Ilustrasi: Winda Karunadhita
MEMBATIK
Aliran kental ciptakan garis
Merasuk meresap jauh ke dalam
Bangun batas macam benteng kokoh
Tak tertembus
Aliran warna demi warna
Saling berlomba masuk
Tapi selalu hasil terhalang benteng
Eh tapi
Lihat celah kecil pada benteng
Ayo cepat masuk jangan terlambat
Perpaduan tak terencana akibat
Celah pada benteng
Ditilik tak merusak bahkan menambah nilai
Demikianlah karya batik terjadi
214 Suara Hati Perempuan | 11
Ilustrasi: Winda Karunadhita
EYONG-EYONG
Ayun sayang iringi alun nina bobo
Hai bayi
Matamu berat makin berat
Coba lawan kantuk
Tapi mengapa begitu sulit
Lelap menyergap tanpa mampu ditunda
Lunglai tubuh mengalah
Pada kenyamanan dan hangatnya
Pelukan, belaian makin hanyut
Dalam sekali
Alam mimpi penuh ceria menyapa dalam tidur
Wajah damai berkelana dalam duniamu
Hai kamu bayi
Enak betul dirimu aku sayang kamu
12 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Atridia Wilastrina
Ilustrasi: Atridia Wilastrina
RELUNG LENGKUNG
Kisah lika-liku kehidupan
Berputar pasang surut silih berganti
Menembus masuk melalui relung hati
Terukir bagai sebuah lakon cerita
Bisikan hati berbicara bagai irama penuh rasa
Menyatu dalam nadi lintasan kehidupan
Dalam asa penuh suka dan duka
Berputar perlahan mengelilingi ikatan batin
Mengikat merajut dalam warna jiwa
Tersimpan indah di relung lengkung cinta
214 Suara Hati Perempuan | 13
Ilustrasi: Atridia Wilastrina
BADAI PANDEMI
Apakah bumi sedang menyembuhkan diri?
Seakan alampun turut larut bersemedi
Mengikuti putaran bumi yang seakan melambat
Tertatih menggapai kesembuhan dalam penat
Kala bumi dilanda badai pandemik
Manusia dan seisinya larut dalam duka…
Terhempas dalam dampak yang menakutkan…
Terpekur khayalan menanti jawaban ..
Kapankah badai kan mereda dan menghilang
Terkurung dalam alunan dikabulkan
Termenung khusuk sebuah pengharapan
Nafas doa penuh keyakinan ..
Akan indah pada waktunya
14 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Atridia Wilastrina
SUARA HATI WANITA
Suara hati Wanita….
Membungkus berjuta warna kehidupan
Penuh aroma bunga mengisi jiwa
Dalam wangi bercerita
Suara hati Wanita…
Mengayun jemari mengukir mimpi
Sentuhan menggores warna-warni
Menorehkan sejuta cerita diri
Suara hati Wanita…
Bagai denting suara nada
Mengalun dalam irama rasa
Tercurah segala cerita penuh cinta
214 Suara Hati Perempuan | 15
Ilustrasi: Atridia Wilastrina
BAYANG LEMBAYUNG
Semilir angin menyapa senja
Terasa lembut menembus pancaindra
Di balik bayangan tubuh menghela rasa
Aroma angin setelah berkawan hujan
Menembus raga menenangkan jiwa
Mengajak pikiran berkelana
Di balik selimut senja
Menanti munculnya sang Pelangi
Di antara awan yang bercengkerama
Seakan ingin mendapat cerita
Kisah perjalanan puteri mengembara
16 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Atridia Wilastrina
MENANTI SANG PAGI
Berselimut dingin yang sunyi sepi
Ditemani titik-titik butir embun
Semburat rasa syukur menyambut datangnya pagi
Menangkap secercah sinar di balik bukit
Merah jingga merayap naik berdampingan
Membuka pintu alam dalam keindahan pandangan
Kabut perlahan menghilang…
Disambut sapaan hangat sang surya
Setetes harapan perlahan muncul di permukaan
Rasa syukur atas nikmat indah ciptaan-Mu
Merasuk ke dalam sanubari bergelora dalam hati
Bergandengan tangan meraih cita berbalut senyuman
Melangkah mengikuti arah tuntunan-Mu
Dalam pelukan hangat sang mentari
214 Suara Hati Perempuan | 17
Ayoeningsih Dyah Woelandhary
Ilustrasi: Mia Syarief
HAI…
Apa kabar Hai pemilik jiwa...
