87 Musliar Kasim
Apalagi di saat Musliar menjabat sebagai Wamendiknas.
Cukup sulit menemukan batang hidungnya berkumpul
bersama keluarga di rumah. Kendati demikian, seisi rumah
tidak pernah mempersoalkan. Apalagi Nik yang telah sangat
paham dengan tugas-tugas yang diemban suaminya. Apabila
amanah telah diambil, tiada alasan untuk tidak bertanggung
jawab dengannya. Tugas yang diemban Musliar sangat mulia.
Visi yang sama-sama dirajut bersama anggota keluarganya
dalam mencerdaskan generasi bangsa.
Saban hari di pagi-pagi buta, istrinya telah bercengkrama
dengan perkakas dapur. Memasak makanan yang nantinya
akan dibawa ketika bekerja. Musliar juga tidak akan
memicingkan mata, jika mendengar istrinya bergumul
bersama kuali dan segenap perangkatnya. Sembari istrinya
memasak, ia langsung mandi. Kemudian, mendirikan sholat
shubuh. Tidak lupa untuk sejenak berolahraga.
Setelah membersihkan diri dan berkemas untuk berangkat
kerja, makanan yang telah dimasak istrinya telah tersaji di
atas meja. Tidak membutuhkan waktu yang lama, semua
makanan di atas piring yang telah diambilkan istrinya habis
dilahap tanpa sisa. Tidak pernah mangkir dimakannya adalah
pepaya. Biasanya Musliar memakannya sebelum menyantap
nasi, bubur, lontong dan jenis makanan berat lainnya. Setelah
semuanya selesai, Musliar berangkat dengan mengantongi
bekal makanan buatan istrinya tercinta.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
88Musliar Kasim
Di seberang renjana, Musliar menatap langit. Rasa hati yang
kuat mengurangi beban pikirnya saat itu tentang pernikahan
Dhyna. Ia bertekad mesti lekas pulih. Riri pun di rawat pada
satu lantai yang sama. Pada tes swab terakhir Jumat pagi 9
Oktober 2020, Musliar dinyatakan sudah negatif covid 19.
Siang itu ia sudah boleh pulang ke rumah. Tetapi karena hasil
Riri belum keluar, dengan sabar ia menunggu. Menjelang
maghrib, hasil tes Riri juga dinyatakan negatif. Musliar
bersyukur pada Allah atas kemudahan yang dialami keluarga
mereka.
***
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
Sumbu-Sumbu Penentu
109 Musliar Kasim
Sumbu-sumbu Penentu
Catatan dari Filipina
LOS BAÑOS, LAGUNA 1992. Musliar berhak menyematkan
gelar akademik tertinggi di bidang pertanian, PhD. Program
doktoral di UPLB (University of Philipine at Los Baños) ia
selesaikan tepat waktu, enam semester.
Dengan beasiswa SEARCA (The Southeast Asian Regional
Center for Graduate Study and Research in Agriculture),
Musliar tiba di Manila medio 1989. Setelah sebelumnya
lamaran untuk melanjutkan program doktor diterima UPLB.
“Mereka wawancara ke sini. Yang mewawancarai itu langsung
Direkturnya ke Indonesia,” ujar Musliar. SEARCA merupakan
lembaga nirlaba yang didirikan oleh SEAMEO (Southeast
Asian Ministers of Education Organization) pada 27 November
1966. SEARCA diberi mandat untuk memperkuat kapasitas
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
110Musliar Kasim
kelembagaan dalam pembangunan pertanian dan pedesaan di
Asia Tenggara.
SEARCA memberikan fasilitas studi lanjutan dan penelitian.
Penerima beasiswa dapat menempuh pendidikan di seluruh
fakultas di Asia Tenggara yang memiliki konsentrasi keilmuan
pertanian. Dari keseluruhan, yang dianggap berat prosesnya
untuk menembus UPLB. Sebab kerjasama kampus itu dengan
IRRI (International Rice Research Institute) yang berpusat di
Los Baños telah terjalin sejak SEARCA berdiri.
“Saya tes waktu itu bersama dengan Pak Asdi Agusta dan Pak
Jafrinur. Pada kesempatan itu, saya berdua yang lulus. Saya
dengan Pak Asdi Agusta,” kenang Musliar siang itu. Asdi
Agusta mengambil program magister, Musliar program
doktor, S3. Selain itu, Azwar Arifin juga berangkat pada tahun
yang berdekatan. Pengurusan teknis keberangkatan
menghabiskan waktu Musliar lebih banyak di Jakarta.
Satu sore menjelang pengurusan dokumen ke Jakarta, Apak
bertanya singkat, “Kenapa harus sejauh itu sekolah? Tidak
bisa di Bogor saja serupa tempo hari.” Dengan santun Musliar
menyampaikan tantangan untuk sekolah di sana. Ia ingin
merasakan pengalaman penting belajar di luar negeri. Meski
awalnya berat, Apak akhirnya merestui perjalanan tersebut.
Tiba di Filipina, kendala pertama adalah bahasa yang berbeda.
Selain bahasa Inggris, bahasa nasional mereka, Tagalog juga
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
111 Musliar Kasim
penting untuk pergaulan di sana. “Bahasa Inggris saya
persiapannya tidak begitu mantap betul. Semester pertama
untuk percobaan. Provision. Kalau kita lulus dengan nilai B
rata-rata, boleh lanjut. Tapi kalau rendah dari B, tidak boleh
lanjut. Awalnya, setengah stress sekolah jadinya,” kenang
Musliar terkekeh.
Semester satu dimulai Juni, semester dua pada November.
Musliar mulai kuliah pada semester dua. Kerepotan yang
kemudian muncul adalah ketika bertemu dengan dosen
pembimbing. Mahasiswa mesti bikin transkrip mata kuliah
yang ditawarkan. Pun jika pembimbing menilai basic di salah
satu mata kuliah dianggap lebih lengkap, mereka
mengarahkan untuk memperdalamnya kembali dengan
mengambil mata kuliah dari dasar. “Kita sudah S3, disuruhnya
ambil pelajaran untuk S1. Kuliahnya sama-sama dengan anak
S1. Karena kita dianggap belum punya ilmu yang kuat untuk
mengambil mata pelajaran berikutnya. Prediction,
persyaratan. Ambil pelajaran ini dulu. Kalau Matematika,
ambil Matematika 1 dulu, kemudian baru ambil Matematika 2.
Begitu juga dengan Biokimia. Mesti mulai dari Kimia 1,” terang
Musliar kembali.
Selain soal kuliah, Musliar juga dihadapkan oleh persoalan
komunikasi ke tanah air. Melepas rindu ke rumah. Masa itu ia
menggunakan dua media utama, telepon dan surat. Untuk
sambungan telepon, Musliar menumpang ke rumah orang.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
112Musliar Kasim
Berbicara dari sana dan pada waktu tertentu ia memberikan
sedikit uang untuk menambah biaya si empunya. Musliar
membuat komitmen dengan Nik, setiap minggu harus buat
surat. Sampai atau tidak surat yang dikirimkan, musliar mesti
membuat surat. Menceritakan banyak hal. Apapun itu. Setiap
minggu, di hari Senin. Hari senin ia harus pergi ke kantor pos.
Mereka umumnya memiliki Po Box-nya masing-masing.
Siapa yang pertama sampai di kantor pos, mereka yang sortir
surat untuk teman-teman satu asramanya. Yang membuat
sedih ketika surat balasan tidak tiba, Musliar hanya
mengambilkan surat untuk orang saja. Aduh! Itu pernah
terjadi, kadang-kadang keesokan harinya baru surat balasan
dari Padang sampai. Akhirnya Musliar mafhum, bahwa surat-
surat dari Indonesia tiba dengan jadwal pesawat dua kali
dalam seminggu. “Jadi, kalau tidak tiba hari senin, hari kamis
datangnya dengan pesawat hari rabu. Ya, kita tunggu saja dari
hari minggu. Sehingga jadwal ke kantor pos bisa dua kali
seminggu,” ulas Musliar dihiasi tawa.
Melepas rindu dengan anak, mesti buat foto tiap bulan, lalu
dikirim ke Filipina. Demikian sebaliknya, Musliar pun
melakukan hal yang sama. Masa itu, hanya foto-foto yang ada
untuk mereka. Untuk membunuh waktu, sesekali Musliar
menyalurkan hobinya ketika bujangan dahulu, memasak!
Gedung bertingkat asramanya, dormitory tempat ia
menghabiskan waktu sengang dengan memasak.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
113 Musliar Kasim
Fasilitas asrama terbilang lengkap. Kamar komplit dengan
ranjang, kasur, dan lemari. Bahkan lampu belajar. Toilet
terletak di sudut setiap lantai. Semuanya bersih. Pada lantai
dasar, dapur, kantin, juga training room mengambil tempatnya
masing-masing. Pada bagian dapur, kompor disediakan
asrama. Lemari es besar tersedia bagi penghuni asrama. Jika
tidak mau bercampur bahan makanan dengan babi, ada
kulkas yang diperuntukkan bagi mahasiswa muslim. Biasanya
yang menggunakan lemari es tersebut orang Pakistan, juga
Mesir.
Di asrama itu Musliar dua kali pindah kamar. Pertama di
lantai dua. Disana terdapat dua lini untuk laki-laki, dua untuk
perempuan. Cuma bedanya dengan lini yang lain agak rendah.
Lobby-nya di atas, sedangkan lokasi Musliar agak menurun
ke bawah. Bangunan di desain mengikuti kontur tanah,
sehingga tidak nampak banyak orang luar. Setelah Musliar
menjadi mahasiswa senior, ia menempati kamar yang telah
dimintanya kepada petugas, di lantai tiga. Agar lebih strategis.
Pemandangan pun lebih lepas tampak dari sana. Siapapun
yang datang, masuk lobby itu bisa terlihat.
Setelah satu setengah tahun, Musliar aktif di Masjid di luar
area kampus. Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Filipina
yang punya inisiasi membangunnya. Saat itu masjid tersebut
dikelola oleh International Moslem Student Association
(IMSA). Masjid tersebut memiliki usaha kantin. Musliar pernah
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
114Musliar Kasim
jadi manajer kantinnya di sana. Tugas manajer kantin
mengatur apa yang akan dimasak, menu, pembelian bahan,
dan segala macam terkait operasional kantin. Koki tetapnya
ada, tetapi Musliar selaku manajer yang atur. “Boleh juga
petugas ini disuruh membeli bahan, tapi lebih sering saya
yang pergi membeli ketika itu ke pasar. Pergi ke pasar, di
sana yang populer bagi orang Indonesia ini. Saya yang
mengatur uang, hingga yang memperhatikan memotong sapi
sesuai syariat Islam,” tukuk Musliar lagi.
Masakan khas Minang disukai orang. Musliar membuat kalio,
buat gulai, juga ada oseng-oseng. Bahan makanan sama
dengan di kampung, ada terong. Untuk ini, Musliar punya
resep khusus. Terong direbus lebih dulu, setelah itu
dipenyekkan, kemudian dikasih telur yang telah di kocok, baru
di goreng. Suka sekali orang di sana, jadi favorit. Gulai tetap
ada. Gulainya itu gulai ikan, gulai tahu.
Pelanggan tetap di kantin tersebut orang India, Pakistan,
Bangladesh, Mesir, juga tentunya orang Indonesia.
Dipertahankan seperti itu. Indonesian food ini selalu favorit.
Terlebih dominasi masakan khas Minang yang memanjakan
lidah mereka. Walaupun dikelola IMSA, karena manajernya
dari dulu orang Indonesia. Merekalah yang memprakarsai,
makanannya masakan Indonesia. Makanan Indonesia bisa
diterima oleh orang banyak.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
115 Musliar Kasim
Kalau soal kuliah, hal yang menarik di sana, hampir setiap
mata pelajaran itu ada critical paper. Mahasiswa disuruh
membaca jurnal. Menyiapkan paper mengenai satu topik,
dibaca, lalu dipresentasikan seakan-akan mereka yang
melakukan penelitian itu. Kemudian dilakukan kritik, apa
kelemahan dari paper itu? Apa distrange? Apa strange-nya?
Itu yang selalu, setiap minggu mereka kerjakan.
Jadwal kuliah dua kali seminggu dengan mata pelajaran yang
sama. Mereka mengenal istilah MW (Monday-Wednesday),
mata kuliah yang tampil pada hari Senin dan Rabu. Atau TTh
(Tuesday-Thursday), Selasa dan Kamis. Nama dosen
terpampang di pintu. Di samping nama dosen tertera
keberadaannya di mana, where? Jika terlambat atau di
pustaka atau di kelas lain ada keterangan status dosen
tersebut. Sebagai perimbangan keilmuan, dosen muda
diperkenankan berada dalam ruangan kelas.
Working day di sana hanya lima hari. Jumat tidak kuliah.
Sabtu-Minggu tidak kuliah. Meski Jumat hari kerja dan tidak
ada jadwal perkuliahan, perpustakaan tetap buka. Bahkan
Sabtu-Minggu dan jam malam juga buka. Berkeliaran di
kampus, ke laboratorium, perpustakaan juga tempat yang
memang memiliki atmosfir untuk mengulang dan
mempertajam pelajaran. Khusus perpustakaan, jenjang
pendidikan S3 bisa meminjam buku lebih banyak. Kemudian
fasilitas reading room untuk S3 sangat representatif.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
116Musliar Kasim
Rerata mahasiswa pascasarjana menggunakan kendaraan
bermotor untuk ke kampus. Agar lebih efisien kata mereka.
“Saya membeli motor bebek, Honda Astrea. Dibeli dari
seorang alumni yang telah selesai dan pulang ke negaranya.
Dijual lagi setelah tamat. Hal biasa seperti itu. Mudah
menjualnya kembali. Begitu siklusnya,” terang Musliar
terpingkal.
Sebagai pengelola kantin, Musliar sangat diuntungkan dengan
keberadaan motor ini. Jika ia berangkat dengan oplet, bisa
lebih dari setengah jam baru sampai tujuan karena sering
berhenti. Kalau dengan motor, cuma 15 menit tiba ditujuan.
Saat ia ingin menjual motornya, ada orang yang minat dengan
harga tinggi, tapi tidak dapat, karena ia sudah janji dengan
orang lain yang lebih dulu meminta. Begitu Musliar.
Selain pengajian di Masjid, olahraga juga tidak ketinggalan.
Tenis dan renang jadi favorit Musliar. Fasilitas kampus
lengkap. Kolam renang, lapangan tenis, bahkan lapangan
bola. Disanalah Musliar belajar tenis lebih serius.
Menggunakan jasa pelatih, ia main. Meski lebih banyak ia
bermain tenis di IRRI karena lebih nyaman.
Salah seorang kawan sesama program S3, Romeo Kamaliya,
orang Filipina. Dia merupakan sekretaris pascasarjana di
Central Luzon State University. Satu kelas dengan Musliar.
Memiliki keseriusan dalam kuliahnya. Musliar mengenang,
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
117 Musliar Kasim
“Tiap minggu kami presentasi. Mendapat giliran masing-
masing untuk presentasi itu. Besok siapa gilirannya, kita yang
ke depan. Jadi semangatlah yang sudah tua. Satu waktu saya
diteleponnya,
„Musliar, kamu sibuk?‟
„Tidak‟ jawab saya.
„Bisa datang ke sini, tidak?‟ sambungnya. Tiba di
kamarnya, saya sapa dia, „Apa kabar?‟ Setelah sedikit
basa basi, ia melanjutkan maksudnya,
„Saya kan besok presentasi. Kamu tolong perhatikan
presentasi saya ya‟ katanya..
„Bagaimana bahasa tubuh saya, bagaimana bahasa
saya‟. Ia memang presentasi di dalam kamarnya.
Betul-betul dia peragakan.
„Hari ini saya akan mempresentasikan critical paper
saya, judulnya …..‟. dia ceritakan, bagaimana presentasi
itu seutuhnya. Lalu nanti dia minta komentar saya;
Bagaimana, Musliar? Body language saya bagaimana?
Bahasa saya bagaimana?‟ Betul-betul seperti itu orang.
Coba bayangkan presentasi dalam kelas. Sepuluh
orang kami dalam kelas, begitu serius dia persiapkan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
118Musliar Kasim
demikian. Kebanyakan kita presentasi remeh saja,
tanpa persiapan.
Kita tidak akan mungkin jadi speaker yang hebat, kalau
tidak terbiasa bicara di depan umum. Tidak mungkin
kita bisa memimpin Indonesia yang besar, kalau kita
meremehkan yang kecil!”
Musim libur semester, Musliar memanfaatkan waktunya
mengunjungi tempat bersejarah dan rumah teman-teman.
Saat ke Luzon, mereka pergi dengan bus, menginap disana. Di
mess yang disediakan pemerintah. Main tenis. Bercerita
banyak hal. Pesta. Ketika mereka minum bir, Musliar dengan
percaya diri memesan softdrink, “Saya cukup pesan Sprite
saja,” pungkas Musliar. Tak ketinggalan, Sprite di tangan
Musliar turut bersulang dengan Samiguel, bir teman-
temannya. Untuk acara itu mereka borong bir bukan pakai dus
tetapi crat.
Satu waktu mereka pergi ke Bauqio City. Seperti di
Bukittinggi. Suasananya begitu sejuk. Kota wisata. Di sana
terdapat sekolah taruna. Sekolah calon perwira militer.
Philipine Military Academy. Mereka pergi berempat. Ketika
mereka ingin masuk ke dalam untuk melihat-lihat, di pos jaga
tersebut dengan percaya diri seorang teman, Eli Walawan
mengatakan ingin mengunjungi saudara di dalam. “Siapa
nama saudara Anda?” tanya petugas jaga. Setelah diburu
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
119 Musliar Kasim
pertanyaan yang tidak mampu dijawab, akhirnya petugas jaga
mengizinkan, “Lebih baik kamu berterus terang saja dari awal
bahwa kamu ingin melihat-lihat. Akan saya izinkan,” katanya.
Begitu pula pikir Musliar. Di Indonesia banyak ditemukan pola
demikian, mengaku-ngaku ada saudara di sana, disebutkan
saja namanya. Itu kan karakter Indonesia.
Terkait mata kuliah, field trip juga pernah diadakan selama
tiga hari. Field trip menggunakan satu mobil. Guna
menghindari makanan versi restoran babi juga hal-hal yang
dilarang agama, Musliar suruh masak rendang, goreng maco.
Agar agak lama tahannya dengan ikan teri. Mereka perginya
selama tiga hari. Makan di sana. Ketika Jumat, mereka tetap
menyelenggarakan shalat Jumat dengan rukun yang sah.
Meskipun tidak menjadi wajib karena jumlahnya hanya dua
orang. Musliar dan Baron Wirawan. “Sekali itulah saya shalat
Jumat berdua. Saya azan, dia khotbah, kemudian dia Imam,”
kenang Musliar.
Belakangan Baron Wirawan dikenal sebagai salah seorang
politisi pendiri Partai Keadilan di tahun 1998. Musliar menilai
toleransi beragama di sana cukup baik. Di tengah penganut
Katolik yang kuat, mereka memberikannya kesempatan untuk
shalat Jumat.
Menjelang penyelesaian berkas akhir disertasi, Musliar
sempat menyaksikan pagelaran budaya adu ayam. Di sana,
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
120Musliar Kasim
adu ayam telah menjadi bagian tidak terpisahkan budaya
pertunjukkan masyarakat di tiap kampung. Benar-benar
dikelola secara profesional. “Stadion betulan. Hanya di
kampung-kampung saja. Untuk masuk ke dalam harus
membayar. Dan ada yang masih dari batang kelapa saja,
stadionnya. Sesuai dengan daerahnya. Tapi ada, ada yang
sudah bagus. Pakai mic segala macam. Pakai papan skor
segala. Selain adu ayam biasa juga ternyata ada pakai pisau
yang diikatkan pada kaki ayam itu. Saat ayam itu kalah, ya
memang mati ayam tersebut,” ujar Musliar lagi.
Setelah seluruhnya rampung, Musliar bersiap kembali ke
tanah air. Wisuda setahun sekali dan orang jarang
menghadirinya. Ketika lulus langsung memperoleh sertifikat
corporation. Bahwa mahasiswa dimaksud sudah
menyelesaikan tugas belajarnya dan berhak menerima surat
keterangan kelulusan. Ijazah baru dikirimkan ketika Musliar
berada di Padang. Jumantara biru memberikan restu, pada
satu nama yang diukir lengkap dengan gelar, Ir. Musliar
Kasim, MS. PhD.
***
Struktural Pertama
Kutipan lawas dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Angin tidak
berembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
121 Musliar Kasim
menguji kekuatan akarnya,” terasa mendalam hingga dasar
sanubari Musliar.
Ia dilirik untuk menjadi sekretaris jurusan. Jabatan struktural
pertama dalam karirnya. Memikul jabatan ini, menawarkan
banyak ilmu dan pengalaman, terutama terkait dengan
kemaslahatan warga kampus baik menyangkut kepentingan
para mahasiswa dan urusan teknis jurusan. Warsa 1992-1994,
berselang dua tahun lamanya berjibaku mengerjakan segala
tanggungjawab yang diembankan, selaku sekretaris jurusan.
Periode itu adalah momentum bagi Musliar mengembangkan
dirinya. Ia banyak dilibatkan oleh Muchlis Muchtar, Dekan
Fakultas Pertanian dalam mengelola kegiatan di kampus. Ilmu
praktis yang langsung ia petik dari Muchlis Muchtar ialah
protokoler. “Pak Muchlis adalah senior yang peduli dengan
pengembangan diri saya. Beliau memiliki keterampilan utama
dalam negosiasi, lobi, protokoler acara, hingga
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan akbar,” demikian Musliar.
Setelah dua tahun lamanya mengabdi di jurusan, kemudian
saya diminta menjadi sekretaris Pimpro oleh Zamrul Kasil.
Selanjutnya, masih dengan jabatan yang sama, Musliar
diminta menjadi sekretaris di Lembaga Penelitian oleh
Nurzaman Bachtiar, seorang akademisi murni lulusan Paris.
Seiring dengan banyaknya pilihan yang dihadapkan, ia pun
meminta pertimbangan kepada Fachri Ahmad, Rektor Unand
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
122Musliar Kasim
kala itu. Musliar percaya dengan pengalaman-pengalaman
yang beliau miliki selama menjabat, setidaknya akan
memberikan gambaran bagaimana situasi dan tatakelola
struktural internal rektorat yang sedang berjalan.
Atas berbagai macam pertimbangan dan juga didasari saran-
saran terbaik dari Pak Fachri, ia menjatuhkan pilihan untuk
menjadi sekretaris di lembaga penelitian. Sebuah jenjang
karir yang langsung melejit ke tingkat universitas. “Benar
saja, saya tidak pernah menjalani, misalkan serentetan
kaderisasi oleh pihak jurusan, untuk dijadikan pejabat di
tingkat fakultas. Sebut misalnya dengan menjabat sebagai
Dekan, Pembantu Dekan, maupun Ketua Jurusan. Saya hanya
memulai dengan menjabat sebagai sekretaris jurusan,” ulas
Musliar dihiasi senyum.
Kwartal 1994, Musliar melanglang dari jurusan merambah
universitas. Keterlibatannya sebagai sekretaris lembaga
penelitian, yang notabene dibawahi struktural universitas,
semakin memperluas kancah pergaulan lintas jurusan. Hal ini
tentunya juga akan memperlebar cakrawala berfikir Musliar
tentang berbagai hal dalam dunia akademik dan structural
universitas. “Kerapkali terjadi di antara kami, diskusi-diskusi
alot sebagai ajang tukar pikir untuk memperdalam khasanah
keilmuan. Salah seorang yang saya jadikan sebagai mentor
adalah Pak Nurzaman. Saya seringkali terlibat dengan
berbagai kegiatan-kegiatan yang juga turut mengikutsertakan
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
123 Musliar Kasim
beliau. Inilah yang kemudian semakin mempererat jalinan
keakraban di antara kami. Beliau dikenal sebagai seorang
akademisi yang perfeksionis. Setiap detail kegiatan
senantiasa dipantau dan turut ikut ke dalamnya. Misalkan,
beliau tidak akan serta merta menyerahkan sepenuhnya
konsep penelitian kepada bawahan. Beliau juga ikut terlibat
dan berfikir dalam menentukan riset problem untuk memulai
sebuah penelitian,” pungkas Musliar jelas.
Bagi Musliar, justru inilah yang membedakan Pak Nurzaman
dengan para pejabat lain yang maunya hanya tinggal enak
saja. Menghadiri rapat, mendengarkan dan tanda tangan. Ia
sama sekali tidak terlihat demikian. Musliar terkesima dengan
totalitas beliau dalam menyelesaikan pekerjaan demi
pekerjaan yang tengah membekapnya.
Pernah di saat ketika Musliar terlibat menjadi peneliti di
Baseline Economic Survey, yang melakukan kerjasama
dengan Lembaga Penelitian Ekonomi Regional (LPER). Ia
tergabung ke dalam tim bersama dengan Rahmat Syani dan
Syahrial Syarif. Penelitian ini diketuai oleh Syafrizal. Pak
Nurzaman selaku kepala program kala itu, seperti biasa,
beliau memeriksa dan membaca setiap inci kalimat dalam
proposal penelitian yang mereka ajukan. Layaknya seorang
dosen yang sedang membimbing tesis mahasiswa. Tidak luput
dari coretan dan kritik masukan. Bahkan beliau tidak segan-
segan menyuruh untuk membuat ulang, apabila proposal
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
124Musliar Kasim
penelitian yang diajukan tidak sesuai dengan kapasitas yang
distandarkan.
Seorang peneliti kerapkali dihadang dengan beragam
tantangan. Hal ini terlihat dalam rentetan cara kerja yang
sedari awal telah menempuh proses kompetisi supaya lolos
dalam tahap uji kelayakan proposal. Kala itu di tahun 1997,
sewaktu kepemimpinan Rektor Marlis Rahman, Unand
mendapat hibah berupa pengelolaan tanah 46 ribu hektar di
Mentawai. Proyek tersebut bernama program Land Grand
Collage (LGC). Hibah tersebut berupa pengelolaan tanah dari
Departemen Kehutanan. Program ini juga melakukan
kerjasama dengan perusahaan untuk mengelola hutan
produksi yang termasuk dalam LGC tersebut.
Kendati demikian, proyek tersebut mendapat tantangan dari
banyak pihak. Terutama oleh masyarakat Mentawai. Mereka
belum mengetahui apa itu LGC, jadi sewaktu tim turun
mensosialisasikan program langsung mendapat kecaman.
“Hentikan sosialisasi ini, kalau tidak ingin mati dengan panah
beracun ini,” sergah salah seorang masyarakat. Selaku
penanggung jawab, Musliar menjelaskan dengan tenang
kepada seluruh masyarakat, bahwa ia hanya sebagai
fasilitator yang hanya bertugas untuk menyampaikan.
Keputusan tetap berada di tangan masyarakat, apakah ingin
menerima atau pun menolak.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
125 Musliar Kasim
Pro dan kontra mewarnai jalannya kegiatan yang mereka
kerjakan. Musliar selalu membuka ruang dialog dan
memberikan kebebasan pada masyarakat untuk menentukan.
Apabila memang dirasakan kurang kebermanfaatannya.
Silahkan menolak. “Saya tidak punya kepentingan, manfaatnya
kelak juga akan dirasakan oleh masyarakat dan pihak Unand,
bukan kepentingan diri saya pribadi,” ujar Musliar terus
terang. Begitu cara Musliar bicara di hadapan khalayak, tetap
dengan cara yang santun.
Musliar menambahkan, “Sebenarnya kami datang dengan niat
yang elok. Mengingat kerjasama ini akan menguntungkan
kedua belah pihak. Baik bagi Unand maupun masyarakat.
Soalnya, dalam kerjasama tersebut tidak ada perantara pihak
ketiga yang kemungkinan mencari keuntungan. Hal ini terlihat
dengan sistem keuangan yang transparan. Uang yang masuk
akan lebih banyak ke kantong pemilik tanah dan sebagian lagi
ditabung di koperasi. Tidak lupa juga, untuk menambah skill
masyarakat dalam bidang pertanian, didatangkan seorang
mentor yang expert untuk mengajari bagaimana cara
membudidayakan tanaman coklat.”
Hal itulah yang disosialisaikan kepada masyarakat. Namun,
niat baik tidak selalu berbanding lurus dengan penerimaan
yang baik pula. Musliar menyadari bahwa setiap pekerjaan,
akan mendapati resikonya masing-masing. Tidak jarang juga
kerapkali diiringi dengan pertaruhan nyawa.
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
126Musliar Kasim
Pengalamannya ketika menaiki boat dari Mentawai ke Padang,
juga sebaliknya, hanya dengan jarak tempuh selama 4 jam,
membuatnya dilanda ngeri. Pasalnya, bentangan laut
Samudera Hindia yang dilayari cukup ganas. Ombak
menampar-nampar keras lambung kapal tanpa ampun. Di lain
waktu, ia juga pernah pergi survei dengan helikopter.
Berkesan, karena itu adalah pengalaman pertama Musliar
menaiki penerbangan private dalam melakukan kunjungan
kerja.
Dunia kerja tidak luput dari kenyataan pro dan kontra. Suka
dan tidak suka. Begitu pula di saat ia menjabat sebagai
sekretaris LPM, lantas tidak serta merta semua orang
menyukai cara kerja yang diterapkan. Kendati dihadapkan
dengan tantangan demikian, tidak menyurutkan langkahnya
untuk berbuat. Semuanya bisa dijadikan ajang pembelajaran,
termasuk dari mereka yang kontra sekalipun. Inilah yang
kemudian membentuk pribadi Musliar tegar sekuat baja.
Tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. Terbentur
terlebih dahulu, supaya terbentuk kemudian. Akhirnya, atas
usulan Syafrudin Sulaiman, Dekan Fakultas Sastra, Musliar
terpilih sebagai ketua LPM. Satu-satunya fakultas yang
pertama mendukungnya ketika itu.
Dengan menduduki jabatan tertinggi di LPM, semakin
menambah kesempatan Musliar untuk menciptakan ruang
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
127 Musliar Kasim
kinerja yang kreatif. Sebagaimana proyek lanjutan, ia tetap
fokus terhadap pengembangan LGC Mentawai. Hingga
kemudian LGC tersebut mendatangkan keuntungan. Musliar
mengalokasikan uang yang masuk ke kas Unand, terutama
dari keuntungan proyek LGC tersebut untuk menambah
pengadaan armada bus kampus juga cikal bakal
pembangunan Convention Hall.
Seiring dengan banyaknya proyek-proyek kerjasama yang
menguntungkan, terutama yang dikelola oleh LPM, secara
tidak langsung menjadikan nama Musliar berkibar. Semakin
dikenal dan dilirik oleh berbagai institusi. Bagi Musliar, ini
merupakan keuntungan yang jauh lebih besar, mengingat
honor yang ia dapatkan, jauh lebih sedikit dan tidak sebanding
dengan jumlah pemasukan yang diterima institusi, khususnya
bagi LPM.
Pasca reformasi di tahun 1999, seiring dengan proses
pengaturan kembali negara Republik Indonesia, selayaknya
seorang bayi yang baru lahir. Maka dibutuhkan pokok-pokok
pemikiran dari para pakar yang kemudian diadopsi sebagai
rujukan. Petinggi-petinggi Unand termasuk ke dalam jajaran
yang diminta pendapatnya. Musliar selaku ketua LPM juga
turut menyumbangkan pemikiran untuk persoalan
kebangsaan. Diskusi alot yang kami lakukan dengan sesama
pejabat selingkup Unand, menghasilkan rumusan tentang
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
128Musliar Kasim
pemilihan umum secara langsung yang diselenggarakan oleh
lembaga independen yaitu KPU (Komisi Pemilihan Umum).
Gagasan tersebut langsung dikoordinasikan kepada
pemerintah pusat di bawah arahan DPR/MPR. Kala itu, Amien
Rais sebagai Ketua MPR menerima masukan akademisi
Universitas Andalas. Nyatanya, pemikiran akademisi Unand
tidak bisa dipandang sebelah mata. Pemikiran bernas dari
akademisi daerah, tentunya juga bisa mencerahkan
pemerintah pusat yang kala itu akan menata sendi-sendi
kenegaraan.
Di lain hal, Musliar juga pernah diminta oleh Kementerian
Transmigrasi untuk membuat studi permukiman tentang
daerah yang layak dijadikan sebagai wilayah transmigrasi.
Daerah yang ditunjuk ketika itu adalah Silaut Pesisir Selatan.
Ia tergabung ke dalam sebuah tim, didalamnya terdapat para
pakar dari berbagai disiplin ilmu. Berpijak kepada keilmuan
masing-masing, tim memberikan sumbangsih pemikiran
dalam upaya kerja sama pembentukan daerah permukiman di
tanah air.
Musliar mendesain bahwa LPM bukan hanya lembaga
struktural kampus yang hanya menginisiasi kerja-kerja
pengabdian. Mencontoh seperti apa yang dilakukan oleh UGM,
di mana lembaga pengabdian tidak selalu memberikan uang.
Di lain hal, pengabdian yang kita lakukan di perguruan tinggi
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
129 Musliar Kasim
juga bisa mendatangkan uang, utamanya mampu membiayai
kegiatannya secara mandiri. Atas izin Tuhan, warsa 2000-
2002, dibawah kepemimpinan Musliar sebagai Ketua LPM
Unand, gedung Convention Hall dapat diinisiasi
pembangunannya lengkap dengan ornamen mewah.
Memotret rekam jejak dan keberhasilan Musliar dalam
memimpin LPM Unand, pada tahun 2002, ia diusulkan oleh
Rektor Marlis Rahman untuk menjadi salah satu kandidat
calon Pembantu Rektor 2 Unand. Tantangan ini diterima
Musliar. Ia punya bekal, telah memulai mendaki tahap demi
tahap jenjang struktural setingkat universitas. Dicalonkan
sebagai Pembantu Rektor 2, mengurusi bidang keuangan dan
pembangunan univesitas, serta beragam kesempatan untuk
membangun Unand di masa mendatang menjadi agenda
besar.
Ia tidak pernah menduga akan sejauh itu kaki melangkah.
Trust adalah kemewahan yang ia miliki saat itu. Tiada lain.
Beragam cemoohan tidak dapat dielakkan, ia tetap
memantapkan pilihan untuk maju di pencalonan. Setelah
menjalani serangkaian proses pemilihan, akhirnya Musliar
memenangkan sebanyak 70% hasil vote anggota senat yang
menyatakan pilihan kepada Musliar. Takdir zig zag yang tidak
pernah sedikitpun terlintas dalam pikirannya. Seorang
insinyur pertanian yang membawa serta naluri petani dalam
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap
130Musliar Kasim
darahnya. Naluri untuk menabung, memupuk persediaan
sumber daya dalam menghadapi masa paceklik.
***
Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap