SI BADUNG JADI PENGAWAS
by: Enid Blyton
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2002
Djvu: kiageng80
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
DAFTAR ISI
1. Arabella
2. Kembali ke Whyteleafe
3. Empat Orang Anak Baru
4. Rapat Besar
5. Arabella Terlibat Kesulitan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
6. Arabella Melapor
7. Rapat Besar Memutuskan
8. Elizabeth Memasang Jebakan
9. Kejutan untuk Elizabeth
10. Pertengkaran
11. Muslihat Julian
12. Elizabeth Mendapat Malu
13. Rahasia Arabella
14. Obat Bersin
15. Rapat yang Mengguncangkan
16. Elizabeth Menghadap Rita dan William
17. Berhati Emas
18. Julian Berlaku Sangat Lucu
19. Julian Mendapat Guncangan Batin
20. Julian Berikrar
21. Pengakuan Martin
22. Martin Semakin Mengherankan
23. Pertandingan Sekolah dan Hal-hal Lain
24. Martin Memperoleh Kesempatan
25. Pengalaman Elizabeth
26. Akhir yang Membahagiakan
1. Arabella
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pertengahan liburan Natal, Elizabeth sudah hampir
bosan. Ia telah menonton pantomim, sirkus, tiga kali
menghadiri pesta.... Ia sudah ingin kembali ke
sekolahnya, Sekolah Whyte-leafe.
Setelah terbiasa tinggal di asrama, maka kehidupan
di rumah sebagai anak tunggal memang membuatnya
sangat kesepian. Ia rindu pada suara tawa dan senda
gurau riuh rendah yang terjadi pada setiap
pertandingan apa pun.
"Ibu, aku memang senang tinggal di rumah," katanya
pada ibunya, Nyonya Allen. "Tetapi aku sudah sangat
rindu pada Kathleen, Belinda, Nora, Harry, John, dan
Richard. Masih untung Joan agak sering kemari.
Tetapi kini kemenakannya datang mengunjunginya,
jadi takkan mungkin ia datang lagi."
Dan Ibu memberinya suatu berita yang tak terduga.
"Aku tahu kau kesepian," kata Ibu, "karenanya telah
kuatur agar seseorang akan datang kemari,
menemanimu selama dua minggu terakhir dari masa
liburan ini."
"Oh, Ibu! Siapa?" seru Elizabeth heran. "Seseorang
yang kukenal?"
"Bukan," jawab Ibu. "Seorang anak yang akan
bersekolah pula di Sekolah Whyteleafe semester
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
depan ini. Namanya Arabella Buckley Aku yakin kau
akan menyukainya."
"Ceriterakanlah tentang dia," kata Elizabeth, masih
keheran-heranan. "Mengapa Ibu tidak bercerita
sebelum ini?"
"Keputusan tentang itu saja baru dibuat, tergesa-
gesa!" kata Ibu. "Kau tahu Nyonya Peters, bukan?
Nah. Saudara perempuannya akan pergi ke Amerika,
tetapi anaknya akan ditinggal di sini. Ia ingin agar
anak itu di asramakan saja selama setahun atau
mungkin lebih lama."
"Dan ia memilih Sekolah Whyteleafe!" seru Elizabeth.
"Tepat sekali. Itulah sekolah terbaik di dunia ini,
menurut pendapatku."
"Aku pun berkata begitu pada Nyonya Peters," kata
Ibu, "dan ia bercerita pada saudaranya-Nyonya
Buckley. Nyonya Buckley langsung menemui kedua
guru kepala di sekolahmu, Bu Belle dan Bu Best... "
"The Beauty and the Beast," kata Elizabeth sambil
menyeringai.
"Dan jadilah, Arabella akan bersekolah di Whyteleafe
semester ini," kata Ibu. "Karena Nyonya Buckley
harus segera berangkat ke Amerika, aku mengusulkan
agar untuk sementara Arabella tinggal di sini saja-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
selain agar bisa menemani kau, juga agar kau bisa
berceritera padanya tentang Sekolah Whyteleafe."
"Ibu, kuharap saja ia seorang anak yang
menyenangkan," kata Elizabeth. Menghabiskan liburan
dengan seseorang hanyalah menggembirakan kalau
kita senang pada orang itu."
"Oh, aku telah melihat Arabella," kata Ibu. "Cantik
sekali, ringkah lakunya juga sangat halus, sopan
santun. Pakaiannya selalu rapi dan bagus-bagus."
"Oh," kata Elizabeth, yang sering sekali tak rapi
berpakaian dan terlalu tak sabaran untuk bisa berlaku
sopan. "Ibu, kukira aku takkan bisa menyukainya.
Biasanya anak yang terlalu bagus berpakaian tak bisa
melakukan suatu permainan atau kegiatan lainnya."
"Tunggu saja nanti," kata Ibu. "Bagaimanapun, dia
akan datang besok. Sambutlah ia baik-baik dan
ceriterakanlah tentang Whyteleafe padanya. Ia pasti
senang mendengarkannya."
Mau tak mau Elizabeth mengharap-harap juga
kedatangan Arabella, walaupun anak itu
kedengarannya sok aksi. Elizabeth menaruh bunga di
kamar yang akan ditempati Arabella, dan di samping
tempat tidurnya diletakkannya beberapa buah buku
kesayangannya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Alangkah senangnya menceritakan tentang Sekolah
Whyteleafe kepada seseorang," pikir Elizabeth. "Aku
begitu bangga akan Whyteleafe. Sungguh asyik
sekolah di sana. Dan oh- semester depan ini aku akan
jadi Pengawas!"
Si Penaik Darah yang tak sabaran itu memang telah
terpilih untuk jadi Pengawas dalam semester yang
akan datang. Ini di luar dugaannya, dan membuatnya
sangat bahagia. Sering ia memikirkan hal itu. Diam-
diam ia merencanakan akan menjadi Pengawas yang
baik, bijaksana, dan terpercaya dalam semester yang
akan datang itu.
"Aku takkan bertengkar dengan siapa pun, tak akan
berandalan, tak boleh mengamuk!" Elizabeth berjanji
dalam hati. Ia tahu benar sifat-sifatnya sendiri. Dan
memang setiap anak di Sekolah Whyteleafe belajar
untuk mengenali diri mereka sendiri lebih baik, agar
bisa memperbaiki bila mereka memiliki sifat-sifat
yang tidak baik-tanpa mengetahui sifat-sifat
seseorang, bagaimana kita bisa tahu ada hal yang
harus diperbaiki?
Keesokan harinya Elizabeth menunggu kedatangan
Arabella dari balik jendela. Menjelang sore hari,
sebuah mobil yang tampak mewah memasuki
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pekarangan dan berhenti di depan pintu. Sopirnya
keluar, membukakan pintu belakang. Dan keluarlah
seorang gadis kecil yang lebih mirip seorang putri
daripada seorang murid.
"Astaga!" seru Elizabeth pada dirinya sendiri,
memperhatikan seragam biru yang dipakainya.
"Astaga! Aku takkan pernah bisa menandingi
Arabella!"
Arabella memakai mantel biru yang indah, dengan
leher berlapis bulu putih lembut. Ia memakai sarung
tangan bulu, dan topi bulu berwarna putih pula
menutupi kepalanya yang berambut pirang ikal.
Matanya sangat biru, bulu matanya lentik melengkung
ke atas. Gayanya agak angkuh saat ia melangkah
keluar dari mobil.
Ia melihat rumah Elizabeth seolah-olah rumah
tersebut tak berkenan di hatinya. Sopir membunyikan
bel, dan meletakkan sebuah ko-por besar dan sebuah
tas di depan pintu.
Tadinya Elizabeth merencanakan untuk berlari turun
dan menyambut hangat Arabella. Tadinya ia
merencanakan untuk memanggil Arabella "Bella",
sebab ia berpikir Arabella sebuah nama yang agak
tolol, mirip nama boneka. Tetapi kini ia mengubah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pikirannya. Rasanya tak patut Arabella dipanggil
"Bella".
"Arabella lebih pantas," pikir Elizabeth. "Ia memang
agak mirip boneka dengan rambut keemasan, mata
biru, mantel indah, dan topinya. Kukira aku takkan
menyukainya. Terus terang saja-aku sedikit takut
padanya!"
Aneh. Biasanya Elizabeth tak pernah takut pada apa
pun atau siapa pun. Tetapi memang ia belum pernah
bertemu seseorang seperti Arabella Buckley.
"Walaupun ia tak lebih tua dariku, ia tampak seperti
orang dewasa, berjalan seperti orang dewasa, dan aku
tahu pasti ia juga berbicara seperti orang dewasa.
Oh, tidak! Aku tak mau menjemputnya!" pikir
Elizabeth.
Elizabeth tidak turun menjemput Arabella. Seorang
pelayan membukakan pintu. Kemudian Nyonya Allen
bergegas keluar untuk menyambut tamu itu.
Nyonya Allen mencium Arabella, dan bertanya apakah
perjalanannya melelahkan.
"Oh, tidak, terima kasih," jawab Arabella dengan
suara jelas dan ucapan sempurna. "Mobil kami sangat
nyaman dan aku membawa cukup penganan untuk
makan di perjalanan. Sungguh baik hati Anda mau
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menerimaku di sini, Nyonya Allen. Kudengar Nyonya
memiliki seorang anak sebaya dengan aku."
"Ya," kata Nyonya Allen, "mestinya ia sudah turun
untuk menyambutmu. Elizabeth! Elizabeth, di mana
engkau? Arabella sudah tiba!"
Elizabeth terpaksa turun. Ia berlari menuruni tangga
seperti kebiasaannya, dua-dua, dan mengentakkan
kaki keras-keras sewaktu tiba di lantai bawah.
Diulurkannya tangannya pada Arabella yang seakan
sangat terkejut oleh kemunculannya yang begitu tiba-
tiba.
"Elizabeth, cobalah biasakan dirimu turun tangga
dengan baik," kata Nyonya Allen. Setiap hari paling
sedikit Nyonya Allen harus mengucapkan kalimat itu
dua belas kali. Elizabeth selalu melupakannya, selalu
tak bisa naik atau turun atau pergi ke mana pun di
dalam rumah tanpa mengeluarkan suara ribut. Nyonya
Allen berharap agar Arabella yang manis, sopan, serta
lembut ini bisa menularkan kesopanan serta
kelembutannya pada Elizabeth.
"Halo!" sapa Elizabeth. Arabella mengulurkan lemah
tangannya.
"Selamat sore," katanya. "Apa kabar?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya ampun," pikir Elizabeth. "Rasanya seolah-olah ia
itu seorang putri yang sedang mengunjungi salah
seorang rakyatnya yang melarat! Jangan-jangan
sehabis ini ia akan menganugerahkan semangkuk sup
hangat dan syal tebal untukku!"
Tetapi-mungkin juga kekakuan itu hanya karena
Elizabeth merasa malu. Elizabeth berpikir lebih baik
ia memberi Arabella kesempatan untuk menunjukkan
pribadinya sebelum menjatuhkan keputusan.
"Kan sudah sering aku menentukan bagaimana pribadi
seseorang yang kukenal-dan ternyata dugaanku itu
sangat meleset," pikirnya lagi. "Aku sudah berbuat
begitu banyak kesalahan dalam menilai pribadi orang,
di masa dua semesterku di Whyteleafe. Kini aku akan
hati-hati."
Maka ia hanya tersenyum pada Arabella, dan
mengajaknya ke atas, ke kamarnya, untuk mencuci
muka, dan bercakap-cakap.
"Aku yakin kau sangat bersedih ditinggalkan ibumu ke
Amerika," kata Elizabeth ramah. "Sayang sekali kau
tak ikut, ya. Tetapi untung juga kau akan bersekolah
di Whyteleafe. Aku yakin kau akan senang di sana."
"Aku bisa menentukan sendiri apakah aku senang di
sana atau tidak nanti bila aku sudah di sana," kata
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Arabella. "Kuharap saja anak-anak di sana cukup
baik."
"Tentu saja, walaupun misalnya ada yang datang ke
Whyteleafe dengan tabiat buruk, biasanya tak lama
bersama-sama kami berhasil mengubah tabiat buruk
itu," kata Elizabeth. "Dulu, misalnya, ada satu-dua
anak cowok yang nakal. Tapi kini mereka telah
menjadi sahabat baikku."
"Anak cowok?" seru Arabella seolah sangat takut.
"Kukira Whyteleafe itu khusus untuk anak perempuan
saja! Aku benci pada anak-anak cowok!"
"Memang... Sekolah Whyteleafe sekolah campuran,
anak laki-laki dan perempuan jadi satu," kata
Elizabeth. "Cukup menyenangkan. Kau takkan
membenci anak cowok bila sudah terbiasa."
"Kalau ibuku tahu Whyteleafe sekolah campuran,
pasti aku takkan dikirimkannya ke sana," kata
Arabella dengan suaranya yang jernih bernada
angkuh. "Anak-anak cowok hanyalah makhluk-makhluk
bertabiat kasar, tidak sopan, kotor, tidak rapi, dan
selalu heboh."
"Oh, ya, tetapi anak perempuan kadang-kadang begitu
juga," kata Elizabeth sabar. "Soal heboh itu, tunggu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
saja nanti. Lihat aku kalau sedang menonton
pertandingan. Aku akan lebih heboh dari anak cowok!"
"Kedengarannya sekolah itu sungguh mengerikan,"
kata Arabella. "Tadinya aku sudah berharap Ibu akan
mengirimkan aku ke Grey Towers. Sekolah yang
bagus. Dua orang temanku bersekolah di sana. Mereka
mempunyai kamar tidur yang indah. Makanan yang
enak. Pokoknya mereka diperlakukan sebagai putri!"
"Kalau kau beranggapan kau akan diperlakukan
sebagai putri di Whyteleafe, maka kau salah besar,"
kata Elizabeth tajam. "Kau akan diperlakukan
sewajarnya, seperti apa adanya, seperti seorang anak
yang bersekolah karena ingin belajar! Dan kalau kau
sok aksi di sana, kau akan segera menyesal, Nona
Besar."
"Kau sungguh tidak sopan berkata begitu padaku,
padahal aku baru saja datang," kata Arabella
mengangkat muka dengan gaya yang membuat
Elizabeth merasa sangat marah. "Kalau begitu tingkah
laku yang diajarkan di Whyteleafe, aku yakin aku
takkan tahan di sana. Mungkin takkan sampai satu
semester."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Aku harap kau takkan sampai seminggu di sana,"
tukas Elizabeth, tetapi ia segera menyesal karena
kehilangan kesabaran.
"Ya ampun!" pikirnya. "Sungguh suatu permulaan
buruk bagiku. Aku harus hati-hati!"
2. Kembali ke Whyteleafe
Arabella dan Elizabeth ternyata memang tidak cocok
menjadi teman dekat. Tak ada yang disukai Elizabeth
pada diri Arabella, dan agaknya bagi Arabella,
Elizabeth adalah makhluk yang wajib dibenci segala-
galanya.
Sialnya Nyonya Allen sangat menyukai Arabella-dan
harus diakui gadis cilik itu memang tingkah lakunya
sangat sopan. Bila Nyonya Allen memasuki kamar di
mana ia berada, Arabella cepat-cepat berdiri
menghormat, membukakan atau menutupkan pintu
untuknya, mengambilkan atau membawakan barang-
barangnya dengan memberi kesan sangat manis serta
sopan.
Semakin sopan Arabella, semakin kasar tingkah laku
Elizabeth. Dan melihat itu Nyonya Allen mulai
menegurnya dan ini membuatnya sangat marah.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kalau saja kau mau meniru tingkah laku sopan santun
Arabella, anakku," kata Nyonya Allen. Atau, "Kuharap
tingkahmu lebih halus, seperti Arabella itu,
Elizabeth, dan tidak selalu ribut saja." Atau "Kuharap
kau sudi menungguku sampai selesai berbicara, tidak
memotong begitu saja...,"
Semua ini membuat Elizabeth geram, muram, murung.
Ini dilihat oleh Arabella, dan sengaja ia mempertajam
perbedaan dirinya dengan Elizabeth, dengan
tingkahnya yang lemah-lembut serta sangat sopan.
Seminggu berlalu. Semua orang di rumah Elizabeth
sangat menyukai Arabella. Bahkan Nyonya Jenks juga,
juru masak yang biasanya sangat pemarah.
"Nyonya Jenks menyukaimu hanya karena kau
menjilat dia," kata Elizabeth cemberut saat Arabella
datang dari dapur dan berkata bahwa juru masak itu
sedang membuatkan dia kue kesukaannya.
"Aku tidak menjilat," kata Arabella dengan lagu suara
lemah lembut seperti biasanya. "Dan Elizabeth,
kurasa sangat tidak sopan berbicara seperti itu.
Menjilat! Benar-benar suatu perkataan yang sangat
menjijikkan!"
"Oh, tutup mulutmu!" tukas Elizabeth dengan kasar.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Arabella menghela napas panjang. "Sungguh menyesal
aku diharuskan masuk Whyteleafe. Kalau semua
muridnya seperti kau, aku yakin aku takkan senang
tinggal di sana."
Elizabeth bangkit. "Dengar, Arabella," katanya, "aku
akan berceritera tentang sekolahku itu. Dengar baik-
baik agar kau tahu benar apa yang akan kaualami nanti
di sana. Aku yakin kau takkan menyukai sekolahku,
dan sekolahku pun takkan menyukaimu. Maka kuharap
kau sudah cukup merasa kuperingatkan, agar kau bisa
lebih mempersiapkan diri,"
"Baik. Coba ceriterakan, " kata Arabella, tampak agak
ketakutan.
"Apa yang akan kuceriterakan pasti akan membuat
banyak anak senang," kata Elizabeth. "Semuanya
serba masuk akal dan adil. Tetapi aku yakin Nona
Besar seperti kamu tak akan menyukai semuanya."
"Jangan panggil aku seperti itu!" kata Arabella gusar.
"Pokoknya dengarkanlah," kata Elizabeth. "Di
Whyteleafe ada seorang Ketua Murid Laki-laki, yaitu
William, dan seorang Ketua Murid Perempuan,
bernama Rita. Mereka anak-anak yang cerdas dan
pandai serta berkelakuan sangat baik. Kemudian ada
juga dua belas orang Pengawas."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Siapa mereka itu?" Arabella mendengus seakan-akan
para Pengawas itu menyiarkan bau yang tak enak
"Para Pengawas adalah anak-anak yang dipilih oleh
murid-murid seluruh sekolah untuk menjadi
pemimpin," kata Elizabeth. "Mereka dipilih karena
dipercaya, dan dianggap baik hati dan bijaksana.
Mereka mengawasi agar murid-murid lain mengikuti
semua peraturan yang ada. Mereka juga mengikuti
peraturan-peraturan tersebut dan mereka membantu
William dan Rita untuk memutuskan hukuman atau
hadiah yang diberikan pada murid-murid dalam setiap
Rapat Besar."
"Apakah Rapat Besar itu?" Arabella membelalakkan
mata keheranan.
"Semacam DPR atau Parlemen sekolah. Kami
mengadakan sidang setiap minggu. Semua murid harus
hadir," Elizabeth bangga sekali bisa berceritera pada
Arabella. "Dan dalam tiap sidang kami memasukkan
semua uang kami ke sebuah kotak uang. ...Begitulah
peraturannya... "
"Apa? Memasukkan semua uang kita pada kotak uang
sekolah?" Arabella sangat heran. "Uangku banyak
sekali. Aku takkan mau memberikan semua uangku. !
Sungguh peraturan gila!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Memang bisa saja kaupikir begitu, mula-mula...," kata
Elizabeth, teringat betapa ia juga sangat membenci
peraturan tersebut pada mulanya. "Tetapi
sesungguhnya itu suatu peraturan yang sangat baik.
Sungguh tidak adil bukan, kalau ada murid-murid yang
punya uang saku banyak sekali, sementara murid yang
lain hampir tak punya sama sekali?"
"Mengapa tidak adil, kan itu uang kita sendiri,"
bantah Arabella, yang tahu benar ia pasti termasuk di
antara beberapa orang anak yang terkaya di sekolah
itu.
"Kita membuat peraturan yang sangat adil," kata
Elizabeth. "Semua uang kita kumpulkan, kemudian tiap
minggu kita akan diberi uang saku masing-masing dua
shilling, diambilkan dan kotak uang tadi. Kita boleh
membelanjakannya semau kita. Dan dengan begitu
semua murid punya uang saku yang sama."
"Hanya dua shilling?!" seru Arabella sangat ngeri.
"Kalau kau memerlukan untuk suatu keperluan yang
sangat mendesak, maka kau mesti mengatakannya
pada ketua murid. Mereka memutuskan apakah
keperluanmu itu memang bisa mereka setujui. Bila
disetujui, maka kau akan menerima uang yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kauperlukan, bila tidak, yah, kau takkan
memperolehnya."
"Apa lagi yang kaulakukan dalam Rapat Besar itu?"
tanya Arabella. "Kedengarannya kok semakin
mengerikan. Apakah guru-kepala menentukan
sesuatu?"
"Kalau kita minta," kata Elizabeth. "Para guru memang
ingin agar kita membuat peraturan kita sendiri,
merencanakan hukuman yang harus dilakukan atau
penghargaan yang harus diberikan. Misalnya saja,
Arabella, misalnya kau bersikap terlalu angkuh untuk
apa saja... maka kami akan mencoba menyembuhkanmu
dengan jalan ..."
"Jangan coba-coba menyembuhkanku atau berbuat
sesuatu padaku," tukas Arabella. "Kaulah
sesungguhnya yang harus disembuhkan dari banyak
hal. Heran, mengapa tidak dari dulu para Pengawas itu
menyembuhkanmu. Mungkin semester ini mereka akan
tahu tentang dirimu."
"Aku telah dipilih menjadi Pengawas," kata Elizabeth
bangga. "Aku salah satu anggota dewan juri. Kalau
sampai ada keluhan tentang dirimu, maka aku punya
kekuasaan untuk mempertimbangkan keluhan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tersebut, serta ikut menentukan apakah kau harus
dihukum atau tidak. .."
"Anak berandalan seperti kau mengadili aku?"
Arabella merah mukanya. "Kau tak tahu cara berjalan
yang baik, kau tak mengerti sopan santun, kau
tertawa terlalu keras. .. "
"Oh, tutup mulutmu," kata Elizabeth. "Memang aku
tidak selemah lembut dan sehalus kau, tapi aku tidak
menjilat pada semua orang dewasa yang kujumpai, aku
tidak suka berpura-pura hanya untuk mengambil hati
orang, aku tidak bertingkah dan berpakaian
berlebihan seperti boneka yang berkata 'Mama'
setiap kali kita tarik talinya ... "
"Elizabeth Allen!" seru Arabella. "Kalau saja aku
berandalan seperti kamu, sudah pasti kulempar
kepalamu karena berkata seperti itu!" Ia
mengentakkan kaki marah.
"Aku lebih suka kalau kau melempar kepalaku," kata
Elizabeth. "Bagiku kau lebih bagus jadi apa saja,
kecuali boneka kesayangan Mama seperti sekarang
ini."
Arabella menghambur ke luar kamar, dan untuk
pertama kalinya lupa sopan santun, mengempaskan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pintu keras-keras. Sesuatu yang belum pernah
dilakukannya sebelumnya. Elizabeth menyeringai.
Tetapi kemudian ia termenung berpikir-pikir.
"Kau harus hari-hari, Elizabeth Allen," ia berkata
pada dirinya sendiri. "Kau paling pandai mencari
musuh, tetapi kau tahu benar bahwa bermusuhan
hanyalah memberikan pertengkaran serta kesedihan.
Arabella memang anak tolol-angkuh, dungu, tak
berotak-tetapi biarkan Whyteleafe menanganinya,
jangan mencoba bertindak sendiri. Cobalah bersikap
bersahabat dengannya. Bantulah dia."
Maka Elizabeth mencoba melupakan bahwa ia sangat
tidak senang pada si Angkuh Arabella, boneka hidup
yang selalu bersolek itu. Tetapi tak urung ia merasa
sangat lega waktu tiba hari berangkat ke sekolah.
Sungguh tak menyenangkan untuk setiap hari
berteman dengan seseorang seperti Arabella. Di
sekolah ia akan dikelilingi oleh lusinan anak lain, yang
gembira ria bersahabat. Di sekolah ia takkan
terpaksa harus berbicara dengan Arabella seorang.
"Ia lebih tua dariku," pikir Elizabeth sambil
mengenakan seragamnya dengan gembira. "Mungkin ia
akan masuk ke kelas yang lebih tinggi dariku."
Seragamnya sangat apik rasanya. Mantel biru tua
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dengan tepi bergaris kuning pada ujung lengan serta
leher. Topinya juga biru tua berpita kuning. Stocking-
nya berwarna cokelat, demikian pula sepatunya.
"Menyebalkan sekali seragam berwarna gelap begini
ini," kata Arabella seakan jijik. "Suram benar! Di Grey
Towers, sekolah yang sesungguhnya sangat
kuinginkan, semua anak perempuannya diperbolehkan
memakai apa saja yang mereka sukai."
"Betapa tololnya peraturan itu," dengus Elizabeth.
Diperhatikannya Arabella. Dengan memakai seragam
sekolah, dan bukannya pakaian mewah indah seperti
biasanya, Arabella tampak lebih manis dan segar.
"Aku lebih suka melihatmu memakai seragam," kata
Elizabeth. "Dengan memakai seragam kau seperti
anak-anak biasa."
"Elizabeth, kau selalu berkata aneh," Arabella
berkata dengan wajah heran. "Aku toh memang anak
biasa ..."
"Kukira tidak begitu," kata Elizabeth memandang
tajam pada Arabella. "Kau yang asli tersembunyi di
balik tingkah laku sopan santun yang kaubuat-buat
itu. Bahkan aku tak yakin apakah kau punya pribadi
atau tidak."
"Kau ini sungguh aneh!" kata Arabella.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Anak-anak... kalian sudah siap?" seru Nyonya Allen.
"Mobil sudah menunggu kalian di pintu gerbang!"
Mereka turun ke lantai bawah, membawa tas-tas
jinjingan. Semua murid memang terpaksa membawa
tas* jinjingan kecil berisi pakaian yang segera mereka
perlukan, sebab kopor besar mereka pasti baru akan
selesai dibuka dan diambil isinya keesokan harinya.
Mereka juga menjinjing tongkat lacrosse dan hockey,
walaupun Arabella sesungguhnya berharap agar ia tak
wajib melakukan kedua permainan itu. Ia memang
tidak menyukai permainan olahraga apa pun.
Mereka naik kereta api ke London. Dan di stasiun
besar kota itu mereka bertemu dengan murid-murid
Whyteleafe yang juga akan kembali ke sekolah. Bu
Ranger, wali kelas Elizabeth, telah berada di situ juga
dan menyapa Elizabeth.
"Ini Arabella Buckley," Elizabeth memperkenalkan
Arabella. Semua berpaling memperhatikan Arabella.
Betapa rapi dan manisnya anak itu. Tak selembar
rambut pun keluar dari jalurnya, tak ada satu kerutan
pun di stocking-nya, tak ada setitik noda pun di
pipinya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Halo, Elizabeth!" tiba-tiba terdengar seseorang
berseru. Joan! Dan sahabat Elizabeth itu langsung
merangkulnya.
"Halo, Elizabeth! Halo, Elizabeth!"
Satu per satu para sahabat akrab Elizabeth muncul,
menyapanya dengan riang. Mereka sangat girang
bertemu kembali dengan si cewek yang dahulu pernah
menjadi cewek paling badung di sekolah. Harry
menepuk punggungnya. Begitu juga Robert.
John bertanya apakah ia berkebun selama liburan ini.
Kathleen mendekat dengan pipi kemerah-merahan
serta lesung pipit yang tampak manis. Richard
melambaikan tangan padanya, saat ia memasuki
gerbang dengan membawa tempat biolanya.
"Oh, sungguh senang kembali ke sekolah," pikir
Elizabeth. "Dan dalam semester ini... aku jadi
Pengawas! Aku harus lebih berhasil lagi. Akan kubuat
si Sok Aksi Arabella itu meng-hormatiku."
"Ayo, cepat naik ke gerbong!" seru Bu Ranger. "Cepat
berpamitan dan masuk semua!"
Petugas meniup peluit. Kereta mendesis bergerak.
Mereka berangkat ke Whyteleafe!
3. Empat Orang Anak Baru
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Salah satu hal yang paling menarik di awal suatu
semester adalah pertanyaan: apakah ada anak baru?
Siapa mereka? Bagaimanakah pribadi mereka? Masuk
ke kelas berapa?
Semua murid lama mencari-cari anak baru. Arabella,
tentu. Dan ada tiga orang lagi, dua laki-laki dan
seorang perempuan.
Elizabeth sebagai seorang Pengawas merasa bahwa
adalah salah satu tugasnya untuk membuat anak-anak
baru itu segera merasa betah tinggal di Whyteleafe.
Begitu mereka semua tiba di Whyteleafe, ia segera
mengatur segalanya.
"Kathleen, tunjukkan kamar tidur Arabella, dan
katakan padanya peraturan-peraturan yang ada. Aku
akan membantu ketiga anak lainnya itu. Robert, kau
bisa membantuku, bukan? Hari ini kau harus mengurus
dua orang anak baru."
"Baiklah," jawab Robert, menyeringai. Tampaknya ia
tumbuh dengan cepat selama liburan ini. Kini ia
bertubuh tinggi dan besar. Ia sangat gembira kembali
ke Whyteleafe, sebab di sini ia bisa merawat kuda-
kuda yang sangat dicintainya. Ia berharap semester
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ini ia diperbolehkan merawat kuda-kuda tersebut
seperti pada semester sebelumnya.
Elizabeth berpaling pada anak-anak baru. Arabella
telah pergi dengan Kathleen, dengan tampak sedikit
ketakutan. Tiga orang anak baru lainnya berkumpul
kikuk. Salah seorang di antaranya menirukan ayam
berkotek. Persis sekali!
"Hei, sungguh-sungguh seperti ayam!" seru Elizabeth
heran. "Seolah-olah kau baru saja bertelur!"
Anak itu tersenyum. "Aku bisa menirukan hampir
semua suara binatang," katanya. "Namaku Julian
Holland. Kau siapa?"
"Elizabeth Allen," kata Elizabeth. Ia sangat tertarik
pada anak baru itu. Seorang yang paling tidak rapi
yang pernah dilihatnya! Rambutnya panjang tak
terurus, terjurai ke dahi, matanya hijau tua,
bersinar-sinar bagaikan mata kucing. "Tampaknya ia
sangat cerdas," pikir Elizabeth. "Aku yakin dengan
mudah ia bisa merebut nomor satu, bila berada di
kelas Bu Ranger."
Julian menirukan suara ayam kalkun. Pak Lewis guru
musik, yang kebetulan lewat, tampak sangat terkejut,
melihat ke sana kemari. Julian menirukan suara biola
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sedang dicoba, dan Pak Lewis bergegas ke ruang
latihan, mengira ada yang bermain biola di tempat itu.
Elizabeth tertawa terpingkal-pingkal. "Oh, kau
sungguh pandai!" katanya. "Mudah-mudahan kau
sekelas denganku."
Anak baru yang seorang lagi, Martin, sangat
berlawanan dengan Julian. Martin tampak begitu
bersih dan rapi. Rambutnya disisir rapi, matanya biru
jernih. Mata tersebut letaknya berdekatan, tetapi
memberi kesan menyenangkan. Elizabeth segera
menyukainya.
"Namaku Martin Follet," Martin memperkenalkan diri
dengan suara yang menyenangkan.
"Dan aku Rosemary Wing," kata anak baru yang
perempuan, malu-malu. Wajahnya cantik, bibirnya
seakan selalu tersenyum, tetapi matanya sedikit
kekecilan serta tampaknya tak berani menatap
pandangan anak lain. Elizabeth mengira pastilah anak
ini sangat pemalu. Tetapi hal itu pasti akan segera
hilang di sini.
"Robert, tolong antar Julian dan Martin ke asrama
putra," kata Elizabeth. "Aku akan mengantarkan
Rosemary. Terangkan segala sesuatunya pada mereka,
jangan tinggalkan mereka sampai keduanya mengerti
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
arah-arah yang benar di sini, misalnya tempat ruang
makan dan hal-hal seperti itu ..."
"Baiklah, Pengawas," Robert menyeringai lebar.
Elizabeth merasa bangga. Sungguh hebat rasanya jadi
Pengawas.
"Oh, apakah kau seorang Pengawas?" tanya Rosemary,
berlari-lari kecil di samping Elizabeth. "Itu suatu
kedudukan-khusus, bukan?"
"Ya, begitulah," kata Elizabeth. "Aku adalah
Pengawas-mu, Rosemary. Jadi kalau kau mendapat
kesulitan atau persoalan, datanglah padaku. Aku akan
mencoba dan berusaha untuk membantumu."
"Bukankah kita harus membawa persoalan kita ke
Rapat Besar?" tanya Rosemary yang agaknya telah
mendengar tentang itu dari percakapan di kereta api
tadi.
"Oh, ya, tetapi lebih baik kalau sebelum kaubawa ke
Rapat Besar, kaurundingkan dulu dengan aku," kata
Elizabeth. "Sebab kita hanya boleh membawa
persoalan yang benar-benar sulit ke Rapat Besar. Lagi
pula, bukannya pengaduan karena sakit hati. misalnya.
Mungkin kau tak bisa membedakan mana yang bisa
diajukan dan mana yang tidak."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Benar juga. Kukira itu cukup baik bagiku," kata
Rosemary.
"Manis benar anak ini," pikir Elizabeth, sementara ia
mengajari anak itu di mana dan bagaimana harus
menyimpan barang-barangnya di kamar tidur. "Di atas
meja rias tak boleh ada benda lebih dari enam buah.
Ingat itu, Rosemary. Kau harus memilih mana yang
akan kautaruh di atasnya."
Sungguh menyenangkan bahwa kini dialah yang
menuturkan berbagai peraturan. Elizabeth teringat
saat dulu Nora, Pengawasnya, menerangkan berbagai
peraturan tersebut dan bagaimana ia langsung
berusaha untuk melanggarnya. Misalnya saja, ia
menaruh sebelas benda di meja rias, dan bukannya
enam! Betapa tololnya dia waktu itu, betapa beraninya
memberontak!
"Baik, Elizabeth," kata Rosemary sambil mulai
mengatur barang-barangnya.
Di kamar tidur sebelah, Kathleen sedang mendapat
kesulitan dari Arabella yang sama sekali tak mau
menerima semua peraturan yang ada.
"Toh tak banyak peraturan yang harus kau-turuti,"
kata Kathleen kemudian. "Dan lagi kita sendirilah yang
membuat semua peraturan tersebut, jadi kita harus
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mematuhinya. Kalau perlu biar kupanggilkan Elizabeth.
Ia seorang Pengawas, dan pasti bisa lebih jelas lagi
menerangkan semuanya."
"Aku tak ingin bertemu dengan Elizabeth," kata
Arabella segera. "Sudah lebih dari cukup aku tinggal
bersamanya liburan ini. Mudah-mudahan ia tak
sekelas denganku."
Kathleen sangat mengagumi Elizabeth, walaupun
semester sebelumnya ia pernah sangat membenci
anak itu. Mendengar kata-kata Arabella itu, meluap
juga perasaan Kathleen.
"Jangan bicara seperti itu tentang para Pengawas,"
katanya tajam. "Kami memilih mereka berdasarkan
rasa senang serta kekaguman kami pada mereka. Lagi
pula, sungguh kau tak tahu adat berkata seperti itu
tentang orang yang pernah kautemui."
Belum pernah Arabella dikatakan tak tahu adat, maka
sekejap itu juga wajahnya jadi pucat dan tak tahu
harus berkata apa. Dipandangnya Kathleen dan dalam
hati ia memutuskan tak mau berkawan dengan anak
itu. Sesungguhnya, tak ada seorang pun di sekolah ini
yang patut menjadi kawannya. Kecuali si Kecil Manis
Rosemary yang juga anak baru itu. Arabella merasa
yakin Rosemary akan kagum pada cerita tentang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kekayaannya. Tentang pakaian yang indah-indah dan
liburan di luar negeri.
Hari-hari pertama berlalu cepat. Murid-murid baru
mulai betah. Pada mulanya beberapa orang memang
begitu rindu rumah, tetapi Sekolah Whyteleafe
mengerti sekali akan kebutuhan semua muridnya. Lagi
pula persahabatan di antara mereka begitu erat,
sehingga tak lama anak-anak baru mulai merasa betah
juga. Tak lama suara tawa dan percakapan hangat
terdengar di mana-mana.
Semua anak baru ternyata masuk ke kelas Elizabeth.
Bagus! Sungguh senang punya kawan baru. Dan dengan
menjadi seorang Pengawas, Elizabeth merasa akan
bisa membuat anak-anak baru itu kagum padanya.
Joan telah naik kelas, sehingga yang menjadi
Pengawas di kelas itu tinggal Elizabeth.
Bu Ranger, wali kelas, segera menilai anak-anak baru
tadi dan membicarakannya dengan Mam'zelle.
"Julian anak malas," katanya. "Sungguh sayang,
sebenarnya ia berotak cemerlang. Banyak yang bisa
dilakukannya, di luar pelajarannya. Tangannya bisa
membuat apa saja. Pernah saya lihat ia memamerkan
pesawat terbang kecil yang dibuatnya-bisa terbang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
melayang dengan indah! Kapal terbang itu mutlak hasil
karyanya sendiri, dari pemikiran awal sampai
pembuatannya. Tak ada yang mencontoh sedikit pun!
Begitulah. Berjam-jam ia menghabiskan waktu untuk
membuat permainan. Tetapi untuk menghabiskan satu
menit saja untuk belajar ilmu bumi atau sejarah, ia
tak mau!"
"Ah si Julian itu," kata Mam'zelle dengan gaya putus
asa, "saya tak suka padanya. Selalu membuat suara-
suara aneh."
"Suara aneh?" Bu Ranger heran. "Sampai saat ini ia
belum pernah bersuara aneh dalam pelajaran saya,
tetapi saya yakin suatu saat ia akan melakukannya
juga di kelas saya."
"Kemarin, waktu pelajaran saya, tiba-tiba terdengar
suara seperti anak kucing tersesat," kata Mam'zelle.
'"Ah, kasihan sekali,' kata saya, 'anak kucing itu
tersesat masuk ke kelas kita,' Dan selama sepuluh
menit saya mencarinya. Tetapi ternyata yang
mengeong adalah si Julian itu."
"Apa betul?" tanya Bu Ranger, sambil dalam hati
berpikir bahwa ia takkan memberi kesempatan pada
Julian melakukan hal itu di kelasnya. "Terima kasih
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
atas keterangan Anda. Saya akan memberi perhatian
khusus pada Julian."
Pembicaraan beralih pada Arabella. "Ia bagaikan
sebuah boneka yang kepalanya kosong," kata Bu
Ranger. "Saya berharap kita bisa mengubah
pribadinya dan menuntunnya agar menjadi anak
pandai. Dari usianya seharusnya ia sudah berada di
kelas yang lebih tinggi. Tetapi cara berpikirnya agak
lambat, sehingga harus didorong dahulu agar bisa
mengikuti pelajaran di kelas selanjutnya. Agaknya ia
juga sangat bangga akan penampilannya. Selalu
merapikan rambut atau pakaian. Atau memamerkan
tingkah laku sopannya."
"Tetapi ia tak begitu buruk," kata Mam'zelle yang
sangat senang pada Arabella, karena Arabella pernah
tinggal di Prancis dan dapat berbahasa Prancis
dengan baik "Di negeriku, Bu Ranger, anak-anak
bertingkah lebih sopan daripada anak-anak di sini.
Dan sungguh senang untuk melihat ada anak yang
sesopan Arabella."
"Hmm," kata Bu Ranger, yang tahu bahwa Mam'zelle
jarang sekali berbicara tidak baik tentang anak-anak
yang bisa berbahasa Prancis dengan baik. "Bagaimana
pendapat Anda tentang Martin... dan Rosemary?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Oh, mereka manis-manis," kata Mam'zelle, yang
sangat senang akan sikap Rosemary yang selalu ingin
membuat senang gurunya dengan mematuhi apa saja
yang diperintahkan padanya. "Si Martin kecil itu... ia
begitu baik, selalu berusaha keras."
"Aku tak begitu yakin tentang dia," kata Bu Ranger.
"Kalau Rosemary, ya. Tetapi ia berkepribadian lemah.
Akan buruk akibatnya kalau ia mempunyai sahabat
yang tidak baik. Mudah-mudahan ia bersahabat
dengan Elizabeth Allen atau Jenny."
Begitulah. Guru-guru menilai murid baru. Murid lama
juga berbuat serupa. Julian sangat berhasil dalam
pergaulan. Ia seorang yang pemberani dengan
berbagai macam kepandaian yang bisa digunakannya
kapan saja ia mau. Otaknya cemerlang, cerdas dan
sering menemukan hal-hal yang baru. Selalu ada saja
ulah yang dilakukannya di kelas, yang membuat seisi
kelas tergelak-gelak atau terheran-heran.
"Sayang sekali dalam hal nilai pelajaran kau begitu
rendah, Julian," kata Elizabeth di akhir minggu itu.
"Kau sesungguhnya sangat pandai. Seharusnya kau
berada di kedudukan puncak."
Julian menatap Elizabeth dengan mata hijaunya yang
bersinar. "Untuk apa?" katanya. "Siapa yang sudi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menghapalkan tanggal-tanggal peristiwa yang sudah
lewat? Toh kelak bila aku dewasa aku takkan bisa
hidup dengan pelajaran sejarah, misalnya. Untuk apa
aku mempelajari gunung tertinggi di dunia? Toh aku
takkan mendakinya. Semua pelajaran tak ada gunanya.
Membosankan semua."
Elizabeth teringat bahwa ia seorang Pengawas. Ia
berkata sungguh-sungguh pada Julian, "Kau harus
rajin belajar, Julian. Cobalah untuk mengejar
ketinggalanmu."
Julian tertawa. "Kau mengatakan hal itu hanya karena
kau merasa bahwa dirimu seorang Pengawas! Kau
takkan bisa menjeratku dengan nasihat muluk-muluk.
Kau harus memberikan suatu alasan yang bisa
kumengerti, mengapa aku harus bekeja keras, baru
kemudian aku akan bekerja keras."
Merah wajah Elizabeth. Ia tak senang dikatakan
memberi nasihat muluk-muluk. Ia berpaling
meninggalkan Julian
Julian mengejarnya. "Jangan marah, aku hanya
menggodamu," katanya. "Dengar, Elizabeth. Joan,
sahabat karibmu, telah pindah ke kelas di atas kita.
Bagaimana kalau aku menggantikan sebagai
sahabatmu? Otakmu paling cerdas di kelas kita,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
setelah otakku, tentu. Dan kau menyenangkan. Jadilah
sahabatku."
"Baiklah," kata Elizabeth, sedikit bangga karena
Julian yang cerdas dan luar biasa ini ingin jadi
sahabatnya. 'Baiklah. Jadilah sahabatku. Pasti
menyenangkan bersahabat denganmu."
Memang menyenangkan bersahabat dengan Julian.
Tetapi di samping itu juga mengundang banyak
persoalan!
4. Rapat Besar
Arabella dan anak-anak baru lainnya menunggu Rapat
Besar mereka yang pertama dengan berdebar-debar.
Di sekolah mereka sebelumnya mereka tak mengenal
parlemen sekolah seperti yang ada di Whyteleafe ini,
di mana anak-anak mengatur sendiri kehidupan di
sekolah mereka. Tak habis-habisnya mereka
membayangkan dan mengira-ngira bagaimana Rapat
Besar itu.
"Kukira ini suatu peraturan yang bagus," kata Martin.
"Benar," kata Rosemary dengan suaranya yang lembut.
Ia selalu membenarkan kata orang lain, tak peduli apa
sesungguhnya yang mereka katakan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Peraturan tolol," tukas Arabella. Ia selalu
meremehkan apa saja yang ada di Whyteleafe, karena
sesungguhnya ia lebih senang pergi ke sekolah mewah
yang dikunjungi oleh sahabat-sahabatnya dulu.
Baginya Whyteleafe yang menganut tata cara
menurut akal waras itu sama sekali tak masuk
hitungan.
Di luar dugaan, Julian menyetujui pendapat Arabella.
Biasanya ia sama sekali tak ambil pusing tentang
Arabella, dengan keangkuhan dan tingkah
sombongnya. "Harus kukatakan di sini, aku sama sekali
tak peduli pada Rapat Besar itu," kata Julian.
"Tak ada bedanya bagiku, apa pun yang diputuskan.
Asal aku bisa melakukan apa yang kuiingini, aku takkan
menghalangi anak lain melakukan kesenangannya."
"Oh, Julian, kau pasti tak bermaksud seperti itu,"
kata Kathleen. "Kau kan mesti marah bila ada
seseorang merusak barang-barang buatanmu. Kau
pasti marah kalau seseorang memfitnahmu. Kau pasti
mengamuk!"
Julian tak senang bila pendapatnya dibantah.
Dikibaskannya rambutnya yang panjang, di-
kerutkannya hidungnya seperti biasa dilakukannya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bila ia gusar. Saat itu ia sedang membuat sebuah
perahu dengan sepotong kayu kecil. Bagaikan sulap
saja benda itu muncul di tangannya.
"Aku tak peduli ada anak yang memfitnah aku," kata
Julian. "Aku tak peduli tentang apa pun, asalkan aku
bisa melakukan apa saja yang kusukai."
"Kau memang lucu, dan aneh," kata Jenny. "Kalau
tidak jadi anak yang paling bodoh, kau pasti jadi anak
yang paling pandai- cuma hal ini jarang sekali. Tak
pernah kau setengah-setengah."
"Pernahkah ia benar-benar jadi yang terpandai?"
tanya Joan yang kini tidak sekelas dengan mereka itu.
"Waktu itu sedang pelajaran mencongak," Jenny
bercerita, "dan di pelajaran matematika ini biasanya
Julian tak pernah menjawab dengan benar. Tapi entah
kenapa, mungkin sedang ingin pamer, saat itu ia
menjawab semua soal dengan tepat dan cepat. Begitu
Bu Ranger selesai mengucapkan soalnya, langsung
Julian menjawab. Sampai-sampai anak lain tak
mendapat kesempatan!"
"Ya... dan Bu Ranger jadi sangat heran," kata Belinda.
"Beliau lalu membuat soal-soal yang makin lama makin
sulit, soal-soal yang biasanya baru bisa kita jawab
setelah berpikir dua-tiga menit. Tetapi Julian masih
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
juga bisa menjawab dengan cepat. Sungguh aneh
waktu itu."
"Tetapi justru karena itulah Bu Ranger marah besar
padanya. Karena di mata pelajaran matematika
berikutnya, ia sama sekali tak bisa menjawab satu
soal pun!" kata Kathleen.
Julian menyeringai. Ia memang anak luar biasa. Semua
anak menyukainya. Ada-ada saja ulahnya. Semua
memintanya untuk menirukan suatu suara di mata
pelajaran Bu Ranger, tapi ia menolaknya.
"Bu Ranger sudah bersiap-siap untuk itu," katanya.
"Aku tahu itu. Sungguh tak menyenangkan untuk
berbuat sesuatu bila orang segera tahu bahwa yang
berbuat itu aku. Sebaliknya bila orang sama sekali tak
tahu... nah, itu baru lucu. Seperti waktu pelajaran
Mam'zelle dulu itu. Tunggu dululah. Suatu hari aku
akan berbuat sesuatu untuk Bu Ranger. Setiap ulahku
harus tepat dengan siapa orang yang jadi sasaran."
Elizabeth juga mengharap kedatangan Rapat Besar
pertama itu. Ia ingin sekali berjalan menuju meja juri,
kemudian duduk di meja itu bersama para Pengawas
lainnya, di hadapan seluruh isi sekolah. Bukannya ia
sombong, melainkan ia sangat bangga. Dan itu wajar.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Bukankah itu suatu kehormatan," pikirnya. "Artinya
aku dipercayai oleh seluruh murid, dan semua
berpendapat bahwa aku patut menjadi Pengawas. Oh,
semoga semester ini berjalan dengan baik-baik saja,
tanpa persoalan apa-apa."
Waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Anak-anak mulai
mengalir memasuki bangsal senam. Dan masuklah
kedua belas Pengawas yang dengan wajah
bersungguh-sungguh duduk di meja juri, di depan
anak-anak lain. Dengan rasa benci Arabella melirik
pada Elizabeth. Si Berandal tak tahu adat itu jadi
Pengawas! Sungguh sinting!
Kemudian masuklah William dan Rita, Ketua Murid
yang akan bertindak sebagai hakim. Semua anak
berdiri memberi hormat.
Di tempat duduk paling belakang duduklah pimpinan
sekolah: Bu Best, Bu Belle, dan salah seorang guru,
Pak Johns. Mereka selalu tertarik pada apa yang
terjadi di Rapat Besar, tetapi mereka tak pernah ikut
campur. Ini rapat anak-anak- Di sini berlaku
peraturan yang dibuat anak-anak. Dan anak-anak juga
yang memberi hukuman atau penghargaan bagi
mereka yang patut menerimanya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tak banyak yang harus dibicarakan di Rapat Besar
pertama itu. Setiap anak diberitahu untuk
memasukkan semua uang yang mereka punyai ke dalam
kotak uang sekolah. Dengan penuh perhatian
Elizabeth melihat pada Arabella, saat ia mengedarkan
kotak untuk mengumpulkan uang. Ia ingat Arabella
pernah berkata takkan mau menyerahkan uangnya.
Apakah itu yang akan dilakukannya nanti?
Arabella duduk angkuh tak peduli. Waktu kotak uang
itu sampai padanya, ia memasukkan selembar uang
sepuluh-shilling dan dua-shilling. Ia sama sekali tidak
melihat pada Elizabeth.
Sebagian besar anak-anak itu mempunyai uang cukup
banyak. Memang begitu biasanya pada awal semester.
Anak-anak pergi ke sekolah dibekali hadiah uang dari
orangtua, bibi, atau paman mereka. Kotak uang terasa
cukup berat waktu dibawa kembali oleh Elizabeth ke
depan, diberikan pada William dan Rita.
"Terima kasih," kata William. Anak-anak kini agak
ribut berbicara. William mengetuk meja. Semua
segera hening. Tetapi... terdengar suara air
menggelegak!
Suara tersebut seolah-olah datang dari dekat Jenny,
Julian, dan Kathleen. William tampak keheran-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
heranan. Ia mengetuk mejanya sekali lagi. Tetapi
suara tadi masih terdengar. Malah lebih keras.
Elizabeth segera tahu bahwa suara tadi ulah Julian.
Dipandangnya anak itu. Tetapi Julian tampak tenang-
tenang saja, dan mulutnya tak bergerak sama sekali.
Bagaimana ia bisa bersuara tanpa menggerakkan
mulut? Elizabeth hampir tak bisa menahan geli.
"Aku tak boleh tertawa pada saat duduk di sini
sebagai Pengawas," katanya dalam hati. "Ampun!
Semoga Julian segera berhenti. Suaranya persis air
mendidih!"
Satu-dua anak mulai tertawa. William mengetuk meja
lebih keras. Elizabeth bertanya-tanya dalam hati,
apakah lebih baik ia mengatakan bahwa Julian yang
mengganggu rapat itu.
"Tetapi tak mungkin. Dia sahabatku. Aku tak mau dia
mendapat hukuman, walaupun aku adalah Pengawas-
nya," katanya dalam hati. Ia mencoba menarik
perhatian Julian, agar anak itu berpaling padanya.
Dan berhasil. Julian melihat Elizabeth. Elizabeth
melotot padanya, kemudian mengerutkan kening.
Sekali lagi Julian membuat suara air mendidih.
Kemudian diam. William sama sekali tak tahu siapa
yang membuat gaduh tadi. Ia melihat berkeliling.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Cukup lucu juga untuk mengganggu jalannya Rapat
Besar sekali saja," katanya, "tetapi bila diulang maka
sudah tidak lucu lagi. Kini kita sampai pada acara
pembagian uang."
Masing-masing murid maju untuk mengambil uang saku
mereka yang dua shilling dari para Pengawas. William
telah membawa banyak sekali uang kecil dan
menukarnya dengan uang kertas yang ada di kotak
uang.
Setelah semua menerima bagiannya, William berkata
lagi, "Anak-anak baru mestinya sudah mengetahui
bahwa dengan uang mereka yang dua shilling itu
mereka boleh membeli prangko, permen, pita rambut,
kertas, atau apa saja yang mereka kehendaki. Jika
mereka memerlukan uang tambahan, maka mereka
harus menyatakan untuk apa uang tambahan tersebut.
Apakah ada yang minta uang tambahan?"
John Terry berdiri. Ia mendapat tugas mengurus
kebun sekolah, dan ia sangat rajin serta tekun
bekerja. Dengan dibantu beberapa orang anak, John
melengkapi keperluan sekolah dalam hal sayur-mayur
dan bunga-bungaan. Semua sangat kagum akan hasil
pekerjaan John.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"William, kami memerlukan gerobak dorong kecil,"
kata John. "Di semester ini ada beberapa orang anak
kecil yang menyediakan diri untuk bekerja di kebun.
Dan bagi mereka, gerobak dorong besar terlalu
berat."
"Berapakah harga gerobak dorong kecil?" tanya
William. "Saat ini memang uang kita banyak, tetapi
kita tak bisa terlalu banyak membelanjakannya."
John mengeluarkan selembar daftar harga. Dibacanya
harga beberapa gerobak dorong.
"Cukup mahal juga, yah," kata William. "Kalau begitu
mungkin aku akan mengusulkan agar kita menunggu
dulu, John. Kau tahu anak-anak kecil. Suatu saat
mereka penuh semangat, pada saat lain mereka telah
bosan. Buang uang percuma saja kalau kita membeli
gerobak dorong dan ternyata akhirnya tak ada yang
menggunakannya."
John tampak agak kecewa. "Ya, terserahlah, William,"
katanya. "Tetapi aku yakin anak-anak itu bersungguh-
sungguh. Paling tidak aku yakin Peter bersungguh-
sungguh. Aku tak bisa berbuat banyak tanpa
bantuannya sekarang. Dan ia telah mengajak dua
orang temannya untuk membantu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Si Kecil Peter sungguh bangga mendapat pujian dari
John seperti itu. Dan kedua orang temannya langsung
memutuskan untuk terus bekerja di kebun agar John
juga senang pada pekerjaan mereka dan memuji
mereka seperti Peter.
"Ada pendapat lain tentang gerobak dorong itu?"
tanya Rita. Tak ada yang menjawab sampai terdengar
suara Julian yang bernada berat. "Ya Cukup wajar bila
anak-anak kecil itu memperoleh sebuah gerobak
dorong. Biarlah aku yang membuatnya." Julian tidak
berdiri. Enak saja duduk bermalas-malasan di
kursinya.
"Berdirilah bila kau berbicara," kata Rita. Beberapa
saat Julian tampaknya mau bersikeras duduk. Tetapi
akhirnya ia berdiri dan mengulangi tawarannya.
"Aku akan membuat gerobak dorong ukuran kecil,"
katanya. "Kalau aku boleh masuk gudang, maka bisa
kucari sendiri bahan-bahannya. Dengan begitu kita
takkan mengeluarkan uang sedikit pun."
Semua merasa tertarik. Dan Elizabeth segera
berkata, "Oh, benar juga, William. Biarkan Julian
membuat gerobak itu. Ia pandai sekali. Ia bisa
membuat apa saja!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Baiklah. Terima kasih, Julian," kata William.
"Kerjakan pekerjaan itu segera setelah kau bisa.
Kini... ada hal lain yang bisa kita bicarakan?"
Tak ada. William menutup Rapat Besar, dan anak-anak
pun bubar.
"Bagus, Julian," kata Elizabeth menggandeng tangan
sahabatnya itu. "Aku yakin gerobak dorong yang
kaubuat nanti akan menjadi gerobak yang paling bagus
di dunia!"
5. Arabella Terlibat Kesulitan
Anak-anak baru mulai merasa betah, saat hari-hari
mulai berlalu. Julian memulai pembuatan gerobaknya
seakan ia tukang kayu berpengalaman. Diselidikinya
semua gudang yang ada. Dan ia antara lain menemukan
sebuah roda karet yang dahulunya adalah roda sepeda
roda tiga. Dan dengan membawa bahan-bahan lainnya,
papan serta tetek bengek lain, ia pergi ke ruang
pertukangan kayu.
Dari luar anak-anak mendengar ia bersiul-siul,
sementara palunya berdentam-dentam. Dan tak lama
terdengar suara gerobak dorong berjalan hilir mudik.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Astaga! Cepat benar ia bekerja!" Harry
berpandangan dengan yang lain, sangat keheranan.
"Sungguh ajaib!"
Tetapi ternyata yang bersuara tadi bukannya gerobak
melainkan mulut si Julian. Julian tertawa waktu anak-
anak mengintip di pintu. Anak-anak itu pun tertawa,
mengelilinginya dengan rasa kagum.
"Julian! Pandai sekali kau! Aku yakin gerobak yang kau
buat juga sangat bagus nanti!"
"Siapa bilang aku pandai?" Julian tertawa. "Aku jadi
juru kunci minggu ini. Apakah kau tak tahu itu?"
"Tetapi gerobak ini pasti bagus, sebagus gerobak
yang dijual orang," kata Belinda penuh keyakinan.
Julian tidak peduli akan pujian ataupun celaan. Ia
menawarkan diri membuat gerobak itu bukan karena
merasa kasihan pada anak-anak yang bekerja di
kebun. Ia membuatnya hanya karena ia tahu ia bisa,
dan ia tahu ia akan merasa senang mengerjakannya.
Julian sangat disukai, walaupun ia selalu bersikap tak
peduli. Tetapi Arabella ternyata kurang mendapat
sambutan. Agaknya ia juga tak mau sembarangan
bersahabat. Yang dipilihnya hanyalah si Lembut Hati
Rosemary. Bagi Rosemary, Arabella yang selalu cantik
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dan sopan santun itu adalah seorang putri. Diikutinya
terus ke mana saja, didengarnya baik-baik semua
ceritanya, dan disetujuinya semua pendapatnya.
"Kupikir ini sekolah tolol," berulang kali Arabella
berkata pada Rosemary. "Pikirkan saja betapa gilanya
peraturan yang ada. Lebih gila lagi karena peraturan-
peraturan itu dibuat sendiri oleh murid-muridnya!"
Sebelum itu Rosemary berpendapat bahwa Sekolah
Whyteleafe sangat baik karena semua peraturannya
dibuat sendiri oleh murid-murid. Tetapi karena
Arabella berkata begitu, maka ia setuju saja.
"Ya. Memang ini sekolah tolol!" katanya.
"Terutama peraturan yang mengharuskan
mengumpulkan semua uang kita untuk keperluan
bersama," kata Arabella.
Sesungguhnya peraturan yang ini juga tak banyak
berarti bagi Rosemary yang hanya punya uang dua
shilling dan enam penny untuk dimasukkan ke dalam
kotak uang. Memang keluarganya tak begitu berada
dan tak bisa memberinya banyak uang. Jadi walaupun
peraturan itu menguntungkannya karena ia akan
menerima dua shilling setiap minggu, tapi tetap saja
ia setuju dengan pendapat Arabella.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya, sungguh tolol," katanya, "terutama bagi anak
seperti kau, Arabella, yang terpaksa menyumbangkan
begitu banyak! Kulihat kau memasukkan sepuluh-
shilling dan uang logam dua-shilling. Banyak sekali!"
Arabella menatap Rosemary, dalam hati bertanya-
tanya apakah ia bisa mempercayai anak ini. Sebab
sesungguhnya Arabella punya suatu rahasia: ia tidak
memasukkan semua uangnya! Masih ada uangnya,
selembar uang pounds-terling. Jadi kini uangnya,
dengan uang saku mingguan dari sekolah, ada dua
puluh dua shilling! Takkan diberikannya pada siapa
pun, disembunyikan dengan rapi di dalam lipatan
saputangannya, di dalam kotak saputangan.
"Tidak," pikir Arabella, "aku takkan mengatakannya
pada Rosemary. Ia belum kukenal dengan baik.
Walaupun ia sahabatku, kadang-kadang sikapnya
sungguh tolol. Tidak. Lebih baik rahasiaku itu tetap
rahasia."
Maka ia tak bercerita pada siapa pun. Tetapi hari itu
ia dan Rosemary turun ke desa untuk membeli
prangko, dan Rosemary ingin membeli jepit rambut.
Dan Arabella tak tahan untuk tidak membelanjakan
uangnya!
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Pergilah ke kantor pos dulu, untuk membeli prangko.
Aku akan membeli cokelat di toko kue," Arabella
berkata pada Rosemary. Ia tak ingin Rosemary tahu
ia membeli cokelat yang mahal.
Maka sementara Rosemary pergi ke kantor pos,
Arabella masuk ke dalam toko kue yang terbesar dan
membeli setengah kilo permen cokelat kegemarannya.
Ia juga membeli permen. Wah, enak sekali! Dan
karena Rosemary belum juga datang, ia pun masuk ke
toko sebelah untuk membeli buku bacaan.
Kedua anak itu kemudian berjalan-jalan beberapa
saat sebelum pulang ke sekolah. "Ini salah satu
peraturan tolol lagi," kata Arabella, menggandeng
tangan Rosemary. "Apa untungnya melarang anak-anak
turun ke desa sendirian? Mengapa harus pergi
berdua, kalau kita bukan seorang Pengawas atau
sudah di kelas tertinggi?"
"Sungguh tolol," kata Rosemary setuju. Arabella
membuka bungkusan besar permen cokelatnya,
menawarkannya pada Rosemary, "Ambillah."
"Ooooh, Arabella! Betapa indahnya cokelat-cokelat
ini!" seru Rosemary sangat kagum. "Astaga, pasti
telah kauhabiskan uangmu yang dua shilling itu, hanya
untuk sekali belanja!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi