BUNGA RAMPAI DI ATAS TITIAN
BATU KARANGKU
Tim Penyusun
Penasihat/Pengarah : Wadir Pendidikan
Ketua : Antonius Kasmuri, S.Pd.
Wakil Ketua : Agatha Aryani, S.Th., M.Pd.
Sekretaris : Kartika Indrasari, S.Pd, M.M
Bendahara : F.M. Regina, S.Psi,
Pengawasan : Dra. Tri Utami Rinto Rukmi, M.M.
Penghimpun Naskah : Ardianto Nugroho, S.Si.
Editor : Drs.Alexius Sedara
Ilustrator & Layout Dra. Elisabeth Irawati
Eko Jatmiko, S.S., M.Si.
Penulis Naskah Yokhebed Santoso, S.S., M.S.
: Yoga Dwi Tarupala, S.Pd.
Bertha Karyahastana, S.Ars.
Robi Wigeno, S.Des.
: Tim Penulis Keluarga Besar PPPK Petra
Hak cipta pada PPPK Petra Surabaya
Diterbitkan oleh PPPK Petra, cetakan I, 2021
Copyright © PPPK Petra
2021
Seuntai Mutiara Kata
Buah Cinta Tuhan
” Tatkala angin semilir menapakkan jejaknya, saat itulah
mawar mungil merebakkan wanginya.
Semerbak jauh menjelajah angkasa raya,
bak untaian mutiara kata yang terangkai indah, menembus
angan dan merangkul himpunan mutiara kebijaksanaan
yang hebat.”
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas berkat dan anugerah Tuhan sajalah buku ini dapat
terselesaikan dengan baik. Buku ini merupakan bukti Cinta Tuhan
pada kita, yang siap kita bagikan kepada orang – orang yang kita
cintai.
Buku ini menyuguhkan kisah – kisah inspiratif yang
menggugah hati, merasakan sentuhan cinta Tuhan, menghangatkan
sanubari, mengobarkan semangat, dan menyentuh relung kesehatan
jiwa serta merebakkan jutaan senyum di hati kita.
Kisah – kisah dalam buku ini merupakan proses perenungan
dari masing – masing pribadi para penulis yang ditulis dengan
penuh cinta.
Dengan cinta kami utarakan terima kasih kepada saudara –
saudara yang memberikan hatinya untuk proses terciptanya buah
cinta Tuhan ini. Secara khusus untuk para penulis yang merebakkan
ilhamnya menembus relung hati para pembaca.
Dengan segenap rasa cinta pula kami persembahkan karya
terindah ”Buah Cinta Tuhan” ini untuk dinikmati bersama keluarga.
” Ada kekuatan di dalam cinta,
dan orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat,
karena ia bisa mengalahkan keinginannya untuk mementingkan dirinya sendiri.”
(Alfred B. Jogo Ena)
Surabaya, Maret 2021
iii
Kata Sambutan Ketua I PPPK Petra
Cinta kasih Tuhan yang kita rasakan, rupa-rupanya tidaklah
cukup diungkapkan lewat kata-kata dan pujian. Ada perasaan
yang meluap, tatkala rasa kasih itu ingin diekspresikan lebih
dalam. Hal inilah yang melatarbelakangi, mengapa buku ini
disusun. Melalui buku, ungkapan yang ditulis itu tentunya melalui
suatu perenungan yang dalam. Setiap kata yang disusun menjadi
kalimat, itulah luapan rasa yang terekspresikan.
Pembacanya bisa menikmati alur cerita yang disampaikan
penulisnya. Pergumulan apa yang muncul dan bagaimana penulis
itu merefleksikannya. Dengan memahami ungkapan rasa
penulisnya, kita serasa diajak masuk lebih dalam. Kita menjadi
terlibat dalam pergumulannya. Harapannya kita bisa dikuatkan.
Tersemanangati. Menapaki perjalanan kehidupan bersama-sama
dengan orang lain. Kita jadi punya banyak teman yang
menyenangkan.
Terima kasih diucapkan buat semua yang terlibat dalam
penyusunan buku ini. Juga para kontributor yang telah berbagi
cerita. Aneka pergumulan, aneka pengalaman, baik itu yang
menyenangkan atau tidak. Tujuannya satu. Ada hal baru yang
didapatkan. Pastinya kekuatan, penyertaan dan pemeliharaan
Tuhan yang selalu ada.
Kiranya buku ini bisa menjadi lilin yang selalu menyinari
kegelapan, menghangatkan jiwa, membakar semangat dalam kita
menjalani kehidupan di masa yang tidak mudah ini.
Akhir kata, hanya puji syukur kepada Tuhan yang penuh
Kasih. Tanpa pimpinan-Nya, buku ini tidak mungkin ada di
tangan Bapak, Ibu, Saudara sebagai pembacanya. Semoga kita
semakin dikuatkan dan teguh menjalani masa pandemi yang
belum tahu kapan berakhirnya.
Surabaya Maret 2021
Drs. Elia Indargo
iv
Daftar Isi
Sekapur Sirih …………………………………………… iii
Prakata ………………………………………………….. iv
Daftar Isi………………………………………………... v
Buah Karya Dewan Pengurus
Kenangan Petra Youth Orchestra ………………………. 3
Setengah Abad Lebih Melayani di PPPK Petra ………… 6
Tuhan Hadir di Sepanjang Perjalanan PPPK Petra …….. 7
Buah Karya Pendeta
Merajut Pelayanan Bersama PPPK Petra ………………. 15
Dari Kompetisi Menuju Kolaborasi ……………………. 18
Forgiving Without Counting …………………………… 21
Berpola Empati di Tengah Pandemi …………………… 25
Buah Karya Purna Tugas
Petra Selalu di Hatiku …………………………………. 37
Bekerja & Berkarier Sebagai Kasih Karunia Tuhan ….. 41
Engkau Berharga di Mataku ………………………….. 47
Buah Karya Guru TK 53
Meraih Mimpi Bersama Tuhan ……………………….
Aku Berkarya Bersama Tuhan ………………………. 57
Kehidupan Memang Seperti Rembulan ……………… 60
v
Mujizat Itu Nyata ……………………………………. 66
Bekerja di Ladang – Nya ……………………………. 72
Pengalaman yang Menyenangkan Sebagai Pegawai di
PPPK Petra ………………………………………….. 74
Semua Karena Anugerah – Nya …………………….. 77
Tuhan Sudah Menentukan ………………………….. 80
Buah Karya Guru SD
Berbicaralah Sayang Kamu Hebat ………………….. 85
Profesi Guru Sebagai Panggilan Jiwa ………………. 88
Bukan Sekedar Guru Biasa …………………………. 91
Dari Kehampaan Menuju Kepenuhan Surgawi …….. 94
Menggapai Asa Bersama Petra ……………………… 96
Jalan – Nya Tak Terselami …………………………. 99
Lentera Kasih ……………………………………….. 102
Bersama Tuhan & PPPK Petra Kita Bisa …………… 105
Berusaha Hanya Untuk yang Terbaik ………………. 108
Buah Karya Guru SMP
Hati yang Mau Melayani ……………………………. 115
Dua Puluh Sembilan Tahun Bersama PPPK Petra ….. 118
Cara Tuhan Bukan Cara Saya ………………………. 121
Belajar Untuk Menjadi Berkat ……………………… 125
vi
Cinta Tuhan yang Menghidupkan ………………….. 129
Melayani di Ladang Tuhan …………………………. 132
Bertumbuh Dalam Komunitas Mutualis ……………. 137
Buah Karya Guru SMA & SMK
Mengajar dan Mendidik Dengan Cinta ……………... 143
Rancangan Indah Pemberian Tuhan ………………… 146
Pemeliharaan Tuhan Melalui PPPK Petra ………….. 149
Merdeka Mengajar ! ………………………………… 152
Bejana Hidup di Tangan – Nya ……………………... 155
Cara Tuhan Menunjukkan Kasih – Nya ……………. 159
Buah Karya Alumni
Tuhanlah yang Menuntun Perjalanan Hidupku …….. 169
Cerita Cinta Tuhan …………………………………. 172
Saya Tidak Yakin Kisah Hidup Saya Adalah Tentang
Saya ………………………………………………… 175
Selamat Merayakan Cinta Tuhan …………………... 179
Sungguh Ajaib Kebaikan Tuhan Dalam Kehidupan
Saya ………………………………………………… 181
Buah Karya Orang Tua Siswa
Penyertaan Tuhan Selalu Sempurna ……………….. 187
Merasakan Anugerah Tuhan Melalui Petra ………... 190
vii
Petra, A Glaze of Caring Education ………………. 193
Wujudkan Harapan dan Cita – Cita di PPPK Petra… 197
It Takes A Village to Raise A Child ……………….. 200
Buah Karya Siswa SD 205
Ini Kisahku ………………………………………... 207
Petra Tempat Bertumbuh Bersama Tuhan ………… 209
Kepercayaan yang Membuahkan Hasil …………… 212
Bersama Petra Kepakkan Sayap …………………... 215
Kutemukan Talentaku …………………………….. 219
Ruang Berkarya …………………………………… 222
Jalan Kebaikan Tuhan Lewat PPPK Petra ………… 225
Kau Selalu Punya Jalan Untuk Menolongku ………
231
Buah Karya Siswa SMP 234
Jika Bukan Kita Siapa Lagi? ……………………… 237
240
Pengalamanku Menjadi Keluarga Besar PPPK Petra 243
Pengalamanku yang Luar Biasa di Petra ………….. 246
Pembelajaran Hidupku yang Berharga ……………. 249
Bentuk Cinta Kasih Tuhan Yang Berharga ………..
