The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Catatan Keutuhan Kompetensi: Pengetahuan, Keterampilan, & Sikap

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by jcinstitute05, 2021-08-17 23:53:25

Musliar Kasim

Catatan Keutuhan Kompetensi: Pengetahuan, Keterampilan, & Sikap

Keywords: #muska #Musliarkasim #biografi #biografimuska

37 Musliar Kasim

dengan konsisten bergerak di bidang transportasi sebagai
bisnis primadona ketika itu.

“Jika awal limapuluhan Apak hanya memiliki kuda beban dan
pedati, saat saya lahir di tahun 1958, Apak sudah punya satu
unit mobil yang di desain dengan boks terpisah. Sepuluh
tahun pertama, Apak mampu membeli dua unit truk untuk
komoditinya,” jelas Musliar. Rute perjalanan perdagangan
Apak adalah Talawi – Pulau Punjung. Sabtu malam berangkat
dari Talawi, tiba di Pulau Punjung sekitar pukul 10.00 pada
hari Minggu. Pada hari pasar tersebut, Apak dibantu uda Zubir
membongkar komoditinya. Beras, minyak sayur, kelapa,
hingga kerupuk.

Pada kesempatan lain, komoditi juga diturunkan di Sungai
Lansek, Kiliran Jao, Takuang, baru terakhir di Pulau Punjung.
Di tempat terakhir ini, Sungai Dareh, Apak memiliki satu unit
gudang penyimpanan komoditi yang diatur kongsi dengan
rekannya. “Waktu bagi kami di Padang Gantiang adalah hari
Rabu hingga Jumat. Itu pun di atur Apak untuk mengambil
komoditi yang akan di jual di Pulau Punjung, Dharmasraya,”
kenang Musliar.

Menurut Husril, kakak Musliar, EMKAZET adalah akronim dari
Ekonomi Muhammad KAsim Zubir. Nama usaha yang
disematkan nama Zubir, kakak tertua mereka. Selain sebagai
bentuk penghargaan Apak, Uda Zubir memang dinilai sebagai

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

38Musliar Kasim

sosok yang tepat dalam mengelola perusahaan keluarga yang
didirikan sejak tahun 1962. Zubir terlibat aktif dalam
perdagangan dan membantu ekonomi keluarga besar.

Setidaknya ada tiga nama besar dunia transportasi yang hari
ini meliputi daerah Tanah Datar, Sawahlunto, Sijunjung, dan
Dharmasraya. PO. EMKAZET dan PO. Dasrat (sebelumnya:
Hasrat) yang dimiliki oleh orang Talawi, dan PO. HZN yang
dimiliki orang Padang Sibusuk. Pengelolaan EMKAZET diatur
sedemikian rupa sebagai perusahaan keluarga. Setelah
Martias (adik Musliar) meninggal dunia, pengelolaannya
dialihkan kepada Azwir (kakak Musliar).

Intuisi bisnis Apak mengatakan: “Dunia perdagangan ini
melihat musim berganti. Kita harus selalu bersiap dalam
keadaan apapun. Setelah jalur lintas selesai, kita akan
menurun,” kata Apak satu waktu. Dan, hal itu dibuktikan saat
memasuki tahun delapan puluhan. Pola perdagangan telah
beralih. Manggaleh babelok, pedagangan yang dilakukan pada
titik-titik pasar tertentu bergeser. Komoditi dapat sampai ke
tangan konsumen dengan cara yang lebih cepat seiring
dengan jalur lintas sumatera yang telah lancar dan nyaman.

Diversifikasi EMKAZET pun segera dilakukan. Pertengahan
dekade tujuh puluhan, sekitar tahun 1976, Apak menambah
armada untuk kebutuhan angkutan umum penumpang. Tiga
unit oplet model 57, Chevrolet setir kiri jadi mobil pertama

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

39 Musliar Kasim

mereka. Sedangkan perusahaan Dasrat sendiri beralih
kepada transportasi batubara. Hingga tahun 2020 ini,
EMKAZET masih melayani trayek penumpang Sawahlunto –
Bukittinggi dan Bukittinggi – Sijunjung dengan total armada 12
unit.

Perjalanan panjang Apak berdagang tidak serta merta
memberikan Musliar keleluasaan untuk mengikuti jejaknya.
Apak memiliki penilaian khusus terhadapnya. Ia ingin sekolah
Musliar sampai ke tingkat tertinggi. Hal demikian justru
semakin menguatkan tekad Musliar untuk melanjutkan ke
SMA 2 Padang.

Selama sekolah di Padang, pemenuhan kebutuhan sehari-
harinya tiada menemui kendala. Barangkali, di setiap
bulannya tidak pernah sekalipun tempo mendapat kiriman
uang, lengkap dengan beras, lauk pauk dan segala
macamnya. Biasanya, Apak menitipkan kiriman tersebut
kepada temannya yang juga sesama supir. Maka, di setiap
bulan pada minggu pertama, kira-kira pukul 11.00 Musliar
sudah bersiap menunggu kedatangan mobil yang membawa
kiriman tersebut.

Atau beberapa waktu, Apak langsung yang memberikan
kebutuhan Musliar saat ia sedang ke Padang. Biasanya Apak
ke Padang memuat karet dari Sungai Dareh. Ia biasa
menginap di Hotel Anda di kawasan Pondok. Dari Padang,

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

40Musliar Kasim

Apak membawa semen untuk di jual di daerah Sawahlunto-
Sijunjung.

Dengan uang saku teratur dan kebutuhan lainnya yang telah
dikirimkan secara berkala, tidak ada alasan bagi Musliar
untuk sering-sering pulang kampung. Apak menganjurkan
agar ia berkonsentrasi dengan tugas-tugas belajar.
Seremonial pelepasan rindu kepada orangtua ia lepaskan
hanya pada saat liburan semester saja. Pulang kampung
ketika itu cukup dua kali dalam setahun.

Meski Musliar jarang bertemu dengan kedua orangtua, tetapi
lewat doa, Amak selalu mengiringi kemana ia melangkah.
Apak punya metode unik. Ia pun selalu memantau Musliar
dengan meminta buku laporan pengeluaran di tiap bulannya.
Musliar terbiasa mencatat dengan detail Rencana Anggaran
Biaya (RAB) yang ia keluarkan. Mulai dari pembayaran SPP,
beli sabun, pasta gigi, ongkos, dan pengeluaran yang tidak
terduga lainnya. Tidak ada pengeluaran yang tidak tertulis di
buku itu. Apak akan menanyakan kemana saja uang tersebut
ia pergunakan.

Disiplin dengan segala pertanggungjawaban dan tercatat
dengan jelas dalam jurnal harian. Tindakan inilah yang
kemudian membiasakan diri Musliar berlaku profesional.
Apak memberikan edukasi lewat cara-cara yang
mengesankan. Setelah ditilik, memang terlihat berbeda

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

41 Musliar Kasim

dengan sebagian besar para orangtua di luar sana, yang
notabene akan memberikan segala yang ia miliki kepada sang
anak. Apak memberikan sesuai kebutuhan, tanpa
meninggalkan tunjuk ajar tentang kebijaksanaan sikap.

*

Satu perihal detail yang membekas bagi Musliar ialah
perhatian Apak. Ia begitu mencermati gaya penampilan,
terutama model potongan rambut dan gaya berpakaian yang
dikenakan Musliar. Kala itu, rambut gondrong dan celana
model cutbray adalah penampilan terbaik kawula muda. Tren
busana menjadi lebih ekspresif, dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya yang dengan ciri khas amat simpel dan
klasik.

