NUNING MULYANI,S.Ag, lahir di Mataram pada
tanggal 2 Oktober 1973. Menempuh pendidikan di
SDN 1 Monjok Mataram, SMPN 1 Cakranegara, M.A
Ponpes At-Thohiriyah, dan STAIN Mataram. Kini
tercatat sebagai Guru PNS pengampu Mapel PAI dan
Budi Pekerti di SMPN 1 Pemenang. No Hp:
08175745301 Email: [email protected]
32
MEMBENTUK SISWA YANG BERKARAKTER DAN BERBUDAYA
MELALUI ZERO WASTE
Oleh Hendra Trisandi
I. Pendahuluan
Sampah sepertinya menjadi masalah yang memang sudah dari tahun
ke tahun susah untuk di selesaikan, bukan hal yang lumrah jika sampah
menjadi polemik dari berbagai kota di Indonesia. Masyarakat seolah enggan
dan tidak peduli dengan keadaan sampah atau lingkungan, seandainya jika
semua manusia sudah tidak peduli dengan lingkungan akan mengakibatkan
ketidaksimbangan alam yang bisa mengakibatkan berbagai persoalan baru.
Mulai itu dari bencana banjir dan tanah longsor yang menimbulkan
penyakit gatal gatal dan demam berdarah, heranya adalah banjir yang mungkin
menjadi bencana di kota-kota besar yang sejatinya kerapkali menjadi banjir
langganan yang terjadi setiap tahun saat musim hujan.
Disebabkan mungkin berbagai macam faktor, tapi sebagian umum
adalah karena dari perilaku manusia yang kurang sadar terhadap linkunganya
bisa jadi mereka malas untuk membuang sampah pada tempat yang sudah
disediakan.
Sampah yang terbuang setiap hari yang penanganannya juga belum
optimal tentu akan berdampak bagi penduduk atau masyarakat sekitarnya.
Yang paling berbahaya adalah apabila sampah tersebut mendatangkan suatu
penyakit.
Sampah merupakan benda atau bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga sama sekali, artinya barang tersebut terbuang dari sang
pemiliknya, baik di sengaja ataupun tidak sengaja terbuang, entah karena
sudah tidak bermanfaat lagi ataupun sudah tidak layak lagi untuk
dimanfaatkan. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau di buang dari
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis ( Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).
33
Sampah secara garis besar dapat di bedakan menjadi:
1. Sampah organik/basah ( misalnya: sampah dapur, sampah restoran dan
lain-lain yang dapat membusuk secara alami seperti, sisa sayuran, sisa
buah-buahan dan sebagainya).
2. Sampah anorgani/kering, seperti : kertas, logam, plastik, karet, foam dan
lain-lain yang tidak mengalami pembusukan secara alami.
3. Sampah berbahaya, seperti : baterai, mimyak, racun atau zat kimia dan
lain-lain.
Bebas Sampah (bahasa Inggris: zero waste) adalah filsafat yang
mendorong perancangan ulang daur sumberdaya, dari sistem
linier menuju siklus tertutup, sehingga semua produk digunakan kembali. Tidak
ada sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dan insinerator atau teknologi termal lain.
Menghilangkan sampah dari awal memerlukan keterlibatan yang
intensif terutama dari industri dan pemerintah, karena mereka mermiliki posisi
yang lebih kuat daripada individu. Bebas Sampah tidak akan mungkin terwujud
tanpa upaya dan tindakan signifikan dari industri dan pemerintah. Industri
memiliki kontrol atas desain produk dan kemasan, manufaktur proses dan
penentuan bahan yang digunakan. Pemerintah memiliki kemampuan untuk
membuat kebijakan dan memberikan subsidi untuk desain proses produksi
yang lebih baik dan kemampuan untuk mengembangkan dan menerapkan
strategi pengelolaan sampah yang komprehensif yang dapat menghilangkan
sampah daripada sekadar mengelolanya.
Kita juga tidak bisa menyalahkan pemerintah dan lain sebagainya, jika
memang dari individu manusia sendirilah pelaku utama dari munculnya
sampah- sampah di jalan, trotoar, hingga sampah dilingkungan sekolah dan
rumah tangga.
Tidak semua sampah juga merugikan, namun dapat juga menjadi
barang yang berguna atau bermanfaat dengan cara di daur ulang, sehingga
dampak negatif yang ditimbulkan dapat di minimalisir. Untuk itu peran dari
semua sangat di harapkan untuk memanfaatkan sampah secara optimal.
34
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pengertian Budaya Menurut Hidayat, S dan Asroi, (2013) budaya merupakan
perilaku, nilai simbol dan makna dalam masyarakat yang menjadi suatu tradisi
dan panutan dalam berbagai kegiatan.
Karakter adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, prilaku,
budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainya,
(kamus Besar Bahasa indonesi.
Sehingga disini menawarkan solusi sistemik, yakni solusi dengan sistem
budaya yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti yang diketahui
sistem pendidikan sangat erat kaitannya dengan sistem budaya dan sosial yang
dapat diterapkan di lingkungan sekolah dalam hal ini dapat
mengiplementasikan terciptanya program 4C (kreatif, komunikatif, kolaboratif,
kritikal) dan terlaksananya PPK (Penerapan Pendidikan Karakter).
II. Pembahasan
Dalam menangani sampah ini tentu adanya regulasi yang mengikat
sehingga permaslahan sampah ini dapat memberikan suatu pembelajaran yang
sangat berarti, sekaligus sebagai dasar tonggak dalam menyelesaikan
permasalahan tentang sampah. Tentu untuk membebaskan kita dari sampah
sangatlah tidak mungkin namun bagaimana pengelolaan sampah itu supaya
tidak menjadi masalah atau mengurangi masalah yang lebih besar akibat
sampah.
Dari unsur- unsur di atas yaitu, unsure budaya dan karakter tersebut
menjadi contoh dari system budaya yang dapat membantu para pendidik
dalam memberikan dan menerapkan sistem pembelajaran yang berkelanjutan
yang pada akhirnya menjadi suatu tradisi yang posistif di lingkungan sekolah
dan dapat menjadi acuan dalam penerapan sekaligus masuk dalam kerangka
kurikulum di sekolah
Pendidikan dasar tentang kebersihan kepada masyarakat harus dimulai
sejak dini, mulai dari rumah yaitu peran dari orang tua yang selalu
menanamkan pola hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya.
Bagaimana para leluhur dan orang tua mengajarkan kita zaman dahulu
35
menangani sampah secara baik sehingga tidak mengganggu ekosistem
sekitarnya.
Untuk menyelesaikan permasalahan mengenai sampah, berawal dari diri
pribadi terlebih dahulu. Sadarkah kita bahwa sampah yang kita buang itu
berbahaya atau tidak bagi lingkungan sekitar ?. Sudahkah kita memberi
tauladan bahwa sampah kita buang di tempat sampah sesuai dengan jenis dan
tipe dari sampah ? kemudian mampukah kita menegur atau mengingatkan
orang lain untuk tidak membuang sampah pada tempatnya ?
Kesadaran diri adalah kata kunci dalam hal ini, karena setiap individu
memiliki sifat dan sikap yang berbeda, maka perlu dalam hal ini di buat aturan
yang mengikat, baik di tingkat pusat sampai ke daerah. Tidak terlepas bagi
lingkungan pemerintahan/swasta terlebih pada lingkungan pendidikan.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat terlaksananya siswa yang
berfikr kreatif, komunikatif, kolaboratif, kritikal (4C) dan menghasilkan siswa
atau insan yang berkarakter dalam mewujudkan Penerapan Pendidikan
Karakter.
Suatu kesempatan dan peluang bagi para pendidik menerapkan dan
melaksanakan program yang telah dicanangkan oleh pemerintah, terkhusus
program Gubernur Nusa Tenggara Barat saat ini tentang “Zero Waste”. Dalam
ungkapan yang berbahasa inggris sedikit memberikan inspirasi yaitu double you
question and how (apa, mengapa, siapa, kapan dan bagaimana) ini bisa
diterapkan dan dapat dilakukan ?
Menjawab dari pertanyaan tersebut bahwa adapun hal-hal yang harus
dan perlu diterapkan dan dilakukan antara lain :
1. Apa, buatlah aturan secara internal dan menyeluruh di sekolah atau
lembaga yang mengikat setiap individu untuk peduli dengan yang
namanya sampah.
2. Mengapa, karena disinilah permasalahan yang harus di pecahkan
sehingga masalah sampah bisa tertangani dan di selesaikan.
3. Siapa, semua terlibat dalam hal ini yaitu sivitas akademika, dari kepala
sekolah, guru dan staf sekolah, komite sekolah serta orang tua (wali
siswa).
36
4. Kapan, berlaku setiap hari selama siswa melaksanakan proses
pendidikan di sekolah, mulai masuk gerbang sekolah sampai di dalam
kelas atau ruang kerja masing-masing.
5. Bagaimana, bentuklah tim panitia kecil yang terdiri dari guru dan siswa
dalam penerapannya. Sehingga dapat di jalankan secara terstruktur
dan sistematis.
Masuk pada poin inti, cara dan proses metode yang bisa dilakukan adalah
:
1. Bahwa setiap siswa diwajibkan memiliki anggota kelompok pada setiap
kelas yang di damping oleh perwakilan siswa dan guru dalam
penanganan samapah, disinilah kita memberikan keleluasan pada
masing-masing kelompok untuk melaksanakan 4C, yaitu
berkomunikasi, berkreasi, berkolaburasi, dan berfikir kritis dalam
menangani sampah.
2. Setiap perwakilan siswa dan guru bertanggung jawab atas kelompok-
kelompok binaannya dalam penanganan samapah.
Dari kedua metode cara ini diharapkan terbentuknya karakter siswa yang
berbudaya melalui gerakan penanganan sampah, sehingga dengan demikian
sampah dapat ditangani secara optimal.
“Bumiku bersih, bumiku cantik hidupku bahagia”.
HENDRA TRISANDI lahir di Selong pada tanggal 08
oktober 1974. Profesi sehari-hari sebagai Guru pada
bidang Kemaritiman khususnya Ilmu-ilmu Pelayaran di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Keruak
kabupaten Lombok Timur, aktif mengajar sejak Bulan
Juli Tahun 2006 sampai sekarang. Disamping itu juga
mengajar di SMK Swasta Pelayaran mataram, sejak
tahun 2004 sampai sekarang.
Penulis mengenyam pendidikan dasar (SD N IX Selong)selama enam
tahun dan lulus tahun pelajaran 1996/1987 kemudian melanjutkan sekolah
menengah pertama (SMP Negeri 1 Selong) dan lulus pada tahun pelajaran
37
1990/1991, dan meneruskan ke sekolah menengan atas (SMA Negeri Selong)
mendapatkan pendidikan diploma Fakultas Teknologi Kelautan, Program studi
Nautika di Universitas Hang Tuah Surabaya Jawa Timur pada tahun 1995.
Sarjana (S1) diperoleh di Universitas Padjadjaran dari Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan pada tahun 2012.
Sebelum terjun di dunia Pendidikan, Penulis bekerja sebagai awak
kapal di Perusahaan. Mendapat kesempatan untuk studi banding ke New
Zaeland pada tahun 2017, dalam rangka revitalisasi dan meningkatkan mutu
guru SMK se-Indonesia.
38
EKSTRAKURIKULER PENGOLAHAN SAMPAH SEKOLAH
Upaya Mendukung Penguatan Pendidikan Karakter
Menuju Sekolah Zero Waste
Oleh Bakhtiar Ardiansyah
Widyaiswara Madya LPMP NTB
Pendahuluan
Apa saja bentuk ekstrakurikuler yang ada di sekolah kita?, beberapa
kepala sekolah pun menjawab seperti pramuka, drum band, Tim UKS,
Sepakbola, Paduan Suara, Karate dan lain lain. Beberapa ekstrakurikuler itu
memang bagus semua dapat membentuk anak menjadi insan yang religius,
itegritas, gotong royong, kerjasama, dan mandiri.
Pada awal tahun 2019, disebarkan informasi bagaimana sekolah
melakukan berbagai program dalam membentuk sekolah yang bersih dan
nyaman. Sekolah yang bebas sampah. Banyak program dicanangkan seperti
LISA “Lihat Sampah Ambil”, Program LIPUT “Lihat Sampah PunguT” dan lain
sebagainya.
Yang menjadi masalah, setelah sampah itu dipungut akhirnya
diletakkan ke bak sampah. Dari bak sampah dibawa lagi ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Apa yang terjadi?, akan ada dampak disekitar
masyarakat di lokasi TPA mengalami pencemaran Udara.
Dari keadaan itu, maka bagaimana jika sampah yang ada diolah oleh
sekolah dan dimanfaatkan untuk kepentingan anak dan sekolah. Bagaimana
caranya?, maka salah satu nya melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Pembahasan
Seperti Apa Ekstrakurikuler Pengolahan Sampah Sekolah?
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.
(Permendikbud No. 62 Tahun 2014). Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan
39
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Yang dimaksud dengan pengolahan sampah sekolah yaitu: serangkaian
kegiatan yang diawali dari memisahkan sampah, memperbaiki keadaan
sampah, mengolah sampah, memajang hasil pengolahan sampah.
Berdasarkan dua uraian diatas, maka ekstrakurikuler pengolahan
sampah sekolah adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik, di
luar jam belajar meliputi memisahkan sampah, memperbaiki keadaan sampah,
mengolah sampah, memajang hasil pengolahan sampah, dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama,
dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung
pencapaian tujuan pendidikan nasional khususnya penguatan pendidikan
karakter dan menuju sekola yang zero waste.
Tahapan Pelaksanaan Ekstrakurikuler
1. Perekrutan anggota ekstrakurikuler
Karena ekstrakurikuler ini sedikit berbeda dengan yang lain, maka dalam
perekrutan anggota dilakukan dengan memberikan surat kepada orang
tua untuk memberikan ijin dan persetujuan tentang ekstrakurikuler yang
dipilih. Tentunya pertimbangannya adalah minat, bakat serta kemampuan
untuk memisahkan, memperbaiki keadaan sampah, mengolah sampah
dan memajang hasil pengolahan sampah.
Keadaan lain yaitu dari aspek pakaian. Anak anak yang mengambil
ekstrakurikuler ini akan memakai rompi hijau sebagai tim ekstrakurikuler
pengolahan sampah sekolah atau kita sebut dengan istilah tim berseri
(bersih, sehat, rapi dan indah).
2. Penguatan pemahaman akan pengolahan sampah
Karena ekstrakurikuler ini tidak cukup mengembangkan diri peserta didik
dengan ketrampilan saja, namun juga harus dikuatkan dengan
pengetahuan dan sikap, maka sangat diperlukan dilaksanakan pertemuan
40
awal berupa memberikan wawasan akan pengolahan sampah sekolah.
Dalam pertemuan awal ini dihadiri oleh narasumber dari unsur kesehatan
masyarakat (puskesmas), penggiat zero waste dan juga dari pihak toko
souvenir. Ketiga narasumber ini secara bergantian memberikan arahan
kepada siswa yang tergabung dalam tim berseri. Dari pihak puskesmas
membahas bagaimana pentingnya menjaga kesehatan diri dengan
memperhatikan kebersihan lingkungan. Dari pihak penggiat zero waste
memaparkan berbagai bahan bahan sampah yang tidak dapat didaur
ulang secara alami namun dapat dibuat berbagai kebutuhan manusia
melalui tangan tangan terampil untuk mengubah sampah menjadi barang
barang yang berguna. Dan dari pihak toko souvenir memaparkan bentuk
barang barang yang berasal dari limbah plastik yang dapat diolah menjadi
kebutuhan manusia lainnya seperti tempat tisu, dompet, tas jinjing atau
tas lipat, dan lain lain.
3. Pemisahan sampah
Kegiatan peserta didik dalam hal memisahkan sampah yaitu memisahkan
dalam beberpa kelompok yaitu sampah bungkus pastik, sampah gelas
plastik, sampah botol plastik dan sampah organik. Sekolah
mempersiapkan tong tong pemisahan sampah. Tong tong itu pun di
lengkapi dengan dus atau box yang bersal dari kotak air minum mineral
yang harus diletakkan dibeberapa lokasi termasuk di kelas masing masing.
Peserta didik anggota tim ekstrakurikuler pengolahan sampah sekolah
bertanggungjawab memisahkan berbagai sampah tersebut dan
mengumpulkannya kembali ke tong tong besar yang sudah disiapkan
sekolah. Tim berseri pun menyisihkan waktu untuk segera pulang ke
rumah masing masing saat bel akhir pelajaran dibunyikan. Mereka pun
melakukan inspeksi akhir sekolah dengan berkeliling di tiap lorong dan
meja di tiap kelas masing masing dan sekitar kelas masing masing untuk
mengumpulkan dan memisahkan sampah yang ada. Akhirnya kelas itu
pun kembali bersih seperti awal mereka memasuki sekolah.
4. Memperbaiki keadaan sampah
Kegiatan ini berupa memperbaiki keadaan sampah dengan memanfaatkan
pemanas atau pengering rambut (hair dryer). Sampah sampah plastik
41
yang dimungkinkan dapat diolah kembali menjadi berbagai bahan yang
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia, dikeringkan dan dirapikan
dan dikumpulkan sesuai dengan jenisnya. Sampah sampah plastik ini akan
terkesan seperti tumpukan plastik yang sudah rapi dan tidak ada bekas
gula atau noda yang melengket pada plastik tersebut. Tidak ada bau
ataupun dalam kondisi basah. Semua telah kering dan menjadi rapi
kembali.
Keadaan sampah yang sudah diperbaiki tersebut, dikumpulkan pada kotak
kotak sampah rapi yang akan dibuat beberapa alat alat kebutuhan hidup
lainnya.
5. Mengolah sampah
Kegiatan ini merupakan tahapan yang dilakukan pada hari hari khusus.
Pada penerapan ini dilaksanakan saat dilaksanakannya student day (hari
ekstrakurikuler pilihan). Anak anak yang tergabung dalam ekstrakurikuler
ini termasuk di dalamnya anggota tim berseri mengolah sampah menjadi
barang barang sesuai kebutuhan dan tema yang akan dibuat. Ada
beberapa tema yang dibuat antara lain : (1). Tema mainan anak anak; (2)
Tema kebutuhan ruang tamu seperti vas bunga, kotak tisu dan kotak
lampu hias; (3) Tema wanita seperti : pembuatan bross, kalung plastik,
dompet, tas wanita dan gantungan kunci; dan (4) Tema barang kebutuhan
besar seperti bak sampah ringan, dan tempat peralatan sehari hari
6. Memajang hasil pengolahan sampah
Sebawai wujud program sekolah terhadap zero waste, maka hasil kerja
anak anak tim berseri dan ekstrakurikuler pengolah sampah sekolah
dipajang di ruang tamu kepala sekolah dan di masing masing kelas sesuai
peruntukkannya. Selain itu pula ada beberapa foto foto pajangan hasil
kerja anak yang dipajang dimajalah dinding sekolah.
Hasil kerjasama dengan toko souvenir pun, saat ini beberapa produk
sudah dipajang diberbagai outlet toko souvenir. Sehingga selain anak anak
ini memiliki keterampilan dalam mengeloh sampah sekolah, mereka pun
dapat terbentuk sikap kemandirian dan peduli lingkungannya serta
berwirausaha.
42
Demikian sebagian kecil upaya sekolah dalam membetuk wilayah yang bebas
sampah melalui pembentukan ekstrakurikuler pengolah sampah sekolah
melalui tim berseri. Sehingga terwujudnya sekolah yang zero waste. Semoga
upaya ini mampu mendukung terciptanya kota yang zero waste.
Sekian
Penulis
Bakhtiar Ardiansyah
Widyaiswara Madya
LPMP NTB
43
BUDAK CINTA
(Being Minimalist Generation for Zero Waste Habit)
Oleh Restu Alpiansah
PR Ambassador NTB Gemilang 2019
Sampah dan limbah plastik telah merajalela dimana-mana. Bumi seolah-olah
telah menolak mentah-mentah untuk menelannya. Hal ini menandakan bahwa
sampah bukanlah masalah yang biasa, kita sedang tidak baik-baik saja. Bumi
tercinta telah meronta menahan asa, ingin teriak namun tak bisa, bumi sudah
penuh dengan petaka yang telah diperbuat oleh kita semua, selaku manusia.
“Bumi telah lama berteriak meminta bantuan manusia, namun kita seolah-olah
berperilaku seperti sedang tak pernah terjadi apa-apa. Selama ini kita merasa
bahagia, padahal tanah yang kita pijak sedang meronta karena terlilit oleh
derita.”
Menurut portal berita Republika1, data dari Dinas Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (LHK) Nusa Tenggara Barat menyebutkan bahwa volume
sampah di sepuluh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat mencapai 3.388
ton dan sampah yang dibuang per hari mencapai 76 ton. Sedangkan yang
masuk ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) sebesar 641.92 ton. Data
terakhir pada tanggal 28 Juni 2019 menyebutkan bahwa sekitar 83 persen
sampah di Nusa Tenggara Barat tidak terkelola.
Bumi Nusa Tenggara Barat sedang kritis dengan sampah yang
dihasilkannya sendiri. Kita tak bisa membiarkan masalah sampah terus-
menerus terjadi. Generasi muda sudah saatnya mengambil peran yang
signifikan. Kita memang belum memiliki uang yang cukup untuk membeli alat
canggih pengelola sampah seperti negara maju, namun kita bisa mengatasinya.
Mulai dari sekarang, kita mulai dari diri sendiri.
Generasi Minimalis mungkin masih kurang populer di telinga para
kaum millennial NTB. Sedangkan di negara maju seperti Jepang, generasi ini
sudah benar-benar sangat populer. Bahkan para pemuda negara Jepang sudah
mulai berlomba-lomba untuk menerapkan gaya hidup minimalis.
44
Hidup minimalis menurut Marie Kondo adalah hidup dengan barang-
barang yang hanya bernilai guna untuk diri sendiri serta menghindarkan diri
dari barang-barang yang tidak memberikan kontribusi dan nilai tambah untuk
kehidupan. Menurutnya, kita selama ini terlalu banyak membeli dan
menyimpan sampah di ruangan kita masing-masing. Apa yang kita beli
sekarang adalah sampah untuk masa depan.
Mari kita ingat kembali. Ada berapa banyak barang yang kita beli di
Supermarket atau Epicentrum Mall selama satu bulan ini? Barang yang
seharusnya tidak kita beli namun karena tergoda nafsu akhirnya terbeli juga.
Kita kebanyakan membeli keinginan, bukan kebutuhan. Sehingga yang terjadi
adalah barang-barang tersebut menjadi menumpuk di ruangan kita masing-
masing.
Mari bayangkan kembali, seberapa luas ruang kamar anda? Jika anda
merasa sempit, ini salah. Barangkali kita merasa sempit karena ada terlalu
banyak sampah terselubung yang kita simpan. Satu lagi, ada berapa deretan
baju lama yang masih kita simpan di dalam lemari masing-masing? Apakah kita
sendiri yakin jika itu bukan sampah? Semua itu adalah sampah, selama kita tak
pernah mengenakannya untuk memberikan nilai tambah untuk kehidupan kita
sendiri.
Tidakkah kita sadar bahwa selama ini kita telah diperbudak dengan
barang-barang tersebut? Kita telah menyulap diri kita sendiri menjadi Budak
Cinta (Bucin) untuk barang-barang yang tak bernyawa tersebut. Terbayang
setiap hari harus membersihkan sepatu yang menumpuk. Buku-buku koleksi
yang sudah terbaca habis namun masih tersimpan dan harus dibersihkan agar
tak berdebu. Padahal kita berhak bebas dari benda-benda tersebut, namun
ternyata selama ini kita telah terjajah oleh sampah-sampah tersebut.
Secara teori ekonomi, kebutuhan secara intensitasnya dibedakan
menjadi tiga tingkatan. Yakni kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi karena
merupakan penunjang kehidupan. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan
yang bersifat mempermudah dan melengkapi kehidupan manusia. Sedangkan
kebutuhan tersier adalah kebutuhan akan barang mewah yang dapat membuat
seseorang menjadi lebih merasa diakui oleh masyarakat.
45
Faktanya, generasi millennial NTB zaman sekarang seolah-olah sedang
berlomba untuk memuaskan kebutuhan tersiernya demi memenuhi kebutuhan
Instagram story-nya sendiri. Contohnya; membeli sepatu untuk keperluan
koleksi, aksesoris elektronik dan tubuh yang berlebihan, makanan dan
minuman junk food mahal yang berwadah plastik, dan sampah-sampah
potensial lainnya. Secara tidak langsung, kita telah melakukan investasi sampah
untuk masa depan.
Sudah saatnya kita beralih menjadi generasi minimalis. Hidup dengan
sedikit barang namun dipenuhi dengan banyak makna. Hidup dengan sedikit
barang berarti telah membantu bumi kita tercinta untuk terhindar dari ribuan
ton sampah masa depan yang semakin kejam menggerogoti perut bumi yang
sudah tak berdaya ini. Hidup kita terlalu indah jika harus dihabiskan dengan
benda-benda yang sebenarnya tak berguna dalam kehidupan.
Benda yang kita miliki tak seharusnya diberi perlakuan seolah-oleh
memiliki jiwa. Itulah yang justru membuat kita menjadi selalu ingin
menjaganya, walau benda-benda itu sendiri sudah tak berguna. Menahan
nafsu untuk tidak ingin berusaha memiliki segala adalah salah satu langkah
untuk membuat bumi kita ini terjaga. Bahwa ingatlah, dalam agama pun kita
selalu diingatkan bahwa segala barang yang kita miliki saat ini kelak akan
dimintai pertanggung jawabannya masing-masing.
Kita semua percaya bahwa hidup ini hanyalah sementara.
Meninggalkan dunia tak akan membawa apa-apa, kecuali amal ibadah selama
hidup di alam semesta. Menjadi generasi minimalis mengajarkan kita untuk
selalu bersyukur, bukan malah terus takabur. Walau benda yang kita miliki
hanya sedikit, tetaplah merasa cukup. Hidup minimalis akan selalu menjadi
pengingat bahwa ini semua sudah cukup.
“Barang apa yang kita pakai dan miliki saat ini bukanlah cerminan dari
kepribadian. Baik dan buruknya kita bukan terukur dari benda-benda fana
tersebut, melainkan melalui etika dan perilaku kita kepada diri sendiri dan
orang lain.”
Kita yang ada di masa sekarang, kelak di masa mendatang akan
menuai sendiri semua hasil yang telah kita tanam. Daripada membeli barang-
barang yang kurang berguna, lebih baik menginvestasikan uang tersebut ke
46
dalam investasi saham dan reksadana, yang sudah jelas memberikan berkah di
masa yang akan datang.
Nusa Tenggara Barat sudah semakin paham dalam hal pasar modal.
Saatnya sebagai generasi millennial minimalis, menjadi lebih melek lagi dengan
produk-produk pasar modal. Hidup ini memang tidak akan kekal, namun jangan
pernah lupa untuk menyiapkan bekal, agar masa depan tidak mental.
Inilah saatnya untuk mewujudkan provinsi kecil kita tercinta ini
menjadi Nusa Tenggara Barat yang asri dan lestari. Masa depan provinsi
tercinta ada di tangan kita semua. Jika terlalu sulit untuk membantu pihak
pemerintah provinsi untuk mengurangi dan menanggulangi sampah,
setidaknya kita bisa membantu pemerintah melalui langkah kecil namun nyata
dan berkontribusi besar untuk kehidupan di masa depan, yakni melalui hidup
sebagai generasi minimalis.
Hidup kita sudah terlalu terjerat, bumi sudah melarat, sampah sudah
semakin berat, kebiasaan sudah semakin keparat, dan sekarang kita
dihadapkan oleh dua pilihan berat. Hidup sebagai generasi minimalis atau
membiarkan masa depan provinsi terbanjiri sampah hingga menangis.
Himbauan dan ajakan ini memang terkesan sangat puitis dan dramatis, namun
jika kita tak bertindak dari sekarang, provinsi ini akan terjangkiti masalah
sampah hingga kronis, dan masa depan kita akan berakhir tragis.
Menjadi generasi minimalis memang pilihan. Namun hidup di bumi
tercinta ini bukanlah pilihan. Bumi hanya satu, jadi sudah bukan saatnya lagi
bertindak seolah-olah kita sendirilah yang menjadi manusia. Sudah bukan
saatnya lagi untuk saling menyalahkan satu sama lain.
“Kita sudah tidak ada waktu lagi untuk saling menuduh, karena tempat
untuk berteduh sumpah hampir rapuh. Bumi kita sedang kritis di ambang
batas. Kini sudah saatnya menepiskan ego, melonggarkan nafsu, dan
menjulurkan tangan untuk menyelamatkan Nusa Tenggara Barat dari miliaran
sampah yang terus meronta-ronta membuat masalah.”
47
Ruang Publik Perspektif Zero Waste
Oleh H.M.Sukamdani
Hamparan ruang publik mengharuskan suasana yang bersih dari segala
bentuk sampah, ketidaknyamanan dan kesemerautan. Hal tersebut akan
menjadikan suasana baik yang akan memicu rasa nyaman dan penuh
kekhusukan. Ruang publik haruslah menghadirkan kenyaman interaksi antar
sesama dengan melibatkan semua elemen yang patuh dan taat pada asas-asas
komunikasi publik yang santun. Dunia publik tidak hanya menghadirkan
suasana sikap bertoleransi dan penuh simpati, namun sekelilingnya -tidak kalah
penting- untuk menjadikan interaksi tersebut melahirkan values dan segudang
manfaat. Sekeliling yang dimaksud adalah lingkungan publik yang butuh
suasana bersih, tidak ada pandangan semeraut dan hamburan sampah, tidak
terlihat pemasangan iklan-iklan sembarangan dan lain-lain. Hal ini akan
berpengaruh terhadap suasana interaksi keseharian kita disela-sela kesibukan
kerja yang begitu padat.
Lingkungan yang bersih dapat memacu semangat dan kenyamanan
dalam menjalankan kesibukan yang padat sekalipun. Penat berfikir dan
beragam kondisi body language sangat erat hubungannya dengan suasana
komunikasi nyaman dan bersahaja dalam menjalankan segala aktivitas
keseharian kita. Tidak dinafikan bahwa di sekeliling altar ruang publik yang
ditata rapi, bersih dan segenap isyarat kenyaman yang harus dimiliki menandai
kesuksesan para pelaku di segala sektoral, terlebih lagi ruang-ruang publik yang
bersentuhan langsung dengan titik-titik simpul masyarakat yang bertumpu
seluruh aktivitas manusia, dalam hal ini pasar dan masjid.
Banyak yang berfikir, pasar tidak harus bersih karena tempat jamaknya
seluruh interaksi yang berhubungan langsung dengan sampah dan
ketidakteraturan. Ini cara berfikir yang salah, justeru ketika pasar yang nota-
bene tempat berkumpulnya seluruh aktivitas masyarakat akan terbantu dengan
suasana pasar yang rapi dan bersih. Selama ini persfektif terbalik ini sudah
jamak dilakukan banyak orang yang seolah tidak peduli dengan serakan
sampah dan ketidakrapian, tetapi jika kita mau jujur, ruang publik dan desakan
48
kerumunan banyak orang justeru sesuatu yang sangat baik jika tempat yang
bernama pasar nyaman dan lingkungannya bersih.
Belum lagi lingkungan masjid, dimana masjid adalah tempat mulia
yang harus menghadirkan kenyamanan dalam beribadah dan tidak semeraut.
Indikasi selama ini, banyak orang kurang peduli terhadap pola hidup bersih dan
terutama sadar lingkungan yang sesungguhnya hal tersebut adalah awal
kehidupan bahagia. Kenyamanan suasana batin sebenarnya bermula dari
kenyamanan pandangan terhadap obyek lingkungan yang bersih. Dalam
nirsadar manusia hal itu yang akan menghadirkan semangat kerja-terlebih lagi-
ibadah. Bayangkan jika disekeliling seseorang masih berhamburan dan
berserakan sampah-apalagi-hamburannya di mana-mana, persis ini akan
berdampak pada psikis seseorang. Sering merasakan sumpek dan pikiran
semeraut-pada dasarnya-tidak disadari hal itu berasal setengahnya dari luar
diri kita termasuk dalam konteks ini adalah berasal dari lingkungan tempat kita
berpijak.
Penulis - dalam hal ini - ingin mengajak bagaimana membentuk
kejamakan paradigma berpikir terbalik yang selama ini dianggap tidak familiar.
Konsep yang dimaksud adalah mengubah mindset masyarakat yang selama ini
menjadikan apa yang ada di luar diri sebagai objek semata, termasuk alam
lingkungan tempat tinggal kita sehari hari ditarik ke dalam ranah intersubyek
supaya kontrolnya lebih mudah dan melunakkan tindakan kita untuk dapat
menghargai lingkungan secara lebih utuh. Sebab dampak dari cara berpikir
bipolar tersebut sering kali luput dari komunikasi balance antara subyek
manusia dengan alam sekelilingnya atau lebih familiar dengan bahasa ruang
public itu sendiri. Oleh karena itu, penulis mengajak berpikir akomodatif
dengan mengubah mind stream kejamakan yang menafikan eksistensi
lingkungan menjadi cara komunikasi intersubyektif (lingkungan sekeliling tidak
lagi dianggap obyek penderita belaka).
Hal ini minimal akan membantu seseorang menghargai dan
menanamkan kesadaran terhadap lingkungan yang ada sebagai sesuatu yang
paling penting artinya dalam kelangsungan hidup manusia.
Ilustrasi ini disitir dalam al-Qur’an dengan selalu mengedepankan cara
berpikir jamak dimana semua elemen eksternal dalam perintah beribadah
49
dimasukkan dalam anjuran kepastian ramah lingkungan. Contoh konkret
adalah pada saat seseorang diperitahkan mengerjakan sholat, padahal sholat
merupakan ibadah mahdhah (murni) bersimpuh di hadapan Allah SWT, tetapi
mengapa diharuskan menggunakan aspek busana yang baik dan indah saat
menjalankannya. Dalam arti bahwa manusia ketika ingin melakukan ibadah
haruslah memperhatikan pakaian yang indah dan bersih sekaligus. Coba
perhatikan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-‘Araf:31.
إنه لا يجب المسرفين.يا بني آدم خذوا زينتكم عند كل مسجد وكلوا واشربوا ولا تسرفوا
)31:(الاعراف
Artinya: Wahai sekalian manusia, pakailah pakaian terbaikmu setiap
kali kamu hendak melakukan ibadah (sholat). (Q.S. Al-‘Araf:31)
Perspektif balaghoh dari tata bahasa atau kaidah bahasa arab dalam
ayat tersebut mengedepankan aspek penyebutan pakaian yang baik
didahulukan dari pada menyebutkan perintah sholat itu sendiri. Ini menandai
betapa pentingnya lingkungan di luar diri subyek dalam konteks kenyaman dan
kebaikan untuk dihadirkan saat melakukan ibadah. Khitob tersebut Allah SWT
berikan kepada manusia, secara spesifik mengedepankan hiasan dan busana
pakaian lahiriyah yang tentu dalam hal ini dapat dipahami tidak terpisah -
betapa pentingnya- kerapian, keindahan dan tata lingkungan yang baik dalam
rangka menghadirkan kekhusukan beribadah. Dari kerangka berpikir yang
demikian, sangat tepat jika mind stream selama ini yang menafikan suasana
lahiriyah diluar subyek manusia dapat dianggap berpikir salah. Dalam arti,
sumbangsih terbesar dari cara berpikir yang demikian adalah adanya unsur
sengaja melalaikan sikap peduli terhadap lingkungan yang hanya dianggap
sekedar obyek semata.
Berangkat dari narasi ayat Tuhan di atas tidaklah janggal, jika
mengambil inisiasi sikap produktif terhadap pola berfikir koeksistensi yang kita
anggap berkait berkelindan dimana alam diluar diri berupa lingkungan tempat
berpijak sebenarnya harus dijadikan mitra komunikasi yang sepadan atau
sejajar dalam melakukan segala aktivitas manusia sehari-hari. Itu dilakukan
supaya tidak lagi menjadikan alam ini hanya semata obyek belaka yang pada
akhirnya terpinggirkan dan tidak memiliki eksistensi yang sama dengan subyek
50
diri yang aktif. Jika kita mau jujur, akan berdampak pada penafian individu
terhadap eksistensi lingkungan sebagai sesuatu yang hilang begitu saja.
Kembali kepada makna tersurat dari ayat di atas, jika benar benar
diperhatikan, mengapa penting Allah secara jelas memerintahkan manusia di
setiap hendak melakukan sholat untuk memperhatikan pakaian yang
dipergunakan. Sesungguhnya apabila sesuatu itu tidak dianggap penting
mengapa perlu untuk dilibatkan? Hal ini bisa dipastikan bahwa hal tersebut
memiliki nilai urgensi yang sama (subyek-obyek) untuk memastikan
pemerolehan nilai ibadah yang sempurna di hadapan Allah SWT.
Pelajaran yang maha penting dari firman Allah SWT di atas adalah
bagaimana pentingnya menyatukan gerak aktif subyek dengan lingkungan
sekelilingnya sehingga tercipta nuansa yang utuh dan kolaboratif. Aktivitas tak
terpisahkan antara eksistensi diri subyek dengan lingkungan tempat manusia
berpijak atau dapat dipahami secara global sebagai ranah publik itu sendiri
sedapat mungkin harus dijalin. Pola komunikasi ini bisa kita masukkan ke dalam
ranah kesatuan mind-stream intersubyektif hingga secara sadar manusia
mempola dan membangun auto-connect yang utuh dalam segenap
perwujudan kehidupannya.
Justeru selama ini, ketimpangan dalam polaritas diri yang sangat
berbeda atau minimal memiliki jarak eksistensial nyata dengan lingkungan
inilah yang menjadikan kealfaan berpikir terhadap ranah lingkungan altar
publik. Dengan demikian, ketika tidak ada lagi polaritas subyek–obyek akan
mampu membangun diri dari dalam. Betapa lingkungan selama ini akan terasa
sangat penting sepenting aksistensi diri subyek di mana jika terlupakan akan
merasa kekurangan dan terasa tidak nyaman apabila diabaikan. Hujjah nyata
yang dapat menjadi data pendukung-cara berpikir jamak ini- atau berpikir
intersubyektif sebagaimana diistilahkan adalah apa yang dihimbau oleh
baginda Nabi yang mulia Nabi Muhammad SAW, sebagaimana sabdanya:
)الطهور شطر الايمان (أخرجه مسلم
Artinya: Melakukan bersuci (wudhu’) adalah masuk dalam setengah
iman seseorang (H.R.Muslim)
Perspektif bersuci dalam hadis tersebut mengindikasikan keterlibatan
langsung lingkungan luar diri manusia yang tidak boleh dispelekan
51
eksistensinya. Maka upaya komunikasi intersubyektif dengan ruang, ranah
publik dan jamaknya disebut lingkungan merupakan suatu kesatuan
eksistensial. Melihat pentingnya peran obyek ruang dan kolingkungan dalam
semua bidang dan sektor kehidupan perlu perubahan cara pandang ini
digalakkan menjadi kejamakan pandangan bertindak dan berkomunikasi secara
intersubyektif, dalam arti tidak ada lagi polaritas antara subyek dengan obyek
yakni antara subyek manusia dengan ranah publik sebagai tempat beraktivitas
manusia sehari-hari.
Pola gagasan konstruktif paradigma intersubyek-menghilangkan sikap
subordinasi obyek- dalam arti melebur kesadaran subyek dalam kesatuan
eksistensial dengan lingkungan atau obyek ruang publik tersebut. Hal ini
mudah mudahan memiliki kontribusi aktif terhadap pentingnya wacana
mensukseskan program NTB bebas sampah tahun 2023 (zero waste) di NTB
khususnya dan di Nusantara umumnya. Minimal menyentuh sisi sadar manusia
akan pentingnya lingkungan dan pemeliharaannya.
Biodata penulis
Nama lengkap penulis adalah H.M.Sukamdani, S.Hum. M.S.I. Lahir di Tegal,
Desa Aikmual, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah, NTB. Tanggal 01, Bulan Mei,
Tahun 1982. Kegiatan keseharian penulis adalah sebagai tenaga Dosen aktif di
sebuah lembaga pendidikan tinggi swasta di Lombok Timur IAI Hamzanwadi
dari tahun 2006 sampai saat ini.
52
MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI
PEMANFAATAN LIMBAH DAN PENGEMBANGAN KEBUN BIBIT RUMPUT LAUT
SEBAGAI MANIFESTASI SUSTAINABLE DEVELOPMET GOALS
Oleh Ragil Hidayat
Lembaga Rumah Hidayah
Pendahuluan
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu Kabupaten di
Provinsi Nusa Tenggara Barat .Luas wilayah Kabupaten Sumbawa adalah
11.556,44 Km² ( 45,52 % dari luas Provinsi Nusa Tenggara Barat) meliputi
luas darat 6.643,98 Km² dan luas perairan laut yang menjadi kewenangan
Kabupaten adalah 4.912,46 Km². meliputi luas darat 6.643,78 Km² dan luas
perairan laut yang menjadi kewenangan Kabupaten adalah 3.831,72 Km².
Panjang garis pantai mencapai ± 982 Km dan luas perairan laut termasuk
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 74.000 Km². 2.3. Jumlah Kecamatan di
Kabupaten Sumbawa adalah 24 kecamatan dimana 18 kecamatan
merupakan kecamatan pesisir (75 %) dengan 62 desa/kelurahan pesisir
(37,6 %) dari keseluruhan 165 desa/kelurahan di Kabupaten Sumbawa.
Luasnya perairan pesisir dan laut menjadikan Kabupaten Sumbawa
berpeluang dalam mengambang %) dengan 62 desa/kelurahan pesisir (37,6
%) dari keseluruhan 165 desa/kelurahan di Kabupaten Sumbawa. Jumlah
penduduk Kabupaten Sumbawa berdasarkan BPS Kab. Sumbawa Dalam
Angka tahun 2012 mencapai 42.029 jiwa dengan jumlah rumah tangga
110.772. Tiga komoditi unggulan Kabupaten Sumbawa yang termasuk
dalam program PIJAR, yaitu Sapi, Jagung dan Rumput Laut. Wilayah
perairan Teluk Saleh dihuni oleh pulau –pulau kecil yang memiliki
sumberdaya laut yang berlimpah, baik ketersediaan ikan, terumbu karang
maupun keanekaragaman hayati laut lainnya, tetapi saat ini ekosistem
perairan teluk saleh sudah dalam keadaan rusak, karena nelayan tidak
hanya menangkap ikan dengan cara-cara tradisional akan tetapi
melakukannya dengan alat yang tidak ramah lingkungan seperti
53
penggunaan potassium dan pengeboman. cara ini sudah berlangsung cukup
lama.
Potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di wilayah
pesisir dan pantai sangatlah tidak seimbang, seharusnya masyarakat pesisir
lebih sejahtera bila dibandingkan dengan fakta yang ada sekarang ini. Di
wilayah pesisir banyak kantong-kantong kemiskinan, dan kesejahteraannya
tidak merata, karena banyak faktor yang harus diselesaikan, salah satunya
adalah pemberdayaan masyarakatnya yang masih minim apabila
dibandingkan dengan wilayah non pesisir. Dibalik kekayaan potensi
sumberdaya alam yang dimiliki wilayah pesisir dan pantai ternyata masih
terdapat sumberdaya manusia yang masih marginal terutama dibidang
ekonomi. Kondisi lemahnya sumberdaya manusia, mendorong masyarakat
berpikir pragmatis untuk dapat mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga
tanpa berpikir tentang dampak yang timbul dalam jangka panjang sebagai
akibat dari pemenuhan kebutuhan yang mengabaikan aspek lingkungan.
Prilaku masyarakat yang menangkap ikan dengan tidak ramah lingkungan,
dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanjutan laut
berimplikasi terhadap rendahnya tingkat pendapatan masyarakat nelayan.
B. Masalah masalah yang dihadapi oleh masyarakat pesisir
Masalah Akar Masalah Penyebab Kuat
Hasil tangkap ikan
kurang Terumbu karang Nelayan menangkap ikan
rusak berat dengan cara tidak ramah
Harga bibit rumput lingkungan, yaitu dengan
laut tinggi bom, dan potasium
Tidak ada kebun bibit Pemerintah Daerah dan
rumput laut yang petani belum menyediakan
khusus menjual bibit khusus kebun bibit rumput
laut
54
Gagasan
Kondisi Umum budidaya Rumput Laut
Periodesasi usaha budidaya rumpput laut; a) budidaya rumput laut
umumnya panen setiap 45 hari; b) periode pertama karena masalah modal dan
ketersediaan bibit hanya mampu memulai 2 s/d 3 ris setiap KK, c) periode
kedua dikembangkan dari 3 ris menjadi 12 ris, d) periode ketiga dari 12 ris
dikembangkan menjadi 40 – 50 ris, baru pada periode ketiga atau bulan ke 4 ini
mereka biasa panen untuk dikeringkan maksimal 30 ris dan 10 ris untuk
dikembangkan kembali. Sehingga dalam satu tahun rata-rata petani rumput
laut hanya biasa panen untuk dikeringkan 2 sampai 3 kali. Jika mereka dapat
terakses dengan lembaga keuangan sehingga dapat memulai usaha dengan 10
sampai 15 ris maka keluarga petani rumput laut dapat hidup lebih baik secara
ekonomi, dan ketika secara ekonomi mereka eksis maka akan mempengaruhi
dimensi-dimensi kehidupan lainnya seperti, pendidikan, kesehatan, lingkungan,
perilaku, dan lain-lain. Oleh Karena itu, melalui pembentukan suatu yang dapat
menjadi place market sekaligus wadah Pengembangan usaha-usaha mikro yang
bergerak di bidang on farm (petani rumput laut, nelayan tangkap, dan hasil luat
lainnya) dan off farm ( olahan hasil laut) membutuhkan biaya yang lebih besar
dan terus menerus, sehingga dibutuhkan struktur yang lebih tepat untuk
mendukung pengadaan input dan pemasaran jejaring dan keterampilan untuk
mengelolahnya, dan suatu lembaga yang lebih besar, seperti Asosiasi
Kelompok. Asosiasi Kelompok mempunyai alur proses yang spesifik dengan
setiap elemen kegiatan mempunyai inter-relasi yang saling mempunyai
ketergantuangan, sehingga diperlukan pemahaman terhadap seluruh elemen
proses yang terkait didalamnya, agar konsekuensi- konsekuensi maupun akibat
yang ditimbulkan oleh tidak berfungsinya/berjalannya suatu elemen proses
tersebut sudah dapat dipertimbangkan serta diperhitungkan sebelumnya.
Pemasangan Rumpon Dasar
Rumpon Dasar merupakan bangunan yang dapat dibuat dari berbagai jenis
bahan, seperti ban, bambu, pelepah kelapa, kayu, kerangka beton, fiberglass,
pralon bekas bus, kapal bekas, dan bahan-bahan lainnya. Bangunan rumpon
dasar sebelum ditenggelamkan ke dasar laut perlu dirancang dan dibuat lebih
55
dahulu agar nantinya disenangi oleh ikan sebagai habitat, tempat hidup,atau
tempat berlindung.
Rumpon Dasar disebut juga sebagai Terumbu Buatan atau artificial reef.
Konstruksi rumpon dasar yang akan digunakan adalah konstruksi rumpon dasar
ban bekas, karena rumpon dasar ban bekas merupakan jenis rumpon dasar
yang paling banyak digunakan, karena ban-ban bekas mudah didapat, harga
tidak mahal, pemasangan mudah, pengangkutan ke laut mudah dilakukan
cukup dengan perahu atau rakit khusus, daya tahan lama, dan menyediakan
banyak rongga untuk habitat ikan. Dalam waktu delapan bulan rumpon ban
bekas telah dihuni oleh komunitas ikan yang beraneka ragam dan bernilai
Tujuan Membuat Rumpon Dasar
Tujuan membuat dan memasang rumpon dasar di laut adalah
a. Terpeliharanya ekosistem terumbu karang asli. Sehingga sumber
daya alam tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan khususnya untuk
kegiatan pariwisata dan penelitian. Membantu mencegah eskploitasi
berlebihan terhadap sumber daya laut. Meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat nelayan melalui peningkatan kuantitas dan kualitas
hasil tangkapan ikan
b. Membuat dan menambah daerah tangkapan ikan walaupun letak
rumpon dasar tidak diketahui. Sebagai salah satu usaha mengatasi
permasalahan kerusakan lingkungan kawasan pantai dan laut. Memulihkan
fungsi ekositem laut dengan rusaknya sebagian terumbu karang.
Fungsi Rumpon Dasar
Rumpon Dasar mempunyai beberapa fungsi
a. Fungsi Ekologi
- Sebagai tempat habitat dan tempat berlindung berbagai jenis ikan karang
dan sekaligus sebagai daerah asuhan ikan-ikan muda
- Merupakan sumber bahan makanan ikan dengan terbentuknya perifiton
dan komunitas biotik lainnya
- Membantu mengurangi kerusakan terumbu karang dan menigkatkan
keanekaragaman biota laut
56
- Membantu melindungi pantai dan mengurangi terjadinya abrasi
- Dapat menhidupkan kembali terumbu karang asli yang telah rusak,
- Meningkatkan peran serta masyarakat terhadap pelestarian lingkungan
hidup karena terbuat dari ban bekas atau limbah lainnya yang ramah
lingkungan sehingga masyarakat dapat ikut serta alam mengatasi
masalah lingkugan di laut.
b. Fungsi Ekonomi
- Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui peningkatan
efesiensi dan efektifitas penangkapan ikan. Populasi ikan bertambah
banyak dan lebih muda ditangkap karena lokasi telah diketahui
- Menambah sumber pendaptan baru bagi masyarakat, termasuk kegiatan
wisata bahari (pemancingan, snorkeling, dan scuba diving)
c. Fungsi Sosial Budaya
- Sebagai obyek wisata dan hiburan bagi penggemar pemancing
- Memberikan manfaat atau nilai tambah terhadap barang-barang bekas
yang semula tidak berguna menjadi barang yang mempunyai nilai dan
mendorong kegiatan lingkungan hidup
- Membina kesadaran, pengertian dan perubahan perilaku masyarakat
untuk lebih menghargai kekayaan sumber daya alam pantai dan laut
Potensi Kebun Bibit Rumput Laut
Kebun bibit rumput laut sangat penting disediakan karena empat
tahun terakir sejak tahun 2010 petani rumput laut di pesisir Teluk Saleh
mengalami kegagalan yang cukup hebat, diantaranya karena dipengaruhi oleh
perubahan iklim yang sangat ekstrim, penangkapan ikan dengan tidak ramah
lingkungan, dan lain-lain.
Mulai tahun 2013 perkembangan rumput laut di pesisir Teluk Saleh
cukup baik, tetapi ketersediaan bibit sangat terbatas, sehingga harga bibit
sangat tinggi dibandingkan dengan harga-harga sebelumnya, disamping itu
potensi sumberdaya lahan di Teluk Saleh sangat luas dan belum sepenuhnya
dimanfaatkan, serta budidaya rumput laut dapat mengatasi kemiskinan,
menyediakan peluang kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi
57
masyarakat. Rumput Laut di wilayah perairan pesisir Teluk Saleh berkembang
dengan baik mulai bulan november sampai dengan bulan juni setia tahunnya,
sedang mulai bulan juli sampai dengan bulan oktober kurang baik karena
sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, dimana pada empat bulan ini
merupakan puncak musim kemarua wilayah Teluk Saleh dan sekitarnya.
a. Tujuan membuat kebun bibit rumput laut dengan metode tali panjang ini
adalah, untuk memenuhi kebutuhan bibit petani nelayan pesisir teluk
saleh yang setiap tahun selalu berhadapan dengan masalah kurangnya
bibit.
b. Sistem pengelolaannya adalah ;
- Kebun bibit ini hanya akan menjual bibit rumput laut untuk memenuhi
permintaan bibit petani rumput laut di Lokasi terkait dan petani
rumput laut.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan masyarakat
berdaya dan terampil untuk menjaga dan mencegah kerusakan ekosistem
pesisir Teluk Saleh, serta masyarakat menjadi lebih sejahtera melalui hasil
tangkap ikan dan hasil budidaya rumput laut baik dari pengolahan hasil
budidaya rumput laut maupun dari hasil laut lainnya serta dengan pembuatan
rumpon masyarakat akan terdorong untuk meningkatkan peran sertanya
terhadap pelestarian lingkungan hidup karena terbuat dari ban bekas atau
limbah lainnya yang ramah lingkungan dapat menjadi implementasi program
zero waste.
Selain itu, dapat pula meningkatkan pendapatan nelayan melalui
efektivitas dan efisiensi penangkapan ikan dan tersedianya pasar ataupun
maarket place untuk bibit rumput laut, ikan, hasil olahan ikan maupun hail
olahan rumput laut. Berbagai kegiatan ini menjadi wadah pengembangan
masyarakat yang memiliki fungsi sebaga peningkatan serta pelestarian potensi
hasil laut sekaligus mengembangkan ekonomi di masyarakat pesisir yang
mengedepankan semangat zero waste.
58
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013-2015. Kabupaten Sumbawa Dalam Angka . BPS.
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Profil Desa. 2007. Kabupaten Sumbawa. Bappeda.
Penulis bernama Ragil Hidayat dilahirkan di Sumbawa
Besar, Provinsi NTB, pada 14 Maret 1996, anak kedua dari
tiga bersaudara pasangan Ibunda Fauziah dan Ayahanda
Nursyamsu. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di
Sekolah Dasar Negeri 02 Sumbawa tahun 2008. Tamat
SMP Negeri 01 sumbawa pada tahun 2011 dan SMA
Negeri03 Sumbawa tahun 2014. Pada tahun itu juga
penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas
Teknologi Sumbawa, pada fakultas ekonomi dan bisnis program studi Ekonomi
Pembangunan.
Selama mengikuti pendidikan di UTS penulis pernah mendapatkan
beasiswa PPA 2015/2016 dan beasiswa pemerintah Kabupaten Sumbawa 2017.
Tahun 2016-2017 aktif di dunia pemberdayaan masyarakat dengan menjadi
Community Development Facilitator di YBBS bersama JICA Foundation. Saat ini
penulis sedang aktif dalam social business enterprise yaitu Rumah Hidayah. Kini
aktif di Lembaga Amil Zakat DT Peduli sebagai Community Empowerment.
59
MASUK SEKOLAH!
PROJECK KIMIA UNTUK ‘ZERO WASTE’
Oleh Lisnawati
Sampah menjadi masalah yang krusial di berbagai daerah, begitupun
di Lombok Timur, Sumber sampah terbesar tentu saja berasal dari manusia.
Sampah-sampah rumah tangga dan sampah industry.
Kondisi yang sangat krusial ini membuat program zero waste masuk
sekolah dan lingkungan pemerintah daera, sehingga ini menjadi motivasi
tersendiri bagi guru, bagaimana caranya agar sekolah menjadi tempat
ternyaman untuk belajar tanpa sampah dan mengajak peserta didik untuk
perduli terhadap lingkungan.
Sebagai bentuk keinginan guru untuk melibatkan peserta didikdalam
program zero waste pemerintahProvinsi NTB, makabagaimanaseorang guru
memiliki ide kreatif mengajak peserta didik kreatif dalam memanfaatkan
sampah-sampah untuk dijadikan media belajar dan media mengajar.
Pada proses belajar terdapat tugas projeck, pada penilaian tugas ini
guru dapat membangun kesadaaran peserta didik bahwa sampah juga menjadi
bagian dari belajar, dan memanfaatkan sampah sebagai produk juga dapat
member manfaat tersendiri bagi lingkungan sekolah dalam mewujudkan zero
waste.
Penugasan projeck tidak serta merta diberikan kepada peserta didk,
perlu melakukan kajian materi pelajaran, membuat rancangan belajar,
membuat lembar Kegiatan projeck dan produk. Memantau hasil pekerjaan
peserta didik, presentasi dan pengumpulan produk, penilaian. Prosedur ini
perlu dilakukan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan benar,
sehingga tepat dalam menerapkan satu materi pembelajaran untuk
mendukung program zero waste selain itu memotivasi peserta didik untuk
perduli terhadap lingkungan.
Pengkajian materi belajar kimia dilakukan pada seluruh level atau
tingkat sehingga semua kemungkinan dapat digunakan. Pengkajian materi
60
dilakukan dengan 3 kriteria, criteria waktu, kriteria bahan dan kriteria produk
atau hasil yang diharapkan.
Pengkajian materi pelajaran dari kriteria waktu adalah melihat apakah
materi ini dapat dilaksanakan di semester 1 dengan alokasi waktu yang tidak
lama, sehingga peserta didik tidak bosan dan dapat melaksanakan dengan tidak
tergesa-gesa. Pengkajian dari segi bahan, bahan dimaksudkan adalah apakah
materi sesuai dengan bahan dasar sampah yang akan diolah menjadi sebuah
produk atau tidak, jika sesuai maka materi dapat digunakan sebagai salah satu
materi belajar yang dibuatkan tugas projeck bagi peserta didik dalam
penerapan zero waste. Pengkajian produk atau hasil dimaksudkan apakah hasil
akhir yang dikumpulkan oleh peserta didik. Jenis maupun produk dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik.
Rancangan belajar oleh guru dibuat dan disesuaikan dengan materi,
baik model belajar, staretegi, bahan, alat, media dan penilaian belajar serta
penilaian yang pada akhirnya berujung pada pencapaian tujuan belajar.
Rancangan belajar ini akan memudahkan peserta didik dalam memahami tugas
proyek yang akan diberikan oleh guru terkait dengan program NTB zero waste.
Membuat lembar kerja bagi peserta didik, lembar kerja bergantung
pada materi dan program pencapaian produk yang diinginkan, berisi
bagaimana strategi peserta didik dalam menyelesaikan tugas proyek sampai
menghasilkan produk. Untuk member kemudahan kepada peserta didik, guru
membantu memberikan langkah-langkah yang harus dilakukan dengan
menentukan terlebih dahulu produk yang dibutuhkan, kemudian menentukan
desain (prototype) bahan, alat, dana yang dibutuhkan, waktu dan tempat
membuat produk, menentukan jadwal realisasi proyek yang akan dibuat.
Pemantauan tugas proyek dapat dilakukan oleh guru dengan teknik
wawancara perkembangan produk dan dapat dilakukan dengan meminta
peserta didik mendokumentasikan setiap langkah baik melalui photo atau
video. Photo atau video dikumpulkan bersamaan dengan pengumpulan
produk.
Presentasi dan pengumpulan produk dirancang oleh guru 2 pekan
setelah tugas proyek disampaikan, presentasi dapat dilakukan dengan
menapilkan video atau photo dalam bentuk slide presentasi atau disampaikan
61
secara manual, peserta didik yang
melakukan presentasi dapat ditunjuk
bebas oleh anggota kelompok selain yang
tampil atau ditunjuk langsung oleh guru
sehingga ini akan menunjukkan bahwa
setiap peserta didik telah bersungguh-
sungguh dalam melaksanakan proyek
bukan sekedar ikut-ikutan dengan
temannya. Presentasi memuat duaa spek, aspek yang pertama adalah program
kelompok dalam menyelesaikan produk, aspek ke dua mengenai keterkaitan
produk yang dibuat dengan materi pelajaran yang telah dipelajari. Setelah
proses presentasi peserta didik diminta untuk mengumpulkan tugas berupa
produk untuk dinilai sebagai tugas proyek.
Pada pembelajaran kimia setelah melalui pengkajian materi untuk
program zero waste di semester ganjil ini masuk pada materi bentuk molekul
,hidrokarbon, dan selvolta.
Materibentuk molekul merupakan materi belajar di kelas X, dimana
dengan bahan kertas atau plastik atau karet atau sampah dari bahan apa saja
peserta diminta untuk membuat bentuk molekul dengan memberikan
keterangan di masing-masing produk. Setelah mengumpulkan tugas, banyak
peserta didik dalam satu kelompok kreatif dalam memanfaatkan sampah dari
bahan bekas, bentuk molekul dibuat dari bola-bola mainan plastik, bola-bola
sisa penggunaan Parfume dan penghilang bau badan, membuat bola
darikertas-kertasbekas yang dibentukmenjadi bola kemudiandibungkusdengan
plastic, bola-bola molekuladajuga yang dibuatdari sandal bekas, adapula yang
kreatif menggunakan kain planel sedangkan penghubung antar bola molekul
yang satudengan yang lain menggunakan kayu atau kawat bekas. Wadah
tempat produk dibuat dari kardus atau kotak bekas pakai dan plastic bening
menggunakan plastic makanan ringan yang dijual di warung-warung atau toko-
toko. Setelah semua bahan dan alat dikumpulkan peserta didik kemudian
membuat bentuk molekul sesuai dengan tugas masing-masing, ada bentuk
linear, segitiga datar, tetrahedral, bentuk V dan bentuk octahedral.
62
Pada Materi Hidrokarbon peserta didik diminta untuk melakukan
presentasi tentang produk sampah yang ada disekitar peserta didik, dan
bagaimana penyelesaiannya yang dibuat dalam bentuk presentasi tiga dimensi,
sehingga secara langsung peserta didik dapat melihat jenis sampah dan
prosedur penanganan sampah di lingkungan peserta didik, baik di lingkungan
sekolah dan atau di rumah.
Pada materi hidrokarbon terdapat bab tentang minyak bumi, produksi
solar dicontohkan oleh peserta didik dengan memanfaatkan barang bekas
sebaga alat dan bahan pembuat solar dari sampah plastic yang mereka
kumpulkan baik di sekolah, di jalanan dan di sekitar lingkungan rumah peserta
didik. Jika ditekuni ini bias menjadi nilai jual bagi mereka yang ingin tekun
mempelajari lebih lanjut.
Materi sel volta, menggunakan batrai bekas, paku, kabel-kabel bekas
dan bola lampu yang tidak terpakai untuk melihat bagaimana larutan dapat
menghasilkan listrik.
Gambar 11. Alat uji penghantar listrik.
Sampah pada umumnya merupakan bahan bekas yang dapat
digunakan sebagai penunjang dalam proses pembelajaran, dengan ide kreatif
guru bersama peserta didik dalm mencari alternative media untuk pencapaian
materi ajar dengan demikian peserta didik memahami dengan baik materi
pelajaran. Selain itu ide kreatif ini dapat mengurangi adanya sampah-sampah
baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah peserta didik.
Ide kreatiif ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain
hanya perlu kajian mendalam sehingga ini akan membantu tercapainya tujuan
program zero waste di provinsi Nusa Tenggara Barat, lebih dari semua itu guru
dan peserta didik dapat berperan aktif daam menjaga kebersihan lingkungan.
Sehingga dimanapun berada lingkungan menjadi bebas sampah.
Lingkungan bersih merupakan tanggung jawab semua orang, sehingga
setiap pribadi harus mengambil bagian sebagai bentuk rasa cinta terhadap
alam yang telah Allah ciptakan.
63
Asnawati, Lahir di desa Labuhan Lombok, Lombok Timur,
25 Oktober 1981, mengenyam pendidikan dasar dan
menengah di kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur dan
menenyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, program study Kimia Universitas
Mataram, di Mataram Nusa Tenggara Barat.
Sejak bulan Januari tahun 2004 kembali ke kampung
halaman, mengabdikan diri sebagai tenaga guru di SMPN Negeri 2 Pringgabaya,
SMPN 1 Sambelia, dan SMAN 1 Pringgabaya. Di tingkat menengah pertama
mengajar Sains, TIK dan Seni Budaya dan karena tugas negara sejak tahun 2016
sampai sekarang, bertugas di SMA Negeri 2 Masbagik, Kabupaten Lombok
Timur. Selain menjadi guru, aktif membantu pada kegiatan-kegiatan sosial,
lembaga Bina perempuan, PD Salimah, dan lembaga pendidikan Dhiya’ul Bahri
di kecamatan Pringgabaya, kabupaten Lombok Timur.
Profesi dan kegiatan yang saya lakukan menjadi pilihan yang
menyenangkan dan berusaha senantiasa memberikan pelayanan terbaik,
sebab pilihan apapun yang kita jalankan saya yakinkan ini menjadi jalan
keta’atan kepada Sang pencipta.
Saya suka menulis, menulis puisi, cerpen, opini atau fakta di wall
facebook Asnawati Mangenre dan funpage PD Salimah Lombok Timur. Menulis
sebagai sebuah kebutuhan, dengan menulis kebaikan dapat dipublikasikan,
bentuk apapun itu akan menambah pengetahuan dan akan membentuk
karakter pembaca.
64
JUMAT BERSIH MENUJU ZERO WASTE SEKOLAH NYAMAN
DAN KELUARGA BERSIH
Oleh Ahyar
Guru SDN Sekedek
Sampah adalah momok untuk semua orang, sampah yang ada
sekarang seperti tumpukan gunung berapi yang setiap saat siap meledak dan
membanjiri setiap lorong yang dilaluinya. Sampah ibarat pakaian yang selalu
melekat di badan, dimanapun kita duduk, berdiri, dan berjalan sampah selalu
mendampingi.
Sampah adalah hasil dari sebuah perbuatan dan kesadaran yang
kurang, sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah di definisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya. Dalam proses alam, sebenarnya sampah hanya produk,
produk yang dihasilkan setelah dan selama proses itu berlangsung. .
Berdasarkan sifat organiknya, sampah dibedakan menjadi dua yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah
yang dapat diurai oleh mikroorganisme atau yang dapat membusuk, seperti
sampah sisa makanan, daun-daun, sayuran, dan lain-lain. Sedangkan sampah
anorganik adalah sampah yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
terurai, bahkan cenderung sukar terurai oleh mikroorganisme, contohnya
sampah plastik, kaca, kaleng, dan lain-lain.
Pembahasan
Untuk menyelesaikan permasalahan mengenai sampah di sekolah
dan dilingkungan kita harus melihat ke dalam diri kita terlebih dahulu.
Sudahkah kita mengurangi pemakaian sampah untuk diri kita sendiri ?
Sudahkah kita juga membuang sampah di tempat sampah yang seharusnya
yaitu tong sampah ? Introspeksi diri ini sangat penting karena bagaimanapun
kita harus memulai sesuatu dari kita sendiri contohnya di sekup yang kecil
seperti sekolah dan lingkungan keluarga. Setelahnya, kita bisa mengingatkan
65
orang-orang disekitar kita untuk mengurangi pemakaian sampah plastik secara
perlahan. Bukankah kebiasaan baik dimulai dari hal kecil dengan dampak yang
bisa dirasakan bersama akan lebih mudah disebarkan secara keseluruhan ?
Dari hal ini pula biasanya orang yang sudah kita ajak untuk lebih mencintai
lingkungan akan mengajak orang terdekatnya juga yang terus menerus
membuat suatu efek domino bagi semua orang sehingga sedikit demi sedikit
sampah plastik akan semakin berkurang.
Disekolah kebiasaan jumat bersih dengan mengajak siswa-siswi
untuk selalu membersihkan sampah yang ada dilingkungan sekolah dan
mengajak mereka memilah dan memilih mana sampah yang bisa di daur
kembali, kebiasaan kecil ini jika dibiasakan akan menjadi sebuah kebiasaan
yang akan dibawa ketika mereka pulang kerumah mereka masing-masing,
sehingga dilingkungan rumah dan keluarga mereka akan membuang sampah
pada tempatya,
Cara selanjutnya adalah recycle(Daur ulang). Kita dapat melakukan
pengolahan kembali sampah plastik menjadi suatu barang yang bernilai jual.
Seperti sebuah tas yang dibuat dengan sampah plastik bekas pembungkus
detergen, plastik pembungkus penyedap rasa, plastik pembungkus pelembut
pakaian, plastik pembungkus makanan ringan dan lain-lain. Selain itu, kita juga
bisa mengumpulkan sampah tas plastik sehingga nanti saat kita kembali
membeli barang, kita hanya perlu membawanya dan tidak memerlukan plastik
lagi sehingga pengeluaran platik akan lebih berkurang. Kemudian, untuk
sampah plastik seperti botol bisa dibuat sebuah prakarya seperti lampus hias,
kemudian galon air mineral bisa digunakan sebagai meja ataupun yang lainnya.
Untuk pengolahan ulang ini sendiri, tidak banyak orang yang memiliki
keahlian untuk mencipta suatu sampah menjadi suatu barang bernilai jual
karena perbedaan kreativitas masing-masing individu. Maka dari itu, disinilah
peran kita dan pihak-pihak terkait seperti instansi pemerintah atau swasta bisa
membantu dalam hal sosialisasi dan pelatihan. Selain itu, sebelumnya kita
harus paham bagaimana cara memisahkan sampah organik dan anorganik
sehingga lebih terstruktur dan lebih cepat. Hal ini tidak hanya mengurangi
dampak sampah plastik pada lingkungan, namun juga memberi pendapatan
kepada masyarakat itu sendiri.
66
Kesimpulan
Bumi ini merupakan pinjaman dari anak cucu kita yang wajib kita
lestarikan dan kita jaga agar di masa selanjutnya mereka masih bisa menikmati
alam yang kita rasakan sekarang ini, terlebih lagi lebih baik dari yang sekarang
kita rasakan. Jadi jika kita bisa menyadari bahaya sampah yang mengintai kita,
maka kita juga isa menjaga dengan cara yang sederhana. Karena perbuatan
kecil yang kita lakukan seperti membuang sampah tanpa berpikir panjang, akan
menyebabkan kerusakan besar pada bumi kita dan kelangsungan hidup
manusia. Dan perilaku kita terhadap lingkungan merupakan awal perubahan
untuk langkah yang kita buat ke depannya.
Yang berikutnya, sebuah kalimat sederhana yaitu “Jangan Membuang
Sampah Sembarangan” yang terus didengungkan dan dilihat oleh kita semua
sejak kita masih kecil. Kata-kata ringkas dengan arti yang jelas yang kadang
terlupakan oleh kita. Kalimat yang memiliki makna yang begitu bermanfaat
bagi diri kita sendiri, masyarakat, dan terutama bumi yang kita pinjam ini. Jadi,
tanamkanlah jiwa cinta alam dengan prinsip untuk mewujudkan Indonesia yang
bersih tanpa sampah. Hal ini tidak hanya untuk kita, namun juga untuk anak
cucu kita di masa yang akan datang agar suatu saat nanti udara masih bersih,
tanah masih subur, dan pemandangan yang didapat bukan hanya sampah saja.
Semua tergantung pada setiap perilaku dan langkah apa yang kita ambil. Dan
mari berubah untuk Indonesia yang bebas dari sampah. | ***
Ahyar, Lahir di Kumbak Lombok Tengah Desa Setiling tanggal
31 Desember 1984, Pendidikan Dasar dan Menengah di
Lombok Tengah, selanjutnya menempuh Pendidikan
Diploma di Universitas Terbuka tahun 2003 dan strata satu
di Universitas Muhammadiyah Mataram, FKIP Bahasa dan
Sastra Indonesia, wisuda tahun 2012.
Sejak tahun 2005 sudah berprofesi sebagai pendidik
mengajarkan Bahasa Inggris, Komputer dan Tutor, tugas
mengajar di MTs Darussyafiiyah Peseng tahun 2005, MTs Al Jamil Bare Eleh
2005-2007, Tugas pokok sebagai ASN di SDN Sekedek dari tahun 2005 sampai
saat ini.
Pengalaman organisasi menjadi pengurus KTI (Karang Taruna), Gerakan Sosial,
Pramuka, dan Forum Pemuda Peduli Desa dan Pariwisata Desa. kontak media
sosial : [email protected] blog : youngpengkarek.blogspot.com
67
PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK
MELALUI PROGRAM SEKOLAH SEHAT DI SMAN 1 SETELUK
Oleh Asmawati, S.Pd.
Guru SMAN 1 Seteluk
Prinsip nol sampah atau zero waste merupakan konsep pengelolaan sampah
yang didasarkan pada kegiatan daur ulang (Recycle). Pengelolaan sampah
dilakukan dengan melakukan pemilahan, pengomposan, dan pengumpulan
barang layak jual, (Widiarti.2012:101-113).
Zero waste diharakan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat termasuk di lingkungan sekolah. Penerapan zero waste di sekolah
sebagai salah satu lembaga pendidikan disamping dapat menangani persoalan
sampah, juga dapat mendidik siswa untuk memiliki karakter peduli lingkungan.
Sekolah merupakan gambaran bentuk kehidupan masyarakat. Lingkungan
sekolah sejatinya harus mampu mempersiapkan siswa menghadapi persoalan
dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki
pengetahuan juga karakter dalam hal ini karakter peduli lingkungan.
SMAN 1 Seteluk sebagai salah satu sekolah menengah atas berusaha untuk
mengaplikasikan program zero waste di sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk
membentuk lingkungan sekolah yang bersih dan bebas sampah. Program zero
waste dilakukan dengan membentuk tim zero waste di sekolah. Program ini
merupakan bentuk partisipasi sekolah untuk mensukseskan program zero
waste provinsi Nusa Tenggara Barat menuju NTB bebas sampah tahun 2023.
Adapun bentuk zero waste di sekolah adalah dengan membentuk program
sekolah sehat. Adapun bentuk kegiatannya yaitu bank sampah. Susunan tim
zero waste dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini
Tabel 1 : Susunan Tim Zero Waste
No. Jabatan dalam Tim Nama KET.
1. Penanggung Jawab Mansyur, S.Pd., MM Kepala
Sekolah
2. Ketua Iskandarman, SE Wakasek
Sarpras
68
3. Sekretaris Hadiyah Noviany, S.Pd Guru
4. Koordinator Sekolah Asmawati, S.Pd Guru
Sehat PIK-R Siswa
OSIS Siswa
Tim zero waste tersebut bertugas menyiapkan, membuat, menyusun
melaksanakan, mengarsipkan data atau kegiatan sekolah yang berhubungan
dengan kebersihan sekolah termasuk pengelolaan sampah di sekolah.
Program bank sampah merupakan program SMAN 1 Seteluk sebagai upaya
menanggulangi persoalan sampah anorganik di sekolah. Program kerja ini akan
dijadikan program jangka panjang SMAN 1 seteluk sehingga diharapkan dapat
menjadi langkah solutif untuk mengurangi bahkan menghilangkan sampah
anorganik di sekolah. Pada tahap perencanaan pihak sekolah membentuk tim
zero waste (tabel 1). Kemudian, tahap kedua, pihak sekolah menyediakan tiga
jenis bak sampah untuk membuang sampah sesuai jenisnya. Bak sampah
warna kuning berisi sampah anorganik. Bak sampah warna hijau berisi sampah
organik. Bak sampah warna merah berisi sampah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun).
Sampah anorganik adalah sampah yang sudah tidak dipakai lagi dan sulit
terurai. Sampah anorganik yang tertimbun tanah dapat menyebabkan
pencemaran tanah. Sampah anorganik dapat dikelola dengan 3R.
1. Reuse (penggunaan kembali)
Reuse adalah menggunakan kembali sampah secara langsung, dengan
fungsi yang masih sama ataupun fungsi yang beda. Contoh kegiatan reuse
adalah menggunakan kembali wadah yang sudah kosong untuk fungsi lain,
memakai kertas yang masih kosong untuk keperluan menulis.
2. Reduce (pengurangan)
Reduce adalah pengurangan segala kegiatan yang dapat menimbulkan
sampah. Contoh kegiatan reduce adalah mengurangi penggunaan produk
dengan kemasan plastik, mengisi makanan dan minuman dengan wadah
yang bisa dipakai berkali-kali.
3. Recycle (daur ulang)
Recycle adalah pemanfaatan kembali sampah dengan beberapa
tahapan pengelolaan. Contoh kegiatan recycle adalah olah sampah plastik
69
menjadi kerajinan, pilahlah sampah anorganik dapat dijual agar bernilai
ekonomis.
Sampah anorganik merupakan sampah yang harus diatnggulangi mengingat
dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya. Adapun bentuk pengelolaan
sampah anorganik di SMAN 1 Seteluk dilakukan melalui program bank sampah.
Adapun teknik pelaksanaan program bank sampah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. setiap kelas akan mengumpulkan sampah plastik baik berupa kardus
bekas, botol dan gelas minuman, kertas dan semacamnya yang dapat
didaur ulang
2. Pengurus OSIS dan PIK-R dalam hal ini sebagai anggota pengurus sekolah
sehat mendata hasil sampah anorganik masing-masing kelas yang
kemudian akan ditimbang dan dijual
3. Hasil dari penjualan sampah ini ditabung dan akan dibagikan setiap akhir
semester
4. Tabungan juga dapat diambil apabila kelas memiliki keperluan yang
mendesak
Program ini disamping dapat mengurangi masalah sampah di sekolah juga
memberikan manfaat lain yaitu membantu siswa untuk memenuhi administrasi
kelasnya atapun keperluan untuk membiayai kegiatan-kegiatan antar kelas.
Dengan demikian, siswa tidak perlu lagi mengumpulkan uang tetapi dapat
menggunakan uang dari tabungan Bank Sampah.
Proses penimbangan sampah dilakukan 2 kali dalam sebulan. Berikut tabel
2 yang menunjukkan jumlah sampah dan jumlah tabungan siswa dari bulan
Januari hingga November 2019.
Tabel 2 : Tabungan Sampah SMAN I Seteluk
No. Bulan Jumlah Sampah Jumlah Uang
1. Januari 74 kg Rp. 87.000
2. Februari 83,3 kg Rp. 118.000
3. Maret 94,3 kg Rp. 173.400
4. April 73 kg Rp. 75.000
70
5. Mei 122,5 kg Rp. 152.000
6. Juni - -
7. Juli 107 kg Rp. 198.000
8. Agustus 82,5 kg Rp. 137.000
9. September 98 kg RP. 120.500
10. Oktober - -
11. November 48kg Rp. 57.500
Jumlah keseluruhan Rp. 1.118.000
Jumlah Setelah Penarikan Rp 591.500
Tabel di atas, menunjukkan jumlah sampah yang telah ditimbang dari bulan
Januari hingga November 2019. Pada bulan Juni tidak ada penimbangan karena
libur sekolah. Pada bulan Oktober tidak ada penimbangan sampah karena tim
sekolah sehat sudah menerapkan aturan untuk mengurangi sampah plastik. Di
kantin tidak lagi dijual makanan atau minuman kemasan gelas atau botol
plastik tetapi diganti menggunakan wadah dengan pemakaian berkali-kali.
Kemudian saldo akhir yang berjumlah Rp. 591.500 tersebut merupakan jumlah
akhir setelah beberapa kelas mengambil tabungan mereka.
Program sekolah sehat terus melakukan kegiatan dalam rangka mengurangi
sampah plastik di sekolah. Diantaranya
1. Sosialisasi kepada seluruh warga sekolah untuk membawa bekal makanan
atau minuman dari rumah
2. Berhenti menggunakan kemasan plastik sekali pakai seperti, gelas plsatik,
botol plastik, sedotan sekali pakai, kertas nasi, dan jenis wadah sekali pakai
lainnya.
3. Mengurangi penggunaan tisu dan diganti dengan sapu tangan
4. Membawa tas belanja dari rumah
Program sekolah sehat dalam bentuk program bank sampah di sekolah
merupakan upaya SMAN 1 Seteluk untuk berkontribusi mengurangi sampah
plastik di lingkungan sekolah. Program bank sampah memang memberikan
dampak yang sangat bermanfaat terutama bagi siswa. Walaupun, di SMAN 1
Seteluk telah diberlakukan larangan penggunaan kemasan plastik dan secara
langsung siswa tidak lagi mengumpulkan wadah plastik. Namun, siswa biasanya
mengumpulkan kertas untuk dijual. Kertas bekas, kertas soal ulangan atau
71
buku-buku yang sudah tidak mereka pakai.
Program sekolah sehat yang dimulai pada lingkungan sekolah diharapkan
dapat mempersiapkan siswa untuk berkontribusi aktif dalam mengurangi
sampah plastik tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan
masyarakat. Siswa SMAN 1 Seteluk diharapkan dapat menerapkan perilaku
minim sampah yang selama ini diasakan di sekolah pada lingkungan
masyarakat. Sehingga, jumlah sampah dapat berkurang dan lingkungan
menjadi layak huni. Semoga program kecil yang kami mulai di sekolah akan
berdampak terhadap perubahan lingkungan yang lebih asri.
BIODATA PENULIS
ASMAWATI, S.Pd Lahir di Seteluk, 15 Januari 1993. Tinggal di Tambak Sari.
Nomor Telepon : 085205123899
Email : [email protected]
Saya adalah seorang guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraa di SMAN
1 Seteluk. Menjadi guru adalah impian saya sejak kecil, berbagi ilmu, berbicara
di depan orang banyak bagi saya itu kebahagiaan. Rasa bahagia inilah yang
membuat saya tetap menjalankan profesi saya dengan semangat, walaupun
status saya sebagai guru honorer. Riwayat pendidikan saya adalah sebagai
berikut:
SDN 1 Seteluk lulus tahun 2004
SMPN 1 Seteluk lulus tahun 2007
SMAN I Poto Tano lulus tahun 2010
Universitas Mataram lulus tahun 2014
Itulah narasi singkat tentang saya.
72
PEMBIASAAN PAGI MEMUNGUT SAMPAH
MEWUJUDKAN SEKOLAHKU ZERO WASTE
MENSUKSESKAN NTB BEBAS SAMPAH TAHUN 2023
Oleh Eri Susmiati , S.Pd.
SMPN 2 Gangga Lombok Utara
A. Pengenalan Zero Waste
Zero Waste atau bebas sampah adalah salah satu filosofi yang mengajak
kita untuk mendesain dan mengelola produk-produk secara sistematis demi
menghindari dan mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah juga
material-material habis pakai. Zero Waste menghindari pemakaian yang hanya
digunakan sekali dan material-material yang sulit bahkan tidak bisa didaur
ulang. Tujuannya supaya sampah tidak dikirim ke land fill, menghasilkan produk
baru, menjaga sumber daya, mengurangi penggunaan plastik, mengurangi
sampah, dan tentunya melestarikan alam.
Tidak mudah tentunya mengubah kebiasaan kita yang sering menggunakan
barang sekali pakai menuju Zero Waste Life style, namun secara perlahan kita
bisa melakukan hal itu jika disertai dengan keinginan untuk mengubah
kebiasaan tersebut. Zero Waste merupakan sebuah proses yang tidak akan
datang dengan instan, jadi ayo kita bersama-sama menjalani proses ini untuk
menyelamatkan lingkungan sekolah kita lebih luas lagi menyelamatkan bumi
kita!
Saat orang pertama kali mendengar ‘zero waste’, reaksi yang paling
sering terdengar adalah “mana mungkin, tidak akan bisa hidup tanpa
membuat sampah”. Dan memang benar, di society kita memang tidak
mudah untuk tidak membuat sampah. Tidak mudah menemukan makanan
tanpa plastik Kita semua bagian dari aliran limbah ekonomi. Banyak
miskonsepsi yang terjadi mengenai zero waste life style yang membuat
orang yang mendengar kata itu bertanya-tanya dan bahkan berubah
menjadi pesimis Intinya zero waste menantang kita semua untuk
mengevaluasi gaya hidup kita dan melihat bagaimana sesuatu yang kita
konsumsi bisa berdampak negatif terhadap lingkungan dan merusak
kesehatan.Tidak ada yang tidak mungkin selama kita berusaha maksimal.
73
Untuk itu langkah – langkah yang dilakukan pada lingkungan sekolah kami
adalah sebagai berikut :
A. PEMBIASAAN DI SEKOLAH
Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan
perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses
pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi kebiasaan
mempunyai ciri; perilaku tersebut relatif menetap, umumnya tidak
memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk membuang
sampah pada tempatnya cukup fungsi berpikir berupa mengingat atau meniru
saja, bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau
hasil pengalaman atau belajar, dan tampil secara berulang-ulang sebagai
respons terhadap stimulus yang sama.
Proses pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan
pembiasaan di bawah bimbingan orang tua, dan guru, siswa akan semakin
terbiasa. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya,
siswa itu kelak akan sulit untuk berubah dari kebiasaannya itu. Hal ini
disebabkan karena kebiasaan itu merupakan perilaku yang sifatnya otomatis,
tanpa direncanakan terlebih dahulu, berlangsung begitu saja tanpa dipikirkan
lagi Proses pembiasaan dalam pendidikan merupakan hal yang penting
terutama bagi anak-anak usia dini. Anak-anak belum menyadari apa yang
disebut baik dan tidak baik dalam arti susila. Ingatan anak-anak belum kuat,
perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang terbaru dan
disukainya. Dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan dan pola pikir tertentu.
Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan
dapat diartikan sebagai perbuatan atau keterampilan secara terus-menerus,
secara konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan
keterampilan itu benar-benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu
kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Kebiasaan dapat juga diartikan sebagai gerak
perbuatan yang berjalan dengan lancar dan seolah-olah berjalan dengan
sendirinya. Perbuatan ini awalnya dikarenakan pikiran yang melakukan
74
pertimbangan dan perencanaan, sehingga nantinya menimbulkan perbuatan
yang apabila perbuatan ini diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan.
Langkah awal di sekolah yaitu dengan pembiasaan Zero Waste
dilakukan sejak siswa masuk lingkungan sekolah jam 7.30 WIT sambil
berjalan memasuki area sekolah sambil menjumput sampah yang mereka
temui kegiatan awal sebagai ujud pembentukan karakter mandiri dan
kerja sama dilingkunagn sekolah. Pembiasaan yang dilakukan dengan cara
terus- menerus niscaya akan dapat mewujudkan sekolah yang zero waste.
Memang tidak mudah perlu ekstra perjuangan untuk membiasakan
kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, dan menggunakan plastik-
plastik yang sekali pakai agar langsung dimusnahkan bila itu tidak bisa
dimanfaatkan untuk hal lain .Misalnya plastic es , plastik bungkus cilok,
pentol baso dan aneka jajanan di sekolah yang setiap hari dikonsumsi
anak-anak langsung dibakar.
Dalam rangka mensukseskan program NTB bebas sampah tahun 2023 ,
maka seluruh warga sekolah berperan penting dalam mengendalikan laju
pertambahan sampah di lingkungan sekolah. Kerja sama antar warga sekolah,
siswa serta dukungan dari kepala sekolah untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap lingkungan dengan meminimalisir sampah melalui Program Zero
Waste. Jenis kegiatan yang telah dan akan dilakukan diantaranya adalah:
Membawa bekal dari rumah, Bank Sampah, memungut sampah ketika
dimanapun siswa melihat sampah kemudian membuang pada tempatnya,
sampah dipisahkan menjadi sampah yang organik dan nonorganik. Usaha
sekolah menjadi zero waste walau dengan berbagai kendala dan tantangan
yang penting kita berusaha semaksimal mungkin semoga hasil juga maksimal.
B. Menumbuhkan Karakter Kepedulian Lingkungan Sekolah bagi Warga
Sekolah Melalui Program Zero Waste
Sampah dipandang sebagai barang yang tidak berharga dan menjijikkan.
Belakangan ini sampah menjadi masalah yang cukup serius terutama yang
terjadi di sekolah kami SMPN 2 Gangga, selain dari sampah puing-puing
bangunan sekolah akibat gempa bumi 7.0 SR satu tahun yang lalu yang masih
75
berserakan menjadi pemandangan yang tak asing lagi bagi kami.guguran daun
mangga dan daun pohon lainnya yang memang tumbuh subur di sekolah kami
membuat kami warga sekolah setiap pagi berjuang semaksimal mungkin
membersihkannya secara bersama-sama. Sekolah sebagai tempat
berkumpulnya banyak orang berperan menjadi penghasil sampah terbesar
selain pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran.
Pemerintah provinsi NTB mencanangkan gerakan NTB bebas sampah
tahun 2023. Dalam rangka mendukung dan mensukseskan program
pemerintah privinsi NTB tersebut maka, seluruh warga sekolah kami di SMPN 2
Gangga Lombok Utara berperan penting dalam mengendalikan laju
pertambahan sampah di lingkungan sekolah. Kerja sama antar Guru, Karyawan
dan siswa serta dukungan dari Kepala Sekolah untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap lingkungan dengan meminimalisir sampah melalui
Program Zero Waste.
Jenis kegiatan yang telah dilakukan di sekolah kami diantaranya adalah 1.
Memungut sampah sebelum pelajaran dimulai selama 10 menit siswa secara
bersama-sama membersihkan lingkungan sekolah kemudian membakar
sampah-sampah tersebut 2. Siswa membawa tempat minum dari rumah untuk
mengurangi sampah plastik dan penjual di kantin tidak diperkenankan
melayani pembelian minuman dengan plastik pembungkus ataupun gelas
plastik. siswa yang hendak membeli makanan atau minuman diharapkan
membawa wadahnya sendiri dari rumah. Bapak dan Ibu Guru harus terbiasa
untuk membuat minum sendiri dengan gelas yang tersedia di sekolah. 3. Bank
Sampah. Siswa diedukasi untuk mengumpulkan sampah kelas, memilah
sampah kertas dan mengumpulkannya ke bank Sampah. Jadwal operasional
bank sampah setiap pagi hari sebelum kegiatan belajar dimulai.yaitu pukul 7.10
WIT 4.membakar sampah agar tidak mengakibatkan tumpukan sampah.
Serangkaian kegiatan di atas yang mendukung Program Zero Waste di sekolah,
tak lepas dari bagian dari fungsi pendidikan sebagai pengembang dan
pembentuk kemampuan, kepribadian, watak, serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran
penting dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup terhadap
generasi penerus bangsa.
76
Perubahan pendidikan kearah membangun karakter siswa dapat
dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya dengan menciptakan
pembiasaan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat
pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari
warga sekolah dapat turut bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Selaku tenaga pendidik,
sikap keseharian yang kita tunjukkan dan contohkan ke warga sekolah akan
mempermudah kita membiasakan bahkan membudayakan sikap peduli
lingkungan sekitar. Marilah mulai bersikap peduli dari diri sendiri, dari
rumah,sekolah dan lingkungan sendiri, dari hal yang paling sederhana, dan
sejak saat ini juga!
Profil Penulis
IBu Sihwati Pengajar MTSN 3 Mataram NTB. Ibu dari 2 orang anak tinggal di
Mataram NTB. Email [email protected]
77
SEKOLAH SEHAT DENGAN ZERO WASTE
DI MTs NEGERI 3 MATARAM
oleh Sihwatik, M.Pd.
Guru MTsN.3 Mataram
Akhir-akhir ini, gaya hidup zero waste atau nol sampah semakin familiar
dan sering menjadi topik pembicaraan dalam forum diskusi. Hal ini disebabkan
oleh semakin parahnya permasalahan lingkungan yang ada di sekitar
kita.Tanpa kita sadari, tempat pembuangan sampah mulai meluap, lautan
tercemar, dan landfill ditinggalkan dengan miliaran ton sampah yang tidak
dapat terurai selama ratusan tahun dan tidak dapat didaur ulang. Kita telah
mencapai titik di mana gerakan zero waste benar-benar dperlukan untuk
menjaga masa depan ekosistem kita. Penggiat zero waste sudah mulai
bermunculan di mana-mana, namun banyak yang tidak berjalan sesuai harapan
karena sebagian dari mereka sebelum memulainya sudah pesimis terlebih
dahulu dengan gaya hidup zero waste ini. Jadi, sikap pesimis tersebut
mengikuti keyakinan mereka sehingga gaya hidup zero waste tidak bisa
diterapkan.
Banyak yang beranggapan bahwa tidak mungkin bisa menerapkan gaya
hidup zero waste karena manusia tidak mungkin tidak menghasilkan
sampah.Sebenarnya, anggapan inilah yang perlu diluruskan. Istilah zero waste
tidak diartikan sebagai nol sampah yang sesungguhnya. Mengapa?Karena
manusia tidak mungkin tidak menghasilkan sampah walaupun dalam jumlah
sedikit. Istilah zero waste diartikan sebagai gaya hidup yang sebisa mungkin
mengurangi penggunaan bahan atau material yang dapat mencemari
lingkungan misalnya seperti, kantong plastik, sedotan plastik, coffe cup dan lain
sebagainya. Jadi, poin penting dalam zero waste adalah meminimalisir sampah
dengan cara mengendalikan diri kita yang konsumtif dan menyukai hal-hal yang
bersifat praktis.
Mengapa gaya hidup zero waste dibutuhkan? Saat ini masyarakat dunia
sedang hidup dalam ekonomi linear, dimana sumber daya alam diambil untuk
dikelola menjadi produk, dan limbahnya tidak didaur ulang atau digunakan
78
kembali. Timbunan limbah pun melonjak. Kita ketahui Indonesia termasuk ke
dalam 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, tentunya akan
mengumpulkan sejumlah persoalan, diantaranya adalah produksi sampah dan
pengolahannya. Oleh karena itu, zero waste sangat dibutuhkan menjadi solusi
terhadap permasalahan sampah. Zero waste merupakan konsep yang
mengajak kita untuk menggunakan produksi sekali pakai dengan lebih bijak
untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Tujuannya adalah
agar sampah tidak berakhir di TPA, menjaga sumber daya dan meleterikan
alam.
Hal ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bea Johnson dari Zero
Waste Home yang mempopulerkan istilah zero waste dengan ciri-cirinya, yaitu
refuse, reduce, reuse, recycle, rot atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan
sebagai menolak, mengurangi, menggunakan kembali, daur ulang,
membusukkan. Ciri-ciri ini menjadi pegangan untuk mengarah kepada gaya
hidup tanpa limbah sehingga dapat menciptakan lebih sedikit limbah dan
menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.
Gaya hidup zero waste harus dimulai dengan menolak penggunaan
bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan, sulit terurai, dan hanya sekali pakai.
Jika terasa sulit untuk tidak menggunakan bahan-bahan yang tidak ramah
lingkungan, kurangi konsumsinya.Sebagai alternatif penggunaan bahan-bahan
yang tidak ramah lingkungan, yaitu mencari bahan pengganti yang lebih ramah
lingkungan atau penggunaannya bisa berulang-ulang dan tahan lama.
Misalnya, membawa kantong belanja sendiri ketika berbelanja, gunakan wadah
sendiri saat membeli makanan atau minuman, mengganti tisu dengan sapu
tangan, dan lain sebagainya.Tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut tidak harus
membeli perlengkapan guna menunjang suksesnya gaya hidup zero waste.
Namun, hal itu dapat diwujudkan dengan memanfaatkan barang-barang yang
kita miliki atau mudah diperoleh di sekitar kita tanpa harus membelinya.
Misalnya, kita bisa menggunakan baju bekas untuk membuat kantong belanja
kekinian, memanfaatkan wadah dan botol minuman yang sudah ada waktu
membeli dan lain-lain.
Zero waste merupakan sebuah gaya hidup sehingga untuk melakukannya
butuh proses. Apalagi bagi orang-orang yang sudah terlanjur nyaman dengan
79
kepraktisan yang ditawarkan bahan sekali pakai menyebabkan zero waste bisa
jadi sangat sulit dilakukan. Tetapi hal itu tidak untuk warga sekolah MTs Negeri
3 Mataram. MTs Negeri 3 Mataram berkomitmen penuh untuk menerapkan
zero waste dan sudah dilaksanakan sejak bulan Agustus 2019 dan masih
berjalan hingga sekarang.MTs Negeri 3 Mataram berkomitmen untuk terus
menjalankan zero waste ini sebagai upaya untuk mengurangi dampak
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penumpukan sampah. Seluruh
warga sekolah bekerja sama untuk menyukseskan zero waste ini dengan
melaksanakan segala perintah yang sudah disepakati bersama antara guru,
karyawan dan siswa - siswinya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, program zero waste dilaksanakan
dengan cara memerintahkan seluruh warga sekolah tanpa terkecuali, mulai
dari guru, karyawan, dan siswa untuk membawa bekal dari rumahnya masing-
masing dengan menggunakan wadah dan botol minum yang dapat digunakan
berulang-ulang. Semua warga sekolah sarapan bersama di halaman setelah
melaksanakan sholat dhuha bersama atau sebelum pembelajaran dimulai.
Selain itu, penjual di kantin tidak diperkenankan melayani pembelian minuman
dengan plastik pembungkus ataupun gelas plastik. Peserta didik yang hendak
membeli makanan atau minuman diharapkan membawa wadahnya sendiri dari
rumah masing-maing. Kegiatan yang sudah berlangsung selama hampir 3 bulan
ini terbukti mengurangi sampah yang berserakan di sekitar kelas dan halaman
sekolah. Program membawa bekal ini selain untuk mengurangi sampah di
lingkungan sekolah juga berlaku untuk menjaga kehigienisan, air minum untuk
guru berupa teh manis atau kopi panas yang disajikan setiap pagi oleh pesuruh
sekolah, diganti dengan penyediaan air galon, teh, kopi, dan gula. Bapak dan
Ibu Guru harus terbiasa untuk membuat minum sendiri dengan gelas yang
dibawa sendiri dari rumah. Kemudian dalam penyelenggaraan rapat, yang
biasanya menggunakan kardus makanan dan air mium dalam kemasan sedikit
diubah.Melalui kebijakan kepala sekolah, penyelenggaraan rapat menggunakan
wadah makan yang dapat digunakan berulang serta air minum disajikan dalam
gelas. Cara ini tentunya memberikan efek positif terhadap banyak hal, di
antaranya mengurangi jumlah sampah yang ada di lingkungan sekolah, siswa
dapat menghemat uang jajan di sekolah karena sudah membawa bekal dari
80
rumah, terciptanya kebersamaan yang harmonis antar warga sekolah, dan lain
sebagainya.
Foto sarapan bersama di MTs Negeri 3 Mataram
menggunakan wadah dan botol minum sendiri.
Adapun dampak yang diperoleh dari program zero
waste ini adalah dapat mengantarkan MTs Negeri
3 Mataram menjadi juara II lomba kebersihan
sekolah tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penerapan zero waste ini
ternyata mampu meminimalisir jumlah sampah yang ada di lingkungan
sekolah. Hal ini tentunya mengakibatkan lingkungan sekolah selalu dalam
keadaan bersih dan indah dipandang. Sekolah bersih tentuya akanmenciptakan
sekolah sehat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gaya hidup zero
waste memberikan banyak manfaat bagi yang menjalankannya dengan
sungguh-sungguh.
Serangkaian kegiatan di atas yang mendukung program zero waste di
sekolah tak lepas dari bagian dari fungsi pendidikan sebagai pengembang dan
pembentuk kemampuan, kepribadian, watak, serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran
penting dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup terhadap
generasi penerus bangsa. Perubahan pendidikan kearah membangun karakter
peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya dengan
menciptakan pembiasaan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat
pembelajaran dan penyadaran warga sekolah sehingga di kemudian hari warga
sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya
penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Selaku
tenaga pendidik, sikap keseharian yang kita tunjukkan dan contohkan ke warga
sekolah akan mempermudah kita membiasakan bahkan membudayakan sikap
peduli lingkungan sekitar.
Namun, perlu diketahui bahwa zero waste tidak akan bisa berjalan
dengan sukses tanpa adanya kerj sama yang baik antar warga sekolah. Warga
sekolah harus kompak menjalankan zero wasteini agar tujuan yang diharapkan
dapat tercapai. Sebenarnya zero waste ini dapat dimulai dari diri sendiri dan
81