Bertumbuh Bersama Petra …………………………
Rencana Indah Tuhan Untukku ……………………
viii
Buah Karya Siswa SMA & SMK 255
Menggapai Mimpi Bersama Petra ……………….... 258
Perjalananku Meraih Prestasi ………………………
261
Cinta Kasih Tuhan Hadir dan Mengubahkan Hidup 265
Semua Orang ………………………………………. 268
Ketika Tangan Tuhan Bekerja ……………………... 272
Berprestasi Bersama Petra …………………………. 275
Terangnya Sebuah Keindahan ……………………...
Amunisi Kata …...…………………………………
ix
buah karya
Dewan Pengurus
Bunga Rampai Di Atas Titian Batu Karangku
2
Tatkala saya diminta untuk menulis kesan buah cinta, semasa anak-
anak saya sekolah di Petra, saya merenung sejenak, “Apa ya?” Kedua
anak saya lepas dari SMA Kristen Petra 5 itu sudah 10 dan 5 tahun
yang lalu. Suatu masa yang cukup panjang untuk mengingat-ingat
kembali. Apalagi, saat-saat itu saya sedang banyak travelling. Tidak
terlalu intens mendampingi anak-anak.
Dari sekian banyak memori yang terlintas, ada satu hal yang ingin
saya sharing-kan di sini tentang anak saya yang kedua. Awal tahun
2010, saat anak saya kelas 6 SD, anak saya mengatakan bahwa dia
ingin belajar biola. Saat itu, dia sudah belajar piano sejak kelas 3 SD.
Istri saya mengatakan, “Ok belajar biola, tetapi belajar pianonya tetap
dilanjut.” Anak saya setuju.
Tahun 2013, anak saya duduk di kelas 1 SMA. Saat itu kami
mendapat info dari sekolah, akan ada Petra Youth Orchestra (PYO)
di bulan November. Anak saya berminat dan ikut audisi. Saya agak
pesimis awalnya, apakah dia bisa lolos audisi. Mengingat dia baru
belajar biola tiga tahun. Jadi, belum terlalu lama. Bersyukur kepada
Tuhan, anak saya lolos audisi dan bisa ikut PYO. Sungguh, hal ini
tentu saja menggembirakan bagi saya dan istri saya. Tidak sia-sia istri
saya yang dengan setia,menjadi taxi driver antar jemput walaupun
menembus kemacetan lalu lintas dari rumah ke tempat les biola yang
lumayan jauh berjarak 17 km.
3
Saat latihan pun dimulai. Lokasi latihan di Direktorat Pendidikan
PPPK Petra, Jl. HR Muhammad. Waktunya sekitar jam 10.00 -
12.00, bersamaan dengan jam belajar di kelas. Anak saya harus
meninggalkan pelajaran. Awalnya cuma seminggu sekali. Menjelang
pementasan, frekuensinya ditingkatkan. Meninggalkan pelajaran,
tidak mengikuti ulangan dan harus mengikuti ulangan susulan,
adalah hal berat bagi seorang siswa. Saya merasakan disini, dukungan
segenap guru, wali kelas, wakil kepala sekolah hingga kepala sekolah.
Sungguh luar biasa. Bukannya minta diistimewakan. Kami melihat,
prestasi akademik menjadi bukan satu-satunya goal. Prestasi di
bidang lain, dalam hal ini, seni, menjadi sesuatu yang penting. Petra
mengapresiasi itu.
Adventures Around the World adalah tema pementasan PYO
perdana anak saya. Hal itu menjadi sangat istimewa. Saya dan istri
duduk menyaksikan dari awal hingga akhir. Sungguh, suatu repertoar
yang luar biasa. Segala perasaan bercampur aduk. Bangga, bahagia,
kagum dan terharu menyaksikan anak-anak itu tampil. Saya
mengatakan bahwa tampilan tersebut nyaris sempurna. Pementasan
orkestra dari sebuah sekolah, dari level TK hingga SMA sangat
bergengsi dan membanggakan.
Anak saya ikut PYO berikutnya tahun 2014 yaitu Crossing Over
dan The Scent of Serenity. Kembali yang membuat saya kagum,
PYO ini aransemen dan pelatihnya digarap oleh alumni Petra yang
sangat bertalenta. Mereka adalah Christian Xenophanes Suryantara,
Alvine Kurniawan Suryantara, Johan Raymond Wahjoedi, Daniel
Tjandra. Saya tidak mengenal mereka secara pribadi. Namun, saya
tahu kemampuan dan kompetensi mereka di dunia musik tidak
diragukan lagi. Petra bangga mempunyai alumni seperti mereka.
4
Untuk menambah bobot pementasan, PYO berkolaborasi dengan
beberapa pihak, seperti NAFA (Nanyang Academy of Fine Arts)
Singapura. Tentunya ini menjadi daya tarik sendiri. Anak-anak
mempunyai pengalaman bermain bersama sekolah berskala
internasional yang berkualitas di bidangnya. Waktu itu saya
berkhayal, semoga suatu saat nanti, PYO bisa tampil di Esplanade
Singapura. Luar biasa. Rencana belajar bersama dengan NAFA di
Singapura disiapkan pada awal 2015. Kami selaku orang tua sudah
diinformasikan oleh pihak sekolah. Sayang, acara tersebut batal.
Pagi, 28 Desember 2014, pesawat Air Asia QZ 8501 Surabaya -
Singapura jatuh di perairan Selat Karimata yang menewaskan
seluruh penumpang dan crew-nya. Kondisi psikologis saat itu,tidak
memungkinkan untuk melaksanakan acara itu. Tambah lagi, cuaca
awal Januari 2015 tidak menentu.
Berkaitan dengan PYO, memang, Petra tidak pernah mendidik
siswa-siswanya untuk belajar alat musik tertentu secara mendalam.
Orang tualah yang berperan dengan membekali anak-anaknya di
sekolah musik di luar Petra. Namun, di sini Petra berpera
mengakomodasi kemampuan musik anak dengan memberikan
suatu wadah yang bernama PYO. Di situ kemampuan musik anak
diasah, dipertajam dan diperkuat. Setiap anak yang pernah ikut PYO
akan memiliki pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya.
Kenangan indah dan manis akan terus ada dalam hati sampai usia
lanjut kelak. Saya meyakini itu. Itulah kontribusi terbesar Petra
dalam mendidik anak-anaknya.
Selamat merayakan ulang tahun ke 70 PPPK Petra Surabaya. Tuhan
senantiasa memberkati.
5
Pada tahun 1970, saya diajak masuk ke PPPK Petra, bersama dengan
almarhum Bapak K. Hartawan. Waktu itu kami berdua adalah
anggota majelis jemaat GKI Ngagel. Ya, saya telah menjalani hampir
lima puluh satu tahun sebagai anggota PPPK Petra, sebagian besar
di antaranya sebagai anggota Dewan Pengurus. Menyaksikan kasih
dan kuasa Tuhan bagi PPPK Petra, tentu akan sangat panjang,
namun saya membagikan sebagian kecil di antaranya.
Sejak tahun 1951 hingga tahun 1970, PPPK Petra baru memiliki
beberapa sekolah yang terletak di Jalan Embong Wungu, Jalan W.R.
Supratman, Jalan Kapasan, dan Jalan Kalianyar. Seluruh sekolah
tersebut adalah sekolah yang diperoleh dari hibah pihak lain. Belum
ada lahan sekolah yang dibeli sendiri oleh PPPK Petra.
Pada tahun 1970, Dewan Pengurus PPPK Petra sedang menjajaki
kemungkinan untuk pembukaan TK dan SD di daerah
Pucang/Ngagel. Saya beserta almarhum Bapak K. Hartawan
langsung ditunjuk menjadi Dewan Pengurus, sebagai anggota Komisi
TK dan SD. Akhirnya, dengan pertolongan Tuhan pada tahun 1971,
TK Kristen Petra Pucang dapat dibuka, dan menyusul SD Kristen
Petra Pucang dibuka pada tahun berikutnya. TK dan SD Kristen
Petra Pucang adalah buah sulung dari pelayanan yang semakin
berkembang,dan berkat doa dan kerja keras segenap jajaran PPPK
Petra.
6
Kini, setelah TK dan SD Kristen Petra 5 berpindah ke lokasi yang
baru, dan setelah tiga belas tahun menjadi Toko Buku Petra
Togamas, sebentar lagi Dewan Pengurus PPPK Petra merevitalisasi
lahan di Jalan Pucang Anom Timur untuk perkembangan PPPK
Petra.
Kemudian secara berturut-turut, lahan-lahan sekolah yang lain dibeli
oleh PPPK Petra.Lahan-lahan tersebut berada di Jalan Jemur
Andayani, Jalan Raya Darmo Harapan, Jalan H.R. Muhammad,
Jalan Manyar Tirtoasri Raya, Jalan Dukuh Kupang Timur, Jalan
Monginsidi Sidoarjo, dan Jalan Taman Asri Utara Pondok Tjandra
Inda. Semua ini terwujud karena berkat Tuhan dan doa serta usaha
keras untuk mewujudkan dalam waktu yang tidak singkat.
Sejak tahun 1971, saya telah dipercaya menjadi Ketua I Dewan
Pengurus PPPK Petra. Banyak pasang surut yang saya hadapi dalam
melayani PPPK Petra. Namun, saya percaya bahwa apa yang dialami
tentu dalam kendali Tuhan. Hingga pada tahun 1996, saya
menyerahkan kepemimpinan kepada almarhum dr. Hendro
Tjahjono, S.KM., karena pada tahun 1990, terbit Peraturan Rumah
Tangga yang baru, yang mengharuskan seorang Ketua menjabat
maksimal dua periode, sehingga masa jabatan saya akan berakhir
pada tahun 1996. Bertepatan dengan waktu itu, saya mengalami
stroke. Namun, karena berkat Tuhan dan doa-doa dari rekan-rekan,
saya mengalami pemulihan. Selama beberapa tahun, sambil
menjalani pemulihan akibat stroke, saya masih tetap melayani
sebagai seorang anggota Dewan Pengurus. Pada tahun 2003, saya
kembali dipercaya untuk melayani sebagai Pengurus di Dana
Pensiun.
Kini, perkembangan PPPK Petra sudah melampaui apa yang kita
bayangkan pada awal pendirian. Lahan-lahan sekolah yang
7
bertambah, murid yang semakin banyak, dan pola pendidikan dan
pengajaran yang semakin berkembang mengikuti perkembangan
zaman. Di tangan Dewan Pengurus yang barulah, terletak seluruh
harapan dan doa kita bersama.
Yang saya bisa saksikan dari perjalanan selama lebih dari lima puluh
tahun melayani di PPPK Petra yaitu kita berjalan bersama dengan
Tuhan yang tidak pernah terlelap, menjagai PPPK Petra, batu karang
yang teguh, sebagai milik-Nya sendiri. Ada masa-masa di mana kita
mengalami kesulitan, namun saat kita berseru kepada-Nya, tangan-
Nya yang penuh kasih terulur membantu kita.
Memasuki usianya yang ketujuh puluh tahun pada tahun ini, saya
percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah sama, dahulu, sekarang,
dan selama-lamanya. Kasih-Nya masih tetap sama, memberkati dan
melindungi PPPK Petra. Sampai di sini Tuhan masih beserta dengan
kita.
DIRGAHAYU PPPK PETRA
Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk
menyelamatkan dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk
mendengar. (Yesaya 59:1)
8
Dalam hitungan hari, PPPK Petra akan memasuki usia 70 tahun.
Untuk memudahkan penulisan kisah ini, selanjutnya, PPPK Petra
akan ditulis “Petra”. Suatu sejarah panjang yang diawali tahun 1951.
Penulis hanya akan menyoroti periode antara 2014-2020, yang
merupakan sepenggal rangkaian mata rantai perjalanan
perhimpunan ini, artinya pengurus disertai seluruh aparatnya
menerima tongkat estafet 2014 dan menyerahkan ke pengurus
berikutnya tahun 2020. Tulisan ini diawali dengan pesan WA, diikuti
surat oleh Pak Kasmuri, S.Pd. dan Pak Ir. Agus Kisworo, M.Pd. yang
minta dibuatkan kisah mengenai kasih Tuhan selama menjadi bagian
dari keluarga besar Petra dan bukan merupakan hasil suatu
penelitian.
Di akhir tahun 2014, dalam Rapat Umum Anggota Tahunan,
penulis terpilih menjadi salah seorang anggota Pengurus Harian
PPPK Petra, yang menangani bidang pendidikan. Suatu kejadian
yang belum terpikir sebelumnya. Pulang dari RUAT, waktu penulis
tiba di rumah dan menyampaikan berita ini, reaksi pertama istri yang
penulis ingat, “bagaimana kamu bisa melaksanakannya, karena
masih bekerja penuh waktu”. Akan tetapi, tampaknya Tuhan sudah
mempunyai rencana. Proses berikutnya, penulis meninggalkan
pekerjaan penuh waktu di suatu universitas dan Tuhan tetap
memelihara hamba-Nya dengan memberi pekerjaan mengajar paruh
9
waktu, Dengan demikian, penulis dapat lebih memperhatikan
pelayanan di dunia pendidikan dasar dan menengah.
Sebagai anggota perhimpunan yang awam di pendidikan dasar dan
menengah, banyak waktu yang penulis gunakan untuk mendengar
dan melihat, baik internal maupun eksternal Petra. Realitas di
lapangan tidak seluruhnya sama dengan laporan, baik formal
maupun informal yang selama ini masuk. Kesan pertama yang saya
temukan, bila ingin survive atau berkembang, kita harus
meningkatkan kerja sama. Menangani Petra tidak bisa secara single
fighter” tetapi dengan bekerja sebagai team. Tuhan telah
menganugerahkan berbagai talenta dan keterampilan di keluarga
besar Petra. Sebenarnya yang penulis rasakan. Tuhan tidak saja
mempunyai rencana, tetapi juga Dia terus bekerja dan menggunakan
kita, anggota keluarga besar Petra sebagai alat-Nya.
Secara kasat mata,di tahun 2014 Petra merupakan institusi
pendidikan Kristen yang relatif besar di Jawa Timur dengan sekitar
14.000 siswa. Karena namanya “perhimpunan”, terasa sekali ada
rasa kekeluargaan di dalamnya dan dapat eksis, karena Tuhan selalu
menyertai Petra. Jadi, terasa sekali bukan karena, kekayaan,
kemampuan, kepandaian manusianya (pengurus, eksekutif, kepala
sekolah, guru dan staf}, melainkan eksis karena penyertaan-Nya.
Kalau meminjam istilah yang digunakan Ir. Widodo Adipranoto
waktu itu, “Petra dikelola dengan management by anugerah.
Walaupun di antara orang-orangnya bisa berbeda pendapat, tetapi
Petra terus berkembang.” Bukankah ini sebuah kisah yang inspiratif?
Sebagai ilustrasi, pengelola Petra seperti sedang mendayung sebuah
perahu. Karena berbeda pendapat, arah mendayungnya tidak
menuju arah yang sama. Pasti yang menonton akan berpendapat
perahu itu akan susah jalannya, berputar-putar, tidak melaju ke satu
arah. Realitas yang ada, bukannya perahu itu tidak berjalan, tetapi
10
dengan berkat Tuhan, perahu itu melayang ke atas seperti
helikopter. Cerita khayal yang inspiratif. Bukankah dalam sejarah
juga banyak sukses, yang dimulai dari mimpi manusia.? With God,
nothing is impossible.
Sebagai insan awam, memimpin Petra yang begini besar, seperti
Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Musa yang awam
saat itu hanyalah gembala yang menjaga domba, harus menghadap
Firaun. Tanpa penyertaan dan dimampukan Tuhan, semuanya tidak
mungkin terjadi. Walaupun dalam perjalanan, kesetiaan bangsa
Israel berubah terhadap Tuhan (Keluaran 32:1-4). Jadi, siapa saja
yang Tuhan tunjuk memimpin Petra, asalkan tetap setia, tidak perlu
khawatir karena Tuhan akan memperlengkapi dan memampukan.
Ini pengalaman yang inspiratif.
Dalam perjalanan selanjutnya, pengurus diingatkan, sudah waktunya
untuk meng-update visi misi serta punya renstra. Dengan bantuan
Pdt. Dr.Robby Candra, visi misi dan renstra dapat diselesaikan.
Kalau diibaratkan perahu atau kapal, arah (perahu/kapal) Petra,
setelah adanya renstra, sudah jelas. Jadi, orang-orang di dalamnya,
tidak bisa mendayung seperti ke arah maunya sendiri-sendiri.
Di periode ini, Tuhan kembali mengirim hamba-hamba-Nya yang
mempunyai berbagai talenta dan keterampilan untuk
memperlengkapi pengurus. Beberapa rencana dan usaha inspiratif
telah terlaksana di periode ini, baik tangible, hardware maupun
intangible, software, baik berbentuk fisik maupun digital, meliputi
bidang Pendidikan, Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana,
Keuangan, maupun Jaringan dan Digitalisasi. Beberapa contoh, di
antaranya sebagai berikut;
Sebagai landasan Petra, sebelum kita bertindak, selalu melibatkan
Tuhan, bukannya berdasar kepandaian, kemampuan sendiri.
11
Seperti Daud ketika menghadapi orang-orang Filistin, Daud datang
kepada Tuhan untuk bertanya kepada-Nya, apa yang harus
diperbuat (2 Samuel 5:19). Kalimat inspiratif adalah selalu
melibatkan Tuhan sebelum bertindak.
Di bidang Pendidikan, setiap tahun beberapa siswa memenangkan
lomba-lomba tingkat nasional dan internasional, baik di bidang
akademik maupun non-akademik. Para pemenang termasuk yang
berhasil di lomba-lomba olimpiade, mendapat tawaran beasiswa di
universitas-universitas top di Indonesia dan luar negeri. Radar di
universitas-universitas itu telah menangkap sinyal bahwa sekolah-
sekolah Petra patut diperhatikan. Jelas ini semua bukan hasil kerja
satu-dua orang, melainkan Tuhan telah berkarya melalui anggota
keluarga besar Petra. Bukankah ini semua merupakan kisah
inspiratif: Working together, we achieve more.
Beberapa contoh sarana-prasarana yang terlaksana, di antaranya
Twin Tower di Pondok Tjandra Indah. Bangunan ini sudah
didambakan dan baru terlaksana pembangunannya setelah
seperempat abad sejak pembelian tanah. Proyek kedua,
memindahkan SMA Petra 2 ke Kertajaya Regency yang tertunda
lama pengurusan izinnya, namun baru pada periode ini IMB keluar.
Demikian pula, Sekolah Menengah Kejuruan Petra, yang di masa
lalu kurang diminati, sekarang telah berkembang pesat
Di luar bidang pendidikan dan sarana-prasarana, perubahan
Anggaran Dasar yang di-update telah terselesaikan dan disahkan di
Kemenkumham. Demikian pula Anggaran Rumah Tangga segera
dituntaskan. Juga perbaikan-perbaikan system dan peraturan-
peraturan di bidang keuangan, sumber daya manusia, jaringan dan
digitalisasi. Ini semua dilakukan untuk menyongsong era post
pandemic Covid-19, di mana manusia akan hidup secara new
normal.
12
13
14
Hari Minggu pagi itu saya tidak terjadwal memimpin ibadah Minggu.
Oleh karena itu, saya mengantar putri kecil kami yang berusia tiga
tahun ke sekolah minggu di gereja terdekat dengan tempat tinggal
kami, GKI Merisi Indah. Setelah selesai ibadah, salah seorang guru
sekolah minggu yang kemudian saya kenal bernama Ibu Emmy
Lairaga meminta waktu untuk berbicara sebentar. Saat itu beliau
menanyakan kesediaan saya untuk melayani Firman Tuhan dalam
persekutuan doa siswa di SD Kristen Petra 13 Pondok Tjandra. Saya
menyanggupi dan itulah perjumpaan pertama saya dengan pelayanan
di lingkungan PPPK Petra, tepatnya pada tahun 1995.
Perjumpaan awal yang tak terlupakan itu berlanjut ke pelayanan-
pelayanan selanjutnya sampai saat ini. Sungguh saya mensyukurinya
karena diizinkan Tuhan menjadi bagian dari sebuah lembaga
pendidikan Kristen yang besar di Kota Surabaya. Itu juga berarti
sebuah tanggung jawab yang besar. Raja Salomo dalam nasihat
hikmatnya berkata:”Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
baginya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari
jalan itu.” (Amsal 22:6). Ini adalah pelayanan yang mempersiapkan
sebuah generasi bagi pengembangan Kerajaan Allah.
Sekalipun saya hanya melayani sesuai jadwal undangan pelayanan
yang saya terima namun waktu dan perjumpaan yang berlangsung
telah menciptakan ikatan rasa kasih yang besar terhadap pelayanan
15
ini. Setiap kali memasuki ruangan kelas ataupun aula yang dipenuhi
siswa yang siap beribadah, terdengar lembut suara Roh Kudus yang
kembali berkata,”Kamu harus memberi mereka makan!”
Menaburkan benih Injil, Kabar Baik Keselamatan di tanah hati jiwa-
jiwa muda yang subur.Ini adalah persembahan yang harum ke
hadirat Allah. Sukacita tak terkatakan mengalir di hati saat
mendengarkan ratusan siswa menggemakan pujian pengagungan
bagi Allah.
Mempersiapkan Firman Tuhan yang mudah dicerna sehingga
diterima dengan iman oleh para peserta didik dengan kategori usia
masing-masing bukanlah hal yang mudah. Namun, saya percaya
bahwa Roh Kudus akan menolong setiap anak untuk dapat
memahami dan bertumbuh imannya.
Dengan pertolongan Tuhan, saya berusaha menggunakan setiap
kesempatan pelayanan sebaik mungkin untuk memperkenalkan
Yesus Sang Juruselamat dan pengorbanan-Nya di salib kepada anak.
Tantangan yang mereka hadapi di depan sangat besar. Setiap usaha
memperlengkapi dan memberi pendidikan yang terbaik diupayakan.
Pembentukan karakter dengan sungguh dibangun sejak dini. Semua
itu berawal dengan pengenalan akan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Dasar dan tujuan hidup mereka.
Sebagaimana tertera di dinding-dinding sekolah:”Takut akan Tuhan
adalah permulaan pengetahuan. (Amsal 1:7a) Oleh karena itu,
apapun yang akan mereka hadapi di depan, mereka selalu ingat
bahwa mereka dikasihi dan memiliki Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat yang menjamin masa depan dan hidup kekal mereka.
Kesadaran tentang keutamaan Kristus itu semakin dipupuk ketika
beberapa tahun terakhir ini setiap pendidik, guru dan keluarga besar
16
PPPK Petra melaksanakan Program Pemuridan melalui Komunitas
Pertumbuhan, Kambium.
Saat melayani bersama, saya juga tersentuh melihat kesungguhan
para pengajar dan karyawan yang memimpin dan melayani para
siswa dengan penuh kasih. Melihat dan mengalami hal itu selama
bertahun-tahun, suara kecil dalam hati saya berkata, “Betapa
bersyukur orang tua yang mempercayakan anak-anaknya dididik di
sekolah Petra. Meskipun di sana-sini masih terus berbenah diri dan
melakukan peningkatan tetapi mereka semakin mencerminkan
karakter Kristus dalam keseharian. Oleh karena itu, anak-anak yang
mungkin kehilangan figur Kristus dalam keluarga karena berbagai
masalah, masih dapat menemukannya di sekolah. Tanpa terasa
dua puluh enam tahun telah saya jalani bersama. Syukur tak
terhingga kepada Sang Gembala Agung yang empunya pelayanan.
Terima kasih pula kepada PPPK Petra yang selama ini telah
mempercayakan saya menjadi bagian dari pelayanan di lingkungan
PPPK Petra.
Mengakhiri tulisan ini saya teringat ungkapan DR. John C.Maxwell -
seorang Hamba Tuhan dan Motivator Kepemimpinan yang dikenal
luas di dunia berkata, ”Imbalan terbesar yang diperoleh seseorang
dari pekerjaannya bukanlah jumlah upahnya, tetapi apa jadinya ia,
karena apa yang ia kerjakan.” (The greatest reward a person gets for
what he does, is not his payment; but what happened to him because
of what he did.) Semoga semua kerja keras, pencapaian, dan prestasi
yang telah terukir selama 70 tahun oleh PPPK Petra mengubah dan
terus membentuk kehidupan setiap kita, menjadi makin serupa
dengan Kristus sehingga apa yang kita kerjakan bernilai kekal.
Dirgahayu Ke-70 Tahun PPPK Petra. Tuhan Yesus memberkati.
17
Waktu telah beranjak ke menit kelima puluh dari pukul delapan
pagi. Suara ceria anak-anak di media belajar interaktif, berubah
menjadi sikap hikmat mengikuti doa dan renungan singkat. Tak
lama kemudian Mars Petra diperdengarkan; dan dengan logat khas
anak-anak TK turut menyanyikannya. Antusias Pak Wisnu
menyapa para murid, dan memanggil nama mereka satu-persatu
melalui lagu, “Good morning…, how are you?” Setiap anak
menjawab dengan karakter khasnya, “I am fine, thank you!” Proses
belajar berjalan selama beberapa jam diselingi dengan istirahat
makan. Setelah lagu doa Bapa kami diperdengarkan dan salam
penutup diucapkan, Clarisa beranjak dari meja belajarnya, dan
berseru, “Kok, sekolah hari ini cepet banget ya Yah!” Saya hanya bisa
tersenyum dan membatin, “Syukurlah jika kamu menikmati proses
belajarmu, Nak!”
Ketika pandemi hadir, sebagai orang tua saya sempat khawatir,
akankah anak-anak saya bisa belajar dengan baik; Mungkinkah
Learn from Anywhere diterapkan untuk anak-anak? Mengapa saya
khawatir? Kelemahan paling esensial dari sekolah online adalah
ketiadaan aktivitas fisik. Anak hanya akan duduk belajar,
mendengar, mengerjakan tugas-tugas, dan sangat minim melibatkan
aktivitas tubuh. Di titik itu, sekolah akan terjebak pada aktivitas
transfer ilmu belaka; Luput dalam melatih empati dan menajamkan
keterampilan peserta didik. Jika sekolah tak dapat menjangkau head,
18
heart, dan hands secara komprehensif, sekolah hanya akan
memproduksi orang terpelajar tanpa nurani dan keterampilan.
Namun, kekhawatiran saya ternyata berlebihan. Bersama PPPK
Petra, anak-anak belajar dalam pendidikan yang integratif. Kapasitas
akademik, budi pekerti, moralitas, kepekaan terhadap lingkungan,
serta olah tubuh anak-anak pun tetap diperhatikan. Lebih dari itu,
suasana belajar tetap menyenangkan. Masa pandemi tak
menghalangi anak-anak berkembang dalam kebahagiaan karena
mereka belajar di sekolah yang tepat.
Lantas, apalagi yang saya harapkan dari PPPK Petra? Dalam
masyarakat multikultur, sekolah Kristen memainkan peran penting
sebagai mitra gereja dalam menghadirkan Kerajaan Allah. Nilai-nilai
kasih, kebenaran, keadilan, dan keutuhan ciptaan merupakan
kebajikan utama dalam Kin(g)dom of God (kerajaan-keluarga Allah).
Dalam konteks Indonesia, politisasi agama menjadi salah satu isu
dominan dalam dua dekade terakhir. Banyak sekolah berbasis
agama yang sebelumnya menjadi pusat persemaian ilmu dan
kebaikan moral berubah menjadi tempat bertumbuh-kembangnya
exclusivism. Bayangkan, anak-anak sejak dini hingga kuliah, belajar
dan bertumbuh di lingkungan keagamaan yang relatif homogen.
Entah berapa banyak di antara anak, remaja, dan pemuda kita yang
mempunyai pengalaman bersama dengan “yang berbeda” dalam
kesehariannya? Jika hal ini tidak disadari, sekolah berbasis agama
akan menjadi ruang persembunyian pada rumah pendidikan. Tentu
saja dalam jangka panjang ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi
multikulturalitas Indonesia. Jika institusi pendidikan Kristen
menyadari peran sebagai “tangan Allah” untuk menghadirkan
shalom- damai sejahtera dan keutuhan ciptaan, identitas Kristiani itu
akan didedikasikan untuk mendidik anak-anak yang berwawasan
luas dan berjiwa inklusif. Sebagaimana Allah senantiasa merangkul,
19
merawat, dan tak pernah meninggalkan seluruh ciptaan, maka
semangat berkolaborasi dengan “yang berbeda” perlu terus
diinternalisasikan dan dipraktikkan dalam kehidupan para peserta
didik bahkan di seluruh pemangku kebijakan PPPK Petra.
Tugas PPPK Petra bukan sekadar survive di belantara bisnis
pendidikan melainkan terus menjadi berkat bagi masyarakat. Untuk
itu, PPPK Petra perlu bergerak dari hasrat berkompetisi menuju
semangat berkolaborasi. Kolaborasi yang melampaui kolektivitas
sektoral, menuju pada konektivitas dengan komunitas-komunitas
pendidikan lain, seperti sekolah-sekolah Katolik, Sekolah Negeri
bahkan pondok-pondok pesantren. Kompetisi untuk menjadi
lembaga pendidikan bertaraf internasional perlu diimbangi dengan
kesediaan bermitra dengan sekolah-sekolah lokal, dalam rangka
menciptakan masyarakat multikultur yang damai dan tercerahkan.
Dengan semangat yang demikian, anak-anak Petra tidak akan lagi
canggung untuk bergaul dan berkolaborasi dengan siapa saja untuk
mendatangkan kebaikan bersama. Kiranya PPPK Petra senantiasa
bergerak dalam arak-arakan Kerajaan Allah dan menjadi berkat bagi
kehidupan!
20
Ibu Yulia Girsang, istri dari seorang jaksa di Palu yang menyaksikan
suaminya ditembak oleh beberapa orang tak dikenal, memegang
pundak pembunuh suaminya kemudian berkata, “Teman, Tuhan
masih memberikan kesempatan hidup untuk Anda. Isilah
kehidupan ini dengan baik.” Ibu Yulia bersaksi di hadapan Mabes
Polri menyatakan memberikan pengampunan kepada pembunuh
suaminya dan menyatakan bahwa dirinya tidak menuntut hukuman
tertentu kepada pembunuh-pembunuh itu. Ia berkata dalam sebuah
buku, “Apa yang mendorong saya bertemu pembunuh suami saya
dan memaafkannya? Saya sadar bahwa kita orang berdosa. Mengapa
kita tak bisa memaafkan orang lain? Tuhan Yesus adalah teladan
saya dalam memaafkan.”
Mengherankan tetapi nyata. Ada kisah-kisah nyata dari orang-orang
yang mampu mengampuni dalam situasi dan kondisi yang ekstrim.
Seorang pemuda yang saya kenal dapat menerima dan mengasihi
kembali ibu kandungnya yang meninggalkan dia sejak balita. Seorang
suami menerima kembali istrinya yang mengandung karena
perselingkuhan dengan tukang kebunnya dan kisah Ibu Yulia yang
mengampuni pembunuh suaminya merupakan serangkaian kisah
nyata yang mengherankan tentang pengampunan. Di tengah dunia
yang semakin kompetitif dan tidak mau dirugikan, ada orang-orang
yang bersedia melepaskan orang-orang yang merugikan mereka
21
secara luar biasa. Ada anak-anak Tuhan yang mau meneladani
Kristus dengan melepaskan pengampunan kepada orang lain.
Sebuah pertanyaan yang bukan sekadar retorika adalah berapa kali
harus mengampuni? Perumpamaan Tuhan Yesus dalam Matius
18:21-35 ini berada di dalam serangkaian nasihat tentang bagaimana
seorang Kristen harus hidup berelasi dalam komunitas orang
percaya. Hal ini dapat dilihat dari perikop sebelumnya (18:15-20)
yang berbicara mengenai menasihati sesama orang percaya dan
perikop selanjutnya berbicara mengenai perceraian (19:1-12). Dalam
bagian ini (18:21-35), Matius meletakkan perumpamaan tentang
pengampunan di antara keduanya. Perumpamaan ini disampaikan
Yesus berkenaan dengan pertanyaan Petrus kepada-Nya ,“Tuhan,
sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Angka 7 dalam budaya
Yahudi merupakan angka sempurna yang menunjukkan bahwa
Petrus ingin mengampuni sesamanya dengan sempurna.
Mungkin bagi kita yang hidup pada zaman ini, mengampuni tujuh
kali bukanlah hal yang berlebihan. Jika kita melihat peraturan-
peraturan dalam masyarakat pada zaman Yesus, mengampuni
sesama sampai tujuh kali merupakan hal yang begitu luar biasa.
Seorang rabi pada masa itu menetapkan bahwa seseorang harus
mengampuni tiga kali saja. Jika lebih dari itu, seseorang dibenarkan
untuk tidak memberikan pengampunan. Melihat kebudayaan ini,
sebenarnya jumlah pengampunan yang ditanyakan Petrus kepada
Yesus adalah jumlah yang mencengangkan. Apabila ada orang-orang
di sekitar mereka, tentu saja mereka akan terheran-heran akan
kesediaan Petrus mengampuni sesamanya spontan bereaksi “Ha…
tujuh kali? Rabi saja mengampuni maksimal tiga kali. Kok, kamu
mau mengampuni sebanyak tujuh kali. Kamu itu terlalu baik,
Petrus.” Itulah komentar yang paling mungkin pada waktu itu.
22
Namun, mengejutkan karena Yesus selalu mempunyai respons yang
di luar dugaan. Yesus mengatakan, “Bukan! Melainkan 70 x 7 kali
seseorang harus mengampuni sesamanya.” Bagaimana respons
Petrus dan orang-orang di sana? Mungkin mereka akan
mengernyitkan dahi karena keheranan dan beberapa membelalak
mendengar standar Kerajaan Allah yang Yesus paparkan. Bagaimana
mungkin seseorang diharuskan mengampuni sebanyak itu?
Bagaimana bisa? Ada juga yang mungkin menyeletuk, “Mana
mungkin?” Beberapa mungkin bertanya, “Apa dasarnya kami harus
mengampuni sebanyak itu?”
Yesus kemudian menjelaskannya dengan sebuah perumpamaan.
Perumpamaan tentang seorang hamba istana yang berhutang 10.000
talenta dan tidak bisa membayarnya. Kemudian sang raja pun
memberikan pengampunan kepada hambanya ini karena hatinya
tergerak oleh belas kasihan. Ia menghapuskan semua hutang
hambanya dan melepaskan seluruh keluarganya dari ancaman
hukuman mati. Hal ini mungkin terdengar biasa bagi pembaca masa
kini, karena pembaca saat ini tidak mengetahui satuan mata uang
pada saat itu. Jumlah 10.000 talenta itu bukanlah jumlah yang kecil.
Upah seorang pekerja sehari adalah satu dinar, sedangkan satu
talenta setara dengan 6.000 dinar. Jumlah ini adalah jumlah yang
tidak mungkin dapat dibayar oleh seorang hamba sekalipun harus
bekerja seumur hidupnya. Penggunaan 10.000 talenta ini
menggambarkan jumlah yang tidak terhitung dan jumlah yang tidak
akan sanggup dibayar oleh hamba yang berhutang ini. Tidak
terbayangkan betapa sukacita dan kegirangan yang begitu luar biasa
yang dirasakan oleh hamba tersebut dan keluarganya.
Namun, yang menggelitik adalah ketika hamba ini pergi dari istana
dan berjumpa dengan seorang hamba lain yang berhutang padanya.
Hutangnya tidaklah banyak, namun ia mencekik orang yang
23
berhutang padanya ini dan menyerahkan kawannya ini ke dalam
penjara sampai kawannya dapat melunaskan hutang tersebut. Hal ini
tentunya begitu keterlaluan bukan? Raja yang mendengar hal
tersebut begitu murka dan menyerahkan hamba ini kepada algojo-
algojo sampai ia melunaskan hutangnya.
Jika kita merenungkan makna perumpamaan tersebut bukankah
kita adalah hamba yang berhutang banyak itu? Bukankah kita juga
dulunya memiliki hutang yang begitu besar yang tidak dapat kita
bayar kepada Allah? Kita berhutang kepada Allah atas setiap
perbuatan dosa kita dan kita pun tidak dapat membayar hutang kita
yang besar itu. Kita tidak sanggup membayarnya dengan uang gaji
kita, kebajikan kita, kepandaian kita bahkan hidup kita sekalipun.
Seharusnya sama seperti hamba itu, kita dihukum mati. Namun,
karena belas kasihan Allah, Dia sendiri yang mau menghapuskan
setiap hutang kita. Dia sendiri yang mau mengampuni seluruh dosa
kita melalui karya penebusan Yesus di kayu salib. Pengorbanan-Nya
sendiri yang menghapuskan seluruh hutang dosa kita. Masakan kita
bersikap sama seperti hamba yang jahat ini kepada sesama kita?
Masakan kita masih menghitung-hitung berapa kali kita harus
mengampuni sesama kita? Bukankah hutang kesalahan sesama
terhadap kita tidak ada bandingannya dengan hutang kesalahan kita
yang sudah dihapuskan itu?
Di dalam komunitas PPPK Petra, kita dapat saling melukai satu
sama lain. Di sanalah kita memerlukan anugerah Tuhan, karena
tidak ada satu pun di antara kita yang sempurna. Mari meneruskan
anugerah Tuhan itu dengan saling memaafkan sebagai bentuk kasih
kita satu sama lain. Kiranya kasih Allah yang besar memenuhi hati
kita, menginspirasi hidup dan komunitas kita keluarga besar PPPK
Petra. Dengan demikian, nama Tuhan dipermuliakan melalui kasih
di antara kita satu dengan yang lainnya.
24
Hampir setahun kita bersama berada dalam situasi pandemi yang
tentu tidak mudah. Dunia pendidikan harus menyesuaikan dirinya
dengan cepat untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar dan
mengajar. Muncullah istilah PSJJ, daring, luring yang semuanya
ditempuh agar para nara didik tetap mendapatkan pendidikan yang
seharusnya diberikan oleh pihak sekolah. Namun, hal ini pun
bukanlah perkara yang mudah sebab mengingat memberlakukan
pembelajaran jarak jauh itu perlu dukungan sarana dan prasarana.
Tidak hanya dari pihak penyedia (dalam hal ini sekolahan )tetapi
juga kesiapan dari orang tua siswa masing-masing untuk
mendukungnya (contoh, hp, tablet ataukah laptop dan komputer
yang speknya mendukung, termasuk juga ketersediaan kuota
internet yang mungkin untuk kalangan tertentu ini bukan barang
yang murah).
Sebuah ketidakmudahan juga dialami oleh para orang tua, yang
harus menyesuaikan dengan sistem baru ini yaitu dengan
pendampingan ekstra (Dari riset yang dilakukan oleh Inventure,
69,8% responden yang rata-rata adalah orang tua menyatakan
kerepotan dengan sistem pembelajaran jarak jauh karena harus
mendampingi anak dalam belajar di rumah) yang diunduh dari:
http://www.theiconomics.com/art-of-execution/orang-tua-masih-
bakal-waswas-sekolah-offline-meski-sudah-ada-vaksin/.
25
Ada virus baru selain korona adalah serbakerepotan dengan pola
belajar-mengajar yang diberlakukan. Padahal, Menteri Pendidikan,
Nadiem Makarim mengumandangkan bahwa pendidikan itu
haruslah menyenangkan dan bisa dinikmati, bukan sebaliknya
menekan dan menciptakan sebuah beban. Tentu ini merupakan
persoalan baru yang ternyata masalah pendidikan pun terbawa
sampai pada aras dapur keluarga masing-masing (terutama sosok
ibu) yang biasanya secara rutin mengolah masakan untuk kebutuhan
makan keluarga ditambah lagi dengan kesibukan baru untuk
mendampingi putra-putrinya ketika kelas online. Namun,
bagaimanapun kita harus meyakini bahwa Tuhan Allah menciptakan
makhluk yang paling adaptif pada situasi dan kondisi seekstrem apa
pun yaitu manusia. Oleh karena itu, kita tidak perlu meragukan
kapasitas diri sebagai manusia yang diberi anugerah kelengkapan
guna menyesuaikan diri dalam keadaan tertentu termasuk dalam
sikon pandemi ini. Daya kreativitas dan inovatif seseorang (bisa jadi
mungkin) akan muncul ketika dalam dirinya ada sesuatu
kemendesakan (atau dalam kondisi terdesak), yang akan
memunculkan hal-hal yang baru yang bisa membantu dirinya untuk
bertahan hidup bahkan menghidupi dirinya sendiri. Jadi, jika kita
ambil hikmah dari situasi dan kondisi Covid-19 ini, kita meyakini
bahwa rencana Tuhan Allah adalah rencana damai sejahtera
(Shalom). Oleh karena itu, dalam kondisi yang sulit (pandemi ini)
kita diajak justru untuk semakin mengembangkan potensi yang ada,
yang mungkin selama ini “tertidur” atau “mati suri” yang disebabkan
kenyamanan sebuah keadaan, atau kenyataan kehidupan yang tidak
pernah menemui tantangan yang sulit dan berat hingga berdarah-
darah, sehingga akhirnya santai-santai saja. Namun, semua dapat
terselesaikan.
26
Hal yang menakutkan atau menjadi momok dari pandemi ini, paling
tidak ada tiga hal, yaitu: ketidakpedulian, egois dan
ketakutan/kekhawatiran yang berlebihan. (Mohon maaf, sebutlah itu
paranoid). Namun, sebagai pengikut Kristus kita semua diutus untuk
mewartakan dan membagikan kasih. Jika kita menjadi pribadi yang
“cuek” alias menjadi tidak peduli, kasih itu tidak ada di dalam kita.
Ada yang mengatakan, bahwa lawan dari kasih atau cinta bukanlah
kebencian, melainkan ketidakpedulian. Itu benar sekali. Kita tidak
butuh rasa benci untuk menunjukkan ketiadaan kasih di dalam hati.
Kita hanya butuh rasa tidak peduli. Cuek/ ketidakpedulian
menunjukkan ketiadaan kasih. Lebih parah lagi kalau
ketidakpedulian kita tersebut mengorbankan orang lain demi
mengejar keinginan pribadi yaitu dengan memanipulasi dan
mengorbankan orang lain, menghalalkan segala cara asal keinginan
tercapai. Akhirnya kita menjelma menjadi pribadi yang egois.
Egois berasal dari bahasa Yunani yakni ego yang berarti diri atau saya
dan -isme, yang digunakan untuk menunjukkan filsafat. Dengan
demikian, istilah ini secara etimologis berhubungan sangat erat
dengan egoisme. Egoisme merupakan motivasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya
menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di
tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain,
termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat.
Istilah lainnya adalah "egois". Lawan dari egoisme adalah altruisme.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, egois adalah sebutan
untuk orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Ia menganut
paham egoisme, yakni pandangan yang melihat bahwa satu-satunya
tujuan hidup adalah mewujudkan ambisi pribadinya. Orang egois
adalah mereka yang hanya bahagia ketika tujuannya tercapai.
Baginya, tujuan bermasyarakat tidak penting bahkan cenderung
27
untuk diabaikan atau dilanggar jika bertentangan dengan
kepentingan dirinya sendiri.
Mengapa fenomena pribadi yang egois ini bisa muncul di era
pandemi ini? Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu
penerapan protokol kesehatan untuk menjaga keberadaan kita dan
memutus mata rantai penyebaran virus itu adalah tidak
diperkenankan untuk bepergian apalagi ke tempat-tempat yang
ramai, syarat dengan kerumunan, seperti mall, pasar, taman kota, dll.
Sebab “area” itu bisa dimungkinkan menjadi penyebab penyebaran
virus corona itu. Jadi, akan lebih aman untuk tinggal di rumah
melakukan aktivitas-aktivitas termasuk belajar-mengajar itu di
rumah, kerja pun di rumah, hampir segala sesuatu yang dulunya
mobile dan socialize digantikan menjadi “berdiam” dan solitute atau
perseorangan, hanya memikirkan diri sendiri saja karena hanya
tinggal di rumah masing-masing. Tiba-tiba gejala-gejala itu muncul
tanpa disadari, sebagai pedoman.
Seperti yang saya unduh dari artikel/tanda-tanda egois dalam diri
anda yaitu:
1) Menjadi orang yang anti kritik (tidak suka jika dikritik), namun
sebaliknya lebih suka mengritik orang lain;
2) Menjadi tidak akomodatif, artinya senang mengabaikan pendapat
orang lain (terutama yang tidak sependapat) dan menjadi orang
yang merasa berhak atas segalanya
3) Suka melebih-lebihkan pencapaian yang pernah di dapatkan
(tanpa sadar inipun diceritakan secara berulang-ulang sebagai
sebuah kebanggaan);
4) Menjadi takut mengambil risiko (orang sombong itu cencerung
pengecut, lari dari tanggung jawab), dan
28
5) Takut menunjukkan kelemahan dan keterbatasannya. Jika kita
ada dalam kriteria-kriteria tersebut berarti bisa jadi kita perlahan
tapi pasti menjadi pribadi yang EGOIS.
Pandemi yang sudah hampir setahun melanda negara kita ini
menciptakan situasi yang tidak hanya sulit namun juga menakutkan.
Kelengahan sedikit saja maka dimungkinkan seseorang akan
terjangkit penyakit ini. Oleh karena itu, pemerintah menganjurkan
agar setiap warga negara menerapkan apa yang disebut dengan
protokol kesehatan, antara lain: memakai masker, mencuci tangan,
menghindari kontak fisik/ kerumunan, menjaga jarak (Physical
Distancing). Jika kita tidak sikapi dengan “hikmat” (Menurut penulis
Amsal adalah takut akan Tuhan), kita dibuat semakin curiga dengan
orang lain, mengalami kekhawatiran seusai bertemu dengan orang
lain. Bahkan, kita menjadi sangat takut apabila tanpa sengaja
bersentuhan dengan orang lain. Gejala ini mirip dengan orang yang
mengalami paranoid. Secara psikis orang yang mempunyai
pemikiran paranoid sulit bahkan tidak bisa mempercayai orang lain.
Mereka cenderung akan berpikir bahwa orang lain memiliki niat
jahat terhadap mereka.
Paranoid adalah masalah psikologis yang ditandai dengan
munculnya rasa curiga dan takut berlebihan, cenderung sulit atau
bahkan tidak bisa mempercayai orang lain dan memiliki pola
pikiryang berbeda dari kebanyakan orang. Dengan demikian,
jangankan membantu atau menolong orang lain, untuk berinteraksi
walaupun tanpa bicara itupun sudah dianggap mengandung risiko
yang tinggi, sehingga orang akhirnya menghindari untuk bertemu
dengan sesamanya secara langsung.
Lalu apakah di situasi dan kondisi Pandemi ini, kita harus bersikap
demikian? Seharusnya keterpanggilan kita adalah memberlakukan
29
kasih yang nyata yaitu dengan kepedulian walaupun ada dalam
keberadaan yang sulit namun tidak akan pernah menyurutkan kita
untuk peduli terhadap sesama terutama yang saat ini sangat
membutuhkan uluran tangan kita. Kepedulian itu muncul ketika kita
memiliki rasa empati yaitu kemampuan agar bisa mengerti ataupun
memahami apa yang orang lain rasakan, dilihat dari segi emosional.
Apabila ditarik kesimpulan secara singkat, empati ini akan membuat
diri kita dapat merasa berada pada posisi orang lain.
Berempati tidak hanya ikut merasakan penderitaan orang lain.
Pandemi memang membawa dampak yang sangat luar biasa. Banyak
sektor kehidupan yang berdampak luas dan membutuhkan empati
kita. Dengan berempati kita pun dimampukan untuk dapat
memahami apa yang tengah dipikiran oleh sesama kita. Selain itu,
kita dapat membangun relasi atau hubungan sosial dengan orang
lain. Kita akan mampu mengerti serta memahami pemikiran dan
perasaan orang lain yang otomatis dapat merespons dan melakukan
interaksi secara tepat. Empati akan membuat orang lain merasa
bahwa kita memiliki pengertian sehingga mereka akan nyaman
ketika sedang berkomunikasi dengan kita. Itu semua akan terjadi
dengan sendirinya.
Berempati seperti apakah yang diharapkan di era pandemi ini?
Dasar berempati kita adalah merujuk seperti yang diungkapkan sang
Pemazmur di dalam Mazmur 84, yang memberikan teladan bagi
setiap orang percaya bahwa dengan situasi sesulit apa pun itu
bentuknya tidak akan pernah menghalangi untuk merindukan dan
merasakan kehadiran Allah di dalam persekutuan umat-Nya (ay. 2).
Dimensi yang diungkapkan sang Pemazmur tetap vertikal dan
horizontal, bahwa persekutuan umat sebagai wujud kerinduannya
kepada Allah itu merupakan salah satu‘empati yang dirasakan secara
mendalam. Ia tidak hanya menganggap penting bertemu dengan
30
Tuhannya karena kerinduan itu tetapi ia juga merindukan adanya
kebersamaan dengan sesama untuk bersama-sama menyembah
Allah yang hidup.
Selanjutnya dinyatakan (ay. 2-3) “Betapa disenangi tempat
kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam! Jiwaku hancur karena
merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku
bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.” Sang Pemazmur sangat
meyakini eksistensi Allah yang dimuliakan dan ditinggikan itu adalah
Allah yang hidup. Allah yang berkenan menyatakan kuat kuasa-Nya
agar umat-Nya tidak terus-menerus ada di dalam lembah kekelaman.
Justru ketika kita menjalankan “perjalanan perjuangan iman” di
dunia ini yang penuh dengan tantangan dan ancaman sekalipun
kekuatan yang bersumber dari Allah itu justru tidak malah turun.
Namun, sebaliknya semakin meningkat /naik. Artinya sebagai umat
percaya, kita bersama diingatkan untuk terus bertahan menjaga
kesetiaan kita kepada Tuhan. Jangan sampai dengan adanya situasi
dan kondisi yang sulit ini justru kita berubah kesetiaan kita dengan
tidak lagi mengandalkan Tuhan. Kita meragukan kuasa Tuhan dan
kita menjadi orang yang tidak memiliki harapan lagi. Naik-turunnya
kehidupan yang kita jalani, kita maknai agar semakin mendewasakan
iman dalam ziarah perjuangan iman kita. Kita ditempa untuk terus
setia dan taat akan Tuhan sampai kapan pun.
Protokol kesehatan di era Covid-19, sangatlah penting untuk
dijalankan. selain itu, perlu untuk memberlakukan hidup sehat yang
dianjurkan sebagai upaya menanggulangi penyakit, yaitu:
1) Makan makanan yang cukup nutrisi,
2) Mengonsumsi vitamin;
3) Memiliki waktu tidur dan olahraga yang cukup untuk mendukung
imun kita terhadap penyakit.
31
Berdasarkan pengalaman Sang Pemazmur bahwa aspek spiritualitas
(kerohanian) juga turut menjadi imun yang mujarab di tengah
kesulitan yang kita hadapi saat ini. Bagaimana kita tetap menjaga,
merawat, dan melestarikan waktu-waktu ibadah kita kepada Tuhan,
baik ibadah yang diadakan di rumah, ibadah di gereja, maupun yang
diadakan di rumah masing-masing.
Sebagai kesimpulan dalam pokok bahasan berpola di tengah
pandemi ini adalah paling tidak kita belajar dan diajak untuk
beberapa hal berikut ini:
1) peduli pribadi, yaitu kepedulian terhadap keberadaan diri
masing-masing, dengan waspada namun tidak khawatir atau takut
yang berlebihan yaitu dengan hidup sehat dan menjalankan
protokol kesehatan;
2) peduli sekitar, yaitu tetap concern apa pun yang ada di sekitar kita,
dengan tetap merawat dan memelihara lingkungan sekitar, agar
menunjang kesehatan bersama.Misalnya: rumah yang bersih,
lingkungan yang asri, jalan kampung yang indah dll.);
3) peduli sesama, walaupun kita sibuk di rumah masing-masing,
jangan sampai melupakan kebersamaan dengan sesama walaupun
melalui medsos kita saling berbagi Dengan demikian, kasih
Tuhan semakin nyata dalam kehidupan berelasi dengan sesama;
4) peduli dengan Tuhan, seperti sang Pemazmur yang senantiasa
memiliki kerinduan untuk menyapa Tuhan, menjalin relasi
dengan Tuhan. Oleh karena itu, jangan sampai kita melupakan
waktu-waktu ibadah dan doa kita kepada Tuhan. Dengan
menjaga hubungan kita yang akrab dengan Tuhan (olah
spiritualitas) menjadi salah satu imun yang mujarab sebagai
penangkal Covid-19. Jangan sekali-kali lupa untuk bersyukur.
32
Bersyukurlah senantiasa kepada Tuhan, sebab Ia adalah Allah
yang sungguh baik!
Akhirnya, selamat melanjutkan dan menjalankan aktivitas sebagai
ikut ambil bagian dalam karya Tuhan di dunia ini. Tetap semangat
dan tetap sehat. Tuhan senantiasa memberkati keluarga besar PPPK
Petra…Amin.
Daftar Pustaka
http://www.theiconomics.com/art-of-execution/orang-tua-masih-
bakal-waswas-sekolah-offline-meski-sudah-ada-vaksin/.
https://www.sehatq.com/
https://www.alodokter.com/mengenali-gejala-paranoid-dan-cara-
mengatasinya,
https://www.merdeka.com/trending/empati-adalah-paham-perasaan-
orang-lain-secara-emosional-ini-macam-dan-manfaatnya-
kln.html?page=all,
Wikipedia
33
34
35
36
Tahun 1986 saya mengawali karier saya di tempat ini. Sebuah tempat
yang sangat asing bagiku. Nama Petra memang sangat asing bagiku.
Awalnya saya hampir tidak punya niat untuk menjadi guru. Impian
saya ingin menjadi karyawan di PT. Gramedia (Kompas). Cita-cita
ini kandas karena saya tidak lolos. Setelah berunding panjang lebar
dengan calon maituaku, akhirnya kami sepakat untuk menjadi guru.
Pilihannya adalah Kota Surabaya. Kota yang sama sekali jauh dari
impianku. Petra Surabaya, waduh dimanakah itu. Setelah beberapa
bulan di kota ini ada teman yang memberi info bahwa SMA Kristen
Petra 1 siang membutuhkan guru. Saya mencoba melamar. Puji
Tuhan saya diterima sebagai guru honor. Mengajar 12 jam. Masuk
pukul 14.00 – 18.00. Sebelum mengajar di sekolah ini saya harus
diwawancarai oleh Pengurus PPPK Petra. Saat itu yang
mewawancara saya adalah Bapak Ir. Soewandi dan Bapak Alm. John
Patty. Saya sempat diuji mental oleh alm. John Patty agar saya tidak
boleh keras dan main pukul sama anak orang. Sedang Bapak
Ir.Suwandi berpesan agar saya selalu menegur siswa dengan penuh
kasih. Karena Beliau tahu kalau saya kuliah di Yogyakarta. Pesan
dan saran Beliau berdua inilah yang selalu saya ingat setiap saya
menghadapi siswa yang notabene nakal. Terima kasih Pak Wandi
dan Pak John Patty.
Saya mulai belajar taat dan setia
37
Tahun 1987 saya diminta mengajar di STM Kristen Petra. Jadinya
pagi mengajar di STM Kristen Petra, siangnya di SMA Kristen Petra
1. Tahun 1987 itu juga saya diajak bergabung dengan SMA TNH
Mojokerto; tawaran itu saya tolak. Saya mulai belajar mencintai
Petra. Tanggal 2 Januari 1988 saya menikah. Tahun 1988 saya
diterima menjadi guru di SMA Kristen Petra 4 Sidoarjo. Sebuah
sekolah baru di kota udang. Di tempat ini saya belajar menjadi guru
bersama alm. Bapak Rusdiarsa sang perintis sekolah baru ini.
Tanggal 2 Mei 1989 lahir anak pertama kami yang kami beri nama
Patricia. Nama ini sebagai bukti cinta kami berdua yang sama-sama
menjadi guru di PPPK Petra. Saya di SMA Kristen Petra 4
sedangkan maitua saya di SMP Kristen Petra 1. Saat itu saya
mendapat ujian lagi berupa tawaran untuk menjadi kepala sekolah di
Tarakan-Kalimantan Timur, istri saya menolak dengan tegas. Saya
berhasil melewati godaan itu. Saat kedua buah hati kami memasuki
tahap awal pendidikan saya tawarkan mereka mau sekolah dimana.
Si sulung langsung menjawab kalau dia tetap sekolah di Petra. Tahun
1998 datang lagi ujian untuk saya. Pak Napo, orang yang saat itu
menjadi kepala di SMA Ciputra menawarkan saya bergabung di
sama dengan gaji yang cukup lumayan. Tiga kali beliau menghubungi
saya. Setelah berunding dengan keluarga, istri saya hanya berkata,
tidak usah tergiur. Sementara anak saya yang pertama langsung
menolak dengan tegas. “Papa harus tetap di Petra sampai pensiun“
katanya. Saya mengabaikan tawaran itu. Di SMA Kristen Petra 4 saya
mengabdi selama 20 tahun, yakni 1988 - 2008. Ketika gelombang
mutasi di Petra mulai bergulir saya ikut gerbong mutasi juga. Saat itu
saya hampir putus asa. Mau keluar dari Petra anak-anak masih
kuliah di tahun awal. Saat itu datang tawaran untuk bergabung
dengan beberapa partai politik, sempat gamang juga. Tapi ketiga
perempuanku di rumah tetap berkeras hati. Petra tak boleh ditinggal.
Akhirnya saya jalani dengan sepenuh hati walau tawaran itu terus saja
38
diajukan kepada saya. Tahun 2008 saya mutasi ke SMA Kristen
Petra 3. Saat itulah saya mulai belajar menulis. Ketika bertemu
dengan Ibu Hanna Herawati sebagai kepala sekolah, saat itu juga
saya seakan berjanji saya harus pensiun di tempat ini. Ini Petra ladang
anggur Tuhan. Pada saat bertemu, pesan beliau agar lomba mading
Jawa Pos bisa diusahakan. Saya hanya tersenyum. Puji Tuhan mulai
tahun 2008 - 2017 SMA Kristen Petra 3 selalu mendapat medali
pada ajang itu. Untuk Petra kita berjuang, Tahun 2010 ketika PPPK
Petra memberi medali emas sebagai kado 20 tahun pengabdian,
rasanya bangga tak ada duanya. Apalagi saat itu saya dan istri saya
sama – sama menerima medali itu. Saat di rumah, selesai berdoa,
anakku yang sulung tersenyum sambil berujar girang, untung Papa
tetap di Petra. Ini kado terindah buat aku dan ade. Betul, Petra is the
best.
Selama di SMA Kristen Petra 3 beberapa tulisanku sempat termuat
di harian Jawa Pos dan Radar Surabaya. Sedangkan berupa buku
sudah 20-an lebih, Novel, buku kumpulan puisi dan cerpen saya
titipkan di perpustakaan sekolah. Rasa banggaku ketika sahabatku
dan para alumni-ku ikut membaca karya tulisku.
Saat ulang tahun Petra seperti ini saya teringat lagi tulisan-tulisan saya
tentang Petra. Saat ulang tahun Petra ke 50 sebuah artikel tulisan saya
dimuat di media Sinergi. Ulang tahun ke 55 juga termuat bahkan jadi
headline Sinergi. Sugeng Tangggap Warso Petra. Ulang tahun ke
60, saya menulis 60 puisi untuk ulang tahun ke 60 PPPK Petra. Saya
bacakan salah satu puisi saat upacara di lapangan yang dihadiri oleh
beberapa anggota Dewan Pengurus. Di Ulang tahun ke 65 saya
tuliskan puisi dan dibacakan oleh perwakilan siswa, guru dan
karyawan. Saat ulang tahun ke 70 saya sudah purna dan menikmati
masa hening saya di rumah. Terima kasih Petra. Sudah memberikan
saya segalanya. Kedua buah hatiku sudah meraih sarjana. Bahkan
yang sangat membanggakan ketika anak saya pertama wisuda di
39
hotel Shangri-La saya diminta membawakan sambutan mewakili
orang tua wisudawan. Demikian pula saat anak saya yang kedua
disumpah apoteker, saya juga diminta memberikan sambutan
mewakili para orangtua. Terima kasih Petra. Terima kasih Tuhan.
Tetap taat dan setia pada panggilan karena semua pasti indah pada
waktunya. Petra adalah ladang Tuhan yang luar biasa Selamat ulang
tahun ke 70 Petra tercinta. Saat aku pamit tanggal 28 Oktober 2020
hatiku menangis bahagia karena perjalananku selama di Petra
menjadi sebuah kenangan terindah dalam hidup ini. Untuk sahabat
dan rekan sejawat, tetap taat dan setia melayani.
Jayalah Petra. Di hatiku tetap tertulis nama Petra. Tuhan
memberkati.
40
Bekerja dan berkarier dalam kehidupan setiap orang percaya kepada
Tuhan adalah kasih karunia Tuhan. Semua proses, dinamika dan
prestasi kerja serta karier yang diraihnya juga diyakini sebagai kasih
karunia Tuhan. Bekerja dan berkarier yang dimaksudkan dalam
tulisan ini adalah perjalanan sejak seseorang memperoleh dan
memulai pekerjaannya sampai mengakhiri pekerjaan dan kariernya
dengan baik. Bagi orang beriman kepada Tuhan keberhasilan
bekerja dan berkarier bukanlah jerih lelah pribadi, selain hanya
berencana, berupaya dan berdoa saja, lebih daripada itu Tuhan-lah
yang berkuasa untuk menetapkannya. Sebagai orang beriman
kepada Tuhan, saya sangat meyakininya bahwa ketika Tuhan izinkan
bekerja dan berkarir sampai purna tugas adalah kasih karunia Tuhan
semata.
Sebagai sebuah kesaksian, saya mengalami dengan nyata bahwa
kehendak dan rencana Tuhan adalah “ya” dan “amin”. Ketika saya
tidak ingin menjadi guru, seperti permintaan ayah saya, pada
akhirnya saya tidak mampu menolak dan menggagalkan rencana dan
kehendak Tuhan atas kehidupan bekerja dan berkarier saya sebagai
guru. Ketika saya sudah merasa mapan sebagai guru pegawai negeri
sipil, pada akhirnya saya juga tidak mampu melawan rencana dan
kehendak Tuhan untuk bekerja dan berkarir sebagai guru swasta.
Ketika saya tidak pernah berpikir untuk bekerja dan berkarier di
kota Surabaya, sayapun tidak mampu menentang rencana dan
41