spiritual, bahasa, motorik, kemandirian dan seni). Pendidikan TK
terlihat sangat berperan dan merupakan tahap awal dari keseluruhan
proses pendidikan di jenjang formal berikutnya. Penyelenggaraan
pendidikan TK berupaya membantu menumbuhmekarkan semua
unsur perkembangan anak secara optimal sebelum mereka memasuki
jenjang pendidikan di sekolah dasar.
Sasaran pendidikan TK adalah anak usia 4-6 tahun yang
dikelompokkan berdasarkan usia, yaitu: (1) kelompok A untuk anak usia
4-5 tahun dan (2) kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. Lama program
belajar adalah 1 atau 2 tahun sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan anak.
Penyelenggaraan pendidikan TK pada umumnya diselenggarakan
oleh swasta dan negeri dalam bentuk pendidikan formal. Selain itu,
juga terdapat bentuk lain yang diselenggarakan oleh Ditjen Pendidikan
Luar Sekolah Depdiknas dalam bentuk pendidikan anak usia dini jalur
nonformal, yaitu yang dikenal dengan PendidikanAnak Usia Dini (PAUD).
Pada praktiknya, kenyataan ini menimbulkan ketidakjelasan
anatara pelaksana tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) pendidikan
anak usia dini jalur nonformal dan pendidikan TK. Dalam beberapa
kasus hal ini telah berdampak pada perebutan anak sebagai objek atau
”pasar yang menawan”.
Kajian akademik yang dilakukan oleh Universitas Malang
menyimpulkan bahwa pendidikan TK seharusnya ditempatkan pada
pendidikan formal dengan pertimbangan bahwa anak-anak TK harus
dididik oleh guru yang profesional.
Hingga Maret 2002 jumlah TK di Indonesia hanya ada 48.000
buah. Itu pun yang berstatus negeri hanya 112 buah, sisanya (sekitar
99%) dimiliki oleh lembaga swasta dengan kondisi dan mutu yang
beragam. Sementara itu, di
Malaysia, pada tahun 2000 saja, hampir 90% dari anak dini usia
bisa masuk TK. Sedihnya, hingga kini belum pernah ada beasiswa/subsidi
Lampiran 289
bagi anak dini usia untuk masuk TK, padahal, biaya masuk TK justru
lebih mahal bila dibandingkan biaya masuk SD. Kenyataan ini semakin
menyusutkan jumlah keikutsertaan anak dalam pendidikan dini usia.
Kondisi ini tidak boleh dibiarkan karena dalam konteks
perkembangan anak, hal ini kurang tepat. Dr. George W. Beadle,
pemenang hadiah Nobel dalam ilmu genetika dan presiden Universitas
Chicago, sistem pendidikan yang demikian ini dianggap telah
ketinggalan zaman. Kita pun sesungguhnya telah merasakan dampaknya
karena rendahnya jangkauan pelayanan PADU diperkirakan menjadi
salah satu penyebab tingginya jumlah siswa mengulang kelas di
kelas pemula (SD) yakni sebesar 6,57%, angka ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat SMP yang hanya sebesar 0,51 %.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pada usia
dini, khususnya di daerah perkotaan telah cukup meningkat. Hal ini
ditandai dengan semakin maraknya pendirian taman kanak-kanak
(TK), kelompok bermain, tempat penitipan anak (TPA). Namun,
hal ini tampaknya baru terbentuk pada lapisan masyarakat tertentu,
khususnya yang memiliki kemampuan ekonomi memadai. Sebaliknya,
untuk masyarakat miskin perkotaan dan pedesaan, pemahaman
serta kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini belum
sepenuhnya terbentuk
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan usia dini memang
cukup mengemuka dewasa ini, setelah berbagai penelitian di bidang
kesehatan dan psikologi berkesimpulan bahwa sejak masa kehamilan
hingga prasekolah merupakan masa yang sangat penting bagi
pembentukan kecerdasan serta karakter anak. Apa yang diterima atau
yang terjadi pada anak usia dini akan mendasar sekaligus melandasi
kehidupan anak pada usia dewasa. Berbagai pakar terkemuka
mengatakan masa yang paling penting dalam hidup adalah sejak mulai
lahir sampai usia 6 tahun karena masa ini kecerdasan anak dibentuk.
290 Metode Penelitian
Jadi para ahli menamakannya sebagai “Periode Emas” atau masa
penentuan untuk pertumbuhan anak. “Peningkatan kualitas SDM
melalui pendidikan anak dini usia merupakan langkah strategis dalam
menyiapkan generasi muda yang dimulai sejak dini usia sebagai
generasi penerus yang akan menentukan masa depan bangsa.
Pendidikan PADU kini sudah menjadi program nasional.
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki usia pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan tersebut kini menjadi penting dan sangat diperhatikan
pemerintah, sejajar dengan pendidikan lainnya, seperti pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan tinggi, sebab dari hasil studi neorologi,
pendidikan anak dini usia memberikan dampak yang luar biasa pada
usia selanjutnya, terutama mengenai pemikiran atau pandangan anak.
Menurut Wahyono, Dosen Universitas Negeri Semarang
yang membidangi kurikulum PADU Jateng, anak-anak (balita)
memeroleh keterampilan berkomunikasi dengan cara mendengar
dan menggunakan bahasa serta belajar dari para pendidik yang mau
mendengar dan memberikan respon terhadap pembicaraan anak.
Anak-anak tidak belajar dari bahasa dengan cara duduk dan diam dan
hanya mendengarkan ceramah pendidik, tetapi mereka belajar dengan
cara mengekspresikan secara verbal tentang kebutuhan inspirasi
kegembiraan, dan keinginan untuk memecahkan masalah. Mereka
mau memndengarkan sesuatu yang menarik dan berarti untuknya,
misalnya, mendengarkan cerita, sajak atau nyanyian
Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
(PSP) Depdiknas, Fasli Jalal mengatakan bahwa perhatian terhadap
pendidikan anak dini usia masih sangat rendah, padahal, belajar dari
Lampiran 291
pengalaman negara maju, konsep pembangunan SDM justru dimulai
sejak masa dini usia. Rendahnya kualitas hasil pendidikan di Indonesia
selama ini cerminan rendahnya perhatian terhadap pendidikan anak
dini usia sehingga berdampak terhadap rendahnya kualitas SDM
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Balitbang Depdiknas (1999),
tingginya angka mengulang di kelas awal (kelas I: 13% dan kelas II:
8%) diduga disebabkan oleh lemahnya pembinaan anak masa dini
usia. Artinya, terdapat korelasi positif antara pendidikan prasekolah
yang diperoleh dengan kesiapan anak memasuki sekolah
Tentang mutu penyelenggaraan PADU di Indonesia diakui masih
bervariasi, dari yang paling tidak bermutu sampai yang cukup baik.
Sebenarnya pemerintah-melalui instansi pembina program telah
menerbitkan kurikulum dan pedoman penyelenggaraan PADU. Dalam
pelaksanaannya harus diakui masih belum bisa merata dan banyak
lembaga PADU yang belum mampu memenuhi tuntutan kurikulum
serta pedoman penyelenggaraannya. Persoalan lain, bahan ajar yang
dibutuhkan oleh tenaga pendidiknya pun masih banyak yang belum
memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Belum lagi persoalan sarana
dan prasarana pendidikan, masih banyak yang belum memenuhi syarat
minimal yang diinginkan. Hambatan lain yang berada di luar jangkauan
teknis pelaksanaan program PADU adalah kesalahpahaman persepsi
orangtua dan masyarakat secara umum. Ada anggapan bahwa program
PADU akan bermutu jika tidak banyak mengakomodasi kegiatan
bermain. Jangan heran kalau ada orangtua yang mengharapkan bahkan
menuntut pada lembaga penyelenggara PADU agar anaknya setelah
lulus dari PADU bisa membaca, menulis, dan berhitung.
Secara kelembagaan, sebenarnya di Indonesia sudah dikenal
play group (kelompok bermain), day care centre (penitipan anak), dan
TK, termasuk di dalamnya Raidatul Athfal (RA). Meskipun demikian,
keberadaan lembaga PADU ini masih sangat sedikit jika dibandingkan
292 Metode Penelitian
sasaran yang harus dilayani. Selain itu, anggapan masyarakat masih
sangat beragam. Tidak heran kalau kegiatan kelompok bermain hanya
dianggap sebagai pra-TK. Selain itu, keberadaannya pun baru di
kota-kota besar, itu pun baru menjangkau sebagian kecil kelompok
masyarakat, sementara lembaga penitipan anak menjadi lembaga yang
mirip dengan tempat penitipan “barang”. Anak hanya dijaga oleh baby
sitter untuk mengawasi jadwal makannya selama orangtua bekerja.
Dari ketiga bentuk organisasi penyelenggara PADU ini, baru
kelembagaan TK yang kondisi pemberian layanan pendidikannya
lebih baik dibanding kelompok bermain dan tempat penitipan anak.
Keadaan ini wajar saja, apalagi TK jauh lebih dulu dikenal oleh
masyarakat, bahkan, kurikulumnya pun sudah dibakukan dan telah
beberapa kali mengalami penyempurnaan.
Adapun kelompok bermain dan penitipan anak, di samping
keberadaannya masih sangat terbatas dan belum dikenal luas,
kurikulumnya pun masih dalam tahap pengembangan dan uji coba,
padahal, di negara tetangga seperti Singapura, pelayanan PADU
sudah dilakukan secara intensif. Anak yang menjadi sasaran PADU
dikelompokkan menurut usia, yaitu toddler (0-2 tahun), nursery (2-3
tahun), play group (3-4 tahun), dan kindergarten untuk usia 4-6 tahun.
Angka partisipasi kasar (APK) TK saat ini masih rendah, yaitu
23%. Artinya, baru sekitar 2 juta dari 11juta anak usia TK yang
berpartisipasi dalam pendidikan TK. Penyebabnya , antara lain, adalah
tingginya biaya pendidikan di TK.
Untuk meningkatkan jumlah anak yang berpartisipasi dalam
pendidikan TK serta penyelenggaraan pendidikan TK pemerintah
wajib memberi bantuan bagi lembaga-lembaga penyelenggara layanan
pendidikan TK. Hal ini sesuai dengan amanat kebijakan pembangunan
pendidikan sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 7 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (2005-2009)
Lampiran 293
menyebutkan bahwa kegiatan pokok dalam program pendidikan
anak usia dini , antara lain, penyediaan sarana pendidikan dan biaya
operasional pendidikan dan atau dukungan operasional/subsidi/hibah
dalam bentuk block grant atau imbal swadaya.
Berdasarkan rasionalisasi tersebut, di Provinsi NAD perlu
dilakukan pengkajian secara empirik tentang pelaksanaan pembinaan
anak usia dini yang diselenggarakan di TK jalur formal dan PAUD
jalur nonformal.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
rumusan masalah penelitian ini secara detail dapat diperinci sebagai berikut:
(1) Bagaimana profil pembinaan TK di Provinsi NAD, yang meliputi
akses, mutu, tata kelola, jumlah lembaga, murid, baik TK jalur
formal maupun PADU jalur nonformal di NAD?
(2) Sejauhmana ketidakjelasan dan tumpang tindih antara pelaksanaan
kewenangan TUPOKSI layanan anak usia TK di jalur formal dan
nonformal?
3. Tujuan Penelitian
Secara umun tujuan penelitian ini adalah untuk mengakaji
penyelenggaraan pelananan pendidikan TK yang ada di Provinsi NAD,
yang hasilnya merupakan aspek penting (crucial) yang dapat digunakan
sebagai dasar penyusunan program perbaikan dan strategic policy-
making (pembuatan kebijakan strategis) dalam penentuan kontinuitas
program peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang TK
pada masa yang akan datang. Secara terperinci penelitian ini mempunyai
beberapa manfaat bagi berbagai bidang, yaitu sebagai berikut:akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan perumusan kebijakan di bidang
TK. Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan
294 Metode Penelitian
penelitian ini secara detail dapat diperinci sebagai berikut:
(1) mengetahui dan mendeskripsikan profil pembinaan TK di Provinsi
NAD, yang meliputi akses, mutu, tata kelola, jumlah lembaga, murid,
baik TK jalur formal maupun PAUD jalur nonformal di NAD?
(2) mengetahui dan mendeskripsikan ketidakjelasan dan tumpang
tindih antara pelaksanaan kewenangan TUPOKSI layanan anak
usia TK di jalur formal dan nonformal?
4. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini sangat besar manfaatnya dalam peningkatan kualitas
pendidikan anak usia dini, karena keberadaan lembaga pendidikan
anak dini usia tidak dapat serta merta meningkatkan kulitas pendidikan
masyarakat secara umum. Oleh karena itu, eksistensi lembaga
pendidikan tersebut harus disesuaikan dengan keinginan masyarakat
Aceh. Masyarakat harus mengetahui terlebih dahulu sarana yang akan
dibangun di tempat mereka. Hal ini diperlukan agar mereka memahami
sejak awal tujuan pembangunan tersebut.
5. Metodologi Penelitian
5.1 Lokasi, Populasi, dan Fokus Penelitian
Pupulasi penelitian ini adalah semua lembaga penyelenggara
pendidikan anak dini usia, baik jalur formal maupun jalur nonformal,
yang ada di Provinsi NAD. Lembaga tersebut tersebar di 21 kabupaten/
kota dalam wilayah Provinsi NAD
Berhubung jumlah populasinya besar, ditetapkan sampel sebesar
secara acak dan purposif (random sampling/purposive sampling)
sebanyak 2 TK dalam satu kabupaten/kota. Jadi, sampel penelitian ini
sebesar 42 TK.
Dari pengelola lembaga penyelenggara TK, baik formal maupun
nonformal diinput data yang berkaitan dengan, antara lain, profil
Lampiran 295
pembinaan TK, yang meliputi akses, mutu, tata kelola, jumlah murid
dan pelaksanaan kewenangan TUPOKSI.
5.2 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sesuai dengan tujuannya,
penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa
yang ada mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
sedang timbul, proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi atau
kecenderungan yang tengah berkembang. Selain itu, penelitian deskriptif
bermaksud memerikan gejala yang ada, tanpa perlakuan yang disengaja
oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Dengan kata lain, penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan melukiskan beberapa sifat
secara nyata, baik terhadap kelompok maupun terhadap individu.
Sesuai dengan data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan
gabungan bebarapa teknik, meliputi teknik dokumenter, wawancara
langsung (personal interview), observasi/pengamatan (direct
observation), dan kuesioner (self-administered quesionnaires).
Keberhasilan penelitian sebagian besar ditentukan oleh ketersediaan
instrumen yang memiliki validitas dan reliabelitas yang tinggi. Untuk
mencapai ketegori itu, ditetapkan langkah-langkah kerja secara sistematis.
Langkah-langkah kerja tersebut adalah sebagai berikut:
(1) menyusun indikator penelitian;
(2) menyusun dan menggandakan instrumen;
(3) menngumpulkan data;
(4) mengolah dan menganalisis data;
(5) menyusun laporan penelitian.
5.3 Teknik Penelitian
5.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Keseluruhan data yang diperlukan dijaring dengan menggunakan
2 macam instrumen. Instrumen yang dimaksud adalah kuesioner
296 Metode Penelitian
dan pedoman wawancara. Kuesioner digunakan untuk menjaring
tiga macam substansi data, yaitu (1) profil lembaga (2) manajemen
pengelolaan lembaga, dan (3) sarana penunjang lembaga. Selain itu,
pedoman wawancara digunakan untuk menjaring data tambahan dari
unsur sekolah guru dan murid. Dengan perkataan lain, pengumpulan
data dengan menggunakan teknik observasi, dokumenter, dan
wawancara. Observasi difokuskan terhadap fisik bagunan lemabaga.
Dalam waktu yang bersamaan juga diamati aktivitas pembelajaran.
5.3.2 Teknik Penganalisisan Data
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar. Penafsiran data, yaitu memberikan arti yang signifikan
terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di
antara dimensi-dimensi uraian.
Sejalan dengan pendekatan penelitian ini, yaitu pendekatan
kuantitatif-kualitatif, data atau temuan penelitian juga diolah dan
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data obsevasi, dokumenter,
dan wawancara yang dijaring melalui kuesioner atau angket dianalisis
secara kuantitatif dalam bentuk tabulasi dengan menghitung persentase
jawaban responden terhadap setiap butir pertanyaan yang diajukan.
Lebih lanjut hasil persentase dimaksud dideskripsikan secara kualitatif
untuk memudahkan penarikan simpulan. Selain itu, data hasil
wawancara dianalisis secara kualitatif. Hasil pengolahan ini disatukan
ke dalam kesimpulan data kuesioner sebagai pelengkap atau penegas
hasil secara keseluruhan. Secara umum langkah-langkah yang ditempuh
dalam penganalisisan data penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) pemberian kode untuk setiap kategori data;
(2) menyusun kategorisasi data;
(3) mendeskripsikan dan menafsirkan data;
Lampiran 297
(4) pemaknaan data;
(5) penarikan simpulan.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen uatama penelitian ini berupa kuesioner dan pedoman
wawancara. Kuesioner dan pedoman wawancara berisi sejumlah
pertanyaan yang berkenaan dengan penyelenggaraan lembaga
pendidikan TK jalur formal dan PAUD jalur nonformal di Provinsi
NAD. Kuesioner tersebut dibedakan atas tiga macam sesuai dengan
substansi masalah yang ditetapkan.
7. Luaran Penelitian
Penelitian ini bersifat need asesment yang dipandang sangat urgen
dilakukan mengingat akan kebutuhan penanganan masalah krusial.
Temuan atau hasil konkret penelitian ini sangat bermanfaat bagi pihak-
pihak terkait pengelolaan pendidikan sebagai input penting dalam
menentukan arah dan kebijakan penanganan masalah mutu pendidikan,
khususnya di Provinsi NAD. Penelitian ini sangat besar manfaatnya
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di NAD, khususnya pada
jenjang TK. Input-input atau informasi yang diperoleh dari penelitian
ini sangat berarti dalam mendesain atau menentukan arah kebijakan
perbaikan mutu dan penyelenggaraan pendidikan di Provinsi NAD.
Hasil penelitian ini merupakan aspek penting (crucial) yang digunakan
sebagai dasar penyusunan program perbaikan dan strategic policy-
making (pembuatan kebijakan strategis) dalam penentuan kontinuitas
program peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang TK
pada masa yang akan datang.
298 Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Fauzak, Ahmad. 1992. Penyuluhan bagi Anak di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta. Gramedia.
Soemiarti, Patmonodewo. 1995. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
UNESCO Jakarta. 2005. Panduan Perencanaan Pendidikan untuk Semua.
Jakarta: UNESCO Jakarta.
Depdiknas. 2005. Rencana Aksi Nasional. Jakarta: Forum Koordinasi
Nasional Pendidikan untuk Semua.
Depdiknas. 2005. Analisis Situasi dan Kondisi Pendidikan untuk Semua.
Jakarta: Forum Koordinasi Nasional Pendidikan untuk Semua.
Mustafa, Darlisa. 2003. Panduan LPPK Sakinah BKPRMI. Jakarta:
Depdiknas-LPPK Sakinah BKPRMI.
Mustafa, Darlisa dan Lina Nur’aini. 2006. Taman Asuh Anak Muslim/
Taman Anak Saleh: Model PAUD TAAM/TAS LPPK Sakinah
BKPRMI. Jakarta: Depdiknas-LPPK Sakinah BKPRMI.
Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Hikayat Publising.
Lampiran 299
300 Metode Penelitian
LAMPIRAN 2
TATA LETAK
Lampiran 301
(1) Contoh Pengukuran Kertas Kuarto
302 Metode Penelitian
(2) Contoh Halaman Sampul 1
KEMAMPUAN SISWA KELAS II
SMU NEGERI DARUSSALAM BANDA ACEH
DALAM MENATA KESATUAN DAN KEPADUAN PARAGRAF
Skripsi
diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Azwardi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
1997
Lampiran 303
(3) Contoh Halaman Persetujuan
KEMAMPUAN SISWA KELAS II
SMU NEGERI DARUSSALAM BANDA ACEH
DALAM MENATA KESATUAN DAN KEPADUAN PARAGRAF
Skripsi
oleh
Nama : Azwardi
NIM : 92611341
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi : Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Pembimbing I, disetujui,
Pembimbing II,
Dr. Abdul Djunaidi, M.S. Drs. Ramli, M.Pd.
NIP 131661035 NIP 131802813
Ketua Jurusan, diketahui,
Ketua Program Studi,
Dr. Bahrum Yunus, M.A. Dra. Hj. Nuriah T.A.
NIP 130344772 NIP 130095473
Dekan,
Drs. Muhammad Ibrahim
NIP 130186396
304 Metode Penelitian
(4) Contoh Halaman Pengesahan 1
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi oleh Azwardi ini telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 20 Juli 1997.
