The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Editor
Novi Anoegrajekti
Ayoeningsih Dyah Woelandhary
Ariesa Pandanwangi




Kata Pengantar
Prof. Dr. Endang Caturwati, M.S.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by agung_gumelar, 2022-04-20 18:46:11

Antologi Puisi KEPAK SRIKANDI 214 Suara Hati Perempuan

Editor
Novi Anoegrajekti
Ayoeningsih Dyah Woelandhary
Ariesa Pandanwangi




Kata Pengantar
Prof. Dr. Endang Caturwati, M.S.

Ilustrasi: Winda Karunadhita

MEMBATIK

Aliran kental ciptakan garis
Merasuk meresap jauh ke dalam
Bangun batas macam benteng kokoh
Tak tertembus
Aliran warna demi warna
Saling berlomba masuk

Tapi selalu hasil terhalang benteng
Eh tapi
Lihat celah kecil pada benteng
Ayo cepat masuk jangan terlambat
Perpaduan tak terencana akibat
Celah pada benteng
Ditilik tak merusak bahkan menambah nilai
Demikianlah karya batik terjadi

214 Suara Hati Perempuan | 11

Ilustrasi: Winda Karunadhita

EYONG-EYONG

Ayun sayang iringi alun nina bobo
Hai bayi
Matamu berat makin berat
Coba lawan kantuk
Tapi mengapa begitu sulit

Lelap menyergap tanpa mampu ditunda
Lunglai tubuh mengalah
Pada kenyamanan dan hangatnya
Pelukan, belaian makin hanyut
Dalam sekali
Alam mimpi penuh ceria menyapa dalam tidur
Wajah damai berkelana dalam duniamu
Hai kamu bayi
Enak betul dirimu aku sayang kamu

12 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Atridia Wilastrina

Ilustrasi: Atridia Wilastrina

RELUNG LENGKUNG

Kisah lika-liku kehidupan
Berputar pasang surut silih berganti
Menembus masuk melalui relung hati
Terukir bagai sebuah lakon cerita
Bisikan hati berbicara bagai irama penuh rasa
Menyatu dalam nadi lintasan kehidupan
Dalam asa penuh suka dan duka
Berputar perlahan mengelilingi ikatan batin
Mengikat merajut dalam warna jiwa
Tersimpan indah di relung lengkung cinta

214 Suara Hati Perempuan | 13

Ilustrasi: Atridia Wilastrina

BADAI PANDEMI

Apakah bumi sedang menyembuhkan diri?
Seakan alampun turut larut bersemedi
Mengikuti putaran bumi yang seakan melambat
Tertatih menggapai kesembuhan dalam penat

Kala bumi dilanda badai pandemik
Manusia dan seisinya larut dalam duka…
Terhempas dalam dampak yang menakutkan…
Terpekur khayalan menanti jawaban ..
Kapankah badai kan mereda dan menghilang

Terkurung dalam alunan dikabulkan
Termenung khusuk sebuah pengharapan
Nafas doa penuh keyakinan ..
Akan indah pada waktunya

14 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Atridia Wilastrina

SUARA HATI WANITA

Suara hati Wanita….
Membungkus berjuta warna kehidupan
Penuh aroma bunga mengisi jiwa
Dalam wangi bercerita

Suara hati Wanita…
Mengayun jemari mengukir mimpi
Sentuhan menggores warna-warni
Menorehkan sejuta cerita diri

Suara hati Wanita…
Bagai denting suara nada
Mengalun dalam irama rasa
Tercurah segala cerita penuh cinta

214 Suara Hati Perempuan | 15

Ilustrasi: Atridia Wilastrina

BAYANG LEMBAYUNG

Semilir angin menyapa senja
Terasa lembut menembus pancaindra
Di balik bayangan tubuh menghela rasa

Aroma angin setelah berkawan hujan
Menembus raga menenangkan jiwa
Mengajak pikiran berkelana
Di balik selimut senja

