"Baiklah. Aku akan mendengarkan hal yang sangat
penting ini."
"Datanglah ke kebun," kata Elizabeth. "Aku tak ingin
pembicaraan kita didengar anak lain."
"Mmm... marilah ke kandang kuda," kata Julian.
"Takkan ada anak di sana. Kau begitu misterius,
Elizabeth."
Keduanya berjalan ke kandang kuda. Tak seorang pun
terlihat. "Nah, apa yang ingin kaukatakan?" tanya
Julian. "Cepatlah. Aku ingin segera mengerjakan
pekerjaanku. Aku sedang memperbaiki sebuah sekop
untuk John."
"Julian, mengapa kau mengambil uang itu- dan juga
cokelat dan permenku?" tanya Elizabeth.
"Uang-dan permen?" Julian heran.
"Oh, jangan berpura-pura tak tahu!" seru Elizabeth
kehilangan kesabaran. "Kau mengambil uangku yang
satu shilling. Pasti kau juga yang mengambil uang
Rosemary Dan aku melihat salah satu permenku yang
hilang jatuh dari sakumu sore ini waktu kau
mengambil saputanganmu."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Elizabeth! Berani benar kau berkata seperti itu
padaku!" seru Julian, mukanya merah, matanya yang
hijau jadi berwarna gelap.
"Aku berani berkata begitu karena aku Pengawas, dan
aku tahu benar keburukanmu!" kata Elizabeth dengan
nada geram. "Kauanggap dirimu sahabatku, tapi..."
"Bagus sekali! Kauanggap dirimu sahabatku, dan kau
menuduhku sekeji itu!" suara Julian semakin keras
kini; ia juga sangat marah. "Hanya karena kau seorang
Pengawas, kau merasa bebas saja seenaknya menuduh
orang. Kau tak pantas jadi sahabat siapa pun! Kau
bukan sahabatku lagi!"
Dengan berang Julian melangkah pergi.
Elizabeth mengejarnya, memegang lengan jasnya.
Julian mengibaskan tangan Elizabeth.
"Dengarkan, Julian!" Elizabeth hampir berteriak. "Kau
harus mendengarkan aku! Apakah kau ingin semua ini
dibicarakan di Rapat Besar mendatang?"
"Kalau kau berani mengatakan hal ini pada siapa pun,
akan kubalas kau dengan suatu cara yang pasti akan
membuatmu menyesal seumur hidup!" desis Julian.
"Semua anak perempuan sama saja. Tak punya rasa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hormat sama sekali! Enak saja menuduh orang dan tak
percaya bila diberitahu hal yang benar!"
"Julian, aku tak ingin membawa perkara ini ke Rapat
Besar!" seru Elizabeth. "Aku tak mau! Karenanya kau
kuberi kesempatan untuk menerangkan padaku
mengapa kau berbuat begitu! Mungkin aku bisa
menolongmu! Kau selalu berkata bahwa kaulakukan apa
saja yang kaumaui, jadi aku berpendapat bahwa kau
bisa begitu saja mengambil milik orang lain ..."
"Elizabeth! Kulakukan apa yang kumaui. Tetapi banyak
sekali yang tak kusukai, dan karenanya takkan
mungkin kulakukan!" kata Julian dengan mata
membara dan kening berkerut dalam. "Aku tak suka
mencuri. Aku tak suka berdusta. Aku tak suka
memfitnah! Jadi aku takkan melakukan itu semua.
Sekarang aku akan pergi. Kini kau bukan lagi sahabat
terbaikku, tapi musuhku yang paling kubenci! Aku
takkan sudi bersahabat denganmu lagi!"
"Aku bukan musuhmu! Aku ingin membantumu!" kata
Elizabeth. "Aku melihat uangmu, yang ternyata
uangku yang telah kutandai. Aku melihat permenku
jatuh dari sakumu. Aku seorang Pengawas, jadi. "
"Jadi kau berpikir kau bisa saja menuduhku, dan
kaukira aku akan begitu saja mengakui sesuatu yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tak kulakukan. Kau kira aku akan menangis di
hadapanmu, dan berjanji akan menjadi anak yang
baik!" tukas Julian dengan nada keji. "Kau keliru,
Elizabeth! Sungguh hanya orang sinting saja yang
mengangkat anak seperti kau jadi Pengawas!"
Ia berpaling lagi. Elizabeth kini sudah mencapai
puncak marahnya. Ia mencengkeram lengan Julian
untuk mengajaknya berbicara lagi. Tetapi Julian
berpaling, memegang bahu Elizabeth dan
mengguncangnya sehingga gigi gadis itu gemertak.
"Kalau saja kau anak lelaki, kau akan merasakan apa
akibat tuduhanmu ini!" geram Julian, kemudian
melepaskan Elizabeth dan dengan gusar meninggalkan
tempat itu dengan tangan terbenam dalam di saku,
rambut berantakan, dan mulut membentuk garis tipis
penuh amarah.
Sekujur tubuh Elizabeth lemas. Ia bersandar ke
dinding kandang kuda, terengah-engah. Ia ingin
mencoba meluruskan pikiran, tapi tak berhasil.
Mengerikan sekali kejadian tadi!
Suara langkah kaki mendekat membuat ia terlompat
kaget. Ternyata Martin Follet, keluar dari kandang
kuda dengan wajah pucat pasi.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Elizabeth! Tak kusengaja kudengarkan semuanya.
Aku tak ingin keluar dan menengahi, aku begitu
bingung! Kasihan kau, Elizabeth. Tak pantas Julian
berbuat begitu, padahal kau berusaha keras
membantunya."
Elizabeth merasa bersyukur atas kata-kata
penghibur dari Martin, tetapi ia kecewa karena
ternyata anak itu telah mendengarkan segalanya.
"Martin, kau sama sekali tak boleh mengatakan
kejadian ini pada siapa pun," katanya, berdiri tegak
lagi, dan mengibaskan rambutnya yang ikal. "Ini
sangat rahasia dan sangat pribadi. Kau berjanji?"
"Tentu," kata Martin. "Tetapi biarkan aku ikut
membantu sedikit Elizabeth. Ini, terimalah sedikit
permen ini. Dan satu shilling ini, untuk mengganti
milikmu yang hilang. Jadi sudah impas, bukan? Dan
kau tak perlu memedulikan Julian lagi, tak perlu
bertengkar dengannya lagi. Dan juga kau tak perlu
membawa perkara ini ke Rapat Besar."
"Oh, Martin, kau sungguh baik," kata Elizabeth, tiba-
tiba merasa begitu lelah. "Tetapi bukan itu soalnya.
Bukan uangku yang satu shilling itu atau permenku
yang jadi persoalan. Tetapi kenyataan bahwa Julian
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
telah mengambilnya. Ini tidak bisa diperbaiki hanya
dengan mengembalikan benda-benda itu, bukan?
Walaupun apa yang hilang dariku dikembalikan, tetapi
sifat Julian yang suka mengambil milik orang lain
takkan jadi sembuh karenanya. Mestinya kau
mengerti hal itu."
"Nah... beri dia kesempatan," kata Martin
bersungguh-sungguh. "Jangan laporkan dia ke Rapat.
Berilah dia kesempatan."
"Yah. akan kupikirkan hal itu," kata Elizabeth. "Oh,
alangkah senangnya kalau aku bukan seorang
Pengawas. Alangkah senangnya bila aku bisa minta
bantuan nasihat seorang Pengawas. Aku sama sekali
tak tahu harus berbuat apa."
Martin menggandeng tangannya. "Yuk kita ngobrol
dengan John tentang kebunnya," katanya. "Itu akan
menenangkan hatimu."
"Kau sungguh baik, Martin," kata Elizabeth berterima
kasih. "Tetapi aku tak ingin berbicara dengan John.
Aku tak ingin berbicara dengan siapa pun. Aku ingin
menyendiri. Pergilah. Dan, Martin, berjanjilah untuk
tidak menceritakan hal ini pada siapa pun. Ini urusan
Julian dan aku. Tak ada hubungannya dengan orang
lain."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tentu saja, aku berjanji," kata Martin menatap
Elizabeth. "Kau bisa mempercayaiku, Elizabeth.
Baiklah. Aku akan pergi. Tetapi bila perlu aku akan
selalu siap membantumu."
Martin pergi. Elizabeth berpikir bahwa Martin
sungguh baik hati. "Aku yakin dia tak akan
menceritakan rahasia ini pada anak lain,"
pikirnya. "Sungguh buruk akibatnya bila yang lain
tahu. Aku sama sekali tak tahu harus berbuat apa.
Julian akan sangat membenciku kini. Oh. Semoga saja
keadaan ini segera jernih kembali."
Tetapi ternyata keadaan semakin memburuk Julian
bukannya seseorang yang bisa begitu saja melupakan
atau memaafkan sesuatu. Dan ia memang telah
bertekad akan membalas perlakuan buruk Elizabeth.
Semula Elizabeth memang sahabat baiknya, tetapi
kini ia menjadi musuh terburuknya! Jadi, hati-hatilah,
Elizabeth!
11. Muslihat Julian
Semua anak segera mengetahui bahwa Julian tidak
bersahabat lagi dengan Elizabeth. Elizabeth tampak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
selalu gusar, dan Julian menunjukkan bahwa ia tak
memperhatikan Elizabeth lagi.
Arabella merasa sangat senang. Ia menyukai serta
mengagumi Julian karena cara-caranya yang selalu
acuh tak acuh. Ia juga sangat sakit hati waktu
ternyata Julian memilih Elizabeth sebagai sahabat
karib. Ia ingin menggantikan kedudukan Elizabeth di
mata Julian.
"Otak Julian sungguh luar biasa," kata Arabella pada
Rosemary. Rosemary yang tak begitu cerdas juga
sangat mengagumi siapa saja yang berotak cemerlang.
"Ia bisa melakukan apa saja," kata Arabella lagi. "Aku
yakin bila dewasa kelak ia akan menjadi seorang
penemu yang terkenal. Ia pasti menyumbangkan suatu
penemuan pada dunia!"
"Ya, aku juga berpikir begitu," kata Rosemary,
seperti biasanya setuju pada apa saja yang dikatakan
Arabella. "Entah kenapa Julian dan Elizabeth
bertengkar. Sepanjang hari ini mereka sama sekali
tak bertegur sapa. Dan setiap kali Julian memandang
Elizabeth, maka pandangannya begitu menakutkan!"
"Ya, aku juga ingin tahu mengapa mereka
bertengkar," kata Arabella. "Mungkin bisa kutanyakan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pada Julian. Mungkin Julian mau bersahabat dengan
kita setelah kini ia bermusuhan dengan Elizabeth."
Sore itu Arabella benar-benar bertanya pada Julian.
"Julian, kulihat kau dan Elizabeth bertengkar. Ada
apa sih?" tanyanya dengan suaranya yang paling manis.
"Aku yakin itu karena kesalahan Elizabeth. Bolehkah
kutahu mengapa?"
"Maaf, Arabella. Ini urusanku sendiri," jawab Julian
pendek.
"Lebih baik katakan saja padaku," kata Arabella. "Aku
selalu berada di pihakmu. Aku tidak pernah suka pada
Elizabeth."
"Aku tak pernah suka pihak-pihakan," kata Julian.
Hanya itulah yang bisa didapat Arabella dari Julian.
Ia gusar juga, tetapi semakin ingin tahu. Apa
gerangan yang terjadi? Pasti sesuatu yang sangat
serius, kalau tidak, Elizabeth tak akan tampak begitu
khawatir.
"Aku ingin sekali mengetahuinya," kata Arabella pada
Rosemary. "Aku harus mengetahuinya."
"Apa yang ingin kauketahui?" tanya Martin yang
datang dari arah belakang keduanya.
"Mengapa Elizabeth bertengkar dengan Julian," kata
Arabella. "Kau tahu, Martin?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya... sedikit," kata Martin. Arabella memandangnya
dengan penuh harap.
"Betulkah? Coba ceritakan!"
"Tapi... ini rahasia. Kau tak boleh bercerita pada anak
lain. Janji?"
"Tentu saja," kata Arabella, walaupun dalam hati ia
tak bermaksud memenuhi janji itu. "Siapa yang
mengatakannya padamu, Martin?"
"Elizabeth sendiri," kata Martin.
"Kalau begitu kau bisa menceritakannya pada kami,"
kata Arabella segera. "Sebab bila Elizabeth
mengatakannya padamu, sudah pasti ia juga
mengatakannya pada anak lain."
Maka Martin pun menceritakan rahasia itu, tentang
bagaimana Elizabeth menuduh Julian mencuri uang
dan permen, dan bagaimana Julian dengan marah
membantah tuduhan itu. Arabella membelalakkan
matanya lebar-lebar. Rosemary juga hampir tak
percaya.
"Oh, betapa kejinya Elizabeth!" seru Arabella.
"Bagaimana ia bisa menuduh begitu pada Julian! Aku
yakin walaupun Julian berandalan, tetapi ia jujur!"
Segera saja rahasia itu menyebar. Seisi kelas tahu,
semua tahu mengapa Julian bertengkar dengan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Elizabeth. Semua berbicara tentang uang dan permen
yang dicuri, tentang Elizabeth dan Julian.
"Kupikir Julian harus mengetahui bahwa Elizabeth
telah menyebarkan cerita tentang dirinya itu," kata
Arabella pada Rosemary. "Ia harus tahu. Sungguh
tidak adil."
"Tetapi apakah yang menyebarkan cerita itu
Elizabeth?" tanya Rosemary ragu-ragu. "Bukankah
yang bercerita pada kita Martin?"
"Ya, tetapi Elizabeth yang mengatakannya padanya.
Dan kalau Elizabeth mau mengatakan pada Martin,
maka ia pasti mau juga mengatakan pada semua
orang," kata Arabella. "Buktinya semua anak kini telah
tahu, jadi sudah pasti Elizabeth telah bercerita
berulang-ulang!"
Rosemary merasa sedikit khawatir. Ia tahu bahwa
Arabella sendiri telah berulang-ulang bercerita pada
anak-anak lain dan setiap kali ditambah dengan
bumbu-bumbu. Tetapi Rosemary terlalu lemah untuk
membantah sahabatnya itu. Ia tak berkata apa-apa.
Hari berikutnya Arabella berkata kepada Julian.
"Julian," katanya, "sungguh keji hati Elizabeth,
menyebarkan cerita bahwa kau suka mengambil
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
barang-barang milik anak lain. Uang, permen, dan
entah apa lagi. Sungguh menjijikkan anak itu."
Julian memandang heran pada Arabella. "Apa
maksudmu?" tanyanya akhirnya.
"Semua sudah tahu bahwa kau dan Elizabeth
bertengkar karena ia menuduhmu mengambil barang-
barang milik orang lain, dan kau membantahnya," kata
Arabella, menggandeng tangan Julian. Julian tampak
pucat seketika.
"Jangan khawatir, Julian," kata Arabella lagi. "Kami
semua tahu anak macam apa Elizabeth itu. Entah
bagaimana ia bisa dipilih menjadi Pengawas. Siapa
yang sudi datang padanya untuk minta tolong. Ia sama
sekali tak bisa dipercaya."
"Kau betul," kata Julian, "tetapi tadinya kukira dia
bisa dipercaya. Tak pernah kuduga ia akan
menyebarkan cerita seperti itu. Seorang Pengawas!
Kurang ajar! Tak pernah kutahu bagaimana dulu aku
bisa suka padanya."
"Pasti, pasti kau takkan punya alasan untuk
menyukainya," kata Arabella kegirangan. "Bayangkan
saja, ia menyebarkan desas-desus yang begitu buruk
tentang dirimu! Padahal kau tak berkata sepatah pun
tentang dia."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tentu saja sebenarnya Elizabeth juga tak pernah
mengatakan sepatah kata pun tentang
pertengkarannya dengan Julian. Tetapi Julian tak
tahu hal itu. Ia tak tahu bahwa Martin Follett telah
mendengar percakapannya dengan Elizabeth di
kandang kuda. Ia mengira percakapan itu hanya
diketahui oleh Elizabeth dan dirinya, jadi kalau
sampai menyebar, maka itu sudah pasti dilakukan oleh
Elizabeth. Hatinya jadi sangat geram pada gadis kecil
itu.
"Aku akan membalas dendam padanya," desisnya pada
Arabella.
"Tentu saja, kau berhak untuk itu," kata Arabella.
"Dan seperti yang kukatakan dulu, aku ada di pihakmu.
Begitu juga Rosemary. Dan banyak kawan kita
lainnya."
Kali ini Julian tak berkata tentang pihak-memihak. Ia
sakit hati. Ia marah. Satu-satunya keinginannya
adalah melukai hati Elizabeth, ingin membalas
dendam.
Dan mulailah serangkaian peristiwa aneh terjadi pada
Elizabeth. Julian menggunakan otaknya yang cerdas
sepenuhnya untuk memikirkan berbagai muslihat guna
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mengganggu Elizabeth. Dan bila Julian benar-benar
menggunakan otaknya, maka sesuatu pasti terjadi.
Julian duduk tepat di hadapan Elizabeth di dalam
kelas. Di suatu jam pelajaran, pelajaran sejarah,
murid-murid diharuskan membawa buku banyak sekali,
yang harus mereka tumpuk rapi-rapi di meja masing-
masing untuk segera bisa digunakan bila diperlukan.
Julian membuat suatu pegas yang aneh. Diputarnya
pegas tersebut dengan suatu cara yang unik, sehingga
memerlukan waktu yang agak lama bagi pegas tadi
untuk kembali lurus. Dan diselipkannya pegas itu di
bawah tumpukan buku Elizabeth.
Pelajaran dimulai. Bu Ranger sedang galak hari itu,
sebab ia sedang pening. Karenanya anak-anak berhati-
hati sekali, tak berani bersuara sedikit pun. Tak ada
yang berani menutup meja dengan bersuara atau
menjatuhkan suatu benda apa pun.
Julian menyeringai sendiri sambil belajar diam-diam
di depan Elizabeth. Ia tahu bahwa pegasnya pelahan-
lahan meluruskan diri di buku terbawah pada
tumpukan Elizabeth. Pegas tadi sangat kuat. Bila
mencapai satu titik putaran, maka ia akan terbuka
lebar dan melontarkan buku-buku di atasnya dari
meja.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tepat sekali. Kejadian itu terjadi lima menit setelah
pelajaran mulai. Pegas itu selesai memutar dan
mendorong buku yang menindihnya. Buku yang teratas
bergerak, jatuh. Disusul yang lain. Selanjutnya
terdengar bunyi gemuruh buku-buku Elizabeth
berjatuhan ke lantai.
Bu Ranger melompat kaget. "Buku siapa itu?"
hardiknya. "Elizabeth? Bagaimana itu bisa terjadi?"
"Aku tak tahu. Bu Ranger," Elizabeth heran. "Aku
benar-benar tidak tahu."
Julian membungkuk untuk ikut mengambilkan buku-
buku yang jatuh di belakangnya itu. Tetapi
sesungguhnya ia menaruh lagi sebuah pegas lainnya,
sementara diambilnya pegas yang tadi dan
dimasukkannya ke dalam sakunya.
Lima menit kemudian, kembali terdengar keributan,
satu per satu buku-buku Elizabeth berloncatan dan
jatuh ke lantai!
Bu Ranger melompat terkejut. Pulpen yang dipakainya
untuk memeriksa pekerjaan anak-anak membuat
setitik besar tinta di buku yang sedang diperiksanya.
"Elizabeth! Apakah kau berbuat itu dengan sengaja!"
teriak guru itu. "Kalau terjadi sekali lagi, kau harus
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
keluar! Aku tak mau kau mengganggu pelajaran
seperti ini!"
Elizabeth kebingungan sekali. "Maafkan aku, Bu
Ranger," katanya. "Aku tak tahu bagaimana... buku-
buku ini tampaknya berloncatan sendiri dari mejaku!"
"Jangan kekanak-kanakan, Elizabeth!" kata Bu
Ranger. "Hanya anak TK saja yang mengajukan alasan
seperti itu."
Julian mengambilkan buku-buku itu sambil
menyeringai. Elizabeth memandang marah padanya. Ia
tak tahu Julian telah mempermainkannya, ia hanya
tak suka melihat anak itu gembira karena ia kena
marah. Dan ia tak tahu bahwa sekali lagi Julian
memasang pegas di bawah buku-buku tersebut.
Kemudian... kembali buku-buku Elizabeth berloncatan.
Kali ini Bu Ranger kehilangan kesabaran. "Keluar kau!"
bentaknya pada Elizabeth. "Sekali mungkin memang
tak sengaja, dua kali masih dimaafkan, tetapi tiga
kali... Aku malu punya murid seperti kau. Kau seorang
Pengawas, mestinya mengerti bagaimana harus
bertindak di dalam kelas."
Dengan pipi memerah Elizabeth keluar. Dalam
semester pertamanya di sekolah ini, ia memang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sengaja berbuat sesuatu agar diusir dari kelas.
Tetapi kali ini ia merasa sangat malu. Ia berdiri di
depan kelasnya, hampir menangis karena malu dan
marah.
"Ini bukan kesalahanku!" pikirnya. "Buku-bukuku
betul-betul berlompatan sendiri! Aku tidak
menyentuh buku itu sedikit pun!"
Dan kemudian, celaka! Pada saat itu muncullah Rita,
Ketua Murid Perempuan! Dengan heran ia memandang
Elizabeth yang berwajah merah di depan pintu kelas.
"Mengapa kau berada di sini, Elizabeth?" tanyanya
dengan nada dingin.
12. Elizabeth Mendapat Malu
"Aku dikeluarkan dari kelas, Rita, tetapi percayalah,
ini bukan karena kesalahanku," kata Elizabeth.
"Jangan sampai terulang lagi, Elizabeth," kata Rita.
"Kau seorang Pengawas, harus memberi contoh yang
baik. Aku kecewa sekali dengan apa saja yang
kudengar tentang dirimu dan anak-anak kelas satu di
semester ini."
Rita melanjutkan perjalanan, meninggalkan Elizabeth
termenung, memikirkan apa gerangan yang diketahui
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
oleh Rita. Tiba-tiba saja ia merasa sangat sedih dan
kecewa. "Aku berharap semester ini akan sangat
menyenangkan bagiku," pikirnya, "dan ternyata
segalanya tak keruan!"
Di akhir jam pelajaran ia dipanggil masuk, dan Bu
Ranger mengucapkan beberapa perkataan keras
padanya. Elizabeth tahu tak ada gunanya mengatakan
bahwa buku-bukunya jatuh atas kehendak mereka
sendiri. Karenanya ia diam saja.
Muslihat berikutnya yang dipikirkan oleh Julian
sangatlah luar biasa. Ia menyeringai kegirangan
sewaktu ia memperoleh ilham untuk itu. Ia pergi ke
laboratorium, tempat anak-anak melakukan berbagai
percobaan ilmiah. Ia mencampur beberapa bahan
kimia, dan-membuatnya menjadi beberapa butiran
kecil, disimpannya di dalam sebuah kotak Kemudian
sebelum jam pelajaran sore dimulai, ia memasuki
ruang kelas yang kosong, menyingkirkan meja
Elizabeth dan menaruh sebuah meja besar di
tempatnya. Di atas meja itu ditaruhnya sebuah kursi,
dan dengan berdiri di kursi tersebut ia bisa mencapai
langit-langit. Dengan cepat diaturnya butir-butir yang
dibuatnya tadi di langit-langit dan disemprotnya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dengan suatu cairan yang baunya aneh. Cairan itu akan
membuat butir-butir tadi lambat laun meletus dan
meneteskan butiran besar air yang jatuh langsung ke
bawah.
"Pasti hebat jadinya nanti," pikir Julian melompat
turun dari kursi. Dikembalikannya kursinya,
dikembalikannya meja besar tadi. Dan diletakkannya
meja Elizabeth tepat berada di bawah butir-butir di
langit-langit tadi. Butir-butir tadi tak tampak, putih
bagaikan langit-langitnya.
Sore itu Mam'zelle mengajar bahasa Prancis.
Elizabeth dan kawan-kawannya diberi tugas untuk
mempelajari kata kerja dan menghapal-kan sebuah
sajak. Mam'zelle akan mendengarkan mereka
menghapal di depan kelas nanti. Semua berlatih
menghapal sampai saat pelajaran akan mulai.
Terdengar Mam'zelle datang. Elizabeth bangkit dari
kursinya untuk membukakan pintu.
Mam'zelle sedang senang hatinya. Anak-anak gembira
melihat ini. Bu Ranger tidak akan marah bila tidak ada
alasan yang kuat untuk itu, tetapi Mam'zelle sering
marah tanpa sebab apa-apa. Tapi kali ini agaknya ia
sedang tidak pemarah.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sore ini kita akan belajar baik-baik," kata Mam'zelle
dengan wajah berseri-seri. "Kalian harus
mengucapkan semua hapalan tanpa kesalahan sedikit
pun, sehingga aku tak perlu marah."
Tak ada yang menyahut. Mereka semua berharap agar
tak ada yang berbuat salah. Seorang saja berbuat
salah, seluruh kelas bisa kena marah. Memang sulit.
Hampir tak pernah ada jam pelajaran bahasa Prancis
tanpa seorang murid berbuat salah.
Julian telah bersiap-siap untuk pelajaran sore itu. Ia
menggunakan otaknya sebaik mungkin. Semua kata
kerja meluncur dari mulutnya dengan lancar dan tanpa
kesalahan. Ia berbicara dengan Mam'zelle
menggunakan bahasa Prancis yang nyaris sempurna.
Dan Mam'zelle makin berseri-seri wajahnya, berseru
gembira, "Ah, kau ini, Julian! Selalu kau pura-pura
bodoh, tetapi sesungguhnya kau amat pintar!
Kini coba ucapkan sajakmu. Ucapkan sajak yang bagus
itu untukku, Julian."
Julian mulai mengucapkan sajaknya. Lancar dan bagus
sekali ucapannya. Tetapi baru saja mulai, sesuatu
mengganggunya. Elizabeth.
Saat itu Elizabeth sedang menunduk, mempelajari
buku bahasa Prancis-nya. Tiba-tiba saja setetes
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
besar air jatuh di kepalanya. Elizabeth terkejut. Tak
terasa ia berseru kecil dan mengusap kepalanya.
Kepalanya basah!
"Kenapa, Elizabeth?" tanya Mam'zelle tak sabar.
"Setetes air jatuh di kepalaku," kata Elizabeth
kebingungan. Ia melihat ke langit-langit. Tetapi tak
melihat apa-apa di sana.
"Nakal sekali kau, Elizabeth," kata Mam'zelle.
"Kaukira aku akan percaya pada kata-katamu itu?"
"Tetapi benar-benar setetes air jatuh ke kepalaku,"
kata Elizabeth. "Aku merasakannya."
Jenny dan Robert menahan tawa. Mereka mengira
Elizabeth berpura-pura untuk memancing kelucuan.
Mam'zelle mengetuk meja dengan keras.
"Diam!" katanya. "Julian, lanjutkan hapalan-mu.
Mulailah dari depan kembali."
Julian mulai lagi, yakin bahwa sebentar lagi setetes
air akan jatuh kembali ke kepala Elizabeth. Ia hampir
tak bisa menahan tawa.
"Oh, oh!" seru Elizabeth tiba-tiba. Dua tetes besar
telah jatuh ke kepalanya. Elizabeth tak tahu harus
berbuat apa. Diusapnya kepalanya.
"Elizabeth! Sekali lagi kau mengganggu!" seru
Mam'zelle. "Apakah kau ingin merusak jerih payah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Julian? Kenapa lagi sekarang? Jangan berkata bahwa
hujan turun di kepalamu!"
"Tetapi, Mam'zelle, memang ada air menetes di
kepalaku!" kata Elizabeth. Tangan yang meraba
kepalanya merasa bahwa kepala itu basah. Anak-anak
tertawa terbahak-bahak. Mam'zelle jadi sangat
marah.
"Semua diam!" hardiknya. "Aku tak mau ribut begini
di kelasku. Elizabeth, aku sungguh heran padamu.
Seorang Pengawas mestinya tidak berbuat seperti
itu!"
"Tetapi, Mam'zelle, benar-benar ada air menetes dari
atas," kata Elizabeth. Dan setetes air menetes lagi.
Elizabeth sampai melompat karena terkejut, dan
memandang ke langit-langit.
"Kau melihat ke langit-langit seolah itu langit betul?
Kaupikir hari hujan? Kaupikir kau bisa menipuku?"
Mam'zelle benar-benar marah. Semua anak kini
memperhatikan dengan berdebar-debar. Bila marah
Mam'zelle selalu melakukan gerakan yang lucu.
"Bolehkah aku pindah tempat?" tanya Elizabeth putus
asa. "Selalu ada saja yang jatuh dari atas sana. Aku
tak mau ketetesan lagi!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau boleh duduk di luar sana," kata Mam'zelle tegas.
"Ini lelucon paling tolol yang pernah kudengar. Pasti
sebentar lagi kau akan bertanya apakah kau boleh
duduk di situ dengan membawa payung."
Seisi kelas tak tahan untuk tidak tertawa. Mereka
terpingkal-pingkal membayangkan Elizabeth duduk
dengan memakai payung. Tetapi Mam'zelle tak
bermaksud melucu. Dengan marah ia memukul-mukul
meja.
"Diam! Aku tidak melucu! Aku sangat marah!
Elizabeth, keluarlah dari kelas!"
"Oh, maaf, Mam'zelle, harap aku tidak dikeluarkan,"
pinta Elizabeth. "Aku tak akan mengganggu lagi.
Tetapi percayalah bahwa tadi memang ada air
menetes di kepalaku."
Setetes air lagi jatuh di kepalanya. Tetapi kali ini ia
diam saja. Ia tak mau Mam'zelle kehabisan kesabaran
dan mengeluarkannya dari kelas. Dua kali dikeluarkan
sudah keterlaluan! Biarlah ia basah kuyup asal tidak
dikeluarkan.
"Satu kali saja kau berseru mengganggu, kau harus
keluar!" ancam Mam'zelle. Elizabeth dengan
bersyukur duduk, berjanji untuk tidak terkejut kalau
ada air menetes lagi di kepalanya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tetapi tidak ada lagi tetesan air. Dan segera rambut
Elizabeth kering kembali. Tak ada bekas basah sama
sekali. Ia pun mendapat giliran untuk menghapalkan
kata kerja dan sajak, serta diperkenankan untuk
duduk terus di dalam kelas.
Selesai pelajaran bahasa Prancis, anak-anak datang
mengerumuninya, memandangnya kagum, "Elizabeth!
Berani betul kau berbuat seperti itu tadi! Coba
kulihat kepalamu."
Tetapi sekarang rambut Elizabeth sudah kering, dan
tak seorang pun percaya pada Elizabeth saat ia
mengatakan berulang-ulang bahwa tadi memang ada
tetesan air jatuh ke kepalanya. Mereka memeriksa
kepala Elizabeth. Sama sekali tidak basah. Mereka
jadi kurang senang.
"Mengapa kau bersikeras mengatakan begitu pada
kami? Toh kami tak akan mengadukan-mu," kata
Harry. "Sebetulnya leluconmu tadi sangat lucu.
Mengapa tidak kauakui?"
"Tetapi itu tadi bukan lelucon," bantah Elizabeth.
"Benar-benar terjadi!"
Anak-anak pergi meninggalkannya. Mereka tak senang
Elizabeth tak mau berterus terang pada mereka.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ia berdusta," kata Arabella pada Rosemary.
"Sungguh-sungguh aku tak mengerti, bagaimana anak
seperti itu bisa jadi Pengawas."
Beberapa orang setuju dengan pendapat Arabella.
Mereka semua senang Elizabeth membuat lelucon di
kelas, tetapi mereka kecewa Elizabeth tak mau
berterus terang.
Bu Ranger mendengar cerita tentang itu dari
Mam'zelle saat guru-guru berkumpul di ruang
istirahat. "Sungguh tidak seperti biasanya Elizabeth
berbuat setolol itu," kata Mam'zelle mengakhiri
ceritanya.
Bu Ranger tampak sangat heran. "Aku tak mengerti
tingkah Elizabeth," katanya. "Akhir-akhir ini memang
luar biasa tingkah lakunya. Ia juga melakukan suatu
lelucon tolol di kelasku, mendorong buku-bukunya
sehingga jatuh berulang kali."
"Tadinya kupikir ia baik sekali jadi Pengawas," kata
Mam'zelle. "Aku sungguh kecewa pada Elizabeth."
Sementara itu Arabella selalu menjelek-jelekkan
Elizabeth pada setiap kesempatan. Dan banyak anak
yang mulai percaya kata-katanya. Arabella memang
sangat pandai bicara.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tentu saja, aku senang lelucon," kata Arabella, "dan
sungguh menyenangkan untuk berbuat lucu dalam
sebuah pelajaran yang membosankan. Tetapi kurasa
tak pantas seorang Pengawas berbuat seperti itu.
Maksudku kita-kita ini memang wajar bersikap ugal-
ugalan, tetapi seorang Pengawas tentunya tak pantas,
bukan? Seorang Pengawas harus bisa memberi contoh
yang baik. Kalau tidak, untuk apa ia dijadikan
Pengawas?"
"Dua semester yang lalu ia dijuluki Gadis Paling
Badung di Sekolah, bukan?" sambung Martin.
"Mungkin memang itulah sifat aslinya, dan sulit untuk
ditinggalkannya. Kukira salah sekali menjadikannya
seorang Pengawas!"
"Coba saja. Ia menyebarkan desas-desus yang begitu
keji tentang Julian," kata Arabella lagi. "Mestinya
seorang Pengawas-lah yang mematikan desas-desus
tersebut. Tetapi ini malah dia yang mulai. Yah, seperti
kukatakan berulang-ulang, aku sama sekali tidak
mengerti mengapa Elizabeth diangkat menjadi
Pengawas."
"Aku yakin ia tak bisa bertahan lama sebagai
Pengawas," kata Martin. "Kukira tak boleh kita diam-
diam saja punya Pengawas yang bertingkah seperti
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dia. Bagaimana kita bisa menghormatinya, bagaimana
kita bisa meminta nasihat padanya, kalau dia sendiri
bertingkah seperti itu? Ia harus diturunkan dari
jabatannya sebagai Pengawas!"
Kasihan sekali Elizabeth. Ia tahu teman-teman
sekelasnya berbisik-bisik tentang dirinya. Dan ia tak
bisa berbuat apa-apa untuk melawan itu semua.
13. Rahasia Arabella
Rapat besar datang dan berlalu tanpa Elizabeth
mengatakan sesuatu. Ia begitu kecewa dan bingung,
tak tahu harus berbuat apa, sehingga akhirnya ia tak
mengatakan apa pun.
Sementara itu hari ulang tahun Arabella tiba. Ibunya
telah berjanji akan mengiriminya sebuah kue ulang
tahun yang besar sekali. Dan ia diberi izin untuk
memesan apa saja yang disukainya, makanan dan
minuman, dari salah sebuah toko besar di London. Ibu
Arabella memang masih berada di Amerika saat itu,
jadi segalanya diserahkannya pada Arabella sendiri.
Arabella sudah begitu sering membicarakan
rencananya untuk ulang tahun ini. Ia sangat suka
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
membual, dan dikatakannya pada teman-temannya apa
saja yang akan dibelinya untuk ulang tahunnya.
Kemudian ia mendapat suatu ilham. Suatu rencana
bagus yang segera dikatakannya pada Rosemary.
"Rosemary, bagaimana kalau kita mengadakan pesta
tengah malam? Di sekolahku dulu kami pernah
mengadakannya, dan sungguh asyik! Kita siapkan
makanan dan minuman secukupnya. Betapa meriahnya
nanti kita menikmati itu semua di tengah malam!"
Rosemary setuju. "Tetapi mestikah kita
mengadakannya tengah malam?" tanyanya. "Apa tidak
lebih baik sore-sore saja? Siapa tahu kita ketahuan
guru-guru."
"Tak apa. Lebih serem tengah malam, kan?" kata
Arabella. "Tak usah mengundang Elizabeth. Ia jahat
sekali, jangan-jangan ia malah mengadukan rencana
kita ini."
"Lalu... siapa yang akan kauundang?" tanya Rosemary.
"Siapa saja... kecuali sahabat-sahabat dekat
Elizabeth... misalnya Kathleen, Robert, dan Harry.
Mereka akan mendukung Elizabeth secara membabi
buta. Lagi pula, walaupun diundang takkan mungkin
Elizabeth datang. Ia pasti berpendapat pesta tengah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
malam sesuatu yang menyalahi peraturan. Jangan
lupa, ia masih jadi Pengawas."
Demikianlah. Sekali lagi anak-anak kelas satu
mempunyai suatu rahasia. Dibisikkan dari saru anak
ke anak lain. Elizabeth melihat betapa mereka
berbisik-bisik, dan terdiam setiap saat dia mendekat.
Ia berpikir mereka pastilah berbisik-bisik tentang
dirinya lagi, dan ia semakin marah dan bersedih.
Julian tentu saja diundang. Begitu juga Martin. Mata
hijau Julian bersinar senang mendengar rencana itu.
Sesuatu yang membutuhkan keberanian seperti itulah
yang sangat disukainya.
Anak-anak itu merundingkan di mana saja mereka
akan menyembunyikan makanan-makanan untuk pesta
tersebut. Mereka tak mau kalau guru-guru mencium
adanya rencana pesta itu dengan melihat begitu
banyaknya makanan dan minuman.
"Kue ulang tahunnya bisa kita makan waktu jam minum
teh," kata Arabella, "tetapi yang lainnya kita
sembunyikan saja."
"Sembunyikan limunnya di gudang kebun," usul Martin.
"Aku tahu suatu tempat persembunyian yang baik
Biarlah aku yang membawanya ke sana. Kalau
waktunya datang, biar aku juga yang mengambilnya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Dan sembunyikan kaleng biskuit di lemari olahraga di
gang," kata Julian. "Lemari itu tak pernah dipakai.
Tak seorang pun akan melihatnya. Mana,
kusembunyikan sekarang saja."
Dan makanan serta minuman itupun di-sebarlah,
disembunyikan di sana-sini. Anak-anak yang ikut
diundang berdebar-debar penuh harap menantikan
saat yang mengasyikkan itu. Mereka yang tidak
diundang-jumlahnya sangat sedikit-sama sekali tak
tahu apa yang terjadi. Mereka hanya tahu bahwa ada
suatu rahasia, dan rahasia itu milik Arabella.
Arabella dengan sengaja selalu bercakap-cakap
tentang pesta yang akan datang itu dengan suara
rendah bila ia melihat Elizabeth mendatangi. Dan bila
Elizabeth sudah dekat, ia pura-pura terkejut serta
mengalihkan pembicaraannya.
Ini membuat Elizabeth sangat gusar. "Tak perlu
menduga bahwa aku ingin mengetahui rahasia tololmu
itu," katanya pada Arabella. "Jadi bicaralah sesuka
hatimu. Aku akan menutup kupingku."
Betapapun sungguh tak enak untuk dikucilkan. Lebih
tak enak lagi melihat betapa Julian makin lama
tampak makin dekat dengan Arabella, berbicara
hangat, tertawa ria. Elizabeth tak tahu bahwa Julian
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sengaja berbuat ini untuk melukai harinya.
Sebetulnya Julian juga sangat tidak suka pada
Arabella yang suka membual itu. Tetapi baginya apa
saja yang bisa menyakiti hati Elizabeth akan
dilakukannya dengan gembira.
Ulang tahun Arabella tiba. Anak-anak mengucapkan
selamat padanya, dan memberinya berbagai hadiah
kecil. Arabella menerima itu semua dengan sikap
sangat manis dan ucapan yang berbunga-bunga. Tak
ragu lagi Arabella memang pandai bertindak kalau
saja segalanya sesuai dengan kehendak hatinya.
Elizabeth tidak memberi Arabella hadiah apa pun,
bahkan mengucapkan selamat saja tidak. Ia melihat
Julian memberi hadiah sebuah bros kecil yang
dibuatnya sendiri. Lalu secara berlebihan Arabella
mengucapkan terima kasih dan langsung memakai bros
tersebut. "Oh, Julian, kau memang sahabatku yang
terbaik," kata Arabella, mengetahui bahwa Elizabeth
ada di dekatnya. "Terima kasih banyak!"
Pesta tengah malam itu akan diadakan di ruang
bermain. Ruang ini cukup jauh dari ruang tidur guru-
guru. Dengan begitu dianggap cukup aman. Hari itu
seisi kelas tampak gelisah tapi senang, sehingga Bu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ranger bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang
terjadi.
Secara kebetulan Elizabeth membuka lemari olahraga
di gang untuk mencari bola lacrosse. Heran juga ia
melihat sekantong biskuit di tempat itu.
"Mungkin ini milik Bu Ranger," pikirnya. "Mungkin ia
kelupaan. Baiklah nanti akan kukatakan padanya.
Mungkin ia menyimpan biskuit ini di sini untuk
dibagikan waktu istirahat."
Tetapi Elizabeth kemudian lupa dan tak mengatakan
apa yang dilihatnya pada Bu Ranger. Ia sama sekali
tak tahu bahwa biskuit tersebut milik Arabella dan
akan dimakan di pesta nanti malam.
Rahasia Arabella terjaga dengan baik. Anak-anak
yang diundang sama sekali tak membocorkannya
sedikit pun pada Elizabeth, sebab Elizabeth adalah
seorang Pengawas yang mungkin sekali akan
menggagalkan rencana mereka. Karena itu Elizabeth
dan beberapa anak lain sama sekali tak tahu.
Waktu tengah malam tiba, semua anak sudah tidur,
kecuali Arabella yang sudah berjanji akan jaga terus
sampai waktu yang ditentukan tiba. Ia begitu penuh
harapan, hingga tak sulit untuk tak memejamkan mata
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menunggu saat itu. Dan ketika didengarnya lonceng
sekolah berdentang dua belas kali, ia bangkit,
memakai gaun kamar, sandal, dan sambil membawa
senter kecil membangunkan kawan-kawannya.
Sekali sentuh mereka terbangun dan Arabella
berbisik pada setiap anak, "Ssssh... jangan ribut,
waktu pesta sudah tiba!"
Elizabeth tidur nyenyak Begitu juga Kathleen.
Mereka tak terbangun saat anak-anak perempuan
keluar ke gang dan bergabung dengan anak-anak laki-
laki yang juga keluar dari tempat tidur. Mereka
berjingkat-jingkat menuju ruang bermain. Terdengar
banyak sekali bisik-bisik serta suara-suara tawa yang
tertahan. Bagaikan bayangan anak-anak tadi masuk ke
ruang bermain dan menyalakan lilin. Mereka tak
berani menyalakan lampu, takut kalau cahayanya
terlihat dari luar.
"Lagi pula lebih asyik pakai lilin," bisik Arabella riang.
Inilah sesuatu yang sangat disukainya.... Ia menjadi
ratu pesta! Memang cantik sekali ia memakai gaun
kamar dari sutra, sandal biru juga dari sutra, dan ia
tahu bahwa ia memang tampak cantik.
Anak-anak mulai membuka makanan dan minuman.
Banyak sekali!
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sarden! Oh, aku sangat suka sarden!" seru Ruth.
"Buah persik kaleng! Ooooh... sedaaaaap!" "Sisihkan
kue cokelat untukku! Rasanya pasti lezzatt!"
"Minta sendoknya, sini, biar kubagikan buah persik
ini ..."
"Jangan begitu ribut, Belinda! Sudah dua kali kau
menjatuhkan sendok. Hati-hati, kalau tidak. Bu
Ranger pasti datang kemari!"
Pop! Sebotol limun dibuka tutupnya. Pop! Pop! Yang
lain menyusul. Anak-anak saling pandang dengan hati
riang. Ini sudah lewat tengah malam. Dan mereka
tidak berada di kamar tidur. Mereka berpesta pora di
ruang bermain!
"Mana biskuitnya?" tanya Arabella. "Enak sekali bila
buah persik ini dimakan dengan biskuit. Tapi mana
biskuitnya?"
"Oh, aku lupa!" seru Julian, bangkit. "Baiklah. Akan
kuambil, Arabella. Tak lama. Hanya di lemari olahraga
itu."
Julian tidak membawa senter. Ia meraba-raba di
kegelapan, di gang, mencoba bergerak tanpa suara.
Tetapi tak terduga ia menubruk sebuah kursi yang
langsung jatuh dengan mengeluarkan suara keras!
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Sesaat Julian mematung, memasang telinga. Tempat
itu dekat kamar tidur Elizabeth. Dan Elizabeth
terbangun!
Elizabeth juga memasang telinga, bertanya dalam hati
suara apa itu gerangan. "Baiklah kulihat saja,"
pikirnya kemudian. Ia turun dari tempat tidur,
mengenakan gaun kamar dan memakai sandal. Tak
diperhatikannya bahwa separo tempat tidur di
kamarnya kosong. Ia menyelinap keluar, ke gang,
dengan membawa senter.
Tanpa menyalakan senter ia merayap sepanjang gang,
berhenti sesaat, dan maju lagi. Ia mendengar ada
suara seseorang agak jauh di depannya. Perlahan ia
merambat maju terus.
Seseorang itu berada di dekat lemari olahraga! Jelas
Elizabeth mendengar pintu lemari berderit dibuka
orang. Siapa itu? Apa yang dilakukannya?
Elizabeth maju tanpa suara, dan tiba-tiba
menyorotkan lampu senternya. Julian begitu terkejut
hingga seakan-akan nyawanya terloncat dari
tubuhnya.
"Julian! Apa yang kaulakukan? Hei, sungguh jahat
kau... kau mencuri biskuit! Sungguh menjijikkan kau
ini! Cepat kembalikan!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ssssh," bisik Julian, "kau membangunkan semua
orang, tolol!"
Ia tak berusaha mengembalikan kantong biskuit yang
telah diambilnya. Ia bermaksud akan membawanya
kembali ke tempat pesta. Tetapi Elizabeth tak tahu
tentang itu tentu saja. Ia berpikir bahwa Julian
memang sedang mencuri.
"Hah, kini kau tertangkap basah!" kata Elizabeth.
"Tertangkap dengan barang bukti di tangan! Mana
bungkusan itu!"
Julian merebut kembali biskuitnya. Dan ini
menyebabkan tutup lemari copot dan jatuh dengan
suara sangat keras di lantai, suara yang terus
menggema sampai jauh di gang.
"Anak goblok!" bentak Julian kecewa. "Kini kau betul-
betul membangunkan semua orang!"
14. Obat Bersin
Jatuhnya tutup lemari itu benar-benar
membangunkan banyak sekali orang. Terdengar
langkah-langkah kaki dan pintu-pintu dibuka. Para
guru pasti akan segera muncul.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Julian kabur untuk memperingatkan kawan-kawannya,
dan sempat mendorong Elizabeth keras-keras ke
samping hingga hampir terjatuh. Elizabeth tak tahu
ke mana Julian lari, maka ia pun lari kembali ke kamar
tidurnya, dengan pikiran bahwa kini ia telah
menangkap basah Julian.
"Kini aku akan melaporkannya," pikir Elizabeth naik ke
tempat tidur. "Aku harus melaporkannya."
Julian masuk ke ruang bermain dan berbisik, "Cepat!
Semua kembali ke kamar tidur! Elizabeth sambil
memergoki aku waktu aku mengambil biskuit, dan
membuat suara ribut sekali. Ayo, cepat! Kalau tidak,
bisa tertangkap oleh guru-guru nanti!"
Bergegas anak-anak memasukkan apa saja kembali ke
laci-laci mereka di sepanjang dinding, atau ke dalam
laci meja-meja yang kebetulan kosong. Kemudian lilin
ditiup padam, dan mereka kabur sambil berharap
semoga mereka tak begitu banyak meninggalkan sisa-
sisa makanan.
"Sialan Elizabeth," desis Arabella terengah-engah,
menanggalkan gaun kamarnya dan naik ke tempat
tidur. "Padahal sedang asyik-asyiknya! Merusakkan
suasana saja anak itu!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Guru-guru saling tanya, suara apa yang mereka dengar
itu. Mam'zelle yang kamar tidurnya paling dekat
dengan asrama anak-anak kelas satu, selalu tidur
lelap. Ia tak mendengar apa-apa dan tidur terus. Ia
terkejut saat Bu Ranger membuka pintunya dan
membangunkannya.
"Mungkin anak-anak kelas satu saling mengganggu,"
jawab Mam'zelle mengantuk waktu ditanyai Bu
Ranger. "Tolonglah lihat, Bu Ranger."
Tetapi ketika Bu Ranger telah sampai ke asrama
anak-anak dan menyalakan lampu-lampunya, semua
telah sepi. Semua anak tampaknya telah tidur dengan
lelap. Bahkan luar biasa lelapnya agaknya. Bu Ranger
agak curiga juga.
Dari tempat tidurnya Elizabeth melirik Bu Ranger
yang menyalakan lampu di kamarnya. Haruskah ia
mengatakan apa yang baru saja terjadi? Tidak. Tak
usah. Lebih baik bila perkara itu diuraikannya di
Rapat Besar besok, agar semua menaruh perhatian.
Bu Ranger mematikan kembali lampu-lampu dan pergi
ke kamar tidurnya. Ia tak bisa menerka suara apa
yang didengarnya tadi. Mungkin kucing milik sekolah
telah mengejar sesuatu dan menubruk sesuatu. Tak
lama Bu Ranger telah tertidur kembali.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tetapi Elizabeth lama tak bisa tidur. Ia memikirkan
Julian dan biskuit yang diambilnya. Kini ia yakin bahwa
Julian memang seorang pencuri yang menjijikkan.
Semboyannya untuk melakukan apa saja yang
disukainya dan membiarkan orang lain melakukan yang
disukainya ternyata hanya untuk menutupi kebiasaan
buruknya.
"Ia akan sangat terkejut nanti bila aku berdiri di
Rapat Besar dan membeberkan segala perbuatannya,"
pikir Elizabeth.
Anak-anak sementara itu sangat marah karena
Elizabeth telah menggagalkan rencana mereka.
"Apakah tidak patut kalau kita beri dia hajaran
sepantasnya untuk itu?" kata Arabella dengan gusar.
"Tapi... ia sesungguhnya tak tahu apa pun tentang
pesta kita," kata Julian. "Mungkin ia keluar dari
kamarnya karena heran melihat kalian semua
meninggalkan tempat tidur."
Elizabeth memang merasa heran-tetapi ia hanya
berpikir bahwa anak-anak mengunjungi Arabella untuk
bermain-main, sekadar merayakan ulang tahunnya. Ia
sama sekali tak berpikir bahwa mereka akan berpesta
pora.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan bocorkan rahasia padanya," kata Julian. "Kita
mungkin bisa melanjutkan pesta tadi malam itu nanti.
Dan kalau ia tahu ia pasti akan mencegahnya lagi."
Maka tak seorang pun berkata pada Elizabeth bahwa
ia telah menggagalkan pesta mereka. Tak urung
banyak sekali yang melontarkan pandangan sangat
marah padanya, sehingga Elizabeth sangat heran.
Julian merancangkan suatu siasat untuk membalas
Elizabeth. Diceritakannya rencana itu pada anak-anak
lainnya.
"Dengar," katanya, "aku sudah membuat bubuk obat
bersin. Akan kusebarkan di antara halaman buku
bahasa Prancis Elizabeth. Dan nanti pada pelajaran
Mam'zelle ia pasti akan bersin tak henti-hentinya."
"Oh, bagus sekali!" seru anak-anak yang lain. Mereka
gembira bisa membalas Elizabeth.
Sebelum pelajaran sore hari, Julian menyelinap masuk
ke dalam kelas. Diambilnya buku bahasa Prancis
Elizabeth, dan pada halaman-halamannya disebarkan
serbuk halus yang se-cara tak sengaja ditemukannya
saat ia sedang mengadakan percobaan untuk membuat
sesuatu. Serbuk itu akan membuat orang bersin tak
henti-hentinya. Julian memang selalu berusaha untuk
menemukan sesuatu yang baru.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sesuatu yang sama sekali belum pernah dipikirkan
oleh orang lain.
Setelah cukup banyak ia menaburkan bubuk obat
bersin itu, hati-hati ditutupnya buku tersebut dan
dikembalikannya ke meja Elizabeth. Sambil
tersenyum sendiri ia keluar, memikirkan betapa
Elizabeth akan mendapat suatu kejutan besar. Begitu
juga Mam'zelle.
Lonceng berbunyi. Anak-anak memasuki kelas masing-
masing. "Bahasa Prancis!" keluh Jenny.
"Ya ampun! Kalau sampai Mam'zelle nanti marah, pasti
aku akan lupa semua yang telah kuhapalkan."
"Aku begitu mengantuk," bisik Arabella pada
Rosemary, yang juga tampak lelah karena pesta
tengah malam itu. "Kuharap Mam'zelle tidak
melampiaskan kemarahannya padaku kalau tiba-tiba ia
murka. Kuharap ia akan marah pada Elizabeth. Oh,
pasti lucu nanti kalau ia mulai bersin!"
Sepuluh menit pertama pelajaran lisan. Kemudian
Mam'zelle memerintahkan agar semua mengeluarkan
buku bacaan. Elizabeth mengeluarkan bukunya, dan
membukanya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tak memakan waktu lama, obat bersin itu bekerja.
Saat Elizabeth membuka-buka halaman bukunya,
serbuk lembut halus terbang memasuki hidungnya,
menggelitiknya. Ia merasa akan bersin dan cepat-
cepat mengeluarkan sapu tangannya.
"Hatt-tshi!" Elizabeth bersin. Mam'zelle tak
memperhatikannya.
"Hatt-tshii!" Elizabeth bersin lagi. Heran juga ia.
Apakah ia masuk angin? "HATTTTTTTSHHIIIIII!"
Mam'zelle mengangkat kepala. Elizabeth cepat-cepat
menahan bersin berikutnya. Hening sejenak. Dan saat
itu giliran Jenny membaca keras-keras. Ia sampai ke
akhir halaman dan bersama dengan anak-anak lainnya
membuka halaman tersebut.
Karena membuka halaman itu, debu bubuk bersin di
buku Elizabeth terbang lagi, memasuki hidungnya. Ia
merasa akan bersin, lalu cepat-cepat mengambil
saputangannya lagi. Tetapi ia tak bisa menahan bersin
itu.
"HATTT-TSHIIIII! HA1TTTT-TSHIIIII!" begitu
keras ia bersin, sehingga suara Jenny tak bisa
didengar. Satu-dua anak mulai tertawa geli. Mereka
menunggu Elizabeth bersin lagi. Dan benar juga, kali
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ini begitu keras, sehingga Mam'zelle terkejut dan
terlompat dari kursinya.
"Cukup, Elizabeth!" seru Mam'zelle. "Kau tak boleh
bersin lagi. Tidak perlu itu. Jangan ganggu yang lain
seperti itu."
"Aku tidak bisa hattttttttshi! Menahannya!"
terengah-engah Elizabeth menahan bersin, air mata
mengalir di pipinya sebab bubuk bersin itu memang
sangat kuat. "Hattttttshiiii!"
Mam'zelle jadi sangat marah. "Elizabeth! Minggu lalu
kaubilang air jatuh dari langit-langit. Minggu ini
kauhilang kau mesti bersin. Aku tak suka!"
"Hattttttttt-ttttshiiiii!" Elizabeth bersin lagi. Makin
banyak anak yang tertawa kini. Mam'zelle tak bisa
menahan marahnya, meng-hantam-hantam meja,
"Elizabeth! Kau seorang Pengawas, dan kau berlaku
seperti ini! Hentikan bersinmu segera!"
"Hatttt-TTTSHIII!" Lagi-lagi Elizabeth bersin. Tak
tahan lagi seisi kelas tertawa sehingga air mata
mereka bercucuran.
"Keluar kau! Jangan kembali!" hardik Mam'zelle. "Aku
tak mau kau berada di kelasku!"
"Tetapi, oh, Mam'zelle, aku mohon... hattt-tttshi!
Hattt-tssshi! Oh, Mam'zelle...," sia-sia Elizabeth
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
meminta maaf. Mam'zelle telah mendorongnya ke
pintu, mendorongnya ke luar dan menutupnya rapat-
rapat.
Mam'zelle menghadap ke seluruh isi kelas, dan
berkata tegas, "Ini sama sekali tidak lucu. Sama
sekali tidak lucu!"
Seisi kelas malah tertawa semakin riuh rendah-
mereka tak bisa menahan tawa, di sana-sini tertawa
terhenti, tetapi di tempat lain muncul, dan akhirnya
semua tertawa.
Mam'zelle sangat marah. Seisi kelas dihukumnya
dengan menyuruh mereka mencatat satu halaman
sajak bahasa Prancis. Tetapi bahkan hukuman ini
tidak menghentikan tawa mereka.
Di luar kelas, Elizabeth bingung dan gusar. "Mengapa
aku bersin-bersin seperti itu?" tanyanya dalam hati.
"Mengapa di sini aku sama sekali tidak ingin bersin?
Apakah aku selesma? Di dalam tadi aku sama sekali
tak bisa berhenti bersin. Sungguh kejam Mam'zelle
mengusirku, toh bukan salahku!"
Dan saat itu muncullah William, Ketua Murid Laki-laki,
bersama Pak Lewis, guru musik! Elizabeth bingung.
Tapi tak sempat lagi menghindar. William telah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
melihatnya. William pasti tahu bahwa ia dikeluarkan
dari kelas.
"Elizabeth!" tegur William. "Kenapa kau? Dikeluarkan
lagi? Kudengar dari Rita minggu yang lalu kau
dikeluarkan juga. Apakah kau lupa bahwa kau seorang
Pengawas?"
"Tidak," sahut Elizabeth sedih, "aku tidak lupa.
Mam'zelle mengusirku karena aku tak bisa berhenti
bersin. Ia mengira aku sengaja berbuat begitu untuk
melucu. Tetapi aku memang bersin betulan. Tak bisa
kutahan lagi!"
"Tetapi sekarang kau tak bersin-bersin," kata
William.
"Aku tahu. Begitu aku keluar dari kelas, bersinku
reda."
William melanjutkan perjalanan. Ia yakin Elizabeth
sedang berbuat nakal. Ia harus berbicara dengan Rita
tentang ini. Tak boleh ada Pengawas sampai
dikeluarkan dari kelas. Tak pantas Pengawas memberi
contoh buruk.
Elizabeth sama sekali tak tahu bahwa ia menjadi
korban ulah Julian. Ia hanya menyangka bahwa dirinya
terserang flu pilek. Aneh juga bahwa akhirnya ia
tidak apa-apa.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Biarlah, pokoknya malam ini aku akan melapor di
Rapat Besar," pikirnya. "Sudah pantas Julian dibuka
kedoknya di hadapan anak banyak. Aku yakin semua
akan percaya pada laporanku. Aku toh seorang
Pengawas!"
15. Rapat yang Mengguncangkan
Anak-anak memasuki ruang senam. Rapat Besar akan
dimulai. Elizabeth begitu tegang. Ia ingin agar Rapat
segera selesai, agar semua persoalannya selesai.
"Ada uang untuk kotak kita?" tanya William, seperi
biasanya. Sepuluh shilling disumbangkan oleh seorang
anak yang baru saja menerima wesel dari seorang
pamannya. Arabella memasukkan dua pound uang
hadiah ulang tahunnya. Ia telah mengerti kini, dan tak
mau dilaporkan menyembunyikan uang lagi.
Kemudian dua shilling dibagikan pada setiap anak. Dan
setelah itu Rita dan William mempertimbangkan
permintaan-permintaan uang tambahan. Elizabeth
gelisah. Tak bisa duduk tenang. Ia melirik pada
Julian. Anak itu tenang-tenang saja, rambutnya
seperti biasa turun di dahi hampir menutupi mata.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dan berulang kali Julian harus menepiskan rambut itu
ke samping.
"Ada keluhan atau laporan?" seperti biasa William
bertanya. Seorang anak kecil cepat berdiri sebelum
Elizabeth sempat berdiri.
"William," kata anak kecil itu, "anak-anak di kelasku
selalu memanggilku si Dungu karena nilaiku selalu
paling rendah. Kupikir hal itu tidak adil."
"Kau sudah berbicara dengan Pengawas-mu?" tanya
William.
"Sudah," kata anak kecil itu.
"Siapa Pengawas-mu?" tanya William.
Seorang anak besar berdiri. "Aku," katanya. "Ya.
James selalu diganggu temannya. Ia telah banyak
ketinggalan pelajaran karena sakit. Tetapi aku telah
berbicara dengan gurunya. Menurut gurunya ia bisa
mengejar ketinggalannya kalau saja ia mau berusaha,
sebab sesungguhnya otaknya cerdas."
"Terima kasih," kata William. Pengawas itu duduk.
"Nah, James, kaudengar apa kata Pengawas-mu," kata
William lagi. "Kau sendiri sesungguhnya bisa
mencegah agar tidak dikatakan dungu oleh teman-
temanmu. Caranya dengan menggunakan otakmu.
Belajarlah lebih giat. Mungkin kau telah terbiasa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menjadi juru kunci, sehingga tak sadar bahwa
sesungguhnya kau mampu berbuat banyak."
"O, begitu," kata James, baru tahu tetapi hatinya
senang kini. Lalu ia duduk dengan membantingkan
dirinya ke kursi. Anak-anak sekelasnya sesaat
bingung, tak tahu apakah harus marah atau tertawa
mendengar mereka diadukan. Tetapi tiba-tiba mereka
saling menggamit dan tersenyum. James pun berpaling
serta ikut tersenyum.
"Ada keluhan lain?" tanya Rita.
"Ada, Rita," kata Elizabeth, berdiri begitu cepat
sehingga kursinya hampir roboh. "Ada keluhan berat
yang akan kusampaikan."
Terdengar suara bisik-bisik menjalar di antara
hadirin. Semua berdebar-debar menunggu. Apa yang
akan dikatakan Elizabeth? Arabella jadi sedikit
pucat. Apakah Elizabeth akan mengadukannya lagi?
Julian dengan tajam melirik pada Elizabeth. Apakah
Elizabeth akan mengadukannya?
Ternyata memang betul! Elizabeth memulai
pengaduannya. Ia begitu tegang sehingga kata-
katanya meluncur seakan saling bertubrukan.
"Rita, William, ini tentang Julian," katanya. "Untuk
beberapa lama aku telah menduga bahwa ia sering
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mengambil barang-barang yang bukan miliknya. Dan
kemarin malam aku telah memergokinya! Ia
tertangkap basah olehku. Ia sedang mengambil suatu
barang dari lemari olahraga di gang depan!"
"Elizabeth, kau harus memberi keterangan yang
jelas," kata Rita dengan nada serius. "Kau sedang
melakukan suatu tuduhan yang sangat berat
akibatnya. Ini harus kita selidiki sampai tuntas. Kalau
kau merasa bukti-buktimu tidak cukup, maka kuharap
kau segera mencabut pengaduanmu ini, dan
membicarakannya dengan kami secara tertutup, tidak
di depan umum."
"Aku punya bukti!" kata Elizabeth. "Aku melihat
sendiri Julian mengambil biskuit dari lemari olahraga.
Aku tak tahu punya siapa. Mungkin punya Bu Ranger.
Dan malam itu, sewaktu ia mengira semua telah tidur,
perlahan-lahan ia keluar untuk mengambilnya. Aku
mendengarnya. Aku melihatnya."
Sunyi senyap. Anak-anak kelas satu saling pandang,
dada mereka berdebar keras. Kini pesta tengah
malam mereka akan terpaksa dibeberkan di depan
anak banyak. Julian pasti akan terpaksa mengatakan
rahasia mereka.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
William memandang Julian. Julian berlagak tak peduli,
duduk seenaknya dengan tangan di saku dan
tersenyum-senyum.
"Berdirilah, Julian," kata William, "dan ceritakan pada
kami bagaimana kejadian itu bisa terjadi."
Julian berdiri. Tangannya masih di saku. "Jangan
memasukkan tanganmu di saku," tegur William. Julian
mengikuti perintah itu. Penampilannya tampak
berantakan sekali. Matanya yang hijau bersinar
tajam.
"Maafkan aku, William," kata Julian. "Aku tak bisa
memberikan keterangan, sebab rahasia itu juga
menyangkut banyak sekali orang lain. Yang bisa
kukatakan di sini adalah-aku tidak mencuri biskuit itu.
Aku memang mengambilnya, tetapi tidak mencurinya."
Julian duduk Elizabeth langsung berdiri dan berseru,
"Kaulihat, Wiliam, dia tak bisa memberi alasan yang
tepat!"
"Duduklah, Elizabeth." kata William tegas. Ia
memandang pada anak-anak kelas satu yang jadi sunyi
dan gelisah, tak berani berisik ataupun saling
pandang. Julian baik sekali, tidak membuka rahasia
mereka. Tetapi betapa tak menyenangkan keadaan ini!
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi