The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Ghani Chaniago, 2023-11-08 08:07:43

DOC-20231108-WA0017

DOC-20231108-WA0017

301 Aku terbangun di alam bawah sadarku. Dan aku bertemu dengan 2 orang yang mirip denganku tetapi lebih tinggi dan berotot daripada diriku sendiri. Aku bingung dengan kondisi ini, siapa mereka? “ Siapa kalian?” ujarku “ Aku adalah akalmu, dan dia adalah hatimu.” “ Akal dan Hati, kenapa kalian bisa ada di alam bawah sadarku?” *Si Akal berbicara denganku. “ Sebenarnya kami ini tidak ada. Kami hanyalah proyeksi buatan yang digunakan sebagai sarana visual penggambaran proses kerja otak yang abstrak.” “ Lalu, kenapa kalian mirip sepertiku, walaupun lebih berotot dan tinggi.”


302 “ Ya, kami adalah wujud asli Passive Powermu. Kau memiliki Passive Power yang kuat seperti kami, William.” “ Oh begitu ya. Kalian adalah Akal dan Hatiku. Kalian pasti sudah tau kalau orang tuaku sudah meninggal.” “ Ya, aku sudah tau, William. Tapi aku tidak bisa membantumu. Rantai phobia darah melilt tubuhku.” *Aku mengalihkan pembicaraan kepada Hati. “ Kalau kau, Hati? Kau bisa membantuku untuk balas dendamkan?” “ Ya tentu saja, tapi…” “ Tapi apa?” “ Jika aku mengambil alih tubuhmu, kau akan kehilangan sifat rasionalmu sebagai seorang manusia.” “ Tidak apa apa, Hati. Silahkan ambil alih tubuhku ini.” “ Baiklah, aku hanya bisa mengambil alih tubuhmu selama 45 detik, dan aku akan menggunakan semua


303 energimu untuk menghasilkan adrenalin. Bagaimana? Apakah kau setuju, William?” “ Ya.” Hatiku mengambil alih tubuhku, dan aku bisa bangkit tanpa ku sadari karena semua fungsi tubuhku saat ini diatur oleh hati, bukan pikiranku. Aku berjalan keluar dan melihat Farrel sudah menahan Pak Dallunt. Dia juga mendapatkan pistol cadangan dan memberikannya kepadaku. Ketika itu Farrel dan Pak Dallunt sedang berbincang. “ Farrel, kau tega melakukan ini semua kepada Ayah?” “ Kenapa tidak? Ayah, kau bukan Ayahku. Kau monster. Aku tadi melihatmu melakukan sabotase pada peralatan ice skating. Dan masih banyak kejahatan yang kau lakukan demi rusaknya persaudaraan kristen dan islam.” “ Tapi itu semua…”


304 “….Apa? Ketika kau kuat, kau menganggapku pengkhianat? Dan ketika lemah, kau menganggapku anak.” “ Kau kristen, Farrel. Kenapa kau terlalu baik kepada islam?’ “ Toleransi, Ayah. Toleransi adalah nama lain dari perdamaian.” *Dan Farrel menyadari kehadiranku. Lalu dia melemparkan senjata cadangan itu kepadaku. “ William, kau sudah baik baik saja, bukan?” “ Ya. Farrel.” “ Ini adalah ilmu terakhir dariku, sebagai mentormu, William. Teknik eksekusi.” “ Kau tidak perlu mengajariku cara melakukannya, Farrel.” “ Eh..” “ Jika toleransi adalah nama lain dari perdamaian, maka balas dendam adalah nama lain keadilan.”


305 Farrel melepaskan Pak Dallunt dari teknik pengunciannya dan Pak Dallunt terjatuh dihadapanku. Hatiku melakukan tindakan balas dendam dengan sangat baik. 2 buah peluru bersarang di kepala Pak Dallunt dan dia meninggal di tempat. Dan polisi datang ke lokasi untuk menyelidiki kejadian. Dan rumahku sudah disegel oleh garis polisi dan aku kehabisan tenaga setelah 45 detik.


306 True Ending. Aku terbangun di rumah sakit dan melihat jam. Ternyata sudah pukul 7 malam. Farrel yang duduk menemaniku beranjak dari kursi dan pergi ke kasurku. “ William, apakah kau sudah mendingan.” “ Ya, Farrel. Kenapa aku ada di rumah sakit?” “ Kau tadi pingsan setelah balas dendammu terpenuhi.” “ Oh begitu, pasti kita berdua akan masuk penjara karena membunuh Walikota kan, Farrel?” “ Tidak William. Bukti bukti yang ada di rumahmu seperti rekaman cctv sudah membuktikan semuanya. Kita berdua dinyatakan tidak bersalah.” “ Alhamdulillah.” “ Ya, Puji Tuhan.”


307 “ Lalu, bagaimana dengan teman teman kita yang di resort itu, apakah mereka..” “ Sayang sekali, William. Zain meninggal karena tertembak di kepala karena tawuran tadi. Mayatnya langsung dikebumikan jam 4 sore tadi.” “ Innalillahi, hidupku yang senang senang saja selama 1 tahun ini, ternyata semua penderitaannya dipindahkan ke hari ini ya? Tidak bisa ku percaya, 3 orang terdekatku meninggal hari ini.” “ Aku turut berduka cita, William.” “ Terima kasih atas belasungkawamu, Farrel.” “ Sama sama, William. Aku pulang dulu ya.” “ Ya, Farrel.” Setelah Farrel pergi, Willy masuk ke kamarku sambil menangis dan memeluk erat diriku. Aku juga tidak bisa menahan tangisanku. “ William, aku harap kamu bisa untuk bersabar ya….” “ Willy….”


308 “ William, kamu lihatkan, kondisi kita saat ini, tidak ada lagi kasih sayang untuk kita, dari orang terdekat kita.” “ Willy, sekarang aku paham rasanya ditinggalkan..” “ William, sekarang hanya ada kasih sayang antara kita, satu sama lain.” “ Willy, apa maksudmu?” *Willy menutup kaca pintu kamarku dan menguncinya. Lalu dia berpakaian minim lagi. “ Willy, apa yang mau kamu lakukan.” “ William, aku sudah tau kalau kamu akan memutuskan hubungan kita karena kita, beda agama.” “ Willy, tunggu dulu. Apa yang mau kamu lakukan.” “ Kamu adalah cintaku yang terakhir, William. Aku tidak mau kehilangan dirimu.” “ Jadi kamu…” “ Ya, jika aku merusak status keperjakaanmu, kamu dengan terpaksa menikahiku, William.”


309 “ Aku tidak berdaya sekarang dan kamu mau begituan?” “ Justru karena itulah, William. Ini adalah kesempatan emasku agar kamu tidak menolaknya. Aku tidak akan melepaskanmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu, William.” “ Hentikan semua ini Willy. Allah pasti akan melaknatku karena ulahmu.” “ Aku tidak peduli, aku menyayangimu, William.” “ Aku juga menyayangimu, Willy, tapi..” “ Aku mencintaimu, William.” “ Tapi aku tidak mencintaimu, Willy.” “ A…apa yang ka..kamu bilang, William?” “ Aku tidak mencintaimu dan tidak akan pernah bisa mencintaimu. Kamu itu kristiani dan aku muslim.” “ Begitu ya, William, terima kasih untuk semua perasaan yang palsu selama 1 tahun ini.” Willy memakai pakaiannya kembali dan langsung keluar dari kamarku. Dia berlari sambil menangis dengan suara yang keras. Hah, aku


310 bersyukur karena aku tidak jadi berzina dengannya. Dan ku rasa, aku perlu istirahat dan pindah ke luar kota esok hari. Aku baru saja bangun pagi setelah tidur malam yang nyenyak dan tiga serangkai sudah berada di hadapanku. Farhan memulai obrolan denganku. “ Maaf, William. Kami baru tahu kabarnya kalau orang tuamu sudah tewas terbunuh. Kami mengucapkan turut berduka cita atas kematian orang tuamu.” “ Terima kasih atas perhatian kalian teman teman.” *Murad menyela “ Kami membawa bingkisan juga untukmu, William. Semoga cepat sembuh ya.” “ Terima kasih ya, Murad dan teman teman lainnya.” “ Ya sudah, kami pergi dulu. Assalamualaikum.” “ Waalaikum salam.”


