The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fanipanjaitan2018, 2022-08-18 02:21:27

Bahasa Indonesia untuk PT

Bahasa Indonesia untuk PT

Editor:
Junifer Siregar, S.Pd., M.Pd.

BAHASA INDONESIA

UNTUK PERGURUAN TINGGI

Maria Ermilinda Dua Lering, M.Pd. | Siti Habsari Pratiwi, M.Pd. |
Septi Fitri Meilana, M.Pd. | Eva Harista, M.Pd. |

Eva Apriani, M.Pd. | Rosa Zulfikhar., S.Sn., M.Ikom. |
Juniara Fitri Cibro, M.Pd. | Nur Apriani Nukuhaly, M.Pd. |

Rita Kumala Sari, M.Pd. | Tri Rahayu, M.Pd.I. |
Dr. Ratna Susanti, S.S., M.Pd. | Nanda Saputra, M.Pd.

BAHASA INDONESIA UNTUK
PERGURUAN TINGGI

Maria Ermilinda Dua Lering, M.Pd.
Siti Habsari Pratiwi, M.Pd.
Septi Fitri Meilana, M.Pd.
Eva Harista, M.Pd.
Eva Apriani, M.Pd.

Rosa Zulfikhar., S.Sn., M.Ikom.
Juniara Fitri Cibro, M.Pd.

Nur Apriani Nukuhaly, M.Pd.
Rita Kumala Sari, M.Pd.
Tri Rahayu, M.Pd.I

Dr. Ratna Susanti, S.S., M.Pd.
Nanda Saputra, M.Pd.

Editor:
Junifer Siregar, S.Pd., M.Pd.

BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI

Penulis:
Maria Ermilinda Dua Lering, M.Pd; Siti Habsari Pratiwi, M.Pd; Septi Fitri
Meilana, M.Pd; Eva Harista, M.Pd; Eva Apriani, M.Pd; Rosa Zulfikhar.,
S.Sn., M.Ikom; Juniara Fitri Cibro, M.Pd; Nur Apriani Nukuhaly, M.Pd;
Rita Kumala Sari, M.Pd; Tri Rahayu, M.Pd.I; Dr. Ratna Susanti, S.S., M.Pd;
Nanda Saputra, M.Pd.

ISBN: 978-623-5722-22-1

Editor:
Junifer Siregar, S.Pd., M.Pd

Penyunting:
Nanda Saputra, M.Pd.

Desain Sampul dan Tata Letak:
Atika Kumala Dewi

Cetakan: 26 Maret 2022
Ukuran: 14 x 20 cm
Halaman: viii - 262

Penerbit:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini
Anggota IKAPI (026/DIA/2012)

Redaksi:
Jalan Kompleks Pelajar Tijue
Desa Baroh Kec. Pidie
Kab. Pidie Provinsi Aceh
No. Hp: 085277711539
Email: [email protected]
Website: penerbitzaini.com

Hak Cipta 2021 @ Yayasan Penerbit Muhammad Zaini

Hak cipta dilindungi undang-udang, dilarang keras menerjemahkan,
memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan
ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan buku Bahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi ini. Buku ini merupakan buku kolaborasi
yang dituliskan oleh beberapa dosen yang bergabung
dalam Asosiasi Dosen Kolaborasi Lintas Perguruan Tinggi.
Adapun buku ini tidak akan selesai tanpa bantuan,
diskusi dan dorongan serta motivasi dari beberapa pihak,
walaupun tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya.
Ahirnya, penulis menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian, penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan serta
perkembangan lebih lanjut pada buku ini.
Wassalamu’alaikumsalam, Wr.Wb.

Tim Penulis

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi iii



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................... v

BAB I
SEJARAH BAHASA INDONESIA...........................................1
A.. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Pra

kemerdekaan........................................................................ 2
B.. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa

Pascakemerdekaan............................................................. 19
C.. Peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan

Bahasa Indonesia................................................................ 20
D.. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia.................... 26

BAB II
PERAN BAHASA INDONESIA.................................................. 33
A.. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia................ 33
B.. Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan

Karakter.................................................................................. 36
C.. Peran Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu... 40
D.. Peran Bahasa Indonesia dalam Menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN.......................................... 44

BAB III
RAGAM BAHASA INDONESIA................................................ 51
A.. Pengertian Ragam Bahasa.............................................. 51
B.. Karakteristik Ragam Bahasa........................................... 52
C.. Macam-macam Ragam Bahasa..................................... 56

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi v

BAB IV
KATA DAN ISTILAH BAHASA INDONESIA.......................... 70
A.. Pengertian Kata................................................................... 70
B.. Keragaman Bentuk Kata................................................... 71
C.. Jenis-jenis Kata.................................................................... 74
D.. Konsep Istilah Bahasa Indonesia................................... 89

BAB V
KALIMAT DAN SELUK-BELUKNYA......................................... 91
A.. Pengertian Kalimat............................................................. 91
B.. Bagian-Bagian Kalimat..................................................... 93
C.. Jenis-Jenis Kalimat............................................................. 95
D.. Janis Konjungsi.................................................................... 104

BAB VI
HAKIKAT PARAGRAF.................................................................. 109
A.. Pengertian dan Struktur Paragraf................................. 109
B.. Jenis - Jenis Paragraf......................................................... 115
C.. Syarat Pembentukan Paragraf....................................... 125
D.. Teknik Pengembangan Paragraf................................... 127
E.. Pola Pengembangan Paragraf....................................... 127

BAB VII
MAKNA KATA................................................................................ 130
A.. Pengertian Makna Kata.................................................... 130
B.. Jenis-Jenis Makna Kata..................................................... 135
C.. Perubahan Makna Kata.................................................... 147

BAB VIII
DIKSI BAHASA INDONESIA..................................................... 152
A.. Pengertian Diksi.................................................................. 152
B.. Kriteria Pemilihan Kata...................................................... 153
C.. Pilihan Kata yang Tidak Tepat........................................ 177

vi Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

BAB IX
RUANG LINGKUP KARYA ILMIAH......................................... 187
A.. Pengertian dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah........... 187
B.. Karakteristik dan Syarat Karya Ilmiah.......................... 188
C.. Macam-Macan Karya Ilmiah........................................... 191
D.. Bagian-Bagian Karya Ilmiah............................................ 193

BAB X
TEKNIK PENGUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA................ 197
A.. Pengertian Kutipan dan Fungsi Kutipan.................... 197
B.. Jenis Kutipan dan Contoh Kutipan.............................. 200
C.. Pengertian dan Fungsi Daftar Pustaka....................... 205
D.. Jenis dan Contoh Daftar Pustaka................................. 208

BAB XI
PENULISAN KARYA ILMIAH..................................................... 216
A.. Pendahuluan......................................................................... 216
B.. Konsep tentang Karya Ilmiah......................................... 218
C.. Tujuan Penulisan Karya Ilmiah....................................... 222
D.. Manfaat Penulisan Karya Ilmiah.................................... 223
E.. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah............................. 224
F.. Langkah-langkah Menulis Karya Ilmiah..................... 226

BAB XII
SURAT MENYURAT ................................................................... 231
A.. Pengertian Surat.................................................................. 231
B.. Peranan Fungsi Surat........................................................ 232
C.. Jenis-jenis Surat................................................................... 233
D.. Contoh-contoh Surat........................................................ 237

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 241
BIOGRAFI PENULIS..................................................................... 250

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi vii



BAB I
SEJARAH BAHASA INDONESIA

Maria Ermilinda Dua Lering, M.Pd.
IKIP Muhammadiyah Maumere

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan
Bahasa. Kebutuhan bahasa ini dikarenakan bahasa memiliki
manfaat yang beragam, dan menjadikan bahasa sebagai
hal esensial yang dibutuhkan manusia. Bayangkan tanpa
bahasa, manusia tidak dapat berkomunikasi dengan
sesama untuk menyampikan maksud dan tujuan. Tanpa
bahasa sistem kemanusiaan tidak dapat berjalan dengan
baik. Jika berbicara perihal bahasa, maka perlu diketahui
pengertian dari bahasa. Bahasa merupakan alat verbal
untuk berkomunikasi, Chaer (2003:30), sementara itu
bahasa menurut edisi IV (2014:116), dituliskan bahwa: 1.
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter,
yang digunakan oleh anggota satu masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi dan mengindentifikasikan
diri. 2. Bahasa merupakan percakapan (perkataan) yang
baik, sopan santun. Dari dua pengertian bahasa di atas,
disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi.

Melihat pengertian bahasa di atas, menujukan bahwa
bahasa merupakan alat komunikasi yang menghubungkan
antar manusia yang satu dengan manusia lainnya. Melalui

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 1

bahasa pula manusia mudah melakukan interaksi dengan
orang lain. Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu
bahasa di dunia dan menjadi bahasa nasional bagi Bangsa
Indonesia diresmikan pada sehari setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945. Ketetapannya
dituangkan dalam UUD 1945 pasal 36 yang menyatakan
“Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Peresmian Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional pastinya memiliki
sejarah perkembangan yang panjang, yang patut untuk
diketahui oleh para pengguna bahasa Indonesia. Dalam
Bab ini, akan dijabarkan beberapa sub bagian yang memuat
Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Pra kemerdekaan,
Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Pascakemerdekaan,
Peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Indonesia, dan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia.

A. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Pra
kemerdekaan
Berbicara perkembangan bahasa Indonesia, maka

tidak luput dari perkembangan Bahasa Indonesia di masa
pra kemerdekaan. Masa pra kemerdekaan merupakan
masa dimana bangsa Indonesia belum merdeka. Pada
saat itu pada umumnya Bahas Melayu sebagai bahasa
yang digunakan sebagai bahasa dalam melakukan jual
beli atau perdagangan yang melibatkan banyak suku
walaupun banyak juga bahasa daerah lainnya yang
tersebar. Perkembangan bahasa Indonesia di masa ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:

2 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

1. Bahasa Melayu

Sejarahnya hingga digunakan bahasa Melayu adalah
adanya prasasti-prasasti yang dituliskan mirip bahasa
Melayu juga tulisan berbahasa Melayu klasik dapat ditemui
di manuskrip Melayu yang ditulis di kulit kambing, kertas,
kain, ukiran kayu, gading, batang buluh dll. Hal lainnya
adalah para penutur bahasanya dipanggil dengan bangsa
Melayu.

Melayu berasal dari kata Himalaya yang kemudian
disingkat menjadi Malaya dan menjadi Melayu, Zuber,
Usman dalam Abdul R. Malebak (2006: 9). Di Zaman
kerajaan Sriwijaya ketika abad ke 7 Masehi, bahasa Melayu
digunakan sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui
dari prasasti yang usianya berdekatan dengan yang
ditemukan di Sumatera Selatan peninggalan dari kerjaan
tersebut. Adapun prasasti yang dimaksud adalah:

a. Prasasti tahun 683 M, prasasti ke di Kedukan Bukit
(Palembang).

Sumber: https://bobo.grid.id/read/08678901/
prasasti-kedukan-bukit-bagian-penting-dari-sejarah-

sriwijayadiakses31 Mei2021

Gambar 1. Prasasti Kedukan Bukit

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 3

b. Talang Tuwo berangka tahun 684 M, (Palembang)

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Talang_
Tuodiakses31mei2021

Gambar 2. Prasasti Talang Tuwo
c. Kota kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat),

Sumber: http://ngumbarakala.blogspot.com/2017/03/
prasasti-kota-kapur sebuahprasasti.html diakses 31Mei2021

Gambar: 3 Prasasti Kota Kapur

4 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

d. Karah Barahi tahun berangka tahun 688 M (Jambi).
Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa
Melayu Kuna. Pada saat itu, bahasa Melayu
yang digunakan bercampur kata-kata bahasa
Sansekerta. Sebagai penguasa perdagangan di
kepulauan Nusantara para pedagang membuat
para pedagang yang berniaga terpaksa
menggunakan bahasa Melayu walaupun kurang
sempurna. Ini menjadikan berbagai varian lokal
dan temporal pada bahasa Melayu yang digunakan
yang dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para
peneliti.

Sumber: https://duniakujaya.wordpress.com/sejarah/
prasasti-prasasti-peninggalan-kerajaan-sriwijaya/
diakses31Mei2021

Gambar: 4 Prasasti Karah Barahi

e. Penemuan berikutnya adalah Prasasti berbahasa
Melayu Kuno di Jawa Tengah (tahun abad ke 9)
dan prasasti di dekat Bogor Penemuan prasasti

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 5

berbahasa Melayu Kuno di Jawa tengah (berangka
tahun abad ke 9) dan parasasti di dekat Bogor
(Prasasti Bogor) dari abad ke ke-10 menunjukkan
penyebaran penggunaan bahasa itu di Pulau
Jawa. Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang
dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu
karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang
disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi.

Beberapa prasasti yang telah dijabarkan di atas
menunjukan bahwa bahasa Melayu sudah digunakan
sebagai bahasa resmi di wilayah kerajaan Sriwijaya bahkan
sebagai bahasa perdagangan. Awal abad ke Kerajaan Malaka
berkembang pesat. Hal ini dikarenakan pelabuhan Malaka
sangat strategis dan menguntungkan maka pelabuhan
Malaka menjadi pusat perdagangan dan pertemuan
dari para pedagang Tiongkok, Gujarat Jawa. Di Malaka
terjadi jual beli barang-barang dagangan. Perkembangan
Malaka yang sangat cepat membawa dampak positif bagi
perkembangan bahasa Melayu. Bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa perdagangan.

2. Awal Mula bahasa Melayu Diangkat Menjadi
Bahasa Indonesia
a. Sejarah Singkat Penjajahan Belanda dan Penggu-
naan Bahasa Melayu

1) Sejarah Singkat Penjajahan Belanda

Pada tahun 1596 bangsa Belanda yang
dipimpin Cornelis de Houtman tiba di
pelabuhan Banten. Hal ini pertanda awal

6 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

kedatangan bahasa Belanda di Nusantara
namun kedatangan mereka diusir oleh
penduduk pesisir karena sikap mereka yang
semena-mena. Di tahun 1598 bangsa ini
datang kembali ke Nusantara yang dipimpin
oleh Jacob Van Neck dan Wybrecht Van
Waerwyck. Mereka tiba di Maluku pada
Maret 1599. Kedatangan mereka menjadikan
perusahan di Belanda memberangkatkan
kapalnya ke Indonesia ada 14 perusahaan yang
telah memberangkatkan 62 kapal. Kedatangan
mereka yang banyak menyebabkan
persaingan di antara mereka, selain itu
mereka pun harus menghadapi persaingan
dengan bangsa Portugis, Spanyol dan bangsa
Inggris dikarenakan bukan keuntungan yang
mereka dapatkan namun kerugian yang
mereka dapatkan. Apalagi seringnya terjadi
pembajakan di laut menyebabkan mereka
yang adalah pedagang Belanda mendirikan
Verenigde Oost Indische Compagnie–VOC
(Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia
Timur) yang diprakarsai oleh pangeran
Maurits dan Johan Van Olden Barnevelt, pada
20 Maret 1602.

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di
Nusantara merupakan bagian dari kegiatan
perdagangan. Hubungan yang terjadi adalah
hubungan pedagang dan pembeli namun,

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 7

berubah karena persaingan perdagangan
yang tinggi antar negara yang menyebabkan
masing-masing mereka berusaha menguasai
sumber-sumber rempah tersebut. VOC
sebagai serikat dagang Belanda menguasai
rempah-rempah di nusantara.

2) Penggunaan Bahasa Melayu Pada Saat
Penjajahan Belanda

Belanda saat menjajah Indonesia bukan
saja menguasai rempah Belanda juga
memperkerjakan pegawai Indonesia yang
memiliki kemampuan berbahasa Belanda
yang rendah. Hal ini pun dimanfaatkan oleh
Belanda untuk menggunakan Bahasa Melayu
khususnya Bahasa Melayu Tinggi yang telah
mempunyai patokan berupa kitab-kitab agar
dapat berkomunikasi dengan para pegawai
yang diperkerjakan.

Belanda melalui Sarjana Belanda
mulai membuat standarisasi bahasa,
dan menyebarkan bahasa Melayu yang
mengadopsi Ejaan Van Ophusijen dari kitab
logat Melayu. Bahas Melayu lebih luas
disebarkan dengan dibentuknya Commissien
Voor de Volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat
pada tahun 1908. Di tahun 19917 namanya
diganti dengan Balai Poestaka. Commissie
voor de Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat)
Komisi Bacaan Rakyat menerbitkan novel-

8 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

novel seperti Siti Nurbaya dan Salah asuhan,
buku buku-buku penuntun bercocok tanam,
penuntun memelihara kesehatan yang
membantu penyebaran bahasa Melayu di
kalangan masyarakat Luas. Saat Rapat Dewan
rakyat di tanggal 16 Juni 1927, di Jahja Datoek
Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa-
Indonesia dalam pidatonya. Di sinilah bahasa
Indonesia mulai berkembang. Perkembangan
bahasa Indonesia didukung juga dengan
hegemoni politik dan sistem eksploitasi
membawa perubahan dalam berbagai bidang,
seperti sistem birokrasi, edukasi, komunikasi,
industrialisasi, transportasi, dan hubungan
sosial lainnya. Berbagai perubahan tersebut
menjadikan kesadaran berbangsa dan
bertanah air menguat yang dikenal dengan
sikap nasionalisme.

b. Sumpah Pemuda Awal mula Bahasa Indonesia

Sikap nasionalisme merupakan suatu paham
yang berisi kesadaran bahwa tiap warga negara
merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang
wajib mencintai dan membela negaranya, sehingga
kewajiban seorang warga negara tersebutlah
yang menjadi dasar bagi terbentuknya semangat
kebangsaan Indonesia, Permanto (2012:86).
Sadikin (2008:18) berpendapat nasionalisme
merupakan suatu sikap cinta tanah air atau bangsa
dan negara sebagai wujud dari cita- cita dan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 9

tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi,
sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebenaran
dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Dari kedua pengertian nasionalisme di
atas maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme
adalah sikap mencintai bangsa Indonesia yang
berdasarkan pada kesadaran.

Sikap ini hadir dikarenakan masyarakat tidak
mau diperlakukan semena-mena oleh bangsa
Eropa yang datang ke Indonesia. Mereka lalu
melakukan perlawanan agar dapat merdeka. Pada
saat perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia
memerlukan alat agar dapat berinteraksi antara
suku bangsa di Indonesia. Maka dipilihlah bahasa
Melayu sebagai bahasa pemersatu Bangsa
Indonesia.

Prof. Soedjito dalam Esti Pramuki menjelaskan
secara sederhana mengapa bahasa Melayu
dijadikan sebagai landasan lahirnya Bahasa
Indonesia dikarenakan:

1) Bahasa Melayu telah digunakan sebagai
lingua franca (bahasa perhubungan) selama
berabad abad di seluruh kawasan tanah air,
Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa lainnya.

2) Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran
yang luas dan melampaui batas wilayah
penutur asli.

10 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

3) Bahasa Melayu masih berkerabat dengan
bahasa bahasa Nusantara lainnya, sehingga
tidak dianggap sebagai bahasa asing.

4) Bahasa Melayu bersifat sederhana dan tidak
mengenal tingkatan bahasa sehingga muda
untuk dipelajari.

5) Bahasa Melayu mampu mengatasi perbedaan
bahasa antar penutur yang berasal dari
berbagai bahasa.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 ditetapkan

bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia.
Penetapan itu menjadi awal bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa Nasional. Peristiwa
Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928
pun menjadi peristiwa bersejarah bahasa Indonesia
pertama kali diakui sebagai Bahasa Nasional.
Adapun bunyi naskah asli sumpah pemuda adalah:
Pertama : Kami poetra dan poetri Indonesia,

mengakoe bertoempah darah jang
satoe, tanah Indonesia.
Kedoea : Kami poetra dan poetri Indonesia
mengakoe berbangsa jang satoe,
bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami poetra dan poetri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean
bangsa Indonesia

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 11

Sumber:https://kupang.tribunnews.com/2020/10/27/13-
tokoh-ini-yang-ikut-membuat-teks-sumpah-pemuda-
28-oktober-1928-siapa-siapa-saja-simak-di-sini
diakses31Mei2021

Gambar. 5 Naskah asli Sumpah Pemuda

Setelah itu, diubah ke ejaan terbaru, sehingga
bunyi naskah sumpah pemuda sesuai EYD menjadi:
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia,

mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia.
Kedoea : Kami putra dan putri Indonesia,
mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia,
menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.

Sebelum sumpah pemuda tepatnya tiga bulan
menjelang sumpah pemuda yaitu 15 Agustus
`1928 Soekarno dalam pidatonya menyatakan
bahwa perbedaan bahasa antara suku bangsa
Indonesia tidak akan menghalangi persatuan.
Justru makin luas bahasa Melayu tersebar, maka
makin cepat kemerdekaan Indonesia dapat
terwujud. Fungsi lahirnya bahasa Indonesia agar

12 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan
yang mempersatukan bangsa Indonesia yang
berlatarbelakang banyaknya bahasa daerah.

Pidato Soekarno pun diperkuat oleh
Muhamad Yamin yang mengusulkan bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional dalam pidatonya
pada Konggres Nasional kedua di 28 Oktober
1928. Bahasa Indonesia diakui sebagai “Bahasa
Persatuan Bangsa”. Pada saat sumpah pemuda
Muhamad Yamin berkata “Jika mengacu pada
masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia
dan kesusastraan hanya ada dua bahasa yang
diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu
bahasa Jawa dan Melayu, namun diantara dua
bahas itu bahasa Melayulah yang lambat laun akan
menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan”

c. Sejarah Singkat Penjajahan Jepang dan
penggunaan Bahasa Indonesia

1) Sejarah Singkat Penjajahan Jepang

Belanda menjajah Indonesia dibagi dalam
tiga periode yaitu periode yaitu periode
tahun 1602 sampai 1799, dan periode tahun
1800 sampai 1942, ini menunjukan Bangsa
Indonesia dijajah Bangsa Belanda selama
ratusan tahun. Namun, penjajahan mereka
berakhir ketika perang dunia ke II dimana
Jepang berhasil menyerang Pearl Harbour,
Hongkong, Filipina, dan Malaysia berdampak
juga hingga ke Indonesia.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 13

Masa penjajahan Jepang terjadi selama
tiga setengah tahun merupakan salah
satu periode yang paling menentukan
dalam sejarah Indonesia. Serbuan Jepang,
menjadikan Belanda tidak melakukan
perlawanan yang berarti di Indonesia. Jepang
menyerbu Belanda di Indonesia pada tanggal
10 Januari 1942. Wilayah nusantara yang
pertama kali jatuh ke tangan Jepang adalah
Tarakan pada tanggal 12 Januari 1942, dan
perlawanan Belanda ke Jepang pun berakhir
dengan ditandatangani perjanjian Kalijati
oleh Belanda di Jepang pada tanggal 9 Maret
1942 juga pertanda dimulainya pendudukan
Jepang di Indonesia.

Selama masa pendudukan, Jepang juga
membentuk badan persiapan kemerdekaan
yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau 独立
準備調査会 (Dokuritsu junbi chōsa-kai) dalam
bahasa Jepang, yg bertugas membentuk
persiapan-persiapan pra kemerdekaan dan
membuat dasar negara yang digantikan oleh
PPKI atau (独立準備委員会, Dokuritsu Junbi
Iinkai) yang tugasnya adalah menyiapkan
kemerdekaan. Perjalan panjang menguasai
Indonesia berakhir ketika adanya perlawanan
dari rakyat Indonesia secara fisik dan gerakan
bawah tanah pada masa itu juga Jepang

14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

mengalami perlawanan dari Amerika Serikat
dan sekutunya, puncaknya adalah peristiwa
bom Hiroshima dan Nagasaki. Perang tersebut
berpengaruh pada gerakan kemerdekaan
negara Asia Timur termasuk Indonesia. Dan
akhirnya Jepang menyerah pada tanggal 15
Agustus 1945 yang menandai berakhirnya
Perang Dunia ke-2.

2) Penggunaan Bahasa Indonesia saat Penjajahan
Jepang

Berbagai cara dilakukan oleh Bangsa
Jepang agar dapat menguasai Indonesia.
Salah satu cara adalah melarang penggunaan
Bahasa Belanda dan Bahasa Inggris dan
memajukan pemakaian bahasa Jepang.
Bukan saja itu, mereka memperkerjakan orang
Indonesia seperti seniman, guru dan tokoh
sastra yang anti-Belanda agar dapat tercapai
tujuan mereka. Bahasa Indonesia dijadikan
sebagai sarana utama untuk mencapai tujuan
mereka melalui orang yg diperkerjakan,
dengan demikian, status sebagai bahasa
Nasional semakin kokoh.

Kebijakan yang penting bahkan
menjadikan Bahasa Indonesia semakin
eksis digunakan oleh masyarakat Indonesia
adalah kebijakan dari bangsa Jepang untuk
menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar. Kebijakan ini tentunya

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 15

di dukung dengan kebijakan dalam dunia
pendidikan berupa sekolah 12 tahun dan juga
pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah
kelas 3. Hal ini tentunya dilakukan guna
menghilangkan pengaruh bangsa Belanda
terutama dalam penggunaan bahasa Belanda
sehingga jepang dengan leluasa menguasai
Indonesia.

Beberapa kebijakan yang dilakukan adalah
Bahasa Belanda yang tidak diperkenankan
adalah menyangkut koran berita dibuat
dalam bahasa Belanda dan diganti dengan
menggunakan Bahasa Jepang, film dengan
menggunakan bahasa Belanda tidak perlu
dipertontonkan, papan nama, perusahan
rumah makan, dan sebagainya diganti dengan
bahasa Indonesia.

Kebijakan penting lainnya adalah
didirikannya komisi Penyempurnaan Bahasa
Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1943.
tugasnya adalah menetapkan istilah modern
dan menyusun tata bahasa sesuai ketentuan
serta menetapkan kata kata umum bagi Bangsa
Indonesia. Adapun susunan pengurusnya
adalah sebagai berikut: Ketua Mori, Wakil
Ketua Iciki, Penulis, Mr. R. Suwandi, Penulis
Ahli, Mr. Sutan Takdir Alisyahbbana

Bahasa Indonesia pun berkembang
dengan cepat karena didukung beberapa

16 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

surat kabar yang menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai pengantarnya. Seperti
Soeara Asia, (Surabaya) Asia Raja (Jakarta),
Cahaja (Bandung), Sinar Baroe (Semarang),
Sinar Matahari (Yogyakarta).
d. Lahirnya Pujangga Baru Sebagai Bagian
Perkembangan Bahasa Indonesia
Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan
muda yang disebut dengan Pujangga Baru atau
Poedjangga Baroe. Angkatan ini dipimpin oleh
Sutan Takdir Asisyahbana. Secara ideologis
angkatan ini mendukung negara modern dan
bersatu di bawah satu bahasa Bahasa Indonesia.
Namun, pandangan budaya dan politik para
penulis membuat pendirian majalah ini tidak
tetap. Agar kenetralan politik, Poedjangga Baroe
memuat segala tulisan dari beragam teori politik.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Poedjangga_
Baroediakses31Mei2021

Gambar.6

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 17

Selama sembilan tahun terbit. Poedjangga
Baroe telah menerbitkan 90 edisi, yang memuat
lebih dari 300san puisi, lima drama, tiga
antologi antologi puisi, sebuah novel beberapa
esai dan cerpen. Publikasi ini, yang tidak
pernah mempunyai lebih dari 150 langganan,
mendapatkan penerimaan yang beragam.

Tiga tahun setelahnya, Sutan Takdir Alisahbana
menyusun “Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.

Sumber: http://inlislite.dispusip.jakarta.go.id/hbjassin/opac/
detailopac?id=2930diakses31Mei2021

Gambar.7
Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan
Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Raden Mas Soedirdjo
Tjokrosisworo, seorang wartawan harian Soeara Oemoem,
sebagai pencetus diselenggarakannya Konggres Bahasa
Indonesia pertama. Para pengurusnya adalah: Ketua, Prof.
Dr.Poerbatjaraka Beberapa anggota, Mr. Amir Syariffudin,
Katja Sungkana Sumanang, Mr. Muhammad Syah ,
Pembicara, Sanusi Pane,Ki Hadjar Dewantara,H.B. Perdi, Mr.

18 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Amir Syarifuddin, Mr. Muh.Yamin, Soekardjo Wirjopranoto,
St. TakdirAlisyahbana, K. St. Pamoentjak, M. Tabrani.

Kongres tersebut menghasilkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah
dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu. Selain itu dua keputusan penting adalah
(1) bahasa resmi adalah Bahasa Indonesia dan (2) Bahasa
Indonesia adalah bahasa pengantar dalam badan-badan
perwakilan perudang-undangan.

Melihat sejarah lahirnya angkatan pujangga baru
dengan berbagai karya yang dihasilkan bukan saja
karya non fiksi tapi juga karya fiksi maka patutlah kita
katakan bahwa angkatan ini juga menjadi bagian dari
perkembangan bahasa Indonesia.

Bukan saja karya yang dihasilkan namun para tokoh
yang terlibat dalam perkembangan bahasa Indonesia yang
memiliki keahlian dalam bidang Bahasa Indonesia serta
tokoh nasional pun menjadi bagian dalam perkembangan
Bahasa Indonesia pra kemerdekaan.

B. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa
Pascakemerdekaan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yg

menjadi tonggak lahirnya Bahasa Indonesia. Ikrar para
pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.
Bunyi sumpah pemuda yang ketiga “Kami putra dan putri
Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia,
merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 19

merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada
tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya
sebagai bahasa Nasional.

Setelah Indonesia merdeka, yang ditandai dengan
proklamasi Bangsa Indonesia pada hari Jumat, tanggal 17
Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605
tahun Jepang, dibacakan oleh di Soekarno dan didampingi
oleh Muhammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan
Timur 56, Jakarta pusat, menjadikan perkembangan Bahasa
Indonesia semakin terlihat. Selanjutnya, bahasa Indonesia
diakui kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal
18 Agustus 1945 Karena pada saat Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 36 disebutkan bahwa bahasa negara
ialah bahasa Indonesia. Belum lagi, pemerintahan baik
orde lama dan orde baru memberikan perhatian terhadap
perkembangan bahasa Indonesia. Berikut penjelasan
yang berkaitan dengan perkembangan Bahasa Indonesia,
pascakemerdekaan;

C. Peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan
Bahasa Indonesia
Beberapa peristiwa yang mempengaruhi

perkembangan Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Budi Utomo

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan
organisasi yang bersifat nasional, pertama didirikan
secara sadar menuntut agar syarat masuk sekolah
diringankan oleh Belanda.

20 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

2. Balai Pustaka

Balai Pustaka didirikan tahun 1908, oleh Dr. G.A.J.
Hazue pada tahun 1908. Awalnya bernama Commissie
Voor De Volkslectuur, namun berubah menjadi balai
pustaka di tahun 1917.Hasilnya didirikan Balai Pustaka
adalah terhadap perimbangan bahasa Melayu menjadi
Bahasa Indonesia adalah diberikannya kesempatan
pengarang pengarang Bangsa Indonesia untuk
menulis ceritanya dalam Bahasa Melayu, memberikan
kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca
hasil ciptaan Bangsanya dalam Bahasa Melayu,
menciptakan hubungan antara sastrawan dengan
masyarakat sebab melalui karangnya sastrawan
melukiskan hal yg dialami dan menjadi cita cita
bangsanya dan balai pustaka juga memperkaya dan
memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan
diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa
melayu yang bersusun baik dan terpelihara.

3. Sarikat Islam

Sarikat Islam pada tahun 1912 selalu menggunakan
Bahasa Indonesia di setiap kesempatan. Tanggal
16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan
bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk
pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang
berpidato menggunakan bahasa Indonesia

4. Sumpah Pemuda

Konggres pemuda di tahun 1028 menjadi konggres
pemuda yang paling dikenal. Pada tanggal 28 Oktober

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 21

1928 konggres dilakukan di Jakarta yang menghasilkan
pernyataan bersejarah yang dikenal dengan sumpah
pemuda. Pernyataan bersatu itu dituangkan berupa
ikrar atas tiga hal negara, bangsa dan bahasa yg satu
dalam ikrar sumpah pemuda. Peristiwa itu, dianggap
sebagai permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhamad
Yamin mengusulkan Bahasa melayu menjadi Bahasa
persatuan Indonesia. Pujangga Baru
5. Pujangga Baru

Angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh
Sutan Takdir Alisyahbana pada tahun 1933.
6. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia

Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun
Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.
7. Konggres Bahasa Indonesia I

Tanggal Juni 1938 dilangsungkan konggres Bahasa
Indonesia I di Solo. Hasilnya adalah bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan
budayawan Indonesia saat itu.
8. UUD 1945

Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatangani Undang-
Undang Dasar 1945, yang salah satunya pasalnya
(Pasal 36) menetapkan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa Negara.

22 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

9. Ejaan Republik

Diresmikan penggunaan ejaan Republik pada
tanggal 19 Maret 1947 sebagai pengganti Ejaan Van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

10. Konggres Bahasa II

Diselenggarakanya Konggres Bahasa II di Medan
pada tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954.
Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan
bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.

11. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Presiden Republik Indonesia H. M. Soeharto
meresmikan penggunaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) pada tanggal 16 Agustus 1972.
Peresmian ini dilakukan pada pidato kenegaraan di
hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan
Keputusan Presiden No.57 tahun 1972.

Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh
wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

12. Konggres Bahasa III

Diselenggarakan konggres Bahasa III di Jakarta
dari tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978.
Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati
Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 23

kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.

13. Konggres Bahasa IV

Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga
amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua
warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai
semaksimal mungkin.

14. Konggres Bahasa V

Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan
peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman,
dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa
di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

24 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

15. Konggres Bahasa VI

Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari
Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara
diantaranya, Hongkong. Australia, Brunei Darussalam,
Jerman, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan,
dan Amerika Serikat. Dalam Kongres tersebut diusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-
Undang Bahasa Indonesia.

16. Konggres Bahasa VII

Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia,
Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa.

17. Kongres Bahasa Indonesia VIII

Kongres bahasa Indonesia kedelapan
diselenggarakan pada tanggal 14-17 Oktober 2003
di Jakarta. Pada kongres bahasa Indonesia ke tujuh
menghasilkan kesepakatan pengusulan bulan Oktober
dijadikan bulan bahasa.

18. Kongres Bahasa Indonesia IX

Kongres bahasa Indonesia kesembilan dilaksanakan
pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta.
Yang dibahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia,
bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 25

bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres
bahasa ini berskala internasional yang menghadirkan
pembicara-pembicara dari dalam dan luar negeri.
19. Kongres Bahasa Indonesia X

Kongres bahasa Indonesia yang kesepuluh
dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober 2013 di
Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia ke sepuluh
merekomendasikan yaitu 33 rekomendasi di bidang
pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra.
Tiga puluh dua rekomendasi telah terlaksana dengan
baik oleh para pemangku kepentingan yang terkait.
“Satu rekomendasi yang belum dilaksanakan secara
optimal adalah tentang tata kelola penyuntingan dan
penerjemahan
20. Konggres Bahasa Indonesia XI

Kongres Bahasa Indonesia XI diselenggarakan di
Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada tanggal 28—31
Oktober 2018. Kongres Bahasa Indonesia XI dibuka
secara resmi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia,
Dr. H. M. Jusuf Kalla di istana wakil presiden. Kongres
Bahasa Indonesia XI menghasilkan rekomendasi
sebanyak 22 rekomendasi.

D. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia telah mengalami berbagai

perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

26 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

1. Ejaan Van Ophuijsen
a. Sejarah Terbentuknya Ejaan Van Ophuijsen
Kridalaksana dan Sutami (2007:85) ejaan Van
Ophuijsen merupakan sistem Ejaan Latin untuk
Bahasa Melayu dan merupakan ejaan Bahasa
Lantin resmi di negara Indonesia. (Kridalaksana
dan Sutami, 2007: 55 Sudaryanto, 2017: 33).
Pencetus sistem ejaan ini adalah Charles Adriaan
van.
Charles Adriaan van Ophuijsen ialah seorang
sarjana Bahasa Melayu bangsa Belanda yang
pernah menulis mengenai Bahasa Batak dan
Minangkabau. Pada tahun 1896 ia diberi tugas
Pemerintah Belanda untuk menstandarnisasikan
aksara Latin untuk Bahasa Melayu (dibantu oleh
Engku Nawawi gl. St. Makmur dan M. Taib St.
Ibrahim) dan hasilnya adalah Kitab Logat Melajoe
(terbit pada tahun 1901). Tahun 1901 menjadi
penanda dari pemberlakuan Ejaan van Ophuijsen
hingga tahun 1947.
b. Ciri ciri Ejaan Van Ophuijsen
Adapun ciri penanda lingual dalam Ejaan van
Ophuijsen, yaitu:
1) penggunaan huruf j dibaca /y/
2) penggunaan huruf oe dibaca /u/ dan
3) penggunaan tanda diakritik meliputi tanda
koma (,), ain (‘), dan trema (¨).

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 27

4) Huruf hidup yang diberi aksen trema atau
dwititik diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca
sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama
seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu
pada masa itu menggunakan huruf Arab yang
dikenal sebagai tulisan Jawi.

2. Ejaan Soewandi/Ejaan Republik
a. Sejarah Ejaan Soewandi/Ejaan Republik

Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-
1956) Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17
Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun
hal tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa
Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres
Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan
yang baru yang disebut Ejaan Republik/Ejaan
Soewandi.

b. Ciri ciri Ejaan Soewandi

1) Gabungan konsonan tj, seperti pada kata
tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga
gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti
dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru

2) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan
k, pada kata-kata makmur, tak, pak, atau
hamzahnya dihilangkan menjadi kira-kira,
apa elo masih menulis jum’at alih-alih jumat?

28 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

3) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2
seperti pada mobil2, ber-jalan2, ke-barat2-
an. Jadi terjawab deh kenapa sampai saat ini
kita masih sering menuliskan angka 2 sebagai
perwakilan kata ulang. Tapi sayang, kalau
konteks bahasa baku, hal ini sudah kadaluarsa.

4) Awalan di– dan kata depan di keduanya ditulis
serangkai dengan kata yang menyertainya.
Alhasil, penulisan di sekolah atau dijalan
disamakan dengan dijual atau diminum.
Nah, penulisan di- sebagai awalan dan kata
depan selalu menjadi momok dalam tutur
lisan maupun tulisan. Saat mestinya digabung,
dijalankan menjadi di jalankan. Sebaliknya, di
mana menjadi dimana.

5) Penghapusan tanda diakritis atau pembeda
antara huruf vokal tengah / yang disebut
schwa oleh para linguis atau e ‘pepet’
disamakan dengan e ‘taling’.

3. Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian

Persahabatan Indonesia dan Malaysia. Pembaruan
ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang
menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian
ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi
Indonesia dengan Malaysia pada 1962.

Yang membedakan ialah Ejaan Melindo gabungan
konsonan tj, contohnya pada kata tjinta, diganti dengan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 29

c sehingga menjadi kata cinta, juga gabungan konsonan nj
dalam kata njonja, diganti dengan huruf nc, yg masih baru
(Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu
diganti dengan ts dan ń.)

4. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan
(LBK) (1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang

sekarang bernama Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan ini
merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal
diresmikan pada saat itu.

Anggota selain panitia LKB, juga panitia yang
anggotanya dari Malaysia. Tidak banyak perbedaan
dengan EYD kecuali pada perincian perincian kaidah
saja. Panitia yg saat itu diketuai oleh Anton M. Moelono
yang anggota merupakan gabungan tersebut berhasil
merumuskan konsep ejaan yang diberi nama Ejaan Baru,
yg diresmikan oleh Menteri Pendidikan Nasonal, Sarino,
Mangunpranoto. SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No.062/67, tanggal 19 September 1967. Perubahan dalam
ejaan tersebut adalah:

a. Huruf ‘tj’ diganti ‘c’, j diganti ‘y,’ ‘nj’ diganti ‘ny,’ ‘sj
‘menjadi ‘sy,’ dan ‘ch’ menjadi ‘kh.’

b. Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan
bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan pemakaian
yang sangat produktif.

c. Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan,
alasannya tidak banyak kata yang berpasangan

30 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

dengan variasi huruf ‘e’ yang menimbulkan salah
pengertian.

5. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
(1972-2015)
EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan berlaku sejak 23

Mei 1972 hingga 2015 pada masa menteri Mashuri Saleh.
Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang berlaku
sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan
2009. Jadi, kalau biasanya Djajalah Indonesia! Untuk
sebagian orang tetap mengeja namanya jika mengandung
ejaan dj. Misalnya, Djojobojo alih-alih Joyoboyo; Selain itu,
ejaan nj juga diubah menjadi ny, sehingga penulisan njonja
menjadi nyonya; Hal ini juga berlaku untuk ejaan kata ch
dan menyesuaikan diri menjadi kh. Kalau dulu achirnya,
sekarang menjadi akhirnya.

6. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah

ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan
ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan. Ada tiga hal
perubahan yang terjadi pada PUEBI. Perubahan tersebut
meliputi penambahan huruf diftong, penggunaan huruf
tebal, serta penggunaan huruf kapital

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 31

32 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

BAB II
PERAN BAHASA INDONESIA

Siti Habsari Pratiwi, M.Pd
IAIN Langsa

A. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara

diatur dalam Pasal 36 UUD 1945. Lebih lanjut, diatur dalam
UU RI Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa,
Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan, bahasa
Indonesia menjalankan kedudukannya sebagai jati diri
bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai
suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan
antarbudaya daerah.bahasa negara. Selain itu, bahasa
Indonesia menjalankan fungsi sebagai bahasa resmi
kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat
nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi
dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
bahasa media massa.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau.
Bahasa Melayu Riau tercatat telah sejak lama digunakan
sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa
pergaulan dalam masa kejayaan perdagangan di
semenanjung Melaka, tidak hanya di wilayah nusantara,

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 33

tetapi juga di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya prasasti-prasasti kuno berbahasa Melayu.

Bahasa Indonesia secara resmi dikukuhkan sebagai
bahasa persatuan pada peristiwa Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928. Peresmian nama bahasa Indonesia
ini menjadi catatan sejarah karena tidak hanya tentang
bahasa sebagai alat komunikasi, melainkan juga dijadikan
sebagai bukti semangat juang kaum nasionalis dalam
rangka mengukuhkan rasa persatuan. Dalam ikrar ketiga
dalam Sumpah Pemuda tersebut menegaskan bahwa para
pemuda bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan,
yaitu bahasa Indonesia.

Tekad kebahasaan yang menyatakan menjunjung
tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.  Hal
ini mengandung makna bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional yang
kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
tidak serta merta mengancam perkembangan bahasa
daerah. Bahasa daerah menjadi aset berharga yang turut
menyumbangkan kekayaan budaya bangsa. Selain itu,
bahasa daerah memperkaya khazanah kosa kata bahasa
Indonesia.

Sebagai lambang kebanggan bangsa, menjaga bahasa
Indonesia menjadi tanggung jawab setiap warga negara
Indonesia. Bahasa Indonesia harus terus dijaga, pelihara,
dibina, dan dikembangkan oleh para pemakainya. Sikap
kebanggaan terhadap bahasa Indonesia dapat memupuk
rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Kedudukan bahasa

34 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Indonesia  sebagai identitas nasional sejajar dengan
lambang negara lainnya.

Dalam menjalankan fungsinya, bahasa Indonesia harus
menunjukkan identitas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam pidato presiden, upacara resmi, dan
acara-acara kenegaraan waiib menggunakan bahasa
Indonesia. Begitu juga dalam hal pemakaian bahasa
Indonesia dalam ranah layanan public. Pelayanan urusan di
kantor pemerintah wajib menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantarnya. Sikap demikian akan
menjaga kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi negara. Menggunakan bahasa Indonesia merupakan
upaya sadar warga negara untuk menjaga bangsanya.

Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa
pengantar resmi di lembaga pendidikan, mulai dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Guru atau
dosen dalam penyampaian materi pelajaran atau kuliah
harus menggunakan bahasa Indonesia, termasuk
penggunaan bahasa dalam buku-buku pelajaran (Susetyo,
2015). Pemerintah wajib mengembangkan, membina,
dan melindungi bahasa dan sastra Indonesia agar tetap
memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan
perkembangan zaman.

Dalam perkembangannya bahasa Indonesia tidak
menutup diri dari perkembangan zaman. Bahasa Indonesia
yang bersifat supel atau kenyal tidak sulit menyesuaikan diri
dengan bahasa lain yang berdampingan dengannya. Karena
itu, bahasa Indonesia banyak menerima atau menyerap

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 35

unsur-unsur asing yang diadaptasikan dengan sistem yang
berlaku dalam bahasa Indonesia (Khaharuddin, 2018). Hal
ini membuat bahasa Indonesia semakin kuat, hanya saja
banyak pemakai bahasa enggan menggunakan kosakata
yang sudah dibakukan. Banyak orang gemar memakai
istilah asing, padahal padanan istilah tersebut sudah ada
di dalam bahasa Indonesia. Misalnya penggunaan kata
“online”, “upload” lebih sering digunakan daripada kata
“daring” dan “upload”.

Media memiliki peran penting dalam menjaga
eksistensi bahasa Indonesia. Media dapat menjadi ujung
tombak dalam mengembangkan bahasa Indonesia. Pola
pergerakan masyarakat saat ini sangat akrab dengan media
khususnya media digital. Media massa menjadi tumpuan
kita dalam memperluas bahasa Indonesia secara baik dan
benar (Sari, 2021). Media digital, baik media informasi
maupun media sosial mengambil tempat yang banyak
dalam aspek kehidupan manusia. Tentu saja hal ini akan
memberikan dampak positif dalam pengembangan dan
pembinaan bahasa Indonesia.

B. Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan
Karakter
Keluhuran budi seseorang dapat dilihat dari tutur

bahasa yang ditampilkannya. Bahasa juga dapat menjadi
salah satu tolak ukur kepribadian seseorang. Bahasa
Indonesia berperan penting untuk membetuk karakter
dan kepribadian Indonesia melalui penggunaannya Bahasa
Indonesia seperti keterampilan berbicara, menyimak,

36 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

membaca, dan menulis dengan menggunakan Bahasa
Indonesia yang benar. Semakin intensif penggunaan
bahasa, semakin teliti, dan benar pilihan bahasa yang
digunakan diyakini semakin tinggi karakter dan kepribadian
orang yang menggunakannya. Kepribadian masyarakat
Indonesia banyak diilhami oleh Sastra Indonesia sebagai
sumber inspirasi bagi terwujudnya bangsa, bahasa, dan
tanah air Indonesia.

Oleh karena itu, membaca sastra Indonesia hingga
melek sastra diyakini dapat memperkuat identitas dan
kepribadian Indonesia (Solin, 2011). Untuk mewujudkan
bangsa dan masyarakat yang cendekia perlu ditanamkan
nilai- nilai karakter, yang menurut Indonesia Heritage
Foundation meliputi (1) cinta Tuhan dengan segenap
ciptaannya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3)
kejujuran, bijaksana, amanah, (4) hormat dan santun,
(5) dermawan, suka menolong, dan gotong royong, (6)
percaya diri, kreatif, dan pekerja keras, (7) kepemimpinan
dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, dan (9) toleransi,
kedamaian, dan kesatuan (Kesuma dkk., 2011).

Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi sikap ramah
tamah, sudah sepatutnya penutur bahasa Indonesia
menggunakan bahasa Indonesia untuk pembentukan
jati diri sebagai bangsa yang berbudi bahasa luhur.
Pembentukan karakter dimulai sedini mungkin. Karakter
akan terwujud dalam sikap, perbuatan, dan perkataan.
Dalam berinteraksi sebagai makhluk social penutur
bahasa Indonesia harus dapat memahami berbagai kaidah
dan ragam bahasa. Hal ini harus dilakukan agar proses

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 37

komunikasi yang terjalin dapat berjalan lancar dan sesuai
konteks. Menguasai berbagai ragam bahasa menjadi
sebuah alternatif baru untuk menghilangkan masalah
kegagalan berkomunikasi dan kesalahpahaman.

Karakter yang baik dakan tercermin dari tutur kata.
Bahasa yang diucapkan seseorang akan menampilkan
kepribadian atau karakter orang tersebut (Pranowo, 2009).
Bagaimana memilih bahasa yang tepat agar sesuai situasi
dan konteks menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi
penutur bahasa Indonesia. Banyak masalah yang muncul di
kehidupan sosial masyarakat kita saat ini karena kegagalan
penutur memproduksi bahasa yang tepat. Bahasa gaul,
slang, dan akronim yang digunakan kaula muda banyak
yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa sebagai bangsa
yang ramah.

Tentu ingatan kita masih segar bagaimana peristiwa
penyerbuan warga internet di laman social media
kontes pemilihan kecantikan tingkat dunia. Warganet
memborbardir salah satu panitia dengan hujatan dan
makian di hampir semua unggahannya. Apa yang dilakukan
warganet tidak mencerminkan karakter ramah tamah dan
bagaimana berbudi luhurnya bangsa Indonesia.

Warganet Indonesia menduduki peringkat satu untuk
kategori paling tidak sopan di wilayah Asia Tenggara.
Peringkat satu kali ini bukanlah sebuah prestasi yang
harus dibanggakan. Budi bahasa berupa komentar pedas,
makian, perundungan, dan hinaann yang ditunjukkan
warganet dalam kejadian viral di dunia maya membuat
banyak pihak merasa tidak nyaman. Tidak sedikit tokoh

38 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

public yang depresi akibat cercaan yang diberikan
warganet pada unggahan tokoh public tersebut. Anehnya,
banyak warganet yang merasa pantas dan tetap merasa
aman setelah melakukan kekerasan bahasa yang sudah
dilakukannya. Apa yang dilakukannya dianggap hukuman
sanksi sosial yang pantas diterima oleh pelaku.

Kemajuan informasi teknologi akan menggerus budi
pekerti jika tidak diikat dengan tutur bahasa yang baik.
Maraknya penggunaan istilah yang tidak sopan di kalangan
kaula muda bisa menjadi ancaman yang sangat berbahaya
bagi pembentukan budi pekerti penutur bahasa Indonesia.
Bagi Sebagian kalangan, penggunaan kata sapaan ‘Nyet’,
‘Njir’, dan saapan lainnya dianggap hal yang lumrah dan
bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan. Padahal,
kata sapaan demikian jauh dari norma kesopanan yang
membentuk karakter budi pekerti sesorang.

Dalam konteks pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, guru dapat menanamkan nilai-nilai edukatif
tersebut melalui apresiasi karya sastra. Dalam proses
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, guru harus
menyampaikan hal-hal tersebut agar peserta didik dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
yang pada akhirnya bisa melakukan hal yang baik, dan
meninggalkan hal yang buruk. Upaya ini dapat dilakukan
dengan peningkatan keteladanan dan pembiasaan disiplin
pendidik, serta penciptaan suasana belajar yang kondusif
(Hidayatullah, 2010).

Penting sekali membiasakan diri untuk bertutur
sopan sesuai norma, konteks, dan situasi pembicaraan.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 39

Bahasa yang ditampilkan pribadi seseorang menjadi
salah satu pondasi utama dalam pembentukan karakter
seseorang. Membiasakan diri berbahasa yang sopan akan
menjadi kebiasaan. Jika sudah terbiasa akan membekas
menjadi karakter seseorang. Budi bahasa yang luhur
akan mewujudkan masyarakat yang berbudi bahasa dan
berkarakter luhur.

C. Peran Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu
Sejarah mencatat dengan baik bagaimana perjuangan

pemuda di masa lalu meninggikan bahasa Indonesia
dibanding bahasa daerah mereka masing-masing.
Seandainya pada masa lalu para pemuda egois tentu
nikmat persatuan menggunakan bahasa Indonesia tidak
akan kita rasakan seperti saat ini. Bahasa melayu sebagai
cikal bakal bahasa Indonesia mampu mengakomodasi
kebutuhan bahasa untuk berinteraksi pada masa itu.
Dengan kenyataan tersebut, pada momen Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928 terpilih bahasa melayu sebagai
bahasa Indonesia dan tahun 1945 diresmikan sebagai
bahasa negara.

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional sesungguhnya akan tetap eksis jika
bangsa Indonesia sebagai pemiliknya menanamkan sikap
positif terhadap eksistensi Bahasa Indonesia dalam setiap
komunikasi. Menjaga martabat bangsa salah satunya dapat
dilakukan dengan menghormati dan bangga terhadap
kekayaan budayanya sendiri. Dalam konteks ini adalah

40 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sekaligus
lambang identitas jati diri dan kebanggaan bangsa.

Bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu
bangsa. Hal ini dapat terjadi, karena bahasa Indonesia
dapat menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi
efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa
daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan
melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan.
Langkah ini dapat menjadi jalan menjadikan bahasa
Indonesia sebagai sarana pertahanan bangsa dari ancaman
disintegrasi (Muhyidin, 2012).

Bahasa Indonesia memiliki peranan sebagai bahasa
komunikasi antardaerah antarbudaya sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman (Muslich, 2010). Komunikasi yang dijalin
masyarakat berbeda etnis suku bangsa, budaya, daerah
dapat berjalan dengan baik dan lancar menggunakan
bahasa Indonesia. Masyarakat terbiasa menggunakan
bahasa Indonesia dalam menjalankan fungsi utama bahasa
untuk berinteraksi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri.
Dalam keseharian masyarakat pemakai bahasa Indonesisa
tidak jarang dijumpai bahwa mereka pun kadang lebih
fasih dan memahami bahasa Indonesia daripada bahasa
daerahnya. Selain itu, dalam pertemuan-pertemuan resmi
pun digunakan bahasa Indonesia.

Rasa kecintaan terhadap bangsa Indonesia diwujudkan
dengan bangga atas Bahasa Indonesia. Namun demikian,
ancaman terhadap kelangsungan Bahasa Indonesia tidak
bisa dianggap remeh. Misalnya saja munculnya gejala
bahasa pergaulan, terutama di kalangan muda dalam

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 41


Click to View FlipBook Version