The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2021-12-27 07:34:35

Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

by Azwardi, S.Pd., M.Hum.

Keywords: sastra,Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Upaya Meningkat- Apakah meningkatkan mi- Peningkatan
kan Minat Baca
Anak melalui penerapan nat baca anak di TK minat baca anak
Penenggelaman
(Immersion) metode FKIP Unsyiah terlihat dari
Keaksaraan di TK
FKIP Unsyiah penenggela- • antusiasme

Meningkatkan Ke- man membaca
mampuan Menulis (immersion) anak
Karangan Siswa
Kelas II SMPN keaksaraan • kesukaan
Darussalam Banda dapat pada bahan
Aceh dengan Stra-
tegi Mapping meningkatkan bacaan
minat baca

anak di TK

FKIP Unsy-

iah?

Apakah pene- meningkatkan ke- Peningkatan
rapan strategi mampuan menulis kemampuan

mapping karangan siswa menulis karangan
dapat me- kelas II SMPN siswa terlihat dari

ningkatkan Darussalam Banda • antusiasme
kemampu-
Aceh menulis anak

an menulis • kesukaan
karangan pada bahan

siswa kelas II bacaan se-

SMPN Darus- bagai modal

salam Banda menulis

Aceh?

1.1.12 Contoh Pokok-Pokok Rencana Kegiatan PTK

Siklus I Perencanaan (1) merencanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dengan penggunaan media
Identifikasi cerita rakyat
masalah dan
penetapan alter- (2) memilih cerita rakyat yang akan menjadi
natif pemecahan media
masalah
(3) mengembangkan skenario pembelajaran
(4) menyusun LKS
(5) menyiapkan sumber belajar
(6) mengembangkan format pengamatan
(7) mengembangkan format evaluasi

Penelitian Tindakan Kelas 89

Tindakan menerapkan tindakan yang mengacu kepada
skenario yang telah direncanakan dan LKS

Pengamatan (1) melakukan pengamatan dengan
(2) menggunakan format pengamatan
(3) menilai hasil tindakan dengan menggu-

nakan format LKS

Refleksi (1) mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan, meliputi evaluasi mutu, jum-
lah, waktu dari setiap tindakan

(2) melakukan pertemuan untuk membahas
hasil evaluasi tentang skenario, LKS,
dan lain-lain.

(3) memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai dengan hasil evaluasi untuk digu-
nakan pada siklus berikutnya.

(4) evaluasi tindakan I

Siklus II Perencanaan (1) identifikasi masalah dan penetapan alter-
natif pemecahan masalah

(2) pengembangan program tindakan II

Tindakan pelaksanaan program tindakan II

Pengamatan pengumpulan data tindakan II

Refleksi evaluasi tindakan II

Siklus-
Siklus Be-
rikutnya

Simpulan, Saran, dan Rekomendasi

2. Ringkasan

Penelitian tindakan adalah penelitian yang bersifat kolaboratif dan
partisipatif yang berawal dari pengklasifikasian beberapa masalah
yang menarik perhatian yang dirasakan bersama oleh suatu kelompok
guru. Setiap orang (dalam diskusi kelompok tersebut) mengungkapkan
masalah yang dipikirkannya dan menjajaki masalah yang dipikirkan
orang lain serta mencari permasalahan dan tindakan pemecahan yang
mungkin dapat dilakukan. Dalam diskusi tersebut para guru memutuskan
apa yang cukup layak untuk dikerjakan untuk sebuah proyek kelompok.

90 Metode Penelitian

Kelompok tersebut mengidentifikasi topik tematik yang menjadi
pusat perhatian mereka. Topik tematik tersebut membatasi substansi
(isi) permasalahan yang disepakati untuk memfokuskan strategi
perbaikannya. Anggota kelompok menyusun rancangan tindakan yang
akan dilakukan. Kemudian, mereka merumuskan rencana dengan
kritis dan saksama serta secara sadar menyusun cara pemecahan
masalah berdasarkan pemahaman masalah. Pada hakikatnya PTK
merupakan suatu penelitian kualitatif partisipatoris dan kolaboratif,
baik secara individu maupun kelompok, yang diawali dengan kegiatan
mengidentifikasikan masalah, merumuskan masalah, menyusun rencana
pemecahan masalah (planning), melaksanakan kegiatan penelitian atu
mengamati (observing), dan merefleksi (perenungan yang mencakup
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap proses tindakan, hasil
pengamatan, dan hasil tindakan) tindakan sampai menemukan masalah
atau pemikiran baru. PTK dilakukan oleh para praksis dengan tujuan
untuk memperbaiki praktik profesional mereka dan untuk memahami
pekerjaan itu secara lebih baik dan mendalam. Selain itu, PTK merupakan
suatu strategi pengembangan profesi guru. Karakteristik PTK berbeda
dengan berbagai penelitian lain. Karakteristik PTK berorientasi pada
pekerjaan di kelas, berorientasi pada pemecahan masalah, berorientasi
pada perbaikan, pengumpulan datanya beragam, menurut urutan
siklus, partisipatif, dan kolaboratif. Berkaitan dengan hal itu, langkah
penerapannya pun relatif berbeda dengan penelitian pada umumnya,
yaitu adalah sebagai berikut: (1)identifikasi masalah, (2) perumusan
masalah, (3) perumusan tujuan, (4) perumusan indikator keberhasilan,
(5) perumusan manfaat penelitian, (6) kajian pustaka, (7) perumusan
hipotesis tindakan, (8) perancanganmetode dan prosedur penelitian, (9)
pengumpulan data, (10) observasi dan interpretasi, (11)evaluasi, (12)
perencanaaan tindakan, (13) perumusan rencana tindakan (planning),
(14) pelaksanaan tindakan (acting), (15) pengamatan (observing), (16)
refleksi (reflecting), dan evaluasi (pengolahan dan penafsiran data).

Penelitian Tindakan Kelas 91

3. Latihan

Diandaikan Anda adalah seorang guru Bahasa Indonesia yang ingin
menerapkan salah satu model pembelajaran aktif untuk meningkatkan
prestasi siswa dalam aspek menulis. Buat sebuah proposal lengkapnya
dengan mengikuti segala ketentuan penyusunan proposal PTK!

92 Metode Penelitian

BAB V

PENELITIAN LINGUISTIK

1. Uraian Materi
1.1 Pengertian Penelitian Linguistik

Penelitian linguistik adalah telaah ilmiah terhadap bahasa guna
mengungkapkan fenomena yang terdapat dalam suatu bahasa atau
pemakaian bahasa berdasarkan kedataan lingual.

Objek penelitian linguistik adalah bahasa, baik bahasa murni
maupun bahasa terapan. Untuk memudahkan memahami substansi
kajian linguistik, peneliti linguistik dituntut dapat membedakan secara
tegas dikotomi linguistik murni dan linguistik terapan. Linguistik murni
berkaitan dengan pengkajian ilmu bahasa dengan fokus struktur bahasa
sebagai korpus (data), misalnya fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di
pihak lain, linguistik terapan berhubungan dengan telaahan ilmu bahasa
dengan fokus pemakaian bahasa sebagai korpus, misalnya penggunaan
bahasa berdasarkan tinjauan morfogis, sintaktis, dan semantis.

Selain itu, peneliti linguistik juga harus dapat membedakan secara tegas
dikotomi linguistik singkronik dan linguistik diakronik. Linguistik singkronik,
disebut juga linguistik deskriptif, adalah ilmu bahasa yang menelaah bahasa
yang hidup dalam kesatuan waktu tertentu yang dipandang relatif pendek. Di
pihak lain, linguistik diakronik, disebut juga linguistik historis komparatif,
adalah ilmu bahasa yang menelaah bahasa yang hidup dalam kurun waktu

Penelitian Linguistik 93

yang dipandang relatif panjang (dasawarsa-dasawarsa dan abad-abad).
Linguistik singkronik mendasari linguistik diakronik. Dapat dikatakan bahwa
yang dasariah adalah linguistik singkronik. Dengan demikian, penerapan
metode linguistik acuannya adalah linguistik singkronik. Linguistik ini
meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Tiga bidang pertama
berkaitan dengan bentuk lingual, sedangkan yang terakhir berkaitan dengan
makna lingual. Berkaitan dengan hal itu, metode penelitian linguistik yang
dibahas dalam modul ini adalah metode linguistik singkronik.

Berkaitan dengan pemilihan metode linguistik, penentuan cabang
linguistik yang utama dipandang perlu. Ada tiga cara untuk menentukan
kepalingutamaan tersebut, yaitu sebagai berikut:
(1) secara historis mana cabang yang muncul paling akhir, karena apa

yang ditemukan dan dikaji paling akhir itu adalah yang paling penting;
(2) secara statistik mana cabang yang paling banyak perhatian linguis di

seluruh dunia, karena apa yang menjadi perhatian banyak orang itu
adalah yang paling penting;
(3) secara struktural mana kedudukan sentral suatu satuan lingual itu
di dalam jaringan lingual, karena apa yang sentral itu adalah yang
menentukan yang lain-lain.

Cara ketiga dipandang sebagai cara yang paling utama. Berkaitan
dengan hal ini, bila bahasa yang terbatas sebagai sistem referensi (dan
bukan sebagai alat komunikasi) yang menjadi pusat perhatian linguistik,
tipologi bahasa (studi mengenai corak bahasa di dunia) telah memberikan
sumbangnnya. Penyumbangan tersebut diperkuat oleh studi tata bahasa
proses dan neurologi. Menurut tipologi yang berbasis pada pola urutan
unsur-unsur, dapat diketahui bahwa verba merupakan unsur sentral dalam
konstruksi lingual. Verbalah yang disebut transitif, yaitu yang menentukan
adanya aneka macam jaringan tata kalimat. Verbalah yang menentukan
sintaksis suatu bahasa sekaligus mempersatukan aneka ragam konstruksi
gramatikal dalam satu jaringan sistematik lingual.

94 Metode Penelitian

Kedudukan verba sebagai sentral juga terlihat dalam bidang neurologi
(studi tentang sisten saraf otak manusia). Ditemukan fakta bahwa otak
sebelah kiri merupakan bagian otak yang menentukan penggunaan bahasa
oleh manusia. Bagian otak tersebut merupakan pusat penguasaan verba.
Bila bagian tersebut rusak, kemungkinan memproduksi verba tidak ada.
Bahkan, mengenali nomina yang diturunkan dari verba (nomina deverbal)
pun tidak memungkinkan.

Kemudian, tata bahasa proses memandang bahwa bentuk-bentuk
frasa sebagai hasil proses sintaktik tertentu, padahal sintaktik yang
dimaksud melibatkan langsung verba. Misalnya, penulisan surat
dipandang merupakan hasil proses perubahan menulis surat. Kecuali itu,
studi mengenai metafora pun mendukung pangdangan kesentralan verba.
Setiap kita berbicara mengenai metafora, yang dimetaforakan bukan
verba, melainkan nomina. Verba merupakan penentu jenis metafora
tersebut. Dalam nyiur melambai-lambai, kesebelasan Bazil membabat
habis kesebelasan Peru, Joni menerima bogem mentah dari Jono, dan dia
menelan kekalahan yang menyakitkan, misalnya, verba melambai-lambai,
membabat, menerima, dan menelanlah yang menentukan masing-masing
kalimat tersebut menjadi bersifat metaforis, bukan nomina-naminanya.

Berdasarkan pandangan tersebut, dapat ditentukan bahwa
sintaksislah, khususnya yang klausa, yang dapat dipandang sebagai
cabang linguistik yang paling utama.

1.2 Karakteristik Penelitian Linguistik
1.2.1 Metode Ilmiah dalam Linguistik

Para pemikir ilmu pengetahuan di luar maupun di dalam bidang linguistik
pada umumnya sepakat bahwa setiap usaha yang memakai sifat ilmiah
harus memenuhi tiga syarat, yaitu keeksplisitan, kesistematisan, dan
keobjektifan. Syarat keeksplisitan dipenuhi dengan menyatakan secara
jelas kriteria yang mendasar suatu penelitian dan menyusun terminologi
secara jajeg. Kriteria ekspiisit diperlukan untuk menandai hal-hal yang

Penelitian Linguistik 95

menjadi fokus penelitiannaya. contohnya, bila seorang peneliti bahasa
meneliti tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia, peneliti tersebut
harus memiliki kompetensi yang memadai terkait dengan sistaksis.

Berkaitan dengan syarat kesistematisan, seorang pemikir Kerlinger
mengatakan bahwa pendekatan ilmiah adalah, “A special systematized
form of all reflective thinking and inquiry”. Untuk memenuhi syarat
kesistematisan setiap ilmu menyusun prosedur standar yang harus
dipergunakan dalam penelitiannya. Peneliti bahasa memulai analisisnya
dengan cara melihat berbagai aspek dari korpus data yang tersedia, dan
menghubungkan-hubungkannya dengan aspek-aspek yang lainnya yang
terkait. Contohnya, seorang ahli bahasa yang menyelidiki tentang bunyi
bahasa akan memulainya dari konsep fonem, vokal, konsonan, diftong, dan
kluster. Selanjutnya baru ia menyelidiki bagaimana satuan-satuan yang
lebih besar seperti kata, frasa, kalimat, paragraf, wacana, dan semantik.

Syarat kesistematisan dipenuhi pula dengan keharusan adanya pengujian
yang ketat terhadap hipotesis, yaitu perkiraan atau pandangan tentang bahasa.
Pengujian yang ketat terhadap hipotesis dilakukan dengan mengadakan
kontrol terhadap segala kemungkinan yang ada; semua kemungkinan itu harus
dijelaskan dan saling pengaruh; semua kemungkinan itu harus diketahui.

Syarat yang ketiga adalah keobjektifan. Istilah objektif mempunyai
berbagai makna, yaitu sebagai berikut: (1) sikap terbuka dalam analisis, (2)
sikap kritis dengan “mencurigai” setiap hipotesis sampai dapat dibuktikan
secara memadai, (3) berhati-hati terhadap prasangka-prasangka, dan (4)
berusaha sejauh mungkin memakai prosedur standar yang telah ditentukan.

Penelitian linguistik dewasa ini sudah berusaha memenuhi ketiga
persyaratan sebagaimana dijelaskan di atas. Jadi, linguistik sekarang ini
bukan hanya mengumpulkan fakta-fakta secara sistematis, seperti halnya
dalam tahap kedua di atas, melainkan juga menyusun teori tentang bahasa
dan seluk-beluknya.

Terkait dengan hal ini, Sudaryanto (1988) mengatakan bahwa suatu
teori harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

96 Metode Penelitian

(1) tuntas; dapat mencakup semua fakta;
(2) konsisten; tidak mengandung pernyataan-pernyataan yang saling

bertentangan;
(3) sederhana; mengungkapkan pernyataan-pernyataan secara lugas

tentang data.

Sebagai ilmu yang berusaha menyusun teori tentang bahasa,
linguistik mempergunakan metode induktif dan deduktif. Metode induktif
adalah proses yang berlangsung dan fakta ke teori, sedangkan metode
deduktif adalah proses yang berlangsung dari teori ke fakta. Metode
induktif dilaksanakan melalui 4 langkah, yaitu sebagai berikut:
(1) pengamatan data; pada langkah ini peneliti mengumpulkan data

bahasa dan menguraikannya dengan pernyataan-pernyataan yang
dapat dipahami oleh peneliti lain.
(2) wawasan atas struktur data; pada langkah ini peneliti berusaha mencari
keteraturan dalam data bahasa yang terkumpul atau mencari kaidah-
kaidah dalam bahasa yang ditelitinya.
(3) perumusan hipotesis; pada langkah ini kaidah-kaidah atau keteraturan
yang diperoleh pada langkah (2) dirumuskan secara eksak sehingga
dapat diperoleh gambaran yang baru dan menyeluruh tentang bahasa.
(4) pengujian hipotesis; pada langkah ini rumusan pada langkah (3) diuji
dengan fakta lain. Teori tentang bahasa baru dapat dianggap sahih bila
hasil itu dapat diuji oleh peneliti lain dengan hasil yang sama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pendekatan
linguistik berbeda dan pendekatan-pendekatan lain terhadap bahasa.
Pendekatan dalan penelitian linguistik lebih menekankan kepada hal-hal
sebagai berikut.
(1) Linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara

preskriptif, artinya yang dipentingkan dalam linguistik ialah apa yang
sebenarnya diungkapkan seseorang, dan bukannya apa yang menurut

Penelitian Linguistik 97

si penyelidik seharusnya diungkapkan. Bukanlah tugas linguistik
menyusun kaidah-kaidah yang menjelaskan apa yang betul atau apa
yang salah (Kridalaksana, 1978).
(2) Pendekatan linguistik berbeda dari pendekatan-pendekatan lain dalam
hal tidak berusaha memaksakan suatu bahasa ke dalam kerangka
bahasa lain. Misalnya, beberapa puluh tahun yang lalu banyak linguis
yang meneliti bahasa-bahasa di Indonesia dengan menerapkan
kategori-kategori yang berasal dari bahasa Latin, bahasa Yunani, dan
bahasa Arab sehingga kita sekarang mewarisi konsep-konsep yang
tidak cocok untuk bahasa-bahasa Indonesia, seperti kata majemuk,
tekanan, dan pengacauan bunyi-fonem-huruf. Pendekatan terhadap
bahasa terdahulu tidak melihat bahwa setiap bahasa mempunyai
sistem yang khas. Memang ada juga bahasa-bahasa yang mempunyai
sistem yang bersamaan; sistem yang bersamaan ini baru dapat diakui
bila telah dibuktikan eksistensinya.
(3) Linguistik juga memperlakukan bahasa sebagai suatu sistem, dan bukan
hanya sebagai kumpulan unsur-unsur yang terlepas. Cara pendekatan
semacam ini disebut pendekatan struktural, sedangkan pendekatan
yang tidak berhubungan satu sama lain disebut pendekatan atomistis.
Pendekatan terakhir ini merupakan ciri ilmu bahasa abad ke-19 dan
sebelumnya.
(4) Linguistik memperlakukan bahasa bukan sebagai sesuatu yang
statis, melainlan sesuatu yang selalu berkembang sejalan dengan
perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya. Oleh sebab
itu, pendekatan kepada bahasa dapat dilakukan secara deskriprif
(sinkronis), yaitu dengan mempelajari berbagai aspeknya pada
suatu masa tertentu, atau secara historis (diakronis), yaitu dengan
mempelajari perkembangannya dari waktu ke waktu.
(5) Unsur primer bahasa adalah tuturan atau bunyi, sedangkan tulisan
merupakan turunan dari bunyi. Dalam pendekatan terhadap bahasa yang
tidak bersifat linguistis sering dikacaukan antara konsep bunyi dan huruf.

98 Metode Penelitian

1.2.2 Linguistik sebagai Ilmu Sosial-Budaya

Adalah wajar bila kita bertanya linguistik itu tergolong ke dalam ilmu
apa. Dewasa ini tidak ada kesepakatan di antara para ahli bagaimana ilmu
pengetahuan harus diklasifikasikan. Pengklasifikasian sering diuraikan
berdasarkan fakultas-fakultas yang ada dalam universitas. Namun, itu pun
tidak dapat dipergunakan sebagai pegangan karena diurus atau tidaknya
suatu disiplin ilmu soleh sebuah fakultas sering didasari atas pertimbangan
tradisi semata. Misalnya, apa yang dikelola fakultas sastra bukan ilmu
yang bersangkutan dengan kesusastraan saja, melainkan juga ilmu-ilmu
seperti antropologi, arkeologi, dan sejarah.

Salah satu pengklasifikasian ilmu yang dianut oleh penulis adalah
pembagian ilmu pengetahuan atas 3 bidang besar, yaitu sebagai berikut:
(1) ilmu pengetahuan alam, seperti kimia, biologi, botani, geologi, dan

astronomi;
(2) ilmu pengetahuan sosial-budayaan, seperti antropologi, sosiologi,

sastra, dan ekonomi;
(3) ilmu pengetahuan formal, sepertilogika dan matematika.

Pada dasarnya penelitian linguistik merupakan upaya yang dilakukan
linguis atau peneliti bahasa untuk menguak identitas objek penelitian seputar
linguistik dalam bernagai bidangnya. Untuk itu, objek penelitian linguistik
tersebut harus selalu disertai konteks. Oleh karena itu, konteks merupakan
penentu identitas objek penelitian. Hakikat penelitian linguistik adalah
kegiatan menguraikan identitas objek penelitian dalam hubungan dengan
keseluruhan konteks yang memungkinkan hadirnya objek penelitian tersebut.

Sebagai gambaran umum, berikut disajikan benerapa contoh topik
dan rumusan judul untuk beberapa kajian linguistik, baik linguistik
murni maupun linguistik terapan (Berhubung tentang penelitian sastra
dan penelitian kebijakan tidak disajikan secara khusus dalam modul ini,
sebagai gambaran umum disertakan juga contoh topik dan rumusan judul
untuk kajian sastra dan kajian kebijakan).

Penelitian Linguistik 99

No. Bidang Rumusan Judul
Kajian
Fonem Bahasa Indonesia
1. Fonologi Sistem Ortografi Bahasa Aceh
Vokal Nasal dalam Bahasa Aceh
2. Morfologi Morfofonemik Bahasa Gayo
Realisasi /r/ dalam Bahasa Tamiang
3. Sintaksis Prefiks Verbal Bahasa Indonesia
Reduplikasi Verba dalam Bahasa Aceh
4. Semantik Perbandingan Afiks Bahasa Haloban dan Bahasa Indonesia
5. Wacana Pronomina Persona Bahasa Aceh
Kata Majemuk dalam Bahasa Aceh
Persesuaian Pronomina (Agreement) dalam Bahasa Aceh
Onomatopoeia Reduplikasi dalam Bahasa Aceh
Onomatopoeia Reduplikasi dalam Bahasa Gayo
Afiks Infleksional dan Afiks Derivasional dalam Bahasa Aceh
Konstruksi meu...that dalam Bahasa Aceh
Konstruksi beu...that dalam Bahasa Aceh
Gradasi Adjektiva dalam Bahasa Aceh
Kosakata Arkais Bahasa Aceh
Penggolong boh dalam Bahasa Aceh
Pelesapan Subjek dalam Bahasa Indonesia
Morfosintaksis Bahasa Aceh: Analisis Tipologi Sintaksis
Relasi-Relasi Gramatikal dalam Bahasa Aceh: Satu Tela-
ah Berdasarkan Teori Tata Bahasa Relasional
Relasi-Relasi Gramatikal dalam Bahasa Aceh
Frasa Verbal dalam Bahasa Aceh
Konstruksi Pasif Persona Bahasa Aceh
Konstruksi Inversi Kalimat Bahasa Aceh
Pergeseran Makna Kosakata Bahasa Indonesia dalam
Sepuluh Tahun Terakhir
Deiksis Sosial dalam Novel Lampuki Karya Arafat Nur
Analisis Referensi Bahasa Iklan Televisi
Unsur Kohesi dan Koherensi pada Surat Kabar Harian
Harian Aceh

100 Metode Penelitian

6. Anakes Analisis Bentuk-Bentuk Klausa Iklan Mini dalam Surat
Kabar Harian Serambi Indonesia
7. Pragmatik
Penyimpangan Prinsip Percakapan dalam Wacana Hu-
8. Sosioli­ mor Surat Kabar Prohaba
nguistik
Variasi Bahasa dalam Rubrik “Suara Pembaca” di Surat
Kabar Harian Prohaba Banda Aceh

Analisis Kesalahan Penulisan Bahasa Indonesia pada
Media Luar Ruang di Kota Banda Aceh

Analisis Kesalahan Penulisan Bahasa Aceh pada Media
Luar Ruang di Kota Banda Aceh

Analisis Kesalahan Penerapan EYD pada Surat Dinas
FKIP Unsyiah

Analisis Kesalahan Penulisan Bahasa Aceh pada Teks
Video Compact Disk Lagu Aceh

Register Bahasa Nelayan di Kabupaten Aceh Besar

Ragam Bahasa SMS dalam Rubrik “Suara Pembaca” di
Surat Kabar Harian Prohaba Banda Aceh

Tindak Tutur Pedagang Buah-Buahan Kaki Lima di Pas-
ar Aceh Banda Aceh

Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Sinetron “Aneg-
erah” RCTI

Tindak Tutur Guru Taman Kanak-Kanak dalam Proses
Belajar-Mengajar

Perilaku Pertuturan Anak Usia 2-5 Tahun yang Berbaha-
sa Ibu Bahasa Aceh

Ragam Khusus Komunitas Keturunan India di Kota
Banda Aceh

Pemakaian Ragam Fungsiolek Kalangan Mahasiswa
FKIP Unsyiah

Ragam Bahasa Pedagang Obat di Banda Aceh

Campur Kode di Kalangan Mahasiswa Aceh Asal Malaysia

Sistem Kata Sapaan Bahasa Aceh Dialek Peusangan

Interferensi Tuturan Bahasa Aceh dalam Pemakaian Ba-
hasa Indonesia pada Anak-Anak

Penggunaan Bahasa dalam Chating di Internet

Penggunaan Bahasa pada Short Massage Service (SMS)
oleh Mahasiswa PBSI FKIP Unsyiah

Penelitian Linguistik 101

9. Psikoli­ Kemampuan Bahasa Verbal Penderita Skizofremia

nguistik Kemampuan Berbahasa Anak Penderita Autisme

10. Stilistika Gaya Bahasa Propaganda dalam Memerangi Terorisme

11. Sosiopoltiko- Rekayasa Korpus Bahasa di Era Pemerintahan Susilo

linguistik Bambang Yudoyono

12. Sastra Spiritualitas Islami dalam Novel Perempuan Berkalung

Sorban Karya Abidah El-Khaliqy

Stratifikasi Kelas Sosial dalam Novel Bukan Pasar

Malam Karya Pramudya Ananta Toer

Kajian Psikologis Tokoh Penokohan dalam Novel Dewi

Kawi Karya Arswendo

Potret Kritik Sosial dalam Novel Orang-Orang Proyek

Karya Ahmad Tohari

Pengaruh Perilaku Fanatisme Beragama terhadap Konf-

lik Antaragama dalam Novel Genesis Karya Ratih Kum-

ala

Kelas Sosial Tokoh Perempuan dalam Novel Tarian

Bumi Karya Oka Rasmini

Nilai Kemanusiaan dalam Novel Suatu Hari di Stasiun

Bekasi Karya Bambang Joko Susilo

Karakter Binatang dalam Ungkapan Bahasa Aceh

Kajian Feminis Marxis dalam Novel Primadona Karya

Ahmad Munif

13. Kebijakan Aspirasi Masyarakat Aceh terhadap Pembangunan Ta-

man Bacaan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Keberadaan Taman Kanan-Kanak sebagai Salah Satu

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Nanggroe Aceh
Darussalam

Pemetaan Kualifikasi dan Sebaran Guru di 3 Kabupaten/

Kota dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Pemetaan Kompetensi Akademik dalam Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia di Provinsi Aceh

Penyelamatan Arsip Tsunami Aceh sebagai Upaya Pele-

starian Khazanah Memori Kolektif dan Sumber Otentik
Pembangunan Bangsa

Pemetaan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Siswa

SMA di Kabupaten Aceh Tenggara dan Gayo Lues

102 Metode Penelitian

1.3 Metode dan Teknik Penelitian Linguistik
1.3.1 Metode Penelitian Linguistik

Metode dan teknik penelitian linguistik mengacu kepada mekanisme
penyediaan, analisis, dan penyajian hasil analisis data. Mekanisme
tersebut, ada yang dilakukan secara singkronis, dan ada yang dilakukan
secara diakronis. Berikut dipaparkan berbagai metode dan teknik
penelitian linguistik.

1.3.1.1 Metode dan Teknik Penyediaan Data Linguistik
Singkronis
1.3.1.1.1 Metode Simak

Metode simak adalah cara pengumpulan data melalui menyimak penggunaan
bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Metode ini memiliki teknik
dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut teknik dasar dalam
metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan
penyadapan Artinya, untuk memperoleh data peneliti menyadap penggunaan
bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan.

Dalam praktik selanjutnya, teknik sadap ini ini diikuti dengan teknik
lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap,
teknik catat, dan teknik rekam. Jika peneliti melakukan penyadapan dengan
cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan
menyimak pembicaraan, disebut teknik simak libat cakap. Jika peneliti hanya
berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya,
disebut teknik simak bebas libat cakap. Teknik catat adalah teknik yang
dilakukan peneliti ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan
di atas. Hal yang sama, jika tidak dilakukan pencatatan, peneliti dapat
melakukan perekaman. Teknik rekam memungkinkan dilakukan jika bahasa
yang diteliti adalah bahasa yang masih dituturkan oleh pemiliknya.

Keempat teknik di atas dapat digunakan secara bersama-sama jika
penggunaan bahasa yang disadap itu merupakan bahasa lisan. Akan tetapi,
jika penggunaan bahasa yang disadap itu merupakan bahasa tulis, dalam

Penelitian Linguistik 103

penyadapan itu peneliti hanya dapat menggunakan teknik catat sebagai
gandengan teknik simak bebas libat cakap, yakni mencatat beberapa bentuk
yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tulis tersebut.

1.3.1.1.2 Metode Cakap

Metode cakap adalah cara pengumpulan data melalui percakapan, yakni
percakapan antara peneliti dan informan. Adanya percakapan antara peneliti
dan informan berarti terdapat kontak antarmereka. Dalam penelitian linguistik
interdisipliner, seperti dialektologi, kontak tersebut dimaksudkan sebagai
kontak antara peneliti dan informan di setiap daerah pengamatan. Dalam
penelitian sosiolinguistik, kontak tersebut dimaksudkan sebagai kontak antara
informan dan informan dari setiap strata sosial. Metode ini memiliki teknik
dasar yang berwujud teknik pancing. Teknik pancing disebut teknik dasar
dalam metode cakap karena pada hakikatnya percakapan yang diharapkan
sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya dimungkinkan muncul jika peneliti
memberi stimulasi pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang
diharapkan oleh peneliti. Stimulasi tersebut dapat berupa bentuk atau makna
yang biasanya disusun dalam bentuk daftar pertanyaan (instrumen).

Dalam praktik selanjutnya, metode cakap ini diikuti dengan teknik
lanjutan yang berupa teknik lanjutan cakap semuka dan teknik lanjutan cakap
tansemuka. Jika peneliti secara langsung melakukan percakapan dengan
informan sebagai pengguna bahasa dengan bersumber pada pancingan
yang sudah dipersiapkan atau secara spontan data muncul si tengah-tengah
percakapan, disebut teknik cakap semuka. Di pihak lain, jika peneliti tidak
secara langsung melakukan percakapan dengan informan di lokasi penelitian,
tetapi, misalnya, data yang diperoleh dari informan melalui surat, e-mail, atau
bantuan kurir, disebut teknik cakap tansemuka.

Berkaitan dengan teknik cakap semuka, ada beberapa teknik bawahan
yang dapat digunakan peneliti dalam memancing data dari informan, yaitu
teknik bawahan-lesap, teknik bawahan-ganti, teknik bawahan-perluas,
teknik bawahan-sisip, dan teknik bawahan-balik.

104 Metode Penelitian

1.3.1.1.2.1 Teknik Bawahan-Lesap

Dalam pelaksanaannya teknik ini mengharuskan hadirnya satu bentuk
pancingan. Berdasarkan bentuk tersebut dikembangkan bentuk baru
dengan menghilangkan unsur-unsur yang menjadi fokus objek penelitian.
Data yang muncul dari teknik ini berupa data sandingan dari data awal yang
dimunculkan, baik berdasarkan pertanyaan peneliti maupun secara tidak
sadar dari informan, sebagai dasar pijak untuk mengembangkan teknik
lesap ini. Berdasarkan data yang muncul itulah dikembangkan bentuk
sanding dari bentuk yang telah ada. Jika data yang diperoleh merupakan
data untuk keperluan mengetes keintian sebuah unsur, data sandingan
adalah data yang serupa data awal, yang memiliki perbedaannya pada
hadir atau tidaknya unsur yang hendak dianalisis keintiannya. Misalnya,
jika kita hendak melakukan suatu penelitian yang bertujuan mengetahui
apakah unsur oleh dalam bahasa Indonesia merupakan unsur inti atau
bukan, peneliti harus berusaha menjaring data yang memiliki unsur oleh
sebagai data awal. Kemudian, peneliti mencoba memancing informan
untuk memunculkan data sandingan dari bentuk itu yang memiliki
informasi yang sama dengan tuturan yang menjadi data awalnya, baik
dengan pengubahan struktur maupun tidak. Sebagai contoh, dari hadil
pancingan awal peneliti memperoleh data sebagai berikut.

(1) Saya dipanggil berkali-kali oleh ayah.

Berdasarkan data awal tersebut peneliti dapat memancing informan
untuk membuat tuturan lain yang informasinya sama dengan tuturan
tersebut, baik yang masih mengandung oleh maupun tidak sehingga
diperoleh data sebagai berikut:

(2) Saya dipanggil berkali-kali ayah.
(3) Saya berkali-kali dipanggil oleh ayah.
(4) Saya berkali-kali dipanggil ayah.

Penelitian Linguistik 105

(5) Oleh ayah saya dipanggil berkali-kali.
(6) Ayah saya dipanggil berkali-kali.

Keenam tipe data itulah yang dijadikan dasar bagi upaya menjelaskan
inti atau tidaknya unsur oleh tersebut. Perlu ditambahkan bahwa yang
menjadi data bagi analisis tersebut bukan hanya data yang gramatikal atau
berterima, melainkan juga data yang tidak gramatikal atau tidak berterima
karena semua akan dijadikan dasar analisis data.

Selain untuk penyediaan data bagi analisis keintian suatu unsur bahasa,
teknik lesap dapat juga digunakan untuk menyediakan data bagi analisis yang
bertujuan untuk mengetahui tepe-tipe kalimat yang serupa atau mirip dan bagi
analisis yang bertujuan untuk mengetahui tipe kata yang berpolimorfemis.

1.3.1.1.2.2 Teknik Bawahan-Ganti

Teknik bawahan-ganti adalah penyediaan data yang dilakukan dengan cara
menganti unsur yang menjadi fokus objek penelitian. Pengantian unsur
tersebut dilakukan dalam deret struktur sehingga menghasilkan data baru.
Hasilnya merupakan bentuk-bentuk tranformasi, baik yang gramatikal
maupun yang tidak gramatikal.

Teknik ini dimaksudkan untuk menyediakan data untuk analisis
kadar kesamaan kategori unsur terganti dengan pengganti, khususnya bila
tataran pengganti sama dengan terganti. Misalnya, penelitian yang ingin
mengetahui apakah beberapa unit gramatikal ({meN-}, {ber-}, {di-}, dan
{ter-}) dalam bahasa Indonesia merupakan morfem yang sama atau bukan
memancing informan memunculkan bentuk tertentu sebagai data awal.
Berdasarkan data tersebut peneliti meminta informan memunculkan data
sandingan dengan menggantikan unsur tertentu yang ada pada data awal,
misalnya {meN-} pada memukul sehingga data sandingan yang muncul
adalah dipukul, terpukul. Data yang muncul konteksnya selalu sama,
dan data itulah yang dijadikan dasar analisis untuk mengetahui kadar
kesamaan unit gramatikal tersebut sebagai prefiks.

106 Metode Penelitian

1.3.1.1.2.3 Teknik Bawahan-Perluas

Teknik bawahan-perluas adalah penyediaan data yang dilakukan dengan
cara memperluas unsur yang menjadi fokus objek penelitian, baik secara
formal (bentuk) maupun semantis (makna). Pada dasarnya mekanisme
teknik ini sama dengan kedua teknik di atas.

Teknik ini, terutama, dimaksudkan untuk menyediakan data untuk
analisis kadar kesinoniman unsur lingual yang menjadi fokus objek penelitian.
Berdasarkan data awal peneliti meminta informan memunculkan data sandingan
yang memiliki makna yang sama dengan bentuk sandingannya. Misalnya, suatu
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk yang bersinonim
dengan bentuk cantik. Berdasarkan data awal, yaitu cantik, peneliti meminta
informan memunculkan bentuk lain sebagai data sandingannya. Bentuk
yang muncul, misalnya, berupa molek, permai, indah, tidak jelek, dan tidak
tercela. Tiga bentuk pertama jumlah unsurnya sama (perluas secara semantis),
sedangkan dua bentuk terakhir jumlah unsurnya berbeda, bahkan unsurnya
berbeda dengan data awal (perluas secara semantis dan secara formal).

1.3.1.1.2.4 Teknik Lanjutan Bawahan-Sisip

Teknik bawahan-sisip adalah penyediaan data yang dilakukan dengan cara
menyisip unsur yang menjadi fokus objek penelitian. Mekanisme teknik ini
sama dengan teknik-teknik di atas. Teknik ini, terutama, dimaksudkan untuk
menyediakan data untuk analisis kadar keeratan hubungan antarunsur lingual
yang menjadi fokus objek penelitian. Berdasarkan data awal peneliti meminta
informan memunculkan data sandingan yang memiliki keeratan hubungan
dengan bentuk sandingannya. Misalnya, suatu penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan unsur frasa lokatif di sini dalam satu susunan beruntun.
Apakah unsur tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain atau
tidak. Berdasarkan data pancingan awal diperoleh data berikut.

(1) Saya kemarin tidur di sini.
(2) Saya kemarin tidur dengan nenek di sini.

Penelitian Linguistik 107

Berdasarkan data awal (1) dapat dipancing munculya data
sandingan dengan meminta informan membentuk tuturan baru dengan
cara menyisipkan unsur tertentu antara unsur yang menjadi fokus objek
penelitian dan unsur sebelumnya sehingga diperoleh tuturan seperti (2).

1.3.1.1.2.5 Teknik Lanjutan Bawahan-Balik

Teknik bawahan-balik adalah penyediaan data yang dilakukan dengan cara
membalik unsur yang menjadi fokus objek penelitian. Cara kerja teknik
ini pun sama dengan teknik-teknik sebelumnya. Dalam praktiknya, teknik
ini, terutama, dimaksudkan untuk menyediakan data untuk analisis kadar
ketegaran letak suatu unsur lingual yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan
data awal peneliti meminta informan memunculkan data sandingan dengan
cara mengubah-ubah letak unsur yang menjadi objek penelitian. Misalnya,
suatu penelitian yang bertujuan mengetahui letak unsur yang berupa frasa
preposisional lokatif di sini di atas. Berdasarkan data tuturan (1) peneliti dapat
memancing informan untuk memunculkan data baru, yaitu sebagai berikut:

(1) Saya kemarin tidur di sini.
(2) Di sini saya tidur kemarin.
(3) Saya di sini tidur kemarin.

Data tentang posisi di sini selanjutnya dianalisis untuk
mendeskripsikan posisi-posisi struktural yang dapat ditempati di sini.

1.3.1.1.3 Metode Introspeksi

Metode introspeksi adalah metode penyediaan data dengan memanfaatkan
intuisi kebahasaan peneliti. Metode ini digunakan oleh peneliti yang meneliti
bahasa ibunya. Dengan perkataan lain, peneliti sebagai penutur asli (native
speaker) dapat melakukan introspeksi terhadap data kebahasaan yang
ditelitinya. Menurut Sudaryanto (1988), secara konseptual dan dalam kerangka
kerja analisis, data dapat diklasifikasikan atas dua tipe, yaitu data teranalisis

108 Metode Penelitian

dan data pemeringan analisis. Disebut data teranalisis jika diperoleh dari
informan dan disebut data pemeringan analisis jika diperoleh atau diciptakan
atau bersumber dari peneliti. Perhatikan data berikut!

(1) Dia makan tadi.
(2) Dia tadi makan.
(3) Tadi dia makan.
(4) Makan dia tadi.
(5) *Makan tadi dia.

Diandaikan bahwa jika data (1) merupakan data teranalisis, data
(2) s.d. (5) adalah data pemeringan analisis yang diciptakan oleh peneliti
dengan menggunakan teknik balik pada data (1)

.

1.3.1.2 Metode dan Teknik Analisis Data Linguistik
Singkronis

Dari keseluruhan tahap penelitian, tahap analisis datalah yang paling
menentukan karena pada tahap tersebutlah kaidah-kaidah diformulasikan.
Pendeskripsian kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah penelitian.
Oleh karena itu, dalam menganalisis data diperlukan metode dan teknik-
teknik tertentu sesuai dengan karakteristik data. Terdapat dua metode utama
yang digunakan dalam tahap analisis data, yaitu sebagai berikut.

1.3.1.2.1 Metode Padan Intralingual

Metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-
hubungkan unsur-unsur yang bersifat lingual (unsur-unsur yang berada di
dalam bahasa), baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun yang terdapat
dalam beberapa bahasa yang berbeda. Misalnya, sebuah penelitian dengan
tujuan menentukan posisi yang dapat ditempati oleh satuan lingual adverbia
tadi dalam deretan struktur, data yang harus dipersiapkan terlebih dahulu
adalah semua kemungkinan tipe tuturan, baik yang gramatikal maupun yang

Penelitian Linguistik 109

tidak gramatikal, yang mencerminkan letak satuan lingual yang menjadi
fokus objek penelitian tersebut. Perhatikan kembali data berikut!

(1) Dia makan tadi.
(2) Dia tadi makan.
(3) Tadi dia makan.
(4) Makan dia tadi.
(5) *Makan tadi dia

Semua data di atas dianalisis dengan membandingkan satu sama lain
sehingga muncullah formulasi atau rumusan kaidah sebagai berikut.

Keempat tuturan di atas memiliki kesamaan unsur pembentuknya,
yaitu berupa satuan lingual dia, makan, dan tadi. Namun, letak satuan lingual
tadi pada tuturan tersebut tidak sama. Pada tuturan (1) satual lingual tadi
menempati posisi setelah predikat, sedangkan tuturan (2), (3), dan (4) masing-
masing menempati posisi antara subjek dan predikat; sebelum subjek; dan
setelah subjek. Satuan lingual tersebut tidak dapat menempati posisi antara
predikat dan subjek, seperti tidak dijumpai pada tuturan (5).

Model analisis data di atas mencerminkan pelaksanaan metode padan
dengan menggunakan teknik hubung-banding menyamakan (HBS) dan
teknik hubung-banding membedakan (HBB). Selain itu, metode ini juga
memiliki teknik hubung-banding menyamakan hal pokok (HBSP). Teknik
yang terakhir ini bertujuan mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan
penyamaan yang dilakukan dengan menerapkan teknik HBS dan HBB. Tujuan
akhir banding menyamakan atau membedakan tersebut adalah menemukan
kesamaan pokok di antara data yang diperbandingkan itu.

1.3.1.2.2 Metode Padan Ekstralingual

Metode padan ekstralingual adalah metode analisis dengan cara
menghubung-hubungkan unsur-unsur yang bersifat ekstralingual (unsur-

110 Metode Penelitian

unsur yang berada di luar bahasa), seperti menghubungkan masalah bahasa
dengan hal yang berada di luar bahasa, seperti perilaku atau karakter
masyarakat pengguna bahasa. Dalam operasionalnya, metode ini juga
diikuti oleh teknik-teknik seperti pada pada padan intralingual. Dalam hal
ini, yang di-HBS/HBB/HBSP-kan adalah yang bersifat ekstralingual.

1.3.1.3 Metode dan Teknik Penyajian
Hasil Analisis Data Linguistik Singkronis

Hasil analisis data yang berupa kaidah-kaidah dapat disajikan melalui dua
cara, yaitu sebagai berikut: (1) perumusan dengan menggunakan tanda-tanda
atau lambang-lambang (nonverbal) dan (2) perumusan dengan menggunakan
redaksional (verbal), termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis.
Kedua cara tersebut, masing-masing disebut metode formal dan metode informal.

Berkaitan dengan metode formal, ada beberapa tanda atau lambang
yang biasa digunakan dalam penyajian hasil analisis data. Tanda atau
lambang tersebut beserta maksudnya, antara lain, adalah sebagai berikut.

Tanda Asteris : Tanda asteris digunakan untuk menunjukkan bentuk
(*) (satuan lingual) yang tidak gramatikal (tidak berterima).
Tanda tersebut diletakkan sebelum bentuk yang tidak
gramatikal tersebut.
Misalnya:
*mencantik
*termalam
*sabun yang mandi
*Makan tadi dia.
Namun, untuk penyajian hasil analisis data penelitian
diakronis tanda tersebut digunakan untuk menunjukkan
bahwa bentuk itu merupakan bentuk hipotesis; hasil re-
konstruksi bentuk purba dalam kajian linguistk historis
komparatif.
Misalnya:
PAN *mata ’mata’ adalah bentuk purba dari proto-Aus-
tronesia yang merupakan bentuk asal dari bentuk-bentuk
yang terdapat dalam bahasa turunannya.

Penelitian Linguistik 111

Tanda Kurung : Tanda kurung biasa digunakan untuk menyatakan bahwa
Biasa ((...)) formatif yang berada di dalamnya memiliki alternasi se-
jumlah formatif yang berbeda di dalamnya.
Misalnya:
Dalam BS ditemukan bentuk-bentuk lim(a, E, e) ’lima’. Ar-
tinya, untuk makna ‘lima’ dalam BS direalisasikan dengan
sekurang-kurangnya empat leksem, yaitu lima, limE, dan lime.

Tanda kurung biasa juga lazim digunakan untuk menga-
pit angka Arab yang menunjukkan nomor urutan contoh
data dan mengapit huruf/angka perincian suatu masalah.
Misalnya:
Keempat tuturan di atas memiliki kesamaan unsur pemben-
tuknya, yaitu berupa satuan lingual dia, makan, dan tadi.
Namun, letak satuan lingual tadi pada tuturan tersebut tidak
sama. Pada tuturan (1) satual lingual tadi menempati posi-
si setelah predikat, sedangkan tuturan (2), (3), dan (4) ma-
sing-masing menempati posisi antara subjek dan predikat;
sebelum subjek; dan setelah subjek. Satuan lingual tersebut
tidak dapat menempati posisi antara predikat dan subjek,
seperti tidak dijumpai pada tuturan (5).

Tanda Kurung : Tanda kurung siku digunakan untuk menunjukkan bah-
Siku ([...]) wa satuan di dalamnya adalah satuan fonetis (mengapit
unsur fonetis). Tanda ini biasanya juga digunakan dalam
bidang fonologi untuk melambangkan bunyi tertentu
yang tidak berstatus fonem.
Misalnya:
Nasal biasa [ñ] dan [ŋ] ditulis menjadi ny dan ng. Contoh:
nyoe untuk kata [ñoǝ] ‘ini’
nyan untuk kata [ñan] ‘itu’
nyang untuk kata [ñaŋ] ‘yang’
bangai untuk kata [baŋai] ‘bodoh’

Tanda Garis : Tanda garis miring digunakan untuk menunjukkan bah-
Miring (/.../) wa satuan di dalamnya adalah fonem (mengapit unsur
fonem). Tanda ini biasanya digunakan dalam bidang fo-
nologi atau morfofonemik untuk melambangkan bunyi
tertentu yang berstatus fonem.
Misalnya:
Prefiks meN- berubah menjadi me- jika diimbuhkan pada
bentuk dasar yang berfonem awal /m/, /n/, /l/, /r/, /ng/, /
ny/, /w/, dan /y/.

112 Metode Penelitian

Tanda Kurung : Tanda kurung kurawal digunakan untuk menunjukkan
Kura-wal bahwa satuan di dalamnya adalah morfem (mengapit
({...}) unsur morfem). Tanda ini biasanya digunakan dalam
bidang morfologi untuk melambangkan bentuk tertentu
yang tidak berstatus morfem.
Misalnya:
Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai diko-
tomi dengan morfem afiks. Jadi, bentuk-bentuk seperti
{juang}, {kucing}, dan {sikat} adalah morfem dasar.
Morfem ini ada yang termasuk morfem terikat, seperti
{juang}, {henti}, dan {abai}; tetapi ada juga yang terma-
suk morfem bebas, seperti {beli}, {lari}, dan {kucing},
sedangkan morfem afiks, seperti {meN}, {ber}, {ter-},
dan {-kan} jelas semuanya termasuk morfem terikat.

Tanda Petik : Tanda petik tunggal digunakan untuk menunjukkan bahwa
Tunggal (’...’) satuan di dalamnya adalah makna (mengapit arti atau makna).
Misalnya:
Droeneuh peue neu-pajôh?
1 apa 1-makan
‘Anda mau makan apa?’

Tanda Panah : Tanda panah digunakan untuk menunjukkan hasil proses
() atau menjadi. Tanda ini biasanya juga digunakan dalam
bidang morfologi.
Misalnya:
Dalam bahasa Aceh, kata yang bersuku dua langsung
dapat disisipkan –eum-. Contoh:

cacah ceumacah
garô geumarô
piké seumiké
tarék teumarék

Akan tetapi, kata yang bersuku satu mengalami proses

lain, yaitu

-eum- + /c/ ceumeu-

-eum- + /k/ keumeu-

-eum- + /s/ seumeu-

-eum- + /t/ teumeu-

Contoh: ceumeucah
cah keumeukueb
kueb seumeusôh
sôh teumeutet
tet

Penelitian Linguistik 113

Tanda Plus : Tanda plus digunakan untuk menandai hubungan anta-
(+)
runsur lingual atau bergabung dengan. Tanda ini pun bi-

asanya juga digunakan dalam bidang morfologi.

Misalnya:

-eum- + /l/ seumeu-

-eum- + /k/ seumeu-

-eum- + /r/ seumeu-

-eum- + /b/ seumeu-

-eum- + /g/ seumeu-

lhôh seumeulhôh
koh seumeukoh
rh seumeurhah
bhôi seumubhôi
grôh seumeugrôh

Selain itu, lambang-lambang yang dapat digunakan adalah lambang

huruf sebagai singkatan, yaitu sebagai berikut:

BA : Bahasa Aceh

BG : Bahasa Gayo

BH : Bahasa Haloban

IN : Inkoatif
Jéh hai, ka reubah-geuh lam leuhôb.
Itu hai IN reubah-3 dalam lumpur
’Lihat, beliau terjatuh ke dalam lumpur!’

PERF : Perfektif

Awakjéh ka lheuh ji-pajoh bu.

3 PERF lepas 3-makan nasi
‘Mereka sudah makan.’

3 : Orang Ketiga

Awakjéh ka lheuh ji-pajoh bu.

3 PERF sudah 3-makan nasi
‘Mereka sudah makan.’

REL : Relatif
Aneuk nyang inöng nyang ka geupeukawen.
Anak REL perempuan REL PERF 3-pref.-kawin
’Anaknya yang perempuan yang sudah dinikahkan.’

114 Metode Penelitian

NEG : Negatif
FS Kah bèk ka-woe dilèe!
PROG 2 NEG 2-pulang dulu
BD ‘Kamu jangan pulang dulu!’

: Fokus Subjek
Di gata ta-woe laju.
FS 2 2-pulang terus
‘Anda pulang terus.’

: Progresif
Awaknyoe teungöh ji-pajôh bu.
3 PROG 3-makan nasi
‘Mereka sedang makan.’

: Bentuk Dasar
ceumeucop

-eum- cop
(inf.) (BD)

2. Ringkasan

Penelitian linguistik adalah telaah ilmiah terhadap bahasa guna
mengungkapkan fenomena yang terdapat dalam suatu bahasa atau
pemakaian bahasa berdasarkan kedataan lingual. Objek penelitian
linguistik adalah bahasa, baik bahasa murni maupun bahasa terapan.
Linguistik murni berkaitan dengan pengkajian ilmu bahasa dengan fokus
struktur bahasa sebagai korpus (data), misalnya fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Di pihak lain, linguistik terapan berhubungan dengan telaahan
ilmu bahasa dengan fokus pemakaian bahasa sebagai korpus, misalnya
penggunaan bahasa berdasarkan tinjauan morfogis, sintaktis, dan semantis.

Penelitian linguistik dibedakan atas linguistik singkronik dan
linguistik diakronik. Linguistik singkronik, disebut juga linguistik
deskriptif, adalah ilmu bahasa yang menelaah bahasa yang hidup dalam
kesatuan waktu tertentu yang dipandang relatif pendek. Linguistik
diakronik, disebut juga linguistik historis komparatif, adalah ilmu bahasa

Penelitian Linguistik 115

yang menelaah bahasa yang hidup dalam kurun waktu yang dipandang
relatif panjang (dasawarsa-dasawarsa dan abad-abad).

Berkaitan dengan pemilihan metode linguistik, penentuan cabang
linguistik yang utama dipandang perlu. Ada tiga cara untuk menentukan
kepalingutamaan tersebut, yaitu (1) secara historis mana cabang yang
muncul paling akhir, (2) secara statistik mana cabang yang paling banyak
perhatian linguis di seluruh dunia, (3) secara struktural mana kedudukan
sentral suatu satuan lingual itu di dalam jaringan lingual. Cara ketiga
dipandang sebagai cara yang paling utama.

Metode dan teknik penelitian linguistik mengacu kepada mekanisme
penyediaan, analisis, dan penyajian hasil analisis data. Metode dan teknik
penyediaan data meliputi (1) metode simak denganteknik dasar yang berwujud
teknik sadap dan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap, teknik
simak bebas libat cakap, teknik catat, dan teknik rekam; (2) metode cakap
dengan teknik dasar yang berwujud teknik pancing dan teknik lanjutan yang
berupa teknik lanjutan cakap semuka dan teknik lanjutan cakap tansemuka,
teknik cakap semuka meliputi teknik bawahan-lesap, teknik bawahan-ganti,
teknik bawahan-perluas, teknik bawahan-sisip, dan teknik bawahan-balik;
(3) metode introspeksi. Metode dan teknik analisis data meliputi (1) metode
padan intralingual dengan teknik teknik hubung-banding menyamakan (HBS)
dan teknik hubung-banding membedakan (HBB), dan teknik hubung-banding
menyamakan hal pokok (HBSP); dan (2) metode padan ekstralingual (dengan
teknik yang sama). Metode dan teknik penyajian data meliputi (1) perumusan
dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang (nonverbal) dan (2)
perumusan dengan menggunakan redaksional (verbal), termasuk penggunaan
terminologi yang bersifat teknis. Kedua cara tersebut, masing-masing disebut
metode formal dan metode informal.



3. Latihan

(1) Dalam metode linguistik dibedakan antara penelitian linguistik
singkronis dan penelitian linguistik diakronik. Berikan pengertian
kedua konsep penelitian tersebut!

116 Metode Penelitian

(2) Penelitian linguistik singkronis dibedakan atas penelitian linguistik
murni dan penelitian linguistik terapan. Diandaikan Anda telah
melakukan identifikasi masalah terhadap kedua jenis penelitian
tersebut; rumuskan masing-masing tiga judul penelitiannya!

(3) Terdapat tiga hal substansial dalam metode linguistik, yaitu (1) metode dan
teknik penyediaan data, (2) metode dan teknik penganalisisan data, dan
(3) metode dan teknik penyajian data. Diandaikan Anda telah melakukan
ketiga proses tersebut dalam rangkaian proses penelitian; buatlah sebuah
deskripsi mini yang mencerminkan ketiga proses tersebut!

Penelitian Linguistik 117

118 Metode Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2003. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar
Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Dunia
Pustaka Jaya & Pusat Studi Sunda.

Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: Depdikbud.

Djajasudarma, T. Fatimah. Metode Linguistik: Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.

Djojosuroto, Kinayati dan M.L.A. Sumaryati. 2004. Prinsip-Prinsip
Dasar Penelitian Bahasa & Sastra. Jakarta: Penerbit Nuansa.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Widyatama.

Husen, S. Jaafar. 1995. Penelitian Sastra: Metodologi dan Penerapan
Teori. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Joni, T. Raka. 1998. Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Ditjen Dikti.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode,

dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pudentia (Ed.). 1998. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.
Setiyadi. 2006. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing:

Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Daftar Pustaka 119

Syahbuddin dan Burhanuddin Yasin. 2002. Pedoman dan Materi Pelatihan.
Penelitian Tindakan Kelas. Banda Aceh: Dinas Pendidikan NAD.

Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis.
Surakarta: Muhammadiyah Universiti Press.

Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik: Bagian Pertama: ke Arah Memahami
Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

----------. 1988. Metode Linguistik: Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik
Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

----------. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Reneka Cipta.
----------. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Bumi Aksara.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan

Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian

Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

120 Metode Penelitian

GLOSARIUM

penelitian : usaha yang dilakukan untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
field research : pengetahuan berdasarkan data dan fakta melalui
library research sumber-sumber pengetahuan yang dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah.
laboratory :
research penelitian yang bertujuan memcahkan masalah-
masalah praktis yang berkembang dalam
masyarakat

penelitian yang bertujuan memperoleh data
sekunder yang akan digunakan sebagai landasan
teoretis yang berkaitan dengan masalah yang
penulis lakukan dan relevan dengan masalah yang
diteliti guna mendukung data-data yang diperoleh
selama penelitian dengan cara mempelajari buku-
buku, literatur, dan sumber lainnya

penelitian yang bertujuan mengumpulkan data,
menganalisis, mengadakan tes, serta memberikan

Glosarium 121

interpretasi terhadap sejumlah data sehingga

dapat digunakan untuk meramalkan gejala yang

akan timbul

applied : penelitian yang bertujuan meneliti masalah yang
research signifikan dan hidup dalam masyarakat sekitar
yang hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan manusia, baik secara

individual maupun kelompok

qualitative : penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu

research fenomena tanpa melalui prosedur statistik atau

bentuk hitungan lainnya

quantative : penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu

research fenomena melalui prosedur statistik atau bentuk

hitungan lainnya

classroom : penelitian yang bertujuan menemukan

action research pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh

guru sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Contohnya, dalam pembelajaran,
guru menemukan siswa kurang aktif di kelas

fundamental : penelitian yang bertujuan memperluas ilmu
research dengan tanpa memikirkan pemanfaatan hasil
penelitian tersebut untuk manusia atau masyarakat

explorative : penelitian yang bertujuan menggali secara
research lebih dalam dan luas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu objek

development : penelitian yang bertujuan mengembangkan
research) sesuatu ke arah yang lebih baik, lebih sempurna

verivicative : penelitian yang bertujuan mengecek kebenaran
research hasil penelitian lain yang telah dilaksanakan
sebelumnya

122 Metode Penelitian

policy research : penelitian yang bertujuan menemukan kebijakan

yang tepat untuk diterapkan pada sesuatu

longitudinal : penelitian yang bertujuan meneliti sesuatu tanpa

menggunakan subjek yang sama

cross-sectional : penelitian yang bertujuan mempelajari pola

dan urutan perkembangan dan/atau perubahan

sesuatu hal, sejalan dengan berlangsungnya

perubahan waktu

experiment : penelitian yang bertujuan meneliti ada tidaknya

research akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada

subjek yang diteliti

descriptive : penelitian yang bertujuan menggambarkan

research kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek

tertentu secara jelas dan sistematis

historical : penelitian yang bertujuan menelaah data secara

research sistematik berkaitan dengan kejadian masa lalu

untuk menguji hipotesis yang berhubungan

dengan faktor-faktor penyebab, pengaruh,

atau perkembangan kejadian yang mungkin

membantu dengan memberikan informasi pada

kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian

yang akan dating

ex-postfacto : penelitian yang bertujuan melacak kembali

research faktor penyebab terjadinya variabel-variabel,

baik bebas maupun terikat, dengan menggunakan

setting alamiah

experiment : penelitian yang bertujuan meneliti ada tidaknya

research akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada

subjek yang diteliti

Glosarium 123

experiment : penelitian yang bertujuan memperoleh informasi
quasy research yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan

survey research : penelitian yang bertujuan mendeskripsikan
keadaan alami yang hidup saat itu,
mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang
untuk dibandingkan, dan menentukan hubungan
sesuatu yang hidup di antara kejadian spesifik

mekanisme : langkah-langkah yang biasanya dipahami sebagai
penelitian desain penelitian utuh yang menggambarkan
cara kerja yang logis dan sistematis

masalah : sesuatu yang bertolak belakang atau yang
bertentangan dengan teori atau suatu kesenjangan
antara harapan dan kenyataan

identifikasi : proses mengkaji, mengenali, menentukan, dan
masalah menetapkan masalah yang akan menjadi proyek
penelitian

perumusan : upaya menyatakan secara konkret pertanyaan-
masalah pertanyaan penelitian terkait dengan substansi
atau ruang lingkup masalah yang diteliti

tujuan jawaban yang hendak diperoleh atas pertanyaan
penelitian penelitian

kerangka teori :

anggapan dasar : suatu starting point pemikiran yang kebenarannya
secara teoretis dapat diterima

hipotesis : jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian sebelum penelitian tersebut dilakukan

124 Metode Penelitian

sumber data :
Informan
metodologi :
penelitian
: sesuatu berkaitan dengan penjelasan bagaimana
Teknik prosedur teknis pelaksanaan penelitian.
karya ilmiah Penjelasan teknis tersebut, antara lain, meliputi
populasi dan sampel, informan, instrumen,
makalah metode, dan teknik (teknik pengumpulan dan
teknik penganalisisan data)
laporan
penelitian :

skripsi : karya tulis yang menyusunan dan penyajiannya
tesis didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja
disertasi ilmiah

: Karya ilmiah bersifat deskriptif dan ekspositoris,
biasanya disusun oleh mahasiswa sebagai bagian
dari kegiatan akademik di perguruan tinggi dan
juga ditulis oleh seseorang untuk diajukan dalam
suatu pertemuan ilmiah dan penerbitan

: karya ilmiah yang penyajiannya bersifat
deskriptif-analitis, biasanya disusun oleh
mahasiswa sebagai bagian dari kegiatan
akademik di perguruan tinggi, seperti laporan
praktikum, dan sebagai syarat guna memperoleh
gelar akademik S1, S2, S3
laporan penelitian yang diajukan sebagai syarat
guna memperoleh gelar S1

: laporan penelitian yang diajukan sebagai syarat
guna memperoleh gelar S2

: laporan penelitian yang diajukan sebagai syarat
guna memperoleh gelar S3

Glosarium 125

bahan pustaka : semua rujukan atau referensi yang dipakai
sebagai bahan informasi sewaktu menyusun
penelitian : laporan, baik yang sudah diterbitkan maupun
tidak
tindakan kelas
penelitian yang bersifat kolaboratif dan
penelitian : partisipatif yang berawal dari pengklasifikasian
linguistik beberapa masalah yang menarik perhatian yang
dirasakan bersama oleh suatu kelompok guru
penelitian :
telaah ilmiah terhadap bahasa guna
linguistik murni mengungkapkan fenomena yang terdapat dalam
suatu bahasa atau pemakaian bahasa berdasarkan
penelitian : kedataan lingual
linguistik
trapan pengkajian ilmu bahasa dengan fokus struktur
bahasa sebagai korpus (data), misalnya fonologi,
linguistik : morfologi, dan sintaksis
singkronik
telaahan ilmu bahasa dengan fokus pemakaian
linguistik : bahasa sebagai korpus, misalnya penggunaan
singkronik bahasa berdasarkan tinjauan morfogis, sintaktis,
dan semantis
metode :
dan teknik ilmu bahasa yang menelaah bahasa yang hidup
penelitian dalam kesatuan waktu tertentu yang dipandang
linguistik relatif pendek

ilmu bahasa yang menelaah bahasa yang hidup
dalam kurun waktu yang dipandang relatif
panjang (dasawarsa-dasawarsa dan abad-abad)

mekanisme penyediaan, analisis, dan penyajian
hasil analisis data, metode dan teknik penyediaan
data meliputi (1) metode simak dengan teknik
dasar yang berwujud teknik sadap dan teknik
lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap,

126 Metode Penelitian

teknik simak bebas libat cakap, teknik catat, dan
teknik rekam; (2) metode cakap dengan teknik
dasar yang berwujud teknik pancing dan teknik
lanjutan yang berupa teknik lanjutan cakap
semuka dan teknik lanjutan cakap tansemuka,
teknik cakap semuka meliputi teknik bawahan-
lesap, teknik bawahan-ganti, teknik bawahan-
perluas, teknik bawahan-sisip, dan teknik
bawahan-balik; (3) metode introspeksi, metode
dan teknik analisis data meliputi (1) metode padan
intralingual dengan teknik teknik hubung-banding
menyamakan (HBS) dan teknik hubung-banding
membedakan (HBB), dan teknik hubung-banding
menyamakan hal pokok (HBSP); dan (2) metode
padan ekstralingual (dengan teknik yang sama)

Glosarium 127

128 Metode Penelitian

INDEKS

A D
abstrak 43, 44, 55 daftar pustaka iii, 47, 55
action driven 59 data pemeringan analisis 109
anakes 101 diakronis 98, 103, 111
anggapan dasar 26, 27, 36, 43, 46, 124 diksi 166, 167
antropologi 99 diskusi 78, 80, 90
arkeologi 99 diskusi balikan 78, 80
arogansi 24 dokumenter 34, 316, 317

B E
Bahasa Aceh 19, 193, 194, 195, 216, egoisme 24
ejaan 42, 87, 190
217, 218, 227, 229, 326, 327
bahasawan 209 F
bioteknologi 5 frasa 20, 40, 44, 95, 96, 107, 108,

C 177, 198, 202, 206
Catatan Kaki 47, 52, 53, 54
catatan penjelas 48 G
gaya selingkung 42
gelombang elektromaknetik 3

Indeks 129

H konstruksi lingual 94
heterogen 3, 29 korpus 93, 96, 115, 126, 209, 225
high-inference observation 74, 77 Kuesioner 33, 298, 317, 318
hipotesis 1, 10, 27, 36, 44, 46, 61, kutipan langsung 48

62, 63, 68, 69, 78, 91, 96, 97, L
111, 123, 124, 203, 236, 239, layout vi, 42
298, 300 lembar observasi 33
hipotesis tindakan 68, 69, 91 linguistik v, 3, 11, 12, 27, 31, 33,

I 88, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99,
instrumen penelitian 32, 302 103, 104, 115, 116, 117, 126,
interaction analisis 73 200, 201, 206, 233, 256, 271
interpretasi 4, 60, 64, 71, 72, 73, linguistik historis komparatif 93, 115
low-inference observation 73, 77
74, 77, 78, 79, 91, 122, 206,
258, 269, 270, 271, 273 M
majalah 47, 49, 51, 53, 171, 178,
J
jurnal 51, 53, 57, 78, 238, 330 283, 290, 293
margin 41, 42, 45, 55, 56
K media bahasa 42
kalimat 20, 24, 40, 42, 43, 56, 76, 87, metodologi 33, 60, 75, 125, 271

94, 95, 96, 106, 156, 157, 163, N
177, 188, 195, 196, 197, 198, nomina deverbal 95
199, 200, 202, 203, 204, 205,
206, 207, 208, 209, 210, 211, 328 O
karya ilmiah 28, 39, 40, 41, 42, 43, observasi 33, 34, 35, 64, 71, 72,
44, 45, 46, 47, 54, 55, 56, 125
kerangka teori 124 73, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 91,
kloning 5 225, 316, 317
kolaboratif 59, 60, 67, 72, 90, 91, 126 otoriter 24
kongres 213, 239, 276

130 Metode Penelitian

P S
paragraf 42, 43, 49, 87, 96, 156, sampel 28, 29, 31, 37, 44, 46, 60,

157, 158, 159, 160, 161, 162, 61, 62, 125, 160, 161, 222,
163, 164, 165, 176, 196 257, 296, 298, 315
paragraf campuran 43 sastra ii, 153
paragraf deduktif 43 semiotika 258
paragraf induktif 43 sinkronis 98
pasif 328 sosiolinguistik 101, 233, 239
penelitian deskriptif 9, 13, 61, 62, sosiologi 99, 258, 264
297, 316 stilistika 102
penelitian eksperimen 9, 13, 61, 62 sumber data 28, 29, 32, 46, 125,
penelitian eksploratif 6, 258 187, 188, 207, 235, 238
penelitian eksposfakto 9, 13 supervisor 72, 73
Penelitian historis 9 Surat Kabar 54, 100, 101
penelitian humaniora 2, 12
penelitian kebijakan 6, 11, 12, 99 T
penelitian kualitatif 5, 12, 27, 33, tanda kurung kurawal 113
61, 74, 91, 179, 187, 235, 236, tanda kurung siku 112
249, 269, 270, 271, 272, 300 tanggal 325, 327
penelitian kuantitatif 5, 12 teknik bawahan-ganti 104, 116, 127
populasi 28, 29, 37, 44, 46, 62,
125, 160, 161, 296 U
Pragmatik 101 unsur primer bahasa 98
Psikolinguistik 102, 213
V
R verba 328
referensi iv, 17, 33, 47, 48, 49, 50,

53, 94, 126, 163, 206
rekonstruksi 3, 111, 221, 290

Indeks 131

132 Metode Penelitian

LAMPIRAN 1
CONTOH-CONTOH
PROPOSAL PENELITIAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA

Lampiran 133

Contoh 1
Proposal Penelitian Pembelajaran 1 (Umum)

KEMAMPUAN SISWA KELAS X MAN 3 BANDA ACEH
MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI

Proposal Skripsi
diajukan sebagai bahan seminar proposal

pada Prodi PBSI FKIP Unsyiah

oleh
Qalbina

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2011

134 Metode Penelitian

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi

KEMAMPUAN SISWA KELAS X MAN 3 BANDA ACEH
MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI

Nama : Qalbina
NIM : 0606102010035
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mengetahui,

Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dosen Wali,

Drs. Teuku Alamsyah, M.Pd. Azwardi, S.Pd., M.Hum.
NIP 196606061992031005 NIP 1973112019980201001

Lampiran 135

KEMAMPUAN SISWA KELAS X MAN 3 BANDAACEH
MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI

1. Latar Belakang Masalah
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa (language
art, language skiils) yang produktif. Artinya, melalui keterampilan
berbahasa ini seseorang dituntut untuk mampu berkreatif. Dengan
perkataan lain, seseorang harus mampu mengekspresikan pikiran,
pengalaman, dan perasaannya ke dalam bentuk bahasa tulis sehingga
apa yang diketahui, dialami, dan dirasakannya tentang suatu hal dapat
disampaikan dengan baik kepada orang lain.

Untuk dapat mentransformasikan apa yang kita ketahui, alami
dan rasakan secara tepat kepada orang lain bukanlah pekerjaan yang
mudah. Banyak orang yang mempunyai gagasan yang cemerlang,
pengalaman yang menarik, dan perasaan yang menawan seringkali
merasa sulit menyampaikannya kepada orang lain. Hal ini akibat
dari ketidakmampuannya mengurutkan gagasan, pengalaman, dan
perasaannya itu secara logis dan sistematis ke dalam bahasa tulis.

Kemampuan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan ini bersifat
fungsional bagi pengembangan diri siswa. Dengan menulis, siswa dapat
mengungkapkan apa yang ada di dalam jiwa dan pikirannya. Pengalaman
yang dialami dalam kehidupannya dapat dituangkan ke dalam sebuah
tulisan dalam bentuk apa pun bergantung pada kemampuan seseorang
dalam menulis dan mengekspresikan tulisannya tersebut.

Keterampilan menulis sangat erat hubungannya dengan
pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Pengajaran keterampilan ini
bertujuan untuk membimbing siswa agar terampil menuangkan ide-ide
atau gagasan-gagasan ke dalam bentuk tulisan. Menulis membutuhkan
pikiran, ide, atau gagasan yang tersusun pada rangkaian antara kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain dalam sebuah paragraf. Agar dapat
menulis paragraf dengan baik, harus diperhatikan berbagai syarat

136 Metode Penelitian

yang diperlukan dalam pembentukannya, meliputi kesatuan paragraf,
kepaduan atau koherensif, dan kelengkapan atau ketuntasan paragraf
sehingga terbentuk paragraf yang sempurna.

Paragraf disebut juga alinea, yaitu seperangkat kalimat yang
membicarakan satu topik atau satu pokok pembicaraan (Ibrahim dan
Wildan, 2003:104). Paragraf merupakan wujud penuangan inti buah
pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung suatu
pikiran yang didukung oleh semua kalimat yang membangun paragraf
tersebut. Kalimat-kalimat yang membangun paragraf harus saling
berhubungan dan memperlihatkan kesatuan dan kepaduan gagasan.

Pada dasarnya ada empat jenis paragraf, yaitu deskripsi, narasi,
eksposisi, dan argumentasi. Keempat macam paragraf tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda-beda (Atmazaki, 2006:86). Keraf
(1995:10) “mendefinisikan argumentasi adalah semacam bentuk
wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran”. Karangan
argumentasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) mengemukakan
alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi
keyakinan pembaca agar menyetujuinya; (2) mengusahakan
pemecahan suatu masalah; dan (3) mendiskusikan suatu persoalan
tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian (Finoza, 2002:197).
Argumentasi merupakan satu bentuk karangan eksposisi yang khusus.
Pengarang argumentasi berusaha untuk menyakinkan atau membujuk
pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang
dikatakannya. Pengarang argumentasi selalu berusaha memberikan
pembuktian secara objektif dan menyakinkan. Hal ini sesuai dengan
tujuan utama karangan argumentasi yaitu untuk menyakinkan pembaca
agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku
tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis.

Penelitian ini berkenaan dengan kemampuan siswa kelas X MAN
3 Banda Aceh menulis paragraf argumentasi. Lingkup kajian penelitian
ini meliputi aspek substansi dan aspek penggunaan bahasa. Aspek
substansi yang dikaji meliputi kemampuan mengemukakan fakta,

Lampiran 137

bukti, alasan, atau bantahan dengan tujuan mempengaruhi keyakinan
pembaca dan aspek penggunaan bahasa meliputi kemampuan menyusun
paragraf berdasarkan kesatuan, kepaduan, dan ketuntasan paragraf.
Penelitian ini dilakukan dengan dilandasi oleh dasar pemikiran
berikut. Pertama, keterampilan menulis telah diajarkan sejak kelas X
semester I. Keterampilan menulis yang diajarkan antara lain adalah
keterampilan menulis wacana. Berbagai jenis wacana yang diajarkan
adalah menulis wacana narasi, wacana deskripsi, wacana persuasi,
wacana argumentasi, dan wacana eksposisi (Boediono, 2003:8).

Kedua, berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006
(Depdiknas, 2006:264) terdapat standar kompetensi (SK) aspek
berbahasa keterampilan menulis yaitu mengungkapkan informasi
melalui penulisan paragraf dan teks pidato. SK tersebut dibagi menjadi
empat kompetensi dasar (KD). Salah satu KD tersebut adalah menulis
gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf
argumentatif. Melalui KD tersebut, siswa diharapkan mampu menulis
paragraf argumentasi dengan baik dan benar.

Ketiga, upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis pada
siswa telah banyak dilakukan. Hal ini terbukti dengan banyaknya
penelitian yang dilakukan oleh para ahli maupun mahasiswa. Di
antaranya adalah Basri (2000) melakukan penelitian yang berjudul
“Kemampuan Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Kawai XVI Menulis
Wacana Argumentasi”. Kemudian, Nilma (2000) melakukan penelitian
berjudul “Kemampuan Siswa Kelas II SLTP Negeri Banda Aceh
Menulis Wacana Deskripsi”. Berikutnya, Yuanna (2009) melakukan
penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas
X MAN Tungkob Menulis Wacana Naratif dengan Metode Mind
Mapping”. Selanjutnya, Latif (2010) melakukan penelitian yang
berjudul “Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kuta Cot
Glie Mengembangkan Paragraf Argumentasi”. Hampir semua hasil
penelitian yan dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan siswa
menulis paragraf masih berada dalam kategori cukup dan kurang.

138 Metode Penelitian


Click to View FlipBook Version