The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kepemimpinan dan Manajemen Pelayanan Keperawatan

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Nurse ''TRISN@'', 2023-08-09 09:55:22

Kepemimpinan dan Manajemen Pelayanan Keperawatan

Kepemimpinan dan Manajemen Pelayanan Keperawatan

Keywords: PERAWAT

TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 83 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS - Komunikasi yang bagaimana yang efektif dilakukan saudara sebagai kepala ruangan? - Bagaimana langkah-langkah dalam memimpin rapat? - Informasi apa saja yang harus ketahui - Bagaimana persiapan yang harus saudara lakukan? - Diskusikan lima 5 menit dalam kelompok. - Lalu lakukan role playing dalam kelompok secara bergiliran. - Lakukan evaluasi antar anggota kelompok, dengan format yang disediakan. Kasus 2 Rayenda Diastuti, Lulusan Ners Universitas swasta di kota Bandung. Sudah dua tahun menjadi kepala ruangan rawat inap Ruang Maria (bedah dan dalam), Rumah Sakit St Vincentius Singkawang. Selama enam bulan terakhir ini, ada enam kejadian flebitis, long of stay (Los) untuk pasien post operasi apendictomi rata-rata 5 hari. Pada bulan September ada kejadian decubitus pada pasien stroke dengan total care, karena sudah terjadi paralisis. Rumah sakit menenangkan untuk melakukan akreditasi KARS dengan 16 pelayanan. Rayenda Diastuti sebagai kepala ruangan ingin memperbaiki keadaan yang terjadi, lalu ia menjadwalkan rapat staf ruangan. Tugas Tutor: 1. Melakukan observasi pelaksanaan role playing. 2. Melakukan evaluasi/penilaian setiap mahasiswa dengan menggunakan format yang tersedia. 3. Memberikan feed back hal-hal yang perlu dipebaiki oleh mahasiswa.


84 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Format penilaian pelaksanaan komunikasi efektif dalam mempimpin rapat di ruangan rawat inap Keterangan: 1 (a+b+c) x 2 + 2 (a+b+c+d+e+f)x3+3(a+b+c) x 2 = Score Bandung, 08 Desember 2018 Koord Mata Ajar, Dosen, Dr. Blacius Dedi, SKM.,M.kep ………………… No Aspek yang Dievaluasi Bobot Nilai Ket 1 2 3 4 1 Pembukaan rapat a. Salam b. Menyampaikan tujuan 2 c. Menyapaikan agenda rapat 2 Isi rapat a. Menguraikan tujuan rapat 3 b. Mengarahkan rapat c. Memberi kesempatan d. Memahami dan menguasai substansi rapat e. Mencarikan solusi pemecahan masalah f. Memberikan keputusan rapat 3 Penutup 2 a. Menegaskan hasis rapat b. Menyimpulkan hasil rapat c. Menjadwalkan tindaklanjut bersama peserta rapat d. Kata penutup


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 85 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS TUTOR GUIDE Pokok Bahasan : Komunikasi efektif seorang leader dan manajer Metode : Role Playing Skenario kasus/Triger Ners Aditya, sudah dua tahun bekerja, sebagai Katim di Ruang rawat Inap RS. Bethesda Serukam. Hari itu dia datang terlambat dan tidak ikut operan dinas. Ns Aditya datang kesiangan. Terburu-buru memakai seragam dan atributnya tidak lengkap. Ia juga tidak melakukan pembagian tugas dan pengarahan kepada anggota timnya atau perawat associate. Kejadian tersebut menjadi bahan pergunjingan diantara sesama perawat pelaksana, ada yang pro dan ada yang kontra. Ns Raka Krisna sebagai kepala ruangan merasa bingung menentukan langkah dalam mengelola konflik tersebut. Tugas Tutor: 1. Mengobservasi komunikasi efektif seorang leader atau manager. 2. Memberikan masukan terkait komunikasi efektif dalam mengelola konflik. 3. Memberikan penilaian terkait role playing yang dilakukan mahasiswa dengan menggunakan form yang tersedia.


86 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan STUDENT GUIDE Pokok Bahasan : Komunikasi efektif seorang leader dan manajer Metode : Role Playing Skenario kasus/Triger Ners Aditya, sudah dua tahun bekerja, sebagai Katim di Ruang rawat Inap RS. Bethesda Serukam. Hari itu dia datang terlambat dan tidak ikut operan dinas. Ns Aditya datang kesiangan. Terburu-buru memakai seragam dan atributnya tidak lengkap. Ia juga tidak melakukan pembagian tugas dan pengarahan kepada anggota timnya atau perawat associate. Kejadian tersebut menjadi bahan pergunjingan diantara sesama perawat pelaksana, ada yang pro dan ada yang kontra. Ns Raka Krisna sebagai kepala ruangan merasa bingung menentukan langkah dalam mengelola konflik tersebut. Tugas Mahasiswa: 1. Melakukan role playing komunikasi efektik pengelolaan konflik. 2. Melakukan penilaian kepada sesama mahasiswa dalam kelompok. 3. Melakukan perbaikan langkah-langkah manajemen konflik melalui komunikasi efektif sesuai skenario kasus di atas.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 87 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS FORMAT PENILAIAN ROLE PLAYING KOMUNIKASI EFEKTIF LEADER DAN MANAGER DALAM MANAJEMEN KONFLIK Keterangan: 1 (1+2)+2 (1+2) + 3 (1+2+3+4)+ 4 (1+2) = ------------------------------------------------------------ 11 Bandung, ………………. 2018 Penilai, ………………………………… Bandung, Sepetember 2018 Koordinator Mata Ajar Blacius Dedi.Dr.Kep.,SKM.,M.Kep No Komponen yang Dievaluasi Bobot Nilai Jumlah Ket 1 2 3 4 1 Fase praorientasi Mempelajari kasus 1 Mencari informasi 2 Fase Orientasi Menyambpaikan salam 2 Menyampaikan maksud dan tujuan 3 Fase kerja Memanggil secara tersendiri 3 Melakukan klarifikasi Mendengarkan alasan yang dikemukakan Memberikan arahan dan masukan yang logis, berdasar dan jelas justifikasinya 4 Fase terminasi Menegaskan hal-hal yang disepakati 2 Merencanakan tindak lanjut Kata penutup


88 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan E. Implementasi Komunikasi Efektif Pemimpin dalam Mengelola Konflik Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari bahasa Latin “Con” yang berarti bersama, dan “Higere” yang berari benturan atau tabakan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya (Lewis A. Coser, 1977), Dalam kamus bahasa Indonesia arti akan konflik adalah pertentangan; percekcokan, pertentangan adalah perlawanan (yang berlawanan atau bertentangan), perselisihan yang sangat (ketidakcocokan). Konflik adalah suatu kondisi di mana pihak yang satu menghendaki agar pihak yang lain berbuat sesuai dengan yang lain berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan yang diinginkan, tetapi pihak lain menolak keinginan itu (Husni 2004). Adapun menurut Emirzon (2001), konflik adalah adanya pertentangan atau ketidak-sesuaian antara para pihak yang akan dan sedang mengadakan hubungan atau kerja sama. Arti lain konflik adalah pertentangan; percekcokan, pertentangan adalah perlawanan (yang berlawanan atau bertentangan), perselisihan yang sangat (ketidakcocokan dsb). Konflik telah didefinisikan sejauh ini dengan berbagai cara. Kadang-kadang digambarkan sebagai perilaku kompetitif (bersaing) atau agresif. Konflik sering dikatakan melibatkan persepsi interpersonal dan perasaan permusuhan. Menurut Pickering (2000), konflik adalah mekanisme psikologis dasar yang berpusat disekitar tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Sedangkan menurut Pickering (2000), konflik adalah: 1. Kegiatan yang sifatnya kompetisi atau berlawanan dari suatu keadaan ketidakcocokan. 2. Keadaan atau kegiatan yang antagonis (baik dalam bentuk ide, kepentingan atau pribadi). 3. Perjuangan akibat dari kebutuhan, dorongan, kebijakana atau permintaan yang berlawanan. 4. Adanya sikap/kondisi yang bermusuhan. Dari beberapa definisi di atas menurut penulis konflik adalah suatu kondisi yang berlawanan dengan kebutuhan/keinginan seseorang sehingga memer


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 89 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS lukan pemecahan masalah melalui perjuangan baik sifatnya perorangan, kelompok maupun negara. Unsur-Unsur Konflik Unsur-unsur konflik merupakan suatu bentuk sikap atau perilaku yang bisa menyebabkan terjadinya konflik antar 2 orang atau lebih. Untuk itu, unsurunsur konflik antara lain: 1. Adanya pihak-pihak (dua orang atau lebih). 2. Tujuan yang berbeda, yakni pihak yang satu menghendaki agar pihak yang lain berbuat/bersikap sesuai dengan yang dikehendaki. 3. Pihak yang lain menolak keinginan tersebut atau keinginan itu tidak dapat dipersatukan. Langkah-langkah Penyelesaian Konflik Adapun langkah-langkah yang perlu disikapi bila terjadi konflik antara lain: 1. Bersikap tenang. 2. Pilih pendekatan yang terbaik yang dapat diterima oleh para pihak. 3. Pilih waktu yang memungkinkan semua pihak hadir dan lakukan musyawarah serta putuskan pihak-pihak yang akan dilibatkan. 4. Cari orang atau pihak lain untuk membantu jadi penengah menyelesaikan konflik. 5. Bersama-sama memahami masalah dan kepentingan yang terdap dalam konflik tersebut. 6. Mengevaluasi keefektifan proses penyelesaian masalah dan mencari solusinya. Penyelesaian Konflik Secara Damai Penyelesaian konflik secara damai biasanya ada dilevel unit organisasi atau berada dalam naungan satu bendera, sehingga seharusnya semua masalah konflik yang sifatnya individu maupun kelompok akan selesai secara damai. Perawat yang berdinas di ruang perawatan akan mengalami konflik dengan perawat atau tenaga kesehatan lainnya, yang memiliki tujuan yang sama misalnya akan menduduki jabatan tertentu. Konflik tidak hanya terjadi antar karyawan akan tetapi yang paling diperhatikan adalah apabila terjadi dengan pelanggan (pasien) eksternal. Bila ada complain ringan tidak segera


90 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan diselesaikan, maka akan terjadi konflik berkepanjangan yang akan berlanjut ke jenjang lebih luas yaitu pengadilan. Hal ini harus dihindari karena akan memeras energi berlebihan dan akan mengganggu kinerja profesionalisme dan kredibilitas organisasi. Secara garis besar terdapat lima pendekatan dasar untuk menyelesaikan konflik dengan pendekatan secara damai. Pendekatan tersebut dapat diringkas dalam tabel di bawah ini: Tabel Penyelesaian Konflik Secara Damai Gaya Ciri Pelaku Alasan Penyesuaian Menghindari Mengakomodasi Menang/kalah Kompromi Penyelesaian masalah Tidak mau berkonfrontasi, Mengabaikan atau melewatkan pokok permasalahan, Menyangkal bahwa hal tersebut merupakan masalah Bersikap menyetujui, tidak agresif, Kooperatif bahkan mengorbankan keinginan pribadi Konfrontatif, menuntut dan agresif. Harus menang dengan cara apapun Mementingkan pencapaian sasaran utama semua pihak serta memelihara hubungan baik. Agresif namun kooperatif. Kebutuhan kedua belah pihak adalah sah dan penting. Penghargaan yang tinggi terhadap sikap saling mendukung. Tegas dan kooperatif Perbedaan yang ada terlalu kecil atau terlalu besar untuk diselesaikan. Usaha penyelesaian mungkin mengakibatkan rusaknya hubungan atau bahkan nenciptakan masalah yang lebih kompleks Tidak sepadan jika mengambil risiko yang akan merusak hubungan dan menimbulkan ketidakselarasan secara Keseluruhan. Yang kuat menang. Harus membuktikan superioritas. Paling benar secara etis dan profesi. Tidak ada ide perorangan yang sempurna. Seharusnya ada lebih dari satu cara yang baik dalam melakukan sesuatu. Anda harus berkorban untuk dapat menerima. Ketika pihak-pihak yang terlibat mau membicarakan secara terbuka pokok permasalahan, solusi yang saling menguntungkan dapat ditemukan tanpa satu pihak pun yang dirugikan


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 91 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Penyelesaian Masalah Manajemen Konflik Secara Luas Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan melalui Litigasi dan Non Litigasi. Penyelesaian melalui Litigasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, di dalamnya mengatur penyelesaian melalui peradilan umum, peradilan militer, peradilan agama, peradilan tata usaha negara, dan peradilan khusus seperti peradilan anak, peradilan niaga, peradilan pajak, peradilan penyelesaian hubungan industrial dan lainnya. Penyelesaian melalui Non Litigasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang dilakukan dengan pihak perantara dengan cara musyawarah mufakat, melalui Negosiasi, Konsiliasi, dan Mediasi untuk winwin solution, dan melalui Arbitrase yang menentukan kalah dan menang. Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni, penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Ajudikasi merupakan cara penyelesaian suatu sengketa melalui lembaga peradilan (non-ajudikasi berarti di luar pengadilan). Alternative dispute resolution adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yaitu, penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Mediasi Mediasi berasal dari Inggris “mediation”, berarti penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara menengahi, yang menengahinya dinamakan mediator atau orang yang menjadi penengah. Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang tidak memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan. Berbeda dengan hakim atau arbiter; mediator tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa para pi


92 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan hak. Asumsinya bahwa pihak ketiga akan mampu mengubah kekuatan dan dinamika sosial hubungan konflik dengan cara mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku pribadi para pihak, dengan memberikan pengetahuan atau informasi, atau dengan menggunakan proses negosiasi yang lebih efektif, dan dengan demikian membantu para peserta untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dipersengketakan. Konsiliasi Konsiliasi atau Conciliation adalah penyelesaian perselisihan yang dilakukan melalui seorang atau beberapa orang atau badan sebagi penengah yang disebut konsiliator dengan mempertemukan atau memberi fasilitas kepada pihakpihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya secara damai. Arbitrase Arbitrase berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit. Arbiter adalah suatu proses yang mudah atau simple yang dipilih oleh para pihak secara sukarela yang ingin agar perkaranya diputus oleh juru pisah yang netral sesuai dengan pilihan mereka dimana keputusan mereka berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut. Para pihak setuju semula untuk menerima putusan tersebut secara final dan mengikat. Mutual Gains Approach to Negotiations Mutual Gains Negotiations (MGN) merupakan adalah pendekatan kerjasama untuk melakukan perjanajian (to negotiating contracts). Daripada pendekatan merugikan (winlose) proses mutual gains melibatkan pembentukan consensus, pendekatan win-win solution. Oleh karena itu untuk mutual gains negotiations akan lebih berhasil. Pihak-pihak membutuhkan suatu saling pengertian tentang luas dan kompleksitas proyek atau masalah, menyetujui suatu solusi yang bermanfaat bersama dan pihak-pihak saling mempercayai. Adapun prinsip-prinsip (Fisher, 1981) Mutual Gains Negotiations ada 5 (lima) antara lain: 1. Identify Interests, yaitu setiap pihak yang bernegosiasi seharusnya mengidentifikasi kepentingannya sendiri dan mencoba mengerti kepentingan orang lain. Kepentingan diartikan sebagai kebutuhan, perhatian, motif, tujuan atau sasaran dari pihak yang terlibat.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 93 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS 2. Consider all Option, yaitu menjadi kreatif dan mempertimbangkan semua opsi untuk menemukan solusi yang menguntungkan dan dapat diterima semua pihak. Untuk itu, sebelumnya seharusnya membuat beberapa alternatif yang memiliki pandangan menyeluruh untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. 3. Develop Standards or Criteria, yaitu menggunakan standar dan membuat kriteria yang bisa membantu pembentukan consensus lewat diskusi yang berfokus pada fakta daripada sekedar opini. Satu contoh adalah bahwa staf memprakirakan jam bimbingan saat ini di bawah arahan Supervisor. 4. Understand Your Alternatives, yaitu setiap pihak yang bernegosiasi seharusnya menentukan alternatif terbaik untuk membuat persetujuan negosiasi/Best Alternative to a Negotiated Agreement (BATNA). Apakah akan ambil posisi mundur bila negosiasi gagal? 5. Build Relationships, yaitu mengganti masalah pribadi dengan aspek yang berfokus pada masalah saat ini. Salah satu tujuan mutual gains negotiations adalah membangun dan memperkuat hubungan antara pihak terlibat dan konsultan (PennDOT and consultants). Semua pihak berusaha terbuka dan melakukan komunikasi jujur selama negosiasi. Bila komunikasi terus terang dan berdasarkan fakta bukan opini maka hubungan akan tumbuh dan tidak akan gagal. The Mutual Gains Approach to negotiation (MGA) adalah suatu proses model yang berdasarkan pada ratusan kasus yang nyata di dunia dan dari hasil temuan penelitian eksperimen, yang melewati 4 langkah negosiasi yang mendapatkan hasil yang lebih baik dengan melindungi hubungan dan reputasi/nama baik. Suatu prinsip sentral dari model dan teori kuat yang mendasarinya, sehingga bentuk negosiasi utama di dunia yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki lebih dari satu tujuan (goal) atau mencurah pemikiran dan lebih dari satu issu vang ditujukan kepada mencapai persetujuan. Model ini mungkinkan partai-partai untuk meningkatkan kesempataan mereka menciptakan suatu persetujuan utama dari beberapa alternatif yang ada. MGA tidak sama dengan Win-Win solution (yang mana didalamnya ide semua pihak harus atau mungkin merasa menyenangkan diakhir negosiasi) dan tidak berfokus pada adanya rasa serba enak (“being nice”) lebih dari


94 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan itu menekankan analisis yang hati-hati dan proses manajemen yang baik. Adapun empat langkah MGA adalah: 1. Preparation/Persiapan Kegiatan persiapan dengan memahami kepentingan dan alternatif. Lebih spesifik lagi adalah memprakirakan BATNA dan bagaimana pihak lain memahami BATNA (“Best Alternative to a Negotiated Agreement”). Bila memiliki alternatif yang baik untuk mencapai persetujuan yang meningkatkan kekuasan kamu di atas meja perundingan. Pada saat yang sama berusaha untuk mengerti satu sisi kepentinganmu juga kepentingan pihak lain. Kepentingan adalah sejenis barang yang mana seseorang atau organisasi sangat peduli dan memiliki tingkat perintah yang berjenjang. Negotiator yang baik menjadi pendengar yang baik dibelakang posisinya atau permintaan yang dibuat-buat. Oleh karena itu “saya tidak akan bayar lebih dari 90 ribu adalah suatu posisi, kepentingan di belakang posisi mungkin meliputi keterbatasan ukuran uang muka, suatu ketakutan yang menghasilkan atau melayani kenyataan yang tidak masuk akal dan adanya asumsi tentang rata-rata bunga yang terlampir dalam pembayaran selanjutnya. Satu pihak mungkin juga gagal melanjutkan kepentingan non financial walaupun penting. 2. Value Creation/Menciptakan Nilai-Nilai Menciptakan nilai-nilai dengan menanamkan tanpa menjalankan. Berdasarkan pada kepentingan yang terlihat atau berbagi, partai-partai seharusnya mendeklarasikan suatu periode “inventing without committing” selama yang mereka mengembangkan opsi-opsi dengan menanyakan “what if...?”. Dengan perbedaan opsi yang mengambang dan paket bungkusan dari semua issu,, partai dapat membuka kepentingan tambahan, menciptakan opsi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya, dan menghasilkan kesempatan untuk bergabung dengan perdagangan melewati isu yang mereka nilai berbeda. 3. Value Distribution/Distribusi Nilai-Nilai Beberapa poin dalam suatu negosiasi, pihak-pihak harus membuat keputusan akhir. Lebih memiliki nilai maka lebih kreatif, lebih mudah akan terjadi, tetapi hasil penelitian menegaskan bahwa partai mudah gagal apabila masuk posisi bargaining ketika mereka mencoba mengakhiri perjanjian secara detail. Pihak-pihak yang terlibat seharusnya membagi nilai


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 95 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS kriteria tujuan yang semua pihak bisa menggunakan sebagai keputusan yang adil (“Fair share”) dari nilai-nilai yang mereka ciptakan. Dengan mengidentifikasi kriteria atau prinsip yang mendukung atau mengarahkan keputusan alokasi yang sulit, pihak-pihak di meja perundingan dapat membantu kelompok atau organisasi yang mereka wakili untuk mengetahui mengapa paket terakhir tidak hanya dapat mendukung tetapi juga bersifat jujur (fair). Kemajuan ini sebagai tanda kestabilan perjanjian, meningkatnya perubahan yang efektif dan mempertahankan/ melestarikan hubungan. 4. Follow Through/Mengikuti Jalur Mengikuti jalur dengan membayangkan tantangan masa depan dan pemecahan masalahnya. Pihak-pihak di akhir perundingan sulit bernegosiasi atau mereka akan lepas tangan dari perjanjian untuk pelaksanaannya. Bahkan sering melupakan untuk memperkuat beberapa perjanjian lewat melakukan imajinasi jenis-jenis barang yang dapat mereka pakai sehingga dapat membuat konflik atau ketidakpastian di masa mendatang. Adapun kesulitan untuk memfokuskan tantangan potensial masa mendatang. Adalah bijaksana bila mencakup tujuan tertentu di akhir dokumen sehingga bisa fokus untuk monitoring seberapa tingkat komitmen, komunikasi secara teratur, memecahkan konflik atau kebingungan yang ada, menambah insentif dan sumber daya sesuai dengan komitmen yang diinginkan. Membantu piahak lain yang bisa menjadi bagian defacto dalam pelaksanaan perundingan. Termasuk tujuan ini adalah membuat persetujuan lebih kuat dan diterima banyak kalangan agar bisa bertahan. Karena Mutual Gains Negotiations akan berhasil maka kedua pihak yanag terlibat harus bekerjasama untuk menjamin semua harapan mereka misalnya seberapa luas layanan, kompleksitas proyek dan jam staf mengirim barang serta proposal harga yang disetujui, Untuk membantu usaha ini dibutuhkan Satuan Tugas (satgas) yang bisa membuat prosedur standar wajib bagi Klarifikasi Luasnya Pertemuan (Scope Clarification Meetings) sebagai komponen pertama dalam proses MGN. Komponen kedua dari proses negosiasi ini adalah mengembangkan pedoman prakiraan jam staf (Staff Hour Estimating Guide). Pedoman ini akan membentuk luas tidaknya kegiatan dan tugas-tugas di lingkungan-


96 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan nya. Satgas ini berfokus pada pengembangan pedoman prakiraan jam staf untuk semua pihak. Di bawah ini ada skema yang bisa menggambarkan bagaimana proses MGN dipraktikkan dalam kegiatan sehari-hari. Skema Proses Negosiasi Adapun pendekatan yang menggunakan gaya kompromi akan tetapi dalam pelaksanaannya, bisa menggunakan proses negosiasi. Hal ini dilakukan karena pada saat perundingan taktik negosiasi lebih berperan. Karena semua pihak memiliki dan menyimpan BATNA masing-masing, dimana yang nantinya akan diperjuangkan saat perundingan. Ciri perilaku kedua gaya ini, diambil karena kedua belah pihak mementingkan pencapaian sasaran utama pihaknya, sedangkan tujuan kedua adalah memelihara hubungan baik antara kedua belah pihak. Ada juga pihak yang menerapkan sifatnya agresif namun kooperatif, yaitu ingin segera selesai dengan cara menguasai yang seolah-olah dibuat mau bekerjasama. Gaya ini dipakai karena alasan kedua pihak menganggap tidak ada ide perorangan yang sempurna. Akan tetapi salah satu pihak merasa melebihi dari pihak yang lain. Kondisi ini membuat pihak yang merasa mendaoat angin akan membuat siasat bagaimana segera menguasai dan menyelesaikan masalah. Walaupun seharusnya kedua belah pihak mau dengan niat yang baik dalam melakukan penyelesaian konflik. Hasil akhir dari suatu konflik adalah semua pihak harus mau berkorban atau menurunkan keinginannya dan dapat menerima kelebihan orang lain.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 97 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Adapun gaya yang sering digunakan bila dalam penyelesaian konflik gagal adalah kompromi. Kompromi berarti kedua belah pihak sudah mau mengalah karena tidak mungkin semua keinginannya bisa disetujui oleh pihak yang lain. Disamping itu, kedua belah pihak sudah mencari titik tengah mana yang pantas diberikan ke pihak lain dan mana yang seharusnya diterima oleh pidak sendiri. Tetap saja, yang dimenangkan dalam gaya kompromi adalah BATNA terbaik yang disimpan dari masing-masing pihak. Langkahlangkah dalam melaksanakan gaya kompromi dapat melalui proses negosiasi seperti di bawah ini: Skema Proses Negosiasi Model BATNA F. Kasus Komunikasi Efektif Seorang Pemimpin dan Manajer Kasus 1 Raka Krisna, mahasiswa S1 keperawatan, sedang praktik klinik Nursing Practice 6. Dia datang ke ruang filifus terlambat 30 menit, dengan alasan macet. Tidak memakai attribute, name tag atau id card tidak dipakai.


98 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Kasus 2 Dion, mahasiswa S1 keperawatan Semester 5, sedang melakukan praktik klinik keperawatan 5 atau Nursing Practice 5. Ia mendapatkan kesempatan untuk pemasangan infus, dengan bimbingan salah satu perawat assosiate. Saat phase kerja, Ns. Kevin sebagai pembimbing klinik mengamatinya. Ada SOP yang lupa tidak dilakukan oleh Dion, yaitu tidak memakai sarung tangan. Lakukan komunikasi efektif sebagai seorang leaders atau manager. Kepala ruangan adalah seorang manajer juga seorang pemimpin. Tahapan komunikasinya harus elegan dan persuasive. Tahapan komunikasi sebagai seorang kepala ruangan adalah kompetensi komunikasi yang dibutuhkan. Tahapan yang bisa dilakukan adalah: salam/greting, kontrak waktu untuk bertemu, mepersilahkan duduk, memberi waktu untuk menyampaikan alasan, menyampaikan pandangan dan arahan, memberi kesempatan untuk mereview peraturan yang berlaku dan sangsi yang berlaku (lebih pada penyadaran diri sendiri), reward and fanishment ditegakan dengan adil, menyimpulkan, kontrak waktu evaluasi berikutnya.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 99 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Ada beberapa metode pelayanan keperawatan yang bisa diterapkan di pelayanan keperawatan. Penerapan model asuhan keperawatan dipengaruhi oleh jenis dan klasifikasi perawat yang dimiliki dan kebijakan organisasi. Tujuan utama metode penugasan pelayanan keperawatan adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi asuhan keperawatan. Hasil akhir adalah kecepatan dan ketepatan kesembuhan pasien dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik daripada sebelum sakit sehingga mampu mempertahankan kesehatannya dengan merubah pola hidup yang lebih sehat di rumah. Adapun jenis-jenis metode pelayanan keperawatan yang bisa diterapkandi ruang pelayanan antara lain: A. Model Fungsional Metode fungsional adalah konvensional. Metode ini didasarkan pada fungsi perawat. Perawat dibagi masing-masing untuk menyelesaikan suatu intervensi. Perawat perawat bekerja menunggu advis atau tergantung profesi lain. Kepala ruangan bertanggung jawab hampir 95% dalam pelayanan keperawatan termasuk mulai membuat rencana asuhan keperawatan sampai evaluasi. Semua anggota tergantung dari instruksi atau pembagian tugas dari kepala ruangan. Tidak terlihat nyata pembagian tugas antara kepala ruangan dengan waktu yang sudah dibentuk atau perawat pelaksana. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN 5 BAB


100 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Dasar pemikiran Setiap perawat dianggap memiliki kemampuan yang sama. Fungsi kepala ruangan Menentukan standar pelaksanaan asuhan keperawatan, tapi tidak ada kejelasan dalam pelaksanaan pengarahan dan supervisi serta evaluasi tugas tim. Uraian tugas kepala ruangan 1. Perencanaan a. Mengikuti operan jaga dari petugas lama dinas malam ke petugas jaga baru dinas pagi hari b. Mengindentifikasi jumlah perawat berdasarkan kebutuhan seharihari. c. Merencanakan asuhan keperawatan sesuai kondisi pasien. d. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi pasien, tindakan kolaborasi medis yang akan dilakukan. e. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan sendiri, menilai hasil tindakan dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarga. f. Membantu pengembangan staf atas permintaan pimpinan misalnya mengijinkan mengikuti seminar, pelatihan, pendidikan yang mendukung tugas pokoknya. g. Membuat rencana bimbingan sendiri kepada mahasiswa keperawatan. 2. Pengorganisasian a. Merumuskan tujuan asuhan keperawatan. b. Membuat rincian tugas sendiri yang akan dibagikan kepada anggota. c. Membuat rentang kendali dengan mengawasi semua anggota tanpa pengendalian yang ketat. d. Mengendalikan tenaga keperawatan sesuai kebutuhan sehari-hari. e. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan baik alat kesehatan maupun non kesehatan. f. Mengatur suasana dan budaya kerja termasuk praktik mahasiswa. &


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 101 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS g. Mendelegasikan tugas dengan menyerahkan keputusan kepada pimpinan yang lebih atas bila mendapat tugas dinas luar. h. Menyelesaikan tugas administrasi. i. Mengatur penugasan pembantu perawat dan petugas non kesehatan lainnya. j. Melaksanakan pre dan post konferens dan ronde keperawatan bila ada waktu. 3. Pengarahan a. Memberi pengarahan tentang pembagian tindakan keperawatan yang harus diselesaikan anggota tapi bila anggota tidak mampu diselesaikan sendiri. b. Pemberikan reward dan punishment tergantung pimpinan yang lebih tinggi. c. Membimbing bawahan dalam menyelesaikan kesulitan sampai terjadi pemecahan masalah. d. Menerapkan kolaborasi yang antar tenaga kesehatan secara penuh. 4. Pengawasan a. Melalui komunikasi yaitu langsung mengadakan tanya-jawab kelapangan dengan anggota disesuaikan dengan situasi dan kondisi. b. Melalui supervisi, yaitu: 1) Pengawasan tidak langsung melalui pengecekan daftar hadir, membaca dan memeriksa dokumentasi keperawatan dan menyerahkan keputusan kepada pimpinan. 2) Evaluasi, yaitu jarang membuat perbandingan antara tujuan sasaran dan keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan. Klasifikasi pengawak metode penugasan fungsional Karu dipilih oleh pimpinan karena dianggap memiliki pengalaman lama. Anggota berpendidikan lulusan D3 atau di bawahnya. Wakil kepala ruangan bisa selevel atau lebih rendah dari staf perawat lainnya. Keuntungan Setiap perawat dianggap memiliki kemampuan yang sama sehingga mengurangi stres untuk bekerjasama dengan yang lain. Walaupun dari segi


102 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan keilmuan seharusya bukan hanya pengalaman tetapi level pendidikan dan pelatihan harus dijadikan pedoman dalam pemilihan staf perawatan. Kekurangan 1. Tidak cocok bagi perawat yang kreatif dan ingin maju. 2. Tidak ada regenerasi yang baik. 3. Kepuasan kerja perawat dan pasien kurang. 4. Tidak coook bagi peningkatan pelayanan keperawatan yang mengarah ke metode profesional. Skema Struktur Organisasi Metode Penugasan Fungsional B. Moduler Metode moduler merupakan variasi metode primer dan tim tetapi dengan menggunakan temaga perawat dari berbagai klasifikasi. Sama juga dengan metode tim dimana perawat primer bekerjasama dengan perawat associate. Modul bisa juga modifikasi dari penerapan metode primer dengan membuat pasangan antara 2-3 perawat yang merawat pasien mulai datang sampai pemulangan. Metode ini kurang menarik karena kurang jelas tanggung jawabnya dan regenerasi kurang jelas. Konsep dasar Menggabungkan perawat primer dengan perawat associate agar terjadi kolaborasi keharmonisan kerja serta saling sharing pengetahuan dan keterampilan satu sama lain untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Ketenagaan 1. Satu modul bertanggung jawab terhadap 8-12 pasien. 2. Bila modul tidak dinas maka bisa digantikan oleh modul lain.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 103 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Fungsi Kepala Ruangan 1. Memasangkan perawat yang memiliki tipe yang saling melengkapi. 2. Menjadi fasilitator dan motivator. Keuntungan 1. Saling menutupi kekurangan. 2. Kepuasan pasien dan perawat bisa dipertahankan. 3. Meningkakan kesolidan antar staf perawat. 4. Tumbuhkan pengembangan staf yang alami. Kekurangan 1. Kurang baik untuk perawat yang kurang kreatif. 2. Kurang cocok bila karu tidak memiliki kemapuan kepemimpan yang baik. Skema Struktur Organisasi Metode Penugasan Modul C. Metode Tim Metode tim dibentuk karena adanya keterbatasan tenaga profesional atau S1 sehingga ada modifikasi pembagian tugas yaitu dilakukan bersama dalam beberapa perawat. Diperlukan perawat primer dan perawat associate dalam satu tim. Dasar pemikiran Berusaha menerapkan metode keperawatan profesional tapi dengan tenaga lulusan keperawatan yang berbeda-beda. Teridiri dari perawat Primer dan


104 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan perawat associate. Perawat primes bisa lulusan ners dengan pengalaman kerja 2 tahun atau lulusan diploma tiga keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun. Penerapan kebijakan ini tergantung dari suatu rumah sakit. Fungsi kepala ruangan 1. Menentukan standar pelaksanaan asuhan keperawatan. 2. Memberikan pengarahan kepada ketua tim dan perawat pelaksana. 3. Melakukan supervisi dan evaluasi tugas tim. Uraian tugas kepala ruangan 1. Perencanaan a. Menunjuk ketua tim yang bertugas di ruangan masing-masing. b. Mengikuti operan jaga dari petugas lama/dinas malam kepetugas jaga baru/dinas pagi hari. c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien bersama ketua tim. d. Mengindentifikasi jumlah perawat berdasarkan ketergantungan pasien bersama ketua, menyerahkan penugasan kepada ketua tim termasuk jadwal jaga. e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan/implementation. f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahuai sampai mana kondisi patofisiologi pasien, tindakan medis yang akan dilakukan, program pengobatan dan diskusi dengan dokter program yang akan dilakukan. g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan dengan membimbing ketua tim dalam membuat rencana asuhan keperawatan, menilai hasil tindakan dan pemecahan masalahnya serta memberikan informasi kepada pasiendan keluarga. h. Membantu pengembangan staf misalnya mengijinkan mengikuti seminar, pelatihan, pendidikan yang mendukung tugas pokoknya. Membuat rencana bimbingan kepada mahasiswa keperawatan. 2. Pengorganisasian a. Merumuskan sistem/metode penugasan yang diterapkan. b. Merumuskan tujuan asuhan keperawatan. c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 105 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS d. Membuat rentang kendali misalnya membagi berapa tim, ketua tim beranggotakan 5-8 orang sesuai jumlah perawat dan ketergantungan pasien. e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan misalnya membuat jadwal dinas yang adil dengan ketua tim. f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan baik alat kesehatan maupun non kesehatan. g. Mengatur dan mengendalikan suasana dan budaya kerja termasuk praktik mahasiswa. h. Mendelegasikan tugas bila mendapat tugas/dinas luar kepada katim. i. Memberi wewenang kepada tata usaha ruangan dalam menyelesaikan tugas administrasi. j. Mengatur penugasan pembantu perawat dan petugas non kesehatan lainnya. k. Melaksanakan predan post konferens dan ronde keperawatan serta diskusi bersama ketua tim. 3. Pengarahan a. Memberi pengarahan tentang metode pelayanan keperawatan yang sedang diterapkan. b. Memberikan Reward and Punishment yang adil. c. Memberikan motivasi demi peningkatan kinerja yang baik. d. Melakukan pengarahan dan bimbingan tentang asuhankeperawatan yang sedang berlangsung. e. Melibatkan staf terutama katim dalam pelayanan keperawatan termasuk asuhan keperawatan mulai pengkajian awal sampai pemulangan pasien. f. Membimbing bawahan dalam menyelesaikan kesulitan sampai terjadi pemecahan masalah. g. Menerapkan kolaborasıi yang antar tenaga kesehatan sesuai fungsi dan perannya. 4. Pengawasan a. Melalui komunikasi yaitu langsung mengadakan tanya-jawab ke lapangan baik bertemu dengan katim maupun anggota tim.


106 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan b. Melalui supervisi, yaitu: 1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, observasi langsung dan melihat dokumentasi mengadakan koreksi dan perbaikan. 2) Pengawasan tidak langsung melalui pengecekan daftar hadir, membaca dan memeriksa dokumentasi keperawatan dan menerima laporan dari ketua tim. 3) Evaluasi, yaitu membuat perbandingan antara tujuan/sasaran dan keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan termasuk pelaksanaan pedoman atau SOP dan standar penampilan kerja yang diharapkan bersama ketua tim. Pembentukan tim Konsep pembentukan metode tim adalah: 1. Ketua tim sebaiknya perawat dengan klasifikasi : a. Pendidikan tinggi dan memiliki keterampilan yang mahir dan kemampuan kepemimpinan serta registered nurse (Ners) b. Memiliki STR (telah lulus uji kompetensi nasional) c. Mampu menentukan prioritas kebutuhan asuhan keperawatan. d. Mampu menerapkan filosofi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 2. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik. 3. Mampu menerapkan manajemen dan kepemimpinan keperawatan dalam bekerja. 4. Pelaksanaannya fleksibel sesuai ketenagaan yang ada. Fungsi ketua tim Fungsi keberadaaan ketua tim adalah : 1. Membuat perencanaan berdasarkan tugas pokok dan kewenangannya. 2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi harian. 3. Mengetahui dan menilai kebutuhan pasien setiap hari. 4. Memberikan motivasi kepada anggota tim. 5. Membuat dan menerapkan sistem operan, pre dan post konferens serta diskusi lainnya dengan anggota tim.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 107 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Pengawasan Metode Tim Kegiatan pengawasan pelaksanaan metode tim dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Melalui komunikasi yaitu langsung mengadakan Tanya-jawab di tatanan klinik tempat pelayanan keperawatan bertemu anggota tim (perawat associate). 2. Melalui supervise, yaitu: pengawasan langsung melalui inspeksi, observasi langsung dan melihat dokumentasi setiap hari dan langsung mengadakan diskusi dan mendengar keluhan serta membuat koreksi dan perbaikan. 3. Evaluasi, yaitu memilai kemampuan anggota terutama pengetahuan dan keterampilannya, membuat perbandingan antara tujuan sasaran dan keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan, menilai kinerja kelompok tiap hari. 4. Membuat pencatataan dan pelaporan secara tertib dan teratur. Fungsi Anggota Tim Fungsi anggota tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan antara lain: 1. Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab sesuai unit timnya. 2. Mengikuti instruksi sesuai rencana keperawatan yang dibuat katim. 3. Melakukan laporan secara tepat dan akurat asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada katim. 4. Menerima bantuan dan bimbingan katim. Fungsi Critical Care Manager (CCM) Adapun fungsi keberadaan seorang Critical Care Manager (CCM) yaitu: 1. Bersama karu mengidentifikasi kebutuhan sarana/prasana ruang keperawatan. 2. Bersama karu membuat sistem metode evaluasi dan pengawasan. 3. Bersama karu dan katim menentukan sistem asuhan keperawatan yang dipakai. 4. Mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keperawatan. 5. Mengadakan pencatatan dan pelaporan tentang kekurangan pelaksanaan asuhan keperawatan dan melaporkan ke pimpinan atasan lebih tinggi.


108 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 6. Menjadi fasilitator, mediator dan komunikator ruangan dengan pihak lain yang terkait termasuk dengan pimpinan institusi dan pihak luar. Skema Struktur Organisasi Metode Penugasan Tim Klasifikasi pengawak metode penugasan tim Karu diutamakan minimal lulusan SI atau D3 yang berpengalaman lebih dari 10 tahun, Wakaru bisa selevel atau lebih rendah dari karu. Ketua tim SI atau D3 yang berpengalaman lebih dari 5 tahun, CCM selalu lebih tinggi pendidikannya dan atau lebih berpengalaman dari Karu. D. Model Praktik Keperawatan Profesional Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (lihat Figur di bawah ini).


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 109 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Figur Hubungan antara Keempat Unsur dalam Penerapan Sistem MAKP (Rowland dan Rowland, 1997) Faktor-Faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP Kualitas Pelayanan Keperawatan Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk: 1. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen; 2. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi; 3. Mempertahankan eksistensi institusi; 4. Meningkatkan kepuasan kerja; 5. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan; 6. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar. Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang model praktik, metode praktik dan standar. Standar Praktik Keperawatan Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh Depkes RI (1995) terdiri atas beberapa standar, yaitu: 1. Menghargai hak hak pasien;


110 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 2. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS); 3. Observasi keadaan pasien; 4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi; 5. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif; 6. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif; 7. Pendidikan kepada pasien dan keluarga; 8. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 Kebutuhan Dasar Manusia dari Henderson), meliputi: 1. Oksigens. 2. Cairan dan elektrolit. 3. Eliminasi. 4. Kemananan. 5. Kebersihan dan kenyamanan fisik. 6. Istirahat dan tidur. 7. Aktivitas dan gerak. 8. Spiritual. 9. Emosionals. 10. Kemunikasi. 11. Mencegah dani mengatasi risiko psikologi. 12. Pengohatan dan membantu proses penyembuhan. 13. Penyuluhan. 14. Rehabilitasi. Model Praktik 1. Praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan kemampuannya. Untuk itu, rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi keperawatan perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 111 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS 2. Praktik keperawatan rumah. Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok. 3. Praktik keperawatan berkelompok. Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu dimasa depan. Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan di rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat. 4. Praktik keperawatan individual. Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. McLaughin, Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan.


112 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menveleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Oleh karena setiap perubaban akan berakibat suatu stres sehingga perlu adanya antisipasi, “…..jangan mengubah suatu sistem justru menambah permasalahan (Kurt Lewin. 1951 dikutip oleh Marquis dan Huston, 1998). Terdapat enam unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis dan Huston, 1998: 143). Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP) 1. Sesuai dengan visi dan misi institusi. Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit. 2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan. 3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya. Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna. 4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat. Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan olch perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan. 5. Kepuasan dan kinerja perawat. Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya. 6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya. Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakandasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkanakan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 113 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP) Tabel Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998) Model Deskripsi Penanggung Jawab Fungsional (bukan model MAKP) Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan. Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien dibangsal. • • • Perawat yang bertugas pada tindakan tertentu Kasus Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawan terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Rasio: I : (pasien : perawat). Setiap pasien dilimpahkan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk khusus seperti isolasi, perawatan insentif. • • • Manajer keperawatan Tim Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam sampai tujuh perawat profesional dan perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. • • • • Ketuan tim Primer Berdasarkan pada tindakan yang komperehensif dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan. Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. • • • Perawat primer (PP)


114 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. 1. Fungsional (bukan model MAKP) Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal. Figur Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan Huston, 1998: 138) Kelebihan: a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelasdan pengawasan yang baik; b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan: a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat; b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan;


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 115 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja. 2. MAKP Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbedabeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat. Konsep metode Tim: a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan; b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin; c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim; d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang. Kelebihannya: a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh; b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan; c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan: komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Konsep metode Tim: a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan; b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin; c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim; d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.


116 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Tanggung jawab anggota tim: a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggungjawabnya; b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim; c. Memberikan laporan. Tanggung jawab ketua tim: a. Membuat perencanaan; b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi; c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien; d. Mengembangkan kemampuan anggota; e. Menyelenggarakan konferensi. Tanggung jawab kepala ruang: Perencanaan: • Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing; • Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya; • Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim; • Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan; • Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan; • Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien; • Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk; • Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 117 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS • Membantu membimbing peserta didik keperawatan; • Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit. a. Pengorganisasian: • Merumuskan metode penugasan yang digunakan; • Merumuskan tujuan metode penugasan; • Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas; • Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat; • Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain; • Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan; • Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik; • Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua tim; • Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien; • Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya; • Identifikasi masalah dan cara penanganannya. b. Pengarahan: • Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim; • Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik; • Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dansikap; • Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien; • Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan; • Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya; • Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.


118 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan c. Pengawasan: • Melalui komunikasi: melakukan fungsi pengawasan dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun perawat pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien; • Melalui supervisi: 1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga; 2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas. 3) Evaluasi; 4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim; 5) Audit keperawatan. Figur Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing” (Sumber: Nursalam, 2010; Marquis dan Huston, 2010)


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 119 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS 3. MAKP Primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien pulang atau keluar dari rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Figure Bagan Pengembangan MAKP (Nursalam, 2009) Figur Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis dan Huston, 1998: 138)


120 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Kelebihan: a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif; b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri; c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies, 1989). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif. Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Konsep dasar metode primer: a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat; b. Ada otonomi; c. Ketertiban pasien dan keluarga. Tugas perawat primer: a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif; b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan; c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas; d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain; e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai; f. Menerima dan menyesuaikan rencana; g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang; h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat;


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 121 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS i. Membuat jadwal perjanjian klinis; j. Mengadakan kunjungan rumah. Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer: a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer; b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru; c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten; d. Evaluasi kerja; e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf; f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi. Ketenagaan metode primer: a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan pasien; b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer; c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal; d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun nonprofesional sebagai perawat asisten; 4. MAKP Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensif (intensive care). Kelebihannya: a. Perawat lebih memahami kasus per kasus; b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya: a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab;


122 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama. Figur Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing” (Marquis dan Huston, 1998: 136) 5. Modifikasi: MAKP Tim-Primer Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut. a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara. b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketuatim. Contoh (dikutip dari Sitorus, 2002): Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D-3 Keperawatan (tiga


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 123 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan tim pada setiap sif jaga terlihat pada Figur di bawah ini. Figur Metode Tim Primer (Modifikasi) Tabel Tingkatan dan Spesifikasi MAKP Tingkat Praktik keperawatan Metode pemberian Askep Ketenagaan Dokumentasi Askep Riset MAKP pemula Mampu memberikan asuhan keperawatan profesi tingkat pemula Modifikasi keperawatan primer 1. Jumlah sesuai tingkat ketergantungan pasien 2. Skp/perawat/ DIV (1:25-30 Pasien) sebagai CCM. 3. D-3 keperawatan sebagai PP perawat pemula Standar Renpra (masalah aktual) MAKP I Mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I Modifikasi keperawatan primer 1. Jumlah sesuai tingkat ketergantungan pasien 2. Spesialis keperawatan (1:9-10 Pasien) sebagai CCM. Standar Renpra (masalah aktual dan masalah risiko) 1. Riset deskriptif oleh PP 2. Identifikasi masalah riset 3. Pemanfaatan hasil riset.


124 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap. 1. Metode Rasio (SK Menkes RI No. 262 Tahun 1979) Metode penghitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Kelemahan dari metode ini adalah hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas perawat di rumah sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap unit di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan tenaga terbatas, sedangkan jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil. Tabel Rasio Jumlah Tempat Tidur dan Kebutuhan Perawat 3. S.Kep/ perawat sebagai PP 4. D-3 keperawatan sebagai PA MAKP II Mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II Manajemen kasus dan keperawatan 1. Jumlah sesuai tingkat ketergantungan pasien 2. Spesialis keperawatan (1:3 PP) 3. Spesialis keperawatan (1:9-10 Pasien) 4. S.Kep/ perawat sebagai PP Clinical pathway/ standar repra (masalah aktual dan risiko) 1. Riset intervensi oleh spesialis 2. Identifikasi masalah riset 3. Pemanfaatan hasil riset. MAKP III Mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat III Manajemen kasus 1. Jumlah sesuai tingkat ketergantungan pasien 2. Doktor keperawatan klinik (konsultan) 3. Spesialis keperawatan (1:3 PP) 4. S.Kep/ perawat sebagai PP Clinical pathway 1. Riset intervensi lebih banyak 2. Identifikasi masalah riset 3. Pemanfaatan hasil riset. Rumah Sakit Perbandingan KELAS A DAN B TT: Tenaga Medis TT: Tenaga Keperawatan TT: Nonkeperawatan TT: Tenaga Nonmedis = ( 4-7): I = 1: 1 = 3: 1 = 1: 1


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 125 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional. 2. Metode Need Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit. Sebagai contoh untuk pasien yang menjalani rawat jalan, ia akan mendapatkan pelayanan, mulai dari pembelian karcis, permeriksaan perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotek dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. a. Hudgins Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat jalan menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan standar waktu pelayanan pasien rawat jalan, yaitu dalam tabel di bawah ini. Tabel Standar Waktu Pelayanan Pasien Rawat Jalan Penghitungan menggunakan rumus: KELAS C TT : Tenaga Medis TT : Tenaga Keperawatan TT : Nonkeperawatan TT : Tenaga Nonmedis = 9:1 = (3-4): 2 = 5 : 1 = 3 : 4 KELAS D TT : Tenaga Medis TT : Tenaga Keperawatan TT : Tenaga Nonmedis = 15 : 1 = 2 : 1 = 6 : 1 KEGIATAN LAMA WAKTU (MENIT) UNTUK PASIEN BARU LAMA Pendaftaran Pemeriksaan dokter Pemeriksaan asisten dokter Penyuluhan Laboratorium 3 15 18 51 5 4 11 11 0 7 Rata-rata jam perawatan/hari x Jumlah rata-rata pasien/hari jumlah jam Kerja hari


126 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan b. Douglas Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut. 1) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1-2 jam/24 jam. 2) Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3-4 jam/24 jam. 3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24 jam. Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut. 1) Kategori I: perawatan mandiri. a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti pakaian. b) Makan, dan minum dilakukan sendiri. c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan. d) Observasi tanda vital setiap sif. e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil. f) Persiapan prosedur pengobatan. 2) Kategori II: perawatan intermediate. a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi. b) Observasi tanda vital tiap 4 jam. c) Pengobatan lebih dari satu kali. d) Pakai kateter Foley. e) Pasang infus intake-output dicatat. f) Pengobatan perlu prosedur. 3) Kategori III: perawatan total. a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur. b) Observasi tanda vital tiap 2 jam. c) Pemakaian slang NG. d) Terapi intravena. e) Pemakaian suction. f) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 127 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Catatan: • Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari; • Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi pasien; • Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi di atasnya. Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per sif, yaitu dalam Tabel di bawah ini. Tabel Nilai Standar Jumlah Perawat per Sif Berdasarkan Klasifikasi Pasien 3. Metode Demand Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Setiap pasien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut: a. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit. b. Untuk kasus mendesak : 71,28 menit c. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit. Hasil penelitian di RS Provinsi di Filipina, menghasilkan data sebagaimana tercantum dalam Tabel di bawah ini. Jumlah pasien Klasifikasi Pasien Minimal Partial Total P S M P S M P S M 1 2 3 0,17 0,34 0,51 0,14 0,28 0,42 0,07 0,20 0,30 0,27 0,54 0,81 0,15 0,30 0,45 0,10 0,14 0,21 0,36 0,72 1,08 0.30 0.60 0,90 0,20 0.40 0,60 dst.


128 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Tabel Rata-Rata Jam Perawatan yang Dibutuhkan Selama 24 Jam 4. Metode Gilles a. Rumus kebutuhan tenaga keperawatan disatu unit perawatan adalah: A X B X C (C - D) X E F G = = H Keterangan: A = Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B = Rata-rata jumlah pasien/hari (BOR x jumlah tempat tidur) C = Jumlah hari/tahun D = Jumlah hari libur masing-masing perawat E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat F = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun G = Jumlah jam kerja efektif per tahun H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut b. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari c. Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil = 5% x jumlah hari cuti hamil x jumlah jam kerja/hari. Tambahan tenaga: Jenis Pelayanan Rata-Rata Jam Perawatan/Hari/Pasien Nonbedah 3,4 Bedah 3,5 Campuran bedah dan nonbedah 3,5 Postpartum 3 Bayi baru lahir 2,5 Rata-rata jam perawatan/hari x Rata-rata jumlah jam perawatan/hari Jumlah jam kerja efektif/hari 5% x jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil Jumlah jam kerja efektif/tahun


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 129 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Catatan: 1) Jumlah hari tak kerja/tahun. Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12 hari) + cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari. 2) Jumlah hari kerja efektif/tahun. Jumlah hari dalam 1 tahun - jumlah hari tak kerja = 365 - 86 = 279 hari. 3) Jumlah hari efektif/minggu 279 : 7 = 40 minggu Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam. 4) Cuti hamil = 12 x 6 =72 hari. 5) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan). 6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu dengan ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17 %. 7) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55% tenaga profesional dan 45% tenaga nonprofesional. Prinsip perhitungan rumus Gillies: Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu sebagai berikut. a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah: 1) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam 2) Partial care dibutuhkan 4 x 4 jam : 3 jam 3) Total care dibutuhkan 1-1½ x 4 jam : 4-6 jam 4) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam. b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota


130 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit 38 menit/pasien/hari, sedangkan menurut Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien (Gillies, 1996). c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi: aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1996), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit pasien/hari. 5. Metode formulasi Nina Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga. a. Tahap 1. Dihitung A jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam per pasien. b. Tahap II. Dihitung B jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh pasien dalam satu hari. B = Ax tempat tidur c. Tahap III. Dihitung C jumlah jam perawatan seluruh pasien selama setahun. C = Bx 365 hari. d. Tahap IV. Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun. D C x BOR/80, 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan. e. Tahap V. Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan. E = D/1878. Angka 1878 didapatkan dari hari efektif per tahun (365 - 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6 jam).


TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan 131 TIDAK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANYA UNTUK KEPENTINGAN DINAS 6. Metode hasil Lokakarya Keperawatan Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya Keperawatan dengan mengubah satuan hari dengan minggu. Rumus untuk penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut. jam perawatan 24 jam x 7 (tempat tidu x BOR) hari kerja efektif x 40 jam + 25% Formula ini memperhitungkan hari kerja efektif yaitu 41 minggu yang dihitung dari: 365- (52 hr minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan) = 289 hari atau 41 minggu. Angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu. Nilai 40 jam didapat dari jumlah jam kerja dalam seminggu. Tambahan 25% adalah untuk penyesuaian terhadap produktivitas. 7. Menghitung tenaga perawat berdasarkan Full Time Equivalent (FTE) Keputusan untuk penentuan jumlah dan jenis perawat adalah berdasarkan pada populasi pasien yang mendapatkan perawatan, tingkat pendidikan dan keterampilan perawat serta filosofi organisasi tentang perawat dan perawatan pasien. Penentuan jumlah dan jenis perawat dilakukan berdasarkan Full Time Equivalent (FTE). Konsep FTE didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam setahun, artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam periode 52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawatan pasien. Cara ini juga mempertimbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungannya karena akan memengaruhi jumlah jam perawatan yang dibutuhkan. Contoh penghitungan FTE dan tenaga perawat: Total beban kerja unit (W) atau jumlah jam kerja perawat dapat ditentukan berdasarkan jumlah rerata jam perawatan dalam 24 jam (ACH) dan hari perawatan pasien (PD) menggunakan rumus berikut. W = (PDi x ACHi) 5


132 Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan Keterangan: W = Beban Kerja (Workload) PD = Hari perawatan pasien (Patient Days) ACH = Rerata jumlah jam kerja perawat (Average Care Hours per 24 jam) � = Jumlah tingkat klasifikasi pasien 5 = Konstanta sesuai tingkat klasifikasi pasien Tabel Rerata Jam Perawatan dan Hari Rawat Pasien Berdasarkan tabel hasil di atas dapat dihitung bahwa total beban kerja unit adalah 91.300 jam. Informasi tambahan yang didapatkan adalah: a. 1 FTE 2.080 jam. b. Persentase jam produktif perawat adalah 85% (jadi rerata jam produktif adalah 1.768/FTE). c. Tenaga perawat di unit ini dijadwalkan untuk bekerja sesuai standar yaitu 55% untuk sif siang dan 45 % untuk sif malam. d. Kualifikasi tenaga perawat adalah 75% Registered Nurse (RN), 15 % Licensed Practical Nurse (LPN), 10 % Nurse Assistants (NA). Tenaga perawat keseluruhan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut. Jumlah perawat yang dibutuhkan pada sif siang dan malam dihitung dengan cara berikut. a. Siang: 51,64 FTE x 55% = 28,4 FTE b. Malam: 51,64 FTE x 45% = 23,2 FTE Tingkat klasifikasi pasien Rerata jam perawatan dalam 24 jam Proyeksi jumlah hari rawat pasien 1 3,5 1.500 2 5,0 2.500 3 9,0 3.000 4 13,0 2.100 5 17,5 1.100 91.300 jam yang dibutuhkan dalam setahun 1.769 jam produktif / FTE = 51.FTE tenaga perawat yang dibutuhkan dalam satu tahun


Click to View FlipBook Version