The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Catatan Keutuhan Kompetensi: Pengetahuan, Keterampilan, & Sikap

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by jcinstitute05, 2021-08-17 23:53:25

Musliar Kasim

Catatan Keutuhan Kompetensi: Pengetahuan, Keterampilan, & Sikap

Keywords: #muska #Musliarkasim #biografi #biografimuska

Rantau Bertuah

245 Musliar Kasim

Rantau Bertuah
Menuju Epicentrum Kekuasaan
SURVEI WEBOMETRICS menempatkan Universitas Andalas
bertengger di peringkat 8 nasional, dan peringkat 26 dari 100
perguruan tinggi terbaik di ASEAN tahun 2011. Webometrics
merupakan sistem perankingan perguruan tinggi se-dunia
berbasis website yang didirikan sejak 2004. Apresiasi
tersebut diberikan kepada universitas berdasarkan data
website-nya.
Pemeringkatan tersebut ditujukan sebagai motivasi institusi
dan akademisi untuk menghadirkan aktivitas mereka ke
hadapan publik dengan akurat. Juga yang lebih penting adalah
peningkatan transfer pengetahuan ilmiah dan budaya secara
signifikan dari perguruan tinggi kepada masyarakat luas.
Sebagai Rektor, Musliar sangat perhatian dengan segala
bentuk survei independen yang dirilis. Ia tidak akan

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

246Musliar Kasim

mencederai kepemimpinannya dengan melakukan cara lain
untuk meningkatkan poin dalam sebuah survei. Bagi Musliar
survei yang mempresentasikan peringkat perguruan tinggi
dalam konsentrasi apapun menjadi alat baca untuk
merumuskan kebijakan.

Periode kedua Musliar menjadi Rektor baru berjalan satu
tahun. Akhir tahun 2010, pada satu kesempatan, Musliar
berangkat ke Jakarta bersama Nik untuk keperluan
pengobatan. Beberapa tahun belakang, mata Nik bermasalah.
Mereka hanya ingin cek mata Nik di sebuah rumah sakit
khusus mata di sana. Hari kedua di Jakarta, dalam perjalanan
pulang ke hotel, BlackBerry Musliar berdering. Pada layar
tertera nama Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional.

“Pak Mus, sekarang di mana? Di Padang, Jakarta, atau di Luar
Negeri?” tanya M. Nuh langsung. Dengan lugas Musliar
mengatakan bahwa dirinya dan istri sedang berada di Jakarta.

“Bisa ngobrol sama saya sebentar,” balas M. Nuh kembali.
Musliar menjawab, “Boleh Pak. Apa yang bisa saya bantu?”

Dari penjelasan singkat M. Nuh, posisi Inspektur Jenderal
(Irjen) saat itu kosong. Hanya ada Pelaksana tugas (Plt.),
sebab yang lama sedang menyelesaikan persoalan hukum.
“Kami cari penggantinya. Sudah saya cari-cari, tidak ada
orang yang bisa. Saya lihat Pak Mus yang bisa. Bisa tidak Pak
Mus membantu saya?” tembak M. Nuh langsung.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

247 Musliar Kasim

Musliar terkejut. Seluruh kota terbentang dihadapannya.
Kemacetan Jakarta masih di depan mata. Dengan segera
Musliar menyampaikan terima kasih atas perhatian Pak
Menetri. “Tapi saya kan baru menjadi Rektor, Pak.
Bagaimanapun saya bicara dulu ke senat,” terang Musliar.

Persoalan ini segera ia konsultasikan kepada karibnya ketika
kuliah dahulu, Azmin Aulia. “Terima saja. Secara persyaratan
sudah mencukupi, golongan IV D,” katanya.

“Kenapa tidak Dirjen Dikti, Irjen ini kan tidak populer sekali.
Kerjanya periksa orang saja,” sergah yang lain. “Kalau Pak
Mus di Padang, terlalu jauh untuk ranah di Jakarta. Di Jakarta
mudah untuk dilihat orang,” tukuk teman lainnya.

Musliar mengirim CV sesuai prosedur. Februari 2011 seluruh
berkas yang dibutuhkan sudah masuk. Setelah itu, hening.

