6 Peningkatan akumulasi O2D yang semakin besar dapat meningkatkan terjadinya cedera seluler yang disertai dengan penurunan integritas membran seluler dan pembengkakan sel akibat peningkatan air pada intraseluler. Hal ini menyebabkan rusaknya organel intraseluler, terhentinya mekanisme sintesis seluler, pengaktifan lisosom, hingga menyebabkan nekrosis dan kematian sel.20 Mekanisme apoptosis dimulai pada tingkat O2D yang ringan dan akan meningkat seiring dengan peningkatan derajat keparahan dari cedera seluler, hingga terjadi suatu efek spesifik berupa multiple organ failure (MOF). Sel dengan kebutuhan oksidatif yang besar seperti otak, hati, ginjal, miokardium, dan jaringan yang berfungsi pada sistem imunologis cenderung sangat rentan untuk mengalami cedera akibat kejadian O2D.18 17.3. Politrauma Politrauma merupakan terminologi yang menggambarkan suatu kondisi medis kompleks akibat kejadian trauma dan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia.21 Kematian dini akibat trauma dilaporkan telah mengalami penurunan di seluruh dunia, terutama di negara maju, seiring dengan perbaikan dalam sistem penanganan trauma, tindakan pencegahan, serta pemahaman tentang patofisiologi trauma. Meski demikian, perdarahan yang tidak terkendali masih menjadi kontributor utama penyebab kematian, baik di kalangan militer maupun masyarakat sipil. Tingkat mortalitas akibat kejadian trauma sebesar 25%, dengan 40-80%nya disebabkan oleh karena kejadian perdarahan yang berpotensi untuk dicegah. Selama beberapa dekade terakhir, injury severity score (ISS) ≥16 masih menjadi batasan yang sering digunakan untuk menggambarkan adanya cedera berat dengan perkiraan mortalitas lebih dari 20%.22 Perbaikan sistem penanganan terhadap trauma dipercaya mampu menurunkan tingkat mortalitas secara drastis hingga mencapai 10-13%.23,24 Hingga saat ini para ahli telah mengembangkan definisi baru terkait politrauma yang berbasis bukti dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi tingkat mortalitas, dikenal sebagai definisi Berlin. Definisi politrauma berdasarkan konsensus tersebut harus mencakup lima kondisi patologis yang disertai dengan beberapa parameter tambahan (Tabel 1).25
7 Tabel 1. Politrauma berdasarkan definisi Berlin25 Abbreviated Injury Score (AIS) ³ 3, diikuti sekurangnya satu kriteria berikut ini : 1. hipotensi (tekanan darah sistolik ≤ 90 mmHg) 2. penurunan tingkat kesadaran (skor GCS ≤ 8) 3. asidosis (base excess ≤ − 6.0) 4. koagulopati (partial thromboplastin time ≥ 40 detik atau international normalized ratio (INR) ≥ 1,4) 5. usia (≥ 70 tahun) Istilah politrauma pertama kali digunakan oleh Tscherne dkk. pada tahun 1966 untuk mendeskripsikan pasien yang mengalami dua atau lebih cedera berat pada regio kepala, toraks, abdomen, atau salah satu dari ketiga bagian tersebut ditambah dengan cedera pada regio ekstremitas. Pada tahun 1975, Border dkk. mendefinisikan politrauma sebagai suatu kondisi yang ditandai dengan adanya dua atau lebih cedera berat pada bagian tubuh. Selanjutnya, Oestern dkk. mendefinisikan politrauma ketika seorang pasien mengalami dua atau lebih cedera, yang mana salah satunya berpotensi mengancam nyawa. Hal ini dikenal dengan istilah “barytrauma” untuk membedakannya dari cedera tunggal yang berpotensi mengancam nyawa.26 Tingkat mortalitas pasca kejadian trauma, teruma pada fase lanjut, didapatkan semakin menurun bila dibandingkan dengan sebelumnya. Mortalitas pada kejadian trauma fase lanjut umumnya terjadi akibat MOF dan acute lung injury atau acute respiratory distress syndrome (ALI atau ARDS). Hal ini selanjutnya meningkatkan kebutuhan sumber daya, serta meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Sebaliknya, kematian pada fase pra rumah sakit dat kematian dini (< 48 jam) yang umumnya terjadi oleh karena perdarahan masif atau cedera kepala cenderung mengalami perubahan yang tidak bermakna. Hal ini dibuktikan dengan persentase kematian akibat perdarahan yang hingga saat ini masih mencapai 20-34%, serupa dengan tahun 1990an yang mana perdarahan berkontribusi dalam sepertiga kasus kematian akibat trauma. Meski data yang didapat dari pusat trauma di Amerika Serikat menunjukan adanya penurunan kematian akibat perdarahan dari 36% menjadi 25% setelah dilakukan implementasi dari bleeding-control bundle of care, namun kejadian
8 perdarahan yang dapat dicegah masih sering menjadi penyebab kematian pada pasien trauma.21 Beberapa randomized control trial (RCT)27–31 dan studi observasional32–34 telah membuktikan bahwa kematian akibat perdarahan yang terjadi dalam kurun waktu 24 jam sebagian besar terjadi pada 3-6 jam pertama pasca trauma. Traumatic brain injury merupakan penyebab kematian utama pada 6-24 jam setelah kejadian trauma, sedangkan MOF menjadi kontributor kematian utama yang terjadi satu minggu pasca trauma. Berdasarkan studi CRASH-2 yang sebagian besar populasi sampelnya berasal dari negara berkembang, didapatkan bahwa 34% dari seluruh kematian pasca trauma disebabkan oleh karena perdarahan, yang mana 50% di antaranya terjadi dalam waktu 10 jam pasca trauma. Bukti lain yang diambil dari hasil analisis tiga RCT yang berfokus pada pengendalian perdarahan pasca trauma juga menunjukkan bahwa setengah dari seluruh kematian yang terjadi dalam 3-6 jam pertama pasca trauma disebabkan oleh karena perdarahan. Trauma berat yang disertai dengan perdarahan akut dapat mengakibatkan hipoperfusi dan cedera jaringan yang selanjutnya mengaktivasi sistem imun tubuh dan menyebabkan disregulasi dari sistem koagulasi. Kerusakan jaringan yang terjadi juga menyebabkan hilangnya proteksi dari sistem integumen, sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan hipotermia. Beberapa ahli berpendapat bahwa pada masa yang akan datang, strategi resusitasi menggunakan target biokimia akan sangat diperlukan. 35,36 Aktivasi dari berbagai mekanisme imun di tingkat seluler dan humoral dapat menyebabkan perubahan spesifik pada kaskade inflamasi, bergantung pada pola cedera yang dialami. Kejadian trauma awal akan menentukan tingkat inflamasi sistemik yang terjadi dan berpengaruh terhadap komplikasi yang akan ditimbulkan. Meski beberapa aspek lain, seperti komorbid, penyakit penyerta, atau faktor genetik, juga dapat memengaruhi respons dari suatu trauma, namun aspek yang berkaitan dengan tatalaksana medis seperti kecepatan dalam mengendalikan perdarahan, pemulihan syok, serta pemulihan homeostasis koagulasi juga dapat memberikan pengaruh yang besar.37
9 17.4. Damage Control Resuscitation (DCR) Konsep damage control pada mulanya digunakan oleh angkatan laut dari Amerika Serikat untuk menggambarkan suatu proses yang memprioritaskan perbaikan terkait hal-hal kritis yang sangat diperlukan dalam memperbaiki kapal untuk dapat sampai ke pelabuhan dengan selamat pada saat terjadi suatu keadaan maritim yang darurat. Hal ini disebabkan karena perbaikan menyeluruh terhadap seluruh kerusakan selama situasi kritis cenderung lebih berbahaya bagi kapal. Konsep ini yang pada akhirnya dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan dikembangkan menjadi suatu standar dalam tatalaksana trauma pada kondisi kritis. Damage control resuscitation (DCR) bukan suatu teknik, melainkan kumpulan strategi yang bertujuan untuk mencegah ataupun mengatasi keadaan triad of death (koagulopati, asidosis, dan hipotermia).4 Walaupun pembahasan mengenai DCR seringkali lebih berfokus pada strategi pencegahan triad of death, namun kasus trauma dengan gangguan metabolik berat juga memerlukan tindakan untuk menjamin patensi jalan nafas dan mengambil alih fungsi pernafasan secara definitif. Tindakan intubasi yang diikuti dengan penggunaan ventilasi mekanik, selain bertujuan untuk menjamin oksigenasi dan kecukupan ventilasi, juga dapat mengurangi usaha napas, sehingga kebutuhan oksigen selama proses bernapas juga dapat dikurangi. Saat terjadi syok, suplai oksigen ke jaringan yang sangat terbatas dan kompensasi fisiologis yang terjadi dapat meningkatkan kebutuhan oksigen hingga beberapa kali lipat. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen yang besar akan mengakibatkan gangguan fisiologis yang berat, bahkan hingga menyebabkan kematian. Pada kejadian politrauma yang disertai dengan gangguan sistem pernapasan (kontusio paru, flail chest, cedera maksilofasial), tindakan intubasi dan ventilasi mekanik sebaiknya segera dilakukan. Meski begitu, pertimbangan terkait risiko henti jantung pasca intubasi juga harus diperhatikan karena kendali pernapasan yang tidak tepat dan penggunaan obat induksi (sedasi, analgesia dan pelumpuh otot) dapat mengakibatkan gangguan hemodinamik berat. Tatalaksana jalan napas definitif pada pasien dengan trauma tumpul perlu mempertimbangkan terjadinya cedera servikal (gambar 1) hingga terbukti tidak. Tatalaksana jalan napas bagi pasien dengan trauma tembus pada
