The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Andi Sawe Ri Esso, S.E., M.Si, 2023-02-24 23:18:59

Buku Digital Manajemen Merek

Buku Digital Manajemen Merek

238 Ulrich, I., Tissier-Desbordes, E., & Dubois, P. L. (2011). Brand gender and its dimensions. ACR European Advances. Wertime, K. (2003). Building Brands & Believers: How to Connect with Consumers Using Archetypes. Singapura: John Wiley & Sons, Inc. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=_WdEAAAAYAJ


239 Profil Penulis Akhmad Sefudin, S.E., M.M. Awal karier sebagai dosen di kampus almamater S1: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta mengampu beberapa mata kuliah: Manajemen keuangan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Perekonomian Indonesia dan Statistik. Seiring waktu penulis merasa tertarik untuk mendalami ilmu pemasaran karena beberapa alasan: dinamis, menantang kreatifitas dan keinovasian. Pada tahun 1997 menempuh pendidikan S2 di International Golden Institute konsentrasi pemasaran. Tahun 2019 proses studi lanjut S3 di Universitas Pakuan Ilmu Manajemen konsentrasi ilmu Pemasaran. Selain sebagai dosen dan struktural di Universitas Indraprasta PGRI penulis juga praktisi bisnis sebagai pengurus di Koperasi Pegawai Universitas Indraprasta PGRI (Koppindra). Pengalaman dalam menyusun buku yakni: Perilaku Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, keduanya ber ISBN penerbit: Unindra Press. Buku Perilaku Organisasi lolos hibah Dikti. Adapun buku yang disusun dari hasil penelitian hibah Dikti adalah Implementasi Balanced Scorecard pada Koperasi Karyawan dan Dosen Universitas Indraprasta PGRI. Alhamdulillah buku ini telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual. Email Penulis: [email protected]


240


241 15 BRAND PERFORMANCE DAN BRAND LOYALTY Cut Faradilla, SP., MSi Universitas Syiah Kuala Brand Performance Pemasaran pada dasarnya merupakan segala kegiatan yang menyangkut masalah penyaluran produk dari produsen ke konsumen dimana perusahaan suatu rencana dengan menentukan harga dan promosi yang diorientasikan pada pelanggan serta memperhatikan kebutuhan serta keinginan pelanggan secara memuaskan. Menurut Kotler dan Keller (2008) mengemukakan, pengertian pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Kategori dari kinerja merek (Brand Merek) terbagi menjadi 2 yaitu kinerja pasar merek dan profitabilitas merk performance. Lebih lanjut penjelasan tentang profitabilitas merek adalah suatu indeks saham keuangan dari sebuah merk dalam kaitannya dengan keuntungan ritel dan dievaluasi menggunakan keuntungan dan margin keuntungan. Sementara kinerja pasar merek adalah tuntutan pasar serta evaluasi indeks contohnya adalah tingkat penjualan dan pangsa pasar.


242 Secara teeoritis beberapa pakar dalam ahli pemasaran seperti Keller (2008) menyatakan bahwa kinerja merek (Brand Performance) menjelaskan tentang seberapa baik produk atau layanan dapat memenuhi fungsi dan kebutuhan pelanggan. Brand performance juga menjelaskan tentang sejauhmana suatu merek dapat memenuhi fungsi dan kebutuhan dari pelanggan atau customer. Aspek penting dari Brand Performance meliputi 2 bagian yaitu kinerja pasar merk dan profitabilitas merk. Kinerja profitabilitas merek merupakan indeks saham keuangan dari sebuah merek dalam kaitannya dengan keuntungan ritel dan dievaluasi menggunakan keuntungan dan margin keuntungan sedangkan kinerja pasar merek menganggap tuntutan pasar danmengevaluasi indeks seperti tingkat penjualan dan pangsa pasar. Menurut Aaker (1996) mengusulkan beberapa indeks terkait dengan evaluasi perilaku pasar. Ia menilai cakupan pangsa pasar, harga dan distribusi sebagai indeks pengukuran kinerja merek dan dia juga menunjukkan bahwa pengukuran kinerja merek menggunakan pangsa pasar sering memberikan refleksi luas dan masuk akal dari kondisi suatu merek atau pelanggan. Menurut keller, kevin lane (2008) bahwa kinerja merek menjelaskan seberapa baik produk atau layanan, dapat memenuhi fungsi dan kebutuhan pelanggan atau tidak, dan sejauh mana merek tersebut bisa memenuhinya. Brand Performance juga menjadi penentu posisi dari sebuah brand, dimana kinerja brand yang baik membawa pada posisi sebuah brand di mata pelanggan. Secara umum terdapat 5 aspek penting sebagai landasan Brand Performance, yaitu: 1. Product realbility, durability and serviceability Dalam aspek Product realbility, durability and serviceability masing masing aspek megukur konsistensi kinerja dari waktu ke waktu mulai dari kegiatan pembelian diawal sampai pada kegiatan pembelian selanjutnya (reability), perkiraan umur penggunaan sebuah produk (durability), serta


243 mengukur kemudahan memperrbaiki produk (serviceability) jika dibutuhkan dalam kegiatan pembeliatan atau pemasaran. 2. Primary ingredient and supplementary features Dalam pemasaran produk, ada beberapa aspek yang menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan agar produk dapat berfungsi dan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga mampu memberikan tingkat kepuasan pelanggan. Sementara aspek yang lain merupakan aspek pelengkap yang membutuhkan penyesuaian penyesuaian dan penggunaan yang lebih fleksibel dan personal. Setiap pelanggan memiliki sense of product yang dianggap mampu mmberikan keyakinan terhadap produk tentang kualitas utama produk beroperasi di pasar apakah produk memiliki kualitas rendah, menengah, tinggi atau sangat tinggi. 3. Service Effectiveness, efficiency and emphaty Dalam aspek layanan pelanggan memiliki keterkaitan dengan kinerja dan konsep efektivitas menjadi ukuran untuk menjelaskan tentang seberapa baik merek suatu produk mampu memenuhi persyaratan pelayanan. Aspek efisiensi tentunya memberikan gambaran tentang kecepatan dan tingkat respon serta empati sejauh mana pihak pemberi layanan dapat dipercaya dan diperhatikan oleh pelanggan. 4. Price Aspek harga merupakan aspek yang sangat pentung yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk menentukan pilihannya terhadap merek suatu produk dan bahkan juga terhadap produks tersebut. Pelanggan akan memberikan penilaian terhadap produk yang dibelinya didasari oleh aspek harga untuk merek. Harga merupakan hubungan kinerja yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh karena pelanggan dapat menentukan tingkat harga dari sebuah merek.


244 Kekuatan merek di pasar ditentukan oleh aspek kinerja merek sehingga jika strategi dan tujuan organisasi pemasaran sangat baik maka hal ini akan menyebabkan semakin kuatnya kekuatan merek di pasar. Saat ini dalam pemasaran banyak terdapat merek merek baru dari produk yang dapat menggesar merek produk sebelumnya. Menurut Hermawan Kertajaya (2005:13) dalam suatu strategi pemasaran diperlukan suatu alat yang dipakai untuk memasarkan produk yang disebut Strategic Place Triangle yaitu: (1) Penetapan Positioning, upaya untuk membangun suatu posisi dibenak pelanggan. (2) Pengembangan Differentiation, upaya untuk membedakan diri melalui pemberian value proposition yang unik dan berbeda dari apa yang diberikan oleh daerah pesaing. (3) Membangun Brand. Bagaimana yang dilakukan pelaku pemasaran dalam pasar adalah upaya membangun brand yang tidak lain adalah membangun awareness, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek. Salah satu strategi pemasaran untuk menghadapi adanya bentuk bentuk serta pihak yang bersaing yang sangat ketat di dalam pasar yang tujuannya adalah bagaimana setiap pihak mampu menarik minat pelanggan untuk membeli produk yang diunggulkan oleh masing masing penjualdan yang diinginkan olek pelanggan adalah produk dan jasa yang didalamnya mengandung elemen merek yang kuat. Sehingga penempatan merek pada persepsi pelanggan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kesuksesan sebuah organisasi atau perusahaan yang melakukan kegiatan produksi produk atau jasa yang inginkan dijual. Merek yang memiliki asosiasi positif mengandung nilai dan kekuatan, atau dengan kata lain dianggap memiliki ekuitas merek (brand equity) yang tak ternilai.


245 Brand Loyalty Dalam strategi pemasaran diupayakan bagaimana pihak penjual berusaha untuk mewujudkan kepuasan pelanggan. Perilaku pelanggan untuk mewujudkan kepuasannya terhadap kebutuhan dan keinginan dengan produk. Konsep produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan yang dibutuhkan pelanggan. Produk adalah barang yang disediakan di pasar dan diproduksi oleh produsen dan diperjualbelikan yang mencakup barang fisik, jasa, dan berbagai sarana lain yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Jenis dan variasi produk yang ingin dibeli oleh pelanggan akan mempengaruhi strategi pemasaran yang akan digunakan, sebab pemasaran barang akan berbeda dengan pemasaran jasa. Strategi pemasaran mempunyai peran yang sangat penting untuk keberhasilan usaha perusahaan pada umumnya dan bidang pemasaran pada khususnya. Disamping itu strategi yang menetapkan harus ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan yang selalu berubah. Dengan demikian strategi pemasaran dapat memberikan gambaran yang jelas dan terarah apa yang akan dilakukan perusahaan. Beberapa ahli pemasaran memberikan konsep dari strategi pemasaran dalam upaya agar dalam pemasaran yang dilakukan oleh pelaku pemasaran mampu memahami konsep strategi pemasaran. Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari


246 waktu ke waktu, pada masing-masing tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah (Sofjan Assauri, 2017) Dalam strategi pemasaran faktor loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat penting dimana pemasaran menyebabkan konsumen dalam keadaan kesediaan melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Fungsi dan peran produsen atau penjual adalah menyediaakn produk yang dibutuhkan di pasar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga akan mampu memberikan kepuasan konsumen serta menciptakan penilaian yang baik atau tinggi terhadap merek suatu produk. Pemasaran yang sempurna dan unggul, diperlukan strategi pemasaran. Strategi pemasaran tidak dapat berdiri sendiri dalam kegiatan pemasaran. Strategi pemasaran merupakan aspek yang tidak terpisahkan dari strategi wilayah fungsional dari perusahaan, misalnya pemasaran, keuangan dan sumber daya manusia, desain dan diimplementasikan berbarengan dengan strategi lainnya. Strategi pemasaran menurut W.Y.Stanton (2005:45) adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Setiap perusahaan menginginkan keberlangsungan dari kegiatan produksi dan penjualan dari prosuk atau jasa yang dihasilkannya unutKeberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Konsep loyalitas adalah urutan (pengulangan) atau pemilihan (pembelian) dari merek yang sama dalam semua kasus pembelian (pemilihan). (Brown (1952), (Abraheem: 2012). Loyalitas dapat diartikan sebagai suatu komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian ulang produk atau jasa yang menjadi preferensinya secara konsisten pada masa yang akan datang dengan cara membeli ulang merek yang sama meskipun ada pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku


247 peralihan. Konsistensi perilaku dapat dipahami melalui prinsip-prinsip pembelajaran konsumen (consumer learning) karena teori pembelajaran tentang bidang pemasaran fokus pada kondisi yang menghasilkan adanya konsistensi perilaku sepanjang waktu. Hal ini memberikan gambaran bahwa pembelajaran, kebiasaan, dan loyalitas merupakan konsep yang saling berkaitan. Loyalitas merupakan hasil dari pembelajaran konsumen pada suatu entitas tertentu (merek, produk, jasa, atau toko) yang dapat memuaskan kebutuhannya (Assael, 1998 dalam Rully Arlan T: 2006). Nancy Giddens (2002) menjelaskan bahwa loyalitas merek (brand loyalty) adalah pilihan yang dilakukan konsumen untuk membeli merek tertentu dibandingkan merek lain dalam satu kategori produk. Salah satu asset strategis bagi perusahaan agar memperoleh keyakinan dan penilaian yang sangat baik dari pelanggannya adalah brand loyalty tentunya dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar. Beberapa fungsi dari brand loyalty yang dapat diberikan kepada perusahaan dalam upaya menciptakan kepuasan konsumen sehingga merek produk yang dihasilkan perusahaan mendapat penilaian yang sangat baik dari pelanggan adalah: 1. Rendahnya biaya Pemasaran (Reduced Marketing Cost) Pelanggan merupakan objek yang menjadi target penjualan dari produsen atau perusahaan sehingga strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan biaya pemasaran adalah strategi mempertahankan pelanggan. Dengan mempertahankan pelanggan maka akan menyebabkan biaya pemasaran menjadi rendah jika brand loyalty meningkat. Karakteristik pelanggan dari jenis ini adalah pelanggan yang membeli produk dengan harga yang murah.


248 2. Peningkatan Perdagangan (Trade Leverage) Pemasaran membutuhkan aktivitas perdagangan yang baik dan tinggi yang ditandai melalui tingginya permintaan akan suatu produk yang dihasilkan dengan merek yang telah memiliki penilaian yang baik oleh pelanggan. Peningkatan perdagangan dan kuatnya keyakinan perantara pemasaran dihasilkan dari loyalitas yang kuat terhadap suatu merek. Maknanya adalah bahwa pembeli atau pelanggan akan membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan yang dilakukan oleh pelanggan atau pembeli. 3. Menarik Minat Pelanggan Baru (Attracting New Customers) Biasanya pelanggan atau pembeli akan melakukan kegiatan konsumsi terhadap suatu merek tertentu dari produk yang diyakininya, sehingga pelanggan tersebut akan membeli produk denga merek tertentu tersebut. Jumlah konsumen yang tinggi terhadap suatu merek yang pelanggan tersebut merasa puas dan suka terhadap merek tersebut akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yag dilakukan oleh konsumen mengandung risiko tinggi. Selanjutnya pelanggan yang merasa puas umumnya akan merkomendasikan merek tersebut kepada pihak lain dan akan menarik pelanggan baru dalam pasar dengan merek yang telah diyakini oleh pelanggan tersebut. 4. Pemberian Waktu untuk Merespon Ancaman Persaingan (Provide time to respond to competitive threats) Perusahaan akan saling melakukan persaingan dalam pasar. Hal ini tentunya dimaksudkan agar tujuan dari perushaan tercapai melalui strategi pemasaran khususnya strategi produk yang diupayakan melalui pengembangan produk yaitu brand Loyalty. Brand loyalty akan memberikan kesempatan kepada


249 perusahaan dalam pasar untuk merespon pesaing. Jika salah satu perusahaan yang melakukan persaingan dengan mengembangkan produk unggul, maka pelanggan yang loyal akan memebrikan kesempatan atau waktu pada perusahaan tersebut untuk memperbaharui produknya dengan inovasi inovasi yang mampu menarik minat konsumen dengan cara menyesuaikan ayau melakukan adjustment dalam produknya dengan maksud untuk menetralisir kondisi di pasar. Perusahaan bisnis senantiasa menjaga kenyamanan konsumen atau pelanggannya dalam berbagai upaya agar pelanggan memberikan pen ilaian yang sangat baik terhadap produk dan denagn demikian konsumen atau pelanggan akan menunjukkan kesetiannya terhadap merek. Beberapa indikator brand loyalty menurut Nancy Giddens yang menunjukkan kesetiaan konsumen pada sebuah merek: 1. Komitmen yang tinggi Indikator komitmen yang dimiliki konsumen erat kaitannya dengan hubungan emosional antara konsumen dan merek suatu produk yang akan dibelinya. Berlandaskan kecintaan terhadap suatu produk akan menciptakan keyakinan dan penilaian yang sangat tinggi terhadap produk tersebut. Dengan demikian maka dalam aktivitas konsumsi yang dilakukan oleh konsumen atau pelanggan trrhadap produk dapat membentuk komitmen konsumen. 2. Perilaku Berani Membayar Lebih Kesetiaan konsumen terhadap suatu produk ditunjukkan dengan cara membayar lebih untuk merek produk yang dicintai oleh konsumen. Konsumen tidak bersedia untuk membayar lebih terhadap merek yang lain walaupun merek tersebut memiliki harga yang relative murah jika dibandingkan dengan merek yang dicintainya.


250 3. Perilaku Mengajak Orang Untuk Membeli Perilaku mempengaruhi pihak lain untuk membeli merek yang disukainya dengan cara membagikan pengalaman terbaik yang dimilikinya Ketika mengkonsumsi merek. Konsumen dengan perilaku ini memiliki brand loyalty yang tinggi. 4. Perilaku Melakukan Pembelian Ulang Dengan loyalitas yang dimiliki oleh konsumen akan memotivasi konsumen tersebut untuk melakukan pembelian ulang terhadap merek tanpa melakukan banyak pertimbangan yang berlebihan dalam membuat keputusan terhadap merek yang disukainya. Hal ini merupakan indikator yang paling berkaitan erat dengan loyalitas merek. 5. Perilaku Mengikuti Pemberitaan Ketika loyalitas merek dimilki oleh konsumen maka konsumen akan melakukan Tindakan apapun untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan atau pemberitaan dari merek. Konsumen dengan kesetiaannya terhadap merek akan berupaya untuk mendapatkan inovasi terbaru dari merek pada setiap kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. 6. Perilaku Dapat Menjadi Juru Bicara Perilaku konsumen dengan loyalitas merek yang tinggi tidak luput dari tindakan mempromosikan merek tanpa adanya imbalan atau tanpa menuntut biaya. Secara tidak langsung pihak lain akan mendapatkan informasi terkait merek dengan promosi yang dilakukan konsumen. Demikian pentingnya aspek brand loyalty dalam bisnis yang dilakukan oleh perusahaan untuk memasarkan produk sehingga konsumen dapat menjadi pelanggan yang setia. Mempertahankan pelanggan yang telah ada jauh lebih efisien dan efektif untuk mewujudkan tujuan perusahaan.


251 Sekalipun biaya peralihan rendah, pelanggan akan masih tetap loyal karena masih ada keterkaitan dengan merek. Bagi perusahaan yang bergelut dalam dunia bisnis tentunya harus memikirkan strategi yang paling inovatif agar merek produk dapat menjadi penilaian terbaik yang diberikan oleh pelanggan. Salah satu perilaku konsumen yang harus dipahami dan direspon oleh perusahaan adalah Ketika konsumen berhasil mengenali produk melalui merek maka hal ini akan meningkatkan kemampuan daya beli, kepercayaan dan loyalitas konsumen atau pelanggan terhadap produk. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari loyalitas merek yaitu pendekatan instrumental conditioning dan pendekatan kognitif. Pertama, pendekatan instrumental conditioning atau juga dikenal dengan pendekatan behavioral (Sutisna, 2001), Masing masing pendekatan ini memandang bahwa pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah menunjukan loyalitas merek. Konsumen yang melakukan konsumsi yang berulang akan menggambarkan refleksi penguatan atau stimulus yang kuat. Dengan demikian pengukuran bahwa konsumen itu loyal atau tidak dilihat dari frekuensi dan konsistensi perilaku pembeliannya terhadap satu merek. Pendekatan yang kedua yaitu didasarkan pada teori kognitif. Menurut pendekatan ini, loyalitas menyatakan komitmen terhadap merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus. Pendekatan behavioral menekankan bahwa loyalitas dibentuk oleh perilaku, dan oleh karena itu perilaku pembelian berulang merupakan suatu loyalitas, sedangkan pendekatan kognitif memandang bahwa loyalitas merek merupakan fungsi dari proses psikologis (decision making). Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan produksi dan bidang lainnya tentunya memiliki target memaksimumkan keuntungan. Perusahaan yang sukses akan melakuakan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar untuk meraih target yang diinginkan, aspek brand loyality juga dapat memberikan


252 suatu keuntungan bagi perusahaan. Beberapa potensi yang dapat diberikan oleh brand loyality kepada perusahaan menurut Durianto dkk (2001) antara lain, mengurangi biaya pemasaran, karena pengurangan biaya pemasaran dapat diperoleh dengan mempertahankan pelanggan. Karena mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Hal ini akan menghasilkan biaya pemasaran yang lebih rendah atau dengan kata lain biaya pemasaran akan lebih kecil apabila brand loyality meningkat. Aspek lain yang dapat diuntungkan dengan adanya brand loyalty yang digunakan oleh perusahaan adalah perdagangan dari produk yang telag diproduksi dan siap untuk dijual akan meningkat karena loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan pada konsumen dalam pemasaran. Pembeli atau konsumen dalam membeli suatu merek didasarkan pada aktivitas yang biasa dilakukannya. Lebih jauh lagi brand loyalty juga dapat menarik keinginan atau minat pelanggan baru sehingga dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas pada merek tersebut akan berdampak pada timbulnya keyakinan dpelanggan untuk mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang dilakukannya akan memebrikan risiko tinggi (high risk). Perilaku pelanggan dengan tingkat kepuasan yang tinggi pada merek yang diyakininya umumnya akan merekomendasikan merek tersebut kepada pihak lain sehingga akan menarik pelanggan baru. Faktor waktu (time) merupakan salah satu faktor penting yang mampu mempengaruhi frekuensi konsumsi yang dilakukan oleh konsumen terhadap produk yang diyakininya dengan merek tertentu akan memberikan kepuasan yang maksimal. Jika dikaitkan dengan adanya ancaman dari perusahaan lain terhadap produk dari merek yang biasa dikonsumsi pelanggan, maka brand loyalty dapat memberikan waktu untuk merespon ancaman persaingan dimana brand loyality akan memberi


253 waktu pada perusahaan untuk merespon gerakan perusahaan pesaing. Strategi yang dilakukan perusahaan lain untuk mengalihkan keyakinan pelanggan terhadap produk yang biasa dikonsumsinya adalah dengan melakukan pengembangan produk unggul. Apabila perusahaan pesaing mengembangkan produk yang unggul, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu pada perusahaan tersebut untuk memperbahurui produknya dengan menyesuaikannya. Dalam brand loyalty terdapat beberapa tahapan loyalitas konsumen yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh informasi terkait bagaimana mengembangkan produk yang mampu bertahan di pasar karena adanya brand loyalty dari pelanggan. Menurut Oliver (1999) terdapat empat tahapan, yaitu fase kognitif, fase afektif dan fase konatif dan fase action atau tindakan. Keempat tahapan diatas terjadi secara berurutan satu dengan lainnya. Fase kognitif memberikan informasi tentang produk, jasa dan merek yang diterima oleh konsumen. Pada fase kognitif dapat dinyatakan bahwa produk, jasa dan merek yang ditawarkan lebih diinginkan konsumen dibandingkan dengan produk, jasa dan merek alternatif. Pada tahapan yang kedua dari tahapan brand loyalty adalah fase afektif, dimana loyalitas diperoleh sebagai akumulasi dari kepuasan atas penggunaan produk, jasa dan merek tertentu. Tahapan dalam membentuk loyalitas secara benar merupakan tahapan fase konatif. Tahapan ini terjadi sebagai akibat dari pengulangan secara positif atas pembelian produk, jasa dan merek tertentu, sedangkan pada tahapan terakhir ialah tahap perilaku atau action. Untuk mengembangkan produk yang diyakini lebih lama oleh pelanggan akan mampu memberikan kepuasan yang diinginkan pelanggan perusahaan juga dapat menerapkan dalam perusahaannya tentang aspek tingkatan brand loyality yang meliputi tingkat yang paling dasar dalam loyalitas yaitu switcher (konsumen yang senang berpindah-pindah). Konsumen yang berada pada tingkat


254 loyalitas ini dikatakan sebagai konsumen yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paing nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. (Durianto dkk, 2001) Tahapan kedua adalah habitual buyer dimana pada tingkatan ini pembeli melakukan konsumsi terhadap produk yang diinginkannya dengan merek tertentu karena kebiasaan. Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek tersebut. Keinginan untuk membeli merek produk lain atau beralih pada produk dengan merek lainnya pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan tersebut. Terlebih jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun pengorbanan yang besar lainnya. Dengan kata lain pada tahapan habitat buyer pelanggan atau konsumen membeli suatu merek hanya didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini. Pada tahapan satisfied buyer atau dengan kata lain pembeli yang puas, pelanggan akan puas jika mengkonsumsi merek tersebut. Namun tidak tertutup kemungkinan pelanggan atau konsumen melakukan pilihan dalam pembeliannya pada merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) dimana kondisi dengan perilaku konsumen dalam tahapan ini akan terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan pelanggan karena keputusan mengalihkan merek produk. Perusahaan pesaing harus melakukan usaha untuk mengantisipasi kemungkinan


255 kemungkinan yang berdampak negative terhadap penjualan produknya untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkatan loyalitas dengan cara mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal). Konsumen yang masuk dalam kategori loyalitas likes the brands pada tahapan yang keempat dalam brand loyalty merupakan konsumen yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Emosional yang tinggi pada merek menyebabkan pelanggan atau konsumen melakukan Tindakan atau perilaku yang mengharuskan pelanggan membeli produk yang disukainya dengan berbagai cara dan upaya. Rasa suka konsumen bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya, baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi. Tingkatan brand loyalty yang keempat ini merupakan suatu perasaan suka yang sulit untuk diidentifikasi sehingga tentunya akan sulit untuk dditelusuri dengan cermat an untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik. Tahapan yang kelima adalah committed buyer dimana pada tingkatan yang tertinggi dalam brand loyalty ini konsumen merupakan konsumen yang setia. Kebanggan yang tinggi yang dirasakan oleh konsumen adalah suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi konsumen sehingga perasaan ini dapat dipandang sebagai fungsi atau sebagai suatu ekspresi tentang identitas konsumen. Aspek aktualisasi loyalitas konsumen dapat diidentifikasi dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.


256 Daftar Pustaka Assauri, Sofjan. (2017). Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep & Strategi. Jakarta: Rajawali Press. A.Aker, David. (1991). Managing Brand Equity, Capitalizing on the Value of a Brand Name, New York: The Free Press. Bhote,Keki R. (1996). Beyond Customer Satisfaction to Customer Loyalty : The Key to Greater Profitability, AMACOM, New York. Durianto, D., Sugiarto, & Sitinjak, T.(2004). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Dharmmesta, Basu Swastha., Handoko, T. Hani. 2012. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. Erna Ferrinadewi. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu . Keller, Kevin Lane ( 2004).Strategic Brand Management: Building, Measuring and Managing Brand Equity, Prentice Hall of India Kotler, Philip and Gray, Armstrong. (2008). Principles of Marketing, Pearson Prentice Hall. Kotler, Philip dan Gray Armstrong. (2001). Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi 9. Jilid1. Jakarta : Prenhalindo. Kotler, Philip dan Gray Armstrong. (2001). Prinsip – Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga Kotler & Armstrong. (2004) . Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Indeks. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran (terjemahan). Jakarta : PT. Prenhallindo. Kotler, Philip & Kevin L Keller.2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Indeks Mamang Etta, Sangadji & Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: CV Andi.


257 Rangkuti, reddy. 2002. The Power of Brands. Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta: Gramedia Stanton, William. ( 2005). Fundamentals of Marketing. Japan: University of Massachusetts Setiadi, Nugroho J. 2003, Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana. Sutisna, 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Cetakan Ketiga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tjiptono, Fandy,2008, Strategi Bisnis Pemasaran. Andi. Yogyakarta


258 Profil Penulis Cut Faradilla, SP., MSi Penulis merupakan dosen pada program studi Agribisnis Universitas Syiah Kuala dengan konsentrasi pada Ilmu Ekonomi Pertanian dimana dalam bidang minat Ekonomi Pertanian ini masuk didalamnya ilmu Marketing. Penulis menempuh Pendidikan S1 pada Program Studi agribisnis, S2 pada Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan sedang menempuh Pendidikan S3 pada program Studi Ekonomi Pertanian. Perkembangan ilmu pengetahuan menjadikan setiap insan untuk termotivasi untuk terus menempuh jenjang Pendidikan secara administrative dan pengembangan diri secara non formal hal ini dimaksud untuk terwujudnya sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas. Ilmu Manjemenan Pemasaran emrupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini untuk pengembangan skill dan wawasan setiap insan teutama di dunia perguruan tinggi di Indonesia untuk mencetak generasi masa depan yang brilian. Penulis mengajar beberapa matakuliah diantaranya Manajemen Pemasaran Agribisnis, Tataniaga Hasil Pertanian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Teori Ejonomi Makro, Teori Ekonomi Mikro, dan Perdagangan Internasional. Penulis juga aktif dan berperan serta dalam organisasi Persatuan Himpunan Ekonomi Pertanian Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan dan berperan dalam pembangunan pertanian Indonesia yang dicita-citakan dengan berdasarkan landasan Ilmu Ekonomi Pertanian sehingga semua aspek dalam sektor pertanian dapat dikembangkan. Penulis pernah menduduki jabatan Ketua Program Diploma III Manajemen Agribisnis periode 2010-2014. Penulis terlibat dalam berbagai kegiatan akademik di kampus dalam pengelolaan mutu akademik dan manajemen program studi dan saat ini penulis merupakan Dosen pada Program Studi Agribisnis Universitas Syiah Kuala. Email Penulis: [email protected]


259 16 CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY (CBBE) Dr. Abdurohim, S.E., M.M Universitas Jendral Ahmad Yani, Cimahi, Jawa Barat Pendahuluan Pelanggan (Abdurohim, 2021d) dalam pemikiran setiap harinya selalu di penuhi dengan berbagai informasi untuk keperluan pribadi, maupun perusahaan di mana tempat mereka melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari, sehingga dalam penerimaan informasi lainnya seperti dari promosi barang dan jasa berasal dari merek barang dan jasa perusahaan yang disampaikan melalui iklan di media sosial, media elektronik, billboard, sepanduk, ada yang menanggapinya dengan serius, namun tidak jarang yang menerima informasi tersebut dengan sikap yang skeptis bahkan ada yang masa bodoh (Pavithra, 2021). Sangat dipahami bahwa konsumen (Abdurohim, 2021b) akan merasa serius jika benar-benar mereka mau ataupun berencana untuk melakukan pembelian terhadap produk barang dan jasa yang dibutuhkan, bahkan mereka akan mencari melalui berbagai saluran informasi baik melalui website yang bisa dipergunakan untuk mencari informasi (Irfan et al., 2016), bahkan ada yang memperoleh informasi dari mulut ke mulut. Sehingga bila perusahaan tidak memelihara terhadap kualitas barang dan jasa serta mengabaikan keluhan yang disampaikan oleh pelanggan, maka berdampak pada kelangsungan usaha perusahaan.


260 Sebab pelanggan lain tidak akan berminat untuk melakukan pembelian terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan (Abdurohim, 2021c). Gambar 16.1 Tingkatan Keuntungan Merek Sumber: (JEAN, 2008) Merek suatu produk banyak dicari oleh pelanggan, karena produk dan layanan (AbdurohIm, 2021) yang dipromosikan memang benar-benar terbukti berkualitas dan designnya disenangi oleh konsumen, sehingga konsumen selalu melakukan pembelian secara berulang, serta akan menyampaikan informasi kepada para koleganya secara manual yaitu dari mulut ke mulut, dengan demikian merek (Brand , Branding Dan Peranannya Bagi, 2020) tersebut sangat berharga sebagaimana ditunjukan pada rangkaian gambar di atas.


261 Merek (Rahman et al., 2021) barang dan jasa perusahaan yang baik dan dikenal oleh para konsumen yang lebih dahulu menggunakannya, maka akan dipromosikan secara sukarela kepada temanya maupun melakukan testimoni pada media sosial, sedangkan bagi produk dan jasa yang dipasarkan hanya seadanya tidak digarap dengan baik, maka akan berdampak pada kelangsungan penjualan barang dan jasa (Abdurohim, 2021c), sehingga perusahaan akan mengalami tekanan berat di masa yang akan datang. Merek barang dan jasa (AbdurohIm, 2021)yang dibeli oleh para konsumen, mampu memberikan kepuasan sebagaimana harapannya, maka dalam benak konsumen akan tertinggal tentang citra, sehingga diharapkan melalui konsumen tersebut bisa menjadi gerakan masif menularkan pengalaman yang baik kepada para koleganya, mampu mempengaruhi ajakannya untuk melakukan pembelian merek produk dan jasa perusahaan. Diharapkan melalui promosi yang tidak berbayar tersebut, produk dan layanan (Suharso et al., 2020) yang dijual mengalami peningkatan secara signifikan. Membangun merek (Tosun, 2020) barang dan jasa perusahaan yang kuat tidaklah semudah yang dipikirkan, membutuhkan koloborasi oleh seluruh insan yang ada pada organisasi tersebut, tidak bisa hanya mengandalkan pada satu bagian seperti unit marketing, sebab unit marketing hanyalah sebagai media yang berupaya mempertemukan antara keinginan konsumen dengan pemenuhan barang dan jasa yang telah dibuat oleh unit lainnya, sehingga diharapkan terjadi proses pembelian sebagaimana yang diharapkan. Dukungan dari unit lain sangat perlu seperti produksi yang tepat, pengiriman barang juga sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan (Abdurohim, 2021b).


262 Jika tidak ada dukungan nyata mulai dari tingkat pimpinan sampai unit administratif, maka guna menciptakan dan mempertahankan merek barang dan jasa yang telah dimiliki, akan sia-sia terhadap rencana penjualan (Febrianty et al., 2021) berikutnya yang meninginginkan adanya peningkatan penjualan yang dilakukan. Banyak perusahaan yang mengambil langkahlangkah kegiatan yang telah dikordinasikan pada tataran intern serta difokuskan agar mampu menyelenggarakan pemasaran secara masif, sehingga para konsumen terkesan atas layanan serta kualitas produk dan layanan yang dijual perusahaan (Ghanimata & Kamal, 2012). Untuk membangun merek produk dan layanan perusahaan (Abdurohim, 2021d), sehingga mendapatkan kepercayaan dari konsumen, diperlukan langkahlangkah: 1. Memastikan identifikasi dari sebuah brand (Belfanti, 2018) yang dimiliki perusahaan, dibicarakan oleh para konsumen mealui berbagai saluran pemasaran yang ada. 2. Terus menerus mempengaruhi para konsumen untuk memutuskan pembelian, sehingga melakukan pembelanjaan terhadap produk dan layanan yang dijual perusahaan, 3. Membuat program pemasaran (Abdurohim, 2021b) yang menekankan bagi konsumen terus mengingatnya dalam benaknya sehingga waktu mau melakukan pembelian hanya merek barang dan jasa perusahaan yang dipilih, serta diharapkan memberikan audensi kepada para koleganya. Menjaga hubungan yang terus menerus antara perusahaan dengan para konsumen (Pavithra, 2021), melalui berbagai program pemasaran yang semarak memberikan manfaat kepada konsumen, namun juga harus diimbangi dengan selalu memperhatikan kebutuhan konsumen bahwa produk barang dan jasa yang dijual perusahaan merupakan produk baru dan bermanfaat bagi konsumen.


263 Merek (Brand) Perusahaan Membedakan Perusahaan dengan Perusahaan Lain Merek barang dan jasa perusahaan pada kenyataannya berbeda-beda anatara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, perbedaan tersebut terletak pada perumusan menciptakan merek dikaitkan dengan visi dan misi (Bredimus, 2017) yang ingin diraih oleh perusahaan, sehingga merek yang dibuat didasarkan pada ciri khas masing-masing perusahaan. Sekarang dalam menungkapkan merek sudah tidak tidak berteletele hanya dalam bentuk simmpel seperti gambar centrang, ataupun hanya dalam bentuk gambar gelombang yang dilengkapi dengan berbagai warna-warni menyesuaikan dengan semangat, talenta yang dimilikinya (Abdurohim, 2021e). Merek (Ubud & Ubud, 2016) yang dibangun oleh perusahaan di Indonesia tentunya berbeda dengan merek yang dibangun oleh perusahaan di negara lain, persamaanya terletak pada penyampaian identitas yang memberikan gambaran perusahaan tersebut serta bagaimana mengungkapkan keinginan yang kuat akan pencapaian aktivitas yang dilakukan secara terus menerus, sehingga apa yang menjadi keinginan dapat tercapai. Identitas ini selanjutnya sangat mempengaruhi kehadiran perusahaan ditengah-tengah konsumen. Konsumen akan mengingat bila membutuhkan barang dan jasa perusahaan, sehingga tidak perlu harus mencaricari merek lain untuk melakukan pembelian (Abdurohim, 2022a). Memetakan pengalaman konsumen dalam melakukan pembelian saat lalu dengan saat ini sangatlah penting bagi perusahaan yang akan menjual produk dan layanannya, sebagaimana terlihat pada gambar 16.2.1


264 Gambar 16.2 Pengalaman & Merek Sumber: (Rita et al., 2003) Merek (Vevi Ghealita & Retno Setyorini, 2015) perusahaan digunakan sebagai acuan dari para konsumen dalam menetapkan pilihan terhadap produk dan layanan yang akan diputuskan untuk dibeli, sehingga keaktifan dari perusahaan untuk terus menerus memberikan informasi sangat menunjang terpengaruhnya konsumen untuk membeli barang dan jasa perusahaan yang ditawarkan, kecuali bagi merek perusahaan yang sudah dikenal, sehingga aktivitas untuk menyampaikan informasi tidak sesering perusahaan lain, mereka hanya mengandalkan terjadinya pengulangan pemesanan karena perusahaan tersebut menekankan adanya barang dan jasa yang memiliki kualitas, dan harga yang wajar (Abdurohim, 2021a). Pendekatan Brand Equity Berdasarkan Prespektif Konsumen Pemahaman konsumen (Abeysinghe & Weerasinghe, 2020) terus berkembang seiring dengan lingkungan yang terus mengalami perubahan secara masif. Semua perusahaan terus berlomba-lomba untuk mampu meningkatkan market share nya, dengan berbagai upaya aktivitas dilakukan, melalui berbagai program promosi


265 yang terus menerus dilakukan baik melalui TV, radio, media sosial (Abdurohim, 2021e) sehingga menjadikan referensi yang beragam untuk bisa membanding kualitas, layanan purna jual antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Konsumen (Tubtiang & Tangkalayanan, 2015) merupakan titik sentral dalam melakukan perdagangan yang dilakukan oleh perusahaan, tanpa ada sambtan konsumen terhadap barang dan jasa yang dijual perusahaan, maka masa depan perusahaan akan suram bahkan mengalami kebangkrutan, karena itu diperlukan adanya program-program (Abdurohim, 2022a) yang terus dibuat oleh produsen yang sesuai dengan harapannya. Untuk mengetahui keinginan para konsumen (SANGTHONG & Sirikutta, 2021), maka perusahaan harus menyaring keinginan para konsumen melalui berbagai ajang kegiatan seperti mengadakan temu wicara secara langsung, melalui survey secara berkala untuk mengetahui keinginan dan harapan, sehingga menjadi petunjuk oleh perusahaan untuk menetapkan strategi dan kebijakan untuk melakukan penjualan barang dan jasa kepada konsumen (Mahanani & Abdurohim, 2022). Mengintegrasikan Brand Equity Melalui Kegiatan Marketing Comunication Penyelenggaraan promosi (Silalahi et al., n.d.) yang dilakukan oleh perusahaan, sering terkendala pada biaya yang harus dikeluarkan, sehingga perusahaan akan sangat berhati-hati dalam melaksanakan kegiatan komunikasi kepada konsumen. Banyak pemimpin perusahaan yang tidak menyadari bahwa komunikasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan pembelian (Fauzi, 2021). Melalui komunikasi ini konsumen akan melakukan pengamatan untuk menimbang dalam memutuskan pembelian.


266 Gambar 16.3 Pengalaman & Merek Sumber: (Tomczak et al., 2017) Keterpaduan dalam menyelenggarakan penjualan produk dan layanan kepada konsumen (Abeysinghe & Weerasinghe, 2020) serta mampu menintegarsikan semua komponen perusahaan sebagaimana gambar 16.4.1 sehingga menjadikan aktivitas kegiatan penjualan dan promosi dilakukan secara bersama serta bergelombang secara positif guna meraih pangsa pasar yang telah terbentuk. Harus benar-benar fokus dalam menggarap pasar, menyesuaikan kebutuhan konsumen dengan materi promosi yang akan ditayangkan dalam berbagai media. Kesalahan dalam melakukan komunikasi (Abdurohim, 2021b), disebabbkan materi promosi tidak menarik, terlalu panjang memberikan informasi, ataupun informasi yang disampaikan tidak berdasarkan hasil survei bisa berpengaruh terhadap penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan. Komunikasi (Šerić et al., 2020) antara perusahaan dengan pelanggan sangat penting, dengan menayangkan merek yang dimiliki perusahaan pada berbagai even, sehingga lama-lama konsumen akan tertarik terhadap apa yang disampaikan oleh perusahaan, apalagi ditunjang dengan pemilihan bintang iklan yang terkenal dan ditayangkan pada media yang diikuti oleh banyak pemirsa, menambah


267 daya dalam berkomunikasi dengan para konsumen. Konsumen memiliki hak untuk menolak dan juga menerima atas komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan (Pane et al., 2022). Model Equity Brand Perusahaan yang Dipergunakan dalam Membangun Merek Perusahaan yang Kuat Setiap perusahaan menginginkan adanya merek (Dabbous & Barakat, 2020) yang kuat pada masyarakat, sehingga memudahkan dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen tersebut. Namun untuk membuat merek perusahaan kuat, dan masyarakat hanya ingin membeli atas barang dan jasa pada merek tertentu, menyebabkan iri merek perusahaan lain, sebab telah berbagai upaya dilakukan guna memenangkan persaingan namun hasil yang diperoleh tidak mengalami kemajuan. Persaingan di pasar sangatlah keras untuk memasuki pasar bahkan menguasai pasar sebesarbesarnya, tentunya memerlukan program yang mendapatkan dukungan dari semua insan perusahaan (Abdurohim, 2022c), sehingga kegiatan program pemasaran dilakukan dari hilir sampai hulu berjalan lancar dan memeunhi sasaran yang diinginkan. Gambar 16.5 Pasar Potensial Sumber: (Tomczak et al., 2017)


268 Untuk mampu menguasai pasar konsumen (Liyanaarachchi et al., 2020) tentunya perusahaam harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi merek perusahaan lemah dibandingkan dengan merek perusahaan lain, karena itu perlu dianalisis untuk memecahkan persoalan merek perusahaan, bisa terjadi kelemahan merek perusahaan disebabkan kurangnya perusahaan memberikan perhatian kepada konsumen seperti tidak menanggapi setiap keluhan yang diajukan kepada perusahaan, seolah konsumen tidak ada (Suwandi et al., 2022). Perusahaan harus bertindak pada moment yang tepat, dan selalu menuntaskan setiap keluahan yang diajukan oleh konsumen. Pasar harus digarap sebagaimana gambar 16.5.1, sehinnga berdampak pada equitas merek (Tosun, 2020) yang dipergunakan guna melakukan penetrasi pasar sehingga merek perusahaan tidak lemah, sehingga memberikan kesempatan dalam menerapkan strategi dan kebijakan yang mengarah pada peningkatan kualitas merek, yaitu dengan menerapkan model ekuitas merek yang mendasari pada keinginan pelanggan, adapun langkah-langkah untuk membuat merek perusahaan semakin kuat di mata pelanggan (Abdurohim, 2022b), meliputi: 1. Merek sebagai aset dan kewajiban dihubungkan dengan merek sehingga memberikan peningkatan nilai pada barang dan jasa perusahaan. 2. Merek yang dimiliki oleh perusahaan dihubungkan dengan kebutuhan para pelanggannya. 3. Merek yang dimiliki perusahaan, menggunakan wawasan konsumen dalam rangka meningkatkan kemampuan perusahaan meningkatkan penjualan barang dan jasa di masa yang akan datang. 4. Merek perusahaan yang dibuat didasarkan pada perkiraan serta penilaian secara mendalam berasal dari hasil penelitian sehingga merek yang diperkenalkan melalui penjualan barang dan jasa dapat diterima oleh pelanggan.


269 Merek perusahaan memiliki posisi yang sangat strategis guna meraih posisi di pasar maupun untuk mengajukan kerjasama dengan pihak lain (Fradkin, 2018). pihak lain akan berhasrat melakukan implementasi kerja sama jika merek perusahaan dikenal oleh masyarakat. Sehingga mendatangkan keuntungan baik pihak yang akan melakukan kerjasama dengan perusahaan (Sitorus et al., 2022).


270 Daftar Pustaka Abdurohim. (2021a). BAB 2: Menjaga Sustainable Business Dalam Memasuki Era New Normal. In Books.Google.Com. https://isbn.perpusnas.go.id/Account/SearchBuku? searchTxt=978-623-6995-21-1&searchCat=ISBN Abdurohim. (2021b). BAB 7: Konsep Segmenting, Targeting, Positioning Pemasaran Jasa Pariwisata (A. Sudirman, Ed.; 1st ed., Vol. 1). Media Sains Indonesia. https://www.google.com/search?tbm=bks&q=knowl wdge+management Abdurohim. (2021c). BAB 8: Strategi Branding Untuk Penguasaan Pelanggan PotensiaL (U. Sutiksno & R. Dewi, Eds.; 1st ed., Vol. 1). ZAHIR PUBLISHING. https://www.google.com/search?tbm=bks&q=knowl wdge+management Abdurohim. (2021d). BAB 10: Bisnis Dan Perlindungan Konsumen (E. Kurniawati & L. S. Indarto, Eds.; 1st ed., Vol. 1). INSIANA. http://insaniapublishing.com AbdurohIm. (2021). BAB 14: Penerapan Strategi Agility Dalam Kebijakan Pemerintah Rintah Pada Masa Pandemi Covid-19 (S. Mardiana & K. Moh, Eds.; 1st ed., Vol. 1). http://insaniapublishing.com Abdurohim. (2021e). BAB 16: Potensi Media Elektronik Bagi Kemajuan Dunia Pendidikan (C. S. Einar & S. iFitriani Abditama, Eds.; 1st ed., Vol. 1). Insania. http://insaniapublishing.com Abdurohim. (2022a). BAB 7: Pengembangan Strategi Penetapan Harga (S. E. , M. Ak. , C. GL. , C. PI. , C. NFW. , C. Ft. C. C. F. C. A. C. Suwandi, Ed.; 1st ed., Vol. 1). CV. Eureka Media Aksara. https://isbn.perpusnas.go.id/Account/SearchBuku? searchTxt=9786235251509&searchCat=ISBN Abdurohim. (2022b). Business Planning Models And Strategies To Achieve Optimal Results. Osf.Oi.


271 Abdurohim. (2022c). BAB 8: Mobile Commerce (S. S. E. , M. M. Acai, Ed.; 1st ed., Vol. 1). Media Sains Indonesia. www.penerbit.medsan.co.id Abeysinghe, M., & Weerasinghe, W. (2020). Digital Banking Adaptation of Customers. repository.kln.ac.lk. http://repository.kln.ac.lk/handle/123456789/2276 Belfanti, C. M. (2018). Branding before the brand: Marks, imitations and counterfeits in pre-modern Europe. Business History, 60(8), 1125–1144. https://doi.org/10.1080/00076791.2017.1282946 Brand , Branding dan Peranannya Bagi. (2020). 2020. Bredimus, B. (2017). 2016 Visionary Leader: Bob Dent. Nursing Management. https://doi.org/10.1097/01.NUMA.0000511183.184 19.cc Dabbous, A., & Barakat, K. A. (2020). Bridging the online offline gap: Assessing the impact of brands’ social network content quality on brand awareness and purchase intention. Journal of Retailing and Consumer Services, 53. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2019.101966 Fauzi, D. H. (2021). Determinasi Keputusan Pembelian Dan Pembelian Ulang (Literature Review Manajemen Pemasaran). Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, 2(6). Febrianty, F., Abdurohim, A., Siahaya, V. T. C., Arsawan, I., Albertina S, E., Kennedy, P. S. J., Dewi, N. P. C. P., & Taufiqurrahman, T. (2021). New Normal Era Edisi II. Zahir. Fradkin, A. (2018). Digital Marketplaces. In The New Palgrave Dictionary of Economics (pp. 2885–2898). Palgrave Macmillan UK. https://doi.org/10.1057/978-1-349-95189-5_3052 Ghanimata, F., & Kamal, M. (2012). Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Pembeli Produk Bandeng Juwana Elrina Semarang).


272 In Diponegoro Journal Of Management (Vol. 1, Issue 2). Halaman. http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/djom Irfan, Muh., Santoso, B., & Effendi, L. (2016). Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran dan Komitmen Organisasional sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi Dan Investasi, 17(2), 158–175. https://doi.org/10.18196/jai.2016.0052.158-175 Liyanaarachchi, G., Deshpande, S., & ... (2020). Marketoriented corporate digital responsibility to manage data vulnerability in online banking. International Journal of …. https://doi.org/10.1108/IJBM-06- 2020-0313 Mahanani, E., & Abdurohim. (2022). MANAJEMEN PEMASARAN: Implementasi Strategi Pemasaran di Era Society 5.0. Pane, I., Maulidizen, A., Arfianty, A., Wardhana, A., Musnaini, M., Ardianingsih, A., Abdurohim, A., Nugraha, G. I. K., Kosasih, K., Adawiyah, E. R., Hamka, R. A., Dyanasari, D., & Kusnadi, I. H. (2022). Tinjauan Hubungan Manajemen Risiko dan Asuransi. In S. Suwandi (Ed.), Eureka Media Aksara. Eureka Media Aksara. Pavithra, C. B. (2021). Factors Affecting Customers’perception Towards Digital Banking Services. Turkish Journal of Computer and Mathematics …. https://www.turcomat.org/index.php/turkbilmat/art icle/view/6091 Rahman, M. S., Hossain, M. A., Hoque, M. T., Rushan, M. R. I., & Rahman, M. I. (2021). Millennials’ purchasing behavior toward fashion clothing brands: influence of brand awareness and brand schematicity. Journal of Fashion Marketing and Management, 25(1). https://doi.org/10.1108/JFMM-07-2019-0137


273 Rita, C., John, S., Sameena, A., Tony, A., Simon, A., Anne, B. T., Patrick, B., Tom, B., Deborah, B., Chuck, B., Deborah, D., Kim, F., Paul, F., Steve, H., Jan, L., Allan, P., & Shaun Smith. (2003). Brands And Branding. SANGTHONG, P., & Sirikutta, S. (2021). Factors Influencing Intention To Buy Digital Lotteriesof Government Savings Bank Customersin The Bangkok Metropolitan Area. ir-ithesis.swu.ac.th. http://irithesis.swu.ac.th/dspace/handle/123456789/1424 Šerić, M., Ozretić-Došen, Đ., & Škare, V. (2020). How can perceived consistency in marketing communications influence customer–brand relationship outcomes? European Management Journal, 38(2), 335–343. https://doi.org/10.1016/j.emj.2019.08.011 Silalahi, M., Abdurohim, E. R., Candra, V., & Sudirman, A. (n.d.). Jurnal Pendidikan Progresif. Sitorus, S. A., Gheta, A. P. K., SE, M. M., Romindo, S., Kom, M., Sisca, S. E., Silitonga, H. P., SE, M. A., Christina Bagenda, S. H., MH, C., & Abdurohim. (2022). E-Commerce: Strategi dan Inovasi Bisnis Berbasis Digital. Media Sains Indonesia. Suharso, P., Arifiyana, I. P., & Wasdiana, D. (2020). Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Abstrak. Anuva (Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, Dan Informasi), 4(2). Suwandi, Luju, E., Melinda, Ega, Y. M., Ari, V. A. P., Maria, L. Y., Agnes, S. M. P., & Abdurohim. (2022). Menakar Nilai Perusahaan: Uji Kausalitas pada Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang. Jurnal Riset Ilmu Akuntansi, 1(3), 1–21. www.idx.co.id Tomczak, T., Reinecke, S., & Kuss, A. (2017). Strategic marketing: Market-oriented corporate and business unit planning. In Strategic Marketing: Market-Oriented Corporate and Business Unit Planning. Springer Fachmedien Wiesbaden. https://doi.org/10.1007/978-3-658-18417-9


274 Tosun, P. (2020). Brand trust for digital-only bank brands: consumer insights from an emerging market. ATLAS 7th International Conference on Social …. http://openaccess.mef.edu.tr/xmlui/handle/20.500. 11779/1370 Tubtiang, A., & Tangkalayanan, T. (2015). Factors influencing customers’ adoption of digital banking in Thailand. In ENGINEERING TRANSACTIONS. Ubud, S., & Ubud, S. (2016). Strategi Kualitas Hubungan Merek, Komitmen, Kecintaan Terhadap Loyalitas Merek Pada Restoran Waralaba. Jurnal Ilmiah Manajemen, VI(3), 333–348. Vevi Ghealita, & Retno Setyorini. (2015). Pengaruh brand awareness terhadap keputusan pembelian amdk merek aqua. 4(1). https://doi.org/doi.org/10.17509/image.v4i1.2331


275 Profil Penullis Dr. Abdurohim, SE., MM. Kelahiran Cirebon (Jawa Barat) 12 April 1964, berkecimpung sebagai praktisi Perbankan selama 31 tahun pada PT. Bank Papua, dengan jabatan terakhir Vice President pada Divisi Perencanaan Strategis (Renstra). Keahlian yang dimiliki adalah Audit Perbankan, Perencanaan Strategis, Pemasaran, Managemen Human Capital, Penyusunan BPP & SOP dan Struktur Organisasi Perusahaan Perbankan. Pendidikan Doktor (S3) Ilmu Manajemen dari Universitas Cendrawasih (2017), Pendidikan Magister Manajemen (S2)-Manajemen Keuangan, dari Universitas Hasanudin (2003), dan Pendidikan Sarjana (S1) Manajemen Keuangan & Perbankan dari STIE YPKP Bandung (1989). Saat ini sebagai pengajar/dosen Lektor pada Universitas Jendral Ahmad Yani, Cimahi, Jawa Barat. Telah menyelesaikan penulisan buku (Koloborasi) sebanyak: 35 buah Book Chapter antara lain: E-Comerce (Strategi dan Inovasi Bisnis berbasis Digital), Analisa Laporan Keuangan, Anggaran Operasional Perusahaan Manufaktur, Bank dan lembaga Keuangan Lainnya, Etika Bisnis Suatu Pengamtar, HRM in Industri 5.0, Isu-Isu Kontemporer Akuntansi Manajemen, Kesehatan Lingkungan suatu pengantar, Knowledge Management, Marketing Tourism Service, Menakar Ekonomi masa pademi & New normal, New Normal Era Edisi II, Operations Management, Tantangan Pendidikan Indonesia di Masa depan, Teori dan Praktik Manajemen Bank Syariah Indonesia, The Art of Branding, Pasa Modal Syariah, Manajemen Pemasaran (Implementasi Strategi Pemasaran di Era Society 5.0) Email: [email protected]


Click to View FlipBook Version