The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fanipanjaitan2018, 2022-08-18 02:21:27

Bahasa Indonesia untuk PT

Bahasa Indonesia untuk PT

3. Hocket

Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah
suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen;
suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam
konstruksi gramatikal lain. 

4. Lado

Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat
adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat
Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana
(1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan
terkecil dari ekspresi lengkap. 

5. Ramlan 

Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa
kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun
atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri
dan mengandung pikiran lengkap.

6. Alwi dkk

“Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dalam
suara naik-turun dan keras-lembut disela jeda, diakhiri
intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya perpaduan, baik asimilasi bunyi
maupun proses fonologis lainnya”.

7. Kridalaksana 

Pengertian kalimat menurut pendapat
Kridalaksana (2001:92) kalimat sebagai satuan bahasa

92 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final, dan secara aktual maupun potensial
terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian
kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang
membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan,
salam, dan sebagainya.
8. Chaer

Menurut ahli tata bahasa tradisional di dalam buku
Chaer (1994:240), “kalimat adalah susunan kata-kata
yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap”.

B. Bagian-Bagian Kalimat
1. S (Subjek)

Subjek sering disebut sebagai unsur inti atau
unsur pokok pada sebuah kalimat, biasanya berupa
kata-kata benda dan biasanya terletak sebelum unsur
Predikat. Subjek adalah bagian yang berfungsi untuk
menunjukkan pelaku dalam kalimat. Pada umumnya
subjek terbentuk dari kata benda (nomina) serta
diletakkan di awal kalimat. Tidak hanya kata, subjek
juga bisa diisi dengan frasa ataupun klausa.
2. P (Predikat)

Predikat yaitu unsur yang fungsinya menerangkan
yang sedang dilakukan subjek pada kalimat. Predikat
biasanya menggunakan kata kerja ataupun kata sifat.
Namun, tidak hanya itu saja loh, predikat juga dapat
diisi dengan kata sifat dan kata benda. Letak predikat,

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 93

yaitu berada di antara subjek dan objek. Nah, cara
untuk mengetahui predikat dalam kalimat, kamu dapat
memberikan pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”
pada kalimat tersebut.

3. O (Objek)

Objek bisanya terletak sesudah predikat, dapat di
katakan objek merupakan keterangan yang berkaitan
dengan predikat atau sesuatu yang menderita. Tapi
pada kalimat pasif objek menjadi subjek. Posisi objek
harus selalu berada di belakang predikat. Dengan
posisinya yang berada di belakang predikat, maka
objek tidak didahului oleh preposisi. Pada umumnya,
objek itu diisi oleh kelas kata nomina, frasa nomina,
atau klausa.

4. K (Keterangan)

Keterangan pada suatu kalimat terletak di bagian
akhir. Unsur keterangan biasanya di jadikan pelengkap
kalimat. Keterangan bisa diisi oleh frasa, kata, atau
anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa akan
ditandai dengan preposisi ke, di, dari, pada, dalam,
kepada, terhadap, untuk, oleh, dan tentang. Sedangkan
keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan
preposisi karena, ketika, jika, meskipun, supaya, dan
sehingga.

5. Pelengkap

Meskipun berfungsi hanya melengkapi kalimat,
pelengkap adalah unsur yang melengkapi predikat.
Hal inilah yang menunjukkan bahwa pelengkap
posisinya berada di belakang predikat. Namun,

94 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

posisinya yang berada di belakang predikat terkadang
agak menyulitkan untuk membedakannya dengan
objek. Ada satu cara yang dapat kamu lakukan untuk
mengidentifikasinya.

C. Jenis-Jenis Kalimat

Ditinjau dari susunannya, jenis kalimat dapat dibagi
menjadi beberapa macam. Diantaranya adalah: 

1. Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa

Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan
atas tiga jenis yaitu kalimat tunggal, kalimat bersusun,
dan kalimat majemuk.

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri
dari satu klausa bebas. Kalimat tunggal sering
disebut kalimat sederhana, kalimat simpleks dan
kalimat ekaklausa.

Contoh:

Dia datang dari Jakarta.

(S)     (P) (Ket)

Dunia meratapi musibah ini.
(S)       (P)          (O)

Dia sedang menulis surat di kamar.
(S)         (P) (O)    (Ket)

Kakekku masih gagah.
(S)             (P)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 95

Mereka bergembira sepanjang hari.
(S)               (P)        (Ket)

b. Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi

dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya
satu klausa terikat. Kalimat bersusun sering juga
dinamakan kalimat majemuk bertingkat atau
kalimat majemuk subordinat. Disebut kalimat
bersusun karena dapat dianggap adanya lapisan
atau tersusun, yaitu bagian utama dan bagian
bawah. 

Disebut bertingkat karena bagian-bagiannya
memperlihatkan tingkatan yang tidak sama,
ada bagian induk dan bagian anak. Dipandang
sebagai subordinasi karena bagian yang satu
bergantung dari bagian yang lain. Klausa-klausa
yang membentuk kalimat bersusun (bertingkat) ini
tidak setara, ada klausa utama (Klut) dan klausa
subordinat (Klsub).

Untuk menggabungkan klausa-klausa yang
tidak setara itu, digunakan konjungsi subordinatif
seperti; kalau, ketika, meskipun, atau karena.
Contoh:
(Klut)      (Klsub)
Dia tidak mencuci motor karena hari hujan.

(Klut)        (Klsub)
Kalau Husna pergi, Andik pun akan pergi.

96 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

(Klut)           (Klsub)
Shoffi membaca komik, ketika ayah tidur.
(Klut)            (Klsub)

Meskipun dilarang oleh Shoffi, Nana akan pergi
juga.

(Klut)        (Klsub)
Karena banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan.
c. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terbentuk dari beberapa klausa bebas. Kalimat
majemuk sering pula disebut kalimat setara.
Karena klausa-klausa yang membentuknya
memiliki status yang sama, setara atau sederajat.
Klausa-klausa yang setara dalam kalimat majemuk
dihubungkan dengan konjungsi koordinatif,
seperti; dan, atau, tetapi, lalu. Contoh:
(Kl bebas) (Kl bebas)              (Kl bebas)
Rini melirik, Rahmat tersenyum dan Tini tertawa.

(Kl bebas)                       (Kl bebas)
Dia membuka pintu, lalu mempersilakan kami
masuk.

(Kl bebas)                 (Kl bebas)
Dia datang dan duduk di sebelah saya.
2. Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Subjeknya
Berdasarkan fungsi subjeknya, jenis kalimat
dibagi menjadi dua macam yaitu ada kalimat aktif

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 97

dan juga kalimat pasif. Berikut penjelasan mengenai
kalimat aktif dan kalimat Pasif
a. Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat di mana subjeknya
merupakan pelaku atau melakukan perbuatan.
Kalimat aktif adalah suatu kalimat yang subjeknya
(S) melakukan tindakan yang diungkapkan dalam
predikat (P) terhadap objeknya (O). Ciri – ciri
kalimat aktif
1) Subjek kalimat ini melakukan tindakan

langsung terhadap objeknya.
2) Predikatnya selalu diawali dengan imbuhan

me- atau ber-.
3) Memiliki pola S P O K, S P O atau S P K
Contoh:
Ibu   menyiram bunga di taman.
  S              P                    K
Ayah membaca   koran.
    S              P         O
Polisi   menangkap   buronan narkoba      kemarin
malam.
     S              P                         O                        K

Kalimat aktif juga dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis berdasarkan objeknya.
1) Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat ini adalah kalimat yang predikat
atau verbanya selalu membutuhkan objek

98 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

untuk dikenai tindakan. Kalimat ini selalu
memiliki kata kerja yang selalu memerlukan
objek, dan biasanya kata kerjanya memiliki
imbuhan me-, menye-, atau menge-
Contoh: memukul, memberi, menyeberangkan,
mengelompokkan, dan lain – lain.
Contoh kalimat:
Joni memukul anjing itu hingga kesakitan.
    S          P             O          K

Paman memberi adik sebuah mainan.
    S      P        O        pel

Anak kecil itu menyebrangkan nenek yang
berdiri di pinggir jalan.
    S                 P                      O                pel

Guru mengelompokan anak muridnya ke
dalam beberapa kelompok.
    S     P            O                         K

2) Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif ini adalah kalimat yang

predikat atau verbanya tidak memerlukan
objek. Namun, biasanya kalimat ini selalu diikuti
dengan pelengkap (pel), dan keterangan (K).
Predikat pada kalimat ini biasanya kata kerja
yang diberi imbuhan ber – dan ter -.
Contoh: bekerja, belajar, berlari, berterimakasih,
tertawa, tertidur, dan lain – lain.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 99

Contoh kalimat:
Ayahku bekerja di perusahaan nasional.
   S      P                      K

Budi belajar dengan sangat giat.
   S          P             K

Dena berterimakasih kepada orang itu.
  S            P              pel.

Aku tertidur di kursi.
   S         P       K

3) Kalimat Aktif Ekatransitif
Kalimat ini adalah kalimat aktif yang

hanya memiliki 3 unsur kalimat yaitu, Subjek
(S), Predikat (P), dan Objek (O).
Contoh:
Aku membeli sebuah buku.
    S            P               O

Burung jalak memakan cacing.
    S                      P               O

4) Kalimat Aktif Dwitransitif
Kalimat ini adalah kalimat aktif yang harus

memiliki 4 unsur kalimat, yaitu Subjek (S),
Predikat (P), Objek (O), da Pelengkap (pel.)
Contoh:
Aku melihat gadis yang berambut pirang itu
 S         P            O               pel.

100 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Kakak  merawat  kucing  yang dia temui di
jalanan.
  S               P               O          pel.

Ani menanam bunga mawar asli dari afrika.
  S          P       O                    pel.

b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif yang merupakan kalimat yang

terdapat subjek yang melakukan pekerjaan
dengan ciri-ciri utama menggunakan imbuhan di-,
ke-an, dan ter- dalam kata kerja yang disematkan
dalam kalimat pasif. 

Kalimat pasif ini juga dapat dibedakan
berdasarkan predikatnya menjadi kalimat pasif
dengan predikat sebagai tindakan dan kalimat
pasif dengan predikat sebagai keadaan.  Ciri – ciri
kalimat pasif
1) Subjeknya dikenai tindakan oleh objek.
2) Kata kerjanya selalu berimbuhandi-, ke –

anatau ter-.
3) Biasanya diikuti dengan kata oleh, dan dengan.

Kalimat pasif ini juga dapat dibedakan
berdasarkan subjek yang digunakan menjadi 2
jenis, yaitu:
1) Kalimat Pasif Transitif

Kalimat pasif transitif merupakan kalimat
pasif yang dilengkapi dengan objek kalimat,
baik objek tersebut dilengkapi dengan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 101

keterangan/pelengkap ataupun tidak. Adapun
pola dasar kalimat ini adalah O-P-S atau O-P-
S-K.
Contoh kalimat:
Nasi dimasak ibu
O  P      S

Mobil diperbaiki ayah kemarin ketika sedang
tidak bekerja
O       P               S        K
Jambu dilempar Tono.
O           P            S

2) Kalimat Pasif Intransitif
Kalimat pasif intransitif adalah  kalimat

pasif yang tidak memiliki objek. Jenis kalimat
pasif ini dapat diidentifikasi apakah kalimat
ini bisa berubah menjadi kalimat aktif atau
tidak. Adapun pola dasar kalimat ini adalah
S-P atau S-P-K. 
Contoh kalimat: 
Sayur dijual di pasar pagi. 
S  P    K
Kakak terjatuh.
S          P
Buku itu tertinggal di kelas.
S         P            K

102 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Semua pertanyaan dijawab dengan benar.
S                 P        K

3. Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapannya
Berdasarkan pengucapannya, kalimat bisa dibagi

menjadi kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.
a. Kalimat Langsung 

Adalah kalimat yang digunakan untuk
mengutip ucapan seseorang tanpa merubah
sedikitpun apa yang diutarakan oleh orang itu.
Tanda petik digunakan untuk membedakan
kalimat kutipan dengan kalimat yang menjelaskan
kutipan itu.

Selain itu, huruf pertama dalam kalimat
langsung juga harus menggunakan huruf kapital.

Didalam kalimat yang menggunakan
petikan dengan kalimat pengiringnya dipisahkan
menggunakan tanda baca koma (,). Contoh
kalimat: 
1) Dilan mengatakan, “Aku akan pergi ke

Bandung besok”
2) Ibu berkata, “Dimana adek sekarang?”
3) Adik bertanya, “Maksud kakak bagaimana?”
b. Kalimat tidak langsung 

Adalah kalimat yang digunakan untuk
menceritakan kembali pokok ucapan seseorang
tanpa perlu mengutipnya sama persis seperti
ucapan aslinya. Kalimat ini terdiri dari lebih dari

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 103

satu klausa dan dihubungkan dengan kata tertentu
seperti bahwa, jika, dll.

Kalimat tidak langsung penulisanya tidak
menggunakan tanda petik. Intonasi yang
digunakan kalimat tidak langsung yaitu datar
dan terkesan menurun pada bagian akhir kalimat.
Contoh kalimat: 
1) Paman berkata kepadaku bahwa aku harus

rajin belajar.
2) Nenek mengatakan bahwa aku harus pulang

lebih cepat karena hujan akan turun nanti
sore.
3) Ketua kelompok mengucapkan terima kasih
karena kalian sudah datang pada acara
kunjungan.
4) Dani mengatakan kepadaku bahwa nanti
malam akan belajar bersama.

D. Janis Konjungsi
Konjungsi (kata hubung) merupakan kata atau

ungkapan yang berfungsi sebagai penghubung antarkata,
antarklausa, atau antarkalimat. Penggunaan konjungsi
dalam sebuah kalimat atau paragraf berfungsi agar
susunan kata atau kalimat memiliki koherensi (keterkaitan).
Selain itu, konjungsi juga didefinisikan sebagai kata tugas
yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat,
misalnya kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa
dengan klausa, demikian dikutip dari buku Tata Bahasa Baku

104 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (1998) terbitan Balai Pustaka.
Macam-macam Konjungsi (Kata Hubung), yaitu:

1. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah kata hubung
yang digunakan untuk menggabungkan dua klausa
yang berkedudukan setara. Konjungsi koordinatif
menghasilkan kalimat majemuk setara. Konjungsi
yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: Dan
Dari Serta Melainkan Padahal Sedangkan Atau Tetapi
Contoh kalimat: Kami berencana untuk datang ke panti
asuhan dan mencari anak angkat.

2. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif merupakan kata
penghubung untuk menggabungkan dua klausa
atau lebih yang memiliki hubungan bertingkat.
Konjungsi subordinatif menghasilkan kalimat
majemuk bertingkat. Kata hubung yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain: Sesudah, sehabis,
sejak, ketika, tatkala, sementara, sambil, dan seraya
(hubungan waktu). Jika, jikalau, asalkan, bila, manakala
(hubungan syarat). Andaikan, seandainya, seumpama
(hubungan pengandaian). Agar, biar, supaya (hubungan
tujuan). Biarpun, meskipun, sekalipun, kendatipun,
sungguhpun (hubungan konsesif). Seakan-akan,
seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana
(hubungan pemiripan). Sehingga, sampai-sampai,
makanya (hubungan penyebaban). Bahwa (hubungan
penjelasan). Dengan (hubungan cara). Contoh kalimat:

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 105

Pandemi akan teratasi asalkan vaksinasi telah selesai
dilakukan.

3. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif merupakan kata penghubung

yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa, di
mana kedua unsur tersebut memiliki fungsi sintaksis
yang sama (sama-sama subjek, misalnya). Konjungsi
yang masuk dalam kelompok ini antara lain: Tidak
hanya... tetapi juga...,
Tidak hanya..., bahkan...,
Bukannya... melainkan...,
Makin..., makin, ...,
Jangankan... pun...
Contoh kalimat: Si jago merah tidak hanya melahap
rumah penduduk, tetapi juga sebuah sekolah di
dekatnya.

4. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi juga dibagi dalam kelompok berdasarkan

satuan bahasa tempat konjungsi digunakan. Konjungsi
untuk menggabungkan dua kalimat berbeda dengan
konjungsi untuk menggabungkan dua paragraf. Kata
hubung yang termasuk dalam kelompok konjungsi
antarkalimat antara lain:
a. biarpun begitu,
b. sekalipun demikian,
c. lagi pula,
d. akan tetapi,

106 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

e. namun,
f. kecuali itu,
g. oleh karena itu,
h. oleh sebab itu,
i. sebelum itu

Contoh kalimat: Bapak meninggal semalam.
Sebelum itu, ibu terlebih dahulu meninggal.

5. Konjungsi Antarparagraf
Konjungsi antarparagraf dapat pula dibedakan

berdasarkan fungsinya. Kata hubung antarparagraf
yang termasuk kelompok ini antara lain:

Kata penghubung yang menyatakan tambahan
pada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya
(di samping itu, demikian juga, tambahan lagi).
Kata penghubung menyatakan pertentangan
dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya
(bagaimanapun juga, sebaliknya, namun). Kata
penghubung yang menyatakan perbandingan
(sebagaimana, sama halnya). Kata penghubung yang
menyatakan akibat atau hasil (oleh karena itu, jadi
akibatnya). Kata penghubung yang menyatakan tujuan
(untuk itulah, untuk maksud itu). Kata penghubung
yang menyatakan intensifikasi (ringkasnya, pada
intinya). Kata penghubung yang menyatakan waktu
(kemudian, sementara itu). Kata penghubung yang
menyatakan tempat (di sinilah, berdampingan dengan).

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 107

108 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

BAB VI
HAKIKAT PARAGRAF

Rosa Zulfikhar., S.Sn., M.Ikom.
Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta

A. Pengertian dan Struktur Paragraf

1. Pengertian Paragraf
Kalimat Paragraf apabila dilihat dari Kamus

Besar  Bahasa  Indonesia adalah bagian bab suatu
karangan yang mengandung ide pokok, dan
penulisannya dimulai dengan suatu garis baru. Nama
lain dari paragraf yaitu alinea. Paragraf ditandai
dengan bagian yang tampak terlihat menjorok atau
maju itu. Paragraf adalah sebuah rangkaian kalimat
yang saling berhubungan secara bersamaan untuk
menyatakan atau mengembangkan sebuah ide
gagasan. Paragraf merupakan ide pokok (gagasan
utama) yang dikemas dalam sebuah kalimat bacaan.
Ide pokok akan menjadi pengendali untuk kalimat-
kalimat penjelas atau pengembang agar tidak keluar
dari pokok baaan tersebut sehingga pembaca dapat
memahami isi yang disampaikan.

2. Gagasan Utama dan Kalimat Topik
Inti permasalahan dari sebuah paragraf adalah

pada gagasan utama atau pikiran utama. Semua isi

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 109

dalam paragraf terpusat pada sebuah pikiran utama
atau pokok persoalan sehingga disebut gagasan
pokok, gagasan utama, atau ide pokok.

Kalimat topik dapat berfungsi untuk memberi
arah terhadap seluruh permasalahan yang di tulis
pada paragraf tersebut. Untuk membuat suatu
paragraf, maka kalimat topik harus dikembangkan
dengan kalimat-kalimat penjelas agar maknanya
lebih mengerucut. Pengembangan paragraf yang
dikembangkan dapat memberikan rincian secara
cermat sebuah gagasan utama yang ada dalam kalimat
topik dan menuliskannya dalam sebuah kalimat-
kalimat penjelas, logis, disalin secara berurutan dan
ditautkan secara tertib. Gagasan utama dalam sebuah
kalimat topik dapat ditaruh di bagian mana saja. Bisa
pada pada bagian awal, bagian akhir, bagian awal dan
akhir, bagian tengah ataupun menyebar ke seluruh
bagian Paragraf.

3. Paragraf yang efektif mempunyai ciri-ciri yaitu:
a. Memuat unsur-unsur kalimat dengan lengkap
yang terdiri dari subyek, predikat, obyek, dan
keterangan.

b. Mengandung satu gagasan utama yang dijelaskan
dengan kalimat pikiran penjelas.

c. Pikiran penjelas yang mendukung gagasan utama.

d. Gagasan utama dikemas dalam kalimat yang
efektif dan lugas.

e. Menaati ejaan dan kaidah kebahasaan yang baku.

110 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

f. Memilih diksi secara tepat.
g. Memadankan strutur bahasa dengan jalan pikiran

yang logis dan sistematis.
h. Memanfaatkan variasi struktur kalimat.

4. Contoh Paragaraf Kalimat Tidak Efektif
Yusuf pergi ke restaurant cepat saji spesial bebek

karena ingin makan bebek goreng, padahal bebek
goreng di warung bebek Lamongan sudah pernah
Yusuf makan,  tetapi Yusuf tetap ingin makan
makanan tersebut.  Yusuf pun ikut mengantri beli
makan bersama temannya, maka dia ikut menunggu
antrian dengan para pendatang yang lain. Setelah
mengantri makanan, Yusuf dapat memakan bebek
goreng yang sangat dia nantikan. Namun setelah
selesai makan, Yusuf disadari bahwa rasa makanan
bebek gorengnya sangat berbeda. Menurut Yusuf,
warung bebek Lamongan lebih enak daripada
restaurant cepat saji spesial bebek.

Kalimat yang di garis bawahi dalam paragraf di
atas masih tidak efektif, jadi berikut kalimat yang
efektifnya.

5. Contoh Paragaraf Kalimat Efektif
Yusuf pergi ke restaurant cepat saji spesial bebek

karena ingin makan bebek goreng, padahal Yusuf sudah
pernah makan di warung bebek Lamongan tetapi
Yusuf tetap ingin makan makanan tersebut.  Yusuf
pun ikut mengantri beli makan bersama temannya,

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 111

dia ikut menunggu antrian dengan  pendatang
yang lain. Setelah mengantri makanan, Yusuf dapat
memakan bebek goreng yang sangat dia nantikan.
Namun setelah makan, Yusuf menyadari bahwa rasa
makanan bebek gorengnya sangat berbeda. Menurut
Yusuf, warung bebek Lamongan lebih enak daripada
restaurant cepat saji spesial bebek.

Pengoreksian :

a. bebek goreng di warung bebek Lamongan
sudah pernah Yusuf makan yang seharusnya
menjadi Yusuf sudah pernah makan di warung
bebek Lamongan.

b. Yusuf pun ikut mengantri beli makan
bersama temannya, maka dia ikut menunggu
antrian dengan para pengunjung yang lain yang
seharusnya menjadi Yusuf pun ikut mengantri beli
makan bersama temannya, dia ikut menunggu
antrian dengan para pengunjung yang lain.

c. para pendatang yang lain  yang seharusnya
menjadi pendatang yang lain.

d. Yusuf disadari bahwa rasa makanan bebek
gorengnya sangat berbeda yang seharusnya
menjadi Yusuf menyadari bahwa rasa makanan
bebek gorengnya sangat berbeda

6. Unsur-Unsur Paragraf
Unsur-unsur paragaraf adalah beberapa unsur

bagian yang membangun paragraf secara utuh,
sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis dan

112 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

sistematis. Unsur-unsur bagian paragraf tersebut
terdiri dari empat macam, yaitu :
a. transisi,
b. kalimat topik,
c. kalimat pengembang
d. kalimat penegas.

Keempat unsur ini tampil secara bersama-sama
atau sebagian, oleh karena itu, suatu paragraf atau
topik paragraf mengandung dua unsur wajib (katimat
topik dan kalimat pengembang), tiga unsur, dan
mungkin empat unsur.

7. Struktur Paragraf
Dalam membuat sebuah paragraf, tentunya

kalimat topik harus dikembangkan dengan kalimat-
kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas ini berfungsi
mendukung, menjelaskan, atau mengembangkan
kalimat topik. Kalimat-kalimat ini adalah kalimat
pengembang. Dalam sebuah paragraf, hubungan
antara kalimat-kalimat pengembang dan kalimat topik
yaitu berbeda. Kalimat pengembang dan kalimat topik
juga memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda.

Dalam sebuah kalimat pengembang, ada yang
langsung menjelaskan kalimat topiknya, ada pula yang
secara tidak langsung menjelaskan kalimat topiknya.
Kalimat yang langsung menjelaskan kalimat topiknya
disebut kalimat pengembang langsung atau kalimat
pengembang mayor, sedangkan kalimat yang secara

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 113

tidak langsung menjelaskan kalimat topik disebut
kalimat pengembang tak langsung atau kalimat
pengembang minor. Kalimat pengembang tak
langsung akan menjelaskan kalimat topik tersebut
melalui kalimat pengembang langsung.

Pengembangan kalimat topik dengan kalimat-
kalimat penjelas tersebut membentuk suatu bangun
atau struktur paragraf. Struktur paragraf dapat
dikelompokkan menjadi delapan kemungkinan, yaitu :
a. Paragraf terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik,

kalimat pengembang, dan kalimat penegas.
b. Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat

topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas.
c. Paragraf terdiri atas kalimat topik, kalimat

pengembang, dan kalimat peneges.
d. Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat

topik, dan kalimat pengembang.
e. Paragraf terdiri atas transisi berupa kalimat,

kalimat topik, kalimat pengembang.
f. Paragraf terdiri atas kalimat topik dan katimat

pengembang.
g. Paragraf terdiri atas kalimat pengembang dan

katimat topik.

8. Paragraf yang Baik
Sebuah tulisan dapat disusun menurut urutan dari

yang umum ke yang khusus atau dari yang khusus ke
yang umum. Dalam keseluruhan tulisan, ada bagian

114 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

pembuka (ancang-ancang), bagian isis (penjabaran),
dan bagian penutup. Pada keseluruhan bagian
karangan ada bagian yang tidak kalah penting, yaitu
bagian yang memberikan rambu-rambu.

Secara umum rambu-rambu paragraf yang baik
meliputi kesatuan, kepaduan, kelengkapan/ketuntasan,
keruntutan, dan konsistensi.

9. Kesatuan Paragraf
Kesatuan berkaitan dengan adanya sebuah

gagasan utama dan beberapa gagasan tambahan atau
penjelas yang mendukung gagasan utama itu. Dalam
gagasan tambahan tersebut tidak boleh terdapat
unsur-unsur atau informasi yang sama sekali tidak
berhubungan dengan gagasan pokok.

Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan jika
paragraf itu hanya mengandung satu gagasan utama
dan kalimat-kalimatnya dalam paragraf mengarah
pada satu pokok atau tidak menyimpang dari pokok
pembicaraan.

B. Jenis - Jenis Paragraf
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis paragraf,

terdiri atas:

1. Berdasarkan Posisi Kalimat Topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf

adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama
itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 115

dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik
di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri
bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik,
paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu:
paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-
induktif, paragraf penuh kalimat topik.

a. Paragraf Deduktif

Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya
di tempat kan pada bagian awal paragraf, yaitu
paragraf yang menyajikan pokok permasalahan
terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci
mengenai permasalahan atau gagasan paragraf
(urutan umum-khusus).

Contoh Paragraf Deduktif:

“Belajar akan membuat kita semakin pandai
dan memiliki pandangan yang luas. Dengan
belajar kita mampu memiliki ketrampilan dan
keilmuan baru yang memberikan manfaat
dalam kehidupan sehari hari. Contohnya
jika kita sering belajar bisnis maka kita bisa
menguasai bidang bisnis, memiliki jiwa
enterpreneur, dan memilih bisnis apa yang
cocok untuk kita jalankan ”

b. Paragraf Induktif

Bila kalimat pokok ditempatkan dipada
akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif,
yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan
terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok
pembicaraan.

116 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Contohnya Paragraf Induktif:

“Rudi adalah petani millenial yang selalu
menanan porang. Rudi mengekspor
porang untuk kebutuhan kosmetik di Asia
Tenggara dan Eropa. Selain porang, Rudi
juga mengekspor cabai, bawang merah,
dan melon. Rudi memiliki kebun melon
seluas 1,5 hektar. Tahun ini rudi sudah
memperkerjakan 20 pemuda di desa untuk
memenuhi kebutuhan ekspor. Dengan adanya
ekspor, rudi mendapatkan keuntungan yang
lebih besar. Selain bisa memenuhi kebutuhan
nasional, rudi juga bisa memberikan pekerjaan
bagi para pemuda di desanya. Maka, tidaklah
heran apabila ekspor pertanian adalah sebuah
solusi untuk memberikan masukan pada
negara.

c. Paragraf Deduktif-Induktif

Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian
awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf
deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf
umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali
gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

Contoh Paragraf Deduktif-Induktif:

“Pemerintah memberikan bantuan pupuk
subsidi untuk petani di seluruh Indonesia.
Pihak dari balai penyuluh pertanian sudah
menyurvei beberapa kelompok tani yang
aktif dan berpotensi. Tampaknya bahan

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 117

pupuk yang dibuat dari kotoran ternak sangat
menarik perhatian para ahli. Bahan ini tidak
hanya menyuburkan tanaman namun juga
menjaga unsur hara di dalam tanah. Usaha
ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha
membangun pertanian yang berkelanjutan,
maju, mandiri, dan modern.”

d. Paragraf Penuh Kalimat Topik

Seluruh kalimat yang membangun paragraf
sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat
yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi
seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya
menentukan kalimat topic karena kalimat yang
satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf
semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian
bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam
karangan fiksi.

Contoh Paragraf Penuh Kalimat Topik:

“Pagi hari itu aku lari lari di sekitar lingkungan
komplek rumah untuk berolahraga. Udara
terasa sejuk dan menyegarkan. Pohon pohon
yang rindang dan suasana yang nyaman
membuat pagi hari ini menjadi lebih indah.
Kuberlari sambil melihat-lihat pemandangan
yang indah.”

2. Berdasarkan Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam

bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan

118 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.
Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan
sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan
menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan
atas lima macam, yaitu:

a. Paragraf Persuasif

Adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu
dengan cara mempengaruhi atau mengajak
pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai
dalam penulisan iklan, terutama majalah dan
Koran. Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi,
dan eksposisi umumnya dipakai dalam karangan
ilmiah seperti buku, skripsi makalah dan laporan.
Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi
seperti cerpen dan novel.

Contoh: “Marilah kita menjaga kesehatan
dengan tidak merokok. Merokok dapat merusak
kesehatan dan berdampak pada kesehatan
keluarga. Perokok pasif resikonya lebih besar
daripada perokok aktif. Oleh karena itu lindungilah
keluarga anda, perlu kesadaran pada perokok
untuk berhenti merokok sekarang juga.

b. Paragraf Argumentasi

Adalah isi paragraf membahas satu masalah
dengan bukti-bukti alasan yang mendukung.

Contoh: “Menurut pengurus laboratorium
komputer, perawatan server yang rutin bisa

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 119

mengurangi resiko kerusakan jaringan internet.
Untuk itu perlu ada perawatan yang dilakukan
setiap bulanya. Bersamaan dengan berakhirnya
kerjasama dengan pengelola jaringan PT. Mandiri
jaringan Elektro yang dilaksanakan pada tahun
2019-2020, maka sebagai penggantinya dilakukan
pemilihan pengelola jaringan baru untuk tahun
2021-2022. Perawatan server sangat penting,
karena jaringan internet merupakan hal penting
dalam komunikasi jaringan.”

c. Paragraf Naratif

Adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau
keadaan dalam bentuk data atau cerita.

Contoh: “Pada semester pertama, Andi yang
yang mengambil sertifikasi komputer melalui
online harus melakukan ujian kompetensi dengan
tatap muka kepada pembimbing di tempat
pelatihan. Ujian sertifikasi kompetensi ini diberi
kesempatan mengulang selama 6 kali hingga lulus.
Setiap ujian diberi waktu 1 hari. Pada sertifikasi ini,
Budi yang lebih berpengalaman, bisa lulus dalam
waktu 1 kali saja.”

Contoh: Sujono pergi kebukit berjalan kaki
dengan membawa laptop, sesampai dibukit dia
memanjat pohon dan melakukan perkuliahan
online bersama teman-temanya yang sama-
sama di rumahkan oleh pihak kampus pada masa
pandemi covid-19. Hal ini dilakukan agar Sujono

120 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

bisa mendapatkan sinyal dan mendapatkan
pendidikan secara online. Setelah kuliah online
selesai, dia menuju sungai untuk memancing dan
membawa pulang hasil tangkapanya untuk makan
malam keluarganya.

d. Paragraf Deskritif

Adalah paragraf yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu dengan bahasa.

Contoh: “Kini hadir AC hemat energi dengan
desain warna-warni yang menarik kaum remaja
millenial. Untuk daya kekuatan AC yang di
tawarkan beragam, mulai dari 1PK hingga 5PK,
menyesuaikan luas ruangan yang ada. Disamping
itu, AC hemat energi ini juga bisa menggunakan
remote dari aplikasi android dan AppStore. Adanya
fitur smart sensor juga akan memudahkan efisiensi
suhu menyesuaikan jumlah manusia yang ada di
ruangan”.

Contoh: Aku bermain layang-layang berbentuk
naga yang berwarna merah di sebuah lapangan
yang luas bersama teman-teman sekolahku. Di
lapangan kami bersama-sama menarik layangan
hingga terbang tinggi, Tiba-tiba senar layangan
putus, banyak orang-orang mengejar layanganku.
Sekelompok orang yang lewat di bawahnya
merasa ketakutan kejatuhan layangan, banyak
orang marah kepadaku dan semua tampak tidak
suka melihat kejadian itu.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 121

Contoh: Pagi itu aku membaca buku di
bawah pohon yang rindang yang ada di belakang
rumahku. Ini adalah hobiku sejak kecil, terkadang
aku membawa secangkir kopi dan roti kering
untuk menemaniku membaca sampai matahari
terbenam. Aku sangat menikmati suasana

e. Paragraf Eksposisi

Adalah paragraf yang memaparkan sesuatu
fakta atau kenyataan kejadian tertentu.

Contoh: “Andi Suwanto lahir 1 November
1988 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP
(2005) di Surakarta, SMA 1 (2008) di Purworejo.
Masuk program studi Desain Interior Fakultas
Sastra dan Seni Rupa di Universitas Sebelas
Maret, tamat Sarjana Sastra tahun 2015. Pada
tahun 2019 Andi mengikuti Ujian TOEFL yang
diselenggarakan oleh Pusat Statistik Bahasa
Asing di PSBA dan mendapatkan beasiswa dari
Kementerian Pendidikan di Selandia Baru”.

Contoh: Mahasiswa kedinasan Politeknik
Pembangunan Pertanian di Magelang mengikuti
kebijakan pemerintah yang memberlakukan
metode belajar dengan sistem daring (dalam
jaringan) yang diberlakukan semenjak hari Senin,
16 Maret 2020. Mahasiswa dikembalikan ke orang
tua untuk menerapkan sistem pembelajaran daring
di rumah masing-masing, dimana membutuhkan
media pembelajaran seperti handphone, laptop,
atau komputer. Solusinya, dosen dituntut dapat

122 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

mendesain media pembelajaran sebagai inovasi
dengan memanfaatkan media daring (online).

3. Berdasarkan Fungsi dan Karangannya
a. Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok
pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian
awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus
di fungsikan untuk:
1) Menghantar pokok pembicaraan
2) Menarik minat pembaca
3) Menyiapkan atau menata pikiran untuk
mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas
dapat dikatakan paragraf pembuka memegang
peranan yang sangat penting dalam sebuah
karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam
bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu
bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan menulis paragraf pembuka, yaitu:
1) Kutipan, peribahasa, anekdot
2) Pentingnya pokok pembicaraan
3) Pendapat atau pernyataan seseorang
4) Uraian tentang pengalaman pribadi
5) Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6) Sebuah pertanyaan.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 123

b. Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok

pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya
telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf
ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1) Mengemukakan inti persoalan
2) Memberikan ilustrasi
3) Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada

paragraf berikutnya
4) Meringkas paragraf sebelumnya
5) Mempersiapkan dasar bagi simpulan.

c. Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan

atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini
sering merupakan pernyataan kembali maksud
penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf
penutup dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan. Penyajian harus memperhatikan hal
sebagai berikut:
1) Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak

boleh terlalu panjang
2) isi paragraf harus berisi simpulan sementara

atau simpulan akhir sebagai cerminan inti
seluruh uraian
3) sebagai bagian yang paling akhir dibaca,
disarankan paragraf ini dapat menimbulkan
kesan yang medalam bagi pembacanya.

124 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

C. Syarat Pembentukan Paragraf
Berikut ini terdapat beberapa syarat-syarat paragraf,

terdiri atas:
1. Kesatuan

Kesatuan paragraf ialah semua kalimat yang
membangun paragraf secara bersama-sama
menyatakan suatu hal atau suatu tema tertenru.
Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa paragraf
itu memuat satu hal saja.
2. Kepaduan

Kepaduan (koherensi) adalah kekompakan
hubungan antara suatu kalimat dan kalimat yang lain
yang membentuk suatu paragraf kepaduan yang baik
tetapi apabila hubungan timbal balik antar kalimat
yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah
dipahami. Kepaduan sebuah paragraf dibangun
dengan memperhatikan beberapa hal, seperti
pengulangan kata kunci, penggunaan kata ganti,
penggunaan transisi, dan kesejajaran (paralelisme).
3. Kelengkapan

Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat
penjelas yang cukup untuk menunjang kalimat
topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik
dikatakan paragraf yang kurang lengkap.Apabila
yang dikembangkan itu hanya diperlukan dengan
pengulangan-pengulangan adalah paragraf yang tidak
lengkap.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 125

4. Panjang Paragraf
Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak

sama, bergantung pada beberapa jauh/dalamnya
suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi
sasaran.
Memperhitungkar, 4 hal:
a. Penyusunan kalimat topik,
b. Penonjolan kalimat topik dalam paragraf,
c. Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat,

dan
d. Penggunaan kata-kata transisi, frase, dan alat-alat

lain di dalam paragraf.
5. Pola Susunan Paragraf

Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus
disusun menurut pola yang taat asas, pernyataan yang
satu disusun oleh pernyatanyang lain dengan wajar
dan bersetalian secara logis. Dengan cara itu pembaca
diajak oleh penulis untuk memahami paragraf sebagai
satu kesatuan gagasan yang bulat. Pola susunannya
bermacam-macam, dan yang sering diterapkan dalam
tulisan ilmiah. antara lain:
a. Pola runtunan waktu,
b. Pola uraian sebab akibat,
c. Pola perbandingan dan pertentangan,
d. Pola analogi,
e. Pola daftar, dan
f. Pola lain.

126 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

D. Teknik Pengembangan Paragraf
Ada tiga teknik pengembangan paragraf:

1. Secara alami
Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan

urutan ruang dan waktu. Urutan ruang merupakan
urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik
ke titik berikutnya dalam suatu ruang. Urutan waktu
adalah urutan yang menggambarkan urutan tedadinya
peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
2. Klimaks dan Antiklimaks

Pengembangan paragraf teknik ini berdasarkan
posisi tertentu dalam suatu rangkaian berupa posisi
yang tertinggi atau paling menojol. Jika posisi yang
tertinggi itu diletakkan pads bagian akhir disebut
klimaks. Sebaliknya, jika penulis mengawali rangkaian
dengan posisi paling menonjol kemudian makin lama
makin tidak menonjol disebut antiklimaks.
3. Umum Khusus dan Khusus Umum

Dalam bentuk Umum ke Khuss utama diletakkan
di awal paragraf, disebut paragraf deduktif. Dalam
bentuk khusus-umum, gagasan utama diletakkan di
akhir paragraf, disebut paragraf induktif.

E. Pola Pengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragraf  merupakan cara

seseorang penulis dalam mengembangkan pola pikirnya
berupa pengembangan kalimat topik ke dalam kalimat-
kalimat penjelas yang dituangkan dalam sebuah paragraf.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 127

Selain jenis paragraf atau alinea juga mempunyai
sejumlah pola, yaitu:

1. Pola Klimaks-Antikklimaks: merupakan pola yang
berisi rincian gagasan paragraf mulai yang dari yang
terbawah hingga yang teratas. Atau, bisa juga berisi
rincian gagasan yang dimulai dari puncak menuju ke
gagasan yang terendah.

2. Pola Kausalitas: merupakan pola paragraf yang berisi
sebab akibat suatu hal, di mana sebab menjadi gagasan
utama, dan akibat menjadi penjelasnya.

3. Pola Sudut Pandang: merupakan pola yang berisi
sudut pandang penulis terhadap suatu hal.

4. Pola Definisi Luas: merupakan pola yang berisi definisi
suatu hal atau gagasan abstrak yang luas.

5. Pola Pertentangan: berisi beberapa gagasan paragraf
yang saling bertentangan satu sama lain.

6. Pola Perbandingan: berisi beberapa gagasan yang
diperbandingan satu sama lain.

7. Pola Generalisasi: merupakan pola yang berisi
simpulan umum dari beberapa gagasan khusus. Atau,
bisa juga berisi pengembangan dari gagasan yang
bersifat umum.

8. Pola Klasifikasi: merupakan pola yang pengelompokkan
suatu topik tertentu ke dalam kelompok tertentu, Pola
ini biasanya mengandung kata antara lain, dibagi, dan
sejenisnya.

9. Pola Analogi: merupakan pola yang berisi
perumpamaan suatu hal dengan hal lainnya.

128 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

10. Pola Contoh: merupakan pola paragraf yang berisi
contoh dari topik atau gagasan yang bertujuan untuk
menguatkan gagasan tersebut.
Pola-pola tersebut nantinya akan membentuk jenis-

jenis paragraf berdasarkan pola pengembangannya. Pola
pengembangan paragraf bertujuan untuk melihat arah
pengembangan kalimat topik ke dalam kalimat-kalimat
penjelas, sehingga isi paragraf terlihat utuh dan terarah.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 129

BAB VII
MAKNA KATA

Juniara Fitri Cibro, M.Pd.
IAIN Takengon

A. Pengertian Makna Kata
Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang

makna. Dalam hal ini makna bahasa. Akan tetapi, kita
belum memberikan arti ‘makna’ dan belum menyepakati
‘apa itu makna’ dalam teori semantik. Dalam kehidupan
sehari-hari, makna digunakan dalam berbagai bidang atau
konteks pemakaian. Dalam bahasa Indonesia pengertian
makna sering disejajarkan dengan ‘arti’, ‘gagasan’, ‘konsep’,
‘pesan’, ‘informasi’, ‘maksud’, ‘isi’, atau’pikiran’. Dari sekian
banyak pengertian, hanya ‘arti’ yang paling dekat dengan
‘makna’. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti bahwa
keduanya bersinonim mutlak karena ‘arti’ adalah kata yang
telah mencakup makna dan ‘pengertian’ (Kridalaksana,
1982:15).

Menurut Parera (2004:42) semantik adalah ilmu yang
mempelajari tentang makna. Akan tetapi, dalam hal
memberikan arti makna dan kesepakatan tentang makna,
kita belum dapat memberikan artinya. Jadi, bahasa dapat
dipakai untuk berbicara tentang bahasa atau dirinya sendiri
dan tentang semua hal di luar bahasa itu.

130 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Kemudian Odgen dan Raichard juga mengumpulkan
tidak kurang dari 22 pengertian tentang makna (Leech,
1974:1). Menurutnya makna adalah:
1. Suatu sifat intrinsik;
2. Suatu hubungan yang unik atau khas dengan benda-

benda lain yang tidak dapat dianalisis;
3. Kata-kata lain yang digabungkan dengan sebuah kata

dalam kamus;
4. Konotasi suatu kata;
5. Suatu esensi, intisari, pokok;
6. Suatu kegiatan atau aktivitas yang diproyeksikan ke

dalam suatu objek;
7. Suatu peristiwa yang diharapkan; suatu keinginan

(kemauan);
8. Tempat atau wadah sesuatu dalam sistem;
9. Konsekuensi-konsekuensi praktis dari suatu hal

(benda) dalam pengalaman kita di masa yang akan
datang;
10. Konsekuensi-konsekuensi teroretis yang terkandung
dalam sebuah pernyataan;
11. Emosi yang ditimbulkan oleh sesuatu;
12. Sesuatu yang secara aktual dihubungkan dengan
suatu lambang oleh hubungan yang telah dipilih;
a. Efek-efek yang membantu ingatan terhadap suatu

perangsang;
b. Beberapa kejadian lain yang membantu ingatan

terhadap kejadian yang pantas;

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 131

c. Suatu lambing seperti yang kita tafsirkan;
d. Segala sesuatu yang disarankan oleh sesuatu;
e. Segala sesuatu yang secara actual merupakan

tempat mengacu sang pemakai lambang;
13. Wadah tempat pemakai lambang harus mengacukan

diri;
14. Wadah tempat pemakai suatu lambang meyakini

dirinya diacuhkan;
15. Wadah penafsir suatu lambang:

a. Mengacu;
b. Meyakini dirinya diacukan;
c. Meyakini pemakaian suatu acuan.

Secara umum pemakai bahasa Indonesia lebih sering
menggunakan kata ‘arti’ daripada ‘makna’. Misalnya
penutur bahasa Indonesia sering berkalimat berikut.
1. Apa ‘arti’ kata ‘sulih’?
2. Saya tidak bisa menangkap ‘arti’ matanya.
3. Pidato Presiden Jokowi mempunyai ‘arti’ tertentu bagi

rakyat Indonesia.
4. Hal ini ‘berarti’ bahwa kita harus senantiasa waspada

terhadap wabah penyakit itu.
5. Kebaikan yang saya berikan ini tidak ‘berarti’ apa-apa

dibandingkan dengan kebaikan yang telah Bapak
berikan kepada saya.

Kata ‘arti’ dalam kalimat (1), (2), (3) masih dapat
didistribusi (diganti) dengan kata ‘makna’, sedangkan kata

132 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

‘berarti’ dalam kalimat (4) dan (5) tidak dapat digantikan
dengan kata ‘bermakna’. Dari sejumlah batasan atau
pengertian yang dirumuskan oleh Richards dan Odgen
dapat disimpulkan bahwa makna adalah maksud yang
akan disampaikan oleh penutur kepada penanggap
tutur melalaui penggunaan seperangkat lambang bunyi
bahasa sesuai dengan aturan kebahasaan dan aturan sosial
kebahasaan.

Makna dapat pula diartikan sebagai hubungan
antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati
bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling
dimengerti (Bolinger dalam Aminuddin, 1988:53). Dalam
pengertian ini tersirat ada tiga unsur pokok yaitu (1) makna
merupakan hasil hubungan antara bahasa dengan dunia
luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan
para pemakai bahasa, dan (3) perwujudan makna dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat
saling dimengerti.

Untuk dapat memahami apa yang disebut makna
atau arti, kita perlu menoleh kembali pada teori yang
dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, Bapak Linguistik
Modern, yaitu mengenai tanda linguistik (Prancis:
signe’linguistique). Menurut de Saussure dalam Chaer
(2009:29), setiap tanda lingusitik terdiri dari dua unsur,
yaitu (1) yang diartikan (Prancis: signifie, Inggris: signified)
dan (2) yang mengartikan (Prancis: significant, Inggris:
signifier). Pengertian signified dan signified sebenarnya
merupakan konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi,
sedangkan signifian dan signifier juga merupakan bunyi-

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 133

bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa. Jadi,
dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari unsur
bunyi dan makna.

Umpamanya tanda linguistik yang dieja <meja>. Tanda
ini terdiri dari unsur makna atau yang diartikan ‘meja’
(Inggris: table) dan unsur bunyi atau yang mengartikan
dalam wujud runtunan fonem [m, e, j, a]. Lalu tanda
<meja> terdiri dari unsur makna dan unsur bunyinya
mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa,
yaitu sebuah meja perabotan rumah tangga. Kata <meja>
adalah sebagian hal yang menandai (tanda linguistik),
sebuah <meja> sebagai perabot adalah hal yang ditandai.

Banyaknya pengertian tentang makna yang dikemukan
di atas menunjukkan bahwa pemakai bahasa itu bersifat
dinamis berdasarkan bidang ilmu kajiannya. Karena
pemakai bahasa bersifat dinamis, makna suatu kata
dapat berubah-ubah. Menurut Chaer (2006:385), makna
menyangkut semua komponen konsep yang terdapat pada
sebuah kata, sedangkan informasi hanya menyangkut
komponen konsep dasarnya saja. Kalau kita bandingkan
kata mati dan kata meninggal, kita akan dapati komponen-
komponen makna sebagai berikut.

Mati Meninggal
Tidak bernyawa lagi Tidak bernyawa lagi
Untuk umum (manusia, Hanya Manusia
binatang, dan sebagainya)
Kasar Halus (sopan)

134 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Informasi hanya menyangkut komponen nomor (1),
sedangkan makna menyangkut juga komponen konsep
nomor (2), (3), dan seterusnya.

B. Jenis-Jenis Makna Kata
Chaer (2009:59) membedakan makna berdasarkan

beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis
semantik, makna dibedakan antara makna leksikal dan
makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen
pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya
makna referensial dan makna nonferensial. Berdasarkan
ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat
dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif.
Berdasarkan ketetapan makna kata dan istilah atau makna
umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteria atau
sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna
asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya.

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal (lexical meaning), semantic

meaning, dan external meaning adalah makna yang
terdapat pada kata yang berdiri sendiri (terpisah dari
kata lain), baik dalam bentuk dasar maupun dalam
bentuk kompleks atau turunan, dan makna yang relatif
tetap seperti apa yang kita lihat di dalam kamus.
Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan
dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata,
pembendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah
leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 135

Makna leksikal dapat diartikan juga sebagai makna
yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat
kata.

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan
referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi
alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata
dalam kehidupan kita. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
makna leksikal adalah makna yang dapat berdiri
sendiri sebab makna sebuah kata dapat berubah
apabila kata tersebut berada dalam konteks kalimat.
Misalnya kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa
binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit tifus. Makna tersebut akan terlihat jelas dalam
kalimat berikut.

a. Tikus itu mati diterkam kucing.

b. Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus.

c. Kata tikus pada kalimat (a) dan (b) merujuk pada
binatang tikus, bukan kepada yang lain. Berbeda
dengan kalimat (c) berikut.

d. Yang menjadi tikus di gudang kami ternyata
berkepala hitam.

Kata tikus pada kalimat (c) tidak merujuk
kepada tikus, tetapi kepada seorang manusia, yang
perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus.

Apakah semua kata dalam bahasa Indonesia
bermakna leksikal? Tentu saja tidak. Kata-kata dalam
gramatika disebut kata penuh (full word) seperti kata
meja, tidur, dan cantik memang memiliki makna

136 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

leksikal, tetapi yang memiliki kata tugas (function word)
seperti kata dan, dalam, dan karena tidak memiliki
makna leksikal. Dalam gramatika kata-kata tersebut
dianggap hanya memiliki tugas gramatikal. Makna
leksikal biasanya dipertentangkan dengan makna
gramatikal.

Makna gramatikal (grammatical meaning,
functional meaning, structural meaning, internal
meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat
digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat.
Makna gramatikal dapat juga timbul sebagai akibat
dari proses gramatika seperti afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi.

a. Afiksasi

ber- + rumah = berumah memiliki makna
gramatikal ‘mempunyai rumah’

ber- + baju = berbaju memiliki makna gramatikal
‘memakai baju’

ber- + tamu = bertamu memiliki makna gramatikal
‘menjadi tamu’

meN- + tepi = menepi memiliki makna gramatikal
‘menuju ke tepi’

meN- + lebar = melebar memiliki makna
gramatikal ‘menjadi lebar’

meN- + kantuk = mengantuk memiliki makna
gramatikal ‘dalam keadaan’

di- + ambil = diambil memiliki makna gramatikal
‘suatu tindakan yang pasif’

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 137

ter- + bakar = terbakar memiliki makna gramatikal
‘tidak sengaja’
b. Reduplikasi
rumah = rumah-rumah memiliki makna gramatikal
‘banyak rumah’
berteriak = berteriak-teriak memiliki makna
gramatikal ‘tindakan yang tersebut pada bentuk
dasar dilakukan berulang-ulang atau berteriak
berkali-kali’
berjalan = berjalan-jalan memiliki makna
gramatikal ‘berjalan seenaknya dan untuk
bersenang-senang’
minum = minum-minum memiliki makna
gramatikal ‘minum dengan seenaknya dan untuk
bersenang-senang’
pukul = pukul-memukul memiliki makna
gramatikal ‘saling memukul’
merah = kemerah-merahan memiliki makna
gramatikal ‘agak merah’
mengarang = karang-mengarang memiliki makna
gramatikal ‘hal-hal yang berhubungan dengan hal
mengarang’
c. Komposisi
sate + ayam = sate ayam memiliki makna
gramatikal ‘asal bahan’
sate + Madura = sate Madura memiliki makna
gramatikal ‘asal tempat’

138 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

orang + tua = orang tua memiliki makna gramatikal
‘ayah ibu’

rumah + sakit = rumah sakit memiliki makna
gramatikal ‘tempat mengobati’

meja + makan = meja makan memiliki makna
gramatikal ‘tempat makan’

kamar + mandi = kamar mandi memiliki makna
gramatikal ‘tempat mandi’

2. Makna Referensial dan Makna Nonferensial

Makna Referensial adalah makna yang
berhubungan langsung dengan kenyataan atau
memiliki referen (acuan), makna referensial dapat
disebut juga makna kognitif karena memiliki acuan.
Dalam makna ini memiliki hubungan dengan konsep
mengenai sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh
masyarakat bahasa), Seperti meja dan kursi adalah yang
bermakna referensial karena keduanya mempunyai
referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang
disebut “meja” dan ”kursi”.

Makna nonreferensial adalah sebuah kata yang
tidak mempunyai referen (acuan). Seperti kata preposisi
dan konjungsi, juga kata tugas lainnya. Dalam hal ini
kata preposisi dan konjungsi serta kata tugas lainnya
hanya memiliki fungsi atau tugas, tetapi tidak memiliki
makna. Berkenaan dengan bahasan ini ada sejumlah
kata yang disebut kata-kata deiktis, yaitu kata yang
acuannya tidak menetap pada satu maujud, melainkan
dapat berpindah dari maujud yang satu kepada maujud

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 139

yang lain. Yang termasuk kata-kata deiktis yaitu: dia,
saya, kamu, di sini, di sana, di situ, sekarang, besok,
nanti, ini, itu.

3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna denotatif (denotative meaning) disebut juga
makna denotasional, makna konseptual, atau makna
kognitif. Karena dilihat dari sudut yang lain, pada
dasarnya makna ini sama dengan makna referensial
sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan
sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi
menurut penglihatan, penciuman, pendengaran,
perasaan, atau pengalaman lainnya. Oleh karena
itu, makna denotasi sering disebut dengan makna
sebenanya. Misalnya kata perempuan dan wanita
memiliki makna denotasi sama, yaitu manusia dewasa
bukan laki-laki.

Makna konotatif (connotative meaning) adalah
makna yang muncul akibat asosiasi perasaan kita
terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna
konotasi adalah makna yang digunakan untuk
mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di
luar makna leksikalnya. Sebagai contoh, Orang tua
sudah banyak makan asam garam kehidupan. Kata
makan dalam kalimat ini bukan berarti makan asam
dan garam sebenarnya, melainkan telah mendapatkan
pengalaman hidup yang baik maupun buruk.

4. Makna Kata dan Makna Istilah

Perbedaan makna kata dan makna istilah
berdasarkan ketepatan makna kata dalam

140 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

penggunaannya secara umum dan secara khusus.
Dalam penggunaan bahasa secara umum kata-kata
tersebut digunakan secara tidak cermat sehingga
maknanya bersifat umum. Akan tetapi, dalam
penggunaan secara khusus atau dalam bidang
kegiatan tertentu, kata-kata tersebut digunakan secara
cermat sehingga maknanya menjadi tepat.

Dengan kata lain, makna kata adalah hubungan
antara ujaran dengan arti dari sebuah kata. Makna kata
juga dapat diartikan sebagai maksud yang terkandung
dari sebuah kata. Pada dasarnya, suatu kata saling
berkaitan dengan bendanya. Apabila suatu kata tidak
dapat dihubungkan dengan benda, peristiwa, atau
keadaan tertentu, kata tersebut tidak memiliki makna.
Makna kata dapat dipelajari secara khusus melalui
studi linguistik, yakni penelitian semantik.

Secara semantik, makna sebuah kata secara
sinkronis tidak berubah karena berbagai faktor dalam
kehidupan karena bersifat umum. Makna tersebut akan
menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam kalimat.
Jika terlepas dari kalimat, makna kata menjadi umum
dan kabur. Misalnya, kata tahanan mungkin saja berarti
‘orang yang ditahan’, tetapi bisa juga ‘hasil perbuatan
menahan’, atau mungkin memiliki makna lain.

Berbeda dengan kata yang maknanya masih
bersifat umum, makna istilah memilik makna tetap
dan pasti. Ketepatan dan kepastian makna istilah itu
pasti karena berhubungan dengan bidang kegiatan
dan ilmu. Jadi, tanpa konteks kalimat, makna istilah

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 141


Click to View FlipBook Version