TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 33 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kunci Sukses dalam Melakukan Negosiasi Lakukan 1. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa Anda mengetahui keinginan orang lain. 2. Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah, bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya. 3. Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima, jika Anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik. 4. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan gerakan tubuhnya. 5. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit. 6. Antisipasi penolakan. 7. Tahu apa yang dapat Anda berikan. 8. Tunjukkan beberapa alternatif pilihan. 9. Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat Anda. 10. Bersikaplah asertif, bukan agresif. 11. Hati-hati, Anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan. 12. Pergunakan gerakan tubuh, jika Anda menyetujui atau tidak terhadap suatu pendapat. 13. Konsisten terhadap apa yang Anda anggap benar. Hindari 1. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar dan menyepelekan. 2. Trik yang tidak baik, seperti manipulasi. 3. Distorsi. 4. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi. 5. Tidak berurutan. 6. Membuat hanya satu pilihan. 7. Memaksakan kehendak. 8. Berusaha menekankan pada satu pendapat.
34 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Contoh Kasus Perawat X, sebelumnya bertugas dibagian anak, lalu dipindahkan dan diberikan tugas untuk mengelola bagian ruang bersalin (rooming in). Perawat X tidak tahu apa yang harus dilakukan karena tidak menguasai bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir, sehingga perawat X mengajukan keberatan. Sebagai kepala ruangan, Anda menilai bahwa perawat X orang yang kompeten terhadap tugas yang diberikan. Dalam situasi tersebut, Anda mengalami konflik personal dan profesional. Pertanyaan: Pilih strategi penyelesaian konflik yang sesuai berdasarkan hasil analisis data dan identifikasi masalah, kemudian susun rencana solusi yang Anda tawarkan? F. Manajemen Logistik 1. Latar Belakang Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan beberapa dimensi, yaitu sebagai berikut : Man, Money, Machine, Methode dan Material. Tata kelola yang seimbang dan baik dari kelima dimensi tersebut akan memberikan kepuasan kepada costumer baik costumer internal maupun eksternal. Rumah sakit yang telah terakreditasi seharusnya telah memiliki pengelolaan lima dimensi 5 M yang terstandar termasuk lima dimensi tersebut. Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada kompetensi dari manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk mengelola logistik melalui fungsi antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga mengembangkan sistem pengelolaan logistik yang efektif dan efisien. Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan keperawatan kepada pasien sehingga berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan atau kesehatan sesecara konfrehensif. Ledaer dan Manager keperawatan wajib mempunyai kompetensi untuk melakukan tatakelola logistic. Manajer keperawatan juga harus mampu mengantisipasi kejadian darurat. Manajer keperawatan harus membuat skala prioritas serta melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan pelayanan kesehatan rumah sakit. Manajer keperawatan dalam mengelola logistic, harus efektif dan efisien. Mangelola logistik
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 35 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS memiliki kemampuan untuk mencegah kebocoran dan meminimalisir pemborosan. Kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat kesehatan memiliki dampak pada pengeluaran ataupun biaya operasional rumah sakit atau institusi terkait. Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus disediakan rumah sakit dan atau institusi dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain: obat, bahan kimia, gas medik, peralatan kesehatan), persediaan makanan, persediaan logistik umum dan teknik. 2. Pengertian Umum Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan bahan/barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Dalam hal ini perlu dihindari terjadinya over promised interdelivered. Kegiatan logistik secara umum mempunyai tiga tujuan, yaitu: - Tujuan operasional adalah agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. - Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya. - Tujuan pengamanan bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat tercermin di dalam sistem akuntansi. Ada 5 komponen yang bergabung untuk membentuk sistem logistik, yaitu: (1) struktur lokasi fasilitas; (2) transportasi; (3) persediaan (inventory); (4) komunikasi; (5) penanganan (handling) dan penyimpanan (storage). Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana logistiklah material mengalir ke kompleks manufacturing yang sangat luas dari Negara industri, dan produk-produk didistribusikan melalui saluran-saluran distribusi untuk konsumsi.
36 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan dan penyimpanan yang strategis. Seluruh rangkaian kegiatan ini harus dapat dipantau oleh pimpinan sehingga dapat selalu dijaga dan diarahkan agar selalu berjalan lancer, tidak boros, tepat guna adan berhasil guna yang sebaik-baiknya. Penyimpangan yang mungkin akan terjadi dapat segera diketahui dan dicegah sebelum berkembang terlalu jauh sehingga merugikan. Selanjutnya, upaya penyempurnaan dapat pula senantiasa dilaksanakan sedini mungkin apabila penngawasan dan evaluasi dapat dilaksanakan dengan mudah dan semua informasi yang diperlukan tersedia. 3. Manajemen Logistik Keperawatan Pengertian Kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk mencapai daya guna (efisiensi) yang optimal di dalam memanfaatkan barang dan jasa. Logistik modern dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang-jadi dari para suplaier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan. Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage) yang strategis. Gillies, (2000), menyatakan manajemen keperawatan adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh staf keperawatan dalam pelayanan keperawatan disuatu rumah sakit atau unit pelayanan keperawatan. Sedangkan logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai. Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994), sehingga manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif. Dalam sistem administrasi manajemen logistik Nursalim (2010) menyatakan sebagai berikut:
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 37 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Unsur manajemen : a. Man. b. Money. c. Material. d. Machine. e. Method. Fungsi logistic : a. Fungsi perencanaan. b. Fungsi penganggaran. c. Fungsi pengadaan. d. Fungsi penyimpanan. e. Fungsi penyaluran. f. Fungsi penghapusan. g. Fungsi pengendalian. Fungsi manajemen : a. Planning. b. Organizing. c. Actuating. d. Controlling. Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur-unsur manajemen diproses melalui fungsi-fungsi manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi-fungsi logistic. 4. Fungsi Manajemen Logistik Manajemen logistik adalah merupakan upaya tatakelola suatu aktivitas rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, melalui penataan, alat dan bahan bahan kesehatan yang akan dipergunakan untuk pelayanan kesehatan atau keperawatan. Aktivitas logistik (lokasi fasilitas, transportasi, inventarisasi, komunikasi, pengurusan dan penyimpanan) telah dilaksanakan orang semenjak awal spesialisasi komersial.
38 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai berikut (Mustiksari: 2007) : - Perencanaan. - Penganggaran. - Pengendalian (control). - Pengadaan. - Penghapusan. - Penyimpanan. - Pendistribusian. Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Untuk itu kita bahas satu persatu fungsi logistik tersebut. Fungsi-fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari: a. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan. Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkahlangkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku dimasing-masing organisasi (Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan. Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanaannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi. Pimpinan/Staf. Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya. Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas (Anwar, 2014).
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 39 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS • Pengkajian. • Persiapan. • Pelaksanaa. • Sasaran. • Pengawasan. Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pencapaian tujuan (Sasaran) diperlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan/staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi. Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut: • Rencana jangka panjang (Long range). • Rencana jangka menengah (Mid range). • Rencana jangka pendek (Short range). Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara lain: • Rencana Pembelian. • Rencana Rehabilitasi. • Rencana Dislokasi. • Rencana Sewa. • Rencana Pembuatan. Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan menyimpulkan pernyataan sebagai berikut: 1) Apakah yang dibutuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat? 2) Berapa yang dibutuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang tepat? 3) Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat?
40 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan d) Dimana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat? e) Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan orang atau unit yang tepat? f) Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat? g) Mengapa dibutuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang diambil benar-benar tepat? Fungsi perencanaan mencakup aktifitas dalam menetapkan sasaran, pedoman, dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan. b. Fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang serta jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku terhadapnya. c. Fungsi pengadaan, merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kepada instansi-instansi pelaksana. d. Fungsi penyimpanan dan penyaluran, merupan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu untuk kemudian disalurkan kepada instansiinstansi pelaksana. e. Fungsi pemeliharaan adalah usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil barang inventaris. f. Fungsi penghapusan, yaitu berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan perkataan lain, fungsi penghapusan adalah usaha untuk menghapus kekayaan (assets) karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal lain menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. #
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 41 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS g. Fungsi pengendalian, merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk mengawasi dan mengamankan keseluruhan pengelola logistik. Dalam fungsi ini diantaranya terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi (inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya. 5. Pengendalian Logistik Non Medis Logistik non medis di rumah sakit biasanya merupakan barang kecil dan disebut dengan barang keperluan rumah tangga dari rumah sakit. Jenisjenisnya antara lain : a. Alat tulis kantor. b. Alat kebersihan. Pembicaraan logistik non medis penting karena hal berikut. a. Walaupun terdiri dari barang kecil-kecil, sering murah harganya, tetapi dapat mengangkat nama baik RS, seperti WC tak ada lisol jadi bau. b. Terdiri dari berbagai jenis barang yang kecil-kecil yang mudah hilang. c. Walaupun terdiri dari barang yang kecil, bila dijumlahkan akan bernilai rupiah yang besar, apalagi dalam jangka waktu yang lama. Kepentingan tadi biasanya baru akan terasa bila telah terjadi kasus, dan nantinya akan ada saling menyalahkan diantara yang terlibat, untuk menghindari hal ini ada baiknya diatur pengendalian yang sederhana tetapi tepat, sederhana dalam artian tidak rumit birokratis, tetapi cukup mudah diikuti, tepat dalam arti bisa menjamin terjadinya efisiensi. Mengenal logistic lebih rinci, perlu agar jelas apa yang perlu dikendalikan, kemudian cara permintaan dan pemberian logistik atau prosedur pelaksanaan menjadi jelas. Selanjutnya perlu jelas bagaimana pencatatan pemakaian logistik dan intinya adalah bagaimana pengendalian bisa ditetapkan. Tentunya pengolahan dengan komputerisasi seperti sistem komputer akuntansi Inventorikan dapat mengendalikan stock secara lebih cepat, tepat dan lengkap. Tetapi dengan manual yang sederhana dapat pula dilakukan.
42 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 6. Jenis Logistik Non Medis di RS Secara umum logistik non medis terdiri dari : a. Alat tulis kantor. b. Alat kebersihan. Akan dijelaskan pada tabel di bawah, hal-hal yang berhubungan dengan alat tulis kantor, alat kebersihan. Tabel Jenis Logistik Non Medis di RS 7. Prosedur Logistik Non Medis Prosedur ini tersaji dalam gambar di bawah meliputi permintaan dan pemberian barang. FORMULIR PERMINTAAN KEBUTUHAN Persetujuan Ka. TU …………….., tgl, bln, thn ……………………….. Nama & Tanda tangan NO JENIS URAIAN 1. 2. Alat tulis kantor Alat kebersihan Barang-barang yang berhubungan dengan kebutuhan tulis menulis, seperti : 1. Bolpoint 2. Buku kwarto 3. Kertas 4. Penggaris Biasanya status tidak dikelompokkan pada jenis ini. Barang-barang yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan baik alat atau bahan. Contoh : 1. Kain pel 2. Sabun 3. Lisol 4. Tempat sampah Bagian Instalasi Ruangan Dicatat Janjikan Keadaan barang digunakan
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 43 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Ditandatangani Ka. Ruangan …………….., tgl, bln, thn ……………………….. Nama & Tanda tangan Gambar Prosedur Logistik Non Medis 8. Pencatatan Logistik Non Medis Pencatatan logistik penting agar menjamin: a. Kejelasan kondisi gudang (stock). b. Kejelasan barang kapan diberikan. c. Kepada siapa barang diberikan. d. Berapa banyak yang diperlukan. Tidak Ada Diberikan Yang Bekas Tak Kembali Kembali Yang Bekas Jatah Administrasi Logistik NO KELOMPOK URAIAN 1. 2. 3. 4. 5. KEBUTUHAN PERMINTAAN ADMINISTRASI LOGISTIK PEMBERIAN PENCATATAN Ruangan, instalasi atau bagian RS yang membutuhkan barang harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Permintaan ditulis pada formulir permintaan yang telah ditandatangani oleh yang berwenang seperti : Kepala Ruangan, Kepala Instalasi dan lain-lain. Petugas adminstrasi logistik harus memperhatikan keadaan barang di gudang, jatah bila ada dan barang bekas harus sudah kembali. Bila tidak ada barangnya,maka dijanjikan sesuai kesanggupan. Bila barang bekas tak kembali karena hilang makabaru diberikan setelah ada persetujuan Ka. TU. Hal ini agar menjamin ke hati-hatian. Pemberian dicatat sesuai pedoman yang ada.
44 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Pencatatan yang disesuaikan meliputi sebagai berikut: a. Buku stock gudang. b. Buku pemberian barang (pengeluaran barang). Kolom-kolom pada buku adalah : a Buku stock gudang. Tabel Contoh Intervensi b. Buku pengeluaran barang Tabel Contoh catatan pengeluaran barang Perlu pula tambahan formulir atau buku bantu pada barang-barang yang habis sebelum akhir bulan, hal ini bila pengisian barang dapat dilakukan secara sistem bulanan. NO TANGGAL BARANG MASUK BARANG KELUAR NAMA BARANG JUMLAH NAMA BARANG JUMLAH NO TANGGAL NAMA BARANG RUANGAN/INSTALASI DLL JUMLAH
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 45 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Pelaporan pemakaian dapat dibuat untuk mengetahui : a. Pemakaian bulanan baik jenis maupun jumlah barang. b. Ruangan/bagian mana yang menggunakan jenis barang tertentu dengan jumlah tertulis. Kolomnya seperti berikut: a. Laporan bulanan pemakaian barang Tabel Contoh pengeluaran barang Jenis barang:s Dalam hal ini untuk jenis barang alat tulis kantor dan kebersihan secara terpisah. b. Laporan bulanan pemakai barang Tabel Contoh pemberian barang Jenis barang : Bulan : NO NAMA BARANG BULAN KET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 NO NAMA BARANG RUANGAN VIP A KLS III Instalasi Dan lain-lain
46 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Laporan ini berguna untuk : 1) Pengendalian pemakaian. 2) Perencanaan pembelian bagi pengisian gudang agar tak berlebihan juga tak kekurangan. 9. Pengendalian Logistik Non Medis Pengendalian logistik non medis dapat melalui 3 jalan sebagai berikut: a. Pengendalian Prosedur. Prosedur yang mengharuskan barang bekas kembali, akan membuat pelaksana lebih telaten juga bila barang bekas ada hilang harus lapor ke Ka. TU. Sehingga akan membuat jera. b. Pengendalian Stock Gudang. Dengan pencatatan yang baik dan analisis kecenderungan dapat diketahui dan dipersiapkan stock yang optimal (tak berlebihan dan tak kekurangan). c. Pengendalian Pemakai. Dengan laporan pemakaian, maka akan diketahui jumlah pemakaian yang besar akan diketahui di bidang/ruangan mana sehingga bisa diselidiki. 10. Peran Logistik Di Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu satuan usaha yang melakkukan kegiatan produksi. Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa tersebut, sehingga yang dimaksudkan dengan kegiatan logistik disini hanya menyangkut manajemen persediaan bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan dalam rangka produksi jasa tersebut dan bukannya manajemen pendistribusian barang jadi. Pada definisi lama dinyatakan bahwa bagian logistik adalah bagian yang menyediakan barang dan jasa dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat dengan harga yang sesuai. Dari segi manajemen modern maka tanggung jawab bagian logistik lebih diperluas yaitu: a. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak terputus (uninterrupted). b. Mengadakan pembelian inventaris secara bersaing (kompetitif). c. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin. d. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternatif pasokan lain.
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 47 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS e. Mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian lain. f. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain. g. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan baik. Menurut bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus disediakan di rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi: persediaan farmasi, persediaan makanan, persediaan logistik umum dan persediaan teknik. Sebagai ilustrasi, berikut disampaikan persediaan logistik farmasi. Biaya rutin terbesar di rumah sakit pada umumnya terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, yang meliput: a. Persediaan obat mencakup: obat-obat esensial, nonesensial, obatobatan yang cepat, dan obat-obatan yang lama terpakai. b. Persediaan bahan kimia mencakup: persediaan untuk kegiatan operasional laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan nonmedis. c. Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU atau ICCU membutuhkan beberapa jenis gas medik. d. Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan perawatan maupun kedokteran yang dapat dikelompokkan sebagai barang habis pakai serta barang tahan lama atau peralatan elektronik dan nonelektronik. Tentu perlu dilakukan inventory control yang bertujuan menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Karena itu, hasil stock opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan, atau kurang dari satu tahun. Pengadaan barang yang dalam sehari-hari disebut juga pembelian, merupakan titik awal dari penngendalian persediaan. Jika titik awal ini sudah tidak tepat, maka pengendalian akan sulit di kontrol. Pembelian harus menyesuaikan dengan pemakaian, sehingga ada keseimbangan antara pemakaian dan pembelian. Keseimbangan ini tidak hanya antara pembelian dengan pemakaian/penjualan total, tetapi harus lebih rinci lagi yaitu antara penjualan dan pembelian dari setiap jenis
48 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan obat. Obat yang laku keras terbeli dalam jumlah relatif banyak daripada obat yang laku lambat. Dalam pengendalian persediaan terdapat dua jenis keseimbangan, yaitu keseimbangan total dan keseimbangan komposisi. Keseimbangan total, adalah keseimbangan antara seluruh persediaan dan seluruh permintaan, dengan kata lain antara seluruh pembelian dengan seluruh penjualan secara proporsional. Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemantauan persediaan bahan (stock, material, supplies, inventory dan lain-lain) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit. Manajemen logistik, khususnya di lingkungan rumah sakit perlu dilaksanakan secara efisen dan efektif. Dalam arti bahwa segala macam barang, bahan ataupun peralatan harus dapat disediakan tepat pada waktu dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup tidak kurang atau lebih, dan yang paling penting adalah ketersediaannya dengan mutu yang memadai. Sebagai ilustrasi, di RSUP Persahabatan Jakarta (2000), kegiatan logistik dilakukan oleh beberapa unit kerja, yaitu bagian sekretariat dengan subbagian rumah tangga dan perlengkapan yang menangani logistik umum, Instalasi Farmasi yang menangani logistik farmasi serta Instalasi Gizi yang menangani logistik gizi. Dalam SK Menteri Kesehatan RI No.552/ Menkes/SK/VI/94 antara lain disebutkan bahwa subbagian rumah tangga dan perlengkapan mempunyai tugas melakukan kegiatan perlengkapan, pergudangan nonmedis serta tata usaha pengadaan barang dan jasa. Sementara itu, salah satu tugas Instalasi Farmasi disebutkan sebagai fasilitas untuk penyimpanan dan penyaluran obat, alat kedokteran, alat perawatan, dan alat kesehatan. Secara tegas dapat disampaikan bahwa semua bentuk kegiatan di rumah sakit memerlukan pelayanan logistik. Keberhasilan dan mutu pelayanan di rumah sakit memang bergantung dari banyak faktor dan peran logistik merupakan salah satu kunci utama di dalamnya.
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 49 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS 11. Penilaian Mutu Logistik Rumah Sakit Mutu pelayanan logistic sendiri diukur dari total biaya yang dikeluarkan dan prestasi yang dicapai. Pengukuran prestasi menyangkut tersedianya (availability) barang, kemampuan (capability) dilihat dari waktu pengantaran da konsistensi, serta mutu (quality) dari usaha. Biaya logistik mempunyai hubungan langsung dengan kebijakan prestasi. Makin tinggi masing-masing prestasi ini, maka semakin tinggi pula total biaya logistiknya. Kunci bagi prestasi logistik yang efektif adalah mengembangkan usaha yang seimbang antara prestasi pelayanan yang diberikan dengan biaya yang dikeluarkan. Fungsi seorang manajer logistik di rumah sakit utamanya adalah menjamin mutu pelayanan yang baik. Penyediaan barang dalam proses logistik harus dapat memuaskan konsumen, baik karyawan rumah sakit yang membutuhkannya maupun pasien/masyarakat yang dilayani. Untuk ini diperlukan adanya kualitas manajemen logistik yang baik. Kunci keberhasilan pelayanan logistik dengan kualitas yang baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan. Untuk ini diperlukan tenaga yang terampil, sarana dan prasarana yang baik serta sistem pengawasan berkala yang memadai. Karyawan rumah sakit yang menggunakan hasil pelayanan logistik rumah sakit merupakan pihak yang tepat yang amat berperan dalam penilaian hasil pelayanan logistik. Komentar mereka perlu mendapat perhatian seksama, dan perlu pula dilakukan penelitian berkala tentang kualitas pelayanan logistik yang diberikan. Koordinasi dan pengaturan waktu merupakan tugas penting yang harus dilakukan dalam pelayanan logistik. Praktis semua kegiatan pelayanan logistik berinteraksi dengan kegiatan lain di rumah sakit. Semua ini membutuhkan koordinasi antara berbagai pelayanan dilingkungan logistik maupun antara logistik dengan pihak lain di rumah sakit. Pengaturan waktu juga memegang peranan amat penting di rumah sakit, karena beberapa hasil tindakan pengobatan yang mungkin menyelamatkan nyawa manusia akan amat bergantung dari waktu ketersediaan pelayanan logistik. Penyediaan bahan logistik yang tepat dan cepat tentu akan amat membantu keberhasilan penanganan pasien.
50 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Keterlambatan pelayanan logistik tentu akan mengakibatkan keterlambatan pelayanan pengobatan pasien, dan bahkan bukan tidak mungkin berakibat fatal. Ketersediaan bahan logistik selama 24 jam penuh sesuai kebutuhan pelayanan merupakan kebutuhan bagi berbagai rumah sakit besar dewasa ini. Di bidang manajemen, manajer logistik perlu memperhatikan adanya skala prioritas dan penyediaan pelayanan dalam waktu yang tepat. Manajer logistik juga mempunyai peran untuk melakukan perencanaan pengembangan dengan mengidentifikasi kesempatan yang ada, mengevaluasi manfaat bagi pelayanan pasien, penghitungan laba rugi pengembangan, dan penilaian terhadap faktor lingkungan yang terkait. Yang tidak kalah pentingnya adalah pembinaan hubungan antar manusia, mengingat kendati bannyak berhubungan dengana barang, kegiatan logistik seharihari pada kenyataannya juga berhubungan dengan berbagai kalangan di rumah sakit. G. Manajemen Asuhan Keperawatan Prinsip-prinsip Manajemen Asuhan Keperawatan 1. Dasar Perencanaan pemikiran atau konsep tindakan tertulis yang merupakan fungsi untuk menurunkan risiko dalam pengambilan keputusan atau pemecahan masalah dan efek perubahannya. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan adalah analisa dan mengakaji sistem, mengatur strategi, menentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek, mengkaji sumber-sumber organisasi dan kemampuan yang bisa dimanfaatkan, serta membuat aktivitas berdasarkan prioritas kegiatan. 2. Memanfaatkan waktu yang efektif misalnya membuat jadwal tugas dan bila ingin tahu kondisi yang tahu sebenarnya turun ke lapangan. 3. Melibatkan staf dalam pembuatan keputusan. 4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan yang efektif. 5. Mengorganisir misalnya struktur organisasi sesuai blok/level manajemen mulai dari unit, departemen, top/eksekutif dan tingkat operasional. 6. Melakukan langsung kegiatan pengarahan, misalnya dengan melaksanakan pendelegasian, supervisi, koordinasi secara intern dan ekstern serta pengendalian.
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 51 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS 7. Memberikan motivasi agar tetap tinggi; menaikkan gaji secara periodic, memberikan pendidikan pelatihan tambahan dan promosi lainnya. 8. Menerapkan komunikasi yang efektif baik terhadap sejawat perawat atau tenaga kesehatan lainnya. 9. Melakukan kegiatan pengendalian meliputi: membuat penilaian pelaksanaan rencana, memberikan instruksi, menetapkan standar/pedoman kerja yang dilaksanakan, dan membandingkan penampilan kinerja dengan standar awal yang telah ditetapkan. 10. Mengembangkan staf. Sebagai manajer harus selalu berpikir pengembangan staf bukan pengurangan staf, sehingga jenjang karir dan jabatan yang jelas. Hal ini akan meningkatan motivasi dan kinerja staf. Untuk itu pengembangan staf dapat mengikuti pernyataan Katz (dalam Swanburgh, 2006), dimana ada 3 kategori kemampuan yang harus dimiliki oleh secorang manajer agar menjadi sukses dalam pengembangan staf. Tiga kemampuan perawat yang harus dimiliki adalah: a. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan berpikir yang didasari oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang pernah dialami. Hal ini mendukung dalam pembuatan perencanaan terutama membuat visi-misi dan kerangka konsep pekerjaan baik dimasa sekarang maupun yang akan datang. b. Kemampuan tehnis, yaitu sejauh mana seorang manajer bisa membuat metode, sistem dan pedoman kerja yang mudah diikuti oleh staf dan mudah untuk dievaluasi. Kemampuan ini juga berdasarkan pengalaman kerja di lapangan. Karena pengetahuan bila ditunjang dengan pengalaman lapangan akan menjadi sempurna, sehingga mempercepat dalam proses pengambilan tindakan dan berani mengambil risiko. c. Kemampuan human/interpersonal, yaitu kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, dalam hal ini membuat pekerjaan tambah lancar. Membuat hubungan dengan anak buah, hubungan dengan satu tingkat/selevel dan membuat hubungan dengan atasan termasuk pihak luar yang terkait dengan pelayanan. 11. Melakukan kegiatan pengendalian meliputi: membuat penilaian pelaksanaan rencana, memberikan instruksi, menetapkan standar/pedoman
52 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan kerja yang akan dilaksanakan, dan membandingkan penampilan kinerja dengan standar awal yang telah ditetapkan. Kerangka Dasar dan Filosofi Manajemen Keperawatan Pembuatan kerangka konsep dan penguasaan filosofi manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang harus dilalui seorang manajer. Kerangka konsep dasar atau model dasar manajemen keperawatan dan filosofi keperawatan, yang memberikan semangat dan landasan dasar dalam pelaksanaan kegiatan keperawatan, pedoman dalam pengambilan keputusan dan menjadi dasar dalam melakukan evaluasi hasil manajemen keperawatan. Untuk itu kita perlu mengetahui dasar filosofi ilmu keperawatan. 1. Kerangka dasar paradigma keperawatan, yaitu body of knowledge atau pohon ilmu keperawatan yang menjadi dasar eksistensi sebagai ilmu pengetahuan. Paradigma keperawatan terdiri dari manusia, perawat/ keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Skema Paradigma Keperawatan Ada beberapa karakter/ciri dalam membuat pola hubungan antar staf keperawatan yang bisa mendukung pelaksanaan pelayanan antara lain: a. Secara naluri setiap manusia akan tertarik dan mempertahankan pada pekerjaan sehingga akan berusaha bekerja sesuai kemampuan terbaik. b. Informasi yang cukup akan mempengaruhi pelayanan keperawatan sehingga setiap manajer sebelum membuat keputusan harus memiliki informasi yang memadahi sehingga keputusannya akan akurat dan tepat. c. Percaya bahwa suatu tujuan akan mudah dicapai bila dikerjakan secara bersama-sama.
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 53 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS d. Individu memiliki sifat, motivasi dan minat yang berbeda dalam menghadapi pekerjaannya, untuk itu manajer yang baik harus mengetahui bagaimana latar belakang dan cara memperlakukan staf perawat sesuai dengan kemampuannya. e. Manajer harus bisa melakukan fungsi koordinasi dengan semua stakeholder dan mampu melakukan pengendalian pekerjaannya. f. Manajer harus memahami kualifikasi staf dan kemampuan lebihnya sehingga dapat memberikan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. g. Individu memiliki kesamaan hak dan pembagian pendelegasian terutama kepada staf yang dianggap mampu. h. Manajer selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga bisa bekerja secara profesional dan pengambilan keputusan cepat dan tepat. i. Semua metode sistem yang dipakai adalah untuk memudahkan pencapaian tugas pokok dan tujuan organisasi secara bersama-sama. 2. Filosofi manajemen keperawatan Bila diartikan secara operasional, filosofi adalah keyakinan kuat yang dimiliki oleh individu atau kelompok yang mengarahkan untuk tiap kegiatan individu atau kelompok mencapai tujuan bersama. Keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan cara pembagian kerja, koordinasi dan evaluasi. Filosofi keperawatan melihat bahwa manusia itu adalah unik sehingga membutuhkan perlakuan seutuhnya dari segi biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Adapun beberapa contoh filosofi keperawatan antara lain: a. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. b. Manajemen keperawatan adalah fungsi utama bidang keperawatan. c. Mutu pelayanan keperawatan yang tinggi berarti menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen pelayanan memiliki standar yang tinggi juga. d. Menjunjung tinggi pendidikan keperawatan berkelanjutan. e. Keperawatan merubah dan membantu pasien menuju fungsinya yang optimal.
54 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan f. Tim keperawatan mampu bertanggung jawab dan bertanggung gugat. g. Menghargai hak-hak azasi pasien. h. Perawat adalah advokat pasien. i. Perawat wajib memberi pendidikan kesehatan. Adapun pembuatan visi dan misi institusi akan berperan dalam memberikan pelayanan keperawatan terbaik, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk pendidikan, mengembangkan lingkungan pelayanan yang aman dan nyaman bagi pasien dan keluarganya. 3. Tujuan pelayanan keperawatan Tujuan pelayanan keperawatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan adalah: a. Meningkatkan dan mempertahankan mutu. b. Meningkatkan sikap profesionalisme dan akontabel. c. Meningkatkan hubungan dengan pasien, keluarga dan masyarakat. d. Meningkatkan komunikasi antar staf. e. Meningkatkan kualitas kerja. Semua tujuan ini akan berhasil bila seorang manajer memperhatikan: a. Kebijakan yang dibuat sifatnya kooperatif. b. Memperhatikan kesejahteraan sosial stafnya. c. Memberikan kesempatan mengikuti pendidikan tinggi stafnya. Demikian juga agar manajer bila ingin sukses dalam pekerjaannya seharusnya memilih metode kerja yang baik. Metode kerja baik bila dalam pelaksanaan memiliki akibat: a. Semua bekerja dengan mudah dan aman. b. Menghindari pemborosan waktu dan pemborosan alat. c. Mengurangi duplikasi tugas antar tenaga. d. Meningkatkan tingkat kepuasan kerja staf. e. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 55 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Lingkup Manajemen Keperawatan Lingkup manajemen keperawatan bagi manajer pemula setingkat kepala ruangan meliputi: 1. Menetapkan penerapan pelayanan keperawatan yang komprehensif. 2. Melaksanakan intervensi dan evaluasi untuk perbaikan pelayanan keperawatan. 3. Menerima akontabilitas sebagai pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien. 4. Mengendalikan lingkup praktik keperawatan agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam pelaksanaan partisipasi staf dilevel manajer pemula sifatnya antara lain: a. Bottom-up, yaitu staf diperbolehkan untuk memberikan masukan kepada setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. b. Top-down, yaitu semua kebijakan dan standar kerja hanya dari atasan, sedangkan staf harus mengerjakan dan tidak boleh memberi masukan. c. Lateral, yaitu sikap manajer yang lebih memperhatikan masukan yang diberikan oleh manajer selevel daripada atasan atau stafnya. d. Organizational, yaitu setiap kebijakan harus memperhatikan kebijakan dari top organisasinya agar satu arah pedomannya dan menentang keberadaan organisasi. e. Personal, yaitu setiap kebijakan kadang dipengaruhi oleh karakter pemimpin yang mengambil keputusan sehingga harus ada masukan dari staf lain.
56 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 57 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS A. SWOT Analisis Pengertian SWOT merupakan singkatan dari Strenghts (kekuatan), Weakness (kelema - han), Threats (ancaman), Opportunities (peluang). Analisis SWOT adalah Identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2000). SWOT Analysis is defined looking at an organisation’s strengths, weakness, opportunities, and threats you may be able to analyse the current direction of the organization (ward/clinical area/workplace), formulate future goals and objectives, or analyse specific situations, ideas, groups or activities (Stanley.D, 2011). Dengan demikian dapat disimpulkan analisis SWOT adalah identifikasi faktor lingkungan internal (Strengths & Weakness) dan eksternal (Threats & Opportunities) dalam merumuskan dan menganalisis tujuan serta sasaran organisasi melalui analisis yang spesi - fik terhadap situasi dan ide/gagasan sebagai perencanaan strategi. Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi rumah sakit dalam pelayanan kesehatan/keperawatan. KAJIAN SITUASI 3 BAB
58 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Elemen SWOT terdiri dari : 1. Lingkungan internal yaitu Strength (kekuatan) & Weakness (kelemahan), kajian data yang berasal dari dalam organisasi mencakup : (a) sumber daya, (b) manajemen, (c) keuangan, (d) pemasaran, (e) sistem informasi dan produksi, (f) kompetensi inti. 2. Lingkungan Eksternal yaitu Threats (ancaman) & Opportunities (peluang), kajian data yang berasal dari luar organisasi mencakup : (a) pasar, (b) kompetitor, (c) demografis, (d) teknologi, (e) kebijakan pemerintah. Gambar SWOT Learning Activity Matriks SWOT Matriks SWOT adalah machine tool yang mampu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh organisasi harus disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks SWOT terdiri dari : 1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE). 2. Eksternal Factor Evaluation (EFE). B. Matriks IFE dan EFE 1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal organisasi berkaiatan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal organisasi dapat digali dari beberapa fungsional organisasi, misalnya aspek manajemen, keuangan, sumber daya manusia, pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi. STRENGTH 1. 2. dst…. WEAKNESS 1. 2. dst…. THREATS 1. 2. dst…. OPPORTUNITIES 1. 2. dst….
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 59 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Cara membuat matriks IFE yaitu : a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Menentukan rating setiap critical success factors dengan skala antara 1 sampai dengan 4, yakni: 1 = kelemahan benar 2 = kelemahan kecil 3 = kekuatan kecil 4 = kekuatan besar b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi dan begitu pula yang sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata nilai kepentingan organisasi. c. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya. Jadi rating mengacu pada kondisi organisasi, sedangkan bobot pada nilai kepentingan organisasi terhadap data kajian. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total organisasi. Jika nilainya di bawah 2,5 menunjukan bahwa secara internal organisasi adalah lemah, sedang nilai yang berada di atas 2,5 menunjukan posisi internal organisasi yang kuat. Gambar Tabel Matriks IFE 2. Eksternal Factor Evaluation (EFE) Matrik EFE digunakan Untuk menyimpulkan dan mengevaluasi hal-hal yang menyangkut peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan eksternal. Data dan informasi aspek internal organisasi dapat digali dari beberapa berasal dari luar organisasi mencakup : pasar, kompetitor, de Faktor Internal Bobot Rating Skor Keterangan Strengths 1. 2. dst…. Weakness 1. 2. dst…. Total Nilai IFE
60 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan mografis, teknologi, kebijakan pemerintah. Cara membuat matriks EFE yaitu : a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek eksternal mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Menentukan rating setiap critical success factors dengan skala antara 1 sampai dengan 4, yakni: 1 = Dibawah rata - rata 2 = Rata - rata 3 = Diatas rata - rata 4 = Sangat bagus b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi dan begitu pula yang sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata nilai kepentingan organisasi. c. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya. Jadi rating mengacu pada kondisi diluar organisasi, sedangkan bobot pada nilai kepentingan organisasi terhadap data kajian. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total organisasi. Jika nilainya 1,0 menunjukan bahwa secara internal organisasi tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman ekternal, sedang nilai yang 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan cara luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman ekternal. Gambar Tabel Matriks EFE Faktor Internal Bobot Rating Skor Keterangan Strengths 1. 2. dst…. Weakness 1. 2. dst…. Total Nilai EFE $
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 61 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS C. Diagram Cartesius Diagram cartesius digunakan untuk mengetahui posisi penempatan data yang telah dianalisis sebelumnya, maka dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu: Kuadran 1 : Aggressive Strategy Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy). Kuadran 2 : Diversification Strategy Meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi divesifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 : Turn Around Strategy Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, akan tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahan sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik. Kuadran 4 : Defensive Strategy Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Keempat strategi tersebut memerlukan key success factor dari lingkungan ekternal dan internal dengan jadgement yang baik melalui strategi alternatif, yaitu : • Strategi SO (Strengths-Oppotunies) adalah menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. • Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) adalah strategi yang bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. • Strategi ST (Strength-Threats) adalah strategi perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.
62 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan • Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Gambar Diagram Cartesius Sumber: Dumilah, (2010) Diagram cartesius sangat penting digambarkan oleh seorang leaders dan manager keperawatan. Diagram cartesius adalah sebuah diagnosa bagai suatu ruang rawat nginap atau institusi pelayanan kesehatan, pendidikan tinggi, perusahaan atau lembaga lainnya. Posisi terkini suatu lembaga dapat ditentukan oleh sebuah diagram cartesius. Posisi ini sangat memudahkan manager atau leaders dalam mebuat program kerja yang sesuai dengan situasi terkini. D. Fish Bone Analisis Pengertian : Fishbone analisis adalah Proses analisis penyebab masalah dengan menganalisis berbagai dimensi penyebab masalah, dimensi nya terdiri dari 5 M 1 E. Contoh : belum optimalnya SOP perawatan luka post operasi. Aggressive Strategy Opportunities Weaknesses Turn around Strategy Diversification Strategy Defensive Strategy Strenght Threats
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS 63 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Diagram Fishbone analisis Keterangan : 1. Man; manusia - Pengetahuanya. - Sikapnya. - Keterampilannya. 2. Methode - Cara/strategi yang digunakan untuk mengcreat suatu problem atau masalah, tidak efektif sehingga masalah muncul. Metode yang sering digunakan dalam lingkup keperawatan berupa; sosialisasi, desiminasi, pelatihan, seminar, workshop, coaching, redemonstrasi, simulasi, rapat, lounching program, bedah buku, dll yang sesuai. 3. Environment - Tidak kondusif: rame, berisik, tidak beraturan, udara panas, tidak nyaman. - Tidak mendukung: kurang bersih, tidak rapih, sarana prasarana tidak lengkap. 4. Material - Alat/bahan yang diperlukan tidak sesuai atau tidak mendukung, sehingga timbul masalah: formulir, alat kesehatan, obat-obatan dll. 5. Machine : - Mesin-mesin apabila ada dan diperlukan: Alat-alat diagnostik, mesin HD, ventilator, yang diperlukan dalam keperawatan dan kesehatan. Kepemimpinan dan Manajemen Pelayanan Keperawatan
64 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 6. Money : - Dana/anggaran yang diperlukan tidak ada atau tidak mendukung, sehingga timbul permasalahan. E. Prioritas Masalah Penetapan Prioritas dalam masalah kesehatan penduduk dan penentuan prioritas dalam program intervensi yang dilaksanakan merupakan sesuatu yang penting mengingat adanya keterbatasan sumber daya SDM dan dana. Untuk itu dijelaskan bahwa ada 4 metode dalam penetapan prioritas masalah kesehatan penduduk yaitu CARL, Bryan, Matematik, Delbeque, Beban Kerugian Kesehatan dan perbandingan capaian program dengan target yang ditetapkan. Menentukan prioritas program intervensi yang dilakukan ada 2 metode masing-masing metode analisis biaya dan metode Hanlon. Diharapkan ini bermanfaat bagi perawat profesional di klinik dan bagi pembelajaran mahasiswa kesehatan. Setelah melakukan kajian situasi, maka dilakukan perumusan prioritas masalah. Banyak rumus untuk menentukan prioritas masalah. Rumus yang cocok dan sesuai dengan masalan pelayanan keperawatan adalah rumus CARL dan BRYAN. Berikut implementasi rumus tersebut adalah : 1. CARL Perumusan Masalah a. Belum optimalnya pelaksanaan discharge planning. b. Kurangnya pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pemilahan sampah infeksius dan non infeksius. c. Kurangnya optimalisasi jam besuk pengunjung. Prioritas Masalah Matriks Alternatif Pemecahan Masalah C : Ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana). A : Kemudahan masalah yang ada (muah diatasi atau tidak). R : Kesiapan dari tenaga pelaksana. L : Seberapa berpengaruh kriteria yang satu dengan yang lain.
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 65 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Ket : 5. Sangat penting, 4. Penting, 3. Cukup penting, 2. Kurang penting, 1, Sangat kurang pentin. 2. BRYANT Metode Bryant merupakan cara untuk memenntukan prioritas masalah keperawatan yang ditemukan memalui kajian analisis dengan memberikan score atau nilai untuk parameter yang ditetapkan. Parameter penilaian metode ini adalah sebagai berikut : a. Community Concern, yakni sejauh mana profesi atau masyarakat menganggap masalah tersebut penting atau dapat juga disebut perhatian atau kepentingan masyarakat dan pemerintah atau instansi terkait terhadap masalah tersebut. b. Prevalensi, yakni berapa banyak pasien, keluarga atau komutis yang terkena masalah (penyakit) tersebut. c. Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan problem, penyakit tersebut atau tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta kecenderungannya. Maslah tersebut akan berinpact terhadap pasien dan pelayanan keperawatan. d. Manageability, yaitu sejauh mana kita memiliki kemampuan secara sumber daya, dana, expert, metode, strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudian masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas yang tinggi pula. Metode Bryant menggunakan skor yang berdasarkan pada kriteria : P = besarnya kelompok atau staf yang terkena masalah, S = tingkat keseriusan atau kegawatan masalah, No Alternatif Pemecahan Masalah C A R L Score Ket 1 Belum optimalnya pelaksanaan discharge planning 5 3 4 2 140 3 2 Kurangnya pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pemilahan sampah infeksius dan non infeksius 5 4 5 3 170 1 3 Kurangnya optimalisasi jam besuk pengunjung 5 4 5 3 170 2
66 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan C = dampak masalah terhadap rumah sakit, institusi terkait, klinik, atau unit keperawatan. M = ketersediaan sumber daya, dana, expert, metode, sarana dan prasarana. Rumus: Total skor =P x S x C x M Untuk mendapatkan skor dari kriteia P, S, C, dan M yaitu dengancara berikut ini : A. Pada kriteria P di atas skornya didapatkan dari rumus berikut : P =5-A/O Keterangan : P = besarnya kelompok atau staf yang terkena masalah A = jumlah aset O = jumlah pengguna. Skor: 1 = jumlah pasien, individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit 2 = jumlah pasien, individu/masyarakat yang terkena sedikit 3 = jumlah pasien, individu/masyarakat yang terkena cukup besar 4 = jumlah pasien, individu/ masyarakat yang terkena sangat besar B. Pada kriteria S skor didapatkan dari tingkat keseriusan atau kegawatan suatu masalah. Skor: 1 = masalah yang ditimbulkan tidak berat 2 = masalah yang ditimbulkan cukup berat 3 = masalah yang ditimbulkan berat 4 = masalah yang ditimbulkan sangat berat. 3. METODE MATEMATIKA Metode ini dikenal juga sebagai metode PAHO yaitu singkatan dari Pan American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di wilayah Amerika Latin. Dalam metode ini dipergunakan beberapa kriteria untuk menentukan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah berdasarkan: (a) Luasnya masalah (Magnitude), (b) Beratnya kerugian yang timbul (Severity), (c) Tersedianya sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (Vulnerability), (d) Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat (Community andpolitical concern), (e) Ketersediaan data (Affordability), f) Magnitude masalah, menunjukkan berapa banvak penduduk yang terkena masalah atau penyakit tersebut. Ini ditunjukan oleh angka prevalensi atau insiden penyakit. Makin luas atau banyak penduduk terkena atau semakin tinggi prevalen, maka semakin tinggi prioritas yang diberikan pada penyakit tersebut, Severity adalah besar kerugian yang ditimbulkan. Pada masa lalu yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case Fatality Rate (CFR) masing-masing penyakit. Sekarang severity tersebut bisa juga dilihat dari jumlah disa
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 67 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS bility days atau disability years atau disesase burden yang ditimbulkan oleh penyakit bersangkutan. HIV/AIDS misalnya akan mendapat nilai skor tinggi dalam skala prioritas yaitu dari sudut pandang seperti ini. Vulnerability menunjukan sejauh mana tersedia teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Tersedianya vaksin cacar yang sangat efektif misalnya, merupakan alasan kuat kenapa penyakit cacar mendapat prioritas tinggi pada masa lalu. Sebaliknya dari segi vulnerability penyakit HIV/AIDS mempunyai nilai prioritas rendah karena sampai sekarang belum ditemukan teknologi pencegahan maupun pengobatannya. Vulnerability juga bisa dinilai dari tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program seperti misalnya ketersediaan tenaga dan peralatan. Affordability menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia. Bagi Negara maju masalah dana tidak merupakan masalah akan tetapi di negara berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan tergantung pada bantuan luar negeri. Kadang kala ada donor yang mengkhususkan diri untuk menunjang program kesehatan atau penyakit tertentu katakanlah program gizi, HIV/AIDS dan lainnya. Dalam penerapan metode ini untuk prioritas masalah kesehatan, maka masing-masing kriteria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal, misalnya antara angka 1 menyatakan terendah sampai angka 5 menyatakan tertinggi, Pemberian skor ini dilakukan oleh panel expert yang memahami masalah kesehatan dalam forum curah pendapat (brain storming). Setelah diberi skor, masing-masing penyakit dihitung nilai skor akhirnya yaitu perkalian antara nilai skor masing-masing kriteria untuk penyakit tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat kontras, sehingga terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis. Contoh simulasi untuk perhitungan menggunakan metode ini dijelaskan sebagai berikut. Tabel Simulasi Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dengan Metode Matematika Masalah Magnitude Severity Vulnerability Com and political concern Affordability Final score TB paru 4 3 3 2 3 216 HIV/AIDS 1 5 1 4 4 80 Malaria 4 3 3 2 2 144 Stroke 1 4 2 3 3 72
68 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Analisis angka tabel di atas diperoleh angka skor tertinggi adalah 216 maka penyakit TB Paru menjadi prioritas 1 dan angka 144 penyakit malaria mendapatkan prioritas masalah kesehatan nomor 2 dan begitu seterusnya. Ada beberapa kelemahan dan kritikan terhadap metode tersebut. Pertama penentuan nilai skor sebetulnya didasarkan pada penilaian kualitatif atau kelimuan oleh para pakar yang bisa saja tidak objektif, kedua masih kurang spesifiknya kriteria penentuan pakar tersebut. Kelebihan cara ini adalah mudah dilakukan dan bisa dilakukan dalam tempo relatif cepat. Disamping itu dengan metode ini beberapa kriteria penting sekaligus bisa dimasukkan dalam pertimbangan penentuan prioritas. 4. METODE DELBEQUE DAN DELPHI Metode Delbeque adalah metode kualitatif dimana prioritas masalah penyakit ditentukan secara kualitatif oleh panel expert. Caranya sekelompok pakar diberi informasi tentang masalah penyakit yang perlu ditetapkan prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada untuk masing-masing penyakit tersebut. Dalam penentuan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah pada dasarnya kelompok pakar melalui langka-langkah (1) Penetapan kriteria yang disepakati bersama oleh para pakar (2) memberikan bobot masalah (3) menentukan skoring setiap masalah. Dengan demikian dapat ditentukan masalah mana yang menduduki peringkat prioritas tertinggi. Penetapan kriteria berdasarkan seriusnya permasalahan menurut pendapat para pakar dengan contoh kriteria persoalan masalah kesehatan berupa (1) Kemampuan menyebar/menular yang tinggi (2) mengenai daerah yang luas (3) mengakibatkan penderitaan yang lama (4) mengurangi penghasilan penduduk (5) mempunyai kecendrungan menyebar meningkat dan lain sebagainya sesuai kesepakatan para pakar 31. Para expert kemudian menuliskan urutan prioritas masalah dalam kertas tertutup. Kemudian dilakukan semacam perhitungan suara. Hasil perhitungan ini disampaikan kembali kepada para expert dan setelah itu dilakukan penilaian ulang oleh para expert dengan cara yang sama. Diharapkan dalam penilaian ulang ini akan terjadi kesamaan/konvergensi pendapat, sehingga akhirnya diperoleh suatu konsensus tentang penyakit atau masalah mana yang perlu diprioritaskan. Jadi metode ini sebetulnya adalah suatu mekanisme untuk mencapai suatu konsensus. Kelemahan cara ini adalah sifatnya yang lebih kualitatif
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 69 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS dibandingkan dengan metode matematik yang disampaikan sebelumnya. Juga dipertanyakan kriteria penentuan pakar untuk terlibat dalam penilaian tertutup tersebut. Kelebihannya adalah mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Penilaian prioritas secara tertutup dilakukan untuk memberi kebebasan kepada masing-masing pakar untuk memberi nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang mungkin ada antara para pakar tersebut. Metode lain yang mirip dengan Delbeque adalah metode Delphi. Dalam metode Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan diskusi terbuka dan mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-masing mengajukan pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas. Diskusi berlanjut sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus) tentang masalah kesehatan yang menjadi prioritas. Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relatif lebih lama dibandingkan dengan metode Delbeque serta kemungkinan pakar yang dominan mempengaruhi pakar yang tidak dominan. Kelebihannya metode ini memungkinkan telahaan yang mendalam oleh masing-masing pakar yang terlibat. Contoh simulasi Metode Delbeque dan Delphi bila dituangkan dalam matrik seperti tabel di bawah ini. Tabel Hasil Penetapan Skor para Panel Expert Dalam Penetapan Prioritas Dari simulasi penetapan prioritas masalah di atas, maka skore tertinggi adalah masalah kesehatan point B maka ini menjadi Prioritas kedua masalah kesehatan adalah point A dan begitu seterusnya. Masalah Kriteria yang dipakai Total skore Prioritas masalah 1 2 3 4 5 6 A 3 3 4 4 5 5 3600 II B 4 4 5 3 4 4 3840 I C 2 3 3 5 4 5 1800 III D 1 2 3 2 3 1 36 IV E 2 2 1 1 1 1 4 V Dst.
70 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 5. METODE ESTIMASI BEBARI KERUGIAN (DISEASE BURDEN) Metode Estimasi Beban Kerugian dari segi teknik perhitungannya lebih canggih dan sulit, karena memerlukan data dan perhitungan hari produktif yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah. Sejauh ini metode ini jarang dilakukan di tingkat kabupaten atau kota di era desentralisasi program kesehatan. Bahkan ditingkat nasional pun baru Kementrian Kesehatan dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang mencoba menghitung berapa banyak Kerugian yang ditimbulkan dalam kehidupan tahunan penduduk (Disease Adjusted Life Year = DALY). Pada tingkat global penggunaan metode Disease Burden dalam penetapan prioritas masalah kesehatan, Bank Dunia telah menghitung waktu produktif yang hilang (Desease Burden) yang disebut sebagai DALY yang diakibatkan oleh berbagai macam penyakit. Atas dasar perhitungan tersebut Bank Dunia menyarankan agar dalam program kesehatan prioritas diberikan pada masalah kesehatan esensiat terdiri darai (1) TBC (2) Pemberantasan Penyakit Menular (3) Penanganan Anak Gizi Kurang/Buruk. 6. METODE PERBANDINGAN ANTARA TARGET DAN PENCAPAIAN PROGRAM TAHUNAN Metode penetapan prioritas masalah kesehatan beradasarkan pencapaian program tahunan yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara target yang ditetapkan dari setiap program dengan hasil pencapaian dalam suatu kurun waktu 1 tahun. Penetapan prioritas masalah kesehatan seperti ini sering digunakan oleh pemegang atau pelaksana program kesehatan di tingkat Puskesmas dan Tingkat Kabupaten/Kota pada era desentralisasi saat ini. Simulasi dari metode tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah.
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 71 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Tabel Pencapaian Program Gizi di suatu wilayah Puskesmas pada tahun 2011 Sumber: Laporan Tahunan 2011 Puskesmas Enam Lingkung Berdasarkan tabel data di atas didapatkan perbedaan yang besar pencapaian dibandingkan target yang ditetapkan adalah pemberian tablet Besi hanya dicapai target sebesar 74% dan kesenjangannya sebesar 26% maka ini menjadi prioritas masalah kesehatan yang harus menjadi prioritas masalah kesehatan utama (nomor satu) dan seterusnya. Metode Penetapan Prioritas Alternatif/Pilihan Pemecahan Masalah untuk Intervensi Ada 2 metode yang lazim digunakan dalam penetapan prioritas alternatif pemecahan masalah untuk intervensi dalam penetapan pilihan bentuk intevensi yaitu metode Analisis Pembiayaan yang lebih dikenal cara efektifitas dan efisiensi dan metode Hanlon. a. Metode Analisis Pembiayaan (Cost Analysis) Lebih Dikenal Efektifitas Efisiensi Penggunaan metode ini dengan memperhitungkan efektifitas dan efisiensi dalam penetapan pilihan jenis intervensi yang dilakukan dengan menggunakan rumus penetapan prioritas kegiatan sbb: M x I x V Prioritas (P) = C Dimana : M = Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi. I = Important (pentingnya jalan keluar menyelesaiakan masalah) No Jenis kegiatan Target (a) Pencapaian (%) Kesenjangan (%) Rangking 1 Pemberian kapsul Vitamin A (dosis 200.000 SI) pada balita 2 kali/tahun 1696 1579(93,1) (-)6,9 III 2 Pemberian tablet besi (90 tablet) 1 pada ibu hamil 436 (100%) 323 (74,1) (-)25,9 I 3 Pemberian PMT pemulihan balita 3 3 (100) 0 gizi buruk pada gakin 3 3 (100) 0 4 N/Dpada balita 75 56 (75,1) (-)24,9 II
72 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan V = Vunerability (ketepatan jalan keluar untuk masalah) C = Cost (Biaya yang dikeluarkan) dimana kriterianyan ditetapkan : Biaya 1 = Biaya sangat murah Biaya 2 = Biaya murah Biaya 3 = Biaya cukup murah Biaya 4 = Biaya mahal Biaya 5 = Biaya sangat mahal Tabel berikut ini merupakan penentuan penetapan prioritas alternatif pemecahan masalah melalui metode cost analysis sebagai berikut: Tabel Penetapan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Untuk Intervensi Penyakit TB No Alternatif Efektifitas Efisiensi Skor Prioritas M I V C 1 Memberikan motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya hidup bersih dan sehat. 3 3 2 4 4,5 VI 2 Memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan penularanTB kepada kelompok risiko dan penyebaran leaflet. 5 5 4 4 25 I 3 Melakukan advokasi kepada pejabat dan instansi terkait agar menyediakan anggaran khusus PMT penderita dan petugas 2 2 3 5 2,4 VIII 4 Melakukan penjaringan suspect TB secara berkala melalui puskel 4 3 4 3 16 IV 5 Meningkatkan koordinasi dengan sektor terkait sehingga pemberantasan penyakitTB dapat dilakukan 3 2 2 4 3 VII 6 Menggerakkan penanggung jawab program lebih aktif untuk melakukan penjaringan suspect TB sewaktu puskel 3 3 4 2 18 III 7 Melakukan penyuluhan tentang rumah dan kondisi lingkungan rumah yang sehat 3 3 3 3 9 V 8 Melakukan pemberdayaan kader TB danPMO dalam pengawasan penderita TB dan penyebaran buku saku 4 4 5 4 20 II
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 73 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Berdasarkan formula perhitungan di atas maka nilai tertinggi (nomor prioritas 1) skor 25 adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan penularan TB kepada kelompok risiko melalui metode ceramah dan penyebaran leaflet dan prioritas kedua skor 20 adalah melakukan Pemberdayaan PMO dan kader TB dalam pengawasan penderita TB. b. Metode Hanlon Penggunaan metode Hanlon dalam penetapan alternatif prioritas jenis intervensi yang akan dilakukan menggunakan 4 kriteria masing-masing: (1) Kelompok kriteria 1 yaitu besamya masalah (magnitude), (2) Kelompok kriteria 2 yaitu Tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness), (3) Kelompok kriteria 3 yaitu kemudahan penanggulangan masalah (causability) (4) Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan istilah PEARL faktor. Seperti halnya metode yang lain, metode Hanlon dalam proses awalnya menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (brain storming) untuk menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh nilai dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian kelompok kriteria tersebut dimasukkan ke dalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi nilainya maka itulah prioritas jenis program yang didahulukan (menjadi prioritas intervensi). Langkah-langkah untuk melaksanakan metode ini dijelaskan sebagai berikut: 1) Menetapkan Kriteria Kelompok 1 Besarnya masalah (magnitude) Anggota kelompok merumuskan faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah, misalnya (1) Besarnya persentasi/prevalensi penduduk yang menderita langsung karena penyakit tersebut (2) Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan perorang rata-rata perbulan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (3) Besarnya kerugian yang diderita. Simulasi penetapan kriteria kelompok 1 dijelaskan sbb:
74 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Tabel Nilai/Skoring Penetapan Prosentase besat penduduk yang terkena masalah Selanjutnya kelompok memberikan angka-angka untuk masalah kesehatan A, B dan C sbb: Sehingga nilai masing-masing masalah kesehatan sbb: Tabel Konversi Penilaian 2) Menetapkan Kriteria kelompok II: Kegawatan (Emergency/seriousness) Langkah berikut berbeda dengan langkah pertama dimana banyak menggunakan data kuantitatif untuk menentukan nilai. Menentukan tingkat kegawatan lebih bersifat subjektif. Pada langkah ini kelompok menentukan tingkat kegawatan misalnya dengan melihat faktor-faktor berikut ini: (a) Tingkat urgensinya (b) Kecendrungannya (c) Tingkat keganasanrnya. Berdasarkan 3 faktor ini anggota menentukan nilai sebagai berikut dengan skala 0-10. Nilai % Penduduk yang menderita penyakit Prakiraan Pengeluaran Biaya (Rp) Prakiraan Kerugian Lain-Lain (Rp) 10 26-30 200.000 500.000 8 21-25 101.000- 150.000 400.000 6 16-20 76.000- 100.000 200.000- 300.000 4 11- 15 41.000-50.000 101.000-200.000 2 6-10 11.000- 25.000 51.000- 100.000 1 <5 10.000 <50.000 Masalah kesehatan % Penduduk yang menderita (%)Pengeluaran Biaya (Rp) Kerugian Lain-Iain (Rp) A 17 80.000 80.000 B 24 120.000 250.000 C 30 45.000 300.000 Masalah % Penduduk Biaya Pengeluaran Kerugian Total Rata-Rata A 6 6 4 16 5,35 B 8 8 6 22 7,33 C 10 4 6 20 6,66
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 75 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Tabel Pembobotan Kegawatan Program 3) Menetapkan Kriteria Kelompok III: Kemudahan Penanggulangan Masing-masing anggota katakanlah jumlah anggota 6 orang memberikan nilai antara 1-5 berdasarkan prakiraan kemudahan penanggulangan masing-masing masalah. Angka 1 berarti bahwa masalah tersebut sulit ditanggulangi dan angka 5 berarti bahwa masalah tersebut mudah dipecahkan. Kelompok menentukan kriteria berdasarkan kemampuan dan tersedianya sumber daya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kriteria. 1 = Amat sulit 2 = Sulit 3 = Cukup sulit/cukup mudah 4 = Mudah 5 = Sangat mudah Contoh simulasi hasil consensus yang dicapai pada langkah ini memberikan nilai rata-rata sebagai berikut: Masalah A = 3+2+1+4+3+2+4 dibagi 6 = 19/6 = 3,17 Masalah B = 2+2+3+2+2+3+3 dibagi 6 = 17/6 = 2,83 Masalah C = 3+4+5+3+3+5+4 dibagi 6 = 27/6 = 4,5 4) Menetapkan Kriteria kelompok kriteria IV yaitu faktor PEARL Kelompok kriteria IV terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan dan faktor tersebut meliputi: P = Kesesuaian (Appropriateness) E = Secara ekonomi murah (Economic feasibility) A = Dapat diterima (Acceptability) Masalah Keganasan Tingkat Urgensinya Kecendrungan Total Rata-Rata A 6 9 5 20 6,6 B 3 7 7 17 5,6 C 7 6 3 16 5,3
76 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan R = Tersedia sumber daya (Resource savailability) L = Legalitas terjamin (Legality) Masing-masing masalah harus diuji dengan faktor PEARL. Tujuannya adalah untuk menjamin terselenggaranya program dengan baik. Jawaban hanya dua yaitu ya atau tidak. Jawabanya nilai 1 dan jawaban tidak nilainya 0. Dengan cara aklamasi atau voting maka tiap faktor dapat diperoleh angka 1 atau 0 untuk masing-masing masalah. Simulasi contoh faktor PEARL yang dicapai kelompok sebagai berikut: Tabel Faktor PEARL Dengan mengalikan angka dalam kolom PEARL diperoleh nilai PEARL masalah C bernilai 0 dari hasil perhitungan. Hal ini disebabkan faktor tersedianya sumber daya masih tanda tanya. Menetapkan Nilai Prioritas Total Setelah nilai rata-rata kelompok I, II, III dan IV ditetapkan maka nilai rata-rata tersebut dimasukan dalam tabel berikut untuk penetapan skor tertinggi. Skor tertinggi pada setiap pemecahan masalah akan menjadi prioritas untuk intervensi program seperti tabel berikut. Tabel Prioritas Intervensi Metode Hanlon Berdasarkan rekapitulasi nilai rata-rata dari ke empat kelompok kriteria yang ditetapkan maka rangking 1 untuk intervensi kegiatan ada pada pemecahan masalah A dan rangking 2 pemecahan masalah B dan pemecahan masalah C tidak dapat dilaksanakan karena dari nilai faktor PEARL tidak layak untuk dilaksanakan. Kesimpulan dan Saran Ada 4 metode yang dapat dipilih dalam penetapan prioritas masalah kesehatan atau penyakit yang akan ditanggu Masalah P E A R L Nilai PEARL A 1 1 1 1 1 1 B 1 1 1 1 1 1 C 1 0 1 0 1 0 Masalah Rata-Rata Besar Masalah Rata-Rata Kegawatan Kemudahan Penanggulangan Faktor PEARL Prioritas Intervens A 6,6 6,6 3,17 1 138,1 B 5,6 5,6 2,83 1 87,8 C 5,3 5,3 4,5 0 0
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 77 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS langi yaitu (1) Metode matematika (2) metode Delbeque dan Delphi (3) metode Estimasi Beban Kerugian (desease burden) (4) metode perbandingan antara pencapaian dengan target yang ditetapkan untuk setiap program. Ada 2 metode yang dapat dipakai dalam penetapan prioritas alternatif program intervensi yaitu metode analysis pambiayaan (efektif dan efisiensi) dan metode Hanlon. F. Plan of Action Seorang manajer dan leader keperawatan mempunyai kewajiban menyelesaikan setiap permasalahan yang ditemukan. Penyelesaian masalah diperlukan perencanaan yang oprimal. Diperlukan plan of action dari seorang manager dan leader sebagai panduan dalam menyelesaikan masalah. Berikut matrik POA yang bisa di implementasikan adalah sebagai berikut :
78 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan No Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasaran Media Biaya Waktu Pj Belum optimalnya pelaksanaan (discharge planning) untuk mengoptimalkan pelaksanaan discharge planning Melakukan demonstrasi tentang discharge planning Melakukan mini seminar Kocing terhadap perawat dan pasien yang pulang Perawat ruangan dan keluarga pasien Infocuss Swadaya Belum optimalnya pemilahan sampah infeksius dan noninfeksius oleh keluarga pasien Mencegah terjadinya penularan infeksi nasokomial terhadap pasien dan keluarga pasien Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien tentang pentingnya pemilahan sampah Melakukan sosialisasi pemilahan sampah Memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemilahan sampah Keluarga pasien Leaflet Swadaya Belum optimalnya jam pengunjung pasien dan penempatan barang-barang pasien Meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pengunjung pasien terhadap jam besuk Meningkatkan pengetahuan penjaga pasien terhadap fungsi gudang Memberikan sosialisasi peraturan jam besuk dan penempatan barang pasien Memberikan penkes tentang jam besuk dan penempatan barang pasien Mengevaluasi pengetahuan keluarga pasien Menempatkan bener di depan pintu masuk Menempelkan kertas peraturan di ruangan Keluarga pasien Baner peraturan tata tertib Swadaya
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 79 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS A. Konsep Dasar Komunikasi Pelayanan Keperawatan Komunikasi adalah Hubungan interaksi perawat dan klien atau manajer dan staff adalah proses interpersonal yang melibatkan komunikasi verbal dan nonverbal dari informasi dan ide yang disampaikan (Stuart & Sunden, 2000; Tappen, 2004). B. Tahapan Komunikasi Layanan Keperawatan 1. Mentranfer ilmu pengetahuan. 2. Memotivasi mahasiswa. 3. Menyampaikan klarifikasi. 4. Menyampaikan umpan balik. 5. Memberikan penjelasan SOP intervensi yang dilakukan. 6. Komunikasi persuasif. 7. Lobbying . 8. Negosiasi. KOMUNIKASI EFEKTIF SEORANG PEMIMPIN DAN MANAJER 4 BAB
80 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan C. Komunikasi dan Organisasi Merupakan dua sisi yang saling terkait dan membutuhkan. Organisasi adalah wadah/institusi, tempat orang berkumpul dan melakukan aktivitas, ada visi, misi tujuan, program, ada pimpinan, manager, staf, customer, stake holder, user, mitra, suplayer dan lain-lain. Sedangkan komunikasi adalah tool/instrument untuk menyampaikan pesan, visi, misi, program, informasi dan lain-lain. Komunikasi adalah hubungan interaksi perawat dan klien atau manajer dan staff adalah proses interpersonal yang melibatkan komunikasi verbal dan nonverbal dari informasi dan ide yang disampaikan (Stuart & Sunden, 2000; Tappen, 2004). Penerapan komunikasi yang baik dari atasan ke bawahan dan sebaliknya harus dipertahankan agar tidak ada salah persepsi atau miscommunication agar semua pendelegasian berjalana lancar. Komunikasi bisa secara ke atas/ pimpinan, kearah samping/satu tingkat dan ke bawah/bawahan. Komunikasi yang baik adalah komunikasi terbuka, dimana hubungan antara dua orang atau lebih untuk menyampaikan atau meneruskan pesan yang berharga bagi organisasi. Disamping itu, komunikasi bisa secara verbal, bisa juga dengan melihat secara non verbal seperti gerakan tangan/jari tangan, perubahan raut muka, mimik, posisi tubuh. Komunikasi nonverbal dari seorang pasien harus diperhatikan karena akan menunjukkan tanda atau keluhan tertentu. Hal ini untuk mengedentifikasi sesuatu makna, apakah pelayanan yang diterima sudah sesuai dengan yang diharapkan atau masih kurang memuaskan? Semua jenis komunikasi yang berhubungan dengan pasien perlu ditanggapi dan ditindak lanjuti. Komunikasi harus bisa menggunakan alat komunikasi yang ada seperti telepon, handphone atau internet terutama bagi pimpinan yang lagi dinas luar agar bisa memantau kegiatan harian bawahan. Komunikasi dalam mutu: 1. Komunikasi jelas. 2. Sistematis. Indikator standar penilaian : 1. Intonasi suara. 2. Materi pesan tersampaikan. 3. Pasien dan keluarga bisa mengambil suatu pilihan keputusan. %
TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 81 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS D. Implementasi Komunikasi Efektif Pemimpin dalam Rapat Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik akan mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan trust akan mencegah terjadinya masalah ilegal. Komunikasi yang prima akan memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani, 2000). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup keterampilan intelektual, teknical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang dan cinta dalam berkomunikasi dengan orang klien (Swanson, 2002). Tiga pilar utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam berkomunikasi di dalam rapat adalah : 1. Penguasaan konsep komunikasi. 2. Penguasaan substansi yang akan dikomunikasikan. 3. Penguasaan emosi/pengendalian diri. Teori yang mendasar komunikasi yankep, adalah : 1. Hildegard Peplau, (2000), dengan Interpersonal Nursing Theory. 2. Berfokus pada pasien sepanjang pelayanan. 3. Hubungan yang berarti. 4. Interpersonal nursing theory. 5. Individu yang mempunyai kebutuhan psikologis, selain bio, sosial dan spiritual. 6. Keperawatan proses interpersonal dan terapeutik. Jenis-Jenis Komunikasi: Komunikasi Verbal: 1. Jelas dan ringkas. 2. Perbendaharaan kata. 3. Arti denotatif dan konotatif Denotatif : memberi pengertian yang sama terhadap perbedaan kata yang digunakan. Konotatif : pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam satu kata. 4. Waktu dan relevansinya.
82 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunikasi Non Verbal: 1. Meta komunikasi. 2. Penampilan personal. 3. 20 detik smpai 4 menit pertama. 4. Intonasi suara. 5. Exspresi wajah. 6. Sikap tubuh dan langkah. 7. Sentuhan/touch. Komponen Komunikasi 1. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi. 2. Komunikan adalah orang yang menerima pesan atau informasi. 3. Message adalah pesan atau informasi yang akan disampaikan. 4. Media adalah saluran atau media yang digunakan dalam berkomunikasi. 5. Feed back adalah umpan balik yang disampaikan sebagai bahan evaluasi (Potter & Perry 2008; Swansburg 2000; Tappen 2004). Faktor yang berpengaruh dalam komunikasi : 1. Perkembangan. 2. Persepsi. 3. Nilai/value yang dianut. 4. Emosi. 5. Latar belakang sosial budaya. 6. Jenis kelamin. 7. Pengetahuan. 8. Peran dan Hubungan. 9. Ruang dan teritorial. Kasus 1 Ruangan Maria RS. Dian Harapan Jayapura mau mendukung kreditasi 16 pelayanan dari KARS, namun di ruangan terebut belum teredia SOP sepuluh intervensi yang terbanyask dan sering dilakukan. Kepala ruangan merencanakan untuk menyusun bersama staf keperawatan yang ada, lalu ia mengadakan rapat perdana untuk membentuk tim pokja.