumah, Tasya langsung turun lalu
berjalan membuka gerbang rumahnya tapi tangannya terhenti.
Tasya membalikkan badan lalu mengetuk kaca mobil Kevin.
"Kevin nggak mampir dulu? Di tanyain loh sama papa kemarin,"
Kevin mempertimbangkan tawaran Tasya. "Ayo! Nggak usah
banyak mikir."
"Iya-iya, bukain gih gerbangnya masukin mobil dulu."
Tasya tersenyum manis saat melihat Angga yang duduk
di kursi teras lalu pergi meninggalkan Kevin.

Kakak Kelas~| 269

"Bentar, Sya. Abangbukan kucing," rengekAngga
sembari berusaha melepas cekalan Tasya dari kerahnya

"Abang diem! Bukain dulu gerbangnya. Berat tau,
Tasya nggak kuat." Angga melirik keluar gerbang kemudian
mengangguk paham.

Cup!
"Makasih Abang." Setelah mengecup pipi Angga, Tasya
berlari ke arah Kevin dan menubruk laki-laki itu dari belakang.

"Uwu terus!"
"Bang Angga, iri kan sama, Tasya. Makanya cari pacar
biar nggak jomblo," ledek Tasya sembari memeluk Kevin dari
samping.
Angga mendengus kesal lalu berjalan lebih dahulu ke
dalam rumah. "Ma, Tasyabawacalonmantukerumah nih!" teriak
Angga.
Claudy yang berada di ruang tamu langsung menjewer
telinga Angga. "Bagus dong, kamu kapan bawa cewek ke
rumah? Udah gede loh, Bang, Mama kan pengen gendong
cucu."
"Ada apa kok ribut-ribut? Sampai atas loh suara-nya,"
sela Dika sembari berjalan menuruni tangga.
"Mama nih, masa Angga dikatain jomblo. Habis itu
jewer telinga aku lagi," adu Angga, tangannya sibuk mengelus-
elus telinganya yang memerah.

270 | Anggi Nurhasanah

"Memang kamu punya pacar? Bawa ke rumah gih,
kenalin sama Papa." Bukannya membela, Dika malah semakin
memojokkan Angga.

"Udahlah, Angga anak pungut diam," rajuknya sembari
melempar tubuhnya di sofa.

Claudy tertawa renyah melihat kelakuan anaknya.
Pandangannya kini beralih pada Kevin. "NakKevin, tumben
mampir?"

"Iya, Tan. Kemarin Kevin masih sibuk di kantor."
"Kalau sibuk nggak usah anter jemputTasya biar pak
Dodi aja," sahut Dika.
"Nggak, Om, udah kewajiban saya buat jagainTasya."
Tasya tersenyum mendengar jawaban Kevin, tidak salah ia
memilih calon imam.
"Ya sudah terserah kamu. Jadi, kapan kamu akan
menikahi anak saya?"
"Pa! Angga nggak mau dilangkahi harus Angga dulu
yang nikah," sahut Angga memelas.
"Lama!" ujar Tasya dan Kevin bersamaan.
"Kalian ngebet banget sih, nunggu gue bentar! Masih
pdkt nih, sabar dong."

***
Satu bulan yang lalu saat acara kelulusan Tasya, Kevin
langsung melamarnya tepat di depan seluruh mahasiswa. Kevin
juga sempat izin dengan panitia sebelumnyadan mereka sama
sekali tidak keberatan.

Kakak Kelas~| 271

Teriakan iri dari para kaum hawa saat itu, dimana Kevin
menyanyikan lagu euphoria—Jungkook[BTS] sungguh
memekakkan telinga. Tasya juga tidak menyangka Kevin bisa
menyanyi terlebih lagi itu merupakan lagu favoritnya.

Hari ini Kevin berencana mengajaknya untuk memilih
baju untuk pernikahan mereka, pagi-pagi buta Kevin sudah
stand by di rumah gadisnya. Berbeda dengan Tasya yang masih
sibuk bergelut dengan alam bawah sadarnya. Perihal Angga
yang tidak mau di langkahi sudah di urus oleh Kevin. Entah di
sogok apa tapi yang jelas Tasya tak mau ambil pusing.

Setelah sampai di butik langganan keluarga Brega,
Tasya langsung di sambut ramah oleh pemiliknya. "Tasya,
cantik banget sih pantesan Kevin kepincut sama kamu. Sini ikut
Tante, kamu tunggu di situ dulu ya,”ujarnya sembari menunjuk
sofa di depan ruang ganti.

Kali ini Tasya keluar dari ruang ganti untuk kesekian
kalinya. "Kalau yang ini gim—?"

"Ganti!" Senyum Tasya yang tadinya mengemba-ng kini
memudar, tangannya melempar buket bunga yang di
pegangnya ke arah Kevin.

Kevin memijat pelipisnya lalu menatap Tasya tajam.
"Apa?"

"Aku tuh capek dari tadi bolak-balik ganti baju ini itu,
kamu pikir nggak ribet? Susah bajunya," kesal Tasya.

