TULISAN ILMIAH POPULER
UNTUK KENAIKAN PANGKAT
Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd.
Trimo, S.Pd., M.Pd.
TULISAN ILMIAH POPULER UNTUK KENAIKAN PANGKAT
Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd.
Trimo, S.Pd., M.Pd.
vi + 290 halaman, 14,8x21 cm
ISBN 978-602-5579-67-7
Cetakan ke-1
Semarang, SINT Publishing
April 2019
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang Memperbanyak Tanpa Izin Tertulis
dari Pengarang/ Penerbit
Editor
Feresha Ray
Tata wajah
Enggar D. P.
Desain cover:
Arif Budi M.
Diterbitkan oleh:
SINT Publishing
Kauman Barat Rt. 05 Rw. 1 No. 12
Sukorejo, Kendal, Jawa tengah, 51363
(Kantor Semarang)
Email: [email protected]
Web: houseofsint.com
No. Telp. 081943657317
WhatsApp 0895360303928
PRAKATA
Asung kerta waranugraha Hyang Mahaagung, karya
sederhana ini terselesaikan di sela-sela waktu berkejaran
dengan tugas-tugas dinas dan kemasyarakatan. Ide awal
tulisan ini bermula dari minimnya para guru menuangkan
gagasan dalam bentuk tulisan ilmiah populer. Seandainya
ada, tulisan tersebut belum terkonsep runtut dan sistematis
sehingga diperlukan sentuhan fisik maupun psikis.
Tulisan bertajuk Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan
Pangkat ini merupakan bagian kecil dari gagasan penulis
dalam berbagi pengalaman khususnya merangkai huruf A-Z
menjadi tulisan ilmiah populer yang menarik. Setidaknya,
tulisan-tulisan di buku ini dapat menginspirasi para penulis
khususnya guru dalam belajar menulis tulisan ilmiah populer
sebagai salah satu bentuk publikasi ilmiah kenaikan pangkat.
Terima kasih kepada segenap pihak yang membantu
terbitnya buku ini. Anak-anakku (Rara, Citta, dan Raja) yang
bekerja sama melakukan editing sehingga buku sederhana
ini lebih baik untuk dibaca dan terhindar dari kesalahan
ejaan.
Terinspirasi dari Jimmy Dean, “I can’t change the
direction of the wind, but I can adjust my sails to always reach
my destination”. Aku tidak bisa mengubah arah ke mana
angin bertiup, tetapi aku bisa mengatur layarku untuk selalu
mencapai tujuan.
Semarang, saat langit tak berawan
April 2019
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................... v
BAB I Konsep Dasar Tulisan Ilmiah Populer....................... 1
BAB II Proses Menulis Tulisan Ilmiah Populer ................... 5
BAB III Alasan Penolakan Tulisan Ilmiah Populer .............. 11
BAB IV Strategi Menulis Ilmiah Populer............................. 19
BAB V Kearifan Lokal dalam Tulisan Ilmiah Populer ......... 25
BAB VI Kata-Kata Baru dalam Bahasa Indonesia Baku...... 29
BAB VII Contoh Tulisan Ilmiah Populer .............................. 43
DAFTAR PUSTAKA............................................................... 286
TENTANG PENULIS ............................................................. 288
v
BAB 1
KONSEP DASAR
TULISAN ILMIAH POPULER
Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan
apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam
bahasa tulisan. Sebagai proses transfer ilmu dan informasi,
makin hari aktivitas menulis makin banyak ditekuni. Saat ini
kumpulan karya tulis dapat dinikmati dengan mudah, mulai
dari koran, majalah, jurnal ilmiah, buku-buku fiksi, hingga
internet yang secara cuma-cuma menyajikan informasi dan
ilmu. Perkembangan dunia tulis menulis makin pesat, yang
diindikasikan dengan maraknya karya tulis beragam. Secara
garis besar pada hakikatnya karya tulis terbagi menjadi dua
jenis, yaitu fiksi dan nonfiksi. Fiksi adalah karya tulis cerita
rekaan, tidak berdasar kenyataan (khayalan), contohnya
novel. Nonfiksi adalah karya tulis berdasar fakta. Satu di
antara jenis tulisan nonfiksi yang banyak ditemukan adalah
karya tulis ilmiah populer.
Tulisan ilmiah populer merupakan satu dari 10 jenis
publikasi ilmiah yang dinilai dalam angka kredit jabatan
fungsional guru. Kemdikbud (2016) dalam Buku 4 tentang
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 1
Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar disebutkan terdapat 10
jenis publikasi ilmiah, yakni:
a. Presentasi di forum ilmiah
b. Hasil penelitian
c. Tinjauan ilmiah
d. Tulisan ilmiah populer
e. Artikel ilmiah
f. Buku pelajaran
g. Modul/diktat
h. Buku pendidikan
i. Karya terjemahan
j. Buku pedoman guru
Untuk memahami jenis tulisan ilmiah populer, terlebih
dahulu dilakukan pengkajian pengertian kata tulisan, ilmiah,
dan populer itu sendiri. Melalui hal tersebut dapat
ditemukan makna utuh tentang jenis tulisan ini. Berikut
pemaparan ketiga elemen tersebut.
Menurut Suseno (2007) tulisan adalah istilah yang
digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis, disusun
berdasarkan tulisan, karangan, dan pernyataan gagasan
orang lain. Seseorang yang menyusun kembali hal-hal
dikemukakan orang lain disebut penulis, bukan pengarang.
Sebab ia memang hanya mengompilasikan (meringkas dan
menggabungkan menjadi satu) berbagai bahan informasi
sedemikian rupa sehingga tercipta tulisan baru lebih utuh.
2 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
Ilmiah berarti bersifat ilmu atau memenuhi syarat
(kaidah) ilmu pengetahuan (KBBI daring, 2018). Karya ilmiah
adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu
masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah
keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah
dalam membahas permasalahan, menyajikannya dengan
bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan
prinsip-prinsip keilmuan lain seperti objektif, logis, empiris
(berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten.
Pada mulanya karya tulis ilmiah adalah tulisan yang
didasarkan penelitian ilmiah. Namun belakangan mulai
berkembang paradigma baru bahwa karya tulis ilmiah tidak
harus didasarkan penelitian ilmiah saja, melainkan juga
kajian terhadap suatu masalah yang dianalisis ahlinya secara
profesional. Contoh karya tulis ilmiah seperti definisi di atas
adalah makalah (paper), artikel ilmiah, skripsi, tesis,
disertasi, dan lain-lain. Definisi ilmiah ini sendiri akan
mengalami reduksi (pengurangan) makna bila digandengkan
dengan kata populer.
Populer berarti dikenal dan disukai orang
banyak/umum (KBBI daring, 2018). Bisa juga berarti sesuai
kebutuhan masyarakat pada umumnya, atau mudah
dipahami orang banyak. Istilah populer merujuk kepada
penggunaan bahasa yang relatif lebih santai, padat, serta
mudah dicerna ragam pembaca, dan tampilan karya atau
layout yang disajikan semenarik mungkin agar masyarakat
tertarik.
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 3
Tulisan Ilmiah Populer adalah tulisan ilmiah yang
dipublikasikan di media massa (koran, majalah, atau
sejenisnya). Tulisan ilmiah populer dalam kaitan dengan
upaya pengembangan profesi guru merupakan tulisan yang
lebih banyak mengandung isi pengetahuan, berupa ide, atau
gagasan pengalaman penulis yang menyangkut pendidikan
(Kemdikbud, 2016: 28).
Kerangka isi tulisan ilmiah populer disesuaikan
persyaratan atau kelaziman dari media massa yang akan
memublikasikan tulisan tersebut. Bukti fisik yang dinilai
berupa guntingan (kliping) tulisan dari media massa yang
memuat karya ilmiah penulis, dengan pengesahan dari
kepala sekolah/madrasah. Pada guntingan media massa
tersebut harus jelas nama media massa serta tanggal
terbitnya. Jika berupa fotokopi, harus ada surat pernyataan
dari kepala sekolah/madrasah yang menyataan keaslian
karya ilmiah populer yang dimuat di media massa tersebut.
Lebih lanjut ditegaskan dalam Buku 4 tentang
Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (2016: 29), besaran angka kredit tulisan ilmiah
popular: (1) Artikel ilmiah populer di bidang pendidikan
formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di
media massa tingkat nasional, dinilai 2, dan (2) Artikel ilmiah
populer di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada
satuan pendidikan dimuat di media massa tingkat provinsi,
dinilai 1,5.
4 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
BAB 2
PROSES MENULIS
ILMIAH POPULER
Proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan, atau
pengolahan yang menghasilkan produk. Menulis adalah
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang,
membuat surat) dengan tulisan (KBBI daring, 2018). Dalam
konteks tulisan ilmiah populer, proses yang dimaksud adalah
olah pikir seorang penulis untuk memproduksi tulisan.
Sebenarnya, tidak ada resep khusus ketika seseorang
(guru) bermaksud menulis ilmiah populer. Apalagi bagi
seseorang yang sudah terbiasa, menulis ilmiah populer bisa
mengalir tanpa konsep awal. Bahkan kulminasi dari tulisan
mengalir acapkali muncul ketika seseorang langsung
menulis melalui komputer. Berbeda dengan penulis pemula,
biasanya mereka (guru) mulai membuat konsep dulu,
mengembangkan, dan menelaah.
Setiap orang memiliki karakteristik dalam memulai
menulis sehingga proses menulis seseorang akan berbeda.
Menurut McMahan (1981:12-26) bahwa proses atau tahapan
penulisan karya ilmiah meliputi: (1) Merencanakan; (2)
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 5
Menetapkan masalah; (3) Membatasi masalah; (4) Mengkaji
tulisan relevan; (5) Membuat kerangka; (6) Mengumpulkan
bahan; (7) Menyusun konsep; (8) Menyeleksi kata dan
kalimat digunakan; (9) Melaksanakan verifikasi; (10)
Menyusun konsep akhir; (11) Mengetik dan menggandakan;
(12) Menyiarkan dan menyampaikan dalam pertemuan
ilmiah.
Merencanakan tulisan ilmiah populer merupakan
langkah awal. Biasanya fokus dari merencanakan adalah
menetapkan tema yang akan ditulis. Sebagai langkah awal,
seorang penulis bisa merencanakan tulisan ilmiah populer
dengan menyusun daftar berbagai fenomena aktual dan
menjadi perbincangan.
Setelah menyusun daftar persoalan, langkah
berikutnya adalah menetapkan masalah. Masalah yang
ditetapkan adalah persoalan teridentifikasi dan menjadi
prioritas utama. Agar persoalan yang sudah ditetapkan
lebih fokus dan “menggigit” perlu dilakukan upaya
membatasi masalah tersebut. Pembatasan masalah
memang diperlukan agar ulasan tulisan ilmiah populer tidak
nggedabyah atau ke sana kemari tidak mengulas pokok
persoalan.
Proses berikutnya adalah mengkaji tulisan relevan. Hal
tersebut sangat penting dilakukan untuk membandingkan
persoalan yang akan ditulis dengan persoalan serupa yang
sudah pernah ditulis. Agar tidak terkesan memplagiat,
tulisan relevan dapat dijadikan rujukan penulis untuk
6 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
mengkaji dan mengembangkan tulisan dari sudut pandang
berbeda. Tentunya ulasan berbeda itu, menjadi lebih
lengkap dan berbeda dengan tulisan sebelumnya. Dalam
konteks proses ini maka orisinalitas dan gagasan penulis
dipertaruhkan. Bukan saja berbeda sudut pandang, tetapi
juga berbeda dari segi cara menyampaikan dan ketajaman
gagasan.
Setelah bahan-bahan tulisan dipersiapkan dengan
menyandingkan tulisan lain yang relevan, proses menulis
ilmiah berikutnya adalah membuat kerangka. Kerangka
karangan merupakan rancangan kerja yang memuat
ketentuan-ketentuan pokok bagaimana tema harus
dikembangkan. Kerangka menulis ilmiah populer dapat
berupa catatan-catatan sederhana yang merupakan pokok-
pokok pikiran runtut dan padu. Diperjelas Ramlan (2008)
bahwa fungsi kerangka karangan adalah mencegah
pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan
dalam topik, kalimat, dan tujuan karangan.
Proses yang tidak kalah penting berikutnya adalah
mengumpulkan bahan terkait tulisan ilmiah populer. Bahan-
bahan tersebut dapat berupa buku teks, bacaan, majalah,
koran, hasil meramban internet, dan tulisan-tulisan serupa
yang mengupas tema. Bahan tersebut akan memperkaya
analisis penulis karena tulisan ilmiah populer yang baik perlu
dukungan teori atau kajian-kajian ilmiah lain agar tulisan
tidak terkesan hanya persepsi. Penggunaan teori dalam
tulisan ilmiah populer perlu dibahasakan secara baik atau
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 7
didialogkan agar tidak terkesan kaku seperti karangan ilmiah
lainnya (skripsi, tesis). Penggunaannya juga tidak terlalu
panjang. Karenanya, perlu diringkas serta dibahasakan
secara lugas, sistematis, dan enak dibaca.
Menyusun konsep yang berdasar pada kerangka
merupakan langkah selanjutnya. Konsep dikembangkan
terinci agar tiap persoalan dapat ditelaah mendalam. Jika
dimungkinkan muncul konsep lain, segera tulis dan
dikembangkan agar konsep tersebut menyatu dengan
konsep lain sehingga memberikan kekuatan naskah holistis.
Agar tidak terjadi kesalahan kata dan kalimat, maka
konsep perlu dilakukan editing ejaan, khususnya pemilihan
dan penggunaan kata agar sesuai ejaan bahasa Indonesia.
Penulis bisa menggunakan kamus manual atau secara
daring. Jika terjadi keraguan atas penulisan baku terhadap
sebuah kata, penulis segera melakukan cek di kamus.
Ada baiknya juga melakukan verifikasi terhadap tulisan
ilmiah populer dengan cara memastikan tidak ada kata-kata
yang salah, baik ketikan maupun ejaan. Sebelum
memverifikasi melalui kamus, penulis juga bisa meminta
orang lain (teman, sahabat, dan lainnya) untuk membaca
tulisan tersebut dan memberi tanda hasil verifikasinya.
Tentu untuk hal tersebut, perlu mencari orang yang paham
dan kompeten dalam bidang kepenulisan agar tidak
malapraktik.
Konsep yang sudah dikembangkan memungkinkan
muncul konsep baru yang memperkaya konsep sebelumnya.
8 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
Langkah selanjutnya, menyusun konsep akhir, artinya
penulis perlu memastikan semua sudah menyatu sehingga
tidak muncul lagi konsep lain.
Setelah konsep akhir tersusun, penulis perlu
melakukan pengetikan konsep tersebut apabila masih
berupa tulisan tangan. Jika konsep langsung ditulis di
komputer, penulis tinggal melakukan pengecekan akhir.
Pengecekan tulisan seringkali memunculkan perasaan
tertentu berupa rasa “puas” terhadap tulisan ilmiah populer
yang dibuat, bisa juga memunculkan rasa tertentu yang
memerlukan perenungan berupa
penambahan/pengurangan kata/kalimat tertentu agar
menjadi lebih enak dibaca.
Langkah terakhir, setelah tulisan ilmiah populer jadi
adalah memublikasikan ke media massa. Untuk kepentingan
kenaikan pangkat, syarat memperoleh penilaian adalah
tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikan tersebut dimuat di
media massa minimal tingkat provinsi.
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 9
BAB 3
ALASAN PENOLAKAN
TULISAN ILMIAH POPULER
Tidak mengherankan jika ada guru gelisah ketika harus naik
pangkat dengan persyaratan publikasi ilmiah tertentu.
Apalagi ketika sudah mulai membuat karya dan dikirim
untuk penilaian angka kredit, naskah tersebut ditolak.
Penolakan naskah sontak menjadi pukulan tersendiri bagi
seorang penulis (guru). Tidak jarang dari mereka (guru)
menjadi apatis dan tidak bersemangat lagi. Seolah-olah
upaya mereka tidak membawa hasil.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, seorang penulis
(guru), perlu mempelajari Buku 5 agar kesalahan-kesalahan
penulisan dapat diminimalisasi. Alasan penolakan dan saran
tulisan ilmiah popular tertuang pada Buku 5 tentang
Pedoman Penilaian Kegiatan PKB (2016: 22) yang mencakupi
alasan penolakan yang tertuang dalam nomor: (1), (4), (10),
dan (17)
1. Alasan penolakan nomor 1 merupakan alasan yang
berkaitan keaslian tulisan ilmiah populer. Tulisan ilmiah
populer yang dibuat benar-benar merupakan karya asli
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 11
penyusun, bukan plagiat/jiplakan, atau disusun dengan
niat dan prosedur tidak jujur.
2. Alasan penolakan nomor 4 berkaitan konsistensi dari
tulisan ilmiah populer yang disusun guru. Isi tulisan ilmiah
populer harus sesuai tugas pokok guru. Isi tulisan ilmiah
populer harus berada pada bidang tugas guru yang
bersangkutan, dan mempermasalahkan pembelajaran
yang sesuai dengan tugasnya di sekolah/madrasah.
3. Alasan penolakan nomor 10 merupakan alasan yang
berkaitan langsung dengan naskah tulisan ilmiah populer.
Karya atau tulisan ilmiah populer adalah tulisan yang
dipublikasikan di media massa (koran, majalah, atau
sejenisnya). Karya ilmiah populer dalam kaitan dengan
upaya pengembangan profesi ini merupakan kelompok
tulisan yang lebih banyak mengandung isi pengetahuan,
berupa ide, gagasan pengalaman penulis yang
menyangkut pendidikan pada satuan pendidikan penulis
bertugas.
4. Alasan penolakan nomor 17 berkaitan alasan lain di luar
subtansi penulisan ilmiah populer.
12 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
Tabel 3.1
Alasan Penolakan dan Saran Nomor 1 (Keaslian)
No Alasan Penolakan dan Saran
1. a. Keaslian publikasi ilmiah diragukan, sehubungan adanya
berbagai data tidak konsisten dan tidak sesuai seperti
nama, nama sekolah, lampiran, foto dan data.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, karya sendiri,
berfokus laporan mengenai permasalahan nyata di
bidang pendidikan formal pada satuan pendidikan yang
sesuai tugas guru bersangkutan.
b. Keaslian publikasi ilmiah diragukan, sehubungan
waktu pelaksanaan kegiatan penelitian yang kurang
wajar, terlalu banyak penelitian yang dilakukan dalam
waktu terbatas (satu tahun maksimal dua penelitian).
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, karya
sendiri, berfokus laporan mengenai permasalahan
nyata di bidang pendidikan formal pada satuan
pendidikan yang sesuai tugas guru bersangkutan.
c. Keaslian publikasi ilmiah diragukan, sehubungan
adanya perbedaan kualitas, cara penulisan, gaya
bahasa yang mencolok di antara karya-karya yang
dibuat guru yang sama.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, karya
sendiri, berfokus laporan mengenai permasalahan
nyata di bidang pendidikan formal pada satuan
pendidikan yang sesuai tugas guru bersangkutan.
d. Keaslian publikasi ilmiah diragukan, sehubungan
adanya terlalu banyak kesamaan mencolok di antara
publikasi ilmiah yang dinyatakan dibuat pada waktu
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 13
No Alasan Penolakan dan Saran
berbeda. Seperti foto-foto, dokumen, surat
pernyataan yang dinyatakan dibuat dalam waktu
berbeda, sama antara satu dengan yang lain.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, karya
sendiri, berfokus laporan mengenai permasalahan
nyata di bidang pendidikan formal pada satuan
pendidikan yang sesuai tugas guru bersangkutan.
e. Keaslian publikasi ilmiah diragukan, sehubungan
adanya kemiripan mencolok dengan skripsi, tesis, atau
disertasi, baik karya yang bersangkutan maupun karya
orang lain.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, karya
sendiri, berfokus laporan mengenai permasalahan
nyata di bidang pendidikan formal pada satuan
pendidikan yang sesuai tugas guru bersangkutan.
f. Keaslian publikasi ilmiah diragukan, sehubungan
adanya berbagai kesamaan mencolok dengan
publikasi ilmiah yang dibuat orang lain, dari daerah
sama, seperti di sekolah, kabupaten, kota, atau
wilayah sama.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, karya
sendiri, berfokus laporan mengenai permasalahan
nyata di bidang pendidikan formal pada satuan
pendidikan yang sesuai tugas guru bersangkutan.
14 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
Tabel 3.2
Alasan Penolakan dan Saran Nomor 4 (Konsisten)
No Alasan Penolakan dan Saran
4. a. Isi permasalahan yang disajikan tidak atau kurang
sesuai dengan tugas guru bersangkutan.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, berfokus
pada laporan mengenai permasalahan nyata di bidang
pendidikan formal pada satuan pendidikan yang
sesuai tugas guru bersangkutan, pada lokasi, sekolah,
dan kelas serta mata pelajaran sesuai.
b. Publikasi ilmiah yang diajukan untuk dinilai
kedaluwarsa.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, yang
belum kedaluwarsa dan berfokus pada laporan
mengenai permasalahan nyata di bidang pendidikan
formal pada satuan pendidikan sesuai tugas guru
bersangkutan.
c. Publikasi ilmiah yang diajukan pernah dinilai dan
sudah pernah disarankan untuk melakukan perbaikan,
tetapi perbaikan yang diharapkan belum sesuai.
Disarankan kembali memperbaiki sesuai dengan saran
terdahulu, atau membuat publikasi ilmiah baru,
berfokus pada laporan mengenai permasalahan nyata
di bidang pendidikan formal pada satuan pendidikan
sesuai tugas guru bersangkutan.
d. Publikasi ilmiah yang diajukan pernah dinilai dan
sudah dinyatakan tidak dapat dinilai dan disarankan
membuat publikasi ilmiah baru, tetapi diajukan lagi.
Disarankan kembali membuat publikasi ilmiah baru,
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 15
yang belum kedaluwarsa dan berfokus pada laporan
mengenai permasalahan nyata di bidang pendidikan
formal pada satuan pendidikan sesuai tugas guru
bersangkutan.
Tabel 3.3 Alasan Penolakan dan Saran Nomor 10
(Tulisan Ilmiah Populer)
No Alasan Penolakan dan Saran
10. a. Isi tulisan ilmiah populer terlalu luas atau tidak
menyangkut bidang pendidikan satuan pendidikan
penulis bertugas.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, yang berisi
atau mempermasalahkan permasalahan nyata di
bidang pendidikan formal pada satuan pendidikan
sesuai tugas guru bersangkutan. Atau membuat
tulisan populer lain yang lebih sesuai.
b. Tulisan ilmiah populer tidak dilengkapi bukti fisik yang
dipersyaratkan. Bukti fisik yang diperlukan adalah
guntingan tulisan dari media massa yang memuat
karya ilmiah penulis, dengan pengesahan kepala
sekolah. Pada guntingan media massa itu harus jelas
nama media massa serta tanggal terbitnya. Jika
berupa fotokopi harus ada pernyataan dari kepala
sekolah yang menyatakan keaslian karya ilmiah
populer dimuat di media massa tersebut.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, yang berisi
atau mempermasalahkan permasalahan nyata di
bidang pendidikan formal pada satuan pendidikan
sesuai tugas guru bersangkutan. Atau membuat
16 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
No Alasan Penolakan dan Saran
tulisan populer lain yang lebih sesuai, dan
menyertakan bukti fisik lengkap.
c. Isi tulisan ilmiah populer, tetapi lingkup
penyebarannya tidak memenuhi syarat.
Disarankan membuat publikasi ilmiah baru, yang berisi
atau mempermasalahkan permasalahan nyata di
bidang pendidikan formal pada satuan pendidikan
sesuai tugas guru bersangkutan. Atau membuat
tulisan ilmiah populer lain yang lebih sesuai lingkup
penyebarannya (tingkat nasional/provinsi).
Tabel 3.4 Alasan Penolakan dan Saran Nomor 17
(Alasan Lain)
No Alasan Penolakan dan Saran
17. a. Publikasi ilmiah cukup baik. Namun belum terdapat
pengesahan, terutama dari kepala sekolah.
Segera dilengkapi dengan persetujuan/pengesahan
sesuai pedoman. Terutama pengesahan kepala
sekolah.
b. Publikasi ilmiah sudah cukup baik, tetapi tidak jelas
apa peran guru Bimbingan Konseling (BK) atau guru
bimbingan TIK/KKPI yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas dalam publikasi
ilmiahnya.
Disarankan memperbaiki publikasi ilmiah tersebut
dengan menunjukkan jelas dan rinci peran guru BK
atau guru bimbingan TIK/KKPI dalam permasalahan
yang dibahas publikasi ilmiah tersebut.
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 17
No Alasan Penolakan dan Saran
c. Publikasi ilmiah sudah cukup baik, tetapi tidak jelas
apa peran kepala sekolah terkait permasalahan yang
dibahas dalam publikasi ilmiahnya.
18 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
BAB 4
STRATEGI PENULIS
ARTIKEL ILMIAH POPULER
Sebenarnya tidak ada teori khusus manakala kita merakit
tulisan ilmiah populer. Persoalan adalah “desa mawa cara,
negara mawa tata, nulis mawa swara.” Artinya, setiap orang
memiliki gaya penulisan khas sehingga kadang ketika
membaca tulisan di media massa, kita berkomenter lirih,
“Kayak begitu saja kok dimuat.”
Lantas sebenarnya senjata pamungkas apa yang bisa
disiapkan saat menulis? Jawabannya sederhana, kemauan
(bukan kemampuan). Tips yang sangat mudah ketika kita
hendak menyusun huruf A-Z agar menjadi kata dan kalimat
bermakna adalah, “Mulailah menulis ketika sedang malas
melakukan.” (Mesti ora padha setuju jalaran padatan wong
nulis yen lagi mood).
Tulisan ini tidak mengajak Bapak/Ibu untuk mengikuti
alur kegelisahan saya. Hal ini disebabkan sudah banyak
orang berjanji ingin berubah dalam artian latihan menulis,
tetapi sampai detik ini masih tidur.
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 19
Namun demikian, berbagai pengalaman saya yang
sampai detik ini masih berkecimpung dalam dunia tulis
menulis (bahkan menjadi mata pencaharian) dapat dijadikan
kaca benggala bahwa menulis itu ternyata mudah (tinggal
membolak-balik huruf A-Z).
Jika kita menulis apa pun (tulisan ilmiah populer) yang
harus dilakukan terlebih dahulu adalah mencermati tema.
Tema apa yang hendak kita bidik (bukan judul). Ketika kita
menyusun judul terlebih dahulu, otak kita akan terfokus
pada judul sehingga kupasan kita tentang tema sudah
mengalir dalam alam karya kita menjadi linear. Biarkan alam
karya kita berkeliaran bebas, otak kita yang menata
pemikiran-pemikiran liar tersebut menjadi alunan melodi
enak dibaca.
Ada banyak sekali tema di sekitar kita. Namun kita
hanya bisa menemukannya jika memiliki kepekaan. Jika kita
banyak melihat dan mengamati lingkungan, lalu menuliskan
catatan harian, ide tulisan sebenarnya "sudah ada di situ"
tanpa kita perlu mencari. Tema itu bahkan terlalu banyak
sehingga kita kesulitan memilih. Untuk mempersempit
pilihan, pertimbangkan aspek signifikansi (apa pentingnya
buat pembaca) dan aktualitas (apakah tema itu tidak
terlampau basi).
Setelah tema ditentukan, fokuskan pada
permasalahan menggelitik dan layak dicermati. Tulisan
ilmiah populer yang baik umumnya ringkas ("Less is more"
kata Ernest Hemingway) dan fokus. Untuk bisa menjamin
20 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
tulisan ilmiah populer itu ditulis sederhana, ringkas, tetapi
padat. Pertama-tama kita harus bisa merumuskan apa yang
akan kita tulis pada kalimat pendek. Rumusan itu menjadi
fondasi tulisan. Tulisan yang baik ibarat bangunan
berfondasi kokoh, bukan interior indah (kata-kata mendayu-
dayu) tetapi keropos dasarnya.
Setelah tema dicermati, kita perlu mengembangkan
dalam pokok-pokok pikiran yang masih liar beterbangan ke
sana kemari. Tulis saja apa yang ada di benak Bapak/Ibu (aja
wedinan, aja gumunan, aja kagetan) ketika kita menemukan
berbagai ide kontroversial. Semua gagasan yang muncul dari
luapan tema, kemudian kita identifikasi, yang tidak mathuk
kita buang, yang mathuk kita jadikan satu.
Terhadap yang mathuk tadi kemudian kita beri
sentuhan berupa pengembangan gagasan lebih tajam. Jika
dalam satu tema kita punya sepuluh gagasan, dan setiap
gagasan kita buat satu alinea, dan setiap satu alinea kita
susun sepuluh kalimat, tentu kita akan menghasilkan karya
luar biasa. Hindari MKK (miskin kata-kata) agar uraian lebih
berkembang.
Langkah berikutnya, kita perlu melakukan eksploitasi
data dan rujukan. Tak perlu banyak berteori, tetapi
diperlukan data akurat untuk mendukung gagasan kita
terhadap tema yang hendak dikritisi. Contoh: Jika kita akan
mengkaji berapa jumlah guru SD di Kabupaten Kendal yang
sudah menerbitkan kumpulan puisi, kita perlu melakukan
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 21
observasi intern dan ekstern sehingga mendapat data
akurat.
Kalau kita berpendapat bahwa guru-guru SD di Kota
Semarang kesulitan menyusun tulisan ilmiah populer, apa
datanya? Yang terpenting, tidak perlu takut berpendapat
berbeda asal kita memiliki alasan yang didukung data akurat.
Memberikan alternatif dari permasalahan yang
ditelaah menjadi langkah berikutnya dalam menulis tulisan
ilmiah populer. Hal ini perlu dilakukan agar pembaca tidak
memberi cap jarkoni pada penulisnya.
Ada baiknya pula menyimpulkan kajian yang dibahas,
walaupun terkadang kita mendapati banyak tulisan tak ada
simpulannya. Simpulan merupakan kristalisasi dari kajian
yang ditindakkritisi sehingga keberadaannya akan
menggiring pembaca pada ide-ide liar beterbangan menjadi
satu kesatuan.
Langkah terakhir adalah mengedit tulisan agar tidak
ada kesalahan baik ketik maupun konsep sehingga ketika
naskah dikirim ke media massa menjadi layak muat. Di sinilah
sebenarnya kita bisa membuat judul cerdas. Menulis judul
bukan merupakan hal mudah lantaran melalui judul orang
menjadi lebih simpati dan tertarik membaca. Judul
merupakan aura dan pancaran sinar karya yang kita buat.
Kecerdasan menulis judul bisa dilatih dengan banyak
membaca, mengutik-atik kata sambung, dan memberi
apresiasi bahasa ilmiah.
22 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
Memilih gaya penulisan membutuhkan jam terbang
tersendiri. Untuk menentukan ciri khas tulisan kita, perlu
berlatih dan memilih gaya penuturan yang menjadikan kita
menikmati karya sendiri. Banyak cara menggairahkan dan
mempersiapkan kita menulis tulisan ilmiah populer, di
antaranya:
a. Merasalah enjoy ketika akan mulai menulis;
b. Cermatilah fenomena aktual atau nge-trend di dunia
pendidikan dan cari kelemahan konsep tersebut;
c. Buatlah diri tidak percaya pada konsep tersebut dengan
cara mengkaji subtansi materi kenyataan yang ada di
lapangan;
d. Jangan diliputi ketakutan ketika mencoba mengungkap
berbagai permasalahan yang mungkin muncul dalam
bahasan;
e. Berilah solusi pemecahan masalah yang proporsional
sehingga karya menjadi cerdas dalam menelaah
fenomena;
f. Belajarlah memilih dan menggunakan kata sambung
cerdas sehingga pergantian antarkalimat dalam paragraf
menarik dibaca;
g. Hindari penggunaan kata tidak efektif dan terkesan
berputar-putar;
h. Lengkapi ulasan dengan kajian-kajian teori agar tulisan
tampak cerdas;
i. Buang jauh-jauh emosi ketika hendak menggeneralisasi
permasalahan;
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 23
j. Perkayalah diri dengan membaca tulisan ilmiah populer
milik orang lain, lakukan diskusi dengan teman dekat,
saudara, istri/suami, pacar, untuk membaca tulisan yang
sudah usai. Dengarkan komentar atau kritik mereka,
paling tajam sekalipun. Mereka juga seringkali bisa
membantu menemukan kalimat atau fakta bodoh yang
perlu kita koreksi sebelum diluncurkan ke media. Sering-
seringlah juga berkunjung ke internet;
k. Jangan membaca ulang tulisan ketika baru satu paragraf,
tulislah sampai selesai baru melakukan koreksi sehingga
tulisan layak dibaca;
l. Perkuat jaringan (link) sebagai sarana mempererat
persaudaraan. Jangan merasa rendah diri dengan tingkat
pendidikan dan status sosial.
24 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
BAB 5
KEARIFAN LOKAL
DALAM TULISAN ILMIAH POPULER
Menjadi penulis artikel ilmiah populer di media massa perlu
kearifan lokal. Artinya, seorang penulis perlu memasukkan
“sesuatu” yang sifatnya “khas”, “unik”, sebagai unsur
memperkaya dan memberikan karakteristik tertentu
terhadap tulisannya.
Fajarini (2014: 123) mengatakan bahwa kearifan lokal
adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan berwujud aktivitas yang
dilakukan masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan. Dalam bahasa asing sering
juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom
atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau
kecerdasan setempat local genious.
Secara luas, Wibowo (2015: 17) menambahkan bahwa
kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya
bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu
menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari
luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri.
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 25
Diperjelas Ratna (2011: 95) bahwa dalam karya sastra
kearifan lokal jelas merupakan bahasa, baik lisan maupun
tulisan. Dalam masyarakat, kearifan-kearifan lokal dapat
ditemui dalam cerita rakyat, nyanyian, pepatah, sasanti,
petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat
dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal ini akan mewujud
menjadi budaya tradisi, tecermin dalam nilai-nilai yang
berlaku di kelompok masyarakat tertentu.
Senada dengan Ratna, Haryanto (2013: 368)
menguraikan bahwa kearifan lokal diungkapkan dalam
bentuk kata-kata bijak (falsafah) berupa nasihat, pepatah,
pantun, syair, folklore (cerita lisan) dan sebagainya; aturan,
prinsip, norma dan tata aturan sosial dan moral yang
menjadi sistem sosial; ritus, seremonial, atau upacara tradisi
dan ritual; serta kebiasaan yang terlihat dalam perilaku
sehari-hari.
Contoh: ketika seorang penulis hendak menelaah
pentingnya kerja sama dalam kehidupan memperkuat
nasionalisme, contoh-contoh kerja sama yang ada di sekitar
(daerah) seperti sambatan, gugur gunung (Jawa) dan ngayah
(Bali). Konsep di Jawa dan Bali tersebut merupakan contoh
kearifan lokal yang bisa jadikan landasan awal mempertajam
konsep kerja sama.
Contoh lain, seorang penulis bisa menganalogikan
peristiwa dengan istilah-istilah Jawa dengan harapan agar
tulisannya lebih membumi. Menggunakan istilah jer basuki
mawa beya misalnya untuk menggambarkan bahwa
26 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
perlunya kerja keras mencapai tujuan diharapkan. Tentu
kearifan lokal tersebut perlu difokuskan pembacanya.
Artinya, bila segmen pembaca nasional, tidak bijak bila
menggunakan istilah kedaerahan.
Contoh tulisan kental nuansa kearifan lokal:
Memasak sebagai seni sebetulnya sudah berlangsung
sejak lama. Penemuan onde-onde, klepon, nagasari,
serundeng, dan semacamnya dalam khazanah makanan
Jawa adalah kesenian unik. Makanan sebagai gabungan
seni, akulturasi kebudayaan dan pengetahuan ilmiah juga
tecermin dari penemuan taoge, terasi dan tapai. Jadi, makan
memang tidak cuma soal urusan perut, tetapi juga
pengetahuan dan kesenian (Prie GS, 2013).
Tidak seperti polah tingkah para pemimpin kita di
puncak kekuasaan yang sampai sekarang masih saja saling
tohok menohok, jatuh menjatuhkan, leceh melecehkan,
ancam mengancam. Dan caranya itu, loh, yang amat sangat
tidak santun, nenek moyang kita menyebutnya ora njawani.
Kita kan sudah dapat warisan pesan yang selalu saja dikutip
orang, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa
ngasorake. Pesan lain, sura dira jayaningrat lebur dening
pangastuti; ana catur mungkur, ana bapang den
simpangi. Kurang lebih arti dari semua itu adalah sakti tanpa
senjata, menyerang tanpa gerombolan, menang tanpa
merendahkan; kemarahan akan terhapus kesabaran; ada
sengketa kita mundur, ada halangan kita hindari (Eko
Budihardjo, 2010).
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 27
Tidak bisa dimungkiri, budaya pemberian vitamin D
seperti menjadi keharusan tidak diwajibkan. Ironisnya, walau
tidak diminta secara langsung dan tegas, orang-orang yang
berambisi menduduki jabatan kepala sekolah, tahu diri, dan
ewuh pakewuh sehingga dengan kesadaran rela berdarma
vitamin D. Bahkan ada yang merasa pemberian vitamin D
untuk memuluskan jalan menjadi kepala sekolah merupakan
upeti, layaknya seorang kawula yang pasrah bulu bekti,
glondhong pengareng-areng, peni-peni raja peni, guru bakal-
guru dadi, kepada rajanya (Trimo, 2011).
Dalam kacamata penulis sebagai seorang ibu,
mencantumkan nama ibu dalam ijazah menjadi sedemikian
fundamental. Bukan sekadar pernyataan publik bahwa ibu
turut memberikan kontribusi, tetapi lebih pada pemaknaan
pentingnya menempatkan posisi ibu sejajar dengan bapak.
Sebagai pribadi, penulis juga berasumsi bahwa berbagai
penegasan yang menghargai ibu dalam konteks seremonial
merupakan belenggu dan pemanis agar ibu tidak perlu neka-
neka. Memang, ada hari ibu, darma wanita, PKK, dan
sejenisnya yang merupakan ajang khusus bagi kaum ibu.
Lantaran tidak ada hari bapak, darma pria, dan sejenisnya.
Namun, hal tersebut hanya cap, bukan pemaknaan ibu
dalam konteks mikro dan makro kehidupan (R. Tantiningsih,
2005).
28 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
BAB 6
KATA-KATA BARU
DALAM BAHASA INDONESIA
Menulis di media bertajuk apa pun bagi seorang penulis
wajib memperhatikan dan berpedoman ejaan yang
dibakukan terkini. Seringkali ejaan ditulis benar pada waktu
tertentu, berubah tidak benar pada waktu terkini. Oleh
karena itu, jika seorang penulis ragu tentang penulisan baku,
seyogianya berpedoman kamus bahasa Indonesia terbaru.
Saat ini kamus tersebut bisa diunduh secara daring melalui
berbagai alamat berikut:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
https://kbbi.web.id/
https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/
Berikut ini ada beberapa kata baru dan asing di telinga
pembaca, karenanya seorang penulis perlu mengerti dan
menggunakan kata-kata tersebut sebagai upaya
memasyarakatkan bahasa Indonesia.
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 29
1. Adiluhung artinya tinggi mutunya. Contoh: Kapal Pinisi
adalah karya budaya adiluhung.
2. Adiwidia artinya pengetahuan tertinggi.
Contoh: Filsafat adalah adiwidia dari segala ilmu
pengetahuan.
3. Antemortem artinya sebelum kematian. Postmortem
artinya sesudah kematian.
Contoh: Posko pengaduan antemortem RS Polri,
menangani berbagai aduan dari para keluarga korban
tsunami. Mabes Polri sudah menyerahkan data
postmortem dari 73 kantung jenazah ke RS Polri.
4. Berandang artinya tampak jelas; mudah terlihat (karena
tidak ada yang menutupi atau melindungi). Contoh:
Malam ini bintang-bintangnya berandang.
5. Bermastautin artinya bertempat tinggal; tinggal (di).
Contoh: Saya bermastautin di Semarang.
6. Eskapisme artinya kehendak atau kecenderungan
menghindar dari kenyataan dengan mencari hiburan
dan ketenteraman di dalam khayal atau situasi rekaan.
Contoh: Dia memilih membaca buku daripada berwisata
sebagai bentuk eskapisme.
7. Gawai merupakan padanan kata bahasa Inggris gadget,
yang artinya peranti elektronik atau mekanik dengan
fungsi praktis. Mabuk gawai merupakan padanan kata
bahasa Inggris phubbing, yang artinya keadaan
seseorang yang asyik pada gawainya sehingga tidak
peduli keadaan sekitar. Contoh: Anak-anak sekolah lebih
30 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
senang bermain gawai daripada membaca buku. Mabuk
gawai yang sekarang terjadi ternyata cukup
memprihatinkan karena dilakukan saat moment
kebersamaan terjadi.
8. Kalayang merupakan padanan kata bahasa Inggris sky
train, artinya kereta api layang; moda transportasi
antarterminal berbasis kereta yang dikendalikan
otomatis dan tanpa masinis. Contoh: Bandara
Internasional Soekarno-Hatta sudah mulai
mengoperasikan kalayang untuk memastikan ketepatan
waktu kedatangan dan kepulangan penumpang di
bandara.
9. Ketaksaan artinya ambuguitas; perihal taksa;
kekaburan; keraguan (tentang makna).
Contoh: Ketaksaan kalimat dapat diatasi dengan
memperhatikan konteks.
10. Klandestin artinya secara rahasia; gelap; diam-diam.
Contoh: Penyelidikan klandestin lebih efektif
mengungkap jaringan peredaran narkoba.
11. Legitimasi artinya pernyataan sah (menurut atau sesuai
undang-undang); pengesahan.
Contoh: Munculnya sejumlah polemik dan informasi
tidak benar terkait pemilu berpotensi mengancam
legitimasi pemilu.
12. Lini Masa merupakan padanan kata bahasa Inggris
timeline, artinya gambaran peristiwa penting secara
linear dalam subjek tertentu, ditampilkan kronologis.
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 31
Contoh: Pengguna Facebook kini bisa mengatur status-
status yang ingin dilihat di lini masa.
13. Mahar merupakan padanan bahasa Arab al-mahr, yang
artinya pemberian wajib berupa uang atau barang dari
mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika
dilangsungkan akad nikah; maskawin.
Contoh: Wisanggeni memberi mahar berupa cincin emas
seberat 10 gram kepada calon istrinya.
14. Masygul artinya bersusah hati karena suatu sebab;
sedih; murung. Contoh: Bencana yang menimpa
saudara-saudara di Lombok, NTB, tentu membuat hati
kita masygul.
15. Melaung artinya menyeru kuat dan nyaring; berteriak
kuat-kuat. Contoh: Berkali-kali mereka melaung
temannya yang tersesat di hutan, tetapi tidak ada yang
menyahut.
16. Menjura artinya membungkuk dengan menangkupkan
kedua tangan (bermaksud menghormati). Contoh:
Untuk permainan apik kedua peran film ini, saya
menjura dalam-dalam.
17. Meracau artinya berbicara tidak keruan (waktu sakit,
demam, dan sebagainya); mengigau. Contoh: Selama
sakit raja meracau sambil memanggil-manggil ibunya.
18. Meramban merupakan padanan kata bahasa Inggris
browsing, yang artinya membaca dan meninjau cepat
berkas yang diakses melalui gawai terhubung internet.
32 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
Contoh: Masyarakat dapat dengan mudah meramban
berbagai informasi melalui internet.
19. Misogini artinya kebencian atau ketidaksukaan
terhadap perempuan. Misogini dapat diwujudkan
berbagai bentuk, seperti pengucilan, diskriminasi
seksual, pemfitnahan dan kekerasan perempuan, serta
pengobjekan perempuan secara seksual. Misoginis
artinya orang yang membenci wanita. Contoh: Misogini
diharapkan menjadi dasar bagi penegak hukum untuk
menjatuhkan hukuman kepada pelakunya dengan
aturan kejahatan berdasar kebencian.
20. Narahubung merupakan padanan contact person,
artinya orang yang bertugas sebagai penghubung dan
penyedia informasi untuk pihak luar, biasanya dalam
kegiatan seminar, konferensi, dan sebagainya. Contoh:
Untuk informasi kepesertaan silakan hubungi
narahubung kami Sdr. Rakyan Maharaja Krishna, melalui
nomor telepon 024762xxxx.
21. Parabel artinya cerita rekaan untuk menyampaikan
ajaran agama, moral, atau kebenaran umum dengan
menggunakan perbandingan atau ibarat. Contoh:
Parabel kelinci dan kura-kura memberikan pesan moral
kepada anak-anak agar tidak sombong dan
meremehkan orang lain.
22. Penanggah merupakan padanan kata bahasa Inggris
pantry, yang artinya ruang di hotel atau restoran untuk
menyiapkan hidangan dingin, seperti salad dan roti apit,
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 33
atau untuk memanasi hidangan sebelum diantar ke meja
tamu. Contoh: Penanggah hotel itu memiliki desain
indah, bersih, dan terang.
23. Penjenamaan merupakan padanan kata bahasa Inggris
branding yang artinya proses penciptaan nama dan citra
unik untuk suatu produk di benak konsumen, khususnya
melalui iklan. Contoh: Sekolah harus merumuskan
penjenamaan menarik agar masyarakat tertarik
menyekolahkan putra-putrinya.
24. Pintu terbuka merupakan padanan kata bahasa Inggris
open house, yang artinya tempat atau waktu yang
disediakan secara terbuka oleh seseorang atau lembaga
untuk menerima tamu atau pengunjung. Contoh: Pada
IdulFitri 2018, Presiden Joko Widodo gelar pintu terbuka
di Istana Bogor.
25. Purwarupa merupakan padanan kata bahasa Inggris
prototype, yang artinya rupa pertama; rupa awal.
Contoh: Penelitian terbaru dari University of
Washington berhasil membuat purwarupa ponsel tanpa
baterai.
26. Rabat artinya potongan harga. Contoh: Jika membeli
jumlah besar, Anda mendapat rabat 10%.
27. Rebas artinya bertitikan; berjatuhan (air, air mata);
rabas. Contoh: Rebas air mata bangsa Indonesia saat
menyaksikan bencana di Palu.
28. Sawala artinya debat; bantah; diskusi.
34 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
Contoh: Kabid GTK Kota Semarang melaksanakan
sawala tentang pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang akan dilaksanakan di Universitas
Negeri Semarang.
29. Seruak merupakan kenaikan tekanan atmosfer lebih
tinggi dibandingkan kenaikan akibat gerakan lembangan
atau antisiklon di sekitar. Contoh: Bila ditinjau dari
seruakan, pergerakan massa udara terbilang dingin.
30. Simulakra artinya realitas buatan. Contoh: Keinginan
memamerkan kehidupan ideal menyebabkan banyak
orang menampilkan simulakra di media sosial.
31. Sintas adalah bertahan hidup. Penyintas adalah orang
yang mampu bertahan hidup.
Contoh: Para penyintas melakukan berbagai upaya
memperbaiki rumah setelah terkena dampak bencana
alam.
32. Suksesi artinya proses pergantian kepemimpinan sesuai
peraturan perundang-undangan berlaku. Contoh:
Suksesi kepemimpinan secara nasional pada 2024 dinilai
sebagai momentum menghidupkan kembali haluan
negara, acuan arah pembangunan nasional.
33. Tagar merupakan padanan bahasa Inggris hashtag, yang
merupakan akronim dari tanda pagar yang digunakan
merujuk pada topik kiriman status dalam jejaring sosial.
Contoh: Warganet meramaikan media sosial dengan
tagar #SayaIndonesiaSayaPancasila.
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 35
34. Tempah artinya uang yang dibayarkan lebih dulu (untuk
panjar, pembeli barang, upah, dan sebagainya);
persekot; uang muka.
Contoh: Rumah tersebut dapat dicicil dengan membayar
tempah sebesar 15 juta rupiah.
35. Teroka (meneroka) artinya membuka daerah atau tanah
baru (untuk sawah, ladang, dan sebagainya); merintis;
menjelajahi.
Contoh: Para sastrawan meneroka daerah terpencil
untuk mendapatkan inspirasi penulisan karya.
36. Teyan artinya pemungutan atau pengumpulan uang dan
sebagainya untuk menyokong atau menyumbang.
Contoh: Siswa SDN 1 Magelang ikut menggalang teyan
membantu korban bencana alam di Lombok.
37. Traktat artinya perjanjian antarbangsa (seperti
perjanjian persahabatan, perdamaian). Contoh: Menteri
Luar Negeri RI, Retno L.P Marsudi, mendatangani
traktat pelarangan senjata nuklir di sela-sela Sidang
Majelis Umum PBB sesi ke-72 di New York, AS.
38. Tulat artinya hari sesudah lusa (tiga hari setelah hari ini).
Tubin artinya hari keempat setelah hari ini. Contoh: Bu
Tanti ke luar kota sampai lusa, mungkin baru bisa
ditemui tulat atau tubin.
39. Warganet merupakan padanan bahasa Inggris netizen
yang artinya warga internet (orang yang aktif
menggunakan internet).
36 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
Contoh: Berita tentang kasus pelakor kini jadi
perbincangan warganet.
40. Zonasi artinya pembagian atau pemecahan suatu areal
menjadi beberapa bagian, sesuai fungsi dan tujuan
pengelolaan; perzonaan.
Contoh: Zonasi sekolah mempermudah anak-anak
mendapat layanan pendidikan lebih dekat rumah tinggal
mereka.
Seringkali, seorang penulis juga ragu tentang
penulisan baku, seperti objek atau objek, analisa atau
analalisis, dan sebagainya. Berikut disajikan beberapa kata
baku yang bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) versi daring (2018).
1. Aktivitas, bukan aktifitas
2. Analisis, bukan analisa
3. Antre, bukan antri
4. Apotek, bukan apotik
5. Asas, bukan azas
6. Atlet, bukan atlit
7. Azan, bukan adzan
8. Cabai, bukan cabe
9. Cecak, bukan cicak
10. Cendekiawan, bukan cendikiawan
11. Cerita, bukan ceritera
12. Dahulu, bukan dulu
13. Efektivitas, bukan efektifitas
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 37
14. Februari, bukan Pebruari
15. Fondasi, bukan pondasi
16. Fotokopi, bukan fotocopy
17. Frekuensi, bukan frekwensi
18. Geladi, bukan gladi
19. Gizi, bukan gisi
20. Gubuk, bukan gubug
21. Hakikat, bukan hakekat
22. Hipotesis, bukan hipotesa
23. Ijazah, bukan ijasah
24. Insaf, bukan insyaf
25. Istri, bukan isteri
26. Izin, bukan ijin
27. Jadwal, bukan jadual
28. Jenazah, bukan jenasah
29. Jenderal, bukan jendral
30. Karier, bukan karir
31. Karisma, bukan kharisma
32. Kategori, bukan katagori
33. Kaveling, bukan kavling
34. Komplet, bukan komplit
35. Kualitas, bukan kwalitas
36. Kuitansi, bukan kwitansi
37. Lubang, bukan lobang
38. Mencolok, bukan menyolok
39. Metode, bukan metoda
40. Musala, bukan mushola
38 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
41. Nakhoda, bukan nahkoda
42. Napas, bukan nafas
43. Nasihat, bukan nasehat
44. Negatif, bukan negatip
45. Negeri, bukan negri
46. Nomor, bukan nomer
47. November, bukan Nopember
48. Objek, bukan obyek
49. Pelepasan, bukan penglepasan
50. Permak, bukan vermak
51. Persentase, bukan prosentase
52. Pikir, bukan fikir
53. Praktik, bukan praktek
54. Provinsi, bukan propinsi
55. Putra, bukan putera
56. Putri, bukan puteri
57. Rapor, bukan rapot
58. Rezeki, bukan rejeki
59. Risiko, bukan resiko
60. Ritsleting, bukan resleting
61. Sekadar, bukan sekedar
62. Sekretaris, bukan sekertaris
63. Sistem, bukan sistim
64. Skor, bukan sekor
65. Standardisasi, bukan standarisasi
66. Subjek, bukan subyek
67. Tampak, bukan nampak
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 39
68. Teknik, bukan tehnik
69. Teknologi, bukan tehnologi
70. Ustaz, bukan ustad
71. Zaman, bukan jaman
Terdapat juga beberapa padanan istilah dari bahasa
asing menjadi bahasa Indonesia, di antaranya:
1. Audience = khalayak
2. Award = anugerah; hadiah
3. (Sudah) mati = jenat
4. Babysitter = pramusiwi
5. Back up = rekam cadang
6. Backdrop = tirai latar
7. Barcode = kode batang
8. Blogger = narablog
9. Brand = jenama
10. Broadcast message = pesan siar
11. Business center = pusat niaga
12. Clothing line = lini busana
13. Copy paste = salin rekat
14. Crane = derek
15. Cut = potong
16. Debat = sawala
17. Download = unduh
18. Emergency exit = pintu darurat
19. Entertaint = menjamu
20. Effective = mangkus
40 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.
21. Efficient = sangkil
22. Eye shadow = perona mata
23. File = berkas
24. Forward = teruskan
25. Freelancer = pekerja lepas
26. Gadget = gawai
27. Grand design = rancangan induk
28. Hacker = peretas
29. Hyperlink/link = pranala
30. Hotline = salur(an) siaga
31. Housekeeper = penata gerha
32. Kaca pembesar = suryakanta
33. Maintenance = pemeliharaan
34. MC = pewara
35. Meet and greet = temu sapa
36. Microphone = pelantang
37. Mouse = tetikus
38. Noise = derau
39. Offline = luring
40. Online = daring
41. Penjara = terungku
42. Press release = edaran pers; siaran pers
43. Preview = pratayang
44. Prime time = waktu lama
45. Rendah diri = candala
46. Save = simpan
47. Scan = pindai
Tulisan Ilmiah Populer untuk Kenaikan Pangkat 41
48. Selfie = swafoto
49. Server = peladen
50. Slide = salindia
51. Snack = kudapan
52. Take over = ambil alih
53. Talk show = gelar wicara
54. Update = pemutakhiran
55. Upload = unggah
56. Virtual reality = realitas maya
57. Workshop = lokakarya
42 Rustantiningsih, S.Pd., M.Pd. & Trimo, S.Pd., M.Pd.