Alih-alih mengikuti gaya rambut dan tren berpakaian yang
sedang digemari, Musliar tak ambil pusing. Ia cenderung
tampil dengan gaya klasik bahkan tampak monoton. Rambut
dipotong pendek dan memakai celana longgar yang ukuran
diameternya sama dari atas sampai bawah. Bagi Apak ini
adalah tampilan terbaik yang sangat disukainya. Jika
kedapatan dengan sengaja untuk memanjangkan rambut,
Apak tidak segan-segan berujar, “rambut yang seperti ini,
tidak rambut orang yang mau sekolah nampaknya.” Apak
jelas-jelas menunjukkan ketidaksukaannya. Perihal beliau

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

42Musliar Kasim

selalu mendidik untuk melakukan segala sesuatu sesuai
dengan kepatutan dan bukan karena ikut-ikutan.

“Pernah satu waktu saya pulang kampung dengan rambut
gondrong. Dengan menyindir Apak menyuruh saya untuk
pergi berfoto ke pasar, lalu memangkas rambut, kemudian
berfoto kembali. Setibanya di rumah, Apak meminta saya
untuk membandingkan kedua foto tersebut. „Mana yang lebih
baik?‟ Katanya tegas. Sejak saat itu saya paham maksud dan
tujuan Apak adalah untuk kebaikan saya,” ujar Musliar
tertawa.

Hal demikian berimbas juga pada kesan Musliar sebagai
siswa teladan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan pencetak
generasi terdidik, untuk urusan seragam dan gaya rambut
punya aturan sendiri. Musliar adalah murid yang senantiasa
mematuhi segala aturan dan taat mengikuti tata tertib yang
berjalan. Pak Sunaryaman, Kepala Sekolah kerapkali
melontarkan ucapan pujian serta menjadikan Musliar sebagai
siswa percontohan. “Seperti Musliar inilah standar berpakaian
dan gaya rambut anak sekolahan,” katanya semangat.
Ceramahnya membuat Musliar tersipu ketika ia dipanggil ke
depan, berlagak bak model di hadapan barisan ratusan murid
SMA 2 Padang.

Dikenal sebagai “urang dangau”, tukang daging, tukang pedati,
tukang bendi, hingga toke ternak, Apak memberi Musliar cara

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

43 Musliar Kasim

pandang multi dimensi. Bahwa setiap orang memiliki potensi
untuk dapat berperan maksimal dalam kehidupannya. Tidak
mesti terikat oleh satu bentuk kegiatan. Hal ini mendorong
Musliar remaja aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah.
Pelajaran itu satu hal yang pasti, tetapi ekstrakurikuler
adalah soal yang akan mengasah kemampuan seseorang
dalam berinteraksi.

Dasar-dasar berorganisasi bagi Musliar ia peroleh saat
ditunjuk menjadi Ketua OSIS yang pertama di SMP Padang
Gantiang dahulu. Saat itu ia masih kelas dua SMP. Ia dinilai
cakap karena prestasi sekolah, nilai bagus, komunikatif
dengan teman sejawat juga guru-guru.

***

The Formative Years

Pertama kali menginjakkan kaki di halaman SMA 2 Padang
untuk mengikuti tes masuk, Musliar melihat keteraturan di
lingkungan sekolah tersebut. Sepeda berderet rapi ditempat
yang telah disediakan. Ia merasakan suasana yang baik untuk
belajar di lingkungan yang cukup asri. Sebagai salah satu
SMA terbaik di tingkat Sumatera Barat, ada rasa bangga
menyelusup ke dalam hati Musliar.

Tak lama, ia memiliki teman, Daharta Dahrin. Sosok yang
selalu juara umum. Sekarang Daharta bertugas sebagai
dosen Matematika ITB. Kemudian Yohanes, yang saat ini

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

44Musliar Kasim

bekerja di Dinas PU Sumatera Barat. Menurutnya, mereka
adalah sosok yang memiliki kemampuan akademik yang baik.

Musliar tidak bisa menyampingkan pesan Apak yang selalu
terngiang di telinganya. Teringat ketika satu waktu di hari
lampau ia melakukan kesalahan, Musliar selalu menyadari
dan melafalkan permohonan maaf serta berjanji tidak akan
mengulang kembali. Ini menjadi kebiasaan di rantau Musliar
yang pertama, bersikap ksatria, meminta maaf jika melakukan
kesalahan.

Bagaimana menjaga hati orang lain agar tidak tersinggung
pun menjadi pengajaran berharga Apak di kampung dahulu.
“Saya ingat, saat itu disuruh Apak untuk menjemput uang.
Sebelum berangkat, Apak melatih saya bagaimana cara
berbicara yang baik dan benar kepada orang yang lebih tua.
Saya ucapkan kata-kata tersebut di hadapan Apak, „Pak, saya
di suruh menjemput uang kalau ada.‟ Dengan tegas, Apak
mengoreksi cara saya, „Pak, kalau sudah ada uang yang
kemarin bisa saya jemput?‟ Demikian Apak menunjukkan cara
yang tepat dan santun. Ia menilai bisa saja orang tersebut
sedang ada keperluan sehingga belum bisa membayar
utangnya,” ulas Musliar.

Di tahun kedua, Musliar dipercaya menjadi Ketua Panitia
Malam Kesenian perpisahan siswa kelas 3. Seluruh mata
acara telah diseleksi rapi. Detail kegiatan pun telah

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

45 Musliar Kasim

dikonsultasikan kepada guru. Semua setuju. Hingga saat yang
dinantikan pun tiba.

Diluar dugaan, tim kesenian menyulut pertengkaran. Ada
dinamika yang menimbulkan gaduh saat pementasan teater
yang dinilai oleh seorang guru, telah melampaui batas.
Sebagai ketua panitia, Musliar bertanggung jawab penuh. Ia
dipanggil Pak Rasidin Lawat yang turut menyaksikan aksi
pentas yang kurang pantas. “Marah besar Pak Rasidin kepada
saya. Seluruh kesalahan dan kekurangan pada acara
seluruhnya ditumpahkan kepada saya. Saya diam, tidak
membalas amarah tersebut hingga selesai. Pada akhirnya,
saya meminta maaf atas kealpaan diri dan seluruh rekan yang
terlibat dan berjanji tidak akan mengulang di masa yang akan
datang,” ujar Musliar tersenyum.

Peristiwa itu membekas di sanubari Musliar. Bahwa sebagai
orang yang paling bertanggung jawab atas suatu kegiatan, ia
tidak boleh gegabah dalam menyeleksi suatu acara. Dan,
pelajaran berharga tersebut nyatanya memberikan Musliar
kepercayaan diri penuh pada masa selanjutnya. Tak lama
setelah itu ia di tunjuk sebagai Wakil Sekretaris OSIS SMA 2
Padang tahun 1976.