Masa proses pengusulan itu, Wakil Gubernur Marlis Rahman
bertandang ke ruangan Rektor Musliar. “Kapan Pak Rektor
dilantik? Kan mau jadi Irjen,” tanya Wagub singkat.

“Saya tidak meminta, Pak Wagub. Yang minta orang-orang
disana. Padahal seharusnya sudah harus naik perlahan, ke
DPR dulu, baru bisa naik kesana,” kata Musliar menanggapi.
Musliar memahami alur birokrasi tersebut. Maret atau April
sudah sidang di DPR. Biasanya dihadiri Menteri-menteri
terkait. Mendagri, Gamawan Fauzi juga hadir di sana.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

248Musliar Kasim

Lama tidak ada kabar tentang pengangkatan Irjen tersebut,
Musliar mendapat berita pelantikan mendadak. Pagi datang
berita, besok harus dilantik. Juli 2011 baru memasuki minggu
kedua. Saat perjalanan menuju bandara, keharuan
menyeruak. Terpikir olehnya akan meninggalkan Unand. Tidak
tega melihat anak-anak mahasiswa yang dekat secara pribadi
dengannya.

Setelah dilantik, suasana mencekam di lingkungan kantor.
Banyak orang diselimuti ketakutan dipanggil KPK. Bahkan
ruangan yang semestinya menjadi kamar kerja Irjen Musliar
diberi yellow line, garis kuning KPK. Tidak butuh waktu lama
bagi Musliar untuk beradaptasi. “Saya santai saja. Saya tidak
punya salah. Saya katakan kepada mereka, bahwa
kedatangan saya kesini bukan mau apa-apa. Tapi, mari kita
perbaiki citra kita yang tidak baik,” kenang Musliar lagi.

Minggu pertama Musliar sebagai Irjen diisi dengan seremoni
perkenalan, dan adaptasi. Berikutnya, ia buat model program-
program ala akademisi. Kemudian ia presentasikan. Ia bentuk
orang-orang ini sebagai akademisi, agar berpikir sistematis.
Dibuat perencanaan agar tidak salah dari awal. Menghindari
kebiasaan setelah kejadian baru diperbaiki, bukannya
memperkuat perencanaan dari awal.

Dan, itu kesempatan baik bagi Musliar. Ia masuk ketika
kondisi sedang keruh. Ia katakan kepada mereka bahwa yang

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

249 Musliar Kasim

sudah terjadi, ya sudahlah. Proses hukum saja yang berjalan.
Mari menatap masa depan. Konsep yang ditawarkan Musliar
adalah pre-audit. Kecenderungan birokrasi adalah post-audit.
“Kegiatan sudah dilakukan tahun anggaran selama setahun,
baru masuk pemeriksa. Irjen ini ke kantor-kantor. Ke unit,
sampai ke perguruan tinggi, sampai ke mana saja yang
mendapat bantuan pemerintah. Itu post-audit namanya. Saya
menggagas ketika itu adalah pre-audit. Jadi yang kita audit itu
perencanaannya,” jelas Musliar.

Dengan audit sewaktu perencanaan, setidaknya akan
meminimalisasi fraud. Kemudian audit juga diterapkan pada
waktu pelaksanaan. Sehingga kesalahan dalam atau yang
akan terjadi itu menjadi kecil kemungkinannya. Karena sudah
dipantau. Sedikit, kalau pun akan terjadi. Respon tim
inspektorat pun beragam. Hal yang tidak pernah dilakukan
oleh orang menurut pengakuan mereka. Musliar pun
menginisiasi kegiatan sharing dengan mengundang pakar-
pakar dari luar.

Salah satu tokoh yang pernah di undang ketika itu adalah
Irwan Syarkawi, Presiden Komisaris Bakrie Group untuk
memberi kuliah umum. Kuliah umum tidak pernah terjadi di
kantor Inspektorat Jendral!

Bagi lingkungan birokrasi, inspektorat ini bak dewa. Kerjanya
tukang periksa dan menjatuhkan hukuman. Sebagai

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

250Musliar Kasim

pembanding, kehadiran Irwan Syarkawi itu ditujukan
memberikan motivasi bagi inspektorat dan berbagi
pengalaman dalam mengelola Sistem Pengawasan Internal
(SPI) di Bakrie Group. Sistem Pengawasan Internal di sana
dilihat karyawan seperti malaikat. Tidak bisa ditawar. Ketika
dia sudah mengatakan tidak, ya tetap tidak. Jika sudah hitam,
tetap hitam. Tidak ada negosiasi!

Kegiatan pengawasan dengan konsep pre-audit perlahan
diterima sebagai bentuk pengembangan yang memiliki
muatan posistif. Dalam keadaan seperti itu, ada beberapa
acara yang sifatnya maraton. Rapat Irjen yang biasanya
mengundang unit mulai dari Rektor hingga Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi kerap dilakukan dari satu hotel ke hotel
lainnya di Jakarta.

Agar efektif dan efisien, jika terdapat acara yang berdekatan
lokasi pada waktu yang tidak jauh berbeda, Musliar lebih
memilih menginap di salah satu lokasi acara daripada pulang
ke rumah. Hari itu, Musliar menghadiri acara di Twin Hotel di
dekat kantor. Karena perkiraan selesai acara telah larut
malam, ia mengajak Nik, karena sendirian saja di rumah.
Keesokan harinya, Musliar bersiap menuju kantor. “Saat
mandi, berdering telepon. Kemudian diberitahu Nik bahwa ada
panggilan masuk. Saya lihat ada daftar panggilan tak
terjawab, tidak ada namanya,” ingat Musliar.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

251 Musliar Kasim

Kemudian ia segera memeriksa Blackberry-nya. Ia melihat
ada SMS masuk. “Pak Musliar, saya ajudan Pak Sudi Silalahi.
Mau bicara.”

Segera Musliar menelpon nomor tersebut, “Iya Pak, saya di
sini,” katanya ringkas.

“Ini Pak Sudi Silalahi mau bicara dengan Bapak sebentar,”
sahut sang ajudan.

Bicaralah Mensesneg dari ujung telepon, “Pak Musliar
dimana?”

“Di Jakarta, Pak,” jawab Musliar.

“Pak Musliar kan sudah Irjen sekarang. Saya ingin beritahu
bahwa Bapak diusulkan untuk jadi calon Wakil Menteri, nanti
akan fit proper test dan menghadap Bapak Presiden di Cikeas
sekitar jam 4 sore. Usahakan jangan terlambat,” katanya
menutup pembicaraan.

Musliar menatap Nik lekat. Perlahan ia menceritakan apa
yang dibicarakan melalui telepon barusan. Nik terkejut, ia
masih setia menundukkan wajahnya, berpikir dalam.

Seluruh agenda kegiatan Irjen Jumat, 14 Oktober 2011 itu
dibatalkan. Musliar segera menghubungi Menteri M. Nuh.
Situasi pagi itu menjadi agak kikuk. Di tengah kondisinya yang
belum sarapan, Musliar menghubungi ajudan serta sopir

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

252Musliar Kasim

untuk bersiap ke kantor menemui Menteri sebelum berangkat
ke Cikeas.

Di ruangan Menteri M. Nuh, Musliar menjelaskan bahwa hari
itu ia menggantikan Fasli Jalal dalam kegiatan di
Kemenkokesra. “Pak Nuh, saya dapat telepon dari Pak Sudi.
Apa yang harus saya lakukan?” ujar Musliar meminta arahan.

“Oo. Yang di Kemenkokesra minta saja Pak Sekjen ke sana,”
jawab M. Nuh singkat.

“Pak Mus usahakan tidak terlambat. Jika perlu Jumatan-nya
dekat-dekat sana saja” katanya lagi.

“Pak Presiden biasanya akan memberikan arahan-arahan
seperti apa yang dia minta kepada kita sebagai Wakil Menteri
dan segala macamnya. Pak Mus katakan saja dan sanggup
melaksanakannya,” tambah M. Nuh.

Setelah menerima masukan dari Menteri, Musliar tancap gas.
Dalam perjalanan, Musliar berdoa kepada Allah untuk hasil
terbaik. Mobil yang membawa Musliar menepi di rest area
TMII tol Jagorawi. Ia melaksanakan shalat Jumat di Masjid
Zahida sebelum melanjutkan perjalanan ke Cikeas. Pada
sujud terakhirnya, ia bermunajat, “Ya Allah, beri hamba
kekuatan.” Ia merasa air matanya mulai terbit.

***

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

253 Musliar Kasim

Cetak Biru Generasi Emas

Suasana Cikeas siang itu penuh dengan sorot kamera dan
keramaian. Diawali dengan jogging dan bermain pingpong di
pagi hari, Presiden SBY mulai melakukan salah satu bagian
terpenting dari reshuffle, penyegaran Kabinet Indonesia
Bersatu (KIB) Jilid II. SBY memanggil para calon Wakil
Menteri.

Penambahan posisi Wakil Menteri benar-benar diluar
perkiraan para pengamat maupun masyarakat umum.
Menurut istana, penambahan Wakil Menteri dianggap sesuatu
yang wajar mengingat luasnya tanggung jawab yang diemban
oleh Kementrian terkait.

Tiba di gerbang utama Cikeas, Musliar periksa keadaan.
Disambut paspampres, ia tidak langsung turun mobil. Musliar
meminta ajudannya untuk menanyakan apakah benar ia
dipanggil Presiden. Setelah mendapat status terkonfirmasi,
Musliar turun mobil saat laju jarum jam menuju pukul tiga. Ia
segera memasuki holding room, ruangan yang diperuntukkan
bagi orang-orang yang berkepentingan bertemu dengan
Presiden.

Ditengah berbagai perasaan yang berkecamuk dalam dada,
Musliar menunaikan shalat Ashar, di Mushala. Banyak yang
hadir di sana. Denny Indrayana, Staf Khusus Presiden bidang
hukum pun terlihat asyik berbincang. Sesekali Musliar

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

254Musliar Kasim

melempar senyum kepada orang-orang yang wajahnya masih
asing dihadapannya.

Tiba giliran Musliar dipanggil masuk ke dalam ruangan yang
penuh dengan buku. Hadir dalam ruangan itu Menko
Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Menko
Polhukam Djoko Suyanto, Wapres Budiono dan Presiden SBY.

“Pak Musliar, terima kasih sudah datang,” sapa SBY hangat.

“Pak Musliar sekarang sudah Irjen, ya? Mantan Rektor iya
juga. Kemendiknas itu besar. Perlu ditambah penanganannya.
Aspek kebudayaan kita tarik ke Kementrian ini, jadi
Kemendikbud. Untuk itu kita akan membuat struktur
organisasinya. Jadi ada dua Wamen. Saya minta Pak Mus jadi
Wamen pendidikan,” jelas SBY singkat.

Menurut Musliar, visi Andalas University leading in character
building telah sampai di atas kertas kerja Presiden.

Menanggapi Presiden, Musliar berkata teduh, “Terima kasih
atas kepercayaan Pak Presiden. Bagi saya, jika itu perintah
untuk kepentingan pendidikan, akan saya lakukan dengan
sebaik-baiknya. Ini adalah tugas yang harus saya laksanakan
dengan baik. Insyaa Allah saya akan bekerja demi bangsa dan
Negara untuk menyukseskan dunia pendidikan di Indonesia,”
tutup Musliar.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

255 Musliar Kasim

Suasana di ruangan itu segera mencair. Terlebih saat
Presiden bernostalgia saat kunjungannya ke Sumatera Barat
pun beberapa kali ke luar negeri bersama Musliar saat
menjadi Rektor Unand dahulu. Tidak terasa hampir satu jam
Musliar berada di ruang kerja SBY. Musliar mohon diri setelah
ia dipersilakan meninggalkan ruangan.

Di seberang ruangan, bagian luar, puluhan wartawan telah
menunggu. Siaran langsung ditayangkan media nasional,
“MUSLIAR KASIM DITUNJUK PRESIDEN SBY JADI WAKIL
MENTERI PENDIDIKAN”.

Tidak ada pernyataan khusus dari Musliar. Secara normatif ia
menyampaikan bahwa kedatangannya ke Cikeas memenuhi
panggilan Presiden untuk uji kelayakan satu tugas di bidang
pendidikan. Musliar langsung pulang. Malam itu juga ia
diminta hadir dalam acara terkait SBMPTN, bersama Rektor-
rektor dari perguruan tinggi negeri. Saat itu ia masih
mengemban amanat sebagai Ketua Majelis Rektor, di mana
Sekjen dijabat Idrus Halimi, Rektor Unhas.

Dalam perjalanan pulang, Musliar ditelepon Syawal Gultom.
Rekan sesama Rektor dahulu yang ketika itu menjabat Kepala
BPSDM Kemendiknas. Dengan logat Medan yang kental, ia
menyapa, “Pak Musliar, Anda ini bikin kami terkaget-kaget
saja ya.”

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

256Musliar Kasim

“Kenapa, Pak?” tanya Musliar tak kalah herannya. Ia benar-
benar tidak tahu maksud dan arah pembicaraan yang sedang
berlangsung.

“Ini kan kita lihat Bapak wawancara di TV. Tidak ngomong-
ngomong pula ke saya. Selamatlah. Semoga sukses Pak
Wamen. Sampai bertemu di Century,” katanya.

Tiba di Century Park Hotel, sambutan meriah bercampur
dengan rasa terkejut diterima Musliar. Mereka kaget,
“Bagaimana ini ceritanya?” tanya mereka bersahut-sahutan.

“Saya juga tidak tahu. Mudah-mudahan berjalan dengan
lancar. Belum tentu juga terjadi sesuai dengan perkiraan kita.
Tadi kan baru fit & proper,” kata Musliar tersenyum. Proses
terasa begitu cepat. Senin, 17 Oktober 2011 Musliar melakukan
serangkaian tes kesehatan di RSPAD Gatot Subroto. Di sana
kali pertama ia bertemu Wiendu Nuryanti yang di plot sebagai
Wakil Menteri Pendidikan & Kebudayaan Bidang Kebudayaan.

Pelantikan Menteri dan Wakil Menteri hasil perombakan KIB II
dilaksanakan pada Rabu, 19 Oktober 2011 di Istana Negara.
Menjelang itu, ada rasa yang mengganjal di hati Musliar.
Nama Fasli Jalal tidak ada. “Saya tidak menyangka Pak Fasli
yang akan berhenti. Saya pikir Pak Fasli saat itu sudah
Wamen, dan tentu Wamen yang satu lagi diberikan kepada
saya, bagian pendidikan. Bayangan saya demikian,” kenang
Musliar.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

257 Musliar Kasim

Keesokan harinya, Musliar langsung mengunjungi Fasli Jalal
dirumahnya. Ia diterima dengan hangat. Pertemuan sebuah
keluarga, seorang adik yang menemui kakaknya. Sosok adik
yang ingin menceritakan satu peristiwa yang belum bisa ia
pahami sepenuhnya.

Niat tulus Musliar ditangkap Fasli dengan tangan terbuka.
Setelah bicara banyak hal, Musliar menyampaikan detail
suatu peristiwa yang membuat kedua tokoh Sumatera Barat
ini saling berangkulan. Dengan hati-hati Musliar
menceritakan proses yang ia sendiri pun masih belum
percaya utuh. Ia sangat menghormati sosok Fasli Jalal.
Musliar tidak ingin ada kekeliruan cara pandang yang bisa
saja terjadi karena faktor orang-orang disekitar.

Fasli memahami seutuhnya rangkaian kejadian yang telah
membawanya ke titik ini. Tidak ada sedikit pun dia menaruh
prasangka pada Musliar.

“Saya hanya menjalani saja, Bang. Saya menyadari diri saya.
Abang punya pengalaman banyak. Pergaulan di nasional
mumpuni. Jangankan mengusahakan untuk jadi Wakil Menteri
ini. Punya mimpi saja saya tidak, Bang,” jelas Musliar tulus.
Ucapan selamat dari Fasli Jalal kepada Musliar menutup
pertemuan mereka malam itu.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

258Musliar Kasim

Dan, tugas berat yang kelak tercatat dalam sejarah
pengembangan kurikulum pendidikan di republik ini tengah
berlangsung.

Hawa tengah hari yang lengas menyelimuti perjalanan
Musliar kembali ke kantor dari sebuah kegiatan. Sebelum tiba
diruangannya, Musliar diminta langsung ke bilik kerja Menteri.
Tak perlu waktu lama, Musliar telah berhadap-hadapan
dengan M. Nuh.

“Pak Musliar. Saya sudah meminta kepada mereka untuk
melihat kurikulum ini. Saya kok merasa kenapa pendidikan
kita seperti ini? Kawan-kawan dari Puskur (Pusat Kurikulum),
Pusat yang membuat kurikulum itu. Balitbang, di bawahnya
pusat kurikulum dan budaya. Puskurbuk (Pusat
pengembangan Kurikulum dan pembukuan). Mereka ini yang
menyusun kurikulum. Tapi saya belum melihat adanya
sesuatu yang menarik dari konsep yang selama ini
dipertahankan. Itu yang perlu Pak Mus lihat,” cecar Menteri M.
Nuh serius.

Perhatian seksama Musliar atas kegelisahan atasannya itu
memaksanya segera undur diri dari ruangan dan mencari
tahu detail persoalan dimaksud. “Saya tanyakan ke mereka
apa yang menjadi beban pikiran Pak Menteri. Jawab mereka:
sudah berkali-kali, Pak. Sudah kita kasih tahu ke Pak Menteri.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

259 Musliar Kasim

Tapi Pak Menteri tidak menoleh, tidak berkenan,” kenang
Musliar.

Pada waktu yang tak terlalu lama, mereka akhirnya
presentasi di depan Musliar. Perlahan ia paham apa yang
mereka sampaikan. Musliar segera merumuskan klaster
persoalan dan membedahnya detail. Anatomi persoalan yang
selama ini membelit Puskur, Balitbang dan Puskubuk di urai
satu persatu.

Musliar segera membentuk tim berisikan para pakar yang
selama ini terlibat persoalan kurikulum. Soal dapur ini,
Musliar terbawa suasana ketegangan mereka. Alkaf, salah
seorang staff Menteri. Orang teknik, teknik elektro. Faisal
orang Matematika. Juga beberapa pakar pendidikan yang
dimiliki Kementrian. Peran Musliar sampai tahap ini hanya
mediasi kelompok-kelompok yang sudah “karatan” di dunia
kurikulum pendidikan.

Beberapa kali diskusi, nampak benang merahnya. “Bahwa di
kurikulum kita ini selama ini, setelah kita analisis dan itu yang
diterapkan ke orang. Hanya kognitifnya saja. Tidak sampai
para peserta didik digali keterampilannya, termasuk motorik,
juga sisi afektif. Kita diskusikan panjang lebar. Hingga sampai
kepada satu titik bahwa kementrian perlu merumuskan upaya
desain pendidikan yang tidak harus saja kuat di pengetahuan,

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

260Musliar Kasim

knowledgenya. Tetapi harus sampai ke skill, kemudian sampai
ke attitudenya,” konklusi Musliar di hadapan tim.

Pada tahap lanjutan, pendalaman wacana tentang kurikulum
ini diilustrasikan dengan baik oleh Musliar. “Untuk
memberikan wawasan kepada peserta didik, sampai
demonstrasinya dalam kurikulum kita, konsep yang kita buat
sudah benar. Kita belajar menggambar itu 12 tahun, belajar
kesenian itu 12 tahun. Sampai kelas 12 SMA. Kesenian,
menggambar, melukis, dan olahraga. Coba kita contohkan
dengan menggambar. Apa keterampilan menggambar yang
bisa kita andalkan selama 12 tahun?” tanya Musliar kepada
peserta diskusi.

“Gambar kita itu sama di seluruh Indonesia. Ada gunung,
matahari di tengah, ada sawah, ada laut, ada ladang, sesekali
nampak rumah. Sama semua!” jelas Musliar menghipnotis.

“Begitu juga dengan kesenian. Coba lihat, apa yang diperoleh?
Anak saya, saya belikan harmonika. Sempat pula saya belikan
piano. Ingin saya suatu hari anak saya itu mahir main piano.
Nyatanya tidak bisa juga dia, karena di sekolahnya tidak
dilatih, tidak diajari. Kalau pun dia bisa, itu karena dia ikut les
di luar. Begitu juga dengan olahraga. 12 tahun masa kita
mencari pemain untuk 1 kesebelasan saja tidak bisa!” jelas
Musliar menarik muka serius.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

261 Musliar Kasim

“Bahwa kita tidak bisa melatih orang untuk berpengetahuan.
Sejak SD sampai SMA bahwa olahraga itu pengetahuan.
Berapa jumlah pemain olahraga? Ukuran bola berapa? Berapa
tinggi net? Lebar lapangan? Dan segala macam. Itu yang
ditanyakan. Itu kan pengetahuan. Tidak perlu dihafal itu. Tidak
perlu dihafal. Mestinya keterampilan!” lanjut Musliar dibarengi
angguk tim kurikulum menandakan setuju.

“Jika kita melukis, berapa sudutnya seharusnya? Bagaimana
membuat ilusi ini? Itu yang keterampilan. Karena tidak pernah
diajarkan. Sehingga tidak ada kita peroleh keterampilan sama
sekali. Semua mata pelajaran harus ada keterampilan. Dan,
termasuk bahasa Indonesia. Orang bisa mengatakan itu
gampang. Tapi bagaimana keterampilan membuat surat?
Bagaimana keterampilan mengarang? Tidak ada! Kita selama
ini berkutat dengan pengetahuan tentang imbuhan-imbuhan,
awalan, akhiran, apa artinya? Semuanya pengetahuan, yang
ketika menulis menjadi hilang kehebatan pengetahuan itu jika
tidak dilatih untuk terampil!” sambung Musliar.

Ditambah lagi sikap. Sikap peserta didik. Tentang sikap yang
baik, integritas, aspek Ketuhanan, kerja keras, kolaborasi dan
segala macam. Diskusi terpumpun berakhir dengan komitmen
bersama untuk menyempurnakan kurikulum yang memuat
ketiga aspek penting dari pendidikan: pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Organisasi kerja segera dibentuk.
Tim pengarah untuk teknisnya dipimpin langsung oleh Musliar

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

262Musliar Kasim

sebagai Ketua Tim Pengarah. Tim Kerja diisi oleh para pakar
kurikulum, pakar pendidikan, hingga para pakar pada masing-
masing mata pelajaran.

Tim kerja merumuskan desain kurikulum yang memuat
semangat tiga aspek pendidikan diatas. Masing-masing tim
kerja terkait mata pelajaran merancang presentasi kepada
tim pengarah teknisnya. Setelah sempurna, seluruh desain
kurikulum dipresentasikan kepada Menteri. Musliar langsung
turun menjadi jenderal lapangan. Pekerjaan dari pagi sampai
tengah malam, begitu terus hingga tahun 2012 menemui
ujungnya.

Target kementrian, memasuki awal tahun 2013 kurikulum
sudah selesai. Perubahan itu sangat signifikan. “Ketika
kurikulum selesai, tidak menyangka saya rasanya. Kok bisa?
Betul-betul ridha Allah. jika tidak, tidak akan mungkin bisa
terlaksana. Sampai ke buku-bukunya kita sediakan.
Perubahannya luar biasa,” kenang Musliar haru.

Proses penyempurnaan kurikulum ini memiliki dampak
psikologis bagi Musliar. Dalam perjalanannya, pikiran Musliar
menemukan jawaban-jawaban, dan hatinya memahami
kebenaran-kebenaran baru. Ia masih ingat apa yang
disampaikan oleh Farid Anfasa Moeloek. Konsep yang
diterapkan dalam kurikulum ini mengurangi mata pelajaran
dengan perubahan-perubahan yang banyak sekali.

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

263 Musliar Kasim

“Pak Musliar, kalau anda memang bisa menerapkan
kurikulum dengan mata pelajaran seperti ini, saya orang
pertama yang memberikan apresiasi. Karena hari ini saya
sebagai seorang kakek, merasakan kesulitan dari cucu saya.
Cucu saya itu bawa koper ke sekolah sekarang. Ransel yang
menggunakan roda. Karena banyak bukunya. Ada 14 bukunya,
ditambah LKS macam-macam. Aduh. Tidak ada kesempatan
untuk cucu kita main,” jelas Farid Anfasa Moeloek pada satu
waktu. Ungkapan itu pula yang selalu disampaikan Musliar
dalam sosialisasi kurikulum tersebut.

Tahun-tahun itu Musliar mendadak menjadi selebriti bidang
pendidikan. Wajahnya wara-wiri di layar kaca. Pagi sudah
panjang lebar menjelaskan di Metro TV. Siang kembali
menjelaskan hal serupa di TV One. Sore kembali
menceritakan soal yang sama di TVRI. Begitu selalu.

Federasi Guru angkat bicara. Melalui Sekjennya, Retno. “Apa
itu kurikulum 2013? Buku temanya yang digunakan untuk satu
bulan itu, satu jam, satu hari bisa habis dibaca anak saya,”
katanya.

“Bu, inilah kesulitan kita. Kadang belum memahami, tapi kita
sudah berkomentar. Itu buku tema, bukan untuk dibaca, Bu.
Tapi untuk dilaksanakan,” begitu Musliar tegas menimpali.

Serangan publik yang dialamatkan kepada Musliar sebagai
penanggungjawab Tim Pengarah termasuk tidak adanya

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

264Musliar Kasim

pelajaran bahasa Inggris dalam kurikulum yang dikenal
dengan Kurtilas (Kurikulum Tiga Belas). Musliar menjawab
sesuai data, “Untuk apa berdebat soal pelajaran bahasa
Inggris, sementara yang sekarang pun tidak ada juga.
Sebelumnya tidak ada juga. Tapi orang-orang sudah
mengajarkan bahasa Inggris.”

Suara sumbang berpendar di udara. “Ini bagaimana sih Pak
Wamen. Orang globalisasi, bahasa Inggris dihapus dari
kurikulum,” kata mereka. Untuk ini, Musliar kembali
menjelaskan duduk perkara perlahan. “Saya tidak
mengatakan menghapus. Tidak ada dalam kurikulum. Kita
tidak izinkan dalam kurikulum. Yang lama juga tidak ada
pelajaran bahasa Inggris ini. Tapi tetap diajarkan oleh
sekolah-sekolah. Poinnya adalah bagaimana bahasa
Indonesia yang mesti diberikan porsi terhormat. Bahasa
mencerminkan penggunanya. Dalam bahasa Indonesia ada
posisi sikap dari penutur yang berbeda dari bahasa Inggris.
Prinsipnya tidak soal bahasa Inggris diajarkan di sekolah-
sekolah,” pungkas Musliar.

Dalam keadaan seperti itu, ada lagi peristiwa UAN (Ujian
Akhir Nasional). Beberapa pihak berusaha untuk menghapus
UAN. Kementrian tidak setuju. Apa alat ukur untuk
keberhasilan pendidikan di sekolah? “Soal UAN, Pak JK turut
menyumbang saran. Beliau mendukung keberadaan UAN
sebagai salah satu alat evaluasi. „UAN itu perlu. Jika tidak

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap

265 Musliar Kasim

bagaimana kita mengukur anak kita mencapai sebuah
pencapaian‟ katanya. Bahkan UAN dikaitkan dengan tingkat
stress siswa yang menyebabkan kematian. Ini sudah sesat
pikir,” demikian Musliar.

Belum selesai polemik tentang keberadaan UAN, pelaksanaan
UAN tahun 2013 bermasalah dalam pendistribusian soal-
soalnya. Tidak sampai soal ke beberapa daerah Indonesia
bagian timur. “Saya ikut mengantarkan soal itu dengan
pesawat Presiden. Ke Makassar, NTT, hingga Papua. Saya
babak belur mengatasi hal teknis yang menjadi domain tugas
dan tanggung jawab saya,” kenang Musliar.

Rasa lelah mulai merambatinya. Sejenak Musliar merebahkan
diri di atas kursi di dalam ruang Wakil Menteri. Matanya nanar
melempar pandangan ke luar jendela. Langit Jakarta telah
gulita. Kerlip bintang beradu cahaya dengan gemerlap lampu
kota. Ia memilih untuk sendiri, sebelum malam itu ia kembali
memulihkan energi.

***

Catatan Keutuhan
Pengetahuan, Keterampilan & Sikap






































Click to View FlipBook Version