Semoga engkau tak lelah menerima keluh kesah...
Semoga engkau tak lelah menerima segala gundah...
Semoga engkau tak lelah mengusap linang air mata…
Semoga engkau tak lelah membalut luka...
Apa kabar Hai pemilik raga...
Sepanjang hari kau merangkul pundak...
Sepanjang hari kau memeluk erat...
Sepanjang hari kau menggenggam jemari...
Sepanjang hari kau mengecup kening...
Apalah aku Hai Sang pemilik...
18 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Adalah siksa jika engkau berpaling.. .
Adalah siksa jika engkau menghilang….
Adalah siksa jika engkau tak geming...
Adalah siksa jika engkau tak menyapa...
Sentuhlah aku Hai Sang pemilik...
Bersimpuh aku di hadapan-Mu...
Cibubur, Maret 2022
214 Suara Hati Perempuan | 19
Ilustrasi: Gilang Cempaka
PESAN UNTUK…
Anakku…
Kelak jika engkau besar, akan kau pahami...
bahwa Cinta itu tidak selalu berbalut dengan aroma stroberi...
berwarna merah dengan rasa madu...
bahwa Cinta tidak selalu beruntai lagu tentang rindu...
dengan sentuhan dan kecup yang selalu menunggu...
Anakku...
Kelak jika engkau besar, akan kau sadari..
Bahwa tangan yang engkau rangkul, belum tentu adalah
tuntunanmu..
Bisa jadi tangan itu yang akan menjerumuskanmu...
Bahwa kaki yang kau ikuti, belum tentu akan mengantar ke
jalanmu...
Bisa jadi kaki itu yang akan mengantar kehancuranmu...
20 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Anakku...
Kelak jika engkau besar, akan kau ketahui.
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan akal dan pikir
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan hati dan nurani
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan lisan dan tulisan
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan adab dan budi
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan empati dan toleransi
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA SEJATI
Cibubur, Maret 2022
214 Suara Hati Perempuan | 21
Belinda Sukapura Dewi
SEMANGAT
Terlintas...
Terngiang...
Gundah...
Lalu tersirat
Kambuh bagai kanker Ilustrasi: Gilang Cempaka
Kejar dan wujudkan sebelum sekarat
FAJAR
Remang-remang…
Terang tanah…
Kau menampakan jati dirimu
Hai cahaya kehidupan
Aku ada di sana
Melangkahkan kaki
Menantang kehidupan
Ilustrasi: Ariesa Pandanwangi
22 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Nida Nabilah
RUMAH #1
Di atas bukit,
Hijau terhampar sejauh mata memandang
Di sini ku berawal, berpijak, dan meniti
Sebelum angin menjemput
Melampaui ruang dan waktu
RUMAH #2
Tujuh samudra kuarungi
Seribu gunung kulewati
Ratusan warna tlah kupandang
Berbagai gradasi tlah kuratapi
Tapi hijaumu yang tak berujung
Tiada tara indahnya Ilustrasi: Nida Nabilah
Memanggilku pulang dalam dekapan hangat
214 Suara Hati Perempuan | 23
Ilustrasi: Niken Apriani
JALAN SETAPAK
Belukar... Angin... Hujan
Menghapus jejak
Aku tetap melangkah
Mengikuti kata hati
Yakin sendiri walau tak mengerti
24 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Daruni
AKU Satu
Aku, dulu, kini dan nanti Ilustrasi: Jenar Sukaningsih
Kamu, nanti, kini dan pergi
Aku, kini, nanti berlari AKU Dua
Kamu lari dan tak kembali
Kita kini, menanti di sini
Aku ibu,
Aku di sisimu
Aku mengasuhmu
Aku merawatmu
Dia yang memilikimu
Ilustrasi: Gilang Cempaka
AKU Tiga
Aku hadir
Aku mampir
Aku tak khawatir
Aku menjalani takdir
Ilustrasi: Dina Lestari
214 Suara Hati Perempuan | 25
AKU Empat
Aku berkarya
Aku berdaya
Aku berbudaya
Aku percaya, itu karena-Nya
Ilustrasi: Ariani Rahman
Aku Lima
Aku tahu Kau selalu ada
Aku tahu Kau sang maha sutradara
Aku tak tahu yang Kau tahu
Aku rasakan kebaikan-Mu
Aku tahu Kau sang pemilik waktu
Aku tahu suatu waktu kuakan tahu
Yogyakarta, 12 Maret 2022
Ilustrasi: Nita Dewi
26 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Dini Birdieni
PUISI TENTANG K(a)U.
SEBUAH GITAR TAK BERDAWAI
Sebuah gitar tak berdawai,
Ibarat sebuah rasa yang berbalas tapi tak dapat
diungkapkan.
Sebuah petikan senar yang hanya menjadi imaji.
Alunan merdu yang hanya terdengar oleh sukma
merana.
Sebuah ungkapan rasa yang terbungkam menjadi
ratapan kosong tanpa suara.
Rasa hangat yang membakar jiwa menyiksa.
Ilustrasi: Sri R.
Saptawati
Mengapa kamu lebih memilih menyimpan senarmu?
Mengizinkan sakit itu menyiksa sukma.
Bersahabat dengan senyap dalam tatapan hampa.
Heeiii...
Tanpa kau mainkanpun aku masih bisa mendengar alunan
dawaimu.
Mengalun pelan tertahan.
Separuh jiwa yang kau bawa membuat teriakan hati terdengar lebih
jelas oleh separuh
jiwanya yang lain dalam senyap sekalipun.
Sebuah lagu yang hanya kita berdua yang bisa mendengar.
Di sebuah tempat yang hanya kita berdua yang tahu di mana itu.
Sebuah gitar tak berdawai tetaplah sebuah gitar.
BUNGKAM TAPI ADA.
214 Suara Hati Perempuan | 27
Ilustrasi: Sussy Irma
SEBUAH pe(NANTI)an
Hujan masih berderai sejak pagi
Sayup kudengar burung masih berceloteh di sela rintiknya
Dentuman mangga muda jatuh menimpa kanopi
Berkicau sesuka hati
Tak ingat bahwa hujan ini dialah yang meminta dalam kemarau
yang berkepanjangan
Sehingga dahaga tak terperi membuatnya pongah lalu terjatuh
Mengemis setitik air bernoda yang telah ia buang sebelumnya
Hujan melandai semoga segera reda
Celotehnya semakin terdengar jelas
Biarkan saja
Hati-hati tersedak
Alunan seruling membuyarkan kicauannya
“Sakedap pa nyandak artos heula” ucapku
28 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
“Hatur nuhun Neng” katanya sambil berlalu karena urusannya
di depan terasku sudah selesai lalu beranjak ke rumah sebelah
masih dengan lagu yang sama
Benar keramahan itu kadang memang jika masih perlu saja,
ketika dirasa tuntas urusannya pergi saja dengan ucapan tanpa
bersungguh-sungguh
Toa masjid berteriak
Baiklah waktunya berbincang dengan Tuhan
Tunjukkan kuasa-Mu wahai segala maha
Terima Kasih atas segala keindahan-Mu
~ Aku masih menanti akhir yang Kau janjikan, saatnya kita akan
bertemu dan aku dapat tertidur dengan damai
214 Suara Hati Perempuan | 29
Ilustrasi: Gilang Cempaka
HANYA AKU, TAK ADA KITA
Aku bukanlah kamu
Kamu bukanlah aku
Tak akan pernah ada kita
Aku dengan pikiranku
Kamu dengan pikiranmu
Surgaku milikku
Surgamu milikmu
Tak ada surga kita
Aku tidak ingin ada ribuan bidadari di sana untuk menghiburku
Aku ingin kamu di sana
Kamu ingin dia di sana
Dia ingin yang lain ada di sana
Yang lain menginginku ada di sana
Berapa orang menginginkanmu bersamanya di surga
Berapa orang menginginkan dia untuk bersamanya di surga
30 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Adakah yang menginginkanmu untuk bersama di surga sedangkan
ingatan mereka tentangmu tidaklah indah... adakah ingatan indah
tentangku yang membuat orang ingin bersamaku di surga...
Lalu apa itu surga
Di mana letak surga itu
Yakinkah surga kita sama??
Hidup berdampinganpun belum tentu cukup untuk membuat kita
yakin ingin bersama lagi di sana.
Filosofi sepasang sepatu itu tak ada “mas Tulus”...apalagi jika
sepatu kirinya satu sepatu kanannya empat...
Bagaimana cara mereka berjalan beriringan dalam satu irama
yang sama...
Kurasa aku belum memutuskan jika aku masuk surga kelak aku
mau bersama dengan siapa di sana dan mau melakukan apa...
~ Bukan sekadar cerita tentang anggur dan bidadari...
214 Suara Hati Perempuan | 31
Ilustrasi: Siti Satika
AKU (tak) INGIN MENGENANGMU
Aku tak ingin mengenangmu
Dalam setiap detik kebersamaan yang selalu berarti
Aku tak ingin mengenangmu
Dalam hangatnya senyum dari sudut bibirmu
Aku tak ingin mengenangmu
Dalam setiap helaan nafas dan indahnya sorot mata penuh cinta itu
Aku tak ingin mengenangmu
Dalam alunan setiap lagu yang kau mainkan untukku
Aku tak ingin mengenangmu
Dalam ungkapan rasa rindu kita yang tak ada habisnya
Aku memang tak akan pernah ingin mengenangmu
Karena kamu tidak akan pernah menjadi sebuah kenangan
Karena kebersamaan akan tetap ada
Karena tak ada kamu hanya KITA
~terima kasih atas hari-hari indah bersama
32 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Gilang Cempaka
AKU MERINDUKAN KITA
Heiii...
Aku merindukan kita...
Kala menikmati senja
Bersama...
Dalam ruang tak hampa adamu di sana...
Heiii...
Aku merindukan kita...
Kala hanya wajahmu
memenuhi seluruh pandangku...
dengan rasa cinta...
Heiii...
Aku merindukan kita...
Kala hanya namamu
terucapku...
Heiii...
Aku merindukan kita
214 Suara Hati Perempuan | 33
Kala hatiku dan mu
Tak terhalangi entah apa...
Heiii...
Aku sungguh merindukan kita...
Kala awan hitam tak mengintip dan berusaha menghalangimu
dan kumenuju Kita...
Aku...
Merindukan...
Kita...
Menjadi KITA...
Karena...
Aku dan kamu adalah KITA...
34 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Dyah Limaningsih W.
Ilustrasi: Siti Wardiyah
HIDUP ITU
Hidup itu indah…, kalau dibuat menjadi indah
Hidup itu susah…, bagi orang yang tak pasrah
Hidup itu derita …, bagi orang yang enggan sengsara
Hidup itu fitrah… dari yang Maha Kuasa
Gembira, bahagia, sejahtera, sengsara…
semua akan menghampiri kita
Semua karena kita
bukan takdir semata
Bandung, 21 Februari 2017
214 Suara Hati Perempuan | 35
Ilustrasi: Shitra Noor Handewi
IBU
Ketika ayat-ayat itu kubaca...
Air mata basah di pelupuk mata
Ya Robb, syukurku tak terhingga,
bibir ini bergumam...
Kau telah tempatkan kami anakmu di dalamnya
Dalam ajaran ibu yang begitu mulia
Bukan dalil, surat atau ayat,
ajaranmu lewat sikap
Betapa kau paham apa yang wajib kau bagikan
Hingga kami tidak salah langkah
kami anak-anakmu
akan mematri semua lakumu
Duka, derita, sengsara kau sambut dengan cinta
Bagimu harta bukan segalanya
Yang kau pikirkan bahagia tuk kami semua
36 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Dini Birdieni
SURGA UNTUK IBU
Wahai para ibu
Takdirmu adalah
Melahirkan ...
Menyusui...
Merawat...
Mendidik...
Memberi tauladan...
Tak ada yang tahu nasibmu, saatnya nanti...
Kala sang Khalik memanggilmu
Akankah surga menyambutmu?
Walau surga ada di telapak kakimu
214 Suara Hati Perempuan | 37
Ilustrasi: Winda Karunadhita
BAPAK
Yang aku tahu, kau selalu ada
Untukku, juga kakak-kakakku
Kau selalu ada tuk orang-orang di sekitarmu
Kau tak kenal takut, khawatir, malu, rendah diri, tinggi hati,
Terima kasih karenamu
Kami menjadi orang yang tenang, percaya diri, dan rendah hati
38 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Deborah Ram Mozes
MALAM
Desir angin lirih
Menggoyang helai-helai daun
Lampu-lampu taman mulai menyala
Bayang-bayang bergerak penuh irama
Malam mulai larut
Hening...
Sunyi...
Sepi...
Suara-suara gaduh siang tadi pergi
Hilang
Lenyap...
Senyap
Semua terlelap
(Bandung, Maret 2022)
214 Suara Hati Perempuan | 39
Een Herdiani
Ilustrasi: Cama Juli Rianingrum
SENJA DI LAUT BIRU
Detak jantung berdegup kencang
kupandang birunya laut yang tenang
Setenang alam yang indah di senja itu
Desir angin menerpa hingga menembus telinga
Seakan ingin bicara
Berbisik lirih menyampaikan lagu rindu
Kutatap langit berselimut lembayung
Indah ..seindah nyanyian yang sering kau dendangkan
Tapi kenapa hati ini tak seindah senja di laut biru dan
lembayungmu?
Senyum dikulum menahan rindu
40 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Riak air laut yang semakin membiru
Menambah hati yang semakin sembilu
menemani lirih suara hati yang berbisik tiada henti
kucoba terus menata hati, jiwa, dan ragaku
Angin bawalah rinduku
aku rindu pada belai kasih ibu
aku rindu pada gelak tawa bapak
aku rindu pada senyummu yang selalu hadir di mimpiku
Senja di laut biru
Selalu menjadi pengobat rindu
Tunggu aku dalam mimpi dan lelap tidurmu
Bandung, 08 Maret 2022
214 Suara Hati Perempuan | 41
Ilustrasi: Mia Syarief
MIMPIKAH AKU??
Gemercik hujan di tengah malam
Menemani lelapnya tidur
Terdengar dari kejauhan suara kodok bernyanyi dengan riangnya
Bersahutan dengan jatuhnya air hujan
Kubuka mata perlahan dengan penuh tanda tanya
Di manakah aku?
Mimpikah aku ?
Tak kuasa menahan rasa
Ahhhh ternyata aku berada di sebuah gubuk kecil nan hangat
Rumah kayu yang sederhana nan nyaman
Rumah ini rumah yang penuh kenangan
Yang hanya kukunjungi waktu-waktu tertentu
Kubuka jendela terlihat bulan tersenyum
Cahayanya menembus pohon-pohon rindang di atas kolam
42 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Bak lukisan... indahnya…oh indahnya
Aku berlari kecil membawa obor sepulang mengaji
Melewati jembatan kecil yang curam
Teriakan-teriakan bersahutan dari teman-teman yang ketakutan
Gelapnya malam dan seramnya jembatan
Terengah-engah aku sampai di rumah
Rehat…minum..sambil bercanda menertawakan ketakutan
Di bawah temaram lampu minyak
Belajar…belajar ayo belajar
Suara ibu mengingatkan
Ayoo…sang kakak mengingatkan
Ahhh... kenangan manis yang kadang menyedihkan
saat kami harus belajar di antara lampu minyak
Lubang hidung hitam menjadi mainan
Kala selesai belajar saling menertawakan
Gelak tawa kadang sampai terpingkal
Ahhh..Indahnya masa kecilku
Ingin rasanya kembali ke masa itu
Rindu...
Allahu Akbar Allahu Akbar
Terdengar suara adzan…
Kubuka mata... ahhh mimpi
Bandung, 09 Maret 2022
214 Suara Hati Perempuan | 43
Ilustrasi: Risca Nogalesa Pratiwi
MASIH KAH????
Masih Mampukah Kau berdiri?
Masih Kuat kah kau berlari?
Ketika orang mengecam, menghina, dan menertawakan
Ketika orang mencaci, mencibir, dan merisihkan
Seolah jijik melihatmu
Seloroh dendam menghujatmu
Masih mampukah kau?
Selagi jalanmu benar
Mengapa harus takut?
Takutlah jika kau melanggar aturan Allah
Yaa Allah..Kau Maha besar, Kau Maha Kuat, Kau Maha
segalanya
Hanya kepada-Mu aku berserah
Hanya kepada-Mu aku berpasrah
Hanya kepada-Mu aku memohon
44 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Kuatkan untuk terus berdiri,
kuatkan untuk terus berlari
Berlari mengejar mimpi-mimpi
Mengejar Takdir-Mu
Mengejar Rido-Mu
Mengejar Surga-Mu
Jalan ini terhadang oleh nafsu-nafsu dunia
Yang menghalalkan segala cara
Jalan ini tengah dilanda arus gelombang murka
Yang membabi buta
Yaa Allah kuatkan aku,
Kuatkan tuk berdiri
Kuatkan tuk berlari
Tuk meraih mimpi
Kubersimpuh di hadapan-Mu
Hanya mengharap Ridho-Mu.
Bandung, 09 Maret 2022
214 Suara Hati Perempuan | 45
Ilustrasi: Jenar Sukaningsih
TITIP RINDU BUAT IBU
Merdu suaramu kala kau menimangku
Tak lekang dimakan waktu
Terngiang di setiap hela napasku
Cucur peluhmu tak melihat waktu
kala kau berjuang mencari sesuap harapan
Tuk tetap mampu bertahan
Ibu...
tak pernah kulihat redup perjuanganmu
demi masa depan anak-anakmu
dahsyatnya semangatmu
kobarkan kegigihanmu dalam harapan
walau harus bermakan garam
tuk terus tebar impian
46 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ibu...
Anak-anakmu kini tlah mewujudkan cita-citamu
Menikmati jerih payahmu
Tapi kau tak lagi melihat hasil perjuanganmu
Namun aku tahu
Kau tersenyum, senyum yang pernah kau lempar
Saat mau menghembuskan napasmu
Ibu...
hanya doa yang bisa kami titipkan
Alunan Qur’an yang dapat kubacakan
Berikan surga-Mu ya Robb untuk ibuku
Untuk ibu yang telah berada di alam fana
Untuk kasih sayang ibu untuk jerih payah ibu
Peluk rindu untuk ibu..
Bandung, 09 Maret 2022
214 Suara Hati Perempuan | 47
Ilustrasi: Yunisa Fitri Andriani
ELANG BIRU
Kepak sayapmu
Nyaring bagai rantai besi beriring
Membakar api semangat juangmu
Tuk terbang jauh menuju langit biru
Warna bulumu memanjakan mata yang memandangmu
Kerling matamu menarik perhatianku
Elang Biru
Terbanglah arungi lautan
Jangan hiraukan sekelilingmu
Taklukkan dunia dengan kekuatan sayapmu
Elang Biru
Bawalah aku terbang bersamamu
Menjelajah indahnya dunia nan penuh warna
Menikmati impian bermanja di atas awan
48 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Awan yang beriringan
Menari-nari bersama peri
Elang biru
Kau hinggap di pundakku
Penuh makna penuh doa
Walau tanpa kata-kata
Jangan berdusta
Elang biru
Bandung, 09 Maret 2022
214 Suara Hati Perempuan | 49
Ela Yulaeliah
Ilustrasi: Sri Sulastri
PENERUS KARTINI PEJUANG SEJATI
Telah lahir wanita-wanita sejati
Sederhana dalam elok agung pribadi
Langkah tegar setia mengabdi
Ajak maju putra-putri pertiwi
Nyalakan api semangat Kartini
Dalam gelora ombak modernisasi
Mengisi zaman dengan bakti
Jadi penerus tangguh percaya diri
Kata bijak diucapkan
Laku bijak dicontohkan
Mutiara Kartini diwariskan
Cipta generasi tak tertandingkan.
50 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Nina Fajariyah
ISOMAN
Pagi yang cerah di kamar depan
Nikmati indahnya bunga di taman
Secangkir teh panas sebagai teman
Isoman tidak menjadi beban
Diri terkungkung dalam ruangan
Akibat virus yang masuk badan
Dengan ikhlas menjalani isoman
Hingga waktunya kembali aman
Bersyukur atas rahmat-Mu, Tuhan
Dengan kesembuhan yang Kau berikan
Raga dan jiwa kembali bugar
Semoga virus corona segera bubar
214 Suara Hati Perempuan | 51
Ilustrasi: Sri Sulastri
LEMBAYUNG SENJA
Sinar semburat di langit senja
Makin surut di balik awan
Merdu sayup azan menggema
Memanggil insan mengingat Tuhan
Sucikan badan bersihkan hati
Tuk bersimpuh di hadapan Ilahi
Zat Mahatinggi tempat kembali
Ke alam azali kekal abadi
Tuhanku,
Ingin dekat selaksa rekat
Dalam ampunan penuh rahmat
Tiada jalan tempat menjauh
Sujud pasrah penuh seluruh.
52 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Sri Sulastri
TABUNGAN RENTA
Di negeri antah-berantah
Sang Raja bertitah:
Demi rakyat sejahtera di masa tua,
Sisihkan gaji sampai lama
Hanya bisa diambil setelah renta
Sang Menteri tak boleh bantah
Buat permen sesuai titah
Demi Raja yang bertakhta
Demi rakyat yang sejahtera
Tak disangka,
Unjuk rasa seantero negeri
Hujat ramai di medsos dan tivi
Protes bertubi tertuju menteri
Tantangan debat tak kunjung henti
214 Suara Hati Perempuan | 53
Aturan Menteri dicabut dan direvisi
Raja kabulkan apa yang rakyat ingini
Rakyat bersorak, Hidup Raja...hidup Raja
Menteri tersedu merenungi diri.
54 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Siti Wardiyah
PETANI CABE
Terbungkuk-bungkuk sang petani tua
menggendong tangki, semprotkan pestisida
ke pucuk-pucuk cabe
kuning keriting
Ditunggu berminggu sedikit lega
Akhirnya berbunga dan berbuah juga
Harga bagus, namun panen tak seberapa
Petani tua tak berhasil peroleh laba
Musim berikutnya tanam lagi hal yang sama
Berharap harga akan sama baiknya
214 Suara Hati Perempuan | 55
Daun cabe hijau lebat
bunga pun bersusulan
cabe muda bersembulan
Senyum mengembang penuh harapan
Cabe memerah siap dipanen
Sayang seribu sayang
Harga cabe terjun bebas
Harapan petani tua kandas
Dada sesak sulit bernapas
Duh Gusti,
Moga para winasis ada solusi.
56 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
ECW
Ilustrasi: Siti Wardiyah
DINGINKAN HATI
Apakah hatimu runyam?
Apakah hari-harimu tidak tenang?
Apakah dadamu membara?
Seakan terbakar panas dan tak tahu kapan kan sirna
Apakah hatimu bimbang?
Apakah pikiranmu melayang?
Apakah tidurmupun tak nyenyak ?
Apakah terpikirkan orang lain banyak yang tidak senang?
Dengan segala tingkah dan ulahmu?
Atau sebaliknya?
Hatimu tenang dengan apa yang kau lakukan
Hatimu bahagia dengan apa yang telah terjadi
214 Suara Hati Perempuan | 57
Wahai kawan mengapa tidak bergeming ?
Mengapa tidak gundah?
Mengapa tidak ada rasa peduli dengan nasib orang?
Padahal mereka tidak nyaman dengan segala ulahmu
Apakah tidak Ingin hidup tenang dan bahagia?
Apakah tidak Ingin menjadi manusia yang amanah?
Kau lupa memanfaatkan kekuasaan yang hanya titipan
Kau menumpuk pundi-pundi uang untuk kepuasan
Apa yang kau cari, seakan dendam dengan masa lalu
Dinginkan hati, tafakur dan merenung
Berserahlah pada Sang Maha Pemilik Cinta
Kembalilah ke jalan yang semestinya
Agar hidupmu tenang dan bahagia
Bandung Maret 2022
58 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi
Ilustrasi: Farida Wahyu
MENGGAPAI CINTA
Cinta, satu kata yang sering diucapkan oleh banyak orang
Sayang, sama juga banyak disebut-sebut oleh banyak orang
Benci, banyak dipelihara oleh banyak orang
Rindu, banyak juga dirasakan oleh banyak orang
Lalu... apa yang kau cari di dunia ini?
Apa yang kau jangkau tuk bekal nanti?
Sudahkah cukup kau menyimpan cinta yang tak pernah berujung?
Sudahkan cukup kau katakan sayang tapi tak pernah terwujud?
Sudahkan kau buang kebencian yang bersarang di hatimu?
Sudahkah kau ungkapkan kerinduan yang tersimpan di dadamu?
Jawabnya... Hanya dirimu yang tahu
Maret 2022
214 Suara Hati Perempuan | 59
Ilustrasi: Gilang Cempaka
MENGEJAR MIMPI
Aku seorang perempuan
Banyak yang harus kukerjakan
Banyak yang harus kupikirkan
Seakan tak pernah berhenti
Dari mulai fajar menyembul hingga larut malam
Kulihat di pojok jalan, para pemulung sampah
mengais-ngais dengan muka sedih meringis
Kulihat di pinggir jalan, anak-anak kecil berlari-lari
Mengejar mimpi sambil bernyanyi
Bising kendaraan motor para remaja
Seakan jalanan adalah miliknya
Seakan tidak ada orang yang memperhatikan
dan terganggu oleh ulahnya
60 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi