142
Menghadirkan Tuhan dalam proses pembelajaran dan membangun
relasi dalam mendidik menuju pribadi cinta akan Tuhan.
Ketika saya memutuskan bergabung dengan SMA Kristen Petra 1
tahun 2004 merupakan pilihan dan keputusan yang sudah matang
untuk mengabdikan diri sebagai guru. Pada awal saya mengajar, saya
berhadapan dengan para siswa dengan sikap kritis dan berani. Hal
ini menjadi sebuah tantangan tersendiri. Keberanian dan sikap kritis
mereka ditunjukkan saat pembelajaran. Mereka mengetahui bahwa
saya adalah guru baru yang siap dipandang berbeda dengan guru-
guru senior. Semua saya hadapi dan lalui dengan gembira karena
kehidupan mereka adalah bagian kehidupan yang akan saya hadapi
setiap hari.
Ketika seorang siswa melontarkan pertanyaan, “Mengapa kita belajar
bahasa Indonesia, Pak?” Saya pun menjawab spontan “Belajar
bahasa Indonesia bukan untuk mendapatkan nilai melainkan
menyiapkan diri memiliki senjata yang bisa mengubah dunia.”
Mereka bertepuk tangan dengan penuh sukacita. Saat itulah saya
merasakan panggilan Allah bagi saya untuk menjadi guru semakin
mantap. Badan terasa bergetar seakan ada energi masuk dan langkah
kaki semakin bulat untuk melangkah dalam dunia pendidikan.
Hadirnya ibu dan bapak guru telah menjadi roh penggerak untuk
melangkah pasti menuju sebuah impian yaitu dunia pendidikan.
Tuhan sungguh luar biasa hadir melalui pribadi rekan-rekan guru
143
yang selalu berbagi pengalaman, berbagi pengetahuan, memberikan
saran-saran edukatif dan motivasi, serta kepala sekolah yang selalu
memberikan semangat melalui kritik dan saran yang membangun.
Hal tersebut membuat saya semakin merasakan bahwa Tuhan
sungguh hadir dengan cinta-Nya yang luar biasa.
Tahun pertama telah saya lalui dengan rasa syukur kepada Tuhan.
Bagaimana tahun selanjutnya? Tahun selanjutnya saya berhadapan
dengan tantangan dan kesulitan. Sebagian siswa menunjukkan
penolakan akan kehadiran saya di kelas. Hal ini semakin parah
karena ada sebagian anak mengajak temannya untuk menganggap
pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran tidak penting. Kelas
gaduh, ramai, dan tidak terkontrol. Ketika skenario pembelajaran
saya ubah dalam dinamika permainan ternyata tidak membuahkan
hasil. Mereka justru menertawakannya. Saat itulah saya merasa malu
dan gagal. Selesai pembelajaran saya mengalami kebingungan dan
kecemasan. Rasa kecewa dan sedih menyelimuti saya saat itu. Saya
sandarkan kesulitan yang saya hadapi dan rasakan kepada Tuhan,
“Tuhan saya belum mampu menjadi guru yang baik. Tuhan
terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” Saya pasrah dan
berserah kepada-Nya.
Hari demi hari saya lalui dan tetap melakukan pembelajaran dengan
berbagai model pembelajaran. Saya tetap melakukan dengan tulus
dan tetap berpengharapan kepada Tuhan bahwa panggilan Tuhan
kepada saya sebagai guru tidaklah salah. Saya terus melakukan
permenungan/evaluasi diri dan melakukan berbagai percobaan
model-model pembelajaran yang menarik bagi anak-anak. Di
samping itu, saya tidak malu bertanya dan mohon petunjuk, saran
dari rekan-rekan guru, dan kepala sekolah saat itu. Tuhan sungguh
menolong saya. Berbagai ide bermunculan. Ide yang begitu menarik,
bahwa guru harus menjadi sahabat buat anak-anak, seperti Tuhan
Yesus menjadi sahabat bagi umat manusia.
144
Yesus menjadikan diri-Nya sahabat bagi setiap orang. Hal inilah yang
menjadikan saya bersemangat lagi dalam mengajar. Kerendahan hati
Yesus telah menjadi kekuatan bagi saya untuk bangkit. Akhirnya,
saya memahami bahwa pembelajaran tidak semata-mata untuk
mentransfer ilmu. Akan tetapi, proses belajar bersama dengan
berbagai dinamika yang diikat tali persahabatan. Ketika nilai
persahabatan itu hadir akan menjadi kerinduan buat mereka,
kerinduan untuk belajar bersama, kerinduan untuk berkembang dan
maju bersama. Tuhan Yesus adalah Sang Guru sejati. Hadir sebagai
sahabat dan memberikan nyawa-Nya bagi umat manusia.
Para siswa bukanlah pribadi kosong tanpa isi. Namun, di balik setiap
pribadi patut digali potensi/bakat dan dicurahkan, serta dibagikan
sebagai proses pengembangan diri. Saya selalu mengawali kegiatan
pembelajaran dengan memohon kepada Tuhan untuk hadir kepada
setiap pribadi supaya segala pengetahuan dan pengalaman boleh
bertaburan sehingga warna-warni potensi diri bergaung dan menjadi
semangat anak-anak untuk belajar karena anugerah Tuhan yang
begitu nyata.
Tahun demi tahun sudah saya lalui. Saya bersyukur kepada Tuhan
atas panggilan menjadi seorang guru di PPPK Petra. Tuhan sungguh
mencintai saya melalui lembaga ini. Lembaga yang telah mendidik
saya untuk menjadi guru yang berkarakter kristiani. Tidak hanya
berbagi ilmu kepada siswa, tetapi juga mendidik anak-anak untuk
mencintai Tuhan. Nilai-nilai kristiani menjadi yang utama dalam
setiap proses pembelajaran menjadikan saya semakin mantap bahwa
lembaga PPPK Petra ingin menghadirkan guru-guru yang berkualitas
dan profesional, serta memiliki lulusan yang berprestasi, berkarakter
kristiani, dan menghadirkan pribadi Kristus di mana pun mereka
berada.
145
Guru bukan lagi menjadi cita-cita yang diidamkan. Kalangan pelajar
generasi saat ini lebih memilih menjadi pengusaha atau profesi
kekinian lainnya daripada menjadi seorang guru. Menjadi guru
bukanlah keinginan pribadi saya semasa kecil. Cita-cita saya sewaktu
kecil ingin menjadi seorang polisi karena saya berasal dari keluarga
polisi. Besar harapan kedua orang tua agar saya dapat menjadi
penerus polisi di keluarga. Namun, takdir dan jalan Tuhan berkata
lain.
Seiring dengan perjalanan waktu, saya mulai menyadari bahwa
ternyata saya diwarisi bakat tersembunyi di bidang seni dari kakek
saya. Kecintaan terhadap seni membawa saya memenangkan
berbagai cabang lomba seni yang diselenggarakan di Bali tempat saya
tinggal. Selesai tamat SMA saya melanjutkan kuliah di luar pulau
Bali. Saya memutuskan untuk mengambil jurusan seni yaitu Desain
Komunikasi Visual untuk mengembangkan terus bakat yang saya
miliki.
Saat saya kuliah banyak pengalaman mengesankan dalam hal
berorganisasi dan kepanitiaan. Suatu ketika saya terpilih sebagai
asisten dosen dari beberapa mata kuliah di kampus. Beraawal dari
sinilah saya mencintai kegiatan belajar mengajar dan dunia
pendidikan. Ilmu pengetahuan yang saya miliki saya gunakan untuk
146
membimbing adik angkatan di saat kuliah. Akhirnya, saya semakin
menyukai proses mengajar materi kepada orang lain.
Saat pertengahan masa kuliah, saya mendapat beasiswa dan tawaran
dari Petra untuk mengajar ketika saya sudah lulus dari kuliah . Tanpa
berpikir panjang saya memutuskan untuk menyetujuinya. Saya
ditempatkan di SMA Kristen Petra 2 Surabaya. Walaupun saya
bukan lulusan dari fakultas pendidikan namun saya sudah mencintai
pekerjaan saya sebagai seorang tenaga pengajar/pendidik. Rancangan
cita-cita kita sebagai manusia berbeda dengan rancangan Tuhan. Hal
ini tertulis dalam kita suci yang berbunyi, “Sebab rancangan-Ku
bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku. Tuhan
menempatkan kita bukan suatu kebetulan. Saya percaya bahwa
Tuhan mempunyai rencana di dalam kehidupan saya sehingga saya
dapat menjadi seorang guru yang berguna bagi anak-anak didik di
SMA Kristen Petra 2 Surabaya.
Masyarakat memandang pendidikan seni hanya dengan sebelah
mata. Namun, sesungguhnya pendidikan seni sangatlah berguna bagi
anak didik di antaranya menyeimbangkan otak kanan dan kiri. Oleh
karena itu, sebagai guru muda kita harus mempunyai strategi
pembelajaran seni yang bervariasi. Artinya tidak sekadar diterapkan
dengan praktik menggunakan media ajar. Akan tetapi, pendidik juga
harus berupaya menumbuhkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajaran seni. Misalnya, menumbuhkan kepercayaan diri,
kekeluargaan, dan kesabaran dalam mengerjakan suatu karya.
Sebagai guru muda saya selalu siap diberi tugas tambahan selain
mengajar mulai dari mendampingi kegiatan siswa, penerimaan siswa
baru, berbagai macam perlombaan, pergelaran pameran, bazar ,
class meeting, dan sebagainya. Awalnya memang kaget mengapa
kegiatan seorang guru yang dilakukan bukan hanya mengajar? Di
147
balik itu semua saya sangat menyadari bahwa selalu ada manfaat
untuk pengembangan diri saya. PPPK Petra membuka kesempatan
bagi para guru muda yang ingin mengembangkan kemampuannya.
Semua kembali lagi kepada pribadi masing-masing apakah siap
untuk dibentuk dan mau untuk selalu berusaha mengembangkan
diri dengan potensi yang dimiliki.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan atas segala kesempatan yang
diberikan di dalam kehidupan saya. Semua yang terjadi saya terima
dengan rasa syukur karena dari banyaknya kesempatan dan
pelajaran yang saya dapatkan membuat karakter, pribadi, dan
mental saya juga ikut terbentuk. Pada titik inilah saya merasa sangat
bangga dan bersyukur menjadi bagian dari keluarga besar PPPK
Petra sebagai seorang guru.
148
Di penghujung perjalanan karier saya, tidak terasa pengabdian saya
di PPPK Petra sudah hampir saya lalui selama 33 tahun. Tak terasa
pula bahwa saat ini saya mulai menuju ke detik-detik purnatugas. Hal
ini saya nantikan dengan penuh ucapan syukur. Kasih dan
pemeliharaan Tuhan selalu setia menyertai saya. Selain itu, Tuhan
membimbing saya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
sebagai guru di SMA Kristen Petra 3.
Banyak sekali kenangan suka dan duka yang saya lalui selama 33
tahun sebagai pengajar. Namun, semua itu merupakan pelajaran
yang membentuk kepribadian saya agar menjadi pribadi yang lebih
baik lagi. Banyak kenangan yang telah terjadi dan tidak akan
mungkin saya lupakan. Banyak pula kejadian atau peristiwa yang
dilalui dengan penuh canda tawa, penuh suka, maupun duka.
Walaupun saya mengalami fase hidup terberat sekalipun, saya tetap
mengalami pemeliharaan Tuhan yang luar biasa. Hal itu terjadi
tahun 2003 sekitar 17 tahun silam, tepatnya pada tanggal 29 Oktober
2003. Sehari setelah menjalankan tugas LDKS (Latihan Dasar
Kepemimpinan Siswa), suami saya tercinta dipanggil Tuhan untuk
selama-lamanya. Bagaikan petir di siang hari, berita meninggalnya
suami tercinta sangat mengagetkan dan tidak pernah saya duga
sebelumnya. Akan tetapi, saya harus tetap menerimanya karena
semua itu adalah rencana Tuhan. Sesuatu yang pasti bahwa rencana
149
Tuhan adalah yang terbaik. Saat itu kedua anak saya masih kecil,
berumur 7 dan 9 tahun. Ketakutan dan kekhawatiran muncul dalam
diri saya. Apakah saya sanggup menjalani semua itu bersama kedua
anak saya yang masih kecil. dan tentu saja masih butuh perhatian,
bimbingan dan biaya untuk melanjutkan studi. Dulu berdua dalam
membimbing anak-anak dan sekarang hanya seorang diri. Hal itu
sesewaktu muncul dan menyebabkan saya menjadi takut dan
khawatir.
Hari demi hari, seiring dengan perjalanan waktu, saya lewati bersama
dua orang anak. Saya pun tetap menjalankan karier saya di PPPK
Petra dengan semangat dan sukacita. Saya merasakan bahwa
pertolongan dan penyertaan Tuhan begitu sempurna dan selalu tepat
waktu. Setiap kekhawatiran, rasa ragu, takut, dan bimbang
dipatahkan hanya dengan pertolongan dan kasih Tuhan yang luar
biasa dalam kehidupan saya bersama kedua anak saya. Salah satu
firman Tuhan yang selalu memotivasi dan menguatkan saya adalah:
“Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih
rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan
mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan
menyelamatkan kamu” (Yesaya 46:4). Hal lain yang juga
memberikan motivasi dan mampu menginspirasi hidup saya adalah
rekan-rekan kerja di PPPK Petra khususnya SMA Kristen Petra 3
yang selalu mendukung saya dan memberi support serta para siswa
yang selalu menghibur. Siswa-siswa yang setiap hari saya bimbing dan
ajar sangat memotivasi saya untuk membekali mereka dengan ilmu
pengetahuan dan kepribadian yang baik sehingga mencapai
kesuksesan. Siswa adalah aset terbesar yang dimiliki oleh guru
karena kesuksesan siswa adalah kebanggaan guru sehingga mampu
memberikan inspirasi bahkan mengubah jati diri.
150
Hidup bukan sekadar mimpi melainkan hidup adalah hal yang
menyenangkan jika seseorang menjalaninya dengan ucapan syukur,
sehingga mampu membuat bahagia dan kehidupan itu lebih
berwarna serta bermakna. Salah satu kuncinya adalah tetap bertahan
meskipun mengalami kegagalan dan harus bisa menerima kenyataan
hidup yang dialami dan jangan khawatir bahwa kesusahan hari ini
cukuplah untuk hari ini, tetap berharap pada pemeliharaan Tuhan.
Terima kasih PPPK Petra yang sampai saat ini masih memberi
kepercayaan kepada saya untuk melakukan tugas; membimbing dan
mengajar siswa SMA Kristen Petra 3. Terima kasih karena saya
berada di lingkungan yang tidak hanya memerhatikan kebutuhan
jasmani tetapi juga kebutuhan rohani sehingga iman saya bertumbuh
semakin hari semakin dewasa dan tetap berakar di dalam Kristus
Yesus. Selamat ulang tahun ke-70 PPPK Petra. Doa dan harapan
saya, biarlah PPPK Petra tetap jaya, diberkati, dan menjadi berkat
bagi banyak orang. Soli Deo Gloria.
151
Merdeka mengajar adalah frasa yang muncul dalam benak saya
ketika mulai membuat sebuah rancangan pembelajaran. Semua
bermula pada saat Bu Elizabeth Oktaviana, kepala SMA Kristen
Petra 4 memberi tahu saya tentang lomba pembelajaran daring
inovatif yang diadakan Unesa. Beliau dengan sepenuh hati
mendukung saya untuk mengikuti lomba tersebut. Ragu-ragu pasti
ada karena membuat sebuah rancangan pembelajaran yang bagus
tidaklah mudah apalagi untuk dilombakan. Rencana pembelajaran
dengan segala perangkatnya yang sangat banyak sering membebani
para guru dan tidak jarang pekerjaan administrasi ini bisa mematikan
kreativitas guru.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk membuat rancangan
pembelajaran “versi saya” dan tidak terbeban dengan format-format
perangkat yang kaku. Pada saat pandemi guru dituntut untuk bisa
mendesain pembelajaran yang menarik agar siswa tidak bosan.
Mungkin awalnya kita merasa berat, apalagi pada masa pandemi
seperti ini, di mana siswa harus belajar dari rumah secara daring.
Sosok guru yang inspiratif dan inovatif sangat dibutuhkan agar para
siswa antusias mengikuti pembelajaran.
Dalam menyiapkan pembelajaran saya mencoba membayangkan
situasi kelas virtual yang saya ajar. Tugas-tugas apa saja yang bisa
dikerjakan oleh siswa dan terukur, tidak membosankan, dan
152
berbeda dengan metode yang digunakan pada saat pembelajaran
tatap muka. Guru mencari aplikasi-aplikasi yang dapat mendukung
pembelajaran dan membuat siswa menjadi lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru membuat video
pembelajaran semenarik mungkin dan tidak lupa menyisipkan
games dan ice breaker dalam pembelajaran agar siswa tidak bosan.
Siswa harus dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sama seperti
ketika pembelajaran tatap muka di kelas. Oleh karena itu, siswa
merasa tidak hanya sekadar melihat video dari gadget yang bersuara
tanpa mereka perhatikan tetapi mereka benar-benar mau terlibat di
dalam aktivitas pembelajaran yang berlangsung. Banyak aplikasi yang
bisa digunakan saat ini untuk membuat kondisi kelas virtual/daring
terasa lebih hidup. Saat penugasan lebih dititikberatkan pada project
kolaborasi yang mengasah keterampilan siswa baik secara materi, IT,
maupun kerja sama.
Pengumuman hasil lomba menyatakan bahwa rancangan
pembelajaran yang saya buat terpilih sebagai rancangan
pembelajaran daring terbaik jenjang SMA/SMK. Lomba ini
diadakan UNESA dalam rangka dies natalis ke-56. Dari pengalaman
ini saya belajar bahwa kerja keras kita tidak akan sia-sia. Hal ini bisa
terjadi selama pekerjaan itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh
untuk kebaikan, pasti akan membuahkan hasil.
Saya teringat ketika pertama kali mengajar di SMA Kristen Petra 4,
banyak kekurangan yang harus saya perbaiki, baik dalam
keterampilan mengajar, membimbing siswa maupun membuat
perangkat mengajar yang baik. Awalnya terasa sangat sulit. Namun,
berkat kerja sama dengan rekan guru kesulitan tersebut dapat diatasi
dengan baik. Apa yang saya capai saat ini juga adalah berkat
kemurahan dari Tuhan. Dia mendampingi kita dalam segala usaha
yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Masalah dalam
153
pembelajaran pasti selalu ada, mulai dari persiapan sampai pada
pelaksanaannya. Hal yang perlu kita lakukan adalah berusaha sebaik
mungkin melakukan bagian kita. Kita jangan membiarkan kendala
yang ada menghalangi kita untuk berkarya dan mengeluarkan ide
kreatif saat mengajar. Kalau kita berusaha dengan giat dan sungguh-
sungguh pasti Tuhan tidak akan menjadikannya sia-sia.
154
Mengawali panggilan sebagai guru sejak 25 tahun yang lalu mengajari
saya menghitung betapa banyak dan luar biasa kasih Tuhan dalam
hidup saya. Tanggal 1 Agustus 1996 adalah titik awal langkah
pergumulan pengabdian saya sebagai guru. Dengan visi sederhana
untuk menerapkan ilmu, saya terpanggil dan mulai menjadi guru
honorer di SMA Kristen Petra 2 dengan kesadaran penuh bahwa
saya hanya akan jadi guru honorer selamanya. Hal ini terkait aturan
yang berlaku pada waktu itu bahwa suami istri tidak bisa menjadi
guru tetap semuanya.
Seiring berjalannya waktu, terjadi pergolakan batin untuk bisa
berperan dan mendapat pengakuan sebagai guru tetap. Hal itu
menjadi kebutuhan sehingga sebuah keputusan besar dalam
keluarga harus dilakukan. Suami resign agar saya berpeluang jadi
guru tetap. Akhirnya, tak berselang lama saya diajukan sebagai guru
tetap. Secara perlahan-lahan saya mulai dipercaya untuk tugas-tugas
tambahan kecil, seperti mengurus lomba yang secara struktural tidak
ada honornya. Entah mengapa saya bisa menikmati tugas itu dengan
sukacita, mengurus administrasi, berkoordinasi dengan perwakilan
perguruan tinggi, membimbing siswa, dan sebagainya.
Ucapan syukur karena bisa menjadi guru tetap di PPPK Petra
membawa saya pada sebuah komitmen untuk setia dan bersungguh-
sungguh menghidupi pekerjaan dan tugas yang dipercayakan. Tugas
berikutnya adalah menjadi wali kelas. Saya akui tidak mudah, ada
155
perasaan gentar karena tidak saja dituntut untuk bisa menjadi
pendamping siswa di kelas tetapi juga harus mampu menjalin kerja
sama dan komunikasi yang baik dengan orang tua. Saat itu ada rasa
minder karena merasa masih muda dan tak mampu. Secuil tanya
dalam hati, “Apa saya bisa?” Akan tetapi, dukungan dari rekan kerja
menguatkan saya untuk terus melangkah dan mendorong untuk
tetap setia pada komitmen tidak menolak tugas. Mau terus belajar
adalah kunci untuk menjawab ketakutan dan kekhawatiran.
Masa-masa sulit menjadi wali kelas pernah saya rasakan ketika
‘kebetulan’ saya mendapat anugerah kelas yang banyak trouble
maker (sebutan guru-guru untuk siswa yang sering bikin ulah). Tiada
hari tanpa komplain. Menjengkelkan, melelahkan, dan menguras
energi, tetapi akhirnya saya menyadari itulah cara Tuhan untuk
mendidik agar saya setia bertelut berdoa bagi murid-murid dan tetap
mengasihi serta menjadi ibu bagi kelas yang telah dipercayakan pada
saya.
Langkah berikut yang saya tapaki adalah menjadi Asisten Wakasek
Kurikulum. Bergelut dengan berbagai tugas administrasi dan
koordinasi kurikulum hingga akhirnya amanat besar tugas sebagai
Wakasek Kurikulum saya terima. Melalui tugas ini saya
berkesempatan belajar banyak hal, bukan saja tentang pembelajaran
dan materi kurikulum melainkan semakin mengenal banyak
karakter manusia, mampu mengelola emosi, membangun interaksi,
berkomunikasi, dan mengerjakan sesuatu secara teamwork.
Pada tahun 2012, saya mendapat kesempatan berharga bisa kuliah
S-2 di Psikologi Sains Ubaya karena dukungan PPPK Petra. Sangat
bersyukur bahwa PPPK Petra memerhatikan dan terus mendukung
pegawainya untuk dapat mengembangkan diri. Pengalaman berharga
bekerja dan kuliah memberikan tantangan yang tidak mudah. Akan
156
tetapi, dukungan keluarga, sekolah, PPPK Petra dan Ubaya
membuat saya termotivasi untuk bersungguh-sungguh melakukan
tugas yang telah dipercayakan pada saya. Tantangan tersendiri adalah
ketika saya dituntut tetap menjalankan peran dengan baik sebagai
istri, ibu, guru, dan Wakasek sehingga saya betul-betul diajar untuk
bisa membagi waktu, mengelola emosi, dan menjaga stamina agar
tetap profesional menjalankan tugas.
Saya pun pernah mengalami pergumulan berat yang membuat saya
hampir menyerah karena berkali-kali mengalami kegagalan dalam
tes TOEFL. Bersyukur karena Tuhan terus menguatkan untuk
berjuang melangkah dalam kebenaran. Melalui Yesaya 32:17 saya
diingatkan “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai
sejahtera dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman
selama-lamanya”. Saya menyadari sekarang bahwa itulah ujian yang
sesungguhnya. Bagaimana kita menghadapi kegagalan akan
menentukan bagaimana kita meraih kesuksesan. Terus melangkah
dalam pengharapan dengan dukungan keluarga, rekan kerja, dan
para dosen. Akhirnya, atas pertolongan Tuhan kuliah S-2 saya dapat
terselesaikan dengan baik. Anugerah luar biasa dan di luar ekspektasi
bisa memperoleh Summa Cumlaude. Segala puji hormat dan syukur
bagi kemuliaan Tuhan.
Hal berikutnya yang Tuhan sediakan bagi saya adalah mengikuti
proses Talent Mapping PPPK Petra bersama Center for Lifelong
Learning Ubaya dengan harapan setiap peserta dapat semakin
mengenali aspirasi karier dan terinspirasi dalam pengembangan diri.
Pengalaman berharga dalam proses ini, karena saya belajar banyak
hal tentang kepemimpinan, problem solving, coaching and
counseling, dan sebagainya. Banyak ilmu yang saya peroleh dan
sangat berharga bagi pengembangan diri sebagai seorang guru yang
setiap hari menghadapi murid dengan berbagai dinamikanya.
157
Tak pernah menduga bahwa proses tersebut pada akhirnya
mengantarkan saya untuk menerima jalan Tuhan yang tak terselami,
yaitu ketika Tuhan menempatkan saya di SMA Kristen Petra 5
sebagai kepala sekolah. Kegamangan dan kekhawatiran tetap saya
rasakan. Namun, sekali lagi Tuhan mengingatkan akan penyertaan-
Nya dalam tiap langkah yang sudah ditunjukkan-Nya. Melayani dan
berkarya bagi Tuhan berarti juga kesediaan diri untuk dipimpin dan
memimpin. Pimpinan-Nya tak pernah salah. Saya lemah dan
terbatas, tetapi kuasa Tuhan sempurna dan tidak terbatas. Tuhan
akan melengkapi dan menyempurnakan karya saya ketika saya sedia
bertelut di hadirat-Nya dan tetap setia melayani-Nya melalui PPPK
Petra.
158
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalam-Nya”
(Efesus 2:10)
Kutoarjo adalah desa di mana saya dilahirkan dan dibesarkan. Saya
menempuh pendidikan jenjang TK sampai dengan SMP di tempat
kelahiran saya sedangkan jenjang SMA, saya tempuh di kota
Kabupaten Purworejo dan tamat tahun 1986. Setelah tamat SMA
saya ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi mengambil
jurusan olahraga. Hal ini terdorong oleh teman-teman saya yang
berlatar belakang di bidang ini. Saya berobsesi untuk menjadi
olahragawan. Obsesi saya terhalang oleh keinginan orang tua yang
menghendaki saya menjadi seorang pendeta. Ayah menginginkan
saya untuk melanjutkan cita-citanya yang tidak tercapai untuk
menjadi pendeta.
Sebagai konsekuensi keinginan ayah tersebut, ia tidak mau
membiayai kuliah saya jika mempertahankan keinginan saya untuk
melaniutkan ke jurusan olahraga. Saya berputus asa dan tidak mau
kuliah. Saya memilih untuk masuk ke dunia kerja. Namun, selama
dua tahun saya bekerja, ayah terus mendorong saya untuk masuk ke
jurusan yang dikehendakinya yaitu jurusan Teologia.
159
Pada tahun ketiga, di tengah kebingungan, saya pun menyerah.
Mungkin Tuhan menunjukkan cara-Nya mengarahkan saya untuk
kuliah di Jurusan Teologia. Dalam perjalanan pulang dari
Yogyakarta ke Kutoarjo, di atas bus secara kebetulan saya duduk
bersebelahan dengan seseorang yang kuliah di Jurusan Teologia. Ia
memberikan selembar brosur kepada saya berisi informasi
Perguruan Tinggi Teologia di Yogyakarta.
Sesampainya di rumah saya pun menceritakan pengalaman di atas
bus tadi kepada ayah. Bak gayung bersambut ayah langsung memberi
uang kepada saya untuk mendaftar kuliah di universitas tersebut.
Awalnya kuliah berjalan lancar. Saya mendapat masalah ketika
masuk tahun ke-4. Saat itu saya mulai menyusun skripsi. Akan tetapi,
proposal saya ditolak oleh dosen pembimbing saya tanpa
keterangan, hanya ada coretan tanpa penjelasan. Saya merasa
kecewa dan jengkel dengan kondisi tersebut.
Saat itu saya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah selama satu
tahun. Saat cuti tersebut saya mengajar pendidikan agama Kristen
sebagai guru honorer di beberapa sekolah sebagai pengganti guru
agama sebelumnya yang telah meninggal dunia. Justru pada saat
mengajar pendidikan agama Kristen inilah niat saya untuk
menyelesaikan kuliah terdorong begitu kuat. Saya melanjutkan
penulisan skripsi saya yang sempat terhenti. Dua tahun kemudian
saya lulus ujian negara dan mendapat gelar S.Th.(Sarjana Thelogia).
Selanjutnya saya mengajar Pendidikan Agama Kristen di STM
Purworejo. Ada pengalaman yang tidak saya duga dan hal ini saya
rasakan sebagai cara Tuhan bekerja yaitu saya dipercayakan untuk
mengajar mata pelajaran olahraga selain mengajar agama. Hal ini
diminta oleh kepala sekolah karena guru mata pelajaran olahraga
160
diangkat menjadi pegawai negeri dan ditempatkan di Kalimantan.
Hal ini saya lakukan selama lima tahun.
Pada tahun 2001, saya diminta teman satu tim klub sepak bola untuk
melamar pekerjaan di PPPK Petra karena STM Kristen Petra
membutuhkan guru Agama. Saya tertarik dengan ajakannya dan saya
mengirimkan lamaran sebagai guru di STM Kristen Petra. Setelah
lulus tes tulis, wawancara, dan tes kesehatan saya menjadi guru
kontrak PPPK Petra yang ditugaskan di STM Kristen Petra
menggantikan Pak Leonard (Pdt. GKI Sidoarjo sekarang). Selama
dua tahun saya menjadi guru kontrak. Pada tahun ketiga, tepatnya
pada bulan Juli 2003 saya diangkat menjadi guru tetap di PPPK
Petra.
Aku baru menyadari bahwa Tuhan turut mempersiapkan hidup dan
masa depan saya. Saya yang dulu bukan siapa-siapa dan kini Ia
jadikan aku sebagai alat-Nya. Saya dijadikan berharga dan mulia.
Luar biasa kasih karunia Tuhan dalam hidup saya. Rupanya liku-liku
ke hidupan saya semuanya merupakan rencana Tuhan yang sudah
dipersiapkan-Nya sehingga saya diberkati dengan bekerja sebagai
guru di PPPK Petra. Sejak tahun 2001 hingga 2009 saya bertugas di
SMK Kristen Petra. Kemudian tahun 2009 hingga 2013 saya beralih
tugas di SMA Kristen Petra 5, selanjutnya di tahun 2013 hingga 2016
saya bertugas di SMA Kristen Petra 3 dan akhirnya pada tahun 2016
hingga sekarang saya beralih tugas kembali di SMK Kristen Petra.
Itulah cara Tuhan menunjukkan kasih-Nya.
PPPK Petra sekarang menjadi berkat untu saya dan keluarga.
Bahkan, anak-anak saya juga bersekolah di PPPK Petra mulai
jenjang TK sampai SMA. Terima kasih Tuhan, terima kasih PPPK
Petra. Itulah cara Tuhan mempersiapkan masa depan, supaya kita
hidup dan melakukan pekerjaan-Nya.
161
166
167
168
Apakah kondisi kita ketika dilahirkan di dunia ini merupakan takdir
yang harus kita terima? Apakah kondisi tersebut harus kita terima
sebagai identitas diri kita dalam menjalankan kehidupan ini?
Bagaimana perasaan orang yang merasa dilahirkan dengan kondisi
serba terbatas, dibanding yang mendapatkan privilege? Apakah hal
tersebut merupakan kebenaran mutlak dalam hidup ini?
Pertanyaan seperti ini muncul dalam benak saya ketika bisnis
konveksi orang tua saya harus menghadapi kebangkrutan pada tahun
2005, tidak terasa kejadian itu sudah terlewat 16 tahun lamanya.
Sungguh besar karunia yang Tuhan berikan dalam proses hidup
saya, selang waktu tersebut, kini saya dikenal sebagai pendiri
perusahaan PT Omudas Delapan Raya, salah satu perusahaan
terintegrasi yang menyediakan solusi Industri 4.0 di Indonesia,
tentunya dalam perjalanan hidup ada beberapa milestone dan
momentum yang membentuk karakter dan kerangka berpikir saya.
Salah satunya adalah ketika saya harus mengikuti orang tua pindah
dari kota Medan ke Surabaya, di mana saya harus pindah sekolah,
rancangan Tuhan memang luar biasa, karena pada akhirnya
membawa dan mempertemukan saya dengan sekolah SMA Kristen
Petra 3. Orang tua saya begitu luar biasa yang mengharuskan saya
tetap melanjutkan sekolah dan pendidikan bersama adik saya.
Sekolah merupakan sebuah tempat yang bisa membentuk pola pikir
169
siswanya, dan di sekolah yang baik tentu akan membangun pola pikir
yang baik.
Pindah ke sebuah kota baru dengan budaya yang baru tentunya
menjadi sebuah tantangan sendiri bagi saya pada saat itu, tapi saya
sangat bersyukur atas segala bimbingan dari kepala sekolah sampai
guru-guru pada SMA Kristen Petra 3 yang telah memfasilitasi saya
dengan segala sumber daya yang tersedia pada SMA Kristen Petra 3.
Siswa pada bangku SMP dan SMA merupakan pribadi yang pada
masanya sangat krusial karena mereka sedang membentuk jati diri.
Oleh sebab itu tersedianya sarana bagi siswa agar bisa
mengembangkan potensi mereka yang tersembunyi sangatlah berarti
dalam proses ini. SMA Kristen Petra 3 merupakan salah satu sekolah
yang tidak hanya fokus pada pelajaran pada kurikulum negara,
melainkan dari kegiatan ekstra kulikuler di luar jam sekolah. Seperti
olahraga dan seni.
Pada saat itu saya dan beberapa teman dipercaya mewakili SMA
Kristen Petra 3 untuk mengikuti beberapa perlombaan seni di
bidang tari, dalam proses tersebut banyak hal yang saya pelajari, dari
belajar percaya diri untuk tampil dan bagaimana harus menghadapi
kegagalan kompetisi, di mana pada akhirnya kami menyumbang
beberapa penghargaan dalam perlombaan seni tari untuk SMA
Kristen Petra 3.
Milestone selanjutnya adalah ketika saya merantau melanjutkan
kuliah di Jakarta, menjelang kelulusan saya di SMA Petra 3, saya juga
dibantu oleh sekolah dalam hal konsultasi mengenai tujuan hidup
selanjutnya. Dan saya berterima kasih sekali atas SMA Petra 3 yang
telah membantu saya mencari beberapa rujukan tempat kuliah di
Jakarta. Saya bangga dan bersyukur sekali atas pengalaman dan
kenangan saya di SMA Petra 3 yang menjadi bagian dari cerita hidup
170
saya menjadi pendiri Omudas dari nol, dari kondisi serba terbatas.
Oleh sebab itu dalam perjalanan hidup ini saya menemukan jawaban
atas pertanyaan yang muncul dalam benak saya 16 tahun yang lalu,
bahwa jawabannya adalah kita bisa menjadi apapun yang kita
inginkan dengan doa dan kerja keras tanpa terikat dengan masa lalu,
kondisi kita yang terbatas, bahwa manusia diciptakan untuk
berkembang dan bertumbuh menjadi lebih baik dan menjadi lebih
berkontribusi atas sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Saya adalah saksi hidup besarnya kuasa Tuhan bahwa Tuhan tidak
pernah memberikan cobaan yang melebihi dari kemampuan
Imannya dan orang yang percaya.
171
"Tuhan, Yan tidak lebih hebat dari mereka tapi jika Tuhan yang lebih
hebat sertai Yan, Tuhan sanggup beri kemenangan - kemenangan
besar untuk Yan", 13 tahun lalu hikmat Tuhan itu terlintas saat saya
berjalan menuruni tangga ke lantai dasar di SMA Kr. Petra 3.
Hikmat tersebut seperti listrik yang secara spontan membesarkan
hati ini. Hati yang dipenuhi rasa kuatir saat mengingat betapa hebat
dan berpengalaman para kompetitor lomba dari sekolah lain. Ibarat
kisah Daud vs Goliat, yang saya hadapi beberapa Goliat. Namun saat
itu, Tuhan seolah mengingatkan sekaligus menegur bahwa saya
memang kecil dan tidak akan bisa menang melawan mereka, tapi
bukankah saya punya Tuhan? Dan jika Tuhan yang menyertai saya,
apa masih belum cukup? Sesampainya di lantai dasar, iman itu
timbul. Bukan karena saya punya strategi atau sumber daya yang
cukup untuk "berperang" tapi saya punya Tuhan yang lebih hebat
dari mereka. Kitab Ibrani mencatat, "Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat." Saat Tuhan memberi hikmat itu kepada saya, saya belum
lihat seluruh kemenangan besar yang Tuhan janjikan. Waktu
berlalu, satu demi satu janji itu Ia tepati. 18 kali juara lomba
akuntansi dan ekonomi sampai tingkat nasional semasa SMA
termasuk medali perak Olimpiade Sains Nasional Ekonomi 2009
(medali pertama OSN dari SMA Kristen Petra 3) menjadi bukti
nyata bahwa Dia yang berjanji adalah setia.
172
Tuhan kita ialah Alfa dan Omega. Dia dapat melihat garis akhir sejak
awal. Oleh sebab itu Dia persiapkan orang - orang yang diurapi-Nya
untuk membimbing saya sejak awal. Diawali saat saya di bangku kelas
9 SMP Kristen Petra 2, Pak Lianto Atmodjo dari SMP Kristen Petra
1 diberikan tempat baru di SMP Kristen Petra 2 dan langsung
menjadi wali kelas saya serta pembina olimpiade matematika. Beliau
yang membuka pandangan saya untuk terjun di bidang olimpiade,
meski akhirnya bidang ekonomi yang menjadi rencana Tuhan untuk
saya. Bu Hana Herawati selaku Kepala SMA Kristen Petra 3, Pak
Sutris selaku Wakasek serta Bu Erwin & Bu Lanny Tonowuwu
menjadi sosok sentral dalam perjalanan saya di berbagai olimpiade
akuntansi dan ekonomi. Saat banyak orang meragukan apakah saya
dapat berprestasi di tingkat nasional saat SMA, Tuhan bekerja di
balik layar agar saya tetap masuk ke SMA Kristen Petra 3 karena
Tuhan sudah siapkan hamba–hamba-Nya untuk membina,
menuntun dan menemani saya dalam perjalanan itu. Tulisan ini
tidak akan cukup untuk menggambarkan betapa bersyukurnya saya
karena diberi bapak ibu guru terbaik, saya bahkan masih dapat
mengingat detail bagaimana Pak Sutris menemani naik bus ke
Malang, Bu Wahyu menemani pada kompetisi di Yogyakarta, Pak
Andy yang saat itu selaku Wakasek rela membonceng saya ke
UBAYA untuk pelatihan, Ma’am Lusi yang memberikan drill
Bahasa Inggris, dan masih banyak lagi Bapak Ibu Guru serta tenaga
kependidikan ( Pak Paulus, Bu Kanthi, Bu Wenny, Bu Endah, Bu
Nur, Pak Andi, Pak Hendro, Pak Erif, Mam Elly, Mam Niluh, Bu
Herlina, Bu Sri, Bu Yohana, Pak Budi, dan semuanya) yang dengan
tulus membantu dan mendoakan saya dalam setiap tantangan. Jika
saya tidak bersekolah di Petra, saya belum tentu mendapatkan
semua support tersebut. Mendapatkan support system seperti itu
merupakan berkat yang tidak dapat dinilai menggunakan uang, tapi
akan selalu teringat dalam sanubari.
173
Berkat Tuhan dalam bentuk prestasi saat saya di SMA Kristen Petra
3 menjadi turning point saya untuk fase selanjutnya. Di proses studi
S1 dan S2, Tuhan memberikan 12 kali kemenangan di kompetisi
akuntansi dan manajemen sampai tingkat nasional serta menjadi
lulusan tercepat dengan predikat summa cumlaude dan mahasiswa
teladan. Hati ini begitu terharu saat diumumkan bahwa lulusan
terbaik di prosesi wisuda itu berasal dari SMA Kristen Petra 3 dan
kedua momen tersebut disaksikan langsung oleh salah satu orang
paling berpengaruh dalam perjalanan saya yakni Bu Hana Herawati
yang diberikan undangan khusus VVIP.
Di musim saya sekarang sebagai dosen di Universitas Katolik Widya
Mandala, guru di Surabaya Cambridge School, pemilik dari Blessing
of GOD Economics and Accounting Course, serta pelatih olimpiade
ekonomi di Direktorat Pendidikan PPPK Petra, janji itu tetap Ia
genapi. Berkat dan kasih karunia Tuhan yang menjadikan saya tetap
berdiri teguh apapun musimnya, bahkan di musim pandemi ini
sekalipun. Satu hal yang saya percaya: Jika Tuhan sanggup
memberikan kemenangan besar saat saya berkompetisi di masa
studi, Tuhan yang sama tetap sanggup memberikan kemenangan
besar di musim saya sekarang. Namun satu hal yang harus kita ingat,
berkat yang Tuhan beri harus digunakan untuk memuliakan nama
Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Itu alasan nama lembaga
kursus yang Tuhan percayakan diberi nama "Blessing of GOD
Economics and Accounting Course", karena saya sadar saya
merupakan produk berkat dan kasih karunia Tuhan.
174
Saat diminta membuat tulisan inspiratif dari potongan pengalaman
hidup saya selama di Petra, agak sulit jika harus memilah
pengalaman hidup saya menjadi potongan-potongan yang
sesungguhnya saling terkait dan berdampak secara akumulatif
terhadap cara pandang dan karakter diri. Ibarat umat Israel harus
memilih porsi manna terbaik di sepanjang perjalanan hari-hari gurun
mereka selama 40 tahun. Tidak mungkin bisa. Tiap-tiap porsi
manna disetiap hari baru itu adalah sama; sama kualitasnya dan sama
tujuannya - menopang kita hingga tiba di titik sekarang dengan sudut
pandang saat ini.
Awal mula saya mengajar sesungguhnya bukan karena sebuah
panggilan hati atau cita-cita tapi lebih karena tuntutan kebutuhan.
Tahun 2011 saya ditawari oleh pihak PPPK Petra untuk mengajar
paduan suara anak di tengah kondisi rumah tangga yang baru
berjalan beberapa bulan dan pendapatan yang bisa dibilang hampir
nol. Pada waktu itu, tawaran dari Petra terlihat lebih sebagai solusi
untuk mengatasi problem finansial bulanan daripada kesempatan
melakukan pelayanan mulia sebagai pengajar.
Beberapa tahun berlalu, angkatan demi angkatan Petra Children
Choir (PCC) pun silih berganti. Sekelompok kecil anak didik pada
awal angkatan PCC sudah menjadi sekian puluh alumni yang
beranjak menjadi remaja yang masih mencintai musik dan olah
175
vokal. Karena suara aspirasi para alumni PCC, Petra Youth Choir
(PYC) dibentuk pada paruh akhir 2016 dengan target konser HUT
PPPK Petra pada bulan April tahun 2017.
Menghadapi kelompok remaja menjadi hal yang baru bagi saya. Ada
banyak hal yang saya belum pahami untuk tantangan baru saya saat
itu dan dampaknya serius.
Konser HUT PPPK Petra 2017 menjadi momen pembelajaran yang
SERIUS bagi paduan suara kami. Kami benar-benar berada di titik
hampir gagal. Di tengah perayaan PYC akan betapa leganya mereka
melalui setlist malam itu saya justru berpikir banyak hal yang harus
saya perbaiki dari diri saya agar mereka menjadi lebih baik.
Kesempatan besar berikutnya untuk Petra Youth Choir adalah acara
HUT Petra 2018. Dalam rapat pelatih, saya melontarkan ide untuk
menampilkan highlights performances dari beberapa musical
Broadway terpopuler. Usai rapat saya baru sadar kalau saya TIDAK
TAHU bagaimana melatih, mengatur dan menampilkan ide
impulsif tadi. Saya merasa sedang membawa PYC ke ranah yang
sama sekali tidak diketahui, “into the unknown” seperti kata lirik
salah satu lagu Disney populer. Ranah yang tak diketahui selalu
penuh dengan tanda tanya, ketidakpastian dan tentu saja
ketidaknyamanan. Namun daerah yang belum tersentuh juga selalu
penuh potensi dan eksplorasi, kemungkinan-kemungkinan baru
serta hal-hal menarik dan berharga – harta karun adalah gambaran
imbalan yang selalu konsisten dengan kisah-kisah petualangan
legenda atau mitologi yang identik dengan penjelajahan ranah yang
tak diketahui.
176
Saya mengajukan kelas-kelas yang saya pandang perlu untuk
dilakukan sebagai persiapan para murid – kelas perkenalan
broadway, choir masterclass, professional singer’s sharing session,
conducting masterclass (why would they have conducting
masterclass? I HAVE NO IDEA), sesi latihan seni peran (acting)
dan koreografi. Saya benar-benar berharap segala ekspektasi ideal
konser nanti menjadi benar-benar hidup dalam diri mereka dan
sebaliknya, mereka pun hidup di dalam idealisme yang tinggi untuk
berekspektasi terhadap penampilan mereka nanti.
Mulai muncul pengalaman emosional satu demi satu menjelang
deadline konser - beberapa nama gugur seiring hari-hari persiapan
PYC menuju konser karena pindah sekolah, program student
exchange, jadwal bertabrakan dengan acara penting, dan lain lain;
progress koreo dan nyanyian yang belum mencapai target yang
diharapkan; argumen dan gesekan terbuka diantara beberapa murid
saat sesi latihan berlangsung; sesi-sesi dimana saya harus menunjuk
nama dan berteriak saat mereka sedang berlatih alur koreo dan
blocking. Proyek yang sedang mencari bentuknya ini benar-benar
merubah dan menata ulang cara kami berinteraksi satu dengan yang
lain. Sebagai kelompok yang mencoba mengeksplorasi hal baru
terjadi eksplorasi sisi diri yang belum pernah diketahui masing-
masing individu.
Sejatinya setiap performer (penampil) hanya punya kesempatan
sekali untuk naik panggung, menampilkan bagiannya hingga usai lalu
turun dan meninggalkan panggungnya. Sama seperti hidup yang
hanya dianugerahkan sekali, bedanya tanpa peringatan atau tanda
apapun usai sudah. Dalam konteks konser HUT PPPK Petra 2018
setiap anggota PYC mengerti hal itu karena tanpa saya sadari
177
pemahaman ini saya sampaikan berulang-ulang menjelang hari
konser kami. Melatih diri menjadi versi terbaik adalah satu-satunya
hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam mempersiapkan diri kita
menuju penampilan atau pertunjukan panggung kita. Dalam hidup
tak jauh berbeda. Melatih diri kita dari hari ke hari adalah hal terbaik
untuk menjalani penampilan “panggung” harian kita sebelum kita
sadari akhirnya hari kita usai dan kita harus berpulang pada Bapa di
surga.
Malam itu masih jelas di ingatan saya bagaimana PYC memberikan
yang terbaik dari yang mereka miliki yang tidak pernah mereka
sadari sebelumnya. Rasa bangga pun muncul pastinya tapi lebih
daripada itu yang saya harapkan adalah mereka menangkap inti
pesan segala proses menuju malam konser itu. Mereka bisa
menampilkan penampilan terbaik untuk panggung kehidupan
mereka. Mereka bisa membawakan penampilan yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya dalam penampilan panggung keseharian
mereka - their daily one-shot performances. Yang mereka perlu
lakukan adalah memanfaatkan porsi manna baru tiap hari untuk
mengerjakan yang terbaik dalam diri mereka.
Setelah menuliskan semua ini saya semakin yakin bahwa kisah hidup
saya bukan tentang saya.
178
Salam dalam kasih Kristus!
Pernah mengenyam pendidikan di TK-SD-SMP-SMA Kristen Petra
adalah suatu pengalaman yang menyenangkan dan membanggakan.
Bagi saya PPPK Petra tidak hanya berfokus pada pengembangan
kemampuan akademis siswa namun juga memerhatikan
pengembangan karakter serta minat-bakat siswa. Sejak di TK dan SD
Kristen Petra 9, berlanjut ke SMP Kristen Petra 3, hingga di SMA
Kristen Petra 5 saya mendapat kesempatan yang luas
mengembangkan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler misalnya: tim
tari di TK, Kelompok Peduli Lingkungan/ Karya Ilmiah Remaja di
SD dan SMP bersama Bapak Gunawan Siswoyo, kelompok musik
(Band di beberapa jenjang dan Petra Youth Orchestra), bagian dari
tim olahraga sekolah, hingga menjadi pengurus persekutuan doa
siswa (PD Team Smatrama). Mengingat kembali kesempatan yang
telah saya alami dalam berbagai aktivitas ekstrakurikuler itu
menyadarkan saya bahwa pendidikan memang harus melampaui
pelajaran intrakurikuler, menyentuh pengembangan karakter dan
pengembangan keterampilan teknis maupun non-teknis.
Itu semua saya hayati sebagai bentuk Cinta Tuhan yang saya alami
selama menjadi siswa di lingkup PPPK Petra. Sebab semua
pengalaman itu menjadi bekal berharga dalam setiap langkah
peziarahan hidup saya. Apakah Cinta Tuhan hanya bicara mengenai
179
pengalaman-pengalaman menggembirakan? Tidak! Termasuk di
dalamnya kegagalan yang pernah saya alami. Saya pernah gagal
memenuhi standar nilai saat mengikuti tes masuk peralihan jenjang
dari SMP ke SMA. Hal ini sempat membuat saya malu dan kurang
bersemangat menjalani kegiatan belajar mengajar. Namun, justru
dari kegagalan di masa peralihan itu membuat saya merasa banyak
dilengkapi di SMA untuk kemudian menjawab panggilan melayani
Tuhan sepenuh waktu. Dalam sebuah kebaktian Natal siswa di SMA
Kristen Petra 5 -lah, saya merasakan panggilan Tuhan yang membuat
saya hari ini mendapat kesempatan merayakan Cinta Tuhan dengan
melayani sebagai seorang Pendeta GKI dengan basis pelayanan di
GKI Emaus Surabaya.
Akhir kata sebagai alumni yang merasakan Cinta Tuhan melalui
sekolah dalam lingkup PPPK Petra, saya berdoa agar para siswa,
guru, karyawan, Dewan Pengurus PPPK Petra hari ini (dan di masa
depan) senantiasa merasakan Cinta Tuhan yang begitu luas dan
dalam. Dengan slogan Education beyond Academics, saya percaya
PPPK Petra dapat menjadi lembaga pendidikan yang turut
membentuk generasi profesional mandiri yang berlandas pada Cinta
Tuhan Yesus Kristus, sekaligus memiliki wawasan sosial di tengah
dunia. Sebab dunia menantikan anak-anak Tuhan yang mau
merayakan Cinta Tuhan dengan bertolong-tolongan
memberdayakan mereka yang miskin / tersisih, memperjuangkan
keadilan di tengah ketidakadilan, menghadirkan damai di tengah
konflik dan menjaga keutuhan lingkungan yang semakin rapuh demi
generasi penerus.
Selamat Ulang Tahun ke-70 PPPK Petra
Selamat merayakan Cinta Tuhan!
180
Setelah lulus SMA pada tahun 2000, sebenarnya saya sangat
memimpikan untuk kuliah jurusan musik di luar negeri, karena sejak
kecil saya sangat hobi bermusik, yaitu bermain biola. Namun pada
zaman itu kuliah musik belum sepopuler sekarang, banyak faktor
yang membuat saya tidak mungkin mengambil jurusan itu. Faktor
biaya yang mahal dan banyak faktor lainnya menghalangi saya untuk
menggapai mimpi saya. Akhirnya setelah lulus dari SMA, saya
melanjutkan studi di fakultas ekonomi Universitas Kristen Petra
Surabaya.
Sejak TK hingga SMA saya menempuh pendidikan di Petra, yaitu
dari TK Kristen Petra 9, SD Kristen Petra 9, SMP Kristen Petra 5,
hingga SMA Kristen Petra 5. Dan saya sejak TK itulah mulai
mengenal musik. Yang saya syukuri adalah bahwa Petra selalu
mensupport siswa didiknya dalam mengembangkan keterampilan
serta talenta siswa-siswinya. Banyak aktifitas serta lomba musik yang
diadakan Petra. Jadi selain menempuh jenjang akademis, saya juga
dapat banyak kesempatan bermusik untuk mengasah bakat
bermusik saya.
Setelah lulus kuliah sebenarnya ada beberapa tawaran dan lowongan
untuk saya bekerja di beberapa perusahaan dan bank. Entah
mengapa, namun tidak ada satupun tawaran yang saya ambil. Karena
mungkin saya hobinya bermusik, ingin kerjanya sebagai pemusik,
dan apalagi saya membayangkan bahwa saya orangnya paling tidak
181
betah untuk duduk bekerja selama berjam-jam di satu tempat.
Akhirnya saya mengambil pekerjaan sebagai pemain dan pengajar
musik di beberapa institusi di Surabaya.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2009 saya mendapatkan
kesempatan emas untuk mengambil kuliah musik di Prancis. Saya
mendapatkan rekomendasi untuk kuliah di salah satu konservatori
di sana, yaitu di Conservatoire du Val de Bievre Prancis,
mendapatkan sponsor yang membantu saya membiayai sebagian
biaya kuliah dan biaya hidup di sana, mendapatkan bantuan dari
teman di Jakarta untuk mengurus administrasi serta tempat tinggal di
sana, dan lain sebagainya. Sungguh saya bersyukur atas kesempatan
emas yang Tuhan berikan. Mengingat pula bahwa usia saya tidak lagi
muda untuk mengambil sekolah musik pada waktu itu, yaitu usia 26
tahun.
Pada 2011 saya lulus dengan gelar Diplome D`etudes Musicales
[D.E.M] dengan spesialisasi musik biola dan viola. Serta selama di
sana, saya juga mendapatkan kesempatan untuk belajar conducting
di salah satu conductor idola saya di sana. Sebenarnya saya dapat
melanjutkan untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sana,
namun saya punya rencana lain yaitu pulang untuk melanjutkan misi
saya di Surabaya, yaitu mengembangkan musik gereja di Surabaya,
serta impian saya untuk membuat suatu perusahaan musik orchestra
serta sekolah musik.
Teman-teman di sana juga heran mengapa saya secepat itu kembali
ke kampung halaman, karena menurut mereka saya sudah cukup
mapan dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja
musik di sana, sebagai member di beberapa orchestra, serta sebagai
pengajar biola. Namun rencana saya tidak berubah, saya memilih
untuk tetap pulang, untuk melanjutkan misi saya serta membalas
kebaikan Tuhan dalam hidup saya.
182
Akhirnya saya kembali ke Indonesia pada 2011 dan kembali bekerja
full musik di Surabaya. Saya aktif di musik gereja, mengajar di PPPK
Petra sebagai Conductor Petra Youth Orchestra, mendirikan
sekolah musik Stradivari Music School, serta bersama dengan kakak
saya Christian Xenophanes Suryantara, kami melanjutkan bisnis
musik Stradivari Orchestra. Sungguh ajaib
kebaikan Tuhan dalam kehidupan saya. Dan saya yakin dalam
hidup, bila kita sungguh-sungguh melakukan dengan tekun apa yang
kita inginkan dan cita-citakan, serta apa yang Tuhan inginkan dalam
kehidupan kita, semua pasti ada jalan dan kita pasti berhasil. Soli
Deo Gloria.
183
184
185
186
Tahun 2020 adalah tahun yang termasuk berat bagi kami semua,
karena badai pandemi yang tak kunjung berakhir dan semua yang
biasa kami lakukan harus dibatasi karena keadaan yang terjadi.
Tetapi, percayalah ada satu kutipan yang berada dalam lagu dan
firman Tuhan bahwa “burung-burung di udara itu dipelihara oleh
Tuhan, rumput-rumput di ladang dipelihara oleh Tuhan, apalagi kita
manusia dan sebagai anak-anak Tuhan, pasti Tuhan akan selalu
memelihara kita semua. Janganlah kita kuatir atau takut secara
berlebihan karena kita pasti dilindungi oleh Tuhan.
Musim boleh berlalu serta badai boleh berganti tetapi kasih Tuhan
tidak akan pernah berganti dari kehidupan kita dan kasih Tuhan
akan kekal selama-selamanya. Tahun 2020 merupakan tahun yang
berat bagi kita semua, kita mengalami berbagai masalah dalam
kehidupan, salah satunya adalah perekonomian yang tidak stabil.
Dari kejadian yang terjadi ini saya percaya bahwa apa yang sekarang
dilalui saat ini tidak akan melebihi kekuatan manusia dan tentunya
penyertaan Tuhan, cinta kasih Tuhan selalu sempurna. Cinta kasih
Tuhan tidak ada batasnya dalam kehidupan saya dan keluarga.
Tuhan selalu memberikan kami berkat secara materi, kesehatan
yang Tuhan berikan kepada kami sungguh teramat baik bagi
kehidupan saya dan keluarga. Terlebih lagi cinta kasih Tuhan untuk
sekolah anak saya KB-TK Kristen Petra 5.
187
Saya sangat bersyukur di saat pandemi seperti ini saya
menyekolahkan anak saya di tempat yang tepat karena terdapat
fasilitas yang menunjang bagi kebutuhan anak saya. Saya sangat
senang menjadi keluarga besar dari PPPK Petra, karena sudah
memberikan layanan yang terbaik bagi pendidikan anak saya. Untuk
semua guru yang berada di PPPK Petra, saya ingin menyampaikan
bahwa terus berjuang dan tetap semangat, semoga pandemi ini segera
berakhir dan proses belajar mengajar akan kembali seperti sedia kala
supaya proses ini akan menjadi lebih maksimal dan optimal.
PPPK Petra adalah sebuah perhimpunan yang banyak sekali
melahirkan guru-guru yang hebat, disiplin, tanggung jawab dan
murah hati. Saya berterima kasih kepada kasih dari Tuhan yang
sungguh besar bagi PPPK Petra yang sudah melahirkan sekolah KB-
TK Kristen Petra 5 ada dalam lingkungan masyarakat, karena
banyak sekali media-media pembelajaran yang dibuat dengan
teknologi sehingga dapat membantu anak untuk berpikir secara kritis
dan dapat memecahkan masalah dalam suatu kegiatan pembelajaran
yang dilakukan di rumah.
KB-TK Kristen Petra 5 memberikan warna yang baru pada
pembelajaran selama masa pandemi. Dengan adanya upaya-upaya
dari sekolah maupun dari guru kepada anak kami selama setahun
belakangan ini menjadi lebih mandiri, walaupun mengalami proses
belajar dengan media online, tetapi anak saya mendapatkan suatu
peningkatan yang cukup signifikan di dalam hal berkomunikasi dan
secara materi pembelajaran. Jadi saya mengucapkan terima kasih
atas kinerja dari guru yang sudah berkarya meskipun dalam masa
pandemi, sehingga anak-anak atau siswa tetap mendapatkan ilmu
atau pembelajaran yang berarti.
188
Pandemi tidak menjadi halangan dalam kegiatan belajar di sekolah,
karena guru KB-TK Kristen Petra 5 dapat memberikan materi
pembelajaran dengan maksimal dan baik. Teruslah berkarya untuk
keluarga besar PPPK Petra, semakin jaya dan maju. Kami berharap
suatu saat nanti semua anak-anak kami yang lahir dari sekolah PPPK
Petra dapat menjadi anak-anak yang membanggakan kami sebagai
orang tua dan terlebihnya Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai
perjalanan anak-anak kami selama berpendidikan. Tuhan itu baik
dan besar kasih setia-Nya. Tuhan yang selalu ada dan menolong
kehidupan kita, bahkan cinta kasih-Nya dinyatakan setiap hari lewat
penyertaan pada kita semua. Tuhan memberkati.
189
Shalom ...
Perkenalkan nama saya Natalina Ari Wahyuni, orang tua dari Viola
Edenia siswa SD Kristen Petra 5 yang sekarang berada di kelas 5.
Kami sangat bersyukur kepada Yesus karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk bisa menyekolahkan anak kami di
sekolah Petra. Mulai dari anak pertama kami yang sekarang sudah
di jenjang SMA dan sekarang anak kedua kami yang masih duduk di
kelas 5 SD.
Banyak sekali yang kami rasakan atas semua anugerah Tuhan
melalui Petra. Kami bersyukur karena di sekolah Petra menyediakan
wadah untuk anak-anak mengenal Yesus lebih dalam lagi melalui
berbagai kegiatan dan Renungan Harian Petra yang setiap hari kami
terima baik dalam bentuk lembaran kertas (saat masih sekolah tatap
muka) juga lewat media sosial (WhatsApp Group) saat masa
pandemi ini berlangsung. Tema renungan pagi yang disediakan
sangat sederhana dan bisa dipahami anak-anak sesuai dengan usia
mereka. Tidak hanya tema bacaan yang menarik tetapi juga
disertakan ayat emas yang bisa anak baca setiap hari. Selain di
sekolah, setiap hari di rumah kami juga melakukan renungan malam
bersama sebelum tidur dengan membawakan Renungan Harian
Petra yg dibaca anak-anak kami secara bergiliran selain renungan lain
sebagai pelengkap. Kami tetap bersyukur meskipun saat pandemi
190
berlangsung, kami masih bisa menikmati berkat Tuhan melalui
Renungan Harian dari Petra. Sekali lagi kami berterima kasih buat
Bapak dan Ibu guru yang sudah mengajar dan menyediakan tema-
tema yang luar biasa buat anak- anak kami.
Di samping itu, saya juga berterima kasih kepada Bapak dan Ibu
guru yang sudah membantu membina, mendidik anak-anak kami
melalui talenta yang mereka punya. Sehingga anak-anak kami bisa
menyalurkan bakat dan talenta yang mereka punya melalui berbagai
acara yang diadakan seperti Pentas Seni, Acara Natal, dan Lomba-
lomba yang sering diadakan oleh Sekolah Petra dalam rangka
peringatan hari-hari besar Indonesia (Hari Kemerdekaan Indonesia,
Hari Kartini, Paska dan lain-lain). Kami bersyukur kepada Petra
yang telah menyalurkan talenta anak - anak kami yang sudah
diberikan Tuhan buat mereka.
Kami juga bersyukur disediakan ruang anak-anak kami bisa sharing,
melalui Bimbingan Konseling yang sering diadakan oleh Petra.
Sehingga anak-anak merasa dipedulikan, diperhatikan, diarahkan
bahkan diberi masukan apabila perbuatan mereka kurang berkenan
di hati Tuhan. Kepada Bapak dan Ibu guru atas semua dedikasinya
kepada anak-anak kami yang dengan sabar dan telaten membimbing
mereka saat pembelajaran tatap muka (luring) maupun
pembelajaran online (daring). Apalagi saat daring ini, kami lebih
paham dan mengerti betapa pengorbanan guru yang luar biasa untuk
anak-anak sehingga kami sebagai orang tua bisa bekerja sama dan
saling memberi masukan untuk kelancaran anak-anak kami dalam
belajar. Mari kita tetap semangat dalam masa pandemi ini, baik Guru
maupun Orang tua dalam mendidik anak-anak agar mereka kelak
menjadi anak yang luar biasa dan berkenan pada Tuhan. Jadikan
Tuhan Yesus sebagai pedoman kita dalam mendidik mereka seperti
191
yang sudah disediakan oleh sekolah melalui Renungan Harian Petra.
Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin!!!
192
A journey through the pandemic is a really remarkable journey to
tell. I believe everyone has their own stories - so many stories to
remember. A story about happiness and sadness, ups and downs,
lives and deaths, struggles and worries, and many things. Pandemic
has brought us a massive impact into our lives. But in every story,
there is always a lesson to get: a lesson of life.
In the middle of 2019, I decided to enrol my little girl, Rea, into
Petra Christian Kindergarten 10 School. I did not know then that at
the end of 2019 there would be a pandemic coming. In my thought
back in 2019, I really hoped that by enrolling my daughter at Petra,
I could be a bit relax without needing to attend to her too much in
her daily studies (since I have a bigger son with left-handed and need
to work things out with him since he is very little). But then, my
dream was just a dream.
At the beginning of the pandemic, everything was in chaos. I was
extremely exhausted from the swarm of responsibilities coming into
my life in an instant time. Chores of the household, part-time jobs,
and full attendance to my girl’s education were not fun themes at that
time. It was like creating a ‘wonder woman’ out of me through magic.
At that time, I was so frustrated and it was not only me. I believe all
parents feel the same, not to mention teachers who are being parents
as well. They must be double frustrated. As parents, we not only
193
need to face the hardships of earning money, work (and perhaps
some of us were laid-off), but also need to attend to our children
going to online school. Talking about online school, we need to learn
new things (how to work out with new app, learn to operate, etc) and
so many troubles with signal, quotas, gadgets limitation and many
more. There were so many things to do in one time. But I was really
glad when new education year started in July 2020. Petra has created
a new method of teaching during this pandemic time which is really
good. I was helped a lot by their materials and worksheets for
students. In addition, learning and teaching time is more acceptable
and enjoyable. I understand that it took great efforts from the
teachers to do such preparation since it was a big change for students,
especially in kindergarten level that needs everything to be more
practical. And as for me, accompanying my girl’s studying is not so
burdensome anymore.
There were so many things happened during online teaching and
learning. Even my girl likes to go to school, we were having trouble
when she was not in the mood doing online classes. She felt reluctant
to see face-to-face with her friends and teachers by gadgets.
Sometimes she demanded to go to school as normal and we needed
some time to make her understand, but she could finally understand.
She disliked the most when she was not heard very well. But we
managed to find solution in which the problem was in the gadget we
used. After we changed it, in the new study term, Rea seems to find
her passion back in studying online and she performs well in her
studies. Rea likes to sing. When she gets assignments on memorizing
some gospel songs, she will be delighted and she can remember it
for long time. To my surprise, she likes to sing it every day without I
ask. It is like singing and praising has become one of her habits. I am
really grateful for it. During these hard times, listening to a child voice
194
singing songs to God really heart-warming :) Rea is a very helpful girl
and the teachers always remind all students to be kind, to always help
people surrounding home from very little, to encourage little kids to
do everything on their own as much as they can, and always
remember God in all things. Every day Petra has a morning devotion
for students to spend a few minutes to dwell in God’s presence. Well,
accompanying my girl allows me to listen to it as well. Even though it
was short and the kids might not understand it completely, but some
of the Bible preaching session did hit me as a parent. I thank God
that during these hard times, teachers can always deliver the words
of God and remind students of all levels to do their best in these
conditions. I really hope that even our situation is not perfect, these
kids can still grow in the characters of God. One last thing, Rea is a
happy girl. She shows great spirit in times when I feel so low. Even
during all of the times I cannot be with her, she can understand my
time. I feel like it is a blessing from above :)
Petra has answered the challenges within the pandemic times in
many good ways. Petra is not only an education institution that cares
toward teaching and learning but also towards students and parents
well-being. In this case, well-being means financial problems. As we
know, pandemic is really devastating. Petra helped to ease students’
tuitions, and many more. I have to admit that it is an act of kindness
from heart that Petra has given to us and we appreciate it very much.
I hope these attitudes will be carried out by Petra forever. It is very
important that Petra as a Christian education institution does not
bother only cognitive improvement of students but can also practices
love and care as the Christ’s symbolization towards the world
(meaning: student, teachers, parents and surrounding). I wish Petra
could always be different compared to other schools. I also wish
Petra would always bring its light in this world.
195