MUSLIAR KASIM;
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
Hak Cipta dilindungi
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
All right reserved
MUSLIAR KASIM;
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
FAJAR RUSVAN
SRI HARYATI PUTRI
RIA CANDRA POLA
©2020
MUSLIAR KASIM;
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
Proof Reader:
Prof. DR. Ir. H. Musliar Kasim, MS.
Penulis:
Fajar Rusvan
Sri Haryati Putri
Ria Candra Pola
Komunikasi Visual & Tata Letak:
Fuji Fernanda
Foto Sampul:
Koleksi Musliar Kasim
Pengumpul Bahan:
Safri Dani
Dewi Septina Sari
Cetakan Pertama:
November 2020
ISBN:
978-623-94208-0-2
14,5x21 cm
xv + 355 halaman
Diterbitkan oleh: Jl. Singgalang IV B.27 No 6
JC Institute Mekarsari Cimanggis Depok 16952
Jl. Beringin IV A No. 4
Padang Sumatera Barat
Indonesia 25136
+62818662110
[email protected]
Dicetak oleh CV. Frasa Indonesia
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
All right reserved
i Musliar Kasim
DAFTAR ISI
• KATA SAMBUTAN
• KATA PENGANTAR
• PROLOG
I. Baiturrahmah, Dedikasi bagi Ranah Pendidikan
– Tidak Ada Alasan untuk Menolak 1
– Mendukung Sebuah Visi di Aie Pacah 4
II. Akar Pendidikan dari Padang Gantiang
– Amak dan Semangat Kehidupan 19
– Etika EMKAZET 34
III. Beberapa Peristiwa
– Menapak Jejak Akademik 59
– Pegawai, Cakrawala Baru dan Dosen Teladan 70
– Nik dan Cahaya Keindahan 77
IV. Sumbu-Sumbu Penentu
– Catatan dari Filipina 109
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
iiMusliar Kasim
– Struktural Pertama 120
V. Pendidikan dalam Bingkai
– Kepala Sekolah para Mahasiswa 155
– Kreativitas dan Inovasi adalah Kunci 176
VI. Menjadi Warga Dunia
– Jurnal Ringkas antar Benua 209
– Jaringan dari Negeri Asing 220
VII. Rantau Bertuah
– Menuju Epicentrum Kekuasaan 245
– Cetak Biru Generasi Emas 253
• EPILOG
• KESAKSIAN DALAM GAMBAR
• INFOGRAFIS
• TENTANG PENYUSUN
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
iii Musliar Kasim
PENGANTAR
Padang Gantiang, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat
berhak menyandang kebanggaan atas dedikasi seorang
MUSLIAR KASIM. Kurikulum 2013 untuk pendidikan di
Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari figurnya sebagai sang
desainer. Adalah perombakan simultan soal kurikulum
pendidikan di Indonesia yang baru kali pertama mengusung
gagasan perpaduan utuh antara pengetahuan, keterampilan,
dan sikap peserta didik sejak republik ini berdiri.
Benar, jika konsepsi pendidikan yang dirumuskan dalam
kurikulum 2013 bersumber dari mata air inspirasinya di ranah
Minangkabau. Negeri indah yang dipaku oleh bukit barisan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
ivMusliar Kasim
sebelah timur, dikepung samudera bagian baratnya. Satu
peradaban yang dibentuk oleh tradisi lisan secara turun
temurun. Tanah leluhur dengan keragaman dan prinsip
kesetaraan yang melahirkan dialektika kebudayaan berpikir.
Gurat sejarah yang merumuskan filosofi “Alam Takambang
Jadi Guru” – semesta terbentang menjadi guru kehidupan.
Musliar kecil dibentuk oleh dunia perdagangan yang
merumuskan cara pandang praktis, disiplin, juga dikekang
oleh kerja keras dan cerdas. Hingga kemudian ia dibelokkan
nasib menjadi seorang guru bagi para mahasiswa. Ia tidak
pernah berusaha menghapus ingatan tentang masa kanak-
kanak yang memberi sumbangan besar dalam membentuk
sikapnya hari ini, menghormati dan menghargai orang lain.
Percaya pada detail, dan mengingat segala sesuatu dengan
baik mengarahkan dirinya menjadi seorang pribadi yang
perfeksionis, tapi tidak kaku. Sosok yang hangat, mudah di
ajak bicara, mampu mendengar keluhan orang lain, dan
bersedia memberikan jalan keluar dalam berbagai
kesempatan menjadikan Musliar lekat dalam ingatan orang
banyak.
Tapak karirnya membentuk kurva eksponensial, perlahan tapi
pasti. Diberikan kepercayaan melalui jalur diluar kebiasaan.
Selalu memetik hikmah atas segala sesuatu. Tidak pernah
berharap penuh kepada makhluk. Dan, upaya kerasnya ialah
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
v Musliar Kasim
menyempurnakan diri. Merumuskan keutuhan sebuah
kompetensi. Sebuah integrasi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Sesuatu yang ia perjuangkan sebagai khasanah akal
budi.
Buku ini adalah catatan perjalanan sesorang yang pernah
berada didalam episentrum kekuasaan. Kemudian atas
pertimbangan sebuah pengabdian memajukan dunia
pendidikan, ia kembali ke kampung halaman. Ia menyadari
sepenuhnya, bahwa perjalanan di ranah pendidikan adalah
dunia tanpa batas. Wilayah yang selalu berubah serta
menuntut pembaruan disegala lini. Sebab, pendidikan bicara
tentang pembangunan manusia tanpa henti.
Selamat membaca!
Padang, 03 Desember 2020
Fajar Rusvan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
Baiturrahmah, Dedikasi bagi Ranah Pendidikan
1 Musliar Kasim
Baiturrahmah, Dedikasi bagi Ranah Pendidikan
Tidak Ada Alasan untuk Menolak
AGUSTUS 2020. Pembacaan Surat Keputusan Yayasan
Pendidikan Baiturrahmah IV No. 065/YPB/VIII/2020 menggema
di tengah Aula Universitas Baiturrahmah pada Jumat pagi,
tanggal empat belas. Sebuah keputusan menukilkan tentang:
“Pengangkatan Rektor Universitas Baiturrahmah Masa Bakti
2020-2024” yang ditandatangani oleh Hj. Maizarnis selaku
Ketua Yayasan.
Sejurus dengan itu, seremonial pelantikan Rektor Universitas
Baiturrahmah sesuai dengan protokol kesehatan
dilangsungkan dengan khidmat. “….. . Dengan ini saya lantik
Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, MS. sebagai Rektor Universitas
Baiturrahmah Masa bakti 2020. Semoga Allah Swt senantiasa
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada
Saudara dalam melaksanakan tugas,” demikian Hj. Maizarnis.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
2Musliar Kasim
Selang beberapa saat, Musliar berjalan perlahan menuju
mimbar. Pada kesempatan baik itu, ia mengutarakan
sambutannya. “…. . Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat.
Saya masih ingat suatu sore pada bulan Juni tahun 2016.
Bapak Firdaus Rivai berkunjung ke rumah saya.
Menyampaikan pesan Ketua Yayasan untuk meminta saya jadi
Rektor Universitas Baiturrahmah. Waktu itu saya belum
menjawab. Saya hanya menyampaikan bahwa saya belum
penuh tinggal di Padang, karena masih bolak balik minimal
tiga kali dalam sebulan ke Jakarta dan Surabaya dalam
memenuhi tugas sebagai anggota Dewan Pendidikan Tinggi
dan Komisaris Utama PTPN XII. Dua minggu setelah itu, Ibu Hj.
Maizarnis menelpon saya dan menanyakan hal yang sama.
Alhamdulillah peristiwa itu selalu teringat dalam pikiran
saya,” demikian Musliar memulai pidatonya dengan intonasi
rendah.
“Saya bertanya kepada beberapa orang yang perlu saya
dengan pendapatnya. Sebagian orang mengatakan
mendukung saya untuk di Baiturrahmah. Tapi sebagian yang
lain menyatakan: Akan sulit bagi Anda untuk bekerja di PTS.
Anda biasanya bekerja di PTN ada anggaran, sedangkan di
PTS biasanya yayasan tidak support terhadap anggaran untuk
mengembangkan Universitas,” jelas Musliar.
Dengan terperinci, Musliar memaparkan situasi yang melatari
keputusannya untuk mengembangkan Universitas
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
3 Musliar Kasim
Baiturrahmah. Ia menilai bahwa pihak yayasan sangat
koperatif atas gagasan pengembangan Univeritas secara
progresif. Musliar mengakui dengan kekuatan tim kerja yang
mampu bekerja sama dengan baik menghadiahkan
Universitas Baiturrahmah akreditasi institusi dengan
peringkat B pada Desember 2016.
“Saya confidence untuk mengembangkan Universitas
Baiturrahmah karena komitmen yayasan untuk kemajuan
saya rasakan sangat kuat sekali,” tukuk Musliar.
Ia menekankan sebagai pengingat dan motivasi bagi para
hadirin, “…. . Kunci kemajuan PTS adalah kesamaan visi antara
yayasan dan pimpinan perguruan tinggi. Dukungan penuh dari
yayasan merupakan tonik bagi saya dalam bekerja untuk
kemajuan. Setiap hari saya berpikir apa yang harus dilakukan
untuk kemajuan Unbrah ke depan. Saya merasa, kalau tidak
melakukan terobosan, saya tidak perlu berada di Unbrah.”
Menjelang penutup pidatonya, Musliar merangkai tekad,
“Dimasa kepemimpinan saya yang kedua ini, menjadi
momentum yang baik bagi kami. Tidak saja bagi saya, tentu
bagi semua internal stakeholder untuk melakukan hal-hal
yang baru demi kemajuan Unbrah kedepan tanpa melupakan
sejarah berdirinya dan perjalanan panjang yang telah dilalui.
Jangan pernah melupakan niat mulia di awal pendirian karena
kita terlalu fokus kedepan.”
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
4Musliar Kasim
Musliar kembali ke tempat duduk diiringi tepuk tangan
hadirin. Sebuah penghargaan dan harapan besar
ditumpangkan ke atas pundak Musliar. Satu semangat darma
bakti pendidikan di ranah tercinta. Sesuatu yang telah ia
bangun selama lebih dari tigapuluh tahun, sejak pertama kali
Musliar menasbihkan diri sebagai seorang pendidik.
Universitas Baiturrahmah, perguruan tinggi yang didirikan
oleh H. Amran ini siap mengadopsi pemikiran Musliar tentang
tata kelola perguruan tinggi modern dan berdaya saing tinggi.
Pengalaman Musliar dalam mengelola perguruan tinggi
adalah hal terbaik. Satu rekam jejak yang mampu mengikat
perguruan tinggi manapun untuk memburunya memimpin
sebuah institusi pendidikan
***
Mendukung Sebuah Visi di Aie Pacah
Pada periode pertama, konsolidasi kelembagaan universitas
mampu diselesaikan dalam tempo kurang dari tiga bulan.
Fokus Musliar yang utama adalah peningkatan sumber daya
manusia di segala lini. “Ritme kerja kita mesti memiliki satu
nafas yang sama. Mana yang terlalu kencang, kita alihkan
energinya pada bidang yang perlu di up grade. Pun, yang
terlalu lambat, kita motivasi kinerjanya agar mampu
mengiringi yang lainnya,” jelas Musliar satu ketika.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
5 Musliar Kasim
Selain pendidikan dan penelitian, aspek pengabdian
masyarakat menjadi tumpuan program Rektor Musliar pada
tahun pertamanya di Unbrah. Beberapa nagari di Kabupaten
Tanah Datar menjadi tujuan. Mereguk energi kehidupan yang
ditawarkan oleh Luhak nan Tuo, hampir dua ratus mahasiswa
Unbrah tahun akhir dilepas oleh Rektor beserta fungsionaris
Yayasan menuju Batusangkar.
Kegiatan yang bertajuk USR (University Social Responsibility)
ini merupakan program baru yang di desain oleh tim atas
arahan Musliar. Dalam satu rapat ia berkata, “Tidak akan ada
perubahan di tengah masyarakat ketika kaum intelektualnya
berada di seberang jurang pemisah yang dalam,” tegas
Musliar.
Pengalaman Musliar di Jepang tahun 2003 mendapatkan
tempat realisasi yang tepat. Ketika ia di Jepang, ada contoh
baik yang mesti diterapkan di tanah air. Warga lanjut usia
(lansia) di sana sehat-sehat. Mereka bisa mengerjakan
pekerjaan di hotel, perpustakaan, dan tempat lainnya.
Gagasan tersebut mengendap hampir 14 tahun lamanya.
Setelah dibicarakan secara detail, pada 2017, Pusat Studi
Lansia (PSL) yang pertama di Sumatera Barat diluncurkan di
Universitas Baiturrahmah. Tujuannya agar PSL ini mampu
mengedukasi masyarakat. Supaya orang tua tetap sehat dan
produktif di hari tuanya.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
6Musliar Kasim
Salah satu poin penting terkait PSL ini adalah terapi bagi para
lansia. Tidak hanya persoalan fisik, terapi tersebut juga
menyentuh hal yang urgen, psikologis. “Kita tidak boleh
merebut kegembiraan dari setiap orang tua. Tugas generasi
muda yang tak kalah pentingnya ialah bagaimana menjamin
kesejahteraan orang tua dan tetap menjadikan diri mereka
sosok yang berharga di tengah masyarakat,” tegas Musliar.
Gong perjuangan pendidikan karakter yang di tabuh Musliar
sejak dipilih menjadi Rektor Unand pada 2006 masih
menggema di Aie Pacah. Satu yang tidak pernah berubah dari
Musliar dalam siklus perjuangan tersebut, selalu
mengemukakan pikiran dengan tata karma yang terpelihara.
Sorot matanya yang teduh terus memprovokasi siapapun
yang berhadapan dengannya menyiapkan sikap terbaik untuk
mendengarkan dan bersama mengerjakan sebuah gagasan.
Kuliah kewirausahaan yang sukses di Unand, di oper cepat
oleh Musliar. Hari ini Universitas Baiturrahmah menemukan
semangatnya yang selalu baru setiap hari. Ruangan Rektor
Unbrah menjelma menjadi tempat yang nyaman untuk
berdiskusi bagi siapapun. Ruang dialog terbuka lebar untuk
mengejar kemajuan. Musliar bertanggung jawab penuh atas
hal tersebut.
Bagi siapa saja yang pernah bertemu dan berbincang
langsung dengan Musliar akan merasakan hal itu. Bukan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
7 Musliar Kasim
hanya dari belakang meja Rektor, ia mudah ditemukan dalam
kegiatan apapun di Unbrah. Ketika masuk waktu shalat, atau
sedang berkeliling di area kampus. Ia terlalu mencintai dunia
pendidikan. Seorang yang menyerahkan seluruh hatinya
ketika berjabat tangan.
***
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
Akar Pendidikan dari Padang Gantiang
19 Musliar Kasim
Akar Pendidikan dari Padang Gantiang
Amak dan Semangat Kehidupan
MINGGU TERAKHIR tahun 2019 kerja Musliar ditutup dengan
kegiatan perpisahan University Social Responsibility, (USR).
USR diselenggarakan sejak tahun pertama ia menjadi Rektor
Baiturrahmah. Sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang
integral dengan disiplin keilmuan unggulan universitas. Pada
kesempatan tersebut, Bupati Tanah Datar, Irdinansyah Tarmizi
berkenan menutup kegiatan dengan ungkapan terima kasih
kepada seluruh pemangku kepentingan yang telah
melaksanakan kegiatan di nagari-nagari di Kabupaten Tanah
Datar.
Bagi Musliar, penentuan lokasi USR di Kabupaten Tanah Datar
adalah ekspresi rasa syukur dan kecintaan kepada kampung
halaman. Kegiatan tersebut juga dapat diartikan sebagai
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
20Musliar Kasim
darma bakti pada tanah leluhur, tempat Amak banyak
menghabiskan sisa usianya.
Jikalau hendak ditanya siapa yang paling berjasa dalam hidup
ini, dengan mantap Musliar akan menjawab bahwa ia adalah
Amak! Dialah perempuan yang bertaruh nyawa untuk
menghadirkan dirinya di dunia. Dia juga yang telah rela
meminjamkan rahim untuknya tumbuh saat Sang Khalik
menyempurnakan raga. Bagi Musliar Amak merupakan
sumber dari segala simpul harapan yang menjadi nyata.
Berkat doa-doanya yang mengguncangkan arsy pemilik
tertinggi tahta langit dan bumi. Tiada bentangan pengharapan
yang sia-sia jikalau hanya berharap pada-Nya.
Syamsiar, Amak Musliar berasal dari Koto Gadang, Nagari
Padang Gantiang. Garis keturunan matrilineal memberikan
hak adat kepadanya menyandang suku Bodi Padang Data.
Rumpun suku yang menginduk pada kelarasan Bodi Caniago.
Syamsiar berdua bersaudara dengan Dahniar, anak dari
Karim dan Mara.
Pemilik semesta menakdirkan Musliar hidup dalam
kecukupan. Benar saja, memiliki orang tua luar biasa dan
Sembilan saudara yang penuh cinta, hidupnya sempurna. Bagi
Musliar, kekayaan dunia bukan hanya setumpuk harta benda
yang menghiasi beranda kaca, melainkan terletak pada
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
21 Musliar Kasim
orangtua dan sanak saudara yang rukun. Sejatinya itulah
kekayaan yang tak terhingga.
Musliar lahir dari rahim perempuan yang telah sekian lama
mendambakan keturunan. Pecah tangis Musliar pada Selasa
pagi itu menghadiahkan cinta dan anugrah terindah bagi
kedua orang tua. Terutama Amak. Menurut catatan Apak, ia
dilahirkan ketika almanak masehi menunjukkan bilangan 29
April 1958.
Sebelumnya, suratan takdir membawa Amak untuk
mengorbankan belahan jiwanya yang pertama. Anak adalah
sumber kebahagian terbesar bagi setiap pasangan suami
istri. Begitu pun halnya yang diinginkan Amak dan suaminya
dahulu. Dengan penuh kesabaran mereka bertahan dalam
ikatan pernikahan untuk sebuah kepercayaan Tuhan. Tapi
rupanya Sang Pemilik belum menghendaki. Penantian yang
seakan tidak berujung itu membuat mereka menyerah.
Perpisahan adalah jalan tengah yang diambil untuk
mengakhiri penantian. Mereka pun melanjutkan hidup
masing-masing setelah diikrarkannya kata-kata berpisah.
Terkadang, jika ingin memperoleh sesuatu yang besar harus
mengorbankan yang lebih besar pula. Tampak nyata dalam
kehidupan Amak, yang penuh dengan gelombang
pengorbanan. Mempertaruhkan biduk cinta yang selama itu
dilayari bersama kekasih hati. Siapa sangka di tengah jalan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
22Musliar Kasim
harus berpisah demi menggapai kebahagiaan masing-masing.
Benar terjadi, bahwa puncak tertinggi dalam mencintai tidak
harus dengan memiliki.
Begitulah Amak, selepas perpisahannya dengan suami
pertama, Amak kemudian menambatkan hati pada seorang
pedagang kenamaan yang berasal dari Talawi, suku Sumagek,
Muhammad Kasim. Anak tunggal dari pasangan Kasim dan
Fatiha. Musliar dan seluruh saudaranya biasa memanggil
dengan sebutan Apak. Dilamar oleh seorang pedagang, tiada
alasan bagi Amak untuk menolak pinangan Apak.
Kala itu termasuk suatu keberuntungan dalam mencari
pasangan apabila mendapatkan seorang saudagar. Pasalnya,
profesi pedagang bukanlah dimiliki oleh sembarang orang.
Betapa tidak, mereka mampu bertahan dengan usaha
dagangnya di tengah gempuran zaman yang serba pelik.
Masa itu, Apak telah memiliki dua orang istri yang juga
berasal dari Talawi. Amak adalah istrinya yang ketiga.
Beberapa tahun setelah pernikahan keduanya, lahirlah
seorang anak yang tengah didamba-dambakan oleh Amak.
Perempuan yang diberi nama Emyarwati, kakak Musliar.
“Saya merupakan anak ke tujuh dari sembilan bersaudara.
Jumlah yang tidak sedikit, mengingat kami tidak terlahir dari
rahim perempuan yang sama. Istri pertama Apak bernama
Umi Kalsum. Berasal dari Talawi, bersuku Bodi. Anak dari Umi
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
23 Musliar Kasim
Kalsum hanya seorang, Zubir. Istri kedua Apak yaitu
Nurukina. Ibu Nurukina juga berasal dari Talawi, bersuku
Patopang. Dari istri kedua, Apak memiliki anak empat orang:
Suardi, Azwir, Nurzewati, dan Husril,” terang Musliar menarik
muka serius.
Berkat kelancaran usaha dagang yang dikelola oleh Apak,
kehidupan mereka saat itu cukup berada. Apak tidak pernah
gamang dengan statusnya yang tengah memiliki tiga orang
istri. Baginya rezeki dari setiap masing-masing makhluk telah
dijamin, ia tidak pernah takut untuk bertaruh hidup dengan
siapa saja. Apak mampu berperan sebagai suami bijaksana
bagi ketiga istrinya.
Sebagai istri ketiga, Syamsiar diperlakukan dengan adil.
Terlebih disebabkan oleh lokasi tempat tinggal dan jarak yang
cukup jauh dari Talawi untuk ukuran masa itu. “Dari istri yang
berada di Padang Gantiang ini, Apak memiliki keturunan
empat orang. Secara berurutan, Emyarwati, saya, Gusneti,
dan Martias. Dari keempat saudara kandung, hanya tinggal
saya sendiri yang masih diberi kehidupan. Uni Emyarwati
telah berpulang pada tahun 2014 lalu. Gusneti bahkan
mendahului kami semua pada tahun 1983 karena kecelakaan.
Dan, si bungsu Martias telah pergi di tahun 2018. Sedangkan
saudara yang satu ayah, Uda Zubir telah meninggal dunia tak
jauh di tahun yang sama,” jelas Musliar derana.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
24Musliar Kasim
Hingga akhir tahun 2020, Musliar dan empat orang kakaknya
masih sering berkomunikasi tentang banyak hal. Suardi dan
Azwir menetap di Bukittinggi, Nurzewati dan Husril menetap
di Talawi, Sawahlunto. Dan, Musliar sendiri menetap di
Padang. Dari keempat kakaknya tersebut, Musliar mengaku
lebih dekat dengan Husril. Barangkali lebih disebabkan
karena jarak usia yang tidak terlalu jauh sehingga untuk tukar
pikiran dan persoalan lainnya sangat dimungkinkan.
Seantero kampung, Muhammad Kasim adalah sosok yang
disegani. Beliau dapat disebut sebagai pedagang yang sukses
di zamannya. Pasalnya, dunia dagang yang beliau gawangi
telah merambah daerah Pulau Punjung, bahkan hingga ke
Jambi provinsi tetangga. Biasanya Apak menjual hasil bumi
seperti kelapa, beras dan lainnya. “Saya ingat betul, di kala itu
hanya ada dua orang pedagang keliling yang memiliki mobil,
salah satunya adalah Apak,” kenang Musliar.
“Pernah suatu ketika saya dibawa oleh Apak dengan menaiki
mobilnya. Kala itu, Mr. Mohammad Yamin, pejuang
kemerdekaan asal Talawi yang sekampung dengan Apak
meninggal dunia. Mendengar kabar kematian tokoh besar
tersebut, Apak bergegas untuk menghadiri prosesi
pemakamannya. Saya senang bisa dibawa oleh Apak dengan
menaiki truk yang dikendarainya sendiri. Saya melihat
keramaian di sepanjang jalan. Manusia tumpah ruah
meluapkan duka. Dalam gendongan Apak, saya melihat
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
25 Musliar Kasim
suasana kesedihan di wajah orang-orang yang saya temui
selama dan setelah proses pemakaman. Namun, kala itu saya
tidak tahu siapa sebenarnya sosok yang dikubur itu, sehingga
orang-orang yang mengantarnya di pembaringan terakhir,
begitu berkabung. Usia saya pada Oktober 1962 itu telah lewat
empat tahun. Suasana yang saya ingat sebagai titik
kebersamaan awal dengan Apak hingga masa setelahnya,”
ujar Musliar padat.
Kepergian Mohammad Yamin, menghinggapi duka bagi
segenap bangsa. Terlebih Apak yang memiliki hubungan
emosional berupa ikatan asal tanah kelahiran yang sama.
Bukan tidak mungkin Apak juga terinspirasi dari sosok bapak
bangsa tersebut. Perihalnya Apak sangat menerapkan tindak-
tanduk kedisiplinan diri yang keras. Begitupula dengan
ketangguhan dalam berjuang. Sulit ditemukan
pembandingnya. Kendati demikian, tidaklah mengherankan,
jika beliau mampu mengumpulkan pundi-pundi kekayaan
yang melebihi rata-rata masyarakat kampungnya.
Kecukupan materi lantas tidak menjadikan anak-anaknya
menjadi manja dan suka meminta. Kelas sosial yang berada
pada level atas, jika dibandingkan dengan masyarakat lainnya,
tidak mengubah pandangan Apak, bahwa kasih sayang pada
anak bukan dengan memanjakannya. Prinsipnya, apabila
anak-anaknya telah dirasa cukup umur dan matang dalam
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
26Musliar Kasim
pemikiran, maka akan diberikan keleluasaan untuk mandiri
dan bekerja keras dalam mengarungi hidup.
Sedari kecil, sebenarnya anak-anak Muhammad Kasim telah
dididik dalam ruang yang menuntut perjuangan. Mereka
diharuskan untuk terbiasa dengan apa yang dikenal berbagi
kasih sayang. Lengkapnya, tumbuh bersama sembilan orang
saudara dari tiga ibu yang berbeda, membuat Musliar dan
saudara-saudara yang lain harus mampu ikhlas jikalau Apak
tidak selalu berada di sisi anak-anaknya. Meskipun demikian,
mereka tumbuh dalam suasana keakraban sebagaimana
layaknya sebuah keluarga yang rukun. Anak-anaknya tidak
mempermasalahkan dari rahim siapa mereka terlahir, tetapi
semenjak menghirup udara dunia, mereka dipupuk dengan
satu pengetahuan, bahwa mereka itu bersaudara.
“Balutan persaudaraan terikat erat di antara kami. Semuanya
dilatarbelakangi oleh torehan kasih sayang Apak, yang tidak
membeda-bedakan perlakuan kepada semua anak-anaknya.
Termasuk perlakuan yang sama terhadap saya. Beliau tidak
akan segan-segan memarahi saya jika kedapatan bermain-
main tidak tentu arah. Kala itu, saya yang baru menduduki
bangku SD, sungguh amat senang bermain bersama teman-
teman. Dalam hal ini saya juga dikontrol ketat oleh Apak.
Bermain boleh saja, asal menyisihkan waktu untuk belajar.
Dan terpenting juga tidak lupa membantu pekerjaan orang tua
di sawah,” kenang Musliar penuh arti.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
27 Musliar Kasim
Ibarat seperti penumpang yang antri di sebuah halte bus.
Menunggu menjadi ikhwal yang rutin dilakoni, mengingat bus
yang ditunggu-tunggu tentunya juga menyinggahi penumpang
yang telah lebih dahulu menunggu di halte sebelumnya.
Kehidupan Musliar laksana demikian. Hanya dua hari jatah
Apak menginap di rumah Amak, Padang Gantiang. Setiap hari
Rabu sekitar pukul 10 pagi, beliau mulai mengayuh sepeda
dari Talawi ke Padang Gantiang. Perjalanan puluhan kilometer
senantiasa dijabani, demi bertemu sang istri dan buah hati.
Ketika Apak berada di rumah, seringkali Musliar menertibkan
diri agar disiplin dalam menjalani hari-hari. Terutama terkait
pembagian waktu antara belajar, bermain dan bekerja
membantu orang tua. Awalnya, Musliar kecil merasa
terbebani dengan cara-cara demikian. Musliar merasa masih
sangat belia untuk menerapkan didikan versi Apak.
Terkadang, untuk menjadi terbiasa dengan alur disiplin yang
tidak biasa, harus dipaksa supaya menjadi kebiasaan. Paku
tidak akan bisa menancap dengan kuat, apabila tidak dipukul
terlebih dahulu. “Hidup senang tidak perlu belajar. Yang perlu
belajar itu hidup susah,” tegas Apak Musliar.
Seiring berjalannya waktu, Musliar menjadi terbiasa dengan
rutinitas yang teratur dan tanggungjawab dalam setiap
pekerjaan. Sedari kecil, Apak telah menularkan bakat
berdagangnya kepada anak-anaknya. Biasanya, kami juga
diberi tugas untuk menjaga barang dagangan kepunyaan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
28Musliar Kasim
Apak. Barang tersebut dititipkannya kepada kami untuk dijual
di rumah. “Berdagang adalah disiplin dan perihal menjaga
kepercayaan,” kata Apak satu waktu.
Muhammad Kasim benci dengan sikap berleha-leha. Ia akan
sangat tegas, apabila itu menyangkut prinsip untuk memupuk
diri agar lebih maju. Keseharian waktu anak-anaknya mesti
diisi dengan kegiatan bermanfaat. Apapun bentuknya. Apakah
dengan belajar, membantu orang tua, dan kegiatan lain yang
juga dirasa perlu untuk dilakukan. Termasuk juga membawa
anjing peliharaan Apak untuk berkeliling kampung.
Hobi berburu yang dimiliki Apak menjadikan rumah Musliar
ramai dengan beberapa ekor anjing peliharaan. Lolongan dan
saling menyalak anjing-anjing tersebut memecah sunyi
malam hingga jelang pagi. Dengan musabab yang beragam.
Biasanya, seekor anjing tidak akan mau untuk membuang
hajat di atas tanah tempat di mana dia diikat. Musliar
mendapat tugas oleh Apak untuk membawa jalan-jalan anjing
tersebut. Rutinitas tersebut tidak pernah alpa ia lakukan di
setiap sore harinya.
Pernah di suatu malam, Apak mendengar lolongan anjing
peliharaannya yang memekakkan telinga. Jelas saja itu
pertanda bahwa kemungkinan besar anjing tersebut tidak
dibawa jalan-jalan di sore harinya. Apak akan sangat tidak
suka apabila anak-anaknya lalai melakukan tugas-tugas yang
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
29 Musliar Kasim
telah diberikan. Konsekuensinya, pada malam itu juga Musliar
harus membawa anjing tersebut untuk berkeliling
melepaskan hajat. Terkadang ia pergi bersama Martias
menjalankan hukuman. Apak tidak peduli apakah di luar
dibalut gulita malam. Hukuman yang diterapkan bagi Apak
adalah upaya merasakan efek jera supaya tidak mengulangi
kesalahan yang sama.
“Cara Apak mendidik kami dengan ketegasan disiplin yang
kuat. Saya sadar betul di balik cara Apak yang mendidik kami
terlihat keras, tersimpan aura kelembutan yang demikian
halusnya. Apak termasuk orang yang detail terhadap hal-hal
yang mungkin tidak akan diperhatikan oleh orang lain. Sebut
misalnya, ketika saya menaiki sebuah delman atau bendi,
maka Apak akan menanyakan bagaimana cara saya turun dari
bendi tersebut,” kenang Musliar.
Bagi Musliar kecil, naik atau turun dari bendi bukan perkara
penting untuk diketahui. Mengingat perihal sepele tersebut
siapapun bisa melakukan dengan baik tanpa harus ada aturan
yang mengikat. Ternyata, bagi Apak itu salah besar. “Kamu
harusnya menghadap ke depan, kearah kuda jika hendak
turun dari bendi. Bisa saja kuda itu tiba-tiba berlari saat kamu
turun dan kamu bisa jatuh dan terluka. Jangan pernah
membelakangi bendi itu,” jelas Apak. Hal-hal seperti inilah
yang di kemudian hari dipahami Musliar, bahwa ada hal kecil
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
30Musliar Kasim
yang perlu kita perhatikan sebelum melakukan sebuah
tindakan.
Selain itu, sebenarnya Apak tidak menuntut anak-anaknya
untuk membantunya bekerja di sawah, juga gembala sapi,
namun karena telah terbiasa dengan rutinitas pekerjaan apa
saja, maka menjadi kebiasaan mengerjakan beragam
kegiatan tanpa harus diperintah sebelumnya. Musliar pun
tidak bisa mengatakan tidak kepada Apak. Meski mereka
hanya membantu semampunya saja. Tidak jarang, masih
paruh waktu Musliar telah kembali ke rumah.
Apak bertindak langsung sebagai guru Musliar dalam bertani.
Mulai dari cara mencangkul hingga memanen padi, secara
detail diajarkan. Termasuk bagaimana posisi berdiri jika
hendak menyabit padi yang telah siap panen agar tidak
terkena tajamnya mata sabit. Semua ini dilakukan Apak
dengan tujuan agar anak-anaknya mengerti akan kerasnya
hidup. Bahwa kontiniutas kehidupan, berjalan seiring dengan
kerja yang kita lakukan. Tidak akan ada kesuksesan dengan
hanya berpangku tangan. “Harus tahu berapa harga tiap butir
nasi yang kamu makan. Bekerjalah sesuai dengan apa yang
ingin kamu makan. Jangan menyusahkan orang lain!” tegas
Apak satu waktu.
Musliar mengagumi Apaknya secara utuh. Ia melihat sosok
Apak dalam mengerjakan segala sesuatunya, selalu dengan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
31 Musliar Kasim
mengedepankan ilmu. Memanen padi jika tidak dilakukan
dengan cara yang tepat, bukan tidak mungkin tangan bisa
terpotong oleh sabit. Maka, hal-hal kecil seperti ini, namun
penuh resiko, telah ditanamkan sejak dini kepada anak-
anaknya. Bekerja dengan hati-hati, penuh kesungguhan dan
bertanggung jawab.
“Di lain hal, soal etiket di meja makan tidak luput dari
perhatian Apak. Ia sangat tidak menganjurkan untuk
mengambil hidangan makanan yang terletak jauh dari
hadapan kita. Kecuali memintanya dengan sopan dan atas
pertolongan orang yang berada di dekat makanan yang kita
inginkan tersebut. Kemudian, cara memakan hidangan juga
turut diajari Apak. Cara makan yang baik adalah tidak terlalu
cepat dan tidak pula terlalu lambat. Menurutnya, jikalau kita
makan terlalu cepat, menimbulkan praduga bahwa kita
manusia rakus. Begitupun sebaliknya, terlalu lamban juga
akan ditinggal orang. Versi terbaik menurut Apak, makanlah
dengan cara yang baik dan benar, karena di setiap makanan
yang ditelan hendaknya menjadi keberkahan,” ulas Musliar
berbinar.
*
Pernikahan Apak yang ketiga dengan Amak, membuat usia
Musliar terpaut jauh dengan anak-anaknya yang lain. Ia
bahkan sebaya dengan cucu Apak, dari istrinya yang lain.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
32Musliar Kasim
Panggilan Pak Etek (Adik laki-laki pihak ayah) telah melekat
pada diri Musliar, di saat usia yang masih sangat belia.
Baginya ini tidaklah menjadi soal. Malahan ia begitu
menikmatinya.
Ada seorang cucu Apak, Musliar memanggilnya dengan
sebutan Ta. Sejak menempuh pendidikan di bangku TK hingga
SMP, mereka selalu di satukan di sekolah yang sama. Itulah
juga menjadikan hubungan mereka begitu dekat. Namun,
keakraban mereka berdua juga dipantau Apak. “Saya
kerapkali pergi ke rumah uda, yang merupakan ayah dari Ta.
Meskipun bersaudara, etika kami bersaudara tentu dibatasi
dengan kaidah ketimuran yang menjunjung tinggi budaya
malu dan kesopanan. Pasalnya, tidak semua orang yang
mengetahui bahwa kami adalah bersaudara. Tentu tidak elok
dipandang oleh masyarakat lainnya, yang bisa saja memicu
perasaan syak sangka. Setiap kami ke Padang Gantiang dan
hendak pulang ke Talawi, begitu juga sebaliknya, Apak selalu
mengantar Ta dengan mobilnya dan saya sendiri pulang
dengan sepeda,” kenang Musliar.
Musliar juga dididik dengan strategi yang terampil dan
fungsional. Ketika Musliar memiliki hobi bermain badminton.
Apak berada di paling depan untuk menyokong hobinya
tersebut. Semua fasilitas untuk menunjang permainan
termasuk raket merk Istora, dibelikan yang terbaik oleh Apak.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
33 Musliar Kasim
Layaknya manusia biasa, Apak dan Amak kerapkali memiliki
cara pandang yang berbeda, terutama dalam menuntun anak-
anaknya. Seirama dengan itu, mereka tentunya memiliki visi
yang sama untuk mencetak generasi tercerahkan di masa
depan. Apak jelas memiliki tipe yang tegas dan disiplin dalam
segala hal. Sedangkan Amak, lebih halus dan penuh dengan
kelembutan jiwa. Kasih sayang Amak kepada anak-anaknya
melebihi apapun jua.
Upaya untuk mendarmabaktikan diri kepada kedua orangtua,
khususnya Amak, adalah dengan cara menjadi anak yang
berbudi dan berakhlak mulia. Tidak jarang, para orang tua
lainnya juga menisbatkan Musliar sebagai anak teladan yang
patut ditiru jejaknya. Satu kalipun ia tidak pernah terlibat baku
hantam dengan sesama teman sebaya. Pun dengan kenakalan
lumrah anak-anak di kampung, musliar sama sekali tidak
pernah merasakan pengalaman demikian.
Pernah satu ketika, di SD Bukik Gobah, Musliar dan teman-
temannya bermain seluncur dengan upiah (pelepah) pinang.
Setelah asyik bermain, untuk meningkatkan keseruan,
beberapa teman lainnya menggelindingkan batu dari belakang
sekolah. Permainan ini jelas mengundang bahaya. Sekitar
lima belas orang yang berada di lokasi kejadian di giring ke
ruang guru. Mereka kena berang oleh guru seketika, kecuali
Musliar. Para guru tidak percaya Musliar terlibat permainan
dengan batu tersebut. “Tidak mungkin si Mus ikut main batu
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
34Musliar Kasim
itu,” kata salah seorang guru yang menerangkan Musliar
sebagai anak baik.
Menanggapi hal tersebut, Musliar pun tidak dapat
berkomentar apapun. Di satu sisi ia berada di lokasi kejadian.
Meskipun ia tidak ikut bermain batu, tetapi rasa solidaritas
pertemanannya membuat ia tidak enak hati kepada teman-
teman yang kena marah guru tadi. Hukuman untuk mereka
adalah mengembalikan batu-batu tersebut ke tempatnya
semula. Kesan bahwa Musliar anak baik juga diperkuat
dengan nilai-nilai pelajaran sekolahnya yang selalu stabil di
angka sempurna. Selalu juara kelas bahkan juara umum di
SD tersebut.
Musliar juga beruntung, turut tinggal bersama mereka dua
orang guru SD yang selalu bersedia membantunya dalam
memahami pelajaran. Berkat didikan karakter dari orangtua,
menjadikan Musliar murid yang disenangi para guru. Ia
mengingat betul pesan gurunya, “Mus, untuk nilai 8 sudah
dapat ditangan. Untuk nilai 9 kamu harus belajar.”
***
Etika EMKAZET
Padang Gantiang, potret sebuah nagari yang ciamik. Terletak
kurang lebih sekitar 20 km dari pusat Kota Batusangkar.
Suguhan alam nan mempesona lengkap dengan lanskap
hamparan persawahan, mengantarkan kehangatan arunika,
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
35 Musliar Kasim
cahaya matahari yang baru saja terbit. Seluruh penjuru
datang ke nagari ini, mengingat aia angek, pemandian alami
air yang dididihkan magma Padang Gantiang telah dikenal
khalayak. Berendam menjadi ritual utama, yang dipercaya
sebagai obat alami penyembuh berbagai macam penyakit.
Kekayaan alam demikian sulit dicarikan pembanding. Dari
tanah surga inilah asal Musliar.
Meskipun Padang Gantiang dewasa ini telah menjelma
menjadi nagari yang tengah bersolek. Berlari dengan
perkembangan dunia modern, agar tetap bertahan dalam
gempuran modernisasi. Kendati demikian, di tahun 1970-an,
nagari tersebut masih tertatih-tatih dalam menata ruang-
ruang terdidik. Hal ini terlihat dalam tatanan lembaga
pendidikan yang masih cukup terbatas. Atas dasar itulah,
setelah menamatkan pendidikan di bangku SMP Padang
Gantiang, Musliar memilih hijrah untuk melanjutkan jenjang
pendidikan SMA di Kota Padang.
Hidup membawanya untuk menentukan pilihan-pilihan yang
menantang. Cita-cita yang terbentang, harus menemukan
jalan perwujudan, agar tidak hanya menjadi harapan.
Pengembaraan ilmu yang berikutnya, mengharuskan Musliar
untuk berpisah dengan kedua orangtua. Melakukan mobilitas
sosial dengan menjadi musafir terdidik di sebuah kota besar,
yang tentunya lebih ramai dan maju dibandingkan Padang
Gantiang.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
36Musliar Kasim
Sejatinya, berpisah dengan Amak dan Apak, bukan soal utama
yang terpikirkan dalam kepala. Melainkan ada hal krusial
yang terus berkelebat, mengingat Musliar setia dengan posisi
jawara kelas. Apakah ia masih dapat mempertahankan
prestasi, di pusat ibukota provinsi, yang tentunya juga
memiliki murid yang lebih pintar. Meskipun, dibandingkan
dengan teman-teman di kampung, ia termasuk salah satu
anak beruntung, yang terlahir dari keluarga cukup berada dan
disekolahkan ke kota. Namun, perasaan canggung juga sulit
dihindarkan. Mengingat inilah kali pertama, Musliar
melangkahkan kaki agar mampu hidup mandiri di perantauan.
Tidak ada lagi Amak yang akan membangunkan untuk sholat
Shubuh jika terlambat bangun. Pun dengan Apak yang tidak
akan lagi mengingatkan belajar dan menanamkan nilai-nilai
kehidupan.
Janji yang pernah ia patrikan ketika duduk di bangku SMP,
dipupuk dengan semangat belajar yang tinggi, kala Musliar
menjadi salah satu murid di SMA 2 Padang. Sekolah yang ia
pilih untuk menggapai mimpi, menjadi anak yang kelak
bertanggung jawab dan membanggakan orangtua.
Hingga awal tahun tujuh puluhan, perdagangan Apak semakin
pesat. Dekade tersebut ditandai dengan berkibarnya EMKAZET
sebagai payung usaha Apak dan Uda Zubir. Metamorfosa
bisnis Apak selama hampir dua puluh tahun, 1955-1975, dapat
dilihat dari kapitalisasi asetnya yang terus meningkat. Apak
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap