The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rinisetyo756, 2022-05-16 07:40:59

03. Si Badung Jadi Pengawas

03. Si Badung Jadi Pengawas

"Julian, ayahmu pasti pandai sekali," kata Elizabeth.
"Oh, Julian, pasti senang sekali untuk bisa menjadi
sepandai itu, menemukan obat-obatan yang bisa
menolong orang lain. Bayangkan saja... bayangkan
saja... obat penemuan ayahmu berhasil menolong
nyawa ibumu! Aku yakin kepandaian ayahmu menurun
padamu, Julian. Kau juga cerdas. Mungkin suatu hari
kau akan berhasil menyelamatkan nyawa seseorang
yang kaucintai dengan obat penemuanmu sendiri!"
Elizabeth menyatakan itu semua untuk menghibur
Julian. Tetapi ia jadi sangat terkejut sewaktu Julian
malahan mengempaskan diri ke rumput dan menangis
tersedu-sedu.
"Ada apa? Jangan begitu," pinta Elizabeth. Tetapi
Julian tidak memperhatikannya. Setelah beberapa
lama ia bangkit, duduk, dan mencari saputangan di
sakunya. Ia tak menemukan saputangan itu. Terpaksa
ia menggunakan tangannya untuk menghapus mukanya
yang kotor. Elizabeth mengulurkan saputangannya dan
diterima oleh Julian, dipakai untuk mengusap muka.
"Kalau obat penemuan Ayah yang menyembuhkan
ibuku, maka itu karena kerja kerasnya selama
bertahun-tahun, karena ia menggunakan otaknya
sebaik mungkin," kata Julian, seakan-akan pada

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

dirinya sendiri. "Tadinya ku-f pikir sungguh tolol ia
bekerja begitu keras, hampir tak pernah bersantai
atau berlibur." Ia mengusap matanya lagi. Elizabeth
mendengarkan penuh perhatian, tak berani menyela.
Julian berbicara dengan bersungguh-sungguh.
Mungkin inilah saat yang paling penting da-lam
hidupnya, saat ia harus memilih jalan yang nanti akan
ditempuhnya: jalan santai yang selama ini dianutnya,
atau jalan kerja keras yang telah ditempuh ayahnya,
kerja keras tak mengenal lelah dan tak mengharapkan
upah demi bisa menolong sesamanya.
Julian berbicara lagi, masih seolah-olah pada dirinya
sendiri, "Aku juga dikaruniai otak yang cemerlang.
Tetapi aku telah menyia-nyiakan-nya. Dan karenanya
sudah sewajarnyalah aku menerima hukuman seperti
ini. Dan ayahku, ia telah menggunakan otaknya sebaik
mungkin selama bertahun-tahun. Mungkin untuk itu ia
akan menerima imbalannya-dengan berhasil
menyembuhkan ibuku. Imbalan yang paling indah
baginya! Oh, kalau saja ibuku selamat, aku akan
bekerja keras selalu, takkan mengenal istirahat lagi.
Ini memang hukuman bagiku. William telah berkata
suatu hari aku akan mengubah pendirianku, dan itu
hanya akan kulakukan bila aku mendapat guncangan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

hebat. Mungkin inilah yang dimaksudnya." Julian
menyisihkan rambutnya, mengatupkan bibirnya yang
gemetar. "Otakmu sangat cemerlang, Ju," kata
Elizabeth perlahan. "Sering kudengar guru-guru
berbicara tentangmu. Mereka berkata kau bisa
melakukan apa saja yang kaukehendaki, apa saja di
dunia ini. Dan kupikir, kalau seseorang mempunyai
suatu bakat atau otak yang cemerlang, maka ia akan
merasa sangat bahagia bila bisa menggunakannya. Dan
ia juga akan membawa kebahagiaan bagi orang lain.
Aku bukannya mau sok menasihati, Julian. Sama sekali
bukan!"
"Aku tahu," kata Julian. "Kau memang benar, dan
perkataanmu memang masuk akal. Oh, mengapa tak
kutunjukkan pada Ibu apa yang bisa kulakukan, pada
waktu aku bisa melakukannya? Ia akan begitu bangga
padaku.

Ia memang selalu berkata bahwa ia tak peduli apa
saja yang kulakukan, bahkan bermalas-malasan pun
aku diperkenankannya-tetapi tentu saja ia akan bisa
lebih bangga bila aku tidak berbuat itu, tidak
bermalas-malasan dan bercanda terus-menerus. Kini
sudah terlambat bagiku untuk membuatnya bangga."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak, tidak terlambat," kata Elizabeth. "Kau tahu
masih ada harapan bagi ibumu untuk sembuh. Ayahmu
sendiri yang berkata begitu. Betapapun, tak peduli
apa yang akan terjadi, kau toh bisa saja bekerja
keras dan menggunakan otakmu sebaik-baiknya dan
melakukan sesuatu untuk umat manusia. Kau bisa jadi
apa saja yang kaukehendaki!"
"Aku akan jadi ahli bedah," kata Julian, mata hijaunya
bersinar-sinar. "Aku akan mencari pengobatan
terbaik untuk menyembuhkan orang. Aku akan
bekerja keras melakukan ratusan percobaan. Aku
akan menemukan obat-obat yang bisa membuat jutaan
orang sehat kembali."
"Kau pasti bisa melakukannya, Julian. Cita-citamu itu
pasti terkabul!" kata Elizabeth. "Aku yakin itu."
"Tetapi bila cita-citaku itu terkabul lalu untuk apa?
Ibuku toh tak bisa menyaksikannya," kata Julian, dan
tiba-tiba bangkit, pergi ke pagar. "Oh, Elizabeth, aku
mengerti kini mengapa ini semua terjadi padaku.
Hanya dengan cara beginilah aku bisa mengerti bahwa
aku salah, bahwa selama ini .perbuatanku sungguh
memalukan diriku.... Aku ingin... aku ingin..."
Ia berhenti berbicara. Ingin sekali Elizabeth
mengetahui apa yang diinginkan oleh Julian.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Sesungguhnya Julian ingin berkata bahwa sebenarnya
pelajaran sekeras itu tak perlu dijatuhkan padanya,
toh ia akan mengerti. Tetapi kemudian ia ragu-ragu.
Apakah benar ia bisa mengubah pendiriannya kalau
tidak ada kejadian seperti itu? Perlahan Julian
meninggalkan padang rumput tadi. Diikuti oleh
Elizabeth.
Mereka berdua berjalan perlahan menuju sekolah,
lewat jalan besar. Dan kebetulan mereka melewati
sebuah gereja kecil. Pintunya terbuka.
"Aku akan masuk ke sana," kata Julian. "Aku akan
mengikrarkan sesuatu. Rasanya sangat tepat bila aku
berikrar di dalam gereja. Ikrar yang akan mengikatku
seumur hidup. Jangan ikut masuk, Elizabeth,"
Ia memasuki gereja yang bercahaya remang-remang
itu. Elizabeth duduk di bangku kayu di depan gereja,
dengan mata kosong memperhatikan bunga-bunga
dafodil pertama yang beterbangan ditiup angin.
"Lebih baik aku berdoa juga," kata Elizabeth dalam
hati. "Mudah-mudahan ibu Julian cepat sembuh.
Tetapi aku mendapat firasat itu suatu hal yang tidak
mungkin. Kasihan Julian. Ia akan terpaksa harus
bekerja keras tanpa ibunya bisa merasa bangga akan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

dia, tanpa dorongan kasih sayang ibunya untuk
mencapai cita-citanya yang begitu mulia."
Beberapa saat kemudian Julian keluar. Kini ia tampak
lebih tenang. Matanya yang hijau seolah memancarkan
kedamaian dan kekerasan hati. Elizabeth yakin bahwa
apa pun yang diikrarkan Julian di dalam gereja itu,
pasti akan dipenuhinya dan takkan pernah
diingkarinya. Otak Julian tak akan dipakai hanya
untuk bercanda lagi. Kini seluruh hidupnya akan
disumbangkannya untuk keperluan umat manusia,
seperti yang telah dilakukan oleh ayahnya. Mungkin
seperti yang dikatakannya tadi ia akan jadi ahli
bedah, atau seorang dokter yang mampu berbuat
berbagai mukjizat ilmiah.
Tanpa berkata sepatah pun keduanya berjalan menuju
sekolah. Sekolah itu sepi. Anak-anak telah pergi
dengan sahabat atau ayah-ibu mereka, berjalan-jalan.
Julian mengembalikan saputangan Elizabeth yang kini
telah sangat kotor.
"Sayang sekali kau tak jadi jalan-jalan," katanya
dengan tersenyum. "Tetapi rasanya tanpa kau entah
apa jadinya dengan diriku."
"Mari kita bawa makanan ke padang rumput, dan
berpiknik sendiri," usul Elizabeth.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Julian menggelengkan kepala. "Tidak," katanya. "Aku
ingin berada di sini. Siapa tahu ada kabar untukku.
Mungkin hari ini tak ada. Kata ayahku, ia baru bisa
memberi kabar setelah satu-dua hari. Tetapi siapa
tahu. "
"Ya," kata Elizabeth, "baiklah. Biar kutemani kau.
Mari pergi ke kebun. Kita bekerja saja di sana. John
mungkin tak ada, tetapi aku tahu apa yang bisa kita
kerjakan. Ada beberapa benih selada yang harus
ditanam. Dan ada beberapa lubang yang harus digali.
Kaukira kau bisa melakukan itu?"
Julian mengangguk. Mereka ke luar, ke kebun, dan
segera sibuk bekerja di bawah terik matahari dan
embusan angin. Betapa menyenangkan bekerja seperti
itu. Betapa menyenangkan punya sahabat yang siap
mendampinginya terus bila kesulitan tiba.

21. Pengakuan Martin

Hari itu tak ada berita dari ayah Julian. Hanya
sebuah pesan bahwa keadaan ibunya tetap saja tidak
membaik dan tidak pula memburuk Anak-anak lain ikut
bersedih mendengar keadaan ibu Julian. Mereka
berusaha keras untuk menghiburnya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Dan sungguh aneh, tampaknya Martin yang paling
sedih di antara semua anak kelas satu. Ia pun tampak
gelisah. Aneh juga, pikir Elizabeth. Martin bukanlah
sahabat Julian. Bahkan Julian tak begitu menyukai
Martin, serta sering menunjukkan perasaan itu di
depan yang lain. Lalu mengapa? Seakan menjawab
pertanyaan Elizabeth itu, tiba-tiba Martin
mendekatinya.
"Bisakah aku berbuat sesuatu untuk membantu
Julian?" tanya Martin mula-mula. "Sesuatu... apa
saja... yang bisa kulakukan untuk mengurangi
kesedihannya?"
"Kurasa tidak ada," kata Elizabeth. "Sungguh baik
hatimu punya maksud seperti itu, Martin, tetapi
bahkan aku sendiri tak bisa berbuat apa-apa baginya."
"Bagaimana pendapatmu? Ibunya akan sembuh?"
tanya Martin lagi.
"Aku khawatir... hal itu sulit sekali terjadi," kata
Elizabeth. "Pasti akan sangat berat bagi Julian bila
berita buruk itu akhirnya datang. Kurasa lebih baik
kita tidak mengganggunya, Martin, walaupun maksud
kita sesungguhnya baik."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Martin makin gelisah, bermain-main tak keruan
dengan buku dan pensil. Elizabeth jadi terganggu juga
melihat tingkah Martin.
"Kau ini kenapa sih, Martin? Gelisah sekali
tampaknya," katanya. "Kau membuat meja ini
terguncang-guncang! Diamlah. Aku ingin menulis."
Di ruang bermain itu hanya ada seorang anak lain
kecuali Martin dan Elizabeth, yaitu Belinda. Tetapi
Belinda agaknya sudah selesai dengan entah apa yang
sedang dilakukannya. Ia berdiri dan keluar. Martin
menutup pintu dan makin mendekat pada Elizabeth.
"Aku ingin minta nasihatmu tentang sesuatu,
Elizabeth," katanya tiba-tiba. Gugup.
"Jangan padaku," kata Elizabeth segera. "Aku bukan
lagi seorang Pengawas. Aku bukan orang yang tepat
bagimu untuk dimintai nasihat. Pergilah ke Pengawas-
mu yang baru. Ia lebih bisa berpikir tenang."
"Aku tidak kenal Susan, aku hanya kenal kau," kata
Martin. "Ada sesuatu yang sangat mengacaukan
pikiranku, Elizabeth-dan kini karena Julian sedang
mendapat kesulitan, pikiranku semakin kacau saja.
Aku juga sangat mencintai ibuku. Aku tahu bagaimana
perasaan hati Julian. Dengarkanlah apa yang ingin
kukatakan, Elizabeth."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Martin, jangan katakan padaku," kata Elizabeth.
"Aku betul-betul takkan bisa menolongmu. Bahkan aku
tak yakin pada diriku sendiri lagi Aku selalu saja
berbuat keliru. Lihat saja betapa aku menuduh Julian
mencuri. Aku akan merasa malu seumur hidupku bila
teringat hal itu. Apalagi ternyata Julian begitu baik,
mau memaafkanku. Lebih baik kau pergi saja ke
Susan."
"Aku tak bisa minta nasihat seseorang yang tidak
kukenal dengan baik," kata Martin. "Aku tak ingin
minta bantuanmu atau minta pertolonganmu. Aku
hanya ingin menceritakan sesuatu, agar tak lagi
terlalu berat terasa di hatiku,"
"Baiklah, baiklah," kata Elizabeth akhirnya. "Apakah
kau telah melakukan suatu kesalahan? Sudahlah.
Jangan bergerak terus begitu, Martin, kenapa sih kau
ini?"
Martin duduk Menopang kepalanya dengan kedua
tangannya. Menutupi mukanya dengan kedua telapak
tangannya. Elizabeth melihat wajahnya menjadi
merah. Kenapa Martin? Dan waktu Martin berbicara,
mukanya masih ditutupinya dengan telapak tangan.
Suaranya tak begitu jelas terdengar. "Aku... akulah
yang mengambil uang... banyak sekali... dari Arabella...

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

dan Rosemary... dan kau... dan banyak lagi yang lain....
Aku juga mengambil permen dan cokelat... dan biskuit
dan kue... "
Elizabeth ternganga. Terpaku. Heran. Terkejut.
"Kau... kau pencuri!" katanya kemudian dengan sangat
gusar. "Kau pencuri tak tahu malu! Huh! Sok berlagak
pemurah segala! Kau bahkan menawarkan untuk
memberiku uang satu shilling sebagai pengganti
uangku yang hilang. Padahal kau sendiri yang
mengambilnya! Dan kau juga bermaksud memberi
Rosemary uang, sehingga ia begitu senang padamu.
Martin Follett, kau betul-betul jahat. Palsu. Tak tahu
malu. Munafik... pura-pura pemurah tetapi sebetulnya
pencuri!"
Martin tak berkata sepatah pun. Terus saja
bertopang dagu menutupi mukanya. Elizabeth begitu
marah. Dan jijik.
"Untuk apa kauceriterakan ini padaku? Aku tak ingin
mendengarnya. Aku telah menuduh Julian yang malang
itu untuk perbuatan yang sesungguhnya kaulakukan!
Dan, Martin, pasti kau juga yang menaruh uang
shilling bertanda itu di saku Julian dan juga permen
itu, agar aku mengira bahwa dialah yang berbuat.
Bagaimana kau bisa begitu kejam?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Martin mengangguk. Dan masih menutupi mukanya.
"Ya, aku yang berbuat itu. Aku begitu ketakutan
waktu kulihat bahwa uang shilling itu bertanda. Lagi
pula aku tak pernah merasa suka pada Julian, karena
ia tidak me-nyukaiku. Aku takut kalau sampai
kesalahanku kauketahui, maka takkan ada yang mau
bersahabat denganku lagi. Padahal aku ingin sekali
punya banyak kawan. Hampir tak ada seorang pun
yang benar-benar menyukaiku."
"Astaga!" kata Elizabeth gusar. "Sudah terlalu buruk
kelakuanmu, mengambil uang dan yang lain. Masih juga
kautambah dengan memfitnah orang. Itu bukan saja
jahat, tetapi juga sangat pengecut! Aku tak tahu
mengapa kau menceritakan ini semua padaku.
Mestinya kau-ceritakan langsung pada William dan
Rita. Bukan aku!"
"Aku tak sanggup," keluh Martin.
"Pikirkan akibat perbuatanmu itu!" kata Elizabeth
keras, makin lama makin marah bila
teringat akibat perbuatan Martin. "Kau membuatku
menuduh Julian mencuri. Ia marah, dan membalas
dengan berbagai tipuan sehingga aku dikeluarkan dari
kelas, sehingga aku dicopot dari kedudukanku sebagai
Pengawas. Martin Follet, kau ini anak yang paling

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

busuk hatinya yang pernah kutemui. Alangkah baiknya
kalau kau tidak menceritakan ini semua padaku."
"Aku... aku tak tahan memikirkan bahwa akulah yang
telah menjerumuskan Julian dalam kesulitan... dan
makin tak tahan lagi aku kini, saat Julian begitu
merasa sedih," kala Martin. "Karena itulah
kuceritakan ini semua padamu, agar lega sedikit
hatiku. Agaknya hanya inilah yang bisa kulakukan
untuk Julian."
"Lebih baik lagi bila kau tidak memberi pengakuan ini
padaku," Elizabeth bangkit berdiri. "Aku tak bisa
menolongmu, dan walaupun bisa aku tak sudi
menolongmu. Kau busuk hati, pengecut, dan jahat. Tak
pantas kau bersekolah di Whyteleafe ini. Lagi pula,
aku kini sedang sibuk memikirkan Julian, tak punya
waktu untuk memikirkan kau!"
Dengan marah Elizabeth meninggalkan ruangan itu.
Sungguh menjijikkan! Bayangkan... berbuat serupa itu!
Mencuri! Memfitnah! Membiarkan orang lain
menderita!
Tepat saat Elizabeth keluar, Rosemary masuk.
Elizabeth langsung pergi ke ruang musik,
mengeluarkan buku musiknya dan mulai berlatih

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sambil berpikir tentang Julian, dirinya sendiri, dan
Martin Follett.
Beberapa lama kemudian, pintu ruang berlatih itu
terbuka. Rosemary menjenguk ke dalam. Mukanya
yang lembut manis itu tampak agak ketakutan saat
Elizabeth melotot padanya. Tetapi kali ini agaknya
Rosemary berhasil memberanikan diri. Walaupun
kening Elizabeth berkerut, masuk juga ia, dan
menutup pintu.
"Mau apa kau?!" kata Elizabeth kasar.
"Kenapa Martin?" tanya Rosemary. "Apakah ia sakit?
Tampaknya ia sangat menderita waktu aku masuk
tadi."
"Bagus," kata Elizabeth, meneruskan berlatih
kembali. "Syukur!"
"Kenapa?" tanya Rosemary heran.
Elizabeth tak mau menceritakan sebabnya. "Aku tidak
suka pada Martin," katanya, sambil terus bermain.
"Kenapa tidak?" tanya Rosemary. "Ia kan baik hati.
Kau tahu, ia selalu memberi permen dan sebagainya.
Dan kalau ada yang kehilang-an uang, ia sering
bersedia memberi sedikit uangnya. Aku pikir ia anak
yang paling murah hati. Ia tak pernah makan permen.
Ia mengumpulkan begitu banyak permen hanya untuk

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

dibagi-bagikan. Ia anak yang paling tidak pernah
memikirkan dirinya sendiri."
"Pergilah, Rosemary, aku sedang berlatih," kata
Elizabeth yang merasa tak senang karena Martin
dipuji-puji.
"Tetapi, Elizabeth, sebenarnya Martin yang malang
itu kenapa?" desak Rosemary, untuk kali ini lupa pada
sifat pemalunya. "Kasihan betul dia. Apakah kau baru
saja mengatakan sesuatu yang menyakitkan hatinya?
Kau tahu betapa kejinya kau terhadap Julian. Kau tak
pernah memberi kesempatan pada anak yang kau kira
berbuat salah, ya?"
Elizabeth tidak menjawab. Rosemary keluar, dan di
luar kebiasaannya ia mengempaskan pintu sampai
berdebam tertutup. Ia marah sekali pada Elizabeth.
Ia tak mau kembali pada Martin, sebab tadi Martin
juga tak mau berbicara dengannya dan malah akhirnya
menyuruhnya pergi. Sungguh membingungkan.
"Aku merasa pasti Elizabeth bertengkar dengan
Martin," katanya dalam hati. "Tetapi ternyata tak ada
gunanya bagiku untuk menanyakannya langsung pada
Elizabeth."
Tetapi sesungguhnya ada juga gunanya. Sebab begitu
Rosemary pergi, Elizabeth merenungkan kembali

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

kata-kata Rosemary tadi tentang Martin. Tiba-tiba
saja terasa betapa anehnya kata-kata tersebut.
"Rosemary berkata Martin anak pemurah hati,
melebihi siapa pun yang dikenalnya," pikirnya. "Ia
berkata Martin tak pernah makan permen, selalu
memberikan permennya pada anak lain. Dan bila
seseorang kehilangan uang, ia selalu bersedia untuk
menggantinya. Memang benar, ia bermaksud
memberiku uang dan permen. Aneh sekali. Mencuri
kemudian memberikan hasil curiannya pada anak lain.
Sungguh ajaib!"
Elizabeth berhenti berlatih. Berpikir terus tentang
Martin. Bagaimana Martin bisa jahat tetapi juga
murah hati? Bagaimana ia tega membuat orang lain
sedih dengan jalan mengambil barang-barang mereka,
tetapi mampu membuat orang lain senang dengan
memberi mereka uang dan barang lainnya? Sama
sekali tak masuk akal. Tetapi ini memang terjadi! Tak
salah lagi!
"Ia mencuri bukan untuk dirinya sendiri," pikir
Elizabeth. "Aneh. Alangkah senangnya kalau aku bisa
bertanya pada seseorang tentang ini. Tetapi aku tak
mau pergi ke Susan. Dan yang pasti aku tak mau sekali
lagi menghadap William dan Rita. Aku tak mau mereka

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

berpikir aku ini suka ikut campur urusan orang. Lagi
pula aku sekarang kan bukan Pengawas. Sialan juga si
Martin itu, pakai cerita segala padaku."
Beberapa hari lamanya ia berpikir-pikir terus.
Kemudian sesuatu membuatnya lupa pada persoalan
Martin yang terus menghantuinya. Sesuatu yang
terjadi di kelas matematika.
Anak-anak sedang tekun belajar waktu itu. Tiba-tiba
jauh di ruang depan terdengar telepon berbunyi. Dua-
tiga kali baru diangkat oleh seseorang. Kemudian
terdengar langkah bergegas sepanjang gang, makin
lama makin dekat. Terdengar ketukan di pintu.
Seorang pelayan sekolah masuk, berbicara pada Bu
Ranger. "Maaf, Bu, ada telepon penting untuk Tuan
Julian. Interlokal. Karenanya saya tidak langsung
menghubungi Bu Belle, takut kalau terputus sebelum
Tuan Julian bisa menerimanya."
Bagaikan terbang Julian meninggalkan bangkunya,
sebelum pelayan itu menyelesaikan kalimatnya.
Dengan wajah pucat pasi ia berlari di gang, ke ruang
depan. Jantung Elizabeth bagaikan berhenti
berdenyut. Akhirnya! Suatu berita buat Julian!
Tetapi apakah berita buruk? Berita baik? Seisi kelas
menunggu. Hening.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Semoga kabar baik... semoga kabar baik...," pikir
Elizabeth berulang-ulang. Begitu gelisah, sehingga ia
sama sekali tak merasa penanya membuat noda-noda
tinta besar di halaman buku yang sedang dihadapinya.

22. Martin Semakin Mengherankan

Lamat-lamat terdengar suara gagang telepon ditaruh.
Kemudian suara langkah mendekat tergesa-gesa
kembali ke ruang kelas. Pintu kelas terbuka. Julian
masuk Wajahnya berseri-seri. Dengan mata bersinar.
Dan bibir tersenyum.
"Kabar gembira!" ia berseru. "Ibuku membaik!"
"Horeeeeee!" tak terasa Elizabeth berteriak, dengan
perasaan gembira meluap, tetapi entah kenapa ia juga
ingin menangis.
"Oh, bagus sekali!" seru Jenny.
"Hebat!" teriak Harry mengentak-entakkan kaki ke
lantai. Anak-anak lain juga ribut sekali, seolah-olah
mereka merasa harus berbuat ribut untuk
menyatakan kegembiraan hati mereka. Jenny tanpa
alasan menghantam punggung Belinda. Beberapa orang
anak bertepuk tangan. Semua merasa gembira!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Syukurlah, Julian," kata Bu Ranger. "Sungguh tegang
tadi kami menanti. Sekarang kekhawatiran kita
bersama telah lenyap. Bagaimana ibumu?"
"Sangat baik," kata Julian dengan wajah cerah. "Dan
ini karena obat ajaib ciptaan Ayah dan kedua orang
rekannya, yang telah merek, kembangkan selama
beberapa tahun! Harapan bagi ibuku. Tetapi ternyata
memang harapan itu menjadi kenyataan. Pagi ini masa
krisis telah dilewati. Dan ia pasti membaik! Wah,
rasanya aku tak bisa belajar lagi pagi ini!"
Bu Ranger tertawa. "Tinggal lima menit sebelum
istirahat. Baiklah. Semua boleh menyimpan buku
masing-masing. Dan pelajaran ini kita anggap selesai
saja, untuk melepaskan rasa tegang kalian. Semua
ikut bergembira atas kabar baik ini, Julian!"
Maka kelas satu pun keluar, beristirahat sebelum
waktunya, ribut bergembira, berhamburan ke taman,
membuat kelas-kelas lain merasa heran. Elizabeth
menyeret Julian ke sebuah sudut yang sepi.
"Julian! Luar biasa sekali, bukan? Kau sekarang tak
usah bersedih hati, bukan?" katanya.
"Tentu! Aku merasa sangat berbahagia," kata Julian.
"Aku merasa bahwa aku diberi kesempatan sekali lagi
untuk menunjukkan pada ibuku bahwa ia bisa bangga

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

akan aku. Wuah! Betapa aku akan bekerja keras nanti.
Aku akan merebut semua nilai tertinggi! Aku akan
merebut semua bea siswa yang bisa kudapat! Aku
akan menempuh ujian kedokteran pada usia semuda
mungkin! Aku akan menggunakan otakku seperti belum
pernah kugunakan sampai saat ini!"
"Dalam minggu ini kau pasti nomor satu," kata
Elizabeth. "Tetapi kau akan tetap lucu, bukan?"
"Yah... aku tak tahu tentang itu," kata Julian.
"Mungkin di waktu-waktu senggangku aku masih bisa
memikirkan beberapa lelucon. Tetapi aku takkan
membuang-buang waktuku atau waktu orang lain untuk
itu. Aku akan mengubah pribadiku. Aku akan menjadi
anak baik seperti yang selalu kauinginkan."
"Tidak, bukan itu yang kuinginkan," kata Elizabeth.
"Aku hanya ingin kau bersikap wajar saja, tidak sok
baik. Tetaplah berbuat lucu, Julian, sebagai imbangan
kerja kerasmu."
Julian tertawa, dan berdua mereka menyertai kawan-
kawan mereka yang lain bermain. Anak itu bagaikan
gila oleh rasa gembira. Semua rasa takutnya lenyap.
Ibunya membaik Ia akan segera bertemu dengan
ibunya. Masih ada waktu tersisa di semester ini untuk
membuat ibunya bangga akan hasil kerjanya!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Untuk beberapa saat Elizabeth lupa akan Martin.
Kemudian ia melihat Martin muncul dengan wajah
penuh penderitaan, seperti kata Rosemary. Martin
punya kebiasaan aneh kini. Ia selalu mengikuti ke
mana saja Julian pergi, sehingga Julian sering merasa
kesal, tak bisa melepaskan diri dari Martin.
"Sial, aku lupa tentang Martin!" kata Elizabeth dalam
hati. "Aku tak boleh mengatakan apa yang
dikatakannya dulu itu pada Julian. Julian sedang
berbahagia hari ini. Cerita tentang Martin, akan
merusak kegembiraannya. Lagi pula, aku sudah begitu
sering berbuat kesalahan hanya karena berpikir
bahwa aku bisa menyelesaikan persoalan-persoalan
sendiri, tanpa minta nasihat orang lain. Aku tak boleh
mencoba menangani persoalan ini. Jangan-jangan
malah aku sendiri nanti yang mendapat kesulitan lagi."
Maka ia mencoba untuk tidak memikirkan Martin.
Tetapi Martin berbuat makin aneh. Ia tidak lagi
membuntuti Julian, ganti membuntuti Elizabeth. Ia
tampak sangat bingung. Elizabeth merasa gembira
waktu jam tidur datang dan Martin terpaksa tak bisa
mengikutinya lagi.
Kegembiraan yang meluap hari itu membuat Elizabeth
sukar tidur. Berbalik ke sana, berbalik kemari,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

digemburkannya bantal, dibuangnya selimut,
diambilnya selimutnya lagi... tetapi masih juga ia tak
bisa tidur.
Ia terpaksa berpikir tentang Martin. Sungguh aneh.
Bagaimana seseorang bisa punya dua kepribadian
sekaligus? Bagaimana seseorang bisa keji tapi juga
baik hati? Bertabiat buruk tapi juga bertabiat baik?
Diingat-ingatnya semua Rapat Besar sekolah yang
pernah diikutinya. Diingat-ingatnya berbagai
perbuatan aneh anak-anak yang diungkapkan setiap
kali Rapat. Penyebab perbuatan itu dicari dan
diketemukan, kemudian ditunjukkan jalan keluar, dan
menyembuhkan perbuatan aneh tersebut.
"Harry, misalnya. Ia suka berbuat curang di kelas.
Mencontek. Tetapi ternyata itu dilakukannya karena
takut pada ayahnya, takut bila dapat nilai rendah,"
pikir Elizabeth. "Kemudian Robert. Semester yang
lalu ia suka menindas anak-anak kecil. Tetapi ternyata
itu karena dulunya ia iri pada adik-adiknya dan ia
melampiaskan rasa irinya itu dengan menyiksa anak-
anak kecil. Kemudian aku. Aku dulu juga berkelakuan
buruk sekali. Tetapi kini aku sudah cukup baik,
walaupun harus kehilangan kedudukanku sebagai
Pengawas."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Ia teringat akan buku besar tempat William dan Rita
mencatat apa saja yang terjadi dalam sebuah Rapat
Besar. Di situ tercatat berbagai cerita tentang anak-
anak yang nakal atau melanggar peraturan di
Whyteleafe, dari tahun ke tahun. Semua kesalahan
dicatat, cara penanggulangannya pun dicatat, juga
cara mencari sebab kesalahan tersebut.
"Aku tak yakin ada cara untuk menyembuhkan sifat
Martin," pikir Elizabeth. "Mungkin di Buku Besar
William ada suatu peristiwa yang mirip kisah Martin.
Ingin sekali aku melihat buku besar itu. Oh, kenapa
hari tidak cepat pagi agar aku bisa memeriksa buku
itu."
Anak-anak memang diperkenankan membaca buku
tersebut, yang saat ini mereka namakan Buku Besar
William. Banyak sekali pelajaran yang bisa didapat
dari buku itu.
Elizabeth makin gelisah. Akhirnya ia bangkit, duduk
"Aku akan melihat buku itu sekarang juga," pikirnya.
"Aku toh takkan bisa tidur sebelum pertanyaanku ini
terjawab. Paling tidak aku bisa melewatkan waktu
dengan lebih berguna."
Elizabeth memakai gaun kamar dan sandal. Kemudian
ia menyelinap keluar kamar tidur, membawa senter.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Semua sudah tidur lelap. Tanpa bersuara Elizabeth
berjalan di gang, dan turun ke ruang senam. Di bagian
depan ruang itu terdapat semacam panggung tempat
para hakim dan juri duduk Dan di situ terdapat meja.
Di laci meja itulah disimpan Buku Besar William.
Elizabeth mengeluarkan buku tersebut. Ia
menggunakan senternya, sebab tak berani menyalakan
lampu di ruangan itu. Dibukanya buku tadi. Penuh
dengan berbagai macam tulisan-sebab buku tersebut
sudah dipegang oleh tiga atau empat orang Ketua
Murid yang berbeda-beda selama Sekolah
Whyteleafe ini berdiri.
Sekilas Elizabeth melihat di sana-sini di buku tadi.
Namanya tercatat. Ini dia. Disebut si Cewek Paling
Badung, si Badung Bandel Bengal, seperti yang
disebutkan oleh Harry. Dan ini lagi. Ia diberi
kehormatan untuk menjadi Pengawas karena berhasil
membuktikan dirinya bisa berkelakuan sangat baik.
Dan oh, ini lagi. Dicopot dari kedudukan Pengawas
karena dianggap tidak becus!
"Elizabeth Allen kehilangan kedudukannya sebagai
Pengawas karena tanpa beralasan menuduh seorang
teman sekelasnya mencuri. Juga kelakuannya di kelas
menunjukkan bahwa ia tidak pantas menjadi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Pengawas", demikian tertulis dengan tulisan kecil dan
rapi, tulisan William.
"Aku cukup sering muncul di buku ini," pikir Elizabeth
dan terus membuka-buka halaman buku tersebut ke
arah depan, ke masa-masa Sekolah Whyteleafe yang
telah lewat. Tercatat di situ anak-anak Whyteleafe
yang berkelakuan buruk ataupun berkelakuan begitu
baik sehingga mendapat kehormatan khusus- anak-
anak yang telah lama meninggalkan sekolah itu kini.
Dan perhatiannya terpaku pada kisah seorang anak
perempuan. Cukup mirip dengan kisah Martin!
Dibacanya dengan teliti sampai selesai. Kemudian
ditutupnya buku itu. Termenung. Berpikir keras.
"Sungguh kisah yang aneh," katanya dalam hati.
"Sungguh mirip Martin. Anak ini, Tessie, juga mencuri
uang. Tetapi tak pernah ia membelanjakan uang
tersebut. Ia segera memberikannya pada anak lain.
Dan ia mengambil bunga dari taman sekolah.
Memberikannya pada guru-guru, mengatakan bahwa
bunga-bunga tadi dibelinya. Dan ternyata ini karena ia
merasa tak ada yang menyukainya. Ia ingin membeli
persahabatan dengan bersikap murah hati. Ia mencuri
agar bisa memberi, agar disenangi. Mungkinkah
Martin juga begitu?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Elizabeth kembali ke kamar tidurnya. "Alangkah
menderitanya tak punya sahabat. Apalagi kalau
kemudian terpaksa harus berbuat begitu itu," kata
Elizabeth dalam hati lagi. "Rasanya aku harus
mengatakan sesuatu pada Martin besok Hari ini ia
memang tampak menderita. Tetapi... aku sudah begitu
sering ikut campur urusan orang. Aku tak boleh
memutuskan sendiri apa yang harus kuperbuat pada
Martin. Biarlah kutanyakan saja beberapa hal.
Kemudian terserah padanya ia ingin berbuat apa. Aku
tak peduli." Ia langsung tidur. Ia begitu lelah hingga
tidurnya lelap sekali dan hampir terlambat bangun.
Begitupun ia masih terus- menerus menguap waktu
makan pagi. Apa yang membuatnya gelisah tadi
malam? Bahasa Prancis? Tidak Ia sudah mempelajari
bahasa Prancis dengan baik Julian? Tidak juga.
Kekhawatirannya tentang Julian sudah lenyap.
Oh, ya. Martin. Martin-lah yang memenuhi pikirannya.
Ia berpaling pada anak itu. Pucat sekali wajahnya. Dan
tampak kurus.
"Ia berhati busuk," pikir Elizabeth. "Sangat busuk.
Tak seorang pun-menyukainya. Juga Rosemary tidak,
walaupun semua anak berkata bahwa ia murah hati
dan suka memberi. Aneh juga ia tak punya sahabat

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

akrab satu pun. Walaupun aku nakal, dan pada suatu
saat banyak sekali anak membenciku, tapi aku masih
punya setidaknya seorang sahabat baik yang
menyukaiku."
Elizabeth mendapat kesempatan untuk berbicara
dengan Martin segera setelah sarapan. Elizabeth
harus memberi makan kelincinya, dan Martin
memelihara marmut. Kandang hewan-hewan peliharaan
mereka itu bersebelahan, dan kedua anak itu pun
segera sibuk.
"Martin," kata Elizabeth langsung pada persoalannya,
seperti kebiasaannya, "mengapa kau memberikan uang
dan barang-barang yang kaucuri pada anak-anak lain,
dan bukannya kaupakai sendiri? Mengapa kau
mencurinya kalau toh kau sesungguhnya tak
memerlukannya?"
"Hanya karena aku ingin orang lain menyukaiku," kata
Martin dengan suara pelahan. "Kita takkan bisa
membuat orang lain menyukai kita" kalau kita tidak
baik hati dan murah hati. Itulah yang dikatakan ibuku
padaku. Sesungguhnya itu bukanlah mencuri,
Elizabeth. Aku toh langsung memberikan apa yang
kuambil pada orang lain. Seperti... seperti Robin
Hood."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak, sama sekali tidak sama," kata Elizabeth.
"Mencuri adalah mencuri, dari mana pun kita
melihatnya. Bagaimana kau bisa begitu tidak jujur dan
keji, Martin? Kalau aku, bisa mati aku karena malu."
"Rasanya aku juga sangat malu, setelah kau berbicara
begitu keras padaku kemarin," kata Martin dengan
suara gemetar. "Aku sama sekali tak tahu harus
berbuat apa."
"Ada satu hal yang bisa kaulakukan. Tetapi seorang
pengecut tak tahu malu seperti kau takkan berani
melakukannya," kata Elizabeth tegas. "Kalau kau
memang menyesal, maka lebih baik kauakui semua
perbuatanmu di Rapat Besar mendatang. Kalau kau
ingin membantu Julian, kau harus mengatakan bahwa
kau yang memfitnah dia. Itu yang harus kaulakukan."

23. Pertandingan Sekolah dan Hal-hal Lain

Waktu pun berlalu dengan lebih menyenangkan. Ada
pertandingan lacrosse, melawan regu sekolah lain
yang datang berkunjung. Seluruh warga Sekolah
Whyteleafe datang ke lapangan untuk menonton. Dan
Elizabeth ikut bermain.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Julian juga ikut main. Ia pandai segala jenis
permainan. Ia pandai berlari dan menangkap bola.
Robert juga ikut main.
"Kita pasti bisa menang," kata Eileen, kapten regu
Whyteleafe saat membawa regunya itu ke lapangan.
"Semester ini kita punya banyak pemain kuat dari
kelas satu. Cuma, Elizabeth bersikaplah tenang. Cepat
membagi bolamu, dan jangan langsung mengamuk bila
tongkat lawan mengenaimu, atau lawan menendangmu.
Julian, kaubayang-bayangi Elizabeth terus, agar ia
bisa melemparkan bola padamu bila ada kesempatan.
Kau paling bagus dalam menangkap bola."
Seru sekali pertandingan itu. Regu tamu juga sangat
kuat. Pertandingan seimbang. Elizabeth tersambar
tongkat lawan, sakit sekali, hingga hampir saja ia
merasa harus keluar dari lapangan.
Tetapi dari jauh Julian berteriak, "Enak, ya! Ayo,
Elizabeth, gempur terus! Sebentar lagi kita pasti
memperoleh satu gol!"
Elizabeth terpaksa tersenyum. Hilang sedikit rasa
sakitnya, dan ia menyerbu maju. Regu tamu
memasukkan tiga. Whyteleafe juga tiga. Para
penonton mulai gelisah melihat arloji masing-masing.
Tinggal satu menit!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Elizabeth menerima bola. Ia melaju ke arah gawang.
"Lempar padaku!" teriak Julian. "Musuh di
belakangmu!"
Elizabeth cepat melempar. Bola ditangkap tepat oleh
Julian. Seorang anggota regu lawan mengejarnya,
mencoba menjatuhkan bola dalam jaringnya. Julian
melempar bola ke arah Elizabeth. Elizabeth
menerimanya. Tetapi seorang lawan berlari kencang
ke arahnya, agaknya bermaksud menubruknya agar
bolanya terjatuh. Takkan bisa dihindarkannya! Dengan
putus asa Elizabeth melemparkan bola kuat-kuat ke
arah gawang lawan.
Suatu lemparan yang sedikit ngawur. Tetapi entah
bagaimana, mencapai sasaran! Bola dibelokkan
arahnya oleh serumpun rumput di lapangan, melejit
melewati penjaga gawang dan masuk ke sudut gawang!
Seluruh warga Sekolah Whyteleafe bagaikan gila
bersorak-sorai. Peluit bertiup tanda pertandingan
selesai. Kedua regu keluar dari lapangan. Julian
menepuk punggung Elizabeth begitu keras sehingga ia
terbatuk-batuk
"Hebat, Elizabeth!" serunya. "Tepat pada waktunya
pula! Bagus sekali!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Sesungguhnya tak sengaja," kata Elizabeth dengan
jujur. "Aku tak bisa melihat ke mana aku harus
melempar. Aku hanya melempar saja. Dan -ternyata
masuk!"
Teman-teman sekelasnya mengerumuninya,
menyorakinya, menepuk-nepuk punggungnya. Sungguh
menyenangkan. Kemudian kedua regu yang bertanding
itu dijamu dengan mewah.
"Kupikir kau harus dijadikan Pengawas sekali lagi,"
kata Rosemary. "Belum pernah aku merasa begitu
bangga seperti saat kau memasukkan gol terakhir itu
tadi, Elizabeth. Hampir bersamaan dengan
berakhirnya waktu! Aku sampai tak bisa bernapas."
Elizabeth tertawa. "Kalau kita bisa dijadikan
Pengawas hanya karena dapat memasukkan gol,
alangkah mudahnya!"
Malam itu semua anak begitu gembira, sehingga
rasanya malas untuk belajar. Julian ingin sekali
bercanda, membuat suara-suara lucu. Saat itu Pak
Leslie sedang mengawasi anak-anak tadi belajar, dan
semua sering memandang pada Julian, menunggu-
nunggu ia akan berbuat entah apa.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Julian ingin sekali menyenangkan anak-anak itu. Ia
berpikir-pikir. Suara apa yang akan ditirukannya?
Mesin jahit? Kumbang?
Terpandang olehnya bukunya. Ia belum belajar
bahasa Prancis. Ia teringat ikrarnya, yang dibuatnya
di gereja kecil beberapa hari yang lalu. Ia berjanji
tak akan melupakan ikrar tersebut.
Julian menutup kedua telinganya dengan tangan, dan
mulai belajar. Mungkin nanti bila masih ada waktu ia
akan berbuat sesuatu. Tetapi kini ia harus belajar
lebih dahulu.
Belajar sangat mudah bagi Julian. Otaknya cerdas,
daya ingatnya tinggi. Ia telah banyak membaca buku
dan banyak yang diketahuinya.
Dengan mudah ia bisa mengalahkan siapa saja di
kelasnya, asal saja ia mau mencobanya.

Namun memang sungguh sulit untuk memulai lagi,
setelah begitu lama ia bermalas-malasan.
Tetapi di akhir minggu itu telah tampak hasilnya.
Julian berada di urutan teratas! Ia meraih satu angka
lebih tinggi daripada Elizabeth yang juga belajar
dengan tekun. Semua merasa heran, terutama Bu
Ranger.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Julian, tampaknya kalau tidak paling bawah, maka kau
berada di tempat paling atas," katanya saat ia
membacakan nilai-nilai minggu itu. "Minggu lalu kau
begitu dekat dengan juru kunci, hingga sesungguhnya
kukira kau takkan punya angka lagi untuk dibacakan
minggu ini. Tetapi ternyata kau malah satu angka di
atas Elizabeth yang juga mengumpulkan angka-angka
luar biasa baiknya! Aku sangat bangga pada kalian
berdua."
Elizabeth berseri-seri senang. Julian pura-pura tak
peduli. Tetapi Bu Ranger tahu bahwa anak itu hanya
berpura-pura. Sesuatu telah mengubah Julian. Kini ia
peduli akan apa saja. Ia menggunakan kecemerlangan
otaknya untuk melakukan hal-hal yang benar dan
bukan hanya gurauan belaka.
"Mungkin keadaan ibunyalah yang menyebabkan ia
berubah," pikir Bu Ranger. "Kuharap perubahan ini
berlangsung selamanya. Sangat menyenangkan
mengajar anak seperti Julian kalau kebetulan ia
menaruh minat untuk belajar. Kuharap saja angkanya
tidak turun minggu depan."
Tetapi Julian tak pernah lagi kehilangan angka. Ia
bertekad menepati janjinya. Ia bertekad tidak akan
menyia-nyiakan otaknya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Hanya Martin yang mendapat nilai buruk minggu ini.
Bahkan lebih buruk dari nilai yang biasa diperoleh
Arabella! Martin berada tepat di urutan paling bawah.
Bu Ranger terpaksa berbicara tajam padanya.
"Kau bisa memperoleh nilai yang lebih baik dari ini,
Martin," katanya. "Belum pernah nilaimu serendah ini.
Minggu ini kau tampak terlalu banyak melamun."
Sesungguhnya Martin bukan melamun. Ia khawatir.
Kini ia merasa memang lebih baik tidak mengatakan
rahasianya pada Elizabeth. Elizabeth ternyata malah
menghardiknya dengan kata-kata pedas yang takkan
terlupakan olehnya seumur hidup. Ia sama sekali tak
membantunya!
Bu Ranger juga merasa harus berkata tajam pada
Arabella. "Arabella, bosan aku mengatakan bahwa kau
harus berusaha lebih keras. Kau salah satu yang
tertua di kelas ini- bahkan memang yang tertua! Kalau
saja kau lebih memperhatikan pelajaranmu, dan bukan
memperhatikan dandananmu, pakaianmu, aku yakin kau
bisa berbuat lebih baik."
Merah wajah Arabella. Baginya Bu Ranger terlalu
kejam. "Bila ia berbicara padaku, selalu tajam. Bila
pada anak lain, lembut," keluhnya pada Rosemary.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Ini memang benar, karena Bu Ranger mengetahui
bahwa satu-satunya cara untuk menembus
kekeraskepalaan Arabella adalah dengan cara
berbicara langsung, di depan anak banyak Arabella
yang pesolek dan pembual itu tentu saja sangat benci
bila dimarahi atau dipermalukan di depan teman-
temannya.
Arabella bertekad untuk memperbaiki nilainya. Ia tak
lagi terlalu sering membetulkan kerapian rambutnya,
letak gaunnya. Paling tidak itu tak dilakukannya lagi di
dalam kelas.
"Tak lama kau akan jadi anak manis tetapi wajar,
Arabella," goda Robert, yang biasanya tak pernah
punya minat untuk berbicara dengan gadis cilik
pesolek itu. "Hari ini sama sekali belum terdengar kau
bertanya pada Rosemary apakah rambutmu rapi. Itu
pertanda bagus!"
Dan sekali ini Arabella ikut tertawa mendengar olokan
ini. Ya, kini ia bertambah manis secara wajar.
Rapat Besar berikutnya tiba. "Kurasa tak akan lama,"
kata Elizabeth pada Julian, "tak ada perkara penting.
Begitu selesai, kita cepat-cepat menduduki meja kecil
di ruang bermain itu. Aku baru dapat kiriman puzzle.
Bisa kita kerjakan berdua."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Baik," kata Julian.
Tetapi ternyata ada "perkara" yang cukup penting di
Rapat Besar itu, hingga Elizabeth tak punya waktu
untuk mengerjakan puzzle. Sesuatu yang sama sekali
tak terduga muncul.
Dan Elizabeth merasa paling terkejut di antara semua
hadirin.
Rapat mula-mula berjalan seperti biasa. Tak banyak
uang yang diserahkan, walaupun beberapa orang anak
telah menerima pos wesel. Kemudian uang saku
dibagikan.
"Ada permintaan tambahan?"
"Ya, William," seorang anak kecil bernama Quentin
berdiri. "Kandang marmutku kemarin jatuh. Salah
satu sisinya rusak. Bolehkah aku minta uang tambahan
untuk membeli kandang baru?"
"Tapi... harganya cukup mahal," kata William. "Saat ini
tak begitu banyak uang di kotak kita. Tidak dapatkah
kau memperbaikinya?"
"Telah kucoba, tetapi hasilnya tidak begitu baik,"
kata Quentin. "Tadinya kurasa sudah benar, ternyata
marmutku bisa keluar. Kini terpaksa kutitipkan dalam
kandang marmut Martin. Tetapi marmut kami
berkelahi."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Akan kubetulkan kandang marmut itu," kata Julian,
dan kali ini ia ingat untuk berdiri serta mengeluarkan
tangannya dari sakunya. "Kurasa takkan memakan
waktu lama."
"Terima kasih, Julian," kata William. "Saat ini
memang begitu sedikit uang kita. Tetapi kurasa
sebentar lagi akan ada beberapa orang yang berulang
tahun, minggu mendatang mungkin sekali uang kita
akan banyak kembali. Ada lagi?"
Rasanya tidak ada yang ingin meminta uang tambahan,
mengingat keadaan keuangan seperti yang dikatakan
William itu.
"Ada keluhan?" tanya William. Tak ada.
"Baiklah. Rasanya tak ada lagi yang bisa kita
bicarakan minggu ini. Kecuali sesuatu yang cukup
menyenangkan untuk diketahui: Julian minggu ini
berada di urutan teratas di kelasnya, padahal minggu
lalu di urutan terbawah." Tiba-tiba William
tersenyum, "Teruskan begitu, Julian."
Itulah salah satu hal yang menyenangkan di Sekolah
Whyteleafe, pikir Elizabeth. Bila berbuat salah,
dikutuk. Tetapi bila berbuat baik juga dipuji. Sungguh
menyenangkan!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Kukira Rapat Besar ini bisa dibubarkan. Kalian boleh
keluar," kata William lagi. Semua bangkit berdiri dan
siap keluar. Tetapi di antara keributan kaki-kaki
bergerak itu, terdengar sebuah suara berseru,
"William, ada sesuatu yang ingin kukatakan."
"Semua duduk!" kata William segera. Dan dengan
heran anak-anak kembali ke tempat duduk masing-
masing. Siapa yang berbicara? Hanya satu yang
berdiri. Martin Follett! Wajahnya pucat, dan tampak
sekali ia gemetar.
"Apa yang ingin kaukatakan, Martin?" tanya William.
"Bicaralah agak keras."

24. Martin Memperoleh Kesempatan

Ternganga Elizabeth memandang Martin. Gilakah anak
itu? Beranikah ia membuka rahasianya di depan anak
banyak? Beranikah ia berkata bahwa dialah yang
mencuri uang serta memfitnah Julian?
"Ia seorang yang berhati busuk," pikir Elizabeth, "dan
sangat pengecut. Apakah yang akan dikatakannya?"
Martin menelan ludah satu-dua kali. Sulit sekali
baginya memulai bicara. William melihat bahwa anak
itu ketakutan, maka ia berkata lebih lembut kini, "Apa

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

yang ingin kaukatakan, Martin? Jangan takut. Kita
selalu siap untuk mendengarkan apa saja di Rapat
seperti ini."
"Ya, aku tahu," kata Martin memperkeras suaranya,
seolah-olah dengan begitu ia bisa mendapatkan
keberanian. "Aku tahu... aku... aku yang mengambil
uang itu... dan barang-barang lainnya. ... Dan aku
menaruh uang Elizabeth di saku Julian, juga
permennya, agar tak ada yang mengira bahwa akulah
yang berbuat... Orang-orang akan mengira bahwa yang
berbuat Julian ..."
Ia berhenti berbicara. Tetapi ia masih berdiri. Tak
seorang pun bersuara. Dan tiba-tiba Martin berkata
lagi, "Aku tahu perbuatanku busuk. Dan aku merasa
aku takkan mengaku di hadapan kalian kalau saja tidak
terdorong oleh dua hal. Pertama, aku tak tahan
melihat Julian sedih karena ibunya sakit. Maksudku
sungguh keterlaluan jahatnya bila seseorang yang
sedang sedih harus pula menderita oleh perbuatanku.
Dan kedua-seseorang telah menuduhku pengecut. Dan
aku yakin aku bukan pengecut."
"Kau memang bukan pengecut, Martin, karena kau
begitu berani berdiri di sini dan mengaku bahwa kau

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

telah berbuat suatu kesalahan besar. Tetapi mengapa
kau mencuri?" tanya Rita.
"Aku tak tahu," jawab Martin. "Sesungguhnya sama
sekali tak ada alasan bagiku untuk mencuri."
Elizabeth mendengarkan itu semua dengan rasa heran
yang tak terhingga. Bayangkan! Martin berani
mengatakan rahasianya di depan Rapat! Kini Julian
sama sekali terbebas dari tuduhannya dulu. Elizabeth
melihat pada Martin. Dan hatinya jadi merasa iba
pada anak itu.
"Ia begitu ingin agar orang lain menyukainya, dan
ternyata tak ada yang menyukainya," pikir Elizabeth.
Dan kini ia harus mengakui sesuatu yang pasti akan
membuat orang makin tidak menyukainya. "Sungguh
suatu perbuatan yang berani!"
William dan Rita saling berbisik Begitu juga para
Pengawas. Apa yang harus dilakukan pada Martin?
Bagaimana perkara ini bisa ditanggulangi? Tiba-tiba
Elizabeth teringat akan apa yang dibacanya di Buku
Besar. Ia segera berdiri.
"William, Rita, kukira aku bisa mengerti Martin. Ia
memang tak punya alasan untuk setiap kelakuannya
yang salah itu. Tetapi di balik semua itu ada sebuah

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

alasan, dan alasan itu bukannya sesuatu yang buruk
Pencuriannya bukanlah pencurian biasa."
"Apa maksudmu, Elizabeth?" tanya William heran.
"Mencuri adalah mencuri."
"Ya, aku tahu. Tetapi pencurian Martin aneh," kata
Elizabeth. "Ia mengambil barang orang lain agar ia
bisa memberikan sesuatu pada orang lain pula. Tak
pernah ia menggunakan hasil curiannya untuk
keperluannya sendiri."
"Iya, memang betul," tiba-tiba Rosemary ikut berdiri,
lupa akan rasa malunya. "Ia memberiku uang, dan ia
sering membagi-bagikan permen. Tak pernah ia makan
permen itu sendiri."
"William, ada suatu perkara yang mirip perkara ini di
Buku Besar.... Ya, buku di depanmu itu...," kata
Elizabeth bersemangat. "Aku merasa sangat heran
akan pribadi Martin. Jahat tetapi baik hati. Berlaku
buruk tetapi murah hati. Pokoknya pasangan sifat-
sifat yang saling bertentangan. Nah, kulihat Buku
Besar itu. Dan ada suatu peristiwa yang mirip dengan
peristiwa sekarang ini."
"Di mana?" tanya William. Elizabeth maju, naik ke
panggung dan membuka-buka halaman buku tersebut

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sampai ditemukannya tempat yang dicarinya. "Ini,"
katanya menunjuk.
"Bagaimana kau tahu ini semua?" tanya Rita.
"Martin telah bercerita padaku apa yang
dilakukannya. Aku merasa jijik tadinya, tetapi aku
juga merasa heran," kata Elizabeth. "Karena ingin
tahu jawabannya, maka akhirnya kucari-cari di buku
ini. Ternyata memang ada."
William membaca bagian itu. Dan memberikannya
pada Rita. Mereka berbicara, berunding. Elizabeth
kembali ke tempatnya. Martin tampak sangat
menderita. Menyesal juga ia telah mengaku. Ia
merasa semua orang memandang kepadanya. Rasanya
tak enak diperhatikan seperti itu.
William berbicara lagi dan semua mendengarkan
penuh perhatian. "Mencuri adalah perbuatan yang
sangat buruk, apa pun alasannya," katanya dengan
suaranya yang jelas. "Apa pun alasannya. Alasannya
bisa bermacam-macam, karena serakah, iri, dan tidak
jujur. Semua alasan tadi sama sekali tak terpuji.
Alasan Martin memang agak berbeda. Ia mencuri
karena ingin membeli persahabatan. Ia ingin agar
disukai orang, agar dipuji-puji murah hati."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

William berhenti sejenak. "Ia mengambil barang
orang, agar bisa memberikannya pada orang lain.
Mungkin ia berpikir bahwa memberi adalah baik,
karenanya mengambil juga baik Tetapi yang
diambilnya bukanlah miliknya. Dan tindakannya itu,
apa pun alasannya, tetap mencuri."
Setetes air mata mengalir di pipi Martin. "Aku ingin
pergi dari sini," katanya dengan perlahan, tanpa
berdiri lagi. "Aku tak pantas berada di Whyteleafe.
Tak ada gunanya aku di sini terus. Di tempat lain pun
tak ada gunanya."
"Kau tidak bisa begitu saja melarikan diri," kata
William. "Apa gunanya mencoba melarikan diri dari
dirimu sendiri? Kau punya keberanian, kalau tidak kau
takkan berdiri di sini dan mengakui segala
perbuatanmu. Kita semua bisa saja berbuat salah,
kadang-kadang kesalahan yang tolol dan sangat buruk.
Itu tak penting, yang penting adalah apakah kita
cukup punya keberanian untuk bertekad memperbaiki
kesalahan kita tadi? Memang kau punya alasan untuk
perbuatanmu. Sebuah alasan yang tolol. Dan kini kau
tahu bahwa alasanmu tolol. Dan kau lihat bahwa
perbuatanmu buruk. Nah, itulah hasil perbuatan
burukmu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa maksudmu?" tanya Martin sangat heran.
"Hasil kebiasaan burukmu mengambil barang-barang
yang bukan milikmu untuk membeli persahabatan,"
kata William. "Kini kau tahu bahwa takkan mungkin
kau membeli persahabatan. Orang menyukaimu karena
pribadimu, bukan karena pemberianmu. Nah, kalau kau
sudah tahu itu, maka kau takkan mencoba untuk selalu
berusaha memberi. Dengan begitu kebiasaanmu
mengambil milik orang lain tidak ada lagi."
"Yah... benar juga katamu," dan Martin duduk, tetapi
kini mulai bersemangat kembali. "Aku telah merasa
berdosa, aku telah merasa malu, aku akan mencoba
memulai kehidupan baru."
"Bagus," kata William. "Datanglah ke kamarku nanti
malam, untuk membicarakan hal ini lebih mendalam.
Tetapi kukira kau wajib membayar kembali berapa
saja jumlah yang kauambil dari seseorang-bayarlah
sedikit demi sedikit setiap minggu. Juga kau harus
membelikan permen anak-anak yang permennya
kauambil. Kukira itu adil."
"Ya, baiklah," kata Martin.
"Dan kita semua akan membantunya dengan
memberinya kesempatan serta bersikap bersahabat
padanya," tiba-tiba Elizabeth menambahkan, sangat

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

ingin ikut membantu. Betapa ia dulu membenci Martin.
Tetapi kini ia ingin ikut membantunya! Ada sesuatu di
Whyteleafe yang bisa membuat seseorang berubah
pandangan secara mendadak. Sungguh ajaib.
"Agaknya," Rita berkata dengan suara pe-lahan tapi
jelas, "agaknya Elizabeth jauh lebih bagus
tindakannya sebagai seorang Pengawas pada saat ia
sudah tidak jadi Pengawas."
Semua tertawa keras. Elizabeth juga tersenyum.
"Rita benar," pikirnya heran. "Agaknya aku lebih
bijaksana pada saat aku bukan seorang Pengawas. Oh,
betapa kacaunya pribadiku ini."
Akhirnya Rapat berakhir. Martin mendekati Julian
dan menggumam, "Maafkan aku, Julian," sambil
menunduk dan tak berani menatap pandangan Julian.
"Pandanglah aku," perintah Julian. "Jangan sampai kau
punya kebiasaan untuk tidak berani memandang mata
seseorang pada saat kau berbicara dengannya.
Pandanglah aku, Martin, dan ucapkan kata-kata
penyesalanmu."
Martin mengangkat kepala, dan agak takut
memandang Julian, mengira akan melihat pandang
penuh marah dan jijik. Tetapi yang terlihat adalah

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

kehangatan dan persahabatan. Lalu ia mengucapkan
permintaan maafnya dengan sebaik-baiknya.
"Maafkan aku. Aku telah bersikap amat memalukan.
Aku telah menyesal. Dan takkan lagi bermuka dua
serta mencuri," katanya sambil menatap mata Julian.
"Bagus," kata Julian "Kini aku sedikit lebih
menyukaimu daripada sebelumnya. Baiklah, aku
memaafkanmu, kalau itu bisa menenangkan jiwamu.
Lihat, itu William memanggilmu."
Martin pergi dengan William. Apa yang dikatakan
William padanya tak ada yang tahu. Tetapi Rosemary
yang melihat Martin keluar dari kamar William
melaporkan bahwa anak itu tampak jauh lebih
berbahagia.
"Aku akan bersahabat dengannya," kata Rosemary
kemudian. "Ia membutuhkan sahabat. Aku tak pernah
membencinya. Aku selalu berpikir dia baik hati. Jadi
mudah saja, aku akan tetap menganggapnya baik
hati."
Elizabeth memandang heran pada Rosemary yang
biasanya pendiam dan pemalu itu. Astaga, ini ada lagi
anak yang pribadinya berubah! Siapa akan menduga
bahwa Rosemary yang biasanya selalu akur saja pada

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

pendapat orang lain, telah berkata sedemikian tegas
bahwa ia akan menjadi sahabat Martin?
"Kita takkan bisa mengerti perubahan yang bisa
terjadi pada pribadi seseorang," pikir Elizabeth. "Kita
tak bisa menarik kesimpulan bahwa seorang anak yang
pemalu akan menjadi pemalu seterusnya, dan anak
nakal akan tetap nakal. Mereka akan cepat berubah
bila mendapat perlakuan yang tepat. Bahkan Arabella
mungkin juga akan meninggalkan sifat pesolek dan
pembualnya. Ah, tidak. Itu harapan yang terlalu
berlebihan."
Tak ada waktu lagi untuk mengerjakan puzzle.
Waktunya hanya cukup untuk merapikan ruang
bermain, dan kemudian waktu makan tiba. Setelah itu
tidur.
"Ada-ada saja, bukan?" kata Julian sambil
menyeringai. "Yuk, kita makan."
Di ruang makan Bu Ranger merasa terganggu terus
oleh suara lalat hijau yang men-desis-desis. Tetapi ke
mana pun ia mencari, lalat tersebut tak bisa
ditemukannya.
"Di mana lalat itu?" tanyanya. "Baru bulan begini kok
sudah muncul. Cepat usir, jangan sampai bertelur di
daging kita!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Lalat itu mendesis makin keras. Pak Leslie yang
mejanya berdekatan dengan Bu Ranger jadi sibuk
sendiri, mencari sampai ke bawah meja. Sungguh
mengganggu.
Elizabeth tiba-tiba melihat pada Julian. Julian
menyeringai dan mengangguk "Oh, itu suara Julian!"
pikir Elizabeth. Dan tiba-tiba ia tertawa. Semua
orang jadi tahu. Dan mereka tertawa juga, bahkan Bu
Ranger ikut tertawa.
"Kukira tadi itu tepat sekali untuk bercanda," kata
Julian sewaktu berpamitan dengan Elizabeth, karena
waktu tidur telah tiba. "Kita sudah terlalu tegang di
Rapat Besar tadi. Selamat malam,
Elizzzzzzzzzzzabeth!"

25. Pengalaman Elizabeth

Hari-hari berlalu cepat. Belajar, bekerja, bermain,
naik kuda, berkebun, merawat hewan-hewan
peliharaan, dan berjalan-jalan mengamati alam. Tak
terasa betapa minggu demi minggu dilewati.
"Tiba-tiba saja akhir semester sudah begitu dekat!"
kata Elizabeth. "Rasanya tengah semester lewat
begitu saja tanpa kesan."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Mari kita jalan-jalan mengumpulkan bahan untuk
kelas pengetahuan alam," ajak Julian. "Tak usah kau
membantu John sore ini. Ia sudah begitu banyak
punya pembantu-satu pasukan anak-anak kecil itu.
Dengan begitu kita punya waktu satu setengah jam
sore nanti. Kita bisa menjelajahi bukit dan pergi ke
telaga."
"Baiklah," Elizabeth melihat ke luar jendela. Udara
cerah di sinar matahari bulan April ini. "Akan indah
sekali di perbukitan. Mungkin kita bisa menemukan
mawar liar."
Sore itu keduanya berangkat, membawa kaleng
pengumpul bahan untuk kelas IPA mereka. "Kita bisa
cari telur katak di telaga. Pasti banyak sekali," kata
Julian. "Juga kecebong."
Berdua mereka mendaki bukit. "Kita harus pulang
sebelum saat minum teh," kata Elizabeth. "Itulah
peraturan yang harus kita patuhi, kecuali kalau kita
sudah mendapat izin. Jamku tepat. Aku tak ingin
mendapat teguran. Selama dua minggu ini aku telah
berusaha menjadi murid terbaik."
Julian tertawa. Ia berpikir bahwa tak ada yang
berusaha begitu keras untuk menjadi murid terbaik
seperti Elizabeth. Namun ternyata ia lebih sering

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

pula mendapat kesulitan. Tak pernah bisa diramalkan
apa yang bisa terjadi pada Elizabeth.
"Selalu saja ia jadi sumber suatu peristiwa," kata
Julian dalam hati. "Ia begitu cepat naik darah, lugas,
tapi jujur. Yah, kami berdua semester ini begitu
sering terlibat dalam peristiwa menegangkan. Mudah-
mudahan sisa semester ini tenang-tenang saja."
Mereka menjelajahi perbukitan, memetiki bunga-
bunga liar yang tumbuh di tempat-tempat terpencil.
Matahari bersinar cukup terik. Elizabeth terpaksa
mencopot jaketnya, dan membawanya saja.
"Indah sekali pemandangan," kata Elizabeth. "Lihat
danau itu, Julian! Indah, bukan?"
Memang. Biru bening bagai kaca, memantulkan sinar
matahari April. Danau itu sunyi. Tak seorang pun
terlihat. Kedua anak itu gembira karena mereka bisa
berburu telur kodok dan kecebong dengan bebas.
Ternyata telur kodok tak mereka peroleh, tetapi
kecebong sangat banyak, hingga tak lama botol yang
mereka bawa telah penuh.
"Aku capek sekali," kata Elizabeth. "Yuk kita
istirahat dulu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Click to View FlipBook Version