10 daerah kepala dan leher dapat dilakukan dengan menggunakan algoritma jalan napas sulit (gambar 2).38 Gambar 1. Intubasi dengan C-spine control39 pada pasien trauma servikal Gambar 2. Tatalaksana jalan napas bila terjadi kegagalan RSI pada orang dewasa40 Penentuan terkait waktu yang tepat untuk melakukan intubasi dan kendali pernapasan perlu mempertimbangkan manfaat dan kerugiannya. Kebutuhan untuk mengambil alih fungsi pernapasan secara segera dengan risiko terjadinya kolaps kardio-sirkulasi saat induksi menyebabkan intubasi pada pasien politrauma bukanlah suatu tindakan yang sederhana. Hampir seluruh obat untuk memfasilitasi intubasi (obat sedasi, opioid, dan pelumpuh otot) memberikan efek depresan yang poten bagi sistem kardio-sirkulasi. Meskipun intubasi yang dilakukan pada pasien dengan gangguan hemodinamik berpotensi mengakibatkan henti jantung, namun crush
11 intubation tanpa pemberian obat sedasi pada pasien yang gelisah akibat hipoksemia atau cedera kepala traumatika juga dapat menyebabkan hipoksemia dan peningkatan tekanan intrakranial. Fokus utama dari strategi DCR adalah mencegah terjadinya koagulopati sehingga tidak terjadi perdarahan sekunder (medical bleeding). Strategi ini idealnya harus dilakukan sejak pasien datang pertama kali ke rumah sakit dan dilanjutkan hingga seluruh fase resusitasi telah selesai dilakukan. Damage control surgery (DCS) merupakan tahap akhir dari prinsip DCR dalam mengendalikan perdarahan, yaitu dengan menggunakan pendekatan bedah (surgical resuscitation). Dengan demikian, strategi DCR dan DCS merupakan bagian integral yang saling berkaitan satu sama lain. Penerapan DCR telah terbukti dapat menurunkan angka kematian, memfasilitasi penutupan abdomen secara lebih dini, menurunkan biaya perawatan kesehatan, serta mengurangi lama rawat inap. Komponen dari DCR ini meliputi : (1) teknik deliberate hypotensive resuscitation (DHR) atau hipotensi permisif dengan target tekanan darah sistolik > 100 mmHg pada pasien usia 50-69 tahun dan tekanan darah sistolik >110 mmHg untuk pasien yang berusia kurang dari 49 tahun atau lebih dari 70 tahun, (2) menjaga patensi jalan napas dan dukungan sistem pernapasan dini, (3) penggunaan darah dan produk darah secara dini, serta (4) penggunakan obat hemostatik atau antifibrinolitik.38 Gambar 3. Komponen Damage Control Resuscitation (DCR)38 Prioritas utama dalam prinsip DCR adalah menghentikan perdarahan dan mengembalikan volume darah sesegera mungkin, mengkoreksi koagulopati, asidosis,
12 serta mencegah terjadinya hipotermia.4 Pada dua dekade terakhir, berbagai penelitian telah menunjukan bahwa kejadian hipotermia merupakan faktor yang dapat meningkatkan mortalitas (25-40%) pasien dengan cedera berat.41 Oleh sebab itu, tatalaksana khusus untuk mencegah terjadinya hipotermia pada pasien trauma, baik secara aktif ataupun pasif, harus menjadi prioritas. Pencegahan secara pasif dapat dilakukan di tempat kejadian trauma dengan melepaskan pakaian pasien yang basah diikuti dengan penggunaan selimut hangat, sedangkan upaya aktif dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) melalui pemberian infus intravena atau pembilasan dengan menggunakan cairan yang telah dihangatkan. 42 Transfusi produk darah yang lebih dini untuk mengurangi jumlah cairan resusitasi kristaloid, permisive hypotension pada populasi tertentu, serta kontrol perdarahan merupakan merupakan langkah intervensi awal untuk mencegah terjadinya triad of death. Pada awal kejadian trauma, koagulopati ditemukan pada 25% pasien dengan base deficit lebih dari 6. Kondisi ini awalnya dianggap sebagai efek samping resusitasi, hemodilusi, dan hipotermia, namun seiring dengan berjalannya waktu didapatkan bahwa bloody vicious cycle bersifat sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor lain.43–45 Gambar 4. Mekanisme koagulopati pada kasus trauma46 Trauma jaringan, syok, hemodilusi, hipotermia, asidemia, dan inflamasi yang terjadi pada trauma berat secara bersamaan dapat menginduksi terjadinya koagulopati.46,47 Pemahaman tentang patofisiologi ini kemudian mendasari
13 penggunaan massive transfusion protocols (MTPs) (tabel 2) yang terbukti dapat menurunkan tingkat mortalitas dari pasien dengan cedera multipel.48 Formula spesifik terkait pemberian MTPs cenderung bervariasi, namun pada dasarnya mirip dengan prinsip resusitasi menggunakan fresh whole blood (FWB). Implementasi MTPs merekomendasikan pemberian produk darah secara lebih dini selama proses resusitasi diharapkan dapat mengurangi jumlah pemberian kristaloid, meningkatkan efisiensi bank darah, serta menurunkan jumlah keseluruhan produk darah yang digunakan selama perawatan di rumah sakit, sehingga menurunkan jumlah biaya perawatan. Penurunan jumlah kristaloid yang diberikan dapat mengurangi kejadian cedera reperfusi, adhesi leukosit, inflamasi, asidosis, ARDS, dan MOF. Selain itu, pemberian carian kristaloid yang berlebihan juga dapat menyulitkan penutupan fasia secera definitif oleh karena edema pada organ viseral dan dinding abdomen.49,50 Tabel 2. Inisiasi MTPs pada pasien trauma48 Beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk menghentikan atau mengurangi laju perdarahan bersifat sangat penting untuk dilakukan (gambar 5). Kompresi secara langsung pada pembuluh darah yang mengalami cedera merupakan langkah yang sangat bermanfaat untuk mengendalikan perdarahan, namun sulit dilakukan pada vaskuler yang terletak di dalam rongga tubuh, seperti jantung, paru, hepar, maupun vaskuler retroperitoneal. Beberapa alternatif dari teknik lain yang dapat digunakan antara lain balloon catheter tamponade dan temporary intravascular shunts (TIVS).51 Meskipun teknik ini pada mulanya digunakan dalam mengatasi varises esofagus, namun sejak tahun 1960, kateter balon telah digunakan untuk mengatasi perdarahan akibat lesi arteri-vena, seperti pada jantung, aorta, pelvis, vaskular di area leher, abdomen, hepatik, subklavia, vertebral, maupun pada pasien dengan trauma fasial.
14 Pada trauma, penggunaan teknik ini dilakukan dengan memposisikan balon pada lumen pembuluh darah yang mengalami kerusakan.52–54. Prinsip tatalaksana trauma berdasarkan konsep DCR dapat dirangkum dalam gambar 6. Gambar 5. Teknik kompresi langsung, tourniquet, dan temporary intravascular shunts yang dilakukan pada (A) jugularis; (B) supra klavikula; (C) hepar, dan (D) aorta Gambar 6. Konsep damage control resuscitation55 Pada trauma tumpul abdomen yang telah menunjukkan tanda dari triad of death, penutupan abdomen secara rapat (menutup fasia) berhubungan dengan kejadian peningkatan tekanan intra abdomen yang lebih tinggi dibandingkan dengan membiarkan fasia abdomen tetap terbuka pada akhir operasi (85% dibandingkan 22%). Walaupun DCS cenderung memiliki mortalitas yang lebih rendah, namun penerapan pendekatan ini berhubungan dengan tingkat morbiditas yang justru lebih tinggi (risiko infeksi). Terdapat beberapa teknik (Tabel 3) yang dapat digunakan dalam Tourniquet
15 melakukan DCS dengan pemilihannya bergantung pada preferensi dari setiap operator dan kondisi pasien.48 Tabel 3. Teknik terkait damage control surgery 48 17.5. Damage Control Orthopaedic (DCO) Penanganan fraktur pada pasien dengan cedera multipel atau politrauma sangat berpengaruh terhadap tatalaksana pasien secara keseluruhan. Kejadian SIRS primer dipengaruhi oleh tipe dan derajat keparahan dari trauma, sedangkan SIRS sekunder dipengaruhi oleh tindakan operatif yang dilakukan. Fiksasi fraktur definitif yang dilakukan secara dini sesuai dengan konsep early total care (ETC) pada pasien trauma dengan perdarahan, serta trauma kepala, abdomen, dan pelvis berhubungan dengan kejadian SIRS sekunder pasca trauma yang bersifat mengancam nyawa. Hal ini selanjutnya berhubungan dengan kejadian ARDS dan MOF yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Dengan mempertimbangkan kemungkinan ini, maka pendekatan alternatif dengan menggunakan fiksasi eksternal yang invasif minimal dapat dipilih pada kejadian trauma yang mengancam nyawa. Tindakan fiksasi definitif selanjutnya dapat dilakukan ketika kondisi pasien telah stabil, yaitu dengan prinsip Damage Control Orthopedics (DCO). Konsep tersebut kemudian dimodifikasi kembali akibat banyaknya tindakan eksternal fiksasi yang tidak tepat indikasi, sehingga kemudian muncul konsep Safe Definitive Surgery (SDS) yang merupakan gabungan dari dua konsep sebelumnya, yaitu ETC dan DCO. Strategi ini meliputi
16 penilaian berulang menggunakan beberapa parameter klinis pada pasien politrauma yang disertai dengan fraktur tulang (Gambar 7).5,15 Gambar 7. Safe definitive surgery (pendekatan dinamis pada pasien dengan cedera berat)56 Early appropriate care (EAC) merupakan strategi yang digunakan untuk menentukan waktu pembedahan definitif bagi pasien trauma dengan fraktur yang tidak stabil. Pada penggunaannya, protokol EAC (tabel 4) berperan dalam menentukan batas ambang resusitasi yang spesifik untuk dapat dilakukannya operasi fraktur definitif, terutama dalam 36 jam pasca trauma. Dengan demikian, protokol tersebut diharapkan dapat menurunkan angka kejadian komplikasi dan biaya akibat lama perawatan melalui pendekatan multidisplin.57 Tabel 4. Protokol early appropriate care57
17 17.6. Ringkasan Kejadian politrauma, dengan atau tanpa adanya fraktur, memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Meski begitu, peningkatan kualitas dari pelayanan kesehatan bagi pasien dengan politrauma dan pemahaman yang lebih menyeluruh terkait patofisiologi trauma memberikan harapan dalam menangani pasien dengan politrauma dengan lebih baik. Penanganan pasien dengan trauma awalnya menggunakan prinsip early trauma care (ETC). Tingginya kejadian komplikasi dari prinsip ETC ini mendorong para klinisi untuk menggunakan cara lain untuk mengatasi pasien dengan politrauma, yaitu dengan prinsip control damage. Prinsip control damage yang awalnya hanya berfokus pada tindakan pembedahan (damage control surgery) selanjutnya dikembangkan menjadi damage control resuscitation (DCR) yang lebih komprehensif. Prinsip DCR berfokus dalam mencegah terjadinya triad of death pada kasus politrauma karena keadaan ini terbukti meningkatkan mortalitas. Prinsip ini selanjutnya dikembangkan menjadi lebih spesifik bagi pasien trauma yang disertai dengan fraktur dan kondisi yang tidak stabil, yaitu damage control orthopaedics (DCO). Pada akhirnya, prinsip dari safe definitive surgery berusaha menggabungkan prinsip ETC dengan DCO sehingga membantu dalam menentukan waktu yang tepat untuk dilakukannya tindakan definitif pada pasien politrauma yang disertai dengan fraktur tulang panjang. Terlepas dari setiap prinsip yang telah dikemukakan dalam menangani pasien dengan politrauma, namun pemahaman terkait dasar resusitasi pada pasien trauma secara umum, seperti manajemen jalan napas pasien dan resusitasi cairan tetap tidak dapat diabaikan
18 DAFTAR PUSTAKA A. OPEN FRACTURE 1. Information about Orthopaedic Patients and Conditions - AAOS. 2008. 2. Court-Brown CM, McQueen MM, Quaba AA. Management of open fractures. St. Louis; London: Mosby; M Dunitz; 1996. 3. Gustilo RB, Anderson JT. Prevention of infection in the treatment of one thousand and twenty-five open fractures of long bones: Retrospective and prospective analyses. J Bone Joint Surg Am. 1976;58:453–8.[PubMed] 4. Gustilo RB, Mendoza RM, Williams DN. Problems in the management of type III (severe) open fractures: A new classification of type III open fractures. J Trauma. 1984;24:742–6. [PubMed] 5. Zalavras CG, Marcus RE, Levin LS, Patzakis MJ. Management of open fractures and subsequent complications. J Bone Joint Surg Am. 2007;89:884– 95 6. Nayagam S. Principles of fractures. In: Warwick D and Nayagam S (eds) Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 9th edition. London: Hodder Arnold; 2010. p. 687-732. 7. Tscherne H, Oestern HJ. A new classification of soft-tissue damage in open and closed fractures. Unfallheilkunde. 1982;85:111–5. [PubMed] 8. Johansen K, Daines M, Howey T, Helfet D, Hansen ST., Jr Objective criteria accurately predict amputation following lower extremity trauma. J Trauma. 1990;30:568–72. [PubMed] 9. Gustilo RB, Gruninger RP, Davis T. Classification of type III (severe) open fractures relative to treatment and results. Orthopedics. 1987;10:1781– 8. [PubMed] 10.Gustilo RB, Anderson JT. Prevention of infection in the treatment of one thousand and twenty-five open fractures of long bones; retrospective and prospective analyses. J Bone Joint Surg Am 1976;58:453-8. 11.Slauterbeck JR, Britton C, Moneim MS, Clevenger FW. Mangled extremity severity score: An accurate guide to treatment of the severely injured upper extremity. J Orthop Trauma. 1994;8:282–5. [PubMed] 12.O'Sullivan ST, O'Sullivan M, Pasha N, O'Shaughnessy M, O'Connor TP. Is it possible to predict limb viability in complex Gustilo IIIB and IIIC tibial fractures? A comparison of two predictive indices. Injury. 1997;28:639–42. [PubMed] 13.Sharma S, Devgan A, Marya KM, Rathee N. Critical evaluation of mangled extremity severity scoring system in Indian patients. Injury. 2003;34:493– 6. [PubMed] 14.Elsharawy MA. Arterial reconstruction after mangled extremity: Injury severity scoring systems are not predictive of limb salvage. Vascular. 2005;13:114– 9. [PubMed]
19 15.Togawa S, Yamami N, Nakayama H, Mano Y, Ikegami K, Ozeki S. The validity of the mangled extremity severity score in the assessment of upper limb injuries. J Bone Joint Surg Br. 2005;87:1516–9.[PubMed] 16.Rush RM, Jr, Kjorstad R, Starnes BW, Arrington E, Devine JD, Andersen CA. Application of the Mangled Extremity Severity Score in a combat setting. Mil Med. 2007;172:777–81. [PubMed] 17.Rhee P, Nunley MK, Demetriades D, Velmahos G, Doucet JJ. Tetanus and trauma: a review and recommendations. J Trauma. 2005 May. 58(5):1082-8. 18.Patzakis MJ, Wilkins J. Factors influencing infection rate in open fracture wounds. Clin Orthop Relat Res. 1989;243:36–40. [PubMed] 19.Dellinger EP, Caplan ES, Weaver LD, Wertz MJ, Droppert BM, Hoyt N, et al., editors. Duration of preventive antibiotic administration for open extremity fractures. Arch Surg. 1988;123:333–9. [PubMed] 20.Stewart DG Jr, Kay RM, Skaggs DL. Open fractures in children. Principles of evaluation and management. J Bone Joint Surg Am. 2005 Dec. 87(12):2784- 98. [Medline] 21.Marshall ST, Browner BD. Emergency Care of Musculoskeletal Injuries. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers B, Mattox K (eds) Sabiston textbook of surgery : the biological basis of modern surgical practice, 19th ed. Canada: Elsevier Sauders; 2012. p. 482-504. 22.Zalavras CG, Patzakis MJ. Open fractures: evaluation and management. J Am Acad Orthop Surg. 2003 May-Jun. 11(3):212-9 23.Neubauer T, Bayer GS, Wagner M. Open fractures and infection. Acta Chir Orthop Traumatol Cech. 2006 Oct. 73(5):301-12. B. DISLOKASI 1. Salter RB. Textbook of Disorder and Injuries of the musculoskeletal system, 3rd.ed Baltimore: Williams & Wilkins 1999; p 589-593. 2. Solomon L, Warmick D. Injuries of the shoulder, Upper Arm and Elbow, In: Apley's System of Orthopaedics and Fractures, 8th ed. Arnold, 2001; p 587- 591. 3. Canale T. Shoulder, In: Campbell's Operative Orthopaedics, 10th ed. Mosby 2003; p 3201-3207. 4. Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD. Handbook of Fractures 5th ed. Wolters Kluwer 2015. 5. Marx. Specific injuries, In: Rosen's Emergency Medicine: Conceprs and Clinical Practice, 5th ed. Mosby 2002; p 592-598 6. Robets. General Principles, In: Clinical Procedures in Emergency Medicines, 4th ed. Elseviere 2004; p 946-956. 7. Gard, S., Menetrey J., Putman, S. (2014). Return to sport after patellar dislocation or following surgery for patellofemoral instability. Knee Surgery, Sports Traumatology, Arthroscopy. 2014; 22(10): 2320–2326.
20 www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4169614/. Diakses tanggal 14 Februari 2017. 8. Patella Dislocation. Sportsinjuryclinic. www.sportsinjuryclinic.net/sportinjuries/knee-pain/patella-dislocation. 9. King SW, Cowling PD. Management of first time shoulder dislocation. Journal of Arthroscopy and Joint Surgery. 2018 May;5(2):86–9. 10.Cutts S, Prempeh M, Drew S. Anterior Shoulder Dislocation. The Annals of The Royal College of Surgeons of England. 2009 Jan;91(1):2–7. 11.McSwain NE Jr., Salomone J, Pons P, et al., eds. PHTLS: Prehospital Trauma Life Support. 7th ed. St. Louis, MO: Mosby/Jems; 2011. C. SOFT TISSUE INFECTION 1. Hermena S, Tiwari V. Pyogeni Flexor Tenosynovitis. [Updated 2022 Nov 14]. In: StatPearl’s [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearl’s Publishing; 2023 Jan-, 2. R B Jeffrey, Jr, F C Laing, W P Schechter, R E Markison, and R M Barton Radiology 1987 162:3, 741-742 3. Barry RL, Adams NS, Martin MD. Pyogenic (Suppurative) Flexor Tenosynovitis: Assessment and Management. Eplasty. 2016 Feb 12;16:ic7. PMID: 26933471; PMCID: PMC4753835. 4. Draeger R, Bynum D. Flexor tendon sheath infections of the hand. J Am Acad Orthop Surg. 2012;20(6):373-82. 5. Bishop G, Born T, Kakar S, Jawa A. The diagnostic accuracy of inflammatory blood markers for purulent flexor tenosynovitis. J Hand Surg Am. 2013;38(11):2208-11. 6. Kieffer W, Gallagher K, Rogers B, Leonard L. Hand infections. Br J Hosp Med (Lond). 2013;74(8):C124-7. 7. Louis Solomon, David Warwick, Selvadurai Nayagam, editors. CRC Press, Taylor and Francis Group: Boca Raton, USA. 2018. ISBN 13: 978-1-4987- 5167-4. 10th ed. 8. Chapman T, Ilyas AM. Pyogenic Flexor Tenosynovitis: Evaluation and Treatment Strategies. J Hand Microsurg. 2019 Dec;11(3):121-126. 9. Kennedy CD, Huang JI, Hanel DP. In Brief: Kanavel's Signs and Pyogenic Flexor Tenosynovitis. Clin Orthop Relat Res. 2016 Jan;474(1):280-4. 10.Dailiana ZH, Rigopoulos N, Varitimidis S, Hantes M, Bargiotas K, Malizos KN. Purulent flexor tenosynovitis: factors influencing the functional outcome. J Hand Surg Eur Vol. 2008 Jun;33(3):280-5. 11.Giladi AM, Malay S, Chung KC. A systematic review of the management of acute pyogenic flexor tenosynovitis. J Hand Surg Eur Vol. 2015 Sep;40(7):720- 8.
21 12.Paniagua CT, Bean AS. Pyogenic flexor tenosynovitis: assessment and management in the emergency department setting. Adv Emerg Nurs J. 2014 Jan-Mar;36(1):36-43. 13.Born TR, Wagner ER, Kakar S. Comparison of Open Drainage Versus Closed Catheter Irrigation for Treatment of Suppurative Flexor Tenosynovitis. Hand (N Y). 2017 Nov;12(6):579-584. 14.McDonald LS, Bavaro MF, Hofmeister EP, Kroonen LT. Hand infections. J Hand Surg Am. 2011 Aug;36(8):1403-12. 15.Koshy JC, Bell B. Hand Infections. J Hand Surg Am. 2019 Jan;44(1):46-54. 16.Chen LL, Fasolka B, Treacy C. Necrotizing fasciitis: A comprehensive review. Nursing. 2020 Sep;50(9):34–40. 17.Fahimi J, Singh A, Frazee BW. The role of adjunctive antibiotics in the treatment of skin and soft tissue abscesses: a systematic review and meta-analysis. Canadian Journal of Emergency Medicine. 2015 Jul;17(4):420–32. 18.Ramakrishnan K, Salinas RC, Higuita NIA. Skin and Soft Tissue Infections. afp. 2015 Sep 15;92(6):474–83. 19.Sartelli M, Coccolini F, Kluger Y, Agastra E, Abu-Zidan FM, Abbas AES, et al. WSES/GAIS/WSIS/SIS-E/AAST global clinical pathways for patients with skin and soft tissue infections. World Journal of Emergency Surgery : WJES [Internet]. 2022 [cited 2023 Aug 25];17. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8761341/ 20.Sullivan T, de Barra E. Diagnosis and management of cellulitis. Clin Med (Lond). 2018 Apr;18(2):160–3. 21.Pérez-Panero AJ, Ruiz-Muñoz M, Cuesta-Vargas AI, Gónzalez-Sánchez M. Prevention, assessment, diagnosis and management of diabetic foot based on clinical practice guidelines. Medicine (Baltimore). 2019 Aug 30;98(35):e16877. 22.Rebecca Reardon, Dominic Simring, Boyoung Kim, Deepak Williams, Anthony Leslie, James Mortensen. Diabetic foot ulcer. Australian Journal of General Practice [Internet]. 2020 [cited 2023 Aug 25];49. Available from: https://www1.racgp.org.au/ajgp/2020/may/diabetic-foot-ulcer 23.Mahesh S, Mallappa M, Vithoulkas G. Gangrene: Five case studies of gangrene, preventing amputation through Homoeopathic therapy. 2015 [cited 2023 Aug 25]; Available from: http://aohindia.in/xmlui/handle/123456789/1623 24.Buttolph A, Sapra A. Gangrene. [Updated 2023 Aug 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560552/ 25.Al Wahbi A. Operative versus non-operative treatment in diabetic dry toe gangrene. Diabetes Metab Syndr. 2019 Mar-Apr;13(2):959-963. [PubMed] 26.Farber A. Chronic Limb-Threatening Ischemia. N Engl J Med. 2018 Jul 12;379(2):171-180. [PubMed] [Reference list] 27.Stevens DL, Bryant AE. Necrotizing Soft-Tissue Infections. N Engl J Med. 2017 Dec 07;377(23):2253-2265.
22 28.Conte MS, Bradbury AW, Kolh P, White JV, Dick F, Fitridge R, Mills JL, Ricco JB, Suresh KR, Murad MH., GVG Writing Group. Global vascular guidelines on the management of chronic limb-threatening ischemia. J Vasc Surg. 2019 Jun;69(6S):3S-125S.e40 29.Al Wahbi A. Autoamputation of diabetic toe with dry gangrene: a myth or a fact? Diabetes Metab Syndr Obes. 2018;11:255-264 30.Pastorino A, Tavarez MM. Incision and Drainage. [Updated 2023 Jul 24]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556072/ 31.Gaspari RJ, Sanseverino A, Gleeson T. Abscess Incision and Drainage With or Without Ultrasonography: A Randomized Controlled Trial. Ann Emerg Med. 2019 Jan;73(1):1-7. [PubMed] [Reference list] 32.Long B, Gottlieb M. Diagnosis and Management of Cellulitis and Abscess in the Emergency Department Setting: An Evidence-Based Review. J Emerg Med. 2022 Jan;62(1):16-27. doi: 10.1016/j.jemermed.2021.09.015. Epub 2021 Oct 14. PMID: 34657784. 33.Brown BD, Watson KLH. Cellulitis. PET/MR Imaging: A Case-Based Approach [Internet]. 2023 Aug 7 [cited 2023 Aug 27];33–4. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549770/ 34.Ortiz-Lazo E, Arriagada-Egnen C, Poehls C, Concha-Rogazy M. An Update on the Treatment and Management of Cellulitis. Actas Dermo-Sifiliográficas (English Edition). 2019 Mar 1;110(2):124–30. 35.Aumiller WD, Dollahite HA. Pathogenesis and management of diabetic foot ulcers. J Am Acad Physician Assist [Internet]. 2015 May 1 [cited 2023 Aug 27];28(5):28–34. Available from: https://journals.lww.com/jaapa/fulltext/2015/05000/pathogenesis_and_manag ement_of_diabetic_foot.6.aspx 36.Murphy-Lavoie HM, Ramsey A, Nguyen M, Singh S. Diabetic Foot Infections. StatPearls [Internet]. 2023 Jul 4 [cited 2023 Aug 28]; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441914/ 37.Lázaro-Martínez JL, Tardáguila-García A, García-Klepzig JL. Diagnostic and therapeutic update on diabetic foot osteomyelitis. Endocrinología, Diabetes y Nutrición (English ed) [Internet]. 2017 Feb 1 [cited 2023 Aug 28];64(2):100–8. Available from: https://www.elsevier.es/en-revista-endocrinologia-diabetesnutricion-english-ed--413-articulo-diagnostic-therapeutic-update-on-diabeticS2530018017300288. 38.Chindo, NA. Oktafany. Diagnosis dan terapi necritizing fasciitis pada pasien dengan riwayat diabetes. J Medula Unila. Volume 7. Nomor 1. Januari 2017
23 D. TRAUMA VASKULER 1. Mavrogenis AF, Panagopoulos GN, Kokkalis ZT, Koulouvaris P, Megaloikonomos PD, Igoumenou V, et al. Vascular Injury in Orthopedic Trauma. Orthopedics [Internet]. 2016 Jul 1 [cited 2023 Jul 23];39(4):249–59. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27322172/ 2. Dahal S, Karmacharya RM, Singh AK, Vaidya S, Dhakal P, Thapa P, et al. Peripheral Vascular Trauma among Vascular Surgery Cases Operated in a Tertiary Care Hospital: A Descriptive Cross-sectional Study. JNMA J Nepal Med Assoc [Internet]. 2022 Jan 1 [cited 2023 Jul 23];60(245):12. Available from: /pmc/articles/PMC9157658/ 3. Dua A, Desai SS, Holcomb JB, Burgess AR, Freischlag JA. Clinical review of vascular trauma. Clinical Review of Vascular Trauma. 2014 Jan 1;1–377. 4. Fox CJ, Holcomb JB. Pathophysiology of Vascular Trauma. Rich’s Vascular Trauma. 2016 Jan 1;28–32. 5. Huber GH, Manna B. Vascular Extremity Trauma. StatPearls [Internet]. 2023 Apr 19 [cited 2023 Jul 23]; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536925/ 6. Aoki R, Nakajima K, Kobayashi Y, Sakai Y, Kamide H, Yamamoto T, et al. Common and uncommon vascular injuries and endovascular treatment associated with pelvic blunt trauma: a real-world experience. Jpn J Radiol [Internet]. 2023 Mar 1 [cited 2023 Jul 23];41(3):258–65. Available from: https://link.springer.com/article/10.1007/s11604-022-01355-1 7. Davenport A, Costantini TW, Coimbra R, Sedwitz MM, Eastman AB, Feliciano D V., et al. Vascular Injury, Classification. Encyclopedia of Intensive Care Medicine [Internet]. 2012 [cited 2023 Jul 23];2390–4. Available from: https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007/978-3-642-00418-6_539 8. Lahiri A. Guidelines for management of crush injuries of the hand. J Clin Orthop Trauma [Internet]. 2020 Jul 1 [cited 2023 Jul 22];11(4):517. Available from: /pmc/articles/PMC7355059/ 9. Smith J, Greaves I. Crush injury and crush syndrome: a review. J Trauma [Internet]. 2003 May 1 [cited 2023 Jul 21];54(5 Suppl). Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12768130/ 10.Portela RC, Roney N. Crush injury. Emergency Medical Services: Clinical Practice and Systems Oversight: Third Edition [Internet]. 2021 Aug 18 [cited 2023 Jul 21];1–2:294–8. Available from: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/9781119756279.ch34 11.Murphy P, Colwell C, Pineda G, Bryan T. Traumatic amputations. Br J Pain [Internet]. 2013 Jun [cited 2023 Jul 24];7(2):90–6. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26516502/ 12.Goel R, Case AL, Hogarth DA, Abzug JM. Amputations and Replants. Pediatric Hand Therapy. 2020 Jan 1;303–19.
24 13.Nielsen CC, Jorge M. Etiology of Amputation. Orthotics and Prosthetics in Rehabilitation. 2013;455–68. 14.Traumatic amputation. Mechanisms of injury, treatment, and rehabilitation - PubMed [Internet]. [cited 2023 Jul 24]. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2222582/ 15.Loja MN, Sammann A, DuBose J, Li CS, Liu Y, Savage S, et al. The Mangled Extremity Score and amputation: Time for a revision. J Trauma Acute Care Surg [Internet]. 2017 Mar 1 [cited 2023 Jul 24];82(3):518. Available from: /pmc/articles/PMC5321791/ 16.Tornetta IP, Ricci WM, Ostrum RF, McQue. Rockwood and Green’s Fractures in Adults. 9th Ed. Lippincott Williams & Wilkins (LWW); 2019. 1111–1135 p. 17.Venkatramani H, Sabapathy SR, Zhang D. Revascularization of a Circumferential Hand and Forearm Degloving Injury Using an Arteriovenous Shunt. J Hand Surg Am. 2021;46(7):159–73 18.Sang-Hyun W, Young-Keun L, Hang-Ho L, Ji-Kang P, Joo-Yong K, Dhawan V. Hand Replantation with Proximal Row Carpectomy. HAND. 2009;4:55–61. 19.Clinical Quality & Patient Safety Unit, QAS. Clinical Practice Procedures: Trauma/Management and care of an amputated body part. Queensland Ambulance Services. 2020 Jan;761–2. 20.Yoo Jin C, Du Hwan K, Min Cheol C. Amputation stump management : a narrative review. WJCC. 2022 May 6;10(13):3981–8. 21.Jorolemon MR, Lopez RA, Krywko DM. Blast Injuries. Statpearls [Internet]. 2023 Jul 17 [cited 2023 Aug 25]; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430914/ 22.Salomos G, Racher M, Valsamos G, Karlos V, Casadei F. JRC Technical Reports - A survey of computational model for blast induced human injuries for security and defence applications. Luxemburg. European Union; 2020. 23.Australian & New Zealand Resuscitation Council. ANZCOR Guideline 9.1.1 – First Aid for Management of Bleeding. ANZCOR Guideline 911. 2021 Apr;1–8. E. TRAUMA TULANG PANGGUL 1. Court-Brown et al. 2015. Rockwood and Green’s Fractures in Adults 8th Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer Health 2. American College of Surgeon. 2018. Advanced Trauma Life Support 10th Edition. Chicago : American College of Surgeons. 3. Mercer S, Kingston E, Jones C. The trauma call. BMJ. 2018;361:k2272. https://doi.org/10.1136/bmj.k2272. 4. Cryer HM, Miller F, Evers BM, Rouben LR, Seligson DL. Pelvis fracture classification: correlation with hemorrhage. J Trauma. 1988;28:973–80. 5. Giannoudis PV, Grotz M, Tzioupis C, Dino-poulos H, Wells GE, Bouamra O, Lecky F. Prevalence of pelvic fractures, associated injuries, and mortality: the United Kingdom perspective. J Trauma. 2007;63:875–83.
25 6. Tscherne H, Regel G. Care of the polytrauma-tised patient. J Bone Joint Surg (Br). 1996;78-B:840–52. 7. Shlamovitz G, Mower W, Bergman J, Chuang K, Crisp J, Hardy D, Sargent M, Shroff S, Snyder E, Morgan M. How (un)useful is the pelvic ring stability examination in diagnosing mechanically unstable pelvic fractures in blunt trauma patients? J Trauma. 2009;66:815–20. 8. Duane T, Dechert T, Wolfe L, Brown H, Aboutanos M, Malhotra A, Ivatury R. Clinical examination is superior to plain films to diagnose pelvic fractures compared to CT. Am Surg. 2008;74:476–9. 9. Duane T, Tan B, Golay D, Cole F, Weireter L, Britt L. Blunt trauma and the role of routine pelvic radiographs: a prospective analysis. J Trauma. 2002;53:463– 8. 10.Gonzalez R, Fried P, Bukhalo M. The utility of clinical examination in screening for pelvic fractures in blunt trauma. J Am Coll Surg. 2002;195:740. F. TRAUMA TORAKOLUMBAL 1. Devlin V. (2021). Spine Secrets. 3rd edition. New York: Elsevier 2. Rockwood, Charles A, Wilkins, Kaye E.. (1991). Rockwood and Green's Fractures in Adults. Vol.2 (3rd.ed). New York: J.B. Lippincott. 3. Kern Singh, MD. Spine Essentials Handbook. (2019). Bulleted Review of Anatomy, Evaluation, Imaging, Tests, and Procedures, Thieme Medical Publishers 4. Garfin Steven R, Eismont FJ, Bell GR (2018). Rothman - Simone and Herkowitz, The Spine, 7th edition. Philadephia, Elsevier Saunders 5. Blom, Ashley ,David Warwick, Michael Whitehouse. (2018). Apley & Solomon's System of Orthopaedics and Trauma 10th Edition. New York: CRC Press. 6. James s, Andrew S, Phipip K. (2007). Surgical Treatment of Orthopaedic Trauma, 1st Edition. Thieme Medical Publishers. 7. American College of Surgeons (2018) Advanced Trauma Life Support. 10th ed. Chicago: American College of Surgeons. 8. Benzel, Edward & Steinmetz, Michael. (2017). Benzel's spine surgery: techniques, complication avoidance, and management. 4th edition. New York: Elsevier 9. McMordie JH, Viswanathan VK, Gillis CC. Cervical Spine Fractures Overview. [Updated 2023 Apr 3]. In: StatPearls [Internet]. 11. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448129/ 10.Hagen E. Acute complications of spinal cord injuries. World J Orthop 2015 January 18; 6(1): 17-23.
26 G. TRAUMA SERVIKAL 1. Garfin Steven R, Eismont FJ, Bell GR (2018). Rothman - Simone and Herkowitz, The Spine, 7th edition. Philadephia, Elsevier Saunders 2. Blom, Ashley, David Warwick, Michael Whitehouse. (2018). Apley & Solomon's System of Orthopaedics and Trauma 10th Edition. New York: CRC Press. 3. Kern Singh, MD. Spine Essentials Handbook. (2019). Bulleted Review of Anatomy, Evaluation, Imaging, Tests, and Procedures, Thieme Medical Publishers 4. James s, Andrew S, Phipip K. (2007). Surgical Treatment of Orthopaedic Trauma, 1st Edition. Thieme Medical Publishers. 5. Devlin V. (2021). Spine Secrets. 3rd edition. New York: Elsevier 6. Rockwood, Charles A, Wilkins, Kaye E.. (1991). Rockwood and Green's Fractures in Adults. Vol.2 (3rd.ed). New York: J.B. Lippincott. 7. American College of Surgeons (2018) Advanced Trauma Life Support. 10th ed. Chicago: American College of Surgeons. 8. Benzel, Edward & Steinmetz, Michael. (2017). Benzel's spine surgery: techniques, complication avoidance, and management. 4th edition. New York: Elsevier 9. Passias P, Poorman G, Segreto F, Jalai C, Horn S, et al. Traumatic Fractures of the Cervical Spine: Analysis of Changes in Incidence, Cause, Concurrent Injuries, and Complications Among 488,262 Patients from 2005 to 2013. World Neurosurg. (2017). https://doi.org/10.1016/j.wneu.2017.11.011. H. TRAUMA MULTIPEL DAN POLITRAUMA 1. Nicola R. Early Total Care versus Damage Control: Current Concepts in the Orthopedic Care of Polytrauma Patients. ISRN Orthop. 2013;2013:1–9. 2. Robert SC. Damage control orthopaedics evolving concepts in the treatment of patients who have sustained orthopaedic trauma. JBJS. 2005: 434-46. 3. Bonnano FG. Clinical pathology of the shock syndromes. J Emerg Trauma Shock. 2011; 4(2): 233–243. 4. Advanced Trauma Life Support (ATLS) For Doctors. 2018. 10th: 42-61. I. SINDROM KOMPARTEMEN 1. KC Saikia, et al. Anterior compartment pressure measurementinclosedfractures of leg. Indian JOrthop. 2008 Apr-Jun; 42(2): 217-221
27 2. J Donaldson, et al. The Pathophysiology, Diagnosis and Current Management of Acute Compartment Syndrome. Op Orthop ,J 2014, vol 8:185-193 3. Mubarak SJ, Hargens AR. Acute compartment syndromes. Surg Clin North Am. 1983 Jun. 63(3):539-65 J. FAT EMBOLY SYNDROME 1. Rothberg DL, Makarewich CA. Fat Embolism and Fat Embolism Syndrome. J Am Acad Orthop Surg. 2019;27(8):E346–55. 2. Müller C, Rahn BA, Pfister U, Meinig RP. The incidence, pathogenesis, diagnosis, and treatment of fat embolism. Orthop Rev. 1994 Feb;23(2):107– 17. 3. Rahman SA, Villiani A, Chanda A. Fat Embolism Syndrome Syed. 2018;(2016):267–322. 4. Shaikh N. Emergency management of fat embolism syndrome. J Emerg Trauma Shock. 2009 Jan;2(1):29–33. 5. Akhtar S. Fat embolism. Anesthesiol Clin. 2009 Sep;27(3):533–50, table of contents. 6. Timon C, Keady C, Murphy CG. Fat Embolism Syndrome - A Qualitative Review of its Incidence, Presentation, Pathogenesis and Management. Malaysian Orthop J. 2021 Mar;15(1):1–11. 7. Marchiori E, Hochhegger B, Zanetti G. Fat embolism syndrome causing a crazy-paving pattern on CT. J Bras Pneumol. 2023; 8. Husebye EE, Lyberg T, Røise O. Bone marrow fat in the circulation: clinical entities and pathophysiological mechanisms. Injury. 2006 Oct;37(4):S8–18. 9. Karagiorga G, Nakos G, Galiatsou E, Lekka ME. Biochemical parameters of bronchoalveolar lavage fluid in fat embolism. Intensive Care Med. 2006 Jan 2;32(1):116–23. 10.Newbigin K, Souza CA, Torres C, Marchiori E, Gupta A, Inacio J, et al. Fat embolism syndrome: State-of-the-art review focused on pulmonary imaging findings. Respir Med. 2016 Apr;113:93–100. 11.Kuo KH, Pan YJ, Lai YJ, Cheung WK, Chang FC, Jarosz J. Dynamic MR Imaging Patterns of Cerebral Fat Embolism: A Systematic Review with Illustrative Cases. Am J Neuroradiol. 2014 Jun 1;35(6):1052–7. 12.Gurd AR. Fat embolism: an aid to diagnosis. J Bone Joint Surg Br. 1970 Nov;52(4):732–7. 13.Mellor A, Soni N. Fat embolism. Anaesthesia. 2001 Feb;56(2):145–54. 14.Kwiatt ME, Seamon MJ. Fat embolism syndrome. Int J Crit Illn Inj Sci. 2013 Jan;3(1):64–8. 15.Riska EB, von Bonsdorff H, Hakkinen S, Jaroma H, Kiviluoto O, Paavilainen T. Prevention of fat embolism by early internal fixation of fractures in patients with multiple injuries. Injury. 1976 Nov;8(2):110–6.
28 16.Bone LB, Johnson KD, Weigelt J, Scheinberg R. Early versus delayed stabilization of femoral fractures. A prospective randomized study. J Bone Joint Surg Am. 1989 Mar;71(3):336–40. 17.Pape HC, Tornetta P, Tarkin I, Tzioupis C, Sabeson V, Olson SA. Timing of Fracture Fixation in Multitrauma Patients: The Role of Early Total Care and Damage Control Surgery. J Am Acad Orthop Surg. 2009 Sep;17(9):541–9. 18.Vallier HA, Moore TA, Como JJ, Wilczewski PA, Steinmetz MP, Wagner KG, et al. Complications are reduced with a protocol to standardize timing of fixation based on response to resuscitation. J Orthop Surg Res. 2015 Dec 1;10(1):155. 19.BOSSE MJ, MACKENZIE EJ, RIEMER BL, BRUMBACK RJ, MCCARTHY ML, BURGESS AR, et al. Adult Respiratory Distress Syndrome, Pneumonia, and Mortality following Thoracic Injury and a Femoral Fracture Treated Either with Intramedullary Nailing with Reaming or with a Plate. A Comparative Study*. J Bone Jt Surg. 1997 Jun 1;79(6):799–809. 20.Bulger EM. Fat Embolism Syndrome. Arch Surg. 1997 Apr 1;132(4):435. 21.Bederman SS, Bhandari M, McKee MD, Schemitsch EH. Do corticosteroids reduce the risk of fat embolism syndrome in patients with long-bone fractures? A meta-analysis. Can J Surg. 2009 Oct;52(5):386–93. 22. Sen RK, Tripathy SK, Krishnan V. Role of corticosteroid as a prophylactic measure in fat embolism syndrome: a literature review. Musculoskelet Surg. 2012 Jun 20;96(1):1–8. K. ARTRITIS SEPTIK ANAK 1. Gupta G, Ramani ET, Garg G, Shah MM. Septic Arthritis Management : Current Guidelines. International Journal of Paediatric Orthopaedics. 2022; 8(1): 8-13 2. Montgomery NI, Epps HR. Pediatric Septic Arthritis. Orthop Clin N Am. 2017; 48: 209-16. 3. Brown DW, Sheffer BW. Pediatric Septic Arthritis : An Update. Orthop Clin N Am. 2019; 1-10. 4. Arkader A, Brusalis C, Warner WC, Conway JH, Noonan K. Update in Pediatric Musculoskeletal Infections : When It Is, When It Isn’t, and What to Do. J Am Acad Orthop Surg. 2016; 24: e112-e121. 5. Herring JA. Tachdjian’s Pediatric Orthopaedics. 6th ed. Philadelphia : Elsevier; 2022. 6. Erkilinc M, Gilmore A, Weber M, Mistovich RJ. Current Concepts in Pediatric Septic Arthritis. J Am Acad Orthop Surg. 2021; 29: 196-206. 7. Moro-Lago I, Talavera G, Moraleda L, Gonzalez-Moran G. Presentacion clinica y tratamiento de las artritis septicas en ninos. Rev Esp Cir Ortop Traumatol. 2017; 61: 170-5.
29 8. Saavedra-Lozano J, Falup-Pecurariu O, Girschick H, Hartwig N, Kaplan S, Lorrot M et al. ESPID Clinical Practice Guideline : Bone and Joint Infections. The Pediatric Infectious Disease Journal. 2017; 36(8): 788-99. L. ARTRITIS SEPTIK PADA DEWASA 1. Long B, Koyfman A, Gottlieb M. Evaluation and Management of Septic Arthritis and its Mimics in the Emergency Department. Western Journal of Emergency Medicine [Internet]. 2019 Feb 28;20(2):331–41. 2. Lauper N, Davat M, Gjika E, Müller C, Belaieff W, Pittet D, et al. Native septic arthritis is not an immediate surgical emergency. Journal of Infection [Internet]. 2018 Jul 1;77(1):47–53. 3. Gottlieb M, Holladay D, Rice M. Current approach to the evaluation and management of septic arthritis. Pediatric Emergency Care [Internet]. 2019 Jul 1;35(7):509–13. 4. Momodu II. Septic arthritis [Internet]. StatPearls - NCBI Bookshelf. 2022. 5. Elsissy J, Liu JN, Wilton P, Nwachuku I, Gowd AK, Amin NH. Bacterial septic arthritis of the adult native knee joint. Jbjs Reviews [Internet]. 2020 Jan 1;8(1):e0059. 6. Chen A.F.Treatment of septic Native joint. Management of Orthopaedic Infection, A Practical guide. New York: Thieme. 2021.p.88-98. 7. Zeller J, Lynm C, Glass R. Septic Arthritis. JAMA Patient Page. The Journal of The American Medical Association. 2017. April 4. Vol 297 ; 13. 8. Pääkkönen M. Septic arthritis in children: diagnosis and treatment. Pediatric Health, Medicine and Therapeutics [Internet]. 2017 May 1;Volume 8:65–8. 9. Chan BY, Crawford AM, Kobes P, Allen H, Leake R, Hanrahan CJ, et al. Septic Arthritis: An Evidence-Based Review of Diagnosis and Image-Guided Aspiration. American Journal of Roentgenology [Internet]. 2020 Sep 1;215(3):568–81. 10.Nair R, Schweizer ML, Singh N. Septic arthritis and prosthetic joint infections in older adults. Infectious Disease Clinics of North America [Internet]. 2017 Dec 1;31(4):715–29. 11.Ravn C, Neyt J, Benito N, Abreu MA, Achermann Y, Bozhkova SA, et al. Guideline for management of septic arthritis in native joints (SANJO). Journal of Bone and Joint Infection [Internet]. 2023 Jan 12;8(1):29–37. 12.De Franco C, Artiaco S, De Matteo V, Bistolfi A, Balato G, Vallefuoco S, et al. The eradication rate of infection in septic knee arthritis according to the Gächter Classification: a systematic review. Orthopedic Reviews [Internet]. 2022 Apr 25;14(5). 13.Jaffe D, Costales T, Jauregui JJ, Koenig S, Weir T, Greenwell P, et al. Current surgical practice for septic arthritis of the knee in the United States. Journal of Orthopaedics [Internet]. 2021 May 1;25:88–92.
30 14.Liang Z, Deng X, Li L, Wang J. Similar Efficacy of Arthroscopy and arthrotomy in infection eradication in the treatment of septic knee: A Systematic Review and Meta-Analysis. Frontiers in Surgery [Internet]. 2022 Jan 13;8. 15.Sornprom S, Molloy I, Yong TM. 385. Arthroscopic vs. Open Surgery for Septic Arthritis of the Knee: A Systematic Review and Meta-Analysis. Open Forum Infectious Diseases [Internet]. 2019 Oct 1;6(Supplement_2):S199. 16.Chen A.F.Treatment of septic Native joint. Management of Orthopaedic Infection, A Practical guide. New York: Thieme. 2021.p.88-98. 17.Zeller J, Lynm C, Glass R. Septic Arthritis. JAMA Patient Page. The Journal of The American Medical Association. 2017. April 4. Vol 297 ; 13. 18.Arias M, Balsa A, Mola E. Septic Arthritis. Best Practice and Research Clinical Rheumatology. 2011; 25: 407-421. M. FRAKTUR PATOLOGI 1. Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system Ed.3. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 1999. 2. Adler CP. Pathologic bone fractures: definition and classification. Langenbecks Arch Chir Suppl II Verh Dtsch Ges Chir. 1989: 479-486. 3. Roodman GD. Biology of osteoclast activation in cancer. J Clin Oncol. 2001 Aug 01;19(15):3562-71 4. Guise TA, Yin JJ, Mohammad KS. Role of endothelin-1 in osteoblastic bone metastases. Cancer. 2003 Feb 01;97(3 Suppl):779-84. 5. Pugh J, Sherry HS, Futterman B, Frankel VH. Biomechanics of pathologic fractures. Clin Orthop Relat Res. 1982 Sep;(169):109-14. 6. Rizzo SE, Kenan S. Pathologic Fractures [Internet]. www.ncbi.nlm.nih.gov. StatPearls Publishing; 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559077/ 7. Kind M, Stock N, Coindre JM. Histology and imaging of soft tissue sarcomas. Eur J Radiol. 2009 Oct;72(1):6-15. 8. Simon MA, Biermann JS. Biopsy of bone and soft-tissue lesions. J Bone Joint Surg Am. 1993 Apr;75(4):616-21. 9. Harrington KD. Impending pathologic fractures from metastatic malignancy: evaluation and management. Instr Course Lect. 1986;35:357-81. 10.Mirels H. Metastatic disease in long bones. A proposed scoring system for diagnosing impending pathologic fractures. Clin Orthop Relat Res. 1989 Dec;(249):256-64. 11.Johnson CN, Gurich RW Jr, Pavey GJ, Thompson MJ. Contemporary Management of Appendicular Skeletal Metastasis by Primary Tumor Type. J Am Acad Orthop Surg. 2019 May 15;27(10):345-355. doi: 10.5435/JAAOS-D17-00749. PMID: 30394910. 12.Al Farii, H., Frazer, A., Farahdel, L., AlFayyadh, F., & Turcotte, R. (2020). Bisphosphonates Versus Denosumab for Prevention of Pathological Fracture
31 in Advanced Cancers With Bone Metastasis: A Meta-analysis of Randomized Controlled Trials. Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons. Global research & reviews, 4(8), e20.00045. https://doi.org/10.5435/JAAOSGlobal-D-20-00045 13.Rougraff BT, Kneisl JS, Simon MA. Skeletal Metastases of Unknown Origin. A prospective study of diagnostic strategy. J Bone Joint Surg Am. 1993;75:1276-1281. 14.Mukhopadhyay S, Mukhopadhyay J. Approach to Pathological FracturePhysician’s Perspective. Austin Publishing Group. Austin Internal Medicine; 2016. 15.Belthur MV, Birchansky SB, Verdugo AA, Mason EO Jr, Hulten KG, Kaplan SL, Smith EO, Phillips WA, Weinberg J. Pathologic fractures in children with acute Staphylococcus aureus osteomyelitis. J Bone Joint Surg Am. 2012 Jan 4;94(1):34-42. doi: 10.2106/JBJS.J.01915. PMID: 22218380. 16.Johnson CN, Gurich RW Jr, Pavey GJ, Thompson MJ. Contemporary Management of Appendicular Skeletal Metastasis by Primary Tumor Type. J Am Acad Orthop Surg. 2019 May 15;27(10):345-355. doi: 10.5435/JAAOS-D17-00749. PMID: 30394910. N. FRAKTUR PEDIATRIK 1. Diab J, Flapper WJ, Grave B, Anderson PJ, Moore MH. Pediatric Facial Fractures in South Australia: Epidemiology, Clinical Characteristics, and Outcomes. J Craniofac Surg. 2021 Oct;32(7):2317–21. 2. Harlan K, Kesuma AANR, Laksana IKM. Femoral Neck Fracture in Pediatric Patients: A Literature Review. In 2021. 3. Sivanandan HM, Chhajed SS, Manoharan AE, Kumar M V. Toppled Pediatric Radial Neck Fracture Treated by Open Reduction with Good Functional Outcome: A Rare Case Report with Review of Literature. Vol. 12, Journal of orthopaedic case reports. India; 2022. p. 15–8. 4. Morisada M V, Tollefson TT, Said M, Hwang J, Hsieh TY, Funamura JL. Pediatric Mandible Fractures: Mechanism, Pattern of Injury, Fracture Characteristics, and Management by Age. Facial Plast Surg aesthetic Med. 2022;24(5):375–81. 5. Monget F, Sapienza M, McCracken KL, Nectoux E, Fron D, Andreacchio A, et al. Clinical Characteristics and Distribution of Pediatric Fractures at a Tertiary Hospital in Northern France: A 20-Year-Distance Comparative Analysis (1999-2019). Medicina (Kaunas). 2022 Apr;58(5). 6. Saglam F, Baysal O. Is physical examination as effective as magnetic resonance imaging in the diagnosis of suspected pediatric scaphoid fractures? North Clin Istanbul. 2021;8(5):507–12. 7. Sondermann S, Bäumer T, Suss J, Bohn B, Fieseler K, Schramm P, et al. Detection of Traumatic and Postoperative Nerve Lesions following Upper
32 Extremity Fractures in a Pediatric Cohort Using MR Neurography. Eur J Pediatr Surg Off J Austrian Assoc Pediatr Surg . [et al] = Zeitschrift fur Kinderchirurgie. 2023 Aug;33(4):319–27. 8. Varga M, Gáti N, Kalóz E, Bíró Z, Szeverényi C, Kardos D, et al. [Ultrasonographic diagnosis of distal pediatric forearm fractures]. Orv Hetil. 2017 Jun;158(24):944–8. 9. Staheli LT. F UNDAMENTALS OF P EDIATRIC O RTHOPEDICS FOURTH EDITION. 10.Görgens S, Patel D, Keenan K, Fishbein J, Bullaro F. Assessing the Variability of Antibiotic Management in Patients With Open Hand Fractures Presenting to the Pediatric Emergency Department. Pediatr Emerg Care. 2022 Oct;38(10):502–5. 11.Sanjay N, Seenappa H, Shanthappa AH, Kumar K V. Functional Outcome of Pediatric Subtrochanteric Fractures Treated With a Titanium Elastic Nailing System (TENS) Versus Plating. Cureus. 2023 Jun;15(6):e40036. 12.Aktaş E, Ömeroğlu H. Treatment preferences of orthopedic surgeons for closed, isolated middle-third diaphyseal long bone fractures without neurovascular injury in children: A cross- sectional survey. Acta Orthop Traumatol Turc. 2022 May;56(3):194–8. 13.Iqbal A. Trainee Type: Pediatric Emergency Clinical Fellow Title: A Quality Improvement Initiative to Decrease Length of Stay for Pediatric Patients with Uncomplicated Fractures in the Pediatric Emergency Department. In 2022. 14.Garcia-Lopez E, Vutescu ES, Orman S, Schiller JR, Eberson CP, Cruz AI. Antibiotic Considerations in the Management of Pediatric Open Fractures. J Pediatr Orthop Soc North Am. 2021; 15.Kozin SH, Abzug JM, Safier S, Herman MJ. Complications of pediatric elbow dislocations and monteggia fracture-dislocations. Instr Course Lect. 2015;64:493–8. O. RESUSITASI 1. Rezende-Neto JB, Hoffmann J, Al Mahroos M, Tien H, Hsee LC, Spencer Netto F, et al. Occult pneumomediastinum in blunt chest trauma: clinical significance. Injury. 2010 Jan;41(1):40–3. 2. Kauvar DS, Lefering R, Wade CE. Impact of hemorrhage on trauma outcome: an overview of epidemiology, clinical presentations, and therapeutic considerations. J Trauma. 2006 Jun;60(6 Suppl):S3-11. 3. Malgras B, Prunet B, Lesaffre X, Boddaert G, Travers S, Cungi PJ, et al. Damage control: Concept and implementation. J Visc Surg. 2017 Dec;154 Suppl 1:S19–29. 4. Ball CG. Damage control resuscitation: history, theory and technique. Can J Surg. 2014 Feb;57(1):55–60.
33 5. Volpin G, Pfeifer R, Saveski J, Hasani I, Cohen M, Pape HC. Damage control orthopaedics in polytraumatized patients- current concepts. J Clin Orthop Trauma. 2021 Jan;12(1):72–82. 6. Bone LB, Johnson KD, Weigelt J, Scheinberg R. Early versus delayed stabilization of femoral fractures. A prospective randomized study. J Bone Joint Surg Am. 1989 Mar;71(3):336–40. 7. D’Alleyrand JCG, O’Toole RV. The evolution of damage control orthopedics: current evidence and practical applications of early appropriate care. Orthop Clin North Am. 2013 Oct;44(4):499–507. 8. Goris RJ, Gimbrère JS, van Niekerk JL, Schoots FJ, Booy LH. Early osteosynthesis and prophylactic mechanical ventilation in the multitrauma patient. J Trauma. 1982 Nov;22(11):895–903. 9. Riska EB, von Bonsdorff H, Hakkinen S, Jaroma H, Kiviluoto O, Paavilainen T. Primary operative fixation of long bone fractures in patients with multiple injuries. J Trauma. 1977 Feb;17(2):111–21. 10.Giannoudis PV, Smith RM, Bellamy MC, Morrison JF, Dickson RA, Guillou PJ. Stimulation of the inflammatory system by reamed and unreamed nailing of femoral fractures. An analysis of the second hit. J Bone Joint Surg Br. 1999 Mar;81(2):356–61. 11.Lichte P, Kobbe P, Dombroski D, Pape HC. Damage control orthopedics: current evidence. Curr Opin Crit Care. 2012 Dec;18(6):647–50. 12.Pape HC, Hildebrand F, Pertschy S, Zelle B, Garapati R, Grimme K, et al. Changes in the Management of Femoral Shaft Fractures in Polytrauma Patients: From Early Total Care to Damage Control Orthopedic Surgery. Journal of Trauma and Acute Care Surgery. 2002 Sep;53(3):452. 13.Pape H, Grimme K, van Griensven M, Sott AH, Giannoudis P, Morley J, et al. Impact of Intramedullary Instrumentation versus Damage Control for Femoral Fractures on Immunoinflammatory Parameters: Prospective Randomized Analysis by the EPOFF Study Group. The Journal of trauma. 2003 Aug 1;55:7–13. 14.Scalea TM, Boswell SA, Scott JD, Mitchell KA, Kramer ME, Pollak AN. External fixation as a bridge to intramedullary nailing for patients with multiple injuries and with femur fractures: damage control orthopedics. J Trauma. 2000 Apr;48(4):613–21; discussion 621-623. 15.Roberts CS, Pape HC, Jones AL, Malkani AL, Rodriguez JL, Giannoudis PV. Damage control orthopaedics: evolving concepts in the treatment of patients who have sustained orthopaedic trauma. Instr Course Lect. 2005;54:447–62. 16.White NJ, Ward KR, Pati S, Strandenes G, Cap AP. Hemorrhagic blood failure: Oxygen debt, coagulopathy and endothelial damage. J Trauma Acute Care Surg. 2017 Jun;82(6):S41–9. 17.Spahn DR, Bouillon B, Cerny V, Coats TJ, Duranteau J, Fernández-Mondéjar E, et al. Management of bleeding and coagulopathy following major trauma: an updated European guideline. Crit Care. 2013;17(2):R76.
34 18.Rixen D, Siegel JH. Bench-to-bedside review: Oxygen debt and its metabolic correlates as quantifiers of the severity of hemorrhagic and post-traumatic shock. Crit Care. 2005;9(5):441–53. 19.Shoemaker WC, Appel PL, Kram HB, Waxman K, Lee TS. Prospective trial of supranormal values of survivors as therapeutic goals in high-risk surgical patients. Chest. 1988 Dec;94(6):1176–86. 20.DuPriest RW, Khaneja SC, Cowley RA. Acute cholecystitis complicating trauma. Ann Surg. 1979 Jan;189(1):84–9. 21.Pape HC, Moore EE, McKinley T, Sauaia A. Pathophysiology in patients with polytrauma. Injury. 2022 Jul 1;53(7):2400–12. 22.Champion HR, Copes WS, Sacco WJ, Lawnick MM, Keast SL, Bain LW, et al. The Major Trauma Outcome Study: establishing national norms for trauma care. J Trauma. 1990 Nov;30(11):1356–65. 23.Mullins RJ, Veum-Stone J, Helfand M, Zimmer-Gembeck M, Hedges JR, Southard PA, et al. Outcome of hospitalized injured patients after institution of a trauma system in an urban area. JAMA. 1994 Jun 22;271(24):1919–24. 24.Wong TH, Lumsdaine W, Hardy BM, Lee K, Balogh ZJ. The impact of specialist trauma service on major trauma mortality. J Trauma Acute Care Surg. 2013 Mar;74(3):780–4. 25.Pape HC, Lefering R, Butcher N, Peitzman A, Leenen L, Marzi I, et al. The definition of polytrauma revisited: An international consensus process and proposal of the new “Berlin definition.” J Trauma Acute Care Surg. 2014 Nov;77(5):780–6. 26.Iyengar KP, Venkatesan AS, Jain VK, Shashidhara MK, Elbana H, Botchu R. Risks in the Management of Polytrauma Patients: Clinical Insights. Orthop Res Rev. 2023 Mar 21;15:27–38. 27.Tisherman SA, Schmicker RH, Brasel KJ, Bulger EM, Kerby JD, Minei JP, et al. Detailed Description of all Deaths in Both the Shock and Traumatic Brain Injury Hypertonic Saline Trials of the Resuscitation Outcomes Consortium. Ann Surg. 2015 Mar;261(3):586–90. 28.Moore HB, Moore EE, Chapman MP, McVaney K, Bryskiewicz G, Blechar R, et al. Plasma-first resuscitation to treat haemorrhagic shock during emergency ground transportation in an urban area: a randomised trial. Lancet. 2018 Jul 28;392(10144):283–91. 29.Gonzalez E, Moore EE, Moore HB, Chapman MP, Chin TL, Ghasabyan A, et al. Goal-directed Hemostatic Resuscitation of Trauma-induced Coagulopathy: A Pragmatic Randomized Clinical Trial Comparing a Viscoelastic Assay to Conventional Coagulation Assays. Ann Surg. 2016 Jun;263(6):1051–9. 30.Roberts I, Shakur H, Coats T, Hunt B, Balogun E, Barnetson L, et al. The CRASH-2 trial: a randomised controlled trial and economic evaluation of the effects of tranexamic acid on death, vascular occlusive events and transfusion requirement in bleeding trauma patients. Health Technol Assess. 2013 Mar;17(10):1–79.
35 31.Moore EE, Moore FA, Fabian TC, Bernard AC, Fulda GJ, Hoyt DB, et al. Human polymerized hemoglobin for the treatment of hemorrhagic shock when blood is unavailable: the USA multicenter trial. J Am Coll Surg. 2009 Jan;208(1):1–13. 32.Morton AP, Moore EE, Wohlauer MV, Lo K, Silliman CC, Burlew CC, et al. Revisiting Early Post-Injury Mortality: Are They Bleeding Because They are Dying or Dying Because They Are Bleeding? J Surg Res. 2013 Jan;179(1):5– 9. 33.Arslan ED, Kaya E, Sonmez M, Kavalci C, Solakoglu A, Yilmaz F, et al. Assessment of traumatic deaths in a level one trauma center in Ankara, Turkey. Eur J Trauma Emerg Surg. 2015 Jun;41(3):319–23. 34.Roberts DJ, Harzan C, Kirkpatrick AW, Dixon E, Grondin SC, McBeth PB, et al. One thousand consecutive in-hospital deaths following severe injury: Has the etiology of traumatic inpatient death changed in Canada? Can J Surg. 2018 Jun;61(3):150–2. 35.Sauaia A, Moore FA, Moore EE. Postinjury Inflammation and Organ Dysfunction. Crit Care Clin. 2017 Jan;33(1):167–91. 36.Kutcher ME, Ferguson AR, Cohen MJ. A principal component analysis of coagulation after trauma. J Trauma Acute Care Surg. 2013 May;74(5):1223– 30. 37.Xiao W, Mindrinos MN, Seok J, Cuschieri J, Cuenca AG, Gao H, et al. A genomic storm in critically injured humans. J Exp Med. 2011 Dec 19;208(13):2581–90. 38.Leibner E, Andreae M, Galvagno SM, Scalea T. Damage control resuscitation. Clin Exp Emerg Med. 2020 Mar 31;7(1):5–13. 39.Hess JR, Brohi K, Dutton RP, Hauser CJ, Holcomb JB, Kluger Y, et al. The coagulopathy of trauma: a review of mechanisms. J Trauma. 2008 Oct;65(4):748–54. 40.Borgman MA, Spinella PC, Perkins JG, Grathwohl KW, Repine T, Beekley AC, et al. The Ratio of Blood Products Transfused Affects Mortality in Patients Receiving Massive Transfusions at a Combat Support Hospital. Journal of Trauma: Injury, Infection & Critical Care. 2007 Oct;63(4):805–13. 41.Dente CJ, Shaz BH, Nicholas JM, Harris RS, Wyrzykowski AD, Patel S, et al. Improvements in early mortality and coagulopathy are sustained better in patients with blunt trauma after institution of a massive transfusion protocol in a civilian level I trauma center. J Trauma. 2009 Jun;66(6):1616–24. 42.Moore EE, Moore HB, Kornblith LZ, Neal MD, Hoffman M, Mutch NJ, et al. Trauma-induced coagulopathy. Nat Rev Dis Primers. 2021 Apr 29;7(1):30. 43.Gonzalez E, Moore EE, Moore HB. Management of Trauma-Induced Coagulopathy with Thrombelastography. Crit Care Clin. 2017 Jan;33(1):119– 34. 44.Chang R, Holcomb JB. Optimal Fluid Therapy for Traumatic Hemorrhagic Shock. Crit Care Clin. 2017 Jan;33(1):15–36.
36 45.O’Keeffe T, Refaai M, Tchorz K, Forestner JE, Sarode R. A massive transfusion protocol to decrease blood component use and costs. Arch Surg. 2008 Jul;143(7):686–90; discussion 690-691. 46.Cotton BA, Guy JS, Morris JA, Abumrad NN. The cellular, metabolic, and systemic consequences of aggressive fluid resuscitation strategies. Shock. 2006 Aug;26(2):115–21. 47.Ball CG, Wyrzykowski AD, Nicholas JM, Rozycki GS, Feliciano DV. A decade’s experience with balloon catheter tamponade for the emergency control of hemorrhage. J Trauma. 2011 Feb;70(2):330–3. 48.Feliciano DV, Burch JM, Mattox KL, Bitondo CG, Fields G. Balloon catheter tamponade in cardiovascular wounds. Am J Surg. 1990 Dec;160(6):583–7. 49.Navsaria P, Thoma M, Nicol A. Foley catheter balloon tamponade for lifethreatening hemorrhage in penetrating neck trauma. World J Surg. 2006 Jul;30(7):1265–8. 50.Bouglé A, Harrois A, Duranteau J. Resuscitative strategies in traumatic hemorrhagic shock. Ann Intensive Care. 2013 Jan 12;3(1):1. 51.Pape HC, Pfeifer R. Safe definitive orthopaedic surgery (SDS): Repeated assessment for tapered application of Early Definitive Care and Damage Control?: An inclusive view of recent advances in polytrauma management. Injury. 2015 Jan 1;46(1):1–3.
37
