Contoh:
Pekerjaan tanah, yaitu galian timbunan, sub-base, dan course base, misalnya:
Galian tanah biasa : Rp. 15.000/m3
Timbunan tanah : Rp. 5.000/m3
B.2.4.2. Jenis dan Kapasitas Alat
Berdasarkan fungsinya, jenis peralatan dapat digolongkan menjadi:
Peralatan untuk Pekerjaan Gedung (Building Works)
Peralatan umum untuk pekerjaan gedung dan sipil
Dalam menentukan pemakaian peralatan (jenis dan jumlah) sangat
ditentukan oleh kapasitas dan produktivitas dari alat tersebut.
Kapasitas alat adalah kemampuan alat secara teoritis dengan asumsi efisiensi
alat sempurna (100 persen) yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, contoh
Genset kapasitas 100 kVA, Excavator kapasitas 0,8 m3.
Produktivitas alat adalah kemarnpuan untuk berproduksi di lapangan yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain:
Kapasitas
Efisiensi yang dipengaruhi oleh medan kerja, operator, kondisi dat
Satuan dari produktivitas yang biasa dipakai antara lain: m3/jam, tonljam,
m2/jam, dll.
Contoh Rumus Perhitungan Produktivitas
Excavator: Galian Tanah
Q = KB x FB x 3.600 x El Cm; E = Ee x En x Eo
dl'mana:
Q = Kapasitas Produksi Alat, satuan: m3/jam
KB = Kapasitas Bucket, satuan: m3
FB = Faktor Bucket, tanpa satuan
E = Faktor efisiensi, tanpa satuan
Ee = Faktor efisiensi alat, tanpa satuan
En = Faktor efisiensi dam, tanpa satuan
Eo = Faktor efisiensi operator, tanpa satuan
Cm = Cycle time, satuan: detik
CONTOH TABEL PERALATAN KONSTRUKSI
(GEDUNG, SIPIL DAN UMUM) DAN PRODUKTIVITAS
DESKRIPSI KAPASITAS PRODUKTMTAS
Alat Pekerjaan Tanah 70 - 600 HP 50 - 600 m3/ jam
Bulldozer 40 - 500 m3/ jam
Wheel Loader 0,8 - 9,O m3
Dump Truck bewariasi tergantung jarak angkut
Hydraulic Ejccavator 5 - 70 m3
Vibro Roller 0,3 - 5,O m3 20 - 350 m3/ jam
Motor Grader 8 - 20 ton
Water Tanker Truck (alat bantu) 80 - 200 HP 50 - 150 m3/ jam
Small Vibro Roller 5000 - 80001tr 100 - 500 m2/ jam
Alat Pek. Pemancanean 0,9 - 3,O ton mengikuti alat utama
Crawler Crane
Piling Rig & Diesel Hammer 35 - 45 ton 5 - 20 m3/ jam
Travo Las 7,5 - 10 ton
Alat Pek. Pengaspalan 300 - 400 Amp mengikuti alat utama
Asphalt Mixing Plant 20 - 40 ml jam
Gemet (alat bantu) 100 - 300 KVA
Wheel Loader (alat bantu) 1,8 - 2,3 m3 mengikuti alat utama
Water Tanker Truck (alat bantu) 5000 - 80001tr
Tyre Roller 10 - 25 ton 50 - 150 ton/ jam
Tandem Roller 8 - 15 ton
Asphalt Sprayer (alat bantu) mengikuti alat utama
Asphalt Finisher 175 - 600 cfm mengikuti alat utama
Air Compressor mengikuti alat utama
hphalt Cutter (alat bantu) 15 - 25 ton 40 - 80 ton/ jam
Dump Truck 40 - 80 ton/ jam
Alat Pek. Beton 0,5- 2 m3 mengikuti alat utama
Batching Plant 1,8 - 2,3 m3
Wheel Loader (alat bantu) 100 - 300 KVA 40 - 80 ton/ jam
Genset (alat bantu) 50 - 120m3/ jam
Concrete Pump lebar 6 - 11 m, tebal sld 35 cm mengikuti alat utama
Concrete Paver mengikuti alat utama
Truck Mixer 3-6m3 bewariasi tergantung jar& angkut
Concrete Vibrator (alat bantu)
Bar Bender 0 1,5"- 2,5" 25 - 150 m3/ jam
Bar Cutter
32 - 38 mm mengikuti alat utama
32 - 38 mm mengikuti alat utama
30 - 90 m3/ jam
30 - 60 m3/ jam
bewariasi tergantung jar& angkut
mengikuti alat utama
bewariasi
bewariasi
DESKRIPSI KAPASITAS PRODUnMTAS
Alat Service. dll. 1,2-3 ton; R = 4 0 - 7 0 m bervariasi
Tower Crane bervariasi
Passenger Lzji 800 - 1200 kg bervariasi
universal L Z J ~ 800 - 1000 kg
Truck (Mobile) Crane 15 - 200 ton
Gemet 10 - 175 KVA
Air Compressor
Fht Bed Tnrck 175 - 600 cfm
Theodolit
Waterpass 4 - 8 ton
Jack Hammer
Tamping Rammer 300 mtr
Concrete Mixer (Molen) 300 mtr
WeldingMachine
Scaffolding 20 kg
Howy beam 80 kg
Shoring
350 - 700 Itr
300 - 400 Amp
70 - 190 cm; 1 - 2 ton
1,8 - 3,2 m
15 ton
Catatan:
Dahm perahtan yang bekerja di hpangan secara bersama (fleet)
produktivitusnya ditentukan oleh jenis a h t mana yang paling kecil
produksinya dalam armada perahtan tersebut.
Perencanaan yang ideal apabih setiapjenis allzt dalam a 4 perallztan
(fleet) &pat mencapai produksi yang optimal.
Contob Perhitungan Fleet Alat lihat pa& Lampiran E2.1. Analisis .
Produktivik Alat
B.2.4.3. Occupancy Ratio (OR)
Keberhasilan perusahaan dalam pengelolaan alat milik sendiri diindikasikan
dari besarnya nilai Occupancy Ratio,yaitu suatu rasio yang didapatkan dari
jumlah waktu operasi alat dibandingkan dengan waktu ideal operasi alat
dalam periode tertentu (bulanan atau tahunan). Sebagai contoh untuk
peralatan pekerjaan tanah waktu operasi ideal per bulan adalah 200 jam atau
2400 jam per tahun.
Jumlah waktu operasi alat sangat dipengaruhi oleh sistem perencanaan dan
pengoperasian, daya tahan operator, kondisi alat, dan kedisiplinan dalam
perawatan alat.
OR = Realisasi waktu operasi x 100%
Ideal waktu operasi
Standar O R minimum dapat ditetapkan berdasarkan:
Pengalaman pemakaian sebelumnya
Dari pengalaman pemakaian jenis alat yang paling banyak dimiliki
B.2.4.4. Investasi
Kebijakan investasi alat didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
Keadaan keuangan perusahaan memungkinkan
Kontinuitas proyeksi pemakaian
Jenis alat yang O R melebihi standar
Ada kebutuhan mendesak, dan di pasaran sewa tidak ada
Sumber dana investasi:
Dari penanaman laba tahun lalu yang tidak dibagikan
Dari pinjamanlleming jangka panjang (lebih besar dari pada umur ekonomis
alat)
B.2.4.5. Depresiasi
Perhitungan depresiasi atau penyusutan alat diperlukan untuk mengembalikan
nilai investasi yang telah dikeluarkan sesuai norma-norma pencatatan
pembukuan yang dianut perusahaan.
Beberapa metode penyusutan yang biasa dipakai adalah:
Straight Line Method
Perhitungan penyusutan dengan membagilmemberikan nilai susut yang
sama besarnya per periode waktu selama umur penyusutan alat.
Sum of the Ear? Digit Methode
Perhitungan penyusutan dengan rnenggunakan jurnlah angka tahun.
Double Declining Bahnce Methode
Perhitungan penyusutan dengan melipat gandakan (Double) secara persentase
dari rnetode Straight Line.
Dalarn hal perusahaan rnelakukan divestasi terhadap alat yang dirniliki. Untuk
itu diperlukan perhitungan nilai sisa alat.
Nilai sisa alat dapat dihitung dengan cara:
Sisa nilai buku
Taksiran berdasarkan harga pasar
Catatan:
Untuk perhitungan pajak perusahaan, metode penyusutan yang dipergunakan
adalah Double Declining Balance Method dengan umur a h t minimum 8
tahun untuk a h t berat dan 4 tahun untuk alat ringan. Sedangkan untuk
operasional dapat ddipilih sahh satu h r i ketiga metode tersebut, atau ditetapkan
lain berdasarkan kebijaksanaanper kasus.
Contoh Perhitungan:
Suatu Bulldozer dibeli dengan harga pokok Rp 1.150.000.000. Alat ini akan
disusutkan hingga nilai sisa rnenjadi 10% dengan urnur ekonornis 5 tahun.
Nilai yang disusutkan = Harga pokok - Nilai sisa
- RP 1.150.000.000 - RP 115.000.000
-- Rp 1.035.000.000
Straight Line:
Nilai penyusutan per thn. = 115 x Rp 1.035.000.000 = Rp 207.000.000
Tahun ke Nilai yang disusutkan Nilai Sisa .
0 0
1 Rp 1. 150.000.000
2 Rp 207.000.000,- Rp 943.000.000
3 Rp 207.000.000,- Rp 736.000.000
4 Rp 207.000.000,- Rp 529.000.000
5 Rp 207.000.000,- Rp 322.000.000
Rp 207.000.000,- Rp 115.000.000
Dengan menggunakan metode Straight Line, besarnya nilai penyusutan untuk
setiap periode waktu adalah sama. Oleh karena itu, Investor dapat langsung
menghitung besarnya nilai penyusutan dengan membagi nilai penyusutan per
periode waktu.
Nilai penyusutan = Nilai yang Disusutkan (Rp)
Periode Penyusutan (Bulan, Jam)
Sum of the Ear? Digit
Jumlah digit angka tahun periode penyusutan: 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Tahun ke Faktor x Nilai yg Disusutkan Nilai Penyusutan Nilai Sisa
00 Rp 1. 150.000.000
1 5 / 1 5 x Rp 1.035.000.000 Rp 345.000.000 Rp 805.000.000
2 4/15 x Rp 1.035.000.000 Rp 276.000.000 Rp 529.000.000
3 3115'x Rp 1.035.000.000 Rp 207.000.000 Rp 322.000.000
4 2/15 x Rp 1.035.000.000 Rp 138.000.000 Rp 184.000.000
5 1/15 x Rp 1.035.000.000 Rp 69.000.000 Rp 1 15.000.000
Double Declining
Besarn~anilai yang disusutkan adalah: 2 x 115 = 40% dari nilai sisa buku
tahun lalu
Tahun ke Faktor x Nilai yg Disusutkan Nilai Penyusutan Nilai Sisa
00 Rp 1.150.000.000
1 40% x Rp 1.150.000.000 Rp 460.000.000 Rp 690.000.000
2 40% x Rp 690.000.000 Rp 276.000.000 Rp 414.000.000
3 40% x Rp 414.000.000 Rp. 165.600.000 Rp 248.400.000
4 40% x Rp 248.400.000 Rp 99.360.000 Rp 149.040.000
5 40% x Rp 149.040.000 Rp 59.616.000 Rp 89.424.000
5* Rp 34.040.000 Rp 1 1.500.000
Pada metode Double Declining terlihat bahwa nilai sisa pada tahun terakhir
tidak sesuai dengan yang diperhitungkan. Tetapi jika dikehendaki nilai sisanya
sebesar 10% maka dipakai 5*.
B.2.4.6. Pemeliharaan dan Perbaikan
Dalam perencanaan pembiayaan peralatan milik sendiri, perkiraan biaya
pemeliharaan dan perbaikan dihitung dengan memperhatikan faktor-faktor
berikut:
Jenis alat
Medan kerja
Umur dan kondisi alat
Lokasi
Perhitungan tersebut dilakukan pada kondisi alat baru dan apabila setelah
mencapai umur ekonomis atau setelah alat direkondisi. Pemeliharaan dan
perbaikan alat dib'agi dalam 3 kategori, untuk menentukan kebijakan
pembiayaan antara pengelola dan pemakai, yakni:
Kategori 1
Pemeriksaan dan penggantian suku cadang umur pendek fmt moving part)
dalam rangka pemeliharaan alat secara berkala.
Kategori 2
Penggantian suku cadang umur panjang, yang dapat menambah umur
ekonomis alat dalam rangka perbaikan atas kerusakan atau keausan.
Kategori 3
Penggantian suku cadang, perbaikan, peneraan secara keseluruhan, dalam
rangka rekondisi alat yang dapat dilakukan secara berkala maupun sesuai
kebutuhan.
Catatan:
Biaya pemeliharaan dan perbaikan Kategori 1 menjadi beban pemakai.
Biaya pemeliharaan dan perbaikan Kategori 2 dan 3 menjadi beban pengelola.
B.2.5. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Lapangan
Dengan telah terbentuknya organisasi, juklak, jadwal pelaksanaan proyek, dan
rencana pengadaan sumber daya, maka langkah selanjutnya adalah melak-
sanakan kegiatan konstruksi di lapangan
Pelaksanaan kegiatanlpekerjaan konstruksi di lapangan, dilakukan di bawah
pengelolaan tim proyek dipimpin oleh Manajer Proyek. Agar pelaksanaannya
mencapai target yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan, maka
diadakan rapat koordinasi sebagai salah satu alat bantu manajemen. Rapat
koordinasi dilakukan untuk membahas tentang masalah operasional dan
diadakan di proyek, yang terdiri dari:
a. Kick off meeting
b. Tool Box meeting
c. Rapat harian
d. Rapat mingguan
e. Rapat bulanan
B.2.5.a. Kick off meeting
Setelah seluruh rencana disiapkan oleh tim penyusun rencana kerja
yang melibatkan Manajer Proyek, Manajer Teknik serta personil inti
lain di proyek, ataupun tenaga ahli (bila diperlukan), maka proyek
segera dimulai.
Mulainya proyek ditandai dengan dikeluarkannya Notice to Proceed
(SPK = Surat Perintah Kerja, ataupun Surat Penyerahan Lapangan)
Tujuan Rapat adalah untuk:
"Team building, membangun tim proyek agar seluruh petugas, sesuai
dengan struktur organisasi dan uraian kerja, memahami benar tugas
yang menjadi tanggung jawabnya.
Menyarnakan persepsi tentang jadwal, kualitas, dan anggaran proyek.
Menyatukan langkah, agar masing-masing unit tidak berjalan sendiri-
sendiri dalam menjalankan tugasnya.
Mengikuti SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku.
Agenda Rapat
1. Penjelasan menyeluruh dari Manajer Proyek tentang:
Target keuntungan yang hendak dicapai
Target waktu penyelesaian proyek
Target mutu kerja
2. Pembagian tugas pekerjaan
3. Menyusun Standard Operating Procedure
4. Target jangka pendek (1 - 2 minggu) yang hendak dicapai
Jadwal Rapat
Kick off meeting umumnya dilaksanakaan saat kegiatan proyek akan
dimulai dan kalau belum bisa dilokasi proyek, dilaksanakan sedekat
mungkin dengan lokasi.
B.2.5. b. Tool box meeting:
Tool box meeting adalah rapat persiapan untuk membahas pelaksanaan
suatu bagian pekerjaan tertentu.Misalnya setelah selesai pekerjaan kolom
beton, maka untuk memulai pelaksanakan pekerjaan berikutnya, yaitu
erection rangka atap baja, dilakukan tool box meeting.
Peserta Rapat
Manajer Operasi Lapangan, Kepala Pelaksana, Mandor, Subkontraktor
Agenda Rapat
Membahas:
metode kerja yang akan diterapkan,
personiltunit kerja masing-masing yang terkait,
rute dan lay-out peralatan dan bahan
Jadwal Rapat
Setiap akan memulai pekerjaan pokok seperti:
pekerjaan pemancangan
pekerjaan pengecoran, dll.
B.2.5.c. Rapat Harian
Rapat harian adalah rapat yang diadakan untuk merencanakan apa yang
harus dikerjakan besok hari, serta memantau apa yang telah dikerjakan
hari ini, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja harian.
Peserta Rapat
- Rapat harian umumnya diikuti oleh General SuperintendentlKepala
Pelaksana, para SuperintendentlPelaksana Lapangan, Subkontraktor,
Mandor, dan bila perlu staf terkait.
- Rapat harian dipimpin oleh Manajer Operasi.
Agenda Rapat
Melakukan evaluasi apakah target yang ditetapkan tercapai, dan
menetapkan target untuk besok hari.
Jadwal Rapat
Umumnya rapat harian dikerjakan pada sianglsore hari, di mana para
pekerja sudah running-well mengerjakan program harian. Rapat harian
jarang dilaksanakan pada pagi hari, karena saat pagi hari adalah saatnya
untuk memutar roda pelaksanaan proyek hari tersebut, namun
programnya telah ditetapkan pada hari sebelumnya, dilaksanakan secara
singkat (+I jam)
B.2.5.d. Rapat Mingguan
Rapat mingguan adalah rapat untuk merencanakan apa yang harus
dikerjakan minggu depan, serta memantau apa yang telah dikerjakan
minggu ini, untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan rencana
kerja mingguan.
Peserta Rapat
- Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, staf,
dan pihak ketiga bila diperlukan.
- Rapat mingguan dipimpin oleh Manajer Proyek atau Manajer
Operasi.
Agenda Rapat, antara lain meliputi:
- Mengevaluasi progress dan pencapaian pekerjaan yang ditargetkan
minggu yang lalu.
- Membahas target penyelesaian pekerjaan seminggu yang akan
datang.
B.2.5.e. Rapat Bulanan
Rapat bulanan proyek umumnya dipimpin langsung oleh Manajer
Proyek.
Peserta Rapat
Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, staf, dan
pihak ketiga bila diperlukan.
Agenda Rapat, antara lain meliputi:
1. Meninjau notulen rapat bulan lalu
2. Pembahasan pencapaian Objecti~eslPro~ramKerja Proyek, antara lain:
a. EBPP (Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek)
b. Kinerja
c. Quality Tdrget (Mutu Produk, House Keeping, Safety)
d. Potensial Problem
e. Customer Complaint
f. Masalah SDM
g. Cash Flow (termin, dropping, pembayaran hutang, jurnal akuntansi
dan keuangan)
h. Lain-lain (inovasi, sistem dokumentasi)
B.2.6. Pengendalian
Pengendalian pelaksanaan pada dasarnya adalah pemeriksaan, yaitu memeriksa
apakah hasil kerjalpelaksanaan telah direalisasikan sesuai dengan perencanaan.
Bila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan rencana, segera dibuat langkah-
langkah tindak lanjut (counter- measure) agar pelaksanaan sesuai dengan rencana.
Pemeriksaan dilaksanakan secara terus menerus secara rutin sesuai check point
dan control point. Controlpoint bisa dikatakan sebagai holdpoint yaitu titik di
mana pelaksanaan pekerjaan lanjutan tidak boleh dimulai sebelum pekerjaan
sebelumnya selesai dilaksanakan
B.2.6.a. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu di proyek dilaksanakan berdasarkan inspeksi lapangan
oleh petugas yang bertanggung jawab dalam pengendalian mutu. Bagi
perusahaan jasa konstruksi yang telah mengikuti dan memperoleh sertifikat
ISO-9000, sebagai sistem manajemen mutu,maka pengendalian mutu
pekerjaan pembangunan suatu proyek konstruksi mengikuti ketentuan dan
prosedur yang ada dalam Sistem Manajemen Mutu standar I S 0 - 9000
tersebut.
Penerapan standar ISO-9000 di proyek meliputi:
Implementasi Procedure dan Work Instruction untuk setiap pekerjaan
Internal dan Eksternal Audit
Pengukuran dan Analisis
Improvement
Implementasi Procedure dan Work Instruction untuk setiap pekerjaan
Procedure dan Work Instruction disusun sesuai yang disyaratkan dalam
I S 0 9000 dan merupakan panduan bagi Manajemen Proyek untuk
penyediaan sumber daya yang diperlukan guna pemenuhan target-target
yang telah ditentukan dengan memfokuskannya kepada kepuasan
pelanggan.
Internal dan External Audit
Guna memonitor pencapaian target selama proses kerja berlangsung,
maka perlu dilakukan audit secara periodik. Agar penyimpangan selarna
dalam proses kerja dapat segera terdeteksi untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan atau kerugian yang lebih besar. Adapun tahapan
kegiatan Audit dilaksanakan sebagai berikut:
Oleh pihak internal berupa
InspeksiITes sesuai metode kerja
Inspeksi oleh Para Petugas Perusahaan yang bertanggung jawab.
Inspeksi oleh pihak Manajemen
Management Review secara periodik (mingguan/bulanan/triwulanan/
semesteran) sesuai ruang lingkupnya
Questionaire (angket) kepada Pelanggan sebagai ukuran untuk
menetapkan kepuasan Pelanggan atas produk yang diterima
Oleh pihak External, berupa;
'Audit oleh suatu Badan Sertifikasi Internasional
Pengukuran dan Analisis
Hasil temuan audit selalu dianalisa untuk menetapkan program
perbaikan selanjutnya, sehingga diharapkan pihak perusahaan selalu
dapat memenuhi apa yang disyaratkan dan diharapkan oleh para
pelanggan.
Improvement
Setiap perbaikan(1mprovement) yang diusulkan harus diuji nilai
lebihnya terhadap operasional dan keuntungan perusahaan, dan
apabila hasilnya positif bagi Perusahaan, maka Manajemen akan
menetapkannya sebagai target atau ketentuan perusahaan yang harus
dipenuhi, dan menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi
pemenuhannya.
B.2.6.b. Pengendalian Biaya
B.2.6.b. 1. Proses Pengendalian Biaya Proyek
Proses pengendalian biaya proyek dimulai pada saat membuat RAPK (Rencana
Anggaran Proyek Kendali) dan Contract Review (Kaji Ulang Kontrak) hingga
progres fisik proyek mencapai a i r pelaksanaan. Sebagai salah satu alat
pengendalian adalah berupa laporan keuangan proyek yang disebut Evaluasi
Biaya Pehksanaan Proyek (EBPP). EBPP memuat inf~rrnasilla~oratnentang
anggaran biaya yang direncanakan, realisasi penggunaan anggaran biaya di
lapangan sampai kemajuan pekerjaan tertentu dan proyeksi biaya sampai
penyelesaian proyek atau disebut juga Projected Final Cost (PFC).
Realisasi pemakaian anggaran ini dicek dan dievaluasi secara periodik,
dalam hal ini setiap bulannya, dan lalu hasilnya dibandingkan dengan Rencana.
Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana, penyimpangan itu dibahas dan
dipelajari penyebabnya oleh Tim Proyek, kemudian dibuat rencana tindak
lanjut untuk memperbaikinya.
Contoh format laporan EBPP dapat dilihat pada Lampiran E.4.
Pengendalian Proyek dilakukan secara bulanan, sedangkan review secara
keseluruhan dilaksanakan pada tahap kemajuan fisik proyek tertentu, misalnya:
Pada awal pelaksanaan proyek
Pada saat fisik mencapai 50 persen
Pada saat fisik mencapai 75 persen
Pada saat fisik mencapai 100 persen
Hal ini bisa digambarkan dalam bentuk skematis berikut ini:
Locked Progress 50 % Progress 75 % Progress
100 %
Locked Locked
Final Cost
mBulanan Bulanan Bulanan
B.2.6.b.2. Komponen Biaya Proyek
Secara umum komponen biaya proyek yang cukup dominan adalah:
1. Biaya Bahan
2. Biaya Upah
3. Biaya Subkontraktor
4. Biaya Alat
Biaya-biaya inilah yang memerlukan perhatian utarna untuk dikendalikan
selama pelaksanaan proyek.
Pengendalian Biaya Bahan
Pengendalian Biaya Bahan untuk kebutuhan proyek dilakukan untuk
menentukan kebutuhan riil bahan atau material proyek guna mendukung
pelaksanaan proyek di lapangan. Adapun kegiatan-kegiatan yang di-
lakukan dalam pengendalian biaya bahan adalah:
1. Menghitung Volume keseluruhan bahan pokoWutama berdasarkan
garnbar.
2. Mencocokkan dengan volume dalam RAP
3: Membuat SPP (Surat Permintaan Pembelian) bahan sebesar max.
80 % dari total volume rencana, kecuali untuk material import, agar
dihitung secara tepat dan dipesan 100 %.
4. Untuk material yang perlu mendapatkan persetujuan Pemilik Proyek;
a. Mendapatkan contoh material yang harga satuannya lebih murah
dari RAP, tetapi masih bisa diterima spesifikasinya.
b. Mengajukan contoh, material tersebut untuk disetujui Pemilik
Proyek.
c. Membuat Persetujuan tertulis.
5. Melakukan harga dengan supplier dan menyiapkan Surat
PesananIPO seperti yang dijelaskan pada bab B2.3.b. Tahapan
Pembelian terdahulu,
6. Membuat P O (Purchase Order)/ Surat Pesanan bahan dengan volume
maksimum sebesar SPP dan harga satuan sesuai negosiasi.
7. Melampirkan dalam P O jadwal pengiriman bahan. .
8. Membuat P O dengan kondisi Lumpsum Fixed Price dan pasal-pasal
sesuai kontrak Kontraktor dengan Pemilik Proyek.
9. Melakukan pengendalian periodik dilakukan atas realisasi penerimaan
bahan dan dengan memperhitungkan sisa pekerjaan.
2. Pengendalian Biaya Upah
Dalarn setiap kegiatan proyek, pengendalian biaya upah menjadi kegiatan
penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu proyek. Adapun
tahapan dalam pengendalian biaya upah yang biasa dilakukan adalah:
1. Menghitung volume pekerjaan sesuai lingkup pekerjaan dalam kontrak.
2. Mencocokkan dengan volume yang tertera dalam RAP (Rencana
Anggaran Pelaksanaan).
3. Melakukan negosiasi upah dengan pedoman standar upah dari proyek
lain yang sejenis sampai mencapai harga yang paling efisien.
4. Membuat SPK,yang semaksimal mungkin mencakup volume 80-90
persen dari total volume pekerjaan.
5. Merinci nilailbiaya dalam SPK dengan jelas,mencakup semua jenis
pekerjaan yang mendukung dan masing-masing harganya, misalnya:
PembersihanIPerapihan, Alat Bantu, dan Lembur.
Pengendalian periodik dilakukan atas realisasi upah dan perhitungan sisa
pekerjaan.
3. Pengendalian Biaya SubKontraktor
Pengendalian biaya subkontraktor dilakukan dengan cara antara lain:
Membuat kontrak yang bersifat lumpsum jked price, artinya biaya
untuk pekerjaan yang disubkan telah tetap.
Menjaga agar pekerjaan subkontraktor tidak boleh terlambat dari
jadwal yang disepakati.
Menyesuaikan cara Pembayaran dengan cara pembayaran dari Pemilik
Proyek (back to back).
4. Pengendalian Biaya Alat
Seperti diuraikan pada bagian terdahulu Bab Peralatan, pengendalian
biaya alat baik yang dimiliki sendiri maupun yang disewa dilakukan
antara lain dengan prinsip:
Mengusahakan agar alat (terutama alat-alat berat) dapat bekerja dengan
optimal sehingga O R (Occupancy Ratio) dapat tercapai semaksimal
mungkin atau dengan perkataan lain produktivitas alatnya yang tinggi.
Kebutuhan alat ringan dipenuhi secara Outsourcing (sewa dari luar)
untuk menghindari biaya perawatan dan penyimpanan yang tinggi.
B.2.6.c. Pengendalian Jadwal Pelaksanaan
Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan dengan menggunakan alat
Bantu Jadwal Pelaksanaan seperti Bar Chart Schedule, kurva S sebagai
indikator terlambatltidaknya proyek dan formulir-formulir pengendalian jadwal
yang lebih rinci, masing-masing untuk bahan, alat, maupun subkontraktor.
Keterlambatan yang ditemukan kemudian dibahas dalam rapat-rapat proyek
untuk dicari penyelesaiannya, baik dalam rapat internal proyek dengan
mengundang unsur-unsur proyek yang terlibat termasuk para supplier,
subkontraktor dan para mandor maupun dalarn rapat eksternal bersama pemilik
proyek atau pihak yang mewakilinya.
B.2.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek
Data yang diperoleh dari Annual Report mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Tahun 2002, yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, menunjukkan bahwa sektor usaha Bangunan menduduki
peringkat ke-4 yang mempunyai kasus kecelakaan tertinggi, selengkapnya
peringkat untuk 5 sektor usaha adalah:
1. Sektor Pertanian dan Peternakan 13,60 persen
2. Industri Tekstil 8,65 persen
3. Industri Pakaian dan Bahan Jadi 5,60 persen
4. Bangunan 5,67 persen
5,58 persen
5. Penebangan Kayu
Data di atas diperoleh dari data kecelakaan dari tahun 1995 s/d 1999 dengan
jumlah kecelakaan kerja 412.652 kasus dengan nilai kerugian Rp 340 Milyar
dan pembayaran santunan dan ganti rugi sebesar kurang lebih Rp 329 Milyar
lebih.
Oleh karena itu penerapan prinsip K3 di proyek sangat memerlukan
perhatian Kontraktor.
Ada beberapa hal yang harus diketahui dan dilakukan Kontraktor dalam
rangka menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai dengan ketentuan K3 di
lingkungan proyek, antara lain:
a. Memenuhi Kelengkapan Administrasi K3
b. Penyusunan Safety Plan (rencana K3) untuk proyek
c. Melaksanakan Kegiatan K3 di lapangan
d. Pelatihan Program K3
e. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3
f. Penataan Lingkungan Proyek
B.2.7.a. Memenuhi Kelengkapan Administrasi K3
Kegiatan untuk memenuhi kelengkapan administrasi K3 ini antara lain terdiri
dari:
1. Pendaftaran Proyek ke Depnaker setempat
Sebelum melakukan aktivitas pekerjaan di lapangan, pihak proyek wajib
melapor dan mendaftar ke Depnaker setempat, karena Depnaker adalah
instansi Pemerintah yang benvenang dan bertanggung jawab menangani
masalah K3. Sebagai bukti dari kegiatan ini berupa Surat pendaftaran
proyek ke Depnaker setempat dan sudah ada penerimaanlkonfirmasi dari
Depnaker.
2. Pendaftaran dan Pembayaran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK)
Sesuai dengan ketentuan Pemerintah, perusahaan atau proyek yang
mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 10 orang wajib melindungi te-
naga kerja meldui ASTEK. Sebagai bukti dari pelaksanaannya: adanya
polis dari ASTEK untuk proyek tersebut berikut kuitansi pembayaran
preminya.
3. Pendaftaran dan Pembayaran asuransi lainnya, misal CAR, PA, bila
disyaratkan dalarn proyek
Apabila disebutkan dalam kontrak, proyek wajib membayar polis asuransi
Construction All Risks (CAR) atau Personal Accident (PA). Yang dimaksud
dengan CAR adalah untuk bangunanlfisik proyek dan peralatan kerjanya.
Sedangkan PA untuk petugaslorang yang melaksanakan (kadang-kadang
termasuk petugas dari MK (Manajemen KonstruksilCustomer Representative).
4. Izin dari Kantor Kimpraswil tentang penggunaan jalanljernbatan yang
menuju lokasi untuk lalu-lintas alat berat
Untuk beberapa proyek seperti pada proyek-proyek sipil perlu mendatangkan
alat-alat berat.Apabila keadaan jalanljembatan relatif kecil, perlu ijin dari
Pemerintah setempat, dalam hal ini Departemen terkait setempat. Maksud
izin tersebut adalah bahwa instansi terkait setempat telah mengadakan
pemeriksaan terhadap kekuatan jalanljernbatan yang akan dilalui alat
berat. Apabila perlu Kontraktor diharuskan menambah daya topang khusus
pada struktur jalanljembatan tersebut sebelum dipakai.
Sebagai bukti dari kegiatan ini adalah Surat Izin dari Departemen
(Catatan: surat izin berarti izin dari Departemen, bukan surat permohonan
izin dari Kontraktor).
5. Keterangan laik pakai untuk alat beratlringan memerlukan rekomendasi
dari Depnaker atau instansi yang benvenang. Peralatan proyek yang
menyangkut keselamatan umum (orang banyak) pads saat pengoperasian
umumnya harus dipantau pemakaiannya oleh instansi pemerintah yang
benvenang. Alat-alat yang dimaksud adalah seperti: Mobil busltruk, lift
(elevator), eskalator, lift tenaga kerja, lift bahan, tower crane, dan sebagainya,
Sebagai bukti pelaksanaan adalah: adanya surat keterangan laik pakai
dari instansi yang benvenang. Selain itu, adanya label laik pakai yang
menempel pada alat yang bersangkutan.
6. Pemberitahuan kepada pemerintahllingkungan setempat
Pemerintah setempatlMuspida yang dimaksud terdiri dari unsur Departemen
Dalam Negeri (lurah/camat/bupati/walikota),Kepolisian (PolseWPolwill
Polda), dan TNI (Babinsa/Koramil/Kodim). Ketiga unsur di atas adalah
instansi-instansi aparat negara yang mengendalikan mekanisme pemerintahan
dan keamananlketertiban umum. Pemerintahanllingkungan setempat harus
diberi laporan tentang keberadaanladanya kegiatan proyek, karena akan
menyangkut banyak tenaga kerja yang umumnya para pendatang, banyaknya
kendaraan keluar-masuk membawa material, adanya kegiatan-kegiatan di
luar kegiatan rutin yang terkadang dapat mengganggu kelancaranlketenangan
kegiatan yang sudah ada.
Sebagai bukti dari pelaksanaan adalah: adanya surat pemberitahuan ke
pemerintahanllingkungan setempat dan sudah ada informasinya.
B.2.7.b. Penyusunan Safety Plan (rencana K3) untuk proyek
Tujuan Safety Plan adalah agar proyek dalam pelaksanaannya nanti, aman dari
kecelakaan dan penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja tinggi.
Safety Plan berisi antara lain:
1. Pembukaan:
a. Gambaran Proyek
b. Pokok perhatian untuk kegiatan K3
2. Risiko kecelakaan dan pencegahannya (risiko yang mungkin terjadi di
proyek tersebut)
3. Tata cara pengoperasian peralatan
4. Alamat Instansi terkait
a. Rumah sakit
b. Polisi
c. Depnaker
d. Pemadan Kebakaran
Catatan:
Yang disebut kecelakaan K3 BUKAN hanya yang mengakibatkan cederal
sakitnya tenaga kerja, TAP1 juga menyangkut rusaklkurangnya produktivitas
bahanlperalatan. Jadi penanganan K3 yang tidak baik akan berakibat
pada turunnya Produktivitas.
Sebagai bukti pelaksanaan: Adanya Safety Plan yang sudah disahkan
Manajer Proyek.
B.2.7.c. Kegiatan K3 di Lapangan
Kegiatan K3 di lapangan merupakan pelaksanaan Safety Plan yang harus
dilaksanakan Kontraktor dalam setiap proyek yang menyangkut beberapa
kegiatan antara lain:
Kerja sama dengan instansi yang terkait K3
Kerja sama dengan instansi yang terkait dengan K3 sangat penting. Instansi
yang dimaksud antara lain adalah: Depnaker, Polisi, dan Rumah Sakit.
Hubungan awal yang dimulai dengan pendaftaran proyek ke Depnaker
dan pemberitahuan ke instansi pemerintah1Muspida setempat perlu
dipertahankan dengan hubungan informal yang lain agar apabila ada masalah
K3,masalahnya cepat tertangani dengan baik.
Untuk proyek tertentu (misalnya yang cukup terpencil dan rawan
terhadap kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja) perlu dijalin hubungan
kerja sama dengan rumah sakit terdekat.
Sebagai bukti pelaksanaan adalah: adanya dokumen-dokumenlsurat-
surat serta hubungan kerja sama yang nyata dengan instansi-instansi terkait
tersebut.
2. Pengawasan pelaksanaan K3
Pengawasan pelaksanaan K3 meliputi kegiatan:
a) Safety patrol
b) Safety supervisor
C) Safety meeting dan
d) Pelaporan serta penanganan kecelakaan
Yang dimaksud Safety Patrol adalah suatu tim K3 yang terdiri 2 atau 3
orang yang melaksanakan patroli selama kira-kira 1 atau 2 jam (tergantung
lingkup proyek). Dalam patroli masing-masing anggota safety patrol mencatat
hal-hal yang tidak sesuai ketentuanlyang memiliki risiko kecelakaan.
Ketentuanltolok ukurnya adalah ada dalam:
a. Safety Plan
b. Panduan pelaksanaan K3
c. Hal-hal yang secara teknis mengandung risiko bahaya
Periode patroli bisa 1 kali dalam seminggu.
Yang dimaksud dengan Safety Supervisor adalah Petugas yang ditunjuk oleh
Manajer Proyek yang secara terus menerus mengadakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3. Safety Supervisor berwenang
menegur dan memberikan instruksi langsung kepada Superintendent (kepala
pelaksana) bila ada pelaksanaan yang mengandung bahaya terhadap
keselamatan kerja.
Yang dimaksud dengan Safety Meeting adalah rapatlmeeting dalam proyek
yang membahas hasilllaporan dari Safety Patrol maupun hasil laporan dari
safety supervisor. Yang paling utama dalam Safety Meeting adalah:
a. Perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan
K3 dan
b. Perbaikan sistem kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang
kembali
3. Pelaporan dan penanganan kecelakaan
Pelaporan dari kecelakaan terdiri dari:
a. Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan
b. Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat
c. Pelaporan dan penanganan kecalakaan dengan .korban meninggal
d. Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat
Sebagai bukti pelaksanaan dari kegiatan ini adalah: adanya catatan yang
mendukung kegiatan-kegiatan tersebut dan adanya penanganan yang nyata
atas kegiatan tersebut di lapangan.
B.2.7.d. Pelatihan Program IS3
Pelatihan program K3 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pelatihan secara 'umum.
Materi pelatihan ini bersifat umum yaitu panduan tentang K3 di proyek
misalnya:
a. Pedoman praktis Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Proyek Bangunan Gedung
b. Penanganan, Penyimpanan, dan Pemeliharaan Material
c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Sipil
d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Finishing Luar
e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Mekanikal dan
Elektrikal
f. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Finishing Dalam
g. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Bekisting
h. Keselamatan dan Kesahatan Kerja dalam Pekerjaan Pembesian
i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Sementara
j. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Rangka Baja
k. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Struktur Khusus
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pembetonan
m. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pondasi Pile dan
Strutting
n. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pembongkaran
0. Dl1
2. Pelatihan Khusus proyek
Pelatihan khusus proyek diberikan pada:
a. Saat awal proyek
b. Saat di tengah periode pelaksanaan proyek (sebagai penyegaran)
Materinya meliputi: Pengetahuan Umum tentang K3 dan Safety Plan
proyek yang bersangkutan. Peserta pelatihan khusus ini adalah seluruh
petugas yang terkait dalam pengawasan proyek.
PelatihanIPenjelasan suatu kegiatan proyek.
Pelatihanlpenjelasan ini adalah khusus untuk kegiatan tertentu saja yang
dipertimbangkan memiliki risiko kecelakaan dan langsung dijelaskan kepada
pengawasltukang pada saat akan memulai pekerjaan tersebut. Misalnya
pada saat pertama kali akan ada pekerjaan blasting, maka diadakan
penjelasan kepada para petugasltukang tentang kemungkinan-kemungkinan
bahayalrisiko yang akan terjadi.
Sebagai bukti dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: adanya catatan yang
mendukung kegiatan tersebut.
B.2.7.e. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3
Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3 dalam pelaksanaan proyek
meliputi beberapa hal antara lain:
1. Promosi program K3
Promosi program K3 terdiri dari:
a. Pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan. Bentuk
dan cara pemasangan ketiga atribut itu bisa dilihat pada gambar a
dan gb. b di halaman 109.
b. Pemasangan Sign Board K3 yang dapat berisi antara lain: Slogan-
slogan yang mengingatkan akan perlunya bekerja dengan selamat
seperti bisa dilihat contoh dalam gambar c dan gambar d di halaman
110. Selain itu bisa berisi gambar-gambarlpamflet tentang bahayal
kecelakaan yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan. Slogan maupun
pamflet-pamflet dapat dipasang di kantor proyek atau lokasi pekerjaan
di lapangan.
2. Sarana peralatan untuk K3
Sarana peralatan untuk K3 terdiri dari:
a) Yang melekat pada orang, yaitu:
Topi helm,
Sepatu lapangan,
Sabuk pengaman untuk pekerja di tempat yang tinggi,
Sarung tangan untuk pekerja tertentu,
Masker pengaman untuk gas beracun untuk pekerja tertentu,
Kaca mata las goggle,
Obat-obatan untuk P3K
Pelampung renang (untuk lokasi tertentu).
b) Sarana peralatan lingkungan, yaitu:
- Tabung pemadaman kebakaran pada ruang-ruang antara lain: Kantor
proyek, Gudang bahan bakar, Gudang Materiallperalatan, Ruang
genset, Bengkel, Gudang bahan peledak, Mess karyawan, Barak tenaga
kerja. Tiap' lantai bangunan proyek (pada saat pekerjaan bekisting
dan Jinisihing) .
- Pagar Pengaman yang terdiri dari: Pagarlrailing yang kuat dan tali
warna kuning sebagai tanda pembataslperingatan. Pagar ini diperlukan
untuk lokasi antara lain: lubang di lantai, lubang di sumur galian
tanah, tepi bangunan tinggi. Lokasi kerja alat berat (bila dianggap
perlu).
- Penangkal Petir darurat.
- Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
- Jaring pengaman pada bangunan tinggi.
- Pagar pengaman lokasi proyek
C) Rambu-rambu peringatan
Fungsi rambu-rambut peringatan antara lain untuk:
Peringatan bahaya dari atas
Peringatan bahaya benturan kepala
Peringatan bahaya longsoran
Peringatan bahaya apilkebakaran
Peringatan tersengat listrik
Penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari dua lantai)
- .:,-
--L-
SPANDUK K-3
UTAMAKAN
KESELAMATAN D A N
KESEHATAN KERJA
I 1W I 4W 1M I
153 1I 1SO I
LCGO PERUSAHAAN
Bendera K-3
ERVSAHAAN
Gambar a L
POSlSl PENEMPATAN BENDERA PERUSAHAAN MERAH-PUTIH & K3
Keterangan:
Bendera Merah-Putih di tengah
Bendera PERUSAHAAN di sebelah kiri Bendera Merah-
gutih
Bendera K-3 di sebelah kanan Bendera Merah-putih
Garnbar b
- CONTOH-CONTOH SLOGAN KE-3
120 CM WAJIB BACA
1. PAKAILAH ALAT PENGAMAN DIRI
SELAMA BEKERJA
2. MULAILAH PEKERJAAN DENGAN
SEMANGAT DAN AKHIRILAH DENGAN
SELAMAT
3. SELAIN PETUGAS DILARANG MASUK
AREA PROYEK
4. HINDARILAH KECELAKAAN, KELUARGA
ANDA MENUNGGU DI RUMAH
Gambar c
SLOGAN KE-3
1. MULAILAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA DARI LINGKUNGAN TERDEKAT
2. PIKIRKANLAH KESEHATAN DAN
KESELAMATAN SEBELUM ANDA BEKERJA
3. KECEROBOHAN DAN KELALAIAN SEBAB
UTAMA KECELAKAAN KERJA
4. HINDARILAH KECELAKAAN KERJA,
KELUARGA ANDA MENUNGGU DI RUMAH
5. PASTIKAN PEKERJAAN ANDA BENAR
6. PERIKSALAH ALAT-ALAT SEBELUM
Gambar d
Penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
Penunjuk batas ketinggian penumpukan material
Larangan memasuki ke area tertentu
Larangan membawa bahan-bahan berbahaya
Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
Peringatan ada alatlmesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
Peringatanllarangan untuk mas& kelokasi gensetlpower listrik
(untuk orang-orang tertentu)
Dalam hal ini ada beberapa catatan antara lain. Ada pemahaman yang
keliru tentang K3, yaitu menganggap bahwa kalau sudah memenuhi
sarana peralatan K3 berarti sudah memenuhi persyaratan K3. Padahal
sarana peralatan K3 ini adalah baru sebagian dari sistem K3. Bekerja
dengan K3 yang benar adalah bila memenuhi 3 (tiga) hal sebagai
berikut:
1. Orangnya: Orang (pengawas dan tenaga kerja) punya sikap kerja
yang benar yaitu:
a. Punya pengetahuan dan keterampilan K3,
b. Berperilaku sesuai ketentuan K3,
c. Sehat jasmani dan rohani.
2. Mesinlalat kerja serta sarana peralatan K3 sesuai ketentuan.
3. Lingkungan kerja sesuai ketentuan.
Yang dimaksud lingkungan kerja meliputi:
a. Lay outplanning (perencanaan tata letak),
b. House keeping (pemeliharaan alat-alat rumah tangga),
c. Penerangan dan ventilasi.
B.2.7.f. Penataan Lingkungan
Penataan lingkungan meliputi perencanaan tata letak fasilitas-fasilitas untuk
melaksanakan pekerjaan dan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja di proyek
(house keeping) antara lain adalah:
1 . Lay out planning (perencanaan tata let&)
Perencanaan tata letak harus diatur sedemikian rupa sehingga orang dan
alat yang bekerja tidak saling terganggu, tetapi justru saling mendukung,
agar pelaksanaan kerja dengan produktivitas tinggi dan aman dapat
dicapai. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tata letak
adalah:
a. Dimensi (ukuran), posisi, elevasi (ketinggian)
b. Gerakan manusia dan alat
c. Suara (kebisingan)
d. Getaran
e. Cahaya dan sirkulasi udara
2. House keeping
Kebersihan dan kerapian tempat kerja merupakan syarat K3. Sarana
kebersihan dan kerapian untuk program K3 adalah:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Penyediaan toilet/WC yang bersih
c. Penyediaan Musholla yang bersih dan terawat
d. Penyediaan toilet1WC untuk pekerja proyek
e. Penyediaan bak-bak sampai pada lokasi yang diperlukan
f. Pembuatan saluran pembuangan limbah
g. Pembersihan sampah-sampah secara teratur
h. Kerapian penempatan alat-alat kerja di lapangan setelah dipakai (beatty
scaffolding, pipe support, pipa-pipa, jack base, concrete vibrator, lampu-
lampu penerangan, dan lain-lain)
Berikut ini adalah contoh isi Safety Plan yang menyangkut tentang hal-hal:
Risiko kecelakaan dan pencegahannya
Tata Cara Pengoperasian Alat
RISIKO KECELAKAAN DAN PENCEGAHANNYA
Beberapa contoh antara lain:
No. Lokasi & Pencegahanl Penanggung
Risiko Kecelakaan Penanganan Jawab
1 . Pekerim fondasi Franki - pakai sabuk pengaman waktu naik
I. 1 . Orang jatuh dari crane
1.2. Kejatuhan split1 beton - pakai helm pengaman sewaktu kerja
1.3. Crane amblas
- ratakan tanah sebelum crane masuk
~ro~ek
- pakai H-beam untuk dudukan crane
1.4. Orang terperosokJjatuh. - urug segera setelah dicor
ke lubang frankipile - cek kondisi sling sebelum mulai kerja
1.5. Sling crane putus setiap hari kerja
2. Galian Basement - buat side'ditch (galian tepi),
2.1. Lokasi banjir
arahkan ke sum-pit, lalu pompa
airnya keluar lokasi.
2.2. Bekisting batako ambruk - pasang batako-dari tinggi rencana
- urug segera bekas galian samping dan
bagian atasnya diplester
- tutup segera dengan terpal bila
akan hujan
2.3. Tanah galian longsor - buat kemiringan pada galian.
2.4. Terjatuh ke dalam galian
- tutup segera dengan terpal bila
akan hujan
- buat pagar pengaman
- buat tangga turun ke lokasi galian
- pasang rarnbu-rambu peringatan
2.5. Jalan depan lokasi ~ r o ~ keoktor - buat tempat (kolam) cuci ban
kendaraan, dan buang tanah yang
mengendap secara
periodik
- tutup bak kendaraan tanah
dengan terpal.
2.6. Kecelakaan rnobil waktu akan - pasang rambu peringatan lalu lintas
keluarlrnasuk proyek di jalan raya
- atur lalu lintas bila ada kendaraan
keluarlrnasuk
3. Erection Tower Crane. - perkuat tanah dengan rnatras
3.1. Crane service arnblas
3.2. Crane TC miring - pasang angkur pondasi sehingga
3.3. Bautl kunci-kunci jatuh. benar-benar "level" (di-waterpass)
3.4. Orang kejatuhan baut.
- cek pengelasan angkur sehingga
yakin kuat
- taruh di keranjang TC
- cegah selarna erection agar orang tidak
berada di bawah langsung
- pasang rarnbu "Awas Benda Jatuh!"
- pakai helm selarna bekerja
3.5. Tower crane arnbruk. - periksa pondasi agar sesuai ketentuan
- pasang sabuvlabrang pada tiap ernpat
lantai
- pasang rambu beban
- dipasang switch otornatis bila overcut.
- pasang penangkal petir
4. Universal Lifi
4.1. Kabin lifi rneluncur rnelewati rel. - cek kondisi lift
- pasang re1 lebih tinggi 6 meter dari
pernberhentian lift
- pasang switch otornatis agar lift-pit
berhenti rnaksirnum pada posisi
lantai teratas
- cek dudukan lift pada pondasi agar
"level" (di-waterpass)
- pasang labrang pegangan tiap 2 lantai.
4.2. Orang jatuh - aturltempatkan kabin lift
sedekat rnungkin dengan pernberhentian
- pasang pagar pengarnan pada
daerah pernberhentian.
-- - -
TATA CARA PENGOPERASIAN PERALATAN
Beberapa contoh adalah sebagai berikut:
No. Pemeriksaan Elemen Penanganan Selarna Keterangan
Operasi
Alat
a. Jalan perlahan-lahan pada besi
1. Alat Pancang H- beam
a. Periksa semua sling
b. Periksa beam landasan alat b. Posisi hammer selalu si bawah setelah
pancang selesai atau istirahat
c. Periksa roda penggerak alat
pancang c. Utamakan keselamatan kerja
d. Periksa selang hidrolik d. Pakai helm
e. Periksa air pendingin air e. Pakai sarung tangan
penggerak . f. Sepatu kerja
f. Periksa tutup kipas mesin a. Hindari sewaktu slat memutar
b. Memberikan kode (klakson) sewaktu
2. ficavator
a. Periksa semua sling hidrolik alat memutar
b. Periksa oli hidrolik C. Utamakan keselamatan kerja.
c. Periksa tutup kipas angin d. Istirahat alat keruk ke posisi bawah
d. Periksa pen-pen exmvator
e. Periksa switch hidrolik a. Angkat sesuai dengan kapasitas
b. Sewaktu swing sling angkut dalam
3. Ewer Crane
a. Periksa pen-pen boom1 posisi aman
section c. Aba-aba sesuai dengan alat HT.
b. Periksa oli hidrolik d. Pengikat bahan-bahan yang mau
c. Periksa sling angkat
d. Periksa panel listrik diangkut dalam keadaan kuat
e. Periksa switch otomatis e. Bucket cor dalam keadaan tidak bocor
f. Periksa kanvas rem f. Sewaktu istirahat dalam keadaan
g. Periksa seluruh bearing
h. Periksa poli sling terkunci
g. Utamakan keselamatan kerja
Bar Cutter
a. Periksa pisau potong a. Pernotongan sesuai dengan kapasits
b. Periksa switch b. Memakai sarung tangan
c. Periksa kabel-kabel c. Memakai helm
d. Periksa baut-baut d. Memakai sepatu kerja
e. Periksa kekencangan van belt
f. Cek stop limit switch
g. Periksa pelurnas
Bar Bender a. Pembengkokan sesuai dengan
kapasitas
a. Periksa kabel-kabel.
b. Periksa switch-switch b. Memakai sarung tangan
c. Periksa stop limit switch c. Memakai sepatu kerja
d. Periksa van belt d. Memakai helm.
e. Periksa baut-baut
f. Periksa oli. a. Jauhkan tempat bahan bakar
Generating Set b. Memakai tutup telinga
a. Periksa oli mesin c. Menyediakan tabung
b. Periksa air radiator d. Tidak boleh ada jemuran dekat
c. Periksa bahan bakar
d. Periksa tutup kipas mesin kipas radiator
e. Periksa van belt e. Sewaktu membersihkan alat mesin
f. Periksa baut-baut dalam keadaan mati
g. Cek warna gas f. Periksa an el listrik
g. Utamakan keselamatan kerja
B.3. SERAH TERIMA PROYEK
Dalam industri jasa konstruksi, proses serah terima proyek yang merupakan
penyerahan (delivery) produk jasa yang berupa sebuah bangunan atau bentuk
fisik lainnya, dilakukan dalam dua tahap:
1. Penyerahan Pertama, dilakukan pada saat pekerjaan telah selesai 100 %,
dinyatakan dengan Berita Acara yang ditandatangani oleh wakil dari Pemilik
Proyek dengan Manajer Proyek. Berita Acara ini disertai dengan lampiran-
lampiran yang antara lain berupa hasil pemeriksaan bersama (Check List)
tentang hasil pekerjaan dan memuat kondisi akhir dari hasil pekerjaan
yang diserahkan serta item-item pekerjaan yang masih memerlukan
perbaikan-perbaikan kecil, yang harus diperbaiki dan diselesaikan dengan
baik pada saat penyerahan kedua oleh pihak Kontraktor.
2. Penyerahan Kedua, dilakukan setelah berakhirnya masa pemeliharaan (main-
tenance period) yang berkisar antara 3 bulan s/d 1 tahun (untuk pekerjaan
MIE), tergantung kesepakatan yang ada dalam kontrak kerja. Pada saat ini,
penyerahan juga dilengkapi dengan Berita Acara dan disertai semua catatan
tentang perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan selama masa pemeliharaan,
dan telah diterima dengan baik oleh Pemilik ProyeklWakilnya.
Pada waktu serah terima pekerjaan, pihak Kontraktor berkewajiban
untuk:
Menyerahkan dokumen-dokumen berupa:
Gambar-gambar Terpasang (ABuilt Drawings).
Buku Manual Pengoperasian dan Perawatan Alat-alat dan Mesin-mesin
M/E seperti Genset, Lift, AC, dll.
Dokumen-dokumen perijinan dari berbagai macam instansi terkait seperti
IMB, IPB yang pengurusannya dilaksanakan oleh Kontraktor.
Memberikan pelatihan untuk pengoperasian dan perawatan Alat-alat
dan Mesin-mesin kepada petugas yang ditunjuk oleh Pemilik Proyekl
Pengguna Jasa.
Semua biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan pada masa
pemeliharaan ini ditanggung oleh Kontraktor dan merupakan bagian dari
kesepakatan dalam kontrak.
C. KEGIATAN PENDUKUNG USAHA BIDANG
KONTRAKTOR
Kegiatan-kegiatan penunjang (supporting activities) untuk mendukung
kegiatan utama (primary activities) yang perlu dikelola dengan baik
adalah:
C.1. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai penunjang dari segi
sumber daya manusia dan pengelolaannya
C.2. Aspek Manajemen Keuangan sebagai penunjang dari segi sumber daya
keuangan dan pengelolaannya
C.3. Aspek Manajemen Mutu ISO-9000 menunjang segi pengelolaan dan
pengendalian mutu
C.1. ASPEK W J E M E N SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber Daya Manusia Kontraktor adalah motor penggerak perusahaan. Oleh
karena itu pengelolaan SDM Kontraktor harus menunjang tugas kegiatan
utama perusahaan.
Skema pengelolaan SDM kontraktor meliputi aspek bidang teknis dan
aspek bidang kepribadian (attitude). Bidang teknis biasanya didukung oleh
tinggi rendahnya tingkat pendidikan formal, pelatihan yang dilaksanakan,
jalur spesialisasi yang ditempuh, kemampuan bahasa asing (khususnya Inggris),
kemampuan mengoperasikan komputer, kemampuan menggambar teknis,
penguasaan administrasi teknis, dan lain sebagainya.
Sedangkan bidang kepribadian antara lain meliputi perilaku kerja yang
sesuai dengan karakteristik pekerjaan Kontraktor yang mendukung keberhasilan
seseorang dalam melakukan tugasnya.
Secara skematis, skema pengelolaan SDM perusahaan kontraktor adalah
seperti dalam tabel Skema Pengelolaan SDM Perusahaan Kontraktor pada
halaman 119.
SKEMA PENGELOLAAN SDM P
A- BIDANG TEKNIS
SDM kontraktor harus mempunyai penguasaan di bidang teknis op
B- BIDANG KEPRlBADlAN
Di samping penguasaan teknis maka SDM kontraktor harus memp
PERUSAHAAN KONTRAKTOR
perasionil, sesuai dengan sasaran tugas kegiatan utama.
punyai kepribadianyang ideal dengan skema uraian sebagai berikut:
C.1.a. BIDANG TEKNIS
Pengelolaan bidang teknis lebih menekankan pada pengelolaan kompetensi
SDM terhadap tugas pekerjaan sesuai dengan fungsinya dalam struktur
organisasi perusahaan. Beberapa hal yang akan dijelaskan secara garis besar
dalam pengelolaan bidang teknis antara lain adalah:
C.1.a.1. Pendidikan formal
Pendidikan formal menjadi dasar dalam seleksi calon pegawai Permahaan,
karena dalam pendidikan formal tersebut diberikan dasar-dasar untuk
persiapan dalam bekerja sesuai dengan jenjang tugas yang diberikan.
Dengan demikian faktor kompetensi teknis yang diukur dalam indeks
prestasi komulatiflnilai raport hasil ujian universitaslsekolah menjadi
tolok ukur dalam seleksi calon pegawai.
C.1.a.2. Pelatihan dan pengembangan
Perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari awal. Isi
program pelatihan harus disesuaikan dengan identifikasi kebutuhan
pelatihan. Pada dasarnya, target utama program pelatihan adalah
pencapaian perubahan, yang meliputi: pengetahuan, keterampilan
maupun kepribadian (knowledge, skiill, and attitude). Apa pun program
pelatihan yang akan dilakukan, isinya harus memenuhi kebutuhan-
kebutuhan Perusahaan maupun Pegawai peserta pelatihan tersebut.
C.1.a.3. Program Spesialisasi
Faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan proyek adalah
personil kunci. Manajer Proyek sebagai pimpinan tertinggi dalam
proyek konstruksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pengelolaan
suatu proyek Oleh karena itu diperlukan Project Manager yang professional
dan spesialis di bidangnya.
Dengan begitu dalam suatu permahaan kontraktor, spesialisasi menjadi
program utama untuk mencapai efisiensi serta mutu produk yang tinggi.
Contohnya adalah Manajer Proyek yang spesialis di bidang pekerjaan
gedung ataupun pekerjaan pelabuhan, irigasi, dll.
C.1.a.4. Program jalur fungsional
Jalur fungsional dalam suatu perusahaan kontraktor merupakan jalur al-
ternatif selain jalur struktural yang selalu ada dalam perusahaan. Jabatan
fungsional merupakan salah satu jalur karier (career path) setiap personalia
perusahaan yang setara dengan jabatan struktur untuk menduduki karier
yang lebih tinggi dalam perusahaan.
Jalur fungsional
Jenjang fungsional mempunyai keuntungan:
Perusahaan akan tetap mempunyai ahli yang sangat menguasai bidangnya (praktisi
lapangan, ahli kontrak administrasi, ahli bidang hukum, ahli bidang akuntansi,
dsb). Sebab pada umumnya pejabat struktural lebih menggeluti hal-hal yang
sifatnya manajerial sehingga kemampuan teknisnya semakin lama semakin
berkurang atau bahkan hilang.
Jenjang struktural jumlahnya sangat terbatas, sehingga jenjang fungsional
menjadi alternatif untuk meniti karir bagi personil yang mempunyai potensi
keahlian di bidanpya tapi kurang sesuai untuk ditempatkan pada jabatan
struktural.
Kerugiannya:
Tidak mudah untuk menyusun dan membakukan kesetaraan antara jenjang
struktural dan jenjang fungsional secara adil agar dapat memacu pegawai untuk
dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi. Jenjang ini di bidang usaha kontraktor
umumnya masih merupakan hal baru.
Kriteria jalur fungsional umumnya adalah berdasarkan kriteria:
Pengalaman melaksanakan proyek dengan besaran tertentu dan
kerumitan tertentu dengan hasil baik
Kemampuan berbahasa Inggris
Kemampuan dalam teknologi informasi
Kemampuan dalam presentasi negosiasi
Kemampuan dalam bidang tertentu (adrninistrasi kontrak, ahli tunnel,
ahli pelabuhan, ahli tanah, ahli pemasaran, ahli hukum, akuntansi, dll.)
C .1.a.5. Kemampuan berbahasa Inggris
Dalam suasana globalisasi di mana batas-batas antar-negara semakin
tipis (borderless). Perusahaan-perusahaan asing dapat mengembangkan
usahanya di Indonesia. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan nasional
mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi perusahaan
multinasional. Oleh karena itu kemampuan berbahasa Inggris, sebagai
bahasa internasional menjadi syarat utama SDM perusahaan saat ini,
khususnya pada tingkatan pimpinan suatu perusaaan. Itulah sebabnya
dalam melakukan rekrutmen pegawai maupun peningkatan jenjang
dalam perusahaan, kemampuan berbahasa Inggris menjadi bagian dari
tolok ukur keberhasilan seseorang, khususnya pada posisi di mana
seseorang dalam fungsinya harus berkomunikasi langsung dalam bahasa
Inggris. Beberapa perusahaan bahkan sudah melakukan investasi jangka
panjang dengan mengirim pegawainya untuk mengikuti pendidikan di
luar negri. Di luar negeri mereka di samping menimba pengetahuan
teknis, mempelajari pola kerja, secara langsung mereka juga mening-
katkan kemampuan berbahasa Inggris karena lingkungannya mendukung
untuk itu.
C.1.a.6. Kemampuan mengoperasikan komputer
Di era teknologi informasi saat ini keterlibatan seseorang dalam
perusahaan tidak akan bisa lepas dari kemampuan mereka dalam bidang
komputer. Bxgi perusahaan kontraktor, penguasaan komputer paling
sedikit disyaratkan untuk hal-hal yang menyangkut masalah engineering
(pengoperasian autocad, perencaan struktur, scheduling, estimating, dll.),
masalah keuangan serta akuntansi dll.
C.1.b. BIDANG KEPRIBADLAN
Bila bidang teknis adalah hal-hal yang menyangkut kemampuan teknis
operasionil suatu kegiatan, maka bidang kepribadian bersifat hal-hal yang
mendasari ~erilakuSDM dalarn perusahaan. Faktor kepribadian menyangkut
sikap (attitude) serta perilaku (behaviour) yang akhirnya bisa membentuk
watak (character).
C .1.b.1. Karakteristik Pekerjaan Kontraktor
1. Keras; karena secara fisik ada di lapangan terbuka seperti jalan, irigasi,
pelabuhan, jembatan, terowongan, dan berhubungan dengan para pekerja
bangunan, operator alat berat, dan sebagainya.
2. Mobilitas tinggi; karena umumnya mengerjakan proyek yang waktunya
relatif pendek. Setelah proyek satu selesai Kontraktor harus berpindah ke
proyek lainnya, yang kadang-kadang secara geografis jaraknya jauh.
3. Bekerja di bawah tekanan; karena umumnya jadwal yang ketat, terkait
dengan pekerja dari berbagai unsur seperti subkontraktor, mandor, sup-
plier, konsultan pengawas, serta masyarakat sekitar.
4. Penuh negosiasi; karena meskipun mempunyai sasaran yang sama seperti
yang dicantumkan dalam kontrak, setiap pihak -yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek (perencana, pengawas, kontraktor) senantiasa harus
menyamakan persepsi dalam menemukan cara untuk mencapai sasaran
tersebut. Negosiasi demi negosiasi dilaksanakan pada setiap tahapan proyek,
misalnya pada acara rapat, perhirungan pekerjaan tambah, perhitungan
eskalasi, penyamaan dalam menghitung volume pekerjaan, persetujuan
pemakaian bahan, pemilihan metode pelaksanaan, dll.
5. Tempo kerja yang tinggi; kerena beberapa elemen bangunan memang
harus dikerjakan dengan cepat, misalnya campuran beton harus segera
dituang agar tidak mengeras, tanah yang ditimbun harus cepat ditutup
(sheet cover) agar bila hujan tidak menjadi basah, memasang gelagar jembatan
penyeberangan saat lalu lintas sepi pada malam hari, dan lain sebagainya.
6. Kualitas pelayanan yang tinggi; karena dalam setiap aktivitasnya diperlukan
respons yang cepat dalam menanggapi setiap keinginan pelanggan, namun
demikian tetap harus memakai cara-cara berkomunikasi yang tidak merusak
hubungan baik dengan setiap pihak dan tidak mengorbankan kepentingan
perusahaan.
7. Kompetitif; karena harus bersaing dengan kontraktor nasional yang sangat
banyak jumlahnya maupun kontraktor asing yang memiliki kemampuan
teknis maupun yang mempunyai permodalan yang lebih baik. Misalnya,
untuk mendapatkan pekerjaan umumnya kontraktor harus melalui proses
tender yang sangat ketat.
8. Tuntutan mutu yang tinggi; karena pekerjaan yang dilakukan kontraktor
berkaitan dengan keamanan sebuah struktur banguan maupun segi
tercapainya fungsi serta kerapihan hasil kerjanya. (firmitas, utilitas dan
venustas)
C.1.b.2. PERSYARATAN SDM:
1. Ulet, "tahan banting" serta mampu berkomunikasi. Dalam setiap
menanggulangi kesulitan yang mungkin terjadi, setiap personil tidak
boleh cepat menyerah. Penggunaan cara pendekatan dengan berbagai
pihak melalui kemampuan berkomunikasi dapat menyederhanakan atau
bahkan menyelesaikan permasalahan-permasalahan antar-berbagai pihak
yang terlibat di suatu proyek (pengguna jasa, pengawas, subkon, mandor,
dll.).
2. Namun demikian, SDM kontraktor harus cekatan dan terampil,
ressponsif, sopan santun, serta memiliki kesehatan yang prima.
C. 1.b.3. IMPLEMENTASI PENGELOLAAN SDM
1. Cara mencari pegawai (Rekmtmen):
Rekrutmen dalam bisnis usaha kontraktor disesuaikan dengan persyaratan
Sumber Daya Manusia yang diperlukan. Apabila Rekrutmen tidak sesuai
dengan karakter Sumber Daya Manusia yang diperlukan, maka usaha
yang dilaksanakan sering menjadi tidak produktif. Untuk itulah saat ini
Perusahaan kontraktor perlu menerapkan model rekrutmen antara lain,
melalui:
Pola rekrutmen umum, yaitu Perusahaan mengevaluasi kebutuhan
pegawainya, dan melaksanakan rekrutmen dari sejumlah pelamar
yang ada, melalui:
lamaran langsung
memasang iklan di surat kabar
dan lain-lain
Yang diseleksi berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan
perusahaan. Selanjutnya calon yang terseleksi diberikan Orientasi
Kerja dan kemudian diangkat sebagai calon pegawai untuk periode
tertentu. Setelah memenuhi tahap-tahap tertentu dan memenuhi
syarat, calon pegawai bisa diangkat sebagai pegawai.
Pola rekrutmen mahasiswa ikatan dinas. Dalam pola ini rekrutmen
dilaksanakan bukan pada calon yang sudah lulus dari bangku sekolah,
namun direkrut dari mahasiswa yang tengah menyelesaikan
sekolahnya. Pada saat mahasiswa tersebut sedang dalam proses
penyelesaian studinya, mahasiswa diberikan beasiswa serta juga
diberikan bimbingan orientasi-orientasi kerja dengan melalui media
internet serta secara periodik diadakan tatap muka untuk mendapat-
kan bimbingan langsung atas tugas-tugas yang diberikan.
Pola rekrutmen untuk pelaksana lapangan dari Jenjang D 3 atau
SLA (STM Pembangunan). Karena karakteristik SDM pelaksana
lebih menuntut ketahanan fisik serta sikap tegas dalam mengendalikan
para tukanglmandor di lapangan, maka pola rekrutmennya lebih
mengutamakan hal hal yang menyangkut kedisiplinan, ketegasan
bersikap, berkomunikasi dengan bahasa yang jelas tetapi sederhana,
yaitu antara lain melalui latihan fisik, kesamaptaan, baris berbaris, dll.
Semua rekrutmen umumnya melalui tahap psychotest, yaitu untuk
mengetahui potensi kepribadian seseorang:
Kegunaan psychotest adalah untuk mengetahui potensi kejiwaan para calon.
Dengan teknik-teknik test tertentu, maka gambaran potensi kejiwaan seseorang
seperti kepribadian, tingkat intelegensi, dasar-dasar kepemimpinan, daya tahan
atas tekanan dan lain sebagainya akan nampak.
Menggunakan hasil psychotest. Berdasarkan gambaran hasil psychotest (psycho-
gram), maka manajemen perusahaan dapat memilih calon yang sesuai dengan
kriteria (persaratan) atas kebutuhan jabatanlfungsi tugas yang diperlukan.
Faktor psychotest yang diperlukan dalam dunia bisnis kontraktor. Faktor-faktor
yang diutamakan adalah sesuai dengan karakteristik SDM seperti yang dijelaskan
dalam bab-bab terdahulu.
2. Cara membina pegawai
Pada dasarnya Pelatihan dan pengembangan di perusahaan dibagi atas
empat hal:
IMPROVEMENT, yaitu pelatihan dan pengembangan yang tujuannya
meningkatkan keterampilan seseorang dalam kerangka memenuhi
persyaratan jabatan vob-Requirement).
MUTASI, yaitu pelatihan dan pengembangan seseorang sesuai dengan
Job-Req untuk posisi yang mungkin berbeda dengan posisi sebelumnya.
PROMOSI, yaitu pelatihan dan pengembangan seseorang untuk jabatan
yang mempunyai Job-Requirement yang lebih tinggi.
AKSELERASI, yaitu pelatihan dan pengembangan yang sifatnya
mempercepat kemampuan seseorang yang mempunyai potensi tinggi
untuk pengembangan kariernya.
Suatu hal yang harus diperhatikan adalah keberhasilan pelatihan dan
pengembangan itu sendiri. Untuk itu faktor evaluasi saat seseorang
menerapkan hasil pelatihan dan pengembangan tersebut menjadi perhatian
utama dan harus dipantau secara ketat dan benar oleh "user" yaitu orang
yang menjadi pelanggan dari orang yang dilatih (trainee) tersebut.
3. Cara memotivasi, menghargai, dan menghukum (reward andpunishment)
Motivasi, penghargaan, dan hukuman menjadi tiga serangkai yang
merupakan kebijakan yang harus dilaksanakan oleh sebuah perusahaan.
Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, hal pertama yang harus
dilaksanakan adalah pola penilaian pegawai (performance appraisal). Penilaian
kinerja karyawan merupakan bagian dari sistem pembinaan karyawan.
Sistem penilaian kinerja karyawan atau performance appraisal untuk
selanjutnya disebut PA, yang didasarkan pada spesifikasi pekerjaan Vob
Speczfkation) dan Job Description (uraian tugaslpekerjaan). Yang merupakan
penilaian terhadap karyawan terhadap tugas yang disesuaikan dengan
jabatan, dikaitkan dengan target yang diberikan.
Dalam suatu perusahaan, penghargaan dan hukuman terhadap karya-
wan harus diterapkan secara adil, artinya selain penghargaan, kekeliruan
atau kegagalan suatu target atau performance yang di bawah rencana harus
diberikan sanksi. Hukuman tidak selalu harus berupa pemecatan ataupun
penurunan jabatan tapi juga dapat dilaksanakan dalam bentuk pembinaan
yang sifatnya mendidik, misalnya untuk jangka waktu tertentu seseorang
dibebaskan dari segala pekerjaannya untuk meningkatkan kemampuannya
pada bidang-bidang yang menjadi sebab kegagalan. Apabila hukuman
tidak dilaksanakan secara konsisten, maka sistem manajemen SDM tidak
berjalan dengan baik.
4. Cara memberhentikan
Pemberhentian pegawai berlaku pada usia purna tugas maupun karena
sebab tertentu. Perusahaan diwajibkan mengikuti ketentuan peraturan
pemerintah yang berlaku yang diatur dalam Undang-undang Tenaga Kerja
No. 13 Tahun 2003
C.1.b.4. Pengelolaan SDM Mandor dan SDM Sub-kontraktor
Pengelolaan SDM Kontraktor bukan hanya untuk pegawai perusahaan itu
sendiri, melainkan juga mencakup pembinaan SDM yang mempunyai
andil terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu proyek, antara lain pegawai
mandor maupun subkon.
Pengendalian & pembinaan dapat dilaksanakan melalui:
Daftar mandorlsubkon terseleksi (approved labour suppliers & sub
contractors list). Daftar tersebut adalah suatu daftar dari para mandorl
subkon yeng telah terbukti berpengalaman dan mempunyai kinerja
baik.
Adanya pelatihan bagi tukanglpegawai mandorlsubkon yang diadakan
oleh perusahaan secara terencana.
C .1.b.5. Sasaran Akhir
Dengan adanya pengelolaan SDM yeng terpadu (integrated) seperti dalam
uraian di atas maka SDM kontraktor akan menjadi SDM yang profesional,
yaitu perpaduan antara kemampuan teknis yang tinggi dan kepribadian yang
ideal.
C.2. ASPEK MANAJEMEN KEUANGAN
Laporan 'keuangan yang umum digunakan dalam perusahaan adalah Neraca,
Rugi Laba, Rasio Keuangan, Cash Flow, dan Laporan Perubahan Modal.
Neraca menggambarkan posisi hak (asset) dan kewajiban (liabilities d-
equities) perusahaan pada suatu waktu tertentu. Biasanya adalah per akhir
tahun, per akhir semester atau per akhir bulan. Hak perusahaan digambar-
kan dalarn aktiva perusahaan, yang terdiri dari:
Aktiva Lancar: kas, bank, persediaan, piutang usaha dan lainnya; serta
Aktiva Tetap: tanah, bangunan, kendaraan, dan aktiva lainnya.
Kewajiban perusahaan digambarkan dalam pasiva yang terdiri dari:
0 Pasiva lancar: hutang bank, utang usaha yg jatuh tempo kurang dari
satu tahun.
0 Kewajiban Jangka Panjang dan Modal: kewajiban yang jatuh tempo
lebih dari satu tahun, dan modal.
Neraca perusahaan selalu seimbang, yaitu keseimbangan antara hak dan
kewajiban perusahaan. Keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusa-
haan akan berakibat pada peningkatan atau penurunan modal pemilik
perusahaan, sehingga Neraca perusahaan pada setiap waktu selalu mengalami
keseimbangan.
Rugi Laba atau Kinerja, adalah laporan yang menggambarkan perhitungan
rugi laba dari perusahaan pada periodelkurun waktu tertentu, Biasanya
rugi laba dilaporkan dalam kurun waktu bulanan, triwulanan, semesteran
atau tahunan.
Rasio Keuangan, adalah perbandingan antara satu pos dan pos yang lain
dalam Neraca atau antara satu pos dan pos yang lain di rugi laba atau
antara satu pos rugi laba dan satu pos neraca. Rasio ini dapat memberikan
gambaranlindikasi tertentu tentang perusahaan dibandingkan dengan standar
umum di industri sejenis.
Laporan Cash Flow atau arus dana, adalah laporan mengenai sumber dan
penggunaan dana dalam kurun waktu tertentu di perusahaan. Laporan
cash flow disusun dengan menggunakan 2 (dua) metode, yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung disusun berdasarkan
aktivitas keuangan perusahaan (penjualan sampai dengan menghasilkan
laba) dan metode tidak langsung yang disusun berdasarkan laba yang
diperoleh dan perubahan rekeninglaccount Neraca dari akhir periode yang
lalu dan akhir periode sekarang.
Laporan perubahan Modal, yaitu laporan yang khusus menggambarkan
perubahan modal yang dimiliki perusahaan, baik perubahan karena Operasi
Pernabam (laba atau rugi sehingga modalnya berubah) dan akibat Revaluasi
Asset atau karena adanya penambahanlpengurangan modal oleh pemilik
perusahaan sehingga mengubah nilai modal.
Berdasarkan pengalaman, penilaian sebuah perusahaan Kontraktor pada
umumnya sering hanya dilihat dari segi laba rugi saja, yaitu selisih antara
penjualan/pendapatan/produksi dikurangi biaya penjualan/produksi, tanpa
melihat sisi-sisi yang lain. Sehingga ada Kontraktor yang memperoleh
keuntunganllaba besar tetapi kondisi perusahaannya tidak sehat. Hal ini
disebabkan laba besar yang diperoleh tidak diterima dalam bentuk tunai
tetapi masih sebatas pengakuan laba, yang masih dalam bentuk piutang.
Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus dipahami dan diperhatikan
dalam mengelola keuangan kontraktor agar perusahaan tidak mengalami
kesulitan, yang pada akhirnya mengganggu kelangsungan usaha, antara lain:
1. Metode Pengakuan Pendapatan pada Kontraktor.
2. Laporan Keuangan yang berbentuk Neraca dan Laba-Rugi.
3. Analisis Rasio Laporan Keuangan
4. Siklus Perputaran Modal Kontraktor
5. Cash Flow Proyek
6. Perpajakan
7 Pengendalian Perusahaan
C.2.1. METODE PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAKTOR
Penjualan/pendapatan/produksi/turnoveradalah istilah yang sering diguna-
kan kontraktor untuk mengakui pendapatan, yaitu nilai pekerjaan yang
telah dikerjakan oleh kontraktor dan diakuildisetujui oleh pemilik proyek.
Nilai pendapatan ini dihitung berdasarkan persentase fisik proyek pada
suatu saat dikalikan dengan Nilai kontrak (tidak termasuk Pajak Pertarnbah-
an Nilai). Nilai pendapatan ini yang digunakan sebagai dasar penyusunan
laporan Laba Rugi perusahaan. Dalam pembahasan selanjutnya digunakan
istilah.pendapatan untuk menggambarkan penjualanlproduksilturnoverper-
usahaan.
Perusahaan Kontraktor dapat memilih salah satu dari 2 (dua) metode
pengakuan pendapatan, yaitu:
a. Percentage Method, yaitu pencatatan pendapatan secara bertahap sesuai
dengan persentase penyelesaian pekerjaan. Metode ini yang paling banyak
digunakan oleh perusahaan kontraktor. Progress fisik proyek dihitung
setiap akhir bulan untuk digunakan sebagai dasar perhitungan nilai
pendapatan. Pendapatan bulan ini dihitung dengan cara mencari selisih
hasil perkalian progress fisik dengan nilai kontrak-PPN bulan ini,
dikurangi dengan hasil perkalian progress fisik dengan nilai kontrak-
PPN bulan lalu.
b. Completed Method, yaitu pencatatan pengakuan pendapatan pada saat
prestasi diakui 100 persen oleh Pemilik Proyek dan pembayaran diterima
seluruhnya. Artinya perusahaan tidaklbelum mengakui pendapatan
sampai dengan perusahaan menyelesaikan pekerjaan proyek.
Metode manapun yang dipilih Manajemen, yang terpenting adalah metode
tersebut dilaksanakan secara konstj.tmlberkesinambungan.Artinya tidak boleh
jika tahun lalu metode yang digunakan adalah CompletedMethod, pada tahun
ini menggunakan PercentageMethod, kemudian pada tahun yang akan datang
kembali menggunakan CompletedMethod (prinsip akuntansi konsisten).
Meskipun 2 (dua) metod tersebut dimungkinkan secara teori tetapi di
Indonesia yang lazim digunakan adalah yang point a. Hal ini erat kaitannya
dengan kewajiban perusahaan untuk melaporkan kewajiban Pajak
Penghasilan Badan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setiap tahun.
Setiap Perusahaan yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
berkewajiban menyampaikan laporan keuangan yang telah diperiksaldiaudit
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) setiap tahun. Berdasarkan laporan
keuangan hasil audit KAP dan bukti setoran pajak penghasilan badan,
maka perusahaan dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT)
Tahunan.
C.2.2. LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
Laporan Keuangan yang umum disajikan dalam bentuk Neraca dan Laporan
RugiILaba, penyajiannya didasarkan pada kaidah-kaidah akuntansi di In-
donesia yang mengacu pada Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Laporan ~ e u a n ~ alanzimnya disajikan 2 tahun berturut-turut sehingga
dapat dilakukan analisis jika terjadi peningkatan atau penurunan kinerja
(prinsip akuntansi bahwa laporan keuangan harus dapat diperbandingkan).
Berdasarkan laporan Neraca dapat dilihat kondisi keuangan perusahaan
yang bersangkutan pada waktu tertentu, seperti misalnya tentang kondisi
Aset Perusahaan, Utang Perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang dan Modal yang dimiliki perusahaan. Sedangkan berdasarkan
Laporan Rugi Laba dapat diketahui kinerja perusahaan untuk suatu periode
tertentu. Neraca dan Rugi-Laba disusun berdasarkan infrastruktur sistem
akuntansi keuangan Perusahaan, yang terdiri dari:
Kode Rekeninglperkiraan Akuntansi dan Desain Laporan Keuangan.
Formulir Transaksi Keuangan dan Otorisasi penggunaannya.
Software Akuntansi yang mengolah data di Komputer, untuk yang
menggunakan Komputer dalam proses akuntansinya.
Flow Chart Transaksi Keuangan, sehingga menjadi Neraca & Rugi
Laba.
Kebijakan Akuntansi yang sesuai dengan PSAK yang berlaku.
Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tugasnya adalah memeriksa
laporan keuangan perusahaan, infrastruktur sistem akuntansi tersebut
digunakan untuk menguji kewajaran Laporan Keuangan yang disusun oleh
suatu perusahaan Kontraktor. Pertanyaan yang sering timbul adalah kenapa
laporan keuangan harus diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik. Hal ini
erat kaitannya dengan kebutuhan informasi keuangan perusahaan oleh
Pemerintah dan publik, yang dalarn hal ini diwakili oleh Departemen
KeuanganIDirektorat Jendral PajakIKantor Pelayanan Pajak dan Departemen
PerdaganganIPerindustrian.Informasi yang diperlukan tersebut harus standar
antara perusahaan yang satu dengan lainnya; untuk itu diperlukan jasa
Kantor Akuntan Publik yang akan menguji kewajaran laporan keuangan
perusahaan dibandingkan dengan PSAK.
Di samping Kantor Akuntan Publik, perusahaan biasanya memiliki
Internal Auditor, yaitu auditorlakuntan internal perusahaan yang tugasnya
lebih banyak untuk pengendalian manajemen perusahaan dan tidak terikat
dengan kaidah-kaidah akuntansi. Laporan Keuangan perusahaan harus
disusun dengan menggunakan kaidah akuntansi (Pedoman Standard
Akuntansi KeuanganIPSAK), yang antara lain mengatur masalah-masalah:
a. Penggunaan mata uang yang sama, yaitu menggunakan mata uang
Rupiah atau US Dollar atau Yen Jepang dan sebagainya. Sekali menggu-
nakan mata uang Rupiah maka tahun-tahun berikutnya harus mengguna-
kan Rupiah.
b. Konsisten, dalam pengertian menggunakan metode yang sama dari
waktu ke waktu. Apabila perusahaan mengganti metode pencatatan
maka perubahan itu dapat dilaksanakan pada awal tahun dan diberikan
catatan dalam laporan keuangan bahwa ada perubahan metode penca-
tatan.
c. Historical Cost, bahwa laporan keuangan yang dibuat dicatat berdasarkan
pada nilai uang pada saat kejadiannya. Misalnya pembelian tanah pada
tahun 1990 seharga Rp 10 juta maka pada akhir tahun 2002 nilai
tanah tersebut tetap dicatat senilai Rp 10 juta; meskipun harga pasaran
tanah tersebut pada akhir tahun 2002 telah mencapai Rp 300 Juta.
d. Going Concern, adalah asumsi bahwa perusahaan tetap akan beroperasi
pada waktu yang akan datang dan tidak akan dibubarkanldilikuidasi.
e. Konservatif, adalah prinsip kehati-hatian dalam melakukan pelaporan
keuangan; apabila terjadi hal-ha1 yang akan mengganggu kondisi
keuangan maka gangguan tersebut harus dinyatakan dalam biaya sehingga
mengurangi laba dan atas pengurangan laba ini diberikan catatan.
f. DiscZosure/infomzative, artinya laporan keuangan harus memberikan
informasi yang benar, termasuk catatan-catatan yang sifatnya kualitatif.
g. Matching Cost against Revenue, adalah kesesuaian antara pendapatan
BUKUREFERENSUNITUK KONTRAKTOBRANGUNAGNEDUNGDAN SIPIL
yang dilaporkan dengan biaya yang timbul, yakni biaya yang dapat
diakui dalam laporan keuangan adalah biaya yang timbul dalam rangka
memperoleh pendapatan dalam periode yang sama.
h. Comparable, dalam prinsip bahwa laporan keuangan harus dapat
diperbandingkan sehingga diketahui peningkatan dan penurunannya.
Untuk tujuan memberikan informasi lebih banyak kepada pembacanya,
laporan keuangan disajikan minimal untuk kurun waktu 2 (dua) periode
berturut-turut.
i. Bzlsiness Entity, adalah prinsip dasar bagi pembaca dan penyusun laporan
keuangan. Maksudnya adalah merupakan perusahaan badan hukum
mandiri yang hak dan kewajibannya terpisah dengan hak dan kewajiban
pemiliknya. Hal ini tergambar jelas dalam Neraca perusahaan yang
menyajikan hak pemilik perusahaan sebesar modal perusahaan, sedangkan
aktiva pada neraca perusahaan adalah aktiva perusahaan, bukan aktiva
pemilik perusahaan.
Untuk lebih memahami tentang Neraca Perusahaan kontraktor ini kita
pelajari contoh Neraca dan Laporan Rugi Laba perusahaan Kontraktor PT
XYZ berikut ini.
Contoh:
PT XYZ
NERACA PER 31 DESEMBER 2000 & 2001
(dalarn juta Rupiah)
AKTIVA: 2000 200 1
Aktiva Lancar
Kas dan Bank 30.350 35.375
Aktiva Tetap:
1 1.200 1 1.200
- Tanah 44.520 55.185
- Alat 2.150
1.330 68.535
- Lain-lain 57.050 103.910
87.400
TOTAL AKTIVA 23.930
PASIVA: 15.460 16.640
15.600 42.570
- Hutang Lancar 3 1.060 22.500
- Hutang Jangka Panjang 22.500 38.840
33.840 103.910
Modal 87.400
Laba Ditahan
TOTAL PASIVA & MODAL
BUKUREFERENSUNI TUK KONTRAKTOBRANGUNAGNEDUNDGAN SIPIL
PERBANDINGAN LAPORAN R/L
YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2000 8r 2001
(hlamjuta Rupiah)
URAIAN 2000 2001
Pendapatan 110.380 124.360
Biaya Pokok 74.250 87.052
Laba Kotor 36.130 37.308
BIAYA USAHA 17.610 16.708
- Biaya Adm. & Umum 2.500 2.800
16.020 17.800
- Penyusutan
Laba Operasi
Biaya Bunga 1.700 2.800
Laba Sebelum Pajak 14.320 15.000
Pajak (PPh badan 30 %) 4.296 4.500
Laba Bersih 10.024 11.500
C.2.3. ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN
Dengan adanya Neraca maka kinerja suatu perusahaan juga dapat
dievaluasi dengan menggunakan analisis indikator-indikator keuangan
yang disebut Analisis Rasio Keuangan. Bagaimana membaca laporan
keuangan suatu perusahaan kontraktor dari sisi keuangan? Untuk
membaca dan memahami laporan keuangan maka harus dilakukan
perhitungan rasio keuangan, yang secara teknis dilakukan sebagai berikut
ini. Pelaksanaan Analisis Rasio Keuangan biasanya dikelompokkan dalam
2 cara yaitu: