Satu setengah tahun kemudian tanaman jeruk panen perdana
dengan menghasikan uang 900 ribu rupiah. Harga motor waktu
itu 600 ribu rpiah. Aku bahagia karena jerih payah dapat ter-
bayarkan. Sebagian uang hasil penjualan jeruk aku tabung, dan
sebagian lainnya ditabung serta digunakan membeli usuk, reng,
dan balungan untuk perbaikan rumah.
Akhir bulan November 1977, aku dinyatakan lulus SMA
Panca Marga Bakti Kutoarjo. Pada bulan Desember tahun 1977,
aku mencoba mendaftar kuliah di IKIP Negeri Yogyakarta, namun
gagal. Sambil menunggu pendaftaran tahun 1979, aku menekuni
usaha tanaman jeruk. Alhamdulillah pada bulan Agustus 1979
aku diterima sebagai mahasiswa IKIP Negeri Yogyakarta Pro-
gram D1 Bahasa Inggris.
“Bagaimana, Dik, sudah lulus SMA akan mulai berdagang?
Nanti saya bantu.”
“Aduh, Mas, ternyata aku melanjutkan kuliah 1 tahun lagi.
Tapi aku masih tetap punya usaha, yaitu bertani jeruk.”
“Tanaman jeruk itu tidak memerlukan tenaga pemelihara
khusus, Dik? Coba ditambah jumlah tanamannya, nanti kamu
mengontrak sawah sebelahnya, saya yakin boleh.”
Aku setuju dengan pendapat Mas SMR untuk menambah
jumlah tanaman menjadi dua kali lipat.
Tanggal 15 Agustus aku mulai mengkuti kuliah dengan
teman kuliah yang belum aku kenal, rasanya aku berada di dunia
lain. Setelah satu bulan, ternyata aku hidup di antara keluarga
baru perkuliahan dan bahkan ada yang mengajak berkunjung
ke rumahnya.
Pada tanggal 20 Oktober, aku, Nd, dan Syaif berkunjung ke
rumah MR di Klaten. Sampai di sana, aku tertegun karena di
rumahnya banyak barang dagangan. Informasi yang aku terima,
ternyata ayah MR adalah seorang pedagang kain yang handal.
“Wah kalau begini cocok untuk aku. Setelah lulus nanti, aku
akan berdagang kain, kelihatannya tidak memerlukan banyak
tenaga. Selanjutnya, aku bisa kerja sama dengan ayahnya MR.
188 Eksotisme Gumuk Pasir
Aku mengajar sambil mempunyai kegiatan sampingan berdagang
kain,” kata hatiku.
Singkat cerita, aku lulus D1 pada tanggal 27 juni tahun 1980
dan langsung mendapat SK mengajar. Aku ditempatkan di SMP
Negeri Seputihraman, Lampung Tengah.
“Katanya, kamu ditempatkan di Lampung, kapan berangkat
ke sana? Terus rencana dagang bagaimana?”
“Mas, saya sudah menjalin kerja sama dengan MR dari Klaten,
jadi nanti kalau sampai di sana dan sudah tahu situasi, saya minta
dikirimi sesuai apa yang saya minta, dia sudah setuju.”
Pada bulan Oktober, aku berangkat ke tempat tugas. Setelah
6 bulan aku mengajar, sedikit demi sedikit mulai mengantongi
pengalaman di “tempat orang”, akhirnya dapat membaur dengan
penduduk setempat. Tidak ada kesulitan untuk terjun ke masya-
rakat karena penduduk di sana 95% asli suku Jawa.
Saya yang pertama memulai kegiatan berdagang dengan
cara mengirim surat permintaan pengiriman barang (bulan April
1981) dan dua minggu kemudian barang kiriman datang.
“Pak paket apa kok besar sekali, apakah mau boyongan?”
tanya Pak Hartono, kawan satu kos saya di Lampung.
“Coba nanti setelah salat zuhur kita buka, paling paket kain.”
Hari berikutnya, orang ramai membicarakan masalah men-
jual kain. Hari ketiga dari penerimaan kain, semua dagangan
laris manis terjual habis. Mengapa bisa begitu? Karena harganya
aku buat menawan. Tak masalah juga ketika sebagian kecil belum
membayar pembelian kain.
Pada saat itu aku juga disibukan dengan koreksian dan pe-
nulisan rapor karena mengajar di 4 sekolah, sehingga kegiatan
berdagang tidak menarik lagi, meskipun keuntungannya luma-
yan besar. Kesibukan sekolah ternyata merupakan dunia yang
berbeda dengan dunia perdagangan.
Pada tahun 1983 aku dipindahtugaskan ke SMP Negeri 1
Kokap, Kulonprogo, Yogyakarta. Di tempat yang baru ini aku ber-
petualang dengan berdagang, diawali dengan berdagang rokok.
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 189
Keuntungan dari berjualan rokok mencapai 25% dari harga
kulakan. Hanya saja bila lama tidak laku akan merugikan kon-
sumen, aroma rokok menjadi tidak sedap lagi.
Pada tahun 1983 akhir, aku berkecimpung dalam tali tempe,
terbuat dari oman atau tangkai padi jawa. Hal ini tidak begitu
mengganggu tugas sekolah karena dikelola oleh salah satu pen-
jual tempe. Kendala untuk berjualan tali tempe adalah memerlu-
kan tempat yang luas, sehingga sangat sulit meneruskan usaha
menjual tali tempe.
Pada bulan maret 1984, aku mulai mencari hiburan dengan
berdagang pakaian jadi. Berjualan pakaian jadi menguntungkan,
melelahkan, dan menyenangkan, namun harus membutuhkan
waktu yang tidak sedikit karena harus ke Purworejo, Yogya-
karta, Wates, dan Kokap. Pasti menyita waktu istirahat dan tugas
sekolah. Tugas sekolah tidak dapat diselesaikan tepat waktu.
Pada waktu peresmian waduk Wadaslintang, Kebumen, aku
dibantu G dan M berjualan semangka secara insidental. Aku
membawa satu colt penuh semangka, kurang lebih 2 ton. Ter-
nyata laris manis, bisa kembali modal dan mendapat uang lelah.
Saat itu masih ada 20% semangka yang tidak laku, terus mau
dikemanakan? Berdagang insidental ternyata harus berpikir dua
kali: bila laku semua bagaimana? Apabila tidak laku harus di-
kemanakan?
Pada tahun 1984 akhir, aku mulai mencoba memilih ber-
dagang yang tidak mengganggu aktivitas mengajar, yaitu jual
beli perabot rumah tangga ukir dari Jepara. Pada saat libur semes-
ter satu, aku manfaatkan waktu untuk mencari barang dagangan
ke Jepara. Pejalanan lancar dan aku pulang membawa barang
dagangan satu truk fuso penuh. Hal ini tidak membuat saya
kawatir karena begitu barang diturunkan, pembeli sudah antre.
Kondisi ini tercipta karena informasi secara lengkap kepada
masyarakat sudah aku sebarkan terlebih dahulu. Tidak mencapai
dua hari, barang dagangan habis. Kenyataannya, suatu kegiatan
yang berlangsung dalam durasi singkat, ternyata memerlukan
190 Eksotisme Gumuk Pasir
prosesi prakegiatan dan pasca kegiatan memakan waktu lebih
dari dua minggu.
Aku juga mencoba berdagang yang lebih sederhana, yaitu
berdagang genting. Setiap saat aku mendatangkan barang ter-
sebut dari Soka, Kebumen. Namun karena kondisi geogrfis
daerah menoreh yang naik-turun, genting harus diturunkan se-
paruh truk agar kendaraan tetap bisa bergerak; sehingga untuk
operasional memerlukan biaya lebih banyak lagi.
Akhirnya aku menyadari bahwa menjadi guru yang baik
tidak bisa disambi menjadi pedagang yang baik. Menjadi guru
yang baik memerlukan konsentrasi tersendiri, begitu juga men-
jadi pedagang yang baik ternyata memerlukan waktu tersendiri
pula.
Hasil sampingan dari berdagang selama ini merupakan
pengalaman yang luar biasa dan menjauhkan rasa iri dan dengki.
Percayalah bahwa bakat, kemampuan, dan ketersediaan waktu
bagi masing-masing orang pasti berbeda-beda.
Aku harus memilih menekuni duniaku, yaitu menjadi se-
orang guru.
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 191
SAAT TERSANJUNG DAN
TERSANDUNG
Suratna
SMP Muhammadiyah Jetis
Harukah kutimbun rapat-rapat masa laluku? Hampir 33
tahun peristiwa itu, seperti baru beberapa hari terjadi. Upacara
bendera hari Senin belum berakhir, ada pengumuman dari
sekolah, beberapa siswa SLTA Bantul ditunjuk mewakili siswa
Bantul dalam seleksi Popsitar. Aku dan dua teman satu sekolah
termasuk siswa yang ditunjuk. Aku bergegas tanpa banyak tanya
menuju lokasi SKB Banguntapan. Seperti biasa, tas berisi kaos,
bet, dan bola pingpong selalu ada dalam tas sekolahku. Maklum,
aku sedang getol bermain tenis meja. Tas yang selalu setia me-
nemaniku berisi perlengkapan olahraga, bukan berisi minuman
beralkohol atau obat-obat terlarang.
Sepeda kutinggalkan di tempat parkir sekolah, langsung naik
angkutan tujuan utama terminal bus di kota Yogyakarta. Aku
sebenarnya belum tahu persis lokasi SKB Banguntapan. Hanya
diberi gambaran terletak di sebelah utara Kebun Raya dan
Kebun Binatang Gembira Loka. Sampai di terminal, aku turun
dan mencari bus kota. Setiap aku mau naik bus kota dan bertanya
jurusan yang akan aku tuju, ternyata tidak menuju arah SKB. Aku
pun terpaksa berjalan kaki menempuh jarak sekitar 4 kilometer.
Sampai di SKB Banguntapan, pertandingan sudah ber-
langsung. Didiek dengan bangga mengatakan telah menying-
kirkan lawannya dan mengatakan lawannya belum bisa bermain.
192 Eksotisme Gumuk Pasir
Darmo tertunduk lesu karena disingkirkan lawannya, sedangkan
Sutikno kalah WO akibat datang terlambat. Tak lama kemudian
aku dipanggil untuk segera bertanding. Aku bisa melewati per-
tandingan babak pertama, meski dengan ketat. Setelah istirahat
sekitar 10 menit, langsung bertanding lagi. Aku pun tumbang,
kerongkongan terasa kering, seluruh badan terasa pegal. Aku
tertunduk lesu.
Manajer Tim dari Bantul menghampiriku. Beliau berkata,
“Semua atlet Bantul telah tersingkir. Semua atlet yang tersisa
adalah pemain binaan klub.”
Aku pun sadar bahwa caraku berlatih jauh berbeda dengan
mereka yang bermain di klub. Hal yang tak kusangka terjadi,
lawan main yang kukalahkan menghampiriku. Dia menyanjung-
ku, meski aku tidak pantas untuk disanjung. Dia berkata, “Ke-
kalahan bukanlah akhir segala-galanya. Dalam pertandingan
pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Kita harus bisa me-
nerima kekalahan dan jangan mabuk oleh kemenangan.”
Hal itulah yang selalu aku kenang dan aku pegang. Pada
dasarnya kehidupan ini adalah arena pertandingan. Kadang kita
berlomba dengan waktu, kadang kita bertanding dengan per-
masalahan. Aku pulang dengan berbagai perasaan, kecewa se-
kaligus juga bangga. Kecewa karena kalah, bangga dengan peng-
alaman yang kuperoleh. Sampai di sekolah teman-teman telah
pulang semua. Kuambil sepeda, kukayuh menuju rumah.
Saat ini aku sudah jarang bermain tenis meja. Aku olahraga
hanya untuk rekreasi saja, bukan untuk mencari prestasi. Se-
karang pertandingan dan perlombaaan sering aku hadapi, tetapi
pertandingan dalam kehidupan nyata. Bertanding dalam meng-
hadapi permasalahan yang rumit. Berlomba dalam memanfaat-
kan waktu.
Permasalahan dalam pendidikan silih berganti. Kebijakan
demi kebijakan makin sulit dimengerti, baik masalah kurikulum,
permen, maupun hal lain yang menambah rumit pekerjaan. Peri-
laku peserta didik sekarang jauh berbeda dengan peserta didik
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 193
dua atau tiga dasa warsa yang lalu. Tahun Pelajaran 2013/2014,
Kurikulum Tahun 2013 (Kurtilas) secara serentak diberlakukan;
namun baru satu semester dihentikan, kecuali untuk beberapa
sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project. Materi soal Ujian
Nasional tahun 2015/2016 pun harus disesuaikan.
Masih jelas dalam ingatan kita sekolah RSBI atau SBI yang
akhirnya dibubarkan. Seharusnya dipikirkan terlebih dahulu
bagaimana dampak yang timbul akibat dikotomi dalam penge-
lolaan pendidikan. Dengan lebel RSBI atau SBI, sekolah lebih
diistimewakan, baik dalam pemberian fasilitas penunjang pen-
didikan maupun seleksi penerimaan peserta didik, termasuk
dalam pemungutan biaya pendidikan. Banyak orang tua yang
merasa tersanjung jika anaknya diterima di SBI, meskipun tidak
sedikit juga orang tua yang tersandung jika anaknya diterima di
SBI. RSBI atau SBI lebih mementingkan ranah kognitif dibanding
ranah yang lain. Bahasa Inggris lebih diistimewakan dibanding-
kan bahasa Indonesia.
Sekolah-sekolah baru didirikan. Pengembangan RKB bagi
sekolah negeri semakin mempersempit ruang gerak sekolah swasta.
Jika di era tahun 1980-an sekolah swasta banyak disubsidi, baik
fasilitas pendidikan maupun tenaga pendidiknya, kini semakin
dibatasi. Guru DPK sudah banyak yang pensiun, sementara tidak
ada pengangkatan guru DPK baru. Dampaknya, sekolah swasta
semakin berat dalam pembiayaan operasional pelaksanaan pen-
didikan dan jumlah siswanya cenderung menurun, hanya se-
kolah-sekolah swasta di kota yang masih eksis.
Budaya membaca buku dan mendengarkan cerita kini hampir
tidak ada. Anak lebih suka menonton sinetron televisi dibanding-
kan mendengarkan radio, apalagi mendengarkan cerita atau
dongeng. Anak lebih gemar membaca SMS, Whats App, atau BBM
daripada membaca buku di perputakaan. Kedisiplinan anak
sekarang berbeda dengan anak-anak di awal tahun 80-an. Ke-
disiplinan mereka dalam mentaati peraturan sekolah dan ibadah
sungguh memprihatinkan. Bisakah kita menanamkan budi pe-
194 Eksotisme Gumuk Pasir
kerti bagi anak-anak di era globlalisasi ini? Inilah lomba dan
pertandingan yang sebenarnya karena anak-anak telah dimanja-
kan oleh kemajuan teknologi. Orang tua pun banyak yang tidak
sengaja memanjakan anak dengan berbagai fasilitas yang se-
benarnya belum diperlukan anak.
Dapatkah kita berlomba untuk memenangkan anak-anak
kita? Banyak anak menjadi korban kemajuan zaman. Tak sedikit
anak masuk perangkap “Balada Orang-orang Tercinta” (W.S.
Rendra). Mampukah sentuhan tangan kita, ucapan lembut kita,
ajakan halus kita menyelamatkan sebagian dari generasi penerus
bangsa? Mereka bukan sampah yang bisa didaur ulang, apa lagi
dibuang begitu saja.
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 195
PEMANASAN GLOBAL:
MANUSIA KURANG BERSAHABAT
DENGAN ALAM
Taufiq Aris Wardoyo
SMP Islam Prestasi Al-Mubtadi’ien
“Mungkin sekarang aku sedikit tahu bagaimana panasnya
neraka itu!”
Neraka memang digambarkan sebagai tempat yang panas,
melambangkan suatu siksaan. Untuk itu para ulama sering men-
doakan umatnya supaya dijauhkan dari api neraka. Ya, api neraka,
panas, tampaknya sangat tak mengenakkan.
Panas mengakibatkan kekeringan. Kulihat di depan rumahku
banyak pohon yang daunnya menguning, kering, terbakar oleh
sengatan matahari. Tanahnya retak-retak, menandakan betapa
hausnya dia dan mengharap basah menggenangi. Air kolam di
depan rumahku meningkat suhunya, sehingga ikan-ikan yang
tak kuat pasti akan mati. Air kolam itu seakan mendidih.
Kipas angin di dalam rumah tak pernah berhenti berputar.
Berputar terus tak pernah merasa pusing. Sebenarnya kasihan
juga, dia disuruh berputar dan menggeleng-gelengkan kepalanya
selama hampir sehari semalam. Namun jika tak seperti itu, tak
kuat badan ini menahan rasa yang seperti terpanggang.
Berada di dalam rumah saja terasa panas, apalagi kalau di
luar rumah? Ketika jarum jam menunjukkan pukul 1 siang, bila
aku berpergian tanpa memakai jaket untuk menutupi tanganku,
196 Eksotisme Gumuk Pasir
rasanya sengatan itu langsung menusuk masuk dalam kulit ari.
Panas seperti gigitan semut “clekit-clekit” membakar pori-poriku.
Lama-lama hal ini bisa meningkatkan pigmen warna kulitku se-
hingga bisa bertambah gelap karena gosong, bahkan yang lebih
mengerikan, kata dokter bisa menimbulkan penyakit kanker.
Malam hari yang kuharap sejuk untuk sekedar dapat men-
dinginkan badan, ternyata tak sedingin dulu. Malam hari tanpa
kipas angin ternyata berkeringat juga. Tak tahu bagaimana kok
bisa seperti itu. Pikirku, kalau malam hari pastilah dingin karena
tidak ada sinar matahari yang menyengat bumi, tetapi tetap saja
terasa gerah. Tidur saja sering tidak betah kalau memakai baju,
padahal sudah diberi angin oleh kipas yang selalu setia melayani.
Lalu harus kemanakah biar bisa mendinginkan badan ini? Siang
dan malam sama saja terasa panas. Gerah!
Kalau kuamati, sebenarnya di halaman rumahku cukup
banyak pohon. Cukup rindang sebenarnya, tetapi masih saja
belum sejuk terasa. Sejuknya hanya didapat pada pagi hari ber-
sama dengan kicauan burung-burung liar di sekitar rumah. Lalu
aku berpikir, Indonesia yang masih banyak pohon hijau saja suhu
udaranya panas seperti ini, lalu bagaimana di negara yang
mempunyai banyak gurun kering? Misalnya di Afrika atau Arab,
sampai berapakah suhunya dan apakah aku bisa tahan jika berada
di sana? Di sini saja aku sudah merasa begitu terpanggang, apa-
lagi di sana? Tak terbayangkan betapa panasnya.
Rasa-rasanya iklim meningkat suhunya. Mungkin saja
matahari ingin berkunjung ke bumi sehingga dia dalam perjalan-
an mendekatdan cuaca jadi bertambah panas? Ataukah perasaan-
ku saja karena sedang panas hati oleh sebuah kecemburuan? Ya,
bolehlah mengigau sedikit di siang bolong yang begitu dahsyat
panasnya.
Aku jadi teringat dalam pelajaran IPA sewaktu sekolah dulu.
Guruku sering menyebut tentang efek rumah kaca di bumi yang
diakibatkan oleh pemanasan global. Memang terdengar sedikit
seram, seolah dunia ini akan hancur atau kiamat! Sekarang aku
mulai menyadari tentang teori itu, memang benar adanya karena
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 197
kurasakan betapa panasnya dunia ini sekarang! Mungkin tidak
hanya aku yang merasakan, pasti banyak orang lain mengalami
hal yang sama, panas!
Dalam Wikipedia, dijelaskan bahwa istilah efek rumah kaca
pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824.
Hal ini merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda
langit, terutama planet atau satelit yang disebabkan oleh kompo-
sisi dan keadaan atmosfernya. Sebenarnya tidak hanya di bumi
saja yang mengalami efek rumah kaca; Mars, Venus dan benda
langit yang memiliki atmosfer lainnya, seperti satelit alami Satur-
nus dan Titan juga memiliki efek rumah kaca.
Efek rumah kaca di bumi dapat digunakan untuk menunjuk
dua hal berbeda, yaitu efek rumah kaca yang terjadi secara alami
di bumi dan efek rumah kaca akibat kegiatan manusia. Penyebab
efek rumah kaca adalah meningkatnya konsentrasi gas karbon
dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Meningkatnya
konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh banyaknya pembakaran
bahan bakar minyak, batu bara, dan bahan bakar organik lainnya
yang melebihi kemampuan tumbuh-tumbuhan dan laut untuk
menyerapnya. Energi yang masuk ke bumi, yaitu:
• Dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer sebesar
25%.
• Diserap awan 25%.
• Diserap permukaan bumi 45%.
• Dipantulkan kembali oleh permukaan bumi 10%.
Energi yang diserap, dipantulkan kembali dalam bentuk
radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Sebagian
besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan
dan gas CO2 serta gas lainnya untuk dikembalikan ke permukaan
bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca memang diperlu-
kan karena dengan adanya efek rumah kaca, perbedaan suhu
antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca
adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO), dan nitrogen
198 Eksotisme Gumuk Pasir
dioksida (NO2), serta beberapa senyawa organik seperti gas
metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang
peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan
adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini
dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lain-
nya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap kar-
bon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan
mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat me-
nimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga
akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga dapat
menenggelamkan beberapa pulau kecil di negara kepulauan yang
membawa dampak perubahan sangat besar.
Nah, setelah aku sedikit belajar dan mengerti tentang efek
rumah kaca, ternyata dapat kusimpulkan bahwa efek itu sebenar-
nya diperlukan untuk menjaga suhu antara siang dan malam agar
tidak terlalu jauh berbeda suhunya (dapat terjadi dalam keadaan
normal). Apabila pemanasan meningkat di semua wilayah seluruh
dunia (pemanasan global), maka ada peningkatan dari efek rumah
kaca tersebut. Setelah aku tahu akibat yang ditimbulkan, selain
panas hebat, ternyata akibatnya bisa lebih mengerikan yang mem-
buatku sangat merinding. Es di kutub akan mencair dan menam-
bah naiknya permukaan air laut sehingga bisa menenggelamkan
pulau. Wah, ternyata ini bahaya besar!
Menurut para pakar iklim di seluruh dunia yang diberitakan
oleh Deutsche Welle (DW), kawasan kutub kini mengalami
pemanasan global lebih cepat dari kawasan lain di dunia. Dalam
tiga dekade terakhir, lapisan es di lautan sekitar kutub menyusut
sekitar 990 ribu kilometer persegi. Lapisan es di Kutub Utara
terus menyusut drastis dalam 30 tahun terakhir.
Para ahli iklim dunia berpendapat bahwa laju penyusutan
lapisan es di lautan sekitar kutub, diperkirakan akan terus ber-
lanjut hingga tahun 2080 mendatang, sampai semuanya mencair.
Dampaknya adalah meningkatnya permukaan air laut global.
Dalam 20 tahun terakhir, permukaan air laut sudah naik rata-
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 199
rata 8 sentimeter. Jika semua lapisan es mencair, diperkirakan
permukaan air laut akan naik rata-rata 90 sentimeter. Pemicu
drastisnya penyusutan lapisan es adalah pemanasan global yang
dipicu oleh aktivitas manusia.
Mencairnya es akibat pemanasan global juga mengakibatkan
rotasi bumi melambat. Fakta itu diungkapkan oleh ilmuwan dari
Universitas Harvard, Amerika Serikat (AS). “Karena gletser
berada di lintang tinggi, ketika meleleh, es mendistribusi ulang
air dari lintang tinggi ke lintang lebih rendah. Seperti peselancar
yang menggerakkan tangan menjauh dari tubuhnya, aksi ini juga
memperlambat laju rotasi bumi,” kata ahli geofisika Universitas
Harvard, Jerry Mitrovica seperti diberitakan Reuters, Minggu,
13 Desember 2015 via Okezone.com.
Bahaya! Itu yang bisa kukatakan. Fakta yang ditemukan serta
pendapat para pakar iklim dan ilmuwan dunia memang mem-
buatku sangat merinding. Itu adalah penemuan yang sangat pen-
ting bagi kita. Ternyata kita benar-benar telah masuk dalam rusak-
nya dunia ini, ditandai dengan sudah terjadinya pemanasan global.
Semua itu memang akibat ulah dari manusia sendiri karena akti-
vitas yang menggunakan pembakaran minyak semakin banyak.
Tidak hanya para ilmuwan saja yang dapat membuktikan
fakta bahwa air laut meningkat karena mencairnya es di kutub,
ternyata aku sendiri juga telah melihat fakta dari fenomena itu.
Akhir-akhir ini aku sering merasa heran ketika sedang ber-
kunjung ke pantai selatan, mulai dari pantai Kuwaru dan Goa
Cemara yang sering aku kunjungi. Aku sering bertanya-tanya
pada diri sendiri, mengapa pantai-pantai itu cepat sekali abrasi.
Satu tahun saja tidak berkunjung, pasti akan sangat terasa per-
bedaannya. Di Kuwaru, pohon-pohon yang dulunya tumbuh rim-
bun di pinggir pantai, kini sudah mengering mati, habis. Terlebih
yang ada di pantai Goa Cemara. Goa yang terbuat dari tumbuh-
tumbuhan pantai yang rimbun itu kini sudah hilang, tak ada
lagi goanya karena abrasi. Semua itu berlangsung sangat cepat,
hampir tidak ada satu tahun semuanya hilang.
200 Eksotisme Gumuk Pasir
Dulu, pikirku terjadinya abrasi itu karena derasnya ombak
pantai selatan. Namun setelah mengerti tentang pemanasan
global, aku jadi dapat menyimpulkan bahwa cepatnya abrasi
yang terjadi di pantai selatan karena air laut yang meningkat.
Abrasi karena ombak juga benar, namun ditambah dengan naik-
nya permukaan air laut sehingga proses abrasi berlangsung cepat.
Ya, hal itu disebabkan karena mencairnya es kutub yang disebab-
kan oleh pemanasan global. Selain akibat dari pembakaran mi-
nyak oleh manusia, pemanasan global mungkin juga disebabkan
karena jumlah pohon di dunia ini semakin sedikit. Banyak pohon
ditebang oleh manusia tanpa disertai penggantian. Karbon di-
oksida tidak bisa diserap semuanya karena kemampuan serap
pohon di seluruh dunia semakin kecil atau berkurang sehingga
mengakibatkan panas di seluruh dunia.
Banyaknya pohon yang ditebang tanpa penanaman kembali,
selain mengakibatkan pemanasan global juga merusak ekosistem
bagi keberlangsungan kehidupan fauna. Menurutku, itu karena
manusia kurang bersahabat dengan alam, sehingga tidak hanya
bencana panas global yang terjadi, namun bencana lain, seperti
banjir dan tanah longsor yang semakin kerap terjadi. Memang kalau
manusia tidak bisa bersahabat dengan alam, maka alam juga tidak
mau bersahabat dengan manusia. Itu pikiran yang sederhana saja
sebenarnya, namun memang benar adanya. Melihat kejadian itu,
aku jadi teringat lagunya Slank yang berjudul “Alami”.
Hijau lepas memandang
Daun dan pohon liar
Burung biru melintas
Ku tak tahu namanya …
Tapi indah … indah sekali
Oh indah … sampai ke hati
Gunung tinggi menjulang
Dingin menghembus tulang
Burung kecil bernyanyi
Ku tak kenal namanya
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 201
Tapi merdu … merdu sekali
Oh merdu … sampai di hati (2x)
Bodohnya aku … yang tak mengenal dan mengerti
Sungguh bodohnya aku … yang gak mau belajar bersahabat
Dengan alam …. Ooo …
Angin bertiup pelan
Serangga bersahutan
Kupu hitam yang terbang
Tak mengerti jenisnya …
Tapi cantik … cantik sekali
Oh cantik … sampai di hati
Tapi merdu … merdu sekali
Oh merdu … sampai di hati
Tapi indah … indah sekali
Oh indah … sampai ke hati
Dalam lagu itu, Slank mengatakan dengan tegas bahwa
orang yang tidak mau bersahabat dengan alam adalah orang
bodoh. Kalau kupikir-pikir memang benar sih. Jika manusia tidak
mau bersahabat dengan alam, nanti yang rugi juga manusia itu
sendiri, karena alam juga tidak mau bersahabat dengan manusia;
sehingga bencana alam banyak terjadi dimana-mana. Memang,
sebaiknya manusia harus mulai bersahabat dengan alam. Manu-
sia harus mulai belajar mencintai alam, karena manusia hidup di
alam ini. Jangan sampai membuat alam marah, sehingga yang
rugi juga manusia sendiri. Kalau manusia bisa bersahabat dengan
alam, mungkin masalah pemanasan global juga bisa teratasi.
Tidak hanya Slank yang mengatakan itu, tetapi ketika meng-
ikuti pengajian, para ulama mengatakan bahwa manusia dilarang
merusak alam. Dalam ajaran Islam terdapat dalam QS: Ar-Rum
ayat 41 yang artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).” Tampak jelas sekali, kita telah diberitahu oleh
202 Eksotisme Gumuk Pasir
Tuhan bahwa kerusakan yang ada di darat dan di laut itu akibat
ulah kita sendiri. Allah juga menghendaki supaya manusia segera
bertobat kembali ke jalan yang benar dengan segera memper-
baiki diri.
Bumi sudah dalam keadaan bahaya. Darurat Bumi. Banyak
bencana yang sudah terjadi akibat ulah kita (manusia), baik itu
yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Ini sudah jelas,
apakah akan kita biarkan saja sampai menunggu bencana alam
yang lebih besar lagi muncul? Pemanasan global yang mengakibat-
kan es kutub mencair membuat permukaan air laut meningkat
dan rotasi bumi melambat, sesungguhnya ini sudah merupakan
bencana besar. Kalau dibiarkan terus-menerus akan lebih ber-
tambah parah dan menimbulkan bencana lebih besar lagi.
Aku membayangkan betapa indahnya kehidupan manusia
jika bisa bersahabat dengan alam. Manusia bisa lebih mencintai
alam, maka bumi ini akan hijau kembali, udara segar dan sejuk
lagi. Manusia menjadi nyaman menghuni bumi ini bersama
dengan fauna yang hidup lestari pula. Mendengarkan suara-
suara kicauan burung yang beraneka ragam, sambil menikmati
sejuk dan segarnya udara ini, sungguh tak terbayangkan betapa
nikmat dan sehatnya. Mulai dari lingkunganku sendiri, aku akan
belajar mencintainya dan mulai merawatnya dengan baik. Aku
akan mulai menanam supaya hijau. Berharap semua manusia
akan melakukannya juga untuk bumi yang kita huni ini. Kalau
hanya aku sendiri, mungkin tak terlalu berdampak secara signi-
fikan, namun jika semua orang melakukannya, pasti bisa meng-
atasi panasnya dunia ini. Dunia akan normal dan nyaman lagi.
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 203
BERTUTUR ALA GENERASI
MENUNDUK
Titik Wuryandari
SMP Negeri 4 Banguntapan
Percakapan di SMS
A: “Mbak, les privat Naufal hari apa ya? Terima kasih”
B: “Hari Minggu dulu sementara bisanya ya, Bu? Nderek UN
sampaikan ibu.”
A: “Nderek UN sampaikan, maksudnya apa ya? Jam berapa?”
B: “Oh iya Bu. Itu nderek UN yang kalimat tidak kepakai
mohon maaf ya Bu?
***
Pernahkan Anda mengirimkan chathing “ha..ha..ha” tapi
tidak sedang tertawa? Kalau saya sih sering. Saya juga sering
bingung ketika mendapat Whats App, BBM, atau chating lainnya
yang isinya “ha...ha...ha”, dia yang mengirim pesan apakah se-
dang benar-benar tertawa atau malah sedang bingung menang-
gapi chating-an saya. Saya juga sering harus membaca dua kali
ketika ada kiriman SMS maupun komentar di status facebook.
Sebab si pengirim kadang tidak menggunakan tanda baca atau
justru over dosis tanda bacanya. Saya pernah mendapat balasan
SMS yang isinya seperti ini, “Mandi dulu ya!!!!!!!!!!! Setelah itu
baru berangkat arisan.” Sebagai guru bahasa Indonesia, saya
tahu, satu tanda seru maknanya bisa memerintah atau meng-
gambarkan emosi yang sedang naik. Nah itu tanda serunya 11,
204 Eksotisme Gumuk Pasir
wah orang yang sedang mengirimkan pesan ekspresinya pasti
sangat ngeri waktu ngetik SMS balasan untuk saya.
***
Kemajuan teknologi melahirkan kebudayaan baru bagi
manusia. Kehadiran mata uang mengubah tradisi bertransaksi
yang semula dilakukan dengan barter (tukar-menukar barang).
Begitu juga dengan teknologi komunikasi telah berhasil me-
nyingkat jarak dan waktu. Bahkan dalam berkomunikasi, orang
sudah tidak perlu bertatap muka. Ketika lebaran, cukup meng-
kopi kata-kata mutiara dan kirimkan ke semua kontak. Tidak
perlu mengetik satu persatu, tidak perlu bertatap muka. Silahtu-
rahmi sudah terwakili dengan SMS atau chating.
Bicara pada hakikatnya merupakan salah satu cara ber-
komunikasi dengan orang lain. Berbicara dengan nada tinggi
mungkin menggambarkan kemarahan atau keinginan meme-
rintah. Nada rendah, mungkin yang mencerminkan kesedihan
atau sedang merahasiakan sesuatu. Menulis juga merupakan
salah satu cara berkomunikasi. Dari abad ke abad, model tulisan
manusia berubah. Mulai dari menulis dengan gambar-gambar,
hingga sekarang berubah menggunakan huruf. Huruf sebagai
simbol berkembang dalam banyak bentuk, ada huruf latin, aksara
jawa, dan lain sebagainya. Inti dari kehadiran berbagai simbol
itu adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu, begitu juga me-
nulis di media sosial.
Untuk menyempurnakan sebuah kata atau kalimat, biasanya
digunakan tanda baca. Tanda baca membantu manusia dalam
mengekspresikan tulisan, memberikan emosi terhadap tulisan,
memberikan roh. Seperti kata “makan?” atau “makan!”, tentu
kedua tanda baca yang digunakan dapat membedakan artinya.
Budaya menulis di media sosial mempunyai dampak baru
bagi kehidupan manusia, misalnya muncul kata-kata gaul yang
sulit dimengerti. Dulu ketika awal maraknya penggunaan tele-
pon genggam, SMS begitu mahal tarifnya, sehingga untuk meng-
hemat, dilakukan dengan cara menyingkat kata, malas menjadi
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 205
mls. Cara itu terus digunakan sehingga menimbulkan kata-kata
baru dan rawan terjadinya salah paham.
Kebiasaan menulis singkat (pendek) menyebabkan banyak
orang kehilangan kemampuan untuk menulis panjang. Hal ini
diperparah dengan keambiguaan dalam menggunakan tanda
baca. Jika hal tersebut diaplikasikan kedalam pelajaran bahasa
Indonesia, saya sering menghadapi murid-murid yang tidak
mampu menulis karangan dan bingung dalam menggunakan tan-
da baca. Banyak kalimat yang tidak efektif dan pemilihan diksi
yang kurang tepat, juga penggunaan tanda baca tidak sebagai-
mana mestinya. Ternyata ketika saya melihat media sosial murid,
banyak tulisan yang membuat pusing kepala.
Bukan hanya dalam tulisan, ternyata hal tersebut juga ber-
pengaruh dalam tradisi bertutur. Saya sering mendapat per-
tanyaan seperti ini, “Permisi Bu. Bu Fulannya ada?” Bukankah
yang tepat adalah, “Permisi Bu. Bu Fulan ada?” Jika mengguna-
kan kata Bu Fulannya, maka yang dicari adalah “–nya”, sementara
si penanya konteksnya mencari Bu Fulan.
***
Saya sering risi saat menghadiri pertemuan karena banyak
peserta yang mengeluarlan telepon genggam. Mereka menjadi
asyik dengan dunianya masing-masing, asyik menundukkan
kepala, sibuk dengan telepon genggamnya sendiri-sendiri. Bah-
kan saya mengamati, banyak anak-anak yang secara fisik ber-
kumpul, tapi tidak ada pembicaraan di antara mereka. Semua
asyik menunduk, senyum-senyum sendiri. Apakah Anda sering
melihat situasi seperti itu? Kalau iya, berarti saya tidak sendirian.
***
Bagi tumbuh kembang anak, mengajaknya berbicara menjadi
sebuah stimulasi positif. Pada masa lalu, anak sering dikudang
orang tuanya. Mengudang bukan hanya sebagai sarana untuk
menghibur anak, melainkan melatih anak bersosialisasi. Anak
yang sering mendapat kudangan akan cepat dapat berbicara, me-
ngenal banyak kata dan lebih ceriwis.
206 Eksotisme Gumuk Pasir
Sekarang orang tua sering meninggalkan anaknya dengan
perangkat gadget. Anak menjadi “khusyuk” dan diam ketika me-
lihat berbagai tayangan dan game di perangkat elektronik ter-
sebut. Orang tua menjadi tenang, bisa mengerjakan hal lain dan
menjadikan gadget sebagai baby siter. Hal serupa juga dialami oleh
remaja dan orang dewasa, mereka sering “tersihir” dalam meng-
gunakan gadget, terutama saat berinteraksi melalui media sosial.
Kondisi yang memprihatinkan menyangkut kebiasaan mereka
(baik anak-anak maupun remaja) yang menulis asal-asalan saat
menulis status di media sosial (facebook).
Kebetulan saya menggunakan facebook dan berteman dengan
murid-murid. Banyak di antara mereka yang aktif membuat
status di media tersebut, namun ketika siswa disuruh meng-
utarakan gagasannya di depan kelas, suasana menjadi hening.
Sama heningnya ketika mereka diminta menulis artikel panjang.
Kalimat mereka banyak yang ambigu karena kesalahan tanda
baca atau pemilihan kata yang kurang tepat.
Menyuruh siswa untuk tidak mengikuti perkembangan
teknologi, pasti bukanlah langkah yang bijak. Terlebih murid-
murid menyukai teknologi karena merupakan tuntutan kemajuan
zaman. Menurut saya, ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru
bahasa Indonesia untuk mengatur strategi agar kompetensi
berbicara dan menulis dapat diaplikasikan dalam kehidupan
siswa. Proses belajar mengajar di kelas seharusnya tidak berhenti
ketika ujian selesai. Materi yang diajarkan (termasuk bahasa
Indonesia) sudah selayaknya dihayati dan diamalkan oleh pe-
serta didik dalam kehidupan bermasyarakat. Di sisi lain, pe-
manfaatkan teknologi pun sudah selayaknya mengaplikasikan
unsur-unsur kebahasaan, memperhatikan pemilihan diksi dan
penggunaan tanda baca.
Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar pada penggunaan aplikasi di gadget tentu akan terasa lebih
bijaksana. Artinya, tidak ada salahnya jika dalam berkomunikasi
melalui media sosial (facebook), baik siswa maupun guru meng-
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 207
gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tentu saja, mau
tidak mau, guru harus bersedia menjadi pionirnya.
208 Eksotisme Gumuk Pasir
PERTANDINGAN PERSAHABATAN
Toyib Ikhwanta
SMP Negeri 3 Sewon
Lodeh
racikan bumbu iki
kaya aku lan sliramu
mitra sejati
uyah kang asin
manise gula
bebarengan nyengkuyung rasa
jangan lodeh iki dadi sarana
memitran kita tansaya ngrembaka
(https://www.facebook.com/hesti.utami.94)
Gurit (puisi Jawa) tersebut penulis dapati dalam status face-
book seorang teman guru bahasa Jawa di salah satu SMP di kabu-
paten Bantul. Terjemahan bebas baris demi baris kira-kira begini:
Racikan bumbu ini, seperti aku dan dirimu, teman sejati. Garam yang
asin, manisnya gula, bersama-sama membentuk rasa. Sayur lodeh ini
jadi sarana, persahabatan kita semakin berkembang.
Lodeh, judul gurit tersebut, merupakan salah satu masakan
ndeso yang akrab di lidah masyarakat kebanyakan. Sayur ini, sesuai
dengan namanya, berbahan dasar sayur-sayuran. Biasanya
terdiri dari perpaduan dua atau tiga (bahkan lebih) macam sayur,
seperti kacang panjang, daun melinjo, terung, kates, labu, dan lain-
lain. Bumbu sayur lodeh juga sederhana: garam, gula jawa, dan
bumbu pawon yang lain seperti kencur, sunthi, daun salam, serta
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 209
cabai. Menurut status rekan guru bahas Jawa itu, aneka bumbu
lodeh bersatu padu, tidak saling mengungguli, justru sebaliknya
bumbu-bumbu itu saling mengisi sehingga menciptakan cita rasa
khas kuliner Nusantara.
Sejenak penulis menjadi teringat pidato Kepala Sekolah SMP
1 Pangkoh VIII pada akhir 80-an. Pangkoh merupakan tempat
pemukiman transmigrasi. Waktu itu Pangkoh berada di wilayah
Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan
Tengah. Setelah Kapuas mengalami pemekaran, Pangkoh men-
jadi bagian dari Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau.
Pangkoh terdiri dari sembilan Unit Pemukiman Trans-
migrasi (UPT), UPT Pangkoh I sampai dengan UPT Pangkoh IX.
Setiap UPT terdiri dua blok, Blok A dan Blok B. Masing-masing
blok dibagi dua oleh sungai buatan yang terhubung dengan sungai
Kahayan sebagai transportasi utama. Blok yang di sebelah kiri
sungai disebut Blok A Kiri dan yang di sebelah kanan sungai
disebut Blok A Kanan. Setiap blok dibina oleh seorang kepala
unit. Kedudukan kepala unit itu pada akhirnya dijabat oleh lurah,
lurah Blok A dan lurah Blok B.
Setiap unit pemukiman transmigrasi dilengkapi sebuah sekolah
SMP yang dijadikan sebagai tempat kelanjutan belajar bagi anak-
anak trasmigran yang telah lulus SD di blok masing-masing.
Pangkoh dulu sangat berbeda dengan sekarang. Pada waktu
itu banyak perusahaan yang memiliki hak penguasaan hutan
(HPH) sehingga ada banyak perusahaan yang mengeluarkan
kayu berdiameter besar untuk diolah dari pekatnya hutan-hutan
Kapuas. Kayu-kayu hutan itu kemudian ditata rapi di sepanjang
sungai Kahayan menunggu dibelah-belah. Kabar terakhir, hutan
itu kini musnah sudah berubah menjadi ladang sawit.
Begitulah Pangkoh. Kala itu, Pak Esau Menggang, mengajak
sejumlah guru dan murid-muridnya melawat ke sekolah penulis,
SMP 1 Pangkoh IV. Mereka tiba di tempat kami sekitar pukul
14.30. Mereka datang ketika kami sudah lama pulang. Sekolah
sudah kosong melompong. Rombongan Pak Esau Menggang
210 Eksotisme Gumuk Pasir
datang dengan mengendarai sebuah perahu mesin (klotok) besar.
Sebagai guru yang relatif masih baru, penulis tidak tahu apakah
kunjungan itu sudah direncanakan atau belum. Yang jelas, sedari
pagi hingga siang, kami, guru dan siswa tidak mendengar pem-
bicaraan tentang akan adanya tamu.
Beruntung, kami memiliki siswa-siswa yang luar biasa.
Dalam waktu singkat, kabar kedatangan tamu itu sampai ke
telinga para siswa. Mereka mematuhi permintaan guru untuk
berkumpul ke sekolah guna menjamu tamu. Kami bergotong-
royong membuat masakan seadanya. Mulai dari singkong rebus
hasil ladang mayoritas warga transmigran hingga membuat
makan malam yang benar-benar seadanya. Bersyukur sekali
malam itu rombongan tamu kami bisa tidur nyenyak.
Keesokan harinya, acara seremonial dimulai. Dalam sam-
butan, kepala sekolah kami menyampaikan ucapan selamat datang
dan permintaan maaf apabila sambutan yang diberikan dirasakan
masih banyak kekurangan. Ketika tiba giliran rombongan tamu
menyampaikan kata sambuannya, Esau Menggang, mewakili
rombongan, menyampaikan bahwa kedatangan mereka ke SMP
1 Pangkoh IV adalah untuk bertanding, yang dipertandingkan
bukanlah sepak bola, tenis meja, bulu tangkis, atau olahraga yang
lain, tetapi yang dipertandingkan adalah rasa persahabatan di
antara para siswa dan guru. Olahraga hanyalah sarana dan yang
dipertandingkan adalah persahabatan, hasil akhir dari pertan-
dingan itu diukur dari seberapa banyak para siswa dapat mem-
peroleh teman baru, bukan bagaimana salah satu tim dapat
mengalahkan tim lawan mainnya.
“Ini pertandingan persahabatan,” katanya dengan berapi-api.
Pandangan yang hebat dari sosok sederhana, Esau Meng-
gang, si putra Dayak. Ia memang bukan kepala sekolah berpres-
tasi, bermukim di hutan pedalaman, jauh dari media. Meskipun
begitu, sikap, pandangan, dan aksi nyata beliau memimpin “de-
legasi” ke sekolah penulis dengan misi persahabatan seperti itu
mencerminkan bahwa beliau bukanlah orang sembarangan.
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 211
Pesan yang disampaikan kedua kepala sekolah sebelum ber-
tanding itu dipatuhi benar. Para siswa bertanding dengan sekuat
tenaga. Pada pertandingan sepak bola, misalnya, sesekali me-
reka berbenturan fisik dengan keras, tetapi tidak ada yang men-
jadi bibit tawuran, sama sekali tidak ada. Hal itu berlanjut pada
pertandingan berikut ketika sekolah penulis mengadakan kun-
jungan balasan beberapa bulan kemudian. Suasana persahabatan
senantiasa terpelihara.
Belakangan ini, agaknya semangat pertandingan persahabat-
an itu menjadi kian langka di bumi tercinta Indonesia. Saat ini
yang sering mengemuka adalah rasa permusuhan di antara se-
sama anak bangsa. Pelajar suatu sekolah memandang pelajar dari
sekolah lain sebagai musuh. Kita sering kali diberi suguhan
tawuran antarpelajar melalui media elektronik maupun media
cetak. Beberapa di antaranya sampai meninggal dunia secara
mengenaskan.
Melalui media, kita juga disuguhi berita yang menggambar-
kan bahwa politisi dari partai satu menjadi musuh dari politisi
dari partai lain sehingga yang muncul bukan kepentingan bagai-
mana menyejahterakan rakyat, melainkan bagaimana kelompok,
golongannya menjadi penguasa negeri ini. Penguasa, bukan
pemimpin. Kita berubah ring menjadi homo homini lupus. Manusia
Indonesia berubah menjadi serigala bagi manusia Indonesia
yang lain. Serigala-serigala itu tidak berada di hutan lagi saat
ini, sebab di hutan kita justru bertemu dengan Esau Menggang,
seorang manusia.
Bantul, 5 Mei 2016
212 Eksotisme Gumuk Pasir
MELONGOK MAKNA PASANG TARUB
DAN SIRAMAN ADAT PERNIKAHAN
JAWA
Walsiti
SMP Negeri 1 Imogiri
Sepasang kekasih mengikat janji sehidup semati untuk
bersama mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga. Untuk
menghalalkan semua perbuatan yang berkaitan dengan kehidup-
an suami istri, mereka melakukan prosesi pernikahan. Berawal
dari pernikahan, terbentuklah sebuah keluarga. Pada umumnya,
sebuah keluarga mempunyai suatu tujuan yang sangat mulia,
yaitu meneruskan garis keturunan. Melalui prosesi pernikahan,
dua insan yang berlainan jenis dan berbeda latar belakang sosial
ekonomi dan budaya bisa bersatu, berdampingan, hidup rukun
penuh rasa cinta serta kasih sayang. Mereka hidup tentram, damai,
dan nyaman. Manusia di dunia fana ini tak ada yang sanggup
dan tak ada yang mampu hidup seorang diri tanpa cinta, kasih
sayang, bantuan, dan kehadiran orang lain di sisinya.
Berkaitan dengan meneruskan garis keturunan, khususnya
di Jawa, orang tua ikut campur tangan dalam memilih calon
menantu dengan mempertimbangkan 3B, yaitu bibit, bebet, dan
bobot (keturunan, pangkat/derajad, dan harta). Jika 3B tersebut
sudah terpenuhi, kedua keluarga menindaklanjuti menentukan
serta menyepakati hari pernikahan. Namun, di era globalisasi ini,
pemuda-pemudi sulit diatur. Mereka lebih senang jika orang
tua tidak sepenuhnya menentukan perjodohan. Dalam hal ini,
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 213
mereka akan memilih sendiri jodoh dan hari pernikahan sesuai
dengan hati nurani. Mereka beranggapan bahwa saat ini bukan
era Siti Nurbaya lagi.
Ketika pemuda/pemudi sudah menemukan jodoh, mereka
bermusyawarah dengan orang tua masing-masing. Pada tahap
ini peran orang tua besar sekali, bahkan orang tua terlibat se-
penuhnya. Orang tua akan berusaha seoptimal mungkin mem-
fasilitasi dan menyelenggarakan acara pernikahan putra-putri
mereka. Hal ini berkaitan dengan harga diri, kebahagiaan, ke-
sejahteraan, dan keselamatan, serta kelestarian rumah tangga
anaknya. Oleh karena itu, hari pernikahan yang ditandai dengan
janur melengkung di depan rumah calon mempelai perempuan ,
didahului dengan pencarian hari yang baik dan tepat. Para ahli
perhitungan mencari “hari baik” dengan panduan buku primbon
Jawa. Selanjutnya dilangsungkan acara pernikahan.
Pernikahan atau sering pula disebut dengan perkawinan,
merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah kehidupan
setiap orang. Masyarakat Jawa memiliki sebuah adat atau cara
tersendiri dalam melaksanakan upacara sakral dan suci tersebut.
Prosesi pernikahan untuk setiap daerah berlainan. Di mana
bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Masyarakat Jawa memiliki
adat atau tata cara upacara pernikahan yang rumit dan unik,
penuh dengan simbol-simbol dalam setiap tahapannya dan ber-
nuansa magis. Pernikahan adat Jawa dimulai dari tahap per-
kenalan atau nontoni hingga boyongan. Prosesi tersebut ber-
langsung selama enam hingga tujuh hari.
Seiring dengan lajunya perkembangan zaman, masyarakat
saat ini mulai mengabaikan tata urutan pernikahan. Mereka me-
milih dan memilah tahap-tahap pernikahan yang praktis dan
ekonomis (hemat biaya, tenaga, dan pikiran). Tak mustahil jika
sekarang ini, masyarakat melaksanakan prosesi pernikahan
hanya melalui tahap-tahap yang pokok saja, yaitu pasang tarub,
siraman, dawetan, resepsi, dan boyongan.
214 Eksotisme Gumuk Pasir
Berikut ini akan saya paparkan pengalaman menyaksikan
prosesi perkawinan adat Jawa yang berlangsung di dekat rumah.
Walaupun hanya sekelumit, khususnya yang berkaitan dengan
pasang tarub dan siraman, kedua tahap itu mengandung simbol-
simbol yang rumit, unik, penuh makna, dan bersifat magis.
Ubarampe apa sajakah yang harus dipersiapkan? Apa makna
atau filosopi ubarampe tersebut? Bagaimana cara pasang tarub?
Di mana tarub harus dipasang? Kapan tarub dipasang?
Sehari atau dua hari sebelum acara pesta pernikahan, pintu
gerbang rumah orang tua wanita dihias dengan tratag dan tarub
(dekorasi tumbuhan). Ubarampe tarub terdiri dari pisang raja
dua tandan yang sudah masak lengkap dengan pohon bagian
atas (gulu banyak), cengkir gading dua janjang, tebu wulung dua
buah, beberapa janur hijau untuk dianyam, janur kuning sebagai
rumbai-rumbai atau tarub, dan beberapa ikat bunga serta daun-
daunan (daun beringin dan ranting-rantingnya, seuntai padi (pari
sewuli), rumput alang-alang, daun kelor, daun dadap serep, daun
kluwih, serta beberapa daun lainnya), dilengkapi dengan bunga-
bungaan. Setelah ubarampe tersebut lengkap, dirangkai menjadi
bleketepe, tarub, dan tuwuhan (pasren).
Adapun makna atau filosopi ubarampe tarub (dekorasi tum-
buhan) adalah sebagai berikut: blekketepe (anyaman dari daun
kelapa/janur) sebagai simbol peneduh. Janur yang disobek-sobek
(disuwir-suwir), dipasang melengkung sebagai tarub, bermakna
agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang
Maha Kuasa.
Selanjutnya pasang tuwuhan (pasren). Biasanya tuwuhan
dipasang di pintu masuk, berupa tumbuh-tumbuhan yang ma-
sing-masing mempunyai makna. Tuwuhan yang dimaksud terdiri
dari pisang raja yang sudah masak sebagai simbol pengharapan
agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mendapatkan ke-
makmuran, kemuliaan, dan kehormatan menyerupai raja. Sebuah
pengharapan kelak mempelai berdua mempunyai sifat seperti
raja hambeg para marta, selalu mengutamakan kepentingan umum
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 215
dibandingkan kepentingan pribadi. Tebu wulung berwarna
merah tua (sumber manis), melambangkan kehidupan yang serba
enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh/
tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua
mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak bijaksana.
Tebu juga berarti anteping kalbu, melambangkan bahwa kedua
mempelahi hatinya mantap, cinta mereka tidak akan tergoyahkan
walaupun badai menghadang, ombak menerjang, dan angin
menggoyang dalam membina rumah tangga yang bahagia lahir
dan batin. Cengkir gading merupakan simbol dari kandungan
tempat si jabang bayi atau lambang keturunan. Diharapkan kelak
mereka mempunyai keturunan yang saleh dan sholehah.
Sedangkan air kelapa muda dalam cengkir mengandung makna
air yang suci, bersih. Hal ini melambangkan cinta yang tetap
bersih dan suci sampai akhir hayat. Daun randu atau kapas me-
lambangkan sandang, sedangkan padi merupakan simbol
pangan. Maknanya, agar kedua mempelai tercukupi kebutuhan
sandang, pangan, dan papan. Godhong apa-apa (warna-warni
daun), seperti daun beringin beserta ranting-rantingnya melam-
bangkan pengayoman. Rumput alang-alang dengan harapan se-
mua orang yang terlibat dalam perkawinan terhindar dari segala
rintangan. Serta daun kluwih dengan harapan semoga hajatan
mantu tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah luwih atau
lebih dari yang diperhitungkan. Daun dadap serep dari kata
asrep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gang-
guan atau kendala apa pun. Daun kelor dipasang di kanan dan
kiri pintu masuk mempunyai makna mengusir segala pengaruh
jahat yang akan memasuki tempat resepsi atau pernikahan.
Filosopi ubarampe tarub (dekorasi tumbuhan) yang beraneka
ragam, bermakna agar pasangan mempelai hidup baik dan baha-
gia di mana saja sepanjang masa. Selain itu, mereka saling men-
cintai satu dengan lainnya dan akan merawat perkawinan agar
lestari dan abadi sampai akhir hayat.
216 Eksotisme Gumuk Pasir
Cara pemasangan tarub ditempatkan di sisi tratag dan di-
tempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah,
megah, dan mewah serta murah karena ubarampe tratag maupun
tarub biasa diperoleh dari lingkungan sekitar, tidak perlu mem-
beli dengan harga mahal.
Dengan begitu, rumah calon mempelai perempuan menjadi
tampak sejuk, rindang—serindang pohon beringin, penuh
dengan sulur-sulur yang menjalar dan melingkar-lingkar, bagai
ular saling melilit. Rumbai-rumbai janur melambai-lambai tertiup
sang bayu, seolah-olah menyambut kedatangan para tamu esok
hari dengan sapaan lembut, selamat datang para tamu undangan
dan terima kasih atas kehadirannya.
Hari berikutnya sebelum acara midodareni, di rumah calon
pengantin wanita dilangsungkan upacara siraman. Acara siraman
diadakan sore menjelang senja. Ada pun urutannya adalah calon
pengantin memohon doa restu kepada kedua orang tua, kemudi-
an duduk di atas tikar pandan. Tempat untuk siraman dibuat
sedemikian rupa sehingga tampak seperti sendang yang dike-
lilingi oleh tanaman beraneka warna. Air yang dipergunakan
untuk siraman adalah campuran dari bunga setaman (mawar,
melati, dan kenanga) yang terkenal dengan sebutan banyu per-
witosari. Apabila memungkinkan, air siraman diambilkan dari
tujuh sumber mata air yang melambangkan sumber kehidupan.
Sebelum dilakukan siraman, duto saroyo (wakil dari pihak pe-
ngantin laki-laki) diberi sebagian banyu perwitosari untuk me-
mandikan calon pengantin laki-laki.
Siraman diawali dari kedua orang tua beserta pinisepuh yang
diharapkan nantinya bisa dijadikan panutan bagi calon mempelai.
Pelaku siraman adalah orang yang dituakan dan berjumlah tujuh
orang, diawali oleh orang tua mempelai yang dilanjutkan oleh
sesepuh lainnya dan terakhir sang pemaes. Makna tujuh orang dari
kata pitu atau pitulungan yang berarti pertolongan. Dengan
harapan kedua mempelai selalu mendapat pertolongan. Sesi ter-
akhir dari siraman, kepala dan tubuh mempelai disiram dengan
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 217
air kendi yang dibawa oleh orang tua (ibu). Kemudian kendi lang-
sung dibanting/dipecah sambil mengucapkan kata-kata, “Ca-
hayanya sekarang sudah pecah seperti bulan purnama”. Makna
mecah kendi sebagai tanda bahwa pamor calon pengantin putri
sudah pecah dan sudah siap menikah. Pecahan kendi yang di-
sebut sebagai kreweng, nantinya digunakan sebagai alat tukar para
tamu undangan untuk membeli dawet dalam acara dawetan. Seusai
juru paes menyirami, calon pengantin di-pondong atau dibopong
oleh orang tuanya untuk dibawa ke kamar pengantin berganti
pakaian. Hal ini dimaksudkan sebagai terakhir kalinya orang
tua membopong putrinya, juga sebagai tanda bahwa mereka
sudah mengentaskan putrinya. Setelah berganti busana, dilanjut-
kan dengan acara potong rambut atau potong rikmo yang dilaku-
kan oleh orang tua pengantin wanita. Rambut dikubur di depan/
di halaman rumah. Rangkaian acara berikutnya adalah jual dawet
(dodol dawet). Kedua orang tua mempelai wanita jualan dawet.
Ibu pengantin wanita menjual dawet atau cendol dan dipayungi
ayah pengantin wanita. Uniknya dalam acara ini pembelian dawet
tidak menggunakan uang, tetapi alat bayarnya berupa kreweng.
Para tamu diberi kreweng dan dipersilakan membeli dawet. Makna
acara ini adalah orang tua memberi contoh bahwa mereka se-
bagai suami-istri kelak wajib mencari nafkah untuk memenuhi
keperluan rumah tangga. Di samping itu, acara ini mempunyai
harapan pada waktu resepsi akan banyak tamu dan membawa
rezeki berlimpah-limpah ibarat cendol dalam dawet, tak terhitung
jumlahnya. Tanpa menemui kesulitan atau kesukaran seperti
kreweng (pecahan genting) yang ada dan sangat mudah ditemukan
di sekitar rumah atau lingkungan kita. Tumpengan merupakan
mata acara terakhir dalam siraman. Tumpeng robyong digunakan
pada acara tumpengan ini. Orang tua pengantin wanita melaku-
kan dulangan pungkasan atau suapan yang terakhir untuk putrinya.
Lalu dilanjutkan dengan acara ramah tamah. Acara ini menan-
dakan diakhirinya prosesi siraman. Acara siraman mempunyai
218 Eksotisme Gumuk Pasir
tujuan untuk membersihkan jiwa dan raga mempelai, disertai
niat membersihkan diri agar suci lahir batin.
Prosesi pernikahan untuk setiap daerah tentu saja berlainan.
Masyarakat Jawa memiliki adat atau tata cara upacara pernikah-
an yang rumit dan unik, sarat dengan simbol-simbol dalam setiap
sesinya dan bernuansa magis. Namun, kenyataan tak dapat di-
pungkiri bahwa sampai saat ini masyarakat Jawa masih senang
menggunakan simbol atau perlambang dalam kehidupan. Kita
junjung tinggi perbedaan itu sebagai khazanah budaya yang
tinggi dan agung nilainya. Di mana bumi dipijak, di situ langit
dijunjung.
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 219
GONCANGAN DI PAGI HARI
Widiati
SMP Negeri 1 Imogiri
Sabtu 27 Mei 2006 di kampung Bulus Wetan, Sumberagung,
Jetis, Bantul, pagi itu sangat cerah, secerah hatiku. Udara sangat
segar.Setelah salat subuh, seperti biasanya aku menjalankan tugas
rutin sebagai ibu rumah tangga: mencuci baju, mencuci piring,
menyapu, dan memasak.Kedua anakku yang bernama Sarah dan
Gilang pada waktu itu masih kecil,sedang melihat televise,
sedangkan suamiku membereskan tempat tidur.
Pada waktu sedang asyik dengan kesibukan masing-masing,
tiba-tiba tubuhku bergoyang, terpelanting, terhuyung-huyung
kesana-kemari, terasa seperti seperti naik kapal yang kena
ombaknya yang sangat besar huruk… huruk… huruk…
krincing… krincing… krincing suara yang kudengar pada waktu
itu. AllahuAkbar…AllahuAkbar…AllahuAkbar. Ya Allah…Ya
Allah…Ya…Allah, itu yang terucap dari mulutku.Sambil jatuh
bangun aku berjuang membuka pintu, kulihat suamiku sudah
menggendong kedua anakku, berjalan menggunakan lututnya,
jatuh-bangun, jatuh-bangun, sampai lututnya memar biru erem
berusaha menyelamatkan kedua anakku. Alhamdulillah pintu
rumah bisa terbuka, aku dan keluarga kecilku bisa keluar dengan
selamat. Tiba-tiba mataku menatap pemandangan yang aneh
sekali. Lho…lho…lho, itu apa kok seperti layar putih. Aku terkejut,
setelah kuperhatikan ternyata itu eternit yang sudah terbalik
220 Eksotisme Gumuk Pasir
berasal dari rumah tetanggaku yang ambruk, mataku tidak ber-
kedip memperhatkan rumah-rumah tetanngga. Ya Allah semua-
nya pada ambruk,hancur.Tiba-tiba penglihatan menjadi gelap
kerena debu-debu berhamburan dari rumah yang ambruk, ter-
dengar orang minta tolong sambil menjerit-jerit.Aku mencari
suara itu, suara anak gadis sebelah rumahku. Aku lari mengham-
pirinya. Gadis itu ketakutan dan hanya berbalut handuk karena
pada waktu terjadi goncangan yang dahsyat, gadis itu sedang
mandi.Kedua orang tuanya sudah pergi bekerja di kantin SMA
Jetis. Bersamaku, gadis itu akhirnya agak tenang.
Aku teringat dengan kedua orang tua dan saudara-sau-
daraku, bagaimana keadaan mereka?Tanpa alas kaki dan hanya
mengenakan daster, sambil menggendong anakku yang kecil,
aku berlari kencang ke rumah orang tuaku.Aku sangat khawatir
dengan keadaan mereka.Tanpa menghiraukan sekitar rumah,
akhirnya aku sampai ke rumah orang tuaku.
Kulihat ibuku dengan riangberlari-lari kecil kesana-kemari
mengambili buah kelapa yang jatuhkarena gempa yang dahsyat
itu.Ternyata ibuku tidak tahu kalau rumah-rumah pada roboh
karena pada waktu itu ibuku berada di halaman rumah sedang
menyapu. Aku berteriak,”Ibuk coba lihat rumah-rumah itu…!”
ibu sangat terkejut melihat rumah yang roboh dan lebih terkejut
lagi saat memperhatikan rumahnya sendiri sudah doyong.
“Mbah Kakung…Mbah Kakung…Mbah Kakung…!”ibuku
berteriak-teriak, teringat Mbah Kakung (ayahku) yang masih
berada di dalam rumah. Tanpa pikir panjang, aku lari masuk
kedalam rumah lewat pintu samping yang kebetulan tidak rusak.
Aku langsung ke dapur karena biasanya, pagi hari, ayahku minum
susu dan makan jenang bubur di dapur. Pandangan tertuju se-
orang laki-laki yang sudah tua, beliau sedang asyik membersih-
kan jenang dari debu rumah yang beterbangan.
“Mbah Kakung…!” aku berteriak sekuat tenaga lalu kupeluk
erat-erat sambil menangis.
Mbah kakung malah bertanya,”Ada apa ini khok menangis?”
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 221
“Lindu…lindu…lindu gede, Mbah,” aku menjawab dengan
terbata-bata sambil menangis.
“Ho-oh to…” kata Simbah.
“Iya, Mbah.”
Lalu aku menggandeng bapak keluardengan hati-hati karena
takut terkena almari, motor, jemuran, gawang yang roboh.
Sampai ke halaman rumah yang jauh dari bangunan, alhamdu-
llilah, bapak, ibu, serta suami dan anak-anakku selamat dari
gempa yang berkekuatan 5,6 SR dengan kedalaman 10 kilometer
yang berpusat di Imogiri.
“Tolong…tolong…tolong,” kudengar suara itu tidak jauh
dari tempatku berdiri. Suara itu tidak asing bagi telingaku.Ya
itu suara adikku yang minta tolong. Aku berlari ke tempat adik-
ku dan kulihat istrinya terkubur bongkahan cor-coran kerekan
sumur yang terlihat hanya kepalanya. Keponakanku yang masih
berumur lima tahun kepalanya berdarah karena kejatuhan batu.
Aku dan adikku menolong adik ipar dengan cara mengambil
bongkahan semen yang berat, sampai akhirnya tetangga ber-
datangan membantu. Berkat bantuan tetangga, akhirnya adik
iparku bisa diselamatkan meskipun kondisinya sangat parah dan
harus dilarikan ke rumah sakit. Untung ada tetanggaku yang
baik hati, mau mengantar ke rumah sakit dengan mobilnya, tetapi
mau keluar kampung sangat sulit karena jalan-jalan terhalangi
oleh reruntuhan bangunan yang berat. Kami bergotong-royong
menyingkirkan reruntuhan bangunan agar jalan bisa dilalui mobil
yang membawa adik iparku ke rumah sakit. Alhamdulillah, akhir-
nya adik iparku bisa dibawa kerumah sakit walau yang meng-
antar tidak pakai sandal, bercelana pendek, bahkan tidak mem-
bawa dompet.
Aku beserta suami, anak, kedua orang tua, dan ponakanku
serta para tetangga, mencari tempat yang aman di tepi sungai
dekat persawahan, jauh dari bangunan. Kami takut ada gempa
susulan dan takut kejatuhan reruntuhan bangunan. Pada saat
itu kami sangat ketakutan dan panik, khawatir ada gempa yang
222 Eksotisme Gumuk Pasir
lebih besar lagi. Tiba-tiba ada suara,”Ayo ngungsi…ayo ngung-
si, tsunami…tsunami sudah sampai jembatan Kretek.” Suara itu
terdengar dari arah barat, warga kampung Bulus Kulon dan
kulihat banyak orang berlarian sambil membawa pakaian yang
dibungkus kain. Ada orang mengendong anak yang menangis
ketakutan. Aku semakin panik dan ketakutan, aku bingung apa
yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan keluargaku? Sem-
pat terpikir untuk memboncengkan mereka dengan motor untuk
mengungsi ke bukit Sindet yang letaknya lebih tinggi, tapi takut
jatuh karena pada saat itu jalan sangat ramai oleh orang-orang
yang kebingungan. Tetangga sebelah rumah, Mbah Sumadi, me-
nasihati agar tidak usah mengungsi, bertekad bertahan di desa
kami. Akhirnya kami setuju dan dengan rasa takut terus berdoa,
pasrah pada Allah apa pun yang akan terjadi dengan diri kami.
Dalam ketakutan yang mencekam, tiba-tiba datang Pak Polisi
sektor Jetis mangabarkan bahwa tidak akan ada tsunami dan
masyarakat diharap tenang, tidak usah mengungsi.Kami semua
agak lega, meskipun masih dalam ketakutan karena gempa
susulan. Tiba-tiba Mbah Wakidan (kaum)datang mengabarkan
bahwa yang meninggal warga Bulus Wetan ada lima orang, yaitu
Mbah Muhtinah, Mbah Walidi, Mbah Bon, Dik Nisa, dan se-
orang turis yang mengontrak rumah tetanggaku. Diharapkan
warga datang ke masjid untuk bergotong-royong memakamkan
jenazah korban gempa secara massal. Bapak-bapak langsung
datang ke masjid mengurus jenazah dan memakamkannya di
makam Nyamplung. Ibu-ibu bekerja bakti memasak di kebun
dengan bahan-bahan dari para tetangga kemudian dimakan ber-
sama-sama. Kebetulan Mbah Ami, penjual di kantin SMA Jetis,
memiliki bahan simpanan yang direlakan untuk dimasak.Pada
saat itu kami merasa senasib, kaya-miskin berbaur jadi satu saling
tolong-menolong dalam menghadapi bencana. Aku merasakan
arti bertetangga yang sebenarnya.
Jam berputar dengan cepat, hari semakin sore dan akhirnya
malampun tiba. Terasa gelap karena listirk padam yang dikarena-
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 223
kan jaringan rusak akibat gempa. Suara ambulan meraung-raung
terus di jalan, membawa korban ke rumah sakit. Aku dengan
para tetangga memikirkan mau tidur di dalam rumah atau di
luar rumah. Jika di dalam rumah, kami takut akan gempa susulan.
Akhirnya kami bersepakat tidur di jalan dengan beralaskan tikar.
Tiba-tiba hujan turun dengan deras, kami bingung mau berteduh
di mana. Berteduh di dalam rumah jelas tidak mungkin karena
masih trauma dan takut ada gempa susulan. Tiba tiba ada cahaya
lampu mobil dari arah timur lalu berhenti di dekat kami. Seorang
laki-laki dan perempuan turun dari mobil, mereka mencari aku.
Suaranya terdengar tidak asing di telingaku, ternyata kakakku
yang di Purwakarta datang. Kami saling berpelukan dan mena-
ngis bahagia. Hujan deras terus terjadi, anak-anak dibawa ke mo-
bil untuk berteduh. Malam itu, anak-anak tidur di dalam mobil
dan orang tua berteduh tidur sambil berdiri di bawah pohon
pisang.
Suara kokok ayam terdengar menandakan hari sudah pagi.
Setelah salat subuh, aku dan kakakku mencuci baju dan memasak.
Untungnya rumahku tidak roboh karena merupakan bangunan
baru yang disangga dengan anyaman besi pada setiap tiang dan
sudut rumah. Setelah semua mandi dan makan, kami sekeluarga
berencana mencari adik iparku di rumah sakit. Kami pergi dengan
mengendarai mobil kakakku menuju rumah sakit Besthesda. Di
sepanjang perjalanan, kami melihat pemandangan yang sangat
mengerikan, rumah-rumah banyak yang roboh. Sampailah kami
di rumah sakit Besthesda yang penuh sesak oleh pasien korban
gempa. Aku melihat orang-orang terluka di kaki, tangan, kepala,
badan, ada pula yang patah atau retak tulang pada kaki, tangan,
bahkan tulang ekornya. Kami menelusuri bangsal-bangsal rumah
sakit. Banyaknya korban gempa. membuat kami kesulitan men-
cari adik iparku. Kami sempat putus asa dan ingin mencari adik
iparku di rumah sakit lainnya. Ketika kami berjalan keluar rumah
sakit, di sebuah lorong, tanpa sengaja kami bertemu dengan
adik saya dan kami diajak ke tempat adik iparku yang terluka,
224 Eksotisme Gumuk Pasir
tulang ekornya patah. Dokter sudah menyatakan bahwa kondisi
adik iparku sangat parah dan kalau dioperasi kemungkinan akan
terjadi kelumpuhan. Dokter tidak berani mengambil risiko dan
hanya bisa menyarankan untuk terus berdoa sambil menunggu
keajaiban dari Tuhan. Dokter mengobati dengan cara diterapi.
Setelah bertemu dengan adik iparku, kami berencana mencari
Bulik Tatik, adiknya ibu, yang menurut kabar dirawat di rumah
sakit Bethesda juga. Kami sangat kesulitan mencarinya karena
wajah korban gempa berubah akibat luka yang diderita. Tiba-
tiba ada suara memanggi-manggil, ”Mbak Wit, Mbak Wit...,”
kucari asal suara, ternyata Paklikku yang tidur di lorong rumah
sakit dengan luka diwajah. Wajahnya diperban. Kami saling
berpelukan dan menangis. Paklikku ditunggui menantunya yang
sedang keluar mencari minuman. Lalu kami bertanya keadaan
Bulik Tatik. Beliau memberitahu kalau Bulik Tatik dirawat di
Panti Rapih karena kakinya patah. Tak berapa lama, kami ber-
pamitan pulang.
Sampai di rumah hari sudah sore. Pada saat kami sedang
membereskan barang-barang, para pemuda datang memberikan
bantuan nasi bungkus dan roti. Bantuan itu berasal dari donatur
yang mempunyai hati dermawan dan ikhlas memberikan bantu-
an kepada para korban gempa. Kami sangat berterima kasih
dan bersyukur atas bantuan tersebut, setidaknya warga tidak
mengalami kelaparan. Sore harinya aku dan kakakku mendirikan
tenda dipinggir sungai, jauh dari bangunan. Kami masih trauma
dengan gempa susulan.
Hari demi hari bantuan datang mengalir berupa nasi,
sarimie, rinso, sabun, minyak, selimut, dan pakaian. Pemerintah
memberi bantuan berupa uang sebesar2,5 juta bagi keluaga jika
ada anggota keluarga yang meninggal dunia, bantuan sebesar
15 juta bagi warga yang rumahnya rusak berat, bantuan 4 juta
bagi warga yang rumahnya rusak sedang, dan 1 juta bagi warga
yang rumahnya rusak ringan. Dengan bantuan dari pemerintah,
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 225
warga membangun kembali rumah mereka. Warga saling gotong-
royong membangun rumah dengan dibantu relawan dari ber-
bagai daerah yang datang untuk membersihkan puing-puing.
Aku berpikir bahwa dalam menghadapi bencana diperlukan
kesabaran, saling tolong-menolong, mementingkan keselamatan
bersama, ikhlas, tidak putus asa, dan selalu bertindak atau ber-
pikir jenih dalam menghadapi pemasalahan. Marilah kita lebih
berhati-hati dan waspada dalam menghadapi bencana.Untuk
mengantisipasi terjadinya korban gempa, warga dianjurkan mem-
bangun rumah dengan konstruksinya menggunakan besi cor.
Marilah kita selalu berdoa agar selalu dilindungi Tuhan dari
marabahaya serta cobaan.
226 Eksotisme Gumuk Pasir
GUMUK PASIR
EKSOTISME ALAM ATAU
EKSPLOITASI ALAM
Wikandriya Pinta Pangarsa
SMP Negeri 2 Pandak
Takjub! Kata pertama yang terucap ketika menginjakkan kaki
di gumuk pasir Parangkusumo. Sepanjang mata memandang,
hamparan pasir membentang luas membentuk gundukan-gun-
dukan pasir dengan berbagai bentuk dan ukuran bagaikan master-
piece dari sang alam. Semilir angin menerpa kulitku dengan
lembut. Daya pikirku pun tergugah. Apakah masterpiece dari sang
alam ini tercipta dalam sekejap? Bagaimana fenomena alam ini
bisa terjadi di Indonesia, khususnya di pantai selatan Bantul?
Darimana asal muasal material pembentuk gumuk pasir itu? Per-
tanyaan-pertanyaan itu menggelitik keingintahuanku lebih
dalam tentang gumuk pasir.
Gumuk pasir yang terdapat di Indonesia, khususnya di pan-
tai selatan Bantul merupakan fenomena alam yang langka. Gu-
muk pasir biasanya terbentuk di daerah gurun yang memiliki
iklim kering. Anehnya, gumuk pasir ini terbentuk di daerah tropis
yang memiliki dua musim, terlebih terbentuk di daerah pantai.
Kekhasan gumuk pasir yang terdapat di pantai selatan Bantul ini
hanya ada dua di dunia, dan satu-satunya di Asia Tenggara. Karak-
teristik gumuk pasir yang sama dengan gumuk pasir Parang-
kusumo hanya dapat dijumpai di Meksiko. Sungguh beruntung
kita yang berada di Bantul dan sekitarnya, tidak perlu jauh-
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 227
jauh sampai ke Meksiko agar dapat menikmati keeksotisan
gumuk pasir.
Sesuatu yang sempurna tidak tercipta dalam waktu singkat.
Sesuatu yang sempurna mengalami proses yang lama, bahkan
sangat lama. Seperti halnya intan yang tersusun dari atom-atom
karbon. Terbentuk selama beribu-ribu tahun pada kedalaman
lebih dari 150 kilometer dari permukaan bumi dengan tekanan
4 G Pa dan pada suhu 1350 derajad Celcius. Tekanan dan suhu
yang tinggi dengan waktu yang lama mengubah atom-atom kar-
bon menjadi bentuk yang sempurna. Begitu pun dengan gumuk
pasir di pantai selatan terbentuk dari hasil harmonisasi alam dan
dalam waktu yang lama. Gunung Merapi, Sungai Progo, Sungai
Opak, Laut Selatan, dan angin menjadi satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dalam terbentuknya gumuk pasir.
Gunung Merapi sebagai penyumbang pasir utama dan mate-
rial lainnya yang dikeluarkan waktu erupsi dialirkan ke sungai-
sungai yang mengarah ke selatan. Pasir dan material vulkanik
yang dialirkan ke sungai Progo dan sungai Opak terbawa sampai
muara sungai. Pasir yang sampai di muara sungai terbawa ge-
lombang laut yang kuat. Gelombang laut yang kuat mengikis
pasir menjadi butiran-butiran halus. Pasir yang telah menjadi
butiran-butiran halus ini diendapkan di pantai dan terbawa oleh
angin menuju daratan. Hembusan angin yang kencang membawa
banyak butiran-butiran pasir ke daratan sehingga membentuk
gundukan-gundukan pasir. Proses ini berlangsung lama dan
terus-menerus sehingga membentuk gumuk pasir dengan ber-
bagai bentuk dan ukuran. Gumuk pasir ini membentang dari
pantai Parangkusumo yang terdapat muara sungai Opak sampai
pantai Pandansimo yang terdapat muara sungai Progo. Alam
mengajarkan keteraturan. Alam bekerja dengan caranya sendiri.
Dari erupsi Gunung Merapi yang membinasakan, materialnya
dapat sampai ke Laut Selatan dengan kerjasama yang harmonis
antara Sungai Progo, Sungai Opak, serta angin membentuk
gumuk pasir yang fenomenal.
228 Eksotisme Gumuk Pasir
Gumuk pasir Parangkusumo memiliki tipe berbeda-beda.
Berdasarkan tidak adanya materi penghalang waktu pembentuk-
an, gumuk pasir dapat berupa gumuk pasir bulan sabit, gumuk
pasir melintang, gumuk pasir parabola, gumuk pasir memanjang,
dan gumuk pasir bintang. Gumuk pasir bulan sabit (barchanoid
dunes) terbentuk menyerupai bulan sabit. Angin membawa pasir
membentuk gumuk pasir yang menyerupai bulan sabit dengan
kemiringan asimetris. Bagian yang menghadap arah angin lebih
landai dari bagian yang membelakangi angin. Gumuk pasir
melintang (transerve dunes) terbentuk di daerah yang memiliki
cadangan pasir yang banyak. Bentuk gumuk pasir ini seperti
ombak yang tegak lurus terhadap arah angin. Gumuk pasir me-
lintang dapat menjadi gumuk pasir bulan sabit jika pasokan pasir-
nya berkurang. Gumuk pasir parabola (parabolic dunes) seperti
gumuk pasir bulan sabit. Perbedaannya terdapat pada bagian
gumuk pasir yang menghadap datangnya arah angin. Gumuk
pasir parabola bagian yang curam menghadap langsung ke arah
datangnya angin, sedangkan gumuk pasir bulan sabit bagian
yang curam membelakangi arah datangnya angin. Gumuk pasir
memanjang (linear dunes) terbentuk oleh pergerakan angin yang
berubah dan adanya celah di antara bentukan gumuk pasir awal.
Celah yang terkena angin secara terus-menerus mengalami
pengikisan sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang. Gumuk
pasir ini berbentuk lurus dan sejajar satu dengan lainnya, searah
dengan datangnya angin. Gumuk pasir bintang (star dunes) ter-
bentuk akibat angin yang datang dari berbagai arah berbenturan
dalam satu tempat. Gumuk pasir bintang terbentuk tidak lama.
Apabila ada bentukan baru di sekitar gumuk pasir bintang, maka
gumuk pasir bintang yang lama akan hilang.
Berbagai bentukan gumuk pasir ini sungguh istimewa. Ber-
bagai macam bentuk dan ukuran gumuk pasir dapat ditemui di
gumuk pasir Parangkusumo. Hal yang menjadikan gumuk pasir
Parangkusumo langka (hanya ada dua di dunia dan satu-satunya
di Asia Tenggara) karena memiliki bentuk gumuk pasir bulan
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 229
sabit. Gumuk pasir bulan sabit masih mudah dijumpai, bahkan
menjadi karakteristik gumuk pasir Parangkusumo.
Gumuk pasir Pantai Selatan, khususnya gumuk pasir Parang-
kusumo, selain sebagai fenomena alam yang langka, juga me-
miliki fungsi ekologis. Daerah berpasir memiliki kemampuan me-
loloskan air dalam jumlah banyak sehingga menjadi cadangan
air bagi masyarakat pesisir Pantai Selatan. Bentuk gumuk pasir
yang membukit juga dapat meredam hantaman gelombang tsu-
nami. Gumuk pasir terlepas dari keeksotisan alamnya maupun
dari fungsi ekologis, juga terjadi eksploitasi. Eksploitasi yang
mengancam terbentuknya gumuk pasir bahkan keberadaan
gumuk pasir itu sendiri.
Gumuk pasir yang terjadi secara alami telah ternodai dengan
menjamurnya bangunan-bangunan warga, tambak-tambak
udang yang semakin merajalela, serta penambangan pasir yang
semakin membudaya. Sangat kontras setelah memandang gumuk
pasir Parangkusumo dengan gumuk pasir yang berada di pantai
wilayah kecamatan Sanden maupun kecamatan Srandakan. Di
dua kecamatan itu, daerah gumuk pasir beralih fungsi. Fungsi
ekologis sebagai tempat cadangan air dan penghalang alami bila
terjadi gelombang tsunami, fungsi pariwisata dengan keeksotis-
an alamnya, fungsi pendidikan tentang segala seluk beluk gumuk
pasir. Berkenaan dengan fungsi pendidikan ini, Fakultas Geografi
UGM telah melakukan penelitian tentang gumuk pasir bekerja
sama dengan Badan Informasi Geospasial Pemerintah Kabupaten
Bantul, mendirikan Laboratorium Geospasial yang terletak di
Pantai Depok. Salah satu hasil penelitiannnya adalah material
gumuk pasir di pantai selatan Bantul sama dengan material pasir
dari gunung Merapi. Hal ini dapat dikatakan bahwa sumber
pasir pembentuk gumuk pasir di Pantai Selatan berasal dari
Gunung Merapi. Ketiga fungsi tersebut telah beralih menjadi
eksploitasi terhadap gumuk pasir. Penambangan pasirr yang
semakin liar, pemanfaatan kawasan gumuk pasir untuk tambak
230 Eksotisme Gumuk Pasir
udang, pembukaan lahan pertanian di kawasan gumuk pasir
berandil besar terhadap kerusakan gumuk pasir.
Penambangan gumuk pasir yang dilakukan warga sekitar
gumuk pasir berdalih bahwa gumuk pasir tersebut berada di
tanah pekarangan mereka. Hal itu menjadi pembenaran bagi
warga untuk menambang pasir. Penambangan pasir ini marak
terjadi di Desa Mancingan, Parangtriris dan di Desa Wonoroto,
Sanden. Di Desa Wonoroto belasan titik tambang gumuk pasir
telah berhasil ditutup. Berbeda dengan yang terjadi di Desa
Mancingan. Di desa ini masih terjadi penambangan gumuk pasir.
Sebenarnya penambangan gumuk pasir bisa dijerat dengan
Undang-Undang No. 4/2009 tentang Mineral dan Batubara
karena kawasan gumuk pasir telah ditetapkan dalam Peraturan
Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pelestarian Habitat
Alami. Oleh karena itu, kawasan gumuk pasir harus dilindungi.
Dengan adanya Undang-Undang dan Peraturan Daerah tersebut,
tidak serta merta mudah untuk menindak tegas penambang gumuk
pasir. Penambang gumuk pasir di lahan sendiri sulit ditindak
karena mereka memiliki setifikat hak milik tanah pribadi.
Hal yang tak kalah pelik adalah menjamurnya tambak udang
di kawasan gumuk pasir. Tambak udang tidak hanya merusak
gumuk pasir tetapi juga dapat merusak lingkungan sekitar.
Limbah dari tambak udang yang berwarna hitam (sisa-sisa pakan
udang yang bercampur dengan kotoran udang) berbahaya apa-
bila bercampur dengan sumber air tanah. Kandungan bakteri
yang tinggi dapat mencemari sumber air. Apabila sumber air ini
telah masuk ke sumur-sumur warga, maka akan berdampak
buruk bagi warga sekitar pesisir. Penertiban tambak udang be-
lum menunjukkan hasil yang signifikan.
Gumuk pasir Parangkusumo sebagai fenomena alam yang
langka di pantai selatan Bantul memang harus dilindungi dari
penambangan liar, pembukaan tambak udang, dan pendirian
bangunan-bangunan warga sekitar gumuk pasir. Gumuk pasir
dapat berkembang dengan baik apabila memenuhi persyaratan
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 231
tersedianya material berukuran halus dalam jumlah banyak, ada-
nya periode kering yang panjang, adanya angin yang mener-
bangkan dan mengendapkan pasir tersebut, dan gerakan angin
tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek lain. Oleh
karena itu perlu adanya relokasi bangunan-bangunan sekitar
gumuk pasir yang bisa menghambat maupun menghalangi
pembentukan gumuk pasir.
Mengutip tulisan Rina Vitdiawati tentang pengelolaan gumuk
pasir yang ideal, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
agar upaya pengelolaan menjadi lebih terarah dan berjalan
dengan baik seiring dengan usaha untuk mengkonversi gumuk
pasir. Ada pun aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
1. Perencanaan yang Matang
Perencanaan dibukanya objek wisata baru Geomarintim
Science Park merupakan salah satu cara agar keberadaan gumuk
pasir terjaga. Perencanaan tersebut jangan sampai mengesam-
pingkan lokasi gumuk pasir lain yang dijadikan lokasi wisata.
Perencanaan yang matang juga menyeluruh untuk semua kawas-
an khusus gumuk pasir.
2. Pemanfaatan dan Pengendalian
a. Pengelolaan objek wisata baru yang berbasis natural
Penetapan kawasan gumuk pasir sebagai Geomarintim
Science Park dikelola senatural mungkin tanpa harus menye-
babkan eksploitasi yang lebih membahayakan dan lebih me-
ngancam keberadaan gumuk pasir. Pengelolaan wisata di
Geomarintim Science Park sebisa mungkin tidak mengedepan-
kan aspek ekonomi dan pariwisata, tetapi menonjolkan ke-
alamian gumuk pasir. Adanya wisatawan yang datang
sudah pasti menarik pedagang untuk berjualan dengan ber-
bagai cara dan memanfaatkan kelemahan hukum dan per-
aturan. Selain itu, penyediaan area parkir dan akses menuju
232 Eksotisme Gumuk Pasir
ke zona wisata gumuk pasir harus seifisen mungkin agar
tidak mengganggu upaya konservasi, restorasi, dan penge-
lolaan gumuk pasir.
b. Menekan aktivitas yang berlebih
Penetapan zona gumuk pasir adalah zona inti, zona
penyangga, zona pemanfaatan tertentu, zona perikanan ber-
kelanjutan, zona wisata alam dan budaya, zona wisata
kuliner. Di setiap zona, kecuali zona inti, terdapat aktivitas
yang berlangsung. Guna menanggulangi agar penyempitan
gumuk pasir tidak terus berkurang, maka perlu menekan
aktivitas berlebih pada setiap zona. Penekanan ini bertujuan
untuk mencegah pemanfaatan sumber daya alam secara
berlebihan.
c. Alokasi anggaran yang besar
Mengingat pentingnya keberadaan gumuk pasir di
kawasan pesisir pantai kabupaten Bantul, maka perlu alokasi
dana yang lebih besar dalam setiap aspek pemeliharaannya.
Dana tersebut untuk menunjang keberlangsungan upaya
restorasi, konservasi, dan pengelolaan kawasan gumuk pasir.
Dalam upaya restorasi perlu dilakukan relokasi lahan yang
digunakan oleh masyarakat pada zona steril, tentunya hal
ini akan banyak memerlukan biaya. Relokasi bertujuan untuk
mengendalikan aktivitas di zona-zona tertentu sesuai dengan
tujuan restorasi, yaitu peremajaan kembali gumuk pasir.
3. Pemeliharaan
a. Mengadakan sosialisasi berkala
Sosialisasi wajib dilakukan mengingat warga masyarakat
yang tinggal di kawasan pesisir pantai kabupaten Bantul
terdiri dari berbagai kalangan, maka hendaknya sosialisasi
yang dilakukan mewakili semua kalangan dan dilakukan
secara berkala. Tujuannya untuk menjaga komitmen masya-
rakat dan pemerintah dalam pelaksanaan restorasi, konser-
vasi, dan pengelolaan kawasan gumuk pasir.
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 233
4. Pengawasan
a. Melipatgandakan pengawasan
Peraturan yang dibuat tanpa adanya pengawasan akan
membuat peraturan tersebut menjadi lemah dan banyak
masyarakat yang tak bertanggung jawab akan menggunakan
kelemahan hukum demi kepentingan pribadi. Sebelum dilak-
sanakan program restorasi, sebenarnya sudah ada peraturan
yang mengatur keberadaan kawasan khusus gumuk pasir,
akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak ada pengawasan
hukum dan sanksi yang jelas. Hal ini berakibat pada semakin
menyempitnya kawasan gumuk pasir. Untuk itu, maka peng-
awasan hukum dan pengawasan lapangan perlu dilakukan.
5. Penegakan Hukum
a. Memperbaharui Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan
Bupati (Perbup)
Berkaca dari penyebab menyempitnya lahan gumuk
pasir yang salah satunya karena aspek hukum yang lemah,
maka perlu dilakukan pembaharuan Perda dan Perbup
tentang zonasi dan aktivitas yang diperbolehkan di zona-
zona gumuk pasir. Pencantuman peraturan tersebut lebih
baik disertai dengan sanksi-sanksi apabila terjadi pelang-
garan. Pelaksanann retorasi, konservasi, dan pengelolaan
gumuk pasir tidak akan seperti harapan apabila penegakan
hukum masih lemah dan banyak celah.
b. Informasi yang mudah diakses
Penetapan zonasi dan peraturan masing-masing zona
harus jelas. Semua orang dapat mengakses penetapan zonasi
yang berisi berbagai macam peraturan di masing-masing
zonasi tersebut. Peraturan dan penetapan zonasi yang jelas
akan membuat setiap masyarakat yang mengetahui peduli
dengan keberlangsungan restorasi, konservasi, dan penge-
lolaan lingkungan yang sedang dilakukan pemerintah.
234 Eksotisme Gumuk Pasir
Di balik keeksotisan gumuk pasir Parangkusumo, terdapat
eksploitasi yang mengancam kelestariannya. Eksploitasi dengan
cara menambang telah banyak mengikis luas gumuk pasir. Me-
nutut data yang dikemukakan Kepala Laboratorium Pesisir
Parangtritis (LGPP), Retno Wulan, menjelaskan bahwa pada
tahun 1976 luas gumuk pasir mencapai angka 400 hektar, tetapi
pada tahun 2015 luas gumuk pasir tinggal 15 hektar. Sungguh
penyusutan yang luar biasa. Bila tidak ada aksi nyata untuk
menyelamatkan keberadaan gumuk pasir dapat dipastikan bagi
generasi mendatang gumuk pasir hanya akan menjadi sebuah
sejarah. Sejarah yang menyatakan bahwa pernah terdapat gumuk
pasir yang langka di pantai selatan Bantul, khususnya di Pantai
Parangkusumo.
Daftar Pustaka
Badan Lingkungan Hidup Pemerintah DIY. 27 September 2013.
“Gumuk Pasir Pantai Selatan”. http://blh.jogjaprov.go.id/
2013/09/gumuk-pasir-pantai-selatan/. Diakses pada tanggal
20 April 2016.
Idhom, Addi Mawahibun. 23 April 2015. “Gumuk Pasir
Parangtritis Terancam Lenyap”. http://m.tempo.co/read/
news/2015/04/23/058660143/gumuk-pasir-parangtritis-
terancam-lenyap. Diakses pada tanggal 28 April 2106.
Kedaulatan Rakyat. 2016. “Penambangan Kian Tak Terbendung
Gumuk Pasir Parangtritis Terancam Musnah”, edisi 29
Februari 2016, halaman 1.
Kedaulatan Rakyat. 2016. “Satu-satunya di Dunia”, edisi 29
Februari 2016, halaman 1.
Linangkung, Erfanto. 16 Februari 2016. “Penambangan Gumuk
Pasir Kembali Marak”. http://www.koran-sindo.com/
news.php? r=6&n=12& date= 2016-02-16. Diakses tanggal
28 April 2016.
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 235
Nurrizqi, Erstayudha. 16 Januari 2009. “Gumuk Pasir atau Sand
Dunes Parangtritis”. http://udhnr.blogspot.co.id/2009/01/
gumuk-pasir-atau-sand-dunes.html. Diakses pada tanggal
20 April 2016.
Suara Akar Rumput. 10 Oktober 2010. “Gumuk Pasir Parangtritis
Hanya Ada Dua di Dunia”. https://
swarabumi.wordpress.com/2010/10/10/gumuk-pasir-
parangtritis-hanya-ada-dua-di-dunia/. Diakses pada 20
April 2016.
Vitdiawati, Rina. 09 Desember 2015. “Kasus Pengelolaan
Lingkungan di Indonesia: Gumuk Pasir Tinggal 190 hektar
dan Gumuk Pasir di Parangkusumo Terancam Hilang”.
http://penasarjana.blogspot.ae /2015/12/kasus-
pengelolaan-lingkungan-di.html?m=1. Diakses tanggal 4 Mei
2016.
236 Eksotisme Gumuk Pasir
PERMAINAN YANG TERPINGGIRKAN
Yuli Ekawati
SMP Negeri 3 Imogiri
Kuseduh secangkir kopi, lalu kuhirup dan kunikmati di teras
depan rumah. Malam itu bulan bersinar terang.Di latar-kuyang
masih cukup luas, sinar bulan menembus rimbun dedaunan.
Bayangannya membentuk mozaik yang indah.Silir angin yang
bertiup lembut menggoyangkan dedaunan dan menghidupkan
mozaik yang terhampar di tanah.Bentuknya berubah-ubah.
Menawan. Sejenak kupejamkan mata. Sayup kudengar alunan
sebuah tembang.Tembang dolanan yang dilantunkan dengan
sukacita. Anganku melayang ke masa berpuluh tahun silam.
Kami membentuk lingkaran, kemudian,”Hom pimpah alaihum
gambreng.”Serentak kami memajukan telapak tangan ke tengah
lingkaran. Kami mencari posisi tangan yang berbeda dari lain-
nya. Entah telapak tangan itu dalam keadaan telentang atau te-
lungkup. Anak dengan posisi telapak tangan berbeda itulah yang
akan jaga atau dalam istilah kami “dadi”. Dia akan berada di
tengah lingkaran. Kami bergandeng tangan mengelilinginya
sambil bernyanyi:
“Jamur-an ya ge-ge thok
Ja-mur apa-ya ge-ge thok
Jamur gajih mberjijih sakara-a-ra
semprat semprit jamur apa?
Jamur gagak
Antologi Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Guru SLTP Kabupaten Bantul 237