The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2022-03-08 22:12:34

Eksotisme Gumuk Pasir Antologi Esai

by Herry Mardianto (editor)

Keywords: by Herry Mardianto (editor),Eksotisme Gumuk Pasir Antologi Esai ,cerpen

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BALAI BAHASA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2016

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul i

Eksotisme Gumuk Pasir
Antologi Esai
Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia
Guru SLTP Kabupaten Bantul

Penyunting:
Herry Mardianto

Pracetak:
Nindwihapsari
Endang Siswanti
Willibrordus Ari Widyawan
Budi Harto
Nanang Yunanta

Penerbit:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BALAI BAHASA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon (0274) 562070, Faksimile (0274) 580667

Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Eksotisme Gumuk Pasir: Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra
Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul, Herry Mardianto.
Yogyakarta: Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016.
xii +280 hlm., 14,5 x 21 cm.
ISBN: 978-602-6284

Cetakan Pertama, Juni 2016

Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku
ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis
dari penerbit.

Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis

ii Eksotisme Gumuk Pasir

KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sebagai instansi pemerintah yang bertugas melaksanakan
pembangunan nasional di bidang kebahasaan dan kesastraan,
baik Indonesia maupun daerah, pada tahun ini (2016) Balai
Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
kembali menyusun, menerbitkan, dan memublikasikan buku-
buku karya kebahasaan dan kesastraan. Buku-buku yang diter-
bitkan dan dipublikasikan itu tidak hanya berupa karya ilmiah
hasil penelitian dan atau pengembangan, tetapi juga karya hasil
pelatihan proses kreatif sebagai realisasi program pembinaan
dan atau pemasyarakatan kebahasaan dan kesastraan kepada
para pengguna bahasa dan apresiator sastra. Hal ini dilakukan
bukan semata untuk mewujudkan visi dan misi Balai Bahasa
sebagai pusat kajian, dokumentasi, dan informasi yang unggul
di bidang kebahasaan dan kesastraan, melainkan juga —yang
lebih penting lagi— untuk mendukung program besar Kementeri-
an Pendidikan dan Kebudayaan RI yang pada tahapan RPJM
2015—2019 sedang menggalakkan program literasi yang se-
bagian ketentuannya telah dituangkan dalam Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2015.

Dukungan program literasi yang berupa penyediaan buku-
buku kebahasaan dan kesastraan itu penting artinya karena

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul iii

melalui buku-buku semacam itu masyarakat (pembaca) diharap-
kan mampu dan terlatih untuk membangun sikap, tindakan, dan
pola berpikir yang dinamis, kritis, dan kreatif. Hal ini dilandasi
suatu keyakinan bahwa sejak awal mula masalah bahasa dan
sastra bukan sekadar berkaitan dengan masalah komunikasi dan
seni, melainkan lebih jauh dari itu, yaitu berkaitan dengan masa-
lah mengapa dan bagaimana menyikapi hidup ini dengan cara
dan logika berpikir yang jernih. Karena itu, sudah sepantasnya
jika penerbitan dan pemasyarakatan buku-buku kebahasaan dan
kesastraan sebagai upaya pembangunan karakter yang humanis
mendapat dukungan dari semua pihak, tidak hanya oleh lem-
baga yang bertugas di bidang pendidikan dan kebudayaan, tetapi
juga yang lain.

Buku berjudul Eksotisme Gumuk Pasir ini adalah salah satu dari
sekian banyak buku yang dimaksudkan sebagai pendukung pro-
gram di atas. Buku ini berisi 37 esai yang ditulis oleh 37 guru Bahasa
Indonesia SLTP Kabupaten Bantul selama mengikuti kegiatan
Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia yang diselenggarakan oleh
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta. Diharapkan buku ini
bermanfaat bagi pembaca, khususnya para guru sebagai pendidik,
agar senantiasa aktif dan kreatif dalam menjaga dan menumbuh-
kan tradisi literasi.

Atas nama Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta kami
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada
para penulis, pembimbing, penyunting, panitia, dan pihak-pihak
lain yang memberikan dukungan kerja sama sehingga buku ini
dapat tersaji ke hadapan pembaca. Kami yakin bahwa di balik
kebermanfaatannya, buku ini masih ada kekurangannya. Oleh
karena itu, buku ini terbuka bagi siapa saja untuk memberikan
kritik dan saran.

Yogyakarta, Juni 2016

Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.

iv Eksotisme Gumuk Pasir

KATA PENGANTAR PANITIA

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai lembaga
pemerintah yang bertanggung jawab melaksanakan pembinaan
penggunaan bahasa dan sastra masyarakat, pada tahun 2016
kembali menyelenggarakan kegiatan Bengkel Bahasa dan Sastra
Indonesia. Kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk pelatihan
penulisan cerpen dan esai bagi guru Bahasa Indonesia SLTP Kabu-
paten Bantul ini merupakan salah satu wujud kepedulian Balai
Bahasa DIY terhadap kompetensi menulis guru.

Kegiatan Pelatihan Penulisan Esai bagi guru bahasa Indonesia
SLTP Kabupaten Bantul dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan.
Kegiatan itu dilaksanakan setiap hari Selasa, yaitu pada tanggal
12, 19, 26 April, 3, 17, dan 24 Mei 2016, dengan jumlah peserta
37 orang. Pelaksanaan kegiatan di SMK Negeri 1 Sewon, Bantul.

Buku antologi berjudul Eksotisme Gumuk Pasir ini memuat 37
esai karya guru bahasa Indonesia SLTP Kabupaten Bantul. Esai-
esai tersebut memiliki tema yang berkenaan dengan dunia pen-
didikan, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan budaya. Anto-
logi ini juga dilampiri dua makalah yang ditulis oleh tutor.

Tutor kegiatan pelatihan penulisan cerpen ini adalah para
praktisi. Mereka adalah Tia Setiadi dan Ida Fitri Astuti, S.I.P.

Dengan diterbitkannya buku antologi ini mudah-mudahan
upaya Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta dalam me-
ningkatkan ketrampilan berbahasa dan bersastra Indonesia,
khususnya ketrampilan menulis esai bagi guru bahasa Indonesia

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul v

SLTP, dapat memperkukuh tradisi literasi. Di samping itu, se-
moga antologi ini dapat memperkaya khazanah bacaan keilmuan
bagi para pembaca.

Buku antologi ini tentunya masih banyak kekurangan. Untuk
itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk
perbaikan di masa mendatang.

Yogyakarta, Juni 2016
Panitia

vi Eksotisme Gumuk Pasir

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ..................................... III
KATA PENGANTAR PANITIA ................................................... V
DAFTAR ISI .................................................................................. VII

DATANG DAN PERGI PUSTAKAWAN DI KAMPUSKU ...... 1
Aan Novianto
SMP Negeri 1 Bantul

NEGERI STROKE ............................................................................. 6
Andayani
SMP Negeri 3 Bantul

LINGKUNGAN SEKOLAH BERSIH DAMBAAN KAMI ...... 13
Dasiyati
SMP 2 Banguntapan

MENYIBAK PESONA BANTUL SELATAN ............................ 20
Dwi Astuti
SMP Negeri 1 Sanden

MENENUN ASA DEMI CITA ..................................................... 27
Dwi Wahyu Astarini
SMP Unggulan ‘Aisyiyah Bantul

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul vii

CERITA CINTA DARI AYAH: MENEMPA KARAKTER
ANAK LEWAT DONGENG ........................................................ 32

Endang Trisusilowati
SMP Muhammadiyah 1 Bambanglipuro

GURUKU IDOLAKU ..................................................................... 39
Bekti Sukendri
SMP Negeri 2 Kasihan

SERPIHAN KEHIDUPAN SEORANG PENSIUNAN ............. 45
Haryanta
SMP Negeri 2 Srandakan

RIHAT .............................................................................................. 50
Mudyastuti Wiraningrum
MTs Negeri Wonokromo

SINDEN ........................................................................................... 58
Mujiyem
SMP Negeri 1 Pundong

SOPAN SANTUN YANG TERLUPAKAN ................................ 65
Murdaningsih
SMP Negeri 2 Pandak

KABUT DI PAGI HARI ................................................................ 73
Ngatijah
SMP 2 Kretek

LENTERA YANG TERSISA DARI PERJUANGAN TKW ...... 78
Niken Catur Dewi Risetyawati
SMP Muhammadiyah Bantul

EUFORIA LINGKUNGAN .......................................................... 86
Ninditya Ikawati
SMP Negeri 3 Pajangan

viii Eksotisme Gumuk Pasir

TAUBATAN NASUHA SEPENGGAL KISAH UNTUK IBU
PERTIWI .......................................................................................... 93

Nining Umul Hidayati
SMP Muhammadiyah Sewon

ELANG BIRU KEBANGGAANKU .......................................... 101
Nurgiyanti
SMP Negeri 2 Imogiri

BUMIKU, JANGAN MENANGIS ............................................. 108
Nuzul Nurjayanti
SMP Al Ma’arif Bantul

BERPRESTASI MESKI TERBATASI .......................................... 112
Rina Harwati
MTsN Piyungan

BUKAN SALAH ASUHAN JILID DUA .................................. 119
Rina Purwandari
SMP Negeri 2 Piyungan

AYAHKU PEMABUK DAN IBUKU SELINGKUH ............... 126
Rini Widayati
SMP Mataram Kasihan Bantul

DI BALIK PESONA ANDROID ................................................ 133
Riyanti Puji Nurweni
SMP Negeri 1 Kasihan

SEBUAH PILIHAN…. ................................................................ 139
Budiningsih
SMP Negeri 1 Pleret

TERSENYUMLAH DENGAN HATI ....................................... 146
RR. Suwasiati
SMP Negeri 1 Bambanglipuro

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul ix

GURU BAHASA INDONESIA UJUNG TOMBAK LITERASI
SEKOLAH? .................................................................................... 153

Siska Yuniati
MTs Negeri Giriloyo

JALANLAH DI JALANMU ....................................................... 162
Siswahyudi
SMP Negeri I Pajangan

JALAN TERJAL MERAIH ASA DAN CINTA ....................... 169
Sumirah
SMP Putratama Bantul

KOPERASI SEBUAH SOLUSI .................................................... 180
Sumiyati
SMP Negeri 2 Pandak

DUNIANYA BUKAN DUNIAKU ............................................ 186
Suparman
SMP Negeri 3 Pleret

SAAT TERSANJUNG DAN TERSANDUNG ......................... 192
Suratna
SMP Muhammadiyah Jetis

PEMANASAN GLOBAL: MANUSIA KURANG
BERSAHABAT DENGAN ALAM ............................................ 196

Taufiq Aris Wardoyo
SMP Islam Prestasi Al-Mubtadi’ien

BERTUTUR ALA GENERASI MENUNDUK ......................... 204
Titik Wuryandari
SMP Negeri 4 Banguntapan

PERTANDINGAN PERSAHABATAN .................................... 209
Toyib Ikhwanta
SMP Negeri 3 Sewon

x Eksotisme Gumuk Pasir

MELONGOK MAKNA PASANG TARUB DAN SIRAMAN
ADAT PERNIKAHAN JAWA ................................................... 213

Walsiti
SMP Negeri 1 Imogiri

GONCANGAN DI PAGI HARI ................................................ 220
Widiati
SMP Negeri 1 Imogiri

GUMUK PASIR EKSOTISME ALAM ATAU EKSPLOITASI
ALAM ............................................................................................. 227

Wikandriya Pinta Pangarsa
SMP Negeri 2 Pandak

PERMAINAN YANG TERPINGGIRKAN ............................... 237
Yuli Ekawati
SMP Negeri 3 Imogiri

SEBERKAS SINAR ....................................................................... 246
Yuli Kiswantini
SMP Negeri 4 Pandak

SETIAP KATA ADALAH EKSIL: PERTEMUAN KECIL
DENGAN PENYAIR PALESTINA ........................................... 252

Tia Setiadi

TENTANG ESAI DAN LORONG-LORONG SUNYI DI
LANTAI 9 ...................................................................................... 260

Ida Fitri

BIODATA PESERTA BENGKEL BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA GURU SLTP KABUPATEN BANTUL 2016 .... 267

BIODATA TUTOR BENGKEL BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA GURU SLTP KABUPATEN BANTUL 2016 .... 277

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul xi

BIODATA PANITIA BENGKEL BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA GURU SLTP KABUPATEN BANTUL 2016 .... 278

xii Eksotisme Gumuk Pasir

DATANG DAN PERGI
PUSTAKAWAN DI KAMPUSKU

Aan Novianto
SMP Negeri 1 Bantul

Perpisahan
Saat Rika meneteskan air mata
Bukan berarti Rika menangis karena cinta
Tapi air mata itu menetes
Ketika Rika mulai melangkahkan kaki
Untuk pergi meninggalkan Jujur
Walaupun tidak untuk selamanya

Hari Senin, 18 April 2016, hampir seperti kisah sinetron yang
berkisah tentang dua perempuan berpelukan berlinang air mata,
“Selamat tinggal Ibu Jujur, maafkan jika banyak salah saya selama
ini.”

Peristiwa ini sudah berulang kali terjadi demi sebuah ke-
suksesan masa depan. Terkadang perasaan ini sempat mem-
punyai pikiran iri, “Kapan giliranku?” Kemudian terpikir untuk
alih profesi atau alih bidang seperti mereka. Sering aku ber-
tanya, “Ya Tuhan, mengapa kok selalu para pustakawan itu yang
didahulukan? Mengapa bukan aku?”

Hingga sekarang, sudah enam pustakawan datang, kemudi-
an pergi. Hal ini disebabkan karena penguasa tidak bisa mem-
berikan kontrak kerja yang bersifat wajib. Instansi seperti ini
bukanlah suatu perusahaan yang meminta syarat jaminan atau
mengatur tata tertib untuk mengundurkan diri para pekerjanya.

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 1

Salah satunya adalah Mbak Tri yang saat ini sukses di Ban-
dung sebagai seorang PNS (Pegawai Negri Sipil). Sri diterima
menjadi pegawai Bank Indonesia. Kemudian ada Greta yang di-
terima bekerja di perpustakaan universitas UPN, selain itu ada
Nur yang diterima di perpustakaan Universitas Muhammadiyah
Purworejo. Lalu kali ini adalah giliran Rika yang diterima di
Perpustakaan Daerah Yogyakarta.

Jarum jam berjalan, hari berganti hari, minggu, bulan sampai
tahun, hingga sebuah penantian pun akhirnya datang juga. Se-
telah menunggu sekian lama, aku mulai mendapatkan tugas masuk
kelas mengajar pelajaran Bahasa Indonesia.

Semua ini merupakan sebuah dinamika kehidupan. Dari se-
menjak masuk bekerja di sini tahun 2008, aku wiyata bakti. Kepala
Sekolah menempatkan aku di bagian sudut sekolah, tepatnya di
ruang yang ibarat kata, hanya sebagai tempat buangan para guru
yang tidak punya jam mengajar. Alhamdulillah, walaupun hanya
ruang buangan, tetapi di sana banyak sekali ilmu, karena aku
menempati ruang perpustakaan yang merupakan sumber ilmu.

Di sinilah, selama enam tahun sebelum mengajar, aku men-
dapatkan banyak pelajaran yang bermakna dengan bergelut ber-
sama para pustakawan. Baru setelah itu aku bisa menggunakan
ijazahku untuk pekerjaan yang aku dambakan, yaitu sebagai se-
orang guru, walaupun masih sebagai guru honor.

Semua datang dan pergi memberi damai
dan semangat untuk tetap melangkah,
Membuatku kembali mengisi sekat-sekat kosong hati dengan
ribuan makna
Aku tetap berjalan meski perlahan
Aku akan mencoba kembali berlari meski tertatih
Hidup tidak akan pernah terhenti dan waktu tak akan mau
menanti
Aku akan kembali melukis mimpi hati

Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan me-
ningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar-mengajar. Per-

2 Eksotisme Gumuk Pasir

pustakaan yang terorganisir dengan baik dan sisitematis, secara
langsung atau pun tidak langsung, dapat memberikan kemudah-
an bagi proses belajar-mengajar di sekolah tempat perpustakaan
tersebut berada. Hal ini terkait dengan kemajuan bidang pen-
didikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar
yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan
fasilitas dan sarana pendidikan.

Event lomba perpustakaan tahun 2010, SMP Negeri 1 Bantul
berhasil menjadi juara I tingkat nasional. Pada saat itu, visi dan
misi dan Syarat Sekolah Maju dipaparkan. Di antaranya disebut-
kan berbagai kompetisi yang diadakan perpustakaan SMPN 1
Bantul untuk menunjang minat baca siswa. Dengan adanya jurus
seperti kuis, pemilihan best reader, lomba penulisan, pembetukan
Book Lover Club, merupakan upaya untuk merangsang siswa agar
aktif dalam kegiatan perpustakaan. Apalagi yang buka fullday,
ada fasilitas internet, hotspot area, channel Indovision, 20 majalah/
koran langganan yang membuat siswa betah berada di perpus-
takaan.

Aku adalah salah satu di antara tujuh staf perpustakaan pada
waktu lomba itu berlangsung. Secara bersama-sama kami melaku-
kan berbagai macam kegiatan untuk menambah poin-poin pe-
nilaian lomba. Terkadang kami lupa waktu, mengerjakan sampai
larut malam. Mungkin karena perjuangan itu dilakukan dengan
tulus ikhlas, akhirnya tercapai cita-cita mendapatkan juara I ting-
kat nasional.

Sri adalah pustakawan yang untuk ke sekian kalinya hinggap
sebentar, kemudian terbang tinggi. Ia perempuan beruntung.
Ibarat kata, “Bagaikan mendapat durian runtuh.” Ada perasan
senang sekaligus sedih bercampur menjadi satu. Dia terlahir di
lingkup kelas ekonomi sederhana yang akhirnya bisa naik derajat
dan kesejateraannya setelah diterima bekerja di Bank Indonesia,
cabang Yogyakarta.

Bersama Sri, aku mendapatkan banyak pelajaran yang me-
nambah pengalaman hidup, walaupun kebersamaan ini hanya

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 3

beberapa saat saja. Akhirnya kata pamit pun terucap juga, “Se-
lamat tinggal semua dan semoga tetap semangat!”

Di perpustakaan, sekarang hanya tinggal ditemani satu pe-
tugas tetap, seorang PNS. Beliau bernama Ibu Jujur, yang sifat-
nya sama dengan namanya. Beliau adalah sosok cikal-bakal
pengelola perpustakaan yang setia. Setiap hari menjalankan akti-
vitas dari mulai datang pagi hari dengan membuka pintu sendiri,
sampai nanti selesai, beliau menutupnya juga. Menata buku, me-
masang koran, menyapu, beliau lakukan sendiri. Begitu pula saat
membersihkan ruangan, walaupun di sekolah sudah ada be-
berapa cleaning service atau petugas kebersihan.

Suatu saat, sekolah memberikan informasi mengenai lowong-
an pekerjaan sebagai pustakawan. Greta dan Nur kemudian di-
terima bekerja untuk melanjutkan staf sebelumnya. Tetapi ke-
duanya saling bergantian datang dan pergi lagi. Setelah itu
masuk Rika. Dia juga mengalami nasib yang sama dengan Sri,
berasal dari lingkup kelas sosial yang hampir sama. Entah siapa
lagi yang nasibnya sama dengan mereka saat ini, menjalani hidup
sebagai seorang pustakawan SMP Negeri 1 Bantul. Aku yakin
bahwa semua ini sudah ada yang mengatur.

Sebuah kursi yang ternyata tidak lama diduduki seseorang.
Apakah kursi itu tidak empuk atau tidak nyaman diduduki?
Aku pernah mencobanya, dan merasakan biasa saja, tidak ber-
beda dengan kursi-kursi lainnya.

Banyak motivator berkata, “Sadarilah bahwa mengeluh
tidak menyelesaikan apa pun. Mengeluh hanya akan menambah
beban di hati, maka berhentilah mengeluh dan segera bertindak!”

Menjadi penting pula untuk menganggap kepandaian se-
bagai kebahagiaan bersama, sehingga mampu meningkatkan rasa
ikhlas untuk bersyukur atas kesuksesan. Jangan menyerah atas
impianmu, sebab impian akan memberi tujuan hidup. Ingatlah
pula bahwa sukses bukan kunci kebahagiaan, tetapi kebaha-
giaanlah yang menjadi kunci sukses. Semangat!

4 Eksotisme Gumuk Pasir

Jangan iri atas keberhasilan orang lain, karena kamu tidak
mengetahui apa yang telah ia korbankan untuk mencapai keber-
hasilannya itu. Berpikir positif dan optimis, terlihat seperti kalimat
puisi yang sepele, tetapi sadarilah ini sangat penting dalam peran
Anda saat mengambil keputusan yang akan menenuntukan ke-
suksesan atau kehancuran. Sementara perasaan yang paling ber-
bahaya adalah rasa iri. Iri hati melahirkan kebencian yang akan
membunuhmu secara perlahan.

Salam kangen untuk mereka semua!

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 5

NEGERI STROKE

Andayani
SMP Negeri 3 Bantul

“Ciiitt….!”
Spontan aku mengerem laju sepeda motor. Sebuah sepeda
motor tiba-tiba riting kanan dan langsung memotong jalan di
depanku. Sementara itu dari arah berlawanan, melaju sebuah
mobil Grandmax warna putih dengan kecepatan sedang.Gile
bener! Benar-benar gila, aku tak habis pikir dengan pengendara
motor itu.
Beruntung aku dapat mengendalikan motor. Hanya kese-
lamatan anakku yang sangat aku khawatirkan. Jantungku ber-
desir-desir dan perutku mules. Tubuhku sering bereaksi seperti
itu jika mengalami kejadian yang mengagetkan atau saat nervous.
Menghadapi hal-hal semacam itu, aku memang harus bersabar,
meskipun jengkel. Mudah-mudahan kami selalu dalam lin-
dungan-Nya. Kira-kira begitulah yang aku rasakan tinggal di
sebuah negeri yang sedang stroke.
Itulah gambaran yang paling tepat menurutku. Negeri
stroke? Ya, stroke. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stroke
adalah sejenis penyakit yang menyerang bagian otak, biasanya
disertai dengan kelumpuhan. Itu sejenis gangguan kesehatan
pada satu tubuh dengan sebagian anggota badannya dapat ber-
fungsi dengan normal tapi yang sebagian lagi tak bisa digerakkan
sama sekali,bahkan tak dapat merasakan apa pun(mati rasa).

6 Eksotisme Gumuk Pasir

Ini hanyalah sebuah metafora saja, bukan stroke yang se-
benarnya. Istilah stroke adalah gambaran secara langsung yang
dapat aku gunakan untuk membandingkan antara tindakan pe-
ngendara motor yang memotong jalan sembarangan dengan
kondisi perkembangan keadaan sekarang ini. Jadi, ini bukanlah
stroke secara medis yang sedang diidap para warganya.Ini adalah
strokeyang secara sosialdisebabkan oleh banyaknya perubahan
dalam masyarakat. Di satu sisi, perubahan ini membuat kehidup-
an seorang individu atau masyarakatlebih maju(berkat peran
teknologi). Namun, pada sisi lain,mereka juga menginginkan
kehidupan tetap nyaman(adem ayem) seperti tempo dulu.

Ketika teknologi transportasi belum semaju seperti sekarang
ini, yaitu saat kondisi jalan masih lengang,hanya sedikit saja
kendaraan yang melintas. Para pengguna jalan masih bisa dengan
santai melintas bahkan melenggang di jalan tanpa khawatir meng-
ganggu para pengguna jalan lainnya. Juga, tak perlu mengkhawa-
tirkan keselamatan pribadi atau orang lain karena relatif sangat
aman. Teknologi transportasi tempo dulumasih sangat sederhana,
lajunya mudah dikendalikan. Alat transportasi produk sekarang
sungguh luar biasa kecepatannya,sudah demikian canggih.

Bagaimana mungkin, pengendara motor itu memotong jalan
seenaknya tanpa memikirkan apakah di belakangnya atau dari
arah depannya ada kendaraan lain melintas dengan kecepatan
tinggi? Apakah dia tidak memikirkan keselamatan diri sendiri
dan pengguna jalan lainnya?

Gambaran tersebut aku katakan sebagai kesenjangan cara
berpikir masyarakat produk suatu zaman,generasidengan kon-
disi sosial yang selalu berubah dengan cepat(seperti sekarang
ini). Mereka hidup di zaman sekarang, tetapi dengan pola pikir
lama. Mereka pikir hanya dirinya saja yang melintas di jalan itu
dan bertindak ceroboh yang dapat mencelakakan dirinya sendiri
serta orang lain. Seandainya, ya, hanya seandainya saja,aku tidak
memikirkan hal yang lebih jauh, sesuatu yang tidak diinginkan
oleh siapa pun,yaitu kecelakaan lalu lintas. Audzubillah min dzalik!

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 7

Si pengendara motor tadi, dua orang perempuan berbon-
cengan, mungkin pulang dari pasar membeli sarapan pagi bagi
keluarganya. Seorang yang duduk di belakang,membonceng
mlangkah (duduk dengan posisi kaki mengangkang, kaki pada
sisi kanan dan kiri kendaraan, tidak duduk menyamping), me-
ngenakan baju rumah seadanya(kaos oblong warna putih) yang
sebenarnya sudah tidak putih lagi, dan sandal jepit. Rambutnya
cepak sebahu,begitulah gaya hidup masyarakat zaman sekarang.
Hal demikian merupakan contoh dari sekian banyak model hasil
perubahan,perubahan cara berpakaian maupun berperilaku.
Sekarang banyak orang berpikir praktis danseenaknya saja, dan
itu memang memungkinkan untuk zaman sekarang.

Pagi itu jalanan sangat ramaikarena sedang hari pasaran. Hari
pasaran merupakan hari tertentu ketika di sebuah pasar ramai
didatangi oleh para pedagangdan pembeli,lebih dari hari-hari
biasanya. Pada hari pasaranbanyak pedagang dari luar wilayah
berdatangan. Tak kalah serunya, para calon pembeli pun ber-
datangan menyerbu pasar berburu barang-barang kebutuhan.
Tak dapat dibayangkan betapa ramainya ruas jalan sempit ber-
aspal menuju kea rah pasar. Bagaimana mungkin, di keramaian
seperti itu mereka bersepeda atau bersepeda motor berjajar dua-
dua? Mereka tidak pedulidenganjalan yang tidak begitu lebar,
hanya sekitar empat hingga lima meter saja. Kalau dilihat dari
usianya, mereka masih anak-anak dan remaja, berasal dari kam-
pung sekitar pasar. Mereka mendatangi pasar hanyasekedar ber-
main atau melihat-lihat barang, tidak semua yang datang ke
pasar ingin berbelanja. Tentu saja hal ini menambah sesak pasar
dan menambah padat ruas jalan yang sempit.

Dengan berbagai polah tingkah mereka sertagaya berpakai-
an yang modelnya dianggap paling trendy, mereka mencari per-
hatian dari orang lain, terutama lawan jenis. Bukan hanya yang
laki-laki,para gadis yang sedang berbelanja atau pura-pura ke
pasar pun juga tak mau kalah, sehinggaada yang menemukan

8 Eksotisme Gumuk Pasir

jodoh di pasar. Ini bukan cerita fiktif, tapi sungguh-sungguh
terjadi seperti yang dialami tetanggaku.

Ada juga orang-orang tengah baya dengan sepeda atau
sepeda motor yang tidak berani menyeberang jalan karena
begitu ramainya. Jauh dari tempatmemotong jalur, dia sudah
riting kanan,tapi anehnya,dia tetap beradadi jalur kiri. Dia
berhenti lama,hanya sesekali menengok ke arah belakang me-
nunggu lalu lintas cukup aman untuk dapat menyeberang. Se-
pertinya dia menunggu ada orang lain yang memotong jalan dan
dia akan turut menyeberang. Bisa jugadia menunggu orang
berbaik hati dan mau membantunya menyeberangi jalan. Situasi
yang kurang menguntungkan adalah jika dia nekat asal-asalan
memotong jalan.

Mereka bukanlah pelintas regular, mereka melintasi ruas
jalan itu hanya pada waktu-waktu tertentu saja,misalnya saathari
pasaran. Ini merupakan”fenomena lima harian.” Pasar di daerah-
ku ramai setiap lima hari sekali, yaitu pada hari pasaran Wage. Ada
lima hari pasaran dalam masyarakat Jawa. Aku sendiri tidak bisa
urut jika diminta menyebutkannya. Hanya satu hari itu, yaitu
Wage yang aku hapal datangnyasetiap lima hari sekali. Hari itu
yang selalu kutunggu-tunggu ketika masa kanak-kanak. Setiap
hari Wage,nenek selalu ke pasar berbelanja barang-barang ke-
butuhan harian. Pulangnya membawa banyak belanjaan, ter-
masuk jajanan pasar sebagai oleh-oleh. Dulu jika aku minta di-
belikan mainan atau baju baru, sering dibelikan oleh ibu atau nenek
di pasar. Setiap aku meminta sesuatu, beliau akan menjawab,
“Sesuk, nek Wage.”PasaranWage merupakan fenomena lima harian:
pasar menjadi sesak, jalanan semrawut, seperti kenangan masa
kecilku. Waktu itu belum banyak supermarket atau mall yang
bagaikan raksasa siap menelan pasar-pasar kecil yang penuh
kenangan.

Hingga sekarang, setiap aku hendak berangkat kerja, ibu
mertuaku selalu mengingatkan, “Sing ngati-ati, saiki Wage, rame
dalane.”Memang benar, ruas jalan sekitar pasar ramai sekali, di-

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 9

perparah olehpara pedagang yang tumpah sampai ke bahu jalan,
sehinggapara pengguna jalan lainnya harus memberlakukan
“jalur lambat darurat”. Sebagai orang “zaman dulu”, ibu mertua-
ku selalu hapal di luar kepala mengenai hari-hari pasaran.

Fenomena pasaranmerupakan salah satu dinamika rute per-
jalananku jika berangkat kerja. Nuansa tersebut begitu unik dan
khas. Ruas jalan yangmembujur dari selatan ke utara dan akan
bermuara di ruas jalan utama di Jalan Parangtritis (terkenal
dengan nama Japaris). Saatmemasuki jalan ini,desiran jantungku
terasa kencang danlaju motorku melambat. Aku perhatikan
angka pada speedo meter,tak berani aku menaikkan kecepatandi
atas angka limapuluh. Aku merasa gemetar dan tulang-tulangku
serasa mau lepas, meski peristiwanya sudah berlalu beberapa
menit lalu. Sungguh, aku masih jengkel dengan dua pengendara
motor tadi.

Berbagai macam dinamika lalu lintas jalan pada setiap ruas-
nya,mengantarkanku sampai di tempat kerja. Aku mengajar di
sebuah sekolah menengah pertama di salah satu kecamatan di
kabupaten Bantul. Lokasinya berada di perbatasan kota. Area-
nya yang relatif luas membuat sekolah ini termasuk yang besar
dengan daya tampung untuk 24 kelas pararel.

Beberapa kelas yang aku ampu berada di lantai dua. Lewat
jendela samping, aku bisa melihat dengan leluasa keadaan di
bawah. Kebetulan di belakang ruang kelasku ada laboratorium
fisika dan bahasa. Seperti ruang kelasku, laboraturium itu juga
menghadap ke utara. Karena berada di belakang, area tersebut
kurang terpantau oleh pengawasan guru. Di sela-sela aku me-
ngajar, kadang melongok melihat-lihat keadaan di bawah atau
jauh ke arah selatan. Nun jauh di sana membentang pemandang-
an hijau penyejuk mata. Kesempatan itu merupakan refreshing
gratis di sela-sela kepenatan jadwal mengajar yang padat.

Pada suatu ketika, aku sedang mengajar di salah satu kelas
yang berada di lantai dua. Secara kebetulan, saat itu ada beberapa
siswa yang berada di luar kelas, tepatnya di depan laboratorium.

10 Eksotisme Gumuk Pasir

Mungkin mereka baru istirahat sehabis pelajaran olahraga dan
menunggujam pelajaran berikutnya. Mereka agak gaduh se-
hingga aku tertarik memperhatikan. Beberapa siswa berke-
rumun, entah apa yang terjadisehingga mereka begitu asyik dan
saling berceloteh. Sementara itu ada seorang siswa yang baru
datang membawa minuman dalam kantongplastik. Sambil
setengah berlari penasaran,siswa itumenghampiri kerumunan
teman-temannya. Minuman di dalam plastik yang masih tersisa
sedikit itu dia lempar sembarangan. Werrr…! Plastik bekas mi-
numan itu tersangkut ditanaman hias yang berjajar di depan
laboratorium, padahal di area itu juga tersedia tempat sampah.
Siswa tersebut tidak mau susah-susah mencari tempat sampah
atau itu tindakan spontan karena kebiasaan? Aku tak tahu. Aku
mengelus dada melihat tingkah muridku.

Banyak sampah plastik bekas pembungkus makanan ber-
serakan. Kesadaran siswa menjaga kebersihan lingkungan masih
sangat minim. Menurutku, untuk ukuran sekarang, individu pro-
duk zaman masa kini, membuang sampah sembarangan merupa-
kan perilaku primitif yang hanya dilakukan oleh orang-orang
zaman dahulu. Mungkin ini pendapat yang ekstrim. Dahulu ke-
tika teknologi tidak secanggih sekarang dan semua masih serba
alami, membuang sampah sembarangan tidak berdampak ke-
rusakan pada lingkungan. Hal itu karena sampah yang dihasil-
kan kebanyakan sampah alam, sampah organik yang dapat diurai
oleh mikroorganisme. Hal ini berbeda dengan sampah hasil tekno-
logi, harus diatasi dengan teknologi pula. Teknologi baru memang
sangat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup,
namun di sisi lain dapat menjadi bumerang jika manusia tidak
mampu memanfaatkannya secara bijaksana—seperti dua sisi
mata uang yang saling bertolak belakang.

Hah! Berarti satu metafora lagi aku dapatkan sebagai gam-
baran masyarakat stroke,bahwa dalam diri setiap individu di
negara berkembang seperti Indonesia, ada dua sisi yang ber-
tentangan. Pada satu sisi, masyarakat sudah mampu menikmati

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 11

teknologi sebagai hasil kemajuan bepikir manusiadan di sisi lain
masyarakat belum siap dengan efek-efek yang ditimbulkan oleh
kemajuan teknologi. Masyarakat tradisionalkaget dan kagum
akan kecanggihan teknologi baru yang mampu mengatasi masa-
lah kebutuhan manusia dengan mudah dan cepat. Aspek ke-
hidupan masyarakat banyakyang berubah dengan adanya tekno-
logi modern:semua hal bisa menjadi serba mudah, serba cepat,
dan serba masal. Mirisnya, konsekuensi dari semua perubahan
yang serba cepat itu belum diimbangi dengan kecepatan berpikir.

Entah dengan menggunakan terapi apa, stroke yang melanda
dapat segera pergi dari negeri ini. Entah butuh berapa generasi
lagi hal ini bisa diatasi.

12 Eksotisme Gumuk Pasir

LINGKUNGAN SEKOLAH BERSIH
DAMBAAN KAMI

Dasiyati
SMP 2 Banguntapan

Masalah yang sering dihadapi sekolah saat ini adalah keber-
sihan lingkungan, terutama masalah sampah. Pengertian sampah
adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai
lagi. Sampah dapat berwujud padat, baik berupa zat organik mau-
pun anorganik. Sampah ada yang dapat terurai dan ada yang
tidak dapat terurai. Sampah yang tidak dapat terurai inilah yang
pada akhirnya akan menyebabkan lingkungan menjadi tercemar.

Di lingkungan sekolah banyak sekali sampah bekas bungkus
makanan yang tidak dapat terurai seperti plastik. Hampir setiap
hari banyak siswa membeli makanan yang menggunakan bung-
kus plastik sehingga semakin hari semakin menumpuklah sampah
plastik di sekolah kami. Selain plastik yang tidak dapat terurai,
banyak juga sampah yang dapat terurai dengan mudah seperti
daun pisang dan kertas surat kabar.

Kebersihan menjadi hal yang sangat penting untuk kita per-
hatikan. Oleh karena itu, perlu kesadaran semua warga sekolah
menciptakan lingkungan sekolah yang bersih. Lingkungan se-
kolah yang bersih dapat menciptakan suasana belajar yang nya-
man dan indah untuk dilihat. Kelas akan menjadi nyaman pada
saat belajar sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi karena
tidak terganggu keberadaansampah di lingkungan kelas. Sebalik-

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 13

nya, jika lingkungan sekolah kotor dan kumuh, otomatis akan
menimbulkan suasana yang tidak nyaman:siswa tidak betah ber-
main pada saat jam istirahat, bahkan sampah dapat menimbulkan
bermacam-macam penyakit karena menjadi sarang lalat dan
nyamuk yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.

Sekolah kami, SMP 2 Banguntapan memiliki siswa sebanyak
465 murid, berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Gaya hidup
mereka sebagian besar sudah terpengaruh siswa dari kota. Seko-
lah kami sebenarnya berada di wilayah kecamatan Banguntapan,
tetapi berbatasan langsung dengan kota Yogyakarta. Kami, guru-
guru, harus sangat berhati-hati dalam memperlakukan mereka.

Setiap hari Senin pada saat upacara bendera, pembina upa-
cara tidak bosan-bosan memberi pembinaan mengenai penting-
nya menjaga kebersihan sekolah. Meskipun demikian, kesadaran
siswa dalam menjaga kebersihan sekolah masih rendah. Hal ini
terbukti karenahampir setiap hari masih saja terlihat sampah
berserakan di mana-mana,seperti di dalam kelas, halaman kelas,
lapangan upacara, taman-taman, bahkan di laci-laci meja kelas.

Sekolah kami sudah menyediakan tempat-tempat sampah
di setiap halaman kelas, di halaman kantin, dan di pojok-pojok
sekolah, akan tetapi penggunaannya belum maksimal. Para siswa
lebih senang membuang sampah dengan cara melempar ke sem-
barang tempat. Mereka masih enggan membuang sampah pada
tempatnya. Petugas piket kelas juga kurang dapat menjalankan
tugasnya dengan baik, umumnya siswa laki-laki malas melaku-
kan tugasnya. Kebiasaan ini membuat lingkungan sekolah kami
tetap terlihat kotor. Kondisiini membuat pihak sekolah semakin
prihatin.

Meskipun sudah disediakan tempat sampah yang berbeda
antara sampah oraganik, kertas dan logam, banyak siswa yang
tidak peduli. Mereka tetap saja membuang di dalam satu tempat
tanpa mempedulikan jenis sampah yang merekabuang. Alhasil,
tiga macam tempat sampah yang sudah disediakanpun akhirnya
kurang berfungsi dengan baik.

14 Eksotisme Gumuk Pasir

Di sekolah juga terdapat slogan dan poster ajakan untuk
menjaga kebersihan, seperti Lingkungan Bersih Belajar Tenang,
Kebersihan Sebagian dari Iman, LISA (Lihat Sampah Ambil), Buanglah
Sampah pada Tempatnya, dan lain-lain. Slogan dan poster tersebut
ternyata belum juga mampu menyadarkan semua siswa akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Akhirnya, slogan
dan poster hanya menjadi semacam hiasan di dinding atau tem-
bok sekolah saja.

Kami, para guru, bahkan kepala sekolah, tidak bosan-bosan
memberi contoh memungut sampah dan membuang pada tem-
patnya. Meskipun begitu, hal ini pun juga belum menggugah ke-
sadaran siswa. Perlu terus menanamkan kesadaran siswa bahwa
lingkungan sekolah yang bersih akanmenguntungkan kehidupan,
setidaknyalingkungan menjadi indah dipandang, udara menjadi
lebih segar dan sejuk, serta suasana belajar lebih tenang dan me-
nyenangkan. Tentuhal ini akan berdampak pula pada hasil belajar
siswa.

Keberadaan petugas kebersihan ternyata agak membantu
dalam menjaga kebersihan sekolah. Saat melaksanakan tugasnya,
dengan tekun dia memilih atau memisahkan sampah-sampah yang
dapat didaur ulang, seperti gelas dan botol plastik bekas minum-
an sertakertas-kertas yang masih bersih.

Suatu hari akusempat ngobrol dengan Pak Mardi, petugas
kebersihan di sekolah.

“Pak, untuk apa gelas dan botol plastik itu dikumpulkan?”
tanyaku.

“Untuk dijual, Bu. Lumayanlah hasilnya dapat untuk mem-
beli gula,” jawab Pak Mardi sambil tersenyum.

“Kapan Bapak menjual barang-barang itu?” aku bertanya
lagi karena penasaran.

“Ya, paling satu bulan sekali,” jawab Pak Mardi.
Aku senang melihat perjuangan Pak Mardi dalam menekuni
pekerjaannya sebagai petugas kebersihan di sekolah. Tanpa me-
ngenal lelah iamengais rezeki. Sejak pukul 05.30 beliau mulai

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 15

menjalankan tugasnya sampaipukul 12.30. Meski dengan honor
yang tidak seberapa, tugas tersebut dilaksanakan dengan senang
hati. Sayangnya, para siswa kurang dapat menghargai pekerjaan
beliau,tanpa sungkan-sungkan, siswa masih saja membuang sam-
pah sembarangan.

“Pak Mardi, maafkan anak-anak karena mereka belum sadar
untuk membuang sampah pada tempatnya,” kataku padasuatu
waktu.

“Ah, gak apa-apa, Bu. Toh banyak juga anak yang sudah ter-
tib dalam membuang sampah. Saya juga menghargai mereka
yang tertib kok,” jawabnya

Aku terharu mendengar jawaban beliau, “Terima kasih atas
pengertiannya, ya Pak.”

“Ya Bu, sama-sama.”
Kebersihan sekolah bukan hanya tanggung jawab petugas
kebersihan saja, melainkan merupakan tugas semua warga se-
kolah. Kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan, sebenar-
nya dapat dimulai dari diri setiap individu agar masalah sampah
di sekolah dapat segera diatasi.
Suatuhari saya melihat petugas kebersihan berhasil me-
ngumpulkan botol dan gelas-gelas plastik bekas tempat minuman
sebanyak dua karung besar. Kudekati beliau,”Wah, banyak juga
ya, Pak, sampah yang berhasil dikumpulkan.”
“Iya, Bu.”
“Sampah sebanyak itu Bapak kumpulkan dalam waktu be-
rapa lama?” tanyaku lagi.
“Kira-kira selama satu minggu,Bu.”
Sampah dapat memiliki dampak negatif dan positif. Dampak
negatif samapah antara lain:
1. Mengganggu kesehatan, tumpukan sampah dapat menjadi
sarang lalat yang dapat menyebarkan penyakit,misalnya
sakit perut.
2. Berkurangnya kualitas lingkungan, terutama tanah menjadi
tercemar dan tidak subur lagi.

16 Eksotisme Gumuk Pasir

3. Sampah yang berserakan sangat mengganggu keindahan dan
tidak sedap dipandang, dan

4. Sampah yang menumpuk sering menimbulkan bau yang
menyengat.

Dampak positif sampah antara lain: bila kita kreatif, sampah
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan barang baru yang lebih
bernilai. Seorang teman, guru IPA, sangat kreatif memanfaatkan
sampah untuk membuat barang baru yang lebih bermanfaat.
Seperti botol bekas minuman, diubah menjadi tempat lampu hias.
Plastik kresek yang berwarna-warni dibuat menjadi bunga.Bekas
bungkus cairan atau minuman instan dapat dibuat menjadi tas,
dan lain-lain. Hal ini beliau tularkan kepada para siswa yang
ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler PKK. Anak-anak menjadi
lebih aktif dan senang ketika melakukan kegiatan tersebut deng-
an bimbingan guru. Mereka menyadari, ternyata sampah yang
selama dianggap tidak bermanfaat, dapat diubah menjadi barang
yang cukup menarik.

Selain itu, sering kita melihat di televisi banyak kegiatan
ibu-ibu PKK mengubah sampah menjadi barang-barang baru
yang bernilai tinggi dan dapat menambah penghasilan keluarga.
Dengan demikian, masyarakat dapat menciptakan lapangan pe-
kerjaan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Dampak positif sampah yang lain berasal dari sampah
organik, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk
menyuburkan tanaman.Sewaktu kecil, saya melihat Simbok sering
membawa sampah berupa daun-daun, seperti bekas bungkus
tempe atau yang lainnya. Daun-daun itu dibawa ke sawah untuk
dijadikan pupuk. Jika tidak, sampah akan didiamkan ditempat
tertutup selama dua atau tiga hari sampai tercium aroma yang
kurang sedap. Setelah itu barulah dibawa ke sawah untuk me-
mupuk tanaman. Tanah yang subur tentu juga akan meng-
untungkan para petani.

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 17

Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain:
1. Terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh lingkungan

yang tidak sehat.
2. Lingkungan menjadi lebih sejuk.
3. Bebas dari polusi udara.
4. Air menjadi lebih bersih.
5. Lebih tenang dalam menjalankan aktivitas belajar-mengajar.

Masih banyak lagi manfaat menjaga kebersihan lingkungan.
Untuk itu kita harus menyadari akan pentingnya kebersihan
lingkungan, mulai dari rumah kita masing-masing. Dilingkungan
sekolah, misalnya, siswa harus rajin menyapu halaman kelas,
rajin membersihkan selokan di depan kelas, dan membuang sam-
pah pada tempatnya;tentu saja masih banyak halyang bisa di-
lakukan.

Beberapa cara dilakukan sekolah untuk menjaga kebersihan,
yaitu :
1. Reuse ialah penggunaan ulang,artinya kita menggunakan

barang yang pernah digunakan. Contohnya,menggunakan
lagi kemasan botol air minuman dengan cara mengisi ulang
botol tersebut.
2. Reduce ialah mengurangi,artinya mengurangi penggunaan
barang yang menghasilkan sampah. Contohnya, mengguna-
kan daun atau kertas sebagai pengganti bungkus jajan di-
kantin.
3. Recycle ialah mendaur ulang, artinya mengurangi penum-
pukan sampah dan pembakaran sampah dengan cara meng-
gali kreativitas siswa. Untuk sampah plastik atau kertas
dapat diolah menjadi barang yang lebih berguna. Untuk
sampah daun bisa diolah menjadi kompos atau pupuk.

Secara keseluruhan, kebersihan dan keasrian sekolah me-
rupakan tanggungjawab bersama dari warga sekolah. Selain guru
dan siswa, pemeliharaan dan perwujudan lingkungan sekolah
yang bersih, sehat, dan asri, tidak lepas dari peran kepala seko-

18 Eksotisme Gumuk Pasir

lah, guru, karyawan, dan semua warga sekolah. Kondisi demi-
kian akan melahirkan siswa yang cerdas, bermutu, berwawasan
lingkungan, serta mampu menerapkan sikap cinta dan peduli
pada lingkungan,baiklingkungan sekolah maupun masyarakat.

Daftar Pustaka
1. http://pmrsman1kedungpring.blogspot.co.id/2015/02/

essay-kebersihan-dan-kesehatan.html pukul 20.28
2. http://pmrsman1kedungpring.blogspot.co.id/2015/02/

essay-kebersihan-dan kesehatan.html

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 19

MENYIBAK PESONA
BANTUL SELATAN

Dwi Astuti
SMP Negeri 1 Sanden

Sore itu suasana sangat cerah. Matahari masih bersinar
dengan terang. Sinarnya yang kekuningan menembus daun-daun
mangga di samping rumah. Duduk-duduk di teras rumah setelah
seharian bekerja dapat melepas kepenatan. Apalagi sambil se-
sekali menyapa tetangga yang lewat di depan rumah. Tiba-tiba
suamiku menghampiri, “Daripada hanya duduk-duduk saja, yuk
kita jalan-jalan, Bu!” ajaknya. Sayapun mengiyakan ajakan suami.
Kemudian saya masuk ke dalam rumah untuk mengajak kedua
anak kami.

Suamiku mengeluarkan sepeda motor. Suami, saya, dan si
bungsu, berboncengan sepeda motor, sedangkan si sulung lebih
suka memakai sepeda. Tujuan kami berjalan-jalan adalah melihat
pembangunan jalan baru yang ada di selatan dusun kami,hanya
berjarak sekitar 750 meter dari rumah. Jalan baru itumerupakan
jalan nasional yang rencananya akan menghubungkan wilayah
selatan pulau Jawa, terhubung dari Provinsi Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Pembangunan jalan baru melintasi desa kami, yaitu Desa
Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Jalan baru
yang sangat lebarsungguh membanggakan. Wilayah kamiyang
terletak di ujung selatan Bantul, merupakan wilayah yang agak
terisolasi karena berbatasan langsung dengan laut yang sangat

20 Eksotisme Gumuk Pasir

luas,ada yang menyebut wilayah “polda” (pol daratan).Jalan ini
memberi harapan baru bagi warga di wilayah kami. Tentu saja
harapan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Desa kami merupakan salah satu wilayah di Kecamatan
Sanden yang dilintasi Jalan Lintas Selatan. Di wilayah kabupaten
Bantul, Jalan Lintas Selatan melewati tiga kecamatan, yaitu
kecamatan Srandakan, kecamatan Sanden, dan kecamatan Kre-
tek. Ketiga kecamatan ini merupakan wilayah yang memiliki
garis pantai. Masing-masing pantai memiliki kekhasan tersendiri.

Jika kita ingin menikmati aneka hasil laut, kita dapat me-
ngunjungi pantai Kuwaru di kecamatan Srandakan, kita bisa
menikmati ikan di warung-warung, maupun membeliikan segar,
menikmatinya dengan digoreng, dibakar, atau dimasak asam
pedas atau asam manis, sesuai selera. Masyarakat yang berada
di wilayah timur, dapat menikmati hal yang sama di pantai
Depok yang sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat luas.
Pantai Depok terletak di sebelah barat pantai Parangtritis yang
sudah menjadi destinasi wisata utama Kabupaten Bantul.Pantai
Depok dan pantai Parangtritis merupakan dua primadona wisata
di Kabupaten Bantul.

Perjalanan terhenti saat kami sampai dibatas desa. Di per-
batasan desa dibangun sebuah jembatanmelewati sungai kecil
yang lebarnya sekitar empat atau lima meter. Jembatan dibangun
cukup kokoh, tiang-tiang yang dipancangkan ke dalam sungai
dan badan jembatan dicor tebal. Tentu ini dengan memper-
timbangkan bahwa jalan ini akan dilewati berbagai kendaraan,
mulai dari kendaraan roda dua hingga truk tronton.

Setelah mengamati jembatan, kamimelanjutkan perjalanan.
Matahari berangsur-angsur turun, sinarnya mulai meredup.
Masyarakat di sekitar juga banyak yang menikmati indahnya
sore di jalan baru ini. Pemandangan seperti ini hampir bisa
dinikmati setiap hari. Dari raut wajah mereka, tampak kekagum-
an dan rasa senang dengan adanya pembangunan jalan baru,
terlebih di salah satu tempat pada posisi jalan yang berbatasan

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 21

dengan sawah. Jika kita melayangkan pandang ke selatan, ham-
paran sawah terlihat berada ada di bawah kita. Padi yang sudah
masak berwarna hijau berpadu dengan kuning keemasan, mem-
beri harapan bagi para petani untuk menuai hasil keringat me-
reka. Selain padi, ada juga tanaman sayur-mayur seperti terung,
cabai, kangkung, sawi, dan bawang merah.

Bawang merah pernah menjadi primadona tanaman palawija
di desa kami. Sudah sejak lama masyarakatmembudidayakan
bawang merah. Masih teringat tahun-tahun awal saya tinggal
di desa ini. Setiap kali datang musim panen, tumpukan bawang
merah dapat kita lihat menghiasi halaman setiap rumah. Ke-
sejahteraan masyarakat meningkat. Masyarakat sekitar mem-
peroleh penghasilan cukup tinggi dari komoditi ini,di satu lahan
bisa mendapatlan beberapa panenan sekaligus. Bawang merah
ditanam setelah panen padi. Pada saat bersamaan, tanaman cabai
ditanam dengan menggunakan sistem tumpangsari. Saat usia
tanaman bawang merah mencapai dua setengah sampai dengan
tiga minggu, para petani mulai menanam bibit cabai disela-sela-
nya. Tanaman cabai tumbuh seiring dengan tanaman bawang
merah. Setelah masa tanam kurang lebih dua bulan, bawang
merah siap dipanen. Dalam satu tahun, petani menanam bawang
merah dua kali, yakni setelah tanaman padi (sekitar bulan April
sampai Mei) dan setelah tanaman cabai (sekitar bulan Agustus
sampai September).

Pada masa tanam bawang merah yang pertama, setelah
bawang merah dipanen, maka tinggallah tanaman cabai. Biasa-
nya petani langsung membersihkan rumput yang ada kemudian
memberi pupuk agar pertumbuhan tanaman cabai menjadi lebih
maksimal. Diperlukan waktu sampai satu setengah bulan hingga
cabai siap panen. Untuk tanaman cabai, petani dapat memanen
tiap lima hari sekali. Artinya,dalam satu kali masa tanam, petani
dapat memanen sebanyak enam hingga tujuh kali. Menurut
suamiku yang memang asli penduduk Bantul, hasil dari penan

22 Eksotisme Gumuk Pasir

aman cabai merupakan bathine wong nandur brambang (keber-
untungan petani bawang merah).

Itu merupakan kisah masa lalu. Kini tidak sedikit para petani
mengeluh karena sulitnya bertanam bawang merah. Harga bawang
cenderung fluktuatif, tidak menguntungkan petani. Pada masa
awal tanam, harga bawang cenderung tinggi, sehingga untuk peng-
adaan bibit, mereka harus mengeluarkan biaya yang tinggi pula.
Pada saat panen tiba, harga cenderung anjlok dan hasil yang
diperoleh kadang hanya cukup untuk menutup biaya produksi,
bahkan terkadang tombok. Kebutuhan obat-obatan juga memerlu-
kan biaya seiring munculnya berbagai macam hama dan penyakit
tanaman. Di sisi lain, harga pupuk dan tenaga penggarap semakin
mahal. Biaya penanaman yang cukup tinggi ini membuat banyak
petani, enggan menanam bawang merah.

Pemandangan “indah” saat-saat panen seperti belasan tahun
lalu, kini tidak lagi, hanya beberapa rumah saja yang terlihat
mempunyai tumpukan bawang. Rumah-rumah itu merupakan
rumah petani yang memiliki modal kuat.

Dalam kegiatan panen bawang merah, ada kegiatan pethik
brambang (memetik bawang merah)yang cukup unik. Sambil me-
motong bawang dari daunnya, para pemetik (kebanyakan ibu-
ibu), bercerita apa saja dalam suasana yang akrab. Kegiatan ini
merupakan bentuk sosialisasi untuk mengakrabkan kehidupan
bertetangga. Berbagai informasi dapat diperoleh melalui kegiat-
an pethik brambang. Canda tawa selalu terdengar, menghapus
rasa lelah. Para pemetik menjadi betah seharian bekerja sambil
duduk. Terkadang mereka harus lembur sampai tengah malam,
terutama jika sudah ada calon pembeli. Sambil bekerja (pethik
brambang) mereka juga bisa momong atau mengurus anak. Anak-
anak para pekerja biasanya bermain bersama sehingga tidak
mengganggu para ibu.

Nun jauh melewati persawahan, pandangan kita akan me-
nangkap cakrawala biru berbatas ombak berbuih. Tampak mem-
bayang di kejauhan pantai Samas. Pantai ini sudah dikenal masya-

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 23

rakat jauh sebelum hadirnya pantai Parangtritis. Sayangnya
perkembangan pantai Samas berkonotasi negatif, sering disalah
gunakan pemanfaatannya. Pantai ini semakin merana, terlebih
setelah dihantam abrasi yang luar biasa hingga menggerus bibir
pantai dan pemukiman warga.

Matahari hampir saja masuk ke peraduan saat anakku meng-
ingatkan, “Yah, sudah sore, sebentar lagi magrib. Pulang yuk!”
ajaknya.

“Ayo!” jawab suamiku. Kamipun berbalik arah ke barat.
Warna jingga menghiasi langit. Burung-burung Sriti beterbangan
pulang ke sarang mereka. Peralatan berat seperti begodan silin-
der teronggok di pinggir-pinggir jalan. Suasana mulai sepi. Per-
jalanan pulang selalu terasa begitu cepat. Azanpun terdengar ber-
sahut-sahutan memenuhi cakrawala saat kami sampai di rumah.

“Buatkan secangkir kopi dong, Bu,” pinta suamiku seperti
biasa saat kami baru pulang dari bepergian. Pesanannya segera
kubuatkan sebagai penghilang dahaga. Sambil menyeruput mi-
numan dan menikmati makanan kecil, aku mengingat kunjungan-
kunjungan kami sekeluarga di beberapa tempat di Bantul.Kami
sering refreshing, walau hanya ketempat-tempat yang tidak jauh
dari rumah. Pernah suatu pagi, saat bulan Ramadan, kami me-
ngunjungi beberapa pantai di sekitar rumah kami, antara lain
pantai Goa Cemara yang terletak di wilayah Desa Gadingsari.
Deretan pohon cemara udang memagari pantai. Deburan ombak
yang besar mengantarkan sebuah simponi. Air lautnya berbusa
menjilat pasir di ujung pantai. Kicauan burung di pepohonan cemara
terdengar merdu. Suasana damai membuat kami betah berlama-
lama menikmati keindahan pantai. Selain menikmati keelokan
pantai, kita juga bisa menikmati aneka kuliner hasil laut, seperti
halnya di pantai Kuwaru dan Depok.

Tak jauh dari pantai Goa Cemara, terdapatpantai Pandansari.
Di pantai ini terdapat sebuah gardu pandang atau mercusuar
yang memiliki ketinggian lebih dari tiga puluh meter. Pengunjung
dapat naik ke mercusuar untuk menyaksikan keindahan pantai

24 Eksotisme Gumuk Pasir

dari ketinggian. Setelah terjadi gempa bumi dahsyat di Bantul,
menara ini sempat tidak boleh dinaiki pengunjung demi ke-
selamatan mereka.

Lebih ke timur lagi, ada objek wisata baru, yakni Pesona
Pengklik yang pada awalnya direncanakan sebagai tempat pe-
lelangan ikan, tempat ini menyerupai dermaga mini. Tempat ini
berupa danau kecil yang terbentuk oleh muara sungai Opak.
Pada bulan-bulan tertentu, terutama pada musim kemarau, muara
sungai Opak seringkali tersumbat oleh pasir sehingga airnya
meluap menggenangi wilayah sekitar, membuat lahan persawah-
an terendam. Disebelah timur dekat pantai Samas, akhirnya ter-
bentuk danau kecil yang digunakan sebagai area memancing.
Di tempat ini, sekarang terdapat warung apung dengan hidang-
an aneka seafood.

Dusun kami berbatasan dengan desa Tirtohargo, kecamatan
Kretek. Di wilayah desa, khususnya di Dusun Baros, terdapat
sebuah kawasan ekowisata berupahutan mangrove (merupakan
konsevasi mangrove). Tanaman ajaib ini sangat bermanfaat bagi
pelestarian alam di wilayah pesisir. Di air, akar mangrove dapat
menjadi tempat berkembangnya ikan. Di darat, tanaman ini ber-
fungsi mencegah abrasi. Di udara, tanaman ini memberi pasok-
an oksigen yang cukup banyak.

Kawasan mangrove terletak di dekat muara sungai Opak. Di
kawasan ini, kita dapat menyaksikan pemandangan pepohonan
mangrove yang dilatarbelakangi persawahan dan laut selatan.
Fasilitas jalan menuju tempat ini cukup bagus, beraspal, meng-
antar pengunjung hingga batas dusun. Memasuki area per-
sawahan, jalan cor blok dipayungi pepohonan cemara udang,
mengantar kita hingga sampai kelokasi. Di lokasi itu ada bangun-
an yang dapat kita gunakan sebagai tempat beristirahat di lantai
satu dan gardu pandang di lantai dua.

Jalan Lintas Selatan yang sedang dibangunmemberi harapan
baru bagi warga masyarakat di wilayah Bantul selatan, pertanian
dapat maju seperti pada masa-masa lalu, pengiriman hasil per-

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 25

tanian menjadi lancar sehingga akan memberikan keuntungan
bagi para petani. Selain itu, potensi pantai-pantai akan lebih di-
kenal oleh masyarakat luas karena akses jalan menjadi lebih
mudah, sehingga diharapkan banyak wisatawan yang berkun-
jung, baik wisatawan lokal maupun wisata wandari mancanegara.
Banyaknya wisatawan tentu akan menambah lapangan kerja dan
penghasilan bagi penduduk sekitar. Masyarakat dapat meman-
faatkan tempat-tempat wisata untuk memasarkan berbagai
barang, baik hasil pertanian maupun hasil kerajinan. Wilayah
selatan Bantul pun tidak terisolasi lagi.

26 Eksotisme Gumuk Pasir

MENENUN ASA DEMI CITA

Dwi Wahyu Astarini
SMP Unggulan ‘Aisyiyah Bantul

Ketika orang menginjakkan kaki pertama kali di tanah asing,
pasti rasa cemas bahkan takut akan melingkupi suasana hatinya.
Sebagai orang asing di tanah orang, aku harus bisa mengenal
dan membiasakan diri dengan orang-orang yang belum pernah
sama sekali aku temui. Tempat yang jauh berbeda dengan pulau
kelahiranku ini tentu memiliki adat kebiasaan yang berbeda.
Aku pun harus membenarkan pepatah yang berbunyi, “Lain
ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”. Pepatah inilah yang
harus aku junjung di mana saja aku berada.

Begitu tiba di sebuah desa agak terdalam, aku mencium bau
segarnya laut. Desa ini tepat berada di tepi laut dan harus berjalan
kaki satu kilometer dari jalan raya. Desa bernama Anaraja ini
jauh dari suara bising kendaraan yang lalu lalang seperti di ke-
ramaian kota. Di desa inilah aku melihat gubuk-gubuk tua ber-
penghuni, salah satunya tidak sebagus rumah yang lain. Di gubuk
tua itu tinggal seorang perempuan paruh baya seorang diri.
Bukan karena ditinggal mati suaminya, bukan juga karena pisah
dengan suami. Beliau memang belum pernah menikah. Perem-
puan yang aku sapa dengan nama Bibi ini sudah berusia setengah
abad lebih. Beliau sangat senang saat aku mengatakan kalau aku
mau menetap.

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 27

Bibi menyambut aku dengan keramahannya. Perjumpaanku
dengan Bibi tidaklah tanpa sengaja. Ada seorang kepala sekolah
yang mengantar agar aku tinggal bersama Bibi selama mengabdi.
Ya, tugas yang akan aku emban di sini adalah mengajar selama
satu tahun. Memang bekal ilmu bagi fresh graduate atau baru saja
lulus S-1 belum seberapa. Akan tetapi, keyakinan dari dalam
diri muncul begitu saja bahwa bekal ilmu yang ditempuh di bang-
ku kuliah dan pengalaman mengajar membuat percaya diri, aku
pasti bisa.

Memasuki dunia pendidikan yang ada di tanah daerah Indo-
nesia bagian timur, tentu sebagai seorang guru harus siap me-
nerima perbedaan pendidikan dengan yang ada di Indonesia
bagian barat. Dibandingkan dengan pendidikan yang ada di
Jawa, di daerah terluar Indonesia pendidikannya masih jauh
tertinggal. Bisa dikatakan daerah timur masih menempati posisi
10 terbawah di antara 33 provinsi yang ada di Indonesia. Me-
mang benar, aura pendidikan yang berbeda pun terasa setelah
terjun ke sekolah di Indonesia bagian timur.

Masuk hari pertama di sekolah tempatku mengajar, aku tidak
disambut dengan pesta meriah atau seremonial yang berkesan.
Apa yang aku lihat pertama kali di sekolah itu? Tidak terbayang-
kan olehku pemandangan yang luar biasa. Miris rasanya hati ini
melihat anak-anak Sekolah Menengah Atas yang tidak taat pada
aturan. Aku disuguhi dengan berjajarnya beberapa anak yang
bukan menyambut kedatanganku, tetapi mereka berjajar karena
dihukum. Mereka adalah anak-anak yang hari sebelumnya tidak
izin ke sekolah alias alpa. Selain itu, ada juga yang memakai celana
sekolah meruncing sampai mata kaki. Percaya atau tidak, aku
yang sedang berada di dalam ruang guru mendengar suara “plak!”
dan ada yang menjerit “aduh!”. Aku sempat mengintip dari jen-
dela dan kejadian itu memang benar sesuai dengan perkiraanku.
Aku palingkan muka dan tak akan melihat lagi. Inilah satu feno-
mena yang sering kali disuguhkan untuk mendisiplinkan diri.

28 Eksotisme Gumuk Pasir

Meskipun demikian, mereka tetap masih tersenyum mendapat
perlakuan seperti itu.

Sekolah yang aku tempati untuk mengajar membuatku harus
bergelut dengan suasana belajar mengajar yang berbeda. Se-
benarnya, sebelum sampai di kabupaten ini, aku sudah was-
was karena beberapa sumber mengatakan kalau menjadi guru
di sini harus mengajar dengan keras. Keras di sini maksudnya
harus tegas. Akan tetapi, ketegasan tidaklah cukup. Seperti ilmu
yang telah aku dapatkan saat kuliah, itulah yang menjadi pe-
doman mengajarku. Mengajar tidak harus keras tetapi tegas dan
menarik perhatian peserta didik. Memang, untuk memahamkan
materi dibutuhkan tenaga yang super di sini. Siswa yang ke-
mampuannya kurang jumlahnya cukup banyak. Berbagai hal
dapat aku pelajari saat berjumpa dengan anak-anak di sekolah
ini.

Keterbatasan fasilitas jelas melekat di sekolah ini. Tenaga
pendidik tidak memiliki banyak referensi. Buku panduan untuk
belajar siswa saja dalam satu meja hanya satu buku. Bagaimana
mereka akan belajar materi berikutnya di rumah? Bagaimana
mereka bisa mengejar ketertinggalan belajar?

Sampai sekarang, aku masih ingat akan malam-malam saat
belajar dengan mereka. Aku harus menemani anak-anak kam-
pung tempat tinggalku untuk belajar saat malam hari. Siswa kelas
X, XI, maupun XII harus belajar di rumah kepala sekolah. Mereka
harus belajar setiap hari untuk mempersiapkan jadwal keesokan
harinya. Aku pun lebih sering menemani belajar siswa kelas XII.
Selain itu, aku juga harus siap ditanya untuk semua mata pe-
lajaran.

Ada kejadian yang aku sayangkan, ternyata masih ada be-
berapa siswa yang benar-benar harus didampingi karena saat
aku tanya perkalian di bawah 100 masih harus menghitung secara
manual. Misalnya, 6 x 6 saja butuh satu menit lebih untuk mene-
mukan jawabannya. Bagaimana bisa, hampir kelulusan SMA masih
belum bisa perkalian? Perkalian rendah saja sulitnya minta

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 29

ampun, apalagi untuk pembagian. Rasanya hanya ingin mengelus
dada saat mengajar karena mereka kesulitan dalam berlogika.

Masih beruntung anak-anak yang ada di daerah tempatku
mengabdi ini, banyak orang tua yang sudah melek akan pen-
didikan anaknya, meskipun mereka harus belajar dengan keras.
Anak-anak disekolahkan sampai jenjang yang lebih tinggi karena
orang tua mereka tidak menginginkan nasib anaknya sama
dengan orang tuanya. Aku kagum dengan para orang tua dan
anak-anak di sini. Meskipun tahu dunia sekolah yang harus
dilewati dengan keras, tetapi semangat belajar masih terlihat
dari dalam diri mereka. Meskipum ada siswa yang sulit me-
mahami pelajaran di sekolah, tetapi mereka tetap berangkat ke
sekolah.

Di kampung tempat tinggalku, banyak keluarga yang anak-
anaknya bisa mengenyam dunia pendidikan sampai perguruan
tinggi. Dari yang aku ketahui, setamat SMA banyak siswa yang
melanjutkan kuliah. Ada yang kuliah di universitas di kota,
bahkan ada yang sampai ke pulau seberang. Daerah tujuan kuliah
mereka adalah Mataram, Makasar, dan Jawa, tentu banyak siswa
yang memilih kuliah di kota sendiri.

Sesekali aku berkunjung ke tengah-tengah keluarga kawanku
yang telah akrab sejak aku datang. Aku harus berjalan sekitar
satu setengah kilometer untuk sampai di rumahnya. Keluarga
ini merasa senang saat aku datang. Keluarga yang terdiri dari 5
anggota keluarga, hidup dengan sederhana. Tak kujumpai sosok
laki-laki tua di rumahnya karena sosok bapak sudah lama tiada,
dan situasi itu tak mengurangi keceriaan temanku. Aku mengenal
perempuan setengah baya yang sedang memainkan tangannya
di atas benang-benang halus. Ia mengikat benang dengan tali-
tali kecil, perempuan itu tengah membuat tenun ikat.

Perempuan yang dipanggil “Mamah” menggugah hati
kecilku. Ia menghidupi anaknya yang pertama dan kedua hingga
bisa mengenyam dunia pendidikan. Ya, teman yang akrab
denganku itulah anak pertama yang berhasil diluluskan dari

30 Eksotisme Gumuk Pasir

bangku kuliah. Dialah guru yang yang akrab denganku di se-
kolah tempat mengajar. Kawanku ini memiliki adik yang masih
duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Terlepas dari anggota keluarga, hal yang menjadi sorotanku
adalah perjuangan orang tua dalam mendidik anak-anaknya
hingga bersekolah. Melihat pekerjaan yang tak seberapa, orang
tua itu dapat menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
Bagaimana bisa pendapatan seorang ibu yang berprofesi sebagai
penenun bisa menyekolahkan anak-anaknya? Ditambah seorang
bapak sebagai nelayan kecil yang berpendapatan tak lebih dari
1 jutaan? Itulah yang menjadi keherananku kepada keluarga
temanku.

Semangat belajar anak-anak di daerah yang terluar masih
terasa sampai sekarang. Jarak sekolah yang ditempuh dengan
jalan kaki sekitar dua kilometer, bukan menjadi jarak menggapai
cita-cita. Meskipun dengan segala keterbatasan, mereka masih
bisa belajar. Cita-cita yang tertanam dari dalam diri mereka masih
ada. Jelas teringat kata-kata mereka saat aku masih di sana. Me-
reka ingin belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Ya, senyum simpul
mereka pun masih terasa saat aku mengucapkan sampai jumpa
pada lain kesempatan.

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 31

CERITA CINTA DARI AYAH:
MENEMPA KARAKTER ANAK

LEWAT DONGENG

Endang Trisusilowati
SMP Muhammadiyah 1 Bambanglipuro

Secara umum, orang menganggap cerita cinta adalah cerita
yang romantis, melankolis, picisan, dan sebutan lain yang meng-
undang dan menarik pembaca untuk menyibak isinya lebih
dalam. Dikatakan romantis karena bersifat percintaan, mesra, dan
mengasyikkan. Meskipun secara bahasa kurang tepat, tetapi
cerita cinta sering disebut melankolis karena membawa orang
yang membacanya larut dalam keadaan atau suasana yang
dialami tokoh-tokohnya. Banyak juga yang menganggap cerita
cinta adalah cerita picisan, dengan asumsi bahwa cerita yang
berbau percintaan termasuk tulisan yang tidak berbobot, cen-
derung mengesampingkan logika, lebih mengedepankan pe-
rasaan.

Meskipun banyak yang mengakui argumen-argumen ter-
sebut, cerita cinta tetap menarik disimak. Anak-anak, remaja,
hingga orang dewasa suka mendengarkan, membaca, atau hanya
sekadar mendengar celotehan orang tentang cinta. Tidak jarang
mereka yang masih belia sembunyi-sembunyi hanya untuk me-
nikmati cerita yang dianggap tabu untuk diketahui orang secara
terbuka.

Aku masih ingat ketika duduk di bangku SMP kelas 1, mem-
baca novel Cewek Komersil karya Edy D. Iskandar atas pinjaman

32 Eksotisme Gumuk Pasir

paman. Merasa tidak nyaman dan malu jika diketahui orang, aku
mengasingkan diri ke rumah nenek yang tidak jauh dari rumahku.
Cerita cinta remaja yang begitu mengasyikkan dan menghanyut-
kan, tidak terasa membuat banyak menyita waktu belajarku. Ke-
mauan membaca cerita yang lain menggodaku, maka ketika
paman membawa novel Mawar Jingga karya La Rose, segera aku
merajuknya, aku baca di sela-sela kesibukan sekolah. Itu suatu
bukti bahwa cerita cinta tidak ditinggalkan oleh pembacanya.

Berbicara tentang cinta, membawaku menengok ke masa
yang lebih jauh, ke masa kecil saat duduk di bangku SD. Jika
sewaktu SMP aku sudah membaca sendiri cerita tentang cinta,
maka pada usia SD, ayah sebagai pengantar cerita itu. Cerita
cinta yang dikemas dengan mengedepankan contoh dan nasihat
tentunya, bukan yang mengundang hasrat biologis.

Sebagai pengantar tidur, ayah sering mendongengkan anak-
anaknya. Banyak cerita yang disampaikan, penuh warna. Tokoh
kancil yang paling banyak mendominasi cerita fabel, di antaranya
Kancil dengan Buaya, Kancil dengan si Belang, Kancil dengan
Harimau, Kancil dengan Gajah, dan yang tidak ketinggalan Kancil
Mencuri Timun. Jika sekarang menjadi polemik bahwa cerita
“Kancil Mencuri Mentimun” sebagai biang maraknya para pejabat
korupsi, tentu aku tidak setuju. Cerita itu justru mengandung
amanat bahwa perbuatan yang jahat akan menuai keburukan.
Entah akal-akalan dari siapa cerita itu dapat menginspirasi orang
yang mendengar bisa menjadi pencuri atau korup.

Dari cerita-cerita yang disampaikan ayah, masih ada yang
terekam kuat, tapi banyak juga yang sudah lupa terhapus masa.
Di antara cerita-cerita itu ada dua cerita cinta yang masih terekam
dengan gamblang. Cerita yang pertama, kisah cinta dua orang
manusia, sedang satu cerita lagi berupa fabel, menceritakan per-
cintaan dua binatang. Cerita itu disampaikan secara lugas, tapi
menyentuh, penuh rasa haru. Cerita itu juga mengandung ke-
anehan karena jauh dari logika sehingga pendengar merasa lucu
dibuatnya.

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 33

Satu cerita yang masih terekam kuat pada ingatanku adalah
cerita “Surengmbolo”. Alkisah, sepasang suami istri, sang suami
bernama Sorengmbolo, seorang laki-laki berwajah tampan, jujur,
tetapi bodoh. Surengmbolo memiliki istri yang setia dan jelita.
Kejelitaan istrinya membuat raja berkeinginan memilikinya.
Kebodohan Surengmbolo dimanfaatkan oleh raja untuk meng-
habisinya secara perlahan tetapi pasti. Namun kebodohan
Surengmbolo tidak membuat istrinya surut untuk selalu setia
dan mencintainya. Istrinya setia dan penuh kesabaran mendam-
pingi suaminya dalam suka maupun duka. Raja yang suka main
kekuasaan itu menzalimi mereka dengan kejam, menyebabkan
Surengmbolo dan istrinya sangat menderita. Dengan berbagai
taktik licik, diperintahkannya Surengmbolo melakukan hal-hal
yang sulit ditemukan dan dilakukan. Surengmbolo yang bodoh
merasa bingung dan sedih atas perintah-perintah raja yang di-
rasa sulit dilakukan. Istrinya yang setia selalu membantu suami-
nya memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dari perintah
yang sederhana sampai perintah yang tidak masuk akal dan mem-
bahayakan jiwa Surengmbolo. Istrinya tahu, dia paham betul,
bahwa perintah yang diberikan raja sebetulnya untuk meng-
enyahkan Surengmbolo agar raja dapat menguasai dirinya.

Aku masih ingat bagian-bagian alur cerita berbahasa Jawa
itu dari pengenalan, konflik, hingga penyelesaian. Bagian-bagian
ceritanya memiliki dialog menggunakan lagu jawa yang men-
dayu. Pada dialog terakhir begini lagunya,

“Kang Mas Surengmbolo, napa gerah napa puyeng, yen gerah kula
pijiti, yen puyeng kula pilisi” (Kang Mas Surengmbolo, apakah sakit?
Apakah pusing? Kalau sakit saya pijiti, kalau pusing saya pilisi),

“Ora gerah ora puyeng, sedih ngendikane sang Prabu” (tidak sakit,
tidak pusing, sedih perintah dari sang Prabu),

“Ngendikanipun menika menapa?” (perintahnya itu apa?),
“Kadhawuhan ngundhuh klapa kanthi tataran pedang lan wadung”
(diperintah memetik buah kelapa dengan pijakan pedang dan
pisau),

34 Eksotisme Gumuk Pasir

“Mboten sah sedih, Kang Mas, monggo dipun sendikani dhawu-
hipun sang Prabu” (tidak perlu bersedih, Kang Mas, mari dilak-
sanakan perintah sang Prabu).

Itulah akhir dari konflik yang panjang dari ceritanya.
Perintah raja yang harus dilakukan Surengmbolo untuk terakhir
kali dipatuhi dengan polosnya. Kebodohan Surengmbolo dan
kezaliman raja membuat kematiaan secara mengenaskan. Ke-
sedihan yang mendalam, menghujam, serta sakit hati yang tak
terperi atas kematian suaminya yang tidak wajar, membuat istri-
nya justru lebih tegar menghadapi sang raja yang zalim.

Istri Surengmbolo tetap bersikukuh ketika raja meminangnya
untuk yang terakhir kali. Istri Surengmbolo tetap pada pendiri-
annya, maka akhirnya raja memerintahkan dia harus memilih
satu di antara dua pilihan yang sama-sama berat. Memilih ber-
sedia dinikahi raja atau mati dikubur hidup-hidup bersama jasad
Surengmbolo. Dengan gemetar, gemeretak menahan marah,
pilihan kedua ia tetapkan.

Inilah akhir tragis dari cerita cinta dan kesetiaan dua insan
yang membuat seolah jantung berhenti berdetak. Pilihan mati
bersama Surengmbolo merupakan keputusan terakhir istrinya
dari pada diperistri raja yang kejam dan tamak.

Cerita ayah tentang Surengmbolo sering di ulang-ulang atas
permintaanku. Ayah memenuhi permintaanku karena aku selalu
merengek kalau tidak dituruti. Cerita itu membuat pikiranku
berpetualang ke mana-mana. Beberapa pertanyaan menggoda
ingin kulontarkan waktu itu. Mengapa perempuan cantik mau
diperistri pemuda bodoh? Mengapa raja begitu kejam terhadap
rakyatnya? Tetapi saat itu tidak keluar dari mulutku, entahlah.

Aku selalu ingin mendengarkan dongengan ayah ketika akan
tidur, meskipun seringkali aku sudah terlena ketika ayah masih
bercerita. Ternyata dongeng-dongeng ayah dapat sebagai pe-
lajaran yang berharga. Pelajaran dari berbagai pola hidup. Pe-
lajaran untuk mengasihi sesama, bersabar, setia pada tugas dan
kewajiban yang diemban, dan banyak lagi. Kurasakan hasil dari
memetik buah dari dongeng itu setelah dewasa hingga setua

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 35

ini. Semasa kecil, aku belum paham benar amanat dari cerita-
cerita yang didongengkan ayah.

Ingin aku sampaikan penggalan cerita satunya dari ayah
yang tak kalah menariknya. Kisah cinta antara burung bangau
dan burung gemak. Para tokohnya adalah Bangau, Gemak, dan
Minthi. Minthi adalah anak enthok.

Dikisahkan, seekor burung, disebut Kakang Bangau, men-
cintai burung Gemak,yang dalam cerita disebut Bibi Gemak.
Dilihat dari sisi tokohnya saja aku sudah merasa aneh, bangau
yang ukuran badan dan tingginya tidak sebanding dengan gemak,
mencintai gemak yang pendek dan kecil, tubuhnya kurang me-
narik lagi. Hal paling menarik dari cerita ini: Bangau mencintai
Gemak sampai mati, meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan.

Kakang Bangau selalu minta bantuan Minthi sebagai mak
comblangnya untuk menyampaikan keinginan meminang Bibi
Gemak. Berangkatlah Minthi ke tempat Bibi Gemak. Berserulah
Minthi dengan bahasa Jawa yang unik,

“Hoor sepithi-pithi, kongkonane Kakang Bangau, kon nakokke Bibi
Gemak.” (Hoor sepithi-pithi, perintahnya kakang Bangau untuk
menanyakan Bibi Gemak),

“Ora Thi! Anggere kukune kakangmu kae dikethoki aku yo gelem
moro.” (Tidak Thi! Asal kuku kakakmu itu dipotong, aku ya mau
datang),

Maka kembalilah Minthi kepada Bangau dan berseru lagi,
“Hoor sepithi-pithi, kongkonane kakang Bangau, kon nakokke bibi
Gemak.” (Hoor sepithi-pithi, perintahnya kakang Bangau untuk
menanyakan bibi Gemak ),
“Oleh gawe, Thi?” (Dapat hasil Thi?),
“Ora Kang, anggere kukumu kuwi dikethoki, yo gelem moro.”
(Tidak Kang, kalau kukumu itu dipotong, ya mau datang),
“Yo, kethokono.” (Ya potonglah),
Maka Dipotonglah kuku bangau oleh Minthi.
Begitulah sepenggal cerita yang lucu dan mengharukan. Pada
dasarnya permintaan Bangau untuk meminta Gemak datang

36 Eksotisme Gumuk Pasir

selalu diikuti dengan syarat, syarat yang sebenarnya hanya taktik
Gemak menolak si Bangau. Awalnya, syarat cukup ringan dan
kian lama kian berat. Dari meminta syarat kuku dipotong, lalu
bulu yang harus dicabuti, berlanjut pada kaki yang harus
dipotong, dan yang terakhir sayap dipotong. Tinggallah burung
bangau tanpa bulu, kaki, dan sayap, itu pun burung gemak tetap
tidak sudi datang. Akhirnya sang Bangau mati njingkrung dengan
membawa cinta. Situasi itu membuat kami merasa terharu yang
amat sangat.

Setelah cerita berakhir, ayah mengakhirinya dengan nyanyi-
an, “Asejingkrungkrung kong…, asejingkrungkrung kong…,
asejingkrungkrung kong...,” sambil menggelitiki anak-anaknya.
Akhirnya keharuan kami cair. Aku dan adik tertawa lepas, dan
sesuai dengan perjanjian kami segera tidur, sementara ayah me-
ngerjakan tugas-tugas lembur sebagai seorang guru.

Itulah sosok ayahku, beliau dekat dengan anak-anaknya.
Pada hari libur, ayah suka mengajak kami, anak-anaknya, rekre-
asi ke tempat-tempat yang tidak terlalu jauh lokasinya. Ayah
hanya mempunyai satu kendaraan bermotor saat itu. Kami empat
anak-anaknya semua diajak. Kakak tertua bersepeda ditarik motor
yang kami tumpangi berempat dengan ayah. Suatu kenangan
yang mengesankan, tak terlupakan.

Dongeng sebelum tidur sangat diperlukan sebagai wujud
kedekatan orang tua terhadap anak-anaknya. Artinya, dongeng
dimanfaatkan sebagai ungkapan rasa kasih sayang pada anak-
anak, di samping memberikan pembelajaran dan nasihat.

Apa pun alasannya, sesungguhnya pendidikan utama adalah
kehidupan dalam keluarga. Bila dalam sebuah keluarga sudah
saling akrab, penuh rasa kasih sayang, maka semua itu merupakan
wujud kesejahteraan. Anak-anak akan lebih mudah diatur,
dinasihati, sehingga mereka akan tumbuh dan berkembang se-
suai harapan dan cita-cita orang tua.

Anak-anak sekarang memiliki jarak dengan pendidikan
keluarga. Orang tua sekarang jarang menyempatkan diri men-

Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 37


Click to View FlipBook Version