5. Frater Aegidius Maria Warsito, SCJ
Secara umum, semua program yang telah dicanangkan oleh staf Scholatikat
SCJ dapat berjalan dengan baik. Malahan, berkat ibu Lusi, tugas kursus tidak
hanya meliputi Komputer dan Bahasa Inggris saja. Kami diajak oleh ibu Lusi
untuk mengunjungi toko-toko Buku Rohani, juga KWI. Bagaimana cara
membaca Kitab Suci. Juga mengamati bagaimana tingkah laku orang- orang
metropolitan. Kongregasi kami, SCJ dan Kongregasi OMI selama berada di
bawah bimbingan ibu Lusi, dapat saling bekerja sama dalam hal hidup
rohani, maupun kegiatan lainnya. Hidup sebagai satu saudara tanpa
perbedaan, apakah aku OMI ataukah aku SCJ. Kami adalah satu.
Tidak sia-sialah perjalanan pendek selama 1 bulan di
Jakarta. Banyak hal yang dapat kami temui, dan
banyak ilmu yang telah kami timba selama ditempa
di “BIARA” – Jalan Duren Tiga No, 1 Jakarta Selatan.
Ibu Lusi sendiri, bagi saya sukar untuk
mengungkapkannya. Yang saya tahu, ibu seorang
yang amat mencintai pekerjaan dan anak-anaknya
demi perkembangan mereka. Ibu adalah seorang
yang penuh cinta kasih, mendidik anak-anaknya
BUKAN DENGAN UANG, melainkan dengan CINTA
KASIH YANG TULUS. Ibu seorang manusia kerja,
artinya ibu dapat bekerja dari pagi hingga malam hari. Walaupun sudah
capai seharian bekerja, masih dapat membagikan waktunya bagi kami.
Pokoknya saluut.....
6. Frater Donatur Kusmartono, SCJ
Aku ingin merangkai kata macam apa, perasaan sulit untuk tercurah.....
Memang perasaan dan hati banyak bersuara saat ini, daripada rasio.
Adakah di sudut Jakarta ini, nafas Yogyakarta ?
Di manakah belaian Yogyakarta dapat ditemukan di jantung Ibukota ?
Carikan aku kasih dan cinta, di kota bisnis dan sibuk ini.
Petikan seulas senyum keramahan,
untuk kurangkai dengan perhatian dan kupajang di mataku !
Tidak sulit didapat, di sini di Pendidikan SANTA LUSIA,
baik di Jalan Dewi Sartika maupun di Jalan Duren Tiga No. 1
dan di Jalan Wijaya I No. 81 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 150
Tidak berat rasanya, untuk ringan tangan .....
Tidak susah nampaknya, untuk berhias senyum.
Apakah aku ini istimewa ?
Ibu Lusi, ini pribadi yang paling banyak mengisi,
tiada hari tanpa ibu Lusi
Tidak hanya materi, tetapi terlebih hati...
Tidak hanya profesi, tetapi kasih ibu tulus murni.
Semua tercurah untuk kami
Ia bukan induk semang, bukan pula penampung kami.
Tetapi ibu kami semua...... ibu ...... ibu ....
Di antara dua kuasa, di antara Jakarta Timur dan Jakarta Selatan
di antara keangkuhan dan kerendahan, dia berdiri kokoh
Dia dipojokkan, tetapi tidak terpojok,
Kalau aku pasti sudah roboh......
Di luar skenario awal, diam-diam aku mencuri “pribadi”
berguru mengenai kehidupan dari ibu Lusi.
Akhirnya .......
Terima kasih berlipat,
dan maaf berganda.
Lembah Hijau, Ciloto
Puncak 23 Agustus 1991
Selesai belajar Bahasa Inggris di Gedung
Pendidikan SANTA LUSIA, Jl. Dewi Sartika
Berfoto bersama dengan Pengajar Bahasa
Inggris, Mr. Chandra Purnama Restu
Frater Donatus Kusmartono, SCJ
Wisma Vijaya Praya
Jalan Wulung 9A – Papringan Yogyakarta
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 151
7. Frater Constantinus Kristianto, SCJ
Tuhan memang Maha Baik. Tuhan selalu memperhatikan aku. Kebaikan hati
ibu yang memperhatikan kami dengan kasih yang tulus, serta kebaikanpara
karyawan Pendidikan SANTA LUSIA adalah bukti bahwa Tuhan hadir dan
berkarya melalui tangan-tangan mereka. Selama berada di “BIARA” – Jalan
Duren Tiga No. 1 Jakarta Selatan selama sebulan lamanya, saya merasakan
segalanya begitu cepat meluncur bagai anak panah lepas dari busurnya.
Banyak hal yang saya alami, dan belum pernah saya pikirkan semula. Tiba-
tiba begitu saja terjadi, baik dalam mengikuti Kursus Komputer dan Bahasa
Inggris, maupun acara sehari-hari.
Kenangan manis 15 Agustus 1991 diiringi
dengan gitar oleh kakak beradik Frater
Constantinus Kristianto SCJ (kanan)
Frater Thomas Eddy Susanto SCJ (kiri) Kami
bernyanyi bersama di Palembang
Persembahan untuk Romo Provinsial SCJyang
merayakan “Pesta Perak Imamat” Romo
Aloysius Sudarso SCJ
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 152
MENGAGUMI & MENSYUKURI KEMUSTAHILAN TUHAN
MENGHADIRI TAHBISAN IMAM PARA FRATER
(1) Dari 4 (empat) Frater OMI, ditahbiskan 3 (tiga) Romo OMI
(2) Dari 8 (delapan) Frater SCJ, ditahbiskan 7 (tujuh) Romo SCJ
Terima kasih Tuhan, atas karunia luar biasa indah,
yang boleh kami terima melalui para Frater.
ROMO ANTONIUS RADJABANA, OMI
KALIDERES – JAKARTA BARAT
Saya mengenal Ibu Lusia kurang lebih 30 tahun yang lalu. Waktu itu kami
belajar Komputer dan Bahasa Inggris. Kami terdiri frater-frater OMI dan SCJ.
Kami diterima dengan baik oleh Ibu Lusi. Kami bukan hanya diantar jemput
untuk Kursus Komputer dan Bahasa Inggris di Santa Lusia tetapi juga diajak
keliling melihat Jakarta. Kami tentu senang sekali.
Kesan yang selalu membekas di hati adalah keramahan dan kebaikan hati Beliau.
Bagi saya Ibu Lusia merupakan seorang wanita beriman, Ibu yang tangguh dan
pribadi yg terus berusaha maju di bidang keahliannya, Pendidikan.
Ibu Lusia juga seorang yang tangguh sehingga bisa bersaing di kota sebesar
Jakarta. Inovasi di bidang pendidikan membuatnya berhasil mendidik banyak
anak muda untuk berhasil dalam hidup yg tidak mudah di kota besar.
Ibu Lusia juga seorang yang murah hati.
Seminari dan para imam adalah mereka yang
paling merasakankebaikannya.
Sampai sekarang, api semangat itu tidak pernah
surut. Kiprahnya tetap dirasakan sebagai cahaya
kebaikan yang membuat anak yang lebih muda
terpacu lebih keras untuk menjafi lebih baik.
Usianya yang ke 75 pantas untuk disyukuri dan
dirayakan. Hidup berarti menghadilkan buah.
Dan menghasilkan buah sampai akhir dengan
memberi- kan yang terbaik di setiap
langkahnya. Hidup yang sungguh inspiratif.
“Selamat merayakan
Ulang Tahun yang ke 75”
Semoga sehat dan bahagia. Tetap menginspirasi sampai akhir. Tuhan memberkati.
Romo Antonius Radjabana OMI
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 153
ROMO VINCENTIUS KAYA WATUN, OMI
PAROKI SANTO STEFANUS CILACAP
KEUSKUPAN PURWOKERTO
Ibu Lusia Soetanto
“Selamat mensyukuri usia ke 75 tahun”
Sudah ¾ abad ibu Lusia diberi karunia menjalani hidup di bumi ini.
Sudah banyak yang ibu kerjakan untuk ikut mengembangkan Kerajaan Allah
di dunia ini. Sudah banyak pengabdian yang ibu berikan kepada masyarakat dan
bangsa ini. Tidak ada kado yang dapat diberikan buat ibu diusia 75 tahun.
Kado yang yang terindah sudah pasti disediakan Yesus di surga.
Kado itu lebih mahal, lebih indah, lebih sempurna, lebih mulia.
Karena ibu sudah berkomitmen kepada Yesus, Sang Guru Agung kita;
seperti Santa Lusia pelindung ibu yang berkomitmen
sampai mati mengabdikan diri pada Tuhan.
Begitu pula, semoga ibu Lusia mengabdikan diri dalam dunia Pendidikan,
mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa sampai Tuhan merasa cukup.
Syukur dan terimakasih pada Tuhan
yang telah memberi ibu kepada dunia
ini untuk menghadirkan Kerajaan
Allah melalui karya ibu Lusia.
Profisiat.
Salam sehat selalu. Tuhan
memberkati. Amin
RP. Vincentius K Watun OMI
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 154
ROMO AEGIDIUS WARSITO, SCJ – CANADA
“Selamat Ulang Tahun Untuk Bunda”
Mentari menyongsong di timur nan jauh Bercak
warna menghiasi langit yang beku Embun
menggelayut pada daun
yang mulai bangun
Membuka kelopak mata mungil dan jemari
bergerak merabai semesta
Menyeka ranum muka kusut sisa sisa mimpi
Pada celah jendela, berkas cahaya masuk
menembus kornea bening layaknya
etanol98 persen
Selamat pagi Bunda ……ini bukan saat tuk lelap
Terbuai dalam mimpi tak berkesudahan
Tumpahkan asa pada fajar ke 27.375
Secercah harapan menanti di ufuk
Tuk hantarkan Bunda pada singgasana tertinggi
Tujuh puluh lima tahun sudah Bunda lalui seluk beluk nasib
Senang dan duka, sukses dan gagal adalah realita hidup
Hidup adalah pilihan
Pilihan ke jalan Tuhan atau jalan setan yang menyesatkan
Waktu terus berlalu
Dan Bunda melangkah pada semesta yang ke tujuh puluh lima
Hanya doa beserta harap yang bisa aku persembahkan
lewat Penguasa semesta alam
Semoga Bunda semakin bahagia dan sehat wa’al fiat
Raga Bunda tetap kuat walau tahun bertambah & jiwa Bunda semakin bijak
Langkah kaki Bunda semakin mantap,
Untuk mensyukuri dan membalas kasih Tuhan
Ada banyak orang di luar sana sedang menunggu uluran kasih Bunda
Itulah jalan yang Bunda pilih menjadi penyalur berkat dan kasih Tuhan
Menjadikan hidup semakin hidup bermakna
Sebagai bekal menuju kesatuan yang abadi bersama Bapa.
Akhir kata saya ingin berpantun:
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 155
"Santannya kelapa di sayur lodeh Budaya lama turun temurun
Pokoknya kuucapkan selamat deh Buat Bunda yang berulang tahun."
Berkah Dalem,
Romo Aegidius Warsito, SCJ
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 156
ROMO TITUS WARIS WIDODO, SCJ
PROVINSIAL SCJ – PALEMBANG
“Ibu Lusia Soetanto setia menghadirkan figur ibu”
Ibu Lusi adalah satu-satunya orang yang menyertakan kata “Ananda”
ketika memanggil atau menyapa saya. Tentu saja saya tahu bahwa saya bukan
satu-satunya orang yang dipanggil dengan sebutan “Ananda” karena ada
banyak rekan imam dan orang lain yang juga dipanggil dengan cara demikian.
Banyak karyawan dan anak didiknya juga disebut “Ananda.”
Saya yakin kata “Ananda” yang sering beliau pakai bukan ungkapanbasa-
basi atau hanya sekedar untuk memberi kesan kedekatan emosional. Dengan
menggunakan kata “Ananda”, ibu Lusi ingin menghadirkan sosok ibu bagi
orang-orang yang dikenal dan disayanginya. Orang-orang yang disebut dengan
“Ananda” diterima dan diperlakukan sebagai anaknya. Itulah ungkapan hati
yang tulus dari seorang yang mengasihi tanpa pamrih, memberi tanpa
mengharap kembali, dan membantu tanpa pandang bulu.
Saya mulai mengenal ibu Lusi ketika saya masih muda, masih seorang
mahasiswa yang sedang meniti jalan untuk menjadi imam. Sementara pada waktu
itu ibu Lusi sudah dikenal sebagai ibu tiga remaja dan public figure yang sukses
dalam kancah dunia pendidikan lewat lewat Lembaga Pendidikan Santa Lusia.
Saya pun pernah menjadi peserta didik di lembaga tersebut ketika kursus
komputer pada saat liburan akhir semester tahun 1991.
Bagi saya ibu Lusi memang sosok perempuan yang berusaha sungguh-
sungguh untuk menghadirkan figur ibu lewat tutur kata, tindak tanduk, senyum
manis dan sapaan hangat kepada anak didik dan orang-orang di sekitarnya.
Sebagai pendidik beliau tetap menampilkan jiwa keibuan walau sejauh saya
kenal beliau orang yang disiplin dan tegas juga.
Pada kesempatan penuh rahmat ini perkenankan saya mengucapkan :
“Selamat Ulang Tahun ke-75 Ibu Lusi”
Semoga ibu tetap sehat dan penuh semangat, tetap beraksi dan
berprestasi, tetap menghadirkan sosok ibu yang penuh kasih dan bijaksana.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 157
Terimakasih atas perhatian & kasihnya,
atas suri teladan dan dukungannya, dan atas
segala kebaikan yangboleh saya terima.
Selamat merayakan hari istimewa ini
dengan penuh syukur dan sukacita. Tuhan
memberkati.
Salam dan doa kami,
P. Titus Waris Widodo SCJ
(Romo Provinsial SCJ saat ini)
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 158
ROMO THOMAS EDDY SUSANTO, SCJ
TULANG BAWANG – LAMPUNG
“Ibu yang Perkasa dengan segudang Ide Kratif dan Inovatif”
Itulah yang sepontan muncul dalam benak saya ketika ditanya tentang kesan
saya selama mengenal Ibu Lusia Soetanto. Mengapa saya memilih kata “Ibu”
bukan “wanita”, karena sosok seorang ibu sangat kuat dalam diri Ibu Lusia ini.
Sejak saya mengenal beliau sektiar 30 tahun lalu, saat kami para frater diberi
kemurahan boleh mengenal Komputer.
Kegiatan beliau yang sangat banyak djalankannya dengan penuh semangat,
seakan tidak kenal lelah. Yang sungguh mengagumkan adalah bahwa di tengah
kegiatannya yang begitu banyak, beliau masih sangat aktif dalam kegiatan
rohani. Tampaknya kegiatan rohani bukanlah kegiatan tambahan, melainkan
sumber kekuatan beliau, kekuatan yang berasal dari Allah sendiri. Semakin
banyak aktivitas fisik, semakin banyak aktivitas rohani yang diperlukan untuk
menyuplai kekuatan hidup beliau. Begitulah kira-kira jika boleh saya
rumuskan.
Di usia yang sudah ¾ abad, beliau tetap
penuh semangat melayani Tuhan dan
sesama.
Selamat Ulang Tahun,
Bu Lusia.
Tetap semangat dalam karya
pelayanan. Tuhan Memberkati!
Salam,
RomoThomas Eddy Susanto SCJ
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 159
ROMO LAURENTIUS PURWANTO, SCJ
Teringat saat itu,
Ibu Lusia yang baik hati.
Bersama frater-frater SCJ yang lain aku diberi kesempatan untuk kursus
komputer dan bahasa Inggris. Saat menjalani kursus hanya ada rasa kagum dan
heran. Kenapa ibu Lusia kok mau membantu kami.
Sekarang aku sudah mendapatkan jawabannya. Pertama-tama Kemurahan hati
ibu Lusia lah yang aku rasakan. Yang kedua, ibu Lusia bergerak dan punya
concern di bidang pendidikan. Ketergerakan hati ibu menumbuhkan tanggung
jawab mencerdaskan bangsa. Kepedulian di bidang pendidikan informal mau
pun formal merupakan tanggung jawab kita bagi generasi mendatang.
Jawaban itulah yang kurasakan sampai
sekarang. Dan saya mengalami sampai
sekarang buahnya. Sangatlah membantuku
sebagai imam biarawan SCJ dalam
menjalankan tugasku. Minimal aku terbantu
tidak gaptek.
Tugas perutusanku sebagai misionaris di
Madagaskar berjalan dengan lancar. Demikian
juga saat ini tugas perutusanku di bidangsosial.
Atas jasa kebaikan ibu Lusia saat itu sekarang
bisa aku terlancarkan dalam menjalankan
tugasku.
Terimakasih ibu Lusia yang telah Sudi membatu kami para SCJ. Kebaikan ibu
selalu kami ingat. Kami mendoakan ibu. Semoga Berkat Tuhan selalumelimpah
bagi kehidupan ibu.
Selamat Ulang Tahun ke-75
Ibu Lusia Soetanto
Romo Laurentius Purwanto SCJ
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 160
ROMO CONSTANTINUS KRISTIANTO, SCJ
PALEMBANG
“Sekilas kesan untuk Ibu Lucia Soetanto”
Saya mengenal Ibu Lusia Soetanto sejak saya
masih di Skolastikat, SCJ, pada waktu itu disaat
liburan semester ada program belajar Computer
bersama beberapa frater SCJ. di tempat Ibu Lucia di
Jl. Kartini, Jakarta Timur. Saat itu saya banyak
berjumpa dengan Ibu Lusi dan cukup mengenal
beliau dari dekat.
Kesan saya ibu lusia adalah seorang wanita “perkasa”,
yang gigih berjuang dan pantang menyerah. Berdasarkan cerita bagaimana beliau
memulai karirnya ditengah-tengan gelombang persoalan keluarga yang
menerpanya, dia tetap berdiri kokoh, pelan-pelan tapi pasti, terus melangkah dan
dari situ sebuah Lembaga Pendidikan Computer dan Bahasa Ingris berdiri dengan
megah, dan berakar kokoh.
Selain kekokohan kepribadiannya, sejak awal sangat tampak jiwa sosial Ibu
Lusia. Belai selalu terusik melihat situasi penderitaan orang lain. Berangkat
dari hati yang terbuka terhadap penderitaan orang lain (seperti Hati Yesus,
yang selalu menjadi inspirasi dan sumber kekuatannya) beliau sangat banyak
membantu Gereja dalam berbagaimacam bentuk, baik materiil maupun
pendidikan, sesuai dengan bidang beliau.
Tak hanya itu keterbukaan hati beliau juga menjadi rahmat bagi banyak awam,
gadis-gadis yang ingin mempersiapkan masa depan mereka, bahkan juga para
wanita non kristiani, banyak yang mendapatkan berkat dari kemurahan hati
Tuhan, melalui bu Lusia Soetanto. Di tengah masyarakatpun beliau banyak
berperan, menjadi garam dan terang dunia di tengah manyarakat dengan proyek-
proyek sosialnya dalam berbagai bentuk dan kelompok.
Masih sangat banyak hal lain yang bisa saya ceritakan tentang beliau. Tapi yang
ingin saya garis bawahi adalah Ibu Lusia Soetanto adalah sosok wanita kristiani
yang beriman kokoh pada Hati Yesus yang maha Kudus. Dan berangkat dari
spiritualitas hati itulah, dia berbaik hati dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Cintanya terus mengalir ke tempat yang membutuhkannya.
Proficiat Ibu Lusia, teruslah menjadi penyalur berkat Tuhan bagi sesama.
Kami mendoakan - Romo C. Kristianto, SCJ
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 161
ROMO DONATUS KUSMARTONO, SCJ
PALEMBANG & METRO LAMPUNG
IBU LUSIA SOETANTO
(Sekelumit sharing saya dari sekian panjang, lebar, dan dalam kehidupannya)
Tahun 1990 saya mulai mengenal langsung sosok ibu Lusia Soetanto. Sebelumnya
baru sebatas mendengar namanya dalam daftar para donatur komunitas kami.
Saat itu saya bersama belasan Frater SCJ dan OMI mendapat kesempatan untuk
mengikuti kursus komputer di PKSA (Pendidikan Komputer Santo Antonius) dan
Bahasa Ingris di SANTA LUSIA English Departmen (SLED) mengisi musim libur
semesteran. Saat itu kami semua mendapatkan perhatian penuh dari padanya
sampai kami disebut sebagai “ananda”. Selanjutnya, bersama dengan dinamika
perutusan saya, pengenalan ibunda ini semakin luas baik di dunia Pendidikan,
Sosial, Keagamaan, dan Bisnis. Dari sekian banyak pengalaman hidupnya yang
saya kenal, saya hendak mensharingkan dua hal yang menarik bagi saya saat ini,
sebagi Pastor yang berkecimpung di dunia Pendidikan.
Pemerhati dan Pelaksana Pendidikan
Sarjana Non Kependidikan UGM kelahiran Jawa Tengah ini rupanya mempunyai
hati, jiwa, dan keseriusan bagi dunia pendidikan anak bangsa. Kiprahnya dalam
Pendidikan Formal dan Non Formal di Lembaga Pendidikan SANTA LUSIA
membuktikannya. Baik dalam leadership - managerial maupun terlibat langsung
dalam proses kursus / Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Saya pernah mengintip
bagaimana beliau memberikan bimbingan di kelas juga mendampinginya saat
berjumpa dengan begitu banyak peserta didik bersama dengan orang tuanya.
Sapaan hangat keibuan menjadi gaya educational leadershipnya.
Rupanya ia memulai jatuh hati dalam dunia pendidikan ini, berawal dari hal
yang sederhana. Memulainya dengan membuka Kursus Privat di rumahnya
untuk beberapa anak. Dari ruangan ala kadarnya di lorong masjid bilangan
Cawang itu ia kemudian melebarkan perhatiannya dengan berbagai bidang
pelayanan pendidikan yang menghantar kepada kebesaran Pendidikan SANTA
LUSIA pada jamannya. Dari sinilah di masa akhir abad XX saya mengenalnya
sebagai salah satu Tokoh Pendidikan.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 162
Secara khusus saya mengenal perhatiannya di dunia pendidikan melalui
keikutsertaanya pada Yayasan Katolik Santo Antonius Bidaracina. Ibu Lusia ikut
terlibat dalam Organ Yayasan itu sejak awal pendirian. Yayasan ini
menyelenggarakan Sekolah Santo Antonius dan Klinik Santo Antonius di Jakarta
Timur. Kedua unit karya Yayasan ini banyak memberikan perhatian kepada
masyarakat dari strata ekonomi menengah ke bawah. Baik bagi warga Paroki
Bidaracina khususnya, maupun warga masyarakat pada umumnya.
Keterlibatannya di Yayasan ini secara berkesinambungan membuatnya (sebagai
Sekretaris Dewan Pengurus Yayasan) pantas dan dapat dipercaya
“mempersembahkan” sebuah tulisan yang sangat rinci, alur waktu dan
sistematikanya tentang suka duka dan sejarah Yayasan Katolik Santo Antonius
Bidaracina. Tulisan ini menjadi reverensi bagi mereka (baik penyelenggara
maupun pelaksana sekolah Santo Antonius) dalam merajut sejarah selanjutnya.
Tulisan itu juga sangat berarti ketika Kongragasi SCJ menerima tanggungjawab
sepenuhnya atas “kepemilikan” Yayasan yang ia ikut rintis itu. Dengannya SCJ
dapat dengan lebih baik lagi dalam memaknai kelanjutan visi sosial gerejawi saat
merubah namanya menjadi Yayasan Pendidikan Katolik Leo Dehon.
Hidup Menggereja
Sebagai seorang Katolik, ibu yang tetap setia menjadi warga Paroki Bidaracina
ini, termasuk dalam kelompok yang taat dan bangga dengan imannya. Imannya
ini ia wujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan sosial yang mengalir dari
jiwa kekatolikannya. Aktifitas sosialnya ini seakan menjadi perwujudan dari
penegasan Tuhannya, “sesungguhnya segala sesuatu yangkamu lakukan untuk
salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya
untuk Aku.” (Mat 25:40)
Aktifitas sosial di berbagai lini masyarakat dan pemerintahan juga menjadi
lahan tugas misionernya untuk menjadi “garam dan terang dunia” (bdk. Mat
5:13-16). Iman kekatolikannya ia nyatakan juga dalam berbagai benda
devosional yang melekat padanya, yang bukan sekedar sebagai asesori
penampilan. Ia juga mendedikasikan satu ruangan khusus di dalam rumahnya
sebagai Kapel (Ruang Doa), baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 163
Ruang Doa yang diberkati oleh Bapak Uskup Agung – Palembang, Mgr. Aloysius
Sudarso, SCJ pada hari Rabu, 1 Juni 1994 ini, juga mengungkapkan sumber
kekuatan hidupnya melalui perjumpaan dengan Tuhan dalam doa. Tentu,
imannya juga dirayakan dengan aneka kegiatan sakramental, lebih- lebih dalam
Perayaan Ekaristi. Dalam hidup menggerejanya ini, yang juga menarik adalah
bahwa sampai pada saat ini Ibu Lusia Soetanto masih terlibat aktif dalam
kelompok Lektor (pembaca bacaan Kitab Suci dalam Ekaristi) Paroki
Bidaracina. Dalam kelompok ini, ia masih bersedia dijadwal untuk pelayanan.
Ia masih mengikuti pembinaan, pelatihan/persiapan, dan tentu memenuhi
tugas yang telah dijadwalkan oleh Koordinator. Beliau dikenal sebagai anggota
lektor yang paling senior, baik usianya maupun masa keanggotaanya; sehingga
ada yang mengatakan bahwa “bu Lusia itu berusia 25 tahun ditambah
pengalaman selama 50 tahun”. Bravo!
Semoga sharing tulisan ini
menambah indah pahatan ikon
kehidupan ibu Lusia Soetanto
yang telah memasuki tiga
perempat abad anugerah
kehidupan yang Tuhan berikan
kepadanya. Kepada ibu Lusia
Soetanto saya haturkan proficiat,
terimakasih, dan Berkah Dalem.
Selamat Ulang
Tahun ke-75
Ibu Lusia Soetanto
Romo Donatus Kusmartono SCJ.
Metro, 12 Maret 2021.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 164
11
PARA
BAPAK
USKUP
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 165
MENGAGUMI & MENSYUKURI KEMUSTAHILAN TUHAN
MENERIMA DUKUNGAN, DOA & BERKAT TUHAN
DARI PARA BAPAK USKUP
BAPAK USKUP Mgr. ALOYSIUS SUDARSO, SCJ
KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG
Happy Birthday “Ibu Lusia Soetanto,”Mulier Fortis (Ibu yang Kuat).
Ketika pertanyaan serius muncul didalam gereja mengenai peran perempuan
di dalam Gereja dalam pelayanan, Konsili Vatikan kedua menyatakan bahwa “
karena di jaman kita ini perempuan semakin berperan aktif didalam semua
bidang kehidupan masyarakat, maka selayaknyalah mereka berpartsipasi lebih
luas juga dalam berbagai bidang kerasulan gereja.”(AA 9,1966). Pernyataan itu
disambut baik oleh Sinode Para Uskup 1971 di Roma, yang menyatakan :” Kami
juga mendorong agar para perempuan juga mempunyai peran dan
keterlibatannya dalam hidup didalam masyarakat luas dan didalamkomunitas
gereja.” ( Justice in the World 1972).
Saya sengaja mengutip pernyataan gereja katolik sekian puluh tahun yang lalu
tentang keterlibatan perempuan ditengah masyarakat dan gereja yang telah
disampaikan oleh para Bapak Konsili Vatikan II, sebelum saya mengawali
Ucapan Syukur atas Hari Ulang Tahun Ibu Lusia Soetanto yang ke 75, pada
tanggal 9 April 2021.
Sudah cukup lama saya mengenal Ibu Lusia Soetanto dan Bapak Soetanto
beserta 3 orang putra/putri nya. Karena kehendak Tuhan Bapak Soetanto dan
Maya putri terkasih sudah dipanggil Tuhan mendahului Ibundanya. Telah
banyak keterlibatan ibu Lusia Soetanto dalam membantu pelayanan saya
selama mendampingi Kongregasi SCJ Indonesia. Suatu kenangan tak
terlupakan dan memberi kesan luar biasa. Ibu Lusia memberi perhatian khusus
bagi imam senior dan memberi perhatian utk para frater muda kami. Demikian
juga Ibu menampung para imam kami yang keluar masuk berkunjung ke
Indonesia.
Ada tiga kesan yang ingin saya ungkapkan pada hari bahagia ini tentang Ibu
Lusia : Beliau adalah Ibu yang selalu ingin merangkul anak anak yang kurang
mampu, yang membutuhkan pendidikan lebih. Banyak anak anak dari daerah
daerah yang dititipkan dan menjadi orang.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 166
Beliau adalah Guru yang cerdas, sangat disenangi dalam mengajar atau
memberi kuliah.Bahkan beliau mendirikan Lembaga Pendidikan Santa Lusia
yang cukup diminati. Kepiawaian beliau untuk mengorganisir tukar menukar
mahasiswanya sampai ke mancanegara. Yang menarik saya kira adalah bahwa
Ibu Lusia mampu mengundang hati orang muda melihat harapan.itulah sifat
pendidik yang sejati “menghantar anak didik melihat harapan.” Dan itulah
seorang pendidik “mampu mengantar kepada kebebasan.”
Beliau juga seorang Ibu yang kuat dan berani, kuat dalam iman dan bertekun ,
murah hati dan mudah berbelarasa. Kiranya ini yang menyebabkan Bu Lusia
menjadi Ibu yang baik dan sederhana. Semua kesibukan itu didukung oleh
kesetiaan dalam doa
Masih banyak keterlibatan Ibu Lusia dalam aktivitas lain:
Lion Club, John Paul II, dan masih setia sebagai Lector
dalam perayaan Ekaristi di Gereja St. Antonius
Bidaracina.
Ibu Lusia Soetanto
Selamat Berbahagia
pada HUT ke-75.
Tuhan memberkati
Ibu dan keluarga.
Palembang, 7 Maret 2021.
Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 167
MENGAGUMI & MENSYUKURI KEMUSTAHILAN TUHAN
KAPEL DI RUMAH KEDIAMAN DIBERKATI OLEH
BAPAK USKUP, Mgr ALOYSIUS SUDARSO, SCJ
PADA HARI RABU 1 JUNI 1994 (27 tahun yang lalu)
Rabu 1 Juni 1994 Penandatanganan Prasasti untuk KAPEL di rumah kediaman kami,
disaksikan oleh kami sekeluarga, juga oleh ananda mas Dhanis dan mas Miko
Setiap hari, KAPEL di rumah kediaman sungguh sangat bermakna dan bermanfaat
untuk senantiasa memuji dan memuliakan Tuhan. Bukan hanya untuk kami sekeluarga,
namun juga untuk berbagai Komunitas dan Lingkungan/Wilayah yang memerlukan.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 168
Mgr. PETRUS CANISIUS MANDAGI, MSC
BAPAK USKUP KEUSKUPAN AGUNG
MERAUKE, PAPUA
Pada tanggal 9 April ibu Lusia Soetanto
merayakan hari ulang tahun ke 75. Saya ucapkan
proficiat. Sudah lama saya kenal dengan ibu
Lusia Soetanto. Bagi saya ibu Lusia adalah
seorang beriman, seorang religius. Tandanya
beliau mengutamakan doa dalam hidup.
Beliau suka menolong orang yang menderita,
besar kepeduliannya bagi sesama yang
membutuhkan bantuan. Beliau adalah seorang suka bersahabat khususnya
dalam Keluarga Besar John Paul II Foundation Indonesia. Di mana saja beliau
berada, kegembiraan ada di sana.
Perhatiannya besar juga untuk keluarganya. Beliau juga sangat terlibat dalam
kegiatan gereja, khususnya kegiatan parokinya sendiri.
Sekali lagi Proficiat HUT ke 75.
Salam, Uskup Mandagi.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 169
Mgr. AGUSTINUS AGUS
BAPAK USKUP KEUSKUPAN AGUNG
PONTIANAK
Saya mengucapkan
“Selamat merayakan Hari Ulang Tahun yang ke-75”
pada tanggal 9 April 2021 kepada Lusia Soetanto.
Saya doakan agar Lusia tetap sehat, tetap ceria, tidak mengeluh, dan tetap
bersemangat dalam mengamalkan kasih kepada sesama.
Ibu Lusia Soetanto adalah " rasul" masa kini
dengan caranya sendiri, juga di masa
Pandemi Covid-19 sekarang ini. Kesaksian
hidup yang tidak mengenal batas umur,
peduli terhadap sesama khususnya yang
membutuhkan, saya jumpai dalam diri Lusia
Soetanto ini.
Proficiat Lusia Soetanto, lanjutkan menjadi "
rasul" Yesus melalui kesaksian hidup. Saya
dukung dengan doa-doa saya.
Pontianak, 6 Maret 2021.
Mgr. Agustinus Agus.
Uskup Agung Pontianak.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 170
Mgr. YUSTINUS HARJOSUSANTO
BAPAK USKUP KEUSKUPAN AGUNG
SAMARINDA – KALIMANTAN TIMUR
“Ibu yang berhati Pendidik”
Kesanggupan untuk menulis tentang bunda
Lucia Soetanto dalam rangka hari ulang
tahunnya ke 75 tahun rupanya terlalu berani,
mengingat keterbatasan pengenalan saya
terhadap Ibu Lucia. Karena itu, tulisan ini hanya
berupa beberapa kesan yang sempat saya
tangkap melalui beberapa kali perjumpaan,
saling sapa melalui alat komunikasi dan
informasi yang sempat saya ketahui. Harapan
saya, meskipun amat terbatas, beberapa kesan
itu bisa menjadi peneguh atas tulisan-tulisan
lainnya.
Dari informasi dan sharing yang pernah saya dengar, Ibu Lucia memiliki
ketertarikan untuk menggeluti dunia pendidikan sejak masa mudanya,
sehingga fokus pelayanan sepanjanghidupnya ada di situ. Hal itu nampak dari
percakapan dan usaha serta karyanya.
Kisahnya mengenai keterlibatannya dalam dunia pendidikan sejak berusia
muda dengan mengajar, sampai pada waktunya mendirikan sekolah
menunjukkan bahwa hatinya terpikat pada pendidikan dan mencintainya
dengan sepenuh hati. Dipandang dengan mata iman Kristiani dapat dikatakan
bahwa Ibu Lucia telah menemukan panggilan Tuhan dan sekaligus
perutusanNya sejak awal hidupnya dan terus dikembangkan secara maksimal
dan optimal.
Orang yang memiliki hati dalam bidang tertentu seperti itu, pasti merasa at
home atau krasan dengannya dan karenanya dorongan untuk mencurahkan
pikiran, waktu dan tenaga amat besar dengan semangat tinggi. Pengabdian diri
secara total memicu kreativitas dan tidak pernah berhenti. Kreativitas untuk
mengembangkan usaha dan karya itu tidak pernah habis.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 171
Kesan kuat bahwa waktu untuk tetap aktive dalam bidang itu tidak dibatasi
oleh usia, sehingga pada usia yang ke 75, ketika banyak orang sudah berpikir
untuk istirahat pada usia 65 atau bahkan kurang dari itu, Ibu Lucia masih tetap
menekuni pelayanan itu dengan semangat tinggi dan sepenuh hati. Merasa at
home dengan bidang gumulannya, atau dengan kata lain menghidupi panggilan
hidup, akan memandang apapun yang terjadi, khususnya ketika ada masalah
dan tantangan, tidak menyurut semangat. Sebaliknya, tantangan justru
memacu usaha dan menambah semangat disertai meningkatkan kreativitas
untuk menangani dan mengatasinya dengan baik. Sikap seperti itu yang saya
tangkap, sehingga kendati banyak kesibukan dan urusan, penampilan fisik
lebih muda daripada usianya.
Kreativitas tidak hanya terbatas pada mengembangkan karya dan layanannya
sendiri, melainkan juga dalam kerja sama dengan usaha dan karya sejenis.
Dengan demikian tercipta kerja sama dengan berbagai pihak dan berjejaring
luas demi perkembangan pendidikan bagi siapapun yang membutuhkan.
Terdengar informasi bahwa layanan pendidikan asuhan ibu Lucia juga
menerima peserta didik dari berbagai tempat, bahkan juga bekerja sama
dengan lembaga sejenis di sejumlah negara untuk mencapai hasil optimal.
Sikap dan tidakan keibuan yang peka dan tanggap serta bersemangat
memberdayakan orang muda yang berada dalam kesulitan dalam pendidikan
amat kentara. Para siswa yang datang dari tempat yang jauh dan tidak
mengenal sama sekali Jakarta dilayani hampir semua kebutuhannya, bahkan
sampai hal-hal yang kecil dan sederhana, sehingga mereka merasa aman dan
cepat krasan berada di tempat yang bagi mereka asing dengan banyak hal baru
yang belum mereka kenal. Hal lain yang menunjukkan perhatiannya kepada
orang muda dan upaya untuk memberdayakan dan membantu juga nampak
dalam kesediaannya bergabung ke dalam kelompok PeduliKalimantan Utara
(Keuskupan Tanjung Selor) yang memberi perhatian khusus kepada anak-anak
asli Kalimantan Utara dalam bidang pendidikan.
Pada kesempatan yang bersejarah dan penuh rahmat ini saya menyampaikan
“Selamat Ulang Tahun ke 75” dengan keyakinan bahwa
pemberian diri disertai semangat pengabdian dalam bidang pendidikan tetap
tinggi, dan dikarunia usia panjang dan kesehatan yang baik. Selamat
meneruskan pengabdian dan perjuangan itu. Berkah Dalem!
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 172
Mgr. PAULINUS YAN OLLA, MSF
USKUP KEUSKUPAN TANJUNG SELOR
KALIMANTAN UTARA
“Selamat merayakan 75 tahun
kepada Ibu Lusia”
Anugerah Tuhan kita syukuri melalui kelimpahan
berkat yang Ibu Lusia alami sampai saat ini.
Sejauh pengenalan saya, Ibu Lusia sangat energik
dan mampu meluangkan waktu untuk berbagai
kegiatan sosial kemanusiaan.
Terima kasih juga atas perhatian khusus pada
pendidikan kaum muda kali melalui Yayasan
Pemerhati Kalimantan Utara. Semoga Tuhan
memberikan berkat-Nya secara berlimpah
kepada Ibu Lusia dan keluarganya.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 173
12
BIARAWAN
&
BIARAWATI
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 174
MENGAGUMI & MENSYUKURI KEMUSTAHILAN TUHAN
DIBERI KESEMPATAN TUHAN UNTUK TERLIBAT
DALAM KARYA & PELAYANAN PARA BIARAWAN & BIARAWATI
DARI BERBAGAI KONGREGASI
ROMO FLORENTINUS SUBROTO WIDJOJO, SJ
L.S. 75 – TIGA PEREMPAT ABAD BERLALU
TANGGAL 9 APRIL, 2021, tepat Hari
JUM’AT Pahing, hari yang bersejarah bagi Ibu
Lusia Soetanto. Ada apa ? Ya tentu saja, Hari
Ulang Tahun beliau. “Sugeng Wiyosan, Bu !”
Hari yang bersejarah : karena tepat beliau
berusia 75 tahun – atau tiga-perempat- abad.
Tidak banyak orang mencapai usia lanjut,
tetap sehat dan aktif, seperti beliau.
Ditilik dari harapan hidup manusia, di tahun
1900, menurut catatan yang dapat dipercaya, harapan hidup saat itu orang
hanya mencapai 70 tahun. Dan dalam tahun 2019 dilaporkan , kita orang
Indonesia bisa mencapai rata-rata usia 75 tahun. Di negeri Makmur seperti
Eropa,Australia dan Amerika, orang bisa mencapai rata-rata 83, sedang orang
Jepangdilaporkan mencatat bisa sampai usia 85. Ini yang tertinggi.
Berbahagialah kita-kita bisa menyaksikan Ibu Lusia Soetanto kita tercinta
merayakan ulang tahun yang ke-75. Tetapi bila kita melihat dan menyaksikan
penampilan dan kegiatan di saat ini, saya yakin beliau bisa mencapai usia rata-
rata seperti orang Eropa, yakni 83 tahun atau malahan lebih. Semoga.
Di tahun 1984, sewaktu saya mulai memimpin Kolese Kanisius, Jakarta,
sebagai Rektor, saya mencari-cari tempat bimbingan belajar bagi para siswa.
Di saat itu saya mulai mengenal Bimbingan Belajar yang didirikan oleh Ibu
Lusia, di Jl. Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur. Karena saya pada saat itu juga
menjadi Pemimpin Umum Majalah Mingguan HIDUP (1975-1996),
berkecimpung di bidang Jurnalistik, saya merasa munculnya suatu ‘revolusi
dalam bidang Komunikasi’ – suatu Revolusi besar sesudah ‘Revolusi
Guttenberg’ (1440), yaitu Revolusi Dunia Digital.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 175
Jauh sebelumnya kalau kita mengkomunikasikan ide dan gagasan serta pikiran
kita, selain secara lisan – kita gunakan juga secara tertulis atau cetak. Saat itu
mesin ketik ‘manual’ kita temukan di mana-mana. Di tahun 1980-an, dalam
mengelola penerbitan Majalah Mingguan HIDUP, kita mulai menggunakan
Mesin Ketik Listrik.
Kemudian kita bertemu dan memanfaatkan Mesin Ketik Listrik dengan
mengganti bola-bola yang memuat font yakni macam-macam bentuk huruf; ganti
font ganti bola. Dan di tahun berikut dengan cepat kita mengenal Computer. Kita
lalu menulis segala berita untuk majalah sebelum dicetak lewat Computer. Di
tahun 1984 itulah, saya sebagai Pemimpin Umum mengutus wartawan dan
karyawan untuk menulis menggunakan Computer. Dan yang ada waktu itu
Computer Apple. Di mana mereka belajar kenal dan Latihan menggunakan
Teknik Computer, tiada lain di tempat bapak Henricus Soetanta swargi, suami
tercinta dari Ibu Lusia, yang wafat 30 Januari, 1992, 29 tahun lalu. Saya sendiri
tidak ikut kursus Computer, tetapi karyawan dan wartawan yang sudah belajar
Computer mengajari saya. Terima kasih bapak Henricus dan Ibu Soetanto.
Dan dari situlah saya masuk ke dalam pengenalan keluarganya, yang
berdomisili di Jl. Tegalparang Selatan, 15A, Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan. Karena sebagai pastor, selain berkunjung kekeluargaan di rumahnya,
saya kadang diundang untuk merayakan Misa, di kapel rumah yang
mendukung untuk berdoa.
Salah satu putranya, Maya – satu-satunya putri - juga sudah dipanggil Tuhan –
pernah menjadi mahasiswi di Fakultas Psikologi UI, saya bertemu dengan dia di
sana. Waktu itu saya mengampu sebagai dosen pelajaran Agama Katolik (1987-
1994). Sewaktu Maya studi di New York, USA, saya berkunjung ke Apartmen di
mana dia tinggal. Sebab sebagai journalist katolik saya sering saat-saat itu
diundang menghadiri Seminar atau Kongres, di beberapa kota di luar negeri.
Bersama keluarga Ibu Lusia , di bulan Desember, 1994, kami bersama ikut
berziarah ke Tanah Suci Yerusalem. Ibu Lusia bersama dua puteranya, Gabriel
Dhaniswara dan Michael Agung Isprihanto, mereka bertiga bersama dengan saya
dan rombongan, berangkat dari Jakarta melalui Hamburg, Jerman dan kemudian
ke Tel Aviv, Israel. Sedangkan puteri tunggalnya, Anastasia Ratih Damayanti,
berangkat dari New York USA menuju Hamburg di Jerman. Kami semua bertemu
di Bandara Hamburg, Jerman kemudian bersama-sama menuju Israel.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 176
Suatu pengalaman yang mengesan karena bagi saya baru pertama kali ke Tanah
Suci dan merayakan Natal di Gereja, tempat Kelahiran Yesus.
Dalam Misa Natal di Bethlehem itu, saya saksikan Presiden Yasser Arafat
berserta istri dan para para Menterinya menghadiri Misa Natal. Bahasa yang
dipakai Dalam Ekaristi itu Bahasa yang dipakai campuran. Ibadat Misa dalam
Bahasa Inggris, sedang bacaan Kitab Suci dan Homili dalam Bahasa Arab.
Juga saat peringatan 40 tahun IMAMAT saya, 16 Desember, 2010, Ibu Lusia
berdermawan membawa dan memestakan saya berserta kakak-kakak saya,
pergi ke Medan, tepatnya ke Gereja Annai Velangkanni, - tempat peziarahan
Maria. Di situ saya beserta Romo Alex Dirdjosusanta SJ - yang kebetulan
berkarya sebagai ‘Spiritual Director’- di Seminari Tinggi St. Petrus,
Pemantangsiantar, dan Romo James Bharataputra SJ, Sebastian, sebagai
pimpinan tempat peziarahan ‘Graha Maria Annai Velangkanni’, Medan,
merayakan Misa Tri-Pria meriah di gedung Gereja megah bergaya India.
Kami bertiga seangkatan di Fakultas Theologi Wedhabakti, Universitas Sanata
Dharma (USD), Yogyakarta (1968-1971). Dan dengan Romo Alex Dirdjo kami se-
angkatan tahbisan, 16 Desember 1970. Sedangkan Romo James, dari India, dari
Provinsi Yesuit Madurai, yang bergabung ke Provinsi Yesuit di Indonesia, baru
ditahbiskan tanggal 27 Desember, 1970 di gereja kampung halamannya. Tentu
saja, kami sudah sampai ke Medan mengapa tidak berkunjung ke Samosir. Itu
kunjungan bersama Ibu Lusia pertama ke Danau Toba, Samosir.
Sewaktu saya meninggalkan Jakarta dan pindah ke Yogyakarta mengemban
tugas untuk ikut memulai merubah IKIP Sanata Dharma menjadi Universitas.
Karena berlatar belakang studi Psikologi, saya diminta untuk ikut memulai
Fakultas Piskologi di USD dan menjadi dosen di Fakultas itu. Karena di Jakarta,
saya juga ditugaskan oleh Uskup Jakarta menjadi Pastor Mahasiswa di Unika Atma
Jaya Jakarta dan membantu pelayananan mahasiswa di beberapa Perguruan
Tinggi di Jakarta. Maka saya juga diminta merangkap memulai Campus Ministry
di USD dan menjadi Pastor Campus. Ibu Lusia mendukung dan membantu saya
di bidang transportasi untuk pelaksanaan tugas-tugas saya baik di USD maupun
di Campus Ministry.
Sejauh saya mengamati, adanya Bimbingan Belajar Santa Lusia, Pendidikan
Komputer Santa Lusia, Kursus Bahasa Inggris Santa Lusia dan Pendidikan
Sekretaris Santa Lusia, Ibu Lusia memiliki pandangan tajam mengenai
kebutuhan SDM (Sumber Daya Manusia) di negeri kita.
Ibu Lusia tidak memberi ‘ikan’ tetapi ‘kail’. dan lebih dari itu Ibu Lusia memberi
kesempatan ‘para pengail’ belajar bagaimana mengail dengan baik agar
berhasil. Dan lagi, beliau juga memberi tempat semacam ASRAMA bagi para
calon mahasiswa, yang mengikuti Program Beasiswa DUIT (Dokter Untuk
Indonesia Timur).
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 177
Bukan hanya dari Papua, melainkan juga dari Amboina dan Flores, ibu Lusia
mempersiapkan para calon Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Katolik Atma Jaya di Jakarta, di bawah bimbingan Pater Kees Bertens MSC.
Sungguh merupakan sumbangan SDM luar biasa bagi perkembangan di daerah
tertinggal seperti Papua dan Indonesia Timur pada umumnya, baik bagi
masyarakat maupun bagi Gereja.
Dua hal yang saya amati juga dari Bu Lusia mengapa tetap awet energetik,
sebab beliau sudak lama terlibat dalam kegiatan ‘Lions Club’ di Indonesia.
Banyak sekali kegiatan sosial karitatif yang dilakukan oleh Lions Club, di mana
Ibu Lusia terlibat. Dan di situ pula beliau bertemu dengan para anggota dan
tokoh-tokoh nasional dari Lions Club itu.
Kegiatan yang kedua ialah di penerbitan. Beberapa kali saya mendapat kiriman
Majalah WULAN, di situ nama Ibu Lusia terpampang. WULAN singkatan dari
‘Warga Usia Lanjut’, sebuah Majalah dengan nama yang berkonotasi dengan
‘tahapan hidup’ – di suatu jenjang di mana ‘aktualisasi diri’ sudah tercapai-,
merupakan tempat yang tepat Ibu Lusia menyumbangkan gagasan dan pikiran
dari pengalaman hidupnya dan bekerja yang luas.
Ibu Lusia lahir, setahun sesudah kemerdekaan
negeri kita tercinta. Proklamsi Kemerdekaan
membuahkan semangat‘nasionalisme’. Dan jiwa
‘nasionalis’ ini sudah mulai terpatri sejak
sebelum beliau menjadi mahasiswa di Fakultas
Teknik Kimia - Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Dan semangat itu menyatu dalam
diri Ibu Lusia, yang membuahkan makna dari
‘adagium’ yang pernah dilontarkan oleh alm
Presiden Kennedy dari USA, yang berbunyi
‘Jangan bertanya apa yang anda dapat peroleh
dari negeri, tetapi apa yang dapat anda berikan
kepada negeri ‘. ‘Adagium’ itu tidak hanya
dipahami oleh Ibu Lusia Soetanta, tetapi beliau
lakukan dan hayati, lewatkarya dan kegiatannya
sampai sekarang mencapai usia 75 tahun ini.
SUGENG TANGGAP WARSA , BU !
Subroto Widjojo SJ, MA
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 178
PATER KEES BERTENS, MSC – JAKARTA
Kesan dan Pesan
Saya sungguh merasa dihormati karena diundang
memberi kesan dan pesan pada kesempatan Ibu Lusia
Soetanto merayakan hari ulang tahun yang ke-75 pada
tanggal 9 April 2021. Saya mengucapkan selamat
sebesar-besarnya kepada Ibu Lusia dengan ulang
tahun yang berangka istimewa ini. Doa permohonan
saya ialah semoga Ibu umur panjang, diberikan
kesehatan yang baik dan masih lama boleh menikmati
kebahagiaan bersama dengan keluarga.
Saya sempat mengenal Ibu Lusia dalam rangkamenyelenggarakan Program
Beasiswa “Dokter UntukIndonesia Timur” (DUIT) Universitas Atma Jaya.
Ibu membantu kami dengan mempersiapkan anak-anak Indonesia Timur
untuk tes masuk Atma Jaya melalui bimbingan belajar. Dalam konteks ini saya
belajar mengenal Ibu sebagai pendidik yang tulen serta berdedikasi penuh dan
saya saksikan bagaimana anak-anak sungguh mencintai “Bunda” (panggilan
mereka untuk Ibu Lusia). Selain itu tentu juga sedikit disegani. Dari 38 dokter
muda yang saat ini selesai dan melayani masyarakat di Indonesia Timur dan
27 mahasiswa kedokteran yang masih berjuang dengan studinya di Jakarta
sebagian terbesar memperoleh bimbingan belajar dari Ibu Lusia, di samping
ratusan anak Indonesia Timur yang tidak lulus dalam tes tapi mendapat juga
sesuatu yang bermanfaat untuk seumur hidup.
Pada kesempatan khusus ini saya
mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Lusia untuk kontribusi
besar yang diberikannya kepada
Program Beasiswa Atma Jaya kami.
Tuhan memberkati Ibu selalu.
“Selamat Ulang Tahun ke-75”
P. Kees Bertens M.S.C.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 179
ROMO YOHANES HARYOTO, SCJ
PAROKI SANTA MARIA BUNDA ALLAH
TUGUMULYO – SUMATERA SELATAN
PESAN ROMO YOHANES HARYOTO SCJ
Ibu Lusia yang baik,
Tuhan memanggil kita tidak untuk
mengejar kesuksesan
Tetapi Tuhan memanggil kita untuk
SETIA kepada-NYA
Bila ada kesuksesan, itu adalah anugerah
yang patut kita syukuri.
Bila tidak sukses
Memang bukan panggilan pokok kita.
Tulisan ini merupakan penggalan Tuhan memanggil untuk SETIA,
surat saya, yang saya kirim pada bukan untuk sukses.
tanggal 8 Oktober 1991 dari
Pringsewu, Lampung tempat tugas Itulah panggilan hidup kita.
saya kepada Ibu Lusia Soetanto.
Doaku,
Romo Yohanes Haryoto, SCJ
Pringsewu, 8 Oktober 1991
Saya, tidak menyangka bahwa tulisan saya di atas masih disimpan dan bahkan
masih tergantung di dinding rumah kediaman ibu Lusia Soetanto. Lebih dari
itu, nampaknya tulisan itu menjadi MOTTO hidupnya. Dia menghidupi
kesetiaan dalam dimensi kehidupan. Dia setia pada kerapian sampai memasuki
umur ke-75. Kesetiaan juga diwujudkan dalam hidup rohani.
Ibu Lusia selalu mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari, terutama selamamasa
Pandemi Covid-19 ini, secara virtual. Seperti layaknya para Religius, ibuLusia
selalu melakukan Ibadat Harian (Brevier) lima kali sehari, Doa Rosario,
membaca Kitab Suci, tidak pernah dilupakan. Sewaktu saya masih bertugas di
Rumah Retret “GIRI NUGRAHA” KM 7 Palembang, ibu Lusia selalu saya bimbing
dalam RETRET PRIBADI, paling tidak dua tahun sekali.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 180
Ibu Lusia juga SETIA dalam hidup menggereja. Pada usia 75 tahun ini, beliau
masih aktif menunaikan tugas sebagai LEKTOR di Gereja, Paroki Santo
Antonius Padua, Bidaracina Jakarta Timur.
Dalam hidup bermasyarakat, beliau juga aktif dalam berbagai Organisasi
Kemanusiaan. Dalam karier, terutama dalam mencari rejeki melalui dunia
pendidikan, KESETIAAN itu sangat nampak. Entah sudah berapa ribu orang
muda berhasil dibantu, dibimbing dan diantarkan ibu Lusia memasuki
pendidikan tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, hingga sukses.
Berapa kali beliau telah menerima Penghargaan karena prestasi dalam dunia
pendidikan. Kesetiaan telah mengantarkan beliau pada kemustahilan. Apa kata
ibu Lusia ? “Rasanya saya tidak percaya Romo. Tetapi kalau Tuhan Yesus yang
berkarya, yang mustahil itu menjadi nyata itu saya alami Romo. Siapalah saya
ini Romo, sampai bisa mendampingi anak muda 10.000 lebih, terutama pada
tahun 1994. Program yang masih berjalan hingga saat ini adalah Program
Beasiswa DUIT (Dokter Untuk Indonesia Timur). Sudah banyak Dokter yang
lulus karena Program Beasiswa DUIT. Alumni Fakultas Kedokteran Universitas
Katolik Atma Jaya Jakarta ini sudah banyak yang kembali ke daerah masing-
masing untuk berkarya di Indonesia Timur. Ini sebuah kemustahilan yang
membuat saya semakin bersujud dihadapanNya. Saya semakin tidak layak
karena Yang Maha Kuasa telah melakukan pekerjaan besar dalam hidupku.
Kesetiaan melahirkan kemustahilan. Kemustahilan mengantarkan ibu Lusia
kepada kesuksesan. Kita tidak dipanggil untuk mengejar kesuksesan, tetapi
untuk SETIA. Kesuksesan adalah hadiah yangpatut kita syukuri. KESETIAAN itu
sama dengan KETAATAN. Orang yang SETIA adalah orang yang mempunyai
hati untuk MENDENGARKAN suara Allah. Ibu Lusia tidak pernah melupakan
DOA, agar bisa MENDENGARKAN bisikan Allah.. Inilah KESETIAAN yang paling
mendasar. Dimensi lainnya akan mengikutinya. Bagi ibu Lusia KESETIAAN
mengantarkan beliau kepada KESUKSESAN. Kita dipanggil bukan untuk sukses,
tetapi untuk SETIA.
“Selamat Ulang Tahun ke-75”
Ibu Lusia Soetanto
Salam dan doaku,
Romo Yohanes Haryoto, SCJ
Berkah Dalem.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 181
ROMO STEVE WINARTO, Pr
EKONOM KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
KETUA TIM DANA KAJ
Bunda Lusia Soetanto...
Seorang pribadi yang saya kenal
sejak sekitar 8 tahun yang lalu.
Bunda Lusia pribadi yang sangat
saleh dan sungguh beriman pada
Tuhan dan Bunda Maria. Saya
sangat salut dengan pribadi
Bunda Lusia, yang selalu menjadi
penyemangat dan panutan saya
dalam menjalankan pelayanan-
pelayanan.
Saya bisa menggambarkan
kehidupan pribadi maupun
pelayanan Bunda Lusia dengan
5 Kata :
1. Terbuka
Bunda Lusia adalah pribadi yang Romo Steve Winarto, Pr
ringan tangan dan selalu mau Ekonom KAJ
membantu siapapun dan apapun
dalam setiap pelayanan dengan Ketua Tim Dana KAJ
sukacita serta tidak pernah
memilih-milih pelayanan, semua
dilakukan sejauh bisa dibantu.
2. Rendah hati
Bunda Lusia adalah pribadi yang selalu siap sedia menerima tugas apapun
dalam pelayanan dengan tidak pernah mengeluh, tidak malu untuk bertanya
dalam pelayanan yang dilakukan serta mau ikut berletih-letih dalam setiap
kegiatan-kegiatan yang ada.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 182
3. Gembira
Bunda Lusia adalah pribadi yang selalu gembira dalam setiap pelayanan yang
dilakukan, penuh tawa dan keceriaan yang dibagikan saat dirinya hadir di
tengah-tengah rekan-rekan sepelayanan yang lain, sehingga membawa
kegembiraan juga bagi orang lain dalam melakukan pelayanan dengan penuh
semangat
4. Menghargai Sejarah
Bunda Lusia adalah pribadi yang sangat menghargai perjalanan momen sejarah
pelayanan, terutama terkait dengan pendokumentasian dengan foto, yang
seringkali malah terlewatkan oleh kami rekan2 sepelayanannya; sehingga
semua moment pelayanan dapat terdokumentasi dengan sangat baikdan kita
punya kenangan atas pelayanan dan kegiatan bersama.
5. Totalitas
Bunda Lusia adalah pribadi yang walaupun sudah berusia, namun totalitas
pelayanan yg sangat luar biasa dg tidak mengenal waktu dan jarak, pelayanan
dimanapun dan kapanpun siap dijalani, bahkan pelayanan apapun siap
dijalankan sampai selesai dengan memberikan seluruh waktu, diri, tenaga dan
hati dalam pelayanannya.
Bunda Lusia,
“Selamat Ulang Tahun yang ke-75”
Panjang umur dan selalu diberikan kesehatan dan kekuatan yang selalu baru
setiap hari nya sehingga dapat terus berkarya bagi keluarga, gereja, dan
masyarakat luas.
Semoga semangat hidup dan pelayanan Bunda sampai saat ini selalu membawa
inspirasi bagi kami semua dan menjadikan berkat dalam kehidupan ini.
Teruslah berkarya bagi Tuhan dan sesama,
karena itulah tujuan hidup kita di dunia.
Teriring salam, doa dan berkat Tuhan yang berlimpah dari Ananda tercinta,
Romo Steve Winarto, Pr
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 183
PATER ROBBY WOWOR, OFM – JAKARTA
Puji Syukur kami haturkan kepada Allah, bahwa Ibu Lusia
ada di tengah-tengah kami. Saya bersyukur boleh
berkenalan sekitar 20 tahun lalu terutama saat saya
mencari-cari tempat kursus Accounting untuk salah
seorang Romo Muda yg diharapkan mendampingi saya
sebagai Bendahara Provinsi OFM di Indonesia. Saya sampai
berkenalan dengan Pendidikan SANTA LUSIAyang berdiri
sampai sekarang sudah 37 tahun. Bu Lusia dengan ramah
membuka pintunya untuk menerima Romo Muda tersebut.
Sejak itulah saya berkenalan
Namun komunikasi kami lebih sering pada saat kami masing-masing
berhadapan dengan kenyataan yang sama. Maya, putri Bu Lusia dan adik saya
Jane sama-sama menderita kangker. Adik saya di Toronto, dan Maya berobat di
Jepang ditemani oleh Ibunda tercinta. Cinta Tuhan pada Maya dan Jane,
membuat kami pasrah dan merelakan kepergian mereka 7 tahun yang lalu.
Selama masa-masa sulit dan kristis kami saling menyapa, meneguhkan dan
mendoakan. Di situ saya merasakan Bu Lusia betul seorang Ibu yang sangat
beriman dan bijaksana
Hidupnya dibaktikan pada keluarga dan pendidikan kaum muda, terutama
anak-anak dari daerah. Ada begitu banyak sukses yang telah dihasilkan lewat
pendampingan, pendidikan dan fasilitas
yang telah Ibu berikan pada mereka.
Semoga Tuhan memberi kesehatan,
usia lanjut dan kebahagiaan bagi Ibu
Lusia. Dan semakin banyak orang
terdorong untuk berani menempuh
langkah Ibu Lusia untuk memberi hati
bagi pertumbuhan generasi muda yang
beriman, tangguh dan berdedikasi tinggi.
Ad multos Annos Ibu Lusia.
Salam dan hormat,
Romo Robby Wowor OFM
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 184
ROMO URBANUS BUNGALOLON, SVD
DILLI, TIMOR LESTE
“Ibunda Lusia Soetanto,
Di matamu ada Kasih, di hatimu ada Cinta”
Oleh : Romo Urbanus Bunga Lolon, SVD
Tahun 2002, Penulis mendapat kepercayaan
dari Pimpinan kongregasi Societas Verbi Divini (SVD)
atau Serikat Sabda Allah untuk studi lanjut di
Australia. Penulis ke Jakarta untuk memulai proses
urusan visa tinggal di Soverdi jln. Matraman Raya
125 Jakarta Timur. Selama di Jakarta penulis
mendapat sebuah brosur “Kursus Bahasa dan
Bimbingan Belajar SANTA LUSIA Cawang.” Penulis
mencari alamat karena ingin mengisi waktu untuk
kursus bahasa English sambil menunggu proses visa
di Kedutaan Australia. Inilah awal mula pertemuan
penulis dengan Ibunda Lusia Soetanto.
Dalam tulisan ini penulis menampilkan beberapa ide pokok yang
menjadi kesan penulis terhadap ibunda Lusia Soetanto. Ide pokok itu antara
lain: Guru kehidupan, Membangun komunitas Bhineka Tunggal Ika, Menjaga
Keseimbangan antara Doa dan Kerja. Pada bagian terakhir adalah Menjadi ibu
yang Berjiwa Nasionalis.
Guru Kehidupan
Figur Ibunda Lusia Soetanto adalah seorang guru. Hal ini nampak dari
aktivitas harian dan pola pikir yang berfokus pada bidang pendidikan.
Perjuangannya untuk mendirikan Bimbingan Belajar dan tempat Kursus di
Cawang adalah sebuah proses panjang dengan suka duka yang sangat
bervariasi. Ada situasi yang menantang proses sebuah perjuangan dengan
tujuan yang mulia. Ada kesulitan yang yang mewarnai rasa di hati dengan
romantika yang bervariasi.
Akan tetapi kehendak mulia mendominasi diri untuk memberi makna
dan kualitas hidup bukan untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Ada
kesadaran akan bakat dan kemampuan yang dimiliki untuk digunakan secara
maksimal. Kesadaran ini terwujud dengan memilih model karya di bidang
pendidikan. Lewat pendidikan Ibu Lusia mengabdikan diri untuk mengajar
banyak hal.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 185
Ia mengajar ilmu pengatahuan sebagai tuntutan akan sebuah lembaga
pendidikan. Ia mengajar pembentukan watak dan karakter sebagai esensi dari
pendidikan sehingga setiap orang bisa berkembang secara seimbang. Ia
mengajar bukan dengan kata tapi juga dengan pola hidup dan tindakan nyata.
Ia mengajar dengan kata dan perbutan! Ia mengajar untuk menyiapkan masa
depan banyak orang. Sungguh, ibu Lusia adalah guru kehidupan!
Membangun Komunitas Bhinneka Tunggal Ika
No man is an island” – manusia bukanlah sebuah pulau. Ungkapan ini
mau menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu
berkorelasi dengan orang lain. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Inilah aspek
sosial dari pribadi manusia. Dengan ungkapan lain bahwa manusia selalu hidup
bermasyarakat.
Bertolak dari pandangan ini maka ibu Lusia termasuk dalam tipe orang
yang sungguh mempunyai “sense of community.” Keterlibatannya dalam
kehidupan bermasyarakat menjadi bukti kepekaannya sebagai pribadi yang
selalu “ada bersama dengan orang lain.” Keberadaannya bersama orang lain
tanpa membeda-bedakan latar belakang orang. Ibu Lusia terlibat dalam
sejumlah oraganisasi baik yang bersifat nasional maupun Internasional.
Dalam konteks nasional, ibu Lusia sungguh menampilkan satu spirit
kehidupan bersama dengan model “Bhinneka Tunggal Ika.” Ada pikiran dan
gaya hidup yang sungguh nasionalis. Ada sikap dan cara pandang tanpa
membedakan latar belakang suku dan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam
lingkungan keluarga dan tempat kerja.
Di rumah, ada kapela dengan para pembantu adalah bukan orang Katolik.
Mereka diberi kesempatan untuk beribadah sesuai dengan keyakinan mereka.
Tapi mereka juga menyiapkan perlengkapan bila ada ibadat atau perayaan
Misa di rumah. Yah, rumahnya ibu Lusia seperti “pastoran mini” dimana semua
pastor dan uskup yang sudah dikenal oleh ibu Lusia selalu diajak untuk
menginap di rumahnya.
Setiap Pastor atau uskup yang menginap di rumahnya berarti ada
perayaan Ekaristi untuk keluarga. Hal ini karena ibu Lusia mempunyai
keyakinan rohani bahwa kehadiran pastor atau uskup di rumah dan
mengadakan perayaan Ekaristi di rumah adalah sebuah berkat yang sungguh
luar biasa bagi keluarga.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 186
Di kantor, tempat bimbingan belajar dan kursus ada kapel dan mushola
sebagai tempat ibadat untuk para siswa, peserta kursus dan semua staf. Inilah
model pemimpin dengan pola pikir nasionalis. Di sana tidak ada benih
fanatisme agama yang sempit tapi seorang pemimpin membuka ruang
toleransi antara pemeluk agama. Ada keterbukaan untuk saling menerima. Ada
proses pembentukan karakter untuk saling menghargai dalam perbedaan. Ada
komunitas Bhineka Tunggal Ika.
Menjaga Keseimbangan antara Doa dan Kerja.
“Ora et labora!” - Berdoalah dan bekerjalah! Ini adalah ungkapan lama
yang mau memberi tekanan pada keseimbangan antara berdoa dan bekerja.
Artinya orang tidak hanya menekankan kehidupan doa lalu mengabaikan
kegiatan yang lain. Atau orang hanya fokus bekerja lalu tidak memberikan
keseimbangan dengan kehidupan rohani. Antara berdoa dan bekerja ada
keseimbangan yang wajar.
Aspek kesimbangan antara berdoa dan bekerja ini sungguh nampak
dalam diri ibu Lusia. Keterlibatannya dengan kegiatan pastoral di Paroki Santo
Antonius Padua di Bidaracina adalah bukti kepeduliannya sebagai anggota
gereja tapi juga menyadari pentingnya kehidupan rohani. Dengan mata penuh
kasih ibu Lusia melihat realiatas gereja lalu memberikan kontribusi dari apa
yang ia miliki. Ibu Lusia membiarkan dirinya untuk “dipakai oleh gereja” demi
pelayanan dalam membantu banyak orang.
Selanjutnya, dengan hati tanda cinta, ibu Lusia menyadari dirinya
sebagai anggota gereja yang mempunyai tanggung jawab penuh. Perhatian
tanda cinta ini tercermin dalam sejumlah kegiatan pastoral di paroki demi
karya sosial karitatip. Partisipasinya dalam kegiatan pastoral ini bukan untuk
mencari popularitas diri tapi sebagai wujud expresi tanggung jawab sebagai
anggota gereja. Keterlibatannya dengan tujuan untuk mendukung karya gereja
demi “bonum communae” atau kebaikan bersama.
Keseimbangan hidup ibu Lusia antara doa dan kerja juga tercermin
darikehadirannya untuk mengikuti misa harian di gereja Paroki St. Antonius
Padua Bidaracina. Kendatipun sibuk dengan tugas dan kegiatan yang menyita
banyak waktu dan tenaga tapi ibu Lusia tidak mengabaikan misa harian.
Baginya misa harian adalah kekuatan rohani yang mendukung seluruh
kegiatan sepanjang hari. Mengikuti misa harian menjadi “kebutuhan hidup.”
Rasanya ada ‘sesuatu yang kurang lengkap” bila ia melewatkan sebuah hari
dengan tanpa mengikuti perayaan Misa. Inilah spirtualitas hidup ibu Lusia,
menjaga keseimbangan antara Doa dan Kerja!
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 187
Menjadi ibu yang Berjiwa Nasionalis
Ibu Lusia mempunyai kepekaan tersendiri dalam bidang pendidikan.
Semangat dan kepeduliannya dalam bidang pendidikan mendorongnya untuk
membuka Bimbingan Belajar dan tempat Kursus untuk membangun sumber
daya manusia. Selain itu, ibu Lusia terlibat dalam sejumlah organisasi nasional
dan Internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan.
Keterlibatannya dalam organisasi ini terlahir dari cara pandang realitas
pendidikan. Baginya pendidikan adalah pintu masuk mencapai masa depan
yang lebih baik. Selanjutnya, setiap anak sungguh membutuhkan pendidikan.
Inilah model keprihatinan dalam memandang realitas dengan mata kasih. Lalu
mengambil tindakan dengan hati cinta.
Tindakan konkrit yang dibuat oleh ibu Lusia adalah membantu anak-
anak Indonesia untuk menikmati pendidikan demi masa depan mereka. Hal ini
terlihat dari sejumlah anak yang dikumpulkan dan mendapat kesempatan
beasiswa untuk studi lanjut. Anak-anak Indonesia yang mendapat kesempatan
untuk studi lanjut ini berasal dari Sabang sampai Marauke. Artinya anak dari
seluruh wilayahIndonesia yang sungguh memenuhi persyaratan sponsor baik
secara akademikmaupun standard lain yang dibutuhkan.
Anak-anak dari seluruh wilayah Indonesia ini “diasramakan” untuk
diberikan pembekalan tentang wawasan nusantara sehingga generasi muda
inijuga mempunyai rasa nasionalisme. Tindakan ini sebagai proses penanaman
nilainasionalisme dalam diri ibu Lusia untuk diberikan kepada generasi muda
Indonesia. Sungguh, ibu Lusia adalah ibu yang berjiwa nasionalis!
Inilah kesan penulis yang bisa dirangkai dalam bentuk tulisan
sederhana. Bagi penulis, ibu Lusia adalah seorang Guru Kehidupan yang
membangun komunitas dengan mental Bhineka Tunggal Ika. Ibu Lusia juga
menghayati spiritualitas hidup dengan menjaga keseimbangan antara doa
dankerja dengan jiwa nasionalis.
Ibu Lusia Soetanto,
“Profisiat dan Selamat Ulang Tahun” yang ke-75.
Sungguh, di matamu ada kasih, di hatimu ada cinta! Doaku - doamu untuk
kita dan doa kita untuk mereka. Semoga!
*Penulis adalah pastor Misionaris SVD asal Flores yang bekerja di Dili - Timor Leste
dan dalam proses untuk pindah tugas di wilayah kerja propinsi SVD Australia dengan
penempatan di Welington –New Zeland.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 188
PATER DEDIE KURNIADI, OFM
PANTI ASUHAN VINCENTIUS PUTRA - JAKARTA
Ibu Lusia Soetanto yang berbahagia,
Selamat ulang tahun Ibu Lusia Soetanto yang ke 75 tahun. Usia yang sudah jauh
dari muda tidak menghalangi Ibu untuk tetap aktif berkarya. Bukti ke aktifannya
adalah dengan seringnya Ibu Lusia mengirimkan foto-foto kegiatan sosialnya.
Dalam kesibukannya Ibu Lusia masih sempat memberikan waktu bagi sesama.
Beliau adalah contoh hidup umat Allah yang mau menghidupi Injil Tuhan dalam
kehidupan nyata. Bukan sekedar teori untuk mengasihi sesama namun
sungguh dipraktekkan dalam kesehariaannya.
Pada masa senjanya Beliau tidak berhenti untuk berbuat sesuatu bagi sesama.
Selain aktif di beberapa kegiatan sosial, Beliau juga terbuka untuk membesarkan
anak-anak asuh yang sengaja dibina dan diasuhnya sejak kecil. Bukan hanya anak
asuh yang di rumah, namun juga ada beberapa
anak asuhnya di Panti Asuhan.
Satu kebiasaan yang sangat mengesan adalah
ketika anak-anak asuhnya di Panti Asuhan
Vincentius Putra ingin berlibur, maka beliau
sendiri lah yang datang menjemput. Tidak
ada bedanya dengan orang tua kandung
yang menitipkan anaknya di panti dan
selalu menjemputnya ketika mereka berlibur
ke rumah, demikian Ibu Lusia melakukanhal
yang sama. Inilah kesan pertama
perjumpaan dengan Ibu Lusia Soetanto.
Seorang OMA menjemput cucu-cucunya
meskipun tidak pernah tahu dari mana asal
usal mereka ini. Kasih tidak perlu melihat siapa yang dikasihi, kasih tidak
terbatas hanya pada mereka yang dikenal sebelumnya, kasih hanya mengenal
ketulusan dan perhatian dan itulah yang Ibu Lusia lakukan kepada anak-anak
panti asuhan. Kami berdoa semoga di hari bahagia Ibu yang ke 75 tahun, Tuhan
melimpahkan berkatNya agar Ibu selalu bahagia dan menjadi berkat bagi sesama.
“Selamat Ulang Tahun dari Cucu-cucu Ibu Lusia”
di Panti Asuhan Vincentius Putra.
Tuhan selalu memberkati.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 189
ROMO YANCE MANGKEY, MSC – JAKARTA
Ad multos annos
Pada hari yang indah ini, Hari Ulang Tahun Ibu Lusia
ke-75, saya ingin mengucapkan selamat berbahagia,
sambil berujar: “Bersyukurlah kepadaTUHAN, sebab
Ia baik! Bahwasanya untuk selama- lamanya kasih
setia-Nya” (Mazmur 118:29).
Syukur adalah kata indah penuh makna yang patut
dikumandangkan. Selama 75 tahun kasih setia
Tuhan telah mengiringi perjalanan hidup Ibu Lusia
yang penuh bakti dan pelayanan kepada-Nya dan
sesama dari pelbagai golongan dan tingkatan, tanpa
mengenal lelah.
Mengikuti kiprah bakti hidup dari Ibu
Lusia, yang selalu disertai dengan senyum
dan sukacita, tanpa kenal lelah, dari utara
ke selatan, dari timur ke barat, setiap hari,
sungguh membangkitkan decak kagum.
Pelayanannya sangat jelas didasari oleh
kasih setia yang dia alami dari Tuhan dan
ia pancarkan kepada sesamanya.
Dengan gaya khas penampilan rambutnya yang berkonde, Ibu Lusia memiliki
energi pengabdian yang luar biasa. Ibu Lusia sungguh menghayati bahwa hidup
tidak bermakna tanpa pelayanan, tanpa pengabdian, tanpa berbuat baik kepada
sesama! Ibu Lusia mengajarkan bahwa hidup sesungguhnya adalah berbuat baik!
Di usianya ini Ibu Lusia tetap energik dan
beliau berucap: “I am not getting old, I am
getting better” dan berpesan: “Live your life,
forget your age!” Luar biasa!
Doa saya menyertai hidup dan pelayanan Ibu
Lusia, yang selalu memancarkan kebaikan,
sekarang dan di hari-hari mendatang.
Ad multos annos - Selamat Hari Ulang Tahun!
Berkat Tuhan menyertai selalu!
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 190
ROMO BLASIUS SUMARYO, SCJ – JAKARTA
“Berkat Sepanjang Hidup”
Kehidupan ini merupakan karunia Tuhan yang begitu besar bagi kita. Tuhan
menciptakan kita karena cinta. Tuhan menghendaki kita berkembang dalam iman
dan kasih. Tuhan memberikan rahmat yang kita butuhkan. Bertambah umur bagi
kita menjadi kesempatan tambah pengalaman dan menjadi kijaksana.
Kepribadian kitapun terbentuk dan mewarnai aktifitas, hidup dan karya.
Ibu Lusia Soetanto kuat dalam iman dan setia mewujudkan dalam hidup
sehari hari. Kehidupan iman menggerakan hati untuk terlibat dalam pelayanan
liturgi. Ia semangat dalam pelayanan sebagai Lektor di Paroki St. Antonius
Padua Bidaracina. Sampai sekarang beliau terlibat aktif sebagai Lektor dalam
perayaan ekaristi. Iman tanpa
perbuatan pada hakekatnya adalah mati (Yak
2:14). Ibu Lusia mewujudkan iman dalam karya
pendidikan dan sosial. Ia banyak membantu
anak-anak dari daerah untuk belajar atau bekerja
di Lembaga Pendidikan yang dikelolanya. Anak
anak dari daerah dididik dibekali kemampuan
baru kemudian disiapkan untuk bekerja.
Pendidikan mendapatkan perhatian khusus
dari beliau. Ia pernah mengembangkan
lembaga bimbingan belajar dan kursus koputer.
Semuanya itu untuk membantu anak supaya
berhasil dalam studi dan mempunyai
kemampuan komputer untuk menunjang karya
di masa mendatang.
Rekoleksi dan retret menjadi kebutuhan untuk mengembangkan iman dan
menambah smangat dalam pelayanan. Ibu Lusia sering mengambil kesempatan
untuk merasakan kasih Tuhan dalam doa dan permenungan. Kesempatan
semacam ini menubuhkan semangat dalam hidup dan rahmat Tuhan tercurah.
“Rahmatku cukup bagimu.” Pengalaman semacam ini memberikan kebahagian
dan kedamaian hidup.
Mencintai Tuhan dan sesama membuat ibu Lusia giat dalam kehidupan rohani
dan karya pelayanan. Ia berusaha untuk terlibat dalam kehidupan menggereja dan
di tengah masyarakat. Ibu Lusia semakin bahagia dan menjadi sumber berkat dari
Tuhan untuk sesama. Ibu Lusia Soetanto Selamat berbahagia,
“Selamat Ulang Tahun ke-75, sehat selalu, Berkat Tuhan”
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 191
PASTOR HADRIANUS WARDJITO, SCJ – JAKARTA
HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto
IBU “KONDE” SIMBOL GLOBALISASI
# Suatu saat, ada umat Katolik yang biasa ambil-bagian di dalam Ekaristi
Kudus di Paroki Santo Antonius Padua, Bidaracina, berupaya mengingat-ingat
tentang Ibu Lusia Soetanto, yang biasa menjadi “Lektris” (Pembaca Bacaan
Pertama atau Kedua). Yang diingatnya ini, “Itu lho, yang biasa ber-konde. Siapa
ya nama Ibu itu?” Bagi saya mudah untuk menyebut beliau, yaitu “Ibu Lusia
Soetanto.” Beliau memang terkenal, karena aktivitasnya di dalam komunitas
Gereja Katolik dan di Masyarakat.
Bukan saja di lingkup NKRI, tetapi di kawasan ASEAN dan Jepang dan
bahkan Vatikan, melalui keanggotaan beliau di “John Paul II Foundation.”
Kebiasaan beliau “berkonde” atau “bersanggul” --- cara berbusana rambutJawa
modern --- membuktikan bahwa menjadi orang (piyantun lokal, asal Muntilan,
Jawa Tengah), tidak harus menjadi seperti “katak di dalam tempurung”. Beliau
sebagai pribadi yang “tune” bisa mengikuti berbagai macam ajakan untuk aktif
berkegiatan sosial, baik secara nasional maupun internasional. Pada tulisan
lain, saya yakin bahwa akan ditemukan daftar kegiatan-kegiatan yang beliau
motorin, ikutin, demi kemuliaan Allah dan keselamatan, kemajuan, semakin
banyak orang.
# Saya sebagai salah satu Imam dari Tarekat Imam-imam Hati Kudus
Yesus, yang biasa disebut SCJ (Sacerdotum a Sacro Corde Iesu) timbul-
tenggelam di dalam mengenal Ibu Lusia Soetanto. Meskipun demikian, kami
sudah lama mengenal satu-sama lain, dan tidak lepas dari ceritera-ceritera
“fragmentaris” (dari sisi saya lho) dari kegiatan sosial beliau. Dari sisi saya pun,
oih sering merasa kecolongan. Lho koq “kecolongan” (!?) --- tidak sengaja
tercuri --- terkait dengan informasi-informasi internal Tarekat SCJ, yang
bahkan tidak setiap SCJ ingat. Ini membuktikan bahwa Ibu Lusia Soetanto –
yang melalui Lembaga Bimbingan Belajar SANTA LUSIA, yang beliau
kembangkan – tidak cuma yang pertama men-“drill” para siswa-siswi memakai
komputer, tetapi Ibu Lusia Soetanto sendiri pribadinya melebihi komputer,
yang mampu menyimpan “unlimited” informasi yang diperoleh di dalam
human-relations dengan siapa pun.
Pokoknya, setiap kali ketemu beliau, keramah-tahaman (bahasa Jawa,
“gapyak tur sumanak”) akan terjadi tukar-menukar, bukan sekedar “sharing”
informasi yang saling memperkaya. Oih, itulah bagian dari kebolehan Ibu Lusia
Soetanto. Jika diukur, “Pentium” berapa ya, yang manjing (mempribadi)pada
diri Ibu Lusia Soetanto?
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 192
# Beliau ini “Lokal, Nasional dan sekaligus Internasional”, yang di jaman
“now” menjadi tantangan di bawah istilah Globalisasi (>Globalisasi adalah
proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan
dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya). Dari nama
beliau, SOETANTO. Mengapa tetap bertahan memakai “SOE”? Seperti Soekarno,
Soeharto? Dan bukan “SU”? Ini menandakan bahwa beliau ini benar-benar
“jadul” dari “jaman dulu”, yang dekat dengan era kolonisasi Londo, dan Jepang
(pernah oleh Inggris juga lho). Dari tingkah-laku beliau, yang di atas sudah saya
tulis, yaitu “cita-rasa berbusana rambut” Jawa Modern
> tidak lepas dari berkonde atau bersanggul. Memang supaya tetap lincah, ber-
kain ala Jawanya, disulap dengan memakai “long-dress”. Namun, bila sudah
mulai berkisah tentang siapa dan organisasi apa yang beliau ikut, benarlah
bahwa yang lokal menjadi nasional dan bahkan internasional.
Yang lebih khas lagi, bagi saya menjadi bagian dari “banyolan, dagelan,
comedian” ialah cara beliau berbahasa. Jika saya katakan bahwa Ibu Lusia
Soetanto jika berbicara sekaliugus memakai 3 bahasa, ya memang benar.
Contoh: Saat beliau berbicara dengan seorang Pastor, yang di dalam Gereja
Katolik sangat dihormati, beliau akan mengatakan demikian, “Paduka Romo,
saya “badhe matur” bahwa “ticket-ipun sampun dipun-booking.” Nah, lho!?
Bahasa apa itu? Lugas saja di dalam bahasa yang bernuansa egalitarian, “Pastor,
saya mau laporkan bahwa tiketnya sudah dipesan.” Mengapa beliau
mengatakan begitu dan jelas akan disertai juga dengan “bahasa tubuh” alias
“body language”. Ini semua tidak lepas dari bagaimana seorang Ibu Lusia
Soetanto membesut atawa memformat kepribadiannya komplit lengkap
mengintegrasikan antara lokal, nasional dan internasional. Hahaaaa…
Ibu, Selamat merayakan Hari Ulang Tahun ke-75, ya.
Para Uskup pada umur demikian, akan minta ijin kepada Sri Paus --- siapa
pun --- untuk pensiun. Meskipun Sri Paus sendiri, seperti Bapa Suci Fransiskus,
mencapai umur, eh yuswo, 84 Tahun. Di dalam Allah, dan para kudusNya,
khususnya Bunda Maria, tidak ada tua atau muda. Semua di dalam keabadian.
[Rumah SCJ, Jl. Cipinang Cempedak II, no. 1, Polonia, Jakarta Timur.
5 Maret 2021, Jum’at Pertama pada bulan Maret, genap 1 tahun
Romo Fx Joko Susilo SCJ mendaratkan kaki di Columbia,
melalui Equador, Amerika Latin]
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 193
Mengunjungi ibu Lusia Soetanto Punakawan dalam Pewayangan
ketika dirawat di RS Premier “lambang kesetiaan”
Jatinegara – Jakarta Timur
Bahagia menerima kunjungan dari Romo Hadrianus Wardjito
SCJ, bersama Romo Lukas Hadisiswo, SCJ dan berdoa bersama.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 194
ROMO L. INDRA PAMUNGKAS, SCJ
MISSIONARIS DI PHILIPPINES
Kesan dan pesan utk Ibu Lusia Soetanto yang terkasih.
Diamond Jubilarian Ibu Lusia Soetanto yang terkasih.
Saat yang indah dalam sukacita kehidupan, cinta dan harapan di dalam
pelayanan dan doa untuk sesama dan Gereja.
Mengutip kata-kata Paus Franciskus dalam rangka Jubilee: "Dengan rasa
terima kasih yang terdalam kita panjatkan doa kepada Bapa yang telah
memanggil kita dalam Yesus Kristus dalam kepenuhan Roh Kudus sumber
suka cita dan cinta Allah. Kita melihat masa lampau dengan rasa terima kasih
hari ini dengan belas kasih dan masa depan dengan penuh harapan".
Inilah kesan terindah yang terbesit dalam hatiku setiap melewati tanggal 9
April tiap tahunnya. Saya selalu ingat karena ini adalah hari ulang tahun ibu
Lusi ytk yang berperan dalam panggilan saya menjadi misionaris. Ini hari
indah sebelum tanggal 10 April ulang tahun tahbisanku dan kawan-kawan.
Pada tahun ini tentunya sangat indah dan berkesan untuk ibu Lusia Soetanto
yang terkasih yang merayakan ulang tahun yang ke 75 tahun intan, Diamond
Year sebagai Diamond Jubilarian.
Semoga di tahun yang istimewa ini Allah Bapa yang mahakuasa menurunkan
rahmat kekuatan, ketabahan dan kesetiaam pada ibu. Juga di hari yang penuh
rahmat ini semoga ibu tetap menjadi garam dan lilin bagi sesama.
Semoga cinta Allah membimbing ibu di manapun
berada dan diberi kesehatan dalam suka dan duka dan
semoga yang ibu rencanakan terpenuhi dalam kehendak
Bapa di sorga. AMIN Salam, doa dan cinta
Ananda Rm L. Indra Pamungkas, SCJ
(Misionaris di Mindanao)
N.B. Salam dan doa terindah
dari para misionaris SCJ di Philipina.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 195
ROMO ANDREAS NUGROHO, SCJ
PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA
BIDARACINA – JAKARTA
Saya cukup mengenal baik Bunda Lusia karena beliau aktif pelayanan sebagai
Lektor di Paroki Bidaracina. Hadirnya Bunda Lusia dalam komunitas lektor
membawa nuansa kehangatan dan menunjukkan semangat pelayanan. Walau
pun sudah tidak muda lagi, beliau tetap semangat dan bisa melayani dengan
baik, aktif dalam pelayanan membawakan Sabda Tuhan. Hadirnya Bunda Lusi
memberikan semangat bagi saya dan mereka dalam melayani Tuhan.
Tetap semangat dan berbahagia dalam pelayanan dan dalam berbagi berkat
pada sesama.
Selamat Ulang Tahun ke-75th.
Limpah berkat Tuhan
Rm. Andreas Nugroho SCJ (Paroki Bidaracina)
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 196
ROMO ANTONIUS DWI PRAMONO, SCJ
TIMIKA, PAPUA
Yang saya kenal dari Ibu Lusia adalah :
mempunyai hati seorang ibu yang meng-ASIH-i dengan tulus;
mempunyai hati seorang pendidik yang meng-ASAH kecerdasan,
mempunyai hati seorang pemimpin yang meng-ASUH dengan kelembutan
dan ketegasan.
Banyak berkat Tuhan yang mengalir lewat sentuhan hati Ibu Lusia
bagi banyak orang yang tak terhitung jumlahnya.
Hidupmu selama 75 tahun sudah jadi berkat
Selamat ulangtahun Ibunda Lusia, sehat dan bahagia selalu.
Salam dan doa ananda dari Timika, Papua.
“Selamat Ulang Tahun Ibu Lusia”
Bekah Dalem.
Romo Antonius Dwi Pramono, SCJ
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 197
SUSTER MARIA MONICA, SND – JAKARTA
Bunda Lusia Soetanto yang kukenal
Sungguh suatu kehormatan dari bunda Lusia
Soetanto meminta saya untuk menulis kesan dan
kenangan di hari Ulang Tahun yang ke 75.
Tepatnya tanggal 9 April 2021.
Pertama kali saya berjumpa dengan bunda Lusia
sewaktu ada acara di Wisma Kinasih Bogor.
Sebelumnya saya hanya mendengar cerita dan
mengenal nama via beberapa suster yang pernah
kursus di Santa Lusia, dimana bunda Lusia sebagai
Direkturnya.
Ketika itu bunda Lusia mengajak kami untuk berdoa malam bersama dengan
Brevir. Luar biasa, seorang awam terbiasa berdoa dengan Brevir, mungkin ini
didikan dari keluarga yang dari Muntilan yang notabene seperti Nasareth nya Jawa.
Gayung bersambut akhirnya saya arab dan
bersahabat dengan bunda Lusia yang dekat
dengan keluarga Sang Proklamator yang saya
kagumi.
Dari perkenalan itu saya baru tahu ada
Yayasan Guruh Sukarno (YGS) dan bunda
Lusia sebagai sekretarisnya Mas Guruh.
Saya beberapa kali mengajak anak-anak SD ke Yayasan tersebut, supaya anak-
anak mengenal sejarah serta menjadi generasi yang ber Spirit
PANCASILA, dan bunda Lusia sendiri yang
menerangkannya.
Kekaguman saya kepada bunda Lusia, beliau
wanita cerdas, bersemangat Pancasila, selalu
berbagi ilmu dan kasih kepada banyak
orang. Meskipun sudah pension tetap
mengajar di pelbagai sekolah swasta.
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 198
Tekun dalam doa dan beriman kuat. Saya kagum, beliau mempunyai kapel
pribadi di rumahnya layaknya di biara saja. Dan setiap tamu yang seiman
selalu diajak berdoa di kapel. Ini kenangan Sr Marsela dan saya berkunjung
Natal tahun lalu.
Beliau terlibat dalam pelbagai organisasi kemanusiaan misalnya Kelompok
Pencinta Paus Yohanes Paulus ke II, Program DUIT ( Beasiswa untuk kuliah
Dokter Untuk Indonesia Timur ) dan banyak remaja yang menjadi anak
asuhnya, tinggal di rumah dan mereka dididik teratur serta disiplin dalam doa
dan karya.
Selamat Ulang Tahun yang ke 75 Bunda Lusia Soetanto, sehat penuh berkat.
Luar biasa rahmat penyertaan Tuhan bagi kehidupan bunda Lusia. Semoga
Tuhan melimpahkan berkat dan rahmatnya bagi bunda Lusia dan keluarga.
Semoga kehidupan bunda Lusia menjadi teladan bagi kami yang semua untuk
menjadi seorang pribadi yang 100% Katolik dan 100% Indonesia.
Salam damai penuh kasih
“Bersyukur atas aneka KEMUSTAHILAN” HUT ke-75 Ibu Lusia Soetanto 199