Menanti munculnya sang Pelangi
Di antara awan yang bercengkerama
Seakan ingin mendapat cerita
Kisah perjalanan puteri mengembara

16 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Atridia Wilastrina

MENANTI SANG PAGI

Berselimut dingin yang sunyi sepi
Ditemani titik-titik butir embun
Semburat rasa syukur menyambut datangnya pagi
Menangkap secercah sinar di balik bukit
Merah jingga merayap naik berdampingan
Membuka pintu alam dalam keindahan pandangan

Kabut perlahan menghilang…
Disambut sapaan hangat sang surya
Setetes harapan perlahan muncul di permukaan
Rasa syukur atas nikmat indah ciptaan-Mu
Merasuk ke dalam sanubari bergelora dalam hati

Bergandengan tangan meraih cita berbalut senyuman
Melangkah mengikuti arah tuntunan-Mu
Dalam pelukan hangat sang mentari

214 Suara Hati Perempuan | 17

Ayoeningsih Dyah Woelandhary

Ilustrasi: Mia Syarief

HAI…

Apa kabar Hai pemilik jiwa...
Semoga engkau tak lelah menerima keluh kesah...
Semoga engkau tak lelah menerima segala gundah...
Semoga engkau tak lelah mengusap linang air mata…
Semoga engkau tak lelah membalut luka...
Apa kabar Hai pemilik raga...
Sepanjang hari kau merangkul pundak...
Sepanjang hari kau memeluk erat...
Sepanjang hari kau menggenggam jemari...
Sepanjang hari kau mengecup kening...
Apalah aku Hai Sang pemilik...

18 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Adalah siksa jika engkau berpaling.. .
Adalah siksa jika engkau menghilang….
Adalah siksa jika engkau tak geming...
Adalah siksa jika engkau tak menyapa...
Sentuhlah aku Hai Sang pemilik...
Bersimpuh aku di hadapan-Mu...
Cibubur, Maret 2022

214 Suara Hati Perempuan | 19

Ilustrasi: Gilang Cempaka

PESAN UNTUK…

Anakku…
Kelak jika engkau besar, akan kau pahami...

bahwa Cinta itu tidak selalu berbalut dengan aroma stroberi...
berwarna merah dengan rasa madu...
bahwa Cinta tidak selalu beruntai lagu tentang rindu...
dengan sentuhan dan kecup yang selalu menunggu...

Anakku...
Kelak jika engkau besar, akan kau sadari..

Bahwa tangan yang engkau rangkul, belum tentu adalah
tuntunanmu..
Bisa jadi tangan itu yang akan menjerumuskanmu...
Bahwa kaki yang kau ikuti, belum tentu akan mengantar ke
jalanmu...
Bisa jadi kaki itu yang akan mengantar kehancuranmu...

20 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Anakku...
Kelak jika engkau besar, akan kau ketahui.
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan akal dan pikir
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan hati dan nurani
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan lisan dan tulisan
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan adab dan budi
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA dengan empati dan toleransi
Bertumbuhlah menjadi MANUSIA SEJATI
Cibubur, Maret 2022

214 Suara Hati Perempuan | 21

Belinda Sukapura Dewi

SEMANGAT

Terlintas...

Terngiang...

Gundah...

Lalu tersirat

Kambuh bagai kanker Ilustrasi: Gilang Cempaka

Kejar dan wujudkan sebelum sekarat

FAJAR

Remang-remang…
Terang tanah…
Kau menampakan jati dirimu
Hai cahaya kehidupan
Aku ada di sana
Melangkahkan kaki
Menantang kehidupan

Ilustrasi: Ariesa Pandanwangi

22 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Nida Nabilah

RUMAH #1

Di atas bukit,
Hijau terhampar sejauh mata memandang
Di sini ku berawal, berpijak, dan meniti
Sebelum angin menjemput
Melampaui ruang dan waktu

RUMAH #2

Tujuh samudra kuarungi

Seribu gunung kulewati

Ratusan warna tlah kupandang

Berbagai gradasi tlah kuratapi

Tapi hijaumu yang tak berujung

Tiada tara indahnya Ilustrasi: Nida Nabilah

Memanggilku pulang dalam dekapan hangat

214 Suara Hati Perempuan | 23

Ilustrasi: Niken Apriani

JALAN SETAPAK

Belukar... Angin... Hujan
Menghapus jejak
Aku tetap melangkah
Mengikuti kata hati
Yakin sendiri walau tak mengerti

24 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Daruni

AKU Satu

Aku, dulu, kini dan nanti Ilustrasi: Jenar Sukaningsih
Kamu, nanti, kini dan pergi
Aku, kini, nanti berlari AKU Dua
Kamu lari dan tak kembali
Kita kini, menanti di sini


Aku ibu,
Aku di sisimu
Aku mengasuhmu
Aku merawatmu
Dia yang memilikimu

Ilustrasi: Gilang Cempaka

AKU Tiga

Aku hadir
Aku mampir
Aku tak khawatir
Aku menjalani takdir

Ilustrasi: Dina Lestari

214 Suara Hati Perempuan | 25

AKU Empat

Aku berkarya
Aku berdaya
Aku berbudaya
Aku percaya, itu karena-Nya

Ilustrasi: Ariani Rahman

Aku Lima

Aku tahu Kau selalu ada
Aku tahu Kau sang maha sutradara
Aku tak tahu yang Kau tahu
Aku rasakan kebaikan-Mu
Aku tahu Kau sang pemilik waktu
Aku tahu suatu waktu kuakan tahu

Yogyakarta, 12 Maret 2022

Ilustrasi: Nita Dewi

26 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Dini Birdieni

PUISI TENTANG K(a)U.

SEBUAH GITAR TAK BERDAWAI

Sebuah gitar tak berdawai,

Ibarat sebuah rasa yang berbalas tapi tak dapat

diungkapkan.

Sebuah petikan senar yang hanya menjadi imaji.

Alunan merdu yang hanya terdengar oleh sukma

merana.

Sebuah ungkapan rasa yang terbungkam menjadi

ratapan kosong tanpa suara.

Rasa hangat yang membakar jiwa menyiksa.

Ilustrasi: Sri R.
Saptawati

Mengapa kamu lebih memilih menyimpan senarmu?
Mengizinkan sakit itu menyiksa sukma.

Bersahabat dengan senyap dalam tatapan hampa.

Heeiii...
Tanpa kau mainkanpun aku masih bisa mendengar alunan
dawaimu.
Mengalun pelan tertahan.

Separuh jiwa yang kau bawa membuat teriakan hati terdengar lebih
jelas oleh separuh
jiwanya yang lain dalam senyap sekalipun.
Sebuah lagu yang hanya kita berdua yang bisa mendengar.
Di sebuah tempat yang hanya kita berdua yang tahu di mana itu.

Sebuah gitar tak berdawai tetaplah sebuah gitar.
BUNGKAM TAPI ADA.

214 Suara Hati Perempuan | 27

Ilustrasi: Sussy Irma

SEBUAH pe(NANTI)an

Hujan masih berderai sejak pagi
Sayup kudengar burung masih berceloteh di sela rintiknya
Dentuman mangga muda jatuh menimpa kanopi
Berkicau sesuka hati

Tak ingat bahwa hujan ini dialah yang meminta dalam kemarau

yang berkepanjangan

Sehingga dahaga tak terperi membuatnya pongah lalu terjatuh

Mengemis setitik air bernoda yang telah ia buang sebelumnya

Hujan melandai semoga segera reda

Celotehnya semakin terdengar jelas

Biarkan saja

Hati-hati tersedak

Alunan seruling membuyarkan kicauannya
“Sakedap pa nyandak artos heula” ucapku

28 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

“Hatur nuhun Neng” katanya sambil berlalu karena urusannya
di depan terasku sudah selesai lalu beranjak ke rumah sebelah
masih dengan lagu yang sama
Benar keramahan itu kadang memang jika masih perlu saja,
ketika dirasa tuntas urusannya pergi saja dengan ucapan tanpa
bersungguh-sungguh
Toa masjid berteriak
Baiklah waktunya berbincang dengan Tuhan
Tunjukkan kuasa-Mu wahai segala maha
Terima Kasih atas segala keindahan-Mu
~ Aku masih menanti akhir yang Kau janjikan, saatnya kita akan
bertemu dan aku dapat tertidur dengan damai

214 Suara Hati Perempuan | 29

Ilustrasi: Gilang Cempaka

HANYA AKU, TAK ADA KITA

Aku bukanlah kamu
Kamu bukanlah aku
Tak akan pernah ada kita

Aku dengan pikiranku
Kamu dengan pikiranmu
Surgaku milikku
Surgamu milikmu
Tak ada surga kita

Aku tidak ingin ada ribuan bidadari di sana untuk menghiburku
Aku ingin kamu di sana
Kamu ingin dia di sana
Dia ingin yang lain ada di sana
Yang lain menginginku ada di sana

Berapa orang menginginkanmu bersamanya di surga
Berapa orang menginginkan dia untuk bersamanya di surga

30 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Adakah yang menginginkanmu untuk bersama di surga sedangkan
ingatan mereka tentangmu tidaklah indah... adakah ingatan indah
tentangku yang membuat orang ingin bersamaku di surga...
Lalu apa itu surga
Di mana letak surga itu
Yakinkah surga kita sama??
Hidup berdampinganpun belum tentu cukup untuk membuat kita
yakin ingin bersama lagi di sana.
Filosofi sepasang sepatu itu tak ada “mas Tulus”...apalagi jika
sepatu kirinya satu sepatu kanannya empat...
Bagaimana cara mereka berjalan beriringan dalam satu irama
yang sama...
Kurasa aku belum memutuskan jika aku masuk surga kelak aku
mau bersama dengan siapa di sana dan mau melakukan apa...
~ Bukan sekadar cerita tentang anggur dan bidadari...

214 Suara Hati Perempuan | 31

Ilustrasi: Siti Satika

AKU (tak) INGIN MENGENANGMU

Aku tak ingin mengenangmu
Dalam setiap detik kebersamaan yang selalu berarti

Aku tak ingin mengenangmu
Dalam hangatnya senyum dari sudut bibirmu

Aku tak ingin mengenangmu
Dalam setiap helaan nafas dan indahnya sorot mata penuh cinta itu

Aku tak ingin mengenangmu
Dalam alunan setiap lagu yang kau mainkan untukku

Aku tak ingin mengenangmu
Dalam ungkapan rasa rindu kita yang tak ada habisnya
Aku memang tak akan pernah ingin mengenangmu
Karena kamu tidak akan pernah menjadi sebuah kenangan
Karena kebersamaan akan tetap ada
Karena tak ada kamu hanya KITA

~terima kasih atas hari-hari indah bersama

32 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Gilang Cempaka

AKU MERINDUKAN KITA

Heiii...
Aku merindukan kita...
Kala menikmati senja
Bersama...
Dalam ruang tak hampa adamu di sana...

Heiii...
Aku merindukan kita...
Kala hanya wajahmu
memenuhi seluruh pandangku...
dengan rasa cinta...

Heiii...
Aku merindukan kita...
Kala hanya namamu
terucapku...

Heiii...
Aku merindukan kita

214 Suara Hati Perempuan | 33

Kala hatiku dan mu
Tak terhalangi entah apa...

Heiii...

Aku sungguh merindukan kita...

Kala awan hitam tak mengintip dan berusaha menghalangimu

dan kumenuju Kita...

Aku...
Merindukan...
Kita...
Menjadi KITA...
Karena...
Aku dan kamu adalah KITA...

34 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Dyah Limaningsih W.

Ilustrasi: Siti Wardiyah

HIDUP ITU

Hidup itu indah…, kalau dibuat menjadi indah
Hidup itu susah…, bagi orang yang tak pasrah
Hidup itu derita …, bagi orang yang enggan sengsara
Hidup itu fitrah… dari yang Maha Kuasa

Gembira, bahagia, sejahtera, sengsara…

semua akan menghampiri kita

Semua karena kita

bukan takdir semata

Bandung, 21 Februari 2017

214 Suara Hati Perempuan | 35

Ilustrasi: Shitra Noor Handewi

IBU

Ketika ayat-ayat itu kubaca...
Air mata basah di pelupuk mata
Ya Robb, syukurku tak terhingga,
bibir ini bergumam...
Kau telah tempatkan kami anakmu di dalamnya
Dalam ajaran ibu yang begitu mulia

Bukan dalil, surat atau ayat,
ajaranmu lewat sikap
Betapa kau paham apa yang wajib kau bagikan
Hingga kami tidak salah langkah
kami anak-anakmu
akan mematri semua lakumu
Duka, derita, sengsara kau sambut dengan cinta
Bagimu harta bukan segalanya
Yang kau pikirkan bahagia tuk kami semua

36 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Dini Birdieni

SURGA UNTUK IBU

Wahai para ibu
Takdirmu adalah
Melahirkan ...
Menyusui...
Merawat...
Mendidik...
Memberi tauladan...

Tak ada yang tahu nasibmu, saatnya nanti...
Kala sang Khalik memanggilmu
Akankah surga menyambutmu?
Walau surga ada di telapak kakimu

214 Suara Hati Perempuan | 37

Ilustrasi: Winda Karunadhita

BAPAK

Yang aku tahu, kau selalu ada
Untukku, juga kakak-kakakku
Kau selalu ada tuk orang-orang di sekitarmu
Kau tak kenal takut, khawatir, malu, rendah diri, tinggi hati,
Terima kasih karenamu
Kami menjadi orang yang tenang, percaya diri, dan rendah hati

38 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Deborah Ram Mozes

MALAM

Desir angin lirih
Menggoyang helai-helai daun
Lampu-lampu taman mulai menyala
Bayang-bayang bergerak penuh irama

Malam mulai larut
Hening...
Sunyi...
Sepi...
Suara-suara gaduh siang tadi pergi
Hilang
Lenyap...
Senyap
Semua terlelap

(Bandung, Maret 2022)

214 Suara Hati Perempuan | 39

Een Herdiani

Ilustrasi: Cama Juli Rianingrum

SENJA DI LAUT BIRU

Detak jantung berdegup kencang
kupandang birunya laut yang tenang
Setenang alam yang indah di senja itu
Desir angin menerpa hingga menembus telinga
Seakan ingin bicara
Berbisik lirih menyampaikan lagu rindu
Kutatap langit berselimut lembayung
Indah ..seindah nyanyian yang sering kau dendangkan
Tapi kenapa hati ini tak seindah senja di laut biru dan
lembayungmu?
Senyum dikulum menahan rindu

40 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Riak air laut yang semakin membiru
Menambah hati yang semakin sembilu
menemani lirih suara hati yang berbisik tiada henti
kucoba terus menata hati, jiwa, dan ragaku
Angin bawalah rinduku
aku rindu pada belai kasih ibu
aku rindu pada gelak tawa bapak
aku rindu pada senyummu yang selalu hadir di mimpiku
Senja di laut biru
Selalu menjadi pengobat rindu
Tunggu aku dalam mimpi dan lelap tidurmu
Bandung, 08 Maret 2022

214 Suara Hati Perempuan | 41

Ilustrasi: Mia Syarief

MIMPIKAH AKU??

Gemercik hujan di tengah malam
Menemani lelapnya tidur
Terdengar dari kejauhan suara kodok bernyanyi dengan riangnya
Bersahutan dengan jatuhnya air hujan
Kubuka mata perlahan dengan penuh tanda tanya
Di manakah aku?
Mimpikah aku ?
Tak kuasa menahan rasa
Ahhhh ternyata aku berada di sebuah gubuk kecil nan hangat
Rumah kayu yang sederhana nan nyaman
Rumah ini rumah yang penuh kenangan
Yang hanya kukunjungi waktu-waktu tertentu

Kubuka jendela terlihat bulan tersenyum
Cahayanya menembus pohon-pohon rindang di atas kolam

42 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Bak lukisan... indahnya…oh indahnya
Aku berlari kecil membawa obor sepulang mengaji
Melewati jembatan kecil yang curam
Teriakan-teriakan bersahutan dari teman-teman yang ketakutan
Gelapnya malam dan seramnya jembatan
Terengah-engah aku sampai di rumah
Rehat…minum..sambil bercanda menertawakan ketakutan

Di bawah temaram lampu minyak
Belajar…belajar ayo belajar
Suara ibu mengingatkan
Ayoo…sang kakak mengingatkan
Ahhh... kenangan manis yang kadang menyedihkan
saat kami harus belajar di antara lampu minyak
Lubang hidung hitam menjadi mainan
Kala selesai belajar saling menertawakan
Gelak tawa kadang sampai terpingkal

Ahhh..Indahnya masa kecilku
Ingin rasanya kembali ke masa itu
Rindu...
Allahu Akbar Allahu Akbar
Terdengar suara adzan…
Kubuka mata... ahhh mimpi

Bandung, 09 Maret 2022

214 Suara Hati Perempuan | 43

Ilustrasi: Risca Nogalesa Pratiwi

MASIH KAH????

Masih Mampukah Kau berdiri?
Masih Kuat kah kau berlari?
Ketika orang mengecam, menghina, dan menertawakan
Ketika orang mencaci, mencibir, dan merisihkan
Seolah jijik melihatmu
Seloroh dendam menghujatmu
Masih mampukah kau?

Selagi jalanmu benar
Mengapa harus takut?
Takutlah jika kau melanggar aturan Allah
Yaa Allah..Kau Maha besar, Kau Maha Kuat, Kau Maha
segalanya
Hanya kepada-Mu aku berserah
Hanya kepada-Mu aku berpasrah
Hanya kepada-Mu aku memohon

44 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Kuatkan untuk terus berdiri,
kuatkan untuk terus berlari
Berlari mengejar mimpi-mimpi
Mengejar Takdir-Mu
Mengejar Rido-Mu
Mengejar Surga-Mu

Jalan ini terhadang oleh nafsu-nafsu dunia
Yang menghalalkan segala cara
Jalan ini tengah dilanda arus gelombang murka
Yang membabi buta

Yaa Allah kuatkan aku,
Kuatkan tuk berdiri
Kuatkan tuk berlari
Tuk meraih mimpi
Kubersimpuh di hadapan-Mu
Hanya mengharap Ridho-Mu.
Bandung, 09 Maret 2022

214 Suara Hati Perempuan | 45

Ilustrasi: Jenar Sukaningsih

TITIP RINDU BUAT IBU

Merdu suaramu kala kau menimangku
Tak lekang dimakan waktu
Terngiang di setiap hela napasku
Cucur peluhmu tak melihat waktu
kala kau berjuang mencari sesuap harapan
Tuk tetap mampu bertahan

Ibu...
tak pernah kulihat redup perjuanganmu
demi masa depan anak-anakmu
dahsyatnya semangatmu
kobarkan kegigihanmu dalam harapan
walau harus bermakan garam
tuk terus tebar impian

46 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ibu...
Anak-anakmu kini tlah mewujudkan cita-citamu
Menikmati jerih payahmu
Tapi kau tak lagi melihat hasil perjuanganmu
Namun aku tahu
Kau tersenyum, senyum yang pernah kau lempar
Saat mau menghembuskan napasmu
Ibu...
hanya doa yang bisa kami titipkan
Alunan Qur’an yang dapat kubacakan
Berikan surga-Mu ya Robb untuk ibuku
Untuk ibu yang telah berada di alam fana
Untuk kasih sayang ibu untuk jerih payah ibu
Peluk rindu untuk ibu..
Bandung, 09 Maret 2022

214 Suara Hati Perempuan | 47

Ilustrasi: Yunisa Fitri Andriani

ELANG BIRU

Kepak sayapmu
Nyaring bagai rantai besi beriring
Membakar api semangat juangmu
Tuk terbang jauh menuju langit biru

Warna bulumu memanjakan mata yang memandangmu
Kerling matamu menarik perhatianku
Elang Biru
Terbanglah arungi lautan
Jangan hiraukan sekelilingmu
Taklukkan dunia dengan kekuatan sayapmu

Elang Biru
Bawalah aku terbang bersamamu
Menjelajah indahnya dunia nan penuh warna
Menikmati impian bermanja di atas awan

48 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Awan yang beriringan
Menari-nari bersama peri
Elang biru
Kau hinggap di pundakku
Penuh makna penuh doa
Walau tanpa kata-kata
Jangan berdusta
Elang biru
Bandung, 09 Maret 2022

214 Suara Hati Perempuan | 49

Ela Yulaeliah

Ilustrasi: Sri Sulastri

PENERUS KARTINI PEJUANG SEJATI

Telah lahir wanita-wanita sejati
Sederhana dalam elok agung pribadi
Langkah tegar setia mengabdi
Ajak maju putra-putri pertiwi
Nyalakan api semangat Kartini
Dalam gelora ombak modernisasi
Mengisi zaman dengan bakti
Jadi penerus tangguh percaya diri
Kata bijak diucapkan
Laku bijak dicontohkan
Mutiara Kartini diwariskan
Cipta generasi tak tertandingkan.

50 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Nina Fajariyah

ISOMAN

Pagi yang cerah di kamar depan
Nikmati indahnya bunga di taman
Secangkir teh panas sebagai teman
Isoman tidak menjadi beban

Diri terkungkung dalam ruangan
Akibat virus yang masuk badan
Dengan ikhlas menjalani isoman
Hingga waktunya kembali aman

Bersyukur atas rahmat-Mu, Tuhan
Dengan kesembuhan yang Kau berikan
Raga dan jiwa kembali bugar
Semoga virus corona segera bubar

214 Suara Hati Perempuan | 51

Ilustrasi: Sri Sulastri

LEMBAYUNG SENJA

Sinar semburat di langit senja
Makin surut di balik awan
Merdu sayup azan menggema
Memanggil insan mengingat Tuhan

Sucikan badan bersihkan hati
Tuk bersimpuh di hadapan Ilahi
Zat Mahatinggi tempat kembali
Ke alam azali kekal abadi

Tuhanku,
Ingin dekat selaksa rekat
Dalam ampunan penuh rahmat
Tiada jalan tempat menjauh
Sujud pasrah penuh seluruh.

52 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Sri Sulastri

TABUNGAN RENTA

Di negeri antah-berantah
Sang Raja bertitah:
Demi rakyat sejahtera di masa tua,
Sisihkan gaji sampai lama
Hanya bisa diambil setelah renta

Sang Menteri tak boleh bantah
Buat permen sesuai titah
Demi Raja yang bertakhta
Demi rakyat yang sejahtera

Tak disangka,
Unjuk rasa seantero negeri
Hujat ramai di medsos dan tivi
Protes bertubi tertuju menteri
Tantangan debat tak kunjung henti

214 Suara Hati Perempuan | 53

Aturan Menteri dicabut dan direvisi
Raja kabulkan apa yang rakyat ingini
Rakyat bersorak, Hidup Raja...hidup Raja
Menteri tersedu merenungi diri.

54 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Siti Wardiyah

PETANI CABE

Terbungkuk-bungkuk sang petani tua
menggendong tangki, semprotkan pestisida
ke pucuk-pucuk cabe
kuning keriting

Ditunggu berminggu sedikit lega
Akhirnya berbunga dan berbuah juga
Harga bagus, namun panen tak seberapa
Petani tua tak berhasil peroleh laba

Musim berikutnya tanam lagi hal yang sama
Berharap harga akan sama baiknya

214 Suara Hati Perempuan | 55

Daun cabe hijau lebat
bunga pun bersusulan
cabe muda bersembulan
Senyum mengembang penuh harapan
Cabe memerah siap dipanen
Sayang seribu sayang
Harga cabe terjun bebas
Harapan petani tua kandas
Dada sesak sulit bernapas
Duh Gusti,
Moga para winasis ada solusi.

56 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

ECW

Ilustrasi: Siti Wardiyah

DINGINKAN HATI

Apakah hatimu runyam?
Apakah hari-harimu tidak tenang?
Apakah dadamu membara?
Seakan terbakar panas dan tak tahu kapan kan sirna
Apakah hatimu bimbang?
Apakah pikiranmu melayang?
Apakah tidurmupun tak nyenyak ?
Apakah terpikirkan orang lain banyak yang tidak senang?
Dengan segala tingkah dan ulahmu?
Atau sebaliknya?
Hatimu tenang dengan apa yang kau lakukan
Hatimu bahagia dengan apa yang telah terjadi

214 Suara Hati Perempuan | 57

Wahai kawan mengapa tidak bergeming ?
Mengapa tidak gundah?
Mengapa tidak ada rasa peduli dengan nasib orang?
Padahal mereka tidak nyaman dengan segala ulahmu
Apakah tidak Ingin hidup tenang dan bahagia?
Apakah tidak Ingin menjadi manusia yang amanah?
Kau lupa memanfaatkan kekuasaan yang hanya titipan
Kau menumpuk pundi-pundi uang untuk kepuasan
Apa yang kau cari, seakan dendam dengan masa lalu
Dinginkan hati, tafakur dan merenung
Berserahlah pada Sang Maha Pemilik Cinta
Kembalilah ke jalan yang semestinya
Agar hidupmu tenang dan bahagia
Bandung Maret 2022

58 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi

Ilustrasi: Farida Wahyu

MENGGAPAI CINTA

Cinta, satu kata yang sering diucapkan oleh banyak orang
Sayang, sama juga banyak disebut-sebut oleh banyak orang
Benci, banyak dipelihara oleh banyak orang
Rindu, banyak juga dirasakan oleh banyak orang

Lalu... apa yang kau cari di dunia ini?
Apa yang kau jangkau tuk bekal nanti?

Sudahkah cukup kau menyimpan cinta yang tak pernah berujung?
Sudahkan cukup kau katakan sayang tapi tak pernah terwujud?
Sudahkan kau buang kebencian yang bersarang di hatimu?
Sudahkah kau ungkapkan kerinduan yang tersimpan di dadamu?
Jawabnya... Hanya dirimu yang tahu
Maret 2022

214 Suara Hati Perempuan | 59

Ilustrasi: Gilang Cempaka

MENGEJAR MIMPI

Aku seorang perempuan
Banyak yang harus kukerjakan
Banyak yang harus kupikirkan
Seakan tak pernah berhenti
Dari mulai fajar menyembul hingga larut malam

Kulihat di pojok jalan, para pemulung sampah
mengais-ngais dengan muka sedih meringis
Kulihat di pinggir jalan, anak-anak kecil berlari-lari
Mengejar mimpi sambil bernyanyi

Bising kendaraan motor para remaja
Seakan jalanan adalah miliknya
Seakan tidak ada orang yang memperhatikan
dan terganggu oleh ulahnya

60 | Antologi Puisi: Kepak Srikandi


Click to View FlipBook Version