The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rinisetyo756, 2022-05-16 07:40:59

03. Si Badung Jadi Pengawas

03. Si Badung Jadi Pengawas

"Anak-anak kelas satu," kata William, "aku harap bila
ada di antara kalian yang bisa membersihkan Julian
dari tuduhan ini, segeralah melakukannya, tak peduli
apakah dengan begitu kau membuka rahasia
seseorang atau tidak. Kalau Julian, karena rasa setia
kawannya pada seseorang atau beberapa orang di
antara kalian, tak bisa membela dirinya, maka kalian
sendirilah yang harus mempunyai rasa setia kawan
padanya dan membela dia."
Sunyi sekali. Rosemary gemetar, tapi tak berani
bergerak. Belinda sudah separo berdiri, tetapi duduk
lagi. Martin diam, tegang, dan pucat pasi.
Ternyata Arabella yang kemudian membuat kejutan.
Tiba-tiba ia berdiri dan berbicara dengan suara
rendah.
"William, kurasa lebih baik aku mengatakan sesuatu,"
katanya. "Kami memang mempunyai suatu rahasia. Dan
sungguh baik hati Julian tidak membuka rahasia
tersebut. Sebab... sesungguhnya... kemarin ulang
tahunku... dan... kami berpikir kami akan... mengadakan
pesta tengah malam ... "
Ia berhenti. Begitu gugup sehingga tak tahu harus
berkata apa lagi. Seisi ruangan mendengarkan dengan
tegang, menunggu penuh perhatian.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Teruskan," kata Rita lembut.
"Kami... kami harus menyembunyikan beberapa
makanan dan minuman... di sana-sini...." Arabella
melanjutkan. "Semua itu menyenangkan bagi kami.
Kami tidak memberi-tahu Elizabeth karena dia
seorang Pengawas, dan mungkin akan mencegah kami.
Nah, Julian menyembunyikan biskuit kami di lemari
olahraga. Dan tengah malam ia pergi untuk
mengambilnya. Mungkin saat itulah Elizabeth
memergokinya. Tetapi sesungguhnya yang diambil
Julian adalah biskuitku. Dan akulah yang minta agar ia
mengambilkannya, dan membawanya ke ruang bermain
tempat kami akan berpesta. Aku kira sungguh jahat
Elizabeth menuduh Julian mencuri. Ini memang
pernah dilakukannya sebelumnya. Kami semua tahu
apa yang didesas-desuskannya, ia mengatakan bahwa
Julian mengambil barang-barang milik orang lain...
uang dan permen."
Panjang juga perkataan Arabella. Dan tiba-tiba ia
menghentikannya, langsung duduk, hampir terengah-
engah. Julian memandang padanya dengan penuh
terima kasih. Julian tahu bahwa sangat berat bagi
Arabella untuk menceritakan tentang rahasia pesta
tengah malam itu, sebab ini akan menyudutkannya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sendiri. Tetapi hal itu dilakukannya juga. Harga diri
Arabella melesat naik di mata Julian-dan di mata
anak-anak lain.
William dan Rita mendengarkan dengan teliti. Begitu
juga Elizabeth. Waktu didengarnya alasan Julian
keluar malam itu, ia jadi pucat. Kakinya gemetar. Ia
segera tahu bahwa paling tidak dalam satu hal ia
telah melakukan sebuah kesalahan besar. William
berpaling padanya dan berkata dengan nada tajam
dan tegas, "Elizabeth, agaknya kau telah berbuat
sesuatu yang tak bisa dimaafkan. Pertama, kau telah
menuduh Julian di depan umum bahwa ia melakukan
sesuatu yang tidak dilakukannya. Bahkan aku merasa
pasti, kau belum memintanya untuk memberi
keterangan tentang kelakuannya itu, dan langsung
memutuskan sendiri bahwa Julian berbuat salah."
Elizabeth duduk bagaikan patung. Tak bisa berkata
sepatah pun.
"Arabella berkata bahwa ini bukannya pertama
kalinya kau menuduh Julian dengan tuduhan yang
sama. Karena tuduhan terakhirmu ini ternyata tidak
benar, maka sangat mungkin tuduhan yang lain juga
salah. Maka kami tidak akan mendengarkan tuduhan-
tuduhan tersebut di depan umum. Kau harus

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

menerangkannya pada aku dan Rita secara terpisah
nanti."
"Baiklah, William," kata Elizabeth dengan suara
lemah.
"Aku... aku sangat menyesal tentang apa yang baru
saja kukatakan tadi... aku tidak tahu... "
"Itu bukan alasan," tukas William. "Aku tak mengerti
apa yang terjadi pada dirimu di semester ini.
Semester yang lalu kau kami angkat sebagai Pengawas
karena kami merasa yakin kau tepat untuk kedudukan
itu. Tetapi ternyata semester ini kau sangat
mengecewakan. Aku kira banyak di antara kita yang
berpendapat bahwa kau sudah tidak pantas lagi jadi
Pengawas."
Beberapa orang anak menyatakan persetujuannya
dengan mengentakan kaki
"Dua kali kau sudah dikeluarkan dari kelas," kata
William lagi, "dan dengan alasan yang sama-
mengganggu ketenangan kelas dengan berulah nakal.
Itu sama sekali bukan perbuatan seorang Pengawas.
Elizabeth, kukira kami sudah tidak bisa
mengharapkan bantuanmu sebagai Pengawas. Kau
harus turun dan membiarkan kami memilih Pengawas
baru sebagai gantimu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Ini sudah keterlaluan bagi Elizabeth. Ia tersedu
keras, melompat turun dari panggung tempat para
Pengawas duduk dan berlari ke luar ruangan. Ia telah
gagal. Ia tidak bisa menjadi Pengawas yang baik. Oh,
padahal ia begitu bangga akan kedudukan itu!
William tidak mencegah Elizabeth lari ke luar. Dengan
tegas ia berkata pada hadirin, "Sekarang kita akan
memilih Pengawas baru. Harap kalian mulai
memikirkan siapa yang harus menggantikan kedudukan
Elizabeth."
Semua hening. Berpikir-pikir. Rapat Besar itu kadang-
kadang cukup mengerikan. Tetapi bagi setiap anak
selalu ada pelajaran yang bisa dipelajari. Di Rapat
Besar ini mereka tahu bahwa mereka tak boleh
menuduh seseorang kalau mereka tak mempunyai
bukti yang sangat kuat. Semua melihat betapa
menyedihkan akibatnya. Dan mereka tahu hukuman
untuk Elizabeth memang sudah pada tempatnya.
Kasihan sekali Elizabeth. Selalu saja terjerumus
dalam kesulitan karena kurang berpikir. Apa yang
akan dilakukannya kini?

16. Elizabeth Menghadap Rita dan William

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Seorang Pengawas baru dipilih sebagai pengganti
Elizabeth. Seorang anak kelas dua bernama Susan.
Tak seorang pun anak-anak di luar kelas satu memilih
anak kelas satu. Agaknya mereka berpendapat anak
kelas satu harus diawasi oleh seseorang yang lebih
tua dari mereka sendiri.
"Arabella, sungguh berani kau memberikan pengakuan
tentang pesta tengah malam itu," kata Rosemary
dengan rasa kagum. Semua anak lain juga
berpendapat serupa. Arabella merasa bangga akan
dirinya. Ia telah melupakan kepentingannya sendiri.
Dan ini memang suatu kejutan, bahkan bagi dirinya
sendiri. Sungguh senang mengetahui bahwa seluruh
kawannya merasa kagum padanya.
Hanya satu anak yang gelisah. Julian. Ia merasa
sangat marah pada Elizabeth karena menuduhnya
begitu berat di depan umum. Tetapi ia juga sadar
bahwa Elizabeth dikeluarkan dari dalam kelas karena
tipu muslihatnya.

bukan karena kenakalan Elizabeth sendiri. Ternyata
Elizabeth dicopot dari kedudukannya sebagai
Pengawas karena dikeluarkan dari kelas itu-bukan
karena menuduhnya mencuri!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Secara tidak langsung mungkin William dan Rita
mengatakan bahwa Elizabeth diturunkan dari
kedudukannya sebagai Pengawas karena menuduhku
dengan tuduhan tak benar," pikir Julian. "Tetapi
semua mendapat kesan bahwa Elizabeth dicopot
karena dua kali diusir dari kelas, sesuatu yang
sesungguhnya bukan kesalahannya. Tapi biarlah. Apa
peduliku. Kan dia memang tidak pantas untuk jadi
Pengawas."
Tetapi ia agak gelisah juga. Sebab seperti juga
Elizabeth, ia selalu bersikap adil. Walaupun ia tidak
suka pada Elizabeth, ia tak mau Elizabeth menderita
karena sesuatu yang sesungguhnya tak dilakukannya.
Masih untung ia selamat dari segala tuduhan berkat
pembelaan Arabella. Tetapi Elizabeth ternyata paling
menderita. Bahkan sahabat-sahabat terdekatnya,
Harry, Robert, atau Kathleen, saat itu punya
anggapan bahwa Elizabeth memang salah besar
sebagai Pengawas.
Rapat Besar dibubarkan setelah pemilihan Pengawas
selesai. Anak-anak meninggalkan ruang senam, sibuk
membicarakan apa yang baru saja terjadi. Selalu ada
saja kejutan terjadi pada sebuah Rapat Besar.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Tak ada yang bisa disembunyikan di Sekolah
Whyteleafe," kata Eileen, salah satu murid dari kelas
tinggi. "Cepat atau lambat, kesalahan seseorang akan
muncul dan dibetulkan. Cepat atau lambat suatu budi
baik akan terlihat dan mendapat hadiah. Dan itu
semua kita lakukan sendiri. Sungguh menyenangkan!"
Bu Belle dan Bu Best yang juga hadir mendengarkan
secara teliti semua yang terjadi. Waktu rapat selesai,
William dan Rita mendatangi kedua pimpinan sekolah
itu.
"Apakah kami sudah bertindak benar Bu Belle?" tanya
William.
"Kukira begitu," kata Bu Belle. Dan Bu Best juga
mengangguk. "Tetapi, William, harap kau berbicara
dengan Elizabeth segera. Biarkan ia mencurahkan
segala isi hatinya, apa saja yang dipikirkannya tentang
Julian. Ada sesuatu yang mengherankan. Biasanya
Elizabeth tak bersikeras tentang sesuatu kalau tidak
ada alasan untuk itu. Ada sesuatu yang masih belum
kita ketahui."
"Ya, kami akan memanggil Elizabeth sekarang juga,"
kata Rita. "Entah dia ada di mana."
Elizabeth berada di kandang kuda. Di kegelapan.
Menangis tersedu-sedu memeluk kepala kuda yang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

biasa ditungganginya. Kuda tersebut mengendus-
endusnya, seakan ikut merasakan kesedihan majikan
kecilnya. Kemudian Elizabeth mengeringkan air mata,
duduk di sebuah ember yang terbalik, di sudut
kandang.

Ia heran. Ia menyesal akan apa yang telah
dikatakannya tentang Julian. Ia malu. Ia kecewa
karena telah kehilangan kedudukannya sebagai
Pengawas. Ia merasa ia takkan berani menghadapi
teman-temannya lagi. tetapi mau tak mau itu harus
dilakukannya.
"Apa yang terjadi pada diriku?" pikirnya. "Aku telah
bertekad untuk menjadi Pengawas yang baik dan
membantu siapa saja. Dan ternyata yang terjadi
sebaliknya. Aku kehilangan kesabaran dan berbuat
buruk sekali. Dan kini semua membenciku, terutama
Julian. Aneh juga. Aku melihat sendiri, dialah yang
memiliki uang yang kuberi tanda itu. Aku melihat
sendiri permenku jatuh dari sakunya. Karenanya
waktu kulihat dia mengambil biskuit, aku yakin ia
mencurinya. Tetapi ternyata tidak. Lalu, apakah
bukan dia juga yang mengambil barang-barang lainnya
itu?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Seseorang lewat dekat kandang kuda, dan
memanggilnya keras-keras. "Elizabeth! Di mana kau?"
Beberapa orang anak telah disuruh mencarinya,
memanggilnya untuk menghadap Rita dan William.
Seluruh bagian sekolah telah diselidiki. Ia belum
ditemukan. Maka Nora pergi ke luar gedung sekolah
untuk mencarinya, dengan membawa senter.
Mula-mula Elizabeth tak ingin menyahut. Ia sama
sekali tak berani kembali ke sekolah dan menghadapi
semua anak. Kemudian sedikit keberaniannya timbul.
Ia berdiri.
"Aku bukan pengecut," pikirnya. "William dan Rita
telah menghukumku, tetapi kesalahan yang
dituduhkan mereka padaku hanya separo yang benar.
Aku memang dikeluarkan dari kelas, tetapi
sesungguhnya aku tak melakukan apa-apa. Aku
memang menuduh Julian, tetapi saat itu aku mengira
bahwa Julian betul-betul berbuat salah. Maka aku
harus menghadapi apa pun yang akan terjadi. Tak
boleh aku menyerah begitu saja."
"Elizabeth, kau di situ?" terdengar suara Nora lagi,
dari kejauhan.
Kali ini Elizabeth menjawab, "Ya, aku akan datang."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Ia keluar dari dalam kandang, menggosok-gosok
matanya. Nora menyorotnya dengan senter.
"Anak tolol," kata Nora hangat dengan rasa
persahabatan. "Kucari kau ke sana kemari. William
dan Rita menunggumu."
"Baiklah," Elizabeth menghela napas panjang. Apakah
ia akan dimarahi lagi, dicerca lagi? Apakah belum
cukup ia mendapat malu di depan umum, dan kini harus
ditegur lagi secara pribadi?
Diusapnya mukanya dengan saputangan, dan ia berlari
ke gedung utama sekolah. Ia langsung menuju kamar
William dan mengetuk pintunya.
"Masuklah," terdengar suara dari dalam. Elizabeth
masuk. Dilihatnya Rita dan William duduk dan
menunggunya dengan wajah serius.
"Duduklah, Elizabeth," kata Rita dengan lembut.
kasihan juga ia melihat gadis cilik keras kepala ini,
yang begitu sering mendapat kesulitan. Tenang juga
hati Elizabeth mendengar suara lembut Rita. Ia
duduk.
"Rita," kata Elizabeth, "aku sungguh menyesal akan
apa yang telah kukatakan tentang Julian. Benar-benar
menyesal. Tetapi pada saat itu, kukira apa yang
kukatakan betul."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Itulah sebabnya kau kupanggil sekarang ini," kata
Rita. "Terangkanlah pada kami sekarang, apa yang tak
boleh kaukatakan di depan umum tentang Julian-
untuk menjaga kalau-kalau apa yang kaukatakan tidak
benar."
Elizabeth menceriterakan segalanya pada kedua
Ketua Murid itu. Semuanya. Tentang uang Rosemary
yang hilang, uang Arabella, dan uang shilling-nya yang
telah ditandainya, yang juga hilang, kemudian muncul
di tangan Julian. Juga tentang permennya yang hilang
dan jatuh dari saku Julian.
William dan Rita mendengarkan dengan bersungguh-
sungguh dan penuh perhatian. "Apakah kau yakin
benar tentang ini semua?" tanya William akhirnya,
dengan nada khawatir. Satu hal telah jelas. Ada
seseorang yang suka mencuri di kelas satu walaupun
itu tidak harus berarti bahwa tuduhan Elizabeth pada
Julian benar. Rita dan William sependapat tentang
Julian-betapapun nakalnya, berandalnya, dan liciknya
Julian, tetapi anak itu berhati jujur.
"Saat itu, ya," Elizabeth menjawab. "Karenanya aku
mengambil kesimpulan bahwa Julian-lah pelakunya.
Dan karena kesimpulan itulah maka aku menuduh

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Julian mencuri waktu kudapati ia mengambil biskuit di
tengah malam."
"Elizabeth, mengapa kau berpikir bahwa kau bisa
menyelesaikan sendiri persoalan itu waktu pertama
kali kau dilapori Rosemary tentang uangnya yang
hilang?" tanya Rita. "Itu bukan urusanmu. Tak
seharusnya kau memasang jebakan. Seharusnya kau
langsung datang pada kami, dan membiarkan kami
menanggulanginya. Kau sebagai Pengawas
berkewajiban melaporkan hal-hal seperti itu pada
kami agar kami bisa memikirkan cara untuk
menyelesaikannya.'
"Oh, kukira adalah tugasku sebagai Pengawas untuk
menyelesaikan persoalan yang ada, tanpa harus
membawanya ke Rapat Besar-kalau memang bisa
kuselesaikan sendiri," kata Elizabeth heran.
"Elizabeth, kau mesti belajar membedakan antara
perkara besar dan perkara kecil," kata Rita.
"Pengawas harus mengawasi bahwa tak ada anak-anak
yang berbicara lagi kalau lampu telah dipadamkan,
memberi nasihat bila ada pertengkaran kecil, dan hal-
hal semacam itu. Tetapi bila muncul persoalan berat,
para Pengawas wajib untuk segera melaporkan kepada
kami. Lihatlah apa akibatnya bila kau mencoba

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

menyelesaikan persoalan-persoalan itu sendiri. Kau
telah menuduh Julian untuk suatu perbuatan yang
sangat keji. Kau memaksa Arabella membuka
rahasianya. Kau terpaksa kehilangan kehormatan
sebagai seorang Pengawas."
"Aku tadinya begitu bangga dan merasa sangat
penting karena menjadi Pengawas," kata Elizabeth
perlahan, menghapus dua butir air mata yang mengalir
di pipinya.
"Ya, kau merasa terlalu bangga dan penting," kata
Rita. "Begitu bangga, sehingga kau merasa bisa
menyelesaikan suatu persoalan yang bahkan bagi Bu
Belle sangat sulit untuk dipecahkan. Masih banyak
yang harus kau-pelajari, Elizabeth, dan agaknya kau
cenderung untuk mempelajarinya dengan cara yang
paling sulit, bukan?"
"Agaknya begitulah," kata Elizabeth. "Aku tak pernah
berpikir panjang, kurang sabar dan terlalu cepat
mengambil keputusan, akibatnya aku kehilangan
teman-temanku. Dan semuanya!" ia mengeluh panjang.
"Yah," kata William. "Tapi ada satu hal yang sangat
baik pada dirimu, Elizabeth. Kau punya keberanian
untuk mengetahui kesalahanmu, dan itu adalah
langkah pertama untuk memperbaiki kesalahan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

tersebut. Jangan terlalu khawatir. Kau bisa
memperoleh kembali apa saja yang telah hilang
darimu asal saja kau bisa menggunakan akal sehatmu."
"Kupikir lebih baik kita panggil Julian kemari dan
menceritakan padanya apa saja yang telah dikatakan
Elizabeth," kata Rita. "Mungkin ia bisa memberi
keterangan sedikit-paling tidak tentang uang shilling
yang kauberi tanda itu, serta permenmu. Aku yakin
bukan dia yang mengambilnya."
"Oh, biarkan aku pergi dulu sebelum ia datang
kemari," pinta Elizabeth, yang merasa bahwa Julian
pasti akan sangat membencinya saat itu. Terbayang
olehnya mata hijau anak itu mengutuk dirinya. Tidak,
ia tak berani bertemu dengan Julian.
"Tidak, kau harus tinggal di sini untuk mendengarkan
apa katanya," kata Rita tegas. "Kalau Julian tidak
mengambil barang-barang itu, maka ada sesuatu yang
aneh dalam peristiwa ini. Kita harus menemukan apa
yang aneh tersebut."
Terpaksa Elizabeth duduk saja, menunggu kedatangan
Julian. Oh, betapa mengerikan hari ini!

17. Berhati Emas

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Julian segera datang. Ia terkejut juga melihat
Elizabeth sudah berada di situ. Ia melirik tajam pada
gadis kecil tersebut dan berpaling hormat pada
William dan Rita.
"Julian, kami telah mendengar banyak sekali hal yang
aneh dari Elizabeth," kata William.
"Kami yakin kau bisa memberi keterangan. Nah, kini
dengarkan apa yang tadi telah dikatakan oleh
Elizabeth dan katakan apa pen-dapatmu."
Julian mendengarkan saat William menceritakan apa
yang didengarnya dari Elizabeth. Julian tampak heran
dan bingung juga.
"Kalau begitu kini aku mengerti mengapa Flizabeth
menuduhku sebagai pencuri," katanya. "Sungguh aneh.
Apakah benar aku mempunyai uang shilling yang diberi
tanda itu? Dan apakah permen Elizabeth jatuh dari
sakuku? Aku memang mendengar sesuatu jatuh,
tetapi karena permen itu bukan punyaku, ya tidak
kuambil. Aku memang melihatnya di lantai, tapi aku
tak tahu kalau permen itu jatuh dari sakuku. Jelas
aku tidak menaruhnya di dalam sakuku itu."
"Lalu bagaimana bisa sampai di situ?" tanya Rita.
"Sebentar, rasanya uang itu masih ada," tiba-tiba
Julian berkata dan meraba-raba seluruh sakunya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Memang, uang shilling itu masih ada. Dikeluarkannya,
lalu diperhatikannya. Di situ masih terlihat suatu
tanda silang hitam yang sangat kecil. "Inilah shilling
itu," kata Julian
"Dan itu tanda silang yang kubuat," kata Elizabeth,
menuding. Heran Julian memeriksa tanda tersebut.
"Ya... pikir-pikir... kurasa memang bukan ini uang yang
kudapat dari kotak sekolah minggu itu...? Bukan uang
shilling baru.... Julian mencoba mengingat-ingat.
"Kalau uang baru pasti aku ingat.... Ya, aku ingat
sekarang. Yang kuterima adalah dua keping uang
shilling lama. Jadi pastilah seseorang telah menaruh
uang shilling baru ini di sakuku, dan mengambil yang
lama. Mengapa, ya?"
"Dan pastilah seseorang telah menaruh permen
Elizabeth di sakumu juga," kata William. "Apakah ada
orang yang sangat membencimu, Julian?"
Julian berpikir sesaat. "Mmm... rasanya tidak ada ...
kecuali Elizabeth, tentunya."
Elizabeth seketika itu merasa sangat sedih
mendengar semua ini. Semua kebenciannya pada
Julian lenyap segera, begitu ia sependapat dengan
William dan Rita bahwa tak mungkin Julian yang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

berbuat, bahwa kemungkinan ada orang lain yang
mencoba memfitnah Julian.
"Elizabeth memang membenci aku," kata Julian lagi,
"tetapi aku yakin ia takkan sampai hati berbuat
begitu."
"Oh, Julian, tentu saja aku takkan melakukan itu,"
kata Elizabeth, hampir menangis lagi. "Julian, aku
tidak membencimu. Aku lebih dari menyesal akan apa
saja yang telah terjadi. Aku malu sekali pada diriku
sendiri. Aku selalu berbuat tanpa berpikir. Aku tahu
kau takkan memaafkan aku."
Julian menatap Elizabeth dengan pandangan dingin
mata hijaunya. "Aku telah memaafkan kau," katanya
tiba-tiba. "Aku tak pernah mendendam. Tetapi aku
tak menyukaimu, dan aku takkan bisa jadi sahabat
baikmu lagi. Di samping itu... ada sesuatu yang harus
kuakui di sini."
Julian berpaling pada William dan Rita. "Kau berkata
di Rapat tadi bahwa Elizabeth dua kali dikeluarkan
dari kelas karena berbuat nakal," katanya.
"Sesungguhnya ia tidak bersalah dalam dua peristiwa
itu." Julian berpaling pada Elizabeth. "Elizabeth, kau
jadi korban jebakanku dengan buku-buku itu. Di
bagian bawah buku yang terbawah kupasang sebuah

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

pegas. Secara otomatis pegas tersebut berputar dan
mendorong buku-buku itu jatuh. Kemudian ku-
tempelkan butir-butir di langit-langit di atas kursimu,
sehingga air menetes tepat di kepalamu ketika zat
kimia yang ada padanya berubah menjadi air. Dan
kusebarkan bubuk obat bersin di halaman-halaman
buku bahasa Prancis-mu."
William dan Rita terheran-heran mendengarkan
penuturan Julian. Mereka hampir tak mengerti apa
yang diceritakan Julian. Tetapi Elizabeth tentu saja
sangat mengerti, dan ia ternganga memandang Julian.
Pegas di bawah buku-bukunya! Butiran air di langit-
langit! Bubuk obat bersin di bukunya! Elizabeth
hampir tak bisa mempercayai telinganya. Ternganga
ia, tertegun memandang Julian, lupa akan air matanya.
Dan tiba-tiba saja ia tertawa. Ia tak bisa menahan
rasa gelinya. Teringat olehnya buku-bukunya yang
meloncat. Teringat olehnya air yang tiba-tiba bisa
menetes dari langit. Dan bersinnya yang tak habis-
habis itu... semakin teringat, semakin geli, dan
semakin ia tak bisa mengendalikan tawanya, lupa
bahwa dulu ia memperoleh hukuman berat untuk itu
semua.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Ia terus tertawa terpingkal-pingkal, sampai tengadah
kepalanya, sampai sakit perutnya. Dan ia tertawa
terus. William, Rita, dan Julian memandang heran
padanya. Dan tak terasa mereka pun ikut tertawa.
Suara tawa Elizabeth memang mudah menular,
membuat orang lain ingin tertawa juga.

Akhirnya Elizabeth memaksa diri untuk berhenti,
mengusap air mata tawanya. "Ya ampun!" katanya.
"Tak tahu aku mengapa aku bisa tertawa begitu,
padahal hatiku sangat sedih. Tetapi aku tak bisa
menahannya. Kalau kuingat semua itu, terasa lucu
sekali. Sungguh menggelikan membayangkan betapa
herannya aku waktu itu."
Julian tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menjabat
tangan Elizabeth erat-erat. "Kau sungguh sportif,"
katanya. "Tak pernah aku berpikir bahwa kau akan
tertawa seperti itu bila kuceritakan jebakan yang
telah kubuat untukmu, untuk membalasmu. Kukira kau
akan menangis, atau mengamuk, atau cemberut, tetapi
tak pernah kukira kau akan tertawa! Kau sungguh
sportif, Elizabeth. Aku kini kembali suka padamu!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Oh," Elizabeth hampir tak percaya. "Julian, kau
sungguh baik! Tapi, lucu juga kau, karena kembali
senang padaku hanya karena aku tertawa!"
"Sesungguhnya tidak lucu," kata William. "Orang yang
bisa tertawa seperti itu padahal tahu bahwa dirinya
telah dipermainkan, seperti kata Julian tadi, adalah
seorang yang sportif, tahu menghargai kemenangan
lawan dan kekalahan diri sendiri. Dan orang macam itu
memang disukai orang banyak. Tawamu barusan telah
menjernihkan sebagian besar persoalan ini, Elizabeth.
Kini kita saling mengerti lebih baik tentang diri kita
dan sifat kita masing-masing."
Julian masih menjabat hangat tangan Elizabeth.
Kulupakan semua tuduhan buruk yang kau-lontarkan
padaku. Dan kaulupakan segala muslihatku yang
mencelakakan kau. Jadi kini kita impas, seri," katanya.
"Maka marilah kita mulai lagi. Maukah kau jadi
sahabat baikku?"
"Oh, ya, tentu saja, Julian," Elizabeth berseru
gembira. "Aku senang sekali. Dan aku takkan peduli
kau membuat hujan atau badai, atau bubuk apa saja di
bukuku kini. Aku kini merasa bahagia kembali."
William dan Rita saling pandang, tersenyum. Agaknya
Elizabeth begitu mudah terlibat kesulitan, tetapi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

begitu mudah pula lolos dari kesulitan itu. Ia begitu
sering melakukan hal-hal yang tolol, pemarah, sering
berbuat salah- tetapi sesungguhnya baik hati.
"Yah... agaknya sebagian besar dari persoalan ini
sudah jelas," kata William. "Cuma kita masih belum
tahu siapa sebenarnya yang jadi pencuri, dan ini cukup
mengkhawatirkan sebab ia mungkin masih akan
mencuri lagi. Kita harus segera mengetahuinya
secepat mungkin, agar tidak timbul persoalan lain. O,
ya, Elizabeth, bagaimana teman-temanmu bisa tahu
tuduhan pertamamu pada Julian? Apakah kau
mengatakannya pada seseorang?"
"Tidak, sepatah kata pun tidak," kata Elizabeth. "Aku
telah berjanji takkan mengatakan, maka tak
kukatakan."
"Aku pun tak mengatakan pada siapa pun," kata
Julian.
"Tapi, Julian, ada satu anak lagi yang tahu," kata
Elizabeth tiba-tiba, tampak sedikit khawatir. "Martin
Follett. Ia berada di dalam kandang kuda, ketika kita
bertengkar di luar kandang itu. Ia kemudian keluar
setelah kau pergi. Ia menawarkan akan memberiku
satu shilling sebagai pengganti uangku yang hilang.
Kukira baik hati benar ia menghiburku. Tetapi ia

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

berjanji untuk tidak mengatakan pada siapa pun apa
yang didengarnya."
"Pasti ia tak menepati janjinya, bajingan kecil itu!"
desis Julian yang entah kenapa memang tak pernah
menyukai Martin Follett. "Tetapi, kurasa tak apalah.
Dan... terima kasih, William, Rita, karena telah
mendamaikan kami berdua, serta membuat kami bisa
berpikir lebih jernih."
Tiba-tiba ia menyeringai lucu, mata hijaunya berseri-
seri. Elizabeth memandang pada Julian, dan hatinya
merasa hangat. Bagaimana dulu ia sampai berpikir
bahwa Julian mampu berbuat sekotor itu? Sungguh
keji tuduhannya. Sungguh keterlaluan ia tak pernah
memberi orang lain kesempatan untuk menjelaskan
sesuatu.
"Ia berkata bahwa ia akan melakukan apa saja yang
disenanginya, tak peduli pekerjaan apa pun. Dan tak
mau bekerja kalau ia memang tak merasa ingin. Ia tak
peduli harus terlibat dengan kesulitan apa pun. Dan ia
kaya dengan begitu banyak muslihat. Tetapi aku yakin
seyakin-yakinnya bahwa ia berhati emas," pikir
Elizabeth.
Dan pada saat yang sama Julian menyeringai pada
Elizabeth dan berpikir, "Ia begitu pemarah, begitu

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

tak sabaran, suka bertindak tolol, mudah sekali
menanam permusuhan- tetapi aku yakin seyakin-
yakinnya bahwa ia berhati emas!"
"Selamat malam, Para Pembuat Onar," kata William,
dan dengan hangat dan ramah mendorong keduanya
keluar dari kamarnya. 'Elizabeth, sayang sekali kau
tidak lagi jadi Pengawas. Kau sendiri mengerti kini,
bahwa kau harus mempunyai cara berpikir yang lebih
matang agar anak-anak lain mempercayaimu lagi. Kau
memang sering tak berpikir panjang kalau melakukan
suatu maksud."
"Aku tahu kini," kata Elizabeth. "Kali ini aku memang
gagal. Tetapi aku akan berusaha untuk memperoleh
kesempatan lagi. Dan pasti berhasil."
Keduanya meninggalkan kamar William. William dan
Rita saling pandang.
"Kedua anak itu punya pribadi yang sangat menarik,"
kata William. "Ayo, kita buat minuman panas, Rita.
Sudah malam ini. Heran. Siapa pencuri di kelas satu
itu, ya? Pasti anak kelas satu juga. Bukan saja
pencuri, tetapi juga tukang fitnah. Betapa
menjijikkan ia, menimpakan segala kesalahannya pada
Julian, dengan jalan menaruh uang shilling dan permen
itu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, pastilah yang berbuat itu anak yang sangat jahat
hatinya," kata Rita. "Anak yang sangat sulit untuk
diinsyafkan. Entah seorang anak laki-laki atau
seorang anak perempuan."
Julian dan Elizabeth pergi ke ruang bermain mereka.
Sudah hampir waktu tidur. Tinggal seperempat jam
untuk bersantai.
"Biarlah aku masuk ke ruang bermain bersamamu,"
kata Julian, dan Elizabeth meremas tangannya dengan
rasa syukur. Julian telah merasa bahwa Elizabeth
pasti akan menemui kesulitan bila muncul sendiri di
depan semua anak kelas satu. Akan sangat berat
baginya menghadapi mereka semua, pada saat ia
mendapat malu dan bukan lagi seorang Pengawas.
"Terima kasih, Julian," kata Elizabeth, dan dibukanya
pintu ruang bermain.

18. Julian Berlaku Sangat Lucu

Anak-anak kelas satu memang sedang membicarakan
Elizabeth. Mereka saling tanya di mana kira-kira
Elizabeth berada. Kebanyakan berkata bahwa
Elizabeth memang sudah sepatutnya mendapat

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

hukuman. Dan tak ragu-ragu lagi semuanya memihak
pada Julian.
"Akan kukatakan pada Julian apa pendapatku
sebenarnya tentang Elizabeth," kata Arabella. "Aku
memang tak pernah menyukainya. Bahkan pada waktu
aku tinggal di rumahnya."
"Sungguh sayang Elizabeth menuduh Julian tanpa
bukti-bukti yang lengkap," kata Jenny.
"Kukira ia memang takkan bisa memperoleh bukti. Itu
dilakukannya hanya karena merasa iri. Iri tidak
kuundang menghadiri pestaku," kata Arabella dengan
ketus. "Karena itulah ia mencoba membalas pada
Julian dengan menuduhnya secara membabi buta."
"Tak mungkin. Aku kenal betul pribadi Elizabeth,"
kata Robert. "Ia memang sering berbuat salah, tetapi
ia bukannya seorang pendendam."
"Pokoknya aku tak mau berbicara sepatah kata pun
padanya," kata Martin Follett. "Kukira ia terlalu jahat
pada Julian."
"Sssh, awas, dia datang," tiba-tiba Belinda berkata.
Pintu terbuka. Elizabeth masuk Ia telah menduga
bahwa ia akan disambut dengan pandangan masam.
Bahkan beberapa orang anak langsung membuang
muka.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Tepat di belakangnya, Julian melangkah masuk.
Sekilas ia melihat betapa anak-anak kelas satu itu
agaknya telah sepakat untuk menyiksa perasaan
Elizabeth.
"Julian," kata Arabella manis, "kami semua merasa
kasihan padamu, harus menghadapi Rapat seperti itu
tadi. Sungguh keterlaluan, bukan?"
"Ya, kau pasti merasa sangat gusar tadi," kata
Martin. "Aku sendiri sudah gusar sekali."
"Aku tadi memang gusar," kata Julian dengan
suaranya yang begitu enak didengar. "Sekarang tidak
lagi. Ayo, Elizabeth, masih ada waktu sepuluh menit.
Kita main dua-satu. Mana kartunya?"
"Di laciku," kata Elizabeth, bersyukur dalam hati.
Sungguh mengerikan memasuki ruangan itu,
menghadapi sekian banyak pandang membenci.
Untunglah jelas-jelas Julian membelanya, jelas-jelas
Julian jadi sahabatnya kembali. Ia lalu mengambil
kartu dari dalam laci.
Anak-anak yang ada di ruang bermain itu ternganga
keheranan. Kenapa Julian itu? Apakah ia sudah gila?
Ia berbaik hati pada anak yang tadi menuduhnya
dengan tuduhan yang begitu keji? Sungguh tak
mungkin! Tak mungkin terjadi!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Tetapi jelas hal itu terjadi. Julian membagikan kartu,
dan berdua mereka sudah tenggelam dalam keasyikan
permainan kartu tersebut. Hening sekali ruangan itu
Tak ada yang bisa berbicara melihat keanehan
tersebut. Akhirnya Arabella-lah yang memecahkan
kesunyian, "Julian, kau ini bagaimana sih? Apakah kau
tidak tahu bahwa Elizabeth musuhmu yang paling
jahat?"
"Kau salah, Arabella," sahut Julian dengan nada
ramah. "Ia adalah sahabat terbaikku. Ternyata semua
tadi terjadi hanya karena salah paham."
Ada sesuatu pada cara Julian berbicara yang
memperingatkan ia tak mau diganggu. Karenanya
mereka pun sibuk kembali dengan berbagai permainan
mereka sendiri.
"Terima kasih, Julian," bisik Elizabeth.
Ceria mata hijaunya menatap Elizabeth. "Tenang-
tenang saja," katanya. "Kau bisa mengandalkan aku
kalau ada kesulitan. Musuh yang Paling jahat!"
"Oh, Julian!" seru Elizabeth, setengah tertawa
setengah menangis. Lonceng waktu tidur berbunyi.
Semua merapikan barang masing-masing dan pergi ke
ruang tidur di atas.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Beberapa hari setelah itu Elizabeth masih merasa
tertekan jiwanya. Anak-anak lain tak semudah Julian
dalam memaafkan dan melupakan kesalahannya.
Mereka dingin terhadapnya. Hanya beberapa yang
benar-benar bersikap manis, di antaranya Kathleen,
Robert, dan Harry. Yang lain mendiamkannya, tak
menganggapnya hadir di dekat mereka, dan tampak
merasa gembira karena ia sekarang sudah bukan
Pengawas lagi.
Joan dari kelas dua, yang dahulu sahabat karib
Elizabeth di semester satu, datang menemuinya.
Dijabatnya tangan Elizabeth erat-erat dan berkata,
"Aku belum bisa mengetahui dan memastikan yang
mana yang salah dan yang mana yang benar dalam
perkara ini. Tetapi aku yakin bahwa kau takkan
mengatakan apa yang kaukatakan itu, bila kau tak
merasa yakin bahwa kau benar. Sudahlah, tak usah
kaupikirkan lagi. Sebentar saja peristiwa itu akan
dilupakan. Dan kau akan bisa terpilih jadi Pengawas
lagi." Elizabeth gembira sekali mendengar kata-kata
menghibur dari sahabat-sahabatnya. "Kini bisa
kurasakan betapa bahagianya seorang yang sedang
menghadapi kesulitan mendapat hiburan dari orang
lain. Aku harus selalu ingat saat-saat ini, dan harus

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

bersedia memberikan kata-kata penghiburan pada
mereka yang menderita-bila kelak keperluan untuk itu
muncul."
Elizabeth tampak agak pendiam. Ia belajar dan
belajar terus. Suara tawanya yang begitu riang jarang
sekali terdengar. Dan Julian sering menggoda hal ini.
"Kalau kau terus-terusan begini, bisa-bisa kau jadi
seperti Rosemary nanti," kata Julian. "Ayolah,
Elizabeth, tertawalah sedikit. Aku tak ingin punya
sahabat yang selalu berwajah murung."
Tetapi Elizabeth baru saja memperoleh guncangan
batin. Sulit juga ia melewati masa ini. Julian selalu
memikirkan apa yang bisa dilakukannya untuk
mengembalikan pribadi ceria Elizabeth.
Dirancangkannya beberapa muslihat lucu.
Ia bercerita pada teman-teman sekelasnya. "Dengar,"
katanya, "kalau Pak Leslie, guru IPA kita nanti
membawa kita berpraktek di laboratorium, aku akan
membuat beberapa suara. Tapi kalian sama sekali tak
boleh menunjukkan bahwa kalian mendengar suara-
suara itu. Mengerti? Kalian harus pura-pura tak
mendengar apa-apa. Dan pasti lucu nanti jadinya."
Pelajaran IPA memang agak membosankan semester
itu. Pak Leslie juga membosankan, di samping kadang-

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

kadang terlalu keras. Anak-anak tak begitu
menyukainya, karenanya mereka sangat setuju akan
rencana Julian. Dengan harap-harap cemas, pagi itu
dengan penuh semangat mereka pergi ke
laboratorium.
"Kau akan membuat suara apa?" tanya " Belinda.
"Tunggu saja nanti," kata Julian menyeringai. "Pasti
lucu, dan Pak Leslie akan keheranan."
Pak Leslie masuk, berjalan dengan kaku. Ia
mengangguk membalas hormat anak-anak dan
mempersilakan mereka duduk.
"Pagi ini, anak-anak," katanya, "kita akan mengadakan
percobaan menyelidiki terjadinya molekul kanji pada
kentang. Kalian akan menerima irisan tipis-tipis
kentang ini dan..."
Ia terus berbicara sambil membagikan irisan-irisan
tipis kentang. Tak lama anak-anak sudah mulai tekun
melakukan percobaan mereka.
Tiba-tiba suatu suara aneh berangsur-angsur mulai
terdengar. Bagaikan suara peluit bernada tinggi,
begitu tinggi sehingga mungkin sangat mirip dengan
decitan kelelawar yang berkepanjangan, atau suara
gesekan biola pada senar yang paling tegang.
"Iiiiiiiiiiiii," begitu suara itu. "Iiiiiiiiiiiii... "

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Diam-diam anak-anak melirik pada Julian. Tetapi
Julian tampak sibuk bekerja, dan tak terlihat gerakan
sedikit pun pada mulut, bibir, ataupun lehernya. Aneh.
Mereka tahu pasti Julian yang bersuara itu. Tetapi
bagaimana?
Pak Leslie mengangkat muka, memandang tajam.
"Suara apa itu?" tanyanya segera.
"Suara?" tanya Jenny dengan air muka heran. "Suara
apa, Pak?"
"Suara bernada tinggi itu," sahut Pak Leslie tak
sabar.
Jenny memiringkan kepalanya, bagaikan seekor
burung, berbuat seolah-olah serius mendengarkan
sesuatu. Anak-anak lain berbuat serupa. Dan pada
saat itu sebuah pesawat terbang, terbang melintas.
"Oh, itu suara pesawat terbang, Pak Leslie," kata
Jenny cepat. Semua tertawa mendengar ini.
Pak Leslie mengerutkan kening. "Jangan bercanda,
Jenny. Aku tahu benar suara pesawat terbang.
Dengar, itu dia terdengar lagi."
"Iiiiiiiiiiiiiiii...." Semua orang mendengar suara itu,
tetapi berbuat pura-pura tak mendengar. Mereka
semua menundukkan kepala, melakukan penyelidikan,
sambil menyembunyikan tawa mereka.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Julian mengubah suaranya. Dan terdengar kini suara
geram anjing besar. Pak Leslie sangat terkejut.
"Apakah ada anjing di sini? Masuk?" tanyanya.
"Anjing, Pak Leslie?" Belinda pura-pura heran, melihat
berkeliling. "Rasanya tak ada."
Elizabeth susah payah menahan tawanya. Lalu ia pura-
pura terbatuk-batuk. Suara geraman anjing itu
terdengar terus, kadang-kadang keras, kadang-
kadang pelan. Pak Leslie sama sekali tak mengerti.
"Apakah kau tak mendengar?" tanyanya pada salah
seorang murid di dekatnya. "Seperti suara geraman."
"Tadi Pak Leslie berkata ada suara bernada tinggi,"
kata Harry, tampak sangat heran. "Sekarang suara
geraman. Mana yang benar? Suara bernada tinggi
yang menggeram, ataukah suara bernada geram yang
tinggi?"
Tawa Elizabeth meledak lagi. Jenny menutupi
mulutnya dengan saputangan. Pak Leslie sudah hampir
marah besar.
"Tak ada yang harus ditertawakan," hardiknya. "Ya
ampun! Apa lagi itu?"
Julian telah mengganti suaranya. Kini terdengar suara
berdebam-debam. Rasanya suara tersebut datang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

dari arah yang tak tentu. Yang jelas tidak datang dari
tempat Julian.
Pak Leslie mulai ketakutan. Ia memperhatikan anak-
anak. Tak seorang pun di antara mereka yang terlihat
mendengar suara tadi. Aneh. Kalau begitu pasti
kupingnyalah yang tak beres. Ditutupnya kupingnya.
Mungkin ia sakit. Kalau orang sakit memang biasa
mendengar suara-suara aneh di telinganya.
Debam. Debam. Debam. Suara aneh itu terdengar
terus. "Apakah kau mendengar suara berdebam-
debam?" tanya Pak Leslie perlahan pada anak yang
kebetulan dekat dengannya. Anak itu, Harry, pura-
pura mencoba mendengarkan dengan teliti.
Dimiringkannya kepalanya, dibengkokkannya telapak
tangannya di belakang telinga, dan didengarkannya
dengan kedua telapak tangan di belakang kedua
telinganya.
Tak tertahankan tawa Elizabeth meledak sesaat.
Jenny juga tertawa kecil. Pak Leslie memandang
tajam pada keduanya. Kemudian ia berpaling kepada
Harry "Kalau kau tak bisa mendengarnya, pasti ada
yang tak beres dengan telingaku. Teruskan pelajaran
kalian. Jangan tertawa, Jenny!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Suara berikutnya adalah suara mirip pintu pagar
berderit terbuka. Ini sudah keterlaluan bagi Pak
Leslie. Sambil mengguman bahwa ia tak enak badan, ia
bergegas keluar kelas sambil menyuruh anak-anak
melanjutkan pekerjaan mereka.
Melanjutkan pekerjaan? Mana mungkin! Kelas
langsung ribut dengan suara tawa terpingkal-pingkal,
tak ada yang terkecuali, semua tertawa tak henti-
hentinya. Air mata mengalir di pipi Jenny. Harry
sampai terguling-guling di lantai, menekan perutnya
yang sakit karena tertawa. Elizabeth tertawa terus-
menerus, dan menularkan tawa itu pada siapa pun
yang mendengarnya. Julian tenang-tenang saja
berdiri di tengah keributan tersebut, menyeringai
puas.
"Oh, bagus sekali tadi itu," kata Elizabeth akhirnya,
menghapus air matanya. "Belum pernah aku tertawa
seperti itu. Oh, Julian, kau benar-benar hebat. Harus
kaulakukan sekali lagi. Luar biasa!"
Semua jadi riang gembira kembali. Tawa yang
bagaikan badai itu telah menjernihkan udara kelas
satu dari segala permusuhan dan kebencian. Tiba-tiba
saja semua merasa bersahabat kembali. Betapa
menyenangkan untuk bisa tertawa bersama, bermain

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

bersama, dan bersahabat. Tiba-tiba saja
menyenangkan sekali berada di kelas satu itu.

19. Julian Mendapat Guncangan Batin

Keberhasilan Julian di kelas Pak Leslie membuat ia
semakin merajalela. Ia mencoba beberapa suara di
kelas Mam'zelle dan juga di kelas melukis. Di kelas
Mam'zelle ia menirukan suara sapi, tanpa ia tahu
bahwa Mam'zelle sangat takut pada sapi.
Kasihan Mam'zelle. Ia benar-benar mengira bahwa
ada sapi berjalan di gang di luar kelas. Gemetar ia
ketakutan berdiri di sudut kelas. "Ada sapi!" katanya
gemetar. "Ada sapi di luar!"
"Moooooooooooo!" seru sapi itu. Tubuh Mam'zelle
tampak sekali menggeletar. Ia memang sangat takut
pada sapi. Dan selalu berusaha menjauhinya bila ada
sapi di mana pun.
"Biarkan aku mengusir sapi itu, Mam'zelle," kata
Jenny. Ia bergegas keluar dan tak lama terdengar
suaranya seolah-olah mengusir sapi. Ini membuat
seluruh isi kelas tertawa tak henti-hentinya. Dan
kemudian Mam'zelle jadi curiga. Ia ingat bahwa tak
mungkin ada sapi berjalan di gang sekolah, la

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

memandang tajam pada Julian. Apakah anak nakal itu
menggodanya dengan keahliannya meniru suara?
Anak kelas satu mendapat banyak sekali hiburan dari
suara-suara yang dibuat Julian. Juga muslihat-
muslihatnya. Rasanya tak habis-habisnya siasatnya
untuk membuat seluruh kelas tertawa. Otaknya yang
cemerlang menemukan tipuan demi tipuan lucu dan
begitu cerdik, sehingga tak pernah ada seorang guru
pun yang bisa dengan pasti menentukan bahwa Julian-
lah yang berbuat.
Julian mempergunakan lagi bubuk bersin. Kali ini
untuk mengganggu Pak Lewis, guru musik, waktu
mengajar menyanyi. Pada pelajaran tersebut dua atau
tiga kelas biasanya digabung dan tak terkirakan
ributnya gabungan kelas tersebut saat semua
terlanda badai tertawa melihat Pak Lewis bersin tak
henti-hentinya setiap kali membuka halaman buku
musik Dalam waktu singkat Julian menjadi sangat
terkenal di sekolah itu oleh ulahnya yang luar biasa
lucu dan aneh.
Tetapi di pandangan mata para guru ia tidak
mempunyai nama baik. Mereka sering
membicarakannya, kadang-kadang dengan marah,
kadang-kadang dengan sedih.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Sesungguhnya ia adalah murid terpandai yang pernah
ada di Whyteleafe ini," kata Bu Ranger. "Tak ada
yang menandinginya. Kalau saja ia mau bekerja keras,
dan belajar tekun, dengan mudah ia bisa
memenangkan bea siswa apa pun juga yang ada. Tetapi
ia hanya mempergunakan otaknya yang cemerlang
untuk bermain-main saja."
"Ia tak pernah menggunakan otaknya itu untuk
belajar," kata Pak Leslie gusar. Ia kini sudah merasa
yakin bahwa suara-suara aneh yang didengarnya di
pelajaran IPA dibuat oleh Julian. Setiap kali teringat
hal itu, selalu timbul rasa marahnya pada Julian.
Tetapi anak itu, seolah-olah untuk mengganti suasana
belajar yang dirusaknya di laboratorium, telah
membuat suatu karangan ilmiah yang sangat
cemerlang, yang bahkan Pak Leslie sendiri akan
bangga bila bisa menulisnya. Tak pelak lagi memang
Julian seorang anak yang aneh.
Di Rapat Besar berikutnya, di mana Elizabeth sudah
tidak duduk lagi di antara para juri, gadis kecil itu
minta waktu untuk berbicara.
"Aku ingin berkata di sini bahwa segala tuduhanku
pada Julian ternyata tidak benar," katanya dengan
nada menyesal. "Hal ini telah kukatakan padanya dan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

ia menerima permintaan maafku dengan baik. Kami
berdua kini sudah bersahabat kembali, sebagai bukti
bahwa ia memang telah memaafkan aku. Aku minta
maaf pula pada kelasku, bahwa aku berlaku buruk
sebagai seorang Pengawas. Kalau kelak aku
memperoleh kesempatan lagi, aku akan berusaha
sebaik-baiknya untuk menjadi Pengawas yang baik."
"Terima kasih, Elizabeth," kata William saat
Elizabeth selesai berbicara. "Kita semua gembira
bahwa Julian telah bersih dari segala tuduhan, dan
gembira pula bahwa ia telah berlapang dada untuk
memaafkanmu dan menerimamu sebagai sahabatnya
lagi."
William berhenti sejenak. Julian menyeringai pada
Elizabeth dan Elizabeth tersenyum. Kemudian William
melanjutkan perkataannya, kali ini suaranya bernada
tajam.
"Tetapi aku harus mengatakan sesuatu pada Julian,"
katanya. "Sesuatu yang mungkin tak enak. Julian,
semua gurumu merasa tidak senang atas kelakuanmu.
Bukan saja karena kau berbuat berbagai ulah di kelas
yang cukup mengganggu pelajaran, tetapi mereka
menyayangkan bahwa kau menggunakan otakmu yang
cemerlang hanya untuk melucu. Semua guru

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sependapat bahwa kecerdasanmu jauh di atas rata-
rata. Kau sering menemukan sesuatu yang sama sekali
baru serta sangat berguna. Kecerdasan semacam itu
akan sangat berguna kelak bagi dunia, kalau mulai
sekarang telah dipupuk untuk memikirkan hal-hal yang
bermanfaat, dan bukannya untuk bercanda dan
berbuat berbagai hal yang sama sekali tak ada
gunanya."
William berhenti sesaat. Merah wajah Julian. Ia
memasukkan tangannya dalam-dalam ke saku. Ini
sesuatu yang tak dikehendakinya, ditegur di depan
anak banyak.
"Memang menyenangkan untuk membuat seluruh
kawanmu tertawa, memang menyenangkan untuk jadi
pahlawan karena leluconmu," kata William, "tetapi
akan lebih baik lagi bila itu kausertai dengan kerja
keras agar kelak kau bisa jadi pahlawan pula di bidang
ilmiah atau di bidang penemuan."
"Oh, aku tak peduli apakah kelak bila dewasa aku
terkenal atau tidak," kata Julian agak kurang ajar. Ia
memang selalu bersikap kurang ajar bila merasa
tersinggung. "Aku hanya ingin bersenang-senang,
mengerjakan apa yang aku sukai dan membiarkan
orang lain melakukan apa yang mereka sukai. Kerja

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

keras bagiku hanyalah untuk mereka yang tolol
saja. .."
"Berdirilah bila kau berbicara dan keluarkan
tanganmu dari saku," sela William.
Julian mengerutkan kening. Tetapi akhirnya berdiri
juga dan mengeluarkan tangannya dari saku.
"Maaf, William," katanya dengan mata hijaunya
bersinar agak marah, "tak banyak yang akan
kukatakan lagi. Otakku kan milikku sendiri. Biarkan
aku menggunakannya semauku. Segala nasihatmu tak
berarti apa-apa bagiku."
"Bisa kulihat itu," kata William, "dan sayang sekali.
Agaknya kau hanya memperhatikan dirimu sendiri,
memperhatikan apa yang kauingini saja. Suatu hari
kau akan berpikiran lain. Tetapi entahlah apa yang
akan mengubah pendirianmu. Kurasa hanya sesuatu
yang mengguncangkan batinmu saja yang bisa
membuat kau berubah pendirian,"
Julian duduk. Wajahnya merah. Enaknya saja,
pikirnya. Untuk apa menggunakan otaknya untuk
bekerja keras, padahal ia masih punya begitu banyak
waktu untuk bersantai, bermain, dan membuat kawan-
kawannya tertawa. Tidak, terima kasih. Masih ada

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

waktu baginya untuk menggunakan otak itu kelak, bila
ia sudah harus mencari nafkah sendiri.
Elizabeth tak berkata apa-apa pada Julian tentang
pembicaraan William. Dulu ia juga pernah mengatakan
hal seperti itu, waktu ia masih menjadi Pengawas. Dan
tanpa hasil. Sesungguhnya itu bukanlah nasihat asal
nasihat saja. Itulah akal sehat. Sungguh keterlaluan
Julian tak mau bekerja keras. Ia bisa memenangkan
berbagai bea siswa yang luar biasa dan bisa
melakukan berbagai karya besar bila dewasa nanti.
Sungguh aneh bahwa ia tak punya cita-cita seperti
itu.
Satu-satunya akibat dari nasihat William adalah
bahwa Julian semakin rendah lagi nilainya di kelas.
Biasanya ia hanya dekat dengan kedudukan paling
bawah, tetapi pada minggu berikutnya kedudukannya
begitu rendah, bahkan Julian sendiri merasa heran
sewaktu angka-angka hasil pekerjaan mereka
dibacakan.

Tapi Julian kemudian hanya menyeringai gembira. Ia
sama sekali tak peduli apakah berada di tempat paling
bawah atau tidak.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Hari-hari berlalu. Segera juga pertengahan semester
hampir tiba. Anak-anak mulai berbicara tentang
orangtua mereka yang diperkenankan datang
menjenguk pada pertengahan semester. Elizabeth
berbicara dengan Julian tentang hal itu.
"Apakah ayah-ibumu datang, Julian?" tanya Elizabeth.
"Kuharap begitu," kata Julian. "Aku ingin
memperkenalkanmu dengan ibuku. Manis sekali! Benar!
Selalu riang, gembira, dan manis!"
Julian tampak hangat bila berbicara tentang ibunya.
Tak ragu lagi pastilah anak itu sangat mencintai
ibunya. Tentu saja ia mencintai ayahnya juga, namun
ia lebih mencintai ibunya yang cantik dan periang-
menurut katanya.
"Karena ibukulah aku memanjangkan rambutku ini,"
kata Julian pada Elizabeth. "Ibu menyukai cara
bercukurku yang aneh ini, serta rambut panjang yang
selalu terurai ke dahi ini. Karenanya aku takkan
mengubahnya agar ia senang. Dan ia juga sangat suka
pada lelucon, muslihat, ataupun suara-suara yang
kubuat."
"Apakah ia tidak akan kecewa bila tahu bahwa kau
selalu berada di urutan paling bawah?" tanya

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Elizabeth ingin tahu. "Ibuku akan sangat malu kalau
nilaiku turun."
"Oh, ibuku hanya ingin agar aku bersenang-senang,"
kata Julian. "Ia sama sekali tak peduli aku berada di
urutan keberapa, atau apakah aku nomor satu dalam
ujian."
Elizabeth berpikir bahwa aneh juga ibu Julian.
Seperti Julian juga-menyenangkan tetapi aneh.
Hari yang ditunggu itu tiba. Para orangtua murid pun
berdatangan. Nyonya Allen langsung memeluk
Elizabeth.
"Kau kelihatan sehat sekali, Sayang," kata Nyonya
Allen. "Ayolah, kita harus mengajak Arabella juga,
bukan? Kasihan kan, tak ada yang mengajaknya jalan-
jalan. .. "
"Oh, Ibu," kata Elizabeth agak muram, "apakah kita
harus mengajak dia?"
Terpandang olehnya Julian, dan dipanggilnya anak itu,
"Julian! Ini ibuku. Ibumu sudah datang?"
"Belum," kata Julian, tampak khawatir. "Ibuku belum
datang. Padahal ia berjanji akan datang agak awal.
Mungkin mobilnya mogok di jalan?"
Tepat saat itu telepon di ruang depan berbunyi keras.
Pak Johns menerima telepon tersebut. Beberapa saat

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

kemudian ia memanggil Julian, mengajaknya masuk ke
sebuah kamar terdekat.
Elizabeth bertanya-tanya dalam hati apa yang telah
terjadi.
"Ibu, aku harus menunggu sampai Julian keluar
sebelum kita berangkat nanti," katanya.
Ternyata ia tak harus menunggu lama. Pintu terbuka.
Julian keluar. Tetapi alangkah jauh bedanya dengan
Julian yang selalu periang!
"Julian! Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Elizabeth.
"Pergilah," kata Julian kasar. Wajahnya pucat dan
matanya seakan menderita, dan seolah tak melihat ia
mendorong Elizabeth minggir, dengan kepala tunduk
menuju ke kebun. Heran Elizabeth tertegun. Dan
berpaling pada Pak Johns.
"Pak Johns! Pak Johns! Apa yang terjadi? Tolong
katakan, apa yang terjadi dengan Julian," desak
Elizabeth.
"Ada berita dari rumahnya," kata Pak Johns. Ibunya
sakit keras. Keadaannya gawat. Kau tahu, ayahnya
seorang dokter, dan kini sedang mencoba merawat ibu
Julian dengan bantuan beberapa orang dokter ahli
lainnya. Keadaannya gawat sekali, sehingga bahkan
Julian sendiri tak diperkenankan mengunjunginya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Sungguh suatu pukulan keras bagi Julian. Mungkin kau
bisa membantunya, Elizabeth. Kau sahabatnya,
bukan?"
"Benar," kata Elizabeth. Hatinya penuh kehangatan
ingin menghibur Julian. Julian begitu bangga akan
ibunya, begitu cinta pada ibunya. Bagi dia ibunya itu
merupakan orang yang paling manis di seluruh dunia.
Dan kini ibunya sakit keras!.
Elizabeth lari ke ibunya, tergesa-gesa berkata, "Ibu,
maaf, aku tak bisa keluar hari ini. Ibu Julian sakit
keras, aku sebagai sahabatnya harus menghiburnya.
Bagaimana kalau Ibu pergi bersama Arabella saja.
Kukira aku terpaksa harus di sini saja dengan Julian."
"Baiklah," kata ibu Elizabeth, dan pergi mencari
Arabella. Elizabeth sendiri sudah berlari mencari
Julian. Entah ke mana anak itu tadi bersembunyi.
Pasti bagaikan seekor binatang yang terluka, ia
mencoba mencari tempat untuk bersembunyi dan
menyembuhkan lukanya itu. Kasihan sekali Julian. Apa
yang bisa dikatakannya untuk menghiburnya?

20. Julian Berikrar

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Di mana-mana Julian tak tampak. Ke mana ia pergi?
Elizabeth bertanya pada Harry, "Harry, kaulihat
Julian?"
"Ia tadi lari menghambur ke luar pagar," kata Harry.
"Kenapa sih dia?"
Elizabeth tidak menjawab. Ia berlari ke luar pagar.
Mungkinkah Julian pergi ke stasiun dan mencoba
untuk naik kereta api, mengunjungi ibunya? Elizabeth
kebingungan di tepi jalan. Memandang jauh-jauh ke
ujung jalan itu.
Dan... di kejauhan tampak seorang anak lelaki. Itu
pasti Julian! Elizabeth menghambur lari. Ia harus
mengejar Julian. Julian sedang sedih. Ia harus bisa
menolongnya. Anak di kejauhan itu, yang juga berlari,
telah lenyap di tikungan. Elizabeth mempercepat
larinya.
Di tikungan ia berhenti. Tak tampak ada anak di jalan
itu. Bagaimana Julian bisa lenyap dalam waktu yang
begitu cepat? Tak mungkin ia telah mencapai tikungan
yang jauh di depannya itu! Ragu-ragu Elizabeth
berlari terus.

Ia sampai di tikungan kedua. Di jalan utama juga tak
tampak seorang pun. Ke mana Julian pergi? Cepat

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Elizabeth berlari kembali. Mungkin Julian memasuki
padang rumput, menerobos pagar di sisi jalan itu.
Dengan kebingungan Elizabeth terus berlari, tak
memperhatikan telepon umum di boks kecil di pinggir,
jalan yang dilewatinya. Ia sangat terkejut saat tiba-
tiba didengarnya pintu boks telepon umum itu
terbuka dan terdengar suara Julian memanggilnya
tergesa-gesa.
"Elizabeth! Oh, Elizabeth! Kau bawa uang kecil?"
Elizabeth berhenti, berpaling. Ternyata Julian
berada di dalam boks telepon umum itu. Ia segera
berlari mendekat, tergopoh-gopoh mencari uang kecil
di sakunya.
"Ya. Ini uang enam penny" katanya. "Kau sedang apa?"
"Menelepon ayahku," kata Julian. "Kata Pak Johns aku
tak boleh menelepon, sebab ayahku berkata ia tak
ingin diganggu oleh telepon atau apa pun juga.
Memang kukira benar juga. Tetapi aku ingin
mengajukan beberapa pertanyaan saja. Tetapi aku tak
punya uang cukup untuk menghubunginya."
Elizabeth memberikan semua uangnya. Julian menutup
pintu tempat telepon, dan Elizabeth menunggu di luar.
Lama juga ia menunggu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Seperempat jam kemudian telepon ke ayahnya baru
tersambung.

Julian nampak gelisah. Hal itu kelihatan dari luar, di
mana ia berulang kali menaikkan rambutnya yang
terurai ke depan. Wajahnya begitu pucat dan
menderita hingga ingin sekali Elizabeth ikut masuk ke
dalam boks telepon itu dan segera menghiburnya.
Akhirnya Julian berhasil juga bicara dengan ayahnya.
Elizabeth dapat melihat Julian bertanya dengan gaya
tegang. Lima menit Julian berbicara dengan ayahnya.
Kemudian ia meletakkan telepon. Dan keluar dengan
wajah pucat pasi.
"Aku ingin muntah," katanya, sementara wajahnya
yang putih tampak kehijau-hijauan. Digandengnya
tangan Elizabeth, berjalan terhuyung masuk pagar di
tepi jalan, ke padang rumput. Ia duduk. Mukanya
masih hijau. Tapi agaknya tak jadi muntah. Perlahan
kesan hijau di wajahnya lenyap.
"Aku sungguh tolol," katanya kemudian dengan kepala
tunduk tanpa melihat Elizabeth, "tetapi aku tak bisa
berbuat lain. Tak ada yang tahu betapa aku mencintai
ibuku. Betapa manis dan penuh kasih sikapnya
padaku."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Elizabeth melihat bahwa Julian berusaha keras untuk
tidak menangis. Ia sendiri juga ingin menangis. Ia tak
tahu harus berbuat apa. Ia hanya duduk rapat-rapat
pada Julian, memegang tangannya.
Tapi akhirnya berkata juga Elizabeth dengan suara
lemah, "Apa kata ayahmu?"
"Katanya-katanya-sedikit sekali kemungkinan Ibu bisa
sembuh." Julian berkata terbata-bata, kemudian ia
menggigit bibir. "Hanya sedikit sekali
kemungkinannya. Elizabeth, aku tak tahan memikirkan
hal itu."
"Julian... dokter zaman ini sangat pandai," kata
Elizabeth. "Aku yakin ibumu pasti tertolong. Mereka
pasti berusaha keras untuk menolongnya."
"Kata ayahku mereka mencoba mengobatinya dengan
obat baru," gelisah Julian mencabuti rumput di
dekatnya. "Katanya, ia dan dua orang dokter lain telah
bertahun-tahun mengembangkan obat baru itu. Kini
obat itu hampir siap. Ia sedang menyiapkan sejumlah
obat tersebut kini untuk dicobakan pada Ibu. Kata
ayahku obat itulah satu-satunya harapan terakhir.
Dengan obat itu ada sedikit kemungkinan bagi ibuku
untuk sembuh."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Click to View FlipBook Version