Dewan Penguji: Dra. Hj. Nuriah T.A.
1. Ketua NIP 130095473
2. Anggota
3. Anggota Dr. Abdul Djunaidi, M.S.
4. Anggota NIP 131661035
Drs. Ramli, M.Pd.
NIP 131802813
Drs. Mukhlis, M.S.
NIP 131802814
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Jurusan PBS, Dekan FKIP Unsyiah,
Dr. Bahrum Yunus, M.A. Drs. Muhammad Ibrahim
NIP 130344772 NIP 130186396
Lampiran 305
(5) Contoh Halaman Sampul 2
REDUPLIKASI VERBA BAHASA ACEH
(Satu Kajian Morfologi dan Semantik)
Azwardi
L2I00019
Linguistik
TESIS
untuk memenuhi salah satu syarat ujian
guna memperoleh gelar Magister Humaniora
Program Pendidikan Magister Program Studi Ilmu Sastra
Bidang Kajian Utama Linguistik
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2003
306 Metode Penelitian
(6) Contoh Halaman Pengesahan 2
REDUPLIKASI VERBA BAHASA ACEH
(Satu Kajian Morfologi dan Semantik)
Azwardi
L2I00019
Linguistik
TESIS
untuk memenuhi salah satu syarat ujian
guna memperoleh gelar Magister Humaniora
Program Pendidikan Magister Program Studi Ilmu Sastra ini
telah disetujui oleh Komisi Pembimbing pada tanggal
seperti tertera di bawah ini
Bandung, 5 Februari 2003
Prof. Dr. H. J.S. Badudu
Ketua Komisi Pembimbing
Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A.
Anggota Komisi Pembimbing
Lampiran 307
(7) Contoh Pengetikan Halaman Bertajuk dalam Laporan Penelitian
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pengamatan dan penganalisisan atas data yang ada dapat
disimpulkan bahwa struktur, fungsi sintaksis, peran semantis, dan
hubungan dengan verba dalam kalimat pasif pronomina persona bahasa
Aceh adalah sebagai berikut. Pronomina persona bahasa Aceh terdiri
atas delapan belas bentuk. Kedelapan belas pronomina persona tersebut
meliputi (1) pronomina persona pertama tunggal, yaitu lôn, lôntuan,
ulôntuan, dan kee; (2) pronomina persona pertama jamak, yaitu kamoe
dan geutanyoe; (3) pronomina persona kedua tunggal, yaitu, kah, gata,
dan droeneuh; (4) pronomina persona kedua jamak, yaitu kah + Num.,
gata + Num., dan droeneuh + Num.; (5) pronomina persona ketiga
tunggal, yaitu jih, gobnyan, dan droeneuhnyan; (6) pronomina persona
ketiga jamak, yaitu awaknyoe, awaknyan, dan awakjéh.
308 Metode Penelitian
TENTANG PENULIS
Azwardi, S.Pd., M.Hum. lahir di Takengon, Aceh Tengah, 20 November
1973. Menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh tahun 1997 dan studi S2 pada Program Studi Ilmu
Sastra Bidang Kajian Utama Linguistik Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran Bandung tahun 2003. Sejak 1998 diangkat sebagai dosen
tetap pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh.
Pengalaman kerja, antara lain, peneliti pada Lembaga Penelitian
Universitas Syiah Kuala dan instansi lain. Pernah menjadi Staf Ahli
Konsultan Pelatihan Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan pada Dinas
Pendidikan Nangrroe Aceh Darussalam dan Surveyor Badan Standar
Nasional Pendidikan Jakarta. Sejak 2005-2009 bekerja sebagai Staf
Ahli pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Aceh. Selain itu, juga
pernah menjabat sebagai Ureueng Peutimang pada Jaringan Komunitas
Masyarakat Adat (JKMA) Aceh. Sejak 2010 berkhidmat sebagai Ketua
Komunitas Literasi Bina Karya Akademika. Kemudian, sejak 2008-2012
menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Magister Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Tentang Penulis 309
Banda Aceh. Selanjutnya, pada 2018 diamanahkan Rektor Universitas
Syiah Kuala sebagai Dosen Pembina/Pendamping Himpunan Mahasiswa
dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) FKIP Unsyiah. Sejak 2018 juga
diamanahkan GubernurAceh sebagaiAnggota Tim Bidang Pengembangan
Minat dan Budaya Baca Pokja Bunda Baca Aceh. Kecuali itu, selain aktif
menulis di berbagai media umum dan jurnal ilmiah, juga mengelola dan
menyunting beberapa jurnal ilmiah. Memiliki keterampilan merancang
dan memfasilitasi berbagai pelatihan, khususnya pelatihan di bidang
literasi dan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK).
Penghargaan yang pernah diperoleh, antara lain, Fasilitator Pelatihan
Karya Tulis Ilmiah “Aceh Menulis Menuju Perubahan” dari FKIP Unsyiah
Banda Aceh (2016), Fasilitator Pelatihan dalam Pelaksanaan Program
USAID Prioritas untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar di Indonesia
dari USAID Prioritas Jakarta (2017), Pemenang Buku Terpilih dalam
Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi, Gerakan Literasi Nasional
2017 dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Jakarta (2017), dan Juri
Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional dari FKIP Unsyiah (2017).
Buku yang sudah dihasilkan, antara lain, sebagai berikut. Sebagai
penulis, buku yang dihasilkan adalah sebagai berikut: “Menulis Ilmiah:
Modul Kuliah Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa” (FKIP Unsyiah, Banda
Aceh, 2006), Tsunami dan Kisah Mereka (Badan Arsip dan Perpustakaan
Provinsi Aceh, Banda Aceh, 2006), Reflection on Tsunami (ANRI, Jakarta,
2006), “Dasar-Dasar Komputer dan Internet: Modul Kuliah Pengantar
dan Aplikasi Komputer untuk Mahasiswa” (FKIP Unsyiah, Banda Aceh,
2007), Pembelajaran Bahasa Indonesia (ERA, Banda Aceh, 2007),
“Mekanisme Penelitian: Modul Kuliah Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia” (FKIP Unsyiah, Banda Aceh, 2008),
Menulis Ilmiah (Bina Karya Akademika, Banda Aceh, 2015), Morfologi
Bahasa Indonesia (Bina Karya Akademika, Banda Aceh, 2016), Binatang
dalam Peribahasa Aceh (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
310 Metode Penelitian
Jakarta, 2017), Sikap Bahasa Eks Kombatan dan Korban Konflik Aceh
Pasca-MoU Helsinki (Bina Karya Akademika, Banda Aceh, 2017), Haba
Peungat: Ca-e Aceh (Bina Karya Akademika, Banda Aceh, 2018), Ilmu
Bahasa Aceh (Bina Karya Akademika, Banda Aceh, 2018), Tsunami dan
Air Mata Kami (Bina Karya Akademika, Banda Aceh, 2018), Bingkai
Tsunami Aceh (Bina Karya Akademika Banda Aceh, 2018), Kisah
Keajaiban Tsunami (Bina Karya Akademika, Banda Aceh, 2018), dan
Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Syiah Kuala
University Press, Banda Aceh, 2018).
Sebagai editor atau penyunting atau penyelaras, buku yang dihasilkan
adalah sebagai berikut: Kampus sebagai Institusi Pencerahan (Yayasan
Obor, Jakarta, 2002), Bahasa Itu Indah: Bunga Rampai Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (FKIP Unsyiah, Banda Aceh, 2008),
Kumpulan Prediksi Soal UAS dan UASBN SD/MI Tahun 2009/2010
(Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Banda Aceh, 2009), Pedoman Program
Akselerasi (Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Banda Aceh, 2009), Aditya
Warman: The Man Behind Special Case (POLRI, Jakarta, 2010), Damai
dalam Adat Aceh (Logica 2, Banda Aceh, 2011), Burung Aceh (Bina Karya
Akademika, Banda Aceh, 2017), Pendidikan Karakter Kebangsaan (Bina
Karya Akademika, Banda Aceh, 2017), Listrik dan Magnet (Bina Karya
Akademika, Banda Aceh, 2017), Teori-Teori Belajar Menurut Perspektif
Islam dan Barat (Bina Karya Akademika, Banda Aceh, 2018), Landasan
Manajemen Pendidikan (Magister Manajemen Program Pascasana
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 2018).
Lampiran 311