Masa SMA ia habiskan dengan dua hal penting, belajar dan
organisasi. Sesekali, field trip sekolah dihabiskan bersama
teman karibnya. Studi ke Danguang-danguang Payakumbuh

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

46Musliar Kasim
dan menjunjung pupuk kandang sejauh tiga kilometer menjadi
bagian tidak terpisahkan dari gelora SMA-nya.
Ia terkesan dengan sistem kekeluargaan yang tercipta di
sekolah itu. Saat ada pelajaran tambahan, para murid
mengatur jadwal piket untuk membawa makan siang bagi
guru mereka. Sesuatu yang tidak lagi ia temukan di masa
sekarang.
Musliar menyukai pelajaran Aljabar dan IPA. Ia menilai
karena pada mata pelajaran tersebut terdapat konsepsi „jelas
hasil akhirnya‟ yang berarti sebuah teka-teki yang sesuai
dengan teori. Ia juga menyenangi pelajaran sejarah. Lebih
disebabkan karena kemahiran guru dalam menceritakan di
depan kelas. Tetapi umumnya ia menyukai semua pelajaran,
sebab baginya setiap pelajaran adalah ruang ekspresi untuk
bermain.
***

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap























Beberapa Peristiwa

59 Musliar Kasim

Beberapa Peristiwa
Menapak Jejak Akademik
LEMBARAN DEMI lembaran kehidupan terbuka mengantarkan
Musliar menapaki bilik-bilik terpelajar. Sendi-sendi
peradaban akan berdiri kokoh, apabila dihuni oleh sumber
daya terdidik yang berilmu pengetahuan. Paradigma demikian
telah tertanam dalam tatanan kehidupan keluarga mereka.
Bahwa, menuntut ilmu adalah perkara yang tidak bisa
ditawar. Maka, setelah menamatkan pendidikan jenjang SMA,
petualangan akademik Musliar terus berlanjut hingga ke
perguruan tinggi. Semasa duduk di kelas tiga SMA, di sela-
sela waktu belajar, ia sibuk mencari tahu tentang peluang
kampus dan jurusan yang nantinya akan dipilih. Alhasil,
pilihan Musliar jatuh pada salah satu kampus teknik nomor
wahid di Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB).

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

60Musliar Kasim

Capaian yang telah digapai Musliar semasa menjadi siswa,
memilih kampus ITB bukanlah suatu hal yang tidak mungkin.
Mengingat semasa sekolah ia dikenal sebagai murid teladan
yang pintar. Tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga
tertanam benih-benih kepemimpinan. Terbukti, ketika SMP
Musliar diamanahkan untuk menjabat sebagai ketua OSIS.
Sedangkan ketika SMA aktif di lembaga OSIS sebagai Wakil
Sekretaris. Hal itu semakin memupuk kepercayaan diri,
bahwa ia siap untuk bertarung dengan siswa-siswa lain yang
berasal dari seantero nusantara.

Hasil tes SKALU memberikan kenyataan bagi Musliar,
rupanya takdir belum menghendakinya untuk merantau jauh
keluar dari ranah Minang. Ia tidak diterima. Harapan untuk
membentangkan sayap agar dapat terbang lebih tinggi, belum
dikehendaki Sang Ilahi. Hasrat untuk menabur benih
pendidikan di kota kembang, terpaksa harus dikuburnya,
dalam.

Usai menjalani serentetan ujian dan menerima hasil
pengumuman di ITB, ia memutuskan untuk kembali ke
Padang. Ia tidak patah arang, meskipun pulang dengan
harapan yang tidak sesuai kenyataan. “Saya ingat betul
pepatah bijak pernah berkata “pelaut tangguh tidak akan lahir
dari laut yang tenang”. Percikan api kesuksesan dan kobaran
semangat tidak akan padam selama hayat masih dikandung
badan,” kata Musliar satu waktu. Dengan mengantongi restu

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

61 Musliar Kasim

kedua orangtua dan juga diam-diam melangitkan doa di tiap
selesai sholat, Musliar memantapkan langkah untuk
mengikuti ujian tes masuk jalur Perintis 1 penerimaan
mahasiswa baru Universitas Andalas.

Jika ujian SKALU di ITB ia mengambil pilihan Jurusan Teknik
Industri, pada kesempatan itu ia mengambil Jurusan
Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Sederhana
saja saat itu, peluang pangsa kerja ilmu pertanian cukup
menjanjikan dengan proyek swasembada pangan. Kemudian
titel Insinyur (Ir.) yang diraih cukup bergengsi. Begitu suasana
kebatinan para tamatan SMA di Padang secara umum.

Perasaan tidak nyaman juga dag dig dug, menunggu hasil
pengumuman kelulusan membuat Musliar agak resah.
Pasalnya, ini adalah tes kedua penentu jalan hidupnya ke
depan. Setelah beberapa saat menunggu, hasilnya pun segera
diumumkan. Musliar dinyatakan diterima di Jurusan Pertanian
dan resmi terdaftar sebagai pemegang nomor Buku Pokok
(BP) yang dimulai angka 78. Ia masuk di tahun 1978.

Menyandang gelar mahasiswa baru, perlu waktu baginya
untuk beradaptasi dengan lingkungan. Meski demikian,
Musliar penuh percaya diri bergabung bersama 146
mahasiswa angkatan tersebut. Tentunya mereka juga
memiliki prestise bagus dan berkemauan keras dalam
menggapai cita-cita. “Hingga akhir tahun 1970-an, tidak semua

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

62Musliar Kasim

orang bisa mengecap bangku pendidikan apalagi hingga
perguruan tinggi. Bersyukur saya termasuk di antara salah
satu orang yang beruntung tersebut. Hal inilah yang semakin
menguatkan tekad saya yang sedang tersengat kobaran api
semangat,” terang Musliar dibungkus senyum.

Setelah plonco selesai, Musliar dipercaya sebagai komisaris
tingkat (komting) oleh teman-teman satu fakultas sebanyak
146 orang itu. Saat itu, mereka belum dibagi ke dalam
beberapa jurusan. Setelah memasuki tahun tiga, barulah
kemudian ditentukan pembagian jurusan. Tugas Musliar
sebagai ketua angkatan adalah mengkoordinir teman-teman
supaya lancar dalam menempuh tugas-tugas belajar. Ia
cukup berpengalaman dalam hal ini. Jadi, bagi saya ini
bukanlah perkara sulit dan tentu dalam menjalankannya juga
tidak banyak menemui kendala.

Umumnya tugas seorang komting membantu
penyelenggaraan teknis perkuliahan menjadi baik.
Mengangkat wireless, OHP, dan beragam media penunjang
belajar lainnya. Mereka belajar dengan fasilitas yang cukup
terbatas, untuk itu perlu berganti-gantian dalam
mempergunakannya. Selaku komting, Musliar bertanggung
jawab mewadahi kelancaran proses belajar mengajar
tersebut. Musliar otomatis dikenal luas oleh teman-teman
dan bahkan kenal dekat dengan para dosen.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

63 Musliar Kasim

Musliar dikenal aktif oleh pejabat kampus. Ia cukup akrab
dengan Ir. Jurnalis Kamil, Dekan Fakultas Pertanian ketika itu.
Pada beberapa kesempatan selaku pengurus Badan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas, Musliar menyelenggarakan
kegiatan yang melibatkan Rektor Mawardi Yunus.

Sebelum ia menjadi pengurus BPM Fakultas, Musliar
memimpin Himpunan Mahasiswa Jurusan Agronomi selama
setahun. Ia tercatat sebagai Hima yang kedua setelah M. Rizal
Khatib, seniornya. Kegiatan Hima dibawah kepemimpinan
Musliar sempat menerbitkan Majalah Stigma. Majalah ini
memiliki konten saintifik yang memuat sudut pandang para
pakar dan mahasiswa. Dengan terbit satu semester sekali,
Majalah Stigma cukup mewakili ekspresi intelektual
masyarakat kampus di Air Tawar.

Kegiatan akademik yang dilalui Musliar menimbulkan kesan
positif bagi banyak pihak. Ia dinilai cakap dalam ilmu
kepemimpinan dan tergolong mahasiswa yang pintar. Nilai-
nilai yang diperoleh umumnya bagus-bagus dan di atas rata-
rata teman-teman yang lain. Musliar dinilai sebagai
mahasiswa yang mampu menyeimbangkan antara keahlian
softskill dan hardskill. Tergambar dalam sikapnya yang tidak
hanya pandai bersosialisasi dan mengembangkan diri tetapi
juga bertaji di ruang kelas. Inilah yang menjadikan Musliar
memiliki nilai tambah di mata para dosen.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

64Musliar Kasim

“Pernah suatu ketika, saya dipanggil oleh dosen perihal
kertas ujian saya yang tidak ditemukannya. Padahal saya
ingat betul, saya telah mengikuti ujian tersebut. Saya tidak
pernah lalai dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar,
apalagi ini menyangkut nilai ujian, yang kemungkinan besar
tidak pernah lupa saya ikuti. Citra baik yang melekat dalam
diri saya, ditambah dengan kemampuan otak yang cakap,
tidak perlu usaha jitu untuk meyakinkan dosen tersebut.
Dipercaya, ini adalah kemungkinan besar terjadi karena
adanya sedikit kesalahan, entah tercecer ataupun terselip di
atas tumpukan kertas lainnya. Pastinya sumber kekhilafan
tersebut bukan ada pada saya. Alhasil, dosen tersebut juga
memberikan nilai yang bagus tanpa saya harus mengikuti
ujian ulang,” jelas Musliar penuh tawa.

Selain optimal mengikuti proses belajar di dalam ruang kelas,
Musliar juga menempa diri di beberapa organisasi. Meskipun
dengan segudang kegiatan yang hari demi hari membuntuti,
baginya masih menyisakan beberapa waktu luang. Ia merasa
perlu ada kegiatan tambahan, dan memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin supaya tidak ada yang terbuang.

Memasuki tahun keempat, Musliar membeli motor dari hasil
meminjam SK PNS kakaknya, Husril. Ia mengingat motor
pertamanya itu merk Honda CB 100. Pilihan itu ia ambil
lantaran kegiatan perkuliahannya yang padat memasuki tahap
skripsi, juga untuk menunjang pekerjaannya di tahun 1982. Ia

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

65 Musliar Kasim

memilih untuk bekerja paruh waktu di sebuah toko bangunan.
Niatnya adalah ingin membantu meringankan beban orangtua,
mengingat saat itu kondisi keuangan Apak sedang menurun.

“Apak tidak pernah sedikitpun bercerita kepada saya perihal
permasalahan keuangan yang tengah dihadapinya. Konsensus
dari kakak-kakak semua akhirnya melahirkan PT. Emkazet.
Sebuah perusahaan patungan yang dibentuk oleh keluarga
untuk mendukung ekonomi keluarga besar. Pada awal
pendiriannya di tahun 1981, saya belum terlibat aktif. Tetapi
perusahaan dengan bisnis utama kontraktor ini berhasil
menjalankan proyek pembangunan Rumah Sakit Umum
Sungai Dareh. Peran Uda Husril amat kentara saat itu,” jelas
Musliar.

Di tahun sebelumnya, 1980, Musliar tidak lagi kos di Air Tawar.
Dijembatani oleh Husril, ia berkenalan dengan saudagar Kota
Padang. Pak Adek, pemilik SPBU Wowo di Veteran;
Kamaruddin Datuk Machudum, pemilik Hotel Machudum di
Hiligoo; dan Zainal Abidin, pemilik Toko Bangunan (TB) AZKA
Bangunan di Hiligoo yang kemudian pindah ke Marapalam.
Mereka menerima Musliar dengan tangan terbuka.

“Bahkan atas arahan dari Datuk Machudum, Zainal Abidin
bersedia menampung Musliar di TB AZKA di Marapalam. TB
AZKA ini dioperasikan oleh Zainal Abidin dengan dukungan
modal tiga orang yaitu: Azwar, asal Sungai Lasi Solok, Zainal

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

66Musliar Kasim

Abidin, asal Talawi, dan Kamaruddin Datuk Machudum sendiri,
asal Bukittinggi. Sehingga pemilihan nama toko tersebut juga
berasal dari akronim nama ketiganya: Azwar, Zainal, dan
KAmaruddin. AZKA,” terang Husril satu waktu.

Pengalaman Musliar tinggal di toko memberikan perspektif
mendalam bagi rekan satu angkatannya, Azmin Aulia. Ia
menggambarkan, “Sebagai anak-anak yang sama berangkat
dari kampung untuk kuliah, kami dipertemukan oleh satu
gagasan tentang masa depan yang lebih baik. Mus memang
memiliki rasa persahabatan yang kental. Satu poin penting
yang saya nilai sebagai upayanya dalam menuntaskan
perkuliahan adalah berjibaku keras di hari-hari terakhir
perkuliahannya. Belakangan saya mengetahui bahwa ia
berada dalam kondisi sulit dalam keuangan waktu itu.
Pilihannya untuk tinggal di toko adalah sikap yang luar biasa.
Saya dan teman-teman beberapa kali mengunjunginya. Sudut
bagian dalam toko yang disulap oleh Mus menjadi ruang
belajar dan kamar tidurnya. Hanya beralaskan kasur tipis di
dalam ruang pengap yang dibatasi oleh triplek disekelilingnya.
Ia mengejar prestasi dari bilik yang tidak lebih bagus dari
bedeng itu. Pun satu waktu saya menyaksikan ketika pasokan
semen datang, dengan sigap Mus membantu menurunkan dan
menyusun semen-semen tersebut di tempatnya! Di sana saya
melihat seorang yang pada satu masa memiliki ekonomi
berada, tetapi ketika realitas menuntut dirinya untuk berbuat
di luar kelaziman, ia tidak canggung. Bahkan candala itu

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

67 Musliar Kasim

hilang dari dirinya. Ia tidak pernah merasa rendah diri
dihadapan siapapun,” tutur Azmin bangga.

Keputusan Musliar untuk tinggal di toko, berarti tidak
menyewa tempat tinggal lagi. Jadi uangnya bisa ia gunakan
untuk keperluan lain yang dibutuhkan. Kiriman dari Apak tidak
sebesar dahulu, di saat ia masih memasuki tahun satu dan
dua perkuliahan. Namun, karena adik-adik sudah mulai
kuliah, tentunya kiriman uang juga dibagi rata dengan adik-
adik tersebut. Atas dasar itulah ia bekerja. Menerjang ombak
di kala badai menerpa. Berpeluh keringat tanpa pantang
menyerah.

“Bersama dengan Samsir, salah seorang tukang angkat
barang di TB AZKA, kami seakan tidak kenal kata lelah.
Meskipun dihadapkan dengan dinginnya malam. Di saat
semua orang sedang terlelap dalam selimut yang
menghangatkan, kami masih berjibaku dengan pekerjaan
kasar,” kenang Musliar mengulum senyum.

Meskipun telah bekerja paruh waktu setelah selesai kuliah, ia
juga merasa perlu untuk mencari uang tambahan dengan
mendaftar beasiswa. Musliar membutuhkan uang yang cukup
banyak untuk kebutuhan menyelesaikan penelitian tugas
akhir. Atas dasar kedekatan emosional dengan pimpinan, ia
memberanikan diri untuk menemui Bapak Fachri Ahmad yang
menjabat selaku dekan ketika itu. Musliar datang ke rumah

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

68Musliar Kasim

beliau dan menjelaskan maksud dan tujuan supaya
direkomendasikan sebagai penerima beasiswa Tunjangan
Ikatan Dinas (TID).

Beliau menimpali, bahwa beasiswa tersebut hanya
diperuntukkan bagi mahasiswa yang ekonomi keluarganya
benar-benar lemah. Apalagi beasiswa tersebut memiliki
kuota yang cukup sedikit, jadi hendaknya dipilih mahasiswa
yang benar-benar terkendala dalam keterbatasan ekonomi.

Sebenarnya Musliar tidak masuk kedalam kategori yang
disebutkan oleh Pak Fachri. Kendati demikian, ia juga merasa
berhak untuk menerima. Kepada Pak Fachri ia menyampaikan
bahwa membutuhkan beasiswa ini untuk tetap bisa
melanjutkan pendidikan. Jika mahasiswa-mahasiswa lain
mendapatkan beasiswa ini karena kurang mampu, maka
Musliar merasa berhak mendapatkan beasiswa ini karena
prestasi.

Dengan penjelasan Musliar yang terus terang itu, beliau luluh
dan berjanji akan mempertimbangkannya sebagai penerima
beasiswa TID. Dan pada akhirnya, setelah memasukkan
berkas seperti yang dikatakan Pak Fachri, nama Musliar juga
termasuk sebagai salah satu penerima beasiswa tersebut.

Tanpa dipungkiri dengan adanya beasiswa tersebut, dapat
memberikan suntikan dana segar sebagai keringanan biaya
perkuliahan. Tentunya beasiswa memberikan kemudahan,

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

69 Musliar Kasim

agar ia tidak harus kerja lembur tanpa takut kekurangan
uang. Dengan menyandang status seorang mahasiswa yang
juga bekerja sebagai karyawan toko, Musliar juga tidak ingin
menghabiskan banyak waktu dengan bekerja. Kembali pada
tujuan sebelumnya, adalah kuliah dan belajar adalah
kepentingan tertinggi dari segala bentuk kegiatan lainnya.
Maka dengan bekerja pun, tidak mengganggu waktu-waktu
belajar, sehingga ia dapat mempertahankan nilai-nilai kognitif
yang bagus dari tiap semesternya.

Salah satu persyaratan mata kuliah yang wajib diambil ialah
Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN terpadu yang diikuti oleh
Musliar ditempatkan di Jorong Ampang, Nagari Piobang,
Kabupaten Limapuluh Kota. Saat itu rombongan KKN diterima
oleh Bupati Burhanuddin di Aula Kabupaten. KKN terpadu itu
dilaksanakan selama lima belas hari dengan peserta
mahasiswa dari Unand, IKIP Padang, dan ASKI. Dari Unand,
Musliar bersama dengan Mahmuda Rivai asal Fakultas
Hukum.

Kesibukan Musliar di tahun akhir menjelang skripsi ialah KKN
regular di Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan. Ia ditunjuk
sebagai koordinator Kecamatan. Pada KKN regular ini,
seluruh peserta berasal dari beberapa Fakultas di Unand.

Memasuki awal tahun 1982, Musliar bersiap melakukan
penelitian skripsinya tentang jagung di Tanjung Pati,

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

70Musliar Kasim

Kabupaten Limapuluh Kota. CB 100 jadi teman setia sepanjang
perjalanan. Sidang akhir skripsinya diselenggarakan sebelum
tutup tahun 1982. Pada Desember itu dari 146 orang
angkatannya, Musliar dinyatakan sebagai tamatan terbaik.
Saat itu hanya tiga orang yang berhasil mencapai gelar
sarjana, yaitu: Abdul Aziz, Syaiful Azri, dan Musliar sendiri.

Maret 1983, Musliar resmi menyandang gelar sarjana
pertanian. Insinyur pertanian. Abdul Aziz kemudian bekerja di
BPTP Sukarami dan Saiful Azri yang kemudian bekerja di
salah satu Bank di Jakarta. Ketika wisuda gabungan
dilingkungan Unand di gelar pertama kali, Musliar tampil
kedepan mewakili seluruh wisudawan, sebagai wisudawan
terbaik. Pemindahan jambul toga-nya langsung dilakukan
oleh Rektor Jurnalis Kamil. Dan, perjalanan itu sesungguhnya
baru dimulai.

***

Pegawai, Cakrawala Baru dan Dosen Teladan

Hidup tersirat laksana potongan puzzle yang tengah
berserakan. Butuh waktu, usaha, dan pengalaman sehingga
dapat menemukan padanan yang cocok. Musliar telah
menemukan satu partikel kecil atas jalan hidup yang telah
dipilih. Gelar dan secarik ijazah sarjana telah digenggam.
Apalagi yang diharapkan oleh seorang lulusan sarjana, selain
segera berkecimpung dalam ranah pekerjaan dan

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

71 Musliar Kasim

berpenghasilan. Dunia kerja telah di depan mata. Tentu ini
bukan dunia baru lagi bagi Musliar. Ia telah dihadapkan
dengan pahit getirnya dunia kerja semenjak masih duduk di
bangku kuliah.

Inisiatif untuk membuka bisnis bersama dibawah bendera PT.
Emkazet merupakan kesempatan melihat peluang
berkontribusi dalam pembangunan. Berbekal ilmu dan
pengalaman yang diperoleh Musliar sewaktu bekerja
bersama Pak Zainal Abidin, ia yakin mampu mengerjakan
proyek-proyek kontruksi yang didapat. Sebelumnya ia
kerapkali terlibat dan pernah menangani langsung beberapa
proyek kontraktor milik Pak Zainal. Dengan pengalaman
tersebut, ia telah memiliki cukup ilmu untuk mengembangkan
usaha kontraktor milik sendiri.

“Beberapa waktu setelah kami mengerjakan proyek sendiri,
kakak saya menerima kabar baik bahwa ia diterima sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kampus IAIN. Kesempatan itu
tidak ia sia-siakan. Ia segera menerima tawaran itu dan
tentunya peluang kami untuk mengembangkan usaha
semakin terbuka lebar. Bersama lima orang saudara yang
lain, usaha ini kami tekuni dengan sangat baik,” ujar Musliar
satu waktu. Ikhtiar sudah dilakukan dengan maksimal,
dibarengi doa tiada putus, puncaknya perusahaan mempunyai
4 truk fuso hanya dalam jangkan waktu beberapa tahun.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

72Musliar Kasim

Usaha kontraktor PT. Emkazet terus melaju, meski tidak
bergerak kencang seperti kontraktor lainnya. Tapi proyek
yang telah ditangani sudah sampai ke Koto Baru. Beberapa
proyek dilakukan sendiri oleh Musliar, salah satunya adalah
proyek di SMP Sitiung dan kantor BKKBN Sijunjung. Ilmu
praktis yang diterima Musliar selama bekerja dengan pak
Zainal Abidin benar-benar terpakai.

Sejak tahun 1983, tidak jarang kakak Musliar yang juga
merupakan suplier kontraktor di Jakarta, selalu memberikan
proyek di Sumatera Barat untuk ditangani Musliar. “Biasanya
saya mengurus bagian teknis dan mengirimkan barang yang
masuk sampai lokasi. Umpamanya seperti proyek pengadaan
pipa untuk Kabupaten Pesisir Selatan dari pusat.
Keseluruhannya saya yang menangani sehingga barang-
barang yang masuk, dapat dengan aman mendarat di lokasi,”
sambung Musliar kembali.

Musliar begitu bersemangat dan profesional dengan
tanggungjawab pekerjaan demi pekerjaan yang mendarat
dimejanya. Salah seorang saudara yang bekerja di PTPN,
suami dari kakak sepupunya, memberikan motivasi atas
upaya Musliar. Ia pernah mengunjungi PTPN III Pangkalan, di
mana suami kakak sepupunya menjabat sebagai Asisten
Tanaman. Penghasilan yang diterima setiap bulannya jauh di
atas gaji seorang PNS ketika itu.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

73 Musliar Kasim

Gelar insinyur sudah di tangan, kondisi demikian semakin
memperkuat keinginan Musliar untuk bekerja di PTPN.
Berkaca dengan itu, jika ia mampu menjalani usaha
kontraktor dengan baik, bukan tidak mungkin pada satu waktu
ia juga bisa bekerja di PTPN. Mengingat ada kesamaan ranah
pekerjaan yang sama-sama membutuhkan pengalaman
lapangan.

“Terkadang jalan hidup yang kita impikan, belum sepenuhnya
menjadi pilihan yang tepat. Ada banyak peluang dan potensi
diri, yang mesti dikembangkan agar tercapai melebihi
daripada tujuan yang diharapkan. Seirama dengan apa yang
pernah dilontarkan oleh beberapa orang kerabat kepada saya.
Bahwasanya, dengan kemampuan akademik yang saya miliki,
bukan tidak mungkin suatu saat nanti saya akan menjadi
ilmuan atau pun pendidik dengan gelar profesor. Jadi sayang
sekali, kalau kemampuan tersebut hanya saya pergunakan
untuk bekerja di bidang lapangan, yang sementara tidak
terlalu menuntut kemampuan akademik,” terang Musliar lagi.

Pekerjaan sebagai pengelola perusahaan kontraktor milik
keluarga, membuat Musliar merasa telah mendapatkan
penghasilan yang cukup lumayan. Akan tetapi, pandangan dari
keluarga besar sedikit banyaknya telah mempengaruhi alur
berfikirnya.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

74Musliar Kasim

Pada satu waktu, Apak bertanya serius kepada Husril, “Si Mus
ke mana baiknya?” Apak ingin membagi perasaan dan
pandangannya kepada Husril. Ingin mendapatkan cara
pandang yang lebih baik untuk Musliar. “Kalau ingin dapat
uang cepat ya bagus dengan menjadi pengusaha. Berusaha
swasta lebih baik. Jika si Mus menjadi dosen, juga baik.
Meskipun lambat secara ekonomi, namun perlahan tetapi
pasti,” jawab Husril meyakinkan.

Jelas saja, tanpa dipungkiri Musliar juga merasakan hal yang
sama. Ia berada di persimpangan jalan. Di satu sisi ia memiliki
obsesi untuk menjadi pegawai PTPN. Saat itu gaji PNS baru
Rp 81,000 per bulannya, sedangkan pegawai PTPN sudah
mencapai angka Rp 500,000. Pembicaraan di tengah keluarga
juga banyak yang mendukung agar Musliar mengambil pilihan
menjadi dosen saja.

Setelah menetapkan hati dan memantapkan pilihan, tentunya
dengan menepis segala keraguan, Musliar mengirimkan
persyaratan administratif sebagai dosen pada Jurusan
Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Ia
menempuh proses yang tidak terlalu rumit. Sebab, sebelum
persyaratan administratif ia layangkan, ia pernah diminta
secara langsung oleh Dekan Ir. Jurnalis Kamil. Keputusan
Musliar disambut baik dan diterima dengan hati lapang.
Secara resmi dan tertulis, tahun 1984 adalah pengangkatan

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

75 Musliar Kasim

Musliar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jabatan
fungsional seorang dosen.

Kehidupan berjalan senantiasa mengikuti ritme yang telah
diteroka oleh diri sendiri. Sang Pemilik, pemegang kendali
absolut atas semua rencana. Termasuk doa-doa mana yang
diamini dan mana yang tidak. Jelasnya, jalan yang ditempuh
menurut kehendak-Nya adalah langkah terbaik bagi setiap
hamba. Memantapkan pilihan karir sebagai seorang pendidik,
merupakan jalan hidup istimewa yang ditakdirkan-Nya. Di
mana akhirnya ia berada di antara kaum intelektual yang tidak
pernah henti untuk berbagi. Mencerahkan generasi bangsa
dengan tulus ikhlas mengabdi. Tentunya akan dan selalu
melakukan kerja-kerja baik.

Debut pertamakali Musliar menjadi seorang dosen Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS), telah dipercaya untuk
menangani sebuah proyek kerjasama antara Fakultas
Pertanian dengan Direktorat Jenderal Pasang Surut sebagai
field manager. Proyek tersebut berada di Siak Indragiri yang
dikerjakan dalam jangka waktu kurang lebih selama 8 bulan.
Sebuah kepercayaan yang menuntut Musliar agar bekerja
lebih maksimal.

Sebagai dosen yang baru diangkat, Musliar mesti menjalani
program-program yang dapat menambah kapasitas
pengetahuan sebagai seorang pengajar. Ia diharuskan

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

76Musliar Kasim

mengikuti program magang selama 6 bulan atau satu
semester di UGM. Program tersebut khusus diadakan untuk
dosen-dosen pemula, supaya dapat mengembangkan karir
sebagai tenaga pendidik yang profesional.

“Sekembalinya saya mengikuti program magang di UGM,
tepatnya di tahun 1985, saya melanjutkan kuliah S2. Berbeda
dengan kuliah S2 biasanya, saya ikut program kerjasama
antara IPB dan Unand dalam bidang Agronomi. Program
tersebut dinamakan dengan S2 KPK (Kegiatan Pengumpulan
Kredit). Enam bulan pertama untuk S2 KPK ini saya habiskan
di Unand, 6 bulan berikutnya saya harus berangkat ke IPB,”
jelas Musliar.

Setelah proses dua semester itu berakhir, nilai yang
diperoleh Musliar akan dievaluasi, apakah berhak untuk lanjut
ataupun tidak. Tanpa terkendala akan nilai, ia melanjutkan
penelitian tesis yang dibimbing oleh dosen IPB sebagai
pembimbing utama. Ijazah yang diterima nantinya juga
berasal dari IPB. Musliar berhasil tamat tepat waktu, dengan
rentang tahun 1985-1987. Predikat Cumlaude dengan nilai
hampir mendekati 4 tertulis di lembaran ijazah.

“Untuk itu saya sangat berterima kasih atas dukungan Prof.
Nitza Arbi yang mendorong pertama kali demi pemenuhan
kuota S2 Program KPK ini. Jika kurang 2 orang saja, saat itu

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

77 Musliar Kasim

program ini bisa batal dilaksanakan. Sebuah keberkahan yang
turun dari langit,” kenang Musliar penuh haru.

Enam tahun setelah menyelesaikan S2, Musliar diajukan oleh
pihak Fakultas untuk mewakili Fakultas Pertanian dalam
pemilihan Dosen Teladan Universitas Andalas 1993. Setelah
melewati seleksi dan penilaian yang ketat, Musliar berhasil
keluar sebagai Dosen Teladan tingkat Universitas yang
ditandatangani oleh Rektor Fachri Ahmad.

Kesempatan itu semakin terbuka lebar ketika nama Musliar
kembali diusulkan oleh Unand mewakili universitas dalam
pemilihan Dosen Teladan Tingkat Nasional di tahun
berikutnya. Langkah Musliar terhenti pada seleksi lima besar
Dosen Teladan Tingkat Nasional tahun 1994. Satu hal yang ia
syukuri dari apa yang telah ia kerjakan dengan sungguh-
sungguh.

***

Nik dan Cahaya Keindahan
Sejak pemerintah mengumumkan kasus pertama Coronavirus
Disease (Covid) 19 pada 2 Maret 2020 lalu, pandemi global
yang bermula dari Wuhan ini menyentuh Indonesia. Beragam
analisis, pandangan, tafsiran, hingga saling silang pendapat
tentang penanganan menyembur ke hadapan publik. Bahkan

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

78Musliar Kasim

sejak genderang perang lawan Covid 19 di tabuh pada tanggal
dimaksud, laju pertumbuhan meroket tajam.

Hingga 25 April 2020, dalam 54 hari itu, Kementrian
Kesehatan merilis total kasus positif telah mencapai angka
8.607 orang! Pandemi ini menjadi teror baru bagi kehidupan
global. Belum lagi derasnya akses informasi yang masuk
hingga ke bilik pribadi setiap orang. Telah berkelindan
menjadi satu antara fakta lapangan, data yang belum ranum,
penyajian analisis yang mengejar kecepatan belaka sampai
anasir berita bohong memaksa masuk ke setiap benak
masyarakat.

Situasi demikian juga dialami Musliar dan keluarga. Dengan
tetap mengikuti anjuran pihak berwenang, Musliar pegang
komando di tengah keluarga besarnya. Ia berpegang teguh
pada protokol kesehatan yang telah menjadi kampanye lawan
corona. Segala kegiatan kampus Unbrah, perkuliahan di
Unand juga beragam kegiatan lain di luar rumah segera di
revisi luar biasa.

Banyak bermunculan istilah baru yang menggambarkan
peliknya pandemi ini di tengah masyarakat. Sebut saja: ODP,
PDP, OTG, Suspect, PSBB, Social Distancing, Physical
Distancing, WFH, Karantina, Isolasi, Rapid Test, Swab Test,
Local Transmission, hingga Herd Immunity. Istilah ini menjadi

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

79 Musliar Kasim

popular dalam waktu relatif singkat seiring dengan derasnya
arus informasi di tengah masyarakat.

Selain disibukkan dengan kegiatan rutin, Musliar digelayuti
suasana hati penuh rasa bahagia. Dhyna, gadis kecilnya, putri
bungsu mereka telah menemukan belahan jiwa. Di tengah
pandemi, kedua keluarga besar telah menetapkan hari yang
sakral tersebut. Sabtu, 10 Oktober 2020 bertempat di UPI
Exhibition Hall Musliar bermaksud menyelenggarakan
pernikahan Dhyna dan Revan.

Menjelang hari pernikahan Dhyna, keluarga ini mendapat
cobaan. Musliar dinyatakan positif terpapar covid 19 menyusul
menantunya, Riri. Istri Dyhan seorang dokter puskesmas yang
dalam penelusuran satgas covid 19 terpapar virus ini dari
puskesmas. Setelah Riri dinyatakan positif covid, Musliar dan
seluruh keluarga yang ada kontak erat segera melakukan tes
swab PCR.

Dari hasil tes tersebut, hanya Musliar yang terjangkit virus ini.
“Saya sama sekali tidak mengalami gejala yang menunjukkan
tanda-tanda terpapar covid 19. Karena hasil tes ini
menyatakan saya positif, demi kenyamanan kami semua, saya
dan Riri memilih untuk isolasi di Rumah Sakit Unand.
Sebenarnya isolasi mandiri di rumah bisa, tetapi Nik, istri
saya memiliki riwayat penyakit yang bisa membahayakan.
Dyhan menyarankan saya untuk membawa mobil sendiri, ia

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

80Musliar Kasim

mengiringi dari belakang. Nanti mobil bisa ditinggal di rumah
sakit. Sampai di sana, ambulan sudah menanti untuk
mengantarkan saya ke ruang isolasi,” tutur Musliar.

Hari pertama ia di isolasi, segala sesuatunya berjalan lancar.
Prosedur tetap penanganan covid 19 ia lalui dengan sabar.
Jika soal disiplin, Musliar telah lama karib dan bergaul
dengan istilah tersebut. Tetapi, untuk sesuatu yang baru
seperti pandemi ini, Musliar menyerahkan utuh kepada Allah
di tengah ikhtiar sembuhnya. Dan, pada malam-malam
berikutnya, ia dipeluk nostalgia. Musliar dilempar jauh ke
tempat yang sama sekali tidak asing dalam ingatannya. Ia di
bekap rindu yang teramat dalam pada satu nama. Sosok yang
padanya ia tumpahkan gulana yang melanda.

“Nik, mencintaimu memang perihal yang tak pernah rampung
bagiku… .”

Terlahir dengan nama Nik Yetti. Nik, anak tertua dari 7 orang
bersaudara. Pada 10 April 1959, tangisnya pecah di atas
bentala. Setelah Nik, urutan adik-adiknya kemudian Desrial,
Dasril, Hardi, Suhanda, Anita, dan terakhir Nani Tri Dewi.
Alhamdulillah semuanya masih hidup. Mereka menetap
tersebar ke beberapa daerah di Pulau Sumatera, di antaranya
ada di Jambi, Pekanbaru, Padang, dan di kampung Padang
Gantiang. Nik dan keenam adiknya, telah cukup lama ditinggal
oleh seorang ayah. Papanya Anas Sutan, telah berlayar untuk

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

81 Musliar Kasim

selama-lamanya menuju tempat keabadiannya sebagai
seorang hamba. Dan, kini hanya tinggal mama Roslini yang
telah berusia 83 tahun.

Nik, si sulung ini menemukan belahan jiwanya pada diri
Musliar. Keduanya berasal dari nagari yang sama, Padang
Gantiang. Sepertinya asam di gunung dan garam di laut tidak
berlaku dalam kaidah pertemuan dan jodoh antara Nik dan
Musliar. Nyatanya mereka disatukan oleh kultur dan daerah
yang sama di mana tempat mereka bermula. Boleh dikatakan
berpangkal dari rumpun yang serupa, meskipun dibatasi oleh
territorial desa atau jorong yang berbeda. Nik yang tinggal di
Jorong Koto Alam, hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari
Jorong Koto Gadang, kediaman Musliar.

Rupanya dengan jarak yang begitu dekat, tidak
mempertemukan mereka dengan segera. Dengan menempuh
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di sekolah berbeda yang
terdapat pada jorong masing-masing, penyulut bagi mereka
untuk tidak kunjung bersua. Tibalah masanya, tatkala semua
murid SD kelas enam menyelenggarakan ujian akhir
kelulusan. Kala itu, ujian dilangsungkan pada satu sekolah
saja, dengan menggabungkan semua siswa SD kelas enam
seantero Padang Ganting. Bertempat di Tanjung Barulak,
salah satu nagari yang terdapat di kecamatan tetangga.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

82Musliar Kasim

Nik dan Musliar telah menduduki bangku kelas enam,
kewajiban mereka untuk melaksanakan ujian kelulusan
tersebut. Pertemuan mereka bermula dari sana. Di tempat di
mana mereka mulai berkecambah menjadi seorang remaja
yang mulai menggantungkan cita-cita. Perjumpaan hari itu,
berlanjut ke masa SMP.

Hanya terdapat satu SMP di Padang Ganting. Keduanya, tiada
punya pilihan selain memilih untuk melanjutkan SMP di
sekolah yang sama. Apalagi dikarenakan mereka seangkatan,
Nik dan Musliar juga tergabung ke dalam satu kelas.
Mengingat kala itu jumlah siswa hanya satu kelas saja.

Semenjak itu, hubungan keduanya diwarnai dengan
persaingan perebutan juara kelas. Lazimnya, Musliar selalu
menempati posisi pertama, kemudian disusul oleh Nik. Kala
itu gurauan kecil kerap terlontar dari mulut Nik dan teman-
teman, bahwa penyebab Musliar selalu mendapat peringkat
pertama, dikarenakan banyaknya guru-guru yang tinggal di
rumahnya. Pemikiran seperti ini bagi Nik lumrah terjadi bagi
anak kecil yang sebaya dengan dirinya. Sulit untuk mengakui
kelebihan orang lain dan merasa iri jika ada yang lebih pintar
dari dirinya.

Alih-alih laga perebutan juara kelas antara Nik dan Musliar
berakhir di tingkat SMP, rupanya jalan hidup mempertemukan
mereka kembali. Mereka sama-sama melanjutkan pendidikan

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

83 Musliar Kasim

di SMA 2 Padang. Tanpa sebelumnya diiringi dengan nota
kesepakatan atau pun perencanaan. Papa Nik yang bekerja
sebagai pegawai PU, menyarankan agar ia sekolah di Padang.
Mengingat, kala itu belum ada sekolah yang setara SMA di
Padang Gantiang. Biasanya, siswa tamatan SMP Padang
Ganting melanjutkan pendidikan SMA di Batusangkar.
Berbeda dengan siswa tamatan SMP pada umumnya, Nik dan
Musliar memilih untuk menimba ilmu di Kota Padang.
Barangkali semesta sedang berupaya mencari jalan untuk
menyatukan peruntungan dua anak manusia. Inilah yang
kemudian disadari, baik oleh Musliar atau pun Nik, bahwa
jalan yang ditempuh oleh keduanya, seolah-olah
memamerkan isyarat bahwa mereka tidak bisa terpisahkan.

Selayaknya usia remaja, faktor acapkali bersua, apalagi
antara Nik dan Musliar juga telah berteman sejak SMP di
kampung, maka di kala SMA di Padang, tidak terbendung telah
tumbuh benih-benih rasa suka antara mereka berdua.
Romantika keduanya terjalin melalui perantara surat
menyurat. Api asmara kala itu dimabukkan dengan menulis
segenap perasaan dan isi hati di atas kertas. “Ah. Alangkah
berbunga-bunga,” ungkap Nik diiringi dengan gelak tawa.

Ketika kuliah hubungan mereka sempat terputus, karena
keduanya mengambil program studi yang berbeda meski
berada pada area yang sama di Komplek Air Tawar. Nik yang
kuliah di Jurusan Kimia FIPIA Unand, sedangkan Musliar

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

84Musliar Kasim

mengambil Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian. Nyatanya,
apabila Sang Khalik menetapkan berjodohnya sepasang
manusia, maka tidak akan ada yang mampu melerai. Diawali
dengan ikatan pertunangan, akhirnya keduanya mantap
melangkah ke jenjang pernikahan. Angka 7 Februari 1987
adalah konsensus ikatan suci pernikahan mereka, untuk
membina rumah tangga. Kala Musliar masih berstatus
mahasiswa S2 di IPB, tetapi telah mengajar di Jurusan
Pertanian Unand.

Pesta pernikahan diselenggarakan di kediaman masing-
masing. Nik yang mengadakan kenduri di Padang. Kemudian
seminggu kemudian, hajatan juga digelar di kampung Musliar
di Padang Gantiang. Siapa sangka, pernikahan keduanya
menimbulkan rasa tidak percaya oleh beberapa pihak. Di
antaranya, ada guru mereka ketika SMP yang tidak
menyangka keduanya akan berjodoh. Pasalnya antara Musliar
dan Nik terjadi persaingan yang begitu ketat di masa lalu. Yah.
Jodoh ditemukan dengan berbagai cara. Baik dimulai dengan
mengungkapkan rasa saling sayang menyayangi atau pun
bahkan dimulai dengan saling membenci. Satu hal yang pasti,
setiap orang memiliki cerita unik dalam menemukan
pasangannya.

Sama halnya dengan Musliar yang mengalami up and down
dalam menjalani hidup, terutama di saat ia kuliah. Nestapa
kehidupan yang dijalani Nik juga tidak kalah peliknya. Hal ini

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

85 Musliar Kasim

dialami pada saat Papanya kuliah di Bandung. Ia dan
keluarganya tinggal di Bandung hanya ditopang dengan
beasiswa yang diterima oleh Papanya tersebut. Tentu uang
yang diterima tidaklah seberapa. Bahkan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Acapkali, mereka
makan seadanya. Apalagi Nik sebagai anak tertua, juga
berusaha meringankan beban orangtua dengan ikut berjualan
di beranda rumah. Kondisi tersebut terjadi kurang lebih dua
tahun lamanya. Setelah akhirnya, Papanya kembali
memegang beberapa pekerjaan.

Dikebat dengan tali perkawinan, baik Nik pun Musliar
sebelumnya telah ditempa dengan kehidupan yang sulit.
Sekiranya hal inilah yang kemudian membentuk daya juang
mereka untuk menjalani segala kenyataan pahit. Menikah
bukan berarti tidak dihadapkan dengan beragam persoalan.
Apalagi di awal-awal pernikahan, kondisi keuangan menjadi
momok yang seringkali berakhir dengan kondisi yang runyam.
Meskipun juga dihadapkan dengan realita demikian, baik Nik
atau pun Musliar tetap kuat dan bertahan.

Apalagi di saat Musliar memutuskan untuk melanjutkan studi
S3 di Filipina. Tinggallah Nik beserta anaknya di Padang.
Meskipun ia juga tengah berbadan dua. Beasiswa SEARCA
yang diterima Musliar tidak mencukupi, jika Nik dan seorang
anaknya dibawa ikut terbang ke Filipina. Nik perempuan baik
yang cukup bijak menjalani hidupnya. Ia rela ditinggal, meski

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

86Musliar Kasim

ia tahu bahwa hari-hari yang dijalani akan terasa sulit tanpa
seorang suami di sisinya.

Tidak selamanya pengorbanan menghujam titik nadir seorang
hamba. Adakalanya dipetik buah manis dari apa yang telah
ditanam. Inilah yang kemudian disadari, baik oleh Nik dan
Musliar, bahwa kunci sukses tidak lepas dari tempaan
menjalani hari-hari yang tidak mudah. Banyak derita dan
airmata. Hingga Nik dan Musliar dapat menggapai serpihan
kebahagiaan yang telah lama diangankan.

Sebagai seorang PNS, sama seperti Musliar yang juga
mengajar di perguruan tinggi, Nik memutuskan untuk pensiun
dini. Ia merasa telah saatnya secara utuh mempersembahkan
diri bagi keluarga. Keputusannya tersebut didukung oleh Uda.
Sapaan kesayangannya kepada Musliar. “Biarlah Uda yang
berjerih payah, Nik telah waktunya rehat dari pekerjaan,”
ungkap Musliar di suatu waktu.

Sekiranya, tugas seorang istri adalah taat dan sabar dalam
mendampingi suami. Itulah yang diperankan dengan baik oleh
Nik. Ia memiliki seorang suami yang juga mengurus
kemaslahatan banyak orang. Maka, sebagai resikonya, ia
mesti ikhlas merelakan waktu-waktu sebagai sepasang
suami istri, digunakan oleh Musliar untuk membereskan
urusan pekerjaan.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap


Click to View FlipBook Version