The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rinisetyo756, 2022-05-16 07:40:59

03. Si Badung Jadi Pengawas

03. Si Badung Jadi Pengawas

Sambil mengunyah permen cokelat, mereka memasuki
halaman sekolah. Sungguh enak memang. Arabella
menutup kantong permen itu dan memasukkannya ke
dalam saku mantel musim dinginnya. Ia tak ingin ada
yang tahu bahwa ia punya begitu banyak permen. Ia
takut kalau ada yang curiga dan mengetahui bahwa
uangnya lebih dari dua shilling.
Waktu ia akan menyimpan topi dan mantel, Jenny
muncul untuk memakai mantelnya. Dilihatnya buku
yang baru dibeli Arabella di bangku dekat mereka.
Jenny mengambil buku tersebut.
"Wah, inilah buku yang ingin kubaca. Aku pinjam, ya,
Arabella?" pinta Jenny.
"Aku belum membacanya," kata Arabella. "Baru saja
kubeli tadi."
Jenny melihat harga buku yang tercetak di sampul
depan.
"Wbw! Buku ini harganya tiga setengah shil-ling.
Bagaimana kau bisa membelinya dengan uang
sakumu?" tanyanya heran.
"Aku membelinya di toko barang bekas" kata Arabella
setelah tertegun beberapa saat. Wajahnya memerah
seketika dan ini tampak oleh Jenny yang bermata

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

tajam. Jenny tak berkata apa-apa lagi, meninggalkan
tempat itu.
"Si Jahat itu," pikirnya, "pasti ia tak memasukkan
semua uangnya ke dalam kotak!"
Kesulitan Arabella bertambah ketika tak sengaja
Rosemary memberitahukan pada semua anak bahwa
Arabella baru membeli permen cokelat. Tentu saja ini
tak sengaja. Anak-anak itu sedang berkumpul di ruang
bermain saat pembicaraan berkisar pada permen dan
kembang gula. Mereka berbicara tentang apa saja
yang mereka beli dengan uang mingguan mereka.
"Kukira permen lunak paling murah kalau dihitung-
hitung," kata Jenny.
"Oh, tidak... permen bening jauh lebih tahan lama,"
kata Belinda.
"Tidak, kalau kau mengunyahnya," kata Harry.
"Permen lunak bila hanya dikulum saja, tanpa dikunyah
sedikit pun, bisa lama sekali. Begitupun permen
bening. Asalkan tidak dikunyah, akan sulit
menentukan mana yang lebih tahan lama."
"Kalau begitu mari kita buktikan, kita buat
pertandingan," kata John.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Asal jangan aku saja yang harus bertanding," kata
Jenny. "Aku selalu mengunyah apa saja dan langsung
kutelan."
"Aku yakin yang paling murah adalah permen cokelat,"
kata Rosemary tiba-tiba, dengan suaranya yang
lembut.
Semua tertawa mengejek. "Tolol," kata Julian. "Enam
pence hanya dapat lima, masa itu murah? Permen
cokelat paling mahal!"
"Tak mungkin," kata Rosemary. "Arabella, coba
tunjukkan pada mereka permen cokelat yang kaubeli
tadi. Satu kantong besar!"
Tentu saja Arabella tak mau memenuhi permintaan
Rosemary itu. Dengan pandang marah ia melotot pada
Rosemary.
Omong kosong!" katanya. "Aku cuma dapat beberapa
butir. Memang mahal."
Rosemary tercengang. Bukankah tadi ia mengambil
sendiri dari sebuah kantong besar yang penuh
permen? Ia membuka mulut akan mengatakan
sesuatu, tetapi tak jadi melihat pandang marah
Arabella.
Yang lain memperhatikan ini semua. Mereka menarik
kesimpulan bahwa Arabella membelanjakan sejumlah

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

besar uang untuk permen cokelat itu. Dan Jenny
teringat akan buku baru Arabella. Ia memandang
tajam pada anak itu.
Tetapi kini Arabella telah bersikap tenang. Bahkan
angkuh. "Kau cuma pura-pura saja sopan santun," pikir
Jenny, "tetapi hatimu pendusta! Aku yakin permen
cokelat itu kau-sembunyikan di suatu tempat, agar
anak lain tak tahu bahwa kau telah membelanjakan
uang lebih dari uang sakumu. Dan aku pasti dapat
menemukan permen tersebut!"

Tak lama setelah itu, Arabella bangkit dan keluar.
Dan segera pula ia masuk kembali dengan membawa
sekantong kertas berisi enam atau tujuh butir
permen cokelat. "Inilah yang kubeli tadi," katanya.
"Sayang sekali takkan cukup untuk semua orang.
Tetapi kita bisa membaginya separo-separo."
Tetapi tak ada yang mau menerima tawaran Arabella
itu, kecuali Rosemary. Ada semacam peraturan tak
tertulis di Whyteleafe yang mengatakan bahwa bila
kau tak menyukai seseorang, maka kau tak pantas
menerima apa pun dari dia. Rosemary yang mengambil
satu merasa heran. Apakah ia salah lihat? Tadi
kantong permen itu begitu besar....

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Jenny menyeringai diam-diam. Agaknya Arabella
mengira semua anak yang di situ tolol semua, percaya
saja bahwa ia hanya membeli sedikit permen karena
yang ditunjukkan hanyalah sedikit. Tetapi si tolol
Rosemary itu tak bisa berdusta, dan pasti
perkataannya tadi benar. Di mana Arabella
menyembunyikan permennya?
Jenny yakin ia tahu. Arabella ikut pelajaran musik dan
ia mempunyai tas musik yang besar sekali. Sore tadi
Jenny melihat Arabella masuk ke ruang musik,
padahal waktu itu bukan waktu pelajaran musik. Dan
Arabella juga tidak berlatih. Mengapa?
"Pasti ia ke ruang musik untuk menyimpan
permennya," pikir Jenny, Ia menyelinap keluar, ke
ruang musik Diambilnya tas Arabella, diintipnya
isinya. Benar juga. Banyak sekali permen di dalamnya.
Agaknya Arabella tergesa-gesa menuangkan permen
cokelatnya
Tepat saat itu Richard masuk. "Lihat, Richard," kata
Jenny dengan nada gusar, "Arabella ternyata tidak
menyerahkan semua uangnya. Dia membeli begini
banyak permen. Dan sebuah buku mahal. Berdusta
lagi."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Laporkan saja ke Rapat Besar," kata Richard tak
acuh, mengambil tasnya dan keluar.
Jenny tertegun sejenak "Apakah laporan tentang ini
nanti bisa dianggap fitnah?" pikirnya. Ia harus
bertanya dulu pada yang lain. Mestinya ia harus
bertanya pada Elizabeth, karena ia Pengawas-nya.
Tetapi Arabella pernah tinggal di rumah Elizabeth,
pastilah Pengawas baru itu tak bebas bertindak
terhadap Arabella. Tidak. Lebih baik Elizabeth jangan
diberitahu lebih dahulu.
Jenny mengatakan penemuannya kepada yang lain,
pada saat Elizabeth, Arabella, dan Rosemary tidak
ada. Mereka semua merasa gusar.
"Aku yakin ini termasuk pengaduan yang sah," kata
Harry. "Tetapi memang kurang menyenangkan bila
seorang anak baru langsung mendapat tuduhan berat
di awal semester. Lebih baik kita tunjukkan pada
Arabella bahwa tindakannya itu salah, bahwa
kelakuannya sungguh sangat busuk. Ia bisa mengira-
ngira apa sebabnya. Dan aku yakin ia akan sadar,
sehingga di Rapat Besar mendatang ia menyerahkan
uangnya."
Demikianlah. Arabella mulai mengalami kesulitan.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasakan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

betapa buruknya berada di antara anak-anak yang
tidak menyukainya serta tidak merasa ragu-ragu
untuk menunjukkan kebencian itu!

6. Arabella Melapor

Sejak semula Arabella memandang rendah pada
semua murid Whyteleafe. Ia pernah berkata pada
Rosemary bahwa ia tak peduli apakah mereka
menyukainya atau tidak
Tetapi sulit juga untuk tidak peduli bila ternyata
semua anak mencibir padanya! Bagi Arabella, ia
merasa punya kedudukan lebih tinggi dari semua anak,
karena ia memandang rendah mereka. Tetapi
perasaan itu jadi berubah kalau dialah yang dipandang
rendah oleh semua anak
Dan anak-anak itu sesungguhnya tidak sepenuh hati
mengucilkan Arabella. Tetapi tingkah Arabella
sebelumnya sudah sangat keterlaluan, sehingga kini
mereka menganggap perlakuan itu semacam tindakan
balas dendam.
"Mereka memperlakukanku seolah-olah aku berbau
busuk!" keluh Arabella pada Rosemary yang setia.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Bahkan si Goblok Julian itu betul-betul menekap
hidungnya bila aku lewat!"
Ini memang betul. Setiap kali dekat dengan Arabella,
Julian selalu menekap hidungnya dengan ibu jari dan
jari telunjuk. Ini membuat Arabella sangat gusar. Ia
sudah terbiasa dikagumi dan dihormati oleh anak-
anak lain, begitu sering dipuji-puji oleh orang dewasa.
Ia tak mengerti mengapa kini seperti itu tanggapan
anak-anak. Ini membuatnya sangat marah.
Arabella sama sekali tidak bisa menduga mengapa
anak-anak itu bersikap begitu. Tak terlintas pada
pikirannya bahwa itu karena ketidakjujurannya. Ia
merasa dirinya sudah serapi mungkin menyembunyikan
rahasianya. Ia tak tahu bahwa Jenny telah memeriksa
tas musiknya serta melihat permen cokelatnya.
Jenny menambah lagi cara menggoda Arabella dengan
jalan menirukan cara tutur sapa gadis itu. Tepat
seperti Arabella, dengan lagu yang dibuat-buat, ia
berceritera tentang kekayaannya, tentang masa-masa
liburannya.
Jenny sangat pandai menirukan suara dan gerak-gerik
seseorang, cara berkata maupun cara tertawa. Anak-
anak lain tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sewaktu ia menirukan cara Arabella berbicara-bahkan
pada waktu Arabella hadir di tempat itu.
"Dan, teman-temanku sayang," kata Jenny, "liburan
kemarin paling menarik! Bayangkan saja, kami
terpaksa membawa tiga buah mobil-mobil yang
terakhir khusus hanya membawa pakaian-pakaian
pestaku. Oh, dan harus kuceritakan pada kalian
tentang waktu aku tinggal di rumah nenekku. Beliau
mengizinkan aku mengikuti jam makan malam resmi,
untuk orang dewasa! Ya ampun!
"Dan tiap malam beliau mengadakan makan malam
yang mirip pesta besar. Bayangkan saja, kalau makan
malam paling sedikit ada lima belas hidangan yang
berbeda-beda, dan empat jenis... empat jenis rasa
limun. .."
Semua tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah
Jenny dan kata-katanya. Hanya Arabella saja yang
tidak tertawa. Ia sama sekali tak tahu di mana letak
lucunya. Sungguh anak-anak ini anak udik semua! Di
sekolahnya yang dulu setiap anak dengan senang hati
dan penuh kagum, selalu mendengarkan cerita tentang
pesta dan liburannya. Kenapa di sekolah sialan ini
anak-anak malah mengejeknya?

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Ada lagi yang membuat kesal Arabella. Bila kebetulan
ia sedang ikut duduk di ruang bermain, entah
menjahit atau membaca atau menulis, tiba-tiba saja
Jenny atau seseorang lainnya berkata minta
perhatian, misalnya, "Lihat! Ada pesawat terbang!"
atau, "Hei, binatang apa ini?" atau apa saja,
menunjukkan sesuatu di luar jendela, di atap, di
langit-langit-pokoknya di suatu tempat yang agak
jauh. Anak-anak lain segera berpaling atau
berkerumun ke arah yang dikatakan tadi. Arabella
juga, sebab ia tak ingin ketinggalan dalam
menyaksikan sesuatu. Celakanya, bila kemudian ia
berpaling pada pekerjaannya kembali... selalu ada saja
alat-alat yang sedang dipakainya lenyap. Entah
gunting, pena, atau kertas... apa saja. Ia jadi
kebingungan mencari benda-benda tadi, heran
bagaimana ia bisa lupa. Sampai kemudian seseorang
mulai tertawa diikuti oleh yang lain. Barulah ia tahu
bahwa ia telah dipermainkan. Barang-barangnya itu
disembunyikan seseorang pada waktu ia sibuk ikut
melihat apa yang kebetulan ditunjukkan.
Akhirnya tak tahan juga Arabella, dan berkata pada
Rosemary tentang itu semua. Rosemary
mendengarkan penuh perhatian, kemudian berkata,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Kasihan betul, kau, Arabella. Aku tak tahu mengapa
mereka berbuat seperti itu."
"Tanyakan saja pada mereka," tanya Arabella. "Tetapi
ingat, jangan sampai mereka tahu bahwa aku yang
menyuruhmu bertanya."
Suatu kali ketika Arabella tidak berada di ruang
bermain, Rosemary mengumpulkan keberanian dan
bertanya pada Jenny.
"Mengapa sih kalian begitu jahat pada Arabella?"
"Karena ia pantas diperlakukan begitu," jawab Jenny.
"Pantas bagaimana?"
"Apakah kau tak merasa betapa palsunya pribadinya?"
tanya Jenny kembali. "Aku tahu kau selalu
mengikutinya bagaikan anjing peliharaannya, tetapi
mestinya kau tahu juga bukan, bahwa sungguh tidak
jujur untuk menyimpan uang sendiri, dan tak
menyerahkannya ke kotak sekolah? Membelanjakan
uang tersebut dan kemudian berdusta tentangnya?"
Mata Jenny yang tajam menatap Rosemary yang
pemalu. Rosemary terpaksa menundukkan muka tak
berani membalas pandangan tersebut. Ia terlalu
lemah untuk membela sahabatnya, atau paling sedikit
mengatakan ia tak tahu apa-apa tentang perbuatan
Arabella itu. Atau, ia masih tidak bisa memutuskan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

apakah perbuatan Arabella itu melanggar peraturan
atau tidak.
"Ya, memang ia salah," akhirnya terpaksa Rosemary
berkata, tak tahan dipandang terus oleh Jenny.
"Apakah karena itu kalian memperlakukannya
sedemikian buruk?"
"Seharusnya ia tahu hal itu," kata Jenny tidak sabar.
"Kukira ia tidak begitu bodoh sehingga tak mengerti
mengapa kami mengucilkannya."
Rosemary tak berani mengatakan pada Jenny bahwa
Arabella benar-benar tak tahu mengapa dirinya
dimusuhi. Tetapi ia juga tak berani mengatakan pada
Arabella alasan sebenarnya anak-anak itu
memusuhinya. Rosemary memang bagaikan daun
melayang-layang ditiup angin sebentar ke sana,
sebentar kemari. "Mestikah aku berterus terang
pada Arabella?" tanyanya dalam hati. "Lebih baik, ya.
Ah. Tidak. Ia akan marah padaku. Lebih baik tak
kukatakan padanya. Tetapi bagaimana nanti? Mestinya
kukatakan padanya. Tapi. .. "
Akhirnya Rosemary tak mengatakan hal sebenarnya
pada Arabella. Ia hanya menggelengkan kepala waktu
Arabella bertanya tentang hasil penyelidikannya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Mereka... mereka menggodamu hanya karena
menganggap godaan mereka itu suatu lelucon,"
katanya. "Kukira itu semua karena pada dasarnya
mereka memang anak nakal."
"Oh!" merah padam wajah Arabella. "Kalau begitu aku
akan melaporkan mereka pada Rapat Besar. Aku tak
bisa berdiam diri begitu saja."
"Oh, Arabella, jangan lakukan itu," Rosemary
ketakutan. "Kau akan dianggap mengadu biasa saja,
dan kau akan mendapat kesulitan yang lebih besar
lagi. Bicarakan lebih dulu pada Pengawas kita, apakah
hal itu patut kauajukan ke Rapat Besar."
"Jelas aku takkan sudi membawa persoalan ini pada
Elizabeth!" geram Arabella. "Minta nasihat dari dia?
Nggak usah, ya!"
Begitulah. Tanpa memikirkan apa yang bisa terjadi
pada dirinya, hati Arabella menggelegak menanti
datangnya saat Rapat Besar. Ia merasa begitu yakin
bisa membalas perlakuan tak baik dari anak-anak itu.
Akhirnya Rapat Besar tiba. Dengan bibir terkatup
keras Arabella memandang geram pada anak-anak
lain. "Tunggu saja nanti," matanya yang membara
bagaikan berkata. "Tunggu saja nanti, dan kalian akan
tahu rasa!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Kotak uang sekolah diedarkan. Tak banyak yang
memasukkan uang. Arabella tak memasukkan sama
sekali. Uang saku dibagikan. Kemudian acara biasa
dimulai.
"Ada permintaan tambahan?"
"Bolehkah aku mendapat tambahan lima penny,
William?" tanya Belinda, berdiri. "Aku menerima
surat dari bibiku minggu ini. Agaknya ia lupa
menempelkan prangko. Karenanya aku disuruh
membayar denda biaya prangko, dua kali lipat. Dan
aku harus membayar lima penny."
"Lima penny untuk Belinda," kata William. "Bukan
salahnya dia harus membayar denda."
Lima penny diberikan pada Belinda yang kemudian
duduk dengan perasaan puas.
"Bolehkah aku memperoleh tambahan enam penny
untuk membeli bola?" tanya seorang anak kecil yang
berdiri dengan malu. "Bolaku terguling ke jalan kereta
api dan kami tak boleh memasuki tempat itu."
"Pergilah ke Eileen," kata William. "Ia akan menjual
bola-bola bekas milik sekolah dengan harga dua penny
untuk satu bola. Bayarlah dengan uangmu sendiri."
Tak ada permintaan lagi. Anak-anak mulai berbisik-
bisik William mengetuk meja. Semua hening.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Ada keluhan, pengaduan, atau laporan?"
Arabella dan seorang anak perempuan lain berdiri
hampir bersamaan.
"Duduklah Arabella, Pamela lebih dulu. Apa yang ingin
kauutarakan, Pamela?" tanya Rita.
"Sesungguhnya ini keluhan tolol," kata Pamela. "Tetapi
terpaksa kuajukan juga. Soalnya cukup mengganggu.
Begini. Bilik tidurku terletak dekat jendela besar di
kamar tidur kami. Pengawasku berkata jendela itu
harus dibuka bila kami tidak berada di kamar. Dan
tentu saja aku patuhi peraturan itu. Tetapi bila angin
bertiup kencang, maka semua benda yang ada di meja
riasku tertiup ke luar. Selalu saja aku. terpaksa
mendapat teguran karena barang-barangku berada di
luar kamar."
Semua tertawa. Rita dan William tersenyum. Joan
yang sekelas dengan Pamela dan menjadi Pengawas di
kelas itu, berbisik pada Rita, "Pamela benar. Dari dulu
jendela tersebut memang menjadi pengganggu bagi
anak yang tinggal di bilik itu. Tetapi kukira kita bisa
memindahkah tempat meja riasnya. Kalau Ibu Asrama
setuju, tentu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Baiklah. Akan kita tanyakan pada Ibu Asrama apakah
meja rias itu boleh dipindah menjauhi jendela," kata
Rita. Pamela duduk.
"Kini giliranmu, Arabella," kata William yang melihat
betapa di wajah Arabella tergambar rasa marah saat
menunggu giliran. Arabella bangkit berdiri, tak
melupakan gerakan lemah gemulai sopan santunnya
walaupun ia sedang marah besar.
"Begini, William," ucapnya dengan suara lemah lembut,
namun kini sedikit gemetar oleh kegugupan dan
kemarahan. "Aku ingin mengajukan suatu pengaduan
berat."
Hening seketika ruangan itu. Ini mungkin sesuatu
yang sangat menarik. Pengaduan berat patut
didengarkan dengan teliti. Teman-teman sekelas
Arabella saling pandang. Apakah Arabella akan
mengadukan mereka? Sungguh tolol! Sebab dengan
begitu segala keburukannya akan tersiar!
"Apakah yang ingin kauadukan, Arabella?" tanya
William.
"Begini," kata Arabella, "sejak kedatanganku di
sekolah ini, semua murid di kelasku-semua, kecuali
Rosemary-berlaku sangat buruk padaku. Bahkan aku

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

tak tega menerangkan bagaimana perlakuan mereka
kepadaku."
"Tetapi harus kaukatakan di sini," kata William.
"Sebab kalau tidak, kami tidak bisa memutuskan apa-
apa. Aku tak bisa percaya bahwa seluruh kelasmu
memperlakukan kau dengan buruk."
"Tetapi memang begitu!" Arabella hampir menangis.
"Julian yang paling buruk. Tiap kali lewat di dekatku
ia menutup hidungnya!"
Beberapa orang tertawa. Julian bahkan tertawa
terbahak-bahak. Arabella melotot padanya. Elizabeth
yang duduk di meja Pengawas terkejut. Ia satu-
satunya anak di kelasnya yang tak tahu apa yang
terjadi dengan Arabella. Ia berpendapat sungguh
tolol anak itu untuk membawa persoalan seperti itu ke
Rapat Besar. Ia tak tahu bahwa di balik perlakuan
buruk terhadap Arabella ada sebuah alasan besar. Ia,
Pengawas kelasnya, tak tahu!
Arabella melanjutkan pengaduannya, "kemudian
Jenny. Ia selalu menirukan gerak-gerikku. Aku di sini
anak baru. Jadi sungguh kejam untuk menggodaku
seperti itu. Aku akan terpaksa menulis surat pada
ibuku tentang ini semua. Aku akan..."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Sudah!" tukas Rita tegas, melihat bahwa Arabella
sudah mulai merengek-rengek. "Diamlah dulu,
duduklah. Akan kita selidiki perkara ini dengan teliti.
Kau nanti akan memperoleh kesempatan untuk
berbicara lagi. Tetapi sebelum itu, bolehkah kutanya,
apakah kau sudah membicarakan hal ini dengan
Pengawas-mu?"
"Tidak," kata Arabella cemberut, "sebab dia juga
membenciku."
Elizabeth merah mukanya. Memang benar. Ia telah
menunjukkan dengan tingkah lakunya bahwa ia
membenci Arabella. Dan karena itu Arabella tidak
mau meminta nasihat padanya! Oh. Sungguh ini suatu
kesalahan besar di pihaknya, sebagai seorang
Pengawas.
"Oh," Rita melirik pada Elizabeth. "Baiklah. Sekarang
kita akan mendengarkan Jenny lebih dahulu. Jenny,
bisakah kauterangkan mengapa kau bertindak buruk
terhadap Arabella? Apakah ada alasan bagimu untuk
berbuat serupa itu?"
Jenny berdiri. Yah. Arabella sendiri yang memulai ini.
Dan ia sendiri yang akan menanggung akibatnya. Ia-
Jenny-akan menceritakan segalanya!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

7. Rapat Besar Memutuskan

"Begini," kata Jenny, "sebetulnya ini semua gara-gara
Arabella sendiri. Ia tidak mematuhi peraturan
sekolah kita. Kami tahu itu. Maka kami tidak
menyukainya. Dan kami menggodanya."
"Fitnah! Aku mematuhi semua peraturan!" tukas
Arabella.
"Arabella, diamlah," kata William. "Siapakah
Pengawas Arabella? Oh, kau, Elizabeth Allen. Coba
katakan, menurut pendapatmu, apakah Arabella
mematuhi peraturan kita?"
"Elizabeth tak tahu apa yang kami ketahui," Jenny
menyela. "Kami tahu kepalsuan Arabella, Elizabeth
tak tahu."
Elizabeth gelisah. Bagaimana ia bisa tak mengetahui
apa yang terjadi di kelasnya? Ia berkata pada
William.
"Menyesal sekali, aku memang tak tahu apa yang
dikatakan Jenny," katanya. "Semestinya aku tahu,
sebab aku seorang Pengawas dan wajib mengetahui
apa yang terjadi di kelasku. Tetapi aku tak tahu
tentang hal ini."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Terima kasih," kata William, berpaling lagi kepada
Jenny. "Apa yang ingin kauadukan tentang Arabella,
Jenny?"
Arabella tampak bagaikan akan meledak karena
marah. Kini ia sangat ketakutan pula. Apa yang akan
dikatakan Jenny? Yang membuat pengaduan ini adalah
dia, Arabella, tetapi kini agaknya keadaan berbalik: ia
jadi yang diadukan!
Dan terbukalah rahasia Arabella.
"Arabella tidak memasukkan semua uangnya di "kotak
uang," kata Jenny. "Kami tahu itu karena kami lihat
Arabella membeli buku seharga tiga setengah shilling,
dan banyak sekali permen cokelat yang mahal-mahal.
Permen tersebut disembunyikannya di dalam tas
musik Ia mengira kami tidak tahu. Ia berdusta pula
tentang permen itu. Jadi, William, karenanya kami
tidak menyukainya. Dan kami menunjukkan perasaan
kami padanya. Kami kira dengan begitu ia akan merasa
bahwa kami tahu rahasianya, dan ia akan menjadi
jujur serta menyerahkan semua uangnya pada Rapat
Besar berikutnya."
"O, begitu?" kata William. "Duduklah, Jenny."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Semua kini menoleh pada Arabella. Arabella tak tahu
harus berkata apa. Ia menyesal telah mengajukan
pengaduan. Kini dialah yang jadi terdakwa!
"Arabella, bagaimana ini? Apakah betul apa yang
dikatakan Jenny?" tanya Rita.
Arabella diam saja. Tak bergerak sedikit pun. Setitik
air mata muncul. Mengalir di pipinya. Ia merasa
kasihan pada dirinya sendiri. Mengapa ibunya
mengirimkannya ke sekolah yang keji ini? EH mana
setiap minggu diadakan Rapat dan setiap kesalahan
bisa diungkapkan di depan umum?
"Arabella, berdirilah," kata Rita. "Dan jawablah."
Kaki Arabella gemetar. Tetapi ia berhasil
memaksakan diri untuk berdiri. "Ya," katanya hampir
tak kedengaran, "beberapa di antaranya benar. Tidak
semua. Soalnya... aku tidak begitu mengerti mengapa
aku harus menyerahkan semua uangku. Maka
kuserahkan saja sebagian besar dari uangku. Aku
ingin bertanya tentang hal ini pada Pengawas-ku,
Elizabeth. Juga tentang banyak hal lain. Tetapi
agaknya ia juga membenciku... dan... dan... "
Elizabeth marah. Arabella agaknya ingin menimpakan
kesalahan padanya. Ia memandang marah pada
Arabella dan semakin tidak menyukai anak itu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Itu omong kosong," kata Rita tegas. "Elizabeth akan
selalu menerangkan apa saja yang kauingini, tak peduli
apakah ia senang atau tidak padamu. Kini dengarlah,
Arabella, kau telah berlaku salah dan sesungguhnya
kau sendirilah yang menyebabkan perlakuan buruk
atas dirimu itu. Kau harus berusaha segafanya jadi
beres kembali."
Ketua Murid Perempuan itu berpaling pada William.
Keduanya berunding beberapa saat dengan berbisik-
bisik. William mengangguk. Rita berbicara lagi.
"Memang kadang-kadang sangat sulit bagi anak-anak
baru untuk mengerti serta memahami peraturan
kita," kata Rita dengan suara jernih. "Tetapi setelah
mereka berada di sini agak lama, biasanya cepat
sekali mereka menyesuaikan diri. Toh semua
peraturan itu adalah buatan kita sendiri, untuk kita
sendiri. Tak mungkin bukan kita membuat peraturan
yang tidak baik? Lagi pula tak begitu banyak
peraturan kita. Tak sulit untuk mengikutinya."
"Aku mengerti sekarang," kata Arabella yang masih
juga berdiri, "aku menyesal telah melanggar
peraturan, Rita. Kalau saja anak-anak yang lain
langsung menegurku, sudah pasti aku akan segera
memperbaiki kesalahanku. Tetapi mereka tidak

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

menegurku. Mereka hanya berlaku buruk padaku.
Mana aku bisa mengerti apa kesalahanku?"
"Sehabis Rapat Besar ini kau harus menemui
Pengawas-mu, menyerahkan semua uang yang ada
padamu padanya. Minggu ini kau hanya diperbolehkan
menerima enam penny untuk membeli prangko. Toh
kamu sudah punya uang banyak sekali minggu lalu."
Arabella duduk. Pipinya merah padam lagi.
Memberikan semua uangnya pada Elizabeth! Oh,
betapa malunya!

Rita belum selesai. Dengan tajam ia berbicara kepada
seluruh kelas satu kini, kelas Elizabeth.
"Tak ada perlunya bagi kalian untuk menangani sendiri
semua persoalan, apalagi menjatuhkan hukuman,"
katanya. "Toh kalian punya Pengawas untuk memberi
nasihat, dan kita punya Rapat Besar untuk
memutuskan segalanya. Kalian dari kelas satu belum
cukup bijaksana untuk menangani perkara seperti ini.
Mestinya kalian pergi ke Elizabeth."
Anak-anak kelas satu jadi gelisah malu-malu.
"Sesungguhnya ini berpangkal pada suatu perkara
kecil," kata William. "Arabella anak baru dan tak

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

mengerti betapa pentingnya peraturan-peraturan
kita. Kini dia telah mengerti dan akan mematuhinya."
Masih ada beberapa persoalan lagi, kemudian Rapat
Besar dibubarkan. Elizabeth segera menemui Jenny.
"Mengapa kau tak menceritakan padaku tentang
Arabella?" tanyanya. "Aku merasa bagaikan orang
tolol saja duduk di depan, di meja Pengawas, tak tahu
apa pun tentang yang terjadi di kelasku!"
"Ya, mestinya kami mengatakannya padamu," kata
Jenny. "Maaf, tapi kami tahu Arabella tinggal
bersamamu waktu liburan, jadi kami kira dia sahabat
baikmu. Kami takut kalau kau akan tersinggung bila
kami katakan dia berbuat curang."
"Dia bukan sahabatku," kata Elizabeth dengan gusar.
"Aku tak tahan melihat tingkah lakunya. Ia
merusakkan liburanku yang dulu itu,"
"Ssst, tutup mulut," bisik Kathleen. Arabella muncul,
dan pasti bisa mendengar apa yang dikatakan
Elizabeth tadi.
"Arabella, lebih baik kauambil uangmu sekarang dan
berikan padaku," kata Elizabeth cepat-cepat, sambil
berharap mudah-mudahan Arabella tak mendengar
apa katanya tadi, "sementara kotak uang masih
berada di luar."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Arabella sedikit pucat. Ia tak berkata sepatah pun,
bergegas ke kamarnya. Diambilnya semua uangnya
yang disembunyikannya di berbagai tempat.
Kemudian ia turun. Elizabeth mengulurkan tangan
dengan kikuk. Arabella mengempaskan semua uangnya
ke tangan Elizabeth. Sakit terasa dan beberapa
keping uang logam jatuh.
"Nih, anak jahat!" kata Arabella ketus dan marah,
sementara matanya berkaca-kaca. "Aku yakin kau
gembira melihat aku dipermalukan di Rapat Besar.
Tapi kau sendiri mestinya malu-kau satu-satunya anak
yang tak tahu apa-apa! Sayang sekali aku merusak
liburan-mu, tapi harus kauketahui bahwa aku sama
sekali tak suka berlibur di rumahmu. Aku benci
rumahmu dan apa saja yang ada di dalamnya,
terutama kamu!"
Elizabeth tertegun. Dan amat marah.

Dibelalakkannya matanya pada Arabella dan ia
berkata tajam, "Ambil uang yang jatuh itu. Dan
jangan berkata dengan sikap begitu bila berhadapan
dengan seorang Pengawas. Walaupun kita saling
membenci, paling tidak kau bisa bersikap wajar!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Heran sekali anak sekurang ajar kau bisa jadi
Pengawas!" dengus Arabella. "Berandal jahat, aku
benci padamu!"
Arabella bergegas keluar, mengempaskan pintu keras-
keras. Elizabeth terpaksa memunguti uang yang jatuh
dan memasukkannya ke dalam kotak uang. Ia sangat
heran akan kegalakan Arabella. Dan ia pun merasa
khawatir.
"Ya ampun, sulit benar jadi Pengawas di kelas satu,
bila perkara seperti ini sering terjadi," pikirnya.
Sewaktu berlari ke lorong ruangan, Arabella bertemu
dengan Rita. Ketua murid itu melihat wajah Arabella
yang penuh air mata dan menghentikannya, mencoba
menghiburnya dengan lembut, "Arabella, kita semua
bisa saja berbuat salah. Apalagi pada awal suatu
keadaan. Jangan terlalu dalam memikirkannya, dan
biasakan pergi ke Pengawas-mu bila memperoleh
kesulitan. Elizabeth seorang yang sangat bijaksana,
walaupun masih kecil. Ia bisa bersikap tepat dan adil.
Aku yakin dia akan bisa membantumu."
Pada mulanya Arabella sangat gembira Rita
menghiburnya. Tetapi pujian terhadap Elizabeth
kembali membuat harinya sakit. Ia tak sudi pergi ke
Elizabeth untuk meminta nasihat.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Rita melanjutkan perjalanannya. Ia sangat khawatir
memikirkan Arabella Gadis itu tampaknya tidak
begitu menyesali kesalahannya. Kalau seseorang tahu
dirinya bersalah dan menyesal karenanya, maka ia
akan bisa memperbaiki kesalahannya itu. Tetapi kalau
ia tidak menyesal, hanya merasa marah karena
kesalahannya ketahuan, maka keadaannya akan
semakin buruk.
Elizabeth menemui Julian. "Hei, mestinya kau
memberiku peringatan tentang Arabella," katanya.
"Mengapa hal itu tak kaulakukan?"
"Untuk apa? Aku tak peduli apakah ia memasukkan
uangnya ke dalam kotak uang atau tidak," kata Julian.
"Dan aku juga tidak peduli apakah ia digoda anak
banyak atau tidak. Aku hanya melakukan apa saja
yang kebetulan aku sukai, tak mau ikut campur urusan
orang lain. Biarkanlah orang lain berbuat semau
mereka."
"Tetapi, Julian, kau harus tahu bahwa kita tak bisa
melakukan apa saja yang kita senangi sendiri, sebab
kita hidup bersama banyak sekali anak lain... dan
lagi. .."
"Sudahlah, jangan sok aksi dengan nasihatmu!" kata
Julian segera. "Ada satu hal yang tak kusenangi pada

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

dirimu, Elizabeth, yaitu bahwa kau seorang Pengawas.
Agaknya dengan begitu kau merasa berhak untuk
memberiku kuliah atau petuah atau nasihat. Kau
merasa berhak untuk mengubah aku menjadi anak
baik-anak baik yang berarti aku harus memenuhi apa
saja yang kauinginkan." Kecewa Elizabeth
memperhatikan Julian. "Julian! Keterlaluan kau! Aku
merasa bangga menjadi seorang Pengawas.
Keterlaluan kau kalau kau berkata bahwa kau
membenciku karena jabatan Pengawas itu. Padahal
jabatan itulah yang paling kubanggakan."
"Aku lebih senang kalau mengenalmu saat kau masih
menjadi si Badung Bandel Bengal. Aku yakin aku akan
lebih menyukaimu bila kau masih senakal dulu."
"Tak mungkin," tukas Elizabeth. "Waktu itu aku
begitu tolol. Lagi pula, toh dulu atau sekarang aku
sama saja. Hanya sekarang aku lebih bijaksana,
karena aku jadi Pengawas."
"Mulai lagi," Julian mengeluh panjang. "Kau tak pernah
bisa melupakan bahwa kau salah satu di antara anak-
anak yang begitu agung, perkasa, bijaksana-seorang
Pengawas!"
Dengan gusar Julian pergi. Elizabeth lama terpaku di
tempatnya, marah. Sungguh tolol seseorang yang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sangat membenci apa yang dibanggakan sahabatnya.
Julian kadang-kadang memang keterlaluan
menjengkelkannya.

8. Elizabeth Memasang Jebakan

Kehidupan sekolah berlangsung menyenangkan pada
semester Paskah itu. Berbagai pertandingan
dilakukan. Ada yang dimenangkan oleh Whyteleafe,
ada yang kalah. Mereka yang suka berkuda tiap pagi
menjelajahi bukit sebelum sarapan. Robert selalu
berkuda berdua dengan Elizabeth, bercakap-cakap
terus sepanjang perjalanan.
"Kau senang jadi Pengawas, Elizabeth?" tanya Robert
suatu pagi, tak lama setelah Rapat Besar kedua.
"Mhhh," Elizabeth tak segera menjawab. "Lucu juga,
Robert, dahulu aku sangat bangga karena terpilih
menjadi Pengawas. Sekarang pun aku masih bangga.
Tetapi rasanya menjadi Pengawas membuatku tak
bebas bergaul dengan yang lain. Dan ini aku tak suka.
Seperti Julian itu, ia selalu mengatakan aku sok aksi
saja jadi Pengawas."
"Aku tahu kau bukannya pasang aksi saja," kata
Robert menyeringai. "Tetapi begini, Elizabeth. Aku

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

memang belum pernah jadi Pengawas atau pemimpin
apa pun. Tetapi sering kudengar dari pamanku bahwa
bila kita mempunyai kedudukan yang menonjol, yang
memisahkan kita dari yang lain, memang kita akan
merasa gelisah-sampai nanti kau terbiasa oleh
kedudukan barumu itu."
"Aku tak senang merasa dikucilkan dalam perkara
Arabella itu," kata Elizabeth. "Aku merasa dikucilkan!
Kalau saja aku bukan Pengawas, maka aku akan berada
di tengah kalian dan paling tidak bisa mencium adanya
ketidakberesan itu. Mestinya seseorang memberi-
tahu aku tentang itu."
"Lain kali kau pasti kami beritahu," kata Robert.
Elizabeth bekerja keras di kebun sekolah, membantu
John Terry. Bunga-bunga krokus yang mereka tanam
dahulu, kini telah berkembang. Ratusan muncul di awal
musim semi. Indah sekali. Mula-mula yang kuning
muncul. Terbuka menyambut sinar matahari.
Kemudian disusul oleh yang ungu dan putih.
Gerobak dorong Julian sangat membantu. Memang
bentuknya aneh, tetapi kuat dan bagus buatannya.
Anak-anak kecil yang membantu John Terry sangat
suka memakainya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Terima kasih, Julian," kata John. "Hasil karyamu
menghemat pengeluaran kita. Aku akan minta
bantuanmu lagi bila ada sesuatu yang kami perlukan."

Semester itu banyak sekali pekerjaan di kebun.
Memang begitu di musim semi. Luas sekali tanah yang
harus digali. Banyak sekali yang harus ditanam. Di
bawah pengawasan John, anak-anak mulai
menanamkan benih-benih kacang lebar.
"Ya ampun, apakah kita memang harus menanam
begitu banyak, John? Ribuan jumlahnya!" keluh si
kecil Peter, meluruskan punggungnya.
"Semua murid sangat menyukai kacang lebar," kata
John. "Cukup menyenangkan, bukan, menanam sesuatu
yang disukai orang banyak?"
Murid-murid Whyteleafe diperbolehkan memelihara
binatang, kecuali kucing dan anjing yang tak bisa
dipelihara di dalam sangkar. Setiap anak yang
memelihara binatang harus memelihara baik-baik.
Kalau tidak, maka binatang peliharaan itu diambil dari
mereka. Tapi ini jarang terjadi. Anak-anak itu sayang
sekali pada peliharaan mereka dan bangga mempunyai
tanggung jawab.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Minggu-minggu pertama berlalu, dan Arabella tidak
membuat persoalan lagi dengan Elizabeth. Tetapi ia
juga tidak berbicara bila tidak sangat diperlukan. Ia
selalu berdua dengan Rosemary, atau kadang-kadang
dengan Martin Follett. Julian bersahabat dengan
semua anak-atau lebih tepat: semua anak ingin
bersahabat dengannya. Ia tak peduli apakah disenangi
anak lain atau tidak. Anak-anak itulah yang
menganggapnya sangat menyenangkan dan sangat
cerdas.
Sahabatnya yang sebenarnya adalah Elizabeth.
Keduanya bisa tertawa dan bercanda sesering
mungkin. Julian tak pernah lagi menggoda Elizabeth
tentang kedudukannya sebagai Pengawas. Dan
Elizabeth mulai terbiasa dengan kedudukannya yang
memang harus berada di luar lingkungan anak-anak
yang lain sebagai Pengawas. Tetapi memang makin
lama ia makin sering lupa bahwa ia mempunyai
kedudukan unik itu.
Ia baru teringat akan hal tersebut saat Rosemary
suatu hari mendatanginya dan berkata, "Elizabeth,
bolehkah aku berbicara denganmu berdua?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Oh, tentu saja," kata Elizabeth, segera teringat
bahwa ia Pengawas dan harus menolong serta
bertindak bijaksana.
"Aku... aku sering kehilangan uang," kata Rosemary
takut-takut.
"Kehilangan uang?" tanya Elizabeth. "Kehilangan
bagaimana?"
"Mula-mula kukira hilang karena aku lalai," kata
Rosemary. "Kukira sakuku berlubang atau yang
semacam itu. Tetapi setelah kuperiksa, tak ada
sakuku yang berlubang. Minggu lalu aku kehilangan
dua penny. Kemarin enam penny. Dan kau tahu, itu
cukup banyak bila diingat uang sakuku hanya dua
shilling. Hari ini satu penny hilang dari mejaku.

Elizabeth sangat heran. Dipandangnya Rosemary,
seakan tak percaya akan telinganya.
"Tetapi, Rosemary," katanya akhirnya, "kau tidak
menuduh bahwa seseorang mengambil uangmu,
bukan?"
"Terpaksa aku berpikir begitu, Elizabeth," kata
Rosemary. "Walaupun sesungguhnya rasanya itu tak
mungkin. Sekarang aku tak punya uang lagi, tinggal
tiga penny. Itu harus kupakai sampai Rapat Besar

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

mendatang. Padahal aku masih harus membeli
prangko."
"Sungguh buruk ini," kata Elizabeth. "Ini suatu
pencurian, Rosemary. Apakah kau merasa sangat yakin
akan apa yang kaukatakan?"
"Ya," kata Rosemary. "Apakah aku boleh membawa
persoalan ini ke Rapat Besar mendatang?"
"Tidak," jawab Elizabeth, merasa ini suatu
kesempatan untuk membuktikan kebijaksanaannya.
"Mungkin perkara ini bisa kuselesaikan sendiri. Nanti
kalau sudah kita selesaikan, baru kita bawa ke Rapat
Besar dan kita katakan bahwa perkaranya sudah
selesai."
"Baiklah," kata Rosemary yang merasa takkan sanggup
berdiri dan berbicara di depan anak banyak.
"Bagaimana caramu menyelesaikan perkara ini?"
"Kita akan memasang jebakan," kata Elizabeth. "Akan
kupikirkan nanti. Jangan katakan hal ini pada siapa
pun."
"Aku... aku telah berkata pada Martin Follett," kata
Rosemary. "Terpaksa, sebab pada waktu aku sedang
sibuk mencari uangku yang enam penny kemarin, ia
datang dan bertanya. Ia baik hati. Ia ikut
membantuku mencari. Lama sekali. Kemudian ia

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

memberiku uang dua penny, sekadar untuk bisa
kupakai dulu. Terpaksa aku ceritakan padanya apa
yang terjadi dengan uangku. Tetapi belum pernah
kuceritakan pada anak lainnya."
"Jangan ceritakan," kata Elizabeth. "Kita harus
memasang jebakan pada waktu tak seorang pun
menduganya. Sungguh baik hati Martin memberimu
dua penny."
"Ya, ia memang pemurah," kata Rosemary "Ia juga
telah membelikan satu pak benih kacang kerdil untuk
John Terry. Katanya ia tak bisa bekerja di kebun,
tetapi ingin membantu sedapat-dapatnya."
"Siapa kira-kira yang begitu keji hingga berani
mencuri?" pikir Elizabeth saat Rosemary telah pergi.
"Jahat benar! Ini baru soal besar, dan harus
kuselesaikan. Aku seorang Pengawas. Harus bisa
kuputuskan."
Ia berpikir keras. Ia harus menangkap si pencuri.
Kemudian si pencuri akan diurusnya sebijaksana
mungkin, untuk membuktikan bahwa ia memang patut
jadi Pengawas. Tetapi bagaimana cara menangkapnya?
"Aku tahu!" kata Elizabeth dalam hati. "Akan
kutunjukkan uang shilling-ku yang kuterima dari kotak
uang kemarin. Uang itu sangat baru. Akan kupamerkan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

pada semua anak. Kemudian akan kutaruh di mejaku.
Tetapi kuberi tanda lebih dahulu. Jadi bila kemudian
uang itu hilang, tinggal melihat di tangan siapa uang
tersebut muncul."
Keesokan harinya saat istirahat, anak-anak harus
bermain di ruang senam. Di luar hari hujan. Elizabeth
mengeluarkan keping uang shilling-nya dan
memperlihatkan pada kawan-kawannya. "Lihat!
Mengilap sekali, bukan?" katanya. "Mungkin baru saja
keluar dari pabrik uang minggu lalu."
Ruth juga mengeluarkan uangnya, sekeping uang penny
yang mengilap bagaikan emas. Robert ikut
memamerkan uang tiga penny-nya.
"Sayang sekali kalau uangku ini hilang, lolos dari
lubang sakuku, misalnya," kata Elizabeth. "Biar
kusimpan saja di meja, di bawah tempat tinta. Aman
di tempat itu."
Sebelum ditaruhnya di tempat tersebut, Elizabeth
memberi tanda silang dengan tinta Cina hitam pada
mata uang tadi. Kemudian ditaruhnya di tempat botol
tinta, di hadapan anak-anak lain, tepat sebelum Bu
Ranger masuk ke dalam kelas.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Ia melirik pada Rosemary. Gadis pemalu itu
mengangguk, tanda mengerti apa yang dilakukan
Elizabeth.
"Kini kita tinggal menunggu," kata Elizabeth dalam
hati, melihat berkeliling, untuk
kesekian kalinya mengira-ngira siapa gerangan yang
begitu jahat sehingga mau mencuri.
Selesai pelajaran pagi, anak-anak berlarian ke kebun,
bermain-main di sana sampai waktu untuk mencuci
tangan dan makan siang.
Elizabeth berlari ke kelasnya untuk melihat apakah
uangnya masih ada. Dibukanya mejanya. Ya. Uang
tersebut masih ada. Ia senang. Mungkin Rosemary
salah terka.
Pada waktu pelajaran sore, uang tersebut juga masih
ada. Rosemary memandang ke arahnya. Elizabeth
mengangguk sebagai tanda bahwa uang itu masih ada.
Bagaimana kalau si pencuri sengaja tidak
mengambilnya? Elizabeth harus merancang jebakan
lainnya.
Sehabis minum teh, uang itu juga masih ada.
Rosemary mendekati Elizabeth, berkata, "Tak usah
kautaruh lagi uangmu di tempat itu. Jangan-jangan
hilang betulan-dan kau takkan memperolehnya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

kembali. Satu shilling hilang pasti sangat
mengecewakan bagimu."
"Kita tunggu saja sampai besok pagi," kata Elizabeth,
"dan kita lihat hasilnya."
Keesokan paginya, gadis cilik itu menyelinap masuk ke
dalam ruang kelasnya. Dibukanya mejanya, diraba-
rabanya tempat ia menyembunyikan uangnya.
Uang tersebut tidak ada. Hilang. Walaupun ia
setengah mengharapkan hal ini akan terjadi, tak
urung Elizabeth terkejut juga. Jadi benar-benar ada
pencuri di dalam kelas. Pencuri yang begitu jahat?
Siapa?
Yah. Tinggal tunggu saja. Di tangan siapa uang yang
telah ia beri tanda. Dan ia bisa menentukan siapa
pencurinya.

9. Kejutan untuk Elizabeth

Mudah saja memberi tanda pada sekeping mata uang
untuk mengenalinya lagi bila muncul kembali. Tetapi
memerlukan suatu perencanaan lagi untuk bisa
menemukan keping mata uang tersebut! Tak habis-
habisnya Elizabeth berpikir bagaimana ia bisa
melakukan itu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Sehabis minum teh hari itu, hujan masih turun. Anak-
anak berkumpul di ruang bermain masing-masing
kelas. Sebuah ruangan cerah dengan jendela lebar,
perapian besar, gramofon, radio, dan laci-laci tempat
anak-anak bisa menyimpan barang-barang mereka.
Sore itu meriah suasananya. Radio berbunyi keras.
Gramofon berbunyi keras. Berulang kali ada anak yang
ingin membaca terpaksa mengecilkan atau mematikan
kedua benda tersebut, tetapi tak lama seseorang
akan menghidupkannya kembali. Akhirnya dibiarkan
saja keduanya saling bersuara keras.
"Hei, mari kita membuat suatu permainan," seseorang
berseru. "Di sini ada lomba pacu kuda. Ayo, siapa ikut!
Ada dua belas ekor kuda yang berlomba!"
"Ayo! Aku ikut!" semua berseru gembira,
memperhatikan Ruth membuka tempat pacu kudanya.
Besar sekali, sehingga menutup seluas meja. Ribut
sebentar saat para pemain berebut kuda, kemudian
perlombaan pun mulai.
Sungguh menyenangkan bermain bersama-sama
seperti ini. Ramai sekali kuda-kuda saling mengejar di
papan perlombaan yang luas itu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Sial!" seru Harry, "kudaku masuk selokan. Aku harus
mundur enam langkah. Satu- dua-tiga-empat-lima-
enam!"
Permainan itu makin seru, dan akhirnya Belinda yang
menang, memperoleh hadiah sebatang cokelat.
Kemudian Kathleen mengeluarkan permainannya,
permainan gasing. Ada banyak sekali gasing kecil,
berwarna-warni. Bisa berputar dengan sangat indah,
sambil mengeluarkan bunyi merdu. Anak-anak itu
beradu memutarkan gasing, adu lama berputar.
Melihat gasing-gasing itu berputar, Elizabeth
mendapat ilham. Ia mengetuk meja dan berkata,
"Sekarang kita adu lama memutar uang! Siapa yang
akan menang?"
Anak-anak itu langsung mengambil uang dari saku
masing-masing. Ada yang mengeluarkan uang penny.
Ada yang setengah penny. Ada yang setengah shilling.
Dan satu-dua diantara mereka mengeluarkan uang
satu shilling.
Sampai saat ini Julian menjadi juara dalam pemutaran
gasing. Gasingnya bisa berlompat-lompatan di atas
meja dengan cara yang amat aneh. Kini ia akan
menunjukkan bahwa dalam memutar uang ia juga
juara.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Lihat, uang penny-ku meloncat-loncat," serunya.
Dengan tangkas ia memutarkan uang tersebut di muka
meja yang licin. Uang tadi berloncatan, kemudian
berputar cepat sekali. Tak ada yang bisa menirukan
gaya bermain Julian ini.
"Sekarang, lihat aku memutar uang shilling di atas
gelas," kata Julian. "Tolong ambilkan gelas....
Suaranya aneh nanti."
Sebuah gelas segera muncul. Semua memperhatikan.
Mata hijau Julian bersinar-sinar merasakan begitu
banyak pandangan kagum ditujukan padanya. Gelas
tadi diletakkan terbalik. Dan Julian memutar uangnya
pada alas gelas. Terdengar sebuah suara lucu!
"Seperti suara nyanyian," kata Ruth. "Biarkan aku
mencoba, Julian."
Uang shilling itu jatuh. Ruth mengambilnya, mencoba
memutarnya seperti Julian tadi. Tapi uang tersebut
langsung jatuh dari gelas, menggelinding di atas
permukaan meja dan jatuh di dekat Elizabeth.
Elizabeth mengambilnya.
Sekeping uang shilling yang sangat baru Elizabeth
memperhatikannya. Aneh, ada uang shilling yang baru
lagi. Dan saat diperhatikannya lagi-Elizabeth sangat
terkejut.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Dilihatnya tanda silang yang pernah dibuatnya. Kecil
dan hitam. Tak salah lagi. Seketika ia merasa kecewa.
Ini uangnya. Uang yang dahulu ditunjukkannya pada
semua temannya. Yang kemudian ditaruhnya di
mejanya. Dan kemudian hilang.
"Ayo, Elizabeth-berikan uangnya!" kata Ruth tak
sabar. "Dari caramu melihat, seperti kau belum
pernah melihat uang shilling saja!"
Elizabeth melemparkan uang tersebut kepada Ruth.
Tangannya gemetar. Julian! Julian yang kini memiliki
uangnya. Tetapi Julian sahabatnya. Tak mungkin ia
yang mengambil- tetapi uang tadi betul berada di
tangannya, tadi ia mengambilnya dari sakunya! Sedih
sekali Elizabeth memperhatikan Julian yang sedang
memperhatikan Ruth dengan rambut terurai di
dahinya seperti biasanya.
Rosemary telah memperhatikan wajah Elizabeth. Ia
melihat Elizabeth memperhatikan keping mata uang
itu. Ia tahu pastilah itu keping yang telah diberi
tanda. Dan dengan heran ia pun memperhatikan
Julian.
Elizabeth tak ingin langsung menanyai Julian. Dengan
tak sabar ia menunggu kesempatan agar ia bisa
berbicara berdua saja dengannya. Ia menunggu terus

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

malam itu, sambil terus memikirkan apa yang akan
dilakukannya.
"Tentu saja, seperti kata Julian ia bisa saja
melakukan apa pun yang disukainya," pikir Elizabeth.
"Ia sama sekali tak peduli tentang apa pun atau siapa
pun. Tetapi aku toh sahabatnya. Semestinya ia peduli
akan apa yang dilakukannya padaku. Kalau saja ia
memintanya, pasti akan kuberikan. Bagaimana ia bisa
berlaku seperti itu?"
Tepat sebelum waktu tidur, saat yang ditunggunya itu
tiba. Julian sedang dalam perjalanan dari
perpustakaan, dan Elizabeth bertemu dengannya di
gang.
"Julian," tanya Elizabeth, "dari mana kauper-oleh
uang shilling yang baru dan mengilap itu?"
"Dari kotak uang sekolah, minggu lalu," kata Julian
langsung. "Kenapa?"
"Kau yakin?" tanya Elizabeth. "Oh, Julian, apakah kau
benar-benar yakin tentang itu?"
"Tentu saja, tolol, dari mana lagi aku bisa memperoleh
uang?" tanya Julian heran. "Mengapa kau tampak
gelisah? Ada yang tidak beres dengan uangku itu?"
Elizabeth hampir saja berkata bahwa uang itu
sebenarnya uangnya. Tetapi tidak Ia tak boleh

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

mengatakan hal itu langsung. Itu sama saja dengan
menuduh Julian mengambilnya. Ia sahabatnya. Tak
boleh ia menuduh Julian dengan tuduhan begitu keji.
Ia tak boleh memikirkan kemungkinan itu.
"Tak apa-apa," katanya kemudian, merasakan betapa
anehnya si Julian ini.
"Baiklah kalau begitu, jangan bersikap aneh begitu,"
kata Julian tak sabar. "Uang itu uangku. Kudapat dan
kotak uang sekolah. Begitulah."
Dengan setengah gusar Julian meninggalkan
Elizabeth. Agak lama Elizabeth termenung. Pikirannya
kacau. Dari seluruh teman sekelasnya, satu-satunya
yang tak bisa dicurigainya adalah Julian. Tetapi
ternyata kini Julian yang berbuat!
Elizabeth menyelinap masuk ruang musik, dan
langsung memainkan sebuah lagu sedih pada piano.
Richard yang kebetulan lewat, menjenguk ke dalam
dengan penuh keheranan.
"Ya ampun, Elizabeth! Mengapa kaumainkan lagu
seperti itu?" tanya Richard. "Siapa pun yang
mendengar akan mengira kau kehilangan satu shilling
dan menemukan enam penny."
Peribahasa kuno itu separo benar, dan Elizabeth tak
sadar tertawa. "Yah... aku telah kehilangan satu

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

shilling, tetapi belum menemukan yang enam penny,"
katanya.
"Ya Tuhan! Masa hanya karena uang satu shilling saja
membuatmu sedemikian sedih? Belum pernah
kudengar lagu semurung itu tadi. Gembiralah!" kata
Richard.
"Dengar, Richard. Kau tahu, pasti aku tidak setolol
itu, bersedih hati hanya karena kehilangan satu
shilling'' kata Elizabeth. "Ada hal lain yang
membuatku sedih."
"Katakanlah padaku," kata Richard. "Kau tahu aku
takkan mengatakannya pada orang lain."
Ini benar. Elizabeth memandang Richard, berpikir
bahwa mungkin Richard bisa membantunya.
"Begini. Misalkan kau punya seorang sahabat akrab.
Misalnya sahabatmu itu berbuat sesuatu yang amat
buruk padamu. Apa yang akan kaulakukan?" tanya
Elizabeth.
Richard tertawa. "Kalau dia memang sahabatku, aku
tak percaya dia bisa berlaku begitu buruk. Mungkin
galah paham."
"Oh, Richard, kau benar!" kata Elizabeth. "Mestinya
aku juga tak mempercayainya!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Ia mulai memainkan piano lagi. Kini dengan lagu yang
ceria. Richard menyeringai dan meninggalkan
Elizabeth. Kini ia telah terbiasa dengan perangai
gadis cilik itu. Dengan kesulitan yang selalu saja
dihadapinya.
"Richard benar," pikir Elizabeth. "Aku tak boleh
percaya begitu saja. Mungkin uangku jatuh ke tangan
Julian entah dengan cara bagaimana. Aku harus
menyusun siasat lagi untuk mencari pencuri yang
sebenarnya."
Maka ia tak mengubah sikapnya terhadap Julian,
masih tetap bersahabat. Ini membuat bingung
Rosemary yang tahu akan apa yang telah terjadi. Ia
menyatakan keheranannya pada Elizabeth.
"Tetapi tak mungkin Julian yang berbuat,"
kata Elizabeth, "pasti anak lain. Ia memperoleh uang
shilling itu dari kotak uang sekolah. Ia merasa yakin
tentang itu. Pasti ada kekeliruan."
Hari berikutnya Rosemary datang pada Elizabeth lagi.
"Dengar," katanya, "tahu tidak apa yang terjadi?
Arabella kehilangan uangnya! Bagaimana pendapatmu?
Si pencuri turun tangan lagi?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya ampun! Padahal aku berharap takkan terjadi
pencurian lagi," kata Elizabeth. "Arabella kehilangan
berapa?"
"Enam penny," kata Rosemary. "Tadinya ditaruh di
saku jas hujannya. Sewaktu akan diambilnya, sudah
tidak ada! Dan, Elizabeth, Belinda juga kehilangan
permen cokelat yang ditaruhnya di meja. Aneh,
bukan?"
"Ya, aneh, dan keterlaluan," kata Elizabeth. "Aku
harus segera mengetahui siapa pencuri itu, untuk
diseret ke Rapat Besar!"
Waktu lain, yang hilang adalah beberapa permen di
laci Elizabeth. Ketika Elizabeth membuka lacinya
untuk mengambil permen, ternyata permen itu tidak
ada!
"Sial!" kata Elizabeth, marah dan terguncang hatinya.
"Makin buruk saja ini keadaannya! Siapa gerangan
yang mengambil permenku, ya?"
Ia segera tahu. Di dalam kelas sore itu, Julian
terlihat menahan diri untuk tidak bersin. Cepat-cepat
ia menarik sapu tangan dari sakunya. Sesuatu ikut
terjatuh. Sebutir permen.
"Salah satu permenku!" pikir Elizabeth dengan marah.
"Kurang ajar! Ia telah mengambil permenku! Jadi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

pasti ia juga yang mengambil uangku itu. Dan ia
menyebut dirinya sahabatku!"

10. Pertengkaran

Makin lama Elizabeth berpikir tentang uang dan
permen yang hilang itu, makin marah ia kepada Julian.
Pasti Julian yang berbuat. Tetapi kenapa ia berbuat
seperti itu?
"Ia selalu berkata akan melakukan apa saja yang
disukainya," pikir gadis cilik itu. "Mungkin mengambil
barang orang lain juga termasuk sesuatu yang
disukainya? Jahat sekali dia. Ia pandai. Ia lucu.
Tetapi ia jahat. Aku harus berbicara dengannya."
Tak sabar ia menunggu sampai kelas sore selesai. Ia
tak memperhatikan pelajarannya, dan Bu Ranger
melirik padanya sekali dua kali. Elizabeth agaknya tak
mendengar pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan
padanya, menatap langit-langit dengan pandang marah
di matanya.
"Elizabeth, kukira kau tahu, bukan, bahwa kau sedang
berada di dalam kelas?" tanya Bu Ranger akhirnya.
"Setengah jam terakhir ini kau tidak menjawab satu
pun pertanyaan yang kuajukan padamu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Maaf, Bu Ranger," kata Elizabeth cepat-cepat,
"aku... aku sedang memikirkan sesuatu yang lain."
"Sebaiknya kau memikirkan yang sedang kaukerjakan
saja. Nak," kata Bu Ranger
Elizabeth berusaha keras melupakan perbuatan
Julian, dan berusaha keras memikirkan Mary, Ratu
Skotlandia. Tetapi entah bagaimana pikirannya
kembali lagi ke Julian.
Ia memperhatikan anak itu, yang duduk di depannya.
Ia sedang menulis. Rambut hitamnya terjurai ke
keningnya. Setiap kali harus dikibaskannya ke
samping. Mengapa ia tidak menggunting saja rambut
yang mengganggu itu? Tiba-tiba Julian berpaling,
tersenyum dan menyeringai padanya dengan mata
hijaunya yang bersinar-sinar.
Elizabeth tidak membalas senyuman itu, tunduk
meneliti bukunya. Julian heran. Biasanya Elizabeth
sangat murah senyum.
Pelajaran selesai pukul empat. Semua berlarian ke
luar, kecuali Elizabeth yang terpaksa menyalinkan
sesuatu untuk Bu Ranger. Ia gusar sekali, tetapi tak
bisa tidak itu harus dikerjakannya, sebab sepanjang
pelajaran tadi ia tak bekerja sama sekali. Ia harus
mencatat cepat-cepat kini, sementara pikirannya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

terus memikirkan tentang apa yang akan
dibicarakannya nanti dengan Julian. Ia harus
berbicara empat mata dengannya.
Menjelang waktu minum teh baru ia selesai.

Ia bergegas ke ruang makan, tetapi karena pikirannya
kacau, nafsu makannya hilang sama sekali. Anak-anak
lain yang melihat ini langsung menggodanya.
"Mungkin ia sakit," kata Harry. "Belum pernah
Elizabeth menolak makanan. Makanan apa pun! Pasti
ada yang tak beres padanya."
"Jangan melucu!" tukas Elizabeth marah.
Harry terkejut.
"Kau ini kenapa sih?" tanyanya. "Kau tak apa-apa?"
Elizabeth mengangguk. Ya. Ia tidak apa-apa. Tetapi
ada hal lain yang sama sekali tidak beres. Ia tak ingin
menangani perkara Julian. Tetapi kalau ia tidak turun
tangan, maka pikirannya takkan bisa damai sejenak
pun.
Selesai minum teh ia mendekati Julian. "Julian, aku
ingin berbicara denganmu. Ini sangat penting."
"Apakah tak bisa ditunda?" tanya Julian. "Aku masih
punya pekerjaan."
"Tidak Tak bisa ditunda. Ini sangat penting."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Click to View FlipBook Version