Bahasa Inggris itu menyenangkan. Semua siswa terlihat antusias
mengikuti permainan, kecuali seorang siswa yang saya sudah dengar
banyak cerita tentang siswa tersebut. Namun, saya tidak mau menilai
seorang siswa hanya dari sebuah cerita karena saya yakin pasti ada
sebuah alasan di balik sikap dia yang kurang menyenangkan selama
ini. Siswa tersebut tidak mau mengikuti permainan saat gilirannya
melakukan permainan, Dia hanya diam dan duduk tanpa melihat
saya. Saya menanyai dia mengapa tidak mau mengikuti permainan
dan dijawab, “Gak mau aja!” Itulah kalimat pertama yang diucapkan.
Saya masih bersabar dan melanjutkan permainan tanpa dia.
Hari berikutnya saya masuk di kelas yang sama setelah jam istirahat.
“Ms. Icha, ada yang telat masuk kelas,” seru seorang siswa yg duduk
di bangku dekat pintu. Setelah itu seorang murid laki-laki muncul
dari balik pintu kelas tanpa menyapa dan permisi seolah-olah tidak
peduli akan mendapat teguran karena terlambat. Dia duduk di
bangkunya tanpa ekspresi apa pun dan hanya diam. Saya menegur
untuk tidak mengulanginya lagi. Saya meminta siswa untuk menyalin
materi dan mengerjakan tugas di buku. Setelah itu, saya berkeliling
kelas sambil melihat pekerjaan siswa. Saya berhenti di samping
bangku siswa tersebut. Saya melihat bukunya yang masih kosong. Ya,
dia belum menulis satu kata pun materi pelajaran hari ini. Saya
menegurnya dan bertanya mengapa belum menyalin materi dan
mengerjakan tugas yang saya berikan. “Saya tidak bisa,” jawabnya.
Saya menyadari bahwa metode saya dengan diam, sabar, kurang
tegas, dan cuek selama ini kurang efektif untuk menghadapi
sikapnya itu.. Saya langsung berjalan dan berdiri di depan kelas
dengan wajah yang serius saya meminta perhatian siswa di kelas
untuk menghentikan pekerjaannya dan mendengarkan saya. Saya
mulai menyampaikan aturan saya dan saat itu juga saya menegur
siswa tersebut dan meminta dia untuk meninggalkan kelas saya jika
92
dia hanya bermain-main saat pelajaran. Saya membuat kesepakatan
dengan dia di depan teman-teman sekelasnya. Budi menatap saya
dengan terkejut dan hanya menundukkan kepala. Selesai pelajaran
saya memanggil dia untuk berdiskusi dengan saya. Saya meminta
maaf kepadanya karena telah menegurnya dengan keras di depan
teman-temannya karena saya tahu itu membuat dia malu. Selama ini
saya menghindari untuk menegur siswa dengan keras di hadapan
siswa lain. Selain akan membuat mental down dan merasa tidak
dihargai juga menyalahi hak dia sebagai siswa untuk menerima
perlindungan di sekolah. Kami berdiskusi berdua dan dari sini saya
tahu alasan dia tidak mau mendengarkan pelajaran saya dan bersikap
tidak sopan. Dari sini pula saya tahu cita-citanya, film dan makanan
kesukaannya. Saya juga tahu bahwa dia tidak membenci saya dan
suka pelajaran bahasa Inggris. Dari diskusi singkat inilah saya
mengetahui banyak hal tentang kepribadian dan kebiasaannya. Dia
berjanji akan mendengarkan pelajaran saya dan bersikap sopan tidak
hanya pada pelajaran saya tetapi juga untuk semua pelajaran. Dia juga
berjanji akan belajar lebih baik untuk mendapatkan nilai yang bagus,
dan akan bertanya jika mengalami kesulitan atau perlu bantuan
seseorang untuk berdiskusi.
Berkaca pada kisah saya ini pasti Bapak/Ibu juga pernah atau akan
mengalami hal yang sama. Jangan ingin menjadi guru yang diberi
stempel sabar dan penyayang, guru yang tidak pernah marah atau
guru yang baik pada muridnya. Jadilah guru yang sabar menanggapi
kenakalan siswa dengan wajar dan tegas jika memang diperlukan.
Jadilah guru sebagai rekan diskusi untuk siswa dan hargailah hak
mereka. Saya yakin Tuhan akan menyertai kita semua.
93
Saya lahir di tengah keluarga Kristen. Orang tua membaptiskan saya
ketika berumur enam bulan. Namun, keluarga kami belum secara
sungguh-sungguh memahami makna kekristenan. Pengenalan akan
Kristus hanya sebatas sebagai Tuhan yang Mahakuasa. Nenek saya
masih menyembah leluhurnya pada hari-hari tertentu. Saya ikut
beliau bersembahyang di klenteng. Setelah nenek meninggal, kami
meninggalkan berhala-berhala yang disembahnya. Kami meyakini
bahwa pengikut Kristus tidak boleh menyembah berhala. Sejak kecil
saya ikut sekolah minggu dengan rajin. Begitu juga ketika remaja dan
pemuda saya aktif di gereja dan mengikuti pelayanan di paduan suara
dan berbagai kegiatan komisi pemuda remaja.
Ketika bekerja saya dikenal sebagai pegawai yang taat dan loyal.
Orang lain mengenal sifat saya justru dari agama yang saya anut yaitu
Kristen. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya dalam diri saya
apakah itu merupakan sifat asli pribadi saya dan merupakan warisan
dari keluarga karena saya sendiri belum seberapa mendalam
mengenai perjumpaan dengan Kristus. Apalagi ketika saya bekerja
di perusahaan, frekuensi dan intensitas terhadap pendalaman agama
sangat minim dan terbatas.
Seiring berjalannya waktu ada babak baru dalam kehidupan saya.
Setelah menikah, anak-anak membutuhkan perhatian saya. Kami
bersepakat agar saya keluar dari perusahaan tempat saya bekerja.
Saya berencana kembali menjadi guru karena sebelum bekerja di
perusahaan, saya pernah mengajar di SD Kristen Petra 1, 10 dan 11
sebagai guru honorer Bahasa Inggris. Oleh karena itu, ketika saya
94
diterima bekerja di PPPK Petra dan ditempatkan di TK Kristen
Petra 13, kami memutuskan untuk pindah rumah juga karena
sebelum menikah suami sudah berhasil membeli rumah secara KPR
di Pondok Candra. Saya menyadari bahwa hal ini bukan merupakan
sebuah kebetulan melainkan Tuhanlah yang sudah bekerja dalam
sepanjang lini hidup saya.
Pada awalnya saya asing sekali dengan cara kerja dan kebiasaan para
guru di Petra. Kami diharuskan datang pagi-pagi untuk mengikuti
doa pagi. Hal ini sungguh di luar pemikiran saya. Sebelumnya saya
tidak pernah melakukan doa pagi apalagi secara pribadi. Di Petra
saya baru mengetahui dan merasakan bagaimana berkomunikasi
dengan Tuhan itu. Setiap pagi saya merasa aneh ketika mendengar
nama saya disebut oleh seorang teman yang berdoa setelah firman
dibawakan. Saya belum diberi giliran memimpin renungan pagi
karena masih pegawai baru dan disarankan oleh kepala sekolah
untuk belajar mengikuti kebiasaan di sekolah. Akhirnya, saya
menjadi terbiasa dengan renungan pagi, salam berkat dan ucapan
penyemangat yang dulu ketika bekerja di kantor tidak pernah saya
dengar terucap dari rekan sekantor saya, apalagi dari atasan! Berbeda
dengan di Petra, saya merasa menemukan keluarga baru dengan
kepala sekolah sebagai kepala keluarganya. Secara perlahan
pengenalan saya akan Kristus mulai terbentuk. Saya mulai belajar
memimpin renungan pagi, bersaat teduh secara pribadi dan belajar
membawa semua orang yang saya kasihi ke hadapan Tuhan,
termasuk orang yang tidak menyukai saya. Bahkan, bos di
perusahaan tempat saya bekerja dulu juga saya bawakan dalam doa
saya.
Demikianlah Petra telah membentuk kerohanian saya. Kekristenan
yang dulu saya jalani dengan hampa, hanya sebagai pengisi jenis
agama yang dianut di KTP. Akan tetapi, kini menjadi suatu
kepenuhan yang terus menerus dibanjiri oleh firman Tuhan dan
kerinduan saya melakukan kehendak-Nya. Kiranya sukacita surgawi
itu melingkupi kita semua, amin.
95
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-
nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan,
bersabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa
(Roma 12:11—12)
Saya dibesarkan dari keluarga yang sederhana. Ayah saya adalah
mantan guru olahraga dan ibu saya juga mantan guru di Kota Kediri.
Didikan orang tua saya cukup disiplin terutama dalam hal
menghargai waktu sehingga terbentuklah mental dan motivasi yang
kuat dalam hidup saya. Sejak kecil saya bercita-cita ingin menjadi
guru. Setiap kali bermain dengan kedua adik saya, sayalah yang
berperan menjadi guru. Oleh sebab itu, ketika saya menyampaikan
keinginan untuk melanjutkan di SPG, orang tua saya sangat
mendukung.
Bulan Juli 1986, saya lulus dari Sekolah Pendidikan Guru Negeri 1
Surabaya dan saya sangat senang karena cita-cita sejak kecil akan
segera terwujud. Saya pun segera mengirimkan surat lamaran ke
beberapa sekolah dasar di Surabaya, salah satunya SD Kristen Petra
Surabaya. Setelah melewati beberapa tahapan dan berkat doa orang
tua, akhirnya saya diterima menjadi guru Petra. Saya bertemu
dengan Dewan Pengurus PPPK Petra yang baik, penuh kasih, dan
berwibawa. Hal ini pula yang membuat saya semakin yakin
96
bergabung dalam naungan PPPK Petra untuk berkarya menjadi
pendidik. Saya dibimbing oleh kepala sekolah yang memiliki sikap
dan perilaku yang patut menjadi teladan.Beliau bijak dalam
mengambil keputusan dan selalu memotivasi saya agar tetap
semangat dalam berkarya.
Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus melalui Sekolah Kristen Petra.
Saya mendapatkan banyak pengalaman mulai dari mendidik siswa
sebagai insan pembelajar yang berpedoman pada kebenaran dan
kasih anugerah-Nya. Saya mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi hingga mendapatkan gelar sarjana
dan kesempatan mengikuti berbagai pelatihan sebagai bentuk
pengembangan seluruh potensi diri.
Tahun 1995 saya mutasi mengajar di SD Kristen Petra 9. Perasaan
khawatir karena harus beradaptasi di lingkungan yang baru tetap ada.
Akan tetapi, berkat dukungan dan doa suami yang begitu kuat, saya
pun dapat melewatinya.
Suatu ketika SD Kristen Petra 9 kedatangan tamu dari Universitas
Kristen Petra. Saya ditawari mengikuti lomba mengarang dalam
rangka hari jadi Kota Surabaya. Berbekal dari hobi saya yang gemar
menulis, niat yang tulus melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati
dan selalu berusaha melakukan yang terbaik, akhirnya saya ikut dan
mendapat juara II. Kesempatan kedua saya mewakili Kecamatan
Wonocolo mengikuti lomba menulis tingkat provinsi dan saya
meraih juara I. Kemudian saya mengikuti lomba membuat poster
dalam rangka Hari Guru Nasional tingkat kota dan mendapat
penghargaan best poster. Pada saat itulah saya merasa bahwa hidup
saya sangat terberkati. Tuhan juga menganugerahkan putra yang
selama ini kami nantikan setelah delapan tahun usia pernikahan
kami. Seiring berjalannya waktu, suami saya diangkat menjadi kepala
sekolah.
97
Di tengah keberhasilan keluarga, saya merasakan Tuhan sangat baik.
Sang Bapa menuntun hari-hari saya bersama suami agar dapat
melangkah sesuai kehendak-Nya. Selama 34 tahun saya bekerja di
lingkungan PPPK Petra dan 31 tahun saya menikah, ada banyak
kebahagiaan dan hal positif yang Tuhan izinkan dalam kehidupan
saya sebelum tiba-tiba datang sebuah peristiwa yang tidak pernah
saya pikirkan sedikit pun.
Pada tanggal 1 Agustus 2020 suami saya dinyatakan positif Covid-19
dan hari Sabtu, 8 Agustus 2020 meninggal dunia. Saya merasakan
kesedihan dan pergumulan yang sangat berat. Saya kehilangan orang
yang tercinta ditambah saya dan anak pertama saya juga terkena
Covid-19. Namun, saya tetap bersyukur. Saya masih merasakan
kasih dan penghiburan Kristus serta kekuatan yang Dia berikan
melalui rekan-rekan sekerja yang begitu peduli, mengasihi, dan
penuh perhatian. Mereka mengajak saya untuk mengadakan
kebaktian malam penghiburan walaupun secara daring. Mereka
mendukung dan menguatkan saya lewat Firman Tuhan, kesaksian
dan doa mereka. Saya percaya Tuhan tidak pernah meninggalkan
saya. Dia tetap menyertai dan memberi kekuatan kepada saya untuk
dapat bertahan dan dapat melewati kondisi yang tidak nyaman ini.
Sungguh, saya sangat bersyukur dan bangga menjadi bagian dari
keluarga besar PPPK Petra. Saya berharap kebersamaan, kesehatian,
kesatuan dan kerjasama di antara staff dan karyawan PPPK Petra
makin kuat sehingga PPPK Petra menjadi makin maju dan
berkembang serta benar-benar menjadi berkat bagi dunia
Pendidikan di Surabaya khususnya dan di Indonesia pada
umumnya, amin.
98
Memiliki profesi sebagai seorang guru memang sudah menjadi cita-
cita saya sejak kecil. Namun, menjadi bagian dari keluarga besar
PPPK Petra hingga saat ini, saya percaya itu adalah rencana Tuhan
yang indah untuk saya. Bagaimana tidak? Di SD Kristen Petra 10,
saya mendapat banyak berkat melalui pengalaman dan kesempatan
untuk bisa terus belajar. Bahkan, saya seperti memiliki keluarga
kedua. Adanya rasa kekeluargaan yang terbangun antara guru,
karyawan, dan kepala sekolah, membuat saya belajar untuk selalu
menghargai.
Sebagai guru, saya juga belajar apa arti melayani. Melayani siswa,
orang tua siswa, rekan kerja, atasan, bahkan PPPK Petra tempat
kami melayani. Melayani memang mudah sekali untuk diucapkan
tetapi dalam melaksanakannya dibutuhkan perjuangan yang keras,
kesetiaan dalam menjalankan komitmen dan semangat untuk terus
belajar serta hati yang tulus untuk setia dalam menjalankannya.
Saya teringat ketika sebagai wali kelas, Tuhan mempercayakan
“anak-anak istimewa” kepada saya. Ternyata justru melalui mereka
saya mendapat berkat yang luar biasa. Pada awalnya sempat terbersit
di hati bahwa saya akan lelah karena harus bekerja ekstra untuk
menghadapi anak-anak tersebut. Namun, ajaibnya semakin saya
mencoba untuk lebih dekat dengan anak-anak tersebut saya makin
sayang dan merasa mereka adalah bagian dari diri saya. Timbul
perasaan sedih bila ada guru lain yang mengeluhkan tentang mereka.
Ada rasa kecewa saat mereka tidak disukai teman-temannya dan ada
99
rasa gagal bila mereka tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya. Tentu saja sebagai wali kelas saya selalu berusaha memberi
support agar mereka bisa berhasil dalam pergaulan dengan teman –
temannya maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Saya
selalu berusaha memosisikan diri saya sebagai diri mereka agar saya
pun memahami apa yang mereka rasakan. Apakah melelahkan?
Tentu saja, namun Tuhan selalu bersama saya dalam menjalaninya
sehingga energi itu selalu muncul dan muncul kembali.
Sering dalam proses membimbing para siswa, saya pun dapat belajar
banyak hal dari mereka. Para siswa dapat membuka wawasan saya
melalui berbagai problem yang melatarbelakangi sikap-sikap mereka
yang dinilai oleh banyak pihak menyebalkan. Saya berpikir bahwa
bisa saja mereka menjadi istimewa dan menyebalkan karena kondisi
yang telah diciptakan oleh orang lain. Saya sangat salut pada mereka
dengan usianya yang masih kecil namun mampu berjuang keras
untuk memuaskan orang tua dan juga guru-gurunya melalui perilaku
dan prestasi belajarnya meskipun problem yang mereka alami tetap
ada pada kehidupannya. Sangat menyedihkan bila saya sebagai guru
atau orang tua menutup hati pada problem yang mereka alami
bahkan justru saya menekan mereka hanya untuk mengejar predikat
berhasil yang akan saya peroleh dalam menjalankan tugas dan
kewajiban.
Namun dalam kenyataannya tidak semua kontribusi yang saya
berikan pada mereka berpengaruh besar pada masalah yang mereka
alami. Terkadang saya pun merasa gagal karena tidak ada perubahan
yang berarti pada mereka dan tidak sesuai dengan ekspektasi saya.
Akan tetapi, saya selalu mendidik diri untuk tidak berusaha mencari
kambing hitam yang menyebabkan ketidakberhasilan ini. Saya
jadikan ini sebagai pembelajaran untuk terus mengusahakan yang
terbaik, selalu belajar dari pengalaman yang ada. Saya percaya Tuhan
akan selalu menolong saya.
100
Di masa pandemi ini saya juga mendapat pengalaman yang begitu
luar biasa. Pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan
terlupakan. Jujur saja, pada awalnya saya merasa tidak siap dengan
pembelajaran daring yang harus saya lakukan di masa pandemi ini.
Kemampuan teknologi komputer saya minim sekali. Namun, saya
bertekad harus belajar cepat untuk menyiapkan diri agar mampu
menghadapi tantangan. Puji Tuhan, pertolongan-Nya hadir melalui
teman-teman yang dengan sabar membantu saya memahami dan
menguasai teknologi pembelajaran, mempelajari berbagai aplikasi
pembelajaran kreatif sehingga para siswa tetap dapat belajar dengan
lancar dan menyenangkan. Sungguh, pengalaman luar biasa bagi saya
ketika harus berinteraksi dengan siswa, orang tua siswa, bahkan
rekan kerja dan kepala sekolah harus secara virtual.
Saya sangat bersyukur PPPK Petra langsung merespon keadaan
dengan melengkapi semua sarana yang kami perlukan sehingga
pembelajaran berjalan dengan lancar. Kami pun dapat terus
mempelajari teknologi-teknologi belajar yang baru untuk
meningkatkan pelayanan kepada para siswa dan orang tua siswa.
Sungguh, berkat yang luar biasa telah saya peroleh di balik keadaan
pandemi yang sedang terjadi. Kemampuan teknologi dan informasi
yang saya miliki makin meningkat. Namun, saya selalu tetap berdoa
semoga pandemi ini segera berakhir dan pembelajaran di sekolah
dapat dilakukan secara tatap muka kembali.
Di akhir tulisan saya ini, kembali saya ucapkan syukur kepada Tuhan
Yesus karena telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi
bagian dari PPPK Petra. Di sini saya memperoleh banyak
pengalaman berharga, belajar tentang banyak hal yang berkaitan
dengan pelayanan saya sebagai guru serta tempat saya memperkaya
wawasan dan cara pandang terhadap suatu masalah.
Terima kasih PPPK Petra, Tuhan memberkati.
101
B.J.Habibie
Awal Juli 2020 imun tubuh saya kalah dengan virus Covid-19. Saya
masuk dalam daftar yang terinfeksi. Ketakutan dan kecemasan
campur aduk menjadi satu.
Saya harus isoman. Prokes saya lakukan bersama anak saya yang juga
terkena virus tersebut..
Hari kelima tubuh saya mulai merasakan gejala sakit ditambah
kegalauan dan kecemasan yang membuat badan saya lemah. Dalam
kesendirian saya datang untuk bertelut di hadapan Tuhan. Saya
serahkan segala kelemahan tubuh dan kecemasanku dalam
naungan-Nya.
Ketika WFH, kepala sekolah dan teman-teman sekerja selalu
menyapaku, memberi dukungan dalam doa dan kasih. Tiga minggu
terasa cukup lama, terlebih dalam penantian hasil yang menentukan
tentang perkembangan sakit saya. Puji Tuhan, hasil saya negatif.
102
Saya pun harus siap untuk kembali bekerja secara WFO.
Sebulan lebih saya sudah aktif dalam bekerja. Kini datang lagi
prasyarat untuk melakukan tes kesehatan. Puji Tuhan, hasilnya
negatif. Namun, hasil tes yang menggembirakan itu berlangsung
hanya satu hari. Ternyata hasil yang negatif itu tertukar dan saya
dinyatakan positif. Saya diizinkan pulang lebih awal untuk kembali
melakukan WFH. Kutumpahkan kemarahan dan kekecewaan saya
atas berita itu. Saya pun harus isoman.
Sesampai di rumah saya pun menangis karena kecewa. Saya
membersihkan kamar untuk menyendiri lagi dan tetap melakukan
pekerjaan secara WFH. Saya kembali memohon ampun dan
kekuatan pada Tuhan Yesus.
Tubuh saya tidak menunjukkan gejala sakit seperti yang pertama.
Saya harus melakukan tes lagi untuk membuktikan hasil yang terbaik
tetapi saya takut kalau hasilnya nanti tidak sesuai yang saya harapkan.
Saat itu bantuan dari teman-teman sekerja datang kembali dan
nasihat, dukungan doa, dan uluran kasih dari PPPK Petra. Saya juga
dikuatkan melalui WA dan telepon. Bahkan, mereka mendukung
untuk melakukan tes kesehatan dengan biaya yang agak terjangkau.
Hampir satu minggu saya merasa galau untuk melakukan tindakan
tersebut. Pada tanggal 5 Oktober 2020 tepat pukul 12.00 WIB saya
datang ke rumah sakit untuk tes ulang. Saya menunggu hasil tes
dengan hati yang cemas dan saya serahkan pada Tuhan Yesus dan
berkata,“Terjadilah padaku menurut kehendakMu.”
Hari berikutnya tepat pukul 12.00 WIB saya mengambil hasil tes
kesehatan. Hati saya berdegup kencang menerima sebuah amplop
yang berisi hasil tes itu. Ini melebihi kecemasan saya ketika harus
menerima hasil ujian sekolah. Dalam nama Tuhan Yesus saya buka
103
amplop itu dan secara spontan saya ucapkan,“Terima kasih Tuhan
hasilnya negatif.” Kepala sekolah meminta saya untuk mengirim
hasil dan kuitansi pembayaran tes itu.
Tiga puluh lima tahun enam bulan saya berkarya di PPPK Petra
untuk mendidik dan mengajar. Dalam penyertaan dan berkat Tuhan
saya menjalani dalam suka dan duka terlebih dalam mengikuti
perkembangan dan kemajuan dalam mengembangkan sekolah
PPPK Petra.
Di masa pandemi ini, para siswa harus belajar melalui daring.
Banyak program IT yang harus kita pelajari. Namun, PPPK Petra
senantiasa mengikuti perkembangan pendidikan, program untuk
siswa maupun pendidik. Saya sangat terbatas dalam penguasaan IT
tetapi para mentor di sekolah dengan senang hati dan penuh
tanggung jawab membantu saya dan teman-teman yang mengalami
kesulitan dalam IT.
Saya juga terus berterima kasih untuk PPPK Petra karena di masa
sulit ini banyak saudara-saudara kita yang harus kehilangan mata
pencahariannya. Puji Tuhan PPPK Petra tetap mempertahankan
kami para guru dan karyawan untuk tetap menikmati hasil kerja kita.
Akhirnya, saya sampaikan terima kasih untuk kepala sekolah dan
teman-tema sekerjaku, ibu-ibu dari PPPK Petra atas pendampingan,
pemberian sapaan kekuatan, dan bantuan kasih yang sudah aku
terima.
Selamat ulang tahun ke-70 PPPK Petra. Tetap jaya menjadi lembaga
pendidikan Kristen dalam mendidik putra-putri bangsa.
104
Tak terasa sudah 23 tahun saya bekerja sebagai pendidik di PPPK
Petra. Sebuah perjalanan yang panjang dalam pekerjaan di ladang
Tuhan. Satu kata yang bisa saya ucapkan kepada Tuhan sampai saat
ini yaitu syukur dan terima kasih. Kasih setia Tuhan sungguh nyata
dalam hidup saya. Sejak menjadi bagian dari Perhimpunan
Pendidikan dan Pengajaran Petra (PPPK Petra) pada pengujung
tahun 1997 di SD Kristen Petra 12 Sidoarjo, tuntunan dan pimpinan
tangan Tuhan tak pernah berhenti dalam hidup saya.
Awalnya terasa sulit bagi saya bekerja di dunia pendidikan. Kita
harus memiliki jiwa yang disiplin, kreatif, dan mau melayani.
Apalagi, di lembaga pendidikan tingkat sekolah dasar sangat
dibutuhkan kesabaran tinggi kepada anak-anak yang memang
dasarnya belum mengerti banyak hal. Dari sini saya tertantang untuk
bisa menyelami berbagai karakter anak dan dapat mengajak mereka
mau belajar dengan cara yang menyenangkan.
Saya bersyukur karena PPPK Petra selalu mendukung proses
pembelajaran dengan berbagai fasilitas yang sangat membantu
tercapainya tujuan pendidikan. Gedung sekolah yang memadai
dengan sarana dan prasarana yang lengkap menjadikan
pembelajaran terasa fun dan enjoy.
Secara pribadi saya sangat bangga menjadi bagian dari PPPK Petra.
Kebanggaan saya tersebut antara lain PPPK Petra memiliki berbagai
105
program demi memajukan pendidikan agar anak-anak berkarakter
kristiani. Program tersebut memiliki filosofi bahwa anak-anak
sebagai biji mata Tuhan yang sangat berharga dan harus terus dijaga
serta ditumbuhkembangkan iman kristianinya.
Selain itu, PPPK Petra juga selalu memikirkan pengembangan
kemampuan mengajar para guru dengan mengadakan berbagai
pelatihan. Saya senang sekali dapat berpartisipasi dalam setiap
pelatihan tersebut. Satu hal yang saya yakini dari setiap program yang
diadakan PPPK Petra adalah pasti untuk kebaikan bagi kami para
guru. Hasil pelatihan akan menjadi senjata kami untuk lebih
meningkatkan keterampilan mengajar bagi anak didik.
Bukti nyata kepedulian PPPK Petra pada pengembangan profesi
guru antara lain membuka kesempatan bagi para guru untuk
melanjutkan jenjang pendidikan tingkat S-2. Kebetulan saya terpilih
sebagai wakil SD Kristen Petra 12 Sidoarjo untuk mengembangkan
ilmu kependidikan khususnya manajemen pendidikan. Awalnya
terasa sangat berat bagi saya karena harus belajar ekstra keras untuk
dapat menyelesaikan jenjang S-2 ini. Puji Tuhan, berkat pimpinan
dan penyertaan Tuhan Yesus, saya boleh menyelesaikan program ini
dengan baik.
Terobosan lain yang dilakukan PPPK Petra yaitu program EMS
(English, Mathematics and Science). Program ini diadakan pada
tahun 2016. Hal ini merupakan langkah besar bagi PPPK Petra
untuk bisa membekali para guru agar lebih menguasai keterampilan
mengajar Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Sungguh, sebuah
kesempatan yang sangat berharga bagi kami para guru untuk bisa
bergabung dalam kelompok EMS ini.
Saya kadang merasa lelah dan putus asa di tengah-tengah perjalanan
dalam pelayanan ini. Akan tetapi, saya memegang teguh janji Tuhan
106
yang tertulis dalam Yesaya 41:10, “Janganlah takut, sebab Aku
menyertai engkau. Janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku
akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa
kemenangan.” Jadi, saat mengalami persoalan dan tantangan, jangan
pernah menyerah atau menjadi bimbang, tetaplah teguh karena
Yesus adalah jaminan hidup kita.
Oleh karena itu, saat menghadapi apa pun janganlah kita cemas dan
tetaplah kuat bersama Tuhan. Pasti kita akan mendapatkan jalan
keluar, pengharapan dan kepastian. Bagian kita adalah berdoa,
berusaha dan tetap yakin terhadap kuasa Tuhan.
Kini jerih payah kami telah memberikan hasil yang manis. Para siswa
semakin bersemangat dan antusias mengikuti pembelajaran di
sekolah. Walaupun saat ini proses pembelajaran masih harus
dilakukan via daring karena pandemi Covid-19, kami percaya Tuhan
terus menolong dan menuntun kami para guru. Kami dipacu untuk
lebih kreatif lagi di masa pandemi ini. Suka dan duka akan selalu
ada. Akan tetapi, semangat kami tak akan padam demi keberhasilan
anak didik sebagai masa depan bangsa.
Kini PPPK Petra sudah berusia 70 tahun. Dirgahayu PPPK Petra.
Semakin jaya dan terus berkembang dalam menumbuhkan jiwa-jiwa
berkarakter Kristus. Terima kasih Tuhan Yesus. Terima kasih
PPPK Petra yang masih memberi kami kesempatan untuk bekerja
di ladang Tuhan. Bersama Tuhan dan PPPK Petra…kita bisa…!
107
No matter where I go
Every time I look back on this road
You'll always be a part of who I am
Everything I've known
Every seed of greatness you have sown
Through good and bad
Your love has watched me grow
Terngiang jelas penggalan bait lagu In This Moment. Ya…. peran
guru tidak akan bisa lepas dari timeline kehidupan setiap individu.
Menjadi seperti yang tertulis dalam lagu di atas tentunya tidak
mudah. Lagu tersebut menyiratkan tanggung jawab dan peran yang
sangat besar bagi setiap guru kepada anak-anak didik yang sudah
Tuhan percayakan.
Menjadi bagian terkecil dari keluarga besar PPPK Petra tidak pernah
saya bayangkan sebelumnya karena menjadi guru bukan impian
masa kecil saya. Namun, saya percaya ini adalah bagian dari rencana
Tuhan dalam hidup saya. Di sinilah Tuhan mengajarkan banyak hal
kepada saya bagaimana melayani dengan sepenuh hati. Bagaimana
saya berusaha melakukan yang terbaik. Saya sudah merasakan
bagaimana kasih Tuhan yang besar dalam hidup saya dan saya tidak
akan pernah bisa membalas kasih-Nya. Saya hanya bisa melakukan
108
dengan berusaha untuk berbuat yang terbaik. Hal ini tentu tidak
semudah apa yang diucapkan. Kita perlu kerja keras, setia, dan
bersedia untuk mau belajar dan diajar. Selain itu dibutuhkan
ketulusan, kasih dan komitmen untuk melaksanakannya secara terus
menerus.
Tuhan mempercayakan banyak hal dalam kehidupan saya sebagai
seorang guru, terutama anak-anak hebat milik Tuhan. Tuhan
menghendaki saya untuk mengasihi mereka dengan Kasih-Nya. Saya
tahu ini mengandung konsekuensi yang tidak mudah. Semakin dekat
dengan mereka semakin saya dapat menyelami dan memahami
masalah yang mereka hadapi. Saya akan membagikan salah satu
dari pengalaman saya dalam menangani siswa yang hiperaktif. Sejak
awal masuk kelas 1, pendampingan selalu dilakukan. Anak tersebut
berasal dari TK Kristen Petra. Kami sudah mendapatkan informasi
tentang masalah yang dialaminya. Saya bersyukur kepada Tuhan
karena kerja sama dan dukungan dari semua pihak mulai dari orang
tua, kepala sekolah, seluruh guru, dan karyawan bahkan PPPK Petra
sangat bagus. Hari demi hari yang dilalui memang melelahkan
karena anak tersebut adalah hiperaktif. Dia banyak berbuat “ulah”
sehingga pembelajaran di kelas sangat terganggu. Tidak jarang dia
keluar dari kelas dan berlari-lari atau berjalan-jalan keliling sekolah
tanpa tujuan. pengawasan harus tetap dilakukan agar tidak
membahayakannya. Kadang-kadang dia mau menurut ketika
dibujuk untuk kembali belajar di kelas namun tidak jarang dia
menolak. Dia marah tidak terkendali ketika dia menolak dibujuk
untuk belajar. Saya harus memeluknya dari belakang dengan sekuat
tenaga supaya dia bisa mendengarkan nasihat/kata-kata saya.
Suatu ketika kami mendengar kabar bahwa ibunya terkena sakit
kanker stadium akhir. Kami sangat sedih mendengar kabar itu. Saat
109
itu dia masih duduk di kelas 3. Sebelum berangkat ke China, ibunya
menitipkan anaknya kepada kami yang saat itu berkunjung ke
rumahnya. Bahkan, secara khusus menelepon kepala sekolah untuk
menitipkan anaknya.
Kenyataan yang sangat menyedihkan harus kami terima beberapa
hari kemudian. Kami mendapatkan berita bahwa mamanya
berpulang ke pangkuan Bapa. Kami pun semakin kuat
bergandengan tangan membantu siswa kami tersebut. Saya
bersyukur karena kerja sama dengan ayahnya dan seluruh staf di
sekolah dapat terus berjalan dengan baik.
Kehadiran siswa tersebut di sekolah tidak hanya membuat kami
seluruh staf, guru, dan kepala sekolah belajar banyak hal tetapi juga
membentuk karakter peduli pada teman-teman sekelasnya. Mereka
dapat memahami teman tersebut dengan baik dan bersedia
memberikan dukungan serta membantu dia ketika menemui
kesulitan. Bahkan, untuk mengambilkan alat tulisnya yang jatuh dia
tidak peduli. Mereka juga secara spontan memberikan
pujian/bertepuk tangan ketika dia mendapatkan nilai bagus atau
dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik.
Saya melihat perkembangannya dari hari ke hari ada kemajuan
seiring dengan bertambahnya usia. Komitmen kami semakin kuat
untuk membantu dia semaksimal mungkin sampai dia bisa
menyelesaikan pendidikannya di jenjang SD. Kami pun melakukan
kerja sama dengan jenjang berikutnya.
Kami bersyukur kepada Tuhan dapat melewati semuanya dengan
baik. Hal ini merupakan berkat, hikmat, kasih, dan kekuatan dari
Tuhan. Kami hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik dan
110
selanjutnya kami percaya Tuhan akan menyempurnakan pekerjaan-
Nya dalam diri anak tersebut.
Pada akhir tulisan ini, saya kembali mengucap syukur kepada Tuhan
Yesus yang telah memampukan saya untuk menjadi bagian dari
PPPK Petra. Lembaga ini sudah Tuhan percayakan menjadi berkat
di dunia pendidikan.
Terima kasih kepada PPPK Petra yang sudah memberikan banyak
hal sehingga saya mendapatkan banyak pengalaman, wawasan dan
keterampilan yang sangat berharga untuk meningkatkan pelayanan
saya sebagai guru. Terima kasih juga buat kepala sekolah yang selalu
memberikan support dan kesempatan kepada saya untuk selalu
belajar dan mengembangkan diri. Demikian juga kepada seluruh
rekan sekerja yang selalu bersedia bergandengan tangan untuk
menangani masalah siswa dengan baik.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.
111
112
113
114
“Tuhan yang beri kekuatan & hati untuk melayani sepenuh hati”
“Fajar menyingsing indah bagaikan, t’rang yang mengiring sabda
Tuhan. Puji Khalikmu atas ciptaan; tiap pagi baru kurnia Tuhan!”
Sebuah lirik lagu yang berjudul asli Morning Has Broken dari
Eleanor Farjeon merupakan kisah yang menggambarkan kasih
Tuhan yang setiap hari bahkan setiap pagi kita rasakan dalam
kehidupan kita. Seperti halnya ketika saya diberi kesempatan untuk
dapat melayani Tuhan lewat anak-anak di SMP Kristen Petra 1
Surabaya. Merasakan anugerah Tuhan ketika setiap hari bangun
pagi, saya memulainya dengan doa dan memiliki banyak harapan/asa
yang sudah ada dalam benak untuk ingin digapai di hari baru. Satu
frasa dalam hati, sungguh limpah dan syukur! PPPK Petra
merupakan bagian yang begitu berkesan dalam kehidupan pribadi
saya sejak TK sampai SMA. Saat itu sebagai siswa saya dibentuk dan
ditempa untuk menjadi pribadi yang tangguh dan dewasa.
Kemudian perjalanan saya sebagai guru dimulai tahun 2014 di SMP
Kristen Petra 1. Awal tahun ajaran yang sungguh membuat saya
terkagum, saya dipilih Tuhan untuk dapat membimbing, mengenal,
dan mendidik banyak siswa yang Tuhan percayakan dengan talenta
dan nilai akademik yang luar biasa. SMP Kristen Petra 1 memiliki
jumlah siswa-siswi yang cukup banyak. Hal ini tentunya membuat
115
tantangan tersendiri secara pribadi untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab saya dengan sepenuh hati.
Suatu ketika muncul pertanyaan dari seorang siswa, “Mengapa Ibu
mau menjadi seorang guru?” Sempat terhenti untuk menjawab
namun saya sudah memunyai jawaban yang mantap karena boleh
dikatakan itu merupakan cita-cita saya. Keinginan dan harapan saya
menjadi guru sudah ada sejak menginjak usia remaja. Saya melihat
dan merasakan bahwa bapak dan ibu guru dengan sukacita dan tanpa
lelah mengajar dan memberikan kasih sayang dengan tulus. Hal itu
menjadi kerinduan saya untuk dapat lebih dekat dengan anak-anak
setiap hari.
Pada suatu saat, Tuhan memberi saya tanggung jawab untuk
mendampingi seorang siswa yang kurang memiliki talenta dan
kemampuan yang luar biasa namun memiliki motivasi untuk
bersosialisasi, belajar, bahkan untuk masuk sekolah. Segala hal yang
dimilikinya tidak cukup menjadi modal untuk memiliki percaya diri
dan mau membuka diri dengan lingkungannya. Pergumulan yang
saya hadapi bersama rekan-rekan agar selalu tumbuh rasa mengasihi.
Dalam hati kecil kami selalu ada harapan dan keyakinan untuk
menumbuhkan semangat dan percaya diri dalam diri anak tersebut.
Kami berupaya dengan berbagai cara untuk melakukan yang terbaik
yang bisa kami lakukan bagaikan setitik air yang sedikit demi sedikit
jatuh dan menyegarkan tanah. Demikian pun harapan terus ada
seiring dengan langkah yang kami lakukan dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang. Bahkan, kami selalu menyiapkan waktu
untuk mau mendengar. Bagian lain dari pendampingan kami adalah
mengajak dia berdoa, bermain bersama, dan berkunjung ke rumah.
Selain itu, kerja sama dengan keluarga adalah kunci untuk
perubahan diri anak tersebut. Segala upaya kami lakukan. Namun,
kami tetap berserah dan bersandar serta memohon hikmat dan
116
bimbingan kepada Tuhan agar dapat menumbuhkan semangat,
motivasi, dan rasa percaya diri yang mulai pudar. Puji Tuhan, Tuhan
mendengar dan mengabulkan doa kami. Wajah takut dan cemas
ketika melihat orang lain dari anak tersebut telah hilang! Keceriannya
telah kembali! Sungguh, hati kami penuh dengan ucapan syukur.
Perbuatan Tuhan sungguh amat baik. Seiring dengan perjalanan
waktu, anak tersebut telah memiliki banyak kawan, dapat
bersosialisasi dengan baik, dan ketika diberi kepercayaan untuk
mewakili kelas mengikuti lomba fotografi pada saat lomba natal, dia
memperoleh juara.
Tuhan memberikan segala sesuatu lebih dari yang kita bayangkan.
Sungguh, kami tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Tuhan yang
memberi kekuatan untuk mau melayani dengan sepenuh hati.
Seperti fajar di pagi hari, demikianlah kasih Allah bagi kita dan selalu
baru setiap pagi, serta terus bertambah. Selagi kita diberi kesempatan
dan waktu oleh Tuhan untuk menyambut pagi dan menghirup udara
setiap saat, pergunakanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-
baiknya.
Kita meneladani Yesus Sang Guru Agung yang telah mengajarkan
kepada para murid untuk selalu menghidupi ajaran Tuhan, bukan
hanya dengan tutur kata melainkan juga dengan perbuatan. Sama
halnya dengan kita sebagai guru menjadi teladan bagi siswa agar ilmu
dan didikan yang diterima dapat bertumbuh dan menghasilkan buah
bahkan menjadi berkat bagi sesama. Seperti firman-Nya dalam injil
Yohanes 13:15 (TB) yang menyatakan “Sebab Aku telah
memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat
sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”.
“Milikilah hati untuk melakukan dan memberikan yang terbaik
untuk Tuhan dari setiap tugas yang diberikan”
117
“Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang
menentukan arah langkahnya.” (Amsal 16:9). Firman Tuhan
tersebut terjadi dalam kehidupan saya, khususnya sebagai bagian
dari pegawai PPPK Petra sebagai guru.. Semula sebagai tenaga
pendidik di PPPK Petra bukan impian pertama. Pada tahun 1991
saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru di lingkungan
PPPK Petra dari proses seleksi yang cukup ketat. Hasil tes
mengajar, kesehatan, dan wawancara saya diterima dan ditempatkan
di SMA Kristen Petra 5 dan SMA Kristen Petra 4 sebagai guru Fisika
dan langsung diberi kepercayaan sebagai wali kelas I-1. Selain itu,
saya diberi kepercayaan membina ekstra kurikuler Karya Ilmiah
Remaja. Pembagian hari mengajar yaitu Senin sampai Kamis di
SMA Kristen Petra 4 sedangkan hari Jumat dan Sabtu mengajar di
SMA Kristen Petra 5 Surabaya.
Sebagai guru muda yang diberi kesempatan mengajar di dua tempat
yang berbeda dan kepercayaan sebagai wali kelas dan pembina
ekstra, merupakan berkat Tuhan kepada saya melalui PPPK Petra.
Pendapatan yang saya terima setiap bulan lebih dari cukup
meskipun saya masih berstatus sebagai guru honorer. Perhatian dan
penghargaan yang saya terima luar biasa. Hal itu menjadi
kebanggaan saya sekaligus merasa semakin mantap untuk menjadi
guru PPPK Petra. Apalagi pada tahun 1993 saya menjadi calon guru
tetap mata pelajaran Fisika di SMA Kristen Petra 4 Sidoarjo.
118
PPPK Petra telah membentuk kemampuan saya baik secara
padagogi maupun pengembangan akademis. Kemampuan tersebut
dibentuk melalui seminar dan lokakarya yang dilakukan secara rutin
dan berkesinambungan oleh PPPK Petra, dan melalui pelatihan
ataupun seminar dan lokakarya bagi guru Fisika, baik yang
diselenggarakan oleh PPPK Petra maupun oleh instansi lain seperti
perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Selain itu, bidang kerohanian
saya semakin bertumbuh, karena PPPK Petra selalu mengadakan
pembinaan kerohanian, melalui persekutuan doa, retreat guru dan
karyawan, dan kegiatan kerohanian lainnya.
Pada tahun 1993 saya menerima SK sebagai guru tetap PPPK Petra
dan ditugaskan di SMA Kristen Petra 4 Sidoarjo. Pada tahun 1996
saya alih tugas ke SMA Kristen Petra 3 Surabaya, namun masih tetap
mengajar di SMA Kristen Petra 4. Puji Tuhan di SMA Kristen Petra
3 saya mendapat kepercayaan dari kepala sekolah saat itu Drs.
Rusdiarsa, Drs. Sudiyatmoko, dan Dra. Hanna Herawati, M.M.
sebagai wakil kepala sekolah dan terpilih sebagai guru inti mata
pelajaran Fisika di lingkungan SMA PPPK Petra bersama Drs.
Hartanto dari SMA Kristen Petra 2 Surabaya. Kepercayaan yang
diberikan kepada saya sebagai tugas tambahan, membentuk diri saya
untuk lebih memiliki pengalaman dalam membangun relasi dengan
instansi di luar PPPK Petra, maupun di internal PPPK Petra. Hal ini
membentuk diri saya secara utuh dalam menumbuhkan talenta yang
Tuhan berikan kepada saya melalui sesama rekan guru, karyawan,
kepala sekolah dan Dewan Pengurus PPPK Petra.
Pada tahun 2016 Saya mendapatkan tugas baru sebagai guru di SMP
Kristen Petra 2 Surabaya di bawah kepemimpinan Dra. Theresia
Ambar Sisworini, M.M, Dra. Ni Nyoman Panji P. S., M.M., dan
Bapak Arif Prianto, S.Pd., M.M. Suasana kerja yang sudah terpola
di lingkungan PPPK Petra tidak membuat saya canggung untuk
119
melakukan tugas rutin dalam suasana kebersamaan yang dibangun
oleh warga SMP Kristen Petra 2. Oleh karena itu, saya dapat
menyelesaikan studi Program Pasca Sarjana yang saya tempuh atas
kesempatan yang diberikan oleh Dewan Pengurus PPPK Petra yang
bekerja sama dengan Universitas Surabaya.
Sebagai bagian dari keluarga besar SMP Kristen Petra 2, saya selalu
merasakan suasana yang penuh kekeluargaan yang terus dibangun di
lingkungan sekolah. Hal ini membuat rasa sukacita dalam
melaksanakan tugas rutin sebagai guru Fisika, yang tentu dengan
berbagai persoalan yang terjadi, namun semua dapat berjalan dengan
baik. Semua ini terjadi karena Tuhan sebagai pemilik lembaga ini
melalui Dewan pengurus PPPK Petra selalu mengayomi dan
memberikan yang terbaik bagi SMP Kristen Petra 2.
Dua puluh sembilan tahun menjadi bagian dari keluarga besar PPPK
Petra telah membentuk diri saya secara utuh baik dari segi moril,
materi, dan religius. Meskipun harus belajar terus-menerus untuk
pengembangan diri saya sebagai guru, saya bersyukur kepada Tuhan
atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menjadi bagian
dari keluarga besar PPPK Petra sebagai lembaga milik Tuhan yang
penuh dengan berkat.
Selamat ulang tahun ke-70 PPPK Petra Surabaya. Semakin diberkati
Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama, khususnya di bidang
pendidikan. Amin.
120
Terkadang Tuhan memunyai cara yang misterius dalam membentuk
kita semua. Bekerja dan mendapat penghasilan yang besar tentunya
merupakan cita-cita setiap orang dalam memilih profesinya. Namun,
seiring dengan perjalanan hidup, sepertinya hal itu tidak sepenuhnya
benar. Hal inilah yang pernah saya rasakan. Nama saya Ferdaus
Kanba dan saat ini saya dipercaya untuk mendidik putra-putri yang
ada di SMP Kristen Petra 3 Surabaya.
Sebelum saya bergabung di PPPK Petra, saya pernah bekerja di
perusahaan jasa konstruksi ternama atau lebih dikenal dengan istilah
kontraktor. Banyak orang beranggapan bahwa pekerjaan ini
diimpikan oleh siapa pun karena dari segi penghasilan sangat
memuaskan. Hal tersebut memang tidak bisa dipungkiri. Dari segi
penghasilan, pekerjaan di bidang ini mempunyai banyak kelebihan.
Meskipun demikian, hal itu justru membuat saya tidak tenang dan
memutuskanu untuk resign. Sebenarnya tidak ada masalah dengan
dunia pekerjaan ini tetapi harga yang dibayar juga cukup tinggi yaitu
harus rela bekerja jauh dari keluarga dan membiasakan diri hidup
di lingkungan yang keras. Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan
pekerjaan saya sebelumnya. Sayangnya semakin lama justru saya
merasakan kekosongan dalam pekerjaan ini. Seolah-olah ada bagian-
bagian yang hilang dalam hari-hari saya. Suatu ketika saya baru
menyadari ternyata kekosongan tersebut karena saya telah
kehilangan banyak moment dan hidup jauh dari keluarga. Memang,
121
kondisi seperti ini adalah hal biasa yang harus diterima ketika
memutuskan bekerja di dunia proyek yang kerap berpindah-pindah
lokasi.
Titik balik dari semua yang pernah saya rasakan tersebut yakni ketika
keluarga saya berkeinginan supaya saya menetap di Surabaya saja.
Setelah bergumul dan berpikir, saya pun memberanikan diri untuk
menyampaikan apa yang saya rasakan kepada pimpinan saya saat itu.
Hasilnya sungguh di luar dugaan, pimpinan saya kala itu justru sangat
men-support apa yang menjadi pemikiran saya. Selanjutnya, saya
diperbolehkan untuk mencari pekerjaan lain supaya saya bisa
menetap di Kota Surabaya dan tidak berpindah-pindah lagi seperti
keinginan keluarga saya. Bahkan, ketika saya sudah mendapat
pekerjaan lain, saya masih diperkenankan untuk bekerja di
perusahaan tersebut.
Cerita unik lainnya bahwa sampai sekarang ternyata 80% dari
pegawai, staf, engineer dan jajaran direksi tempat saya bekerja dulu,
mayoritas adalah lulusan dari Petra. Baik dari tingkat SD, SMP,
SMA/SMK, dan UK Petra. Semua rekan kerja saya di perusahaan
tersebut ternyata juga masih mengenal dengan baik guru-gurunya saat
sekolah di Petra dulu. Mungkin alasan itulah yang membuat
perusahaan tetap memberi support kepada saya. Saya merasa sangat
beruntung kala itu karena ketika saya mengerjakan proyek
pembangunan salah satu hotel di Surabaya Timur tepatnya di
bilangan Kertajaya, ternyata ownernya juga lulusan dari Petra. Hotel
yang dibangun itu berjarak hanya beberapa puluh meter dari kantor
pusat PPPK Petra.
Berikut kisah saya bergabung dengan PPPK Petra. Ketika saya
mengajukan surat lamaran, saya masih aktif bekerja di proyek. Saya
mengirim langsung surat lamaran tersebut bersama sopir proyek.
122
dengan mengenakan celana jeans dan masih bersepatu safety boots.
Lamaran saya diterima sebagai guru di SMP Kristen Petra 3.
Meskipun saya sudah berkerja di PPPK Petra, saya masih diberi
kepercayaan perusahaan sebelumnya untuk membantu masalah
administrasi yang biasanya saya kerjakan. Hal itu saya lakukan saat
pulang mengajar dari SMP Kristen Petra 3 . Saya bekerja di proyek
dari pukul 17.00 sampai pukul 19.00. Aktivitas seperti ini rutin saya
jalani hingga beberapa tahun dan saya tetap mendapatkan gaji penuh.
Bisa dikatakan mungkin saya adalah orang yang paling beruntung
karena saya bisa bekerja di dua tempat berkompeten sekaligus di
waktu yang sama.
Hubungan saya dengan teman-teman di proyek tetap terjalin.
Bahkan, selesai mengajar saya langsung ke proyek dan berbincang-
bincang dengan teman-teman proyek atau teman sejawat hingga
pimpinan saya. Tak jarang mereka juga sering menanyakan apakah
bapak guru A masih mengajar dan mereka pun saling menceritakan
kisah-kisah lucu saat sekolah, cerita konyol bahkan kenakalan ketika
sekolah di Petra. Saya masih ingat pimpinan saya mengatakan sambil
bercanda, “Titip anak saya ya bro... kalau nakal-nakal kayak papanya
jewer aja!” Memang bukan kebetulan anaknya disekolahkan di Petra
juga. Apa yang saya rasakan ini sangatlah unik dan saya pun sempat
berpikir ternyata dampak sekolah Petra selama ini sangatlah masif
peranannya dalam membentuk dunia bisnis saat ini.
Melalui tulisan ini, saya sampaikan bahwa peranan sekolah di bawah
naungan PPPK Petra dan guru-gurunya sangatlah besar. Setiap hari
mengajarkan nilai-nilai Kristiani, membentuk, dan mengukir peraih
masa depan melalui siswa-siswi yang mungkin saat ini dianggap
remeh dan sering dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak.
Yakinlah apa yang kita lakukan bersama akan berdampak besar
123
terhadap masa-masa yang akan datang dan dapat menjadi berkat
untuk bangsa dan negara.
Pengalaman ini saya ceritakan secara nyata dan saya tulis apa adanya
tanpa saya tambahkan atau kurangi. Semoga keputusan saya untuk
berjuang bersama Petra membangun masa depan bangsa akan
berbuah manis di kemudian hari. Dirgahayu PPPK Petra. Tetaplah
megah dan menjadi berkat buat semua serta menjadi harapan setiap
insan. Amiiinnnn!
124
Berbicara tentang cita-cita, pasti setiap orang pernah memikirkan
atau terucap apa cita-citanya. Siapa pun termasuk saya memiliki cita-
cita sebelum menjalankan profesi yang saat ini saya jalani. Sejak saya
duduk di kelas 2 SMA Negeri 7 Surabaya, Saya tertarik dengan
sebuah profesi yaitu Human Resources Development (HRD) atau
Divisi Personalia di sebuah perusahaan. Saya bercita-cita dapat
bekerja di posisi tersebut. Setelah tamat SMA, saya melanjutkan
kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya atas
rekomendasi kakak saya yang berdinas di TNI Angkatan Laut. Saya
memilih jurusan Psikologi Industri Organisasi (PIO) dengan
harapan setelah lulus kuliah saya dapat melamar pekerjaan sebagai
HRD atau Divisi Personalia di sebuah perusahaan.
Setelah lulus kuliah saya bekerja di sebuah perusahaan otomotif
sebagai CRO (Customer Relation Officer) bukan sebagai HRD
seperti yang saya inginkan. Namun, Tuhan mengizinkan saya berada
dalam posisi ini agar saya berproses dan belajar banyak hal tentang
bagaimana saya bisa meng-handle complain para pelanggan dan
mengatasi permasalahan yang ada di kantor cabang tempat saya
bekerja.
Setelah kurang lebih 20 bulan saya bekerja, saya masih berkeinginan
untuk mencari pekerjaan seperti yang saya cita-citakan. Saya tidak
akan menyerah sebelum saya mendapatkan apa yang menjadi
125
impian atau keinginan saya. Saya terus berusaha karena termotivasi
oleh kedua orang tua saya yang selalu memberikan yang terbaik
untuk saya. Saya akan membalas yang terbaik juga untuk mereka.
Puji Tuhan, impian yang saya harapkan sejak SMA yakni untuk
menjadi seorang HRD di sebuah perusahaan tercapai. Saya
mendapatkan kesempatan bekerja di sebuah perusahaan otomotif
juga namun kali ini bukan di kantor cabang melainkan di kantor
pusat. Saya bersyukur dan merasa sangat senang dengan posisi saya
dalam pekerjaan saat itu. Bukan hanya itu, kedua orang tua saya juga
sangat bangga dengan apa yang sudah saya capai pada saat itu. Saya
dipercaya sebagai staf HRD dan memiliki seorang rekan kerja. Kami
bisa saling bekerja sama meng-handle terkait personalia dan
kegiatan training seluruh karyawan di kantor cabang. Banyak hal
yang saya dapatkan ketika saya menduduki posisi tersebut. Selain
impian dan cita-cita saya terwujud, saya juga mendapatkan apa yang
selama ini saya inginkan termasuk kesejahteraan. Saya merasa bahwa
di saat itulah zona nyaman sudah ada dalam diri saya. Hal ini
membuat saya sangat bangga karena sudah mencapai apa yang
menjadi impian sejak dulu.
Tiga bulan sebelum penentuan saya dinyatakan sebagai karyawan
tetap dalam perusahaan tersebut, saya mendapatkan informasi
bahwa saya menggantikan posisi partner kerja saya yang berpindah
tugas ke kantor cabang. Saya sangat bingung dengan posisi saat itu
karena posisi yang saya dapatkan saat itu bukan menjadi berkat bagi
orang lain melainkan menjadi batu sandungan khususnya untuk
rekan kerja saya yang sudah membantu saya bahkan membagi
ilmunya supaya saya mampu dan dapat menguasai pekerjaan yang
kami jalani bersama saat itu.
126
Setelah mendapatkan informasi tersebut, saya bergumul dan harus
memutuskan apakah saya berlanjut bekerja di perusahaan tersebut
atau harus mencari pekerjaan lainnya dan pilihan terakhir adalah
saya sebagai ibu rumah tangga. Terlintas pikiran sebagai ibu rumah
tangga karena pada saat itu saya baru saja menikah. Kami tinggal di
Kota Surabaya dan tentu tidak mudah mencari pekerjaan dengan
status sudah menikah. Di balik pergumulan itu, saya selalu ingat
pesan orang tua, “Jika mencari pekerjaan yang sesuai dengan apa
yang kita inginkan dan di mana pun kita berada, kita harus tetap
menjadi berkat untuk orang lain dan merasakan sukacita dalam
melakukan pekerjaan tersebut.” Pesan itulah yang menguatkan saya
untuk memutuskan mengundurkan diri dan mencari pekerjaan
baru. Saya terus berdoa dan berharap pada Tuhan, jika Tuhan
mengizinkan saya berkerja, Tuhan pasti memberikan pekerjaan yang
jauh lebih baik dari sebelumnya dan secara khusus bisa menjadi
berkat bagi orang lain.
Satu bulan kemudian, Puji Tuhan dengan segala proses recruitment
karyawan baru, saya mendapatkan kesempatan untuk diterima dan
bergabung di PPPK Petra sebagai guru Bimbingan dan Konseling.
Hal ini sesuai dengan latar belakang pendidikan saya yaitu Psikologi.
Walaupun awalnya tidak ada sedikit pun bayangan untuk bekerja
di dunia pendidikan karena tidak ada cita-cita atau angan-angan saya
menjadi seorang guru, saya berkomitmen saat itu bahwa saya akan
belajar dan bekerja dengan sebaik mungkin agar saya juga dapat
menjadi berkat bagi diri saya dan bagi orang yang ada di lingkungan
saya.
Dua bulan awal saya menjadi seorang guru, rasanya sangat berat bagi
saya menjalankan profesi ini karena saya belajar bagaimana menjadi
seorang guru mulai dari administrasi dan lingkungannya. Selain itu,
harus membimbing dan mengenal bukan hanya para siswa
127
melainkan juga para orang tuanya. Saya harus bisa bekerja sama
dengan mereka demi penanganan masalah agar dapat teratasi.
Dengan pendampingan ini, para siswa dapat berkembang lebih baik
dan optimal secara emosional.
Semakin hari saya sungguh bersyukur dan semakin mencintai
pekerjaan saat ini sebagai seorang guru khususnya guru Bimbingan
dan Konseling (BK). Saya dapat berproses dan belajar dari
permasalahan anak didik saya dan dapat merasakan bagaimana
bekerja dengan sukacita yang luar biasa ketika saya dapat
membimbing anak-anak dan dapat membantu mereka, memberikan
telinga dan hati serta perhatian saya bagi mereka sebagai tempat
cerita di masa remaja mereka dengan segala pergolakan,
permasalahan, perkembangan, maupun pertumbuhannya. Bagi saya
hal ini tidak dapat tergantikan sukacitanya dibandingkan dengan
pekerjaan yang sesuai dengan impian saya dulu. Saya belajar
bagaimana saya mampu membuat anak-anak makin dekat dengan
saya. Hal ini membuat saya sukacita dan semakin termotivasi dalam
bekerja.
Saya sangat bersyukur juga bahwa mereka selalu mengingat saya
walaupun mereka sudah tidak lagi sekolah di SMP Kristen Petra 3.
Saya tetap berkeinginan ketika saya bekerja saya selalu tetap menjadi
berkat untuk semua orang. Terima kasih PPPK Petra yang sudah
memberikan kesempatan bagi saya untuk melayani di tempat ini.
Tuhan Yesus Memberkati kita semua.
128
Menjadi guru bukanlah impian saya. Hutan tempat saya biasa
mencari kayu bakar lebih menarik bagi saya sehingga saya ingin
menjadi seorang ahli hutan. Namun, kenyataan berkata lain. Saat
guru saya cuti dan pulang ke Jawa, saya merasakan betapa seorang
murid membutuhkan sosok guru yang mampu membimbing dan
menuntunnya untuk meraih cita-cita. Ada kekosongan dalam jiwa
dan itulah momen yang menjadi titik balik sehingga saya
memutuskan untuk menjadi seorang guru.
Selepas SMA di Sampit, Kalimantan Tengah, saya merantau ke Jawa
untuk melanjutkan pendidikan. Saya melanjutkan pendidikan di
FKIP Universitas Widya Mandala Jurusan Fisika. Setelah lulus ujian
negara sarjana muda pada Desember 1986 saya melamar di SMP
yang bernaung di bawah PPPK Petra. Puji Tuhan saya diterima dan
pada 1 September 1987 mulai mengajar di SMP Kristen Petra 3
Surabaya.
Perjalanan saya sebagai seorang guru bukanlah perjalanan yang
mudah saat itu. Suka dan duka mewarnai lebih-lebih saat
menghadapi anak-anak yang sulit belajar. Pernah suatu ketika saya
membimbing anak yang sulit belajar karena rapor sisipan semester 2
hampir semua nilainya merah. Saya bingung harus memberikan
nasihat dengan cara apa. Kondisi tersebut bisa diprediksi bahwa anak
tersebut tidak ada harapan untuk naik kelas. Namun, saya tetap
memohon pada Tuhan dan membesarkan hatinya bahwa masih ada
kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Komunikasi dengan
orang tua pun saya tingkatkan sampai dengan kenaikan kelas. Ibunya
129
menangis saat melihat hasil yang diraih sang putra. Sungguh, tidak
menyangka atas hasil tersebut. Anaknya telah berusaha belajar
dengan tekun hingga bobot badannya turun 5 kg. Di Saat menerima
rapor, anak tersebut tidak berani masuk kelas ketika melihat ibunya
menangis. Dia berpikir bahwa ibunya sedih karena ia tidak naik
kelas. Lalu, saya memanggil dia. Dengan perlahan ia mendekat dan
saya tunjukkan nilai rapornya. Tiba-tiba ia memeluk saya. Saya kaget
dan tidak menyangka akan mendapat pelukan. Itulah pelukan yang
pernah saya dapatkan dari murid laki-laki dan tak pernah saya
lupakan sepanjang hidup saya. Ya pelukan bahagia seorang anak
karena perjuangannya tak sia-sia. Ia telah menggunakan kesempatan
untuk melakukan yang terbaik. Ia berjuang dan akhirnya ia memetik
hasil perjuangannya yaitu naik kelas. Suatu hal yang
membahagiakanku. Tuhan menolong, memampukan saya untuk
dapat membimbing anak-anak yang dipercayakan pada saya.
Namun, perjuangan belum berakhir. 30 Desember 2008 saya
menjalani operasi mioma di rahim. Tanggal 13 Januari 2009 saya
menerima hasil PA dan sungguh di luar dugaan, saya dinyatakan
menderita kanker rahim stadium tiga. Saat itu juga saya dirujuk ke
dokter di Surabaya dan keesokan harinya saya menjalani kemoterapi
yang pertama. Tak pernah saya bayangkan sebelumnya kalau saya
akan mengalami hal ini. Namun, coba saya jalani dengan tabah.
Tubuh lemah memaksaku tidak bisa ke sekolah. Namun, celotehan
anak didik melalui telepon di sela jam istirahat mereka
membangkitkan semangat dan menghibur saya. Kunjungan teman-
teman pengajar fisika yang dilakukan sepulang MGMP di kantor
pusat untuk menemaniku saat saya kemoterapi sangat membantuku.
Kepala sekolah yang baik hati selalu menanyakan apa yang saya
perlukan setiap beliau akan berkunjung. Hal itu membuat saya
terharu. Ya Tuhan, betapa Engkau mengasihiku, melalui suami,
anak, anak didik, rekan kerja, pimpinan sekolah dan lembaga
tempatku mengabdikan diri. Demi orang-orang yang mencintai saya,
saya mau berjuang melawan kanker. Saya harus sembuh. Saya tak
130
menghendaki agar doa dan perjuangan orang-orang yang
mengasihiku menjadi sia-sia. Saya mohon kepada Tuhan agar diberi
kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas saya mendampingi
suami, membimbing anak saya, dan juga membimbing anak didik
saya.
Enam kali saya menjalani kemoterapi dan akhirnya setelah enam
bulan saya tidak mengajar, pada tahun pelajaran 2009-2010 saya
kembali aktif mengajar. Kali ini Tuhan menempatkan saya di SMP
Kristen Petra 4 Sidoarjo. Meskipun tubuh masih lemah, tanpa
sehelai rambut di kepala, saya memulai hidup dengan satu tekad
yaitu selama ada kesempatan, lakukan yang terbaik, kerjakan
bagianmu dan Tuhan yang menyempurnakan. Saya mensyukuri apa
yang Tuhan izinkan saya lalui seperti penggalan lagu berikut, “Tak
ada manusia yang terlahir sempurna - syukuri apa yang ada - hidup
adalah anugerah - tetap jalani hidup ini - melakukan yang terbaik. Ya
selama ada kesempatan, lakukan yang terbaik.
Cinta Tuhan luar biasa. Bahkan, mendekati ujung masa tugas saya
pun tetap harus berjuang. Pandemi yang melanda dunia memaksa
saya untuk belajar keras menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman agar tetap bisa mendampingi anak didik. Lelah pasti, bingung
ya tetapi tetap terngiang klausa bijak dan inspiratif yaitu “Selagi ada
kesempatan, lakukan yang terbaik. Kerjakan bagianmu, dan
Tuhanlah yang menyempurnakan.”
Terima kasih Tuhan untuk cinta-Mu. Terima kasih PPPK Petra
yang sudah memberi kesempatan kepada saya untuk berkarya. Di
hari ulang tahun ke-70 saya berdoa semoga PPPK Petra tetap berjaya
dan menjadi berkat. Untuk rekan-rekan muda yang masih harus
berjuang. Cerdaskan anak bangsa, jangan lelah dengan berpedoman
selagi ada kesempatan lakukan yang terbaik. Kerjakan bagianmu dan
Tuhanlah yang akan menyempurnakan. Tuhan yang akan
melengkapi dan terus memberkati setiap perjuangan kita.
Selamat dan sukses PPPK Petra.
131
Sejak kecil saya memang bercita-cita ingin menjadi seorang pendidik
karena menurut saya profesi ini adalah profesi yang sangat mulia.
Profesi ini pun menolong seseorang memiliki pengetahuan yang
lebih luas. Setelah saya menyelesaikan studi di Fakultas Keguruan,
saya mulai melangkahkan kaki menuju dunia yang sudah lama
menjadi impian. Sesaat saya sempat bingung ke mana saya harus
memilih karena kampus mendorong kami untuk daftar menjadi
pegawai negeri. Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan mengingat
saat itu banyak orang bermimpi menjadi pegawai negeri. Saya dan
teman-teman mencoba mendaftar bersama karena banyak yang
dibutuhkan. Kami semua diterima dan ditempatkan di luar kota
kelahiran saya. Namun, karena saya seorang perempuan, orang tua
tidak bersedia untuk menandatangani surat persetujuan saat itu.
Muncul amarah, kesedihan, dan berbagai pertanyaan di benak
saya,”Mengapa harus demikian?”
Waktu terus bergulir sampai suatu saat saya mendengar ada salah
satu sekolah swasta yang sedang membutuhkan tenaga pengajar.
Dalam hati saya bersyukur karena doa saya selama ini untuk
menjadi seorang pendidik yang sesuai dengan jurusan yang saya
ambil terkabulkan. Kesedihan saya tiba-tiba menjadi sirna dan
muncul harapan baru.
Namun, keraguan tiba-tiba muncul di benak saya. Keraguan ini
muncul karena saya sering mendengar dan melihat bahwa sekolah
132
yang saya tuju ini merupakan sebuah instansi yang sangat besar di
Surabaya. Saya pun kembali bersujud kepada-Nya memohon
petunjuk dari Tuhan bertanya dalam hati, “Inikah Tuhan jawaban
doa saya? Jika ini kehendak-Mu, mampukan saya untuk dapat
menjadi terang bagi anak-anak yang Engkau percayakan kepada
saya.”
Tahun pertama saya bergabung dengan PPPK Petra, semuanya
masih belum jelas karena tidak tahu ke mana harus mencari tahu
untuk dapat menjadi seorang pendidik yang handal. Kami semua
masih sangat muda dan belum berpengalaman. Untunglah kami
mendapatkan seorang kepala, sahabat, teman, kakak seorang yang
baik hati selalu tahu akan kesulitan di lapangan dan siap membantu
agar kami dapat saling menopang. Kala itu siswa yang bergabung
baru dua kelas tetapi kami mencoba untuk memberikan pupuk,
merawat, dan bermimpi dapat memetik hasilnya kelak. Tawa,
senyum, dan air mata mengiringi langkah kami saat itu. Apalagi
lokasi sekolah cukup jauh letaknya dibandingkan SMP Petra lain.
Lokasi sekolah terletak di tengah area perumahan yang baru.
Kami yang saat itu masih muda dan kurang berpengalaman sangat
sulit menyesuaikan dengan siswa/siswi yang baru saja beranjak
remaja. Dari segi usia tidaklah terlalu jauh dengan usia saya saat itu.
Akan tetapi, hal yang menguatkan kami saat itu adalah pengayoman
dan semangat yang selalu digaungkan oleh beliau setiap kali kami
bertemu agar selalu meminta kekuatan dariTuhan.
Sekolah tempat kami mengabdi adalah sekolah yang paling akhir
didirikan dibandingkan dengan sekolah menengah yang lain.
Fasilitas masih terbatas. Apalagi masyarakat belum banyak yang tahu
keberadaan SMP di bawah naungan PPPK Petra ini berada di
tengah perumahan Jemur Andayani. Untuk memperkenalkan
sekolah ini kepada masyarakat saat itu kami rutin setiap bulan
133
melayani di GKJW Rungkut. Pelayanan ini kami lakukan bersama
kepala sekolah pertama yaitu alm. Drs. Onis Simus Musooli.
Beliaulah yang mengajak kami mempromosikan sekolah melalui
pelayanan kami sehingga mulailah nama sekolah ini dikenal oleh
jemaat di gereja tersebut. Beliau pulalah yang memotivasi kami
untuk tidak perlu berkecil hati sehingga kami memberanikan diri
untuk mengisi acara-acara besar PPPK Petra baik Natal maupun
Paskah. Persekutuan doa juga dimulai untuk menekankan bahwa
sekolah ini adalah sekolah yang bercirikan Kristiani dan
memperkuat iman percaya kami.
Kegiatan persekutuan doa kami lakukan secara rutin secara
bergiliran dari rumah ke rumah untuk mempererat tali kekeluargaan
kecuali yang kost dapat menjadikan sekolah sebagai tempat
pelaksanaan. Rupanya kegiatan ini juga menjadi ajang bagi kami
untuk saling menguatkan dalam menghadapi setiap masalah yang
kami hadapi di sekolah termasuk bagi yang sedang sakit. Sudah
menjadi kebiasaan bagi kami untuk mengunjungi teman yang sakit
secara bersama-sama sepulang sekolah. Kami merasakan ada ikatan,
perhatian, dan sukacita dalam berkarya di tempat yang Tuhan
tempatkan bagi kami.
Tahun kedua murid semakin banyak. Banyak pula karakter yang
berbeda. Dari sekian banyak siswa, kami berhadapan dengan
seorang siswa yang cukup membuat kami sangat pusing karena setiap
hari selalu saja ada ulah yang dilakukan untuk menguji kesabaran
para guru muda ini. Berbagai upaya sudah diupayakan tetapi hasilnya
nihil. Justru siswa ini semakin kerap menguji kesabaran dan
kesungguhan pelayanan kami. Patah semangat, itulah yang kami
alami bersama sehingga membuat kami tidak sanggup untuk
menjalaninya sampai hal yang tidak kami inginkan terjadi yaitu siswa
tersebut diminta untuk mengundurkan diri. Memang, sedih rasanya
134
jika melihat ada siswa yang harus keluar karena kasus. Rasanya
sebagai seorang pendidik kami gagal. Akan tetapi, kami terus belajar
untuk mencari pengalaman dengan membaca buku dan berguru
kepada mereka yang sudah berpengalaman.
Dua tahun berlalu tiba-tiba datang sepucuk surat dari siswa yang telah
banyak membuat kasus dan telah dikeluarkan dari sekolah. Dengan
rasa ingin tahu yang besar, kami buka surat cinta itu. Di situlah kami
merasa terobati kekecewaan kami bahkan berubah menjadi obat
penyemangat. Dalam surat tersebut meluncur sebuah pujian dan
pengakuan dari siswa tersebut yang isinya ucapan terima kasih
kepada guru yang telah membimbing dan memerhatikan dia. Setelah
berpindah ke sekolah lain siswa tersebut tidak merasakan perhatian,
kasih sayang dari para gurunya. Kalau dahulu dia merasakan bahwa
marah dan teguran kami adalah tanda kebencian. Namun, sekarang
ia dapat membedakan antara bentuk kasih dan kebencian. Kami
merasa bangga melihat semua itu karena tanpa disangka siswa yang
ternakal, terheboh masih bisa mengucapkan terima kasih kepada
gurunya.
Tahun terus berlalu jumlah kelas semakin bertambah. Kami pun
senang karena banyak orang tua memercayakan putra-putrinya
untuk bersekolah di SMP Kristen Petra 5. Akan tetapi, beragam
pula aksi para siswa yang melanggar tata tertib dan membuat kami
terus mencari cara untuk mengatasinya. Di tengah dinamika
pelaksanaan tata tertib para siswa tersebut kadang-kadang kami
menerapkan beberapa konsekuensi misalnya membersihkan
lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan untuk membuat siswa dapat
menghargai peraturan sekolah dan orang tua yang sudah berjerih
lelah membiayai sekolah mereka. Satu ayat yang selalu menjadi
pegangan bagi kami untuk mendidik mereka yaitu Amsal 22:6,
”Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada
masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.”
135
Mengasuh dan mendidik anak dalam konteks Alkitab yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan
kesalahan, dan untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik
orang dalam kebenaran.
Dua puluh tahun kemudian hasil didikan itu kami panen. Anak-anak
yang dulu suka membuat masalah dan banyak orang berpikir pasti
mereka akan mengalami kegagalan dalam hidup ternyata mereka
sudah menjadi orang hebat dan berprofesi sebagai anggota TNI,
kepala sekolah, pendeta, dan pengusaha. Hal ini membuat kami
bangga menjadi pendidik melihat kesuksesan mereka. Bahkan, anak
mereka pun banyak yang dititipkan kembali di SMP Kristen Petra 5.
Kami sangat bersyukur melihat perkembangan sekolah tercinta ini
yang berawal dari dua kelas sekarang telah berkembang menjadi
sembilan kelas. Walaupun lelah rasanya menghadapi siswa-siswa
yang dititipkan dengan permasalahan yang sangat unik, kami percaya
Tuhan akan membimbing dan memampukan kami dalam
menyelesaikan kasus-kasus yang kami alami bersama siswa- siswa
tersebut. Kini usia SMP Kristen Petra 5 sudah 34 tahun. Berbagai
prestasi sudah ditorehkan. Hal ini membuat kami selaku pendidik
bangga. Semua itu berkat kasihTuhan. Oleh karena itu, sebagai guru
yang berdedikasi di ladang pendidikan Kristen harus meneladani
sang Guru sejati dan sempurna kita yaitu Yesus Kristus.
Semoga anak-anak yang dipercayakan di ladang SMP Kristen Petra
5 dapat menjadi anak-anak yang dapat memuliakan namaTuhan
melalui berbagai prestasi baik akademik maupun non-akademik.
Tuhan Yesus memberkati.
“Selamat ulang tahun ke-70 PPPK Petra” semoga dapat menjadi
berkat dan saksi bagi masyarakat di sekitarnya”
136
Secara faktual saya sudah menjadi anggota keluarga besar PPPK
Petra. Dalam tulisan ini, saya berkilas balik bagaimana kisah saya
sejak pertama kali bergabung di lembaga pendidikan tercinta ini yang
terus berproses hingga kini dan menjadi kisah inspiratif. Saya
mengawali kisah ini dengan mengangkat sebuah cerita dalam video
yang berjenis fabel. Namun, cerita ini memiliki pesan moral
sekaligus menggambarkan perjalanan karier saya sebagai guru dalam
suatu komunitas yang mutualistis.
Ada kejadian menarik pada sebuah rekaman video BBC Earth yang
berjudul “Triumph of The Herbivores”. Di padang yang luas, seekor
kerbau sedang mencari makan. Ia asyik makan sampai terpisah dari
gerombolannya dan seketika menjadi sasaran empuk dua ekor singa.
Tanpa teknik khusus, singa jantan datang dan mencengkeram kepala
kerbau sehingga si kerbau diam tanpa perlawanan. Tak lama
berselang, singa betina ikut mencengkeram bagian belakang kerbau
yang membuat si kerbau semakin tidak berdaya. Dari kejauhan,
nampaklah gerombolan kerbau melewati area tersebut. Sadar bahwa
salah satu anggotanya sedang dalam bahaya, beberapa kerbau
menghentikan perjalanan mereka dan berbelok perlahan ke arah
kerbau yang malang tersebut. Kerbau-kerbau lain yang melihat
situasi itu turut berlari perlahan ke area penerkaman. Puluhan
kerbau kini berdiri di sekitar dua singa yang masih menerkam
kerbau yang malang. Singa betina yang menyadari situasinya segera
melepaskan cakarnya dari si kerbau dan menjauhi kerumunan.
Namun, singa jantan masih mencengkeram dengan penuh
137
keyakinan. Kerbau-kerbau yang berdiri paling dekat akhirnya berlari
ke arah singa jantan. Seolah-olah menunjukkan solidaritas dan
kekuatan kelompoknya. Para kerbau berhasil membuat sang singa
melepaskan cengkeramannya. Akhirnya, singa jantan dan singa
betina berlari menjauhi puluhan kerbau itu. Kerbau yang malang kini
bisa bernafas lega, dan kembali bergabung dengan gerombolannya.
Cuplikan video tersebut mengingatkan saya ketika saya pertama kali
mengajar di PPPK Petra. Hal itu terjadi pada awal tahun 2013 saat
hawa dingin menusuk tulang karena guyuran hujan setiap malam.
Saya merasa bersemangat ketika memasuki gedung sekolah untuk
pertama kalinya. Ada perasaan takut karena bidang pendidikan
bukan menjadi keahlian saya saat kuliah dulu. Berbekal senyum yang
sedikit dipaksakan karena merasa sangat tegang, saya memasuki
kantor kepala sekolah dan diberi cukup bekal untuk menjalani hari
ini. Saya diarahkan ke sebuah ruangan yang menjadi sebuah ruangan
“jumpa fans”, di mana si idola selalu dicari-cari oleh para
penggemarnya, ya, ruang guru. Setelah berkenalan dengan beberapa
guru, saya melanjutkan membaca buku paket PAK untuk
memahami materi ajar. Saat itu, ruang guru sangat sepi, nampaknya
saya masuk pada saat piket sedang berlangsung. Saya mencoba untuk
fokus membaca buku paket PAK, masih dengan perasaan tegang
tentunya. Saking tegangnya, saya sampai selesai membaca buku
paket PAK. Saat itu, saya masih tidak tahu apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Sedikit bingung, saya memutuskan untuk membuka
buku paket itu dari awal lagi. Tetapi tiba-tiba, saya dikagetkan oleh
suara yang membahana. Suara itu fenomenal, gayanya nyentrik, dan
tidak akan terlupa hingga detik ini. Suara itu berasal dari seorang
guru senior yang sangat ramah. Beliau berkata, “Hey! Ojo’ tegang-
tegang toh, lapo iku buku dibaca terus, Wes yo meluh aku jalan-
jalan!” Sayapun memasrahkan diri untuk ikut beliau berjalan-jalan
dan bercakap-cakap. School Tour bahasa gaulnya. Di bulan bahkan
tahun selanjutnya saya semakin akrab dengan beliau, sering ditraktir
makan, dan juga dimarahin (baca: dinasihati). Sampai beliau
138
kemudian pensiun, kami sering berkontak lewat Facebook. Beliau
masih sering bertanya, “Kapan ndak sibuk? Ayo dolan nang rumah
mak e”. Mak e, itulah sapaan hangat yang kami berikan untuknya
dan masih berlaku sampai sekarang.
Demikianlah awal dari banyaknya kebersamaan yang saya dapatkan
selama menjadi bagian dari PPPK Petra. Rekan-rekan kerja ini
mengajak saya masuk dalam circle of safety (meminjam istilah dari
Simon Sinek dalam bukunya “Leaders Eat Last”) di mana saya
merasa aman, berharga, percaya diri, dan bersemangat untuk belajar
hal-hal yang baru. Ada banyak pertemuan (juga perpisahan) yang
Tuhan ijinkan terjadi selama saya menjadi bagian dari keluarga besar
PPPK Petra. Memang, tidak setiap proses berelasi berlangsung
dengan mulus dan halus. Ketidakcocokan dan perbedaan pendapat
kadang terjadi. Tetapi setiap pengalaman diizinkan oleh Tuhan
untuk mengajari saya tentang arti hidup bersama dan bertumbuh di
dalam kasih. Ibarat video BBC yang saya ceritakan tadi, saya menjadi
kerbau yang akhirnya bisa bernafas lega dan berani menghadapi
bahaya apapun di luar sana. Mengapa? Karena saya memiliki
komunitas (circle) yang tidak hanya berjalan bersama-sama dengan
saya, tetapi juga pada akhirnya menjadi circle of learning dan circle
of growing.
Bahaya adalah natur dari kehidupan. Setiap hari manusia pasti
menghadapi bahaya, apapun itu bentuknya. Marilah kita selalu
menjadi komunitas yang saling menjaga, belajar, dan bertumbuh di
dalam kasih-Nya. Seperti dikatakan dalam Filipi 2:4-7, “Janganlah
tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. ”Selamat
Ulang Tahun ke-70 PPPK Petra. Soli Deo Gloria!
139
140
141