272 | Anggi Nurhasanah

Kevin menghela napas. "Tante, desainnya udah aku
send, sebelum acara harus udah jadi ya," ujar Kevin lalu pergi
meninggalkan Tasya.

"Ihh, Tante, keponakannya emang minta dihajar!
Gunanya aku ganti dari tadi buat apa kalau desainnya udah dia
pilih sendiri?

"Sabar, cantik. Ayo Tante bantu lepas gaunnya, habis
itu kita hitung ukuran kamu ya." Tasya mengangguk pasrah, ia
pastikan setelah ini harus menonjok Kevin sampai puas. Tapi
kasihannanti mukanya lebam, jelek dong waktu akad nikah
nanti.

***
Tasya menatap pantulan wajahnya dicermin kemudian
matanya melirik Dinda yang tengah bertengkar dengan Nisa.
"Kalian bukannya nenangin guemalah ribut sendiri," sindir
Tasya. Buru-buru Dinda merangkul Nisa untuk mendekat ke
arah Tasya.
"Iya sorry, lo kenapa sih? Grogi? Santai ajalah Kevin
nggak bakalan gigit lo."
"T-tapi bukan itu masalahnya, Dinda."
"Terus kenapa sih? Lebay lo. Bukannya lo ngebet
banget nikah pengen nyusulin gue samaDenta?" Nisa memang
sudah menikah terlebih dahulu dengan Denta bahkan sekarang
tengah hamil menginjak satu bulan.
"Gue setuju sama bumil. Rileks aja, Sya.
"Sayang, ayo turun," panggil Claudy dari balik pintu.

Kakak Kelas~| 273

"Iya, Ma, sebentar."
***

Tasya berjalan menuruni tangga bersama Claudy,
serta Nisa dan Dinda yang membantu membawa rok Tasya
yang super panjang. Dirinya menjadi pusat perhatian semua
orang saat berjalan pelan ke arah Kevin.

Tasya menatap kagum Kevin, lelaki itu jauh lebih
tampan dari biasanya. Senyum Kevin tak kunjung
pudarmembuat dirinya tertular. Penantian yang begitu panjang
akhirnya membuahkan hasil yang indah.

"Cantik," lirih Kevin. Rasa rindu pada gadisnya akibat
pingitan beberapa hari yang lalu membuatnya begitu tersiksa.Ia
tak boleh bertemu ataupun bertukar pesan, sangat
menyebalkan.

Setelah Tasya duduk di sampingnya, Kevin
membisikkan sesuatu. "Kamu cantik." Dua kata yang berhasil
membuat pipi Tasya memerah.

Pak penghulu menyodorkan tangan pada Kevin.
"Bagaimana apakah saudara Kevin sudah siap?" Kevin
mengangguk sembari menjabat uluran tangan penghulu itu.

"Saya nikahkan engkau dengan Anatasya Aulia
Mahardika binti Mahardika, dengan maskawin uang tunai satu
milyardan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Saya terima nikahnya Anatasya Aulia Mahardika
dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" ucap Kevin dengan
satu tarikan nafas.

274 | Anggi Nurhasanah

"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah!!" Kevin menoleh menatap sendu Tasya kemudian
mencium keningnya. Begitu pun dengan Tasya yang mencium
Tangan Kevin. Setelah itu, mereka bertukar memakaikan cincin.
Tasya tak percaya bahwa sosok lelaki yang berada di
depannya sekarang telah resmi menjadi imamnya. Tanpa sadar
air mata Tasya menetes. "Jangan nangis!" ucap Kevin sembari
menghapus jejak air mata Tasya.

***
Di rasa sudah tak ada yang berdatangan Kevin duduk
di kursi pelaminan. "Kalau capek duduk aja, nggak papa," ucap
Kevin sembari menarik Tasya agar duduk di sampingnya.
Belum juga sampai lima menit Tasya dan Kevin di
haruskan berdiri lagi. "Queen, kok udah duduk sih kita belum
naik padahal!" teriak Rafa, tangannya membawa sapu yang ia
angkat tinggi-tinggi.
Bukan hanya Rafa melainkan seluruh anggota Poison
dan Angga CS yang tengah membawa peralatan rumah tangga
mulai dari sapu, tongkat pel, kemoceng, bantal guling, selimut,
dan banyak lagi lainnya.
"Gila ye lo pada! Pakai bawa sapu segala macam,"
tegur Tasya di sertai kekehan kecilnya.
"Suami lo kan tajir, lo juga banyak duit jadi kita beli
yang bermanfaat aja," celetuk Andra sembari memberikan
guling kepada Tasya, "by the way, selamat ya ditunggu
keponakannya."

Kakak Kelas~| 275

"Gue request kembar ye harus cewek-cowok," celetuk
Angga sembari menepuk pundak Kevin.

"Aman," sahut Kevin.
"Bawa lagi itu barangnya nanti gue sharelock." ucap
Kevin sembari mengambil guling yang dipeluk oleh Tasya lalu
memberikannya kepada Andra.
Elang melangkah mendekat ke arah Tasya. "Nanti kalau
lo disakiti sama Kevin bilang ke gue, gue jabanin kalau mau
kabur." Tasya terkekeh lalu mengangguk sesekali melirik
suaminya.
"Happy wedding, gue turun dulu ye biasalah mau
makan gratis," sela Arkan sembari menarik tangan Dinda.
"Sya, gue duluan sekali lagi selamat!" teriak Dinda
sambil melambaikan tangan.
"Tasya, jangan lupa yang gue ajarin tadi!" Tasya
melotot ke arah Nisa. Ah, gadis itu sungguh minta di ajar.
"Ajarin apaan?" tanya Kevin. Nisa cekikan mengedipkan
mata kirinya pada Tasya lalu turun sembari merangkul manja
tangan Denta.
"Ehh,bu-bukan apa-apakok," jawab Tasya gelagapan,
bisa malu dia jika sampai Kevin tau.
Kevin mengangguk lalu pergi berjalan sampai hilang
dari pandangan Tasya. "Kevin, kemana sih? Bukannya diem
disini, malah kelayapan," cibir Tasya.
Acara malam ini berjalan lancar, tamu undangan yang
begitu banyak mulai dari saudara, rekan kerja kedua belah

276 | Anggi Nurhasanah

pihak keluarga dan juga teman-teman keduanya menjadi saksi
kebahagiaan Kevin dan Tasya.

Not sure if you know this. But when we first met.
I got so nervous I couldn’t speak. I found the one and. My life
had found it’s missing piece.

Tak lama setelah kepergian Kevin, telinga Tasya
mendengarsuara yang cukup familiar. Matanya pun menelusuri
segala penjuru Ballroom hotel dan seketika matanya membola
saat melihat seseorang yang ia cari sedari tadi.

So as long as I live I love you. Will have and hold you.
You look so beautiful in white. And from now ‘til my very last
breath. This day I’ll cherish. You look so beautiful in white.
Tonight…

Tasya menutup mulutnya tak percaya. Siapa pun itu
tolong Tasya, rasanya ingin pingsan di tempat! Suaminya itu
bisa romantis ternyata. Ini adalah kedua kalinya Tasya
mendengar Kevin bernyanyi.Suara Kevin akan menjadi candu
untuknya.

What we have is timeless. My love is endless. And with
this ring I. Say to the world. You’re my every reason. You’re all
that I believe in. With all my heart I mean every word. So as
long as I live I love you. Will haven and hold you. You look so
beautiful in white. And from now ‘till my very last breath. This
day I’ll cherish. You look so beautiful in white. Tonight….You
look so beautiful in white…. So beautiful in white….

Kakak Kelas~| 277

Kevin berjalan pelan sembari terus bernyanyi.
Senyumnya terus mengembang malam ini. Setelah sampai
Kevin menarik tangan kirinya, sebuket bunga yang indah ia
sodorkan kemudian ia bertekuk lutut di depan Tasya.

Tasya mengambil buket itu lalu membantu Kevin berdiri
dan memeluk erat laki-laki itu. Malam ini akan menjadi malam
terindah bagi keduanya, terlalu banyak momen untuk di kenang
bersama.

"I love you!" bisik Kevin sembari membalas pelukan
Tasya tak kalah erat.

"I love me too."
Kening Kevin mengerut, tangannya melepas pelukan
keduanya. "Repeat! Getting naughty, hm."
Tasya tersenyum memamerkan giginya. "No! Ada
banyak hal indah tentang kamu. Mungkin jika dirangkai menjadi
ribuan kata bahkan jutaan kalimat. But let’s shorten it with a
statement. I love you so much. Done."

—SELESAI—

278 | Anggi Nurhasanah

Tentang Penulis:
Anggi Nurhasanah atau lebih

dikenal dengan nama pena Arraeuh.
Gadis kelahiran Blitar, 14 April 2005.
Anggi mulai menulis di wattpad sejak
tahun 2020. Kakak Kelas merupakan
karya pertamanya sekaligus novel pertama.
Anggi juga merupakan salah satu Army. Selain hobi
menulis dan Fan girl, Anggi juga suka menonton drakor
dan juga membaca novel.
Kenalan atau Follow Anggi di:
Instagram: Arraeuh_
Wattpad: Arraeuh_

BLURB
Anatasya Aulia Mahardika merupakan gadis cantik nan
lugu, tetapi kejadian beberapa tahun silam dimana nyawa
Gilang di rengut tepat di depan matanyamembuat Tasya
terobsesi akan balas dendam. Dia juga merupakan leader The
Poison yang saat ini bersitegang dengan Eagle Dark. Panggilan
di dalam dunia gelapnya adalah Queen, jadi tak heran jika
orang di sekitarnya tak bisa mengenalinya.

Kakak Kelas~| 279

Kevin Brega. Laki-laki yang memiliki pahatan wajah
yang nyaris sempurna, di mulai dari hidung mancung dengan
mata hitam pekatnya, tak lupa gaya rambut ala Koreanya. Tak
heran jika dirinya menjadi idaman banyak gadis di SMA Alaska
maupun ibu-ibu komplek di rumahnya.

280 | Anggi Nurhasanah


Click to View FlipBook Version