The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fanipanjaitan2018, 2022-08-18 02:21:27

Bahasa Indonesia untuk PT

Bahasa Indonesia untuk PT

masyarakat perkotaan yang terkontaminasi efek globalisasi
merupakan fenomena yang dapat kita hadapi. Selain itu,
ancaman lain berupa eksplorasi penggunaan bahasa di
media menjadi salah satu hal yang harus kita beri perhatian
lebih (Marsudi, 2008). Media memiliki peranan yang
besar dalam upaya memelihara rasa persatuan dengan
menggunakan bahasa. Saat ini kemudahan akses informasi
yang ditawarkan era globalisasi jika tidak difilter akan
menjadi ancaman yang mampu mengikis rasa persatuan.

Media cetak dan elektronik menjadi alat yang paling
efektif dalam menyampaikan berbagai ide, gagasan, dan
informasi. Penutur bahasa Indonesia memiliki peran dan
tanggung jawab untuk mewujudkan peran sebagai alat
pemersatu bangsa dengan menyajikan ide, gagasan,
informasi factual, tidak memancing pertengkaran, dan
bukan berita bohong. Kita ketahui bersama bahwa saat
ini banyak berita yang disajikan media menggerus rasa
persatuan di antara kita karena berisi informasi yang
memantik kericuhan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Pers harus memegang kendali dalam
mengembalikan peran Bahasa Indonesia sebagai alat
pemersatu bangsa. Jangan sampai kebebasan pers
membuat Bahasa Indonesia kehilangan kendali (Kustomo,
2011).

Dari sisi lain, semangat persatuan dan kebanggan
bangsa Indonesia tampak jelas dalam kegiatan-kegiatan
internasional yang diselenggarakan di berbagai belahan
dunia. Ditambah lagi dengan klaim Kemendikbud atas
terpenuhinya syarat Bahasa Indonesia menjadi Bahasa

42 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

internasional membuat semangat persatuan para penutur
Bahasa Indonesia akan semakin besar. Diselenggarakannya
kelas Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) memupuk
rasa nasionalisme dan kecintaan akan bahasa Indonesia di
mata internasional.

Kebanggaan atas eksistensi Bahasa Indonesia di dunia
internasional harus didukung kesiapan penutur aslinya
sendiri. Bukan rahasia umum lagi bahwa pergeseran Bahasa
saat ini menjadi ancaman yang serius bagi eksistensi
Bahasa Indonesia dari bangsanya sendiri. Eksistensi bahasa
Indonesia di kalangan generasi milenial menjadi pekerjaan
rumah bagi pihak yang memiliki perhatian khusus dengan
Bahasa Indonesia dengan antisipasi untuk pemertahanan
bahasa Indonesia (Putri, 2017). Pergeseran bahasa terjadi
ketika pemakai bahasa memilih suatu bahasa baru untuk
menggantikan bahasa sebelumnya. Sangat mudah kita
temui fenomena fungsi bahasa Indonesia di kalangan
pemiliknya mulai tergeser oleh bahasa asing. Bahasa asing
dianggap lebih bergengsi dan bertenaga dalam wadah
komunikasi modern.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah semakin rendahnya rasa kecintaan terhadap
bahasa Indonesia bagi generasi muda dengan menyediakan
materi pada pengelolaan kelas dalam proses belajar-
mengajar harus berorientasi pada keperluan siswa dan
sesuai dengan perkembangan kejiwaan siswa. Selain
sebagai sarana berkomunikasi, penguasaan bahasa
Indonesia akan memperkaya wawasan berpikir dan
berekspresi (Sugono, 2015). Materi ini akan menumbuhkan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 43

rasa memiliki terhadap bahasa Indonesia dalam berbagai
aspek kehidupan.

D. Peran Bahasa Indonesia dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Salah satu hasil Kongres Bahasa Indonesia X pada

Oktober 2013 yang mengangkat tema “Penguatan
Bahasa Indonesia di Dunia Internasional” menghasilkan
rekomendasi berupa strategi bahasa Indonesia menuju
bahasa Internasional dan posisi bahasa Indonesia di
ASEAN. Rekomendasi tersebut mengahsilkan sebuha
rancangan aplikatif dalam mengoptimalkan peran
Bahasa Indinesia dalam menghadapi MEA. Saat ini
MEA telah menyepakati sektor-sektor prioritas menuju
momen tersebut, yaitu; sektor barang industri terdiri atas
produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, produk
berbasis karet, tekstil, otomotif, dan produk berbasis kayu.
Sedangkan lima sektor jasa tersebut adalah transportasi
udara, e-asean, pelayanan kesehatan, turisme dan jasa
logistik. Keinginan ASEAN membentuk MEA didorong oleh
perkembangan eksternal dan internal kawasan. Dari sisi
eksternal, Asia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi
baru, dengan disokong oleh India, Tiongkok, dan negara-
negara ASEAN.

Memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
keberadaan bahasa Indonesia akan mendapatkan
tantangan kedua dengan banyaknya arus tenaga kerja
asing yang akan berkerja di Indonesia. Hal ini semakin
mengancam keberadaan bahasa Indonesia jika kita tidak

44 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

mau berbenah mulai dari sekarang. Pemerintah pusat
sebagai pembuat kebijakan juga harus merespon persoalan
ini. Kebijakan penggunaan Bahasa Indonesia pada ruang
publik menjadi salah satu upaya solusi untuk mengatasi
persoalan ini. Langkah ini mengharuskan penggunaan
bahasa dalam setiap komunikasi di lingkungan instansi
pemerintah.

Bahasa merupakan media yang paling penting
dalam hal komunikasi baik individu maupun kelompok di
lingkungan Masyarakat Ekonomi Asean. Indonesia akan
menjadi pangsa pasar yang besar bagi komunitas Asean.
MEA mewajibkan pemerintah kita untuk menerima tenaga
kerja asing untuk masuk ke Indonesia dengan mudah akan
mengancam keberadaan bahasa Indonesia. Belum lagi
ditambah persoalan masyarakat kita yang cenderung tidak
peduli dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik
dan benar.

Hal ini menuntut peran bahasa Indonesia yang akan
dijadikan bahasa dalam hal perekonomian terutama
perdagangan. Ditinjau dari sejarah bahasa Melayu
sebelum dijadikan bahasa Indonesia merupakan bahasa
perhubungan dalam hal perdagangan Singapore, Johor,
dan Riau yang merupakan daerah serumpun serta dikenal
dengan segitiga emas perdagangan. Dengan demikian
bahasa Indonesia harus menjadi peran sentral bahkan
bahasa utama dalam bahasa perdagangan di Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA). Bahasa Indonesia memilki peran
yang sangat besar jika dijadikan bahasa perdagangan di
era MEA.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 45

Kementerian Luar Negeri Indonesia mencatat ada 45
negara di dunia yang mengajarkan bahasa Indonesia di
sekolah-sekolah luar negeri, misalnya Australia, Amerika
Serikat, Kanada, dan Vietnam. Di Australia, bahasa Indonesia
menjadi bahasa populer keempat di mana tercatat sekitar
500 sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia. Di
Vietnam, sejak akhir 2007, Pemerintah Daerah Ho Ci Minh
City telah mengumumkan secara resmi bahasa Indonesia
menjadi bahasa resmi kedua di negaranya. Jadilah Vietnam
sebagai anggota Asean pertama yang menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi kedua di negaranya.
Bahasa Indonesia di Vietnam disejajarkan dengan bahasa
Inggris, Prancis, dan Jepang, sebagai bahasa kedua yang
diprioritaskan. Fenomena ini menunjukkan eksistensi
bahasa Indonesia yang dianggap penting dan patut
dipelajari ke depannya. Selain itu, jumlah pelajar asing
yang belajar Bahasa Indonesia semakin meningkat pada
lembaga dan instansi yang mengadakan pelatihan bahasa
Indonesia pentur asing (BIPA).

Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) merupakan
program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia
(berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan)
bagi penutur asing. Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dikutip Kompas (2013) menyatakan bahwa
salah satu tugas (dan) fungsi badan bahasa (Kemdikbud),
yaitu menginternasionalisasikan bahasa Indonesia. Para
pengajar BIPA di Indonesia saat ini sudah mempunyai
organisasi profesi yang disebut Asosiasi Pengajar dan

46 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Pegiat Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing atau APPBIPA.
APPBIPA mempunyai visi untuk menjadi organisasi profesi
yang mandiri dan profesional dalam bidang pengajaran
dan penyelenggaraan BIPA demi mewujudkan bahasa
Indonesia sebagai sarana komunikasi internasional; dan misi
membantu pemerintah dalam meningkatkan fungsi bahasa
Indonesia menjadi bahasa internasional, mengembangkan
dan meningkatkan profesionalisme pengajar dan pegiat
BIPA dan meningkatkan citra Indonesia melalui pengajaran
BIPA. Dukungan organisasi profesi seperti APPBIPA tentu
semakin menguatkan visi bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional, khususnya peran bahasa Indonesia dalam
MEA.

Arus masuknya pekerja asing yang masuk ke Indonesia
dari waktu ke waktu kian bertambah. Seharusnya mereka
menguasai bahasa Indonesia, namun pemerintah justru
meringankan dengan aturan yang tidak mewajibkan
para pekerja harus melalui tes Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia (UKBI) sesuai dengan standar minimal yang
harus mereka tempuh sebagai tahapan awal untuk bekerja
di Indonesia. Hal ini untuk menjaga kewibawaan bahasa
Indonesia dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa perdagangan dapat tercapai. Penguasaan bahasa
Indonesia banyak memberikan manfaat untuk peningkatan
kompetensi seseorang (Nurhayatin, dkk., 2014). Cita cita
mewujudkan Bahasa Indonesia mampu bersaing dengan
bahasa Inggris dalam kedudukannya baik sebagai bahasa
nasional, negara, atau internasional akan terealisasi.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 47

Uji Kompetensi Bahasa Indonesia (UKBI) merupakan
salah satu instrumen yang juga menunjang visi bahasa
Indonesia sebagai bahasa internasional, khususnya
perannya dalam MEA. UKBI adalah uji kemahiran (proficiency
test) untuk mengukur kemahiran berbahasa seseorang
dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia, baik penutur Indonesia maupun penutur asing.
UKBI meliputi lima seksi, yaitu Seksi I (Mendengarkan),
Seksi II (Merespons Kaidah), Seksi III (Membaca), Seksi IV
(Menulis), dan Seksi V (Berbicara). Pekerja migran ASEAN
yang berada pada 8 profesi yang telah disepakati ini patut
untuk mempelajari bahasa di negara tujuan, utamanya
pekerja migran ASEAN yang masuk ke Indonesia. Profesi
perawat, tenaga kesehatan, dokter gigi dan pariwisata
merupakan profesi yang memerlukan kecakapan bahasa
Indonesia, dikarenakan profesi ini bersentuhan langsung
dengan masyarakat dan interaksi juga terjadi secara
langsung. Sehingga UKBI dapat digunakan sebagai salah
satu prasyarat untuk bekerja di Indonesia. Walaupun
demikian profesi akuntan, teknisi, survei dan arsitektur
tetap memerlukan kecakapan berbahasa Indonesia yang
cukup, dikarenakan lingkungan kerja yang dihadapi
menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi
dan memberikan instruksi kerja (Siti Rabiah, 2016).

Kemerosotan akan marwah bahasa Indonesia
sayangnya dilakukan oleh penduduk Indonesia itu sendiri.
Adanya fenomena peningkatan status sosial ketika
menggunakan produk menggunakan bahasa Inggris
daripada menggunakan produk berbahasa Indonesia.

48 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Seakan membuktikan bahwa bahasa Indonesia bukanlah
sesuatu yang luar biasa walaupun dari manfaatnya jauh
lebih besar. Menurut Kontjaraningrat (dalam Aziz, 2014)
bahasa Indonesia lebih dikesampingkan dari bahasa
asing disebabkan akan penduduk Indonesia itu sendiri
merasa lebih percaya diri dalam segi mental jika ketika
berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Timbul
rasa kebanggan dan merasa lebih berprestasi ketika
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing.
Fenomena ini tidak lepas dari warisan peninggalan Belanda
bahwa muncul perasaan diskriminasi terhadap budaya dan
bahasa sendiri dan meyakini budaya dan bahasa asing jauh
lebih baik dari bahasa sendiri.

Semua pihak bertanggung jawab untuk mengembalikan
marwah bahasa Indonesia dengan cara membanggakan
bahasa Indonesia di antara warga negara dan pekerja
asing yang ada di Indonesia. Upaya perluasan penggunaan
bahasa Indonesia ke luar masyarakat Indonesia merupakan
langkah memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional
melalui peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia
untuk penutur asing (BIPA), yang pada gilirannya akan
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perhubungan
luas di dunia internasional.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa perdagangan berarti
sebagai alat transaksi dan promosi. Transaksi dan promosi
berupa produk barang dan jasa seharusnya menggunakan
bahasa Indonesia. Kita optimis dan percaya diri untuk
memperkenalkan bahasa Indonesia dalam berbagai
transaksi ekonomi, politik, dan Pendidikan. Langkah mudah

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 49

yang dapat ditempuh yaitu, ketika memperkenalkan dan
promosi iklan produk barang dan jasa wajib menggunakan
bahasa Indonesia. Jika kita ingin bahasa Indonesia
menjadi bahasa perdagangan, kita harus mennjunjung
dan mencintai bahasa Indonesia terlebih dahulu dengan
penggunamaan label atau nama produk menggunakan
bahasa Indonesia (Zulfadhli, dkk., 2017). Hal ini dilakukan
sebagai upaya mengoptimalkan peran bahasa Indonesia
dalam masyarakat ASEAN, sehingga bahasa Indonesia
menjadi tuan rumah di negara sendiri, demikian juga
dengan pekerja Indonesianya.

50 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

BAB III
RAGAM BAHASA INDONESIA

Septi Fitri Meilana, M.Pd.
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa menurut Zaenal Arifin dkk adalah

variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara.

Bahasa yang dihasilkan menggunakan alat ucap (organ
of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan
ragam bahasa lisan sedangkan bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulisan. Jadi dalam
ragam bahasa lisan kita berurusan dengan lafal, dalam
ragam bahasa tulisan kita berurusan dengan tata cara
penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa
kata dalam kedua ragam tersebut memiliki hubungan
yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya ragam
bahasa lisan. Oleh karena itu sering timbul kesan antara
ragam bahasa lisan dan tulisan itu sama. Padahal, kedua
jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi sistem bahasa
yang memiliki sistem seperangkat kaidah yang berbeda
satu dengan yang lainnya.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 51

1. Pentingnya Belajar Ragam Bahasa
Menurut Zaenal Arifin bahasa Indonesia yang

merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh
sebelum Belanda menjajah Indonesia. Namun tidak semua
orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang
benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia
itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu pengetahuan
tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari
bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa
diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar
sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak
akan hilang.

2. Sebab Terjadinya Ragam Bahasa
Menurut Subarianto ragam bahasa timbul seiring

dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa
variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya.
Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul
mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok
untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar.

B. Karakteristik Ragam Bahasa
Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik

sebagai berikut:

52 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

1. Cendekia

Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia.
Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara
tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis.
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan
yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang
disampaikan penulis dapat diterima secara tepat
oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan
mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga
suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika.
Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk
mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki
hubungan kausalitas, gagasan beserta hubungannya
itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang
mewadahinya. Contoh :

a. Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan
secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi
bahwa korteks adalah pusat otak yang paling
rumit.

b. Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara
tidak langsung. Menurut para ahli psikologi
korteks adalah pusat otak yang paling rumit.

Kecendekiaan juga berhubungan dengan
kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara
cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan
bersifat idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada
contoh (a) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata
tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh (b).

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 53

2. Lugas dan Jelas

Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa
Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah
secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan
diungkapkan secara langsung sehingga makna
yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan
bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari
kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi
kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu
dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila
dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan
antara gagasan yang satu dengan yang lain juga
jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul
pada kalimat yang sangat panjang. Perhatikan contoh
kalimat lugas di bawah ini!

a. Para pendidik yang kadangkala atau bahkan
sering kena getahnya oleh ulah sebagian, anak-
anak mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan
ringan.

b. Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan
sering terkena akibat ulah sebagian anak-anak
mempunyai tugas yang berat.

Kalimat (a) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak
pada pilihan kata kena getahnya dan tidak bisa
dikatakan ringan. Kedua ungkapan itu tidak mampu
mengungkapkan gagasan secara lugas. Kedua
ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat
yang memiliki makna langsung, separti kalimat (b).

54 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

3. Menghindari Kalimat Fragmentaris

Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari
penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat
fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai.
Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan
penulis menggunakan gagasan dalam beberapa
kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang
diungkapkan. Perhatikan contoh kalimat fragmentaris
di bawah ini!

a. Harap dilaksanakan sebaik-baiknya. (Kalimat
Fragmentaris)

b. Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya.
(Kalimat Lengkap)

4. Bertolak dari Gagasan

Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi
gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai
sifat bertolak dari gagasannya. Artinya, penonjolan
diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan
dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat
yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif
sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku
perlu dihindari. Perhatikan contoh kalimat bertolak
dari gagasan di bawah ini!

a. Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan
bahwa menumbuhkan dan membina anak
berbakat sangat penting.

b. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat
sangat penting.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 55

Contoh kalimat (a) beroriantasi pada penulis.
Hal itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang
menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (b)
berorientasi pada gagasan dengan menyembunyikan
kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya pelaku
dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat
pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak
berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari. Oleh
sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam
kalimat perlu dihindari.

C. Macam-macam Ragam Bahasa
Yaitu bisa dibagi tiga berdasarkan media, cara pandang

penutur, dan topik pembicaraan.
1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media

Di dalam bahasa Indonesia di samping dikenal
kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosakata bahasa
Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai
kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosakata
baku bahasa Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa
Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa
Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di
dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku.

Jadi, kosakata itu digunakan di dalam ragam baku
bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya
kosakata ragam baku di dalam pemakaian ragam-

56 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan
rasa bahasa ragam yang bersangkutan.

Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa
jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan
untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa
baku agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat
pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan
ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang
berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi
pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi
menjadi dua yaitu:

a. Ragam bahasa lisan

Adalah ragam bahasa yang diungkapkan
melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu
sehingga situasi pengungkapan dapat membantu
pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung
oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian,
ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata
serta kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur
kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam
baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan
menjadi pendukung di dalam memahami makna
gagasan yang disampaikan secara lisan.

Pembicaraan lisan dalam situasi formal
berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau
santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 57

bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam
tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,
hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh
karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya
tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa
serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam
tulis. Ciri-ciri ragam lisan:

1) Memerlukan orang kedua atau teman bicara;

2) Tergantung kondisi, ruang, dan waktu;

3) Berlangsung cepat;

4) Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya
perlu intonasi serta bahasa tubuh;

5) Kesalahan dapat langsung dikoreksi.

Contohnya Sudah saya baca buku itu.

Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya
pidato, ceramah, sambutan, berbincang-bincang,
dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan
kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam berbicara, karena tidak diikat
oleh aturan-aturan atau cara penyampaian seperti
halnya pidato ataupun ceramah.

b. Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis,
kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di
samping aspek tata bahasa dan kosakata. Dengan

58 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut
adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti
bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan
pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan
ide.

Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat,
karya ilmiah, surat kabar, dan lain-lain. Dalam
ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan
bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama
dalam pembuatan karya-karya ilmiah. Ciri Ragam
Bahasa Tulis:
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2) Tidak terikat ruang dan waktu
3) Kosa kata yang digunakan dipilih secara

cermat
4) Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
5) Kalimat dibentuk dengan struktur yang

lengkap
6) Paragraf dikembangkan secara lengkap dan

padu.
7) Berlangsung lambat
8) Memerlukan alat bantu
Contohnya Saya sudah membaca buku itu.
c. Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan
(berdasarkan tata bahasa dan kosakata):

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 59

Tata Bahasa:
1) Ragam Bahasa lisan

a) Nia sedang baca surat kabar.
b) Ari mau nulis surat.
c) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
2) Ragam bahasa tulisan.
a) Nia sedang membaca surat kabar.
b) Ari mau menulis surat.
c) Namun, engkau tidak boleh menolak

lamaran itu.
Kosa kata:
1) Ragam bahasa lisan

a) Ariani bilang kalau kita harus belajar.
b) Kita harus bikin karya tulis.
c) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
2) Ragam bahasa tulisan
a) Ariani mengatakan bahwa kita harus

belajar.
b) Kita harus membuat karya tulis.
c) Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/dialek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat
menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang
yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa

60 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Indonesia yang digunakan di Aceh, Jawa, Bali, dan
Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia
orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b”
pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota
seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan lain-
lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak
pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha,
canthik, dan lain-lain.

b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama
dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa
asing, misalnya fitnah, kompleks, vitamin, video,
film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan
mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek,
pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga
terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa
seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari.
Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering
menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur

Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap
penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau
sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan)
sikap itu antara lain; resmi, akrab, dan santai.
Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap
penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 61

tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa
seorang bawahan atau petugas ketika melapor
kepada atasannya.

Jika terdapat jarak antara penutur dan
kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan
digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.
Semakin formal jarak penutur dan kawan bicara
akan semakin resmi dan semakin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat keformalannya, semakin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Contoh Ragam bahasa Indonesia dari
cara pandang penutur:

Ragam dialek : “Gue udah baca itu buku”

Ragam terpelajar : “Saya sudah membaca

buku itu”

Ragam resmi : “Saya sudah membaca
buku itu”

Ragam tak resmi : “Saya sudah baca buku itu”

3. Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri
dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis,
ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam
sastra.

a. Ragam politik

Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah dalam rangka menata dan mengatur
kehidupan masyarakat. Dengan sendirinya

62 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

pemerintah merupakan salah satu sumber penutur
bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar
dalam pengembangan bahasa di masyarakat.

b. Ragam hukum

Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah
penggunaan kalimat yang panjang dengan
pola kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum
Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan
ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya.
Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia
pada umumnya didasarkan pada hukum yang
ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan
ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang
sangat sulit menggunakan kalimat yang pendek
dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum
kejelasan norma-norma dan aturan terkadang
membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas
kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.

c. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional

Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai
ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama
dalam lingkungan sosial yang lebih kecil
dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan
penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang
misalnya berbahasa dengan keluarga, teman
akrab atau sebaya, serta tingkat status sosial
orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial
ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 63

lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam
menyebut lawan bicara jika berbicara dengan
teman dan orang yang punya kedudukan sosial
yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut
“kamu” pada lawan bicara yang merupakan teman
tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan
orang dengan status sosial yang lebih tinggi atau
kepada orang tua.

Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam
professional merupakan ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan
kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Sebagai
contoh yaitu adanya ragam keagamaan, ragam
kedokteran, ragam teknologi dan lain-lain.
Kesemuanya ragam ini memiliki fungsi pada dunia
mereka sendiri.

d. Ragam jurnalistik

Bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang
dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia
pers = media massa cetak). Dalam perkembangan
lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa
yang dipergunakan oleh seluruh media massa.
Termasuk media massa audio (radio), audio
visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga
bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam
bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi
yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik
termasuk dalam ragam bahasa ringkas. Ragam

64 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai
berikut.

1) Bahasanya padat

2) Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan

3) Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya

4) Lebih banyak unsure pikiran daripada
perasaan

5) Lebih bersifat memberitahukan daripada
menggerakkan emosi

Tujuan utama ialah supaya pendengar/
pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu,
yang diutamakan ialah jelas dan seksamanya.
Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya.
Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak
membedakan tingkat kecerdasan, kedudukan,
keyakinan, dan pengetahuan.

e. Ragam sastra

Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau
karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan
inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus
terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan
ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang
lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum.
Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk
menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran,
fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan
batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan
bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 65

efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa
cara penuturannya.

Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan
sebagai bahan kesenian di samping alat
komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan
dikerahkan segala kemampuan yang ada pada
bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara,
panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata,
sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat
dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi
efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya
dengan bahasa dalam karangan umum.

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam
bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang
tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya
melalui rangkaian kata bermakna konotasi
sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal
ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam
imajinasi pembaca.

Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan
cara pandang penutur dapat dirinci lagi
berdasarkan ciri (1) kedaerahan, (2) pendidikan,
dan (3) sikap penutur sehingga di samping ragam
yang tertera di atas, terdapat pula ragam menurut
daerah, ragam menurut pendidikan, dan ragam
menurut sikap penutur.

Ragam menurut daerah akan muncul jika
para penutur dan mitra komunikasinya berasal
dari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan

66 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana
berubah, misalnya dari takresmi menjadi resmi.
Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada
situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk
hubungan antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan
mempengaruhi cara pandang penutur untuk
menetapkan salah satu ragam yang digunakan
(dialeg, terpelajar, resmi, takresmi).

Dalam praktek pemakaian seluruh ragam
yang dibahas di atas sering memiliki kesamaan
satu sama lain dalam hal pemakaian kata. Ragam
lisan (sehari-hari) cenderung sama dengan ragam
dialek, dan ragam takresmi, sedangkan ragam tulis
(formal) cenderung sama dengan ragam resmi dan
ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar
tentu mirip dengan ragam ilmu.

Dibawah ini akan diberikan contuh ragam-ragam
tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan
ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri.

No Ragam Contoh
1 Lisan Sudah saya baca buku itu.
2 Tulis Saya sudah membaca buku itu.
3 Dialek Gue udah baca itu buku.
4 Terpelajar Saya sudah membaca buku itu.
5 Resmi Saya sudah membaca buku itu.
6 Takresmi Sudah saya baca buku itu.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 67

Ragam

Nonilmu (nonilmiah) Ilmu (ilmiah)

Ayan bukan penyakit Epilepsi bukan penyakit

menular. menular.

Polisi bertugas menanyai Polisi bertugas

tersangka. menginterogasi tersangka.

Setiap agen akan Setiap agen akan

mendapatkan potongan. mendapatkan rabat.

Jalan cerita sinetron itu Alur cerita sinetron itu

membosankan. membosankan

Ciri-ciri ragam ilmiah:
1. Bahasa Indonesia ragam baku;
2. Penggunaan kalimat efektif;
3. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas

dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang
bermakna kias;
5. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan
menjaga objektivitas isi tulisan;
6. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi
dan antaralinea.

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam

hukum)
2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan

diskon. (ragam bisnis)

68 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

3. Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam
sastra)

4. Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam
kedokteran)

5. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang
intensif. (ragam psikologi)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 69

BAB IV
KATA DAN ISTILAH BAHASA INDONESIA

Eva Harista, M.Pd.
IAIN Bangka Belitung

A. Pengertian Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki

makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan
dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi
bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang
dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan
morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang
memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk
yang lebih kecil.

Kata merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat
berdiri sendiri dengan makna yang bebas (Gunawan,
2014:115). Kata terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata
dikombinasikan untuk membentuk frase, klausa, atau
kalimat. Dalam sebuah kalimat yang lengkap, apabila
dipenggal akhirnya akan mendapatkan bahasa terkecil
yang dapat berdiri sendiri. Perhatikan contoh berikut.

Saya belajar menulis artikel bersama Andika.

Kalimat di atas terdiri dari kata: Saya, belajar, menulis,
artikel, bersama, dan Andika.

70 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Selain merupakan bagian terkecil dalam suatu kalimat,
kata juga dapat dibentuk oleh unsur-unsur yang lebih
kecil. Contohnya pada kata bersama, bersamaan, maupun
disamakan yang terbebtuk dari unsur yang lebih kecil yakni
kata ‘sama’. Kata ‘sama’ merupakan kata dasar, sedangkan
kata bersama, persamaan, maupun disamakan merupakan
kata bentukan dengan memberikan awalan dan akhiran.

B. Keragaman Bentuk Kata
Bentuk kata adalah wujud dari kata itu sendiri.

Bentuk kata dapat berwujud masih asli, dapat pula sudah
mengalami perubahan dari aslinya.

1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar

pembentukan kata berimbuhan. Kata dasar ialah kata
yang belum mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
Kata dasar dapat terdiri dari satu suku kata, dua suku kata,
tiga suku kata, dan seterusnya. Meskipun demikian, kata
dasar pada bahasa Indonesia yang terbanyak terdiri dari
dua suku kata.

Contoh:
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan sebagai
berikut. (Fitri, dkk., 2017:19)

Buku ini sangat bagus.

2. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang mendapat

imbuhan. (Hani’ah, 2018: 33-35)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 71

a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, maupun
gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.
Contoh:
Berjalan, dipermainkan, kemauan, lukisan,
menengok, petani, dibantu, memperjuangkan,
membela, mengasihi, dan sebagainya.
Keterangan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti
–isme, -man, -wan, atau –wi, ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.
Contoh:
sukuisme, seniman, kamerawan, dan sebagainya.

b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Contoh:
adipati, antarkota, antibiotic, dasawarsa,
pascasarjana, prasejarah, transmigrasi, dan
sebagainya.
Keterangan:

c. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf
awal kapital dirangkaikan dengan tanda hubung
(-).
Contoh:
non-Indonesia, anti-PKI, pro-Barat, non-ASEAN,
dan sebagainya.

72 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

1) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang
mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis
terpisah dengan huruf awal kapital.
Contoh:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Pengasih.

2) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang
mengacu kepada nama atau sifat Tuhan,
kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Contoh:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah
hidup kita.

3. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang

mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian.
Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata.
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung
(-) di antara unsur-unsurnya. (Tim Redaksi Cemerlang,
2019: 24)

Contoh:
anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, ramah-tamah,
sayur-mayur, serba-serbi, dan sebagainya.

4. Kata Majemuk (Gabungan Kata)
Kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar

yang berbeda membentuk suatu arti baru.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 73

a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Contoh:
duta besar, kambing hitam, orang tua, persegi
panjang, rumah sakit jiwa, dan sebagainya.

b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah
pengertian dapat ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Contoh:
ibu-bapak kami atau ibu bapak-kami
buku-sejarah baru atau buku sejarah-baru

c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap
ditulis terpisah jika mendapatkan awalan atau
akhiran.
Contoh:
bertepuk tangan, sebar luaskan, dan sebagainya.

d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan
akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contoh:
dilipatgandakan, menyebarluaskan, pertanggung-
jawaban, dan sebagainya.

C. Jenis-jenis Kata
Waridah (2019:316-338) menjelaskan bahwa

berdasarkan ciri dan karakteristiknya, jenis-jenis kata
yaitu kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata

74 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata
ulang, kata sambung, dan kata seru.

1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan suatu makna

pekerjaan, perbuatan, atau tindakan. Kata kerja mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut.

a. Menempati fungsi predikat dalam kalimat.
Contoh:
Para mahasiswa membaca buku di perpustakaan.

b. Dapat didahului kata keterangan akan, sedang,
dan sudah.
Contoh:
Tomi sedang menulis artikel ilmiah di rumah.

c. Dapat didahului kata ingkar tidak.
Contoh:
Saya tidak mengikuti kegiatan organisasi di
Kampus.

d. Dapat dipakai dalam kalimat perintah, khususnya
yang bermakna perbuatan.
Contoh:
Kumpulkan tugas makalah sekarang!

e. Tidak dapat didahului kata paling.
Contoh:
Paling membaca (?)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 75

Pengelompokkan kata kerja terdiri dari beberapa
macam yaitu sebagai berikut.

a. Kata kerja ditinjau dari bentuknya, terdiri dari:
1) Kata kerja dasar bebas, adalah kata kerja
berupa morfem dasar bebas.
Contoh:
masak, tidur, pulang, minum, dan lain-lain.
2) Kata kerja turunan, adalah kata kerja yang
telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau
pemajemukan.
Contoh:
membaca, makan-makan, campur tangan,
bergandengan, bekerja sama, dan lain-lain.

b. Kata kerja ditinjau dari hubungan dengan unsur
lain dalam kalimat, terdiri dari:
1) Kata kerja transitif, adalah kata kerja yang
membutuhkan kehadiran objek. Kata kerja
transitif terdiri atas:
a) Kata kerja ekatransitif, adalah kata kerja
yang diikuti oleh satu objek.
Contoh:
Saya sedang mengerjakan tugas dari
dosen
b) Kata kerja dwitransitif, adalah kata kerja
yang memiliki dua nomina, satu sebagai
objek dan satunya lagi sebagai pelengkap
(komplemen).

76 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Contoh:
Kakak membelikan adik novel baru
c) Kata kerja semitransitif, adalah kata kerja
yang objeknya bersifat manasuka, boleh
ada boleh juga tidak ada.
Contoh:
Ibu sedang memasak.
Ibu sedang memasak sayur.
2) Kata kerja intransitif, adalah kata kerja yang
tidak memiliki objek. Kata kerja intransitif
terdiri atas:
a) Kata kerja intransitif tak berpelengkap.
Contoh:
Kakak pergi ke Kampus.
b) Kata kerja intransitif yang berpelengkap.
Contoh:
Andi telah kehilangan arah
c) Kata kerja intransitif berpelengkap
manasuka (boleh ada boleh juga tidak
ada).
Contoh:
Kanisa ke Kampus berbaju merah.
c. Kata kerja ditinjau dari hubungan kata kerja
dengan unsur lain dalam kalimat, terdiri dari:
1) Kata kerja aktif, biasanya berawalan me-, ber-,
atau tanpa awalan.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 77

Contoh:
memasak, bermain, datang, dan sebagainya.
2) Kata kerja pasif, biasanya berawalan di- atau
ter-.
Contoh:
ditulis, terbawa, dan sebagainya.
3) Kata kerja anti-aktif (ergatif), adalah kata kerja
pasif yang tidak dapat diubah menjadi kata
kerja aktif.
Contoh:
kena tilang, kerampokan, dan sebagainya.
4) Kata kerja anti-pasif, adalah kata kerja aktif
yang tidak dapat diubah menjadi kata kerja
pasif.
Contoh:
haus akan, benci terhadap, dan sebagainya.
d. Kata kerja ditinjau dari hubungan antara kata
benda yang mendampinginya, terdiri dari:
1) Kata kerja resiprokal, adalah kata kerja yang
menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh
dua pihak secara berbalasan.
Contoh:
saling memberi, baku tembak, dan sebagainya.
2) Kata kerja nonresiprokal, adalah kata kerja
yang tidak menyatakan perbuatan yang
dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling
berbalasan.

78 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Contoh:
menulis, menyanyi, dan sebagainya.
e. Kata kerja ditinjau dari sudut referensi argumennya,
terdiri dari:
1) Kata kerja refleksif, adalah kata kerja yang
kedua referennya sama:
Contoh:
bercermin, berdandan, dan sebagainya.
2) Kata kerja nonrefleksif, adalah kata kerja yang
kedua argumennya mempunyai referen yang
berlainan.
Contoh:
menangis, bekerja, dan sebagainya.

2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda.

Adapun ciri-ciri kata sifat sebagai berikut.
a. Dapat bergabung dengan partikel tidak, lebih,
sangat, agak.
Contoh:
tidak jujur, lebih pintar, dan sebagainya.
b. Dapat mendampingi kata benda.
Contoh:
bunga indah, mobil baru, dan sebagainya.
c. Dapat diulang dengan imbuhan se-nya

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 79

Contoh:
sepandai-pandainya, sekurang-kurangnya, dan
sebagainya.
d. Dapat diawali imbuhan ter-, yang bermakna
paling.
Contoh:
terbaik, tercantik, dan sebagainya.
Berdasarkan bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi
sebagai berikut.
a. Kata sifat dasar
Contoh:
marah, lapar, cacat, jujur, dan sebagainya.
b. Kata sifat turunan
Contoh:
terkesan, cantik-cantik, kemerah-merahan,
manusiawi, tersinggung, penyayang, mendua,
dan sebagainya.
c. Kata sifat majemuk
Contoh:
keras kepala, rendah hati, suka cita, sopan santun,
dan sebagainya.

3. Kata Benda (Nomina)
Nomina, yang sering juga disebut kata benda, dapat

dilihat dari tiga segi, yakni segi semantis, segi sintaksis, dan
segi bentuk. Dari segi semantis, dapat dikatakan nomina
adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda,

80 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

dan konsep atau pengertian. (Hasan Alwi, dkk., 2003: 213).
Kata benda memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Pada kalimat yang predikatnya berupa kata kerja,
kata bendanya cenderung menduduki fungsi
subjek, objek, atau pelengkap.
Contoh:
Ayah mencarikan saya pekerjaan.

b. Kata benda tidak dapat diingkarkan dengan kata
tidak.
Contoh:
Ayah saya guru.

c. Kata benda dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Contoh:
Ayah saya bukan guru.

d. Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat, salah
satunya oleh kata yang.
Contoh:
Buku baru atau buku yang baru
Rumah mewah atau rumah yang mewah.

4. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk

menghitung banyaknya benda dan konsep. Kata bilangan
dikelompokkan sebagai berikut.

a. Kata bilangan takrif, adalah kata bilangan yang
menyatakan jumlah.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 81

Contoh:
satu, sepuluh, juta, setengah, dua pertiga, lusin,
abad, dan sebagainya.
b. Kata bilangan tak takrif, adalah kata bilangan yang
menyatakan jumlah yang tidak tentu.
Contoh:
beberapa, seluruh, semua, tiap, dan sebagainya.

5. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti adalah kata yang berfungsi menggantikan

orang, benda, atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti
dikelompokkan sebagai berikut.

a. Kata ganti orang
Contoh:
aku, kami, kamu, beliau, mereka, dan sebagainya.

b. Kata ganti petunjuk
Contoh:
ini, ke sana, dari sini, begitu, di mana, mengapa,
berapa, dan sebagainya.

6. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan

pada kata lainnya. Kata keterangan dikelompokkan sebagai
berikut.

a. Kata keterangan bentuk dasar
Contoh:
barangkali, hanya, sangat, telah, dan sebagainya.

82 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

b. Kata keterangan turunan
Contoh:
biasanya, diam-diam, tidak mungkin, lagi pula,
dan sebagainya.

7. Kata Tunjuk (Demonstrativa)
Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk

atau menandai orang atau benda secara khusus. Kata
tunjuk dikelompokkan sebagai berikut.

a. Kata tunjuk dasar
Contoh:
ini, itu, dan sebagainya.

b. Kata tunjuk turunan
Contoh:
begini, sekian, dan sebagainya.

c. Kata tunjuk gabungan
Contoh:
di sana, di sini, dan sebagainya.

8. Kata Tanya (Interogativa)
Kata Tanya adalah kata yang digunakan untuk

menanyakan sesuatu. Kata tanya dibedakan atas:
a. Apa, Apakah
Contoh:
Apakah yang dimaksud dengan artikel?

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 83

b. Bila, Bilamana
Contoh:
Bilamana perekonomian Indonesia sejajar dengan
Negara maju?

c. Kapan, Kapankah
Contoh:
Kapan tugas artikel kita dikumpulkan?

d. Mana
Contoh:
Mana menurutmu yang paling mudah, menulis
makalah atau artikel?

e. Bagaimana
Contoh:
Bagaimana cara menulis artikel yang baik?

f. Di mana
Contoh:
Di mana kamu kuliah?

g. Mengapa
Contoh:
Mengapa kamu tidak hadir pada Ujian Akhir
Semester kemarin?

h. Siapa, siapakah
Contoh:
Siapa yang akan mengikuti ujian skripsi besok?

84 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

i. Berapa, berapakah
Contoh:
Berapa lama kamu membuat tugas makalah ini?

j. Bukan, bukankah
Contoh:
Kamu kuliah di IAIN, bukan?

9. Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata yang dipakai untuk

membatasi kata benda. Kata sandang dikelompokkan
sebagai berikut.

a. Kata sandang yang mendampingi kata benda
dasar
Contoh:
sang guru, si kancil, dan sebagainya.

b. Kata sandang yang mendampingi kata benda
yang dibentuk dari kata dasar
Contoh:
si perampok, si terpidana, dan sebagainya.

c. Kata sandang yang mendampingi kata ganti
Contoh:
si dia, sang aku, dan sebagainya.

d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif
Contoh:
kaum teraniaya, kaum terpinggirkan, dan
sebagainya.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 85

10. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai

unsur pembentuk frase preposisional. Kata depan
dikelompokkan sebagai berikut.

a. Kata depan berupa kata
Contoh:
di, ke, dari, pada, bagi, untuk, dalam, guna, oleh,
dengan, tentang, karena, dan sebagainya.

b. Kata depan berupa gabungan kata
Contoh:
oleh karena itu, sampai dengan, selain itu, sesuai
dengan, dan sebagainya.

11. Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan

rasa hati manusia. Kata seru mengacu pada sikap berikut.
a. Bernada positif
Contoh:
alhamdulillah, aduhai, asyik, amboi, dan
sebagainya.
b. Bernada negatif
Contoh:
idih, sialan, cih, ih, dan sebagainya.
c. Bernada keheranan
Contoh:
lo, masya Allah, dan sebagainya.

86 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

d. Bernada netral atau campuran
Contoh:
ayo, wah, nah, hai, dan sebagainya.

12. Kata Penghubung (Konjungsi)
Kata penghubung adalah kata tugas yang

menghubungkan dua klausa, kalimat, atau paragraf. Kata
penghubung dikelompokkan sebagai berikut.

a. Kata penghubung koordinatif, adalah kata
penghubung yang menggabungkan dua klausa
yang memiliki kedudukan setara.
Contoh:
dan, atau, tetapi.

b. Kata penghubung subordinatif, adalah kata
penghubung yang menggabungkan dua klausa
atau lebih yang memiliki hubungan bertingkat.
Contoh:
setelah, sehingga, saat, tatkala, jika, bila, andaikan,
agar, supaya, meskipun, sebagaimana, sebab,
karena, bahwa, dengan, dan sebagainya.

c. Kata penghubung korelatif, adalah kata
penghubung yang menghubungkan dua kata,
frase, atau klausa.
Contoh:
baik … maupun …, tidak hanya … tetapi juga …,
dan sebagainya.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 87

d. Kata penghubung antarkalimat
Contoh:
kemudian, selanjutnya, akan tetapi, dengan
demikian, oleh sebab itu, dan sebagainya.

e. Kata penghubung antarparagraf
Contoh:
di samping itu, sebalinya, sementara itu, dan
sebagainya.

13. Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses

pengulangan. Kata ulang dikempokkan sebagai berikut.
a. Kata ulang utuh/murni
Contoh:
merah-merah, mobil-mobil, dan sebagainya.
b. Kata ulang berimbuhan
Contoh:
bersama-sama, buah-buahan, dan sebagainya.
c. Kata ulang berubah bunyi
Contoh:
sayur-mayur, teka-teki, dan sebagainya.
d. Kata ulang sebagian
Contoh:
dedaunan, perlahan-lahan, dan sebagainya.

88 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

e. Kata ulang semu
Contoh:
kupu-kupu, laba-laba, dan sebagainya.

f. Kata ulang trilingga
Contoh:
dag-dig-dug, dar-der-dor, dan sebagainya.

D. Konsep Istilah Bahasa Indonesia

1. Istilah dan Tata Istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama

atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan
keturunan pembentukan istilah serta kumpulan istilah
yang dihasilkannya.

Contoh:
anabolisme, pasar modal, demokrasi, dan sebagainya.

2. Istilah Umum dan Istilah Khusus.
Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang

tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur
kosakata umum.

Contoh:
penilaian, daya, takwa, dan sebagainya.
Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas
pada bidang tertentu saja.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 89

Contoh:
kurtosis, apendektomi, dan sebagainya.
3. Persyaratan Istilah yang Baik
a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang

paling tepat untuk mengungkapkan konsep
termaksud dan tidak menyimpang dari makna itu.
b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang
mempunyai rujukan sama.
c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
bernilai rasa (konotasi) baik.
d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
sedap didengar (eufonik).
e. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.
(Waridah, 2019: 68-69)

90 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

BAB V
KALIMAT DAN SELUK-BELUKNYA

Eva Apriani, M.Pd.
Universitas Borneo Tarakan

A. Pengertian Kalimat
Pengertian Kalimat secara umum adalah gabungan dua

kata ataupun lebih, baik itu dalam bentuk lisan maupun
tulisan yang disusun sesuai pola tertentu sehingga memiliki
arti. Kalimat yang baik dan benar tentunya memiliki ciri-ciri
tertentu, yaitu mengandung unsur-unsur seperti S (Subjek),
P (Predikat), O (Objek), dan K (Keterangan), atau disingkat
menjadi pola S-P-O-K.

Sementara beberapa ahli juga memiliki definisi tentang
pengertian kalimat, yakni:
1. Cook

Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara
relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
akhir dan terdiri atas klausa
2. Bloomfield

Pengertian Kalimat menurut Bloomfield adalah
suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam
suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan
suatu konstruksi gramatikal

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 91


Click to View FlipBook Version