311 Hah, tubuhku sepertinya sudah segar kembali, aku sudah mendapatkan semua energiku kembali. Ya, aku pikir, aku akan meninggalkan kota ini dan pindah ke kota lain. Setelah aku mengemasi barang barangku yang diperlukan di rumah, aku langsung berangkat dengan mengendarai mobil Almarhum Ayahku. Sebelum kepergianku, Farrel datang ke rumahku dan menyerahkan koper penuh uang kepadaku. “ William.” “ Ya, Farrel.” “ Maaf mengganggumu. Aku hanya mau memberikan ini.” “ Apa isinya?” “ Harta warisan Ayahkku. Kami pikir, kau lebih berhak menerimanya, karena orangtuamu meninggal karena perbuatan Ayahku?”


312 “ Serius?” “ Ya, itu memang hak mu. Ambil lah.” “ Terima kasih, Farrel. Tapi, ini bukan dana pemerintahan kan?” “ Tidak tidak, itu adalah murni warisan harta Ayahku.” “ Ya sudah, sekali lagi, terima kasih banyak ya, Farrel.” “ Ngomong ngomong, kamu mau pindah ke mana?” “ Aku mau pergi ke Pantai Gold Sand.” “ Pantai Gold Sand?” “ Ya, pantai itu terletak di utara Kota Aurum. Kau boleh berkunjung kapanpun ya, Farrel.” “ Baik William. Hati hati di jalan ya.” Dan sejak perpisahan itu, aku memulai hidup baru di sekitaran Pantai Gold Sand. Diawal hidupku di sana, aku membeli resort tepi pantai sebagai aset pribadi, menulis novel, dan menjual minuman untuk mencukupi kebutuhanku sehari hari. Bahkan penghasilanku berlebih dari perkiraanku.


313 Tidak terasa sudah 4 tahun ku jalani kehidupan di Pantai Gold Sand yang monoton dan akhirnya sesuatu yang besar mengejutkanku. Sahabat lamaku, yaitu Farrel, Farhan, Zaid, dan Murad datang berkunjung. Mereka menceritakan kesuksesan mereka masing masing. Farrel sudah menjadi Walikota Kota Evercold, Farhan menjadi ketua umum partai politik di Kota Evercold, Zaid menjadi pengusaha besar dan Murad menjadi Imam Masjid besar di pusat Kota Evercold. Sayangnya, mereka hanya singgah 1 hari saja disini karena tidak biasa dengan suhu pantai yang panas. Jadi mereka langsung pergi setelah berbincang denganku. Dan yang lebih membuatku terkejut adalah Farrel, memutuskan untuk masuk islam dan akrab dengan sahabat sahabat ku. Dia bilang, dia diislamkan oleh Murad. Wah, syukurlah aku memiliki sahabat yang bisa menuntun orang lain ke jalan Allah. Selain itu, Farrel juga bilang kalau penduduk Kota Evercold sudah menganut paham toleransi. Perekonomian meningkat drastis karena tidak adanya faktor pemboikotan lagi.


314 Dan 7 hari setelah mereka kembali ke Kota Evercold, Seorang wanita bercadar mengunjungi rumahku ditengah hujan di malam hari. “ Assalamualaikum” *Aku membukakan pintu untuknya. “ Ya, Waalaikum salam. Silahkan masuk, pasti sangat dingin di luar.” “ Ya, Syukran Katsiran.” “ Ngomong ngomong, aku tidak mengenalmu. Jika boleh tau, siapa namamu?” “ Ismii Rahmatul Fitrah, anta bisa memanggil Ana Rahma atau Fitrah.” “ Baiklah, hmmm….Rahma. Kamu berasal dari mana?” “ Ana dari Kota Evercold.” “ Wah, kenapa kamu jauh jauh datang ke sini?”


315 “ Ana pikir tadi, bisa sampai di pantai ini di sore hari, tetapi perkiraan ana salah. Jadinya ana kehujanan di malam hari seperti ini.” “ Ya sudah, Rahma. Duduklah dulu, aku akan membuatkanmu teh terlebih dahulu.” “ Wah, tidak usah repot repot, jika anta sudah mengizinkan ana berteduh di sini, itu sudah cukup.” “ Tidak repot kok. Justru aku bakalan lebih repot kalau kamu nanti sakit karena kehujanan.” “ Oh begitu, Syukran Katsiran.” “ Ya, sama sama.” “ Oh ya, anta pemilik resort kan?” “ Ya, apakah kamu mau menginap disana.?” “ Tentu saja.” *Aku menghubungi stafku yang berada di resort itu. Dan staf itu memberikan sebuah kabar buruk. “ Heheh, maaf ya, Rahma. Resortnya penuh karena sudah disewa orang lain.”


316 “ Astaghfirullah. Lalu ana mau menginap dimana lagi. Disini, cuma ada resort milik anta.” “ Aku juga bingung.” “ Bagaimana kalau ana menumpang tidur di rumah anta semalam ini saja?” “ Maaf, kamu bukan mahramku dan aku sudah lupa cara untuk berzina sejak 4 tahun yang lalu.” “ Ana rela kok, tidur di lantai. Dan jika anta mau, anta boleh mengunci pintu kamar anta supaya kita tidak terjerumus kedalam perbuatan zina.” “ Ya sudah, kamu tidur di kamarku saja, biar aku yang tidur di luar.” “ Wah, Syukran, syukran, syukran,syukran.” Wanita itu segera membawa tehnya ke dalam kamarku dan dia mengunci pintunya. Ya, aku rela kok tidur di sofa untuk menolong orang lain dan menghindari zina. Aku berpikir, kenapa paras matanya, caranya berbicara, jenis suaranya benar benar mirip dengan Willy? Hah, tidak mungkin. Willy kan orang kristen, lagi pula dia juga putus hubungan denganku. Dan


317 untuk apa pula memikirkan orang lain, lebih baik aku tidur saja. Setelah tidur semalaman, aku dibangunkan oleh wanita bercadar itu. “ Hai, anta cepatlah bangun. Ana sudah memasak makanan buat anta.” “ Masak? Apa yang kamu masak, Rahma?” “ Mie khas Kota Evercold.” “ Hah? Serius?” “ Ya, tapi kamu harus shalat shubuh dulu. Ayo cepat.” Sudah 4 tahun aku tidak memakan makanan ini, dan rasanya yang dimasak oleh Rahma benar benar authentic dan spesifik. Bagaimana dia bisa tau kalau ini adalah makanan favoritku? Aku rasa, menikmati makanan ini jauh lebih nikmat tanpa memikirkan apapun, jadi lupakan saja. Matahari sudah bersinar terang, walaupun sekarang masih jam 8. Hari ini adalah hari minggu,


318 jadi aku tidak berjualan minuman. Aku lebih suka menulis novel daripada menganggur di hari yang cerah ini. Karena Rahma ada disini, jadi aku memiliki 2 otak untuk menghasilkan inspirasi. Dia beropini mengenai plot novel yang sangat bagus. Dan dia akhirnya mau berterus terang kepadaku. “ Jadi, ini yang anta kerjakan seharian di hari minggu, William?” (…..Aku tidak pernah menyebutkan namaku kepadanya dan dia tau?....) “ Kenapa kamu bisa tau namaku, Rahma?” *Rahma membuka cadarnya. “ Willy? “ “ Ternyata kamu masih mengingat namaku, William.” “ Ma…mau apa kamu datang kesini?”


319 “ Tenang saja, jangan panik begitu. Kamu lihatkan, aku sudah masuk islam dan aku adalah muslimah.” “ Lalu apa mau mu, kita sudah putus, kan?” “ Ya, tapi aku membutuhkan kasih sayang darimu lagi, William. Aku hanya ingin menjalin hubungan cinta lagi denganmu William.” “ Apa maksudmu yang sebenarnya, Willy?” “ William, aku sebenarnya mau menikah denganmu.” “ Tunggu dulu, Willy. Jangan bercanda denganku.” “ Ya, aku ingin menikah denganmu.” “ Pernikahan bukanlah hal untuk main main.” “ Ya, aku tau itu. Makanya, aku tidak mau bermain main lagi dengan hubungan kita, aku tidak ingin kita berzina seperti dulu lagi.” “ Tapi kan kamu sudah memutuskan hubungan denganku waktu itu, Willy.” “ Kamu salah menanggapi perasaanku, William. Aku hanya menangis karena kamu menolak untuk berzina denganku saat itu. Dan sekarang aku sudah berubah.” “ Oh, begitu ya.”


320 “ Jadi, William. Aku mau kamu menikahi diriku.” Aku pikir, tidak ada lagi pembatas antara hubunganku dengan Willy. Dia sudah menjadi muslimah dan dia halal untuk aku nikahi. Dan cintaku kepadanya yang aku tahan selama 1 tahun berpacaran, ditambah 4 tahun perpisahan yang lalu akhirnya bisa aku luapkan kepadanya. Intinya, tidak ada lagi alasanku untuk menolak tunangan Willy. “ Ya, baiklah Willy, oh maksudku Rahma, eh maksudku Willy….hmm…” *Willy tertawa kecil sambil menutupi mulutnya dengan telapak tangannya. “ William, kenapa kamu jadi gugup seperti itu?” “ Maaf Willy. Aku hanya terlalu senang…ya, senang hehe.” “ Bagaimana kalau kita menikah besok?” “ Besok?”


321 “ Ya, kenapa tidak, semakin cepat semakin baik bukan?” “ Lalu bagaimana soal masa taarufnya?” “ Kamu kan sudah mengenali semua seluk beluk diriku, bukan? Untuk apa lagi taaruf.” “ Bukan itu maksudku, Willy.” “ Lalu apa?” “ 4 tahun sejak perpisahan kita, sudah banyak hal yang berubah dengan diri kita. Misalnya dirimu. Aku tidak tau banyak soal dirimu yang sekarang ini. Kamu sudah menjadi muslimah dan memiliki sikap yang berbeda dengan dirimu yang kristen dulu. Anggap saja aku sama sekali tidak mengenalimu. Dan sekarang, beritahu diriku apa apa saja yang telah kamu lalui.” “ Tanpa disuruhpun akan aku jelaskan, William. Ketika kamu menolak untuk berzina dengan diriku. Aku sempat putus asa. Aku juga mendengar kalau kamu akan meninggalkan Kota Evercold. Aku juga mencoba untuk bunuh diri saat itu dan bayang bayangmu tiba tiba muncul. Aku sadar, kamu adalah cintaku yang terakhirku, aku tidak akan menyianyiakannya. Lalu aku berpikir siang dan malam untuk


322 mencari apa tembok pembatas yang sebenarnya menghalangi cintaku kepadamu. Dan kuncinya simpel saja, aku hanya perlu masuk islam agar kamu bisa menikahiku. Dan sejak saat itu, namaku berubah menjadi Rahmatul Fitrah.” “ Lalu, apa saja yang kamu lakukan setelahnya?” “ Karena aku memiliki banyak harta yang berlebih, aku menyerahkannya untuk kepentingan yayasan dan panti asuhan. Aku juga ikut mendaftar sebagai tim koordinasi yayasan tersebut. Lama kelamaan, pengaruh islami terserap sepenuhnya di dalam jiwa ragaku. Dan anak anak yatim itu, mereka sama seperti masa laluku, mereka merasakan kesamaan itu dan sudah menganggapku seperti seorang Ibu. Tak lupa juga, hubungan yang dekat antara tim koordinasi membuatku terbiasa menyebut ana dan anta, jadi ya begitu lah kehidupanku selama 4 tahun ini.” “ Jadi, kamu sudah melangkah lebih jauh daripada diriku ya, Willy.” “ Ya begitu lah.” “ Sepertinya cerita dan pengalamanmu itu cukup bagiku untuk menerimamu sebagai istriku.”


323 Karena aku masih memiliki banyak uang tabungan, jadi aku memutuskan untuk membeli cincin pernikahan untuk Willy. Dan Willy juga ikut membelinya. Kami berjalan di pasar dekat rumahku. Aku sudah memperhatikan gerak gerik Willy, dia berusaha menjaga jarak dan pandangannya dariku. Walaupun konyol, kecantikannya ketika memakai cadar mengalahkan stigma konyol tersebut. Kami sudah kembali ke rumahku. Dan aku teringat apakah uangku cukup untuk membuat pesta pernikahan mewah. Untuk berjaga jaga, aku bertanya kepada Willy soal masalah ini. “ Willy, kamu tau kan kalau menikah itu butuh banyak biaya?” “ Apa maksudmu, William?” “ Aku rasa, uangku tidak cukup untuk mengadakan pesta pernikahan yang mewah dan….” “ Itu tidak perlu William, pesta pernikahan hanyalah sunnah, dan bermegah megahan juga dilarang islam, bukan?”


324 (…..Orang yang masuk islam 4 tahun yang lalu bahkan memiliki wawasan yang lebih luas daripada diriku yang islam sejak lahir….) “ Baiklah, jadi kita hanya akan mengadakan akad pernikahan saja bukan?” “ Ya.” “ Lalu, siapa Walimu, Willy? Pamanmu tidak akan bisa menjadi Wali karena dia bukan islam.” “ Ya sudah, aku akan meminta seorang kyai untuk menjadi Wali ku.” “ Oh kalau begitu, baiklah.” Hari yang telah kami tunggu tunggu akhirnya tiba. Sebelumnya, aku dan Willy juga sudah memberitahukan soal pernikahan ini kepada pengurus masjid terdekat. Dan mereka bersedia untuk diadakannya akad nikah kami pada masjid tersebut. Dan kamipun akhirnya sah menjadi sepasang suami istri dalam pernikahan tersebut.


325 Willy mengajakku untuk tinggal kembali di Kota Evercold. Pulang kampung, ya? Baiklah aku akan mengikuti permintaan Willy. Para staf resort yang mengetahui keberangkatanku mengatakan kalau mereka bisa mengurus resort tersebut dan akan rutin mengirimkan pendapatan resort kepadaku. Aku sekarang menjadi cukup tenang mendengarnya. Dan ini lah hidup baruku yang ketiga, kembali ke Kota Evercold yang sejahtera dengan istriku tercinta. Seminggu setelah pernikahan kami, aku mencoba untuk jalan jalan di Kota Evercold. Dan aku teringat untuk pergi ke pemakaman Ayah, Ibu dan Zain. Jadi, aku meminta Murad untuk menunjukkan lokasi pemakaman tersebut, kemudian dia meninggalkanku sendirian disana. Aku telah membacakan Yasin untuk Ayah dan Ibuku. Aku juga sudah membacakannya juga untuk Zain. Lalu aku berbicara ke arah kuburan Zain.


326 “ Zain, aku tidak tau apakah aku harus tertawa, menangis, bangga, atau kecewa kepadamu ketika kau meninggal dalam tragedi di resort itu. Apakah aku harus tertawa karena kau terlalu emosional dalam menanggapi sesuatu? Apakah aku harus menangis karena kematian terhadap dirimu? Apakah aku harus bangga karena sikap tidak tinggal diam dirimu dalam memperjuangkan nama baik Islam? Atau apakah aku harus kecewa karena kau tidak mendengarkan ajakanku saat itu?. Tapi, aku mendoakanmu kepada Allah, Zain. Semoga kau dicatat sebagai orang yang mati syahid. Maafkan aku, Zain. Karena aku juga tidak peka tentang dirimu yang lupa ingatan saat itu. Andai saja aku lebih peka, kau pasti akan lebih cepat sadar dan terpengaruh oleh Passive Powerku lebih awal. Ya sudah, aku pergi dulu, Zain. Sampai jumpa kelak di alam sana….” *****


327 Profil Penulis Firman Ghani adalah nama penanya. Penulis yang sekarang berumur 18 tahun ini tertarik menulis novel bahkan sejak berumur 11 tahun. Ia sekarang menempuh pendidikan di MAN 2 Kota Padang Panjang. Belum memiliki pekerjaan, tetapi fokus mengejar passion dibidang coding, pixel art dan desain grafis. Sebelum menempuh pendidikan di MAN 2 Kota Padang Panjang, ia telah menempuh serangkaian proses pembelajaran. Dimulai dari SD 02 Pandai Sikek ( 2012-2018 ) dan MtsS Diniyyah Pandai Sikek ( 2018-2021 ). Walaupun memiliki passion di bidang coding, pixel art, dan desain grafis, prestasi yang dia raih selama ini justru tidak memiliki hubungan sama sekali dengan passionnya. Seperti juara 3 khatam alquran 2017, dan menjuarai beberapa perlombaan MTQ pada tahun 2017-2021.


Click to View FlipBook Version